Amir Hamzah | 83 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERILAKU

advertisement
Amir Hamzah | 83
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERILAKU TERPUJI
Oleh :
Amir Hamzah
SMP Negeri 1 Benjeng Gresik
Email : [email protected]
ABSTRAK
Berbedanya kemampuan peserta didik dalam sebuah kelas berdampak pada
keberhasilan sebuah pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk dapat
mengorganisasi hal tersebut menjadi sebuah irama yang hasilnya dapat
membantu keberhasilan pembelajaran. Permasalahan yang terjadi adalah tidak
maksimalnya hasil belajar perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti baik secara
klasikal maupun secara individul. Disamping itu rendahnya kemauan untuk
mengikuti pembelajaran serta motivasi untuk menggali lebih dalam materi yang
dipelajari, kesiapan guru untuk melakukan pembalajaran serta belum
menggunakan sarana dan prasarana yang sudah ada secara efektif. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka peningkatan hasil
belajar perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti siswa kelasVII-H SMP Negeri 1
Benjeng Gresik melalui teknik jigsaw.
Penilaian untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat kemampuan
kognitif dengan memberikan tes tertulis dan untuk mengukur kemampuan afektif
siswa diminta mengidentifikasi tokoh-tokoh yang mempunyai karakter kerja keras,
tekun, ulet dan teliti dan psikomotorik siswa diminta menampilkan sikap kerja
keras, tekun, ulet dan teliti. Adapun siswa kelasVII –H berjumlah 27 siswa yang
terdiri dari 14 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.
Setelah penulis melakukan penelitian di kelasVII-H SMP Negeri 1 Benjeng
Gresik maka dapat disimpulkan; Pertama, peningkatan hasil belajar perilaku
terpuji; kerja keras, tekun ulet dan teliti bagi siswa kelas VII-H SMP Negeri 1
Benjeng Gresik dengan menggunakan teknik jigsaw dapat tercapai dengan hasil
yang baik. Kedua, melalui teknik jigsaw hasil belajar siswa mengalami
peningkatan terbukti dengan tercapainya ketuntasan klasikal yang semula 55,88%
sebelum tindakan, meningkat setelah dilakukannya siklus 1 dengan ketuntasan
klasikal 79,41% kemudian pada siklus 2 meningkat lagi dengan ketuntasan
klasikal 100%. Ketiga, kematangan rencana proses belajar mengajar yang
dipersiapkan guru sangat berpengaruh terhadap proses belajar itu sendiri.
Keempat, perhatian dan bimbingan yang dilakukan setiap tahap pembelajaran
sangat membantu siswa dalam mendapatkan solusi atas permasalahan yang
sedang didiskusikan oleh siswa.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Perilaku Terpuji dan Teknik Jigsaw
84 | e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan
rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat,
baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kemudian
untuk mencapai tujuan tersebut tentunya membutuhkan daya dukung, proses dan
usaha yang keras dari peserta didik itu sendiri disamping guru dan orang tua
memberikan dukungan serta motivasi secara terus menerus. Kenyataan yang
terjadi adalah untuk mencapai tujuan mulia seperti yang tersebut diatas masih
perlu waktu dan sinergi dari semua pihak. Kekurang-mengertian terhadap tujuan,
sedikitnya minat dari peserta didik berdampak pada hasil belajar.
Pendidikan Agama Islam diajarkan dalam rangka upaya mencapai tujuan
pendidikan agama islam an sih dan menanamkan nilai-nilai moral (akhlak) artinya
mereka mendapatkan pendidikan untuk bersikap dan berakhlakul karimah sesuai
dengan ajaran Islam, jelasnya adalah peserta didik dituntut untuk meneladani
perilaku mulia Nabi Muhammad SAW yang dijamin Allah memiliki akhlak mulia.
Standar kompetensi dalam penelitian ini adalah membiasakan perilaku terpuji
dengan Kompetensi Dasar menampilkan perilaku bekerja keras, tekun, ulet dan
teliti.
