Close The

advertisement
Area distribusi tabloid MD:
INSIDER’S
INSIDER’S
INSIGHT
INSIGHT
MARET 2015
FOR MEDICAL PROFESSIONALS ONLY
World Immunization Week 2015:
3
UPDATE
IMPROVE-IT Study:
Haruskah Kita Mempertimbangkan
kembali Target LDL-C?
6
CASE EXPERIENCE
Abses Serebri pada Penderita
Penyakit Jantung Bawaan
8
FLASH
Manfaat Perawatan
Metode Kanguru
bagi Bayi Berat Lahir Rendah
14
PRACTICE
UPDATE
Bronkiolitis Terkini
Close The
Immunization
GAP
M
inggu terakhir April setiap tahunnya diperingati sebagai Minggu
Imunisasi Dunia. Tahun 2015 ini
badan kesehatan dunia (WHO) mengambil tema
Close the Immunization Gap untuk menutup
kesenjangan cakupan imunisasi yang cukup
tinggi. Data WHO menunjukkan ternyata 1 dari 5
anak di seluruh dunia masih belum mendapatkan
imunisasi untuk melindungi mereka terhadap
penyakit infeksi berbahaya.
Ditilik dari manfaat imunisasi, tidak ada
yang dapat menyangkal bahwa pemberian
imunisasi telah sangat banyak menyelamatkan
umat manusia dari berbagai penyakit infeksi
yang berat. Penelitian di seluruh dunia pun
membuktikan betapa besar penurunan mortalitas dan morbiditas penyakit sejak dilakukan
imunisasi. Kemajuan kedokteran saat ini bahkan
telah menciptakan beberapa vaksin baru yang
penting, misalnya vaksin untuk mencegah
penyakit pneumokokus yang invasif, diare
rotavirus, dan bahkan tidak lama lagi diharapkan
tersedia vaksin untuk demam berdarah.
Indonesia saat ini termasuk negara yang
memiliki masalah pemerataan cakupan
imunisasi. Ada banyak hal yang menjadi latar
belakangnya, antara lain wilayah yang luas dan
tersebar dalam ribuan pulau, pembangunan
infrastruktur yang tidak merata, anggaran
kesehatan negara, dan masalah sumber daya
tenaga medis yang masih belum mencukupi. Di
sisi lain masih ada pekerjaan rumah besar yaitu
kesadaran masyarakat yang masih kurang dan
ironisnya justru kini mulai muncul gerakan anti
imunisasi di beberapa tempat.
Sesungguhnya Indonesia memiliki Biofarma
yang menjadi salah satu penghasil vaksin yang
dipercaya WHO dan produknya digunakan lebih
dari 100 negara. Salah satu produk unggulan
yang digunakan secara luas adalah vaksin kombinasi DPT-Hep.B (Difteri – Pertusis – Tetanus
– Hepatitis B) yang dalam kini telah dikembangkan menjadi Pentabio (DPT-Hep.B – HiB).
Penggunaan vaksin ini sebagai imunisasi dasar
telah disubsidi pemerintah sehingga sebenarnya
tidak ada kendala besar bagi masyarakat untuk
mendapatkannya.
Kenyataannya baru-baru ini terjadi wabah/
kejadian luar biasa difteri di beberapa tempat
di tanah air. Penyakit yang bertahun-tahun
sebelumnya telah berhasil ditekan dan menjadi
kasus sangat langka, kini menjadi kasus yang
dapat terjadi lagi di praktek sehari-hari di tingkat
pelayanan primer, bahkan di Jakarta. Penelusuran
yang dilakukan menemukan bahwa kasus-kasus
tersebut memang terjadi pada anak yang tidak
mendapatkan imunisasi dengan lengkap, dengan
berbagai alasan.
Menurut Dr. dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K),
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) ada 3 masalah utama yang
menjadi tantangan terberat program imunisasi di
Indonesia. “Tiga masalah utama yang ada adalah
funding (pendanaan), human resources, dan
fasilitas. Untuk masalah funding, harus tersedia
cukup biaya untuk penyediaan vaksin ke seluruh
Indonesia. Termasuk pula dana untuk research
training, edukasi awam melalui media massa,
dan sebagainya. Masalah kedua adalah human
resources atau sumber daya manusia, harus
siap dan tersedia di seluruh wilayah Indonesia.
Sedangkan masalah fasilitas, adalah harus
tersedianya cold chain, sarana transportasi dan
berbagai sarana penunjang lainnya.”
Dalam kenyataan saat ini, memang ketiga hal
tersebut masih belum terpenuhi dengan baik dan
merata. “Untuk semua hal tersebut memang harus
ada political will yang kuat. Jadi tantangan utama
sebenarnya adalah bagaimana agar ada political
will dari pemerintah. Imunisasi harus menjadi
kewajiban dan perlu ada sanksi bagi orang tua
yang tidak mau mengimunisasi anaknya. Kalau
perlu dibuat aturan bahwa sekolah tidak boleh
menerima anak yang tidak diberikan vaksinasi,
dan pemerintah daerah dikurangi bantuannya
dari pemerintah pusat bila cakupan imunisasinya
di bawah target.”
Menurut Dr. Aman, memang tidak mudah
menciptakan sebuah program yang ideal untuk
seluruh wilayah. Pendekatan yang dilakukan di
kota dan pedesaan tentu tidak sama. “Program
yang sudah ada sebenarnya juga baik dan cukup
ideal. Masalahnya banyak yang tidak berjalan
sesuai apa yang diharapkan. Program yang
ada sejak dulu, misalnya program imunisasi di
Puskesmas dan Posyandu, dan Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS) harus diteruskan dan
disempurnakan. Dan sekali lagi untuk itu
diperlukan political will dari pemerintah.”
Hal yang juga perlu disoroti bagi para tenaga
medis, adalah pemahaman tentang imunisasi.
Para dokter umum dan perawat yang merupakan
lini pertama pelayanan kesehatan sudah
seharusnya memiliki pengetahuan yang memadai
tentang imunisasi, baik imunisasi untuk anak
maupun imunisasi untuk dewasa. Kenyataan
bahwa masih cukup banyak dokter umum tidak
begitu paham – atau kurang peduli – tentang
imunisasi dan berbagai hal teknis yang terkait
pemberian imunisasi adalah sebuah masalah
yang tidak boleh dianggap remeh. MD
2
EDITORIAL
DAFTAR ISI
E D I T O R I A L
Kombinasi Ramosetron,
Aprepitant dan
Deksametason
dalam Pencegahan
Chemotherapy-Induced
Nausea dan Vomiting
(CINV)
---------------------Panduan Praktis
Penanganan CINV 9
World Immunization
Week 2015 : Close
The Immunization Gap 1
Editorial - MD Inbox 2
Abses Serebri pada
Penderita Penyakit
Jantung Bawaan 6
Etika Menghadapi
Pasien remaja
Advance
Dermocosmetic
for Acne in Indonesia 12
Salam jumpa lagi dalam
edisi kedua TabloidMD di
Perlukan Suplementasi
Vitamin D untuk
Pasien-pasien Kita?
--------------------Anti Hipertensi:
Pagi Hari atau
Sebelum Tidur? 13
tahun 2015. Edisi kali ini
membahas
beberapa
topik
menarik, misalnya tentang tantangan imunisasi di Indonesia,
tentang perawatan bayi metode
kanguru, pentingnya vitamin D,
rekomendasi terbaru tatalaksana
bronkiolitis, mengenal terapi
10
okupasi, dan sebagainya.
Salah satu rubrik baru
adalah MD Case Experience,
yang membahas kasus yang
IMPROVE-IT: Haruskah
Kita Mempertimbangkan
Kembali Target LDL-C? 3
Hari Ginjal Sedunia unik dan menarik. Rubrik ini
terbuka bagi siapa saja, selama
Sekilas Mengenal
Okupasi Terapi
7
Peluncuran Program
Nusantara Sehat
Kementerian
Kesehatan
---------------------------
memiliki sajian pembahasan
yang dapat membantu para
Update Bronkiolitis
Terkini
14
Calendar of Events 15
4
sejawat memetik pelajaran dari
sebuah kasus yang ada. Bagi
yang berminat mengirimkan
kasusnya, dapat mengirimkan
ke redaksi TabloidMD. Kiriman
harap disertai data dan ilustrasi
yang sesuai dengan kasus.
Penanganan
Dermatitis Atopik Perlu
Penanganan Khusus 5
Manfaat Perawatan
Metode Kanguru
bagi Bayi
Berat Lahir Rendah 8
Studi Ekonomi
Kesehatan dan
Forum Nasional
Sadar Alergi
Sebagai media yang sedang
berkembang untuk memenuhi
11
Menjajaki Eksotika Alam
dan Sejarah Bukittinggi 16
kebutuhan
para
sejawat,
kami tetap menanti kiriman
komentar, artikel, dan masukan
dari para dokter sekalian.
Selamat membaca… dan
kami tunggu komentar maupun
kiriman artikel dari para sejawat
INBOX
di email redaksi kami, yaitu
[email protected]
Liputan Simposium Ilmiah
Topik Bahasan Pediatrik dan Penyakit Dalam
Dari beberapa edisi TabloidMD, kami melihat ada artikel liputan simposium
ilmiah. Meskipun tidak selalu banyak, sepertinya hampir selalu ada.
Bagaimana prosedur untuk peliputan kegiatan simposium ilmiah yang akan
diselenggarakan. Adakah ketentuan tertentu yang harus dipenuhi panitia
penyelenggara?
Yth Redaksi Tabloid MD,
Kebetulan saya membaca Tabloid MD, meskipun saya bukan seorang dokter,
melainkan paramedik. Apakah saya dapat mengirimkan artikel untuk dimuat
di Tabloid MD? Apakah ada ketentuan khusus?
dr. Samuel RD, Sp.PA
Jawa Barat
Terimakasih atas tanggapannya. Untuk artikel peliputan secara eksklusif atau
khusus, panitia dapat bekerjasama dengan redaksi TabloidMD. Untuk keperluan
teknis, dapat dibicarakan sebelumnya, namun kami mohon untuk paling tidak
menghubungi panitia 2 bulan sebelumnya. Untuk liputan acara ilmiah yang
tidak didahului kerjasama/kesepakatan bersama, redaksi memiliki kebebasan
dalam peliputan, pemuatan artikel liputan, dan edisi pemuatan.
Ahmad Basuni
Bandung
Yth Bpk Ahmad,
terimakasih sudah tertarik membaca tabloid ini meskipun sebenarnya dapat
dibilang 90% artikel berkaitan dengan praktek kedokteran. Artikel yang dikirim
sebenarnya tidak mutlak ditulis oleh dokter, namun isi artikel yang akan dimuat
utamanya adalah artikel yang berkaitan dengan dunia praktek kedokteran.
Kami terbuka dan menerima artikel apa saja yang sekiranya akan bermanfaat
bagi praktek dokter sehari-harinya.
Untuk berlangganan versi digital (pdf), kirimkan e-mail kosong ke [email protected]
Chairperson:
Irene Indriani G., MD
Business Manager:
Hardini Arivianti
Editors:
Martin Leman, MD
Stevent Sumantri, MD
Steven Sihombing, MD
Designers:
Donny Bagus W.
Clemens R.
Irene R.
Contributors:
Ronald Arjadi, MD
Erinna Tjahjono, MD
Elrica Sapphira, MD
Marketings/Advertising contact:
Lili Soppanata
Bambang Sapta N.
Wahyuni Agustina
Publisher:
CV INTI MEDIKA
Jl. Ciputat Raya No.16, Pondok
Pinang – Jakarta Selatan 12310
: (021) 703 98705 / 759 11406
: [email protected]
ISSN No. 2355-6560
UPDATE
3
IMPROVE-IT Study:
Haruskah kita mempertimbangkan kembali target LDL-C?
P
anduan klinis ACC-AHA
terbaru merekomendasikan
pemberian statin intensitas
tinggi pada pasien dengan risiko
tinggi (pasca sindrom koroner akut,
stroke atau dengan LDL-C ≥189 g/
dL). Selain itu panduan yang sama
juga menekankan bahwa, tidak ada
data penelitian klinis menunjukkan
manfaat dari menurunkan kadar
LDL-C sampai ≤70 g/dL.1 Pemberian
anti-dislipidemia yang lain, seperti
fenofibrat, ezetimibe dan niacin,
saat ini disarankan hanya untuk
individu yang intoleran atau kurang
responsif terhadap statin, oleh karena
kurangnya penelitian-penelitian klinis
yang mendukung. Beberapa studi
untuk anti-dislipidemia selain statin
saat ini sedang dijalankan, salah
satunya yang baru saja diselesaikan
adalah studi IMPROVE-IT2, yang
mengevaluasi pemberian ezetimibe
pada individu dengan risiko tinggi
kejadian penyakit kardiovaskular
aterosklerotik.
Ezetimibe merupakan obat antidislipidemia yang dapat menghambat
absorpsi kolesterol dari saluran
cerna, dengan bekerja pada protein
serupa Niemann-Pick C1. Protein
ini terutama banyak ditemukan
pada epithelial brush border mukosa
saluran cerna. Pemberian ezetimibe
10 mg sekali sehari, pada saat
ditambahkan pada terapi statin, dapat
menurunkan kadar LDL-C sampai
20% lebih rendah. Penurunan ini
lebih rendah dari doubling dosis statin
yang hanya menghasilkan penurunan
LDL-C rerata sebesar 6%, baik untuk
statin intensitas moderat maupun
intensitas tinggi.
Studi IMPROVE-IT, merupakan
uji klinis acak multi-center, yang
melibatkan 18.144 pasien risiko
tinggi (pasca sindrom koroner akut).
