MATEMATIKA SEBAGAI SALAH SATU PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKAN JIWA KEWIRASWASTAAN MULAI DINI Oleh: Sri Surtini UPBJJ-UT Semarang [email protected] ABSTRACT Entrepreneurship is not only neededfor business, but also for the success in any work and organization because in enterpreneurial spirit, there ,s morale, creativity, discipline, innovation, persistance, and not easily to be discouraged. These things are superior characteristics needed in every aspects. In an efort to foster superior characteristics peculiarly, enterprenurial spirit is very determined by early age edueationwhich is a strong andfirm foundation. Early age education is done in the fomily from early age when the children goes to the lowest formal education. Through thematic .learning including mathematics education, early age students are expected to have an entrepreneurial spirit that is rising through the integration of the learning process in the classroom. To realize the vision, entrepreneurship education should start early, which has been imparted to the students from Young Learner education to college education, which is to include entrepreneurship education in the curriculum for all levels of education. Mqthematics is very suitable to involve contents which invite the students lo have enterpreneurial spirit. From young learner education until primary education, it is enough to instill 86 /ol. 40 No. l, I 5 Februai 20 I 4 : 86- I 03 entrepreneurial spirit. With a hope, after they go to high school educqtion and college education, they will not only gain the theory but qlso apply that in the real world, especially for vocational education. Kqt words: enterpreneurship, early A. age, mathematics PENDAIIULUAI{ Pembudayaan dan pemasyarakatan kewirausahaan sangat penting untuk diterapkan sejak dini, khususnys pada siswa sekolah dasar. Kenyataan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pengusaha-pengusaha Indonesia tentang kewirausahaan bersifat turun temurun dan bukan melalui pendidikan formal. Selain itu hanya sekitar 2% pengusaha Indonesia yang berpendidikan Diploma atau Politeknik dan sebagtanbesar adalah lulusan Sekolah Dasar (SD). Berbagai kebijakan maupun kerja s{tma antar departemen perlu dilakukafi agr mengembangkan jiwa wirausaha mapun kegiatan yang produktif dapat terealisasi. Kebanyakan oftmg tua kurang menrberi arahan agar anaknya mempunyai jiwa wirausaha atau berwirqusaha. Sejak kecil banyak orang tua lebih mengarahkan anaknya untuk memiliki cita-cita sebagai Pegawai Negeri, dokter, gufr, insinyur dan pekdaan formal lainnya. Walaupun untuk profesiprofesi inipun jiwa entrepreneur sangat diperlukan dan sangat membantu untuk keberhasilannya. Sebenarnya setiap orang ditakdirkan memiliki jiwa wirausaha. Semua manusia dibekali sifat-sifat kewirausahaan sejak lahir, antara lain keberanian, kreativitas dan inisiatif. Misalnya anak 87 Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran (Jntttk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtini) belajar be{alan mereka tidak harus masuk di kelas, tetapi tetap dibimbing oleh orang tuanya. Wirausaha atav entrepreneurship ini tidak hanya diperlukan untuk berbisnis saja, hampir dalam segala bidang sangat dibutuhkan jiwa entrepreneur untuk keberhasilan kerja dan keberhasilan organisasi apapun. Karena didalanya terdapat semangat kprju, kreativitas, disiplin, inovatif, gigrh, kerja tidak mudah putus asa merupakan karakteristik jiwa unggul yang diperlukan di bidang apa