Kondisi ideal hasil belajar Pendidikan Agama Islam khususnya siswa kelas
VII-H SMP Negeri 1 Benjeng Gresik pada Kompetensi Dasar ini masih belum
maksimal. Hal ini terlihat dari; pertama, rendahnya perilaku kerja keras, ulet,
tekun dan teliti, terbukti masih terdapat peserta didik yang kurang mempercayai
kemampuannya sehingga menyebabkan nyontek, curang dll. kedua, rendahnya
hasil belajar perilaku kerja keras, tekun, teliti dan ulet serta ketiga, sebagaian besar
peserta didik belum menampakkan perilaku akhalakul karimah dalam kehidupan
sehari-harinya, seperti menghargai sesama teman, menghormati guru, santun
kepada warga sekolah yang lain atau patuh dan taat tata tertib sekolah.
Kondisi peserta didik kelas VII-H SMP Negeri 1 Benjeng Gresik pada
kopetensi dasar perilaku kerja keras, ulet, tekun dan teliti secara umum masih
kurang. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai ulangan harian, ulangan tengah
semester maupun ulangan kenaikan kelas, demikian juga akhir-akhir ini banyak
dijumpai siswa yang kurang aktif dan kurang antusias dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, siswa tidak lagi mau berdiskusi, siswa jarang bertanya dan
menjawab pertanyaan, apalagi memberi tanggapan terhadap pernyataan
temannya.Disamping itu, tidak terpenuhinya kebutuhan sarana pembelajaran
pendukung. Berikutnya adalah kepedulian untuk mendalami materi yang telah
diajarkan baik pada saat di sekolah ketika terdapat waktu senggang maupun di
rumah, motivasi yang terbentuk adalah hanya datang ke sekolah, itupun terkadang
terlambat. Mereka lebih cenderung berbuat hedonis artinya memuaskan masa
remaja yang kurang produktif jauh dari nilai kerja keras, ulet, tekun dan teliti
sehingga dampak yang muncul adalah rendahnya hasil berlajar, yang belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Guru ada kecenderungan yang penting melaksanakan tugas rutin yaitu
melakukan pembelajaran bersama peserta didik tanpa mengaplikasikan semua
yang telah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bahkan
Amir Hamzah | 85
terkadang masuk kelas hanya untuk menggugurkan kewajiban sebagai pendidik
tanpa harus membuka serta mempraktikkan teknik pembelajaran yang sejatinya
mampu meningkatkan hasil belajar, minat dan greget siswa untuk belajar. Kondisi
monoton seperti ini sangat mempengaruhi hasil belajar. Kemauan untuk
memotivasi dan membuat aktivitas pembelajaran aktif masih rendah sehingga
mempengaruhi prestasi belajar PAI, dan tercapainya tujuan pembelajaran
khususnya dalam mempelajari perilaku terpuji; perilaku kerja keras, tekun, ulet
dan teliti tidak maksimal. Hal itu mungkin karena pemakaian model, metode
ataupun pendekatan yang kurang tepat dan monoton, jika diklasifikasikan berikut
adalah beberapa kendala yang sedang terjadi:
1. Model atau metode pembelajaran yang diterapkan guru kurang bervariasi tidak
menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga siswa
menjadi kurang termotivasi/menjadi jemu.
2. Dalam proses pembelajaran jarang dihubungkan dengan masalah-masalah di
masyarakat atau lingkungan, yaitu langsung pada topik ataupun proses
pembelajaran.
3. Siswa hanya belajar untuk mengejar nilai yang diukur dalam penilaian dan
tidak tahu apa sebenarnya tujuan pembelajaran yang sedang dipelajari.
Menyikapi hal tersebut di atas penulis mencoba melakukan sebuah penelitian
tindakan kelas.
Teknik jigsaw adalah salah satu teknik yang bersumber dari model
pembelajaran kooperatif. Teknik jigsaw diterapkan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada dasarnya sama persis ketika teknik ini dilakukan
pada pembelajaran pada umumnya, hanya saja yang membedakan adalah materi
ajar, yaitu materi ajar perilaku terpuji pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Teknik Jigsaw dalam pembelajaran cukup menarik perhatian siswa, untuk
menstimulus, mendorong dan mengarahkan siswa berusaha menjadi seorang ahli
yang mampu memahami dan menguasai materi yang sedang diajarkan sehingga
teknik jigsaw ini ibarat seorang yang sedang kehausan ditengah gersangnya
padang pasir lalu menemukan air yang dapat mengobati rasa haus tersebut. Hal ini
terbukti banyaknya penelitian yang sudah mengggunakan teknik jigsaw dalam
proses belajar mengajar (PBM)
Dalam penelitian ini akan dikatakan berhasil apabila terdapat perubahan
yang signifikan seperti hasil belajar paling tidak sesuai dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal, munculnya sikap-sikap pekerja keras, tekun, ulet dan teliti, terbentuknya
suasana pembelajaran yang tidak membosankan, membangkitkan minat belajar
dan mendalami materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
maksimal.
