EFEKTIVITAS PENERAPAN SUPERVISI KEPALA RUANG TERHADAP PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL EFFECTIVENESS OF THE HEAD OF WARD SUPERVISION TOWARD DOCUMENTING OF NURSING CARE IN THE WARD OF PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF BANTUL Goziyan1, Elsye Maria Rosa2 1. Mahasiswa Pascasarjana, Magister Manajemen Rumahsakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2. Dosen Pascasarjana, Magister Manajemen Rumahsakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail : [email protected] ABSTRAK Latar belakang: Kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan unsur pokok dalam pertanggung jawaban kinerja profesi keperawatan. Untuk itu diperlukan supervisi keperawatan agar efektifitas dan efisiensi kerja optimal. Sekitar 4 bulan terahir pelaksanaan supervisi keperawatan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul sedang vakum, hasil wawancara terhadap kepala ruang tersirat bahwa ada indikasi ketidak puasan kepala ruang yang juga ditunjuk sebagai supervisor dalam hal penerimaan insentif. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi experiment pre dan post-test tanpa kelompok kontrol. Populasi adalah seluruh kepala ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. Sampel 5 orang kepala ruang rawat inap, dengan menggunakan total sampling. Hasil dan pembahasan: Hasil penelitian diketahui persentase rata-rata pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan sebelum pelatihan supervisi keperawatan di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul sebesar 42,6%, dan setelah pelatihan diperoleh persentase sebesar 51,4%. Berdasarkan hasil uji statistik dengan paired t-test diketahui p value untuk efektivitas penerapan supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul sebesar 0,002 (p<0,05). Terdapat peningkatan sebesar 8,8% dalam persentase rata-rata pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan sebelum dan sesudah pelatihan supervisi kepala ruang. Kesimpulan: Pelatihan supervisi kepala ruang terbukti efektif terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. Kata Kunci : supervisi, kepala ruang, dokumentasi asuhan keperawatan. ABSTRACT Background: Activity of care documentation is a main element of responsibility for care profession performance. Therefore, treatment supervision is needed in order that effectiveness and efficiency of work are optimum. In approximately recent 4 months, the implementation of treatment supervision in the PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul was vacuum, results of interview with the ward heads indicated that there was indication of dissatisfaction of ward head which was also appointed as supervisor in terms of incentive acceptance. Method: This study is quantitative research with quasi experiment pre and post-test design without control group. Respondents of this study were all inpatient ward heads using total sampling. Results and discussion: Results of this study indicated that average percentage of care documentation (standard operational procedure) implementation before treatment supervision training in the inpatient wards of PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul was 42.6%, and after training, the percentage was 51.4%. Based on results of statistical test with paired t-test, it was found that p-value of effectiveness of ward head supervision application on implementation of care documentation in the inpatient ward s of PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul was 0.002 (p<0.05). There was 8.8% increase in average percentage of care documentation implementation before and after ward head supervision training. Conclusion: The ward head supervision training was found effective on implementation of care documentation in the inpatient wards of PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul. Keywords: supervision, head ward, documentation of nursing care PENDAHULUAN Deswani (2009) Kegiatan pendokumentasian mengemukakan bahwa masalah merupakan unsur pokok dalam yang sering muncul dan dihadapi pertanggungjawaban di profesi kinerja keperawatan. Tanpa Indonesia saat ini adalah sebagian besar perawat belum dokumentasi yang benar dan jelas, memberikan kegiatan pelayanan keperawatan keperawatan yang telah dilaksanankan oleh standar perawat dapat Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam juga tidak dipertanggungjawabkan upaya peningkatan pelayanan mutu keperawatan dokumentasi merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan dalam rangka pemulihan kesehatan klien.1 yang asuhan dengan keperawatan. tidak disertai Permasalahan dalam pelaksanaan sistem dokumentasi keperawatan saat ini antara lain: 1) Saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan Perawat sebagai salah satu tenaga sesuai pendokumentasian yang lengkap.2 dan perbaikan status kesehatan klien, pelayanan mempunyai harus dipertanggungjawabkan, 2) Banyak pihak menyebutkan bahwa kontribusi besar bagi pelayanan kurangnya kesehatan berperan penting dalam disebabkan karena banyak yang upaya mutu tidak tahu data apa saja yang harus pelayanan kesehatan. Dalam upaya dimasukkan dan bagaimana cara peningkatan seorang membuat dokumentasi yang benar, mampu 3) asuhan pendokumentasian.2 meningkatkan mutu, perawat harus melaksanakan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dengan dari pengkajian evaluasi dokumentasinya.2 sampai berikut dokumentasi Kurangya juga kontrol Salah satu fungsi manajemen ialah directing dimana di dalamnya terdapat kegiatan supervisi keperawatan. Fakta menunjukkan terahir pelaksanaan keperawatan di rumah sakit PKU supervisi keperawatan diberbagai rumah pelaksanaan Muhammadiyah supervisi Bantul sedang sakit belum optimal.3 Penelitian vakum karena sesuatu hal yang Mularso tidak dijelaskan secara terperinci (2006) menemukan bahwa kegiatan supervisi lebih oleh banyak pada kegiatan pengawasan, berdasarkan bukan pada kegiatan bimbingan, tersebut observasi dan penilaian.4 indikasi Kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh kepala ruangan antara lain (planning), perencanaan, pengorganisasian para responden, hasil wawancara tersirat ketidak namun bahwa ada puasan para kepala ruang yang juga ditunjuk sebagai supervisor dalam hal penerimaan insentif. Berdasarkan latar belakang (organizing), penggerakan dan penulis merasa tertarik melakukan pelaksanaan, pengawasan serta penelitian untuk mengetahui lebih pengendalian (controlling), dan lanjut tentang evektifitas supervisi evaluasi. Dari beberapa fungsi kepala ruang terhadap penerapan manajerial pelaksanaan dokumentasi asuhan kepala ruangan tersebut terlihat bahwa salah satu keperawatan. yang harus dijalankan oleh kepala ruangan melakukan adalah bagaimana supervisi untuk meningkatkan kualitas dan mutu wawancara dengan kepala bidang keperawatan dan lima orang kepala ruang yang dijadikan responden Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian pelayanan keperawatan.5 Hasil BAHAN DAN CARA diketahui bahwa sudah sekitar 4 bulan penelitian ini kuantitatif adalah dengan rancangan quasi eksperimen pre test dan post test tanpa kelompok kontrol. Subjek dan Objek Penelitian Subyek penelitian ini adalah seluruh kepala ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul untuk menilai proses pelaksanaan yang dokumentasi asuhan keperawatan. berjumlah 5 orang. Sedangkan obyek penelitian adalah pelaksanaan asuhan pendokumentasian keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Populasi, Sampel dan Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh kepala ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. Teknik pengambilan berdasarkan non sampel probability dengan teknik total sampling. Analisis Data Data dikumpulkan dengan cara melakukan observasi yang dipandu dengan check list yang telah disiapkan peneliti berupa check list tentang pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Observasi yang dilakukan melalui dua tahap sebelum dilakukan intervensi (pre-test) dan tahap setelah dilakukan intervensi (posttest) dengan panduan check list yang sama untuk menilai kembali Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen penelitian ini adalah check list observasi berupa form dokumentasi asuhan keperawatan yang dikembangkan sesuai dengan form dokumentasi asuhan keperawatan yang digunakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Sebelum pelatihan, dilakukan terlebih dahulu dan setelah dilakukanya pre-test post-test pelatihan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Data yang sudah dikumpulkan lalu diolah dengan bantuan aplikasi SPSS for windows release 18. Uji hipotesis untuk melihat keefektifan pelaksanaan supervisi terhadap penerapan