Fredian David Prasetyo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 81-86, September 2014 PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU SEBAGAI SUMBER OMEGA-3 DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR DAN BOBOT TELUR AYAM ARAB (THE EFFECT OF MENHADEN OIL SUPPLEMENTATION AS A SOURCE OF OMEGA 3 IN ARAB CHICKEN DIET WITH EGG PRODUCTIONS AND EGG WEIGHT ) Fredian David Prasetyo*, Ning Iriyanti, Sigit Mugiyono. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto *e-mail : [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum terhadap produksi (Hen Day Production, Hen House Production) telur ayam Arab serta bobot telur ayam Arab. Materi yang digunakan adalah ayam Arab betina umur 18 minggu sebanyak 60 ekor dan ransum menggunakan minyak ikan lemuru. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental in vivo dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jumlah perlakuan empat dengan ulangan sebanyak lima kali dan setiap ulangan terdiri atas 3 ekor ayam. Perlakuan yang diuji R0 = minyak ikan lemuru 0% (v/w), perlakuan R1 = minyak ikan lemuru 1,5% (v/w), perlakuan R2 = minyak ikan lemuru 3% (v/w) dan perlakuan R3 = minyak ikan lemuru 4,5% (v/w). Peubah yang dicatat dan diamati adalah Produksi (Hen Day Production) dan Bobot telur. Data di analisis menggunakan analisis variansi. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap produksi telur dan bobot telur ayam Arab. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum menghasilkan produksi dan bobot telur ayam Arab yang relatif sama. Kata Kunci : Minyak ikan Lemuru, Produksi telur, Bobot telur ABSTRACT The aim of this research was knowing the effect use menhaden oil supplementation in Arab chicken diet with egg productions dan egg weight. Materials used were Arab chicken females of 18 weeks old as many as 60 heads and ration wih menhaden oil supplementation. This research was conducted by invivo experimental method, by using Completely Randomized Design (CRD). Treatment numbers were four with five replications and each replication consisted of 3 chicken. The tested treatments were R0 = Menhaden Oil 0,0% (v/w), R1 = Menhaden Oil 1,5% (v/w), R2 = Menhaden Oil 3% (v/w), R3 = Menhaden Oil 4,5% (v/w). Variables that were recorded and observed were egg productions and egg weight. Variance analysis results showed that use menhaden oil supplementation in diet of Arab chicken had no significant (P>0.05) with egg productions and egg weight. The conclusion of the research was Arab chicken diet nutrition as same as each treatment. So, had no increased egg productions and egg weight when the last laying hen period. Keywords : Menhaden Oil, Egg Production, Egg weight. 81 Fredian David Prasetyo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 81-86, September 2014 PENDAHULUAN Ayam Arab (Gallus turcicus) merupakan ayam buras petelur yang saat ini mulai banyak dikembangkan di Indonesia karena ayam tersebut memiliki keunggulan produksi telur yang tinggi apabila dibandingkan dengan ayam kampung. Produksi telur ayam buras pada tahun 2010 mencapai 175.527,83 ton sedangkan konsumsi terhadap telur ayam buras pada tahun 2010 mencapai 195.000 ton (Ditjennak, 2010) dalam (Sodak, 2011). Data tersebut menunjukkan bahwa masih terjadi kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan telur ayam buras yang dipenuhi dari telur ayam Arab. Rendahnya produksi dan kualitas ayam buras disebabkan oleh manajemen pemeliharaan, kurangnya pengetahuan peternak dan kualitas pakan. Peternak telah berupaya untuk meningkatkan produksi dan kualitas telur dengan memberikan pakan imbuhan berupa minyak ikan lemuru. Peningkatan produksi ayam arab sangatlah bergantung dari pakan yang diberikan. Pakan yang biasa digunakan salah satunya adalah minyak ikan lemuru yang memiliki kandungan energi tinggi yaitu sebesar 8400 kkal. Energi diperlukan oleh ayam untuk hidup pokok, pertumbuhan jaringan, beraktivitas, proses-proses fisiologis seperti bernafas, sirkulasi darah, absorbs zat-zat makanan dan reproduksi. Minyak ikan lemuru juga merupakan pakan sumber asam lemak esensial (asam lemak tak jenuh) dengan kandungan omega 3 sebesar 26,29%. Penggunaan asam lemak esensial dalam ransum biasa diterapkan dan memberi nilai tambah pada produk telur dengan penggunaan suplemen omega-3 (Cherian et al, 1996). Estrogen berpengaruh pada perkembangan oviduk untuk persiapan bertelur dan merupakan pengontrol dalam proses vitelogeni sehingga diharapkan pemberian minyak ikan lemuru dapat meningkatkan produksi dan bobot telur ayam arab. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kajian mengenai seberapa besar peningkatan produksi dan bobot telur ayam Arab yang diberi pakan mengandung minyak ikan lemuru dengan konsentrasi yang berbeda ditinjau dari hen day, hen house dan bobot telur. METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 ekor ayam Arab betina umur 18 minggu, 60 unit kandang baterai. Alat pencatatan produksi telur adalah Alat tulis, Timbangan analitik kapasitas 200 g dengan ketelitian 0,1g untuk mengukur bobot telur. Bahan pakan penyusun ransum penelitian adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak ikan lemuru, minyak sawit, tepung batu kapur dan premix. Metode penelitian adalah eksperimental secara in-vivo disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang uji adalah sebagai berikut : R0 = 0,0% (v/w) R1 = 1,5% (v/w) R2 = 3% (v/w) R3 = 4,5% (v/w) Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) Produksi telur (Hen day production, Hen house production) (2) Bobot telur. 82 Fredian David Prasetyo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 81-86, September 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum ayam Arab terhadap produksi telur dan bobot telur disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Produksi Telur dan Bobot Telur Perlakuan Rataan HDP (%)ns HHP (%)ns Bobot Telur (%)ns R0 34,89 ± 2,79 34,89 ± 2,79 30,89 ± 2,38 R1 43,11 ± 6,16 43,11 ± 6,16 31,56 ± 1,89 R2 40,89 ± 7,91 40,89 ± 7,91 31,78 ± 2,40 R3 36,89 ± 5,52 36,89 ± 5,52 33,55 ± 0,93 Keterangan : R0 = Pakan tanpa minyak ikan lemuru; R1 = Penggunaan minyak ikan lemuru 1,5%; R2 = Penggunaan minyak ikan lemuru 3%; R3 = Penggunaan minyak ikan lemuru 4,5%. Produksi Telur Hen day production (HDP) merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu flock berdasarkan jumlah ayam yang hidup dalam satu flock sedangkan Hen House Production (HHP) merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu flock berdasarkan jumlah ayam pada awal masuk dalam satu flock (North,1984) dalam Ali (2003). Rataan HDP telur ayam Arab selama 8 minggu penelitian dengan perlakuan R0, R1, R2, R3 berturut-turut adalah 34,89%, 43,11%, 40,89%, 36,89% dengan kisaran sebesar 32,22%-46,67% dan rataan HHP telur ayam arab dengan perlakuan R0, R1, R2, R3 berturut-turut adalah 34,89%, 43,11%, 40,89%, 36,89% dengan kisaran sebesar 32,22%-46,67%. Hasil tersebut sudah sesuai dengan produksi telur ayam Arab pada awal periode produksi yaitu dibawah 85% karena belum memasuki puncak produsi. Ayam Arab mulai memproduksi telur pada umur 4,5 – 5 bulan. Produksi telur ayam Arab mencapai puncak pada umur 8 bulan dengan produksi telur 75-85% dari total populasi (Sulandari dkk., 2007). Menurut Kholis dan Sitanggang (2002), ayam Arab sudah dapat di afkir pada umur 1,5 – 2 tahun. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi telur antara lain bibit, umur, kondisi kesehatan ayam, perkandangan, pencahayaan, pakan dan suhu lingkungan (Brickman, 1989) dalam (Muharlien, 2010). Hasil analisis variansi tentang penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum ayam arab terhadap produksi telur menunjukkan bahwa pemberian minyak ikan lemuru berpengaruh tidak nyata ( P> 0,05 ) terhadap produksi telur (Hen day production dan Hen House Production). Hal ini disebabkan oleh ransum disusun berdasarkan iso protein dan iso kalori setiap perlakuan relatif sama dan sudah sesuai dengan kebutuhan ayam. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian dari Hargis et al., (1991) perihal pemberian bahan pakan yang kaya asam lemak omega-3 juga tidak nyata mempengaruhi produksi telur. Menurut Baucells et al. (2000) bahwa menambahkan lemak baik itu minyak ikan, minyak linseed, minyak rapeseed dan lemak hewan ke dalam ransum ayam tidak mempengaruhi produksi telur. Menurut Leeson dan Atteh (1995), produksi telur dipengaruhi oleh kombinasi antara omega3 dan omega-6 dimana sinergisme keduanya memberikan pengaruh biologis pada batas maksimum tertentu. Oleh sebab itu untuk melihat optimalitas penggunaan minyak lemuru digunakan minyak lain sumber omega-6 yaitu minyak sawit sebagai bahan penyusun ransum. Kombinasi yang digunakan pada penelitian yaitu 2% untuk minyak sawit untuk semua perlakuan 83 Fredian David Prasetyo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 81-86, September 2014 sedangkan minyak lemuru berbeda-beda pada setiap perlakuan yaitu R0=0%, R1=1,5%, R2=3% dan R3=4,5%. Rahardja (1997) menyatakan bahwa omega-3 berperan dalam menurunkan aktivitas enzim delta 6 denaturase dalam metabolisme asamlinoleat (omega-6). Penambahan minyak ikan lemuru dalam ransum akan meningkatkan kandungan asam linoleat ransum yang pada gilirannya akan meningkatkan imbangan asam linoleat : asam linoleat. Menurut Leece dan Allman (1996), tingginya imbangan asam linoleat dapat menghambat proses transformasi metabolisme asam arachidonat dari asam linoleat. Asam arachidonat yang dikomsumsi akan dimetabolisme lebih lanjut dalam tubuh salah satunya menjadi hormone progstaglandin E2 (PGE2) (British Nutrition Foundation’s, 1994). Salah satu fungsi hormone PGE2 adalah mengatur absorbs Zn dalam tubuh. Menurut Scott, et al., (1982) kehadiran Zn penting untuk produksi telur. Terhambatnya proses transformasi metabolisme asam arachidonat menyebabkan pembentukan hormone PGE2 pun menjadi terhambat sehingga produksi telur tidak meningkat. Fungsi organ reproduksi dipengaruhi oleh hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisa anterior yang terdiri dari follicle stimulating hormon (FSH) dan Luteinizing hormone (LH). Hormon FSH ini berfungsi untuk merangsang folikel ovarium sehingga ovarium berkembang dan ukuran folikel bertambah. Hormon LH berperan pada ovulasi pada folikel yang sudah masak serta merangsang sekresi androgen yaitu hormon yang mempengaruhi sekresi albumen olehoviduk (Kaptiyah dkk., 2012). Hormon steroid erat kaitannya dengan sistem reproduksi yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi. Sehingga dengan menurunnya kolesterol maka produksi hormon steroid kurang optimal yang menyebabkan perkembangan folikel berjalan lambat, ovarium menjadi kurang aktif mensekresikan estrogen, progesterone dan androgen. Umur ayam Arab pada saat pengambilan sampel produksi telur pada penelitian ini adalah 18-26 minggu atau periode awal sehingga belum mencapai puncak produksi dan produksi telur akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur ayam sebagaimana pernyataan Wahyu (1992), bahwa umur ayam mempengaruhi tingkat produktivitas telur, semakin bertambah umur ayam maka produktivitas akan meningkat. Oleh Karena itu, pemberian minyak ikan lemuru pada ayam arab pada periode awal produksi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi telur selama penelitian. Bobot Telur Rataan bobot telur ayam Arab selama 8 minggu penelitian dengan perlakuan R0, R1, R2, R3 berturut turut adalah 30,89g, 31,56g, 31,78g, 33,55 g dengan kisaran bobot telur antara 27,85g – 34,75g. Hasil tersebut merupakan bobot telur optimal yang dihasilkan pada awal periode produksi. Menurut Abu Bakar dkk., (2005) dalam Sodak (2011) bobot telur ayam Arab berkisar 31-52g. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap berat telur ayam adalah umur ayam, suhu lingungan, strain atau breed, umur ayam, kandungan nutrisi dalam ransum, berat tubuh ayam dan waktu telur dihasilkan (Bell dan Weaver, 2002) dalam Sodak (2011). Campbell (2003) menyatakan bahwa bobot telur berkaitan erat dengan komponen penyusunnya yang terdiri atas putih telur (58%), kuning telur (31%) dan kerabang telur (11%). Menurut Wahyu (1992), factor terpenting yang mempengaruhi ukuran telur adalah protein dan asam amino, karena sekitar 50% bahan kering telur mengandung protein sehingga penyediaan asam amino dalam sintesis protein sangat diperlukan untuk memproduksi telur. 