Membangun Sinergi di Teminabuan

advertisement
MembangunS
i
ner
gi
diTemi
nabuan
Program HutanDesa
KampungSi
ra& Manggrohol
o
Di
stri
kSai
fiKabupatenSorongSel
atan
BENTARA PAPUA
LPHDSi
r
a,LPHDManggr
ohol
o
Membangun Sinergi
di Teminabuan
Program Hutan Desa Kampung Sira dan Manggroholo
Distrik Saifi, Kabupaten Sorong Selatan
i
Laporan Penyelenggaraan Workshop Bedah RPHD
Hutan Desa Sira dan Manggroholo
Distrik Saifi, Kabupaten Sorong Selatan
Provinsi Papua Barat
Dibuat oleh :
Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD)
Didampingi oleh:
Lembaga Bentara Papua
Penulis : Yanuarius Anouw, Imam Setiawan, Eko Darmawan
Peta & Foto oleh : Eko, Yanu, dan Ian
ii
Sekapur Sirih
Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. SK.767/MENHUT-II/2014 tentang Penetapan Areal Kerja Hutan
Desa Manggroholo dan SK.768/MENHUT-II/2014 tentang
Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Sira dikeluarkan pada 18
September 2014 dan diterimakan melalui Wakil Bupati pada 14
Desember 2014. Sejak saat itu, cukup banyak aktifitas yang sudah
dilakukan sebagai bagian dari fasilitasi Hutan Desa Manggroholo
dan Sira.
Fasilitasi yang terpenting adalah dalam menindaklanjuti ijin
Penetapan Areal Kerja (PAK) yang diberikan melalui Surat
Keputusan Menteri LHK tersebut, yakni pengusulan ijin Hak
Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) kepada Gubernur yang sudah
dilakukan pada 25 Juli 2016.
Proses ini menjadi tolok ukur dukungan serta komitmen
Pemerintah Provinsi dalam memberikan akses pengelolaan hutan
kepada masyarakat seperti diamanatkan oleh Peraturan Menteri
LHK Nomor 89 tahun 2014.
Dalam proses ini banyak pihak yang sudah berkontribusi,
antara lain Dinas Kehutanan Kabupaten dan Provinsi, Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) yang sekarang menciut
menjadi Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan(BPSKL),
serta dukungan lembaga-lembaga seperti Telapak, Greenpeace,
Belantara, Samdhana. Dukungan tersebut sekarang dilanjutkan lebih intensif oleh Bentara Papua hingga momentum workshop Bedah
RPHD ini.
Workshop ini juga bertujuan untuk memastikan fasilitasi terhadap perkembangan Hutan Desa, baik di Kampung Sira maupun
iii
Kampung Manggroholo, bisa bersinergi dengan kebijakan pemerintah daerah khususnya Kabupaten Sorong Selatan.
Anak-anak Kampung Sira dan Manggroholo
Kami mengucapkan terima kasih kepada perwakilan instansi
teknis SKPD Kabupaten yang hadir dan mengapresiasi terselenggaranya workshop ini. Bagaimanapun workshop ini menjadi momentum awal kerja bersama dalam membangun Kampung Manggroholo-Sira.
Kami menyadari bahwa tulisan sebagai laporan dari workshop
dalam buku kecil ini belum mengakomodir semua hal positif yang
muncul. Karena itu, dengan rendah hati, kami memohon kritik serta
masukan yang konstruktif sehingga laporan mendatang menjadi
lebih baik.
Akhir kata, kami berharap laporan singkat ini bermanfaat bagi
kita semua. Selamat membaca.
Hormat Kami
LPHD Kampung Manggroholo dan Sira
iv
Latar Belakang
Manggroholo dan Sira adalah dua Kampung di Distrik Saifi,
Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat, yang sudah memperoleh Surat Keputusan PAK-Hutan Desa pada 18 September 2014
lalu dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
SK PAK-HD Kampung Sira dan lampiran petanya
1
SK PAK-HD Kampung Manggroholo dan lampiran petanya
Sesuai dengan amanat Permenhut Nomor 89 tahun 2014 tentang Hutan Desa yang mewajibkan setiap pemegang perijinan PAK
melakukan permohonan ijin Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) ke
Gubernur, maka dilakukanlah beberapa rangkaian persiapan diantaranya melengkapi persyaratan, termasuk kegiatan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Desa (RPHD) bersama masyarakat dari dua
kampung tersebut melalui sebuah Workshop.
