Berkelas BAB 9 Fisika Inti dan Radioaktivitas Standar Kompetensi: Menunjukkan penerapan konsep fsika inti dan radioaktivitas dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: • • Mengidentifkasi karakteristik inti atom dan radioaktivitas. Mendeskripsikan pemanfaatan radioaktif dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. A. Struktur Inti 1. Proton dan Neutron Inti atom hidrogen terdiri dari muatan positif. Pada tahun 1920, muatan listrik positif pada inti atom hidrogen, oleh Goldstain disebut proton. Pada tahun 1932, James Chadwick menemukan neutron dari hasil percobaannya, yaitu menemukan partikel alfa pada keping berilium. Neutron tidak bermuatan (netral) dan memiliki massa hampir sama dengan massa proton Jadi, inti atom terdiri dari proton-proton dan neutron-neutron yang disebut dengan nukleon. Jenis atom dapat ditulis sebagai berikut. Keterangan: X = nama unsur atom Z = nomor atom = jumlah proton dalam atom = jumlah elektron pada atom netral A = jumlah massa = jumlah proton dan neutron dalam inti A – Z = jumlah neutron dalam inti Gambar 9.1 Isotop hidrogen 2. Ukuran dan Bentuk Inti Atom Keterangan: R = jari-jari inti atom A = nomor massa atom Ro = konstanta Dari hasil eksperimen, diperoleh bahwa nilai Ro adalah ± 1,2 × 10–15 m. Panjang 10–15 m disebut satu femtometer (fm) atau satu fermi, yang merupakan penghargaan pada jasa fisikawan Amerika keturunan Italia, Enrico Fermi. 3. Gaya Inti Massa total proton dengan neutron ternyata lebih besar daripada massa inti atomnya. Hal itu menunjukkan bahwa pada pembentukan inti ada sejumlah massa proton dan neutron yang hilang. Hilangnya massa tersebut berubah menjadi energi yang mengikat proton dan neutron menjadi inti atom. Energi itu mampu membentuk gaya ikat yang kuat, melebihi gaya tolaknya. Energi itu disebut dengan energi ikat inti dan gaya yang terjadi disebut gaya ikat inti (gaya inti). Penyu sutan massa inti atom terjadi karena adanya perubahan massa inti menjadi energi ikat inti yang disebut dengan konsep defek massa atau penyusutan massa. Inti atom terdiri atas Z proton dan (A – Z) neutron. Jika massa proton Mp , massa neutron mn , dan massa inti atom mi maka penyusutan massa inti atom dapat ditentu kan dengan persamaan: Energi ikat inti sebesar: Keterangan: ∆m = penyusutan massa E = defek massa c = cepat rambat cahaya (3 × 108 m/s) Massa inti atom dinyatakan dalam satuan sma, kesetaraan antara massa dan energi dinyatakan: 1 sma = 931 MeV Sehingga energi ikat inti yang disebabkan oleh penyusutan massa sebagai ∆m adalah E = ∆m × 931 MeV Keterangan: E = energi ikat inti Z = nomor atom = jumlah proton A = nomor massa (A–Z) = jumlah neutron mn = massa neutron mi = massa inti atom mp = massa proton B. Radioaktivitas Inti atom sudah lama dikenal oleh seorang ahli fisika dari Prancis, yaitu Henri Becquerel (1852–1908) pada tahun 1896. Pada mulanya, Henri Becquerel sedang mempelajari gejala fluoresensi, yaitu berpendarnya benda pada saat disinari dan gejala fosforesensi, yaitu berpendarnya benda untuk sementara waktu walaupun sudah tidak disinari lagi. Ternyata tak terduga, senyawa-senyawa uranium mengalami radiasi dengan daya tembus yang sangat kuat, walaupun benda-benda itu tidak disinari lebih dahulu Becquerel mengambil kesimpulan bahwa radiasi uranium bukan gejala fluoresensi ataupun fosforesensi, melainkan dari bahan uranium itu sendiri. Unsur yang dapat memancarkan radiasi dari dirinya sendiri disebut dengan unsur radioaktif. Sifat zat yang dapat memancarkan radiasi secara spontan disebut dengan radioaktivitas. Suami istri Piere Curie (1859 – 1906) dan Marie Curie (1867–1934) menemukan dua unsur radioaktif baru, yaitu polonium dan radium. Unsur radioaktif yang berasal dari alam disebut unsur radioaktif alami dan unsur radioaktif yang dibuat manusia disebut unsur radioaktif buatan. 