BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan adalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para produsen
dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran,
penyebaran, dan penyediaan barang melalui mekanisme pasar. (Marwati Djoened,
2002).
Rondinelli (1985) berpendapat bahwa dalam interaksi ekonomi keterkaitan
integrasi spasial yang sangat penting adalah adanya jaringan pasar melalui pelayanan
komoditi, bahan baku yang berinteraksi antara pusat perdagangan dengan
permukiman. Pada umumnya jika ada aksesibilitas bagi pembeli maupun pedagang,
maka pasar yang diciptakan oleh adanya aktifitas perekonomian akan berkembang
karena dibutuhkan oleh masyarakat. Daerah yang memiliki lokasi strategis dan
mempunyai sarana prasarana transportasi yang baik akan cepat berkembang
perekonomiannya dibanding dengan wilayah yang memiliki letak yang kurang
strategis dan jauh dari kegiatan perdagangan.
Kota Yogyakarta dikenal dengan sebutan kota budaya dan kota pelajar. Di
Yogyakarta terdapat banyak tempat – tempat kebudayaan, tempat tujuan wisata dan
banyak perguruan tinggi. Dapat dikatakan bahwa Kota Yogyakarta memiliki daya
tarik orang dari luar kota untuk belajar dan menimba ilmu di Kota Yogyakarta ini.
Dengan adanya banyak pendatang ini, Kota Yogyakarta menjadi semakin ramai.
Banyak penduduk yang memiliki modal kecil sampai besar yang memanfaatkan
peluang ini dalam bentuk usaha berskala kecil atau berskala besar yang menjadi
sumber penghasilan utama baik bagi penduduk setempat maupun pendatang.
Program pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM di DIY, salah
satunya adalah memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah yang disinergikan
dengan kebijakan program dari pemerintah pusat. Tujuan dari ekonomi mikro adalah
menganalisis pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada
produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas di antara banyak penggunaan
1
alternatif, contoh perdagangan usaha mikro kecil diantaranya apotek, toko alat tulis,
warung kelontong, salon, pusat perbelanjaan kecil, warung makan, laundry, dan lain
– lain.
Berkembangnya usaha mikro kecil yang didukung dengan bertambahnya lokasi
wisata dan institusi pendidikan, secara otomatis akan menambah tingkat kebutuhan
pendatang dari luar Yogyakarta. Salah satu kecamatan di Yogyakarta yang turut
serta dalam perkembangan lokasi perdagangan adalah Kecamatan Mantrijeron, yang
terletak di sisi selatan Yogyakarta, lebih tepatnya pada perbatasan Kota Yogyakarta
dengan Kabupaten Bantul yang keadaan wilayahnya belum terlalu padat. Hal ini
yang membuat para Investor semakin melirik daerah ini untuk dikembangkan
menjadi kawasan perdagangan. Alasan lain karena Diana (2003) menyatakan bahwa
faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi perdagangan diantaranya jumlah
penduduk pendukung, aksesibilitas, keterkaitan spasial, kelengkapan fasilitas
perdagangan. Hal ini yang menyebabkan kawasan permukiman dan perekonomian
semakin berkembang pesat.
Penginderaan jauh memungkinkan perolehan data dengan lebih cepat dan lebih
murah untuk penentuan lokasi kawasan perdagangan daripada cara terestrial dan
dengan ketelitian yang dapat diterima (Sutanto, 1986). Beberapa data dan informasi
yang didapat dari data penginderaan jauh dibutuhkan dalam penentuan lokasi
kawasan perdagangan, sehingga peran penginderaan jauh sangat membantu dalam
hal ini untuk efisiensi waktu dan biaya. Sistem Informasi Geografis (SIG)
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan informasi baru dengan cepat dan
mudah, selain itu SIG merupakan suatu sistem yang dapat memuat data dengan
rujukan spasial, yang dapat di analisis kemudian di konversi menjadi informasi untuk
keperluan tertentu termasuk untuk penentuan lokasi kawasan perdagangan.
Dengan demikian, pengaplikasian Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografi memiliki arti penting dalam pemetaan potensi lokasi kawasan perdagangan.
