analisis motif pembelian konsumen pada kantin sri boga di kampus

advertisement
ANALISIS PENGARUH BERITA INFLASI
TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM
PADA SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN BAHAN KIMIA
PERIODE 2008 - SEPTEMBER 2012
Penulis: Misnilawaty Sidabutar
Pembimbing: Muthia Pramesti
Program Studi Manajemen Ekstensi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Skripsi ini meneliti mengenai pengaruh unexpected inflation terhadap tingkat pengembalian
saham dengan menggunakan unexpected trade balance sebagai variabel kontrol. Tingkat
pengembalian saham dihitung dengan menggunakan data intraday untuk melihat tingkat
pengembalian pada menit ke-1, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60 dan akhir
perdagangan setelah pengumuman. Data berupa data panel yang meliputi 29 perusahaan dan
diolah dengan menggunakan model regresi. Hasil yang diperoleh adalah bahwa unexpected
inflation berpengaruh tidak signifikan pada tingkat pengembalian menit ke-5, 10, 15, 20, 25,
30 dan akhir perdagangan serta berpengaruh signifikan pada tingkat pengembalian menit ke35, 40, 50, 55 dan 60.
Kata kunci: Intraday; Tingkat Pengembalian Saham; Unexpected Inflation
This thesis examines the influence of unexpected inflation on stock returns using unexpected
trade balance as a control variable. The stock returns are calculated by using intraday data
to see returns at minute 1, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60 and late trading after
the announcement. Panel data covering 29 companies and processed using regression
models. The finding is that the effect of unexpected inflation is not significant on stock return
on the 5th minute, 10, 15, 20, 25, 30 late trading but is significant on stock return on the 35th
minute, 40, 50, 55 and 60.
Keywords: Intraday; Stock Return; Unexpected Inflation
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
I.
Pendahuluan
Saham adalah salah satu instrumen investasi yang menjadi bukti kepemilikan investor
atas pendapatan dan aset perusahaan. Instrumen investasi ini dianggap menguntungkan dan
menarik walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa memiliki tingkat resiko yang sangat besar
yang tercermin dari tingkat pengembalian yang tidak tetap (http://www.idx.co.id/idid/beranda/
informasi/bagiinvestor/saham.aspx).
High
risk,
high
return.
Tingkat
pengembalian atas saham diperoleh baik dari sisi capital gain maupun deviden. Capital gain
merupakan keuntungan yang diperoleh atas selisih harga beli dan harga jual saham.
Perubahan harga saham tersebut merupakan respon atas informasi baru yang ada di
pasar. Sesuai teori efficient market hypothesis (EMH), pasar akan melakukan penyesuaian
hingga saham dapat merefleksikan seluruh informasi yang tersedia (Bodie, Kane, dan Marcus,
2009). Teori ini memprediksikan bahwa respon penyesuaian harga saham menuju tingkat
ekulibirum yang baru terjadi secara cepat dan tanpa tahapan jika pasar sangat memahami
kondisi ekonomi atau pasar efisien. Namun, walaupun sudah jelas bahwa harga saham
merespon terhadap berbagai kejadian, namun tidak mudah mengidentifikasi kejadian yang
terkait dengan pengumuman berita ekonomi dan berpengaruh terhadap perubahan harga
saham serta besarnya pengaruh kejadian tersebut.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa terdapat berbagai variabel makroekonomi
yang mempengaruhi tingkat pengembalian pada pasar saham seperti yang dilakukan oleh
Chen, Roll dan Ross (1986), McQueen and Roley (1993), Flannery, Protopapadakis (2001),
Green (2001). Variabel makroekonomi merupakan faktor resiko pasar karena perubahannya
akan mempengaruhi berbagai arus kas perusahaan dan juga mempengaruhi risk-adjusted
discount rate yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat pengembalian. Indikator makro
tersebut antara lain adalah perbedaan tingkat suku bunga dalam jangka pendek dan jangka
panjang, tingkat inflasi yang diharapkan atau tidak diharapkan, tingkat produksi, dan
perbedaan antara obligasi yang bernilai tinggi dan rendah dan lain-lain.
Chen, Roll, Ross (1986) melakukan penelitan dan memperoleh hasil bahwa tingkat
pengembalian saham dipengaruhi oleh berita ekonomi dan bahwa saham diharga sesuai
dengan kondisi saat itu. Sedangkan, Cutler, Poterba, dan Summers (1990) meneliti bahwa
berita dapat menjelaskan sekitar sepertiga dari perbedaan dalam tingkat pengembalian saham.
Kemudian Adams, McQueen, Wood (2004) melakukan penelitian untuk melihat
hubungan antara kejutan atas pengumuman berita indikator makroekonomi yaitu inflasi
terhadap tingkat pengembalian saham. Kejutan atas pengumuman berita inflasi merupakan
tingkat ekspektasi yang tidak diharapkan atas inflasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
terdapat hubungan negatif antara berita inflasi dengan tingkat pengambalian saham. Adapun
kecepatan saham dalam merespon berita inflasi adalah sekitar 10-20 menit. Penelitian ini juga
melihat bahwa respon saham atas kejutan pengumuman berita inflasi tersebut berbeda dalam
kondisi ekonomi yang berbeda, atas jenis berita yaitu berita baik atau berita buruk serta
periode pengumuman inflasi tersebut.
