BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bab ini akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan kajian teori meliputi Disiplin Belajar, Hasil Belajar dan Kerangka Berfikir: 2.1.1 Disiplin Belajar 2.1.1.1 Pengertian Disiplin Isitilah disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjukkan kegiatan pembelajaran. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris disciple yang berarti mengikuti orang untuk belajar dibawah pengawasan seseorang pemimpin (Tu’u, 2004) Disiplin merupakan hal yang penting dalam setiap usaha manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Masalah disiplin lebih terkait dengan tingkah laku dan mental seseorang dalam kemampuannya menyesuaikan dengan tuntutan nilai-nilai yang berlaku didalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dimana mereka tinggal (Rachman, 1999). Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan dapat berlangsung dengan tepat waktu tetapi kadang tidak. Kegiatan yang dilaksanakan secara tepat waktu dan dilaksanakan secara kontinyu sehingga akan menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan secara teratur dan tepat waktu itulah yang disebut disiplin 7 dalam kehidupan sehari-hari. Sependapat dengan Loso (2007) disiplin sangat diperlukan dimanapun, karena dengan disiplin maka kehidupan akan menjadi teratur dan tertata dengan baik. Berdasarkan pengertian disiplin dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah sikap / tingkah laku seseorang yang patuh terhadap aturan yang berlaku atau suatu kebiasaan seseorang melakukan kegiatan secara teratur dan tepat waktu. Menurut Asy Mas’udi (2000) disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapa pun. Sedangkan menurut Prijodarminto (dalam Tu’u, 2004) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan. Sejalan dengan pernyataan Maman Rachman (dalam Tu’u, 2004) disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Berdasarkan pengertian disiplin dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah perilaku seseorang 8 yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku yang muncul dari kesadaran dirinya tanpa ada paksaan dari pihak lain. Menurut Slameto (1998) disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau memenuhi atau mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku. Disiplin bukanlah suatu yang dibawa sejak awal, tetapi merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan. Widi Raharjo (2003) berpendapat apabila individu atau peserta didik berperilaku disiplin atau bersedia menaati segala peraturan (tata tertib) yang ada dalam kegiatan belajar, merupakan suatu modal dasar yang sangat berharga atau bermakna sekali dalam menunjang tercapainya tujuan kegiatan pembelajaran. Ditambahkan oleh Tu’u (2004) yang mengatakan bahwa orang yang belajar dengan disiplin akan mendorong seseorang untuk bertanggung jawab dalam belajar. Seseorang berusaha menata dirinya terbiasa dengan hidup tertib dan teratur serta untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Menurut Dolet (2002) disiplin diartikan sebagai konsistensi dan konsekuensi seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai dalam waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan. Sejalan dengan pengertian tersebut Maman Rachman (dalam Tu’u, 2004) menyatakan bahwa pada hakekatnya disiplin adalah pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang 9 didukung oleh kesadaran untuk terjadinya keseimbangan melaksanakan tugas dan kewajiban dalam rangka mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang disiplin maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah tingkah laku yang menunjukkan kesediaan untuk mematuhi peraturan, konsisten terhadap apa yang dilakukan untuk tercapainya tujuan yang didukung oleh kesadaran dalam melaksanakan tugas dan kewajiban secara seimbang. 2.1.1.2 Pengertian Belajar Menurut Morgan (dalam Prasetyo, 2010) mengatakan bahwa belajar adalah tiap perubahan yang relatif menetap dalam perilaku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman. Hal ini ditegaskan oleh Gagne (dalam Hamalik, 2002) yang mengatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi rangsang/stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi belajar sedemikian rupa sehingga kinerja / performace berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Menurut Thorndike (dalam Prasetyo, 2010) belajar adalah membentuk asosiasi-asosiasi antara perangsang yang mengenai organisme melalui sistem susunan saraf dan reaksi yang diberikan oleh organisme itu terhadap perangsang tadi. Menurut Skinner yang di kutip oleh Prasetyo (2010) dalam bukunya yang berjudul belajar dan pembelajaran, bahwa belajar 10 merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku. Proses belajar tidak sama dengan perbuatan (performance) juga tidaklah sama dengan kematangan yaitu dimana suatu fungsi berada dalam keadaan siap pakai. Tetapi langkah dalam proses belajar memang