2
1.2. Perumusan Masalah
Bertambahnya jumlah penduduk memberikan indikasi semakin bertambahnya
sumberdaya manusia yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang pertumbuhan
ekonomi yang ada. Tingginya minat masyarakat dalam bidang perdagangan secara
tidak langsung membentuk suatu kawasan perdagangan. Terbentuknya kawasan
perdagangan ini tidaklah secara abstrak, pemilihan lokasi usaha adalah hal utama
yang pasti perlu dipertimbangkan. Lokasi yang strategis menjadi salah satu faktor
penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha, karena sangat
berpengaruh pada penghasilan.
Pemilihan lokasi pada Kecamatan Mantrijeron memerlukan penataan dan
perencanaan untuk kawasan perdagangan yang memungkinkan. Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografi merupakan tekhnik yang dapat menyajikan secara
cepat dan akurat, dari uraian tersebut timbul permasalahan yang menjawab :
1.
Bagaimana cara memperoleh data dari Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografi dalam penentuan lokasi kawasan perdagangan di
Kecamatan Mantrijeron?
2.
Bagaimana Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dapat
digunakan untuk membuat Peta Potensi Lokasi Kawasan Perdagangan di
Kecamatan Mantrijeron?
1.3. Tujuan
1.
Memanfaatkan data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi
untuk menentukan potensi lokasi kawasan perdagangan di Kecamatan
Mantrijeron.
2.
Membuat Peta Potensi Lokasi Kawasan Perdagangan di Kecamatan
Mantrijeron.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.
Memberikan masukan kepada pemerintah setempat dalam melakukan
pembangunan
untuk
lokasi
kawasan
perdagangan
di
Kecamatan
3
Mantrijeron.
2.
Meminimalkan kegiatan survei lapangan dengan cara memanfaatkan data
Penginderaan Jauh dan SIG untuk mengetahui persebaran potensi lokasi
kawasan perdagangan di Kecamatan Mantrijeron.
3.
Sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program
diploma Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi pada Sekolah
Vokasi UGM Yogyakarta.
1.5. Tinjauan Pustaka
1.5.1. Penginderaan J auh
Penginderaan jauh ialah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang telah diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau
gejala yang dikaji (Sutanto, 1986). Alat yang dimaksud ialah alat pengindera atau
sensor. Pada umumnya sensor dipasang pada wahana (platform) yang berupa
pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik atau wahana lainnya. Hasil dari
perekaman sensor tersebut berupa data penginderaan jauh. Data harus
diterjemahkan menjadi informasi tentang obyek, daerah atau gejala yang diindera.
Proses dari penerjemahan data menjadi informasi tersebut disebut dengan analisis
atau interpretasi data. Komponen atau parameter yang terdapat dalam penginderaan
jauh meliputi beberapa hal di bawah ini :
a. Sumber Tenaga
Terdapat dua macam sumber tenaga yang digunakan dalam penginderaan
jauh. Kedua sumber tenaga tersebut meliputi sumber tenaga aktif dan sumber
tenaga pasif. Sumber tenaga pasif diperoleh secara alami oleh sensor, sebagai
contoh tenaga yang berasal dari sinar matahari, emisi/pancaran suhu bendabenda permukaan bumi. Sumber tenaga dari matahari mencapai bumi
dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi dan kondisi cuaca. Sedangkan
sumber tenaga aktif ialah sensor secara aktif menyediakan energi sendiri dengan
mengeluarkan sinyal terhadap obyek. Tenaga yang datang diterima oleh sensor
4
dapat berupa tenaga pantulan maupun tenaga pancaran yang berasal dari objek
di permukaan bumi.
b. Atmosfer
Amosfer membatasi bagian spektrum elektromagnetik yang dapat
digunakan dalam penginderaan jauh. Pengaruh tersebut merupakan fungsi
panjang gelombang yang bersifat selektif.
c. Interaksi antara Tenaga dan Obyek
Tiap obyek memiliki karakteristik tertentu dalam memantulkan atau
memancarkan tenaga ke sensor. Pengenalan obyek dilakukan dengan mengamati
karakteristik spektral obyek terhadap masing-masing panjang gelombang yang
digunakan yang tergambar pada citra.
d. Sensor
Tenaga yang datang dari obyek di permukaan bumi diterima dan direkam
oleh sensor. Tiap sensor mempunyai kepekaan tersendiri terhadap bagian
spektrum elektromagnetik.Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran
obyek terkecil disebut resolusi spasial yang menunjukkan kualitas sensor.
e. Perolehan Data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
interpretasi visual, dan dapat pula secara digital yaitu dengan menggunakan
komputer.
f. Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen penting dalam penginderaan jauh.
