A. Prosedur Manajemen Kelas

advertisement
MANAJEMEN KELAS
SKS/JS
2/2
NINIK INDAWATI
DAFTAR ISI
 BAB I






Prinsip-prinsip Manajemen Kelas
BAB II
Menciptakan Lingkungan Belajar
BAB III
Pendekatan Dalam Manajemen Kelas
BAB IV
Prosedur dan Rancangan Manajemen Kelas
BAB V
Pengaturan Kondisi dan Penciptaan Iklim Belajar yang
Menunjang
BAB VI
Manajemen Guru Terhadap Pembelajaran
Bab I
Prinsip-prinsip Manajemen Kelas
A. Mengajar dan Manajemen Kelas
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi 2 (dua)
hal pokok, yaitu :
Kegiatan mengajar dan kegiatan manajerial
Kegiatan Mengajar
o Dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa
mencapai tujuan-tujuan pelajaran
misalnya :
menelaah kebutuhan siswa,
menyusun rencana pelajaran,
menyajikan bahan,
mengajukan pertanyaan,
menilai kemajuan siswa
Kegiatan Manajerial
o Bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana
kelas agar kegiatan mengajar dapat berlangsung secara
efektif dan efisien
seperti :
mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan
siswa,
memberi ganjaran dengan segera,
mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan
kelompok,
penghentian tingkah laku siswa yang menyimpang/tidak
sesuai dengan tata tertib
Keterkaitan antara manajemen dan keberhasilan
siswa
pengajaran
Keberhasilan
siswa
manajemen
Menurut Swardi ( 2008 : 107 )
B. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata,
yakni :
Pengelolaan dan kelas
Pengelolaan memiliki makna yang sama
dengan management dalam Bahasa Inggris,
dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen
Menurut Hamalik
 Adalah sekelompok orang yang melakukan
kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran
dari guru
 Kelas berarti sekelompok siswa dalam waktu yang
sama menerima pelajaran dari guru yang
sama ( menurut Suharsimi )
Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang
diharapkan akan efektif apabila :
Diketahui secara cepat faktor-faktor yang dapat
menunjang terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses pembelajaran
2. Dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan
biasanya timbul dan dapat merusak iklim
pembelajaran
3. Dikuasainya berbagai pendekatan dalam
pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan
untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan
1.
 Kerja dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas, tidak
bisa bertindak seperti seorang juru masak dengan
buku resep masakannya.
 Suatu masalah mungkin dapat diatasi dengan cara
tertentu pada saat tertentu dan untuk
seorang/sekelompok siswa tertentu
 Akan tetapi mungkin tak dapat dipergunakan untuk
mengatasi masalah yang sama, pada waktu yang
berbeda, terhadap seorang/sekelompok siswa yang
lain.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan kelas
 Kehangatan dan keantusiasan
 Tantangan
 Bervariasi
 Luwes
 Penekanan tantangan pada hal-hal positif
 Peneneman disiplin diri
Keterampilan mengelola kelas memiliki
komponen
Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran
yang optimal
2. Keterampilan yang berhubungan dengan
pengendalian kondisi belajar yang optimal
a. modifikasi perilaku
b. pengelolaan kelompok
c. Menemukan dan mengatasi perilaku yang
menimbulkan masalah
1.
Aspek, fungsi Manajemen Kelas
 Dewasa ini aktivitas guru yang terpenting adalah
memanajemeni, mengorganisir, dan
mengkoordinasikan usaha/aktivitas siswa menuju
tujuan pembelajaran
 Memanajemeni kelas merupakan keterampilan yang
harus dimiliki guru dalam
memutuskan, memahami, mendiagnosis, dan
kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana
kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
manajemen kelas
 Sifat kelas
 Pendorong kekuatan kelas
 Situasi kelas
 Tindakan selektif dan kreatif
( Lois V. Johnson dan Mary A. Bany, 1970 )
Hal-hal yang perlu diperhatikan para guru,
khususnya guru baru dalam pertemuan pertama
dengan siswa di kelas … ?
Fungsi manajemen yang dipandang perlu
dilaksanakan secara khusus oleh Kepala
Sekolah di SD
1. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas,
seperti :
membantu kelompok dalam pembagian tugas,
membantu pembentukan kelompok,
membantu kerjasama dalam menentukan tujuan-tujuan
organisasi,
membantu individu agar dapat bekerja sama dengan
kelompok/kelas,
membantu prosedur kerja,
merubah kondisi kelas
2. Memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar
Fungsi-fungsi manajemen di SD
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
Menggerakkan
d. Memberi arahan
e. Pengkoordinasian
f. pengendalian
c.
Masalah-masalah Manajemen Kelas
Masalah individual
2. Masalah kelompok
Tindakan kelas seorang guru akan efektif apabila ia
dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat
masalah yang sedang dihadapi, sehingga ia dapat
memilih strategi
1.
Rudolf Drekurs dan Pearl Cassel dalam Ahmad
Rohani ( 2004 : 125 )
Membedakan 4 (4) kelompok masalah pengelolaan
kelas individu yang didasarkan asumsi bahwa semua
tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian
tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima
kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga
diri. Bila kebutuhan tidak dapat dipenuhi melalui
cara yang lumrah dapat diterima masyarakat, dalam
masyarakat kelas, maka individu ybs akan berusaha
mencapainya dengan cara lain. Ia akan berbuat “
tidak baik “
Perbuatan untuk mencapai tujuan dengan
cara yang asosial oleh pasangan penulis di
atas digolongkan sbb :
Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian
orang lain
2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang
lain
4. Peragaan ketidak mampuan
1.
Usaha preventif masalah Manajemen Kelas
 Menurut Piet Sahertian & Ida Aleida Sahertian
( 1992 : 106 ) Pengelolaan kelas sangat berhubungan
dengan keberhasilan dalam situasi belajar mengajar
 Tindakan pengelolahan kelas adalah tindakan yang
dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan
kondisi yang optimal agar proses pembelajaran
berlangsung aktif.
 Tindakan guru dapat berupa tindakan pencegahan,
yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik
maupun kondisi sosio emosional sehingg siswa
merasa nyaman dan aman untuk belajar.
 Tindakan yang menyimpang akan merusak kondisi
optimal bagiproses pembelajaran yang sedang
berlangsung
Dimensi korektif dapat terbagi 2 :
 Tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada
saat terjadi gangguan (dimensi tindakan)
 Tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku yang
menyimpang yang terlanjur terjadi agar
penyimpangan tidak berlarut-larut
Usaha preventif masalah Manajemen Kelas
1. Kondisi dan situasi pembelajaran
a. kondisi fisik :
ruangan tempat berlangsungnya proses pembelajaran,
pengaturan tempat duduk,
ventilasi dan pengaturan cahaya,
pengaturan penyimpanan barang
b. kondisi sosial emosional
suasana sosio emosional dalam kelas akan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap proses
pembelajaran
- tipe kepemimpinan
- sikap guru
- suara guru
- pembinaan report
c. kondisi organizational
- pergantian pelajaran/kuliah
- guru yang berhalangan hadir
- masalah antar siswa
- upacara bendera, dll
d.kondisi administrasi teknik
- daftar presensi
- ruang bimbingan siswa
- tempat baca
- tempat sampah
- catatan pribadi siswa
2. Disiplin dan tata tertib
- pengertian disiplin
- sumber pelanggaran disiplin
Maslow mengemukakan teori “ Hierarki kebutuhan
manusia “ yang digambarkan dalam bentuk “piramid
kebutuhan mansia”
sebagai berikut :
Piramid kebutuhan manusia
Self
actualiato
n
Esteem needs
Belonging Needs
Safety Needs
Psysiological Needs
Deficit Needs
