BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dekade

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam dekade terakhir ini
intellectual capital dianggap penting untuk
diungkap dan diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang
digunakan menentukan nilai perusahaan. Selain itu pengungkapan intellectual
capital juga dianggap perlu oleh managemen perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna informasi atau stakeholder, sehingga asimetri informasi
antara keduanya dapat diminimalisir (Nugroho, 2012).
Stakeholder tersebut mempunyai kepentingan terhadap perusahaan, yaitu
dalam proses pembuatan keputusan (decision making) yang berkaitan dengan
perusahaan. Lebih lanjut, informasi tersebut menjadi sesuatu yang amat vital dan
perusahaan harus mengungkapkannya secara lengkap (full disclosure) dan dapat
diandalkan (reliable). Informasi yang disampaikan perusahaan berupa laporan
keuangan. Menurut PSAK No.1 revisi 1998, par 1, penyajian laporan keuangan
untuk tujuan umum disusun dan disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Laporan keuangan ini harus dipublikasikan kepada
stakeholder sebagai alat pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola
perusahaan.
Selain laporan keuangan yang bersifat wajib (mandatory), ada juga laporan
keuangan yang bersifat sukarela (voluntary). Laporan keuangan yang bersifat
sukarela ini tidak diharuskan untuk disusun dan disajikan sesuai dengan PSAK.
1
2
Perusahaan dianjurkan untuk mengungkapkan informasi lain untuk
menghasilkan penyajian yang wajar walaupun tidak diharuskan oleh PSAK
(PSAK No.1 revisi 1998, par 10). Dalam hal tersebut maka perusahaan harus
memberikan tambahan pengungkapan informasi yang relevan sehingga laporan
keuangan dapat disajikan secara wajar (PSAK No.1 revisi 1998, par 12).
Perusahaan dianjurkan untuk menyajikan laporan tahunannya yang mengandung
informasi yang diperlukan para stakeholder, tidak hanya terbatas pada laporan
keuangan yang mandatory tetapi juga laporan yang bersifat voluntary.
Intellectual capital itu sendiri adalah suatu pengetahuan, informasi dan
kekayaan intelektual yang mampu untuk menemukan peluang dan mengelola
ancaman dalam kehidupan suatu perusahaan, sehingga dapat mempengaruhi daya
tahan dan keunggulan bersaing dalam berbagai macam hal (Nugroho, 2012).
Salah satu informasi penting yang bersifat voluntary adalah informasi
tentang intellectual capital (IC). Definisi atas intellectual capital bermacammacam. IC merupakan peningkatan yang diakui mempunyai makna yang jauh
lebih besar di dalam menciptakan dan memelihara keunggulan kompetitif dan
nilai pemegang saham (Tayles, et al., 2007). Salah satu definisi paling
menyeluruh dari intellectual capital ditawarkan oleh The Chartered Institute of
Management Accountants (CIMA) dalam Li, et al., (2008): …kepemilikan
pengetahuan dan pengalaman, pengetahuan profesional dan skill, hubunganhubungan yang baik, dan kapasitas teknologi, yang mana ketika diterapkan akan
memberi keunggulan kompetitif organisasi.
3
Perkembangan pengungkapan IC (intellectual capital disclosure) di
Indonesia sudah mulai di laksanakan walaupun tidak semua perusahaan
mengungkapkan. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan penelitian terhadap
IC, menghasilkan metode pengukuran IC yang semakin variatif, termasuk yang
dikelompokkan dalam ketegori kuantitatif, seperti model the value added
intellectual coefficent (VAIC) (Firer dan Williams, 2003). IAI sendiri juga belum
mewajibkan
perusahaan
mengungkapkan
IC
perusahaan
dalam
laporan
tahunannya. Di dalam PSAK, belum dibuat standar yang mengatur tentang
intellectual capital disclosure. Intellectual capital disclosure ini masih bersifat
voluntary
meskipun
pengungkapan
informasi
tersebut
diperlukan
guna
menyajikan laporan keuangan secara wajar.
