G:\JRA-2 edit\pm\161-167 vitas. - E

advertisement
Jurnal Riset Akuakultur, 12 (2), 2017, 161-167
Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jra
LAJU RESPIRASI INDUK IKAN BLACKHEAD SEABREAM Acanthopagrus schlegelii
PADA SUHU PEMELIHARAAN YANG BERBEDA
Vitas Atmadi Prakoso*)# dan Young Jin Chang**)
**)
*)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan
Institute of Review and Assesment on Fishery and Aquaculture, South Korea
(Naskah diterima: 31 Maret 2017; Revisi final: 26 Juli 2017; Disetujui publikasi: 26 Juli 2017)
ABSTRAK
Laju respirasi hewan akuatik memiliki hubungan yang erat dengan metabolisme. Tingkat metabolisme
hewan merupakan variabel yang dapat dipengaruhi faktor dalam maupun luar, salah satunya adalah suhu.
Pada ikan, proses metabolisme juga berkorelasi dengan suhu. Salah satu jenis ikan yang perlu dikaji laju
respirasinya adalah ikan blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii yang merupakan spesies ikan laut
yang popular di Korea Selatan, sehingga diperlukan lebih banyak informasi lagi mengenai laju respirasi
ikan ini untuk mengoptimalkan metabolisme ikan ini dan berdampak kepada produktivitas budidaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi laju respirasi induk ikan blackhead seabream pada beberapa
tingkatan suhu. Ikan blackhead seabream (panjang total 29,3 ± 2,2 cm dan bobot tubuh 538,3 ± 43,0 g)
diteliti menggunakan respirometer dalam sistem resirkulasi. Tiga kelompok percobaan dilakukan untuk
mengukur laju respirasi berdasarkan perubahan suhu pemeliharaan (15°C, 20°C, dan 25°C). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kecenderungan laju respirasi meningkat secara linier dengan peningkatan suhu
perlakuan, dengan nilai tertinggi sebesar 164,8 ± 30,7 mg O2/kg/jam pada 25°C dan nilai terendah sebesar
72,4 ± 8,1 mg O2/kg/jam pada 15°C. Sementara itu, frekuensi pernapasan berkorelasi positif terhadap
kenaikan suhu. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perubahan suhu dari 15°C ke 25°C
menyebabkan peningkatan laju respirasi pada induk ikan blackhead seabream.
KATA KUNCI:
blackhead seabream; Acanthopagrus schlegelii; suhu; laju respirasi
ABSTRACT:
Respiration rate of adult blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii under different rearing
temperatures. By: Vitas Atmadi Prakoso and Young Jin Chang
It is well known that a close relationship exists between respiration rate and metabolism in aquatic animal. In fish, the
metabolic rate is influenced by internal or external factors, such as temperature. This research observed the respiration
rate of blackhead seabream, Acanthopagrus schlegelii, which is one of the popular marine fish species in South Korea.