84 Fredian David Prasetyo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 81-86, September 2014 Hasil analisis variansi penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum ayam Arab berpengaruh tidak nyata ( P > 0,05 ) terhadap bobot telur. Hal ini disebabkan oleh minyak ikan lemuru yang ditambahkan dalam ransum ayam Arab tidak mampu mempengaruhi bobot telur. Hal ini sesuai dengan penelitian lain (Hargis et al., 1991) bahwa pemberian minyak ikan dalam ransum ayam tidak mempengaruhi berat telur. Energi ransum disusun secara iso kalori sehingga meningkatkan bobot telur. Protein bersama zat gizi lainnya yaitu hidrat arang dan omega-3 mempengaruhi metabolisme asam linoleat. Asam lemak linoleat (omega-6) dimetabolisir dalam tubuh oleh enzim delta 6 denaturase dan elongase diubah menjadi bahan lain yaitu asam lemak gama linolenat (GLA). Omega-3 serta karbohidrat dalam bentuk glukosa dan fruktosa dapat menurunkan aktivitas enzim sedangkan protein meningkatkan kerja enzim tersebut (Rahardja, 1997). Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diketahui bahwa peranan protein tidak hanya fokus terhadap peningkatan produksi dan bobot telur melainkan untuk perbaikan jaringan rusak, sebagai sumber energi dan berpengaruh juga terhadap metabolisme asam linoleat, sehingga pada penelitian ini pemberian minyak ikan lemuru tidak berpengaruh nyata terhadap bobot telur. SIMPULAN Penggunaan minyak ikan lemuru sampai level 4,5% dalam ransum ayam arab menghasilkan produksi dan bobot telur yang relatif sama. Penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum yang kaya akan omega-3 perlu ditambahkan minyak sawit yang mengandung omega-6 sebagai penyeimbang sehingga sinergisme keduanya memberikan pengaruh terhadap produksi telur dan bobot telur yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Ali, Murad., M. Farooq., Durrani, N. Chand, K. Sarbiland and A. Riaz. 2003. Egg Production Performance and Prediction of Standard Limits for Traits of Economic Importance in Broiler Breeders. 2003. International Journal of Poultry Science 2 (4): 275-279. Baucells, M. D., Crespo, N., Barroeta, A. C., Lopez-Ferrer, S. and Grashorn, M. A. 2000. Incorporation of different polyunsaturatedfatty acids into eggs. Poult. Sci. 79 British Nutrition Foundation’s (BNF). 1994. Unsaturated Fatty Acid, Nutritional and Physiological Significance. The Report of The British Nutrition Foundation’s, Task Force. Chapman & Hall, London. Campbell, J. R., M. D. Kenealy dan K. L. Campbell. 2003. Animal Science, The Biology, Care and Production of Domestic Animals. 4th. Ed. Mc. Graw Hill. New York. Cherian, G.,F.W.Wolfe, and J.S.Sim. 1996. Feeding dietary oils with tocopherols: effects on internal qualities of eggs during storage. J. Food Sci. 61. Hargis PS, Van Elswyk ME, Hargis BM. 1991. Dietary modification of yolk lipid with menhaden oil. Poult Sci 70. Kaptiyah., Hartanto dan Lisisn. 2012. Pengaruh ranggas paksa dan suplementasi tepung bekicot terhadap pertumbuhan folikel ayam. Saintis vol 1(1). Kholis S., dan Sitanggang M. 2002. Ayam Arab dan Poncin Petelur unggul. Agromedia Pustaka. Jakarta. 85 Fredian David Prasetyo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 81-86, September 2014 Kompiang I, Supriyadi PA, dan Simoara V. 1981. Various methods of processing rasfish for animal feed. In: 1st Asean Workshop on The Technology of Animal Feed Production, Utilizing Food Waste. Lecce, A.A. and M. A. Allman. 1996. The relationships between dietary a linolenic : linolenic acid and rat platelet eicosapentaenoic and arachidonic acids. British J. of Nutr.. 76 Lesson, S. and J. O Atteh. 1995. Utilization of fats and fatty acids by Turkey poults. Poultry Sci. 74 : 2003- 2010 Muharlien.2010. Meningkatkan Kualitas Telur Melalui Penambahan Teh Hijau dalam Pakan Ayam Petelur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 5 (1) : 32-37. Raharja, E.M. 1997. Metabolisme dan Aspek Medik Asam Gama-Linolenat. Departement of Nutrisions, Tarumanegara University.Ebers Papyrus Vol 3 No 1. Jakarta. Scott, M.L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of the chicken. M. L. Scott & Associates, Ithaca, New York. Sodak, J.F. 2011. Karakteristik Fisik dan Kimia Telur Ayam Arab pada Dua Peternakan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Skripsi. IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan). Sulandari, S., M. S. A. Zein., S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T. Widjiastuti, E. Sudjana, S. Darana, I. Setiawan, dan D. Garnida. 2007. Sumberdaya Genetik Ayam Lokal Indonesia. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Hal : 45-67. Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan III. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 86