laporan teknis 2015

advertisement
LAPORAN TEKNIS 2015
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN, KEANEKARAGAMAN JENIS
IKAN DAN AKTIVITAS PENANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN
DANAU TONDANO SULAWESI UTARA
PENANGGUNG JAWAB
Dr. Safran Makmur, S.Si., M.Si
ANGGOTA
Subagdja, S.Si
Makri, S.P
Agus Sudrajat
Budi Irawan
Dr. Ir. Nego Elvis Bataragoa, M.Sc
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
BALAI PENELITIAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM
2015
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
ABSTRAK
Danau Tondano adalah bagian hulu dari Sungai Tondano terletak di
Kabupaten Minahasa dan merupakan Danau terbesar di Propinsi Sulawesi Utara
dan merupakan bagian dari Kawasan Pengelolaan Perikanan Perairan Umum
Daratan 421 (KPP-PUD 421). Luas Danau Tondano antara 44 km2 - 48 km2 dan
kedalamana saat ini kurang dari 20 m. Danau Tondano mempunyai fungsi
sebagai sumber air pertanian, perikanan, PDAM dan PLTA. Danau Tondano
selain merupakan tempat untuk penangkapan ikan juga dimanfaatkan sebagai
budidaya perikanan karamba dan jaring apung pada tahun 2012 berjumlah
kurang lebih 9279 unit jaring produksi dan 2899 unit jaring benih. Permasalahan
saat ini adalah menurunnya kualitas lingkungan akibat pencemaran sedimentasi
eceng gondok dan budidaya KJA yang menyebabkan jenis ikan asli populasinya
terancam. Penelitian yang akan dilakukan berjudul Karakteristik lingkungan,
keanekaragaman jenis ikan dan aktivitas penangkapan sumber daya Ikan Danau
Tondano Provinsi Sulawesi Utara bertujuan untuk mengetahui karakteristik
(fisika, kimia dan biologi) perairan, jenis ikan dan aktivitas penangkapan di Danau
Tondano Sulawesi Utara. Beberapa kajian yang akan dilakukan pada penelitian
ini antara lain : kajian karakteristik lingkungan perairan, keanekaragaman jenis
ikan dan aktivitas penangkapan. Penelitian dilakukan di Perairan Danau Tondano
pada tahun 2015, Survey dilakukan sebanyak 4 kali (Bulan Februari, Mei,
Agustus dan Oktober). Data yang diambil meliputi parameter fisika, kimia dan
biologi perairan, data morfologi ikan, biologi beberapa jenis ikan serta data
karakteristik dan berbagai aktivitas kegiatan perikanan di Danau Tondano
Sulawesi Utara. Hasil penelitian menunjukkan Karakteristik lingkungan perairan
Danau Tondano (fisika, kimia dan biologi) masih dalam kondisi baik untuk
kehidupan organisme air termasuk ikan. Terdapat sekitar 12 jenis ikan dan 2
jenis udang di perairan Danau Tondano sebagian besar ikan introduksi atau ikan
budidaya yang terlepas. Hasil Identifikasi ikan payangka di Danau Tondano
spesiesnya adalah Giuris margaritacea Valenciennes (1837). Pola pertumbuhan
ikan payangka allometrik positip, rasio sex 1:1,41, dapat memijah sepanjang
tahun dengan ukuran pertama matang gonad 10,75 cm, fekunditas 36892-90102
butir dan diameter telur rata rata 0,285 cm. Ikan payangka bersifat makanan
utama udang (IP=75%), panjang relatip saluran pencernaan 82,88%. Ikan betutu
mempunyai pola pertumbuhan isometric, rasio sex 1,62:1, ikan karnivora
makanan utamannya udang.Aktivitas penangkapan di Danau Tondano
menggunakan alat dan cara tradisional, jenis alat tangkap di Danau Tondano:
sibu sibu (scoop net), pancing (hand line), palo palo rengah, sosoroka (spear),
serok (scoop net), igii (trap), jala (cast net), jaring insang (gillnet) bagan nike, jubi
(harpoon). Komposisi hasil tankgpan dengan jaring insang: ikan payangka,
betutu dan nila berdasarkan jumlah individu dan berat: ikan payangka 86,16%
dan 72,74%, ikan betutu 13,41% dan 25,79% dan ikan nila 0,43% dan
1,47%.Untuk pengelolaan Danau Tondano perlu adanya cara penanggulangan
yang efektip untuk tanaman air seperti eceng gondok, pembatasan jumlah KJA,
pengaturan penangkapan nike, pengawasan terhadap penebaran ikan terutama
ikan introduksi.
Kata Kunci : Karakteristik Lingkungan, Keanekaragaman jenis ikan, aktivitas
penangkapan, Danau Tondano.
iii
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah
SWT, akhirnya kami dapat menyelesaikan Laporan Teknis Kegiatan TA 2015
yang berjudul Karakteristik lingkungan, keanekaragaman jenis ikan dan aktivitas
penangkapan sumberdaya ikan Danau Tondano Sulawesi Utara. Kegiatan
penelitian ini merupakan kegian tahun I dan merupakan salah satu dari kegiatan
penelitian yang ada di Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang
untuk tahun anggaran 2015.
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal
pada awal tahun kegiatan dan pelaksanaan di lapangan mulai bulan Februari
2015, Mei 2015, Agustus 2015 dan berakhir pada bulan Oktober 2015.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkini mengenai
karakteristik lingkungan, keanekaragaman jenis ikan dan aktivita penangkapan di
Danau Tondano Sulawesi Utara. Data dan Informasi tersebut diharapkan dapat
memberikan masukan untuk upaya pengelolaan di Perairan Danau Tondano
Sulawesi Utara.
Tim riset tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak membantu terutama kepada Kuasa Pemegang Anggaran
(KPA) Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U), peneliti, teknisi dan
pejabat struktural lingkup BP3U Palembang, sehingga selesainya Laporan
Teknis ini. Team riset juga mengucapkan terima kasih kepada pihak lain yang
tidak dapat kami sebutkan. Kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun diharapkan untuk perbaikan penulisan Laporan Teknis (Laptek)
pada tahun-tahun mendatang.
Palembang,
Desember 2015
Tim Penulis
iv
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
viii
Latar Belakang
Perkiraan Keluaran
Metodologi
Metode Pengumpulan Data
Analisis Sampel
Faktor Resiko dan Keberhasilan
Hasil yang Diharapkan
Hasil yang Telah Dicapai
Aspek Strategis
Pelaksanaan Penelitian
Hasil Penelitian
Karakteristik Lingkungan
Parameter Fisika Perairan
Parameter Kimia Perairan
Pengukuran Oksigen dan Temperatur Tengah Danau
Status Tropik Perairan
Potensi Produksi Danau Tondano
Parameter Biologi Perairan
Keanekaragaman Jenis Ikan
Karakterisasi Morfologi Ikan Payangka
Biologi Ikan
Aktivitas Perikanan
Komposisi Hasil Tangkapan
Sintesis Hasil Penelitian
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
1
5
6
7
8
13
13
13
13
14
14
17
17
19
27
28
29
30
38
40
44
56
65
67
70
71
73
v
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul
Halaman
1
Parameter kualitas air yang diukur/dianalisis serta metode
alat mengukurnya
Beberapa aspek biologi ikan ekonomis penting yang
dianalisis serta metode analisisnya
Katagori status tropik perairan berdasarkan Index Status
Tropik Carlson
Karakter morfometrik dan meristik untuk identifikasi ikan
Stasiun pengamatan penelitian
Karakter morfometrik ikan payangka jantan (N=5) di Danau
Tondano
Karakter morfometrik ikan payangka betina (N=5) di Danau
Tondano
Perhitungan meristik ikan payangka jantan (N=5) dan betina
(N=5) di Danau Tondano
Distribusi sebaran Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan
payangka Giuris margaritacea jantan dan betina hasil
tangkapan di Danau Tondano
Kisaran panjang total berdasarkan Tingkat Kematangan
Gonad (TKG) ikan payangka Giuris margaritacea jantan dan
betina yang telah mature di Danau Tondano
Nilai kisaran dan rataan Index Kematangan Gonad (IKG)
berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan
payangka betina di Danau Tondano
Nisbah kelamin ikan betutu di Danau Tondano
9
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
9
11
12
16
41
42
43
48
48
49
54
vi
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Peta lokasi, batimetri dan foto Danau Tondano
Peta stasiun pengambilan sampel di Danau Tondano
Temperatur Danau Tondano
DHL Danau Tondano
Kecerahan Danau Tondano
Derajat Keasaman (pH) Danau Tondano
Oksigen Danau Tondano
Karbondioksida Danau Tondano
Alkalinitas Danau Tondano
Ortofosfat (PO4) Danau Tondano
Kesadahan Danau Tondano
Nitrat (NO3) Danau Tondano
Ammonia (NH3) Danau Tondano
Klorofil-a Danau Tondano
Temperatur (0C) berdasarkan kedalaman perairan di perairan
Danau Tondano
Oksigen (mg/l) berdasarkan kedalaman di perairan Danau Tondano
Index Carlson Danau Tondano
Potensi produksi ikan di perairan Danau Tondano berdasarkan MEI
(Morpho Edhapic Index)
Komposisi fitoplankton Danau Tondano
Kelimpahan fitoplankton Danau Tondano
Index keanekaragaman fitoplankton Danau Tondano
Index dominansi fitoplankton Danau Tondano
Persentase zooplankton Danau Tondano
Kelimpahan zooplankton Danau Tondano
Index keanekaragaman zooplankton Danau Tondano
Index dominansi zooplankton Danau Tondano
Komposisi makrozoobentos Danau Tondano
Kelimpahan makrozoobentos Danau Tondano
Index keanekaragaman makrozoobentos Danau Tondano
Index dominansi makrozoobentos Danau Tondano
Jenis ikan dan udang di Danau Tondano
Ikan payangka Giuris margaritacea Valenciennes (1837)
Gonad ikan payangka TKG IV
Grafik hubungan panjang berat ikan payangka jantan (N=249)
Grafik hubungan panjang berat ikan payangka betina (N=353)
Grafik hubungan fekunditas dan berat ikan payangka
Grafik hubungan fekunditas dengan berat gonad ikan payangka
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
35
36
Halaman
6
15
18
18
19
20
21
22
23
24
24
25
26
27
27
28
28
30
31
32
32
33
34
34
35
36
37
37
38
38
40
44
45
46
46
50
50
vii
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Jumlah (%) diameter telur untuk tiap ukuran
Index Preponderance ikan payangka di Danau Tondano
Persamaan regresi linier antara panjang saluran pencernaan
dengan panjang total ikan payangka di Danau Tondano
Grafik hubungan panjang berat ikan betutu
Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan betutu pada pengamatan
Bulan Mei 2015 di Danau Tondano
Isi lambung ikan betutu di Danau Tondano
Sibu sibu
Pancing
Rengah
Sosoroka
Serok
Igii (bubu lobster)
Alat tangkap jala dan hasil tangkapan
Jaring Insang
Bagan Nike
Menangkap ikan dengan jubi/senapang
Komposisi hasil tangkapan ikan dengan jaring insang berdasarkan
jumlah jenisnya di Danau Tondano
Komposisi hasil tangkapan ikan dengan jaring insang berdasarkan
berat totalnya di danau Tondano
Persentasi hasil tangkapan ikan dengan jaring insang berdasarkan
jumlah individu dan berat totalnya di Danau Tondano
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
61
62
63
64
65
66
67
67
viii
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Latar Belakang
Keanekaragaman hayati yang tinggi mampu mendukung kehidupan dan
aspirasi manusia, dan memungkinkan manusia beradaptasi dengan peribahan akan
kebutuhan dan lingkungan. Erosi yang terjadi pada keanekaragaman genus,
spesies dan ekosistem yang terjadi secara terus menerus pada saatnya akan
menghambat
paerkembangan
masyarakat
yang
berkelanjutan.
Hilangnya
keanekaragaman hayati tersebut secara terus menerus terjadi merupakan ukuran
adanya kaetimpangan antara kebutuhan dan keinginan manusia dan daya dukung
alam (WRI, IUCN dan UNEP, 1995).
Indonesia memiliki tidak kurang dari 500 danau alami dengan kategori besar
> 50 ha dengan ciri khas sebagai “danau tropis kepulauan” memiliki luas total danau
5.000 km2 atau sekitar 0,25% luas daratan. Danau bersifat multi fungsi (pertanian,
perkebunan, pertambangan, sumber air minum, perikanan, PLTA, pariwisata).
Disamping multi fungsi, tersebut danau di Indonesia memiliki kekayaan akan plasma
nutfah ikan 25% dari plasma nutfah dunia. Namun masih belum banyak
inventarisasi dan identifikasi ikan yang dilakukan.
Danau Tondano adalah bagian hulu dari Sungai Tondano terletak di
Kabupaten Minahasa dan merupakan Danau terbesar di Propinsi Sulawesi Utara.
Dilihat dari proses terbentuknya Danau Tondano memiliki 2 versi yaitu danau yang
terbentuk sebagal hasil letusan gunung api purba (danau creater) dan danau terjadi
akibat terbendungnya sistem drainase sebagal akibat geantiklinal Minahasa yaitu
munculnya dua gunung api Soputan dan Mahawu. Daerah tangkapan Danau
Tondano sampai pada outlet titik pengamatan muka air di Tolour adalah sebesar
191,94 km2. Secara geografis DAS Danau Tondano terletak di antara 10o6'06" 01o20'25" LU (Lintang Utara) dan antara 124o45'04" - 124o58'20" BT (Bujur Timur)
memanjang dari Selatan ke Utara. Danau Todano merupakan bagian dari Kawasan
Pengelolaan Perikanan Perairan Umum Daratan 421 (KPP-PUD 421) mempunyai
1
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
luas bervariasi antara 44 km2 pada musim kemarau dan 48 km2 pada musim
penghujan dengan keliling danau sebesar 35,5 km. Sungai-sungai yang masuk ke
Danau Tondano sebanyak 35 buah dan sebagian besar sungai musiman. Sungaisungai yang masih mengalir airnya pada musim kemarau adalah Sungai Panasen,
Saluwangko, Kolsimega, Sendow dan Ranowelang. Danau inl diapit oleh
Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu, dan Gunung Masarang.
Sedangkan Kedalaman Danau Tondano.
Danau Tondano mempunyai fungsi sebagai sumber air pertanian, perikanan,
PDAM dan PLTA. Untuk keperluan operasi PLTA jenis kaskade, dibutuhkan muka
air danau minimal pada elevasi 681,156 m dpl atau 1,31 m di AWLR Tolour dengan
debit sedikitnya 8,30 m3/det. Dengan duga muka air danau maksimal untuk PLTA
pada debit rencana periode 10 tahun yang terjadi pada elevasi 682,83 m dpl atau
2,984 m di AWLR Tolour (Tolour tidak terkena banjir). Danau ini juga dimanfaatkan
sebagai budidaya perikanan karamba dan jaring apung yang berjumlah kurang lebih
459 buah dengan luas 67.293 m2 dan Produksi ikan 9115,1 ton per tahun (sumber,
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara), Pertanian/Irigasi ada
sekitar 3000 Ha sawah yang merupakan pemasok padi untuk Kabupaten Minahasa,
Peternakan unggas (itik di sekitar Danau Tondano), rumah makan tepi Danau,
pertambangan galian golongan C, serta pariwisata
Sumber daya perikanan di perairan danau pada umumnya adalah jenis-jenis
ikan sungai dan ikan-ikan introduksi. Berdasarkan Eidman (1989) dalam Baluyut
(1999), sejarah introduksi ikan di Indonesia telah dimulai sebelum abad ke 20 atau
sebelum tahun 1900 dimana jenis ikan Cyprinus carpio dan Carassius auratus di
introduksi dari China ke Indonesia. Hingga tahun 1987 setidaknya ada 19 spesies
ikan yang
telah di introduksi dari beberapa negara seperti China, Malaysia,
Singapura, Belanda, Taiwan, Denmark, Selandia Baru, Jepang Thailand dan
Amerika Serikat. Adaptasi ikan-ikan introduksi di perairan danau umumnya sangat
2
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
baik, misalnya adaptasi ikan-ikan dari jenis Clupeids dan Cyprinids yang
mempunyai pertumbuhan yang cepat dan dapat matang gonad pada umur yang
masih muda (biasanya kurang dari setahun), serta mempunyai fekunditas yang
besar. Kemampuan adaptasi yang baik tersebut menyebabkan ikan-ikan introduksi
yang di tebar di danau-danau Indonesia pada umumnya menjadi spesies yang
dominan.
Aktivitas penangkapan di danau umumnya sama seperti di perairan lainnya,
hanya pada penggunaan alat tangkap di danau jenisnya lebih sedikit dibandingkan
di sungai. Penangkapan ikan di perairan danau kebanyakan masih menggunakan
alat tangkap dan cara-cara penangkapan yang tradisional. Alat tersebut bersifat
sederhana dan biasanya dibuat sendiri oleh nelayan.