Despite the fish popularity, very few information are available about the fish’s respiration rate which is important in
order to optimize its metabolism and increase its aquaculture productivity. This study aimed to evaluate the respiration
rate of adult blackhead seabream reared in media with different temperature settings. The fish (total length of 29.3
±2.2 cm and body weight of 538.3 ± 43.0 g) were observed using a respirometer placed inside the recirculation
systems. Three groups of experiments were set up to measure the fish’s respiration rate according to different rearing
temperatures (15°C, 20°C, and 25°C). The results showed that there was a tendency of respiration rate increased
linearly with the increase of temperature. The highest respiration rate was 164.8 ± 30.7 mg O2/kg/hour at 25°C and
the lowest value was 72.4 ± 8.1 mg O2/kg/hour at 15°C which indicated that the respiratory rate positively correlated
to the change in temperature. According to this study, it can be concluded that temperature changes from 15°C to 25°C
led an increase in respiration rate of adult blackhead seabream
KEYWORDS:
blackhead seabream; Acanthopagrus schlegelii; water temperature; respiration rate
#
Korespondensi: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan
Penyuluhan Perikanan. Jl. Sempur No. 1, Bogor 16154,
Indonesia. Tel. + (0251) 8313200
E-mail: [email protected]
Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534
161
Laju respirasi induk ikan blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii ..... (Vitas Atmadi Prakoso)
PENDAHULUAN
Kebanyakan hewan tergantung pada ketersediaan
oksigen untuk setidaknya di beberapa bagian dari
kehidupan mereka. Bahkan hewan yang telah
beradaptasi untuk hidup di habitat yang anoksik
biasanya hanya bersifat anaerob fakultatif (Tielens et
al., 2002;. Mentel & Martin, 2010). Oksigen merupakan
salah satu faktor yang paling penting dalam budidaya
dan kebutuhan oksigen dari organisme akuatik juga
berhubungan dengan metabolisme. Tingkat
metabolisme hewan merupakan variabel yang dapat
dipengaruhi dari dalam (bobot tubuh sifat fisiologis)
maupun luar (misalnya ketersediaan oksigen, suhu,
dan asupan makanan) (Chabot et al., 2016; Rosewarne
et al., 2016). Saat ini, tingkat metabolisme menjadi
salah satu ciri fisiologis yang paling banyak dipelajari
pada hewan (White et al., 2013).
Proses metabolisme pada ikan ini juga
berhubungan erat dengan suhu. Seperti sebagian besar
reaksi biokimia, reaksi metabolisme aerobik secara
langsung dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Hochachka
& Somero, 2002), sehingga organisme harus memiliki
mekanisme untuk mengatasi efek ini untuk
menyediakan energi yang diperlukan terhadap suhu
lingkungan. Laju metabolisme hewan ectothermic
biasanya memiliki korelasi positif dengan suhu. Hal
tersebut karena efek Van’t Hoff, di mana laju reaksi
biokimia meningkat secara eksponensial dengan suhu
(Marshall & McQuaid, 2011; Branch & Newell, 1978).
Suhu yang lebih tinggi meningkatkan proporsi enzim
yang telah mencapai tingkat energi aktivasi mereka,
yang mempercepat laju rata-rata reaksi biokimia
sehingga memungkinkan lebih banyak aktivitas
(Houlihan & Innes, 1984) dan membutuhkan oksigen
yang lebih banyak (Bartholomew & Casey, 1977). Oleh
karena itu, laju metabolisme hewan ectothermic
berkaitan erat dengan suhu, karena suhu mengatur
routine metabolic rate (RMR) dan secara tidak langsung
memicu active metabolic rate (AMR). Pada kebanyakan
hewan air, tingkat metabolisme aerobik dapat
diperkirakan secara tidak langsung dari pengukuran
tingkat konsumsi oksigen atau laju respirasi.
Penelitian tentang laju respirasi dalam kaitannya
dengan suhu juga terus dikembangkan untuk
keperluan budidaya pada berbagai spesies (Gillooly et
al., 2001; Sarma et al., 2010; Turker, 2011; Tirsgaard
et al., 2015; Prakoso et al., 2016).
Blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii
merupakan salah satu spesies ikan laut yang memiliki
harga jual tinggi. Ikan ini populer di negara Korea
Selatan sebagai ikan konsumsi, baik olahan maupun
dalam bentuk sashimi. Dalam peningkatan
produktivitas spesies ini, diperlukan lebih banyak
162
informasi mengenai faktor-faktor lingkungan yang
berkaitan dengan aspek fisiologinya. Salah satu aspek
yang perlu dikaji adalah laju respirasinya terhadap
beberapa tingkatan suhu yang berbeda. Beberapa
penelitian terkait laju respirasi pada ikan blackhead
seabream ini telah dipelajari (Chang et al., 2005; Jeong
et al., 2007). Akan tetapi, penelitian tersebut dilakukan
hanya pada ikan berukuran benih sampai 250 g. Masih
belum cukup informasi mengenai laju respirasi ikan
ini pada ukuran induk untuk keperluan budidaya agar
diketahui kondisi metabolisme optimalnya.
