KINFlash - Konvensi Injil Nasional

advertisement
Jumat, 14 November 2014
Edisi
4
Dari meja redaksi….
Salam damai rekan peserta
sekalian....
Foto Bersama KIN 2014
Jadil ah tel adan!
K
Pdt. Dr. Stephen Tong
arakter yang baik nilainya tidak
terhingga, karakter tidak baik merusak
tidak terhingga. Bagaimana manusia bisa
bertumbuh dan berubah dalam pembentukan
karakter? Anakmu yang sekarang seperti malaikat,
mungkin 20 tahun kemudian mirip setan. Kenapa?
Karena kita tidak memperhatikan pembentukan
karakter. Tadi pagi saya menjelaskan 4 faktor
yang memengaruhi pembentukan karakter: sifat
kekekalan, sifat penerimaan, sifat kreativitas, dan
sifat pengaruh. Jangan main-main dalam mendidik
anak karena ada dua jenis pendidikan: sadar (yang
kau ingin ajarkan) dan tidak sadar (kau tidak ingin
ajarkan tetapi kaujalankan dan anak-anak belajar
dari sana). Didikan secara tidak direncanakan
KIN Flash
G
selalu terjadi. Secara bawah sadar, pengaruhmu
yang jelek sudah ditiru mereka. Indonesia
termasuk negara yang paling banyak koruptor.
Tanpa membasmi koruptor, negara ini tidak ada
harapan. Di manakah hari depan Indonesia? Kita
harus belajar Firman dengan ketat.
Seluruh dunia sekarang mengalami krisis
kekurangan pemimpin yang jadi teladan. Demi
nama Tuhan, izinkan saya menjadi wakil Tuhan
berkata, “Jadilah pimpinan yang menjadi teladan!”
Bersungguhlah mengabdi, berkorban, jujur, dan
menjadi contoh bagi murid-muridmu. Paulus
sangat berbahagia karena sudah meneladani Kristus
dan berhak berkata, “Teladanilah aku seperti aku
od’s word continues to be the central message proclaimed! The third day of KIN focuses on the
different facets of Christian education. Ev. Lidya Bhekti Rosiana Dewi opens the day by calling
all teachers not to only have cognitive knowledge of God but, more importantly, also a personal
faith and a relationship with God. Rev. Romeo Mazo highlights the significance of children evangelism
and shows different ways teachers can share the Gospel to children. Ev. Dewi Arianti Winarko reminds
KIN participants that teaching should be anchored on the power of Jesus’ resurrection. Setting Paul as an
example, Ev. Ina Muljono Hidayat points out that it is the duties for all teachers to bring their students
to imitate Christ. Anchoring his message on the book of Ezekiel, Rev. Agus Marjanto preaches on God’s
judgment upon his sinful people and reminds attendees not only to look God as a loving God, but also
to have a fear of the sovereign God. In his morning session, Rev. Stephen Tong asserts the importance to
recognize different factors that may affect a person’s character. It is important for teachers to understand
character developments for each children will grow in his/her own unique way. In the evening session, Rev.
Stephen Tong points out human being’s uniqueness, their sinful nature, and concludes that only by the
guidance of the Holy Spirit can a sinful person be moulded according to God’s will.
Luar biasa Tuhan telah
memberikan kekuatan bagi
3529 peserta KIN 2014.
Kita semua berkumpul
dari 33 propinsi di RMCI
Kemayoran
ini
untuk
sungguh boleh merasakan
dikuatkan
oleh
Tuhan
dengan kekuatan ajaib dariNya. Diharapkan, sekitar
2394 Pembina dan Guru
Sekolah Minggu, dengan
1135 Guru Pendidikan
Agama Kristen dan berbagai
pelaku pendidikan lainnya,
telah mendapatkan begitu
banyak anugerah melalui
beberapa hari di tempat ini.
Hari ke empat ini kiranya
boleh kita lewati dengan
penuh anugerah dan berkat
Tuhan. Kembali beberapa
pembicara boleh berbagi
kebenaran firman Tuhan
bagi setiap peserta. Dan
kembali Pdt. Dr. Stephen
Tong akan hadir membawa
banyak berkat bagi setiap
kita melalui pembahasan
firman yang Ia bicarakan
juga
melalui
berbagai
teladan yang ia boleh
sharing-kan kepada kita,
yang lebih muda darinya.
Kami tetap mendoakan
semua peserta diberikan
kekuatan oleh Tuhan. Mari
kita terus berjuang dengan
penuh semangat. Sekalipun
tubuh kita lelah, tetapi kami
berharap semangat kita
tidak melemah, melainkan
terus dibakar oleh api Tuhan
yang rindu diperlengkapi
untuk membawa Injil ke
tempat kita.
Soli Deo Gloria.
Redaksi
SEKILAS
meneladani Kristus.” Yesus adalah teladan
terbaik dalam sejarah, paling sejati, dan
tidak ada yang lebih baik. Di antara para
pemimpin agama, satu-satunya orang suci
yang tidak berdosa hanya Yesus Kristus.
Yesus berkata, “Siapa di antara kamu yang
bisa menunjukkan dosaku?” Kalimat ini
tidak pernah keluar dari mulut Sokrates,
Konfusius, Muhammad, dan lain-lain.
Hanya satu kali keluar dari mulut dari
satu orang, yaitu Yesus Kristus. Yesus
satu-satunya yang disebut sebagai Sang
Kudus dari Allah. Bandingkan Yesaya,
Musa, Petrus dengan Yesus. Engkau akan
menemukan tidak ada orang suci seperti
Yesus Kristus. Kita memiliki Yesus Kristus
yang tidak berdosa, mati menanggung
dosa, dan bangkit dari kematian
mengalahkan penguasa kematian. Inilah
wibawa Kekristenan. Jangan minder
dengan agama lain karena mereka tidak
memiliki pemimpin yang suci dan engkau
memiliki Juruselamat. Tidak usah takut
jadi minoritas karena justru dalam kondisi
ini kita akan sungguh-sungguh berdoa
dan bergiat dalam Tuhan. Saya tidak takut
Kristen minoritas dan dianiaya, tetapi saya
takut Kristen tidak sadar bahwa dirinya
Kristen. Orang Kristen zaman dulu
dianiaya tetapi mereka bersyukur karena
menderita bagi Injil dan bagi Tuhan Yesus.
