ASUHAN KEBIDANAN PADA Bayi. Ny “W” Usia 0 Hari DENGAN RESIKO INFEKSI DI RUANG NEONATUS RSUD DR WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO INTAN DWI MAYASARI 1211010017 SUBJECT Asuhan Kebidanan, Bayi Baru Lahir, Infeksi DESCRIPTION : Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi infeksi neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes, 2012). Tujuan penelitian ini memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko infeksi. Jenis penelitian observasional dengan responden 1 orang bayi baru lahir yang mengalami resiko infeksi. Penelitian dilakukan di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kabupaten Mojokerto pada tanggal 09-04-2015 sampai 12-04-2015. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaan fisik. Manajemen asuhan dilakukan dengan langkah-langkah, pengkajian, penentuan diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil penelitian di ruang neonatus RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo berdasarkan tingkat resiko terjadinya infeksi pada bayi baru lahir terdapat 1 bayi bau lahir yang mengalami infeksi. Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari infeksi menjadi sembuh. Upaya yang harus dilakukan dengan memberikan perawatan secara intesif dan memberikan konseling pada ibu agar dapat melakukan perawatan dengan tepat dan cepat pada bayi yang mengalami infeksi neonatorum.Asuhan kebidanan bayi baru lahir diperlukan perawatan yang intensif dalam periode ini, karena merupakan masa rentan terhadap infeksi, Dengan memberikan perawatan yang sesuai standart pada bayi baru lahir dan memberikan terapi yang tepat. ABSTRACT The incidence of neonatal infection is still high and is the leading cause of death in neonates,neonatal susceptibility to infection is influenced by various factors,including the skin and mucous membranes are thin and easily damaged, the ability of leukocytes fagositotis and immunity is low. Immunoglobulin is less efficient and umbilicus wounds that have not healed. Problems often arise as a complication of neonatal infection is mengitis, convulsions, hypothermia, hyperbilirubinemia, impaired breathing and drinking (Depkes, 2012).The purpose of this study i was to provide midwifery care in newborns who were at risk for infection. Observational research with respondents of the newborns who were at risk of infection. The experiment was conducted in RSUD Dr.Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto on 09 April 2015 until 12 April 2015. Collecting document used interview and physical examination. Midwifery care management was done by steps of assessment, determination of midwifery diagnosis, planning, implementation and evaluation. The results of research in of neonatal room of RSUD Dr.Wahidin Sudiro Husodo based on the level of risk of infection in newborns, there was one newborns baby who had an infection. After midwifery care during the four days the infection was cured. Efforts should be made to provide intensive care and give counseling to the mother in order to perform maintenance correctly and immediately in infants who suffered neonatal infection. Midwifery care newborn intensive care is required in this period, becauce it is a period prone to infection , by providing the appropriate standart of care in newborns and provide appropriate therapy Keywords : midwifery care, newborns baby, the risk of infetion Contributor Date Edentifier Right Summary : 1. Dian rawati,SST M.Kes 2. Erfiani Mail,SST. : 19 juni 2015 : : Open Document : Latar Belakang Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. World Health Organization (WHO) melaporkan, bahwa terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang (Rahadi, 2014). Berdasarkan data yang dilaporkan pada Dinas Kesehatan Kota Mojokerto angka kematian bayi di Kota Mojokerto masih cukup tinggi. Tahun 2013, tercatat ada 20 bayi dan balita yang meninggal dunia. Sedangkan tahun 2014 sudah ada 17 bayi dan balita yang meninggal dunia (Dinkes, 2014). Data bayi baru lahir dengan infeksi di RSUD Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto tahun 2014 sebanyak 78 bayi. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi infeksi neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes, 2012). Infeksi dapat masuk ke dalam tubuh neonatus melalui tiga rute, yaitu: in utero (transplasental), intrapartum (asendens), dan post partum (nosokomial). Infeksi dini, organisme penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Beberapa mikroorganisme penyebab bertransmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Infeksi pada bayi baru lahir (BBL) sering sekali menjalar ke infeksi umum sehingga gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL tersebut di atas adalah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba menurun, muntah dan diare. Upaya yang harus dilakukan dengan memberikan perawatan secara intesif dan memberikan konseling pada ibu agar dapat melakukan perawatan dengan tepat dan cepat. Metodologi Jenis penelitian observasional dengan responden 1 orang bayi baru lahir yang mengalami resiko infeksi. Penelitian dilakukan di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kabupaten Mojokerto. Mojokerto pada tanggal 09-04-2015 sampai 12-04-2015. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaan fisik. Manajemen asuhan dilakukan dengan langkah-langkah, pengkajian, penentuan diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian di ruang neonatus RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo berdasarkan tingkat resiko terjadinya infeksi pada bayi baru lahir terdapat 1 bayi bau lahir yang mengalami infeksi. Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari infeksi menjadi sembuh, Pengkajian dimulai pada tanggal 09 April 2015 diperoleh data subyektif dari pasien RSUD DR WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO yang mengalami masalah Bayi baru lahir dengan resiko infeksi saat dilahirkan bayi harusnya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi bisa menangis. Pada pengkajian ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Berdasarkan fakta dari lahan praktek pada pengkajian data subjektif pada keluhan utama menyatakan bahwa sejak lahir bayi tidak langsung menangis atau merintih. Setelah diperoleh data dari pengkajian maka dapat ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu Bayi baru lahir usia 0 hari dengan resiko infeksi. Masalah yang muncul pada Bayi Ny “W” adalah bayi sulit bernafas, megap-megap dan tampak kebiruan. Dari masalah yang timbul maka kebutuhan yang diberikan yaitu pembersihan jalan nafas, mulut dan hidung Pada kasus Bayi Ny.”W” usia 0 hari dengan resiko infeksi ini penulis membuat perencanaan sesuai dengan diagnosa dan prioritas masalah yang ditemukan untuk mengantisipasi terjadinya masalah yang lebih buruk. Perencanaan yang dilakukan pada Bayi Ny.”W” yaitu Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga, jelaskan pada orangtua tentang kondisi pasien, lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, jaga suhu bayi tetap hangat, anjurkan ibu untuk memberikan asi esklusif, lakukan observasi TTV pada bayi, bersihkan jalan nafas bayi dengan alat penghisap lendir, lakukan perawatan bayi baru lahir sehari-hari, lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi dan melakukan advis dokter. tidak di temukan kesenjangan antara teori (McCloskeydan Bulechek,2012) dengan lahan praktik Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, jaga suhu bayi tetap hangat, anjurkan ibu untuk memberikan asi esklusif, lakukan observasi TTV pada bayi, bersihkan jalan nafas bayi dengan alat penghisap lendir, lakukan perawatan bayi baru lahir sehari-hari, lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi dan melakukan advis dokter. Pada langkah ini telah dilaksanakan implementasi asuhan kebidanan secara efisien, aman dan menyeluruh berdasarkan dari intervensi yang telah direncanakan. Sehingga diharapkan resiko infesi tidak terjadi. bayi baru lahir dengan mekonial dilakukan stimulasi agar timbul reflek pernafasan dengan cara mengihisap lendir, rangsang nyeri selama 30-60 detik, dilakukan frog breating selama 1-2 menit. Berdasarkan lahan praktek implementasi bayi baru lahir dengan mekonial adalah menjaga suhu tubuh tetap hangat , membebaskan jalan nafas ,memasang intra nasal dan di alirkan O2 denganaliran 1-2 liter/menit.Sehingga dalam langkah ini antara teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan. Berdasarkan fakta di lahan praktek evaluasi pernafasan bayi baru lahir menjadi adekuat, dan tercapai pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam pemberian ASI setiap 2 jam, serta suhu bayi tetap hangat. Di lahan praktek tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek sehingga diharapkan bayi dapat bernafas dengan adekuat tanpa adanya komplikasi. Simpulan Hasil pembahas antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada By Ny “W” usia 0 hari dengan resiko infeksi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam pengkajian studi kasus pada By Ny “W” usia 0 hari dengan resiko infeksi diperoleh data subyektif yaitu pada keluhan utama menyatakan bahwa bayi sejak lahir dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital untuk melakukan tindakan medis secara intensif. 2. Dalam identifikasi diagnose dan masalah ditemukan diagnose By Ny “W” usia 0 hari dengan resiko infeksi , bayi mengalami masalah gangguan kebutuhan oksigen karena kurangnya oksigen dalam udara pernafasan yang mengakibatkan hipoksia. 3. Dalam intervenes tidak di temukan kesenjangan yaitu dengan memberikan O2 dapat merangsang timbunya pernafasan sehingga bayi akan memperlihatkan usaha bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. 4. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang ada. 5. Setelah melaksanakan asuhan kebidanan langkah terakhir yang mentukan keberhasilan yaitu melakukan evaluasi pada kasus ini berhasil, rencana yang dilakukan yaitu pernafasan bayi baru lahir menjadi adekuat dan tercapainya pemenuhan kebutuhan nutrisi dan pemberian ASI tiap 2 jam serta suhu bayi tetap hangat. Saran Diharapkan untuk memperbanyak literature atau tinjauan pustaka mengenai manajemen penatalaksanaan masalah-masalah pada bayi baru lahir yang dapat dijadikan acuan mahasiswa, Dan diharapakan respon den dapat mencari informasi dari berbagai media seperti media masa, media elektronik dan aktif bertanya pada petugas kesehatan tentang pencegahan dan penanganan bayi dengan resiko infeksi. selanjutnya diiharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai factor lain yang berhubungan dengan resiko infeksi. Yang terakhir semoga bisa menjadi bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir khususnya bayi yang mengalami resiko infeksi. Alamat Correspondensi : - Alamat : karangnongko RT.05 RW 02 Kec.Sukodono Kab.Sidoarjo - Email : [email protected] - No.HP : 081334259402