Berdasarkan informasi tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi laju respirasi induk ikan
blackhead seabream pada beberapa tingkatan suhu.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium of Fish
Reproductive and Biology, Pukyong National University, Busan, Korea Selatan. Ikan uji yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu induk ikan blackhead
seabream sebanyak sembilan ekor, dengan kisaran
panjang total 29,3 ± 2,2 cm dan bobot tubuh 538,3
± 43,0 g. Sebelum percobaan dimulai, ikan dipelihara
di dalam sistem resirkulasi indoor dan diberi pakan
sebanyak 2% dari bobot tubuhnya dengan menggunakan
pakan komersial. Pakan diberikan pada pagi dan sore
hari. Satu hari sebelum percobaan, ikan dipuasakan
selama 24 jam untuk menghindari pengaruh pakan yang
telah diberikan terhadap metabolisme ikan. Panjang
dan bobot tubuh ikan uji diukur dan dicatat. Percobaan
suhu yang dilakukan yaitu 15oC, 20oC, dan 25oC. Suhu
pada masing-masing perlakuan diatur agar tetap stabil
dengan menggunakan circulating water bath (JS-WBP170RP, Johnsam Co., Bucheon, Korea). Pengukuran
suhu dilakukan menggunakan probe suhu yang terdapat
di dalam sistem monitoring pengukuran laju respirasi
(OxyGuard 6, OxyGuard International A/S, Birkerd,
Denmark) dengan tingkat ketelitian 0,1°C. Masingmasing perlakuan dilakukan pada pemeliharaan dengan
salinitas 35 psu (Tabel 1). Selama perlakuan,
fotoperiode diatur pada kondisi 12 jam terang: 12
jam gelap.
Ikan diletakkan di dalam respirometer berukuran
20 cm × 30 cm × 20 cm selama tiga jam sebelum
percobaan agar aktivitasnya stabil. Respirometer
untuk pengukuran laju respirasi ikan terletak di dalam
sistem resirkulasi tertutup. Perhitungan dan
pengukuran laju respirasi yang dilakukan pada
penelitian ini mengadopsi metode pengukuran pada
penelitian yang telah dilakukan oleh Chang et al. (2005).
Nilai laju respirasi berdasarkan perbedaan suhu yang
diperoleh merupakan nilai rata-rata ± SD dari
pengukuran selama 24 jam (n=24). Sementara itu,
nilai laju respirasi berdasarkan perbedaan fotoperiode
Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534
Jurnal Riset Akuakultur, 12 (2), 2017, 161-167
Tabel 1. Perlakuan suhu pada percobaan laju respirasi ikan blackhead seabream
(Acanthopagrus schlegelii)
Table 1. Water temperature treatments in respiration rate study of blackhead seabream
(Acanthopagrus schlegelii)
Percobaan
Experiment
I
II
III
Salinitas (psu)
Suhu air (°C)
Salinity (psu)
Water temperature (°C)
35
35
35
15 ± 0.3
20 ± 0.3
25 ± 0.3
(12 jam terang : 12 jam gelap) merupakan nilai ratarata ± SD dari pengukuran selama 12 jam pada masingmasing periode (n=12). Frekuensi bernapas induk
ikan blackhead seabream dihitung berdasarkan jumlah
gerakan buka tutup operkulum berdasarkan metode
pada penelitian Wares & Igram (1979). Semua data
dianalisis dengan menggunakan software statistik
PASW Statistics 18.
HASIL DAN BAHASAN
Suhu memengaruhi semua reaksi biokimia dalam
tubuh dan memiliki dampak yang signifikan terhadap
fisiologi dari organisme tersebut. Oleh karena itu,
penelitian mengenai toleransi terhadap suhu dan
pengaruhnya terhadap kesehatan ikan menjadi hal yang
penting dalam penelitian akhir-akhir ini. Seperti
ditunjukkan pada Tabel 2, laju respirasi induk ikan
blackhead seabream di setiap perlakuan menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara perlakuan suhu 15°C
dengan 20°C (P<0,01), sedangkan pada perlakuan suhu
20°C dengan 25°C tidak ditemukan perbedaan yang
signifikan (P>0,01). Kecenderungan konsumsi
Jumlah ikan (ekor)
Fish number (individu)
Ulangan
Replication
1
1
1
3
3
3
oksigen meningkat secara linier dengan peningkatan
suhu perlakuan, dengan nilai tertinggi sebesar 164,8
± 30,7 mg O2/kg/jam pada 25°C dan nilai terendah
sebesar 72,4 ± 8,1 mg O2/kg/jam pada 15°C.
