Analisis Perhitungan Harga Pokok Pesanan Meubel Dengan Metode Full Costing Pada CV Sarana Interior Di Samarinda Irma Sari (irm4sari.paras1.gmail.com) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Drs.H.Suharyono, M.Si, Ak Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Salmah Pattisahusiwa, SE, M.Si, Ak Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Abstrak Dalam perhitungan harga pokok produksinya perusahaan hanya memasukkan unsur biaya yang bersifat langsung saja , sedangkan untuk biaya lainnya yang bersifat tidak langsung tidak dialokasikan kepada tiap produk pesanan. Menurut teori berdasarkan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produksi semua unsur biaya baik bersifat langsung maupun tidak langsung harus dialokasikan kepada tiap produk pesanan. Maka, masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan menggunakan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba atau tidak. Penelitian ini menggunakan data pesanan yang diterima perusahaan selama bulan Maret 2012 untuk mengetahui laba bersih yang dihasilkan. Alat analisis yang digunakan yaitu perhitungan harga pokok pesanan dengan metode full costing disertai dengan perhitungan tarif biaya overhead pabrik yang dibebankan dimuka dan membuat kartu harga pokok pesanan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, diketahui bahwa dari perhitungan harga pokok pesanan berdasarkan teori dengan menggunakan metode full costing pada tiap produk pesanan selama bulan Maret 2012 masih dapat menghasilkan laba atau keuntungan. Kata kunci : Komponen Biaya Produksi Dengan Metode Full Costing, Komponen Biaya Overhead Pabrik, Kartu Harga Pokok Pesanan Abstract In calculating the cost of production companies only include elements that are direct costs only, while for the other costs that are indirectly allocated to each product order. According to the theory based on full costing method in calculating the cost of production are all elements of costs either directly or indirectly should be allocated to each product order. Thus, the problem to be analyzed in this study is whether to use full costing method in calculating the cost of each order furniture products for the month of March 2012 on the CV Sarana Interior in Samarinda still make a profit. This study aims to determine the full costing method in calculating the cost of each order furniture products for the month of March 2012 on the CV Sarana Interior in Samarinda still make a profit or not. This study uses data received firm orders for the month of March 2012 to determine the net profit generated. The analysis tools are calculating the cost of the order with full costing method along with the calculation of manufacturing overhead rates are charged in advance and make the cost of the card order. Based on the analysis and discussion that has been done in this study, it is known that the calculation of the cost of the order based on the theory by using the full costing of each product orders in March 2012 can still produce profits. Keywords : Component costs of production with full costing method, component manufacturing overhead costs, the cost of card orders I. Pendahuluan A. Latar Belakang CV Sarana Interior merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang woodworking yang melayani kebutuhan akan produk olahan yang berbahan baku kayu (plywood) untuk dijadikan produk jadi seperti lemari, meja, kursi, tempat tidur, kitchen set, partisi dan lainnya sehingga memberikan nilai tambah dan mendorong perkembangan industri bahan jadi kayu. Selain itu CV Sarana Interior juga menerima pesanan pembuatan gorden dan pemasangan wallpaper dinding. CV Sarana Interior berproduksi untuk memenuhi pesanan yang berasal dari beberapa daerah di Kalimantan Timur, seperti Samarinda, Tenggarong, Balikpapan, Grogot, Samboja, Muara Badak, dan lainnya. Tidak hanya pesanan dari perorangan saja, tetapi perusahaan juga memenuhi pesanan yang berasal dari pemerintah kota dan provinsi di Kalimantan Timur. Karena perusahaan berproduksi untuk memenuhi pesanan konsumen, maka diperlukan informasi mengenai perhitungan harga pokok per produk pesanan yang dapat dijadikan dasar dalam menentukan harga jual per produk, serta perhitungan laba atau rugi tiap pesanan. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa pada bulan Maret 2012 CV Sarana Interior menerima sejumlah pesanan dari Bapak Deddy yang beralamat di jalan Wahid Hasyim berupa 1 unit partisi TV, 1 unit lemari pakaian, 1 unit tempat tidur, 1 unit lemari tangga dan 1 unit lemari tangga putar. Serta 1 unit tempat tidur yang dipesan oleh Ibu Tri yang beralamat di Samarinda Seberang. Sampai saat ini dalam perhitungan harga pokok produksinya perusahaan hanya memasukkan unsur biaya yang bersifat langsung saja seperti biaya bahan baku langsung, bahan penolong langsung, upah kerja langsung, ongkos kirim dan komisi marketing (jika ada), sedangkan untuk biaya lainnya yang bersifat tidak langsung seperti biaya gaji, listrik, air, pemeliharaan mesin, administrasi dan penyusutan tidak dialokasikan kepada tiap produk pesanannya. Untuk itu perlu adanya pengumpulan biaya produksi agar dapat diketahui dengan jelas dan tepat tentang biaya produksi yang dikorbankan dalam menghasilkan suatu produk, sehingga dapat laba bersih dari masing-masing produk pesanan. Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat selisih kurang antara laba/keuntungan berdasarkan perhitungan perusahaan bila dibandingkan dengan hasil analisis. Dimana untuk produk pesanan 1 unit partisi TV selisih kurang keuntungan adalah sebesar Rp 292.784,11. Untuk produk pesanan 1 unit lemari pakaian, terdapat selisih kurang sebesar Rp 761.136,61. Untuk produk pesanan 2 unit tempat tidur, terdapat selisih kurang masingmasing sebesar Rp 174.227,74 dan Rp 165.067,48. Untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga, terdapat selisih kurang sebesar Rp 849.919,36. Sedangkan untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga putar, terdapat selisih kurang perhitungan keuntungan sebesar Rp 271.587,73. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mencoba melakukan perhitungan harga pokok pesanan meubel yang diproduksi CV Sarana Interior dengan menggunakan metode full costing, yaitu memasukkan semua unsur biaya pembuatan produk baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yang mendasari penulisan ini yaitu : ”Apakah dengan menggunakan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba ?” C. Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui dengan menggunakan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba atau tidak. II. Tinjauan Teoritis A. Dasar Teoritis I. Pengertian Akuntansi Akuntansi sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. ( Jusup, 2005:4-5) Akuntansi sebagai seni dari AICPA (American Institute of Certified Public Accounting) yaitu : “Accounting is the art of recording, classifying, and summarizing in a significant manner and interms of money, transaction and event which are, in apart at least, of financial character and interpreting the result there off”. Yang artinya, akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan dengan suatu cara yang berarti dan dalam nilai uang kejadian dan transaksi yang paling sedikit atau sebagian, bersifat keuangan dan atas penafsiran hasilnya”. (Nafarin,2004:1) II. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Dan objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya. (Mulyadi, 2009:7) Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. (Supriyono, 2007:12) III. Pengertian Biaya Biaya adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh barang atau jasa, dimana manfaat dari barang atau jasa tersebut dinikmati dalam waktu lebih dari satu tahun (jangka panjang). (Rudianto, 2008:25) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. (Simamora, 2002:36) Biaya adalah Accountants have defined cost as, an exchange price, a for going a sacrifice made to secure benefit. (Carter and Usry, 2002:2-1) IV. Penggolongan Biaya Semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh suatu perusahaan akan berakibat semakin banyaknya tugas-tugas manajemen perusahaan tersebut dalam menjalankan fungsi manajemen. Selain itu, biaya-biaya yang terjadi diperusahaan semakin banyak. Oleh sebab itu perusahan memerlukan informasi mengenai biaya, baik untuk penetapan harga, efisiensi penggunaan sumber daya, dan evaluasi tentang lini produk yang paling menguntungkan. Untuk memenuhi kebutuhan manajemen, biaya dapat digolongkan menjadi beberapa macam. Biaya digolongkan sebagai berikut : 1. Menurut Objek Pengeluaran. Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut “biaya telepon”. 2. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan, biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1). Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. (2). Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dll. (3). Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia, dll. 3. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Ada 2 golongan biaya, yaitu: (1). Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. (2). Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik. 4. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan, biaya dibagi menjadi 4, yaitu : (1). Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi. (2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (3). Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan. (4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya, biaya dibagi 2 bagian, yaitu : (1). Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. (2). Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi. (Mulyadi, 2009:13-16) V. Siklus Akuntansi Biaya Penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai Biaya tenaga kerja langsung Penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai Biaya overhead pabrik Pengumpulan biaya produksi Penentuan harga pokok produk jadi Gambar 1.1 Siklus Akuntansi Biaya (Mulyadi, 2009:36) VI. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) adalah jumlah biaya produksi yang diserap oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama satu periode tertentu. (Marbun, 2003:91) Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. (Bustami dan Nurlela, 2006:60) VII. Metode Penentuan Biaya Produksi Ada 2 (dua) pendekatan yang digunakan dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi, yaitu sebagai berikut : 1. Pendekatan Full Costing Full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian biaya produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini : Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Biaya overhead pabrik tetap Total biaya produksi Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx + Rp. xxx (Mulyadi, 2009:17) Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik variabel, dan overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). 2. Pendekatan Variable Costing Variable costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian biaya produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur produksi berikut ini : Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Total biaya produksi Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx + Rp. xxx (Mulyadi, 2009:18) Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur biaya produksi variabel (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap). VIII. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan Adapun karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut : 1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya. 2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain. 3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan digudang. Mulyadi (2009:37) Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual. 2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. 3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik. 4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. 5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. (Mulyadi, 2009:38) IX. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk : 1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. 2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. 3. Memantau realisasi biaya produksi. 4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan. 5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. (Mulyadi, 2009:39) X. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. Ada dua alasan yang mendasari pendapat diatas yaitu sebagai berikut : 1. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan yang satu dengan bulan yang lain yang disebabkan oleh : a) perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan, b) perubahan tingkat efisiensi produksi, c) adanya biaya overhead pabrik yang terjadinya secara sporadik, menyebar tidak merata selama jangka waktu setahun, d) biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu. 2. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan, manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat pesanan selesai dikerjakan. Padahal ada elemen biaya overhead pabrik yang baru dapat diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan atau akhir tahun. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini : 1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead pabrik, yaitu sebagai berikut : a. Kapasitas teoritis (theoretical capacity) b. Kapasitas normal (normal capacity) c. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity) 2. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk, diantaranya adalah : a) satuan produk, b) biaya bahan baku, c) biaya tenaga kerja langsung, d) jam tenaga kerja langsung, e) jam mesin. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai, yaitu sebagai berikut : a. Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi. b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai. 3. Menghitung tarif biaya overhead pabrik. (Mulyadi, 2009:196) Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran biaya overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanannya telah dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif biaya overhead pabrik dengan rumus sebagai berikut : Biaya overhead pabrik yang dianggarkan = Tarif biaya overhead Taksiran dasar pembebanan pabrik (Mulyadi, 2009:203) XI. Kartu Harga Pokok Pesanan Berikut contoh kartu harga pokok pesanan PT Eliona Sari Yogyakarta KARTU HARGA POKOK No.pesanan Jenis Produk Tgl.Pesan Tgl.Selesai BIAYA BAHAN BAKU Tgl No.BPBG Ket : : : : Jml TENAGA KERJA No.Kartu Tgl Jml jam kerja Total Biaya Produksi Pemesan : Tgl.Pesan : Tgl.Selesai : Tgl.Kirim : BOP-dibebankan Jam Tgl Tarif Jml mesin 0 Gambar 2. 