saja. Dalam upaya tumbuhnya karakteristik jiwa unggul secara khusus jiwa entrepreneur sangat ditentukan oleh pendidikan sejak dini yang akan merupakan landasan yang kokoh kuat. Pendidikan dini ini dilakukan selain melalui dalam keluarga juga perlu dilakukan sejak usia dini anak memasuki pendidikan forural yang paling rendah. Sebagai solusi untuk mengatasi pendidikan kewirausahaan pada anak sejak dini dapat melalui pembelajaran matematika. Melalui hitung-hitungan yang sederhana anak diajak untuk paharn bagaimana maternatika sangat berguna dan me,ngasyiktcan. Matematika juga sudah diajarkan sejak dini saat anak masuk pendidikan formal yaitu pada tingkat pe'ndidikan anak usia dini dengan cara yang sederhan4 menarik dan mudah difahami. B. PENGERTIAN KEWIRASWASTAAN Apabila memperhatikan secara cermat, bahwa tidak ada satu suku katapun dari kata "wiraswasta" yang menunjukftan arti kearah pengejaran uang atau harta benda. Banyak orang tidak menyadari bahwa "wiraswasta" tidak sama de,ngan "swasta" dan "orang swasta" tidak sendirinya merupakan wiraswastawan sejati. 88 Yol.40 No. l, I5 Februari 2014 : 86-103 Wiraswasta mengandung kata "wirt' yang mempunyai makna luhumya budi pekerti, teladan, memiliki karakter yang baik, be{iwa ksatria, dan patriotik. Oleh sebab itu dapat dipastikan bahwa seorang wiraswastawan sejati selalu memegang etika sebaik-baiknya dalam berbisnis. Kewiraswastaan merupakan terjemahan dari kata asing entrepreneurship. Kewiraswastaan tidak hanya terjadi dikalangan orang atau perusahaan swasta saja, tetapi juga ada di lingkungan perkoperasian, lingkungan pendidikan, bahkan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan bukan monopoli kelompok perusahaan swasta saja. Maka timbul istilah "wirausaha" yang dianggap lebih universal dalam penerapannya. Secara estimolog, sebagaimana dijelaskan arti wiraswasta bisa diuraikan lebih kurang sebagai berikut : wira: luhur, berani, jujur, ksatria, swa: sendiri, dan sta = berdiri. (Suparman Sumahamidjaja, dalam Rusman Hakim,2006). Konsep kewirausahaan dan keterkaitannya dengan pendidikan" mempunyai arti berdiri diatas kekuatan sendiri (Pedia, 2010). Jadi arti kata wiraswasta adalah, mewujudkan aspirasi kehidupan berusaha yang mandiri dengan landasan keyakinan watak yang luhur. Lebih spesifiknya, kaum wiraswasta sejati adalah mereka yang berani memutuskan untuk bersikap, berpikir dan bertindak secara mandiri, mencari nafkah dan berkarier diatas kemampuannya sendiri, dengan cara yang jujur, dan adil, jauh dari sifat-sifat keserakahan dan kecurangan. Seperti juga dijelaskan oleh Riyanti (2003), bahwa wiraswata adalah sifat-sifat keberanian, kekuatan dan keteladanan dalam mengambil risiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Jadi mereka adalah orang yang perkasa dan mandiri. Menurut ahli 89 Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtini) ekonomi Perancis J.B. Say sebagaimana dikutip Peter F. Drucker (1996) kewiraswastaan adalah menindahkan sumber daya ekonomi dari kawasan produktivitas rendah ke kawasan produktivitas tinggi dan hasil )ang besar. Sedangkan Joseph Schumpeter (dalam Peter F. Drucker, 1996) membuat postulat bahwa ketidak seimbangan dinamis yang disebabkan oleh wiraswastawan yang melakukan inovasi, bu.kan keseimbangan dan optimisasi adalah norma dari suatu ekonomi yang sehat dan merupakan realita sentral bagi teori ekonomi dan praktek ekonomi. Sebenamya inti dari pengertian kewiraswastaan tersebut adalah kemampuan untuk melakukan inovasi agar