Simvastatin 40 mg (S) dibandingkan
dengan kombinasi simvastatin 40 mg
dan ezetimibe 10 mg (SE), dengan
pemantauan selama 7 tahun untuk
melihat luaran utama berupa penyakit
jantung koroner (PJK), infark
miokard (IM) dan stroke. Kedua
kelompok berhasil mencapai rerata
LDL-C ≤70 mg/dL (S vs. SE; 69,9 mg/
dL vs. 53,2 mg/dL) dan kelompok SE
juga menunjukkan kadar kolesterol
total dan trigliserid yang lebih rendah
(S vs. SE; ∆ - 19,3 mg/dL dan ∆ - 16,7
mg/dL) dibandingkan kelompok
monoterapi. Kelompok kombinasi
SE pada studi ini menunjukkan hasil
luaran utama (PJK,
IM dan stroke)
yang lebih baik
dibandingkan
dengan kelompok
S (HR 0.90; IK 95%
0,887-0,988
dan
NNT 50). Evaluasi
k o m p o n e n
individual
dari
luaran
utama
menunjukkan
kombinasi
SE
terutama berhasil
menurunkan risiko
Product Information
INDICATION
- Pramary Hypercholesterolemia
Ezitimibe administration with an HMG-CoA reductase inhibitor (statin) or alone, is indicated as adjuntive therapy to diet for the reduction of eleveted total cholesterol
(total-C), low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C), apolipoprotein B (Apo B), and triglycerides (TG) and to increase high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C) in
patient with pramary (heterozygous familial and non-familial) hypercholesterolemia.
- Homozygous Familial Hypercholesterolemia (HoFH)
Ezitimibe, administered with a statin, is indicated for the reduction of elevated total-C and LDL-C level in patient with HoFH. Patient may also receive adjunctive
treatment (e.g, LDL apheresis)
CONTRA INDICATIONS
Hypersensitivity to any component of this medication. When ezitimibe is to be administered with a statin, which is contraindicated during pragnancy and lactation,
please refer to the package insert for that particular statin.
kejadian infark miokard (HR 0,87;
14,8% vs. 13,1%; p=0,002) dan stroke
iskemik (HR 0,79; 4,1% vs. 3,4%;
p=0,008).
Evaluasi mengenai keamanan
kombinasi simvastatin dan ezetimibe
pada studi ini menunjukkan profil
yang kurang lebih serupa dengan
simvastatin tunggal. Komplikasi
seperti gangguan fungsi hati, metabolisme bilirubin dan fungsi kandung
empedu, rhabdomyolisis, peningkatan kadar kreatin kinase dan juga
keganasan tidak berbeda bermakna
pada kedua kelompok studi.2
Panduan klinis terkini tetap
memfokuskan
pada
pemberian
statin intensitas tinggi sebagai terapi
utama pada pasien dengan risiko
tinggi penyakit pembuluh darah
aterosklerotik. Demikian juga pada
pasien-pasien dengan risiko moderat,
disarankan untuk dapat diberikan
statin intensitas sedang. Namun
demikian nampaknya ezetimibe
dapat menjadi salah satu pilihan
terapi tambahan pada pasienpasien yang membutuhkan. SS
1.Circulation, published online
November 12, 2013
2.American Heart Association 2014
Scientific Sessions; November 17,
2014
4
EVENTS
Hari Ginjal Sedunia
2015 :
Kesehatan Ginjal Untuk Semua
H
Gangguan Ginjal dan OAINS
Konsumsi berlebihan obat penghilang rasa
dibersihkan dan dieliminasi dari dalam tubuh
sakit, merupakan salah satu permasalahan
Sehat untuk Semua (Kidney Health for All)”
oleh ginjal.
utama di Indonesia. Pengawasan yang kurang
untuk lebih meningkatkan kesadaran masya-
ketat terhadap industri obat tradisional,
Kidney Day (WKD).
rakat mengenai hal-hal apa saja yang dapat
untuk minum air putih dan satu gelas lagi untuk
pemahaman
dilakukan dalam rangka memperbaiki dan
merayakan ginjal yang sehat. Ajakan simbolik
mengenai bahaya obat anti-inflamasi non-
2006 dan bertujuan untuk meningkatkan
mempertahankan kesehatan ginjal kita.
ini dianggap sebagai ‘reminder’ akan organ
steroid (OAINS) dan kurangnya kehati-hatian
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
Logo WKD melambangkan sepasang ginjal
vital – ginjal – dan pentingnya menjaga ginjal
dokter dalam memberikan analgetik seringkali
ginjal terhadap kualitas kesehatan individu, serta
dengan tiga warna cerah, merah, biru dan
tetap sehat, dan diharapkan cara ini membuat
memperberat gangguan fungsi ginjal pasien-
menurunkan/mengurangi frekuensi, morbiditas
kuning. Warna merah melambangkan warna
orang sadar akan pilihan gaya hidup mereka
pasien kita. Terlebih pasien-pasien dengan
dan mortalitas terkait permasalahan ginjal di
darah, warna biru melambangkan air dan
selama ini dan nanti.
risiko tinggi gangguan ginjal, seperti diabetes
seluruh dunia.
warna kuning adalah urin yang telah disaring,
ari Kamis kedua bulan Maret, yang
pada tahun ini jatuh pada tanggal
12 Maret diperingati sebagai World
World Kidney Day diperingati mulai tahun
Tahun 2015 WKD memiliki tema “Ginjal
Kali ini WKD menyerukan semua orang
masyarakat
yang
kurang
dan usia lanjut, seringkali datang dengan
berbagai masalah nyeri.
Prinsip kehati-hatian sangat diperlukan pada
saat memberikan analgetik pada pasien dengan
risiko tinggi. Pasien-pasien dengan hipertensi
lama, diabetes dan usia lanjut (>60 tahun)
sebaiknya tidak diberikan OAINS. Apabila
diperlukan analgetik maka parasetamol, opioid
sintetik dan opioid dapat menjadi pilihan sesuai
dengan derajat nyeri. Selain itu adjuvan analgetik
juga dapat diberikan sesuai dengan kelainan
penyerta yang ditemukan, seperti anti-ansietas,
anti-depresan dan neuroleptik. Pada kasuskasus tertentu yang membutuhkan OAINS
maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan fungsi
ginjal sebelum, saat dan sesudah pemberian
jangka panjang. Pemakaian OAINS sebaiknya
dihentikan
apabila
terjadi
peningkatan
kreatinin ≥25% dari nilai awal. Pada pasien
yang mendapatkan anti-hipertensi golongan
penghambat ACE atau penyekat reseptor
angiotensin pemberian OAINS sebaiknya juga
dihindari, karena kombinasi kedua obat tersebut
dapat mengganggu autoregulasi perfusi ginjal.
Dokter layanan primer sebagai ujung
tombak
layanan
kesehatan
di
Indonesia
dapat mengambil peranan penting untuk
menekan jumlah penggunaan OAINS tidak
Prof. Dr. dr. Parlindungan Siregar, Sp.PD-KGH; dr. Dharmeizar, Sp.PD-KGH; dan dr. Pradono Handojo dalam acara perayaan WKD 2015
tepat sasaran di masyarakat. Tidak hanya dari
sisi layanan medis, melainkan juga edukasi
Perayaan WKD Di Indonesia
- Menjaga fisik tetap bugar dengan melakukan
Memasuki tahun kesepuluh, fokus WKD
aktivitas fisik secara teratur;
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
mengenai bahaya konsumsi OAINS jangka
akan pentingnya hidrasi bagi kesehatan secara
panjang
dan
banyaknya
suplemen
serta
kali ini adalah kesehatan ginjal untuk seluruh
- Periksakan kadar gula darah secara rutin;
umum dan ginjal khususnya, dapat dilihat pada
obat tradisional yang mungkin mengandung
masyarakat global. Sesuai data internasional,
- Pantau tekanan darah tetap stabil;
situs www.h4hinitiative.com/indonesia, situs ini
zat aktif tertentu dalam produksinya. Melalui
sekitar 10% populasi dunia mengalami penyakit
- Makan makanan sehat dan jaga berat badan
berisikan ragam informasi dari pakar hidrasi.
peran serta dokter yang lebih aktif dalam
Situs ini merupakan kontribusi nyata dari
mencerdaskan masyarakat, mari kita sukseskan
Danone Research. MD
Kesehatan Ginjal untuk Semua. MD
ginjal kronik (PGK) dan diperkirakan akan
tetap ideal;
meningkat hingga 17% pada dekade berikutnya.
- Pertahankan asupan cairan yang cukup;
“Prevalensi
- Jangan merokok;
PGK
di
Indonesia
terus
meningkat. Studi epidemiologi PERNEFRI
(2006) menunjukkan, PGK di masyarakat
mencapai
12,5%
dan
berdasarkan
data
- Hindari konsumsi obat penghilang rasa sakit
secara berlebihan atau jangka panjang;
-Periksakan fungsi ginjal
PERNEFRI, hingga tahun 2012, pasien yang
apabila
mengalami PGTA mencapai 100.000 pasien,”
(diabetes,
jelas Ketua PERNEFRI, dr. Dharmeizar, Sp.PD-
memiliki
faktor
hipertensi,
secara berkala
risiko
riwayat
tinggi
keluarga,
obesitas)
KGH pada acara perayaan WKD di Jakarta, 12
Di Indonesia sendiri, WKD dirayakan
Maret 2015 lalu. Jumlah keseluruhan stadium 1
dengan serangkaian acara yang sudah dimulai
hingga 5 juga bervariasi.
dari bulan Februari lalu di berbagai kota, antara
Selanjutnya, Prof. Dr. dr. Parlindungan
lain Bandung, Semarang, Surabaya, Jogjakarta,
Siregar, Sp.PD-KGH juga menambahkan, untuk
Solo, Malang, Makassar, Palembang, dan Padang
mempertahankan kesehatan ginjal, ada 8 langkah
dalam ragam bentuk dari simposium awam,
sehat yang dapat dilakukan di setiap tingkatan
jalan sehat, hingga pemeriksaan kesehatan ginjal
masyarakat, yaitu:
di area car free day.
INGIN BERPARTISIPASI?
Caranya mudah!
Foto selfie sambil minum segelas air putih
dan mengangkat segelas air putih.
Tweet ke @worldkidneyday
dengan pesan:
“ Today I celebrate #worldkidneyday.
I drink and give a #glassofwater
because #isupportwkd. ”
Bisa juga upload di facebook page.
Bila tidak memiliki akses ke media sosial,
kirimkan foto via email ke
[email protected]
INSIGHT
5
Penanganan Dermatitis Atopik
PERLU PANDUAN KHUSUS
D
ermatitis atopik (DA)
mungkin sering dijumpai
dalam praktek seharihari. Bagaimana tata laksana dan
penanganannya yang tepat? Bersama
ini Tabloid MD memaparkan
hasil wawancara dengan dr. Inne
Arline Diana, Sp.KK(K), FINSDV,
FAADV selaku Ketua Kelompok
Studi Dermatologi Anak Indonesia
(KSDAI) yang bersama-sama dengan
Kelompok
Studi
Dermatologi
Anak Indonesia, Kelompok Studi
Imunodermatologi Indonesia (KSI),
dan Unit Kerja Koordinasi Alergi
Imunologi IDAI dalam seminar dan
workshop "Dermatitis Atopik: Panduan
Diagnosis dan Tatalaksana Terkini”
yang berlangsung tanggal 14-15 Juni
2014 lalu di Jakarta, telah membuat
kesepakatan dan menyusun buku
"Panduan Diagnosis dan Tatalaksana
Dermatitis Atopik di Indonesia".
T:
Mengapa kasus DA ini cukup
meningkat dan bagaimana
prevalensi DA di Indonesia?
J:
Prevalensi
pada
dekade
terahir; dari 3-15% pada bayi
dan anak menjadi sekitar 10-20%
sedangkan pada dewasa sekitar 1-3%.
Kasus DA ini meningkat, antara lain
disebabkan polusi lingkungan meningkat, meningkatnya paparan terhadap tungau debu rumah dan zat
aditif makanan, berkurangnya pemberian ASI, serta kesadaran orangtua dan
pasien akan penyakit meningkat.
Angka prevalensi DA di
seluruh Indonesia belum ada data,
namun pada tahun 2013 kasus yang
dilaporkan 5 Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan dermatologi
anak yaitu RS Dr Hasan Sadikin,
RS Dr Cipto Mangunkusumo, RS
Adam Malik, RS Dr Kandaou, RSU
Palembang, RSUD Sjaiful Anwar
tercatat sejumlah 261 kasus baru dari
seluruh (2356) kasus baru (11,8 %).
dr. Inne Arline Diana, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
2. Hanifin-Rajka (untuk pelayanan
sekunder, tersier dan penelitian, serta
harus ada 3 kriteria mayor dan 3
kriteria minor).
▶
kriteria mayor: pruritus dan
morfologi dan distribusi yang khas
(likenifikasi fleksural/ penebalan
kulit didaerah lipatan pada pasien
dewasa; erupsi/kelainan kulit di
daerah wajah atau daerah ekstensor
pada pasien bayi dan anak;
dermatitis yang kronik atau kronik
berulang; dan riwayat atopi pada diri
atau keluarga (asma bronkial, rinitis
alergik, dermatitis atopik).
▶kriteria minor: xerosis/kulit kering;
iktiosis/hiperlinier palmar/keratosis
pilaris; reaksi tipe cepat (tipe 1)
pada uji kulit; IgE serum
meningkat; awitan pada usia
dini; kecenderungan infeksi kulit
(khususnya yang disebabkan oleh
S.aureus dan Herpes simpleks) dan
imunitas selular yang terganggu;
kecenderungan
mengalami
dermatitis non spesifik pada tangan
dan kaki; eksema pada puting susu;
khelitis, konjungtivitis berulang;
lipat Dennie-Morgan pada daerah
infraorbital, keratokonus; katarak
subskapsular anterior; kegelapan
pada daerah orbita, muka pucat
atau eritema; pitiriasis alba; lipatan
pada leher sisi anterior; gatal bila
berkeringat; intoleransi terhadap
wol dan pelarut lemak; aksentuasi
perifolikuler; intoleransi makanan;
perjalanan penyakit dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan emosi;
dan white dermographism atau
delayed blanch.