Teknik jigsaw digunakan dengan diawali membentuk sebuah kelompok yang
terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, kemudian mereka akan menjadi ahli dihadapan
kelompok lainnya serta mempresentasikannya, maka disitulah letak eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi terjadi karena saat itu siswa akan berusaha sekuat
kemampuan mendalami materi sehingga mampu tampil maksimal dihadapan
teman kelompok yang lain.
86 | e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut, judul dalam penelitian
ini adalah: “Peningkatan Hasil Belajar Perilaku Terpuji Siswa Kelas VII-H SMP
Negeri Benjeng Gresik Melalui Teknik Jigsaw.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana aktifitas siswa dalam pembelajaran perilaku terpuji melalui teknik
jigsaw?
2. Bagaimana hasil belajar perilaku terpuji siswa kelas VII-H SMP Negeri 1
Benjeng melalui teknik Jigsaw?
Tujuan Penelitian
1. TujuanUmum
Meningkatkan hasil belajar perilaku terpuji siswa kelas VII-H SMPN 1
Benjeng Gresik melalui teknik Jigsaw.
2. TujuanKhusus
a) Meningkatkan aktifitas dan hasil belajar perilaku terpuji siswa kelas VII-H
SMP Negeri 1 Benjeng Gresik melalui teknik Jigsaw.
b) Meningkatkan kemampuan /profesionalisme guru dalam menggunakan
teknik jigsaw untuk mengajarkan materi perilaku terpuji pada siswa kelas
VII-H semester Ganjil tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Benjeng
Gresik.
Manfaat Penelitian
Setelah penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan diharapkan bermanfaat :
1. Bagi Siswa
Meningkatnya hasil belajar perilaku terpuji siswakelas VII-H semester genap
tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Benjeng Gresik. Dan peserta didik
akan merasa dituntut untuk aktif dalam mengerjakan tugas-tugas sehingga
termotivasi untuk terus belajar, yang akhirnya akan mempercepat tercapainya
tujuan pembelajaran.
2. Bagi Guru
Meningkatnya kemampuan/profesionalisme guru dalam menggunakan
teknik jigsaw untuk mengajarkan materi perilaku terpuji pada siswa kelas VII-H
semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Benjeng Gresik,
melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan memiliki pengalaman baru yang
dapat dipakai pedoman lebih lanjut untuk mengatasi masalah-masalah dalam
pelaksanaan pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Meningkatnya hasil pembelajaran dapat meningkatkan mutu sekolah.
Dengan meningkatnya mutu sekolah maka di SMP Negeri 1 Benjeng Gresik
sekolah faforit bagi masyarakat Benjeng dan sekitarnya, dengan alasan akan
memperoleh perubahan yang lebih baik dan akan mendapatkan perhatian dan hasil
yang maksimal.
Amir Hamzah | 87
Kajian Pustaka
PerilakuKerja keras
Kerja keras adalah suatu sikap kerja yang penuh dengan motivasi untuk
mendapatkan apa yang dicita-citakan. Sebagaimana firman Alloh Q.S At Taubat
ayat 105 yang artinya : “ bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu,
begitu juga Rosul-Nya dan orang-orang mukmin”.
Ada banyak hal yang mendasari betapa pentingnya kerja keras dalam
kehidupan kita. Hal-hal tersebut antara lain: mengubah nasib, bentuk tanggung
jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, dan negara, meningkatkan harkat dan
martabat manusia,dan dorongan untuk masa depan yang lebih baik
Tekun dan Ulet
Tekun ialah sikap dan tindakan bersungguh-sungguh dalam bekerja dan
dilakukan terus menerus. Ulet adalah suatu sikap tahan uji, tidak mudah menyerah
jika mengalami hambatan atau rintangan serta tidak mudah putus asa.
Sebagaimana Firman Allah Q.S Yusuf Ayat 87 ” janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Alloh,hanyalah orangorang kafir”.
