Analisis Perhitungan Harga Pokok Pesanan Meubel

advertisement
Analisis Perhitungan Harga Pokok Pesanan Meubel Dengan Metode Full Costing Pada
CV Sarana Interior Di Samarinda
Irma Sari (irm4sari.paras1.gmail.com)
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Drs.H.Suharyono, M.Si, Ak
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Salmah Pattisahusiwa, SE, M.Si, Ak
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Abstrak
Dalam perhitungan harga pokok produksinya perusahaan hanya memasukkan unsur biaya yang bersifat langsung
saja , sedangkan untuk biaya lainnya yang bersifat tidak langsung tidak dialokasikan kepada tiap produk
pesanan. Menurut teori berdasarkan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produksi semua unsur
biaya baik bersifat langsung maupun tidak langsung harus dialokasikan kepada tiap produk pesanan. Maka,
masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan metode full costing
dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada CV Sarana Interior
di Samarinda masih menghasilkan laba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan menggunakan metode
full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada CV
Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba atau tidak. Penelitian ini menggunakan data pesanan yang
diterima perusahaan selama bulan Maret 2012 untuk mengetahui laba bersih yang dihasilkan. Alat analisis yang
digunakan yaitu perhitungan harga pokok pesanan dengan metode full costing disertai dengan perhitungan tarif
biaya overhead pabrik yang dibebankan dimuka dan membuat kartu harga pokok pesanan. Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, diketahui bahwa dari perhitungan harga
pokok pesanan berdasarkan teori dengan menggunakan metode full costing pada tiap produk pesanan selama
bulan Maret 2012 masih dapat menghasilkan laba atau keuntungan.
Kata kunci : Komponen Biaya Produksi Dengan Metode Full Costing, Komponen Biaya Overhead Pabrik,
Kartu Harga Pokok Pesanan
Abstract
In calculating the cost of production companies only include elements that are direct costs only, while for the
other costs that are indirectly allocated to each product order. According to the theory based on full costing
method in calculating the cost of production are all elements of costs either directly or indirectly should be
allocated to each product order. Thus, the problem to be analyzed in this study is whether to use full costing
method in calculating the cost of each order furniture products for the month of March 2012 on the CV Sarana
Interior in Samarinda still make a profit. This study aims to determine the full costing method in calculating the
cost of each order furniture products for the month of March 2012 on the CV Sarana Interior in Samarinda still
make a profit or not. This study uses data received firm orders for the month of March 2012 to determine the net
profit generated. The analysis tools are calculating the cost of the order with full costing method along with the
calculation of manufacturing overhead rates are charged in advance and make the cost of the card order. Based
on the analysis and discussion that has been done in this study, it is known that the calculation of the cost of the
order based on the theory by using the full costing of each product orders in March 2012 can
still produce profits.
Keywords : Component costs of production with full costing method, component manufacturing overhead costs,
the cost of card orders
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
CV Sarana Interior merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang woodworking
yang melayani kebutuhan akan produk olahan yang berbahan baku kayu (plywood) untuk
dijadikan produk jadi seperti lemari, meja, kursi, tempat tidur, kitchen set, partisi dan lainnya
sehingga memberikan nilai tambah dan mendorong perkembangan industri bahan jadi kayu.
Selain itu CV Sarana Interior juga menerima pesanan pembuatan gorden dan pemasangan
wallpaper dinding.
CV Sarana Interior berproduksi untuk memenuhi pesanan yang berasal dari beberapa
daerah di Kalimantan Timur, seperti Samarinda, Tenggarong, Balikpapan, Grogot, Samboja,
Muara Badak, dan lainnya. Tidak hanya pesanan dari perorangan saja, tetapi perusahaan juga
memenuhi pesanan yang berasal dari pemerintah kota dan provinsi di Kalimantan Timur.
Karena perusahaan berproduksi untuk memenuhi pesanan konsumen, maka diperlukan
informasi mengenai perhitungan harga pokok per produk pesanan yang dapat dijadikan dasar
dalam menentukan harga jual per produk, serta perhitungan laba atau rugi tiap pesanan.
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa pada bulan Maret 2012 CV Sarana Interior
menerima sejumlah pesanan dari Bapak Deddy yang beralamat di jalan Wahid Hasyim berupa
1 unit partisi TV, 1 unit lemari pakaian, 1 unit tempat tidur, 1 unit lemari tangga dan 1 unit
lemari tangga putar. Serta 1 unit tempat tidur yang dipesan oleh Ibu Tri yang beralamat di
Samarinda Seberang. Sampai saat ini dalam perhitungan harga pokok produksinya perusahaan
hanya memasukkan unsur biaya yang bersifat langsung saja seperti biaya bahan baku
langsung, bahan penolong langsung, upah kerja langsung, ongkos kirim dan komisi marketing
(jika ada), sedangkan untuk biaya lainnya yang bersifat tidak langsung seperti biaya gaji,
listrik, air, pemeliharaan mesin, administrasi dan penyusutan tidak dialokasikan kepada tiap
produk pesanannya.
Untuk itu perlu adanya pengumpulan biaya produksi agar dapat diketahui dengan jelas
dan tepat tentang biaya produksi yang dikorbankan dalam menghasilkan suatu produk,
sehingga dapat laba bersih dari masing-masing produk pesanan.
Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat selisih kurang antara laba/keuntungan
berdasarkan perhitungan perusahaan bila dibandingkan dengan hasil analisis. Dimana untuk
produk pesanan 1 unit partisi TV selisih kurang keuntungan adalah sebesar Rp 292.784,11.
Untuk produk pesanan 1 unit lemari pakaian, terdapat selisih kurang sebesar Rp
761.136,61. Untuk produk pesanan 2 unit tempat tidur, terdapat selisih kurang masingmasing sebesar Rp 174.227,74 dan Rp 165.067,48. Untuk produk pesanan 1 unit lemari
tangga, terdapat selisih kurang sebesar Rp 849.919,36. Sedangkan untuk produk pesanan 1
unit lemari tangga putar, terdapat selisih kurang perhitungan keuntungan sebesar Rp
271.587,73.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mencoba melakukan perhitungan harga pokok
pesanan meubel yang diproduksi CV Sarana Interior dengan menggunakan metode full
costing, yaitu memasukkan semua unsur biaya pembuatan produk baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat suatu
rumusan masalah yang mendasari penulisan ini yaitu : ”Apakah dengan menggunakan metode
full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret
2012 pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba ?”
C. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui dengan menggunakan metode
full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret
2012 pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba atau tidak.
II. Tinjauan Teoritis
A. Dasar Teoritis
I. Pengertian Akuntansi
Akuntansi sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan,
dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. ( Jusup, 2005:4-5)
Akuntansi sebagai seni dari AICPA (American Institute of Certified Public
Accounting) yaitu :
“Accounting is the art of recording, classifying, and summarizing in a significant
manner and interms of money, transaction and event which are, in apart at least, of
financial character and interpreting the result there off”. Yang artinya, akuntansi
adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan dengan suatu cara yang berarti
dan dalam nilai uang kejadian dan transaksi yang paling sedikit atau sebagian, bersifat
keuangan dan atas penafsiran hasilnya”. (Nafarin,2004:1)
II. Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu,
serta penafsiran terhadapnya. Dan objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.
(Mulyadi, 2009:7)
Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat
manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta
menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. (Supriyono, 2007:12)
III. Pengertian Biaya
Biaya adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh barang atau jasa,
dimana manfaat dari barang atau jasa tersebut dinikmati dalam waktu lebih dari satu
tahun (jangka panjang). (Rudianto, 2008:25)
Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa
yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi
organisasi. (Simamora, 2002:36)
Biaya adalah Accountants have defined cost as, an exchange price, a for going a
sacrifice made to secure benefit. (Carter and Usry, 2002:2-1)
IV. Penggolongan Biaya
Semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh suatu perusahaan akan
berakibat semakin banyaknya tugas-tugas manajemen perusahaan tersebut dalam
menjalankan fungsi manajemen. Selain itu, biaya-biaya yang terjadi diperusahaan
semakin banyak. Oleh sebab itu perusahan memerlukan informasi mengenai biaya,
baik untuk penetapan harga, efisiensi penggunaan sumber daya, dan evaluasi tentang
lini produk yang paling menguntungkan. Untuk memenuhi kebutuhan manajemen,
biaya dapat digolongkan menjadi beberapa macam.
Biaya digolongkan sebagai berikut :
1. Menurut Objek Pengeluaran. Penggolongan ini merupakan penggolongan yang
paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek
pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut
“biaya telepon”.
2. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan, biaya dapat digolongkan menjadi 3
kelompok, yaitu:
(1). Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi
dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik.
(2). Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya
sampel, dll.
(3). Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian
akuntansi, gaji personalia, dll.
3. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Ada 2 golongan biaya,
yaitu:
(1). Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab
satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya
dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung.
(2). Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk,
biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.
4. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan, biaya
dibagi menjadi 4, yaitu :
(1). Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu,
contohnya; gaji direktur produksi.
(2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
(3). Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur
biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan.
(4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya, biaya dibagi 2 bagian, yaitu :
(1). Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan
memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang
akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang.
(2). Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan
memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu
terjadi. (Mulyadi, 2009:13-16)
V. Siklus Akuntansi Biaya
Penentuan harga
pokok bahan baku
yang dipakai
Biaya tenaga kerja
langsung
Penentuan harga
pokok bahan baku
yang dipakai
Biaya overhead
pabrik
Pengumpulan biaya
produksi
Penentuan harga
pokok produk jadi
Gambar 1.1 Siklus Akuntansi Biaya (Mulyadi, 2009:36)
VI. Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) adalah jumlah biaya
produksi yang diserap oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama
satu periode tertentu. (Marbun, 2003:91)
Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan
produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir.
(Bustami dan Nurlela, 2006:60)
VII. Metode Penentuan Biaya Produksi
Ada 2 (dua) pendekatan yang digunakan dalam memperhitungkan unsur-unsur
biaya ke dalam biaya produksi, yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang
berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian biaya produksi menurut
metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik tetap
Total biaya produksi
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx +
Rp. xxx
(Mulyadi, 2009:17)
Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur
biaya produksi (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik
variabel, dan overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya
pemasaran, biaya administrasi dan umum).
2. Pendekatan Variable Costing
Variable costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik variabel. Dengan demikian biaya produksi menurut metode
variable costing terdiri dari unsur produksi berikut ini :
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik variabel
Total biaya produksi
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx +
Rp. xxx
(Mulyadi, 2009:18)
Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari
unsur biaya produksi variabel (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel
(biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya
tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi
dan umum tetap).