1 Kartu Harga Pokok Pesanan (Mulyadi,2009:48) XII. Kerangka Konsep Analisis Perhitungan Harga Pokok Pesanan Meubel Dengan Metode Full Costing Pada CV Sarana Interior Di Samarinda Kajian Pustaka : Menghitung harga pokok produk dengan memasukkan semua unsur biaya baik langsung maupun tidak langsung CV SARANA INTERIOR : Menghitung harga pokok produk dengan memasukkan biaya langsung saja 0 Perumusan Masalah : ”Apakah dengan menggunakan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba ?” Alat Analisis : Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode Full Costing Hasil Analisis Gambar 2.2 Kerangka Konsep III. Metode Penelitian A. Definisi Operasional Berikut ini beberapa pengertian yang menyangkut analisis perhitungan harga pokok pesanan pada CV Sarana Interior di Samarinda yaitu sebagai berikut : 1. Produk yang dihasilkan diantaranya berupa lemari, tempat tidur, kitchen set, meja, kursi, partisi TV yang berbahan dasar plywood. Selain itu perusahaan juga menerima pesanan pembuatan gorden dan pemasangan wallpaper dinding. 2. Harga pokok produk adalah penjumlahan seluruh biaya-biaya langsung yang dikeluarkan dalam proses pengolahan suatu produk seperti biaya bahan baku, bahan penolong, upah kerja langsung, ongkos kirim barang pesanan yang telah selesai dan komisi marketing (jika penjualan melalui marketing). 3. Biaya adalah pengorbanan ekonomis yang terjadi untuk mengolah bahan baku kayu (plywood) menjadi berbagai bentuk meubel yang siap untuk dijual. Termasuk didalamnya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya tersebut dibagi lagi menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). 4. Biaya langsung (direct cost) yaitu biaya yang dapat dialokasikan secara langsung kepada masing-masing produk yang diolah. Biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku langsung, bahan penolong langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya kirim dan biaya komisi marketing (jika ada). 5. Biaya tidak langsung (indirect cost) yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka menghasilkan produk tetapi tidak dapat diidentifikasi secara langsung kepada produk tertentu, Biaya tidak langsung ini disebut juga dengan biaya overhead pabrik yang terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya administrasi umum (Gaji, listrik, air, telepon, pemeliharaan mesin, biaya sewa, biaya bunga dan biaya penyusutan mesin). 6. Biaya bahan baku adalah biaya pembelian bahan baku yang akan digunakan untuk memproduksi produk meubel sesuai dengan spesifikasi pesanan yang telah diterima. Yang termasuk biaya bahan baku ini adalah biaya pembelian plywood, HPL , melamin putih, engsel, tarikan, rel laci, dll. 7. Biaya tenaga kerja langsung merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada tukang yang secara langsung terlibat dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja ini dihitung berdasarkan satuan (meter ²) dari setiap produk pesanan dikalikan tarif upah per meter². Biasanya upah akan dibayar setelah pekerjaan selesai 100%. 8. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan baku dan upah/tenaga kerja langsung, Yang termasuk biaya ini yaitu biaya bahan penolong (lem dan paku), ongkos kirim barang pesanan, komisi marketing (jika ada), dan biaya administrasi umum (Gaji, listrik, air, telepon, pemeliharaan mesin, biaya sewa, biaya bunga, biaya penyusutan dan biaya lainnya). B. Jangkauan Penelitian Berdasarkan data yang diperlukan, maka penelitian dilaksanakan pada salah satu usaha meubel yang ada di Samarinda yaitu CV Sarana Interior yang berlokasi di jalan Jend Urif Sumohardjo kota Samarinda. Adapun penelitian dibatasi pada perhitungan harga pokok pesanan meubel pada bulan Maret 2012 berdasarkan metode full costing sehingga diketahui laba / keuntungan bersih dari tiap produk pesanan serta membuat kartu harga pokok pesanan. C. Rincian Data Yang Diperlukan Untuk mempermudah penelitian yang dilakukan, maka data yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum CV Sarana Interior di Samarinda 2. Struktur organisasi CV Sarana Interior di Samarinda 3. Data biaya produksi pesanan meubel pada bulan Maret 2012 4. Data biaya overhead pabrik pada bulan Maret 2012 5. Data lainnya yang relevan dengan penulisan ini. D. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Penelitian Lapangan, Pengumpulan data dilakukan dengan : a) Interview, yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan pihak yang berwenang mengenai data yang diperlukan penulis. b) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat atau mengutip serta mengcopy data-data yang dimiliki perusahaan. 