Jumat, 14 November 2014 Edisi 4 Dari meja redaksi…. Salam damai rekan peserta sekalian.... Foto Bersama KIN 2014 Jadil ah tel adan! K Pdt. Dr. Stephen Tong arakter yang baik nilainya tidak terhingga, karakter tidak baik merusak tidak terhingga. Bagaimana manusia bisa bertumbuh dan berubah dalam pembentukan karakter? Anakmu yang sekarang seperti malaikat, mungkin 20 tahun kemudian mirip setan. Kenapa? Karena kita tidak memperhatikan pembentukan karakter. Tadi pagi saya menjelaskan 4 faktor yang memengaruhi pembentukan karakter: sifat kekekalan, sifat penerimaan, sifat kreativitas, dan sifat pengaruh. Jangan main-main dalam mendidik anak karena ada dua jenis pendidikan: sadar (yang kau ingin ajarkan) dan tidak sadar (kau tidak ingin ajarkan tetapi kaujalankan dan anak-anak belajar dari sana). Didikan secara tidak direncanakan KIN Flash G selalu terjadi. Secara bawah sadar, pengaruhmu yang jelek sudah ditiru mereka. Indonesia termasuk negara yang paling banyak koruptor. Tanpa membasmi koruptor, negara ini tidak ada harapan. Di manakah hari depan Indonesia? Kita harus belajar Firman dengan ketat. Seluruh dunia sekarang mengalami krisis kekurangan pemimpin yang jadi teladan. Demi nama Tuhan, izinkan saya menjadi wakil Tuhan berkata, “Jadilah pimpinan yang menjadi teladan!” Bersungguhlah mengabdi, berkorban, jujur, dan menjadi contoh bagi murid-muridmu. Paulus sangat berbahagia karena sudah meneladani Kristus dan berhak berkata, “Teladanilah aku seperti aku od’s word continues to be the central message proclaimed! The third day of KIN focuses on the different facets of Christian education. Ev. Lidya Bhekti Rosiana Dewi opens the day by calling all teachers not to only have cognitive knowledge of God but, more importantly, also a personal faith and a relationship with God. Rev. Romeo Mazo highlights the significance of children evangelism and shows different ways teachers can share the Gospel to children. Ev. Dewi Arianti Winarko reminds KIN participants that teaching should be anchored on the power of Jesus’ resurrection. Setting Paul as an example, Ev. Ina Muljono Hidayat points out that it is the duties for all teachers to bring their students to imitate Christ. Anchoring his message on the book of Ezekiel, Rev. Agus Marjanto preaches on God’s judgment upon his sinful people and reminds attendees not only to look God as a loving God, but also to have a fear of the sovereign God. In his morning session, Rev. Stephen Tong asserts the importance to recognize different factors that may affect a person’s character. It is important for teachers to understand character developments for each children will grow in his/her own unique way. In the evening session, Rev. Stephen Tong points out human being’s uniqueness, their sinful nature, and concludes that only by the guidance of the Holy Spirit can a sinful person be moulded according to God’s will. Luar biasa Tuhan telah memberikan kekuatan bagi 3529 peserta KIN 2014. Kita semua berkumpul dari 33 propinsi di RMCI Kemayoran ini untuk sungguh boleh merasakan dikuatkan oleh Tuhan dengan kekuatan ajaib dariNya. Diharapkan, sekitar 2394 Pembina dan Guru Sekolah Minggu, dengan 1135 Guru Pendidikan Agama Kristen dan berbagai pelaku pendidikan lainnya, telah mendapatkan begitu banyak anugerah melalui beberapa hari di tempat ini. Hari ke empat ini kiranya boleh kita lewati dengan penuh anugerah dan berkat Tuhan. Kembali beberapa pembicara boleh berbagi kebenaran firman Tuhan bagi setiap peserta. Dan kembali Pdt. Dr. Stephen Tong akan hadir membawa banyak berkat bagi setiap kita melalui pembahasan firman yang Ia bicarakan juga melalui berbagai teladan yang ia boleh sharing-kan kepada kita, yang lebih muda darinya. Kami tetap mendoakan semua peserta diberikan kekuatan oleh Tuhan. Mari kita terus berjuang dengan penuh semangat. Sekalipun tubuh kita lelah, tetapi kami berharap semangat kita tidak melemah, melainkan terus dibakar oleh api Tuhan yang rindu diperlengkapi untuk membawa Injil ke tempat kita. Soli Deo Gloria. Redaksi SEKILAS meneladani Kristus.” Yesus adalah teladan terbaik dalam sejarah, paling sejati, dan tidak ada yang lebih baik. Di antara para pemimpin agama, satu-satunya orang suci yang tidak berdosa hanya Yesus Kristus. Yesus berkata, “Siapa di antara kamu yang bisa menunjukkan dosaku?” Kalimat ini tidak pernah keluar dari mulut Sokrates, Konfusius, Muhammad, dan lain-lain. Hanya satu kali keluar dari mulut dari satu orang, yaitu Yesus Kristus. Yesus satu-satunya yang disebut sebagai Sang Kudus dari Allah. Bandingkan Yesaya, Musa, Petrus dengan Yesus. Engkau akan menemukan tidak ada orang suci seperti Yesus Kristus. Kita memiliki Yesus Kristus yang tidak berdosa, mati menanggung dosa, dan bangkit dari kematian mengalahkan penguasa kematian. Inilah wibawa Kekristenan. Jangan minder dengan agama lain karena mereka tidak memiliki pemimpin yang suci dan engkau memiliki Juruselamat. Tidak usah takut jadi minoritas karena justru dalam kondisi ini kita akan sungguh-sungguh berdoa dan bergiat dalam Tuhan. Saya tidak takut Kristen minoritas dan dianiaya, tetapi saya takut Kristen tidak sadar bahwa dirinya