Beberapa cara yang dapat ditempuh guru
dalam menanggulangi pelanggaran disiplin
Pengenalan siswa
- interest-inventory (berupa pertanyaan pada
siswa, terkait hal yang menyenangkan)
- sosiogram (bagaimana persepsi siswa
dalam hubungan sosial-psikologis dengan
temannya
- feedback letter (siswa buat karangan/tentang
perasaannya terhadap sekolahnya)
2. Melakukan tindakan korektif
1.
Cara melakukan dimensi tindakan, sebagai bahan
yang dapat dijadikan pertimbangan
bagi guru :
a. Lakukan tindakan dan bukan ceramah
b. Do not bargain (tidak mencari siapa yang salah)
c. Gunakan kontrol kerja
3. Melakukan tindakan penyembuhan
4. Tertib ke arah siasat
BAB II
Menciptakan Lingkungan Belajar
A. Menciptakan lingkungan belajar
Pengelolaan siswa adalah pengaturan siswa di kelas
oleh guru yang sedang mengajar sehingga setiap
siswa mendapat pelayanan sesuai dengan
kebutuhannya, sehingga dapat dikatakan
pengertian pengelolaan kelas sama dengan
penciptaan lingkungan belajar
Diagram interaksi belajar mengajar
Tujuan
Hasil belajar
guru
Hambatan
Dan
pengaruh
siswa
Lingkungan
belajar
B. Kelas yang nyaman dan menyenangkan
- tata ruang kelas
- menata perabot
- papan, meja, kursi dan almari
- jadwal pelajaran
- papan absensi
- daftar piket kelas
- kalender pendidikan
- gambar presiden
- tempat cuci tangan
- tempat sampah
- sapu dan alat pembersih
- gambar dan alat peraga
BAB III
Pendekatan dalam Manajemen Kelas
A. Guru adalah pekerja sosial
guru tidak dapat disamakan dengan seorang
tukang. Seorang tukang cukup mengikuti petunjuk
yang terdapat dalam buku petunjuk. Guru perlu
menyadari bahwa peranannya adalah sebagai
manajerial aktivitas yang harus bekerja berdasar
pada kerangka acuan pendekatan manajemen
kelas.
 Memanajemeni kelas dalam proses pemecahan
masalah bukan terletak pada banyaknya macam
kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada
keterampilan memberikan fasilitas yang
berbeda-beda untuk setiap peserta didik.
Pemecahan masalah merupakan proses
penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada
sumber permasalahan.
 Guru harus memiliki, memahami, dan terampil
dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan
dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua
pendekatan yang dipahami dan dimilikinya
digunakan bersamaan atau sekaligus. Guru dituntut
untuk terampil memilih atau bahkan memadukan
pendekatan yang dianggapnya meyakinkan untuk
menangani kasus manajemen kelas yang tepat
dengan masalah yang dihadapinya.
 Kemungkinan dari hasil diagnosis memutuskan
menggunakan pendekatan A, tetapi setelah
diterapkan ternyata gagal. Kemudian situasi tersebut
dianalisis kembali, akhirnya sampai pada
kesimpulan guru harus menerapkan alternatif
kedua, ketiga, atau kombinasi.
 macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas
yang disarikan dari Wilford A. Weber (1986; 1996);
M. Entang dan T. Raka Joni (1983), dan Depdikbud
(1983). Boleh jadi dari macam-macam pendekatan
dalam manajemen kelas itu ada pendekatan yang
sudah tidak tepat lagi. Oleh karena itu, uraian
macam-macam pendekatan ini dimaksudkan untuk
lebih memahami kekuatan dan kelemahan yang ada
pada setiap pendekatan, sehingga guru tidak
terjerumus ke dalam penerapan pendekatan yang
sudah tidak tepat itu.
1. Pendekatan Otoriter
 Pendekatan otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai
suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru.
Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan
dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi
pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan
perilaku peserta didik. Guru bertanggung jawab mengendalikan
perilaku peserta didik karena gurulah yang paling mengetahui dan
berurusan dengan peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru
dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman.
 Pendekatan otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang
bersifat mengintimidasi. Guru yang mempraktekkan pendekatan
otoriter tidak memaksakan kepatuhan, merendahkan peserta didik,
dan tidak bertindak kasar. Guru otoriter bertindak untuk
kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas.
 Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang
dapat diterapkan dalam memanajemeni kelas yaitu
(1) menetapkan dan menegakkan peraturan,
(2) memberikan perintah, pengarahan, dan pesan,
(3) menggunakan teguran,
(4) menggunakan pengendalian dengan mendekati,
dan
(5) menggunakan pemisahan dan pengucilan.
2. Pendekatan Intimidasi
 Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang
memandang manajemen kelas sebagai proses
pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan
pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru
yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan
pada perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk
intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan,
hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru
adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan
perintah guru.
 Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan
menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah
verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan
maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang
penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta
didik berkelahi.kemudian guru bertindak “berhenti” dengan
harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta didik
itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka
takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh
hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan
intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang
salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai
atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan
seproduktif strategi lain.
Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat kecaman terhadap pendekatan ini. Pe
 Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai
secara luas dan ada manfaatnya, terdapat kecaman
terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan
ini hanya bersifat pemecahan masalah secara
sementara dan hanya menangani gejala-gejala
masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri.
Kelemahan lain yang timbul dari penerapan
pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap
bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru
dan peserta didik.
3. Pendekatan Permisif
 Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya
memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini
adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta
didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru
adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan
membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya
seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan
potensi peserta didik secara penuh.
 Pendekatan permisif sedikit penganjurannya. Pendekatan ini kurang
menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki
pranata-pranata sosial. Dalam sistem sosial para anggotanya, dalam hal ini
guru dan peserta didik menyandang hak dan kewajiban. Mereka
diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya dan diterima
oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memerkosa dan
mengancam hak-hak orang lain.
 Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pendekatan
permisif dalam bentuknya yang murni tidak produktif
diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas.
Namun disarankan agar guru memberikan kesempatan
kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila
hal itu berguna. Urusan itu seperti para peserta didik
memperoleh kesempatan secara psikologis, memilkul risiko
yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya,
mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, disiplin
sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Dengan demikian, guru
harus dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan
sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, di sisi lain
tetap dapat mengendalikan kebebasan itu dengan penuh
tanggung jawab.
4. Pendekatan Buku Masak
 Pendekatan buku masak adalah pendekatan berbentuk
rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan
atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru
apabila menghadapi berbagai tipe masalah manajemen
kelas. Daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak harus dilakukan ini biasanya dapat ditemukan
dalam artikel: Tiga puluh cara untuk memperbaiki
perilaku peserta didik, misalnya karena daftar ini sering
merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini
dikenal sebagai pendekatan “buku masak”.
4. Berikut ini adalah cotoh khas jenis pernyataan yang dapat
dijumpai dalam daftar “buku masak”
 Selalulah menegur siswa secara empat mata
 Jangan sekali-kali meninggikan suara pada saat waktu
memperingatkan siswa
 Tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan siswa
 Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan
 Senantiasalah meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan
siswa sebelum menjatuhkan hukuman
 Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua
peraturan yang ada
 Tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan
 Pendekatan buku masak tidak dijabarkan atas dasar
konsep yang jelas, sehingga tidak ditemukan prinsipprinsip yang memungkinkan guru menerapkan secara
umum pada masalah-masalah lain. Pendekatan ini
cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada diri guru
dalam memanajemeni kelas. Dengan kata lain, guru
biasanya memberikan reaksi terhadap masalah tertentu
dan sering mempergunakan dalam jangka pendek.
Kelemahan lain pendekatan buku masak adalah apabila
resep tertentu gagal mencapai tujuan, guru tidak dapat
memilih alternatif lain, karena pendekatan ini bersifat
mutlak. Guru yang bekerja dengan kerangka acuan buku
masak akan merugikan diri sendiri dan tidak mungkin
menjadi manajer kelas yang efektif.
5. Pendekatan Instruksional
 Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan
kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan
dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian
besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa
manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang
bermutu. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan
dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.
 Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas
cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai
potensi mencapai dua tujuan utama manajemen kelas. Tujuan itu
adalah: 1) mencegah timbulnya masalah manajerial, dan 2)
memecahkan masalah manajerial kelas. Cukup banyak contoh yang
membuktikan bahwa kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan
dan dilaksanakan dengan baik adalah merupakan faktor utama
dalam pencegahan timbulnya masalah manajemen kelas.
 para pengembang pendekatan instruksional
menyarankan guru dalam mengembangkan strategi
manajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut ini:
1) menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang
menarik, relevan, dan sesuai,
2) menerapkan
kegiatan yang efektif,
3) menyediakan daftar
kegiatan rutin kelas,
4) memberikan pengarahan
yang jelas,
5) menggunakan dorongan yang
bermakna,
6) memberikan bantuan mengatasi
rintangan, 7) merencanakan perubahan lingkungan,
8) mengatur kembali struktur situasi.
 Menyampaikan kurikulum pelajaran yang menarik,
relevan, dan sesuai dengan secara empiris dianggap
sebagai penangkal perilaku menyimpang para peserta
didik di dalam kelas. Di samping itu penelitianpenelitian menemukan bukti-bukti bahwa kunci
keberhasilan manajemen kelas ialah kemampuan guru
mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan belajarmengajar. Hal itu akan mencegah perhatian yang
kurang, kebosanan, dan perilaku menyimpang. Guru
yang berhasil ialah guru yang menyajikan pelajaran yang
disiapkan dengan baik, yang berlangsung dengan lancar,
dan dengan tempo yang baik, tepat dan jelas arahnya,
memberikan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
dan minat peserta didik.
6. Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada
prinsip-prinsip psikologi behaviorisme. Prinsip utama
yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku
merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik
bagi perilaku yang sesuai maupun perilaku yang
menyimpang. Penganjur pendekatan ini berpendapat
bahwa seorang peserta didik berperilaku menyimpang
adalah disebabkan oleh salah satu dari dua alasan
berikut: 1) peserta didik telah belajar berperilaku yang
tidak sesuai, atau 2) peserta didik tidak belajar
berperilaku yang sesuai.
 Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar
dua asumsi utama yaitu: 1) empat proses dasar belajar,
2) pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas
guru adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip
dasar belajar. Prinsip tersebut adalah penguatan positif,
hukuman, penghentian, dan penguatan negatif.
 Penguatan positif yakni pemberian penghargaan setelah
terjadi suatu perbuatan. Penghargaan menyebabkan
perbuatan yang dikuatkan itu semakin meningkat.
Perbuatan yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi
di kemudian hari.
 Mendasarkan pada uraian di atas, guru dapat mendorong
perilaku peserta didik yang sesuai dengan mempergunakan
penguatan positif (memberikan penghargaan) dan penguatan
negatif (menarik hukuman). Guru dapat mengurangi perilaku
peserta didik yang menyimpang dengan mempergunakan
hukuman (memberi rangsangan yang tidak menyenangkan),
penghentian (menaham penghargaan yang diharapkan), dan
penarikan (menarik penghargaan dari peserta didik). Hal
yang perlu diingat bahwa konsekuensi-konsekuensi itu
memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai
dengan prinsip-prinsip perilaku yang telah terbentuk. Jika
guru menghargai perilaku yang menyimpang, perilaku
tersebut cenderung diteruskan. Jika guru menghukum
perilaku yang sesuai, perilaku tersebut cenderung tidak
diteruskan.
 Penentuan waktu, frekuensi penguatan, dan
hukuman adalah prinsip lain yang penting dalam
pengubahan perilaku. Perbuatan peserta didik yang
hendak diperkuat oleh guru harus dengan segera
dikuatkan setelah perbuatan itu terjadi. Perbuatan
peserta didik yang hendak dihentikan harus segera
dikenakan hukuman setelah perbuatan itu terjadi.
Perilaku yang tidak dikuatkan dengan segera
cenderung akan melemah. Perilaku yang tidak
dikenakan hukuman dengan segera cenderung akan
menguat. Jadi penentuan waktu yang tepat untuk
menghargai dan menghukum adalah penting.
 Penentuan waktu sama pentingnya dengan frekuensi
terjadinya perilaku yang dikuatkan. Penguatan yang
terus menerus, yaitu penguatan yang menyusul
setiap terjadi perilaku menyebabkan makin cepatnya
seseorang mempelajari perilaku tersebut. Jika
seorang guru menginginkan penguatan perilaku
siswa tertentu, guru harus menghargai setiap kali
perilaku itu terjadi. Penguatan terus menerus akan
sangat efektif pada tahan awal mempelajari suatu
perilaku. Sekali perilaku telah terbentuk akan efektif
menguatkannya tanpa tenggang waktu yang lama.
