Laporan Pendahuluan

advertisement
ISSN: 2805-2754
GAMBARAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS
(Telaah Pustaka)
Oleh:
Rejo*)
*) Dosen Tetap Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
ABSTRAK
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan lokal yang
disebabkan oleh makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan bakteri.
A. Pengertian
Gastritis adalah inflamasi mukosa
lambung (Kapita Selekta Kedokteran,
2001).
Gastritis adalah suatu peradangan
lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan (J.
Reves, 1999).
Gastritis adalah peradangan mukosa
lambung yang bersifat akut, kronik, difus
dan lokal yang disebabkan oleh
makanan, obat – obatan, zat kimia,
stres, dan bakteri.
Gastritis adalah inflamasi pada lambung
mukosa dan sub mukosa lambung.
(Slamet Suyono, 2001)
B. Etiologi
Menurut Andri S (2007)
penyebab yang dapat mengakibatkan
gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di
dunia terinfeksi oleh bakteri H.
Pylori yang hidup di bagian dalam
lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Walaupun tidak
sepenuhnya dimengerti bagaimana
bakteri tersebut dapat ditularkan,
namun diperkirakan penularan
tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan
atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori ini
sekarang
diketahui
sebagai
penyebab utama terjadinya peptic
32
ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam
jangka waktu yang lama akan
menyebabkan
peradangan
menyebar
yang
kemudian
mengakibatkan perubahan pada
lapisan
perlindungan
dinding
lambung. Salah satu perubahan itu
adalah atrophic gastritis, sebuah
keadaan dimana kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung secara
perlahan rusak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri
secara terus menerus
Obat
analgesic
anti
inflamasi nonsteroid (AINS) seperti
aspirin, ibuprofen dan naproxen
dapat menyebabkan peradangan
pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang
bertugas
melindungi
dinding
lambung. Jika pemakaian obat-obat
tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara
terus menerus atau pemakaian
yang
berlebihan
dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer.
3. Penggunaan
alkohol
secara
berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun pada
kondisi normal.
JKèm-U, Vol. VI, No. 16, 2014:32-37
4. Penggunaan kokain. Kokain dapat
merusak
lambung
dan
menyebabkan perdarahan dan
gastritis.
5. Stres fisik
Stres fisik akibat pembedahan
besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan
gastritis dan juga borok serta
perdarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune
Autoimmune
atrophic
gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel
sehat yang berada dalam dinding
lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan dan secara bertahap
menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung dan
mengganggu
produksi
faktor
intrinsic (yaitu sebuah zat yang
membantu tubuh mengabsorpsi
vitamin B12). Kekurangan B12
akhirnya dapat mengakibatkan
pernicious anemia, sebuah konsisi
serius yang tidak dirawat dapat
mempengaruhi seluruh sistem
dalam tubuh.
7. Crohn’s
disease.
Walaupun
penyakit ini biasanya menyebabkan
peradangan kronis pada dinding
saluran cerna, namun kadangkadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung.
Ketika lambung terkena penyakit
ini, gejala-gejala dari Crohn’s
disease (yaitu sakit perut dan diare
dalam bentuk cairan) tampak lebih
menyolok daripada gejala gastritis.
8. Radiasi dan kemoterapi.
Perawatan terhadap kanker
seperti kemoterapi dan radiasi
dapat mengakibatkan peradangan
pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang
menjadi gastritis dan peptic ulcer.
Ketika tubuh terkena sejumlah kecil
radiasi, kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis
dinding lambung serta merusak
kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile refluk.
Bile (empedu) adalah cairan
yang membantu mencerna lemaklemak dalam tubuh. Cairan ini
diproduksi oleh hati. Ketika
dilepaskan, empedu akan melewati
serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot
sphincter yang berbentuk seperti
cincin (pyloric valve) akan
mencegah empedu mengalir balik
ke dalam lambung. Tapi jika katup
ini tidak bekerja dengan benar,
maka empedu akan masuk ke
dalam lambung dan mengakibatkan
peradangan dan gastritis.
