Artikel Ilmiah Buddhis Pendidikan Anti Korupsi MODEL INTEGRASI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM AJARAN BUDDHA MELALUI HIDDEN CURRICULUM Disusun oleh Diva Anggraeni Mahaniti Loka Dhamma IV ARTIKEL ILMIAH Model Integrasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Ajaran Buddha Melalui Hidden Curriculum Oleh : Diva Anggraeni ABSTRAK Korupsi saat ini menjadi permasalahan serius di Indonesia. Sehingga dibutuhkan suatu sistem yang mampu menyadarkan semua elemem masyarakat. Pendidikan dapat menjadi alternatif untuk memberantas korupsi. Mengingat bahwa sebagian besar pelaku korupsi adalah orang-orang yang memiliki standar pendidikan yang tinggi, hal ini menunjukan lemahnya sistem pendidikan dalam menangani korupsi. Salah satu bentuk pencegahan melalui pendidikan adalah dengan melaksanakan pendidikan anti korupsi mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Dalam kurikulum pendidikan saat ini pendidikan anti korupsi tidak terdapat dalam mata pelajaran pokok, sehingga dibutuhkan suatu strategi agar tujuan dari pendidikan anti korupsi dapat tercapai. Sebagai solusinya melalui hidden curriculum pendidikan anti korupsi dapat terimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran meskipun tidak tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pendidikan anti korupsi melalui hidden curriculum adalah untuk membentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan anti korupsi. Buddha memberikan ajaran-Nya dengan menyesuaikan situasi, kondisi serta karakter masing-masing siswa sehingga tercapai tujuan-Nya. Hal ini menunjukan bahwa Buddha menggunakan pembelajaran yang hidden (tersembunyi). Apabila model pembelajaran yang diterapkan oleh Buddha dalam mendidik siswa-Nya, diterapkan dalam pendidikan anti korupsi melalui hidden curriculum maka tujuan dari pembelajaran tersebut akan tercapai. Model integrasi pendidikan anti korupsi melalui hidden curriculum dengan ajaran Buddha memiliki proses dan inti pembelajaran yang sama dan mampu mencapai apa yang dicita-citakan. Kata Kunci: Integrasi, Pendidikan Anti Korupsi, Hidden Curriculum, Ajaran Buddha. PENDAHULUAN Korupsi hingga saat ini menjadi permasalahan yang seriusdi negara Indonesia. Lembaga Tranparancy Internasional Indonesia menyatakan bahwa Indonesia menempati posisi ke-5 sebagai negara terkorup diantara 146 negara (TI: 2014:1).Tabulasi Data Penanganan Korupsi (oleh KPK) Tahun 2004-2014adalah 643 penyelidikan, 388 penyidikan, 300 penuntutan, inkracht 270 kasus, dan eksekusi 278 kasus. Data ini menunjukan peningkatan korupsi yang signifikan(Acch:2014). Bahkan kasus korupsi diduga terjadi di Kementerian Agama Republik Indonesia (Oscar Ferri: 2014 :1). Peningkatan kasus korupsi di Indonesiadikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya. Dibutuhkan suatu sistem yang dapat menyadarkan semua elemen dalam memberantas korupsi.Pendidikan dapat menjadi salah satu alternatifpencegahan tindakan korupsi.Pemerintah mulai melaksanakan pendidikan anti korupsi pada tahun 2012, kerjasama antara pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta meningkatkan kerja Komisi yang Pemberantasan Korupsi, dilakukan dalam berupa pendidikan 1 anti korupsi, rangka penelitian, dan pengembangan, pertukaran data dan informasi, serta laporan harta kekayaan penyelenggara negara(Fernan Rahadi; 2012: 1-2). Pendidikan anti korupsi merupakan program pendidikan bertujuan membangun danmeningkatkan kepedulian warganegara terhadap bahaya dan akibat dari tindak pidana korupsi.Pelaksanaan pendidikan anti korupsi membutuhkan sinergi yang tepat antara pemanfaatan informasi,pengetahuan dan kemampuan