MATEMATIKA SEBAGAI SALAH SATU

advertisement
MATEMATIKA SEBAGAI SALAH SATU
PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKAN JIWA
KEWIRASWASTAAN MULAI DINI
Oleh:
Sri Surtini
UPBJJ-UT Semarang
[email protected]
ABSTRACT
Entrepreneurship is not only neededfor business, but also for the
success in any work and organization because in enterpreneurial
spirit, there ,s morale, creativity, discipline, innovation,
persistance, and not easily to be discouraged. These things are
superior characteristics needed in every aspects. In an efort to
foster superior characteristics peculiarly, enterprenurial spirit is
very determined by early age edueationwhich is a strong andfirm
foundation. Early age education is done in the fomily from early
age when the children goes to the lowest formal education.
Through thematic .learning including mathematics education,
early age students are expected to have an entrepreneurial spirit
that is rising through the integration of the learning process in the
classroom. To realize the vision, entrepreneurship education
should start early, which has been imparted to the students from
Young Learner education to college education, which is to include
entrepreneurship education in the curriculum for all levels of
education. Mqthematics is very suitable to involve contents which
invite the students lo have enterpreneurial spirit. From young
learner education until primary education, it is enough to instill
86
/ol.
40 No.
l,
I
5
Februai
20 I
4 : 86- I 03
entrepreneurial spirit. With a hope, after they go to high school
educqtion and college education, they will not only gain the theory
but qlso apply that in the real world, especially for vocational
education.
Kqt words: enterpreneurship, early
A.
age, mathematics
PENDAIIULUAI{
Pembudayaan dan pemasyarakatan kewirausahaan sangat
penting untuk diterapkan sejak dini, khususnys pada siswa sekolah
dasar. Kenyataan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
pengusaha-pengusaha Indonesia tentang kewirausahaan bersifat
turun temurun dan bukan melalui pendidikan formal. Selain itu
hanya sekitar 2% pengusaha Indonesia yang berpendidikan
Diploma atau Politeknik dan sebagtanbesar adalah lulusan Sekolah
Dasar (SD). Berbagai kebijakan maupun kerja s{tma antar
departemen perlu dilakukafi agr mengembangkan jiwa wirausaha
mapun kegiatan yang produktif dapat terealisasi. Kebanyakan
oftmg tua kurang menrberi arahan agar anaknya mempunyai jiwa
wirausaha atau berwirqusaha. Sejak kecil banyak orang tua lebih
mengarahkan anaknya untuk memiliki cita-cita sebagai Pegawai
Negeri, dokter, gufr, insinyur dan pekdaan formal lainnya.
Walaupun untuk profesiprofesi inipun jiwa entrepreneur sangat
diperlukan dan sangat membantu untuk keberhasilannya.
Sebenarnya setiap orang ditakdirkan memiliki jiwa wirausaha.
Semua manusia dibekali sifat-sifat kewirausahaan sejak lahir,
antara lain keberanian, kreativitas dan inisiatif. Misalnya anak
87
Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran (Jntttk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtini)
belajar be{alan mereka tidak harus masuk di kelas, tetapi tetap
dibimbing oleh orang tuanya.
Wirausaha atav entrepreneurship ini tidak hanya diperlukan
untuk berbisnis saja, hampir dalam segala bidang sangat
dibutuhkan jiwa entrepreneur untuk keberhasilan kerja dan
keberhasilan organisasi apapun. Karena didalanya terdapat
semangat kprju, kreativitas, disiplin, inovatif, gigrh, kerja tidak
mudah putus asa merupakan karakteristik jiwa unggul yang
diperlukan
di bidang apa saja. Dalam upaya tumbuhnya
karakteristik jiwa unggul secara khusus jiwa entrepreneur sangat
ditentukan oleh pendidikan sejak dini yang akan merupakan
landasan yang kokoh kuat. Pendidikan dini ini dilakukan selain
melalui dalam keluarga juga perlu dilakukan sejak usia dini anak
memasuki pendidikan forural yang paling rendah.
Sebagai solusi untuk mengatasi pendidikan kewirausahaan
pada anak sejak dini dapat melalui pembelajaran matematika.
