9 BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Pengertian

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar Siswa
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau perbuat. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung,
tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan.
Menurut Sabri (2010: 50) motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi
pendorong tingkah laku yang menuntut/mendorong orang untuk memenuhi
suatu kebutuhan. Menurut Sardiman (2010: 75) motivasi dapat juga dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Kemudian
Sardiman
menjabarkan
motivasi
belajar
adalah
merupakan factor psikis yang bersifat non intelektual. Motivasi adalah tenaga
penggerak yang menimbulkan upaya untuk melakukan sesuatu. Dan Juhri
mengemukakan bahwa motivasi dibagi menjadi 2 macam yaitu motivasi
intrinsik dan ekstrinsik. Kemudian menurut Djamarah (2011: 152) menyatakan
bahwa motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar
seseorang, tidak ada seseorang pun yang belajar tanpa motivasi.
9
10
Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip
motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus
diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Menurut pendapat Djamarah
(2011: 152-155) ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam
uraian berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar.
Motivasi intrinsik lebih utama dari motivasi ekstrinsik dalam belajar.
Motivasi berapa pujian lebih baik daripada hukuman.
Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar.
Motivasi dapat memupuk optimism dalam belajar.
Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
Selain
definisi
motivasi
belajar
memiliki
prinsip-prinsip
sebagaimana yang disebutkan di atas, motivasi dapat juga dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka
akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi adalah
tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
2.
Jenis-jenis Motivasi
Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian motivasi di atas,
motivasi memiliki macam-macam karakteristik jenis menurut Sudjana (2010:
11
50) motivasi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu “motivasi intrinsik dan
ekstrinsik”. Selanjutnya secara singkat dijelaskan sebagai berikut:
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang
memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka ia secara sadar akan
melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar
sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam
belajar. Keinginan ini dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif bahwa
semua pelajaran akan berguna dimasa mendatang, dan motivasi ini muncul
karena ia membutuhkan sesuatu dari yang dipelajarinya. Adapun mengenai
ciri-ciri seorang siswa yang mempunyai motivasi belajar menurut Sardiman
(2010: 75) antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Tekun menghadapi tugas dalam waktu yang lama dan tidak pernah
berhenti sebelum selesai.
Ulet dalam menghadapai kesulitan dan tidak muda putus asa.
Menunjukkan minat pada suatu masalah yang berhubungan dengan
bidang studi.
Lebih senang bekerja sendiri.
Senang mencari dan memecahkan masalah dalam belajar.
Apabila seseorang telah memiliki motivasi Intrinsik dalam dirinya,
maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik ini sangat
12
diperlukan terutama belajar sendiri. Keinginan itu dilatar belakangi oleh
pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang
akan dibutuhkan dan sanagt berguna dimasa kini dan mendatang.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi yang dating dari luar diri seseorang, timbul karena adanya
stimulus (rangsangan) dari luar dirinya atau lingkungannya. Dari gambaran
tersebut kita mengetahui bahwa dalam motivasi ekstrinsik itu individi
membutuhkan dorongan dan rangsanag dari luar, khususnya dari apa yang ada
disekitarnya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak di perlukan
dan tidak daik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik di perlukan agar siswa
mau belajar. Guru harus bisa membangkitkan motivasi siswa dengan
memanfaatkan motivasi ekstinstik dalam berbagai macam bentuknya.
Akibatnya motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong,
tetapi menjadikan siswa malas belajar. Kemudian menurut pendapat Hamalik
(2011: 162) juga menjelaskan bahwa “Motivasi intrinsik adalah motivasi yang
tercakup didalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan
murid, motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi entrinsik
adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar.
Dengan
mengembangkan
mengoptimalkan
aktivitas
dan
motivasi
inisiatif
siswa
entrisik,
pelajar
dapat
dalam
belajar,
dapat
mengarahkan dan memelihara ketekunan siswa dalam melakukan kegiatan
belajar. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-
13
kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam
menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik.
Sebab mungkin maksudnya memeberikan motivasi tetapi justru tidak
menguntungkan perkembangan belajar siswa.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Proses pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh motivasi belajar
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, motivasi belajar yang tinggi pada
sasarannya memiliki peranan terhadap hasil belajar yang efektif, dimana menurut
Brata (2007: 137) mengklasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar antara lain:
a) Faktor dari luar individu, yaitu:
1) Faktor sosial
faktor manusia pada umumnya faktor ini bersifat mengganggu proses
belajar dan prestasi belajar, sehingga tidak dapat konsentrasi terhadap
materi yang dipelajar.
2) Faktor nonsosial
faktor-faktor yang meliputi keadaan, misalnya udara, cuaca, suhu udara,
waktu, alat-alat belajar dan lain-lain.
b) Faktor yang berasal dari dalam diri individu
1) keadaan jasmani dan umumnya dapat melatar belakangi aktivitas belajar.
2) keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi indera.