2. Library Research (penelitian kepustakaan ), yaitu mengumpulkan beberapa konsep teori secara kepustakaan yang dapat mendukung arah pembahasan penelitian ini. E. Alat Analisis Alat yang digunakan untuk menganalisis dan membahas data yang diperoleh dari CV Sarana Interior adalah akuntansi biaya, yaitu metode harga pokok pesanan (job order cost method) dengan pendekatan full costing. Dasar perhitungan untuk biaya produksi adalah sebagai berikut : a. Untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung menggunakan sistem harga pokok historis (berdasarkan biaya sesungguhnya). b. Untuk biaya overhead pabrik menggunakan tarif biaya yang ditentukan dimuka (predeterminated rates). Dengan cara menyusun anggaran biaya overhead pabrik berdasarkan kapasitas normal (Normal Capacity), kemudian membebankan biaya overhead pabrik tersebut kepada produk berdasarkan atas biaya bahan baku. Dasar pembebanan ini dipilih karena biaya overhead pabrik (bahan penolong) yang dominan jumlahnya bervariasi dengan nilai bahan baku. Adapun untuk perhitungan tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka dapat digunakan rumus sebagai berikut : Taksiran biaya overhead pabrik Presentase BOP x100% = dari biaya bahan Taksiran biaya bahan baku yang dipakai baku yang dipakai (Mulyadi, 2009:200) Untuk perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing dengan memasukkan semua unsur biaya-biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik maka digunakan formula sebagai berikut : Biaya Produksi : - Biaya bahan baku - Biaya tenaga kerja langsung - Biaya overhead pabrik variabel - Biaya overhead pabrik tetap Total biaya produksi Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx + Rp. xxx (Mulyadi, 2009:17) Setelah melakukan perhitungan total biaya produksi, kemudian dibuat kartu harga pokok pesanan. IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis 1. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Sebelum melakukan pembebanan biaya overhead pabrik kepada suatu produk, hendaknya perusahaan perlu menentukan terlebih dahulu tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka yang akan menjadi dasar dalam pembebanan biaya overhead pabrik tersebut pada tiap produk pesanannya. Penentuan tarif biaya overhead dapat dihitung dengan cara menyusun anggaran biaya overhead pabrik berdasarkan kapasitas normal (Normal Capacity), kemudian membebankan biaya overhead pabrik tersebut kepada produk berdasarkan atas biaya bahan baku. Dasar pembebanan ini dipilih karena biaya overhead pabrik (bahan penolong) yang dominan jumlahnya bervariasi dengan nilai bahan baku. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Pada Produk Taksiran biaya overhead pabrik Presentase BOP x100% = dari biaya bahan Taksiran biaya bahan baku yang dipakai baku yang dipakai Rp 272.620.829,33 Tarif biaya overhead pabrik = Rp 856.200.000,00 = 0,32 x 100% x 100% = 32 % Dari perhitungan diatas diketahui besarnya tarif biaya overhead pabrik atas dasar nilai bahan baku yang dipakai adalah sebesar 32 % untuk tiap produk. Jadi, besarnya pembebanan biaya overhead pabrik untuk produk pesanan yang diteliti dengan dasar pembebanan atas biaya bahan baku adalah sebagai berikut : 1) Pesanan 1 Unit Partisi TV 32 % x Rp 1.535.500,00 = Rp 488.915,30 2) Pesanan 1 unit Lemari Pakaian 32 % x Rp 3.491.500,00 = Rp 1.111.721,12 3) Pesanan 2 unit Tempat Tidur 32 % x Rp 810.000,00 = Rp 257.910,39 32 % x Rp 888.000,00 = Rp 282.746,20 4) Pesanan 1 unit Lemari Tangga 32 % x Rp 3.303.000,00 = Rp 1.051.701,24 5) Pesanan 1 unit Lemari Tangga Putar 32 % x Rp 1.112.500,00 = Rp 354.228,77 2. Harga Pokok Produksi dan Perhitungan Laba Adapun perhitungan harga pokok produksi masing-masing pesanan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Pesanan 1 unit Partisi TV Ukuran 5 m² - Biaya Bahan Baku Rp 1.535.500,00 - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 1.500.000,00 - Biaya Overhead Pabrik Rp 488.915,30 Harga Pokok Produksi Rp 3.524.415,30 2) Pesanan 1 unit Lemari Pakaian Ukuran 8,25 m² - Biaya Bahan Baku Rp 3.491.500,00 - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.475.000,00 - Biaya Overhead Pabrik Rp 1.111.721,12 Harga Pokok Produksi Rp 7.078.221,12 3) Pesanan 1 unit Tempat Tidur Ukuran 3,2 m² - Biaya Bahan Baku Rp 810.000,00 - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 352.000,00 - Biaya Overhead Pabrik Rp 257.910,39 Harga Pokok Produksi Rp 1.419.910,39 4) Pesanan 1 unit Tempat Tidur Ukuran 2,4 m² - Biaya Bahan Baku Rp 888.000,00 - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 264.000,00 - Biaya Overhead Pabrik Rp 282.746,20 Harga Pokok Produksi Rp 1.434.746,20 5) Pesanan 1 unit Lemari Tangga Ukuran 4,77 m² - Biaya Bahan Baku Rp 3.303.000,00 - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 1.431.000,00 - Biaya Overhead Pabrik Rp 1.051.701,24 Harga Pokok Produksi 6) Rp 5.785.701,24 Pesanan 1 unit Lemari Tangga Putar Ukuran 2 m² - Biaya Bahan Baku Rp 1.112.500,00 - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 600.000,00 - Biaya Overhead Pabrik Rp 354.228,77 Harga Pokok Produksi Rp 2.066.728,77 Kemudian berdasarkan data produksi dan perhitungan harga pokok produksi di atas, maka dapat diketahui laba / keuntungan yang diperoleh dari masing-masing produk pesanan, yaitu sebagai berikut : Tabel 4.1 Perhitungan Laba Tiap Produk Pesanan Berdasarkan Hasil Analisis Keterangan Partisi TV (Uk 5 m²) Lemari Pakaian (Uk 8,25 m²) Tempat Tidur (Uk 3,2 m²) Harga jual produk Rp 6.000.000,00 Rp 10.725.000,00 Rp 2.560.000,00 Rp 1.535.500,00 Rp 3.491.500,00 Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp 1.500.000,00 Biaya overhead pabrik dibebankan Tempat Tidur (Uk 2,4 m²) Lemari Tangga (Uk 4,77 m²) Lemari Tangga Putar (Uk 2m²) Rp 3.600.000,00 Rp 6.201.