 Ada dua macam pendekatan untuk penguatan yang
berselang waktu pendek yaitu: penjadwalan selang
waktu, dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang
waktu adalah pendekatan yang dipergunakan oleh
guru mendorong siswa setelah batas waktu tertentu.
Misalnya, guru yang menggunakan penjadwalan
selang waktu akan mendorong seorang siswa setiap
jam. Penjadwalan rasio adalah pendekatan yang
digunakan oleh guru mendorong siswa setelah suatu
perbuatan terjadi beberapa kali. Misal, guru yang
menggunakan penjadwalan rasio akan mendorong
siswa setelah perbuatan tertentu terjadi empat kali.
 Penghargaan atau pendorong adalah suatu
rangsangan untuk meningkatkan frekuensi
perbuatan yang mendahuluinya. Hukuman adalah
sesuatu yang mengurangi frekuensi frekuensi
perbuatan yang mendahuluinya. Pendorong dapat
digolongkan dalam dua kategori utama yaitu
pendorong primer (diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan seperti air, makanan,
rumah), dan pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih
sayang dan sebagainya).
 Penghargaan atau pendorong adalah suatu
rangsangan untuk meningkatkan frekuensi
perbuatan yang mendahuluinya. Hukuman adalah
sesuatu yang mengurangi frekuensi frekuensi
perbuatan yang mendahuluinya. Pendorong dapat
digolongkan dalam dua kategori utama yaitu
pendorong primer (diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan seperti air, makanan,
rumah), dan pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih
sayang dan sebagainya).
 Penghargaan (dan hukuman) dapat dipahami hanya dalam
kaitannya dengan peserta didik secara individual.
Penghargaan terhadap seorang peserta didik dapat saja
dirasakan sebagai hukuman bagi peserta didik lainnya.
Respon yang dimaksudkan oleh guru sebagai penghargaan
dapat dirasakan sebagai hukuman, dan respon yang
dimaksudkan sebagai hukuman dapat menjadi penghargaan.
Hal semacam ini sering terjadi. Cotoh yang sangat lazim
sekali terjadi apabila seorang peserta didik berperilaku
menyimpang dengan maksud menarik perhatian. Tindakan
hukum yang diberikan oleh guru sesudah kejadian itu
sesungguhnya adalah menghargai, bukan menghukum
peserta didik yang haus perhatian itu. Dan oleh karena itu,
peserta didik tersebut meneruskan perilakunya untuk
mendapat perhatian yang didambakannya.
 Berikut ini adalah strategi-strategi lain yang
ditawarkan dalam memanajemeni kelas :
Mempergunakan Model
Model adalah proses dimana peserta didik dengan
mengamati cara berperilaku orang lain
mendapatkan perilaku yang baru. model dapat
dipandang sebagai suatu proses dimana guru melalui
tingkah lakunya menampilkan nilai dan sikap, yang
dikehendaki dimiliki dan ditampilkan oleh peserta
didik.
 Mempergunakan pembentukan
Pembentukan adalah suatu prosedur dimana guru
meminta peserta didik menampilkan serangkaian
perilaku yang mendekati atau mirip dengan perilaku
yang digunakan. Dan pada setiap kali peserta didik
menampilkan perilaku yang mendekati itu guru
memberikan dorongan kepada peserta didik sehingga ia
mampu secara konsisten menampilkan perilaku yang
diinginkan tersebut. Jadi pembentukan adalah strategi
pengubahan perilaku yang dipergunakan untuk
mendorong perkembangan perilaku yang baru.
 Mempergunakan sistem hadiah
Sistem hadiah biasanya terdiri dari tiga unsur. Unsurunsur itu dimaksudkan untuk mengubah perilaku
sekelompok peserta didik. Unsur-unsur itu berupa: 1)
seperangkat instruksi tertulis yang disiapkan dengan
teliti, yang menggambarkan perilaku peserta didik yang
hendak dikuatkan atau didorong oleh guru, 2) suatu
sistem yang dirancang dengan baik untuk
menghadiahkan barang kepada peserta didik yang
menampilkan perilaku yang sesuai, dan 3) seperangkat
prosedur yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik saling bertukar hadiah yang mereka peroleh
sebagai penghargaan, atau memberikan kesempatan
terlibat dalam kegitan-kegiatan sosial.
 Mempergunakan kontrak perilaku
Kontrak perilaku adalah suatu persetujuan antara guru
dan peserta didik yang berperilaku menyimpang.
Persetujuan itu menentukan perilaku yang disetujui oleh
peserta didik untuk ditampilkan dan kemungkinankemungkinan konsekuensinya apabila peserta didik
menampilkan perilaku tersebut. Kontrak dalah suatu
kesepakatan antara guru dan peserta didik yang merinci
apa yang diharapkan oleh peserta didik dan ganjaran
atau konsekuensi yang akan diperolehnya apabila
melakukan hal-hal yang disepakati itu.
 Mempergunakan jatah kelompok
Penggunaan jatah kelompok adalah penggunaan
prosedur dimana konsekuensi (penguatan atau
hukuman) tidak hanya tergantung kepada perilaku
seorang peserta didik sendiri, melainkan juga kepada
perilaku kelompoknya. Penghargaan terhadap setiap
anggota kelompok tergantung pada perilaku salah
seorang atau lebih atau pada perilaku seluruh
anggota kelompok lainnya.
 Penguatan alternatif yang tidak serasi
Penguatan alternarif yang tidak serasi yaitu
penguatan yang bertentangan satu dengan yang
lainnya. Penguatan itu terjadi pada situasi dimana
guru menghargai perilaku yang tidak dapat terjadi
bersamaan dengan perilaku menyimpang yang
hendak dihilangkan oleh guru.
 Penguatan alternatif yang tidak serasi
Penguatan alternarif yang tidak serasi yaitu
penguatan yang bertentangan satu dengan yang
lainnya. Penguatan itu terjadi pada situasi dimana
guru menghargai perilaku yang tidak dapat terjadi
bersamaan dengan perilaku menyimpang yang
hendak dihilangkan oleh guru.
 Mempergunakan pemantauan sendiri
Pemantauan diri sendiri diartikan sebagai
pengelolaan diri sendiri dimana peserta didik
mencatat aspek-aspek perilakunya agar ia dapat
merubahnya. Pemantauan diri sendiri secara
sistematis akan meningkatkan kesadaran peserta
didik terhadap perilaku yang diharapkan
dihilangkan atau dikurangi. Pemantauan diri sendiri
meningkatkan kesadaran diri sendiri melalui
pengamatan atas dirinya.
 Mempergunakan isyarat
Isyarat adalah suatu proses untuk merangsang
berbuat atau tindakan mengingatkan secara verbal
atau non-verbal yang digunakan oleh guru kepada
peserta didiknya. Hal ini dilakukan apabila ia merasa
peserta didiknya berperilaku menyimpang. Suatu
isyarat dapat digunakan untuk mendorong atau
mencegah perilaku tertentu. Berlainan dengan
pendorong, isyarat mendahului respons.
 Ada tiga pandangan pokok yang paling menonjol dalam
hal ini yaitu: 1) penggunaan hukuman dengan tepat
sangat efektif untuk menghilangkan perilaku peserta
didik yang menyimpang, 2) penggunaan hukuman
dengan bijaksana pada jenis-jenis situasi tertentu akan
dapat memberikan dampak positif pada perilaku peserta
didik, tetapi karena adanya risiko timbulnya pengaruh
sampingan yang negatif, penggunaan hukuman harus
dipantau dengan seksama, 3) penggunaan hukuman
harus dihindarkan sama sekali, karena perilaku siswa
yang menyimpang dapat ditangani secara efektif dengan
teknik-teknik lain yang tidak mempunyai pengaruh
sampingan yang negatif seperti hukuman.
 Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen
kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan
karena itu memberikan arti yang sangat penting pada
hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas
dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan
pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada
hubungan yang positif antara guru dan peserta didik.
Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan
iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam
manajemen kelas adalah membangun hubungan antar
pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosioemosional yang positif pula.









Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah
perilakunya berikut ini.
Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya
yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.
Perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah
itu. Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang menimbulkan masalah dan
yang meyebabkan kegagalannya.
Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan alternatifalternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan penilaiannya atas alternatifalternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri.
Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.
Mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan
rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan yang dibuatnya.
Tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya;
bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan
siswa akan perlunya rencana yang lebih baik; menerima pernyataan maaf berarti tidak
memusingkan masalah siswa.
Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang
menyimpang tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencana
yang lebih baik dan mengikatkan diri dengan rencana tersebut.
 Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan sosio-
emosional mengemukakan gagasan-gagasan penting
yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas
yang efektif. Dua diantaranya ialah: 1) penekanan
pada kelas yang demokratis dimana siswa dan guru
berbagi tanggung jawab, baik dalam proses maupun
dalam langkah maju, 2) pengakuan akan pengaruh
konsekuensi wajar dan logis atas perilaku siswa.
 Pendekatan Proses Kelompok
Premis utama yang mendasari pendekatan proses
kelompok didasarkan pada asumsi-asumsi barikut: 1)
kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan
kelompok, yakni kelompok kelas, 2) tugas pokok guru
adalah memnciptakan dan membina kelompok kelas
yang efektif dan produktif, 3) kelompok kelas adalah
suatu system social yang mengandung cirri-ciri yang
terdapat pada semua system social, 4) pengelolaan kelas
oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi
kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang
menguntungkan.
 Schmuck dan Schmuck dalam Weber
mengemukakan enam cirri mengenai manajemen
kelas yaitu: harapan, kepemimpinan, daya tarik,
norma, komunikasi, dan keterpaduan.
 Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan
siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain.
Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai
perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju
pencapaian tujuannya.
 Daya tarik, menunjuk pada pola-pola persahabatan
dalam kelompok kelas. Daya tarik dapat
digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang
terdapat di antara para anggota kelompok kelas.
Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh mana
hubungan antar pribadi yang positif telah
berkembang. Pengelola kelas yang efektif ialah
seseorang yang membantu mengembangkan
hubungan antar pribadi yang positif antara para
naggota kelompok.
 Norma ialah pengharapan bersama mengenai cara
berpikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku
para anggota kelompok. Norma sangat
mempengaruhi hubungan antar pribadi karena
norma tersebut memberikan pedoman yang
membantu para anggota memahami apa yang
diharapkan dari mereka dan apa yang dapat mereka
harapkan dari orang lain. Norma kelompok yang
produktif adalah hakiki bagi efektivitas kelompok.
Oleh karena itu, salah satu tugas guru ialah
membantu kelompok menciptakan, menerima, dan
memelihara norma kelompok yang produktif.
 Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal adalah
dialog antara anggota-anggota kelompok.
Komunikasi mencakup kemampuan khas manusia
untuk saling memahami buah pikiran dan perasaan
masing-masing. Komunikasi yang efektif berarti
menerima pesan menafsirkan dengan tepat pesan
yang disampaikan oleh pengirim pesan. Oleh karena
itu, tugas rangkap guru adalah membuka saluran
komunikasi sehingga semua siswa menyatakan buah
pikiran dan perasaanya dengan bebas, menerima
buah pikiran dan perasaan siswa.
 Keterpaduan adalah menyangkut perasaan kolektif
yang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai
kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan
hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu
keseluruhan. Kelompok menjadi padu karena alas
an: 1) para anggota saling menyukai satu sama
lainnya, 2) minat yang besar terhadap pekerjaan, 3)
kelompok memberikan harga diri kepada para
anggotanya.
9. Pendekatan Eklektik
Menyimak secara seksama kedelapan pendekatan yang telah diuraikan di muka
adalah ibarat melihat benda yang sama dari berbagai sudut pandangan yang
berbeda. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui kekuatan dan kelemahan
masing-masing pendekatan ketika akan menerapkan satu pendekatan. Dalam
kenyataan guru jarang sekali menerapkan satu pendekatan secara utuh, melainkan
mengkombinasikan masing-masing pendekatan dengan mengambil hal-hal yang
positif dari satu pendekatan seraya mengeliminir kelemahan masing-masing
pendekatan. Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara
menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas
untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara
filosofis, teoritis, dan/atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru merupakan
sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi disebut
pendekatan eklektik (Wilford A. Weber, 1986). Dua syarat yang perlu dikuasai oleh
guru dalam menerapkan pendekatan eklektik yaitu: 1) menguasai pendekatanpendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan Pengubahan
Perilaku, Penciptaan Iklim Sosio-Emosional, Proses Kelompok, dan 2) dapat
memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan
baik dalam masalah manajemen kelas ( M. Endang dan T. Raka Joni, 1983: 43)
 Simpulannya adalah bahwa kemampuan guru memilih
strategi manajemen kelas yang sangat tergantung pada
kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas
yang dihadapinya. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
dipilih, misalnya bila tujuan tindakan manajemen kelas
yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah
lakupeserta didik yang baik dan/atau menghilangkan
perilaku peserta didik yang kurang baik; pendekatan
Penciptaan Iklim Sosio-Emosional dipergunakan apabila
sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan
hubungan antar pribadi guru dan peserta didik;
sementaa itu pendekatan Proses Kelompok dianut bila
seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan
secara produktif.
10. Pendekatan Analitik Pluralistik
Sembilan pendekatan yang diuraikan di muka
menggambarkan sembilan macam pendekatan
manajemen kelas yang berlainan. Setiap pendekatan
ada penganjurannya dan pemakaiannya. Tidak ada
anjuran dan saran untuk menganut dan
menggantungkan diri pada sattu pendekatan
manajemen kelas. Saran dan anjuran yang perlu
dipertimbangkan adalah menggunakan pendekatan
analitik pluralistik.
 Berbeda dengan pendakatan eklektik, pendekatan analitik
pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih
strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi
dari berbagai pendekatan manajemen yang dianggap
mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah
manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis. Guru
yang bijaksana menghargai pendekatan dan strategi
manajemen kelas yang mempunyai konsep yang baik. Dengan
demikian, pendekatan analitik pluralistik memperluas
jangkauan pendekatan. Pendekatan analitik pluralistik
berupa pemilihan diantara berbagai strategi manajemen kelas
suatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan
menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang memberi
kemudahan kepada pembelajaran yang efektif dan efisien.
 Pendekatan analitik pluralistik tidak mengikat guru
pada serangkaian strategi manajerial tertentu saja.
Guru bebas mempertimbangkan semua strategi yang
mungkin efektif. Terdapat empat tahap pendekatan
analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam
penggunaannya :
Menentukan kondisi kelas yang diinginkan
Menganalisis kondisi kelas yang nyata
Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan
Menilai efektivitas pengelolaan
 Hambatan dalam Manajemen Kelas
Dalam pelaksanaan manajemen kelas akan ditemui
berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut
bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik,
lingkungan keluarga, ataupun karena faktor fasilitas.
 kewenangan penanganan masalah penglolaan kelas dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga kategori yaitu:
 Masalah yang ada dalam wewenang guru bidang studi.
 Ada sejumlah masalah manajemen kelas yang ada dalam ruang lingkup wewenang
seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti bahwa seorang guru
bidang studi yang sedang mengelola proses pembelajaran dituntut untuk dapat
menciptakan, memperhatikan, dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi
pembelajaran yang menguntungkan kalau ada gangguan, sehingga peserta didik
berkesempatan untuk dapat mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar
yang dilakukan.
 Kegiatan tersebut meliputi cara mengatur tempat duduk peserta didik disesuaikan
dengan format belajar, membina “report” yang baik dengan peserta didik, memberi
pujian, memberi hadiah (barang) kepada peserta didik yang menyelesaikan tugas
dengan benar sebelum waktunya, menegur peserta didik yang mengganggu teman
di sebelahnya, mendamaikan peserta didik yang bertengkar pada jam pelajaran
yang sedang berlangsung sampai kepada melaporkan pelanggaran tata tertib oleh
peserta didik yang sudah diberi teguran dan peringatan baik kepada wali kelas,
kepada sekolah, ataupun orang tua peserta didik.
 Masalah yang dalam wewenang sekolah sebagai satu lembaga pendidikan.
 Dalam kenyataan sehari-hari di kelas, akan ditemukan masalah yang
lingkup wewenang untuk menagatasinya berada di luar jangkauan guru
bidang studi. Masalah ini harus di atasi oleh sekolah sebagai suatu lemabga
pendidikan. Bahkan mungkin juga ada masalah pengelolaan yang tidak
bias hanya diatasi oleh satu lembaga pendidikan akan tetapi menuntut
penanganan bersama antar sekolah.
 Masalah-masalah yang ada dibawa wewenang sekolah antara lain
pembagian ruangan yang adil untuk setiap tingkat atau jurusan,
pengaturan upacara bendera pada setiap hari senin, dan bila pada hari
tersebut turun hujan lebat, menegur peserta didik yang selalu terlambat
pada saat apel bendera, mengingat peserta didik yang tidak mau memakai
seragam sekolah, menasihati peserta didik yang rambutnya panjang
(gondrong), memberi peringatan keras kepada pesera didik yang merokok
di kelas atau sekolah dan suka minum-minum keras, sampai kepada
mendamaikan peserta didik jika terjadi perselisihan antar sekolah.
Masalah yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah.
Masih ada satu masalah pengelolaan yang berada di luar wewenang guru bidang studi atau
sekolah untuk mengatasinya. Dalam mengatasi masalah semacam ini mungkin yang harus
terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga yang dalam masyarakat seperti karang taruna,
bahkan para penguasa dan lembaga pemerintahan setempat.
 Pihak-pihak tersebut di atas dituntut turut membina keterlibatan melalui pembiasan yang baik
di rumah pengawasan orang tua, menyediakan fasilitas rekreasi yang sehat bagi remaja dan
sebagainya.
 Juga kepada mereka dituntut untuk turut mengatasi berbagai masalah pengelolaan kalau
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh para peserta didik. Masalah
pengelolaan kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh peserta didik
pengelolaan tersebut mungkin berupa minuman-minuman keras di luar rumah, nonton film di
luar umur yang sudah ditentukan, bergerombol di jalan dan membuat keributan, ngebut di
jalan umum sehingga membahayakan pemakai jasa jalan yang lainnya, perkelahian antar
sekolah, sampai kepada hal-hal yang bisa digolongkan lagi kepada kenakalan akan tetapi sudah
masuk kejahatan seperti pencurian, penjambretan, penodongan, dan pemerasan.
 Masalah semacam ini benar-benar sudah berada di luar jangkauan guru dan sekolah untuk
mengatasinya walaupun sampai batas-batas tertentu usaha pencegahan dan penyembuhan
selalu dilakukan baik oleh guru bidang studi, wali kelas, ataupun sekolah sebagai lembaga
pendidikan.