dokumentasi asuhan keperawatan menggunakan uji paired t-test dengan confident interval sebesar 95% dan taraf signifikansi p<0,05 (hipotesis nol ditolak). Jika hasil yang diperoleh p<0,05 maka berarti terdapat perbedaan dalam penerapan dokumentasi asuhan inap keperawatan antara sebelum dan Muhammadiyah Bantul sesudah dilakukanya pelatihan supervsi keperawatan. RS PKU Berikut adalah tabel hasil rata-rata pre-test dan post-test pelaksanaan dokumentasi HASIL asuhan keperawatan di ruang 1. Hasil rata-rata pre-test dan ruang rawat inap RS PKU post-test dokumentasi pelaksanaan Muhammadiyah Bantul. asuhan keperawatan di ruang rawat Tabel 1. Hasil pre-test dan post-test pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan diseluruh ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul Ruang rawat inap Kelengkapan pendokumentasian No asuhan keperawatan Pre-test Post-test 1 Al-Insan 43 55 2 ICU 38 51 3 Ar-Rahman 42 50 4 Al-Araf 40 46 5 An-Nisa 50 55 6 Rata-rata 42,6 51,4 Sedangkan grafik hasil pre-test dan post-test dokumentasi pelaksanaan asuhan inap RS PKU Muhammadiyah Bantul dapat dilihat pada grafik di bawah ini. keperawatan di ruang rawat Grafik 1. Hasil pre-test dan post-test kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan diseluruh ruang RS PKU Muhammadiyah Bantul 60 50 40 30 Pre-Test 20 Post-Test 10 Column1 0 Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa diseluruh pre-test persentase kelengkapan sebesar 42%, ruang rawat inap yang diteliti, sedangkan pada saat post-test terjadi dalam persentase mencapai 50%. Di pelaksanaan ruang Al-Araf pada saat pre- asuhan test persentase kelengkapan keperawatan dari sebelum dan sebesar 40%, sedangkan pada setelah dilakukan pelatihan saat supervisi kepala ruang. Hasil mencapai 46%. Di ruang An- pre-test Nisa peningkatan persentase dokumentasi di ruang menunjukkan Al-Insan persentase post-test pada persentase saat persentase pre-test kelengkapan sebesar 43%, sedangkan pada sebesar 50%, sedangkan pada saat saat post-test persentase mencapai 55%. Di ruang ICU post-test persentase mencapai 55%. pada saat pre-test persentase kelengkapan sebesar 38%, 2. Hasil sedangkan pada saat post-test Efektivitas persentase mencapai 51%. Di Supervisi ruang Ar-Rahman pada saat dalam Uji Hipotesis Penerapan Kepala Ruang Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan Asuhan di pelaksanaan dokumentasi Ruang asuhan keperawatan di ruang Rawat Inap Rumah Sakit rawat inap Rumah Sakit PKU PKU Muhammadiyah Bantul. Muhammadiyah Bantul maka Untuk mengetahui efektivitas digunakan uji paired T-test penerapan dengan supervisi kepala ruang dalam hasil uji statistik sebagai berikut. Tabel 2. Hasil uji hipotesis efektivitas penerapan supervisi kepala ruang dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul Variabel kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan Pre- test Post-test Berdasarkan tabel 2 diatas, N Mean 5 5 42,38 53,37 value = 0,002 dengan nilai p<0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan supervisi kepala ruang efektif terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Bantul. PEMBAHASAN PKU 4,789 7,118 2,142 3,183 P value 0,002 1. Supervisi dapat diketahui bahwa hasil uji statistik menunjukkan p Standar Standar deviasi error Supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala terhadap oleh “atasan” pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.6 Berdasarkan wawancara dengan hasil kepala bidang keperawatan dan lima Pelaksanaan orang dilakukan kepala ruang yang supervisi langsung ini oleh dijadikan responden diketahui masing-masing kepala ruang. bahwa sudah sekitar 4 bulan Berdasarkan terahir pelaksanaan supervisi peneliti ketika melakukan pre- keperawatan sedang vakum test dan post-test diketahui karena sesuatu hal yang tidak bahwa dijelaskan secara terperinci supervisi keperawatan telah oleh para responden, namun dilakukan oleh seluruh kepala berdasarkan hasil wawancara ruang tersebut tersirat bahwa ada responden, indikasi ketidakpuasan para supervisi kepala langsung maupun secara tidak ruang yang juga ditunjuk sebagai supervisor pemantauan beberapa yang tehnik dijadikan baik berupa dengan tehnik langsung. dalam hal penerimaan insentif. Beberapa contoh tehnik Herzberg dalam Suarli & supervisi secara langsung yang Bahtiar (2009) menyimpulkan dilakukan adalah memberikan