terjadi pemindahan sumber daya ekonomi dari kawasan produktivitas rendah kekawasan produktivitas tinggi. Tugas wiraswastawan menurut Scumpeter adalah melakukan perombakan kreatif (creative destruction). Apabila seseorang hanya menonjolkan kewiraannya saja maka orang tersebut bukannya tambah baik dalam kehidupan ekonominya melainkan orang tersebut justru sebaliknya akan menjadi melarat dan hanya tergantung pada segr materi saja. Sebab dalam hal ini ada kemungkinan orang tersebut kurang memperhitungkan dalam mengambil risiko. Sebaliknya jika orang tersebut hanya menonjolkan swastanya saja (dalam arti mereka kaya dan kecukupan), maka pada akhirnya mereka mungkin saja mentalnya kurang baik karena akan mencari kekayaan dengan menghalalkan segala cara. Pada prinsipnya kewiraswastaan tekanannya adalah pada "kemampuan bErdiri sendiri". Berdiri sendiri tidaklah sama dengan bekda seorang diri, akan tetapi sebaliknya bahwa dijaman sekarang justru hampir setiap usaha selalu berhadapan atau bekerja sama dengan pihak lain (Tri Yanto, 2007) Berdiri sendiri juga 90 /o1.40 No. l, l5 Februafi 2014 : 86-103 dikaitkan dengan kepercayaan diri yang sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai tantangan hidup. Kepercayaan diri merupakan faktor yang penting dalam meraih sukses, sebab setiap sukses yang diperoleh seseorang akan memperoleh kepercayaan diri, tetapi sebaliknya dengan ketidak suksesan/kegagalan akan membuat seseorang itu akan kurang kepercayaan dirinya. Hanya dengan kepercayaan diri maka seseorang atau suatu masyarakat bahkan suafu bangsa akan mempunyai survive dalam menghadapi tantangan dunia yang penuh persaingan dan pergolakan serta serba tidak pasti. Esensi wirausaha adalah menciptakan nilai tambah dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatuorganisiasi unfuk mengejar "peluang". Wirausaha merupakan pekerjaan ya g bersifat fleksibel dan imajinatif, sebuah namun merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan (Meredith dalam Suryana 2001). Jadi wirausaha dan wiraswasta berbeda pengertian, pelaku yang berdagang. Sedangkan wirausaha adalah pelaku yang profesional dibidangnya yang memiliki jiwa wirausaha. Zatnan dulu orang yang berdagang di istilatrkan dengan o'wirausaha" namun sekarang "sudatr pengertian istilah itu bergeser. Guru termasuk seorang wirausaha karena guru menjual jasanya kepada sekolah, siswa, orang tua dan masyarakat untuk dapat mencerdaskan siswa melalui berbagai pendekatan dan metode yang mutakhir. Hal ini dipereukan jiwa wirausaha seperti kreativitas, inovati{ pantang menyerah, percaya diri, kepemimpinan. Jadi Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengernbangkan ide dan meramu sumber daya unfuk menemukan 91 Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtini) peluang dan perbaikan hidup (Prawirokusumo dalam Suryana 2001). Urgensi Pendidikan Kewiraswastaan Pengembangan kewiraswastaan merupakan kunci kemajuan utamanya dalam bidang ekonomi. Karena kewiraswastaan dapat mengurangi pengangguran dan menciptakan lapangan kerja, mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan keterpurukan ekonomis. Lebih jauh lagi dan secara politis akan meningkatkan harkat sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat. Keberhasilan bangsa adalah sangat ditentukan oleh kualitas manusia, bukan hanya ditentukan oleh moral tinggi/sikap mental yang patriotik saja, tetapi juga ditentukan oleh jiwa kewiraswastaan individu masyarakat. Negara dikatakan maju apabila mampu menggali dan