ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO

advertisement
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO-EKONOMI DAN RASIO
KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Kasus pada
Sub-Sektor Komponen dan Otomotif yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
Wahyu Ageng Prasetio1
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Jl.Margonda Raya 100 Pondok Cina, Depok
1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, nilai tukar, suku bunga, ROA,
DER, dan CR terhadap return saham perusahaan sub-sektor komponen dan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung di
dalam sub-sektor komponen dan otomotif menurut Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA) Index yang dikeluarkan oleh BEI periode tahun 2008 - 2011. Hasil penelitian
secara parsial menunjukkan bahwa variabel DER dan CR berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Sedangkan variabel inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan ROA tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sementara secara simultan inflasi, nilai
tukar, suku bunga, ROA, DER, dan CR berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Kata Kunci : Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA),
Return Saham, Makro Ekonomi.
ABSTRACT
The objectives of this research to analyze the influence of inflation, interest rate, exchange
rate, Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) to stock
return of components and automotive industry that listed on Indonesian Stock Exchange.
The objects in this research is a company incorporated in the sub-sector and automotive
components according to Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA) Index issued by
BEI period in 2008-2011. Results of research partially indicate that variable DER and CR
influential significantly to return shares. While variable inflation, exchange rates, interest
rates, and the ROA did not influential significantly to return shares. While simultaneously
inflation, exchange rates, interest rates, ROA, DER, and CR influential significantly to
return shares.
Keyword : Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Macro-Economic, Return On
Asset, Return Shares.
1
2
PENDAHULUAN
Investasi saham masih menjadi
investasi dengan jumlah peminat tertinggi
di pasar modal. Saham dapat diartikan
sebagai lembar kepemilikan perusahaan
yang dapat diperjual-belikan. Semakin
besar investor menginvestasikan dananya
di saham maka semakin besar pula
persentase kepemilikan suatu perusahaan.
Semakin besar kepemilikan perusahaan,
semakin besar pula keuntungan yang
diperoleh para investor berupa bunga
yang dibayar oleh emiten dalam bentuk
deviden.
Tujuan utama dari para investor
membeli atau menanamkan modalnya di
investasi
saham
adalah
untuk
memperoleh keuntungan. Investasi saham
merupakan salah satu jenis investasi yang
memiliki resiko yang cukup tinggi.
Saham sangat mudah terpengaruh oleh
banyak hal. Apakah dari internal
perusahaan atau
faktor
eksternal.
Sehingga para investor yang ingin
menanamkan modalnya pada saham suatu
perusahaan akan mempertimbangkan
berbagai macam faktor serta informasi.
Informasi tersebut akan digunakan untuk
oleh para investor dalam memilih
perusahaan yang dapat mendatangkan
keuntungan (return) dan tidak menjebak
investor kepada kondisi yang merugikan.
(Jojok Dwiridotjahjono, 2006).
Return saham merupakan tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh para
investor atas suatu investasi yang telah
dilakukannya (Robert Ang, 1997). Return
saham menjadi salah satu faktor yang
memotivasi
para
investor
untuk
menanamkan modalnya serta menjadi
imbalan atas keberanian para investor
dalam menanggung atau menghadapi
resiko yang didapat atas investasi yang
telah dilakukan. Investor akan selalu
mengharapkan tingkat return yang
didapat sesuai dengan tingkat resiko yang
dihadapinya. Para investor akan memilih
saham-saham yang sekiranya dapat
memberikan keuntungan atau return yang
maksimal dengan tingkat resiko tertentu
atau return tertentu dengan resiko yang
seminimal mungkin (Ratna Prihantini,
2009).
Ada
dua
faktor
yang
mempengaruhi return suatu investasi
yaitu pertama, faktor internal perusahaan
seperti
kualitas
dan
reputasi
manajemennya, struktur permodalannya,
struktur
hutang,
perusahaan,
dan
sebagainya, kedua adalah menyangkut
faktor eksternal, misalnya pengaruh
kebijakan
moneter
dan
fiskal,
perkembangan sektor industrinya, faktor
ekonomi misalnya terjadinya inflasi, dan
sebagainya.
Hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Suciwati dan Machfoedz
(2002),
Utami dan Rahayu (2003),
Ratnasari (2003), Ulupui (2005), N.
Sasongko (2006), Jojok Dwiridotjahjono
(2006), Suyanto (2007), Chairul Nazwar
(2008), Ratna Prihantini (2009), Inung
Adi Nugroho (2009), Subalno (2009),
Deny Wahyu Fuady (2009) menunjukkan
adanya research gap antara variabel-
3
variabel yang diteliti sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut.
Atas dasar latar belakang masalah
tersebut diatas, maka bisa diambil
kesimpulan bahwa terjadinya suatu
kesenjangan (gap) antara teori yang
selama ini dianggap benar dan pengaruh
antara inflasi, nilai tukar, tingkat suku
bunga, Return On Asset (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER) dan Current Ratio
(CR) terhadap return saham sub-sektor
komponen dan otomotif.
PERUMUSAN HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut :
1. Inflasi, nilai tukar, suku bunga,
ROA, DER, dan CR secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap return saham.
2. Inflasi berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
3. Nilai
tukar
terhadap
US$
berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
4. Tingkat suku bunga berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
5. Return
on
Asset
(ROA)
berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
6. Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
7. Current Ratio (CR) berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
METODE PENELITIAN
Dalam
penelitian
ini
pengelompokkan
perusahaan
yang
termasuk di dalam sub-sektor komponen
dan otomotif berdasarkan pada Jakarta
Stock Industrial Classification (JASICA)
Index yang dikeluarkan oleh BEI.
Teknik
pengambilan
sampel
dilakukan melalui metode purposive
sampling,
dengan
tujuan
untuk
mendapatkan sampel yang representatif
sesuai dengan kriteria berikut ini :
1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode Januari
2008 sampai Desember 2011
2. Saham
Perusahaan
aktif
diperdagangkan setiap bulan
selama periode Januari 2008
sampai Desember 2011.
3. Tersedianya laporan perdagangan
saham emiten setiap bulan selama
periode penelitian.
Data inflasi, nilai tukar, tingkat
suku bunga yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh yang diperoleh
dari Statistik Ekonomi dan Keuangan
yang
diterbitkan
Bank
Indonesia
sedangkan Return On Asset (ROA), Debt
to Equity Ratio (DER), Current Ratio
(CR) dan return saham diperoleh dari
ICMD (Indonesian Capital Market
Directory) dan Jakarta Stock Exchange
4
(JSX) Monthly Statistic dengan periode
waktu tahunan periode 2008 sampai
2011.
Metode analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda. Pengujian asumsi
klasik yang digunakan yaitu uji
normalitas,
multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Sementara untuk menguji tingkat
signifikan
variabel
yang
diteliti
menggunakan uji F dan uji T. Uji F
digunakan untuk mengetahui apakah
variabel-variabel independent secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh
atau tidak terhadap variabel dependent.
Uji T digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari setiap variabel independent
secara individual
variabel dependent.
(parsial)
terhadap
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskriptif Statistik
Tabel 1 menunjukkan bahwa
jumlah pengamatan pada sub-sektor
Komponen dan Otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011
dalam penelitian ini sebanyak 44 data.
Mean atau rata-rata return saham sebesar
0,0102%.
Return saham terendah
(minimum) adalah -0,0608% dan return
saham tertinggi (maximum) 0,171%.
Nilai rata-rata (mean) inflasi sebesar
5,2861% dengan nilai tertinggi inflasi
sebesar 7,92% pada dan nilai terendah
sebesar 3,43%.