bahwa pengarahan langsung kepada ketidakpuasan kepuasan dalam dan bekerja bawahannya baik muncul dalam dua dimensi melakukan (kelompok keperawatan faktor) yang ketika tindakan maupun terpisah, salah satunya adalah saat faktor ekstrinsik seperti gaji dokumentasi asuhan dan mutu supervisi. Jika faktor keperawatan. Sedangkan tersebut tidak baik, maka akan tehnik supervisi secara tidak memunculkan ketidakpuasan.6 langsung Namun supervisi pelaksanaan dimasing-masing seperti pengisian pada form juga dilakukan ketika mengecak kelengkapan asuhan ruang yang dijadikan tempat keperawatan yang telah ditulis penelitian oleh perawat primer tetap berjalan. Sementara itu saling menyalahkan. Sehingga berdasarkan hasil pengamatan tercipta suasana kekeluargaan peneliti pada saat pre-test dan didalam lingkungan kerjannya. post-test diketahui juga bahwa Hasil penelitan (2002) dari seluruh kepala ruang telah Berggren tentang melakukan beberapa model tindakan supervisi diantaranya model keperawatan konvensional dimana kepala dengan ruang melakukan inspeksi kebijakan dan pendekatan etis secara langsung terhadap supervisor kaitannya gaya terhadap mengambil supevisi klinis bahwa dalam kinerja bawahannya. Selain itu, ditemukan model supervisi klinis berupa melakukan intervensi seorang pengarahan supervisor saat langsung melakukan pada tindakan terlibat secara langsung untuk berbagi ilmu keperawatan kepada pasien pengetahuan juga sudah dilakukan. Model perawat yang disupervisinya. supervisi lainnya yang juga Selain itu pendekatan personal telah dilakukan adalah model berupa penghargaan sebagai artistik, dimana kepala ruang rekan melakukan supervisi dengan manusia pendekatan diperhatikan.7 personal dan bersifat kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dilakukan ruang dengan Al-Araf yang kerja dan sesama juga 2. Penerapan sangat dokumentasi asuhan keperawatan kepala yang terhadap Kozier et mendefinisikan al (2008) dokumentasi menyebutkan bahwa kepala asuhan keperawatan sebagai ruang menyelesaikan masalah dokumen formal dan legal secara yang terbuka dan mengembangkan budaya tidak menjadi tindakan bukti dari keperawatan yang dilakukan pasien Muhamamdiyah Bantul yang proses dijadikan sebagai lokasi keperawatan yang mencakup penelitian diketahui bahwa pengkajian, diseluruh ruang rawat inap melalui kepada pendekatan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.8 menunjukkan peningkatan dalam persentase pelaksanaan Berdasarkan hasil pre- dokumentasi dan tentang keperawatan dari sebelum dan penerapan pendokumentasian setelah dilakukan pelatihan asuhan keperawatan di lima supervisi kepala ruang. test post-test asuhan ruang rawat inap RS PKU Tabel 3 Hasil pre-test dan post-test form pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan di ruang rawat inap PKU Muhammadiyah Bantul No 1 2 3 4 5 6 Aspek yang dinilai Pengkajian (R1,R2,R3,R4,R5) Diagnosa (R1,R2,R3,R4,R5) Intervensi (R1,R2,R3,R4,R5) Implementasi (R1,R2,R3,R4,R5) Evaluasi (R1,R2,R3,R4,R5) Rata-rata (R1,R2,R3,R4,R5) Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan Pre-test (%) Post-test (%) 50,4 58,8 36,4 45 37,2 46 29,6 42,2 58,2 42,6 64,4 51,4 Keterangan : R = Responden Peningkatan persentase keperawatan yang dimulai tersebut dapat dilihat dari dari pengkajian, kelima dinilai diagnosis dalam proses intervensi, implementasi, serta pendokumentasian asuhan evaluasi. aspek yang penegakan keperawatan, a. Pendokumentasian pengkajian keperawatan di pengkajian keperawatan Pengkajian lima ruang tersebut Khusus di ruang ICU keperawatan adalah terdapat perbedaan form mengumpulkan data yang pengkajian berhubungan dengan kondisi dengan pasien mengidentifikasi dan dan masalah kebutuhan (Eggland, 1994). pengkajian dibandingkan form yang ada perawatan pengkajian di ruang biasa. Secar pasien umum item pengkajian Tujuan relatif sama dengan form adalah yang ada diruang mengumpulkan data secara perawatan biasa. Namun menyeluruh untuk diruang ICU khusus untuk menegakan diagnosa pengkajian persistem tubuh keperawatan dan rencana dibuat lebih fokus terhadap keperawatan yang masalah-masalah efektif dalam perawatan pasien.9 Berdasarkan tabel yang bersifat kritis. Selain itu 3 perbedaan juga telihat dari tentang rata-rata penerapan item pendokumentasian masuk, pengkajian keperawatan di khusus yang bersifat invasif lima ruang rawat inap