14
Dari uraian teoritis sebagaimana tersebut di atas, banyak faktor
yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, yang mana faktor-faktor tersebut
dapat berasal dari individu maupun berasal dari luar individu itu sendiri. Oleh
karena itu faktor tersebut harus diatur supaya proses belajar tersebut dapat
berjalan dengan baik sehingga motivasi belajar tetap dapat terus terjaga.
4. Strategi Motivasi
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, dimana strategi tersebut memiliki
tujuan positif terhadap pengembangan motivasi belajar, adapun strategi
motivasi belajar yang dimaksud menurut Fathurrohman (2010: 20-21) adalah
sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang
guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan
dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula
motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu,
siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar
siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi
yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan denganharapan agar siswa
tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta
didik.
15
7. Membentuk kebiasaan yang baik.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok.
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktifitas belajar
siswa. Tidak ada siswa yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti
tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka
diperlukan adanya pemilihan strategi dalam menumbuhkan motivasi belajar
siswa.
5. Indikator Motivasi Belajar
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukung. Schunk
and Zimmerman (2009: 1) berpendapat: “Among source of motivation the are:
interests, self-efficacy, volition, task values, confidence in learning, outcome
expectancy and future time perspective”.
Pendapat di atas menjelaskan motivasi dapat dilihat dari: minat,
kemandirian, kemauan, nilai ulangan, kepercayaan diri dalam belajar, orientasi
pada hasil, dan pandangan terhadap masa depan. begitu pula menurut Uno
(2006: 23) mengklasifikasikan indikator motivasi belajar sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
Adanya penghargaan dalam belajar.
Adanya kegiataan yang menarik dalam belajar.
Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seorang siswa dapat belajar dengan baik.
16
Dengan guru memperhatikan dan menggunakan indikator-indikator
tersebut, maka akan mendukung berjalannya proses pembelajaran yang sesuai
dengan harapan. Selain itu guru dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam
diri siswa sehingga mereka dapat melakukan perubahan tingkah laku menjadi
lebih baik.
B. Kompetensi Pedagogik
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Guru adalah profesi mulia, dia memegang peranan signifikan
dalam melahirkan satu generasi yang menentukan perjalanan manusia.
Profesionalitas guru menjadi sebuah keharusan sejarah. Tanpa adanya
profesionalitas, guru terancam tidak mampu mencapai tujuan mulia yang
diembannya dalam menciptakan perubahan masa depan. Menurut Jamal
(2009: 37) “kompetensi menjadi syarat mutlak menuju profesionalitas di atas
dimana kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku
seseorang”.
Menurut pendapat Lefrancois (2009: 37) “kompetensi merupakan
kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar”.
Selanjutnya menurut pendapat Jamal (2009: 38) menyebutkan bahwa
“Kompetensi dikategorikan mulai dari tingkat sederhana atau dasar hingga
lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan
proses penyusunan bahan”, seperti berikut:
1) Penguasaan minimal kompetensi dasar.
17
2) Praktik kompetensi dasar.
3) Penambahan, penyempurnaan, atau pengembangan terhadap kompetensi
atau ketrampilan.
Kompetensi merujuk pada hasil kerja (out put), individu maupun
kelompok sebagaimana dikatakan oleh Musfah (2011: 28). Kemudian
Rasyidin (2014: 1) mengatakan “pedagogik sebagai ilmu pengetahuan ialah
ilmu yang mendidik atau ilmu pendidikan tentang anak atau mengenai
pendidikan anak dan manusia muda”. Dalam hal ini tugas guru yang utama
ialah mengajar dan mendidik murid dikelas dan di luar kelas. Guru selalu
berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan , keterampilan, dan
sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan.
Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran
yang dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogik. Guru harus
belajar secara maksimal untuk menguasai kompetensi pedagogik ini secara
teori dan praktik, dari sinilah, perubahan dan kemajuan akan terjadi dengan
pesat dan produktif. Menurut Jamal (2009: 59) bahwa: Kompetensi pedagogik
dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Sedangkan menurut badan standar nasional
pendidikan (dalam Musfah, 2006: 30-31), yang dimaksud dengan kompetensi
18
pedagogik adalah: Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang
meliputi:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
Pemahaman tentang peserta didik.
Pengembangan kurikulum/silabus.
Perancangan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Evaluasi hasil belajar.
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikiknya.
Lebih lanjut Supardi (2013:105) menjelaskan bahwa kompetensi
pedagogik adalah kemampuan pemahaman guru terhadap peserta didik,
perencanaan, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Sedangkan Kompetensi pedagogik guru mata pelajaran terdiri atas 37
buah kompetensi yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti menurut
Permendiknas Nomor 17 tahun 2007 (dalam Jamal 2009: 65), seperti disajikan
berikut ini:
a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
social, cultural, emosional, dan intelektual.
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c) Mengembangkan kurikulum yang diampu terkait dengan mata
pelajaran.
d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
j) Melakukan tindakan reflektif untukpeningkatan kualitas pembelajaran.
