5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Peneliti menemukan penelitian yang sejenis dengan penelitian yang penulis lakukan. Sebelumnya telah ada peneliti yang mengkaji sebuah novel dengan pendekatan psikologi yaitu Eni Sularsih dan Pawestri Murtiningsih. Penelitian tersebut berjudul “Tinjauan Psikologi Tokoh Utama Novel Abadilah Cinta karya Andrei Aksana”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Eni Sularsih pada tahun 2003. Hasil penelitiannya adalah terdapat konflik kejiwaan yang dialami oleh tokoh utama yaitu Ardini. Tokoh Ardini dihadapkan pada satu pilihan di antara dua laki-laki yang samasama mencintainya. Karena ada dua laki-laki yang mencintainya akhirnya tokoh Ardini sering melakukan kebohongan. Konflik cerita banyak terjadi dan menimbulkan kegalauan hati bagi tokoh Ardini. Konflik-konflik kejiwaan yang menimpa tokoh Ardini digambarkan pengarang dengan cara yang logis. Artinya, ada hubungan antara perilaku yang muncul dan motif tindakan tokoh. Kebenaran psikologis ini sudah tentu menambah koherensi dan kompleksitas karya, sehingga nilai seni yang terdapat pada novel Abadilah Cinta karya Andrei Aksana dapat dinyatakan bernilai artistik. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang sekarang dilakukan adalah pada sumber data penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Eni Sularsih berupa novel yang berjudul Abadilah Cinta karya Andrei Aksana. Sedangkan sumber data yang digunakan pada penelitian sekarang 5 Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 6 adalah sebuah novel karya Naning Pranoto yang berjudul Dzikir Jantung Fatimah. Adapun persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama bertemakan tentang tinjuan psikologis. Dimana pada tinjuan tersebut menceritakan tentang kepribadian dan konflik yang dialami pada tokoh utama. Penelitian yang relevan lainnya yaitu berjudul “Tinjauan Psikologis Tokoh Utama Novel Saman karya Ayu Utami”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Pawestri (2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama novel Saman karya Ayu Utami adalah Saman yang semula bernama Wisanggeni. Penokohan tokoh utama secara fisik dan psikis diungkapkan secara analitis dan dramatis. Kemudian penelitian ini menunjukkan pula tipe psikologi yang paling dominan pada tokoh Saman adalah psikologis tipe manusia sosial. Temperamen yang paling dominan dalam tokoh Saman adalah temperamen sanguinis. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Pawestri Murtiningsih dengan penelitian sekarang adalah pada sumber data. Penelitian tersebut menggunakan sumber data novel Saman karya Ayu Utami. Sedangkan sumber data yang digunakan pada penelitian sekarang adalah sebuah novel karya Naning Pranoto yang berjudul Dzikir Jantung Fatimah. Adapun persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama bertemakan tentang tinjuan psikologis. Dimana pada tinjuan tersebut menceritakan tentang kepribadian dan konflik yang dialami pada tokoh utama. Dari kedua penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti benarbenar berbeda. Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwa penelitian tentang konflik batin tokoh Ayu dalam novel Dzikir Jantung Fatimah karya Naning Pranoto ini perlu dilakukan. Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 7 B. Pengertian Novel Novel berasal dari bahasa itali novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Saat ini pengertian novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novellete), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa novel berasal dari bahasa latin novellas yang kemudian diturunkan menjadi novies, yang berarti „baru‟. Perkataan baru ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi (fiction) yang muncul belakangan dibandingkan dengan cerita pendek (short story) dan roman (Wicaksono, 2014: 75). Istilah novel seringkali dipadankan dengan roman. Kedua istilah tersebut pada dasarnya sama. Namun, jika ingin melihat letak perbedaannya yaitu pada kurun waktu kemunculannya. Roman dikenal lebih dulu daripada novel. Novel sebagai suatu karya sastra mempunyai unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Ada dua jenis unsur yang membangun karya sastra yaitu unsur yang membangun karya sastra dari dalam dan unsur yang membangun karya sastra dari luar. Unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam disebut unsur intrinsik yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, pusat pengisahan, gaya bahasa, dan tema, sedangkan unsur yang membangun karya