untuk membuat pertimbangan-pertimbangan moral dan mampu dikembangkan secara maksimal. Kurikulum tidak hanya terbatas dalam hal yang tampak, ada yang tersembunyi tetapi memiliki peran yang penting bagi proses pendidikan dan peserta didik (Allan A. Glatthorn, 1987: 20). Pendidikan Anti Korupsi dapat dilakukan melalui hidden curriculum. Hidden curriculum merupakan suatu bentuk transfer belajar dan transformasi akhlak yang desainnya tidak terencana secara tampak dan tertulis tetapi berpengaruh kuat dalam proses pembelajaran maupun terhadap hasil belajar peserta didik (Akhmad Marwadi Syahid, 2014: 1-2). Buddha secara tidak langsung mengajarkan siswa-Nya melalui hidden curriculum. Salah satunya tampak dalamDhammacakkappavattana Sutta.Oleh karena itu penulis ingin mencaritahu tentang model pengintegrasian pendidikan anti korupsi dalam ajaran Buddha melaluihidden curriculum, dan menentukan judul artikel berjudul Model Integrasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Ajaran Buddha MelaluiHidden Curriculum. BAGIAN INTI Korupsi Pengertian korupsi menurut Pasal 2 dan 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 adalah perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi, menyalahgunakan wewenang, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.Pengertian tersebut menunjukan sebagai salah satu bentuk pencaharian yang tidak benar. Buddha telah memberi petunjuk melalui Majjhima Nikaya117 yang menjelaskan bahwa pencaharian akan menjadi tidak benar ketika mata pencahariannya dimanfaatkan untuk; menipu, membual, memeras, menggelapkan agar mendapatkan hasil yang banyak. Dalam agama Buddha tindak korupsi merupakan pelanggaran Pancasila-Buddhis sila ke-2, sila ke-4 serta bertentangan dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan (Hasta Arya Magga).Korupsi menurut agama Buddha disebabkan oleh Lobha, Dosa dan Moha (asobhana hetu) serta adanya pandangan salah yang terdapat dalam Brahmajala Sutta ( Maurice Walshe. 2009: 1-33) 2 Pendidikan Anti Korupsi Keterlibatan pendidikan formal dalam upaya pencegahan korupsi sebenarnya bukan hal baru, justru memiliki kedudukan strategis. Sejalan dengan pandangan progresivisme, sekolah adalah agen perubahan sosial yang bertugas mengenalkan nilainilai baru kepada masyarakat (Pol, M., Hlouskova dkk, 2005). Nilai anti korupsi antara lain; kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan (Sugono:2008). Perubahan-perubahan nilai dan prinsip dengan menerapkan malu untuk berbuat jahat (hiri) dan takut akan akibatnya (otapa). Demikian halnya dalam Susima Paribbajaka Sutta, yang mengisahkan Susima yang memiliki niat buruk kepada Buddha dan karena ia dibimbing dengan cinta kasih membuat Susima merasa bersalah, mengakui kesalahan serta meminta maaf kepada beliau, sehingga Susima mencapai tingkat kesucian Arahat(U Ko Lay: 1986: 152-153). Secara tidak langsung ini menunjukan keberhasilan peran pendidikan dalam mengubah pengetahuan, sikap dan keterampilan Perubahan tersebut terjadi dengan cara dialog Buddha dengan siswa-Nya. Ini menunjukan bahwa dengan metodedan tanya jawab membuka peluang siswa untuk bebas berpikir kritis dan kreatif dalam mengembangkan kreatifitas (Assegaf, 2004:138139). Hidden Curriculum Hidden Curriculum adalah hasil pembelajaran atau kegiatan belajar yang tidak tersurat dalam perencanaan (Lovat & Smith, 2003). Kurikulum ini tidak tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran ataupun silabus namun disampaikan saat proses pembelajaran (Khairun Nisa, 2009; 27).Hidden Curriculum merujuk kepada nilai, sikap, dan gaya berkomunikasi seorang guru di kelas sebagai bagian dari proses