2
Workshop Penyusunan RPHD
Kemudaian diadakan pembahasan Draf Proposal Hak
Pengelolaan Hutan Desa Kampung Manggroholo dan Sira pada 24
Nopember 2015 di Teminabuan yang terselenggara atas kerja sama
Greenpeace, Bentara Papua dan Samdhana. Dalam acara tersebut
Greenpeace menunjuk Eko Darmawan dari lembaga Fauna & Flora
International (FFI) yang berpengalaman memfasilitasi Hutan Desa di
Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat sebagai fasilitator.
Sebagai tindak lanjut dari workshop Penyusunan RPHD maka
dilakukan pengajuan permohonan HPHD ke Gubernur yang
dilakukan pada 25 Juli 2016. Dalam hal ini dilakukan koordinasi yang
3
intensif bersama Herman Remetwa dari Dinas Kehutanan Provinsi
Papua Barat yang mengawal prosesnya.
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Bentara dan LPHD
Selanjutnya, Samdhana dan Bentara Papua menyelenggarakan
fasilitasi peningkatan kapasitas internal serta perwakilan pengurus
LPHD Sira dan Manggroholo di Manokwari pada 18-20 Agustus
2016.
Dari awal Telapak telah melakukan pendampingan terhadap
perijinan maupun fasilitasi teknis di lapangan. Greenpeace,
kemudian Bentara Papua, yang didukung oleh Samdhana ini turut
mengembangkan hal terseubt. Karena itu, perlu dibuat sinergi
antara apa yang telah dilakukan ini dengan pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintahan daerah tingkat kabupaten. Demi
tujuan inilah maka dilakukanlah Workshop Ekspose Progres.
4
Paparan Perkembangan dan Rencana
Kerja Tahun 2017
Pada 7 Oktober 2016 Bentara Papua atas dukungan Samdhana dan kerja sama dengan Greenpeace menyelenggarakan Workshop Bedah RPHD Manggroholo- Sira. Acara tersebut untuk menguraijelaskan semua capaian dan perkembangan termasuk rencana
kerja 2017 dengan mengundang seluruh SKPD teknis dan jajaran
Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan. Harapannya, semua pihak
dapat menjalin sinergi dalam
membangun Kampung
Manggroholo dan Sira dimana
kehidupan masyarakatnya sangat tergantung pada hutan.
Untuk membangun sinergi
antara fasilitasi LPHD dengan
program-program pemerintah
daerah Kabupaten, Samdhana
Eko Darmawan & Yunus Yumte
5
dan Bentara Papua mempercayakan Eko Darmawan sebagai pemandu acara. Eko sudah berpengalaman dalam kerja-kerja kolaborasi di Kabupaten Kapuas Hulu dalam inisiasi dan sperkembangan
program Hutan Desa.
Acara inti dari Workshop ini adalah presentasi dari LPHD yang
memaparkan perubahan yang terjadi sejak skema Hutan Desa
mereka jalani. Alfred, Ketua LPHD Sira menjadi orang pertama yang
menguraikan perjalanan proses perijinan yang mereka lalui yang
difasilitasi oleh beberapa lembaga pendamping. Dalam kesempatan
ini Alfred atas nama masyarakat menyampaikan rasa syukur dan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Setidaknya
ada 15 lembaga yang berkolaborasi dalam proses yang berjalan ini,
termasuk pemerintahan desa dan lembaga adat yang sangat erat
hubungannya dengan komitmen pelestarian alam.
Secara spesifik beliau
berharap kepada Bapak Herman
dari Dinas Kehutanan Provinsi
yang hadir, agar perijinan HPHD
bisa segera dikeluarkan
Gubernur.
