KEBUTUHAN INFORMASI DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI : STUDI KASUS TERHADAP IBU MENGANDUNG DAN MENGASUH BAYI DI KABUPATEN JOMBANG TESIS yang diajukan untuk memperoleh gelar Magister Humaniora dalam Program Pascasarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia oleh: NOOR ATHIYAH NPM: 670406008Y UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 untuk Ibu, Ibu, Ibu, dan Bapak Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 iii UCAPAN TERIMA KASIH Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, kerena limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat memperoleh kemudahan dalam menyelesaikan tesis ini dengan baik. Terima kasih tak terhingga dan penghargaan yang setinggitingginya saya sampaikan kepada Prof. Dr. Marsudi W. Kisworo dan Bu Luki Wijayanti M. Lib., yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran. Ungakapan terima kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada: 1. Rektor Universitas Indonesia, atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk meyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Indonesia. 2. Prof. Dr. Ida Sundari Husen dan Dr. Rahayu S. Hidayat, Dekan dan Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. 3. Ketua Program Magister Ilmu Perpustakaan dan Informasi , Fuad Gani, M. A. 4. Dosen Pembimbing Akademik Drs. Zulfikar Zen, M. A. 5. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. 6. Bapak dan Ibu Pegawai Perpustakaan Universitas Indonesia 7. Bapak dan Ibu Pegawai Perpustakaan Universiti Malaya 8. Mbak Wiwik dan Mbak Ari, staf Sekretariat Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi dan Bagian Akademik Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. 9. Bapak Imam Haromain, Ibu Hamidah, dan Ibu Imronah, orang tua yang senantiasa mendukung baik secara moril maupun materiil 10. Mas Ulin dan Akeelah, suami dan anak penulis, 11. Mas Aik, Afith dan Azah, serta 12. Pak Yani, Pak Ade, Pak Yudi, Pak Jamri, Bu Maryam, dan Mbak Lulu, teman sekelas di angkatan 2004 Program Magister Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Budi baik mereka tak akan terbalas oleh penulis , sehingga penulis hanya dapat berdoa semoga semua itu menjadi amal sholeh yang akan dibalas oleh Allah SWT. Semoga tesis ini bermanfaat. Amin. Depok, 7 Januari 2008 Penulis Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 v DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Daftar Tabel Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Perempuan Usia 15 sampai dengan 44 Kabupaten Jombang Tahun 2007 ............................ 33 Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Perempuan di Kabupaten Jombang Tahun 2007 ......................................................... 34 Tabel 3.1. Kisi-kisi wawancara ............................................... 43 Tabel 4.1 Daftar Kebutuhan Informasi Kehamilan dan Pengasuhan Bayi Informan ................................. 56 Tabel 4.2 Sumber Informasi Kehamilan dan Pengasuhan Bayi bagi Informan ....................................................... 74 Daftar Gambar Gambar 2.1. Model Konseptual Praktik Informasi Dua Dimensi ......... 28 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian................................... 41 Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 vi DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................... i Abstrak ............................................................................. ii Dedikasi ............................................................................ iii Lembar Pengesahan .............................................................. iv Ucapan Terima Kasih ............................................................. v Daftar Tabel dan Gambar ....................................................... vi Daftar Isi ........................................................................... vii BAB I. PENDAHULUAN ........................................................... 1 A Latar Belakang ................................................................ 1 1. Perempuan dan Pencarian Informasi.................................... 1 2. Kabupaten Jombang ....................................................... 5 B Pertanyaan Penelitian ....................................................... 7 C Tujuan Penelitian............................................................. 8 D Manfaat Penelitian ........................................................... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 10 A Informasi ....................................................................... 11 B Kebutuhan Informasi ......................................................... 11 1. Kebutuhan Informasi Kehamilan ......................................... 15 2. Kebutuhan Informasi Pengasuhan Bayi ................................. 18 C Perilaku Pencarian Informasi ............................................... 20 1. Sumber Informasi ........................................................ 21 2. Pencarian Informasi dalam Kehidupan Sehari-hari .................. 23 3. Hambatan-hambatan dalam Pencarian Informasi ................... 25 4. Model Konseptual Pencarian Informasi dalam Kehidupan Sehari-hari 20................................................ 27 D Profil Kabupaten Jombang .................................................. 32 1. Demografi Penduduk ..................................................... 33 Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 vii 2. Karakteristik Perempuan Jombang .................................... 34 3. Sumber Informasi bagi Ibu Mengandung dan Mengasuh Bayi....... 36 E Kerangka Berpikir Penelitian................................................ 39 BAB III. METODE PENELITIAN.................................................. 41 A Subjek dan Objek Penelitian................................................ 41 B Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 41 C Sumber Data .................................................................. 41 D Informan Penelitian .......................................................... 42 E Teknik Pengumpulan Data .................................................. 43 F Teknik Analisa Data .......................................................... 44 BAB IV. PEMBAHASAN ........................................................... 46 A Gambaran Karakteristik Informan.......................................... 46 1. Gambaran Karakteristik Informan Ana ................................ 46 2. Gambaran Karakteristik Alus ........................................... 47 3. Gambaran Karakteristik Anis............................................ 48 4. Gambaran Karakteristik Muna .......................................... 48 5. Gambaran Karakteristik Ida ............................................. 49 B Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 50 1. Kebutuhan Informasi Informan ......................................... 50 a Kebutuhan Informasi Kehamilan..................................... 52 b Kebutuhan Informasi Pengasuhan Bayi ............................. 64 2. Sumber Informasi Informan ............................................. 76 a Sumber informasi terekam ........................................... 77 b Sumber informasi personal ........................................... 81 3. Pencarian Informasi Informan .......................................... 88 a Pencarian Informasi Melalui Sumber Informasi Terekam ........ 89 b Pencarian Informasi Melalui Sumber Informasi Personal ........ 98 4. Hambatan Pencarian Informasi yang Dialami oleh Informan ..... 105 5. Perilaku Pencarian Informasi Informan ............................... 110 Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 viii C Keterbatasan Penelitian ..................................................... 119 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 121 A. K e s i m p u l a n.............................................................. 121 B. S a r a n ......................................................................... 123 DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 125 LAMPIRAN ......................................................................... x Lampiran 1 Panduan Wawancara .............................................. x Lampiran 2 Verbatim Wawancara ............................................. xii Lampiran 3 Reduksi Data Wawancara......................................... xl Lampiran 4 Tabel model konseptual praktek informasi dua dimensi informan penelitian ..................................... lxviii Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 ix ABSTRAK Dengan tanggung jawab dan perannya yang besar dalam merawat, mengasuh dan mendidik janin dalam kandungan dan bayi, para ibu perlu senantiasa membuat keputusan yang bijaksana. Mereka bisa mengambil keputusan tersebut setelah mendapatkan informasi yang tepat melalui kegiatan pencarian informasi. Jombang merupakan ”kota santri” dengan masyarakat yang religius. Hal ini mempengaruhi perilaku pencarian informasi para ibu mengandung dan mengasuh bayi di Jombang. Penelitian ini adalah tentang perilaku pencarian informasi para ibu tersebut. Pengumpulan data dilaksanakan melalui wawancara semi terstruktur terhadap lima informan. Berbagai diskusi dan dokumentasi kepustakaan menjadi data pendukung. Selanjutnya, diinterpretasikan, hasil temuan penelitian diinterpretasikan dengan model konseptual dua dimensi praktek informasi oleh McKenzie (2005). Model tersebut menunjukkan 8 praktek pencarian informasi, yaitu empat model pencarian informasi yang melalui 2 fase. Hasilnya, para informan memiliki berbagai kebutuhan informasi khas selama kehamilan dan pengasuhan bayi. Mereka melaksanakan model pencarian aktif, pemindaian aktif, pemonitoran tak terarah, dan by proxy pada fase menjalin hubungan dan berinteraksi dengan sumber informasi. Sebagai tambahan, ditemukan bahwa para informan memiliki karakteristik yang berbeda dalam pencarian informasi. Beberapa informan memiliki kecenderungan pelaksanaan model pencarian inforamsi yang berbeda. Pencari yang lebih aktif melaksanakan model pertama dan kedua lebih sering daripada pencari yang lebih pasif. ABSTRACTS Since having great role and responsibility in caring their babies or babies to be, mothers or pregnant women are always in situations that take them to make wise decisions. Therefore, mothers have to seek information. Jombang is a “kota santri” with religious society. This condition affect the information seeking behavior of the pregnant mothers and the ones who already with babies. This work is about the information needs and the seeking information behavior of the pregnant mothers and the ones with babies in Jombang. The data collection is done by semi-structured interview and literature documentation. Then, the collected data is interpreted through the two dimensional of information practices model by McKenzie (2005). The result is that the model fit the information seeking behavior of the informants. In addition, it shows the type differences of the characteristics of informants in information seeking. Some informants are more active than the others. The active ones do the different practices more often than the passive ones. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keefektifan seseorang dalam melaksanakan peran dan fungsinya tergantung dari upayanya dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah serta membuat keputusan yang diperlukan. Salah satu upaya yang perlu dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan masalah dan membuat keputusan adalah pencarian informasi yang mampu mendukung kedua kegiatan tersebut. Keberhasilan pencarian informasi dipengaruhi pengenalan kebutuhan informasi individu itu sendiri, ketersediaan dan kemudahan akses sumber informasi yang sesuai, dan hambatan yang dialami. 1. Perempuan dan Pencarian Informasi Pada kegiatan pencarian informasi, sebagian besar upaya manusia berkembang ketika mencari informasi yang tidak berhubungan langsung dengan tujuan pekerjaan, penelitian, ataupun sekolah (Agosto, 2005: 143). Carey (2001: 319) menyatakan bahwa selama 20 tahun terakhir, peneliti di bidang ilmu perpustakaan dan informasi telah mengembangkan pembelajaran dan pembahasan tentang pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari (everyday life information seeking). Savolainen (1995: 266-267) mendefinisikan pencarian informasi Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 1 dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengadaan beragam elemen informasional (baik kognitif maupun ekspresif) yang dengan elemen tersebut manusia menyesuaikan dirinya sendiri dalam kehidupan seharihari untuk memecahkan masalah yang tidak secara langsung berhubungan dengan kinerja dalam tugas-tugas pekerjaan. Dalam bidang ini, telah banyak penelitian yang difokuskan pada perempuan. Beberapa contoh adalah penelitian yang dilaksanakan terhadap perempuan tentang masalah kesehatannya (mis. Warner & Procaccino (2004), McKenzie (2002), Brown dkk. (2002) dll.). Selain itu juga dilaksanakan penelitian terhadap perempuan dalam situasi tertentu seperti dalam keadaan ekonomi lemah di daerah tertinggal (Mooko, 2005) dan perempuan korban pemukulan (Dunne, 2002). Terlebih lagi, banyak penelitian tentang pencarian informasi yang dilaksanakan berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran (McKenzie, 2005, Levy, 1998, Davies dan Bath, 2001, dsb.). Kemunculan penelitianpenelitian tersebut dalam jumlah yang signifikan menunjukkan bahwa pencarian informasi yang tidak berkaitan dengan pendidikan atau pekerjaan secara langsung merupakan kegiatan yang banyak dilaksanakan oleh perempuan dalam kehidupannya. Perempuan menjalani peran sebagai ibu rumah tangga ketika mengalami hal-hal diluar urusan pekerjaan (kalau dia bekerja), pelajaran (kalau dia sekolah), maupun urusan penelitian (kalau dia ilmuwan/ peneliti). Mereka menjalani peran sebagai manajer rumah tangga Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 2 (domestik), perawat keluarga, penyokong emosi keluarga, pemersatu keluarga, dan berperan sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pencapaian anak(-anak)nya (Utomo dan Hatmadji, 2004: 6). DR. Meutia Hatta Swasono dalam http://www.menegpp.go.id/menegpp.php?cat=detail&id=menegpp&dat =54 menyatakan strategi Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan mengenai pemberdayaan perempuan Indonesia sebagai usaha peningkatan kualitas hidup mereka. Strategi pemberdayaan ini dianggap semakin krusial dalam situasi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi masa kini. Salah satu dari program tersebut adalah pemberdayaan perempuan dalam rangka peningkatan produktivitas dalam pelaksanaan tugas parenting (tugas pengasuhan anak dalam mendidik anak-anak). Tugas pengasuhan anak tersebut dimulai sejak kehamilan, kelahiran, dan berlanjut pada masa perawatan tumbuh kembang anaknya. Berlaku secara efektif dan optimal pada masa kehamilan dan kelahiran, dan pengasuhan bayi merupakan hal yang signifikan bagi para ibu tersebut. Pada masa-masa tersebutlah anak 100 persen bergantung pada orang yang lebih tua (terutama ibunya) dalam segala hal. Terjaminnya tumbuh kembang janin dan bayi merupakan tanggung jawab penuh waktu ibunya. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 3 Informasi tentang kehamilan, kelahiran, dan pengasuhan anak merupakan hal penting yang menuntut untuk dipenuhi. Pengasuhan anak memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan dan kehidupan yang baik bagi anak maupun menghalang perkembangan fisik maupun emosi, menyebabkan masalah kesehatan dan sosial yang signifikan bagi generasi selanjutnya. Meningkatkan pengetahuan keilmuan tentang pengasuhan anak adalah sangat penting sehingga anak, keluarga, dan masyarakat dapat mengambil keuntungan dari pengaruh positif pengasuhan anak (Gage dkk., 2006: 57). Denham dalam Gage dkk (2006: 58) menyatakan bahwa ibu disosialisasikan sebagai pemegang peran perawatan utama dalam keluarga. Ibu sebagai orang tua membuat keputusan yang tak terhitung banyaknya tentang berbagai macam situasi yang mereka hadapi setiap hari dengan bayi, balita, atau anak remaja mereka (Heath, 2006: 750). Situasi tersebut mengarahkan para ibu pada kebutuhan informasinya. Pemenuhan kebutuhan informasi tersebut adalah hal yang mendasar, karena dengan dipenuhinya kebutuhan informasi, ibu rumah tangga akan mampu memecahkan masalah atau mengambil keputusan. Mooko (2005: 124) menegaskan bahwa perempuan tidak hanya membutuhkan informasi untuk pemecahan masalah tetapi juga untuk mengambil keputusan mengenai diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 4 2. Kabupaten Jombang Kabupaten Jombang terletak pada bagian tengah wilayah Propinsi Jawa Timur, dengan luas wilayah 1.159,50 km2 atau sekitar 2,4% luas Propinsi Jawa Timur. Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan, 306 desa (302 desa dan 4 kelurahan). Jumlah penduduk Kabupaten Jombang pada tahun 2007 berdasar proyeksi Badan Pusat Statistik Jawa Timur adalah 1.203.717 jiwa, dengan 591.003 diantaranya adalah perempuan. Pada tahun 2005, tercatat Kabupaten Jombang memiliki 19.499 jumlah kelahiran. Dari jumlah tersebut, 162 diantaranya kasus bayi lahir mati dan 22 ibu meninggal ketika sedang mengandung, bersalin, maupun nifas. Selanjutnya, dalam tahun tersebut, terdapat total 376 kematian bayi. Dengan demikian, angka kematian bayi adalah 9,8 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu adalah 112,83 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2006, jumlah kelahiran meningkat menjadi 19.909. Pada tahun ini, 142 bayi terlahir mati (angka kematian adalah 10.15 per 1000 kelahiran hidup). 14 ibu tercatat meninggal ketika hamil, bersalin, maupun nifas (angka kematian adalah 58,64 per 100.000 kelahiran hidup). Hal tersebut menunjukkan bahwa angka kematian ibu mengalami penurunan, namun angka kematian bayi justru mengalami peningkatan. Dalam semester pertama (dari bulan Januari hingga bulan Juni) tahun 2007, jumlah kelahiran tercatat 9831 dengan 19 bayi terlahir mati dan 9 ibu meninggal. Maka, hal tersebut menunjukkan bahwa angka Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 5 kematian bayi maupun ibu mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu 19 per 1000 kelahiran hidup dan 91,54 per 100.000 kelahiran hidup. Hal tersebut tentunya merupakan hal yang ironis. Disebut ironi karena pada awal 2007, Kabupaten Jombang menerima “penghargaan inovasi di bidang pelayanan kesehatan” dari Jawa Pos Institute of Pro Otonomy. Penghargaan tersebut menunjukkan prestasi petugas kesehatan dalam memberikan layanan dan berusaha meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Jombang. Tentu saja, tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang terampil sangat mempengaruhi kenaikan maupun penurunan angka kematian ibu dan bayi. Namun demikian, kesediaan masyarakat untuk mengubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang juga berpengaruh terhadap angka kematian tersebut. Keputusan yang diambil oleh individu ibu hamil dan ibu dengan bayi sangat mempengaruhi kondisi ibu hamil, janin, dan bayi mereka. Bagi para perempuan di Jombang, terdapat berbagai media informasi dan beberapa lembaga ataupun organisasi formal yang bisa dijadikan sumber informasi oleh mereka, seperti media cetak, elektronik, maupun fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, dan rumah bersalin. Meskipun lembaga, organisasi, dan fasilitas umum yang ada tidak memiliki fungsi utama sebagai pusat penyedia informasi bagi Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 6 warga atau pelanggannya, namun pada umumnya mereka bisa dijadikan rujukan para ibu rumah tangga dalam mencari informasi tertentu. B. Pertanyaan Penelitian Sebagaimana penjelasan di atas, maka perilaku pencarian informasi oleh para ibu hamil dan perempuan yang sedang mengasuh bayi perlu dipahami. Maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah ”bagaimana perilaku pencarian informasi ibu hamil dan mengasuh bayi di Kabupaten Jombang?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dirumuskan beberapa anak pertanyaan, yaitu: 1. apa saja kebutuhan informasi ibu hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang? 2. apa saja sumber informasi yang dimanfaatkan oleh ibu hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang? 3. apa saja upaya pencarian informasi oleh ibu hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang ? 4. apa saja hambatan dalam pencarian informasi oleh ibu hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang? 5. bagaimana model pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari oleh ibu hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang? Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 7 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami perilaku pencarian informasi ibu hamil dan mengasuh bayi di Kabupaten Jombang. Untuk mendapatkan pemahaman tersebut, penelitian ini berusaha untuk: 1. mengidentifikasi kebutuhan informasi ibu hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang. 2. mengidentifikasi sumber informasi yang berkaitan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi bagi para ibu ibu hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang. 3. mengidentifikasi upaya pencarian informasi ibu hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang. 4. mengidentifikasi hambatan dalam pencarian informasi oleh ibu hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang. 5. menggambarkan model pencarian informasi dalam kehidupan seharihari oleh ibu hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini menggambarkan pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari beberapa perempuan di Kabupaten Jombang. Untuk memenuhi kebutuhan mereka yang bermacam-macam, mereka bisa saja mengalami banyak rintangan dan batasan seperti biaya, waktu, lokasi, pemanfaatan saluran, media, dan sarana informasi yang tersedia di Jombang. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 8 Oleh karena itu, penemuan dalam penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai acuan untuk penyusunan kebijakan dan fasilitas sumber informasi bagi para perempuan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang, Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, dan penyedia sarana kesejahteraan keluarga di Kabupaten Jombang. Penemuan dari penelitian ini juga diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk pembelajaran lebih lanjut. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini tersusun atas beberapa uraian dari beberapa literatur yang relevan dengan penelitian ini. Secara berurutan, bab ini terdiri dari penjelasan tentang informasi, kebutuhan informasi, dan perilaku pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan tentang kebutuhan informasi meliputi kebutuhan informasi dalam beberapa segi, diantaranya kebutuhan informasi kehamilan, kelahiran dan menyusui, kebutuhan informasi pengasuhan bayi dan kebutuhan informasi perempuan. Selanjutnya, penjelasan tentang pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari diawali dengan penjelasan mengenai pencarian informasi, pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari, sumber informasi yang dimanfaatkan dalam pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari, dan hambatan dalam pencarian informasi. Bab ini dilengkapi dengan sekilas pandang profil Kabupaten Jombang sebagai lokasi penelitian. Akhirnya, terdapat kesimpulan yang menggambarkan suatu model kerangka konseptual pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 10 A. Informasi Istilah informasi digunakan dalam banyak konsep yang berbeda (Case, 2002: 43). Dalam kajian ilmu perpustakaan dan informasi, definisi informasi telah banyak ditunjukkan dan mengalami perkembangan dan perbedaan dari masa ke masa. Dalam bidang ini saja, istilah informasi digunakan dalam berbagai disiplin untuk merefleksikan berbagai hal, seperti rangsangan sensori, representasi mental, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, aspek dari pemikiran dan pembelajaran manusia, dsb. Definisi umum telah diberikan oleh Buckland dalam Shenton (2004: 367): "jika sesuatu hal adalah, atau bisa jadi, informatif, maka semua hal adalah, atau bisa jadi, informasi….” Bagaimanapun juga, Lester dan Kohler dalam Shenton (2004: 368) menunjukkan bahwa konsep informasi bersifat context-specific. Dalam konteks penelitian ini, informasi merupakan segala hal yang bersifat informatif dan menambah pengetahuan ibu rumah tangga dalam hal menjalani kehamilan, kelahiran, menyusui, maupun pengasuhan bayi. B. Kebutuhan Informasi Kebutuhan informasi dapat didefinisikan melalui asosiasi definisi dari dua kata: “kebutuhan dan “informasi” (Wilson, 1994). Kebutuhan (need) dalam Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary didefinisikan sebagai kurangnya sesuatu yang sesuai atau berguna (1990: 790). Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 11 Selanjutnya, kata “informasi” dalam kamus yang sama didefinisikan sebagai komunikasi atau penerimaan pengetahuan atau intelijensi maupun pengetahuan yang didapatkan dari investigasi, penelitian, atau instruksi (1990: 620). Maka, kebutuhan informasi adalah merupakan kebutuhan yang muncul karena kurangnya pengetahuan yang didapatkan tentang sesuatu hal yang sesuai atau berguna. Dalam ilmu informasi, telah banyak dikembangkan konsep kebutuhan informasi. Case (2002: 68 – 73) menyebutkan beberapa konsep kebutuhan informasi yang ditawarkan oleh empat ilmuwan yang banyak dirujuk dalam penelitian di bidang kebutuhan dan pencarian informasi. Secara kronologis, konsep-konsep tersebut adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh Robert Taylor (1962), Charles Atkin (1973) dan Nicholas Belkin (1978), serta Brenda Dervin (1982, 1992). Case menyebutkan bahwa Taylor menawarkan konsep kebutuhan informasi dengan menyatakan empat tahap kebutuhan yang mendasari kenapa individu mendatangi dan menanyakan sesuatu kepada pustakawan rujukan. Secara berurutan, tahap yang paling rendah adalah ketika individu memiliki kebutuhan tidak terekspresikan (visceral need). Tahap berikutnya adalah ketika kemampuan individu untuk menyampaikan kebutuhannya masih ambigu dan tidak jelas. Tahap ketiga adalah ketika individu memiliki kemampuan untuk menyatakan kebutuhannya, dan yang terakhir adalah ketika sudah muncul perhatian dari individu tentang bagaimana pengiriman hasil pencarian dari Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 12 kebutuhan yang dia ungkapkan tersebut. Keempat tahap tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan informasi berkaitan erat dengan pencarian jawaban. Menurut Case, Atkin dan Belkin menyatakan konsep kebutuhan informasi dengan meyakini informasi sebagai pengurangan ketidakpastian. Atkin memberikan definisi kebutuhan informasi sebagai “sebuah fungsi ketidakpastian yang dihasilkan oleh penerimaan ketidaksesuaian antara tingkatan kepastian yang sekarang dimiliki individu tentang objek lingkungan dan pernyataan kriteria bahwa dia mencari untuk mencapai sesuatu. Senada dengan definisi Atkin dan Taylor, Belkin menyatakan bahwa adanya kebutuhan informasi diindikasikan dengan adanya upaya mencari informasi, dan motivator dasar pencarian informasi adalah karena adanya kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki mengenai situasi atau topik tertentu. Pada masa berikutnya, Dervin menyatakan bahwa kebutuhan informasi adalah kebutuhan akan make sense (memahami, memaknai) situasi yang sedang berlangsung. Kebutuhan informasi individu merupakan kebutuhan akan terjawabnya berbagai macam pertanyaan yang hadir di pikiran individu tersebut. Beragam pertanyaan tersebut muncul ketika individu merasa perlu memberikan penjelasan yang masuk akal pada dirinya dalam dimensi ruang dan waktunya sendiri. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 13 Selain Case, Wilson juga melaksanakan pembelajaran tentang perkembangan konsep kebutuhan informasi. Wilson mengawali penyimpulan dan pembahasan penelaahannya dengan konsep kebutuhan manusia. Wilson menyatakan bahwa konsep kebutuhan manusia menurut ahli psikologi dapat dibagi dalam 3 kategori: a) kebutuhan fisiologis, seperti kebutuhan akan makanan, air, tempat tinggal, dsb.; b) kebutuhan afektif (terkadang disebut sebagai kebutuhan psikologis atau emosional) seperti kebutuhan akan dominasi, pencapaian, dsb.; c) kebutuhan kognitif, seperti kebutuhan untuk merencanakan, untuk mempelajari ketrampilan, dsb. Ketiga kategori kebutuhan tersebut merupakan pemicu dasar munculnya kebutuhan informasi. Wilson menyatakan bahwa untuk memenuhinya, individu harus memiliki pengetahuan yang berkaitan. Untuk memperoleh pengetahuan tersebut, individu harus terlibat dalam proses pencarian informasi. Oleh karena itu, Wilson menganggap istilah kebutuhan informasi lebih tepat jika digantikan dengan pencarian informasi untuk mendapatkan kepuasan kebutuhan. Kebutuhan yang diharapkan akan terpuaskan utamanya adalah kebutuhan kognitif yang mendukung pemenuhan terpuaskannya kebutuhan fisiologis dan afektif. Kemunculan kebutuhan informasi seseorang tergantung pada beberapa faktor. Beberapa faktor yang dinyatakan oleh Crawford dalam Wilson (1994) adalah kegiatan kerja, posisi dan peran individu, Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 14 ketersediaan fasilitas, kebutuhan untuk membuat keputusan, faktor motivasi akan kebutuhan informasi, dsb. Mempertimbangkan hal tersebut, berikut adalah beberapa macam kebutuhan informasi yang pada umumnya dimiliki oleh para perempuan, khususnya ibu yang sedang hamil, menyusui, maupun mengasuh bayi. Informasi tentang kehamilan, kelahiran dan perawatan tumbuh kembang anak merupakan informasi yang signifikan dalam pengasuhan anak. Anak dalam tahun pertama kehidupannya merupakan anak dalam usia emas, dimana perkembangan otak dan perilaku sangat pesat. Perkembangan tersebut menentukan perkembangan dan masa depannya di kemudian hari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah perkembangan fisik, kesehatan, dan perilaku sosial anak. 1. Kebutuhan Informasi Kehamilan Bagi kebanyakan pasangan, menjadi orang tua berawal dari kehamilan dan kelahiran anak (Duvall dan Brent, 1980: 158). Sebagai ibu, orang tua perempuan mengawasi, mengasuh, merawat, dan mencintai anaknya (Apter, 1986: 11). Kemampuan perempuan untuk hamil dan menyusui merupakan hal istimewa yang tak dapat dilaksanakan oleh orang tua laki-laki. Dalam menjalankan peran tersebut, perempuan memiliki kebutuhan informasi tertentu. Telah banyak penelitian yang mempelajari kebutuhan informasi ibu hamil dan menyusui. Penelitian Levy (1998) dan Davies dan Bath Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 15 (2001) menunjukkan bahwa perempuan hamil menyadari dan secara aktif berusaha memenuhi kebutuhan informasi tentang kehamilannya. Levy menyatakan bahwa perempuan memiliki perhatian terhadap informasi yang berkenaan dengan bagaimana untuk melindungi dan menjaga kepentingan janinnya, diri sendiri, pasangan dan individu lain dalam lingkungannya di masa kehamilannya. Mendapatkan informasi adalah salah satu dari tanggung jawab utama perempuan hamil (Browner dan Press dalam McKenzie, 2006: 1). Bagaimanapun juga, sebagai orang tua, perhatian utama perempuan hamil adalah tentang bagaimana mempersiapkan kelahiran bayi yang sehat dan selamat (Duvall dan Brent, 1980: 159). Pada umumnya, perempuan menginginkan sebanyak mungkin informasi tentang peristiwa kelahiran bayi dan potensi risiko yang mereka dan bayi mereka hadapi (Green dalam Davies dan Bath, 2002: 302). Setelah menjalani masa kehamilan yang diakhiri dengan persalinan, perempuan mulai menjalani kegiatan merawat bayi. Kepada ibu lah bayi bergantung sepenuhnya (Apter, 1985: 53). Salah satu indikator ketergantungan tersebut adalah kemampuan ibu untuk menyusui bayinya. McKenzie (2006: 7) menyatakan bahwa perempuan menginginkan informasi tentang bagaimana pemberian makanan kepada bayinya (terutama tentang memberikan/ tidak memberikan ASI) semenjak mereka mengalami kehamilan. Bagi kebanyakan perempuan, Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 16 menyusui merupakan komponen penting dalam ‘menjadi ibu yang baik’ (Wall dalam McKenzie, 2006: 9). Selain menyusui dan memperhatikan asupan makanan bayi, Duvall dan Brent (1980: 160-161) menyebutkan bahwa orang tua juga harus tetap menjaga kebersihan dan keselamatan bayinya. Beberapa informasi yang diperlukan dalam menjalankan peran ini adalah tentang bagaimana memfasilitasi kebersihan anak seperti memandikan, menyediakan pakaian yang pantas dan terlebih lagi memperhatikan kebutuhan popok bayinya. Selain itu, usaha meminimalkan kemungkinan kecelakaan yang dapat dialami bayi dan memberikan pertolongan pertama yang tepat ketika bayi mengalami kecelakaan merupakan hal yang harus diketahui dan dijalankan oleh orang tua. Selama kesehatan menjalani merupakan hal kehamilan, yang persalinan sangat perlu dan menyusui, diperhatikan oleh perempuan. Kesehatan adalah ketiadaan sakit, penyakit, atau luka (Hahn dan Payne, 2003: 5). Dilihat dari segi pencegahan, kesehatan dapat didefinisikan sebagai ketiadaan risiko tinggi bagi penyakit di masa datang (Hahn dan Payne, 2003: 5). Kondisi sehat diyakini sebagai kondisi yang dibutuhkan manusia untuk dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal. Mooko (2005: 119) mendapati lebih dari 30% respondennya menyatakan bahwa informasi kesehatan merupakan kebutuhan informasi mereka. Brown dkk. menyatakan bahwa perempuan membutuhkan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 17 informasi kesehatan baik tentang melahirkan sampai dengan menopause, maupun tentang penyakit yang sedang diderita (2002: 225). Warner dan Procaccino (2004: 714) menyebutkan beberapa kebutuhan informasi kesehatan perempuan, yakni informasi tentang gejala penyakit tertentu, diagnosa dan tindakan yang bisa diambil dalam penyembuhan penyakit tertentu, nutrisi, perawatan medis, pencegahan penyakit, dan kebugaran. Selain kesehatan, adalah suatu hal yang alamiah jika perempuan sangat memperhatikan kondisi kecantikannya. Perubahan fsik yang dialami semasa kehamilan merupakan hal yang diperhatikan oleh perempuan Keinginan untuk tampil menarik di mata orang lain menimbulkan kebutuhan informasi tertentu bagi perempuan. 2. Kebutuhan Informasi Pengasuhan Bayi Semenjak kehadiran anak tersebut, orang tua mengemban peran dan tugas dalam pengasuhannya. Gage dkk. (2006: 58) menunjukkan bahwa dalam banyak penelitian mengenai pengasuhan anak, definisi pengasuhan anak itu sendiri tidak diungkapkan secara eksplisit, namun secara umum implisit dalam domain instrumen atau melalui deskripsi tanggung jawab, tugas dan peran yang diharapkan dilaksanakan oleh orang tua. Duvall dan Brent (1980: 192) menjelaskan bahwa orang tua bertanggung jawab untuk menjaga dan menstimulasi perkembangan dan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 18 sosialisasi anak. Mereka adalah pengasuh yang merawat sekaligus mendidik serta mengembangkan potensi-potensi anak. Dengan demikian, orang tua memiliki peranan penting dalam mengantarkan anak menjadi manusia yang berkualitas bukan saja dari segi fisik namun juga kecerdasan dan kepribadiannya. Orang tua diharapkan memiliki kemampuan behavorial yang meliputi kemampuan untuk mengobservasi, memonitor, berkomunikasi, berinteraksi dalam rangka membangun dan memelihara hubungan, serta memetakan hubungan antar anggota keluarga (Heath, 2006: 759). Bagi orang tua dengan bayi dalam keluarganya, Duval dan Brent (1980: 194) telah menunjukkan beberapa peran dan tugas yang seharusnya dilaksanakan terhadap bayinya, yaitu: a. memperhatikan rutinitas kegiatan harian dan istirahat yang sehat, b. mengembangkan ketrampilan fisik yang sesuai dengan perkembangan motoriknya, c. mengembangkan ekspresi emosi yang positif akan beragam pengalaman, dan d. berkomunikasi secara efektif. Heath (2006: 757) mengungkapkan bahwa seiring dengan jalinan yang aktif dengan anaknya, orang tua bersandar pada dua tipe pengetahuan yang saling bertindihan: pengetahuan umum tentang manusia dan perkembangannya dan pengetahuan khusus tentang individu anak. Memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak memberikan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 19 orang tua ide tentang apa dan kapan yang bisa mereka harapkan pada anak mereka. Hal tersebut mendorong keperluan terpenuhinya kebutuhan informasi yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang berkaitan. Kebutuhan informasi perempuan sebagai orang tua terus berkembang setiap hari seiring berkembangnya kebutuhan dan peran serta tugas anaknya. Hall dalam Gage dkk. (2006: 59) menyatakan bahwa, setelah kelahiran anaknya, perempuan memiliki multi peran dan mengalami beban ketika dia tidak dapat memenuhi harapan akan peran dan tanggung jawab barunya. Oleh karenanya, untuk menjalankan perannya secara efektif, perempuan perlu secara berkesinambungan menyadari dan berusaha memenuhi perkembangan kebutuhan informasinya. C. Perilaku Pencarian Informasi Pemenuhan kebutuhan informasi dilaksanakan melalui pencarian informasi. Pencarian dijalankan untuk informasi adalah mengidentifikasi dan kegiatan individual memilih informasi yang untuk memuaskan kebutuhan informasi yang telah terdeteksi, kepuasan yang memungkinkan individu untuk memecahkan masalah atau membuat keputusan (Correia dan Wilson, 2001). Brown dkk. menunjukkan bahwa pencarian informasi mencerminkan kebutuhan perempuan untuk mencari Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 20 informasi yang akurat dan handal yang dengannya perempuan bisa membuat keputusan yang masuk akal (2002: 226). 1. Sumber Informasi Sumber informasi merupakan hal, barang atau manusia yang bisa menyediakan informasi yang dibutuhkan dan bisa dimanfaatkan oleh pencari informasi. Sumber informasi bisa berupa sumber informasi terekam maupun sumber informasi manusia. Sumber informasi terekam memiliki bentuk berbeda-beda; tertulis/ tercetak, dalam bentuk rekaman suara, maupun sumber informasi elektronik. Di sisi lain, sumber informasi manusia (personal) bisa diakses secara formal maupun informal. Beberapa contoh dari sumber informasi tertulis/tercetak adalah catatan, koran, buku, jurnal, dsb. Sumber informasi elektronik bisa berupa cakra padat, kaset, situs internet, dll. Jenis sumber infomasi terekam tersebut biasanya melibatkan penyedia informasi untuk bisa diakses oleh pencari maupun pengguna informasi. Sebagai ibu rumah tangga yang sebagian besar waktu dalam kesehariannya dihabiskan di rumah, televisi, radio, tabloid, dan semacamnya merupakan sumber informasi yang biasa dimanfaatkan oleh para perempuan Jombang. Di sisi lain, sumber informasi personal adalah ketika manusia berperan sebagai penyampai informasi yang dibutuhkan oleh pencari informasi. Akses terhadap sumber informasi ini mensyaratkan terjadinya Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 21 komunikasi interpersonal antara pencari dan sumber informasi. Salah satu contoh komunikasi formal antara pencari dan sumber informasi adalah komunikasi antara pasien dan dokter. Dalam keadaan ini, pasien merupakan individu pencari informasi yang berusaha memenuhi kebutuhan informasi melalui penjelasan yang dinyatakan oleh dokter tersebut. Dalam pencarian informasi mengenai kehamilan, kelahiran, menyusui, dan pengasuhan anak, pusat layanan kesehatan merupakan pilihan sumber informasi formal yang tersedia. Dalam kondisi jauh dari keluarga (orang tua, saudara yang sudah berpengalaman) sebagai sumber informasi personal, profesional kesehatan adalah pilihan sebagai sumber informasi personal yang bisa dimanfaatkan oleh para perempuan di Jombang. Dalam keadaan informal, teman, keluarga, atau tetangga bisa menjadi sumber informasi bagi pencari informasi. Informasi bisa berasal dari pengalaman lampau, baik pengalaman pribadi maupun kumpulan dari pengalaman teman dan orang lain, namun kebanyakan informasi baru didapatkan dari bidan dan sumber-sumber profesional kesehatan lain (Levy, 1998: 112). Menurut sejarah, perempuan belajar teknik menyusui yang sesuai dari ibu, nenek, saudara, dan tetangganya (Corky Harvey dalam Levy, 1998: 112). Perempuan mengajari perempuan masih merupakan cara terbaik yang dilaksanakan. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 22 Dalam pencarian informasi, individu memiliki beberapa pertimbangan dalam memilih sumber informasi. Durrance dalam Varjels (1986: 74) menyebutkan bahwa individu cenderung mencari informasi yang paling mungkin diakses. Selanjutnya, Durrance menyatakan bahwa tipe individu yang berbeda menggunakan sumber informasi yang berbeda. Meskipun demikian, Durrance juga menyatakan bahwa individu pada umumnya lebih menyukai komunikasi secara berhadapan sebagai cara mengakses informasi dari sumber informasi. 2. Pencarian Informasi dalam Kehidupan Sehari-hari Pencarian informasi dapat dianalisis dalam dua konteks besar: yang berhubungan dengan pekerjaan dan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Pencarian informasi yang tidak berhubungan dengan pekerjaan disebut juga pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari (everyday life information seeking). Pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan upaya pengadaan berbagai elemen informasional (baik kognitif maupun ekspresif) yang dipergunakan individu untuk mengorientasikan diri mereka dalam kehidupan seharihari atau memecahkan masalah yang tidak secara langsung berhubungan dengan kinerja dan tugas-tugas pekerjaan (Savolainen, 1995: 266-267). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa ada dua dimensi yang bisa diperhatikan dalam pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari (Savolainen, 1995: 273-287). Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 Dimensi pertama adalah pencarian 23 informasi yang mengorientasikan. Dimensi ini berkaitan dengan kejadian di masa kini. Selanjutnya adalah pencarian informasi praktis, yaitu pencarian informasi yang menyajikan solusi untuk masalah-masalah tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pencarian informasi yang mengorientasikan, informasi dilihat sebagai instrumen untuk meraih hasil yang berbeda-beda. Individu dalam kegiatan sehari-harinya memiliki semangat untuk mempelajari hal baru dan berusaha untuk meraih tujuan pribadi. Kegiatan pencarian informasi dalam dimensi ini terjadi seiring dengan kegiatan individu mengkonsumsi publikasi ilmiah dan budaya, membaca koran, melihat program televisi ataupun mendengarkan radio. Informasi yang dikonsumsi khususnya adalah yang berkenaan dengan kepemimpinan, ilmu, politik dan budaya, isu terkini, dan perkembangan sosial budaya. Pencarian informasi praktis merupakan pencarian informasi yang sengaja dilaksanakan. Informasi yang diinginkan dalam dimensi ini adalah informasi yang akurat, yang bisa diaplikasikan untuk penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Oleh karenanya, dalam pencarian informasi ini, sumber informasi personal lebih disukai. Karena pencarian informasi ini timbul ketika ada hal yang harus dihadapi dengan segera, maka komunikasi sebagai kegiatan pencarian informasi dilaksanakan. Beberapa penelitian tentang pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari telah dilaksanakan. Penelitian dalam bidang ini dilaksanakan terhadap pelajar, mahasiswa dan pemuda, sebagaimana Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 24 yang dilaksanakan oleh Agosto dan Hugjes Hassell (2005), Jeong (2004), dan Given (2002). Penelitian di bidang ini juga banyak dilaksanakan sehubungan dengan pencarian informasi kesehatan: Brown dkk. (2002), Warner dan Procaccino (2004), Cypowyj dkk. (2003), Davies dan Bath (2002), dan sebagainya. Lebih dekat kaitannya dengan penelitian ini, penelitian yang pernah dilaksanakan terhadap ibu rumah tangga diantaranya adalah McKenzie (2002, 2003, dan 2004), Mooko (2005), Levy (1999), dan sebagainya. 3. Hambatan-hambatan dalam Pencarian Informasi Ketika individu melaksanakan pencarian informasi, dia bisa mengalami hambatan yang menghalanginya mendapatkan informasi yang dia butuhkan atau inginkan. Hambatan tersebut muncul karena beberapa komponen. Hambatan bisa timbul dari pencari informasi, sumber informasi, maupun dari pencari dan sumber informasi sekaligus. Pencari informasi menimbulkan beberapa hambatan dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Harry dan Dewdney dalam Julien (1999: 45) menyimpulkan bahwa hambatan tersebut meliputi: tidak mengetahui mendapatkan kebutuhan informasi informasinya; yang tidak dibutuhkannya; mengetahui tidak dimana mengetahui keberadaan sumber informasi yang dibutuhkannya; tidak menemukan sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasinya; dan kurangnya ketrampilan komunikasi, kepercayaan diri, dan kemampuan. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 25 Bagaimanapun juga, hambatan dari pencari informasi banyak disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan terhadap sumber informasi yang tersedia (Chen dan Hernon, 1982: 18-19). Hal ini menyebabkan pencari informasi tidak mengetahui bagaimana dan kapan dia bisa memenuhi kebutuhan informasinya. Dari komponen sumber informasi, hambatan dapat dialami pencari informasi karena beberapa hal seperti ketidaktersediaan maupun keterbatasan akses terhadap sumber informasi itu sendiri, masalah teknis yang timbul dalam penyediaan sumber informasi terekam, maupun komunikasi yang kurang lancar dengan sumber informasi personal. Ketidaktersediaan maupun keterbatasan akses bisa disebabkan oleh aturan yang mengikat yang menimbulkan larangan, pembatasan akses terhadap sumber informasi yang diterapkan oleh penyedia sumber informasi (Chen dan Hernon, 1982: 18). Salah satu hambatan yang dihadapi pencari informasi pada kegiatan komunikasi interpersonal dengan sumber informasi manusia adalah hambatan penyingkapan (disclosure barrier). McKenzie (2002: 3536) menyatakan bentuk hambatan ini sebagai hambatan yang berasal dari penyedia/sumber informasi ketika dia tidak berkenan untuk menjawab atau menyajikan jawaban atau informasi atas pertanyaan yang diajukan oleh pencari informasi. Dalam penelitiannya, McKenzie menemukan bahwa perempuan seringkali menggambarkan hambatan yang berhubungan dengan pengelakan, penundaan, atau kepura-puraan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 26 serta pembelit-belitan. Hal ini seringkali terjadi terutama dalam komunikasi formal antara pencari dan penyedia informasi. Hambatan lain adalah hambatan yang didorong oleh kedua belah pihak, pencari dan penyedia informasi. McKenzie (2002: 36) menyatakan bahwa hambatan ini biasanya terjadi ketika pencari informasi enggan mengajukan pertanyaan kepada penyedia informasi meskipun sedang berhadapan atau berinteraksi dengan penyedia informasinya. Sebagai contoh, keengganan tersebut terjadi ketika pencari informasi berasumsi bahwa penyedia informasi telah mengakhiri percakapan yang sedang mereka jalankan. 4. Model Konseptual Pencarian Informasi dalam Kebutuhan Sehari-hari Bagaimanapun juga, untuk analisis yang mendalam dan kontekstual, model atau pola pencarian informasi yang lebih umum adalah lebih sesuai (McKenzie, 2003: 25). Sebagaimana yang telah disinggung pada 2.3.2, Salvolainen menyatakan dua dimensi pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pencarian informasi yang mengorientasikan dan pencarian informasi praktis. Senada dengan apa yang dikemukakannya, McKenzie (2003: 25–36) mengajukan suatu model dua-dimensi praktik informasi. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 27 Gambar 2.1. Model Konseptual Praktik Informasi Dua Dimensi Kolom pertama dari gambar diatas menyatakan model pencarian informasi yang terjadi. Empat model tersebut adalah: a. Pencarian aktif (active seeking) yaitu praktik informasi yang paling terarah. Dalam tipe pencarian ini, informasi yang dicari sudah teridentifikasi, ditentukan, dan pencarian dilaksanakan secara terencana dan sistematis. b. Pemindaian aktif (active scanning) yaitu mengidentifikasi sumber informasi yang sesuai, melaksanakan pencarian secara aktif, namun tidak terencana secara mendetail. c. Pengawasan yang tidak terarah (non-directive monitoring) terjadi ketika seseorang secara kebetulan mengenali dan memanfaatkan sumber informasi, seperti ketika membaca koran dan kebetulan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 28 menemukan artikel yang bisa memenuhi kebutuhan informasinya. Model ini sesuai dengan pernyataan Salvolainen (1995) tentang monitoring the context. d. By proxy yaitu ketika seseorang berinteraksi dengan sumber informasi melalui perantara. Dalam hal ini, perantara menyampaikan pertanyaan atau permintaan atas informasi sesuai dengan kebutuhan asli individu yang memiliki kebutuhan tersebut. Baris pertama dalam gambar menunjukkan fase tingkatan proses informasi, yaitu membina hubungan (connecting) dan berinteraksi – dengan sumber informasi- (interacting). Kedua kegiatan tersebut melibatkan usaha dan hambatan. Dalam fase yang pertama, usaha dan hambatan terjadi dalam rangka mengidentifikasi sumber informasi dan menghubungi sumber informasi tersebut. Dalam fase yang kedua, gambaran tentang usaha dan hambatan terjadi selama individu berhadapan langsung dengan sumber informasi. Kombinasi antara model dan fase tersebut menghasilkan model dua dimensi yang tertuangkan dalam gambar 3.1 di atas. McKenzie menyatakan hasil kombinasi tersebut sebagai praktik informasi. Uraian tentang kombinasi tersebut disusun secara berurutan dari atas ke bawah dimulai dari kolom fase menjalin hubungan dengan sumber informasi. a. Praktik informasi dalam rangka menjalin hubungan dengan sumber informasi. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 29 a.1. Menjalin hubungan melalui pencarian secara aktif terhadap sumber informasi. Praktik ini memiliki beberapa karakteristik tertentu. Pertama, pencarian aktif terjadi sebagai tanggapan terhadap keberadaan tujuan atau pertanyaan tertentu. Selanjutnya, pencarian secara aktif berarti individu memberikan perhatian yang sistematis terhadap proses menjalin hubungan. Ciri utama adalah adanya kesadaran individu terhadap ketersediaan sumber yang bisa membantunya, seperti dokter, pustakawan, buku tertentu, teman, dll. a.2. Menjalin hubungan melalui pemindaian aktif. Pemindaian aktif meliputi mencari dan mengenali sumber informasi yang sesuai, tidak secara aktif, namun tetap mengingat kebutuhan informasi yang dibutuhkan. Praktik ini merupakan pemindaian secara aktif terhadap sumber informasi secara umum. Selain itu, pemindaian aktif ini juga terjadi ketika individu mengenali atau menyadari sumber informasi yang sesuai yang berhubungan dengan kebutuhan informasi namun tidak harus dihubungi saat itu juga. a.3. Menjalin hubungan melalui pemonitoran tak terarah. Praktik ini ditandai dengan tidak adanya tujuan khusus pencarian informasi. Individu tidak menyadari bahwa mereka membutuhkan suatu informasi sampai mereka mendapati infomasi atau sumber informasinya. Jadi, praktik ini biasa terjadi secara spontan dalam kegiatan keseharian. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 30 a.4. Menjalin hubungan melalui perantara. Praktik ini terjadi ketika ada pihak ketiga yang memberikan informasi tentang sumber informasi yang sesuai dengan yang dia duga dibutuhkan oleh seorang individu. Selain itu, praktik ini juga terjadi ketika sumber informasi itu sendiri mengenali orang yang membutuhkan informasi darinya dan dia menyampaikannya kepada individu tersebut. b. Praktik informasi dalam rangka berinteraksi dengan sumber informasi. Pencarian aktif dalam pemerolehan informasi. Dalam praktik ini, individu biasanya membuat daftar pertanyaan, perencanaan dan strategi berinteraksi dengan sumber informasi. b.1. Pemindaian aktif dalam pemerolehan informasi. Praktik ini terjadi ketika individu menyadari kebutuhan informasinya dan mendapatkan informasi yang diperolehnya dari hasil interaksinya dengan sumber informasi yang tidak dia cari secara sengaja. Selanjutnya, individu akan mengalami information encountering, yaitu pengalaman yang bisa diingat dari penemuan secara tidak sengaja tentang informasi yang menarik atau berguna (Erdelez, 1999). b.2. Pemonitoran tak terarah dalam pemerolehan informasi. Praktik ini terjadi ketika secara kebetulan seorang individu pencari informasi berinteraksi dengan individu lain yang kemudian berperan sebagai sumber informasinya karena memberikan informasi yang dibutuhkannya. Praktik tersebut bisa terjadi di jalan, ketika Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 31 bertemu teman, atau dalam kondisi lain di tengah-tengah kegiatan keseharian individu tersebut. b.3. Interaksi by proxy: diberitahu. Informasi diperoleh dari sumber informasi yang memberitahunya tanpa diminta oleh individu pencari informasi. D. Profil Kabupaten Jombang Jombang adalah kabupaten yang terletak di bagian tengah Provinsi Jawa Timur. Luas wilayahnya 1.159,50 km², dan jumlah penduduknya 1.165.720 jiwa (2005). Pusat kota Jombang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten, memiliki ketinggian 44 meter di atas permukaan laut, dan berjarak 79 km (1,5 jam perjalanan) dari barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Jombang memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di persimpangan jalur lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Madiun-Jogjakarta), jalur SurabayaTulungagung, serta jalur Malang-Tuban. Jombang juga dikenal dengan sebutan "kota santri", karena banyaknya sekolah pendidikan Islam (pondok pesantren) di wilayahnya. Bahkan ada pameo yang mengatakan Jombang adalah pusat pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir seluruh pendiri pesantren di Jawa pasti pernah berguru di Jombang. Di antara pondok pesantren yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Darul Ulum (Rejoso). Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 32 1. Demografi Penduduk Penduduk Jombang pada umumnya adalah etnis Jawa. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang digunakan sebagai bahasa seharihari. Bahasa Jawa yang dituturkan banyak memiliki pengaruh dialek Surabaya yang terkenal egaliter dan blak-blakan. Jumlah penduduk Kabupaten Jombang pada tahun 2007 adalah 1.165.720 jiwa, dan 604.810 di antaranya adalah perempuan. Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Perempuan Usia 15 sampai dengan 44 Kabupaten Jombang Tahun 2007 No Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Penduduk Perempuan 1 15 - 19 64.654 2 20 - 24 52.614 3 25 - 29 51.390 4 30 - 34 50.475 5 35 - 39 47.195 6 40 - 44 39.343 JUMLAH 305.771 Jumlah perempuan yang potensial menjadi ibu mengandung dan mengasuh bayi adalah sebanyak 305.771 jiwa. Mereka memiliki tingkat pendidikan tertentu. 64.654 orang di antara mereka berada di usia SLTA. Statistik menunjukkan, dikurangi usia aktif SLTA tersebut, maka tingkat pendidikan terbanyak yang dimiliki oleh perempuan Jombang dengan usia potensial utuk mengandung dan mengasuh bayi adalah SLTA. SLTP menunjukkan terbanyak kedua, disusul dengan universitas dan diploma. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 33 Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Perempuan Kabupaten Jombang Tahun 2007 Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk SLTP 90.722 SLTA 64.594 AK/ DIPLOMA 3.508 UNIVERSITAS 7.742 JUMLAH 305.771 No 1 2 3 4 2. Karakteristik Perempuan Jombang Perempuan warga Jombang pada umumnya adalah perempuan yang aktif dan terbuka. Tentu saja, setiap individu berbeda watak dan sifat. Perbedaan tersebut mempengaruhi perilaku sehari-harinya. Namun, sebagaimana umumnya orang Jawa Timur, perempuan Jombang memiliki karakteristik terbuka dalam berpikir maupun berbicara. Dan dengan tradisi yang terjadi di Jombang, perempuan memiliki kesempatan untuk menjadi aktif, terbuka dan menjadi pemimpin. Keterbukaan berpikir dan andil signifikan perempuan dalam kepemimpinan di Jombang dapat dilihat melalui fenomena keorganisasian dan Saat ini, banyak perempuan Jombang yang berkiprah mendirikan atau aktif dalam organisasi dan lembaga swadaya masyarakat, baik yang berfokus pada masalah keperempuanan maupun tidak. Diantara lembaga yang berperspektif perempuan dan dikelola oleh perempuan adalah Jombang Care Center, yang fokus pada kesejahteraan keluarga, Jombang Women Center, yang menengani kekerasan terhadap Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 34 perempuan, maupun kelompok anti diskriminasi dan prostitusi Jombang yang memperjuangkan hak-hak perempuan yang terkait, dan sebagainya. Isu tentang kesetaraan untuk perempuan Jombang baik dalam hal pendidikan, kesejahteraan keluarga, maupun politik senantiasa menjadi wacana dalam berbagai diskusi dan proses pengambilan keputusan di berbagai organisasi. Salah satu contoh adalah Lakspedam NU Jombang yang selalu mengangkat dan mendiskusikan kondisi riil yang sedang dihadapi perempuan Jombang dalam berbagi sektor melalu acara radio di Surga FM. Di Kabupaten Jombang, tersebar banyak pesantren untuk santri anak-anak sampai dengan santri lanjut usia. Yang paling menonjol adalah empat pesantren besar yang telah berdiri sejak lama. Pendiri empat pesantren tersebut adalah para ulama yang kemudian dengan temantemannya mendirikan Nahdlatul Ulama. Empat pesantren tersebut tersebar di empat penjuru kecamatan yang bersebelahan dengan Kota Jombang. Di sebelah utara, ada Pesantren bahrul Ulum Tambak Beras yang berada di Kecamatan Tembelang. Pesantren di sebelah timur Kota Jombang adalah Pesantren Darul Ulum, Peterongan. Pesantren Tebuireng terletak di Kecamatan Seblak, di sebelah selatan. Di sebelah barat, masih di Kecamatan Jombang, terdapat Pesantren Mambaul Maarif Denanyar. Pada pesantren yang disebutkan terakhir ini, berdiri pesantren putri pertama di Indonesia. Pelopor pendiri adalah Nyai Khodijah Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 35 Hasbullah, istri Kyai Bisri Syansuri dan adik dari Kyai Wahab Hasbullah. Kedua Kyai tersebut merupakan pendiri nahdlatul Ulama. Sejarah ini menunjukkan bahwa perempuan di jombang telah menunjukkan tajinya, terutama dalam pengembangan sumber daya perempuan lain. Sampai sekarang, pesantren mempengaruhi hajat hidup warga Jombang di berbagai aspek. Aspek pendidikan, sosial, ekonomi, sampai dengan politik sangat tergantung pada pesantren. Karena jumlah pesantren yang banyak, hampir semua warga Jombang adalah warga yang hidup di sekitar pesantren. Bagaimanapun, sifat berjuang dan terbuka pada individu perempuan Jombang sangat tergantung pada sifat, watak dan pengetahuannya. Perilaku perempuan akan berbeda satu sama lain. Jika pada dasarnya seorang perempuan adalah pesimis, tertutup dan pasif, maka dia akan melaksanakan pencarian informasi dengan cara yang sangat berbeda dengan perempuan yang optimis, terbuka, dan aktif. 3. Sumber Informasi untuk Ibu Mengandung dan Mengasuh Bayi Untuk kepentingan pencarian informasi, perempuan termasuk ibu mengandung dan mengasuh bayi di Jombang bisa memanfaatkan banyak sumber informasi. Fasilitas-fasilitas maupun sumber informasi yang siap dan sesuai untuk diakses telah disediakan oleh Pemerintah Kabupaten, Organisasi-organisasi Masyarakat, maupun Pengusaha Usaha Kecil Menengah di lingkungan Kabupaten Jombang. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 36 Bagi warganya, Pemerintah Kabupaten Jombang menyediakan fasilitas hotspot untuk mengakses internet secara gratis. Fasilitas tersebut disediakan sejak Juli 2007. Fasilitas tersebut diposisikan di tempat-tempat strategis; alun-alun, kebun rojo (tempat rekreasi keluarga di Jombang), kantor-kantor pemerintahan, dan beberapa sekolah. Agar warganya bisa mendapatkan informasi terbaru seputar kegiatan pemerintah dan situasi yang terjadi di Kabupaten Jombang, Pemerintah Kabupaten menyajikan situs Jombangkab.go.id. Situs tersebut merupakan sumber informasi mengenai kegiatan Pemerintah Kabupaten Jombang beserta semua dinas maupun badan lain di bawah naungan Pemerintah Kabupaten. Situs ini juga menyediakan fasilitas tanya-jawab untuk ibu mengandung dan mengasuh bayi, yaitu tentang masalah kesehatan anak dan kesehatan reproduksi. Salah satu dinas yang erat kaitannya dengan informasi yang umum dibutuhkan oleh perempuan hamil dan mengasuh bayi adalah Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan secara kontinyu memperbaharui isi situs sesuai dengan program yang mereka jalankan. Banyak sekali informasi tentang kesehatan ibu dan bayi dan program-program kesehatan yang dicanangkan untuk kepentingan ibu dan bayi. Selain aktif menyediakan informasi melalui internet, Dinas Kesehatan juga aktif dalam menyebarkan layanan informasi kesehatan. Layanan informasi kesehatan yang sangat berhubungan dengan ibu hamil Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 37 dan mengasuh bayi adalah layanan informasi kesehatan dan layanan kesehatan yang disediakan melalui puskesmas. Para ibu mengandung dan mengasuh bayi di Jombang bisa mengakses ahli gizi, bidan, dokter kandungan sampai dengan dokter anak di puskesmas. Lembaga penyedia informasi lain adalah Perpustakaan Mastrip. Perpustakaan ini terletak di Kota Jombang. Perpustakaan Mastrip menyediakan banyak sumber informasi berupa buku yang berhubungan dengan keperluan keluarga. Perpustakaan ini membuka peluang selebarlebarnya bagi ibu mengandung dan mengasuh bayi di Jombang untuk memperkaya informasi dalam menjalani peran dan tanggung jawab mereka sehari-hari di Jombang. Taman bacaan yang berorientasikan keuntungan banyak tersebar di penjuru Kabupaten Jombang. Kebanyakan dari taman-taman bacaan tersebut menyewakan komik dan novel. Namun, ada juga taman bacaan yang menyediakan buku-buku psikologi populer, sosial populer, dan majalah-majalah berbagai genre yang bisa dimanfaatkan oleh para ibu mengandung dan mengasuh bayi. Keberadaan taman bacaan tersebut merupakan salah satu sebab sedikitnya toko buku, dimana untuk mengakses informasi, sesorang harus mengeluarkan biaya lebih dengan membeli buku daripada menyewa. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 38 E. Kerangka Berpikir Penelitian Asumsi dasar dari penelitian ini adalah bahwa perempuan memiliki suatu dorongan untuk berusaha memberi yang terbaik untuk anak atau calon anaknya. Usaha tersebut menimbulkan kebutuhan informasi. Kebutuhan tersebut memicu kegiatan pencarian informasi yang berkaitan secara aktif maupun tidak. Pencarian informasi tersebut dilaksanakan dari berbagai sumber. Dalam pencarian informasi tersebut, para perempuan akan mengalami berbagai hambatan. Informasi merupakan objek yang dibutuhkan oleh perempuan hamil atau sedang mengasuh bayi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perannya sebagai perempuan hamil maupun mengasuh bayi. Kebutuhan informasi merupakan informasi yang ingin ataupun seharusnya didapatkan berkenaan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi oleh perempuan objek penelitian. Sumber informasi adalah media terekam (baik cetak maupun elektronik), lembaga, individu, maupun lembaga yang bisa menyajikan atau menyampaikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi para perempuan objek penelitian. Pencarian informasi merupakan upaya yang dilaksanakan oleh para perempuan untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Sedangkan, hambatan dalam pencarian informasi adalah hal-hal yang dianggap mengganggu maupun menghalangi kelancaran dan kesuksesan pencarian informasi dan pemanfaatan informasi yang telah didapatkan. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 39 Dalam penelitian ini, keempat hal tersebut (kebutuhan informasi, sumber informasi, pencarian informasi, dan hambatan dalam pencarian informasi) merupakan faktor-faktor yang mengindikasikan perilaku pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan karakeristik unik Kabupaten Jombang, maka Berpedoman pada konsep tersebut, para ibu hamil dan mengasuh bayi pun memiliki perilaku yang unik dalam pencarian informasi. Dengan demikian, penulis bermaksud meneliti kebutuhan informasi yang berkaitan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi dan perilaku pencarian informasi oleh perempuan yang sedang mengalaminya, yaitu perempuan hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang. Berikut adalah kerangka berpikir pada penelitian ini. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 40 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini meghasilkan data deskriptif yang berasal dari perkataan dan tingkah laku informan. Selanjutnya, data tersebut diteliti untuk memperoleh gambaran yang sesuai dan komperhensif tentang kebutuhan dan perilaku pencarian informasi informan. A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah perempuan hamil atau mengasuh bayi yang berdomisili di Kabupaten Jombang. Objek penelitian adalah kebutuhan dan perilaku pencarian informasi para perempuan tersebut tentang kehamilan dan pengasuhan bayi. B. Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi Penelitian adalah Kabupaten Jombang. Waktu pelaksanaan penelitian adalah Mei sampai dengan Desember 2007. C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini berkaitan erat dengan 2 jenis data yang diambil, yaitu: Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 41 1. Data primer Data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini data dapat diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian dengan cara wawancara kepada informan serta hasil wawancara dengan staf dinas kesehatan dan individu-individu yang dinilai kompeten dalam memberikan informasi yang sesuai. 2. Data sekunder Data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Data tersebut berupa dokumen, jurnal, arsip, maupun profil kesehatan Kabupaten Jombang yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. D. Informan Penelitian Lima informan merupakan sumber data primer dalam penelitian ini. Pemilihan informan adalah berdasarkan pemilihan sampel bertujuan. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah perempuan yang dianggap bisa menyampaikan informasi yang mantap dan terpercaya untuk penelitian ini. Selain itu, informan juga harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu: 1. mengalami masa kehamilan pada tahun 2007. 2. berdomisili dan melaksanakan kegiatan sehari-hari di Kabupaten Jombang. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 42 E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Wawancara Dalam penelitian ini, wawancara yang dilaksankan adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara dilaksanakan berdasarkan panduan yang telah disusun (lampiran 1). Pelaksanaan wawancara adalah terhadap satu informan pada satu waktu. Wawancara dilaksanakan secara bertatap muka. Lokasi wawancara di tempat tinggal informan atau di rumah orang tua informan. Durasi rata-rata per wawancara dengan informan adalah 40 menit. Tabel 3.1. Kisi-kisi wawancara No Variabel 1 Kebutuhan informasi Sub variabel Kebutuhan informasi kehamilan Kebutuhan informasi pegasuhan bayi 2 Sumber informasi Sumber informasi terekam Sumber informasi formal Sumber informasi personal Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 Keterangan Ditanyakan pada pertanyaan no 1 & 5, dan dikonfirmasi pada A.1 pada panduan wawancara Ditanyakan pada pertanyaan 2 & 5, dan dikonfirmasi pada A.2 pada panduan wawancara Ditanyakan pada pertanyaan no 2 & 4 dan dikonfirmasi pada B.1 & B.2 pada panduan wawancara Ditanyakan pada pertanyaan no. 2 & 4, dan dikonfirmasi pada B.3 & B. 4 pada panduan wawancara Ditanyakan pada pertanyaan no 2 & 4 dan dikonfirmasi pada B.5 & 43 3 Pencarian informasi 4 Hambatan pencarian informasi Hambatan ketika sedang melaksanakan pencarian informasi B.9 pada panduan wawancara Ditanyakan pada pertanyaan no. 2 & 4 pada panduan wawancara Ditanyakan pada pertanyaan 6 pada panduan wawancara dan dikonfirmasi pada C 2. Dokumentasi kepustakaan Peneliti mempelajari dokumen-dokumen untuk memperkaya data dan informasi untuk penelitian ini. Dokumen tersebut meliputi profil kesehatan Kabupaten Jombang, laporan pelayanan informasi kesehatan Kabupaten Jombang, dan berbagai artikel dari situs, koran, maupun jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Peneliti menggunakan dokumen-dokumen tersebut sebagai data sekunder yang mendukung pembahasan atas interpretasi hasil wawancara. F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tahapan analisis data kualitatif sebagaimana yang dinyatakan oleh McDrury dalam Moleong (2007: 248). Tahapan analisis yang peneliti lakukan adalah: 1. membaca/ mempelajari data hasil wawancara dan pengamatan, menandai kata-kata kunci yang berkaitan menunjukkan perilaku pencarian informasi. 2. mempelajari kata-kata kunci tersebut dan berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data, dan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 44 3. menggambarkan model perilaku pencarian informasi yang dilaksanakan oleh informan. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 45 BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Informan Lima perempuan telah menjadi informan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah gambaran profil kelima informan tersebut. Dengan persetujuan informan, nama yang digunakan untuk mewakili informan adalah nama panggilan yang tidak biasa mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Urutan penyebutan informan di bawah ini adalah sesuai dengan urutan wawancara. 1. Gambaran Karakteristik Informan Ana Informan pertama ini adalah seorang ibu rumah tangga. Informan ini merupakan lulusan SLTP. Meskipun demikian, informan juga merupakan guru mengaji di sebuah pesantren di daerah pinggir Kota Jombang. Informan Ana berasal dari Blora, Jawa Tengah. Sejak sebelum menikah, informan ini telah berdomisili di Kabupaten Jombang. Informan ini telah berdomisili di Kabupaten Jombang selama 14 tahun. Informan Ana telah menikah selama 9 tahun. Dia dan suaminya memiliki dua orang anak, berusia 8 tahun dan 4,5 tahun. Tahun 2007, pada usianya yang ke 32, informan ini sedang mengandung anak ketiganya. Usia kehamilannya pada awal Desember 2007 adalah 3,5 Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 46 bulan. Ana dipilih sebagai informan dalam penelitian ini karena pengalamannya dalam menjalani tiga kali kehamilan dan satu kali kelahiran di Kabupaten Jombang. 2. Gambaran Karakteristik Informan Alus Informan Alus juga seorang ibu rumah tangga. Keputusan untuk meninggalkan pekerjaan dan menjadi ibu rumah tangga diambil sejak awal kehamilan anak pertama. Kini, informan Alus telah melahirkan dua anak pertamanya, yang keduanya adalah perempuan. Usia keduanya di awal Desember 2007 telah mencapai tujuh bulan. Informan Alus berusia 28 tahun. Suaminya bekerja sebagai pegawai sebuah Bank di Kabupaten Jombang. Informan Alus lahir di Jombang dan sampai saat ini masih tinggal di Jombang. Informan ini pernah untuk sementara berdomisili di luar Kabupaten Jombang, yaitu selama empat tahun ketika dia menyelesaikan pendidikan S-1nya di Jember, Jawa Timur. Alasan peneliti untuk melibatkan Alus sebagai informan dalam penelitian ini adalah: 1. lingkungan informan yang mendukung tergalinya berbagai informasi tentang kehamilan dan pengasuhan bayi bagi informan. Informan saat ini tinggal bersama ibunya yang seorang bidan dan membuka praktik di rumah. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 47 2. Alus telah lama berdomisili di Jombang, sehingga peneliti berasumsi bahwa Alus mengenal dan terbiasa dengan kondisi serta situasi Jombang. 3. Gambaran Karakteristik Informan Anis Informan Anis juga seorang ibu rumah tangga. Informan ini berusia 32 tahun. Informan lulusan SLTA ini memiliki suami yang berprofesi sebagai satpam. Mereka telah berumah tangga selama lebih dari 15 tahun. Hingga kini, pasangan tersebut telah dikaruniai 3 orang anak. Jarak usia antara satu anak dan lainnya cukup jauh. Anak pertama berusia 14 tahun. Anak kedua berusia 8 tahun dan anak ketiganya berusia 6 bulan. Anis adalah seorang ibu yang dekat dengan anak-anaknya. Informan sangat memperhatikan anak-anaknya. Peneliti memandang informan tersebut memperhatikan informasi yang bisa mendukung perkembangan anaknya dari berbagai segi. Oleh karenanya, Anis dipilih sebagai informan dalam penelitian ini. 4. Gambaran Karakteristik Informan Muna Informan ke empat adalah Muna. Usia informan ini adalah 31 tahun. Informan Muna bersuamikan seorang guru Sekolah Menengah Atas. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 48 Mereka memiliki 2 orang anak. Seorang putri berusia 19 bulan, dan seorang putra berusia 4 bulan. Sebagai seorang dokter umum yang pegawai negeri, sehari-hari informan Muna praktik di Puskesmas di sebelah timur Kota Jombang. Selain itu, pada sore atau malam hari dan akhir pekan, informan ini juga bertugas di beberapa rumah sakit swasta di Kabupaten Jombang. Muna dipilih menjadi informan karena memiliki latar belakang medis. Dengan demikian, peneliti melihat informan sebagai seorang yang kompeten dalam memberikan informasi tentang pencarian informasi kehamilan dan kelahiran, berdasarkan pengalaman informan sebagai pencari informasi kehamilan dan pengasuhan bayi maupun pengalaman informan dalam mengamati dan mengahdapi perilaku pencarian informasi ibu hamil dan mengasuh bayi di lingkungan tempat kerjanya. 5. Gambaran Karakteristik Informan Ida Informan terakhir adalah informan Ida. Informan Ida berusia 36 tahun. Informan Ida merupakan seorang guru Sekolah Dasar. Sampai saat ini, pendidikan terakhir informan ini adalah strata satu. Informan Ida memiliki dua anak. Anak pertama telah berusia hampir 5 tahun dan anak yang kedua baru lahir pada akhir Agustus 2007. Sebelum mengandung anak pertama, informan Ida mengalami keguguran. Pengalaman mengalami tindakan curretage dan kelancaran kehamilan selanjutnya tersebut membuat peneliti berasumsi bahwa Ida Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 49 memiliki pengalaman memperhatikan yang kehamilan, membuatnya sehingga lebih memacu menjaga perilaku dan pencarian informasi untuk membuat keputusan-keputusan yang diperlukan. B. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini, peneliti menguraikan interpretasi dari hasil temuan penelitian. Interpretasi didasarkan pada tinjauan literatur yang telah dibahas pada bab II. Selain dari hasil wawancara dengan informan, pembahasan ini juga didukung oleh data-data primer dan sekunder lain yang terkumpul ketika penelitian dilaksanakan. Bagian-bagian dari sub bab ini merupakan jawaban dari anak pertanyaan penelitian dan pada akhirnya merupakan jawaban pertanyaan penelitian. 1. Kebutuhan Informasi Sub sub bab ini merupakan uraian jawaban dari anak pertanyaan penelitian nomor satu. Secara berurutan, sub sub bab ini tersusun atas kebutuhan informasi kehamilan dan kebutuhan informasi pengasuhan bayi. Tabel 4.1 Daftar Kebutuhan Informasi Kehamilan dan Pengasuhan Bayi Informan No Jenis kebutuhan informasi Detail kebutuhan informasi 1 Kebutuhan informasi Persiapan kehamilan kehamilan Cara hamil bayi dengan jenis kelamin tertentu Jenis kelamin janin Kesehatan ibu dan janin Gizi ibu dan janin Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 50 2 Pengasuhan Bayi Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 Makanan yang harus dikonsumsi ibu hamil Mempersiapkan bayi cerdas Stimulasi ibu hamil agar janin tumbuh jadi bayi yang cerdas Penyakit dalam kehamilan Kehamilan risiko tinggi persiapan persalinan, tempat, waktu dan biaya persalinan Tumbuh kembang janin Doa Cara meringankan rasa tidak nyaman pada masa kehamilan Senam hamil: kelas, waktu dan biayanya Selulit Pemulihan kesehatan dan stamina pasca persalinan Perawatan bayi baru: memandikan, memakaikan popok, bedong Sterilitas dalam perawatan bayi Orang yang membantu merawat bayi Imunisasi: jenis dan kegunaan Imunisasi: waktu, tempat dan biaya Tumbuh kembang bayi Perkembangan berat badan dan tinggi bayi Pertumbuhan gigi Perkembangan motorik dan bahasa bayi Perkembangan kecerdasan bayi Gizi bayi Pola makan dan makanan yang harus diberikan Cara mendidik anak Pengalaman ibu lain dalam pengasuhan bayi dan kabar bayi lain Doa Informasi khusus, tergantung situasi dan kondisi yang sedang dialami pencari informasi 51 a. Kebutuhan informasi Kehamilan Sesuai dengan hasil penelitian Levy (1998) tentang pencarian informasi kehamilan, perempuan yang menjadi informan dalam penelitian ini juga menunjukkan perhatian terhadap informasi yang berhubungan dengan cara melindungi kepentingan janin dan diri sendiri. Kebutuhan informasi informan muncul karena mereka menginginkan yang terbaik bagi janin yang dikandungnya. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan informan Ana: “…seng jenenge meteng pertama yo mbak yo seng terbaik gawe aku ambek bayiku yo pengen ero (yang namanya anak pertama ya mbak, yang terbaik untukku dan bayiku ya aku ingin tahu)” (Ana). Informan menemukan kebutuhan informasi tentang kehamilan bahkan sebelum mereka mengalami kehamilan. Informan membutuhkan informasi tentang persiapan kehamilan. Sebelum mengalami kehamilan, informan perlu mengetahui hal-hal yang akan dihadapi dalam kehamilan. Terkadang, mereka juga menginginkan informasi mengenai trik mendapatkan bayi dengan jenis kelamin tertentu. ”sejak sebelum kehamilan juga sudah berpikir tentang itu.. tentang gimana caranya dapatkan anak laki-laki atau perempuan.. gitu...”(Muna). Informan yang menyadari kebutuhan informasinya sejak sebelum kehamilan adalah mereka yang telah merencanakan kehamilan. Kehamilan adalah hal yang mereka inginkan, dan mereka menantikan saat mereka mengalaminya. Oleh karenanya, mereka menyadari bahwa Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 52 mereka memiliki kebutuhan informasi tentang persiapan kehamilan, masa kehamilan, dan persalinan. Dan menginginkan nantinya, pada informasi saat tentang kehamilan, jenis beberapa kelamin janin informan dalam kandungannya. Kutipan wawancara tentang hal ini adalah: Pewawancara: ”ketika masih hamil.. pengen tahu jenis kelamin, gak mbak..?” Muna: “…pingin…” Pewawancara: ”dan mencari tahu?” Muna: ”dan mencari tahu.. ditanyakan ke dokter kan ke dokter sampe tiga dokter, waktu itu...” Usia kandungan juga merupakan salah satu kebutuhan informasi ibu hamil. Seorang informan menyatakan ”Pengen tahu, usia kandungan saya ini berapa, soalnya saya sudah telat beberapa bulan kok hampir tiga bulan itu baru positif, ternyata usia kandungan saya sudah berumur lima minggu. Dan diketahui.. itu.. kembar.” (Alus). Mengetahui usia kandungan adalah hal penting. Semakin dini kehamilan diketahui, semakin dini pula informan bisa mulai bertindak untuk menjaga kesehatan dan keselamatan janinnya. Jenis kelamin, di sisi lain, dinyatakan sebagai kebutuhan informasi karena informan tahu bahwa hal tersebut bisa dideteksi melalui alat ultrasonografi (USG). Informan mengetahui bahwa alat tersebut sudah banyak digunakan oleh bidan maupun dokter spesialis kandungan di Jombang. Maka, informan tahu bahwa mereka bisa memanfaatkan kemampuan alat tersebut melalui bidan maupun dokter. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 53 Lebih penting lagi, ketika mereka sudah mengalami kehamilan, informan memperhatikan kondisi ibu dan janin. Informan percaya bahwa kondisi kesehatan ibu memberi pengaruh pada kondisi janin yang dikandung. Informan ingin memastikan bahwa janinnya dalam keadaan sehat dan dia akan melahirkan bayi yang sehat dan normal. Pernyataan mereka tentang hal ini adalah: ”...dan cara.. cara-cara, supaya.. kepingin mendapatkan janin yang sehat itu gimana....” (Alus) ”kesehatane bayi, ibunipun... (kesehatan bayi, ibunya...)” (Anis). ”aku kan pengen ngerti perkembangane bayi yo pengen ngerti kondisiku... (aku kan ingin mengerti perkembangan bayi dan kondisiku)” (Muna). ”ngge.. anu.. setelah saya kok telat.. saya ke dokter parmin... terus.. o.. nggak papa ini.. saya takut kalo ada apa-apa... ndak papa ini, sehat.. katanya” (Ida) ”opo, yo.. gimana bayinya setiap kesana.. kan takut kalo cacat gitu..oo.. sehat.. digituno pas iku.. (waktu itu diberitahu seperti itu..)” (Ida) ” sehat nopo mboten (atau tidak) dok... ngge masalah kesehatan niku.. kulo ngge takok masalah kesehatan niku..” (Ida). Tumbuh kembang janin merupakan kebutuhan informasi para informan. Mereka mengungkapkan ”aku kan pengen ngerti perkembangan bayi...” (Ana) ”tentang perkembangan janin...” (Alus) ”ya tentang apa ya.. pertumbuhan bayi.. janin dalam kandungan...” (Muna) Para informan mengetahui bahwa infomasi tumbuh kembang ini merupakan informasi yang harus dicari. Setiap informan menunjukkan kesadarannya akan hal ini. Namun, informan Alus dan Muna menyatakan dengan lebih rinci. Hal tersebut terjadi karena mereka hidup di lingkungan dokter dan bidan. Bagaimanapun juga, informan lain pun Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 54 memahami bahwa mereka memerlukan informasi tersebut karena mereka senantiasa dihimbau untuk memeriksakan kehamilan kepada tenaga kesehatan. Mengenai tumbuh kembang janin, apa yang sedang terjadi pada janin dalam usia kandungan tertentu merupakan informasi yang perlu diketahui oleh informan. Dengan mengetahui tahapan tumbuh kembang janin, informan juga perlu memahami nutrisi yang diperlukan dalam setiap tahapan tersebut. Untuk menjamin kesehatan dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, informasi tentang gizi merupakan hal penting bagi para informan. Jika asupan gizi ibu hamil sesuai, mereka berharap bahwa janin mereka mendapatkan gizi yang cukup. Para informan menyatakan ”ya.. asupan gizi dan pertumbuhan janin itu.. kan itu berimbang dengan perkembangan seluruh organ tubuhnya dan otaknya, kalo gizi itu.. gizi apa namanya.. seperti ini. Nanti perkembangan janinnya nanti untuk ini.. untuk ini.. gitu.” (Alus) ”Yang terutama asupan gizi untuk janin, untuk pertumbuhannya, agar lahir dengan normal dan tidak kekurangan suatu apapun.” (Alus) “…trus maeme dospundi, gizinipun... (trus makanannya gimana, gizinya...)” (Anis) ”.. apa.. nutrisi makanan...” (Muna) Oleh karenanya, kebutuhan informasi gizi ibu dan janin merupakan kebutuhan vital bagi informan. Meskipun para informan menunjukkan tingkat kebutuhan yang berbeda terhadap informasi tersebut, mereka menyadari bahwa informasi tentang gizi ibu dan janin harus diketahui. Hidup di Jombang dengan pusat pelayanan kesehatan yang mudah di jangkau (seperti posyandu, polindes dan puskesmas), Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 55 informan sudah berpikir bahwa informasi gizi merupakan informasi yang penting untuk diketahui. Namun, seringkali ibu menginginkan anak yang tumbuh cerdas jasmani dan rohani, bukan hanya sekedar sehat dan normal. Hal tersebut menumbuhkan kebutuhan informasi lain, yaitu tentang mempersiapkan bayi cerdas dan bertakwa. Informan perlu tahu cara menstimulasi ibu hamil agar melahirkan bayi yang cerdas. ”iya, hal-hal khusus tentang perawatan bayi, tentang kehamilan.. pertama tentang kehamilan ya.. apa maksudnya.. tentang perkembangan bayi dalam lahir.. dalam kandungan.. hal-hal apa yang bisa mencerdaskan bayi.. mungkin bentuk-bentuk makanan.. apa.. nutrisi makanan.. ato stimulasi apa terhadap ibu hamil sehingga bisa mencerdaskan bayi dalam kandungan.. gitu...” (Muna). Informasi tentang penyakit yang bisa diderita oleh ibu hamil merupakan salah satu kebutuhan informasi kehamilan. Setiap informan menyatakan bahwa mereka mengalami kehamilan yang relatif lancar. Namun, informan merasa perlu waspada terhadap hal-hal yang menimbulkan risiko tinggi dalam kehamilan. ”...hal-hal.. penyakit dalam kehamilan.. yang perlu diwaspadai dalam kehamilan...” (Muna). Dan jika seorang informan hamil terdiagnosa memiliki risiko tersebut, maka mutlak dia memiliki kebutuhan informasi tentang bagaimana menjalani kehamilan dengan kebutuhan khusus dan mendapatkan bayi yang sehat. Setiap informan mengalami kehamilan yang unik. Satu sama lain mengalami hal yang berbeda. Keluhan ringan sampai dengan berat Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 56 seringkali terdengar dari mereka. Kondisi-kondisi tersebut menimbulkan kebutuhan informasi. Para informan menceritakan ”Saya ini hamil, beratnya itu cuma sedikit. Karena apa? saya sulit makan, padahal kalo bayi kembar itu minimal naik berat badannya itu satu bulan minimal dua kilo. Sedangkan saya itu satu bulan satu kilo itu kadang naik kadang turun. Jadi suami saya itu buingung.. gimana, nanti bayi saya nanti di dalam kecil atau gimana.. gitu.. trus akhirnya ya.. apa.. dianjurkan untuk periksa ke spesialis setiap bulannya” (Alus) ”waktu itu sempat waktu hamil yang pertama itu tidak, belum tampak janinnya, waktu itu sampe didiagnosa gak ada janinnya dalam kandungan.. ternyata gak masalah..tapi saya langsung termasuk mencari tahu tentang penyakit itu ..waktu itu.. saking bingunge..apa hamil di luar kandungan waktu itu.. nek gak KRT ya itu..makanya saya sampek bingung mencari informasi dari manamana waktu itu.. karena ada permasalahan dari.. itu...” (Muna) ”pertama kali Sasa itu.. kan ada jahitan.. lho.. kok ada jahitan.. kan takut bidane.. terus tanya.. lho dok, ini pasien ini anu katanya kok dari suratnya dokterkan ada pengantar.. normal.. o.. iya..normal.. itu ndak papa..akhirnya normal...” (Ida). Informan Alus mengalami masalah sulit makan ketika hamil tua, sehingga dia merasa perlu mengetahui kondisi kesehatan janinnya dan bagaimana menggantikan nutrisi yang harusnya diterima oleh janinnya melalui makanan. Informan Muna menceritakan kebutuhan informasinya ketika seorang dokter mendiagnosa bahwa janinnya tidak tampak di layar USG. Selain itu, pengalaman operasi karena keguguran bagi informan Ida menyebabkan kebutuhan informasi khusus tentang persalinan yang tepat bagunya. Informasi yang juga tidak kalah penting adalah tentang persiapan persalinan. Pilihan melahirkan normal atau operasi merupakan salah satu kebutuhan informasi. Bagi informan yang mengalami kehamilan lancar dan sehat serta tidak ada peringatan untuk menjalankan operasi ketika Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 57 persalinan, informasi utama tentang persiapan persalinan yang mereka butuhkan adalah perkiraan waktu kelahiran. Namun, bagi ibu hamil yang sebelumnya pernah mengalami operasi di rahim, informasi tentang cara persalinan apa yang lebih cocok baginya merupakan kebutuhan informasi utama. Seorang informan menuturkan ”enggak, kan soalnya yang pertama kan sudah tahu kalo habis operasi gitu ya..apa lahirannya bisa normal..? oo.. gak papa.. jahitannya gak papa.. dadinipun pertama kale kedua lahiripun normal...” (Ida). Informan tersebut mengungkapkan kebutuhan informasi tentang pilihan persalinan normal atau operasi karena sebelumnya dia mengalami operasi karena keguguran. Kebutuhan informasi tentang mana yang lebih baik, apakah menjalani operasi ataukah bersalin secara normal saja muncul terhadap ibu hamil yang sebelumnya menghadapi operasi untuk melahirkan anaknya. Selanjutnya, informan membutuhkan informasi tentang tempat dan biaya persalinan. Hal ini terjadi terutama kepada informan yang direncanakan mengalami persalinan melalui operasi sectio cesaria. Karena biaya yang cukup jauh bedanya dengan persalinan normal, maka persiapan persalinan melalui operasi telah di mulai sejak dini. Informan menuturkan ”o.. iya.. sebelumnya.. saya sudah nanya-nanya umur 3 bulan itu...” (Alus) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 58 Dengan mengetahui perkiraan biaya yang harus dikeluarkan, mereka bisa merencanakan cara mempersipakannya. Mereka juga harus memilih tempat dengan fasilitas dan dokter yang sesuai. Utamanya, mereka memilih tempat persalinan yang dianjurkan oleh dokter yang menanganinya selama kehamilan untuk memastikan bahwa operasi akan dilaksankan oleh dokter yang sudah dipercaya tersebut. Selain tempat dan biaya, informan mempersiapkan persalinan mereka dengan banyak berdoa. Para informan menyatakan bahwa mereka perlu mengetahui doa yang harus dipanjatkan di masa kehamilan. Doa tersebut meliputi doa untuk memohon keselamatan dan kesehatan janin beserta ibu dan memohon kelancaran dalam proses persalinan. ”o..iya..saya.. kalo.. ini.. saran dari.. kalo dari ibu saya itu.. kalo mau tidur disuruh membaca sholawat, 15 kali, sholawat nariyah, terus bangun tidur itu juga disuruh membaca syahadat, supaya nanti kalau melahirkan lancar. Kata ibu saya seperti itu, kalau dari.. mertua saya.. disuruh membaca.. itu lho, mbak.. laahaulawalaqwwataillaabillaahilaliyyiladzim itu sambil mengusapkan perutnya itu tiga kali. Membaca itu, dalam satu kalimat itu dielus tiga kali.. membacanya lima kali, setiap saat.” (Alus) ”tentang doa-doa, langsung diuruki mas rul (suaminya)....” (Ana) Para informan mengaku bahwa mereka senantiasa berusaha melafalkan doa yang telah diajarkan. Doa tersebut khususnya untuk kesehatan dan keselamatan dunia akhirat bagi janin. Bagi mereka, memasrahkan diri dan janin pada Yang Maha Kuasa adalah hal yang harus. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 59 Keadaan tersebut dipicu oleh kebiasaan masyarakat Jombang yang termasuk religius. Karena banyaknya pesantren, Jombang terkenal hanya memiliki dua tipe warga, yaitu warga pesantren dan warga yang hidup di sekitarnya. Tentu saja hal tersebut mempengaruhi kebiasaan yang mereka laksanakan, yaitu kebiasaan yang bersifat islami atau minimal masih berbau islami. Berkaitan dengan diri informan sendiri, beberapa kebutuhan informasi muncul. Pada awal kehamilan, seringkali informan mengalami mual, muntah, dan gejala semacamnya. Menghadapi keadaan tersebut, informan membutuhkan informasi tentang cara meringankan kondisi yang mereka keluhkan. Keluhan lain yang sering diungkapkan adalah pegalpegal badan di usia kehamilan tua. Meskipun hal-hal tersebut umum terjadi dan normal, namun mereka tetap membutuhkan informasi mengenai cara yang bisa membuat mereka lebih nyaman dan menikmati kehamilan mereka. ”ganti2 seng ta’ takokno, soale keluhane ganti2, biasae. Kadang kan sikilku linu, kadang ngelu.. (yang saya tanyakan berbeda-beda, karena biasanya, keluhannya beda.. terkadang kakiku linu, terkadang pusing... ” (Ana). ”ngge kale bu bidan mawon.. kulo tangglet.. ngge.. nopo seng kulo rasaaken waktu niku... (ya sama bu bidan saja... saya tanyakan.. apa yang saya rasakan waktu itu...)” (Anis) Masalah lain yang kerap dihadapi oleh informan yang mengalami kehamilan adalah selulit. Selulit yang muncul di bagian tubuh yang melar mengikuti perkembangan rahim seringkali menjadi momok yang ingin mereka basmi. Informasi tentang bagaimana merawat kulit sejak awal Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 60 kehamilan untuk menghindari selulit dan bagaimana menghilangkan selulit yang sudah muncul merupakan kebutuhan mereka. Informan Ana dan Alus menyatakan ”waktu iku kan seng iki mbak athik, garet2 nang weteng.. ta’ takokno bu bidan (waktu itu yang ini Mbak Athik, garis-garis di perut.. aku tanyakan ke bu bidan)” (Ana) ”...iya, pasti terutama itu.. pasti perutnya kan ada bilur-bilur putihnya itu kalo melahirkan .. ya itu.. mungkin perut saya terlalu besar.. jadi bilurnya itu buanyak sekali sampe ke atas ini lho..(menunjukkan bagian bawah dadanya) trus sampe sekarang itu ya.. belum ilang.. ya..ndak papa memang melahirkan.. tapi ya.. jadi lain....” (Alus) Kini, senam hamil telah dikenal luas, termasuk di Kabupaten Jombang. Meskipun belum banyak ahli maupun tenaga instruktur senam hamil di daerah ini, namun keingintahuan tentang pelaksanaannya telah muncul pada para informan. Mereka mengetahui bahwa senam hamil akan berguna untuk stamina dan persiapan kelahirannya. Mereka membutuhkan informasi tentang kelas senam hamil yang bisa diikuti, kapan waktunya, dimana tempatnya, dan berapa biayanya. Salah seirang informan menyatakan ”ya saya dapatkan dari buku-buku itu kalo kehamilan..ya senamsenamnya juga itu, cara supaya melahirkan nanti gak sakit.. habis melahirkan itu..” (Alus). Setelah melahirkan, informan masih juga memerlukan beberapa informasi yang bisa dimanfaatkan untuk dirinya sendiri. Pemulihan kesehatan dan stamina merupakan kebutuhan informasi utama. Hal ini karena stamina yang bagus akan menentukan kemampuannya untuk mengasuh bayinya yang telah lahir. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 61 Bagi informan yang menjalani operasi, informasi mengenai pemulihan kesehatan meliputi perawatan luka jahitan dan kegiatankegiatan yang perlu dihindari atau harus dilakukan untuk mempercepat pemulihannya. Satu informan menyatakan: ”...paling pemulihan kesehatan ibu pascaoperasi kalo saya ya...” (Muna). Baik informan yang bersalin secara normal maupun melalui operasi memerlukan informasi tentang perawatan tubuh pasca persalinan. Cara menjaga stamina ketika mengasuh bayi, misalnya, merupakan informasi yang sangat berguna bagi informan yang baru melahirkan. Informasi perawatan tubuh secara tradisional juga merupakan informasi yang diperhatikan oleh informan penelitian ini. ”terus.. apa ya.. cara merawat orang melahirkan.. untuk ibunya...” (Ida). Bagaimanapun juga, sebagai bagian dari masyarakat Jawa, para informan seringkali mendengar informasi tentang mitos-mitos yang berhubungan dengan kehamilan. Informan Anis tampak setuju, memperhatikan, dana mengamini mitos-mitos tersebut. Dia menyatakan “o.. engge.. tiang sepahipun ndawuhi tasek rumiyen.. nggee nek medal dalu ngge mboten kantuk mbak.. mangan nopo-mangan nopo ngge kudu dijogo.. kersani medalipun gangsar mbak.. ibune kepenak... (o.. iya.. duluorang tua memberitahu.. ya.. kalau keluar malam tidak boleh.. makanan yang dimakan harus dijaga.. supaya keluarnya lancar, mbak.. ibunya nyaman...)” (Anis) ”iya.. ya.. piye iko.. nek hamil gak oleh anu..kudu senden, sikile kudu dicancang...(iya.. ya.. bagaimana.. kalau hamil tidak boleh anu.. harus bersandar, kakinya harus diikat)” (Ida). Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 62 Hidup dan tumbuh di lingkungan yang masih relatif tradisional dan gaya hidup sederhana, kedua informan tersebut memperhatikan perkataan orang tua yang umumnya adalah mitos. Mereka mematuhi mitos tersebut. Hal ini dipicuoleh kebutuhan afektif mereka mengenai rasa ingin dihargai dan dibenarkan oleh orang tua. Salah satu contoh mitos adalah tidak boleh memakan telur selama hamil. Menurut mereka, hal tersebut akan mempersulit kelahiran. Padahal, mitos tersebut bertentangan dengan saran para dokter, yaitu agar mengkonsumsi telur selama kehamilan demi pemenuhan protein untuk janin. Contoh lain adalah memakan daun kemangi. Menurut mitos, Ibu yang sedang mengandung tidak boleh mengonsumsi kemangi karena akan membuat plasenta hancur. Hal tersebut sesuai dengan pendapat para dokter bahwa kemangi memang memberi pengaruh buruk untuk plasenta. Kaki ibu baru melahirkan yang harus diikat, sebagai contoh lain, dimaksudkan supaya nantinya tidak timbul varises. Padahal, varises biasa muncul sejak kehamilan. Karena beban berat dan peredaran darah di kaki yang tidak lancar, maka muncullah varises. Karena berbagai ketidakcocokan tersebut, beberapa informan lain tidak begitu saja percaya pada mitos. Latar belakang pendidikan pesantren membuat mereka tidak mudah percaya akan hal gaib yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan logika. Islam mengajarkan untuk Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 63 senantiasa belajar dan mengembangkan pengetahuan. Islam mendorong untuk tidak mematuhi hal-hal yang masih belum jelas. Oleh karenanya, informan merasa lebih baik mengonfirmasikan mitos dengan tenaga medis terlebih dahulu sebelum menjalankannya. Informan Ana, Alus dan Muna menunjukkan hal tersebut. Informan Muna menyatakan ”ternyata hal-hal yang itu kadang-kadang ada bendernya (benarnya).. memang bukan semuanya.. karena mitos.. mitos kan ini kadang-kadang memang terjadi.. tapi kalo yang aneh-aneh yo... gak percaya” (Muna). Dengan demikian, kebuthan nformasi kehamilan meliputi kebutuhan informasi tentang kesehatan janin dan ibu, tumbuh kembang janin, persiapan kelahiran, doa, dan mitos. Pada umumnya, kebutuhan informasi kehamilan tersebut muncul karena adanya kebutuhan kognitif informan. Untuk memenuhi kebutuhan kognitif, informan harus memiliki pengetahuan baru yang bisa didapatkan dengan cara mendapatkan informasi. Pengetahuan baru tersebut dibutuhkan untuk kemudan diaplikasikan dalam menjalani kehamilan mereka. b. Kebutuhan Informasi Pengasuhan Bayi Pengasuhan bayi dimulai sejak kelahiran. Namun, berbagai kebutuhan informasi tersebut dikenali oleh informan sejak sebelum kehamilan. ”...itu.. tentang pengasuhan anak.. dadi sebelum hamil pun sudah mulai mencari tentang gimana mengasuh anak.. apa.. mendidik anak dan sebagainya.. psikisnya.. rohaninya.. iya....” (Muna). Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 64 Pernyataan salah satu informan tersebut menunjukkan beragam kebutuhan informasi mengenai pengasuhan bayi. Berbagai kebutuhan informasi lain adalah sebagaimana teruraikan berikut ini. Perawatan kesehatan dan sterilitas menjadi informasi utama yang harus diperhatikan oleh ibu baru. Selain itu, pada masa-masa ini, informan memerlukan informasi tentang perawatan bayi baru. Para informan menjelaskan ”...cara merawat si kecil.. nol sampe empat bulan...” (Alus) ”...caranya memandikan bayi.. trus cara merawat bayi...” (Alus) ”pengasuhan bayi tentang perawatan bayi..terutama neo natus.. artinya yang baru lahir gimana?...” (Muna) ”yang pertama ya.. merawat bayi.. pertamanya nggak bisa.. ya ngerti, ya.. tentang perawatan bayi gimana.. cara memandikan.. masih takut.. ini ditinggal yang tinya, terpaksa ini.. wes.. ta' wanek wanekno..suwe2 maleh kendel dhewe...