Penulis juga ingin melihat penerapan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh
Adams, McQueen, Wood di Indonesia. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini
adalah bagaimana besarnya dan arah respon berita inflasi terhadap tingkat pengembalian
saham sektor industri dasar dan bahan kimia periode 2008 – September 2012? Penelitian ini
melihat pengaruh diumumkannya berita mengenai inflasi di Indonesia sebagai tingkat inflasi
yang tidak diantisipasi masyarakat terhadap tingkat pengembalian saham. Adapun tujuan
utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya dan arah respon berita inflasi
terhadap tingkat pengembalian saham sektor industri dasar dan bahan kimia periode 2008 –
September 2012.
Sektor barang industri dasar dan barang kimia dipilih merupakan salah satu sektor
pada kelompok sektor sekunder. Sektor sekunder dipilih karena meningat permintaan akan
barang sekunder lebih elastis terhadap harga dibandingkan sektor primer ataupun tersier.
Sehingga elastisitas terhadap harga tersebut akan tercermin juga dalam permintaan dan
penawaran saham pada sektor sekunder. Penelitian ini dilakukan pada rentang tahun 2008
hingga September 2012. Hal ini dipilih mengingat adanya keterbatasan memperoleh data
harga intraday.
II. Tinjauan Teoritis
Harga saham dibentuk melalui mekanisme penawaran dan permintaan yang terjadi
pada pasar saham. Penetapan harga saham dipengaruhi oleh beberapa hal seperti (a) kesediaan
pembeli yang bersedia membayar dengan harga tertinggi, (b) manfaat terbaik yang dapat
diperoleh dari aset tersebut, (c) kelengkapan informasi mengenai suatu aset. Apabila terdapat
informasi baru, maka ekspektasi akan berubah sehingga harga saham juga akan berubah.
Harga saham saat ini sama dengan nilai sekarang atas deviden yang diharapkan pada
masa yang akan datang atau dapat dituliskan menjadi:
$Qt =
$Det+1
1 + it
+
$Det+2
(1 + it)(1+iet+1)
dimana,
$Det+1 : deviden riil pada 1 periode yang akan datang;
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
+…
(1)
$Det+2 : deviden riil pada 2 periode yang akan datang;
it
: tingkat suku bunga riil
iei+t
: tingkat ekspektasi tingkat suku bunga riil pada periode yang akan datang.
Hubungan tersebut memiliki 2 (dua) implikasi penting, yaitu:
1) Semakin tinggi ekspektasi deviden riil pada masa yang akan datang akan mendorong pada
peningkatan harga saham riil.
2) Semakin tinggi tingkat suku bunga riil pada tahun ini atau yang akan datang akan
mendorong penurunan harga saham riil. Tingkat suku bunga rill sama dengan tingkat suku
nominal dikurang tingkat ekspektasi inflasi.
Pada tahun 1950-an hingga 1960-an, para ekonom menggunakan pengalaman masa
lalu dalam membentuk ekspektasi atau disebut dengan adaptive expectation. Ekspektasi
berubah secara perlahan akibat perubahan data pada periode sebelumnya. Kemudian, John
Muth mengembangkan alternatif teori untuk menjelaskan proses pembentukan ekspektasi
pelanggan yang disebut dengan rational expectations. Teori ini menyatakan bahwa ekspektasi
mendekati perkiraan optimal (perkiraan terbaik akan masa depan) dengan menggunakan
semua informasi yang tersedia (Mishkin, 2010). Implikasi atas teori ini antara lain:
a. Jika terdapat perubahan pada arah pergerakan variabel, maka arah pembentuk ekspektasi
atas variabel ini juga berubah.
b. Tingkat kesalahan atas ekspektasi, secara rata-rata, akan bernilai nol atau tidak dapat
diprediksi pada waktu yang akan datang.
Penerapan teori rational expectations pada pasar keuangan dikenal dengan efficient
market hypothesis. Dasar asumsinya adaah bahwa harga sekuritas pada pasar keuangan benarbenar merefleksikan seluruh informasi yang tersedia. Oleh karena itu, harga saham yang
diharapkan pada masa yang akan datang sama dengan perkiraan yang dilakukan dengan
menggunakan informasi yang tersedia saat ini. Hal ini berarti ekspektasi tingkat pengembalian
atas sekuritas akan sama dengan perkiraan atas tingkat pengembalian (Mishkin, 2009).
Pergerakan harga saham sebagai respon atas pengumuman berita hanya terjadi ketika
informasi yang diumumkan itu baru dan tidak diharapkan (Mishkin, 2009). Sehingga, ketika
informasi yang baru saja diumumkan tersebut tidak mengandung informasi baru dan sesuai
harapan pasar, maka hal ini tidak akan mempengaruhi harga saham. Ada tiga bentuk efesiensi
pasar (Bodie, Kane, Markus, 2009), yaitu:.