19
Kesepuluh kompetensi di atas diharapkan dimiliki guru secara
maksimal agar proses belajar mengajar akan lebih efektif sehingga
menghasilkan peserta didik yang kompeten. Jika guru menguasai dan
melaksanakan kesepuluh kompetensi tersebut dalam proses pembelajaran,
baik di dalam maupun di luar sekolah maka guru itu diharapkan dapat menjadi
guru yang efektif. Guru yang mampu melaksanakan tugas profesionalnya
dengan baik.
2. Aspek Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi
yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi
Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan
profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran peserta didiknya.
Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya
belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan
(pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh
bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang
bersangkutan.
Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7
(tujuh) aspek yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik menurut
Jamal (2009: 60). Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik,
yaitu:
20
a) Menguasai karakteristik peserta didik. Guru mampu mencatat dan
menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk
membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek
fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial
budaya.
b) Menguasasi teori belajar dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik.
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar
kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk
belajar.
c) Pengembangan kurikulum. Guru mampu menyusun silabus sesuai
dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai
dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih,
menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
d) Kegiatan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menyusun dan
melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap.
Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan
berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi
informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran.
e) Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu menganalisis
potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi
pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran
yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik,
kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta
didik mengaktualisasikan potensi mereka.
f) Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi secara
efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias
dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan
relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik.
g) Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian
proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan
evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan
informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program
remedial dan pengayaan.
Dari ketujuh aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi di
atas, jika ditelaah secara mendalam mencakup empat bidang kompetensi yang
pokok bagi seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Keempat jenis kompetensi
21
tersebut harus sepenuhnya dikuasai oleh guru. Kesadaran akan kompetensi juga
menuntut tanggungjawab yang berat bagi para guru itu sendiri. Mereka harus
berani menghadapi tantangan dalam tugas maupun lingkungannya, yang akan
mempengaruhi perkembangan pribadinya, berarti mereka juga harus berani
berubah dan menyempurnakan diri sesuai dengan tuntutan zaman.
3. Karakteristik Kompetensi Pedagogik
Dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang guru
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi 10
Indikator sebagaimana dikemukakan Jamal (2009: 73) yakni sebagai berikut:
a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
cultural, emosional, dan intelektual.
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajran yang
mendidik.
c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran.
d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
e) Memanfatkan teknologi informasi dan komunikasi.
f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun.
h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi.
j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
Dari uraian teoritis sebagaimana disebutkan di atas, kesepuluh
indikator yang mengharuskan melekat pada diri seorang guru merupakan
cerminan kualitas seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Apabila seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran mampu untuk
memenuhi keseluruhan indikator kompetensi pedagogik makan dapat
dikatakan merupakan seorang guru yang baik dalam mengelola pembelajaran.
22
Namun semuanya itu tidak dapat menjamin pendidikan yang baik jika guru
tidak dapat mengajar dengan baik. Dengan demikian, guru merupakan kunci
sukses keberhasilan dari pendidikan yang baik. Guru yang kompeten dapat
menjalankan kurikulum meskipun kekurangan sumber maupun alat bantu
dengan cara mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut.
C. Kreativitas Kerja Guru
1. Pengertian Kreativitas
Guru
merupakan
ujung
tombak
berlangsungnya
proses
pembelajaran, sehingga memiliki peran dan fungsi yang penting. menurut
pendapat Agung (2013: 68) pentingnya belajar mendominasi proses
transformasi ilmu pengetahuan dan nilai- nilai pendidikan lainnya kepada
peserta didik. Dengan kata lain, kreativitas guru tersebut, akan menjadi taruhan
profesinya dalam mendukung upaya peningkatan layanan pendidikan, dan
meningkatkan kualitas lulusan pendidikan.
Kreativitas lahir seiring dengan keberadaan manusia dan merupakan
ciri khas manusia. Kreativitas merupakan bidang kajian yang kompleks dan
memiliki dimensi yang sangat luas, yang bisa menimbulkan berbagai perbedaan
pandangan. Kajian pustaka berikut ini menguraikan tentang pengertian
kreativitas dan gambaran guru yang kreatif. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata “Kreatif” diartikan memiliki daya cipta atau memiliki
kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan “Kreativitas” diartikan kemampuan
untuk mencipta atau daya cipta Depdiknas (2005: 599). Dalam bahasa Inggris
“creativity” berarti daya cipta. Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk
23
mencipta atau daya cipta. Kreativitas atau daya cipta adalah kemampuan
manusia untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, yakni:
a) Sensitivitas atau kepekaan terhadap masalah, yaitu kemampuan
melihat segala sesuatu, memperhatikan masalah atau bidang kebutuhan
dan menyadari keadaan yang menjanjikan serta kemampuan
mengadakan pengamatan secara rinci.
b) Kelancaran, yaitu kemampuan menghasilkan banyak gagasan dan siap
menerima perubahan-perubahan serta kegagalan.
c) Originalitas dan kebaruan, yaitu kemampuan mencetuskan gagasan asli
atau pemikiran sendiri yang berbeda maupun modifikasi dari yang
sudah ada.
d) Keluwesan, yaitu kemampuan menggunakan berbagai kemungkinan
pendekatan dan mudah menyesuaikan terhadap kemungkinan
perubahan.