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp 31.586.000,00 Rp 810.000,00 Rp 888.000,00 Rp 3.303.000,00 Rp 1.112.500,00 Rp 11.140.500,00 Rp 2.475.000,00 Rp 352.000,00 Rp 264.000,00 Rp 1.431.000,00 Rp 600.000,00 Rp 6.622.000,00 Rp 488.915,30 Rp 1.111.721,12 Rp 257.910,39 Rp 282.746,20 Rp 1.051.701,24 Rp 354.228,77 Rp 3.547.223,02 Rp 3.524.415,30 Rp 7.078.221,12 Rp 1.419.910,39 Rp 1.434.746,20 Rp 5.785.701,24 Rp 2.066.728,77 Rp 21.309.723,02 Rp 1.140.090 Rp 2.165.254 Total Biaya produksi : Biaya bahan sesungguhnya Total harga pesanan baku pokok Laba/rugi tiap pesanan Sumber Data : Data Olahan Rp 2.475.585 Rp 3.646.779 Rp 415.299 Rp 433.271 Rp 10.276.276,98 3. Perbedaan Hasil Perhitungan Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat adanya perbedaan antara pembebanan biaya overhead pabrik pada harga pokok produksi suatu produk pesanan berdasarkan hasil analisis dengan perhitungan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Perbedaan Hasil Perhitungan Pembebanan Biaya Tenaga Berdasarkan Perhitungan Perusahaan dan Hasil Analisis No Jenis Pesanan Uk(m²) 1 2 3 4 5 6 Partisi TV Lemari Pakaian Tempat tidur Tempat tidur Lemari Tangga Lemari Tangga Putar Total 5 8,25 3,2 2,4 4,77 2 Kerja Biaya Tenaga Kerja Langsung Perusahaan Hasil Analisis Langsung Selisih Rp 1.500.000,00 Rp 2.475.000,00 Rp 352.000,00 Rp 264.000,00 Rp 1.431.000,00 Rp 600.000,00 Rp 1.500.000,00 Rp 2.475.000,00 Rp 352.000,00 Rp 264.000,00 Rp 1.431.000,00 Rp 600.000,00 - Rp 6.622.000,00 Rp 6.622.000,00 - Sumber Data : Data Diolah Tabel 4.3 No Perbedaan Hasil Perhitungan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan Perhitungan Perusahaan dan Hasil Analisis Jenis Pesanan 1 Partisi TV 2 Uk (m²) Biaya Overhead Pabrik Perusahaan Hasil Analisis Selisih 5 Rp 196.131,20 Rp 488.915,30 Rp 292.784,11 Lemari Pakaian 8,25 Rp 350.584,52 Rp 1.111.721,12 Rp 761.136,61 3 Tempat tidur 3,2 Rp 83.682,64 Rp 257.910,39 Rp 174.227,74 4 Tempat tidur 2,4 Rp 117.678,72 Rp 282.746,20 Rp 165.067,48 5 Lemari Tangga Lemari Tangga Putar 4,77 Rp 202.701,59 Rp 1.051.701,24 Rp 848.999,64 2 Rp 81.721,33 Rp 354.228,77 Rp 272.507,44 Rp1.032.500,00 Rp 3.547.223,02 Rp 2.514.723,02 6 Jumlah Sumber Data : Data Diolah Tabel 4.4 No Perbedaan Hasil Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Perhitungan Perusahaan dan Hasil Analisis Jenis Pesanan 1 Partisi TV 2 Uk (m²) Harga Pokok Produksi Perusahaan Selisih Hasil Analisis 5 Rp 3.231.631,20 Rp 3.524.415.30 Rp 292.784,11 Lemari Pakaian 8,25 Rp 6.317.084,52 Rp 7.078.221,12 Rp 761.136,61 3 Tempat tidur 3,2 Rp 1.245.682,64 Rp 1.419.910,39 Rp 174.227,74 4 Tempat tidur 2,4 Rp 1.269.678,72 Rp 1.434.746,20 Rp 165.067,48 5 Lemari Tangga 4,77 Rp 4.936.701,59 Rp 5.785.701,24 Rp 848.999,64 6 Lemari Tangga Putar 2 Rp 1.794.221,33 Rp 2.066.728,77 Rp 272.507,44 Rp18.795.000,00 Rp 21.309.723,02 Rp 2.514.723,02 Jumlah Sumber Data : Data Diolah Tabel 4.5 Perbedaan Hasil Perhitungan Keuntungan / Laba Berdasarkan Perhitungan Perusahaan dan Hasil Analisis Keuntungan/Laba Perusahaan Hasil Analisis No Jenis Pesanan Uk (m²) 1 2 3 4 5 Partisi TV Lemari Pakaian Tempat tidur Tempat tidur Lemari Tangga Lemari Tangga Putar Jumlah 5 8,25 3,2 2,4 4,77 Rp 2.768.368,80 Rp 4.407.915,48 Rp 1.314.317,36 Rp 2.330.321,28 Rp 1.265.218,12 Rp 2.475.584,70 Rp 3.646.778,88 Rp 1.140.089,61 Rp 2.165.253,80 Rp 415.298,76 Rp Rp Rp Rp Rp 2 Rp 704.858,96 Rp 433.271,23 Rp 271.587,73 Rp12.791.000,00 Rp 10.276.276,98 Rp 2.514.723,02 6 Selisih 292.784,11 761.136,61 174.227,74 165.067,48 849.919,36 Sumber Data : Data Diolah 4. Kartu Harga Pokok Pesanan Perhitungan harga pokok produksi produk pesanan tersebut kemudian dicatat pada kartu harga pokok pesanan yang akan menjadi dasar pencatatan ayat jurnal ikhtisar. B. Pembahasan Dari hasil analisis yang telah dilakukan diatas, diketahui bahwa dari perhitungan yang dilakukan berdasarkan metode harga pokok pesanan yang seharusnya, menunjukkan adanya perbedaan dengan perhitungan yang telah diterapkan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis, harga pokok produksi pesanan 1 unit partisi TV adalah sebesar Rp 3.524.415,30. Harga pokok produksi pesanan 1 unit lemari pakaian adalah sebesar Rp 7.078.221,12. Harga pokok produksi pesanan 2 unit tempat tidur masing-masing adalah sebesar Rp 1.419.910,39 dan Rp 1.434.746,20. Harga pokok