BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau perbuat. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan. Menurut Sabri (2010: 50) motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut/mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Menurut Sardiman (2010: 75) motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Kemudian Sardiman menjabarkan motivasi belajar adalah merupakan factor psikis yang bersifat non intelektual. Motivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya untuk melakukan sesuatu. Dan Juhri mengemukakan bahwa motivasi dibagi menjadi 2 macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Kemudian menurut Djamarah (2011: 152) menyatakan bahwa motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang, tidak ada seseorang pun yang belajar tanpa motivasi. 9 10 Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Menurut pendapat Djamarah (2011: 152-155) ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar. Motivasi intrinsik lebih utama dari motivasi ekstrinsik dalam belajar. Motivasi berapa pujian lebih baik daripada hukuman. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar. Motivasi dapat memupuk optimism dalam belajar. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. Selain definisi motivasi belajar memiliki prinsip-prinsip sebagaimana yang disebutkan di atas, motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. 2. Jenis-jenis Motivasi Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian motivasi di atas, motivasi memiliki macam-macam karakteristik jenis menurut Sudjana (2010: 11 50) motivasi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu “motivasi intrinsik dan ekstrinsik”. Selanjutnya secara singkat dijelaskan sebagai berikut: a) Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan ini dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif bahwa semua pelajaran akan berguna dimasa mendatang, dan motivasi ini muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari yang dipelajarinya. Adapun mengenai ciri-ciri seorang siswa yang mempunyai motivasi belajar menurut Sardiman (2010: 75) antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. Tekun menghadapi tugas dalam waktu yang lama dan tidak pernah berhenti sebelum selesai. Ulet dalam menghadapai kesulitan dan tidak muda putus asa. Menunjukkan minat pada suatu masalah yang berhubungan dengan bidang studi. Lebih senang bekerja sendiri. Senang mencari dan memecahkan masalah dalam belajar. Apabila seseorang telah memiliki motivasi Intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik ini sangat 12 diperlukan terutama belajar sendiri. Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sanagt berguna dimasa kini dan mendatang. b) Motivasi Ekstrinsik Motivasi yang dating dari luar diri seseorang, timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar dirinya atau lingkungannya. Dari gambaran tersebut kita mengetahui bahwa dalam motivasi ekstrinsik itu individi membutuhkan dorongan dan rangsanag dari luar, khususnya dari apa yang ada disekitarnya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak di perlukan dan tidak daik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik di perlukan agar siswa mau belajar. Guru harus bisa membangkitkan motivasi siswa dengan memanfaatkan motivasi ekstinstik dalam berbagai macam bentuknya. Akibatnya motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan siswa malas belajar. Kemudian menurut pendapat Hamalik (2011: 162) juga menjelaskan bahwa “Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup didalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid, motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi entrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Dengan mengembangkan mengoptimalkan aktivitas dan motivasi inisiatif siswa entrisik, pelajar dapat dalam belajar, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang- 13 kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memeberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Proses pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, motivasi belajar yang tinggi pada sasarannya memiliki peranan terhadap hasil belajar yang efektif, dimana menurut Brata (2007: 137) mengklasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: a) Faktor dari luar individu, yaitu: 1) Faktor sosial faktor manusia pada umumnya faktor ini bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi belajar, sehingga tidak dapat konsentrasi terhadap materi yang dipelajar. 2) Faktor nonsosial faktor-faktor yang meliputi keadaan, misalnya udara, cuaca, suhu udara, waktu, alat-alat belajar dan lain-lain. b) Faktor yang berasal dari dalam diri individu 1) keadaan jasmani dan umumnya dapat melatar belakangi aktivitas belajar. 2) keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi indera. 14 Dari uraian teoritis sebagaimana tersebut di atas, banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, yang mana faktor-faktor tersebut dapat berasal dari individu maupun berasal dari luar individu itu sendiri. Oleh karena itu faktor tersebut harus diatur supaya proses belajar tersebut dapat berjalan dengan baik sehingga motivasi belajar tetap dapat terus terjaga. 4. Strategi Motivasi Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, dimana strategi tersebut memiliki tujuan positif terhadap pengembangan motivasi belajar, adapun strategi motivasi belajar yang dimaksud menurut Fathurrohman (2010: 20-21) adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar. 2. Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. 3. Saingan/kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. 5. Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan denganharapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. 6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. 15 7. Membentuk kebiasaan yang baik. 8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. 9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan 10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktifitas belajar siswa. Tidak ada siswa yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka diperlukan adanya pemilihan strategi dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. 5. Indikator Motivasi Belajar Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukung. Schunk and Zimmerman (2009: 1) berpendapat: “Among source of motivation the are: interests, self-efficacy, volition, task values, confidence in learning, outcome expectancy and future time perspective”. Pendapat di atas menjelaskan motivasi dapat dilihat dari: minat, kemandirian, kemauan, nilai ulangan, kepercayaan diri dalam belajar, orientasi pada hasil, dan pandangan terhadap masa depan. begitu pula menurut Uno (2006: 23) mengklasifikasikan indikator motivasi belajar sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Adanya hasrat dan keinginan berhasil. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. Adanya penghargaan dalam belajar. Adanya kegiataan yang menarik dalam belajar. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. 16 Dengan guru memperhatikan dan menggunakan indikator-indikator tersebut, maka akan mendukung berjalannya proses pembelajaran yang sesuai dengan harapan. Selain itu guru dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa sehingga mereka dapat melakukan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. B. Kompetensi Pedagogik 1. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru adalah profesi mulia, dia memegang peranan signifikan dalam melahirkan satu generasi yang menentukan perjalanan manusia. Profesionalitas guru menjadi sebuah keharusan sejarah. Tanpa adanya profesionalitas, guru terancam tidak mampu mencapai tujuan mulia yang diembannya dalam menciptakan perubahan masa depan. Menurut Jamal (2009: 37) “kompetensi menjadi syarat mutlak menuju profesionalitas di atas dimana kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku seseorang”. Menurut pendapat Lefrancois (2009: 37) “kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar”. Selanjutnya menurut pendapat Jamal (2009: 38) menyebutkan bahwa “Kompetensi dikategorikan mulai dari tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan”, seperti berikut: 1) Penguasaan minimal kompetensi dasar. 17 2) Praktik kompetensi dasar. 3) Penambahan, penyempurnaan, atau pengembangan terhadap kompetensi atau ketrampilan. Kompetensi merujuk pada hasil kerja (out put), individu maupun kelompok sebagaimana dikatakan oleh Musfah (2011: 28). Kemudian Rasyidin (2014: 1) mengatakan “pedagogik sebagai ilmu pengetahuan ialah ilmu yang mendidik atau ilmu pendidikan tentang anak atau mengenai pendidikan anak dan manusia muda”. Dalam hal ini tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid dikelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan , keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan. Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogik. Guru harus belajar secara maksimal untuk menguasai kompetensi pedagogik ini secara teori dan praktik, dari sinilah, perubahan dan kemajuan akan terjadi dengan pesat dan produktif. Menurut Jamal (2009: 59) bahwa: Kompetensi pedagogik dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sedangkan menurut badan standar nasional pendidikan (dalam Musfah, 2006: 30-31), yang dimaksud dengan kompetensi 18 pedagogik adalah: Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: a) b) c) d) e) f) g) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Pemahaman tentang peserta didik. Pengembangan kurikulum/silabus. Perancangan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Evaluasi hasil belajar. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikiknya. Lebih lanjut Supardi (2013:105) menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahaman guru terhadap peserta didik, perencanaan, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sedangkan Kompetensi pedagogik guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti menurut Permendiknas Nomor 17 tahun 2007 (dalam Jamal 2009: 65), seperti disajikan berikut ini: a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, social, cultural, emosional, dan intelektual. b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c) Mengembangkan kurikulum yang diampu terkait dengan mata pelajaran. d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. j) Melakukan tindakan reflektif untukpeningkatan kualitas pembelajaran. 19 Kesepuluh kompetensi di atas diharapkan dimiliki guru secara maksimal agar proses belajar mengajar akan lebih efektif sehingga menghasilkan peserta didik yang kompeten. Jika guru menguasai dan melaksanakan kesepuluh kompetensi tersebut dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar sekolah maka guru itu diharapkan dapat menjadi guru yang efektif. Guru yang mampu melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik. 2. Aspek Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan. Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik menurut Jamal (2009: 60). Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik, yaitu: 20 a) Menguasai karakteristik peserta didik. Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya. b) Menguasasi teori belajar dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar. c) Pengembangan kurikulum. Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. d) Kegiatan pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran. e) Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka. f) Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik. g) Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Dari ketujuh aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi di atas, jika ditelaah secara mendalam mencakup empat bidang kompetensi yang pokok bagi seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Keempat jenis kompetensi 21 tersebut harus sepenuhnya dikuasai oleh guru. Kesadaran akan kompetensi juga menuntut tanggungjawab yang berat bagi para guru itu sendiri. Mereka harus berani menghadapi tantangan dalam tugas maupun lingkungannya, yang akan mempengaruhi perkembangan pribadinya, berarti mereka juga harus berani berubah dan menyempurnakan diri sesuai dengan tuntutan zaman. 3. Karakteristik Kompetensi Pedagogik Dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang guru dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi 10 Indikator sebagaimana dikemukakan Jamal (2009: 73) yakni sebagai berikut: a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, cultural, emosional, dan intelektual. b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajran yang mendidik. c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran. d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. e) Memanfatkan teknologi informasi dan komunikasi. f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik. g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun. h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi. j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Dari uraian teoritis sebagaimana disebutkan di atas, kesepuluh indikator yang mengharuskan melekat pada diri seorang guru merupakan cerminan kualitas seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran. Apabila seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran mampu untuk memenuhi keseluruhan indikator kompetensi pedagogik makan dapat dikatakan merupakan seorang guru yang baik dalam mengelola pembelajaran. 22 Namun semuanya itu tidak dapat menjamin pendidikan yang baik jika guru tidak dapat mengajar dengan baik. Dengan demikian, guru merupakan kunci sukses keberhasilan dari pendidikan yang baik. Guru yang kompeten dapat menjalankan kurikulum meskipun kekurangan sumber maupun alat bantu dengan cara mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut. C. Kreativitas Kerja Guru 1. Pengertian Kreativitas Guru merupakan ujung tombak berlangsungnya proses pembelajaran, sehingga memiliki peran dan fungsi yang penting. menurut pendapat Agung (2013: 68) pentingnya belajar mendominasi proses transformasi ilmu pengetahuan dan nilai- nilai pendidikan lainnya kepada peserta didik. Dengan kata lain, kreativitas guru tersebut, akan menjadi taruhan profesinya dalam mendukung upaya peningkatan layanan pendidikan, dan meningkatkan kualitas lulusan pendidikan. Kreativitas lahir seiring dengan keberadaan manusia dan merupakan ciri khas manusia. Kreativitas merupakan bidang kajian yang kompleks dan memiliki dimensi yang sangat luas, yang bisa menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Kajian pustaka berikut ini menguraikan tentang pengertian kreativitas dan gambaran guru yang kreatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Kreatif” diartikan memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan “Kreativitas” diartikan kemampuan untuk mencipta atau daya cipta Depdiknas (2005: 599). Dalam bahasa Inggris “creativity” berarti daya cipta. Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk 23 mencipta atau daya cipta. Kreativitas atau daya cipta adalah kemampuan manusia untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, yakni: a) Sensitivitas atau kepekaan terhadap masalah, yaitu kemampuan melihat segala sesuatu, memperhatikan masalah atau bidang kebutuhan dan menyadari keadaan yang menjanjikan serta kemampuan mengadakan pengamatan secara rinci. b) Kelancaran, yaitu kemampuan menghasilkan banyak gagasan dan siap menerima perubahan-perubahan serta kegagalan. c) Originalitas dan kebaruan, yaitu kemampuan mencetuskan gagasan asli atau pemikiran sendiri yang berbeda maupun modifikasi dari yang sudah ada. d) Keluwesan, yaitu kemampuan menggunakan berbagai kemungkinan pendekatan dan mudah menyesuaikan terhadap kemungkinan perubahan. e) Penyusunan dan pengembangan,yaitu melakukan hal-hal secara detail dan mengurai lebih rinci serta menggabungkan atau membentuk suatu perwujudan menyeluruh. f) Pendefinisian ulang, yaitu merumuskan batasan-batasan dengan melihat kembali cara yang tidak lazim. Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang bersifat : 1) pembaruan seperti inovasi, belum ada sebelumnya, penyegaran aneh dan menarik; 2) berguna (useful), yaitu lebih berguna, lebih mudah, praktis, memecahkan masalah, memperlancar, mengurangi hambatan dan mendatangkan hasil lebih banyak; 3) dapat dimegerti (understandable) yaitu dari hasil tersebut dapat dimengerti dan dapat dibuat atau diulang sama dalam waktu lain. Kreativitas telah menggerakkan manusia sejak dia mungkin mengadakan pemecahan masalah dengan kecerdasan. Semula kreativitas ini berkristalisasi menjadi adat istiadat dan tradisi tapi kemudian setiap kali akan terjadi perombakan struktur-struktur baku oleh kretivitas manusia pula. Bila dengan pemecahan itu terjadi restrukturasi, yaitu hal-hal yang telah membaku dapat didobrak dan diatasi dapat dikatakan terjadi penyelelasaian kreatif. Kreativitas pada dasarnya adalah kemampuan mengadakan restrukturisasi. Kreativitas lebih sesuai dikatakan sebagai kepekaan baru terhadap masalah. 24 Beberapa definisi tentang kreativitas, pada intinya ada persamaan yaitu menjelaskan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru atau berbeda, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreatifitas Kerja Guru Individu kreatif harus memenuhi kondisi antara lain memiliki peluang, dalam arti bebas dari kecemasan dan kekhawatiran yang memungkinkan suatu reorientasi kreatif, dan mengatasi suatu “wishful seeing” atau “selective in attention”. Kreativitas hanya dapat tampil dalam peluang kebebasan yang bertanggung jawab, ditunjang keberanian untuk merubah struktur baku. Faktor bakat, disiplin pribadi dan lingkungan (alam dan fisik, sosial dan budaya) secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang besar terhadap berkembangnya kreativitas. Dalam penelitian yang dilakukan para psikolog Alindon (2007: 59) “setiap orang dilahirkan kreatif, tetapi daya kreatif ini agak menghilang dalam proses pendewasaan”. Kreativitas terkait erat dengan inovasi, melalui kreativitas akan dihasilkan sesuatu yang baru (inovatif). Meskipun tidak selalu kreativitas menghasilkan karya inovatif. Rohidi (2005: 126) menyatakan bahwa dalam “pengertian kreativitas tercakup adanya rasa percaya diri dan sikap serta perilaku inovatif. Inovasi merupakan bagian penting dari sebuah kreativitas, sehingga gambaran tentang inovasi juga akan banyak memberi gambaran kreativitas”. Kemudian Stanley dan Zandan (2005:404-405) mengungkapkan adanya pengaruh yang kuat dari lingkungan organisasi dan pola manajerial dalam mendorong inovasi, meskipun belum menunjukkan secara menyeluruh tentang faktor yang 25 mempengaruhi kreativitas namun setidaknya memberikan gambaran, karena bagian utama dari kreativitas adalah inovasi (kebaruan). 