Teliti
Teliti berarti berhati – hati tidak gegabah dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Dalam bersikap teliti, kita tidak boleh terlalu optimis akan keberhasilan
karena menimbulkan kesombongan. Maka sikap teliti harus disertai dengan
tawakal kepada Allah. Teliti atau cermat dalam setiap melakukan sikap dan
perbuatan serta setiap pekerjaan, tidak terburu-buru, namun perlu perhitungan dan
pengkajian baik-buruknya. Dalam Al-Qur’an, Allah juga mengajarkan kita agar
bersikap teliti sebagaimana firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).
Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Teknik Jigsaw
Hasil belajar dalam konteks penelitian tindakan kelas ini penulis
menyerupakan dua kata tersebut dengan yang dimaskud prestasi belajar karena
pada keduanya berujung pada nilai akhir yang diperoleh oleh peserta didik. Hal
tersebut hampir senada dengan apa yang dikatakan oleh Winkel. Beliau
mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah
dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang
dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan
menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah
usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap
peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
88 | e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun
kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode
tertentu.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes
prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes
prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang
dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun
secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam
menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif,
tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Sebelum mengungkap lebih dalam maka disini dipaparkan terlebih dahulu
pengertian belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar,
sebagai berikut : Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change
in behavior as a result of experience”. Maksudnya adalah “Belajar adalah
memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.Harold
Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to try
something themselves, to listen, to follow direction”. Artinya “Belajar adalah
mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan,
mengikuti petunjuk/arahan”. Woolfolk, mengatakan : “Learning occurs when
experience causes a relatively permanent change in an individual’s knowladge or
behavoio”. maksudnya“kualitas belajar seseorang ditentukan oleh pengalamanpengalaman yang diperolehnya saat berineraksi dengan lingkungan sekitarnya”.
Sedangkan menurut ajaran islam belajar adalah sebagaimana yang difirmankan
Allah swt dalam Al Qur’an yang artinya sebagaiman berikut : “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. 2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. 4. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (Allah mengajar manusia dengan
perantaraan tulis baca). 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan
individu sebenarnya merupakan stimulus individu yang dikirim kepadanya oleh
lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh
seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan
lingkungan.Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2)
dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan
yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto yakni belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
Amir Hamzah | 89
dalam interaksi dengan lingkungannya. Selaras dengan pendapat-pendapat di atas,
Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir,
dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas
kemampuan seseorang dalam berbagai bidang.
Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dimaknai dalam dua pengertian, yaitu
sebagai sebuah proses penanaman ajaran agama islam, maupun sebagai bahan
kajian yang menjadi materi proses itu sendiri. Adapun tujuan Pendidikan Agama
Islam adalah orientasi yang dipilih pendidik dalam membimbing peserta didiknya
dan pemilihan merupakan penilaian, karenanya manakal pendidik telah
menentukan pilihannya, sesungguhnya ia telah mengutamakan sebagian nilai atas
sebaian yang lain. Dengan demikain pada dasarnya tujuan pendidikan merupakan
kristalisasi nilai-nilai. Menurut Muhammad Athiyah al Abrasyi tujuan pendidikan
islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu : Membentuk akhlak mulia, Mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat, Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi
kemanfaatannya, Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik dan
Mempersiapkan tenaga professional yang terampil
Hasil belajar pendidikan agama Islam pada materi perilaku bekerja keras,
tekun, ulet dan teliti ternyata masih cukup memprihatinkan. Ini terlihat dari
perilaku keseharian peserta didik baik yang sudah lulus maupun yang masih dalam
pendidikan.Hal seperti ini mungkin saja terjadi karena beberapa faktor seperti
faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah dari dalam diri peserta didik itu
sendiri yang kurang memperhatikan arti penting dari belajar bekerja keras, tekun,
ulet dan teliti. Padahal kalau lebih cermat lagi, tokoh-tokoh Islam yang berhasil
pada saat itu adalah mereka yang memahami betul sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Ibnu Asakir yang artinya sebagai berikut: “bekerjalah untuk
kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah
untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi”. Hadist
tersebut mengisyaratkan betapa penting kerja keras. Seperti yang dicontohkan oleh
baginda rasulallah saw.