Definisi
pengelolaan perikanan berdasarkan Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang Undang No. 31
Tahun 2004 Tentang Perikanan adalah semua upaya termasuk proses yang
terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi,
pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta
penegakan hukum dari peraturan perundang undangan di bidang perikanan, yang
dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai
kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah
disepakati. Ditinjau dari sudut lain, pengelolaan perikanan yang dilakukan dengan
pendekatan pengelolaan ekosistem sebenarnya termasuk dalam kegiatan manusia
yang disebut dengan konservasi.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat dan kegiatan pembangunan
yang kurang memperhatikan keseimbangan dan daya dukung lingkungan, kualitas
lingkungan hidup ekosistem danau di Indonesia akan semakin menurun akibat
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sejauh mana kualitas atau karakteristik
lingkungan perairan danau tersebut saat ini perlu diketahui untuk bahan
3
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
pengelolaan dan pencegahan agar lingkungan beserta plasma nutfah terutama ikan
dapat lestari.
Konferensi Nasional Danau Indonesia I dengan tema “Pengelolaan Danau &
Antisipasi Perubahan Iklim” di Denpasar, Provinsi Bali pada tanggal 13 Agustus
2009, pada konferensi tersebut ditetapkanlah tujuh butir program strategis danau:
Pengelolaan
ekosistem
danau,
Pemanfaatan
Sumber
Daya
Air
danau,
pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan informasi danau, penyiapan
langkah-langkah
adaptasi
dan
mitigasi
perubahan
iklim
terhadap
danau,
pengembangan kapasitas, kelembagaan dan koordinasi, peningkatan peran
masyarakat, dan pendanaan berkelanjutan.
Dalam mewujudkan kesepakatan bersama tersebut, sembilan departemen
tersebut menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan semua pihak
melalui sinkronisasi dan sinergisitas Program/Kegiatan Pengelolaan Danau
Berkelanjutan pada sembilan danau prioritas yang tersebar di tujuh provinsi sebagai
percontohan pengelolaan, salah satu Danau yang di prioritaskan adalah Danau
Tondano. Kedelapan danau lainnya adalah Danau Toba, Danau Singkarak, Danau
Maninjau, Danau Rawa Pening, Danau Batur, Danau Tempe, Danau Limboto, dan
Danau
Poso
selain
itu
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Usaha budidaya ikan di Danau Tondano dewasa ini semakin meningkat
sejalan dengan besarnya kebutuhan baik sumberdaya alam maupun jenis
komuditas. Pemanfaatan sumberdaya perairan Danau Tondano sebagian besar
dititik beratkan pada usaha budidaya perikanan. Karamba Jaring Apung (KJA)
merupakan teknik teknik akuakultur yang paling produktif (Pangemanan, 2014).
Saat ini permasalah utama di Danau Tondano adalah jumlah Keramba Jaring
Apung (KJA) yang hingga tahun 2012 berjumlah 9279 unit jaring produksi dan 2899
unit jaring benih.
4
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Permasalah lain di Danau Tondano adalah peningkatan erosi dan
sedimentasi, sehingga terjadi pendangkalan danau dengan tingkat sedimentasi ratarata sebesar 0,4 m/th. Sedangkan tingkat erosi yang terjadi di bagian hulu berkisar
pada 28,86 – 63,00 ton/ha/tahun (UNSRAT, 2000). Pendangkalan danau dalam
kurun waktu 66 tahun semakin meningkat, dimana kedalaman semula sedalam 40
meter sampai dengan tahun 2000 kedalamannya hanya sebesar 14 meter, bahkan
Tahun 2012 kedalamnya hanya 12 m. Eutrofikasi perairan Danau Tondano akibat
dari pengkayaan unsur hara di perairan danau yaitu peningkatan kadar P dan N. Hal
ini ditunjukkan dengan penyebaran enceng gondok pada permukaan air Danau
Tondano yang mencapai luas 242,67 ha atau 5,20% dari luas danau. Berbagai
permasalah tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan berkurangnya populasi ikan
ikan asli danau Tondano dan ikan ekonomis seperti Payangka (Giuris margaritacea)
dan ikan lainnya, menurunnya hasil tangkapan ikan nelayan dari segi kualitas
maupun kuantitasnya.
Dengan ditetapkannya Danau Tondano sebagai salah satu dari sembilan
danau yang diprioritaskan sebagai percontohan pengelolaan danau, sehingga perlu
pengkajian berbagai aspek perikanan dan faktor lain seperti perubahan lingkungan
di perairan maupun di bagian teresterial serta faktor pencemaran baik industri
maupun rumah tangga yang juga menjadi ancaman serius bagi keberadaan
sumber daya ikan dan kualitas perairan di Danau Tondano.
Tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
(fisika, kimia dan biologi) perairan, jenis ikan dan aktivitas penangkapan Sumber
daya ikan di Danau Tondano Sulawesi Utara.
Perkiraan Keluaran
Hasil yang akan dicapai dari penelitian ini adalah tersedianya data dan
informasi karakteristik lingkungan (fisika, kima dan biologi) perairan, jenis ikan dan
aktivitas penangkapan sumber daya ikan yang meliputi aktivitas perikanan baik di
5
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
perairan maupun disekitar perairan yang pada akhirnya informasi informasi tersebut
akan dapat dijadikan bahan untuk pengelolaan Danau Tondano.
Metodologi
Penelitian ini bersifat survei-eksploratif yang meliputi pengumpulan data dan
informasi secara primer dan sekunder. Lingkup kegiatan meliputi kajian/analisa
parameter lingkungan perairan, identifikasi jenis ikan serta kapasitas penangkapan
dengan wilayah kerja adalah Danau Tondano Sulawesi Utara. Pelaksanaan
kegiatan riset melibatkan para peneliti yang mempunyai keahlian di bidang
manajemen sumberdaya perairan, ekologi perairan, biologi perikanan, taksonomi,
dan penangkapan.
Gambar 1. Peta lokasi, peta batimetri dan foto Danau Tondano
6
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung sebanyak 4 kali di
lapangan (Bulan Februari, Mei, Agustus dan Oktober) dan analisis di laboratorium
(kimia dan biologi perairan) BP3U. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan
sekunder (Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dari berbagai sumber seperti
Unsrat, pemda dan media lainnya termasuk melalui internet). Pengumpulan data
primer dilakukan langsung pada lapangan melalui survei dan wawancara.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metoda survei (stratified
sampling method) (Cooper dan Weekes, 1983). Penentuan stasiun pengambilan
contoh ditentukan berdasarkan pada keberadaan outlet, inlet, bagian terdalam
danau, land use, pemukiman, daerah KJA, daerah penangkapan serta beberapa
daerah dengan kondisi spesifik lainnya. Pengambilan beberapa parameter fisika,
kimia dan biologi perairan dilakukan berdasarkan stratifikasi kedalaman perairan
danau (permukaan, batas kecerahan dan dasar danau atau untuk bagian terdalam
danau dilakukan pengambilan sampel berdasarkan kedalaman dengan interval 1 m.
Data lingkungan perairan meliputi data parameter fisika, kimia dan biologi.
Sampel ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan dengan berbagai macam
alat tangkap dan experimental fishing. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan
melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat nelayan setempat sebagai enumerator.
Sampel ikan yang didapatkan meliputi ikan dari jenis lokal dan ikan introduksi.
Sampel ikan di awetkan dan dibawa ke laboratorium Biologi perikanan BP3U untuk
identifikasi (Morfometrik dan meristik) dan analisis biologi (reproduksi dan
makanan).
Pengukuran morfometrik spesimen dilakukan dengan menggunakan digital
caliper yang memiliki ketelitian sampai 0.1 mm, sedangkan meristik dilakukan
penghitungan manual dibantu kaca pembesar. Pengukuran karakter morfometrik
dan meristik ikan dilakukan pada 32 karakter morfologi, pada bagian sisi sebelah
7
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
kiri tubuh ikan (Cailet et al., 1986). Beberapa karakter utama morfometrik dianalisis
regresi dan signifikan korelasinya. Berbagai karakter morfologi (morfometrik dan
meristik) tersebut juga dibandingkan dengan buku identifikasi Weber dan Beaufort
(1916); Kottelat et al. (1993). Selain itu beberapa jenis ikan ekonomis dan dominan
diambil sampelnya untuk pengamatan aspek biologi seperti hubungan panjangberat, kebiasaan makan (food habit), reproduksi (TKG, IKG, fekunditas, diameter
telur dan ukuran pertama kali ikan matang gonad).
Data penangkapan diketahui dengan cara menginventarisasi aktivitas
perikanan, data diperolah berdasarkan metoda sampling dan wawancara secara
random (McGath, et al. 1998). dimana kegiatan tersebut dengan cara memonitor
atau mengamati kegiatan nelayan di perairan Danau Tondano. Data yang
dikumpulkan meliputi :1) waktu perjalan penangkapan, 2) karakteristik daerah atau
tempat penangkapan, 3) jenis dan kuantitas alat tangkap yang digunakan, 4)
komposisi hasil tangkapan yang meliputi komposisi jenis dan komposisi jumlah dan
bobot, 5) konsumsi dan ikan yang di jual, 6) perbaikan peralatan dan pengeluaran,
7) penghasilan rata rata, serta data lainnya. Data komposisi dan hasil tangkapan
diperoleh dari hasil tangkapan nelayan (enumerator). Data komposisi hasil
tangkapan, CPUE dan produksi di tabulasi dan dibuat grafik.
Analisis Sampel
Untuk sampel ikan yang didapat akan dilakukan identifikasi, beberapa
sampel ikan akan diawetkan dan dibawa ke laboratorium untuk pengamatan
morfometrik dan meristik serta diidentifikasi sampai tingkat species berdasarkan
Weber and Beaufort (1913), dan Kottelat et al. (1993). Selain itu sampel ikan diukur
panjang total dan berat (sampel yang diukur sebanyak mungkin dengan berbagai
ukuran) sampel yang didapat juga akan diamati dan dilakukan pembedahan untuk
pengamatan aspek biologinya. Pengamatan aspek biologi ikan terdiri dari:
8
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
hubungan panjang-berat, kebiasaan makan (food habit), biologi reproduksi (TKG,
IKG, fekunditas, diameter telur dan ukuran pertama kali ikan matang gonad).
Data lingkungan perairan meliputi data parameter fisika, kimia dan biologi
dianalisa menggunakan buku petunjuk yang dikemukakan oleh APHA (1981).
Parameter fisika yang diukur/dianalisa yaitu: temperatur, kecerahan, kedalaman dan
daya hantar listrik. Parameter kimia yang dianalisa/diukur yaitu: pH, DO, CO 2,
Phospat (PO4), Amoniak (NH3), Nitrat (NO3), Alkalinitas, klorofil-a. Parameter biologi
yang dianalisa yaitu plankton dan Bentos (makrozoobentos).
Tabel 1.
No
A
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
C
1
2
Parameter kualitas air yang diukur/dianalisa serta metode alat
mengukurnya
Parameter
FISIKA
Temperatur
Kecerahan
Kedalaman
Daya Hantar Listrik
KIMIA
pH
Oksigen (O2-terlarut)
Karbondioksida (CO2)
Alkalinitas
Kesadahan
Nitrat (NO3-N)
Ammonia (NH3-N)
Phosfat (PO4-P)
Klorofil-a
BIOLOGI
Plankton
Bentos
Metode/ alat yang digunakan
Termometer air raksa
Piring secchi (secchi disk)
Gauge Sounder
SCT-Meter
pH- indikator universal / pH-Meter
Titrimetri
Titrimetri
Titrimetri
Titrimetri
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Plankton-net
Ekman grab
Tabel 2. Beberapa aspek biologi ikan ekonomis penting yang dianalisa serta metode
analisanya.
Aspek Biologi
Metode analisa dan rumus yang digunakan
yang dianalisa
Hubungan
Hubungan panjang-berat dihitung berdasarkan persamaan
panjang-berat
fungsional
W= aLb , dimana W= berat ikan (gram), L=
panjang total ikan (cm), a dan b = konstanta (Hile, 1936
dalam Effendie, 1979). Untuk mengetahui nilai b sama/tidak
sama dengan 3 dilakukan uji varian terhadap nilai b (Per
Sparre and Venema, 1993)
Kebiasaan
IP
=
[(Vi*Oi)/∑(Vi*Oi)]*100%,
dimana IP=
Indeks
makanan
preponderan, Vi= persentase volume pakan ke-i, Oi=
(food habit)
persentase kejadian pakan ke-i dan ∑(Vi*Oi)= jumlah (Vi*Oi)
dari semua macam makanan (Hyslop,1980; Natarajan dan
Jhingran, 1961)
9
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
TKG= Tingkat
Kematangan
Gonad
IKG= Indeks
Kematangan
Gonad
Fekunditas
Ukuran pertama
kali matang gonad
Tingkat kematangan gonad diamati secara visual dengan
cara membedah perut ikan dan dilihat tingkat perkembangan
gonadnya berdasarkan modifikasi dari Cassie (Effendie,
1979)
Indeks Kematangan Gonad dihitung dengan cara mengukur
bobot gonad dan bobot tubuh ikan termasuk gonad
menggunakan timbangan yang mempunyai ketelitian 0,01
gram. Gonad ditimbang dari masing-masing TKG. Nilai IKG
dianalisis berdasarkan rumus yang digunakan Wudneh (1998)
dan Bandpei et al., (2011): GSI 9IKG)%=(Bg/Bt-Bg)x100%
dimana Bg=bobot gonad; Bt=bobot telur.
Fekunditas telur (N) dihitung sebagai jumlah telur yang
terdapat dalam ovari pada setiap tingkat kematangan gonad
N= ((Bg/Bsg)xn), dimana N= fekunditas, Bg= berat gonad
ikan, Bsg= berat sampel gonad dan n= jumlah telur dalam
Bsg
Ukuran petama kali matang gonad (M) diduga dengan cara
Spearman-Karber (Udupa, 1986). Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut : (1) m= (Xk + X/2) – (X, Σpi), kisaran
ukuran panjang diduga dengan persamaan (2) antilog [m ±
1,96 √(var (m))] dan (3) nilai var (m) = (X)2 x Σ [(pixqi) / (ni–1)],
dimana : M= ukuran pertama kali matang gonad (anti log dari
m), m= log panjang ikan pada kematangan gonad yang
pertama, Xk= log nilai tengah kelas panjang pada ikan 100%
matang gonad, X= pertambahan log panjang nilai tengah
kelas, pi= ri/ni = perbandingan jumlah ikan yang matang
gonad pada tiap kelas panjang, ri= jumlah ikan yang matang
gonad pada kelas ke-i, ni= jumlah contoh ikan pada kelas kei dan qi= 1-pi
Parameter biologi yang dianalisis yaitu plankton dan bentos. Data parameter
biologi plankton dianalisis kelimpahannya setiap stasiun pengamatan. Analisis
kelimpahan plankton menggunakan rumus Wiadnyana dan Wagey (2004) :
K = 1 / f x  n1 / v
Keterangan: K = Kelimpahan (sel/m2)
f = fraksinasi
v = volume air yang tersaring plankton net
Indeks Keragaman Jenis Berdasarkan Odum (1998):
H! = -  Pi ln Pi
Pi = ni/N
Keterangan: H! = Indeks Keragaman Jenis
ni = Jumlah individu taksa ke-i
N = Jumlah total individu
Pi = Proporsi spesies ke-i
10
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Indeks Dominansi Berdasarkan Odum (1998) :
D =  (Pi)2
Keterangan: D =
Ni =
N =
Pi =
Indeks Dominansi
Jumlah individu taksa ke-i
Jumlah total individu
ni/N = Proporsi spesies ke-i
Tingkat kesuburan perairan atau status trofik perairan dihitung memakai
rumus index status trofik dari Carlson's (Carlson's trophic state index, TSI) (Carlson,
1977), dengan rangkaian rumus yaitu :
1) TSI-TP = 14,42 * Ln [TP] + 4,15, dimana TP = total P dalam satuan μg/l ;
2) TSI-SD = 60 –14,41 * Ln [SD], dimana SD = kecerahan air dalam meter ;
3) TSI-Chl = 30,6 + 9,81 * Ln [Chl], dimana Chl = klorofil-a dalam satuan μg/l
Dan Rataan TSI = (TSI-TP + TSI-SD + TSI-Chl) / 3
Tabel 3. Kategori status trofik perairan berdasarkan Indeks Status Trofik Carlson
Score
< 30
Status Trophik
Ultraoligotrophik
30 – 40
Oligotrophik
40 - 50
Mesotrophik
50 – 60
Eutrophik ringan
60 – 70
Eutrophik sedang
70 – 80
Eutrophik berat
> 80
Hypereutrophik
Keterangan
Air jernih, konsentrasi oksigen terlarut tinggi sepanjang tahun
dan mencapai zona hypolimnion
Air jernih, dimungkinkan adanya pembatasan anoksik pada
zona hypolimnetik secara periodik (DO= 0)
Kecerahan air sedang, peningkatan perubahan sifat anoksik di
zona hypolimnetik, secara estetika masih mendukung untuk
kegiatan olahraga air
Penurunan kecerahan air, zona hypolimnetik bersifat anoksik,
terjadi problem tanaman air, hanya ikan-ikan yang mampu
hidup di air hangat, mendukung kegiatan olahraga air tetapi
perlu penanganan
Didominasi oleh alga hijau-biru, terjadi penggumpalan, problem
tanaman air sudah ekstensif
Terjadi blooming alga berat, tanaman air membentuk lapisan
bed seperti kondisi hypereutrophik
Terjadi gumpalan alga, ikan mati, tanaman air sedikit didominasi
oleh alga
Sumber : Carlson’s (1977)
Untuk menentukan potensi produksi ikan di perairan Danau Tondano
berdasarkan Morpho Edaphic Index (MEI) dengan rumus Y=14,314 MEI
0,4681
(Henderson dan Welcomme, 1974; Ryder, 1982; Balogun dan Aduku, 2005):
dimana : Y= potensi produksi ikan dalam satuan kg/ha/tahun.
