PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP PENDIDIKAN ANAK-ANAK TERLANTAR (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: FITRIYAH NIM: 107054103245 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP PENDIDIKAN ANAK-ANAK TERLANTAR (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: FITRIYAH NIM: 107054103245 Pembimbing Ahmad Zaky, M.Si NIP.1504 111 58 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anakanak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada 25 Agustus 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesejahteraan Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial. Jakarta, 25 Agustus 2011 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Drs. H. Mahmud Jalal, MA NIP. 19520422 198103 002 Ahmad Zaky, M.Si NIP.1504 111 58 Penguji I Penguji II Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 19700903 199603 1001 Nurkhayati Nurbus, M.Si NIP. 19740908 199803 1002 Pembimbing Ahmad Zaky, M.Si NIP.1504 111 58 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 25 Agustus 2011 FITRIYAH 107054103245 ABSTRAK Fitriyah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan) Pendidikan harus memiliki tujuan bagaimana masyarakat minat dan keinginannya bisa terpedayakan secara merata. Karenanya pendidikan secara praktik, harus dapat dilihat perannya dalam kehidupan masyarakat. Persoalan pendidikan seperti itu bukan saja harus mampu merealisasikan tuntutan masyarakat juga membuktikan out put yang dihasilkan di suatu lembaga pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) dan untuk mengetahui pelayanan pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif sehingga mendapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya. Subyek penelitian terdiri dari pekerja sosial/pengasuh dan Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dari hasil penelitian, maka diperoleh data bahwa: 1. Peran pekerja sosial/pengasuh di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan yang lebih dominan dimainkan yaitu sebagai pendidik dan perantara. Sebagai pendidik, pekerja sosial/pengasuh berperan dalam membina, mengawasi, serta memberikan perlindungan untuk WBS. Dan peran sebagai perantara dalam menghubungkan/memfasilitasi WBS dengan dunia pendidikan. 2. Pelayanan pendidikan yang diperoleh WBS adalah pendidikan formal berupa sekolah di luar panti dan pendidikan non formal yaitu berupa kegiatan pengisi waktu luang seperti kegiatan keterampilan komputer dan menjahit. i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohiim… Alhamdulillah... Tiada yang pantas penulis ucapkan selain puja dan syukur bagi Allah SWT. Tuhan pencipta langit dan bumi beserta isinya. Karena telah memberikan segala curahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak pula penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan menuju alam ilmu pengetahuan. Dengan selesainya skripsi yang bejudul “Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam Program Strata Satu (S.Sos.I) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial, maka penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Besar harapan penulis kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan sarannya kepada penulis yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penelitian ini. Dan penulis juga sangat berharap penelitian ini berguna bagi semua pihak yang menggeluti pelayanan pendidikan untuk anak-anak terlantar pada umumnya dan kepada penulis pada khususnya. Setelah melalui proses yang amat panjang dan godaan serta hambatan yang sangat banyak yang penulis alami dalam melakukan penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelsaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut terutama kepada: ii 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III yang telah membimbing penulis selama melaksanakan studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial dan juga seluruh staff akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam memperlancar penulisan skripsi ini. 3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Sekretaris Program studi Kesejahteraan Sosial dan selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku dosen penguji I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi panitia ujian skripsi sehingga saya dapat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I). 5. Ibu Nurkhayati Nurbus, M.A selaku dosen penguji II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi panitia ujian skripsi sehingga saya dapat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I). 6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan dedikasi dan ilmunya selama penulis kuliah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. iii 7. Kedua orangtuaku tercinta, H. Darwin Effendi dan Hj. Mulyati, yang telah mendidik, mendoakan dan memberi kasih sayangnya yang tak terhingga kepada penulis baik motivasi, moril, bahkan pengorbanannya. 8. Untuk kakakku, Sisca Daryati dan Sukroni S.T (Kakak Ipar), Achmad Zakir S.IP dan Umroti S.Psi (Kakak Ipar). Serta adikku Muhammad Rizal, mereka yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis. 9. Ketiga keponakanku yang tersayang dan lucu-lucu, Salsabila Syakila, Sulthan Syalbiansyah, dan Dhaffian Al-Fawwazi, dengan adanya canda dan tawa dari mereka membuat hati penulis terhibur sehingga mengurangi rasa penat penulis saat penyusunan skripsi ini. 10. Specially for my boy friend, teman hidup di masa depan, Firmansyah, yang telah memberikan kasih sayangnya beserta iringan doa untuk penulis, menemani dan memberikan semangat saat penulis rapuh dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Yang selalu menjadi sahabat baikku, Nurul Hafizhah, Siti Izzatul Yazidah dan Fazra Raissa Wulandari, yang telah menjadi sahabat baikku selama kurang lebih empat tahun di UIN dan semoga selalu selamanya bersahabat, serta tak lupa iringan doa selalu untuk penulis dari mereka. 12. Teman-teman senasib dan seperjuangan khususnya untuk angkatan 2007 dalam mencapai cita-cita di Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Selatan. 13. Ibu Dra. Rahayu Paramita, selaku Kepala Panti PSAA PU 3 Tebet Jakarta Selatan. Yang telah memberikan izin penulis untuk penelitian skripsi. iv 14. Bpk Mujiono, AKS, selaku Seksi Bidang Bimbingan dan Penyaluran. Yang sudah penulis anggap sebagai ayah pertama di PSAA yang telah membimbing dan memberikan penulis masukan-masukan untuk mengerjakan tugas akhir kuliah (skripsi) dan motivasi untuk tetap semangat dalam menjalankan penelitian. 15. Bpk H. Mahmud, S.Sos. Yang sudah penulis anggap sebagai ayah kedua di PSAA setelah Pak Muji. Beliau telah membuat penulis merasa nyaman di PSAA dengan canda tawa dari Beliau. 16. Adik-adikku (WBS) yang berada di PSAA, yang telah membantu memberikan informasi untuk penelitian dalam mengerjakan skripsi dan tak lupa semangat dari adik-adikku serta untaian doa untuk penulis. 17. Terakhir kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya. Dan juga semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT, semoga Allah menuntun ke jalan yang lurus yakni jalan yang Engkau ridhoi dan jalan yang Engkau murkai… Amiiin Yaa Robbal ‘Alamiin.. Wassalam... Jakarta, Agustus 2011 FITRIYAH 107054103245 v DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix DAFTAR BAGAN ............................................................................................ BAB I x PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8 D. Metodologi Penelitian ............................................................. 8 E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 13 F. Sistematika Penulisan ............................................................. 14 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Peran ...................................................................... 16 B. Pekerja Sosial 1. Pengertian Pekerja Sosial .................................................. 18 2. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial ....................................... 22 C. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan ....................................................... 28 2. Faktor-faktor Pendidikan .................................................. 31 vi 3. Tujuan Pendidikan ............................................................ 33 4. Jenis-jenis Pendidikan ....................................................... 34 5. Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional ........................... 35 D. Anak dan Anak Terlantar 1. Pengertian Anak ................................................................ 37 2. Hak-hak Anak ................................................................... 38 3. Usia Anak .......................................................................... 40 4. Pengertian Anak Terlantar ................................................ 43 5. Ciri-ciri Anak Terlantar ..................................................... 45 BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PSAA PU 03 TEBET A. Gambaran Umum Lembaga PSAA PU 3 Tebet Jakarta Selatan 1. Identitas dan Sejarah PSAA .............................................. 46 2. Pendanaan PSAA .............................................................. 51 3. Sumber Daya Manusia di PSAA ....................................... 52 4. Fasilitas di PSAA .............................................................. 52 B. Profil Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA ......................... 54 BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jak-Sel ......................... 57 B. Pelayanan Yang Diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan ....................................... 60 vii BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 68 B. Saran ......................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 74 LAMPIRAN viii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Data SDM di PSAA PU 03 Tebet ..................................................... 52 Tabel 2. Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet ......................................................... 52 Tabel 3. Data WBS Beradasarkan Pertahunnya .............................................. 54 Tabel 4. Data WBS Berdasarkan Status Keluarga .......................................... 54 Tabel 5. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................... 55 Tabel 6. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP............. 55 Tabel 7. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMA/SMK .. 57 ix DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 1................................................................................................................ 