Ketika Paulus dan Silas dipenjara, seluruh
penjara goncang dan justru penjaga
ketakutan. Paulus berkata, “Percayalah
Yesus, maka engkau dan seisi rumahmu
akan diselamatkan.” Orang Kristen yang
dianiaya tidak menjadi minder karena
Tuhan beserta kita. Ketika pulang,
mungkin gereja kita kecil, murid Sekolah
Minggu kita tidak banyak, tetapi ingat
saya adalah budak Yesus Kristus. Tuhanku
adalah pemimpin yang paling tinggi.
Pembentukan karakter juga dipengaruhi
oleh 1) lingkungan. Lingkungan keluarga:
pembentukan anak dalam tiap keluarga
tidak sama. Keluarga dengan satu anak
dengan keluarga banyak anak, pasti
berbeda pembentukannya. Lingkungan
alam: orang yang lahir di pegunungan
dan di pesisir laut berbeda. Orang yang di
pegunungan biasanya memiliki karakter
yang lebih keras dan lurus sedangkan orang
laut cenderung suka bertualang. Toraja,
Toba, Jawa pasti lain. Jangan paksakan
orang lain mengikuti engkau. Lingkungan
sejarah: anak yang dilahirkan dalam ikatan
suku akan sulit keluar. Ada keluarga yang
hidup tanpa adat apa-apa, ada keluarga
Tionghoa yang punya ikatan sejarah
ribuan tahun, berakar dalam sejarah,
dan orang tua suka bercerita tentang
kaisar. Lingkungan kebudayaan: ada
kebudayaan yang menganggap perceraian
dan selingkuh itu tidak apa-apa, tetapi
ada kebudayaan lain yang merajam hal
ini sampai mati. Orang yang dilahirkan
dalam keluarga Syiah dan Sunni berbeda.
2
KIN
Ada pengaruh agama dan kebudayaan
yang memengaruhi. Yang menikah antar
ras harus berani mengambil resiko karena
mungkin keluarga satu pihak tidak dapat
menerima pihak lain. Kita harus belajar
mengerti perbedaan lingkungan dan
punya konsep internasional dan universal
untuk menerima orang dengan baik.
Kita belajar saling mengasihi yang warna
kulit dan adat lain meskipun sulit. Belajar
minta Tuhan memberi kekuatan untuk
saling mengasihi.
diri dengan Allah. Jangan hanyut ikutikutan orang lain berdosa dan berbohong,
karena engkau berdiri di hadapan Allah.
Belajarlah dari Yusuf.
Pembentukan karakter juga dipengaruhi
oleh 2) pengalaman. Contoh: yang
sering patah hati akan menjadi minder,
menyendiri, pesimis, merasa tidak
berharga. Kesedihan dan kegagalan kalau
terus terjadi mungkin membuat kita
tidak percaya diri. Tetapi kesedihan dan
kegagalan juga membuat kita semakin
berjuang. Yang menjadi faktor utama
adalah perkataanmu kepada dirimu
sendiri. Kalau engkau berkata, “saya
memang orang kecil dan nasib buruk”,
maka engkau gagal tetapi kalau engkau
tahu bagaimana bicara kepada diri sendiri,
menerima diri, menilai diri, maka engkau
dapat mengatasi pengalaman. Jika engkau
dapat tenang dalam kegagalan dan
mengatakan firman kepada diri, engkau
akan berhasil. Engkau sadar Tuhan itu
ada dan melihat engkau. Jadi, engkau
memiliki hubungan diri dengan diri dan
Pembentukan karakter yang paling
penting adalah 4) dipimpin Roh Kudus.
Roh Kudus bukan memaksa, bukan
menantang, bukan membunuh, tetapi
Roh Kudus memimpin. Tidak pernah ada
istilah kerasukan Roh Kudus di Alkitab.
Dirasuki dan dipimpin/dipenuhi oleh
Roh Kudus itu berbeda. Roh Kudus itu
menyinari, memenuhi, memberikan
urapan, dan memimpin. Setan mau
memaksa, memengaruhi, dan memiliki
engkau tetapi Roh Kudus lain. Karakter
yang indah adalah karakter yg dipimpin
Roh Kudus. Roh Kudus mengerti semua
diri kita karena Dia yang paling bijaksana
yaitu Roh Allah. Barang siapa dipimpin
Roh Kudus, ia adalah anak-anak Allah.
Kiranya Roh Kudus memberikan sentuhan
terakhir pada kita yang dipengaruhi
berbagai faktor untuk menyucikan kita
dalam pimpinan-Nya. Amin.
IKUT TUHANKU
F 4/4
5
5 5 . 4 | 3
j
j
j .
5
5
5 . 4 | 3
j
1
6
3
Pembentukan karakter juga melalui 3)
agama. Agama membentuk hati nurani
yang tercemar tetapi agama juga dapat
menjadi pencemar hati nurani. Hanya
agama yang berdasarkan firman yang
benar yang membuat hati nurani berfungsi
secara normal.
.
.
\ 1
2
2
6 \ 6
3
3
\
5
5 5 . 4 | 3
j
1
3 . 2 | 1
1
1 . \ 2
3
\
6
2
3
3
. 4
3
3 \ 4
4
4
3 . 2 | 1
5
6
j
3
6 \ 5
3
3
1
h \ g . . . \
4
3 . 2 | 1
2
Stephen Tong
Jakarta, 13 November 2014
1
3 \ 2 . .
j
. \
h \ g . . . \
j \ 1 . . . | 1 . . 0 \
5
5
5 \
1
5 \ 3 . . . \
2 . . . | 2 . . . |
j
h \ g . . . \
j \ 1 . . . | 1 . . . /
Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik
SEKILAS
Berbagi tentang …….
KIN
Membesarkan Anak dalam Tuhan
Catatan Khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong
Anak dan Keluarga
Mendapatkan anak bukanlah tujuan
dari
pernikahan.
Keluarga
yang
dikaruniai anak oleh Tuhan mempunyai
beban dan tugas untuk mendidiknya
menurut prinsip Tuhan. Mendidik
anak merupakan potensi besar sekaligus
kerepotan. Kerepotan mendidik anak
hendaknya dianggap sebagai ujian dari
Tuhan untuk menjadikan diri kita lebih
kuat. Ayah dan ibu adalah wakil Allah di
hadapan manusia, maka orang tua harus
berhati-hati mendidik anak. Pendidikan
yang baik bukan hanya melalui perkataan,
tetapi juga harus menerjunkan seluruh
pengajaran hidup yang menggerakkan
hati anak-anak, sehingga mereka kagum
dan hormat terhadap orang tuanya
sebagai teladan hidup. Ayah dan ibu perlu
taat kepada perintah Alkitab. Kehadiran
Tuhan dalam keluarga akan tergambar
melalui kewibawaan yang digabung
dengan cinta kasih.
hal-hal yang berguna kepada anaknya.