Faktor Guru
Sudah dikatakan di atas bahwa guru pun bisa merupakan faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan
suasana yang menguntungkan dalam proses pembelajaran. Faktor penghambat yang datang dari guru berupa
hal-hal seperti di bawah ini :

Tipe kepemimpinan guru.
Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses pembelajaran) yang otoriter dan kurang demokratis akan
menumbuhkan sikap pasif peserta didik. Kedua sikap peserta didik ini akan merupakan sumber masalah
pengelolaan kelas.

Format pembelajaran yang monoton.
Format pembelajaran yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi peserta didik. Format pembelajaran
yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para peserta didik bosan, frustasi/kecewa, dan hal ini akan
merupakan sumber pelanggaran disiplin.

Kepribadian guru.
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap hangat, adil, objektif, dan fleksibel sehingga terbina
suasana emosional yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Sikap yang bertentangan dengan
kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas.

Pengetahuan guru.
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik-baik yang
sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis. Mendiskusikan masalah ini dengan teman sejawat akan
membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan mengelola kelas dalam proses pembelajaran.

Pemahaman guru tentang peserta didik.
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar belakangnya dapat
disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar
belakangnya, mungkin karena tidak tahu caranya ataupun karena beban mengajar guru yang di luar batas
kemampuannya yang wajar karena mengajar di berbagai sekolah sehingga guru datang ke sekolah sematamata untuk mengajar.
 Faktor Peserta Didik
 Faktor lain yang dapat merupakan hambatan dalam penglolaan
kelas adalah faktor peserta didik. Peserta didik dalam kelas dapat
dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil
yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai
bagian dari satu kesatuan masyarakat di samping mereka juga
harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hakhak orang lain dan teman-teman sekelasnya.
 Peserta didik harus sadar bahwa kalau mereka mengganggu
temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan
kewajiban sebagai anggota satu masyarakat kelas dan tidak
menghormati hak peserta didik lain untuk mendapatkan manfaat
yang sebesar-besarnya dari kegiatan pembelajaran.
 Kekurangan sandaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan
haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat
merupakan faktor utama penyebab masalah pengelolaan kelas.
 Faktor Keluarga
 Tingkah laku peserta didik gi dalam kelas merupakan pencerminan
keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah
laku peserta didik yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering
ditemukan ada peserta didik yang mengganggu dan pembuat ribut. Mereka
itu biasanya kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya di rumah.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib,
tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau pun terlampau
dikekang akan merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik
melanggar disiplin di kelas. Jelaslah sudah bila tuntutan di kelas atau
sekolah berbeda jauh dengan kondisi kehidupan keluarga akan merupakan
kesukaran sendiri bagi peserta didik untuk menyesuaikan diri. Salah
penyesuaian peserta didik terhadap situasi kelas akan merupakan masalah
pengelolaan. Disinilah pula letak pentingnya hubungan kerja sama yang
seimbang antara sekolah dengan rumah agar terdapat keselarasan antara
situasi dan tuntutan di kelas atau di sekolah.


Faktor Fasilitas
Faktor fasilitas merupakan penghambat dalam pengelolaan kelas. Faktor tersebut meliputi:


Kelas yang jumlah peserta didiknya banyak sulit untuk dikelola. Julah peserta dalam suatu
kelas di SLTA yang mencapai rata-rata 40 orang peserta didik dan perguruan tinggi yang
kadang-kadang mencapai sekitar 45 orang peserta didik merupakan masalah tersendiri dalam
pengelolaan.


Besar ruangan kelas
Ruang kelas yang kecil dibandingkan dengan jumlah peserta didik untuk bergerak dalam kelas
merupakan hambatan lain bagi pengelolaan. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan
yang kurang dibanding dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan
seperti laboratorium, auditorium, ruang kesenian, ruang gambar, ruang olahraga, dan
sebagainya memerlukan penanganan tersendiri.


Jumlah peserta didik dalam kelas
Ketersediaan alat
Jumlah buku yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang
membutuhkannya akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas. Dengan demikian keempat
faktor yang telah disebutkan di atas yaitu faktor guru, peserta didik, lingkungan keluarga, dan
fasilitas merupakan faktor yang senantiasa harus diperhitungkan dalam menangani masalah
pengelolaan kelas.
BAB IV
Prosedur dan Rancangan Manajemen kelas
A. Prosedur Manajemen Kelas
 Guru merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses pembelajaran,
sementara itu manajemen kelas merupakan salah satu aspek dari pengelolaan proses
pembelajaran yang paling rumit tetapi menarik perhatian. Rumit, karena manajemen
kelas itu memerlukan berbagai kriteria keterampilan, pengalaman, bahkan
kepribadian serta sikap dan nilai seorang guru. Dua guru yang sama-sama pandai dan
berpengalaman tetapi berbeda dalam kepribadian, sikap dan nilai termasuk cara
menyikapi subjek didik akan lain situasi belajarnya yang dihasilkan oleh kedua orang
guru tadi. Disinilah letaknya seni dalam mengelola proses pembelajaran.
 Manajemen kelas, dikatakan menarik, karena selain memerlukan kemampuan pribadi
serta ketekunan menghadapinya disatu sisi, di sisi lian calon guru, guru, dan guru yang
berpengalaman sekalipun akan bergelut dengan manajemen kelas agar terselenggara
proses pembelajaran yang efektif demi tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu, guru mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keberhasilan manajemen
kelas maupun manajemen pembelajaran. Penciptaan sistem lingkungan yang
merangsang anak untuk belajar sangat diperlukan karena hanya dengan situasi belajar
seperti itulah tujuan akan tercapai.
 penjelasan tersebut di atas mengisyaratkan bahwa, guru harus
memiliki kemampuan profesional termasuk kemampuan
memanajemeni kelas. Untuk memiliki kemampuan manajemen
kelas guru antara lain harus memahami prosedur dan rancangan
prosedur manajemen kelas.
 Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk
kepada kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
pembelajaran yang efektif. Apabila seorang guru melakukan
kegiatan manajemen kelas dengan atau melalui langkah-langkah
tertentu, berarti guru tersebut sudah melakukan kegiatan
manajemen kelas berdasar prosedur manajemen kelas. Prosedur
manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen
kelas yang dilakukan bagi terciptanya kondisi optimal serta
mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
 Serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas
mengacu kepada: 1) tindakan pencegahan (preventif)
dengan tujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang
menguntungkan, dan 2) tindakan korektif yang
merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku
menyimpang yang dapat menggangu kondisi optimal
dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
 Mengacu kepada buah tindakan dalam kegiatan
manajemen kelas yaitu tindakan pencegahan (preventif)
dan tindakan penyembuhan (kuratif) maka tindakan
manajemen kelas juga dapat menjurus kepada tindakan
manajemen dimensi pencegahan dan tindakan
manajemen dimensi kuratif.
a. Dimensi pencegahan (preventif)
 Merupakan tindakan guru dalam mengatur peserta didik dan
peralatan serta format pembelajaran yang tepat sehingga
menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi
berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Maka prosedur pencegahannya merupakan langkah-langkah
yang harus diambil oleh guru dalam rangka mengatur peserta
didik dan format pembelajaran yang tepat yang mendukung
berlangsungnya proses pembelajaran.
 Langkah-langkah pencegahannya sebagai berikut:
-Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
-Peningkatan kesadaran peserta didik
-Sikap polos dan tulus dari guru
-Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
-Menciptakan kontrak sosial
b. Dimensi kuratif
 Merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang
menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar
penyimpangan itu tudak berlarut-larut. Guru
berusaha untuk menumbuhkan kesadaran akan
penyimpangan yang dibuat dan akhirnya akan
menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab untuk
memperbaiki diri melalui kegiatan-kegiatan yang
direncanakan dan dapat dipertanggung jawabkan.
 Langkah-langkah prosedur dimensi penyembuhan
adalah:
- Mengidentifikasi masalah
- Menganalisis masalah
- Menilai alternative-alternatif pemecahan
- Mendapatkan balikan
B. Rancangan Prosedur Manajemen Kelas
 Pemilikan pengetahuan dan keakraban seorang guru terhadap masalah
manajemen kelas baik dimensi preventif maupun dimensi kuratif serta
menguasai prosedur masing-masing, merupakan dasar yang kuat untuk
menyusun rancangan prosedur manajemen kelas.
 Rancangan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang disusun
secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk mencapai
tujuan tertentu. Menyusun rancangan prosedur manajemen kelas nerarti
guru menentukan serangkaian kegiatan tentang langkah-langkah
manajemen kelas yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran
yang rasional untuk tujuan menciptakan kondisi lingkungan yang optimal
bagi berlangsungnya kegiatan belajar siswa.
 Manajemen kelas merupakan pangkal kegiatan yang dapat berdimensi
preventif dan kuratif, sehingga perencanaan prosedur manajemen kelas ke
arah dimensi preventif dan kuratif itu. Tujuannya adalah terciptanya
kondisi serta mempertahankan kondisi optimal yang mendukung
terlaksananya proses belajar mengajar.