Tabel 1. Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N
Return
Inflasi
Bunga
Kurs
ROA
DER
CR
Valid N (listwise)
Minimum
44
44
44
44
44
44
44
44
-,060800
3,43
5,75
8571,00
-11,18
,26
,67
Nilai rata-rata (mean) nilai tukar sebesar
Rp 9497 dengan nilai maximum sebesar
Rp 12023 yang terjadi pada tanggal 2
Maret 2009 dan minimum sebesar Rp
8571 yang terjadi pada tanggal 3
September 2011. Nilai rata-rata (mean)
suku bunga sebesar 6,63% dengan nilai
Maximum
,171273
7,92
8,25
12023,00
24,96
7,45
4,02
Mean
,01028204
5,2861
6,6307
9497,0000
8,9289
1,6516
1,6209
Std. Deviation
,033819964
1,52347
,69985
1022,89382
7,85849
1,47130
,71437
tertinggi suku bunga sebesar 8,25% yang
ditetapkan BI pada bulan Maret 2009 dan
nilai terendah sebesar 5,75%.
Variabel Return On Asset (ROA)
memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar
-11,18% dan terbesar (maximum) adalah
24,96% Rata-rata (mean) dari Return On
5
Asset (ROA) adalah 8,928%. Variabel
Debt Equity Ratio (DER) memiliki nilai
terkecil (minimum) sebesar 0,26% dan
terbesar (maximum) adalah dengan
7,45% . Rata-rata (mean) dari Debt
Equity Ratio (DER) adalah 1,6516%.
Nilai Current Ratio (CR) terendah
(minimum) adalah 0,67% dan yang
tertinggi (maximum) adalah 4,02%.
Selain itu nilai Current Ratio (CR)
menunjukkan nilai rata-rata sebesar
1,6209%.
Uji Asumsi Klasik
Dari hasil pengujian asumsi klasik
tidak ditemukan masalah pada asumsi
normalitas,
multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Uji Normalitas
Uji
normalitas
dengan
menggunakan
grafik
probabilitas
menunjukkan data terdistribusi secara
normal karena distribusi data residualnya
terlihat mengikuti garis normalnya. Jika
distribusi data residual normal, maka
garis yang akan menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. Pengujian normalitas data
secara analisis statistik dapat dilakukan
dengan menggunakan Uji Kolmogorov –
Smirnov.
Tabel 2. Uji Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil pada Tabel 2 di
atas,
menunjukkan
bahwa
data
terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai Kolmogorov-Smirnov adalah
0,689 dan signifikansi pada 0,729 yang
lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data
residual terdistribusi secara normal,
karena nilai signifikansinya lebih dari
0,05. Hasil terakhir diatas mendukung
hasil analisis grafiknya, yaitu dari grafik
histogram maupun grafik Normal
Probability Plot-nya
Uji Multikoleniaritas
Suatu model regresi dinyatakan
bebas dari multikoleniaritas adalah jika
mempunyai nilai tolerance dibawah 1 dan
nilai VIF di bawah 10. Dari hasil
pengujian tesebut diperoleh bahwa semua
variabel independent memiliki nilai
tolerance berada di bawah 1 dan nilai VIF
jauh di bawah angka 10 dan dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak ada gejala
multikoleniaritas dalam model regresi
yang digunakan.
Uji Autokorelasi
Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi.
6
Untuk
mengetahui
ada
tidaknya
autokorelasi kita harus melihat uji D-W
(Durbin-Watson). Berdasarkan hasil
analisis regresi diperoleh nilai Durbin
Watson (DW) sebesar 2,012. Sedangkan
besarnya DW-tabel: dl (batas luar) =
1,2269; du (batas dalam) = 1,8378; 4 – du
= 2,1622; dan 4 – dl = 2,7731. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa DWtest terletak pada daerah uji.
Uji Heterokedastisitas
Untuk
menentukan
heteroskedastisitas dapat menggunakan
grafik
scatterplot,
titik-titik
yang
terbentuk harus menyebar secara acak,
tersebar baik diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik
scatterplot menyebar secara acak, serta
tersebar baik di atas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Hasil ini juga
diperkuat dengan hasil pengujian melalui
uji Glejser yang menunjukkan bahwa
koefisien parameter untuk semua variabel
independent yang digunakan dalam
penelitian ini tidak ada yang signifikan
pada tingkat a= 5% atau 0,05. hal ini
dapat
disimpulkan
bahwa
dalam
persamaan regresi yang digunakan tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian Hipotesis
Koefisien Determinasi
Dari hasil perhitungan koefisien
determinasi (R2) diperoleh hasil besarnya
pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependen yang dapat diterangkan
oleh model persamaan ini adalah sebesar
0,354 atau 35,4% dan sisanya sebesar
64,6% di pengaruhi oleh faktor-faktor
lain yang tidak dimasukkan dalam model
regresi.