Kerincian dan kesesuaiannya terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan
diterima tidaknya data penginderaan jauh oleh para penggunanya.
5
Data penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
citra Quickbird serta dalam pengolahannya menggunakan salah satu software atau
piranti lunak untuk pengolahan citra yaitu ArcGIS 10.1.
1.5.2. Sistem Infor masi Geografi
SIG adalah sistem untuk pengelolaan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan
penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi. (Linden, 1987). Secara
sederhana salah satu manfaat SIG dalam data kekayaan sumberdaya alamiah adalah
untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya kawasan lahan potensial.
Merencanakan suatu tindakan atau mengambil keputusan diperlukan
analisis data yang mempunyai referensi geografis. Untuk pengambilan keputusan
diperlukan pengetahuan yang didukung oleh konsep yang tertata. Informasi yang
berkaitan dengan permasalahan harus dipilih dari sejumlah data yang ada apabila
ingin mengetahui permasalahan yang dihadapi, melalui pemrosesan dan analisis.
SIG terdiri dari beberapa subsistem yang dapat digunakan untuk memasukkan data,
menyimpan, dan mengeluarkan informasi yang diperlukan. Secara garis besar
komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Masukan Data
Subsistem masukan data adalah fasilitas dalam SIG yang dapat digunakan untuk
memasukkan data dan merubah bentuk asli ke bentuk yang dapat diterima dan
dapat dipakai di dalam SIG. Masukan data yang bereferensi geografis dapat
diperoleh dari berbagai sumber. Memasukkan data dalam SIG merupakan
pekerjaan yang banyak menyita waktu.
b. Pengelolaan Data
Berbagai cara yang dapat digunakan dalam pengelolaan data akan sejalan
dengan struktur data yang digunakan. Pengorganisasian data dalam bentuk arsip
dapat dimanfaatkan dalam bentuk subsistem pengelolaan data. Perbaikan data
6
dasar dengan cara menambah, mengurangi, atau memperbarui dilakukan pada
subsistem ini.
c. Manipulasi dan Analisis Data
Subsistem ini berfungsi untuk membedakan data yang akan diproses dalam SIG.
Subsistem ini dapat digunakan untuk merubah format data, mendapatkan
parameter dan melalui proses dalam penglolaan data dapat pula dijumpai
hambatan. Data yang telah dimasukkan bisa dimanipulasi dan dianalisis dengan
mengunakan software SIG. Pada tiap software mempunyai fasilitas yang
memungkinkan untuk melakukan manipulasi dan analisis. Diantaranya adalah
pengkaitan data atribut dengan data grafis, overlay, kalkulasi, dan lain-lain.
Overlay dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
- Identity adalah tumpangsusun antara dua data grafis dengan menggunakan
data grafis pertama sebagai batas luarnya.
- Union adalah tumpangsusun antara dua data grafis yang menghasilkan batas
luar baru berupa gabungan antara batas luar data grafis pertama dan data
grafis kedua.
- Intersect adalah tumpangsusun antara dua data grafis dengan menggunakan
data grafis kedua sebagai batas luarnya.
- Update adalah tumpangsusun antara dua data dengan menghapus informasi
grafis pada coverage input dan diganti dengan informasi coverage update.
d. Keluaran Data (data output)
Subsistem ini berfungsi untuk menayangkan informasi maupun hasil analisis
data geografis secara kualitatif maupun kuantitatif. Keluaran data dapat berupa
peta, tabel ataupun arsip elektronik. Melalui keluaran ini pengguna dapat
malakukan identifikasi informasi yang diperlukan sebagai bahan dalam
pengambilan kebijakan atau perencanaan.
