ASAM LAKTAT

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asam Laktat
Asam laktat berasal dari bahasa latin lactis yang berarti susu (Anonim, 2001). Zat
tersebut merupakan jenis asam organik yang tidak berwarna, dapat dicampur
dengan air, etanol maupun dietil eter serta berperan penting dalam beberapa
proses biokimia. Zat ini pertama kali ditemukan dalam susu asam sebagai hasil
fermentasi dari senyawa gula atau laktosa (Indo Chemical, 1990) dan dapat
terbentuk secara alami dalam berbagai produk oleh proses fermentasi, seperti
dalam acar kubis, keju, dan anggur serta dapat juga dihasilkan oleh jaringan tubuh
manusia dan hewan dari hasil metabolisme karbohidrat (Nuraeni, 1987). Asam
laktat merupakan bahan tambahan dalam industri makanan dan bahan baku
industri polimer biodegradable (BPPT, 2005). Zat ini juga merupakan bahan
pengawet alami yang dapat mencegah pembusukan oleh bakteri (Fallon dan Enig,
2003).
1 Struktur dan Sifat Fisika Asam Laktat
Asam laktat atau asam 2-hidroksipropionat mempunyai rumus molekul
CH3CH(OH)COOH dan massa molekul relatif 90,08 (Ullmann,1984) dengan
temperatur leleh antara 18 – 33oC dan merupakan asam hidroksikarboksilat
dengan sebuah atom karbon asimetris. Secara optis asam laktat mempunyai dua
bentuk aktif, yaitu levo asam laktat dan dextro asam laktat seperti diilustrasikan
pada Gambar 1. Perbedaan utama antara isomer-isomer tersebut adalah bahwa
mereka memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah yang berbeda (Gaman
dan Sherrington, 1992).
Gambar 1.
D-asam laktat
L-asam laktat
Tabel 1.
Jenis Bakteri
Jenis Asam Laktat
Homofermenter
Strepcoccus
L-asam laktat
Pediococcus
D,L-asam laktat
Lactococcus
L-asam laktat
Lactobacillus
Subgrup Streptobacteria
D,L-asam laktat
Subgrup Thermobacteria
D,L-asam laktat
Heterofermentasi
Lactobacillus
Subgrup Betabacteria
D,L-asam laktat
Leucomostoc
D-asam laktat
Sumber; Anonim,2005
Biasanya L-asam laktat digunakan sebagai regulator asam, acidifier, dan fungisida. Lasam laktat dapat didegradasi sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku plastik
untuk mengatasi masalah polusi.W.H.O menganjurkan untuk tidak menggunakan Dasam laktat pada industri makanan dan farmasi karena bersifat racun. Sementara Lasam laktat tidak beracun dan dapat digunakan dengan aman (Anonim,2005)
2. Sifat Kimia Asam Laktat
Asam laktat bisa mengalami esterifikasi intermolekuler menghasilkan sebuah ester
yaitu asam laktoyllaktat dengan reaksi:
2 CH3CH(OH)COOH CH3CH(OH)COOCH(CH3)COOH + H2O
(asam laktoyllaktat)
(asam laktat)
…(2.1)
(air)
Ester bimolekuler lain juga dapat terbentuk jika distilasi asam laktat dilakukan
pada temperatur yang tinggi. Ester bimolekuler tersebut adalah dilaktida yang
merupakan ester siklis, seperti pada persamaan reaksi berikut:
CH 3
o
CH 3CH(OH)COOCH(CH
3
o
)COOH
o
o
(asam laktoyllaktat)
+
H 2O
(air)
CH 3
(dilaktida)
…(2.2)
Dehidrasi asam laktoyllaktat menghasilkan poli asam laktat yang merupakan
poliester lurus dengan panjang rantai tidak diketahui, seperti diuraikan dalam
Gambar 2 berikut:
CH3
CH3
HO
CH
CO
O
CH
CH3
O
CO
n
Poli asam laktat
Gambar 2. Poli Asam Laktat
B. Bahan Baku
1. Nenas
CH
COOH
Nenas (Ananas Comosus (L) Merr.) merupakan salah satu tananaman buah tropis
yang dapat tumbuh sepanjang musim. Buah nenas cukup populer dan disukai
orang. Tanaman nenas termasuk dalam divisi Spermathophita, klas angiospermae,
subklas monocotyledon, ordo forinose, famili bromolliace dan spesies Ananas
comossus (L) Merr (Rukmana, 1996). Dari data statistik, produksi nenas di
Indonesia untuk tahun 1997 adalah sebesar 542.856 ton dengan nilai konsumsi
16,31 kg/kapita/tahun (Anonymous, 2001). Sedangkan untuk di Propinsi
Lampung produksi nenas mencapai 3.037.660 Ku pada tahun 2006 (BPS Propinsi
Lampung). Dengan semakin meningkatnya produksi nenas, maka limbah yang
dihasilkan akan semakin meningkat pula.