Kristen. Orang Kristen zaman dulu dianiaya tetapi mereka bersyukur karena menderita bagi Injil dan bagi Tuhan Yesus. Ketika Paulus dan Silas dipenjara, seluruh penjara goncang dan justru penjaga ketakutan. Paulus berkata, “Percayalah Yesus, maka engkau dan seisi rumahmu akan diselamatkan.” Orang Kristen yang dianiaya tidak menjadi minder karena Tuhan beserta kita. Ketika pulang, mungkin gereja kita kecil, murid Sekolah Minggu kita tidak banyak, tetapi ingat saya adalah budak Yesus Kristus. Tuhanku adalah pemimpin yang paling tinggi. Pembentukan karakter juga dipengaruhi oleh 1) lingkungan. Lingkungan keluarga: pembentukan anak dalam tiap keluarga tidak sama. Keluarga dengan satu anak dengan keluarga banyak anak, pasti berbeda pembentukannya. Lingkungan alam: orang yang lahir di pegunungan dan di pesisir laut berbeda. Orang yang di pegunungan biasanya memiliki karakter yang lebih keras dan lurus sedangkan orang laut cenderung suka bertualang. Toraja, Toba, Jawa pasti lain. Jangan paksakan orang lain mengikuti engkau. Lingkungan sejarah: anak yang dilahirkan dalam ikatan suku akan sulit keluar. Ada keluarga yang hidup tanpa adat apa-apa, ada keluarga Tionghoa yang punya ikatan sejarah ribuan tahun, berakar dalam sejarah, dan orang tua suka bercerita tentang kaisar. Lingkungan kebudayaan: ada kebudayaan yang menganggap perceraian dan selingkuh itu tidak apa-apa, tetapi ada kebudayaan lain yang merajam hal ini sampai mati. Orang yang dilahirkan dalam keluarga Syiah dan Sunni berbeda. 2 KIN Ada pengaruh agama dan kebudayaan yang memengaruhi. Yang menikah antar ras harus berani mengambil resiko karena mungkin keluarga satu pihak tidak dapat menerima pihak lain. Kita harus belajar mengerti perbedaan lingkungan dan punya konsep internasional dan universal untuk menerima orang dengan baik. Kita belajar saling mengasihi yang warna kulit dan adat lain meskipun sulit. Belajar minta Tuhan memberi kekuatan untuk saling mengasihi. diri dengan Allah. Jangan hanyut ikutikutan orang lain berdosa dan berbohong, karena engkau berdiri di hadapan Allah. Belajarlah dari Yusuf. Pembentukan karakter juga dipengaruhi oleh 2) pengalaman. Contoh: yang sering patah hati akan menjadi minder, menyendiri, pesimis, merasa tidak berharga. Kesedihan dan kegagalan kalau terus terjadi mungkin membuat kita tidak percaya diri. Tetapi kesedihan dan kegagalan juga membuat kita semakin berjuang. Yang menjadi faktor utama adalah perkataanmu kepada dirimu sendiri. Kalau engkau berkata, “saya memang orang kecil dan nasib buruk”, maka engkau gagal tetapi kalau engkau tahu bagaimana bicara kepada diri sendiri, menerima diri, menilai diri, maka engkau dapat mengatasi pengalaman. Jika engkau dapat tenang dalam kegagalan dan mengatakan firman kepada diri, engkau akan berhasil. Engkau sadar Tuhan itu ada dan melihat engkau. Jadi, engkau memiliki hubungan diri dengan diri dan Pembentukan karakter yang paling penting adalah 4) dipimpin Roh Kudus. Roh Kudus bukan memaksa, bukan menantang, bukan membunuh, tetapi Roh Kudus memimpin. Tidak pernah ada istilah kerasukan Roh Kudus di Alkitab. Dirasuki dan dipimpin/dipenuhi oleh Roh Kudus itu berbeda. Roh Kudus itu menyinari, memenuhi, memberikan urapan, dan memimpin. Setan mau memaksa, memengaruhi, dan memiliki engkau tetapi Roh Kudus lain. Karakter yang indah adalah karakter yg dipimpin Roh Kudus. Roh Kudus mengerti semua diri kita karena Dia yang paling bijaksana yaitu Roh Allah. Barang siapa dipimpin Roh Kudus, ia adalah anak-anak Allah. Kiranya Roh Kudus memberikan sentuhan terakhir pada kita yang dipengaruhi berbagai faktor untuk menyucikan kita dalam pimpinan-Nya. Amin. IKUT TUHANKU F 4/4 5 5 5 . 4 | 3 j j j . 5 5 5 . 4 | 3 j 1 6 3 Pembentukan karakter juga melalui 3) agama. Agama membentuk hati nurani yang tercemar tetapi agama juga dapat menjadi pencemar hati nurani. Hanya agama yang berdasarkan firman yang benar yang membuat hati nurani berfungsi secara normal. . . \ 1 2 2 6 \ 6 3 3 \ 5 5 5 . 4 | 3 j 1 3 . 2 | 1 1 1 . \ 2 3 \ 6 2 3 3 . 4 3 3 \ 4 4 4 3 . 2 | 1 5 6 j 3 6 \ 5 3 3 1 h \ g . . . \ 4 3 . 2 | 1 2 Stephen Tong Jakarta, 13 November 2014 1 3 \ 2 . . j . \ h \ g . . . \ j \ 1 . . . | 1 . . 0 \ 5 5 5 \ 1 5 \ 3 . . . \ 2 . . . | 2 . . . | j h \ g . . . \ j \ 1 . . . | 1 . . . / Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik SEKILAS Berbagi tentang ……. KIN Membesarkan Anak dalam Tuhan Catatan Khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong Anak dan Keluarga Mendapatkan anak bukanlah tujuan dari pernikahan. Keluarga yang dikaruniai anak oleh Tuhan mempunyai beban dan tugas untuk mendidiknya menurut prinsip Tuhan. Mendidik anak merupakan potensi besar sekaligus kerepotan. Kerepotan mendidik anak hendaknya dianggap sebagai ujian dari Tuhan untuk menjadikan diri kita lebih kuat. Ayah dan ibu adalah wakil Allah di hadapan manusia, maka orang tua harus berhati-hati mendidik anak. Pendidikan yang baik bukan hanya melalui perkataan, tetapi juga harus menerjunkan seluruh pengajaran hidup yang menggerakkan hati anak-anak, sehingga mereka kagum dan hormat terhadap orang tuanya sebagai teladan hidup. Ayah dan ibu perlu taat kepada