Daya Hantar Listrik (Conductivity) µmhos/cm
MEI = ------------------------------------------------------------Kedalaman rata rata perairan (mean depth) m
11
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Tabel 4. Karakter morfometrik dan meristik untuk identifikasi ikan
No.
Karakter
kode
1.
Total Length (mm)
TL
2.
Standard Length (mm)
SL
3.
Body Depth (mm)
BD
4.
Caudal Peduncle Depth (mm)
CPD
5.
Caudal Peduncle Length (mm)
CPL
6.
Predorsal Length (mm)
PL
7.
Length of Dorsal Base (mm)
LDB
8.
Length of Anal Base (mm)
LAB
9.
Height of Dorsal Fin (mm)
HDF
10.
Height of Anal Fin (mm)
HAF
11.
Length of Pectoral Fins
LPF
12.
Length of Pelvic Fins (mm)
LPVF
13.
Length of Longest Dorsal Spine (mm)
LLDS
14.
Head Length (mm)
HL
15.
Head Width (mm)
HW
16.
Snout Length (mm)
SNL
17.
Suborbital Width (mm)
SW
18.
Orbit to Preopercle Angle (mm)
OPA
19.
Eye Diameter (mm)
ED
20.
Upper Jaw Length (mm)
UJL
21.
Gape Width (mm)
GW
22.
Adifose Fins Length (mm)
LAF
23.
Dorsal Fin Spines
DFS
24.
Dorsal Soft Ray
DSR
25.
Anal Spines
AS
26.
Anal Soft Rays
ASR
27.
Total Pectoral Rays
TPR
28.
Scales Along LL
SALL
29.
Scales Above LL
SABL
30.
Scales Below LL
SBLL
31.
Scales Before Dorsal Fin
SBDF
32.
Scales Around Caudal Peduncle
SACP
Sumber: Cailet G.M., M.S. Love dan A.W.Ebeling (1986).
12
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Faktor Resiko dan Keberhasilan
Faktor resiko yang dapat menyebabkan gagalnya suatu penelitian adalah
terjadinya bencana alam di lokasi atau jalan menuju lokasi penelitian (namun hal ini
sangat jarang terjadi). Sarana dan prasarana operasional penelitian yang ada di
lokasi penelitian sangat minim atau tidak ada sama sekali dan ketersediaan data
sekunder juga sangat sedikit yang juga berpengaruh terhadap hasil penelitian.
Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan penelitian adalah
adanya sarana penunjang yang cukup memadai untuk jalannya operasional
kegiatan di lokasi penelitian dan ketersediaan data penunjang (data sekunder) yang
turut pula menambah wawasan dalam suatu pelaksanaan kegiatan penelitian.
Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah data dan informasi
mengenai karakteristik lingkungan (fisika kima dan biologi) perairan, jenis ikan dan
kapasitas penangkapan sumber daya ikan di Danau Tondano Sulawesi Utara.
Hasil yang telah dicapai
Penelitian Tahun 2015 adalah penelitian tahun pertama, diharapkan data
yang diperoleh dapat dijadikan panduan untuk penelitian tahun berikutnya (tahun ke
2) sehingga informasi yang ada dapat dijadikan untuk pengelolaan Danau Tondano,
Sulawei Utara.
Aspek Strategis
Penelitian
ini
bersifat
survei-eksploratif
yang
bersifat
menganalisis
karakteristik lingkungan (fisika, kimia, biologi) perairan keanekaragaman jenis dan
kapasitas penangkapan sumber daya ikan. Sebagai bahan informasi dasar untuk
pengelolaan dibidang perikanan dengan pendekatan pengelolaan ekologis.
13
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Pengelolaan mencakup adanya daerah konservasi ikan atau perlindungan terutama
untuk ikan ikan khas atau bahkan endemik serta ikan ikan yang bernilai ekonomis,
sehingga pada akhirnya kegiatan perikanan yang ada tidak merusak atau sejalan
dengan kegiatan konservasi yang dilakukan. Pelestarian dilakukan supaya sumber
daya alam yang ada dapat terus dimanfaatkan sejalan dengan pembangunan dan
juga dapat meningkatkan taraf hidup nelayan.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian akan melibatkan para peneliti yang
mempunyai keahlian di bidang Managemen Sumberdaya Perairan, Ekologi
perairan, biologi perikanan, taksonomi dan penangkapan. Instansi yang terlibat
dalam penelitian ini adalah Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, serta melibatkan pula
masyarakat nelayan setempat secara intensif.
Tim Peneliti
- Dr. Safran Makmur, S.Si, M.Si
- Subagja,S.Si
- Makri, S.Pi.
MSP
Biologi Perikanan
Penangkapan
- Agus Sudrajat
- Budi Irawan
- Dr. Ir. Nego Elvis Bataragoa,M.Sc.
Kimia Air
Biologi ikan
MSP/Ekologi
Keahlian
(Koordinator/BPPPU)
(Anggota/BPPPU)
(Anggota/BPPPU)
(Anggota/BPPPU)
(Anggota/ BPPPU)
(Anggota/ UNSRAT)
Hasil Penelitian
Untuk pengambilan sample parameter lingkungan perairan ditentukan 6
stasiun pengambilan sample air, plankton dan bentos. Penentuan stasiun
pengambilan contoh ditentukan berdasarkan pada keberadaan outlet, inlet, bagian
terdalam danau, land use, pemukiman, daerah KJA, daerah penangkapan serta
beberapa daerah dengan kondisi spesifik lainnya.
Stasiun pengambilan sample
14
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
tersebut adalah; Remboken, Kaakas, Tengah Danau, Eris. Muara Sungai Tondano
dan Paleloaan (Gambar 2 dan Tabel 5).
2
3
1
4
6
5
Gambar 2. Peta stasiun pengambilan sampel di Danau Tondano
15
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Tabel 5. Stasiun pengamatan penelitian
Stasiun
Nama
Stasiun
1
Koordinat
Keterangan
N 01°13.958’
E 124°52.266’
Merupakan daerah
sumber mata air
panas, daerah
nelayan dan
pariwisata (Sumaru
endo). Terdapat
KJA, terdapat
kebun tanaman
kangkung, dasar
perairan berlumpur
Daerah
persawahan,
penangkapan dan
bnyak
terdapat
tanaman air eceng
gondok.
Dasar
perairan
lumpur
berpasir
Remboken
2
N 01°11.836’
E 124°52.223’
Kaakas
3
S 01°11.762’
E 124°53.389’
Kedalaman
rata
rata 20 m, Dasar
perairan berlumpur
halus.
S 01°13.852’
E 124°54.729’
Daerah KJA.
Terdapat tanaman
eceng gondok,
dasar perairan
berlumpur.
S 01°16.833’
E 124°54.769’
Banyak terdapat
bambu yang
ditancapkan ke air
untuk menghalau
eceng gondok
menutupi muara
sungai. Tanaman
air hydrilla. Daerah
penangkapan.
Dasar perairan
berlumpur serasah.
Tengah Danau
4
Eris
5
Muara Sungai Tondano
16
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
6
S 01°14.812’
E 124°53.891’
Daerah bertebing
curam berbatu.
Dasar perairan
berlumpur,
terdapar sedikir
pemukiman dan
KJA.
Paleloan
Karakteristik Lingkungan
Parameter Fisika perairan
Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses
metabolisme organisme diperairan. Temperatur air mempunyai peranan dalam
mengatur kehidupan biota perairan. Hasil pengukuran temperatur air di Danau
Tondano berkisar antara 25,17-28,43 0C atau rata rata 26,58±0,35 0C (Gambar 3).
Perubahan temperatur air pada tiap waktu pengambilan sampel di setiap stasiun
tidak terlalu berfluktuasi, kecuali pada stasiun Remboken yang memiliki temperatur
perairan relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh
adanya sumber mata air panas pada daerah tersebut. Berdasarkan baku mutu air
kelas I kondisi temperatur air Danau Tondano masih memenuhi kretaria baik.
Perubahan temperature perairan sepanjang tahun dipengaruhi oleh intensitas
radiasi matahari, kecepatan angin, musim (curah hujan dan penguapan) serta asal
massa air. Berdasarkan Nugroho (2006), temperatur optimal kehidupan ikan
diperairan berkisar antara 20-280C.
17
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
29
Temperatur ( 0C)
28
27
26
25
24
23
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 3. Temperatur Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
DHL
Daya Hantar Listrik atau konduktivitas berhubungan erat dengan kandungan
unsur unsur terionisasi dalam air, nilainya dapat memberikan gambaran banyaknya
garam garam yang terlarut atau terionisasi dalam suatu perairan. Daya Hantar
Listrik (DHL) di perairan Danau Tondano tidak berbeda untuk tiap stasiun kisaran
DHL tersebut antara 200,93-270,77 µmhos/cm atau dengan rataan 220,81±14,61
µmhos/cm (Gambar 4). Nilai DHL untuk air tawar biasanya kurang dari 10.000
DHL
µmhos/cm.
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 4. DHL Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
18
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Kecerahan
Kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh penetrasi cahaya matahari
kedalam badan air. Cahaya matahari akan membantu proses fotosintesis yang akan
menghasilkan oksigen terlarut yang merupakan factor penting dalam kehidupan
akuatik. Nilai Kecerahan perairan Danau Tondano berkisar antara 1,8-3 meter
dengan rata rata 2,44±0,18 meter (Gambar 5). Berdasarkan kedalaman secchi disk
tersebut Danau Tondano tergolong perairan dengan tingkat kesuburan sedang.
3.5
Kecerahan (m)
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
0KT
Gambar 5. Kecerahan Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
Parameter Kimia Perairan
Derajat Keasaman (pH)
Derajat Keasaman atau pH merupakan nilai yang menunjukkan aktivitas ion
hydrogen dalam air. Nilai pH suatu perairan dapat mencerminkan keseimbangan
antara asam dan basa dalam perairan tersebut. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa
parameter antara lain aktivitas biologi, suhu, kandungan oksigen dan ion ion dari
aktivitas biologi akan dihasilkan gas CO2 yang merupakan hasil respirasi, gas
tersebut akan membentuk ion buffer atau penyangga untuk menjaga kisaran pH di
perairan agar tetap stabil (Pescod, 1978).
19
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Derajat keasaman perairan Danau Tondano berkisar antara 7,33-8 dengan
rata rata 7,65±009 (Gambar 6). Berdasarkan nilai pH nya perairan Danau Tondano
masih ideal untuk mendukung kehidupan dan perkembangbiakan organisme
perairan termasuk ikan (Wardoyo, 1979). Berdasarkan Boyd (1979), kisaran pH 6-9
merupakan nilai yang ideal untuk produksi perikanan.
8.2
8
7.8
pH
7.6
7.4
7.2
7
6.8
6.6
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 6. Derajat keasaman (pH) Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken,
K=Kaakas, TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano,
P=Paleloan)
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen merupakan salah satu gas terlarut di perairan alami dengan kadar
bervariasi yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfir.
Selain diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme diperairan, oksigen juga
diperlukan dalam proses dekomposisi senyawa senyawa organik menjadi senyawa
anorganik. Sumber oksigen trlarut utama adalah dari difusi oksigen yang terdapat di
atmosfir. Difusi oksigen didalam air terjadi secara langsung pada kondisi stagnan
(diam) atau karena agitasi (pergolakan masa air) akibat adanya gelombang atau
angin.
Kisaran kandungan oksigen terlarut di perairan Danau Tondano antara 4,768,19 mg/l dengan rataan 6,13±0,34 mg/l (Gambar 7). Antara stasiun dan juga antara
20
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
kolom (permukaan, batas kecerahan dan lewat kecerahan) kandungan oksigen
tidak berbeda. Kandungan Oksigen di Perairan Danau Tondano masih aman untuk
kehidupan ikan. Berdasarkan Pescod (1973), Swingle (1963) dan NTAC (1968),
kadar oksigen terlarut dalam perairan minimal 2 mg/l sudah cukup untuk
mendukung kehidupan organisme perairan secara normal dengan catatan tidak
terdapat senyawa beracun dalam perairan tersebut. Sedangkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001, hasil parameter oksigen terlarut
menunjukkan perairan Danau Tondano termasuk dalam katagori normal untuk
perikanan, yaitu >3mg/l.
9
Oksigen (mg/l)
8
7
6
5
4
3
2
1
0
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 7. Oksigen Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
Karbondioksida (CO2)
Kandungan karbondioksida dalam air berhubungan erat dengan bahan
organik dan kadar oksigen terlarut (Sastrawijaya, 1991). Sumber utama CO2 dalam
perairan dapat berasal dari atmosfir dan hasil respirasi organisme perairan. Udara
yang selalu bersentuhan dengan air akan mengakibatkan terjadinya proses difusi
CO2 kedalam air. Karbondioksida dalam air juga berasal dari penguraian bahan
bahan organik oleh bakteri.
21
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Kisaran karbondioksida di perairan Danau Tondano antara 1,61-6,45 mg/l
dengan rataan 3,66±0,79 mg/l (Gambar 8). Antara stasiun dan juga antara kolom
(permukaan, batas kecerahan dan lewat kecerahan) kandungan karbondioksida
tidak berbeda. Kandungan karbondioksida di Perairan Danau Tondano masih aman
untuk kehidupan ikan. Berdasarkan NTAC (1968), Pescod (1973) dan Swingle
(1968), kandungan CO2 bebas di perairan yang dianjurkan atau aman bagi
kehidupan ikan adalah dibawah 12 mg/l.
Karbondioksida (mg/l)
7
6
5
4
3
2
1
0
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 8. Karbondioksida Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
Alkalinitas
Besaran nilai alkalinitas pada suatu perairan dapat menujukkan kapasitas
penyangga (buffer capacity) perairan itu dan dapat digunakan untuk menduga
kesuburannya (Swingle, 1968). Kisaran kandungan alkainitas di perairan Danau
Tondano antara 31,33-47,33 mg/l dengan rataan 38,34±1,72 mg/l (Gambar 9).
22
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
60
Alkalinitas (mg/l)
50
40
30
20
10
0
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 9. Alkalinitas Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
Ortofosfat (PO4)
Di perairan fosfor tidak ditemukan dalam keadaan bebas melainkan dalam
bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat atau polifosfat) dan senyawa
organic berupa partikulat. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan
oleh tumbuhan dan merupakan unsur esensial bagi tumbuhan sehingga menjadi
faktor pembatas yang mempengaruhi produktivitas perairan. Fosfor yang terdapat
dalam perairan berasal dari limbah rum ah tangga berupa diterjen, residu hasil
pertanian (pupuk), limbah industri, hancuran bahan organik dan mineral fosfat
(Saeni, 1989).
Nilai kandungan ortofosfat di perairan Danau Tondano berkisar antara
0,006-0,3 mg/l atau rata rata 0,0158±0,0018 mg/l (Gambar 10). Kandungan fosfat
diperairan Danau Tondano tergolong masih baik karena berdasarkan baku mutu
mutu air kelas I dipersyaratkan kadar fosfat < 2 mg/l.
23
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
0.035
ortofosfat (mg/l)
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 10. Total Posphat Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
Kesadahan
Kesadahan perairan Danau Tondano berkisar antara 41,33-60 mg/l dengan
rata rata 50,62±1,5 mg/l (Gambar 11).
70
Kesadahan (mg/l)
60
50
40
30
20
10
0
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 11. Kesadahan Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
24
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Nitrat (NO3)
Keberadaan senyawa nitrogen dalam perairan dengan dengan kadar yang
berlebihan dapat menimbulkan permasalahan pencemaran. Kandungan nitrogen
yang tinggi disuatu perairan dapat disebabkan oleh limbah yang berasal dari limbah
domestic, pertanian, perternakan dan industri.
Kandungan nitrat perairan Danau Tondano berkisar antara 0,01-0,45 mg/l
atau rata rata 0,14±0,03 mg/l (Gambar 12). Berdasarkan baku mutu air kelas I,
mensyaratkan kandungan nitrat untuk air baku air minum adalah maksimal 10 mg/l
Berdasarkan rata rata kandungan nitrat di Danau Tondano masih cukup baik karena
nilainya tidak melebihi 0,2 mg/l, jika nilainya melebihi nilai tersebut maka akan
Nitrat (mg/l)
terjadi proses pengkayaan perairan
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 12. Nitrat Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
Amonia (NH3)
Amonia diperairan danau dapat berasal dari nitrogen organik dan nitrogen
anorganik yang terdapat dalam tanah dan air yang berasal dari dekomposisi bahan
organik oleh mikroba dan jamur. Selain itu amonia juga berasal dari denitrifikasi
25
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
pada dekomposisi limbah oleh mikroba pada kondisi anaerob. Amonia juga dapat
berasal dari limbah domestic dan limbah industry (Marganof, 2007).