VIII. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Adapun karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan adalah sebagai berikut :
1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang
satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai dengan
pesanan berikutnya.
2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.
Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang
lain.
3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi
persediaan digudang. Mulyadi (2009:37)
Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan
berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan
biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam
perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi
pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya
secara individual.
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk
menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung.
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah
biaya overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan
biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi
dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk
pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan
yang bersangkutan. (Mulyadi, 2009:38)
IX.
Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga
pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
3. Memantau realisasi biaya produksi.
4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca. (Mulyadi, 2009:39)
X.
Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya
overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan
dimuka. Ada dua alasan yang mendasari pendapat diatas yaitu sebagai berikut :
1. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya
terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per satuan
produk yang dihasilkan dari bulan yang satu dengan bulan yang lain yang
disebabkan oleh : a) perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke
bulan, b) perubahan tingkat efisiensi produksi, c) adanya biaya overhead
pabrik yang terjadinya secara sporadik, menyebar tidak merata selama
jangka waktu setahun, d) biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi
secara teratur pada waktu-waktu tertentu.
2. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan, manajemen memerlukan
informasi harga pokok produksi per satuan pada saat pesanan selesai
dikerjakan. Padahal ada elemen biaya overhead pabrik yang baru dapat
diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan atau akhir tahun.
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap
berikut ini :
1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan
anggaran biaya overhead pabrik, yaitu sebagai berikut :
a. Kapasitas teoritis (theoretical capacity)
b. Kapasitas normal (normal capacity)
c. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity)
2. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.
Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya
overhead pabrik kepada produk, diantaranya adalah : a) satuan produk, b) biaya
bahan baku, c) biaya tenaga kerja langsung, d) jam tenaga kerja langsung, e)
jam mesin. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih
dasar pembebanan yang dipakai, yaitu sebagai berikut :
a. Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan
jumlahnya dalam departemen produksi.
b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan
tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar
pembebanan yang akan dipakai.
3. Menghitung tarif biaya overhead pabrik. (Mulyadi, 2009:196)
Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran
ditentukan, dan anggaran biaya overhead pabrik telah disusun, serta dasar
pembebanannya telah dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah
menghitung tarif biaya overhead pabrik dengan rumus sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik yang dianggarkan
= Tarif biaya overhead
Taksiran dasar pembebanan
pabrik
(Mulyadi, 2009:203)
XI. Kartu Harga Pokok Pesanan
Berikut contoh kartu harga pokok pesanan
PT Eliona Sari
Yogyakarta
KARTU HARGA POKOK
No.pesanan
Jenis Produk
Tgl.Pesan
Tgl.Selesai
BIAYA BAHAN BAKU
Tgl
No.BPBG
Ket
:
:
:
:
Jml
TENAGA KERJA
No.Kartu
Tgl
Jml
jam kerja
Total
Biaya
Produksi
Pemesan
:
Tgl.Pesan
:
Tgl.Selesai
:
Tgl.Kirim
:
BOP-dibebankan
Jam
Tgl
Tarif
Jml
mesin
0
Gambar 2. 1 Kartu Harga Pokok Pesanan (Mulyadi,2009:48)
XII. Kerangka Konsep
Analisis Perhitungan Harga Pokok Pesanan Meubel Dengan Metode
Full Costing Pada CV Sarana Interior Di Samarinda
Kajian Pustaka :
Menghitung harga pokok
produk dengan memasukkan
semua unsur biaya baik
langsung maupun tidak
langsung
CV SARANA INTERIOR :
Menghitung harga pokok
produk dengan memasukkan
biaya langsung saja
0
Perumusan Masalah :
”Apakah dengan menggunakan metode full costing dalam perhitungan
harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012
pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba ?”
Alat Analisis :
Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode Full Costing
Hasil Analisis
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
III. Metode Penelitian
A. Definisi Operasional
Berikut ini beberapa pengertian yang menyangkut analisis perhitungan harga pokok
pesanan pada CV Sarana Interior di Samarinda yaitu sebagai berikut :
1. Produk yang dihasilkan diantaranya berupa lemari, tempat tidur, kitchen set, meja,
kursi, partisi TV yang berbahan dasar plywood. Selain itu perusahaan juga
menerima pesanan pembuatan gorden dan pemasangan wallpaper dinding.
2. Harga pokok produk adalah penjumlahan seluruh biaya-biaya langsung yang
dikeluarkan dalam proses pengolahan suatu produk seperti biaya bahan baku, bahan
penolong, upah kerja langsung, ongkos kirim barang pesanan yang telah selesai dan
komisi marketing (jika penjualan melalui marketing).
3. Biaya adalah pengorbanan ekonomis yang terjadi untuk mengolah bahan baku kayu
(plywood) menjadi berbagai bentuk meubel yang siap untuk dijual. Termasuk
didalamnya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Biaya tersebut dibagi lagi menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak
langsung (indirect cost).
4. Biaya langsung (direct cost) yaitu biaya yang dapat dialokasikan secara langsung
kepada masing-masing produk yang diolah. Biaya langsung terdiri dari biaya bahan
baku langsung, bahan penolong langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya kirim
dan biaya komisi marketing (jika ada).