Oleh karena itu diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang kiranya dapat
memancing emosi peserta didik untuk tertarik belajar bekerja keras, tekun, ulet dan
teliti. Untuk menuju kearah itu maka pembelajaran pendidikan agama Islam
kompetensi dasar menampilkan contoh perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti
ini menggunakan teknik jigsaw. Teknik jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran
model kooperatif yang memiliki kesamaan dengan “pertukaran antar kelompok”
tetapi menuntut tanggung jawab besar dari siswa dalam pembelajaran.Arends
(1997) mengemukakan pengertian metode jigsaw secara rinci seperti
berikut.Model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen, bekerjasama dan saling ketergantungan yang
positif serta bertanggung jawab terhadap ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari/dikuasai kemudian menyampaikan materi yang telah dikuasainya
90 | e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
tersebut kepada kelompok yang lain.Metode yang dikembangkan oleh Elliot
Aronson dkk dari Universitas Texas yang kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk ini
mempunyai tujuan: 1) Mengembangkan kerja sama tim (kelompok), 2) Mengasah
ketrampilan belajar kooperatif, dan 3) Menguasai pengetahuan secara mendalam
yang tidak bisa diperoleh jika mempelajarinya sendirian.Adapun langkah
pelaksanaan metode jigsaw adalah sebagai berikut:
1. guru membagi topik yang besar menjadi beberapa sub topic
2. Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar kooperatif (kelompok awal) yang
terdiri dari 4-6 orang siswa dan setiap anggotanya bertanggung jawab terhadap
penguasaan setiap sub topik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
3. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap sub
topik yang sama kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” dimana
anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah menguasai bagian tugas yang
berbeda.
4. Di dalam kelompok jigsaw ini, para siswa bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas kooperatifnya dalam:a). Belajar dan menjadi ahli dalam sub topik
bagiannya.b). Merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik bagiannya
kepada anggota kelompoknya semula.
5. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing (kelompok
awal)
sebagai
“ahli”
dalam
sub
topiknya
dan
mengajarkan
informasi/pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw”
tadi kepada temannya.
6. Ahli di dalam subtopik lainnya juga berbuat sama sehingga seluruh siswa
bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi
yang ditugaskan oleh guru.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) yang gunanya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yaitu
dengan meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-H SMP Negeri 1 Benjeng
Gresik tahun pelajaran 2013-2014 semester genap dalam mempelajari Kompetensi
Dasar “11.2 Menampilkan contoh perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti”,
dengan kelas tetap dalam keadaan normal alamiah dan kontekstual. Penelitian ini
berbentuk refleksi kolaborasi, dalam upaya perbaikan dilakukan dengan tindakan
disertai perbaikan siklus demi siklus.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Benjeng pada kelas VII-H SMP
Negeri 1 Benjeng dalam mempelajari Kompetensi Dasar “11.2 Menampilkan
contoh perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti”.
Subyek dan Obyek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII-H SMP
Negeri 1 Benjeng Gresik. Dengan jumlah siswa 27 orang yang terdiri dari 14
orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.
Amir Hamzah | 91
Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan
menggunakan teknik jigsaw sebagai upaya meningkatkan hasil belajar Kompetensi
Dasar “11.2 Menampilkan contoh perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti”.
Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam dua siklus yang dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar
(KD) dalam silabus yang didistribusikan dalam RPP. Adapun tahapan-tahapan
dalam siklus yaitu tahap Perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi
dan penilaian, tahap refleksi
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah teknik observasi dan teknik
tes formal/tes tertulis
Teknik Analisis Data
Berdasar pada penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan, teknik
pengolahan data yang dipakai menggunakan bentuk diskripsi kwalitatif dan
kwantitatif. Data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan dianalisis untuk
memperoleh kesimpulan tentang kemajuan aktifitas siswa serta hasil belajar siswa.
a. Peningkatan keaktifan siswa berpedoman pada empat interval. Panjang interval
(i) ditentukan dengan rumus :
Nilai maksimum − nilai min imum
Jumlah int erval
Dalam hal ini nilai maksimum interval adalah 100 dan nilai minimumnya
adalah 50. Maka panjang kelas interval adalah :
100 − 50
i=
= 12,5
4
Dengan demikian kelas intervalnya adalah seperti pada tabel dibawah.