3. Karakteristik Guru Kreatif Orang yang kreatif ialah individu yang menggunakan daya imajinasinya untuk memecahkan persoalan sehari-hari. Kreativitas tidak hanya tercermin dari produk atau ciptaan baru, akan tetapi juga dalam sikap atau gaya hidup. Dalam ilmu pengetahuan, kreativitas memegang peranan khusunya pada saat penting terjadinya penemuan dalam ilmu. Noerhadi (2005: 22) mengutip pendapat Rollo May menjelaskan bahwa kreativitas memerlukan keberanian yang disebut olehnya “the courage to create”. Keberanian kreatif yaitu keberanian untuk menemukan tatanan atau bentuk-bentuk baru, lambang-lambang baru, serta polapola baru bagi suatu masyarakat (termasuk siswa). Adanya creative vision inilah yang menimbulkan kegembiraan dan kebahagiaan pada seseorang dalam berkreasi. Kepuasan ini menumbuhkan motivasi tersendiri. Kepuasan dalam berkreasi ini memungkinkan banyaknya penemuan baru diberbagai bidang. Kriteria tentang kreativitas menurut Supriadi (2006: 12-14) menyangkut tiga dimensi yaitu proses, person dan produk kreatif. Proses kreatif identik dengan berfikir Janusian, yaitu berfikir divergen yang berusaha melihat sesuatu dari berbagai dimensi secara beragam bahkan bertentangan dan menjadi pemikiran baru. Namun kriteria ini jarang dipakai karena kurang menyentuh persoalan inti yaitu produk kreatif. Dimensi person identik dengan apa yang oleh (Guilford,1950) disebut sebagai kepribadian kreatif. Keberatan atas dimensi ini jikadijadikan kriteria 26 satu-satunya untuk menilai kreativitas oleh beberapa ahli disebabkan juga karena belum benar-benar menyentuh esensi kreativitas yaitu melahirkan sesuatu yang baru. Dimensi produk menunjukkan hasil perbuatan baik berupa karya nyata maupun gagasan. Dimensi ini dipandang yang paling eksplisit yang bisa menunjukkan fakta tentang telah dihasilkannya sesuatu yang baru dan disebut sebagai kriteria puncak. Sebagaimana Mulyono (2010: 53) menyarikan pendapat Hilgard & Atkinson tentang karakteristik orang-orang yang kreatif sebagai berikut: a) Bebas dalam berfikir dan bertindak. Tidak menyukai kegiatan kegiatan kelompok yang menuntut konformitas dan tidak mudah dipenngaruhi desakandesakan sosial bila mereka telah yakin bahwa pendapatnya sendiri telah benar. b) Kecenderungan untuk kurang dogmatis dan lebih relativistik dalam pandangan hidupnya dibandingkan dengan orang-orang yang dinilai tidak kreatif. c) Berkemauan untuk mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasarkan akal (irrational). d) Menyukai hal-hal yang rumit dan baru. e) Menghargai humor dan memiliki “a good sense of humor”. f) Menekankan pentingnya nilai-nilai teoritis dan estetik. Dari uraian tersebut tampak bahwa karakteristik orang kreatif cenderung bebas dan tidak ingin terkurung dalam aturan-aturan yang baku., maka sifat-sifat berikut ini muncul sebagai faktor-faktor yang penting dalam perencanaan dan kemampuan yang dipandang sebagai karakteristik orang kreatif : 1) Fluency, kelancaran, kesigapan, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, 2) Fleksibilitas, kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, 3) Originalitas, kemampuan untuk mencetuskan gagasan-gagasan asli dan baru, 4) Elaborasi, kemampuan 27 melakukan hal-hal secara detail terperinci, dan 5) Redefinition, kemampuan untuk refleksi dan merumuskan kembali batasanbatasan dengan melihat dari sudut lain. Hampir senada dengan pendapat tersebut, maka Homes (2007: 90) memberikan gambaran sifat yang disebut kreatif, sebagai berikut: a) Sensitivitas/kepekaan terhadap masalah dan lingkungan. Kemampuan untuk melihat segala sesuatu, perhatian pada berbagai masalah atau bidang kebutuhan dan menyadari keadaan yang menjanjikan. Ada kemampuan khusus untuk melakukan pengamatan yang luar biasa dan rinci. b) Fleksibel, terbuka, ingin tahu, dan selektif. Penyesuaian dengan setiap perkembangan serta perubahan baru dilakukan dengan cepat. c) Penilaian bebas. Ada keinginan untuk lain dari yang lain dan menyimpang dari praktik masa lalu, dan menciptakan yuang baru. d) Toleransi terhadap kesamaran. Mentolerir ketidak tentuan, kerumitan dan ketidak teraturan, kemungkinan bisa mendatangkan jawaban. e) Fleksibilitas mental. Pikiran kreatif memperlihatkan mobilitas ketika data dan gagasan diatur kembali, dimodifikasi, dan didefinisikan kembali. Jika tidak terjadi pemikiran yang berarti maka dihentikan dan kembali lagi dengan pendekatan yang lebih segar. Gambaran dari Himes tersebut menjelaskan sifat orang-orang kreatif terutama dari pandangannya terhadap permasalahan yang timbul. Orang kreatif cepat melihat suatu masalah, mencari berbagai alternatif solusi, berani mencoba meski terkadang menyimpang dari kebiasaan. Gambaran ini hampir sama (senada) dengan pandangan Guilford. 