5. Biaya tidak langsung (indirect cost) yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka
menghasilkan produk tetapi tidak dapat diidentifikasi secara langsung kepada
produk tertentu, Biaya tidak langsung ini disebut juga dengan biaya overhead pabrik
yang terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya administrasi umum (Gaji, listrik,
air, telepon, pemeliharaan mesin, biaya sewa, biaya bunga dan biaya penyusutan
mesin).
6. Biaya bahan baku adalah biaya pembelian bahan baku yang akan digunakan untuk
memproduksi produk meubel sesuai dengan spesifikasi pesanan yang telah diterima.
Yang termasuk biaya bahan baku ini adalah biaya pembelian plywood, HPL ,
melamin putih, engsel, tarikan, rel laci, dll.
7. Biaya tenaga kerja langsung merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan
kepada tukang yang secara langsung terlibat dalam proses produksi. Biaya tenaga
kerja ini dihitung berdasarkan satuan (meter ²) dari setiap produk pesanan dikalikan
tarif upah per meter². Biasanya upah akan dibayar setelah pekerjaan selesai 100%.
8. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan baku
dan upah/tenaga kerja langsung, Yang termasuk biaya ini yaitu biaya bahan
penolong (lem dan paku), ongkos kirim barang pesanan, komisi marketing (jika
ada), dan biaya administrasi umum (Gaji, listrik, air, telepon, pemeliharaan mesin,
biaya sewa, biaya bunga, biaya penyusutan dan biaya lainnya).
B. Jangkauan Penelitian
Berdasarkan data yang diperlukan, maka penelitian dilaksanakan pada salah satu
usaha meubel yang ada di Samarinda yaitu CV Sarana Interior yang berlokasi di jalan Jend
Urif Sumohardjo kota Samarinda.
Adapun penelitian dibatasi pada perhitungan harga pokok pesanan meubel pada bulan
Maret 2012 berdasarkan metode full costing sehingga diketahui laba / keuntungan bersih dari
tiap produk pesanan serta membuat kartu harga pokok pesanan.
C. Rincian Data Yang Diperlukan
Untuk mempermudah penelitian yang dilakukan, maka data yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
1. Gambaran umum CV Sarana Interior di Samarinda
2. Struktur organisasi CV Sarana Interior di Samarinda
3. Data biaya produksi pesanan meubel pada bulan Maret 2012
4. Data biaya overhead pabrik pada bulan Maret 2012
5. Data lainnya yang relevan dengan penulisan ini.
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan, Pengumpulan data dilakukan dengan :
a) Interview, yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan pihak yang
berwenang mengenai data yang diperlukan penulis.
b) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat atau mengutip serta
mengcopy data-data yang dimiliki perusahaan.
2. Library Research (penelitian kepustakaan ), yaitu mengumpulkan beberapa konsep teori
secara kepustakaan yang dapat mendukung arah pembahasan penelitian ini.
E.
Alat Analisis
Alat yang digunakan untuk menganalisis dan membahas data yang diperoleh dari CV
Sarana Interior adalah akuntansi biaya, yaitu metode harga pokok pesanan (job order cost
method) dengan pendekatan full costing. Dasar perhitungan untuk biaya produksi adalah
sebagai berikut :
a. Untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung menggunakan sistem harga
pokok historis (berdasarkan biaya sesungguhnya).
b. Untuk biaya overhead pabrik menggunakan tarif biaya yang ditentukan dimuka
(predeterminated rates). Dengan cara menyusun anggaran biaya overhead pabrik
berdasarkan kapasitas normal (Normal Capacity), kemudian membebankan biaya overhead
pabrik tersebut kepada produk berdasarkan atas biaya bahan baku. Dasar pembebanan ini
dipilih karena biaya overhead pabrik (bahan penolong) yang dominan jumlahnya bervariasi
dengan nilai bahan baku.
Adapun untuk perhitungan tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
Taksiran biaya overhead pabrik
Presentase BOP
x100% = dari biaya bahan
Taksiran biaya bahan baku yang dipakai
baku yang dipakai
(Mulyadi, 2009:200)
Untuk perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing dengan
memasukkan semua unsur biaya-biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik maka digunakan formula sebagai berikut :
Biaya Produksi :
- Biaya bahan baku
- Biaya tenaga kerja langsung
- Biaya overhead pabrik variabel
- Biaya overhead pabrik tetap
Total biaya produksi
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx +
Rp. xxx
(Mulyadi, 2009:17)
Setelah melakukan perhitungan total biaya produksi, kemudian dibuat kartu harga
pokok pesanan.
IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
1. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Sebelum melakukan pembebanan biaya overhead pabrik kepada suatu produk,
hendaknya perusahaan perlu menentukan terlebih dahulu tarif biaya overhead pabrik
ditentukan dimuka yang akan menjadi dasar dalam pembebanan biaya overhead pabrik
tersebut pada tiap produk pesanannya. Penentuan tarif biaya overhead dapat dihitung dengan
cara menyusun anggaran biaya overhead pabrik berdasarkan kapasitas normal (Normal
Capacity), kemudian membebankan biaya overhead pabrik tersebut kepada produk
berdasarkan atas biaya bahan baku. Dasar pembebanan ini dipilih karena biaya overhead
pabrik (bahan penolong) yang dominan jumlahnya bervariasi dengan nilai bahan baku.