Alfred juga memaparkan
kondisi ekologis wilayah Areal
Kerja Hutan Desa, baik
Manggroho maupun Sira, yang
memiliki karakteristik yang
sama. Kondisi ekologis ini
memiliki kaitan erat dengan
Alfred Kladit, Ketua LPHD Sira
konsep pengelolaan dan
pemanfaatan yang akan dikembangkan ke depan. Komposisi hutan
primer dan sebaran rumpun sagu mendominasi areal kerja, meskipun masih harus diidentifikasi lebih rinci lagi. Bentara Papua sudah
6
merencanakan untuk melakukannya dalam waktu dekat ini sebagai
bagian dari fasilitasi yang akan dilakukan.
Upaya pengembangan potensi yang dimiliki kedua Hutan Desa
kemudian dipaparkan selanjutnya oleh Markus, ketua LPHD
Kampung Manggroholo. Markus banyak memaparkan praktekpraktek lokal yang sudah dilakukan sejak lama oleh masyarakat
sebagai upaya pemanfaatan
setiap potensi yang ada di dua
kampung tersebut. Beberapa
diantaranya dilakukan melalui
intervensi program Hutan Desa.
Ternyata hasilnya semakin
meningkat. Setidaknya akan
tumbuh keyakinan bahwa
potensi-potensi yang ada
tersebut akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
kedua Kampung ini jika
Markus Kladit, Ketua LPHD
dimanfaatkan secara maksimal
Manggroholo
Oleh karena itu, Markus berharap ijin HPHD dari Gubernur
dipercepat. Upaya tersebut juga akan dibarengi dengan fasilitasifasilitasi bersama-sama membangun Perhutanan Sosial di Provinsi
Papua Barat, karena potensinya yang luar biasa.
Pengembangan usaha dalam rangka pemanfaatkan sumber
daya alam yang ada ini menjadi lebih konkrit ketika taraf hidup
masyarakat setempat makin meningkat. Dengan demikian, skema
Hutan Desa yang mereka jalani akan memberikan dampak nyata
bagi kehidupan masyarakat.
7
8
Kebijakan dan Dukungan
Skema Perhutanan Sosial
Sahala Simanjuntak, Kepala BPSKL Wilayah Maluku-Papua
Worskhop ini juga dihadiri Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan yang diwakili Kepala Balai Perhutanan Sosial Kemitraan dan Lingkungan wilayah Maluku-Papua, Sahala Simanjuntak.
Ia memaparkan kebijakan serta strategi pencapaian dan fasilitasi
dari Kementerian KLHK bagi masyarakat dalam skema Perhutanan
Sosial di wilayah Maluku dan Papua, termasuk Hutan Desa.
Secara singkat Sahala menjelaskan bahwa untuk wilayah kerja
PSKL Maluku-Papua ini, Hutan Desa Manggroholo dan Sira
merupakan skema perhutanan sosial pertama. Secara institusi
BPSKL sangat berterimakasih kepada lembaga-lembaga pendamping
yang membantu proses sosialisasi sampai masyarakat
9
Manggroholo-Sira berkomitmen untuk masuk dalam skema Hutan
Desa ini.
PROSEDUR PEMBERIAN HPHD Permenhut P. 89/Menhut-II/2014
Sahala berbesar hati ketika mendapat undangan acara
tersebut, apalagi memang komunikasi sudah terbangun dengan baik
selama ini. Ia berharap Dinas Kehutanan Provinsi yang kebetulan
juga hadir untuk bersikap proaktif dalam membantu proses
perijinan HPHD yang sedang berjalan. Sahala sangat mengapresiasi
kerja lembaga-lembaga pendamping Manggroholo-Sira ini. Ia ingin
dapat membantu melakukan inisiasi perhutanan sosial di wilayah
lainnya.
Dalam kerja kolaborasi Sahala
menjelaskan wacana untuk pembentukan
Pokja Percepatan Perhutanan Sosial (PPS)
untuk Provinsi Papuas Barat. Fasilitasi
dari Kementerian LHK juga disampaikan
oleh Leny, salah satu staf BPSKL, terkait
dengan strategi pengembangan usaha
HHBK sampai upaya membangun pasarnya. Leny juga menyampaikan bahwa
akan ada beberapa paket pelatihan bagi
masyarakat dalam skema Hutan Desa
10
Leny dari BPSKL Wilayah
Maluku-Papua
untuk meningkatkan kemampuan baik teknis maupun manajemen.