yang dan adanya item sumber diteliti pembiayaan pasien. Hal ini diketahui bahwa tipe masuk, penggunaan alat persentase pada saat pre- sesuai test sebesar 50,4% dan post Eggland test sebesar 58,4%. Hal ini menjelaskan bahwa format menunjukkan peningkatan pengkajian sebesar bervariasi dan bentuk yang 8% dari aspek dengan cara pendapat (1994) yang tipenya penerapan berbeda-beda dikarenakan pendokumentasian terdapatnya lingkungan yang spesifik ICU, IGD) (misalnya yang memerlukan pengkajian khusus.9 menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 8,6% dari aspek penerapan pendokumentasian b. Pendokumentasian diagnosa keperawatan di diagnosa keperawatan kelima ruang tersebut. Menurut Eggland, 1994, dokumentasi diagnosa Berdasarkan hasil pretest diketahui keperawatan pada dasarnya penegakkan adalah keperawatan merupakan pengambilan bahwa diagnosa sudah keputusan menekankan pada masalah klinik oleh perawat, dalam yang bersifat aktual, namun pengambilan karena pada saat proses keputusan tersebut seorang perawat pengkajian membutuhkan pengetahuan fisik tidak di lakikan secara dan head to toe, menyebabkan keterampilan. Keputusan yang diambil masalah keperawatan tidak mengenai diagnosa aktual, dapat diagnosa mendalam. resiko tinggi, pemeriksaan tereksplor secara Secara prioritas keperawatan dan keseluruhan prawat sudah intervensi yang efektif.9 mampu menegakkan diagnosis berdasarkan Berdasarkan tabel 3 tentang rata-rata penerapan prioritas pendokumentasian ditegakkan. diagnosa keperawatan di lima ruang rawat inap yang diteliti diketahui masalah yang c. Pendokumentasian intervensi keperawatan bahwa Menurut Eggland tahun persentase pada saat pre- 1994, perencanaan adalah test sebesar 36,4% dan post kerangka test sebesar 45%. Hal ini rancangan intervensi yang (daftar) atau komprehensif mencapai dengan untuk kriteria kerangka hasil waktu sesuai dengan diagnosa keperawatan yang diangkat. Hanya yang menjadi yang ditentukan. Komponen kekurangan adalah 4 dari dari rencana keperawatan 10 form yang dinilai ada meliputi diagnosa, kriteria yang tidak mencantumkan hasil tanda tangan dan nama (tujuan) dan intervensi.9 terang Berdasarkan tabel 3 perawat yang mendokumentasikan tentang rata-rata penerapan tersebut, namun pada saat pendokumentasian dilakukan intervensi keperawatan di diketahui bahwa hanya 2 lima ruang rawat inap yang dari 10 form yang kurang diteliti mencantumkan diketahui bahwa post-test nama persentase pada saat pre- terang test sebesar 37,2% dan post mendokumentasikan test sebesar 46%. Hal ini rencana menunjukkan tesebut. terjadi peningkatan sebesar 8,8% dari aspek penerapan pendokumentasian perawat keperawatan d. Implementasi keperawatan Implementasi intervensi keperawatan di keperawatan kelima ruang tersebut. sekumpulan Berdasarkan observasi intervensi pada yang adalah rangkaian hasil tindakan item keperawatan, implementasi keperawatan atau aktivitas keperawatan yang diketahui bahwa pada saat dilakukan pre-test seluruh form yang didokumentasikan dinilai telah merencanakan catatan klinik yang dibuat intervensi perawat, keperawatan selanjutnya yang dalam biasanya disebut dengan catatan perawat (Eggland,1994).9 Berdasarkan tabel Implementasi juga menentukan 3 pelayanan pemberi dalam rangka tentang rata-rata penerapan proteksi legal, penentuan pendokumentasian biaya implementasi keperawatan pasien dan dengan data di lima ruang rawat inap yang baik dapat digunakan yang dalam riset.9 diteliti diketahui yang dibutuhkan bahwa persentase pada saat Terkait dengan aspek pre-test sebesar 29,5 dan legalitas, berdasarkan hasil post test sebesar 64,4%. Hal observasi ini penerapan menunjukkan terjadi terhadap peningkatan sebesar 34,8% pendokumentasian asuhan dari keperawatan aspek penerapan pada form pendokumentasian implementasi, implementasi keperawatan bahwa seluruh form yang di kelima ruang tersebut. dinilai telah diisi sesuai Eggland diketahui (1994) dengan jenis tindakan yang menjelaskan bahwa dengan dilakukan dan telah sesuai pendokumentasian dengan waktu (jam) saat implementasi dan kritria dilakukan tindakan hasil keperawatan tersebut. yang baik memberikan pada evaluasi tercapainya keperawatan, dapat kontribusi dengan tujuan Data-data berupa nama pasien, nomor rekam medis, diagnosa medis, tanggal penentuan implementasi sudah diisi pasien secara lengkap. Namun 6 