BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bab ini akan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Pada bab ini akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan kajian
teori meliputi Disiplin Belajar, Hasil Belajar dan Kerangka Berfikir:
2.1.1 Disiplin Belajar
2.1.1.1 Pengertian Disiplin
Isitilah disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang
menunjukkan kegiatan pembelajaran. Istilah tersebut sangat dekat
dengan istilah dalam bahasa Inggris disciple yang berarti mengikuti
orang untuk belajar dibawah pengawasan seseorang pemimpin (Tu’u,
2004)
Disiplin merupakan hal yang penting dalam setiap usaha
manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Masalah disiplin lebih terkait
dengan tingkah laku dan mental seseorang dalam kemampuannya
menyesuaikan dengan tuntutan nilai-nilai yang berlaku didalam
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dimana mereka tinggal
(Rachman, 1999). Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari
aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan dapat berlangsung dengan
tepat waktu tetapi kadang tidak. Kegiatan yang dilaksanakan secara
tepat waktu dan dilaksanakan secara kontinyu sehingga akan
menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan
kegiatan secara teratur dan tepat waktu itulah yang disebut disiplin
7
dalam kehidupan sehari-hari. Sependapat dengan Loso (2007) disiplin
sangat
diperlukan dimanapun, karena dengan disiplin maka
kehidupan akan menjadi teratur dan tertata dengan baik.
Berdasarkan pengertian disiplin dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah sikap /
tingkah laku seseorang yang patuh terhadap aturan yang berlaku atau
suatu kebiasaan seseorang melakukan kegiatan secara teratur dan tepat
waktu.
Menurut Asy Mas’udi (2000) disiplin adalah kesadaran untuk
melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa
paksaan dari siapa pun. Sedangkan menurut Prijodarminto (dalam
Tu’u, 2004) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan. Sejalan
dengan pernyataan Maman Rachman (dalam Tu’u, 2004) disiplin
sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau
masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap
peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang
muncul dari dalam hatinya.
Berdasarkan pengertian disiplin dari beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah perilaku seseorang
8
yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku yang muncul
dari kesadaran dirinya tanpa ada paksaan dari pihak lain.
Menurut Slameto (1998) disiplin merupakan suatu sikap yang
menunjukkan kesediaan untuk menepati atau memenuhi atau
mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta kaidah-kaidah
yang berlaku. Disiplin bukanlah suatu yang dibawa sejak awal, tetapi
merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan.
Widi Raharjo (2003) berpendapat apabila individu atau peserta didik
berperilaku disiplin atau bersedia menaati segala peraturan (tata tertib)
yang ada dalam kegiatan belajar, merupakan suatu modal dasar yang
sangat berharga atau bermakna sekali dalam menunjang tercapainya
tujuan kegiatan pembelajaran. Ditambahkan oleh Tu’u (2004) yang
mengatakan bahwa orang yang belajar dengan disiplin akan
mendorong seseorang untuk bertanggung jawab dalam belajar.
Seseorang berusaha menata dirinya terbiasa dengan hidup tertib dan
teratur serta untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Menurut Dolet (2002) disiplin diartikan sebagai konsistensi
dan konsekuensi seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan
yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai dalam waktu dan
proses pelaksanaan suatu kegiatan. Sejalan dengan pengertian tersebut
Maman Rachman (dalam Tu’u, 2004) menyatakan bahwa pada
hakekatnya disiplin adalah pernyataan sikap mental individu maupun
masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang
9
didukung
oleh
kesadaran
untuk
terjadinya
keseimbangan
melaksanakan tugas dan kewajiban dalam rangka mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang disiplin maka
dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah tingkah laku yang
menunjukkan kesediaan untuk mematuhi peraturan, konsisten
terhadap apa yang dilakukan untuk tercapainya tujuan yang didukung
oleh kesadaran dalam melaksanakan tugas dan kewajiban secara
seimbang.
2.1.1.2 Pengertian Belajar
Menurut Morgan (dalam Prasetyo, 2010) mengatakan bahwa
belajar adalah tiap perubahan yang relatif menetap dalam perilaku
yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman. Hal ini
ditegaskan oleh Gagne (dalam Hamalik, 2002) yang mengatakan
bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi rangsang/stimulus bersama
dengan isi ingatan mempengaruhi belajar sedemikian rupa sehingga
kinerja / performace berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi
itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Menurut Thorndike
(dalam Prasetyo, 2010) belajar adalah membentuk asosiasi-asosiasi
antara perangsang yang mengenai organisme melalui sistem susunan
saraf dan reaksi yang diberikan oleh organisme itu terhadap
perangsang tadi.