Menurutnya, masyarakat juga sangat dimungkinkan untuk
memperoleh bantuan peralatan operasional dalam upaya
pengembangan usaha. Syaratnya hanya informasi data terkait
potensi serta kelembagaan. Persyaratan itu harus dilengkapi dengan
legalitas berupa Surat Keputusan Kepala Desa atau yang sudah
berbadan hukum seperti Koperasi. Leny juga menjelaskan bahwa
setiap tahun akan ada ajang promosi produk hasil skema-skema
Perhutanan Sosial yang dikemas dalam acara besar yang lebih
dikenal dengan Pekan Perhutanan Sosial Nusantara atau disingkat
dengan PESONA.
Herman Remetwa Kepala Bidang Pengelolaan
Hutan pada Dinas Kehutanan
Pemateri lain dalam acara ini
adalah Herman Remetwa dari
Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat. Beliau tidak asing
lagi bagi LSM-LSM pendamping Hutan Desa Sira dan
Manggroholo. Bahkan dalam
proses perijinan HPHD ke Gubernur, Herman sangat proaktif dalam mengawal dan berkoordinasi dengan pihak Kementerian LHK di Jakarta.
Dalam kesempatan ini,
Herman mengapresiasi kerja-kerja kolaborasi LSM termasuk pengalaman dari
Kalimantan yang disampaikan oleh Eko Darmawan sebagai fasilitator dalam
workshop ini.
Herman sangat yakin dengan paradigma yang baru dalam
pengembangan Perhutanan Sosial yang diusung Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan menjadi arah pembangunan
11
masyarakat ke depan. Apalagi skema-skema Perhutanan Sosial ini
dimaksudkan untuk peningkatan Kesejahteraan Masyarakat.
Tujuan Workshop sendiri adalah untuk membangun sinergi
dengan program-program di kabupaten. Menurut Herman upaya ini
sangat penting dan merupakan langkah yang tepat untuk segera
diinisiasi. Hal ini juga sesuai dengan visi dan misi Provinsi Papua Barat.
Luas Kawasan Hutan di Provinsi Papua Barat
Terkait dengan implementasi UU No. 23 /2014 salah satunya
menarik urusan dan kewenangan bidang Kehutanan dari Kabupaten
ke Provinsi. Dalam hal in, Herman sebagai perwakilan pemerintah
daerah provinsi juga sekaligus mewakili pemerintahan kabupaten
memohon maaf karena tidak dapa memberi kehadiran maksimal
dalam workshop penting tersebut.
Herman menambahkan bahwa kehadiran perwakilan UKMPerindagkop, Dinas Pertanian serta perwakilan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kampung (BPMPK) bisa berkontribusi dalam sesi diskusi. Merekalah yang banyak mengetahui kondisi sosial, ekonomi, dan politik di wilayah Kabupaten Sorong Selatan ini.
12
HPK
17%
HP
25%
KSA/KPA
19%
HL
19%
HPT
20%
Komposisi Luas Kawasan Hutan
di Provinsi Papua Barat
Herman mengingatkan bahwa SK-PAK yang sudah diterima
dan kemudian SK-HPHD ditandatangani oleh Gubernur bukanlah
sebuah akhir dari perjalanan dan perjuangan dalam skema Hutan
Desa ini. Justru hal tersebut merupakan langkah awal dalam
fasilitasi pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Karena itu, kerja-kerja kolaborasi dan sinergi menjadi
hal yang mutlak harus dilakukan. Apalagi, realitanya secara teknis
dan administrasi semuanya saling terkait.
Herman menyampaikan kembali melalui data-data status
kawasan, dimana 9,7 dari 14,2 juta hektar luas Provinsi Papua Barat
adalah kawasan Hutan. Secara spasial wilayah Provinsi Papua Barat
sudah dipaduserasikan oleh pihak KLHK melalui Peta Indikatif Areal
Perhutanan Sosial (PIAPS). Melalui koordinasi dengan BPSKL, akan
dilakukan Sosialisasi Program Perhutanan Sosial di Provinsi dalam
waktu dekat. Hal ini jelas memerlukan sinergi tak hanya di tataran
teknis di Kabupaten, tetapi juga di tataran kebijakan di tingkat
Provinsi.