T:
Mengapa DA perlu tata
laksana yang terintegrasi dan
komprehensif?
J:
Mengingat berbagai faktor
yang
berperan
terhadap
terjadinya DA, maka para praktisi
perlu memahami cara menegakkan
diagnosis DA secara holistik,
meliputi derajat keparahan, luas dan
Adakah kriteria tertentu untuk distribusi lesi, serta tanda dan gejala
menegakkan diagnosis DA?
penyakit, dampak penyakit pada
pasien dan keluarga serta harapan
pasien dari hasil pengobatannya. Tata
Ada 2 kriteria, yaitu:
laksana DA memerlukan pendekatan
1. William (untuk pelayanan primer multidisiplin, secara terintegrasi dan
dan di lapangan), adanya riwayat:
komprehensif dengan melibatkan
▶
kulit gatal, riwayat keterlibatan dokter spesialis kuit dan kelamin,
kulit di daerah lipatan (siku, lutut, dokter umum, dokter spesialis anak,
punggung kaki, sekitar leher dokter spesialis paru dan ahli alergi,
termasuk pipi (usia < 10 tahun)
perawat, psikolog, ahli gizi dan
▶
asma/rinitis alergi (atau riwayat pekerja sosial.
penyakit atopi pada 1st degree
relatives pada anak <4 tahun)
▶kulit kering dalam satu tahun terakhir
Mengapa nilai transepidermal
▶
dermatitis pada daerah lipatan
water loss (TEWL) penting
yang terlihat (dermatitis pada pipi/ bagi pasien DA?
dahi dan ekstensor ekstremitas
pada anak < 4 tahun)
Patogenesis DA merupakan
▶awitan < 2 tahun (tidak digunakan
interaksi kompleks antara
bila anak usia < 4 tahun)
kelainan genetik, gangguan sawar
T:
J:
T:
J:
kulit dan gangguan imunologik yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan stres. Gangguan fisik sawar
kulit yang diperankan terutama oleh
stratum korneum, berperan penting
terhadap kejadian DA. Stratum
korneum merupakan berbagai sel
yang tersusun berlapis, terdiri dari
korneosit yang dikelilingi oleh ruang
antar sel, berisi lipid yang dibentuk
oleh badan lamelar. Lipid tersebut
mengandung seramid, kolesterol
dan asam lemak bebas yang bersifat
hidrofobik dan berfungsi sebagai
penghambat penguapan air.
Pada keadaan normal, sawar
kulit berperan penting terutama
sebagai
pelindung
mekanik,
pencegahan kehilangan cairan secara
berlebihan dan melindungi kulit
terhadap mikroorganisme serta
bahan kimia iritan atau alergen.
Gangguan atau kerusakan fungsi
sawar kulit pada DA disebabkan
adanya perubahan gen fillagrin yang
bertanggung jawab pada integritas
fungsi sawar kulit. Hidrasi yang baik
merupakan faktor yang penting pada
stratum korneum agar dapat berfungsi
sebagai pelindung. Transepidermal
water loss (TEWL) yaitu kehilangan
cairan melalui kulit, merupakan
indikator fungsi sawar kulit. TEWL
yang meningkat menyebabkan kulit
menjadi kering, terjadi gangguan
sawar kulit dan akan menyebabkan
peningkatan risiko pajanan terhadap
bahan kontaktan (iritan, alergan) dan
memudahkan terjadinya kolonisasi
bakteri serta infeksi lainnya.
T:
Adakah kriteria atau skor
tertentu untuk menilai tingkat
keparahan DA?
J:
Derajat keparahan DA dapat
dinilai dengan menggunakan:
1.
Three Items Severity Score
(TISS), penilaian intensitas eritema,
edema/papul, dan ekskoriasi dengan
nilai 0-3. Serupa dengan Score of
Atopic Dermatitis (SCORAD), tiap
penilaian dilakukan pada lesi yang
paling representatif. Skor TISS
berkisar antara 0-9.
2.
Indeks
SCORAD
telah
direkomendasikan untuk digunakan
pada setiap penelitian DA, terutama
pada uji klinis. Indeks SCORAD
adalah hasil penjumlahan A/5 + 7B/2
+ C (A = Luas lesi , B = intensitas
morfologi dan C = keluhan subjektif
pasien).
Luas lesi kulit (skor 0-100): Luas
lesi kulit yang dihitung adalah lesi
inflamasi dan tidak mencakup kulit
yang kering, dengan menggunakan
rule of nine. Luas satu telapak tangan
pasien menggambarkan 1 % luas
permukaan tubuh. Untuk anak
dibawah usia 2 tahun terdapat sedikit
perbedaan penilaian rule of nine, di
daerah kepala dan tungkai bawah.
Intensitas morfologi lesi (skor
0-18): Morfologi lesi menilai eritema,
edema/papul,
eksudasi /krusta,
ekskoriasi, likenifikasi dan kulit
kering.
Keluhan subjektif (skor 0-20):
Penilaian keluhan subjektif terhadap
rasa gatal dan gangguan tidur
selama 3 hari terahir. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan
visual analog scale (VAS) yang
dinyatakan dalam skor 0-10 untuk
masing-masing kriteria.
dan jangka panjang harus dinilai
secara berkala.
2.Pencegahan dan modifikasi faktor
pencetus/modifikasi gaya hidup.
3.Meningkatkan dan menstabilkan
fungsi sawar kulit yang optimal
4.
Menyembuhkan kelainan kulit
inflamasi
5.Pengendalian siklus gatal-garuk
Catatan :
Objective SCORAD merupakan modifikasi
indeks SCORAD tanpa memperhitungkan
gejala subyektif (misalnya pada pasien bayi
dan anak-anak yang sukar dinilai). Nilai
maksimum indeks SCORAD dan Objective
SCORAD masing-masing 103 dan 83.
Namun, pada objective SCORAD dapat
diberikan 10 poin bila terdapat lesi yang
berat pada wajah dan tangan ataupun lesi
yang mengganggu fungsi sehingga nilai
maksimum 93.
T:
J:
Bagaimana tata laksana holistik
dan rekomendasi terapi DA?
Tatalaksana dermatitis memiliki 5 pilar, yaitu:
1.Edukasi terhadap pasien maupun
orang yang merawat pasien
DA, meliputi penjelasan yang
lengkap mengenai patogenesis
dan perjalanan penyakit, dalam
bahasa awam yang mudah
dimengerti, faktor pencetus, faktor
yang dapat mengurangi gejala,
dan pengobatan jangka pendek
maupun jangka panjang yang dapat
memodifikasi dan mengendalikan
penyakit. Tujuan jangka pendek
Untuk lebih lengkap bagaimana
menangani DA, para sejawat
dapat membacanya di dalam
buku Panduan Diagnosis dan
Tatalaksana
Dermatitis
Atopik
di Indonesia ini. Kami berharap
buku ini sangat bermanfaat bagi
para sejawat, khususnya dalam
menangani kasus DA. MD
6
CASE EXPERIENCE
Abses
pada Penderita
Serebri
Penyakit Jantung Bawaan
dr. Siudi Rustandi
dr. Ade Meidian Ambari, Sp.JP
dr. Martinus M. Leman, DTMH, Sp.A
Ilustrasi singkat kasus :
Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dirawat karena demam, diare, dan
kurang aktif. Dari riwayat sebelumnya diketahui pasien memiliki kelainan jantung
RS Sentra Medika Cibinong
bawaan tetralogy of Fallot (TOF). Pada hari kedua perawatan, diare telah berhenti,
namun justru didapatkan gejala kelumpuhan separuh tubuh (hemiparese).
Abses serebri merupakan penyakit infeksi
ptosis, dan, hemiparesis, dan kejang fokal.
Pemeriksaan darah tidak mendapatkan kelainan kadar elektrolit namun terjadi
supuratif lokal pada parenkim otak. Abses
Jika terjadi ruptur abses maka akan ditandai
leukositosis. Untuk mencari penyebab kelumpuhan dilakukan pemeriksaan CT Scan
serebri merupakan salah satu komplikasi yang
dengan perburukan semua gejala. Pemeriksaan
kepala. Hasilnya, didapatkan beberapa abses serebri yang cukup besar.
timbul dari PJB sianotik (pirau kanan ke kiri).
darah tepi sering tidak spesifik hanya berupa
P
lekositosis dan peningkatan laju endap darah.
enyakit jantung bawaan (PJB) adalah
biru) dan sianotik (biru). Contoh dari PJB
penyakit
asianotik antara
jantung
berupa
kelainan
Sekitar 12,4% - 69,8% kasus
abses serebri pada anak,
berkaitan dengan PJB.
lain adalah Ventricel Septal
pada struktur atau fungsi sirkulasi
Defect (VSD), Patent Ductus Arteriosus (PDA),
jantung yang dibawa dari lahir, terjadi akibat
Atrial Septal Defect (ASD) dan Aorta Stenosis
adanya gangguan atau kegagalan perkembangan
(AS). Sedangkan contoh PJB sianotik antara
Insidens abses serebri pada PJB sianotik sekitar
struktur jantung pada fase awal perkembangan
lain adalah Transposition Great Artery (TGA),
5%. Penelitian Atiq dkk menyatakan dari 30
janin. Kelainan ini bisa terjadi di katup, otot/
Tetralogy of Fallot (TOF), Tricuspid Atresia,
anak yang menderita abses serebri, 37% dengan
dinding, pembuluh darah jantung, ataupun
Ebstein’s Anomaly, Pulmonal atresia.
PJB sianotik. Dan, jenis PJB sianotik terbanyak
kombinasi dari ketiganya.
Dari aspek hemodinamik, penyakit jantung
yang sering berkomplikasi menjadi abses serebri
Insiden PJB adalah 8-10 di antara 1.000
bawaan dengan pirau kiri ke kanan (left to
adalah TOF dan TGA. Kejadian abses serebri
kelahiran. Insiden ini hampir sama antara satu
the right shunts) cenderung meningkatkan
pada penderita PJB lebih sering terjadi pada anak
negara dan negara yang lain. Angka kelahiran
aliran darah ke paru. Sedangkan PJB dengan
usia di atas 5 tahun.
di Indonesia adalah 4.000.000 kelahiran/tahun.
pirau kanan ke kiri (right to the left shunt)
Proses terjadinya abses serebri pada PJB
Insiden PJB sekitar hampir 1 % dari 40.000
ada yang meningkatkan aliran darah paru,
adalah melalui penyebaran secara hematogen.
kelahiran hidup per tahun di Amerika Serikat.
seperti TGA, ada yang menurunkan aliran
Pirau kanan ke kiri adalah faktor terpenting,
darah paru seperti TOF, tricuspid atresia, dan
karena dengan adanya pirau tersebut maka
Ebstein’s malformation.
menyebabkan aliran darah ke paru berkurang,
Secara garis besar penyakit jantung bawaan
dibagi menjadi 2, yaitu PJB asianotik (tidak
Algoritma Penyakit Jantung Bawaan
Gb.1. Algoritma penyakit jantung bawaan. (Sumber: Koleksi Slide Penyakit Jantung Bawaan RS Harapan
Kita, courtesy dr. Ade M Ambari, Sp.JP)
Keterangan gambar: CoA (Coarctation of Aorta), MR (Mitral Regurgitasi), PS (Pulmonal Stenosis), MS
(Mitral Stenosis), VSD (Ventricular Septal Defect), PDA (Persistent Ductus Arteriosus), ASD (Atrial Septal
Defect), PAVSD (Pulmonary Atresia with Ventricular Septal Defect), PAPVD (Partial Anomalous Pulmonary
Venous Drainage), TOF (Tetralogy of Fallot), PS (Pulmonary Stenosis), PA (Pulmonary Atresia), TAPVD
(Total Anomalous Pulmonary Venous Drainage), CAVSD (Complete Atrio Ventricular Septal Defect) HLHS
(Hypoplastic Left Heart Syndrome), TA (Tricuspid Atresia), MA (Mitral Atresia), DORV (Double Outlet
Right Ventricular), DILV (Double Inlet Left Ventricular), TGA (Transposition Great Artery).
Diagnosis pasti adalah dengan melakukan
pemeriksaan CT scan kepala.
Gb.2.CT Scan kepala dengan potongan vertikal
menunjukkan adanya abses serebri yang
cukup besar pada pasien. (courtesy from
dr.Martinus M.L, Sp.A)
sehingga hilangnya filtering effects yang terjadi
Setelah
di paru terhadap darah dari sistem vena. Hal ini
antibiotik spektrum luas harus segera diberikan
menyebabkan risiko otak menjadi lebih sering
seperti metronidazole, cefotaksim, ceftriaxon,
terpapar episode bakteremia. Filtering effects ini
dan
sangat penting karena di sini terjadi fagositosis
disesuaikan dengan hasil kultur kuman yang
oleh makrofag yang ada di paru. Polisitemia juga
sensitif. Penggunaan steroid masih kontroversial
ikut berperan penting dalam hal peningkatan
biasanya bermanfaat hanya pada massa abses
viskositas darah yang dapat mencetuskan
dengan edema jaringan sekitar yang bermakna.
mikroinfark yang menyediakan tempat yang baik
Terapi definitif abses serebri adalah drainase
bagi bakteri untuk berproliferasi dan supuratif.
abses. Tentunya problem penyakit jantung
Daerah yang paling sering terbentuk abses adalah
bawaannya pun harus diobati, karena hal inilah
lobus parietal, frontal, dan temporal. Biasanya
yang mendasari terjadinya abses serebri.
lesi berbentuk soliter dan multipel.
Dari kasus di atas dapat disimpulkan
Gejala awal dari abses serebri biasanya tidak
bahwa diagnosis abses serebri harus dipikirkan,
begitu nyata. Demam tinggi tidak selalu dijumpai.
jika ditemukan gejala defisit neurologis pada
Pada stadium awal dapat dijumpai tanda-
penderita pasien PJB sianotik. Terlambatnya
tanda tekanan intrakranial yang meningkat
diagnosis
yang non spesifik seperti sakit kepala, letargi,
semakin buruk. MD
dan perubahan tingkat kesadaran. Pada bayi,
gejala muntah dan kejang sering merupakan
manifestasi awal. Dengan progresivitasnya abses
serebri, sakit kepala dan letargi akan makin
menonjol dan dapat diikuti defisit neurologis.