langsung, dari 10 form yang dinilai kesempatan berkomunikasi saat pre-test di lima ruang bagi rawat inap menunjukkan perkembangan secara semua staf. bahwa perawat hanya tindakan dan mencantumkan paraf, tanpa mengidentifikasi kemajuan mencantumkan pasien nama terhadap terang perawat yang telah pencapaian. melakukan dalam tindakan berupa Hal ini tentu saja dapat yang menjadi observasi jika ditinjau dari aspek legalitas analisis hukum, jika pada terdapat tuntutan ternyata dari pasien/keluarga. Selain itu, dapat evaluasi formatif merefleksikan perawat terhadap respon intervensi Secara Pernyataan evaluasi keperawatan pada pasien. masalah tujuan dan pasien langsung keperawatan. evaluasi sumatif tindakan merefleksikan rekapitulasi harus dan sinopsis observasi serta keperawatan berprinsip pada tindakan analisis yang aman, sejalan dengan kesehatan pasien terhadap komponen pengobatan dan waktu.11 mempunyai alasan yang mengenai Berdasarkan status tabel 3 jelas yang bersifat realistik. tentang rata-rata penerapan Tindakan keperawatan pendokumentasian evaluasi memprioritaskan keperawatan di lima ruang harus peningkatan status rawat inap yang diteliti dan diketahui bahwa persentase sumber pada saat pre-test sebesar utama pemberian tindakan 58,2% dan post test sebesar keperawatan.10 64,4%. Hal ini menunjukkan kesehatan pasien pasien menjadi e. Dokumentasi evaluasi keperawatan Evaluasi terjadi peningkatan sebesar 6,2% dari aspek penerapan keperawatan adalah menilai keefektipan pendokumentasian evaluasi keperawatan di kelima ruang tersebut. Pada Dalam pelaksanaan pencatatan keperawatan di form evaluasi RS PKU Muhammadiyah untuk nama pasien, nomor Bantul, proses pencatatan rekam medis, ruang rawat, dilakukan tanggal, catatan keperawatan yang nomor diagnosa keperawatan dan perkembangan terdiri pada dari formulir lembaran pasien pengkajian dan penegakan sudah diisi dengan lengkap. diagnosa keperawatan serta Hanya lembaran saja pada data catatan perkembangan pasien tidak perkembangan. seluruhnya lembaran dievaluasi Pada pengkajian berdasarkan implementasi dicatat informasi tentang yang identitas sudah dilakukan. pasien, alasan Tanda tangan atau peraf pasien dirawat, informasi perawat sudah terisi 100%, tentang faktor predisposisi, hanya saja 6 dari 10 forn hasil evaluasi yang dinilai tidak keadaan mencantumkan keadaan status nama terang. dan Tanda tangan dan nama terang perawat harus pemeriksaan psikososial, nama tanda tangan perawat pengkaji. Pada lembaran penegakan tersedia keperawatan formulir mental serta tertuang dalam kolom yang pada fisik, diagnosa asuhan keperawatan secara informasi jelas, sebagai bukti legal dan masalah keperawatan dan tanggung atas diagnosa keperawatan yang pelaksanaan asuhan dialami oleh pasien. Pada keperawatan yang jawab diberikan pada klien.11 tentang dicatat daftar lembaran catatan perkembangan dicatat informasi tentang identitas harus pasien, informasi tentang tertulis, lengkap dan jelas tindakan atau yang keperawatan dilakukan, hasil dibuat secara dilakukan elektronik secara (Depkes RI, evaluasi terhadap tindakan 2008). dan tanda dokumentasi asuhan Semua keperawatan merupakan nama tangan serta perawat. Kelengkapan item yang terdapat dalam komponen lembaran untuk catatan keperawatan hendaknya yang menilai penting kualitas asuhan keperawatan yang dapat diisi secara lengkap diberikan. Selain dan akurat agar data atau kelengkapan dokumentasi informasi yang terkandung asuhan keperawatan juga didalamnya bermanfaat dapat dimanfaatkan dalam hal pengambilan keputusan dibidang pelayanan keperawatan. dalam melindungi perawat dari gugatan hukum.12 3. Efektivitas Supervisi Kelengkapan pengisian Penerapan Kepala dalam dokumentasi Pendokumentasian asuhan keperawatan Keperawatan terpisahkan bagian tidak dari rekam medis pasien merupakan Rawat Ruang Pelaksanaan format sebagai itu Inap di Asuhan Ruang RS PKU Muhamamdiyah Bantul Gillies (1994) suatu keharusan yang harus menyatakan dilaksanakan. Hal ini sesuai pengawasan merupakan suatu dengan Permenkes perilaku kepemimpinan berupa No.269/Menkes/Per/III/20 kegiatan mengawasi pekerjaan, 08 tentang rekam medis mengevaluasi dimana memperbaiki kinerja karyawan rekam medis bahwa dan dalam organisasi.13 pelaksanaan dalam Terkait pengawasan hal penyelenggaraan statistik terbukti terhadap efektif pelaksanaan dokumentasi asuhan