lima faktor yang merupakan hal-hal yang patut
dipertimbangkan dalam pembuatan rancangan prosedur
manajemen kelas.
pemahaman terhadap arti, tujuan, dan hakikat manajemen
kelas.
pemahaman terhadap hakikat peserta didik yang sedang
dihadapi.
pemahaman terhadap bentuk penyimpangan serta latar
belakang tindakan penyimpangan yang dilakukan peserta
didik.
pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat
digunakan dalam manajemen kelas.
Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat
rancangan prosedur manajemen kelas.
 dalam rancangan, perlu ada penjabaran lebih lanjut
terhadap langkah-langkah kegiatan yang telah
ditetapkan, yang kesemuanya itu mengarah pada
pencapaian tujuan.
 Langkah-langkah yang dimaksud adalah:
- Identifikasi dari masalah yang timbul dalam manajemen kelas
- Analisis masalah
- Penilaian alternatif-alternatif pemecahan, penilaian dan pelaksanaan
salah satu alternatif pemecahan
- Monitoring pelaksanaan
- Balikan hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah











proses manajemen kelas dimulai dengan langkah-langkah berikut:
Memahami hakikat konsep dan tujuan manajemen kelas
Menentukan masalahnya: preventif atau kuratif
Mempertimbangkan hakikat anak yang memiliki tingkat pertumbuhan
perkembangan sendiri, lalu memperhatikan kenyataan penyimpangan tingkah laku
yang ada
Menentukan masalahnya: individual atau kelompok
Menyusun rancangan prosedur manajemen kelas: preventif individual/kelompok,
ataukah kuratif individual/kelompok
Menjabarkan langkah-langkah kegiatan rancangan prosedur manajemen kelas,
yang meliputi: pengidentifikasian masalah, penganalisaan masalah,
penilaian alternative pemecahan yang akan digunakan, pelaksanaan
monitoring, dan pengumpulan balikan.
Melaksanakan rancangan yang telah disusun, dimana fungsi dan peranan guru
sangat menentukan
Melaksanakan monitoring untuk mengetahui sejauh mana hasil pemecahan
masalah itu dilaksanakan dan ditaati atau telah terjadi perkembangan baru
Mendapatkan balikan yaitu tahap pelaksanaan yang telah tiba pada penggunaan
hasil monitoring untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.