1. Stabilitas Inti Dari percobaan Rutherford pada tahun 1897, berhasil ditemukan bahwa yang dipancarkan oleh zat radioaktif terdiri dari tiga jenis dan memiliki daya tembus yang berbeda-beda. sinar alfa ( α) , sinar beta ( β). Gambar 9.4 Sinar radioaktif di dalam medan magnetik Pada tahun 1900, Vilard menemukan jenis radiasi yang ketiga dengan daya tembus sangat kuat melebihi daya tembus sinar α dan sinar β, bahkan melebihi daya tembus sinar-X. Radiasi yang ketiga ini disebut dengan sinar gamma ( γ). Ketiga sinar radioaktif, baik sinar alfa, beta, maupun gamma dapat membuat dam pak buruk bagi benda-benda yang dilaluinya Dengan meman carkan partikel-partikel atau sinar-sinar radioaktif, inti atom akan membentuk inti baru yang lebih stabil. Peristiwa terbentuknya inti baru yang lebih stabil dengan meman carkan sinar radioaktif alfa, beta, dan gamma disebut dengan meluruh (disintegrasi). Kestabilan inti atom ditentukan oleh banyaknya neutron dan proton di dalam inti atom itu. Pada unsur-unsur ringan (unsur dengan jumlah proton kurang dari 20), inti atomnya stabil jika memiliki perbandingan jumlah neutron (N) dengan jumlah proton (Z) sama dengan 1 ( N/Z = 1 ) . Unsur-unsur berat yang memiliki Z dan N > 20, inti atomnya stabil jika N/Z > 1 3) Unsur berat terakhir yang stabil adalah 83 Bi 209 , memiliki N = 126 dan Z = 83 atau N/ Z > 1,5. Semua inti atom yang memiliki jumlah proton Z > 83 dan jumlah neutron N > 209 adalah inti tidak stabil. Gambar 9.6 Kestabilan inti 2. Waktu Paruh Waktu yang diperlukan untuk meluruh (berdisintegrasi) hingga inti atom radioaktif tinggal setengah dari inti semula disebut dengan waktu paruh. Banyaknya partikel zat radioaktif yang belum mengalami peluruhan (disintegrasi), yaitu N dinyatakan sebagai fungsi eksponen sial dari waktu (t), seperti Gambar 9.7. Gambar 9.7 Hubungan jumlah inti (N) terhadap waktu (t) Keterangan: y = year = tahun; m = month = bulan; d = day = hari; h = hour = jam; s = second = detik Jadi, setelah n kali waktu paruh atau t = nT, jumlah partikel yang tersisa (tidak meluruh) adalah Keterangan: N = unsur/partikel yang tersisa N0 = unsur/partikel mula-mula n = t/T t = selang waktu T = waktu paruh C. Reaksi Inti 1. Hukum Kekekalan Reaksi Inti a. Hukum-Hukum yang Berlaku pada Reaksi Inti 1) Hukum kekekalan nomor atom Jumlah nomor atom sesudah reaksi sama dengan jumlah nomor atom sebelum reaksi. 2) Hukum kekekalan nomor massa Jumlah nomor massa sesudah reaksi sama dengan jumlah nomor massa sebelum reaksi. 3) Hukum kekekalan momentum Jumlah momentum sesudah reaksi sama dengan jumlah momentum sebelum reaksi. 4) Hukum kekekalan energi Jumlah energi sesudah reaksi sama dengan jumlah energi sebelum reaksi. b. Pembentukan Radioisotop Radioisotop adalah isotop yang bersifat radioaktif. Reaksi inti dapat digunakan untuk membentuk isotop-isotop yang bersifat radioaktif dari suatu isotop yang bersifat stabil. Untuk mendapatkan energi dari reaksi inti ada dua cara, yaitu reaksi fisi dan reaksi fusi. 2. Reaksi Fisi Fisi adalah peristiwa pecahnya inti berat menjadi dua inti sedang. Fisi dapat dilakukan pada beberapa inti berat dengan cara menembakinya dengan partikel alfa, proton, neutron, dan sinar gamma Energi yang dilepas dari reaksi fisi dapat ditentukan dengan cara menghitung selisih jumlah massa antara inti atom sebelum reaksi dengan jumlah massa inti atom setelah reaksi. Q merupakan energi yang dilepaskan dalam bentuk kalor sebesar 200 MeV. Gambar 9.8 Reaksi fisi Tiap pecahan fisi meng hasilkan 2 atau 4 neutron baru a. Reaksi Fisi Berantai Gambar 9.9 Reaksi berantai Jika paling sedikit sebuah neutron terbentuk dari tiap fisi baru, suatu reaksi yang terusmenerus dapat dipertahankan. Reaksi seperti ini disebut reaksi fisi berantai. Untuk menghasilkan reaksi berantai diperlukan persyaratan , sebagai berikut: 1) uranium yang digunakan adalah 235U, yang dalam uranium alam hanya mengandung 0,718%; 2) neutron yang digunakan untuk menembak harus memiliki energi yang cukup (energi termal). Untuk mendapatkan reaksi berantai ada dua cara, yaitu sebagai berikut. 