1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak-form efficiency) adalah apabila harga yang ada di
pasar hanya mencerminkan data historis sekuritas yang bersangkutan.
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
2) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi-strong-form efficiency) adalah apabila harga
sekuritas mencerminkan seluruh informasi publik atau informasi yang tersedia bagi
seluruh investor.
3) Efisiensi pasar bentuk kuat (strong-form efficiency) adalah apabila harga yang ada dalam
pasar selalu mencerminkan seluruh informasi yang tersedia di pasar baik informasi
historis, publik, maupun privat (insider).
Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai pengaruh inflasi terhadap harga saham menunjukkan hasil yang
berbeda-beda. Schewert (1981) melakukan penelitian dengan menggunakan time series dan
treasury bill model dalam mengestimasi ekspektasi inflasi dan menemukan bahwa respon
harian saham terhadap berita inflasi antara tahun 1953 hingga 1978 adalah lemah dan lambat.
Pearce dan Roley (1985) menggunakan data survei untuk mengukur ekspektasi dan
menemukan bahwa harga saham harian merespon terhadap informasi moneter antara
September 1977 hingga Oktober 1982, namun berita mengenai CPI, tingkat pengangguran,
dan tingkat produksi industri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga.
Namun, terdapat perbedaan atas hasil yang diperoleh Nelson (1976), Fama dan
Schwert (1977), Chen, Roll dan Ross (1986), Flannery dan Protopapadakis (2001), Green
(2001) yaitu adanya hubungan negatif yang signifikan antara inflasi dan harga saham. Selain
itu, Fair (2002) menemukan bahwa pengumuman CPI merupakan salah satu kejadian yang
menyebabkan perubahan besar pada harga saham.
Adams, McQueen dan Wood (2004) melakukan penelitian yang menguji hubungan
antara berita inflasi sebagai tingkat inflasi yang tidak dapat diantisipasi terhadap tingkat
pengembalian saham. Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang kuat antara
tingkat pengembalian saham dan inflasi. Besarnya korelasi tersebut berbeda-beda pada tiap
waktu pengukuran dan ukuran saham. Pengukuran dengan jangka waktu yang terlalu panjang
(1 hari) atau pendek (1 menit) dapat mengaburkan korelasi keduanya. Selain itu, saham
berukuran besar menunjukkan respon yang lebih signifikan daripada saham berukuran kecil.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
dalam respon pada tiap kondisi ekonomi baik tinggi (H), medium (M) dan rendah (L). Respon
atas berita buruk (peningkatan inflasi yang tidak diharapkan) lebih signifikan daripada berita
baik (penurunan inflasi yang tidak diharapkan). Penelitian menunjukkan bahwa respon saham
atas berita inflasi berbeda pada dua kurun waktu yaitu waktu penelitian (masa awal sejak
Januari 1983-Desember 1991) dan masa akhir sejak Januari 1992-Desember 2000).
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
III. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui dua pendekatan yaitu kuantitatif dengan
menggunakan model regresi dan pendekatan kualitatif dengan wawancara. Adapun seluruh
tahapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagaimana gambar berikut:
Gambar 1 Kerangka Tahapan Penelitian
Sumber: Olahan Penulis
Dalam pendekatan kuantitatif, populasi adalah seluruh jenis saham sektor barang
industri dan kimia dasar pada BEI pada seluruh rentang waktu. Sampel dipilih menggunakan
metode non-probabilitas dengan purposive sample karena terdapat kriteria-kriteria yang harus
dipenuhi dalam pemilihannya. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah:
a. Intial public offering (IPO) atas saham emiten tersebut adalah sebelum tahun 2008
b. Apabila pada hari pengumuman inflasi tidak ada perdagangan atas saham emiten tersebut,
maka pada periode tersebut data emiten tersebut dianggap tidak ada. Emiten dijadikan
sampel apabila jumlah bulan dimana terdapat perdagangan pada hari pengumuman inflasi
minimal 30 bulan, atau terdapat 27 bulan yang tidak terdapat perdagangan pada hari
pengumuman inflasi.
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
Pada tahun 2012, terdapat 59 emiten saham sektor industri dasar dan barang kimia.
Sektor ini meliputi perusahaan pada sub-sektor semen; keramik, porselen dan kaca; logam dan
sejenisnya; kimia; plastik dan kemasan; pakan ternak; kayu dan pengolahannya; pulp dan
kertas. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh sampel penelitian sebanyak 29 emiten.
Data yang digunakan antara lain tingkat inflasi, indeks ekspektasi harga, jadwal
pengumuman inflasi baik tanggal maupun jam, dan harga saham. Tingkat inflasi tahun 20082012 diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (BPS). Indeks ekspektasi inflasi diolah dari
indeks ekspektasi harga 6 (enam) bulan yang akan datang yang diperoleh dari hasil survei
konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Jadwal pengumuman inflasi oleh BPS
baik tanggal maupun jam, serta harga saham intraday pada hari yang sama ketika inflasi
diumumkan diperoleh dari Bloomberg.