BAB V
PENGATURAN KONDISI DAN
PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR
YANG
MENUNJANG
salah satu faktor penting dalam pembelajaran adalah kondisi atau suasana belajar.
Menurut Tyler proses pembelajaran terjadi melalui pengalaman yang diperoleh siswa
dari lingkungan tempat siswa berada.
 Manajemen kelas tidak hanya berupa pengaturan belajar, fasilitas fisik, dan rutinitas.
Tugas manajemen kelas adalah menyiapkan kondisi kelas dan sekolah agar tercipta
kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu
dikelola secara baik pula.
 Dalam penciptaan iklim belajar yang menunjang guru dihadapkan kepada beberapa
faktor yang dapat menjadi kendala atau pendukung terciptanya kondisi optimal bagi
terjadinya proses belajar. Sebagai bekal dalam menciptakan iklim belajar yang
menunjang, guru harus memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar,
dan prinsip-prinsip mengajar yang dapat mendukung terciptanya kondisi belajar
optimal tersebut bagi terciptanya proses belajar. Kesemuanya itu perlu dipahami oleh
para guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
 1. Kondisi dan Situasi Belajar-Mengajar
a. Kondisi Fisik
- Ruangan tempat berlangsungnya
pembelajaran
- Pengaturan tempat duduk
- Ventilasi dan pengaturan cahaya
- Pengaturan penyimpanan barang-barang
b. Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional akan mempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar,
kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan
pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut
meliputi hal-hal berikut ini.
1) Tipe kepemimpinan
2) Sikap guru
3) Suara guru
4) Pembinaan hubungan baik
c. Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat
kelas maupun pada tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah
manajemen kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara
jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka
sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya
pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik.
Kegiatan rutinitas tersebut antara lain:
1) Pergantian pelajaran
2) Guru berhalangan hadir
3) Masalah antar siswa
4) Upacara bendera
5) Kegiatan lain
Kegiatan lain yang merupakan kegiatan rutin kelas
d. Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik akan turut
mempengaruhi manajemem pembelajaran. Ke
dalam kondisi administrasi teknik ini termasuk:
- Daftar presensi
- Ruang bimbingan siswa
- Tempat baca
- Tempat sampah
- Catatan pribadi siswa
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
3. Mengajar yang Efektif
 Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka
mengalami proses belajar. Dalam belajar para siswa
menghendaki hasil belajar yang efektif: Demi tuntutan
tersebut guru harus membantu dengan cara mengajar
yang efektif pula.
 Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa
belajar yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif
guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang
menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar. Kondisi yang dimaksudkan
hanya dapat terjadi apabila guru mengajar menggunakan
prinsip-prinsip mengajar.
BAB VI
MANAJEMEN GURU TERHADAP
PEMBELAJARAN
A. Hakikat Guru
 Menurut
Saiful Bahri Djamarah (2002:73) secara
keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua
orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau di
sekolah.
 Apapun istilah yang dikedepankan tentang figur guru, yang
pasti semua itu merupakan penghargaan yang diberikan
terhadap jasa guru yang banyak mendidik umat manusia dari
dulu hingga sekarang. Masyarakat melihat figur guru sebagai
manusia serba bisa tanpa cela dan nista. Mereka melihat guru
sebagai figur yang kharismatik. Kemuliaan seorang guru
tercermin dari kepribadian sebagai manifestasi dari sikap dan
perilaku dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sedikit
cela dan nista dari pribadi guru maka masyarakat mencaci
makinya habis-habisan dan hilanglah wibawa guru itu.
 Menurut Mulyasa (2007:35), semua orang yakin bahwa
guru memiliki andil sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan
ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang
dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan
orang lain, sejak lahir bahkan pada saat meninggal.
Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang
membutuhkan orang lain dalam pekembangannya,
demikian halnya peserta didik; ketika orang tua
mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia
menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat
berkembang secara optimal
B.Guru Sebagai Sumber Belajar
 Menurut Piet A. Sahertian (1992:34), yang dimaksud dengan
peranan guru ialah keterlibatan aktif seseorang dalam suatu proses
kerja dalam proses penampilan itu ia tampil sebagai sesuatu yang
dimainkan. Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran
yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat
dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau
tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran.
Dikatakn guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi
pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai
sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa
berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia
akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Sebaliknya,
dikatakan guru yang kurang baik manakala ia tidak paham tentang
materi yang diajarkannya.
 Sebagai
sumber belajar dalam proses pembelajaran
hendaknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut:
 Sebaliknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak
dibandingkan dengan siswa.
 Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat
dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan
belajar di atas rata-rata siswa yang lain.
 Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran,
misalnya dengan menentukan materi inti (core), yang wajib
dipelajari siswa, mana materi tambahan, mana yang harus
diingat kembali karena pernah dibahas, dan lain sebagainya.
Melalui pemetaan semacam ini akan memudahkan bagi guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai sumber belajar.
C. Guru Sebagai Pendidik
 Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin.
 Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus
mengetahui nilai, norma moral, dan sosial, serta
berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai
dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab
terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di
sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
D. Guru Sebagai Pembelajar
 Menurut Martinis Yamin dan Bamsu I, Ansari (2008:99), guru merupakan salah satu
komponen yang berpengaruh dan memiliki peran penting serta merupakan kunci pokok bagi
keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Sejak adanya kehidupan sejak itu pula guru telah
melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung
jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang
untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami
materi standar yang dipelajari.
 Berkembangnya
teknologi, khususnya teknologi informasi yang begitu pesat
perkembangannya, belum mampu menggantikan peran dan fungsi guru, hanya sedikit
menggeser atau mengubah fungsinya, itupun terjadi di kota-kota besar saja, ketika para peserta
didik memiliki berbagai yang dipelajari.
 Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan
materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal ini
dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan banyaknya buku dengan harga
yang relatif murah, kecuali atas ulah guru. Di samping itu, peserta didik dapat belajar dari
berbagai sumber seperti radio, televisi, berbagai macam film pembelajaran bahkan program
internet atau electronic learning (e-learning). Derasnya arus informasi, serta cepatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas
utama guru yang disebut ”mengajar”.
 Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan
verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika
faktor-faktor diatas dipenuhi, maka melalui
pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan
baik. Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang
bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik,
dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan
masalah.
 beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran,
sebagai berikut:
- Membuat ilustrasi
- Mendefinisikan
- Menganalisis
- Mensintesis
- Bertanya
- Mendengarkan
- Menciptakan kepercayaan
- Memberikan pandangan yang bervariasi
- Menyediakan media untuk mengkaji materi standar
- Menyesuaikan metode pembelajaran
- Memberikan nada perasaan
 Uraian diatas lebih bersifat teknis, karena dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik,
guru melakukan banyak hal melalui kebiasaan, tentu saja ada
keinginan untuk meningkat kemampuan dalam
pelaksanaannya, sehingga hasilnya pun semakin baik yang
diwujudkan dalam prestasi belajar peserta didik.
 Menurut Margaret E. Bell Gredler (1991:1), belajat adalah
proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan,
dan sikap. Belajar mulai dalam masa kecil, ketika bayi
memperoleh sejumlah kecil keterampilan yang sederhana,
seperti memegang botol susu dan mengenal ibu. Selama masa
kanak-kanak dan masa remaja, diperoleh sejumlah sikap,
nilai, dan keterampilan hubungan sosial, demikian pula
diperoleh kecakapan dalam berbagai mata pelajaran di
sekolah.
E. Guru Sebagai Pembimbing
 Guru dapat diharapkan sebagai pembimbing perjalanan yang
berdasarkan pengetahuannya bertanggung jawab atas kelancaran
perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional,
kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas,
menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus di
tempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai
kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta
didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerja sama yang baik
dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh dalam
aspek setiap perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki
berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang
direncanakan dan dilaksanakan.
 Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik
dalam kelas maupun di luar kelas yang mencakup
seluruh kehidupan. Analogi dari perjalanan itu sendiri
merupakan pengambangan setiap aspek yang terlibat
dalam proses pembelajaran. Setiap perjalanan tertentu
mempunyai tujuan, kecuali orang yang berjalan secara
kebetulan. Keinginan, kebutuhan, dan bahkan naluri
manusia menuntut adanya suatu tujuan. Suatu rencana
dibuat, perjalanan dilaksanakan dan dari waktu ke waktu
terdapatlah saat berhenti untuk melihat ke belakang
serta mengukur sifat, arti, dan efektifitas perjalanan
sampai tempat berhentinya tadi.
F. Guru Sebagai Pelatih
 Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan
latihan dan keterampilan, baik intelektual maupun
motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindah
sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam
kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa
latihan seorang peserta didik tidak akan mampu
menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan tidak
akan mahir dalam berbagai keterampilan yang
dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh
karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang
bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masingmasing.
 Pelatihan yang dilakukan, di samping harus mampu
memperhatikan perbedaan individual peserta didik,
dan lingkungannya. Untuk itu, guru harus banyak
tahu, meskipun tidak mencakup semua hal secara
sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin. Benar
guru tidak dapat mengetahui sebanyak yang harus
diketahui, tetapi dibandingkan orang yang belajar
bersamanya dalam bidang tertentu yang menjadi
tanggung jawabnya, ia harus lebih banyak tahu.
Meskipun demikian, tidak mustahil kalau suatu
ketika menghadapi kenyataan bahwa guru tidak tahu
tentang sesuatu yang seharusnya tahu.
G. Guru Sebagai Penasehat
 Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru cenderung
menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan
berusaha untuk mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak
senang melaksanakan fungsi ini. Menjadi guru pada tingkat manapun berarti
menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaran
meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan
kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada
gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan
mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru
sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan
makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan
nasehat dan kepercayaan diri.
 Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan penasehat
secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu
kesehatan mental.
H. Guru Sebagai Agen Pembaharu (Innovator)
 Guru menterjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan
yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang
dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian
halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek
kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis
berbeda jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan
diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi
peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam
proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimiliki
oleh peserta didik. Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan
jurang pemisahan menjadi dasar adalah pemikiran-pemikiran tersebut,
dan cara yang digunakan untuk mengekspresikan di bentuk oleh corak
waktu ketika cara-cara tadi dipergunakan. Bahasa memang merupakan alat
untuk berpikir, melalui pengamatan yang dilakukan dan menyusun katakata serta menyimpan dalam otak, terjadilah pemahaman sebagai hasil
belajar.
I. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik
dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.
Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap
bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi
ditolak. Keprihatinan, kerendahan, kemalasan, dan rasa
takut, secara terpisah ataupun bersama-sama bisa
menyebabkan seseorang berpikir atau berkata, ”jika saya
harus menjadi teladan atau dipertimbangkan untuk
menjadi model, maka pembelajaran bukanlah pekerjaan
yang tepat bagi saya.”
Download