(saya beranikan diri.. lamakelamaan jadi berani)” (Ida) ”harus tahu cara werawat bayi.. yang utama itu...” (Ida) Isu perawatan bayi baru tersebut terutama mengenai cara memandikan. Biasanya, sampai dengan tali pusat bayi lepas, informan mendapatkan bantuan bidan atau perawat atau dukun bayi untuk memandikan bayinya. Jika hal ini yang terjadi, maka informan membutuhkan informasi tentang orang yang kompeten untuk melaksanakannya. Kalimat yang menggambarkan ini adalah ”...informasi engkok yang mandikan ini aja.. ini aja..gitu-gitu” (Muna) Namun, ketika tidak lagi mendapatkan bantuan dalam memandikan, informan perlu informasi mengenai cara yang benar dalam memandikan bayi yang belum bisa mengangkat kepala. Informasi Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 65 tersebut dibutuhkan karena informan sebagai orang tua harus tetap menjaga kebersihan dan keselamatan bayinya (Duvall dan Brent, 1980: 160-161). Tentu saja, selain cara memandikan, mereka juga membutuhkan informasi tentang tata cara pemakaian popok maupun bedong dan cara meminimalisasi kemungkinan kecelakaan yang bisa di alami si kecil. Kebutuhan informasi tentang pemakaian popok, bedong, dan seterusnya muncul terutama adanya kebimbangan pada para informan. Kebimbangan tersebut adalah mengenai cara yang benar untuk memakaikannya. Kebimbangan terjadi karena para informan menyadari adanya perbedaan tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam perawatan bayi antara kebiasaan orang tua jaman dahulu dengan perkembangan dunia kesehatan saat ini. Masyarakat Jombang, termasuk perempuannya, senantiasa terbuka akan perubahan. Salah satunya adalah dalam hal perawatan bayi. Jika hal yang dianjurkan oleh orang tua sesuai dengan tradisi mereka merupakan hal yang tidak dilarang dalam kedokteran, maka tidak masalah bagi mereka untuk mempraktikkannya. Namun, ketika hal tersebut bertentangan, maka informan merasa membutuhkan informasi lebih lanjut tentangnya. Contohnya adalah pemakaian bedong. Budaya Jawa menganjurkan bayi dipakaikan bedong agar kakinya lurus. Menurut medis, memang perlu bayi dipakaikan bedong, namun tidak untuk alasan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 66 agar kakinya lurus. Kaki bayi akan lurus dengan sendirinya pada usia si bayi sudah membutuhkan kakinya untuk berjalan. Bayi dipakaikan bedong agar dia merasa hangat dan bisa tidur nyenyak. Untuk bayi yang malah terganggu jika memakai bedong, para bidan tidak menganjurkan untuk membedongnya. Lain lagi jika mitos tersebut berkaitan dengan gurita. Mitos menyatakan bahwa gurita harus dipakaikan pada bayi agar perutnya ramping. Padahal, sangat normal jika bayi sampai dengan anak-anak memiliki perut yang agak menggelembung. Ketika beranjak remaja, perut akan terbentuk terutama dengan bantuan olahraga. Lebih dari itu, pemakaian gurita yang terlalu kencang (yang umumnya memang dikencangkan) dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan organ dalam perut bayi dan metabolismenya. Pada umumnya, informan akan lebih tenang dalam mematuhi mitos jika mereka mengetahui bahwa mitos tersebut sesuai dengan pendapat para ahli kesehatan. Jika tidak sesuai, informan terkadang mematuhi mitos yang dikatakan kepadanya demi rasa hormat pada orang tua. Namun, jika benar-benar bertentangan dengan dunia kesehatan, maka para informan memilih untuk meninggalkan mitos tersebut. Hal ini disebabkan karena munculnya kebutuhan afektif dan kognitif secara bersamaan. Ingin dihargai oleh orang yang lebih tua, kebutuhan afektif informan, membuat informan memperhatikan informasi mengenai mitos. Namun, untuk bisa masuk akal mereka, Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 67 kebutuhan kognitif, informan perlu mendapatkan kebenaran mitos dilihat dari sudut pandang medis. Kebutuhan informasi yang sangat penting untuk ibu yang mengasuh bayi adalah imunisasi. Imunisasi merupakan perlindungan kedua bagi bayi setelah Air Susu Ibu (ASI). Menurut rekomendasi IDAI, bayi seharusnya mendapatkan imunisasi pertamanya segera setelah lahir. Setidaknya, bayi yang sehat sudah mendapatkan imunisasi pertamanya di minggu pertama kehidupan mereka. Informasi tentang imunisasi pertama dan imunisasi-imunisasi lain merupakan informasi yang dibutuhkan oleh informan. Pernyataan para informan ”...tentang imunisasi...” (Alus) “ngge saking ibu bidane ngoten niku.. mbenjeng.. tanggal pinten mriki.. mriki maleh… (ya dari bu bidan.. besok.. tanggal berapa kesini.. kesini lagi...)” (Ida). Informasi tentang imunisasi ini meliputi berbagai hal. Hal pertama adalah jenis imunisasi apa saja dan untuk perlindungan apa saja yang harus diberikan pada bayi. Selain itu, umumnya informan memerlukan informasi tentang waktu, tempat, dan biaya imunisasi. Selain memiliki posyandu di setiap kelurahan, Jombang juga memiliki tidak kurang dari lima dokter anak yang melayani imunisasi di praktek pribadinya. Salah satu dokter anak senior bahkan berskala internasional. Dia seorang duta WHO. Pada praktek pribadinya, dia mempersilakan warga Jombang yang mampu mendapatkan bagi bayinya jenis imunisasi terkini dengan harga yang masih mahal. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 68 Bagi informan yang memanfaatkan jasa puskesmas dan posyandu, informasi yang dibutuhkan adalah tentang kapan dan dimana posyandu akan digelar dan imunisasi apa saja yang dilayankan. Bagi informan yang mengimunisasikan anaknya ke dokter anak, maka kebutuhan informasinya adalah kapan si bayi harus diimunisasi lagi dan berapa biaya untuk imunisasi selanjutnya. Informasi tersebut dibutuhkan terutama jika imunisasi yang akan diberikan adalah imunisasi tambahan dan produk baru yang masih relatif mahal. Sebagaimana kebutuhan informasi ketika hamil, informasi penting bagi para ibu yang mengasuh bayi adalah tentang tumbuh kembang bayi. Tumbuh kembang bayi adalah segala perubahan yang terjadi pada anak, dilihat dari berbagai aspek fisik, motorik, bahasa, emosi, kognitif, dan psikososial bayi (Indiarti, 2007: 216). Oleh karena itu, informasi yang berkaitan sangat penting untuk diketahui ibu, sebagai modal kesiapan untuk mengasuh bayinya. Informan menyadari ”.. terus.. ini.. tentang perkembangan..ini.. banyak sekali... tentang pertumbuhan otak" (Alus). Perubahan yang pesat pada tahun pertama kehidupan manusia sangat perlu dipahami. Dalam tahapan usia tertentu, bayi mengalami karakteristik tumbuh kembang tertentu. ”.. terus.. ini.. tentang perkembangan.. " (Alus) ”...tentang anak satu bulan mulai apa.. dua bulan mulai apa..gitu....” (Alus) ”...dari nol sampe empat bulan, kemudian empat bulan sampe berapa bulan.. gitu.. ada sampe umur dua tahun.. itu saya baca...” (Alus). Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 69 ”...itu penting dan tumbuh kembang balita..dadi tahapan-tahapan tumbuh kembang balita.. itu penting bagi seorang ibu.” (Muna) Informan penelitian menyatakan bahwa mereka membutuhkan informasi tentang perkembangan kemampuan motorik dan bahasa bayi. Utamanya, informasi perkembangan yang ingin mereka ketahui adalah tentang perkembangan kecerdasan bayi. Dengan mendapatkan informasiinformasi tersebut, informan diharapkan bisa mengusahakan tumbuh kembang bayi secara optimal. Terkadang, informan mengalami masalah dalam perkembangan anaknya. Mengenai perkembangan motorik bayi, misalnya, informan Alus menceritakan ”Dulu waktu anak saya belum waktu itu lho belum dua bulan itu kepalanya sudah gini2, saya takut. Saya konsultasikan ke dokter, kepalanya pengen diangkat dokter., trus masih bayi itu suka mengejan,, ndak kenapa-kenapa itu mengejan..lho, gak buang air itu kok mengejan, kenapa? O.. gak papa,, lama-lama nanti ilang sendiri, dia kan berusaha ngangkat kepalanya gini itu sambil mengejan.. terus ditaruh lagi... padalan kata dokternya gak boleh belum waktunya.” (Alus). Kebutuhan informasi dalam hal ini meliputi informasi tentang skala pertumbuhan berat dan tinggi badan bayi yang sehat. Informasi tentang berapa banyak seharusnya berat badan naik dan tinggi badan dan lingkar kepala bertambah pada tiga bulan pertama, tiga bulan selanjutnya, dan seterusnya merupakan kebutuhan informasi yang penting. Informasi tersebut adalah untuk mengontrol dan mengawasi pertumbuhan bayi. Dengan demikian, jika pertumbuhan tidak sesuai, ibu Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 70 bisa segera berkonsultasi pada individu yang kompeten, seperti bidan atau dokter. Informasi tentang pertumbuhan fisik yang penting dan dialami ketika masih bayi merupakan salah satu kebutuhan informasi informan yang mengasuh bayi. Sebagai contoh, informan Alus menyatakan bahwa dia penasaran tentang informasi mengenai pertumbuhan gigi pada bayi. ”lha ini katanya mulai tumbuh gigi itu mulai enam bulan, kan..anak saya tiga bulan itu yang pinggir-pinggirnya sini itu sudah keluar putih-putih itu.. katanya orang-orang.. kalo tumbuh gigi yang pertama kali itu kan dari depan.. saya ini juga bingung. Kok dari samping..terus.. ini belum saya konsultasikan ini masalah gigi ini mbak” (Alus). Optimalisasi tumbuh kembang bayi tersebut tentunya harus didukung dengan gizi yang cukup bagi bayi. Pemenuhan kebutuhan fisiologis bagi bayi tersebut merupakan tanggung jawab ibu. Kebuthan fisiologis bayi tersebut memicu timbulnya kebutuhan kognitif ibu. Kebutuhan kognitif ibu memotivasi tumbuhnya kebutuhan informasi. Dalam hal ini, kebutuhan informasi informan adalah mengenai jenis dan porsi nutrisi yang sebaiknya diterima oleh bayi, mengenai air susu ibu (ASI), susu formula, dan jenis makanan serta pola pemberian makan bagi bayi 6 bulan ke atas. Para informan menjelaskan ”Soal gizi bayi ini informasinya saya dapatkan ya waktu imunisasi seperti ini tadi saya tanya-tanya, mulai berapa bulan dok.. boleh dikasih makan....” (Alus) ”...makanan dan ASI...” (Alus). Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 71 Di antara lima kebutuhan informasi tersebut, informasi mengenai ASI merupakan informasi yang paling mendapatkan perhatian para ibu, terutama tentang bagaimana memperlancar ASI. ”Lha ASI saya ini tidak begitu lancar, anak saya kalo minum saya itu nangis soalnya anak saya itu lahirnya kecil, terus disarankan dokter itu minum susu tambahan.” (Alus) “ngge.. mike cek bancar.. jamu.. jamu jawi ngoten niku lho mbak.. ten nggene narodo mriku… gepyok (ya.. susunya belum lancar.. jamu.. jamu jawa itu lho mbak.. di toko narodo situ.. gepyok)” (Anis) ”kulo semerap saking ibu... nopo-nopo niku.. jamu kunir.. ase..m...(saya tahu dari ibu.. apa itu.. jamu kunir.. asam...)” (Anis) “iya..katanya orang-orang dulu mbak.. anu.. moro sepuh kulo.. sampean anu..susune diuyet-uyet.. (mertua saya.. kamu anu.. susunya dipijat-pijat) umur berapa.. hamilnya umur.. pun besar, kok.. sudah tujuh bulan.. di masage ta opo..dipijeti.. katek ASIne yo gak patek lancar (di massage atau apa.. dipijat.. ASInya memang ya tidak begitu lancar)” (Ida) Kabupaten Jombang telah berhasil dengan baik dalam menghimbau para ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Hal ini sebagaimana tertera dalam profil kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2006 yang menyatakan bahwa prosentase ibu yang memberikan ASI eksklusif adalah 64,92%. Pengetahuan tentang pentingnya ASI esklusif yang diberikan kepada warganya membuat para ibu yang mengasuh bayi berusaha memberikannya untuk bayinya. Oleh sebab itu, para informan menyadari informasi tentang cara memperbanyak ASI sebagai informasi yang mereka butuhkan. Ketika tidak bisa memberikan ASI dengan baik pada bayinya, Ida membutuhkan informasi tentang PASI (pengganti ASI). PASI adalah susu formula khusus untuk bayi. Bagi bayi yang alergi terhadap susu sapi, ibu Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 72 bisa memberikan susu formula untuk bayi yang berbahan dasar kacang kedelai. ”o.. iya.. suami saya yang ngenet sekarang tentang itu.. PASI, pendamping ASI. Suami saya itu selalu mencari informasi tentang itu.. apa saja yang bagus untuk bayi.. terutama ini.. punya anak kan pingin ananya pinter—pinter.. sehat.. ya.. wis..namanya orang tua kan pengennya seperti itu ya nyari informa..si aja.” (Alus) ”Dicoba waktu diseling kale separo-separo nganggi SGM, separo S26, kok anu.. kok mencret.. dadi gak cocok karo SGMe… dospundi? Ngge… SGM mboten disukaaken maleh (jadi tidak cocok dengan SGMnya.. bagaimana? Ya.. SGM tidak diberikan lagi)” (Ida) Ketika bayi sudah waktunya mengonsumsi makanan lain selain ASI maupun PASI, maka kebutuhan informasi bertambah yaitu tentang MP ASI (Makanan pendamping ASI). Informasinya meliputi pola pemberian makanan dan jenis makanan yang seharusnya diberikan kepada bayi. Informan menuturkan ”...makanan dan ASI...” (Alus). ”...pemberian makanan pada bayi...” (Muna) Dalam hal optimalisasi tumbuh kembang secara psikis dan rohani, informan membutuhkan informasi tentang cara mendidik anak. Informan memerlukan informasi untuk membantunya mendidik anak sejak masih bayi sehingga anak bisa tumbuh sebagai manusia yang bertakwa dan bermlisan. Informan Muna mencontohkan: ”...tentang seperti mendidik buah hati ala nabi, kayak gitu2..cara mendidik anak faudzil adzim, ... dengan latar balakang basic yang agama, dadi bagaimanapun itu sangat...” (Muna) ”cara mendidiknya dan mengasuh nanti gimana?” (Muna) ”...jadi mencari informasi gimana sebetulnya cara mendidik anak dengan jarak yang dekat...” (Muna) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 73 Seringkali, informan merasakan keingintahuan tentang kabar bayi lain. Informan Ana menjelaskan ”...lha ngobrol ambek ibu-ibu pas cerito anakku sak mene wes iso ngene.. iso ngunu (...lha berbincang dengan ibu-ibu lain, waktu mereka cerita anakku sudah bisa begini.. bisa begitu..)” (Ana) ”iya.. dari sodara-sodara juga tentang itu.. tentang kebiasaan.. kalo anak kecil gak boleh begini..gak boleh gitu..” (Alus) Kebutuhan informasi informan dalam hal ini adalah tentang pengalaman ibu lain tentang bayi mereka. Informasi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan afektif informan. Ketika Informasi menunjukkan bahwa pengalaman ibu lain tentang bayinya adalah sama dengan informan, maka informan merasa aman bahwa bayi dan dirinya sendiri juga baik-baik saja sebagaimana bayi dan ibu yang lain. Perasaan aman muncul ketika informan merasa bahwa dirinya sudah melakukan hal yang benar. Lebih jauh lagi, informan butuh rasa dihargai oelh orang lain atas prestasi mereka yang sama atau lebh baik dari ibu lain dalam hal pengasuhan bayi. Sebagaimana kebutuhan informasi ketika sedang hamil dan menghadapi persalinan, informan juga membutuhkan informasi tentang doa yang dipanjatkan untuk kepentingan bayi yang sedang diasuhnya. Informan menyatakan ”...trus, kadang kan lare tasek alit..baru dados ibu.. pengen semerap ngge dungo2 ne... (...terus, terkadang kan anak masih kecil, baru jadi ibu.. ya, ingin tahu doa-doanya...)” (Anis) ”doa-doa iya..” (Muna) ”...itu mesti ada yang doa-doa yang disitu, supaya menjadi ibu yang baik, gitu.” (Muna) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 74 Informan membutuhkan informasi khusus ketika mereka sedang menghadapi situasi tertentu, misalnya yang sulit bagi mereka, dalam pengasuhan bayi. Sebagai contoh, informan Muna dalam penelitian ini membutuhkan informasi tentang cara mendidik dan merawat anak yang berdekatan jarak usia dan cara mengusahakan optimalisasi tumbuh kembang anak pertamanya. Informan Muna menuturkan ”ya..pada waktu itu gini...kan, ketika... gak nyangka sebetulnya... kok hamil.. moro-moro yo, kan sebetulnya emang gak KB... ya KBnya kalender ya... cuman ternyata kan gagal, hamil. Hamil setelah anak umur tujuh bulan... Lha waktu itu ada ketakutan... gimana nanti? Gitu..lha nomor siji kasihan kakaknya.. jadi mencari informasi gimana sebetulnya cara mendidik anak dengan jarak yang dekat....” (Muna) ”seng anak pertama.. anak kedua bagus.. seng anak pertama itu kan dia alergi susu sapi, pake susu soya.. mungkin karena rasanya kan soya gak begitu enak..sehingga kan volumenya dia minum mungkin kurang dan dia anaknya sangat aktif.. mungkin kebutuhan antara kalori ambek masuk dan keluarnya tidak berimbang sehingga pertumbuhannya tidak optimal.pertumbuhannya ya.. yang gak optimal.. nek perkembangane optimal..antara kondisi motorik, perilaku, kecerdasan.. itu optimal.. tapi pertumbuhannya dia dari segi fisiknya tidak optimal..anak pertama itu....” (Muna) Maka, kebutuhan informasi pengaushan bayi meliputi berbagai aspek. Pertama adalah kebutuhan informasi mengeani perawatan bayi. Kedua adalah tentang tumbuh kembang bayi yang berhubungan dengan imunisasi dan gizi bayi. Kemudian, informasi lain yang dibutuhkan adalah mengenai pengalaman ibu lain dalam pengasuhan bayi. Terakhir, informan masih tetap memiliki kebutuhan informasi tentang doa dan mitos. Kesimpulannya, kebutuhan informasi kehamilan dimotivasi oleh kebutuhan kognitif informan. Sedangkan, selain dipicu oleh kebutuhan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 75 kognitif, kebuthan informasi pengasuhan bayi juga muncul karena adanya kebutuhan afektif. Dalam hal ini, kebutuhan afektif muncul karena terpenuhinya kebutuhan kognitif mereka, mengenai pengetahuan tentang pengasuhan bayi dengan baik dan benar. 2. Sumber Informasi Informan Sumber informasi yang dimanfaatkan oleh informan dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumber informasi terekam dan sumber informasi personal. Sumber informasi terekam bisa berupa media cetak maupun elektronik. Sumber informasi personal bisa merupakan sumber informasi personal formal dan personal informal. Berikut adalah tabel sumber informasi yang diikuti dengan uraian pembahasannya. Tabel 4.2 Sumber Informasi Kehamilan dan Pengasuhan Bayi bagi Informan No Jenis sumber informasi Detail sumber informasi 1 Sumber Media cetak Buku informasi Majalah terekam Brosur Koran Televisi Media elektronik internet 2 Sumber Formal Dokter informasi Bidan personal Staf pemasaran produk minuman dan makanan bayi informal Orang tua Suami Saudara Teman Dukun bayi Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 76 a. Sumber Informasi Terekam Sebagaimana telah disebutkan, informan memanfaatkan sumber informasi terekam untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Sumber informasi terekam tersebut berupa media cetak maupun media elektronik. Buku, majalah, koran dan brosur merupakan media cetak yang dimanfaatkan sebagai sumber informasi. Di sisi lain, media elektronik yang dimanfaatkan adalah televisi dan internet. Media cetak yang sering dikonsumsi oleh informan adalah buku dan majalah. Buku merupakan sumber informasi terekam yang umum dimanfaatkan oleh informan. ”dan saya.. buku-bukunya ibu itu kan banyak jadi saya bisa mendapatkannya langsung dari buku itu juga...” (Alus) ”tentang kehamilan itu.. ya saya dapatkan dari buku-buku itu kalo kehamilan....” (Alus) ”dari buku dan majalah.. kebanyakan...” (Muna) ”kadang-kadang mencari buku-buku itu.. tentang pengasuhan anak.. dadi sebelum hamil pun sudah mulai mencari tentang gimana mengasuh anak.. apa..mendidik anak dan sebagainya...” (Muna) ”...yang saya punya buku-buku itu kebanyakan mesti buku-buku dari pengarang islam, artinya masih ada tentang...” (Muna) ”dari buku-buku kedokteran yang saya punya.. buku tentang kandungan” (Muna) Koran juga merupakan sumber informasi yang dimanfaatkan oleh informan. Berikut adalah penuturan informan ”seandainya kayak temen saya punya ini.. (menunjukkan fotokopi guntingan artikel) ya saya pinjem.. trus saya fotokopi...” (Alus) ”dapet dari koran.. kayak gini (Al memperlihatkan fotokopi artikel koran) untuk saya fotokopi.. gitu” (Alus) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 77 Selain buku dan koran, media cetak yang seringkali dikonsumsi adalah majalah. Informan memilih bahan bacaan yang menyajikan informasi tentang kehamilan dan pengasuhan bayi. ” majalah ayah bunda seng sembilan bulan menakjubkan” (Ana) ”dari buku dan majalah.. kebanyakan...” (Muna) Selain itu, brosur di biasa ada di pusat layanan kesehatan juga mendapatkan perhatian informan. ”...brosur-brosur.. ya hanya membaca thok.. tapi gak memperhatikan.. tapi ngge angsal tambahan pengetahuan...” (Ida) Jombang adalah kota kecil. Di kota ini, buku tidak menjadi barang utama yang dicari. Budaya membaca masih cukup asing. Masyarakat lebih banyak berkutat dengan pemuasan kebutuhan primernya. Secara perlahan masyarakat Jombang telah bergerak menuju tingkat ekonomi yang lebih mapan tetapi buku kelihatannya masih dianggap sebuah kemewahan. Kondisi umum tersebut juga tergambarkan dari para informan penelitian ini. Informan yang sarjana dan berkecukupan saja, yaitu Muna dan Alus, yang mengonsumsi buku. Mereka menyadari bahwa mereka bisa mendapatkan banyak informasi melalui membaca. Bagaimanapun juga, informan lain tidak biasa membaca dan tidak mengusahakan akses terhadap media cetak tertentu. Akses terhadap media cetak sebagai sumber informasi hanya mereka dapatkan jika ada orang lain yang memnunjukkan atau memberikan pada mereka. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 78 Media elektronik yang lazim dikenal dan dinikmati adalah televisi. Dibandingkan dengan radio, informan lebih memilih televisi sebagai sumber informasi kehamilan atau pengasuhan bayinya. Tayangan-tayangan khusus yang menyajikan informasi yang berkaitan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi mendapatkan perhatian tertentu bagi informan. ”sering se mbak, pas onok acara TV seng bayi-bayi, ibu dan bayi ngonoiko, sering aku nontok ngono iko seneng...(Sering kok mbak, waktu ada acara televisi yang bayi-bayi, ibu dan bayi itu, sering saya menonton tayangan seperti itu senang...)” (Ana) ”iya.. kalo sabtu itu kan banyak ya acara tentang ibu dan anak itu.. saya liat tv itu.” (Alus) ”ato kadang-kadang pas jam-jam istirahat ada acara tivi kayak apa misalnya kid and mom itu kan misalnya..pas ada waktu luang.. itu bisa...” (Muna) ”Iya, nonton tivi ngge memperhatikan iklan...” (Ida) Terkadang, bahkan kaleng susu merupakan sumber informasi ”biasane seng ten kaleng susu..dibaca juga.. takarannya berapa.. kan takut nanti kalo tidak sesuai....” (Ida) Frekuensi maupun rutinitas menonton televisi tidak membuat seorang informan mencari atau mendapatkan informasi lebih banyak daripada yang jarang menonton televisi. Televisi bisa menjadi sumber informasi yang efektif ketika informan bermaksud untuk menelusuri informasi di televisi, terutama pada tayang-tayangan tertentu yang berhubungan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi. Internet juga merupakan sumber informasi bagi para informan. Informan menceritakan ”...pengetahuan itu saya dapatkan lewat internet” (Alus) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 79 ”o. Iya.. suami saya yang ngenet sekarang tentang itu.. PASI, pendamping ASI. Suami saya itu selalu mencari informasi tentang itu.. apa saja yang bagus untuk bayi.. terutama ini.. punya anak kan pingin anaknya pinter—pinter.. sehat.. ya.. wis..namanya orang tua kan pengennya seperti itu ya nyari informa..si aja. trus diprintkan, di bawa pulang, aku disuruh baca” (Alus) ”ya.. kalo dari internet mencari.. tapi jarang sekali.” (Muna) Informan memanfaatkan internet di warung internet maupun di tempat kerja. Jika tidak sempat mengakses internet untuk memperoleh informasi, informan meminta orang lain untuk mengakses dan kemudian melaporkan hasil aksesnya pada informan. Sejak tahun 2000an, warung internet semakin menjamur di Jombang. Pada awalnya, pelanggan walung internet adalah para mahasiswa. Namun, pada perkembangannya, selain para pelajar, warga umum juga sudah mulai memanfaatkannya. Hal tersebut terdorong oleh murahnya harga akses yang mencapai Rp.10.000,- untuk enam jam pemakaian. Selain itu, kebanyakan kantor pemerintahan menyediakan akses internet. Akses tersebut berupa jaringan LAN maupun nirkabel. Demikian pula banyak kantor swasta lain. Oleh karenanya, internet merupakan salah satu sumber informasi yang diperhitungkan oleh para informan. Pemanfaatan sumber informasi terekam oleh informan didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertimbang pertama adalah kemudahan akses. Misalnya, Buku yang sudah dimiliki merupakan pilihan pertama sebagai sumber informasi daripada buku yang harus dibeli. Hal ini juga menunjukkan bahwa biaya merupakan faktor pertimbangan dan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 80 mengakses sumber informasi terekam. Buku yang mahal dan akses internet yang membutuhkan biaya tidak dimanfaatkan oleh semua informan. Namun, semua informan memanfaatkan brosur atau buku panduan lain yang didapatkan secara gratis. b. Sumber Informasi Personal Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan memiliki dua macam sumber informasi personal. Sumber informasi personal pertama adalah sumber infromasi personal formal, yaitu tenaga kesehatan dan staf penjualan produk minuman dan makanan untuk ibu hamil dan batita. Sumber informasi personal yang kedua adalah orang-orang yang ditemui informan sehari-hari. Mereka adalah orang yang terlibat dalam percakapan sehari-hari bersama informan (sumber informasi personal informal). Sumber informasi personal formal bagi informan adalah dokter dan bidan. Dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis anak merupakan sumber informasi yang bisa mereka andalkan. Informan menganggap bahwa dokter spesialis sangat kompeten untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi, terutama dalam bidang kesehatan. ”dan setelah positif itu saya bawa ke dokter spesialis kandungan, saya usg...” (Alus) ”saya pas periksa habis apa.. operasi itu.. pas periksa habis operasi tu.. ini dihilangkan pake apa dokter? trus disuruh ngasih baby oil...” (Alus) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 81 ”...saya tanya-tanya, mulai berapa bulan dok.. boleh dikasih makan...” (Alus) ”ditanyakan ke dokter kan ke dokter sampe tiga dokter, waktu itu...” (Muna) ”satu bulan sekali ke dokter kandungan.. ketika hamil.. jadi selalu bertanya aktif tentang perkembangan bayi, ibu, waktu itu.” (Muna) ”ngge.. anu.. setelah saya kok telat.. saya ke dokter parmin...” (Ida) Informan Alus menyatakan bahwa dokter adalah sumber informasi yang dia temui ketika sumber informasi personal yang lain tidak bisa memberikan jawaban. Bagaimanapun juga, bagi informan Ana dan Anis, dokter bukan merupakan sumber informasi utama mengenai kesehatan. Mereka hanya ke dokter jika benar-benar harus. Namun, sampai saat ini mereka tidak memiliki pengalaman berkomunikasi dengan dokter mengenai kehamilan dan pengasuhan bayi. Bidan merupakan sumber informasi utama mereka di bidang kehamilan dan pengasuhan bayi. Dengan jelas, para informan menyatakan ”yo aku takok-takok nang bidan ngunu...” (Ana) ”ngge kale bu bidan mawon” (Anis) “ngge.. tangglet.. ten bu her (nama bidan) mriku... (ya.. bertanya.. pada bu her...)” (Anis) ”he-eh, biasane dari bidan-bidan.. kan mereka kan lebih.. pengalamannya kan lebih banyak..dan udah biasa merawat bayi...”