Menurut Skinner yang di kutip oleh Prasetyo (2010) dalam
bukunya yang berjudul belajar dan pembelajaran, bahwa belajar
10
merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta
melalui proses tingkah laku. Proses belajar tidak sama dengan
perbuatan (performance) juga tidaklah sama dengan kematangan yaitu
dimana suatu fungsi berada dalam keadaan siap pakai. Tetapi langkah
dalam proses belajar memang membutuhkan kematangan dan usaha
untuk meningkatkan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain.
Dari uraian pengertian belajar menurut para ahli di atas dapat
diperoleh kesimpulan bahwa belajar mengandung unsur-unsur sebagai
berikut : belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku, belajar
merupakan perubahan tingkah laku melalui pelatihan dan pengalaman,
belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan
menjadi bagian diri siswa atau terinternalisasi dalam diri siswa.
Selanjutnya menurut Sudjana (2008), belajar merupakan suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Menurut
Winkel (2004), menjelaskan bahwa belajar adalah suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan
tersebut bersifat relatif konstan, tetap dan berbekas. Hal ini di pertegas
dengan pernyataan Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
11
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari berbagai macam pendapat di atas dapatlah disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang
yang bersifat permanen sebagai hasil pengalaman dalam interaksi
dengan lingkungan yang berupa perubahan dalam pengetahuan,
ketrampilan dan nilai sikap.
Bloom dalam Sardiman A.M (2001) mengatakan belajar
adalah berubah, artinya suatu usaha mengubah tingkah laku, belajar
akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya
menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi
seseorang.
Selanjutnya
Bloom
dalam
Sardiman
A.M
(2001)
mengklasifikasikan tujuan dari belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, dengan penjelasan
sebagai berikut :
1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
meliputi aspek-aspek pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, dan evaluasi disebut kognitif tingkat tinggi
12
2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang meliputi aspek-aspek
penerimaan, tanggapan, keyakinan, dan organisasi.
3. Ranah
Psikomotorik,
berkenaan
dengan
ketrampilan
dan
kemampuan bertindak meliputi aspek-aspek gerakan reflek,
ketrampilan gerakan dasar, keharmonisan atau ketetapan dan
gerakan ketrampilan komplek.
Purwanto (2003) mengambil pendapat dari Witherington
mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan atau suatu
pengertian. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena
belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik psikis
maupun fisik, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan,
kebiasaan maupun sikap.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang
akibat dari pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotorik (ketrampilan).
2.1.1.3 Pengertian Disiplin Belajar
Disiplin belajar banyak digunakan oleh guru untuk
mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar
tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal. Menurut
Yamin (2011) disiplin belajar mencakup setiap macam pengaruh
13
yang ditunjukkan untuk membantu peserta didik agar dia dapat
memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya
dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang
mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.
Lebih lanjut Yamin (2011) menyatakan disiplin belajar
timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa
yang ingin dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan
individu dari orang lain sampai batas-batas tertentu dan memenuhi
tuntutan orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Menurut Wikipedia (dalam Yamin, 2011) disiplin belajar
merupakan bentuk pelatihan yang menghasilkan suatu karakter atau
perilaku khusus yang menghasilkan perkembangan moral, fisik dan
mental untuk tujuan tertentu.
Sejalan dengan pendapat Agus
(dalam Natra Saintifika, 2011) disiplin belajar adalah predisposisi
(kecenderungan) suatu sikap mental untuk mematuhi aturan, tata
tertib, dan sekaligus mengendalikan diri, menyesuaikan diri
terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar sekalipun yang
mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab
terhadap tugas dan kewajiban. Menurut Kartono (dalam Cicik,
2010) disiplin belajar adalah kepatuhan siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar, ketaatan siswa dalam menaati jam belajar
dengan serangkaian kegiatan misalnya mencatat, memperhatikan,
14
membaca, membawa buku dan peralatan sekolah, agar senantiasa
dapat
mengalami
perubahan
perilakunya
sebagai
hasil
pergaulannya setelah berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian disiplin belajar dari beberapa ahli
di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin
belajar
adalah
kepatuhan
siswa
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran, ketaatan siswa pada tata tertib dan ketaatan siswa
dalam menaati jam belajar yang menunjukkan kesadaran akan
tanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban.
