Pertemuan 3_ Etika dan Kode Etik

advertisement
MK ETIKA PROFESI
Pertemuan 3
Profesi, Profesional dan Kode Etik
Pengertian Profesi
1. PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan
berkaitan dengan keahlian khusus dalam
bidang pekerjaannya.
2. Profesi adalah suatu pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang yang didominasi
oleh pendidikan dan keahlian, yang diikuti
dengan pengalaman praktik kerja purna
waktu.
3. Dilaksanakan dengan mengandalkan
keahliannya.
Profesi :
• Mengandalkan suatu ketrampilan atau
keahlian khusus
• Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan
atau kegiatan utama
• Dilaksanakan sebagai sumber utama
nafkah hidup
• Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi
yang mendalam
Ciri-ciri Profesi
1. Adanya pengetahuan khusus yang biasanya keahlian
dan ketrampilan ini dimiliki berkat
pendidikan,pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan
pribadi di bawah kepentingan pribadi dibawah
kepentingan masyarakat.
Profesi
•
Menurut Frans Magnis Suseno (1991 : 70), profesi itu harus dibedakan
dalam dua jenis, yaitu profesi pada umumnya dan profesi luhur.
•
Profesi pada umumnya, paling tidak ada dua prinsip yang wajib
ditegakkan, yaitu:
•
1.
Prinsip agar menjalankan profesinya secara bertanggung jawab; dan
2.
Hormat terhadap hak-hak orang lain.
Pengertian
bertanggung
jawab
ini
menyangkut,
baik
terhadap
pekerjaannya maupun hasilnya, dalam arti yang bersangkutan harus
menjalankan pekerjaannya dengan sebaik mungkin dengan hasil yang
berkualitas. Selain itu, juga dituntut agar dampak pekerjaan yang
dilakukan tidak sampai merusak lingkungan hidup, artinya menghormati
hak orang lain.
Profesi
•
Dalam profesi yang luhur (officium nobile), motivasi utamanya bukan
untuk memperoleh nafkah dari pekerjaan yang dilakukannya, di samping
itu juga terdapat dua prinsip yang penting, yaitu :
•
1.
Mendahulukan kepentingan orang yang dibantu; dan
2.
Mengabdi pada tuntutan luhur profesi.
Untuk melaksanakan profesi yang luhur secara baik, dituntut
moralitas yang tinggi dari pelakunya. Tiga ciri moralitas yang tinggi
adalah:
1. Berani berbuat dengan bertekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan
profesi;
2. Sadar akan kewajibannya;
3. Memiliki idealisme yang tinggi.
Evolusi Profesi
• Abad Pertengahan – ‘profession’ merujuk pada sesorang yang
berkomitmen menjadi anggota organisasi keagamaan –
‘profesional’ adalah orang yang tunduk pada komitmen tsb – guru
di universitas yang diambil dari organisasi tsb disebut ‘profesor’
• Abad 18 – profesi adalah pekerjaan seseorang yang menunjukan
status sosial tertentu meski tidak serta merta memperoleh
penghargaan material
• Revolusi Industri – profesi merujuk pada keahlian bidang
engineering, accounting, banking. Dan menggambarkan reward
material yg didapatkan
• Dua kategori profesi: * lihat Frans Magnis
– Umum – Learned profession
– Luhur – tidak perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Persyaratan disebut Profesional
• Memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai
hasil dari proses pembelajaran formal dan informal
• Otonomi profesi untuk memutuskan bentuk layanan
ataupun produk terbaik yang diberikan kepada
customer/client tanpa harus meminta persetujuan ybs
• Observance code of conduct
– Community Code – Institutional Code – Personal
Code – Professional Code
Pilar Profesionalisme
• Komitmen
• Integritas
– keseluruhan, undivided loyalty to self belief – satunya kata,
pikiran dan tindakan – vision + love + commitment
• Tanggungjawab – berkaitan dengan peran, tugas dan tindakan yang
mesti dijalankan
• Akuntabilitas – kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
sebuah tindakan
– Adanya ukuran keluaran untuk evaluasi kinerja
– Adanya standar kinerja
– Adanya insentif/penalti atas pencapaian atau kegagalan
mencapai target kinerja
Profesional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu.
Memerlukan latihan khusus dengan suatu kurun waktu.
Hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi.
Hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu sesuai keahliannya.
Memiliki pendidikan khusus, yaitu keahlian dan keterampilan dan memiliki dasar
pendidikan dan pelatihan serta pengalaman dalam kurun waktu untuk menunjang
keahliannya.
Memahami kaidah dan standard moral profesi serta etika profesi dalam bidang
pekerjaannya.
Berupaya mengutamakan kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana
profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
Ada ijin khusus dari instansi yang berwenang untuk menjalankan profesinya.
Terorganisir dalam suatu induk organisasi sebagai pengawasnya.
Profesional
1.
2.
3.
4.
5.
•
1.
2.
3.
4.
5.
• SEORANG PROFESIONAL DITUNTUT MEMILIKI :
Pengetahuan;
Penerapan keahlian;
Tanggung jawab sosial;
Pengendalian diri;
Etika bermasyarakat sesuai profesinya.