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Pada Produk
Taksiran biaya overhead pabrik
Presentase BOP
x100% = dari biaya bahan
Taksiran biaya bahan baku yang dipakai
baku yang dipakai
Rp 272.620.829,33
Tarif biaya overhead pabrik =
Rp 856.200.000,00
= 0,32 x 100%
x 100%
= 32 %
Dari perhitungan diatas diketahui besarnya tarif biaya overhead pabrik atas dasar nilai
bahan baku yang dipakai adalah sebesar 32 % untuk tiap produk. Jadi, besarnya pembebanan
biaya overhead pabrik untuk produk pesanan yang diteliti dengan dasar pembebanan atas
biaya bahan baku adalah sebagai berikut :
1)
Pesanan 1 Unit Partisi TV
32 % x Rp 1.535.500,00
= Rp 488.915,30
2)
Pesanan 1 unit Lemari Pakaian
32 % x Rp 3.491.500,00
= Rp 1.111.721,12
3)
Pesanan 2 unit Tempat Tidur
32 % x Rp 810.000,00
= Rp 257.910,39
32 % x Rp 888.000,00
= Rp 282.746,20
4)
Pesanan 1 unit Lemari Tangga
32 % x Rp 3.303.000,00
= Rp 1.051.701,24
5)
Pesanan 1 unit Lemari Tangga Putar
32 % x Rp 1.112.500,00
= Rp 354.228,77
2. Harga Pokok Produksi dan Perhitungan Laba
Adapun perhitungan harga pokok produksi masing-masing pesanan tersebut adalah
sebagai berikut :
1)
Pesanan 1 unit Partisi TV Ukuran 5 m²
- Biaya Bahan Baku
Rp 1.535.500,00
- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 1.500.000,00
- Biaya Overhead Pabrik
Rp 488.915,30
Harga Pokok Produksi
Rp 3.524.415,30
2)
Pesanan 1 unit Lemari Pakaian Ukuran 8,25 m²
- Biaya Bahan Baku
Rp 3.491.500,00
- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 2.475.000,00
- Biaya Overhead Pabrik
Rp 1.111.721,12
Harga Pokok Produksi
Rp 7.078.221,12
3)
Pesanan 1 unit Tempat Tidur Ukuran 3,2 m²
- Biaya Bahan Baku
Rp 810.000,00
- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 352.000,00
- Biaya Overhead Pabrik
Rp 257.910,39
Harga Pokok Produksi
Rp 1.419.910,39
4)
Pesanan 1 unit Tempat Tidur Ukuran 2,4 m²
- Biaya Bahan Baku
Rp 888.000,00
- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 264.000,00
- Biaya Overhead Pabrik
Rp 282.746,20
Harga Pokok Produksi
Rp 1.434.746,20
5)
Pesanan 1 unit Lemari Tangga Ukuran 4,77 m²
- Biaya Bahan Baku
Rp 3.303.000,00
- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 1.431.000,00
- Biaya Overhead Pabrik
Rp 1.051.701,24
Harga Pokok Produksi
6)
Rp 5.785.701,24
Pesanan 1 unit Lemari Tangga Putar Ukuran 2 m²
- Biaya Bahan Baku
Rp 1.112.500,00
- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 600.000,00
- Biaya Overhead Pabrik
Rp 354.228,77
Harga Pokok Produksi
Rp 2.066.728,77
Kemudian berdasarkan data produksi dan perhitungan harga pokok produksi di
atas, maka dapat diketahui laba / keuntungan yang diperoleh dari masing-masing
produk pesanan, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.1 Perhitungan Laba Tiap Produk Pesanan Berdasarkan Hasil Analisis
Keterangan
Partisi TV (Uk
5 m²)
Lemari Pakaian
(Uk 8,25 m²)
Tempat Tidur
(Uk 3,2 m²)
Harga jual produk
Rp 6.000.000,00
Rp 10.725.000,00
Rp 2.560.000,00
Rp 1.535.500,00
Rp 3.491.500,00
Biaya
tenaga
kerja
langsung sesungguhnya
Rp 1.500.000,00
Biaya overhead pabrik
dibebankan
Tempat Tidur
(Uk 2,4 m²)
Lemari Tangga
(Uk 4,77 m²)
Lemari Tangga
Putar (Uk 2m²)
Rp 3.600.000,00
Rp 6.201.000,00
Rp 2.500.000,00
Rp 31.586.000,00
Rp 810.000,00
Rp 888.000,00
Rp 3.303.000,00
Rp 1.112.500,00
Rp 11.140.500,00
Rp 2.475.000,00
Rp 352.000,00
Rp 264.000,00
Rp 1.431.000,00
Rp 600.000,00
Rp 6.622.000,00
Rp 488.915,30
Rp 1.111.721,12
Rp 257.910,39
Rp 282.746,20
Rp 1.051.701,24
Rp 354.228,77
Rp 3.547.223,02
Rp 3.524.415,30
Rp 7.078.221,12
Rp 1.419.910,39
Rp 1.434.746,20
Rp 5.785.701,24
Rp 2.066.728,77
Rp 21.309.723,02
Rp 1.140.090
Rp 2.165.254
Total
Biaya produksi :
Biaya
bahan
sesungguhnya
Total
harga
pesanan
baku
pokok
Laba/rugi tiap pesanan
Sumber Data : Data Olahan
Rp 2.475.585
Rp
3.646.779
Rp
415.299
Rp
433.271
Rp 10.276.276,98