Menurut Suprapti (2001), limbah nenas berupa kulit, ati/ bonggol buah atau cairan
buah/ gula dapat diolah menjadi produk lain seperti sari buah atau sirup. Menurut
Kumalamingsih(1993), secara ekonomi kulit nenas masih bermanfaat untuk diolah
menjadi pupuk dan pakan ternak.
2. Limbah Cair Nenas
Disamping limbah padat, proses pengolahan nenas menghasilkan juga limbah cair.
Limbah cair nenas merupakan limbah cair yang dihasilkan dari tahap akhir
pengolahan nenas (Ananas Comossus), yaitu cairan sisa dari proses ultra filtrasi
pada proses pembuatan clear juice nenas. Limbah cair nenas merupakan limbah
organik yang mengandung karbohidrat. Komposisi kimia limbah cair nenas dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia limbah cair nenas PT. Great Giant Pineaple
Company (PT GGPC) Terbanggi Besar Lampung Tengah
Analisa
Glukosa
Protein
Hasil
16,8%
0,2%
Dan lain-lain
83%
(Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung,2008)
Melihat komposisi kimianya, limbah cair nenas dapat dimanfaatkan sebagai media
pembuatan asam laktat. Pemanfaatan limbah cair nenas sebagai media pembuatan
asam laktat mempunyai beberapa kelebihan, yaitu dapat mengurangi pencemaran
lingkungan, memberikan nilai ekonomi bagi industri pengolahan nenas, bahan
baku dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Selain itu dapat meningkatkan
nilai guna limbah cair nenas karena dapat menghasilkan produk pangan yang
bermanfaat bagi manusia.
C.
Proses Fermentasi
1. Definisi Fermentasi
Kata “FERMENTASI” berasal dari kata latin ferfere yang berarti mendidihkan
(Judoamidjojo dkk, 1990). Istilah fermentasi ini dalam sejarahnya mengalami
perubahan pengertian seiring dengan banyak dilakukan penelitian-penelitian di
bidang bioteknologi. Sampai pada saat ini fermentasi diartikan sebagai suatu
proses perombakan bahan baku dengan menggunakan sel hidup atau mikroba
untuk menghasilkan suatu zat produk (Judoamidjojo dkk, 1990). Fermentasi
juga merupakan penguraian anaerobik dari senyawa organik (Lay dan Hastowo,
1992).
Bahan-bahan utama yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya suatu proses
fermentasi adalah berbagai jenis mikroorganisme dan berbagai jenis enzim yang
dihasilkannya. Kemudian untuk dapat menyiapkan suatu kondisi optimal
diperlukan suatu perangkat peralatan yang disebut fermentor atau bioreaktor
yang harus dilengkapi dengan unit pengendali yang dapat dilakukan secara
manual atau otomatis. Kelengkapan yang terpenting adalah bahan baku dan
bahan pembantu yang biasa disebut sebagai medium (Judoamidjojo dkk, 1990).
2. Fermentasi Asam Laktat
Proses fermentasi asam laktat berlangsung secara anaerob dengan menggunakan
mikroorganisme untuk mengubah gula menjadi asam laktat (Erickson dkk, 2004)
Gula
Hidrolisis
Asam laktat
Glukosa
Fermentasi
Glikolisis
Piruvat
Berbagai bahan baku yang mengandung karbohidat dapat digunakan dalam
fermentasi asam laktat.
Dalam skala industri asam laktat dapat diproduksi dengan dua cara yaitu proses
sintesis kimia antara asetaldehid dengan asam sianida, dan proses fermentasi dari
berbagai bahan yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi dengan bantuan
kelompok bakteri pembentuk asam laktat (Ulmann, 1984; Narayanan dkk, 2004).