Orang tua perlu menetapkan tujuantujuan mulia bagi anak-anak, galilah
potensi mereka semaksimal mungkin
sesuai dengan potensi yang Tuhan
anugerahkan pada mereka, sesuai dengan
kehendak Tuhan. Sasaran terpenting
dalam mendidik anak adalah agar mereka
memuliakan Tuhan dalam tingkah laku
dan semua aspek kehidupannya.
Kerja sama dan komunikasi di antara
ketiga Pribadi Allah Tritunggal menjadi
basis semua komunitas dalam dunia,
termasuk ayah dan ibu untuk belajar
rukun dan sehati. Salib menyatakan kasih
dan kelembutan yang paling besar untuk
mengampuni orang yang paling berdosa,
sekaligus keadilan yang paling keras yang
Sebutan “anakku” memiliki keintiman
yang hanya ada dalam keluarga. Namun
anak juga perlu dididik sebagai manusia
yang berpeta teladan Allah dengan
memupuk dan mendewasakannya agar
ia tahu bagaimana menjadi manusia.
Konsep theologi yang benar dan pikiran
yang Alkitabiah adalah kompas bagi
orang tua untuk mendidik dengan benar
dan tenang dalam menghadapi kesulitan.
Anak bukan boneka penghibur atau
pemuas egoisme orang tua yang
dikorbankan bagi impian yang ingin
dicapai orang tua. Anak adalah milik
Tuhan yang dipercayakan Tuhan sebagai
pusaka kepada orang tua. Biarlah anak
menjadi beban yang manis bagi orang
tua.
Prinsip Mendidik Anak
Mendidik anak bukan hanya teori,
kepintaran, atau kefasihan lidah.
Mendidik anak berarti menerjunkan diri,
mengorbankan diri sampai suara hati kita
menembusi awan gelap, masuk ke dalam
hati anak, sampai anak menyadari arti
pendidikan. Pendidikan berarti berhenti
memikirkan kesulitan-kesulitan sendiri,
dan mulai memikirkan apa yang bisa
diterima dan dirasakan oleh anak kita.
Hendaklah orang tua hanya mengatakan
tidak mau menerima dosa. Penggabungan
kedua prinsip ilahi yang paradoks ini
secara harmonis – kasih dan keadilan –
akan menghasilkan bijaksana dan kuasa.
Aspek-aspek Penting
Apa yang diperlukan anak-anak?
Keamanan,
keadilan,
kesedihan
karena cinta yang suci, identitas diri,
kemandirian yang bijaksana, dan
niat berjuang berdasarkan kebenaran.
Keamanan tercipta dari hubungan ayah
ibu yang stabil. Keamanan tidak berarti
bebas kesulitan. Anak hendaknya dididik
dalam pengenalan akan Allah, otoritasNya, dan prinsip-prinsip kebenaran, serta
bahwa hidup ada di dalam tangan Tuhan.
Orang tua yang beriman dan hidup
dengan benar memberikan identitas
yang baik kepada anak-anaknya, tidak
mempermalukan mereka. Anak menuntut
perlakuan yang adil dari orang tuanya.
Ketika menyaksikan penyelewengan
dan ketidakbenaran, guru atau orang
tua bukan marah melayani nafsunya,
tetapi merasakan kesedihan akibat kasih
yang suci. Ia tahu kapan harus bersuara
atau harus diam. Orang tua harus
membangkitkan rasa tanggung jawab
dengan mendorongnya mengerjakan apa
yang sudah disetujui dan disanggupinya.
Selain mata jasmani, anak perlu belajar
memiliki mata yang lain, yang dapat
membedakan yang baik dan yang jahat
sebelum mereka dilepaskan oleh orang
tua. Anak harus belajar menempuh segala
tantangan dan bahaya.
Lampu Merah bagi Anak
Orang tua takkan selamanya menuntun
anaknya. Ada saatnya anak akan dilepaskan
dan diserahkan kembali kepada Tuhan.
Karenanya, sejak kecil anak harus dididik
berjalan dalam kebenaran firman Tuhan
agar sampai dewasa dan tua dia tidak
meninggalkan jalan itu. Sejak anak kecil,
bibit yang rusak dan tidak benar harus
dibereskan dan tidak boleh kita anggap
remeh.
Sejak kecil anak perlu belajar hidup dalam
kebenaran, kesejatian, ketulusan, dan
kesungguhan sebagai dasar dari watak
yang agung dan prinsip etika. Dia tidak
hidup dalam kepura-puraan, bertopeng –
berbeda luar dan dalam. Dia tidak egois,
tetapi mempunyai hati yang lapang, suka
berbagi, berkeadilan dalam menghadapi
diri dan orang lain. Selain itu, anak perlu
belajar bertekun, hidup bersyukur serta
tidak mengingini milik orang lain, serta
berwelas asih terhadap orang lain. Sejak
kecil, anak perlu dididik untuk berpikiran
optimis, positif, dan berpengharapan.
Pengajaran dalam Alkitab
Mendidik seorang anak perlu mengetahui
isi hati Tuhan yang menciptakan manusia
dan mewahyukan kebenaran-Nya, agar
dari dalamnya kita bisa menggali prinsipprinsip kebenaran untuk mendidik anak.
Di hadapan terang Firman-Nya, ayah dan
ibu perlu gentar dan merendahkan diri
minta pertolongan dari Tuhan.
Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik
Bersambung ke hal.6
3
SEKILAS
Mary Mitchell Slessor
KIN
MENGENAL TOKOH
(1848 - 1915)
Seorang Biasa yang Dipakai Tuhan
Secara Luar Biasa
B
ayangkan suatu daerah di mana
manusia memakan manusia yang
lain (kanibal); setiap kali bencana
alam terjadi manusia harus dikorbankan
agar dewa-dewa disenangkan; bayi kembar
dianggap sebagai suatu kutukan sehingga
keduanya harus dibunuh; perbudakan
adalah suatu hal yang biasa; tengkoraktengkorak manusia banyak dipajang
oleh penduduk dan tersebar di daerah
itu. Di abad ke-19 daerah ini dikenal
dengan nama Calabar (di pesisir tenggara
Nigeria) dan menerima julukan “kuburan
orang kulit putih” (White Man’s Grave).
Menurut Anda, apakah orang-orang di
sini patut menerima Injil? Terlebih lagi,
maukah Anda masuk dan tinggal di
daerah ini? Mary Slessor, seorang wanita
muda dengan tubuhnya yang mungil,
mau dan dia pergi ke Calabar untuk
mengabarkan Injil. Siapakah wanita ini?