Melalui hitung-hitungan yang sederhana anak diajak untuk paharn
bagaimana maternatika sangat berguna dan me,ngasyiktcan.
Matematika juga sudah diajarkan sejak dini saat anak masuk
pendidikan formal yaitu pada tingkat pe'ndidikan anak usia dini
dengan cara yang sederhan4 menarik dan mudah difahami.
B.
PENGERTIAN KEWIRASWASTAAN
Apabila memperhatikan secara cermat, bahwa tidak ada satu
suku katapun dari kata "wiraswasta" yang menunjukftan arti kearah
pengejaran uang atau harta benda. Banyak orang tidak menyadari
bahwa "wiraswasta" tidak sama de,ngan "swasta" dan "orang
swasta" tidak sendirinya merupakan wiraswastawan sejati.
88
Yol.40 No.
l, I5
Februari 2014 : 86-103
Wiraswasta mengandung kata "wirt' yang mempunyai makna
luhumya budi pekerti, teladan, memiliki karakter yang baik,
be{iwa ksatria, dan patriotik. Oleh sebab itu dapat dipastikan
bahwa seorang wiraswastawan sejati selalu memegang etika
sebaik-baiknya dalam berbisnis.
Kewiraswastaan merupakan terjemahan dari kata asing
entrepreneurship. Kewiraswastaan tidak hanya terjadi dikalangan
orang atau perusahaan swasta saja, tetapi juga ada di lingkungan
perkoperasian, lingkungan pendidikan, bahkan dilingkungan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), dan bukan monopoli kelompok
perusahaan swasta saja. Maka timbul istilah "wirausaha" yang
dianggap lebih universal dalam penerapannya. Secara estimolog,
sebagaimana dijelaskan arti wiraswasta bisa diuraikan lebih kurang
sebagai berikut : wira: luhur, berani, jujur, ksatria, swa: sendiri,
dan sta = berdiri. (Suparman Sumahamidjaja, dalam Rusman
Hakim,2006).
Konsep kewirausahaan
dan
keterkaitannya
dengan
pendidikan" mempunyai arti berdiri diatas kekuatan sendiri (Pedia,
2010). Jadi arti kata wiraswasta adalah, mewujudkan aspirasi
kehidupan berusaha yang mandiri dengan landasan keyakinan
watak yang luhur. Lebih spesifiknya, kaum wiraswasta sejati
adalah mereka yang berani memutuskan untuk bersikap, berpikir
dan bertindak secara mandiri, mencari nafkah dan berkarier diatas
kemampuannya sendiri, dengan cara yang jujur, dan adil, jauh dari
sifat-sifat keserakahan dan kecurangan.
Seperti juga dijelaskan oleh Riyanti (2003), bahwa wiraswata
adalah sifat-sifat keberanian, kekuatan dan keteladanan dalam
mengambil risiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Jadi
mereka adalah orang yang perkasa dan mandiri. Menurut ahli
89
Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtini)
ekonomi Perancis J.B. Say sebagaimana dikutip Peter F. Drucker
(1996) kewiraswastaan adalah menindahkan sumber daya ekonomi
dari kawasan produktivitas rendah ke kawasan produktivitas tinggi
dan hasil )ang besar. Sedangkan Joseph Schumpeter (dalam Peter
F. Drucker, 1996) membuat postulat bahwa ketidak seimbangan
dinamis yang disebabkan oleh wiraswastawan yang melakukan
inovasi, bu.kan keseimbangan dan optimisasi adalah norma dari
suatu ekonomi yang sehat dan merupakan realita sentral bagi teori
ekonomi dan praktek ekonomi. Sebenamya inti dari pengertian
kewiraswastaan tersebut adalah kemampuan untuk melakukan
inovasi agar terjadi pemindahan sumber daya ekonomi dari
kawasan produktivitas rendah kekawasan produktivitas tinggi.