1) Memperbesar konsentrasi 235U. Cara ini berlangsung dalam reaktor cepat, untuk menghasilkan energi sekaligus memproduksi plutonium yang juga merupakan bahan bakar nuklir. Bom atom menggunakan cara ini dan reaksi berantainya dalam keadaan tidak terkendali. 2) Memperlambat gerak neutron agar neutron berada dalam energi termal. Hal itu disebabkan neutron yang dihasilkan fisi memiliki energi melebihi energi termal, yaitu sekitar 106 eV, sedangkan energi termal ordenya lebih kecil dari 1 eV. Peluang reaksi nuklir untuk energi termal sangat besar, dapat mencapai 500× peluang saat energi tinggi. Teknik ini digunakan dalam reaktor termal untuk menghasilkan energi nuklir. b. Reaktor Termal Reaktor termal menggunakan neutron pecahan fisi yang dihasilkan dari reaksi yang memiliki energi cukup besar. Untuk mengurangi energinya, digunakan moderator yang berfungsi memperlambat gerak neutron cepat ini, sehingga neutron ini memiliki energi termal. Moderator dibuat dari bahan yang memiliki nomor atom rendah dan tidak banyak menyerap neutron. Bahan yang sering digunakan antara lain karbon dalam bentuk grafit, air berat (D2O), atau air biasa (H2O). Apabila rata-rata terdapat lebih dari satu neutron yang mengakibatkan fisi baru, reaksi berantai akan bertambah terus. Keadaan ini dikatakan super kritis. Apa bila rata-rata kurang dari satu neutron yang mengakibatkan fisi baru, reaksi berantai akan mati. Keadaan ini disebut subkritis. Untuk mempertahankan reaksi berantai berlangsung terus-menerus, satu neutron fisi harus menghasilkan satu neutron fisi baru berikutnya. Keadaan ini disebut keadaan kritis. Keadaan kritis dapat dicapai dengan bantuan batang pengontrol yang dimasukkan ke dalam reaktor. Batang pengontrol terbuat dari bahan yang mampu menyerap neutron, misalnya boron atau kadmium. Dengan menggerakkan keluar atau masuk, laju reaksi fisi dapat diatur. Pada PLTN, reaktor berfungsi sebagai tempat pembakaran yang menghasilkan kalor, kalor selanjutnya digunakan untuk menguapkan air. Uap air itu digunakan untuk menggerakkan generator listrik. c. Bom Atom Gambar 9.11 Ledakan bom atom di Hirosima Bom atom merupakan bentuk penggunaan energi nuklir disebabkan reaksi fisi berantai yang terjadi tidak terkontrol dan sistem dalam keadaan super kritis. Bahan bakar yang digunakan dapat berupa 235U atau 239Pu. 235U dapat dipisahkan dari uranium alam, sedangkan 239Pu dihasilkan dari reaktor termal. Salah satu contoh penggunaan bom atom terdapat pada ledakan bom atom di Hirosima, 6 Agustus 1945. Bom atom ini menghasilkan energi yang setara dengan energi ledakan 20.000 ton peledak TNT, sehingga mampu menghancur-leburkan satu kota. 3. Reaksi Fusi Fusi adalah peristiwa penggabungan dua buah inti ringan, menghasilkan inti yang lebih berat dan partikel-partikel elementer, disertai pelepasan sejumlah energi. Energi fusi yang cukup besar dihasilkan dalam matahari. Beberapa proton digabung dalam suatu siklus reaksi yang menghasilkan inti helium. Gambar 9.12 Reaksi fusi Untuk menggabungkan (melebur) inti ringan, diperlukan temperatur yang sangat tinggi, sekitar 108 °C, sehingga reaksi fusi juga disebut reaksi termonuklir. Beberapa reaksi termonuklir yang mungkin dapat dimanfaatkan ialah: Diduga, energi di matahari berasal dari energi termonuklir (hasil reaksi fusi). Hal itu didasarkan pada hasil pengamatan bahwa di matahari banyak kandungan hidrogen (1H1), dengan fusi berantai, dihasilkan helium ( 2He4). D. Deret Radioaktif Apabila suatu bahan radioaktif meluruh, akan terbentuk bahan unsur baru yang masih bersifat radioaktif. Misalnya, uranium menghasilkan radium selanjutnya meluruh menghasilkan radon yang juga bersifat radioaktif. Uranium disebut inti induk, sedangkan unsur baru, yaitu radium dan radon disebut inti anak. Inti-inti radioaktif yang merupakan mata rantai radioaktif seperti di atas dinamakan deret radioaktif. Gambar 9.13 (a) Deret peluruhan torium (A = 4n) peluruhan 83 Bi 212 dapat berlangsung melalui pemancaran sinar alfa, kemudian pemancaran beta atau dalam urutan terbalik, (b) deret peluruhan neptunium (A = 4n + 1). Peluruhan 83 Bi 213bisa berlangsung melalui pemancaran alfa dan pemancaran beta atau dalam urutan terbalik, (c) deret peluruhan uranium (A = 4n + 2). Peluruhan 83 Bi 214 dapat berlangsung dengan pemancaran alfa kemudian beta atau dengan urutan yang terbalik, dan (d) deret peluruhan aktinium (A = 4n + 3). Peluruhan 89 Ac227 dan 83 Bi 211 dapat berlangsung dengan pemancaran alfa, kemudian beta atau dengan urutan yang terbalik 1. Aktivitas Radioaktif Jumlah partikel yang meluruh setiap detik disebut aktivitas radioaktif. Tetapan peluruhan atau tetapan disintegrasi adalah bilangan yang menunjukkan kemungkinan partikel yang meluruh tiap detik. R = λN Keterangan: R = aktivitas inti (partikel/detik) λ = tetapan peluruhan (s–1) N = jumlah partikel T = waktu paruh (s) Aktivitas inti (R) dapat dinyatakan dalam satuan partikel per sekon, Becquerel, Rutherford, atau Curie. Dengan konversi: a) 1 Becquerel (Bq) = 1 partikel/sekon b) 1 Curie (Ci) = 3,7 × 1010 partikel/sekon c) 1 Rutherford (Rd) = 106 partikel/sekon Satuan yang umum digunakan adalah Ci. 2. Isotop Radioaktif Isotop yang terjadi karena penembakan disebut isotop radioaktif atau radioaktif buatan atau radioisotop. 3. Dosis Serap Jika suatu sinar radioaktif mengenai bahan atau materi maka sebagian energinya akan diserap. Besar energi yang diserap oleh materi per satuan massa disebut dosis serap. Satuan dosis serap ialah joule/kg (gray). Keterangan: I = intensitas setelah melewati bahan (J/s m2) I0 = intensitas mula-mula (J/s m2) e = bilangan natural = 2,71828 µ = koefisien pelemahan oleh bahan keping(1/cm atau 1/m) x = tebal bahan (cm atau m) Jika tebal bahan menyebabkan intensitas yang keluar dari bahan (I) mempunyai nilai separuh dari intensitas mula-mula (I0) maka: I = 1/ 2 I0 sehingga 4. Alat-Alat Deteksi Radiasi a. Pencacah Geiger Muller Alat pencacah Geiger Muller pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman pada tahun 1928, berfungsi mencacah radiasi sinar α, β, dan γ. Apabila tabung terkena radiasi maka partikel radiasi masuk ke dalam tabung kemudian mengionkan gas yang ada.. Perhatikan Gambar 9.14(b)! Perpindahan ion-ion itu menghasilkan denyut listrik pada GM. Denyut listrik dapat diamati melalui meter skala, pengeras suara, atau tanda-tanda lainnya. Semakin banyak partikel-partikel radioaktif yang masuk ke dalam tabung, semakin banyak pula ion-ion yang terlepas, sehingga jumlah denyut per sekon yang ditunjukkan GM semakin besar. Gambar 9.14 (a) Pencacah Geiger Muller dan (b) cara kerja Geiger Muller b. Emulsi Film Apabila suatu kertas film diberi lapisan emulsi perak bromida dan dilalui oleh unsur-unsur radioaktif maka akan meninggalkan jejak sepanjang lintasannya. Setelah kertas film ini dicuci dan dicetak maka lintasan zatzat radioaktif dapat terlihat. Dari jenis lintasannya dapat dikenali jenis partikelnya