Khotbah Jangkep Minggu, 4 Desember 2011 Pekan Adven Ke Dua (Ungu) KUSIAPKAN HATIKU, UNTUK MENYAMBUTMU Bacaan I: Yesaya 40: 1-11, Tanggapan: Mazmur 85:1-2, 8-13 Bacaan II: II Petrus 3:8-15a, Bacaan III: Injil Markus 1:1-8 Dasar Pemikiran Pertobatan adalah kata yang akrab di telinga orang beriman. Minggu Adven II ini menjadi waktu menguji kesiapan menyambut hari kedatangan Tuhan dengan tata pertobatan yang sesungguhnya, bukan sebatas selebrasi ucapan bibir Pertobatan harus mewujud dalam keselarasan antara kata hati, sikap dan perbuatan nyata sesehari. Keterangan Tiap Bacaan Yesaya 40: 1-11 (Hari Tuhan Hari Kelepasan) Tuhan menghendaki umat Israel mengalami kelepasan. Syarat menerima kelepasan adalah pertobatan. Pertobatan (Ibrani: syuv) berarti berbalik kembali, tindakan berbalik dari dosa kembali kepada Allah. Tindakan itu melebihi dukacita-penyesalan secara lahiriah, melainkan merendahkan diri secara batiniah, perubahan hati yang sungguh dan benar-benar merindukan Allah. Manusia harus menyadari keberadaan dirinya dan yakin Tuhan datang menolong umat-Nya. Mazmur 85:1-2,8-13 (Aku mau mendengarkan yang difirmankan Tuhan) Pujian kepada Tuhan yang berkenan memulihkan keadaan bangsa Israel, sebab Ia berkenan mengampuni segala kesalahan bangsa itu. Karena kasih pengampunan itu Pemazmur berjanji akan sungguh-sungguh mendengarkan firman kedamaian dan kasih. Sebab keselamatan itu akan datang kepada orang yang takut akan Dia, yang setia kepada perintah-Nya. Bahkan kemuliaan akan melingkupi negeri itu. Seiring dengan itu tumbuh pula kesetiaan, keadilan serta kebaikan. II Petrus 3:8-15a (Hari Tuhan datang seperti datangnya pencuri) Tuhan menghendaki kedatangan-Nya membawa damai bagi semua orang. Kedatangan-Nya seperti pencuri, tidak terduga, maka kesiapan lebih penting daripada Khotbah Jangkep Desember 2011 waktunya. Kalau waktunya (Yun:kronos) belum tiba terimalah sebagai kesempatan (Yun:kairos) untuk berlaku semakin baik menuju pertumbuhan kesucian hidup. Kepada yang saleh Ia menjanjikan langit dan bumi yang baru, yakni kedamaian sempurna, pulihnya hubungan dengan Allah. Markus 1:1-8 (Sambutlah kedatanganNya dengan pertobatan) Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan. Pertobatan (Yunani: metanoia) berarti perubahan hati, dengan arah yang sama sekali berubah, putar balik dari dosa kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya. Jadi siapapun yang mau menyambut kedatangan Tuhan harus membuka hatinya, menyesali dosanya dan memberi diri dibaptis. Namun perubahan hati yang sesungguhnya adalah karena kuasa Roh Kudus, bukan karena kemampuan Yohanes. Renungan atas Bacaan Kebenaran Tuhan harus ditegakkan. Yang bersalah harus dihukum, termasuk bangsa Israel. Namun belas kasih Tuhan membuat-Nya menghendaki kelepasan Israel, tetapi dengan sebuah syarat, yaitu pertobatan. Kalau mereka mengakui diri tidak berdaya – seperti rumput – dan sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan Tuhan, Ia pasti datang seperti seorang gembala yang dengan lembut dan kasih menggembalakan domba-dombanya. Tawaran kelepasan beserta prasyaratnya itu ditanggapi dengan ungkapan syukur Pemazmur. Ia menaikan pujian bagi Tuhan yang berkenan memulihkan dan mengampuni kesalahan bangsa Israel. Pemazmur tidak akan lagi mengabaikan setiap friman Tuhan, sebab dengan firman itu jalan hidupnya akan selalu diterangi. Keselamatan akan selalu menyertai orang-orang yang takut akan Dia, yakni yang setia kepada perintah-Nya. Mereka akan menjadi berkat atas negeri mereka melalui tumbuhnya kesetiaan, keadilan, serta kebaikan. Surat Petrus menandaskan tentang pertobatan sebagai prasyarat menyambut kedatangan Tuhan. Sebelum tiba waktunya Tuhan datang, adalah kesempatan untuk memperbaiki sikap dan perilaku seperti yang diperkenan Tuhan. Bagi orang yang demikian (saleh), Tuhan menjanjikan langit dan bumi baru, yakni kedamaian yang sempurna, nihil derita dan kesengsaraan. Injil Markus menceritakan bahwa sebagai pembuka jalan, Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan kepada siapapun yang hendak menyambut kedatangan Tuhan. Namun Yohanes Pembaptis menyadari bahwa ia hanya bertugas mempersiapkan hati orang. Pada prinsipnya pertobatan itu karena kuasa Roh Kudus yang mengubah hati seseorang. Beberapa pertanyaan reflektif: a. Apa yang mendasari kita melepaskan seseorang dari sanksi kesalahan? Khotbah Jangkep Desember 2011 b. c. d. Seperti apa bentuk kesiapan hati dalam menyambut kedatangan Tuhan? Mengapa lebih penting daripada mempersoalkan waktu kedatangan-Nya? Wujud syukur seperti apa yang kita naikkan atas kedatangan Tuhan yang menyelamatkan kita? Harmonisasi Bacaan Leksionari Tuhan Allah berbelas kasih kepada semua manusia. Ia datang untuk melepaskan manusia dari penderitaan atas kesalahan mereka. Namun pertobatan menjadi prasyarat. Kasih dan rahmat-Nya akan melimpahi setiap umat dan negeri yang sungguhsungguh bertobat serta mendengarkan dan memperhatikan jalan yang ditunjukkan-Nya. Pokok dan Arah Pewartaan Tuhan datang melepaskan manusia dari penderitaan karena dosa. Sambut dengan hati yang bertobat, jiwa yang merindukan kebenaran-Nya, serta kesiapan langkah yang sesuai dengan jalan-Nya! Khotbah Jangkep KUSIAPKAN HATIKU, UNTUK MENYAMBUTMU Jemaat yang dikasihi Tuhan, emasuki Minggu Adven II setiap gereja dan orang atau keluarga Kristen semakin memantapkan persiapan penyelenggaraan peringatan/perayaan Natal. Hal itu tidak bisa disalahkan karena sudah menjadi tradisi yang sulit ditinggalkan. Namun kita perlu mengingat bahwa masa adven adalah masa penantian akan hari Tuhan yang memiliki dua makna. Pertama, Natal sebagai peringatan akan kedatangan-Nya sebagai Juru Selamat. Kedua, kedatangan-Nya pada akhir zaman sebagai Hakim, yang dirayakan dalam kesucian hidup. Kesiapan tata lahiriah menyambut natal tidak diragukan lagi. Namun jangan menaikkan sukacita dan syukur kepada Tuhan hanya karena berkat natal seperti hadiah dan pesta. Melainkan mensyukuri kemurahan dan kasih Tuhan yang mau mengampuni dan memberi karunia keselamatan. Di sisi lain, jangan sampai melupakan kesiapan tata pertobatan. Terkadang kita mengabaikan tata pertobatan yang semestinya. Apa bedanya sebelum dan setelah bertobat? Mungkin perasaan menjadi lebih lega. Namun bisa saja masih mengulang jenis penyesalan yang sama dengan sebelumnya. Kita menyesali namun hanya selebrasi ucapan bibir dan belum dari hati. Belum juga terbukti dalam kelakuan dan tindakan. Bertobat berarti berputar dari dosa kepada Allah. Namun sering terjadi orang justru berputar dari Allah kepada dosa, kemudian menyesalinya lagi dan lagi. Hidup hanya M Khotbah Jangkep Desember 2011 mutar-muter di seputar selebrasi tobat, tetapi belum mendaki jalan suci dan mulia. Agar pertobatan diberkati Tuhan, harus diuji keselarasan antara kata hati, sikap, dan perbuatan nyata sesehari yang merujuk kepada kebenaran Allah. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Yesaya 40:1-11 mengungkapkan bahwa Tuhan Allah menghendaki agar umat Israel yang telah mengalami masa perhambaan dan penderitaan segera mendapat kelepasan. Hari penghukuman segera berlalu, Hari Tuhan sebagai hari kelepasan segera datang. Syarat menerima hari kelepasan adalah pertobatan. Pertobatan (Ibrani: syuv) berarti berbalik kembali dari dosa kepada Allah. Tindakan itu melebihi dukacita-penyesalan secara lahiriah, yakni merendahkan diri secara batiniah, perubahan hati yang sungguh dan benar-benar merindukan Allah. Umat manusia mesti menyadari keberadaan diri mereka sebenarnya, yakni ibarat rumput yang fana dan terbatas, baik usia maupun kemampuannya. Tuhan datang untuk menolong umat manusia seperti seorang gembala yang dengan lembut dan kasih menggembalakan kawanan dombanya. Berita kelepasan dari penderitaan itu disambut pujian syukur oleh pemazmur. Ia menaikkan pujian kepada Tuhan yang berkenan memulihkan keadaan bangsa Israel, sebab Ia berkenan mengampuni segala kesalahan bangsa itu. Karena kasih pengampunan itu, Pemazmur berjanji akan sungguh-sungguh mendengarkan firman kedamaian dan kasih. Sebab keselamatan akan datang kepada orang yang takut akan Dia, yakni yang setia kepada perintah-Nya. Tidak hanya itu saja, bahkan kemuliaan akan melingkupi negeri yang penduduknya takut akan Tuhan, melalui tumbuhnya kesetiaan, keadilan serta kebaikan. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Kedatangan Tuhan harus disambut dengan keseriusan hati yang beriman sebagaimana ditandaskan oleh Rasul Petrus melalui surat II Petrus 3:8-15a. KedatanganNya yang membawa kedamaian bagi semua orang harus disambut dengan pertobatan. Karena kedatangan-Nya seperti datangnya pencuri yang tidak diduga kapan datangnya, maka kesiapan itu lebih penting ketimbang mempersoalkan waktunya. Bila waktunya (Yun:kronos) belum tiba, terimalah sebagai kesempatan (Yun:kairos) untuk semakin mempersaleh diri, semakin berkelakuan baik, semakin mendaki jalan mulia. Sebab kepada umat yang saleh Ia menjanjikan langit dan bumi baru, yakni kedamaian yang sempurna, kembalinya hubungan yang baik antara dirinya dengan Allah. Melalui bacaan Injil Markus 1:1-8 kita mendapat pemberitaan bahwa Yohanes Pembaptis, sebagaimana nubuat nabi Yesaya, tampil sebagai pembuka jalan bagi kedatangan Tuhan dengan menyerukan pertobatan. Pertobatan (Yunani: metanoia) berarti perubahan hati, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap, pandangan dengan Khotbah Jangkep Desember 2011 arah yang sama sekali berubah, putar balik dari dosa kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya. Menjadi sadar akan kebenaran yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Dalam pada itu siapapun yang mau menyambut kedatangan Tuhan harus membuka hatinya, menyesali dosanya, dan memberi diri dibaptis. Pembaptisan adalah simbol pengakuan dosa dan penyerahan diri untuk diampuni. Melalui ucapan, ”Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus”, Yohanes Pembaptis menyadari posisinya hanya sebagai orang yang mempersiapkan seseorang untuk bertobat. Sementara pertobatan yang sesungguhnya adalah karena kuasa Roh Kudus yang diberikan Tuhan Yesus. Pertobatan yang radikal hanya karena kuasa Roh Kudus. Dari-Nya ada kekuatan untuk tidak lagi mengulang perbuatan dosa, melainkan menyandarkan hidupnya kepada jalan kebenaran Tuhan. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Melalui firman Tuhan yang kita dengar dan renungkan ini kita mendapat pengajaran tentang sikap yang semestinya di dalam menyambut kedatangan Tuhan. Kedatangan-Nya yang membawa kelepasan bagi umat-Nya sudah sepatutnya disambut dengan sukacita dan spiritualitas iman yang benar. Melalui kesaksian Pemazmur kita diingatkan untuk menyambut berita kedata ngan Tuhan yang membawa pemulihan itu dengan perubahan sikap dan tindakan yang makin sesuai dengan kehendak-Nya. Melalui Rasul Petrus kita dikuatkan untuk mensyukuri kesabaran Tuhan dengan meningkatkan spirituali tas iman kita agar jangan sampai Ia kecewa ketika datang kedua kalinya karena mendapati kita hanya tobat selebrasi basa-basi, tidak mendapati ketekunan mendaki jalan suci yang Ia tunjukkan. Kita mesti menggugat pertobatan yang basa-basi atau yang sering bersembunyi di balik selebrasi liturgial, pemenuhan tata urutan liturgi. Pertobatan diawali dan diakhiri pada tata ibadah rutin mingguan. Pertobatan hanya sebatas waktu ibadah saja. Atau dianggap sudah sah kalau pertobatannya sudah disaksikan jemaat atau majelis gereja, setelah itu mengulang lagi perbuatan dosa yang sama serta berusaha lebih hati-hati agar tidak ketahuan di dalam melakukan pelanggaran dosa itu. Padahal pertobatan harus dimulai dengan komitmen yang kuat dan dibuktikan dengan ketaatan dan kesetiaan untuk makin mempersaleh diri. Bukan dalam artian ekspos pencitraan, tetapi sebagai wujud syukur dan pujian yang didramatisasikan melalui kehidupan yang nyata. Pertobatan tidak sekadar salin srengat tetapi perubahan sikap yang radikal. Maka benar seperti yang Yohanes Pembaptis katakan, bahwa ia hanya membaptis dengan air, tetapi Kristus membaptis dengan Roh Kudus. Baptisan air sebagai tanda dimulainya pertobatan sedangkan baptisan Roh Kudus sebagai kekuatan untuk menjaga keberlangsungan hidup di dalam pertobatan. Oleh karena itu marilah kita mohon supaya Tuhan Yesus Kristus berkenan mengurapi kita dengan Roh Kudus agar bisa menyatakan pertobatan yang Khotbah Jangkep Desember 2011 sesungguhnya dan berlaku selamanya. Pertobatan yang sesungguhnya akan terlihat dari buahnya, yakni kehidupan kita akan semakin diberkati dan bahkan menjadi berkat bagi kehidupan sekeliling kita. Akhirnya mari kita hayati bahwa Tuhan datang melepaskan manusia dari belenggu penderitaan karena dosa dan kesalahan. Maka sambutlah kedatangan-Nya dengan hati yang bertobat, jiwa yang merindukan jalan kebenaran yang ditunjukkan-Nya, serta kesiapan langkah yang sesuai dengan jalan-Nya agar kehidupan iman kita semakin diberkati dan menjadi berkat bagi sesama. Amin. Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Nas Persembahan : Efesus 2: 8-10 : Efesus 5:15-21 : Filipi 1: 5-6 Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pujian Nyanyian Penyesalan Nyanyian Kesanggupan Nyanyian Persembahan Nyanyian Penutup : Kidung Jemaat 77:1-5 : Kidung Jemaat 84:1-2 : Kidung Jemaat 276:1-2 : Kidung Jemaat 292:1: Kidung Jemaat 39:1-3 Khotbah Jangkep Desember 2011 Khotbah Jangkep Minggu, 4 Desember 2011 Pekan Adven Kaping Kalih (Ungu) NYAWISAKEN MANAH METHUKAKEN RAWUHIPUN GUSTI Waosan I: Yesaya 40: 1-11; Tanggapan: Jabur Mazmur 85:1-2, 8-13; Waosan II: 2 Petrus 3:8-15a; Waosan III: Injil Markus 1:1-8 Khotbah Jangkep Para sadherek ingkang kinasih wonten ing Gusti Yesus Kristus, umebet wonten Minggu Adven II punika mbokbilih saben pasamuwan lan tiyang utawi brayat Kristen sangsaya mantep anggenipun cecawis ngadani pengetan utawi riyadi Natal. Bab punika boten saged dipun lepataken awit sampun dados padatan saben taunipun ingkang angel dipun tilaraken. Ewa semanten kita prelu enget bilih mangsa adven ingkang kita lampahi punika minangka wegdal nyranti Dintenipun Gusti ingkang ngewrat kalih makna rawuhipun. Sepisan, minangka Juru Wilujeng ingkang kita riyadinaken wonten ing Natal, lan kalih minangka Hakim ingkang mestinipun kita riyadinaken salebeting kasucenipun gesang nyranti rawuhipun ingkang kaping kalih wonten ing pungkasaning jaman. L Pacawisan tata gumebyaring ing tata lair methukaken natal boten dados prakawis malih. Ewa semanten anggenipun mratelakaken raos sokur wonten ing ngarsanipun Gusti boten namung karana berkah natal kadosta bebingah hadiah lan pista natal ingkang meh dhateng, nanging mratelaken sokur awit kamirahan lan sihipun Gusti ingkang karsa ngapunteni saha paring sih rahmating kawilujengan. Ing sisih sanes sampun ngantos dipun supekaken ugi inggih punika pacawisaning tata pitobat ingkang sejati. Awit kita kadhangkala nyupekaken tata pitobat ingkang samestinipun. Inggih mbedakaken sadereng lan sasampunipun mratelakaken pamratobat. Mbokbilih wonten ing raos kita sampun rumaos lega, ananging wonten pratingkah nyata sajakipun taksih ngambali jinis panelangsa ingkang sami kaliyan saderengipun. Kita nelangsani namung kemawon wonten ing tataran pocap panelangsa, dereng kawujud wonten ing tumindaking pitobat ingkang sejati. Mratobat tegesipun malik saking dosa, wangsul malih dhateng Gusti. Ananging wonten ing kasunyatanipun malik saking Gusti, wangsul Khotbah Jangkep Desember 2011 malih dhateng dosa ingkang sami. Gesanging kekristenan kita kadhangkala namung wontening pocapan tobat, ananging dereng ngambah margi ingkang suci lan mulya. Inggih gesang dinten punika sampun langkung mentes tinimbang dinten wingi lan salajengipun. Samestinipun pamratobat ingkang dipun berkahi kedah kayektenan jumbuhing pocapaning manah, sikep lan tandangipun nyata ing padintenan ingkang laras kaliyan kayekten ingkang pinangkanipun saking Gusti. Para sadherek ingkang kinasih wonten ing Sang Kristus, Gusti Allah, wonten ing waosan Yesaya 40:1-11, ngersakaken supados umat Israel ingkang salebeting mangsa panindhes lan sangsara, supados enggal nampi pawarta pangluwaran. Dintening paukuman enggal langkung, dintening pangluwaran enggal dumugi. Wondene syaratipun saged nampi dintening pangluwaran inggih punika pamratobat. Pamratobat wonten ing basa Ibrani kasebat syuv ingkang tegesipun malik, inggih malik saking dosa wangsul malih dhumateng Gusti Allah. Tumindak punika nglangkungi prihatosing lahiriah, inggih ngasoraken dhiri sacara tata batin, wonten ewah-ewahan ingkang gumathok lan yekti anggenipun nyranti Gusti. Awit umat manungsa kedah nyadhari sinten ta piyambakipun punika, dipun ibarataken kadosdene suket ingkang gesangipun sawetawis lan winates, sae ing bab tebaning mangsa gesang makaten ugi kasagedanipun. Gusti Allah badhe ngrawuhi manungsa ingkang adreng nelangsani trusing ati sumedya mitulungi kadosdene pangen ingkang alus ing budi lan luber ing sih tresna ngengen pepanthan menda-mendanipun. Pawarta bab pangluwaran saking kasengsaran ugi dipun tanggapi kanthi pepujen sokur dening Juru Masmur. Piyambakipun ngulukaken pamuji wonten ngarsanipun Gusti awit karenan mulihaken kawontenanipun bangsa Israel, inggih anggenipun sampun ngapunteni sadaya kalepatananipun bangsa punika. Karana sih-palimirma punika, Juru Masmur prasetya badhe tuhu nilingaken sabdanipun Gusti ingkang ngewrat sih karahayon. Awit dene kawilujengan punika badhe kaparingaken tumrap saben tiyang ingkang ering dhumateng Panjenenganipun, inggih tiyang ingkang setya nuhoni dhawuhipun. Boten namung punika kemawon ananging ugi kamulyan badhe nyrambahi bangsa ingkang pendhudhukipun ngabekti dhumateng Gusti Allah. Makaten ugi badhe tumuwuh kasetyan, kaadilan sarta kasaenan. Sadherek-sadherek ingkang dipun kasihi dening Gusti, Rawuhipun Gusti sampun samestinipun dipun pethukaken kalayan kasanggemaning manah, jumbuh kaliyan wewarahipun Rasul Petrus wonten ing andharan Serat 2 Petrus 3:8-15a. Rawuhipun Gusti ingkang ngasta karahayon tumrap sadaya tiyang sampun samestinipun dipun pethukaken boten kaliyan reropyaning pista Khotbah Jangkep Desember 2011 ananging kepara kaliyan sikep mratobat. Karana rawuhipun kadosdene pandung ingkang boten kininten dhatengipun, pramila jumaga punika langkung wigati tinimbang nginten benjang punapa wegdalipun. Manawi wegdalipun (wonten ing basa Yunani dipun sebat kronos) dereng dumugi, tampenana kemawon minangka kalodhangan (wonten basa Yunani sinebat kairos) kangge sangsaya ngudi mursiding dhiri, sangsaya tumindak sae, lan sangsaya napaki margi ingkang mulya. Sabab dhateng umat ingkang mursid, Panjenenganipun maringi prasetya langit lan bumi ingkang anyar, inggih karahayon ingkang sampurna, pulihing sesambetan ingkang sae antawisipun manungsa kaliyan Gusti Allah. Lumantar waosan Injil Markus 1:1-8 kita saged nampi pawarta bilih Yokanan Pambaptis kados pamecanipun nabi Yesaya madeg minangka pambukaning margi tumrap rawuhipun Gusti, kanthi ngundhangaken pamratobat. Pamratobat wonten ing nas punika saking tembung basa Yunani inggih metanoia ingkang tegesipun ewahewahing manah, inggih pitobat ingkang nyata wonten panalar, sikep lan pamawas ingkang sampun ngalami ewah-ewahan ingkang gumathok, malik saking dosa wangsul malih dhumateng Gusti sarta ngabdi kanthi sayekti dhumateng Panjenenganipun. Inggih nglenggana wontenipun kautamen ingkang anjalari ewah-ewahing sikep lan tandhang grayang. Pramila sok sintena ingkang sumedya methukaken rawuhipun Gusti kedah mbikak manahipun, nelangsani dosanipun saha masrahaken dhiri supados dipun baptis. Baptis minangka pratandha pangakening dosa lan sumarah nampi sih-pangaksama. Yokanan nglengganani sinten ta jejeripun punika jumbuh kaliyan aturipun: “Aku mbaptis kowe nganggo banyu, nanging Panjenengane bakal mbaptis kowe kalawan Roh Suci”, ingkang tegesipun Yokanan minangka jejering tiyang ingkang nyawisaken sok-sintena tiyang supados mratobat, wondene pamratobat ingkang sejati karana panguwaosipun Sang Roh Suci. Awit saking dayanipun Roh Suci tiyang ingkang mratobat boten wola-wali ngakeni kalepatan ingkang sami, awit sinagedaken manjing gesang enggal nilar patrap lami. Karana dayaning Roh Suci tiyang punika wau masrahaken gesang sawetahipun manut ing margi kayektenipun Gusti. Sadherek-sadherek ingkang dipun kasihi dening Gusti Yesus, Lumantar wedharan sabdanipun Gusti ingkang kita pirengaken lan raos-raosaken ing wegdal punika, kita nampi piwulang bab kados pundi sikep ingkang samesthinipun salebeting methukaken rawuhipun Gusti. Rawuhipun Gusti ingkang mbabar pangluwaran, sampun samestinipun dipun tampi kanthi suka bingah lan tata iman ingkang leres. Lumantar paseksenipun Juru Masmur kita dipun engetaken anggenipun nampi pawarta rawuhipun kanthi sikep lan tumindak ingkang jumbuh kaliyan karsanipun. Wondene dening Rasul Petrus kita dipun kekahaken kangge munjukaken pamuji sokur awit kasabaranipun Gusti dene wegdal sapunika Panjenenganipun dereng Khotbah Jangkep Desember 2011 rawuh ingkang kaping kalih minangka kalodhangan kangge sangsaya ngindhakaken patrap iman supados sampun ngantos rikala Panjenenganipun rawuh lajeng kacuwan mrangguli kita namung tobat lelamisan, boten salebeting katemenan ngambah margi ingkang mulya kados ingkang dipun tedahaken. Kita mesthinipun nyawure wontenipun pamratobat ingkang lamis, ingkang namung netepi jangkeping tata liturgi tanpa dipun raosaken kanthi trusing ati. Inggih pitobat ingkang dipun tindakaken namung wonten sauruting tata pangibadah kemawon. Utawi sampun kaanggep sah manawi pamratobatipun sineksenan dening pasamuwan utawi pradata, lan sasampunipun punika nindakaken panerak ingkang sami kanthi mbudidaya sakelangkung ngati-ati supados boten kadenangan anggenipun nindakaken panerak wau. Mestinipun pamratobat kedah kawiwitan saking tekading manah ingkang kiyat lan kababar wontening kasetyan kangge sangsaya ngudi kamursidan ingkang sanyata. Kamursidan ingkang sanyata punika sumaos ing kaluhuran asmanipun Gusti boten sedya pados pangalembana. Kamursidan minangka bukti sokur lan pamuji ingkang kawujud wonten ing olah gesang nyata. Pamratobat boten namung salin kawontenan ananging ewah-ewahan ingkang gumathok lan lestantun. Pramila leres ingkang dipun ngandikakaken Yokanan Pambaptis manawi piyambakipun mbaptis kaliyan toya, ananging Gusti Yesus mbaptis kaliyan Roh Suci ingkang maknanipun baptisan toya punika minangka wiwitaning pitobat dene baptisan Roh Suci mraboti kangge lestantuning pitobatipun. Pramila sumangga kita nyuwun supados Gusti Yesus maringi Roh Suci supados kita saged mbabar pitobat ingkang sanyata lan tebanipun kangge salaminya. Pamratobat ingkang sanyata badhe katingal saking wohipun inggih gesang ingkang sangsaya binerkahan lan dados berkahipun Gusti tumrap sesaminipun. Amin. Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawarta Sih Rahmat Pitedah Gesang Anyar Pangatag Pisungsung : Efesus 2: 8-10 : Efesus 5:15-21 : Filipi 1: 5-6 Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pamuji Kidung Panelangsa Kidung Kasanggeman Kidung Pisungsung Kidung Panutup : KPK BMGJ 129: 1-4 : KPK BMGJ 43: 1-2 : KPK BMGJ 70: 1-3 : KPK BMGJ 181:1: KPK BMGJ 322:1-3 Khotbah Jangkep Desember 2011 Khotbah Jangkep Minggu, 11 Desember 2011 Pekan Adven Ke Tiga (Ungu) MEWARTAKAN KABAR BAIK DENGAN RENDAH HATI MERUPAKAN BUAH PERTOBATAN Bacaan I: Yesaya 61:1-4, 8-11; Tanggapan: Lukas 1:46b-55; Bacaan II: I Tesalonika 5:16-24; Bacaan III: Injil Yohanes 1:6-8, 19-28 Dasar Pemikiran: Rendah hati merupakan sikap yang penting untuk dimiliki oleh manusia. Memiliki sikap rendah hati di hadapan Allah dan sesama bukan persoalan yang mudah. Hal ini terjadi oleh karena egoisme dan merasa diri mampu lebih ditonjolkan. Dalam dunia yang demikian, sikap rendah hati hendaknya dibangun oleh umat percaya. Keterangan Tiap Bacaan Yesaya 61:1-4, 8-11: (Kabar keselamatan bagi orang terbuang) Yesaya dipanggil oleh Allah untuk menyatakan karya keselamatan kepada umat tentang pembebasan, yakni: “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung”. Karya Allah melalui nabi Yesaya tersebut ternyata mampu membangkitkan pengharapan bagi umat Israel. Yang semula tiada harapan kini memiliki harapan oleh karena Allah berkenan mengingat kesusahan dan penderitaan orang Israel. Karya Allah melalui nabi Yesaya membuat Israel bersukacita. Lukas 1:46b-55: (Tuhan memperhatikan kerendahan hambaNya) Maria memuji dan mengagungkan kebesaran Allah karena Allah yang Maha Tinggi memperhatikan kerendahan derajat hambaNya. Semua orang akan menyebut Maria berbahagia karena Allah telah melakukan perkara besar kepada Maria. Tindakan Allah benar-benar merupakan tindakan revolusioner dalam tiga bidang, yakni: moral, Allah Khotbah Jangkep Desember 2011 memperhatikan orang-orang yang rendah dan memerangi orang yang tinggi hati; sosial, Allah merendahkan orang-orang rendah dan meninggikan orang-orang yang rendah; ekonomi, Allah memberi makan kepada orang lapar dan menolak orang-orang kaya. I Tesalonika 5: 16-24 (Ia juga akan menggenapinya) Ciri hidup orang Kristen hendaknya terus menerus bersukacita, berdoa, dan bersyukur dalam setiap keadaan. Sesulit apa pun pergumulan hidup, jemaat di Tesalonika diharapkan untuk tetap memegang hal yang baik dan melakukannya. Allah sumber damai sejahtera umat telah menguduskan dan akan memelihara untuk menjalani hidup tak bercacat di hadapanNya. Yohanes 1:6-8, 19-28: (Hanya Pembuka Jalan) Yohanes Pembaptis ialah seorang yang rendah hati, sederhana, dan jujur. Sekalipun banyak orang kagum kepadanya Yohanes Pembaptis tetap menyatakan integritas dirinya dan dengan jujur mengatakan bahwa dirinya bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan pula nabi yang akan datang. Bahkan ia menyadari akan kerendahannya sehingga membuka kasutNya pun ia tidak layak. Dia menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang yang membuka jalan bagi kedatangan Mesias yang telah dinantikan. Dia hanya sebagai orang yang “berseru-seru di padang gurun” supaya orang mendengar bahwa terang akan segera datang. Ia bukan sang terang yang akan datang ke dunia. Dia hanya saksi yang memberitakan terang yang telah menjadi manusia. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan Yohanes ditujukan kepada satu misi dari Allah yaitu mempersiapkan umat Israel menyambut kedatangan Mesias yang dinantikan. Renungan Atas Bacaan Kerendahan hati secara mutlak diperlukan bagi seorang beriman. Apabila tidak memiliki sikap rendah hati nisacaya tidak akan terdapat pengenalan diri, pertobatan, dan keselamatan. Oleh karena itu sikap rendah hati penting untuk senantiasa dimiliki setiap orang beriman. Sikap rendah hati adalah sikap yang mengakui bahwa dirinya tidak dapat berbuat apa-apa tanpa pertolongan dan penyertaan Tuhan. Namun, memiliki sikap rendah hati bukan persoalan yang mudah, terlebih dalam dunia yang serba individual. Yohanes Pembaptis adalah orang yang memiliki sikap rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama. Sekalipun banyak orang yang mengagumi dirinya namun ia tetap saja tidak mau menonjolkan apa yang dimilikinya. Dia benar-benar merasa bahwa dirinya hanyalah seorang pemberita/pembawa kabar untuk orang-orang yang menantikan Mesias. Demikian juga Yesaya ketika dipanggil Allah untuk mengabarkan kabar baik kepada orang-orang tertindas, ia pun menyampaikan bukan dalam kapasitas bahwa dirinya adalah orang yang penting. Yang penting dan akan datang ialah Mesias Khotbah Jangkep Desember 2011 itu sendiri. Melalui pemberitaan tersebut, umat yang megalami keputusasaan oleh karena berbagai macam masalah dan penindasan dalam hidup, mereka memiliki pengharapan bahwa mereka akan segera mendapatkan kelepasan. Allah selalu memperhatikan umat walau seringkali umat tidak merasakan. Kepedulian Allah kepada umat diwujudkan dalam tindakan revolusioner yakni dengan cara datang menjadi manusia dan melakukan berkarya dalam bidang moral, sosial, dan ekonomi. Karya Allah dalam kehidupan umat percaya hendaknya mengalir dalam kehidupan bersama dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, karya Allah untuk melepaskan manusia dari penindasan dan kesengsaraan benar-benar terwujud melalui tindakan kita. Mewartakan berita kepada orang-orang yang ada di sekitar kita perlu kita wujudkan melalui tindakan konkrit dalam berbagai macam bidang, baik moral, sosial, dan ekonomi. Semua itu kita lakukan bukan untuk kemegahan diri kita melainkan untuk misi Allah yakni terwujudnya damai sejahtera dalam kehidupan umat manusia. Dengan kerendahan hati hendaknya kita senantiasa mewartakan kabar sukacita tersebut. Harmonisasi Bacaan Leksionari Kepedulian Allah kepada umat diwujudkan melalui karya untuk membebaskan umat dari belenggu penindasan dan penderitaan. Karya tersebut nyata melalui datangnya Mesias. Sebelum Mesias datang, Allah menghendaki umat dipersiapkan terlebih dahulu. Melalui Yesaya maupun Yohanes Pembaptis Allah menyampaikan kabar akan datangnya Mesias yang telah ditungguh-tunggu oleh umat. Dengan segala kerendahan hati Yohanes pembaptis dan Yesaya menerima panggilan dan menyampaikan kabar baik kepada umat. Maria sebagai orang yang dipercaya oleh Allah juga merasakan sukacita oleh karena kehebatan dan kedasyatan Allah yang memakai dirinya untuk mewujudkan kabar baik tersebut. Pokok dan Arah Pewartaan Tugas panggilan orang percaya adalah mewartakan kabar baik kepada sesame. Dalam mewartakan kabar baik tersebut sikap rendah hati sangat diperlukan. Khotbah Jangkep Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus erendahan hati secara mutlak diperlukan bagi seorang beriman. Apabila tidak memiliki sikap rendah hati nisacaya tidak akan terdapat pengenalan diri, pertobatan, dan keselamatan. Oleh karena itu sikap rendah hati penting K Khotbah Jangkep Desember 2011 untuk senantiasa dimiliki setiap orang beriman. Sikap rendah hati adalah sikap yang mengakui bahwa dirinya tidak dapat berbuat apa-apa tanpa pertolongan dan penyertaan Tuhan. Namun, memiliki sikap rendah hati bukan persoalan yang mudah, terlebih dalam dunia yang serba individual. Oleh karena itu kita akan belajar dari bacaan kita saat ini. Bacaan saat ini mengajarkan kepada kita untuk memiliki sikap hidup yang rendah hati di hadapan Tuhan. Sikap rendah hati yang demikian tercermin dalam diri Yohanes Pembaptis. Peristiwa orang banyak yang berbondong-bondong datang kepada Yohanes Pembaptis dengan pertanyaan apakah dirinya adalah Mesias dapat membawa sikap merasa diri dibutuhkan, merasa diri orang yang terkenal, tinggi hati dll. Namun, dalam situasi demikian, Yohanes Pembaptis tetap mencerminkan sebuah sikap yang rendah hati dan tidak membesarkan dirinya, tidak membanggakan dirinya. Sekalipun banyak orang kagum terhadap dirinya namun ia tetap hidup dalam kerendahan hati oleh karena ia hanyalah seorang pembuka jalan bahkan membuka kasut Mesias yang dinantikan oleh umat pun tidak layak. Betapa Yohanes Pembaptis benar-benar merasa dirinya tidak memiliki apa-apa karena dia hanya seorang yang memberi kesaksian tentang Terang yang akan datang. Kerinduan Yohanes Pembaptis yang utama ialah memberitakan bahwa terang itu datang ke dalam dunia sebagai manusia. Ia tidak sedikitpun merebut kemuliaan Mesias karena dirinya hanyalah manusia yang lemah dan tidak memiliki kekuatan apa-apa di hadapan Tuhan. Sikap Yohanes Pembaptis ini menunjukkan kepada kita bahwa keseluruhan kehidupannya untuk misi Allah yakni menyiapkan Israel menyambut kedatangan Kristus. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Seperti halnya Yohanes Pembaptis yang mengemban tugas dari Allah membuka jalan mempersiapkan umat untuk menyambut kedatangan Mesias, demikian juga nabi Yesaya. Nabi Yesaya dipanggil oleh Allah untuk menyatakan karya keselamatan yang membebaskan dan menyelamatkan umat. Umat yang sedang mengalami kesulitan dan penindasan mengharapkan datangnya pertolongan. Seakan tidak ada lagi harapan untuk bertahan hidup oleh karena beratnya penindasan yang harus dialami oleh umat. Yesaya menerima panggilan Allah untuk menyampaikan kepada umat tentang kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung. Kehadiran Yesaya di tengah umat, mampu memberikan pengharapan bagi mereka. Umat merasakan bahwa dalam penindasan yang dialami Allah berkenan untuk mengingat mereka. Khotbah Jangkep Desember 2011 Mesias akan segera datang untuk membebaskan mereka dan memberikan keselamatan kepada umat. Janji tersebut merupakan janji yang pasti akan ditepati. Terhadap janji yang dinyatakan Tuhan, Maria memuji dan mengagungkan kebesaran Allah karena Allah yang Maha Tinggi memperhatikan kerendahan derajat hambaNya. Semua orang akan menyebut Maria berbahagia karena Allah telah melakukan perkara besar kepada Maria. Tindakan Allah benar-benar merupakan tindakan revolusioner dalam tiga bidang, yakni: moral, Allah memperhatikan orang-orang yang rendah dan memerangi orang yang tinggi hati; sosial, Allah merendahkan orang-orang yang tinggi hati dan meninggikan orang-orang yang rendah; ekonomi, Allah memberi makan kepada orang lapar dan menolak orang-orang kaya. Bagi orang yang mau menerima karya Allah dalam kerendahan maka ia akan merasakan suatu kebahagiaan dalam kehidupan yang dijalaninya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Saat ini kita memasuki minggu adven ke 3, tinggal beberapa saat lagi kita sampai pada peringatan kadatangan Mesias ke dalam dunia. Apa yang harus dilakukan dalam kehidupan saat kita masuk dalam minggu adven saat ini? Sebagaimana Allah memanggil Yesaya untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang sangat membutuhkan, saat ini pun kita juga dipanggil untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang membutuhkan. Di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara terdapat persoalan moral, sosial, dan ekonomi yang sangat menekan kehidupan rakyat. Dalam konteks demikian, sebagaimana Allah telah berkarya dalam tindakan revolusioner, demikian juga kita dipanggil untuk mewujudnyatakan karya Allah dalam kehidupan bersama. Dalam kehidupan dewasa ini, banyak orang yang merasa bahwa dirinya paling benar dan menganggap orang lain ada di bawah kekuasaan dirinya. Untuk memerangi orang yang tinggi hati tersebut harus dimulai dari diri kita sendiri, yakni memiliki sikap rendah hati dan tidak menganggap diri kita adalah orang yang paling bisa dalam segala hal. Semampu-mampu kita tidak ada bandingnya dengan kuasa dan kehebatan Allah. Itulah sebabnya sikap Yohanes Pembaptis merupakan cermin bagi kita untuk tidak merasa diri lebih dari orang lain. Sekalipun memiliki kelebihan, tetapi tidak perlu ditonjolkan. Demikian juga dalam kondisi ekonomi yang semakin sulit, kita dipanggil untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang mengalami kesulitan. Berbagi kasih kepada orang-orang yang membutuhkan itu adalah tindakan yang harus senantiasa diwujudkan. Berbagi kasih dapat diwujudkan melalui tindakan konkret kita, salah satunya pemberdayaan ekonomi jemaat. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Respon kita untuk mewartakan kabar baik kepada dunia hendaknya kita lakukan dengan penuh kerendahan hati dan merupakan buah dari pertobatan kita. Masa adven Khotbah Jangkep Desember 2011 tidak aka ada artinya tanpa perbuatan konkret dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, dalam masa adven (baik penantian akan peringatan kedatangan Tuhan Yesus dan juga penantian akan kedatangan Tuhan yang kedua) marilah kita senantiasa mewartakan berita sukacita dengan tetap memiliki sikap yang rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama. Pewartaan berita sukacita tersebut kita wartakan dalam rangka misi Allah yakni terwujudnya damai sejahtera bagi seluruh umat. Amin Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Nats Persembahan : Roma 11:25-26 : Filipi 2: 5-7 : II Korintus 9: 6-7 Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pembukaan Nyanyian Pengakuan Nyanyian Kesanggupan Nyanyian Persembahan Nyanyian Penutup : KJ 87:1, 3, 5 : KJ 26:1,2,3 : KJ 84:1,3 : KJ 77:1-9 : KJ 432:1,2 Khotbah Jangkep Desember 2011 Khotbah Jangkep Minggu, 11 Desember 2011 Pekan Adven Kaping Tiga (Ungu) MARTOSAKEN KABAR KABINGAHAN KANTHI ANDHAP ASOR WUJUD WOHING PAMRATOBAT Waosan I: Yesaya 61:1-4, 8-11; Tanggapan: Lukas 1:46b-55; Waosan II: Tesalonika : 16-24; Waosan III: Injil Yohanes 1:6-8, 19-28 Khotbah Jangkep Pasamuwan ingkang kinasih wonten ing Sang Kristus, ndhap asor satunggaling sikep ingkang penting tumrap tiyang pitados. Menawi boten nggadhahi sikap andhap asor tiyang boten saged nyumerepi dhirinipun piyambak, boten saged mratobat, lan boten saged pikantuk kawilujengan. Awit saking punika, tiyang pitados kedah nggadhahi sikap andhap asor. Ingkang dipun-wastani andhap asor inggih punika patrap ingkang purun ngakeni bilih piyambakipun punika boten saged punapa-punapa, boten nggadhahi kikayatan punapapunapa wonten ing ngarsanipun Gusti. Nggadhahi sikap andhap asor sanes prakawis ingkang gampil, punapa malih ing salebeting gesang ingkang namung nengenaken dhiri pribadi. Sumangga kita sami sinau saking waosan ing wekdal samangke. Waosan kita samangke mulang dhateng kita supados tiyang pitados nggadhahi sikep andhap asor wonten ing ngarsanipun Gusti lan sesami. Sikap andhap asor saged kita tinggali saking Yokanan Pembaptis. Nalika wonten tiyang kathah sami sowan dhateng Yokanan Pembaptis lan nyuwun pirsa punapa piyambakipun punika Mesias, Yokanan Pembaptis mratelakaken dhirinipun sacara jujur. Sinaosa kathah tiyang ingkang sami gumun lan ngantu-antu rawuhipun Sang Mesias, nanging Yokanan Pembaptis tetep andhap asor mangsuli pitakenan punika. Piyambakipun boten purun gumunggung lan ngegungaken dhirinipun. Yokanan Pambaptis mratelaken bilih piyambakipun punika sanes Mesias, namung tiyang ingkang mbikak margi malah nguculi tangsuling trumpahipun kemawon boten pantes. Yokanan Pambaptis ngrumaosi bilih piyambakipun boten nggadhahi kuwaos punapa-punapa, karana namung mratelakaken A Khotbah Jangkep Desember 2011 paseksen bab pepadhang ingkang badhe rawuh. Yokanan Pembaptis mratelakaken dhateng kita bilih sawetahing gesangipun kagem Gusti Allah inggih punika nyawisaken Israel nampi rawuhipun Sang Mesih. Pasamuwan ingkang kinasih, Kadosdene Yokanan Pambaptis nampi ayahan saking Gusti Allah nyawisaken margi kagem rawuhipun Sang Mesih, makaten ugi nabi Yesaya. Nabi Yesaya katimbalan dening Gusti Allah mratelakaken lan martosaken pakaryaning kawilujengan kangge milujengaken umat lan ngluwari umat saking kawontenan ingkang nindhes. Umat ingkang wonten ing kawontenan awrat awit panindhes ngantu-antu rawuhipun pitulungan saking Gusti. Kados-kados boten wonten pangajeng-ajeng kangge nglajengaken lampahing gesang, awit awrating panandhang ingkang kasandhang. Ing salebeting kawontenan ingkang kados makaten nabi Yesaya katimbalan dening Gusti martosaken kabar kabingahan dhateng tiyang miskin, “nambani wong sing atiné semplah, ngumumaké pangluwaran marang wong tahanan, lan kamardikan marang wong sing dikunjara.