Tabel Kategori Keaktifan Siswa
Kelas Interval
Katagori
50– 62 %
Kurang
63 -75 %
Cukup
76 - 88 %
Baik
89 -100 %
Sangat Baik
i=
b. Pencapaian prestasi belajar siswa berpatokan pada KriteriaKetuntasan
Minimum (KKM) yaitu ketuntasan individual 76. Dan ketuntasan klasikal (KK)
adalah 85% yang diperoleh dari rumus :
Jumlah siswa yang tuntas
KK =
x 100
Jumlah siswa
Untuk mengetahui katagori nilai secara umum/klasikal, dengan memakai ratarata kelasnya, yang dihitung dengan memakai rumus:
92 | e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
∑X
N
Keterangan : X = nilai rata-rata kelas, ∑X =
siswa, N = jumlah seluruh siswa.
X=
jumlah nilai seluruh
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kondisi yang terjadi pada peserta didik kelas VII-H SMP Negeri 1 Benjeng
Gresik secara umum masih kurang . Hal ini terlihat dari rendahnya nilai ulangan
harian, ulangan tengah semester maupun ulangan kenaikan kelas, demikian juga
akhir-akhir ini banyak dijumpai peserta didik yang kurang aktif dan kurang
antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik tidak lagi mau
berdiskusi, peserta didik jarang bertanya dan menjawab pertanyaan, apalagi
memberi tanggapan terhadap pernyataan temannya.Disamping itu, tidak
terpenuhinya kebutuhan sarana pembelajaran pendukung. Kepedulian untuk
mendalami materi yang telah diajarkan baik pada saat di sekolah ketika terdapat
waktu luang maupun di rumah, motivasi yang terbentuk adalah hanya datang ke
sekolah, itupun terkadang terlambat. Banyak berbuat yang kurang produktif jauh
dari nilai kerja keras, ulet, tekun dan teliti sehingga Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)dari hasil berlajar perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti belum tercapai.
Lebih jelas hal ini akan dideskripsikan dalam paparan kemudian yang bersumber
dari hasil observasi selama proses belajar mengajar. Berikutnya kemungkinan
permasalahan yang timbul dari guru itu sendiri. Ada kecenderungan yang penting
melaksanakan tugas rutin yaitu melakukan pembelajaran bersama peserta didik
tanpa mengaplikasikan semua yang telah direncanakan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bahkan terkadang masuk kelas hanya untuk
menggugurkan kewajiban sebagai pendidik tanpa harus membuka serta
mempraktekkan teknik pembelajaran yang sejatinya mampu meningkatkan hasil
belajar, minat dan greget peserta didik untuk belajar. Kondisi monoton seperti ini
sangat mempengaruhi hasil belajar. Kemauan untuk memotivasi dan membuat
aktivitas pembelajaran aktif masih rendah sehingga mempengaruhi hasil belajar
pendidikan agama Islam, dan tercapainya tujuan pembelajaran khususnya dalam
mempelajari perilaku terpuji; perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti tidak
maksimal. Hal itu mungkin karena pemakaian model, metode ataupun pendekatan
yang kurang tepat dan monoton. Disamping itu teknik, media, sarana dan
prasarana. Media yang digunakan sebatas buku paket pedoman utama dan LKS
jika ada, seperti sarana teknologi yang sebenarnya mampu meringankan beban
dalam pembelajaran belum terlaksana secara efektif, pemilihan model dan teknik
mengajar hampa sehingga menimbulkan kebosanan, kejenuhan peserta didik untuk
mengikuti pembelajaran lebih sungguh-sunguh. Perlu disampaikan bahwa
dilakukannya penelitian tindakan kelas ini disebabkan oleh perolehan hasil belajar
perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dibawah standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) individual yaitu mencapai 79,4%. Hal ini berpatokan pada acuan
ketuntasan klasikal, apabila kurang dari 85% maka diperlukan sebuah penanganan
khusus. Penanganan yang dimaksud dalam penulisan ini adalah penelitian tindakan
Amir Hamzah | 93
kelas khusus untuk siswa kelas VII-H SMP Negeri 1 Benjeng Gresik. Rincian
terlampir pada daftar nilai siswa kelas VII-H SMPN 1 Benjeng Gresik.