Selanjutnya, Herman juga menyampaikan bahwa
pengembangan Hutan Desa Manggroholo-Sira merupakan
kebanggaan Provinsi Papua Barat. Bahkan dari pembicaraan antara
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi dan Gubernur, sudah ada wacana
menjadikan dua Hutan Desa ini sebagai percontohan skema
Perhutanan Sosial di Papua Barat.
Herman melanjutkan bahwa proses HPHD sekarang masih berada di tangan Biro Hukum dalam telaahan Draf SK-HPHD. Dalam
13
hal ini, contoh SK-HPHD dari Kalimantan Barat sangat membantu
proses ini
Areal Kerja Hutan Desa Sira & Manggroholo
Herman menjanjikan bahwa pada Oktober atau awal Nopember ada
seremonial penyerahan SK-HPHD. Jika memungkinkan SK-HPHD
akan langsung diserahkan oleh Gubernur. Penjelasan Herman ini
mendapat sambutan positif dan penuh suka-cita oleh peserta
workshop.
14
Prospek Sinergisitas
Sesuai dengan alur yang direncanakan, acara dilanjutkan dengan
pemaparan dari lembaga pendamping terkait kemajuan dan rencana kerja tahun 2017.
Yanuarius (Yanu) dari Bentara Papua dipercaya untuk
menjelaskan bahwa atas
dukungan Samdhana setahun terakhir pendampingan di SiraManggroholo mengalami
perkembangan pesat. Hal
ini tak lepas pula dari kerja
sama dengan Greenpeace
yang memang sudah ada
lebih dahulu serta sudah
memahami konstelasi politis di Kabupaten Papua Barat.
Presentasi Fasilitasi Bentara Papua
oleh Yanuarius Anouw
Yanu pada kesempatan ini juga mengapresiasi serta
mengucapkan terima kasih pada lembaga-lembaga yang berhasil
melakukan pemetaan partisipatif, yaitu Telapak dan Belantara, yang
juga didukung oleh Greenpeace dan Samdhana. Pendampingan juga
di-lakukan untuk kegiatan yang berorientasi pada peningkatan
kapasitas, seperti training Manajemen Koperasi sampai mengawal
pembentukan dan legalitas SK-Bupati.
Gambar Sketsa Tata Guna Lahan di Sira dan Manggroholo di
bawah ini merupakan perkembangan penting dalam kegiatan
fasilitasi yang akan dilakukan, termasuk pendokumentasian sejarah
perkembangan kedua kampung ini.
15
Sketsa Tata Guna Lahan di Sira dan Manggroholo
Identifikasi sumber daya alam sudah dilakukan melalui Survey
Potensi HHBK oleh Bentara bekerjasama dengan Universitas Papua.
Hasilnya masih harus terus dimutakhirkan, termasuk hasil Riset Genealogi oleh Greenpeace. Untuk tertib administrasi juga pernah dilakukan Training Kepemimpinan, Penyusunan Peraturan Kampung,
Lokakarya Tata Kelola Hutan Desa, termasuk fasilitasi pengajuan
perijinan HPHD melalui workshop Penyusunan RPHD sebagaimana
dijelaskan sebelumnya. Melalui Koperasi yang sudah dibentuk, sekitar 800 kilogram hasil damar berkualitas bagus dapat dikumpulkan.
Sementara proyeksi panen dari sekitar 5.300 pohon yang menyebar
di areal kerja dua Hutan Desa ini bisa mencapai 10 ton setiap tahunnya.
16
Sekretariat Koperasi Knamandiri
Pada akhir sesi ini dilakukan penyerahan sampel damar yang
berkualitas secara simbolis dari Ketua LPHD Manggroholo kepada
Sahala Simanjuntak, Kepala BPSKL wilayah Ambon-Papua.