Defisit neurologis dapat berupa papiledema,
parese nervus III dan VI menyebabkan diplopia,
diagnosis
meropenem.
tegak,
Selanjutnya
ditegakkan
membuat
pemberian
antibiotika
prognosis
1.Park MK. Pediatric cardiology for practitioners, ed.5.
Mosby; 2007.
2.Atiq M, dkk. Brain abcess in children. Indian J
Pediatric 2006;73(5):401-4.
3.Fishman MA, Park JT. Neurologic complications in
children with congenital heart disease. Dalam: Garson
S, dkk, Penyunting. The science and practice of pediatric
cardiology. 2nd ed. Williams&Wilkins1998:2709-13
REVIEW
Sekilas
Mengenal
Di dalam lingkup pelayanan kedokteran fisik dan rehabilitasi,
atau yang dulu dikenal dengan nama bagian rehabilitasi medik,
terdapat jenis pelayanan Okupasi Terapi. Apa bedanya dengan terapi
7
OKUPASI
TERAPI
lain? Berikut ini penjelasan singkat dari dr. Theresia Diah Arini, Sp.KFR,
salah seorang pengajar di Program Studi Okupasi Terapi, Program Vokasi
Universitas Indonesia yang juga berpraktek di RS Siloam TB Simatupang,
Jakarta Selatan.
Apa sebenarnya yang dimaksud
dengan okupasi terapi ?
Okupasi terapi adalah salah satu
bagian dari tim rehabilitasi medik
yang berfungsi melatih pasien dalam
melakukan keterampilan motorik
halus atau melatih pasien dalam
melakukan aktivitas hidup seharihari (activity daily living).
Secara prinsip, apa perbedaan
okupasi terapi dengan fisioterapi ?
Okupasi
terapi
memiliki
target membantu pasien dengan
gangguan motorik halus, gangguan
proprioseptif,
fungsi
sensorimotorik dan gangguan fungsi
activity daily living. Sedangkan
fisioterapi membantu pasien dengan
gangguan motorik kasar seperti
nyeri sendi dan otot, kelemahan
otot dan gangguan postur.
Contoh kasus apa yang biasanya
perlu mendapat terapi okupasi?
Setiap pasien dengan gangguan
fungsional
dalam
melakukan
motorik halus atau gangguan fungsi
kemandirian dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, perlu mendapatkan pelatihan okupasi terapi.
Di bidang pediatri, kasus yang
memerlukan OT misalnya penderita
cerebral
palsy,
anak
dengan
gangguan proprioseptif, dispraksia,
kasus
gangguan
atensi
dan
gangguan
pervasif.
Sedangkan
pada orang dewasa, kasus yang
memerlukan OT biasanya pasien
stroke, cedera kepala, cedera
medulla spinalis, kasus kelemahan
otot atau neuropati atau pasien
dengan artritis sendi tangan.
Apa saja yang dapat dilakukan
dalam okupasi terapi?
Penatalaksanaan di bidang OT
bisa berupa:
▶Latihan penguatan sendi tangan
serta latihan ketrampilan tangan
seperti gripping, pinching, gerakan
menulis, menggunting, dsb.
▶Latihan untuk pindah (transfer)
dari berbaring ke duduk, pindah
ke kursi roda dsb.
▶Menyediakan dan melatih pasien
dengan menggunakan alat bantu
misalnya latihan ambulasi dengan
kursi roda untuk pasien paraplegi,
latihan menulis dengan ortosis
tangan, latihan menggunakan alat
makan khusus bagi pasien pasca
stroke dsb.
▶
Melatih pasien dengan metode
terapi khusus seperti sensori –
integrasi, snoezelen, DIR® Floor
Time dsb.
24th
The Current and Future Landscape of Cardiovascular
Disease Management
April 10-12 2015
Ritz-Carlton Hotel, Jakarta
Bagaimana alur konsultasi untuk
mendapatkan program okupasi
terapi yang tepat ?
Pasien
dengan
gangguan
motorik halus biasanya mengalami
masalah di bidang fungsi yang
lain, sehingga untuk mendapatkan
hasil yang optimal, disarankan
agar pasien berkonsultasi dulu ke
dokter spesialis rehabilitasi medik.
Tujuannya agar dapat dilakukan
pemeriksaan
fungsional
yang
menyeluruh dan diketahui problem
ada di mana saja. Bukan hal yang
jarang terjadi, bila konsul langsung
ditujukan
ke
terapis,
terjadi
ketidaktepatan program terapi. Atau
bahkan justru ternyata pasien juga
memerlukan terapi di luar program
okupasi terapi. Dokter Rehabilitasi
Medik akan menganalisa status
fungsional
pasien.
Selanjutnya
dokter akan menentukan program
terapi yang sesuai dengan pelatihan
fungsional yang dibutuhkan. ML
Secretariat :
Indonesian Heart Association
Wisma Harapan Kita Building, 2nd Floor
National Cardiovascular Center Harapan Kita
Jl. Letjen S Parman Kav. 87,
Jakarta 11420 – Indonesia
Phone : 62-21 5681149, 56844093 ext 1440 &1441
Fax
: 62-21 5684220
Email : [email protected]
[email protected]
[email protected]
asmiha2015
@asmiha
8
FLASH
Manfaat Perawatan
METODE KANGURU
bagi Bayi
Berat
Lahir
Rendah
dr. Alexis Steffi Kurniawan
M
etode kanguru adalah suatu metode perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diilhami
dari cara seekor kanguru merawat
anaknya yang selalu lahir prematur.
Perawatan Metode Kanguru (PMK)
diperkenalkan pertama kali oleh
Rey dan Martinez, dua orang
ahli neonatologi dari Bogota,
Colombia, Amerika Selatan.
Dari
penemuan
tersebut
akhirnya diketahui bahwa cara
skin to skin contact dapat
meningkatkan kelangsungan hidup
bayi terutama yang mengalami
BBLR dan prematur. Salah satu
penyebab kematian dari kedua
kasus tersebut adalah masalah
pengaturan suhu, maka prinsip
tersebut dapat diterapkan untuk
mengatasi masalah ini. 1
Secara teknis, PMK dapat
diartikan sebagai cara merawat
bayi dalam keadaan telanjang
(hanya memakai popok dan topi)
diletakkan secara tegak atau
vertikal di dada antara kedua
payudara ibunya (telanjang dada)
kemudian diselimuti. 1
ISS World Laboratory Kangaroo
Mother Programme menetapkan
kriteria untuk mengikuti program
perawatan bayi dengan metode
kanguru yaitu berat badan ≤2000g,
tidak ada masalah patologis yang
menyertai, refleks hisap baik
dan menelan baik, mempunyai
orangtua yang menyetujui peraturan metode kanguru dan
mematuhi
jadwal
pertemuan,
memiliki catatan medik yang
lengkap serta memperoleh inform
consent dari orangtua. 1
Dari
berbagai
penelitian
mengenai metode kanguru baik yang dilakukan di negara
berkembang maupun negara maju,
didapatkan beberapa keuntungan
menggunakan metode kanguru
dibandingkan perawatan bayi
dengan inkubator. Namun metode
kanguru tidak dapat menggantikan
tapi hanya melengkapi untuk mencapai stabilisasi pernafasan.
Keuntungan
metode kanguru
antara lain
sebagai berikut: 1
Stabilisasi suhu tubuh
Ludington-Hoe dkk menemukan fenomena unik mengenai
pengaturan suhu tubuh ibu yang
menggunakan metode kanguru,
didapatkan bahwa suhu ibu
akan meningkat bila bayi mulai
“dingin” dan bila bayi telah
“hangat” maka suhu ibu menurun
kembali. Fenomena ini disebut
sebagai maternal neonatal thermal
synchrony.
Penelitian terhadap 80 bayi
yang beresiko rendah terhadap
hipotermia di RS pendidikan di
Lusaka, Zambia oleh Christenson
dkk. Secara acak dibagi menjadi dua
kelompok, kelompok I mendapat
perawatan
metode
kanguru
dibandingkan dengan kelompok II
yang dirawat di inkubator dengan
suhu 35°C ; kemudian diukur
secara berkala. Hasilnya pada
menit ke 240 didapatkan bahwa
90% bayi kelompok I mencapai
suhu normal 36,5°C, sedangkan
pada kelompok II hanya 60%.
Peningkatan hubungan
emosional ibu-bayi
Pengaruh terhadap tingkah
laku bayi
Tersier dkk melaporkan bahwa
ibu yang menggunakan metode
kanguru merasa lebih percaya
diri dalam merawat bayinya,
dibandingkan kelompok kontrol
dan apabila bayinya bermasalah
sehingga perlu dirawat lebih
lama di rumah sakit, perasaan
khawatir akan keadaan anaknya
lebih besar daripada kelompok
kontrol. Metode kanguru juga
meningkatkan kedekatan ibu
dengan bayi, mengurangi perasaan
stres serta membuat ibu dan bayi
lebih tenang dan rileks.
Bayi yang mendapat kontak
dini dengan ibunya akan lebih
sedikit menangis dan lebih sering
tersenyum daripada bayi yang
kontak dengan ibunya tidak
adekuat.
Menurut
penelitian
yang
dilakukan Anderson dkk tentang
kadar kortisol saliva pada bayi
yang dipisahkan dari ibunya
dibandingkan yang dirawat sendiri
oleh ibunya, menunjukan bahwa
kadar kortisol saliva meningkat
bermakna pada bayi yang dirawat
terpisah oleh ibunya. Pada saat
stres, maka kadar kortisol dalam
tubuh akan meningkat.
Dengan PMK bayi tidur dua
kali lebih sering serta lebih lama
dan dalam, sehingga pada waktu
“waspada” (alert), bayi dapat lebih
maksimal melakukan kontak mata
dengan ibunya dan memperkuat
bonding ibu-bayi.
Pengaruh terhadap kejadian
infeksi
Pada suatu penelitian dengan
menggunakan pneumokardiogram
dilakukan, pengamatan terhadap
pola respirasi dan denyut jantung
sepanjang tiga interval di antara
empat waktu penyusunan. Pada
interval ke 1, bayi dirawat dalam
boks, pada interval ke 2 dengan
metode kanguru dan pada
interval ke 3 dalam boks kembali.
Pencatatan dilakukan setelah
satu jam setelah penyusuan dan
didapatkan bahwa laju napas dan
denyut jantung selama metode
kanguru lebih stabil dibanding
perawatan dalam boks sebelum
dan sesudah metode kanguru.
Ludington-Hoe dkk melaporkan
bahwa selama metode kanguru, laju
denyut jantung bayi relatif stabil
dan konstan sekitar 140-160 kali
per-menit. Frekuensi pernafasan
bayi menjadi lebih dalam, kejadian
apneu berkurang empat kali lipat,
lama periode apneu dan periodic
breathing menjadi lebih singkat.
Sloan dkk melaporkan bahwa
dengan perawatan inkubator
lebih sering terjadi infeksi berat
dibandingkan dengan perawatan
dengan metode kanguru karena
flora normal kulit ibu lebih “aman”
bagi bayi prematur yang mendapat
ASI dibandingkan organisme yang
resisten terhadap antibiotik yang
terdapat di rumah sakit.
Pengaruh terhadap berat badan
dan pertumbuhan
Pada posisi metode kanguru,
bayi dalam posisi rileks mirip
dengan posisi dalam rahim
sehingga kegelisahan bayi dapat
berkurang dan tidur lebih lama.
Pada kondisi seperti ini konsumsi
oksigen dan kalori minimal
sehingga dapat digunakan untuk
menaikan berat badan.
Stabilisasi laju denyut jantung
dan pernafasan
Peningkatan produksi air
susu ibu
Air susu ibu (ASI) pada
kelompok
metode
kanguru
jumlahnya lebih banyak bermakna
dibanding kelompok kontrol, stres
yang terjadi pada ibu yang bayinya
dirawat akan berkurang bila ibu
diberi kesempatan mendekap
bayinya dalam metode kanguru
dan ini memberi pengaruh positif
terhadap produksi ASI.
Lama perlekatan metode ini
dimulai secara bertahap mulai
dari
perawatan
konvensional
hingga PMK terus menerus.
Hindari perlekatan kurang dari 60
menit karena dapat membuat bayi
menjadi stres dengan pergantian
yang terlalu sering. Jika ibu tidak
bisa atau harus meninggalkan bayi,
anggota keluarga (ayah, nenek dll)
dapat menolong melakukan kontak
kulit langsung dengan bayi dalam
posisi kanguru. Metode ini dapat
dilakukan hingga bayi mencapai
usia gestasional yang cukup
(sekitar 40 minggu atau berat
2500 g). Setelah itu bayi biasanya
akan menunjukan tanda kurang
nyaman dengan posisi kanguru.
Pada saat ini bayi dapat perlahanlahan dilepaskan dari PMK namun
proses menyusui harus tetap
berlangsung. 2 MD
1.Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah
dengan Perawatan Metode Kanguru.
Jakarta: PERINASIA; 2014.
2.Kangaroo Mother Care A Practical Guide.
Geneva: WHO; 2003.