Frekuensi pernapasan induk ikan blackhead
seabream dari semua perlakuan ditunjukkan pada
Gambar 1. Slope regresi linear frekuensi pernapasan
berdasarkan perlakuan suhu yang berbeda pada induk
ikan blackhead seabream yaitu 4,20. Nilai-nilai ini
menunjukkan bahwa peningkatan frekuensi
pernapasan berkorelasi positif dengan kenaikan suhu
sampai dengan suhu optimal pemeliharaan bagi induk
ikan blackhead seabream.
Metabolisme adalah proses fisiologis yang
mencerminkan pengeluaran energi dari organisme
hidup. Tingkat metabolisme ikan biasanya secara tidak
langsung diukur melalui laju respirasi. Dalam penelitian
ini, laju respirasi meningkat secara signifikan dengan
meningkatnya suhu dari 15°C ke 25°C, menunjukkan
peningkatan total metabolisme aerobik dengan adanya
kenaikan suhu (Kutty & Mohamed, 1975).
Tabel 2. Laju respirasi induk ikan blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii pada
suhu pemeliharaan yang berbeda
Table 2. Respiration rate of adult blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii under
different rearing temperatures
Suhu air (°C)
Water temperature (°C)
Laju respirasi (mg O2 /kg/jam)
Respiration rate (mg O 2 /kg/hour)
15
72.4 ± 8.1 b
20
124.2 ± 20.7 a
25
164.8 ± 30.7 a
Keterangan: Masing-masing nilai merupakan rata-rata ± SD (n=24).
Perbedaan huruf yang dicetak atas ( superscript)
mengindikasikan adanya perbedaan yang signifikan antar
perlakuan (P<0,01)
Description: Each values represent means ± SD (n=24). Different superscript
indicate significant differences among treatments (P<0.01)
Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534
163
Laju respirasi induk ikan blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii ..... (Vitas Atmadi Prakoso)
Frekuensi bernapas (kali/menit)
Breath frequency (times/min)
140
120
100
b = 4.20
r2 = 0.993
80
60
Laju respirasi (mg/kg/napas)
Respiration rate (mg/kg/breath)
0.04
0.03
0.02
0.01
0.00
10
15
20
25
30
Suhu air (Water temperature) (°C)
Gambar 1. Frekuensi bernapas per menit dan laju respirasi per satu kali tarikan
napas pada induk ikan blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii
dalam beberapa suhu pemeliharaan yang berbeda (15°C, 20°C, dan
25°C).
Figure 1.
Breath frequency per minute and respiration rate per breath on adult
blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii in different rearing temperatures (15°C, 20°C, and 25°C).
Dalam penelitian ini, laju respirasi dari induk ikan
blackhead seabream dipengaruhi oleh peningkatan
suhu. Hasil ini sesuai dengan penelitian pada beberapa
spesies terhadap kenaikan suhu (Oh et al., 2006; 2010;
Turker, 2011; Prakoso et al., 2015; 2016). Gardner &
King (1922) dan Chang et al. (2005) juga melaporkan
bahwa kebutuhan oksigen pada ikan meningkat secara
linear dengan kenaikan suhu. Selain itu, hasil penelitian
sebelumnya menyebutkan bahwa laju respirasi pada
spesies yang sama dengan ukuran dan bobot tubuh
yang lebih kecil yaitu sebesar 140,0 ± 38,3; 174,8 ±
52,3; dan 282,3 ± 53,8 mg O2/kg/jam pada suhu 15°C,
20°C, dan 25°C (Jeong et al., 2007). Jika dibandingkan
dengan hasil yang diperoleh pada penelitian saat ini,
laju respirasi induk ikan blackhead seabream memiliki
nilai yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
164
laju respirasi ikan blackhead seabream mengalami
penurunan dengan semakin besarnya bobot tubuh ikan.