pembelajaran dalam konteks yang lebih luas (Sari & Doganay, 2009). Melaui kemampuan guru dalam hidden curriculum, maka akan semakin aktual proses pembelajaran. Kurikulum harus dibuat berdasarkan landasan berpikir bahwa guru dan murid adalah agen pendidikan, karena pada dasarnya mereka mempunyai self determination (kemampuan menentukan apa yang diperlukan), self expression (kemampuan mengekspresikan diri), dan strong evaluation (kemampuan mengevaluasi diri) (Alexander, 2005: 44-45).Apa yang dipelajari peserta didik melalui hidden curriculum seringkali dapat menjadi lebih mengakar dan bertahan dalam ingatan atau kepribadian mereka daripada apa yang direncanakan secara tertulis (Rennert-Ariev, 2008: 117-8). Tujuan dari hidden curriculum tercapainya efektivitas dari penanaman nilai-nilai sosial dalam masyarakat yang secara formal tidak tertulis melalui kurikulum 3 formal. Pelaksanaan implementasi kurikulum di kelas atau pengembangan kurikulum dalam skala kecil, hidden curriculum memiliki makna tersembunyi yang tidak tertulis, namun pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh setiap guru agar kualitas pembelajaran lebih bermakna (Sanjaya, 2008: 26-27). Pelaksanaan pendidikan anti korupsi dapat menggunakan hidden curriculumsaat kegiatan pembelajaran. Hal ini penting untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.Dalam Angulimala Sutta, Buddha secara tidak langsung menggunakan hidden curriculum untuk membimbing murid-Nya. Angulimala mencapai tingkat kesucian Arahat dengan hanya mengejar Buddha yang berdiam diri (Nanamoli & Bodhi. 2013:1153-1167). Dengan sikap Buddha yang demikian terdapat maksud tersembunyi agar Angulimala dapat menyadari kesalahannya.Dari penjelasan sutta tersebut menunjukan adanya keberhasilan Buddha dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut. Buddha telah merujuk nilai, sikap & gaya yang akan dilakukan untuk siswa-Nya sehingga proses belajar yang digunakan sangat sesuai dengan kondisi nyata. Melalui cara belajar yang digunakanBuddha, yang memiliki kesamaan sebagai hidden curriculum lebih mampu mencapai tujuannya. Sebagai bukti tiap siswa yang diajar oleh Buddha mampu meresap nilai-nilai yang seharusnya dicapai. Pendidikan Anti Korupsi dalam ajaran Buddha Model pengajaran harus mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dan membangun komunikasi yang dialogis. Sehingga pengetahuan, sikap, serta keterampilan siswa berkembang. Pendidikan dalam agama Buddha bertujuan untuk menghapus penderitaan yang disebabkan oleh ketidaktahuan atau tidak dapat memahami segala sesuatu sebagaimana mestinya dan sebenarnya (Krisnanda Wijaya Mukti; 2003; 304). Dalam Manggala Sutta memiliki pengetahuan, keterampilan, menjauhi, serta menghindari perbuatan buruk adalah “berkah utama” (U Ko Lay. 1986:216). Hal ini berarti pendidikan anti korupsi dalam agama Buddha adalah mengerti serta memahami dan menjalankan Dharma dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, serta keterampilan anti korupsi yang sesuai dengan Dhamma. Secara tidak langsung pendidikan anti korupsi telah diajarkan Buddha saat Pemutaran Roda Dhamma Pertama kepada Lima Pertapa yang terdapat pada Dhammacakkappavattana Sutta. Dalam Sutta tersebut Buddha mengajarkan tentang Jalan Tengah (Majjhima Patipada), salah satunya adalah mempunyai mata pencaharian benar (samma-ajiva), dan secara tidak langsung korupsi 4 merupakan perilaku yang tidak dianjurkan oleh Buddha (Bodhi. 2011: 56). Dalam Maha Parinibbana Sutta,Buddha menjelaskan bahwa dengan menjalankan sila (moral) menyebabkan seseorang memiliki banyak harta kekayaan (Maurice Walshe. 