membutuhkan kematangan dan usaha untuk meningkatkan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Dari uraian pengertian belajar menurut para ahli di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa belajar mengandung unsur-unsur sebagai berikut : belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku, belajar merupakan perubahan tingkah laku melalui pelatihan dan pengalaman, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan menjadi bagian diri siswa atau terinternalisasi dalam diri siswa. Selanjutnya menurut Sudjana (2008), belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Menurut Winkel (2004), menjelaskan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan, tetap dan berbekas. Hal ini di pertegas dengan pernyataan Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 11 laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari berbagai macam pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang bersifat permanen sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan yang berupa perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. Bloom dalam Sardiman A.M (2001) mengatakan belajar adalah berubah, artinya suatu usaha mengubah tingkah laku, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Selanjutnya Bloom dalam Sardiman A.M (2001) mengklasifikasikan tujuan dari belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi aspek-aspek pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi disebut kognitif tingkat tinggi 12 2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang meliputi aspek-aspek penerimaan, tanggapan, keyakinan, dan organisasi. 3. Ranah Psikomotorik, berkenaan dengan ketrampilan dan kemampuan bertindak meliputi aspek-aspek gerakan reflek, ketrampilan gerakan dasar, keharmonisan atau ketetapan dan gerakan ketrampilan komplek. Purwanto (2003) mengambil pendapat dari Witherington mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan atau suatu pengertian. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik psikis maupun fisik, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan, kebiasaan maupun sikap. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang akibat dari pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (ketrampilan). 2.1.1.3 Pengertian Disiplin Belajar Disiplin belajar banyak digunakan oleh guru untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal. Menurut Yamin (2011) disiplin belajar mencakup setiap macam pengaruh 13 yang ditunjukkan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya. Lebih lanjut Yamin (2011) menyatakan disiplin belajar timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa yang ingin dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan individu dari orang lain sampai batas-batas tertentu dan memenuhi tuntutan orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Menurut Wikipedia (dalam Yamin, 2011) disiplin belajar merupakan bentuk pelatihan yang menghasilkan suatu karakter atau perilaku khusus yang menghasilkan perkembangan moral, fisik dan mental untuk tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat Agus (dalam Natra Saintifika, 2011) disiplin belajar adalah predisposisi (kecenderungan) suatu sikap mental untuk mematuhi aturan, tata tertib, dan sekaligus mengendalikan diri, menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar sekalipun yang mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban. Menurut Kartono (dalam Cicik, 2010) disiplin belajar adalah kepatuhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, ketaatan siswa dalam menaati jam belajar dengan serangkaian kegiatan misalnya mencatat, memperhatikan, 14 membaca, membawa buku dan peralatan sekolah, agar senantiasa dapat mengalami perubahan perilakunya sebagai hasil pergaulannya setelah berinteraksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian disiplin belajar dari beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin belajar adalah kepatuhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, ketaatan siswa pada tata tertib dan ketaatan siswa dalam menaati jam belajar yang menunjukkan kesadaran akan tanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban. Menurut Arikunto (1990) dalam penelitian mengenai kedisiplinan membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu: 1) perilaku kedisiplinan di dalam kelas, 2) perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan 3) perilaku kedsiplinan di rumah. Tu’u (2004) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah (belajar) mengemukakan bahwa indikator yang menunjukkan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi: dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri saat belajar di kelas. Sedangkan menurut Sofchah Sulistyowati dalam Deni Krisyanto (2010) menyebutkan agar seorang pelajar dapat belajar dengan baik ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin dalam hal-hal sebagai berikut: disiplin dalam menepati jadwal 15 