Hasil tersebut sesuai dengan beberapa penelitian
terdahulu pada beberapa spesies ikan lainnya, yaitu
Carassius auratus, Paralichthys olivaceus, Sebastes
schlegeli, Takifugu rubripes, Lateolabrax japonicus, dan
Pagrus major yang juga menyatakan bahwa semakin
besar bobot tubuh ikan akan mengakibatkan
penurunan laju respirasi pada individu tersebut
(Beamish & Mookherjii, 1964; Kim et al., 1995; Chang
et al., 2005).
Laju respirasi dari induk ikan blackhead seabream
di setiap perlakuan suhu saat siang lebih tinggi
dibandingkan malam (Tabel 3). Nilai rata-rata dari laju
respirasi saat siang hari 14,37% lebih besar pada 15oC;
Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534
Jurnal Riset Akuakultur, 12 (2), 2017, 161-167
Tabel 3. Laju respirasi induk ikan blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii pada suhu
pemeliharaan yang berbeda saat siang dan malam
Table 3. Respiration rate of adult blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii under different rearing temperatures during day and night
Laju respirasi (mg O2 /kg/jam)
Respiration rate (mg O 2 /kg/hour)
Suhu air (°C)
Water temperature (°C)
Siang (Day )
Malam (Night )
15
77.2 ± 8.7 c
67.5 ± 2.8 c
20
135.5 ± 22.9 ab
112.9 ± 9.5 b
25
182.8 ± 32.3a
146.8 ± 14.7a
Keterangan: Masing-masing nilai merupakan rata-rata ± SD (n=12). Perbedaan
huruf yang dicetak atas (superscript) antar kolom mengindikasikan
adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan (P<0,01)
Description: Each values represent means ± SD (n=12). Different superscript
between columns indicate significant differences among treatments
(P<0.01)
20,01% lebih besar pada 20oC; dan 24,52% lebih besar
pada 25oC dibandingkan malam hari. Akan tetapi, tidak
ditemukan adanya perbedaan signifikan dari laju
respirasi induk ikan blackhead seabream saat siang
dan malam di setiap suhu pemeliharaan (P>0,01).
KESIMPULAN
Dalam penelitian ini, rata-rata laju respirasi saat
siang lebih tinggi daripada malam pada setiap suhu
perlakuan. Beamish & Mookherjii (1964) melaporkan
bahwa laju respirasi ikan mencerminkan aktivitas ikan
itu sendiri. Berkaitan dengan itu, ikan blackhead
seabream tampaknya lebih aktif pada siang hari
dibanding malam hari, seperti banyak spesies ikan pada
umumnya yg telah diteliti (Lim et al., 2004; Biswas et
al., 2010; Oh et al., 2010) dan berbanding terbalik
dengan ikan yang aktif pada malam hari (Byun et al.,
2008).
UCAPAN TERIMA KASIH
Kedua faktor tingkah laku dan fisiologis dapat
memengaruhi bagaimana suhu memengaruhi tingkat
aktivitas dan active metabolic rate dari hewan ectothermic. Dari perspektif tingkah laku, misalnya pada suhu
di mana kemungkinannya tinggi untuk mendapatkan
makanan, hewan dapat meningkatkan tingkat aktivitas
mereka untuk memaksimalkan asupan energi
(Speakman, 1986) atau alternatif lainnya mereka
mungkin menjadi kurang aktif, misalnya karena banyak
terdapat predator (Anholt et al., 2000; Werner &
Anholt, 1993). Sedangkan dari perspektif fisiologis,
ada efek langsung dari suhu pada reaksi biokimia yang
terlibat dalam gerak (Halsey et al., 2015).