7
1.5.3. ArcGIS
ArcGIS 10.1 mulai dirilis oleh Esri pada awal tahun 2012 dengan bertemakan
Sharing and Collaboration, dimana pengguna akan menemukan bahwa versi ini
akan lebih memudahkan untuk analisis geospasial dan pemetaan pada lebih banyak
pengguna tanpa pengguna tersebut harus ahli dalam GIS. ArcGIS merupakan
Software pengolah data spasial yang mampu mendukung berbagai format data
gabungan dari tiga software yaitu ArcInfo, ArcView dan ArcEdit yang mempunyai
kemampuan lengkap dalam geoprocessing, modelling dan scripting serta mudah
diaplikasikan dalam berbagai type data. Dekstop ArcGis terdiri dari 4 modul yaitu
Arc Map, Arc Catalog, Arc Globe, dan Arc Toolbox dan model boolder.
a. Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk proses, analisis
peta, proses editing peta, dan juga dapat digunakan untuk mendesain secara
kartografis.
b. Arc Catalog digunakan untuk management data atau mengatur managemen
file – file, jika dalam Windows fungsinya sama dengan explorer.
c. Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan data yang
universal, untuk tampilan 3D, dan juga dapat digunkan untuk menampilkan
geogle earth.
d. Model Builder digunakan untuk membuat model builder / diagram alur.
e. Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools – tools tambahan.
Dalam penelitian ini menggunakan salah satu software SIG yaitu
Arcgis 10.1 untuk pengolahan data spasial agar menjadi sebuah peta, berikut
spesifikasinya:
Tabel 1.1 Spesifikasi ArcGIS 10.1
No
Spesifikasi
Uraian
Keterangan
1.
Nama Software
ArcGIS
Merupakan paket
software yang
digunakan oleh
masyarakat
geographic
imaging untuk
8
image processing
dan GIS
2.
Versi/release
10.0 / 10.1
3.
Tahun
peluncuran
2010
4.
Vendor/pembuat
Environment
System Research
Institute (ESRI)
5.
Minimum
Hardware
- Processor
- RAM
- VGA Card
- Free Space
- Intel Pentium
4, Intel Core
Duo, atau
Prosesor Xeon,
SSE2 (atau
lebih)
- 2 GB atau lebih
tinggi
Merupakan versi
yang terbaru dari
seri ArcGIS
software ini
mulai dipasarkan
dan dipakai oleh
banyak
pengguna
Perusahaan
pembuat
software SIG
yang berasal dari
USA
Software ini
menggunakan
spesifikasi
hardware yang
besar karena data
yang dapat
diolah
merupakan data
yang kompleks
baik data raster
maupun vektor
- 512 MB
800 x 600 @256
- Color
resolution 207
MB Harddisk
6.
Operating
system
Windows server
2003, NT 4.0,
2000, XP, Linux
7.
Kategori
software
GIS
Software ini
dapat beroperasi
di berbagai
macam sistem
windows 2000
Software ini
termasuk
9
- Profesional
profesional
karena memiliki
banyak fasilitas
input atau output
data yang
Sumber: http://www.esri.com
1.5.4. Citra Quickbird
Quickbird merupakan satelit pertama yang diluncurkan oleh Digital Globe
dengan tujuan untuk menghasilkan citra satelit resolusi tinggi untuk kepentingan
komersial. Quickbird memliki resolusi spasial 0.6 meter untuk citra pankromatik
(hitam-putih) serta 2.4 meter untuk citra multispektral (berwarna). Berikut
spesifikasi dari citra quickbird.