produksi pesanan 1 unit lemari tangga adalah sebesar Rp 5.785.701,24 dan harga pokok produksi pesanan 1 unit lemari tangga putar adalah sebesar Rp 2.066.728,77. Sedangkan menurut perhitungan yang telah dilakukan perusahaan, harga pokok produksi pesanan 1 unit partisi TV adalah sebesar Rp 3.231.631,20. Harga pokok produksi pesanan 1 unit lemari pakaian adalah sebesar Rp 6.317.084,52. Harga pokok produksi pesanan 2 unit tempat tidur masing-masing adalah sebesar Rp 1.245.682,64 dan Rp 1.269.678,72. Harga pokok produksi pesanan 1 unit lemari tangga adalah sebesar Rp 4.936.701,59 dan harga pokok produksi pesanan 1 unit lemari tangga putar adalah sebesar Rp 1.794.221,33. Perbedaan perhitungan ini menimbulkan selisih yang disebabkan karena adanya perbedaan perhitungan pembebanan unsur-unsur biaya produksi terhadap produk pesanan. Menurut perhitungan perusahaan dan hasil analisis, biaya tenaga kerja langsung dibebankan pada produk pesanan yang dihitung berdasarkan tarif upah per m² dikalikan dengan ukuran (m²) tiap produk yang dibuat. Dengan demikian untuk perhitungan biaya tenaga kerja langsung antara perusahaan dengan hasil analisis tidak terdapat perbedaan. Kemudian pada pembebanan biaya overhead pabrik , perusahaan hanya membebankan biaya bahan penolong, ongkos kirim dan komisi marketing (jika ada) saja pada perhitungan harga pokok produksinya. Sedangkan untuk biaya-biaya lainnya seperti biaya gaji, listrik, air, biaya sewa, BBM dan adum (administrasi umum) hanya diperlakukan sebagai biaya periodik saja, tidak dialokasikan ke dalam harga pokok produk pesanan. Dimana biaya bahan penolong dan ongkos kirim yang dikeluarkan untuk menyelesaikan 1 unit partisi TV adalah sebesar Rp 196.131,20. Biaya bahan penolong dan ongkos kirim untuk menyelesaikan 1 unit lemari pakaian adalah sebesar Rp 350.584,52. Biaya bahan penolong dan ongkos kirim untuk menyelesaikan 2 unit tempat tidur adalah sebesar Rp. 201.361,36 dimana masingmasing unit membutuhkan biaya sebesar Rp 83.682,64 dan Rp 117.678,72. Biaya bahan penolong dan ongkos kirim untuk menyelesaikan 1 unit lemari tangga adalah sebesar Rp 202.701,59 dan untuk menyelesaikan 1 unit lemari tangga putar dibutuhkan biaya bahan penolong an ongkos kirim sebesar Rp 81.721,33. Sedangkan menurut perhitungan harga pokok pesanan berdasarkan metode full costing, semua biaya dialokasikan ke dalam harga pokok produk pesanan. Sebelum melakukan pembebanan biaya overhead pabrik kepada suatu produk, maka ditentukan terlebih dahulu tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka yang akan menjadi dasar dalam pembebanan biaya overhead pabrik tersebut pada tiap produk pesanan. Penentuan tarif biaya overhead dihitung dengan cara menyusun anggaran biaya overhead pabrik berdasarkan kapasitas normal (Normal Capacity), kemudian membebankan biaya overhead pabrik tersebut kepada produk berdasarkan atas biaya bahan baku. Dasar pembebanan ini dipilih karena biaya overhead pabrik (bahan penolong) yang dominan jumlahnya bervariasi dengan nilai bahan baku. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka adalah sebesar 32% dari nilai bahan baku yang terpakai. Sehingga untuk pesanan 1 unit partisi TV, biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah Rp 488.915,30. Untuk 1 unit lemari pakaian dibebankan biaya overhead pabrik sebesar Rp 1.111.721,12. Untuk 2 unit tempat tidur, biaya overhead pabrik yang dibebankan masing-masing adalah sebesar Rp 257.910,39 dan Rp 282.746,20. Sedangkan untuk 1 unit lemari tangga, biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah sebasar Rp 1.051.701,24 dan biaya overhead pabrik untuk 1 unit lemari tangga putar adalah sebesar Rp 354.228,77. Kemudian dari hasil analisis, diketahui bahwa terdapat selisih kurang antara laba/keuntungan berdasarkan perhitungan perusahaan bila dibandingkan dengan hasil analisis. Dimana untuk produk pesanan 1 unit partisi TV selisih kurang keuntungan adalah sebesar Rp 292.784,11. Untuk produk pesanan 1 unit lemari pakaian, terdapat selisih kurang sebesar Rp 761.136,61. Untuk produk pesanan 2 unit tempat tidur, terdapat selisih kurang masing-masing sebesar Rp 174.227,74 dan Rp 165.067,48. Untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga, terdapat selisih kurang sebesar Rp 849.919,36. Sedangkan untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga putar, terdapat selisih kurang perhitungan keuntungan sebesar Rp 271.587,73. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba. V PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai informasi yang berguna bagi pimpinan perusahaan, yaitu : 1. Kesimpulan Setelah mengevaluasi dan menganalisis data, maka dapat dibuat suatu kesimpulan yakni sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa perusahaan menghitung harga pokok produksi suatu pesanan terlalu rendah sehingga menimbulkan selisih kurang bila dibandingkan dengan hasil analisis. Dimana untuk produk pesanan 1 unit partisi TV selisih kurang perhitungan harga pokok poduksi adalah sebesar Rp 104.031,09. Untuk produk pesanan 1 unit lemari pakaian, terdapat selisih kurang sebesar Rp 476.212,79. Untuk produk pesanan 2 unit tempat tidur, terdapat selisih kurang sebesar Rp 243.080,70 dan Rp 131.084,63. Untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga, terdapat selisih kurang sebesar Rp 124.924,06. Sedangkan untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga putar, terdapat selisih kurang perhitungan harga pokok produksi sebesar Rp 339.707,48. 2. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka adalah sebesar 32% dari nilai bahan baku yang terpakai. Sehingga untuk pesanan 1 unit partisi TV, biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah Rp 488.915,30. Untuk 1 unit lemari pakaian dibebankan biaya overhead pabrik sebesar Rp 1.111.721,12. Untuk 2 unit tempat tidur, biaya overhead pabrik yang dibebankan masing-masing adalah sebesar Rp 257.910,39 dan Rp 282.746,20. Sedangkan untuk 1 unit lemari tangga, biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah sebasar Rp 1.051.701,24 dan biaya overhead pabrik untuk 1 unit lemari tangga putar adalah sebesar Rp 354.228,77. 3. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa perusahaan membebankan biaya overhead pabrik kepada produk pesanan terlalu rendah sehingga menimbulkan selisih kurang bila dibandingkan dengan hasil analisis. Dimana untuk produk pesanan 1 unit partisi TV selisih kurang pembebanan biaya overhead pabrik adalah sebesar Rp 292.784,11. Untuk produk pesanan 1 unit lemari pakaian, terdapat selisih kurang sebesar Rp 761.136,61. Untuk produk pesanan 2 unit tempat tidur, terdapat selisih kurang sebesar Rp 174.227,74 dan Rp 165.067,48. Untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga, terdapat selisih kurang sebesar Rp 848.999,64. Sedangkan untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga putar, terdapat selisih kurang pembebanan biaya overhead pabrik sebesar Rp 272.507,44. 4. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa terdapat selisih kurang antara laba/keuntungan berdasarkan perhitungan perusahaan bila dibandingkan dengan hasil analisis. Dimana untuk produk pesanan 1 unit partisi TV selisih kurang keuntungan adalah sebesar Rp 292.784,11. Untuk produk pesanan 1 unit lemari pakaian, terdapat selisih kurang sebesar Rp 761.136,61. Untuk produk pesanan 2 unit tempat tidur, terdapat selisih kurang masing-masing sebesar Rp 174.227,74 dan Rp 165.067,48. Untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga, terdapat selisih kurang sebesar Rp 849.919,36. Sedangkan untuk produk pesanan 1 unit lemari tangga putar, terdapat selisih kurang perhitungan keuntungan sebesar Rp 271.587,73. 5. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel selama bulan Maret 2012 pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilkan laba. 2. Saran Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : 1. Sebaiknya perusahaan melakukan perhitungan harga pokok pesanan dengan memasukkan semua unsur biaya produksi baik langsung maupun tidak langsung, seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sehingga dapat diketahui laba bersih dari tiap pesanan pada periode tertentu. 2. Sebaiknya perusahaan perlu menghitung tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka sehingga semua unsur biaya baik langsung maupun tidak langsung dapat dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi tiap pesanan sebagai dasar penetapan harga jual kepada pemesan. 3. Sebaiknya untuk tiap produk pesanan perlu dibuatkan kartu harga pokok pesanan untuk memudahkan dalam menghitung harga pokok produksi tiap pesanan. Dengan memperhatikan kondisi dan situasi dalam dunia ekonomi yang penuh dengan persaingan ini, perusahaan harus dituntut maju dalam segala hal dengan tetap memperhatikan semua komponen yang terlibat didalamnya. Daftar Pustaka Bustami, Bastian dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Graha Ilmiah, Yogyakarta. Carter, dan Usry. 2002. Cost Accounting, 13th Edition, By South-Western, A Division of Thomson Learning Inc. (terjemahan). Akuntansi Biaya, Edisi Tiga Belas, Salemba Empat, Jakarta. Jusuf, Al Haryono. 2005. Dasar-dasar akuntansi, Jilid 1, STIE YKPN, Yogyakarta. Marbun,B.N,SH.2003. Kamus Manajemen,Cetakan I, Pusaka Sinar Harapan.Jakarta. Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi 6, STIE YKPN, Yogyakarta. Nafarin,M. 2004. Akuntansi, Pendekatan Siklus dan Pajak Untuk Perusahaan Industri dan Dagang, Ghalia Indonesia, Jakarta. Rudianto. 2008. Pengantar Akuntansi : Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan, Erlangga, Jakarta. Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat, Jakarta. Supriyono, R.A.2007. Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Buku I, Edisi Kedua, Cetakan Ketigabelas, BPFE UGM, Yogyakarta.