3. Perbedaan Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat adanya perbedaan antara pembebanan
biaya overhead pabrik pada harga pokok produksi suatu produk pesanan berdasarkan hasil
analisis dengan perhitungan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Perbedaan Hasil Perhitungan Pembebanan Biaya Tenaga
Berdasarkan Perhitungan Perusahaan dan Hasil Analisis
No
Jenis Pesanan
Uk(m²)
1
2
3
4
5
6
Partisi TV
Lemari Pakaian
Tempat tidur
Tempat tidur
Lemari Tangga
Lemari Tangga Putar
Total
5
8,25
3,2
2,4
4,77
2
Kerja
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Perusahaan
Hasil Analisis
Langsung
Selisih
Rp 1.500.000,00
Rp 2.475.000,00
Rp 352.000,00
Rp 264.000,00
Rp 1.431.000,00
Rp 600.000,00
Rp 1.500.000,00
Rp 2.475.000,00
Rp 352.000,00
Rp 264.000,00
Rp 1.431.000,00
Rp 600.000,00
-
Rp 6.622.000,00
Rp 6.622.000,00
-
Sumber Data : Data Diolah
Tabel 4.3
No
Perbedaan Hasil Perhitungan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan
Perhitungan Perusahaan dan Hasil Analisis
Jenis Pesanan
1
Partisi TV
2
Uk (m²)
Biaya Overhead Pabrik
Perusahaan
Hasil Analisis
Selisih
5
Rp 196.131,20
Rp 488.915,30
Rp 292.784,11
Lemari Pakaian
8,25
Rp 350.584,52
Rp 1.111.721,12
Rp 761.136,61
3
Tempat tidur
3,2
Rp 83.682,64
Rp 257.910,39
Rp 174.227,74
4
Tempat tidur
2,4
Rp 117.678,72
Rp 282.746,20
Rp 165.067,48
5
Lemari Tangga
Lemari
Tangga
Putar
4,77
Rp 202.701,59
Rp 1.051.701,24
Rp 848.999,64
2
Rp 81.721,33
Rp 354.228,77
Rp 272.507,44
Rp1.032.500,00
Rp 3.547.223,02
Rp 2.514.723,02
6
Jumlah
Sumber Data : Data Diolah
Tabel 4.4
No
Perbedaan Hasil Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Perhitungan
Perusahaan dan Hasil Analisis
Jenis Pesanan
1
Partisi TV
2
Uk (m²)
Harga Pokok Produksi
Perusahaan
Selisih
Hasil Analisis
5
Rp 3.231.631,20
Rp 3.524.415.30
Rp 292.784,11
Lemari Pakaian
8,25
Rp 6.317.084,52
Rp 7.078.221,12
Rp 761.136,61
3
Tempat tidur
3,2
Rp 1.245.682,64
Rp 1.419.910,39
Rp 174.227,74
4
Tempat tidur
2,4
Rp 1.269.678,72
Rp 1.434.746,20
Rp 165.067,48
5
Lemari Tangga
4,77
Rp 4.936.701,59
Rp 5.785.701,24
Rp 848.999,64
6
Lemari Tangga
Putar
2
Rp 1.794.221,33
Rp 2.066.728,77
Rp 272.507,44
Rp18.795.000,00
Rp 21.309.723,02
Rp 2.514.723,02
Jumlah
Sumber Data : Data Diolah
Tabel 4.5
Perbedaan Hasil Perhitungan Keuntungan / Laba Berdasarkan Perhitungan
Perusahaan dan Hasil Analisis
Keuntungan/Laba
Perusahaan
Hasil Analisis
No
Jenis Pesanan
Uk (m²)
1
2
3
4
5
Partisi TV
Lemari Pakaian
Tempat tidur
Tempat tidur
Lemari Tangga
Lemari Tangga
Putar
Jumlah
5
8,25
3,2
2,4
4,77
Rp 2.768.368,80
Rp 4.407.915,48
Rp 1.314.317,36
Rp 2.330.321,28
Rp 1.265.218,12
Rp 2.475.584,70
Rp 3.646.778,88
Rp 1.140.089,61
Rp 2.165.253,80
Rp 415.298,76
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
2
Rp 704.858,96
Rp 433.271,23
Rp 271.587,73
Rp12.791.000,00
Rp 10.276.276,98
Rp 2.514.723,02
6
Selisih
292.784,11
761.136,61
174.227,74
165.067,48
849.919,36
Sumber Data : Data Diolah
4.
Kartu Harga Pokok Pesanan
Perhitungan harga pokok produksi produk pesanan tersebut kemudian dicatat pada
kartu harga pokok pesanan yang akan menjadi dasar pencatatan ayat jurnal ikhtisar.
B. Pembahasan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan diatas, diketahui bahwa dari perhitungan yang
dilakukan berdasarkan metode harga pokok pesanan yang seharusnya, menunjukkan adanya
perbedaan dengan perhitungan yang telah diterapkan perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis, harga pokok produksi pesanan 1 unit partisi TV adalah
sebesar Rp 3.524.415,30. Harga pokok produksi pesanan 1 unit lemari pakaian adalah
sebesar Rp 7.078.221,12. Harga pokok produksi pesanan 2 unit tempat tidur masing-masing
adalah sebesar Rp 1.419.910,39 dan Rp 1.434.746,20. Harga pokok produksi pesanan 1 unit
lemari tangga adalah sebesar Rp 5.785.701,24 dan harga pokok produksi pesanan 1 unit
lemari tangga putar adalah sebesar Rp 2.066.728,77.