belajar, disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda waktu belajar, disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan semangat belajar baik di sekolah seperti menaati tata tertib, maupun disiplin di rumah seperti teratur dalam belajar, disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan cara makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur. Dengan memperhatikan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian disiplin belajar adalah kepatuhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, ketaatan siswa pada tata tertib sekolah/kelas dan ketaatan siswa dalam menaati jam belajar di rumah, dengan serangkaian kegiatan mencatat, memperhatikan, membaca, membawa buku dan peralatan sekolah, agar senantiasa dapat mengalami perubahan perilaku sebagai hasil pengalamannya setelah berinteraksi dengan lingkungan. Salah satu prinsip yang harus dipenuhi dalam kegiatan belajar adalah disiplin belajar, baik disiplin yang berlangsung di rumah, di dalam kelas maupun di luar kelas. Mengacu pada berbagai pendapat di atas, maka disiplin belajar siswa dalam penelitian ini mencakup : a. Perilaku kedisiplinan belajar di dalam kelas, dengan indikator sebagai berikut : 16 1. memperhatikan guru pada saat menjelaskan pelajaran (mencatat, memperhatikan, membaca buku pelajaran) 2. mengerjakan tugas yang diberikan guru 3. membawa peralatan belajar (buku tulis, alat tulis, buku paket) 4. absensi (kehadiran di sekolah/kelas) b. Perilaku kedisiplinan belajar di luar kelas di lingkungan sekolah dengan indikator : memanfaatkan waktu luang / istirahat untuk belajar (membaca buku di perpustakaan, berdiskusi/bertanya dengan teman tentang pelajaran yang kurang dipahami). c. Perilaku kedisiplinan belajar di rumah, dengan indikator sebagai berikut : 1. memiliki jadwal belajar 2. mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru 2.1.1.4 Fungsi Disiplin Belajar Disiplin belajar sangat penting bagi setiap siswa. Disiplin belajar akan membuat seorang siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak yang baik. Fungsi disiplin belajar menurut Tulus Tu’u (2004) adalah : 1. Menciptakan lingkungan yang kondusif Disiplin berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh 17 bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. 2. Membangun kepribadian Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masingmasing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik. 3. Melatih kepribadian Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih. 4. Pemaksaan Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut. 5. Hukuman Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. 18 6. Menata kehidupan bersama Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar. Menurut Gie (1995) menyatakan fungsi disiplin belajar adalah sebagai berikut : 1. Usaha untuk menentukan prioritas garis kebijaksanaan sebagai pedoman untuk melaksanakan berbagai aktivitas selanjutnya 2. Sebagai usaha untuk penciptaan sistem belajar siswa 3. Penilaian usaha-usaha untuk mengatasi efisien dan afektifitas kegiatan belajar yang telah ditentukan Menurut Yamin (2011) menegakkan disiplin belajar tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya. Apabila kebebasan peserta didik terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka peserta didik akan berontak dan mengalami prustasi dan kecemasan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi disiplin belajar adalah menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, membangun kepribadian, 19 melatih kepribadian, pemaksaan, hukuman dan menata kehidupan bersama sehingga mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran yang efisien dan efektif. 2.1.1.5 Tujuan Disiplin Belajar Disiplin belajar dapat dikatakan sebagai sarana yang dapat digunakan seseorang untuk mengikuti ajaran dari guru/pendidik. Tujuan disiplin belajar adalah untuk mengembangkan kontrol diri dan pengarahan diri sehingga siswa dapat mengarahkan diri tanpa terpengaruh dari orang lain (Charles Schaefer dalam Ari, 2010). Menurut Mulyasa (2003) disiplin belajar bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi serta mencegah timbulnya problem-problem disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Selanjutnya Gie (1995) menyatakan bahwa dengan adanya disiplin belajar, seorang siswa dapat menciptakan kemampuan untuk bekerja sama dan belajar secara teratur, serta dapat membentuk mental dan watak, karena dengan mental dan watak yang baik akan dihasilkan pribadi yang tekun. Selain itu Hasanah (dalam Aning, 2009) juga menyatakan bahwa disiplin belajar bertujuan untuk mengontrol dan memperbaiki sikap diri dalam melakukan kegiatan belajar, melatih siswa agar mampu 20 mandiri dan bertanggungjawab, serta dapat meletakkan dasar mental yang kuat dalam kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin belajar adalah untuk memperbaiki sikap diri dalam melakukan kegiatan belajar yang mandiri dan bertanggungjawab, serta dapat meletakkan dasar mental yang kuat dalam kegiatan belajar, mengembangkan kontrol dan mengarahkan diri tanpa terpengaruh dari orang lain. 2.1.1.6 Faktor-faktor yang Membentuk Disiplin Belajar Menurut Rachman (1999) perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlu kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Bagi siswa disiplin belajar juga tidak akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan terbiasa melakukan kegiatan itu secara kontinyu. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Hukuman juga mempunyai fungsi untuk menghalangi pengulangan dari tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik 21 anak, dan memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat (Hurlok, 1999). Menurut Tu’u (2004) ada empat faktor dominan yang membentuk disiplin belajar yaitu: a) Kesadaran diri Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin belajar penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin belajar yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman. b) Pengikutan dan ketaatan Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturanperaturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. c) Alat pendidikan Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. d) Hukuman Seseorang yang taat pada aturan cenderung disebabkan karena dua hal, yang pertama karena adanya kesadarn diri, 22 kemudian yang kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Lebih lanjut Tu’u (2004) menambahkan faktor-faktor lain dalam membentuk disiplin belajar yaitu: a. Teladan Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) dari pada dengan apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari kepala sekolah, guruguru serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa. b. Lingkungan berdisiplin Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut. c. Latihan berdisiplin Disiplin dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan artinya melakukan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari. 23 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar tidak terbentuk secara mudah / instan melainkan banyak faktor-faktor yang membentuk disiplin belajar terutama dari lingkungan sekitar dan di dukung oleh kemauan dari diri sendiri untuk latihan disiplin untuk mencapai hasil belajar yang optimal. 2.1.2. Pengertian Hasil Belajar Menurut Djamarah (2000), hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil belajar tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah hasil dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mencapainya. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan (Dimyati dan Mujiono, 2006). Lebih lanjut Hamalik (2002) menyatakan bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan 24 pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) dampak pembelajaran adalah hasil belajar yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran. Hasil belajar sering digunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi dari suatu kegiatan yang dikerjakan oleh individu yang berupa perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dapat diamati dan diukur. Menurut Sudjana (2008) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pembelajaran, sedangkan menurut Dede Rosyada (2004) hasil belajar adalah mengembangkan berbagai 25 metode untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasiinformasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama. Sejalan dengan pendapat diatas hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat (Tabrani, 2000). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dalam bentuk kognitif setelah melalui proses mengkaji dan membahas pelajaran yang diperoleh melalui kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam aspek kognitif setelah melakukan kegiatan belajar mengajar yang ditunjukkan oleh nilai ulangan mid semester ganjil siswa kelas X SMK PGRI 2 Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013. 2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Dalyono dalam Deni (2010) berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu : a. Faktor Intern (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar) 26 1. Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, sakit kepala, demam, pilek batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik. 2. Intelegensi dan Bakat Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik. Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Jika seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memilki intelegensi tinggi saja atau bakat saja. 3. Minat dan Motivasi Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan beberapa hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang atau bahagia. Begitu 27 pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguhsungguh, penuh gairah dan semangat. Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong. 4. Cara Belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memeproleh hasil yang kurang. b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar) 1. Keluarga Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya tehadap keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian. 2. Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah dan sebagainya, semua ini mempengaruhi keberhasilan belajar. 28 3. Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar. 4. Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan mempengaruhi hasil tempat tinggal, belajar. Keadaan juga sangat lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya semua ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Menurut Suryabrata (1984) hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun luar diri siswa. Ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: 1. Faktor psikis a. Kecerdasan Siswa yang memiliki kecerdasan tinggi cenderung memiliki prestasi yang tinggi, maka hasil belajarpun akan tinggi pula b. Motivasi belajar Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung ingin mendapat prestasi/hasil yang tinggi 29 dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki motivasi belajar c. Disiplin belajar Siswa yang memiliki disiplin diri dalam belajar memiliki hasil belajar yang baik dibandingkan siswa yang tidak mendisiplinkan dirinya dalam belajar d. Konsentrasi Siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang baik memilik prestasi tinggi maka hasil belajarpun akan tinggi pula dibanding siswa yang tidak konsentrasi dalam belajar e. Bakat dan minat Siswa yang memiliki minat yang tinggi pada pelajaran tertentu memiliki nilai yang tinggi dipelajaran yang mereka sukai f. Percaya diri Siswa yang percaya diri akan kemampuan dirinya memilik hasil belajar yang baik dibandingkan dengan siswa yang tidak percaya diri 2. Faktor fisik a. Panca indera yang baik Panca indera yang baik terutama pada mata dan telinga merupakan gerbang masuknya pengaruh dalam individu 30 b. Kesehatan Siswa yang kesehatannya baik dapat menangkap pelajaran dengan baik pula dibandingkan siswa yang mengalami tidak enak badan 3. Faktor lingkungan a. Alat-alat untuk belajar Siswa yang terpenuhi perlengkapan belajarnya memiliki prestasi yang baik, dibanding siswa yang tidak terpenuhi alat belajarnya b. Suasana Suasana yang mendukung dalam belajar, membuat siswa dapat berkosentrasi dengan baik, dibanding ada gangguannya c. Waktu Waktu untuk belajar tidak ditentukan pagi, sktu untuk belajar tiang maupun malam. Waktu untuk belajar tergantung pada kemampuan anak untuk memahami materi yang dipelajarinya Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut : 31 a) Faktor-faktor intern Faktor intern adalah yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan. 1. Faktor jasmaniah Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Kedua cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecacatan itu. 2. Faktor psikologis Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: Pertama inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke 32 dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Keempat bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik. 3. Faktor kelelahan Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis). 33 Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkosentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat menjadi terus-menerus karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. b) Faktor-faktor eksteren Faktor eksteren adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat, yaitu dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara 34 anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada dirumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing, memberi teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dan dukungan material yang cukup. 2. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan dengan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode pembelajaran yang sesuai, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya. 35 3. Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga berpengaruh tehadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam masyarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman bergaul, teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok, keluyuran minum-minum, lebih-lebih pemabuk, dan lainlain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan 36 mempunyai kebiasaan yang baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal disitu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yaitu faktor intern dan eksteren yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor eksteren meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Salah satu faktor psikologis/psikis yang mempengaruhi hasil belajar adalah disiplin belajar. Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki kedisiplinan belajar yang baik. Siswa yang memiliki disiplin belajar yang baik/tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. 