Kandungan amonia di perairan Danau Tondano berkisar antara 0,006-0,02
mg/l dengan rata rata 0,013±0,006 mg/l (Gambar 13). Ammonia di perairan Danau
Tondano masih dalam batas yang dapat ditoleransi bagi kehidupan ikan.
Berdasarkan Pescod (1973) bahwa kandungan ammonia yang diperuntukkan untuk
kehidupan ikan adalah kurang dari 1 mg/l.
0.08
0.07
Amonia (mg/l)
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 13. Amonia Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
Klorofil-a
Klorofil-a di perairan Danau Tondano kisarannya antara 22,61-36,89 mg/l
atau rata rata 28,81±3,02 mg/l (Gambar 14). Berdasarkan kandungan klorofil a
tersebut Danau Tondano tergolong danau eutropik atau subur. Menurut Jorgensen
(1990) Tipe tropic perairan dengan kandungan klorofil-a antara 10-500 mg/l
tergolong perairan eutropik atau perairan subur. Danau Eutropik (kadar hara tinggi)
dicirikan dengan perairan yang dangkal, tumbuhan litoral yang melimpah dengan
penetrasi cahaya yang rendah.
26
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
40
k;lorofil-a(mg/l)
35
30
25
20
15
10
5
0
R
K
TD
E
MT
P
Stasiun
FEB
MEI
AGT
OKT
Gambar 14. Klorofil-a Danau Tondano (Keterangan: R=Remboken, K=Kaakas,
TD=Tengah Danau. E=Eris, MT=Muara Tondano, P=Paleloan)
Pengukuran Oksigen dan Temperatur tengah danau
Pengukuran oksigen dan temperatur tiap satu meter kedalaman dilakukan di
stasiun Tengah Danau, karena keterbatasan panjang kabel (long cable) pengukuran
hanya dilakukan sampai kedalaman 18 m. Pengukuran temperatur dan oksigen
perairan menunjukkan semakin dalam perairan temperatur akan semakin menurun
begitu juga dengan oksigen. Kisaran nilai temperatur adalah antara 24,3-28,3 0C ,
sedangkan nilai oksigen berkisar antara 3,68-8,06 mg/l (Gambar 15 dan 16).
Kedalaman (m)
Suhu (0C)
24.00 24.50 25.00 25.50 26.00 26.50 27.00 27.50 28.00 28.50 29.00
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Februari
Mei
Agustus
Oktober
Gambar 15. Temperatur (0C) berdasarkan kedalaman di perairan Danau Tondano
27
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Oksigen (mg/l)
Kedalaman (m)
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Februari
Mei
Agustus
Oktober
Gambar 16. Oksigen (mg/l) berdasarkan kedalaman di perairan Danau Tondano
Status Tropik Perairan
Status tropic perairan dicirikan dengan tinggi rendahnya kandungan unsur
hara seperti N dan P serta kelimpahan fitoplankton atau konsentrasi klorofil nya.
Carlson (1977), mengajukan suatu indeks status tropik perairan yang didasarkan
kepada kecerahan perairan dari hasil pembacaan keeping secchi (secchi disk),
kandungan total fosfor dan kandungan klorofil-a. Berdasarkan Indeks status tropik
Carlson indeks status tropik perairan Danau Tondano berkisar antara 57,19-58,33
atau dengan rata rata 57,57±0,51 (Gambar 17).
OKT
Bulan
AGT
MEI
FEB
56.6
56.8
57
57.2
57.4
57.6
57.8
58
58.2
58.4
Index Carlson
Gambar 17. Index Carlson Danau Tondano
28
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Berdasarkan kriteria Carlson (1977), perairan Danau Tondano mempunyai
tingkat kesuburan eutropik ringan. Kesuburan Danau Tondano dapat dilihat dari
kedalaman rata rata perairan yang hanya 11,35 meter (Ekuatorial, 2015) dan
terdapat banyaknya tanaman air baik tanaman air yang tenggelam atau yang
mengapung seperti eceng gondok. Tingkat kesuburan Danau Tondano juga dapat
dilihat dari kecerahan danau yang rata rata hanya 2,4 meter. Penyuburan Danau
Tondano terutama berasal dari banyaknya KJA desekeliling danau dan juga aktifitas
masyarakat seperti mck dan limbah domestik serta pertanian.
Potensi Produksi Danau Tondano
Pengukuran potensi ikan di Danau Tondano dengan menggunakan MEI
(Morpho Edhapic Index) yang menggunakan hasil dari nilai parameter Conductivity
atau Daya Hantar Listrik (DHL) dibagi dengan rata rata kedalaman perairan danau
(kedalaman rata rata danau Tondano 11,35 m).
Berdasarkan pengukuran jumlah potensi produksi ikan di Danau Tondano
berkisar antara 55,20-59,46 kg/ha/tahun dengan jumlah rata rata 57,40±1,78
kg/ha/tahun (Gambar 18). Potensi produksi di perairan Danau Tondano dengan luas
perairan 4638 ha berkisar antara 256,02-275,78 ton/tahun atau dengan potensi
produksi rata rata sebesar 266,22±8,27 ton/tahun (Gambar 18).
29
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
OKT
Bulan
AGT
MEI
FEB
53
54
55
56
57
58
59
60
275
280
Potensi Produksi (Kg/ha/th)
OKT
Bulan
AGT
MEI
FEB
245
250
255
260
265
270
Potensi Produksi (Ton/Tahun)
Gambar 18. Potensi Produksi ikan di Perairan Danau Tondano berdasarkan MEI
(Morpho Edhapic Index)
Parameter Biologi Perairan
Plankton
Plankton adalah organisme baik tumbuhan maupun hewan yang umumnya
berukuran relatif kecil (mikro), hidup melayang layang di air tidak mempunyai daya
gerak/ kalaupun ada daya gerak relatif lemah sehingga distribusinya sangat
dipengaruhi oleh daya gerak air, seperti arus dan lainnya (Nybakken, 1992).
Kehadiran plankton dalam suatu perairan sangat penting karena berperan sebagai
produsen primer atau dalam mensitesis senyawa organik dari senyawa anorganik
melalui proses fotosintesis.
30
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Dengan mengetahui keanekaragaman plankton dalam suatu badan air dapat
mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan. Struktur komunitas plankton dicirikan
oleh indeks-indeks biologi berupa jumlah individu dan spesies, kelimpahan (K),
indeks diversitas (H’) dan dominansi (C) (Tabel dan ).
Dari hasil penenelitian Fitoplankton selama 2 kali survey Febuari dan April
2015) didapat tiga kelas, yaitu Chlorophyceae (18 genera), Bacillariophyceae (15
genera) dan Cyanophyceae (7 genera). Dari hasil komposisi fitoplankton yang
didapat didominasi oleh Kelas Chlorophyceae yaitu 82 %, Bacillariophyceae 16 %
dan Cyanophyceae 2 % (Gambar.19). Kelas Cyanophyceae, Bacillariophyceae dan
Chlorophyceae merupakan fitoplankton yang dominan di perairan tawar, khususnya
danau dan waduk (Yuliana, 2007).
Gambar 19. Komposisi fitoplankton Danau Tondano
Kelimpahan fitoplankton Danau Tondano menunjukkan peningkatan pada
bulan April di Stasiun Paleloan, dan tidak terjadi di stasiun lainnya. Kelimpahan
tertinggi pada Genera Ulotrik yaitu sebesar 1.883.800 ind/l. Genera ini termasuk
dalam kelompok fitoplankton yang memiliki kelimpahan tertinggi, hal ini mungkin
disebabkan oleh faktor lingkungan misalnya temperatur sebesar 27.70 0C. Lewis
(1978) serta Astuti dan Hendra (2009), menyatakan bahwa kehidupan fitoplankton
31
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketersediaan unsur hara, cahaya matahari,
dan suhu.
Gambar 20. Kelimpahan Fitoplankton Danau Tondano
Nilai keanekaragaman (H’) fitoplankton bekisar antara 0,392 – 2,059, hal ini
menunjukkan bahwa keanekaragaman di semua stasiun tersebut rendah (0<H<
2,3). Berdasarkan Odum (1994), nilai indeks keanekaragaman yang tinggi
menunjukkan lokasi tersebut sangat cocok untuk pertumbuhan plankton dan nilai
indeks keanekaragaman yang rendah menunjukan lokasi tersebut kurang cocok
bagi pertumbuhan plankton.
Gambar 21. Indeks Keanekaragaman Fitoplankton Danau Tondano
32
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Berdasarkan hasil nilai indeks dominansi fitoplankton di perairan Danau
Tondano berkisar antara 0,205 – 0,859, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak
terjadi dominansi fitoplankton jenis tertentu di Danau Tondano. Hal ini juga menjadi
indikasi bahwa di perairan tersebut tidak terjadi tekanan ekologis pada biota yang
ada di habitat tersebut.
Gambar 22. Indeks Dominansi Fitoplankton Danau Tondano
Berdasarkan hasil penelitian, zooplankton yang ditemukan di perairan Danau
Tondano pada bulan Febuari dan Mei 2015 didapatkan tujuh kelas, yaitu;
Euglenophyceae (1 genera), Sarcodina (4 genera), Ciliata (3 genera), Rotifer
(1 genera), Mastigophora (5 genera), Monogononta (2 genera) dan Crustaceae
(4 genera). Persentase Kelas Zooplankton yang ditemukan di perairan Danau
Tondano didominasi Kelas Ciliata (35%), diikuti Mastigophora (23%), Crustacea
(21%), Sarcodina (13%), Euglenophyceae (4%), Monogononta dan Rotifer 2 %.
33
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gambar 23. Persentase zooplankton Danau Tondano
Kelimpahan Zooplankton Danau Tondano berkisar antara 0-8900 ind/l.
menunjukkan penurunan pada survei ke dua (Bulan Mei), kecuali pada stasiun
Tengah, dan di Stasiun Eris tidak ditemukan sama sekali. Hal tersebut dapat terjadi
karena pengaruh beberapa faktor seperti ketersediaan unsur hara, cahaya
matahari, dan suhu.
Gambar 24. Kelimpahan zooplankton Danau Tondano
34
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gambar 25. Indeks keanekaragaman zooplankton Danau Tondano
Nilai keanekaragaman (H’) Zooplankton berkisar antara 0,00-1,421 hal ini
menunjukkan bahwa keanekaragaman di semua stasiun tersebut adalah rendah
(0<H<2,3). Menurut Odum (1994) nilai Indeks Keanekaragaman yang tinggi
menunjukan lokasi tersebut sangat cocok untuk pertumbuhan plankton dan nilai
indeks keanekaragaman yang rendah menunjukan lokasi tersebut kurang cocok
bagi pertumbuhan plankton.
Nilai indeks Dominansi zooplankton berkisar antara 0,000-1,000. Nilai terendah
ada di Stasiun Eris karena pada saat pengambilan sampel Bulan April tidak
didapatkan jenis zooplankton sehingga hasilnya 0, dan nilai tertingi 1,00 ada di
Stasiun Remboken. Tingginya nilai indeks dominansi disebabkan kecilnya jumlah
species dan beberapa individu jumlahnya besar sehingga terjadi dominansi. Hal ini
dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistim karena adanya tekanan atau
gangguan lingkungan.
35
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gambar 26. Indeks dominansi zooplankton Danau Tondano
Bentos (Makrozoobentos)
Hasil penelitian makrozoobentos perairan Danau Tondano selama dua kali
survei Bulan Febuari dan Mei 2015, didapat 2 Kelas yaitu Kelas Oligochaeta dengan
2 family yaitu Tubificidae dan Ceratopogonidae dan 4 species, salah satu specienya
tidak diketahui secara pasti karena kondisi sampelnya kurang baik. Kelas yang ke
dua adalah Kelas Mollusca dengan 4 Family yaitu Thiaridae, Viviparidae, Unionidae
dan Ampullariidae. Kelas Mollusca didapat 8 species dengan komposisi didominasi
dari Kelas Mollusca 93% dan Oligochaeta 7%.
Gambar 27. Komposisi makrozoobentos Danau Tondano
36
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Nilai kelimpahan makrozoobentos salama dua kali survey berkisar antara
15-1007 ind/l. Kelimpahan tertinggi ada di Bulan Mei pada Stasiun Remboken dan
terendah ada pada Stasiun Tengah di Bulan Februari dan Mei 2015, hal ini
diakibatkan karena kedalaman perairan di Stasiun Tengah Danau mencapai 20 m,
sehingga banyak jenis makrozoobentos tidak dapat hidup pada kedalaman tersebut
atau hanya jenis jenis tertentu saja yang bisa hidup karena oksigen yang rendah
dan tidak adanya cahaya mathari yang masuk. Jenis makrozoobentos yang
berlimpah berasal dari Kelas Mollusca.
Gambar 28. Kelimpahan makrozoobentos Danau Tondano
Nilai Indeks Keanekaragaman berkisar antara 0,000-1,380, berdasarkan nilai
indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Tondano memiliki nilai
keanekaragaman makrozoobentos yang rendah. Nilai Indeks Dominansi berkisar
0,285-1,0005 berdasarkan indeks dominansi, perairan Danau Tondano memiliki nilai
dominansi yang rendah (Odum, 1971).
37
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gambar 29. Indeks keanekaragaman makrozoobentos Danau Tondano
Gambar 30. Indeks dominansi makrozoobentos Danau Tondano
Keanekaragaman Jenis Ikan
Di perairan Danau Tondano jenis jenis ikannya berupa jenis jenis ikan
introduksi, ikan ikan introduksi tersebut antara lain payangka (Giuris margaritacea),
betutu (Oxyeleotris marmorata), nilem (Osteochilus vittatus), mas (Cyprinus carpio),
lele (Clarias batrachus), mujaer (Oreochromis mossambicus) dan nila (Oreochromis
niloticus), sedangkan ikan asli perairan danau antara lain sepat (Trichogaster
38
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
trichopterus), gabus (Channa striata) dan betok (Anabas testudineus). Ikan
payangka merupakan jenis ikan yang banyak hidup di perairan Danau Tondano,
ikan cantik ini merupakan ikan ekonomis karena merupakan ikan konsumsi. Ikan
payangka di introduksi dari Danau Limboto, Gorontalo pada tahun 1904
(Tamanampo dan Mantiri, 2009). Selain ikan berukuran besar, anakan atau benih
ikan payangka sangat disukai masyarakat sebagai ikan konsumsi sehingga
eksploitasinya sangat tinggi terhadap benih ikan payangka tersebut yang oleh
masyarakat Minahasa disebut nike. Nike selain dijual di pasar tradisional disekitar
Danau Tondano juga di pasok di supermarket besar di kota Manado
Ikan introduksi yang saat ini populasinya semakin meningkat adalah ikan
betutu (Oxyeleotris marmorata) yang diintroduksi pada tahun 2004 secara tidak
sengaja (tidak jelas siapa dan mengapa). Keberadaan ikan betutu tidak terpantau
sehingga populasi ikan tersebut meningkat cepat dan merupakan ikan konsumsi
yang cukup digemari.
Sama seperti halnya ikan introduksi laiinya, keberadaan lobster air tawar
(Cherax sp) di Danau Tondano diakibatkan banyaknya budidaya lobster tersebut di
sekitar atau dipinggiran danau, sehingga banyak yang terlepas ke perairan danau.
Populasi lobster air tawar di Danau Tondano juga semakin meningkat saat ini juga
dilakukan penebaran benih lobster tersebut ke Danau.
Di Danau Tondano saat ini juga terdapat jenis ikan hias yang kemungkinan
terlepas karena merupakan jenis ikan hias, jenis tersebut adalah ikan lohan
(Geophagus sp), koi (Cyprinus sp) dan lobster air tawar. Di perairan Danau
Tondano hidup udang kecil yang merupakan makanan bagi ikan yang hidup di
perairan tersebut. Jenis udang tersebut adalah Caridina wycki yang memiliki
panjang maksimal ± 3 cm, populasinya banyak di daerah yang ditumbuhi tanamaan
air.
39
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
4
1
5
2
6
3
Gambar 31. Jenis ikan dan udang di Danau Tondano; 1. Payangka jantan (Giuris
margaritacea), 2. payangka betina (Giuris margaritacea), 3 betutu
Nikemarmorata), 4. Nilem (Osteochilus vittatus), 5. Gabos
(Oxyeleotris
(Channa striata), 6. lobster air tawar (Cherax sp).