Hal ini menunjukkan bahwa besar
pengaruh variabel inflasi, nilai tukar, suku
bunga, Return On Asset (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER) dan Current Ratio
(CR) terhadap return saham yang dapat
diterangkan oleh model persamaan ini
adalah sebesar 35,4% dan sisanya sebesar
64,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang tidak dimasukkan dalam model
regresi.
Hasil Uji F
Dari hasil Uji F dapat diketahui
bahwa nilai Fhitung sebesar 4,922 lebih
besar dari nilai Ftabel sebesar 2,460 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000 dan jauh
lebih kecil dari 0,05 atau 5% yang
menunjukkan
secara
bersama-sama
variabel independent memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel
dependent. Hal ini dapat membuktikan
bahwa secara bersama-sama variabel
independen memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Hal ini menunjukkan bahwa
pergerakan return saham dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor utama yang
menjadi pengaruhnya adalah kondisi
perekonomian nasional serta kondisi
perusahaan itu sendiri. Para investor akan
menilai faktor-faktor tersebut secara
keseluruhan
sebelum
mengambil
keputusan untuk berinvestasi. Saham
7
merupakan jenis investasi yang memiliki
prospek yang bagus namun juga memiliki
potensi kerugian yang cukup besar jika
tidak diawali dengan perencanaan dan
perhitungan yang matang.
Kondisi ekonomi suatu negara
pasti mempengaruhi kondisi suatu
perusahaan. Perubahan kondisi keuangan
perusahaan secara langsung akan menarik
perhatian para investor. Investor akan
menilai apakah perusahaan dalam kondisi
yang
menguntungkan
atau
tidak.
Penilaian inilah yang membuat harga
saham suatu perusahaan berfluktuatif
yang secara langsung pula akan
mempengaruhi return saham tersebut.
Hasil tersebut mendukung banyak
penelitian
yang
telah
dilakukan
sebelumnya seperti Ratna Prihantini
(2009), Inung Adi Nugroho (2009), dan
Dheny Wahyu Fuady (2009).
Pengaruh Inflasi Terhadap Return
Saham
Hipotesis
yang
diajukan
menyatakan bahwa inflasi berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil
koefisien regresi 0,005 dengan tingkat
signifikan sebesar 0,357. Tingkat
signifikan yang didapat lebih besar dari
yang ditetapkan sebesar 0,05 atau 5%.
Selain itu, nilai Thitung sebesar 0,932 lebih
kecil dari nilai Ttabel sebesar 2,026. Hal ini
menunjukkan bahwa inflasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham.
Merupakan suatu fakta bahwa
inflasi
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi
instrumen investasi
seperti saham, secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung, karena inflasi
mengakibatkan turunnya daya beli uang.
Secara tidak langsung yaitu melalui
perubahan tingkat bunga. Kajian para
pakar ekonomi membuktikan bahwa
hubungan inflasi dan tingkat bunga
merupakan hubungan sebab akibat.
Artinya, kenaikan inflasi akan mendorong
naiknya tingkat bunga. Pada saat inflasi
tinggi, maka Bank Indonesia (BI) akan
menaikkan suku bunga untuk menekan
laju inflasi dan untuk menarik minat
masyarakat agar mau menginvestasikan
dana yang dimilikinya ke Bank.
Menurut Bapak Hasan Zein
Mahmud, mantan Dirut Bursa Efek
Jakarta, saham tidak terlalu sensitif
terhadap perubahan tingkat bunga karena
tingkat bunga hanya merupakan salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
keuntungan yang akan diterima investor,
bukan mempengaruhi secara langsung
harga saham. Perusahaan yang bergerak
di bidang komponen dan otomotif karena
produknya lebih banyak dijual secara
tunai dan struktur modalnya didominasi
oleh ekuitas, maka perubahan tingkat
bunga tidak banyak mempengaruhi
kinerja usaha perusahaan di sektor ini.