Variabel independen adalah berita inflasi yang menunjukkan besarnya kejutan atas
pengumuman inflasi sebagai unanticipated portion (porsi yang tidak dapat diantisipasi
masyarakat) atas tingkat inflasi. Data ini diperoleh dengan menghitung selisih tingkat inflasi
yang dikeluarkan oleh BPS dan tingkat inflasi yang diharapkan masyarakat.
Variabel independen lainnya yang digunakan sebagai variabel kontrol adalah
unexpected portion atas indikator makro yang diumumkan bersamaan dengan inflasi yaitu
neraca perdagangan. Hal ini dihitung dari selisih neraca perdagangan dengan tingkat
ekspektasinya. Tingkat ekspektasi atas neraca perdagangangan diperoleh dari survei
ekspektasi para pelaku pasar yang diperoleh dari Bloomberg.
Tingkat pengembalian saham adalah variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini. Data ini diperoleh dengan membandingkan harga saham pada transaksi terakhir
sebelum pengumuman dan transaksi setelah pengumuman yaitu pada menit ke-1, 5, 10, 15,
20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60 dan akhir hari perdagangan pada hari tersebut.
Penelitian ini melihat pengaruh berita inflasi terhadap tingkat pengembalian saham,
maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi. Hubungan antara berita
inflasi dengan tingkat pengembalian saham digambarkan dengan model ekonometrik berikut:
(2)
dimana,
: tingkat pengembalian sektor industri dasar dan bahan kimia pada interval t
β
: tingkat respon terhadap berita inflasi
: unexpected portion atas inflasi
: unexpected portion atas pengumuman indikator makro lainnya
δ
: tingkat respon terhadap pengumuman indikator makro lainnya
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
Adapun penjelasan atas proxy yang terdapat pada rumusan di atas adalah sebagai
berikut:
Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
Notasi
Penjelasan
rit
Tingkat pengembalian emiten sektor industri dasar dan bahan kimia pada
Proxy
interval t yaitu perubahan harga pada waktu t dan sebelum pengumuman.
β
Koefisien yang menunjukkan tingkat respon terhadap berita inflasi.
Π
unexpected portion atas inflasi yaitu merupakan perbedaan antara tingkat
yang diumumkan dan tingkat yang diharapkan.
Ait
unexpected portion atas pengumuman indikator makro lainnya yang
TB -
dilakukan bersamaan dengan pengumuman inflasi. Indikator yang
E(TB)
digunakan adalah unexpected portion atas trade balance.
δ
tingkat respon terhadap pengumuman indikator makro lainnya
Sumber: Hasil Olahan Penulis
Ada 3 (tiga) pendekatan dalam melakukan regresi data panel yaitu pendekatan kuadrat
terkecil (pooled least square) atau common effect, pendekatan efek tetap (fixed effect), dan
pendekatan efek acak (random effect). Untuk memilih model yang tepat, perlu dilakukan
beberapa uji seperti F-Test atau Chow Test, Hausman Test. Agar hasil pengolahan regresi
menghasilkan estimator BLUE, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik seperti uji
heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikoliniearitas. Kemudian, dilakukan uji signifikasi
model dan uji variabel bebas.
Pada pendekatan kualitatif, populasinya adalah seluruh investor pada BEI. Metode
pemilihan responden sebagai sampel menggunakan metode probabilitas dimana setiap
anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang terhadap responden yang berinvestasi
pada pasar modal khususnya pada produk saham. Adapun pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara adalah sebagaimana pada lampiran. Data wawancara diolah secara despkriptif.
IV. Hasil Penelitian
a. Pendekatan Kuantitatif
Berdasarkan hasil uji deskriptif, maka disimpulkan bahwa seluruh variabel tidak
terdistribusi normal. Namun, karena pengolahan data ini menggunakan panel data dan
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
melibatkan jumlah observasi yang sangat besar, maka walaupun data tidak normal, pengujian
masih dapat dilakukan.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model regresi. Ada tiga
pendekatan dalam menggunakan teknik regresi pada data panel, yaitu common effect model,
fixed effect model, random effect model. Pemilihan pendekatan dilakukan dengan Chow Test
dan Hausman Test. Sebelumnya, dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa model
terbebas dari masalah asumsi klasik seperti heterokedastisitas dengan uji white, autokorelasi
dan multikolinearitas dengan regresi auxiliary. Model yang dipilih adalah yang terbaik yaitu
dapat dilihat dari nilai R-squared atau adj R-squared. Berdasarkan serangkaian test, diperoleh
ikhtisar pendekatan yang digunakan oleh seluruh tingkat pengembalian, yaitu:
Periode
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
25 menit
30 menit
35 menit
40 menit
45 menit
50 menit
55 menit
60 menit
Akhir
perdagangan
Tabel 2
Ikhtisar Hasil Uji Asumsi
Fixed Effect
Random Effect
RAdjusted
RAdjusted
Squared R-squared Squared R-squared
0,017598 -0,008277 0,001046 -0,000666
0,018484 -0,007368 0,001253 -0,000458
0,022303 -0,003449 0,002989 0,001281
0,023152 -0,002577 0,000552 -0,001161
0,021166 -0,004615 0,001325 -0,000386
0,020129 -0,005680 0,002704 0,000994
0,023358 -0,002365 0,006770 0,005068
0,033737
0,008287 0,014671 0,012982
0,041281
0,016029 0,021454 0,019777
0,036885
0,011518 0,015896 0,014209
0,036428
0,011049 0,011270 0,009576
0,036970
0,011605 0,009704 0,008007
0,021623 -0,004146 0,002230 0,000520
Pendekatan
yang
Digunakan
Fixed Effect
Fixed Effect
Fixed Effect
Fixed Effect
Fixed Effect
Random Effect
Random Effect
Random Effect
Random Effect
Random Effect
Fixed Effect
Fixed Effect
Random Effect
Sumber: Diolah dari Hasil Pengolahan E-Views
Nilai adjusted r-squared yang bernilai negatif dianggap bernilai 0 (nol) atau
variabel independen sama sekali tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Apabila nilai
adjusted r-squared baik fixed effect maupun random effect negatif, maka pemilihan asumsi
dilakukan berdasarkan nilai r-squared.