Menurut Arikunto (1990) dalam penelitian mengenai
kedisiplinan membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu: 1)
perilaku kedisiplinan di dalam kelas, 2) perilaku kedisiplinan di
luar kelas di lingkungan sekolah, dan 3) perilaku kedsiplinan di
rumah. Tu’u (2004) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah
(belajar) mengemukakan bahwa indikator yang menunjukkan
pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi
mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi: dapat
mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar,
perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri saat
belajar di kelas. Sedangkan menurut Sofchah Sulistyowati dalam
Deni Krisyanto (2010) menyebutkan agar seorang pelajar dapat
belajar dengan baik ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin
dalam hal-hal sebagai berikut: disiplin dalam menepati jadwal
15
belajar, disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan
menunda-nunda waktu belajar, disiplin terhadap diri sendiri untuk
dapat menumbuhkan kemauan dan semangat belajar baik di
sekolah seperti menaati tata tertib, maupun disiplin di rumah seperti
teratur dalam belajar, disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar
selalu sehat dan fit dengan cara makan yang teratur dan bergizi
serta berolahraga secara teratur.
Dengan memperhatikan pendapat para ahli diatas maka
dapat
disimpulkan bahwa pengertian disiplin belajar adalah
kepatuhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas,
ketaatan siswa pada tata tertib sekolah/kelas dan ketaatan siswa
dalam menaati jam belajar di rumah, dengan serangkaian kegiatan
mencatat, memperhatikan, membaca, membawa buku dan peralatan
sekolah, agar senantiasa dapat mengalami perubahan perilaku
sebagai
hasil
pengalamannya
setelah
berinteraksi
dengan
lingkungan. Salah satu prinsip yang harus dipenuhi dalam kegiatan
belajar adalah disiplin belajar, baik disiplin yang berlangsung di
rumah, di dalam kelas maupun di luar kelas.
Mengacu pada berbagai pendapat di atas, maka disiplin
belajar siswa dalam penelitian ini mencakup :
a. Perilaku kedisiplinan belajar di dalam kelas, dengan indikator
sebagai berikut :
16
1.
memperhatikan guru pada saat menjelaskan pelajaran
(mencatat, memperhatikan, membaca buku pelajaran)
2.
mengerjakan tugas yang diberikan guru
3.
membawa peralatan belajar (buku tulis, alat tulis, buku
paket)
4.
absensi (kehadiran di sekolah/kelas)
b. Perilaku kedisiplinan belajar di luar kelas di lingkungan sekolah
dengan indikator : memanfaatkan waktu luang / istirahat untuk
belajar (membaca buku di perpustakaan, berdiskusi/bertanya
dengan teman tentang pelajaran yang kurang dipahami).
c. Perilaku kedisiplinan belajar di rumah, dengan indikator sebagai
berikut :
1.
memiliki jadwal belajar
2.
mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru
2.1.1.4 Fungsi Disiplin Belajar
Disiplin belajar sangat penting bagi setiap siswa. Disiplin
belajar akan membuat seorang siswa memiliki kecakapan mengenai
cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah
pembentukan watak yang baik. Fungsi disiplin belajar menurut
Tulus Tu’u (2004) adalah :
1. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin berfungsi mendukung terlaksananya proses dan
kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh
17
bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang
kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
2. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masingmasing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan
kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin
seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan yang
berlaku dan kebiasan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya
serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
3. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan
berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan
kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan
dilatih.
4. Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan
tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang
disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa
harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
5. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau
hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.
18
6. Menata kehidupan bersama
Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa
dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan
mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan
merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi
baik dan lancar.
Menurut Gie (1995) menyatakan fungsi disiplin belajar
adalah sebagai berikut :
1. Usaha untuk menentukan prioritas garis kebijaksanaan sebagai
pedoman untuk melaksanakan berbagai aktivitas selanjutnya
2. Sebagai usaha untuk penciptaan sistem belajar siswa
3. Penilaian usaha-usaha untuk mengatasi efisien dan afektifitas
kegiatan belajar yang telah ditentukan
Menurut Yamin (2011) menegakkan disiplin belajar tidak
bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta
didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang
lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya.
Apabila kebebasan peserta didik terlampau dikurangi, dikekang
dengan peraturan maka peserta didik akan berontak dan mengalami
prustasi dan kecemasan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
fungsi disiplin belajar adalah menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif,
membangun
kepribadian,
19
melatih
kepribadian,
pemaksaan, hukuman dan menata kehidupan bersama sehingga
mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran yang efisien dan
efektif.
2.1.1.5 Tujuan Disiplin Belajar
Disiplin belajar dapat dikatakan sebagai sarana yang dapat
digunakan seseorang untuk mengikuti ajaran dari guru/pendidik.