Tugas wiraswastawan menurut Scumpeter adalah melakukan
perombakan kreatif (creative destruction). Apabila seseorang
hanya menonjolkan kewiraannya saja maka orang tersebut
bukannya tambah baik dalam kehidupan ekonominya melainkan
orang tersebut justru sebaliknya akan menjadi melarat dan hanya
tergantung pada segr materi saja. Sebab dalam hal ini ada
kemungkinan orang tersebut kurang memperhitungkan dalam
mengambil risiko. Sebaliknya jika orang tersebut hanya
menonjolkan swastanya saja (dalam arti mereka kaya dan
kecukupan), maka pada akhirnya mereka mungkin saja mentalnya
kurang baik karena akan mencari kekayaan dengan menghalalkan
segala cara.
Pada prinsipnya kewiraswastaan tekanannya adalah pada
"kemampuan bErdiri sendiri". Berdiri sendiri tidaklah sama dengan
bekda seorang diri, akan tetapi sebaliknya bahwa dijaman
sekarang justru hampir setiap usaha selalu berhadapan atau bekerja
sama dengan pihak lain (Tri Yanto, 2007) Berdiri sendiri juga
90
/o1.40 No.
l, l5 Februafi
2014 : 86-103
dikaitkan dengan kepercayaan diri yang sangat diperlukan untuk
mengatasi berbagai tantangan hidup. Kepercayaan diri merupakan
faktor yang penting dalam meraih sukses, sebab setiap sukses yang
diperoleh seseorang akan memperoleh kepercayaan diri, tetapi
sebaliknya dengan ketidak suksesan/kegagalan akan membuat
seseorang itu akan kurang kepercayaan dirinya. Hanya dengan
kepercayaan diri maka seseorang atau suatu masyarakat bahkan
suafu bangsa akan mempunyai survive dalam menghadapi
tantangan dunia yang penuh persaingan dan pergolakan serta serba
tidak pasti.
Esensi wirausaha adalah menciptakan nilai tambah dengan
cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Wirausaha adalah
orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatuorganisiasi
unfuk mengejar "peluang". Wirausaha merupakan
pekerjaan ya g bersifat fleksibel dan imajinatif,
sebuah
namun
merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan dan
tindakan untuk mencapai tujuan (Meredith dalam Suryana 2001).
Jadi wirausaha dan wiraswasta berbeda pengertian, pelaku yang
berdagang. Sedangkan wirausaha adalah pelaku yang profesional
dibidangnya yang memiliki jiwa wirausaha. Zatnan dulu orang
yang berdagang di istilatrkan dengan o'wirausaha" namun sekarang
"sudatr
pengertian istilah itu
bergeser. Guru termasuk seorang
wirausaha karena guru menjual jasanya kepada sekolah, siswa,
orang tua dan masyarakat untuk dapat mencerdaskan siswa melalui
berbagai pendekatan dan metode yang mutakhir. Hal ini dipereukan
jiwa wirausaha seperti kreativitas, inovati{ pantang menyerah,
percaya diri, kepemimpinan. Jadi Wirausaha adalah mereka yang
melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan
mengernbangkan ide dan meramu sumber daya unfuk menemukan
91
Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtini)
peluang dan perbaikan hidup (Prawirokusumo dalam Suryana
2001).
Urgensi Pendidikan Kewiraswastaan
Pengembangan kewiraswastaan merupakan kunci kemajuan
utamanya dalam bidang ekonomi. Karena kewiraswastaan dapat
mengurangi pengangguran dan menciptakan lapangan kerja,
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan keterpurukan
ekonomis. Lebih jauh lagi dan secara politis akan meningkatkan
harkat sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat. Keberhasilan
bangsa adalah sangat ditentukan oleh kualitas manusia, bukan
hanya ditentukan oleh moral tinggi/sikap mental yang patriotik
saja, tetapi juga ditentukan oleh jiwa kewiraswastaan individu
masyarakat. Negara dikatakan maju apabila mampu menggali dan
rnengembangkan sumber daya manusia. Manusia yang berdaya
guna dituntut oleh moral yang tinggr, kepribadian yang kuat,
dinamis, kreatif, rajin dan bekerja keras, menghargai dan dapat
mengelola waktu tidak suka bermalas-malas.