e) Penyusunan dan pengembangan,yaitu melakukan hal-hal secara detail
dan mengurai lebih rinci serta menggabungkan atau membentuk suatu
perwujudan menyeluruh.
f) Pendefinisian ulang, yaitu merumuskan batasan-batasan dengan
melihat kembali cara yang tidak lazim. Kreativitas adalah kegiatan
yang mendatangkan hasil yang bersifat : 1) pembaruan seperti inovasi,
belum ada sebelumnya, penyegaran aneh dan menarik; 2) berguna
(useful), yaitu lebih berguna, lebih mudah, praktis, memecahkan
masalah, memperlancar, mengurangi hambatan dan mendatangkan
hasil lebih banyak; 3) dapat dimegerti (understandable) yaitu dari hasil
tersebut dapat dimengerti dan dapat dibuat atau diulang sama dalam
waktu lain.
Kreativitas telah menggerakkan manusia sejak dia mungkin
mengadakan pemecahan masalah dengan kecerdasan. Semula kreativitas ini
berkristalisasi menjadi adat istiadat dan tradisi tapi kemudian setiap kali akan
terjadi perombakan struktur-struktur baku oleh kretivitas manusia pula. Bila
dengan pemecahan itu terjadi restrukturasi, yaitu hal-hal yang telah membaku
dapat didobrak dan diatasi dapat dikatakan terjadi penyelelasaian kreatif.
Kreativitas pada dasarnya adalah kemampuan mengadakan restrukturisasi.
Kreativitas lebih sesuai dikatakan sebagai kepekaan baru terhadap masalah.
24
Beberapa definisi tentang kreativitas, pada intinya ada persamaan
yaitu menjelaskan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru atau berbeda, baik berupa gagasan maupun karya
nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada,
yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreatifitas Kerja Guru
Individu kreatif harus memenuhi kondisi antara lain memiliki
peluang, dalam arti bebas dari kecemasan dan kekhawatiran yang
memungkinkan suatu reorientasi kreatif, dan mengatasi suatu “wishful
seeing” atau “selective in attention”. Kreativitas hanya dapat tampil dalam
peluang kebebasan yang bertanggung jawab, ditunjang keberanian untuk
merubah struktur baku.
Faktor bakat, disiplin pribadi dan lingkungan (alam dan fisik,
sosial dan budaya) secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mempunyai
pengaruh yang besar terhadap berkembangnya kreativitas. Dalam penelitian
yang dilakukan para psikolog Alindon (2007: 59) “setiap orang dilahirkan
kreatif, tetapi daya kreatif ini agak menghilang dalam proses pendewasaan”.
Kreativitas terkait erat dengan inovasi, melalui kreativitas akan
dihasilkan sesuatu yang baru (inovatif). Meskipun tidak selalu kreativitas
menghasilkan karya inovatif. Rohidi (2005: 126) menyatakan bahwa dalam
“pengertian kreativitas tercakup adanya rasa percaya diri dan sikap serta perilaku
inovatif. Inovasi merupakan bagian penting dari sebuah kreativitas, sehingga
gambaran tentang inovasi juga akan banyak memberi gambaran kreativitas”.
Kemudian Stanley dan Zandan (2005:404-405) mengungkapkan adanya pengaruh
yang kuat dari lingkungan organisasi dan pola manajerial dalam mendorong
inovasi, meskipun belum menunjukkan secara menyeluruh tentang faktor yang
25
mempengaruhi kreativitas namun setidaknya memberikan gambaran, karena bagian
utama dari kreativitas adalah inovasi (kebaruan).
3. Karakteristik Guru Kreatif
Orang yang kreatif ialah individu yang menggunakan daya
imajinasinya untuk memecahkan persoalan sehari-hari. Kreativitas tidak hanya
tercermin dari produk atau ciptaan baru, akan tetapi juga dalam sikap atau gaya
hidup. Dalam ilmu pengetahuan, kreativitas memegang peranan khusunya pada
saat penting terjadinya penemuan dalam ilmu. Noerhadi (2005: 22) mengutip
pendapat Rollo May menjelaskan bahwa kreativitas memerlukan keberanian yang
disebut olehnya “the courage to create”. Keberanian kreatif yaitu keberanian
untuk menemukan tatanan atau bentuk-bentuk baru, lambang-lambang baru, serta
polapola baru bagi suatu masyarakat (termasuk siswa).
Adanya creative vision inilah yang menimbulkan kegembiraan dan
kebahagiaan pada seseorang dalam berkreasi. Kepuasan ini menumbuhkan
motivasi tersendiri. Kepuasan dalam berkreasi ini memungkinkan banyaknya
penemuan baru diberbagai bidang. Kriteria tentang kreativitas menurut
Supriadi (2006: 12-14) menyangkut tiga dimensi yaitu proses, person dan
produk kreatif. Proses kreatif identik dengan berfikir Janusian, yaitu berfikir
divergen yang berusaha melihat sesuatu dari berbagai dimensi secara beragam
bahkan bertentangan dan menjadi pemikiran baru. Namun kriteria ini jarang
dipakai karena kurang menyentuh persoalan inti yaitu produk kreatif.