Untuk mengunduh panduan Kangaroo Mother Care dari WHO,
dapat mengunjungi link :
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/9241590351/en/
REVIEW
9
Kombinasi Ramosetron, Aprepitant
dan Deksametason dalam Pencegahan
CHEMOTHERAPHY–INDUCED NAUSEA
AND VOMITING (CINV)
M
ual
dan
muntah
akibat
kemoterapi
(chemotherapy-induced
nausea and vomiting/CINV) adalah
salah satu efek samping yang paling
tidak menyenangkan pada pasien
yang mendapat kemoterapi. Hal ini
memberikan efek signifikan pada
kualitas hidup pasien dan mencegah
kelanjutan kemoterapi. Insiden dan
tingkat keparahan CINV dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain:
jenis obat kemoterapi, dosis yang
diberikan, jadwal dan rute pemberian
obat serta variabilitas pasien. Banyak
obat kemoterapi yang digunakan
bersifat sangat emetogenik, salah
satunya adalah cisplatin, dan dapat
memengaruhi tingkat kepatuhan
berobat pasien. Oleh karena itu,
tata laksana CINV sama pentingnya
dengan pemilihan jenis obat
kemoterapi.
Perkembangan terbaru obat
antiemetik baru seperti antagonis
reseptor serotonin (5-HT3) dan
antagonis reseptor neurokinin-1
(NK-1) menurunkan insiden dan
risiko terjadinya CINV pada pasien
yang mendapat kemoterapi. Secara
umum, kombinasi antagonis reseptor
NK-1, antagonis reseptor serotonin
dan steroid dapat memperbaiki
respon CINV. Bahkan National
Comprehensive Cancer Network,
European
Society
of
Medical
Oncology, dan American Society of
Clinical Oncology merekomendasikan
penggunaan kombinasi antagonis
reseptor NK-1, antagonis reseptor
serotonin
dan
deksametason
untuk pencegahan mual akut dan
delayed pada pasien yang mendapat
kemoterapi
intravena
sangat
emetogenik seperti cisplatin.
Ramosetron sebagai antagonis
reseptor 5-HT3 telah digunakan
secara luas di negara Asia untuk
pencegahan CINV. Pada beberapa uji
klinis, obat ini menunjukkan efikasi
dan keamanan yang sama ketika
dibandingkan dengan ondansetron
dan granisetron. Sebuah studi yang
dilakukan tim peneliti di Korea
mengevaluasi efikasi klinis dan
tolerabilitas kombinasi ramosetron
(antagonis
reseptor
serotonin),
aprepitant
(antagonis
NK-1)
dan deksametason (RAD) untuk
pencegahan CINV pada pasien
kemoterapi dengan kanker solid.
Studi
ini
menunjukkan
kombinasi RAD aman dan efektif
sebagai antiemetik dalam pencegahan
CINV pada pasien yang mendapat
kemoterapi
sangat
emetogenik.
Panduan Praktis
Penanganan
CINV
P
ada CINV faktor terbesar
yang menentukan apakah
pasien mual atau tidak adalah
tingkat emetogenesitas kemoterapi
itu sendiri. Tingkat emetogenesitas
sendiri dibagi menjadi 5 level, di
mana kemoterapi terpoten termasuk
Cisplatin,
Cyclophosphamide,
Dacarbazine,
Carboplatine,
Cytarabine dan Doxorubicine. Berikut
adalah regimen pencegahan dan
terapi CINV yang direkomendasikan
oleh NCCN (National Comprehensive
Cancer Network):
▶
Kemoterapi sangat emetogenik
(level
5):
Aprepitant
DAN
Dexametason
DAN
inhibitor
5-HT3 pre dan pasca kemoterapi,
gunakan benzodiazepine bila ada
CINV antisipatorik.
▶Kemoterapi emetogenik moderat
(level 3-4): Dexametason DAN
inhibitor 5-HT3 pre kemoterapi
dilanjutkan dengan Dexametason
ATAU inhibitor 5-HT3 pasca
kemoterapi. Gunakan Aprepitant
bila ada riwayat CINV berat
sebelumnya.
▶
Kemoterapi emetogenik rendah
(level 2): Dexametason pre
kemoterapi
ATAU
golongan
Phenotiazine bila diperlukan.
▶Kemoterapi emetogenik minimal
(level 1) : Tidak diperlukan
pencegahan, gunakan anti nausea
sesuai keperluan. MD
Pencegahan dan
penanganan CINV
dengan sejumlah
obat antiemetik
sama pentingnya
dengan pemilihan
kemoterapi.
Hasil penelitian ini menunjukkan
respon komplit (pasien tidak
mengalami gejala muntah ataupun
mendapat pengobatan CINV) sebesar
94,9% pada fase akut (24 jam post
kemoterapi); 92,3% pada periode
delayed (24-120 jam post kemoterapi)
dan 92,3% selama keseluruhan fase
studi (0-120jam). Tingkat respon ini
termasuk tinggi bila dibandingkan
dengan studi lain yang menggunakan
antagonis reseptor serotonin lainnya.
Ramosetron
merupakan
derivat
tetrahidrobenzimidazole
yang memiliki struktur yang berbeda
dengan ondansetron dan granisetron
dan memiliki efek antagonis reseptor
serotonin yang lebih poten. Selain itu,
ramosetron dapat diberikan sekali
dalam sehari karena memiliki waktu
paruh yang lebih panjang.
Pencegahan dan penanganan
CINV dengan sejumlah obat
antiemetik sama pentingnya dengan
pemilihan kemoterapi. Para peneliti
terus mencari kombinasi yang baik
untuk menangani CINV. Ramosetron
sebagai salah satu antagonis reseptor
serotonin dapat menjadi pilihan
dalam kombinasi RAD untuk
pencegahan CINV. MD
Cancer Res Treat. 2013;45(3):172-177
10
INSIDER
Etika Pasien Remaja
R
tentang apa yang baik dan apa yang
juan agar profesional memberikan
menghadapi
buruk dan tentang hak dan kewajiban
jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
moral. Ter-dapat 4 kaidah dasar etika
atau nasabahnya. Kode etik yang me-
dr. Ivan Riyanto Widjaja, Sp.A
yang menjadi prinsip umum etika yaitu
nyangkut profesi dokter diatur dalam
beneficence, non maleficence, respect for
kode etik kedokteran (KODEKI).
persons, dan justice.
KODEKI dibuat sebagai panutan, sifat
emaja merupakan populasi
diadakan
Ikatan
khusus karena pada masa
Indonesia Cabang DKI Jakarta pada
anak dan remaja berkaitan erat dengan
Etika yang menyangkut hal-hal
mendasar yang harus melekat pada
itu seorang anak beralih
hari Minggu, 22 Februari 2015,
perbedaan etika seorang dokter dalam
yang bersifat prinsip dan penting
diri dokter sehingga terbentuk suatu
menjadi remaja bukan hanya secara
Dr. Sudung O Pardede, Sp.A(K) yang
menghadapi pasien remaja. Etika
diatur dalam suatu kode etik dalam
rasa percaya adanya itikad baik dokter
fisik tetapi juga secara psikologis.
merupakan anggota Badan Pembinaan
berasal dari kata ethos yang artinya
suatu profesi. Kode etik menyatakan
untuk menangani pasien.
Menghadapi seorang remaja pasti
dan
(BP2A)
adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak
perbuatan yang benar atau salah
berbeda dengan menghadapi seorang
menyampaikan topik mengenai etika
yang baik. Menurut Kamus Besar
dan
bentuk, pasien akan dapat menguta-
anak. Dalam scientific meeting yang
dalam menghadapi pasien remaja.
Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu
dilakukan dan dihindari dengan tu-
Pembelaan
Dokter
Anggota
Anak
Pendekatan yang berbeda antara
perbuatan
apa
yang
harus
Jika saling percaya ini telah ter-
rakan
keluhannya
dengan
bebas
sehingga diagnosis yang baik dapat
dibuat.
Pendekatan
yang
harus
dilakukan terhadap pasien remaja
ini memiliki beberapa poin penting.
(tabel 1)
Tabel 1. Pendekatan
terkait etik yang harus
dilakukan terhadap
pasien remaja:
1.Penilaian kecakapan pasien
remaja dalam menerima
dan mencerna apa yang
disampaikan dokter
2.Pada pasien yang sudah
dapat menerima informasi,
perlu ditanyakan/izin
apakah orang tua dapat
mendampingi pasien pada
saat pemeriksaan
3.Pemeriksaan sebaiknya
dilakukan bersama perawat
pendamping
4.Pemeriksaan harus dilakukan di tempat tertutup.
5.Dalam pengambilan
keputusan yang besar,
orangtua pasien tetap perlu
dilibatkan tentunya dengan
izin dari pasien.
Hal-hal yang lebih besar lagi dan
mempengaruhi hajat hidup orang
banyak diatur oleh negara. Pengaturan
itu dilakukan dengan membuat suatu
hukum sebagai suatu arahan dalam
bertindak. Sangat banyak hukum yang
berhubungan dengan profesi dokter
dalam hubungannya dengan pasien
anak. Hukum kedokteran tersebut
meliputi UU no 4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak hingga UU no 36
tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
dengan KUHP dan KUHAP serta
KUH perdata yang menyertainya.
Sebagai kesimpulan, Dr. Sudung
menekankan
dua
poin
simpulan
yaitu etika dalam menghadapi pasien
remaja pada umumnya sama dengan
menghadapi pasien dewasa dan remaja
merupakan masa peralihan anak ke
dewasa sehingga pendekatan terhadap
remaja tidak boleh disamakan dengan
pendekatan pada anak. IRW
11
EVENTS
Peluncuran Program
Nusantara Sehat
Kementerian Kesehatan
A
wal
Februari
Wilayah capaian berjumlah 48 kabupaten di
sehingga diharapkan dapat berinteraksi dengan
Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan
petugas kesehatan setempat dan masyarakat
(DTPK).
sekitar di daerah penempatan.
Sedangkan
unit
capaian
adalah
120 puskesmas. Pelaksanaannya melibatkan
Kemenkes juga akan melakukan penguatan
setidaknya 600 tenaga kesehatan. Selama
pelayanan kesehatan tahun 2015-2019 yang
ini puskesmas mengalami kesulitan yaitu
meliputi kesiapan 6000 Puskesmas di 6 regional,
kekurangan tenaga kesehatan sehingga tidak
pembentukan 14 rumah sakit rujukan nasional
mampu menjalankan fungsi promotif dan
(dari Medan hingga Jayapura) dan 184 rumah
preventifnya. Melalui program ini Kemenkes
sakit rujukan sebagai mediator puskesmas
berupaya untuk memperkuat puskesmas dengan
regional dan nasional. Khusus untuk daerah
Kementerian
ini juga tidak hanya berfokus pada kegiatan
mengirimkan sejumlah tenaga kesehatan.
terpencil dan sangat terpencil, dibangun rumah
Kesehatan RI meluncurkan Program
kuratif, namun juga pada promotif dan preventif
“Kami dari Kementerian Kesehatan melalui
sakit kelas D pratama dengan kapasitas 50
Nusantara
ini
guna meningkatkan kesehatan masyarakat dan
program penempatan tenaga kesehatan yang
tempat tidur. Sedangkan pada regional Papua
menjadi fokus kebijakan Kementerian Kesehatan
daerah yang membutuhkan. Hal ini diungkapkan
berbasis tim (team based) ini merupakan upaya
akan didirikan 13 rumah sakit pratama. Di
RI untuk periode 2015-2019 yang dilakukan
oleh Prof. Dr. dr. Nila F Moeloek, SpM(K).
peningkatan pelayanan kesehatan mencakup
regional Sumatera, Jawa, Bali – Nusa Tenggara,
dengan
Program
preventif,
dengan
Kalimantan, Sulawesi akan didirikan rumah
menguatkan
lalu,
Target
Sehat.
Program
Pelayanan
Kesehatan
Nusantara
Sehat
mengadopsi
promotif,
dan
kuratif
Primer. Dasar prioritas adalah permasalahan
model Pencerah Nusantara, yaitu inisiatif
melibatkan lima jenis tenaga kesehatan yaitu
sakit pratama. Rumah sakit umum daerah juga
yang mendesak, seperti masih tingginya angka
lintas sektoral yang diprakarasi oleh Kantor
dokter, perawat, bidan, ditambah dukungan
akan dilakukan penguatan. HA
kematian ibu dan bayi, angka gizi buruk,
Urusan Khusus Presiden RI untuk Millenium
dari dua tenaga kesehatan lainnya seperti tenaga
dan angka harapan hidup yang ditentukan
Development Goals (KUKP-RI MDGs) dan
kesehatan gizi, tenaga kesehatan lingkungan,
oleh kualitas pelayanan primer. Penguatan
menggabungkan tenaga kesehatan, masyarakat,
tenaga
yankes primer mencakup fisik (pembenahan
sukarelawan, pemerintah, swasta, LSM dan
laboratorium
infrastruktur), sarana (pembenahan fasilitas),
pemuda dalam upaya bersama memperkuat
dan tenaga kesehatan masyarakat yang akan
dan sumber daya manusia (penguatan tenaga
sistem pelayanan kesehatan primer di Indonesia,
ditempatkan
kesehatan, selain dokter).
terutama di daerah terpencil.
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
Dalam program tersebut akan dilakukan
Kemenkes
peningkatan jumlah, sebaran, komposisi dan
Nusantara Sehat ini dapat menjadi mekanisme
mutu tenaga kesehatan berbasis tim yang
efektif untuk memperkuat jajaran pelayanan
medis dan non-medis yang mencakup pelatihan
memiliki ragam latar belakang mulai dari dokter,
kesehatan
kepemimpinan, manajerial dan komunikasi
perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Program
perbatasan dan kepulauan.
mengharapkan
primer,
terutama
program
di
daerah
analis
kesehatan/ahli
medik,
ke
tenaga
pelosok
teknologi
kefarmasian
nusantara
guna
umum,” tukas Dr. Nila Moeloek.
Seluruh peserta dibekali dengan keahlian
Rencana pelaksanaan
penempatan tenaga kesehatan (nakes)
dengan team based 2015-2019
Tahun
Jumlah
provinsi
Jumlah
kab/kota
Jumlah
puskesmas
Jumlah
nakes
2015
16
48
120
600
2016
17
54
130
650
2017
18
59
140
700
2018
19
64
150
750
2019
20
69
160
800
Untuk lebih lengkapnya,
informasi Program Nusantara Sehat dapat diakses pada
www.nusantarasehat.kemkes.go.id
serta pemahaman terhadap budaya-budaya lokal
Studi Ekonomi Kesehatan dan
Forum Nasional Sadar Alergi
P
revalensi alergi pada anak di
Indonesia mengalami peningkatan
beberapa tahun belakangan ini, dan
dampak negatif akibat alergi juga cukup
signifikan baik membebani keluarga dari segi
klinis namun juga terhadap kualitas hidup
dan beban ekonomi.