Berdasarkan hasil penelitian ini, peningkatan suhu
dari 15°C ke 25°C menyebabkan kenaikan laju respirasi
pada induk ikan blackhead seabream
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kitae
Kim dan Jun-Hyung Ryu atas kontribusinya selama
penelitian berlangsung. Serta kepada KOICA dan
Pukyong National University atas fasilitas yang
diberikan selama penelitian ini berlangsung.
DAFTAR ACUAN
Anholt, B.R., Werner, E., & Skelly, D.K. (2000). Effect
of food and predators on the activity of four larval ranid frogs. Ecology, 81, 3509-3521.
Beamish, F.W.H. & Mookherjii, P.S. (1964). Respiration of fishes with special emphasis on standard
oxygen consumption. II. Influence of weight and
temperature on respiration of goldfish, Carassius
auratus L. Canadian Journal of Zoology, 42, 161175.
Bartholomew, G.A. & Casey, T. (1977). Endothermy
during terrestrial activity in large beetles. Science,
195, 882-883.
Biswas, A., Kazushige, I., & Takii, K. (2010). Feeding
interval and photoperiod influence the growth
performance of striped knifejaw, Oplegnathus
fasciatus. Aquaculture Research, 41, 517-523.
Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534
165
Laju respirasi induk ikan blackhead seabream Acanthopagrus schlegelii ..... (Vitas Atmadi Prakoso)
Branch, G.M. & Newell, R.C. (1978) A comparative
study of metabolic energy expenditure in the
limpets Patella cochlear, P. oculus, and P. granularis.
Marine Biology, 49, 351-361.
Byun, S.G., Jeong, M.H., Lee, J.H., Lee, B.I., Ku, H.D.,
Park, S.U., Kim, Y.C., & Chang, Y.J. (2008). Diel
rhythm of oxygen consumption of the starry flounder Platichthys stellatus by water temperature. Journal of Korean Fisheries Society, 41, 113-118.
Chabot, D., Steffensen, J.F., & Farrell, A.P. (2016). The
determination of standard metabolic rate in fishes.
Journal of Fish Biology, 88, 81–121.
Chang, Y.J., Jeong, M.H., Min, B.H., Neill, W.H., &
Fontaine, L.P. (2005). Effect of photoperiod, temperature, and fish size on oxygen consumption in
the black porgy Acanthopagrus schlegelii. Journal of
Fish Science and Technology, 8, 142-150.
Gardner, J.A. & King, G. (1922). Respiratory exchange
in freshwater fish, further comparison of goldfish and trout. Biochemical Journal, 16, 729-735.
Gillooly, J.F., Brown, J.H., West, G.B., Savage, V.M., &
Charnov, E.L. (2001). Effects of size and temperature on metabolic rate. Science, 293, 2248-2251.
Halsey, L.G., Matthews, P.G.D., Rezende, E.L.,
Chauvaud, L., & Robson, A.A. (2015). The interactions between temperature and activity levels in
driving metabolic rate: theory, with empirical validation from contrasting ectotherms. Oecologia,
13pp.
Hochachka, P.W. & Somero, G.N. (2002). Biochemical
adaptation: Mechanism and process in physiological evolution. New York: Oxford University Press.
Houlihan, D. & Innes, A. (1984). The cost of walking
in crabs: aerial and aquatic oxygen consumption
during activity of two species of intertidal crab.
Comparative Biochemistry and Physiology Part A, 77,
325-334.
Jeong, M.H., Kim, Y.S., Min, B.H., & Chang, Y.J. (2007).
Effect of fish number in respiratory chamber on
routine oxygen consumption of black porgy
Acanthopagrus schlegelii reared in seawater or freshwater. Journal of Aquaculture, 20, 121-126.
Kim, I.N., Chang, Y.J., & Kwon, J.Y. (1995). The
patterns of oxygen consumption in six species of
marine fish. Journal of Korean Fisheries Society, 28(3),
373-381.
Kutty, M.N. & Mohamed, M.P. (1975). Metabolic adaptations of mullets Rhinomugil corsula (Hamilton)
with special reference to energy utilization. Aquaculture, 5, 253-270.