dan dapat diukur tingkat energi awalnya. c. Kamar Kabut Willson Kamar kabut Willson pertama kali ditemukan oleh C.T.R Willson pada tahun 1907, merupakan alat yang dapat digunakan untuk melihat dan memotret lintasan partikel alfa. Gambar 9.15 Kamar kabut Willson d. Detektor Sintilator Sintilator berasal dari kata sintilasi yang artinya percikan cahaya. Alat deteksi yang menggunakan bahan-bahan yang dapat memendarkan atau memercikkan cahaya apabila terkena radiasi disebut sintilator Gambar 9.16 Sintilator E. Teknologi Nuklir 1. Reaktor Nuklir Reaktor merupakan tempat terjadinya suatu proses reaksi fisi nuklir berantai. Dalam reaktor nuklir terjadi reaksi fisi berantai yang terkendali. Jadi, reaktor nuklir merupakan alat yang berfungsi untuk: 1) memicu terjadinya reaksi fisi sehingga meng hasilkan reaksi berantai, 2) mengendalikan reaksi fisi, dan 3) memanfaatkan energi yang dihasilkan reaksi. a. Komponen Reaktor Nuklir 1) Bahan bakar Bahan bakar terdapat dalam teras reaktor. Pada umumnya, berupa UO2 dalam bentuk pelet. Uranium yang digunakan dapat berupa uranium alam atau uranium yang diperkaya kadar U-235nya. 2) Teras reaktor Teras reaktor merupakan tempat ber lang sungnya reaksi nuklir. Gambar 9.17 Bagan reaktor nuklir 3) Moderator Moderator berfungsi menurunkan energi neutron dari energi tinggi ke energi termal melalui proses tumbukan Bahan-bahan yang lazim dipergunakan ialah air ringan (H2O), air berat (D2O), dan grafit 4) Batang pengendali Batang pengendali berfungsi mengendalikan jumlah populasi neutron yang terdapat dalam teras reaktor, sehingga reaksi berantai dapat dipertahankan. Dengan demikian, terkendali pula jumlah reaksi fisi dan energi yang dihasilkan. Bahan-bahan yang lazim digunakan sebagai batang kendali, antara lain k admium, boron, dan hafnium. 5) Pendingin primer Banyak reaktor nuklir yang menggu nakan moderator sekaligus sebagai pendingin primer, misalnya air ringan atau air berat yang disirkulasikan melalui pompa. Pendingin lain yang lazim digunakan adalah bentuk gas seperti He dan CO2, serta bentuk logam cair seperti Na dan NaK. Fungsi pendingin ialah mengeluarkan panas yang terjadi karena reaksi fisi yang berlangsung dalam teras reaktor 6) Sistem penukar panas Berupa pompa berfungsi mengalirkan panas dari pendingin primer ke pendingin sekunder. Setelah dingin, bahan dipindah lagi ke dalam reaktor. Sistem penukar panas lazim disebut heat exchanger. 7) Pendingin sekunder Pendingin sekunder berupa air yang dialirkan keluar dari sistem reaktor dan didinginkan di luar reaktor. 8) Perisai radiasi Perisai radiasi berfungsi menahan radiasi, baik yang dipancarkan pada proses pembelahan inti maupun yang dipancarkan oleh nuklidanuklida hasil pembelahan. Dengan perisai radiasi itu, para pekerja dan lingkungan dekat reaktor aman dari radiasi. b. Jenis-Jenis Reaktor Nuklir 1) Berdasarkan tujuan kegunaan a) Reaktor penelitian Reaktor penelitian adalah reaktor yang menghasilkan neutron yang digunakan untuk penelitian dalam bidang fisika, kimia, biologi, pertanian, kedokteran, industri, dan teknologi. b) Reaktor penghasil radioisotop Reaktor penghasil radioisotop adalah reaktor yang memproduksi isotop-isotop radioaktif (radioisotop). Radio isotop dapat digunakan pada bermacam-macam keperluan, antara lain pada bidang kedokteran, pertanian, industri, farmasi, dan biologi. c) Reaktor daya Reaktor daya adalah reaktor yang menghasilkan energi kalor. Energi kalor itu bisa digunakan untuk menjalankan mesin kapal selam, mesin kapal induk, dan pembangkit listrik (PLTN). 2) Berdasarkan jenis moderator Berdasarkan jenis moderatornya, reaktor nuklir diklasifikasikan sebagai berikut: a) moderator air ringan (H2O), b) moderator air berat (D2O), c) moderator grafit, dan d) moderator berilium atau berilium oksida. 