Pembahasan
1. Siklus I
Analisa hasil respon siswa atas teknik jigsaw yang digunakan dalam
pembelajaran perilaku bekerja keras, tekun, ulet dan teliti. Untuk mempermudah
melihat mendeskripsikan hasil respon siswa tersebut. Adapaun uraian sebagai
penjelasannya sebagaimana berikut: Respon siswa atas pembelajaran perilaku
kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw memancing
kemauan yang tinggi untuk mengikuti pelajaran sebanyak 85 %. Pembelajaran
perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw
membangun kemauan yang tinggi untuk memanfaatkan waktu belajar dengan baik
respon siswa sebanyak 83%. Pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan
teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw membuat lebih mudah memahami
pelajaran respon siswasebanyak 89%. Pembelajaran perilaku kerja keras, tekun,
ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw menarik dan tidak membosankan
respon siswa sebanyak 79 %. Pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan
teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw dapat menghilangkan kesalahan konsep
/pemahaman respon siswa sebanyak 65%. Jika pembelajaran perilaku kerja keras,
tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw maka konsep-konsep dari
bahan pelajaran dapat diingat lebih lama respon siswa sebanyak 74 %.
Pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan
teknik jigsaw dapat membantu memahami materi perilaku terpuji dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari respon siswa sebanyak 87 %. Jika
pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan
teknik jigsaw maka pengetahuan menjadi lebih luas respon siswa sebanyak 84 %.
Jika pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan telitidilaksanakan dengan
teknik jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar respon siswa sebanyak 88 %. Jika
pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan
teknik jigsaw dapat meningkatkan semangat kerja kelompok respon siswa
sebanyak 89 %. Pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti
dilaksanakan dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan penalaran dalam
mempelajari materi pelajaran respon siswa sebanyak 85 %. Pembelajaran perilaku
kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw dapat
membantu berpikir lebih kritis respon siswa sebanyak 77 %. Kreativitas
meningkat apabila pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti
dilaksanakan dengan teknik jigsawrespon siswa
sebanyak 82 %. Dalam
pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan
teknik jigsaw merasa lebih dihargai dalam mengeluarkan pendapat respon siswa
sebanyak 82%. Jika pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti
dilaksanakan dengan teknik jigsaw memiliki keberanian untuk mengeluarkan
pendapat respon siswa sebanyak 89%.
Disamping penjelasan yang bersumber dari sebaran angket atas tindakan
guru selama PBM, kegiatan siswa baik pengamat secara kelompok maupun
pengamatan secara individual juga terdapat temuan temuan selama siklus I.
94 | e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Temuan yang dimaksud seperti masih terdapat siswa yang bergurau, berbincangbincang hal lain selain materi yang sedang dipelajari, keluar dari kelompoknya,
belum memahami etika berdiskusi dan lain-lain. Kemudian temuan tersebut
direspon arahkan dalam rangka perbaikkan pada tindakkan berikutnya. Dari hasi
tindakan guru, pengamatan langsung atau observasi maka kesimpulannya masih
diperlukan untuk melakukan siklus kedua.
2. Siklus II
Analisa hasil respon siswa atas teknik jigsaw yang digunakan dalam
pembelajaran perilaku bekerja keras, tekun, ulet dan teliti. Untuk mempermudah
melihat mendeskripsikan hasil respon siswa tersebut. Adapaun uraian sebagai
penjelasannya sebagaimana berikut;
Respon siswa atas pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti
dilaksanakan dengan teknik jigsaw memancing kemauan yang tinggi untuk
mengikuti pelajaran sebanyak 84 %. Pembelajaran perilaku kerja keras, tekun,
ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw membangun kemauan yang
tinggi untuk memanfaatkan waktu belajar dengan baikrespon siswa sebanyak 84%.
Pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan
teknik jigsaw membuat lebih mudah memahami pelajaran respon siswa sebanyak
89%. Pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan
teknik jigsaw menarik dan tidak membosankan respon siswa sebanyak 85 %.
Pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan
teknik jigsaw dapat menghilangkan kesalahan konsep /pemahaman respon siswa
sebanyak 84%. Jika pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti
dilaksanakan dengan teknik jigsaw maka konsep-konsep dari bahan pelajaran
dapat diingat lebih lama respon siswa sebanyak 76 %. Pembelajaran perilaku kerja
keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw dapat membantu
memahami materi perilaku terpuji dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari respon siswa sebanyak 86%. Jika pembelajaran perilaku kerja keras, tekun,
ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw maka pengetahuan menjadi lebih
luas respon siswa sebanyak 84 %. Jika pembelajaran perilaku kerja keras, tekun,
ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
respon siswa sebanyak 89%. Jika pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet
dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan semangat kerja
kelompok respon siswa sebanyak 88 %. Pembelajaran perilaku kerja keras, tekun,
ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan penalaran
dalam mempelajari materi pelajaran respon siswa sebanyak 82%. Pembelajaran
perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw dapat
membantu berpikir lebih kritis respon siswa sebanyak 76%. Kreativitas meningkat
apabila pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan
dengan teknik jigsawrespon siswa sebanyak 83%. Dalam pembelajaran perilaku
kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan teknik jigsaw merasa lebih
dihargai dalam mengeluarkan pendapat respon siswa sebanyak 83%. Jika
pembelajaran perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti dilaksanakan dengan
teknik jigsaw memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapat respon siswa
sebanyak 88%.
