nilai-nilai pendidikan novel istana emas karya maria a. sardjono tesis

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL ISTANA EMAS
KARYA MARIA A. SARDJONO
(Kajian Feminisme)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh
Risdiyati
S841108022
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL ISTANA EMAS
KARYA MARIA A. SARDJONO
(Kajian Feminisme)
TESIS
Oleh
Risdiyati
S841108022
Komisi
Pembimbing
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I
Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd.
NIP 195601211982032003
-------------
Pembimbing II
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
NIP 197610132002121005
-------------
Telah dinyatakan memenuhi syarat
pada tanggal ......................2012
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.
NIP 196204071987031003
commit to user
Tanggal
--------------------
--------------------
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL ISTANA EMAS
KARYA MARIA A. SARDJONO (Kajian Feminisme)
penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah
yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain
kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17,
tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan tesis ini, maka Prodi Pendidikan
Bahasa Indonesia PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah
yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS. Apabila
saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
Mahasiswa,
Risdiyati
S841108022
commit to user
Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Segala perkara dapat
kutanggung dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku
(FILIPI 4.13)
Kesabaran adalah
tumbuhan pahit, tetapi
mempunyai buah yang manis
(penulis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada:
1. suami tercinta dan anakanakku tersayang, semoga
bangga
kalian selalu
kepada ibu,
2. kakak-kakaku terkasih ,
3. teman-teman,
4. almamater
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih
sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini merupakan
hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap novel Istana Emas karya Maria
A. Sardjono dengan pendekatan feminisme.
Dalam penelitian hingga penyusunan laporan penelitian, penulis banyak
mendapat masukan/saran. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada mereka
semua yang memberi masukan tersebut. Penulis mendoakan semoga semua pihak
yang telah membantu diberikan kesehatan oleh Tuhan YME. Secara khusus, pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormati:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Pd., Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS., Direktur PPs UNS yang telah memberikan
ijin penyusunan tesis ini.
3. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., Ketua Program Studi S-2 Pendidikan
Bahasa Indonesia.
4. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd., Pembimbing I Tesis ini yang sudah memberi
pengarahan, bimbingan dan motivasi tiada henti dengan sangat sabar.
Kesabaran itulah yang akhirnya meyakinkan penulis bahwa penulis mampu
untuk menyelesaikan penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., pembimbing II yang selalu memberi
motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
6. Secara pribadi, terima kasih, penghargaan dan penghormatan tiada henti
disampaikan kepada teman-teman kelas paralel S-2 PBI.
Akhirnya, penulis hanya dapat mendokan semua yang telah disebutkan di
atas, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada
semua pihak tersebut di atas, dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi
pembaca.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .............................................................................................................
i
PENGESAHAN PEMBIMBING.....................................................................
ii
PENGESAHAN PENGUJI TESIS ..................................................................
iii
PERNYATAAN ...............................................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
ABSTRAK .......................................................................................................
xiii
ABSTRACT .....................................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori............................. ......................................................
7
1. Hakikat Sastra ..........................................................................
7
a. Pengertian Karya Sastra .....................................................
7
b. Jenis-jenis Sastra ................................................................
9
c. Pengertian Novel ................................................................
12
d. Struktur Novel ....................................................................
15
2. Hakikat Feminisme............ ......................................................
26
a. Pengertian Feminisme ........................................................
26
b. Aliran Frminisme ...............................................................
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Kritik Sastra Feminisme .....................................................
37
d. Pengertian Gender ..............................................................
42
3. Hakikat Nilai Pendidikan .........................................................
47
a. Pengertian Nilai Pendidikan ...............................................
47
b. Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra ................................
47
c. Nilai Pendidikan dalam Novel ...........................................
47
B. Penelitian yang Relevan .................................................................
54
C. Kerangka Berpikir ..........................................................................
57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian ........................................................
62
B. Bentuk dan Pendekatan Penelitian .................................................
.63
C. Data dan Sumber ............................................................................
63
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................
64
E. Validitas Data .................................................................................
64
F. Teknik Analisis Data ......................................................................
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..............................................................................
67
1. Eksistensi Perempuan dalam Novel Istana Emas.....................
67
a. Kebebasan Memilih bagi Perempuan dalam Novel ...........
67
b. Perlawanan Perempuan dalam Novel Istana Emas ............
72
2. Pokok-pokok Pikiran feminisme dalam Novel Istana Enas .....
79
a. Kekerasan terhadap Perempuan dalam novel Istana Emas
79
b. Kemandirian Tokoh Perempuan dalan Novel Istana Emas
90
c. Tokoh Profeminisme dan Kontra Feminisme ....................
96
3. Keadaan Sosial Masyarakat dalam Novel ................................
103
4. Nilai-nilai Pendidikan....... .......................................................
117
a. Nilai Agama .......................................................................
118
b. Nilai Moral .........................................................................
120
c. Nilai Sosial................... ......................................................
122
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Nilai Pendidikan Kebudayaan/Adat Istiadat ......................
125
e. Nilai Pendidikan Budi Pekerti............................................
127
f. Nilai Pendidikan Gender ....................................................
129
B. Pembahsan Hasil Penelitian ...........................................................
131
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................
165
B. Implikasi.........................................................................................
166
C. Saran...............................................................................................
167
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
169
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................
172
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Risdiyati, S841108022
Nilai-nilai Pendidikan Novel Istana Emas
Karya Maria A. Sardjono (Kajian
. TESIS. Pembimbing I: Prof.
Dr. Retno Winarni, M.Pd., II: Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) eksisitensi
perempuan yang terdapat dalam novel Istana Emas karya Maria A. Sardjono, (2)
pokok-pokok pikiran feminisme dalam novel Istan Emas karya Maria A.
Sardjono, dan (3) nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel Istana Emas karya
Maria A. Sardjono.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata. Data
penelitian ini adalah novel Istana Emas. Penelitian ini menggunakan pendekatan
feminisme untuk mendeskripsikan eksistensi perempuan, pokok-pokok pikiran
feminisme, Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
membaca novel dan analisis dokumen. Validasi data menggunakan trianggulasi
data, dan teknik analisis data menggunakan model interaktif.
Hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) eksistensi perempuan yang
terdapat dalam Novel Istana Emas antara lain (a) kebebasan memilih bagi
perempuan yang berupa kebebasan memilih pendidikan, memilih Pekerjaan,
memilih Pasang hidup, dan menentukan nasibnya sendiri; (b) perlawanan
perempuan baik tekanan yang berasal dari diri sendiri, teman, lingkungan dan
suami yang diperlakukan tidak adil, (2) pokok-pokok pikiran feminisme sosialis
dalam Novel Istana Emas meliputi: (a) kekerasan terhadap perempuan yang
berupa kekerasan pesikis, kekerasan fisik, kekerasan seksual; (b) kemandirian
tokoh perempuan; (c) tokoh profeminisme dan kontrafeminisme; (d) analisis
feminisme dalam Novel Istana Emas, (3) nilai-nilai pendidikan yang terdapat
dalam Novel Istana Emas antara lain: nilai pendidikan agama, nilai pendidikan
moral, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan budaya/adat, nilai budi pekerti,
dan nilai pendidikan gender.
Kata kunci: novel Istana Emas, feminisme, nilai pendidikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Risdiyati, S841108022
Education Value Preview Istana Emas A Novel
by Maria A. Sardjono (Feminism Approach) . THESIS. First Counselor: Prof.
Dr. Retno Winarni, M.Pd., Second Counselor: Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
Indonesian Language Education Study Program of Postgraduate Program,
Surakarta Sebelas Maret University.
ABSTRACT
This research aims to describle and explain: (1) women existence in
Istana Emas, a novel by Maria A. Sardjono, (2) the main values of feminism in
novel Istana Emas authored by Maria A. Sardjono, and (3) the education values in
novel Istana Emas authored by Maria A. Sardjono.
This is a qualitative research. Qualitative research is a research procedure
that results in description data in form of words. The data of this research is novel
entitled Istana Emas. This research used feminism and literary sociology approach
to know about the social life of the society reflected in Istana Emas a novel by
Maria A. Sardjono. Technique to the collecting data which is used by reading
novel and analyzing document. The validation data applies trianggulation data.
The technique of analyzing data is used interactive analysis.
The result of the analysis are: (1) women existences in novel Istana Emas
are women decision in finding the partner of life, choosing career, and choosing
her destiny; and women struggle on fighting the gender discrimination, the main
values of feminism, that are: (a) women abuse (physically abuse, sexually abuse,
pysiologically abuse), (b) women independence, (c) the character of pro-feminism
and contra-feminism, (d) the analysis of socialis feminism in novel; (4) the
education values in novel Istana Emas are the value of religion, morality, social,
culture/norms, and value gender.
Keywords: novel Istana Emas, feminism, education value
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan pula ungkapan batin seseorang melalui bahasa dengan
cara penggambaran. Penggambaran atau imaji ini dapat merupakan titian terhadap
kenyataan hidup, wawasan pengarang terhadap kenyataan kehidupan, dapat pula
imajinasi murni pengarang yang tidak berkaitan dengan kenyataan hidup (rekaan),
atau dambaan intuisi pengarang, dan dapat pula sebagai campuran semuanya itu.
Pengarang atau sastrawan, dalam membuat karya satra dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Beberapa foktor tersebut diantaranya adalah pengalaman
pengarang dan realitas yang ada di sekitar pengarang. Sejalan dengan itu, Plato
juga mengatakan bahwa sastra dan seni hanya peniruaan atau pencerminan dari
kenyataan, maka ia berada di bawah kenyataan itu sendiri. Berberda dengan apa
yang diungkapkan Aristoteles bahwa dalam proses penciptaan, sastrawan tidak
semata-mata meniru kenyataan, tetapi juga menciptakan dunia baru dengan
kekuatan kreativitasnya.
Karya sastra dapat dikaji melalui beberapa pendekatan, seperti
strukturalisme murni, srtukturalisme genetik, sosiologi sastra, resepsi sastra, kritik
feminis, psikologi sastra, stilistika, dan lain sebagainya. Pengkajian terhadap
karya sastra dalam tulisan ini mengambil dengam pendekatan kajian feminisme,
secara etimologis feminis berasal dari kata femme (women), berarti perempuan
(tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(jamak). Tujuan feminis adalah merupakan keseimbangan, interelasi genner dalam
pengertian yang paling luas, feminisme yaitu gerakan kaum wanita untuk menolak
segala sesuatu yang dimaginasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh
kebudayaan dominan baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan
sosial pada umumnya.
Dikaitkan dengan aspek-aspek kemasyarakatan, kritik sastra feminisme
pada umumnya membicarakan tradisi sastra oleh kaum perempuan, pengalaman
perempuan di dalamnya kemungkinan adanya penulis khas perempuan. Dikaitkan
dengan
gerakan
emansipasi
wanita,
satra
feminisme
bertujuan
untuk
membongkar, mendekunstruksi sistem penilaian terhadap karya sastra yang pada
umumnya selalu ditinjau melalui pemahaman laki-laki.Artinya pemahamaman
terhadap unsur-unsur sastra dinilai atas dasar paradigma laki-laki, dengan
konsekuensi logis perempuan selalu sebagai perempuan selalu sebagai kaum yang
lemah, sebaliknya laki-laki sebagai kaum yang kuat.
Emansipasi perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini telah membawa
perempuan pada kesetaraannya dengan laki-laki untuk memperoleh pendidikan
sampai tingkat tertinggi. Dalam diri perempuan itu muncul keinginan untuk
berprestasi dalam mewujudkan kemampuan dirinya sesuai dengan pengetahuan
dan keterampilan yang telah dipelajarinya. Perempuan menginginkan untuk
berkiprah di ranah publik dalam rangka mengaktualisasikan diri. Kartini
berkeyakinan bahwa pendidikan merupakan salah satu pilar utama untuk
membebaskan perempuan dari berbagai bentuk keterbelakangannya. Meskipun
Kartini belum berhasil membebaskan dirinya dari lingkungan patriarki karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menerima untuk dinikahkan pada usia yang sangat muda untuk laki-laki bukan
pilihannya, tetapi gagasannya merupakan pembaharuan untuk kemajuan
perempuan.
Pada novel Istana Emas yang mengupas kehidupan sosok wanita yang
berpendidikan,berasal dari keluarga sederhana, orang tuanya (ayah) bekerja
sebagai Pegawai Negeri Sipil, hidup di kota gudeg (yogyakarta). Dalam hal
percintaan mengalami hal yang tidak menyenangkan, menyakitkan tetapi wanita
tersebut tetap kuat dan tabah dalam menjalaninya, tokoh dalam cerita ini
perempuan tidak mau diremekhan, dimanja, bak boneka barbei.
Suasana ketidakadilan gender sangat tampak dalam novel Istana Emas
karya Maria A Sardjono ini. Ketidakadilan gender tersebut dilawan melalui tokohtokoh wanita di dalam novel. Pengarang (Maria A. Sardjono). Ketidakadilan
gender
termanifestasikan
dalam
berbagai
bentuk
ketidakadilan,
yakni
marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau tidak penting
dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negative,
kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burder), serta
sosialisasi ideologi nilai peran gender. Guna memahami bagaimana perbedaan
gender telah berakibat pada ketidakadilan gender dapat dipahami melalui berbagai
manifestasi ketidakadilan tersebut (Sugihastuti 2002:16). Ketidakadilan yang
terjadi dalam konstruksi gender saat ini terutama kaum perempuan, menjadi
sebuah masalah yang disebabkan adanya marginalisasi, sterotipi, subordinasi,
kekerasan dan beban kerja lebih berat. Semua itu akan menimbulkan berbagai
macam penderitaan kaum perempuan dalam memenuhi hak mereka. Uraian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengenai masing-masing manifestasi ketidakadilan gender, yaitu marginalisasi,
subordinasi, sterotipi, violence, dan beban kerja lebih berat.
Meninjau novel Istana Emas karya Maria A. Sardjono berdasarkan sudut
pandang feminisme dalam penelitian ini akan mengangkat permasalahan tentang
eksistensi perempuan, pokok-pokok pikiran feminisme, dan
yang terdapat dalam
kebutuhan
nilai pendidikan
novel tersebut. Sehubungan dengan keinginan dan
perempuan untuk menunjukkan eksistensi dirinya tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perempuan di tengah lingkungan
budaya patriarki yang ada dalam karya sastra berdasarkan perspektif feminisme.
Dengan demikian, judul penelitian ini adalah
Feminisme dan Nilai Pendidikan)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah eksistensi perempuan yang terdapat dalam novel Istana Emas
karya Maria A. Sardjojono?
2. Bagaimanakah pokok-pokok pikiran feminisme dalam novel Istana Emas
karya Maria A. Sardjono?
3. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan yang ada dalam Novel Istan Emas karya
Maria A. Sardjono?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Adapun kedua tujuan itu adalah:
1. Tujuan Umum
Penelian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perspektif feminisme dalam dunia sastra. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh deskripsi bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan dan
perlawanan perempuan terhadap kekerasan akibat ketidakadilan gender.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan:
a.
eksisitensi perempuan yang terdapat dalam novel Istana Emas karya Maria
A. Sardjono,
b.
pokok-pokok pikiran feminisme dalam novel Istan Emas karya Maria A.
Sardjono, dan
c. nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Istana Emas karya
Maria A. Sardjono.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan
manfaat praktis.
a.
Manfaat Teoretis
Penelitian
ini
diharapkan
mampu
menambah
wawasan
dan
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan mengenai studi sastra Indonesia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
khususnya dengan pendekatan feminisme. Penelitian ini juga diharapkan
mampu memberi sumbangan dalam teori sastra dan teori feminisme dalam
mengkaji novel Istana Emas.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu
pembaca untuk lebih memahami isi cerita dalam novel Istana Emas, Maria A.
Sardjono, yang beraliran feminisme. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi
mahasiswa dan guru bahasa serta sastra Indonesia, hasil penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai wahana pembelajaran apresiasi sastra, dalam hal ini
siswa dapat menganalisis karya sastra dengan pendekatan feminisme.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Sastra
a. Pengertian Karya Sastra
Retno Winarni (2009:89), menyatakan bahwa karya sastra
merupakan ungkapan yang terarah pada ragam yang melahirkannya atau
fungsi puitik memusatkan perhatiannya pada pesan dan demi pesan itu
sendiri.
Menurut Suwardi Endraswara (2011:7), karya sastra adalah
fenomena di dalamnya penuh serangkaian makna dan fungsi, hal ini sering
kabur dan tidak jelas, memang syarat dengan imajinasi.
Kutha
Ratna
(2005:15),
menyatakan
bahwa
karya
sastra
membangun dunia melalui kata-kata sebab kata-kata memiliki energi, energi
itulah terbentuk citra tentang dunia tertentu, sebagai dunia baru. Melalui
kualitas hubungan paradigmatis, sistem tanda dan sistem simbol, kata-kata
menunjuk sesuatu yang lain di luar dirinya, sehingga peristiwa baru hadir
secara terus-menerus.
Karya sastra berbentuk fiksi berupa karya yang terurai, bercerita
memaparkan secara langsung (orate provorsa)
yang diceritakan itu merupakan buah imajinasi yang secara mudahnya
dikatakan fiktif atau tidak nyata. Walaupun fiktif ada kaitannya dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kenyataan, yaitu kenyataan yang diolah oleh pengarang, maka dunia yang
.
Prosa fiksi atau roman, cerpen dan novel. Roman adalah fiksi yang
mengisahkan sebagian besar episode kehidupan tokohnya, bahkan biasanya
romagna
digunakan di sekitar Roma yang menceritakan tokoh dengan perkembangan
psikologisnya. (Herman J. Waluyo, 2011:2).
Karya sastra yang paling tua usianya adalah puisi, mantra-mantra
dan cerita-cerita harus ditulis dalam bentuk puisi. Dalam prinsipnya dalam
puisi terjadi pemadatan bahasa atau konsentrasi bahasa dengan tujuan untuk
memperoleh kekuatan makna atau kekuatan magis dari bahasa. Drama juga
merupakan karya sastra yang berwujut dialog yang dapat dipentaskan.
Marjorie Boulton (dalam Herman J. Waluyo, 2011:3) menyatakan bahwa
drama adalah kesenian yang berjalan karena aspek pementasan drama
sangat dipentingkan dalam drama.
Menurut (Riffaterre dalam Teeuw, 1984:650) menyatakan bahwa
karya sastra merupan respon jawaban atau tanggapan terhadap karya sastra
sebelumnya.
Teeuw
(dalam
Rachmat
Djoko
Pradopo,
1995:106)
menambahkan bahwa karya sastra adalah artefek atau benda mati, baru
mempunyai makna dan menjadi obyek estetika, bila diberi arti oleh
manusia. Misalnya sebagaimana arfek
peninggalan manusia purba
mempunyai arti bila diberi nama oleh arkeologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Preminger, 1974 (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1995:
107) karya sastra adalah sebuah karya yang bermedium bahasa, bahasa
sebagai medium tidaklah netral, dalam arti sebelum menjadi unsur sastra,
bahasa sudah mempunyai arti sendiri. Bahasa merupakan sebuah sistem
semiotik (ketandaan) tingkat pertama, yang sudah mempunyai arti
(meaning).
Rachmat Djoko Pradopo (1995:108), menyatakan bahwa karya
sastra adalah sebuah setruktur tanda yang bermakna. Di samping itu, karya
sastra adalah yang ditulis oleh pengarang, pengarang tidak terlepas dari
sejarah sastra dan latar belakang sosial budayanya. Maka semuanya itu
tercermin dalam karya sastra akan tetapi karya sastra juga tidak akan
mempunyai makna tanpa adanya pembaca yang memberikan makna
kepadanya. Oleh karena itu seluruh situasi yang berhubungan dengan karya
sastra harus diperhatiakan dalam konkretisasi atau pemaknaan karya sastra.
Bertitik tolak dari pendapat di atas, karya sastra merupakan karya
yang terurai memaparkan cerita secara langsung, ceritanya merupakan
imajinatif, berupa benda mati, dan mempunyai makna apabila sudah diberi
arti oleh manusia.
b. Jenis-jenis Sastra
Ni Nyoman karmini (2011:11), menyatakan bahwa karya fiksi
haruslah tetap menarik, tetap merupakan bangun struktur yang koheren, dan
tetap mempunyai tujuan estetik walau pengalaman dan permasalahan
kehidupan yang ditawarkan sarat sekali. Lebih lanjut dinyatakan Atar Semi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(dalam Karmini 2011:12), fiksi merupakan cerita rekaan dalam bentuk
prosa, hasil olahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan
penilaiannya tentang peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi.
Prosa fiksi dapat diketahui bahwa disamping prosa fiksi ada
prosa yang bukan fiksi atau prosa nonfiksi. Prosa fiksi yaitu jenis prosa yang
fiction
khayalan atau sesuatu yang tidak ada. Cerita-cerita sastra, seperti roman,
novel, dan cerita pendek diklasifikasikan sebagai prosa fiksi, sedangkan
prosa yang bukan karya sastra, yang merupakan deskripsi dari kenyataan
dinyatakan dari prosa nonfiksi. Misalnya, biografi, catatan harian, laporan
kegiatan, dan sebagainya.
Prosa berasal dari kata
yang berarti uraian
langsung, cerita langsung, atau karya sastra yang mengunakan bahasa
terurai. Dikatakan menggunakan bahasa terurai, artinya tidak sama dengan
puisi (menggunakan bahasa yang dipadatkan), dan tidak sama dengan drama
(menggunakan bahasa dialog).
Kata fiksi berasal dari bahasa latin fictio berarti membentuk,
membuat, atau mengadakan. Dalam bahasa Indonesia, kata
dapat
diartikan sebagai yang dikhayalkan atau diimajinasikan. Yang ditampilkan
dalam ceita fiksi adalah hasil imajinasi dari juru cerita, baik juru cerita lisan
maupun juru cerita tertulis yang disebut pengarang (Herman J. Waluyo:1-2).
Prosa fiksi terdiri atas roman, cerita pendek, dan novel (diurutkan
berdasarkan mana yang paling dahulu diciptakan di dalam sastra Indonesia).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Novel telah ditulis dalam sastra Indonsia pertama kali tahun 1917, yaitu
dengan roman yang berjudul Azab dan Sengsara. Cerita pendek ditulis
pertama kali pada tahun 1920-an oleh Moh. Kasim, misalnya cerpen
Te
Sastra fiksi adalah bersifat khayali, bahasanya konotatif, dan
memenuhi syarat estetika seni, sedangkan ciri sastra nonfiksi adalah lebih
banyak unsur faktual daripada khayalinya, bahasanya cenderung denotatif,
dan memenuhi syarat estetika seni, dalam praktiknya jenis sastra nonfiksi
berbentuk esei, kritik, biografi, dan sejarah, akan tetapi jenis memori,
catatan harian, dan surat-surat kadang dimasukkan dalam jenis sastra
nonfiksi ini.
Cerita-cerita
sastra,
seperti
roman,
novel,
dan
cerpen
diklasifikasikan sebagai prosa fiksi, sedangkan prosa yang bukan karya
sastra yang merupakan deskripsi dari kenyataan dinyatakan sebagai prosa
nonfiksi, misalnya: biografi, laporan kegiatan, dan sebagainya merupakan
karya yang bukan hasil imajinasi (Herman J. Waloyo dan Nugraeni Eko
Wardhani, 2008:1).
Lebih lanjut, Brook menjelaskan bahwa dalam cerita fiksi,
pengaranag mengolah dunia imajinasinya dengan dunia kenyataan yang
dihadapi atau kenyataan sosial budaya, dalam (Herman J. Waloyo dan
Nugraheni Eko Wardhani, 2008:2). Pengalaman manusia yang dipaparkan
adalah pengalaman manusia sekitar penulis, sehingga oleh pembaca
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(pendengar) akan dihayati sebagai pengalaman mereka sendiri. Dunia yang
dialami penulis cerita, diolah sesuai dengan visi penulis tentang kehidupan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa roman, novel,
dan cerpen termasuk dalam jenis prosa fiksi, mempunyai tujuan estetik,
sedangkan yang termasuk jenis prosa nonfiksi adalah biografi, laporan
kegiatan, dan lain sebagainya. Adapun yang ditampilakan dalam prosa fiksi
adalah hasil imajinasi dari pengarang.
c. Pengertian Novel
novellus
ti
baru. Novel adalah bentuk karya sastra cerita fiksi yang paling baru.
Menurut Robert Lindell, karya sastra yang berupa novel, pertama kali lahir
di Inggris dengan judul Pamella yang terbit pada tahun 1740 (Tarigan,
1984:164). Tadinya novel (Pamella) merupakan bentuk catatan harian
seorang pembantu rumah tangga. Kemudian berkembang dan menjadi
bentuk prosa fiksi yang kita kenal seperti saat ini (menggantikan pengertian
roman di samping bentuknya yang utama).
Menurut Herman J. Waluyo (2011:2), novel adalah bentuk prosa
fiksi yang paling baru dalam sastra Indonesia karena baru ditulis sejak tahun
1945-an oleh Idrus, lewat novelnya yang berjudul Aki.
Novel merupakan salah satu bentuk prosa fiksi di samping roman
dan cerpen Secara etimologis, kata novel berasal dari novella (bahasa
Jerman: novella
dalam Burhan Nurgiyantoro, 2007:9). Dikatakan baru karena dibandingkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan jenis-jenis sastra lainya seperti puisi dan drama (Herman J. Waloyo,
2008:8). Jenis novel dalam sastra Inggris dan Amerika disebut novel.
Karya fiksi, seperti dalam kesusasteraan Inggris dan Amerika,
menunjuk pada karya yang berwujud novel dan cerita pendek (roman)
(Burhan Nurgiyantoro, 2007:8). Kebenaran dalam dunia fiksi, tidak harus
sama dan tidak perlu disamakan dengan kebenaran dalam dunia nyata.
Dalam dunia fiksi dikenal dengan adanya licentia poetika, sehingga seorang
pengarang dapat berkreasi maupun memanipulasi berbagai masalah
kehidupan yang dialami dan diamati menjadi kebenaran yang hakiki dan
universal dalam karyanya, walaupun secara faktual merupakan hal yang
salah.
Pendapat Korsmeyer (2004:69), novel merupakan salah satu bentuk
karya sastra imajinatif yang sebagian ceritanya berisi romantik dan
petualang yang dapat berasal dari pengalaman hidup pengarang. Lebih
lanjut Herman J. Waluyo (2006:37), mendifinisikan bahwa dalam novel
terdapat: (1) perubahan nasib dari tokoh cerita, (2) ada beberapa episode
dalam tokoh utamanya, (3) biasanya tokoh utamanya tidak sampai mati.
Burhan Nurgiyantoro (2007:4), memberikan pengertian bahwa
novel adalah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi
model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui
beberapa unsur intrinsik seperti peristiwa, plot, penokohan, latar, sudut
pandang, yang semuanya tentu bersifat imajiner.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Novel dan cerita pendek merupakan dua bentuk karya sastra yang
sekaligus disebut fiksi. Sebagai karya fiksi novel dan cerita pendek
mempunyai persamaan dan perbedaan. Adapun persamaannya adalah
keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembangun (unsur-unsur cerita) yang
sama, keduanya dibangun dari dua unsur intrinsik dan ekstrisik. Novel dan
cerita pendek sama-sama memiliki unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar,
sudut pandang, dan lain-lain. Maka novel dan cerita pendek dapat dianalisis
dengan pendekatan yang kurang lebih sama.
(Burhan
Nurgiyantaro,
2007:10)
lebih
lanjut
menjelaskan
perbedaan antara novel dan cerita pendek yang pertama dan yang utama
dapat dilihat dari segi formalitas bentuk dan segi panjang cerita. Dari segi
panjang cerita, novel jauh lebih panjang dari pada cerita pendek. Oleh
kerena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan
sesuatu secara lebih luas, libih rinci, lebih detail, dan lebih banyak
melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.
Novel adalah bersifat realistis dan tokoh dalam novel lebih realistis
lebih obyektif, ia merupakan tokoh yang memiliki derajat (lifelike),. (Yani
Purwanti, 2009:21). Hal ini sesuai dengan pendapat Wellek dan Warren
(1990: 15) bahwa novel lebih menggambarkan tokoh nyata, tokoh yang
berangkat dari realitas sosial, merupakan tokoh yang memiliki derajat
(lifelike).
Abram (1981:61 dalam Karmini, 2011:11), menyatakan bahwa
novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
model kehidupan yang diidialkan, dunia imajiner yang dibangun melalui
berbagai unsur intrinsiknya, seperti plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut
pandang, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, bahwa novel adalah bentuk
prosa fiksi yang lebih panjang daripada cerita pendek, yang hanya memuat
sebagian kehidupan seseorang, tokoh dan penokohan, setting serta sudut
pandang pengarang yang bersifat imajiner.
d. Struktur Novel
Novel merupakan sebuah totalitas, suatu keseluruhan yang bersifat
artistik. Sebagai totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur,
yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling
menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai suatu totalitas, unsur, kata,
bahasa, misalnya menjadi salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu
unsur pembangun cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah
yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud.
(Burhan Nurgiyantoro, 2007:23).
Prosa fiksi dibagi menjadi beberapa unsur yaitu: tema cerita, plot
atau kerangka cerita, penokohan dan perwatakan, setting atau tempat
kejadian cerita atau disebut juga latar, sudut pandang pengarang atau point
of view, latar belakang atau back-ground, dialog atau percakapan, gaya
bahasa/gaya bercerita, waktu cerita dan waktu penceritaan, serta amanat
(Herman J. Waluyo, 2011:6).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bertitik tolak dari pendapat di atas, struktur novel memuat
keseluruhan kehidupan seseorang, yang lengkap dengan penokohan,
perwatakan,
setting,
alur
cerita mulai
dari awal
sampai dengan
akhir/klimaksnya.
1.Penokohan dan Perwatakan
Bagian
cerita
fiksi
ini
membicarakan
tokoh-tokoh
cerita
(penokohan) dan watak tokoh-tokoh (perwatakan), keduanya memiliki
hubungan yang sangat erat. Tokoh-tokoh itu yang mempunyai watak yang
menyebabkan terjadinya konflik dan konflik itulah yang menghasilkan
cerita. Dalam hal perwatakan, Kenney (dalam Herman J. Waluyo, 2011: 1819) menyebutkan adanya istilah lifelikeness, yang dapat diartikan kehidupan
tokoh-tokohnyanya mendekati kehidupan dalam alam ini sebenarnya.
Burhan Nurgiyantoro (2007:65), berpendapat menggunakan istilah
tokoh untuk menunjukkan pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak,
perwatakan, dan karakter menunjukan pada sifat dan sikap para tokoh yang
ditafsirkan oleh pembaca. Abram (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2007:165)
memberikan difinisi tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Secara garis besar, tokoh yang menyebabkan konflik disebut tokoh
protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung
jalannya cerita sebagai tokoh yang mendatangkan simpati atau tokoh baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tokoh antagonis merupakan kebalikan dari tokoh protagonis, yaitu tokoh
yang menentang arus cerita atau yang menimbulkan antipati atau benci.
Konflik antara kedua tokoh ini berkembang terus, kedua tokoh ini
menguasai (mendominasi) seluruh cerita, kedua tokoh ini diklasifikasikan
sebagai tokoh sentral yang berarti tokoh-tokoh penting atau pusat
penceritaan.
Tokoh adalah pelaku cerita yang mengalami peristiwa yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang memiliki derajat
(lifelike). Watak tokoh harus memiliki relevansi dengan elemen cerita yang
lain, seperti; plot, Seting, tema, dan sebagainya, dan mempunyai relevansi
dengan hubungan antar tokoh yang satu dengan yang lain, dan juga dengan
keseluruhan cerita. Dalam menggambarkan watak tokoh, pengarang
mempertimbangkan tiga dimensi watak, (Herman J. Waluyo, 2011:11-12).
Watak dari segi psikis merupakan faktor utama yang terpenting
dalam penggambaran watak atau temperamen tokoh, apakah tokoh itu baik
hati, penyabar, murah hati, dermawan, pemaaf, atau pemberang, sombong,
pendengki dan lain sebagainya. Contoh dalam novel Siti Nurbaya, tokoh
Datuk Maringgih, misalnya berwatak serakah, kikir, jahat, kejam,
pendendam, tidak memiliki rasa belas kasih, dan licik.
Watak dari segi fisiologis atau keadaan fisik, dapat dikaitkan
dengan umur, ciri fisik, penyakit, keadaan diri, dan sebagainya. Datuk
Maringgih, misalnya adalah lelaki tua berusia 60 tahun, badannya kurus,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wajahnya selalu murung, pakaiannya kumal, destar yang berwarna hitam
juga kumal, dan sebagainya.