Mary Mitchell Slessor dilahirkan di
Aberdeen (Skotlandia) pada tanggal 2
Desember 1848 ke dalam suatu keluarga
yang miskin, anak kedua dari tujuh
bersaudara. Hidup Mary penuh dengan
kepahitan. Selain mereka keluarga miskin,
tiga adik Mary meninggal di umur kanakkanak mereka. Ditambah lagi ayah Mary,
Robert, adalah seorang alkoholik yang
sering kali menghabiskan upah kerjanya
hanya untuk minum-minum dan yang
sering memukuli istrinya. Kebiasaan
buruk ayah Mary semakin membuat
hidup keluarga sulit. Ketika Mary
berumur 11 tahun, Robert membawa
seluruh keluarga pindah ke Dundee untuk
mencari pekerjaan dan memulai hidup
baru. Namun kebiasaan mabuk-mabukan
tidak dapat Robert lepaskan dan kondisi
keluarga Robert tidaklah menjadi lebih
baik. Seperti kebanyakan buruh lainnya,
keluarga Robert harus hidup di tempat
yang kumuh dan keluarga mereka sering
mengalami kelaparan. Untuk membantu
keluarga, ibu Mary harus bekerja di
pabrik sebagai penenun. Bahkan Mary,
yang masih berumur 11 tahun, juga harus
ikut bekerja di pabrik. Menginjak usia 14
tahun, Mary sudah menjadi pekerja keras
dan terampil; dia bekerja di pabrik dari
4
jam enam pagi sampai jam enam petang
dengan hanya satu jam istirahat. Tidak
lama mereka hidup di Dundee, ayah
Mary meninggal karena radang paru-paru
(pneumonia) dan tidak lama kemudian,
kedua saudara laki-laki Mary juga
meninggal. Tinggal Mary, ibunya, dan
kedua adik perempuannya yang tersisa.
Setelah Mary sendiri mengalami
pertobatan ketika dia masih remaja, dia
menyempatkan waktu untuk mengajar
kelas Alkitab bagi anak-anak yang bernasib
malang lainnya seperti dia. Mary mengajar
mereka supaya mereka dapat memiliki
hubungan dengan Kristus. Pernah suatu
hari Mary mencoba memberitakan Injil
kepada sekelompok geng anak-anak
berandalan. Berita Injil Mary ditolak
dan diejek dan mereka melempari Mary
dengan lumpur. Anak-anak berandalan
ini mengelilingi Mary dan kepala geng
tersebut memutar-mutarkan batu timah
yang diikatkan ke tali yang semakin
lama semakin mendekat ke muka Mary.
Mary berdoa di dalam hati dan tetap
berdiri tidak mau menghindar ataupun
lari, bahkan ketika batu timah tersebut
hampir menyentuh dahinya. Pemimpin
geng tersebut akhirnya meletakkan batu
timah tersebut dan justru membawa
seluruh anggota geng untuk mengikuti
kelas Alkitab yang dipimpin oleh Mary.
Mengingat kisah ini, Mary bertanya,
“Apakah itu keberanian, kalau bukan
iman mengalahkan perasaan takut?”1
Lain dengan ayahnya, ibu Mary adalah
seorang yang mengasihi anak-anaknya.
Sebagai seorang Presbiterian yang
tekun, ibu Mary selalu membaca setiap
terbitan Missionary Report, majalah
yang diterbitkan setiap bulan oleh
The United Presbyterian Church untuk
menginformasikan
anggota
gereja
mengenai aktivitas dan kebutuhan misi.
Dari cerita-cerita mengenai misionaris
inilah, khususnya mengenai David
Livingstone, Mary mulai terpanggil
untuk menjadi misionaris.
Mary berumur 27 tahun ketika dia
mendengar bahwa David Livingstone,
misionaris terkenal itu, telah meninggal. Di
samping berita kematian Livingstone ada
tulisannya yang Mary rasakan ditunjukan
kepada dia, “Saya mengarahkan engkau
untuk ke Afrika… untuk meneruskan
pekerjaan yang sudah kumulai... Saya
meninggalkan
pekerjaanku
untuk
kamu.”2 Bagi Mary ini suatu panggilan
konfirmasi yang telah ia tunggu-tunggu.
Seketika itu juga Mary mengambil
keputusan untuk mengikuti langkah
David Livingstone menjadi misionaris
ke Afrika. Afrika dikenal sebagai ladang
penginjilan yang sulit bahkan untuk
misionaris laki-laki sekalipun, baik cuaca,
serangga, dan binatang buas, medan yang
harus ditempuh, dan juga orang-orang
Afrika yang harus dimenangkan untuk
Tuhan. Tetapi khususnya Calabar yang
dikenal sebagai “kuburan orang kulit
putih”. Biasanya orang yang ke sana tidak
kembali, suatu fakta yang Mary ketahui
dari berita-berita kematian yang muncul
di The Missionary Report. Tapi justru
Mary mau ke Calabar.
Pada tanggal 5 Agustus 1876, di dalam
usianya ke-28, Mary menempuh
perjalanan selama 5 minggu sebagai satusatunya wanita di atas kapal SS Ethiopia
dari Southampton menuju Duke Town
(sekitar 50-60 kilometer dari sungai
Calabar). Setibanya di Duke Town, Mary
langsung merasakan beratnya misi yang
ada di depannya. Perbedaan kebudayaan
antara Mary dan orang-orang yang
hendak dicapai Mary begitu besar dan
hanya melalui ketekunan dan kebulatan
tekad Mary untuk mempelajari bahasa
dan kebiasaan mereka maka Mary dapat
beradaptasi. Tetapi ada beberapa kebiasaan
penduduk lokal yang Mary tidak bisa
terima. Mary harus melihat bagaimana
istri-istri dari kepala suku harus dibunuh
untuk merayakan kematian dari sang
kepala suku. Penduduk daerah Calabar
juga percaya bahwa kelahiran anak
kembar berarti salah satu dari kedua anak
kembar tersebut telah dikutuk oleh setan.
Karena kedua anak kembar tersebut
tidak dapat dibedakan, maka biasanya
Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik
SEKILAS
kedua anak kembar tersebut dibunuh
atau dibuang ke semak-semak untuk
dimakan oleh binatang buas. Mary terus
berusaha untuk menghentikan praktik
pembunuhan anak kembar ini dan
menyelamatkan anak kembar sebelum
mereka dibunuh dan menampung mereka
yang telah dibuang. Selama hidupnya,
Mary sendiri mengadopsi delapan anak
sebagai anaknya sendiri. Menghadapi
semua kesulitan, Mary menyerahkan
diri kepada Tuhan yang telah mengutus
dia dan berdoa: “Tuhan, tugas ini tidak
mungkin bagiku, tetapi tidak bagi-Mu.