Amir Hamzah | 95
Pada pertemuan ketiga siklus kedua ini temuan yang diperoleh selain dari
sebaran angket atas tindakan guru selama PBM, kegiatan siswa baik pengamat
secara kelompok maupun pengamatan secara individual juga terdapat temuan
temuan selama siklus II. Pada siklus kedua ini sudah tidak ditemukan lagi siswa
yang bergurau, berbincang-bincang hal lain selain materi yang sedang dipelajari,
keluar dari kelompoknya, belum memahami etika berdiskusi dan lain-lain.
Kesimpulan adalah tidak diperlukan lagi tindakan selanjutnya dengan alasan
tindakan pada siklus kedua ini sudah menunjukan hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa “Hasil belajar
perilaku kerja keras, tekun, ulet dan telitisiswa kelas VII-H SMP Negeri 1 Benjeng
Gresik, melalui teknik jigsaw terjadi sebuah peningkatan yang signifikan”.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan hasil belajar perilaku terpuji; kerja keras, tekun ulet dan teliti bagi
siswa kelas VII- H SMP Negeri Benjeng Gresik dengan menggunakan teknik
jigsaw.
2. Melalui teknik jigsaw hasil belajar siswa mengalami peningkatan terbukti
dengan tercapainya ketuntasan klasikal
3. Kematangan rencana proses belajar mengajar yang dipersiapkan guru sangat
berpengaruh terhadap proses belajar itu sendiri. Perhatian dan bimbingan yang
dilakukan setiap tahap pembelajaran sangat membantu siswa dalam
mendapatkan solusi atas permasalahan yangg sedang didiskusikan oleh siswa
Saran
Saran yang direkomendasikan sebagai berikut:
1. Hendaknya peningkatan hasil belajar harus terus diupayakan dengan
menggunakan methode, model, strategi dan teknik yang konstektual sehingga
tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan dan kegaduhan dalam pembelajaran.
2. Hendaknya penelitian tindakan kelas senantiasa dilakukan oleh setiap guru
sehingga dapat meningkatkan profesionalitas guru, kepedulian dan perhatian
penuh.
3. Hendaknya guru mempelajari, memahami dan mendalami serta melaksanakan
model-model pembelajaran pada saat melakukan proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmur dan Udin Syaefudin Sa’ud, 2009, Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya
Al Qur’an dan Terjemahnya, 2005 Bandung: CV. Penerbit Jumanatul Ali Art (JART)
Amirul Hadi dan H. Haryono, 1998, Metodologi Penelitian Pendidikan Bandung :
Pustaka Setia
96 | e-jurnalmitrapendidikan.com, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Burhanuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jogjakarta : Ar-Ruzz
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta, Balai Pustaka
E. Mulyasa, 2009, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung ; PT.
Remaja Rosdakarya
Enjah Takari R, 2010, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT. Genesindo
Jamarah, Syaiful Bahri, 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya,
Usaha Nasional
M. Ngalim Purwanto, MP., 2000, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Miftahul A’la, 2010, Quantum Teaching, Jogjakarta: Diva Press
Modul, 2004, Model-model Pembelajaran Inovatif sebagai Solusi Mengakhiri
Dominasi Pembalajaran Guru, Malang: MAN 1 Malang
Muhibbinsyah, 2002, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Nasution, S.1995, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara
Paul Suparno, 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta :
Kanisius
Sardiman A.M, 1990, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : CV.
Rajawali
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta
Taufani C.K., 2008, Menginstal Minat Baca Siswa, Bandung; Globalindo
Universal Multikreasi
Winkel, WS. 1986, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: PT.
Gramedia
Zainal Aqib, dkk., 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widaya
Download