50 x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu, sebab pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Karena itu, setiap bangsa yang ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama.1 Wajah pendidikan di negeri ini belum secerah negara tetangganya. Harus diakui, sistem dan mutu pendidikan di Malaysia, Singapura, Thailand, Myanmar, Laos, Sri Lanka, bahkan Vietnam, lebih maju dibanding Indonesia. Di Indonesia, masih ada jutaan anak yang belum menikmati pendidikan dasar. Belum lagi problem serius menyangkut minimnya fasilitas dan kesejahteraan para pendidik, terjadinya tindak kekerasan dan pencabulan di lingkungan sekolah, tawuran antar mahasiswa hingga pertengkaran tanpa ujung para elite pengelola lembaga pendidikan.2 Pendidikan harus memiliki tujuan bagaimana masyarakat minat dan keinginannya bisa terpedayakan secara merata. Karenanya pendidikan secara 1 Editorial Media Massa Indonesia, 2006: Membangun Pendidikan, Mengatasi Kemiskinan, http://opini.wordpress.com/2006/11/08/membangun-pendidikan-mengatasikemiskinan/ (Diakses pada: Senin, 28 Februari 2011) 2 Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: 2008), cet 1, http://komunitasamam.wordpress.com/2009/04/11/blue-print-pendidikan-nasional/ (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011) 1 2 praktik, harus dapat dilihat perannya dalam kehidupan masyarakat. Persoalan pendidikan seperti itu bukan saja harus mampu merealisasikan tuntutan masyarakat juga membuktikan out put yang dihasilkan di suatu lembaga pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan3 Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini belumlah terlalu bagus, bahkan sedikit lebih ekstrim kita dapat menyebut kualitas kita rendah dan memprihatinkan. Keberadaan atau posisi kita jauh di bawah negara-negara lain. Hal itu terlihat dari angka Human Development Indeks (HDI) yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional, yang menunjukkan bahwa posisi kualitas sumber daya manusia Indonesia sangatlah rendah. 4 Menurut data dari Human Development Indeks (HDI), Indonesia berada pada peringkat 108 di dunia dari segi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada tahun 2010.5 Kemudian, pada saat yang sama tingkat kemiskinan di negeri ini sungguh fantastis. Sangat besar dan mengkhawatirkan. Kita semua paham bahwa kemiskinan kini merupakan simbol yang tentunya sangat memalukan6. Hasil Sensus penduduk BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010 menyebutkan, 3 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet 1, hal. 7 4 http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hakpendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011 5 http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/14/kualitas-sdm-indonesia-didunia/ (Diakses pada: Kamis, 03 November 2011) 6 http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hakpendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011) 3 penduduk miskin di Indonesia berjumlah 31,02 juta jiwa atau 13,13 persen. Kesenjangan tingkat kemiskinan antar provinsi masih besar sekitar separoh dari rata-rata nasional. Hal itu dikatakan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) HR Agung Laksono saat kunjungannya di Kota Sibolga sekaligus memberikan Raskin secara simbolis kepada masyarakat di Jalan Toto Harahap dan Jalan S. Parman depan Masjid Agung Sibolga.7 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sangat prihatin atas fakta bahwa anak terlantar dan anak jalanan dari tahun ke tahun semakin meningkat tajam. Data terakhir terdapat 17 juta anak terlantar dan hampir terlantar. Dari jumlah tersebut, 230 ribu di antaranya menjadi anak jalanan di berbagai kota besar di Indonesia. Fakta lain menunjukkan bahwa hak-hak anak jalanan secara umum tidak terpenuhi, baik hak pendidikan, kesehatan dan hak dasar lainnya. Anak jalanan, 95 persen berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah dan dari lingkungan yang eksploitatif terhadap anak, walaupun angka anak terlantar dan anak jalanan meningkat, tetapi belum ada penanganan secara komprehensif atas fenomena tersebut. KPAI berpandangan bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan orangtua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang membuat mereka terpuruk menjadi kelompok tersingkir dan termarjinalisasi. Penanganannya tidak bisa bersifat parsial, segmentaris, apalagi represif. Dan yang terpenting 7 http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id= 6128: menko-kesra--2010-penduduk-miskin-3102-juta-jiwa&catid=52:sumut&Itemid=207 (Diakses pada: Rabu,6 April 2011) 4 tidak mengkriminalisasi anak karena sesungguhnya mereka adalah korban dari tindakan orang dewasa.8 Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang perlindungan anak ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Media perlindungan anak adalah pemenuhan hak dasarnya, termasuk di dalamnya hak pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi, bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak. Pendidikan adalah hak dasar anak yang dilindungi. UU No 23 Tahun 2002, pasal 9 (1), tentang Perlindungan Anak dikatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Namun kenyataannya masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa mengenyam pendidikan dan anggapan kurang pentingnya pendidikan dibandingkan dengan hal lain yang lebih dianggap menghasilkan secara 8 http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila,-Jumlah-AnakTerlantar-17-Juta. (Diakses pada: Rabu, 6 April 2011) 5 ekonomis. Pendidikan dasar formal yang ada bagi banyak kalangan masih dianggap mahal. Meskipun kebijakan nasional mengenai wajib belajar sembilan tahun telah dicanangkan, namun pelaksanaannya tidak semudah itu9 Maka dari itu, pemerintah memberikan perhatian kepada keluarga yang kurang mampu, guna meningkatkan taraf hidup kesejahetraan pendidikan anak-anak mereka atau anak-anak yang terlantar yang memiliki kemauan besar untuk tetap bisa melanjutkan sekolah, dalam bentuk program (UKS) Usaha Kesejahteraan Sosial yang merupakan suatu program ataupun kegiatan yang didesain secara konkrit untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat.10 Salah satu bentuk program atau kegiatan dari UKS ini yaitu adanya suatu pelayanan sosial yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama (PSAA PU) 03 Tebet dapat melanjutkan sekolah tanpa harus memikirkan beban biaya yang dikeluarkan untuk kelangsungan pendidikan formal mereka. Pendidikan dan perlindungan anak merupakan tanggungjawab orangtua, namun banyak orangtua menghadapi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan kebodohan, maka dengan tidak disadari, banyak orangtua tidak sanggup memenuhi fungsi sosialnya dengan baik dalam mendidik, melindungi dan mengembangkan anak-anak mereka.11 9 http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hakpendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011) 10 Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, FISIP UI, (Jakarta: 2005), hal. 86 11 Bunga Rampai Islam Dan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006), hal. 122 6 Sementara itu ayat suci Al-Qur’an dalam surat An-Nissa’ ayat 9 menegaskan bahwa orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka dalam keadaan lemah, Allah berfirman sebagai berikut: Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” Anak-anak terlantar yang berada di sebuah lembaga sosial yaitu salah satunya Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet mereka berasal dari keluarga kurang mampu, anak yang ditelantarkan oleh orangtua dan anak yang dititpkan oleh orangtua mereka agar mereka dapat melanjutkan pendidikan formal hingga lulus dan tamat dari sekolah mereka masing-masing. Tujuannya agar anak-anak tersebut dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya dan berguna bagi nusa, bangsa dan agama di tengah-tengah masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas peneliti menyajikan penelitian yang berjudul: “Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan)”. 7 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus yang jelas, maka peneliti membatasi pada Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan pada periode 2010-2011. Peran pekerja sosial tersebut dilihat dari studi pendidikan anakanak terlantar di PSAA PU 03 Tebet yang meliputi pendidikan formal yang merupakan pendidikan di sekolah dan pendidikan pengisi waktu luang melalui keterampilan pengembangan potensi seperti menjahit, komputer, menari dan qosidahan yang pada akhirnya mereka menjadi warga masyarakat yang hidup layak dan bertanggungjawab terhadap dirinya, keluarga, serta masyarakat. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan pada latar belakang di atas, maka pertanyaan mendasar dalam Peran Pekeja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan yang ingin dijawab melalui penelitian dan dituangkan dalam skripsi ini adalah: a. Bagaimana peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan? b. Bagaimana pelayanan pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan? 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan? b. Untuk mengetahui pelayanan pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan? 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pendidikan formal dan non formal bagi anak-anak terlantar yang dilakukan oleh lembaga pelayanan kesejahteraan sosial. b. Manfaat Praktis 1) Memberikan masukan saran untuk para praktisi di lembaga pelayanan kesejahteraan anak dan remaja, khususnya anak-anak terlantar dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pendidikan (intervensi). 2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan permasalahan penanganan terhadap anak-anak terlantar. D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu 9 bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna di lapangan. Sedangkan peneliti memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena peneliti berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil yang menyajikan data yang akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya 12 Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13 Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, baik berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi, prosedur atau sistem secara faktual dan cermat.14 Pendekatan kualitatif ini dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang ingin: a. Menemukan, mengembangkan, dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan di Panti Sosial Asuhan Anak. b. Memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip tentang pendidikan formal di luar panti dan pendidikan non formal di panti. 12 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke- 2, h. 39 13 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004) ,cet. Ke-20. h.4 14 Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003), cet. 1. h.19 10 c. Memahami suatu gejala lebih mendalam atau mendapatkan pandangan baru akan gejala tersebut. d. Melukiskan suatu keadaan atau mengadakan suatu deskripsi.15 2. Macam Data a. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya. Data ini merupakan data yang diperoleh dari informan dan situasi-situasi sosial melalui metode dan cara yang telah di jelaskan di atas. b. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya. 3. Pengumpulan Data a. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mulut dan kulit. Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data 15 Ibid, h. 15 11 tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra16. Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah mendatangi langsung ke lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan intern panti yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya kegiatan yang berkaitan dengan bagaimana peran pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk mendapatkan data yang kongkret dari hasil pertanyaan-pertanyaan yang diajukan17. Dalam wawancara ini yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara langsung kepada pihak panti dan juga kepada anakanak panti. c. Studi Dokumentasi Mencari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal ataupun yang lainnya. Tehnik ini dilakukan dengan cara mengkategorisasi kemudian mempelajari bahan-bahan tetulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi. 16 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), h.134 17 Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), cet ke-10, hal.3 12 4. Teknik Analisis Data Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisis dan penelitian menggunakan metode deskriptif yaitu teknik analisis data dimana peneliti terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh mengenai data Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. 5. Tempat dan Waktu a. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak yang beralamat Jalan Tebet Raya No. 100. Jakarta Selatan. b. Waktu Penelitian Peneliti melakukan penelitian pada 31 Mei 2011 sampai dengan 31 Juli 2011. 6. Teknik Pemilihan Informan/Wawancara Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti, dalam sampling ini peneliti berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk dapat memasukkan unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana peneliti mencari informasi.18 18 Jusuf, Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003), cet.1, hal. 100 13 Berdasarkan pada konteks tersebut, maka peneliti memilih subyeksubyek penelitian diantaranya: No: 1 Informan Ka.Sie Jumlah Pertanyaan yang Diajukan 1 Orang Identifikasi dan Peran pekerja sosial terhadap Asesmen pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. 2 Ka.Sie 1 Orang Bimbingan dan Pelayanan pendidikan yang Penyaluran diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. 3 WBS/Klien 4 Orang E. Tinjauan Pustaka Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, peneliti kemukakan suatu tinjauan pustaka sebagai langkah awal dari penyusunan skripsi yang peneliti buat agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lainnya dari skripsi-skripsi sebelumnya. Setelah mengadakan suatu kajian kepustakaan, maka peneliti menemukan skripsi yang hampir sama dengan peneliti buat, tetapi dari beberapa segi berbeda, lebih lanjut akan peneliti paparkan di bawah sebagai berikut: 14 Nama : Siti Nur Azizah Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial. Tahun 2007. Judul Skirpsi : Peran Pekerja Sosial di Rumah Singgah Anak Jalanan Yayasan Rumah Kita Cipinang. Dalam skripsi ini Siti membahas mengenai Peranan Pekerja Sosial Anak jalanan, walaupun sama-sama mengambil tema mengenai peran pekerja sosial tetapi berbeda dengan skripsi yang peneliti kaji dalam hal ini. Perbedaannya terletak pada subjek peneliti yaitu pendidikan formal dan non formal untuk anak-anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak. F. Sistematika Penulisan Dalam hal sistematika penulisan ini peneliti menggunakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDa (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini. Bab I : Pendahuluan, memuat: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika penulisan. Bab II : Kajian Teori, memuat: Pengertian Peran, Pengertian Pekerja Sosial, Peran dan Fungsi Pekerja Sosial, Pengertian Pendidikan, 15 Faktor-faktor Pendidikan, Tujuan Pendidikan, Jenis-jenis Pendidikan, Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional, Pengertian Anak, Hak-hak Anak, Usia Anak, Pengertian Anak Terlantar dan Ciri-ciri Anak Terlantar. Bab III : Gambaran Umum Lembaga Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. Yang meliputi: Identitas dan Sejarah Panti Sosial, Pendanaan, Sumber Daya Manusia, Fasilitas dan Profil Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. Bab IV : Temuan dan Analisa Data, memuat: Hasil wawancara tentang peran pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. Bab V : Penutup, yang memuat: Kesimpulan dan Saran. BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Peran Apabila sesorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan mungkin mencangkup tiga hal, yaitu: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat1. Peranan pekerja sosial sangat beragam tergantung pada konteksnya. Secara umum pekerja sosial dapat berperan sebagai mediator, fasilitator atau pendamping, pembimbing, perencana, dan pemecah masalah. Kinerja pekerja 1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Persada, 1999), h. 268-269, Ed. Baru 4, Cet. 27 16 Raja Grafindo 17 sosial dalam melaksanakan meningkatkan keberfungsian sosial dapat dilihat dari beberapa strategi pekerjaan sosial sebagai berikut: 1. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang dialaminya. 2. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai sumber, pelayanan dan kesempatan. 3. Meningkatkan memberikan kinerja pelayanan lembaga-lembaga sosial secara sosial efektif, sehingga mampu berkualitas dan berperikemanusiaan. 4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan ekonomi dan keadilan sosial.2 Fokus utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian sosial (social functioning) melalui intervensi yang bertujuan atau bermakna. Keberfungsian sosial merupakan konsepsi penting bagi pekerjaan sosial. Ia merupakan pembeda antara pekerjaan sosial dan profesi lainnya. Keberfungsian sosial merupakan resultan dari interaksi individu dengan berbagai sistem sosial di masyarakat, seperti sistem pendidikan, sistem keagamaan, sistem keluarga, sistem politik, sistem pelayanan sosial, dst. Edi Suharto dkk mendefinisikan keberfungsian sosial sebagai kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga 2 Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2005),, h. 27 18 dan jaringan sosial) dalam menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and stresses)3. B. Pekerja Sosial 1. Pengertian Pekerja Sosial Dari Beberapa Ahli/Sumber No Menurut Para Ahli/Sumber 1 3 Definisi Inggris Indonesia Allen Pincus and Social Work is Pekerjaan sosial Anne Minahan concerned with the berurusan dengan interactions interaksi antara orang- between people and orang dan lingkungan their social sosial, sehingga environment which mereka mampu affect the abilility melaksanakan tugas- of people to tugas kehidupannya, accomplish their mengurangi life task, alleviate ketegangan, dan distress and realize mewujudkan aspirasi their aspirations dan nilai-nilai and values. mereka. Ibid, h. 28 19 2 Siporin,Max Social work is Pekerjaan sosial defined as a social didefinisikan sebagai institutional metode institusi method of helping sosial untuk people to prevent membantu orang- and resolve their orang guna social problems, to mencegah dan restore and enhance menyelesaikan their social masalah sosial functioning. dengan cara memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosialnya. 3 Friedlander, Social Work is a Pekerjaan sosial Walter. A, and professional adalah pelayanan Apte, Robert Z. service, based on profesional yang scientific didasarkan pada knowledge and pengetahuan dan skill in human keterampilan ilmiah relation, which help guna membantu individuals, groups, individu, kelompok-, or communities maupun masyarakat 20 4 Zastrow, Charles obtain social or agar tercapainya personal kepuasan pribadi dan satisfaction and sosial serta interdependence. kebebasan. Social work is the Pekerjaan sosial profesional activity adalah aktivitas of helping profesional untuk individuals, groups, membantu individu, or communities to kelompok atau enhance or restore komunitas guna their capacity for meningkatkan atau social functioning memperbaiki and to create kapasitasnya untuk societal conditions berfungsi sosial dan favorable to their menciptakan kondisi goals. masyarakat guna mencapai tujuantujuannya. 5 Leonora Scrafica- Social work is the Pekerjaan sosial deGuzman profesion which is adalah profesi yang primaly concerned bidang utamanya with organized berkecimpung dalam social service kegiatan pelayanan 21 activity aimed to sosial yang facilitate and terorganisasi, dimana strengthen basic tujuannya untuk relationship in the memfasilitasi dan mutual adjusment memperkuat relasi between individual, dalam penyesuaian and their social diri secara timbal environment for the balik dan saling good of the menguntungkan antar individual and individu dengan society, by the use lingkungan sosialnya, of social work melalui penggunaan method. metode-metode pekerjaan sosial.4 Pengertian Pekerja Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial ialah: Pekerja Sosial Profesional didefinisikan sebagai “seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman 4 http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/definisi-pekerjaan-sosial/, PPI STKS Bandung Tahun 2008, Definisi Pekerjaan Sosial, (Diakses Pada: Minggu, 08 Mei 2011) 22 praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial”.5 Pekerja sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun kelompok, di mana kegiatannya difokuskan kepada relasi mereka, khususnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Dari pengertian pekerja sosial di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pekerja sosial adalah suatu profesi untuk meningkatkan keberfungsian sosial pada individu, kelompok dan komunitas dengan cara meng-assessment kebutuhan mereka melalui intervensi mikro, messo ataupun makro yang dimiliki oleh para pekerja sosial yang didasari oleh tiga komponen dasar yaitu kerangka pengetahuan (knowledge), kerangka keahlian (skills), dan kerangka nilai (value). 2. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial Menurut Zastrow sekurang-kurangnya ada tujuh peran beserta fungsi dari pekerja sosial yang dapat dikembangkan oleh community worker, yaitu:6 a. Pemercepat Perubahan (Enabler) Sebagai enabler seorang community worker membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka, dan mengembangkan kapasitas 5 http://bbppkspadang.wordpress.com/quantum-vi-no-11-2009-6/, Tonton Witono, SDM Kesos dan Pengembangannya, (Diakses Pada: Minggu, 08 Mei 2011) 6 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Lembaga Penerbit FE UI: Depok, 2003), h. 91-94 23 mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Peran enabler ini adalah peran klasik dari seorang community worker. Ada empat fungsi utama yang dilakukan community worker sebagai pemercepat perubahan (enabler): 1) Membantu masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka 2) Membangkitkan dan mengembangkan organisasi dalam masyarakat 3) Mengembangkan relasi interpersonal yang baik dan 4) Memfasilitasi perencanaan yang efektif b. Perantara (Broker) Peran seorang broker (perantara) dalam intervensi makro terkait erat dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat (community service), tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan layanan masyarakat. Peran sebagai perantara, yang merupakan peran mediasi, dalam konteks pengembangan masyarakat juga diikuti dengan perlunya melibatkan klien dalam kegiatan penghubungan ini. c. Pendidik (Educator) Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan 24 baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi sasaran perubahan. Di samping itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. Dalam kaitan dengan hal ini, seorang community worker tidak jarang harus menghubungi rekan dari profesi lain yang menguasai materi tersebut. Aspek lain yang terkait dengan peran ini adalah keharusan bagi seorang community worker untuk selalu belajar. Karena begitu seorang community worker merasa sudah tidak perlu belajar kembali mengenai topik yang akan dibicarakan, maka ia mungkin akan terjebak untuk menyampaikan pandangan yang kurang up to date dan kurang menjawab tantangan ataupun masalah yang muncul pada waktu itu.7 d. Tenaga Ahli (Expert) Dalam kaitan dengan peranan sebagai tenaga ahli (Expert), community worker diharapkan untuk dapat memberikan masukan, saran dan dukungan informasi dalam berbagai area. Misalkan saja, seorang tenaga ahli diharapkan dapat memberikan usulan mengenai bagaimana struktur organisasi yang bisa dikembangkan dalam suatu Organisasi Nirlaba yang menangani masalah lingkungan, kelompokkelompok mana saja yang harus terwakili, atau memberikan masukan mengenai isu apa yang pantas dikembangkan dalam suatu komunitas (termasuk organisasi). 7 Ibid, h. 91 25 Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia berikan bukanlah mutlak harus dijalankan klien mereka (masyarakat ataupun organisasi), tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan masukan gagasan sebagai bahan pertimbangan masyarakat ataupun organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Pada umumnya klien dari tenaga ahli adalah organisasi pelayanan masyarakat (human service organizations) baik itu organisasi pemerintahan (government organizations) atau non pemerintah (non-government organizations). Oleh karena itu, peran ini terkait dengan peran perencana sosial yang pada intinya terkait dengan model intervensi pendekatan pengembangan layanan masyarakat (community services approach).8 e. Perencana Sosial (Social Planner) Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam komunitas, menganalisisnya, dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut. Setelah itu perencana sosial mengembangkan program, mencoba mencari alternatif sumber pendanaan, dan mengembnagkan konsensus dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat ataupun kepentingan. Menurut Zastrow, peran expert lebih memfokuskan pada pemformulasian usulan dan saran (advice) yang terkait dengan isu dan permasalahan yang ada. Sedangkan perencanaan sosial lebih 8 Ibid, h. 92 26 memfokuskan pada tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan pelaksanaan program.9 f. Advokat (Advocate) Peran sebagai advocate dalam community worker dicangkok dari profesi hukum. Peran advocate pada satu sisi berpijak pada tradisi pembaharuan sosial, dan pada sisi lainnya berpijak pada tradisi pelayanan sosial. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah (directive), di mana community worker menjalankan fungsi advokasi atau pembelaan yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak memperdulikan (bersifat negatif ataupun menolak tuntutan warga). Dalam menjalankan fungsi advokasi, seorang community worker tidak jarang harus melakukan persuasi terhadap kelompok profesional ataupun kelompok elite tertentu, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan (dalam kaitan dengan upaya pengembangan suatu komunitas).10 g. Aktivis (Activist) Sebagai activist seorang community worker mencoba melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar, dan seringkali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan (power) pada kelompok yang kurang mendapatkan 9 Ibid, h. 93 Ibid, h. 93-94 10 27 keuntungan (disadvantage group). Seorang activist biasanya memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hukum yang berlaku (injustice), kesenjangan (inequity), dan perampasan hak. Seorang activist biasanya mencoba menstimulasi (memberikan dorongan) terhadap kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan tersebut (disadvantage group) untuk mengorganisir diri dan melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada (yang menjadi penekan mereka). Taktik yang bisa mereka lakukan adalah melalui konflik, konfrontasi (misalnya melakukan demonstrasi) dan negosiasi. Serupa dengan peran sebagai advokat, seorang activist juga menjalankan peran partisipan. Hal ini dilakukan karena mereka melihat klien mereka sebagai korban dari struktur yang berkuasa ataupun sistem yang berjalan saat itu. Upaya aktifis lingkungan dari kelompok greenpeace guna menghalangi kapal pengangkut plutonium, ataupun pembantaian ikan paus merupakan salah satu bentuk konvensional yang biasa dilakukan oleh para aktifis.11 Dari berbagai peran yang dijelaskan di atas dikategorikan berdasarkan model-model dalam pengembangan masyarakat. Tiga peran pertama (pemercepat perubahan, perantara, dan pendidik) lebih banyak terkait dengan model intervensi pengembangan masyarakat. Kemudian peran sebagai tenaga ahli dan perencana sosial tampaknya lebih terkait dengan model intervensi pengembangan pelayanan 11 Ibid, h. 94-95 28 komunitas. Sedangkan peran sebagai advokat dan aktifis terlihat terkait dengan model intervensi aksi komunitas. C. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Secara definitif arti pendidikan yang diartikan oleh para tokoh pendidikan, sebagai berikut ini: No Menurut Para Ahli/Sumber Definisi 1 Langeveld Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Untuk membimbing adalah usaha yang disadari dan di laksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dan anak-anak. 2 Hoogeveld Pendidikan membantu anak supaya cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri. 3 Rousseau Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa 29 4 Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya. 5 SA. Bratanata Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.12 Pengertian pendidikan menurut para ahli lain menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut: Menurut Richey dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan dinyatakan: The term “Education” refers to the broad function of preserving and improving the life of the group through bringing new members into its shared concerns. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential social activity by which communicaties continue to exist. In complex communicaties this function is specialized and institutionalized in formal education, but there is always the education outside the school with wich the formal process in related”. 13 12 http://chintami.students.uii.ac.id/2009/03/24/definisi-ilmu-pendidikan/, (Diakses Pada: Senin, 14 Maret 2011) 13 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Malang: Usaha Nasional, 1988), cet 3, h. 4 30 Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan in formal di luar sekolah. Menurut Brubacher pengertian pendidikan dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan dinyatakan sebagai berikut: “Education is the process in wich these powers (abilities, capacities) of men which are susceptible to habituation are perfected by good habits, by means artiscally contrived, and employed by a men to help another or himself achieve the end in view”.14 Pendidikan adalah suatu proses di mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas), manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan. 15 14 15 Ibid, h. 6 Ibid, h. 7 31 Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973, dikatakan bahwa: “Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. Ketentuan umum, Bab 1 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang”.16 Dari pengertian pendidikan di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan. 2. Faktor-faktor Pendidikan Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Pendidikan, menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan: a. Faktor Tujuan Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, disadari dan dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang melaksanakan kegiatan pendidikan. 16 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press: Desember, 2005), cet 1, h. 7 32 b. Faktor Anak Didik Menurut Lengeveld sebagaimana dikutip oleh Barnadip dalam buku yang ditulis oleh Alisuf Sabri yang berjudul Pengantar Ilmu Pendidikan, bahwa anak didik adalah anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang masih menjadi tanggungjawab seorang pendidik tertentu, anak didik tersebut adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidik itu, karena ia secara alami tidak berdaya ia sangat memerlukan bantuan pendidiknya untuk dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya baik secara jasmaniah maupun rohaniah. c. Faktor Pendidik Menurut Lengeveld, “Pendidik” adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak. d. Faktor Alat Menurut wujudnya faktor alat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1) Berupa benda-benda yang diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan, seperti alat-alat yang ada di dalam rumah, alat perlengkapan sekolah dan lain-lain yang dapat difungsikan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pendidikan. 2) Bukan merupakan benda-benda tetapi berupa perbuatan pendidik yang digunakan untuk pencapaian tujuan pendidikan. 33 e. Faktor Milieu/Lingkungan Faktor lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar/sekeliling anak.17 3. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan adalah terbentuknya kehidupan sebagai insan kamil, suatu kehidupan di mana ketiga inti hakikat manusia baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila/religious.18 Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Bab II pasal 3 UU SPN No. 20 tahun 2003 berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.19 4. Jenis-jenis Pendidikan a. Pendidikan Formal Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan formal didefinisikan sebagai berikut “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”. Sedangkan, Soedomo (1989) mendefinisikan pendidikan formal 17 Ibid, hal,10 Ibid, hal, 43 19 Ibid, hal, 46 18 34 sebagai kegiatan belajar yang disengaja, baik oleh warga belajar maupun pembelajarannya di dalam suatu latar yang distruktur sekolah. Pendidikan formal mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: (1) merupakan sistem persekolahan, (2) berstruktur, (3) berjenjang, dan (4) penyelenggaraannya disengaja. b. Pendidikan Non Formal Didefinisikan sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan menurut Soedomo (1989), pendidikan non formal adalah kegiatan belajar yang disengaja oleh warga belajar dan pembelajar di dalam suatu latar yang diorganisasi (berstruktur) yang terjadi di luar sistem persekolahan. Pendidikan non formal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) merupakan pendidikan luar persekolahan, (2) jarang berjenjang, dan (3) tidak ketat ketentuan-ketentuannya. c. Pendidikan InFormal Pendidikan Informal menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Sementara menurut Soedomo (1989), pendidikan informal adalah pendidikan di mana warga belajar tidak sengaja belajar dan pembelajar tidak sengaja untuk membantu warga belajar. Adapun ciri-ciri pendidikan informal seperti yang diungkapkan oleh Faisal (1981) antara lain: (1) sama sekali tidak terorganisasi, (2) 35 tidak berjenjang kronologis, (3) tidak ada ijazah, (4) tidak diadakan dengan maksud menyelenggarakan pendidikan, dan (5) lebih merupakan hasil pengalaman belajar individual-mandiri.20 Dari jenis-jenis pendidikan di atas, peneliti hanya menyediakan dua jenis pendidikan di skripsi ini yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Yang dimaksud dengan pendidikan formal yaitu berupa sekolah di luar panti dari tingkat SMP dan SMA. Kemudian pendidikan non formal yaitu suatu kegiatan pengisi waktu luang berupa keterampilam komputer dan keterampilan menjahit. 5. Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional Di Negara Indonesia ada tiga pusat penyelenggaraan pendidikan yang terkenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang meliputi: (1) pendidikan di keluarga, (2) pendidikan di sekolah, dan (3) pendidikan di masyarakat. a. Keluarga sebagai Lembaga Pendidikan Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyrakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan 20 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta: 2009), h. 6-8, cet. ketiga 36 oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. b. Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang kedua setelah lembaga pendidikan informal (keluarga). Tugas dan tanggungjawab sekolah adalah mengusahakan kecerdasan pikiran dan pemberian berbagai ilmu pengetahuan ssesuai dengan tingkat dan jenis sekolah masing-masing. Tugas sekolah tidak hanya membuat manusia yang mempunyai akal dan pikiran yang tinggi dengan memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan, melainkan juga bertugas mempengaruhi anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, berkepribadian yang utuh dan bertanggungjawab dan terampil dalam berbuat. c. Masyarakat sebagai Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana azas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut 37 menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung21 D. Anak dan Anak Terlantar 1. Pengertian Anak Anak merupakan buah hati kedua orangtuanya yang dapat menyenangkan hati dan memberikan kebahagiaan serta sebagai perhiasan pada kehidupan rumah tangga karena sudahlah lengkap kebahagiaan dengan hadirnya buah hati (anak) sebagaimana dijelaskan dalam AlQur’an Surat Al-Kahfi ayat 46: Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.22 Menurut UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.. Menurut John Locke : “Anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan”. 21 Modyo Ekosusilo,dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang, 1990), h. 73-76 Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Departemen Agama R.I., (Surabaya: Penerbit CV. Jaya Sakti, 1989), h. 569 22 38 Menurut Agustinus : “Anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contohcontoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa”.23 Dari pengertian anak di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti sedikit menyimpulkan bahwa anak adalah makhluk yang diamanatkan oleh Allah SWT kepada manusia/orangtua untuk dapat dibimbing menjadi manusia seutuhnya sebab jiwa dan jasmani anak belum penuh berdiri dengan kokoh, karena ia masih dalam perkembangan dan pertumbuhan. 2. Hak-Hak Anak Hak-hak anak merupakan suatu hal yang mau tidak mau harus dipatuhi tanpa terkecuali. Hak-hak anak sebagaimana diatur dalam UU No.23 tahun 2002 adalah sebagai berikut : 1) Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2) Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. 3) Beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orangtua. 23 http://dunkdaknyonk.blogspot.com/2011/03/pengertian-anak-menurut-beberapauu.html, (Diakses Pada : Rabu, 04 Mei 2011) 39 4) Dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri dan berhak mengetahui orangtuanya. 5) Hak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain bila karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak. 6) Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial. 7) Hak memperoleh pendidikan, termasuk anak yang menyandang cacat serta anak yang memiliki keunggulan khusus. 8) Hak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, memberikan informasi sesuai dengan nilai kesusilaan dan kapatutan. 9) Beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan teman sebaya, bermain, berekreasi, berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya. 10) Perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi, ekonomi maupun seksual, penelataran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, keadilan, dan perlakuan salah. 11) Hak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri. 12) Hak memperoleh perlindungan khusus: kerusuhan sosial, sengketa bersenjata, kegiatan politik dan lain-lain. 13) Korban atau pelaku anak berhak mendapat bantuan hukum dan bantuan lainnya24 24 Majalah: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Resource Centre SFFCCB CPSW-IPSPI, Vol. 1, No. II, (Maret, 2007), hal. 13. 40 3. Usia Anak a. Masa Remaja Awal (13-14 Tahun) Pertumbuhan Fisik Pubertas merupakan periode remaja awal yang ditandai dengan perubahan dalam penampilan fisik dan fungsi fisologik. Kondisi ini memungkinkan setiap remaja mempunyai bentuk dan fungsi tubuh sesuai dengan jenis kelaminnya. Perubahan dalam bentuk fisik biasanya meliputi proposal muka dan badan serta penampilan sesuai dengan jenis kelaminnya.25 Perkembangan Kognitif 1) Kemampuan anak yang muncul untuk berpikir secara abstrak bisa menjadikan penjelasan rumit dari alasan untuk penempatan lebih masuk akal. 2) Anak mungkin memiliki kemampuan yang meningkat untuk mengidentifikasi perasaannya sendiri dan untuk mengomunikasikan keprihatinan dan kegelisahannya secara verbal. Perkembangan Emosi 1) Pra remaja adalah periode “naik turun” secara emosional. Anak bisa mengalami perubahan dan naik turun suasana hati setiap harinya (setiap jamnya) 2) Perubahan hormon dan fisik, termasuk perubahan tubuh yang cepat dan signifikan, menghasilkan kesadaran awal akan seksualitas. 25 Dra. Zahrotun Nihayah, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi Barat dan Islam, (UIN Jakarta Press: 2006), cet 1, hal.108-109 41 Anak mengalami banyak perasaan baru, beberapa di antaranya berkonflik dan kontradiksi. 3) Anak mulai menginginkan “kemandirian” tapi kemandirian diungkapkan oleh nilai-nilai dan peran-peran orangtua dan menerapkan nilai-nilai teman sebayanya. 4) Anak mengalami kecemasan ketika kekurangan struktur, dukungan dan peraturan.26 Perkembangan Sosial 1) Remaja awal adalah periode semrawut secara emosional. Stres tambahan memiliki potensi menciptakan “beban stress berlebih” dan bisa mempercepat krisis. 2) Anak bisa menolak Ketergantungan hubungan kepada orang dengan dewasa orang dewasa. mengancam “kemandiriannya”. Dengan menolak orang dewasa, anak tersebut mengurangi sumber penting dukungan penanganan untuknya. 3) Perpisahan dari orangtua, khususnya jika hasil dari konflik keluarga dan perilaku melanggar peraturan dari si anak, bisa mengakibatkan rasa bersalah dan kecemasan. b. Masa Remaja Akhir (15-17 Tahun) Pertumbuhan Fisik Pada periode ini tidak tampak lagi ada perubahan bentuk tubuh yang sangat pesat. Pertumbuhan fisik remaja akhir lebihh dilihat dari proporsi/keseimbangan antara anggota tubuh yang satu dengan yang 26 Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children 42 lainnya. Bentuk tubuh yang proporsional merupakan dambaan bagi remaja yang berada pada periode ini. Sebab, pada periode sebelumnya yaitu remaja awal, proporsi bentuk tubuh masih belum seimbang.27 Perkembangan Kognitif 1) Anak memiliki kemampuan kognitif untuk memahami alasan yang rumit untuk perpisahan, penempatan, dan perilaku orangtua. 2) Kemampuan untuk sadar diri dan berwawasan bisa membantu dalam menangani situasi dan perasaan-perasaannya yang bertentangan mengenai hal itu. 3) Anak lebih bisa berpikir secara hipotesis. Dia dapat menggunakan kemampuannya untuk merencanakan masa depan dan untuk mempertimbangkan potensi hasil dari berbagai strategi. Perkembangan Emosi 1) Anak mengembangkan kemandirian yang lebih besar. Dia lebih bisa secara mandiri membuat atau menyumbang pada pengambilan keputusan tentang hidupnya dan kegiatannya. 2) Perkembangan kepercayaan diri yang positif tergantung kepada penerimaan oleh teman sebaya dari lawan jenis seperti juga diterima oleh teman sebaya yang sama jenis kelaminnya. Perkembangan Sosial 1) Hubungan lawan jenis penting seperti juga dengan sesama jenis. 2) Hubungan individu menjadi lebih penting. 27 Dra. Zahrotun Nihayah, M. Si, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi Barat dan Islam, (UIN Jakarta Press: 2006), cet 1, hal. 116 43 3) Anak sangat tertarik pada orang dewasa sebagai panutan. 4) Anak mulai berfokus pada perencanaan masa depan dan emansipasi. 5) Pada akhir masa remaja awal, mengenai “benar” dan “salah”, dan mereka mungkin menjadi tidak begitu terpengaruhi oleh perilaku teman sebaya. Sebuah kemunculan pemikiran etis yang mandiri mungkin terjadi. Implikasi untuk Perpisahan dan Penempatan 1) Anak akan mengalami dua perasaan yang bertentangan dengan keluarganya. 2) Kebutuhan anak untuk kemandirian bisa mempengaruhi tanggapannya untuk penempatan dalam setting keluarga. 3) Anak mungkin tidak tinggal dalam sebuah penempatan jika tidak memenuhi kebutuhan. 