Sebaliknya sektor properti, misalnya,
kerap disebut sebagai sektor yang
memiliki sensitif tinggi terhadap gejolak
tingkat bunga (interest sensitive industry).
Dikarenakan
bukan hanya lantaran
struktur modalnya yang didominasi oleh
8
sumber dana kredit yang mengakibatkan
ongkos dana menjadi tinggi bila tingkat
bunga naik, tapi yang lebih krusial,
produk mereka sebagian besar dipasarkan
melalui fasilitas kredit sehingga terasa
sangat mahal.
Hasil uji parsial tersebut sesuai
dengan penelitian Gudono (1999) namun
bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ratna Prihantini (2009).
Pengaruh
Saham
Kurs
Terhadap
Return
Hipotesis
yang
diajukan
menyatakan
bahwa
nilai
tukar
berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham. Dari hasil penelitian
didapatkan tingkat signifikan sebesar
0,547. Tingkat signifikan yang didapat
lebih besar dari yang ditetapkan sebesar
0,05 atau 5%. Selain itu, nilai Thitung
sebesar -0,608 lebih kecil dari nilai Ttabel
sebesar 2,026. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai tukar tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham.
Dedy N. Baramuli (2007)
menyatakan
penyebab
kurs
tidak
berpengaruh terhadap return saham
adalah karena nilai tukar berada di pasar
uang yang bersifat jangka pendek
sedangkan saham berada pada pasar
modal yang memperdagangkan sekuritas
jangka panjang. Faktor perubahan nilai
tukar yang relatif stabil masih dapat
diterima oleh para investor. Setidaknya
perubahan nilai tukar tidak membuat
keuntungan yang diterima oleh para
investor berubah secara signifikan. Selain
itu dalam hal penanaman dana di suatu
perusahaan, faktor psikologis investor
yang lebih mementingkan kondisi
perusahaan memainkan peran yang cukup
penting. Jika menurut investor kondisi
perusahaan sedang bagus maka para
investor akan tetap berbondong-bondong
menanamkan modalnya di perusahaan
tersebut tanpa memperhatikan secara
detail dan seksama perubahan nilai tukar.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Dedy N. Baramuli
(2007) namun bertentangan dengan
penelitian Utami dan Rahayu (2003).
Pengaruh Suku
Return Saham
Bunga
Terhadap
Hipotesis
yang
diajukan
menyatakan bahwa tingkat suku bunga
berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham. Dari hasil penelitian
didapatkan tingkat signifikan sebesar
0,526. Tingkat signifikan yang didapat
lebih besar dari yang ditetapkan sebesar
0,05 atau 5%. Selain itu, nilai Thitung
sebesar -0,639 lebih kecil dari nilai Ttabel
sebesar 2,026. Hal ini menunjukkan
bahwa suku bunga tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham.
Saham tidak terlalu sensitif
terhadap perubahan tingkat bunga karena
tingkat bunga hanya merupakan salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
keuntungan yang akan diterima investor,
bukan mempengaruhi secara langsung
harga saham. Perusahaan yang bergerak
di bidang komponen dan otomotif karena
produknya lebih banyak dijual secara
9
tunai dan struktur modalnya didominasi
oleh ekuitas, maka perubahan tingkat
bunga tidak banyak mempengaruhi
kinerja usaha perusahaan di sektor ini.
Tidak berpengaruhnya suku bunga
terhadap return saham juga lebih
disebabkan oleh faktor psikologis
investor. Besaran tingkat suku bunga
hanya diperhatikan oleh para investor
dalam hal pemilihan sarana investasi yang
akan dia pilih.
Selama perusahaan
mampu mendatangkan keuntungan bagi
perusahaan maka para investor akan tetap
berbondong-bondong
menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut tanpa
memperhatikan besaran tingkat suku
bunga yang dikeluarkan oleh BI.