sastra dari luar disebut unsur ekstrinsik yang meliputi unsur biografi pengarang, keadaan lingkungan, dan psikologi. C. Tokoh dan Penokohan 1. Pengertian Tokoh Tokoh adalah pelaku cerita dalam sebuah novel atau cerpen. Tokoh dalam sebuat cerita menempati posisi stategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 8 amanat, moral atau sesuatu yang sengaja disampaikan kepada pembaca (Darmayanti, 2006: 46). Menurut Agustara (2006: 7) bahwa tokoh adalah para pelaku yang terdapat pada sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang kehidupan nyata. Oleh karena itu, dalam sebuah fiksi tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah. Tokoh merupakan suatu hal yang penting dalam cerita rekaan. Hal ini sangat beralasan, karena melalui tokoh akan dibangun suatu jalinan konflik sehingga menjadi sebuah cerita yang utuh. Tokoh akan mengemban makna sesuai alur cerita secara keseluruhan, dan mengarah pada tujuan yang hendak dicapai. Kedudukan tokoh dalam cerita rekaan sangat esensial. Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2009: 165). Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu rekaan pada sebuah cerita yang mempunyai karakter sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. 2. Macam-macam tokoh Di dalam sebuah karya sastra tokoh merupakan pelaku pembawa amanat atau pesan yang terkandung dalam cerita. Menurut Agustara (2006: 7), tokoh dikelompokan dalam beberapa jenis, yaitu (1.) Berdasarkan peranannya dalam cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang sering muncul dalam sebuah cerita dan sering mendapatkan komentar sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 9 peristiwa cerita atau jarang muncul dalam sebuah cerita dan mendapatkan komentar seadanya saja. (2.) Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memperjuangkan kebenaran dan kejujuran, serta memiliki watak yang baik, sedangkan tokoh antagonis merupakan tokoh yang melawan kebenaran dan kejujuran, serta memilki watak yang jelek. (3.) Berdasarkan perwatakannya, dibedakan menjadi tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu saja, bersifat datar dan monoton, sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi, ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. (4.) Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh, dibedakan menjadi tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih ditonjolkan kualitas kebangsaannya atau pekerjaannya atau sesuatu yang lain yang bersifat mewakili. Sedangkan tokoh netral adalah tokoh yang bereksistensi dalam cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi. 3. Penokohan Penokohan mengacu pada watak atau karakter dari tokoh itu sendiri. Teknik pelukisan tokoh dalam sebuah novel dapat dilakukan dengan cara menceritakan fisiknya dari perbuatannya atau pandangan tokoh lain terhadap tokoh tersebut (Darmayanti, 2008: 46). Agustara (2006: 7) menjelaskan bahwa penokohan sering disebut sebagai karakter adalah sikap, ketertarikan,keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki tokoh cerita. Penokohan lebih mengacu pada pandangan, sifat, sikap dan Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 10 emosi yang dipunyai oleh tokoh dalam karya rekaan tersebut. Menurut Yapsir dan Hartanto (2009) penokohan dibedakan menjadi dua macam yaitu secara analitik dan dramatik, yaitu sebagai berikut : a. Secara langsung atau deskriptif/analitik, dimana pengarang langsung malukiskan atau menyebutkan secara terperinci bagaimana watak sang tokoh, bagaimana ciriciri fisiknya, apa pekerjaannya, dan sebagainya. b. Secara tidak langsung/dramatik, dimana pengarang melukiskan sifat dan ciri fisik sang tokoh melalui reaksi tokoh lain terhadap tokoh sentral, melalui gambaran lingkungan sekitar tokoh sentral, melalui aktivitas tokoh sentral, dan melalui jalan pikiran tokoh sentral, serta dapat diungkapkan melalui percakapan antar tokoh dalam cerita tersebut. D. Teori Kepribadian Aspek-aspek psikologi kepribadian menurut Yusuf dan Juntika (2011 : 41-44) dibedakan menjadi tiga sistem dalam hidup psikis, yakni Id, Ego dan Superego. Id adalah lapisan psikis yang paling dasar. Dalam hal ini prinsip kesenangan sangat berkuasa. Ego bukan hanya sekedar keakuan, melainkan kontaknya Id dengan dunia luar. Ego bertugas mempertahankan kepribadian dan menjamin penyesuaian dengan alam sekitar, memecahkan konflik-konflik dengan realitas, konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu dengan yang lain. Superego merupakan dasar hati nurani dan moral. Aktivitas superego menyatakan diri dalam konflik dengan ego yang dirasakan dalam emosi-emosi, seperti rasa bersalah, menyesal dan sebagainya. Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 11 Kepribadian adalah gabungan dari watak, kecenderungan, birahi dan insting biologis, demikian pula kecenderungan-kecenderungan dan orientasi-orientasi yang diperoleh lewat pengalaman (Balawi, 2007: 37). Dalam karya sastra setiap tokoh yang diciptakan oleh pengarang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian tesebut yang nantinya akan menggolongkan karakter tokoh dalam karya sastra. Suryabrata (2007: 64) menjelaskan bahwa tipe manusia akan menimbulkan watak (karakter) dalam arti etis atau normatif dan watak sebagai kualitas-kualitas yang membedakan orang yang satu dengan yang lain secara khas dan temperamen. Dalam aspek psikologis terdiri dari dua macam temperamen, yaitu: 1. Temperamen perasaan yang mencakup dua tipe temperamen yaitu : a. Sanguinis b. Melancholis. 2. Temperamen kegiatan yang mencakup dua tipe temperamen yaitu : a. Choleris b. Phlegmatic. Dalam penggolongan karakter manusia, Suryabrata (2007:66) berpendapat ada tiga jenis temperamen. Jenis temperamen yang pertama adalah temperamen sanguinis. Kedua adalah temperamen melancholis. Kemudian yang ketiga adalah temperamen choleris. Temperamen yang terakhir adalah phlegmatis. Berikut akan dijelaskan ragam temperamen manusia. 1. Temperamen Sanguinis Temperamen ini ditandai dengan adanya sifat yang mudah dan kuat menerima kesan (pengaruh kejiwaan), tetapi tidak mendalam dan tidak tahan lama. Sifat-sifat Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 12 yang khas dari golongan ini adalah. Sifat-sifat temperamen sanguinis yang pertama adalah suasana perasaannya selalu penuh dengan harapan. Kedua adalah dengan senang menolong orang lain, tetapi tidak biasa sebagai sandaran. Sifat yang ketiga adalah dalam pergaulan ramah dan periang. Sifat yang keempat yaitu umumnya bukan penakut, tetapi apabila melakukan kesalahan sukar bertaubat (dia menyesal tetapi sesal itu lekas lenyap). Kemudian untuk sifat yang terakhir adalah mengenai soal “zakkelijk” lekas bosan, tetapi soal permainan dan hiburan tidak lekas jemu. 2. Temperamen Melancholis Sifat-sifat khas yang dimiliki orang dengan temperamen ini adalah. (1) semua hal yang bersangkutan dengan dirinya dianggap penting dan selalu disertai dengan kebimbangan. (2) perhatiannya tertuju khususnya pada kesukaran-kesukarannya. (3) tidak mudah membuat janji karena ia selalu berusaha menepati semua janjinya yang telah dibuat karena kalau tidak menepati janji akan membuat risau dalam jiwanya. Hal ini membuat dia kurang percaya dan menerima keramahtamahan orang lain. 3. Temperamen Choleris Sifat-sifat khas yang dimiliki oleh orang yang mempunyai temperamen ini adalah. (1) lekas terbakar namun lekas juga padam, tenang tanpa membenci, (2) tindakan-tindakannya cepat, tetapi tidak konstan. (3) selalu sibuk, tetapi dalam kesibukannya lebih suka memerintah daripada mengerjakan sendiri. (4) nafsunya yang terutama adalah mengejar kehormatan. (5) suka pada sikap semu dan formal. (6) suka bermurah hati dan melindungi. (7) dalam berpakaian selalu cermat dan rapi. Orang Choleris pada dasarnya sangat suka dipuji secara terang-terangan. Oleh karena itu, ia suka kelihatan sibuk di depan orang banyak. Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 13 4. Temperamen Phlegmatis Orang dengan temperamen phlegmatis sangat baik dalam menerima perintah. Satu hal yang sangat sulit dilakukan oleh mereka adalah berkata "tidak". Mereka memiliki sifat menyerah dan suka menyenangkan orang lain. Mereka akan berusaha melakukan apa yang diinginkan oleh orang lain. Sifat tidak tegas ini sering kali disalahgunakan oleh orang dengan tipe kepribadian lain untuk memanfaatkan atau memanipulasinya. Orang dengan temperamen ini juga pintar sekali menyembunyikan kemarahan dan emosi pribadi, bahagia menerima kehidupan apa adanya. tidak mudah marah, darah yang dingin itu tidak pernah dirisaukan dan cocok untuk tugas-tugas ilmiah. E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia Memahami perilaku manusia, para ahli psikologi memiliki pandangan yang berbeda-beda. Manusia memiliki kebutuhan yang banyak. Salah satunya yaitu ada yang yang bersifat biologis, dimana kebutuhan tersebut berhubungan dengan reaksi organ tubuh. Pada umumnya, kebutuhan tersebut muncul untuk memelihara keseimbangan organik dan kimiawi tubuh. Untuk tercukupinya suatu kebutuhan manusia tersebut kemudian muncul berbagai macam motivasi yang mendorong manusia untuk berperilaku menyesuaikan diri supaya memenuhi semua kebutuhan tersebut. Menurut Pradopo (1995: 40-50) bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ada dua faktor yaitu faktor personal dan faktor situasional. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini: 1. Faktor Personal Faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor personal sendiri terdiri dari faktor biologis dan sosiopsikologis. Faktor biologis Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 14 menekankan pada pengaruh struktur biologis terhadap perilaku manusia. Pengaruh biologis ini dapat berupa instink atau motif biologis. Faktor personal lainnya adalah faktor sosiopsikologis. Menurut pendekatan ini proses sosial seseorang akan membentuk beberapa karakter yang akhirnya mempengaruhi perilakunya. Lebih jelas faktor-faktor personal tersebut dijabarkan yaitu sebagai berikut: a. Faktor Biologis Faktor biologis berpengaruh dalam seluruh kegiatan manusia. Warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh warisan biologis yang diterima dari orang tuanya. Manusia sama dengan makhluk bernyawa ciptaan tuhan lainnya. Apabila lapar harus mencari makan dan butuh pasangan untuk bereproduksi.faktor biologis hampir terlibat banyak dalam kegiatan manusia, bahkan terpadu dengan faktor sosiopsikologis. Tidak seorang pun yang menolak kenyataan bahwa struktur biologis manusia yaitu hormonal serta sistem syaraf dan hormonal sangat mempengaruhi perilaku manusia. b. Faktor Sosiopsikologis Sebagai makhluk sosial, manusia akan memperoleh beberapa karakteristik yang memengaruhi tingkah lakunya. Faktor karakteristik ini sering disebut sebagai faktor sosiopsikologis yang dapat memengaruhi perilaku manusia. Faktor tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga komponen, yaitu komponen afektif, kognitif, dan konatif. Komponen pertama merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Sementara komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Dan komponen konatif adalah Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 15 aspek visonal yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Komponen afektif dari faktor sosiopsikologis terdiri dari motifsosiogenesis, sikap dan emosi. Berikut ini penjelasan Jalaluddin mengenai motif-motif tersebut: 1) Komponen afektif Termasuk dalam komponen afektif adalah : a) Motif sosiogenesis Soiogenesis adalah salah satu motif yang terdapat dalam komponen afektif. Dalam motif sosiogenesis terdapat beberapa ragam jenis motif. Motif yang pertama adalah motif ingin tahu. Kedua adalah motif kompetensi. Motif yang ketiga adalah motif cinta. Kemudian motif yang keempat adalah motif harga diri dan kebutuhan mencari identitas. Selanjutnya motif kelima adalah motif akan nilai. Keenam adalah motif kebutuhan pemenuhan nilai. Dan yang terakhir adalah motif pemenuhan kebutuhan diri. b) Sikap Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam mennghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek. Sikap meliputi benda, orang, tempat, gagasan, situasi dan kelompok. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan rekaman masa lalu, sikap mengandung aspek evaluatif dan sikap timbul dari pengalaman. c) Emosi Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai gejala-gejala kesadaran, perilaku dan proses fisiologis. Emosi mempunyai empat fungsi yaitu. Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 16 Fungsi yang pertama adalah sebagai pembangkit energi. Kedua adalah sebagai pembawa informasi. Kemudian yang ketiga sebagai pembawa pesan dalam hubungan interpersonal. Dan yang terakhir adalah pemberi informasi tentang sumber keberhasilan mereka. 2) Komponen kognitif Termasuk dalam komponen ini adalah kepercayaan. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti, otoritas, pengalaman, atau intuisi. Kepercayaan akan memicu seseorang berfikir positif terhadap keadaan sekitarnya. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa kepercayaan berpengaruh besar dalam kehidupan manusia. Untuk itu, kepercayaan merupakan komponen yang harus diperhatikan. 3) Komponen konatif Komponen konatif terdiri atas kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan. Kebiasaan merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulang berkali-kali. Sedangkan kemauan erat dengan tindakan bahkan ada yang mendefinisikan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan. Tujuan yang didasari dengan kemauan erat akan membuakan hasil yang sesuai dengan usaha para pelakunya. 