Intelectual Capital ini bukan merupakan aktiva tidak berwujud meskipun
memang IC mempunyai karakteristik yang mirip dengan aktiva tidak berwujud
(intangible asset). Menurut PSAK No.19 revisi 2000, aktiva tidak berwujud
adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud
fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan
barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif.
Meskipun keduanya sama-sama tidak berwujud tetapi pada dasarnya keduanya
memang berbeda.
Modal intelektual (intellectual capital) ini merupakan suatu pengetahuan,
informasi dan kekayaan intelektual yang mampu untuk menemukan peluang dan
mengelola ancaman dalam kehidupan suatu perusahaan, sehingga dapat
mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing dalam berbagai macam hal.
4
Menurut Suwarjuwono (2003) menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari
tiga elemen utama yaitu: (1) Human Capital, (2) structural capital atau
organizational capital, (3) relational capital atau customer
Human capital merupakan dalam modal intelektual. Disinilah sumber
innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk
diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang
sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Beberapa contoh adanya pengungkapan tentang jumlah karyawan,
umur karyawan, kulaitas karyawan dan pendidikan karyawan (Li et.,al 2008).
Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi)
merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses
rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara
keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufacturing,
budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property
yang dimiliki perusahaan.
Relational Capital atau Costumer Capital (modal pelanggan) merupakan
komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational
capital merupakan hubungan yang harmonis atau association network yang
dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para
pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan
merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari
hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar.
5
Pengungkapan modal intelektual merupakan salah satu area yang menarik
perhatian baik akademisi maupun praktisi sebagai salah satu instrument untuk
menentukan nilai perusahaan (Purnomosidhi, 2006). Meskipun demikian,
pengungkapan modal intelektual ini belum dilakukan oleh semua perusahaan, hal
itu dikarenakan modal intelektual lebih banyak memiliki kandungan aktiva tidak
berwujud (intangible asset) sehingga menimbulkan kesulitan untuk melakukan
pengelolaan, pengukurannya dan pelaporannya.
Dalam perkembangan dunia usaha diperlukan laporan keuangan tahunan
perusahaan yang lebih berkualitas. Dimana di dalamnya juga mengungkapkan
komunikasi eksternal yang berdasar pada pengetahuan. Permintaan terhadap
informasi ini tidak hanya diterapkan pada pelaporan tahunan tradisional, namun
juga pada tipe-tipe laporan yang baru seperti laporan Intellectual Capital (IC)
yang digunakan sebagai tambahan pada laporan bisnis dan prospektus perusahaan.
Pemanfaatan
seluruh
kekayaan
perusahaan,
termasuk
modal intelektual
(Intellectual Capital) secara efektif dan efisien akan membantu meningkatkan
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Semakin tinggi transparansi
terhadap pengungkapan Intellectual Capital (IC) akan membantu investor menilai
masa depan perusahaan.
Berdasarkan sejarah, perbedaan antara aset tak berwujud dan IC tidak jelas
karena IC dihubungkan sebagai goodwill padahal keduanya berbeda (Accounting
Principles Board; Accounting Standards Board; Ikatan Akuntan Indonesia; Hong,
2007 dalam Kuryanto dan Syafruddin, 2008). Fenomena ini akhirnya menjadi
daya tarik banyak peneliti untuk menyelidiki tentang IC itu dan praktik
6
pelaporannya dalam laporan keuangan. Barako (2007) dalam Nugroho (2011)
meneliti hubungan antara atribut corporate governance dengan pengungkapan
sukarela dalam laporan tahunan. Variabel yang digunakan adalah komposisi
dewan, struktur kepemimpinan ganda, komite audit, konsentrasi pemegang saham,
kepemilikan asing, kepemilikan institusi, ukuran perusahaan, leverage, auditor
eksternal, profitabilitas, likuiditas dan tingkat pengungkapan sukarela. Sampel
yang digunakan adalah 43 perusahaan yang terdaftar di Nairobi Stock Exchange
(Kenya) tahun 1992-2001. Hasilnya menunjukkkan bahwa karakteristik tata
kelola, struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap
tingkat pengungkapan sukarela.