Selain itu juga, karena didukung
faktor suku bunga yang fluktuatif dan
cenderung
mengalami
penurunan
membuat saham masih menjadi pilihan
favorit para investor dalam menanamkan
modalnya. Selain itu, perusahaanperusahaan emiten yang memberikan
dividen yang cukup tinggi
bagi
pemegang sahamnya juga menjadi
salah satu stimulus bagi investor
untuk
berinvestasi
di
saham
dibandingkan dalam bentuk investasi
yang lain.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
pernyataan Rayun Sekar Meta (2005)
namun hal ini bertentangan dengan
penelitian Nurdin (1999).
Pengaruh
Saham
ROA
Terhadap
Return
Hipotesis
yang
diajukan
menyatakan bahwa ROA berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham.
Dari hasil penelitian didapatkan tingkat
signifikan sebesar 0,486. Tingkat
signifikan yang didapat lebih besar dari
yang ditetapkan sebesar 0,05 atau 5%.
Selain itu, nilai Thitung sebesar 0,704 lebih
kecil dari nilai Ttabel sebesar 2,026. Hal ini
menunjukkan
bahwa
ROA
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
investor tidak lagi melihat ROA sebagai
indikator mutlak penilaian kinerja suatu
perusahaan apakah kinerjanya baik atau
buruk. Penyebab ROA tidak lagi menjadi
indikator mutlak penilaian kinerja juga
karena adanya faktor krisis ekonomi yang
membuat banyak kinerja perusahaan
terpuruk dan kadang kala tingkat
profitabilitas perusahaan yang tinggi
kemungkinan juga diikuti oleh tingkat
rasio hutang yang tinggi pula. Hal inilah
yang membuat tingkat ROA tidak terlalu
berpengaruh secara signifikan.
Penelitian
ini
mendukung
penelitian sebelumnya yang dilakukan
Rina Trisnawati (1999) dan penelitian
yang dilakukan olehYeye Susilowati dan
Tri Turyanto (2008).
10
Pengaruh
Saham
DER
Terhadap
Return
Hipotesis
yang
diajukan
menyatakan bahwa DER berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil
koefisien regresi 0,017 dengan tingkat
signifikan sebesar 0,000. Tingkat
signifikan yang didapat lebih kecil dari
yang ditetapkan sebesar 0,05 atau 5%.
Selain itu, nilai Thitung sebesar 4,564 lebih
besar dari nilai Ttabel sebesar 2,026. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
DER
berpengaruh secara signifikan terhadap
return
saham.
Koefisien
regresi
menunjukkan hasil positif sebesar 0,017
yang berarti DER memiliki pengaruh
yang positif.
Selain itu para investor pasti
menyadari bahwa hutang menjadi
instrument penting dalam kegiatan
operasional perusahaan. Perusahaan yang
sedang berkembang pesat atau melakukan
ekspansi pasti membutuhkan dana
tambahan yang pasti sekiranya sulit untuk
hanya mengandalkan dana sendiri.
Kondisi ini menyebabkan kemungkinan
berkembangnya dan semakin majunya
perusahaan di masa yang akan datang
yang berujung pada meningkatnya return
saham (Yeye Susilowati dan Tri
Turyanto, 2008).
Penurunan penjualan yang dialami
oleh perusahaan sub-sektor komponen
dan otomotif juga dapat mempengaruhi
peningkatan proporsi penggunaan hutang.
Penurunan penjualan secara tidak
langsung akan menyebabkan kinerja
perusahaan juga menurun. Sebagai
langkah perbaikan kinerja, perusahaan
akan menggunakan dana operasionalnya
dan kadang kala hal ini akan diikuti
dengan meningkatnya proporsi hutang
perusahaan. Hal ini dilakukan demi
menjaga keseimbangan neraca keuangan
perusahaan dan menjaga ketersediaan
dana perusahaan. Peningkatan kinerja
perusahaan walaupun diikuti dengan
peningkatan hutang akan menarik
perhatian para investor. Hal tersebut juga
didukung oleh profil perusahaan yang
rata-rata cukup terpercaya di mata
investor.Hasil penelitian ini konsisten
dengan Syahib Natarsyah (2000) dan
penelitian
yang
dilakukan
Yeye
Susilowati dan Tri Turyanto (2008).