2.1.2.2 Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Hasil Belajar Menurut Slameto dalam jurnal pengembangan pendidikan yang berjudul “Disiplin Dalam Pendidikan” (1998) menyatakan bahwa betapa pentingnya disiplin belajar dalam pendidikan. Di satu pihak sebagai salah satu tujuan pendidikan, di lain pihak juga sekaligus sebagai perilaku yang menjadi syarat berhasilnya pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Disiplin bukan pembawaan dari lahir, tetapi hasil didikan termasuk di sekolah. Bagaimana terbentuknya disiplin di pengaruhi oleh 37 banyak faktor tetapi guru merupakan faktor penentu baik disiplin kelompok/kelas maupun disiplin dari siswa. Dalam mengajar guru menerapkan prinsip-prinsip disiplin demi keberhasilan pengajaran dan siswa bertanggungjawab untuk menjalankan kewajibannya. Pada umumnya, para siswa yang hasil belajar di kelasnya baik itu karena waktu dalam kehidupan sehari-harinya tertata/terjadwal, dan mereka menghargai waktu untuk belajar. Bermain untuk mereka itu adalah hal yang penting, akan tetapi belajar itu juga perlu. Mereka dapat mengontrol waktu atau paling tidak ada orang yang membantu mengontrol waktu anak untuk bermain. Pada saat pelajaran di kelas, anak-anak yang disiplinlah yang memperoleh nilai tinggi saat ulangan. Mereka memperhatikan penjelasan guru, dan mengikuti pelajaran dengan konsentrasi tinggi sehingga apa yang disampaikan dapat terekam diotaknya. Berbeda dengan anak yang tidak disiplin, yaitu yang tidak memperhatikan saat pelajaran berlangsung, mereka cenderung mendapat nilai rendah saat ulangan. Belajar harus dengan disiplin, karena disiplin adalah kunci sukses. Siswa yang ingin hasil belajarnya tinggi harus mempunyai disiplin belajar yang tinggi, karena ini merupakan sikap yang membuat siswa senantiasa mempunyai kedisiplinan, kegairahan, dan tanggung jawab dalam belajar, tanpa sikap seperti 38 ini siswa tidak mampu mengatasi berbagai hambatan dan kesulitan (Ardani, 2006). Disiplin belajar yang efisien harus memperhatikan hukum-hukum yang berlaku dalam belajar. Peningkatan mutu akademik khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya menjadi tuntutan masyarakat masa kini dan yang akan datang. Salah satu faktor yang menentukan meningkatnya mutu akademik atau hasil belajar adalah upaya menegakkan disiplin belajar (Leny, 2011). Dengan disiplin belajar, rasa malas dapat teratasi sehingga siswa akan belajar sesuai harapan-harapan yang terbentuk dari masyarakat. Kedisiplinan belajar pada siswa ikut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya. Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan dapat belajar dengan baik, terarah dan teratur sehingga dimungkinkan akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Apabila individu atau peserta didik bertingkah laku disiplin atau bersedia menaati segala peraturan atau tata tertib dalam kegiatan belajar, maka ini merupakan suatu modal dasar yang sangat berharga atau bermakna dalam menunjang tercapainya kegiatan pembelajaran. Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan dapat belajar dengan baik, terarah dan teratur sehingga dimungkinkan akan mendapatkan hasil belajar 39 yang baik pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Walgito (dalam Leny, 2011) sekalipun mempunyai rencana belajar yang baik, akan tetapi tinggal rencana kalau tidak ada disiplin belajar maka tidak akan berpengaruh terhadap prestasinya. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar merupakan jembatan untuk menuju kesuksesan terutama di sekolah. Disiplin belajar akan menghasilkan prestasi yang baik dengan bentuk hasil penilaian tertinggi yang merupakan kebanggaan bagi setiap anak didik di sekolah. 2.1.3 Pengertian PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) Menurut KTSP PKn 2006 dalam Ine (2010) pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Sedangkan menurut Haris Bakti (dalam Nita, 2012 ) pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik sebagai 40 individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang penting bagi kehidupan bangsa dan negara ini. PKn penting karena dapat digunakan untuk membina generasi penerus bangsa/anak-anak bangsa sehingga mereka sadar terhadap hak dan kewajiban dalam hidup berbangsa agar dapat menjadi warganegara yang dapat diandalkan senantiasa oleh negara. Demikian juga bagi negara Indonesia pada masa lalu dan sekarang, PKn menjadi sarana untuk menanamkan hal yang terkait dengan ideologi negara baik melalui jalur formal (sekolah) ataupun nonformal (Rahardja, 2002). Dalam konteks pendidikan formal di sekolah, PKn memiliki peran untuk membangun watak dan sikap untuk terwujudnya tujuan bangsa dan negara. Dewasa ini pendidikan menghadapi berbagai masalah yang amat komplek, salah satu diantaranya menurunnya tatakrama kehidupan dalam praktek kehidupan di sekolah yang menimbulkan kerisauan masyarakat. Hal itu antara lain semakin maraknya penyimpangan norma sosial kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk perlakuan siswa yang kurang hormat kepada guru dan staf sekolah, kurang disiplin dan tidak taat pada tata tertib yang ada. 41 2.1.3.1 Tujuan PKn Tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektual, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya (Depdiknas dalam Ine, 2010). Virene Irida dalam seminar dan lokakarya “Pembaharuan Kurikulum Program Studi S1 PPKn” (dalam Rusti, 2012) mengungkapkan mata pelajaran PKn memiliki tujuan untuk mengembangkan kompetensi berikut: 1. Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan. 2. Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab. 3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sedangkan berdasarkan Kurikulum tahun 2006 (BNSP, 2006), mata pelajaran kewarganegaraan mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif, sehingga mampu kewarganegaraan. 42 memahami berbagai wacana 2. Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab, bertindak tegas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi. 3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 4. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia. 5. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dari uraian diatas maka PKn dalam konteks pendidikan formal di sekolah memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual, mengembangkan watak dan kepribadian yang baik serta ketrampilan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dari peserta didik demi terwujudnya tujuan bangsa dan negara. 2.2 Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian Benu Feby Yessica (2010) tentang “Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 12 Salatiga semester II tahun pelajaran 2009/2010 “menyimpulkan bahwa: ada hubungan yang positif dan 43 signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar artinya semakin tinggi disiplin belajar siswa maka akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya, yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,253 dan taraf signifikan 0,000. Hasil penelitian Ari Kiswanto (2011) tentang “Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Kristen Satya Wacana Semester I Tahun 2011/2012” menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar, yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,532 dan taraf signifikan 0,000. Hasil penelitian Aning Ervitasari (2009) tentang “Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SD Kutilang Semarang semester I Tahun 2008/2009” menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar, yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,124 dan taraf signifikan 0,000. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tersebut ditemukan bahwa ada hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa khususnya untuk siswa SD dan SMA. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan subyek siswa SMK PGRI 2 Salatiga khususnya untuk mata pelajaran PKn apakah ada hubungan antara disiplin belajar dengan hasil belajar siswa. 44 2.3 Kerangka Berpikir Disiplin belajar sangat penting bagi setiap siswa. Berdisiplin akan membuat seorang siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak yang baik serta pencapaian hasil belajar yang baik. Apabila disiplin belajar sudah dimiliki oleh setiap siswa maka tidak akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran, karena dengan disiplin belajar siswa memiliki persiapan saat akan mengikuti proses pembelajaran. Lain halnya jika siswa tidak memiliki disiplin belajar, seperti tidak belajar ketika akan menghadapi ulangan, lalai mengerjakan PR akan kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang tinggi / optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik intern maupun eksteren. Salah satu faktor intern adalah disiplin belajar Disiplin belajar adalah sikap siswa dalam kegiatan belajar yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan dalam menaati peraturan baik di dalam kelas, di luar kelas di lingkungan sekolah maupun di rumah. Dengan disiplin belajar, rasa malas dapat teratasi sehingga siswa akan belajar sesuai dengan yang diharapkan. Kedisiplinan belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya diantaranya dalam ranah kognitif. Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan dapat belajar 45 dengan baik, terarah dan teratur sehingga dimungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang baik/tinggi pula. Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik suatu kerangka berpikir, dengan bagan sebagai berikut : Disiplin Belajar (X) 1. Disiplin di dalam kelas Hasil Belajar (Y) 2. Disiplin diluar kelas di Kognitif lingkungan sekolah 3. Disiplin di rumah Gambar 4.1 2.4 Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan yang positif signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran PKn siswa kelas X di SMK PGRI 2 Salatiga semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. 46