rnengembangkan sumber daya manusia. Manusia yang berdaya guna dituntut oleh moral yang tinggr, kepribadian yang kuat, dinamis, kreatif, rajin dan bekerja keras, menghargai dan dapat mengelola waktu tidak suka bermalas-malas. Dalam ranah pendidikan, perlu dikembangkan pendidikan praksis yang inspiratif pragmatis (Sularto, 2010), dimana pendidikan yang tidak hanya menghasilkan manusia intelektual, tetapi juga merniliki kOterampilan praksis. Artinya lulusannya siap memasuki lapangan kerja, tetapi juga siap menciptakan lapangan ke-rja. Evans & Edwin (1979:35 datam Sambas Ali, 2010) menyatakan bahwa pola magang terdapat seorang karyawan senior yang secara k*rusus ditugasi sebagai isntruktur bagi karyawan baru yang sedang belajar. Instruktur tersebut bertanggung jawab untuk mernbimbing dan mengajarkan pengetahuan serta keterampilan yang sesuai dengan tugas karyawan baru yang menjadi asuhannya. 92 Yol. 40 No. l. I5 Februari 20 I 4 : 86-1 A3 Tidak imbangnya jumlah pelamar keda, dan jumlah penganggur terdidik semakin membesar menunjukkan kecilnya jiwa wiraswasta. Para lulusan lebih tampil sebagai pencari kerja dan belum sebagai pencipta lapangan kerja. Tidak terserapnya lulusan pendidikan ke lapangan kerja memang tidak sepenuhnya disebabkan faktor tidak adanya jiwa wiraswasta. Banyak faktor lain yang menjadikan penyebabnya. Meskipun demikian, tampaknya faktor dan tantangan terpenting adalah bagaimana institusi pendidikan berhasil memberikan atau menanamkan semangat jiwa dan sikap kewiraswastaan. Sebagai disiplin ilmu, kewiraswastaan bisa diajarkan lewat sistem terstruktur, salah satu hasil penting dan utama praksis pendidikan, .lembaga pendidikan tidak dapat memberikan pekerjaaq tetapi bisa memastikan agar hasil didik mampu menciptakan pekerjaan. Mengutip Peter F Drucker (dalam Sularto, 2010), kewirausahaan itu bukan bimsalabim, apalagi berurusan dengan keturunan. Singapura memiliki 4olo wirausaha dari total penduduknya, sementara Indonesia baru 0,l8yo dari total sekitar 225 juta penduduk. Ketimpangan itu disebabkan kurang tersele,nggaranya praktisi pendidikan yang mernbuka kearah kreativitas dan temuan-temuan bersama. Istilah wiraswasta/wirausaha memang masih baru unfuk Indonesia, sementara AS sudah mengenalnya 30 tahun lalu. Munculnya entrepreneur sebagai hasil lembaga pendidikan dan buah leamining by doingmasih ada perbedaan persepsi. Ada yang berpendapat jiwa kewiraswastaan tidak harus dihasilkan dari lembaga pendidikan, ada pendapat lain bisa dilakukan tidak lewat proses yang direncanakan (Sambas Ali, 2009). 93 Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtinil Seperti yang dikemukakan oleh Sumahamidjaja (dalam Tri Yanto, 2007), ciri-ciri seseorang yang memiliki sikap mental wiraswasta antara lain : a. b. c. d. Sebanyak mungkin penuh gagasan, ide. Sebanyak mungkin penuh inisiatif prakarsa. Sebanyak mungkin penuh daya cipta kreativitas. Sebanyak mungkin penuh daya penggerak diri, percaya pada diri e. f. g. h. i. sendiri dan kemampuan sendiri disertai tekad dan keyakinan akan berhasil. Tahu apa maunya dalam hidup ini. Tahu menghitung risiko. Selalu bekerjasama dan menarik manfaat dari setiap kerjasama. Mencegah timbulnya hambatan mental menjadi belenggu sendiri yaitu, rendah diri, malas, jiwa budak yang bebal Meningkatkan keterampilan wiraswasta dan keahlian menjual apa saja d ' yang terkecil sampai yang besar. Pendidikan Manusia Wiraswasta Manusia wiraswasta membutuhkan kepribadian yang kuat untuk memajukan hidupnya, diantaranya