Jalur fermentasi lebih sering digunakan dibandingkan dengan cara sintesis
karena proses produksinya dilakukan secara alami (Ulmann, 1984).
Pada fermentasi asam laktat, sejumlah besar inokulum bakteri digunakan untuk
memproduksi asam tersebut. Prosedur umum fermentasi asam laktat terdiri dari
penguraian karbohidrat dalam mineral dan nutrisi berprotein serta kalsium
karbonat berlebih. Secara umum reaksi fermentasi asam laktat adalah sebagai
berikut:
hidrolisis
fermentasi
Karbohidrat
C6H12O6
2 CH3CHOHCOOH
(glukosa)
...(2.3)
(asam laktat)
2.1. Jenis Proses Fermentasi
•
Berdasarkan Produk yang Dihasilkan
Berdasarkan produk yang dihasilkan, fermentasi asam laktat dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu fermentasi homolaktat dan fermentasi heterolaktat.
Satu-satunya hasil fermentasi homolaktat adalah asam laktat, seperti terlihat
pada reaksi berikut:
C6H12O6 + 2 ADP + 2 Pi
2 CH3CHOHCOOH + 2 ATP …(2.4)
(glukosa)
(asam laktat)
Sedangkan pada fermentasi heterolaktat, selain menghasilkan asam laktat juga
dihasilkan produk-produk lainnya seperti asam asetat, etanol, asam format,
dan karbon dioksida, tergantung dari bahan baku yang digunakan (Ullmann,
1984).
C6H1 2O6 + 2 A D P + 2 P i
(g lu k o sa)
•
C H3C H O H C O O H +3CCHH2O H + C2O+ 2 A T P
(asa m la k ta t)
(eta n o l)
…(2.5)
Berdasarkan Kebutuhan Elektron Akseptor
Berdasarkan kebutuhan elektron akseptor, fermentasi asam laktat digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu fermentasi aerobik dan anaerobik. Pada fermentasi
aerobik, yang berfungsi sebagai elektron akseptor adalah oksigen, sedangkan
pada fermentasi anaerobik elektron akseptornya berupa senyawa organik
(Abedon, 1998) seperti asam piruvat, asetaldehid, dan asetil KoA (Harwati
dkk, 1997).
•
Berdasarkan Substrat Yang Digunakan
Berdasarkan substratnya, proses fermentasi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
 Solid Substrat Fermentation (SSF)
Pada SSF, substrat yang digunakan berupa material padatan seperti pati
yang berasal dari padi, kacang-kacangan dan material lignoselulosa
(jerami, serbuk gergaji atau kayu). Beberapa dari senyawa ini
mengandung molekul-molekul polimer yang sukar larut dalam air
namun mudah diperoleh dan mampu menyediakan nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme (Smith, 1996).
Beberapa SSF membutuhkan pengolahan awal untuk meningkatkan
kandungan nutrisi dan juga mengurangi ukuran komponen substratnya.
Bioreaktor SSF didisain lebih sederhana dibandingkan dengan LSF.
 Liquid Substrat Fermentation (LSF)
Substrat yang digunakan pada LSF berupa larutan yang kaya akan
nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme. LSF dapat dibedakan
menjadi dua jenis:
 Submerged fermentation
Pada submerged fermentation, proses fermentasi berlangsung
di bawah permukaan media dengan cara mengaduk larutan
media selama proses fermentasi berlangsung.
 Surface fermentation
Pada surface fermentation, proses fermentasi hanya
berlangsung di permukaan media saja, sehingga untuk
mendapatkan hasil yang maksimal luas permukaan harus
diusahakan seluas mungkin dengan cara memperkecil ketebalan
cairan. Pada proses ini, mikroorganisme hanya tumbuh di
permukaan media fermentasi .
2. Mikroorganisme
Mikroorganisme sangat diperlukan dalam proses fermentasi mengingat
dalam aktifitas biologisnya mikroorganisme mampu memproduksi
senyawa organik, enzim, antibiotika, dan sebagainya. Senyawa-senyawa
kimia tersebut dapat digunakan langsung atau sebagai bahan dasar
untuk diolah lebih lanjut menjadi produk yang dibutuhkan oleh manusia.