Dimensi person identik dengan apa yang oleh (Guilford,1950)
disebut sebagai kepribadian kreatif. Keberatan atas dimensi ini jikadijadikan
kriteria
26
satu-satunya untuk menilai kreativitas oleh beberapa ahli disebabkan juga
karena belum benar-benar menyentuh esensi kreativitas yaitu melahirkan
sesuatu yang baru. Dimensi produk menunjukkan hasil perbuatan baik berupa
karya nyata maupun gagasan.
Dimensi
ini
dipandang
yang
paling
eksplisit
yang
bisa
menunjukkan fakta tentang telah dihasilkannya sesuatu yang baru dan disebut
sebagai kriteria puncak. Sebagaimana Mulyono (2010: 53) menyarikan
pendapat Hilgard & Atkinson tentang karakteristik orang-orang yang kreatif
sebagai berikut:
a) Bebas dalam berfikir dan bertindak. Tidak menyukai kegiatan kegiatan
kelompok yang menuntut konformitas dan tidak mudah dipenngaruhi
desakandesakan sosial bila mereka telah yakin bahwa pendapatnya
sendiri telah benar.
b) Kecenderungan untuk kurang dogmatis dan lebih relativistik dalam
pandangan hidupnya dibandingkan dengan orang-orang yang dinilai
tidak kreatif.
c) Berkemauan untuk mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak
berdasarkan akal (irrational).
d) Menyukai hal-hal yang rumit dan baru.
e) Menghargai humor dan memiliki “a good sense of humor”.
f) Menekankan pentingnya nilai-nilai teoritis dan estetik.
Dari uraian tersebut tampak bahwa karakteristik orang kreatif
cenderung bebas dan tidak ingin terkurung dalam aturan-aturan yang baku., maka
sifat-sifat berikut ini muncul sebagai faktor-faktor yang penting dalam
perencanaan dan kemampuan yang dipandang sebagai karakteristik orang kreatif :
1) Fluency, kelancaran, kesigapan, kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan, 2) Fleksibilitas, kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam
pendekatan dalam mengatasi persoalan, 3) Originalitas, kemampuan untuk
mencetuskan gagasan-gagasan asli dan baru, 4) Elaborasi, kemampuan
27
melakukan hal-hal secara detail terperinci, dan 5) Redefinition, kemampuan untuk
refleksi dan merumuskan kembali batasanbatasan dengan melihat dari sudut lain.
Hampir senada dengan pendapat tersebut, maka Homes (2007: 90)
memberikan gambaran sifat yang disebut kreatif, sebagai berikut:
a) Sensitivitas/kepekaan terhadap masalah dan lingkungan. Kemampuan
untuk melihat segala sesuatu, perhatian pada berbagai masalah atau
bidang kebutuhan dan menyadari keadaan yang menjanjikan. Ada
kemampuan khusus untuk melakukan pengamatan yang luar biasa dan
rinci.
b) Fleksibel, terbuka, ingin tahu, dan selektif. Penyesuaian dengan setiap
perkembangan serta perubahan baru dilakukan dengan cepat.
c) Penilaian bebas. Ada keinginan untuk lain dari yang lain dan
menyimpang dari praktik masa lalu, dan menciptakan yuang baru.
d) Toleransi terhadap kesamaran. Mentolerir ketidak tentuan, kerumitan
dan ketidak teraturan, kemungkinan bisa mendatangkan jawaban.
e) Fleksibilitas mental. Pikiran kreatif memperlihatkan mobilitas ketika
data dan gagasan diatur kembali, dimodifikasi, dan didefinisikan
kembali.
Jika tidak terjadi pemikiran yang berarti maka dihentikan dan
kembali lagi dengan pendekatan yang lebih segar. Gambaran dari Himes
tersebut menjelaskan sifat orang-orang kreatif terutama dari pandangannya
terhadap permasalahan yang timbul. Orang kreatif cepat melihat suatu
masalah, mencari berbagai alternatif solusi, berani mencoba meski terkadang
menyimpang dari kebiasaan. Gambaran ini hampir sama (senada) dengan
pandangan Guilford.
4. Peranan Kreativitas dalam Pembelajaran
Kreativitas adalah unsur yang penting bagi pertumbuhan sosial dan
ekonomi sekarang ini. Kreativitas dapat membuat hampir setiap pekerjaan
menjadi suatu petualangan dan karier. Menurut pendapat Kanter (2006: 427)
menyatakan “bila Amerika sekarang memimpin pasaran dunia, hal itu karena
28
inovasi”. Kemudian menurut Raudsepp (2006: 282) memberikan alasan
bagaimana kreativitas bertalian dengan produktivitas dan kualitas, karena:
a) Meningkatkan kualitas pemecahan-pemecahan masalah organisasi.
b) Membantu menghasilkan inovasi yang menguntungkan.
c) Mendorong peningkatan produktivitas dengan menggerakkan kembali
motivasi.
d) Memperbaiki keterampilan-keterampilan pribadi.
e) Mengkatalisasikan upaya-upaya tim yang efektif.