Karakterisasi Morfologi Ikan Payangka
Identifikasi dapat dilakukan dengan melihat karakter morfologi yaitu
morfometriik dan meristik maupun dengan analisis DNA. Karakter morfometrik
adalah karakter yang menggambarkan aspek bentuk tubuh, sedangkan karakter
meristik adalah karakter jumlah, serial atau struktur yang dihitung. Karakter
Morfometrik dan meristik adalah dua jenis karakter morfologi yang paling sering
digunakan untuk mengidentifikasi berbagai jenis ikan (Turan et al., 2006). Studi
morfometrik dan meristik merupakan alat yang kuat untuk mengukur discreteness
dari jenis yang sama (Gharaei, 2012).
40
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Morfometrik
Berdasarkan morfometriknya ikan payangka jantan dan betina tidak berbeda
jauh persentasinya dari panjang total, seperti persentase panjang standar terhadap
panjang total ikan jantan 81,04%, ikan payangka betina 81,66%. body dept
payangka jantan terhadap persentase panjang total sebesar 19,30% sedangkan
ikan payangka betina sebesar 20,43%. Begitu juga dengan karakter morfometrik
lainnya terhadap panjang total tidak begitu berbeda antara jantan dan betina (Tabel
6 dan7).
Tabel 6. Karakter morfometrik ikan payangka jantan (N=5) di Danau Tondano
Karakter
kode
min
max
mean±sd
TL%/mean
Total Length (mm)
TL
137.85
142.45 142.21±4.58
Standard Length (mm)
SL
110.5
116.95 115.24±2.42
Body Depth (mm)
BD
26.15
30.45
27.44±1.62
19.3
Caudal Peduncle Depth (mm)
CPD
10.6
15.45
14.32±1.87
10.07
Caudal Peduncle Length (mm)
CPL
21.3
24.5
27.69±1.03
15.96
Predorsal Length (mm)
PL
45.85
53.17
49.71±2.59
34.76
Length of Dorsal Base (mm)
LDB
15.45
17.45
16.14±0.96
11.35
Length of Anal Base (mm)
LAB
14.75
16.75
15.54±0.66
10.93
Height of Dorsal Fin (mm)
HDF
5.35
12.2
6.62±2.80
4.66
Height of Anal Fin (mm)
HAF
9.05
11.85
10.61±0.9
7.46
Length of Pectoral Fins
LPF
25.85
28.3
26.9±0.8
18.92
Length of Pelvic Fins (mm)
LPVF
21.15
23.95
22.14±1.03
15.57
Length of Longest Dorsal Spine
(mm)
LLDS
13.1
17.05
14.61±1.33
10.27
Head Length (mm)
HL
35.2
38.1
37.12±0.99
26.1
Head Width (mm)
HW
20.15
24.2
22.53±1.53
15.84
Snout Length (mm)
SNL
7.09
9.5
7.73±0.75
5.44
Suborbital Width (mm)
SW
2.95
3.65
3.09±0.38
2.17
Orbit to Preopercle Angle (mm)
OPA
8.3
9.7
9.34±0.53
6.57
Eye Diameter (mm)
ED
4.7
6.45
5.99±0.67
4.21
Upper Jaw Length (mm)
UJL
5.75
9.85
7.85
12.7
6.63±0.83
11.71±1.11
4.66
8.23
Gape Width (mm)
GW
Keterangan: min=minimum; max=maksimum; mean=rata rata; sd=standar deviasi; TL
(%)=presentase dari panjang total.
81.04
41
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Tabel 7. Karakter morfometrik ikan payangka betina (N=5) di Danau Tondano
Total Length (mm)
TL
min
126.3
Standard Length (mm)
SL
99.35
116.5 106.6±7.49
81.66
Body Depth (mm)
BD
24.8
28.25 26.67±1.32
20.43
Caudal Peduncle Depth (mm)
CPD
13.1
14.8 13.89±0.63
10.64
Caudal Peduncle Length (mm)
CPL
19.95
23.4 21.72±1.25
16.64
Predorsal Length (mm)
PL
46.35
50.69 48.53±1.39
37.18
Length of Dorsal Base (mm)
LDB
11.8
13.75 12.56±0.71
9.62
Length of Anal Base (mm)
LAB
12.45
14.75 13.57±0.78
10.40
Height of Dorsal Fin (mm)
HDF
5.79
8.9 7.49±1.4
5.74
Height of Anal Fin (mm)
HAF
81
10.35 9.23±0.8
7.07
Length of Pectoral Fins
LPF
20.7
26 24.02±1.85
18.41
Length of Pelvic Fins (mm)
LPVF
19.2
21 20.37±0.67
15.60
Length of Longest Dorsal Spine
(mm)
LLDS
12.4
16.75 14.98±1.6
11.48
Head Length (mm)
HL
31.1
37.45 33.99±2.19
26.04
Head Width (mm)
HW
17.85
20.45 19.41±0.86
14.87
Snout Length (mm)
SNL
6
10.05 8.41±1.61
6.44
Suborbital Width (mm)
SW
2.59
3.5 3.16±0.43
2.43
Orbit to Preopercle Angle (mm)
OPA
8.2
8.8 8.99±0.74
6.89
Eye Diameter (mm)
ED
6.15
6.85 6.49±0.27
4.97
Upper Jaw Length (mm)
UJL
5.65
9.43
7.59 6.89±0.69
10.85 10.19±0.34
5.28
7.81
Karakter
kode
max
mean±sd
135.4 130.54±3.17
TL%/mean
Gape Width (mm)
GW
Keterangan: min=minimum; max=maksimum; mean=rata rata; sd=standar deviasi; TL
(%)=presentase dari panjang total.
Meristik
Hasil penghitungan beberapa karakter meristik ikan payangka jantan dan
betina menunjukka kisaran jumlah yang sama antara jantan dan betina mulai dari
jumlah duri pada sirip dorsal (DSF), duri lunak sirip dorsal (DSR), duri sirip anal
(AS), jumlah total sirip pectoral (TPR), jumlah sisik dibagian atas linea lateralis
(SABL), jumlah sisik bagian bawah linea lateralis (SBLL), jumlah sisik sebelum sirip
dorsal (SBDF), jumlah sisik disekeliling batang ekor (SACP) (Tabel 8).
42
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Tabel 8. Perhitungan meristik ikan payangka jantan (N=5) dan betina (N=5) di
Danau Tondano
Karakter
Dorsal Fin Spines
Dorsal Soft Ray
Anal Spines
Anal Soft Rays
Total Pectoral Rays
Scales Along LL
Scales Above LL
Scales Below LL
Scales Before Dorsal Fin
Scales Around Caudal Peduncle
kode
DFS
DSR
AS
ASR
TPR
SALL
SABL
SBLL
SBDF
SACP
Jantan
VI / I
9
I
9
16
30
4 1/2
5 1/2
17
20
Betina
VI / I
9
I
9
16
30
4 1/2
5 1/2
17
20
Berdasarkan karakter morfometrik dan meristik ikan payangka di Danau
Tondano merupkan jenis atau species Ophieleotris aporos, atau Ophiocara aporos
Ordo Gobiiformes, Famili Eleotridae. Berdasarkan Kottelat et al. (1992), rumus
jumlah sirip payangka adalah; D VI; I,8-9 A I,9 , Lateral row scales 30. Berdasarkan
FishBase.org spesies Ophiocara aporos Bleeker (1854) saat ini valid name nya
adalah Giuris margaritacea Valenciennnes (1837) dengan common name
snakehead gudgeon. Distribusi Giuris margaritacea meliputi Indonesia terutama
Sulawesi, Papua, Papua New Guinea, Micronesia, Australia, Asia Tenggara,
Madagascar, Palau, New Calidonia, Fiji. Ikan ini hidup di air tawar dan marine water,
pH berkisar antara 7-8 dan temperature 22-28 0C. Berdasarkan The IUNC Red List
of Threatened Species status ikan payangka adalah Least Concern. (www.
FishBase.org; www. iucnredlist.org).
43
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gambar 32. Ikan Payangka Giuris margaritacea Valenciennnes (1837).
Foto:www.wikipedia.org (2015)
Biologi ikan
Untuk mengetahui biologi ikan seperti sex, Tingkat Kematangan Gonad dan
Makanan dalam saluran pencernaan dilakukan pembedahan terhadap sample ikan,
ikan sample di bedah kemudian dilihat gonadnya dan ditentukan jenis kelamin dan
TKG nya, jika ditemukan telur diambil untuk kemudian di hitung jumlah nya
(fekunditas). Untuk saluran pencernaan selain dilihat isinya juga dilakukan
pengukuran panjangnya.
Selain pengamatan terhadap biologi ikan payangka, juga dilakukan
pengamatan terhadap ikan betutu. Pengamatan dilakukan dengan melakukan
penukuran panjang dan penimbangan bobot ikan. Pembedahan dilakukan juga
untuk melihat gonad dan lambung. Pengamatan gonad untuk menentukan jenis
kelamin dan TKG ikan sedangkan pengamatan lambung untuk mengetahui jenis
makanan ikan betutu.
44
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gonad betina
Gonad jantan
Gambar 33. Gonad ikan payangka TKG IV
Ikan Payangka
Hubungan Panjang berat
Hubungan panjang berat ikan payangka di Danau Tondano diperoleh dari
249 ekor ikan jantan dan 353 ekor ikan payangka betina, untuk ikan payangka
jantan ukuran panjang total berkisar antara 10,7-19 cm dengan rata rata 14,15 cm,
45
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
berat berkisar antara 12,28-95,9 g dengan rata rata 33,28 g. Ikan payangka betina
ukuran panjang total berkisar antara 10,5-20,5 cm dengan rata rata 13,75 cm, berat
berkisar antara 8,08-118,16 g dengan rata rata 31,01 g. Koefisien determinasi (R2)
ikan payangka jantan 0,93 sedangkan ikan payangka betina 0,92. Nilai b pada
persamaan hubungan panjang berat ikan payangka jantan b=3,27 dan betina
b=3,38 atau nilai b>3, sehingga pola pertumbuhan ikan payangka baik jantan
maupun betina mempunyai pola allometrik positif (b>3) pola pertumbuhan allometrik
positif berarti pertumbuhan panjang lebih lambat dari pertambahan berat ikan.
120.00
100.00
y = 0.0054x3.2709
Berat (g)
80.00
R² = 0.933
60.00
40.00
20.00
0.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Panjang Total (cm)
Gambar 34. Grafik hubungan panjang berat ikan payangka jantan (N=249)
140.00
120.00
y = 0.004x3.3855
Berat (g)
100.00
R² = 0.915
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Panjang Total (cm)
Gambar 35. Grafik hubungan panjang berat ikan payangka betina (N=353)
46
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Rasio Kelamin
Rasio
kelamin
atau
nisbah
kelamin
diperlukan
untuk
mengetahui
perbandingan antara jumlah ikan jantan dan betina, sehingga dapat diketehui
keseimbangan populasi ikan tersebut di suatu perairan antara jantan dan betina.
Jumlah sampel ikan payangka selama penelitia berjumlah 602 ekor yang terdiri
atas 249 ekor ikan payangka jantan (41,36%) dan 353 ekor ikan payangka betina
(58,64%). Perbandingan nisbah kelamin total antara ikan payangka jantan dan
betina di perairan Danau Tondano adalah 1:1,41 yaitu dalam suatu populasi ikan
payangka terdapat 1 ekor ikan jantan dan 1 ekor ikan payangka betina. Walaupun
jumlah ikan payangka betina cendrung lebih banyak dibandingkan ikan payangka
jantan. Populasi ikan payangka tersebut baik karena ikan betina cendrung lebih
banyak populasinya dari ikan jantan.
Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan payangka di dominasi oleh TKG 4
(80,13% ikan payangka jantan dan 62,57% ikan payangka betina) (Tabel 9).
Tingginya ikan payangka dengan TKG IV di akibatkan karena pada penelitiannya
sampel ikan yang didapatkan berasal dari hasil experiment fishing dengan
menggunakan jarring insang mata jaring 1,75 inchi. Sehingga ikan payangka yang
berukuran lebih kecil tidak tertangkap, hal ini diakibatkan karena di perairan Danau
Tondano nelayan menggunakan alat tangkap sibu sibu untuk menangkap benih ikan
payangka atau nike yang mempunyai mata jaring sangat rapat.
Eksploitasi ikan payangka di perairan Danau Tondano sangat intensif
terutama penangkapan nike atau anakan ikan payangka. Penangkapan nike sangat
intensif hampir setiap hari dilakukan karena banyaknya permintaan nike untuk
konsumsi terutama dari rumah makan disekitar Danau Tondano Minahasa dan
47
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Manado. Begitu juga dengan ikan payangka besar yang sangat digemari
masyarakat Sulawesi Utara.
Tabel 9. Distribusi sebaran Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan payangka
Giuris margaritacea jantan dan betina hasil tangkapan di Danau Tondano
Jantan
TKG
I
II
III
IV
V
Total
Betina
N
1
3
27
125
%
0.64
1.92
17.31
80.13
156
100
N
1
2
62
112
2
179
%
0.56
1.12
34.64
62.57
1.12
100
Ikan payangka di Danau Tondano memijah sepanjang tahun, karena
didapatkan ikan dengan TKG IV atau matang gonad setiap sampling (Februari, Mei,
Agustus dan Oktober). Kisaran panjang ikan payangka matang gonad untuk TKG IV
ikan payangka jantan berkisar antara 10,8-19 cm dengan rata rata 14,24±1,57 cm.
Sedangkan ikan payangka betina berkisar antara 6,7-20,5 cm dengan rata rata
14,56±2,35 cm. (Tabel 10).
Tabel 10. Kisaran panjang total berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
ikan payangka Giuris margaritacea jantan dan betina yang telah mature
di Danau Tondano
TKG
III
IV
V
Panjang Total (cm) Jantan
Kisaran
r±sd
11-17,5
13,9±1,28
10,8-19
14,24±1,57
Panjang Total (cm) Betina
Kisaran
r±sd
10,6-17,7
14,19±1,62
6,7-20,5
14,56±2,35
12,8-14,16
13,48±0,96
Indeks Kematangan Gonad
Pengamatan Indeks Kematangan Gonad (IKG) hanya dilakukan pada ikan
payangka betina khususnya yang mempunyai TKG III, IV dan V. IKG ikan payangka
betina menunjukkan peningkatan, TKG III IKG=4,52% dan TKG IV IKG=6,53% dan
menurun pada TKG V IKG=5,29% (Tabel 11).
48
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Tabel 11. Nilai kisaran dan rataan Index Kematangan Gonad (IKG) berdasarkan
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan payangka betina di Danau
Tondano
Berat Ikan (g)
Berat Gonad (g)
IKG (%)
TKG
N
Kisaran
Rataan±sd
Kisaran
Rataan±sd
Kisaran
Rataan±sd
III
3
35,72-61,28
51,73±13,9
0,58-0,92
0,7±0,19
3,59-5,98
4,52±1,28
IV
112
12,42-118-16
40,27±21,72
0,2-8,76
2,41±1,79
0,8-24,15
6,53±3,9
V
2
22,72-35,15
28,94±8,7
1,04-1,92
1,48±0,62
4,8-5,78
5,29±0,69
Nilai
indeks
kematangan
gonad
akan
meningkat
seiring
dengan
perkembangan gonadnya dan akan maksimum pada saat ikan akan melakukan
pemijahan (TKG IV), lalu indeks kematangan gonad akan menurun pada saat ikan
telah memijah atau salin (TKG V). Berdasarkan Effendie (2002), pertumbuhan
gonad ikan betina rata rata berat gonadnya akan meningkat 10-25% dari bobot
tubuhnya.
Fekunditas
Fekunditas atau jumlah telur ikan payangka betina (N=25) dengan kisaran
panjang total ikan antara 13-18,6 cm panjang total rata rata 15,45±1,4, kisaran berat
antara 26,89-81,68 g berat rata rata 46,48±11,96, kisaran berat gonad antara 1,436,62 g berat gonad rata rata 3,74±1,57 mempunyai fekunditas antara 36.892-90.102
butir atau rata rata sebanyak 58.888 butir.
Fekunditas berhubungan dengan berat tubuh dan berat gonad ikan betina,
biasanya semakin banyak jumlah fekunditas semakin berat bobot tubuh dan bobot
gonad ikan tersebut. Berat gonad akan mempengaruhi berat ikan dan jumlah telur
atau fekunditasnya. Pertambahan berat tersebut cendrung akan menyebabkan
bertambahnya fekunditas secara linier. Adanya perbedaan jumlah fekunditas
dikarenakan adanya perbedaan habitat atau lingkungan, selain itu fekunditas sangat
dipengaruhi oleh perbedaan genetis dan kelimpahan makanan yang tersedia pada
tiap habitat (Gambar 35 dan 36).
49
100,000
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
-
90
80
70
Berat Ikan (g)
Fekunditas (Butir)
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425
Ikan Payangka
Fekunditas (butir)
W (g)
100,000
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
-
7
6
5
4
3
2
1
Berat Gonad (g)
Fekunditas (butir)
Gambar 35. Grafik hubungan fekunditas dan berat ikan payangka
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425
Ikan Payangka
Fekunditas (butir)
Wg (g)
Gambar 36. Grafik hubungan fekunditas dengan berat gonad ikan payangka
50
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Diameter Telur
Diameter telur ikan payangka berkisar antara 0,24-0,33 mm atau rata rata
sebesar 0,285 mm. Berdasarkan jumlah telur yang diukur diameternya (N=1349
butir) diameter telur yang paling dominan adalah 0,29 mm sebanyak 24,61% diikuti
diameter 0,30 cm sebanyak 14,60% dan diameter 0,28 cm sebanyak 14,08%.