Pengaruh CR Terhadap Return Saham
Hipotesis
yang
diajukan
menyatakan bahwa CR berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil
koefisien regresi 0,018 dengan tingkat
signifikan sebesar 0,007. Tingkat
signifikan yang didapat lebih kecil dari
yang ditetapkan sebesar 0,05 atau 5%.
Selain itu, nilai Thitung sebesar 2,883 lebih
besar dari nilai Ttabel sebesar 2,026. Hal
ini menunjukkan bahwa CR berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham.
Namun koefisien regresi menunjukkan
hasil positif sebesar 0,018 yang berarti
CR memiliki pengaruh yang positif.
Kondisi likuiditas perusahaan
mencerminkan kinerja dan kondisi
perusahaan. Perusahaan dengan tingkat
11
likuiditas yang bagus biasanya minim
akan gejolak yang dapat menganggu
kegiatan
perusahaan.
Misalnya
perusahaan yang tingkat likuiditas rendah
memiliki resiko dinyatakan pailit oleh
kreditur. Selain itu ketidakmampuan
perusahaan membayar gaji karyawannya
juga dapat mencerminkan tingkat
likuiditas yang rendah. Hal tersebut dapat
mempengaruhi keputusan para investor.
Jika perusahaan dapat meminimalisir
gejolak yang terjadi maka hal tersebut
merupakan nilai tambah tersendiri bagi
perusahaan di mata para investor.
Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ratna Prihantini (2009) dan Ulupui
(2005).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel inflasi, nilai tukar, suku
bunga, ROA, DER, dan CR secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan terhadap return saham
perusahaan sub-sektor komponen
dan otomotif.
2. Secara parsial, variabel inflasi,
nilai tukar, suku bunga, dan ROA
tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham perusahaan
sub-sektor
komponen
dan
otomotif.
3. Variabel
DER
dan
CR
berpengaruh signifikan terhadap
return saham perusahaan subsektor komponen dan otomotif.
Saran
Pada penelitian yang akan datang
terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantara adalah sebagai
berikut :
1. Dalam penelitian mendatang perlu
menambahkan menambah rasio
keuangan lainnya sebagai variabel
independen,
karena
sangat
dimungkinkan rasio keuangan lain
yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini berpengaruh kuat
terhadap return saham.
2. Menambahkan rentang waktu
yang lebih panjang sehingga
nantinya
diharapkan
dapat
menghasilkan analisis yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert, 1997. Buku Pintar Pasar
Modal Indonesia, Mediasoft,
Jakarta.
Auliyah, Robiatul dan Hamzah, Ardi,
2006. “Analisa Karakteristik
Perusahaan, Industri dan Ekonomi
Makro Terhadap Return dan
BETA Saham Syariah Di Bursa
Efek
Jakarta”,
Simposium
Nasional Akuntansi 9, Padang.
Budi Sasono, Herman, 2003, “Pengaruh
Perbedaan Laju Inflasi dan Suku
Bunga pada Nilai Tukar Rupiah
12
terhadap Dollar Amerika, dalam
Kurun Waktu Januari 2000–
Desember
2002”,
Majalah
Ekonomi, Th. XIII, No. 3,
Desember.
Djayani, Nurdin, 1999. “Risiko Investasi
pada Saham Properti di BEJ”.
Usahawan No. 03 th XXV III
Maret.
Dwiridotjahjono, Jojok, 2006. “Analisis
Pengaruh
Variable-Variabel
Ekonomi Makro Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Food &
Beverage yang Listing di Bursa
Efek
Jakarta”,
Jurnal
Manajemen, Akuntansi dan
Bisnis, Vol.5, No.1.