Dalam ranah pendidikan, perlu dikembangkan pendidikan
praksis yang inspiratif pragmatis (Sularto, 2010), dimana
pendidikan yang tidak hanya menghasilkan manusia intelektual,
tetapi juga merniliki kOterampilan praksis. Artinya lulusannya siap
memasuki lapangan kerja, tetapi juga siap menciptakan lapangan
ke-rja. Evans & Edwin (1979:35 datam Sambas Ali, 2010)
menyatakan bahwa pola magang terdapat seorang karyawan senior
yang secara k*rusus ditugasi sebagai isntruktur bagi karyawan baru
yang sedang belajar. Instruktur tersebut bertanggung jawab untuk
mernbimbing dan mengajarkan pengetahuan serta keterampilan
yang sesuai dengan tugas karyawan baru yang menjadi asuhannya.
92
Yol. 40 No.
l.
I5
Februari
20 I 4
:
86-1 A3
Tidak imbangnya jumlah pelamar keda, dan jumlah
penganggur terdidik semakin membesar menunjukkan kecilnya
jiwa wiraswasta. Para lulusan lebih tampil sebagai pencari kerja
dan belum sebagai pencipta lapangan kerja. Tidak terserapnya
lulusan pendidikan ke lapangan kerja memang tidak sepenuhnya
disebabkan faktor tidak adanya jiwa wiraswasta. Banyak faktor lain
yang menjadikan penyebabnya. Meskipun demikian, tampaknya
faktor dan tantangan terpenting adalah bagaimana institusi
pendidikan berhasil memberikan atau menanamkan semangat jiwa
dan sikap kewiraswastaan.
Sebagai disiplin ilmu, kewiraswastaan bisa diajarkan lewat
sistem terstruktur, salah satu hasil penting dan utama praksis
pendidikan, .lembaga pendidikan tidak dapat memberikan
pekerjaaq tetapi bisa memastikan agar hasil didik mampu
menciptakan pekerjaan. Mengutip Peter F Drucker (dalam Sularto,
2010), kewirausahaan itu bukan bimsalabim, apalagi berurusan
dengan keturunan. Singapura memiliki 4olo wirausaha dari total
penduduknya, sementara Indonesia baru 0,l8yo dari total sekitar
225 juta penduduk. Ketimpangan itu disebabkan kurang
tersele,nggaranya praktisi pendidikan yang mernbuka kearah
kreativitas dan temuan-temuan bersama. Istilah
wiraswasta/wirausaha memang masih baru unfuk Indonesia,
sementara AS sudah mengenalnya 30 tahun lalu. Munculnya
entrepreneur sebagai hasil lembaga pendidikan dan buah leamining
by doingmasih ada perbedaan persepsi. Ada yang berpendapat jiwa
kewiraswastaan tidak harus dihasilkan dari lembaga pendidikan,
ada pendapat lain bisa dilakukan tidak lewat proses yang
direncanakan (Sambas
Ali, 2009).
93
Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtinil
Seperti yang dikemukakan oleh Sumahamidjaja (dalam Tri
Yanto, 2007), ciri-ciri seseorang yang memiliki sikap mental
wiraswasta antara lain :
a.
b.
c.
d.
Sebanyak mungkin penuh gagasan, ide.
Sebanyak mungkin penuh inisiatif prakarsa.
Sebanyak mungkin penuh daya cipta kreativitas.
Sebanyak mungkin penuh daya penggerak diri, percaya pada
diri
e.
f.
g.
h.
i.
sendiri dan kemampuan sendiri disertai tekad
dan
keyakinan akan berhasil.
Tahu apa maunya dalam hidup ini.
Tahu menghitung risiko.
Selalu bekerjasama dan menarik manfaat dari setiap kerjasama.
Mencegah timbulnya hambatan mental menjadi belenggu
sendiri yaitu, rendah diri, malas, jiwa budak yang bebal
Meningkatkan keterampilan wiraswasta dan keahlian menjual
apa saja d ' yang terkecil sampai yang besar.
Pendidikan Manusia Wiraswasta
Manusia wiraswasta membutuhkan kepribadian yang kuat
untuk memajukan hidupnya, diantaranya dapat dipenuhi melalui
pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya adalah proses upaya sadar
untuk memajukan periumbuhan segenap potensi pribadi manusia
guna mewujudkan kehidupan sejahtera lahir batin dengan penuh
rasa tanggung jawab.