Sedangkan menurut perhitungan yang telah dilakukan perusahaan, harga pokok
produksi pesanan 1 unit partisi TV adalah sebesar Rp 3.231.631,20. Harga pokok produksi
pesanan 1 unit lemari pakaian adalah sebesar Rp 6.317.084,52. Harga pokok produksi
pesanan 2 unit tempat tidur masing-masing adalah sebesar Rp 1.245.682,64 dan Rp
1.269.678,72. Harga pokok produksi pesanan 1 unit lemari tangga adalah sebesar Rp
4.936.701,59 dan harga pokok produksi pesanan 1 unit lemari tangga putar adalah sebesar
Rp 1.794.221,33.
Perbedaan perhitungan ini menimbulkan selisih yang disebabkan karena adanya
perbedaan perhitungan pembebanan unsur-unsur biaya produksi terhadap produk pesanan.
Menurut perhitungan perusahaan dan hasil analisis, biaya tenaga kerja langsung dibebankan
pada produk pesanan yang dihitung berdasarkan tarif upah per m² dikalikan dengan ukuran
(m²) tiap produk yang dibuat. Dengan demikian untuk perhitungan biaya tenaga kerja
langsung antara perusahaan dengan hasil analisis tidak terdapat perbedaan.
Kemudian pada pembebanan biaya overhead pabrik , perusahaan
hanya
membebankan biaya bahan penolong, ongkos kirim dan komisi marketing (jika ada) saja pada
perhitungan harga pokok produksinya. Sedangkan untuk biaya-biaya lainnya seperti biaya
gaji, listrik, air, biaya sewa, BBM dan adum (administrasi umum) hanya diperlakukan sebagai
biaya periodik saja, tidak dialokasikan ke dalam harga pokok produk pesanan. Dimana biaya
bahan penolong dan ongkos kirim yang dikeluarkan untuk menyelesaikan 1 unit partisi TV
adalah sebesar Rp 196.131,20. Biaya bahan penolong dan ongkos kirim untuk menyelesaikan
1 unit lemari pakaian adalah sebesar Rp 350.584,52. Biaya bahan penolong dan ongkos kirim
untuk menyelesaikan 2 unit tempat tidur adalah sebesar Rp. 201.361,36 dimana masingmasing unit membutuhkan biaya sebesar Rp 83.682,64 dan Rp 117.678,72. Biaya bahan
penolong dan ongkos kirim untuk menyelesaikan 1 unit lemari tangga adalah sebesar Rp
202.701,59 dan untuk menyelesaikan 1 unit lemari tangga putar dibutuhkan biaya bahan
penolong an ongkos kirim sebesar Rp 81.721,33.
Sedangkan menurut perhitungan harga pokok pesanan berdasarkan metode full costing,
semua biaya dialokasikan ke dalam harga pokok produk pesanan. Sebelum melakukan
pembebanan biaya overhead pabrik kepada suatu produk, maka ditentukan terlebih dahulu
tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka yang akan menjadi dasar dalam pembebanan
biaya overhead pabrik tersebut pada tiap produk pesanan. Penentuan tarif biaya overhead
dihitung dengan cara menyusun anggaran biaya overhead pabrik berdasarkan kapasitas
normal (Normal Capacity), kemudian membebankan biaya overhead pabrik tersebut kepada
produk berdasarkan atas biaya bahan baku. Dasar pembebanan ini dipilih karena biaya
overhead pabrik (bahan penolong) yang dominan jumlahnya bervariasi dengan nilai bahan
baku.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tarif biaya overhead pabrik ditentukan
dimuka adalah sebesar 32% dari nilai bahan baku yang terpakai. Sehingga untuk pesanan 1
unit partisi TV, biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah Rp 488.915,30. Untuk 1 unit
lemari pakaian dibebankan biaya overhead pabrik sebesar Rp 1.111.721,12. Untuk 2 unit
tempat tidur, biaya overhead pabrik yang dibebankan masing-masing adalah sebesar Rp
257.910,39 dan Rp 282.746,20. Sedangkan untuk 1 unit lemari tangga, biaya overhead pabrik
yang dibebankan adalah sebasar Rp 1.051.701,24 dan biaya overhead pabrik untuk 1 unit
lemari tangga putar adalah sebesar Rp 354.228,77.
Kemudian dari hasil analisis, diketahui bahwa terdapat selisih kurang antara
laba/keuntungan berdasarkan perhitungan perusahaan bila dibandingkan dengan hasil
analisis. Dimana untuk produk pesanan 1 unit partisi TV selisih kurang keuntungan adalah
sebesar Rp 292.784,11. Untuk produk pesanan 1 unit lemari pakaian, terdapat selisih
kurang sebesar Rp 761.136,61. Untuk produk pesanan 2 unit tempat tidur, terdapat selisih
kurang masing-masing sebesar Rp 174.227,74 dan Rp 165.067,48. Untuk produk pesanan 1
unit lemari tangga, terdapat selisih kurang sebesar Rp 849.919,36. Sedangkan untuk produk
pesanan 1 unit lemari tangga putar, terdapat selisih kurang perhitungan keuntungan sebesar
Rp 271.587,73.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode full costing dalam perhitungan
harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada CV Sarana Interior
di Samarinda masih menghasilkan laba.
V PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
dan saran sebagai informasi yang berguna bagi pimpinan perusahaan, yaitu :
1. Kesimpulan
Setelah mengevaluasi dan menganalisis data, maka dapat dibuat suatu kesimpulan
yakni sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa perusahaan menghitung harga pokok
produksi suatu pesanan terlalu rendah sehingga menimbulkan selisih kurang bila
dibandingkan dengan hasil analisis. Dimana untuk produk pesanan 1 unit partisi TV
selisih kurang perhitungan harga pokok poduksi adalah sebesar Rp 104.031,09. Untuk
produk pesanan 1 unit lemari pakaian, terdapat selisih kurang sebesar Rp 476.212,79.
Untuk produk pesanan 2 unit tempat tidur, terdapat selisih kurang sebesar Rp
243.080,70 dan Rp 131.084,63. Untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga, terdapat
selisih kurang sebesar Rp 124.924,06. Sedangkan untuk produk pesanan 1 unit lemari
tangga putar, terdapat selisih kurang perhitungan harga pokok produksi sebesar Rp
339.707,48.
2. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tarif biaya overhead pabrik ditentukan
dimuka adalah sebesar 32% dari nilai bahan baku yang terpakai. Sehingga untuk
pesanan 1 unit partisi TV, biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah Rp
488.915,30. Untuk 1 unit lemari pakaian dibebankan biaya overhead pabrik sebesar
Rp 1.111.721,12. Untuk 2 unit tempat tidur, biaya overhead pabrik yang dibebankan
masing-masing adalah sebesar Rp 257.910,39 dan Rp 282.746,20. Sedangkan untuk 1
unit lemari tangga, biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah sebasar Rp
1.051.701,24 dan biaya overhead pabrik untuk 1 unit lemari tangga putar adalah
sebesar Rp 354.228,77.
3. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa perusahaan membebankan biaya overhead
pabrik kepada produk pesanan terlalu rendah sehingga menimbulkan selisih kurang
bila dibandingkan dengan hasil analisis. Dimana untuk produk pesanan 1 unit partisi
TV selisih kurang pembebanan biaya overhead pabrik adalah sebesar Rp 292.784,11.
Untuk produk pesanan 1 unit lemari pakaian, terdapat selisih kurang sebesar Rp
761.136,61. Untuk produk pesanan 2 unit tempat tidur, terdapat selisih kurang sebesar
Rp 174.227,74 dan Rp 165.067,48. Untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga,
terdapat selisih kurang sebesar Rp 848.999,64. Sedangkan untuk produk pesanan 1
unit lemari tangga putar, terdapat selisih kurang pembebanan biaya overhead pabrik
sebesar Rp 272.507,44.
4. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa terdapat selisih kurang antara
laba/keuntungan berdasarkan perhitungan perusahaan bila dibandingkan dengan hasil
analisis. Dimana untuk produk pesanan 1 unit partisi TV selisih kurang keuntungan
adalah sebesar Rp 292.784,11. Untuk produk pesanan 1 unit lemari pakaian, terdapat
selisih kurang sebesar Rp 761.136,61. Untuk produk pesanan 2 unit tempat tidur,
terdapat selisih kurang masing-masing sebesar Rp 174.227,74 dan Rp 165.067,48.
Untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga, terdapat selisih kurang sebesar Rp
849.919,36. Sedangkan untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga putar, terdapat
selisih kurang perhitungan keuntungan sebesar
Rp 271.587,73.
5. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode full costing dalam
perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada
CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba.
2. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya
perusahaan melakukan perhitungan harga pokok pesanan dengan
memasukkan semua unsur biaya produksi baik langsung maupun tidak langsung,
seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
sehingga dapat diketahui laba bersih dari tiap pesanan pada periode tertentu.
2. Sebaiknya perusahaan perlu menghitung tarif biaya overhead pabrik ditentukan
dimuka sehingga semua unsur biaya baik langsung maupun tidak langsung dapat
dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi tiap pesanan sebagai dasar
penetapan harga jual kepada pemesan.
3. Sebaiknya untuk tiap produk pesanan perlu dibuatkan kartu harga pokok pesanan
untuk memudahkan dalam menghitung harga pokok produksi tiap pesanan.
Dengan memperhatikan kondisi dan situasi dalam dunia ekonomi yang penuh dengan
persaingan ini, perusahaan harus dituntut maju dalam segala hal dengan tetap memperhatikan
semua komponen yang terlibat didalamnya.
Daftar Pustaka
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama,
Graha Ilmiah, Yogyakarta.
Carter, dan Usry. 2002. Cost Accounting, 13th Edition, By South-Western, A Division of
Thomson Learning Inc. (terjemahan). Akuntansi Biaya, Edisi Tiga Belas, Salemba
Empat, Jakarta.
Jusuf, Al Haryono. 2005. Dasar-dasar akuntansi, Jilid 1, STIE YKPN, Yogyakarta.
Marbun,B.N,SH.2003. Kamus Manajemen,Cetakan I, Pusaka Sinar Harapan.Jakarta.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi 6, STIE YKPN, Yogyakarta.
Nafarin,M. 2004. Akuntansi, Pendekatan Siklus dan Pajak Untuk Perusahaan Industri dan
Dagang, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Rudianto. 2008. Pengantar Akuntansi : Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan,
Erlangga, Jakarta.
Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat, Jakarta.
Supriyono, R.A.2007. Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok,
Buku I, Edisi Kedua, Cetakan Ketigabelas, BPFE UGM, Yogyakarta.
Download