Tabel 1.2 Spesifikasi Citra Quickbird
Peluncuran
Orbit
Tanggal : 18 Oktober 2001
Range waktu Peluncuran : 1851-1906 GMT (1451-1506
EDT)
Roket Peluncur : Delta II
Lokasi Peluncuran : SLC-2W, Vandenberg Air Force Base,
California
Tinggi: 450 km, 98 derajat, sun-synchronous inclination
Putaran ke lokasi yg sama : 2-3 hari tergantung posisi
Lintang
Periode orbit : 93.4 minutes
Perekaman Per Orbit
~128 gigabits (sekitar 57 image area tunggal)
Lebar Sapuan & Luas
Area
Lebar Sapuan : 16.5 kilometer di atas nadir dan
kemampuan sapuan tanah : 544 km di pusat daerah lintasan
satelit (hingga ~30° off-nadir) Areas of interest
Single Area: 16.5 km x 16.5 km
Strip: 16.5 km x 115 km
Ketelitian
Kesalahan radius 23 meter, dan kesalahan linear 17 meter
(tanpa titik kontrol)
10
Resolusi Sensor &
Spectral Bandwidth
Dynamic Range
Kapasitas
Penyimpanan
Dimensi & Umur
Satelit
Pankromatik
61 centimeter (2 ft) Ground
Sample Distance (GSD) pada nadir
Black & White: 445 s/d 900
nanometer
Multispektral
2.4 meter (8 ft)
GSD pada nadir
Blue: 450 – 520
nanometer
Green: 520 – 600
nanometer
Red: 630 – 690
nanometer
Near-IR: 760 –
900 nanometer
11-bit per pixel
128 gigabit
Perkiraan usia : s/d tahun 2010
Bobot : 1050 Kg, panjang 3.04-meter (10-ft).
Sumber : http://jualquickbird.wordpress.com/
1.5.5. Kota dan Fungsi Kota
Dari segi geografi, kota merupakan sebuah bentang budaya yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur yang alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan
penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan
materialistis
dibandingkan
dengan
daerah
belakangnya
(Bintarto,
1987).
Pembangunan kota termasuk dalam upaya untuk mengadakan perubahan ke arah
yang lebih baik dan juga artinya mengadakan proses agar kota lebih berperan.
Berdasarkan fungsinya kota dikelompokkan menjadi 6 yaitu kota sebagai pusat
produksi, kota sebagai pusat perdagangan, kota sebagai pusat pemerintahan, kota
sebagai pusat kebudayaan, kota sebagai pusat kesehatan, dan kota sebagai pusat
rekreasi.
11
1.5.6. Perdagangan
Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para
produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin
peredaran, penyebaran, dan penyediaan barang melalui mekanisme pasar (Marwati
Djoened, 2003).
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan adalah
memperoleh keuntungan tambahan dari kegiatan perdagangan. Berdasarkan
penelitian yang akan dibahas, ilmu ekonomi dibagi menjadi 2, yaitu ekonomi mikro
dan makro. Ilmu ekonomi mikro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang
mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar
dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro
meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi
penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga dan
bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang
dan jasa selanjutnya.
1.5.7. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan yang oleh Sandy (1995) dimaknai sebagai dampak dari
segala kegiatan manusia diatas muka bumi yang dipengaruhi oleh keadaan alam
(fisik lingkungan) serta kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat suatu
wilayah. Penggunaan lahan ditentukan pula oleh keadaan topografi, relief dan
ketinggian, aksesibilitas, kemampuan dan kesesuaian lahan serta tekanan penduduk.
Lahan yang subur lebih banyak digunakan untuk pertanian dan biasanya
berpenduduk padat (Sandy, 1995).
Tabel 1.3 Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan Kota
No
1
Tingkat Kerincian Klasifikasi
Tingkat I Tingkat II
Tingkat III
Daerah
Permukiman
-Pola Teratur
Kota
-Pola setengah teratur
Tingkat IV
- Kepadatan rendah
- Kepadatan sedang
- Kepadatan rendah
- Kepadatan sedang
12
-Pola tidak teratur
Perdagangan
Idustri
Transportasi
-Pasar
-Pom bensin
-Pusat perbelanjaan
-Pertokoan
-Pabrik/perusahaan
-Gudang
-Jalan
-Stasiun/terminal
Jasa
Rekreasi
Tempat
ibadah
Pertanian
Hutan
Lain-lain
-Kelembagaan
-Non-kelembagaan
-Kebun binatang
-Lapangan olahraga
-Stadion
-Gedung Pertunjukan
-Masjid
-Gereja
-Sawah
-Tegalan
-Kebun Campuran
-Hutan/Taman wisata
-Kuburan
- Kepadatan tinggi
- Kepadatan rendah
- Kepadatan sedang
- Kepadatan tinggi
- Kepadatan sangat tinggi
- Besar - Kecil
- Kereta api/Bus/Angkutan
Perkantoran,
sekolah/kampus
Hotel
- Umum
-Makam pahlawan
-Lahan kosong
-Lahan sedang
dibangun
Sumber : Sutanto, 1981 dengan sedikit modifikasi
1.5.8. Aksesibilitas Lahan
Salah satu faktor dari penentu lokasi kawasan perdagangan adalah
aksesibilitas lahan. Aksesibilitas merupakan keadaan/ketersediaan hubungan dari
suatu tempat ke tempat lainnya sehingga memberikan kemudahan untuk bergerak
13
dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan aman, nyaman, dan dengan kecepatan
yang wajar. Hargestan (dalam Moseley, 1979) berpendapat bahwa aksesibilitas
dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aksesibilitas sosial dan aksesibilitas fisik.