Gastritis ada 2 macam :
a. Gastritis Akut
Tukak beban atau tukak seres
merupakan
suatu
reaksi
selintas pada permukaan
mukosa lambung oleh akibat
iritasi. Pada gastritis ini
biasanya ada tukak multiple
yang kecil
Gastritis akut tedapat 2 bentuk
reaksi
1) Gastritis
akut
tanpa
pendarahan
2) Gastritis
dengan
pendarahan
(gastritis
hemoragik atau gastritis
erosive
b. Gastritis Kronik
1) Gastritis kronik autoimun
terjadi
karena
terbentuknya
atibodi
terhadap sel pariental
2) Gastritis kronik autoimun
dan aklorhidra dapat
berubah
menjadi
karsinoma lambung
Faktor resiko dari gastritis adalah :
a. Obat-obatan : aspirin, obat anti
inflamasi non steroid (AINS)
b. Alkohol , Kafein
Gambaran Pelaksanaan .....................................................
33
c. Gangguan
mikrosirkulasi
lambung: trauma, luka baker,
sepsis. Secara mikroskopik
terdapat lesi erosi mukosa
dengan lokasi berbeda. Apabila
lesi erosi mukosa terdapat
pada korpus dan fundus maka
biasanya disebabkan oleh
stress. Apabila karena obatobatan
AINS
terutama
ditemukan didaerah antrum
namun dapat juga menyeluruh
sedangkan secara mikroskopik
terdapat
erosi
dengan
regenerasi
epitel
dan
ditemukan reaksi sel inflamasi
neutrofil yang minimal
d. Mikroorganisme : Helicobaeter
pykory ( H. philory ), salmonella
C. Manifestasi Klinis
1. Keluhan utama dari gastritis
(Sujono Hadi, 2002)
a. Gastritis Akut
Keluhan yang sering diajukan
pasien adalah : rasa pedih,
kadang
–
timbul
rasa
berdenyut-denyut perut atas
yang ada hubungan dengan
makanan. Keluhan ini timbul
mendadak setekah makan atau
minum-minuman yang iritatif
atau korosif
b. Gastritis kronik
Keluhan yang sering diajukan
oleh penderita pada umumnya
bersifat ringan dan dirasakan
sudah berbulan-bulan bahkan
sudah bertahun-tahun.
Pada umumnya mengeluh rasa
tidak enak diperut atas,lekas
kenyang, mual, rasa pedih
sebelum atau sesudah makan
dan kadang
mulut terasa
masam.
2. Menurut Diane C. Baughman dan
Joann C. Heckly, 2000 manifestasi
klinis pada :
a. Gastritis akut
34
1) Dapat terjadi ulserasi
superfisal dan mengarah
pada hemoragi
2) Rasa tidak nyaman pada
abdomen dengan sakit
kepala kelesuan, mual,
anoreksia mungkin terjadi
mual dan muntah serta
cegukan.
3) Beberapa
pasien
menunjukkan asimtomatik
4) Dapat terjadi lokil dan
diare
apabika
tidak
dimuntahkan tetapi malah
mencapai usus
5) Pasien biasanya mulai
pulih kembali sekitar
sehari meskipun nafsu
makan mungkin akan
hilang selama 2-3 hari
b. Gastritis Kronis
1) Gastritis tipe A pada
dasarnya
asimtomatik
kecuali untuk gejala–gejala
defisiensi vitamin B 12
2) Gastritis tipe B pasien
mengeluh anoreksia nyeri
ulu hati setelah makan
berdahak , rasa asam
dalam mulut atau mual
dan muntah.
D. Patofisologi
Menurut Andri S (2007), gastritis dibagi
menjadi 2, yaitu :
1. Gastritis superfisial akut
Merupakan respon mukosa
lambung terhadap berbagai iritan
lokal. Endotoksin bakteri (masuk
setelah
menelan
makanan
terkontaminasi), kafein, alkohol dan
aspirin merupakan agen-agen
penyebab yang sering. Membran
mukosa lambung menjadi edema
dan hiperemik (kongesti dengan
jaringan, cairan dan darah) dan
mengalami erosi superficial, bagian
ini mensekresi sejumlah getah
lambung, yang mengandug sangat
sedikit asam tetapi banyak mucus.