sistem informasi di rumah keperawatan di ruang rawat sakit, Hatta (2008) menyatakan inap bahwa Muhammadiyah Bantul. pengawasan pada Rumah Sakit PKU proses kerja dan pengelolaan Hasil penelitian tersebut sumber daya merupakan suatu sesuai dengan penelitian yang hal yang sangat penting untuk dilakukan dilakukan, (2004) misalnya pengawasan logistik pada rekam Koagouw dimana didapatkan sistem kelengkapan pengisian rekam medis, medis di RSU Pancaran Kasih pengawasan pada ketepatan GMIM dalam dilakukan hal oleh penggunaan, Manado sebelum pelatihan adalah pengeluaran dan persediaan sebesar 64,38%. Namun formulir rekam medis.14 setelah dilakukan pelatihan Berdasarkan hasil terjadinya peningkatan statistik dengan menggunakan terhadap kelengkapan uji paired T-test, menunjukkan pengisian bahwa p value untuk efektivitas menjadi 83,53%.15 penerapan supervisi uji rekam medis kepala Salah satu faktor yang ruang terhadap pelaksanaan penting untuk meningkatkan pendokumentasian asuhan kualitas catatan keperawatan keperawatan di ruang rawat adalah dilakukannya supervisi inap RS PKU Muhammadiyah oleh pimpinan terhadap proses Bantul pendokumentasian didapatkan hasil sebesar 0,002 dengan nilai pengisian p<0,05. dapat keperawatan yang dilakukan disimpulkan bahwa pelatihan oleh perawat. Sangat tidak supervisi kepala ruang secara mungkin bagi pihak manajer Maka lembaran atau catatan keperawatan untuk mengetahui proses pendokumentasian terbatas, tidak akurat bahkan mungkin bias.16 yang Hatta (2008) dilakukan oleh perawat serta menyatakan bahwa supervisi kendala yang dihadapi terkait yang efektif diperlukan untuk pengisian memperbaiki lembaran keperawatan catatan tanpa dilakukannya supervisi. Suyanto kinerja meningkatkan dan staf, produktifitas menekan biaya. Seorang (2009) supervisor diharapkan bukan dalam saja mampu dalam melakukan pelayanan keperawatan sangat fungsi supervisi akan tetapi sulit bagi seorang manajer juga mempunyai kemampuan keperawatan dalam mengatakan bahwa untuk mempertahankan asuhan kualitas keperawatan diberikan tanpa dengan yang kerja yang produktif dengan staf.14 disertai melakukan menjalin hubungan Selanjutnya (2009) Suyanto menyatakan bahwa pengawasan atau supervisi. Hal dalam konteks dokumentasi ini disebabkan karena tanpa asuhan adanya supervisi, merupakan supervisi dapat dilakukan suatu oleh kepala ruangan, hal yang tidak keperawatan, memungkinkan bagi seorang pengawas manajer keperawatan untuk kepala mengetahui Kepala ruangan bertanggung setiap perawatan bidang keperawatan. permasalahan yang terjadi di jawab unit pelayanan keperawatan pengawasan secara keseluruhan, sedangkan pelayanan informasi yang diberikan oleh ruangan staf Pengawas keperawatan sangat dan untuk melakukan terhadap keperawatan yang bertanggung di dipimpinnya. perawatan jawab melakukan supervisi terhadap oleh bidang perawatan selaku setiap top manajer di unit pelayanan unit keperawatan bidang pelayanan dan kepala keperawatan top manajer keperawatan jawab selaku dalam bertanggung untuk keperawatan. melakukan Supervisi dilakukan dapat dengan cara mengobservasi roses pencatatan yang dilakukan oleh supervisi baik secara langsung perawat maupun secara tidak langsung mbaran catatan keperawatan melalui yang para pengawas keperawatan.16 Terkait pelaksanaan dan telah mengevaluasi ditulis oleh perawat. Dalam supervisi dinilai apakah proses pencatatan keperawatan di RS pencatatan yang dilakukan oleh PKU perawat sudah sesuai dengan Muhammdiyah Bantul supervisi yang dilakukan oleh yang semestinya, kepala ruang belum optimal. lembaran catatan keperawatan Hal ini terlihat dari masih telah diisi belum dengan apakah lengkap optimalnya perawat dan akurat,dan apakah semua mendokumentasikan asuhan lembaran catatan keperawatan keperawatan. Padahal supervisi merupakan yang diperlukan sudah suatu tersedia di ruang rawat inap. hal yang mutlak diperlukan. Selain itu pengawasan juga Supervisi proses perlu dilakukan pada sistem pencatatan logistik rekam medis untuk terhadap pelaksanaan keperawatan ataupun terhadap terus berkas formulir lembaran keperawatan dilaksanakan catatan dapat oleh kepala ruangan selaku manajer bangsal perawatan ataupun memantau persediaan catatan keperawatan,apakah persediaan keperawatan formulir catatan masih mencukupi sesuai dengan kebutuhan. akan tetapi juga diposisikan Dengan pengawasan maka