perintah Alkitab. Kehadiran Tuhan dalam keluarga akan tergambar melalui kewibawaan yang digabung dengan cinta kasih. hal-hal yang berguna kepada anaknya. Orang tua perlu menetapkan tujuantujuan mulia bagi anak-anak, galilah potensi mereka semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang Tuhan anugerahkan pada mereka, sesuai dengan kehendak Tuhan. Sasaran terpenting dalam mendidik anak adalah agar mereka memuliakan Tuhan dalam tingkah laku dan semua aspek kehidupannya. Kerja sama dan komunikasi di antara ketiga Pribadi Allah Tritunggal menjadi basis semua komunitas dalam dunia, termasuk ayah dan ibu untuk belajar rukun dan sehati. Salib menyatakan kasih dan kelembutan yang paling besar untuk mengampuni orang yang paling berdosa, sekaligus keadilan yang paling keras yang Sebutan “anakku” memiliki keintiman yang hanya ada dalam keluarga. Namun anak juga perlu dididik sebagai manusia yang berpeta teladan Allah dengan memupuk dan mendewasakannya agar ia tahu bagaimana menjadi manusia. Konsep theologi yang benar dan pikiran yang Alkitabiah adalah kompas bagi orang tua untuk mendidik dengan benar dan tenang dalam menghadapi kesulitan. Anak bukan boneka penghibur atau pemuas egoisme orang tua yang dikorbankan bagi impian yang ingin dicapai orang tua. Anak adalah milik Tuhan yang dipercayakan Tuhan sebagai pusaka kepada orang tua. Biarlah anak menjadi beban yang manis bagi orang tua. Prinsip Mendidik Anak Mendidik anak bukan hanya teori, kepintaran, atau kefasihan lidah. Mendidik anak berarti menerjunkan diri, mengorbankan diri sampai suara hati kita menembusi awan gelap, masuk ke dalam hati anak, sampai anak menyadari arti pendidikan. Pendidikan berarti berhenti memikirkan kesulitan-kesulitan sendiri, dan mulai memikirkan apa yang bisa diterima dan dirasakan oleh anak kita. Hendaklah orang tua hanya mengatakan tidak mau menerima dosa. Penggabungan kedua prinsip ilahi yang paradoks ini secara harmonis – kasih dan keadilan – akan menghasilkan bijaksana dan kuasa. Aspek-aspek Penting Apa yang diperlukan anak-anak? Keamanan, keadilan, kesedihan karena cinta yang suci, identitas diri, kemandirian yang bijaksana, dan niat berjuang berdasarkan kebenaran. Keamanan tercipta dari hubungan ayah ibu yang stabil. Keamanan tidak berarti bebas kesulitan. Anak hendaknya dididik dalam pengenalan akan Allah, otoritasNya, dan prinsip-prinsip kebenaran, serta bahwa hidup ada di dalam tangan Tuhan. Orang tua yang beriman dan hidup dengan benar memberikan identitas yang baik kepada anak-anaknya, tidak mempermalukan mereka. Anak menuntut perlakuan yang adil dari orang tuanya. Ketika menyaksikan penyelewengan dan ketidakbenaran, guru atau orang tua bukan marah melayani nafsunya, tetapi merasakan kesedihan akibat kasih yang suci. Ia tahu kapan harus bersuara atau harus diam. Orang tua harus membangkitkan rasa tanggung jawab dengan mendorongnya mengerjakan apa yang sudah disetujui dan disanggupinya. Selain mata jasmani, anak perlu belajar memiliki mata yang lain, yang dapat membedakan yang baik dan yang jahat sebelum mereka dilepaskan oleh orang tua. Anak harus belajar menempuh segala tantangan dan bahaya. Lampu Merah bagi Anak Orang tua takkan selamanya menuntun anaknya. Ada saatnya anak akan dilepaskan dan diserahkan kembali kepada Tuhan. Karenanya, sejak kecil anak harus dididik berjalan dalam kebenaran firman Tuhan agar sampai dewasa dan tua dia tidak meninggalkan jalan itu. Sejak anak kecil, bibit yang rusak dan tidak benar harus dibereskan dan tidak boleh kita anggap remeh. Sejak kecil anak perlu belajar hidup dalam kebenaran, kesejatian, ketulusan, dan kesungguhan sebagai dasar dari watak yang agung dan prinsip etika. Dia tidak hidup dalam kepura-puraan, bertopeng – berbeda luar dan dalam. Dia tidak egois, tetapi mempunyai hati yang lapang, suka berbagi, berkeadilan dalam menghadapi diri dan orang lain. Selain itu, anak perlu belajar bertekun, hidup bersyukur serta tidak mengingini milik orang lain, serta berwelas asih terhadap orang lain. Sejak kecil, anak perlu dididik untuk berpikiran optimis, positif, dan berpengharapan. Pengajaran dalam Alkitab Mendidik seorang anak perlu mengetahui isi hati Tuhan yang menciptakan manusia dan mewahyukan kebenaran-Nya, agar dari dalamnya kita bisa menggali prinsipprinsip kebenaran untuk mendidik anak. Di hadapan terang Firman-Nya, ayah dan ibu perlu gentar dan merendahkan diri minta pertolongan dari Tuhan. Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik Bersambung ke hal.6 3 SEKILAS Mary Mitchell Slessor KIN MENGENAL TOKOH (1848 - 1915) Seorang Biasa yang Dipakai Tuhan Secara Luar Biasa B ayangkan suatu daerah di mana manusia memakan manusia yang lain (kanibal); setiap kali bencana alam terjadi manusia harus dikorbankan agar dewa-dewa disenangkan; bayi kembar dianggap sebagai suatu kutukan sehingga keduanya harus dibunuh; perbudakan adalah suatu hal yang biasa; tengkoraktengkorak manusia banyak dipajang oleh penduduk dan tersebar di daerah itu. Di abad ke-19 daerah ini dikenal dengan nama Calabar (di pesisir tenggara Nigeria) dan menerima julukan “kuburan orang kulit putih” (White Man’s Grave). Menurut Anda, apakah orang-orang di sini patut menerima Injil? Terlebih lagi, maukah Anda masuk dan tinggal di daerah ini? Mary Slessor, seorang wanita muda dengan tubuhnya yang mungil, mau dan dia pergi ke Calabar untuk mengabarkan Injil. Siapakah wanita ini? Mary Mitchell Slessor dilahirkan di Aberdeen (Skotlandia) pada tanggal 2 Desember 1848 ke dalam suatu keluarga yang miskin, anak kedua dari tujuh bersaudara. Hidup Mary penuh dengan kepahitan. Selain mereka keluarga miskin, tiga adik Mary meninggal di umur kanakkanak mereka. Ditambah lagi ayah Mary, Robert, adalah seorang alkoholik yang sering kali menghabiskan upah kerjanya hanya untuk minum-minum dan yang sering memukuli istrinya. Kebiasaan buruk ayah Mary semakin membuat hidup keluarga sulit. Ketika Mary berumur 11 tahun, Robert membawa seluruh keluarga pindah ke Dundee untuk mencari pekerjaan dan memulai hidup baru. Namun kebiasaan mabuk-mabukan tidak dapat Robert lepaskan dan kondisi keluarga Robert tidaklah menjadi lebih baik. Seperti kebanyakan buruh lainnya, keluarga Robert harus hidup di tempat yang kumuh dan keluarga mereka sering mengalami kelaparan. Untuk membantu keluarga, ibu Mary harus bekerja di pabrik sebagai penenun. Bahkan Mary, yang masih berumur 11 tahun, juga harus ikut bekerja di pabrik. Menginjak usia 14 tahun, Mary sudah menjadi pekerja keras dan terampil; dia bekerja di pabrik dari 4 jam enam pagi sampai jam enam petang dengan hanya satu jam istirahat. Tidak lama mereka hidup di Dundee, ayah Mary meninggal karena radang paru-paru (pneumonia) dan tidak lama kemudian, kedua saudara laki-laki Mary juga meninggal. Tinggal Mary, ibunya, dan kedua adik perempuannya yang tersisa. Setelah Mary sendiri mengalami pertobatan ketika dia masih remaja, dia menyempatkan waktu untuk mengajar kelas Alkitab bagi anak-anak yang bernasib malang lainnya seperti dia. Mary mengajar mereka supaya mereka dapat memiliki hubungan dengan Kristus. Pernah suatu hari Mary mencoba memberitakan Injil kepada sekelompok geng anak-anak berandalan. Berita Injil Mary ditolak dan diejek dan mereka melempari Mary dengan lumpur. Anak-anak berandalan ini mengelilingi Mary dan kepala geng tersebut memutar-mutarkan batu timah yang diikatkan ke tali yang semakin lama semakin mendekat ke muka Mary. Mary berdoa di dalam hati dan tetap berdiri tidak mau menghindar ataupun lari, bahkan ketika batu timah tersebut hampir menyentuh dahinya. Pemimpin geng tersebut akhirnya meletakkan batu timah tersebut dan justru membawa seluruh anggota geng untuk mengikuti kelas Alkitab yang dipimpin oleh Mary. Mengingat kisah ini, Mary bertanya, “Apakah itu keberanian, kalau bukan iman mengalahkan perasaan takut?”1 Lain dengan ayahnya, ibu Mary adalah seorang yang mengasihi anak-anaknya. Sebagai seorang Presbiterian yang tekun, ibu Mary selalu membaca setiap terbitan Missionary Report, majalah yang diterbitkan setiap bulan oleh The United Presbyterian Church untuk menginformasikan anggota gereja mengenai aktivitas dan kebutuhan misi. Dari cerita-cerita mengenai misionaris inilah, khususnya mengenai David Livingstone, Mary mulai terpanggil untuk menjadi misionaris. Mary berumur 27 tahun ketika dia mendengar bahwa David Livingstone, misionaris terkenal itu, telah meninggal. Di samping berita kematian Livingstone ada tulisannya yang Mary rasakan ditunjukan kepada dia, “Saya mengarahkan engkau untuk ke Afrika… untuk meneruskan pekerjaan yang sudah kumulai... Saya meninggalkan pekerjaanku untuk kamu.”2 Bagi Mary ini suatu panggilan konfirmasi yang telah ia tunggu-tunggu. Seketika itu juga Mary mengambil keputusan untuk mengikuti langkah David Livingstone menjadi misionaris ke Afrika. Afrika dikenal sebagai ladang penginjilan yang sulit bahkan untuk misionaris laki-laki sekalipun, baik cuaca, serangga, dan binatang buas, medan yang harus ditempuh, dan juga orang-orang Afrika yang harus dimenangkan untuk Tuhan. Tetapi khususnya Calabar yang dikenal sebagai “kuburan orang kulit putih”. Biasanya orang yang ke sana tidak kembali, suatu fakta yang Mary ketahui dari berita-berita kematian yang muncul di The Missionary Report. Tapi justru Mary mau ke Calabar. Pada tanggal 5 Agustus 1876, di dalam usianya ke-28, Mary menempuh perjalanan selama 5 minggu sebagai satusatunya wanita di atas kapal SS Ethiopia dari Southampton menuju Duke Town (sekitar 50-60 kilometer dari sungai Calabar). Setibanya di Duke Town, Mary langsung merasakan beratnya misi yang ada di depannya. Perbedaan kebudayaan antara Mary dan orang-orang yang hendak dicapai Mary begitu besar dan hanya melalui ketekunan dan kebulatan tekad Mary untuk mempelajari bahasa dan kebiasaan mereka maka Mary dapat beradaptasi. Tetapi ada beberapa kebiasaan penduduk lokal yang Mary tidak bisa terima. Mary harus melihat bagaimana istri-istri dari kepala suku harus dibunuh untuk merayakan kematian dari sang kepala suku. Penduduk daerah Calabar juga percaya bahwa kelahiran anak kembar berarti salah satu dari kedua anak kembar tersebut telah dikutuk oleh setan. Karena kedua anak kembar tersebut tidak dapat dibedakan, maka biasanya Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik SEKILAS kedua anak kembar tersebut