Sedangkan diameter telur paling sedikit adalah 0,33 cm hanya sebanyak 0,67%
0.35
30.00
0.3
25.00
0.25
20.00
0.2
15.00
0.15
10.00
0.1
Jumlah (%)
Diameter telur (cm)
(Gambar 37).
5.00
0.05
0
0.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelas ukuran
Diameter
Jumlah
Gambar 37. Jumlah (%) diameter telur untuk tiap ukuran
Ukuran Pertama Matang Gonad
Ukuran pertama matang gonad ikan payangka betina (mature) dengan
timgkat kematangan gonad (TKG) III, IV dan V dengan kisaran panjang total antara
6,7-20,5 cm rata rata 14,42±1,9 cm. adalah 10,75 cm dengan nilai ambang kisaran
matang gonad adalah pada ukuran antara 10,62-10,88 cm.
51
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Makanan
Ikan payangka di Danau Tondano berdasarkan hasil analisis isi saluran
pencernaannya merupakan jenis ikan karnivora. Makanan utama ikan payangka
adalah udang dengan nilai index preponderance IP=75%, kemudian makanan
lainnya kolombi (keong) IP=12,5% dan cacing IP=12,5% (Gambar 38).
Udang
Kolombi
Cacing
Gambar 38. Index Preponderance Ikan Payangka di Danau Tondano
Kisaran panjang total ikan payangka 11,6-15,2 cm dengan rata rata 13,36,
kisaran panjang saluran pencernaannya 6-12,6 cm dengan rata rata 9,41 cm. Rasio
perbandingan antara panjang saluran pencernaan dengan panjang total ikan
payangka adalah 1:1,42. Persamaan regresi linier antara panjang total (X) dengan
panjang saluran pencernaan (Y) ; a=,2591, b=0,5409 adalah Y=0,5409x + 8,2591
dengan nilai koefisien korelasi sebesar R2=0,8866 atau 88,66% (Gambar 39).
Panjang relative adalah panjang saluran pencernaan ikan yang dinyatakan
dalam persentase dari panjang totalnya (Tamsil, 2000). Berdasarkan perbandingan
panjang saluran pencernaan dengan panjang total tubuh ikan payangka, panjang
saluran pencernaan tidak pernah melebihi panjang total nya atau panjang relatif
saluran pencernaan terhadap panjang total ikan payangka sebesar 82,88%.
52
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Panjang Total (cm)
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
y = 0.5409x + 8.2591
6.00
R² = 0.886
4.00
2.00
0.00
0
2
4
6
8
10
12
14
Panjang Sal.Pencernaan (cm)
Gambar 39. Persamaan regresi linier antara panjang saluran pencernaan dengan
panjang total ikan payangka di Danau Tondano
Ikan Betutu
Hubungan Panjang berat
Hubungan panjang berat ikan betutu di Danau Tondano diperoleh dari 73
ekor ikan, ukuran panjang total berkisar antara 12,7-25,5 cm dengan rata rata 17,68
cm, berat berkisar antara 31,56-204,77 g dengan rata rata 79,92 g. Koefisien
determinasi (R2) ikan betutu 0,96.
Nilai b pada persamaan hubungan panjang berat ikan betutu b=2,91.
Berdasarkan hasil uji-t, Nilai b=3 (thitung<ttabel) sehingga pola pertumbuhan ikan betutu
mempunyai pola isometric (b=3) pola pertumbuhan isometrik berarti pertumbuhan
panjang sama dengan pertambahan berat ikan. Nilai b akan mempengaruhi ukuran
dan panjang dan berat ikan, pola pertumbuhan ikan dapt berubah tergantung
kondisi lingkungan (Effendie, 2002).
53
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
250
Berat (g)
200
y = 0.0173x2.9127
150
R² = 0.966
100
50
0
0
5
10
15
20
25
30
Panjang Total (cm)
Gambar 40. Grafik hubungan panjang berat ikan betutu
Reproduksi
Rasio Kelamin
Berdasarkan jumlah sampel ikan betutu yang dikumpulkan seitan sampling,
jumlah ikan betutu jantan cendrung lebih banyak populasinya dibandingkan ikan
betutu betina, bahkan pada sampling Bulan Oktober seluruh sampel yang diperoleh
(N=13) semuanya ikan betutu jantan. Secara keseluruhan nisbah kelam in antara
ikan betutu jantan dan betina adalah 1,62 : 1 (Tabel 12).
Tabel 12. Nisbah kelamin ikan betutu di Danau Tondano
Sampling
Jantan
Betina
FEB
13
4
MEI
33
27
AGT
9
11
OKT
13
0
TOTAL
68
42
Rasio sex
3.13:1
1.22:1
0.82:1
1.00:0
1.62:1
Tingkat Kematangan Gonad
Berdasarkan hasil penelitian ini, pada pengambilan sampel ikan betutu bulan
Mei 2015 jumlah sample sebanyak 49 ekor dengan perbandingan jumlah jantan 22
ekor dan betina 27 ekor. Pada pengamatan gonad ikan betutu rata rata mempunyai
54
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
TKG I baik jantan maupun betina, hal ini kemungkinan karena penggunaan mata
jaring (1,75 inchi) yang kurang besar sehingga ikan betutu yang mempunyai TKG
lebih tinggi tidak banyak ditemukan termasuk ikan betutu yang telah matang kelamin
(TKG IV) (Gambar 37).
Jumlah Individu
17
14
6
4
I
2
2
II
III
3
1
IV
TKG
J
B
Gambar 41. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan betutu pada pengamatan
Bulan Mei 2015 di Danau Tondano
Makanan
Berdasarkan pengamatan isi lambung sebagian besar isi lambung
menunjukkan bahwa ikan betutu merupakan jenis ikan pemakan udang karena
sebagian besar isi saluran pencernaannya adalah udang hanya bebarapa yang
berisi ikan. Jenis ikan yang dimakan ikan betutu adalah anak ikan payangka dan
nila. Berdasarkan hal tersebut ikan betutu digolongkan sebagai ikan karnivora.
Danau Tondano yang memiliki kedalaman yang rata rata hanya 11 m merupakan
habitat bagi udang Caridina wycki yang memiliki panjang maksimal ± 3 cm,
populasinya banyak di daerah yang ditumbuhi tanamaan air. Tanaman air sangat
banyak terdapat di Danau Tondano terutama dibagian litoralnya. Jenis tanaman
tersebut seperti tanaman air yang mengapung seperti eceng gondak dan tanamana
air yang tenggelam seperti Hydrilla.
55
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gambar 42. Isi lambung ikan betutu di Danau Tondano
Aktivitas Perikanan
Aktifitas penangkapan masih menggunakan cara dan alat tradisonal seperti
penangkapan nike (anak ikan payangka) dengan sibu sibu, penangkapan keong
dengan alat rengah (seperti trawl mini), penangkanap udang lobster dengan bubu
lobster dan alat serampang (tombak) untuk menamgkap ikan kabos (gabus) serta
jaring insang dan jala untuk menangkap ikan payangka, mujaer dan betutu.
Berbagai alat tangkap yang terdapat di Danau Tondano digunakan untuk
menangkap jenis ikan tertentu sehingga pengoperasiannya pun spesifik untuk
keperluan tersebut. Deskripsi beberapa alat tangkap yang digunakan di perairan
Danau Tondano adalah sebagai berikut:
1. Sibu Sibu (scoop net)
Sibu sibu adalah alat tangkap yang digunakan untuk menangkap nike atau
benih anakan ikan payangka. Alat berbentuk segitiga ini memiliki panjang antara 3-4
m lebar 1,20-1,30 m (bagian atas). Jaring terbuat dari bahan monofilament dengan
panjang jaring ± 3 m, ukuran mata jaring rapat (0,5 inchi) dan pada bagian bawah
untuk tempat terkumpulnya nike mata jaring lebih rapat lagi. Kerangka alat terbuat
dari bambu atau rotan di kedua sisinya. Alat yang bentuknya seperti sendok ini
56
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
dioperasikan di bagian litoral atau pinggir danau terutama dibagian yang banyak
tanaman air.
Nike hasil tangkapan dengan menggunakan sibu sibu mempunyai ukuran
antara 1,3-1.8 cm dengan berat untuk 100 g dengan jumlah individu sebanyak
sekitar 373 ekor atau berat 1 ekor nike sekitar 0,27 g. Harga nike tergantung musim
biasanya untuk tiap 200 g harga nike sekitar Rp.10.000.
Gambar 43. Sibu Sibu
2. Pancing (hand line)
Alat tangkap pancing digunakan tidak hanya oleh nelayan namun lebih
banyak digunakan oleh masyarakat yang hobi memancing. Di Danau Tondano
pemancing menggunakan pancing dengan 3 mata pancing. Operasional alat di
bagian pinggir danau atau dari atas perahu. Hasil tangkapan umumnya ikan nila,
betutu dan payangka.
57
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gambar 44. Pancing
3. Palo Palo Rengah
Alat tangkap palo palo rengah adalah jenis alat tangkap yang digunakan
untuk mengumpulkan rengah sejenis keong dari dasar danau. Alat tangkap rengah
dilengkapi dengan lempeng besi atau baja (sebagai pemberat), jaring dan tali.
Panjang besi 2 m, ukuran jaring 2x1 m dengan mata jaring 1 inchi dan panjang tali
15-20 m tergantung kebutuhan. Pengoperasian alat rengah dengan menggunakan
perahu, alat rengah dilempar hingga tenggelam kedasar danau (biasanya rengah di
operasionalkan di bagian danau yang dangkal (< 10 m) dan ditarik dengan perahu
(sejauh antara 10-20 m) sampai jaring atau alat terasa berat kemudian diangkat di
pisahkan rengah atau keong dengan sampah. Pengoperasian dilakukan beberapa
kali sampai hasil yang diinginkan, pengoperasian biasanya dilakukan pagi hari mulai
jam 5 pagi hingga 9 pagi.
Keong hasil tangkapan selain dikonsumsi sediri oleh nelayan juga dijual di
pasar atau pemesan. Keong hasil tangkapan juga digunakan untuk pakan ternak
dan pakan ikan (mujair, nila dan mas). Harga jual keong rengah relative murah yaitu
1 karung (45 kg) Rp. 20.000. Di wilayah remboken terdapat sekitar 10-15 orang
nelayan yang menggunakan alat tangap rengah.
58
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gambar 45. Rengah
4. Sosoroka (Tombak) (spear)
Alat tangkap sosoroka atau tombak biasanya digunakan untuk menangkap
ikan kabos (gabus) dan jenis ikan lain seperti nila dan betutu. Alat tangkap sosoroka
terdiri atas bagian tangkai dan baian mata tombak. Bagian mata tombak atau
bagian bawah terdapat 7 mata 6 mata dipinggir dan 1 mata ditengah bagian ini
terbuat dari baja atau besi yang ujungnya dibuat tajam dengan panjang besi
mencapai 30 cm. Bagian tangkai terbuat dari bambu bulat yang lurus dengan
panjang antara 2-4 m. Alat digunakan di pinggir danau atau bagian danau yang
banyak tanaman air atau kayu pohon yang tenggelam. Pengoperasian lebih banyak
dimalam hari dengan bantuan penerangan seperti senter untuk menemukan ikan
didalam air sehingga ikan akan tertarik dengan cahaya tersebut dan dapat di
tombak dengan sosoroka.
59
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gambar 46. Sosoroka
5. Serok (scoop net)
Alat tangkap serok berberntuk seperti kantong dengan permukaan bulat.
Dilengkapi dengan gagang dari kayu, rotan atau besi sepanjang lebih kurang 0,5 m.
Jaring terbuat dari bahan nilon dengan ukuran mata jaring 0,5-1 inchi atau lebih
besar lagi tergantung kebutuhan dan ukuran ikan target yang akan ditangkap. Lebar
kantung net minimal 30 cm dengan panjang 50 cm atau lebih, bagian bawah
tertutup sementara bagian atas terbuka dengan bentuk bulat diikat pada kawat atau
rotan yang terhubungkan dengan gagang kayu, besi atau rotan sebagai alat untuk
pegangan. Jenis ikan yang tertangkap dengan serok seperti payangka, mujaer dan
anakan ikan.
60
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Gambar 47. Serok
6. Igii (Bubu Lobster) (trap)
Igi adalah sejenis bubu (traps) yang dimodifikasi untuk menangkap lobster
air tawar. Lobster air tawar di Danau Tondano berasal dari budidaya yang terlepas
dan berkembang biak di danau. Lobster air tawar merupakan jenis lobster yang
berasal dari papua. Pnajng Igii 60 cm dengan diameter 70 cm diameter injab (pintu)
8 cm, umpan lobster kelapa, jaring igii berbahan nilon dengan mata jaring 1 inchi.
Igii dipasang di dasar danau dibagian litoral dan diberi pemberat batu dan botol
plastik sebagai pelampung dan penanda.
Gambar 48. Igii (bubu Lobster) (trap)
61
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
7. Jala (cast net)
Alat angkap yang bersifat aktif ini berbentuk kerucut dengan jaring berbahan
nilon dilengkapi cincin pemberat dan tali untuk pegangan. Panjang jaring 8 m
dengan mata jaring 2,5 inchi atau tergantung ukuran ikan yang diinginkan. Panjang
tali antara 10-16,5 m. Pengoperasian alat dilakukan diatas perahu di bagian pinggir
atau tengah danau dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada malam hari jam 19.00 –
02.00 malam dan antara jam 02.00 pagi hingga 07.00 pagi. Jenis ikan yang banyak
tertangkap dengan jala adalah ikan nila berbagai ukuran.
Gambar 49. Alat tangkap Jala dan hasil tangkapan
62
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
8. Jaring Insang (gillnet)
Jaring insang berbentuk persegi panjang dengan bahan jaring terbuat dari
nilon monofilament. Ukuran mata jaring tergantung keperluan dan tujuan target
ukuran ikan, biasanya ukuran antara 1 inchi hingga lebih dari 5 inchi. Jaring
dilengkapi dengan
pemberat dan pelampung (penanda) seperti botol plastik
kosong. Alat tangkap pasif ini di operasikan di bagian tengah atau bagian danau
yang agak dalam dan tidak banyak tanaman airnya dipansang sore menjelang
malam kemudian diangkat pada pagi hari sekitar jam 05.00. Jenis ikan yang
ditangkap dengan jaring insang di Danau Tondano adalah ikan betutu, payangka
dan nila.
Gambar 50. Jaring Insang
9. Bagan Nike
Alat tangkap bagan menurut nelayan baru di buat dan digunakan sekitar
bulan Juni 2015 alat tangkap ini sebelumnya tidak ada. Pengoperasian alat tangkap
ini dilakukan di sekitar Kaakas atau bagian utara Danau Tondano, pemasangan alat
di bagian pinggir hingga 10-200 m kearah tengah danau. Alat bagan nike terdiri atas
63
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
bambu yang dirangkai dibuat seperti bagan yang terapung dan menggunakan
bagian bambu yang ditancapkan pada dasar danau. Alat juga dilengkapi dengan
lampu listrik led sebagai penerang karena pengoperasian alat pada malam hari
dengan memanfaatkan cahaya lampu agar nike mendekat dan berkumpul.
Pengoperasian alat dibantu juga dengan 2 buah perahu, satu perahu membawa
mesin generator untuk penerangan sekitar 15-30 bagan perahu yang lain digunakan
untuk mengumpulkan nike dengan menggunakan sibu sibu. Berdasarkan
pengamatan saat itu terdapat >100 bagan nike disekitar kaakas.
Pada saat survey Bulan Agustus 2015, penggunaan
bagan nike hanya
terfokus di daerah Kaakas. Saat pengamatan Bulan Oktober 2015 penggunaan
bagan nike sudah mencapai daerah Remboken. Aktivitas penangkapan banyak
dilakukan di malam hari dengan menggunakan lampu yang dinyalakan oleh mesin
generator yang berada diatas perahu, sedangkan perahu yang lain digunakan untuk
menangkap nike. Penangkapan nike ini menggunakan metoda light trap karena ikan
nike akan mendekati sumber cahaya, sehingga akan mudah ditangkap dengan
menggunakan sibu sibu.
Gambar 51. Bagan Nike
64
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
10. Jubi (Harpoon)
Alat tangkap jubi digunakan dengan cara menyelam di bagian litoral atau
bagian danau yang banyak tanaman airnya. Kegiatan menangkap ikan dengan
menggunakan alat tangkap jubi di disebut bajubi. Bajubi biasanya dilakukan pada
pagi hari dengan hasil tangkapan umumnya untuk di konsumsi sendiri atau dijual
dengan harga Rp. 50,000 2-3 ekor ikan mujaer (1-1,5 kg). Bajubi tidak dilakukan
tiap hari dan tidak banyak nelayan yang menggunakannya, hal tersebut dikarenakan
kegiatan bajubi diperlukan keahlian khusus dan pengalaman.