2009: 200261). Dalam Dhananjani Sutta menceritakan kehidupan umat awam yang bernama Dhananjani yang memiliki mata pencaharian salah, mengetahui itu Buddha memerintahkan Bhante Sariputta untuk menyadarkan dari kesalahannya tersebut. Saat Dhananjani akan meninggal ia meminta Bhante Sariputta untuk menghiburnya dalam Dhamma. Setelah mendengar khotbah Dhamma, Dhananjani meninggal dan terlahir kembali di Alam Brahma (Nanamoli & Bodhi. 2013: 1283-1293).Keberhasilan pembelajaran disebabkan oleh kemampuan Buddha dalam mengkomunaikasikan ajaranNya sehingga tercapainya efektifitas penanaman nilai moral. Model integrasi pendidikan anti korupsi dalam ajaran Buddha melaluihidden curriculum Pendidikan Anti Korupsi sebagai suatu strategi dalam memberantas korupsi, melalui jalur pendidikan yang menggunakan metode pembelajaran, yang diberikan tanpa adanya diskriminasi, menyesuaikan dengan karakteristik, kekuatan serta kemampuan siswa, dapat dengan mengembangkan karakter bangsa bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, serta dilakukan dengan strategi, metode, dan media yang beragam dan bervariasai (Samawi; 2013; 9). Melalui hidden curriculum pendidikan anti korupsi dapat dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah memasukan nilainilai anti korupsi kepada siswa. Metode tersebut sesuai dengan pengajaran Buddha Gotama. Dalam Sacca Vibanga Sutta mengenai bimbingan yang dilakukan Bhante Sariputta dan Bhante Mogalana tentang Jalan Mulia Berunsur 8, membuat para Bhikkhu mencapai tingkat kesucian Sotapanna dan Arahat (Nanamoli & Bodhi. 2013: 17871795).Metode pengajaran pendidikan anti korupsi melalui hidden curriculum sesuai dengan pengajaran Buddha dengan Upaya Kausalya yaitu metode dalam agama Buddha untuk menerangkan Dharma dengan cara yang mudah dimengerti dan dipahami serta dipraktikkan dengan cara atau metode yang bersifat sederhana, fleksibel, dan praktis (Dhammasukkha, 1999; 80-81). Demikian pula sistem pendidikan anti korupsi yang diintegrasikan melalui hidden curriculum untuk mempermudah penyampaian pada siswa mengingat pelajaran tersebut tidak termasuk dalam mata pelajaran pokok. Hal ini sesuai dengan metode yang diterapkan oleh Buddha Gotama, dalam menyampaikan Dhamma kepada siswa-Nya agar mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak langsung Buddha 5 menerapkan hidden curriculum.Contohnya dalam Dhananjani Sutta, tampak bahwa Buddha telah memberikan bimbingan melalui hidden curriculum dan menunjukan keberhasilan-Nya, dalam wujud tercapainya tingkat kesucian (Nanamoli & Bodhi. 2013: 1283-1293). Jika Buddha berhasil dalam pembelajaran-Nya maka tidak menutup kemungkinan, pendidikan anti korupsi melalui hidden curriculum dapat berhasil menanamkan sikap, pengetahuan dan keterampilan anti korupsi. PENUTUP Pengintegrasian pendidikan anti korupsi melalui (hidden curriculum) yaitu Pendidikan anti korupsi yang tidak dimuat dalam satuan mata pelajaran/kuliah, namun disampaikan saat kegiatan belajar mengajar. Tujuan dari pendidikan anti korupsi yang selaras dengan kurikulum yang diterapkan saat ini adalah membentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan anti korupsi. Apabila pendidikan anti korupsi diterapkan melaui hidden curriculum maka akan berpengaruh kuat dalam proses pembelajaran dan hasilnya, karena sesuatu yang tersampaikan secara tersembunyi lebih mengakar dan bertahan lama daripada apa yang direncanakan secara tertulis. Jika pendidikan anti korupsi diterapkan melalui hidden curriculumakan menunjukan keberhasilan dalam pembelajarannya, karena Buddha telah terlebih dahulu menggunakan hidden curriculum dalam mengajar, dan siswa-Nya mampu menerapkan nilai-nilai yang seharusnya dicapai. DAFTAR PUSTAKA Abd. Rahman Assegaf. 