adanya sebagai partner kerja yang supervisi, memiliki ide dan pendapat permasalahan yang perlu dipertimbangkan atau setiap yang sebagai objek yang disupervisi terjadi terkait dalam melakukan usaha-usaha pelaksanaan proses pencatatan perbaikan keperawatan terdeteksi akan mudah pelaksanaan proses pencatatan sehingga dengan keperawatan. segera dapat diambil suatu kebijakan strategis mengatasi tersebut. terhadap Oleh karena itu dengan untuk berjalannya fungsi supervisi permasalahan manajer keperawatan maupun Pada pelaksanaan kepala ruang diharapkan pengawasan terhadap tenaga kualitas catatan keperawatan keperawatan dalam melakukan yang dihasilkan di ruang rawat pencatatan, inap hendaknya semakin supervisi yang dilakukan tidak sehingga hanya yang mengawasi perawat telah tugasnya dalam apakan menjalankan melakukan kualitas tersebut juga dan benar, akan tetapi juga dimanfaatkan mencakup pengambilan segala semakin dan sebagai bahan hambatan yang dialami oleh terhadap mutu perawat keperawatan. melakukan pencatatan keperawatan. Jadi dapat untuk keputusan, mengevaluasi kinerja staf dan kekurangan serta mengatasi selama dalam lembaran catatan keperawatan meningkat memperbaiki informasi terkandung proses pencatatan secara baik bagaimana membaik Pelaksanaan evaluasi pelayanan pelatihan dalam pelaksanaan supervisi, tentang pencatatan perawat tidak hanya dijadikan keperawatan akan memberikan peningkatan pengetahuan dan dokumentasi asuhan ketrampilan kepada perawat keperawatan setelah dalam penerapan mengisi lembaran catatan keperawatan, disamping juga meningkatkan dapat pemahaman perawat tentang pentingnya keberadaan lembaran catatan keperawatan yang terisi supervisi keperawatan PKU Muhammadiyah Bantul. 3. Pelatihan supervisi kepala ruang terbukti terhadap dan akurat. Oleh karena itu dokumentasi maka pengadaan keperawatan merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan. hasil dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: optimalnya pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan sebelum penerapan supervisi keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. 2. Adanya terhadap pelaksanaan asuhan di ruang rawat inap Rumah Sakit DAFTAR PUSTAKA penelitian dan pembahasan, maka 1. Belum efektif PKU Muhammadiyah Bantul KESIMPULAN Berdasarkan ruang rawat inap Rumah Sakit dengan data-data yang lengkap pelatihan di peningkatan pelaksanaan 1. Handayaningsih, I., 2007, Dokumentasi Keperawatan ”DAR”: Panduan, Konsep, dan Aplikasi, Penerbit Mitra Cendikia Press, Jogyakarta. 2. Deswani. 2009. Proses keperawatan dan berfikir kritis. Jakarta. Salemba medika 3. Nurachmah, E. 2000. Prinsip pencatatan askep klien, Jurnal Keperawatan Indonesia, vol 4. No 2. 4. Mularso. 2006. Supervisi keperawatan di RS Dr.A. Aziz Singkawang: Studi kasus, Tesis. Prog.S2 MMR.UGM. 5. Arwani, Heru Supriyatno. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta. EGC 6. Suarli, S & Bahtiar, Y. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta : Penerbit Erlangga 7. Berggren, I. 2002. Nurse supervisors’ actions in relation to their decision making style and ethical approach to clinical supervision. Nursing and helath care management issues. Retrieved 22 Juli 2012 from http://search.ebscohost.com/ 8. Kozier, Barbara, Erb Glenora, Blais, Kathleen. (1995). Funda mental of nursing, concepts, process, and practice. 5t h Edition. California: Company I nc. 9. Eggland. E.T, Heinemann. D. S. 1994. Nursing Dokumenta tion; Charting, Recording and Reporting. J.B Lip pincott Company. Philadelphia. 10. Lismindar. 2000. Proses Keperawatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 11. Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta. Salemba Mediaka 12. Depkes R.I. 1999. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Cetakan ke-5, Jakarta 13. Gillies, D. A. 1994. Nursing Management: A System Approach, Third Edition, W.B. USA. Sauders Company. 14. Hatta, G.R. 2008, Pedoman Ma najemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta 15. Koagouw,M.R.L.2004, Efek Himbauan dan Pelatihan Terhadap Kelengkapan Rekam Medis Pasi en Rawat Inap di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado, Tesis Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. 16. Suyanto. 2009, Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit, Cet. Ke-3, Yogyakarta. Mitra Cendikia Press.