JKèm-U, Vol. VI, No. 16, 2014:32-37
Ulserasi superficial dapat terjadi
dan dapat menimbulkan hemoragi.
Mukosa
lambung
dapat
memperbaiki diri sendiri setelah
mengalami gastritis. Kadangkadang hemoragi memerlukan
intervensi bedah.
2. Gastritis atrofik kronik
Gastritis
kronik
diklasifikasikan menjadi tipe A dan
tipe B. Tipe A (sering disebut
gastritis autoimun) ditandai oleh
atrofi progresif epitel kelenjar
disertai kehilang sel parietal dan sel
chief. Akibatnya, produksi asam
klorida, pepsi dan faktor intrinsik
menurun. Dinding lambung menjadi
tipis dan mukosa mempunyai
permukaan yang rata. Minum
alkohol berlebihan, teh manis dan
merokok merupakan predisposisi
timbulnya gastritis akut. Tipe B
(kadang disebut sebagai gastritis H.
Pylori) mempengaruhi antrum dan
pylorus (ujung lambung dekat
duodenum).
Ini
dihubungkan
dengan bakteri H. Pylori; faktor diet
seperti minuman panas atau peda;
penggunaan obat-obatan dan
alkohol; merokok atau refluks isi
lambung.
E. Komplikasi
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh gastritis akut adalah
perdarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA) berupa hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syock
hemoragik. Khusus untuk perdarahan
SCBA, perlu dibedakan dengan tukak
peptik. Gambaran klinis yang
diperlihatkan hampir sama. Namun
pada tukak peptik penyebab utamanya
adalah H. pylory, sebesar 100% pada
tukak duodenum dan 60-90 % pada
tukak lambung. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Perdarahan saluran cerna bagian
atas, ulkus, perforasi dan anemia
karena gangguan absorpsi vitamin B12.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Brunner dan Suddart
(2000) pemeriksaan pada penyakit
gastritis terdiri dari :
1. Pemeriksaan penunjang gastritis
akut
a. Gastroskopi
:
mukosa lambung erosi
b. Nasogastrik aspiration : stolsel
c. Barium kontras
: erosi superfisial
2. Pemeriksaan penunjang gastritis
kronik
a. Gastrin serum
b. Schilling test
c. Barium swallow
G. Penatalaksanaan
Menurut Suzanne C. Smeltzer
dan Brenda G. Bare (2002)
penatalaksanaan gastristis terdiri dari :
1. Gastritis akut
Diatasi
dengan
menginstruksikan
untuk
menghindari minuman alcohol dan
makanan sampai gejala berkurang.
Bila pasien mampu makan melalui
mulut, diet mengandung gizi
dianjurkan. Bila gejala menelan
cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila gastritis diakibatkan
oleh mencerna makanan yang
sangat asam atau alkalis.
a. Pengobatan gastritis akut
terdiri dari pengenceran dan
penetralisasi agen penyebab
1) Untuk menetralkan asam,
digunakan antasida asam
(missal
alumunium
hidroksida),
untuk
menetralisasi
alkali
dengan makan jus lemon
encer atau cuka encer.
2) Bila korosi luas atau berat,
emotik
dan
loyase
dihindari karena bahaya
perforasi.
Gambaran Pelaksanaan .....................................................
35
Terapi pendukung mencakup
intubasi sederhana, antasida
serta
cairan
intravena.
Endoskopi fiberoptik mungkin
diperlukan
pembedahan
darurat mungkin diperlukan
untuk mengangkat gangren
atau jaringan perforasi.
Gastrojejenostomi/
reseksi
lambung mungkin diperlukan
untuk mengatasi obstruksi
pylorus.
2. Gastritis kronis
Diatasi
dengan
memodifikasi
diet
pasien,
meningkatkan istirahat, mengurangi
stress dan melalui farmakoterapi II.
Pylori dapat diatasi dengan
antibiotik (seperti tetra siklin atau
amoksisilin) dan garam bismus
(pepto-bismol).
Pasien gastritis A biasanya
mengalami malabsorbsi vitamin
B12 yang disebabkan oleh adanya
antibodi terhadap faktor intrinsik.