Tujuan disiplin belajar adalah untuk mengembangkan kontrol diri
dan pengarahan diri sehingga siswa dapat mengarahkan diri tanpa
terpengaruh dari orang lain (Charles Schaefer dalam Ari, 2010).
Menurut Mulyasa (2003) disiplin belajar bertujuan untuk
membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi serta
mencegah timbulnya problem-problem disiplin dan berusaha
menciptakan
situasi
yang
menyenangkan
bagi
kegiatan
pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang
telah ditetapkan. Selanjutnya Gie (1995) menyatakan bahwa
dengan adanya disiplin belajar, seorang siswa dapat menciptakan
kemampuan untuk bekerja sama dan belajar secara teratur, serta
dapat membentuk mental dan watak, karena dengan mental dan
watak yang baik akan dihasilkan pribadi yang tekun. Selain itu
Hasanah (dalam Aning, 2009) juga menyatakan bahwa disiplin
belajar bertujuan untuk mengontrol dan memperbaiki sikap diri
dalam melakukan kegiatan belajar, melatih siswa agar mampu
20
mandiri dan bertanggungjawab, serta dapat meletakkan dasar
mental yang kuat dalam kegiatan belajar.
Berdasarkan
pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan disiplin belajar adalah untuk memperbaiki sikap diri
dalam
melakukan
kegiatan
belajar
yang
mandiri
dan
bertanggungjawab, serta dapat meletakkan dasar mental yang kuat
dalam kegiatan belajar, mengembangkan kontrol dan mengarahkan
diri tanpa terpengaruh dari orang lain.
2.1.1.6 Faktor-faktor yang Membentuk Disiplin Belajar
Menurut Rachman (1999) perilaku disiplin tidak akan
tumbuh dengan
sendirinya, melainkan perlu kesadaran diri,
latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Bagi siswa disiplin
belajar juga tidak akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai
kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa
sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman
disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan
keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur, dan
mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan
terbiasa melakukan kegiatan itu secara kontinyu. Hukuman sebagai
upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah
sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Hukuman juga mempunyai fungsi untuk menghalangi pengulangan
dari tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik
21
anak, dan memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak
diterima masyarakat (Hurlok, 1999).
Menurut Tu’u (2004) ada empat faktor dominan yang
membentuk disiplin belajar yaitu:
a) Kesadaran diri
Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin belajar penting
bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri
menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin
belajar
yang terbentuk atas kesadaran diri
akan kuat
pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan
disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.
b) Pengikutan dan ketaatan
Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturanperaturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai
kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh
kemampuan dan kemauan diri yang kuat.
c) Alat pendidikan
Untuk
mempengaruhi,
mengubah,
membina,
dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang
ditentukan atau diajarkan.
d) Hukuman
Seseorang yang taat pada aturan cenderung disebabkan
karena dua hal, yang pertama karena adanya kesadarn diri,
22
kemudian yang kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan
menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga
orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Lebih lanjut Tu’u (2004) menambahkan faktor-faktor lain
dalam membentuk disiplin belajar yaitu:
a. Teladan
Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru
oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa
yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik
dan patut ditiru) dari pada dengan apa yang mereka dengar.
Karena itu contoh dan teladan disiplin dari kepala sekolah, guruguru serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin
para siswa.
b.
Lingkungan berdisiplin
Lingkungan
berdisiplin
kuat
pengaruhnya
dalam
pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang
belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang
berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.
c.
Latihan berdisiplin
Disiplin dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan
kebiasaan artinya melakukan disiplin secara berulang-ulang dan
membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari.
23
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
disiplin belajar tidak terbentuk secara mudah / instan melainkan
banyak faktor-faktor yang membentuk disiplin belajar terutama
dari lingkungan sekitar dan di dukung oleh kemauan dari diri
sendiri untuk latihan disiplin untuk mencapai hasil belajar yang
optimal.
2.1.2.
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Djamarah (2000), hasil belajar adalah prestasi
dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik
secara individu maupun kelompok. Hasil belajar tidak akan
pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk
menghasilkan
sebuah
hasil
dibutuhkan
perjuangan
dan
pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan,
sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme
dirilah yang mampu untuk mencapainya.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan
bukti dari usaha yang telah dilakukan (Dimyati dan Mujiono,
2006). Lebih lanjut Hamalik (2002) menyatakan bahwa hasil
belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan
24
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan.