Health Economics Study of Allergy Prevention
merupakan
studi
yang
menunjukkan
penghematan jumlah biaya dan kunjungan
ke dokter untuk setiap anak yang melakukan
pencegahan primer dengan formula hidrolisat
parsial whey dibandingkan dengan formula
standar pada bayi yang tidak mendapatkan
ASI karena indikasi medis. Studi yang sama
juga dilakukan di beberapa negara lain yaitu
Spanyol, Jerman, Denmark, Australia, Swiss,
Thailand, Filipina, Malaysia dan Singapura.
Hasilnya memiliki benang merah yang sama
yaitu penghematan biaya yang signifikan bila
dilakukan pencegahan primer alergi. Tidak
hanya bermanfaat terhadap dari segi ekonomi
saja tetapi kualitas hidup yang lebih baik juga
tergambarkan dalam penelitian tersebut.
Studi ini membandingkan biaya pengobatan
termasuk biaya medis yang berhubungan
dengan alergi seperti biaya konsultasi,
obat-obatan dan laboratorium yang akan
dikeluarkan, dengan biaya yang dikeluarkan
apabila pencegahan penyakit alergi dapat
dilakukan. Di Indonesia, studi dirampungkan
oleh Dr. dr. Astrid Sulistomo, MPH, SpOk dan
Dr. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K).
“Hasil
studi
menggambarkan,
bila
dilakukan pencegahan primer dengan
pemberian hidrolisat parsial whey, biaya yang
dapat dihemat setiap bulannya adalah sekitar
Rp 4,5 juta/anak dan 38 hari tanpa keluhan,”
jelas Dr. dr. Astrid Sulistomo, MPH, SpOk.
Selanjutnya dr. Zakiudin menambahkan
hasil studi tersebut, biaya total untuk pasien
dermatitis atopik per tahunnya mencapai
kisaran Rp 8.851.900.
Launching ForNASA
Pada waktu bersamaan, diluncurkan Forum
Nasional Sadar Alergi (ForNASA). ForNASA
ini merupakan kumpulan beberapa institusi
dan para profesional dengan beragam latar
belakang dengan kepedulian tinggi terhadap
alergi di Indonesia, mengingat prevalensi
alergi yang semakin meningkat.
Institusi kesehatan yang tergabung dalam
ForNASA adalah Persatuan Dokter Ahli Alergi
dan Imunologi (PERALMUNI), Departemen
Ilmu
Kedokteran
Komunitas
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, dan Nestle
Nutrition Institute. Program forum ini berupa
program edukasi untuk tenaga kesehatan serta
komunitas untuk meningkatkan kesadaran
pentingnya pencegahan primer alergi. HA
12
EVENTS
ADVANCE DERMOCOSMETIC
Pada akhir Februari 2015 lalu, dr. Sjarif Wasitaatmadja,
Sp.KK(K), FINSDV, FAADV dan Cheong Wai Kwong
(Singapura) hadir dalam acara “Skin Science Dinner
Symposium” pada acara “Enhancing Understanding on
Skin Pigmentation Disorder” yang diselenggarakan oleh
Kelompok Studi Dermatologi yang mengangkat tema
The Role of Advance Dermocosmetic dan hadir sebagai
moderator adalah dr. Lili Legiawati, Sp.KK(K).
Advance on Dermocosmetic in Indonesia
dr. Sjarif Wasitaatmadja, Sp.KK(K)
Indonesia
K
osmetik kini merupakan
suatu ‘way of life’ baik bagi
wanita bahkan pria. Sekitar
tahun 1970-an mulailah dikenal
istilah cosmetic dermatology atau
dermocosmetic. Perkembangan sosial,
kemajuan teknologi dan perekonomian
juga akan mempengaruhi kemajuan
bioteknologi produk dan terapi dalam
penanganan masalah pada kulit.
Kebutuhan akan kosmetik kini hampir
bisa dikatakan seimbang antara
wanita dan pria. Pria masa kini tidak
hanya ingin terlihat maskulin saja
tetapi juga ingin tampil lebih atraktif.
Selain perawatan terhadap kulit
dan tubuh, kini juga banyak yang
menyertakan aromaterapi atau spa
agar kesehatan tubuh dan jiwa tetap
dalam kondisi seimbang.
Paradigma baru, bahan baku baru, teknologi baru (teknologi nano) dan
peran baru dalam bidang kosmetik
merupakan kemajuan dalam bidang
dermocosmetic non-invasive. Paradigma
baru timbul dari pemikiran masyarakat
yang ingin kembali ke alam atau produk yang aman dan ramah lingkungan
(back to nature). Herbal, natural, ramah
lingkungan dirasakan lebih baik karena
lebih aman. Begitu pula dengan produk
kosmetik harus dibuat ramah lingkungan
dari awal hingga akhir, seperti kemasan,
botol, dan sebagainya.
Masyarakat juga menganggap
produk terbuat dari herbal lebih
baik dibandingkan dengan yang dari
hewan. Haram atau halalnya sebuah
produk juga menjadi pertimbangan
tertentu mengingat 80% penduduk di
Indonesia adalah muslim. Halal tidak
hanya terbatas pada makanan saja,
namun juga bahan yang digunakan
dalam pembuatan kosmetik.
Perkembangan teknologi terkini
yaitu teknologi nano merupakan teknologi yang sudah memenuhi hampir
setiap ruang lingkup. Keuntungan
teknologi nano ini antara lain adalah
lebih stabil, lebih efektif, lebih toleran
dan secara estetik bentuknya lebih
halus dan lebih lembut. Namun teknologi nano juga memiliki kerugian
yaitu dibutuhkan biaya yang lebih
tinggi, perlu teknologi canggih,
safety clearance masih dipertanyakan karena memiliki risiko biologis
dan lingkungan (produk akhirnya).
Hingga kini Eropa dan Amerika masih mencari regulasi untuk mengatasi
risiko-risiko yang ada.
FOR ACNE IN INDONESIA
Mengenal dermocosmetic
Dermocosmetic merupakan istilah
perpaduan antara kosmetik dan ‘obat’
(drugs) yang pertama kalinya diperkenalkan oleh Kligman pada tahun
1980. Kini peran baru dermocosmetic
sudah begitu banyak, misalnya di dalam
anti-acne, anti-aging, anti-dandruff,
anti-body odor, anti-stretch mark, dll.
Karakteristik dermocosmetic antara
lain, dapat digunakan pada kulit normal atau hampir seperti kulit normal,
memiliki manfaat untuk masalah kulit
minor, dan memiliki risiko rendah.
Dermocosmetic pada penanganan
akne memiliki 2 peran yaitu sebagai
adjuvant dan maintenance. Pada kulit,
dermocosmetic memiliki peran yang
sangat penting, yaitu sebagai:
(1)cleanser kulit dan antimicrobial
(2)mengendalikan produksi sebum
(3)sebagai korneolitik (melepaskan
stratum korneum), dan
(4)bisa sebagai pelembab,
fotoprotektif dan antiinflamasi
Bahan lain yang juga berperan
dalam penanganan akne adalah
Anti-Bacterial Adhesive substance
(ABA) yang dapat mencegah adhesi
P. acnes dan mengendalikan produksi
sebum. Selain itu, dermocosmetic juga
dapat mengurangi terjadinya akne
dengan cara mengurangi P. acnes,
mengendalikan produksi sebum dan
mengurangi hiperkeratinisasi serta
berperan sebagai antiinflamasi.
Meeting the Challenges of Acne Management
and the Role of Dermocosmetic
Cheong Wai Kwong
Singapura
P
enanganan akne terkini
memiliki dua tantangan tertentu, yaitu pertama, adanya
resistensi bakteri yang diakibatkan
oleh penggunaan antibiotika dalam
menangani akne sehingga menyebabkan kegagalan terapi. Kedua,
penanganan akne secara tradisional/
konvensional menimbulkan iritasi
yang dikaitkan dengan pemberian
retinoid dan benzoil peroksida.
Iritasi ini kadangkala mempengaruhi kepatuhan pasien melakukan terapinya. Ketidakpatuhan
pasien dapat menyebabkan pasien
lebih memilih salon kecantikan
guna memenuhi kebutuhannya.
Pemberian kombinasi topikal
retinoid dan antimikroba saat ini
merupakan lini pertama dalam
penanganan akne dan mudah
diaplikasikan.
Namun
fixed
combination tersebut juga memiliki keterbatasan. Misalnya, beberapa preparat hanya memiliki
antimikroba dan tidak ditargetkan
untuk menangani lesi komedo,
sementara preparat lain seperti kombinasi benzoil peroksida dan retinoid
sering menyebabkan iritasi.
Kebutuhan untuk mengurangi
iritasi inilah yang membuat kehadiran dermocosmetic kini menjadi
penting, dan sudah digunakan secara
luas di seluruh dunia. Salah satunya
dalam hal pemilihan moisturizer,
sebaiknya tidak hanya sekadar
moisturizer dan bahan bakunya juga
perlu dikenali. Moisturizer sebaiknya
dipilih yang non-comedogenic, nonacnegenic dan bahan bakunya telah
terbukti (evidence based) memiliki efek tertentu terhadap akne,
misalnya antiinflamasi.
Untuk menangani resistensi
bakteri dalam penanganan akne,
perlu dilakukan pendekatan nonantibiotik,
misalnya
dengan
dermocosmetic. Salah satu contoh
dermocosmetic adalah Papulex, yang
mengandung nicotinamide (4%)
sebagai antiinflamasi, Anti-Bacterial
Adhesive (ABA) substance sebagai
antimikroba (bukan sebagai antibiotika sehingga tidak menimbulkan risiko resistensi) yang dapat
menghambat proliferasi P. acnes
dan zinc PCA sebagai sebum
controlling agent.
Untuk menjawab tantangan
di atas, PT Transfarma Medica
Indah mengeluarkan rangkaian
produk dermocosmetic terbaru
yaitu Papulex Gel, Papulex Lotion
dan Papulex UV High Protection
Cream untuk melengkapi rangkaian
produk sebelumnya yaitu Papulex
Moussant Soap Free Cleansing Gel,
Papulex Oil Free Cream dan Papulex
Hydrating Cream.
Kandungan yang terdapat di
Papulex mampu mengatasi 3 dari
4 Faktor penyebab jerawat yaitu
Anti-Bacterial Adhesive (ABA)
untuk mencegah proliferasi P. acnes,
nicotinamide untuk mengurangi
inflamasi dan Zinc PCA untuk
mengurangi sebum berlebih.
Prinsip dasar dari perawatan
kulit menggunakan dermocosmetic
yang meliputi non-soap cleanser,
moisturizer
non-comedogenic,
oil controlled moisturizer, oil free
sunscreen dan obat anti akne
secara teratur, memberikan solusi
yang lengkap bagi pasien. Papulex
direkomendasikan sebagai terapi
adjuvant dan maintenance dimana
tercantum dalam buku Indonesia
Acne Expert Meeting (IAEM) yang
disusun oleh Perhimpunan Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
(PERDOSKI) dan Kelompok Studi
Dermatologi Kosmetik Indonesia
(KSDKI). MD
PRACTICE
Perlukah Suplementasi
VITAMIN D
untuk Pasien-Pasien Kita?
dr. Stevent Sumantri Sp.PD
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UPH
RSU Siloam Lippo Village, Tangerang
S
tudi-studi
observasi
dan
intervensi
telah
banyak
memberikan
manfaat
suplementasi vitamin D bagi
kesehatan,
termasuk
proteksi
terhadap osteoporosis, demensia dan
juga pada penyakit auto-imunitas
seperti artritis reumatoid dan
lupus. Namun demikian, mayoritas
studi tersebut dilakukan di negaranegara sub-tropik, dengan paparan
sinar matahari yang lebih singkat
dibanding daerah tropik seperti
Indonesia. Manfaat suplementasi
vitamin D terhadap kesehatan pasienpasien kita patut menjadi pertanyaan,
karena sinar matahari merupakan
faktor utama yang merubah vitamin
Anti Hipertensi:
Pagi Hari atau Sebelum Tidur?
P
ertanyaan sederhana yang
sering
membuat
dokter
bingung
adalah,
apakah
sebaiknya
obat
antihipertensi
diminum pagi hari atau sebelum tidur?
Studi-studi besar yang mempelajari
anti-hipertensi selama ini selalu
memberikan obat tersebut pada pagi
hari. Selain itu irama diurnal tekanan
darah menunjukkan bahwa tekanan
darah manusia meningkat pada pagi
dan sore hari, sehingga diharapkan
pemberian anti-hipertensi pada
pagi hari dapat mencegah puncak
tekanan darah sore. Namun demikian
beberapa
studi
menunjukkan
bahwa individu dengan tekanan
darah yang tidak turun 10% pada
saat tidur (non-dipper) mempunyai
risiko kardiovaskular lebih tinggi.
Demikian juga studi epidemiologi
menunjukkan bahwa sebagian besar
kejadian kardiovaskular (stroke dan
SKA) terjadi pada pagi hari, sehingga
manakah yang lebih baik pagi hari
atau sebelum tidur?
Studi-studi
yang
dilakukan
oleh Hermida dkk dari Spanyol
menunjukkan
bahwa
untuk
penderita
hipertensi
dengan
diabetes1 atau penyakit ginjal
kronik2, pemberian anti-hipertensi
sebelum tidur nampaknya lebih
baik dibandingkan pagi hari. Pada
penderita hipertensi dan diabetes,
pemberian anti-hipertensi sebelum
tidur memberikan hasil kendali
tekanan darah ambulatorik lebih baik
dan risiko kardiovaskular total lebih
rendah (HR 0,39; IK 95% 0,29-0,51).