(Muna) ”curhate.. ya dengan umi.. orang tua.. trus ke bidan-bidan” (Muna) ”ngge saking ibu bidane ngoten niku.. mbenjeng.. tanggal mriki.. mriki maleh… (ya dari ibu bidannya itu.. besok.. tanggal sekian kesini.. kesini lagi...)” (Ida) ”terus bidane ngutus nyusoni... (trus bidannya menyuruh menyusui)” (Ida) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 82 Bidan adalah tenaga kesehatan terdidik dan terlatih yang sangat banyak membantu dalam kesehatan ibu dan anak. Di Kabupaten Jombang, tenaga bidan merupakan ujung tombak program kesehatan ibu dan anak (KIA). Menyebar di seluruh daerah Kabupaten Jombang, bidan mendapatkan prosentase terbanyak dalam pemeriksaan kehamilan dan penolongan persalinan dibandingkan dengan dokter dan dukun bayi. Bidan juga merupakan pendamping dukun bayi yang terlatih, yang diijinkan oleh Dinas Kesehatan untuk membantu persalinan. Staf pemasaran atau seringkali disebut seles oleh warga Jombang juga menjadi sumber informasi bagi informan. Informan Alus memiliki pengalaman dalam hal ini ”ya, sebelumnya saya kan sudah dikasih sales dari prenagen itu caranya memandikan bayi.. trus cara merawat bayi.. dari nol sampe empat bulan, kemudian empat bulan sampe berapa bulan.. gitu....” (Alus) Staf pemasaran produk makanan dan minuman untuk ibu hamil, menyusui, dan bayi bisa dijadikan salah satu sumber informasi oleh informan. Para staf tersebut memiliki banyak informasi tentang bayi. Mereka adalah tenaga pemasaran terlatih yang memiliki pengetahuan umum yang luas mengenai kehamilan dan pengasuhan bayi. Selain bisa memberikan informasi secara lisan, mereka juga memiliki berbagai buku, brosur, dan bahan bacaan lain yang bisa dibagikan pada para pelanggan atau calon pelanggannya. Karena mereka memiliki motif promosi agar Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 83 dagangannya laku, maka informan bisa sangat memanfaatkan mereka sebagai sumber informasi kehamilan dan pengasuhan bayi. Dukun bayi juga merupakan salah satu sumber informasi bagi informan. ”Kadang-kadang disuruh tanya sama dukun bayi.. dukun bayi kadang-kadang.. dukun bayi dukun pijete bayi itu lho...” (Muna) Meskipun gerak dukun bayi sebagai penolong persalinan di Jombang semakin dibatasi, perempuan di Jombang masih banyak memanfaatkan jasa dukun bayi. Jasa dukun bayi tersebut adalah memandikan bayi baru, memijat bayi dan ibu, serta merawat peralatan bayi baru. Dengan masih seringnya berkomunikasi dengan dukun bayi yang berpengalaman dalam hal kehamilan dan pengasuhan bayi, informan memanfaatkan dukun bayi sebagai sumber informasi. Selanjutnya, sumber informasi personal informal bagi informan adalah orang tua, suami, saudara, teman kerja, dan teman lainnya.Seluruh informan penelitian ini memanfaatkan orang tua mereka sebagai sumber informasi. Orang tua merupakan orang yang dekat dengan dan dipercaya oleh informan. Orang tua adalah orang tua sendiri maupun mertua. ”biasanya orang tua, saudara-saudara, seng.. berpengalaman ta lah, mbak...” (Ana) ”kebetulan ibu saya seorang bidan, jadi saya mendapatkan informasi banyak sekali dari ibu saya” (Alus) ”ya memang mereka memberi tahu saya.. kebetulan dari orang tua saya.. dari mertua saya...anak kami ini adalah cucu pertama jadi, saking senengnya.. semua ngasih saran banyak sekali” (Alus) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 84 ”mbahe kung ngge pun priso piyambak kok. Mbahe kung niki (sambil melirik anaknya), moro sepah kulo... (kakeknya sudah tahu kok. Kakeknya –bayi- ini, mertua saya -yang memberitahu-...)” (Anis) ”...mboten nate ten tiang lintu mboten nate.. ngge tiang sepah kulo piyambak (tidak pernah bertanya pada orang lain.. ya orang tua saya sendiri)” (Anis) ”curhate.. ya dengan umi.. orang tua.. trus ke bidan-bidan” (Muna) ”orangtua iya, kebanyakan apa sih.. kalo orang jawa itu pengasuhan bayi pada awal-awal.. pengalaman kadang-kadang hal yang.. kayak misalnya.. empat puluh hari biasanya anak itu rewel” (Muna) ”iya..katanya orang-orang dulu mbak.. anu.. moro sepuh kulo... (iya.. kata orang-orang dulu mbak.. anu.. mertua saya...)” (Ida) ”ya.. dari.. orang tua.. untuk memandikan...” (Ida) Orang tua perempuan merupakan sumber informasi kehamilan dan pengasuhan bayi yang bisa diandalkan. Mereka berpengalaman dalam menjalani kehamilan dan pengasuhan bayi. Namun demikian, orang tua pria pun menjadi sumber informasi bagi informan. Informan dalam penelitian ini menyatakan orangtua laki-laki bisa memberikan informasi mengenai doa untuk anak dan informasi lain yang berkaitan. Suami adalah anggota keluarga lain yang juga merupakan sumber informasi kehamilan dan pengasuhan bayi. Menurut pengalaman informan, suami bersama-sama informan mengalami kehamilan dan pengasuhan bayi. “kalo doa-doa paling yo suami yang memberitahu” (Ana) ”o.. iya.. suami saya yang ngenet sekarang tentang itu.. PASI, pendamping ASI. Suami saya itu selalu mencari informasi tentang itu.. apa saja yang bagus untuk bayi.. terutama ini... trus diprintkan, di bawa pulang, aku disuruh baca” (Alus) ”disanjangi ayahipun piyambak... (diberitahu sendiri oleh ayahnya...)” (Anis) Oleh karenanya, suami juga tertarik akan informasi yang berkaitan denganhal tersebut. Setelah mendapatkan informasi yang Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 85 berkaitan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi, tanpa diminta pun suami membagi informasi tersebut kepada informan. Selain orang tua dan suami, saudara juga menjadi sumber informasi bagi informan. Saudara bisa memberikan informasi sesuai dengan pengalamannya dalam menjalani kehamilan dan pengasuhan bayi. Kepada saudara, informan bisa menanyakan berbagai macam hal dengan terbuka. Oleh karenanya, saudara merupakan sumber informasi yang ditemui oleh informan. ”iya.. dari sodara-sodara juga tentang itu.. tentang kebiasaan.. kalo anak kecil gak boleh begini..gak boleh gitu....” (Alus) ”dari keluarga paling cuman informasi engkok yang mandikan ini aja.. ini aja.. gitu-gitu” (Muna) Teman di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan kerja merupakan sumber informasi bagi informan. Bersama teman, seringkali informan saling bertukar pengalaman, bertukar informasi. Teman yang juga sedang hamil atau mengasuh bayi bisa memberikan informasi aktual yang diperoleh berdasarkan apa yang sedang atau telah dialaminya. Oleh karenanya, informan juga menjadikan teman sebagai sumber informasi. ”o.. iya.. kebetulan tetangga-tetangga saya ini kan juga banyak yang habis melahirkan anak.. ya.. saling tukar informasi tentang imunisasi. .tentang apa..kalo sama temen2 itu biasanya itu o.. gak boleh gini.. gak ilok.. (tidak pantas) gak boleh gini.. gak ilok. .gitu” (Alus) ”sharing dengan sesama dokter yang sudah pengalaman.. punya anak..atau dokter spesialis kandungan.. kalo ada kesempatan untuk tanya...” (Muna) ”...kedua, dari teman saya yang kebetulan sedang belajar spesialis dalam sekolah spesialis kandungan.” (Muna) ”iya.. terose rencang ten kantor ya.. piye iko.. nek hamil gak oleh anu..(iya.. kata teman kantor ya.. bagaimana itu.. kalau hamil tidak boleh anu...” (Ida) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 86 Bagi informan, para sumber informasi personal informal lebih mereka sukai daripada sumberi informasi personal formal. Meskipun informasi yang mereka sampaikan tidak selalu sesuai, namun komunikasi berhadapan merupakan cara yang lebih disukai untuk mengakses informasi dari sumber informasi. Selain itu, manusia memang cenderung mencari informasi dari sumber yang paling mungkin diakses (Durrance dalam Varjels, 1986: 74). Begitu pula informan dalam penelitian ini. Selain kedua jenis sumber informasi di atas, di Jombang tersedia pula pusat layanan kesehatan dan perpustakaan sebagai lembaga yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber informasi. Namun, tidak ada informan yang menyatakan bahwa mereka memanfaatkan lembaga-lembaga tersebut sebagai sumber informasi. Mereka memang memiliki pengalaman berkunjung ke pusat layanan kesehatan, namun mereka tidak melaksanakan penelusuran informasi kecuali ketika berhadapan dengan bidan atau dokter. Di sisi lain, tidak ada satu pun informan yang mengunjungi perpustakaan Mastrip di Kota Jombang maupun perpustakaan lain untuk memenuhi kebutuhan informasi kehamilan dan pengasuhan bayinya. Selain karena tidak adanya promosi tentang perpustakaan tersebut yang sampai pada informan. Rendahnya budaya baca di Jombang juga mempengaruhi kondisi tidak adanya informan memanfaatkan perpustakaan ini. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 87 Pembahasan tersebut menunjukkan modus pemilihan sumber informasi personal oleh informan. Kemudahan akses merupakan alasan utama dalam pemilihan sumber informasi. Oleh karenanya, sumber informasi personal informal yang tersedia sepanjang hari merupakan pilihan pertama. Jika ternyata sumber informasi tersebut tidak mampu memberikan informasi, maka pilihan jatuh pada sumber informasi personal formal, yaitu tenaga kesehatan. Maka, peneliti menyimpulkan bahwa modus pemilihan sumber informasi terekam sama dengan pemilihan sumber informasi personal. Akses dan biaya merupakan bahan pertimbangan informan dalam memutuskan untuk memanfaatkan sumber informasi tertentu. Lebih mudah akses dan lebih murah biaya yang harus dikeluarkan, maka sumber informasi lebih disukai dan lebih banyak dimanfaatkan. 3. Pencarian Informasi Informan Berdasarkan dimensi pencarian informasi dalam kehidupan sehari-hari yang diterangkan oleh Salvolainen (1995: 266-267), pencarian informasi yang dilaksanakan oleh informan adalah pencarian informasi praktis. Informan melaksanakan pencarian informasi karena mereka sedang menghadapi situasi hamil atau mengasuh bayi. Informan menginginkan informasi praktis yang bisa langsung diaplikasikan untuk menghadapi berbagai situasi dalam kehamilan maupun pengasuhan bayi. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 88 a. Pencarian Informasi Melalui Sumber Informasi Terekam Informan melaksanakan pencarian informasi melalui sumber informasi terekam. Sumber informasi terekam yang dimanfaatkan adalah media cetak dan media elektronik. Dalam menggunakan media-media tersebut sebagai sumber informasi, informan melaksanakan pencarian informasi yang bermacam-macam. Ketika sumber informasinya adalah media cetak, informan membaca untuk mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Ketika aktif mencari, informan telah mengetahui kebutuhan informasinya dan mengetahui media cetak yang harus dia baca untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Ketika melakukan pencarian aktif seperti ini, informan dengan segera mencari media cetak yang dia butuhkan tersebut. Terkadang, informan sudah mengidentifikasi kebutuhan informasi dan mengetahui media cetak yang sesuai. Namun, informan tidak langsung mencari media cetak tersebut. Informan mengingat kebutuhan informasinya dan memenuhinya ketika sedang mengonsumsi media cetak yang sesuai. Sebelum membaca untuk mendapatkan informasi, informan perlu menemukan media cetak yang sesuai dengan kebutuhannya terlebih dahulu. Informan Muna menyatakan tentang keragaman cara para informan mendapatkan bahan bacaan. Ungkapannya adalah ”ada dikasih.. ada beli.. pinjam teman.. gitu.. dari sodara..” (Muna) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 89 Informan yang mampu, membeli bahan bacaan yang sesuai untuk dijadikan sumber informasi. Informan Muna menuturkan ”kadang-kadang mencari buku-buku itu... tentang pengasuhan anak....” (Muna) Kegiatan membeli tersebut dilaksanakan ketika informan memiliki kesempatan untuk pergi ke toko buku. ”sedang.. gak terlalu aktif cari buku.. informasi.. ngoyo juga gak.. kebetulan gak seberapa... gak sampe ngoyo-ngoyo sampe ke tokotoko buku yang besar untuk mencari informasi, karena kan jombang kota kecil. Jadi kita kalo pengen informasi yang lengkap kan di kota.. dadi di toko-toko buku yang besar itu kan gak ada..gak sampe ngoyo ke surabaya waktu itu ndak.. ya.. sedang-sedang aja.” (Muna) ”kalo pas ada kesempatan ke surabaya.. kadang-kadang mencari buku-buku itu..tentang pengasuhan anak.” (Muna) Kabupaten Jombang tidak memiliki toko buku yang dianggap lengkap oleh informan. Oleh karenanya, mereka umumnya kurang dekat dengan keadaan memiliki buku, mengaksesnya, apalagi membacanya. Hal ini sangat membatasi pemenuhan kebutuhan informasi informan melalui buku atau media cetak lain. Menurut pengalaman informan dalam penelitian ini, mereka berusaha mendapatkan informasi dari media cetak yang sudah mereka miliki sebelumnya. Jadi, mereka memanfaatkan media cetak yang sudah tersedia. ”dan juga karena tugas saya di puskesmas, sehingga ada informasi.. buku-buku panduan..gitu tentang kehamilan.. dan juga.. kami.. kebetulan kami ada pelatihan waktu kami sebelum hamil ada pelatihan tentang persalinan.. dadi paling ndak buku-buku panduan seperti itu bisa dadi pedoman.” (Muna) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 90 Pada situasi lain, terkadang informan juga harus meminjam media cetak. Informan Alus, misalnya, menyatakan bahwa dia membaca media cetak yang dimiliki oleh ibunya untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Informan Muna, di sisi lain, dengan jelas menyatakan bahwa dia meminjam media cetak temannya jika dia menganggap media cetak tersebut sesuai dengan kebutuhan informasinya. Beberapa informan menceritakan ”seandainya kayak temen saya punya ini.. ya saya pinjem.. trus saya fotokopi” (Alus) ”...Ada teman punya buku.. dan kebetulan saya juga punya buku....” (Muna) Terkadang, informan juga memfotokopi ”dapet dari koran.. kayak gini (memperlihatkan fotokopi artikel koran) untuk saya fotokopi.. gitu...” (Alus) Tindakan memfotokopi artikel yang ditemukan biasanya untuk bisa menyimpan bacaan tersebut. Cara lain dalam mendapatkan media cetak adalah dengan menerima pemberian orang lain. Individu yang memberikan media cetak kepada informan adalah anggota keluarga lain, teman, dan bahkan staf pemasaran produk tertentu. Informan Ana dan Muna pernah mendapatkan bacaan tercetaknya sebagai pemberian dari saudara mereka. Di sisi lain, informan Alus menyatakan pernah mendapatkan dari suaminya. Mereka menyatakan ”...ditukokno (dibelikan) majalah ayahbunda....” (Ana) ”ya, sebelumnya saya kan sudah dikasih seles (staf pemasaran) dari prenagen itu caranya memandikan bayi.. trus cara merawat bayi....” (Alus) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 91 Ada saatnya, informan belum menyadari kebutuhan informasinya. Informan secara kebetulan menemukan informasi yang ternyata merupakan kebutuhan informasinya. Kebetulan menjumpai media cetak tertentu bisa terjadi di mana saja, di rumah, rumah kawan, pusat layanan kesehatan, dan sebagainya. Media cetak yang menjadi sumber informasi pun bisa berupa apa saja, buku, majalah, pamflet, brosur, dan sebagainya. Bagaimanapun juga, dua informan menyatakan tidak pernah mendapatkan informasi dari media cetak buku maupun majalah. Membaca keduanya bukan hal yang biasa mereka lakukan. Meskipun demikian, salah satu informan, yaitu informan Ida, menyatakan bahwa dia membaca brosur maupun kaleng kemasan produk minuman atau makanan bayi dan mendapatkan informasi darinya. Penemuan menunjukkan bahwa hanya informan yang memiliki rasa kebutuhan yang tinggi saja yang mengonsumsi buku sebagai sumber informasinya, dalam hal ini yaitu informan Alus dan Muna. Kedua informan ini memahami pentingnya membaca media yang tepat untuk memenuhi kebutuhan informasi. Informan lain tidak mengalaminya karena sebagaimana kebanyakan warga Jombang, membaca bukanlah budaya mereka, dan buku merupakan barang mewah. Bagi beberapa informan lain, membeli koran dan majalah merupakan suatu pemborosan. Selain mereka tidak terbiasa dan tidak menikmati membaca koran dan majalah, mereka juga merasa bahwa Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 92 uang yang bisa dikeluarkan untuk membeli koran maupun majalah bisa digunakan untuk hal lain yang lebih penting bagi mereka, seperti membeli buku pelajaran anak-anak mereka. Informan yang tidak banyak membaca melewatkan banyak informasi penting mengenai kehamilan dan pengasuhan bayi. Informan bisa dengan mudah mendapatkan bahan bacaan di perpustakaan, namun mereka tidak memanfaatkannya. Jika majalah terlalu mahal, informan bisa membeli tabloid yang sarat informasi. Saat ini, banyak sekali tabloid maupun majalah yang bergenre ibu muda terbit bulanan. Majalah-majalah untuk orang tua banyak membahas masalah kehamilan dan pengasuhan anak sejak bayi. Tabloidtabloid yang terbit mingguan pun banyak beredar. Kios-kios koran dan majalah di Jombang menyediakan majalah-majalah dan tabloid-tabloid tersebut. Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang juga sering mengedarkan brosur, pamflet, maupun poster yang berhubungan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi. Semua media tersebut bisa didapatkan dengan mudah dan gratis di puskesmas dan rumah sakit-rumah sakit di wilayah Jombang. Selain itu, seringkali apotik-apotik menyajikan brosur dari produk tertentu yang juga sarat informasi kehamilan dan pengasuhan bayi. Informan mengaku ”oo.. ada promosi gitu ta.. ya hanya membaca thok.. tapi gak memperhatikan.. tapi ngge angsal (ya memperoleh) tambahan pengetahuan.” (Ida) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 93 ”biasane seng ten kaleng susu..dibaca juga.. takarannya berapa.. kan takut nanti kalo tidak sesuai” (Ida) Semua informan melaksanakan pencarian informasi melalui media elektronik televisi. ”iya.. kalo sabtu itu kan banyak ya acara tentang ibu dan anak itu.. saya liat tv itu” (Alus) Menonton televisi merupakan kegiatan sehari-hari para informan. Mereka mengaku bahwa mereka tidak begitu sering menonton televisi. Meskipun demikian, mereka tetap mendapatkan informasi tentang kehamilan dan pengasuhan bayi dari televisi. Mereka bisa mendapatkannya melalui berbagai macam cara. Salah satu cara tersebut adalah dengan mengingat jadwal tayangan acara yang berkaitan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi. Informan Ana menyatakan bahwa dengan mengingat jadwal suatu acara, dia berusaha agar tidak ketinggalan untuk menyaksikan acara tersebut. Baginya, merupakan hal penting untuk mengetahui banyak hal mengenai kehamilan maupun pengasuhan bayi, termasuk melalui televisi. Pernyataannya adalah ”Pas anak pertama iku ta' titeni (jadwale), mbak (Waktu anak pertama dulu saya hafalkan, mbak)” (Ana) Bagi para informan, menyaksikan tayangan yang berhubungan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi membuat mereka menerima banyak menerima informasi mengenai hal tersebut. Namun, tidak semua informan merasa perlu menghafal jadwal tayangan tertentu. Bagi mereka, menelusur acara televisi pada pagi hingga siang hari di akhir Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 94 pekan sudah cukup untuk mendapatkan berbagai informasi tentang kehamilan dan pengasuhan bayi. ”iya.. pokoknya hari sabtu itu banyak mbak.. mulai jam delapan sampe jam sebelas itu.. ganti-ganti cenel itu banyak...” (Alus) “ahad sabtu, pas libur.. iya..pas liat ada kesempatan kayak konicare biyen niko (seperti acara konicare dulu), kayak gitu-gitu.” (Muna) Menurut informan Alus, pada pagi hingga siang hari di akhir pekan, banyak stasiun televisi secara bergantian menayangkan acara khusus yang membahas kehamilan dan pengasuhan bayi. Dengan demikian, di masa-masa tersebut, informan memilih untuk memprioritaskan acara yang berhubungan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi daripada acara lain yang ditayangkan. DI sisi lain, informan Muna tidak secara pasti menelusur pada hari Sabtu. Namun, ketika ada kesempatan menonton televisi dan ada acara yang menyampaikan informasi yang dibutuhkannya, informan ini mengutamakan acara tersebut daripada acara lain. ”ndak, ndak rutin, pas kebetulan ada acara-acara, pas ada kesempatan ada acara, ya itu yang diutamakan.. acara-acara itu.. kan” (Muna) ”ato kadang-kadang pas jam-jam istirahat ada acara kayak apa misalnya kid n mom itu kan misalnya.. pas ada waktu luang.. itu bisa...” (Muna) Ada kalanya, informan bisa memenuhi kebutuhan informasinya melalui iklan yang ditanyangkan stasiun televisi. ” Iya, nonton TV ngge memperhatikan iklan.. ngge kadang saget semerap niku.. nopo.. kados asifit saget mbancaraken ASI.. tapi ya.. mboten patek (iya, menyaksikan ya memperhatikan iklan.. ya kadang jadi tahu itu.. apa.. seperti asifit bisa memperlancar ASI.. tapi ya..tidak seberapa” (Ida) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 95 Sebab informan tidak menyaksikan tayang yang berkaitan dengan pengasuhan bayi di televisi bermacam-macam. Ada kalanya hal tersebut disebabkan oleh ketidaksukannya menyaksikan televisi. Di saat lain, hal ini disebabkan oleh kebiasaan informan untuk mengutamakan tayangan sinetron dan kuis daripada tayangan sarat informasi. Kebiasaan ini merupakan tipikal para ibu-ibu. Bagi warga Jombang yang tidak bekerja, bergaul dengan tetangga sekitar pada siang dan sore hari masih dilakukan. Namun, dengan semakin terjangkaunya televisi dan banyaknya stasiun televisi yang bisa mereka nikmati, mereka memiliki pilihan kegiatan lain. Hal ini menunjukkan potensi televisi sebagai sumber informasi yang bisa mereka manfaatkan. Melalui internet, hanya dua informan yang melaksanakan pencarian informasi. Beberapa cara yang mereka lakukan adalah sebagaimana pernyataan mereka ”Ya memang sengaja, saya mencari informasi itu soalnya saya sudah beberapa bulan telah menikah kok belum hamil, kemudian saya.. mencari informasi...” (Alus) ”o.. iya.. suami saya yang ngenet sekarang tentang itu... namanya orang tua kan pengennya seperti itu ya nyari informa..si aja... diprintkan itu biasanya...” (Alus) Ternyata, meskipun akses terhadap internet sudah terjangkau, belum banyak warga dari kalangan ibu-ibu yang memanfaatkannya. Bahkan meskipun Pemkab Jombang telah menyediakan akses internet gratis, tidak banyak ibu yang memanfaatkannya. Hal ini disebabkan oleh Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 96 ketidaktahuan mereka akan internet; apakah internet itu dan apa yang bisa mereka lakukan dengannya. Tampaknya, ketidaktahuan mereka didukung dengan anggapan ketidakumuman internet bagi para ibu-ibu. Sebagaimana ciri perempuan Jombang yang terbuka pada perubahan, mereka mempersilahkan para generasi yang lebih muda untuk memanfaatkan internet. Namun, mereka merasa tidak perlu beradaptasi dengan mencoba memanfaatkannya. Bagi mereka, hal yang berhubungan dengan teknologi baru adalah urusan orang muda, orang tua tidak perlu ikut campur. Sebagai tambahan, penemuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang memanfaatkan internet adalah mereka yang telah mengenal dan memanfatkannya sejak sebelum menikah. Sebelum mereka hidup berkeluarga di Jombang, mereka pernah tinggal di lingkungan lain (tempat kuliah mereka) di mana mereka lebih akrab dengan akses internet. Ketika berdomisili di Jombang, mereka meneruskan kebiasaan menelusur internet tersebut. Melalui sumber infomasi terekam, para informan melaksanakan berbagai uaya untuk mendapatkan informasi. Melalui media cetak, beberpaa upaya yang dilaksankan untuk mengakses sumber informasi adalah dengan memanfaatkan media cetak yang sudah dimiliki, meminjam dari orang lain, membeli, memfotokopi, dan diberi. Melalui media elektronik, para informan mencari dengan sengaja, menelusur sendiri, maupun menelusur dengan bantuan suami. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 97 b. Pencarian Informasi Melalui Sumber Informasi Personal Sumber informasi personal formal dan sumber informasi personal informal merupakan sumber informasi yang disukai oleh informan. Hal ini karena pencarian informasi dilaksanakan dengan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan bercakap-cakap, informan bisa secara langsung menanyakan sesuatu dan mendapatkan jawabannya. Ketika ada hal yang kurang dimengerti oleh informan, informan bisa dengan segera menanyakannya kembali. Oleh karenanya, percakapan dengan sumber informasi merupakan hal yang praktis bagi informan dalam mendapatkan informasi. Ketika melalui sumber informasi personal formal, informan aktif bertanya dan cenderung tahu apa yang ingin ditanyakan. Informan mengidentifikasi kebutuhan informasi dan merencanakan pertanyaannya sebelum berkunjung ke tenaga kesehatan, baik dokter maupun bidan. Para informan menyampaikan ”yo aku takok takok nang bidan ngunu (ya aku bertanya-tanya pada bidan, begitu)” (Ana) ”apa yang saya keluhkan langsung saya tanyakan...” (Alus) ”Saya konsultasikan ke dokter...) (Alus) ”yang mau ditanyakan ini-ini-ini..misalnya gitu.. dadi sudah dirancang sebelumnya..gitu” (Muna) ”saya sama suami biasanya saling engkok (nanti) yang ditanyakan ini-ini-ini, gitu.. tapi kalo sampek buat footnote, catetan gitu enggak” (Muna) ”iya, ketika hamil..jadi selalu bertanya aktif tentang perkembangan bayi, ibu, waktu itu.” (Muna) ”kemudian saya periksa ke dokter spesialis kandungan yang itu.. yang biasanya itu..baru terus dapat informasi lengkap.. o.. gak.. gak papa” (Muna) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 98 Biasanya, kebutuhan informasi yang ingin mereka peroleh adalah yang berhubungan dengan situasi yang sedang mereka hadapi. Berusaha mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan bagi informan adalah hal yang bagus. Informan menganggap tenaga kesehatan merupakan orang yang kompeten dalam memberikan informasi yang mereka butuhkan. Tak jarang, informan menanyakan kembali pertanyaan yang sudah pernah dia tanyakan ke orang lain. Hal ini karena informan ingin mengklarifikasi kebenaran informasi yang didapatkannya. Mereka ingin mengetahui kebenaran informasi menurut ahlinya. Selain itu, informan juga mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan secara diberitahu. Informan tidak bertanya terlebih dahulu kepada tenaga kesehatan. Setelah diberitahu, informan baru menyadari bahwa informasi yang diberikan adalah informasi yang sesuai untuknya, sesuai dengan kebutuhannya. ”langsung di kasih tahu, gak pernah tanya” (Ana) ”terus.. untuk menjaga keselamatan ibu dan anak itu disarankan untuk dikeluarkan sekarang” (Alus) ”Lha ASI saya ini tidak begitu lancar, anak saya kalo minum saya itu nangis soalnya anak saya itu lahirnya kecil, terus disarankan dokter itu minum susu tambahan” (Alus) ”yang kedua justru nggak cari tahu.. wes pasrah gitu.. ternyata malahan di kasih tahu ambek doktere” (Muna) ”terus bidane ngutus nyusoni... (ters ibu bidan menyuruh untuk menyusui)” (Ida) ”ngge saking ibu bidane ngoten niku..mbenjeng.. tanggal mriki.. mriki maleh (ya dari ibu bidannya itu.. besok.. tanggal sekian kesini.. kesini lagi...)” (Ida) Praktik pencarian informasi yang sedemikian biasa terjadi ketika partispan sedang berada di bawah tanggung jawab tenaga kesehatan, Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 99 seperti ketika sedang menjalani persiapan operasi di rumah sakit atau selepas persalinan dan belum pulang dari rumah sakit. Pengalaman salah satu informan ”pertama kali Sasa itu.. kan ada jahitan.. lho.. kok ada jahitan.. kan takut bidane.. terus tanya.. lho dok, ini pasien ini anu katanya kok dari suratnya dokterkan ada pengantar.. normal.. o.. iya..normal.. itu ndak papa..akhirnya normal (pertama kali Sasa itu kan ada jahitan.. lho, kok ada jahitan.. kan bidannya takut.. lho Dok, ini pasien anu katanya kok dari surat pengantar dokter.. normal.. o.. iya.. tidak apa-apa.. normal. . itu tidak apa-apa.. akhirnya normal)” (Ida) Dari sumber informasi staf pemasaran, informan menceritakan ”diinformasikan sama mbak salesnya ini.. mbak sales ini kan buanyak omongnya jadi saya banyak informasi dari mbak nya itu....” (Alus) ”wis.. semua informasi kalo saya ndak tahu ya tanya ke mbak itu.. kalo gak tahu lagi ya tanya ke dokter.” (Alus) Di sisi lain, sumber informasi informal dan informan bergaul dan sering berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Sumber informasi informal adalah orang tua, suami, anggota keluarga lain, maupun temanteman. Kepada mereka, informan lebih leluasa bertanya aktif. Bertanya secara aktif dilakukan oleh informan dalam komunikasi bertatap muka. Pencarian informasi seperti ini juga bisa dilakukan oleh informan dengan berkomunikasi melalui alat bantu teknologi komunikasi, seperti telepon atau telepon genggam. Dengan bantuan teknologi tersebut, informan tidak hanya bisa bercakap-cakap secara lisan, namun juga bisa berkomunikasi melalui pesan singkat (sms) Terjangkaunya harga telepon genggam dan layanan pengiriman pesan singkat sangat membantu komunikasi para ibu dari kelas ekonomi Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 100 bawah di Jombang. Para informan termasuk dari para ibu yeng memanfaatkan telepon genggam. Dengan keterbatasan waktu untuk keluar dari rumah karena harus merawat bayinya, para informan menemukan bahwa pesan singkat merupakan jalur komunikasi yang sesuai untuk mereka. Selain itu, seringkali sumber informasi personal informal dengan sengaja maupun tidak sengaja, tanpa diminta, memberikan informasi kepada informan. Ketika sengaja memberikan informasi, biasanya keluarga maupun teman yang menjadi sumber informasi berasumsi bahwa informan membutuhkan informasi tersebut. ”tiang sepahipun tasek rumiyen... ngge di anui.. ancene pun didawuhi..nggee...(orang tuanya dulu.. ya di anu.. memang sudah diberitahu.. ya..).” (Anis) ”ayahipun saget piyambak, ngge.. trus kulo diutus ndungo...(Ayahnya sendiri bisa, ya.. terus saya disuruh berdoa)” (Anis) ”...katanya orang-orang dulu mbak.. anu.. moro sepuh kulo.. sampean anu..susune diuyet-uyet.. umur berapa.. hamilnya umur.. pun besar, kok.... (katanya orang-orang dulu mbak.. anu.. mertua saya.. kamu anu.. dadanya dipijat” (Ida) ”...tapi didawuhi begini begini... (tapi diberitahu begini-begini)” (Ida) Tidak hanya disampaikan melalui lisan, informan juga mendapatkan informasi dari keluarga melalui tulisan. Sumber informasi personal informal menuliskan daftar hal-hal yang menurutnya patut diketahui oleh informan. Daftar tersebut dituliskan agar bisa dibaca berulang-ulang oleh informan, dipatuhi dan dijadikan rujukan ketika informan lupa tentang sesuatu yang berhubungan dengan hal yang Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 101 dituliskan. Tulisan tersebut kemudian disampaikan kepada dan dibaca oleh informan. Informan Alus mengungkapkan ”Mertua saya itu selalu membuat tulisan kalo mertua saya itu kan .. apa... dituliskan.. iya... itu... kan soalnya kalo ngomong kan katanya takut lupa.. jadi dituliskan terus dikirim kesini.. banyak sekali.” (Alus) Kesengajaan sumber informasi untuk memberi tahu juga terjadi secara spontan. Dalam mengerjakan kegiatan sehari-harinya, informan mengalami pemenuhan kebutuhan informasi. Informan Alus menceritakan pengalamannya ”kalo saya dulu anak saya masih bayi.. saya membiasakan anak saya tidur di pinggir, ibu saya langsung ngasih tahu jangan dibiasakan tidur di pinggir, nanti nek wis besar.. sudah bisa bergerak2, berguling2, nanti kebiasaaan menidurkan di pinggir.” (Alus) Dia menceritakan bahwa dalam kegiatannya mengasuh anak, dia lalai menidurkan anaknya di bagian tepi tempat tidur. Pada saat itu, ibunya mengetahui dan menasehatinya untuk tidak mengulangi perbuatannya tersebut. Sang ibu dengan sengaja memberi informasi pada informan Alus berdasarkan pengalamannya dalam mengasuh bayi. Selain beberapa kegiatan pencarian informasi di atas, informan juga mengalami diberi tahu oleh anggota keluarga untuk berhubungan dengan orang tertentu untuk mendapatkan informasi yang sedang dibutuhkannya. Salah satu contoh adalah informan Muna. Dia diberitahu oleh kakaknya bahwa dia bisa menanyakan hal yang sedang dirisaukannya pada Mbok Sri, seorang dukun bayi langganan keluarganya. Dia menguraikan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 102 ”kadang-kadang disuruh tanya sama dukun bayi.. dukun bayi kadang-kadang.. dukun bayi dukun pijete bayi itu lho...” (Muna). Selain itu, ketika berinteraksi dengannya, Mbok Sri juga memberitahu berbagai informasi ”ya kadang-kadang tanya-tanya..kadang de'e kan.. memang merawat beberapa bayi, pernah mandekno.. kayak mbah mbok sri gitu kan, seng pengalaman...” (Muna) Meskipun informan Muna adalah seorang dokter, namun dia juga mengandalkan dukun bayi sebagai sumber informasinya. Dengan demikian, informan mengukur kredibilitas sumber informasi personal tertentu melalui pengalamannya. Dukun bayi dikenal sebagai orang yang suka menyampaikan informasi yang bersifat mistis atau tidak masuk akal. Namun, di Jombang, dukun bayi masih dipercaya sebagai orang yang kompeten tentang perawatan bayi. Bahkan, dukun bayi masih diperkenankan untuk membantu persalinan, dengan syarat telah dilatih dahulu atau didampingi oleh bidan. Dipercayanya dukun bayi oleh Dinas Kesehatan ini membuat para informan tetap mengandalkan dukun bayi untuk membantu mereka. Selain dari keluarga, informan juga mendapatkan informasi dari teman kerja. Sebagaimana pencarian informasi melalui sumber informasi personal lainnya, informan mendapatkan informasi melalui teman kerjanya setelah bertanya secara aktif maupun diberitahu oleh teman tanpa bertanya. Bersama teman kerjanya, informan juga melakukan percakapan sehari-hari yang tidak jarang membahas tentang kehamilan dan pengasuhan bayi. Hal tersebut menyebabkan informan secara tidak Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 103 sengaja memperoleh informasi tentang kehamilan dan pengasuhan bayi yang sedang dialaminya. Demikian pula ketika informan bergaul dengan teman dan tetangga. Ada beberapa cara yang dilaksanakan ketika sumber informasinya adalah teman. Informan Muna menguraikan ”...dari teman saya yang kebetulan sedang belajar spesialis dalam sekolah spesialis kandungan, dadi smsan” (Muna) ”sharing dengan sesama dokter yang sudah pengalaman...” (Muna) Dengan adanya teknologi pengiriman pesan singkat, dimanapun sumber informasi, informan bisa mengaksesnya. Apalagi, biayanya murah. Teknologi ini mempermudah informan untuk mengakses sumber informasi personal pilihannya. Informan bisa memilih mendapatkan sumber informasi personal yang dianggapnya kompeten dengan lebih leluasa. Dalam hal berhubungan dengan teman, informan tidak dengan sangat berniat mencari dan menemui untuk mendapatkan informasi darinya. Informan lebih memilih hanya akan bertanya ketika bertemu dengan temannya. Seorang informan menyatakan ”...kalo ada kesempatan untuk tanya.. tapi gak aktif mencari gitu gak.. kalo ada ketemuan ato apa, kita bisa bertanya, gitu” (Muna) Bersama tetangga, mereka saling bercerita tentang banyak hal. Mereka juga bercerita tentang hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi. Cerita para informan ”o.. iya.. kebetulan tetangga-tetangga saya ini kan juga banyak yang habis melahirkan anak.. ya.. saling tukar informasi tentang imunisasi..tentang apa..kalo sama temen2 itu biasanya itu...” (Alus) Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 104 Dalam keadaan ini, informan tidak secara sengaja bermaksud mencari informasi kehamilan dan pengasuhan bayi. Namun, karena dalam percakapan mereka menyinggung hal tersebut, maka terkadang informan memperoleh informasi yang dibutuhkannya. 4. Hambatan Pencarian Informasi Informan yang aktif dalam mencari informasi lebih banyak mendapatkan hambatan daripada informan yang bersikap menjemput bola dalam pencarian informasi. Sebabnya adalah informan yang aktif lebih berusaha memenuhi kebutuhan informasinya daripada informan yang pasif. Bersamaan dengan itu, informan yang aktif juga memiliki harapan lebih besar akan terpenuhinya kebutuhan informasi daripada informan yang pasif. Dalam penelitian ini, informan aktif adalah informan Alus dan Muna. Di sisi lain, informan yang pasif adalah informan Anis dan Ida. Informan Ana berada di tengah-tengah, karena meskipun dia tidak seaktif informan Alus dan Muna, dia juga tidak sepasif informan Anis dan Ida. Dengan demikian, informan yang lebih banyak mengalami hambatan adalah informan Alus dan Muna. Informan Ana juga menyatakan mengalami hambatan dalam pencarian informasinya. Sebaliknya, informan Anis dan Ida merasa tidak mengalami hambatan dalam pemerolehan informasi kehamilan dan pengasuhan bayi. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 105 Informan menghadapi hambatan yang berbeda dari tipe sumber informasi yang berbeda. Pada sumber informasi terekam, hambatan pencarian informasi adalah waktu dan biaya. Pada sumber informasi personal, hambatan yang dialami adalah hambatan komunikasi. Pada keduanya, terdapat hambatan akses yang menghalangi terpenuhinya kebutuhan informasi. Kurangnya waktu untuk menelusur informasi merupakan hambatan pencarian informasi bagi informan Alus dan Muna. Informan Alus mengalaminya ketika dia sudah melahirkan. Alus menyatakan tidak sempat lagi untuk membaca buku-buku mengenai pengasuhan bayi sebagaimana yang dia lakukan ketika masih hamil. Keadaan tersebut karena informan Alus harus mengasuh sendiri anak kembarnya ketika semua anggota keluarga yang tinggal di rumahnya sedang bekerja. Bagi informan Muna, pengalaman kurangnya waktu adalah karena kesibukannya. Dia menyatakan ”kalo dari internet jarang sekali.. karena terus terang kan waktu tidak ada..tidak adanya waktu, keterbatasan waktu yang tidak memungkinkan untuk mencari informasi dari internet” (Muna) Tugas sebagai dokter di puskesmas di pagi hingga sore hari dan di beberapa pusat layanan kesehatan lain di Jombang pada malam hari seta akhir pekan mempersempit kesempatan informan Muna untuk menelusur informasi melalui internet. Keterbatasan waktu tersebut didukung oleh ketidaktersediaan layanan internet yang bisa dimanfaatkan oleh informan Muna di tempat kerjanya. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 106 Biaya sebagai hambatan pencarian informasi dialami oleh informan Ana. Dia menatakan ”(terkikik), nggak... korane sopo...(tidak, koran siapa...)” (Ana) ”duite gawe mangan ae mbak.. pokoke gak ngutang.. palangan tuku bukune nia (anak pertama informan Ana) daripada tuku buku gawe ngunu iku (uangnya dipakai untuk makan saja, mbak.. yang penting tidak berhutang.. lebih baik dipakai untuk membeli buku Nia daripada membeli buku seperti itu)” (Ana) Informan Ana menyatakan bahwa daripada dia mengeluarkan uang untuk membeli bahan bacaan apapun mengenai kehamilan dan pengasuhan bayi, lebih baik dia gunakan uang tersebut untuk membeli buku bagi anaknya yang sudah sekolah. Keadaan ekonomi membuatnya memilih untuk tidak mengakses sumber informasi tercetak. Dia hanya mengonsumsi bacaan yang diberikan atau dipinjamkan oleh orang lain kepadanya. Pada kesempatan lain, ketika berhadapan dengan sumber informasi personal dalam pencarian informasi, informan menghadapi beberapa hambatan komunikasi. Hambatan tersebut terkadang berasal dari informan sendiri. Di masa lain, hambatan terjadi karena faktor sumber informasinya. Terkadang, hambatan juga terjadi karena keduanya, informan maupun sumber informasi. Hambatan terjadi karena faktor informan ketika informan merasa enggan untuk bertanya kepada seseorang mengenai kebutuhan informasinya. Keengganan tersebut muncul karena beberapa sebab. Sebab pertama adalah informan tidak berani bertanya setelah berhadapan langsung dengan sumber informasi. Sebab kedua adalah Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 107 informan menilai sumber informasi yang sedang dihadapinya kurang berkemampuan mengenai informasi yang ingin didapatkannya. Informan Alus menuturkan ”ya pernah.. takutnya.. kadang-kadang orang kan gak mesti mbak.. niatnya baik.. niatnya buruk.. ya liat karakter orangnya.. o.. gak boleh begini..begini.. begini..Ternyata dibuku saya baca o.. boleh.. gitu” (Alus) Faktor sumber informasi sebagai hambatan terjadi ketika informan menganggap bahwa informasi yang disampaikan oleh sumber informasi tidak sesuai dengan pengalaman informan. Oleh karenanya, informan kecewa terhadap sumber informasi dan informasinya dianggap tidak memenuhi kebutuhannya. ”yo cumak iku maeng, wetengku seng geret-geret.. jarene gak popo, jarene mari lahir kan ilang.. tiba'e gak (ya Cuma yang itu tadi, garis-garis di perutku.. katanya tidak ada masalah, katanya setelah melahirkan hilang.. ternyata tidak)” (Ana) Ada saatnya, sumber informasi enggan menyampaikan informasi tanpa alasan yang jelas. Hambatan lain yang dialami informan adalah terjadinya hal yang tidak disangka-sangka. Pencarian informasi yang sudah direncanakan sebelumnya tertunda karena ada hal lain yang harus diutamakan. Informan Muna menceritakan ”sebenarnya ada rencana untuk konsultasi ke profesor spesialis.. gitu.. kemarin sebetulnya rencananya, tapi karena anak kedua sakit, jadi gak sido. Rencana memang ke profesor anak.” Keterbatasan akses juga menjadi hambatan bagi informan. Hambatan yang dialami oleh informan Muna dalam pencarian informasi Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 108 melalui internet di atas juga merupakan contoh keterbatasan akses sebagai hambatan pencarian informasi. Ketidaktersediaan akses internet di tempat kerja merupakan hambatan bagi informan Muna. Keterbatasan akses dalam menemui tenaga kesehatan sebagai sumber informasi pun merupakan hambatan bagi informan dalam pencarian informasinya. Informan Muna menjelaskan ”sebenarnya ada rencana untuk konsultasi ke profesor spesialis.. gitu.. kemarin sebetulnya rencananya, tapi karena anak kedua sakit, jadi gak sido (tidak jadi). Rencana memang ke profesor anak” (Muna) Meskipun RSUD Jombang telah memiliki klinik tumbuh kembang, namun belum memiliki seorang pun ahli tumbuh kembang anak yang membuka praktek konsultasi di Jombang. Jia ingin mengonsultasikan masalah tumbuh kembang bayi, warga Jombang harus ke Surabaya. Oleh karenanya, masih sangat terbatas akses terhadap ahli tumbuh kembang anak yang sebenarnya sudah sangat dibutuhkan di Kabupaten Jombang. Pengalaman lain, Informan Alus menghadapi situasi yang mengesalkan baginya ketika dokter yang biasa menjadi sumber informasinya tidak praktik untuk beberapa waktu. Pada masa itu, informan Alus harus berhadapan dengan dokter lain yang kemudian memberikannya informasi yang menurutnya tidak sesuai. Maka, hambatan komunikasi merupakan hambatan yang dihadapi informasn ketika berinteraksi dengan sumber informasi personal. Hambatan komunikas bisa berasal dari informan yang takut bertanya maupun dari sumber informasi yang enggan menjawab. Selanjutnya, Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 109 terdapat pua hambatan komunikasi dari keduanya, yaitu ketika terjadi kesalahpahaman antara sumber informasi dan informan. Terdapat kesamaan hambatan ketika informan menghadapi sumber informasi terekam maupun personal. Hambatan tersebut adalah hambatan akses. Akses tidak bisa didapatkan pada sumber informasi tertentu karena tidak tersedia di Jombang. Demikian pula ketika akses tersebut berhubungan dengan sumber informasi personal. Karena tidak ada di Jombang, maka informan tidak bisa mengakses dokter tertentu sebagai sumber informasinya ketika dibutuhkan. 5. Perilaku Pencarian Informasi Informan Model perilaku pencarian informasi informan dalam hal kehamilan dan pengasuhan bayi pada penelitian ini diinterpretasikan menurut model praktik informasi dua dimensi yang diajukan oleh McKenzie (gambar 2.1, sub sub bab 2.4.4). Dimensi pertama adalah model pencarian informasi dan dimensi ke dua adalah fase pencarian informasi (lampiran 3). Berikut adalah dua dimensi praktik informasi informan dalam penelitian ini. Model pencarian informasi pertama adalah pencarian aktif. Informan Alus dan Muna termasuk dalam individu yang melaksanakan pencarian aktif. Informan Muna dan Alus dalam beberapa kesempatan mengidentifikasi kebutuhan informasi mereka dan merencanakan untuk memenuhinya. Dalam hal ini, informan Alus dan Muna mengidentifikasi Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 110 sumber informasi yang akan dituju dan informasi apa saja yang akan berusaha didapatkan dari sumber informasi tersebut. Model informasi kedua adalah pemindaian aktif. Model ini seperti yang dilaksanakan oleh informan Ida ketika membaca label kemasan susu formula. Informan Ida mengidentifikasi kebutuhan informasinya, yaitu nilai gizi yang terkandung serta takaran yang semestinya diberikan untuk bayi. Namun, informan tidak merencanakan secara mendetail untuk mencari informasi tentang nilai kandungan zat tertentu pada susu. Informan Ana juga melaksanakan model pencarian informasi ini. Informan Ana mengidentifikasi kebutuhan informasinya, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pengasuhan bayi. Kemudian, informan Ana mengidentifikasi sumber informasi yang sesuai, yaitu acara televisi tentang ibu dan anak. Informan Ana menyaksikan acara tersebut dan menyerap informasi yang berkaitan dengan pengasuhan bayi. Sesuai dengan karakteristik model ini, informan Ana tidak menentukan detail pasti kebutuhan informasi yang dicarinya dari sumber informasi tersebut. Model ketiga adalah pemonitoran tak terarah. Model ini dipraktikkan oleh informan Alus ketika dia secara tidak sengaja mengenali sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhannya, yaitu artikel koran di rumah seorang kawannya. Informan Alus kemudian meminjam dan memfotokopi artikel tersebut. Salinan artikel yang dia miliki kemudian dibaca dan disimpan, serta dimanfaatkan informasinya. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 111 Model by proxy sebagai model ke empat juga terjadi dalam pencarian informasi oleh informan penelitian ini. Dalam model ini, ada pihak perantara yang membantu informan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya. Perantara tersebut berperan sebagai orang yang menyampaikan kebutuhan informasi kepada sumber informasi. Selanjutnya, perantara mendapatkan infromasi dari sumber informasi. Setelah mendapatkan informasi tersebut, perantara menyampaikannya kepada informan. Model ini dialami oleh informan Ida menjelang persalinan anak pertama di sebuah rumah sakit ibu dan anak. Ketika itu, bidan yang menolong menjumpai bekas jahitan pada bagian perut informan. Demi kepentingan informan Ida, bidan menanyakan perihal keamanan persalinan normal bagi informan kepada dokter kandungan yang telah merujuk informan ke rumah sakit tersebut. Kemudian, bidan menerima informasi dari dokter bersangkutan. Bidan lalu menyampaikan informasi tersebut kepada informan dan memanfaatkannya untuk kepentingan informan. Dalam melaksanakan empat model pencarian tersebut, McKenzie mengajukan dua fase yang dilewati oleh pencari informasi. Fase pertama adalah menjalin hubungan dengan sumber informasi. Fase kedua adalah berinteraksi dengan sumber informasi. Di bawah ini adalah pembahasan fase pertama pada setiap model diikuti dengan fase kedua pada setiap model yang dalami oleh informan dalam penelitian ini. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 112 Dalam pencarian aktif, fase pertama adalah identifikasi informan terhadap sumber informasi yang akan dimanfaatkannya. Dalam fase ini, informan mengetahui bagaimana bisa berinteraksi dengan sumber informasi tertentu. Kemudian, informan merencanakan waktu dan tempat yang tepat untuk mengakses sumber informasi. Salah satu contoh fase ini adalah ketika informan Alus mengidentifikasi kebutuhan informasinya, yaitu tentang kondisi kesehatan anaknya. Informan mengenali dan merencanakan dokter anak langganan keluarganya sebagai sumber informasi yang bisa dituju. Kemudian, dalam rangka usaha untuk berinteraksi dengan dokter tersebut, informan mendaftarkan anaknya untuk berkunjung ke dokter tersebut di hari tertentu. Dalam pemindaian aktif, fase menjalin hubungan ini ditandai dengan pencarian dan pengenalan sumber informasi yang sesuai. Namun, informan tidak seketika berusaha menjalin hubungan agar bisa berinteraksi dengan sumber informasi. Informan hanya akan berinteraksi jika sudah waktunya, yaitu saat biasanya informan dan sumber informasi berinteraksi. Pada fase menjalin hubungan dalam model pemonitoran yang tak terarah, informan tidak menyadari bahwa dia membutuhkan suatu informasi sampai ketika dia menemukan informasi atau sumber informasinya. Hal ini biasa terjadi secara spontan dalam keseharian. Salah satu contoh adalah apa yang dialami oleh informan Ana, Alus dan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 113 Anis mengenai doa-doa. Para informan mengenali kebutuhan informasi tersebut ketika suami atau keluarga mereka memberitahu mengenai cara berdoa dan doa apa yang dipanjatkan. Karakteristik fase menjalin hubungan pada model pencarian informasi melalui perantara adalah pencari informasi menerima informasi dari sumber informasi atau orang yang menghubungkannya dengan sumber informasi. Pada fase ini, informan dikenali oleh orang lain sebeagai orang yang membutuhkan informasi tertentu. Hal ini sebagaimana yang dialami oleh informan Muna ketika keluarganya memberitahunya tentang orang yang bisa diminta untuk membantu memandikan bayinya setelah lahir nanti. Fase selanjutnya ialah ketika informan berinteraksi dengan sumber informasi. Dalam pencarian aktif, informan merencanakan informasi yang ingin didapatkannya sebelum berhadapan dengan sumber informasi. Praktik ini dilaksanakan oleh informan Alus dan Muna sebelum pergi ke dokter. Mereka merencanakan poin-poin yang akan ditanyakan kepada dokter. Meskipun mereka tidak mencatat poin-poin tersebut, mereka dan suami mereka saling mengingatkan akan poin-poin yang sudah direncanakan ketika berada di ruang dokter. Dalam pemindaian aktif, informan mendapati informasi yang ternyata dibutuhkannya dari hasil interaksi dengan sumber informasi yang ditemukannya secara tidak sengaja. Kemudian, dia menghubungkan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 114 informasi yang didapatkannya dengan informasi lain yang pernah didapatkannya sebelum ini. Pada pemonitoran tak terarah, fase ini biasa terjadi di tengah kegiatan sehari-hari. Salah satunya adalah ketika sedang bercakap-cakap dengan teman kerja atau teman lain. Informan Ida mengalaminya ketika berinteraksi dengan teman kerjanya di kantor. Tanpa sengaja, dia mendapatkan informasi tentang kebiasaan bayi baru dan perawatan ibu baru bersalin ketika sedang mengobrol dengan teman kerjanya. Diberitahu merupakan praktik yang menjadi ciri fase kedua dari model pencarian informasi by proxy. Informan Anis dan Ida seringkali mengalami hal ini. Informan Anis menyatakan bahwa ibunya dengan sukarela memberitahunya mengenai jamu-jamu tradisional jawa yang bisa dikonsumsi oleh ibu setelah bersalin. Senada dengan informan Anis, informan Ida seringkali mengalami diberitahu oleh mertua maupun ibunya sendiri mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi. Sebagai tambahan, model praktek informasi oleh McKEnzie tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi tipe pencari informasi yang berbeda antar informan. Setiap informan memiliki kesempatan untuk melaksanakan setiap praktik informasi yang ditunjukkan dalam model dua dimensi McKenzie. Namun, mereka memiliki kecenderungan yang berbeda mengenai praktek informasi yang mereka jalankan. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 115 Informan yang aktif mengalami empat model pencarian informasi, sedangkan informan yang pasif tidak mengalami model pertama, pencarian aktif. Seringkali informan pasif menyadari kebutuhan informasinya setelah memperoleh informasi tersebut. Maka, model yang sering dialami oleh informan yang pasif adalah model ketiga dan keempat, yaitu pemonitoran tak terarah dan pencarian informasi melalui perantara. Dalam penelitian ini, informan yang aktif melaksanakan lebih banyak model pencarian informasi daripada informan yang pasif. Selain itu, informan yang aktif memiliki kecenderungan model pencarian informasi yang berbeda dengan informan yang pasif. Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan tentang hambatan pencarian informasi, informan aktif dalam penelitian ini adalah informan Muna dan Alus. Informan Ana merupakan informan yang semi aktif. Dua informan lain, Anis dan Ida, merupakan informan yang pasif dalam pencarian informasi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak membuat satu informan lebih aktif dalam pencarian informasi daripada informan lain yang lebih rendah tingkat pendidikannya. Sebagai contoh, informan Ida yang seorang sarjana mencari informasi secara lebih pasif daripada Ana yang seorang lulusan SLTP. Sebagai tambahan, profesi juga tidak menentukan perilaku pencarian informasi mereka. Informan Ida yang seorang guru tidak lebih aktif dalam pencarian informasi daripada Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 116 informan Ana maupun informan Alus yang merupakan ibu rumah tangga penuh waktu. Kondisi ekonomi dan kebiasaan lingkungan tempat tinggal merupakan penyebab informan Anis dan Ida memiliki kebiasaan yang pasif dalam pencarian informasi mengenai kehamilan dan pengasuhan bayi. DI antara lima informan, informan Anis dan Ida merupakan informan yang tingkat ekonominya paling bawah. Sebagai tambahan, mereka tinggal di lingkungan yang pada umumnya bersuasana lebih nriman daripada lingkungan tempat tinggal para informan yang lain. Informan Anis dan Ida tinggal di lingkungan yang lebih kental tradisi jawanya. Sedangkan, tiga informan lain tinggal di lingkungan yang dekat dengan pesantren dan mengenyam pendidikan pesantren. Tipikal warga Jombang, warga pesantren bersifat lebih aktif dan terbuka daripada mereka yang masih kental menjalankan nilai-nilai Jawa yang cenderung sabar, apa adanya dan nriman. Kondisi tersebut mempengaruhi sikap keterbukaan terhadap perkembangan. Sikap keterbukaan mempengaruhi pola berpikir akan pentingnya memiliki pengetahuan tentang kehamilan dan pengasuhan bayi. Selanjutnya, tentu saja, mempengaruhi perilaku pencarian informasi para informan. Sebaliknya, informan Alus dan Muna menjadi informan paling aktif karena mereka dekat dengan dunia medis. Informan Alus adalah anak seorang bidan. Informan Muna berprofesi sebagai seorang dokter. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 117 Pengetahuan mereka yang cukup banyak tentang kesehatan dalam kehamilan dan pengasuhan bayi membuat mereka semakin menyadari pentingnya mendapatkan informasi ini dan informasi lain. Hal tersebut didukung dengan tingkat pendidikan yang signifikan dan penguasaan cara pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini pula yang membedakan kedua informan tersebut dengan informan Ana. Sebagai warga pesantren, Ana mengetahui pentingnya informasi kehamilan dan pengasuhan bayi sebagaimana lingkungannya menanamkan hal ini padanya. Namun demikian, tingkat pendidikan yang baru mencapai SLTP memberinya keterbatasan kemampuan untuk mengakses sumber informasi. Kesimpulannya, melalui Model Konseptual Praktik Informasi Dua Dimensi bisa mengarahkan kita untuk mendapatkan tiga tipe perilaku pencarian informasi. Tiga tipe tersebut memiliki kecenderungan pelaksanaan pencarian informasi yang berbeda. Diadaptasikan dengan model praktik dua dimensinya McKenzie, informan yang aktif melaksanakan semua model dan seringkali melaksanakan model yang pertama dan kedua, yaitu pencarian aktif dan pemindaian aktif. Informan yang pasif hanya melaksanakan model kedua, ketiga dan ke empat. Informan pasif ini lebih sering mengalami pelaksanaan model ke tiga dan ke empat. Informan yang mengikuti arah angin melaksanakan semua model pencarian informasi yang disebutkan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 118 oleh McKenzie, namun lebih sering melaksanakan model yang ke dua dan ke empat, yaitu pemindaian aktif dan pencarian informasi by proxy. Informan yang aktif mendapatkan lebih banyak informasi tentang kehamilan dan pengasuhan bayi daripada dua tipe informan yang lain. Informan yang aktif senantiasa memiliki rasa ingin tahu dan kurang puas akan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Informan tipe ini selalu ingin belajar dan mencari informasi tentang kehamilan dan pengasuhan bayi demi memberikan yang terbaik untuk anaknya. Sebaliknya, informan yang pasif merasa puas dengan informasi yang sudah dimilikinya. Informan ini seringkali mengetahui pentingnya suatu informasi setelah mendapatkan informasi tersebut. Di sisi lain, informan yang mengikuti arah mata angin senantiasa merasa baik-baik saja dengan keadaannya dan selalu puas dengan pengetahuan yang dimilikinya. Informan tipe ini merasa perlu untuk aktif dalam pencarian informasi hanya jika ada kesulitan yang dihadapi. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini pada pemilihan informan. Pemilihan informan sudah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga ketika peneliti mengambil informan tambahan, tidak menghasilkan penemuan baru dalam wawancara. Namun, lokasi informan yang tidak menyebar di seluruh Jombang sangat memungkinkan terjadinya perilaku pencarian Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 119 informasi lain oleh perempuan hamil atau mengasuh bayi di Kabupaten Jombang. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berbagai macam kebutuhan informasi dimiliki informan berkaitan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi. Kebutuhan informasi muncul sejak persiapan kehamilan sampai dengan kegiatan pengasuhan bayi, mulai dari tumbuh kembang dan gizi janin maupun bayi sampai dengan berbagi doa untuk ibu mengandung dan doa untuk anak. Kebutuhan informasi kehamilan muncul untuk memenuhi kebutuhan kognitif informan. Demikian pula dalam kebutuhan informasi pengasuhan bayi. Namun, pemenuhan kebutuhan kognitif dalam hal pengaushan bayi kemudian memicu munculya kebutuhan afektif yang kemudian memotivasi kebutuhan informasi pengasuhan bayi yang lain. Sumber informasi yang dimanfaatkan adalah media cetak; buku, majalah, koran dan brosur. Informan juga mengakses sumber informasi personal formal; dokter, bidan dan dukun bayi. Lebih lanjut lagi, mereka juga mengakses sumber informasi personal informal, seperti orang tua, suami, saudara, maupun teman. Sebaai pilihan pertama, informan memanfaatkan sumber informasi yang paling mudah diakses, yaitu sumber inofrmasi personal informal. Jika kebutuhan informasinya belum terpenuhi, mereka memanfaatkan sumber informasi personal formal dan Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 121 media cetak. Pemilihan media cetak sebagai sumber informasi pun dimulai dari yang paling mudah diakses. Berbagai upaya dilaksankaan para informan dalam pencarian informasi mereka. Melalui media cetak, informan mengakses media cetak dengan membeli, meminjam, memfotokopi, maupun diberi oleh orang lain. Melalui sumber informasi elektronik, informan menelusur sendiri maupun dibantu oleh suami. Melalui sumber informasi personal, para informan bertanya aktif, bertanya hanya jika ada kesempatan, dan dibri tahu. Hambatan yang dihadapi oleh para informan pada umumnya adalah hambatan biaya dan hambatan akses. Bai mereka, biaya yang dikeluarkan untuk pencarian informasi tidak boleh mengganggu budget pengeluaran lain yang sudah mereka miliki. Hambatan akses dialamai oleh para informan ketika mereka tidak bisa secara berinteraksi dengan sumber inofrmasi personal lketika mreka sedang membutuhkan. Pada akhirnya, Model konseptual praktek informasi dua dimensi oleh McKenzie sesuai untuk menggambarkan perilaku pencarian informasi oleh para infroamn penelitian ini. Setelah digambarkan melalui model tersebut, dapat ditemukan tiga tipe umum perilaku yang berbeda pada informan. Tipe pertama dari para informan menunjukkan perilaku yang aktif dalam pencarian informasi. Tipe kedua adalah perilaku yang pasif dalam pencarian informasi. Tipe terakhir menunjukkan perilaku yang Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 122 mengikuti arah mata angin, dia akan aktif jika kesempatan untuk aktif datang padanya, dan pasif di waktu lain. B. Saran Peneliti memiliki beberapa saran untuk beberapa pihak, yaitu: 1. Pemerintah Kabupaten Jombang. Untuk mendukung pencarian informasi yang penting dilakukan oleh ibu mengandung dan mengasuh bayi di Kabupaten Jombang, peneliti menyarankan Pemkab Jombang untuk: a. memberikan fasilitas yang lebih sesuai, yang bisa dimanfaatkan oleh warganya, terutama kaum ibu. Tidak ada informan yang memanfaatkan fasilitas hot spot yang telah disediakan di alunalun. Oleh karenanya, pemerintah perlu menyediakan fasilitas informasi yang lebih sesuai untuk para perempuan di Kabupaten Jombang, yaitu layanan informasi yang mudah diakses oleh siapa saja dan tersebar merata di wilayah Kabupaten Jombang. b. Mengkampanyekan pentingnya pengetahuan tentang kehamilan dan pengasuhan bayi, terutama dalam bidang kesehatan, kepada para calon ibu, para ibu hamil, dan para pasangan calon penganting maupun pasangan suami istri. c. Mengadakan kompetisi yang berkaitan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi. Denan demikian, diharapkan para waranya akan memiliki motivasi kognitif dan afektif yang bisa mendorong Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 123 mereka memiliki kebutuhan informasi tentnang kehamilan dan pengasuhan bayi. Kemudian, diarapkan mereka melakukan pencarian informasi dalam hal tersebut. 2. Pengusaha taman bacaan di Jombang. Kini, semakin banyak majalah yang berkaitan dengan kehamilan dan pengasuhan anak. Topik ini juga cenderung mendapatkan banyak perhatian. Oleh karenanya, merupakan usaha yang menguntungkan jika pengusaha persewaan buku, komik dan novel juga menyewakan berbagai majalah dan buku mengenai kehamilan dan pengasuhan bayi. 3. Peneliti lain. Untuk penelitan selanjutnya, peneliti merekomendasikan penelitian mengenai keefektifan fasilitas layanan informasi kesejahteraan ibu dan anak yang tersedia di Kabupaten Jombang. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 124 DAFTAR PUSTAKA Agosto, Denise E. dan Sandra Hughes-Hassell. “People, Places, and Questions: an investigation of the everyday life information seeking behaviors of urban young adults.” Library & Information Science Research. 27, 2005: 141-163. Apter, Terri. (1985). Why Women don’t Have Wives. Hampshire: Macmillan Press. Brown, Judith Belle, dkk. “Women’s Decision-making about Their Health Care: views over the life cycle.” Patient Education and Counseling. 48, 2002: 225-231 Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: format-format kuantitatif dan kualitatif. Surabaya: Universitas Airlangga Press. Carey, Robert F., Lynne E.F. McKehnie, dan Pamela J. McKenzie. “Gaining Access to Everyday Life Information Seeking.” Library & Information Science Research. 23, 2001: 319-334. Case, Daniel O. (2002). Looking for Information: a survey of research in information seeking, needs, and behaviour. California: Academic Press. Chen, Ching-chih dan Hernon, Peter. (1982). Information Seeking: assessing and anticipating user needs. London: Neal-Schuman. Correia, Zita dan Wilson, T.D. “Scanning the Business Environment for Informaton: a grounded theory aproach.” http://informationr.net/ir/2-4/paper21.html [ 9 Agustus 2005] Davies, Myfanwy M dan Bath, Peter A. “Interpersonal Sources of Health and Maternity Information for Somali Women Living in the UK.” Journal of Documentation. 58 (3), 2002: 302-318. Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. Profil Kesehatan 2005. Jombang: 2006. Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. Profil Kesehatan 2006. Jombang: 2007. Duvall, Evelyn Ruth Millis dan Brent C. Miller. (1985). Marriage and Family Development. New York: harper & Row Publisher. Erdelez, Susan. (1999). “Information Encountering: It’s more than just bumping into information.” http://www.asis.org/Bulletin/Feb99/erdelez.html [15 September 2006] Foinson, Adam dan Banyard, Phil. “Psychological Aspects of Information Seeking on the Internet.” Aslib Proceedings. 54 (2), 2002: 95 – 102. Gage dkk. “Integrative Review of Parenting in Nursing Research.” Journal of Nursing Scholarship. 38 (1), 2006: 56-62. Hahn, Dale B. dan Payne, Wayne A. (2003). Focus on Health. New York: McGraw-Hill Companies. Hatmadji, Sri Harijati dan Utomo, Iwu Dwisetiani (Ed.). (2004). Empowerement of Indonesian Women: family, reproductive health, employment, and migration. Depok: Demographic Institute, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Heath, harriet. "Parenting: a relationship-oriented and competencybased process." Child Welfare. 85 (5), Sep/Oct 2006: 749-766. Hill, Helen Katherine. (1987). Methods of analysis of Information Needs. Disertasi. Texas Woman’s University. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 125 Indiarti, MT. A to Z The Golden Age: merawat, membesarkan, dan mencerdaskan bayi anda sejak dalam kandungan hingga usia 3 tahun. Yogyakarta: 2007. Järvelin, Kalervo dan Ingwersen, Peter. (2004) “Information seeking research needs extension towards tasks and technology.” http://informationR.net/ir/10-1/paper212.html [5 Mei 2006] Julien, Heidi E. “Barriers to adolescents’ information seking for career decision making.” Journal of American Society for Information Science. 50 (1) , Januari 1999: 38-48. Levy, Valerie. “Maintaining Equilibrium: a gorunded theory study of the processes involved when women make informed choices during pregnancy.” Midwifery. 15, 1998: 109-119. Marienau, Catherine dan Segal, Joy. "Parents as developing adult learners." Child Welfare. 85 (5), Sept/Oct 2006: 767-784. McKenzie, Pamela J. “Communication Barriers and Information-seeking Counterstrategies in accounts of Practitioner-Patient Encounters.” Library & Information Science Research. 24, 2002: 31-47. Mc.Kenzie, Pamela J. “A model of information practices in account of everyday-life Information Seeking.” Journal of Documentation, vol. 59 (1), 2003: 19-40. McKenzie, Pamela J. “The Seeking of baby-feeding Information by Canadian Women Pregnant with Twins.” Midwifery. ScienceDirect [online]. McMahon, Martha. Engendering Motherhood: identity and selftransformaiton in women’s lives. New York: Guilford Press. Mellon, Constance Anne. (1990). Naturalistic Inquiry for Library Science: methods and applications for research, evaluation, and teaching. New York: Greenwood Press. Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mooko, Neo Patricia. “The Information Behaviors of Rural Women in Bostwana”. Library & Information Science Research 27, 2005: 115127 Pahl, Jan. (1989). Money and Marriage. Hampshire: McMillan Education Ltd. Savolainen, Reijo. “Everyday life information seeking: Approaching information seeking in the context of “way of life””. Library & Information Science Research, 17, 1995: 259-294. Savolainen, Reijo. “Time as a Context of Information Seeking”. Library & Information Science Research. 28, 2006: 110 – 127. Shenton, Andrew K. “Operationalising the concept of “information” for research into information behaviour.” Aslib Proceedings: New Information Perspectives. 56 (6), 2004: 367-372. Sulistyo-Basuki. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Varlejs, Jana (Ed.). (1987). “Information Seeking: Basing Services on Users’ Behaviors”. Proceedings of the twenty-fourth annual symposium of the graduate Alumni and Faculty of the Rutgers Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 126 School of Communication, Information and Library Studies, 10 April 1986. North Carolina: McFarland and Company. Voos, Henry. (1969). Information Needs in Urban Areas; a summary of research in methodology. New Jersey: Butgers University Pers. Warner, Dorothy dan Procaccino, J. Drew. “Toward Wellness: women seeking health information.” Journal of the American Society for Information Science and Technology. 55 (8), Juni 2004: 709-730. Wetherell, Margaret, Taylor, Stephanie, dan Yates, Simon J. (Ed.). (2001). Discourse Theory and Practice: a reader. London: Sage. Wilson, T.D. (1994). “Information Needs and Uses: fifty years of progress?” http://informationr.net/tdw/publ/papers/1994FiftyYears.ht ml [12 Mei 2005] Wilson, T. D. (1981). “On User Studies and Information Needs”. http://informationr.net/tdw/publ/papers/1981infoneeds.html [1 Mei 2005] Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 127 Lampiran 1: Panduan Wawancara Panduan Wawancara Lokasi Wawancara : Waktu wawancara : Data Pribadi Partisipan Nama : Usia : Pekerjaan : Pendidikan : Jumlah Anak : Usia Anak : Usia Kehamilan : Panduan Pertanyaan 1. Ketika anda mengetahui bahwa anda hamil, hal apa yang anda rasa perlu anda ketahui? 2. (setelah partisipan menyebutkan jawabannya) di mana atau kepada siapa anda mencari tahu? Tolong ceritakan kegiatan pencarian informasinya. 3. Dalam hal pengasuhan bayi, informasi apa yang perlu anda ketahui? 4. dimana anda mencari tahu? Tolong ceritakan pengalaman anda. 5. Menurut anda Informasi apa yang paling penting untuk diketahui ibu hamil dan ibu yang mengasuh bayi? 6. Adakah hambatan yang dialami dalam pencarian informasi? Partisipan kemudian diminta untuk menceritakan hambatan yang dialami, apakah hambatan komunikasi atau hambatan yang lainnya. Daftar Cek Ulang Peneliti harus mengusahakan poin-poin di bawah ini telah dibicarakan dalam wawancara. Tanyakan jika belum sempat disebutkan oleh partisipan. Jika memungkinkan, peneliti megecek bersama partisipan apakah poin-poin di bawah ini sudah disinggung. A. Daftar cek ulang kebutuhan informasi No Kebutuhan informasi Poin kebutuhan informasi yang ditanyakan informasi Kesehatan ibu dan janin Pertumbuhan janin Perawatan tubuh ibu Persiapan persalinan Informasi lain menurut partisipan informasi ASI 1 Kebutuhan kehamilan 2 Kebutuhan pengasuhan bayi Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 x Gizi dan makan bayi Imunisasi Tumbuh kembang bayi Perawatan bayi baru Kesehatan bayi Informasi lain sesuai pengalaman partisipan B. Daftar cek ulang sumber informasi No Sumber informasi 1 Media cetak (koran, majalah, brosur) 2 Media elektronik (TV, radio, internet) 3 Perpustakaan 4 Pusat layanan kesehatan 5 Tenaga kesehatan (dokter, bidan) 6 Orang tua 7 Suami 8 Saudara 9 Teman x C. Daftar cek ulang hambatan pencarian informasi No Jenis hambatan x 1 biaya 2 komunikasi 3 personal 4 birokrasi Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 Lampiran 3 Tabel model konseptual praktek informasi dua dimensi informan penelitian Fase Model Pencarian aktif Pemindaian aktif Pemonitoran tak langsung By proxy (melalui perwakilan/ perantara) Menjalin hubungan Partisipan mengidentifikasi sumber informasi yang akan dimanfaatkannya. Dalam fase ini, partisipan mengetahui bagaimana bisa berinteraksi dengan sumber informasi tertentu. Kemudian, partisipan merencanakan waktu dan tempat yang tepat untuk mengakses sumber informasi. Mis. ketika partisipan Alus mengidentifikasi kebutuhan informasinya, yaitu tentang kondisi kesehatan anaknya. Partisipan mengenali dan merencanakan dokter anak langganan keluarganya sebagai sumber informasi yang bisa dituju. Kemudian, dalam rangka usaha untuk berinteraksi dengan dokter tersebut, partisipan mendaftarkan anaknya untuk berkunjung ke dokter tersebut di hari tertentu. Partisipan melakukan pencarian dan pengenalan sumber informasi yang sesuai. Namun, partisipan tidak seketika berusaha menjalin hubungan agar bisa berinteraksi dengan sumber informasi. Partisipan hanya akan berinteraksi jika sudah waktunya, yaitu saat biasanya partisipan dan sumber informasi berinteraksi. Mis. partisipan muna ketika mengidentifikasi saat berinteraksi dengan teman kerjanya sebagai kesempatan untuk berusaha mendapatkan informasi tentang kehamilan maupun pengasuhan bayi partisipan tidak menyadari bahwa dia membutuhkan suatu informasi sampai ketika dia menemukan informasi atau sumber informasinya. Hal ini biasa terjadi secara spontan dalam keseharian. Mis. pengalaman partisipan Ana, Alus dan Anis mengenai doa-doa. partisipan dikenali oleh orang lain sebagai orang yang membutuhkan informasi tertentu. Mis. pengalaman partisipan Muna ketika keluarganya memberitahunya tentang orang yang bisa diminta untuk membantu memandikan bayinya setelah lahir nanti. Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 Berinteraksi partisipan merencanakan informasi yang ingin didapatkannya sebelum berhadapan dengan sumber informasi. Mis. partisipan Muna dan Alus; bersama suami telah merencanakan poinpoin yang akan ditanyakan pada dokter dan saling mengingatkan tentang poin-poin tersebut ketika berinteraksi dengan dokter Partisipan mengidentifikasi kesempatan untuk mendapatkan informasi secara tidak sengaja ketika berinteraksi dengan sumber informasi; menghubungkan informasi yang didapatkannya dengan informasi lain yang pernah didapatkannya sebelum ini. Mis. partisipan Ana ketika menyaksikan acara tv yang berkaitan secara tidak sengaja mendapati informasi yang berguna. Mis. partisipan ida ketika bercakap-cakap dengan teman kerjanya, partisipan Alus ketika bercengkerama dengan tetangganya Diberitahu Mis. 1. Partisipan Anis ketika ibunya dengan sukarela memberitahunya mengenai jamu-jamu tradisional jawa yang bisa dikonsumsi oleh ibu setelah bersalin. 2. Partisipan Ida seringkali mengalami diberitahu oleh mertua maupun ibunya sendiri mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan dan pengasuhan bayi. lxviii Lampiran 3 Tabel model konseptual praktek informasi dua dimensi informan penelitian Kebutuhan informasi..., Noor Athiyah, FIB UI, 2008 lxix