Tugas pendidikan adalah mempersiapkan individu-individu
untuk secara bertanggung jawab dapat memperoleh kesejahteraan
hidup dengan memperlengkapi kepribadian individu-individu
tersebut dengan pembinaan segenap aspek kehidupan. Pendidikan
dapat menolong individu untuk membina moral, karaher, intelek
94
I/ol. 40 No. 1, 15 Februari 2014 : 86-103
dan keterampilan individu tersebut sehingga akhirnya mampu
berdiri sendiri. Namun untuk mendapatkan semua itu mernerlukan
waktu panjang dan bahkan berlangsung seumur hidup. Ada
beberapa macam sikap pandangan sernentara pendidik yang kurang
menunjang usaha perwujudan manusia wiraswasta di sekolahsekolah kita (Tri Yanto, z}}7),diantaranya :
a. Adanya pendidik memandang begitu rendah terhadp arti
pendidikan. Hal ini tercermin dari kenyataan, bahwa para
tamatan sekolah mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi
ternyata masih dirundung oleh pola pemikiran mencari
pekerjaan.
b.
c.
Adanya pandangan yang keliru dari sementara pendidik
mengenai sumber utama pendidkan. Umumnya sumber
pendidikan adalah hal-hal yang terdapat di luar anak didik
(guru, buku, dan masyarakat). Pendidikan melupakan potensi
anak didik itu sendiri.
Adanya sikap pesimis dari sementara pendidik menge,nai
perubahan sikap mental anak didik. Mereka menyangsikan
bahwa pendidikan tidak mampu untuk mengubah atau
menge,nrbangkan watak seseorang.
Pola pendidikan di negara kita memang belum memikirkan
secara menyeluruh. Pemerintah baru berusaha me,lnbenahi sistem
dan kurikulum pendidikan yang memang harus segera ditangani
secara serius. Di sini masyarakat serta lernbaga pendidikan benar-
benar dituntut peran sertanya unfuk bersama-sama memikirkan
tersusunnya dan terlaksananya pola pendidikan yang integral. Jadi
orang tua wajib ikut berperan aktif dalam menata masa depan
anaknya dengan merrumbuhkan kemandirian anak. Jangan hanya
95
Matematika sebagai salah satu Pembelajaran untuk Menumbuhkan Jiwa .... (sri surtini)
memanjakan saja, dan jangan menyerahakan sepenuhnya kepada
lembaga pendidikan untuk membentuk watak dan kepribadiannya.
Sistem pendidikan masih kurang membantu bertumbuhnya
inisiatif, dinamika ataupun kreativitas anak didik. Siswa hanya
secara pasif mendengarkan teori yang dikemukakan oleh guru.
Sifat pelajaran relatif banyak hafalan. Siswa kurang pula dibekari
dengan pemberian pengertian melalui gambaran kenyataan hidup
yang ada. Namun sekarang pemerintah sudah mulai menjamah dan
menangani hal-hal bagaimana menumbuhkan inisiatif, kreativitas
dan memberikan pengertian tentang kenyataan hidup melalui pola
sistem pendidikan yang partisipatif. Guna membenahi ini semua
dan untuk menumbuhkan jiwa wiraswasta di kalangan anak didik,
perlu dibenahi pola pendidikan secara menyeluruh. Untuk itu
antara pemerintah dengan masyarakat harus terjalin kerjasama yang
saling mendukung. Interdependensi antar seluruh anggota
masyarakat harus bisa dikembang-tumbuhkan kearah yang lebih
positif. Lembaga-lembaga-lenrbaga pendidikan tidak akan mampu
membentuk pribadi-pribadi manusia yang tangguh tanpa peran
serta anggota masyarakat secara nyata. Orang tua wajib mernbekali
dasar pembentukan watak dan kepribadian serta keyakinan anakanaknya. Masyarakat wajib ikut serta mengendalikan atau
mengamankan pola peirgafuran tatanan masyarakat sesuai peraturan
yang berlaku. Pemerintah dan unsur masyarakat lainnya aktif
melaksanakan kegiatan pendidikan secara integral.
lnstruksi Presiden No. 4 Tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995
tentang Gerakan Nasional Masyarakat dan Mernbudayakan
Kewirausahaan, mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan
bangsa Indonesia, untuk mengembangkan program-program
kewirausahaan. Inpres tersebut dikeluarkan bukan tanpa alasan.
