BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ( Adolescence) 1. Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja (Adolescence)
1. Definisi Remaja
Istilah remaja sering disebut adolescence dan pubertas. Istilah
pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang
meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa
anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan
alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. sedangkan yang di maksud
dengan adolesen dulu merupakan sinonim dari pubertas, tapi sekarang
lebih ditekankan untuk menyatakan perubahan psikososial yang
menyertai pubertas pada seseorang (Soetjiningsih, 2004).
Remaja adalah masa peralihan atau transisi dari masa kanakkanak atau anak-anak menjadi dewasa (Sarwono, 2006). Masa remaja
merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan, karena
remaja berada pada suatu periode peralihan, masa perubahan, usia
bermasalah, saat dimana individu mencari identitas, usia yang
menakutkan, masa tidak realistis dan merupakan ambang kedewasaan
(Hermawan, 2003).
7
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2. Perkembangan psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong
(2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja
menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai
dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan
fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada
saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus
pengasingan diri. Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk
mencegah otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri
sebagai lawan terhadap difusi peran. Identitas kelompok menjadi
sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi.
Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang
hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab
pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga
dan masyarakat.
a. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok
adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari
kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika
remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya
mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap
kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga
mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri
sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi
individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan
diasingkan dari kelompok.
b. Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan
yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang
lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap
mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan
identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan
penuh dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan.
Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang
penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun
demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan
pada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada akhirnya akan
muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak
mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai
aspirasi, peran dan identifikasi.
c. Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan,
remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran
seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang
dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara
daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
d. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan
rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan
mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih
matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi
cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya
sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai
waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima
masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi,
dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan
perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
3. Pertumbuhan
Soetjiningsih (2004) pertumbuhan menggambarkan proses
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler yang
terlihat secara fisik dan dapat diukur dengan menggunakan satuan
panjang atau satuan berat dengan proses yang berkesinambungan
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dipengaruhi oleh faktor genetik (ras, keluarga) dan faktor lingkungan
bio-psikososial yang dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.
Potter & Perry (2005) menjelaskan mengenai empat fokus
utama pada pertumbuhan fisik masa remaja:
a) Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot, dan visera.
b) Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul.
c) Perubahan distribusi otot dan lemak.
d) Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.
Potter
&
Perry
(2005)
juga
menjelaskan
mengenai
pertumbuhan bahwa selama masa pubertas biasa terjadi peningkatan
laju tinggi dan berat badan. Pada anak perempuan pertumbuhan mulai
melaju antara usia 8 tahun dan 14 tahun, sedangkan pada anak laki –
laki dimulai pada usia 10 tahun sampai 16 tahun. Pertambahan tinggi
anak perempuan mencapai 90 % sampai 95 % tinggi dewasa pada
masa menarke (permulaan menstruasi) hingga mencapai tinggi penuh
pada usia 16 sampai 17 tahun, sedangkan anak laki – laki akan terus
tumbuh tinggi hingga usia 18 sampai 20 tahun.
Awitan pubertas pada anak perempuan biasanya ditandai
dengan perkembangan payudara. Setelah pertumbuhan awal jaringan
payudara, puting, areola ukurannya meningkat. Proses ini yang
sebagian dikontrol oleh hereditas, dimulai paling muda usia 8 tahun
dan mungkin tidak komplet sampai akhir usia 10 tahunan. Kadar
estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
mulai membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal
tersebut dapat terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual.
Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.
Menarke pada setiap individu sangat bervariasi, dapat terjadi paling
cepat pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun atau lebih.
Meskipun siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovulasi
mungkin tidak terjadi saat menstruasi pertama, fertilitas harus selalu
diwaspadai kecuali dilakukan hal lain.
Anak laki-laki mengalami kenaikan kadar testosterone selama
pubertas yang ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis,
prostat, dan vesikula seminalis. Anak laki-laki dan anak gadis
mungkin mengalami orgasmus sebelum masa pubertas, tetapi
ejakulasi pada anak laki-laki tidak terjadi sampai organ seksnya matur,
yaitu sekitar usia 12 atau 14 tahun. Ejakulasi mungkin terjadi pertama
kali selama tidur (emisi nocturnal), hal ini biasa disebut dengan mimpi
basah yang sering kali dianggap sangat memalukan. Anak laki – laki
harus mengetahui bahwa, meski mereka tidak menghasilkan sperma
saat pertama ejakulasi, mereka segera akan menjadi subur hingga
nanti saatnya terjadi perkembangan genital, rambut pubis, wajah, dan
tubuh mulai tumbuh. Pertumbuhan pada remaja dipengarahi oleh
beberapa hormon, antara lain:
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
a) Hormone Pertumbuhan (Growth Hormone/GH)
Hormon yang paling berpengaruh selama remaja, yang dihasilkan
terutama pada saat tidur nyenyak malam hari. Mempunyai dua
efek terhadap tulang rawan epifisis, serta berefek langsung pada
metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak dengan bersifat
anabolik.
b) Hormone Tiroid
Hormon tiroid berefek langsung pada maturasi tulang, selain itu
juga
hormon
tiroid
ini
mempengaruhi
produksi
hormon
pertumbuhan dan sebaliknya hormon tiroid juga tidak dapat
bekerja tanpa adanya hormon pertumbuhan.
c) Glukokortikoid
Glukokortikoid berfungsi untuk menekan sintesis tulang dan
tulang rawan serta mineralisasi, sehingga produksi glikoprotein
meningkat.
d) Calcium Regulating Hormon
Kalsium diatur oleh hormon paratiroid yang berpengaruh besar
pada elemen jaringan tulang yang terlibat dalam osteogenesis.
Selain itu juga ada vitamin D yang mempengaruhi maturasi tulang
(Soetjiningsih, 2004).
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4. Tahap-tahap pertumbuhan
a) Masa bayi (1 bulan –1 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan fisik bayi berlangusng sangat cepat.
Fungsi fisik bayi yang baru lahir kebanyakan reflektif dan
stabilisasi sistem organ tubuh pertama adalah fungsi tubuh yang
utama.
b) Pre school (3 – 6 tahun)
Pada
tahap
ini
pertumbuhan
berlangsung
sedikit
lama.
Pertumbuhan yang terjadi pada tahap ini tidak terlalu signifikan.
Perkembangan lebih berperan aktif pada tahap ini.
c) Masa remaja (12 – 20 tahun)
Pada tahap ini pertumbuhan mengalami percepatan sampai pada
saat pertumbuhan tinggi badan, ukuran tulang, dan gigi berhenti.
Sedangkan pertumbuhan berat badan masih dapat berubah. Pada
tahap selanjutnya yang terjadi adalah perkembangan tubuh (Potter
dan Pery, 2005).
5. Penggolongan Remaja
Menurut Sarwono (2004) ada 3 tahap perkembangan remaja
dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa:
a) Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–
heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya
sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah
berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah
dengan
berkurangnya
kendali
terhadap
“ego”.
Hal
ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
b) Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri
sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,
idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus
membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan
dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c) Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini:
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public).
B. Perilaku Remaja
a. Definisi Perilaku Remaja
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
didapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar (Notoatmodjo, 2003). Perilaku berbeda dengan pikiran atau
perasaan, karena perilaku dapat diamati dan dipelajari. Tidak
seorangpun dapat melihat atau mendengar pikiran, tetapi seseorang
dapat melihat dan mendengar perilaku. Seseorang dapat melihat atau
mengukur apa yang orang lain katakan, yaitu perilaku bicara dan kita
dapat menilai perilaku seseorang apakah perilaku itu positif atau
negatif. Dari perilaku seseorang bisa mengambil kesimpulan tentang
pikiran dan sikap terhadap suatu objek. perilaku remaja adalah suatu
perbuatan atau aktifitas yang merupakan reaksi atau respon terhadap
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
stimulus yang ada dalam lingkungan seorang remaja atas dasar
kepercayaan dan perasaan (Hermawan, 2003).
Perilaku
sosial
remaja
adalah
kemampuan
remaja
untuk
mengadakan sosialisasi seperti mudah bergaul dan menyesuaikan diri
didalam lingkungan sosialnya atau sejauh mana individu itu mampu
bereaksi secara sehat dan efektif terhadap hubungan, situasi dan
kenyataan sosial yang ada (Hermawan, 2003).
Seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan
hasil hubungan antar perangsang (stimulus), tanggapan (respon).
Skiner dalam Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwasannya
perilaku akan terbentuk melalui prosedur sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat
(reinforcerment)
berupa
hadiah-hadiah
(rewards)
bagi
perilakuyang akan dibentuk.
2. Melakukan proses analisis untuk mengidentifikasi komponenkomponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan
yang tepat untuki menuju kepada perilaku yang dimaksud.
3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu
sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau
hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.
Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan
komponen yang telah tersusun ini. Apabila komponen pertama telah
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini akan mengakibatkan
komponen atau perilaku (tindakan), kemudian dilakukan komponen
(tindakan) yang kedua diberi hadiah (komponen pertama tidak diberi
hadiah lagi), demikian berulang-ulang.
b. Tipe-tipe Perilaku
Setiap individu mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Tiga tipe
perilaku (Hermawan, 2003) adalah sebagai berikut :
1. Perilaku Pasif
Perilaku
pasif
merupakan
perilaku
individu
yang
berkecenderungan untuk diam, kurang menghargai dirinya dan
tidak percaya diri atau merupakan perilaku yang tidak menyatakan
perasaan-perasaan,
kebutuhan
dan
gagasan
dengan
cepat,
mengabaikan hak-haknya dan membiarkan orang lain melanggar
hak-hak tersebut. Perilaku pasif dapat berupa : emosional, tidak
jujur, menolak diri sendiri, pesimis, pemalu, sering menyakiti dan
menyalahkan diri sendiri, tidak suka di kritik, tidak mandiri,
banyak mengeluh, menarik diri secara sosial, canggung dalam
berinteraksi, ketergantungan pada orang lain dan penyimpangan
dari norma-nroma yang wajar (Hermawan, 2003).
2. Perilaku Agresif
Baron dalam Dayakisni dan Hudaniah (2006)
mendefinisikan perilaku agresif adalah perilaku individu yang
ditujukan untuk melukai atau mencelakakan orang lain yang tidak
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
menginginkan datangnya perilaku tersebut. Secara rinci definisi
dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu : (1)
Merupakan suatu tingkah laku; (2) Bertujuan melukai atau
mencelakakan individu lain; (3) Ada individu yang menjadi pelaku
agresi; dan (4) Ada individu yang menjadi korban dan
ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.
Perilaku agresif tersebut dapat berupa: nakal, kasar, tidak
bisa menahan diri, manja, menendang liar, mementingkan diri
sendiri, tidak percaya diri dan suka melanggar norma dalam
masyarakat seperti berkelahi, pemerasan. Perilaku agresif
dibedakan dalam 4 faktor, yaitu perilaku yang bertujuan untuk
melukai orang lain atau mencelakakan (termasuk mematikan atau
membunuh), ada individu yang menjadi pelaku dan menjadi
korban serta ketidakinginan si korban menerima perilaku tersebut
(Hermawan, 2003).
3. Perilaku Asertif
Sebagaian besar bentuk perilaku akan menghasilkan
karakteristik positif dari perilaku remaja, seperti adanya rasa
hormat, dapat berhubungan harmonis dengan keluarga, komunikasi
dengan keluarga baik, mampu mengontrol diri, luas dalam bergaul,
mudah diajak berteman, bersemangat, dapat bekerja sama dengan
orang lain, tertib, yakin penilaian positif tentang dirinya, mandiri,
percaya diri, mampu mengintropeksi diri, dapat mengendalikan diri
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
serta berinisiatif. Biasanya tipe perilaku ini sangat sulit untuk
dicapai, karena harus memiliki pribadi dan konsep diri yang tinggi
dan benar-benar siap serta matang (Hermawan, 2003).
c. Pengukuran Perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan
melalui dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan
(obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka
memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung
menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini
dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap subyek tentang apa
yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu
(Notoatmodjo, 2007).
C. Perilaku Kekerasan Remaja
Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah.
Menurut WHO dalam Bagong dkk. (2000), kekerasan adalah penggunaan
kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri,
perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan
atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian,
kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
Barker dalam Huraerah (2007) mendefinisikan child abuse
merupakan tindakan melukai beulang-ulang secara fisik dan emosional
terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan hasrat, hukuman
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen atau
kekerasan seksual.
Perilaku kekerasan adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak
luar yang berakibat menggangu bahkan mencederai dan melukai orang
lain (Notoatmodjo, 2003).
Terry dalam Huraerah (2007), psikiater internasional yang
merumuskan definisi tentang child abuse, menyebut ada empat macam
abuse, yaitu emotional abuse, verbal abuse, physical abuse, dan sexual
abuse).
1) Kekerasan Fisik (physical abuse)
Physical abuse, terjadi ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak
memukul anak (ketika anak sebenarnya memerlukan perhatian).
Pukulan akan diingat anak itu jika kekerasan fisik itu berlangsung
dalam periode tertentu. Kekerasan yang dilakukan seseorang berupa
melukai bagian tubuh anak.
2) Kekerasan Emosional (emotional abuse)
Emotional abuse terjadi ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak
setelah mengetahui anaknya meminta perhatian, mengabaikan anak itu.
Ia membiarkan anak basah atau lapar karena ibu terlalu sibuk atau
tidak ingin diganggu pada waktu itu. Ia boleh jadi mengabaikan
kebutuhan anak untuk dipeluk atau dilindungi. Anak akan mengingat
semua kekerasan emosional jika kekerasan emosional itu berlangsung
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
konsisten. Orang tua yang secara emosional berlaku keji pada anaknya
akan terus menerus melakukan hal sama sepanjang kehidupan anak itu.
3) Kekerasan secara Verbal (verbal abuse)
Biasanya berupa perilaku verbal dimana pelaku melakukan pola
komunikasi
yang
berisi
penghinaan,
ataupun
kata-kata
yang
melecehkan anak. Pelaku biasanya melakukan tindakan mental abuse,
menyalahkan, melabeli, atau juga mengkambinghitamkan.
4) Kekerasan Seksual (sexual abuse)
Sexual abuse meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut
(seperti istri, anak dan pekerja rumah tangga). Selanjutnya dijelaskan
bahwa sexual abuse adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan
hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak
wajar dan atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan
orang lain untuk tujuan komersil dan atau tujuan tertentu. Kekerasan
seksual (sexual abuse) merupakan jenis penganiayaan yang biasanya
dibagi dalam kategori berdasar identitas pelaku (Tower, 2002), terdiri
dari:
a) Familial Abuse
Incest merupakan sexual abuse yang masih dalam hubungan darah,
menjadi bagian dalam keluarga inti. Seseorang yang menjadi
pengganti orang tua, misalnya ayah tiri, atau kekasih, termasuk
dalam pengertian incest. Mayer dalam Tower (2002) menyebutkan
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kategori incest dalam keluarga dan mengaitkan dengan kekerasan
pada anak. Kategori pertama, sexual molestation (penganiayaan).
Hal
ini
meliputi
interaksi
noncoitus,
petting,
fondling,
exhibitionism, dan voyeurism, semua hal yang berkaitan untuk
menstimulasi pelaku secara seksual. Kategori kedua, sexual assault
(perkosaan), berupa oral atau hubungan dengan alat kelamin,
masturbasi, fellatio (stimulasi oral pada penis), dan cunnilingus
(stimulasi oral pada klitoris). Kategori terakhir yang paling fatal
disebut forcible rape (perkosaan secara paksa), meliputi kontak
seksual. Rasa takut, kekerasan, dan ancaman menjadi sulit bagi
korban. Mayer mengatakan bahwa paling banyak ada dua kategori
terakhir yang menimbulkan trauma terberat bagi anak-anak, namun
korban-korban sebelumnya tidak mengatakan demikian. Mayer
berpendapat derajat trauma tergantung pada tipe dari kekerasan
seksual, korban dan survivor mengalami hal yang sangat berbeda.
Survivor yang mengalami perkosaan mungkin mengalami hal yang
berbeda dibanding korban yang diperkosa secara paksa.
b) Extrafamilial Abuse
Extrafamilial Abuse, dilakukan oleh orang lain di luar keluarga
korban, dan hanya 40% yang melaporkan peristiwa kekerasan.
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa disebut
pedophile, yang menjadi korban utamanya adalah anak-anak.
Pedophilia diartikan ”menyukai anak-anak” (deYong dalam
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Tower, 2002). Pedetrasy merupakan hubungan seksual antara pria
dewasa dengan anak laki-laki (Struve & Rush dalam Tower, 2002).
Pornografi anak menggunakan anak-anak sebagai sarana untuk
menghasilkan gambar, foto, slide, majalah, dan buku (O’Brien,
Trivelpiece, Pecora et al., dalam Tower, 2002). Biasanya ada
tahapan yang terlihat dalam melakukan kekerasan seksual
Kemungkinan
pelaku
mencoba
perilaku
untuk
mengukur
kenyamanan korban. Jika korban menuruti, kekerasan akan
berlanjut dan intensif, berupa:
a) Nudity (dilakukan oleh orang dewasa).
b) Disrobing (orang dewasa membuka pakaian di depan anak).
c) Genital exposure (dilakukan oleh orang dewasa).
d) Observation of the child (saat mandi, telanjang, dan saat
membuang air).
e) Mencium anak yang memakai pakaian dalam.
f) Fondling (meraba-raba dada korban, alat genital, paha, dan
bokong).
g) Masturbasi
h) Fellatio (stimulasi pada penis, korban atau pelaku sendiri).
i) Cunnilingus (stimulasi pada vulva atau area vagina, pada
korban atau pelaku).
j) Digital penetration (pada anus atau rectum).
k) Penile penetration (pada vagina).
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
l) Digital penetration (pada vagina).
m) Penile penetration (pada anus atau rectum).
n) Dry intercourse (mengelus-elus penis pelaku atau area genital
lainnya, paha, atau bokong korban) (Sgroi dalam Tower, 2002).
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kekerasan Remaja
Terjadinya tindakan kekerasan dan perilaku kekerasan terhadap
remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari anak remaja itu
sendiri, orang tua, keluarga dan lingkungan sosial atau komunitas. Berikut
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kekerasanoleh remaja
(Soetjiningsih, 2004).
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor Anak Remaja
1) Faktor Perilaku menyimpang
Perilaku
menyimpang
adalah
semua
tingkah
laku
yang
menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat
(norma, agama, etika, peraturan sekolah, keluarga dan lain
sebagainya). Jika penyimpangan ini terjadi terhadap norma-norma
hukum pidana maka disebut kenakalan. Jenis kenakalan remaja
menurut Jensen dalam Sarwono (2004) adalah sebagai berikut :
1. Kenakalan yang nenimbulkan korban fisik pada orang lain
seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, dan pembunuhan,
biasanya penyebab dari masalah ini adalah saling mengejek dan
menjelek-jelekkan.
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain sebagainya.
Penyebab dari kenakalan ini adalah latar belakang sosial
ekonomi yang tergolong rendah.
3. Kenakalan sosial seperti pelacuran dan penyalahgunaan obat.
Di
Indonesia
hubungan
seks
sebelum
menikah
dapat
dikelompokan kedalam poin ini.
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status
anak sebagai pelajar dengan cara membolos, pergi dari rumah
dan sebagainya. Untuk saat sekarang perilaku ini masih belum
melanggar hukum karena berada dalam lingkungan keluarga
dan sekolah, tetapi setelah dewasa masalah ini akan
digolongkan menjadi kenakalan.
5. Kenakalan yang disengaja, misalnya kebiasaan mengganggu
teman (laki-laki atau perempuan), suka mengejek atau
mengolok-olok orang lain.
kekerasan fisik yang menimpa pada remaja atau yang
dilakukan oleh remaja juga berhubungan dengan perilaku
menyimpang pada remaja termasuk kenakalan remaja. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa remaja nakal dilaporkan lebih
banyak mengalami kekerasan fisik dibandingkan dengan teman
sebayanya yang tidak nakal. Kondisi kejiwaan remaja yang tidak
stabil dalam periode strum and drang dan pengaruh lingkungan
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
disekitarnya termasuk peran media masa dan eloktronik ditambah
orang tua yang kurang perhatian dapat menyebabkan remaja
berperilaku menyimpang.
Graham dikutp oleh Sarwono (2004) berpendapat bahwa
berbagai faktor yang didapat menyebabkan remaja berperilaku
menyimpang adalah sebagai berikut:
1. Faktor Lingkungan : malnutrisi, kemiskinan, migrasi karena
urbannisasi, pengunsian, masalah di sekolah, masalah keluarga,
kematian orang tua, orang tua sakit berat atau cacat dan
hubungan antar keluarga tidak harmonis. Pada kasus inilah
yang dapat menyebabkan para remaja mengalami harga diri
rendah.
2. Faktor pribadi : bakat yang mempengaruhi temperamen
(menjadi pemarah, hiperaktif, cacat tubuh, ketidak mampuan
menyesuaikan diri), merasa diri paling hebat, atau sebaliknya
merasa minder atau lebih dikenal dengan gangguan citra tubuh,
ideal diri yang baik realistis dan harga diri rendah.