3) Berdasarkan jenis pendingin Berdasarkan jenis bahan pendinginnya, reaktor nuklir dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) pendingin air; b) pendingin gas (O2, He, CO2, dan sebagainya); c) pendingin logam cair (Na, NaK, Pb, Pb-Bi, dan sebagainya). 2. Aplikasi Radioisotop a. Aplikasi pada Bidang Kedokteran 1) Uji tangkap kelenjar tiroid Isotop yang digunakan pada pengujian fungsi kelenjar gondok adalah I-131, I-123, I-125, atau Tc-99. 2) Uji faal ginjal Teknologi faal ginjal merupakan suatu cara pengujian fungsi ginjal yang menggu nakan alat renograf dan memakai isotop I-131 hipparan. 3) Pemeriksaan berbagai penyakit Salah satu instrumen nuklir yang digu nakan dalam bidang kedokteran, yaitu untuk pemeriksaan berbagai penyakit adalah kamera gamma. Gambar 9.23 Kardiologi nuklir Beberapa contoh pemanfaatan kamera gamma, antara lain sebagai berikut: a) pencarian anak sebaran tumor ganas ke tulang, pada penderita kanker payudara atau kanker usus besar yang belum dapat dideteksi dengan metode lain; b) pemeriksaan hati serta saluran-saluran empedu; c) pemeriksaan kelenjar limpa, paratiroid, adrensi, plasenta, otak, dan pankreas; d) pemeriksaan keadaan jantung. Pemanfaatan teknologi nuklir dalam ilmu penyakit jantung dikenal dengan istilah kardiologi nuklir. b. Aplikasi pada Bidang Pertanian dan Peternakan 1) Pemuliaan tanaman untuk menghasilkan bibit unggul Gambar 9.24 Bibit unggul (a) padi dan (b) tanaman jarak 2) Pengendalian hama tanaman Aplikasi teknologi nuklir pada pengen dalian hama tanaman terutama bertujuan untuk menghasilkan hama jantan mandul. Perkawinan hama jantan mandul dengan be tina subur tidak akan meng hasilkan keturunan. Akibatnya jumlah hama akan berkurang. 3) Pengolahan tanah dan pemupukan Aplikasi teknologi nuklir pada pengo lahan tanah dan pemupukan antara lain bertujuan untuk mengetahui jumlah dan cara pemupukan yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Cara tersebut telah banyak berhasil, terutama menghemat pemakaian pupuk. 4) Pembuatan makanan ternak tambahan dan vaksin penyakit ternak Melalui berbagai percobaan menggu nakan teknologi nuklir, telah banyak dihasilkan makanan ternak tambahan yang dapat meningkatkan berat badan sapi dan ternak lain dengan cepat. Makanan ternak tambahan tersebut disebut molase-blok karena terbuat dari bahan molase, yaitu limbah pembuatan gula c. Aplikasi pada Bidang Perindustrian 1) Uji tak merusak (Nondestructive Test = NDT) Peng gunaan isotop radioaktif yang meng hasilkan sinar gamma sebagai perunut untuk mengamati adanya kebocoran pada tangki penyimpan cairan, pipa bawah tanah, dan kebocoran bendungan. Industri di Indonesia juga memanfaatkan teknologi NDT untuk mengetahui adanya keretakan, misalnya pada pesawat terbang dan gedung. 2) Proses radiasi menggunakan iradiasi sinar gamma atau partikel elektron untuk membunuh serangga, membunuh mi kro ba, mengubah sifat suatu bahan, atau mem buat bahan baru dengan mutu lebih baik. Radioisotop yang digunakan ialah Co-60 yang menghasilkan sinar gamma. Radioisotop tersebut digunakan untuk mensteril kan alat-alat kesehatan. d. Aplikasi pada Bidang Hidrologi dan Sedimentasi Aplikasi teknologi nuklir dalam bidang hidrologi dan sedimentasi telah banyak di lakukan di Indonesia. Misalnya peng gunaan teknologi nuklir pada penentuan debit air, rembesan air laut ke darat, pendangkalan pelabuhan, danau, dan sungai, serta berbagai permasalahan dalam perminyakan. Teknologi tersebut meng gunakan radioisotop sebagai perunut. Salah satu aplikasinya di Indonesia, pencairan sumber air bawah tanah di daerah Gunung Kidul dibantu dengan teknologi ini.