96
Vol.40 No.
l, l5
Februari 2014 : 86-103
Pemerintah menyadari betul bahwa dunia usaha merupakan tulang
punggung perekonomian nasional, sehingga harus digenjot
sedemikian rupa melalui berbagai departemen teknis maupun
institusiinstitusi lain yang ada di masyarakat. Pemerintah juga
telah menyusun suafu program yang ditujukan untuk menanamkan
budaya wirausaha/wiraswasta dengan sasaran para mahasiswa
melalui berpagai program DIKTI dan pada masyarakat pada
umunnya.
Hal ini
dilaksanakan sebagai upaya untuk
mempersiapkan masyarakat terutama lulusan perguruan tinggi agar
memperoleh ilmu dan intelektual yang tinggi, serta kecakapan (life
skilts) yang memadai.
Kewirausahaan dalam Pendidikan
Sebenamya untuk mewujudkan pendidikan berwawasan
kewiraswastaan tersebut harus dimulai sejak dini, yaitu sudah
ditanamkan kepada peserta didik sejak pendidikan PAUD sampai
perguruan tinggr, yaitu dengan memasukkan pendidikan
kewiraswastaan dalam kurikulum untuk semua jenjang pendidikan.
Untuk jenjang pendidikan PAUD sampai SD cukup untuk
menanamkan jiwa wiraswasta sehingga setelah mereka masuk di
jenjang pendidikan SLTA dan perguruan tinggi selain teori yang
diperoleh mereka dapat mengaplikasikan dalam dunia nyata yaitu
melalui praktek-praktek, terutama untuk sekolah kejuruan.
Seperti dikernukakan oleh Semiawan (1991:6, dalam Sambas
A1i,2010) terkait dengan pe'nyelenggaraan sekolah kejuruan adalah:
yang penting kesiapan mental untuk mengembangkan dirinya serta
keterampilan dasar untuk setiap kali dapat menyesuaikan diri
kembali pada perubahan tertentu (retrain ability). Dengan bekal
tersebut diharapkan lulusan sekolah menengah kejuruan tidak
97
Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan
Jiwa
. (Sri Surtini)
terpancang pada jenis pekerjaan yang ada, tetapi juga terdorong
untuk mewujudkan lapangan kerja baru dengan mengembangkan
prakarsa dan kreativitasnya secara optimal.
Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena
berisi body of lmowledge yang utuh dan nyata karena ada objek,
konsep dan metodenya (Suryana, 2001). Kewirausahaan pada
hakikatnya, adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki
kernauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia
nyata secara kreatif. Sekolah sebagai ujung tombak dari output
lulusan pendidikan, tentu ingin outcomesnya siswa yang mandiri,
bisa menghadapi tantangan dunia yang begitu cepat berubah,
memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupannya dengan
baik. Hal ini tidak hanya pengetahuan yang bersifat kognitif saja
melainkan fanah afektif. Jiwa kewirausahaan yang merupakan
bagran dari ranah afektif perlu ditanamkan pada siswa. Oleh karena
itu kewirausahaan dalam pendidikan adalah seorang individu yang
berani mengembangkan usaha dan ide barunya untuk memperbaiki
kualitas hidup yang diintergrasikan dalam pendidikan di sekolah
melalui berbagai kegiatan seperti ekstrakurikuler, pernbelajann
sebuah mata pelajaran yang diintegrasikan dengan kewirausahaan.
Guru dan kepala sekolah harus mampu mengintegrasikan
pernbelajaran afektif (pendidikan kewirausahaan) dalam
pembelajaran kognitif dengan berbagai pendekatan dan metode
mengajar.