Menurut
Dimyati
dan
Mudjiono
(2006)
dampak
pembelajaran adalah hasil belajar yang dapat diukur seperti
tertuang dalam raport, angka dalam ijazah atau kemampuan
meloncat setelah latihan. Hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar sering digunakan dalam arti yang sangat luas yakni
untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai
oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan
rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung,
tes akhir semester dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan
bahwa hasil belajar merupakan prestasi dari suatu kegiatan yang
dikerjakan oleh individu yang berupa perubahan pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan yang dapat diamati dan diukur.
Menurut Sudjana (2008) hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pembelajaran,
sedangkan menurut Dede Rosyada (2004) hasil belajar adalah
mengembangkan
berbagai
25
metode
untuk
mencatat
dan
memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasiinformasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses
penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi
yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji
bersama.
Sejalan dengan pendapat
diatas
hasil
belajar
merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia
melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia
menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat
(Tabrani, 2000).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku dalam
bentuk kognitif setelah melalui proses mengkaji dan membahas
pelajaran yang diperoleh melalui kegiatan belajar mengajar.
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
yang dicapai oleh siswa dalam aspek kognitif setelah melakukan
kegiatan belajar mengajar yang ditunjukkan oleh nilai ulangan
mid semester ganjil siswa kelas X SMK PGRI 2 Salatiga Tahun
Ajaran 2012/2013.
2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Dalyono dalam Deni (2010) berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu :
a. Faktor Intern (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)
26
1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak
selalu sehat, sakit kepala, demam, pilek batuk dan
sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk
belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa)
kurang baik.
2. Intelegensi dan Bakat
Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai
intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar
dan hasilnyapun cenderung baik. Bakat juga besar
pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Jika
seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya
ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan
lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memilki
intelegensi tinggi saja atau bakat saja.
3. Minat dan Motivasi
Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan
juga datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar
disebabkan beberapa hal, antara lain karena keinginan yang
kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan
yang baik serta ingin hidup senang atau bahagia. Begitu
27
pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat,
akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguhsungguh, penuh gairah dan semangat. Motivasi berbeda
dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak atau
pendorong.
4. Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil
belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor
fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memeproleh
hasil yang kurang.
b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar)
1. Keluarga
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya tehadap
keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya
pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian.
2. Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya,
kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan
fasilitas atau perlengkapan di sekolah dan sebagainya,
semua ini mempengaruhi keberhasilan belajar.
28
3. Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila
sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya,
rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan
mendorong anak giat belajar.
4. Lingkungan sekitar
Keadaan
lingkungan
mempengaruhi
hasil
tempat
tinggal,
belajar.
Keadaan
juga
sangat
lingkungan,
bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan
sebagainya semua ini akan mempengaruhi kegairahan
belajar.
Menurut Suryabrata (1984) hasil belajar yang dicapai oleh
siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari
dalam diri siswa maupun luar diri siswa. Ada tiga faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1. Faktor psikis
a. Kecerdasan
Siswa yang memiliki kecerdasan tinggi cenderung memiliki
prestasi yang tinggi, maka hasil belajarpun akan tinggi pula
b. Motivasi belajar
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi
cenderung ingin mendapat prestasi/hasil yang tinggi
29
dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki motivasi
belajar
c. Disiplin belajar
Siswa yang memiliki disiplin diri dalam belajar memiliki
hasil belajar yang baik dibandingkan siswa yang tidak
mendisiplinkan dirinya dalam belajar
d. Konsentrasi
Siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang baik memilik
prestasi tinggi maka hasil belajarpun akan tinggi pula
dibanding siswa yang tidak konsentrasi dalam belajar
e. Bakat dan minat
Siswa yang memiliki minat yang tinggi pada pelajaran
tertentu memiliki nilai yang tinggi dipelajaran yang mereka
sukai
f. Percaya diri
Siswa yang percaya diri akan kemampuan dirinya memilik
hasil belajar yang baik dibandingkan dengan siswa yang
tidak percaya diri
2. Faktor fisik
a. Panca indera yang baik
Panca indera yang baik terutama pada mata dan telinga
merupakan gerbang masuknya pengaruh dalam individu
30
b. Kesehatan
Siswa yang kesehatannya baik dapat menangkap pelajaran
dengan baik pula dibandingkan siswa yang mengalami tidak
enak badan
3. Faktor lingkungan
a. Alat-alat untuk belajar
Siswa yang terpenuhi perlengkapan belajarnya memiliki
prestasi yang baik, dibanding siswa yang tidak terpenuhi
alat belajarnya
b. Suasana
Suasana yang mendukung dalam belajar, membuat siswa
dapat
berkosentrasi
dengan
baik,
dibanding
ada
gangguannya
c. Waktu
Waktu untuk belajar tidak ditentukan pagi, sktu untuk
belajar tiang maupun malam. Waktu untuk belajar
tergantung pada kemampuan anak untuk memahami materi
yang dipelajarinya
Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
31
a) Faktor-faktor intern
Faktor intern adalah yang berasal dari diri siswa. Faktor
intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmani,
faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1. Faktor jasmaniah
Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti
dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses
belajar
akan terganggu
jika
kesehatan seseorang
terganggu.