2. Faktor Situasional Faktor situasional adalah faktor yang datang dari luar diri individu. Pradopo (1995: 54-58) salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 17 situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa faktor ekologis, faktor rancangan dan arsitektural, faktor temporal, teknologi, faktor sosial, lingkungan psikososial stimuli dan budaya. Faktor-faktor tersebut dijabarkan sebagai berikut meliputi : a. Faktor ekologis Keadaan alam akan mempengaruhi gaya hidup dan perilaku seseorang. Kondisi alam (geografis) dan iklim (temperatur) dapat mempengaruhi perilaku manusia. Contohnya yaitu perilaku orang yang berada di daerah pantai berbeda dengan di daerah pedalaman. Orang di daerah pantai cenderung bicara lebih keras dan lebih emosional karena berada di udara yang lebih panas. Sementara orang berada di daerah pegunungan cenderung bicara lebih lembut serta lebih sabar karena berada di daerah lebih sejuk. b. Faktor desain dan arsitektur Suatu rancangan arsitektur dapat mempengaruhi komunikasi antara orangorang dalam ruangan arsitektur. Pengaturan ruangan juga telah terbukti mempengaruhi pola-pola perilaku yang terjadi di tempat itu. Salah satu contohnya yaitu pengaruh rancangan dan arsitektural terhadap perilaku manusia, dapat kita lihat pada penataan rumah. Rumah-rumah dengan pagar rendah atau tanpa pagar akan lebih mencerminkan bahwa penghuninya adalah orang yang terbuka serta tidak curiga terhadap lingkungannya. Karena itu orang yang tinggal dengan bentuk rumah seperti itu dianggap akan mau lebih berinteraksi dengan orang lain dibandingkan dengan Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 18 orang yang tinggal pada rumah berpagar tinggi, rapat dan dengan arsitektural yang megah seperti istana. c. Faktor temporal Waktu memberi pengaruh terhadap perilaku manusia. Suasana emosional seseorang juga berbeda-beda bila dipandang dari segi waktu. Suasana emosi pagi hari tentu berbeda-beda dengan suasana emosi siang hari dan malam hari. Bentuk aktivitas keseharian kita telah disesuaikan dengan waktunya. Oleh karena itu, suasana emosi dan bentuk perilaku kita juga dipengaruhi oleh faktor waktu (temporal). d. Faktor suasana perilaku Lingkungan merupakan beberapa satuan yang terpisah yang disebut suasana perilaku. Pada setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku orang-orang di dalamnya. Dalam public speaking atau retorika, banyak sekali pembahasan tentang bagaimana suatu bentuk penyampaian pesan harus disesuaikan dengan suasana perilaku pesertanya. Cara kita berpidato di lapangan terbuka, akan dipengaruhi oleh perilaku peserta pidato. Pidato di lapangan terbuka tentu berbeda dengan pidato di tempat tertutup. Pada intinya di setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku para pesertanya. e. Faktor teknologi Perubahan teknologi sering disusul dengan perubahan dalam perilaku sosial. Lingkungan teknologis yang meliputi sistem energi, sistem produksi, distribusi, membentuk serangkaian perilaku seseorang. Perubahan pola-pola penyebaran Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 19 informasi akan mempengaruhi suasana kejiwaan. Jenis teknologi yang digunakan masyarakat dapat mempengaruhi pola-pola komunikasi masyarakat baik pola pikir maupun pola tindakannya. Contohnya penggunaan ponsel telah mengubah tindakan komunikasi masyarakat dalam hal mengirimkan ucapan selamat, melalui SMS yang sebelumnya menggunakan kartu ucapan. f. Faktor sosial Sistem sosial, struktur sosial, struktur kelompok dan struktur organisasi, adalah faktor sosial yang menata perilaku seseorang. Kelompok orang tua akan melahirkan pola-pola perilaku yang berbeda dibandingkan dengan kelompok anak muda. Selain itu, ada tiga hal yang bisa dibahas pada faktor ini, yaitu: sistem peran, struktur sosial dan karakteristik individu. Peranan yang kita duduki berbeda-beda pada setting sosial yang berbeda. Peran sebagai suami, istri, anak, manajer, menantu, pengurus yayasan menghasilkan jenis perilaku yang berbeda-beda. Dengan demikian bentuk perilaku kita akan tergantung pada jenis peran yang kita sandang. Pada kajian tentang penyebaran inovasi banyak disebut bahwa struktur sosial masyarakat mempengaruhi bentuk tindakan masyarakat tersebut dalam mengantisipasi pesan yang disampaikan, seperti adanya pemuka pendapat, pengikut dan lain sebagainya. g. Faktor psikososial Persepsi tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan manusia, itu akan mempengaruhi perilaku manusia. Iklim psikososial akan menunjukkan persepsi orang