Penyerahan sampel Damar oleh LPHD kepada BPSKL
Akhir 2016 dan 2017 beberapa agenda sudah direncanakan
antara lain, Workshop Ekspos Progress. Tujuannya untuk membangun sinergi dengan Pemerintah di Kabupaten. Selain itu, bersama
Disperindagkop akan kembali dilakukan penguatan kapasitas pen17
gurus Koperasi, termasuk pengembangan/diversifikasi produk penganan dari bahan dasar sagu bagi ibu-ibu rumah tangga. Selain itu,
bersama Dinas Pertanian dan Perkebunan terbuka peluang untuk
membangun agroindustri melalui pengembangan komoditi tanaman semusim dan pasar yang bagus. Bersama BPMPK, Bentara Papua akan bekerjasama dalam penetapan dan penegasan batas administrasi kampung, sesuai dengan amanat Permendagri Nomor 45
tahun 2016.
Sementara itu, Dinas Pariwisata dapat membantu mengemas
keindahan alam serta budaya masyarakat lokal, termasuk peninggalan jaman Belanda. Kekayaan Papua ini diharapkan akan menjadi
daya Tarik bagi pengunjung atau tamu dari luar yang ingin melihat
praktik skema Hutan Desa di Manggroholo dan Sira sebagai percontohan skema Hutan Desa di tanah Papua Barat.
18
Potensi Wisata minat khusus
Sesi ini memancing diskusi dan tanggapan dari peserta. Tanggapan pertama berasal dari Greenpeace yang disampaikan oleh
Charles. Pada pokoknya, Charles sangat senang dengan perkembangan fasilitasi Hutan Desa Manggroholo-Sira, dan berterimakasih kepada Samdhana yang berkomitmen melanjutkan dukungannya.
Lebih lanjut Charles juga mengungkapkan bahwa sinergi
dengan pihak Kabupaten sebetulnya sudah dimulai sejak
awal, khususnya ketika Dinas
Kehutanan melakukan inisiasi
dan pengusulan Hutan Desa
terhadap dua kampung tersebu. Mereka banyak membantu
termasuk Bupati dan Wakil Bupati pada waktu itu (yang sekarang jadi Bupati). Menurut
Charles Tawaru, Greepeace Indonesia
Charles, jika sekarang dibangun
sinergi dengan SKPD teknis dan administrasi lainnya di Kabupaten
Sorong Selatan, ini sudah pasti menjadi hal yang sangat baik sekali.
Di akhir komentarnya Charles beharap masih bisa
berkontribusi untuk bersama-sama melakukan fasilitasi terhadap
dua Hutan Desa ini, apalagi akan dijadikan percontohan. Untuk itu,
semuah pihak harus betul-betul melihat instrumen Permenhut Nomor 89 tahun 2014.
Selanjutnya, Yunus Yumte dari Samdhana menanggapi positif
atas terselenggaranya workshop ini. Ia berterima kasih pada fasilitator yang membuat alur serta memandu agenda ini dengan baik dan
dinamis.
19
Ia juga mengapresiasi Sahala dari BPSKL serta ucapan
selamat datang di bumi betuah
Teminabuan. Ia berharap semoga kolaborasi ini semakin nyata
ke depan.
Yunus juga mengucapkan
terima kasih kepada Herman
dari Dinas Kehutanan Provinsi,
sekaligus Pemerintahan daerah
Kabupaten Sorong Selatan,
karena sudah banyak
Yunus Yumte, The Samdhana Institute
membantu. Harapannya HPHD
segera ditandatangani oleh Gubernur Papua Barat. Yunus dengan
tegas menyampaikan bahwa Samdhana tetap berkomitmen untuk
mendukung inisiatif-inisiatif sejenis di tanah Papua. Menurutnya,
Samdhana bekerja di 6 wilayah Papua Barat dan Papua yang
semuanya berkutat pada isu Perhutanan Sosial dan Masyarakat
Adat.
Tanggapan berikutnya berasal dari Robi, Dinas Perindustrian
Perda-gangan dan Koperasi. Menurutnya, pihaknya justru sudah
memberi peluang untuk bersama-sama memasilitasi kegiatan
bersama dengan Bentara atau pihak manapun yang ingin
membangun Papua Barat.