4. Peranan Kreativitas dalam Pembelajaran Kreativitas adalah unsur yang penting bagi pertumbuhan sosial dan ekonomi sekarang ini. Kreativitas dapat membuat hampir setiap pekerjaan menjadi suatu petualangan dan karier. Menurut pendapat Kanter (2006: 427) menyatakan “bila Amerika sekarang memimpin pasaran dunia, hal itu karena 28 inovasi”. Kemudian menurut Raudsepp (2006: 282) memberikan alasan bagaimana kreativitas bertalian dengan produktivitas dan kualitas, karena: a) Meningkatkan kualitas pemecahan-pemecahan masalah organisasi. b) Membantu menghasilkan inovasi yang menguntungkan. c) Mendorong peningkatan produktivitas dengan menggerakkan kembali motivasi. d) Memperbaiki keterampilan-keterampilan pribadi. e) Mengkatalisasikan upaya-upaya tim yang efektif. Dalam proses pembelajaran di kelas, kreativitas guru sangat diperlukan. Guru yang kreatif akan cepat tanggap terhadap setiap masalah dalam pembelajaran dan berupaya mencari alternatif pemecahannya. Pembelajaran yang kreatif diharapkan dapat membantu siswa memahami masalah, meningkatkan motivasi serta meningkatkan mutu pembelajaran. Guru yang kreatif pada umumnya juga memiliki dedikasi dan keuletan dalam tugasnya. guru yang kreatif akan mampu melakukan kegiatan yang menunjang keberhasilan, antara lain mampu meningkatkan motivasi dan perhatian siswa, dapat menggunakan media pembelajran secara optimal, mengelola waktu secara efektif, menggunakan metode pengajaran secara tepat. Dari beberapa teori yang berkaitan dengan kreativitas di atas, maka yang dimaksud dengan kreativitas guru dalam penelitian ini dapat disimpulkan yaitu kemampuan guru untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya, meliputi kepekaan terhadap masalah, kelancaran, originalitas dan kebaruan, keluwesan, penyusunan dan pengembangan, serta pendefinisian ulang. 29 5. Indikator Kreatifitas Kerja Guru Berdasarkan pengertian kreativitas tersebut, maka dapat dirumuskan adanya beberapa indikator, antara lain: a) Sensitivitas atau kepekaan terhadap masalah, yaitu kemampuan melihat segala sesuatu, memperhatikan masalah atau bidang kebutuhan dan menyadari keadaan yang menjanjikan serta kemampuan mengadakan pengamatan secara rinci. b) Kelancaran, yaitu kemampuan menghasilkan banyak gagasan dan siap menerima perubahan perubahan serta kegagalan. c) Originalitas dan kebaruan, yaitu kemampuan mencetuskan gagasan asli atau pemikiran sendiri yang berbeda maupun modifikasi dari yang sudah ada. d) Keluwesan, yaitu kemampuan menggunakan berbagai kemungkinan pendekatan dan mudah menyesuaikan terhadap kemungkinan perubahan. e) Penyusunan dan pengembangan,yaitu melakukan hal-hal secara detail dan mengurai lebih rinci serta menggabungkan atau membentuk suatu perwujudan menyeluruh. f) Redefinisi, yaitu merumuskan batasan-batasan dengan melihat kembali dengan cara yang tidak lazim. Dari penjelasan indikator kreatifitas yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian guru kreatif dapat diketahui dari sifatsifat yang muncul atau tampak pada tindakan dan pekerjaan. Kreatifitas dapat 30 diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar yang dengan metode pembelajaran kreatif, maksudnya pembelajaran yang membuat pikiran yang dapat disampaikan. Namun guru juga diharapkan mampu mendorong keberhasilan siswa sehingga guru harus dapat memahami cara-cara yang digunakan untuk menjadikan siswa kreatif karena guru yang kreatif akan menghasilkan siswa yang kreatif pula, dengan mengembangkan sebagimana indikator kreatifitas yang peneliti sebutkan di atas dalam proses pembelajaran. D. Keterkaitan Teori Pendukung 1. Teori yang Mengaitkan antara Kompetensi Pedagogik terhadap Motivasi Belajar Siswa (Variabel X1 dengan Variabel Y) Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari supaya dapat tumbuh dan berkembang, motivasi belajar dapat tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik. Upaya untuk meningkatkan hasil proses belajar mengajar siswa baik prestasi maupun motivasi belajar siswa, maka dibutuhkannya kompetensi pedagogik guru dalam mengelola pembelajaran. Hal ini senada dengan Uzer (2007: 9), yang menyatakan bahwa: “Proses belajar mengajardan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru”. Kemudian senada dengan Slameto (2010: 98), yang menyatakan bahwa: “Sebagai pengelola pembelajaran, seorang guru harus mampu mengelola seluruh proses kegiatan belajar-mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. 31 Menurut Hanifah (2012: 28) beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar yaitu: a) Peserta didik memperoleh pemahaman yang jelas mengenai proses pembelajaran. b) Peserta didik memperoleh kesadaran diri terhadap pembelajaran. c) Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara link and match. d) Member sentuhan lembut. e) Memberikan hadiah. f) Memberikan pujian dan penghormatan. g) Peserta didik mengetahui prestasi belajarnya. h) Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat. i) Belajar menggunakan multi media. j) Belajar menggunakan multi metode. k) Guru yang kompeten dan humoris. l) Suasana lingkungan sekolah yang sehat. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai faktor untuk membangkitkan motivasi belajar siswa salah satunya melalui peranan dan kompetensi guru. Dengan pemahaman peran yang baik sebagai guru dalam hal membangktkan motivasi belajar, guru akan berusaha mendesain suatu pembelajaran sebaik mungkin, menerapkan metode dan menggunakan alat pembelajaran dengan baik. Dimana hal tersebut erat kaitannya dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru dalam mengelola pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik, bahwa guru yang berkompetensi pedagogik dipercaya memiliki kemampuan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan kemampuan pedagogik yang dimiliki guru, dirasakan akan berguna dan berperan penting karena dapat menimbulkan gairah siswa untuk terus belajar. Begitu juga sebaliknya guru yang tidak berkompetensi pedagogik tidak dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini jelas bahwa motivasi belajar berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru. 32 2. Teori yang mengaitkan adanya Kreativitas Kerja Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa (Variabel X2 dengan Variabel Y) Kreatifitas sangat diperlukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru yang kreatif diharapkan memiliki kepekaan terhadap masalah terutama masalah pembelajaran yang dilaksanakannya. Motivasi siswa akan berkembang secara bertahap jika guru mampu untuk terus menjaga dan mengembangkan kreasi pembelajaran serta mampu menjaga suasana pembelajaran yang kondusif. Menurut Hamalik (2011: 163) motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar, usaha yang dapat dikerjakan oleh guru memang banyak, dan karena itu di dalam memotivasi siswa guru tidak akan menentukan suatu formula tertentu yang dapat digunakan setiap saat oleh guru. Dampak positif dalam upaya peningkatan mutu pendidikan tentu akan dirasakan jika peran dan fungsi guru kreatif dapat terlaksana dengan baik, dimana guru akan cepat bereaksi terhadap permasalahan pembelajaran yang dihadapi dan mencoba mencari jalan pemecahannya. Kemudian Decce dan Crawford (2011: 169) mengatakan ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik kea rah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Sedangkan Sardiman (2010: 76) menyatakan bahwa hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat, bergayut dengan ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak 33 siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam member motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi. Dalam teori tersebut menganjurkan guru untuk membangkitkan semangat belajar siswa agar kemauan belajarny tinggi, dengan demikian guru harus mempunyai kreativitas yang tinggi sehingga siswa mampu termotivasi untuk semangat belajar. 3. Teori yang mengaitkan antara Kompetensi Pedagogik dan Kreativitas Kerja Guru secara bersama-sama terhadap Motivasi Belajar Siswa (Variabel X1 dan X2 terhadap Variabel Y) Kompetensi pedagogik dapat mempengaruhi hasil belajar, hal ini berkaitan dengan sikap dan atribut yang Sardiman (2007: 75-76) mengungkapkan hasil belajar itu akan maksimal jika ada motivasi yang tepat, tergantung dengan ini maka kegagalan belajar siswa juga begitu saja mempersalahkan pihak siswa sebab mungkin saja tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat didalam kegiatan siswa untuk berbut belajar. Penjelasan diatas adalah peran dan kompetensi pedagogik seorang guru dalam mengorganisasi proses belajar yang baik, yaitu dengan motivasi siswa untuk belajar sehingga prestasi yang dicapai oleh siswa menjadi maksimal. Jidi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar para didiknya tumbuh motivasi. Disamping itu sistem pembelajaran yang kreatif dan inovatif semakin dikembangkan sehingga siswa dapat mengembangkan seluruh potensi diri, selain juga memunculkan dan keinginan untuk maju 34 diikuti ketertarikan untuk menemukan hal-hal baru pada bidang yang diminati melalui pembelajaran mandiri yang kuat. Dimana kondisi tersebut dapat tercapai bilamana guru yang memiliki keterkaitan kompetensi profesional dan kreatif mampu menjaga motivasi belajar siswa agar tetap tinggi. E. Kerangka Berpikir dan Paradigma Teori 1. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir peneliti dalam penyusunan proposal tesis ini didasarkan pada upaya pencapaian tujuan visi misi terhadap guru Sekolah Dasar di Kecamatan Pasir Sakti yaitu “Menghasilkan kreativitas guru yang berkualitas dan memiliki keunggulan bersaing“ dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, perlu diketahui seberapa jauh pengaruh kompetensi Pedagogik dan kreatifitas kerja guru terhadap motivasi belajar siswa yang berada di Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Pasir Sakti sehingga tujuan yang diharapkan untuk menghasilkan pendidikan sekolah yang bermutu dan memiliki kemampuan dan daya saing yang tinggi dapat tercapai. Proses belajar dan motivasi belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru dalam mengajar dan kreatifitas kerja para guru yang membimbing mereka. Guru yang berkompeten dan kreatif akan lebih menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga motivasi belajar para siswanya akan berada pada tingkat yang optimal. 35 Masih rendahnya motivasi belajar siswa dianggap gagal di mana “sebab" utama terletak pada rendahnya profesionalisme guru dalam hal ini adalah kompetensi pedagogik serta minimnya kreatifitas guru. Keadaan tersebut tidak jauh berbeda kondisinya dan terjadi pula terhadap guru sekolah dasar yang berada di Kecamatan Pasir Sakti. Keadaan yang demikian menjadikan peneliti tertarik dan menganggap penting untuk dikaji guna diperoleh kepastian jawaban terkait hubungan maupun pengaruh permasalahan-permasalahan yang menjadi alasan lambatnya peningkatan mutu pendidikan yang mana pada kenyataannya tercipta kondisi yang memerlukan perhatian serius dari seluruh kalangan pemerhati pendidikan melalui pembatasan terhadap ketiga varibel yakni kompetensi pedagogik, kreatifitas kerja guru dan motivasi belajar siswa. Dengan harapan dapat memberikan solusi melalui gambaran penelitian serta bermanfaat dalam menghasilkan konsep pengembangan teori sebagai upaya peningkatan motivasi belajar siswa melalui pengaruh kompetensi pedagogik dan kreatifitas kerja guru Sekolah Dasar Se-Kecamatan Pasir Sakti. 2. Paradigma Teori Berdasarkan uraian tersebut dapat digunakan sebagai arahan berpikir, bahwa pengujian pengaruh kompetensi pedagogik terhadap motivasi belajar siswa dan pengaruh kreatifitas kerja guru terhadap motivasi belajar siswa secara bersama-sama diharapkan ditemukan adanya pengaruh. Berdasarkan hasil uraian teoritik pengaruh antar variabel dan kerangka pikir, yang menjadi pola/model penelitian serta peneliti pandang sesuai maupun 36 sebagai prinsip utama penelitian jika dituangkan dalam gambar paradigma akan tampak seperti berikut: Kompetensi Pedagogik (X1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menguasai karakteristik siswa Menguasai teori dan prinsipprinsip pembelajaran Pengembangan kurikulum Kegiatan pembelajaran yang mendidik Pemanfaatan teknologi informasi Komunikasi dengan peserta didik Penilaian dan Evaluasi Sumber : Nanang (2012:104) Kreativitas Kerja (X2) 1. Originalitas 2. Flesibilitas 3. Kelancaran 4. Elaborasi 5. Kepribadian kreatif 6. Evaluasi Sumber : Sanusi (2014:101) Motivasi Belajar Siswa (Y) 1. Hasrat dan keinginan berhasil; 2. Dorongan dan kebutuhan; 3. Harapan dan cita-cita masa depan; 4. Penghargaan dalam belajar; 5. Kegiataan yang menarik dalam belajar; 6. Lingkungan belajar yang kondusif. Sumber : Djamarah (2011:171) Gambar 1. Paradigma Teori Kompetensi Pedagogik dan Kreativitas Kerja terhadap Motivasi Belajar Siswa F. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007: 137), hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara 37 terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. 1. Hipotesis Teoretik Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelelitian serta dengan didasarkan pada deskripsi teoritis dan kerangka pikir yang ada, maka hipotesis teoretik dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Adanya pengaruh yang besar antara kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pasir Sakti. 2. Adanya pengaruh yang besar antara kreatifitas kerja guru terhadap motivasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pasir Sakti. 3. Adanya pengaruh yang besar antara kompetensi pedagogik dan kreatifitas kerja guru secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pasir Sakti. 2. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik merupakan suatu anggapan atau suatu dugaan mengenai populasi. Maka rumusan hipotesis statistiknya adalah: a. H0 : ρy1 ≤ 0 (Ada pengaruh kompetensi pedagogik terhadap motivasi belajar siswa) H1 : ρy1 > 0 (Tidak ada pengaruh kompetensi pedagogik terhadap motivasi belajar siswa) b. H0 : ρy2 ≤ 0 38 (Ada pengaruh kreatifitas kerja guru terhadap motivasi belajar siswa) H1 : ρy2 > 0 (Tidak ada pengaruh kreatifitas kerja guru terhadap motivasi belajar siswa) c. H0 : Ry12 ≤ 0 (Ada pengaruh antara kompetensi pedagogik dan kreatifitas kerja guru secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa) H1 : Ry12> 0 (Tidak ada pengaruh antara kompetensi pedagogik dan kreatifitas kerja guru secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa)