ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA SEDANG
DI BPM Bd. ELIS LISMAYANI, SST., SKM., M.M
KABUPATEN CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
MIKEU OKTAVIA SURYANA
NIM. 13DB277071
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
Judul
: Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Dengan Anemia Sedang
Penyusun
: Mikeu Oktavia Suryana
NIM
: 13DB277071
PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan Disetujui
Untuk Mengikuti Ujian Sidang LTA
Pada Program Studi D-III Kebidanan
STIKes Muhammadiyah Ciamis
Oleh :
Pembimbing I
Heni Heryani, SST., MKM
Ciamis,
Juni 2016
Ciamis,
Juni 2016
NIK. 0432778104030
Pembimbing II
Aulia Ridla Fauzi, SST
NIK. 0432778915098
Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III Kebidanan,
Heni Heryani, SST., MKM.
NIK. 0432778104030
i
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa LTA yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada
Ibu Hamil Dengan Anemia Sedang di BPM Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., MM
Kabupaten Ciamis.” Sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian
didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan
institusi Prodi D-III Kebidanan
STIKes
Muhammadiyah
Ciamis
apabila
dikemudian hari ditemukan adanya pelabggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini.
Ciamis,
Juni 2016
Yang Membuat Pernyataan,
MIKEU OKTAVIA SURYANA
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi atas Taufik, Rahmat,
dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Dengan Anemia Sedang di
BPM Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., M.M Kabupaten Ciamis”.
Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan D-III Kebidanan dan memenuhi gelar Ahli Madya
Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis
menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan dan belum sempurna.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat :
1. Dr. H. Zulkarnaen, SH., MH, selaku ketua BPH STIKes Muhammadiyah
Ciamis
2. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.MKes, selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis
3. Heni Heryani, SST., M.KM, selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan dan
Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Aulia Ridla Fauzi, SST, selaku Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5. H. Iif Taufik El Haque, S.Kep, selaku Pembimbing AIK yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., M.M, selaku pembimbing lahan praktik yang
telah memberikan arahan, saran, dan motivasi dalam penyusunan Lapotan
Tugas Akhir ini.
iv
7. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan STIKes Muhammadiyah Ciamis yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu proses keilmuan bagi
penulis.
8. Kedua orang tua Ayahanda Nana Suryana dan Ibunda Lela yang selalu
memberi dukungan dan semangat. Penulis ucapkan terima kasih yang tak
terhingga atas do’a dan kasih sayangnya.
9. Teman-teman asrama 9 yang saling memberikan dukungan dalam proses
penyusunan LTA ini.
10. Teman-teman mahasiswi kebidanan angkatan
10
yang juga saling
memberikan dukungan dan semangatnya.
Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreatifitas dalam
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan.
Akhirul Kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesarbesarnya apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu.
Terima kasih, semoga apa yang dicita-citakan kita bersama dikabulkan Allah
SWT. Aamiin.
Nasrun Minallah wa Fathun Qoriib wa Bassyiril Mu’minin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciamis, Juni 2016
Penyusun
v
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA SEDANG
DI BPM Bd. ELIS LISMAYANI, SST., MM KABUPATEN CIAMIS 1
Mikeu Oktavia Suryana2 Heni Heryani3 Aulia Ridla Fauzi4
INTISARI
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobindibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada
trimester 2. Gejala yang ditimbulkan oleh anemia biasanya adalah gampang
lemah, lesu, dan sesak nafas saat beraktifitas, permukaan kulit dan wajah pucat,
mudah pusing, dan gampang pingsan. Kehamilan dengan anemia dapat
menyebabkan abortus, kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi,
berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan,
bayi mudah mendapatkan infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia
rendah.
Tujuan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini untuk memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan anemia sedang dengan menggunakan pendekatan proses manajemen
kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia sedang ini
dilakukan selama 1 bulan di BPM Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., MM Kota
Ciamis.
Dari hasil penyusunan Laporan Tugas Akhir ini mendapatkan gambaran
dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan anemia sedang. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan anemia sedang di BPM Bd. Elis Lismayani, SST., SKM.,
MM Kabupaten Ciamis dilaksanakan cukup baik.
Kata kunci
: Kehamilan Anemia Sedang
Referensi
: Al-Qur’an, 20 buku (2007-2014), 4 website, 2 jurnal
Halaman
: i-ix, 61 halaman, 16 lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
INTISARI ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kehamilan ........................................................................ 7
B. Konsep Anemia Dalam Kehamilan ............................................... 24
C. Teori Manajemen Kebidanan ....................................................... 29
D. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan
Anemia Sedang ........................................................................... 33
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Metode Pengkajian ....................................................................... 42
B. Tempat dan Waktu Pengkajian ..................................................... 42
C. Subjek yang Dikaji ......................................................................... 42
D. Jenis Data ...................................................................................... 42
E. Instrumen Pengkajian .................................................................... 43
F. Tinjauan Kasus .............................................................................. 44
BAB IV PEMBAHASAN
A. Subjektif ........................................................................................ 51
B. Objektif .......................................................................................... 51
C. Analisa Data .................................................................................. 52
D. Penatalaksanaan .......................................................................... 53
vii
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 58
B. Saran ............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 60
LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Riwayat Hidup
Lampiran 2
Time Schedule
Lampiran 3
Surat Ijin Studi Pendahuluan dari STIKes Muhammadiyah Ciamis
Lampiran 4
Surat Ijin Pra penelitian dari Kantor KESBANGPOL Ciamis
Lampiran 5
Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Ciamis
Lampiran 6
Data Kasus Anemia pada kehamilan dari Puskesmas Baregbeg
Januari-Maret 2016
Lampiran 7
Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 8
Lembar Konsultasi Pembimbing 1
Lampiran 9
Lembar Konsultasi Pembimbing 2
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing Studi Islam
Lampiran 11 Daftar Tilik Anamnesis Antenatal
Lampiran 12 Daftar Tilik Pemeriksaan Fisik Antenatal
Lampiran 13 Daftar Tilik Pendidikan Kesehatan Antenatal
Lampiran 14 Daftar Tilik Pemeriksaan Protein Urine
Lampiran 15 Daftar Tilik Pemeriksaan Haemoglobin Metode Sahli
Lampiran 16 Daftar Tilik Pemeriksaan Glukosa Urine
ix
Judul
: Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Anemia Sedang
Penyusun
: Mikeu Oktavia Suryana
NIM
: 13DB277071
PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dan diperbaiki
sesuai dengan masukan Dewan Penguji
Pada tanggal 29 Juni 2016
Mengesahkan,
Penguji I,
Penguji II,
Sri Utami Asmarani, SST
Heni Heryani, SST., M.KM
NIK. 0432779114096
NIK. 0432778104030
Mengetahui,
Ketua
Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis,
Program Studi D-III Kebidanan,
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes
NIK. 0432777295008
Heni Heryani, SST., M.KM
NIK. 0432778104030
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan
(fertilisasi)
adalah
terjadinya
pertemuan
dan
persenyawaan antar sel mani dan sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba.
Syarat dari setiap kehamilan adalah adanya spermatozoa, ovum, pembuahan
ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi. Dengan adanya fertilisasi inti
ovum segera berubah menjadi pronukleus betina, sementara spermatozoon
setelah melepaskan ekornya berubah menjadi pronukleus jantan. Kedua
pronukleus ini akhirnya melebur ditengah-tengah sitoplasma sel telur dan
terjadilah zigot, sebuah sel tunggal, awal sebuah kehidupan baru makhluk
manusia (Prawirohardjo, 2009).
Kehamilan normal biasanya berlangsung kira-kira 10 bulan atau 9
bulan kalender atau 40 minggu atau 280 hari. Lama kehamilan dihitung dari
hari pertama haid terakhir (HPHT). Akan tetapi sebenarnya konsepsi terjadi
sekitar 2 minggu setelah HPHT. Dengan demikian umur janin pasca konsepsi
ada selisih kira-kira 2 minggu. Usia pasca konsepsi ini akan digunakan untuk
mengetahui perkembangan janin (Kusmiyati, 2009). Allah SWT Berfirman :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (Q. S. Luqman (31) ayat 14).
Dari ayat tersebut telah terbukti secara ilmiah, bahwa kesehatan ibu
hamil sangat rentan terganggu dan beberapa ibu hamil bahkan beresiko
tinggi. Dimana ia harus memperhatikan kondisi janinnya dengan berbagai hal
yang mendukung pertumbuhan janinnya. Pada beberapa fase, kondisi fisik
tubuhnya mengalami berbagai perubahan sesuai dengan beban yang
diterimanya dan janin. Mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil adalah
masalah besar di Negara berkembang. Di Negara miskin, sekitar 25-50%
kematian wanita subur usia disebabkan hal yang berkaitan dengan
2
kehamilan (Kusmiyati, 2009). Salah satu faktor yang menjadi penyebab
mortalitas dan mordibilitas pada ibu hamil ialah anemia dalam kehamilan.
Anemia pada kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester
2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil
terjadi karena hemodilusi (pengenceran darah), terutama pada trimester 2.
Anemia merupakan masalah nutrisi yang paling sering ditemukan
dan
resikonya meningkat pada kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi
yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin dengan
cepat. (Prawirohardjo, 2009).
Anemia ini merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah yang
ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum dan
konsentrasi haemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun. Pada
kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke
janin, kehilangan darah pada saat persalinan dan laktasi yang jumlah
keseluruhannya mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah. Oleh
karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan
besi yang rendah maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia
defisiensi besi (Prawihardjo, 2009).
Dampak kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat diamati dari
besarnya angka kesakitan dan kematian maternal serta neonatal serta
peningkatan resiko bayi berat lahir rendah sedangkan penyebab kematian
maternal sebagian besar disebabkan oleh pendarahan yang
semuanya
bersumber dari anemia defisiensi zat besi (Arisman, 2010).
Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir
kehamilan maka akan berpengaruh pada saat persalinan, karena anemia
dalam kehamilan dapat mengakibatkan pendarahan post partum. Data World
Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam
kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan
jarak keduanya saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan
masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan tingkat
morbilitas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan
karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%.Tingginya prevalensinya
anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi
pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013).
3
Di Negara ASEAN pada tahun 2007 kejadian anemia bervariasi,
Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 70%,
sedangkan di Filipina berkisar 55%, Thailand 45%, Malaysia 30%, dan
singapura 7% (Anonim, 2009). Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang
terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi besi ibu hamil
di Indonesia (Prawirohardjo, 2009).
Data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2010 menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar
220 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2014 sebesar
118 per 100.000 kelahiran hidup dan target Milenium Development Goals
(MDG’s) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 (Kemenkes RI,
2011).
Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10
wanita hamil menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada ibu
hamil 40%. Angka kejadian anemia kehamilan di Jawa Barat pada tahun
2010 masih terbilang cukup tinggi yaitu sekitar 40-43% kasus penderita
anemia pada ibu hamil (Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Provinsi Jawa
Barat, 2011).
Data yang diperoleh dari Puskesmas Baregbeg, ibu hamil yang
menderita anemia sejak bulan Januari sampai Maret 2016 yaitu 42 dari 135
orang ibu hamil dan 1 diantaranya anemia berat.
Kebijakan pemerintah dalam menangani anemia dalam kehamilan
adalah pemberian suplementasi besi dan asam folat. WHO menganjurkan
untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologik selama kehamilan, namun banyaknya literatur yang menganjurkan
dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan.
Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi dianjurkan untuk
memberikan suplementasi zat besi sampai tiga bulan post partum
(Prawirohardjo, 2009).
Kebutuhan ibu selama hamil ialah 800 mg besi, diantaranya 300 mg
untuk janin plasenta dan 500 mg untuk penambahan eritrosit ibu. Dengan
demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg zat besi/hari. Perlu
diingat ada beberapa kondisi yang menyebabkan defisiensi kalori-besi,
misalnya infeksi kronik, penyakit hati dan thalassemia. Efek samping berupa
gangguan perut pada pemberian oral menurunkan kepatuhan pemakaian
4
secara massal, ternyata rata-rata hanya 15 tablet yang dipakai oleh wanita
hamil (Prawirohardjo, 2009).
Menurut penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu hamil tentang
anemia defisiensi besi dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe,
diperoleh dari 46 responden yang berpengetahuan baik ternyata 18 0rang
(100%) patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe. Dari 16 responden yang
berpengetahuan
mengkonsumsi
cukup
tablet
ternyata
Fe,
14
sedangkan
orang
dari
(87,5%)
46
patuh
responden
dalam
yang
berpengetahuan kurang yaitu 12 orang (100%) kurang patuh dalam
mengkonsumsi tablet Fe. Secara umum ketidakpatuhan dapat menyebabkan
meningkatnya
resiko
berkembangnya
masalah
kesehatan
atau
memperpanjang dan memperburuk kesakitan yang sedang diderita.
Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% opname dirumah sakit
merupakan akibat dari ketidakpatuhan pasien terhadap aturan pengobatan.
Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat mencerminkan
seberapa besar peluang untuk terkena anemia. Pemberian informasi tentang
anemia akan bertambah tentang pengetahuan mereka mengenai anemia,
karena pengetahuan memegang peranan yang sangat penting sehingga ibu
hamil patuh meminum zat besi. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pembentukan perilaku seseorang ditentukan oleh beberapa
faktor intern, antara lain motivasi, pengetahuan dan persepsi orang tersebut
(Nora, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik melakukan asuhan
kebidanan pada Ibu Hamil dengan anemia sedang di BPM Bd. Elis
Lismayani, SST., SKM., M.M Kabupaten Ciamis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan: “Bagaimana
gambaran asuhan kebidanan pada Ibu Hamil dengan anemia sedang di BPM
Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., MM Kabupaten Ciamis?”.
5
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
anemia sedang melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut
Helen Varney di BPM Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., MM.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara lengkap pada Ibu Hamil
dengan anemia sedang di BPM Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., MM.
b. Mampu melakukan interpretasi data serta merumuskan diagnosa
kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada Ibu Hamil dengan anemia
sedang di BPM Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., MM.
c. Mampu merumuskan diagnosa potensial pada Ibu Hamil dengan
anemia sedang di BPM Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., MM.
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera pada Ibu Hamil dengan
anemia sedang di BPM Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., MM.
e. Mampu menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan pengkajian pada Ibu Hamil dengan anemia sedang di BPM
Bd. Elis Lismayani, SST., SKM., MM.
f.
Mampu melaksanakan perencanaan tindakan asuhan kebidanan
pada Ibu Hamil dengan anemia sedang di BPM Bd. Elis Lismayani,
SST., SKM., MM.
g. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan
pada Ibu Hamil dengan anemia sedang di BPM Bd. Elis Lismayani,
SST., SKM., MM.
D. Manfaat Studi kasus
1. Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan
kebidanan komprehensif pada ibu hamil dengan anemia sedang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia
sedang.
6
b. Bagi profesi
Memberikan masukan dalam upaya mengembangkan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan anemia sedang.
c. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Untuk menambah referensi mengenai asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan anemia sedang.
d. Bagi ibu
Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil diharapkan
ibu dapat melewati kehamilannya dengan sehat dan selamat sampai
proses persalinan khususnya pada ibu hamil dengan anemia sedang.
e. Bagi BPM
Mengurangi jumlah kasus anemia dalam kehamilan
terpantaunya kondisi ibu hamil dengan anemia.
serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kehamilan
1. Definisi Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, penerapan, tanggung jawab
bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan
dan masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga
berencana, kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kebutuhan masyarakat).
Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan keselamatan
ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan
berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganya dengan
menumbuhkan rasa percaya diri.
Keberhasilan tujuan asuhan kebidanan antara lain dipengaruhi oleh
adanya
keterkaitan
penerapan
masing-masing
komponen
yang
dapat
memengaruhi keberhasilan asuhan, baik dari pemberi asuhan maupun penerima
asuhan (Soepardan S, 2008).
2. Definisi Kehamilan
Kehamilan (fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan
antar sel mani dan sel telur. Fertilisasi terjadi di ampuloa tuba. Syarat dari setiap
kehamilan adalah adanya spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan
nidasi hasil konsepsi. Dengan adanya fertilisasi inti ovum segera berubah
menjadi pronukleus betina, sementara spermatozoon setelah melepaskan
ekornya berubah menjadi pronukleus jantan. Kedua pronukleus ini akhirnya
melebur ditengah-tengah sitoplasma sel telur dan terjadilah zigot, sebuah sel
tunggal, awal sebuah kehidupan baru makhluk manusia (Prawirohardjo,2009).
Kehamilan normal biasanya berlangsung kira-kira 10 bulan atau 9 bulan
kalender atau 40 minggu atau 280 hari. Lama kehamilan dihitung dari hari
pertama haid terakhir (HPHT). Akan tetapi sebenarnya konsepsi terjadi sekitar 2
minggu setelah HPHT. Dengan demikian umur janin pasca konsepsi ada selisih
kira-kira 2 minggu. Usia pasca konsepsi ini akan digunakan untuk mengetahui
perkembangan janin (Kusmiyati, 2009).
7
8
“Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, pencipta yang paling baik.” (Q. S.AlMu‟minun Ayat 14).
Berdasarkan
dari
ayat
Al-Qur‟an
diatas,
maka
telah
dijelaskan
bagaimana Allah SWT menciptakan manusia yang semula berasal dari
segumpal darah dari dalam kandungan ibu hingga lahirlah ke dunia menjadi
sosok manusia sempurna.
3. Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut (Kusmiyati, 2009), tanda dan gejala kehamilan terbagi 2
klasifikasi yakni:
a. Tanda yang tidak pasti (Probable Signs)/ tanda mungkin hamil
Tanda-tanda mungkin adalah sebagai berikut:
1) Amenorrhea
Bila seorang wanita dalam masa mampu hamil, apabila sudah
kawin mengeluh terlambat haid, maka pikirkan bahwa dia hamil,
meskipun keadaan stress, obat-obatan, penyakit kronis dapat pula
mengakibatkan terlambat haid.
2) Mual dan muntah
Mual dan muntah merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak
enak sampai muntah berkepanjangan. Dalam kedokteran sering disebut
morning sickness karena munculnya sering pada pagi hari. Mual dan
muntah diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga oleh
emosi penderita yang tidak stabil. Untuk mengatasinya penderita perlu
diberi makanan-makanan yang ringan, mudah dicerna dan menerangkan
bahwa keadaan ini masih dalam batas normal orang hamil. Bila
berlebihan dapat diberi obat-obat anti muntah.
9
3) Mastodinia
Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara
disebabkan payudara membesar. Vaskularisasi bertambah, asinus dan
duktus berploferasi karena pengaruh estrogen dan progesteron.
4) Quickening
Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama, biasanya
disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu.
5) Keluhan kencing
Frekuensi
kencing
disebabkan karena
bertambah
dan
sering
kencing
malam,
desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh
uterus ke kranial.
6) Konstipasi
Ini terjadi karena efek relaksasi progesterone atau dapat juga
karena perubahan pola makan.
7) Perubahan berat badan
Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan,
karena nafsu makan menurun dan muntah-muntah. Pada bulan
selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai stabil menjelang
aterm.
8) Perubahan temperatur basal
Kenaikan temperatur basal lebih dari 3 minggu biasanya merupakan
tanda telah terjadi kehamilan.
9) Perubahan warna kulit
Perubahan ini antara lain chloasma yakni warna kulit yang kehitamhitaman pada dahi, punggung hidung dan kulit daerah tulang pipi,
terutama pada wanita dengan warna kulit tua. Biasanya muncul setelah
kehamilan 16 minggu. Pada daerah areola dan puting payudara, warna
kulit menjadi lebih hitam. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh
stimulasi MSH (Melanocyte Stimulating Hormone).
Pada kulit daerah
abdomen dan payudara dapat mengalami perubahan yang disebut striae
gravidarum yaitu perubahan warna seperti jaringan parut. Diduga ini
terjadi karena pengaruh adrenokortikosteroid. kadang-kadang timbul pula
teleangiektasis karena pengaruh estrogen tinggi.
10
10) Perubahan payudara
Akibat stimulasi prolactin dan HPL (Human Placental Lactogen),
payudara mensekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari
16 minggu.
11) Perubahan pada uterus
Uterus
mengalami
perubahan
pada
ukuran,
bentuk,
dan
konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak dan globular. Teraba
balotement, tanda ini muncul pada minggu ke 16-20, setelah rongga
rahim mengalami obliterasi dan cairan amnion cukup banyak. Balotement
adalah tanda ada benda terapung/melayang dalam cairan. Sebagai
diagnosis banding adalah asites yang disertai dengan kista ovarium,
mioma uteri dan sebagainya.
12) Tanda piskacek’s
Terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang
dekat dengan implantasi plasenta.
13) Perubahan-perubahan pada serviks
a) Tanda hegar
Tanda ini berupa perlunakan pada daerah isthimus uteri,
sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih
tipis
dan
uterus mudah
difleksikan. Dapat diketahui melalui
pemeriksaan bimanual. Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke-6,
dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.
b) Tanda goodell’s
Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks terasa lebih
lunak. Penggunaan kontrasepsi oral juga dapat memberikan dampak
ini.
c) Tanda chadwick
Dinding vagina mengalami kongesti, warna kebiru-biruan.
d) Tanda Mc Donald
Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu
sama lain dan tergantung pada lunak atau tidaknya jaringan isthmus.
11
e) Terjadinya pembesaran abdomen
Pembesaran perut menjadi nyata setelah minggu ke-16, karena
pada saat itu uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ
rongga perut.
f)
Kontraksi uterus
Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh perutnya
kencang, tetapi tidak disertai rasa sakit.
g) Pemeriksaan tes biologis kehamilan
Pada pemeriksaan ini tes hasilnya positif, dimana kemungkinan
positif palsu.
b. Tanda pasti kehamilan
Indikator pasti hamil adalah penemuan-penemuan keberadaan janin
secara jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan dengan kondisi kesehatan
yang lain.
1) Denyut jantung janin (DJJ)
Dapat didengar dengan tetoskop laenec pada minggu 17-18. Pada
orang gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop ultasonik (Doppler), DJJ
dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12. Melakukan
auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain,
seperti bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.
2) Palpasi
Yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi jelas
setelah minggu ke-22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas
setelah minggu ke 24.
4. Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan
Proses penciptaan manusia telah dijelaskan pada Hadits oleh Al-Ustadz
Yazid bin „Abdul Qadir Jawas.
12
(
(
Dari Abu ‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan
beliau adalah ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan
perkataannya),
beliau
bersabda,
”Sesungguhnya
seorang
dari
kalian
dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah
(segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal
daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk
meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu
menuliskan
rizkinya,
ajalnya,
amalnya,
dan
celaka
atau
bahagianya.”.
(Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan dari Hadits diatas, maka telah jelas bagaimana Allah SWT
menciptakan manusia yang semula berasal dari segumpal darah dari dalam
kandungan ibu hingga lahirlah ke dunia menjadi sosok manusia sempurna.
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh system genetalia wanita
mengalami
perubahan
perkembangan
dan
yang
mendasar
pertumbuhan
janin
sehingga
dalam
dapat
rahim.
menunjang
Plasenta
dalam
perkembangannya mengeluarkan hormon somato mammatropin, estrogen dan
progesteron yang menyebabkan penyebabkan perubahan pada:
a. Rahim atau uterus
Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau beratnya 30
gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat
1000 gram saat akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan
hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim
karena pertumbuhan janin (Manuaba, 2010).
b. Vagina (liang senggama)
Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara lain
terjadinya peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah meningkat)
pada kulit dan otot perineum, vulva, pelunakan pasa jaringan ikat, munculnya
tanda chadwick yaitu warna kebiruan pada daerah vulva dan vagina yang
disebabkan hiperemia, serta adanya keputihan karena sekresi serviks yang
meningkat akibat stimulasi estrogen (Aprillia, 2010).
13
c. Ovarium (indung telur)
Ovulasi berhenti selama kehamilan dan pematangan folikel ditunda.
Biasanya hanya satu corpus luteum kehamilan dapat ditemukan di dalam
ovarium wanita hamil dan hanya berfungsi maksimal sampai 6-7 minggu
pertama kehamilan dan selanjutnya fungsinya menurun sampai akhirnya pada
minggu
ke-16
kehamilan
fungsinya
digantikan
oleh
plasenta
untuk
menghasilkan estrogen dan progesterone (Kusmiyati, 2009).
d. Payudara
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009), pada awal
kehamilan perempuan akan merasakan payudara menjadi semakin lunak.
Seletah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena– vena
dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar,
kehitaman, dan tegak. Areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar
sebasea dari areola akan membesar dan cenderung menonjol keluar.
e. Sirkulasi Darah Ibu
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar
dari
pertumbuhan
sel
darah,
sehingga
terjadi
pengenceran
darah
(hemodilusi). Sel darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalalm rahim, tetapi pertambahan sel darah
tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi
hemodelusi yang disertai anemia fisiologis (Manuaba, 2010).
f.
Sistem Respirasi
Kapasitas paru secara total menurun 4-5% dengan adanya elevasi
diafragma. Fungsi respirasi juga mengalami peru-bahan. Respirasi rate 50%
mengalami peningkatan, 40% pada tidal volume dan peningkatan konsumsi
oksigen 15–20% diatas kebutuhan perempuan tidak hamil (Aprillia, 2010).
g. Sistem Pencernaan
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009), seiring
dengan makin membesarnya uterus, lambung, dan usus akan tergeser.
Perubahan yang nyata terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada
traktus digestivus. Mual terjadi akibat penurunan asam hidrokloroid dan
penurunan motilitas, serta konstipasi akibat penurunan motilitas usus
besar. Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma
sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama kehamilan akan
14
muncul. Hemorroid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi akibat
konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena
pembesaran uterus.
h. Sistem Perkemihan
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada
hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan
tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Hemodilusi
menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan urin akan
bertambah (Manuaba, 2010).
i.
Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior
dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae
gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi
(khloasma
gravidarum).
Setelah
persalinan
hiperpigmentasi
ini
akan
menghilang (Manuaba, 2010).
j.
Metabolisme
Menurut Manuaba (2010) perubahan metabolisme pada kehamilan,
metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula, terutama pada trimester
ketiga, keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per
liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemo-delusi darah dan kebutuhan
mineral yang diperlukan janin, kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan
janin,
perkembangan
organ
kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi
sekitar 0,5 g/kg berat badan atau sebutir telur ayam sehari, kebutuhan kalori
didapat dari karbohidrat, lemak dan protein, kebutuhan zat mineral untuk ibu
hamil :
1) Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30-40 gram untuk pembentukan tulang
janin.
2) Fosfor, rata – rata 2 gram dalam sehari.
3) Zat besi, 800 mg atau 30-50 mg per hari.
4) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.
15
Berat badan ibu hamil bertambah. Berat badan ibu hamil akan
bertambah antara 6,5-16,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan
0,5 kg/ minggu.
5. Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil
Menurut (Nirwana, 2011), beberapa perubahan psikologi pada wanita
hamil yang sering terjadi selama masa kehamilan :
a. Perubahan pada Trimester Pertama
Trimester pertama yang sering dianggap sebagai periode penyesuaian.
Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivelen tentang kenyataan
bahwa ia hamil. Kurang
lebih 80% wanita mengalami kekecewaan,
penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Hasrat seksual pada trimester
pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu dan wanita yang lain.
Secara umum trimester pertama merupakan
waktu terjadinya penurunan
libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap
pasangan masing-masing.
b. Perubahan pada Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya lebih menyenangkan. Tubuh wanita telah
terbiasa
dengan
tingkat
hormon
yang
tinggi.
Ibu
dapat
menerima
kehamilannya. Dan menggunakan pikiran serta energinya konstruktif. Janin
masih tetap kecil dan belum menyebabkan ketidaknyamanan. Pada trimester
ini ibu merasakan gerakan janinnya pertama kali, pengalaman tersebut
menandakan pertumbuhan serta kehadiran makhluk baru dan hal ini sering
menyebabkan calon ibu memiliki dorongan psikologi yang besar.
c. Perubahan pada Trimester Ketiga
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Waktu untuk
persiapan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua. Rasa tidak nyaman
timbul kembali karena perubahan body image yaitu merasa dirinya aneh dan
jelek. Ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Peranan
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan pada
kasus ibu hamil yang merasa mengkhawatirkan baginya dan takut akan
melahirkan itu merupakan hal yang normal. Kebanyakan ibu memiliki
perasaan dan kekhawatiran yang serupa pada umur kehamilan trimester
ketiga seperti ibu hamil pada umumnya.
16
6. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Menurut Kusmiyati (2009), yang menjadi kebutuhan dasar ibu hamil
meliputi:
a. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu
hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat hamil sehingga
akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu hamil akan
berpengaruh pada bayi yang dikandung.
b. Nutrisi dalam kehamilan
Pada saat hamil, ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi
bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal. Gizi pada waktu
hamil
harus
ditingkatkan
hingga
300
kalori
perhari
seharusnya
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan minum
cukup cairan (menu seimbang).
1) Kalori
Kalori dipergunakan untuk produksi energi. Bila kurang energi akan
diambil
dari
pembakaran
protein
yang
mestinya
dipakai
untuk
pertumbuhan. Asupan makanan ibu hamil pada trimester I sering
mengalami penurunan karena menurunnya nafsu makan dan sering timbul
mual dan muntah. Meskipun ibu hamil mengalami keadaan tersebut tetapi
asupan makanan harus tetap diberikan seperti biasa. Pada trimester
kedua nafsu makan biasanya sudah mulai meningkat, kebutuhan zat
tenaga banyak disbanding kebutuhan saat hamil muda. Demikian juga zat
pembangun
dan zat pengatur seperti lauk pauk, sayuran dan buah-
buahan berwarna. Pada trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan janin yang pesat
ini terjadi pada 20 minggu terakhir kehamilan. Umumnya nafsu makan
sangat baik dan ibu sangat merasa lapar.
2) Protein
Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan buah kehamilan
yaitu untuk pertumbuhan janin, uterus, plasenta, selain itu untuk ibu
penting untuk pertumbuhan payudara dan kenaikan sirkulasi ibu (protein
plasma, hemoglobin, dll). Selama hamil dibutuhkan tambahan protein 30
gram/hari. Protein yang dianjurkan adalah protein hewani seperti daging,
17
susu, telur, keju, dan ikan karena mereka mengandung komposisi asam
amino yang lengkap. Susu dan produk susu disamping sebagai sumber
protein adalah juga kaya dengan kalsium.
3) Mineral
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan
makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran, dan susu. Hanya
besi yang tidak bisa terpenuhi dengan
makan sehari-hari. Kebutuhan
akan besi pada pertengahan kedua kehamilan kira-kira 17mg/hari. Untuk
memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg sebagai
ferosus, ferofumarat atau feroglukonat perhari dan pada kehamilan
kembar atau pada wanita yang sedikit anemik, dibutuhkan 60-100mg/hari.
Kebutuhan kalsium umumnya terpenuhi dengan minum susu. Satu liter
susu sapi mengandung kira-kira 0,9 gram kalsium. Bila ibu hamil tidak
dapat minum susu, suplemen kalsium dapat diberikan dengan dosis 1
gram perhari. Pada umumnya dokter selalu memberi suplemen mineral
dan vitamin prenatal untuk mencegah kemungkinan terjadinya defisiensi.
4) Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buahbuahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat
terbukti mencegah kecacatan pada bayi.
c. Personal Hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya
dua kali sehari Karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak
keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah
dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
Kebersihan gigi, dan mulut perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah
terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa
mual selama masa hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan
dapat menimbulkan karies gigi.
d. Pakaian Selama Kehamilan
Pada dasarnya pakaian apa saja bias dipakai, baju hendaknya longgar
dan mudah dipakai serta bahan yang mudah menyerap keringat. Ada dua hal
yang harus diperhatikan dan dihindari yaitu sabuk dan stoking yang terlalu
ketat, karena akan mengganggu aliran balik, sepatu dengan hak tinggi, akan
18
menambah lordosis sehingga sakit pinggang akan bertambah. Payudara perlu
ditopang dengan BH yang memadai untuk mengurangi rasa tidak enak karena
pembesaran dan kecenderungan menjadi pendulans.
e. Eliminasi (BAB/BAK)
Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah
kelamin menjadi lebih basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur
(trikomonas)
tumbuh
sehingga
wanita
hamil
mengeluh
gatal
dan
mengeluarkan keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu, sehingga seing
digaruk dan menyebabkan saat berkemih terdapat residu
(sisa) yang
memudahkan infeksi kandung kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi
infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga kebersihan sekitar
alat kelamin.
Dianjurkan minum 8-12 gelas perhari. Ibu hamil harus cukup minum
agar produksi air kemihnya cukup dan jangan sengaja mengurangi minum
untuk menjarangkan berkemih. Apabila ibu hamil sering menahan berkemih
akan membuat bakteri didalam kantung kemih berlipat ganda. Ibu hamil
sebaiknya diet yang mengandung serat, latihan/senam hamil, dan tidak
dianjurkan memberikan obat-obat perangsang dengan laxan.
f.
Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir
kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi
berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak
dibenarkan bila terdapat pendarahan pervaginam, terdapat riwayat abortus
berulang, abortus/partus prematurus imminens, ketuban pecah, dan serviks
telah membuka.
g. Mobilisasi dan Body Mekanik
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa selama tidak
terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat melakukan pekerjaan seperti menyapu,
mengepel, masak, dan mengajar. Semua pekerjaan tersebut harus sesuai
dengan kemampuan wanita tersebut dan mempunyai cukup waktu untuk
istirahat.
h. Exercise/senam hamil
Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan cara berjalanjalan di pagi hari, renang, olahraga ringan, dan senam hamil. Senam hamil
19
dilakukan dimulai pada umur kehamilan setelah 22 minggu. Senam hamil
ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat penyakit yang
menyertai kehamilan, yaitu penyakit jantung, ginjal, dan penyulit dalam
kehamilan (hamil dengan pendarahan, kelainan letak, dan kehamilan yang
disertai dengan anemia).
i.
Istirahat/tidur
Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur
khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat dan tidur perlu
diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur dapat
meningkatkan
kesehatan
jasmani
dan
rohani
untuk
kepentingan
seorang
calon
ibu
perkembangan dan pertumbuhan janin.
j.
Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi
Didalam
menghadapi
persalinan
dapat
mempercayakan dirinya kepada bidan/dokter. Pertemuan konsultasi dan
menyampaikan keluhan, mencipakan hubungan saling mengenal antara calon
ibu dan bidan atau dokter yang akan menolongnya. Kedatangannya sudah
mencerminkan adanya informed consent artinya telah menerima informasi
dan dapat menyetujui bahwa bidan atau dokter itulah yang akan menolong
persalinannya.
k. Memantau Kesejahteraan Janin
Untuk melakukan penilaian terhadap kesejahteraan janin dalam rahim
bias menggunakan stetoskop laenec untuk mendengarkan denyut jantung
secara manual (auskustasi). Pemantauan kesejahteraan janin yang dapat
dilakukan oleh ibu hamil adalah dengan menggunakan kartu ”fetal movement”,
yaitu ibu hamil mencermati dan mencatat setiap pergerakan janin yang
dirasakan. Pemantauan gerakan janin minimal dilakukan selama 12 jam.
7. Tanda-Tanda Bahaya pada Kehamilan
1. Perdarahan Pervaginam
a. Batasan
Pendarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah
perdarahan pada trimester akhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.
Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah,
banyak, dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai rasa nyeri.
20
b. Jenis-Jenis Perdarahan Antepartum
1) Plasenta Previa
Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum (implantasi plasenta yang
normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau di
daerah fundus uteri. Gejala plasenta previa meliputi :
a) Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi
secara tiba-tiba dan kapan saja.
b) Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada
bagian bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat
mendekati pintu atas panggul.
c) Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada
plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.
2) Solusio Plasenta (Abruptio Plasenta)
Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal
plasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya meliputi :
a) Darah dari tempat pelepasan keluar plasenta dari serviks dan
terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan tampak.
b) Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul di belakang
plasenta.
c) Solusio plasenta dengan perdarah tersembunyi menimbulkan
tanda yang lebih khas (rahim keras seperti papan) karena seluruh
perdarahan tertahan di dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah
perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
d) Perdarahan disertai nyeri, juga diluar his karena isi rahim.
e) Nyeri abdomen pada saat dipegang.
f)
Palpasi sulit dilakukan.
g) Fundus uteri makin lama makin naik.
h) Bunyi jantung biasanya tidak ada.
3) Gangguan Pembekuan Darah
Koagulopati dapat menjadi penyebab dan akibat perdarahan
yang hebat.
21
2. Sakit Kepala yang Berat dan Penglihatan Kabur
Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal
dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius
adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadangkadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat
dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsia.
3. Bengkak di Wajah dan Jari-Jari Tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada
muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan
keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal
jantung, atau preeklampsia.
4. Keluar Cairan Pervaginam
a. Batasan
1) Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3.
2) Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.
3) Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm
maupun pada kehamilan aterm.
4) Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II.
Bisa juga pecah saat mengedan.
5. Gerakan Janin Tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke-5
atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika
bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah
terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum
dengan baik. Tanda dan gejalanya jika gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam
periode 3 jam.
6. Nyeri Abdomen yang Hebat
Jika mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester 3. Nyeri abdomen
yang berhubungan dengan persalinan normal adalah normal. Namun, nyeri
abdomen
yang
mungkin
menunjukkan
masalah
yang
mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi,
22
penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung
empedu, uterus yang irritable, abruption plasenta, ISK atau infeksi lain
(Kusmiyati, 2009).
8. Konsep Dasar Asuhan ANC
a.
Pengertian ANC
Antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi, dan penanganan medis pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman
dan memuaskan (Soepardan, 2008).
b.
Tujuan ANC
Menurut Kusmiyati (2009), tujuan Ante Natal Care meliputi :
1)
Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi.
2)
Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, atau
obstetri selama kehamilan.
3)
Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi
komplikasi.
4)
Membantu
menyiapkan
ibu
untuk
menyusui
dengan
sukses,
menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis,
dan sosial.
c.
Standar Asuhan Kehamilan
1) Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk penyuluhan dan motivasi untuk pemeriksaan dini dan
teratur.
2) Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Sedikitnya
4
kali pelayanan
kehamilan. Pemeriksaan meliputi :
anamnesis dan pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan resiko
tinggi, imunisasi, dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap
kunjungan, tindakan tepat untuk merujuk.
3) Standar 5 : Palpasi Abdominal
4) Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan.
5) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
6) Standar 8 : Persiapan Persalinan
23
Memberi saran pada ibu hamil, suami, dan keluarga untuk
memastikan
persiapan
persalinan
bersih
dan
aman,
persiapan
transfortasi, dan biaya. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah
untuk hal ini (Kusmiyati, 2009).
Dalam memberikan asuhan/pelayanan standar minimal 10T yaitu :
timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai
status gizi, pemeriksaan tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan
denyut jantung janin, skrining status imunisasi, pemberian tablet zat besi,
tes laboratorium, tatalaksana kasus, temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan (Depkes, 2009).
d. Jadwal Kunjungan ANC
Kunjungan antenatal sebaliknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan.
1) Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu).
2) Satu kali pada triwulan kedua (antara minggu 14-15 minggu).
3) Dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu
ke 36) (Profil Departemen Kesehatan).
Jadwal pemeriksaan Antenatal Care adalah :
1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika
haidnya terlambat satu bulan.
2) Periksa ulang satu kali sebulan sampai kehamilan
Trimester ketiga (antara minggu ke-28 – 36).
1) Sama pada trimester pertama dan kedua.
2) Palpasi abdominal untuk mengetahui adatujuh bulan.
3) Periksa ulang dua kali sebulan sampai kehamilan sembilan bulan.
4) Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan sembilan bulan.
5) Periksa khusus apabila ada keluhan-keluhan.
Pengawasan Antenatal sangat penting dalam upaya menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Pengawasan antenatal
memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang
menyertai hamil secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan
langkah-langkah dalam pertolongan persalinan dan nifas (Manuaba I.B.G,
2010).
24
B. Konsep Anemia Dalam Kehamilan
1. Pengertian Anemia
Anemia pada kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin
dibawah 11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5% arkapada
trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita
tidak hamil terjadi karena hemodilusi (pengenceran darah), terutama pada
trimester 2 (Prawirohardjo, 2009).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi
dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relative mudah, bahkan
murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejateraan social dan ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia
kehamilan disebut ”potential danger to mother and child” (potensi
membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian
serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini
terdepan (Manuaba, 2010).
2. Etiologi Anemia
Penyebab anemia adalah :
a. Genetik
1) Hemoglobinopati
2) Thalassemia
3) Abnormal enzim glikolitik
4) Fanonci anemia
b. Nutrisi
c. Pendarahan
d. Immunologi
e. Infeksi
f.
Obat-obatan dan zat kimia : agen chemoterapi, anticonvulsant,
antimetabolis, kontrasepsi, zat kimia toksik (Tarwanto dan Wasnidar,
2007).
3. Patofisiologi Anemia
Anemia dalam kehamilan dapat terjadi karena peningkatan volume
plasma darah yang menyebabkan konsentrasi sel darah merah menurun dan
darah menjadi encer, inilah yang menyebabkan kadar hemoglobin dalam
25
darah menurun. Pengenceran darah yang terjadi ini memiliki manfaat yaitu
meringankan kerja jantung dalam memompa darah dan mencegah terjadinya
kehilangan unsur besi yang berlebih saat persalinan.
Penurunan konsentrasi sel darah merah ini harus disertai pemenuhan gizi
yang cukup terutama kebutuhan akan zat besi. Hal ini untuk mencegah
terjadinya anemia yang lebih lanjut dimana kadar hb dibawah 10,5 gr/dl
(Saifuddin, 2009).
4. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
a.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. Konsentrasi hemoglobin dalam darah
berkurang karena terganggunya proses pembentukan sel darah merah
akibat kurangnya zat besi dalam darah (Wirakusumah, 2006).
Pada ibu hamil konsentrasi hemoglobin <11 gr/dl di trimester
pertama, <10,5 gr/dl di trimester kedua, dan <11 gr/dl di trimester ketiga.
Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat peningkatan kebutuhan zat besi
atau ketidakadekuatan absorbsi zat besi (Robson, 2011). Sebagai
gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan,
antara lain sebagai berikut:
Meningkatnya Sel Darah Ibu
500 mg Fe
Terdapat dalam Plasenta
300 mg Fe
Untuk Darah Janin
100 mg Fe +
Jumlah:
900 mg Fe (Manuaba, 2010).
Jumlah zat besi fungsional di dalam tubuh dan konsentrasi protein
Hb yang mengandung zat besi yang bersikulasi di dalam sel darah
merah diukur dengan dua uji darah sederhana yakni konsentrasi Hb dan
hematokrit, dan konsentrasi feritin serum (Robson, 2011). Pada
pemeriksaan darah seseorang pertama kali dicurigai menderita anemia
defisieni besi jika pemeriksaan hitung darah lengkap rutin menunjukkan
kadar Hb yang rendah. Pada pemeriksaan apusan darah bisa
menunjukkan sel darah merah lebih kecil dan lebih pucat dari normal
maupun sel darah merah yang bervariasi dalam ukuran dan bentuk
(Bothamley, 2011).
26
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi
bisa terjadi hampir tanpa gejala, bisa juga gejala–gejala penyakit
dasarnya yang menonjol ataupun bisa ditemukan gejala anemia
bersama–sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejalanya dapat
berupa kepala pusing, palvitasi, berkunang–kunang, perubahan jaringan
epitel kuku, gangguan system neurumuskular, lesu, lemah, lelah,
disphagia dan pembesaran kelenjar limfa. Bila kadar Hb kurang dari 7
gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas (Yulianti, 2010).
b. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam folat
dan juga dapat terjadi karena defisiensi vitamin B12 (kobalamin)
(Saifuddin,
2009). Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan
peningkatan MCV mengindikasikan terjadinya anemia megaloblastik
(Bothamley, 2011).
c. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik terjadi karena sumsum tulang kurang mampu
membuat sel-sel darah merah baru. Penyebabnya belum diketahui,
kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan
sinar rontgen atau sinar radiasi (Hoffbrand, 2005).
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel
darah merah lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah
anemia
dengan
kelainan-kelainan
gambaran
darah,
kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi pada organ-organ vital (Hoffbrand,
2005).
Derajat anemia ibu hamil menurut Manuaba (2010) :
1) Normal > 11 gr%
2) Anemia ringan 9-10 gr%
3) Anemia sedang 7-8 gr%
4) Anemia berat < 7 gr%
5. Tanda dan Gejala Anemia
Gejala yang ditimbulkan oleh anemia biasanya adalah letih, sering
mengantuk, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada lidah, kulit pucat,
27
membran mukosa pucat (misal konjungtiva), bantalan kuku pucat, tidak ada
nafsu makan, mual dan muntah (Varney, 2007).
6. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Janin
a. Bahaya anemia terhadap kehamilan
Dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh
kembang
janin
dalam
ancaman dekompensasi
rahim,
kordis (Hb
mudah
<6
gf%),
terjadi
mola
infeksi,
hidatidosa,
hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini
(KPD). Anemia pada trimester tiga meningkatkan resiko buruknya
pemulihan akibat kehilangan darah saat persalinan, begitu juga takikardi,
napas pendek dan keletihan maternal (Robson, 2011).
b. Bahaya anemia terhadap persalinan
Dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir
dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu
cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif
(Mansjoer A. dkk., 2008). Anemia kehamilan dapat menyebabkan
kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat
mengedan untuk melahirkan bayi. Bahaya anemia pada ibu hamil saat
persalinan: gangguan his kekuatan mengejan, Kala I dapat berlangsung
lama dan terjadi partus terlantar, Kala II berlangsung lama sehingga
dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan,
Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat
atonia uteri, Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan
atonia uteri.
c. Bahaya anemia terhadap nifas
Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post
partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang,
dekompensasi kosrdis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas,
mudah terjadi infeksi mammae (Saifudin, 2006).
d. Bahaya anemia terhadap janin
Anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh
sehingga menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk abortus,
kematian intrauterin, persalinan prematuritas, berat badan lahir rendah,
28
kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah
mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia rendah
(Manuaba, 2010).
7. Pencegahan Anemia
Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :
a) Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna
hijau, kacang–kacangan, protein hewani, terutama hati.
b) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat,
mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita
hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan bukan
untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk
mencegah kekurangan zat besi pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan
zat besi pada awal kehamilan dan tidak mendapatkan suplemen memerlukan
sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan zat besi dari sumber-sumber
makanan sehingga suplemen zat besi direkomendasikan sebagai dasar yang
rutin (Depkes, 2008). Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan
(tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran
berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji
dan pisang). Selain itu tambahkan substansi yang memudahkan penyerapan
zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya
substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut
dihindari (Anonim, 2006).
9. Penanganan Anemia
a. Anemia Ringan
Dengan kadar hemoglobin 9-10 gr% masih dianggap ringan
sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/hari besi dan 400 mg
asam folat peroral sekali sehari (Prawirohardjo, 2009).
b. Anemia Sedang
Pengobatannya dengan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 mg
asam folat peroral sekali sehari (Prawirohardjo, 2009).
29
c. Anemia Berat
Pemberian
preparat
sebanyak 1000 mg
parenteral
yaitu
dengan
fero
dextrin
(20 ml) intravena atau 2x10 ml intramuskuler.
Transfusi darah kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang
diberikan mengingat resiko transfusi bagi ibu dan janin, dapat
meningkatkan Hb relative lebih cepat yaitu 2 gr%. Pemberian parenteral
ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada traktus gastrointestinal,
anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utama
ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im
dan bila tak ada reaksi dapat diberikan seluruh dosis (Prawirohardjo,
2009).
C. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau yang seringdisebut manajemen
kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan
logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah
pihak baik klien maupun pemberi asuhan (Soepardan, 2008).
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan
teori
ilmiah,
temuan-temuan,
keterampilan,
dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.
Manajemen
kebidanan
diadaptasi
dari
sebuah
konsep
yang
dikembangkan oleh Helen varney dalam buku varney’s midwifery edisi ketiga
tahun 1997; menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang
terdiri dari tujuh langkah yang berurut secara sistematis dan siklik.
2. Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney
Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah. Manajemen
asuhan kebidanan dimulai dengan identifikasi data dasar dan diakhiri dengan
evaluasi asuhan kebidanan.
Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang dapat
dipakai dalam segala situasi. Langkah tersebut sebagai berikut :
30
a)
Langkah I : Identifikasi Data Dasar
Identifikasi data merupakan langkah awal dari manajemen
kebidanan, langkah yang merupakan kemampuan intelektual dalam
mengidentifikasi masalah klien, kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangka
identifikasi data
dasar meliputi pengumpulan
data
dan
pengolahan.
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data mencari dan menggali data/fakta atau
informasi baik dari klien, keluarganya maupun tim kesehatan lainnya
atau data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada pencatatan
dokumen medik, hal yang dilakukan dalam pengumpulan data
meliputi :
1. Wawancara
Wawancara/anamnese adalah tanya jawab yang dilakukan
antara bidan dan klien, keluarga maupun tim medis lain dan data
yang dikumpulkan mencakup semua keluhan klien tentang
masalah yang dimiliki.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Pada
saat
observasi
dilakukan
inspeksi,
palpasi,
auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung
kepala sampai ujung kaki (head to toe).
b. Pengolahan data
Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan benar maka
selanjutnya dikelompokkan dalam :
1) Data subjektif
Meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit,
riwayat menstruasi, riwayat persalinan, riwayat nifas dan laktasi
yang lalu, riwayat ginekologi, dan KB, latar belakang budaya,
pengetahuan dan dukungan keluarga serta keadaan psikososial.
2) Data objektif
Menyangkut keadaan umum, tinggi dan berat badan, tandatanda vital dan keadaan fisik obstetri.
3) Data penunjang
Meliputi hasil pemeriksaan laboratorium.
31
b) Langkah II : Merumuskan diagnosa/masalah aktual
Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang
diputuskan berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa
dasar. Dalam menetapkan diagnosa bidan menggunakan pengetahuan
profesional sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa
kebidanan yang ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan
hidup klien.
c)
Langkah III : Merumuskan diagnosa/masalah potensial
Bab ini mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin akan
terjadi pada klien jika tidak mendapatkan penanganan yang akurat, yang
dilakukan melalui pengamatan, observasi dan persiapan untuk segala
sesuatu yang mungkin terjadi bila tidak segera ditangani
dapat
membawa dampak yang lebih berbahaya sehingga mengancam
kehidupan klien.
d) Langkah IV : Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan
atau dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang
membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang
lebih ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan
tindakan emergency sesuai kewenangannya,
kolaborasi maupun
konsultasi untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Pada bagian ini pula,
bidan mengevaluasi setiap keadaan klien untuk menentukan tindakan
selanjutnya yang diperoleh dari hasil kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain. Bila klien dalam keadaan normal tidak perlu dilakukan
apapun sampai tahap kelima.
e)
Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada
tahap
sebelumnya, juga
mengantisipasi diagnosa
dan masalah
kebidanan secara komprehensif yang didasari atas rasional tindakan
yang relevan dan diakui kebenarannya sesuai kondisi dan situasi
berdasarkan analisa dan asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau
tidak oleh bidan.
32
f)
Langkah VI : Implementasi
Implentasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan bekerja sama
dengan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap
tindakan langsung, konsultasi maupun kolaborasi, implementasi yang
efisien
akan
mengurangi
waktu
dan
biaya
perawatan
serta
meningkatkan kualitas pelayanan pada klien.
g) Langkah VII : Evaluasi
Langkah akhir manajemen kebidanan adalah evaluasi. Pada
langkah ini,bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan
kebidanan yang diberikan kepada klien (Soepardan, 2008).
3. Dokumentasi Asuhan Kebidanan
a) Data Subjektif
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata,
mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan,
pendidikan serta keluhan-keluhan, diperoleh dari hasil wawancara
langsung pada pasien atau dari keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
b) Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup
inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi serta pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
c) Assesment
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan
masalah yang mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi
tersebut. Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar
tindakan
dalam
upaya
menanggulangi
ancaman
keselamatan
pasien/klien.
d) Planning/perencanaan
Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan
oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah
pasien/klien (Simatupang E.J, 2006).
33
D. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Anemia Sedang
1. Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP
Setelah melakukan asuhan kebidanan stiap bidan dituntut untuk
mendokumentasikan dalam catatan pasien atau rekam medic. Dokumentasi
ini sebagai pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan bidan terhadap
apa yang telah dilkaukan dalam pelayanan kebidanan.
Dokumentasi dalam asuhan kebidanan adalah suatu pencatatan yang
lengkap
dan
akurat
terhadap
keadaan/kejadian
yang
dilihat
dalam
manajemen kebidanan
dapat
pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan).
Pendokumentasian
atau
catatan
diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data
Subjektif, O adalah data Objektif, A adalah Analisis/Assessment jelas, tegas
dan singkat, P adalah Penatalaksanaan.
S:
ibu
mengatakan cepat lelah, sering
pusing, mata
berkunang-
kunang, badan lemas (Manuaba, 2007).
O:
1)
keadaan umum : baik
2)
Tanda-tanda Vital
TD : normalnya <140/90 mmHg;
P : normalnya 60-100 kali/menit;
R : normalnya 20-30 kali/menit;
S : normalnya 36,50C-37,50C.
3)
Pemeriksaan Antropometri
a) BB
:
Apakah ada penambahan atau penurunan berat
ukuran yang paling penting untuk
mengetahui
adanya malnutrisi, malabsorpsi, pertumbuhan janin
terhambat, diabetes mellitus pada kehamilan,
kehamilan ganda (Mansjoer, 2005).
b) TB
:
Tinggi badan normal lebih dari 145 cm (Mansjoer,
2005).
c) LILA
:
Normalnya 23,5 cm
4). Pemeriksaan Fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik meliputi :
Rambut
:
Apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe.
Muka
:
Melihat
kesimetrisan
muka,
apakah
kulitnya
34
normal
atau
pucat.
Ketidaksimetrisan
muka
menunjukkan adanya gangguan pada saraf nervus
fasialis.
Mata
: Pada
ibu
hamil
dengan
anemia
sedang,
konjungtiva pucat.
Telinga
:
Lihat simetris atau tidak, gangguan pendengaran
baik atau tidak.
Hidung
:
Apakah ada nyeri tekan atau tidak, apakah ada
cairan keluar atau tidak.
Mulut
:
Keadaan
gigi
dan
gusi,
perdarahan
gusi,
penggunaan gigi palsu, nyeri pada lidah, mulut
kering, sakit tenggorokan.
Leher
:
Apakah ada benjolan pada leher, pembengkakan
kelenjar thyroid/getah bening, nyeri kekakuan
(Jannah, 2011).
Payudara
:
Apakah payudara kana dan kiri simetris atau tidak,
tumor ada atau tidak, areola hyperpigmentasi atau
tidak, putting susu menonjol atau tidak, colostrum
sudah keluar atau belum.
Axilla
:
Ekstremitas :
Apakah ada tumor atau nyeri tekan.
Untuk mengetahui reflex patella (+) atau (-)
berkaitan dengan kekurangan vitamin B atau
penyakit saraf dan magnesium sulfat.
Abdomen
:
Inspeksi :
Apakah ada pembesaran, ada luka bekas operasi,
atau tidak, striae gravidarum, linea nigra, atau
alba, ada luka bekas operasi atau tidak, ada striae
atau tidak.
35
Palpasi
:
Leopold 1:
Periksa tinggi fundus uteri sehingga
dapat diketahui berat janin, umur
kehamilan, dan bagian janin yang
teraba
di
fundus
uteri
seperti
membujur atau akan kosong jika
posisi janin melintang. Kepala : bulat,
keras,
melenting
(ballotement).
Bokong : tidak padat, lunak, tidak
melenting
(bantuan
atau
gerak
ballottement)
Leopold 2:
Menentukan letak punggung janin
dapat digunakan untuk mendengar
detak jantung janin pada puctum
maximum
dengan
teknik
kedua
telapak tangan melakukan palpasi
pada sisi kanan dan kiri. Bersamasama bila punggung janin rata, sedikit
melengkung, mungkin teraba tulang
iganya tidak terasa gerak ekstremitas,
bila bagian abdomen teraba gerakan
ekstremitas.
Leopold 3: Untuk menentukan bagian terendah
janin.
Bila
teraba
bulat,
padat
(kepala), dan teraba bulat dan lunak
(bokong).
Leopold 4: Pemeriksaan
dengan
menghadap
kearah kaki ibu. Untuk mengetahui
apa yang menjadi bagian bawah dan
seberapa masuknya bagian bawah
tersebut ke dalam rongga panggul.
TBJ
:
dapat ditentukan berdasarkan
Johnson Tausack
yang berguna untuk mengetahui pertimbangan
persalinan secara spontan pervaginam.
DJJ (Denyut Jantung Janin), terdengarnya detak
36
Auskultasi:
jantung janin normalnya 120-160 kali/menit.
Periksa
Genital Luar:
pada
vulva
dan
perineum
untuk
mengetahui ada atau tidaknya varises, kondiloma,
oedema, hemoroid, kelainan lain, vulva perineum,
bekas episiotomi.
Pemeriksaan penunjang :
Kadar Hb pada ibu yang mengalami anemia sedang adalah 7-8 gr%.
A
: GPA (Gravida, Para, Abortus) Hamil (dalam minggu dihitung dari HPHT)
dengan Anemia Sedang
Masalah potensial
: Anemia Berat
Tindakan segera
:
1) meningkatkan gizi penderita, yaitu dengan penambahan makanan
sayuran hijau.
2) Pengobatannya dengan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 mg
asam folat peroral sekali sehari.
P
:
1) Memeriksakan kadar Hb ibu hami pada kunjungan pertama pada
trimester pertama dan trimester ketiga untuk mengetahui kadar Hb ibu
dibawah 11 gr%.
2) Pemenuhan kalori 300 kalori/hari dan suplemen zat besi 120 mg/hari.
3) Pada anemia defisiensi zat besi dan preparat besi : fero sulfat,
gluconat atau Na-feri bisitrat. Pemberian preparat 120 mg/hari.
4) Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal tentang
perlunya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan
perlunya minum tablet Fe.
5) Menyarankan ibu untuk tetap minum tablet 1 x 1 perhari (Reni, 2013).
2. Kode Etik Bidan
Kode etik bidan pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan
dalam Kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk pelaksanaan kode etik
bidan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991.
Kode etik bidan sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun berdasarkan
pada penekanan keselamatan klien. Secara umum kode etik tersebut berisi 7
bab yang dapat dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu :
37
a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
1) Setiap bidan senantiasa
menjunjung
tinggi,
menghayati
dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara
citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran, tugas, dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai
yang berlaku dimasyarakat.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya secara
optimal.
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang
dimilikinya
berdasarkan
kebutuhan
klien,
keluarga
dan
masyarakat.
2) Setiap berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan
dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan
mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat
dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh
pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.
38
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan (2 butir)
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang sesuai.
2) Setiap bidan dalam
melaksanakan
tugasnya
harus
saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan
lainnya.
d. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2) Setiap bidan harus
senantiasa
mengembangkan
diri
dan
kebidanan komunitas meningkatkan kemampuan profesinya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang iapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
1) Setiap bidan harus
memelihara
kesehatannya
agar
dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
2) Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
f.
Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2
butir)
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan pembrintah dalam bidang kesehatan, khususnya
dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya
kepada
pemeriniah
untuk
meningkatkan
mutu
jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan
kesehatan keluarga.
g. Penutup (1 butir)
Sesuai dengan kewenangan dan peraturan kebijaksanaan yang
berlaku bagi bidan, kode etik merupakan pedoman dalam tata cara
39
keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan profesional
(Ristica, 2014).
3. Wewenang Bidan
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
(Permenkes)
No.
1464/Menkes/per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan yang disebutkan pada pasal 9 untuk
memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu. Pada pasal
10 ayat (1) disebutkan pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa
prahamil, kehamilan dan masa antara 2 kehamilan dengan memberikan
pelayanan konseling pada masa prahamil, pelayanan antenatal pada
kehamilan normal, dan pelayanan konseling pada masa antara dua
kehamilan. Dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil, menurut pasal 10
ayat (3) bidan berwenang untuk melakukan penanganan apabila terjadi
kegawatdaruratan,
kemudian
dilanjutkan
dengan
sistem
perujukan,
pemberian tablet Fe pada ibu hamil sebagai upaya pencegahan dan
penanganan anemia dalam kehamilan, melakukan penyuluhan dan konseling
pada ibu hamil, dan memberikan bimbingan kesehatan pada sekelompok ibu
hamil (Purnoastuti, 2014).
4. Standar Profesi Kebidanan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Asuhan dan Konseling selama
Kehamilan. Kompetensi ke-3 yakni bidan memberi asuhan antenatal bermutu
tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi:
deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
Bidan harus memiliki pengetahuan dasar mengenai yang tercantum
pada nomor (4) Tanda-tanda dan gejala kehamilan, (5) Mendiagnosis
kehamilan, (8) Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal,
(9) Menentukan umur kehamilan, (10) Mengenal tanda gejala anemia, (11)
Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium, (14) Penyuluhan dalam
kehamilan, perubahan fisik, perawatan buah dada, ketidaknyamanan,
kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan, dan aktifitas, (15) Kebutuhan
nutrisi bagi ibu hamil dan janin.
Bidan harus memiliki keterampilan dasar mengenai yang tercantum
pada nomor (2) Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan
40
lengkap. (6) Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan
persalinan. (10) Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia. (13)
Mengidentifikasi
penyimpangan
kehamilan
normal
dan
melakukan
penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan tepat
(Ristica, 2014).
5. Hak Pasien
a. Hak pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai
pasien:
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku dirumah sakit atau institusi pelayanan
kesehatan.
2) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan makmur.
3) Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan
profesi bidan tanpa diskriminasi.
4) Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi
bidan tanpa diskriminasi.
5) Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan
keinginannya.
6) Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan,
persalinan, nifas dan bayinya yang baru dilahirkan.
7) Pasien berhak meminta atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit
yang diderita termasuk data-data medisnya.
8) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
a)
Penyakit yang diderita.
b)
Tindakan kebidanan yang akan dilakukan
c)
Alternatif terapi lainnya
d)
Prognosanya
e)
Perkiraan biaya pengobatan
9) Pasien berhak menyetujui/memberikan ijin atas tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
10) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap
dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung
41
jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang
penyakit.
11) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
12) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun
spiritual.
13) Pasien
berhak
mendapatkan
perlindungan
hukum
atas
tejadinya kasus malpraktek.
14) Hak untuk menentukan diri sendiri (the right to self determination),
merupakan dasar dari seluruh hak pasien (Ristica, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Pustaka Agung Harapan
HR. Bukhari dan Muslim, shahih
Adawiyani. (2013) Pengaruh Pemberian Booklet
Anemia Terhadap
Pengetahuan, Kepatuhan Minum Tablet Tambah Darah dan Kadar
Hemoglobin
Ibu
Hamil.
2(2),
pp.
3.
Tersedia
dalam
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewfile/357/301
[diakses tanggal 03 Mei 2016]
Anonim. (2006) Rencana Induk Pengembangan Obat Bahan Alam Indonesia.
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Arisman. (2010) Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan (Edisi 2).
Jakarta: EGC
Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Provinsi Jawa barat. (2011) Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 [internet]. Tersedia dalam
http://www.dinkesjabarprov.go.id/dokumen/12_Profil_Kes.Prov.JawaB
arat_2010.pdf/. [Diakses tanggal 03 Mei 2016]
Jannah, Nurul. (2011) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta:
C.V ANDI
Kemenkes RI. (2011). Profil Kesehatan Republik Indonesia 2010 [internet].
Tersedia
dalam
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2010.pdf.
[Diakses
tanggal 25 April 2016]
Kusmiyati, Y., Wahyuningsih, HP., Sujiyatini. (2009) Perawatan Ibu Hamil.
Yogyakarta: Fitramaya
Mansjoer, A., dkk. (2008) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapis
Manuaba, I.B.G. (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Nirwana, Ade Benih. (2011) Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Nuha
Medika
Nora, Safarina. (2012) Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia
Defisiensi Besi dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Zat
Besi di BPS Cut Maryamah Tahun 2012. Pp. 5. Tersedia dalam
http://www.ejournal.uui.ac.id/jurnal/SAFARINA_NORA-0khjurnal_safarina_nora.pdf. [diakses tanggal 25 Maret 2016]
Nunuk, ayu. (2011) Anemia Sedang pada Ibu Hamil [internet]. Tersedia
dalam http://nunukayu.blogspot.co.id/?m=1 [diakses 3 Mei 2016]
60
Prawihardjo, S. (2009) Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT BP-SP
Purnoastuti,
Endang.
(2014)
Konsep
Kebidanan.
Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS
Puspita, Reni. (2013) Penatalaksanaan Anemia Sedang [internet] tersedia
dalam http://renipuspita757.wordpress.com/2013/06/03/manajemenasuhan-kebidanan [diakses agustus 2014]
Ristica, OC., Juliarti, Widya. (2014) Prinsif Etika dan Moralitas dalam
Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish
Robson, S., Elizabeth, Waugh, J. (2011) Patologi dalam Kehamilan. Jakarta:
EGC
Rukiyah, Y., Yulianti, L. (2010) Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan.
Jakarta: CV. Trans Info Media
Saifuddin, A.B. (2009) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
___________. (2010) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBSPSP
Soepardan, Suryani. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Sulistyawati, Ari. (2009) Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika
Tarwanto, Wasnidar. (2007) Anemia pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info
Medika
Tia, Dede. (2015) Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Anemia Ringan
di BPM Bd. Entin, SST Kota Tasikmalaya. Laporan Tugas Akhir,
STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Varney, Helleen, Gegor, Carolyn. (2007) Asuhan Kebidanan (Varney’s
midwifery). Jakarta: EGC
61
Download