Aksesibilitas sosial menyangkut persyaratan sosial ekonomi yang harus dipenuhi
seseorang untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan, sedangkan aksesibilitas
fisik adalah jarak yang harus ditempuh seseorang untuk mendapatkan pelayanan.
1.5.9. Tingkat Harga Lahan
Harga lahan dipengaruhi oleh penggunaan lahan, aksesibilitas positif,
aksesibilitas negatif, dan kelengkapan utilitas umum (Meyliana, 1996). Harga lahan
dapat dipergunakan untuk menganalisis pemanfaatan lahan yaitu suatu pengukuran
atas lahan berdasarkan karakteristik lahan. Harga lahan dapat dikaitkan dengan sewa
lahan seperti halnya nilai aktifitas dengan nilai hasil jasa yang diakibatkan oleh
pengguna aktifitas tersebut karena aktifitas tersebut akan memberi hasil atau
manfaat selama periode tertentu.
1.5.10. Penelitian Sebelumnya
Beberapa rujukan yang dipakai dalam penelitian ini merujuk terhadap
beberapa hasil penelitian terdahulu, diantaranya :
Puspita (2002) mengemukakan penggunaan foto udara dan Sistem
Informasi Geografi untuk penentuan prioritas lokasi kawasan perdagangan di
Kecamatan Depok dengan menggunakan beberapa parameter, berupa penggunaan
lahan, aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, harga lahan, kepadatan penduduk,
fasilitas pendidikan, dan tingkat pendapatan. Kelas prioritas yang didapat untuk
kelas tinggi berada pada bentuk penggunaan lahan perdagangan dan permukiman
yang menempati lahan dengan aksesibilitas tinggi dan sedang, harga lahan tinggi
hingga rendah, dan kepadatan penduduk tinggi sampai sedang.
Yunus
(2007)
menentukan
prioritas
lokasi
perdagangan
dengan
mengggunakan metode kuantitatif berupa pengharkatan dan pemberian bobot pada
tiap – tiap parameter berupa peta penggunaan lahan, peta aksesibilitas positif, peta
14
aksesibilitas negatif, peta kepadatan penduduk, peta fasilitas pendidikan, dan peta
harga lahan. Menurut Yunus, daerah yang mudah dikembangkan sebagai lokasi
perdagangan berada di kelurahan Keparakan, lebih tepatnya di sepanjang Jalan
Brigjend Katamso.
Puspa (2012) yang mengemukakan citra quickbird digunakan sebagai data
primer yang menghasilkan peta penggunaan lahan dan didukung oleh berbagai
parameter untuk menentukan prioritas lokasi perdagangan meliputi aksesibilitas
positif, aksesibilitas negatif, tingkat harga lahan, kepadatan penduduk, dan fasilitas
perdagangan)
1.5.11. Kerangka Pemikiran
Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan
permukiman juga semakin tinggi. Hal ini berdampak terhadap pemenuhan
kebutuhan ekonomi penduduknya, sehingga wilayah dengan jumlah penduduk
tinggi, intensitas kegiatan perdagangannya akan tinggi, sedangkan perdagangan
merupakan kegiatan ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat.
Kecamatan Mantrijeron adalah salah satu kecamatan di Kota Yogyakarta
yang berada di sebelah selatan Kraton, atau berada di sisi selatan Kota Yogyakarta.