Adapun Persamaan untuk tiap tingkat
pengembalian tersebut adalah:
RDAYi = Ci – 0,0001 + 0,015*UI + 0,0000000000019*UTB
R60i = Ci – 0,0008 – 0,067*UI + 0,0000000000003*UTB
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
R55i = Ci – 0,001 – 0,0713*UI + 0,0000000000003*UTB
R50i = Ci – 0,0011 – 0,0749*UI + 0,0000000000004*UTB
R45i = Ci – 0,0011 – 0,0849*UI + 0,00000000000009*UTB
R40i = Ci – 0,0013 – 0,0632*UI – 0,0000000000002*UTB
R35i = Ci – 0,0011 – 0,0389*UI – 0,0000000000002*UTB
R30i = Ci – 0,0011 – 0,0233*UI – 0,00000000000009*UTB
R25i = Ci – 0,001 – 0,0077*UI – 0,0000000000004*UTB
R20i = Ci – 0,001 – 0,0038*UI – 0,0000000000002*UTB
R15i = Ci – 0,0008 – 0,0184*UI – 0,0000000000004*UTB
R10i = Ci – 0,0003 – 0,0096*UI – 0,0000000000002*UTB
R5i = Ci – 0,0002 – 0,0066*UI – 0,0000000000001*UTB
Berdasarkan hasil model regresi, dilakukan uji signifikansi dengan hasil berikut:
Periode
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
25 menit
30 menit
35 menit
40 menit
45 menit
50 menit
55 menit
60 menit
Akhir
perdagangan
Pendekatan
Model
Fixed Effect
Fixed Effect
Fixed Effect
Fixed Effect
Fixed Effect
Random Effect
Random Effect
Random Effect
Random Effect
Random Effect
Fixed Effect
Fixed Effect
Tabel 3
Ikhtisar Hasil Uji Signifikansi
Prob
Prob
Kesimpulan
UI
UTB
0,4459 Tidak signifikan 0,6841
0,5517 Tidak signifikan 0,6158
0,2942 Tidak signifikan 0,2547
0,8197 Tidak signifikan 0,5238
0,6444 Tidak signifikan 0,3700
0,1276 Tidak signifikan 0,8367
0,0126
Signifikan
0,6451
0,0001
Signifikan
0,5467
0,0000
Signifikan
0,8116
0,0000
Signifikan
0,2813
0,0000
Signifikan
0,4913
0,0000
Signifikan
0,4525
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Random Effect
0,7481
Tidak signifikan
Tidak signifikan
0,1398
Kesimpulan
Sumber: Diolah dari Hasil Pengolahan E-Views
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh bahwa variabel unexpected inflation berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat pengembalian saham pada menit ke-35, 40, 45, 50, 55, 60.
Sedangkan unexpected trade balance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap seluruh
periode tingkat pengembalian yang diukur. Apabila variabel independen dipengaruhi secara
signifikan, maka dianalisis lebih lanjut mengenai arah variabel bebas. Ikhtisar hasil uji arah
adalah sebagai berikut:
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
Tabel 4
Ikhtisar Hasil Uji Arah Variabel Unexpected Inflation
Periode
35 menit
40 menit
45 menit
β
- 0,0389
- 0,0632
- 0,0849
Periode
50 menit
55 menit
60 menit
β
- 0,0749
- 0,0713
- 0,067
Sumber: Diolah dari Hasil Pengolahan E-Views
Tabel 4 menunjukkan bahwa variabel unexpected inflation memiliki hubungan negatif
pada tingkat pengembalian menit ke-35, 40, 45, 50, 55, dan 60. Secara keseluruhan
unexpected inflation berpengaruh negatif dengan nilai sama atau lebih kecil dari 8,5%.
b. Pendekatan Kualitatif
Jumlah responden dalam wawancara ini adalah sebanyak 28 responden dimana 18
orang memiliki saham di sektor industri kimia dasar dan bahan kimia, 7 orang tidak memiliki,
dan 3 orang pernah memiliki saham pada sektor tersebut. Adapun keterbatasan dalam
pendekatan ini adalah kesamaan latar belakang pekerjaan responden, dimana hampir sebagian
besar bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan hanya sebagian bekerja khusus dan terkait
dengan pasar saham. Rata-rata investor sudah berinvestasi selama 3,78 tahun dengan waktu
paling lama adalah 15 tahun dan yang tercepat adalah 0,5 tahun.