Kedua cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna
mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah
kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi
maka belajar akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia
disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat
bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecacatan itu.
2. Faktor psikologis
Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke
dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.
Faktor-faktor itu adalah:
Pertama inteligensi yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
32
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau
sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Keempat bakat yaitu kemampuan
untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi
menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih.
Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar
dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk
berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam
kematangan
adalah
suatu
tingkat
pertumbuhan
seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk
memberi respon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut
sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar
terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.
3. Faktor kelelahan
Kelelahan
seseorang
walaupun
sulit
untuk
dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat
praktis).
33
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan
jasmani
terjadi
karena
kekacauan
substansi
sisa
pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak lancar
pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan
dan
kebosanan,
sehingga
minat
untuk
menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa
pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkosentrasi,
seolah-olah
otak
kehabisan
daya
untuk
bekerja.
Kelelahan rohani dapat menjadi terus-menerus karena
memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat,
menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada
variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan
tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.
b) Faktor-faktor eksteren
Faktor eksteren adalah faktor yang berasal dari luar
siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah,
dan faktor masyarakat, yaitu dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara
34
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada
dirumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu
yang berperan pada hasil belajar. Oleh sebab itu orang
tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing,
memberi teladan yang baik, menjalin hubungan yang
baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dan
dukungan material yang cukup.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar
memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah
harus
menciptakan
suasana
yang
kondusif
bagi
pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di
sekolah berjalan dengan baik, kurikulum yang sesuai,
kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode
pembelajaran yang sesuai, pemberian tugas rumah, dan
sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan
sekolah dan sarana yang lainnya.
35
3. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga
berpengaruh tehadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini
karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama
kegiatan siswa dalam masyarakat yaitu misalnya siswa
ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan
sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu,
lebih-lebih
jika
tidak
bijaksana
dalam
mengatur
waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio,
bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain.
Semua itu ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman
bergaul, teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam
jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang
baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri
siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang
tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok,
keluyuran minum-minum, lebih-lebih pemabuk, dan lainlain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan
masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil
belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang
yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan
36
mempunyai kebiasaan yang baik akan berpengaruh jelek
kepada siswa yang tinggal disitu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa ada dua faktor yaitu faktor intern dan eksteren
yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi:
faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor
eksteren
meliputi:
faktor
keluarga,
sekolah,
dan
masyarakat.
Salah
satu
faktor
psikologis/psikis
yang
mempengaruhi hasil belajar adalah disiplin belajar. Oleh
karena itu untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa
dituntut untuk memiliki kedisiplinan belajar yang baik.
Siswa yang memiliki disiplin belajar yang baik/tinggi
akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula.
2.1.2.2 Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Hasil Belajar
Menurut
Slameto
dalam
jurnal
pengembangan
pendidikan yang berjudul “Disiplin Dalam Pendidikan” (1998)
menyatakan bahwa betapa pentingnya disiplin belajar dalam
pendidikan. Di satu pihak sebagai salah satu tujuan pendidikan, di
lain pihak juga sekaligus sebagai perilaku yang menjadi syarat
berhasilnya pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Disiplin
bukan pembawaan dari lahir, tetapi hasil didikan termasuk di
sekolah. Bagaimana terbentuknya disiplin di pengaruhi oleh
37
banyak faktor tetapi guru merupakan faktor penentu baik disiplin
kelompok/kelas maupun disiplin dari siswa. Dalam mengajar guru
menerapkan prinsip-prinsip disiplin demi keberhasilan pengajaran
dan siswa bertanggungjawab untuk menjalankan kewajibannya.
Pada umumnya, para siswa yang hasil belajar di kelasnya
baik
itu
karena
waktu
dalam
kehidupan
sehari-harinya
tertata/terjadwal, dan mereka menghargai waktu untuk belajar.
Bermain untuk mereka itu adalah hal yang penting, akan tetapi
belajar itu juga perlu. Mereka dapat mengontrol waktu atau paling
tidak ada orang yang membantu mengontrol waktu anak untuk
bermain.