Dalam proses pembelajaran di kelas, kreativitas guru sangat
diperlukan. Guru yang kreatif akan cepat tanggap terhadap setiap masalah
dalam pembelajaran dan berupaya mencari alternatif pemecahannya.
Pembelajaran yang kreatif diharapkan dapat membantu siswa memahami
masalah, meningkatkan motivasi serta meningkatkan mutu pembelajaran.
Guru yang kreatif pada umumnya juga memiliki dedikasi dan keuletan dalam
tugasnya. guru yang kreatif akan mampu melakukan kegiatan yang menunjang
keberhasilan, antara lain mampu meningkatkan motivasi dan perhatian siswa,
dapat menggunakan media pembelajran secara optimal, mengelola waktu
secara efektif, menggunakan metode pengajaran secara tepat.
Dari beberapa teori yang berkaitan dengan kreativitas di atas, maka
yang dimaksud dengan kreativitas guru dalam penelitian ini dapat disimpulkan
yaitu kemampuan guru untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, baik berupa
gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan
yang telah ada sebelumnya, meliputi kepekaan terhadap masalah, kelancaran,
originalitas dan kebaruan, keluwesan, penyusunan dan pengembangan, serta
pendefinisian ulang.
29
5. Indikator Kreatifitas Kerja Guru
Berdasarkan
pengertian
kreativitas
tersebut,
maka
dapat
dirumuskan adanya beberapa indikator, antara lain:
a) Sensitivitas atau kepekaan terhadap masalah, yaitu kemampuan
melihat segala sesuatu, memperhatikan masalah atau bidang kebutuhan
dan menyadari keadaan
yang menjanjikan
serta kemampuan
mengadakan pengamatan secara rinci.
b) Kelancaran, yaitu kemampuan menghasilkan banyak gagasan dan siap
menerima perubahan perubahan serta kegagalan.
c) Originalitas dan kebaruan, yaitu kemampuan mencetuskan gagasan asli
atau pemikiran sendiri yang berbeda maupun modifikasi dari yang
sudah ada.
d) Keluwesan, yaitu kemampuan menggunakan berbagai kemungkinan
pendekatan
dan
mudah
menyesuaikan
terhadap
kemungkinan
perubahan.
e) Penyusunan dan pengembangan,yaitu melakukan hal-hal secara detail
dan mengurai lebih rinci serta menggabungkan atau membentuk suatu
perwujudan menyeluruh.
f) Redefinisi, yaitu merumuskan batasan-batasan dengan melihat kembali
dengan cara yang tidak lazim.
Dari penjelasan indikator kreatifitas yang disebutkan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kepribadian guru kreatif dapat diketahui dari sifatsifat yang muncul atau tampak pada tindakan dan pekerjaan. Kreatifitas dapat
30
diterapkan
dalam
kegiatan
belajar
mengajar
yang
dengan
metode
pembelajaran kreatif, maksudnya pembelajaran yang membuat pikiran yang
dapat disampaikan. Namun guru juga diharapkan mampu mendorong
keberhasilan siswa sehingga guru harus dapat memahami cara-cara yang
digunakan untuk menjadikan siswa kreatif karena guru yang kreatif akan
menghasilkan siswa yang kreatif pula, dengan mengembangkan sebagimana
indikator kreatifitas yang peneliti sebutkan di atas dalam proses pembelajaran.
D. Keterkaitan Teori Pendukung
1. Teori yang Mengaitkan antara Kompetensi Pedagogik terhadap
Motivasi Belajar Siswa (Variabel X1 dengan Variabel Y)
Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan
dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari supaya dapat
tumbuh dan berkembang, motivasi belajar dapat tumbuh dan berkembang
dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik.
Upaya untuk meningkatkan hasil proses belajar mengajar siswa baik prestasi
maupun motivasi belajar siswa, maka dibutuhkannya kompetensi pedagogik
guru dalam mengelola pembelajaran. Hal ini senada dengan Uzer (2007: 9),
yang menyatakan bahwa: “Proses belajar mengajardan hasil belajar siswa
sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru”. Kemudian
senada dengan Slameto (2010: 98), yang menyatakan bahwa: “Sebagai
pengelola pembelajaran, seorang guru harus mampu mengelola seluruh proses
kegiatan belajar-mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar
sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.