Pertanyaan pertama yang diajukan adalah mengenai hal-hal yang diperhatikan
responden ketika mengambil keputusan melakukan transaksi investasi. Hasil yang diperoleh
adalah bahwa hal-hal yang diperhatikan antara lain kondisi fundamental dan kondisi teknikal.
Kondisi fundamental meliputi berbagai resiko rasio finansial dan kondisi-kondisi lainnya
yang mempengaruhi kinerja keuangan seperti berita makroekonomi dan berita lainnya.
Kondisi teknikal berupa arah pergerakan harga saham berdasarkan histori harga dan volume
perdagangan saham.
Salah satu tahapan yang dilakukan dalam analisis fundamental adalah menganalisis
kondisi ekonomi baik kondisi indikator makroekonomi ataupun ekonomi regional dan
internasional. Dalam hal ini, seluruh responden sudah melakukan analisis kondisi ekonomi.
Peningkatan dan penurunan indikator ekonomi dianggap paling penting oleh 15 responden, 12
responden menganggap bahwa kondisi ekonomi internasional lebih penting, dan 1 responden
menganggap keduanya sama penting. Hal ini menunjukkan kondisi ekonomi dalam negeri
lebih diperhatikan dengan tanpa mengabaikan kondisi ekonomi regional dan internasional.
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
Kondisi ekonomi dalam negeri yang tercermin melalui indikator makroekonomi yang
menjadi perhatian dan bahan pertimbangan dalam transaksi investasi antara lain tingkat
inflasi, neraca perdagangan, tingkat suku bunga, rata-rata penghasilan masyarakat, tingkat
konsumsi, money supply, pendapatan domestik bruto, kondisi politik dalam negeri,
pertumbuhan ekonomi dan lain-lain. Berdasarkan wawancara, diperoleh hasil bahwa indikator
ekonomi yang paling banyak diperhatikan adalah kondisi politik yang dipilih 21 kali.
Selanjutnya diikuti oleh tingkat suku bunga sebanyak 18 kali, pertumbuhan ekonomi 15 kali,
inflasi 13 kali, neraca perdagangan 7 kali, dan lainnya seperti tingkat konsumsi, PDB, ratarata penghasilan masyarakat, money supply.
Hampir seluruh responden memiliki ekspektasi mengenai besarnya kondisi
makroekonomi tersebut. Dari 22 responden yang menyatakan memiliki ekspektasi, 19 orang
diantaranya menyatakan bahwa perbedaan antara ekspektasi terhadap nilai aktual berpengaruh
pada pengambilan keputusan dalam investasi.
Adapun kondisi ekonomi internasional yang diperhatikan antara lain meliputi harga
minyak dunia, harga emas dunia, nilai tukar dan kondisi pasar saham regional serta
internasional. Hal yang paling banyak diperhatikan adalah kondisi pasar saham regional serta
internasional yang dipilih sebanyak 26 kali. Kemudian diikuti oleh harga minyak dunia yang
dipilih sebanyak 24 kali, nilai tukar sebanyak 12 kali dan harga emas dunia sebanyak 10 kali.
V. Pembahasan
Penelitian ini menunjukkan bahwa unexpected inflation berpengaruh tidak signifikan
pada tingkat pengembalian menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30 dan akhir perdagangan serta
berpengaruh signifikan pada tingkat pengembalian menit ke-35, 40, 50, 55 dan 60. Hal ini
menunjukkan respon saham terhadap berita inflasi berlangsung lambat karena pengaruhnya
terlihat pada sekitar menit ke-35. Variabel unexpected trade balance tidak berpengaruh secara
signifikan pada seluruh periode tingkat pengembalian.
Model tingkat pengembalian menit ke-35, 40, 45, 50, 55, dan 60 dituliskan menjadi:
R60i = Ci – 0,0008 – 0,067*UI + 0,0000000000003*UTB
R55i = Ci – 0,001 – 0,0713*UI + 0,0000000000003*UTB
R50i = Ci – 0,0011 – 0,0749*UI + 0,0000000000004*UTB
R45i = Ci – 0,0011 – 0,0849*UI + 0,00000000000009*UTB
R40i = Ci – 0,0013 – 0,0632*UI – 0,0000000000002*UTB
R35i = Ci – 0,0011 – 0,0389*UI – 0,0000000000002*UTB
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
Berdasarkan persamaan tersebut, dapat dilihat unexpected inflation memiliki
berpengaruh negatif sebesar sama dengan atau kurang dari 8,5%. Hal ini menunjukkan
pengaruh variabel independen yang cukup kuat. Respon ini semakin besar setelah menit ke35, lalu setelah titik tertingginya pada kira-kira menit ke-45 respon tersebut melemah dan
menjadi tidak signifikan pada akhir perdagangan. Hal ini disebabkan karena semakin lama
periodenya dari waktu pengumuman ada informasi lainnya yang turut mempengaruhi saham.