Mikroba dapat memproduksi asam-asam organik. Menurut Pederson
(1971), dalam memproduksi asam organik mikroba digolongkan dalam
dua golongan :
•
Homofermentatif, yaitu mikroba yang hanya memproduksi satu jenis
asam organik. Mikroba jenis ini juga disebut sebagai mikroba
homolaktat.
•
Heterofermentatif, yaitu mikroba yang dapat memproduksi beberapa
produk senyawa selain asam organik utama. Misalnya selain asam
laktat bakteri juga dapat menghasilkan asam organik lain (asetat,
format, butirat, dll) dan atau senyawa lain seperti CO2 dan alkohol.
Mikroba seperti ini disebut juga sebagai mikroba heterolaktat.
Bakteri asam laktat yang termasuk glongan homofermentatif adalah
genera Pediococcus dan Sterptococcus serta sebagian lactobacillus.
Sedangkan genera Leuconostoc dan Bifidobacterium termasuk
heterofermentatif (Anonim, 1989). Jenis mikroorganisme yang digunakan
dalam suatu proses fermentasi akan mempengaruhi hasil fermentasi yang
dilakukan. Berbagai jenis bakteri, kapang, maupun khamir dapat
digunakan dalam proses fermentasi (Judoamidjojo dkk, 1990). Contoh
bakteri yang banyak digunakan dalam industri fermentasi adalah
kelompok bakteri laktat.
a. Bakteri Laktat
Bakteri laktat adalah bakteri yang mampu memproduksi sejumlah
asam laktat dari karbohidrat sederhana, dengan demikian
menciptakan suasana asam yang mampu mematikan bakteri-bakteri
lain (Syahrurrachman dkk, 1993). Bakteri laktat khususnya berasal dari
genus Lactococcus, Leuconostoc, Pediococcus, dan Lactobacillus
memegang peranan penting dalam menghasilkan makanan fermentatif
(Herrero dkk, 1996) seperti yoghurt (Streptococcus dan Lactobacillus),
keju (Lactococcus), dan acar kubis (Leuconostoc) (Dugas, 2001). Oleh
karena itu pada saat ini bakteri asam laktat sangat berpotensi untuk
digunakan dalam berbagai industri (Koning, 2000).
Karakteristik Bakteri Laktat
Secara umum, sifat morfologi bakteri asam laktat berbentuk batang, gram
positif, tidak berspora, tidak motil dan memproduksi asam dari beberapa jenis
karbohidrat (Mamuaja, 1989). Pada isolasi primer, bakteri ini bersifat
mikroaerofilik atau anaerobik, dan beberapa strain dapat tumbuh meskipun
dalam suasana aerobik (Syahrurrachman dkk, 1993).
Menurut Hadi dan Fardiaz (1990), bakteri asam laktat termasuk
golongan osmotoleren moderat yang mempuyai kadar aw (kebutuhan air
mikroba untuk hidup) minimal 0,95 untuk pertumbuhannya, tetapi
beberapa bakteri asam laktat mampu bertahan pada aw 0,93
Bakteri laktat bersifat heterotrof dan biasanya mempunyai kebutuhan nutrisi
yang kompleks karena kekurangan kemampuan biosintesis (Dugas, 2001).
Kebanyakan jenisnya mempunyai beragam kebutuhan akan karbon (C) dalam
bentuk senyawa organik dan karbohidrat, asam amino serta vitamin untuk
pertumbuhannya (Syahruracman dkk, 1993). Oleh karena itu, bakteri laktat
biasanya hanya terdapat di dalam komunitas dimana kebutuhan akan nutrisi
tersebut dapat terpenuhi.
Dewasa ini telah ditemukan strain bakteri laktat yang bisa langsung
memfermentasi bahan baku berpati menjadi asam laktat karena
mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim α-amilase. Strain bakteri laktat
ini adalah Lactobacillus amylolytic. Contoh bakteri yang termasuk strain ini
yaitu Lactobacillus amylovorus, Lactobacillus amylophilus, Lactobacillus
manihotivorans, Lactobacillus plantarum (Sanoja dkk, 2000), dan Bacillus
thermoamylovorans (Ollivier dkk, 2000).
Download