Watak dari segi Sosiologis melukiskan suku, jenis kelamin,
kekayaan, kelas sosial, pangkat /kedudukan, dan profesi atau pekerjaan.
Datuk Maringgih,
misalnya; seorang pedagang kaya raya yang tadinya
hanya seorang penjual ikan karena kegigihan dan kelicikannya dalam
membungakan uang, ia dapat menguasai pedagang-pedangan lain di daerah
itu.
Lebih lanjut dinyatakan Sugihastuti dan Suharto (2010:47), sebagai
tokoh utama pendukung dalam nonel Sitti Nurbaya, Samsulbahri dan Sitti
Nurbaya digambarkan kebaikan secara berlebihan, fisik Samsulbahri
sebagai laki-laki muda berusia 18 tahun, baju sekolahnya jas tutup putih dan
celana pendek hitam, sepatu hitam tinggi disambung ke atas kaus sutera,
sedangkan Sitti Nurbaya perempuaan berumur 15 tahun pakaiannya seperti
anak Belanda, sepatu dan kaus berwarna cokelat, rambutnya diikat dengan
benang sutera, alangkah eloknya paras anak perawan ini, pipinya sebagai
pauh dilayang.
Bertitik tolak dari pendapat di atas, watak tokoh harus memiliki
relevansi dengan elemen cerita yang lain, seperti, plot. Seting, tema, dan
sebagainya, dan mempunyai relevansi dengan hubungan antar tokoh yang
satu dengan yang lain dan juga dengan keseluruhan cerita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Alur atau Plot
Alur atau plot sering disebut kerangka cerita, yaitu jalinan cerita
yang disusun dalam kurun waktu yang menunjukkan hubungan sebab akibat
dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak-nebak peristiwa yang
akan datang. Lebih lanjut Lukman Ali (dalam Herman J. Waluyo, 2011:9)
menyatakan plot merupakan sambung-sinambungnya cerita berdasarkan
hubungan sebab akibat dan menjelaskan sesuatu terjadi.
Panuti-Sudjiman (1991:31), menyatakan peristiwa pertama yang
memberikan informasi awal kepada pembaca itu disebut paparan atau
eksposisi. Lebih lanjut dijelaskan (Sugihastuti dan Suharto, 201:47), cerita
diawali dengan peristiwa tertentu dan diakhiri dengan peristiwa tertentu
lainnya tanpa terikat pada urutan waktu.
Menurut E.M. Forster (dalam
Herman J. Waluyo, 2011:9),
Plot is a narrative of
events, the emphasis falling on causality.causality overshadows time
sequence
dari suatu urutan cerita yang mengembangkan konflik cerita.
Bagian struktur alur sesudah klimaks meliputi leraian (falling
action) yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian.
Selesaian bukan penyelesaian masalah yang dihadapi tokoh cerita. Selesaian
(denoument) adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian dapat berupa
penyelesaian masalah yang melegakan (happy endang), penyelesaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masalah yang menyedihkan (sad ending), atau masalah dibiarkan
menggantung tanpa pemecahan (Panuti-Sudjiman, 1991:35-36).
Menggambarkan diagram struktur alur secara runtut dan kronologis
sebagai berikut.
Klimaks
Inciting Forces +)
*)
Awal
**)
Pemecahan
Tengah
Akhir
Keterangan :
*) Konflik dimunculkan dan semakin ditinggalkan.
**) Konflik dan ketegangan dikendorkan.
+) Inticing Forces menyarankan pada hal-hal yang semakin konflik
sehingga akhirnya semakin klimaks.
Pada prinsipnya, ada tiga jenis alur yaitu: (1) alur garis lurus atau
alur progresif atau konvensional. Penulisnprosa fiksi menggunakan alur
lurus karena urutan peristiwa berturutan dari awal hingga akhir, (2) alur
flashback atau sorot balik, atau alur regresif, cerita ini dimulai dari cerita
tokoh yang paling akhir menuju cerita ke depan, (3) alur campuran , yaitu
pemakaian alur garis lurus dan flash-back sekaligus di dalam cerita fiksi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, bahwa alur atau plot
merupakan
kerangka
cerita
yang
ada
hubungan
sebab
akibat,
berkesinambungan dari suatu cerita yang mengembangkan konflik cerita
sampai cerita itu berakhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Tema Cerita atau Pokok Pikiran
Sugihastuti dan Suharto (2010:45), menyatakan bahwa tema
menjadi salah satu unsur cerita rekaan yang memberikan kekuatan dan
sekaligus pemersatu semua fakta dan sarana cerita yang mengungkapkan
permasalahan kehidupan.
Menurut Nurgiyantoro (1998:68), tema dapat ditemukan dengan
cara menampilkan keseluruhan cerita, tema tersembunyi di balik cerita yang
mendukungnya.
Menurut Herman J. Waluyo (2010:124) menyatakan bahwa tema
merupakan gagasan pokok atau subject-master yang dikemukaan oleh
penyair atau pengarang. Tema itu begitu kuat mendesak dalam jiwa
pengarang, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Lebih lanjut
oleh William Kenney (1966:91), menyebutkan tema sebagai
, definisi ini kurang jelas dan operasional oleh karena itu ia
memberikan penjelasan dengan;
meaning of the mpral of the story, it is not the subject, it is not that people
.
Tema cerita dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu: (1) tema yang
bersifat fisik, (2) tema organik, (3) tema sosial, (4) tema egoik (reaksi
probadi), dan (5) tema divine (Ketuhanan). Tema yang bersifat fisik
menyangkut inti cerita yang bersangkut paut dengan kebutuhan fisik
manusia, misalnya tentang cinta, perjuangan mencari nafkah, hubungan
perdagangan, dan sebagainya. Tema yang bersifat organik atau moral,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyangkut soal hubungan antara manusia, misalnya penipuan, masalah
keluarga, problem politik, ekonomi, adat, tatacara, dan sebagainya. Tema
yang bersifat sosial berkaitan dengan problem masyarakat. Tema egoik atau
reaksi individual, berkaitan dengan protespribadi kepada ketidakadilan,
kekuasaan yang berlebihan, dan pertentangan individu. Sedangkan divine
(Ketuhanan) menyangkut renungan yang bersifat religius hubungan manusia
dengan Sang Khalik.
4. Sudut Pandang
Menurut Herman J.Waluyo (2011:25), point of view dinyatakan
sebagai sudut pandang pengarang, yaitu teknik yang digunakan oleh
pengarang untuk berperan dalam cerita itu. Apakah ia sebagai orang
pertama (juru cerita) ataukah sebagai orang ketiga (menyebut pelaku
sebagai dia). Yang pertama dikatakan sebagai bergaya akuan, sedangkan
yang kedua dinyatakan sebagai bergaya diaan. Sebagai orang pertama
pengarang juga dapat ditanya bagaimana ia berperan sebagai orang pertama.
Demikian juga jika ia berperan sebagai orang ketiga, bagaimanakah ia
berperan sebagai orang ketiga.
Lebih lanjut, Shipley (dalam Herman J. Waluyo, 2011:25)
menyebutkan adanaya 2 jenis point of view yaitu: internal point of view
dan external point of view. Internal point of view ada 4 macam, yaitu: (1)
tokoh yang bercerita, (2) pencerita menjadi salah seorang pelaku, (3) sudut
pandang akuan, dan (4) pencerita sebagai tokoh sampingan dan bukan tokoh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hero. Sementara untuk gaya eksternal, dikemukakan ada 2 jenis, yaitu: (1)
gaya diaan, dan (2) penampilan gagasan dari luar tokoh-tokohnya.
Burhan Nurgiyantoro (2007:256), membedakan sudut pandang
pengarang menjadi dua macam, yaitu: persona pertama dan persona ketiga.
a. Sudut pandang persona pertama
Dalam pengisahan cerita menggunakan sudut pandang persona
pertama, pencerita adalah seorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah
mengisahkan peristiwa dan tindakan yang dialami, dilihat, didengar, dan
dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh. Sudut pandang persona pertama
b.Sudut pandang persona ketiga
Sudut pandang persona ketiga ini, pencerita adalah seorang yang
berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan
menyebut nama atau kata ganti (ia, dia, mereka).
Berpijak dari uraian tersebut diatas, bahwa sudut pandang
merupakan teknik yang digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam
suatu cerita fiksi, tokoh yang bercerita dan atau pencerita salah seorang
pelaku.
5. Dialog atau Percakapan
Semua cerita fiksi menggunakan dialog untuk memperkuat watak
tokoh-tokoh, secara lebih lengkap, Kenney dalam (Herman J. Waluyo,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2011:25), menyatakan dua jenis fungsi dialog yaitu: (1) memperkonkret
watak dan kehadiran pelaku, (2) memperhidup karakter tokoh. Dialog harus
dibuat secara natural, selektif, gaya
-
atau tindak tutur
(percakapan tokoh yang satu disambut oleh tokoh lain atau lawan bicara).
Dialog dalam prosa fiksi jaman Balai Pustaka dan Pujangga Baru
rata-rata panjang-panjang, tidak sesuai dengan situasi percakapan pada
umumnya. Novel-novel mutakir berusaha meniru percakapan dalam
kehidupan sehari-hari yang dialognya relatif pendek-pendek.
Bertolak dari uraian di atas, percakapan atau dialog merupakan
bentuk kegiatan yang berujud dialog para pelaku, yang sesuai dengan tokoh
yang diperankan atau karakter tokoh dalam suatu cerita.
6. Latar atau Setting
Setting adalah tempat kejadian cerita, tempat kejadian cerita dapat
berkaitan dengan aspek fisik, aspek sosiologi, dan aspek psikis. setting juga
dapat dikaitkan dengan tempat yang luas, misalnya negara, privinsi, kota,
desa, di dalam rumah, di luar rumah, di jalan, di sawah, di sungai, dan
sebagainya. Yang berkaitan dengan waktu, dapat dulu, sekarang, tahun,
bulan, minggu, hari, jam, siang, malam, dan seterusnya.
Pelukisan waktu sangat erat kaitannya dengan anakronisme, yaitu
pemggambaran situasi yang tidak sesuai dengan zamannya. Lebih lanjut
dikatakan oleh Hudson (dalam Herman J. Waluyo: 2011 23), setting juga
dikaitkan dengan keseluruan lingkungan cerita yang meliputi adat istiadat,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebiasaan, dan pandangan hidup tokoh. Setting material adalah lingkungan
alam, sedangkan yang lain disebut setting sosial.
Dijelaskan
bahwa
setting
mempunyai
fungsi
untuk:
(1)
mempertegas watak pelaku, (2) memberikan tekanan pada tema cerita, (3)
memperjelas tema yang disampaikan, (4) metefora bagi situasi psikis
pelaku, (5) sebagai pemberi atmosfis (kesan), (6) memperkuat posisi plot.
Seting berkaitan dengan pengadegan, latar belakang, waktu cerita.
Pengadegan artinya penyusunan adegan-adegan di dalam cerita, tidak semua
kejadian dalam kehidupan sang tokoh dilukiskan di dalam adegan-adegan.
Sugihastuti dan Suharto (2010:54), menyatakan bahwa latar
(setting) merupakan unsur yang sangat penting pada penentuan nilai astetik
karya sastra, sering juga disebut atmosfer karya sastra (novel) yang
mendukung masalah tema, alur, dan penokohan.
Lebih lanjut Herman J. Waluyo, (2011:24), latar belakang
(background) dalam menampilkan setting dapat berupa latar belakang
sosial, budaya, psikis, dan fisik yang kira-kira dapat memperhidup cerita.
Dengan dekripsi dan narasi, latar belakang
dapat muncul, namun jika
diperkaya dengan latar lain, cerita akan lebih hidup.
Latar yang baik dapat mendiskripsikan secara jelas peristiwaperistiwa, perwatakan tokoh, dan konflik yang dihadapi tokoh cerita
sehingga cerita terasa hidup dan segar, seolah-olah sungguh-sungguh terjadi
dalam kehidupan nyata, (Nurgiyantoro dalam Sugihastuti dan Suharto,
2010:55).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa setting
merupakan tempat kejadian suatu peristiwa yang terjadi dan yang menonjol
di dalam cerita sehingga cerita itu lebih hidup, setting dapat berupa tempat,
dan waktu.
2. Hakikat Pendekatan Feminisme
a. Pengertian Feminisme
Dasar pemikiran dalam penelitian sastra berprespektip feminis
adalah upaya pemahaman kedudukan dan peran perempuan seperti
tercermin dalam karya sastra: (1) kedudukan dan peran para tokoh
perempuan dalam karya sastra Indonesia menunjukan masih didominasi
oleh laki-laki.
Menurut Rothenberg feminisme muncul akibat dominasi pria atas
kaum wanita dalam beberapa dekade di setiap bidang.
Dominance theory posits that men and women are
different because of the historic societal fact that men hold a
dominant position, while women occupy a subordinate one.
(Rothenberg dalam Brown 2005: 90)
Dengan demikian, upaya pemahamannya merupakan keharusan
untuk mengetahui ketimpangan gender, (2) dari resepsi pembaca karya
sastra Indonesia, secara sepintas terlihat bahwa para tokoh perempuan
tertinggal dari laki-laki, misalnya dalam hal latar sosial pendidikanya,
pekerjaanya, perannya dalam masyarakat, (3) masih adanya resepsi pembaca
karya sastra Indonesia bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanyalah merupakan hubungan berdasarkan pada pertimbangan biologis dan
sosial-ekonomis
semata-mata. Pandangan
ini
tidak sejalan dengan
pandangan perspektip feminis bahwa permpuan mempunyai hak, kewajiban
dan kesempatan yang sama dengan laki-laki, (4) penelitian sastra Indonesia
telah melahirkan banyak perubahan analisis dan metodologinya salah
satunya penelitian sastra yang berperspektip feminis, (5) banyak pembaca
yang meganggap bahwa peran dan kedu-dukan perempuan lebih rendah
daripada laki-laki. (Sugihastuti, Suharto, 2010: 15-16).
Lebih lanjut, dikatakan Soenarjati Djajanegara (2000:4), bahwa
feminisme mempunyai tujuan untuk meningkatkan kedudukan serta derajat
perempuan agar sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki.
Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup
berbagai cara, salah satunya memperoleh hak dan peluang yang sama
dengan yang dimiliki laki-laki. Maka muncullah istilah
movement atau gerakan persamaan hak, cara lain adalah membebaskan
perempuan dari ikatan lingkungan keluarga dan rumah tangga. Cara ini
sering dinamakan
disingkat
yaitu gerakan pembebasan wanita.
Menurut Culler (dalam Herman J .Waluyo, 2011:106) menyatakan
bahwa kritik sastra feminisme mengkritik sastra dengan kesadasar khusus,
yakni kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak hubungan dengan
budaya, sastra, dan kehidupan kita, jenis kelamin menciptakan perbedaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada diri pengarang, pembaca, perwatakan, dan faktor luar yang
mempengaruhi.
The approach of woman in pevelopment which portray women
as a viktim and men as the beneficiaries of modernization and the see to
right these wrongs of modernization, is discorded by the empower men
perspective. Instead women and men ar not necessarily poised
antagonistically again eath other, nor are all women joined by the
invisble strands of sisterhood. Element of clas, ethnicity and race
intersect with gender to
form alliance between men and women,
(Marianne H. Marchand and Jane L. Parpat, 1995:38)
Pendekatan dari wanita dalam perkembangan pembangunan
yang menggambarkan wanita sebagai korban dan pria sebagai
keuntungan dari modernisasi dan kemudian mencari kebenaran dari
kesalahan modernisasi.
Menurut Herman J. Waluyo (2011:100) feminis adalah
keseimbangan, interelasi gender, dalam pengertian yang paling luas,
feminisme adalah gerakan wanita untuk menolak segala sesuatu yang
dimerginalisasikan,
disubordinasikan,
dan
direndahkan
oleh
kebudayaan dominant baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun
kehidupan sosial pada umumnya.
Feminisme merupakan gerakan perempuan yang terjadi hampir
di seluruh dunia, gerakan ini dipicu oleh adanya kesadaran bahwa hakhak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Seperti diketahui
sejak berabad-abad, perempuan berada di bawah dominasi laki-laki,
perempuan sebagai pelengkap, perempuan sebagai makluk kelas dua.
Secara biologis perempuan lebih lemah, sebaliknya laki-laki lebih
kuat.Meskipun demikian perbedaan biologis mestinya tidaknya tidak
dengan sendirinya, tidak secara ilmiah membedakan posisi dan
kondisinya dalam masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemajuan teori feminisme dalam bermacam-macam bidang
dan menjelaskan pengaruh dalam beberapa faktor. Sebagai contoh
dalam kelompok seksual dari ketenagakerjaan berlangsung pada
beberapa sosial yang diketahui, di mana dibedakan antara beberapa
tugas perempuan dan tugas laki-laki, tugas laki-laki dalam bidang
ekonomi dan bernilai sosial. Perempuan selalu tidak demikian.
(penegetahuan sosial yang paling dekat dengan pendekatan kualitas
yang terlibat dalam diri masing-masing yang mengontrol produksinya
sendiri-sendiri dan laki-laki membutuhkan hal yang mereka produksi).
Berpijak dari pendapat di atas, bahwa feminisme adalah
gerakan perempuan yang memperjuangkan persamaan hak antara lakilaki dan perempuan dalam bidang pendidikan, politik, ekonomi, sosial
dan budaya.
b. Aliran Feminisme
Pemikiran feminisme mempunyai label-label yang berbeda, labellabel ini menyiratkan bahwa feminisme bukanlah ideokogi monolitik,
bahwa feminisme tidak tidak berpikiran sama, pemikiran feminis
mempunyai masa lalu, masa kini, dan masa depan. Label pemikiran feminis
membantu menandai cakupan dari pendekatan, perspektif, dan bingkai kerja
yang berbeda, yang telah digunakan beragam feminis untuk membangun
tidak saja penjelasan mereka terhadap opresi perempuan, tetapi juga
ditawarkan pemecahan untuk menghapuskannya, (Karmini, 2011:127)
Menurut Mansour Fakih (2007:80-106), ada beberapa perspektif
yang digunakan dalam menjawab permasalahan perempuan, yaitu feminis
liberal, feminis marxis, dan feminis radikal. Aliran-aliran feminis tersebut
mempunyai kesamaan dalam focus mengenai penindasan wanita dalam
masyarakat, tetapi mereka berbeda dalam definisi tentang penyebab-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyebab penindasan wanita itu, serta cara-cara pemecahan yang
ditawarkannya bagi perubahan sosial atau individual.
Hal tersebut lebih lanjut dikemukakan Iwann Abdulah (dalam
Herman J. Waluyo, 2011:112) mengaklasifikasikan analisis gender sebagai
feminisme moderat selain itu ada beberapa jenis aliran feminisme yaitu:
(1)
feminis liberal, yang menganggap kodrat wanita lebih lemah dan tidak
sejajar dengan laki-laki, (2) feminisme radikal adalah jenis femininisme
yang menuntut persamaan hak lelaki dan perempuan secara total, (3)
feminisme psikoanalitik, ialah jenis feminisme yang memandang terjadinya
opresinya terhadap wanita terutama dalam hal psikis, (4) feminisme sosialis,
ialah feminisme yang memandang bahwa posisi wanita ditentukan oleh
struktur produksi, reproduksi, seksualitas, dan sosialisasi masa kanak-kanak,
(5) feminisme eksistensialis yaitu feminisme yang berpandangan bahwa
men
eksistensiny, dan (6) feminisme pasca-modern, yaitu feminisme yang
memandang bahwa pengalaman wanita berbeda dengan laki-laki karena
perbedaan klas, ras, dan budayanya.
1) Feminisme Liberal
Mounsur Fakih (2012:81), menjelaskan asumsi dasar feminisme
liberal berakar pada pandangan bahwa kebebasan (freedom) dan kesamaan
(equality) berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan
publik. Kerangka kerja feminisme liberal dalam memperjuangkan persoalan
masyarakat tertuju pada kesempatan dan hak kaum perempuan. Kesempatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan hak yang sama antara laki-laki perempuan ini penting bagi mereka
karenanya tidak perlu pembedaan kesempatan antara laki-laki dan
perempuan.
Feminis liberal adalah setiap manusi, laki-laki maupun perempuan,
diciptakan seimbang dan serasi, karena itu semestinya tidak terjadi
penindasan. Meskipun keduanya ada perbedaan, khususnya secara
reproduksi, secara ontologis sama. Aliran ini mengupayakan agar
perempuan diberi peren publik, bekerja di luar rumag, sehingga tidak terjadi
dominasi jenis kelamin.
Riant Nugroho (2011:66), berpendapat bahwa feminis liberal lebih
dikenal karena memberi dampak nyata, misalnya pendirian pusat kajian
perempuan, proyek pengentasan kemiskinan, perubahan perundangintervensi
lain
Aliran feminisme liberal ini, menolak segala bentuk diskriminasi
terhadap, hal ini mampu membawa kesetaraan bagi perempuan dalam semua
institusi publik dan untuk memperluas penciptaan pengetahuan bagi
perempuan
agar isu-isu
tentang perempuan
tidak
lagi
diabaikan,
(Sugihastuti, 2007:97). Lebih lanjut Herman J. Waluyo, (2011:112),
menyatakan bahwa feminis liberal, menganggap kodrat wanita lebih lemah
dan tidak sejajar dengan laki-laki,
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa feminis
liberal menegaskan bahwa ketertindasan perempuan terjadi karena adanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembatasan kebebasan individu. Oleh karena itu, tuntutan feminisme liberal
adalah perempuan harus diberi kesempatan dalam institusi-institusi
pendidikan dan ekonomi agar sejajar dengan laki-laki.
2) Feminisme Marxis
Soenarji Djajanegara (2000:30) menjelaskan bahwa penindasan
terhadap perempuan terjadi karena adanya pembedaan kelas dalam
masyarakat. Kaum perempuan disamakan dengan kelas buruh yang hanya
memiliki modal tenaga dan tidak memiliki modal uang atau alat-alat
produksi. Kaum perempuan ditindas dan diperas tenaganya oleh kaum lakilaki yang disamakan dengan pemilik modal dan alat-alat produksi.
Feminis
marxis
menawarkan
bahwa
kemandirian
ekonomi
perempuan, dengan reintrukduksi kiprah perempuan di sektor publik.
Perempun tidak harus bergantung pada laki-laki, kemandirian ekonomi
perempuan memperoleh yang sejajar dengan laki-laki, feminis marxis sering
diserang karena dianggap ingin menghancurkan keluarga, tetapi yang
dihancurkan adalah keluarga sebagai relasi ekonomi yang biasanya
menempati perempuan sebagai
-laki sebagai
Menurut Luxemburg (dalam Karmini, 2011:131), bahwa akar
masalah ketimpangan perempuan dan laki-laki adalah sistem klasisme
bukan seksisme. Menurut Marxis, hanya dengan penghapusan kelas secara
ekonomis,
dan
penindasan
ekonomi,
commit to user
penindasan
patriarkis
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diselesaikan. Untuk itu perlu dilakukan perubahan penindasan struktur
ekonomi dan membangkitkan kesadaran kelas di masyarakat.
Fakih (2012:86-89), menyatakan bahwa feminis marxis menolak
keyakinan kaun feminis radikal yang menyatakan biologi sebagai dasar
pembedaan gender, akan tetapi penindasan perempuan merupakan bagian
dari penindasan kelas dalam hubungan produksi. Jaman kapitalisme,
penindasan perempuan malah dilanggengkan oleh berbagai cara dan alasan
karena menguntungkan. Pertama, melalui eksploitasi pulang ke rumah,
yakni membuat laki-laki di pabrik bekerja lebih produktif. Kedua, kaum
perempuan dianggap bermanfaat bagi sistem kapitalisme dalam reproduksi
buruh murah. Ketiga, masuknya buruh perempuan menguntungkan sistem
kapitalime, dengan alasan; pertama, upah buruh perempuan lebih rendah,
dan kedua, dengan masuknya perempuan dalam sektor perburuhan juga
dianggap menguntungkan sistem kapitalisme karena dianggap sebagai
proses penciptaan buruh cadangan yang tak terbatas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penindasan
kaum perempuan terjadi akibat adanya pembagian kelas dalam masyarakat
yakni perempuan dianggap kaum proletar sedangkan laki-laki dianggap
sebagai kaum borjuis. Adapun jalan keluar menurut aliran marxis ini adalah
dengan cara menghilangkan pembagian kelas dalam masyarakat.
3). Feminisme Sosialis
Soenarji Djajanegara (2000:30), menjelaskan feminisme aliran
sosialis meneliiti tokoh-tokoh perempuan dari sudut pandang sosialis, yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelas-kelas masyarakat. Pengkritik feminis ini mencoba mengungkapkan
bahwa kaum perempuan merupakan kelas masyarakat yang tertindas.
Menurut
Sugihastuti
(2007:98),
feminis
sosialis
berusaha
melakukan kritik terhadap eksploitasi kelas dari sistem kapitalisme secara
bersamaan dengan kritik ketidakadilan gender yang mengakibatkan
domonasi, subordinasi, dan marginalisi atas kaum perempuan.
Menurut Samhuri (2004:45), femins sosial menawarkan bahwa
perjuangan perempuan hanya akan berhasil jika sistem pemilikan pribadi
berhasil dihancurkan dan lalu berhasilnya tranformasi sosial masyarakat
yang menghancurkan kelas-kelas dan penguasa alat-alat produksi segelintir
orang untuk diserahkan dan dikelola secara sosial
Goldenberg (2007:12), menyatakan dalam feminisme sosial
perempuan yang diperdebatkan essentialise perempuan, dan kontra
konstruksionis sosial feminis menyumbang lebih lanjut oleh essentialised
tidak termasuk pengalaman hidup perempuan terpinggirkan, seperti
perempuan miskin dan kelas pekerja, perempuan warna, dan lesbian.
The problem of exclusion has been widely characterised as essentialism. Sex
istconstructions of women are argued to essentialise women, and feminist
social constructionist counter accounts further essentialised by excluding
the lived experiences of marginalised women, such as poor and workingclass women, women of colour, and lesbians. Goldenberg (2007: 12)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Herman J. Waluyo (2011:112), feminisme sosialis ialah
feminisme yang memandang bahwa posisi wanita ditentukan oleh struktur
produksi, reproduksi, seksualitas, dan sosialisasi masa kanak-kanak.
Feminis sosialis lebih dipengaruhi oleh pemikir abad ke-20, seperti
Loui Althursser dan Jurgen Harberman (dalam Karmini, 2011:132),
menegaskan bahwa penyebab fundamental opresi terhadap perempuan
bukanlah klasisme, melainkan suatu keterkaitan yang sangat rumit antara
kapitalisme
dan patriarki. Feminis Marxis dan sosialis percaya bahwa
opresi terhadap perempuan bukan hasilntindakan sengaja dari satu individu,
melainkan produk dari suatu politik, sosial, dan ekonomi tempat individu itu
hidup.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa feminisme
sosialis memandang ketertindasan perempuan terjadi akibat adanya
manifestasi ketidakadilan gender yang merupakan konruksi sosial dalam
masyarakat. Aliran ini merupakan gerakan untuk membebaskan kaum
perempuan melalui perubahan struktur patriakat untuk kesetaraan gender.
4) Feminisme Radikal
Riant Nugroho (2011:67), menjelaskan bahwa ada dua sistem kelas
dalam feminisme radikal, yaitu sistem kelas ekonomi yang didasarkan pada
hubungan produksi dan sistem kelas seks yang didasarkan pada hubungan
reproduksi. Sistem kedualah yang menyebabkan penindasan terhadap
perempuan sedangkan konsep patriarki merujuk pada sistem kelas kedua ini,
pada kekuasaan kaum laki-laki terhadap kaum perempuan yang didasarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada pemilikan dan kontrol kaum laki-laki atas kapasitas reproduksi
perempuan.
Dijelaskan oleh Fakih (2012:84-85), feminis radikal merupakan
revolusi terjadi setiap perempuan yang telah mengambil aksi untuk merubah
gaya hidup, pengalaman dan hubungan mereka sendiri terhadap kaum lakilaki. Lebih lanjut dinyatakan Herman J. Waluyo (2011:112), feminisme
radikal adalah jenis femininisme yang menuntut persamaan hak lelaki dan
perempuan secara total.
Feminis radikal bertumpu pada pandangan
bahwa penindasan
terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan
merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki, feminis
radikal mempermasalahkan antar lain tubuh serta hak-hak reproduksi,
seksualitas (termasuk lesbianesme), seksisime, relasi kuasa perempuan dan
laki-laki dikotomi privat publik, (Sugihastuti, 2007:97).
Menurut Karmini (2011:129-130), feminisme radikal adalah
patriarkis, rasisme, eksploitasi fisik, heteroseksisme, dan klasisme terjadi
secara signifikan. Upaya yang harus dilakukan adalah mengubah
masyarakat yang berstruktur patriarkis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa feminisme
radikal memandang penguasaan kaum laki-laki terhadap perempuan dari
sudut seksualitas merupakan bentuk penindasan perempuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Feminis liberal menegaskan bahwa ketertindasan perempuan terjadi
karena adanya pembatasan kebebasan individu. Oleh karena itu, tuntutan
feminisme liberal adalah perempuan harus diberi kesempatan dalam
institusi-institusi pendidikan dan ekonomi agar sejajar dengan laki-laki.
Feminisme marsix memandang penindasan kaum perempuan
terjadi akibat adanya pembagian kelas dalam masyarakat yakni perempuan
dianggap kaum proletar sedangkan laki-laki dianggap sebagai kaum borjuis.
Adapun jalan keluar menurut aliran in adalah dengan cara menghilangkan
pembagian kelas dalam masyarakat.
Feminisme sosialis memandang ketertindasan perempuan terjadi
akibat adanya manifestasi ketidakadilan gender yang merupakan konruksi
sosial
dalam
masyarakat.
Aliran
ini
merupakan
gerakan
untuk
membebaskan kaum perempuan melalui perubahan struktur patriakat untuk
kesetaraan gender.
Feminisme radikal
memandang penguasaan
kaum
laki-laki
terhadap perempuan dari sudut seksualitas merupakan bentuk penindasan
perempuan.
c. Kritik Sastra Feminisme
Citra kritis feminisme terutama berkaitan dengan karakter-karakter
wanita diwakili dalam satra, terutama dalam karya-karya yang ditulis oleh
kaum pria. Lebih lanjut, Josephine Donovan (dalam Retno Winarni, 2009:
178), menyatakan kritik feminis perioritas pertama yaitu mengubah
pandangan tentang tokoh dan karakter, wanita dalam sastra yang ditulis oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kaum pria sebagai yang lain, sebagai objek perhatian hanya jika mereka
melayani atau menyimpang dari tujuan protagonis laki-laki.
Kritik Feminis terhadap rasio kerap kali berhubungan dengan apa
, kritik ini mengungkapkan bahwa
koherensi yang tampak dalam rasio sebenarnya bergantung pada pengucilan
dan penindasan atas pelbagai ciri yang berkaitan dengan sifat feminin. Hal
ini khusus pada penalaran hukum yang memperoleh legimitasi dari sifat
abstrak dan universal.
Menurut
Djajanegara
(dalam
Retno
Winarni,
2009:177),
perkembangan paham feminis dalam budaya Barat di Inggris dan Amerika,
berkisar tahun 1960-an. Tujuan ini meningkatkan kedudukan dan derajat
perempuan (wanita) agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajad
laki-laki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini
mencakup berbagai cara, termasuk lelalui bidang sastra
Lebih lanjut dinyatakan (Soenarjati Djajanegara, 2000:15-16),
berkat perjuangan para feminis, wanita Amerika (khususnya) mengalami
banyak perbaikan di bidang-bidang kehidupan. Feminis-feminis terpelajar,
terutama berkecimpung di perguruan tinggi, juga menyadari adanya
kebijakan berdasarkan seksisme yang sampai waktu itu masih diberlakukan
di berbagai bidang ilmu. Berbagai disiplin ilmu hanya memberi sedikit
perhatian kepada, atau sama sekali mengabaikan, wanita sebagai kajian.
Para feminis terpelajar percaya bahwa dunia ilmu pun didominasi kaum
laki-laki dan menindas kaum perempuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Sugihastuti, Suharto (2010:61), feminisme merupakan
gerakan kaum perempuan untuk memperoleh otonomi atau kebebasan
menentukan dirinya sendiri.