Pengaruh negatif dan signifikan unexpected inflation terhadap tingkat pengembalian
saham, juga terbukti melalui wawancara. Hasil yang diperoleh bahwa kondisi indikator
makroekonomi dianggap lebih penting daripada kondisi ekonomi internasional. Inflasi adalah
salah satu indikator ekonomi yang dijadikan pertimbangan, selain faktor lainnya yang lebih
diperhatikan seperti kondisi politik, tingkat suku bunga dan pertumbuhan ekonomi. Perbedaan
ekspektasi para responden mengenai besaran kondisi indikator makroekonomi dengan nilai
aktualnya berpengaruh pada pengambilan keputusan dalam investasi.
Hubungan negatif dan signifikan pada ke-35, 40, 50, 55 dan 60 juga didukung oleh
beberapa penelitian lainnya seperti yang dilakukan oleh Rita Zulbetti yang menyatakan bahwa
variabel inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham saham sektor
perbankan. Selain itu, Kemala Hayati (2011) menemukan bahwa variabel perubahan tingkat
inflasi bulan sebelumnya berpengaruh secara berbeda pada masing-masing emiten, yaitu
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan harga saham TBLA, namun tidak
signifikan pada saham AALI, LSIP, dan UNSP. Murti Lestari (2005) menggunakan model
kausalitas Granger dan menemukan bahwa inflasi berpengaruh cukup signifikan terhadap
fluktuasi harga saham, tetapi untuk mempengaruhinya dibutuhkan lag 1 bulan hingga 3 bulan.
Ketiga penelitian tersebut menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan.
Selain itu, tingkat pengembalian saham dipengaruhi bukan hanya tingkat inflasi pada periode
ini, namun periode pada bulan sebelumnya hingga tiga bulan sebelumnya.
Lambatnya respon saham juga dilatarbelakangi oleh tingkat efisiensi pasar saham di
Indonesia yang lemah seperti diteliti oleh Khajar (2008), Dosinta (2004). Tingkat efisiensi
pasar yang lemah didukung juga oleh hasil penelitian yang dilakukan Tangketasik, Amelia
(2010), Nursiam dan Puteranto (2004) yang tidak dapat membuktikan bahwa Pasar Modal
Indonesia adalah efisien setengah kuat. Pada pasar dengan tingkatan lemah maka harga
sekuritas mencerminkan informasi perubahan harga pada masa lalu. Hal ini berarti informasi
harga sekuritas belum mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan. Sehingga, ketika
terjadi pengumuman atas inflasi, informasi tersebut tidak secara cepat diadaptasi oleh pasar.
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
VI. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa respon pasar terhadap pengumuman inflasi sebagai
gambaran kejutan atas pengumuman inflasi (unexpected inflation) terlihat pada menit ke-35,
40, 45, 50, 55, dan 60. Respon tersebut memiliki arah negatif dengan nilai sama dengan atau
kurang dari 8,5%. Respon ini semakin besar setelah menit ke-35 hingga kira-kira menit ke-45.
Setelah melalui respon tertingginya, respon melemah dan menjadi tidak signifikan pada akhir
perdagangan karena semakin lama periodenya dari waktu pengumuman terdapat informasi
lainnya yang turut mempengaruhi saham.
VII. Saran
Berdasarkan model yang telah dibangun, perusahaan dapat memperkirakan pergerakan
harga saham ketika terjadi pengumuman inflasi. Namun, perusahan perlu mengidentifikasi
indikator makroekonomi lainnya yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham. Investor dapat lebih selektif memperhatikan pengumuman indikator
makroekonomi Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat indikator lainnya yang lebih
menjadi perhatian responden seperti kondisi politik, tingkat suku bunga, pertumbuhan
ekonomi. Maka, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi.
Penelitian ini memperoleh hasil yang berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Adams, McQueen dan Wood (2004) yaitu bahwa respon saham yang kuat walaupun
cenderung lambat. Maka, beberapa hal yang diperhatikan dalam penelitian selanjutnya adalah:
1) Perlu analisis atas tingkat efisiensi pasar di Indonesia sebagai penjelas atas perbedaan
respon pasar saham Indonesia dan Amerika Serikat terhadap pengumuman inflasi.
2) Perlu analisis mengenai unanticipated portion atas variabel makro lainnya seperti kondisi
politik, tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi.
3) Perlu menambahkan periode penelitan untuk memperoleh sampel yang lebih besar dan
gambaran yang lebih menyeluruh terhadap populasi.
Selain itu, pengembangan penelitian pada masa yang akan datang dapat
memperhatikan keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Sampel penelitian ini adalah 29 emiten sektor industri dasar dan barang kimia karena
terdapat beberapa perusahaan yang tidak diperdagangkan maksimal 30 hari pengumuman.
b. Periode penelitian ini adalah sejak tahun 2008 hingga bulan September 2012 karena
adanya keterbatasan dalam memperoleh data perdagangan intraday.
c. Responden wawancara memiliki kesamaan latar belakang pekerjaan karena sulitnya
memperoleh responden.