Pada saat pelajaran di kelas, anak-anak yang disiplinlah
yang
memperoleh
nilai
tinggi
saat
ulangan.
Mereka
memperhatikan penjelasan guru, dan mengikuti pelajaran dengan
konsentrasi tinggi sehingga apa yang disampaikan dapat terekam
diotaknya. Berbeda dengan anak yang tidak disiplin, yaitu yang
tidak
memperhatikan saat
pelajaran
berlangsung,
mereka
cenderung mendapat nilai rendah saat ulangan.
Belajar harus dengan disiplin, karena disiplin adalah
kunci sukses. Siswa yang ingin hasil belajarnya tinggi harus
mempunyai disiplin belajar yang tinggi, karena ini merupakan
sikap yang membuat siswa senantiasa mempunyai kedisiplinan,
kegairahan, dan tanggung jawab dalam belajar, tanpa sikap seperti
38
ini siswa tidak mampu mengatasi berbagai hambatan dan
kesulitan (Ardani, 2006).
Disiplin belajar yang efisien harus memperhatikan
hukum-hukum yang berlaku dalam belajar. Peningkatan mutu
akademik khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya
menjadi tuntutan masyarakat masa kini dan yang akan datang.
Salah satu faktor yang menentukan meningkatnya mutu akademik
atau hasil belajar adalah upaya menegakkan disiplin belajar
(Leny, 2011).
Dengan disiplin belajar, rasa malas dapat teratasi
sehingga siswa akan belajar sesuai harapan-harapan yang
terbentuk dari masyarakat. Kedisiplinan belajar pada siswa ikut
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya.
Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan dapat
belajar dengan baik, terarah dan teratur sehingga dimungkinkan
akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula.
Apabila individu atau peserta didik bertingkah laku
disiplin atau bersedia menaati segala peraturan atau tata tertib
dalam kegiatan belajar, maka ini merupakan suatu modal dasar
yang
sangat
berharga
atau
bermakna
dalam
menunjang
tercapainya kegiatan pembelajaran. Siswa yang memiliki disiplin
belajar yang tinggi akan dapat belajar dengan baik, terarah dan
teratur sehingga dimungkinkan akan mendapatkan hasil belajar
39
yang baik pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Walgito (dalam
Leny, 2011) sekalipun mempunyai rencana belajar yang baik,
akan tetapi tinggal rencana kalau tidak ada disiplin belajar maka
tidak akan berpengaruh terhadap prestasinya.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka
dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar merupakan jembatan
untuk menuju kesuksesan terutama di sekolah. Disiplin belajar
akan menghasilkan prestasi yang baik dengan bentuk hasil
penilaian tertinggi yang merupakan kebanggaan bagi setiap anak
didik di sekolah.
2.1.3 Pengertian PKn (Pendidikan Kewarganegaraan)
Menurut KTSP PKn 2006 dalam Ine (2010) pendidikan
kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila
dan UUD 1945. Sedangkan menurut Haris Bakti (dalam Nita,
2012 ) pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
digunakan
sebagai
wahana
untuk
mengembangkan
dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya
Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk
perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik sebagai
40
individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang penting
bagi kehidupan bangsa dan negara ini. PKn penting karena dapat
digunakan untuk membina generasi penerus bangsa/anak-anak
bangsa sehingga mereka sadar terhadap hak dan kewajiban dalam
hidup berbangsa agar dapat menjadi warganegara yang dapat
diandalkan senantiasa oleh negara. Demikian juga bagi negara
Indonesia pada masa lalu dan sekarang, PKn menjadi sarana
untuk menanamkan hal yang terkait dengan ideologi negara baik
melalui jalur formal (sekolah) ataupun nonformal (Rahardja,
2002).
Dalam konteks pendidikan formal di sekolah, PKn
memiliki peran untuk membangun watak dan sikap untuk
terwujudnya tujuan bangsa dan negara. Dewasa ini pendidikan
menghadapi berbagai masalah yang amat komplek, salah satu
diantaranya menurunnya tatakrama kehidupan dalam praktek
kehidupan di sekolah yang menimbulkan kerisauan masyarakat.
Hal itu antara lain semakin maraknya penyimpangan norma sosial
kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk perlakuan siswa
yang kurang hormat kepada guru dan staf sekolah, kurang disiplin
dan tidak taat pada tata tertib yang ada.
41
2.1.3.1 Tujuan PKn
Tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu
mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan
melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektual, serta
berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya
(Depdiknas dalam Ine, 2010).