4) Anak mungkin secara konstruktif menggunakan konseling kasus untuk menangani konflik perpisahan dan penempatan dengan cara yang memenuhi kebutuhan anak tanpa mengancam kepercayaan diri dan kemandiriannya.28 4. Pengertian Anak Terlantar Anak terlantar adalah anak yang karena alasan tertentu orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhinya 28 Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children 44 kebutuhan dengan wajar baik secara fisik, mental, spritual maupun sosialnya.29 Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa anak terlantar ialah dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh-kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku..30 Menurut Walter A Friedlander: “Anak terlantar adalah anak yang tidak mendapatkan asuhan secara minimal dari orangtuanya sebab kondisi keluarganya baik ekonomi, sosial, kesehatan jasmani maupun psikisnya tidak layak sehingga anak-anak tersebut membutuhkan adanya bantuan pelayanan dari sumber-sumber yang ada di masyarakat sebagai pengganti orangtuanya”. Menurut Howard Dubowitz: “Anak terlantar diberi pengertian sebagai suatu bentuk pengabaian terhadap perawatan anak sehingga menimbulkan resiko bagi anak. Orangtua sebagai pemberi perawatan (caregiver parents) melalaikan tanggungjawabnya untuk memenuhi kebutuhan anak. Pengabaian terhadap anak tersebut tidak semata-mata disebabkan karena kemiskinan orangtua, tetapi faktor-faktor lain seperti perceraian orangtua, atau karena kesibukan orangtua dalam mengejar karir”. 29 30 UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 45 5. Ciri-ciri Anak Terlantar Menurut Keputusan Menteri Sosial RI. No. 27 Tahun 1984 terdapat beberapa karakteristik atau ciri-ciri anak terlantar yaitu: a. Tidak memiliki ayah, karena meninggal (yatim), atau ibu karena meninggal tanpa dibekali secara ekonomis untuk belajar, atau melanjutkan pelajaran pada pendidikan dasar. b. Orangtua sakit-sakitan dan tidak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap. Penghasilan tidak tetap dan sangat kecil serta tidak mampu membiayai sekolah anaknya. c. Orangtua yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap baik itu rumah sendiri maupun rumah sewaan. d. Tidak memiliki ibu dan bapak (yatim piatu), dan saudara, serta belum ada orang lain yang menjamin kelangsungan pendidikan pada tingkatan dasar dalam kehidupan anak31 31 2011) http://ichwanmuis.com/?p=1356, Anak Jalanan, (Diakses Pada Rabu, 04 Mei BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) 1. Identitas dan Sejarah PSAA a. Pengertian PSAA Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar. b. Sejarah PSAA Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet didirikan pada tahun 1999 yang saat itu bernama Panti Sosial Taman Penitipan Anak (PSTPA) Bina Insan Nusantara sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kanwil Departemen Sosial Provinsi DKI Jakarta. Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara menjadi UPT Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang kemudian berubah nama menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2000 tentang Bentuk Susunan Organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur Provinsi daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 41 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi 46 47 DKI Jakarta, maka Dinas Sosial berubah menjadi Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahtertaan Sosial Provinsi DKI Jakarta. Dengan terbitnya Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 163 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Dinas Bina Mental dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, maka sejak tanggal 13 November 2002 nama PSAA Balita Tunas Bangsa berubah menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet. Selanjutnya terbit Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 61 tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama. c. Tugas dan Fungsi PSAA 1) Tugas Pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet: Tugas pokok PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang meliputi identifikasi dan asesmen, bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut. 2) Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet yaitu: a. Pelaksaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motifikasi, dan seleksi. b. Pelaksaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi dan penempatan dalam panti. c. Pelaksaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan sosial. 48 d. Pelaksanaan asesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi. e. Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan. f. Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta melaksanakan penyaluran dan bantuan kemandirian. g. Pelaksaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan dan teminasi. d. Visi dan MISI 1) Visi Panti Sosial Asuhan Anak Putra (PSAA) Utama 03 Tebet mempunyai visi “Terentasnya anak terlantar, yatim/piatu/yatim piatu dan berasal dari keluarga tidak mampu di Provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan yang layak dan normatif”. 2) Misi Adapun misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra (PSAA) Utama 03 Tebet yaitu: a) Menyelengggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap anak yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di lingkungan masyrakat. 49 b) Membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani maupun sosial. c) Mengentaskan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yatim/piatu/yatim piatu terlantar ke dalam kehidupan yang layak, normatif dan manusiawi. Rujukan / Penyerahan dari Instansi/ masyarakat Asal WBS Keluarga Masyarakat Kepolisian Dinas/Sudin Bintal Kesos TRAMTIB PSAA Klender Duren Sawit Calon WBS Anak Keluarga tidak mampu : 1. Wanita 2. usia 13 s/d 18 thn 3. Memiliki Ijazah / Raport terakhir 4. Sehat Jasmani dan Rohani 5. Domisili di wilayah DKI Berminat mengikuti pendidikan formal dan tinggal dalam panti Anak Terlantar : 1. Wanita 2. usia 13 s/d 18 thn 3. Memiliki Ijazah / Raport terakhir 4. Sehat Jasmani dan Rohani Proses Peneri maan C. Asesmen 1. Konsultasi 2. Pengungka pan dan pe mahaman masalah 3. Home Visit 1. Registrasi 2. Pengasrama an B. Penerimaan 1. Identifikasi 2. Seleksi 3. Motivasi A. Identifikasi Asuha n Anak 9. Latihan Ketrampilan 8. Pendidikan 7. Bimbingan Kepribadian 6. Bimbingan Mental dan Sosial 5. Pembinaan Kesehatan 4. Pembinaan Fisik 3. Perlindungan Sosial 2. Pemeliharaan 1. Perawatan Resosialisasi : - Bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga dan masyarakat - Bimbingan / Pembinaan kerja POLA PEMBINAAN / PELAYANAN DI PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET Penyalura n Bina Lanjut dan Termi nasi Terminasi Bina Lanjut Penyaluran 1. Keluarga 2. Bekerja Anak yang mandiri, normatif dalam kehidupan di masyarakat 50 51 e. Sasaran Pelayanan PSAA Sasaran pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet adalah anak terlantar usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun yang karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat mencukupi kebutuhannya secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial. Sedangkan persyaratan untuk menjadi Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah: 1) Anak usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun (khusus perempuan). 2) Surat keterangan tidak mampu dari Rt/Rw, Lurah setempat. 3) Surat keterangan sehat dari dokter/Puskesmas. 4) Foto copy KTP orangtua/wali (domosili DKI Jakarta). 5) Pas foto 4x 6 = 2 lembar, 2x3= 2 lembar. 6) Pemilik ijazah/raport terakhir. 7) Bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra Utama 03 Tebet. 8) Rujukan dari panti terkait. 2. Pendanaan PSAA Dana operasional Panti Sosial Anak Asuhan Putra Utama 03 Tebet, berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya untuk pendanaan pendidikan, kesehatan, dan permakanan, karena PSAA merupakan panti di bawah naungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika ada kerusakan dalam sarana dan prasarana, maka APBD dapat digunakan dan anggaran tersebut 52 tertuang dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). PSAA juga menerima sumbangan dari masyarakat namun sifatnya tidak rutin. 3. Sumber Daya Manusia di PSAA Jumlah seluruh pegawai PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah 22 orang, seperti terlihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 1. Data SDM di PSAA PU 03 Tebet Laki-laki Perempuan 13 Orang 9 Orang Jumlah 22 Orang 4. Fasilitas di PSAA Adapun fasilitas di PSAA Putra Utama 03 Tebet ialah berupa : Tabel 2. Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet No: Fasilitas Lokal/Unit Keterangan 1 Luas tanah 5.100 m2 - 2 Taman/ 1.000 m2 - halaman 3 Ruang kantor 1 lokal ruang pimpinan, ruang staff, ruang rapat. 4 Peralatan Kantor 39 Unit 5 buah komputer, 2 buah mesin tik, 1 buah fax, 12 buah meja, 12 buah kursi dan 7 buah lemari berkas. 53 5 Ruang asrama 4 lokal kamar kenanga, kemuning yang terletak di bawah dan 2 kamar lainnya terletak di atas yaitu mawar dan teratai. 6 Ruang 2 lokal keterampilan Ruang keterampilan menjahit dan ruang keterampilan komputer. 7 Ruang makan 2 lokal - 1 lokal - - dan dapur 8 Aula ruang pertemuan 9 Mushalla 1 lokal 10 Olahraga 1 lokal Bulu tangkis, tenis meja, basket dan bola voli 11 Peralatan 2 Unit komunikasi 12 Peralatan 1 buah telepon dan 1 buah mesin fax. 6 Unit pendukung 1 lemari P3K, peralatan mandi, peralatan makan, peralatan dapur, sarana tidur dan 1 buah televisi. 13 Peralatan operasional 3 Unit 2 buah mobil dan 1 buah motor 54 B. Profil Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tabel 3. Data WBS Beradasarkan Pertahunnya No: Tahun Jumlah 1. 2002 – 2003 100 Anak 2. 2003 – 2004 100 Anak 3. 2004 – 2005 100 Anak 4. 2005 – 2006 100 Anak 5. 2006 – 2007 100 Anak 6. 2007 – 2008 100 Anak 7. 2008 – 2009 80 Anak 8. 2009 – 2010 80 Anak 9. 2010 – 2011 80 Anak Daya tampung WBS PSAA PU 03 Tebet terdapat suatu perubahan dari 100 anak menjadi 80 anak. Hal tersebut karena disesuaikan dengan pendanaan dari Pusat DKI Jakarta. Di bawah ini adalah profil WBS PSAA PU 03 Tebet berdasarkan status keluarga. Terdapat lima puluh satu orang yang berstatus orang tua tidak mampu, sembilan orang yatim, empat orang piatu, enam orang yatim piatu, lima orang keluarga retak dan lima orang adalah anak terlantar. Tabel 4. Data WBS Berdasarkan Status Keluarga No: Status Keluarga Keterangan 1. Orangtua Tidak Mampu 51 Orang 2. Yatim 9 Orang 3. Piatu 4 Orang 4. Yatim Piatu 6 Orang 5. Keluarga Retak 5 Orang 6. Anak Terlantar 5 Orang Jumlah 80 Orang 55 Berdasarkan tingkat pendidikan, data WBS pada tingkat SMP terdapat sembilan belas orang dan SMA/SMK terdapat enam puluh satu orang. Dapat dilihat lebih rinci pada tabel di bawah ini: Tabel 5. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan No: Kelas Tingkat Ket Pendidikan 1 2 3 1. SMP 7 8 4 19 2. SMA/SMK 14 26 21 61 Jumlah 80 Kemudian berikut ini adalah data WBS berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SMP. Terdapat empat SMP rujukan yang disediakan oleh PSAA untuk para WBS, yaitu SMPN 03, SMPN 33, SMP DCB PALAD dan SMPN 15. Jumlah WBS yang bersekolah di masing-masing SMP adalah sebagai berikut: Tabel 6. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP No: Nama Sekolah Kelas VII VIII IX 1. SMPN 03 3 3 1 2. SMPN 33 - - 1 3. SMP DCB PALAD 4 - 1 4. SMPN 15 - 2 1 Jumlah 7 8 4 Ket 19 56 Dari tingkat SMA/SMK, terdapat sekolah rujukan yang lebih banyak yaitu terdapat sepuluh dari SMK dan satu dari SMA. Di bawah ini adalah gambaran jumlah WBS yang bersekolah di tingkat SMA/SMK. Tabel 7. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMA/SMK Kelas No: Nama Sekolah Ket X XI XII 1. SMKN 8 - - 1 2. SMKN 47 - - 1 3 SMKN 31 - - 2 4 SMKN 40 - - 3 5 SMKN 7 - - 1 6 SMKN 50 - - 1 7 SMKN 56 - - 2 8 SMK Pancasila 8 14 3 9 SMK Jak-Tim 1 6 12 5 10 SMAN 55 - - 1 11 SMK Tirta Sari - - 1 14 26 21 Jumlah 61 BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan Berdasarkan uraian pada bab II mengenai Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. Pekerja sosial yang dimaksud di sini yaitu pengasuh/petugas panti yang bekerja di PSAA PU 03. Pengasuh ini mempunyai peran yang sangat penting bagi anak-anak yang tinggal di PSAA PU 03 karena dengan adanya pengasuh, anak-anak terlantar yang berada di PSAA PU 03 mendapatkan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, spiritual, kepribadian, pendidikan dan pelatihan keterampilan, perawatan, pemeliharaan serta perlindungan sosial. Berkaitan dengan peran, Zastrow dan Isbandi Rukminto Adi melihat sekurang-kurangnya ada tujuh buah peran yang dapat dilakukan oleh seorang pekerja sosial, pemercepat perubahan (Enabler), perantara (Broker), pendidik (Educator), tenaga ahli (Expert), perencana sosial (Social Planner), advokat (Advocate), dan aktivis (Activist). Namun, peran yang lebih dominan yang dimainkan oleh seorang pekerja sosial yaitu pengasuh/pekerja sosial berperan sebagai pendidik dan perantara. 57 58 1. Perantara (Broker) Peran seorang broker (perantara) dalam intervensi makro terkait erat dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat (community service), tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan layanan masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Mujiono yang menjabat sebagai Kepala Bimbingan dan Penyaluran yaitu: “Menjembatani anak-anak yang hampir putus sekolah dengan pihak panti agar dapat melanjutkan sekolah hingga tamat…” Yaitu pihak sekolah bekerjasama dengan pihak panti bersamasama untuk menangani anak-anak yang hampir putus sekolah sehingga tetap dapat melanjutkan sekolahnya hingga tamat. Salah satu sekolah yang dapat bekerjasama dengan panti adalah SMK Pancasila. Jika ada anak yang hampir putus sekolah, pihak sekolah menginformasikan panti yang ada di Jakarta sehingga keberadaan panti dapat dihubungi oleh orangtua siswa sehingga mereka mendapatkan informasi yang jelas dan akhirnya mendaftarkan anaknya ke panti. Pada akhirnya anak tersebut dapat tetap bersekolah dengan baik setelah mendapatkan pelayanan dan perawatan melalui PSAA PU 03 Tebet.50 50 Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011 59 2. Pendidik (Educator) Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi sasaran perubahan. Di samping itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Mujiono yaitu peran pekerja sosial/pengasuh sebagai pengganti orangtua yaitu: “Perannya sebagai pengganti orangtua, yang berfungsi sebagai pengawas, pengasuhan, pendidik dan pembinaan yang disesuaikan dengan kebutuhan…”51 Pernyataan dari Bapak Mujiono dipertegas oleh WBS yang berinisial AW yaitu: “Sebagai pengganti orangtua kita di rumah yang mewakili untuk mendidik dan mengajari kita sebagai anak yang sukses…” Dan dipertegas oleh WBS lain yang berinisial HA, ia memberi keterangan bahwa peran dan fungsi pekerja sosial/pengasuh di PSAA yaitu: “Fungsinya adalah untuk memberikan motivasi/semangat belajar kepada anak-anak dan memberikan perhatian kepada mereka agar anakanaknya menjadi lebih berguna…”52. Pekerja sosial/pengasuh sebagai pendidik di sini adalah pekerja sosial bertugas untuk mengawasi semua kegiatan yang ada di panti yang didampingi oleh pengasuh serta tenaga instruktur sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. 51 Mujiono, AKS, ibid., AW dan HA, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 13 Juni 2011 52 60 Bapak Mujiono lakukan kepada anak-anak asuhnya di panti: “Dari mulai bangun tidur, persiapan makan, transportnya, segala pemenuhan kebutuhan pendidikan mereka terpenuhi semaksimal mungkin sehingga dapat memotivasi anak-anak belajar di sekolah dengan nyaman dan tenang karena kebutuhannya sudah terpenuhi…”53 B. Pealayanan Pendidikan Yang Diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan PSAA PU 03 Tebet memberikan pelayanan sosial berupa pendidikan untuk anak-anak asuhnya yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dan kepada anak-anak yang tetap ingin melanjutkan sekolah hingga tamat. Sesuai dengan misi PSAA PU 03 Tebet yang bertujuan untuk membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani maupun sosial. PSAA PU 03 Tebet terdapat dua bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Mujiono selaku Seksi Bimbingan dan Penyaluran tentang pernyataan pendidikan non formal yaitu kegiatan pengisi waktu luang di PSAA: “Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua, pendidikan non formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan menjahit dan keterampilan computer…”54 PSAA PU 03 Tebet menyediakan pendidikan formal dan pendidikan non formal yang disebut sebagai kegiatan pengisi waktu luang. Pendidikan 53 Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011 54 Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011 61 formal di PSAA berupa sekolah di luar panti mulai dari tingkat SMP dan SMA. Berdasarkan tingkat pendidikan, data WBS pada tingkat SMP terdapat sembilan belas orang dan SMA/SMK terdapat enam puluh satu orang. Dapat dilihat lebih rinci pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan No: Kelas Tingkat Pendidikan 1 2 3 Ket 1. SMP 7 8 4 19 2. SMA/SMK 14 26 21 61 Jumlah 80 Kemudian berikut ini adalah data WBS berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SMP. Terdapat empat SMP rujukan yang disediakan oleh PSAA untuk para WBS, yaitu SMPN 03, SMPN 33, SMP DCB PALAD dan SMPN 15. Jumlah WBS yang bersekolah di masing-masing SMP adalah sebagai berikut: Tabel 2. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP No: Nama Sekolah Kelas VII VIII IX 1. SMPN 03 3 3 1 2. SMPN 33 - - 1 3. SMP DCB PALAD 4 - 5 4. SMPN 15 - 2 1 Jumlah 7 5 Ket 820 62 Dari tingkat SMA/SMK, terdapat sekolah rujukan yang lebih banyak yaitu terdapat sepuluh dari SMK dan dua dari SMA. Di bawah ini adalah gambaran jumlah WBS yang bersekolah di tingkat SMA/SMK. Tabel 3. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMA/SMK No: Kelas Nama Sekolah Ket X XI XII 1. SMKN 8 - - 1 2. SMKN 47 - - 1 3 SMKN 31 - - 2 4 SMKN 40 - - 3 5 SMKN 7 - - 1 6 SMKN 50 - - 1 7 SMKN 56 - - 2 8 SMK Pancasila 7 13 3 9 SMK Jak-Tim 1 6 12 5 10 SMAN 55 - - 1 11 SMA N 79 1 - - 12 SMK Tirta Sari - - 1 14 25 21 Jumlah 60 Pihak sekolah setiap hari mengecek absen anak-anak yang berasal dari panti untuk mengetahui kehadiran mereka di sekolah. Jika WBS bermasalah di sekolahnya seperti sering tidak masuk sekolah (bolos), maka pihak sekolah menghubungi pihak panti lewat telepon. Hal ini termasuk kenakalan remaja 63 pada umumnya, sering bolos sekolah yang dikarenakan sedang malas belajar, ikutan ajakan teman, gurunya tidak enak dan mata pelajaran yang susah. Dari panti mengenakan pakaian seragam dengan rapi tetapi nyatanya WBS tidak sampai ke sekolahnya. Tidak ada masalah-masalah yang teramat serius yang mengharuskan petugas panti datang ke sekolah, biasanya pihak sekolah melaporkan hal tersebut ke panti hanya lewat telepon saja. Ada sanksi yang harus diterima oleh WBS jika melakukan kenakalan (bolos sekolah) tersebut dari pihak sekolah dan dari panti. Biasanya sanksi yang mereka terima dari sekolah hanya teguran/peringatan-peringatan saja tetapi jika kenakalan tersebut terus-menerus dilakukan secara berulang-ulang maka sanksinya adalah skor/tidak boleh datang ke sekolah minimal 3 hari dan maksimal selama satu minggu. Lalu, sanksi dari panti yaitu peringatanperingatan/nasihat dan hukuman fisik, seperti jalan jongkok dan lari 3-5 puteran di halaman panti. Dalam hal pengambilan rapor yang bertanggungjawab adalah pihak panti bukan lagi orangtua WBS yang mengambil rapor dikarenakan orangtua mereka sudah menitipkan pendidikan anak-anak mereka di PSAA PU 3 Tebet tersebut. Dari mulai biaya sekolah, peralatan dan perlengkapan sekolah, uang transportnya sampai pengambilan rapor sudah menjadi tanggungjawab PSAA PU 3 Tebet dalam hal pendidikan anak-anak. Jika WBS yang telah tamat dari tingkat SMP, mereka masih tetap tinggal di panti agar tetap dapat melanjutkan sekolah ke tingkat SMA/SMK. WBS yang telah tamat dari tingkat SMP dilanjutkan ke sekolah tingkat SMA/SMK sesuai dengan hasil NEM mereka. Jika NEM yang mereka 64 hasilkan mencukupi dan tentunya bagus dapat memasuki ke sekolah SMAN/SMKN tetapi jika NEM yang mereka hasilkan kurang mencukupi/kurang dari persyaratan yang telah ditentukan dari sekolah tersebut, sudah tentu WBS akan dimasukkan ke sekolah yang sudah menjadi kerjasama dengan PSAA PU 03 Tebet, yaitu SMK Pancasila dan SMK Jakarta Timur 1. Peran pengasuh sebagai pendidik sangat berpengaruh untuk motivasi belajar para WBS di PSAA. Misalnya saja jika WBS sedang menghadapi ulangan-ulangan atau ujian akhir sekolah, pengasuh memberikan semangat/dukungan berupa peringatan-peringatan, dan memenuhi segala kebutuhan WBS seperti melengkapi perlengkapan alat-alat tulis yang diperlukan saat menghadapi ujian. Seperti yang ditekankan oleh Bapak Mujiono: “Memotivasi anak-anak dengan memberikan support, belajar yang giat dan menjaga kesehatannya…”55 Dan hal ini ditambahkan oleh Bapak Rizal selaku Seksi Identifikasi dan Asesmen: “Lebih intensif belajarnya, dipanggil guru les bahasa Inggris dan matematika..”