31
Menurut Hanifah (2012: 28) beberapa cara untuk membangkitkan motivasi
belajar yaitu:
a) Peserta didik memperoleh pemahaman yang jelas mengenai proses
pembelajaran.
b) Peserta didik memperoleh kesadaran diri terhadap pembelajaran.
c) Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik
secara link and match.
d) Member sentuhan lembut.
e) Memberikan hadiah.
f) Memberikan pujian dan penghormatan.
g) Peserta didik mengetahui prestasi belajarnya.
h) Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat.
i) Belajar menggunakan multi media.
j) Belajar menggunakan multi metode.
k) Guru yang kompeten dan humoris.
l) Suasana lingkungan sekolah yang sehat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai
faktor untuk membangkitkan motivasi belajar siswa salah satunya melalui
peranan dan kompetensi guru. Dengan pemahaman peran yang baik sebagai
guru dalam hal membangktkan motivasi belajar, guru akan berusaha
mendesain suatu pembelajaran sebaik mungkin, menerapkan metode dan
menggunakan alat pembelajaran dengan baik. Dimana hal tersebut erat
kaitannya dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru dalam mengelola
pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik, bahwa guru yang berkompetensi
pedagogik dipercaya memiliki kemampuan dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa. Dengan kemampuan pedagogik yang dimiliki guru, dirasakan
akan berguna dan berperan penting karena dapat menimbulkan gairah siswa
untuk terus belajar. Begitu juga sebaliknya guru yang tidak berkompetensi
pedagogik tidak dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini jelas
bahwa motivasi belajar berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru.
32
2. Teori yang mengaitkan adanya Kreativitas Kerja Guru terhadap
Motivasi Belajar Siswa (Variabel X2 dengan Variabel Y)
Kreatifitas sangat diperlukan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan, guru yang kreatif diharapkan memiliki kepekaan terhadap
masalah terutama masalah pembelajaran yang dilaksanakannya. Motivasi
siswa akan berkembang secara bertahap jika guru mampu untuk terus
menjaga dan mengembangkan kreasi pembelajaran serta mampu menjaga
suasana pembelajaran yang kondusif.
Menurut Hamalik (2011: 163) motivasi terhadap pelajaran itu perlu
dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar, usaha
yang dapat dikerjakan oleh guru memang banyak, dan karena itu di dalam
memotivasi siswa guru tidak akan menentukan suatu formula tertentu yang
dapat digunakan setiap saat oleh guru.
Dampak positif dalam upaya peningkatan mutu pendidikan tentu
akan dirasakan jika peran dan fungsi guru kreatif dapat terlaksana dengan
baik, dimana guru akan cepat bereaksi terhadap permasalahan pembelajaran
yang dihadapi dan mencoba mencari jalan pemecahannya. Kemudian Decce
dan Crawford (2011: 169) mengatakan ada empat fungsi guru sebagai
pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan
motivasi belajar anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan
insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik kea rah yang menunjang
tercapainya tujuan pengajaran. Sedangkan Sardiman (2010: 76) menyatakan
bahwa hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat, bergayut dengan
ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak
33
siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam member motivasi yang
mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi
tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.
Dalam teori tersebut menganjurkan guru untuk membangkitkan
semangat belajar siswa agar kemauan belajarny tinggi, dengan demikian guru
harus mempunyai kreativitas yang tinggi sehingga siswa mampu termotivasi
untuk semangat belajar.
3. Teori yang mengaitkan antara Kompetensi Pedagogik dan Kreativitas
Kerja Guru secara bersama-sama terhadap Motivasi Belajar Siswa
(Variabel X1 dan X2 terhadap Variabel Y)
Kompetensi pedagogik dapat mempengaruhi hasil belajar, hal ini
berkaitan dengan sikap dan atribut yang Sardiman (2007: 75-76)
mengungkapkan hasil belajar itu akan maksimal jika ada motivasi yang tepat,
tergantung dengan ini maka kegagalan belajar siswa juga begitu saja
mempersalahkan pihak siswa sebab mungkin saja tidak berhasil dalam
memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat didalam kegiatan
siswa untuk berbut belajar.
Penjelasan diatas adalah peran dan kompetensi pedagogik seorang
guru dalam mengorganisasi proses belajar yang baik, yaitu dengan motivasi
siswa untuk belajar sehingga prestasi yang dicapai oleh siswa menjadi
maksimal. Jidi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar para
didiknya tumbuh motivasi. Disamping itu sistem pembelajaran yang kreatif
dan inovatif semakin dikembangkan sehingga siswa dapat mengembangkan
seluruh potensi diri, selain juga memunculkan dan keinginan untuk maju
34
diikuti ketertarikan untuk menemukan hal-hal baru pada bidang yang diminati
melalui pembelajaran mandiri yang kuat. Dimana kondisi tersebut dapat
tercapai bilamana guru yang memiliki keterkaitan kompetensi profesional dan
kreatif mampu menjaga motivasi belajar siswa agar tetap tinggi.
E. Kerangka Berpikir dan Paradigma Teori
1. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir peneliti dalam penyusunan proposal tesis ini
didasarkan pada upaya pencapaian tujuan visi misi terhadap guru Sekolah
Dasar di Kecamatan Pasir Sakti yaitu “Menghasilkan kreativitas guru yang
berkualitas dan memiliki keunggulan bersaing“ dapat terlaksana dengan
sebaik-baiknya. Untuk itu, perlu diketahui seberapa jauh pengaruh
kompetensi Pedagogik dan kreatifitas kerja guru terhadap motivasi belajar
siswa yang berada di Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Pasir Sakti
sehingga tujuan yang diharapkan untuk menghasilkan pendidikan sekolah
yang bermutu dan memiliki kemampuan dan daya saing yang tinggi dapat
tercapai.