Kuntha Ratna (2005:418), Menjelaskan bahwa kritik sastra
feminisme adalah membaca dan menilai karya sastra sebagai perempuan.
Kritik ini beraggapan bahwa pada dasarnya jenis kelamin, yaitu laki-laki
dan perempuan, berpengaruh besar dalam proses analisis masalah,
khususnya analisis dalam analisis karya sastra.
Bertitik tolak dari uraian di atas, bahwa kritik sastra feminisme
merupakan kajian karya sastra yang mendasarkan pada pandangan
feminisme yang menginginkan adanya kesamaan antara perempuan dengan
laki-laki, dan keadilan dalam memandang eksistensi perempuan, baik
sebagai penulis maupun dalam karyasastra-karyasastranya. Pengkritik
memandang sastra dengan kesadaran, khusus adanya jenis kelamin yang
berhubungan dengan sastra, budaya, dan kehidupan.
Annete Kolodny (dalam Soenarjati Djajanegara, 2000:19), kritik
sastra feminis membeberkan wanita menurut stereotipe seksual, baik dalam
kesusastraan maupun dalam kritik sastra, dan menunjukkan bahwa aliranaliran serta cara-cara yang tidak memadai yang telah dipakai dalam
mengkaji tulisan wanita adalah tidak adil dan tidak peka.
Menurut Selden (dalam Retno Winarni, 2009:181-182), eksistensi
kewanitaan dalam kritik sastra ada lima pokok masalah yaitu: (1) biologis,
Tofa Muler in U
commit to user
, perempuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah sebuah kandungan. Dilihat dari peranan tubuh wanita, tempat
penerusan keturunan, dari pihak feminis bahwa atribut biologis wanita lebih
merupakan sumber keunggulan daripada kerendahan (interioritas), (2)
pengalaman, ada perbedaan yang jelas dari segi persepsi dan emosi wanita
dan laki-laki dalam hal apa yang penting dan yang tidak penting, (3)
wacana
siapa yang menguasai wacana. Maka wajar kalau terjadi dominasi l;aki-laki
laki, (4) ketaksadaran, seksual wanita bersifat revolusioner, subversi,
beragain, dan terbuka. Oleh sebab itu ada upaya menolak untuk
mendefinisikan seksualitas wanita, dan (5) kondisi sosial, dan ekonomi,
kaum wanita berusaha membuat perimbangan perubahan kondisi sosial dan
ekonomi dalam interaksi wanita dan laki-laki.
We learned at a very early age that as a women we were not as
capableas males to become scientists : to engage in rational thought.........
you assimilated these meanings prevalent in the culture (louise Morley and
Val walsh, 1995:27). Maksud dari uraian tersebut bahwa kami belajar lebih
awal sebagai seorang wanita kami tidak sama cakap seperti pria untuk
menjadi sarjana, mengunakan pemikiran yang rasional anda memahami
semua arti itu merata dalam budaya.
Feminis terpelajar berusaha membebaskan wanita dari berbagai
penindasan dan pembatasan di dunia ilmu. Salah satu upaya mereka adalah
menjadikan wanita sebagai bahan studi, maka muncullah gender studies
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau women studies atau kajian wanita atau berbagai program studi. Kajian
ini bertujuan menambah pengetahuan kita tentang pengalaman, kepentingan
dan
kehidupan
wanita.
Pengkritik
feminisme
pertama
berusaha
menyediakan suatu konteks yang dapat mendukung penulis wanita masa
kini agar mereka mampu mengungkapkan pengalaman, perasaan serta
pikiran yang selama ini direndam. Mereka menginginkan suatu kedudukan
dan pengakuan dari pengkritik satra, Para pengkritik kuliah tentang tulisantulisan para wanita.
Menurut Annette Kolodny (dalam Soenarjati Djajanegara, 2000:
19) kritik sastra feminis
women, in both our literature and our literary and, as well, demonstrating
the inadequacy of established critical schools and methods to deal fairly or
Hal tersebut membeberkan wanita
menurut stereotipe seksual, baik dalam kesusasteraan maupun dalam kritik
sastra kita dan juga menunjukkan bahwa aliran-aliran serta cara-cara yang
tidak memadai, mengkaji tulisan wanita secara tidak adil dan tidak peka.
Bertitik tolak dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kritik
feminis, terutama feminis terpelajar percaya dunia ilmu didominasi kaum
laki-laki dan menindas kaum perempuan, namun kaum feminis berusaha
membebaskan wanita dari berbagai penindasan dan pembatasan di dunia
ilmu, dengan cara memperkenalkan kritik sastra feminis mengembangkan
mata kuliah tentang tulusan-tulisan para wanita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Pengertian Gender
Analisis gender sering kali berkaitan dengan kekerasan (violence),
laki-laki terhadap perempuan. Yang dimaksud kekerasan oleh Fakih (dalam
Retno Winarni, 2009:186-187) gender diklasifikasikan menjadi delapan hal,
yaitu: (1) pemerkosaan terhadap perempuan (termasuk pemerkosaan
terhadap suami kepada istri), (2) pemukulan dan serangan dalam rumah
tangga (domestic violence), (3) penyiksaan yang mengarah kepada organ
seksual (genital mutilation), (4) kekerasan dalam bentuk pelacuran
(prostitution), (5) kekerasan dalam bentuk pornografi (bersifat fisik
komersialisasi tubuh), (6) kekerasan dalam pemaksaan ber-KB, (7)
kekerasan terselubung (molestation), dan (8) pelecehan seksual (sexual and
emotional harassment).
Sugihastuti (2007:96), menyatakan bahwa ketidakadilan yang
ditimbulkan oleh perbedaan gender merupakan salah satu masalah
pendorong, lahirnya feminisme. Ketidakadilan gender termanifestasikan
dalam pelbagai bentuk ketidakadilan, yakni marginalisasi atau proses
pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam
keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif,
kekerasan (violence), serta sosiologi peran gender.
Lebih lanjut, Mansur Fakih menyebutkan (dalam Retno Winarni,
2009:186), topik-topik yang dapat dijadikan dasar analisis gender, yaitu: (1)
perbedaan gender adalah perbedaan atribut sosial, karakteristik, perilaku,
penampilan, cara berpakaian, harapan, dan peranan yang dirumuskan secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perorangan menurut ketentuan kalahiran, (2) kesenjangan gender adalah
perbedaan dalam hal berpolitik, memberikan suara, dan dalam bersikap
antara laki-laki dan perempuan, (3) genderization adalah pengacuan konsep
pada upaya menempatkan jenis kelamin pada pusat perhatian identitas diri
dan pandangan dari dan terhadap orang lain, (4) identitas gender adalah
gambaran tentang jenis kelamin yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan
peran perempuan dan laki-laki yang diaplikasikan secara nyata.
Selanjutnya, Iwan Abdullah (dalam Herman J. Waluyo, 2011:112),
mengklasifikasikan analisis gender sebagai feminisme moderat. Di samping
feminisme moderat ada beberapa feminisme, yaitu: (1) feminisme liberal,
ialah feminisme yang menganggap kodrat wanita adalah lemah dan tidak
sejajar dengan laki-laki, (2) feminisme radikal, adalah jenis feminisne yang
menuntut persamaan hak lelaki dan perempuan secara total, (3) feminisme
psikoanalitik, ialah jenis feminisme yang memandang terjadinya opresinya
terhadap wanita terutama dalam hal psikis, (4) feminisme sosial, ialah
feminisme yang memandang bahwa posisi wanita ditentukan oleh struktur
produksi, reproduksi, seksualitas, dan sosialisasi masa kanak-kanak, (5)
feminisme eksistensialis, yitu feminisme berpandanagan bahwa wanita
the
other
eksisitensinya, dan (6) feminisme pasca-modern, yaitu feminisme yang
memandang bahwa pengalaman wanita berbeda dengan laki-laki kerena
perbedaan kelas, ras, dan budayanya.Telaah tentang feminisme yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikaitkan dengan pembangunan biasanya berkaitan dengan akses, kontrol,
dan partisipasi wanita di dalam pembangunan.
Sugihastuti, Suharto (2010:35), menjelaskan bahwa gender adalah
pembagian manusia menjadi laki-laki (maskulin) dan perempuan (feminis)
berdasarkan kontruksi sosial budaya. Gender bukanlah sesuatu yang kita
dapatkan sejak lahir dan bukanlah kodrat sejak lahir tetapi dikontruksi oleh
lingkungan sosial budaya. Seorang anak perempuan haruslah bersikap
lembut, tidak pantas jika bermain bola, sedangkan anak laki-laki haruslah
kuat, tidak pantas jika bermain boneka. Hal inilah yang berperan dalam
mencetak anak menjadi fiminism atau maskulin.
Hal tersebut hampir sama yang dikemukakan Fakih (2012:8),
gender suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan
yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural, bahwa perempuan itu
dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki
dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa gender sering dikaitkan dengan
kekerasan baik fisik maupun
psikis yang dilakukan oleh kaum lelaki
terhadap kaum perempuan. Gender merupakan penbentukan setelah lahir
untuk membedakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
mana yang pantas untuk dilakukan perempuan dan mana yang pantas untuk
dilakukan kaum laki-laki.
Riant Nugroho (2011:9-16), menjelaskan banyak sekali bentuk
ketidakadilan gender atau perempuan, antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(a). Pemiskinan Ekonomi (Marginalisasi)
Timbulnya kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat dan negara
merupakan akibat dari proses marginalisasi yang menimpa kaum laki-laki
dan perempuan yang disebabkan oleh berbagai kejadian,antara lain:
penggusuran,bencana alam atau proses eksploitasi. Meskipun tidak setiap
marginalisasi prempuan disebabkan oleh ketidakadilan gender, tetapi yang
dipermasalahkan disini adalah bentuk marginalisasi yang disebabkan karena
perbedaan gender.
Bentuk marginalisasi terhadap kaum perempuan juga terjadi dalam
rumah tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara jadi tidak hanya
terjadi dipekerjaan. Di dalam rumah tangga, marginalisasi terhadap
perempuan sudah terjadi dalam diskriminasi atas anggota keluarga yang
laki-laki dan perempuan. Timbulnya proses marginalisasi juga diperkuat
oleh tapsir keagamaan maupun adat istiadat (Riant Nugroho, 2011:11)
(a) . Subordinasi
Subordinasi timbul sebagai akibat pandangan gender terhadap
kaum perempuan. Sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang
tidak penting muncul dari adanya anggapan bahwa perempuan itu emosional
atau irasional sehingga perempuan tidak dapat memimpin, merupakan
bentuk subordinasi yang dimaksud. Proses subordinasi yang disebabkan
karena gender dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan mekanisme yang
berbeda dari waktu ke waktu, dan dari tempat ke tempat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(c). Stereotipe
Pelabelan atau penandaan negatif terhadap kelompok atau jenis
kelamin tertentu, secara umum dinamakan stereotip. Akibat dari stereotipe
ini biasanya timbul diskriminasi dan ketidakadilan. Salah satu bentuk
stereotipe ini adalah yang bersumber dari pandangan gender. Sebagai
contoh, adanya keyakinan di masyarakat laki-laki pencari nafkah maka
setiap pekerjaan yang dilakukan perempuan dinilai sebagai tambahan saja,
sehingga pekerjaan perempuan boleh dibayar lebih sedikit.
(d). Violence
Kekerasan (violence) merupakan serangan terhadap fisik maupun integritas
mental fisiologis seseorang yang dilakukan terhadap jenis kelamin tertentu,
umumnya perempuan sebagai akibat dari perbedaan gender.
(e). Beban Kerja
Beban kerja yang diakibatkan dari bias gender seringkali diperkuat
dan disebabkan oleh adanya keyakinan/pandangan di masyarakat bahwa
pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis pekerjaan perempuan,
seperti semua pekerjaan domestic, dianggap, dan dinilai lebih rendah
dibandingakan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan
laki-laki sehingga tidak memperhitungkan dalam statistic ekonomi negara.
Bertitik tolak dari pendapat diatas, memberikan gambaran bahwa
manifestasi ketidakadilan
gender
yang telah
mengakar dengan kuat
tersebut, tersosialisasi kepada kaum laki-laki dan perempuan secara mantap,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
yang
digilib.uns.ac.id
pada akirnya lambat laun, baik laki-laki dan perempuan menjadi
terbiasa dan akirnya meyakini bahwa peran gender seolah-olah suatu kodrat.
3. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Istana Emas
Herman J. Waluyo (1992:28) berpendapat bahwa makna nilai dalam
sastra adalah kebaikan yang ada dalam makna sastra seseorang. Hal ini berarti
bahwa dalam karya sastra pada dasarnya selalu mengandung nilai-nilai
kehidupan yang bermanfaat untuk pembaca. Muatan nilai-nilai yang tersirat
dalam karya sastra pada umumnya adalah nilai religius, nilai moral, nilai sosial,
dan nilai estetika atau keindahan.
Nilai merupakan kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang selalu
diperlihatkan melalui perilaku oleh manusia. Sesuatu dikatakan memiliki nilai
apabila sesuatu itu berguna, benar, indah, dan baik nilai erat hubungan dengan
kebudayaan.
Bahwa nilai didik dalam karya sastra memang banyak diharapkan
dapat memberi solusi atas sebagian masalah dalam kehidupan bermasyarakat.
Sastra merupakan alat penting bagi pemikir-pemikir untuk menggerakkan
pembaca pada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu keputusan
apabila ia menghadapi masalah (Atar Semi, 1993:20).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa karya sastra,
terutama novel mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat bermanfaat
bagi
pendidikan
batin
pembacanya
atau
penikmatnya.
Pengamat
menyimpulkan bahwa secara umum nilai-nilai didik yang terdapat dalam karya
sastra yaitu: (1) nilai religius (agama), (2) nilai moral (etika), (3) estetika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(keindahan), (4) nilai sosial (kemasyarakatan), (5) nilai budi pekerti, dan (6)
nilai gender.
a. Nilai religius (agama)
Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam
dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya
menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut
keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke
dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, 1995:90). Kehadiran unsur religi dalam sastra
adalah sebuah keberadaan sastra itu sendiri.
Burhan Nurgiyantoro, (2006:326), bahwa Religi lebih pada hati
nurani, dan pribadi manusia itu sendiri. Nilai-nilai religius yang terkandung
dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan
renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai
agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal.
Burhan Nurgiyantoro menambahkan bahwa agama lebih menunjukkan pada
kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum.
Menurut Herman J. Waluyo (2007:19), agama berisi aturan dan
pedoman yang datangnya dari Tuhan dan memiliki sifat das sallen atau
bagaimana seharusnya. Dalam agama terdapat perintah-perintah yang harus
dipatuhi berdasarkan iman dan tanpa harus membantah dan mempertanyakan.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa nilai religius merupakan nilai
kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada agama berisi aturanaturan pedoman yang datangnya dari Tuhan yang telah diyakini oleh manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Nilai Moral
Secara etimologi (asal kata) moral berasal dari kata
yang berarti tata cara, adat istiadat, kebiasaan, atau tingkah laku (Sudarsono,
1985: 23). Sebuah karya sastra yang menawarkan nilai moral biasanya
bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenali nilai-nilai estetika dan budi
pekerti.
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang
disyaratkan melalui cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk
yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupakan moral (Kenny dalam
Burhan Nurgiyantoro, 2006:320), moral merupakan pandangan pengarang
tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan
kepada pembaca.
Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk
mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk
suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan,
sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang
dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan,
dan alam sekitar.
Herman J. Waluyo (2007:99), berpendapat bahwa nilai moral bersifat
objektif dan universal, mampu mengajak manusia untuk menjujung martabat
sesamanya. Norma moral bersifat ya dan tidak, atau boleh dan tidak boleh,
ketegasan terhadap norma moral menyebabkan seseorang memiliki ketetapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hati yang kuat tidak mudah menyerahkan kepada perbuatan amoral, dan
menuntun ilmuwan untuk menunaikan panggilan tugasnya yaitu kemaslahan
dan kemajuan bagi dunia, manusia, dan kemanusiaan.
Bertolak dari uraian di atas, bahwa nilai pendidikan moral
menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang
individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, untuk menjunjung tinggi
budi pekerti dan nilai susila.
c. Nilai Sosial
K
-hal yang berkenaan dengan masyarakat atau
kepentingan umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari
perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial berupa sikap
seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya
dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat
antarindividu.
Nilai sosial dalam karya sastra adalah penggambaran suatu
masyarakat sosial oleh karya sastra dalam sebuah masyarakat. Tata nilai sosial
tertentu akan mengungkapkan sesuatu hal yang dapat direnungkan dalam karya
sastra dengan ekspresinya. Pada akhirnya dapat dijadikan cermin atau sikap
para pembacanya (Suyitno, 1986:31 dalam Sugihastuti, 2002:45).
Nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk
merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan
berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat
sesuai norma yang berlaku. Nilai sosial mengacu pada hubungan individu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang
harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan
menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial.
Berdasarkan pendapat di atas, nilai sosial sebagai kumpulan sikap dan
perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku
seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai sosial merupakan sikap-sikap dan
perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar
untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting.
d. Nilai Estetika
Dedy Sugono (2003:61), menyatakan bahwa keestetikaan dalam karya
sastra dapat ditengarai sebagai berikut.
1) Karya itu mampu menghidupkan atau memperbarui pengetahuan pembaca,
menuntutnya melihat berbagai kenyataan kehidupan, dan memberikan
orientasi baru terhadap hal yang dimiliki.
2) Karya itu mampu membangkitkan aspirasi pembaca untuk berpikir, berbuah
lebih banyak, dan berkarya lebih baik bagi penyempurnaan kehidupan
3) Karya itu memperlihatkan peristiwa kebudayaan, sosial, keagamaan, yang
berkaitan dengan peristiwa masa kini dan masa depan.
e. Nilai Budi Pekerti
Nilai budi perkerti sangat erat hubungannya dengan tuturkata, tingkah
laku, sopan santun seseorang, juga dapat dikatakan tutur kata dan tingkah laku
seseorang dapat mencerminkan kepribadiannya. Nilai budi pekerti juga masuk
di dalam nilai moral.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Edy
digilib.uns.ac.id
Sedyawati,
dkk
(dalam
Furqon
Hidayatullah,
2010:12),
berpendapat jika budi pekerti mengacu pada pengertian bahasa Inggris, maka
bud
(morality).
Moralitas
mengandung beberapa pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun, dan
perilaku.
Sopan santun diartikan sebagai etiket. Etiket adalah sopan santun (tata
kramandan tata tertib di dalam pergaulan antar manusia, sedangkan etika
adalah moral artinya adat istiadat, (G. Surya dalam Furgon Hidayatullah,
2010:12).
Bertolak dari pendapat tersebut, nilai budi pekerti erat hubungannya
dengan tutur kata, tingkah laku seseorang yang dapat dilihat dengan kasat
mata, di dalam pergaulan kehidupan.
f. Nilai Gender
Untuk memahami konsep gender dibedakan dengan kata kata seks
(jenis kelamin), pengertian jenis kelamin ditentukan secara biologis. Misalnya,
jenis laki-laki memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing) sedangkan
perempuan memiliki rahim, saluran untuk melahirka, memproduksi sel telur.
Konsep gender juga suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki meupun
perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya
perempuan dikenal; lemah lembut, cantik, emosional, keibuan sementara lakilaki dianggap; kuat, jantan, perkasa. Sifat-sifat itu dapat dipertukarkan dengan,
terjadinya dari waktu ke waktundan dari tempat ke tempat lain. (Fakih, 2012:89).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut (Riant Nugroho, 2011:171-172), bahwa perempuan dengan
segala dinamikanya seakan menjadi sumber inspirasi, yang tak akan pernah
habis. Banyak kajian-kajian membahas tentang isu-isu perempuan merupakan
hal yang lazim, dibanding mencuatnya permasalahan yang membahas tentang
isu laki-laki. Posisi perempuan dalam bidang kebudayaan kita tidak
seberuntung kaum laki-laki, dalam sejarah peradaban manusia perempuan
seakan di feta kompli untuk selalu menempatkan posisi belakang. Lebih lanjut
dijelaskan Fakih (2012:12), perbedaan gender tidaklah menjadi masalah
masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan (gender inequalities).
Menurut Fakih (2012:132), tafsir keagamaan tetap memegang peran
penting dalam melegitimasi dominasi atas kaum perempuan. Persoalan di sini,
mengapa al-
-olah menempatkan kedudukan laki-laki di atas
perempuan. Ali Engineer (1992) mengusulkan dalam memahami ayat berbunyi
laki-
hendaknya dipahami sebagai
deskripsi keadaan struktur dan norma sosial masyarakat pada waktu itu, bukan
suatu norma ajaran. Sejarah Islam keadaan kaum perempuan berubah seiring
makin berkembangnya kesadaran hak kaum perempuan, dan konsep hak juga
makin meningkat.
Petikan tafsir keagamaan (dalam Fakih, 2012:133-134), sebagai
berikut;
Bisakah seorang perempuan menjadi kepala negara, atau kepala rumah
tangga? Kalau kita telaah melalui altegas untuk melarang perempuan memiliki posisi seperti itu, kecuali
sebuah hadis Ahat riwayat Abu Bakar yang menjadi dasar pendukung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pandangan ini. Hadis tersebut sangat berlawanan dengan peristiwa
Perang Unta di mana Aisyah istri Nabi memimpin Komando Perang,
peristiwa yang justru terjadi setelah hadis itu diriwayatkan. Mengapa
Abu Bakar sebagai periwayat hadis tidak memberontak atau desersi
atas kepemimpinan Aisyah? Kalau beliau memang percaya bahwa
perempuan menurut Nabi tidak sah memimpin? Ataukah bahkan Nabi
sendiri justru tidak membedakan peran laki-laki atau perempuan?
Dari petikan tersebut ingin ditandaskan bahwa tafsir, terhadap ajaran
agama sangat dipengaruhi oleh kacamata pandang yang digunakan oleh
penafsirnya, yang sering juga berkaitan dengan seberapa jauh keuntungan
spiritual dan material yang bisa diperoleh. Artinya tafsir agama erat kaitanya
dengan aspek ekonomi, politik, kultural, dan ideologi.
Bertitik tolak dari uraian tersebut, bahwa nilai pendidikan gender tidak
dipermasalahkan sebatas dapat menerapkan kedudukan antara laki-laki dan
perempuan. Pendidikan gender terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat
satu ke tempat lainnya.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam bagian ini akan dikemukakan hasil penelitian yang relevan yang
mempunyai relevansi dengan penelitian ini antara lain:
1. Nugraheni Eko Wardani. 2007. Fiksi Karya Pengarang Perempuan Muda
Indonesia 2000 dalam Perspekstif Gender. Vol. 5, No 1. Jurnal Bahasa, Sastra,
dan Pengajarannya. UNS Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perspektif gender menjadi
tema utama para pengarang perempuan muda Indonesia 2000. Pengarang
mengungkapkan kesetaraan gender dan keadilan gender melalui kehidupan
rumah tangga dan kehidupan sebagai perempuan lajang. Pengarang perempuan
menggunakan tokoh perempuan sebagai corong bicara untuk menyuarakan
kesetaraan dan keadilan gender.
2. Esti Suryani. 2008. Novel Tabularasa Karya Ratih Kumala (Tinjauan
Feminisme Sastra dan Pendidikan). Tesis. UNS Surakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Esti Suryani ini menyimpulkan
kepribadian perempuan meliputi kepribadian superior dan interior. Hubungan
tokoh perempuan dan tokoh laki-laki sebagai sepasang kekasih, antara anak
dan orang tua yang tidak memiliki kedekatan/harmonis, sahabat, dan hubungan
sebagai kekasih di masa lalu yang berakhir dengan kematian. Citra perempuan
tradisional, modern, transisi. Pokok-pokok pikiran feminisme terdiri dari
kekerasan fisik, kekerasan psikis/psikologis, kemandirian, tokoh profeminisme
dan tokoh kontrafeminisme.
3. Yuni Purwanti. 2009. Novel Saman Larung. Karya Ayu Utami dalam
Perspektif Gender. Tesis. UNS Surakarta.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah persamaan dan perbedaan novel
Saman dan Larung ditinjau dari segi struktur. Selain itu juga membahas
perspektif gender yang meliputi perbedaan antara laki-laki dan perempuan
yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang diciptakan oleh manusia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melalui proses sosial. Penelitian ini juga membahas tentang nilai-nilai
pendidikan yang terdapat dalam novel Saman dan Larung karya Ayu Utami.
4. Woro Tri Marheningsih. 2010. Novel Perempuan Berkalung Sorban dan Geni
Jora Karya Abidah El Khalieqy (Kajian dengan Pendekatan Gender dan Nilai
Pendidikan). Tesis. UNS Surakarta.
Penelitian ini menyimpulkan harapan perempuan akan kesetaraan dan
kesamaan hak dengan kaum laki-laki. Hal inilah yang menjadi persamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaan yang lain adalah samasama mengkaji nilai-nilai pendidikan dalam novel yaitu nilai keagamaan, nilai
pendidikan moral dan nilai pendidikan sosial.
5. Prismasari Wahyuni. 2011. Novel Menebus Impian Karya Abidah El Khalieqi
Kajian Feminisme dan Nilai Pendidikan. Tesis. UNS Surakarta.
Penelitian ini menyimpulkan eksintensi perempuan meliputi: (a)
kebebasan memilih bagi perempuan yang berupa kebebasan memilih pasangan
hidup,
memilih
pekerjaan,
menentukan
pendidikan,
dan
menentukan
pendidikan, dan menentukan nasibnya sendiri; (b) perlawanan perempuan baik
tekanan yang berasal dari diri sendiri (melawan kemalasan, kebodohan, dan
kemiskinan) maupun dari pihak lain (melawan ketidakadilan gender).
Penelitian ini juga mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan dalam novel. Hal
inilah yang menjadi persamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama membahas tentang
perjuangan perempuan serta nilai-nilai pendidikan dalam novel hasil karya
laki-laki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini menganalisis karya sastra berupa novel yang berjudul
Istana Emas dengan pendekatan feminisme dan nilai-nilai pendidikan.
Di bawah ini alur berpikir dalam penelitian sastra dengan pendekatan
feminisme dan nilai-nilai pendidikan:
Novel Istana Emas
Pendekatan
Feminisme
1. Eksistensi
perempuan dalam
Novel Istana Emas
karya Maria A.
Sardjono
2. Pokok-pokok pikiran
feminisme Novel
Istana Emas karya
Maria A. Sardjono
Nilai-nilai
Pendidikan
Nilai Pendidikan agama,
moral, sosial, budaya,
budi pekerti dalam novel
Istana Emas karya Maria
A. Sardjono.
Kesimpulan:
1. Mengetahui Eksistensi perempuan dalam novel Istana
Emas karya Maria A. Sardjono.
2. Mengetahui pokok-pokok pikiran novel Istana Emas karya
Maria A. Sardjono.
3. Mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam novel Istana
Emas karya Maria A. Sardjono.
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari gambar kerangka berpikir penelitian di atas, dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1.
Eksistensi Perempuan dalam Novel Istana Emas
Eksistensi perempuan tergambar dari bagaimana tokoh perempuan
berusaha
untuk
mewujudkan
pilihan-pilihan
dalam
hidupnya,
serta
kemampuan untuk melakukan perlawanan terhadap bentuk tindakan
kekerasan yang dilakukan laki-laki terhadap mereka. Keseluruhan eksistensi
itu dapat diwujudkan dalam lingkungan keluarga, sahabat,dan lingkungan
kerja.
a. Kebebasan Memilih bagi Perempuan dalam Novel Istana Emas
Kebebasan
merupakan
kepuasan
batin
tersendiri
yang
dianugerakaTuhan kepada manusia khususnya wanita, oleh karena itu
menjadi salah satu naluri dasar sikap setiap manusia terbebas dari belenggu
dan tekanan dari semua pihak.
Dalam kapasistas perseorangan, kebebasan dapat saja terjadi dari
orang-orang yang merasa dirugikan oleh pihak lain terhadap dirinya.
Kebebasan juga ingin dirasakan oleh perempuan dalam hidupnya, salah satu
kebebasan tercermin dalam sikap adanya pilihan perempuan untuk
menentukan nasibnya sendiri.
b. Perlawanan Perempuan dalam Novel Istana Emas
Perlawanan tidak selamanya datang dari masyarakat, akan tetapi
dalam kapastian perseorangan, perlawanan bisa saja terjadi dari orang-orang
yang merasa dirugikan oleh pihak lain yang berkuasa atau perlawanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap diri sendiri. Telah menjadi kenyataan bahwa yang menyebabkan
seseorang melakukan perlawanan karena tekanan dari pihak tertentu terhadap
kebebasan dirinya. Dari berbagai penyebab yang ada, salah satu motivasi
yang menggerakkan kekuatan resistensi diri adalah demi membela dan
perpertahankan harkat dan martabat sebagai perempuan.
2.
Pokok-pokok Pikiran Feminisme dalam Novel Istan emas
a. Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Novel Istana Emas
Tindakan kekerasan yang ada dalam novel Istana Emas ini yaitu
kekerasan secara fisik, seksual, dan kekerasan secara psikis/imosional, hal ini
merupakan bentuk kekerasan yang menyebabkan penderitaan batin/kejiwaan.
Kekerasan tersebut mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percayadiri,
hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan penderitaan
psikis berat, pada seseorang (UU PKDRT, 2004: 61).
b. Kemandirian Tokoh Perempuan dalam Novel Istana Emas
Dalam kemandirianya seorang perempuan di dalam meraih cita-cita
melalui pendidikannya
sampai menyelasikan kuliahnya dan menyandang
gelar Sarjana. Seseorang dikatakan mandiri
apa bila yang bersangkutan
dengan rasa tanggung jawab menjalani hidupnya sendiri berdasarkan
kemampuannya tanpa menggantungkan hidupnya kepada orang lain.
3.
Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Istana Emas
Nilai pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia
untuk meningkatkan dan menegakkan harkat dan martabat manusia sehingga
dapat mewujudkan manusia berbudaya. Nilai-nilai pendidikan sangat erat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kaitannya karya sastra. Setiap karya sastra yang baik (termasuk novel) selalu
mengungkapkan nilai yang dimaksud nilai pendidikan agama, pendidikan
moral, pendidikan sosial, dan pendidikan budaya.
a. Nilai Pendidikan Agama
Keterkaitan manusia secara sadar terhadap Tuhan, merupakan
cermin
sikap
mempertahankan
manusia
religius.
keuruhan
Melalui
masyarakat
agama
agar
manusia
hidup
dalam
dapat
pola
kemasyarakatan yang telah ditetapkan. Agama merupakan panutan
manusia di dalam kehidupan.
b. Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral berkaitan dengan tanggung jawab dari hati nurani
kita. Nilai bersifat mewajibkan dan formal, dan merupakan fenomena
psikis manusia yang menganggap sesuatu hal bermanfaat dan berharga
dalam kehidupannya. Sehingga seseorang dengan suka rela terlibat fisil
dan mental ke dalam fenomena tersebut.
c. Nilai Pendidikan Sosial
Nilai pendidikan sosial yaitu terwujud dalam benruk kerjasama
yang saling menghormati antar sesama manusia. Sebagai makluk sosial,
manusia akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Hubungan antar
manusia harus terjalin dengan baik kerena manusia tidak dapat hidup
sendirian tanpa orang lain sehingga saling ketergantungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Nilai Pendidikan Budaya
Nilai pendidikan budaya merupakan nilai yang berasal dari
kebiasan-kebiasaan
yang
turun-temurun
dan
berkembang
dalam
masyarakat, yang tidak bertentangan dengan masyarakat, dan diakui oleh
masyarakat.
e. Nilai Budi Pekerti
Nilai budi perkerti sangat erat hubungannya dengan tuturkata,
tingkah laku, sopan santun seseorang, juga dapat dikatakan tutur kata dan
tingkah laku seseorang dapat mencerminkan kepribadiannya. Nilai budi
pekerti juga masuk di dalam nilai moral.
f. Nilai Pendidikan Gender
Perempuan dengan segala dinamikanya seakan menjadi sumber
inspirasi, yang tak akan pernah habis. Banyak kajian-kajian membahas
tentang isu-isu perempuan merupakan hal yang lazim, dibanding
mencuatnya permasalahan yang membahas tentang isu laki-laki. Posisi
perempuan dalam bidang kebudayaan kita tidak seberuntung kaum lakilaki, dalam sejarah peradaban manusia perempuan seakan di feta kompli
untuk selalu menempatkan posisi belakang. Perbedaan gender tidaklah
menjadi masalah masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan
(gender inequalities).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi pustaka dan
tidak terikat oleh tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada
bulan Agustus 2012 sampai dengan Desember 2012, dengan rincian sebagai
berikut.