Menurut Brandeis yang dikutip A. Pattern Jr. untuk dapat disebut sebagai
profesi, maka pekerjaan itu sendiri harus mencerminkan adanya dukungan yang
berupa:
Ciri-ciri pengetahuan (intellectual character);
Diabdikan untuk kepentingan orang lain;
Keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada keuntungan finansial;
Didukung oleh adanya organisasi (association) profesi dan organisasi profesi
tersebut antara lain menentukan berbagai ketentuan yang merupakan kode etik,
serta pula bertanggung jawab dalam memajukan dan penyebaran profesi yang
bersangkutan;
Ditentukan adanya standard kualifikasi profesi.
Mengukur Profesional
Menurut Gilley & Eggland (1989), standar
profesional dapat diketahui dengan 4(empat)
perspektif pendekatan :
1.
2.
3.
4.
Pendekatan berorientasi filosofis
Pendekatan perkembangan bertahap
Pendekatan berorientasi karakteristik
Pendekatan berorientasi non-tradisional
Pendekatan Orientasi Filosofi
3(tiga) hal pokok dalam melihat pendekatan ini :
a. Pendekatan lambang profesional  sertifikat, lisensi dan
akreditasi
b. Pendekatan
sikap
individu

kebebasan personal,
pelayanan umum, pengembangan sikap individual dan aturanaturan yang bersifat pribadi
c. Pendekatan electic  dianggap sebagai kesatuan dari
kemampuan, hasil kesepakatan dan standar tertentu
Pendekatan Orientasi Perkembangan
Orientasi ini menekankan 6(enam) langkah :
1) Berkumpulnya individu-individu yang memiliki minat yang
sama terhadap suatu profesi
2) Melakukan identifikasi dan adopsi terhadap ilmu
pengetahuan untuk mendukung profesi yang dijalaninya
3) Setelah berkumpul, akan terorganisasi secara formal pada
suatu lembaga yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat
4) Membuat kesepakatan mengenai persyaratan profesi
berdasarkan pengalaman
5) Menentukan kode etik yang menjadi aturan main
6) Revisi persyaratan berdasarkan kualifikasi yang dilakuan
sesuai dengan perkembangan profesi
Pendekatan Orientasi Karakteristik
Ada 8 (delapan) karakteristik yang saling terkait:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Kode etik profesi yang menjadi aturan main
Pengetahuan yang terogranisir
Keahlian dan kompetensi yang bersifat khusus
Tingkat pendidikan minimal dari sebuah profesi
Sertifikat keahlian
Proses tertentu sebelum memangku profesi  riwayat pekerjaan,
pendidikan yang dilakukan
7) Adanya kesempatan untuk menyebarluaskan dan bertukar ide di
antara anggota
8) Adanya tindakan disiplin dan batasan tertentu jika terjadi
malpraktik dan pelanggaran kode etik profesi
Pendekatan Orientasi Non Tradisional
Orientasi ini memandang perlu dilakukan identifikasi
elemen-elemen penting untuk sebuah profesi, misalnya
standarisasi profesi untuk menguji kelayakannya dengan
kebutuhan
lapangan,
sertifikasi
profesional
dan
sebagainya.
Kode Etik
• Kode etik : aturan tentang etika yang diberlakukan bagi
satu organisasi atau kelompok tertentu
• Aturan tersebut harus ditaati oleh anggota organisasi
• Isi kode etik profesi antara lain:
– Prinsip2 – Panduan Utama
– Aturan Umum – perilaku yang diiterima, norma dan
praktek
– Code of conduct
– Instrumen hukum – pemaksaan
Tujuan pembuatan Kode Etik
• Pembentukan Disiplin – memastikan anggota organisasi bersikap
profesional dan memiliki integritas
• Sumber referensi – sebagai sumber referensi bagi anggota untuk
memecahkan masalah moralitas di dunia kerja
• Media pembelajaran – berguna bagi anggota baru untuk
mengetahui apa yang harus dipelajari tentang ‘do’ & ‘don’t’ dlm
profesinya. Dan pengingat bagi anggota senior ttg isu moralitas yg
harus diingat selalu
• Sumber inspirasi – menginspirasi anggota untuk selalu menjadi
‘baik’
• Publisitas – memperoleh pengakuan masyarakat sbg profesi yang
memiliki kode etik kuat dan bertanggungjawab
Contoh Kode Etik Profesi
• IEEE
1. to accept responsibility in making engineering
decisions consistent with the safety, health and
welfare of the public, and to disclose promptly factors
that might endanger the public or the environment;
2. to avoid real or perceived conflicts of interest
whenever possible, and to disclose them to affected
parties when they do exist;
3. to be honest and realistic in stating claims or estimates
based on available data;
4. to reject bribery in all its forms;
5. to improve the understanding of technology, its
appropriate application, and potential consequences;
6. to maintain and improve our technical competence
and to undertake technological tasks for others only if
qualified by training or experience, or after full
disclosure of pertinent limitations;
7. to seek, accept, and offer honest criticism of technical
work, to acknowledge and correct errors, and to credit
properly the contributions of others;
8. to treat fairly all persons regardless of such factors as
race, religion, gender, disability, age, or national
origin;
9. to avoid injuring others, their property, reputation, or
employment by false or malicious action;
10. to assist colleagues and co-workers in their
professional development and to support them in
following this code of ethics.
Daftar Pustaka
1. Heru Priyanto, ST.,MBA, 2015 “ Etika Profesi”
2. Teguh Wahyono, S.Kom, “ Etika Komputer dan
Tanggung Jawab Profesional di bidang Teknologi
Informasi”
Download