Perlunya Matematika Dalam Menumbuhkan Jiwa
Kewirausahaan
Dalam teori siklus pernbelajaran, Munford
(1995)
meiryatakan bahwa pembelajaran didapat dari proses pambelajaran
98
VoL40 No.
l. l5 Februari
2014 : 86-103
atas pengalaman yang didapat dalam aktivitas sehari-hari yang
kemudian disimpulkan dan menjadi konsep maupun sistim nilai
yang dipergunakan untuk keberhasilan dimasa yang akan datang.
Hall (1996) menyatakan bahwa dalam jangka pendek pembelajaran
akan merubah sikap dan kinerja seseorang, sedangkan dalam
jangka panjang mampu menumbuhkan identitas dan daya
adaptabilitas seseorang yang sangat penting bagi keberhasilannya.
Cope dan Watt (2000) menyatakan bahwa kejadian L<ritrs (criticalincident) yang dialami wirausaha dalam kegiatan usahanya seharihari mengandung muatan emosional yang sangat tinggi dan
pembelajaran tingkat tinggi. Cope dan Watt menekankan
pentingnya pembimbingan (mentoring) untuk mengintepretasikan
kejadian kritis yang dihadapi sebagai pembelajaran, sehingga hasil
pernbelajarannya menjadi efektif. Sulivan (2000) menekankan
pentingnya client-mentor matching dalam keberhasilan
pembimbingan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan, keterampilan,
dan pembelajaran dapat difasilitasi ketika dibutuhkan wirausaha.
Dengan memperhatikan tingkat siklus hidup wirausaha. Lebih jauh,
Rae (2000) menggambarkan bahwa pengembangan kanampuan
wirausaha dipengaruhi oleh motivasi, nilai-nilai individu,
kemampuan, pembelajaran, hubungan-hubungan, dan stuiaran yang
diinginkannya. Sementara itu Minniti dan Bygrave (2001)
membuktikan dalam model dinamis pernbelajaran wirausaha,
bahwa kegagalan dan keberhasilan wirausaha akan memperkaya
dan mernperbaharui stock of htowledge serta sikap wirausaha
sehingga ia menjadi lebih mampu dalam berwirausaha.
Dalam kaitannya dengan upaya untuk manpertahankan
usaha, seorang wirausahawan memerlukan suatu strategi
positioning yang kuat serta konsisten dalam suatu lingkungan
99
Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtini)
persaingan yang dinamis. Hal ini memerlukan suatu perbaikan
yang berkelanjutan untuk mengelola perubahan tersebut agar
efektif sehingga diperlukan suatu proses pembelajaran baik singleloop learning wfiik memperkuat posisi saat ini maupun doubleloop learnilrg uxtuk menemukan landasan kokoh guna membangun
keunggulan bersaing. Wright (1997) menyebutkan bahwa
akumulasi pembelajaran merupakan salah satu harta tak berwujud
yang menjadikan suatu kapabilitas individu atau perusahaan yang
tidak dapat ditiru, terutama pengetahuan teknis yang tidak kentara.
Pendidikan dan latihan, mentoring dan belajar dari
pengalaman merupakan
faktor pembentuk
pembelajaran
kewirausahaan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan pendapat
beberapa ahli tentang pembelajaran wirausaha (Rae, 2000; Minniti
dan Bygrave, 2001), proses pendidikan dan pelatihan (Ulrich dan
Cole, 1987; Gibb, 1997; Lertch dan Horrison, 1999) maupun
pembelajaran wirausaha dari pengalaman (Henderson, 1993; Rae,
2000).
Mate,rnatika sebagai salah satu pembelajaran untuk
menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi anak usia dini sangat
diperlukan. Melalui matematika anak diajak untuk memahami dan
menyukai tentang hitung-hitungan, peluang-peluang menggunakan
permainan yang menarik dan alat bantu disekitar kita untuk mudah
memperolehnya
C.