dibunuh atau dibuang ke semak-semak untuk dimakan oleh binatang buas. Mary terus berusaha untuk menghentikan praktik pembunuhan anak kembar ini dan menyelamatkan anak kembar sebelum mereka dibunuh dan menampung mereka yang telah dibuang. Selama hidupnya, Mary sendiri mengadopsi delapan anak sebagai anaknya sendiri. Menghadapi semua kesulitan, Mary menyerahkan diri kepada Tuhan yang telah mengutus dia dan berdoa: “Tuhan, tugas ini tidak mungkin bagiku, tetapi tidak bagi-Mu. Bukalah jalan dan aku akan mengikuti. Mengapa aku harus takut? Aku sedang menjalani misi kerajaan. Aku sedang melayani Raja di atas segala raja.” Pekerjaan Mary di Calabar bukanlah suatu hal yang mudah. Tapi sebagaimana orang menyaksikan hidupnya, ketika Mary sudah yakin akan pimpinan Tuhan di dalam hal apa pun, tidak ada satu hal pun yang dapat menghalangi Mary untuk menaati pimpinan Tuhan tersebut. Bagi Mary, iman kepada Tuhan harus menjadi suatu hal yang nyata di dalam hidup kita. KIN orang-orang Calabar. Sebagaimana Mary mencintai mereka, sekarang mereka juga mencintai Mary dan memberikan julukan eka kpukpro owo (ibu semua orang). Pada tanggal 13 Januari 1915, Mary Mitchell Slessor menghembuskan nafasnya yang terakhir. Oleh karena pelayanan Mary, suku Ibo, salah satu suku di Calabar, menjadi salah suku yang paling Kristen di seluruh Afrika. Kepada mereka yang mengatakan bahwa orang Afrika tidak mungkin mau dibantu oleh seorang wanita, Mary menjawab: “Di dalam mengukur kekuatan seorang wanita, ternyata engkau sudah lupa untuk mengikutsertakan Tuhan dari perempuan itu.” Selama 39 tahun Mary bekerja bagi Tuhan di Calabar dan lambat laun Mary memenangkan orang-orang Calabar bagi Tuhan dan mentransformasi hidup dan kebiasaan jahat mereka. Mary mendirikan lima puluh sekolah-sekolah dan gereja-gereja. Bahkan konon setelah Mary meninggal, pekerjaan Mary hanya dapat diteruskan oleh tiga laki-laki. Pengorbanan Mary sangat dihargai oleh Tuhan dapat memakai siapa saja untuk bekerja di ladang-Nya. Dia tidak hanya memakai orang-orang besar seperti D. L. Moody, Robert Moffat, David Livingstone, tetapi Tuhan juga memakai seorang perempuan biasa dan sederhana seperti Mary Slessor untuk mengerjakan pekerjaan luar biasa. Bagaimana dengan kita? (dt) Endnotes 1.http://www.christianity.com/church/church history/timeline/1901-2000/mary-slessortried-to-transform-nigeria-11630706.html 2. h t t p : / / m a r y s l e s s o r. o r g / 2 0 1 4 / 0 4 / t h e determined-dundee-woman/ Ku Mengerti yang Ku Nyanyikan... Ada Orang Buta Memperkenalkan Tuhan Yesus kepada anak-anak dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah memperkenalkan Yesus dan kuasa-Nya yang didasarkan atas kasih-Nya kepada manusia berdosa. Selain mengajar, Tuhan juga melakukan mujizat kepada orang yang sakit, tuli, buta, timpang, mengusir roh jahat, bahkan mengampuni orang berdosa. Dengan menyanyikan pekerjaan Yesus dan kuasa-Nya, anak-anak diperkenalkan akan ke-Tuhan-an Yesus Kristus, Tuhan yang mendengar keluhan kita dan yang memperhatikan kita. Di ayat pertama seorang buta mendengar Tuhan Yesus sedang melewati tempat dia meminta-minta. Semakin dia dilarang berteriak memanggil Yesus, semakin keras suaranya memanggil: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku” (Luk. 18:39) dan Yesus menyembuhkannya. Yesus juga mengatakan, “imanmu menyelamatkan engkau.” Ayat 2 adalah kisah yang diambil dari Markus 2 di mana seorang lumpuh yang disembuhkan Tuhan Yesus dan akhirnya berjalan. Ayat 3 adalah kisah seorang anak yang tuli yang disembuhkan dari roh jahat. Di dalam refreinnya setiap mujizat yang terjadi dinyanyikan berulang untuk menegaskan kuasa Yesus yang terjadi atas orang-orang tersebut. Kuasa yang keluar dari kasih-Nya atas orang- orang yang berdosa. Ada orang buta duduk minta-minta, tiap-tiap hari di pinggir jalan. Pada suatu hari Yesus mendengarnya; orang buta itu disembuhkan-Nya. Celik matanya, celik matanya, oleh kuasa Yesus celik matanya. Celik matanya, celik matanya, oleh kuasa Yesus celik matanya. Ada orang lumpuh, tak dapat berjalan, ia pun diangkat oleh temannya. Pada suatu hari Yesus melihatnya; orang lumpuh itu disembuhkan-Nya. Ia berjalan, ia berjalan, oleh kuasa Yesus ia berjalan. Ia berjalan, ia berjalan, oleh kuasa Yesus ia berjalan. Ada orang tuli kerasukan setan, tak dapat bicara, tidak mendengar. Pada suatu hari Yesus menolongnya; orang tuli itu disembuhkan-Nya. Setan pun kalah, setan pun kalah, oleh kuasa Yesus setan pun kalah. Setan pun kalah, setan pun kalah, oleh kuasa Yesus setan pun kalah. Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik 5 SEKILAS KIN PERGUMULAN SEPUTAR PENDIDIKAN... (Tanya Jawab bersama Pdt. Dr. Stephen Tong dalam Seminar Quo Vadis) T: Pendidikan Kristen banyak yang mengadopsi peran psikologi khususnya dalam pendidikan anak. Sejauh apa pendidikan bisa menerima pengaruh pendidikan psikologi sekuler ini? J: Bagi saya, psikologi sekuler tidak mungkin atau takkan mengubah apaapa dan saya kira psikologi sekuler pun akan mati separuh. Psikologi sekuler tidak menolong apa-apa, tetapi kembali kepada Alkitab yang bisa memberikan pertolongan sejati. Semua ini terjadi karena dosa manusia menyebabkan manusia hidupnya kacau dan mengalami berbagai masalah psikologis. Tetapi ketika manusia berdamai kembali dengan Allah dan sungguh-sungguh harmonis dengan Kristus, barulah manusia memiliki jalan keluar dari masalahnya. T: Apakah kita memiliki kehendak bebas untuk menolak panggilan sebagai guru? J: Yang disebut sebagai “kehendak bebas” (free will) adalah suatu kemauan yang memberontak kepada kehendak Allah. Kedaulatan Allah adalah kekuatan Allah membujuk dan menyadarkan orang yang akhirnya rela mengabdi kepada Tuhan. Ketika engkau memberontak kepada Tuhan, Tuhan akan memukul engkau supaya engkau kembali dan menikmati harmoni dan damai sejahtera di dalam Tuhan. T: Dalam 1 Korintus 14:34-35, wanita tidak boleh bicara dalam pertemuanpertemuan. Apakah perempuan tidak boleh mengajar? J: Ketika ada seorang perempuan berkhotbah, dia harus berkhotbah berdasarkan 1) Alkitab dan 2) Roh Kudus mengilhamkan dia. Tetapi setelah seluruh Alkitab ditulis, ternyata tidak ada satu pun bagian Alkitab yang diserahkan kepada wanita untuk menuliskannya. Paulus yang mengetahui rahasia ini, dia mengatakan stop. Kalau mereka berkhotbah, atas dasar suka menonjolkan diri, suka tidak kalah dengan dengan laki, semangat Feminisme, maka Paulus berkata: “Hai kamu perempuan-perempuan saya perintahkan engkau jangan berkhotbah. Jikalau engkau ingin mengetahui, tanyalah suamimu di rumah.” Apa maksudnya? Maksudnya, “suamimu yang lebih mengerti diam-diam, kamu yang tidak ngerti apa-apa, mau berkhotbah.” Semua motivasi menonjolkan diri dan mempermuliakan diri adalah kekejian bagi Tuhan. Namun, apakah boleh wanita memberitakan firman, wanita mengabarkan Injil, wanita menafsirkan Alkitab baik-baik? Saya tidak mutlak menolak, karena di dalam Perjanjian Lama (Mazmur 68) dikatakan: para penginjil wanita akan menjadi sekelompok yang besar dipakai oleh Tuhan. Berarti Tuhan memberi nabi wanita memberitakan firman Tuhan. Jikalau dalam Perjanjian Baru kita melihat Paulus berkata, jikalau ada wanita yang berdoa atau bernubuat, istilah bernubuat (Gerika: profetis), ia harus menudungi kepalanya. Itu berarti Paulus pun mengatakan ada wanita yang berkhotbah. Kesimpulan, kalau wanita berkhotbah berdasarkan Kitab Suci yang diwahyukan, maka dia boleh berkhotbah tetapi wanita itu tidak perlu ditahbiskan menjadi pendeta, karena jikalau ada pria yang menjadi pemimpin, wanita harus taat kepada pria, tidak usah menjadi pemimpin. Bagaimana kalau tidak ada pria sama sekali, mungkinkah Tuhan membangkitkan wanita? Mungkin. Contohnya Deborah. Ketika Deborah diangkat oleh Tuhan, para laki-laki tidak menjalankan tugas. Jadi Tuhan tetap bisa memakai wanita. Saat itu keadaan darurat yang tidak menjadi satu aturan untuk selama-lamanya. Jikalau ada pria di dalam satu gereja, yang melayani, taat kepada Tuhan, biar wanita diam. Jikalau tidak ada, Tuhan bisa membangkitkan wanita, untuk mempermalukan pria yang tidak mau taat. Tapi itu bukan jaminan yang kekal. Gereja Reformed Injili Indonesia tidak akan menahbiskan wanita menjadi pendeta. Di dalam keadaan darurat, di dalam kesulitan, mengizinkan beberapa wanita berkhotbah. Children are very nice observers, and will often perceive your slightest defects. In general, those who govern children, forgive nothing in them, but everything in themselves. (Francois Fenelon) Sambungan dari hal.3 Membesarkan Anak... Membiarkan suatu bibit yang jahat di mata Tuhan seperti dalam keluarga Ishak, Yakub, dan Lot, adalah bagaikan batu karang yang tidak kelihatan, yang pada saat tertentu akan menyebabkan kapal tenggelam. Untuk itu, waspadailah lingkungan yang berbahaya yang berpengaruh buruk pada keluarga; peliharalah kewibawaan dan kesucian; kenal dan takutlah akan Tuhan karena itu 6 merupakan dasar segala etika manusia; tegakkan diri di dalam Tuhan dengan bangunan iman; hargai profesi dan pekerjaan; serta miliki pergaulan yang baik. Berkat atas Keluarga Beberapa poin dari Mazmur 128 mengenai berkat atas keluarga adalah adanya rencana yang diperkenan Tuhan; pencarian nafkah yang benar melalui jerih payah dan tanggung jawab; istri yang bijaksana yang sadar akan tempatnya, yakni di dalam rumah untuk mendidik anak-anaknya dan menunjang suaminya; anak-anak yang beribadah; usia yang cukup sesuai dengan rencana Allah; berkat yang berasal dari Tuhan; serta damai sejahtera karena sudah menerima Tuhan Yesus dan diselamatkan. Akhirnya, keluarga yang berbahagia mempunyai dasar yang penting, yaitu takut akan Tuhan dan menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik SEKILAS KIN Liputan Seputar KIN 2014 Hari ketiga “… Satu keinginan, membangunkan Gereja seluruh Indonesia. Satu tujuan, memuliakan nama Tuhan...” – Pdt. Dr. Stephen Tong. T iga hari sudah berlalu di dalam Konvensi Injil Nasional 2014. Berbagai kabar sukacita dan kendala-kendala yang boleh muncul menjadi bagian daripada perjalanan KIN 2014. Para peserta yang belum terbiasa dengan kegiatan semacam ini awalnya mengalami kesulitan di dalam mengikuti acara. Banyak hal yang harus diadaptasi oleh para peserta, mulai dari bentuk acara hingga kondisi cuaca di Jakarta. Mulai dari perbedaan budaya dan konteks