Fuady Wahyu, Dheny, 2009. Analisis
Pengaruh Suku Bunga, Volume
Perdagangan,
dan
Kurs
Terhadap Return Saham Sektor
Properti Yang Listed di BEI
(Studi Kasus pada Saham Sektor
Properti yang Listed di BEI
Periode
2003-2007),
Tesis
Program Pasca Sarjana Magister
Manajemen
Universitas
Diponegoro
(tidak
dipublikasikan).
Hardiningsih,
Pancawati,
2002.
“Pengaruh Faktor Fundamental
Dan Resiko Ekonomi Terhadap
Return Saham Pada Perusahaan
Di Bursa Efek Jakarta: Studi
Kasus
Basic
Industry
&
Chemical”,
Jurnal
Bisnis, Vol. 8, Des.
Strategi
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar
Akuntansi Keuangan, Jakarta :
Salemba Empat.
Jogianto H.M, 1998. Teori Portofolio
dan Analisis Investasi, BPFE,
Yogyakarta.
N. Baramuli, Dedy, 2007. “Pengaruh
Inflasi, Nilai Tukar, Tingkat
Bunga dan GDP Terhadap Return
dan Nilai Saham”, Jurnal Riset
Akuntansi Going Concern FE
UNSRAT, Hal. 15 – 22.
Natarsyah, Syahib, 2000. “Analisis
Pengaruh Faktor Fundamental dan
Risiko Sistematik terhadap Harga
Saham (Kasus Industri Barang
Konsumsi yang Go-Public Di
Pasar Modal Indonesia)”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
Vol.15 No. 3.
Nazwar, Chairul, 2008. “Analisis
Pengaruh Variabel Makroekonomi
Terhadap Return Saham Syariah
Di
Indonesia”.
Jurnal
Perencanaan & Pengembangan
Wilayah, Vol.4, No.1.
Prihantini,
Ratna,
2009.
Analisis
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar,
ROA, DER dan CR Terhadap
Return Saham (Studi Kasus
Saham Industri Real Estate and
Property yang Terdaftar di Bursa
13
Efek Indonesia Periode 2003 –
2006), Tesis Program Pasca
Sarjana Magister Manajemen
Universitas Diponegoro (tidak
dipublikasikan).
Trisnawati, Rina, 1999, “Pengaruh
Informasi Prospektus pada Return
Saham di Pasar Perdana”,
Simposium Nasional Akuntansi
II IAI-KAPd, Malang, September.
Sasongko, Noer dan Wulandari, Nila,
2006. “Pengaruh EVA dan Rasiorasio
Profitabilitas
Terhadap
Harga Saham”, Jurnal Empirika,
Vol. 19 No. 1.
Utami, Mudji dan Rahayu, Mudjilah,
2003. “Peranan Profitabilitas,
Suku Bunga, Inflasi dan Nilai
Tukar Dalam Mempengaruhi
Pasar Modal Indonesia Selam
Krisis
Ekonomi”,
Jurnal
Manajemen & Kewirausahaan,
Vol. 5, No. 2, September.
Sawir, Agnes, 2005. Analisis Kinerja dan
Perencanaan
Keuangan
Perusahaan,
PT
Gramedia
Pustaka. Jakarta
Sekar Meta, Rayun, 2007. Perbedaan
Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku
Bunga,
dan
Nilai
Tukar
Rupiah/US Dollar Terhadap
Return Saham, Tesis Program
Pascasarjana Magister Manajemen
Universitas Diponegoro (tidak
dipublikasikan).
Susilowati, Yeye dan Turyanto, Tri, 2011.
“Reaksi Signal Rasio Profitabilitas
dan Rasio Solvabilitas Terhadap
Return
Saham”,
Dinamika
Keuangan dan Perbankan, Vol.
3, No. 1, Hal 17-37.
Wulandari, Catur, 2005. Pengaruh
Beberapa Faktor Fundamental
terhadap Perbahan Harga Saham
di BEJ. Tesis. FE UMM.
Zein
Mahmud, Hasan, “Adu Kuat
Melawan Inflasi”, Diakses dari
http://203.123.254.36/content/eko
nomi/hazan/inflasi.html
pada
tanggal 18 Juli 2012.
Download