Penelitian mengenai pengaruh karakteristik dan struktur corporate
governance terhadap intellectual capital disclosure layak dilakukan di Indonesia
dengan pertimbangan sebagai berikut. Pertama, adanya Undang-undang (UU)
nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas dan keputusan ketua BapepamLK nomor: Kep-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan
bagi emiten atau perusahaan publik. UU tersebut mengatur tentang struktur dan
organisasi perseroan terbatas maupun praktik tata kelola perusahaan. Di dalam
keputusan ketua Bapepam-LK tersebut terdapat kewajiban perusahaan untuk
menyampaikan laporan tahunan yang di antaranya wajib memuat uraian singkat
mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah dan akan dilaksanakan oleh
perusahaan dalam periode laporan keuangan tahunan terakhir.
Penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2012), Cerbioni dan Parbonetti
(2007) hasil pengujian hipotesisnya menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris
7
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan IC. Semakin banyak komisaris akan
timbul masalah seperti masalah komunikasi dan koordinasi, sehingga kemampuan
untuk mengawasi management menjadi berkurang (Cerbioni dan Parbonetti,
2007). Kondisi ini mengidentifikasikan bahwa semakin besar jumlah dewan
komisaris, tidak menjamin fungsi pengawasan berjalan efektif, yang ditunjukkan
oleh semakin luasnya pengungkapan. Bertentangan dengan hasil penelitian
Abeysekera (2008) dan Gan et al., (2008) yang menyatakan bahwa perusahaan
dengan ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan berpengaruh untuk
mengungkap lebih banyak item Intellectual Capital.
Wardhani (2009) mengadakan penelitian untuk mengetahui tingkat keluasan
pengungkapan informasi intellectual capital dalam annual report yang
dikeluarkan oleh perusahaan-perusaahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian dilakukan dengan menguji pengaruh karakteristik perusahaan (size,
profitabilitas, leverage, dan length of listing on BEI) sebagai variabel independen,
terhadap intellectual capital disclosure sebagai variabel dependen, dengan
corporate governance (ownership structure dan board composition) sebagai
variabel kontrol. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
merupakan variabel yang memiliki pengaruh signifikan positif terhadap tingkat
keluasan intellectual capital disclosure. Sebaliknya penelitian yang dilakukan
Nugroho (2012), Azman dan Kamaluddin (2012)
yang menyatakan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi dari hasil penelitian terdahulu
terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual
8
capital masih menunjukkan hasil yang berbeda, bahkan terdapat beberapa
penelitian yang bertentangan antara hasil satu dengan penelitian lainnya. Inilah
yang menjadi research gap dalam penelitian ini dan sangat menarik untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan research gap tersebut. Peneliti
termotivasi untuk mengkaji ulang guna untuk membuktikan pengaruh variabelvariabel tersebut terhadap pengungkapan intellectual capital.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Nugroho (2012). Dalam
penelitian ini, terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya antara
lain:
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan size, profitabilitas, leverage, growth, size of
commissioners dan komisaris independen sebagai variabel independen sedangkan
intellectual capital disclosure (ICD) sebagai variabel dependen. Penelitian
sebelumnya Nugroho (2012) menggunakan variabel ukuran perusahaan, umur
perusahaan, komisaris independen, leverage dan konsentrasi kepemilikan sebagai
variabel independen dan Intellectual Capital Disclosure sebagai variabel
dependen.
Adapun penelitian Arifah (2012) juga meneliti pengaruh mekanisme
corporate governance terhadap pengungkapan intellectual capital. Variable
menggunakan dewan komisaris, komisaris independen, kesibukan komisaris,
komite audit terhadap pengungkapan intellectual capital.