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
DAFTAR RESENSI
Adams, Greg, Grant McQueen, dan Robert Wood (2004). The Effects of Inflation News on
High Frequency Stock Return. The Journal of Business, 77, 547-754.
Bodie, Zvi, Kane, Alex, dan Marcus Alan J. (2009). Investments. New York: McGraw Hill.
Chen Nai Fu, Richard Roll, Stephen A. Ross (1986). Economic forces and the stock market.
Journal of Business, 59, 383–403.
Cooper, Donald R., Pamela S. Schindler, (2006). Business Research Methods (9th ed). New
York: The McGraw Hill.
Cutler, D., J.Poterba, dan L.Summers (1989. What moves stock prices?. Journal of Portfolio
Management, 15, 4–12
Fair, Ray C. (2002). Events That Shook The Market. The Journal of Business, 75, 713-731.
Flannery, M., dan A. Protopapadakis (2002). Macroeconomic factors do influence aggregate
stock returns. Review of Financial Studies, 15, 1525–1561.
Green, C. (2004). Economic news and the impact of trading on bond prices. Journal of
Finance, 59, 1201–1234.
Hayati, Kemala (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Harga
Saham dalam Keputusan Berinvestasi Pada Perusahaan Sektor Pertanian. Skripsi.
Kemal, Suramaya Suci (2012). Pengaruh inflasi, suku bunga, kurs dan pertumbuhan PDB
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Journal Economia, 8, 53–64.
Khajar, Ibnu (2005). Pengujian Efisiensi Dan Peningkatan Efisiensi Bentuk Lemah Bursa
Efek Indonesia Pada Saat Dan Sesudah Krisis Moneter Pada Saham-Saham LQ-45.
Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, 3, 144-164.
Lestari, Murti (2005). Pengaruh variabel makro terhadap return saham di Bursa Efek
Jakarta: Pendekatan Beberapa Model. SNA, 8, 504–513.
Mishkin, Frederic S. (2009). The Economics of Money, Banking and Financial Markets. New
York: Pearson.
Nachrowi, Nachrowi D. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis: Ekonometrika untuk
Analisis dan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
Narsiam dan Puteranto, Lastiyono Doso (2004). Analisis Efesiensi Pasar Modal Indonesia
Periode 1998-2000 (Studi Kasus pada PT. Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, 3, 1-23.
Nelson, C. (1976). Inflation and rates of return on common stock. Journal of Finance, 31,
471–483.
Pearce, D., dan V. Roley (1985). Stock prices and economic news. Journal of Business, 58,
49–67.
Schwert, G.W. (1981). The adjustment of stock prices to information about inflation. Journal
of Finance, 36, 15–29.
Tangketasik, Amelia (2010). Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara
Informasi: Peluncuran Indeks Sri-Kehati. Skripsi Sarjana. STIE Perbanas, Surabaya.
Winarno, Wing Wahyu (2009). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Zulbetti, Rita. Pengaruh Rasio-Rasio CAMEL dan Faktor-Faktor Makroekonomi Terhadap
Return Saham. Banking and Management Review, 48-62.
http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=2&id_subyek=03
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/saham.aspx
http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Survei/Survei+Konsumen/
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
Lampiran
Bahan Wawancara dalam Uji Kualitatif
Bapak/Ibu yang terhormat,
Saya mahasiswa FEUI yang sedang melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh pada tingkat pengembalian saham. Oleh karena itu, saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner berikut.
1. Apakah Bapak/Ibu adalah investor pada saham sektor industri dasar dan bahan kimia
(misalnya: indusri kertas, semen, pakan ternak, timah dll)?
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu melakukan kegiatan investasi?
3. Hal apakah yang paling Bapak/Ibu perhatikan ketika mengambil keputusan melakukan
transaksi investasi?
4. Apakah Bapak/Ibu melakukan analisis atas kondisi ekonomi secara umum? Apakah
Bapak/Ibu memperhatikan (a) peningkatan/penurunan indikator makroekonomi atau (b)
kondisi ekonomi internasional? Yang mana lebih penting menurut Bapak/Ibu antara kedua
hal tersebut?
5. Indikator makroekonomi apa saja yang menjadi perhatian Bapak/Ibu dan menjadi bahan
pertimbangan dalam transaksi investasi?
Opsi: Tingkat inflasi, Neraca perdagangan, Tingkat suku bunga, Rata-rata penghasilan
masyarakat, Tingkat konsumsi, Money supply, Pendapatan domestik bruto, Kondisi
politik dalam negeri, Pertumbuhan ekonomi.
6. Apakah Bapak/Ibu memiliki ekspektasi mengenai besarnya indikator makroekonomi
tersebut? Apakah perbedaan ekspektasi dan nilai aktual atas indikator makroekonomi
tersebut mempengaruhi Bapak/Ibu dalam pengambilan keputusan investasi?
7. Kondisi ekonomi internasional apakah yang menjadi perhatian Bapak/Ibu?
Opsi: Harga emas dunia, Harga minyak dunia, Nilai tukar, Kondisi pasar saham regional
dan internasional.
Analisis pengaruh..., Misnilawaty Sidabutar, FE UI, 2013.
Download