Lim, H.K., Jeong, M.H., Han, H.K., Lee, J.H., & Chang,
Y.J. (2004). Oxygen consumption of hybrid stripped
166
bass (Morone chrysops @& × M. saxatilis B&) exposed to different temperature, salinity and photoperiod. Journal of Aquaculture, 17, 258-261.
Marshall, D.J., & McQuaid, C.D. (2011). Warming reduces metabolic rate in marine snails: adaptation
to fluctuating high temperatures challenges the
metabolic theory of ecology. Proceedings of the
Royal Society B, 278, 281-288.
Mentel, M., & Martin, W. (2010). Anaerobic animals
from an ancient, anoxic ecological niche. BMC
Biology, 8, 32.
Oh, S.Y., Noh, C.H. Kang, R.S., & Myoung, J.G. (2006).
Effect of water temperature and photoperiod on
the oxygen consumption rate of fasted juvenile
parrot fish, Oplegnathus fasciatus. Ocean and Polar
Research, 28, 407-413.
Oh, S.Y., Park, H.S., & Kim, C.K. (2010). Effect of water temperature and photoperiod on the oxygen
consumption rate of juvenile Pacific cod, Gadus
macrocephalus. Ocean and Polar Research, 32, 229236.
Prakoso, V.A., Kim, K.T., Min, B.H., Gustiano, R., &
Chang, Y.J. (2015). Effects of salinity on oxygen
consumption and blood properties of young grey
mullets Mugil cephalus. Indonesian Aquaculture Journal, 10(2), 143-153.
Prakoso, V.A., Ryu, J.H., Min, B.H., Gustiano, R., &
Chang, Y.J. (2016). Oxygen consumption of
rockbream Oplegnathus fasciatus in different salinity levels and temperature degrees. Berita Biologi,
15(2), 167-173.
Rosewarne, P.J., Wilson, J.M., & Svendsen, J.C. (2016).
Measuring maximum and standard metabolic rates
using intermittent-flow respirometry: a student
laboratory investigation of aerobic metabolic
scope and environmental hypoxia in aquatic
breathers. Journal of Fish Biology, 88, 265–283.
Sarma, K., Pal, A.K., Ayyappan, S., Das, T., Manush,
S.M., Debnath, D., & Baruah, K. (2010). Acclimation of Anabas testudineus (Bloch) to three test
temperatures influences thermal tolerance and
oxygen consumption. Fish Physiology and Biochemistry, 36, 85-90.
Speakman, J.R. (1986). The optimum search speed of
terrestrial predators when feeding on sedentary
prey: a predictive model. Journal of Theoretical
Biology, 122, 401-407.
Tielens, A.G.M., Rotte, C., van Hellemond, J.J., &
Martin, W. (2002). Mitochondria as we don’t know
them. Trends in Biochemical Sciences, 27, 564-572.
Tirsgaard, B., Svendsen, J.C., & Steffensen, J.F. (2015).
Effects of temperature on specific dynamic action
Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534
Jurnal Riset Akuakultur, 12 (2), 2017, 161-167
in Atlantic cod Gadus morhua. Fish Physiology and
Biochemistry, 41, 41-50.
Turker, H. (2011). The effect of water temperature
on standard and routine metabolic rate in two
different sizes of nile tilapia. Kafkas Universitesi
Veteriner Fakultesi Dergisi, 17, 575-580.
Wares, W.D. & Igram, R. (1979). Oxygen consumption in the fathead minnow (Pimephales promelas
Rafinesque), effects of weight, temperature, group
size, oxygen level, and opercular movement rate
as a function of temperature. Comparative Biochemistry and Physiology, 62, 351-356.
Werner, E.E. & Anholt, B.R. (1993). Ecological consequences of the tradeoff between growth and
mortality rates mediated by foraging activity.
American Naturalist, 142, 242-272.
White, C.R., Schimpf, N.G., & Cassey, P. (2013). The
repeatability of metabolic rate declines with time.
Journal of Experimental Biology, 216:1763-1765.
Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534
167
Download