Gambar 52. Menangkap ikan dengan Jubi/senapang
Komposisi Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan ikan di perairan Danau Tondano bergantung
pada jenis alat tangkap yang digunkana oleh nelayan atau tergantung tujuan untuk
menangkap jenis ikan apa, seperti misalnya jika ingin menangkap ikan payangka
dan betutu biasanya nelayan akan menggunakan jarring insang, jika ingin
menangkap ikan nila nelayan akan menggunakan jala, jika ingin menangkap udang
65
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
nelayan akan menggunakan bubu,
ingin menangkap nike nelayan akan
menggunakan sibu sibu atau bagan nike.
Komposisi hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan jaring insang
(gillnet) mata jaring 1,75 inchi yang dipasang menjelang malam di angkat sekitar
jam 5 pagi menunjukkan komposisi jenis ikan hanya terdiri atas 3 jenis ikan yaitu
ikan payangka, betutu dan nila. Berdasarkan jumlah individu, ikan payangka
merupakan jenis ikan paling banyak jumlahnya yang tertangkap, yaitu sebanyak
86,16%, kemudian ikan betutu (13,41%) dan ikan nila hanya tertangkap sebanyak 3
ekor (0,43%). Sementara berdasarkan komposisi beratnya ikan payangka paling
baerat yaitu sebesar 72,74% dari berat total hasil tangkapan, kemudian ikan betutu
sebesar 25,79% dan ikan nila hanya 1,47% (Gambar ). Penggunaan jaring insang
lebih efektip untuk menangkap ikan payangka dan betutu, sedangkan ikan nila atau
mujaer biasanya nelayan lebih banyak menggunakan jala (castnet) atau jaring
insang dengan ukuran mata jaring lebih besar seperti ukuran 4 atau 5 inchi.
Gambar 53. Komposisi hasil tangkapan ikan dengan jarring insang berdasarkan
jumlah jenisnya di Danau Tondano
66
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
(%)
Gambar 54. Komposisi hasil tangkapan ikan dengan jaring insang berdasarkan
berat totalnya di Danau Tondano
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
86.16
72.74
25.79
13.41
0.43 1.47
PAYANGKA
BETUTU
NILA
Jenis Ikan
%individu
%berat
Gambar 55. Persentase hasil tangkapan ikan dengan jaring insang berdasarkan
jumlah individu dan berat totalnya di Danau Tondano
SINTESIS HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pengambilan sampel di 6 stasiun (Remboken, Eris, Kaakas,
Tengah Danau, Muara Sungai Tondano dan Paleloan), karakteristik lingkungan
perairan Danau Tondano masih baik untuk kehidupan organisme perairan termasuk
ikan. Selengkapnya adalah untuk parameter fisika, temperature (25,17-28,43 0C),
67
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
DHL (200,93-270,77 µmhos/cm) dan kecerahan (1,8-3 m). Parameter kimia; pH
(7,33-8), Oksigen (4,76-8,19 mg/l), karbondioksida (1,66-6,46 mg/l), alkalinitas
(31,33-47,33 mg/l), ortofosfat (0,0006-0,3 mg/l), kesadahan (41,33-60 mg/l), nitrat
(0,01-0,45 mg/l), ammonia (0,006-0,02 mg/l), klorofil-a (22,61-36,89 mg/l).
Status tropik perairan Danau Tondano berdasarkan Index status tropik
Carlson berkisar antara 57,19-58,33 berarti perairan Danau Tondano mempunyai
tingkat kesuburan Eutropik ringan. Potensi produksi ikan di Danau Tondano
berdasarkan Morpho Edhapic Index (MEI) berkisar antara 55,20-59,46 kg/ha/tahun.
Potensi produksi di perairan Danau Tondano (luas 4638 ha) rata rata 266,22
ton/tahun.
Parameter biologi, untuk fitoplankton di temukan 3 Kelas; Chlorophyceae, 18
genera (82%), Bacillariophyceae, 15 genera (16%) dan Cyanophyceae, 7 genera
(2%). Kelimpahan tertinggi genera Ulotrix (1,883,800 ind/l). Keanekaragaman (H’) =
0,392-2,059 tergolong rendah (0<H<2,3). Index dominansi antara 0,205-0,858 tidak
terjadi dominansi jenis tertentu. Zooplankton di temukan 7 kelas; Euglenophyceae
(1 genera), Sarcodina (4 genera), Ciliata (3 genera), Rotifera (1 genera),
Mastigophora (5 genera), Monogonanta (2 genera) dan Crustacea (4 genera). Di
dominasi ole Cilliata (35%). Kelimpahan zooplankton 0,8900 ind/l, Keanekaragaman
H’ 0,00-1,421 tergolong rendah, Index dominansi 0,000-1,00 tinggi.
Bentos (makrozoobentos) yang ditemukan di perairan Danau Tondano terdiri
atas
2 kelas
yaitu
Oligochaeta
(7%)
dan
Mollusca
(93%).
Kelimpahan
makrozoobentos 15-1007 ind/l. Index keanekaragaman 0,000-1,380 tergolong
rendah. Index dominansi 0,285-1,0005 tergolong rendah.
Di perairan Danau Tondano di dapatkan 10 jenis ikan yaitu; ikan payangka
(Giuris margaritacea), betutu (Oxyeleotris marmorata), nilem (Osteochilus vittatus),
mas
(Cyprinus
carpio),
lele
(Clarias
batrachus),
mujaer
(Oreochromis
mossambicus), nila (Oreochromis niloticus), sepat (Trichogaster trichopterus),
68
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
gabus (Channa striata) dan betok (Anabas testudineus). Jenis lain adalah ikan
lohan (Geophagus sp), koi (Cyprinus sp) dan lobster air tawar (Cherax sp). Jenis
udang kecil Caridina wycki.
Berdasarkan identifikasi ikan payangka dengan melihat karakter morfologi
(morfometrik dan meristik) ikan payangka di Danau Tondano termasuk jenis Giuris
margaritacea Valenciennes (1837) dengan common name snakehead gudgeon,
nama tersebut valid saat ini menggantikan nama sebelumnya Ophieleotris aporos,
atau Ophiocara aporos yang saat ini sudah tidak valid lagi.
Berdasarkan hubungan panjang berat ikan payangka jantan dan betina
tergolong allometrik positip (b>3). Rasio sex antara ikan payangkja jantan dan
betina tergolong baik atau seimbang (1:1,41). Berdasarkan Tingkat Kematangan
Gonad (TKG) ikan payangka di Danau Tondano dapat memijah sepanjang tahun
dengan nilai Index Kematangan Gonad (IKG) ikan payangka betina untuk TKG III
nilai IKG=4,52%, TKG IV nilai IKG=6,53% dan untukTKG V nilai IKG=5,29%.
Fekunditas berkisar antara 36892-90102 butir dengan diameter telur rata rata 0,285
mm . Ukuran pertama matang gonad ikan payangka betina adalah 10,75 cm.
Ikan payangka tergolong ikan karnivora dengan makan utamanya dalah
udang (IP=75%), diperkuat dengan panjang relative saluran pencernaan terhadap
panjang total ikan payangka sebesar 82,88%.
Hubungan panjang berat ikan betutu bersifat isometrik (b=3) yaitu
pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat. Rasio sex ikan betutu
di Danau Tondano ikan jantan cendrung populasinya lebih banyak (1,62:1). Tingkat
Kematangan Gonad ikan betutu umumnya masih belum matang gonad karena ikan
dengan TKG IV hanya ditemukan sebanyak ikan betutu betina (11,1%) ikan betutu
jantan (4,5%). Makanan utama ikan betutu adalah udang sehingga digolongkan ikan
karnovora.
69
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Aktivitas perikanan di Danau Tondano terdiri atas aktivitas budidaya dan
aktivitas penangkapan. Aktivitas budidaya umumnya berupa keramba jarring apung
(KJA) yang banyak terdapat disekeliling danau. Aktivitas penangkapan masih
menggunakan alat dan cara tradisional. Jenis alat tangkap yang digunakan di
perairan Danau Tondano adalah: sibu sibu (scoop net), pancing (hand line), palo
palo rengah, sosoroka (spear), serok (scoop net), igii (trap), jala (cast net), jaring
insang (gillnet) bagan nike, jubi (harpoon).
Komposisi hasil tangkapan ikan di Danau Tondano tergantung pada jenis
alat yang digunakan. Komposisi hasil tangkapan dengan menggunakan jarring
insang mata jarring 1,75 inchi , komposisi jenis ikannya dalah ikan payangka, betutu
dan nila. Berdasarkan jumlah individu dan berat nya komposisinya adalah sebagai
berikut; ikan payangka 86,16% dan 72,74%, ikan betutu 13,41% dan 25,79% dan
ikan nila 0,43% dan 1,47%.
Kesimpulan
Berdasarkan karakteristik lingkungan (fisika, kimia dan biologi) perairan
Danau Tondano masih tergolong baik untuk kehidupan organisme akuatik termasuk
ikan.
Di Danau Tondano terdapat 12 jenis ikan dan 2 jenis udang. Ikan payangka
merupakan jenis ikan paling banyak populasinya, saat ini nama ilmiah ikan
payangka yang valid adalah Giuris margaritacea Valenciennes (1837).
Biologi ikan payangka adalah; pola pertumbuhan allometrik positip, rasio sex
1:1,41, dapat memijah sepanjang tahun, fekunditas 36892-90102 butir, diameter
telur rata rata 0,285 mm. Ukuran ikan payangka betina matang gonad 10,75 cm.
Jenis ikan karnivora dengan makanan utama udang dan panjang relative saluran
pencernaan 82,88%. Ikan betutu mempunya pola pertumbuhan isometrik, rasio sex
1,62:1, umumnya TKG I, merupakan ikan karnivora dengan makan utama udang.
70
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Aktivitas perikana budidaya (KJA) dan aktivitas penangkapan dengan alat
dan cara tradisional, jenis alat tangkap; sibu sibu (scoop net), pancing (hand line),
palo palo rengah, sosoroka (spear), serok (scoop net), igii (trap), jala (cast net),
jaring insang (gillnet) bagan nike, jubi (harpoon). Berdasarkan jumlah individu dan
beratnya, komposisi hasil tangkapan ikan dengan jaring insang 1,75 inchi adalah;
ikan payangka 86,16% dan 72,74%, ikan betutu 13,41% dan 25,79% dan ikan nila
0,43% dan 1,47%.
Saran
Bedasarkan hasil penelitian tahun pertama (2015) kondisi lingkungan
perairan Danau Tondano masih cukup baik, namun semakin intensifnya aktivitas
penangkapan dan budidaya KJA di sekeliling danau akan dapat menyebabkan
turunya kualitas lingkungan perairan, hal tersebut dapat dilihat dari indikasi tingkat
tropik danau yang eutropik dan juga kedalaman rata rata serta nilai kecerahan
danau yang maksimal hanya 3 m, selain itu banyaknya tanaman air seperti eceng
gondok dan hydrilla juga merupakan indikasi penyuburan danau. Perlunya
peraturan mengenai pembatasan jumlah KJA dan tata ruangnya.
Penangkapan nike yang sangat intensif juga dikhawatirkan akan menjadikan
populasi ikan payangka menurun. Penangkapan nike dilakukan setiap hari dengan
sibu sibu dan bagan nike (bulan tertentu). Perlu dilakukan pengaturan terhadap
aktivitas tersebut misalnya adanya waktu tertentu untuk tidak melakukan aktivitas
penangkapan nike.
Banyaknya jenis ikan baru atau ikan introduksi juga harus menjadi pantauan
karena dapat merusak system rantai makanan yang pada ahirnya akan
menghilangkan populasi ikan tertentu terutama ikan herbivora, indikasinya sudah
ada dimana ikan mas dan ikan nilem sudah semakin sulit tertangkap nelayan.
71
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Selain itu masalah utama yang sudah lama ada yaitu tanaman eceng
gondok yang sangat banyak di pearairan Danau Tondano, pengendaliannya harus
dapat dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak kepada organisme lainnya.
Pengumpulan data atau kelengkapan data seperti penangkapan yang
meliputi stok ikan di Danau Tondano, CPUE dan produksi. Karakteristik habitat,
biologi ikan terutama life historynya dan beberapa aktivitas penangkapan yang
berhubungan dengan sosial ekonomi masyarakat nelayan akan dilakukan pada
penelitian tahun 2016. Sehingga nantinya dapat dibuat suatu konsep pengelolaan
perairan Danau Tondano yang komprehensip agar kelestarian dan pelestarian
perairan danau besarta organisme didalamnya dapat dilakukan semaksimal
mungkin.
72
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1981. Standart Method for the Examination of Water and Wastewater.
15thEdition. Washington DC: American Public Health Association. 1134 p.
Balogun, K and U.J. Aduku. 2005. Predicting the fisheries potentials of inland
reservoirs and lakes: A case study of Kubanni, Ahmadu Bello University
Zavia: 844-850
Bandpei, A., M.A.M. M aghhor, S.H. Abdolmaleki, H. Najafpour and A.A. Janbaz.
2011. The environmental effect on spawning time length at maturity and
fecundity of Kutum (Rutilus frisii kutum, Kamensky, 1901) in Southern Part of
Caspian Sea, Iran. Iranica Journal of Energy and Environment, 2(4): 374381.
Boyd, C.E. 1979. Water Quality in Warmwater Fishponds. Auburn University,
Department of Fisheries and Alied Aquaculture. First Edition, Alabama USA.
359p.
Cailet G.M., M.S. Love. and A.W.Ebeling. 1986. Fishes; A Field and Laboratory
Manual on Their Structure Identification and Natural History. Wadsworth
Publishing Company Belmont, California. 194p.
Carlson, R.E. 1977. A trophic state index for lakes. Limnology and Oceanography,
22 (2): 361-369.
Effendie, MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. Hal 112.
Effendie, MI. 2002. Biologi Perikanan. Edisi Revisi. Yayasan Pustaka Nusantara
Yogyakarta. 163 hal.
Gharaei, A. 2012. Morphometric and meristic studies of snow trout Schizothorax
zarudnyi (Nikolskii, 1897) as a threatened endemic fish. World Journal of
Fish and Marine Sciences 4(4):426-429.
Husnah., D.W.H. Tjahjo., A. Nastiti., D. Octaviani., S.H.Nasution dan Sulistiono.
2008. Status Kenanekaragaman Hayati Sumberdaya Perikanan Perairan
Umum Di Sulawesi. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Pusat Riset
Perikanan Tangkap. Bandan Riset Kelautan dan Perikanan. 153 halamam.
Hyslop, E.J. 1980. Stomach contents analysis a review of methods and their
application. Journal Fish Biology, 17: 411-429.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2008. Pedoman Pengelolaan Ekosistem
Danau. KLH.
Kottelat, M., JA. Whitten, N. Kartikasari and S. Wiryoatmojo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Edition and
EMDI Project Indonesia. 221 p.
73
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Maniagasi, R. S.S. Tumembouw dan Y. Mundeng. 2013. Analisis kualitas fisika
kimia air di areal budidaya ikan Danau Tondano Propinsi Sulawesi Utara.
Jurnal Budidaya Perairan Vol 1(2):29-37.
Mantau, Z. 2013. Analisis kelayakan investasi usaha budidaya ikan mas dan nila
dalam keramba jaring apung ganda di pesisir Danau Tondano Propinsi
Sulawesi Utara. Laporan BPTP Sulawesi Utara: 38 halaman.
Marganof. 2007, Model Pengendalian Pencemaran Perairan Di Danau Maninjau
Sumatera Barat. Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Tidak Dipublikasi. 163 hal.
McGath, DG., UL. da Silva. and NM. Crossa. 1998. A Traditional Floodplain Fishery
of The Lower A Amazone River, Brazil. Naga, January-March 1998.
Philippines: The ICLARM Quarterly. pp 4-11.
Moreau, J. and S.S. De Silva. 1991. Predictive fish yield models for lakes and
reservoirs of the Philippines, Sri Lanka and Thailand. FAO Fisheries
Technical Paper (319). Food and Agriculture Organization of The United
Nations, Rome. 42 p.
Natarajan, A.V. and A.G. Jhingran. 1961. Index of Preponderance a method of
grading the food elements in the stomach analysis of fishes. Indian Journal
of Fish, 8(1): 54-59.
Nebath, J. 2008. Kelimpahan Tumbuhan Akuatik di Danau Tondano. Ekoton Vol.
8(2):25-29.
NTAC. 1968. Water Quality Criteria, FWPAC. Washington DC. 234p.
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti Jakarta.
Odum E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi (Terjemahan Samingan, T & B. Srigandono.
Edisi Ke-Tiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 697 hal.
Pangemanan, J. F. 2014. Pengelolaan usaha budidaya ikan karamba jaring apung
sesuai daya dukung lingkungan di Danau Tondano Kabupaten Minahasa
Propinsi Sulawesi Utara. Disertasi Doktor Ilmu Pertanian Universitas
Brawijaya Malang.
Pescod, M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for
Tropical Countries, AIT Bangkok. 59p.
Ryder,R.A. 1982. The morphoedaphic index-use, abuse and fundamental concepts.
Transactions of the American Fisheries Siciety,111: 145-164.
Swingle, H.H. 1968. Standardization of chemical analysis for waters and pond
muds. FAO Fisheries Report, 44(4):397-406.
Tamanampo, J.F., W.S. Manu., G. Lomoindong dan H. Simbala. 2007.
Pengendalian kerusakan ekosistem Danau Tondano di Propinsi Sulawesi
Utara. Kementerian Negara Riset dan Tekhnologi, Jakarta.
74
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
Tumembouw, S.S. 2012. Kualitas air pada lokasi budidaya ikan di perairan Danau
Tondano Kabupaten Minahasa. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol.
VIII-1: 33-36.
Turan, C., M. Oral., B. Öztürk and E. Düzgüneş. 2006. Morphometric and meristic
variation between socks of bluefish (Pomatomus saltatrix) in the black,
Marmara, Aegean and Northeastern Mediterranean Seas. Fisheries Research
79. Elsevier : 139-147.
Udupa, K.S. 1986. Statistical methods of estimating the size at first maturity in
fishes. Fishbyte 4 (2) : 8-10. ICLARM, Metro Manila.
Wardoyo, S.T.H. 1979. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan
Perikanan. Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Istitut
Pertanian Bogor.41hal.
Weber, M. and de Beaufort, L. F. 1913. The Fishes of the Indo-Australian.
Archipelago. II.Malacopterygii, Myctophoidea,Ostariophysi : I. Siluroidea,
Leiden, E.Brill,Ltd.404 p.
Wiadnyana, N.N., dan Wagey, G.A. 2004. Plankton Produktivitas dan Ekosistem
Perairan. Departemen Kelautan dan Perikanan. LIPI Jakarta.
Wudneh, T. 1998. Biology and management of fish stocks in Bahir Dar Gulf, Lake
Tana, Ethiopia. PhD Thesis, Fish culture and fisheries group Wageningen
Institute of Animal Sciense. Wageningen Agricultural University Netherlands.
144 p.
Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas
Air Di Parapat danau Tondano. Fakultas MIPA USU Medan.
Yuliana. 2007. Struktur Komunitas Dan Kelimpahan Fitoplankton dalam
Kaitannya Dengan Parameter Fisika-Kimia Perairan Laguna Ternate. Maluku
Utara. Jurnal Protein 14: 85-92.
75
Laporan Teknis Danau Tondano | 2015
76
LAMPIRAN
Plankton Bulan Febuari 2015
Plankton
Kelas
Fitoplankton
1
2
3
Genera
Stasiun
Kakas
Tengah
Paleloan
Muara
2,700
9,400
12,200
19,500
195,500
-
Eris
Remboken
7,300
1,500
2,900
7,800
4,800
107,600
500
6,100
500
6,800
800
8,800
22,100
73,400
2,000
7,500
900
12,000
560,000
11,000
Chlorophyceae
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Staurastrum*
Chodatella*
Closterium *
Mougeotia*
Pleodorina*
Ulothrix*
Gonium*
Spirogyra *
Pediastrum*
1,100
9,700
6,500
62,000
21,000
5,800
8,000
5,400
1,300
6,400
14,000
130,000
-
1
Botryococcus*
18,900
24,600
15,000
-
-
6,400
Cyclotella*
Diatoma*
Stephanodiscus *
Melosira*
Surirella *
Aulacoseira
Synedra*
Tabellaria*
1,200
3,300
2,800
1,400
900
2,900
189,700
1.154
0.494
1,400
1,300
1,400
3,800
259,500
0.981
0.580
900
6,000
145,900
1.103
0.554
1,100
2,500
800
3,700
122,000
1.327
0.405
2,800
4,000
604,600
0.392
0.859
Cyanophyceae
Bacillariophyceae
1
2
3
4
5
6
7
8
Kelimpahan
Indeks Keanekaragaman (H')
Indeks Dominansi
4,500
2,200
5,500
3,200
155,600
2.059
0.205
Plankton
Kelas
Genera
Stasiun
Kakas
Tengah
Paleloan
Muara
Eris
Remboken
2,000
-
-
1
2
3
Trachelomonas#
Phacus #
Diflugia #
Euglena #
Centropyxis#
-
-
-
-
-
-
-
900
3,800
-
-
1,300
-
-
-
1
2
3
Oxitricha #
Coleps #
Stentor#
1,500
500
2,800
400
1,400
2,700
800
-
2,300
200
-
1,300
-
1,500
700
-
1
Keratella #
-
-
-
-
-
800
1
2
3
Cyclops #
Nauplius #
Hexathra#
6,800
1.251
0.310
600
800
3,200
1.282
0.305
800
1,600
800
8,000
1.675
0.210
800
1,400
4,700
1.146
0.359
2,200
0.677
0.517
2,100
8,900
1.421
0.281
Zooplankton
1
Euglenophyceae
2
Sarcodina (PZ)
1
3
4
5
Ciliata (PZ)
Rotifer
Crustacea
Kelimpahan
Indeks Keanekaragaman (H')
Indeks Dominansi
Plankton Bulan Mei 2015
Plankton
Kelas
Fitoplankton
1
2
3
Bacillariophyceae
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Chlorophyceae
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Cyanophyceae
1
2
3
4
5
6
Kelimpahan
Indeks Keanekaragaman (H')
Indeks Dominansi
Genera
Coconeis
Coscinodiscus
Cyclotella
Cymbella
Diatoma
Epithemia
Navicula
Pinularia
Surirella
Synedra
Tabellaria
Ankistrodesmus
Closterium
Coelastrum
Cosmarium
Crucigenia
Hydrodiction
Melosira
Mougeotia
Pleurotaenium
Scenedesmus
Staurastrum
Tribonema
Ulothrix
Anabaena
Aphanocapsa
Gomphospahaeria
Merismopedia
Mycrocystis
Oscillatoria
Stasiun
Paleloan
Muara
400
200
100
Kakas
Tengah
Eris
Remboken
100
1,000
300
39,600
100
500
250,800
51,200
165,400
133,700
205,600
300
25,700
800
400
800
600
21,300
35,100
100
20,300
9,800
42,000
1,200
48,800
25,300
47,800
1,883,800
44,400
278,400
300
4,000
400
6,400
66,500
1,300
225,700
100
9,900
41,200
12,100
429,200
8,000
300
10,000
2,216,000
0.522
0.736
144,000
1.378
0.274
542,400
1.112
0.368
3,000
457,300
1.170
0.352
72,100
1.222
0.367
722,500
1.006
0.441
Plankton
Kelas
Zooplankton
1
2
3
Mastigophora
1
2
3
4
5
Crustacea
1
Monogononta
1
2
Stasiun
Genera
Paleloan
Difflugia
Euglena
Peridinium
Phacus
Trachelomonas
300
300
100
700
1.004
0.388
Kelimpahan
Indeks Keanekaragaman (H')
Indeks Dominansi
Kakas
Tengah
400
Diaptomus
Notholca
Tricocerca
Muara
Eris
Remboken
200
600
1,700
1,000
1,200
4,500
100
100
300
100
1,600
0.987
0.461
100
800
0.736
0.594
600
7,300
1.073
0.443
-
1,200
1.000
Hasil Bentos Bulan Febuari 2015
No
Class
Family
Oligochaeta
Tubificidae
Mollusca
Ceratopogonidae
Thiaridae
1
2
3
Viviparidae
Unionidae
4
5
Kelimpahan
Indeks Keanekaragaman (H')
Indeks Dominansi
Spesies
Aulodrilus
Branchiura sworbyi
sp.1
Melanoides tuberculata
Thiara scabra
Bellamya sumatrensis
Anadonta sp
Polychaeta
Stasiun
Kakas
Paleloan
Remboken
Eris
119
44
15
44
Muara
15
133
30
548
3911
800
30
15
59
430
30
30
341
5348
504
44
44
0.637
0.556
0.637
0.556
Tengah
15
15
1.349
0.301
0.831
0.568
0.491
0.742
15
15
0.000
1.000
Hasil Bentos Bulan Mei 2015
No
Class
Family
Spesies
Stasiun
Remboken
Eris
1
Oligochaeta
Tubificidae
Aulodrilus sp
311
44
2
Mollusca
Thiaridae
Melanoides tuberculata
15
15
Thiara scabra
15
30
Thiara winteri
370
Bellamya javanica
74
15
59
89
Bellamya sumatrensis
222
104
504
74
3
4
5
Viviparidae
6
7
Ampullariidae
Kelimpahan
Indeks Keanekaragaman (H')
Indeks Dominansi
Kakas
Paleloan
Muara
Tengah
30
296
Pomacea canaliculata
15
15
1007
1.380
0.285
44
0.000
1.000
119
0.377
0.781
904
1.050
0.424
207
1.197
0.337
15
0.000
1.000
Morfologi (morfometrik dan meristik) ikan payangka jantan
No.
Karakter
kode
Jantan 1
1
Total Length (mm)
TL
142.45
2
Standard Length (mm)
SL
116.95
3
Body Depth (mm)
BD
26.15
4
Caudal Peduncle Depth (mm)
CPD
15.3
5
Caudal Peduncle Length (mm)
CPL
22.45
6
Predorsal Length (mm)
PL
49
7
Length of Dorsal Base (mm)
LDB
14.20
15.5
8
Length of Anal Base (mm)
LAB
15.3
9
Height of Dorsal Fin (mm)
HDF
5.35
Jantan 2
137.85
115.75
26.65
14.95
21.3
/
45.85
10.50
17.15
Height of Anal Fin (mm)
HAF
10.65
11
Length of Pectoral Fins
LPF
26.65
12
Length of Pelvic Fins (mm)
LPVF
21.15
13
Length of Longest Dorsal Spine
(mm)
LLDS
11.10
14.05
14
Head Length (mm)
HL
37.4
15
Head Width (mm)
HW
24.2
16
Snout Length (mm)
SNL
7.45
17
Suborbital Width (mm)
SW
3.05
18
Orbit to Preopercle Angle (mm)
OPA
9.7
19
Eye Diameter (mm)
ED
6.45
20
Upper Jaw Length (mm)
UJL
5.75
21
Gape Width (mm)
GW
12.7
22
Adifose Fins Length (mm)
LAF
23
Dorsal Fin Spines
DFS
VI / I
24
Dorsal Soft Ray
DSR
9
25
Anal Spines
AS
I
26
Anal Soft Rays
ASR
9
27
Total Pectoral Rays
TPR
16
28
Scales Along LL
SALL
30
29
Scales Above LL
SABL
4 1/2
30
Scales Below LL
SBLL
5 1/4
31
Scales Before Dorsal Fin
SBDF
17
32
Scales
Around
Peduncle
Bobot (gr)
SACP
20
33
Caudal
/
10.85
25.85
23.95
/
10.45
14.80
Jantan 4
Jantan 5
137.9
150.4
142.45
116.05
110.5
116.95
27.8
30.45
26.15
15.45
10.6
15.3
22.75
24.5
22.45
51
53.7
49
11.20
15.45
/
15.6
14.75
9.85
12.35
10
/
Jantan 3
/
9.20
1745
/
14.20
15.15
16.75
15.3
12.2
5.35
9.05
11.85
10.65
27.05
28.3
26.65
22.15
22.3
21.15
5.35
11.50
13.00
17.05
/
/
8.15
13.10
/
11.10
14.05
37.5
38.1
37.4
22
22.1
24.2
7.09
9.2
7.45
11.65
2.75
3.05
2.3
9.5
9.7
6.35
6
6.45
7.25
6.55
5.75
12.25
11.05
12.7
VI / I
VI / I
VI / I
9
9
9
I
I
I
9
9
9
16
16
16
30
30
30
4 1/2
4 1/2
4 1/2
4 1/2
5 1/2
5 1/2
17
5 1/2
17
5 1/2
17
20
20
20
35.2
20.15
9.5
2.95
9.5
4.7
7.85
9.85
VI / I
9
I
9
16
30
17
20
39.62
29.31
32.67
39.62
/
/
Morfologi (morfometrik dan meristik) ikan payangka Betina
No.
Karakter
kode
Betina 1
Betina 2
Betina 3
Betina 4
Betina 5
1
Total Length (mm)
TL
131.55
127.95
126.3
131.5
135.4
2
Standard Length (mm)
SL
114.8
99.55
101.7
100.45
116.5
3
Body Depth (mm)
BD
25.45
24.8
27.7
27.15
28.25
4
Caudal Peduncle Depth
(mm)
Caudal Peduncle Length
(mm)
Predorsal Length (mm)
CPD
14.35
13.1
13.85
13.35
14.8
CPL
22.75
20.85
21.65
19.95
23.4
PL
48.55
46.35
48.25
48.85
50.69
7
Length of Dorsal Base
(mm)
LDB
8
Length of Anal Base (mm)
LAB
13.45
13.15
9
Height of Dorsal Fin (mm)
HDF
13.9
5.85
5
6
10.05 /
12.95
8.1
/11.80
4.1
12.85
/13.75
12.45
173:4.40
/172:9.75
8.6
11.25 /
12.20
14.05
8.15 /
11.20
14.75
4.80 /
9.05
10
Height of Anal Fin (mm)
HAF
5.35
9.35
11
Length of Pectoral Fins
LPF
25.45
23.7
12
Length of Pelvic Fins
(mm)
Length of Longest Dorsal
Spine (mm)
LPVF
19.2
20.1
14
Head Length (mm)
HL
35.1
32.45
31.1
33.85
37.45
15
Head Width (mm)
HW
2.4
19.5
17.85
20.45
19.85
16
Snout Length (mm)
SNL
7.35
7.8
6
7.85
10.05
17
Suborbital Width (mm)
SW
2.8
3.05
2.59
3.5
2.9
18
OPA
10.4
8.8
8.8
8.2
8.75
19
Orbit to Preopercle Angle
(mm)
Eye Diameter (mm)
ED
6.85
6.6
6.65
6.15
6.2
20
Upper Jaw Length (mm)
UJL
9.25
5.65
6.7
7.3
7.59
21
Gape Width (mm)
GW
9.85
10.2
9.75
10.7
9.45
22
Adifose Fins Length (mm)
LAF
23
Dorsal Fin Spines
DFS
24
Dorsal Soft Ray
DSR
25
Anal Spines
AS
26
Anal Soft Rays
ASR
27
Total Pectoral Rays
28
13
LLDS
11.24 /
13.00
VI / I
9.05 /
14.10
I
8.1
20.7
26
24.29
20.55
21
21
11.10 /
11.40
13.80 /
16.45
VI / I
VI / I
9
9.75
9
VI / I
9
I
I
12.60 /
16.75
VI / I
9
I
9
I
9
9
9
9
TPR
9
16
16
16
16
16
Scales Along LL
SALL
30
30
30
30
30
29
Scales Above LL
SABL
4 1/2
4 1/2
4 1/2
4 1/2
4 1/2
30
Scales Below LL
SBLL
5 1/2
31
Scales Before Dorsal Fin
SBDF
5 1/2
17
5 1/2
17
5 1/2
17
5 1/2
17
32
Scales Around Caudal
Peduncle
Bobot (gr)
SACP
20
20
20
20
20
25.06
28.6
26.85
29.97
33
17
Oksigen terlarut (DO) (mg/l) berdasarkan kedalaman
kedalaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Februari
Mei
5.93
5.77
5.76
5.76
5.75
5.73
5.71
5.68
5.68
5.67
5.65
5.64
5.63
5.63
5.63
5.62
5.62
5.60
5.78
5.78
5.69
5.58
5.55
5.51
5.50
5.45
5.40
5.25
5.18
5.15
5.10
5.05
4.98
4.95
4.94
4.93
Agustus
Oktober
8.06
5.61
8.02
5.55
8.00
5.48
7.93
5.29
7.78
5.21
7.36
5.14
7.32
5.09
7.24
4.98
7.16
4.74
7.10
4.40
7.02
4.30
6.95
4.22
6.90
4.10
6.81
4.08
6.80
3.88
6.75
3.80
6.75
3.75
6.73
3.68
Temperatur (OC) berdasarkan kedalaman
kedalaman
Februari
1
25.40
25.40
25.30
25.30
25.30
25.30
25.30
25.30
25.30
25.30
25.30
25.20
25.20
25.20
25.20
25.20
25.15
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Mei
28.30
28.20
28.11
27.90
27.70
27.70
27.60
27.40
27.40
27.30
27.10
26.90
26.70
26.70
25.50
25.40
25.30
Agustus
Oktober
27.30
25.30
27.30
25.30
27.30
25.20
27.30
25.20
27.20
25.20
27.10
25.20
27.00
25.10
27.00
25.00
26.95
24.80
26.92
24.80
26.92
24.70
26.91
24.70
26.90
24.60
26.84
24.50
26.84
24.40
26.82
24.40
26.81
24.30
18
25.10
25.20
26.81
24.30
Download