Hasil serupa juga ditemukan pada
penderita hipertensi dan penyakit
ginjal kronik, dengan penurunan
risiko kardiovaskular total sebesar
dua pertiga dibandingkan pemberian
anti-hipertensi pada pagi hari (HR
0,31; IK 95% 0,21-0,46).
Perubahan jadwal anti-hipertensi
dari pagi menjadi malam hari sebelum
tidur
nampaknya
memberikan
dampak yang luar biasa terhadap
kendali tekanan darah dan luaran
kardiovaskular. Namun demikian
beberapa hal harus diperhatikan,
pertama studi ini harus dikoroborasi
lebih lanjut oleh temuan dari
peneliti-peneliti lain. Kedua, harus
diperhatikan bahwa pemberian pada
malam hari sebaiknya menggunakan
anti-hipertensi dengan kerja 24 jam
atau dalam sediaan lepas lambat. Hal
ini untuk meminimalisir penurunan
tekanan darah yang terlalu jauh pada
saat tidur. Pada akhirnya pemilihan
untuk pagi hari atau malam hari
sebelum tidur tetap harus mengingat
bahwa, yang terpenting adalah
menurunkan tekanan darah mencapai
target <140/90 mmHg (usia <60
tahun) atau <150/90 mmHg (usia 60
tahun ke atas). SS
1.Diabetes Care. 2011; 34:1270-1276.
2.JASN. 2011; 22: 1-9.
D menjadi aktif melalui reaksi yang
terjadi di jaringan subkutan.
Defisiensi vitamin D merupakan
kondisi
epidemik
di
daerah
subtropik, termasuk negara maju
seperti Amerika Serikat dengan
prevalensi 41,6% dan lebih tinggi
untuk ras berkulit hitam yang
mencapai 82,1%.1 Studi-studi yang
dilakukan pada daerah tropik
ternyata juga menunjukkan defisiensi
vitamin D yang hampir sama tinggi
dengan subtropik. Sebuah studi yang
dilakukan di Brazil pada saat musim
panas terhadap pria berusia di atas
60 tahun menunjukkan prevalensi
31,5%.2 Studi yang dilakukan oleh
Siti Setiati dkk di Indonesia, terhadap
13
78 subyek berusia di atas 60 tahun
dengan diabetes tipe 2, menunjukkan
prevalensi defisiensi sebesar 78,2%.3
Data-data di atas menunjukkan
bahwa
defisiensi
vitamin
D
merupakan permasalahan besar, baik
di negara tropik maupun sub-tropik.
Rekomendasi yang ada menyarankan
pemberian suplementasi 1.000 IU
vitamin D bagi individu yang tidak
mendapatkan paparan sinar matahari
minimum 15 menit per harinya.
Namun demikian, sebagaimana studi
di Brazil menunjukkan, paparan
sinar matahari yang adekuat juga
tidak menjamin kecukupan kadar
vitamin D di dalam darah. Para
klinisi hendaknya menilai status
risiko masing-masing individu untuk
kelainan terkait defisiensi vitamin
D, sehingga apabila diperlukan
suplementasi vitamin D mungkin
dapat disarankan meskipun dengan
paparan sinar matahari yang cukup.
Apabila ada keraguan tidak ada
salahnya untuk memeriksakan kadar
vitamin D3 bagi individu-individu
berusia di atas 60 tahun. MD
1.Nutr Res. 2011 Jan;31(1):48-54.
2.Clin Interv Aging. 2013;8:1347-51.
3.Acta Med Indones. 2010 Jul;42(3):123-9.
14
PRACTICE
UPDATE
Tahun 2014, American Academy of Pediatrics (AAP) merilis rekomendasi
bronkiolitis terbaru menggantikan rekomendasi tahun 2006. Apa saja revisinya?
Mari kita lihat sebuah ilustrasi kasus oleh Amy Levine, profesor anak dari
University of North Carolina, dikutip dari laman Emergency Physicians Monthly
(medpagetoday.com) pada tanggal 11 Februari 2015.
B
Bronkiolitis
Fisioterapi
dada
Terkini
tidak
bermanfaat pada tata laksana
[rekomendasi
bronkiolitis
dr. Felix Liauw, Sp.A
sedang], baik dengan teknik
vibrasi, perkusi, maupun passive
expiratory. Di sisi lain, suction
ayi usia 4 bulan, dengan
Infectious
batuk pilek sejak 3 hari,
melaporkan insiden infeksi saluran
Disease
Journal
2011,
tampak rewel dan napas
pernapasan bawah yang disebabkan
cepat. Buang air kecil masih banyak.
oleh RSV adalah 163 dari 802 kasus
Imunisasi lengkap sampai usia 4
(20,3%) dan lebih sering terjadi pada
bulan. Suhu 38oC, frekuensi napas
anak usia 6-11 bulan.
66x/menit, dan saturasi oksigen 92%
Menurut AAP, Rontgen dada
(udara bebas). Anak tidak dehidrasi
dan usapan hidung untuk uji RSV
dan tidak toksik. Terdapat retraksi
tidak perlu dilakukan rutin dalam
wheezing
ringan,
ekspirasi,
dan
pendekatan
diagnosis
bronkiolitis
hipertonik
cukup
aman
dan
tetapi suction yang terlalu
... inhalasi garam
hipertonik (NaCl 3%)
boleh diberikan di
rawat inap. Inhalasi
larutan hipertonik akan
membantu bersihan
mukosilier pada saluran
pernapasan sehingga
lendir lebih mudah
keluar dan anak lebih
nyaman bernapas...
ronki halus.
[rekomendasi sedang]. Cukup hanya
Diagnosis awal adalah bron-
dengan gejala klinis dan pemeriksaan
kiolitis dengan diagnosis banding
fisis [rekomendasi kuat]. Sekitar 30%
berupa reactive airway disease dan
bronkiolitis dapat disebabkan ko-
pneumonia. Rencana tata laksananya:
infeksi dengan virus lain (selain
trial inhalasi albuterol (agonis beta-
RSV). Rontgen dada tidak berkorelasi
2), Rontgen dada, monitor saturasi
dengan tingkat keparahan penyakit,
oksigen,
rendah,
namun dapat dilakukan bila klinis
Kortikosteroid
dapat
usapan hidung untuk uji respiratory
berat atau membutuhkan perawatan
sincytial virus dan observasi apakah
intensif.
anak dapat menyusu. Apakah ini
sudah sesuai rekomendasi AAP?
oksigen
aliran
di daerah hidung luar (cuping)
dapat melegakan pernapasan
biayanya tidak mahal.
dalam (sampai nasofaring)
dan
terlalu
justru
memperpanjang
sering
lama rawat.
Antibiotik
sering
diberikan
pada
bronkiolitis
karena
khawatir adanya infeksi
bakteri
sekunder
pasien, dan setelah
termasuk dalam praktik
melepas
sedang sakit tidak boleh terpapar
asap rokok dan keluarga harus
pneumonia. Argumen lain adalah
berhenti
letak bronkiolus dan alveolus yang
kuat].
bermanfaat pada beberapa gangguan
berdekatan sehingga bukan tidak
diberikan sampai minimal usia 6
pernapasan
dan
mungkin infeksi bronkiolitis juga
bulan untuk menurunkan insiden
Rontgen dada justru menyebabkan
croup, tetapi tidak pada bronkiolitis
dapat menyerang alveolus sehingga
dan risiko mortalitas dari bronkiolitis
overdiagnosis menjadi pneumonia.
sehingga
men-jadi pneumonia. Akan tetapi,
[rekomendasi
studi
gambaran
seperti
tidak
asma
direkomendasikan
kesulitan
Rekomendasi AAP 2014 perihal
Gejala klinis bronkiolitis umumnya
[rekomendasi
kuat].
bronkiolitis meliputi diagnosis, terapi
didahului gejala gangguan saluran
metaanalisis
Cochrane
dan preventif. Tak terlalu banyak
pernapasan atas seperti batuk, pilek,
mendukung
perbedaan dengan rekomendasi 2006,
atau bersin selama 2-3 hari, kemudian
namun ada beberapa penegasan.
diikuti peningkatan usaha bernapas.
maupun inhalasi tidak mengurangi
bak-teri sekunder. Oleh karena itu,
Sebagai
rekomendasi
Sementara itu, pemeriksaan fisis
lama rawat. Suplementasi oksigen tidak
antibiotik tidak direkomendasikan
contoh,
yang
untuk
Seringkali
sering
tangan
membedakan antara bronkiolitis dan
sistemik
Dokter
sarung
[rekomendasi kuat]. Anak
sehari-hari di Indonesia.
[rekomendasi
ibu
sedang].
sebaiknya
Terakhir,
anak
tenaga kesehatan harus mengedukasi
dengan gejala klinis bronkiolitis yang
keluarga perihal diagnosis, terapi
tersebut
jelas (apalagi terbukti RSV positif)
dan
karena baik kortikosteroid sistemik
hanya berisiko <1% untuk terinfeksi
[rekomendasi kuat].
pernyataan
bahwa
susu
2013
Lagi-lagi,
menunjukkan
merokok
Air
pencegahan
bronkiolitis
... suction di daerah
hidung luar (cuping)
dapat melegakan
pernapasan tetapi
suction yang terlalu
dalam (sampai
nasofaring) dan
terlalu sering justru
memperpanjang lama
rawat...
bronkodilator,
ditemukan takipnea, retraksi, napas
perlu diberikan bila saturasi oksigen
[rekomendasi kuat], kecuali bila
kortikosteroid, dan fisioterapi dada
cuping hidung, ronki bilateral dan
perifer (SpO2) ≥90% [rekomendasi
pasien
‘tidak perlu diberikan rutin’, namun
wheezing. Selain gejala klinis dan
lemah]
pulse
menggunakan ventilator. Rekomen-
pada rekomendasi 2014 secara tegas
pemeriksaan fisis, yang tak boleh
oximetry kontinu juga tidak perlu
dasi terakhir pada terapi bronkiolitis
menyatakan ketiga modalitas itu ‘tidak
luput dari pengkajian awal adalah
[rekomendasi lemah]. Hipoksemia
adalah
perlu’. Inhalasi garam hipertonik
menilai ada tidaknya faktor risiko
transien dapat dijumpai pada bayi
melalui selang nasogastrik (NGT)
untuk pertama kalinya disinggung di
sakit berat yaitu usia <12 minggu,
atau anak sehat. Anak sehat yang
atau infus pada anak yang tidak bisa
rekomendasi 2014, tidak ada di 2006.
riwayat lahir prematur, ada gangguan
sedang berada di daerah dengan
mendapat makanan langsung lewat
Beberapa rekomendasi lain seperti
kardiopulmonar, dan imunodefisiensi
ketinggian 1300 m di atas permukaan
oral [rekomendasi kuat]. Cairan
suplementasi oksigen dan antibiotik
[rekomendasi sedang].
air laut dapat mengalami desaturasi
infus hendaknya dipilih isotonik
tidak berbeda dengan sebelumnya.
Inhalasi beta-2 agonis seperti
hingga 84% tetapi tidak menimbulkan
daripada hipotonik karena risiko
albuterol atau salbutamol tidak men-
efek samping. Pulse oximetry memang
hiponatremia.
jadi bagian tata laksana bronkiolitis
merupakan alat sederhana untuk
[rekomendasi kuat]. Beta-2 agonis
mengukur persentase oksigen yang
yang diberikan sesuai rekomendasi
dapat memperbaiki gejala klinis,
terikat oleh hemoglobin, namun
tetapi tidak mempercepat resolusi
akurasinya rendah terutama pada
maupun mengurangi lama perawatan.
rentang SpO2 76-90%. Lagipula, tidak
Pernyataan tersebut didukung oleh
ditemukan korelasi antara SpO2 dan
metaanalisis Cochrane 2014; bahkan
distres napas pada bayi dengan infeksi
terdapat risiko efek samping seperti
saluran pernapasan bawah. Selain
takikardi dan tremor. Begitu pun
itu, Joint Commision juga menyoroti
juga dengan inhalasi epinefrin yang
bising dari alarm pulse oximetry yang
kini
sangat menganggu kualitas tidur bayi/
Dalam hal pencegahan, AAP
suplementasi oksigen tidak perlu
anak dan keluarga penunggunya.
merekomendasikan
diberikan.
2006
menyebutkan
...rekomendasi
2006 menyebutkan
bronkodilator,
kortikosteroid, dan
fisioterapi dada ‘tidak
perlu diberikan rutin’,
namun rekomendasi
2014 secara tegas
menyatakan ketiga
modalitas itu ‘tidak
perlu’...
tidak
menjadi
rekomendasi
[rekomendasi kuat]. Sementara itu,
yang
diberikan
di
rawat
inap
jiwa
[rekomendasi lemah]. Secara teori,
terutama di negara berkembang.
inhalasi larutan hipertonik akan
Biasanya menyerang di satu tahun
membantu bersihan mukosilier pada
Respiratory
saluran pernapasan sehingga lendir
sincytial virus (RSV) adalah etiologi
lebih mudah keluar dan anak lebih
tersering
nyaman bernapas. Beberapa studi
Indonesia,
bronkiolitis.
dimuat
di
Studi
di
Pediatric
...antibiotik tidak
direkomendasikan
kecuali bila pasien
terindikasi intubasi
atau menggunakan
ventilator...
mengungkapkan,
inhalasi
garam
...Kortikosteroid sistemik
dapat bermanfaat pada
beberapa gangguan
pernapasan seperti asma
dan croup, tetapi tidak
pada bronkiolitis sehingga
tidak direkomendasikan...