2008. Pendidikan Tanpa Kekerasan. Tiara Wacana; Jogjakarta Alexander, H. A. (2005). Human agency and the curriculum. Theory and Research in Education, 3, (3), 343-369. Allan A.Glatthorn, Curriculum Leadership (Illionis: Scott Forestman and Company) 1987. Amin, Moh. 2012. Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Diva Press; Jogjakarta. Asep Herry Hernawan. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik dikelas Awal Sekolah Dasar. dalam Seminar Kuningan; Bandung. Bhikkhu Dhammadhiro Mahatera. 2014. Pustaka Dhammapada Pali-Indonesia. Sangha Theravada Indonesia; Jakarta Ferri, Oskar. 2014. http://Liputan.6.com. Diakses pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, pukul 10.35 WIB. http://acch.kpk.go.id. Diakses pada hari Kamis, 12 September 2014, pukul 9.25 WIB. http://kemendiknas.go.id. Diakses pada hari Rabu, 11 September 2014, pukul 12.13 WIB. http://ti.co.id. Diakses pada hari Kamis, 12 September 2014, pukul 9.42 WIB. http://uu.tindak.korupsi.go.id. Diakses pada hari Rabu 11 September 2014 pukul 12.25 WIB. 6 Jo Priastono, Dhammasukha. 1999. Pokok-Pokok Dasar Mahayana. Yasodhara Puteri; Jakarta. Krisnanda Wijaya Mukti. 2003. Wacana Buddha Dhamma. Yayasan Dharma Pembangunan; Jakarta. Lovat, T.J., & Smith, D.L. 2003. Curriculum : Action on Reflection. Thomson Victoria: Social Science Press. Montessori, Maria. 2013. Pendidikan Anti Korupsi Sebagai Pendidikan Karakter Di Sekolah.http://2561-5518-1-SM.com/Pendidikan-Antikorupsi-sebagaipendidikan-karakter-di-sekolah.html. (Diakses pada hari Rabu, 11 september 2014, pukul 11.17 WIB). Muller Max. 2002. Sacred Book of the Buddhist. The Pali text society; Oxford. Nanamoli dan Bodhi. 2001. The Middle Length Discourses of The Buddha. The Pali text society; Oxford. Nisa, Khairun. http://hidden.curriculum.com/. (Diakses pada hari Rabu, 11 September 2014, pukul 12.13 WIB Pol, M., Hlouskova, L., Novotny, P.,Vaclavikova, E., Zounek, Z.,. 2005 School Culture as an Object of Research. Rahadi, Fernan. 2012. http://republika.com. Diakses pada hari Kamis, 12 September 2014, pukul 10.10 WIB. Rennert-Ariev, P. (2008). The hidden curriculum of performance-based teacher education. Teachers College Record, 110 (1), 105-138. Rhys, David. 2002. Sacred Books of the Buddhist. The Pali text society; Oxford. Samawi, Ahmad.dkk. 2013. Model Pembelajaran Anti Korupsi untuk Mengembangkan Karakter Bangsa yang Bersih Dari KKN dan Implikasinya Dalam Pendidikan Inklusi. http://Pendidikan.Anti.Korupsi.com/model-pembelajaran-anti-korupsiuntuk-mengembangkan-karakter-bangsa-yang-bersih-dari-KKN-danImplikasinya-dalam-pendidikan-inklusi.html. (hari Rabu, 11 September 2014, pukul 11.55 WIB). Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum & Pembelajaran: Teori & Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana; 2008. Sari, M & Doganay, A. 2009. Hidden Curriculum on Gaining the Gaining the Value of Respect for Human Dignity: a Qualitative Study in Two Elementary School in Andana Educational Science: Theory & Practice. Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Pendidikan Nasional; Jakarta. Syahid, Akhmad Marwadi. 2014. http://21andil.hidden.curriculum.com . Diakses 10 September 2014, pukul 18.15 WIB. Tim Penerjemah Vidyasena. 1997. Dhammapada Atthakatha. Vidyasena; Yogyakarta. Walshe, Maurice. 2009. Khotbah-Khotbah Panjang Digha Nikaya. Dhammacitta Press; Jakarta Woodward. 2006. The Book Of The Gradual Saying. The Pali text society; Lancaster. Woodward. 2006. The Book Of The Gradual Saying. The Pali text society; Oxford. 7