No
Bulan Desember
Kegiatan
Agustus
1
2
3
4
Persiapan yang
meliputi:
a. Persiapan awal
penelitian;
b. Penyusunan proposal
penelitian,pengemb
angan pedoman
pengumpulan
data,dan penyusun
jadwal penelitian.
Pengumpulan data
meliputi:
d. Pengumpulan data
dengan
menggunakan kartu
data;
e. Pemeriksaan dan
pembahasan
beragam yang telah
terkumpul; dan
f. Pemilihan dan
pengaturan data
sesuaidengan
kebutuhan.
Analisis data, meliputi:
a. Pengembangan
sajian data dengan
analisis lanjut;
b. Pembuatan
simpulan akhir.
Penyusunan laporan
penelitian yang meliputi:
a. Penyusunan laporan
September
commit to user
Oktober
November
Desember
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
awal;
b. Perbaikan laporan;
dan
c. Penyusunan laporan
akhir.
Gambar. Jadwal Kegiatan Penelitian
B. Bentuk dan Pendekatan Penelitian
Kajian sastra dengan pendekatan feminisme dan Nilai-nilai Pendidikan
termasuk jenis penelitian kualitatif. Data dari penelitian berupa data verbal, yaitu
paparan bahasa dari pernyataan tokoh yang berupa dialog dan monolog, serta
narasi yang ada dalam novel Istana Emas karya Maria A. Sardjono . Instrumen
penelitian adalah pengamat sendiri, karena data diperoleh dari dokumen yang
berupa data verbal atau tulisan.
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan perencana,
pelaksana pengumpul data, penganalisis data, dan pelopor hasil penelitiannya.
Peneliti bertindak sebagai pembaca yang aktif, mengamati, dan mengidentifikasi
satuan-satuan unsur tutur
yang sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian
menafsirkan dan melaporkan hasil penelitiaanya.
C. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa hasil telaah dokumen novel Istana
Emas. Catatan lapangan yang terdiri dua bagian, yaitu bagian deskripsi dan bagian
reflesi. bagian deskripsi merupakan usaha unruk merumuskan objek yang sedang
diteliti, sedangkan bagian refleksi merupakan renungan pada saat penelaahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Catatan lapangan yang dibuat antara lain: gambaran feminisme dan nilai-nilai
pendidikan dalam novel Istana Emas karya Maria A. Sardjono.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
yang
dugunakan
dalam
penelitian
menggunakan teknik noninteraktif. Teknik non-interaktif, sumber data berupa
benda atau novel. Teknik pengumpulan data non-interaktif dengan melakukan
pembacaan secara intensif dari novel dan melakukan pencatatan secara aktif
dengan metode content analysis. Adapun aspek penting dari content analysis
adalah bagaimana hasil analisisn dapat diimplikasikan kepada siapa saja (Herman
J. Waluyo, 2006:65).
Content analysis adalah strategi untuk menangkap pesan karya sastra
(Suwardi Endraswara, 2003:161). Tujuan content analysis adalah membuat
inferensi. Inferensi diperoleh melalui identifikasi dan penafsiran. Penelitian ini
merupakan cara strategis untuk mengungkapkan dan memahami fenomena sastra
terutama untuk membuka tabir-tabir sastra yang berupa simbol.
E. Validitas Data
Data yang telah dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian
harus diusahan kemantapan dan kebenarannya. Peneliliti memilih dan menentukan
cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh, guna
menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini. Peneliti menggunakan trianggulasi data untuk mengumpulkan data yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali
dari beberapa sumber data yang berbeda. Sehingga apa yang diperoleh dari
sumber yang satu bisa lebih teruji jika dibandingkan dengan data yang diperoleh
dari sumber lain.
F. Teknik Analisis Data
Teknik Analisisi data bersifat kualitatif dan memerlukan penjelasan
secara deskriptif. Teknik pendeskripsian dipergunakan untuk telaah novel Istana
Emas dengan pendekatan feminisme dan nilai-nilai pendidikan ini lebih banyak
digunakan teknik analisis data interaktif dengan melakukan pembacaan secara
intensif dari novel Istana Emas, melakukan pencatatan
secara aktif dengan
metode content analysis berdasar tioari sastra yang telah dibahas di depan.
Teknik analisis data terdiri atas tiga alur kegiatan yang terdiri secara
bersama-sama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Teknik analisis menggunakan model analisis interakfif dan berupa
kegiatan yang bergerak terus pada ketiga alur kegiatan proses penelitian.
Menemukan data
Klasifikasi data
commit to user
Analisis data
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Reduksi data adalah proses menyeleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi data kasar yang ada dalam catatan lapangan. Data diseleksi untuk
cerita yang sejenis yang termasuk variasi atau tidak.
2. Penyajian
data
adalah
suatu
rakitan
organisasi
informasi
yang
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Susunan penyajian data
harus jelas sisitematikanya. Dengan sajian data peneliti akan lebih mudah
memahami hal yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan usaha
yang akan dilaksanakan setelah pengumpulan data.
3. Penyimpulan data adalah penarikan kesimpulan dilaksanakan berdasarkan
semua yang terdapat dalam reduksi data dan penyajian data. Setelah data
diseleksi, diklasifikasi, dan dianalisis, data tersebut diinterprestasikan sesuai
dengan struktur dan niali-nilai yang terkandung dalam cerita, kemudian
ditarik kesimpulan. Kegiatan analisis interaktif dapat digambarkan sebagai
berikut:
Dari gambar di atas dapat dijelaskan , bahwa pada waktu pengumpulan
data, penelitian selalu membuat reduksi data dan sajian data. Data yang berupa
catatan lapangan yang terdiri atas deskripsi dan refleksinya. Dari dua bagian
tersebut peneliti menyususn rumusan pengertian secara singkat, berupa pokokpokok temuan yang penting. Kemudian dilakukan penyusunan sajian data yang
sistematis dan logis sehingga makna peristiwanya menjadi lebih jelas dipahami.
Dari sajian data tersebut dilakukan penarikan kesimpulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Eksistensi Perempuan dalam Novel Istana Emas
Eksistensi perempuan dalam novel Istana Emas tergambar dari
tokoh perempuan berusaha untuk mewujudkan impian-impian yang ada di
dalam pikirannya, walaupun impian itu memerlukan perjuangan yang sangat
berat. Hidup merupakan suatu pilihan yang harus diperjuangkan serta
kemampuan untuk melakukan perlawanan terhadap bentuk tindakan
kekerasan yang dilakukan laki-laki terhadap mereka. Keseluruhan eksistensi
itu dapat diwujudkan dalam lingkungan keluarga, sahabat, dan lingkungan
kerja.
a. Kebebasan Memilih bagi Perempuan dalam Novel Istana Emas
Kebebasan
merupakan
kepuasan
batin
tersendiri
yang
dianugerakan Tuhan kepada manusia khususnya wanita, Oleh karena itu
menjadi salah satu naluri dasar sikap setiap manusia terbebas dari
belenggu dan tekanan dari semua pihak. Sering kali keinginan manusia
untuk mewujudkan kebebasan dari tekanan pikah lain tidak sesuai yang
diharapkan.
Salah satu wujud konkret dapat kita temui dalam sejarah
perjuangan
bangsa Indonesia
untuk
mencapai
kemerdekaan
atau
kebebasan. Tokoh pejuang perempuan yaitu Cut Nyak Dien, untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melawan kaum penjajah Hindia Belanda, dia sebagai perempuan tak
gentar untuk melawan kolonial. Begitu juga pada tokoh perempuan yang
bernama Cut Nyak Meutia, dia memimpin pasukan untuk melawan
kolonialisme yaitu untuk meraih kebebasan. Seperti halnya R.A Kartini
merupakan pelopor emansipasi wanita Indonesia, ia bercita-cita untuk
mengangkat derajat kaum wanita melalui pendidikan. Agar mereka
mendapatkan hak dan kecakapan yang sama sebagaimana kaum pria.
Kebebasan-kebebasan yang diperjuangkan banyak sekali mengalami
beberapa kendala atau hambatan, perjuangannya terutama diperuntukkan
kepada kaum perempuan Indonesia.
Dalam kapasistas perseorangan, kebebasan dapat saja terjadi dari
orang-orang yang merasa dirugikan oleh pihak lain terhadap dirinya.
Kebebasan juga ingin dirasakan oleh perempuan dalam hidupnya, salah
satu kebebasan tercermin dalam sikap adanya pilihan perempuan untuk
menentukan pendidikan dan pekerjaan, yang tercermin dalam novel Istana
Emas dapat kita lihat sebagi berikut:
Sejak SMA dan kemudian kuliah, Aryanti yang berasal dari
Jakarta, berada di Yogyakarta, kota tempat tinggalku. Aku dan
Aryanti bersahabat sejak awal di Yogya karena kami duduk
dikelas yang sama. Setelah kuliahnya selesai ia mendapat
pekerjaan di Yogya, tidak kembali ke Jakarta. (Maria A.
Sardjono, 2010:8)
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditafsirkan bahwa Aryanti gadis
Jakarta yang melanjutkan sekolahnya di Yogya, ia hidup berjauan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keluarganya sehingga ia harus dapat hidup secara mandiri. Aryanti bebas
untuk menentukan sekolah yang ia sukai walaupun seorang perempuan. Ia
tidah mudah untuk hidup berjauan dengan kelurganya, yang semula
merupakan gadis Jakarta yang manja.
Setelah mengantongi gelar sarjana Aryanti terus menyalurkan
ilmunya dengan bekerja di sebuah perusahaan suasta di kota Yogya. Ia
bebas menentukan pilihan pekerjaanya sesuai dengan hati nurani dan
ilmunya. Kehidupan Aryanti tidak semulus apa yang diangankan, kerikilkerikil mulai menghambat kehidupannya, yang semula sangat tenang,
nyaman membuat hidup lebih semangat. Tiba-tiba hati Aryanti hancur
berkeping-keping bagaikan kristal yang jatuh. Seperti kutipan di bawah
ini.
Ketika kekasih Aryanti selingkuh dan menghamili temannya
sendiri, hubungan sepasang kekasih itu pun hancur berantakan.
Sejak itu Aryanti tidak lagi peduli terhadap kehidupan pribadinya.
Maka ketika orang tuanya dan orang tua Hardoyo menyampaikan
keinginan lama mereka untuk berbesanan, gadis itu menyerahkan
segala sesuatunya kepada pengaturan mereka.
berlinang, Aryanti memberi alasan penyerahannya itu kepadaku.
menyebabkan hatiku tercabik-cabik begini. Sampai detik ini,
ku sudah tidak mempercayai cinta, Retno. Jadi yang penting
bagiku asal calon suamiku laki-laki yang sangat baik, tulus hati,
dan bertanggung jawab, cukuplah. Jadi aku akan pulang ke
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sardjono, 2010:9-10)
Berdasarkan kutipan di atas, dapat ditafsirkan bahwa pilihan
Aryanti memutuskan menikah dengan Handoyo merupakan kebebasan
memilih jodoh atas dasar kebodohannya, yang pasrah pada keadaan.
Aryanti menentukan pilihan hidup dalam hal memilih jodoh berdasarkan
emosi, keputusasaan yang disebabkan oleh kekasihnya yang selingkuh,
sehingga membuat pikiran Aryanti menjadi tidak sehat.
Menentukan pilihan dengan dasar emosi akan menjadikan
keadaan semakin rumit, kehidupan tidak nyaman, akhirnya akan
menjadikan kehidupan yang semu. Aryanti terjebak dengan pilihannya
sendiri karena dia tidak mampu untuk mencintai suaminya dan menjadikan
tekanan batin pada dirinya.
Bentuk kebebasan bermacam-macam, dalam kutipan novel
Istana Emas ini yang dialami oleh kedua sahabat sejati. Mari kita lihat
kutipan di bawah ini.
Banyak hal yang kumaksud di sini adalah jajan di pinggir jalan di
bawah tenda-tenda, lalu menunggu pedagang makan keliling di
teras, naik sepeda tandem keliling Ancol, berteriak keras-keras
waktu naik jet coaster, memancing di tempat pemancingan
dengan
celana
pendek
berblus
commit to user
kaos
longgar,
dan
lain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam kehidupan rumah tangga Yanti, tidak ada keakrapan,
sehingga membuat dirinya merasa tertekan oleh sikap suaminya yang
bossy, akan tetapi setelah kedatang sahabatnya yang datang dari Yogya
yaitu bernama Retno. Yanti merasa kebebasannya dapat tersalurkan
bersama Retno dengan kegiatan yang dilakukan jajan dengan bebas,
berpakaian sesuai dengan hati nuraninya, bersenda gurau, yang tadinya
bagai burung di dalam sangkar emas. Saat itu hati Yanti bagaikan burung
dapat terbang dengan bebas mengepakkan sayapnya.
kepala dan memegang prisip itu beda lho, Mas. Jangan
seperempat. Sudah waktunya makan siang dan lalu kembali ke
bersamaku dan aku yang membayarnya ataukah makan sendirisendiri dan kita sama-sama puas menikmati makanan kesukaan
masingRetno seorang perempuan yang tidak mau kebebasannya diaturatur, maka dia dikatakan keras kepala, dengan bernada tinggi alias marah.
Maka dalam memilih menu makananpun, ia tidak suka untuk dipilihkan.
Pada waktu itu Retno berjalan bersama Handoyo (Yoyok) orang kaya yang
memiliki beberapa perusahaan, ia mempunyai gengsi yang tinggi, maka
Retno diajak makan siang disebuah
restoran
besar yang ada di
lingkungan di mana mereka pergi.
Retno memberikan kebebasan kepada Yoyok untuk makan siang
yang ia sukai, tetapi Retno sendiri juga memberikan kebebasan pada diri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendiri untuk makan siang di mana ia sukai. Sehingga keduanya bebas
menentukan apa yang menjadi pilihannya untuk makan siang.
b. Perlawanan Perempuan dalam Novel Istana Emas
Perlawanan tidak selamanya datang dari masyarakat, akan tetapi
dalam kapasitas perseorangan, perlawanan bisa saja terjadi dari orangorang yang merasa dirugikan oleh pihak lain yang berkuasa atau
perlawanan terhadap diri sendiri. Telah menjadi kenyataan bahwa yang
menyebabkan seseorang melakukan perlawanan karena tekanan dari pihak
tertentu terhadap kebebasan dirinya. Dari berbagai penyebab yang ada,
salah satu motivasi yang menggerakkan kekuatan resistensi diri adalah
demi membela dan perpertahankan harkat dan martabat sebagai
perempuan.
Sering terjadi dalam kehidupan di masyarakat, karena demi
menegakkan harga diri, seseorang rela mengorbankan segala-galanya,
termasuk nyawa sekalipun. Bertolak dari kenyataan dapat diasumsikan
bahwa sekuat apapun kekuasaan yang ditunjukkan pihak penekan, tidak
dapat membendung semangat perlawanan dari pihak tertentu. seperti
petikan novel Istana Emas berikut.
ku tidak senang. Capek aku kalau harus
keluwesan dan kursus merias wajah. Sulit mengelak dari apa yang
dimauinya itu. Tetapi yah, demi suami aku menuruti saja apa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Sardojon, 2010:21)
Tokoh dalam kutipan di atas menggambarkan seorang istri yang
selalu dikte oleh suami dalam hal penampilan secara fisik, supaya selalu
tampil sempurna. Akan tetapi tokoh tersebut sangat tidak menyukai hal-hal
seperti itu, ia brontak, melawan terhadap dirinya sendiri merasa tersiksa
hatinya, suasana yang serba kaku, ia berontak dengan keadaan yang terjadi
pada dirinya. Perlawanan selalu datang dari pihak yang merasa dirugikan,
dapat kita simak penggalan novel di bawah ini.
Kucoba untuk tidak menampilkan wajah tak setuju meskipun
hatiku berontak. Laki-laki semuda Mas Yoyok tidak perlu
dilayani, menurut pendapatku. Dia masih kuat untuk mengambil
sendiri handuknya, menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya,
membuat miniman. Dia bukan anak kecil. Dia juga bukan
orangtua yang sudah jompo. (Maria A. Sardjono, 2010:37-38)
Seorang perempuan yang berontak terhadap dirinya, tidak berani
mengutarakan kepada orang yang dirasa merugikan terhadap dirinya.
Sehingga ia curhat kepada sahabatnya, dia seorang perempuan, ikut
merasakan penderitaan yang dialami oleh sahabatnya itu. Dia ikut
melawan situasi yang dialami oleh sahabatnya tadi. Perlawanan yang
dilakukan itu tidak akan merubah suaminya menjadi lebih baik, karena
perlawanan ditujukan pada batinnya sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untukku kalau itu dinilai dengan sejumlah uang. Terlalu sempit
kemudian sambil meletakkan kotak berisi kalung itu ke atas meja.
harusnya Mas Yoyok tidak usah perlu menghadiahiku barang
semahal ini. Kalau Mas menunjukkan adanya perhatian pada
sahabat karib istrimu, ada banyak cara yang lebih baik dan lebih
bisa diterima dengan senang dan tulus hati. (Maria A. Sardjono,
2010:96)
Bahwa seorang perempuan tidak suka diberikan hadiah berupa
barang yang harganya mahal bahkan terlalu mahal bagi hadiah seorang
sahabat. Tetapi dalam penggalan novel tersebut tersirat bahwa sebuah
hadiah yang paling mahal dan menyenangkan, bahkan membuat hati lebih
tentram dan nyaman yaitu suatu perhatian dan ucapan yang tulus dari
lubuk hati. Perempuan itu menolak kesenangan hanya dapat dilihat dari
fisik yang serbah gemerlapan tetapi hatinya gersang.
Dan
siapa bilang aku telah berbuat sesuatu yang menjatuhkan
wibawamu? Salahkah seorang istri mengambil kamar yang paling
sesuatu yang logis namun dengan sikap acuh tak acuh yang
sengaja kuperlihatkan. Aku tahu, dia sudah menempatkan diri
sebagai orang yang berkuasa di rumah ini persis yang ia
perlihatkan pada Aryanti. Tetapi aku bukan Aryanti. Aku tak mau
diintimidasi olehnya. (Maria A. Sardjono, 2010:236)
Uraian di atas menggambarkan kehidupan di dalam rumah tangga
yang serba diatur oleh suami, membuat istri uring-uringan, membuat hati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tertekan, sehingga istri melawan suami kerena tidak sesuai dengan hati
nuraninya. Istri yang tidak diberikan kekuasaan untuk rumah tangganya
bahkan mengatur dirinya sendiri tidak berkuasa. Suami yang otoriter akan
menjadikan istrinya melawan, suatu contoh memilih kamar saja membuat
masalah besar, hal itu dikarenakan suami yang otoriter. Ketidak cocokan
suami-istri ini ada-ada saja, hal kecil menjadi besar karena tidak adanya
saling menghormati dianatar mereka. Seperti penggalan cerita di bawah
ini.
Begitu akhirnya kami bertiga mengobrol kendati Mas Yoyok
lebih banyak tersenyum daripada berbicara. Tetapi ketika kedua
laki-laki itu mulai menyinggung urusan bisnis mereka, mulailah
terjadi yang sebaliknya. Mas Yoyok mendadak saja menjadi
pembicara utama bagaikan seorang narasumber dalam seminar
dan Purnomo mulai kehilangan kata-kata. Mula-mula aku merasa
bosan mendengar ceramahnya dan nyaris menguap lebar. Tetapi
ketika kemudian teringat bagaimana Aryanti dulu sering duduk
terkantuk-kantuk bagaikan kambing congek kalau sang suami
sedang bersikap bossy begitu, kantukku langsung menghilang.
Sebagai gantinya, aku mulai sering mengemukakan pendapat
yang sekiranya dapat menggoyang pendapat Mas Yoyok sehingga
akhirnya pembicaraan yang semula searah, menjadi ajang perang
argumentasi yang sengit. Aku tak peduli wajah Mas Yoyok yang
menjadi merah, silahkan dia marah. Biar saja kalau marah, silakan
dia marah. Aku bukan Aryanti yang harus mengiyakan saja apa
pendapaynya kendati hatinya tidak sependapat. (Maria A.
Sardjono, 2010:240-241)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hubungan Yoyok dan Retno sebagai suami-istri bagaikan minyak
dengan air, bagaikan bumi dengan langit, sehingga sulit untuk
mempersatukan pendapa di antara mereka. Retno sebagai istri semakin
tidak menghargai suamin, dikarenakan sifat suami terhadap istri bagaikan
atasan dengan bawahanya. Sikap bossy selalu dibawa ke rumah, hubungan
dengan istri kaku, sehingga membuat hati Retno menjadi risi tidak nyaman
apabila berhadapan dengan suaminya.
Agar hal seperti itu tak terjadi lagi, waktu ada undangan
pengantin lagi dan Mas Yoyok menunjukkan gaun apa yang harus
kupakai, aku langsung menolaknya. Seperti dalam kutipan di bawah ini.
n aku memilih apa yang aku inginkankan, Mas. Jangan
menyuruhku memakai pakaian seperti yang kau inginkan.
aku tak akan mempermalukan dirimu. Tetapi kalau kau tetap
merasa malu juga, bilang saja kali ini kau pergi ke undanagn
Retno merasa kesal terhadap Yoyok suaminya, waktu itu akan
undangan pernikahan. Retno harus selalu harus tampil sempurna, supaya
tidak mengurangi kewibawaan, dan memalukan karena suaminya seorang
boss yang sifatnya kaku. Retno langsung menolak, tidak menyetujui
keinginan suaminya yang selalu mengatur. Dia menyuru h istri tampil
sempurna karena gengsi, bukan karena perhatian suami terhadap istrinya.
Itulah yang membuat Retno selalu menolak, istri dianggap
sebagai obyek, sebagai teman dikala ada undangan bersama teman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bisnisnya. Tidak semua istri mau diberikan kemawahan saja, tetapi banyak
hal yang tersirat lebih penting yang dibutuhkan seorang istri.
mengatakan kepadamu bahwa seburuk
apapun penilaianmu atas diriku, sama sekali aku bukan orang
yang bisa melakukan sesuatu yang bisa mempermalukan suamiku
sendiri. Kenapa kau tidak
Memangnya hanya dia saja yang boleh membentak orang. Aku
juga punya mulut. (Maria A. Sardjono, 2010:314)
Lagi-lagi
Yoyok,
suami
Retno
mempermasalahkan
hal
penampilan istrinya. Dalam hal ini yang menjadi permasalah yaitu tentang
penampilan mengenai hidangan yang disajikan untuk tamu-tamu makan
malam di rumah. Kita perhatikan cuplikan cerita di bawah ini Retno betulbetul kesal hatinya.
-mana. Menyebalkan. Semua-mua
selalu dilihat dari sudut pandang sendiri
A. Sardjono, 2010:341)
Retno benar-benar merasa harga dirinya terinjak-injak
oleh
Yoyok, suaminya. Pada undangan makan malam di rumahnya, suasana
-tamu makan dengan lahapnya
mereka menyanjung masakan Retno. Yang tadinya masakan itu dibilang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
-tamu sudah pada
pulang tetapi hati Retno masih kesal, malam itu dia tidak bisa tidur.
Untuk mengusir kegelisahan dan kejengkelan, Retno keluar
kamar mendekati piano yang mewah, dia membuka dan menarikan
jemarinya yang lama tidak menyentuh piano itu, baru tadi makan malam
bersama teman-teman suaminya. Malam itu Retno mengalunkan lagu
-tiba diruang itu ada Purnomo, sepupu Mas Yoyok. Purnamo
adalah lelaki yang menghargai seseorang, enak diajak bicara, juga diskusi,
pada diri Retno.
Retno masuk ke kamar tidur, tak menyangka suaminya ada di
kamarnya. Suaminya marah kerena Retno dianggap tidak sopan, tidak
pantas, di ruang bersamaan dengan lelaki bahkan mengenakan baju tidur.
Retno merasa tersinggung karena di sana dia tidak melakukan apa-apa
dengan Purnomo, bahkan dia itu saudaramu. Karena bermula dari
kejengkelan maka akan menambah suasana bertambah kacau.
menuliskan sebagai peraturan yang akan kaupasang di setiap ruang
rumah ini sekalipun, aku ingin tetap tak peduli. Kalau aku mau mau
pergi, ya pergi saja. Mau dengan Purnomo atau dengan laki-laki
lain, itu urusanku. Aku tidak merasa bersalah karenanya. Kecuali
kalau perginya memang dengan tujuan kotor. Berselingkug,
Karena merasa terusik pribadinya seorang perempuan atau istri
baik-baik, dia marah dan berani menentang suami, walaupun toh bicaranya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak semuanya benar. Karena suami sangat mengekang istri, dan apa yang
diinginkan suami harus dipatuhi, Retno hanya dianggap sebagai obyek
bagi suaminya.
2. Pokok-pokok Pikiran Feminisme dalam Novel Istana Emas
a. Kekerasan terhadap Perempuan dalam novel Istan Emas
Perbedaan
gender
melahirkan
kekerasan
dan
penyiksaan
(violence) terhadap kaum perempuan, baik secara fisik maupun sacara
mental. Yaitu yang bersifat fisik seperti pemerkosaan, pemukulan dan
penyiksaan dan lain sebagainya. Kekerasan dalam bentuk nonfisik, yang
sering terjadi misalnya pelecehan seksual, menyebabkan ketidaknyamanan
bagi perempuan secara emisional.(Mansour Fakih, 2012:150-151).
Dalam novel Istana Emas ini ada kekerasan secara fisik dan
kekerasan
merupakan
secara
bentuk
psikis/imosional.
kekerasan
yang
Kekerasan
psikis/emosional,
menyebabkan
penderitaan
batin/kejiwaan. Kekerasan tersebut mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang (UU PKDRT,
2004:61). Kekeran psikis dialami tokoh Aryanti.
1) Aryanti
(a) Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis yang dihadapi Aryanti di rumah
tangganya, yaitu tentang sikap suami yang sulit untuk dimengerti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh Yanti (istri), sudah sepuluh bulan usia perkawinannya tetapi
Aryanti belum dapat untuk menyesuaikan dengan suaminya.
Sehingga ia merasa tertekan oleh keadaan dan sikap suaminya itu.
Dalam penggalan novel dapat kita lihat sebagai berikut.
dipahami, Dan seperti katamu, ia sering mengambil jarak
dengan orang lain. Bahkan juga dengan diriku, sehingga
aku sering merasa seperti berhadapan dengan orang asing.
Bahkan dengan suamiku. Terkadang, aku merasa lelah dan
berusaha untuk menerima apa pun yang dimaunya dan apa
pun yang dilakukannya tanpa banyak komentar, yah...
semuanya jadi berjalan dengan baik. Bagiku yang penting
adalah kedamaian dan ketenangan meskipun aku sadar
kedamaian dan ketenangan itu nyaris semu karena aku
sering gelisah sendiri tanp
(Maria A. Sardjono, 2010: 55)
Kekerasan psikis yang dialami Aryanti, membuat hatinya
mengalami penyiksaan batin yang sangat mendalam. Aryanti
membiarkan hatinya terus dan terus tertekan, ia mengatakan yang
penting dalam rumah tangganya tenang dan damai, tetapi kedamain
yang semu dan gersang. Hal ini yang sangat menyiksa batin
seorang istri, ia nmengalami kegelisahan yang tanpa sebab, inilah
yang menjadikan dirinya uring-uringan sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aryanti adalah istri Yoyok yang pertama, Yoyok seoarang
suami yang sifatnya sulit untuk dipahami. Dia selalu minta
dihargai, yang mempunyai beberapa perusahaan, tampil sempurna
yang bossy tidak melihat bagaimana persaan hati istrinya. Apa
yang dimaui harus diiyakan sehinggga membuat hati Aryanti kesal,
lelah, ini yang membuat hatinya tersiksa.
Lagi-lagi Yoyok yang memiliki banyak perusahaan itu
membuat ketidaknyamanan dengan lawan bicaranya, yaitu Retno
sahabat Aryanti yang berkunjung ke rumahnya, atas permintaan
Aryanti. Seperti penggalan cerita di bawah ini.
Tetapi aku tidak bisa diperlakukan demikian oleh Mas
Yoyok, karena aku juga mempunyai pendapat dan
argumentasi sendiri yang sudah ku pikir dengan matang.
Bukan asal bicara. Maka kami pun sering terlibat dalam
perdebatan dan pembicaraan yang alot. Tetapi lama-lama
aku merasa bosan. Lebih-libih ketika sadar bahwa Aryanti
semakin lama semakin tidak ikut ambil bagian di dalam
lagi. Tentu saja tidak menyenangkan. Oleh sebab itu
ketika ingin menguap, aku tidak menyembunyikannya.
-basi. Padahal aku merasa senang
bisa memperlihatkan rasa jemu yang kurasakan ini. (Maria
A. Sardjono, 2010:70-71).
Retno sahabat Aryanti, pada waktu itu sedang menghabis
cutinya di rumah Aryanti. Mereka (Aryanti, Retno, Yoyok) setelah
makan malam ngobrol diruangan, tampaknya sudah menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebiasaan kebanyakan orang yang menduduki jabatan lebih rendah,
mereka sering mengalah dan membenarkn saja pendapat orang
yang memiliki kedudukan atau jabatan yang lebih tinggi, meskipun
pendapatnya sendiri bertolak belakang dengan pendapat orang itu.
Yoyok dalam obrolannya dengan Retno dan Aryanti tidak
sesantai biasanya orang berumah tangga, dia selalu jaga jarak dan
ingin mendominasi pembicaraan. Tetapi Retno selalu mempunyai
argumentasi untuk mendebat bicara Yoyok, obrolan mereka lamalama tidak sehat karena Aryanti tidak terlibat dalam pembicaraan
mereka. Hal itu yang membuat penyiksaan hati Aryanti, sifat
suaminya serperti atasan dan bawahannya.
dan tampak ceria. Tetapi demi suami yang ingin istrinya
tampil wah, aku terpaksa tidak memilih pakaian yang
sebetulnya kusukai. Memangnya enak jalan-jalan dengan
Suami yang bersifat otoriter, terhadap istrinya membuat
sang istri tidak berdaya. Aryanti hatinya tertekan dia tidak berani
mengungkapkan isi hatinya yang sebetulnya sangat menyiksa
dirinya dengan sikap suaminya yang selalu memerintah atau
mendikte. Aryanti harus tampil sempurna di mana saja, pakaiannya
pun diatur oleh Yoyok suaminya. Sebetulnya hal itu bertentangan
dengan kehendak hatinya, Yoyok mendominasi kekuasaan di
rumahnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aryanti yang dulunya termasuk gadis ceria, penampilan
sederhana tetapi tetap anggun. Akan tetapi semua hilang semenjak
perkawinannya
dengan
Yoyok.
Aryanti
mengeluh
kepada
sahabatnya yaitu Retno, kita lihat penggalan novel Istana Emas di
bawah ini.
Aku tahu betul bahwa Aryanti sering kali tertekan. Apa
lagi keberadaan Mas Yoyok di mana pun selalu membawa
pengaruh yang sulit dijelaskan ke dalam kata-kata dan
hanya bisa dirasakan saja, yaitu hilangnya rasa nyaman
dan tercuilnya kebebasan. (Maria A. Sardjono, 2010:91)
Aryanti seorang istri yang patuh terhadap suami tetapi
kepatuan itu hanya keterpaksaan saja, sehingga membuat hati
Aryanti semakin sakit. Aryanti akhir sakit keras, dia mengidap
penyakit yang sangat membahayakan dirinya yaitu penyakit
kanker. Tidak lama kemudian Aryanti meninggal dunia.
2) Retno
Kekerasan psikhis yang dialami Retno dalam novel Istana
Emas Ini, hampir sama dengan kekerasan yang dialami Aryanti.
Hatinya sakit tetapi Retno sudah membayangkan, dalam kehidupan
rumah tangganya nanti. Karena Retno sudah mengetahui sifat
suaminya, yang sudah diberitau oleh Aryanti. Suami Retno adalah
mantan suami Aryanti sahabatnya, kita lihat cuplikan cerita di bawah
ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
laki-laki itu kembali ke dalam kamarnya, meninggalkan aku
sakit sekali. Keberadaanku sebagai seorang subyek, sebagai
individu yang setara dengan dirinya, seperti diabaikannya
begitu saja. Bahkan aku merasa seperti menjadi obyek
penyalur kebutuhan biologis belaka. Dan itu terasa amat
menggores isi dadaku dalam-dalam. Seakan dia tidak
menghargaiku sebagai istri. Dengan perkataan lain, keintiman
yang berhasil terjalin di antara kami minggu-minggu terakhir
ini hanya keintiman yang bersifat jasmanih semata. Meski
keintiman semacam itu sama-sama kami kehendaki, tetapi
aku merasa seperti kehilangan nilai sakralnya. Bahkan seperti
hubungan
murahan
antara
u
pelanggan
kurenungkan,
dengan
semakin
PSK
sakit
perasaanku...Barangkali seperti itu jugalah yang pernah
Kekerasan yang dialami Retno dalam penggalan novel Istana
Emas di atas yaitu kekerasasn secara psikhis. Retno merasa tidak ada
harganya, menganggap dirinya sebagai obyek oleh suaminya.