“ Pawartos ingkang kawartosaken dening nabi Yesaya punika ndadosaken umat sami nggadhahi pangajeng-ajeng dhumateng Gusti. Umat ngraosaken bilih ing salebeting panindhes Gusti Allah saestu boten nilar umatipun. Sang Mesih ingkang dipun antu-antu dening umat punika enggal badhe rawuh ngluwari lan paring kawilujengan. Prasetyan punika minangka prasetya ingkang gumathok lan temtu kelampahan. Tumrap prasetya ingkang kados makaten Maria memuji lan ngluhuraken asmanipun Gusti ingkang agung ingkang sampun karsa nggatosaken umat kagunganipun. Sadaya tiyang badhe mastani Mariyam tiyang ingkang bingah awit Panjenganipun nindakaken prakawis ingkang ageng ing salebeting gesangipun. Lumantar Mariyam, Gusti Allah makarya rawuh ing jagad. Pakaryanipun Gusti punika saestu pakaryan ingkang ngedab-edabi. Pakaryan ing babagan moral, mratelakaken dhateng kita bilih Gusti Allah nggatosaken tiyang-tiyang andhap lan numpes tiyang ingkang gumunggung. Ing babagan sosial, Gusti Allah ndadosaken asor tumrap tiyang ingkang gumunggung lan numpes, lan ndadosaken inggil tumrap tiyang ingkang asor. Ing babagan ekonomi, Gusti Allah paring tetedhan dhateng tiyang ingkang luwe lan nampik tiyang-tiyang sugih. Saben tiyang ingkang nampi pakaryanipun Gusti wonten ing sikep andhap asor, badhe ngraosaken kabingahan lan tentrem rahayu. Pasamuwan ingkang kinasih, Wekdal samangke kita sampun lumebet ing minggu adven kaping 3, sekedhap malih kita dumugi ing pengetan rawuhipun Sang Mesih dhateng jagad punika. Punapa ingkang kedah kita tindakaken? Kadosdene anggenipun Gusti Allah nimbali nabi Yesaya, Khotbah Jangkep Desember 2011 makaten ugi Panjenanganipun nimbali kita supados martosaken kabar kabingahan kangge tiyang ingkang mbetahaken. Ing satengahing gesanging bangsa lan negari punika, dadosa ing babagan moral, ekonomi, lan sosial kita katimbalan martosaken kabar kabingahan. Pakaryanipun Allah ingkang ngedab-edabi punika kedah kita wartosaken lumantar tumindak ingkang nyata ing salebeting gesang sesarengan. Ing satengahing kawontenan ingkang sarwa mentingaken dhiri pribadi, kita katimbalan mujudaken pakaryanipun Gusti dados tiyang ingkang andhap asor, boten nganggep dhiri kita langkung sae tinimbang tiyang sanes. Wonten tetembungan ingkang mratelakaken dhateng kita: “Aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa”. Sinaosa kita punika kaparingan kaluwihan, nanging sampun ngantos kaluwihan kita punika ndadosaken kita gumunggung. Sikep andhap asor kedah kita bangun wiwit saking dhiri kita piyambak. Sinaosa kita punika nggadhahi kaluwihan ingkang unggul nanging punika boten wonten punapa-punapanipun menawi katandhingaken kaliyan panguwaosipun Gusti. Awit saking punika sikap Yokanan Pembaptis punika saged dados kaca pengilon tumrap kita sadaya. Sinaosa gadhah kaluwihan nanging boten nengenaken kekiyatan lan kasagedan kita. Makaten ugi ing babagan ekonomi ingkang sarwa mrihatosaken, kita katimbalan martosaken kabar dhateng sesami kita lumantar pakaryan ingkang saged kita tindakaken, kadosta “pemberdayaan ekonomi jemaat”, lsp. Pasamuwan ingkang kinasih, Tanggapan kita kangge martosaken kabar kabingahan punika kedah kita lampahi kanthi sikep andhap asor lan punika minangka woh saking pamratobat kita. Pramila, ing minggu adven punika kita tansah martosaken kabar kabingahan kanthi sikep andhap asor ing sangajenging sesami lan ngarsanipun Gusti. Anggen kita martosaken kabar kabingahan punika ing salebeting ancas mujudaken tentrem rahayu kangge sadaya umat. Amin. Khotbah Jangkep Desember 2011 Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat Pitedah Gesang Anyar Pangatag Pisungsung : Rum 11: 25-26 : FIlipi 2:5-7 : II Korinta 9: 6-7 Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka Kidung Panalangsa Kidung Kasanggeman Kidung Pisungsung Kidung Panutup :KPK 211:1-3 :KPK 45: 1, 2 :KPK 214: 1-3 :KPK 70: 1-5 :KPK 174: 1-3 Khotbah Jangkep Desember 2011 Khotbah Jangkep Minggu, 18 Desember 2011 Pekan Adven Ke Empat (Ungu) “KU JAWAB YA, TUHAN” Bacaan I: 2 Samuel 7:1-11,16; Tanggapan: Mazmur 89:1-4,19-26 Bacaan II: Roma 16:25-27; Bacaan III: Lukas 1:26-38 Dasar Pemikiran Jika Tuhan hadir dalam hati kita, itu karena kasih Tuhan kepada kita. Siapapun kita, Tuhan telah memilih dan kita menjawab “Ya” untuk menanggapinya. Namun sayang, ternyata kita tidak serius menjalani panggilan Tuhan ini; berani menjawab, tidak berani bertanggungjawab. Jawaban kita masih sebatas ikut-ikutan atau sekadar formalitas. Keterangan Tiap Bacaan II Samuel 7:1-11,16 (KerajaanMu kokoh untuk selamanya) Kesuksesan dan kejayaan Raja Daud tidak terlepas dari campur tangan Allah yang telah memilihnya. Raja Daud berhasil menjalankan tugas panggilan Allah dengan baik. Kesuksesan tidak menyebabkan dia berpaling dari Allah, justru semakin mendekatkan diri kepada Allah. Kerinduan untuk mendirikan Rumah Allah adalah bentuk nyata kedekatannya dengan Allah. Walaupun ‘Rumah Allah’ baru dapat dibangun oleh keturunannya, Daud harus terus mempersiapkan. Mazmur 89:1-4,19-26 (Tuhan menentukan yang dipilih) Pemazmur menyaksikan bahwa ketika Allah menetapkan pilihan-Nya, Ia sekali-kali tidak akan meninggalkannya. Kasih setia Allah akan tetap ditegakkan untuk orang-orang yang telah dipilih-Nya. Daud adalah salah satu yang menerima pilihan tersebut. Segala bentuk ancaman dan rintangan dihadapinya dengan sabar dan Tuhan Allah sendiri yang menguatkannya. Khotbah Jangkep Desember 2011 Roma 16:25-27 (Yang sekarang telah dinyatakan) Dalam Yesus Kristus, pernyataan rahasia yang dinanti-nantikan sejak berabad-abad sudah menjadi nyata. Kehadiran Yesus Kristus menjadi puncak penantian bagi umat Tuhan. Selain oleh karena kuasa Tuhan, hal ini terjadi karena ada ketaatan iman yang dimiliki orang-orang (dan Nabi-nabi) pilihan-Nya; yang bersedia dipakai dan mau berkorban untuk melaksanakan tugas panggilan dari Allah. Paulus harus mewartakan berita ini, juga kepada jemaat di Roma. Lukas 1:26-38 (Ya, aku bersedia) “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”, demikian Maria menjawab panggilan Tuhan melalui malaikat-Nya. Jawaban Maria ini tidak berdasarkan untung-rugi, tetapi berdasar totalitas ketaatannya kepada Tuhan. Sehingga dia yang perawan dan masih muda berani mengambil resiko besar memenuhi panggilan Tuhan. Kalau tidak ada ketaatan iman sungguh-sungguh, tidak mungkin jawaban itu terucap dari mulutnya. Renungan atas Bacaan Ada lagu Sekolah Minggu yang syairnya demikian: Dengar Dia panggil nama saya, dengar Dia panggil namamu. Dengar Dia panggil nama saya, juga Dia panggil namamu. Oh, giranglah, Oh, giranglah Yesus amat cinta pada saya, oh giranglah. Kujawab ya.., ya.., ya..! Kujawab ya.., ya.., ya..! Kujawab Ya, Tuhan. Lagu ini sangat akrab di telinga anakanak. Bagi sebagian warga dewasa, lagu ini juga masih diingat sebagai lagu Sekolah Minggu favorit. Namun demikian, menjawab panggilan Tuhan dengan jawaban “Ya” dalam kenyataannya sulit untuk dilakukan. Tidak sedikit yang semula menjawab ‘Ya’, di lain waktu mengingkari jawabannya. Mengapa bisa demikian? Ternyata menerima panggilan Tuhan untuk menjadi hamba pilihan-Nya membutuhkan pengorbanan yang tidak ringan. Daud misalnya, Ia serius menjalani panggilan Allah untuk menggembalakan umatNya. Segala tantangan dan musuh-musuhnya keberhasilan itu juga karena keseriusannya menjalankan panggilan Tuhan. Paulus konsekwen atas jawabannya sebagai seorang yang dipilih Tuhan. Konsekuensinya adalah menyampaikan berita keselamatan kepada lebih banyak orang. Walaupun berat oleh karena berbagai tantangan dari luar dan dalam, tetapi ia tetap setia menjalankan panggilan Allah atas dirinya. Semua bisa menjawab panggilan Allah atas dirinya. Mungkin bisa jadi Daud dan Paulus memiliki bakat dan karisma sebagai pemimpin atas banyak orang. Namun bukan berarti harus yang demikian. Orang yang sederhana pun dipilih oleh Tuhan. Buktinya, Khotbah Jangkep Desember 2011 Maria. Ia juga menjawab ‘Ya’, walaupun tugas sebagai Ibu Yesus tidak ringan. Namun bersyukur, teladan mulia bisa nampak dari pribadi Maria. Dia sanggup. Yang sederhana dan miskin pun, bisa melakukannya. Harmonisasi bacaan Leksionari Menjawab panggilan Tuhan bukan untuk memuliakan diri sendiri. Sebaliknya penuh resiko dan tantangan besar. Tuhan yang memanggil tentu menyertai dan melindungi. Menjawab ‘Ya’ untuk berkarya mewujudkan Kerajaan Allah adalah tindakan yang mulia, bukan demi menguntungkan diri sendiri. Pokok dan Arah Pewartaan Mari menjawab ‘Ya’ atas panggilan Allah demi terwujudnya Kerajaan Allah di bumi sehingga bumi semakin terang, meneruskan Terang Sejati yang telah lebih dahulu menerangi kita. Khotbah Jangkep Jemaat yang dikasihi Tuhan, aria yang tinggal di desa Nazaret, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perempuan-perempuan lain. Namun ada satu hal yang menarik dari Maria. Ia bersedia menjawab panggilan Allah untuk menyatakan kasihNya kepada umat manusia. Keadaan sosial-ekonomi Maria yang sederhana, usianya yang masih muda, dan posisinya yang lemah sebagai seorang perempuan tidak menghalangi Allah menjadikan dia wanita yang layak untuk melahirkan Yesus Kristus. Mungkin sangat mengherankan bahwa Allah ternyata tidak memilih salah seorang wanita dari kaum bangsawan yang tinggal di istana raja Herodes atau wanita yang tinggal di kota Yerusalem. Justru memilih Maria yang hanya seorang perempuan Nazaret. Apalagi Nazaret kala itu adalah sebuah desa yang tidak ternama, yang rata-rata penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan dan umumnya kurang terpelajar. Orangorangnya dikenal memiliki tingkah-laku yang kasar, kurang sopan, dan tidak berpengetahuan. Sehingga pernah suatu saat ketika Natanael diajak oleh Filipus untuk mengenal Yesus yang tinggal di Nazaret, secara spontan Natanael berkata: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh. 1:46). Orang banyak bisa saja mengabaikan penduduk desa yang sering dianggap miskin dan kurang terpelajar. Namun bagi Allah, orang desa atau pribadi yang lemah dan kurang terpelajar juga mendapat kesempatan untuk menjadi sosok pribadi yang dipilih- M Khotbah Jangkep Desember 2011 Nya. Bagi kebanyakan orang, mungkin sosok seperti Maria adalah sosok yang lemah. Namun Allah melihat berbeda. Pada pribadi Maria ada keistimewaan. Keistimewaan itu menjadi jelas manakala berani menjawab kehendak Tuhan yang memanggilnya dengan jawaban, ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Jawaban Maria bukan tanpa pertimbangan. Sebagai seorang perempuan Yahudi, ia tentu sudah mengetahui resiko dari jawaban tersebut. Jawaban itu dapat membawa Maria kepada situasi yang sangat berbahaya. Siapa yang percaya bahwa waktu itu Maria mengandung dari Roh Kudus? Masyarakat hanya tahu bahwa Maria saat itu belum menikah, tepatnya dia