dapat dipenuhi melalui pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya adalah proses upaya sadar untuk memajukan periumbuhan segenap potensi pribadi manusia guna mewujudkan kehidupan sejahtera lahir batin dengan penuh rasa tanggung jawab. Tugas pendidikan adalah mempersiapkan individu-individu untuk secara bertanggung jawab dapat memperoleh kesejahteraan hidup dengan memperlengkapi kepribadian individu-individu tersebut dengan pembinaan segenap aspek kehidupan. Pendidikan dapat menolong individu untuk membina moral, karaher, intelek 94 I/ol. 40 No. 1, 15 Februari 2014 : 86-103 dan keterampilan individu tersebut sehingga akhirnya mampu berdiri sendiri. Namun untuk mendapatkan semua itu mernerlukan waktu panjang dan bahkan berlangsung seumur hidup. Ada beberapa macam sikap pandangan sernentara pendidik yang kurang menunjang usaha perwujudan manusia wiraswasta di sekolahsekolah kita (Tri Yanto, z}}7),diantaranya : a. Adanya pendidik memandang begitu rendah terhadp arti pendidikan. Hal ini tercermin dari kenyataan, bahwa para tamatan sekolah mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi ternyata masih dirundung oleh pola pemikiran mencari pekerjaan. b. c. Adanya pandangan yang keliru dari sementara pendidik mengenai sumber utama pendidkan. Umumnya sumber pendidikan adalah hal-hal yang terdapat di luar anak didik (guru, buku, dan masyarakat). Pendidikan melupakan potensi anak didik itu sendiri. Adanya sikap pesimis dari sementara pendidik menge,nai perubahan sikap mental anak didik. Mereka menyangsikan bahwa pendidikan tidak mampu untuk mengubah atau menge,nrbangkan watak seseorang. Pola pendidikan di negara kita memang belum memikirkan secara menyeluruh. Pemerintah baru berusaha me,lnbenahi sistem dan kurikulum pendidikan yang memang harus segera ditangani secara serius. Di sini masyarakat serta lernbaga pendidikan benar- benar dituntut peran sertanya unfuk bersama-sama memikirkan tersusunnya dan terlaksananya pola pendidikan yang integral. Jadi orang tua wajib ikut berperan aktif dalam menata masa depan anaknya dengan merrumbuhkan kemandirian anak. Jangan hanya 95 Matematika sebagai salah satu Pembelajaran untuk Menumbuhkan Jiwa .... (sri surtini) memanjakan saja, dan jangan menyerahakan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan untuk membentuk watak dan kepribadiannya. Sistem pendidikan masih kurang membantu bertumbuhnya inisiatif, dinamika ataupun kreativitas anak didik. Siswa hanya secara pasif mendengarkan teori yang dikemukakan oleh guru. Sifat pelajaran relatif banyak hafalan. Siswa kurang pula dibekari dengan pemberian pengertian melalui gambaran kenyataan hidup yang ada. Namun sekarang pemerintah sudah mulai menjamah dan menangani hal-hal bagaimana menumbuhkan inisiatif, kreativitas dan memberikan pengertian tentang kenyataan hidup melalui pola sistem pendidikan yang partisipatif. Guna membenahi ini semua dan untuk menumbuhkan jiwa wiraswasta di kalangan anak didik, perlu dibenahi pola pendidikan secara menyeluruh. Untuk itu antara pemerintah dengan masyarakat harus terjalin kerjasama yang saling mendukung. Interdependensi antar seluruh anggota masyarakat harus bisa dikembang-tumbuhkan kearah yang lebih positif. Lembaga-lembaga-lenrbaga pendidikan tidak akan mampu membentuk pribadi-pribadi manusia yang tangguh tanpa peran serta anggota masyarakat secara nyata. Orang tua wajib mernbekali dasar pembentukan watak dan kepribadian serta keyakinan anakanaknya. Masyarakat wajib ikut serta mengendalikan atau mengamankan pola peirgafuran tatanan masyarakat sesuai peraturan yang berlaku. Pemerintah dan unsur masyarakat lainnya aktif melaksanakan kegiatan pendidikan secara integral. lnstruksi Presiden No. 4 Tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan Nasional Masyarakat dan Mernbudayakan Kewirausahaan, mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia, untuk mengembangkan program-program kewirausahaan. Inpres tersebut dikeluarkan bukan tanpa alasan. 