Kekerasan semacam itu dapat menimbulkan kebencian yang amat
dalam terhadap orang yang memperlakukannya.
Seseorang dalam berumah tangga bukan materi segalagalanya untuk membuat orang bahagia, tetapi sikap, perlakuan,
perhatian yang dapat menjadikan suasana keluarga aman, tenteram,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
damai dan bahagia. Hal semacam itu yang diinginkan Retno terhadap
suaminya.
Hari-hari
telah
dilalui
Retno
dan
Yoyok,
kegiatan
sebagaimana suami-istri telah dilakukan, tetapi di hati Retno sangat
menyakitkan sekali. Setelah mereka berhubungan intim, Yoyok, suami
Retno terus meninggalkan kamar. Dia tidur di kamar lain, Retno
merasa dilecehkan, dia menganggap dirinya hanya sebagai pemuas
seks, oleh suaminya, dengan kata lain Pekerja Seks Komersial.
(b) Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual yang dilakukan Yoyok terhadap Retno,
-betul membuat Retno sakit hati. Semestinya seorang
istri harus dilindungi, dihargai, diperlakukan sebagaimana mestinya.
Tetapi apa yang terjadi, seperti kutipan novel Istana Emas di bawah
ini.
Kelakuannya sungguh brutal. Setelah dia menghentikan
perbuatannya barulah air mataku kubiarkan mengalir deras
melalui sudut-sudut mataku.
Aku tetap diam tak bergerak dengan air mata yang seperti
tidak ada habisnya. Melihat itu Mas Yoyok menghela napas
panjang untuk kemudian tanpa bersuara cepat-cepat ke luar
dari kamarku. Melihat ini lekas-lekas aku meloncat dari
tempat tidur. Kututup pintu penghubung kedua kamar kami,
kemudian setelah mengunci pintu itu, kuncinya kutarik dan
kusembunyikan di lemari pakaianku. Baru sesudah itu
kukenakan pakaian tidurku yang lain dan kulanjutkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tangisku. Hatiku benar-benar amat sedih.( Maria A. Sardjono,
2010: 299-301)
Sikap Yoyok yang selalu mengarahkan, memaksakan
kehendak dan mendikte orang. Hal itu membuat Retno dan Yoyok
selalu berdebat, Retno selalu mengkritik agar suaminya tidak
memaksakan kehendaknya. Seseorang harus diberikan kebebasan
dalam
dirinya
untuk
menentukan
hal-hal
tertentu,
misalnya
menentukan dalam hal memilih pakaian, memasak, berpenampilan
dan lain sebagainya. Ketidakadilan gender dalam rumah tangga
menyebabkan perempuan dianggap sebelah mata oleh kaumk lakalaki.
Retno amat kecewa terhadap sikap suaminya yang semenamena terhadap dirinya. Tidak menyangka dan tidak menduga
tiba-tiba Yoyok membungkam mulutnya, lebih lagi amat tak
menduga kepada suaminya, bahwa
dia bertubi-tubi
menciumi bibirnya dengan kasar, kelakuannya sangat brutal,
buas. Di benak Retno tidak terpikirkan bahwa suaminya tega
berbuat seperti itu.(Maria A. Sardjono, 2010: 310)
Retno menganggap kebrutalan suaminya itu merupakan
pelecehan seksual terhadapnya. Setelah terpuaskan biologisnya Yoyok
segera meloncat dari tempat tidur Retno, terus menuju kamar tidurnya.
Retno segera menutup pintu kamar pembatas antara kamar tidur
suaminya itu, lalu mengenakan pakaian tidur dan meneruskan
tangisnya. Hati Retno benar-benar sedih perbuatan suaminya sangat
melukai perasaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(c) Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik yang dialami Retno oleh kekerasan suaminya
yang terdapat dalam novel Istana Emas ini, bahwa membuat badan
Retno sakit bahkan hatinya lebih sakit yang sangat dalam. Hal ini
sangat bertentangan Undang-undang dalam KDRT, tetapi pada
umumnya kaum perempuan masih banyak menutup-nutupi perbuatan
laki-laki yang biadap itu. Kekerasan fisik yang ada dalam penggalan
cerita ini, yang dialami oleh Retno mari kita simak.
u kuat bagai jepitan besi
sehingga nyaris saja aku berteriak kesakitan.
hidupku belakangan ini. Kau membuat kesabaranku hilang.
Kalau saja kau lakiA. Sardjono, 2010: 316)
Retno tidak pernah menduga bahwa suaminya sampai hati
menyakiti badan, dengan mencengkeram tangan Retno dengan keras.
Bagaikan jepitan besi, suami selalu bertindak kasar apabila
keinginannya dikritik oleh Retno. Mungkin sikap Yoyok seperti itu
karena di latar belakangi dari keluarga bisnis, yang selalu
mengedepankan penampilan, kewibawaan, semua yang ditonjolkan
secara fisik saja.
Yoyok
menganggap bahwa Retno merupakan penghalang
baginya untuk meraih kesuksesan dalam bisnis. Hal ini malah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebaliknya Retno menginginkan supaya suaminya, menjadi suami
yang baik dan sekaligus menjadi pengusaha sukses tetapi tetap
menghargai pendapat orang lain. Yoyok sangat mendominasi keadaan
di dalam rumah tangganya, hal itu sangat ditentang oleh Retno. Yoyok
sebelum memperistri Retno, rumah beserta kelengkapannya sudah
tersedia namun Retno tidak mau istri hanya dijadikan objek semata
oleh suami.
Kondisi tercapainya keadialan dan kesetaraan gender terus
diupayakan oleh Retno. Jangan sampai kaum perempuan tertindas,
bahkan tidak berani mengeluarkan pendapat walau pun itu dengan
suaminya sendiri, seperti yang dialami oleh sahabatku sendiri Aryanti,
dilakukan oleh laki-laki juga bisa dilakukan oleh perempuan. Apa
yang bisa dikerjakan perempuan juga bisa dikerjakan oleh laki-laki.
Dan hal itu bukan sesuatu yang aneh, di salah satu acara TV ada acara
memasak, bahkan peserta banyak kaum laki-laki.
Begitu berada di dekatku, buku yang sedang kubaca itu
ditariknya dengan kasar untuk kemudian dilemparkannya ke
-lamaaku tak
bisa lagi
harus tau, di Jakarta ini aku mempunyai reputasi dan nama
baik yang amat tinggi. Jadi jagalah kelakuanmu, jangan
sampai memalukan kelua
346)
commit to user
345-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penderitaan yang dialami Retno menurut cerita di atas, makin
bertambah rumit. Tidak hanya kekerasan fisik saja tetapi perlakuan
suaminya makin lama, makin menjengkelkan, semena-mena, tidak
menghargai, mendominasi perempuan berada di dalam kekuasaannya.
Hal inilah yang sangat ditentang oleh Retno, Retno menganggap
dirinya hanya sebagai teman dikala suaminya ada acara dengan teman
bisnisnya.
Retno tidak kuasa menahan kesenjangan antara suami dan
istri seperti yang dilakukan Yoyok itu. Terlebih lagi
lingkungan rumah tangga yang merupakan batas privacy,
menyebabkan peristiwa kekerasan yang terjadi tidak dapat
dideteksi secara transparan sehingga pelaku merasa aman
melakukan kekerasan tersebut.
panjang
umurku belum pernah sekali pun pipiku ditampar orang,
bahkan tidak juga oleh kedua orangtuaku, aku terkejut
setengah mati. Oleh sebab itu sakitnya terasa sampai ke ulu
hati. (Maria A. Sardjono, 2010: 349)
Lagi-lagi Retno mendapat kekerasan dari suaminya yang
mendominisi dirinya. Kali ini Retno mendapat tamparan di pipinya
oleh suaminya. Perbuatan Yoyok itu sangat melanggar UUKDRT,
seharusnya seorang suami melindungi istri, membuat istri hidup lebih
nyaman. Tetapi apa yang terjadi Retno hidupnya justru mendapat
tekanan dari suaminya. Hati Retno sangat
sakit, sakitnya sampai
menyayat hati, karena baru kali ini dia mendapat tamparan dari orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah peristiwa penamparan berlalu, Retno tidak keluar dari
kamarnya hingga pagi hari. Dipastikan suaminya sudah berangkat ke
kantor, Retno langsung menelpon biro perjalanan untuk mencari tiket
pesawat menuju Yogya.
b. Kemandirian Tokoh Perempuan dalam Novel Istana Emas
Dalam kontek cerita novel Istan Emas menunjukkan kemandirian
tokoh-tokoh wanita mulai dari masih gadis sampai berumah tangga. Sifat
kemandirian,
menghindari
ketergantungan
dengan
orang
lain.
Kemandirian dalam kontek ini dipahami sebagai keadaan atau kondisi
seseorang yang dapat hidup mandiri.
Seseorang disebut mandiri apabila yang bersangkutan dengan rasa
tanggung
jawab menjalani hidupnya sendiri berdasarkan kemampuan
tanpa menggantungkan hidupnya kepada pihak lain. Retno adalah tokoh
perempuan dalam novel Istana Emas yang memiliki kemandirian yang
menonjol. Dalam penggalan novel dapat kita lihat sebagai berikut.
Ketika di suatu hari aku menemukan laki-laki itu sedang
mencumbu modelnya yang lain di studionya, aku mampu
bersikap terkendali kendati darahku memanas sampai ke ubunubun dikepalaku.. Kupahami, laki-laki itu sedang kasmaran
terhadap model lukisannya sendiri. Dia masih belum bisa
menguasai diri dan tak mampu memisahkan antara kenyataan dan
dunia maya yang dihadirkannya melalui lukisannya. Setidaknya
itulah yang kupikirkan saat memergokinya tengah bergelut mesra
dengan sari, model lukisannya. Namun meskipun aku cukup
memahami
situasinya,
detik
itu
juga
aku
memutuskan
hubunganku dengan Aditya. Apa pun protesnya dan apapun yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikatakanya sehubungan dengan rencana keluarganya yang akan
melamarku, pendirianku tetap teguh tak tergoyahkan. Aku tidak
ingin lagi berhubungan dengan laki-laki itu. Cukup sampai sekian
saja keterikatanm kami. Titik. (Maria A. Sardjono, 2010:14-15)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Retno berusaha
mandiri dalam bersikap, menentukan pilihannya. Bahwa hidup merupakan
suatu pilihan, maka Retno sebagai perempuan yang menginginkan
emansipasi. Dia tegas dalam bersikap terutama yang berhubungan dengan
perasaannya yang telah disakiti oleh Aditya, kekasinya itu.
Pada waktu itu Aditya selingkuh dengan model lukisanya, Retno
melihat dengan nata kepalanya bahwa Aditya sedang bergelut mera
dengan Sari. Saat itu juga Retno memutuskan hubungan kekasihnya
dengan Aditya, pada waktu yang dekat orang tua Aditya akan melamar.
Retno merasakan sakit hati yang amat mendalam, mengetahui kekasihnya
yang sudah dibina bertahun-tahun lamanya. Itulah kenyataan hidup tetapi
Retno tidak mau menyerah dengan keadaan, lelaki mau menangnya
sendiri.
menyukai rumah yang menurutmu seperti istana ini, Retno? Rasa
ingin tahu itu masih tertangkap dari getar suara Mas Yoyok.
kalau
untuk
tinggal,
rasanya
kok
tidak.
Maaf
atas
anya. (Maria A. Sardjono,
2010:64)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penggalan cerita di atas tersirat obrolan Retno dan Yoyok tentang
rumah Yoyok, yang megah bagaikan Istana Emas. Pada waktu itu Retno
mengambil cuti untuk berlibur mengunjungi sahabatnya yang lama tidak
bertemu. Kunjungan libur cuti itu di rumah Yoyok, karena Yoyok suami
sahabat saya yang bernama Aryanti. Yoyok sangat bangga menceritakan
keadaan rumahnya tetapi bagi Retno rumah adalh tempat tinggal di mana
penghuninya merasa nyaman, hangat, dan bisa tampil apa adanya dengan
bebas.
Keadaan rumah Yoyok kaku, tidak santai, makanya waktu Retno
ditanya apa menyukai rumah yang seperti Istana Emas itu? Retno dengan
tegas tidak menyukai, Retno merupakan sosok perempuan yang berani
mengatakan iya apabila dia setuju, dan mengatakan tidak kalau dia
menolak atau tidak setuju. Itulah yang dikatakan bahwa Retno perempuan
yang mandiri dalam hal bersikap dan berbicara.
rumah dan menyembah-nyembah di bawah kakiku, minta supaya
aku mau memaafkan dia dan kembali kepadanya. Katanya, dia
tidak punya apa-apa terhadap modelnya itu. Tetapi apa pun
alasannya, tekadku telah bulat. Bahwa masa depanku tidak
Kita hidup di masa kini dan munuju ke masa mendata
A. Sardjono, 2010:100-101)
Retno menceritakan kepada Aryanti, kejadian yang lalu tentang
keberadaan Aditya yang selingkuh dengan model lukisannya. Retno
perempuan yang kuat, kehidupannya tidak tergantung oleh laki-laki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
semacam Aditya. Walaupun Aditya minta maaf sampai menyembahnyembah, Retno tidak tergoyahkan prinsipnya untuk menolak Aditya.
Memperjuangkan keadilan gender merupakan tugas berat bagi
Retno. Seberat apa pun dia tetap berusaha dengan sepenuh hati, dengan
niat baik dia tetap mancari keadilan. Di mana kaum perempuan sejajar
dengan laki-laki, sesuai cita-cita RA. Kartini. Bukannya perempuan juga
mempunyai hak untuk memilih dan menolak terhadap laki-laki yang ia
sukai dan tidak disukai.
Menjelang reuni yang sudah ditentukan tanggalnya, aku benarbenar
tenggelam
dalam
kesibukan
karena
teman-teman
memilihku menjadi ketua panitia. Wakilku Alex Siregar. Tetapi
lelaki Batak yang sudah puluhan tahun tinggal di Yogya itu tak
banyak membantuku karena waktunya sudah tersita tugas-tugas
kantor.(Maria A. Sardjono, 2010:144)
Dalam penggalan cerita novel di atas, mengisahkan seorang tokoh
perempuan yang bernama Retno, tidak kalah perannya dengan lelaki.
Terbukti Retno terpilih menjadi ketua panitia reuni. Hal itu menandakan
bahwa perempuan bisa memegang suatu kebijakan, bahkan wakilnya
justru seorang laki-laki.
Letak kemandirian Retno, dia menjadi ketua panitia reuni, hampir
semua pekerjaan dikerjakan sendiri. Retno benar-benar perempuan yang
bertanggung jawab, kerjaan kantor ditambah dia menjadi ketua panitia
reuni yang banyak menyita waktu, ternyata ditangan Retno semua berjalan
dengan lancar dan sukses.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lagi pula, aku biasa
mengerjakan apa-apa sendiri sebab menurut pemikiranku, kalau
kita kita bisa melakukannya dengan tangan dan kaki sendiri
Sardjono, 2010: 207)
Kemandirian Retno dalam mengerjakan sesuatu tidak diragukan
lagi. Pengepakan barang biasanya dilakukan oleh laki-laki, tetapi dalam
cerita ini perempuan tidak kalah baik dan cepatnya untuk mengerjakan
pengepakan. Retno sudah mengatakan apa yang dapat dikerjakan laki-laki,
oleh perempuan pun bisa dilakukan begitu jaga sebaliknya.
Kaum perempuan jangan sampai didominasi oleh laki-laki, baik
dalam hal berorganisasi, politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.
Perempuan harus sejajar dengan kaum lelaki. Dengan beberapa
pengalaman yang dialmi oleh Retno yang menyakitkan hati, membuat
perempuan itu benar-benar mandiri. Seperti halnya cuplikan novel di
bawah ini.
Kukenali diriku sendiri, aku bukan perempuan lemah. Aku pasti
mampu mengatasi masalah yang sebenarnya bisa kuatasi dengan
perlawanan. Kalau Mas Yoyok menganggap keberadaan seorang
istri sebagai penyalur kebutuhan biologisnya, kenapa aku tidak
bisa melakukan hal yang sama? Begitulah, dengan pikiran seperti
itu ketiga obat yang masih ada di atas telapak tanganku itu
kulempar ke arah sudut kamar. Aku tidak mau mengunsumsinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketiga obat itu pun membentur dinding sehingga menimbulkan
suara gemersik. (Maria A. Sardjono, 2010:263)
Retno berusaha untuk mengatasi atau menguasai dirinya dengan
tidak ketergantungan dengan obat. Di akhir-akhir ini dia sering pusing,
karena banyak masalah yang menyelimuti pikirannya. Seolah-olah
suaminya menganggap Retno sebagai penyalur biologisnya. Untuk
mengatasi supaya Retno tidak tergantung pada obat, maka obatnya di
lempar. Perempuan harus kuat tidak boleh lemah, tidak tergantung pada
suami saja, Retno dan Yoyok tergolong pengantin baru tetapi kelakuannya
tidak menggambarkan sepasang pengantin.
Jangan Mas menomorsatukan nama baik, reputasi, kehormatan,
dan harga diri yang hanya bersifat semu dan palsu hanya demi
sesuatu yang tidak hakiki. Perceraian bukan suatu yang aib kalau
memang sudah tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh. Kuakui,
aku merasa seperti seorang pengecut, tetapi apa boleh buat. Aku
masih muda dan keinginanku meraih dunia masih luas
cakrawalanya. Biarkan aku melangkahi kehidupanku sendiri tanpa
hiruk-pikuk duniamu, karena yang akan kutempuh setelah ini
adalah kehidupan kampus sebagaimana yang sudah lama
kuidamkan, yaitu melanjutkan studiku ke jenjang yang lebih
tinggi dan meniti karierku sendiri. Dengan demikian keberhasilan
yang dilihat orang tidak terkait dengan kesuksesan suamiku
betapa pun hebatnya dia. (Maria a. Sardjono, 2010:352)
Kutipan di atas merupakan sosok pelaku perempuan yang
berusaha terbebas dari belenggu yang menekan dirinya. Retno kehidupan
rumah tangganya bersama Yoyok tidak mengalami kebahagiaan, selalu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ada perdebatan diantara mereka. Karena suaminya selalu menyakiti hati
Retno, dan dia sudah tidak betah lagi maka Retno mengambil keputusan
dengan jalan bercerai.
Retno menganggap bahwa perceraian bukan suatu yang aib kalau
sudah tidak ada jalan lain. Untuk apa dipertahan berumah tangga kalau
tidak ada kedamain, kenyamanan di dalam rumah, bahkan yang ada
perdebatan dan pertengkaran. Suami yang selalu menginginkan tampil
sempurna, kaku, suka memaksakan kehendak membuat hate Retno amat
menyakitkan perasaannya.
Di sinilah letak kemandirian Retno mengambil keputusan untuk
melanjutkan kariernya karena die masih muda, masih panjang masa
depannya. Untuk meraih kariernya dia akan melanjutkan studinya
kejenjang yang lebih tinggi. Sehingga dia bisa berhasil bukan karena
seorang laki-laki tetapi karena seorang perempuan yang tidak mau
didominasi laki-laki.
C. Tokoh Profeminisme dan Kontra Feminisme dalam Novel Istana Emas
1. Tokoh Profeminisme
a) Retno
Retno sebagai seorang istri sangat tidak setuju kaum
patriarki, yang mutlak laki-laki mendominasi perempuan. Sebagai
istri Retno menginginkan kedudukan laki-laki dan perempuan seja
sejajar. Perempuan bebas berkarier sesuai dengan kemampunya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perempuan bukan sosok yang lemah. Dalam penggalan novel dapat
kita lihat sebagai berikut.
Aku bukan Aryanti yang mau dirias, dipoles, dan dibungkus
gemerlapnya
kemewahan
demi
gengsi
suami
yang
menganggapnya kemewahan demi gengsi suami yang
menganggap diri sebagai sang pemilik. Aku bukan milik
siapa-siapa selain milik Tuhan dan milik diriku sendiri.
Kendati telah menjadi istri orang, Kepribadian dan sejumlah
ciri
karenanya.
Dengan
demikian
aku
juga
berhak
menentukan diriku sendiri. Menolak keinginan suami yang
tak sesuai dengan hati nuraniku. Aku harus bisa membuka
mata suamiku.
mencetuskan apa yang kuinginkan.(Maria A. Sardjono, 2010:
272-273)
Menurut penggalan cerita di atas sosok Retno menganggap
dirinya sebagai barang, karena suaminya selalu mengatur demi gengsi.
Retno sebagai istri tidak mau untuk selalu tampil resmi, berdandan,
selalu diatur dalam hal apapun. Retno sangat marah terhadap
suaminya bahwa istri itu milik suami seutuhnya, bagi Retno itu salah
besar. Istri mempunya hak menentukan dirinya sendiri tidak harus
tunduk kepada kamua suami.
Retno mempunyai pandangan yang modern, mengedepankan
gender. Bahwa kaum perempuan sejajar dengan laki-laki, baik dalam
bidang berorganisasi, ekonomi, dan lain sebagainya. Mestinya di
dalam berkeluarga antara suami istri saling mengisi, kedudukannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sama dalam bahasa jawa bukan istri sebagai konco wingking tetapi
sebagai pendamping.
Sosok Retno dengan adanya perempuan sebagai stereotipe
atau pelabelan yang menimbulkan ketidakadilan bagi perempuan, hal
itu sangat ditentang olehnya. Stereope yang terjadi di mayarakat yang
dilekatkan kepada umumnya kaum perempuan sehingga berakibat
menyulitkan,
membatasi,
memiskinkan,
dan
merugikan
kaum
perempuan.
Secara jujur, aku mengakui hal itu. Aku memang ingin
menentang semua yang diinginkan Mas Yoyok dan juga membantah
semua yang ia katakan. Dasarnya, aku tidak ingin berada di bawah
dominasinya seperti yang dialami Aryanti. Namun kalau mau lebih
jujur lagi, aku ingin membalas apa yang pernah dilakukan Mas Yoyok
terhadap Aryanti, yang tidak pernah berani dibantah sahabatku itu.
(Maria A. Sardjono, 2010:289).
Menurut kutipan novel di atas bahwa Retno membunyai
emasional untuk membalas sakit hati sahabatnya, yang pernah dialami
sewaktu hidup bersama Yoyok. Karena Retno sebagai istri tidak mau
berada di dalam kekuasaan suami. Perempuan bukan merupakan kaum
yang lemah, selalu
dilindungi,
selalu dibatasi bahkan
tidak
mempunyai hak untuk menentukan dirinya sendiri.
Ketidakadilan gender yang dialami Retno dalam rumahtangganya yang dilakukan oleh suaminya, membuat Retno selalu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menentang keinginannya. Gender bukanlah kodrat, gender berkaitan
dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan
perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang
berstruktur.
b) Ibu Retno
Ibu Retno merupakan sosok ibu yang modern, bijaksana
penuh pengertian terhadap anak-anak dan suaminya, ia seorang ibu
rumah tangga yang kuat dalam mendidik anak-anak sehingga menjadi
anak yang mandiri, tidak mau dipermainkan atau dilecehkan kaum
laki-laki. Ibu Retno sebagai istri tidak mau duduk dan hanya menanti
suami pulang kerja, kerja di dapur. Tetapi bersama-sama suami
menciptakan suasana rumah tangga menjadi nyaman, terbuka antar
penghuni rumah tersebut. Seperti terlihat dalam penggalan cerita
novel Istana Emas di bawah ini.
Sama seperti
perempuan,
manusia di mana-mana,
aku
juga
seorang
pribadi
laki-laki atau
otonom
yang
mempunyai hak untuk menentukan diriku sendiri dengan
penuh kesadaran dan tanggung jawab. Keberadaanku sebagai
individu tidak tergantung pada siapa pun. Itulah yang selalu
kusadari. Aku sangat tidak setuju pada pandangan yang
mengatakan bahwa perempuan atau istri berada di bawah
superioritas laki-laki. Aku juga tidak setuju pada ajaran yang
mengatakan bahwa istri harus menempati posisi subordinat
menyang swargo nunut, menyang neroko ka
Seolah perempuan sangat tergantung pada laki-laki dan tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
punya kekuatan untuk melakukan sesuatu atas nama dirinya
sendiri. (Maria A. Sardjono, 2010:16)
2) Tokoh Kontra Feminisme
a) Aryanti
Adanya pengaruh budaya patriarki dalam masyarakat, sosok.
Aryanti terbentuk menjadi perempuan yang memiliki kewajiban
bahkan tunduk
kepada suami. Suaminya menjadi sosok pemimpin
yang harus dihormati, orang lain tidak boleh menentang keinginannya.
Karena suami menjadi pimpinan maka dia sering menjaga jarak,
bahkan dengan istrinya pun begitu. Seperti penggalan novel berikut
ini.
dipahami. Dan seperti katamu, ia sering mengambil jarak
dengan orang lain. Bahkan juga dengan diriku, sehingga aku
sering merasa seperti berhadapan dengan orang asing. Bukan
dengan suamiku. Terkadang aku merasa lelah dan kesepian
berusaha untuk menerima apa pun yang dimauinya dan apa
pun yang dilakukannya tanpa banyak komentar, yah...
semuannya jadi berjalan dengan baik. Bagiku yang penting
adalah kedamaian dan ketenagan itu nyaris semu karena aku
sering gelisah sendiri tanpa tahu jelas apa penyebab
(Maria A. Sardjono, 2010:55)
Uraian di atas menggambarkan bahwa budaya patriarki yang
berakar kuat di masyarakat menyebabkan adanya ketidakadilan
gender. Laki-laki yang seharusnya mengayomi di dalam rumah tangga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
justru membuat hati istrinya gelisah, tak nyaman, bahkan sering
berhadapan dengan suami seperti orang asing.
Menuruti apa yang dimaui suaminya. Secara sadar atau tidak
sadar Retno telah ditindas dengan perlakuan suaminya itu. Terbukti
Retno gelisah sering tanpa alasan yang jelas, hal ini kalau berlarutlarut akan menjadikan psikisnya.
b) Yoyok
Bahkan di dalam keluarga besarnya Yoyok dianggap sebagai
pemimpin. Jadi tidak hanya di kantor saja ia meminpin, mestinya
sebagai pemimpin dapat membedakan. Pegang pimpinan di rumah di
samakan dengan di kantor, hal itulah yang dilakukan sosok pelaku
Yoyok. Mari kita lihat penggalan novel berikut ini.
Yoyok juga dianggap sebagai pemimpin mereka. Mungkin
karena itu sikapnya menjadi serba hati-hati agak kaku dan
mau mengatur apa saja karena terkondisikan begitu.
Meskipun tujuannya baik, tetapi kan tidak semua orang bisa
menerima. Tiga sepupunya yang kuliah di Jakarta dan pernah
tinggal bersama kami, pergi satu per satu pindah ke tempat
lain. (Maria A. Sardjono, 2010:50).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa sosok Yoyok merupakan
pimimpin yang otoriter. Sebagai kepala rumah tangga mestinya
menjadi pimpinan yang lelindungi kepada penghuni rumah itu,
sehingga merasa nyaman. Karena sifatnya yang kaku orang-orang
yang menghuni rumah bersama satu per satu meninggalkanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sikap suami seperti Yoyok banyak ditentang oleh kaum
perempuan
karena
banyak
istri,
menginginkan
hidup
saling
menghormati, tidak mau dikekang. Sosok Yoyok inilah yang selalu
memaksakan kehendaknya kepada orang yang ada disekalilingnya.
Seperti penggalan cerita novel dan berikut ini.
keberadaanmu ada di bawah tanggungjawabku sebagai
serius. (Maria A. Sardjono, 2010:341)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa sosok Yoyok
merupakansuami yang mendominasi istrinya. Seharusnya suami itu
melindungi, mengayomi istri. Hal ini suami selalu mendikte,
mengekang, memaksakan kehendak kepada istri.
Sikap orang yang selalu menang sendiri, dapat dilihat dari
roman mukanya yang amat serius. Membuat istri menentang,
membantah sehing-ga kehidupan rumahtangganya tidak bahagia.
Seorang perempuan kalau sudah diperistri laki-laki bukan berarti lakilaki dapat menguasai istri. Seorang istri mempunyai kebebasan untuk
menentukan kenyaman, kedamain, dan kebahagiaan di hatinya.
c) Ibu Aryanti
Ibu Aryanti termasuk perempuan yang konservatif dengan
sikap yang patuh, berbakti, dan menganggap citra perempuan itu ada
di dalam rumah tangganya dan menjadi istri yang setia. Seperti
penggalan novel berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Meskipun kedudukan suami-istri sejajar, tetapi dalam banyak
hal
seorang istri harus patuh terhadap suami karena dia
adalah kepala keluarga. (Maria A. Sardjono, 2010:54)
Sosok ibu Aryanti menunjukkan sikap yang pasrah kepada
suami. Bahkan mungkin ibu Aryanti menganggab perempuan yang
sudah menikah tidak mempunyai hak untuk menentukan pilihannya.
Ibu Aryanti cocok sekali dengan anggapan orang jawa bahwa
menyang swurga nunut, menyang
d) Analisis Feminisme Sosialis dalam Novel Istana Emas
Salah satu solusi kemandirian ekonomi perempuan, yaitu
dengan rientroduksi kiprah perempuan di sektor publik. Dengan
demikian
perempuan
Feminisme
sosialis
tidak
harus
berpendapat
bergantung
bahwa
pada
dengan
laki-laki,
kemandirian
perempuan dapat memperoleh posisi yang sejajar dengan laki-laki.
Wanita hanya dapat dibebaskan dari penindasan, kalau
sistem ekonomi kapitalistis diganti dengan masyarakat sosialis, yaitu
masyarakat egaliter tanpa kelas-kelas. Untuk mencapai tujuan
masyarakat sosialis, ini harus dimulai juga dari keluarga, di mana para
istri harus dibebaskan dahulu agar dapat menjadi dirinya sendiri,
bukan minik suami, (Riant Nugroho, 2011:69-70).
Feminis sosialis menganggap bahwa penindasan perempuan
bisa melahirkan kesadaran revolusi, tapi bukan revolusi model
perempuan jenis kelamin, (Fakih, 2012:92)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam novel Istana Emas, peran dan kedudukan tokoh
perempuan disamapikan melalui tokoh perempuan. Tokoh tersebut
tercermin melalui tokoh utama Retno. Perjalanan hidup Retno dalam
novel Istan Emas menunjukkan usaha untuk mewujudkan sosok
perempuan yang mandiri dan sukses di bidang publik.
Perjalanan hidup Retno yang dimulai dari latar keluarga,
sekolah, kisah cinta, sampai dengan menikah merupakan suatu proses
yang panjang. Latar keluarga yang profeminisme membuat Retno
hidup bahagia. Di latar sekolah Retno merupakan siswa yang kreatif
menjadikan dirinya menjadi perempuan yang mandiri. Di latar
hubungan
Retno
dengan
kekasih
dan
suaminya
mengalami
ketidakadilan.
1) Retno sebagai Anak
Keluarga Retno merupakan keluarga yang menghargai harkat
dan martabat perempuan. Ayah Retno bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil yang jujur dan sederhana. Ibu Retno seorang ibu rumah tangga
yang
dapat
mendidik
anak-anaknya
dengan
terbuka,
saling
menghormati satu sama lainya.
Ibu Retno mendidik anak-anaknya agar dapat hidup mandiri,
kebetulan kedua anaknya perempuan. Ayah Retno bersama keluarga
apabila hari libur, bersama-sama memasak jadi laki-laki pun dalam
keluarga tersebut dapat memasak. Ibu Retno selalu memperhatikan
apa yang dilakukan oleh semua penghuni rumah. Kita lihat perhatian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang tua Retno terhadap putrinya, Retno. Seperti penggalan novel
berikut ini.
