BioSMART Volume 4, Nomor 2 Halaman: 41-43 ISSN: 1411-321X Oktober 2002 Pengaruh Jenis Pupuk dan Interval Pemupukan terhadap Pertumbuhan Rotan Manau (Calamus manan Miq.) di Persemaian The effects of fertilizer and intervals application of fertilizer on growth of manau rattan (Calamus manan Miq.) seedlings Joko Ridho Witono Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, Bogor 16003 Diterima: 9 Pebruari 2002. Disetujui: 31 Juli 2002 ABSTRACT Manau rattan (Calamus manan Miq.) is a commercial rattan which has became rare in the nature. This is mainly caused by overexploitation of the wild stands for industry and insufficient cultivation efforts. The aim of this experiment was to determine the best kind of fertilizers and application intervals enhancing the growth of Calamus manan seedlings. The fertilizers used were urea (2.4 g/seedling), KCl (0.9 g/seedling), NPK (2.5 g/seedling), green manure (30 g/seedling), and animal manure (30 g/seedling). Each fertilizer was applicated in 2 or 3 month intervals. The results showed that green manure provided the best support for the seedling growth regardless of the interval of application. Key words: seedling growth, fertilizer, application interval, Calamus manan Miq. PENDAHULUAN Rotan manau (Calamus manan Miq.) sudah lama dikenal dalam industri kerajinan karena sifat batangnya yang baik, yaitu beruas panjang, berbuku tipis, berwarna kuning terang, dan mempunyai kekuatan yang tinggi. Karena keunggulan tersebut rotan ini sejak lama banyak dipanen dan dieksploitasi dari alam, tanpa disertai dengan usaha budidaya dan penanaman kembali yang memadai, sehingga diperkirakan sejak tahun 1990-an, rotan ini makin sulit dijumpai dan diperoleh dari alam untuk bahan baku industri kerajinan. Menurut Wiriadinata et al. (1993), populasi rotan manau di alam tergolong vulnerable (rawan) dan usaha konservasi belum banyak dilakukan. Untuk menjaga kelestarian rotan ini, penelitian silvikultur yang diikuti dengan budidaya dalam skala besar harus segera dilakukan untuk menyediakan bibit yang baik sebanyak mungkin. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam penelitian silvikultur adalah dengan perlakuan pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menyediakan unsur hara, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan bibit rotan manau sebelum dipindahkan ke lapangan. Tubuh tumbuhan sebagian besar terdiri atas tiga unsur, yaitu C (43.6%), O (44.4%), dan H (6.2%). Unsur-unsur ini diambil dari udara berupa CO2 dan O2 , serta dari tanah berupa H2O. Selain unsur-unsur tersebut, setiap tumbuhan memerlukan beberapa unsur lagi dalam jumlah yang cukup besar, seperti N, P, dan K untuk pembentukan protein, zat lemak, dan zat organik lainnya (Dwidjoseputro, 1984). Untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur tersebut, pemu- pukan dengan jenis pupuk, dosis, dan waktu pemupukan yang tepat sering dianjurkan. Menurut Rochidajat et al. (1985), dosis pemupukan urea (pupuk N) yang paling baik adalah 2,4 g/semai. Pada dosis tersebut kecepatan tumbuh semai lebih tinggi dibandingkan dengan pemakaian urea pada dosis yang lebih rendah atau lebih tinggi. Sedangkan menurut Sutiyono et al. (1986a; 1986b), dosis pemupukan KCl (pupuk K) yang paling baik adalah 0,9 g/semai. Pada dosis tersebut, semai lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan dosis lain dalam jangka waktu pengamatan selama 7 minggu. Penelitian silvikultur semai rotan manau dengan menggunakan pupuk majemuk (Nitrophoska) dan pupuk organik (kompos atau pupuk kandang) sampai saat ini belum pernah