tentang kebebasan individu, keketatan pengawasan, kemungkinan kemajuan, dan tingkat keakraban. Pada dasarnya lingkungan psikososial tersebut diartikan sebagai persepsi kita terhadap lingkungan seseorang. Lingkungan Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 20 psiskososial tersebut akan mebentuk persepsi terhadap lingkungannya sehingga mempengaruhi perilaku seseorang pada lingkungan tersebut. Salah satu contohnya yaitu orang yang mempersepsikan bahwa lingkungannya menyenangkan, maka orang tersebut akan berperilaku menyenangkan atau positif dalam lingkungannya. Sebaliknya, jika orang yang mempersepsikan bahwa lingkungannya tidak menyenangkan, maka orang tersebut akan berperilaku tidak menyenangkan atau negatif dalam lingkungannya. h. Faktor stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku Kendala situasi mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi yang memberikan banyak kendala pada perilaku, misalnya perilaku di kelas, di gereja. Situasi permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa rasa malu. Situasi restriktif akan menghambat untuk berperilaku sekehendak hatinya. Pada dasarnya ada sejumlah situasi yang memberi seseorang keleluasaan untuk bertindak dan sejumlah lain membatasinya. Jika seseorang menganggap bahwa pada situasi tertentu diperbolehkan/dianggap wajar melakukan perilaku tertentu, maka orang tersebut akan terdorong untuk melakukannya. i. Faktor budaya Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan ideology yang mereka anut. Faktor budaya juga mempengaruhi perilaku Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 21 seseorang. Seseorang dengan latar budaya tertentu dan karekter akan berperilaku tertentu pula sesuai dengan latar budayanya. F. Teori Konflik Batin 1. Pengertian konflik batin Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Dalam sastra diartikan bahwa konflik merupakan ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama yakni pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya (Yusuf, 2008 : 22). Adapun pengertian konflik batin menurut Supadi (2009: 19) adalah konflik yang disebabkan adanya dua atau lebih gagasan atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkat laku. Konflik batin adalah pertentangan antara perasaan, (pikiran) seseorang yang disebabkan keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan (Sulistyo, 2009 hal. 55). Pada umumnya konflik dapat dikenali karena beberapa ciri, menurut Kurt Lewin dalam Irwanto (1997: 213-216) adalah sebagai berikut: a. b. c. 2. Konflik terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya pribadi. Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan. Konflik dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa juga berlangsung lama, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Jenis Konflik batin Menurut Sobur (2003:292-299), bahwa konflik batin mempunyai beberapa bentuk. (a.) Konflik batin mendekat-mendekat (approach-approach conflict). Konflik Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 22 ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu di antaranya. (b.) Konflik batin mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict). Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai satu objek. Motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan). Karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu. (c.) Konflik batin menjauh-menjauh (avoidanceavoidance conflict). Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi. Motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif. 3. Faktor penyebab konflik batin Freud dalam Fitriannie (2009: 29) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam beberapa gangguan batin antara lain adalah: a. Agresi, menunjukkan bahwa konflik terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri. b. Kehilangan, merujuk pada perpisahan traumatik individu dengan benda atau seseorang yang sangat berarti. Kehilangan dalam masa kanak-kanak sebagai faktor predisposisi terjadinya konflik dan depresi pada masa dewasa. c. Kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap faktor pencetus konflik. d. Kognitif, depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016 23 e. Ketidakberdayaan, trauma bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan masalah tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, f. Perilaku, berkembang dari kerangka teori belajar sosial bahwa konflik dalam diri terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konflik Batin Tokoh…, Handi Hermawan, FKIP UMP, 2016