Begitu, aku sedang dalam keadaan m
saat mengurus cutiku guna memenuhi permintaan Aryanti
untuk berlibur di rumahnya. Kedua orang tuaku yang
mengetahui penyebab putusnya hubunganku dengan Aditya
merasa senang aku mau menghabiskan cutiku bersama
Aryanti di Jakarta.
udah saatnya kau mencari suasana lain, Retno. Jangan
berkata.
ditentukan oleh keberadaan laki-
depanmu ada di tanganmu sendiri
2010:15)
Kutipan novel di atas bahwa kehidupan keluarga Retno
merupakan keluarga yang demokratis. Ayah Retno merupakan sosok
ayah yang terbuka dalam kepada istri dan anak-anaknya. Ibu Retno
merupakan sosok ibu yang hangat, ibu yang selalu memperhatikan
terhadap semua penghuni yang ada di rumahnya.
Keluarga Retno merupakan keluarga yang berlatar belakang
kehidupan sederhana, hidup bersama orang tua dan saudara-saudara
kandungnya. Terbukti dengan rumah yang ditempati tidak begitu
besar, sedang-sedang saja. Ayah Retno bekerja sebagai pegawai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemerintah yang bersahaja, lugu, dan terlalu jujur, itulah yang
dikatakan keluarga Retno merupakan keluarga yang sederhana.
Ibu Retno selalu memperhatikan kehidupan anak-anaknya
walaupun mereka sudah dewasa. Dalam hal ini bukan berarti ibu
Retno ikut campur tangan dalam otonomi kehidupan individu anakanaknya. Melainkan ibu Retno merupakan sosok ibu yang peduli
kepada anak-anaknya. Terbukti pada waktu Retno dalam keadaan
menjomblo, ibunya menyarankan Retno untuk mengambil cuti supaya
suasana hati pikiran Retno tidak terlalu penat.
Pada waktu itu Retno baru saja mengalami sedikit
kegoncangan dalam pikirannya yaitu putusnya hubungan dengan
kekasihnya, Aditya. Sehubungan dengan itu, pengambilan cuti Retno
dimanfaatkan untuk berlibur ke rumah sahabatnya, Aryanti yang ada
di Jakarta.
Latar keluarga Retno dapat dikatakan keluarga yang hamonis
bahkan di keluarganya menerapkan emansipasi perempuan. Di mana
anggota keluarga yang laki-laki dapat memasak, yang perempuan
dapat mengerjakan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh laki-laki.
Perempuan dan laki-laki mempunyai
hak yang sama dalam
menentukan pilihannya, sesuai talenta yang dimiliki sehingga saling
menunjang antara satu dengan yang lainnya.
Kesetaraan gender yang ada di dalam keluarga Retno,
terbukti adanya pemikiran ibu Retno yang tidak mau didominasi oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kaum laki-laki. Seorang ibu mempunyai kedudukan yang sama
dengan suami dalam mengatur rumah tangganya. Kita lihat penggalan
cerita novel berikut ini.
Sama seperti manusia di mana-mana laki-laki atau pun
perempuan,
aku
juga
seorang
pribadi
otonom
yang
mempunyai hak untuk menentukan diriku sendiri dengan
penuh kesadaran dan tanggung jawab. Keberadaanku sebagai
individu tidak tergantung pada siapa pun. Itulah yang selalu
kusadari, Aku sangat tidak setuju pada pandangan yang
mengatakan bahwa perempuan atau istri berada superioritas
laki-laki. Aku juga juga tidak setuju pada ajaran yang
mengatakan bahwaistri harus menempati posisi subordinat
Seolah perempuan sangat tergantung pada laki-laki dan tidak
punya kekuatan untuk melakukan sesuatu atas nama dirinya
sendiri. Suami ke surga, istri ikut saja dan kalau sang suami
masuk neraka, maka sang ostri terbawa. Memangnya barang?
depanku ada di tanganku send
2010:15-16)
Dari kutipan di atas bahwa keluarga Retno merupakan
keluarga yang demokratis. Ayah Retno merupakan sosok ayah yang
terbuka terhadap istri dan anak-anaknya. Dalam arti memberikan
kebebasan dalam menentukan dirinya sendiri dengan penuh tanggung
jawab. Ibu Retno merupakan sosok ibu yang selalu memberikan
perhatian, dan
kehangatan kepada anak-anaknya dikala senang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun sedih. Ibu yang selalu memberikan nasehat kepada anaknaknya terutama tentang peran sebagai perempuan. Perempuan tidak
harus patuh dan tunduk pada suami.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar
keluarga merupakan latar pertama yang menentukan kehidupan Retno.
Latar tersebut menjadi awal dari kemandirian Retno, terhadap
ketidakadilan gender antara laki-laki dan perempuan yang dialami
dalam kehidupan yang akan datang.
2) Retno sebagai Kekasih Aditya
Retno menjalin hubungan kekasih dengan seorang dosen di
salah satu perguruan tinggi seni di Yogyakarta. Laki-laki itu seniman
yang mulai naik daun, lelaki itu bernama Aditya. Mereka berpacaran
sudah begitu lama, sudah diketahui oleh kedua belah pihak, baik
keluarga Retno maupun keluarga Aditya.
Retno seorang gadis periang, romantis, mudah bergaul. Retno
memilih kekasih laki-laki yang mempunyai sifat yang hangat, terbuka,
periang, dan tentu saja romantis, itu semua ada pada diri Adiya. Lakilaki itu lukisannya laku keras, terutama diminati oleh orang asing.
Karena lukisannya memang mempunyai kekhasan yang di sukai
mereka. Empat sampai lima lukisannya saja sudah dapat dibelikan
mobil baru yang bagus.
Retno berpacaran dengan Aditya bukan
karena hasil lukisanya yang sedang naik daun tetapi karena sifat
Aditya yang terbuka, periang, hangat dan romantis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai kekasih seorang pelukis, Retno sudah tiga kali
dijadikan model lukisannya. Di sepanjang proses penyelesaian
lukisannya, laki-laki itu bersikap hangat, sampai Retno selalu
mengingatkannya. Hubungan Retno dan Aditya yang begitu romantis,
juga mengalami kekandasan karena Aditya seorang pelukis belum
dapat membedakan itu model lukisan dengan itu kekasihnya. Mari kita
lihat penggalan novel berikut ini.
-laki itu sedang
mencumbu modelnya yang lain di studionya, aku mampu
bersikap terkendali kendati darahku memanas sampai ke
ubun-
aki-laki itu sedang
kasmaran terhadap model lukisannya sendiri. Dia masih
belum bisa memisahkan antara kenyataan dan dunia maya
yang dihadirkanya melalui lukisannya. Setidaknya, itulah
yang kupikirkan saat memergokinya tengah bergelut mesra
dengan Sari, model lukisannya. Namun meskipun aku cukup
memahami situasinya, detik itu juga aku memutuskan
hubunganku dengan Aditya. (Maria A. Sardjono, 2010:14-15)
Kutipan di atas menunjukkan sosok Retno yang mempunyai
sikap tegas, mandiri, tidak mau dipermainkan oleh laki-laki. Di sinilah
letak ketidakadilan gender, lelaki seolah-olah dapat melakukan apa
yang dapat dia lakukan. Kisah percintaan Retno tidak semulus apa
yang dibayangkan, mengalami kepahitan, kepedihan di hati.
Setelah putusnya hubungan dengan Aditya Retno menjomblo
entah beberapa lamanya. Karena Retno dari latar keluarga yang
mandiri, tegar maka ia tidak berlarut-larut dalam kesedihan, hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memikirkan seorang Aditya yang tidak bertanggung jawab itu. Retno
berkonsentrasi dengan pekerjaannya di sebuah perusahaan swasta di
kota Gudeg Yogyakarta.
Sikap Retno mencerminkan bahwa sebagai perempuan , ia
tidak mau menerima atau pasrah pada keadaan yang membuat dirinya
tertekan, tertindas oleh kaum laki-laki. Keputusa Retno yang demikian
itu sangat didukung oleh ibunya, kebetulan pada waktu itu Retno akan
mengambil cuti untuk berkunjung ke rumah sahabatnya, waktu berada
bersama di Yogyakarta yang bernama Aryanti.
Hal ini membuktikan bahwa keputusan dan pilihan Retno
telah menepis anggapan bahwa gender merupakan sosok yang lemah,
mengedepankan emosional dan secara pasif menerima nasib dirinya
yang dikuntruksi secara gender yang lemah.
3) Retno sebagai istri Handoyo atau Yoyok
Retno akhirnya menghabiskan masa lajangnya, yaitu ia
menika dengan Handoyo panggilan akrapnya Yoyok. Yoyok adalah
mantan
suami Aryanti sahabatnya. Pada mulanya Retno menolak
diperistri Yoyok karena dia tidak termasuk lelaki idolanya, Retno dan
Yoyok sama-
sama menda-pat surat wasiat dari almarhum
Aryanti. Retno tetap menolak permintaan almarhum sahabatnya itu,
tetapi Yoyok selalu mengagungkan wasit dari almarhum istrinya,
Aryanti. Dengan termakannya waktu Retno lama kelamaan menjadi
tertarik dan jatuh cinta dengan Yoyok. Akhirnya Yoyok melamar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Retno kepada orang tuanya, yang bertempat tinggal di Yogyakarta.
Setelah diperistri Yoyok, Retno diboyong (Bahasa Jawa) dibawa ke
Jakarta, rumah suaminya, Yoyok.
Setibanya di rumah suaminya, yang tidak terpikirkan bahwa
dia menginjakkan kaki di rumah Istana Emas, yang ia beri nama.
-betul diluar pikiran Retno,
ia hidup bersama Yoyok.
Perjalanan kehidupan rumah tangga Retno dengan Yoyok
dari awal sudah tidak mengalami kebahagiaan. Bahkan satu sampai
tiga minggu, semestinya waktu bulan madu, melainkan awal dari
pertengkaran. Hal itu karena sikap Yoyok yang mengatur, mendikte
istri. Seperti penggalan novel berikut ini.
-tama, membeli gaun malam dengan model simpel,
namun jelas merupakan pakaian yang berkelas. Oleh karena
itu belilah gaun buatan desainer yang mampu menampilkan
ha
l
as Yoyok. (Maria A. Sardjono,
2010: 271)
Kutipan di atas menunjukkan sikap suami yang mendominasi
istri, istri hanya dijadikan obyek. Hal itu membuat Retno merasa
kebebasannya dipasung, ia marah tidak mau menerima perlakuan
suami terhadap dirinya. Mari kita lihat kutipan berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencetuskan apa yang kuinginkan.
kerutan yang dalam.
demi gengsimu, demi wibawamu. Aku manusia yang
memiliki keinginan dan kepribadian sendiri. Dan aku yakin,
itu tidak akan mempermalukan dirimu, istri tidak harus
abku. (Maria A. Sardjono,
2010:273)
Keributan demi keributan selalu ada dalam kehidupan rumah
tangga Retno. Dalam waktu yang belum lama Retno berumah tangga,
ia sudah tidak tahan hidup bersama suaminya, Yoyok. Akhirnya Retno
pulang ke rumah orang tuanya, Yogyakarta. Ia memutuskan untuk
bercerai dengan Yoyok, suaminya.
Setelah sampai di rumah orang tuanya ia merasa nyaman,
adanya kedamaian. Inilah betul-betul rumah di mana seisi penghuni
rumah merasa nyaman. Dua hari kemudian suami Retno menyusul,
mengajak Retno pulang ke Jakarta karena akan ada pertemuan dengan
rekan bisnisnya.
Retno menolak ajakan suaminya, karena Retno merasa
dirinya tidak sehat, perutnya mual, dan kepalanya terasa pusing sekali.
diperiksakan ke Rumah Sakit, ternyata Retno telah hamil. Sejak itu
keadaan rumah tangga Retno mulai berubah, Yoyok sebagai suami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang tadinya selalu memaksakan kendaknya. Mari kita lihat
perubahan Yoyok pada penggalan novel berikut ini.
saja dari mulutku.
-
Ya Tuhan, inikah laki-laki berwibawanyang ditakuti dan
seratus persen, Mas. Hanya orang hamil yang bisa
terdiam, Bola matanya yang menataku tampak aneh saat dia
sedang mencerna perkataanku smpai akhirnya ia berseru
dengan suara serak sambil merengkuh kepalaku, menciumi
rambut dan dahiku.
-
kepadamu. Maafkan pula aku telah menamparmu beberapa
hari yang lalu. Padahal saat itu kau sudah mengandung
anakku dan mungkin emosimu sedang labil akibat kehamilan
menemani retno sampai ia kuat melakukan perjalanan
-laki itu bicara kepada sepupunya.
belum kuambil sama se
397)
commit to user
396-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kutipan di atas menggambarkan betapa senangnya seorang
suami yang akam mempuanyai anak. Dan betapa bahaginya seorang
istri yang menggandung buah hatinya, sekaligus merubah sifat
suaminya yang kaku, angkuh, berwibawa, bossy menjadi sikap yang
lembut, perhatian dan penuh kasih sayang.
Novel Istana Imas merupakan gambaran citra perempuan
Jawa dalam masyarakat, yaitu latar belakang kehidupan keluarga yang
sederhana.
Keluarga
yang
mengutamakan
anak-anaknya
berpendidikan tinggi, saling menghormati satu dengan yang lainnya.
Retno sebagai tokoh utama dalam novel Istana Emas ia
dibesarkan dalam keluarga yang harmonis, penuh pengertian sehingga
Retno merasa nyaman hidup bersama ayah dan ibunya. Mari kita lihat
penggalan cerita berikut ini.
...Setidaknya
menurut
pandandanganku,
suatu
tinjauan
berlatar belakang kehidupanku yang sederhana bersama
orang tua dan saudaraku. Kami memang hidup di bawah atap
rumah yang sedang-sedang saja. Ayahku pegawai pemerintah
tingkat madya yang bersahaja, lugu dan terlalu jujur. Beliau
tidak bisa mengisi rumah kami dengan pelbagai perabot
mewah. Satu-satunya kemewahan, itu pun kalau disebut
mewah adalah piano tua warisan kakek untuk Ibu. Meski
rumah kami dan seluruh isinya tidak memperlihatkan sesuatu
yang mewah, rumah itu benar-benar terasa seperti tempat
tinggal yang nyaman dan memberi kehangatan pada masingmasing penghuninya. (Maria A. Sardjono, 2010:6)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada kutipan di atas bahwa Retno mengalami hidup yang
penuh kehangatan di dalam keluarganya. Keluarga yang pas-pasan,
yang menerima suatu keadaan, tidak ngoyo (Bahasa Jawa) tidak
ambisi, penuh perjuangan sehingga hidupnya selaras.
Penuh perjuangan secara batin, terbukti kehidupan keluarga
Retno penuh dengan kehangatan, keterbukaan sehingga menjadikan
anak-anak yang mandiri. Perjuangan secara lahiriah, terbukti anakanak dari keluarga tersebut, semua berpendidikan sampai perguruan
tinggi, dengan gelar sarjana.
Novel
Isatana
Emas
selain
menggambarkan
sosok
perempuan Jawa yang berlatar belakang keluarga yang hidup
sederhana, juga mengambarkan sosok laki-laki berlatar belakangan
kehidupan yang sangat mewah, yang bertempat tinggal di Jakarta.
Laki-laki tersebut bernama Handoyo, panggilan akrapnya Yoyok.
Sosok Yoyok digambarkan dalam novel Istana Emas merupakan lakilaki yang angkuh, angker, wibawa, selalu menjaga jarak, bossy. Hal
itu dikarenakan didikan ayahnya yang terlalu keras, sedangkan ibunya
mendidik dengan kelembutan. Mari kita lihat kutipan novel berikut
ini.
ibunya sangat lembut dan patuh terhadap apa pun kemauan
suaminya, kecuali dalam menunjukkan kasih sayangnya
terhadap Mas Yoyok. Beliau tak peduli pada pendapat sang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suami bahwa kasih sayangnya bisa menyebabkan pribadi
anaknya menjadi lemah. Sementara sang ayah ingin agar Mas
Yok tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, besar daya
juangnya, keras dalam sikap, rasional, dan hal-hal semacam
itu. Sebaliknya sang ibu yang ahli bermain piano, ingin
anaknya memiliki kelembutan hati. Selain mendidiknya agar
memiliki kearifan dan kepekaan terhadap kebutuhan orang
lain, ia mengajari Mas Yoyok bermain piano. Maka
tumbuhlah dia menjadi pribadi yang u
Sardjono, 2010:362)
Dari kutipan di atas dapat kita analisa bahwa sikap Yoyok
yang angkuh, keras, memaksa, bossy dikarenakan dari latar
keluarganya. Keluarga yang mendidik anak-anaknya tidak sejalan
antara ayah dan ibunya akan menjadikan sikap Yoyok yang unik dan
sulit dipahami.
Yoyok merupakan anak satu-satunya yang masih hidup.
Yoyok mempunyai satu saudara tetapi sudah meninggal dunia. Jadi
ayahnya mengharapkan Yoyok sebagai laki-laki yang kuat, penuh
juang, tidak boleh lemah. Sebaliknya ibunya mengharapkan Yoyok
sebagai laki-laki yang mempunayi hati yang lembut, memiliki
kearifan, dan peka terhadap orang lain yang membutuhkan.
Ibu Yoyok, merupakan satu-satunya orang yang ia kasihi,
sebagai tempat di mana Yoyok bisa tampil tanpa topeng-topeng yang
keras telah hilang dari kehidupannya. Karena ibu Yoyok telah
meninggal dunia. Mari kita lihat penggalan cerita novel berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tergoncang. Tetapi ayahnya sangat marah melihat kelemahan
hatinya itu. Ketika memergoki Mas Yoyok bermain piano
untuk mengenang ibunya, Sang ayah langsung melarangnya
bermain piano. Alasannya, kelembutan semacam itu bisa
melemahkan daya juang seseorang. (Maria A. Sardjono,
2010:363)
Dari kutipan di atas menjadikan sikap yoyok yang sulit
menjalin keakrapan dengan orang lain. Bahkan dengan istrinya pun ia
harus berbeda kamar, karena didikan ayahnya yang terlalu keras
menjadikan ia tidak mampu menjalin hubungan yang hangat dengan
istrinya.
3. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Istana Emas
Nilai
pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia
untuk meningkatkan dan menegakkan harkat dan martabat manusia
sehingga dapat mewujudkan manusia berbudaya. Nilai-nilai pendidikan
sangat erat kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra yang baik
(termasuk novel) selalu mengungkapkan yang dimaksud dapat mencakup
nilai pendidikan moral, agama, sosial, maupun nilai estetis (keindahan).
Nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dari novel Istana Emas karya
Maria A. Sardjono adalah nilai agama, nilai moral, nilai sosial, dan nilai
budaya/adat.
Nilai merupakan segala sesuatu tentang baik buruk, yang memiliki
sifat-sifat atau hal-hal penting dan berguna bagi kemanusiaan. Adanya nilai,
manusia dapat merasakan kepuasan, baik lahir maupun batin. Suatu nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
apabila dihayati seseorang dengan baik, maka akan sangat berpengaruh
terhadap cara berpikir, bersikap, maupun cara bertindak untuk mencapai
tujuan hidupnya.
a. Nilai pendidikan Agama
Keterkaitan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan
cermin
sikap
manusia
religi.
Melalui
agama
manusi
dapat
mempertahankan keutuhan masyarakat agar hidup dalam pola
kemasyarakatan yang telah ditetapkan. Agama sekagus menuntun
manusia untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Gambaran nilai religi yang ada dalam novel Istana Emas ini
tidak tersurat oleh tokohnya, tetapi apa yang tersirat di dalamnya telah
menggambarkan kereligian tokohnya. Mari kita lihat penggalan cerita
berikut ini.
hanyalah titipan Tuhan
semata dan hanya merupakan sarana untuk mencapai kehidupan
yang mapan serta bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan
2010:254)
Menurut kutipan di atas bahwa seseorang hidup itu tidak
semata-mata untuk mencari harta-benda saja. Tetapi manusia harus
seimbang kehidupannya antara jasmani dan rohani, kekayaan,
ketampanan yang bersifat lahiriah hanya merupakan sarana untuk
mencapai suatu tujuan yaitu kepada Sang Pencipta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a berdosa kalau membiarkan diriku menerima
hadiah
terus-terusan. Nah, itulah yang sebenar-benarnya
sangat banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Untuk membeli bahan pokok kebutuhan vital seperti beras
misalnya, mereka harus membanting tulang dan memeras
keringat.
Maka
kalau
aku
terlalu
bergelimang
dalam
utku. (Maria A. Sardjono,
2010:279)
Dialog tokoh dalam kutipan diatas menunjukkan bahwa tokoh
perempuan yang bernama Retno. Retno menunjukkan sikap berbagi
dengan orang miskin atau orang yang kurang mampu. Terbukti dengan
sikapnya yang tidak mau bergelimang kemewahan, ia merasa berdosa
apabila menuruti kehendak hatinya sendiri. Memberikan atau berbagi
sebagian harta-bendanya merupakan salah satu ajaran agama. Ia selalu
menyebut-nyebut nama Tuhan.
janin itu terlepas dari rahimku. Tolong, Tuhan, ampuni
Dari kutipan di atas menunjukan bahwa manusia tidak berdaya,
manusia merupakan mekhluk yang sangat lemah di hadapan Tuhan.
Maka kita selalu ingat dan bertakwa kepadaNya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral yang ada dalam novel Istana Emas berupa
perhatian, kasih sayang ibu terhadap anaknya. Seorang ibu tidak akan
meninggalkan sedetik pun kepada anaknya apabila anaknya sedang
mengalami kesulitan.
nduk.
depanmu ada di tanganmu sendiri
2010:15)
Kutipan di atas tersirat bahwa hubungan ibu dan anak
merupakan hubungan yang terbuka, saling memperhatikan antara ibu
dan anak. Sehingga seorang ibu menasehati anaknya yang sedang
mempunyai masalah. Ibu menasehati tentang masa depan anaknya.
2010:16)
Retno sebagai anak, ia memperhatikan dan patuh pada nasehat
ibunya. Karena memang betul apa yang dinasehatkan ibunya, yang
sudah berpengalaman dengan istilah sudah banyak makan garam
dalam kehidupan. Pendidikan moral yang diterapkan Yoyok kepada
pelamar pekerjaan, pada perusahaan yang dipempinnya. Mari kita
lihat penggalan ceritaa berikut ini.
Mas Yoyok. Orangtuanya tinggal di sana. Tetapi sejak dia
mendapat pekerjaan di Jakarta, dia tinggal di sini bersama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hal-hal seperti itu Mas Yoyok tidak mau tahu kerena sedah ada
bagian yang mengurusnya. Jadi tidak istilah sahabat, saudara,
atau yang macam itu dalam penerimaan karyawan di perusahaan
Mas Yoyok. Yang penting memiliki kemampuan dan kapasitas
Meskipun ada banyak hal yang tidak sejalan diantara kami,
tetapi dalam hal-hal tertentu seperti yang kau katakan tadi, aku
sangat setuju. (Maria A. Sardjono, 2010:52)
Cara menyeleksi karyawan Yoyok sangat bagus, ia tidak
membedakan itu saudara atau bukan. Dia menerima karyawan
berdasarkan kemampuan dan SDM. Dalam menerima karyawan tidak
nepotisme, walaupun Purnomo itu saudara sepupunya tetap dites
seperti karyawan lainnya.
akan ada jalan yang lebih baik di mana kalian bisa menemukan
titik-titik penyesuaian, Seperti yang sudah kukatakan, tahuntahun pertama perkawinan adalah merupakan tahun-tahun
penyesuaian. Dan itu memang bisa menguras energi kita, fisik
maupun mental. Tetapi mudah-mudahan kalian berdua bisa
segera mengatasi perbedaan yang ada. Ingat, di dunia ini tak ada
orang yang persis sama segalanya. Saudara kembar pun
mempunyai pandangan hidup sendiri-sendiri. Jadi janganlah
membiarkan diri tenggelam dalam masalah yang diakibatkan
oleh perbedaan, karena tidak akan pernah ada habis
A. Sardjono, 2010:99)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perhatian seorang sahabat sejati, selalu menasehati dikala
sedang mengalami masalah. Aryanti mencurhatkan tentang keadaan
dirinya, tentang awal-awal pernikahannya. Retno sebagai Sahabat
sejati ikut merasakan keluh kesah yang dialami Aryanti, setidaknya
dia memberikan nasehat, agar dapat meringankan beban pikiranya.
c.
Nilai Pendidikan Sosial
Nilai pendidikan sosial melalui dialog antar tokoh dalam novel
Istana Emas ini berujud perhatian, tukar pendapat.
mendengar banyak mengenai bagaiman kehidupanmu sehari
hari. Kalau kau memang ingin mengetahui pendapatku,
mengelak.
kaudapat dari yang sedikit itu, Retno. Ayolah jangan pelit-pelit.
Aku tidak apa-apa kok. Cuma sekedar ingin tahu s
A. Sardjono, 2010:30)
Sebagai makluk sosial manusia akan selalu berinteraksi dengan
orang lain. Manusia saling membutuhkan, saling memberi dan saling
menerima. Petikan di atas menggambarkan sosok tokoh Aryanti yang
sangat membutuhkan pendapat sahabatnya tentang dirinya. Nasehat
atau saran dari teman, mungkin akan dapat meringankan apa yang
menjadi beban pikirannya.
Tiga sepupunya yang kuliah di jakarta dan pernah tinggal bersama
kami, pergi satu per satu, pindah ke tempat lain. Kecuali Purnomo.
Laki-laki itu termasuk orang yang tahan banting. Ia bisa bersikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
acuh tak acuh menghadapi Mas Yoyok yang sering otoriter. Dia
juga bisa mengikuti arah angin yang nditiupkan oleh Mas Yoyok.
Mungkin itu karena pembawaannya yang periang dan suka
menyelesaikan suatu urusan di Je
dengan berbagai aturan yang berlebihan, seperti yang sering
dilakukan oleh Mas Yoyok. Orangnya enak diajak bicara apa saja,
santai dan
50-51)
Manusi sebagai makluk sosial tidak bisa terlepas berinteraksi
dengan yang lain. Kutipan di atas membuktikan bahwa seangkuhnya
manusia seperti yang digambarkan tokoh Yoyok, dia tidak dapat hidup
sendiri. Dia bekerja tidak bisa sendiri, hal itu disadari atau tidak disadari .
Yoyok tetap membutuhkan orang lain ternyata dia menyuruh Purnomo
untuk mengurus urusannya ke Jepang.
Manusia memang mempunyai sifat dan gaya sendiri-sendiri dalam
berinteraksi, ada orang berinteraksi dengan akrab, ada pula yang
menyebalkan, tidak bersahabat dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan Mbak Diah biasa mengobrol
dan bercanda macam-macam sampai pintu kamar diketuk Ibu,
meminta kami agar tidak gaduh. Pokoknya ada-ada saja yang
terjadi di rumah kami yang tidak besar itu, sehingga seperti kataku
kamar yang sama, konflik juga lebih mudah terjadi. Tetapi karena
rumah kamii tidak besar, Ibu atau Bapak langsung tahu kalau ada di
antara kami sedang bersitegang. Maka mereka mengharuskan kami
segera menyelesaikan masalah yang menyebabkan pertengkaran itu
dan menyuruh kami berda
67-68)
Dalam petikan novel di atas bahwa interaksi sosial yang ada dalam
kelurga Retno, menunjukkan hubungan yang sangat akrap, semua
anggauta keluarganya saling terbuka satu dengan lainnya.
Aku menahan senyum mendengar Sandra menyebut temen-teman
kita kuliah dulu. Yah, di sela-sela perasaan duka, bisa sedikit
mengungkit kenangan indah masa lalu cukup mengurangi
kepedihan
hatiku.
Kebersamaan
dan
keakraban
memang
merupakan obat mujarab. Begitupun ketika menjelang sore jenazah
a-
membawa keranjang-keranjang berisi bunga tabur dan rangkaian
bunga yang dibeli Tina tadi pagi. (Maria A. Sardjono, 2010:138)
Kutipan di atas menunjukkan kesetiakawanan mereka, saling
mendukung satu sama lainnya. Mereka saling berinteraksi, demi
sahabatnya, Aryanti. Di saat Aryanti menjelang kematiannya teman-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
temannya sudah pada datang mereka berasal dari Yogyakarta dan Jakarta.
Mereka menunggui Aryanti di saat ajalnya datang.
Kalau kau tidak ingin memberi bantuan kepada orang yang tak
mampu, berikan saja kelebihan uangmu kepada badan atau yayasan
sosial. Pada rumah jompo, misalnya. Atau ke asrama yatim-piatu,
pada penderita cacat, atau tempat penampungan bagi mereka yang
mengalami bencana alam dan mangalami kehilangan pekerjaan.
Kalau mau lebih mulia lagi, ciptakan lapangan kerja. Dengan
uangmu kau banyak melakukan banyak hal yang mulia dan
bermanfaat bagi orang banyak daripada menimbuni hadiah-hadiah
mubazir untukku. (Maria A. Sardjono, 2010:281)
Nilai sosial yang ada dalam kutipan di atas, merupan kegitan sosial.
Seseorang apabila terjun pada kegiatan sosial merupakan kegitan yang
tidak mengharapakan imbalan. Kutipan di atas merupakan saran dari
seorang istri kepada sang suami untuk menyumbangkan uangnya kepada
kegiatan sosial.
Seoarang
istri
yang
berpandangan
luas
kedepan,
akan
menguntungkan pikah lain. Pemikiran seorang istri itu mempunyai nilai
sosial yang tinggi, dia bener-bener memperhatikan kepentingan orang lain
di atas kepentingan diri sendiri.
d.Nilai Pendidikan Kebudayaan/Adat Istiadat
Nilai budaya merupakan nilai yang berasal dari kebiasaan, yang
turun-temurun yang berkembang dalam masyarakat, dan tidak bertentangan
aturan-aturan yang berlaku di suatu
daerah dan negara. Dalam novel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Istana Emas ini digambarkan orang Jawa, bahwa perempuan itu seolah-olah
hanya merupakan pelengkap saja. Sepeti penggalan cerita berikut ini.
Aku sangat tidak setuju pada pandangan yang mengatakan bahwa
perempuan atau istri berada di bawah superioritas laki-laki. Aku juga
tidak setuju pada ajaran yang mengatakan bahwa istri harus
menempati posisi subordinat sehingga
Seolah perempuan sangat tergantung pada
laki-laki dan tidak punya kekuatan untuk melakukan sesuatu atas
nama dirinya sendiri. (Maria A. Sarjono, 2010:16)
Kutipan di atas digambarkan oleh sosok perempuan tokoh tambahan,
yaitu seorang ibu yang hidupnya sudah modern. Orang jawa pada jaman
dahulu menganggap, perempuan itu kerjanya di dapur, mengurus anak, dan
mengurus rumah tangga. Perempuan di Jawa seperti penggalan di atas
merupakan wanita yang ditindas, perempuan yang lemah, seolah-olah
mengurus dirinya sendiri tidak bisa. Tetapi adat tersebut bergesernya jaman,
perempuan Jawa sudah maju, hal itu sudah tidak berlaku lagi.
Pada dasarnya, Aryanti adalah perempuan yang periang, senang
berdiskusi, dan menyukai kemajuan. Tetapi ibunya yang bangsawan
keraton Solo itu telah mendidik anak-anak perempuannya dalam
asuhan budaya patriaki dan memegang nilai-nilai feodal. Salah
satunya, kedudukan seorang istri hendaknya berada di bawah
dominasi suami. Seorang istri harus patuh terhadap suami dan
menomersatukannya. Termasuk kemauannya. Keinginan bahkan citacita diri sendiri harus dinomorsekiankan. (Maria A. Sardjono, 2010:
90).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari kutipan di atas bahwa adat Jawa, itu selalu memenangkan suami.
Adat tersebut digambarkan sosok ibu Aryanti yang masih keturunan kerabat
bangsawan. Seorang istri harus tunduk, patuh, menuruti kemauan suami,
istri hanya merupakan obyek penderita saja. Tetapi Aryanti sebagai anak
yang dididik dengan kebudayaan seperti tersebut di atas, sebetulnya
menolak adat budaya ibunya itu.
Aryanti orang yang sudah modern, berpendidikan dia tidak sependapat
dengan ibunya. Sebagai istri harus tunduk, patuh, dan menuruti apa yang
dikehendaki suami. Sehingga dalam rumah tangganya Aryanti tidak
bahagia, karena penyakit kankernya dia akhirnya meninggal dunia.
e. Nilai Budi Pekerti
Nilai budi perkerti sangat erat hubungannya dengan tuturkata, tingkah
laku, sopan santun seseorang, juga dapat dikatakan tutur kata dan tingkah
laku seseorang dapat mencerminkan kepribadiannya.