Bukalah jalan dan aku akan mengikuti.
Mengapa aku harus takut? Aku sedang
menjalani misi kerajaan. Aku sedang
melayani Raja di atas segala raja.”
Pekerjaan Mary di Calabar bukanlah
suatu hal yang mudah. Tapi sebagaimana
orang menyaksikan hidupnya, ketika
Mary sudah yakin akan pimpinan Tuhan
di dalam hal apa pun, tidak ada satu hal
pun yang dapat menghalangi Mary untuk
menaati pimpinan Tuhan tersebut. Bagi
Mary, iman kepada Tuhan harus menjadi
suatu hal yang nyata di dalam hidup kita.
KIN
orang-orang Calabar. Sebagaimana Mary
mencintai mereka, sekarang mereka juga
mencintai Mary dan memberikan julukan
eka kpukpro owo (ibu semua orang). Pada
tanggal 13 Januari 1915, Mary Mitchell
Slessor menghembuskan nafasnya yang
terakhir. Oleh karena pelayanan Mary,
suku Ibo, salah satu suku di Calabar,
menjadi salah suku yang paling Kristen di
seluruh Afrika.
Kepada mereka yang mengatakan bahwa
orang Afrika tidak mungkin mau dibantu
oleh seorang wanita, Mary menjawab:
“Di dalam mengukur kekuatan seorang
wanita, ternyata engkau sudah lupa
untuk mengikutsertakan Tuhan dari
perempuan itu.” Selama 39 tahun Mary
bekerja bagi Tuhan di Calabar dan lambat
laun Mary memenangkan orang-orang
Calabar bagi Tuhan dan mentransformasi
hidup dan kebiasaan jahat mereka. Mary
mendirikan lima puluh sekolah-sekolah
dan gereja-gereja. Bahkan konon setelah
Mary meninggal, pekerjaan Mary hanya
dapat diteruskan oleh tiga laki-laki.
Pengorbanan Mary sangat dihargai oleh
Tuhan dapat memakai siapa saja untuk
bekerja di ladang-Nya. Dia tidak hanya
memakai orang-orang besar seperti
D. L. Moody, Robert Moffat, David
Livingstone, tetapi Tuhan juga memakai
seorang perempuan biasa dan sederhana
seperti Mary Slessor untuk mengerjakan
pekerjaan luar biasa. Bagaimana dengan
kita? (dt)
Endnotes
1.http://www.christianity.com/church/church
history/timeline/1901-2000/mary-slessortried-to-transform-nigeria-11630706.html
2. h t t p : / / m a r y s l e s s o r. o r g / 2 0 1 4 / 0 4 / t h e determined-dundee-woman/
Ku Mengerti yang Ku Nyanyikan...
Ada Orang Buta
Memperkenalkan Tuhan Yesus kepada
anak-anak dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Salah satunya adalah
memperkenalkan Yesus dan kuasa-Nya
yang didasarkan atas kasih-Nya kepada
manusia berdosa. Selain mengajar, Tuhan
juga melakukan mujizat kepada orang
yang sakit, tuli, buta, timpang, mengusir
roh jahat, bahkan mengampuni orang
berdosa. Dengan menyanyikan pekerjaan
Yesus dan kuasa-Nya, anak-anak
diperkenalkan akan ke-Tuhan-an Yesus
Kristus, Tuhan yang mendengar keluhan
kita dan yang memperhatikan kita. Di
ayat pertama seorang buta mendengar
Tuhan Yesus sedang melewati tempat dia
meminta-minta. Semakin dia dilarang
berteriak memanggil Yesus, semakin
keras suaranya memanggil: “Yesus, Anak
Daud, kasihanilah aku” (Luk. 18:39) dan
Yesus menyembuhkannya. Yesus juga
mengatakan, “imanmu menyelamatkan
engkau.” Ayat 2 adalah kisah yang diambil
dari Markus 2 di mana seorang lumpuh
yang disembuhkan Tuhan Yesus dan
akhirnya berjalan. Ayat 3 adalah kisah
seorang anak yang tuli yang disembuhkan
dari roh jahat. Di dalam refreinnya
setiap mujizat yang terjadi dinyanyikan
berulang untuk menegaskan kuasa Yesus
yang terjadi atas orang-orang tersebut.
Kuasa yang keluar dari kasih-Nya atas
orang- orang yang berdosa.
Ada orang buta duduk minta-minta,
tiap-tiap hari di pinggir jalan.
Pada suatu hari Yesus mendengarnya;
orang buta itu disembuhkan-Nya.
Celik matanya, celik matanya,
oleh kuasa Yesus celik matanya.
Celik matanya, celik matanya,
oleh kuasa Yesus celik matanya.
Ada orang lumpuh, tak dapat berjalan,
ia pun diangkat oleh temannya.
Pada suatu hari Yesus melihatnya;
orang lumpuh itu disembuhkan-Nya.
Ia berjalan, ia berjalan,
oleh kuasa Yesus ia berjalan.
Ia berjalan, ia berjalan,
oleh kuasa Yesus ia berjalan.
Ada orang tuli kerasukan setan,
tak dapat bicara, tidak mendengar.
Pada suatu hari Yesus menolongnya;
orang tuli itu disembuhkan-Nya.
Setan pun kalah, setan pun kalah,
oleh kuasa Yesus setan pun kalah.
Setan pun kalah, setan pun kalah,
oleh kuasa Yesus setan pun kalah.
Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik
5
SEKILAS
KIN
PERGUMULAN SEPUTAR PENDIDIKAN...
(Tanya Jawab bersama Pdt. Dr. Stephen Tong dalam Seminar Quo Vadis)
T: Pendidikan Kristen banyak yang
mengadopsi peran psikologi khususnya
dalam pendidikan anak. Sejauh apa
pendidikan bisa menerima pengaruh
pendidikan psikologi sekuler ini?
J: Bagi saya, psikologi sekuler tidak
mungkin atau takkan mengubah apaapa dan saya kira psikologi sekuler pun
akan mati separuh. Psikologi sekuler
tidak menolong apa-apa, tetapi kembali
kepada Alkitab yang bisa memberikan
pertolongan sejati. Semua ini terjadi
karena dosa manusia menyebabkan
manusia hidupnya kacau dan mengalami
berbagai masalah psikologis. Tetapi ketika
manusia berdamai kembali dengan Allah
dan sungguh-sungguh harmonis dengan
Kristus, barulah manusia memiliki jalan
keluar dari masalahnya.