KESIMPULAI\
Orang yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah orang yang
memiliki perilaku inovatif, kreatif, menyukai perubahan, kemajuan
dan tantangan. Jiwa kewirausahaan yang dapat dikernbangkan
dalam pembelajaran tematik adalah berani, disiplin, pantang
100
Vol.40 No. I,
15
Februari 2014 : 86-103
menyerah, mandiri, komunikatif, bertanggungiawab, jujur, kreatif,
inovatif, dan menyampaikan gagasan. Melalui pembelajaran
tematik termasuk pendidikan matematika diharapkan siswa usia
dini mampu memiliki jiwa wirausahanya meningkat melalui
pengintegrasian proses pembelajaran di kelas. Adapun tahap-tahap
mengembangkan pembelajaran matematik tersebut dimutai dari
penentuan ,tema yang sesuai dengan jiwa anak selanjutnya
menganalisis tema menjadi sub tema dan sub-sub tema yang
dibangun sebagai acuan untuk menentukan sebuah tema.
Untuk mewujudkan pendidikan berwawasan kewiraswastaan
tersebut harus dimulai sejak dini, yaitu sudah ditanamkan kepada
peserta didik sejak pendidikan PAUD sampai perguruan tinggi,
yaitu dengan memasukkan pendidikan kewiraswastaan dalam
kurikulum untuk semua jenjang pendidikan' Mata pelajaran
maternatika sangat sesuai untuk dimasuki muatan-muatan untuk
mengajak anak didik memiliki jiwa kewirausahaan. Untuk jenjang
pendidikan PAUD sampai SD cukup untuk menanamkan jiwa
wiraswasta sehingga setelah mereka masuk di jenjang pendidikan
SLTA dan perguruan tinggr selain teori yang diperoleh mereka
dapat mengaplikasikan dalam dunia nyata yaitu melalui praktekpraktelg terutama untuk sekolatr kejuruan,
DAFTAR PUSTAKA
Drucker, PF. 1991. Inovasi dan Kewiraswastaan, Praktek dan
Dasar-dasa. Erlangga, Jakatta.
101
Matematika Sebagai Salah Sotu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtini)
Gibb, A.A. 1997. Small firms' training and competitiveness.
Building on the small business. Internqtional Small Business
Journal, Vol. 15 (3): 13-29.
:A
Missing Link in
Henderson, N. 1993. Action Learning
Management Development. Personnel Review, Yol.22 (6):
14-24.
Leitch, C.M., and Harrison, R.T. lggg.
A process
Model for
Entrepreneurship Education and Development. International
Journal of Entrepreneurial Behavior & Research. Vol. 5 (3):
83-109.
Minniti, M., and Bygrave, W. 2001.
A
Dynamic Model of
Entrepreneurial Leaning.Entrepreneurship Theory and
Practice. Spring.
A.
1995. Leaming Style and Mentoring. Industrial and
Commercial Training. YoL27 (8): a-7.
Munford,
Pedia,
A.
2010. Persoalan Dasar Kewirausahaan
di
Indonesia.
http://bisnisdagairgusaha.blogspot.com. Diakses, I 3/021 2Ol 3 .
Rae, D. 2000. Understanding entrepreneurial learning : A Question
of How? International Journal of Entrepreneurial Behavior
and Researcft, Vol. 6 (3): 1a5-159
t02
Irol.40 No. I, l5 Februari 2014 : 86-103
Rusman Hakim.
Diunduh
S
2006.
Kewirausahaan Sebagai Sebuah Nilai.
html:fi1e://C:/Document
etting/admin/Desktop/Sincerepreneur. Diaks es
and
25 I 0 5 1 201
L.
Sulivan, R. 2000. Entrepreneurial Learning and Mentoring.
International Journal of Entrepreneurial Behavior &
Reseaych.
Vol. 6 (3): 160-175
Suryana. (2001). Kewirausahatan.Jakarta : Salemba Empat.
Tri Yanto. 2007. Kewiraswastaan. Widyasari, Salatiga.
Ulrich, T.A. and Cole, G. S. 1987. Toward More Effective Training
of Future Entrepreneurs. Journal of Smatl Business
Management. Y ol. 25
$):
32.39.
Watts, G. , Cope, J. and Hulme, M. 1998. Ansoffs mahix, pain and
gain : growth strategies and adaptive leaming among small
food producers, International Joumal of Entrepreneurial
Behavior and Research, Yol.4 (2): 101-111.
103
Download