96 Vol.40 No. l, l5 Februari 2014 : 86-103 Pemerintah menyadari betul bahwa dunia usaha merupakan tulang punggung perekonomian nasional, sehingga harus digenjot sedemikian rupa melalui berbagai departemen teknis maupun institusiinstitusi lain yang ada di masyarakat. Pemerintah juga telah menyusun suafu program yang ditujukan untuk menanamkan budaya wirausaha/wiraswasta dengan sasaran para mahasiswa melalui berpagai program DIKTI dan pada masyarakat pada umunnya. Hal ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mempersiapkan masyarakat terutama lulusan perguruan tinggi agar memperoleh ilmu dan intelektual yang tinggi, serta kecakapan (life skilts) yang memadai. Kewirausahaan dalam Pendidikan Sebenamya untuk mewujudkan pendidikan berwawasan kewiraswastaan tersebut harus dimulai sejak dini, yaitu sudah ditanamkan kepada peserta didik sejak pendidikan PAUD sampai perguruan tinggr, yaitu dengan memasukkan pendidikan kewiraswastaan dalam kurikulum untuk semua jenjang pendidikan. Untuk jenjang pendidikan PAUD sampai SD cukup untuk menanamkan jiwa wiraswasta sehingga setelah mereka masuk di jenjang pendidikan SLTA dan perguruan tinggi selain teori yang diperoleh mereka dapat mengaplikasikan dalam dunia nyata yaitu melalui praktek-praktek, terutama untuk sekolah kejuruan. Seperti dikernukakan oleh Semiawan (1991:6, dalam Sambas A1i,2010) terkait dengan pe'nyelenggaraan sekolah kejuruan adalah: yang penting kesiapan mental untuk mengembangkan dirinya serta keterampilan dasar untuk setiap kali dapat menyesuaikan diri kembali pada perubahan tertentu (retrain ability). Dengan bekal tersebut diharapkan lulusan sekolah menengah kejuruan tidak 97 Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa . (Sri Surtini) terpancang pada jenis pekerjaan yang ada, tetapi juga terdorong untuk mewujudkan lapangan kerja baru dengan mengembangkan prakarsa dan kreativitasnya secara optimal. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena berisi body of lmowledge yang utuh dan nyata karena ada objek, konsep dan metodenya (Suryana, 2001). Kewirausahaan pada hakikatnya, adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kernauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Sekolah sebagai ujung tombak dari output lulusan pendidikan, tentu ingin outcomesnya siswa yang mandiri, bisa menghadapi tantangan dunia yang begitu cepat berubah, memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupannya dengan baik. Hal ini tidak hanya pengetahuan yang bersifat kognitif saja melainkan fanah afektif. Jiwa kewirausahaan yang merupakan bagran dari ranah afektif perlu ditanamkan pada siswa. Oleh karena itu kewirausahaan dalam pendidikan adalah seorang individu yang berani mengembangkan usaha dan ide barunya untuk memperbaiki kualitas hidup yang diintergrasikan dalam pendidikan di sekolah melalui berbagai kegiatan seperti ekstrakurikuler, pernbelajann sebuah mata pelajaran yang diintegrasikan dengan kewirausahaan. Guru dan kepala sekolah harus mampu mengintegrasikan pernbelajaran