Novel Istana Emas mengisahkan tokoh yang mempunyai sopan santun
yang baik terhadap orang tuanya, mari kita perhatikan cuplikan berikut ini.
Tokoh tersebut digambarkan oleh sosok Retno sebagai tokoh utama
dalam novel Istana Emas, Retno seorang anak yang patuh terhadap nasehat
ibunya. Cuplikan tersebut menunjukan sikap dan budi pekerti seorang anak
terhadap orang tua, khususnya ibu. Nilai budi pekerti dapat diartikan sebagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketaatan atau kepatuhan yang dilakukan seorang istri, hal ini diperankan oleh
tokoh Aryanti. Mari kita simak penggalan cerita novel di bawah ini.
berusaha untuk menerima apa pun yang dimauinya dan apa pun yang
dilakukannya tanpa banyak komentar, yah....semuanya jadi berjalan
dengan baik. Bagiku yang penting adalah kedamaian dan ketenangan
meskipun aku sadar kedamaian dan ketenangan itu nyaris semu
(Maria A. Sardjojo, 2010:55)
Kutipan cerita di atas menunjukkan bahwa seorang istri yang
patuh dan taat terhadap suaminya. Aryanti sebagai istri mempunyai sikap
yang selalu tunduk terhadap suami, walaupun hatinya sangat tertekan. Aryanti
menginginkan agar dalam rumah tangga tidak terjadi pertengkaran, tetapi di
sisi lain hati Aryanti tidak menerima sikapnya sendiri. Sikap, tutur kata, dan
perilaku suami-istri yang menunjukkan kebagiaan, yaitu yang diperankan
oleh sosok Retno dan Yoyok. Kita lihat penggalan novel di bawah ini.
dalam istana emas ini kita akan membangun kehidupan yang hangat
pandainya kau memberi nama yang tepat, di saat yang tepat pula untuk
Aku tersenyum. Kukecup dagunyaa. Untuk apa aku menceritakan
bahwa nama itu sudah lama kuberikan pada rumah besar ini. Tetapi
kalau dulu istana emas yang kumaksud merupakan bangunan megah
dan mewah yang dingin tanpa kehangatan dan kenyamanan karena
hanya simbol prestise belaka, kini maknanya sudah sangat lain. Kini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
istana yang baru saja kumasuki adalah tempatku dan Mas Yoyok
membentuk keluarga yang penuh cinta kasih. Kami berdua sama-sama
semakin sadar bahwa besar atau kecil, sederhana atau mewah sebuah
rumah, tidak layak disebut sebagai istana emas jika tidak ada kekayaan
cinta dan kehangatan di dalamnya. (Maria A. Sardjono, 2010:404-405)
Uraian penggalan di atas, merupakan gambaran sosok sepasang suamiistri yang saling mengungkapkan persaannya. Istri yang diperankan oleh
sosok yang bernama Retno, Retno sebagai seorang iestri yang sangat bahagia,
penuh kehangatan lahir maupun batinya. Tutur kata dan sikap seorang istri
yang berbudi pekerti akan membuat suami selalu memberikan terbaik untuk
istrinya.
f. Nilai Pendidikan Gender
Untuk memahami konsep gender dibedakan dengan kata kata seks
(jenis kelamin), pengertian jenis kelamin ditentukan secara biologis.
Misalnya, jenis laki-laki memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing)
sedangkan
perempuan
memiliki
rahim,
saluran
untuk
melahirka,
memproduksi sel telur. Konsep gender juga suatu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki meupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun
kultural. Misalnya perempuan dikenal; lemah lembut, cantik, emosional,
keibuan sementara laki-laki dianggap; kuat, jantan, perkasa. Sifat-sifat itu
dapat dipertukarkan dengan, terjadinya dari waktu ke waktundan dari tempat
ke tempat lain. (Fakih, 2012:8-9)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai pendidikan gender yang ada di dalam novel Istana Emas yang
diperankan oleh sosok Retno sebagai peran utama. Mari kita lihat penggalan
cerita di bawah ini.
Kukenali diriku sendiri, aku bukan perempuan lemah. Aku pasti
mampu mengatasi masalah yang sebenarnya bisa kuatasi dengan
perlawanan. Kalau Mas Yoyok menganggap keberadaan seorang
istri sebagai penyalur kebutuhan biologisnya, kenapa aku tidak bisa
melakukan hal yang sama? Begitulah, dengan pikiran seperti itu
ketiga obat yang masih ada di atas telapak tanganku itu kulempar ke
arah sudut kamar. Aku tidak mau mengunsumsinya. Ketiga obat itu
pun membentur dinding sehingga menimbulkan suara gemersik.
(Maria A. Sardjono, 2010:263)
Retno berusaha untuk mengatasi atau menguasai dirinya dengan
tidak ketergantungan dengan obat. Di akhir-akhir ini dia sering pusing, karena
banyak masalah yang menyelimuti pikirannya. Seolah-olah suaminya
menganggap Retno sebagai penyalur biologisnya. Untuk mengatasi supaya
Retno tidak tergantung pada obat, maka obatnya di lempar. Perempuan harus
kuat tidak boleh lemah, tidak tergantung pada suami saja.
Retno berlatar belakang dari keluarga yang sederhana, demokratis
Ibu selalu mengajarkan kepada anak-anak dan tidak membedakan anak lakilaki ataupun anak perempuan termasuk bapak. Pada hari libur kebiasaan
keluarga Retno selalu masuk ke dapur dan meliburkan pembantu rumah
tangga untuk tidak memasak. Seperti penggalan cerita novel di bawah ini.
Kami sekeluarga bisa memasak dan lumayan enak, bahkan Mas
Bayu bisa mendapat tambahan pemasukan yang lumayan besar
commit to user
esetaraan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gender menjadi isu hangat, ibuku sudah menerapkannya di dalam
keluarga. Semua pekerjaan harus bisa dilakukan oleh semua
anaknya, laki-laki maupun perempuan. Kalau ada perbedaan, itu
bersifat individual bukan karena jenis kelaminnya tetapi karena
(Maria A. Sardjono, 2010:293)
Dari uraian di atas bahwa Ibu Retno selalu mengajarkan pendidikan
gender walaupun tidak dikemas secara langsung. Penerapan perilaku Ibu
Retno yang tidak membedakan antara anak-anak laki-laki maupun perempuan
hal pekerjaan yang ada di rumah itulah merupakan pendidikan gender di
dalam keluarga Retno. Walaupun perempuan selalu menginginkan kesetaraan
gender anatra kaum laki-laki dan perempuan namun kenyataannya di dalam
kehidupan belum mencapai hasil yang signifikan seperti penggalan cerita di
bawah ini.
outsider
sudahlah, kita kembali saja pembicaraan ke pokok persoalannya.
Nah, untuk acara jamuan maka itu kau mau memesan masakan di
Sardjono, 2010:296)
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Eksistensi Perempuan dalan Novel Istana Emas
Dalam kegiatan kehidupanya manusia senantiasa berusaha untuk
memperbaiki kualitas hidupnya. Manusia dikatakan sebagai makluk sosial,
maka manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam komunitas sosial,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masing-masing individu saling berinteraksi. Pada awalnya, manusia dalam
komunitas sosial tradisional ketika belum ada hak milik pribadi, manusia
berusaha memenuhi kebutuhan pokok saja. Misalnya kebutuhan makan,
perumahaan, dan pakaian .
Sejalan dengan perkembangan pemikiran dan teknologi manusia tidak
sekedar memenuhi kebutuhan pokok saja, tetapi juga kebutuhan lainnya,
sekunder. Perubahan demi perubahan yang dilakukan oleh manusia untuk
mengubah kualitas hidupnya, maka akan tercapai proses kehidupan yang
lebih baik. Proses tersebut dalam penelitian menun jukkan sebagai
eksistensi, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang untuk
perubahan pada dirinya.
Persoalan eksistensi perempuan, pada dasarnya sama dengan
eksistensi manusia secara umum, yaitu terkait dengan permasalahpermasalah dalam kehidupan sehari-hari. Bagaiman cara perempuan
menghadapi masalah dalam usaha memunculkan eksistensi dirinya dari
masyarakat.
Persoalan perempuan berkaitan dengan masalah kesetaraan gender,
hal ini memang dapat mengundang rasa simpati yang cukup besar dari
masyarakat luas. Permasalahan gender erat kaitannya dengan persoalan
keadilan sosial. Kesetaraan gender ini merupakan suatu konsep yang sangat
rumit dan mengundang kontroversial. Hingga saat ini belum ada konsensus
mengenai pengertian dari kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan yang dimaksud, kesamaan hak dan kewajiban tentunya yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adil peduli terhadap perkembangan dan kebebasan perempuan. (Rian
Nugroho, 2011:28).
Dalam novel Istan Emas, konsep eksistensi dapat dilihat melalui tokoh
Retno. Karena terdorong kesadaran untuk mengubah dirinya agar tidak
diperlakukan semena-mena oleh suami. Berbagai cara ditempuh untuk
mewujudkan rencananya. Cara yang diambil untuk mengubah sifat
suaminya, dilakukan dengan rasa penuh tanggung jawab dan dengan rasio
yang masuk akal. Dalam pembahasan berikut ini dianalisis eksistensi tokoh
perempuan yang terwujud dalam pilihan-pilihan perempuan dan perlawanan
perempuan.
a. Kebebasan Memilih bagi Perempuan dalam Novel Istana Emas
Salah satu isu paling hot dewasa ini adalah
sungguh mudah diucapkan, namun tidak mudah untuk dipahami. Seperti
dikatakan Gayle Rubin sebagai mana dikutip Riant Nugroho (2010:1)
Bahwa gender sebagai social construction and codification of differences
between the sexes refers to social relationship between women and men.
Mudahnya pembedaan peran perempuan dan laki-laki di mana yang
membentuk adalah konstruksi sosial dan kebudayaan, jadi bukan karena
konstruksi yang di bawa sejak lahir.
Dalam pembangunan di Indonesiapun, menjadikan perempuan
menjadi sebuah kelompok yang dipasung. Salah satunya adalah program
Keluarga Berencana, memang tanpa program KB Indonesia akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengalami kesejahteraan yang minimum. Kb membuat setiap warga
Indonesia hari ini mempunyai kesadaran untuk membatasi kelahiran. Dan
hal ini merupakan salah satu kedewasaan suatu kelompok masyarakat.
Namun, pada awalnya yang menjadi target dari KB adalah kaum
perempuan, khususnya perempuan dipedesaan. Dengan KB, seolah
mereka tidak mempunyai hak untuk mengontrol tubuh dan alat
reproduksi. Pil KB, suntik, spiral (IUD), susuk, hingga sterilisasi
mengarah kepada kaum perempuan, karena memang lebih mudah untuk
mengintimidasi perempuan dari pada laki-laki.
Amartya Sen dalam (Riant Nugroho, 2011:20) mengamanatkan
bahwa pembangunan pada dasarnya dan pada akhirnya adalah
membebaskan individu-individu secara setara untuk mengembangkan
kualitas diri dan kelompoknya.
Dapat diuraikan, kebebasan memilih bagi perempuan tercermin
dalam sosok tokoh yang bernama Retno, dalam novel Istana Emas.
Dalam novel tersebut karena terdorong untuk meraih kebahagian hidup
di dalam rumah tangganya, Retno berusaha keluar dari keterpurukan
yang terjadi pada dirinya. Untuk mencapai harapan serta tujuan tersebut,
diperlukan keberaniaan. Setiap individu dalam membuat keputusan dan
pilihan-pilihan pribadi yang bermanfaat bagi masa depannya. Pilihanpilihan perempuan yang dapat dikategorikan sebagai ekspresi eksistensi
adalah pilihan yang dibuat oleh Retno dan Sekar untuk menunjukkan
keberadaan dirinya. Pilihan yang dilakukan Retno dan Aryanti dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diklasifikasikan dalam bentuk kebebasan menentukan nasibnya sendiri,
kebebasan memilih pendidikan, kebebasan memilih pekerjaan, kebebasan
memilih pasangan hidupnya.
Menurut Riant Nugroho (2011:43), mengutip bahwa dinegeri kita,
-nukilan sejarah
terutama
saat
terjadinya
kolonialisme
Belanda.
Guratan-guratan
keprihatinan sekaligus protes R.A. Kartini dalam tulisan lewat suratsuratnya ke para sahabatnya di Belanda menjadi salah satu bukti atas
terjadinya fenomena tersebut. Di dalam kebudayaan Jawa, secara kultur
historis dapat ditemukan kenyataan bahwa perempuan ditempatkan
sebagai the second sex. Tercermin den
swargo
nunut,neroko katut
istri hanya tergantung pada suami. Tersirat bahwa peran perempuan
hanya berfungsi sebagai peran pendukung semata.
Perempuan dalam hal ini dianggap merupakan sosok seseorang
yang tidak berdaya, lemah, tidak berhak menentukan pilihanya sebagai
makluk ciptaan Tuhan. Dalam hal ini laki-laki secara bebas mendominasi
kaum perempuan, perempuan merupakan kaum terjajah. Dengan
demikian, perempuan menurut pandangan tersebut merupakan sosok
yang harus patuh, dan tunduk terhadap kaum lelaki walau pun di dalam
hatinya dia memberontak tetapi tidak berdaya. Namun, pandangan
tersebut ditolak oleh Retno sebagi sosok tokoh utama dalam novel Istana
Emas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bahwa secara emosional perempuan memiliki hak otonom,
sehingga bukan hanya menjadi obyek laki-laki saja. Suami menganggap
bahwa seorang istri harus dimiliki seutuhnya, yang harus tunduk, patuh,
mengiyakan apa yang dimau suami. Retno sebagai istri menolak sikap
suaminya, seolah-olah istri hanya merupakan barang saja. Bukannya
seorang suami harus melindungi, dan bersama-sama menciptakan
suasana rumah tangga yang nyaman, tenteram, dan akhirnya mencapai
kebahagiaan.
Bertolak dari uraian tersebut dapat diasumsikan sebagai upaya
perempuan untuk membebaskan diri dari jeratan pandangan patriarki.
Pandangan yang telah berakar kuat itu, memberikan batasan kepada lakilaki dan perempuan untuk beraktivitas pada wilayah tertentu yang
dikontruksi secara paten oleh masyarakat umum. Kapitalis dan patriarki
dalam asresiasif terhadap perempuan, bahwa kapetalismelah yang
membagi pekerjaa yakni domestik dan publik. Dalam hal ini perempuan
diberi peran sebagai domestik, sedangkan laki-laki diberikan keleluasan
untuk mengambil peran publik. Dalam hal seks, laki-laki memperlakukan
perempuan sesuai dengan keinginan dan kepentingannya. Sebagai wujud
dari eksistensi perempuan bahwa ketika Retno memutuskan untuk
menyudahi masa lajangnya, dan memutuskan untuk menikah. Hal ini
mencerminkan bahwa kebebasan bagi perempuan diakui hak-haknya
sebagai manusia yang utuh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Perlawanan Perempuan dalam Novel Istana Emas
Dalam sejarah kesadaran pembentukan gerakan perempuan di
Perancis, merupakan simbol bagi perlawanan berbagai golongan dalam
masyarakat yang menghendaki perubahan dari pemerintahan kerajaan
menjadi
republik.
Dengan
semboyan
(kebebasan dari penindasan, persamaan
liberte,
egalite,
fraternite
hak dan persaudaraan).
Sedangkan di Inggris, hak-hak perempuan cukup dipasung. Hal ini
ditandai belum diperbolehkan perempuan untuk memilih dalam pemilu.
Mulai abad ke-19 masyarakat Inggris juga mengalami perubahan
dibidang politik, sosial, ekonomi.
Keadaan serupa juga terjadi di wilayah dunia bagian Timur, di
Jepang abad ke-19 yaitu gerakan rakyat yang menghendaki perubahan
positif dalam masyarakat. Gerakan perempuan menuntut persamaan hak
pria dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, peningkatan
pendidikan, penghapusan sistim selir dan penghapusan perizinan
pelacuran. Gerakan perempuan timbul seiringnya dengan gerakan
kemerdekaan, negara-negara yang dijajah. Rakyat menolak penindasan
ekonomi dan kultur oleh bangsa asing. (Riant Nugroho, 2011:48-49)
Pada intinya gerakan perempuan di wilayah Asia dan Afrika
merupakan respon perlawanan terhadap kolonialisme dan adat istiadat
yang
dirasakan
bertentangan
dengan
perikemanusiaan.
Gerakan
perempuan yang sejak tahun 1960-an disebut gerakan feminis pada
intinya mempunyai
mempunyai tujuan memperoleh perlakuan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lebih baik. Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan untuk
membentuk masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Suzannne dkk yang dikutip (Riant Nugroho, 2011:4), mengartikan
gender adalah
laki-laki supaya kelak menjadi anak perempuan dan laki-laki serta
berlanjut sebagai perempuan dewasa dan laki-laki dewasa. Mereka
dididik tentang bagaimana cara bersikap, berperilaku, berperan dan
melakukan pekerjaan yang sepantasnya sebagai perempuan dan
laki-laki dewasa. Mereka dididik bagaiman berelasi di antara
mereka, sikap-sikap yang dipelajari inilah yang pada akhirnya
membentuk identitas diri dan peranan gender mereka dalam
(Riant Nugroho, 2011; 4)
Sementara, Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
Republik Indonesia, bahwa gender merupakan peran-peran sosial yang
dikontruksikan oleh masyarakat serta tanggung jawab dan kesempatan
laki-laki dan perempuan yang diharapkan masyarakat agar peran-peran
sosial tersebut dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Gender
bukan kodrat tetapi berkaitan dengan proses keyakinan laki-laki dan
perempuan bertindak sesuai dengan tata nilai yang tersetruktur, sosial dan
budaya.
Penyebab seseorang melakukan perlawanan kerena adanya tekanan
dari pihak tertentu terhadap kebebasan dirinya. Dari berbagai penyebab
yang ada, salah satu motivasi yang menggerakan kekuatan resistensi diri
adalah demi membela dan mempertahankan harkat dan martabat pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dirinya. Pada novel Istana Emas, yang diperankan oleh tokoh utama,
Retno. Bahwa sebagai istri, dia tidak mau didominasi oleh suaminya.
Retno selalu melawan apabila kebebasannya secara indivinya selalu
dibatasi. Suaminya selalu mengatur bahkan hal-hal yang tidak prinsip pun,
demi menjaga gengsi, dan wibawa.
Ketidakadilan gender yang dialami Aryanti dalam novel Istana
Emas, yang terjadi di dalam rumah tangganya. Aryanti sebagai istri selalu
patuh dan mengiyakan apa yang menjadi kemauan suaminya, hal itu
membuat hati Yanti sangat sakit, tetapi dia tidah berani melakukan
perlawanan terhadap suaminya. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan
dia menjadi korban ketidakadilan laki-laki. Dan akhirnya Yanti meninggal
dunia karena penyakit kankernya yang sudah parah.
Bertolak belakang dengan jalan hidup yang dijalani Retno, ketika
dia diperlakukan tidak adil oleh suami. Retno melakukan perlawanan
terhadap suaminya yang mendominasi dirinya. Retno merupakan
perempuan yang tegas berani mengatakan tidak apabila dia tidak setuju
dan berani mengatakan iya apabila dia setuju. Karena Retno dari latar
keluarga yang mandiri, ibunya mendidik dengan terbuka, demokratis tidak
membedakan gender terhadap anak-anaknya. Sebagai tokoh utama cerita
ini, hampir sebagian besar keberadaannya tidak lepas dari berbagai bentuk
kekerasan. Kekerasan demi kekerasan dengan bijaksana dapat dilalui.
Retno menunjukkan jati dirinya bahwa dia sebagai perempuan, tidak layak
diperlakukan tidak adil dan semena-mena oleh suami. Perlawanan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan oleh Retno terhadap kekerasan yang menimpa dirinya untuk
mendapatkan
kesamaan
derajat
dalam
kehidupan
bermasyarakat
merupakan perwujudan dari eksistensi perempuan.
Gambaran
perlawanan
yang
dilakukan
oleh
Retno,
dapat
menghapus stigma yang dilontarkan masyarakat selama ini terhadap
perempuan. Konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum
perempuan maupun kaum laki-laki yang dikonstruksi secara sosial
maupun kultural. Misalnya, perempuan dikenal lemah lembut, cantik,
emosional, atau keibuan. Sementasa laki-laki dianggap kuat, rasional,
jantan, perkasa. Ciri dan sifat itu dapat dipertukarkan antara laki-laki dan
perempuan.
2. Pokok-pokok Pikiran Feminisme dalam Novel Istana Emas
a. Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Novel Istana Emas
Perbedaan gender telah melahirkan ketidakadilan, bagi kaum
laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan gender
merupakan sistim dan struktur di mana kaum laki-laki dan perempuan
menjadi korban.
Ketidakadilan gender
termanifestasikan dalam
berbagai bentuk, yakni: marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi,
subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik,
pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif, kekerasan
(violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden), serta
sosialisasi ideologi nilai peran gender. (Mansour Fakih, 2012:12-13)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kekerasan yang dialami oleh tokoh perempuan Aryanti dan
Retno dalam novel Istana Emas, yaitu kekerasan psikhis, fisik, dan
kekerasan seksual. Kekerasan yang dialami Aryanti di dalam rumah
tangga, yang dilakukan oleh suaminya. Setelah Aryanti mengambil
keputusan untuk menikah dengan Handoyo, hal ini merupakan babak
awal kekerasan pskis yang dialami Aryanti. Aryanti diperlakuakn
sebagai mana perempuan yang harus patuh dan tunduk terhadap
suaminya. Istri harus selalu tampil rapi, keibuan, perpakaian resmi,
selalu tampak cantik, harga pakaian dan perhiasan yang berkelas, semua
itu membuat tekanan batin yang amat menyakitkan hati Aryanti. Bagi
Yanti sikap suaminya itu merupakan pemaksaan karena dia tidak
menyukai tampilan-tampilan tersbut.
Aryanti merasa kebebasannya sebagai perempuan terpasung,
bahkan kebebasan untuk menentukan dirinya pun tidak bisa. Dian
dianggap sebagai boneka berby, Semua yang dilakukan suami itu bukan
karena perhatian, bentuk kasih sayang melainkan demi gengsi, dan
kewibawaan. Dalam rumah tangganya, Yanti merasa tidak ada
keakrapan, tidak ada kenyaman, apa lagi romantis, terbukti antara
suami-istri berbeda kamar dalam tidur. Seakan-akan istri hanya
merupakan pemuas biologis bagi suami. Segala bentuk aturan-aturan
dari suami merupakan kekerasan yang dialmi oleh Yanti terhadap
dirinya. Aryanti secara lahiriah menerima semua keinginan suami,
sementara di dalam lubuk hatinya yang amat dalam Aryanti menolak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
semuanya itu. Aryanti tidak bahagia dalam rumah tangganya, akhirnya
dia meninggal dunia karena penyakit kankernya.
Kekerasan yang dialami Retno sebagai tokoh utama dalam novel
Istana Emas ini, tidak jauh dari kekerasan yang dialami oleh tokoh
Aryanti. Retno menikah dengan laki-laki mantan suami Aryanti,
sehingga banyak kesamaan kekerasan yang dialmi oleh Retno.
Kekerasan
yang
dialami
perempuan
pada
umumnya
karena
ketidakadialan gender.
Sebagai kaum feminis, maka perempuan berusaha, bahkan
negara pun ikut mengusahan secara serempak untuk keadilan gender.
Dengan adanya gerakan transformasi gender lebih merupakan
pembebasan perempuan dan laki-laki dari sistem
yang tidak
adil.Transformasi gender merupakan upaya liberasi dari segala bentuk
penindasan, baik secara struktural,personal, kelas, warna kulit maupun
ekonomi internasional.Transformasi gender merupakan upaya untuk
meningkatkan martabat dan kekuatan perempuan. Dalam hal ini sangat
dibutuhkan perubahan peran genger, baik perempuan maupun laki-laki.
(Fakih, 2012:165-166)
Kekerasan yang dialami Retno sebagai istri, yaitu sikap
suaminya yang selalu mendominasi, mendikte, memberikan batasanbatasan sehingga istri tidak bisa berbuat sesuai dengan kata hatinya.
Retno juga mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh suaminya,
dia menampar pipi istrinya. Secara seksual Retno pernah mengalami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kekerasan, terbukti suaminya memaksa berhubungan seks dengan
brutal. Hati Retno merasa terhina, dilecehkan dengan sikap suaminya.
Retno sampai berpikir bahwa dirinya hanya merupakan pemuas
biologisnya, seperti PSK saja. Sementara setelah hubungan seks selesai,
suaminya meninggalkan kamar dan tidur di kamar yang berbeda. Tetapi
Retno mempunyai keberanian untuk melawannya, sehingga suaminya
sadar bahwa kelakuan dan sikapnya selama ini tidak benar.
b. Kemandirian Tokoh Perempuan dalam Novel Istana Emas
Berbagai bentuk kekerasan yang menimpa perempuan seperti
telah diuraikan tersebut di atas, sehingga akan membangkitkan
kemandirian perempuan terhadap kekerasan yang dilakukan laki-laki.
Dalam situasi ketidakberdayaan untuk melakukan perlawanan secara
langsung, akhirnya membentuk kekuatan sendiri, agar hidupnya tidak
tergantung kepada suami. Perempuan untuk menghindari agar tidak
ketergantungan, maka ia mengoptimalkan potensi yang ada pada
dirinya sesuai dengan talenta yang dimiliki. Kemandirian yang
dilakukan perempuan merupakan perwujudan dari perlawanan terhadap
kesewenang-wenangan laki-laki dalam rumah tangga.
Kemandirian Retno untuk mencukupi dirinya sendiri, dia
bekerja di salah satu perusahaan swasta. Retno termasuk perempuan
yang tegas, bijaksana dan sangat menghargai kebebasan individu.
Pendidikan yang ditempuhnya membuat dirinya mandiri, dan berani
melakukan perlawanan berdasarkan rasio yang masuk akal. Setelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menikah Retno keluar dari kerjaannya, karena pindah rumah ke Jakarta
bersama suaminya.
Kemandirian perempuan untuk keluar dari perlakuan kekerasan
yang tercermin dalam novel Istana Emas, perempuan itu adalah Retno.
Kekerasan-kekerasan yang menimpa dirinya dapat membentuk pribadi
Retno yang mandiri. Terbukti dengan usaha-usaha yang berupa
perlawanan-perlawanan Retno terhadap suaminya, akhirnya tidak siasia. Perjuangan Retno untuk menciptakan kedamain, ketentraman , dan
kebahagiaan bersama suaminya akhirnya terlaksana. Bagi Retno
pernikaan adalah komitmen sakral antara sepasang suami-istri di mana
ada tanggung jawab moral, ada cinta kasih dan perasaan ingin saling
berbagi dalam menjalani kehidupan. Dalam pernikaan istri merupakan
pendamping suami, sehingga suami-istri mempunyai kedudukan yang
sederajat.
Kemandirian seorang istri untuk turut bertanggung jawab
menegakkan ekonomi tidak harus istri bekerja diluar rumah. Akan
tetapi kemandirian seorang istri, ia memiliki tanggung jawab bersama
suami-istri dalam mengatur keungan di dalam rumah tangganya.
Namun di dalam keluarga biasanya yang berperan aktif dan secara
lansung dalam mengatur keunagan adalah istri. Sehingga di dalam
rumah tangga akan terjalin hubungan keluarga yang sejahtera, damai,
dan bahagia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan novel Istana Emas dapat dirumuskan bahwa
perempuan dalam rumah tangga setidaknya dipengaruhi oleh dua
alasan. Pertama, munculnya kemandirian tokoh utama perempuan
merupakan reaksi dari kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri.
Reksi tersebut menunjukkan bahwa dalam keadaan tertekan, secara
tidak langsung, perempuan mampu melakukan resistensi walaupun
dalam bentu ucapan, atapun perilaku. Bentuk yang dimaksudkan adalah
melalui semangat kemandirian yang diperlihatkannya. Semangat
tersebut
mengidikasikan
bahwa
perempuan
dapat
menjalani
kehidupannya sendiri berdasarkan kemampuan yang dimilikinya, tanpa
menggantungkan diri kepada laki-laki. Kedua, karena adanya kekerasan
dari suami sehingga timbul reaksi perlawanan dari istri, itulah yang
menjadikan perempuan menjadikan dirinya lebih mandiri. Perlawanan
yang
dilakukan
dikarenakan
sikap
dan
perilaku
suami
yang
menunjukkan ketidakadilan terhadap istri.
Bertolak dari gambaran perempuan yang mandiri dalam novel
Istan Emas ini, dapat diasumsikan bahwa stereotipe perempuan sebagai
sosok yang lemah, pasif, dan selalu menggantungkan hidupnya kepada
laki-laki, terbantah dengan sendirinya. Dengan kemandirian perempuan
dapat melakukan apa saja yang juga dapat dilakukan oleh laki-laki..
Kedudukan wanita dan peranannya di Indonesia dalam berbagai
bidang kehidupan dan disemua kelompok etnis, tak lepas pula dari
permasalahan gender di Indonesia. Idealnya setiap kelompok etnis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikupas, tetapi tentu saja merupakan pekerjaan yang sulit. Di sini akan
dikupas etnis Jawa saja, karena dalam novel Istana Emas tokoh utama
diperankan oleh sosok perempuan yang berasal dari sosial budaya Jawa.
a. Budaya Jawa
Sejarah kebudayaan manusia sangat bersifat laki-laki, itu
merupakan kecenderungan umum yang tidak menafikan kasus-kasus
penyimpangan. Kelelakian sejarah bukanlah suatu keniscayaan
sekalipun bukti kelelakian sangat kuat dan melimpah. Kebudayaan
Minangkabau yang matrilineal misalnya, barangkali amat berguna
sebagai
bukti
ketidakniscayaan
kelelakian
sejarah.
Mungkin
matrilinealistas masyarakat Minangtidaklah berpengaruh terhadap citra
budaya mereka secara keseluruan yang tetap maskulin. Namun
perbedaan dapat dibuat sekalipun hanya dalam wilayah konsep.
penting bila dibandingkan dengan kebudayaan Jawa. Secara konsep
pun menganggap lelaki lebih tinggi daripada perempuan. Lelaki adalah
penulis sejarah kebudayaan Jawa, kebenarannya telah ditambalkan
dalam nilai-nilai resmi dan diluhurkan. Jawa juga menghadapi masalah
dalam mempertahankan nilai kelelakiannya ketika warganya semakin
banyak yang pandai berpikir. Kasus Jawa menjadi penting untuk
konteks Indonesia karena dominasi mereka di negara ini.
Seperti kebudayaan lain, Jawa juga menempatkan perempuan
sebagai the second sex yang bahkan tercermin dalam ungkapan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ungkapan proverbial yang sangat mengunggulkan laki-laki. Ungkapan
suwargo nunut neroko katut, yang berarti bahwa kebahagiaan atau
penderitaan isteri hanya tergantung pada suami adalah contoh di mana
perempuan diaggap tidak berperan dalam kehidupan. Di Jawa, rumah
tangga adalah pusat segala-galanya. Dapat dikatakan juga bahwa
kedudukan wanita dalam masyarakat adalah rumah tangga. Wanita
desa identik dengan usaha tani, karena pertanian menduduki tempat
utama dalam masyarakat Jawa. Wanita yang menanam bibit padi, yang
memotong padi setangkai demi setangkai dengan ani-ani, menjemur,
mengikat dan menyimpan padi di lumbung, menumbuk padi sampai
dengan menanak nasi.
Dalam novel Istana Emas yang diperankan oleh Retno yang
digambarkan sosok perempuan Jawa, dia tidak mau menganut
perempuan Jawa yang menjadi konco wingking, yang selalu patuh
kepada laki-laki. Retno merupakan sosok perempuan yang mandiri
tidak mau didominasi kaum laki-laki, sehingga dia selalu mengadakan
perlawanan apabila diperlakukan suami tidak adil. Retno merupakan
sosok perempuan Jawa yang modern, yang berprinsip emansipasi,
perempuan yang dapat melakukan apa yang bisa dilakukan oleh lakilaki.
Situasi kebudayaan dengan semangat yang tercermin dalam
ungkapan itu sangat dominan hingga pergantian abad ke-20 ini.
Sejarah menunjukkan, berkhir karena datangnya kebudayaan modern.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketika anak-anak muda Jawa yang terpelajar sudah tidak tahan lagi
dengan keadaan pada waktu itu. Dengan berdirinya BU, yang terjadi
sesungguhnya adalah semacam pemberontakan. BU merupakan tanda
bangkitnya nasionalisme dan sekaligus mundurnya kebudayaan Jawa.