2) Faktor Keterbatasan Fisik dan Mental
Faktor lain yang mempengaaruhi terjadinya kekerasan adalah
penderita gangguan perkembangan, menderita penyakit kronis
yang disebabkan ketergantungan anak kepada lingkungannya. Pada
kenyataannya sekalipun mereka mempunyai keterbatasan fisik dan
mental remaja ini juga dapat membutuhkan sarana perkembangan
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
fisik, sosial dan seksual yang sama dengan anak normal. Muda,
tampan dan utuh adalah hal-hal yang ditekankan dalam
masyarakat. Persepsi inilah yang membuat para remaja yang
memiliki keterbatasan fisik dan mental menganggap dirinya kurang
dan tidak sempurna. Biasanya anak-anak ini sering dihina atau
diejek dengan kekurangan yang ia miliki, sehingga timbul dalam
hatinya untuk menyakiti orang lain.
a. Keluarga
Orang tua memegang peran yang sangat penting terhadap
tejadinya kekerasan pada remaja. Di dalam keluarga sering kali
kita temukan penganiayaan, pengekangan, yang akhirnya dapat
menyebabkan gangguan konsep diri (konsep diri negatif) yang
terdiri dari lima (5) komponen yaitu : remaja akan mengalami
citra tubuh yang negatif, harga diri rendah, peran yang tidak
memuaskan, merasa diri tidak ideal dan identitas yang tidak
jelas, yang kesemuanya dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah :
1. Praktek-praktek budaya yang merugikan anak, seperti anak
harus patuh pada orang tua dan hubungan yang asimetris.
2. Dibebaskan dengan penganiayaan.
3. Gangguan mental, pecandu obat dan minuman keras.
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4. Belum mencapai kematangan fisik, emosi maupun sosial,
terutama orang tua mereka yang mempunyai anak sebelum
berusia 20 tahun.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama
dalam kehidupan manusia, tempat mereka belajar dan
menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan
interaksi dengan kelompok (Gerungan, 2004). Salah satu faktor
utama lain yang mempengaruhi perkembangan sosial anakanak adalah faktor keutuhan keluarga.
b. Faktor Lingkungan Sosial (Komunitas)
Kondisi lingkungan sosial juga dapat menjadi pencetus
terjadinya kekerasan pada anak. Lingkungan sosial atau
komunitas adalah tempat dibentuknya konsep diri seseorang
setelah lingkungan keluarga. Seseorang yang cacat berada
dalam lingkungan orang-orang yang normal pasti anak yang
cacat tersebut akan merasa minder (Tidak PD) untuk bergaul
dengan anak-anak yang tidak cacat tadi. Begitupun dengan
masalah ras, sosial ekonomi yang dapat menyebabkan status
seseorang
dipandang
rendah.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi adalah :
a. Kemiskinan
dalam
masyarakat
dan
tekanan
nilai
materilalistis.
b. Kondisi sosial ekonomi yang rendah.
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c. Adanya nilai dalam masyarakat bahwa anak adalah milik
orang tua sendiri.
d. Status yang dipandang rendah.
e. Nilai masyarakat yang terlalu individualistis.
Keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah berpengaruh
terhadap perkembangan anak-anak, apabila kita perhatikan
bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan
material yang dihadapi anak didalam keluarganya itu lebih
luas, mereka mendapat kesempatan yang lebih luas untuk
mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak
dapat mereka kembangkan apabila tidak ada perasaanya
(Gerungan,2004).
Hubungan orang tuanya hidup dalam status sosioekonomi serba-serba cukup dan kurang mengalami tekanantekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah
hidupnya yang memadai. Orang tua dapat mencurahkan
perhatian yang lebih mendalam pada pendidikan anak-anaknya
apabila mereka tidak dibebani dengan masalah-masalah
kebutuhan primer kehidupan manusia.
c. Proses Pendisiplinan yang Keliru
Pendidikan disiplin seperti itu akan membuat remaja
menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan
membenci
orang
yang
memberi
hukuman,
kehilangan
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
spontanitas serta inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan
kemarahanya dalam bentuk agresi kepada orang lain.
Hubungan dengan lingkungan sosial berorientasi kepada
kekuasaan dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat
berbuat sekehendak hatinya. Sedangkan yang tidak berkuasa
menjadi tandu. Pola pendisiplinan tersebut dapat pula
menimbulkan pemberontakan, terutama bila larangan-larangan
yang bersangsi hukuman tidak diimbangi dengan alternatif
(cara) lain yang dapat memenuhi kebutuhan yang mendasar.
E. Minuman Keras
Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol
adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan
kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman keras dibatasi ke
sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas
usia tertentu (Darmawan, 2010).
Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol dan
dapat menimbulkan ketagihan, bisa berbahaya bagi pemakainya karena
dapat
mempengaruhi
pikiran,
menyebabkan
kerusakan
ditimbulkan
adalah
suasana
fungsi-fungsi
memberikan
hati
organ
dan
perilaku,
tubuh.
rangsangan,
Efek
serta
yang
menenangkan,
menghilangkan rasa sakit, membius, serta membuat gembira (Smallcrab,
2012).
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Penyalahgunaan alkohol telah menjadi masalah pada hampir setiap
Negara di seluruh dunia. Tingkat konsumsi alkohol di setiap Negara
berbeda-beda tergantung pada kondisi sosio kultural, pola religius,
kekuatan ekonomi, serta bentuk kebijakan dan regulasi alkohol di tiap
negara (Sisworo, 2008). Pada saat ini terdapat kecenderungan penurunan
angka pecandu alkohol di negara-negara maju namun angka pecandu
alkohol ini justru meningkat pada negara-negara berkembang. World
Health Organization (WHO) memperkirakan saat ini jumlah pecandu
alkohol diseluruh dunia mencapai 64 juta orang, dengan angka
ketergantungan yang beragam disetiap negara. Di Amerika misalnya,
terdapat lebih dari 15 juta orang yang mengalami ketergantungan alkohol
dengan 25% diantaranya adalah pecandu dari kalangan wanita.
1. Faktor Pendorong Penyalahgunaan
Penyalahgunaan alkohol dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori
utama menurut respon serta motif individu terhadap pemakaian
alkohol itu sendiri (Stuart dan Sundeen, 2007).
a) Penggunaan
alkohol
yang
bersifat
eksperimental.
Kondisi
penggunaan alkohol pada tahap awal yang disebabkan rasa ingin
tahu dari seseorang (remaja). Sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembangnya, remaja selalu ingin mencari pengalaman baru atau
sering juga dikatakan taraf coba-coba, termasuk juga mencoba
menggunakan alkohol.
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b) Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional. Penggunaan
alkohol pada waktu berkumpul bersama-sama teman sebaya,
misalnya pada waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun atau
acara pesta lainnya. Penggunaan ini mempunyai tujuan untuk
rekreasi bersama teman sebaya.
c) Penggunaan
alkohol
yang
bersifat
situasional.
Seseorang
mengkonsumsi alkohol dengan tujuan tertentu secara individual,
hal itu sebagai pemenuhan kebutuhan seseorang yang harus
dipenuhi. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk
melarikan diri dari masalah, konflik, stress dan frustasi.
d) Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan. Penggunaan
alkohol yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan
secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan. Sudah
terjadi penyimpangan perilaku, mengganggu fungsi dalam peran di
lingkungan sosial, seperti di lingkungan pendidikan atau pekerjaan.
e) Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan. Penggunaan
alkohol yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik
dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya
toleransi dan sindroma putus zat (alkohol). Suatu kondisi dimana
indidvidu yang biasa menggunakan zat adiktif (alkohol) secara
rutin pada dosis tertentu akan menurunkan jumlah zat yang
digunakan atau berhenti memakai, sehingga akan menimbulkan
gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Berdasarkan
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
respon individu terhadap penyalahgunaan alkohol seperti tersebut
diatas, dampak yang diakibatkan oleh individu yang sudah berada
pada fase penyalahgunaan dan ketergantungan adalah paling berat.
Individu yang sudah berada pada fase penyalahgunaan dan
ketergantungan akan dapat berperilaku anti sosial. Perilaku agresif,
emosional, acuh, dan apatis terhadap permasalahan dan kondisi
sosisalnya adalah sifat-sifat yang sering muncul pada orang dengan
penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap alkohol.
Pada fase eksperimental, rekreasional dan situasional, dampak
yang muncul biasanya diakibatkan oleh perilaku kelompok remaja
pemakai alkohol pada tahap ini. Kebut-kebutan di jalan, pesta pora,
aktivitas seksual, perkelahian, dan tawuran adalah perilaku yang
sering ditunjukkan oleh kelompok remaja pemakai alkohol pada
tahap awal ini.