T: Apakah kita memiliki kehendak bebas
untuk menolak panggilan sebagai guru?
J: Yang disebut sebagai “kehendak bebas”
(free will) adalah suatu kemauan yang
memberontak kepada kehendak Allah.
Kedaulatan Allah adalah kekuatan Allah
membujuk dan menyadarkan orang yang
akhirnya rela mengabdi kepada Tuhan.
Ketika engkau memberontak kepada
Tuhan, Tuhan akan memukul engkau
supaya engkau kembali dan menikmati
harmoni dan damai sejahtera di dalam
Tuhan.
T: Dalam 1 Korintus 14:34-35, wanita
tidak boleh bicara dalam pertemuanpertemuan. Apakah perempuan tidak boleh
mengajar?
J: Ketika ada seorang perempuan
berkhotbah, dia harus berkhotbah
berdasarkan 1) Alkitab dan 2) Roh Kudus
mengilhamkan dia. Tetapi setelah seluruh
Alkitab ditulis, ternyata tidak ada satu pun
bagian Alkitab yang diserahkan kepada
wanita untuk menuliskannya. Paulus yang
mengetahui rahasia ini, dia mengatakan
stop. Kalau mereka berkhotbah, atas
dasar suka menonjolkan diri, suka tidak
kalah dengan dengan laki, semangat
Feminisme, maka Paulus berkata: “Hai
kamu
perempuan-perempuan
saya
perintahkan engkau jangan berkhotbah.
Jikalau engkau ingin mengetahui,
tanyalah suamimu di rumah.” Apa
maksudnya? Maksudnya, “suamimu yang
lebih mengerti diam-diam, kamu yang
tidak ngerti apa-apa, mau berkhotbah.”
Semua motivasi menonjolkan diri dan
mempermuliakan diri adalah kekejian
bagi Tuhan. Namun, apakah boleh
wanita memberitakan firman, wanita
mengabarkan Injil, wanita menafsirkan
Alkitab baik-baik? Saya tidak mutlak
menolak, karena di dalam Perjanjian Lama
(Mazmur 68) dikatakan: para penginjil
wanita akan menjadi sekelompok yang
besar dipakai oleh Tuhan. Berarti Tuhan
memberi nabi wanita memberitakan
firman Tuhan. Jikalau dalam Perjanjian
Baru kita melihat Paulus berkata, jikalau
ada wanita yang berdoa atau bernubuat,
istilah bernubuat (Gerika: profetis), ia
harus menudungi kepalanya. Itu berarti
Paulus pun mengatakan ada wanita yang
berkhotbah. Kesimpulan, kalau wanita
berkhotbah berdasarkan Kitab Suci yang
diwahyukan, maka dia boleh berkhotbah
tetapi wanita itu tidak perlu ditahbiskan
menjadi pendeta, karena jikalau ada pria
yang menjadi pemimpin, wanita harus
taat kepada pria, tidak usah menjadi
pemimpin.
Bagaimana kalau tidak ada pria
sama sekali, mungkinkah Tuhan
membangkitkan wanita? Mungkin.
Contohnya Deborah. Ketika Deborah
diangkat oleh Tuhan, para laki-laki tidak
menjalankan tugas. Jadi Tuhan tetap bisa
memakai wanita. Saat itu keadaan darurat
yang tidak menjadi satu aturan untuk
selama-lamanya. Jikalau ada pria di dalam
satu gereja, yang melayani, taat kepada
Tuhan, biar wanita diam. Jikalau tidak
ada, Tuhan bisa membangkitkan wanita,
untuk mempermalukan pria yang tidak
mau taat. Tapi itu bukan jaminan yang
kekal. Gereja Reformed Injili Indonesia
tidak akan menahbiskan wanita menjadi
pendeta. Di dalam keadaan darurat, di
dalam kesulitan, mengizinkan beberapa
wanita berkhotbah.
Children are very nice observers,
and will often perceive your slightest defects.
In general, those who govern children,
forgive nothing in them, but everything in themselves.
(Francois Fenelon)
Sambungan dari hal.3
Membesarkan Anak...
Membiarkan suatu bibit yang jahat
di mata Tuhan seperti dalam keluarga
Ishak, Yakub, dan Lot, adalah bagaikan
batu karang yang tidak kelihatan, yang
pada saat tertentu akan menyebabkan
kapal tenggelam. Untuk itu, waspadailah
lingkungan yang berbahaya yang
berpengaruh buruk pada keluarga;
peliharalah kewibawaan dan kesucian;
kenal dan takutlah akan Tuhan karena itu
6
merupakan dasar segala etika manusia;
tegakkan diri di dalam Tuhan dengan
bangunan iman; hargai profesi dan
pekerjaan; serta miliki pergaulan yang
baik.
Berkat atas Keluarga
Beberapa poin dari Mazmur 128
mengenai berkat atas keluarga adalah
adanya rencana yang diperkenan Tuhan;
pencarian nafkah yang benar melalui jerih
payah dan tanggung jawab; istri yang
bijaksana yang sadar akan tempatnya,
yakni di dalam rumah untuk mendidik
anak-anaknya dan menunjang suaminya;
anak-anak yang beribadah; usia yang
cukup sesuai dengan rencana Allah;
berkat yang berasal dari Tuhan; serta
damai sejahtera karena sudah menerima
Tuhan Yesus dan diselamatkan.
Akhirnya, keluarga yang berbahagia
mempunyai dasar yang penting, yaitu
takut akan Tuhan dan menurut jalan
yang ditunjukkan-Nya.
Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik
SEKILAS
KIN
Liputan Seputar KIN 2014
Hari ketiga
“… Satu keinginan, membangunkan Gereja
seluruh Indonesia. Satu tujuan, memuliakan
nama Tuhan...” – Pdt. Dr. Stephen Tong.
T
iga hari sudah berlalu di dalam
Konvensi Injil Nasional 2014.
Berbagai kabar sukacita dan
kendala-kendala yang boleh muncul
menjadi bagian daripada perjalanan KIN
2014. Para peserta yang belum terbiasa
dengan kegiatan semacam ini awalnya
mengalami kesulitan di dalam mengikuti
acara. Banyak hal yang harus diadaptasi
oleh para peserta, mulai dari bentuk
acara hingga kondisi cuaca di Jakarta.