Hal yang menarik dari pembrontakan ini, bahwa sebelumnya telah
terjadi pembrontakan serupa dengan skala keci yang dilakukan sendiri oleh
seoran gadis yang berpikiran sangat maju pada zamannya. Gadis itu
bernama Kartini, sekalipun tidak ada hubungan antara BU dengan Kartini
namun keduanya melihat kebudayaan dalam perspektif baru yang sama.
Hal itu banyak mengandalkan dan menghargai rasionalitas, serta
kemampuan pribadi-pribadi manusia.
Posisi Kartini sebagai perintis pemberontak budaya yang ia
lakukan secara commited. Kartini seorang perempuan yang memberontak
terhadap dominasi lelaki, dia berpikiran maju dan rasional. Maksudnya
siapa pun orangnya asal berpikir rasional dalam melihat hubungan antara
lelaki dan perempuan saat itu, tentu akan terdorong untuk mengubahnya.
Maka tidak kebetulan, jika Kartini menjadi feminis Indonesia yang
pertama dalam arti secara sadar dan argumentasi serta terdokumentasi
menentang penindasan terhadap kaumnya. Kartini merupakan simbol
dalam politik perempuan Indonesia. (Riant Nugroho, 2011:122-125)
b. Upaya Pemerintah untuk Mengatasi Ketidakadilan Gender
Undang-undang
1945,
menjamin
semua
warga
negara
mempunyai hak dan kedudukan yang sama di muka hukum, menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
acuan pokok bagi pergerakan wanita untuk memperbaiki nasib dan
meningkatkan kedudukannya. Organisasi-organisasi wanita sedari dulu
mempersoalkan nasib dalam keluarga dengan adanya poligami yang
diperlakukang sewenang-wenang oleh suami. Melalui KOWANI
mengadakan desakan kepada pemerintah untuk membentuk undangundang
perkawinan.
memperjuangkan,
KOWANI
tahun
1960
sejak
tahun
1930-an
Oleh
Musyawarah
telah
Nasional
Kesejahteraan Keluarga, tahun 1962 oleh Konferensi Badan Penasehat
Perkawinan (BP4) dan Seminar Hukum Nasional tahun 1993. Setelah
diperjuangkan
bertahun-tahun
di
DPR,
baru
undang-undang
Perkawinan dapat sisahkan pada akhir tahun1973 dan menjadi UUP
No. I tahun 1974. Kendati demikian masih banyak perlakuan suami
yang menyebabkan penderiataan istri.
Bidang
perburuhan,
organisasi-organisasi
wanita
telah
memperjuangkan nasib buruh sejak tahun 1960-an. Pemerintah telah
memberikan perhatian dengan adanya Undang-undang Kerja tahun
1948 yang secara rinci memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
wanita.
Kepedulian pemerintah terhadap tuntutan-tuntutan pergerakan
wanita dibuktikan dengan disediakannya jabatan Menteri Muda Urusan
Peranan Wanita pada 1978 yna kemudian ditingkatkan menjadi
Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Juga dalam GBHN
tahun1978 dicantumkan bahwa wanita mempunyai hak, kewajiban dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ikut kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta sepenuhnya
dalam segala kegiatan Pembangunan. Dengan adanya kerja sama
antara Mentari Negara UPW
dengan Departemen Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Departeman Pekerjaan Umum yang masing-masing memiliki seksi
Peningkatan Peranan Wanitan (P2W), dapat diharapkan kepentingan
wanita dalam bidang pembangunan benar-benar dapat diperhatikan.
c. Upaya Non Pemerintah untuk Mengatasi Ketidakadilan Gender
Gerakan wanita mencakup yayasan-yayasan yang terdiri dari
kelompok-kelompok kecil yang mempunyai kegiatan tertentu yang
terbatas. Misalnya, perbaikan nasib buruh wanita atau khusus
mengadakan publikasi dan dokumentasi mengenai wanita. Tujuan
mereka juga meningkatkan kedudukan wanita dan menghilangkan
diskriminasi dan mereka mempunyai keyakinan bahwa tujuan libih
mudah tercapai dalam
kelompok kecil di mana peminatnya
mempunyai hubungan yang akrab, tidak banyak birokrasi, serta adanya
pembagian pekerjaan yang luwes. Selain itukegiatan mereka terutama
di tingkat masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh proyek-proyek
pembangunan pemerintah.
Cita-cita gerakan wanita terjelma di perguruan tinggi dalam
bentuk pusat atau kelompok studi wanita, banyak peminat-peminat
wanita. Mereka mengkhususkan kegiatannya dalam mempelajari
fenomena gerakan wanita sebagai gerakan sosial, mengadakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian-penelitian
sosial
mengenai
wanita,
memahami
dan
mengembangkan teori-teori mengenai kedudukan peranan wanita.
Studi wanita yang berbentuk perkuliahan, di fakultas-fakultas ilmu
pengetahuan sosial. Di Indonesia studi wanita dimulai tahun 1979 dan
banyak bermunculan di perguruan tinggi negeri maupun swasta pada
akhir 80-an, berkat dukungan yang besar oleh Menteri Negara UPW
hingga sekarang hampir 60-an.
Adanya pusat-pusat studi wanita di universitas di Indonesia
dianggap
perlu
karena
dapat
membantu
pemerintah
dengan
mengungkapkan situasi dan kondisi wanita di berbagai daerah
sehingga dapat diketahui potensi wanita (termasuk hambatanhambatan yang dialami) untuk kepentingan nasional. Di perguruan
tinggi juga ada kesempatan memperdalam secara khusus studi wanita
dengan memperoleh gelar magister (S2). Kompas, 18 Oktober 1994
yang dikutip (Riant Nugroho, 2011:131-136)
4 Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Istana Emas
Nilai merupakan suatu yang dipandang baik, atau benar atau
berharga bagi seseorang. Setiap masyarakat atau individu memilki nilainilai tertentu mengenai sesuatu bagi masyarakat atau individu. Nilai
merupakan landasan, alasan motivasi, dalam segala perbuatan maka nilai
itu mengandung kekuatan berbuat dan bertindak.
Menurut Herman J. Waluyo (2007: 98) menyatakan aturan atau
kaidah yang dipakai untuk tolok ukur dalam menilai sesuatu. Nilai-nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang tersirat dalam karya sastra pada umumnya adalah nilai religius, nilai
moral, nilai sosial, dan nilai budaya.
Nilai yang ada di dalam karya sastra sangat tergantung pada
persepsi seseorang yang membacanya. Nilai pendidikan yang diambil dari
sebuah karya sastra novel, bisa yang bersifat positif atau pun negatif.
Kedua hal tersebut perlu disampaikan agar kita dapat memperoleh banyak
teladan
yang
bermanfaat.
Akhirnya
pembaca lebih
kritis
dapat
membedakan mana baik dan mana yang tidak baik.
Dalam novel Istana Emas mengandung nilai-nilai pendidikan yang
sangat bermanfaat bagi pembaca. Nilai tersebut antara lain: nilai
pendidikan agama, nilai pendidikan norma, nilai pendidikan sosial ,dan
nilai pendidikan budaya.
a. Nilai Pendidikan Agama
Agama berisi aturan dan pedoman yang datangnya dari Tuhan
dan memiliki sifat das sollen atau bagaimana seharusnya. Dalam
agama terdapat terdapat perintah-perintah yang harus dipatuhi
berdasarkan iman dan tanpa harus membantah dan mempertanyakan.
Penganut agama tertentu mematuhi semua ajaran agama yang berasal
dari Tuhan. Kepatuhan dan sikap transendensi adalah dasar dari iman
terhadap agama itu. (Herman J. Waluyo, 2007:19)
Pengalaman religius berdampak eksternal, yaitu perubahan
sikap dan tingkah laku manusia terhadap hidup dan sesama manusia
dengan akibat timbulnya: sikap penuh kerendahan hati, memiliki rasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
syukur, tumbuhnya kejelasan tentang tujuan hidup, terjadinya sintesis
terhadap wujud kwhidupan, menjadikan agama sebagai fondasi
kebenaran dalam diri manusia, menanamkan adanya kepastian akan
aturan main dalam pergaulan sesama manusia.
Novel Istana Emas salah satu karya sastra yang modern, yang
ditulis oleh Maria A. Sardojo yang memasukkan nilai pendidikan
agama. Dengan adanya konflik dalam cerita, tidak mempengaruhi
unsur agama yang ada. Maria A. Sardjono sebagai pengarang tidak
memperlihat perilaku tokoh yang sedang melaksanakan ibadah, yang
menunjukkan agama tertentu. Akan tetapi pengarang sacara tersirat
menunjukkan bahwa tokoh dalam novel tersebut menganut dan
melaksanakan agama yang diyakininya.
b. Nilai Pendidikan Moral
Pendidikan moral menentukan perilaku seseorang baik atau
buruk darinsegi etis. Norma moral merupakan norma yang paling
kedudukannya yang tidak dapat dikalahkan (bahkan dikorbankan),
untuk kepentingan noma yang lain. Norma moral merupakan kacamata
atau juga bertugas menilai norma-norma lainnya.
Pendapat Herman J. Waluyo (2007:99) bahwa noma moral
bersifat obyektif dan universal, hendaknya mampu mengajak manusia
untuk menjunjung martabat sesamanya. Norma moral bersifat ya atau
tidak, atau boleh dan tidak boleh. Ketegasan terhadap norma moral
menyebabkan seseorang memiliki ketetapan hati yang kuat, tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mudah menyerah kepada perbuatan amoral, dan menentukan ilmuwan
untuk menunaikan panggilan tugasnya yaitu kemaslahatan dan
kemajuan bagi dunia, manusia, dan kemanusiaan.
Pendidikan moral dalam karya sastra yang diperoleh pembaca
lewat sastra (novel), selalu dalam pengertian yang baik. Jika dalam
sebuah novel ditampilkan sikap dan tingkah laku para tokoh yang
kurang terpuji, baik sebagai tokoh antagonis, tokoh protagonis, dan
tritagonis. Bukan berarti pengarang menyarankan kepada pembaca
untuk bersikap dan bertindak sedemikian seperti diuraikan tersebut.
Sikap dan perilaku tokoh tersebut hanya merupakan gambarangambaran yang kurang baik, yang sengaja ditampilkan oleh
pengaranga agar pembaca dapat membedakan mana perbuatan baik
dan mana perbuatan tidak baik.
Novel Istana Emas senantiasa menawarkan pesan moral, yang
diperankan oleh tokoh-tokohnya. Pesan tersebut yang berhubungan
dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan
martabat manusia. Melalui sikap dan tingkah laku para tokoh, pembaca
diharapkan dapat mengambil pesan-pesan moral yang disampaikan
oleh pengarang, mana yang patut diteladani dan mana yang tidak patut
dilakukan. Sebagaimana penggalan novel Istana Emas dibawah ini.
Nilai moral yang berupa hubungan cinta kasih antara suami dengan
istri digambarkan begitu jelas dalam novel Istana Emas . Perhatian
yang diberikan Yoyok
kepada Retno (istrinya) merupakan pesan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
moral yang patut dicontoh. Melalui tokoh Yoyok dan Retno pesanpesan moral tersebut disampaikan agar pembaca dapat mengambil
hikmahnya.
Tetapi
justru karena sekarang aku tahu itu, aku akan
memperbaikinya. Ajarilah aku cara mencintaimu. Ajarilah aku
-tama, aku tidak ingin pisah kamar.Suamiistri yang saling mencintai haruslah tidur dalam satu kamar dan
kata-katamu.Karena aku tahu pada dasarnya kau seorang yang
mampu melimpahi kemesraan dan kelembutan yang.... luar
saat kita di atas tempat tidur saja .Tetapi aku berharap ,sikapmu
juga mesra dan lembut disaat
Sardjono,
2010:399-400)
c. Nilai Pendidikan Sosial
Mencakup hubungan antar masyarakat, Novel merupakan
bagian dari sastra, sastra yang berbentuk novel menampilkan gambaran
kehidupan yang ada di dalam masyarakat. Dalam perngertian ini,
kehidupan
hubungan
masyarakat
dengan seseorang,
hubungan
seseorang dengan orang lainnya. Hal tersebut diperkuat oleh
pernyataan Roucek dan Warren dalam (Soerjono Soekanto, 2005:19)
bahwa sosiologi merupakan ilmu yang memperlajari hubungan antar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manusia dalam kelompok-kelompok yaitu adanya hubungan timbalbalik antara sastra, sastrawan, dan masyarakat. Isi karya sastra dapat
mencerminkan keadaan-keadaan atau peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat.
Dalam pendidikan sosial yang ada dalam novel Istana Emas
ini, yang diperenkan oleh tokoh-tokohnya antara lain: Aryanti, Retno,
ibuRetno, Ibu Aryanti, Yoyok. Telah diuraikan di atas bahwa manusia
sebagai makhluk sosial maka seseorang tidak dapat hidup tanpa
interaksi dengan orang lain.
Tokoh Retno dan Aryanti adalah dua sabahat yang saling
mengetahui sifat-sifatnya satu sama lainnya. Mereka bersahabat sejak
SMA, Aryanti gadis kelhiran Jakarta tetapi ibunya dari keturunan
bangsawan dari Solo. Sedang Retno asli dari Yogya mereka bersahabat
dengan baik, setelah lulus SMA melanjutkan di perguruan tinggi yang
sama, yang ada di yogya. Mereka selalu berbagi baik senang maupun
duka. Akhirnya Aryanti menikah, dalam pernikahannya mengalami
ketidakadilan yang dilakukan suaminya. Retno sebagai sahabat siap
menerima curhat dari Aryanti dan Retno sedapat mungkin memberikan
bantuan berupa saran, nasehat. Bahkan Retno sampai meluangkan
waktu nya untuk berkunjuna ke rumah Aryanti dan mengambil
cutinya. Seperti terlihat penggalan cerita novel di bawah ini.
Sejak awal melihat, rumah besar berhalaman luas itu sudah
memberikan kesan angker kepadaku. Angker yang kumaksud
bukan dalam arti mengandung misteri atau ada makluk halus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang ikut menghuni rumah itu, melainkan keangkeran dalam
arti memiliki wibawa yang menyebabkan orang merasa segan.
Bahkan juga takut untuk berbuat sesuka hati di dalam rumah
itu Dan sudah sejak awal pula ketika pertama kali melihat
rumah
besar
itu
aku
mengalami
kesulitan
untuk
menganggapnya sebagai rumah yang sebenar-benarnya rumah,
yaitu tempat tinggal di mana orang merasa nyaman hidup di
dalamnya. Oleh karena itu dengan diam-diam rumah besar
Istana Emas
Istana yang Cuma sebagai pajangan dan kebanggaan belaka.
Bahkan hanya sebagai pemberi prestise atau gengsi bagi
pemiliknya. Tak lebih dari itu. (Maria A. Sardjono, 2010:5)
Nilai pendidikan sosial yang digambarkan dalam novel Istana
Emas melalui dialog antar tokoh di dalamnya. Nilai tersebut terwujud
dalam bentuk kerjasama yang saling menghormati antar sahabat.
Sebagai makhluk sosial manusia akan selalu berinteraksi dengan orang
lain. Oleh karena itu hubungan antara manusia dengan manusia harus
terjalin dengan baik, meskipun seringkali sifat mengutamakan
kepentingan pribadi, hal ini sesuai dengan petikan novel dibah ini.
Sekitar tiga jam kemudian jenasah Aryanti tiba di rumah yang
mulai dipenuhi para pelayat.Teman-teman kami yang kemarin
datang kerumah sakit untuik bereunidengan Aryanti, lengkap hadir
semua. Bahkan ada teman-teman lain juga. Mungkin mereka
diberitahu oleh teman- teman yang bertempat tinggal di Jakarta.
disekitar jenasah bersama Keluarga Aryanti, Aku,Yuli.dan Sandra.
Teman yang datang bersama-sama dari Yogya, duduk bersisian.
Tina dan Yang lain sibuk di belakang mengurus rangkaian bunga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membantah kurasa itulah yang terbaik baginya. Kalau tidak dia
masih terbaring dengan alat-alat bantu dan tergantung pada obatobatan Pengurang rasa sakit.napasnya pendek-pendek dan tersiksa
oleh rasa sakit yang luar biasa (Maria A. Sardjono, 2010:134-135).
d. Nilai pendidikan Budaya/Adat Istiadat
Nilai budaya merupakan nilai yang berasal dari kebiasaan yang
turun- menurun dan berkembang dalam masyarakat. Meskipun di
tengah kehidupan yang sudah modern, masih banyak orang-orang yang
teropsesi dengan kebiasaan lama. Tidak dapat dipungkiri bahwa karya
sastra erat hubungannya dengan kebudayaan.
Kebudayaan selalu berkembang dari waktu ke waktu, selalu
mengalami perubahan. Kebudayaan Jawa bagi perempuan yang sudah
menikah harus tunduk dan patuh kepada suami, domestik merupakan
suatu pekerjaan yang dibebankannya. Jujun S. Suriasumantri (dalam
Herman J. Waluyo, 2001:93), memberikan gambaraan tentang
perubahan nilai budaya antara masyarakat tradisional dan masyarakat
modern, bahwa masyarakat masih mistik, berdasarkan pengalaman,
peralatan masih primitif, mementingkan kekerabatan, beragama masih
fanatisme. Sedangkan masyarakat modern perpikir secara rasional,
teknologi maju, mengutamakan pendidikan /keahlian, mementingkan
individu, menerima perubahan, kerja keras dan bersikap produktif,
nilai agama aktif memperbaiki nasib.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uraian di atas menggambarkan sosok tokoh perempuan dari
novel Istana Emas yang bernama Retno. Retno merupakan tokoh
utama, yang berperan sebagai perempuan Jawa. Retno tidak selayak
seperti
perempuan-perempuan
Jawa
pada
umumnya,
sebagai
perempuan yang berpendidikan tinggi, latar keluarganya hidup
sederhana termasuk keluarga yang demokratis. Setelah lulus kuliah
Retno bekerja di salah satu perusahaan swasta di kota Yogyakarta,
untuk mengamalkan pendidikannya.
Retno menikah dengan pegusaha kaya raya yang ada di Jakarta,
pernikahan Retno dengan suaminya berawal kerena adanya surat
wasiat dari sahabatnya yang bernama Aryanti. Pada mulanya Retno
menolak pernikahan tersebut, dengan kesepakatan antara Yoyok dan
Retno, akhirnya Retno menerima lamaran Yoyok. Dalam rumah
tangganya Retno tidak bahagia, ia merasa kebebasannya dipasung,
suaminya mendominasi kehidupan pribadinya. Sebagai perempuan
yang modern Retno selalu melawan terhadap kekerasan yang
dilakukan oleh suaminya. Retno tidak mau diperlakuakn semena-mena,
istri harus patuh, tunduk, menuruti kemauan suami, semua itu
ditentang oleh Retno. Baginya pernikahan adalah komitmen antara
sepasang suami-istri di mana ada tanggung jawag moral, ada cinta
kasih danperasaan ingin saling berbagi dalam menjalani kehidupan.
Perubahan-perubahan yang dilakukan kaum perempuan budaya
tradisional, makin lama akan tersingkir. Terutama dalam hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kedidakadilan
laki-laki
terhadap
perempuan,
perubahan
yang
dilakukan perempuan memerlukan suatu perjuangan berat yang harus
didukunga oleh kaum laki-laki juga.
Dalam novel Istana Emas ini tokoh sosok Retno yang
memperjuangkan emansipasi, akhirnya berhasil. Suami Retno yang
selalu mendominasi, melarang kebebasannya, angkuh, dan selalu
menjaga jarak akhirnya terkalahkan dengan sikap Retno yang selalu
berpikir dengan rasional. Suami Retno akhirnya menyadari akan sikap
dan perbuatanya yang tidak adil terhadap istrinya. Retno dan suami
sekarang hidup tenteram, damai dan penuh kehangatan.
e. Nilai Budi Pekerti
Nilai budi perkerti sangat erat hubungannya dengan tuturkata, tingkah
laku, sopan santun seseorang, juga dapat dikatakan tutur kata dan tingkah
laku seseorang dapat mencerminkan kepribadiannya.
Novel Istana Emas mengisahkan tokoh yang mempunyai sopan santun
yang baik terhadap orang tuanya, mari kita perhatikan cuplikan berikut ini.
Tokoh tersebut digambarkan oleh sosok Retno sebagai tokoh utama
dalam novel Istana Emas, Retno seorang anak yang patuh terhadap nasehat
ibunya. Cuplikan tersebut menunjukan sikap dan budi pekerti seorang anak
terhadap orang tua, khususnya ibu. Nilai budi pekerti dapat diartikan sebagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketaatan atau kepatuhan yang dilakukan seorang istri, hal ini diperankan oleh
tokoh Aryanti. Mari kita simak penggalan cerita novel di bawah ini.
berusaha untuk menerima apa pun yang dimauinya dan apa pun yang
dilakukannya tanpa banyak komentar, yah....semuanya jadi berjalan
dengan baik. Bagiku yang penting adalah kedamaian dan ketenangan
meskipun aku sadar kedamaian dan ketenangan itu nyaris semu
(Maria A. Sardjojo, 2010:55)
Kutipan cerita di atas menunjukkan bahwa seorang istri yang
patuh dan taat terhadap suaminya. Aryanti sebagai istri mempunyai sikap
yang selalu tunduk terhadap suami, walaupun hatinya sangat tertekan. Aryanti
menginginkan agar dalam rumah tangga tidak terjadi pertengkaran, tetapi di
sisi lain hati Aryanti tidak menerima sikapnya sendiri. Sikap, tutur kata, dan
perilaku suami-istri yang menunjukkan kebagiaan, yaitu yang diperankan
oleh sosok Retno dan Yoyok. Kita lihat penggalan novel di bawah ini.
melengkapinya. Di
dalam istana emas ini kita akan membangun kehidupan yang hangat
pandainya kau memberi nama yang tepat, di saat yang tepat pula untuk
Aku tersenyum. Kukecup dagunyaa. Untuk apa aku menceritakan
bahwa nama itu sudah lama kuberikan pada rumah besar ini. Tetapi
kalau dulu istana emas yang kumaksud merupakan bangunan megah
dan mewah yang dingin tanpa kehangatan dan kenyamanan karena
hanya simbol prestise belaka, kini maknanya sudah sangat lain. Kini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
istana yang baru saja kumasuki adalah tempatku dan Mas Yoyok
membentuk keluarga yang penuh cinta kasih. Kami berdua sama-sama
semakin sadar bahwa besar atau kecil, sederhana atau mewah sebuah
rumah, tidak layak disebut sebagai istana emas jika tidak ada kekayaan
cinta dan kehangatan di dalamnya. (Maria A. Sardjono, 2010:404-405)
Uraian penggalan di atas, merupakan gambaran sosok sepasang suamiistri yang saling mengungkapkan perasaannya. Istri yang diperankan oleh
sosok yang bernama Retno, Retno sebagai seorang istri yang sangat bahagia,
penuh kehangatan lahir maupun batinya. Tutur kata dan sikap seorang istri
yang berbudi pekerti akan membuat suami selalu memberikan yang terbaik
untuk sang istri. Suami-istri memang seharusnya saling menghormati, saling
mengasihi, beebagi suka maupun duka.
f. Nilai Pendidikan Gender
Untuk memahami konsep gender dibedakan dengan kata kata seks
(jenis kelamin), pengertian jenis kelamin ditentukan secara biologis.
Misalnya, jenis laki-laki memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing)
sedangkan
perempuan
memiliki
rahim,
saluran
untuk
melahirka,
memproduksi sel telur. Konsep gender juga suatu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki meupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun
kultural. Misalnya perempuan dikenal; lemah lembut, cantik, emosional,
keibuan sementara laki-laki dianggap; kuat, jantan, perkasa. Sifat-sifat itu
dapat dipertukarkan dengan, terjadinya dari waktu ke waktundan dari tempat
ke tempat lain. (Fakih, 2012:8-9)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai pendidikan gender yang ada di dalam novel Istana Emas yang
diperankan oleh sosok Retno sebagai peran utama. Mari kita lihat penggalan
cerita di bawah ini.
Kukenali diriku sendiri, aku bukan perempuan lemah. Aku pasti
mampu mengatasi masalah yang sebenarnya bisa kuatasi dengan
perlawanan. Kalau Mas Yoyok menganggap keberadaan seorang
istri sebagai penyalur kebutuhan biologisnya, kenapa aku tidak bisa
melakukan hal yang sama? Begitulah, dengan pikiran seperti itu
ketiga obat yang masih ada di atas telapak tanganku itu kulempar ke
arah sudut kamar. Aku tidak mau mengunsumsinya. Ketiga obat itu
pun membentur dinding sehingga menimbulkan suara gemersik.
(Maria A. Sardjono, 2010:263)
Retno berusaha untuk mengatasi atau menguasai dirinya dengan
tidak ketergantungan dengan obat. Di akhir-akhir ini dia sering pusing, karena
banyak masalah yang menyelimuti pikirannya. Seolah-olah suaminya
menganggap Retno sebagai penyalur biologisnya. Untuk mengatasi supaya
Retno tidak tergantung pada obat, maka obatnya di lempar. Perempuan harus
kuat tidak boleh lemah, tidak tergantung pada suami saja.
Retno berlatar belakang dari keluarga yang sederhana, demokratis
Ibu selalu mengajarkan kepada anak-anak dan tidak membedakan anak lakilaki ataupun anak perempuan termasuk bapak. Pada hari libur kebiasaan
keluarga Retno selalu masuk ke dapur dan meliburkan pembantu rumah
tangga untuk tidak memasak. Seperti penggalan cerita novel di bawah ini.
Kami sekeluarga bisa memasak dan lumayan enak, bahkan Mas
Bayu bisa mendapat tambahan pemasukan yang lumayan besar
commit to user
elum masalah kesetaraan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gender menjadi isu hangat, ibuku sudah menerapkannya di dalam
keluarga. Semua pekerjaan harus bisa dilakukan oleh semua
anaknya, laki-laki maupun perempuan. Kalau ada perbedaan, itu
bersifat individual bukan karena jenis kelaminnya tetapi karena
(Maria A. Sardjono, 2010:293)
Uraian di atas bahwa Ibu Retno selalu mengajarkan pendidikan
gender walaupun tidak dikemas secara langsung. Penerapan perilaku Ibu
Retno yang tidak membedakan antara anak-anak laki-laki maupun perempuan
hal pekerjaan yang ada di rumah itulah merupakan pendidikan gender di
dalam keluarga Retno. Walaupun perempuan selalu menginginkan kesetaraan
gender anatra kaum laki-laki dan perempuan namun kenyataannya di dalam
kehidupan belum mencapai hasil yang signifikan seperti penggalan cerita di
bawah ini.
outsider
sudahlah, kita kembali saja pembicaraan ke pokok persoalannya.
Nah, untuk acara jamuan maka itu kau mau memesan masakan di
Sardjono, 2010:296)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik simpulan
sebagai berikut.
1. Eksistensi perempuan yang terdapat dalam novel Istana Emas antara lain: a)
kebebasan memilih bagi perempuan yang berupa kebebasan memilih
pendidikan, memilih pekerjaan, memilih pasang hidup, dan menentukan
nasibnya sendiri, b) perlawanan perempuan baik tekanan yang berasal dari diri
sendiri, teman, lingkungan dan suami yang diperlakukan tidak adil.
2. Pokok-pokok pikiran feminisme dalam novel Istana Emas meliputi: a)
kekerasan terhadap perempuan yang berupa kekerasan pesikis, kekerasan
fisik, kekerasan seksual, b) kemandirian tokoh perempuan, c) tokoh
profeminisme dan kontrafeminisme, dan d) analisis feminisme sosialis dalam
novel Istana Emas.
3. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Istana Emas antara lain: a)
nilai pendidikan agama, b) nilai pendidikan moral, c) nilai pendidikan sosial,
d) nilai pendidikan budaya/ adat, e) nilai budi pekerti, dan f) nilai pendidikan
gender.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas dapat dibuat implikasi
penelitian. Sebuah paradigma pernovelan, merupakan fenomena yang dapat
direalisasikan pemanfaatannya dalam dunia pendidikan. novel Istana Emas dapat
menjadi bahan penelitian dengan pendekatan feminisme, dan mampu membuka
wawasan manusia yang memiliki kepekaan jiwa dan pikiran jika dibaca dengan
penuh pemahaman.
Novel Istana Emas sangat tepat jika dijadikan bacaan siswa SMA yang
diajarkan pada kelas X semester 1dan 2 serta kelas XII, dan mahasiswa bahasa
dan sastra Indonesia. Dalam novel tersebut kaya akan nilai-nilai pendidikan yang
sangat bermanfaat. Siswa dapat mengambil intisari dari nilai-nilai atau ajaranajaran yang baik untuk diterapkan didalam kehidupannya. Nilai pendidikan
tersebut antara lain: pemahaman agama, pengetahuan tentang moral, budi pekerti,
pengetahuan dan pemahaman kompleksitas kehidupan sosial, dan pemahaman
budaya, serta masalah kesetaraan gender.
Implikasi secara teoretis, bahwa dengan banyaknya sastra dengan
berbagai pendekatan kajian sastra dengan pendekatan feminisme dan nilai-nilai
pendidikan, dapat memperkaya masalah telaah sastra. Telaah novel dengan
pendekatan feminisme dan nilai-nilai pendidikan dapat dijadikan model
pembelajaran apresiasi sastra, khususnya apresiasi prosa fiksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Implikasi secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat dimanfatkan
sebagai rujukan telaah sasrta dalam rangka memperbaiki pembelajaran apresisasi
sastra di sekolah-sekolah.
Dalam
dunia pendidikan, pendekatan feminisme dan
nilai-nilai
pendidikan dapat dilakukan untuk pembelajaran apresiasi sastra di SMA yang
dapat diawali dengan kajian cerpen, puisi, dan novel. Dalam rangka pembenahan
pembelajaran sastra kegiatan aperesiasi sastra harus mampu mendorong peserta
didik lebih menghayati, mampu berkreasi melalui bahan ajar sastra yang diberikan
oleh guru. Model ini akan dapat membentuk keperibadian peserta didik memiliki
ketangguhan jiwa yang mandiri dan berbudi luhur.
Pembelajaran telaah novel Istana Emas dapat mengembangkan aspek
kognitif, afektif, dan aspek pesikomotor peserta didik. Perkembangan aspek
kognotif melalui pengetahuan dan perluasan bahasa. Aspek kognitif yang dapat
diperoleh dari kajian sastra yaitu pengetahuan sastra dalam mengatasi berbagia
konflik. Pengembangan yang menyangkut afektif dapat meningkatkan emosi atau
perasaan. Aspek pesikomotor diperoleh dari kegiatan mengkaji novel.
C. Saran
Berdasrkan hasil penelitian, simpulan serta implikasi dapat diajukan
saran sebagia berikut.
1. Bagi siswa
a. Dalam memaknai isi novel, siswa hendaknya dapat mengambil nilainilai yang positif yang dapat diteladani sebagi pegangan dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kehidupan yang akan datang, serta menjahui hal-hal negatif yang
terdapat dalam novel Istana Emas.
b. Bagi siswa perempuan sikap dan perilaku tokoh utama perempuan
yang mandiri, tegar,
kuat dalam menghadapi setiap permasalahan
patut dijadikan aspirasi agar kaum perempuan akan lebih maju serta
tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap permasalah didalam
kehidupan.
c. Bagi siswa laki-laki, hendaknya dapat menyikapi sikap tokoh Yoyok
yang merupakan sosok laki-laki yang mendominasi kaum perempuan
akan tetapi dapat meneladani sikap Yoyok yang pekerja keras.
2. Bagi Guru
a. Nilai pendidikan yang terkandung novel Istana Emas sangat baik
ditanamkan pada siswa SMA, dengan nilai agama, moral, sosial, dan
budaya.
b. Guru diajurkan untuk memberikan pengetahuan, bimbingan dan arahan
tentang ketidak adilan gender sejak dini.
c. Guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya menghadirkan novel-novel
yang beraliran feminisme sebagai bahan ajar.
3. Bagi Peniliti
Penelitian terhadap novel Istana Emas dengan kajian feminisme ini
merupakan sebagian kecil dari ruang pengkajian sastra diharap para peneliti
novel hendaknya dapat mengkaji dengan pendekatan lainnya, sehingga akan
dapat memperkaya kasanah penelitian sastra.
commit to user
Download