Robi juga menyatakan bahwa sekarang mereka sedang
melakukan fasilitasi yang dipusatkan di Distrik, antara lain melalui
20
pelatihan Usaha Kecil dan
Menengah bagi ibu-ibu, serta
bimbingan kelembagaan dan
perijinan seperti Koperasi. Mereka
juga membangun Industri mini serta
memberikan alat-alat sederhana
dalam proses pengolahan sagu.Robi
merasa sangat terbantu dengan apa
yang dilakukan Bentara. Pihaknya
sangat menyadari keterbatasan
kemampuan sumber daya manusia
Robi, Disperindagkop
serta pembiayaan di Pemerintah
Daerah jika dibandingkan dengan luas wilayah. Maka kolaborasi
seperti ini akan sangat efektif dalam melakukan pendampingan.
Sementara itu, Alfius dari Dinas Pertanian dan Perkebunan
menanggai program agroindustri dengan antusias. Menurut Alfius,
mereka pernah mengalokasikan bantuan
bibit tanaman perkebunan di dua
kampung ini. Sayangnya, kekurangan
sumber daya manusia dan anggaran
membuat bantuan-bantuan tersebut
kurang termutakhirkan
perkembangannya. Karena itu, Dinas Pertanian dan Perkebunan akan mensinergikan kegiatannya terutama untuk tahun
anggaran 2017. Dinas ini juga memiliki
Alfius dari Dinas Pertanian dan
paket-paket pelatihan bagi masyarakat
Perkebunan
yang pelaksanaannya bisa dikawal
bersama. Selain itu, Dinas Pertanian juga menawarkan ruang rapat
di kantor Dinas yang bisa digunakan untuk diskusi berkala. Alfius
21
berharap para mitra dari LSM juga dapat membantu daerah lain
selain di Manggroholo dan Sira.
Menanggapi hal ini, Sahala Simanjuntak secara spontan
menawarkan mesin pengolahan sagu. Sahala juga menanyakan
tentang spesifikasi alat pengolahan sagu yang sederhana dan sudah
terbiasa dioperasikan oleh masyarakat. Untuk semakin memantapkan rencana tersebut, Leny menekankan pentingnya kelengkapan data potensi yang dikemas dalam bentuk proposal oleh LPHD
Manggroholo dan Sira. Menanggapi tawaran-tawaran tersebut,
Bentara berniat untuk memberikan pendampingan kepada LPHD
dalam menyusun proposal.
Pengolahan sagu secara tradisional
Sementara itu, BPMPK memiliki peranan penting dalam
membangun peluang sinergi terkait dengan peningkatan kapasitas
masyarakat dalam penyusunan Peraturan Kampung serta fasilitasi
penetapan dan penegasan batas administrasi kampung.
Namun demikian, penyelesaian batas administrasi kampung
tidak hanya melibatkan BPMPK, tetapi juga harus melibatkan unsurunsur adat. Inilah yang disampaikan Arkilaus Kladit yang mewakili
Dewan Adat Knasaimos. Pemetaan partisipatif yang selama ini dilakukan senantiasa melibatkan pihak adat. Bagaimanapun, urusan
terkait wilayah administrasi dan areal kerja harus sepengetahuan
22
adat. Untunglah, Hutan Desa
Kampung Manggroholo dan Sira
sudah mengikuti aturan tersebut.
Di lain pihak, Eko Darmawan, sebagaimana pengalamannya di Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat, menegaskan bahwa fasilitasi Penetapan dan Penegasan
Desa sebetulnya sudah menjadi
amanat Permendagri No. 45/
2016 dan UU No. 6/2014 tentang
Desa.
Arkilaus Kladit, Dewan Adat Knasaimos
Contoh Peta Batas Administrasi Desa di Kapuas Hulu
Menurutnya, setiap unit pemerintahan seharusnya memiliki
Peta Batas Wilayah, Peta Tata Guna Lahan, yang berkorelasi dengan
Peta Rencana Tata Ruang, Peta Pemukiman, serta Peta Status Kawasan dari Kementerian LHK. Tujuannya untuk membantu kinerja
23
BPN (Badan Pertanahan Nasional) dalam melayani masyarakat
membuat sertifikasi hak milik atas tanah.
Dari penjelasan ini, Herman mendorong kebijakan di level
provinsi agar setiap kabupaten merealisasikan amanat Permendagri
No. 45/ 2016 tersebut.
24
Download