Mulai dari perbedaan budaya dan konteks
hidup, hingga menu makanan. Semuanya
berbeda. Tetapi adalah hal yang harus
menjadi perenungan kita bersama, untuk
apa kita hadir di tempat ini? Hanya dengan
satu panggilan, menangkap visi Tuhan dan
diperlengkapi untuk Gereja Tuhan yang
Kudus dan Am.
Pihak panitia menerima banyak sms yang
menyatakan bagaimana para peserta merasa
begitu bersyukur bisa mengikuti konvensi
semacam ini. Haruslah kita bersyukur atas
setiap orang yang diberkati oleh Tuhan di
dalam acara ini. Sekalipun adaptasi yang
harus dihadapi oleh para peserta tidaklah
mudah, tetapi hati yang dibuat lapar oleh
Tuhan lebih menemukan kepuasannya
di dalam Firman Tuhan yang boleh
diberikan-Nya dari mimbar. Para panitia
pelaksana pun bukan tanpa kendala. Mulai
dari kondisi kesehatan ribuan peserta yang
harus menjadi perhatian, panitia juga
masih harus mengurusi administrasi para
peserta yang tidak disiplin hingga hari ini.
Entah mengapa masih saja ada peserta
yang memanfaatkan konvensi untuk Injil
ini sebagai sarana untuk jalan-jalan. Tetapi
di tengah-tengah kekesalan menghadapi
peserta yang sepertinya tidak mengerti dan
menghargai anugerah ini, muncul satu
kalimat yang mengubah paradigma kita,
“Tuhan mendatangkan orang yang mau
Ia datangkan dan Ia bentuk dengan cara
yang tidak terduga.” Mungkin cara Tuhan
demikian, memanggil orang-orang yang
dahulunya melawan dan tidak menghargai
Tuhan. Lalu Ia pukul mereka supaya
bertobat. Akhirnya di dalam refleksi kita
bersama, kita disadarkan bahwa bukan
karena sumbangsih kita maka semua
pekerjaan ini boleh berjalan, tetapi oleh
karena Tuhan sedang menunjukkan
bagaimana Ia mau bekerja, dan kita boleh
melihatnya.
Hari ketiga ini dibuka dengan renungan
pagi yang dipimpin oleh Ev. Lidya
Bhekti, beliau membicarakan bagaimana
seorang guru Kristen bukanlah berbicara
sekadar membagikan informasi tentang
kekristenan, melainkan membagikan
hidup yang beriman sungguh kepada
Tuhan. Anak-anak perlu guru-guru yang
sungguh-sungguh beriman. Selanjutnya
sesi diteruskan oleh Pdt. Romeo Mazo
yang memaparkan perihal penginjilan. Ev.
Dewi Arianti mengajak kita memberikan
hidup pelayanan yang meluber keluar.
Menuju tengah hari, Pdt. Dr. Stephen
Tong membawakan pembahasan mengenai
perkembangan anak. Dengan memaparkan
fakta sejarah mengenai tokoh-tokoh besar
di dalam sejarah yang memiliki catatan
kelam, beliau membukakan sebuah
gambaran betapa pentingnya pengarahan
terhadap perkembangan seorang anak.
Beliau menyatakan bahwa setiap anak
memiliki potensi perkembangan yang
menakutkan. Bila mereka dididik di
dalam prinsip-prinsip kebenaran Tuhan,
maka anak-anak tersebut akan menjadi
berkat besar bagi kemanusiaan di hari
depan. Tetapi jikalau tidak, maka mereka
bisa membawa malapetaka yang besar.
Pada saat istirahat siang, para peserta
diajak untuk foto bersama. Kurang lebih
3.500 peserta berkumpul di taman. 3.500
peserta di dalam satu bingkai, bukan hal
yang mudah, tetapi memungkinkan.
Pdt. Agus Marjanto memimpin para
peserta masuk ke dalam topik survei
biblika, terutama kitab nabi-nabi di dalam
Perjanjian Lama. Secara khusus beliau
memfokuskan pembahasan pada kitab
Yehezkiel. Jikalau pada sesi sebelumnya
peserta dibawa melihat kedalaman konteks
pergumulan Perjanjian Lama, maka
pada sesi berikutnya, Ev. Ina Muljono
Hidayat membawa para peserta untuk
melihat keindahan rajutan daripada suratsurat Paulus di dalam kitab Perjanjian
Baru. Dua sesi ini saling melengkapi
dan memberikan percikan singkat yang
cukup untuk menyatakan betapa kayanya
konteks Perjanjian Lama dan Baru yang
belum kita mengerti sebagai seorang
guru Kristen. Sesi terakhir di dalam
hari ini dipimpin kembali oleh Pdt.
Dr. Stephen Tong. Beliau menyatakan
bahwa pembentukan karakter yang paling
penting adalah pembentukan di dalam
pimpinan Roh Kudus. Karena Roh Kudus
yang mengetahui segala sesuatu dan
yang berbijaksana tertinggi, Ia yang satusatunya sanggup dan layak memimpin
pembentukan karakter umat Allah.
Doakan hari-hari yang masih tersisa di
dalam KIN 2014, kiranya umat Tuhan
yang sudah Ia pimpin untuk datang ke
tempat ini boleh dibentuk oleh-Nya,
masuk ke dalam pertumbuhan dan
kedewasaan rohani yang makin sempurna
sebagaimana yang dipersiapkan oleh
Tuhan. Doakan supaya setiap orang boleh
dibentuk oleh Tuhan, dan boleh mengerti
proses pembentukannya dengan hikmat
yang dari Allah. Amin. (nt)
Sambungan dari hal.8
Refleksi Hari...
Pleno Sore: Surat-Surat Paulus oleh Ev. Ina Hidayat
Ketika membaca surat Paulus, kita tidak boleh melewati salamnya. Bagian ini merupakan bagian
esensial dalam surat Paulus. Firman Tuhan adalah materi utama, bukan sekadar buku pedoman
tetapi sumber penting yang harus kita baca. Alkitab adalah materi yang perlu kita mengerti dan
materi lain hanyalah pendukung. Mengerti surat Paulus baik didukung dengan peta, sehingga
bisa lebih mengerti perjalanan Paulus dengan lebih jelas. Tuhan yang berdaulat memanggil dan
memperlengkapi Paulus untuk mengerjakan tugas penginjilannya dalam Kerajaan Allah. Contoh
dari surat Filemon. Intinya permintaan Paulus agar Filemon menerima budaknya, Onesimus,
kembali. Di sini kita melihat bagaimana cara Paulus yang bijak. Di sini kita mengenal posisi
tuan dan hamba. Paulus mengajak Filemon untuk melihat sikap dan teladan Tuhan Yesus, dan
kemudian bagaimana dirinya sendiri menjadi teladan mengikuti Tuhan Yesus.
Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik
7
Refleksi Hari ke-3
SEKILAS
KIN
Renungan Pagi: Mazmur 71:17-18 – Ev. Lidya Bhekti Rosiana Dewi
Yesus memberikan peringatan yang sangat keras kepada guru, yaitu guru yang menyesatkan lebih
baik ditenggelamkan saja. Kerasnya peringatan ini menunjukkan betapa pentingnya guru di mata
Tuhan. Mengajar Sekolah Minggu dan agama bukan sekadar mengajar pengetahuan Alkitab. Guru
Kristen selain memiliki pengetahuan tentang Allah dan juga harus memiliki iman akan Allah.
Orang yang mengenal Allah telah mencicipi kelas iman, dia mengenal pribadi dan perbuatan
Allah. Orang yang mengenal Allah tidak bisa menolak dorongan untuk bercerita tentang Allah.
Allah menjadi kesukaannya. Inilah yang dialami oleh Daud. Guru melayani bukan sekadar karena
kewajiban, tetapi karena mengenal Allah dan dorongan Roh Kudus. Tuhan tidak menginginkan
guru yang munafik dan hanya memiliki pengetahuan tanpa mengenal Tuhan secara pribadi.
Marilah kita terus mendidik anak dengan kuasa dan dorongan Roh Kudus.
Pleno Pagi: Matius 18:1-5 – Pdt. Romeo Mazo
Tuhan membangkitkan banyak hamba-hamba-Nya sejak masa kecil, seperti Luther, Calvin, Billy
Graham, bahkan juga Stephen Tong. Jiwa di hadapan Tuhan sama berharga, bukan karena usianya.
Itulah yang menggerakkan D. L. Moody untuk menjalankan penginjilan. Untuk itu ada beberapa
tipe penginjilan: 1) Presence Evangelism (penginjilan tidak langsung melalui kesaksian kehidupan
kita) dan 2) Proclamation Evangelism (penginjilan langsung melalui pemberitaan Injil menantang
orang mengenal Injil). Sementara pendekatan penginjilan dapat dibagi: 1) pendekatan konfrontatif
dan 2) pendekatan kesaksian. Kesaksian yang baik adalah membicarakan tentang pertobatan dari
dosa dan kelahiran baru. Orang yang sadar ia berdosa (tidak baik) barulah bisa melihat Kabar
Baik sebagai kabar baik. Orang yang merasa baik, akan melihat Kabar Baik sebagai kabar tidak
baik. Ada dua fondasi penginjilan dalam Alkitab: 1) perintah terbesar (Mat. 22:36-40), baru 2)
pengutusan terbesar, yaitu amanat agung (Mat. 28:19-20). Di sini kita melihat bahwa menerima
Yesus sebagai Juruselamat kita, lebih mudah, ketimbang men-Tuhan-kan Kristus sebagai Tuhan
kita. Orang yang men-Tuhan-kan Kristus akan memprioritaskan apa pun dalam hidupnya untuk
Kristus.
Renungan Singkat di Pleno Pagi: 1 Korintus 15:1-3 oleh Ev. Dewi Arianti Winarko
Rasul Paulus mengingatkan kita tentang satu Injil yang benar, yaitu: Kristus yang mati dan
Kristus yang dibangkitkan pada hari ketiga. Salib tidak pernah dipisahkan maknanya dari
kebangkitan. Salib tidak pernah memiliki makna tanpa kebangkitan. Hanya ada satu salib yang
memiliki makna kebangkitan dan itu adalah salib Kristus. Kebangkitan Kristus adalah tema besar,
namun sering tidak serius kita beritakan. Kuasa kebangkitan Kristus berdampak dalam kehidupan
(1 Kor. 15:58). Itu menyebabkan landasan kokoh bagi pelayanan kita. Giat melayani berarti
bukan sekadar penuh, tetapi meluap. Jerih payah kita tidak akan sia-sia karena Kristus bangkit.
Di dalam mengajar anak-anak, giat bukan sekadar bercerita, tetapi juga berjuang menanamkan
berita firman ke dalam hidup anak-anak. Terkadang kita merasa mereka tidak peduli dan kurang
memperhatikan, tetapi kita harus percaya bahwa jangkar kita tidak sia-sia. Kebangkitan Tuhan
adalah kemenangan Tuhan atas maut, atas dosa, dan atas Iblis.
Pleno Siang: Yehezkiel 23 oleh Pdt. Agus Marjanto
Kitab Yehezkiel terbagi dalam 3 bagian besar, 1) nubuat penghakiman atas Yehuda (1-24); 2)
nubuat penghakiman bangsa-bangsa lain (25-32); 3) nubuat keselamatan dan pemulihan (33-48).
Sebagian besar kitab ini berisikan hardikan dan kemarahan Tuhan, melihat bait Allah dinajiskan,
struktur sosial mendukakan hati Allah. Kitab ini membawa pesan yang jelas, yaitu: Kedaulatan
Allah dan intervensi mutlak-Nya. Proses pemuridan adalah pertumbuhan di dalam ketaatan.
Ketaatan adalah tanda kesejatian. Banyak orang memiliki tingkah laku agama yang tinggi,
melakukan mujizat atau berbuat baik, tetapi Allah menyatakan itu sebagai kejahatan, karena
mereka tidak taat kepada Allah. Seluruh Alkitab diikat oleh satu tema utama, yaitu Kerajaan
Allah. Inilah berita Yohanes Pembaptis, ini juga berita Tuhan Yesus. Kerajaan Allah berarti Allah
menguasai dan menghakimi semua bangsa. Semua yang hidup harus bertanggung jawab kepada
Tuhan saja. Inilah yang ditekankan oleh Allah. Kita adalah manusia yang dicipta untuk dimiliki
Allah. Dalam Yehezkiel 23, dosa adalah persundalan di hadapan Allah. Biarlah kita mengerti
kedalaman dosa dan melihat kemuliaan Kristus terpancar di atas kayu salib.
Bersambung ke hal.7
TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Ev. Edward Oei M.C.S., Ev. Dr. David Tong,
Ev.Elsa Pardosi, Johan M., Lukas Y.; Rubrik: Iwan Darwins, Mitra Kumara, Mildred Sebastian, Soekarmini; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi:
Iwan Darwins, Evalina Kwok, Saut P.
8
Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik
Download