2. Periode Penelitan
9
Dalam penelitian ini akan memperluas rentang periode penelitian selama
empat tahun pengamatan, terhitung mulai tahun 2010-2013 dengan alasan agar
diperoleh jumlah sampel dan observasi yang cukup secara statistik. Periode yang
panjang akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil
yang lebih panjang mendekati kondisi sebenarnya. Penelitian sebelumnya
Nugroho (2012) hanya menggunakan satu tahun pengamatan yaitu hanya tahun
2010 saja. Dengan meneliti empat tahun diharapkan hasil penelitian ini akan
menghasilkan pengungkapan yang lebih banyak dari tahun penelitian yang
dilakukan Nugroho (2012) yang hanya didapatkan pengungkapan intellectual
capital sebanyak 26,79% saja yaitu masih dalam kategori kecil pengungkapannya.
3. Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan objek seluruh perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan
objek penelitian perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Kurangnya informasi yang cukup memadai tentang intellectual capital dalam
sistem akuntansi tradisional merupakan hambatan utama bagi pengakuan terhadap
pentingnya intellectual capital (Leadbeater, 1998 dalam Purnomosidhi, 2006).
Oleh karena itu, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage, Growth dan Size of Commissioners
Terhadap Intellectual Capital Disclosure Pada Perusahaan Pertambangan
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
10
B. Rumusan Masalah Penelitian
Penelitian terdahulu memberikan hasil yang berbeda-beda sehingga perlu
dilakukan penelitian ulang untuk melakukan pengujian empiris tentang pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap intellectual capital disclosure. Berdasarkan
latar belakang penelitian di atas maka dapat dibuat suatu perumusan masalah
yaitu:
1. Apakah size berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure?
3. Apakah leverage berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure?
4. Apakah growth berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure?
5. Apakah size of commissioners berpengaruh terhadap intellectual capital
disclosure?
6. Apakah independent commissioners berpengaruh terhadap intellectual capital
disclosure?
7. Apakah secara bersama-sama size, profitabilitas, leverage, growth, size of
commissioners
dan
independent
commissioners
berpengaruh
terhadap
intellectual capital disclosure?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk membuktikan pengaruh size terhadap intellectual capital disclosure.
11
2. Untuk membuktikan pengaruh profitabilitas terhadap intellectual capital
disclosure.
3. Untuk membuktikan pengaruh leverage terhadap intellectual capital disclosure.
4. Untuk membuktikan pengaruh growth terhadap intellectual capital disclosure.
5. Untuk membuktikan pengaruh size of commissioners terhadap intellectual
capital disclosure.
6. Untuk membuktikan pengaruh independent commissioners terhadap intellectual
capital disclosure.
7. Untuk membuktikan secara bersama-sama pengaruh size, profitabilitas,
leverage, growth, size of commissioners dan independent commissioners
terhadap intellectual capital disclosure.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi Penulis
Bagi penulis penelitian ini dapat memacu minat dan keinginan untuk lebih
dalam memahami tentang Intellectual Capital Disclosure (ICD) dan
mengetahui karakteristik apa saja yang mempengaruhinya.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pertimbangan untuk pembuatan
kebijakan
perusahaan dalam
meningkatkan tanggung jawab
dan
kesediaannya dalam mengungkapkan tentang intellectual capital pada
12
laporan tahunan sebagai informasi kepada pihak yang berkepentingan
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Bagi Investor
Penelitian
ini
diharapkan
mempertimbangkan
dapat
aspek-aspek
memberikan
yang
perlu
gambaran
diperhitungkan
untuk
dan
dipertimbangakan dalam investasi.
4. Bagi Penulis yang akan datang
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para penulis sebagai acuan
dasar-dasar dari pemahaman tentang karakterisitik dan
Capital Disclosure (ICD).
Intellectual
Download