baru dalam status bertunangan, sehingga peristiwa kehamilan Maria akan menjadi suatu persoalan besar. Hukum Taurat menyatakan: ”Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan, jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu” Ul. 22:23-24. Dengan demikian, Maria yang mau menyambut kabar dari malaikat Tuhan sebenarnya berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Masyarakat yang tinggal di Nazaret dapat menghukum Maria dengan hukuman rajam. Di sisi satu, pilihan Tuhan atas dirinya ditanggapi Maria dengan sukacita. Namun di sisi lain mengandung resiko yang tidak ringan. Kesukacitaan Maria tidak membawa kesombongan bahwa ia telah dipilih Tuhan. Namun kesukacitaan itu justru ditanggapi dengan sikap rendah hati. Siapa ia, sehingga Tuhan memilihnya. Pernyataan ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan”, menunjukkan posisinya dan posisi Tuhan. Maria tidak jatuh ke dalam kesombongan iman seperti kebanyakan orang di dunia ini, yang menanggapi pilihan Tuhan dengan sikap sombong rohani. Merasa dipilih kemudian menggunakan kesempatan itu untuk menonjolkan dirinya di hadapan sesama. Sudah demikian, ketika berhadapan dengan resiko dan tantangan, dia melarikan diri, lepas tanggung jawab sebagai pribadi pilihan Tuhan. Kesetiaan dan kesabaran Maria sebagai pribadi yang menjawab ‘Ya’ atas pilihan Tuhan terbukti dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam melaksanakan tugas panggilan Tuhan, Maria yang masih muda-belia itu memposisikan dirinya selaku hamba Tuhan dan menempatkan kehendak Allah di atas segala-galanya. Dia menyambut kehendak Allah itu dengan hati tulus, walaupun sadar bahwa ketaatannya dapat berakibat buruk. Jadi di balik kesederhanaannya, ternyata Maria menyingkapkan keagungan iman dan kasihnya kepada Allah. Dia lebih menonjolkan ketaatannya yang Khotbah Jangkep Desember 2011 mutlak dan siap menanggung risiko asal kehendak Allah terlaksana. Bukankah sikap Maria yang taat tanpa syarat kepada Allah merupakan contoh orang beriman yang ideal? Kehidupan kita justru berbeda! Model iman yang sering kita kembangkan adalah model ketaatan yang serba bersyarat. Kita mau taat kepada Tuhan, asalkan keinginan dan harapan kita terpenuhi. Kita mau setia kepada Kristus, asalkan menguntungkan diri kita. Kita mau mengikut dan percaya kepada Kristus, asalkan tidak menanggung risiko yang buruk. Tepatnya model iman yang sering kita kembangkan masih berdasar pada egoisme diri, kehendak atau kepentingan diri begitu ditonjolkan sehingga tidak tersedia ruang untuk kehendak Allah. Dalam hal ini ruang hati kita yang begitu luas lebih banyak didominasi oleh kehendak dan keinginan diri, sedangkan kehendak Allah ditempatkan di ruang/sudut yang paling terpencil. Lihatlah Daud, leluhur Maria; keberhasilannya sebagai hamba pilihan Allah tidak diakui sebagai hasil jerih payahnya sendiri. Kesuksesan tinggal di istana tidak menjadikan dirinya sombong. Diakui bahwa pilihan Allah atas dirinya tidak untuk kepentingan pribadi Daud dan keluarga, melainkan lebih dari itu, yaitu untuk membangun kemuliaan Allah. Jawaban ”Ya” pemuda desa penggembala domba ini ditempatkan dalam posisi pengabdiannya kepada Allah. Setelah menjadi orang sukses, keinginan Daud untuk membangun Rumah Allah adalah bentuk kesadaran akan keberadaan dirinya dan Tuhannya. Kalau dirinya tinggal di istana yang terbuat dari kayu aras, seharusnya Allah mendapat perhatian lebih dari itu. Demikian juga Rasul Paulus. Ada konsekuensi yang besar sebagai pribadi yang telah menjawab “Ya” atas panggilan Kristus Yesus. Konsekuensinya adalah melakukan pelayanan dan kesaksian Injil kepada lebih banyak orang, termasuk yang ada di Roma. Bukan untuk keagungan nama diri, melainkan demi memasyurkan nama Allah. Melalui Maria, Daud, dan Rasul Paulus, kita bisa melihat pribadi-pribadi yang berani menjawab “Ya” atas panggilan Allah kepada dirinya. ”Ketaatan yang mutlak dan tanpa syarat kepada Allah itulah yang menyebabkan mereka berhasil. Melalui mereka kita belajar mengenai model spiritualitas ketaatan iman”. Melalui Yesus Kristus yang datang ke dunia ini, kita semakin diperkaya dan diselamatkan melalui ketaatan-Nya sebagai Anak Allah yang mau mengosongkan dan merendahkan diri. Pertanyaannya, apakah kehidupan rohani kita setiap hari ditandai oleh ketaatan dan kesetiaan yang tulus tanpa syarat sebagaimana yang dinyatakan oleh Kristus? Seandainya saat ini kita merasa miskin dan papa, tidak terlalu berpengetahuan serta tidak berdaya; jangan mengecilkan dan mengasihani diri sendiri untuk memberi alasan tidak sanggup melaksanakan kehendak Allah. Lihatlah diri Maria yang juga papa, miskin, dan tidak terpelajar tetapi memiliki hati yang agung dan setia melaksanakan kehendak Khotbah Jangkep Desember 2011 Allah tanpa syarat. Sehingga tepatlah jika Maria tidak hanya ibu bagi kanak-kanak Yesus, tetapi juga adalah ”ibu orang beriman” bagi kehidupan kita. Amin. Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Nats Persembahan : Yohanes 3:16 : I Petrus 1:13-16 : Matius 2:11 Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian pembukaan Nyanyian penyesalan Nyanyian Kesanggupan Nyanyian Persembahan Nyanyian Penutup : KJ 76:1,2 : KJ 81:1-3 : KJ 84:1,2 : KJ 85:1: KJ 426:1,3 Khotbah Jangkep Desember 2011 Khotbah Jangkep Minggu, 18 Desember 2011 Pekan Adven Kaping Sekawan (Ungu) “INGGIH, KULA TAMPI DHAWUH PADUKA GUSTI” Waosan I: II Samuel 7:1-11, 16; Tanggapan: Jabur 89:1-4, 19-26 Waosan II: Rum 16:25-27; Waosan III: Injil Lukas 1:26-38 Khotbah Jangkep Pasamuwan ingkang dipun tresnani dening Gusti, ribadi Maryam ingkang dedalem ing dhusun Nazaret, kawontenanipun boten beda kaliyan pawestri sanesipun. Nanging ingkang narik kawigatosan inggih punika bilih piyambakipun wantun dados abdi ingkang kaagem dening Gusti mbabar pakaryan agung. Sanadyan kawontenanipun namung prasaja, umuripun taksih anem lan ringkih miturut jejering wanita, nanging boten njalari piyambakipun nyelaki timbalan dados ibu ingkang kepareng nglairaken Sang Timur Gusti Yesus Kristus. Kados nggumunaken dene Gusti boten nuding satunggaling wanita saking trah pangagenging bangsa (ningrat) ingkang manggen ing kedhatoning Prabu Herodes, utawi wanita ingkang manggen ing kitha Yerusalem. Ingkang dipun kersakaken dening Gusti kepara satunggaling wanita prasaja saking Nazaret, ing pundi dhusun Nazaret rikala semanten sanes papan ingkang sae. Warganing dhusun Nazaret kagolong miskin, tingkah-polahipun kaanggep kirang sopan lan taksih winates ing bab pangertosanipun. Mila nate nalika Natanael kaajak dening Filipus sowan dhateng Gusti Yesus ingkang lenggah ing Nazaret, Natanael pratela; "Saka Nasarèt apa ana barang sing becik?" (Yoh. 1:46 Kitab Suci Basa Jawi Padintenan) Tiyang kathah saged kemawon ngremehaken warga dhusun ingkang asring kaangep miskin lan cubluk ing pangertosan. Nanging ing ngarsanipun Gusti, tiyang dhusun punapa dene pribadi ingkang ringkih lan cubluk ugi kaparingan nanggapi dados abdi pilihanipun. Kanggenipun tiyang kathah saged ugi pribadi kados Maryam punika kaanggep ringkih, nanging tibakipun; anggenipun Gusti mirsani boten makaten. Ing pribadi Maryam dumunung kaunggulan. Kaunggulanipun Maryam punika nyata nalika wantun nanggapi timbalanipun Gusti lumantar Malaikatipun kanthi pamunjuk makaten; P Khotbah Jangkep Desember 2011 "Kawula menika abdinipun Pangéran. Sadaya wau kelampahana tumraping kawula, kados ingkang Panjenengan ngandikakaken menika." Wangsulanipun Maryam temtu kalair sasampunipun timbalan punika karaosraosaken kanthi lebet. Jejer tiyang estri warganing masyarakat Yahudi, piyambakipun temtu sampun mangretos bilih wangsulanipun punika ndhatengaken bebaya ingkang awrat tumrap kawilujenganipun. Tiyang kathah sami boten gampil pitados bilih anggenipun ngandheg punika awit pakaryanipun Sang Roh Suci. Mangretosipun tiyang, Maryam punika dereng emah-emah lan taksih pepacangan. Mila menawi piyambakipun ngandheg, punika dados prakawis ingkang ageng. Paugeraning Toret nyathet makaten; Yèn ana wong lanang konangan lagi nuroni prawan ing sawijining kutha, mangka prawan mau wis duwé pacangan, wong lanang lan prawan mau loro-loroné kudu digawa metu saka kutha lan dibenturi watu nganti mati. Prawan mau kudu dipatèni, merga ora bengok-bengok njaluk tulung, ing ngatasé ana ing kutha, sing wong-wongé mesthi padha krungu. Déné wongé lanang kudu dipatèni, merga nuroni prawan sing wis duwé pacangan. Nganggo cara mengkono kowé bakal mbrantas piala mau (Pangandaring Toret 22:23-24). Kanthi makaten, Maryam ingkang nanggapi timbalanipun Gusti lumantar malaikatipun, sejatosipun kaancam kawilujenganipun. Masyarakat sakiwa-tengenipun saged kemawon tumindak kados ingkang kaemot ing Kitab Toret punika punapa wontenipun. Kapilih dados abdi ingkang ngemban dhawuhipun Gusti, ing setunggal sisih katampi kanthi bingahing manah, nanging ing sisih sanes mbekta akibat ingkang awrat kanggenipun Maryam. Kapilih dados ibu ingkang kepareng nglairaken Sang Jabang Bayi Yesus Kristus, boten njalari Maryam gumunggung. Pawartos kabingahan punika tinampi kanthi lembah manah. Piyambakipun ngrumaosi namung saderma abdi, kados tetembungan ingkang kalairaken; "Kawula menika abdinipun Pangéran”. Saking pangaken punika, Maryam pancen gadhah sikep andhap-asor. Piyambakipun boten rumaos angkuh awit sampun kapilih, utawi gumunggung kados emperipun katindakaken dening kathah tiyang, ingkang gumunggung ing karohanen nanging mlempem ing tumindak. Kasetyan lan kasabaranipun Maryam minangka abdi ingkang nanggapi timbalanipun Gusti nyata ing sauruting gesangipun. Piyambakipun purun tanggel jawab tumrap wangsulanipun. Maryam dados abdi ingkang tumindak kanthi tumemen jumbuh kaliyan dhawuh timbalanipun. Piyambakipun mapanaken pribadinipun estu minangka abdi ingkang ngecakaken dhawuhipun Gusti. Piyambakipun nanggapi karsanipun Gusti punika kanthi manah ingkang tulus, sanajan ugi ngrumaosi wonten akibatipun. Maryam, satunggaling pawestri ingkang prasaja, nanging jebul kagungan iman kapitadosan lan katresnan dhumateng Gusti ingkang estu nengsemaken. Piyambakipun ngutamekaken kasetyanipun dhumateng Gusti kanthi wetah lan samekta nanggel sadaya akibatipun. Maryam wantun ngadhepi bebaya uger karsanipun Gusti saged kalampahan. Sikep Khotbah Jangkep Desember 2011 gesang ingkang kados makaten punika ingkang sejatosipun kasandhang dening para pitados. Sikep gesang pasrah lan sumarah purun kaagem dening Gusti mbabar pakaryan agungipun, punika sikep gesang ingkang luhur. Ingkang kelampahan ing gesang umumipun malah cengkah kaliyan sikep gesangipun Ibu Maryam. Cakriking iman ingkang wonten padatanipun cakriking iman ingkang wonten pamrihipun. Tegesipun kita purun dados abdinipun uger ndhatengaken kauntungan tumrap dhiri kita. Dadosa kauntungan materi utawi kajunjung asmaning dhiri. Kita purun setya uger gesang kita aman boten manggihaken rubeda ingkang awon. Cethanipun cakriking iman ingkang kita rembakakaken taksih nengenaken kapentingan dhiri, kapentinganing dhiri wau langkung pikantuk papan, dene karsanipun Gusti kalenggahaken ing pojokan, papan ingkang awon. Sumangga kita sami mirsani Prabu Dawud. Prabu Dawud anggenipun saged dados abdi pilihanipun Gusti boten kasawang minangka pambudidayanipun piyambak. Kaluhuranipun ngantos saged yasa kedathon saking kajeng eres katampi minangka peparingipun Gusti. Sanadyan makaten, Prabu Dawud boten dhawah ing sikep gumunggung. Awit Prabu Dawud ngrumaosi bilih tinimbalanipun dening Gusti boten namung kangge kapentingan pribadi utawi brayatipun, nanging supados asmanipun Gusti kaluhuraken lumantar umatipun. Mila nalika pangen mudha taruna, saking padhusunan punika katimbalan lan paring wangsulan “Inggih, kula sagah”, wangsulanipun kapapanaken minangka abdi ingkang bekti lan setya dhateng Gusti. Prabu Dawud boten saged nyupekaken Gusti. Gusti kedah tetep kalenggahaken langkung utami. Menawi Prabu Dawud sampun kaparingan kraton ingkang endah, Gusti Allah kedah nampi pakurmat nglangkungi ingkang sampun katampi. Kanggenipun Rasul Paulus, timbalanipun Gusti kapapanaken aji ing manahipun. Paulus ingkang katimbalan dening Gusti Yesus piyambak, samangke gesangipun kapisungsungaken kagem martosaken Kabar Kabingahan. Gesangipun boten kawengku malih dening raos sengit lan gething, nanging sampun salin kanthi kepareng handarbeni manah ingkang kawengku ing katresnan. Gusti kalenggahaken ing panggenan ingkang agung, inggih punika ing manah, ngantos Rasul Paulus saged rumaos boten awrat leladi ing sadhengah kawontenan, kalebet ngladosi pasamuwan ing Rum. Lumantar gesangipun Maryam, Dawud lan Rasul Paulus ingkang wantun nanggapi timbalanipun Gusti kanthi munjuk “Inggih, kula sagah”, kita sadaya kepareng nampi conto utawi patuladhan ingkang estu nengsemaken. Kasetyanipun ingkang wetah lan tanpa pamrih, punika ingkang njalari tetiganipun kasil dados abdinipun Gusti. Saking abdi-abdinipun Gusti punika kita saged sinau kadospundi gesanging karohanen/iman ingkang sae lan leres ing ngarsanipun Gusti. Langkung-langkung lumantar rawuhipun Sang Kristus Yesus ing jagad punika, kita sangsaya sumerep bilih kawilujengan kebabar lumantar kasetyanipun minangka Putraning Allah ingkang karsa ngorbanaken sarira. Khotbah Jangkep Desember 2011 Pitakenanipun samangke, punapa gesanging karohanen kita ing saben dinten kairing raos setya lan bekti ingkang tulus wonten ing ngarsanipun Gusti? Menawi samangke kita rumaos sekeng, mlarat, cubluk lan ringkih, boten prelu alit ing manah nampi timbalanipun Gusti tumrap gesang kita. Boten wonten alesan kanthi paring panjawab; “boten saged” utawi “sanes wekdal” awit timbalanipun Gusti mesthi kababar kanthi ancas ingkang agung murih kaluhuran asmanipun Gusti. Sumangga kita nyawang Maria ingkang ringkih lan boten kagungan, nanging nyandang sikep manah ingkang luhur lan setya nindakaken dhawuh timbalanipun Gusti tanpa pamrih. Maria boten mligi dados ibu saking Sang Bayi Yesus Kristus, nanging ugi minangka “ibu tiyang pitados” kagem gesang kita. Amin. Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat : Yokanan 3:16 Petedah Gesang Enggal : I Petrus 1:13-16 Pangatag Pisungsung : Mateus 2:11 Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka Kidung Pengaken Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Panutup : KPK 210:1,2 : KPK 46:1-3 : KPK 78:1,2 : KPK 185:1: KPK 156:1,2 Khotbah Jangkep Desember 2011 Khotbah Jangkep Setu, 24 Desember 2011 Pekan Malam Raya Natal (Putih) "YESUS DATANG SEBAGAI PENDAMAIAN BAGI DOSA MANUSIA" Bacaan I: Zakharia 2:10-13; Tanggapan: Mazmur 110:1-7; 1 Bacaan III: Yohanes 4:7-16; Bacaan III: Injil Yohanes 3:31-36 Tujuan: Saat merayakan Natal, manusia memiliki pengharapan dan menemukan kebahagiaan, bahwa Allah mempedulikan kelemahannya, sehingga mengutus anak-Nya untuk menyelamatkan manusia. Dasar pemikiran: Merayakan Natal adalah merayakan Kasih Allah yang mewujud dalam diri Tuhan Yesus. Peristiwa manusiawi Yesus ini patut dirayakan karena memberi arah baru bagi manusia dalam berhubungan dengan Tuhan-nya. Yesus lahir sebagai pendamaian/tebusan bagi manusia yang lemah dari hukuman maut. Keterangan Tiap Bacaan Zakharia 2:10-13 Israel harus bersukacita karena Allah berkenan diam di tengah-tengah mereka. Ini menunjukkan keberpihakan Allah kepada umat pilihan-Nya. Hal ini penting, mengingat Israel baru saja pulang dari tanah pembuangan dan harus membangun kembali Bait Allah. Tuhan berada di tengah-tengah mereka untuk melindungi dan memastikan umat setia kepada-Nya. Untuk itulah Tuhan mengutus Zakharia (artinya:Tuhan mengingat) untuk memimpin Israel menuju masa depan baru. Mazmur 110:1-7 "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Sekali lagi, senada dengan yang disampaikan dalam kitab Zakharia 2 tadi, Khotbah Jangkep Desember 2011 TUHAN Allah melindungi umat-Nya, hanya umat diminta untuk dekat dengan-Nya. Duduk di sebelah kanan bisa berarti mendapat wewenang, mendapat tanggungjawab. Sekaligus juga berarti karena menjadi yang dipercaya Allah, harus setia kepada Allah. Berada di kanan Allah, posisi yang mengingatkan untuk selalu melakukan kebenaran. 1 Yohanes 4:7-16 Karena kasih Allah sajalah, Ia berinisiatif mengutus Anak-Nya (Yesus) menjadi pendamaian bagi dosa-dosa kita. Kehendak Allah adalah supaya manusia merasakan kemerdekaan hidup karena terlepas dari dosa. Pendamaian adalah jaminan untuk berdamai. Di PL, kita menjumpai kata pendamaian untuk uang jaminan/uang tebusan (Keluaran 21:30) sebagai pengganti nyawa. Orang itu harusnya dilempari batu sampai mati karena ulah ternaknya, tetapi jika ia mampu membayar uang pendamaian atau tebusan, ia tidak jadi mati. Karena itu Yesus disebut penebus dosa. Hidup Yesus menjadi jaminan atau tebusan, agar manusia selamat dari hukuman maut. Yohanes 3:31-36 Kehadiran Yesus di dunia ini, tidak semata-mata ia "merasa" mengetahui atau sekedar mendapat perintah. Zakharia adalah nabi yang diutus Allah memimpin umat pada masa depan baru. Umat harus taat kepada Zakharia sebagai utusan Allah, agar mendapat sukacita surgawi. Jika kepada imam, nabi, pemimpin yang ditunjuk Allah saja umat harus percaya dan taat, terlebih kepada Yesus, Anak Allah sendiri. Yang kepadaNya diberikan segala sesuatu (ayat 35). Percaya kepada peristiwa Natal, percaya kepada kelahiran Yesus sebagai awal babak baru dalam hubungan manusia dengan Allah, berarti hidup baru bagi manusia. Renungan Atas Bacaan Dari jaman Zakharia hingga kelahiran Kristus, Allah senantiasa senang berada di antara manusia, umat kesayangan-Nya. Allah menghendaki hubungan yang erat antara manusia dan Dia. Jaman dahulu dibangun Bait Allah sebagai simbol kehadiran Allah di tengah manusia. Di jaman kemudian, kehadiran Yesus di dunia adalah kehadiran Allah. Allah tahu, bahwa manusia sulit mencapai kesempurnaan, kesucian seperti sebelum Adam dan Hawa jatuh dosa. Karena itu, Ia mengorbankan Anak yang dikasihi-Nya sebagai pendamaian bagi dosa manusia. Meskipun sejak awal kelahiran tahu, bagaimana nasib Anak itu kelak, Yesus tetap dibiarkan hadir dan menjalani takdir kehidupan-Nya. Demi kitalah yang penuh dosa dan sering tidak percaya ini, Yesus hadir menjadi tebusan. Tinggal kita mau ditebus dan menjalani hidup baru tidak? Khotbah Jangkep Desember 2011 Khotbah Jangkep: D alam pemberitaan media cetak dan elektronik sejak April 2011, Indonesia menghadapi soal tentang pembebasan awak kapal Sinar Kudus yang ditawan perombak Somalia. Uang tebusan yang diminta semakin naik dan nasib awak kapal itu semakin tidak jelas. Pihak keluarga jelas tidak mungkin mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Mereka hanya bisa pasrah dan berdoa, karena permohonan dan surat kepada Presiden waktu itu, belum membuahkan hasil nyata. Ketika naskah khotbah ini dirancang, sandera sudah memasuki hari ke-45. Seandainya pemerintah Indonesia mau membayar dahulu uang tebusan demi membebaskan awak kapal itu, mungkin tidak akan terkatung-katung nasib mereka. Dalam beberapa kasus penculikan, uang tebusan menjadi motivasi para penculik. Benda itu (uang) seharga nyawa manusia yang menjadi sandera. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Bicara soal tebusan, kelahiran Yesus ke dunia ini dimaksudkan untuk menebus dosa manusia. Hingar-bingar suasana Natal sebenarnya juga mengingatkan kita bahwa bayi lucu yang digendong dengan kasih sayang itu akan mengakhiri hidupnya secara tragis di kayu salib. Bagaimana perasaan bapak ibu sebagai orangtua yang tahu bahwa nantinya anak yang ditimang akan menjalani hidup yang menyedihkan? Dipuja banyak orang sekaligus dihujat? Hanyalah karena Allah mengasihi manusia, dan tahu bahwa inilah jalan satusatunya memberikan jalan kembali pada manusia yang dikasihi-Nya, Allah merelakan Putra terkasih menjalani takdir hidup-Nya. Dengan penuh cintakasih Allah menciptakan manusia. Hanya karena godaan menjadi seperti Dia, Allah terpaksa mengusir manusia dari taman Firdaus, dan kehilangan hubungan yang indah. Manusia semakin disandera oleh buah dosa. Pertikaian, salah paham akan maksud Allah, saling membunuh, sengsara dalam ketidakpastian tujuan hidup dan sebagainya, adalah bagian nasib manusia setelah keluar dari taman Firdaus. Hubungan manusia dan Allah semakin jauh. Ketika merenungkan ini, saya membayangkan orangtua yang bertengkar dengan anaknya, kemudian sang anak pergi dari rumah, berhari-hari, berminggu, bertahun-tahun. Komunikasi putus, kerinduan dipendam, membuat sakit di badan. Sedikit saja kabar dengan diam-diam diperhatikan, mengobati rindu yang menyesak. Jika keduanya tak ada niat untuk kembali menjalin komunikasi, maka hubungan orangtua-anak ini akan hilang. Harus ada salah satu yang berinisiatif membuka hubungan, meskipun harus mempertaruhkan Khotbah Jangkep Desember 2011 gengsi, menekan kemarahan, dan sebagainya. Padahal sesungguhnya Allah melindungi kita, kalau kita mau berada dalam lindungan-Nya, Ia akan meremukkan musuh-musuh kita (Mazmur 110). Kita ditempatkan di sisi kanan-Nya, tempat terbaik di sisi Allah. Asal kita mau dituntun kasih-Nya. Pada kesadaran inilah, kita diperhadapkan, betapa Allah yang Maha Kuasa telah sedemikian luas membuka pintu kembali bagi kita. Ia merentangkan tangan, menyiapkan hidangan lengkap di meja perjamuan, penuh rindu menanti kita pulang satu demi satu. Gelak tawa kita, canda penuh keakraban, Dia harapkan kembali memenuhi seluruh taman Firdaus. Serupa orangtua yang merindukan kehadiran anak, cucu, dalam suasana Natal. Seru-seruan menghias pohon Natal. Teriakan anak-anak yang berebutan memasang lampu Natal, celoteh anak-anak dan ibu menyiapkan rumah yang nyaman agar Natal terasa indah… Sesudah menjalani waktu demi waktu, di mana ada kesalahpahaman, pelukan dan genggaman tangan dari setiap anggota keluarga, ketika salah satu merasakan kesedihan, Natal memberikan kehangatan dan makna indahnya hidup berkeluarga. Tawa riang di rumah yang merayakan Natal menjadi gambaran keriangan surgawi ketika anak manusia pulang ke rumah Bapa. Dan ah, Yesus dengan tangan-Nya yang kukuh menuntun agar kita yang malu-malu, kita yang masih terbengong-bengong, mungkin juga datang dengan penuh percaya diri, kemudian bertemu muka dengan Bapa yang penuh kasih. Demi nyawa dan harapan hidup di Taman Firdaus yang bahagia dan penuh sukacita itulah, Yesus hadir menebus kita dari belenggu dosa. “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."(Yohanes 3:36) Karena itu, jemaat yang dikasihi Tuhan, “Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion, sebab sesungguhnya Aku datang dan diam di tengahtengahmu, demikianlah firman TUHAN”(Zakharia 2:10) Bersukacitalah ada peristiwa Natal, saat dimana Allah hadir di tengah-tengah kita. Dan percayalah akan keajaiban Kasih Allah yang memungkinkan terjadi hal yang diluar hitungan manusia (perawan melahirkan anak Allah). Juga karena Ia memberikan RohNya dan kuasa tak terbatas kepada manusia Yesus, untuk bertindak selaku Dirinya, membela kemanusiaan kita. Peristiwa Natal adalah peristiwa intim, pribadi, suasana kekeluargaan. Sambil merayakan bersama keluarga, jadilah juga keluarga bagi mereka yang tersisih, mereka yang tak punya rumah dan keluarga. Karena Natal sesungguhnya menyediakan rumah pulang bagi manusia yang terbuang. Supaya mereka juga tahu, Kasih yang sesungguhnya itu, kerelaan memberi hidup agar yang lain hidup. Untuk memelihara kehidupan itulah Khotbah Jangkep Desember 2011 Natal hadir. “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya.” (1 Yohanes 4:9) Selamat Natal, Hidup kita sudah ditebus dari dosa, percayalah, Selamat berbagi! Amin Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Nats Persembahan : Yesaya 9:5 : : Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pembukaan Nyanyian Penyesalan Nyanyian Kesanggupan Nyanyian Persembahan Nyanyian Penutup : KJ 120: 1-3 : KJ 36 :1-4 : KJ 380:1,2,4 : KJ 115:1-… : KJ 138:1,4 Khotbah Jangkep Desember 2011 Khotbah Jangkep Setu, 24 Desember 2011 Mangsa Riyaya Natal (Putih) "RAWUHIPUN SANG KRISTUS DADOS TEBUSANING DOSA KITA" Waosan I: Zakharia 2:10-13; Tanggapan: Jabur 110:1-7; Waosan II: 1 Yokanan 4:7-16; Waosan III: Injil Yokanan 3:31-36 Khotbah Jangkep: Pasamuwan kagunganipun Gusti, ekedhap malih kita badhe mengeti dinten Wiyosan Dalem Sang Kristus. Limrahipun, ing minggu-minggu pungkasan badhe lumebet ing Minggu Natal, brayat sampun nyawisaken maneka warni ubarampe Natal. Kadosta lampulampu, hiasan Natal, dhedhaharan, rancangan badhe masak punapa kemawon, sinten ingkang badhe dipun aturi dhaharan, lan sapiturutipun. Kangge brayat ingkang kagungan putra, wayah, ingkang mapan ing papan tebih ugi sampun ngajeng-ajeng, badhe sami ngempal. Ingkang badhe wangsul ugi ngrancang wekdalipun, angsal-angsal kangge brayat ing dalem, rancangan-rancangan sinten kemawon ingkang badhe dipun panggihi lan sapiturutipun. Swasana Natal inggih swasana ingkang kebak kabingahan. Rasukan anyar, kartu-kartu utawi samangke mawi