etika khusus - UIGM | Login Student

advertisement
MATERI KULIAH
Disusun Oleh:
Husni Mubarat, M. Sn
PRODI DESAIN KOMUIKASI VISUAL
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethikos, ethos (adat dan
kebiasaan). Etika juga sering disebut dengan moral (moralis).
Istilah ini diperkenalkan oleh Cicero, yang istilah tersebut
menyiratkan hubungan dengan kegiatan praktis.
(Sumber: Lorens Bagus, Kamus Filsafat, 217: 1996)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Departemen P dan K, 1988) pengertian
Etika dibagi menjadi tiga pengertian
1 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
2 Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3 Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan/ masyarakat
Konsep Dasar Etika
1
Aspek Individu: a). Kemampuan untuk diarahkan
(dipengaruhi) oleh kesadaran akan benar dan salah, b).
Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang
lain sesuai dengan kaidah-kaidah perilaku yang dinilai
benar atau salah.
Konsep etika secara individu juga menyangkut tentang cara
seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan orang lain
2 Aspek Sosial: etika/ moral diwujudkan melalui adatistiadat, yaitu konsep yang mencerminkan perilaku aktual
dari anggota-anggota kelompok sosial yang besar atau
kecil (mayoritas-minoritas.
3 Aspek Adat- istiadat: juga merupakan konsep yang
mencerminkan apa yang diizinkan atau dilarang oleh
anggota masyarakat itu sendiri
(Sumber: Lorens Bagus, Kamus Filsafat, 672: 1996)
Di dalam konsep etika tidak dipisahkan dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya, karena melalui nilai-nilai inilah konsep
etika/moral dapat dilihat atau dirasakan tindakannya, baik secara
individu maupun sosial.
Nilai merupakan sesuatu yang dapat ditaksir, diukur, dapat diketahui
kontennya, kualitas dan kuantitas dari sesuatu.
Nilai tidak selalu bersifat subjektif, karena ia tetap mengacu pada
konteks sosial yang membentuk individu dan yang pada gilirannya
dipengaruhi olehnya.
Sumber: Marno (http://marno. Lecture.ub.ac.id/file/2014. Didownload 13 Februari 2017)
Fungsi Etika
Dapat menjaga hubungan baik antara satu individu
dengan individu yang lainnya, masyarakat yang satu
dengan yang lainnya,
2 Saling menghargai antara satu dengan yang lainnya, dan
antara minoritas dan mayoritas,
3 Dapat menjaga kerukunan hidup bermasyarakat, baik
agama, suku, politik maupun kelompok organisasi,
1
4 Terbentuknya hubungan saling menghargai satu dengan
yang lainnya.
Macam-Macam Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk
menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang,
tenang, tentram, terlindungi tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin,
agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan
yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.
Ada dua macam etika yang harus pahami bersama
1 Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong
secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan
apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku
atau sikap yang mau diambil.
2
Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan
berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian
sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan diputuskan.
Etika Secara Umum
1
ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana
manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan
prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai
baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat
dianalogikan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas
mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2 ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip
moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.
Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil
keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan
kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh
cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun,
penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya
menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang
kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak etis: cara bagaimana
manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan
teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Etika Khusus dibagi menjadi
1 Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri.
2
Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan
pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Etika Sosial meliputi bidang:
Sikap terhadap sesama
Etika keluarga
Etika profesi
Etika politik
Etika lingkungan
Etika idiologi
Skema Etika
Etika Umum
Etika Individual
Etika
Etika Sesama
Etika Keluarga
Etika Khusus
Etika Sosial
Etika Profesi
Etika Politik
Etika Masyarakat
Etika Idiologi
Desainer (DKV)
Seniman
Dokter
Hukum
DLL
Dari skema di atas dapat dilihat bahwa, ETIKA PROFESI merupakan bidang etika
khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial
Pengertian Profesi
1. Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan berkaitan dengan
keahlian khusus dalam bidang pekerjaannya.
2. Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan berkaitan dengan
keahlian khusus dalam bidang pekerjaannya.
Dilaksanakan dengan mengandalkan keahliannya.
Sedangkan pengertian profesional adalah:
1.
2.
3.
4.
Orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu,
Memerlukan latihan khusus dengan suatu kurun waktu,
Hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi,
Hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat
dalam suatu kegiatan tertentu sesuai keahliannya
5. Memiliki pendidikan khusus, yaitu keahlian dan keterampilan dan memiliki
dasar pendidikan dan pelatihan serta pengalaman dalam kurun waktu untuk
menunjang keahliannya,
6. Memahami kaidah dan standard moral profesi serta etika profesi
dalam bidang pekerjaannya,
7. Berupaya mengutamakan kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di
bawah
kepentingan masyarakat,
8. Ada ijin khusus dari instansi yang berwenang untuk menjalankan
profesinya,
9. Terorganisir dalam suatu induk organisasi sebagai pengawasnya.
Seorang Profesional Dituntut Memiliki:
1 Pengetahuan
2 Penerapan keahlian
3 Tanggung Jawab Sosial
4 Pengendalian Diri
5 Etika Bermasyarakat sesuai dengan Profesinya
Menurut Brandeis yang dikutip A. Pattern Jr. untuk dapat disebut sebagai
profesi, maka pekerjaan itu sendiri harus mencerminkan adanya dukungan yang
berupa:
1. Ciri-ciri pengetahuan (intellectual character);
2. Diabdikan untuk kepentingan orang lain;
3. Keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada keuntungan finansial;
4. Didukung oleh adanya organisasi (association) profesi dan organisasi profesi
tersebut antara lain menentukan berbagai ketentuan yang merupakan kode etik,
serta pula bertanggung jawab dalam memajukan dan penyebaran profesi yang
bersangkutan;
5. Ditentukan adanya standard kualifikasi profesi.
Menurut pendapat Frans Magnis Suseno (1991), Profesi itu harus dibedakan
dalam dua jenis, yaitu Profesi pada umumnya dan Profesi luhur.
1. Profesi pada umumnya, setidaknya ada dua prinsip yang harus ditegakkan:
a. Prinsip menjalankan profesinya secara bertanggung jawab,
baik
pekerjaan, maupun hasilnya.
b. Hormat terhadap hak-hak orang lain.
2. Profesi luhur, setidaknya ada dua prinsip yang harus ditegakkan:
a. Mendahulukan kepentingan orang yang dibantu,
b. Mengabdi kepada tuntutan luhur profesi.
Untuk melaksanakan profesi yang luhur secara baik, dituntut moralitas yang
tinggi dari pelakunya. Tiga ciri moralitas yang tinggi adalah: 1. Berani berbuat
dengan bertekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi; 2. Sadar akan
kewajibannya; 3. Memiliki idealisme yang tinggi.
Sumber: Marno (http://marno. Lecture.ub.ac.id/file/2014. Didownload 13 Februari 2017)
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dan Profesi
A. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
menurut Sonny Keraf (1998) dalam Agus Arijanto, prinsip-prinsip etika
bisnis adalah sebagai berikut:
1. Prinsip otonomi, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan,
2. Prinsip kejujuran: a). Jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian
kontrak, b). Kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan
harga yang sebanding, c). Jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan
3. Prinsip Keadilan, menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional, objektif,
serta dapat dipertanggungjawabkan,
4. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle), menuntut agar
bisnis dijalankan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan semua pihak,
5. Prinsip integritas moral, terutama dihayati sebagai tuntutan internal
dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis
dengan tetap menjaga nama baik pimpinan maupun perusahaannya.
B. Bisnis Sebagai Profesi Yang Luhur
Dewasa ini bisnis sudah dianggap sebagai suatu profesi. Bahkan bisnis
dianggap sebagai profesi yang hebat. Dunia bisnis modern mensyaratkan dan
menuntut pelaku bisnis untuk menjadi orang yang profesional. Profesionalisme
menjadi suatu keharusan dalam melakukan kegiatan bisnis.
Hanya saja sering sekali sikap profesional dan profesionalisme dalam dunia
bisnis hanya terbatas pada kemampuan teknis keahlian dan keterampilan,
seperti manajemen, produksi, pemasaran, keuangan, personalia, dan
seterusnya.
Terutama yang berhubungan dengan prinsip-prinsip efisiensi efektivitas demi
mendatangkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan hal yang sering
diabaikan dan bahkan dilupakan adalah komitmen pribadi dan moral pada
profesi, dan pada kepentingan pihak-pihak yang saling terkait.
Oleh karena itu, bisnis hampir tidak pernah atau belum dianggap sebagai
suatu profesi yang luhur, KARENA DISEBABKAN OLEH ...
Pekerjaan Kotor
Tipu Menipu
Etika Buruk
Penuh dg Kecurangan
Sehingga tidak heran bisnis mendapat predikat jelek, sebagai kerjanya orangorang kotor oleh sebagaian masyarakat.
Kesan dan sikap masyarakat tersebut disebabkan oleh ulah beberapa oarng
bisnis memperlihatkan citra negatif di masyarakat, seperti:
Hanya ingin mengejar keuntungan dengan
menawarkan mutu barang dan jasa yang
rendah.
Tidak mempedulikan pelayanan yang baik terhadap
konsumen, bahkan tidak menghiraukan keluhan
konsumennya
Tidak sesuai dengan iklan maupun janji ataupun
janji terhadap barang atau jasa yang
ditawarkan.
Berdasarkan pengertian profesi yang menekan pada keahlian, dan
keterampilan yang tinggi, serta komitmen moral yang mendalam, maka jelas
bahwa pekerjaan yang kotor tidak disebut sebagai profesi. Namun di pihak lain,
tidak dapat disangkal bahwa ada pebisnis dan juga perusahaan yang sangat
menghayati pekerjaan dan kegiatan bisnisnya sebagai sebuah profesi dalam
pengertian sebagaimana seharusnya.
Mereka, tidak hanya memiliki keahlian dan keterampilan yang tinggi, tetapi
punya komitmen moral yang mendalam. Oleh karena itu bukan tidak mungkin
bahwa bisnispun dapat menjadi sebuah profesi dalam pengertian yang
sebenarnya.
