BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam perusahaan terdapat hubungan antara pihak pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent), baik pihak principal maupun agent masing-masing mempunyai kepentingan pribadi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan (conflict of interest). Pihak manajemen atau manajer dituntut memenuhi kepentingan pemilik perusahaan namun di samping itu manajer juga memiliki tujuan pribadi yang mungkin saja berbeda dengan pemilik (Scott, 2000:369). Setiap individu berusaha untuk melakukan segala sesuatu secara maksimal untuk mengoptimalkan kepentingannya sendiri. Pihak prinsipal termotivasi untuk melakukan kontrak dalam rangka mensejahterakan dirinya melalui profitabilitas yang pada umumnya diharapkan selalu meningkat Schroeder (2001). Hubungan antara principal dan agent juga diiringi dengan ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information), dimana agent memiliki informasi yang lebih banyak daripada principal mengenai kondisi perusahaan. Hal ini terjadi karena agent yang mengelola manajemen perusahaan, sedangkan principal hanya menerima laporan dari pihak manajemen. Kondisi ini dapat dimanfaatkan agent untuk menyembunyikan informasi yang tidak diketahui principal dengan melakukan rekayasa yang disebut dengan manajemen laba (Rahmawati, Y. Suparno, dan N. Qomariyah, 2006). Praktik manajemen laba itu sendiri banyak dilakukan oleh manajemen karena mereka menganggap perusahaan lain juga melakukan hal yang sama Rahmawati (2007). Dengan demikian, kinerja kompetitor juga dapat menjadi pemicu untuk melakukan praktik manajemen laba karena investor dan kreditor akan melakukan komparasi untuk menentukan perusahaan mana yang mempunyai rating baik. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mengatur laba yaitu dengan memanipulasi aktivitas riil (real activities manipulation). Manipulasi ini terjadi sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian, mencapai target analyst forecast. Manipulasi aktivitas riil yang dilakukan tidak hanya mempengaruhi peningkatan laba yang terjadi pada suatu perusahaan, namun juga mempengaruhi kinerja pasar perusahaan. Kinerja pasar itu sendiri merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang diukur dari tingkat pengembalian investasi jangka panjang perusahaan atau return saham. Livnat dan Zarowin (1990) menyatakan bahwa komponen arus kas dari operasi dan pendanaan memiliki hubungan dengan kinerja pasar perusahaan (return saham). Penelitian Vita dan Rahmawati, (2009) membuktikan adanya manipulasi aktivitas riil dalam peusahaan manufaktur, dan disimpulkan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil akan memiliki dividen payout ratio yang lebih baik daripada perusahaan yang tidak melakukan manipulasi riil. Oleh karena itu semakin tinggi dividen yang dibayarkan, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil akan melakukan pembayaran dividen yang lebih baik sehingga tingkat deviden payout ratio perusahaan akan meningkat. Oktorina dan Hutagaol (2008) menyatakan bahwa tujuan dari manipulasi aktivitas riil adalah menghindari melaporkan kerugian yang dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor yang berpengaruh pada laba yang dilaporkan yaitu rekening-rekening yang masuk ke laporan laba rugi. Teknik yang dapat dilakukan dalam manipulasi aktivitas riil antara lain manajemen penjualan, overproduction, dan pengurangan biaya diskresioner (Roychowdhury, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Zang (2007) menemukan bukti empiris bahwa perusahaan tidak hanya menggunakan satu teknik saja melainkan menggunakan berbagai teknik manajemen laba untuk mencapai target laba. Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya didasarkan atas berbagai alasan di antaranya untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan seperti menaikkan nilai perusahaan sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko ketidak pastian yang rendah (Juniarti, 2005), menaikkan harga saham perusahaan (Kirschenheiter dan Melumad, 2002), dan untuk memuaskan kepentingannya sendiri, seperti mendapatkan kompensasi dan mempertahankan posisi jabatan (Juniarti, 2005). Menurut Roychowdhury (2006), meskipun terdapat biaya yang terkait dengan manajemen laba yang dilakukan melalui aktivitas nyata, manajemen (agent) atau manajer tetap menggunakan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata ini, apabila manipulasi akrual tidak mencapai target. Selain itu, penggunaan tindakan manajemen laba melalui manipulasi akrual (accrual based) hanya dapat dilakukan pada akhir periode untuk mencapai target, dan apabila tidak terpenuhi maka manajemen dapat menggunakan manipulasi melalui aktivitas nyata (real based) yang dapat dilakukan sepanjang tahun dan sulit dideteksi. Oleh sebab itu, metode pemilihan tindakan earnings management melalui manipulasi aktivitas nyata (real based). Menjadi alternatif lain bagi manajemen (agent) atau manajer untuk mengatur laba selain manajemen laba akrual yang mudah dideteksi. Dalam penelitian (Cohen dan Zarowin 2008) dijelaskan bahwa perusahaan lebih memilih melakukan tindakan manipulasi laba melalui basis aktivitas nyata dibandingkan dengan manipulasi melalui basis akrual. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menggunakan konsep manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil sebagai pendeteksi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. menyatakan Roychowdhury (2006) pentingnya memahami bagaimana perusahaan melakukan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil selain manajemen laba berbasis akrual. Selain itu, adanya bukti empiris yang menunjukkan bahwa ada pergeseran cara yang digunakan manajemen dalam melakukan manajemen laba. Pada penelitian ini difokuskan pada manajemen laba yang dilakukan melalui manipulasi aktivitas riil, karena manipulasi aktivitas riil berdampak pada laporan arus kas sehingga dapat diketahui perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil atau tidak melalui laporan arus kas. Roychowdhury (2006) menyatakan bahwa arus kas yang terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil adalah arus kas kegiatan operasi. Graham et al. (2005) menyatakan bahwa manajer menyukai tehnik manipulasi aktivitas riil dibanding manajemen laba melalui akrual. Alasan lebih tertariknya menggunakan manipulasi aktivitas riil daripada akrual adalah manipulasi akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator, dan hanya menitik beratkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang berisiko. Tindakan manipulasi aktivitas riil memiliki dampak pada kinerja pasar perusahaan, karena manipulasi aktivitas riil dilakukan untuk meningkatkan laba sehingga laporam keuangan terlihat baik di mata investor dan calon investor. Jika laporan keuangan terlihat baik maka akan menarik minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut, sehingga permintaan saham meningkat dan berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan (Saputri, Sudarno,2012). Manipulasi laba dapat juga dilakukan dengan perataan laba (praktik income smoothing) seperti yang dikatakan oleh Healy (1993) dalam Scott (2000) praktik perataan laba merupakan salah satu bentuk dari earning manajemen dan termasuk disfunctional behavior, yaitu para manajer memiliki dorongan yang cukup besar untuk melakukan perataan laba untuk memperbaiki citra perusahaan dalam suatu bentuk manipulasi atas laba yang dilakukan manajer untuk mengurangi fluktuasi laba perusahaan, sehingga diharapkan kinerja perusahaan akan terlihat lebih baik dan investor akan lebih mudah memprediksi laba dimasa yang akan datang (Biedelman, 1973 dan Acharya dan Bart, 2011). Perataan laba (income smoothing) merupakan normaisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level tertentu (Rahmawati, 2012:147). Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya didasarkan atas berbagai alasan di antaranya untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan seperti menaikkan nilai perusahaan sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko ketidak pastian yang rendah (Juniarti, 2005), menaikkan harga saham perusahaan (Kirschenheiter dan Melumad, 2002), dan untuk memuaskan kepentingannya sendiri, seperti mendapatkan kompensasi dan mempertahankan posisi jabatan (Juniarti, 2005). Penelitian sebelumnya juga memberikan bukti yang mendukung adanya praktik manajemen laba yang bertujuan menaikkan laba disekitar penawaran umum saham tambahan seperti Rangan (1998), Teoh et al. (1998), dan Shivakumar (2000) yang menjelaskan bahwa perusahaan menggunakan manajemen laba melalui akrual (accruals) disekitar penawaran saham tambahan. 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi adalah meningkatkan kinerja pasar perusahaan yang dihasilkan dari praktik manipulasi aktivitas riil. Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah manipulasi aktivitas riil dan perataan laba memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar? 1.3. Tujuan Penelitian Bertitik-tolak dari rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh manipulasi aktivitas riil dan perataan laba terhadap kinerja pasar perusahaan. 1.4. Manfaat Penelitian Dalam penelitian yang saya lakukan ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk para akademisi, regulator dan praktisi. Adapun manfaat yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Akademisi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan dilakukan. 2. Penelitian ini juga diharapkan akan dapat memberi kontribusi dan masukan bagi regulator mengenai perkembangan jaman tentang keuangan perusahaan, agar dapat melakukan dan menyusun peraturan mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pelaku perusahaan. 3. Tidak hanya itu juga, penelitian ini juga dimaksudkan untuk memberi kontribusi kepada para praktisi agar dapat lebih bisa menentukan tindakan apa yang baik bagi perusahaan untuk bertindak dengan tujuan kepentingan bersama.