pesan pendek (sms), ugi mms (multimedia messaging service), wonten ugi ingkang nyerat ing facebook lan twiter (tweeter). Nanging kadospundi bapak, ibu lan sedherek-sedherek, menawi nalika mengeti dinten Natal, wonten perangan brayat ingkang boten saged ngempal awit dipun culik, utawi dados sandera. Lan sagedipun wangsul menawi kita maringaken arta kangge nebus. Sapunika asring wonten pawartos bab penculikan. Punika boten namung kalampah tumrap lare alit ingkang saged dipun culik, nanging ugi ingkang sampun diwasa. Ing wekdal kapengker, setunggal prau/kapal Indonesia; Sinar Kudus, dipun tahan dening perompak (rampok ing seganten) Somalia. Ngantos sewulan langkung.. Lan bebantenipun, tebusan supados saged luwar, kedah dipun cawisaken arta ngantos milyaran rupiah. Semah,lare, brayat saking juru mudi, lan sedaya ingkang nyambut damel ing prau punika ngantos ngraosaken kaprihatosan ingkang lebet. Tebusan punika S Khotbah Jangkep Desember 2011 boten temtu arta, wonten ugi tiyang lan barang. Nalika jaman perang, wonten tiyang ingkang sengaja dipun culik, supados dipun lintoni kaliyan tiyang sanes ingkang dipun pikajengaken dening penculikipun. Badhea arta, tiyang punapa barang, sedaya damel manah prihatos lan cuwa. Pasamuwanipun Sang Kristus, Mekatena ugi kelampahan gesang kita. Sasampunipun dhumawah ing dosa, manungsa punika lumebet ing pakunjaranipun pepeteng. Sangsaya dangu gesangipun manungsa sangsaya tebih saking Sang Rama. Pramila Sang Rama mbudidaya ngluwari manungsa. Masrahaken Sang Putra kangge nebus manungsa punika ingkang lajeng dipun tindakaken Sang Rama. Sang Rama saestu nresnani manungsa kagunganipun. Sedaya ingkang katindakaken supados manungsa saged wangsul malih ing Dalem Kaswargan. Supados manungsa saged ngraosaken gesang kebak kabingahan lan katentreman, namung kantun pitados dhateng Gusti Yesus. "Wong sing precaya marang Sang Putra ngalami urip sejati. Nanging wong sing ora precaya marang Sang Putra ora bakal ngalami urip sejati, lan bebenduné Gusti Allah tetep nempuh marang wong mau (Yohanes 3:36) Pitados bilih Gusti Yesus punika saestu tebusan saking Allah Sang Rama kawiwitan nalika kita pitados dhateng lelampahan Natal. Kadospundi ibu Maryam lan rama Yusuf dados rama–ibu kamanungsanipun Sang Kristus. Gusti Allah ngrancang kaelokaning katresnan ingkang mangke kawujud ing Paskah, kawiwitan saking pangurbanaipun ibu Maryam lan rama Yusuf dados lantaran miyos Dalem Putraning Allah. Gusti Allah nglairaké katresnané marang kita srana ngutus Kang Putra ontang-anting marang jagad, supaya kita padha bisa nampa urip langgeng merga déning Panjenengané. (1 Yohanes 4:9) Pasamuwan kagunganipun Gusti, Kula lan panjenengan mengeti dinten adi, Natal, kawiwitan saking mangsa Adven, lumebet ing pamratobat. Kalajengaken kanthi raos pamaturnuwun kita mlebet dinten Natal awit Gusti Allah karsa nunggil kaliyan gesangipun manungsa lan nguwalaken manungsa saking bebenduning dosa, lantaran Sang Kristus. Khotbah Jangkep Desember 2011 Pangandikané Pangéran, "Hé wong sing padha manggon ing Yérusalèm, padha suraksuraka! Aku bakal dedalem ana ing tengahmu!" (Zakharia 2:10) Natal ngemutaken dhateng kula lan panjenengan agung sih kawelasan Gusti lan anggenipun kapang makempal kanthi suka bingah kaliyan manungsa, kagunganipun. Awit saking punika menawi Natal-an, sae menawi kita ginakaken kangge nggatosaken tiyang ingkang boten gadhah sedherek, lare ing panti asuhan, tiyang-tiyang sepuh ing panti wredha, tangga tepalih ingkang dipun tilar sedherekipun seda, piyambakan, lan sapiturutipun. Sugeng Mahargya Natal, Dinten Rawuhipun Sang Kristus. Sugeng andum gesang kaliyan ingkang prihatos. Amin Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat Pitedah Gesang Enggal Pangatag Pisungsung : Yesaya 9:5 : : 1 Petrus 2:5 Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka Kidung Panelangsa Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Panutup : KPK-BMGJ 221:1-3 : KPK-BMGJ 210:1,2 : KPK-BMGJ 229:1-3 : KPK-BMGJ 217:1-3 : KPK-BMGJ 231:1,3 Khotbah Jangkep Desember 2011 Khotbah Jangkep Minggu, 25 Desember 2011 Pekan Raya Natal (Putih) MENJADI PALUNGAN Bacaan I: Yesaya 9:2-7; Tanggapan: Mazmur 96 Bacaan II: Titus 2:11-14; Bacaan III: Lukas 2:1-14 Dasar Pemikiran Terbuka terhadap kehadiran sesama, terutama yang membutuhkan pertolongan, menjadi spiritualitas iman yang harus dinyatakan. Apalagi manakala banyak orang menutup hati untuk kehadiran orang lain, menjadi eksklusif dan menutup diri. Palungan yang menerima Yesus menjadi simbol spiritualitas iman yang dapat menangkis hal tersebut. Keterangan Tiap Bacaan Yesaya 9:2-7 (Kelahiran Raja Damai) Kelahiran Raja Damai yang dinubuatkan Yesaya kelak akan membawa sorak-sorak dan sukacita yang besar. Putra yang akan diberikan itu disebut orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Diberikan kepada siapa? Diberikan kepada setiap orang yang telah menantinya dan menyambutnya dengan kehangatan nyata. Mazmur 96 (Ceritakanlah Kemuliaan Tuhan) Ajakan pemazmur untuk menceritakan Kemuliaan Tuhan dalam bentuk Nyanyian Baru dan kehidupan baru perlu direspon dan ditanggapi dengan positif. Pemazmur dapat bercerita karena telah merasakan kemuliaan Tuhan itu di dalam hatinya. Ia bangga karena bisa menceritakan karena telah menyaksikan dan mengalaminya. Sehingga perlu dirayakan dalam bentuk puji-pujian dan langkah gerak tubuh yang nyata. Khotbah Jangkep Desember 2011 Titus 2:11-14 (Kasih Karunia Allah Sudah Nyata) Kasih karunia Allah yang telah nyata diberikan kepada umat-Nya, tidak dipahami oleh Rasul Paulus sebagai suatu hadiah saja. Namun justru dilihat sebagai sebuah pelajaran/didikan yang mendidik umat untuk meninggalkan kefasikan dan keinginankeinginan duniawi dengan rajin berbuat baik untuk menjadi sosok yang bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia ini. Lukas 2:1-14 (Palungan; Alamat Yesus) Ketika tidak ada yang menerima dan bersedia dijadikan tempat tinggal, palungan membuka diri untuk dipakai sebagai tempat tinggal. Bayi Yesus ada di dalamnya. Dalam peristiwa Natal mula-mula, Palungan melindungi Sang Bayi dengan segala kemampuan dan keterbatasnya. Ternyata yang sederhana pun bisa dan bahkan dijadikan sebagai tempat yang layak bagi kehadiran Sang Raja Damai. Renungan atas Bacaan Yesus hadir bagi siapa saja yang bersedia membukakan pintu. Kaya atau miskin mendapat tawaran yang sama. Bahkan palungan pun jadi tempat tinggal-Nya. Kalau bisa berbicara, palungan akan menceritakan kebanggaannya menjadi tempat membaringkan bayi Yesus. Walaupun hanya tempat makanan ternak, tetapi beroleh kesempatan menjadi tempat yang terbaik bagi bayi Yesus. Siapa sangka bayi kecil dalam palungan itu adalah Sang Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai (Yesaya 9:5)? Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit orang yang mengabaikan bahkan meremehkan keberadaan kaum lemah. Kepedulian satu dengan yang lain telah pudar. Pintu terkunci rapat bagi setiap orang yang datang, apalagi kalau orang miskin. Rasa curiga yang berlebihan telah menutup mata hati kita untuk menerima keberadaan sesama. Akibatnya, kita tidak mengetahui bahwa yang kita tolak adalah Tuhan Yesus sendiri yang ingin datang menemui kita. Belajar seperti atau menjadi palungan. Itulah tema kita hari ini. Palungan sengaja dibuat untuk menjadi tempat makanan ternak. Namun ternyata tidak menutup kemungkinan juga bisa menjadi tempat meletakkan bayi, walaupun hanya dalam kondisi sangat terpaksa. Palungan telah berjasa. Natal harus berterima kasih kepadanya. Palungan tetap palungan. Ia menjadi tempat yang kotor bagi manusia. Keberadaanya tidak lebih menarik dibanding pohon cemara yang berkelap-kelip atau sinterklas dengan aneka macam hadiah. Palungan tidak menarik dijadikan simbol kekristenan. Palungan tidak indah dipandang mata, apalagi dipajang di ruang tamu atau altar gereja. Namun sebenarnya palungan menjadi simbol spiritualitas iman Kristen yang terbuka dan Khotbah Jangkep Desember 2011 membuka diri bagi setiap orang yang datang memerlukannya. Manakala yang lain menolak, palungan memberikan kehangatan dan rasa aman yang menentramkan. Harmonisasi bacaan Leksionari Yang dipandang hina oleh manusia kadang dipilih Tuhan sebagai alamat-Nya. Manusia meremehkan karena terjebak hanya melihat rupa. Ternyata di dalamnya bersemayam mutiara, yaitu Sang Raja Damai. Bahagianya sang palungan. Ia bisa menceritakan kemuliaan Tuhan dalam pujian dan karya hidupnya. Pokok dan Arah Pewartaan Mari kita menjadi palungan yang terbuka bagi orang yang membutuhkan. Palungan bisa menjadi wadah serba guna karena memiliki jiwa dan spiritualitas yang terbuka pada kepentingan orang lain. Khotbah Jangkep Jemaat yang dikasihi Tuhan, atal kembali tiba. Hari ini umat Kristen, di manapun merayakannya. Kidung Natal yang bergema di televisi, radio, bahkan sepanjang pertokoan seolah ingin menyerukan bahwa ini adalah hari Natal. Simbol-simbol Natal bergelantungan, mulai dari hiasan pohon natal sampai tulisan ‘merry christmas’. Anakanak menari dengan suka cita. Paduan Suara menyanyikan merdu pujian-pujiannya. Semua, dilakukan untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus, Sang Raja Damai. Bagi kita, Natal adalah momen yang mengesankan. Mungkin ada yang berkesan, saat kanak kanak, merayaan natal di tengah kehangatan keluarga. Ada lagi yang berkesan saat pertama kali diajak pacar atau teman mengenal Kristus dalam perayaan Natal. Atau bangga saat kita sukses terlibat kepanitian natal sehingga mendapat pujian dari yang lain. Masih banyak kesan lain, tetapi yang jelas, Natal telah menciptakan warna yang indah dalam kehidupan Kristen. Sulit rasanya menghilangkan kebiasaan merayakan natal yang telah turun temurun ini. Dan mengapa harus dihilangkan kalau memang dalam setiap perayaan Natal semangat kekristenan kita dapat disegarkan? Hal yang paling baik adalah merayakannya dengan benar. Benar berarti bahwa Natal dirayakan tidak hanya sekadar sebagai rutinitas belaka, tetapi dirayakan untuk menciptakan semangat dalam meneladan Sang Putera yang lahir di kandang domba. N Khotbah Jangkep Desember 2011 Ya, kandang domba, itulah tempatnya. Lebih tepat lagi di dalam palungan alamatnya. Lahir dalam kesederhanaan dan jauh dari rasa sukacita. Bayangkan kondisi Yusuf dan Maria yang kala itu menjadi saksi peristiwa kelahiran Kristus. Bukan tempat yang bersih nan hangat yang mereka dapat, terpaksa palungan menjadi tempat meletakkan bayi kecilnya. Menurut cerita, tidak ada tempat lagi bagi mereka. Semua ruang telah penuh. Sedikit pun tidak tersisa. Tidak ada tempat bagi ibu hamil atau bayi Yesus. Yang mengherankan, sudah begitu padatkah tempat di Betlehem saat terjadi sensus penduduk? Atau memang demikian sikap penduduk terhadap orang yang membutuhkan pertolongan? Bukankah kota Daud ini juga tempat asal mereka? Pulang kampung nih! Namun sayang, mereka tidak lagi mendapat tempat dan penerimaan yang menyenangkan. Setidaknya demikian penderitaan Yusuf dan Maria saat peristiwa Natal pertama kali. Natal mula-mula tidak diwarnai kesukacitaan apalagi pesta pora yang berlebihan. Yang ada adalah palungan, domba, dan gembala di kandang yang bau dan kotor. Palungan yang hina menjadi tempat yang layak di hadirat-Nya. Walaupun tawaran Allah dinyatakan kepada semua orang, tetapi semua pintu tertutup dan yang sempat membuka, menutupnya kembali. Hanya palungan yang ditemukan Yusuf dan Maria sebagai tempat yang tersisa, yang terbuka dan yang terbaik bagi bayinya. Kehangatan didapat, Sang bayi pulas, tertidur dalam tatapan haru kedua orang tuanya. Yesus hadir kepada siapa saja yang bersedia membukakan pintu. Baik yang kaya ataupun yang miskin mendapat tawaran yang sama. Kalaupun yang kaya tidak mau menerima, palungan pun jadi tempat tinggalnya. Kalau bisa berkata, palungan akan bercerita mengenai kebanggaannya menjadi tempat membaringkan bayi Yesus. Walaupun hanya tempat makanan ternak, tetapi beroleh kesempatan menjadi tempat yang terbaik bagi bayi Yesus. Siapa sangka bayi kecil dalam palungan tersebut ternyata adalah Sang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai (Yesaya 9:5)? Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit orang yang mengabaikan bahkan meremehkan keberadaan kaum lemah. Di masa kini, kepedulian satu dengan yang lain telah pudar. Pintu terkunci rapat bagi setiap orang yang datang, apalagi kalau orang miskin. Rasa curiga yang berlebihan telah menutup mata hati kita untuk menerima keberadaan sesama. Akibatnya, kita tidak mengetahui bahwa yang kita tolak adalah Tuhan Yesus sendiri yang ingin datang menemui kita. Belajar seperti palungan atau menjadi sebuah palungan. Itulah tema kita hari ini. Palungan sengaja dibuat untuk menjadi tempat makanan ternak. Namun ternyata tidak menutup kemungkinan juga bisa digunakan sebagai tempat meletakkan bayi, walaupun hanya dilakukan dalam kondisi sangat terpaksa. Palungan telah berjasa. Natal harus Khotbah Jangkep Desember 2011 berterima kasih kepadanya. Palungan tetap palungan. Ia menjadi tempat yang kotor bagi manusia. Keberadaanya tidak lebih menarik dari sebuah pohon cemara yang berkelap-kelip atau sinterklas dengan aneka macam hadiah. Palungan tidak menarik dijadikan simbol kekristenan. Palungan tidak indah dipandang mata, apalagi dipajang di ruang tamu atau altar gereja. Namun sebenarnya palungan menjadi simbol spiritualitas iman Kristen yang terbuka dan membuka diri bagi setiap orang yang datang memerlukannya. Manakala yang lain menolak, palungan memberikan kehangatan dan rasa aman yang menentramkan. Memperingati Natal berarti membuka pintu-pintu hati bagi setiap orang yang datang kepada kita. Apalagi yang datang adalah orang yang sangat membutuhkan pertolongan seperti keluarga Yusuf. Membuka pintu hati bagi mereka yang miskin, menderita, tersesat, tersisih, dan tertindas adalah cara yang terbaik untuk merayakan Natal. Peristiwa Natal seharusnya menumbuhkan kerajinan untuk menyatakan kebaikan seperti itu (Titus 2:14). Natal juga adalah momen untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingingan duniawi supaya bisa hidup lebih bijaksana, adil, dan beribadah di dalam dunia sekarang ini (Titus 2:12). Natal telah tiba. Saatnya kita bersukacita merayakan kehidupan. Nyanyian baru bagi Allah Sang pencipta kehidupan perlu kita kumandangkan (Mazmur 96). Nyanyian baru itu indah manakala dinyanyikan dengan sepenuh jiwa dan dalam gerak langkah kehidupan nyata. Dia Sang Raja Damai telah datang, sambutlah kehadiran-Nya. Bukalah hati dan siapkanlah tempat yang hangat dalam hidup kita. Ubahlah hati kita yang kotor menjadi tempat yang nyaman bagi kehadiran-Nya. Bersihkanlah jiwa dari sisa-sisa dendam, iri hati, congkak, kefasikan, dan keinginan-keinginan duniawi lainnya. Jadilah sebuah palungan yang nyaman untuk tempat tinggal siapa saja yang datang kepada kita. Bersukacitalah selagi kita masih bisa merayakan kehidupan bersama setiap orang yang kita jumpai. Bersukacitalah karena hidup itu indah. Selalu rayakanlah hidup kita, undanglah dan bukalah pintu bagi setiap orang datang kepada kita. Setelah pintu terbuka, jangan ditutup kembali. Jadikanlah diri kita sebagai tempat persinggahan banyak dan lebih banyak lagi orang. Semakin banyak orang yang singgah, mereka akan melihat bayi Yesus yang telah mendahului tinggal di dalam palungan kita. Selamat Natal, Selamat merayakan kehidupan. Damai Natal kiranya ada pada kita. Amin Khotbah Jangkep Desember 2011 Rancangan Bacaan Alkitab: Berita Anugerah Petunjuk Hidup Baru Nats Persembahan : Lukas 1:14 : Filipi 4:5 : Roma 12:1 Rancangan Nyanyian Pujian: Nyanyian Pembukaan : KJ 111:1,2 Nyanyian Pengakuan Dosa : KJ 112:1-3 Nyanyian Kesanggupan : KJ 113:1,5,6 Nyanyian Persembahan : KJ 115:1Nyanyian Penutup : KJ 119:1,2 Khotbah Jangkep Desember 2011 Khotbah Jangkep Minggu, 25 Desember 2011 Pekan Riyaya Natal (Pethak) “DADOS PAMAKANAN” Waosan I: Yesaya 9:2-7; Tanggapan: Jabur 96 Waosan II: Titus 2:11-14; Waosan III: Injil Lukas 2:1-14 Khotbah Jangkep Pasamuwan Ingkang dipun tresnani dening Gusti. inten punika kita sami mengeti dinten Natal. Kados boten karaos menawi Natal tahun kapengker kemawon taksih kita emuti, Natal tahun punika sampun dumugi wancinipun kita pahargya. Kidung-kidung Natal sampun sawetawis wekdal punika kapireng ing pundi-pundi panggenan. Mekaten ugi rerenggan Natal kados cemara plastik, boneka sinterklas ngantos dumugi tulisan ‘merry chrismas’ saged kita panggihaken ing toko-toko ingkang ageng. Dene ing greja-greja kapirsanan anggenipun lare-lare sami latihan njoged nyarengi tiyang sepuhipun ingkang latihan koor. Sedaya punika kados-kados kepingin nyariosaken lan nekseni bilih Natal sampun dumugi wancinipun kapahargya malih. Mengeti Natal estu ngremenaken sanget. Kita taksih kemutan kados pundi nalika taksih lare saged mahargya Natal ing satengahing brayat. Kados kados boten wonten lelampahan ingkang ngremenaken kejawi nalika mengeti dinten Natal. Ugi boten sekedhik antawis kita ingkang anggenipun tepang kaliyan Sang Kristus wiwitanipun inggih namung pangajakipun kanca/sisihan ndherek mahargya Natal. Dene kita ingkang nate kadhapuk dados panitia Natal, remen awit nalika semanten pahargyan lumampah kanthi sae nuwuhaken pangalembana saking sawetawis kanca. Ingkang baken, kok inggih leres menawi Natal saboten-botenipun nate utawi mesthi ngremenaken lan paring semangat tumrap gesanging kapitadosan kita. Ketingalipun boten gampil ngicalaken pakulinan Natal ingkang sampun turun temurun kita tindakaken punika. Lan kenging punapa kedah kita icalaken menawi saben mengeti Natal semangat Kristen kita tansah kasegeraken malih. Ingkang prayogi inggih punika Natal tetep kapengeti lan kapahargya kanthi leres. Leres ateges kapahargya D Khotbah Jangkep Desember 2011 boten namung minangka pakulinan saben tahun, nanging kapahargya kangge nuwuhaken semangat kagem nulad Sang Putra ingkang sampun miyos ing kandhang menda. Kandang menda papanipun. Langkung trep malih wonten ing pamakanan anggenipun Sang Bayi Kristus kaselehaken. Miyos wonten ing papan ingkang prasaja malah kepara awon. Ketingal sanget menawi tebih saking raos bingah. Bab punika saged kapirsanan anggenipun Yusuf lan Maria, ingkang minangka seksi Natal wiwitan namung manggihaken papan ingkang reged lan awon. Ingkang wonten namung punika, mila ingkang boten wonten, boten prelu meri, dene ingkang wonten kemawon ingkang dipun resiki supados saged kangge nyelehaken bayinipun. Aneh, menawi ing Betlehem sampun boten wonten papan kangge Yusuf sabrayat. Saben griya kacariyosaken sampun boten wonten papan ingkang sela. Sampun boten wonten panggenan utawi pancen sami boten purun nampi Yusuf lan Maria ingkang nembe ngandheg. Sedaya tiyang sampun sami nampik ibu ingkang sampun wancinipun nglairaken, lan nampik jabang bayi ingkang wonten ing kandutanipun. Ingkang nggumunaken; punapa estu sampun boten wonten panggenan awit wontenipun sensus nalika semanten, utawi pancen makaten sipatipun tiyang Betlehem tumrap tiyang ingkang mbetahaken pitulungan? Punapa boten wonten raos welas tumrap ibu ingkang nembe ngandheg? Lan ugi, Kitha Dawud punika rak inggih papan asalipun Yusuf piyambak? Pulang kampung nih! Nanging eman bilih kekalihipun boten katampi kanthi sumanak ing Kithanipun piyambak. Inggih kados makatan kaprihatosanipun Yusuf lan Maria ing lelampahan Natal ingkang sepisanan. Natal ingkang wiwitan boten kawarni wontenipun pesta. Ingkang wonten namung pamakanan, menda lan para pangen ing kandhang ingkang jember punika. Pamakanan ingkang awon dados panggenan ingkang mirunggan kagem rawuhiPun. Sanadyan Gusti sampun nothok korining saben brayat, nanging lawangipun sami minep; boten woten ingkang purun mbikakaken. Ingkang sampun sami mbikak lajeng nutup malih, repot nampi dhayoh langkung-langkung ingkang nembe mbobot. Namung pamakanan ingkang kapirsanan Yusuf lan Maria dados panggenan ingkang saged kangge nyelehaken bayinipun mangke. Inggih saestunipun, pamakanan punika ingkang dados papan ingkang anget kagem bayinipun. Sang bayi sampun miyos. Tilem kanthi angles. Kados sampun tentrem, kasawang kanthi trenyuh dening tiyang sepuhipun. Menawi sami nampik mbikakaken kori, inggih sampun. Menawi ingkang kagungan rumaos boten gadhah panggenan, inggih boten dados punapa. Pamakanan sampun cekap lan sae kagem nyelehaken Sang Bayi. Menawi saged carita pamakanan punika temtu badhe nyariosaken bab kabingahanipun dados papan kagem Sang Bayi Kristus. Khotbah Jangkep Desember 2011 Bingah lan bombong dene sanadyan namung minangka wadhah kangge ngrumput mendha, nanging pikantuk wewengan dados papan ingkang wigati kagem Sang Bayi Kristus. Boten wonten ingkang nginten manawi Bayi ing pamakanan punika boten sanes inggih Panjenenganipun ingkang kasebat; Penasehat Elok, Gusti Allah Kang Prakosa, Rama kang Langgeng, Ratuning Katentreman (Yesaya 9:5) Ing gesang kita padintenan, boten sekedhik tiyang ingkang nyepelekaken tiyang ingkang ringkih lan kesrakat. Punapa malih ing jaman samangke, kawigatosanipun satunggal kaliyan sanesipun kados-kados sampun ical. Saben kori katutup rapet kangge sesaminipun. Tiyang ingkang dhateng kaanggep namung badhe ngrusuhi gesangipun. Raos cubriya ingkang kesangeten sampun nutup korining manah, ngantos ingkang kelampahan; kita boten saged nyumerepi bilih ingkang sampun kita usir punika Gusti Yesus pribadi ingkang badhe ndatengi lan manggihi manah kita. Mila sinau saking pamakanan dados ancas renungan kita ing dinten punika. Pamakanan ingkang namung sadermo wadah pakananipun ternak nanging saged dados papan kangge nyelehaken Bayi. Pamakanan punika sampun dados papan ingkang wigati. Natal kedahipun saged ngaturaken panuwun dhateng pamakanan ingkang kasawang asor punika. Sanadyan boten langkung endah katimbang cahyaning rerenggan cemara natal, utawi boten langkung narik kawigatosan katimbang sinterklas ingkang nothok kori mbekta bebingah, ananging pamakanan dados bab ingkang wigati ing lelampahan Natal. Sanajan pamakanan kalirwakaken dados simbol Natal ingkang kapajang ing ‘ruang tamu keluarga’ utawi ing altaring greja, nanging pamakanan saged dados simbol spiritualitas iman (lambang endahing kapitadosan) Kristen ingkang tansah tinarbuka dhateng saben tiyang, kepara ingkang sami mbetahaken pitulungan. Nalika tiyang sanes sanes nutup manahipun, pamakanan nyawisaken papan ingkang anget lan ingkang njalari wontenipun katentreman. Mengeti Natal, ateges mbikak korining manah kagem saben tiyang ingkang nyelak dhateng kita. Punapa malih ingkang nyelak punika ingkang mbetahaken pitulungan kados Rama Yusuf sabrayat. Menawi saged mlampah, pamakanan boten badhe nengga dipun celaki, nanging mesthi badhe nyelaki tiyang tiyang punika. Mbikak korining manah tumrap tiyang kesrakat, tiyang ingkang nandhang prihatos, ingkang kesasar, ingkang kasingkiraken dening sesami lan ingkang katindes, dados cara ingkang prayogi kangge mengeti Natal. Kedahipun, Kanthi mengeti Natal, para umat kathukulan raos asih lan semangat nindakaken pandamel sae (Titus 2:14). Natal ugi kedahipun nukulaken Khotbah Jangkep Desember 2011 semangat nilar lampah pamblasar lan kamelikan kadonya ngantos kepareng andarbeni kawicaksanan, adil saha mursid ing jagad punika (Titus 2:12). Natal sampun dumugi wancinipun kita pengeti. Dinten punika wancinipun kita sami mahargya gesang. Kidung-kidung anyar kita repekaken kagem Sang Yehuwah ingkang sampun nitahaken jagad saisinipun. Kekidungan punika estu nengsemaken nalika kakidungaken kanthi sawetahing jiwa lan raga. Panjenenganipun, Sang Ratuning katentreman sampun rawuh. Sumangga kita papag rawuhipun. Manah ingkang reged wancinipun kasalin dados papan ingkang anget lan nentremaken gesang. Regedan ingkang taksih kantun kados ta drengki, kumeren, kanepson lan sanesipun kita resiki supados pamakanan prayogi kagem panggenan rawuhipun Sang Kristus Yesus lan sinten kemawon ingkang mbetahaken. Sumangga kita sami asukarena nalika taksih saged mahargya maknaning gesang sesarengan tiyang-tiyang ingkang kita panggihi. Sami asukabingah awit gesang punika endah. Sumangga kita pahargya gesang punika kanthi mbikak korining manah kagem sedaya tiyang. Manawi sampun kabikak, sampun ngantos katutup malih. Sumangga kita dadosaken manah kita minangka papan kangge nyelak lan ngaso saben tiyang ingkang ngelak lan kamomotan. Sangsaya kathah tiyang ingkang kapitulungan, sangsaya kathah tiyang ingkang kepareng mirsani Bayi Kristus ingkang sampun rawuh rumiyin ing pamakanan kita. Sugeng Natal, sugeng mahargya gesang sesarengan. Amin Rancangan Waosan Kitab Suci: Pawartos Sih Rahmat Petedah Gesang Anyar Nats Pisungsung : Lukas 1:14 : Filipi 4:5 : Rum 12:1 Rancangan Kidung Pamuji: Kidung Pambuka Kidung Pengaken Dosa Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Panutup : KPK BMGJ 211:1,2 : KPK BMGJ 214:1-3 : KPK BMGJ 216:1-3 : KPK BMGJ 230:1: KPK BMGJ 245:1,2 Khotbah Jangkep Desember 2011