Proses belajar dan motivasi belajar siswa tidak hanya ditentukan
oleh sekolah, pola struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar
ditentukan oleh kompetensi guru dalam mengajar dan kreatifitas kerja para
guru yang membimbing mereka. Guru yang berkompeten dan kreatif akan
lebih menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan
lebih mampu mengelola kelasnya sehingga motivasi belajar para siswanya
akan berada pada tingkat yang optimal.
35
Masih rendahnya motivasi belajar siswa dianggap gagal di mana
“sebab" utama terletak pada rendahnya profesionalisme guru dalam hal ini
adalah kompetensi pedagogik serta minimnya kreatifitas guru. Keadaan
tersebut tidak jauh berbeda kondisinya dan terjadi pula terhadap guru sekolah
dasar yang berada di Kecamatan Pasir Sakti. Keadaan yang demikian
menjadikan peneliti tertarik dan menganggap penting untuk dikaji guna
diperoleh
kepastian
jawaban
terkait
hubungan
maupun
pengaruh
permasalahan-permasalahan yang menjadi alasan lambatnya peningkatan
mutu pendidikan yang mana pada kenyataannya tercipta kondisi yang
memerlukan perhatian serius dari seluruh kalangan pemerhati pendidikan
melalui pembatasan terhadap ketiga varibel yakni kompetensi pedagogik,
kreatifitas kerja guru dan motivasi belajar siswa. Dengan harapan dapat
memberikan solusi melalui gambaran penelitian serta bermanfaat dalam
menghasilkan konsep pengembangan teori sebagai upaya peningkatan
motivasi belajar siswa melalui pengaruh kompetensi pedagogik dan
kreatifitas kerja guru Sekolah Dasar Se-Kecamatan Pasir Sakti.
2. Paradigma Teori
Berdasarkan uraian tersebut dapat digunakan sebagai arahan
berpikir, bahwa pengujian pengaruh kompetensi pedagogik terhadap motivasi
belajar siswa dan pengaruh kreatifitas kerja guru terhadap motivasi belajar
siswa secara bersama-sama diharapkan ditemukan adanya pengaruh.
Berdasarkan hasil uraian teoritik pengaruh antar variabel dan kerangka
pikir, yang menjadi pola/model penelitian serta peneliti pandang sesuai maupun
36
sebagai prinsip utama penelitian jika dituangkan dalam gambar paradigma akan
tampak seperti berikut:
Kompetensi Pedagogik
(X1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menguasai karakteristik siswa
Menguasai teori dan prinsipprinsip pembelajaran
Pengembangan kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang
mendidik
Pemanfaatan teknologi informasi
Komunikasi dengan peserta didik
Penilaian dan Evaluasi
Sumber : Nanang (2012:104)
Kreativitas Kerja
(X2)
1. Originalitas
2. Flesibilitas
3. Kelancaran
4. Elaborasi
5. Kepribadian kreatif
6. Evaluasi
Sumber : Sanusi (2014:101)
Motivasi Belajar Siswa
(Y)
1. Hasrat dan keinginan berhasil;
2. Dorongan dan kebutuhan;
3. Harapan dan cita-cita masa depan;
4. Penghargaan dalam belajar;
5. Kegiataan yang menarik dalam
belajar;
6. Lingkungan
belajar
yang
kondusif.
Sumber : Djamarah (2011:171)
Gambar 1. Paradigma Teori Kompetensi Pedagogik dan Kreativitas Kerja
terhadap Motivasi Belajar Siswa
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:
137), hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara
37
terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum
tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris.
1. Hipotesis Teoretik
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan
penelelitian serta dengan didasarkan pada deskripsi teoritis dan kerangka pikir
yang ada, maka hipotesis teoretik dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Adanya pengaruh yang besar antara kompetensi pedagogik guru
terhadap motivasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
Pasir Sakti.
2. Adanya pengaruh yang besar antara kreatifitas kerja guru terhadap
motivasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pasir Sakti.
3. Adanya pengaruh yang besar antara kompetensi pedagogik dan
kreatifitas kerja guru secara bersama-sama terhadap motivasi belajar
siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pasir Sakti.
2. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik merupakan suatu anggapan atau suatu dugaan
mengenai populasi. Maka rumusan hipotesis statistiknya adalah:
a. H0 : ρy1 ≤ 0
(Ada pengaruh kompetensi pedagogik terhadap motivasi belajar
siswa)
H1 : ρy1 > 0
(Tidak ada pengaruh kompetensi pedagogik terhadap motivasi belajar siswa)
b. H0 : ρy2 ≤ 0
38
(Ada pengaruh kreatifitas kerja guru terhadap motivasi belajar siswa)
H1 : ρy2 > 0
(Tidak ada pengaruh kreatifitas kerja guru terhadap motivasi belajar
siswa)
c. H0 : Ry12 ≤ 0
(Ada pengaruh antara kompetensi pedagogik dan kreatifitas kerja guru
secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa)
H1 : Ry12> 0
(Tidak ada pengaruh antara kompetensi pedagogik dan kreatifitas
kerja guru secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa)
Download