dilakukan. Diharapkan dengan mencobakan beberapa jenis pupuk anorganik dan organik dengan interval pemupukan yang berbeda dapat diketahui cara yang sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan bibit dalam jangka waktu 7 bulan. BAHAN DAN METODE Bahan penelitian yang digunakan yaitu semai rotan manau yang telah berdaun 2 helai (berumur 6 bulan) dengan ketinggian sekitar 10 cm. Semai ini berasal dari hasil pengecambahan biji di Jonggol (Bogor) yang merupakan keturunan pertama rotan manau yang berasal dari Jambi. Bahan penelitian lainnya, antara lain pupuk urea, KCl, Nitrophoska (NPK), kompos, pupuk kandang, dan media tanam pasir dan kompos dengan perbandingan 3: 1. © 2002 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta 42 BioSMART Vol. 4, No. 2, Oktober 2002, hal. 41-43 lam tanah, memperbaiki struktur, aerasi, dan kapasitas air tanah, mengatur suhu tanah, memperlambat fixasi posfat, memberikan hasil-hasil dekomposisi yang diperlukan dalam pertumbuhan, dan merupakan sumber N yang lambat tetapi aktif (Sarief, 1986). Menurut hasil analisis yang pernah dilakukan, kandungan unsur NPK kompos adalah 2,5% N, 3,0% P2O5 , 2-4% K2O, sedang pupuk kandang 0,44% N, 0,17% P2O5 , dan 0.35% K2O (Hardjowigeno, 1995). Berdasarkan hasil analisis, penggunaan jenis pupuk yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar dan berat kering tanaman (Tabel 2, 3, 4, dan 5). Faktor interval pemupukan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati. Hal ini berarti bahwa dalam percobaan ini pertumbuhan bibit hanya dipengaruhi oleh jenis pupuk yang digunakan dan tidak dipengaruhi oleh interval pemupukan. Walaupun demikian interval pemupukan mungkin dapat memberikan pengaruh yang nyata jika diperpanjang lebih lama lagi. Dengan demikian interval pemupukan kurang dari tiga bulan tidak banyak memberi manfaat sehingga pemupukan sebaiknya dilakukan tiga bulan sekali karena dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Anjuran ini juga didukung hasil analisis bahwa interaksi antara jenis pupuk dan interval pemupukan ternyata hanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter lain. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan semai tanpa perlakuan (kontrol) ternyata Hasil pengamatan pengaruh jenis pupuk dan interval menunjukkan hasil pertumbuhan yang lebih baik pemupukan terhadap pertumbuhan semai rotan manau dibandingkan dengan penggunaan pupuk urea, KCl (Calamus manan Miq.) di persemaian disajikan dalam maupun Nitrophoska, karena pupuk anorganik cenderung Tabel 1. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa mengakibatkan media tanam menjadi keras, sehingga penggunaan pupuk organik (kompos dan pupuk kandang) unsur-unsur hara yang dikandungnya sulit diserap oleh akar menghasilkan semai dengan pertumbuhan yang lebih baik semai. Selain itu, unsur hara yang diberikan lewat dibandingkan pupuk anorganik. Hal ini disebabkan karena pemupukan mungkin tidak dapat diserap seluruhnya karena pupuk organik mengandung beberapa macam zat hara (N, sifat pupuk anorganik yang mudah larut karena terbatasnya P, K, dan unsur-unsur lain) yang lebih lengkap, meskipun luas bidang permukaan perakaran. Dari hasil ini dapat kandungan unsur-unsur tersebut jumlahnya kecil. Selain diketahui bahwa penggunaan pupuk anorganik selama itu, pupuk organik memiliki banyak kelebihan lain semai dalam media polibag ternyata tidak atau kurang berguna bagi pertumbuhan semai. dibandingkan dengan pupuk anorganik. Pertumbuhan semai yang dipupuk dengan urea lebih Pupuk organik dapat mempergiat aktifitas mikrobia darendah dibandingkan yang dipupuk dengan pupuk anorganik lain (KCl dan Tabel 1. Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar dan Nitrophoska). Kenyataan ini berbeda kering tanaman selama 7 bulan. dengan pendapat Dwidjoseputro (1984), Berat Berat bahwa jika N2 tersedia dalam tanah secara Tinggi Jumlah Segar Kering berlebihan maka daun akan menjadi tebal, Tanaman Daun Perlakuan Tanaman Tanaman berwarna hijau tua, dan pertumbuhannya (cm) (Helai) (gr) (gr) sangat baik meskipun batangnya lemah. P0T0 (kontrol) 55.78 5.00 12.87 6.65 Hal ini berarti bahwa pupuk urea yang Jenis Pupuk (P) diberikan berada pada kondisi yang tidak P1 93,50 b 8,94 b 34,27 b 7,96 b tersedia karena sifatnya yang mudah larut P2 108,08 ab 9,89 a 41,40 b 9,71 b dalam air. Selain itu, penggunaan pupuk P3 95,44 b 9,94 a 36,14 b 9,29 b urea menyebabkan media tanam menjadi P4 129,22 a 10,33 a 60,75 a 15,42 a P5 135,61 a 10,44 a 62,89 a 15,51 a keras dibandingkan pupuk anorganik Interval Pemupukan (T) yang lain, sehingga merusak struktur T1 271,97 a 24,27 a 110,75 a 27,54 a tanah, memperburuk proses aerasi di T2 289,88 a 25,27 a 124,70 a 30,35 a dalam media semai, dan menghambat Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang proses penyerapan unsur N2 oleh akar sama, tidak berbeda nyata pada uji 5%. semai. Pemupukan diberikan lewat media tanam dalam polibag yang berukuran 25 x 15 cm2 dengan dosis dan interval pemupukan sesuai dengan perlakuan. Pengambilan data dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar dan kering tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan 4 minggu sekali selama 7 bulan, sedang data berat segar dan kering tanaman diperoleh saat berakhirnya penelitian. Percobaan disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, yang terdiri atas dua faktor perlakuan, yaitu P = jenis pupuk dan T = interval pemupukan. Faktor P terdiri atas lima taraf, yaitu P1 = urea (2,4 g/semai), P2 = KCl (0,9 g/semai), P3 = Nitrophoska (2,5 g/semai), P4 = kompos (30 g/semai), dan P5 = pupuk kandang (30 g/semai). Faktor T terdiri atas dua taraf, yaitu T1 = 2 bulan sekali dan T2 = 3 bulan sekali. Dari kombinasi faktor-faktor tersebut diperoleh 10 perlakuan dan sebagai kontrol digunakan bibit yang tidak diberi pupuk (PoTo). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Hasil pengamatan dievaluasi dengan menggunakan analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 1% dan 5%. Apabila terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan, maka dilakukan pengujian antar perlakuan dengan uji Duncan (DMRT). WITONO – Pemupukan pada Calamus manan Tabel 2. Sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan interval pemupukan terhadap tinggi tanaman. Sumber (Source) Perlakuan (Treatment) P T PxT Galat (Error) Jumlah (Total) Db (df) JK (SS) MT (MS) F-hit. F-5% Tab. (F-calc.) 1% 9 2750.19 305.577 10.38 ** 2.90 4.63 4 1 4 11 29 2227.48 96.23 426.48 323.75 3.36 4.84 3.36 5.67 9.65 5.67 556.87 96.23 106.62 29.432 18.92 ** 3.27 ns 3.62 * Tabel 3. Sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan interval pemupukan terhadap jumlah daun. Sumber (Source) Perlakuan (Treatment) P T PxT Galat (Error) Jumlah (Total) Db (df) JK (SS) MT (MS) F-hit. (F-calc.) F-5% Tab. 1% 9 3.07 0.341 4.55 * 2.90 4.63 4 1 4 11 29 2.10 0.30 0.67 0.82 0.525 0.300 0.168 0.075 7.00 ** 4.00 ns 2.24 ns 3.36 4.84 3.36 5.67 9.65 5.67 Tabel 4. Sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan interval pemupukan terhadap berat segar tanaman. Sumber (Source) Perlakuan (Treatment) P T PxT Galat (Error) Jumlah (Total) Db (df) JK (SS) MT (MS) F-hit. F-5% Tab. (F-calc.) 1% 9 1333.10 148.122 8.80 ** 2.90 4.63 4 1 4 11 29 1168.96 50.31 111.83 185.25 3.36 4.84 3.36 5.67 9.65 5.67 292.24 50.31 27.958 16.840 17.35 ** 2.99 ns 1.66 ns Tabel 5. Sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan interval pemupukan terhadap berat kering tanaman. Sumber (Source) Perlakuan (Treatment) P T PxT Galat (Error) Jumlah (Total) Db JK (SS) (df) MT (MS) F-hit. (F-calc.) 9 89.28 9.920 7.10 ** 4 1 4 11 29 78.10 2.38 8.80 15.38 19.525 13.97 ** 2.380 1.70 ns 2.200 1.57 ns 1.398 F-5% Tab. 1% 2.90 4.63 3.36 4.84 3.36 5.67 9.65 5.67 Keterangan Tabel 2-5.: ** = berbeda sangat nyata, * = berbeda nyata, ns = tidak berbeda nyata. Semai yang butuhkan unsur tersedia karena menyerap unsur ditanam dalam media polibag memhara dalam jumlahnya sedikit, namun permukaan bidang perakaran untuk hara dan air jumlahnya sangat terbatas. 43 Pemupukan dengan pupuk organik ternyata lebih efektif dibandingkan dengan pupuk anorganik selama semai dalam media yang terbatas (polibag). Hasil pertumbuhan terbaik ditunjukkan oleh semai hasil perlakuan pupuk kompos dengan interval pemupukan dua bulan sekali (P4T1). Perlakuan ini menghasilkan semai dengan berat kering tertinggi (8,42 g). Hal ini berarti bahwa semai tersebut memiliki kandungan unsur hara terbanyak dibandingkan semai dari perlakuan lain. Banyaknya unsur hara yang dapat diserap oleh akar semai akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan semai selanjutnya. Perlakuan P4T1 menghasilkan semai dengan tinggi 66,5 cm, jumlah daun 5,33 helai, dan berat segar 32,67 g (Tabel 1). KESIMPULAN Jenis pupuk yang digunakan pada penyemaian rotan manau (Calamus manan Miq.) dalam media polibag sangat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan semai. Pemberian pupuk organik (kompos dan pupuk kandang) tampaknya mampu meningkatkan kualitas media tumbuh, sehingga pertumbuhan bibit lebih baik dibandingkan dengan kontrol maupun dengan pupuk anorganik. Interval pemupukan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan semai, sehingga pemberian pupuk dapat dilakukan setiap tiga bulan sekali untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. J.P. Mogea yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan hasil penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dadi Supriadi, Sukmantoro, dan Supan H. Waluyo yang telah membantu dalam pemeliharaan selama berlangsungnya penelitian ini di rumah kaca Gedung Sembilan, Kebun Raya Bogor. DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia. Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo. Rochidajat, Sutiyono, dan I. Sukardi. 1985. Pengaruh pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan anakan rotan manau (Calamus manan Miq.) di persemaian. Buletin Penelitian Hutan 466: 55-66. Sarief, E.S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: CV. Pustaka Buana. Sutiyono, Rochidajat, dan I. Sukardi. 1986a. Pengaruh pupuk posfat terhadap pertumbuhan anakan rotan manau (Calamus manan Miq.) pada tanah latosol di persemaian. Buletin Penelitian Hutan 473: 5259. Sutiyono, Rochidajat, dan I. Sukardi. 1986b. Pengaruh pupuk kalium terhadap pertumbuhan anakan rotan manau (Calamus manan Miq.) pada tanah latosol di persemaian. Buletin Penelitian Hutan 481: 1-6. Wiriadinata, H., J.P. Mogea, R.E. Nasution, Rugayah, S. Sunarti, F.I. Windadri, D. Darnaedi, T. Djarwaningsih, T. Uji, dan H.M. Sangat. 1993. Jenis-jenis tumbuhan langka Indonesia. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hayati, Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor: 58-67.