hidup, hingga menu makanan. Semuanya berbeda. Tetapi adalah hal yang harus menjadi perenungan kita bersama, untuk apa kita hadir di tempat ini? Hanya dengan satu panggilan, menangkap visi Tuhan dan diperlengkapi untuk Gereja Tuhan yang Kudus dan Am. Pihak panitia menerima banyak sms yang menyatakan bagaimana para peserta merasa begitu bersyukur bisa mengikuti konvensi semacam ini. Haruslah kita bersyukur atas setiap orang yang diberkati oleh Tuhan di dalam acara ini. Sekalipun adaptasi yang harus dihadapi oleh para peserta tidaklah mudah, tetapi hati yang dibuat lapar oleh Tuhan lebih menemukan kepuasannya di dalam Firman Tuhan yang boleh diberikan-Nya dari mimbar. Para panitia pelaksana pun bukan tanpa kendala. Mulai dari kondisi kesehatan ribuan peserta yang harus menjadi perhatian, panitia juga masih harus mengurusi administrasi para peserta yang tidak disiplin hingga hari ini. Entah mengapa masih saja ada peserta yang memanfaatkan konvensi untuk Injil ini sebagai sarana untuk jalan-jalan. Tetapi di tengah-tengah kekesalan menghadapi peserta yang sepertinya tidak mengerti dan menghargai anugerah ini, muncul satu kalimat yang mengubah paradigma kita, “Tuhan mendatangkan orang yang mau Ia datangkan dan Ia bentuk dengan cara yang tidak terduga.” Mungkin cara Tuhan demikian, memanggil orang-orang yang dahulunya melawan dan tidak menghargai Tuhan. Lalu Ia pukul mereka supaya bertobat. Akhirnya di dalam refleksi kita bersama, kita disadarkan bahwa bukan karena sumbangsih kita maka semua pekerjaan ini boleh berjalan, tetapi oleh karena Tuhan sedang menunjukkan bagaimana Ia mau bekerja, dan kita boleh melihatnya. Hari ketiga ini dibuka dengan renungan pagi yang dipimpin oleh Ev. Lidya Bhekti, beliau membicarakan bagaimana seorang guru Kristen bukanlah berbicara sekadar membagikan informasi tentang kekristenan, melainkan membagikan hidup yang beriman sungguh kepada Tuhan. Anak-anak perlu guru-guru yang sungguh-sungguh beriman. Selanjutnya sesi diteruskan oleh Pdt. Romeo Mazo yang memaparkan perihal penginjilan. Ev. Dewi Arianti mengajak kita memberikan hidup pelayanan yang meluber keluar. Menuju tengah hari, Pdt. Dr. Stephen Tong membawakan pembahasan mengenai perkembangan anak. Dengan memaparkan fakta sejarah mengenai tokoh-tokoh besar di dalam sejarah yang memiliki catatan kelam, beliau membukakan sebuah gambaran betapa pentingnya pengarahan terhadap perkembangan seorang anak. Beliau menyatakan bahwa setiap anak memiliki potensi perkembangan yang menakutkan. Bila mereka dididik di dalam prinsip-prinsip kebenaran Tuhan, maka anak-anak tersebut akan menjadi berkat besar bagi kemanusiaan di hari depan. Tetapi jikalau tidak, maka mereka bisa membawa malapetaka yang besar. Pada saat istirahat siang, para peserta diajak untuk foto bersama. Kurang lebih 3.500 peserta berkumpul di taman. 3.500 peserta di dalam satu bingkai, bukan hal yang mudah, tetapi memungkinkan. Pdt. Agus Marjanto memimpin para peserta masuk ke dalam topik survei biblika, terutama kitab nabi-nabi di dalam Perjanjian Lama. Secara khusus beliau memfokuskan pembahasan pada kitab Yehezkiel. Jikalau pada sesi sebelumnya peserta dibawa melihat kedalaman konteks pergumulan Perjanjian Lama, maka pada sesi berikutnya, Ev. Ina Muljono Hidayat membawa para peserta untuk melihat keindahan rajutan daripada suratsurat Paulus di dalam kitab Perjanjian Baru. Dua sesi ini saling melengkapi dan memberikan percikan singkat yang cukup untuk menyatakan betapa kayanya konteks Perjanjian Lama dan Baru yang belum kita mengerti sebagai seorang guru Kristen. Sesi terakhir di dalam hari ini dipimpin kembali oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Beliau menyatakan bahwa pembentukan karakter yang paling penting adalah pembentukan di dalam pimpinan Roh Kudus. Karena Roh Kudus yang mengetahui segala sesuatu dan yang berbijaksana tertinggi, Ia yang satusatunya sanggup dan layak memimpin pembentukan karakter umat Allah. Doakan hari-hari yang masih tersisa di dalam KIN 2014, kiranya umat Tuhan yang sudah Ia pimpin untuk datang ke tempat ini boleh dibentuk oleh-Nya, masuk ke dalam pertumbuhan dan kedewasaan rohani yang makin sempurna sebagaimana yang dipersiapkan oleh Tuhan. Doakan supaya setiap orang boleh dibentuk oleh Tuhan, dan boleh mengerti proses pembentukannya dengan hikmat yang dari Allah. Amin. (nt) Sambungan dari hal.8 Refleksi Hari... Pleno Sore: Surat-Surat Paulus oleh Ev. Ina Hidayat Ketika membaca surat Paulus, kita tidak boleh melewati salamnya. Bagian ini merupakan bagian esensial dalam surat Paulus. Firman Tuhan adalah materi utama, bukan sekadar buku pedoman tetapi sumber penting yang harus kita baca. Alkitab adalah materi yang perlu kita mengerti dan materi lain hanyalah pendukung. Mengerti surat Paulus baik didukung dengan peta, sehingga bisa lebih mengerti perjalanan Paulus dengan lebih jelas. Tuhan yang berdaulat memanggil dan memperlengkapi Paulus untuk mengerjakan tugas penginjilannya dalam Kerajaan Allah. Contoh dari surat Filemon. Intinya permintaan Paulus agar Filemon menerima budaknya, Onesimus, kembali. Di sini kita melihat bagaimana cara Paulus yang bijak. Di sini kita mengenal posisi tuan dan hamba. Paulus mengajak Filemon untuk melihat sikap dan teladan Tuhan Yesus, dan kemudian bagaimana dirinya sendiri menjadi teladan mengikuti Tuhan Yesus. Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik 7 Refleksi Hari ke-3 SEKILAS KIN Renungan Pagi: Mazmur 71:17-18 – Ev. Lidya Bhekti Rosiana Dewi Yesus memberikan peringatan yang sangat keras kepada guru, yaitu guru yang menyesatkan lebih baik ditenggelamkan saja. Kerasnya peringatan ini menunjukkan betapa pentingnya guru di mata Tuhan. Mengajar Sekolah Minggu dan agama bukan sekadar mengajar pengetahuan Alkitab. Guru Kristen selain memiliki pengetahuan tentang Allah dan juga harus memiliki iman akan Allah. Orang yang mengenal Allah telah mencicipi kelas iman, dia mengenal pribadi dan perbuatan Allah. Orang yang mengenal Allah tidak bisa menolak dorongan untuk bercerita tentang Allah. Allah menjadi kesukaannya. Inilah yang dialami oleh Daud. Guru melayani bukan sekadar karena kewajiban, tetapi karena mengenal Allah dan dorongan Roh Kudus. Tuhan tidak menginginkan guru yang munafik dan hanya memiliki pengetahuan tanpa mengenal Tuhan secara pribadi. Marilah kita terus mendidik anak dengan kuasa dan dorongan Roh Kudus. Pleno Pagi: Matius 18:1-5 – Pdt. Romeo Mazo Tuhan membangkitkan banyak hamba-hamba-Nya sejak masa kecil, seperti Luther, Calvin, Billy Graham, bahkan juga Stephen Tong. Jiwa di hadapan Tuhan sama berharga, bukan karena usianya. Itulah yang menggerakkan D. L. Moody untuk menjalankan penginjilan. Untuk itu ada beberapa tipe penginjilan: 1) Presence Evangelism (penginjilan tidak langsung melalui kesaksian kehidupan kita) dan 2) Proclamation Evangelism (penginjilan langsung melalui pemberitaan Injil menantang orang mengenal Injil). Sementara pendekatan penginjilan dapat dibagi: 1) pendekatan konfrontatif dan 2) pendekatan kesaksian. Kesaksian yang baik adalah membicarakan tentang pertobatan dari dosa dan kelahiran baru. Orang yang sadar ia berdosa (tidak baik) barulah bisa melihat Kabar Baik sebagai kabar baik. Orang yang merasa baik, akan melihat Kabar Baik sebagai kabar tidak baik. Ada dua fondasi penginjilan dalam Alkitab: 1) perintah terbesar (Mat. 22:36-40), baru 2) pengutusan terbesar, yaitu amanat agung (Mat. 28:19-20). Di sini kita melihat bahwa menerima Yesus sebagai Juruselamat kita, lebih mudah, ketimbang men-Tuhan-kan Kristus sebagai Tuhan kita. Orang yang men-Tuhan-kan Kristus akan memprioritaskan apa pun dalam hidupnya untuk Kristus. Renungan Singkat di Pleno Pagi: 1 Korintus 15:1-3 oleh Ev. Dewi Arianti Winarko Rasul Paulus mengingatkan kita tentang satu Injil yang benar, yaitu: Kristus yang mati dan Kristus yang dibangkitkan pada hari ketiga. Salib tidak pernah dipisahkan maknanya dari kebangkitan. Salib tidak pernah memiliki makna tanpa kebangkitan. Hanya ada satu salib yang memiliki makna kebangkitan dan itu adalah salib Kristus. Kebangkitan Kristus adalah tema besar, namun sering tidak serius kita beritakan. Kuasa kebangkitan Kristus berdampak dalam kehidupan (1 Kor. 15:58). Itu menyebabkan landasan kokoh bagi pelayanan kita. Giat melayani berarti bukan sekadar penuh, tetapi meluap. Jerih payah kita tidak akan sia-sia karena Kristus bangkit. Di dalam mengajar anak-anak, giat bukan sekadar bercerita, tetapi juga berjuang menanamkan berita firman ke dalam hidup anak-anak. Terkadang kita merasa mereka tidak peduli dan kurang memperhatikan, tetapi kita harus percaya bahwa jangkar kita tidak sia-sia. Kebangkitan Tuhan adalah kemenangan Tuhan atas maut, atas dosa, dan atas Iblis. Pleno Siang: Yehezkiel 23 oleh Pdt. Agus Marjanto Kitab Yehezkiel terbagi dalam 3 bagian besar, 1) nubuat penghakiman atas Yehuda (1-24); 2) nubuat penghakiman bangsa-bangsa lain (25-32); 3) nubuat keselamatan dan pemulihan (33-48). Sebagian besar kitab ini berisikan hardikan dan kemarahan Tuhan, melihat bait Allah dinajiskan, struktur sosial mendukakan hati Allah. Kitab ini membawa pesan yang jelas, yaitu: Kedaulatan Allah dan intervensi mutlak-Nya. Proses pemuridan adalah pertumbuhan di dalam ketaatan. Ketaatan adalah tanda kesejatian. Banyak orang memiliki tingkah laku agama yang tinggi, melakukan mujizat atau berbuat baik, tetapi Allah menyatakan itu sebagai kejahatan, karena mereka tidak taat kepada Allah. Seluruh Alkitab diikat oleh satu tema utama, yaitu Kerajaan Allah. Inilah berita Yohanes Pembaptis, ini juga berita Tuhan Yesus. Kerajaan Allah berarti Allah menguasai dan menghakimi semua bangsa. Semua yang hidup harus bertanggung jawab kepada Tuhan saja. Inilah yang ditekankan oleh Allah. Kita adalah manusia yang dicipta untuk dimiliki Allah. Dalam Yehezkiel 23, dosa adalah persundalan di hadapan Allah. Biarlah kita mengerti kedalaman dosa dan melihat kemuliaan Kristus terpancar di atas kayu salib. Bersambung ke hal.7 TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Ev. Edward Oei M.C.S., Ev. Dr. David Tong, Ev.Elsa Pardosi, Johan M., Lukas Y.; Rubrik: Iwan Darwins, Mitra Kumara, Mildred Sebastian, Soekarmini; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi: Iwan Darwins, Evalina Kwok, Saut P. 8 Belajar menjadi ibu yang baik sebelum menjadi guru yang baik