Virene Irida dalam seminar dan lokakarya “Pembaharuan
Kurikulum Program Studi S1 PPKn” (dalam Rusti, 2012)
mengungkapkan mata pelajaran PKn memiliki tujuan untuk
mengembangkan kompetensi berikut:
1. Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif,
sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan.
2. Memiliki
keterampilan
intelektual
dan
keterampilan
berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab.
3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Sedangkan berdasarkan Kurikulum tahun 2006 (BNSP,
2006), mata pelajaran kewarganegaraan mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan
kreatif,
sehingga
mampu
kewarganegaraan.
42
memahami
berbagai
wacana
2. Memiliki
keterampilan
intelektual
dan
keterampilan
berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab,
bertindak tegas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara serta anti korupsi.
3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
4. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia.
5. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Dari uraian diatas maka PKn dalam konteks pendidikan
formal di sekolah memiliki tujuan untuk mengembangkan
kemampuan
intelektual,
mengembangkan
watak
dan
kepribadian yang baik serta ketrampilan berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dari peserta
didik demi terwujudnya tujuan bangsa dan negara.
2.2
Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian Benu Feby Yessica (2010) tentang
“Hubungan antara
Disiplin Belajar dengan Prestasi belajar
siswa kelas IV SD Negeri 12 Salatiga semester II tahun pelajaran
2009/2010 “menyimpulkan bahwa: ada hubungan yang positif dan
43
signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar artinya
semakin tinggi disiplin belajar siswa maka akan semakin tinggi
pula prestasi belajarnya, yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi
sebesar 0,253 dan taraf signifikan 0,000.
Hasil penelitian Ari Kiswanto (2011) tentang “Hubungan
antara Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI
SMA Kristen Satya Wacana Semester I Tahun 2011/2012”
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
antara disiplin belajar dengan prestasi belajar, yang ditunjukkan
oleh koefisien korelasi sebesar 0,532 dan taraf signifikan 0,000.
Hasil
penelitian
Aning
Ervitasari
(2009)
tentang
“Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar
Siswa SD Kutilang Semarang semester I Tahun 2008/2009”
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara
disiplin belajar dengan prestasi belajar, yang ditunjukkan oleh
koefisien korelasi sebesar 0,124 dan taraf signifikan 0,000.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
tersebut ditemukan bahwa ada hubungan antara disiplin belajar
dengan prestasi belajar siswa khususnya untuk siswa SD dan SMA.
Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan subyek siswa SMK
PGRI 2 Salatiga khususnya untuk mata pelajaran PKn apakah ada
hubungan antara disiplin belajar dengan hasil belajar siswa.
44
2.3
Kerangka Berpikir
Disiplin
belajar
sangat
penting
bagi
setiap siswa.
Berdisiplin akan membuat seorang siswa memiliki kecakapan
mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke
arah pembentukan watak yang baik serta pencapaian hasil belajar
yang baik. Apabila disiplin belajar sudah dimiliki oleh setiap siswa
maka tidak akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran,
karena dengan disiplin belajar siswa memiliki persiapan saat akan
mengikuti proses pembelajaran. Lain halnya jika siswa tidak
memiliki disiplin belajar,
seperti tidak belajar ketika akan
menghadapi ulangan, lalai mengerjakan PR akan kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang
tinggi / optimal
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik intern
maupun eksteren. Salah satu faktor intern adalah disiplin belajar
Disiplin belajar adalah sikap siswa dalam kegiatan belajar
yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan dalam
menaati peraturan baik di dalam kelas, di luar kelas di lingkungan
sekolah maupun di rumah. Dengan disiplin belajar, rasa malas
dapat teratasi sehingga siswa akan belajar sesuai dengan yang
diharapkan. Kedisiplinan belajar akan berpengaruh terhadap hasil
belajar yang dicapainya diantaranya dalam ranah kognitif. Siswa
yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan dapat belajar
45
dengan baik, terarah dan teratur sehingga dimungkinkan akan
memperoleh hasil belajar yang baik/tinggi pula.
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik suatu kerangka
berpikir, dengan bagan sebagai berikut :
Disiplin Belajar (X)
1.
Disiplin di dalam kelas
Hasil Belajar (Y)
2.
Disiplin diluar kelas di
Kognitif
lingkungan sekolah
3.
Disiplin di rumah
Gambar 4.1
2.4
Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran diatas
dirumuskan hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan yang positif
signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar pada mata
pelajaran PKn siswa kelas X di SMK PGRI 2 Salatiga semester
ganjil tahun ajaran 2012/2013.
46
Download