Kembali ke kasus, tata laksana
AAP terbaru adalah pemasangan
NGT atau infus untuk memastikan
asupan cairan/nutrisi karena bayi
dengan frekuensi napas >60x/menit
akan sulit untuk makan via oral. Bayi
dirawat untuk observasi. Selanjutnya,
uji RSV, Rontgen dada, inhalasi
beta-2 agonis, kortikosteroid, dan
pemberian
pada kelompok bayi berisiko tinggi
boleh
kehidupan.
cairan/nutrisi
palivizumab (antibodi monoklonal)
darurat [rekomendasi sedang] tetapi
pertama
pemberian
atau
tidak diberikan di instalasi gawat
infeksi saluran pernapasan bawah
mengancam
pemasangan
intubasi
inhalasi garam hipertonik (NaCl 3%)
Bronkiolitis adalah salah satu
masih
dan
terindikasi
[rekomendasi sedang]. Sayangnya,
palivizumab
belum
tersedia
di
Indonesia. AAP juga menekankan
pentingnya
desinfektan,
cuci
sabun
tangan
dengan
atau
alkohol
untuk menghindari penularan pada
saat sebelum dan setelah kontak
dengan pasien, setelah kontak dengan
objek yang berhubungan dengan
MD
1.American Academy of Pediatrics.
Pediatrics. 2014;134:e1474-502.
2.Simoes EA, dkk. Pediatr Infect Dis J.
2011;30:778-84.
3.Gadomski AM, dkk. Cochrane Database
Syst Rev. 2014;6:CD001266.
4.Fernandes RM, dkk. Cochrane Database
Syst Rev. 2013;6:CD004878.
5.Spurling GK, dkk. Cochrane Database
Syst Rev. 2011;6:CD005189.
6.Mitka M. JAMA. 2013;309:2315-6.
UPDATE
NATIONAL MEDICAL EVENT SCHEDULE
13rd JNHC (Jakarta Nephrology
and Hypertension Course)
8-10 Mei 2015
Hotel Borobudur, Jakarta
: 021-3149208
Pertemuan Ilmiah Respirologi
Makassar VI 2015
9-10 Mei 2015
Hotel Singgasana, Makassar
: 081381803153 (dr. Muh. Ilyas)
Pengembangan Profesi
Bedah Berkelanjutan XII
In conjunction with ASEAN
FederationSummit Meeting II
Persatuan Dokter Spesialis
Bedah Indonesia
10-15 Mei 2015
Hotel Harris, Malang
: [email protected]
: 0341-335454
Simposium Pendekatan Holistik
Penyakit Kardiovaskular
(HOPECARDIS)
15-17 Mei 2015
Hotel Ritz Carlton, Jakarta
: 021-31934636
3rd Pediatric Endocrinology
Update
Healthy Hormonal Life Span :
from Fetus to Adolescent
24-25 Mei 2015
Sanur Paradise Plaza, Bali
UKK Endokrinologi IDAI dan IDA
Cab. Bali
: 021-3149318 / 0811882080
Joint Symposium 4th INASPEN &
2015 Mid Year National Meeting
of ISICM
3-6 Juni 2015
Bandung, Jawa Barat
: [email protected]
: 021-31493 18/19
Pertemuan Ilmiah Khusus
Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PIK PDPI) 2015
4-6 Juni 2015
Rattan Inn, Banjarmasin
: 08112233731 (Tina)
MEI – AGUSTUS 2015
4th Symposium of Emergency
11-13 Juni 2015
Hotel Borobudur, Jakarta
Pertemuan Ilmiah Regional
XXVII 2015 – JOGLOSEMARMAS
(Jogjakarta – Solo – Semarang –
Banyumas)
12-14 Juni 2015
Patra Semarang Convention
Hotel, Semarang
: 0811273988 (dr. Maria
Beladona Sp.S)
PIN PAPDI 2015
12-14 Juni 2015
Hotel Novotel, Palembang
: 021-31928025
Kongres Nasional PERKENI
30 Juli - 1 Agustus 2015
Royal Ambarukmo Hotel,
Yogyakarta
Konas PERDOSSI VIII
5-9 Agustus 2015
Grand Clarion Hotel &
Convention, Makassar
: 0811415252 (Muh. Akbar)
Kuningan, Jakarta
: 021-31930956
Konkernas PPHI-PGI-PEGI
in conjunction with Malang
Gastroenterohepatology
Up Date 5
14-16 Agustus 2015
Hotel Harris, Malang
: 0341-348265
KOGI (Kongres Obstetri
Ginekologi Indonesia)
21-26 Agustus 2015
Hotel Transluxury, Bandung
: www.pogi.or.id
Pertemuan Ilmiah Nasional
(PIN) IX PERHATI-KL
18-22 Agustus 2015
Hotel Harris, Malang
: 08128034753 (Asep)
Muktamar Ahli Bedah Indonesia
(MABI) XX
19-22 Agustus 2015
Surabaya
: 031-5024972
Pertemuan Ilmiah Ilmu Penyakit
Dalam 2015
20-21 Agustus 2015
Hotel Ritz Carlton Mega
INTERNATIONAL MEDICAL EVENT SCHEDULE
JUNI – SEPTEMBER 2015
Indonesia Digestive Disease
Exhibition Centre, Suntec City,
Week (IDDW) 2015 and the
Singapore
Pediatric
Drops & Sirup
11th International Endoscopy
Workshop 2015
The 10th Asia Pacific Burn
4-6 Juni 2015
Congress in Conjunction with
Hotel Borobudur, Jakarta
: iddw.gastroenterology@
yahoo.com
ISBI Course
: 021-3148680
11th Asian Pacific Congress of
29-31 Agustus 2015
Hotel Discovery Kartika Plaza,
Bali
: 021-63869502 /
081317857586
Hypertension (APCH)
4-7 Juni 2015
The 17th International Meeting
Nusa Dua Convention Center,
of Respiratory Care in
Nusa Dua, Bali
Indonesia (RESPINA) 2015
: www.apch2015.org
: [email protected]
2-5 September 2015
26th Annual Meeting of the
081382008877 (Ami)
Hotel Shangri-La, Jakarta
: 021-99167064 (Ana) /
European Society of Paediatric
and Neonatal Intensive Care
The 1st Asia Oceania Congress
(ESPNIC 2015)
for Neurorehabilitation
10-13 Juni 2015
(AOCNR 2015)
Vilnius, Lithuania
3-5 September 2015
: www.kenes.com/espnic
: [email protected]
Grand Hilton Seoul, South Korea
: www.aocnr2015.org
The 5th Asia Vaccine Conference
European Academy of
12-14 Juni 2015
Paediatrics-Congress and
Hanoi, Vietnam
Mastercourse 2015
: www.asvac2015.com
17-20 September 2015
Oslo, Norwegia
11th Biennial Convention of
the ASEAN Neurological
Association (ASNA)
30-31 Juli 2015
Suntec Singapore Convention &
: www.eapcongress.com
15
Mengobati
Gejala-Gejala
Influensa
Pertemuan Ilmiah Respirologi
(PIR) Bogor 2015
28-30 Agustus 2015
IPB International Convention
Center, Botani Square Bogor
: [email protected]
: 08129270404 (dr. Alvin
Kosasih)
Bagi panitia kegiatan ilmiah
yang ingin dicantumkan dalam
kalender kegiatan ini, silahkan
kirimkan informasi acara ke
alamat redaksi:
[email protected]
16
TRAVEL
MENJAJAKI EKSOTIKA ALAM
dan SEJARAH BUKITTINGGI
dr. Cinthya Yuanita
R
anah Sumatera seolah menyimpan pesona
yang tak ada habisnya untuk dijelajahi.
Berjarak sekitar sembilan puluh kilometer dari
Kota Padang, Bukittinggi merupakan alternatif
destinasi liburan yang menarik. Ibarat restoran,
kota itu menyajikan paket lengkap yang kaya
varian, mulai dari wisata alam, sejarah, kuliner,
bahkan belanja.
Untuk menuju Bukittinggi, tersedia
beberapa opsi. Bila ingin tiba dengan cepat,
pelancong dapat mengambil penerbangan ke
Kota Padang kemudian melanjutkan perjalanan
dengan taksi, bus Damri, atau mobil travel.
Jika tidak sedang diburu waktu, wisatawan bisa
menjajal jalur lintas Sumatera yang menantang.
Ada banyak bus lintas kota yang merapat ke
kota itu, mulai dari bus kelas ekonomi hingga
eksekutif.
Udara Bukittinggi yang relatif sejuk
membuat pengunjung betah berlama-lama
di kota kelahiran Bung Hatta tersebut. Maka
tidaklah mengherankan jika fasilitas akomodasi
begitu menjamur. Ada beragam pilihan tempat
menginap yang bisa disesuaikan dengan kocek
wisatawan.
Dari Miniatur Big Ben
Hingga Replika Tembok Cina
Sebuah jam besar berwarna putih berdiri
gagah di jantung kota Bukittinggi. Meskipun
beberapa jarumnya sudah tidak berdetak akurat,
bangunan setinggi 85 kaki itu tetap menjadi
primadona. Jam Gadang menjadi menarik
bukan saja karena kemiripannya dengan Big Ben
di London, melainkan juga karena nilai sejarah
yang melekat padanya.
Untuk menikmati keunikan Jam Gadang,
pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya.
Kita bebas berfoto atau sekadar duduk-duduk di
pelataran Jam Gadang. Selain itu, ada juga badut
dan delman yang menjadi atraksi tambahan
di tempat itu. Bagi Anda yang senang berburu
oleh-oleh, puluhan pedagang kaki lima siap
Panorama. Selain bisa menemukan penjaja
cenderamata, wisatawan juga akan dimanjakan
oleh pemandangan matahari tenggelam di
antara bukit-bukit yang terbelah.
Meninjau Maninjau dan Wisata
Luar Kota Lainnya
menjajakan dagangannya dengan harga miring.
Selain Big Ben edisi mini, di Bukittinggi
juga terdapat replika The Great Wall alias
Tembok Cina. Objek wisata yang diberi nama
Janjang Koto Gadang itu merupakan jembatan
bertembok sepanjang 1,7 km. Jembatan yang
menghubungkan Kabupaten Agam dengan
Kota Bukittinggi tersebut dibangun di atas
perbukitan, sehingga perlu tenaga ekstra untuk
sampai ke ujungnya. Namun, jangan khawatir,
kelelahan Anda akan diganjar dengan keindahan
alam yang begitu menakjubkan. Ngarai Sianok
nan hijau dapat dinikmati dari jarak dekat,
lengkap dengan latar aliran sungai dari Gunung
Singgalang yang menjulang megah.
Sadar akan potensinya sebagai kota tujuan
wisata, Bukittinggi pun senantiasa berbenah.
Berbagai objek wisata terus direvitalisasi,
bahkan diperbarui. Sebut saja Gua Jepang
yang terus mempercantik diri agar menjadi
wisata sejarah yang menarik. Gua Jepang
berada di dalam area wisata Taman Panorama
yang tidak jauh dari lokasi Jam Gadang. Jika
ingin mendapatkan sensasi wisata sejarah yang
sesungguhnya, pengunjung bisa menggunakan
jasa pemandu profesional yang disediakan oleh
pihak pengelola taman.
Aura mistis segera menyergap begitu tiba
di mulut terowongan sepanjang 1.400 kilometer
itu. Meskipun suasana di dalam lubang
cukup terang, rasa ngeri tetap saja tidak bisa
disembunyikan. Terlebih ketika pemandu mulai
menceritakan kisah penyiksaan romusha yang
pernah terjadi
di sana. Menjelang senja,
beralihlah
ke sisi lain Taman
Sedikit beranjak dari Bukittinggi, terdapat
berbagai objek yang tidak kalah memukau.
Untuk melakukan tur ke luar kota Bukittinggi,
pengunjung dapat menggunakan jasa tour
& travel dengan harga bervariasi. Perkiraan
kisaran harga untuk tur sehari penuh adalah
antara Rp 700.000, – Rp 1.500.000,-.
Salah satu wisata alam yang tidak boleh
dilewatkan adalah Danau Maninjau yang
terletak di Kabupaten Agam. Melihat
pemandangan di tepi danau mungkin sudah
biasa. Namun, jika memandang Danau
Maninjau dari ketinggian, itu baru luar biasa.
Di Puncak Lawang, pengunjung
akan disuguhi dengan panorama
alam yang sangat memikat.
Hamparan air berwarna biru
tergelar begitu saja memanjakan
mata. Menikmati pemandangan
Puncak Lawang akan terasa
lebih sedap jika ditemani segelas
Saka Lawang, minuman khas yang terbuat dari
tebu.
Perjalanan menuju Puncak Lawang juga
bisa menjadi ajang menguji adrenalin. Pasalnya,
kita harus melewati rute yang terjal dan curam.
Karena kontur jalannya yang berkelok-kelok,
rute tersebut sampai dinamakan Kelok Ampek
Puluah Ampek.
Untuk penyuka wisata budaya, jangan lupa
mampir ke Istana Pagaruyung atau Istana Basa
di daerah Batusangkar. Di sana terdapat sebuah
istana bergaya Minang yang megah dan indah.
Dari kejauhan, bangunan yang didominasi warna
coklat itu
tampang begitu agung. Begitu
masuk ke
dalam, berbagai hiasan dengan
warnawarni menggoda memenuhi
bagian
interior bangunan.
Uniknya, kita juga bisa menyewa baju adat
Minangkabau untuk dipakai berfoto. Dengan
membayar Rp 35.000,00 pengunjung bebas
memilih pakaian yang disukainya kemudian
memilih spot foto masing-masing.
Melancong ke suatu tempat, belum lengkap
jika tidak mencicipi makanan khasnya. Nasi
kapau, gulai itiak lado mudo, dan pepes ikan
linuak hanyalah sebagian kecil makanan yang
direkomendasikan. Masih banyak kuliner
Bukittinggi yang bisa dieksplorasi lebih jauh.
Bicara soal buah tangan, selain suvenir kerajinan
tangan, Bukittinggi juga menyediakan panganan
yang dapat dibawa pulang. Keripik sanjay yang
menjadi ikon kota Bukittinggi
tentu
menjadi oleh-oleh wajib yang tidak
boleh
ditinggalkan. MD
Download