H. Fokus Pengkajian
Menurut Slamet Suyono (2001),
pengkajian penyakit gastritis adalah :
1. Tanyakan pasien tentang tandatanda dan gejala-gejala yang
ditunjukkan nyeri ulu hati, indigesti,
mual, muntah.
2. Bagaimana gejala menghilang
3. Apakah sudah muntah darah atau
telah menelan sesuatu elemen
penyebab
4. Lakukan
pengkajian
fisik,
perhatikan adanya nyeri tekan
abdomen, dehidrasi dan bukti-bukti
kelainan sistemik yang mungkin
bertanggung jawab terhadap gejalagejala.
I.
36
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut yang berhubungan
dengan agen injuri biologi (Sheila
Spark Ralp, 2005)
Tujuan : klien mampu mengontrol
nyeri pada tanggal… (Marion John,
et.al,ed, 2005)
Kriteria hasil :
No
Indikator
1 2 3 4 5
1. Mengenal
faktor
pencetus
nyeri
2. Mengenal
omset/
lamanya nyeri
3. Melakukan
langkah
pencegahan
4. Menggunakan
pencegahan
non invasif
5. Menggunakan
analgetik
yang sesuai
6. Melaporkan
bila ada tanda
awal nyeri
7. Melaporkan
tanda-tanda
nyeri
8. Menggunakan
sumbersumber yang
ada
9. Mengenal
tanda-tanda
nyeri
10. Melakukan
pencatatan
harian
tentang nyeri
11. Melaporkan
tindakan
kontrol nyeri
Keterangan :
1) Tidak pernah bisa melakukan
2) Jarang bisa melakukan
3) Kadang-kadang
bisa
melakukan
4) Sering bisa melakukan
5) Selalu dapat melakukan
Intervensi : (Joane C. Closkey,
et.al,ed (2005)
JKèm-U, Vol. VI, No. 16, 2014:32-37
Manajemen nyeri :
1) Observasi respon nonverbal
nyeri
2) Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
3) Berikan analgetik yang sesuai
4) Ajarkan pada pasien teknik
mengurangi nyeri non invasive
missal distraksi dll
5) Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik
yang sesuai
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan kurangnya
intake makanan (Sheila Spark Ralp,
2005)
Tujuan : Klien dapat menunjukkan
status nutrisi yang adekuat pada
tanggal… (Marion John, et.al,ed,
2005)
Keterangan :
1) Sangat tiak sesuai
2) Sering tidak sesuai
3) Kadang tidak sesuai
4) Jarang tidak sesuai
5) Sesuai
Intervensi : (Joane C. Closkey,
et.al,ed (2005)
Manajemen nutrisi
1) Observasi KU
2) Observasi pola makan
3) Berikan hidangan makanan
yang menarik
4) Hidangkan makanan dalam
keadaan hangat
5) Anjurkan makan sedikit tapi
sering
6) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian diit yang
sesuai
3. Intoleransi
aktivitas
yang
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
O2
yang
diperlukan dengan persediaan yang
ada. (Sheila Spark Ralp, 2005)
Tujuan
:
Klien
mampu
memanfaatkan persediaan energi
cukup untuk melakukan aktivitas
yang diinginkan. (Marion John,
et.al,ed, 2005)
Keterangan :
1) Sangat tidak sesuai
2) Sering tidak sesuai
3) Kadang tidak sesuai
4) Jarang tidak sesuai
5) Sesuai
Intervensi : (Joane C. Closkey,
et.al,ed (2005)
Manajemen energi
1) Monitor asupan nutrisi yang
dibutuhkan untuk sumber
energi
2) Monitor adanya kelelahan fisik
dan emosi yang berlebihan
3) Bantu klien dan keluarga
memahami
prinsip
penghematan energi
4) Ajarkan klien dan keluarga cara
mengenali dan mengatasi
tanda-tanda kapan aktivitas
harus dikurangi.
5) Kolaborasi dengan keluarga
untuk membantu aktivitas klien.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman dan Haskley. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
2000.
Ester, Monica. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. 2001.
Hirlan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001.
Sineltzer dan Bare G. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC. 2001.
Gambaran Pelaksanaan .....................................................
37
Download