Adanya lokasi wisata dan institusi pendidikan yang bertambah, secara otomatis
akan menambah tingkat kebutuhan pendatang dari luar Yogyakarta menuju ke
daerah ini, antara lain untuk kebutuhan ekonomi, sosial, dan sebagainya. Hal ini
yang membuat para Investor semakin melirik daerah ini untuk dikembangkan
menjadi kawasan perdagangan. Tekhnologi Penginderaan Jauh dan SIG digunakan
untuk membantu menentukan potensi lokasi kawasan perdagangan di Kecamatan
Mantrijeron. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari digitasi
Citra Quickbird, parameter-parameter tersebut diantaranya penggunaan lahan,
aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, kepadatan penduduk, harga lahan, dan
jarak lahan terhadap fasilitas pendidikan.
Parameter penggunaan lahan dapat disadap dengan cara interpretasi dan
digitasi berdasarkan delapan unsur interpretasi dari citra Quicbird Tahun 2012.
15
Data kepadatan penduduk di peroleh dari estimasi jumlah orang yang tinggal di
suatu bangunan rumah dalam satu blok permukiman yang terdapat dalam citra
quickbird. Data aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, harga lahan, jarak
terhadap fasilitas pendidikan dapat diperoleh dengan cara buffering.
Aksesibilitas dibagi menjadi 2, yaitu aksesibilitas positif dan aksesibilitas
negatif. Aksesibilitas positif mempunyai pengaruh yang baik terhadap lahan di
sekitarnya. Aksesibilitas positif diperoleh dari hasil buffering dari masing – masing
jalan yaitu jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan setapak yang kemudian di overlay.
Begitu pula sebaliknya, yang termasuk dalam aksesibilitas negatif adalah jarak
lahan terhadap sungai dan kuburan umum. Aksesibilitas Negatif diperoleh dari
buffer lahan terhadap sungai dan kuburan.
Kepadatan penduduk tinggi dan jarak yang dekat dengan fasilitas
pendidikan mempunyai pengaruh besar dalam penentuan potensi lokasi kawasan
perdagangan. Lokasi perdagangan dengan penduduk yang padat dan jarak dengan
fasilitas pendidikan yang dekat lebih berpotensi sebagai kawasan perdagangan,
karena banyaknya jumlah penduduk akan menuntut peningkatan sarana lingkungan,
fasilitas sosial dan sarana kota lainnya dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat.
Tingkat harga lahan mencerminkan tinggi rendahnya nilai lahan yang ada di
suatu wilayah. Kelas harga lahan diperoleh dari hasil overlay beberapa parameter
yaitu penggunaan lahan, aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, dan kelengkapan
utilitas umum. Lokasi perdagangan yang diminati adalah lahan yang letaknya
strategis dengan harga yang relatif murah.
Semua parameter tersebut di overlay dan diberikan bobot pada setiap
parameternya hingga mendapatkan skor total untuk mendapatkan kelas potensi
perdagangan. Pengaruh besar atau kecilnya pembobot sesuai dengan pengaruh
terhadap penentuan potensi lokasi perdagangan.
Masing – masing parameter
kemudian di beri skor berdasarkan kelasnya yaitu kelas potensi I, II, dan III.
16
1.5.12. Batasan Istilah
Aksesibilitas
Suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan
berinteraksi satu sama lain dan mudah tidaknya lokasi tersebut dicapai melalui
sistem jaringan transportasi (Parawangsa, 2000)
Aksesibilitas negatif
Aksesibilitas lahan yang menyebabkan harga suatu lahan rendah (Sismawati, 2005)
Aksesibilitas positif
Aksesibilitas lahan yang menyebabkan harga suatu lahan tinggi (Sismawati, 2005)
Interpretasi citra
Proses memperoleh informasi dengan citra sebagai sumber atau sebagai
perantaranya (Sutanto, 1979)
Perdagangan
Setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penjualan dan atau
pembelian barang, termasuk penawaran untuk menjual dan kegiatan lain yang
berkenaan dengan pemindahtanganan barang untuk memperoleh imbalan (Yunus,
2008)
Unsur interpretasi
Ciri – ciri pengenal pada obyek atau gejala yang terekam pada citra, yang terdiri
dari rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, asosiasi, pola, bayangan, dan situs
(Sutanto, 1979)
17
Download