afektif (pendidikan kewirausahaan) dalam pembelajaran kognitif dengan berbagai pendekatan dan metode mengajar. Perlunya Matematika Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Dalam teori siklus pernbelajaran, Munford (1995) meiryatakan bahwa pembelajaran didapat dari proses pambelajaran 98 VoL40 No. l. l5 Februari 2014 : 86-103 atas pengalaman yang didapat dalam aktivitas sehari-hari yang kemudian disimpulkan dan menjadi konsep maupun sistim nilai yang dipergunakan untuk keberhasilan dimasa yang akan datang. Hall (1996) menyatakan bahwa dalam jangka pendek pembelajaran akan merubah sikap dan kinerja seseorang, sedangkan dalam jangka panjang mampu menumbuhkan identitas dan daya adaptabilitas seseorang yang sangat penting bagi keberhasilannya. Cope dan Watt (2000) menyatakan bahwa kejadian L<ritrs (criticalincident) yang dialami wirausaha dalam kegiatan usahanya seharihari mengandung muatan emosional yang sangat tinggi dan pembelajaran tingkat tinggi. Cope dan Watt menekankan pentingnya pembimbingan (mentoring) untuk mengintepretasikan kejadian kritis yang dihadapi sebagai pembelajaran, sehingga hasil pernbelajarannya menjadi efektif. Sulivan (2000) menekankan pentingnya client-mentor matching dalam keberhasilan pembimbingan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pembelajaran dapat difasilitasi ketika dibutuhkan wirausaha. Dengan memperhatikan tingkat siklus hidup wirausaha. Lebih jauh, Rae (2000) menggambarkan bahwa pengembangan kanampuan wirausaha dipengaruhi oleh motivasi, nilai-nilai individu, kemampuan, pembelajaran, hubungan-hubungan, dan stuiaran yang diinginkannya. Sementara itu Minniti dan Bygrave (2001) membuktikan dalam model dinamis pernbelajaran wirausaha, bahwa kegagalan dan keberhasilan wirausaha akan memperkaya dan mernperbaharui stock of htowledge serta sikap wirausaha sehingga ia menjadi lebih mampu dalam berwirausaha. Dalam kaitannya dengan upaya untuk manpertahankan usaha, seorang wirausahawan memerlukan suatu strategi positioning yang kuat serta konsisten dalam suatu lingkungan 99 Matematika Sebagai Salah Satu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtini) persaingan yang dinamis. Hal ini memerlukan suatu perbaikan yang berkelanjutan untuk mengelola perubahan tersebut agar efektif sehingga diperlukan suatu proses pembelajaran baik singleloop learning wfiik memperkuat posisi saat ini maupun doubleloop learnilrg uxtuk menemukan landasan kokoh guna membangun keunggulan bersaing. Wright (1997) menyebutkan bahwa akumulasi pembelajaran merupakan salah satu harta tak berwujud yang menjadikan suatu kapabilitas individu atau perusahaan yang tidak dapat ditiru, terutama pengetahuan teknis yang tidak kentara. Pendidikan dan latihan, mentoring dan belajar dari pengalaman merupakan faktor pembentuk pembelajaran kewirausahaan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli tentang pembelajaran wirausaha (Rae, 2000; Minniti dan Bygrave, 2001), proses pendidikan dan pelatihan (Ulrich dan Cole, 1987; Gibb, 1997; Lertch dan Horrison, 1999) maupun pembelajaran wirausaha dari pengalaman (Henderson, 1993; Rae, 2000). Mate,rnatika sebagai salah satu pembelajaran untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi anak usia dini sangat diperlukan. Melalui matematika anak diajak untuk memahami dan menyukai tentang hitung-hitungan, peluang-peluang menggunakan permainan yang menarik dan alat bantu disekitar kita untuk mudah memperolehnya C. KESIMPULAI\ Orang yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah orang yang memiliki perilaku inovatif, kreatif, menyukai perubahan, kemajuan dan tantangan. Jiwa kewirausahaan yang dapat dikernbangkan dalam pembelajaran tematik adalah berani, disiplin, pantang 100 Vol.40 No. I, 15 Februari 2014 : 86-103 menyerah, mandiri, komunikatif, bertanggungiawab, jujur, kreatif, inovatif, dan menyampaikan gagasan. Melalui pembelajaran tematik termasuk pendidikan matematika diharapkan siswa usia dini mampu memiliki jiwa wirausahanya meningkat melalui pengintegrasian proses pembelajaran di kelas. Adapun tahap-tahap mengembangkan pembelajaran matematik tersebut dimutai dari penentuan ,tema yang sesuai dengan jiwa anak selanjutnya menganalisis tema menjadi sub tema dan sub-sub tema yang dibangun sebagai acuan untuk menentukan sebuah tema. Untuk mewujudkan pendidikan berwawasan kewiraswastaan tersebut harus dimulai sejak dini, yaitu sudah ditanamkan kepada peserta didik sejak pendidikan PAUD sampai perguruan tinggi, yaitu dengan memasukkan pendidikan kewiraswastaan dalam kurikulum untuk semua jenjang pendidikan' Mata pelajaran maternatika sangat sesuai untuk dimasuki muatan-muatan untuk mengajak anak didik memiliki jiwa kewirausahaan. Untuk jenjang pendidikan PAUD sampai SD cukup untuk menanamkan jiwa wiraswasta sehingga setelah mereka masuk di jenjang pendidikan SLTA dan perguruan tinggr selain teori yang diperoleh mereka dapat mengaplikasikan dalam dunia nyata yaitu melalui praktekpraktelg terutama untuk sekolatr kejuruan, DAFTAR PUSTAKA Drucker, PF. 1991. Inovasi dan Kewiraswastaan, Praktek dan Dasar-dasa. Erlangga, Jakatta. 101 Matematika Sebagai Salah Sotu Pembelajaran Untuk Menumbuhkan Jiwa .... (Sri Surtini) Gibb, A.A. 1997. Small firms' training and competitiveness. Building on the small business. Internqtional Small Business Journal, Vol. 15 (3): 13-29. :A Missing Link in Henderson, N. 1993. Action Learning Management Development. Personnel Review, Yol.22 (6): 14-24. Leitch, C.M., and Harrison, R.T. lggg. A process Model for Entrepreneurship Education and Development. International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research. Vol. 5 (3): 83-109. Minniti, M., and Bygrave, W. 2001. A Dynamic Model of Entrepreneurial Leaning.Entrepreneurship Theory and Practice. Spring. A. 1995. Leaming Style and Mentoring. Industrial and Commercial Training. YoL27 (8): a-7. Munford, Pedia, A. 2010. Persoalan Dasar Kewirausahaan di Indonesia. http://bisnisdagairgusaha.blogspot.com. Diakses, I 3/021 2Ol 3 . Rae, D. 2000. Understanding entrepreneurial learning : A Question of How? International Journal of Entrepreneurial Behavior and Researcft, Vol. 6 (3): 1a5-159 t02 Irol.40 No. I, l5 Februari 2014 : 86-103 Rusman Hakim. Diunduh S 2006. Kewirausahaan Sebagai Sebuah Nilai. html:fi1e://C:/Document etting/admin/Desktop/Sincerepreneur. Diaks es and 25 I 0 5 1 201 L. Sulivan, R. 2000. Entrepreneurial Learning and Mentoring. International Journal of Entrepreneurial Behavior & Reseaych. Vol. 6 (3): 160-175 Suryana. (2001). Kewirausahatan.Jakarta : Salemba Empat. Tri Yanto. 2007. Kewiraswastaan. Widyasari, Salatiga. Ulrich, T.A. and Cole, G. S. 1987. Toward More Effective Training of Future Entrepreneurs. Journal of Smatl Business Management. Y ol. 25 $): 32.39. Watts, G. , Cope, J. and Hulme, M. 1998. Ansoffs mahix, pain and gain : growth strategies and adaptive leaming among small food producers, International Joumal of Entrepreneurial Behavior and Research, Yol.4 (2): 101-111. 103