2. Dampak Minuan Beralkohol
Dampak negatif penggunaan alkohol dikategorikan menjadi 3, yaitu
dampak fisik, dampak neurology dan psychologi, juga dampak sosial
(Woteki dalam Darmawan, 2010).
a) Dampak Fisik
Beberapa penyakit yang diyakini berasosiasi dengan
kebiasaan minum alkohol antara lain serosis hati, kanker, penyakit
jantung dan syaraf. Sebagian besar kasus serosis hati (liver
cirrhosis) dialami oleh peminum berat yang kronis. Sebuah studi
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
memperkirakan bahwa konsumsi 210 gram alkohol atau setara
dengan minum sepertiga botol minuman keras (liquor) setiap hari
selama 25 tahun akan mengakibatkan serosis hati (Darmawan,
2010).
Berkaitan dengan kanker terdapat bukti yang konsisten
bahwa alkohol meningkatkan resiko kanker di beberapa bagian
tubuh tertentu, termasuk: mulut, kerongkongan, tenggorokan,
larynx dan hati. Alkohol memicu terjadinya kanker melalui
berbagai mekanisme.
Salah satunya alkohol mengkatifkan ensim-ensim tertentu
yang mampu memproduksi senyawa penyebab kanker. Alkohol
dapat pula merusak DNA, sehingga sel akan berlipatganda
(multiplying) secara tak terkendali (Tarwoto dkk, 2010). Peminum
minuman keras cenderung memiliki tekanan darah yang relatif
lebih tinggi dibandingkan non peminum (abstainer), demikian pula
mereka lebih berisiko mengalami stroke dan serangan jantung.
Peminum kronis dapat pula mengalami berbagai gangguan syaraf
mulai dari dementia (gangguan kecerdasan), bingung, kesulitan
berjalan dan kehilangan memori. Diduga konsumsi alkohol yang
berlebihan dapat menimbulkan defisiensi thiamin, yaitu komponen
vitamin B komplek berbentuk kristal yang esensial bagi
berfungsinya sistem syaraf.
b) Dampak Psikoneurologis
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Pengaruh addictive, imsonia, depresi, gangguan kejiwaaan, serta
dapat
merusak
jaringan
otak
secara
permanen
sehingga
menimbulkan gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian,
kemampuan belajar, dan gangguan neurosis lainnya (Sarwono,
2004).
c) Dampak Sosial
Dampak sosial yang berpengaruh bagi orang lain, di mana perasaan
pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung, perhatian
terhadap lingkungan menjadi terganggu. Kondisi ini menekan
pusat pengendalian diri sehingga pengguna menjadi agresif, bila
tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan yang melanggar
norma bahkan memicu tindakan kriminal serta meningkatkan
resiko kecelakaan (Sarwono, 2004).
Berdasarkan kisaran waktu (periode) pengaruh penggunaan
alkohol dibedakan menjadi 2 kategori:
a) Pengaruh jangka pendek
Walaupun pengaruhnya terhadap individu berbeda-beda,
namun terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam
darah Blood Alkohol Concentration (BAC) dan efeknya.
Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif
seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam
darah.
Resiko
intoksikasi
(mabuk)
merupakan
gejala
pemakaian alkohol yang paling umum. Penurunan kesadaran
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
seperti koma dapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat
demikian juga nafas terhenti hingga kematian. Selain itu efek
jangka
pendek
alkohol
dapat
menyebabkan
hilangnya
produktifitas kerja. Alkohol juga dapat menyebabkan perilaku
kriminal. Ditenggarai 70% dari narapidana menggunakan
alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan dan lebih dari
40% kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol
b) Pengaruh Jangka Panjang
Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang
dapat menyebabkan penyakit khronis seperti kerusakan
jantung, tekanan darah tinggi, stroke, kerusakan hati, kanker
saluran pencernaan, gangguan pencernaan lain (misalnya tukak
lambung),
impotensi
dan
berkurangnya
kesuburan,
meningkatnya resiko terkena kanker payudara, kesulitan tidur,
kerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan suasana
perasaan, sulit dalam mengingat dan berkonsentrasi.
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
F. Kerangka Teori
Keluarga
Lingkungan
Remaja
Konsumsi minuman
beralkohol
Kekerasan Remaja
-
Pasif
-
Agresif
Gambar 2.1 Kerangka Teori Perilaku Kekerasan pada Remaja
Sumber : Gerungan,(2004). Freddy P. Mandey (1996)
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
G. Kerangka Konsep
Variable Independent
Konsumsi Alkohol
Variable Dependent
Perilaku Kekerasan
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara
konsumsi alkohol dengan perilaku kekerasan pada remaja d SMK X
Purwokerto.
Hubungan Konsumsi Minuman..., Nopip Rimawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Download