C. Pandangan Praktis Realistis
Pandangan ini bertitik tolak pada kenyataan (pada umumnya) yang diamati
berlaku dalam dunis bisnis dewasa ini. Pandangan ini melihat bisnis sebagai
suatu kegiatan di antara manusia yang menyangkut:
Memproduksi
Menjual
Membeli barang
Jasa untuk mendapatkan
keuntungan
Pandagan ini menegaskan bahwa, tujuan utama bisnis adalah mencari
keuntungan. Dasar pemikirannya adalah orang masuk ke duania bisnis tidak
punya keinginan dan tujuan lain selain ingin mendapatkan keuntungan.
Pandangan ini menganggap bahwa kegiatan bisnis adalah kegiatan ekonomi
dan bukan kegiatan sosial. Tanpa keuntungan bisnis tidak dapat berjalan.
Pandangan ini dianggap sebagai aliran ekonomi klasik (Adam Smith, 1776) dan
ekonomi neo-klasik (Militon Friedman, 1974).
Menurut Adam Smith, pemilik modal harus mendapat keuntungan untuk bisa
merangsang menanamkan modalnya, itu berarti tidak ada kegiatan ekonomi
produktif. Adapun asumsi yang dipakai oleh Adam Smith adalah dalam
masyarakat modern telah terjadi pembagian kerja di mana setiap orang tidak
bisa lagi mengerjakan segala sesuatunya sekaligus. Manusia modern harus
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menukarkan barang produksinya
dengan barang produksi milik orang lain.
Dalam perkembangan zaman, ada yang berhasil mengumpulkan modal dan
meperbesar usahanya sementara yang lain hanya bisa menjadi pekerja orang
lain, maka terbentuklah strata/ kelas sosial di masyarakat.
Semua orang tanpa terkecuali mempunyai kecenderungan dasar untuk berbuat
kondisi hidupnya menjadi lebih baik. Dalam keadaan sosial, jalan terbaik
adalah tetap mempertahankan modalnya dalam kegiatan produktif yang sangat
berguna bagi kegiatan ekonomi nasional dan dunia, termasuk kelas pekerja
(buruh). Karena itu secara moral tidak salah jika pelaku bisnis itu mencari
keuntungan.
Menurut Milton Friedman (1974):
Tidak mungkin jika bisnis tidak mencari keuntungan. Ia melihat bahwa dalam
kenyataanya keuntunganlah yang menjadi satu-satunya motivasi atau daya tarik
bagi pelaku bisnis. Artinya kalau semua orang masuk dalam dunia bisnis
dengan satu motivasi dasar untuk mencari keuntungan, maka sah dan etis jika
seseorang mencari keuntungan dalam bisnis.
D. Pandagan Ideal
Menurut pandangan ini, bisnis tidak lain adalah suatu kegiatan di antara
manusia yang menyangkut produksi, menjual, dan membeli barang serta jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pandangan ini tidak menolak bahwa
keuntungan adalah tujuan utama bisnis. Tetapi keuntungan tidak dapat
bertahan.
Keunungan hanya dilihat sebagai konsekuensi logis dalam kegiatan bisnis,
yaitu bahwa dengan memenuhi kebutuhan msyarakat secara baik, keuntungan
akan datang dengan sendirinya.
Pandangan ini telah dipraktekkan oleh beberapa orang pengusaha, bahkan
menjdai etos bisnis dari perusahaan yang mereka dirikan. Sebagai contoh
adalah Perusahaan Matsushita.
Perusahaan Matsushita, berpendapat bahwa tujuan bisnis sebenarnya bukan
mencari keuntungan, melainkan melayani kebutuhan masyarakat. Adapun
keuntungan tidak lain hanyalah simbol kepercayaan masyarakat atas kegiatan
bisnis suatu perusahaan. Hal ini berarti bahwa karena masyarakat merasa
kebutuhan hidupnya dipenuhi secara baik, maka mereka akan menyukai dan
puas atas produk yang memang dibutuhkan tersebut. sehingga mereka akan
tetap akan membeli produk tersebut
Dari situ akan mengalir keuntungan. Dengan demikian, yang pertama-tama
menjadi fokus perhatian dalam bisnisnya bukanlah mencari keuntungan,
melainkan apa kebutuhan masyarakat dan bagaimana melayani kebutuhan
masyarakat itu secara baik dan dari sana akan mendapatkan keuntungan.
Jangan berpikir bagaimana mencari Keuntungan, tetapi berpikirlah
bagaimana mendatangkan keuntungan.
Dari kedua pandangan yang dipelajari di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa citra jelek
dunia sedikit banyak disebabkan oleh pandangan pertama, yaitu sekedar bisnis mencari
keuntungan. Pada dasarnya mecari keuntungan tidak buruk. Hanya saja sikap yang timbul
dari kesadaran bahwa bisnis hanya pada satu tujuan, yaitu mencari keuntungan. Akhirnya
muncul sikap dan perilaku yang menjurus pada menghalalkan segala cara.
Download