.56 Pernyataan tersebut sama dengan pernyataan yang telah dijelaskan oleh WBS yang berinisial AW kepada peneliti bahwa peran pengasuh dapat memotivasi WBS dalam pendidikan baik di PSAA maupun di sekolah. Sebagaimana pernyataan AW di bawah ini: 55 Mujiono, AKS, Ibid. H. Fachrizal Hamid, SH, Seksi Identifikasi dan Asesmen, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011 56 65 “Iya, mereka dapat memberikan motivasi aku dalam hal belajarku. Misal pengasuh suka menceritakan pengalaman kehidupan pribadinya dan contoh lainnya yaitu mereka menyuruh untuk belajar…” 57 Dan pernyataan-pernyatan dari WBS lainnya menambahkan bahwa pengasuh sebagai pendidik sangat berpengaruh dalam halnya belajar WBS di PSAA. Seperti pernyataan dari WBS yang berinisial KJ, yaitu: “Iya. Pengasuh bercerita tentang pengalaman hidup pengasuh. Membandingkan dengan orang yang lebih sukses…”58 Kemudian pernyataan WBS lainnya yang berinisial HA, yaitu: “Iya. Karena sampai saat ini saya masih bisa belajar itu berkat pengasuh yang ada di sini…” 59 Dari pernyataan-pernyataan para WBS PSAA PU 03 Tebet di atas menjelaskan bahwa adanya hubungan kerjasama yang baik antara pengasuh dan WBS di PSAA dalam hal pendidikan. Kemudian yang dimaksud dengan pendidikan non formal yang berada di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan tersebut yaitu pendidikan kegiatan keterampilan pengisi waktu luang dengan jadwal yang telah disesuaikan dengan jam sekolah WBS serta jadwal yang telah ditetapkan oleh PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. WBS dapat mengikuti kegiatan pengisi waktu luang dengan mengikuti keterampilan-keterampilan yang telah disediakan oleh PSAA PU 03 Tebet yaitu kegiatan keterampilan komputer, menjahit, qosidah, dan menari. Tetapi 57 AW, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 13 Juni 2011 58 KJ, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 13 Juni 2011 59 HA, Warga Binaan Sosial, Waswancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 13 Juni 2011 66 kegiatan keterampilan yang peneliti ambil hanya keterampilan komputer dan menjahit saja karena keterampilan tersebut dapat menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki oleh WBS agar dapat mengembangkan potensi diri mereka. Jika WBS sudah keluar dari PSAA mereka dapat menyalurkan bakat dan minatnya tersebut sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kegiatan keterampilan tersebut diikuti oleh sebagian WBS yang tinggal di PSAA karena kegiatan keterampilan tersebut disesuaikan dengan jadwal WBS bersekolah. Jadwal komputer yaitu pada Hari Rabu dan Jum’at pada pukul 09.00-11.00 WIB. Dan jadwal untuk keterampilan menjahit yaitu pada Hari Selasa dan Kamis pada pukul 09.00-11.00 WIB. Jika ada WBS yang bersekolah pagi sudah pasti WBS tidak dapat mengikuti kegiatan pengisi waktu luang tersebut. Berbeda dengan WBS yang bersekolah siang, mereka dapat mengikuti kegiatan pengisi waktu luang tersebut sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh panti. Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Mujiono yaitu: “Untuk kegiatan pengisi waktu luang disesuaikan dengan bakat dan minat anak-anak dan disesuaikan juga dengan jam sekolah anak-anak. Yang diharuskan adalah mengikuti pengajian yaitu ceramah dan membaca AlQur’an…”60 Keterampilan-keterampilan yang ada di PSAA tidak mengharuskan WBS ikut serta pada kegitan keterampilan tersebut dikarenakan keterampilan tersebut hanya suatu kegiatan pegisi waktu luang yang ada di panti. bagi WBS yang bersekolah siang dan bagi WBS yang memiliki waktu luang sebelum 17 Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, WAwancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, 24 Mei 2011 67 WBS berangkat sekolah dapat mengikuti kegiatan keterampilan tersebut sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dalam mengikuti keterampilan menjahit dan komputer tersebut, terdapat hambatan dalam diri WBS yaitu rasa malas untuk mengikuti keterampilan-ketarampilan tersebut yang dikarenakan oleh faktor kurangnya fasilitas yang disediakan oleh pihak panti. Maksud kurangnya fasilitas di panti seperti ada tujuh buah komputer tetapi yang masih berfungsi hanya empat buah komputer saja. Komputer-komputer tersebut versi tahun 2003 yang kurangnya aplikasi/menu-menu windows, tidak adanya situs internet, serta printer. Kemudian, jika ada tugas dari sekolah mereka menggunakan komputer yang ada di ruangan pengasuh beserta printer hanya ada di ruangan pengasuh saja. Bukan menggunakan komputer yang ada di ruang keterampilan karena komputer yang ada di ruangan keterampilan tersebut hanya untuk pelatihanpelatihan saja. Dengan kurangnya fasilitas keterampilan menjahit yaitu hampir sama dengan kekurangan pada keterampilan komputer yaitu terdapat sepuluh buah mesin jahit tetapi yang hanya bisa digunakan hanya lima buah mesin jahit saja. Selain kurangnya fasilitas-fasilitas tersbut, rasa malas WBS untuk mengikuti keterampilan menjahit tersebut juga dikarenakan oleh faktor instrukturnya yang kurang dapat beriteraksi dengan baik oleh WBS di panti. BAB V PENUTUP Pada bab ini menerangkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dan semoga saran yang diberikan dapat dilaksanakan dalam memperlancar dan mendorong majunya kegiatan pendidikan yang berada di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan baik pendidikan formal maupun non formal dan semoga saran yang diberikan dapat meningkatkan peran serta fungi dari para pengasuh/pekerja sosial. A. Kesimpulan 1. Peran Pekerja Sosial Di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan Pekerja sosial harus bisa memerankan berbagai peran yang dibutuhkan demi kelancaran proses pemberian bantuan dan mereka juga harus mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi dan kondisi yang ada. Berkaitan dengan peran, Zastrow dan Isbandi Rukminto Adi melihat sekurang-kurangnya ada tujuh buah peran yang dapat dilakukan oleh seorang pekerja sosial, pemercepat perubahan (Enabler), perantara (Broker), pendidik (Educator), tenaga ahli (Expert), perencana sosial (Social Planner), advokat (Advocate), dan aktivis (Activist). Semua peran di atas dapat dilakukan dan dilaksanakan oleh pengasuh/pekerja sosial di panti tersebut. Namun, peran yang lebih dominan yang dimainkan oleh 68 seorang pekerja sosial yaitu 69 pengasuh/pekerja sosial berperan sebagai pendidik dan perantara. Pertama, pengasuh/pekerja sosial berperan sebagai pendidik yaitu dalam membina mental, moral, spiritual dan bersosialisasi, baik di dalam lingkungan panti maupun di lingkungan luar panti, memberikan perlindungan dan pengawasan WBS sehingga WBS merasa aman dan nyaman. Peran yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial tersebut menunjukkan sikap penuh keikhlasan serta ketulusan hati dari para pengasuh/pekerja sosial sehingga timbulah peran-peran lain pengasuh/pekerja sosial yaitu sebagai pengganti orangtua untuk para WBS yang berfungsi untuk mengawasi, melindungi dan bertanggungjawab dengan pemenuhan kebutuhan anak-anak asuhnya yang dimulai dari kebutuhan pribadi WBS seperti peralatan mandi, pakaian dalam, pembalut, dll sampai kependidikan WBS di sekolah maupun pendidikan keterampilan di panti. Serta pengasuh/pekerja sosial tersebut dapat memerankan sebagai seorang sahabat, ketika WBS menghadapi kesulitan/masalah-masalah yang menggangu fikiran anak-anak asuhnya, maka pengasuh/pekerja sosial dapat membantu WBS dengan mendengarkan keluhan-keluhan mereka dan mencari solusi bersama dengan WBS. Yang kedua, peran pengasuh/pekerja sosial yang lebih dominan yaitu sebagai perantara dalam menjembatani/menghubungkan WBS dengan dunia pendidikan yang diperoleh WBS seperti pendidikan formal dan pendidikan non 70 formal. Memfasilitasi WBS dengan memberikan pelayanan pendidikan dan pelatihan keterampilan dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Dengan pendidikan yang diperoleh, WBS dapat mengembangkan potensi bakat dan minat dengan penekanan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap dan kepribadian yang mulia. 2. Pelayanan Pendidikan Yang Diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) Di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan Dari pembahasan yang telah dijelaskan dapat disimpulakan bahwa: PSAA PU 03 Tebet memberikan pelayanan sosial berupa pendidikan untuk anak-anak asuhnya yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dan kepada anak-anak yang tetap ingin melanjutkan sekolah hingga tamat. Sesuai dengan misi PSAA PU 03 Tebet yang bertujuan untuk membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani maupun sosial. Warga Binaan Sosial (WBS) memperoleh pelayanan pendidikan yaitu berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal. Yang dimaksud dengan pendidikan formal yaitu berupa sekolah di luar panti dari tingkat SMP dan SMA. Kemudian pendidikan non formal yaitu suatu kegiatan pengisi waktu luang berupa keterampilam komputer dan keterampilan menjahit. Dengan adanya pendidikan tersebut anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu atau bagi anak-anak yang telah ditelantarkan 71 oleh keluarga mereka, maka dapat tetap melanjutkan sekolahnya tanpa harus memikirkan beban biaya sekolah dan biaya transportasi ke sekolah karena pendidikan formal mereka sudah ditanggung oleh PSAA PU 03 Tebet. Lalu, dengan adanya kegiatan keterampilan tersebut, anak-anak dapat memanfaatkan kegiatan mengasah/menumbuhkembangkan keterampilan bakat dan tersebut minat WBS untuk pada keterampilan tersebut. Jika WBS telah tamat sekolahnya dan keluar dari panti, panti akan berusaha untuk mencarikan pekerjaan kepada mantan WBS panti, tentunya dengan potensi yang dimiliki oleh WBS selama tinggal sambil belajar di panti. B. Saran Berdasarkan temuan lapangan dan hasil analisa mengenai keberfungsian pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk kemajuan pendidikan WBS di masa yang akan datang dan untuk meningkatkan peran serta fungsi dari para pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. Semoga saran yang diberikan bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan peningkatan peran serta fungsi pekerja sosial di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. 72 1. Kepada PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan Saran untuk panti adalah lebih meningkatkan pelayanan kegiatan keterampilan pengisi waktu luang (pendidikan non formal) WBS dengan lebih meningkatkan pemenuhan kebutuhan fasilitas seperti menambahkan fasilitas yaitu komputer dan mesin jahit. Karena komputer dan mesin jahit yang ada sebagian sudah rusak dan kurang perawatan. Serta panti disarankan mendatangkan guru-guru private/kursus bagi WBS yang sudah kelas IX dan kelas XII dengan kursus mata pelajaran untuk UAN yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika agar WBS lebih siap untuk menghadapi ujian akhirnya nanti. 2. Pengasuh/Pekerja Sosial Saran untuk para pengasuh/pekerja sosial adalah para pengasuh lebih memperhatikan kebutuhan WBS dan lebih meningkatkan komunikasi dan interaksi antara pengasuh dengan WBS sehingga terciptanya hubungan yang harmonis, tentram, dan nyaman serta terbentuknya hubungan kekeluargaan di PSAA karena peran pengasuh adalah sebagai pengganti orangtua mereka di panti dengan fungsi untuk mengawasi dan melindungi anak-anak asuhnya. 3. Kepada Instruktur Keterampilan Menjahit dan Komputer Saran untuk instruktur keterampilan WBS adalah lebih meningkatkan komunikasi dan interaksi dengan para pengasuh/pekerja sosial panti sehingga terciptanya hubungan kekeluargaan yang saling peduli satu sama lainnya dan dengan WBS sehingga terbentuknya 73 hubungan yang ramah dan lancarnya komunikasi agar tidak ada kesalahpahaman dengan WBS. 4. Kepada WBS (Warga Binaan Sosial) Saran untuk WBS adalah lebih meningkatkan belajarnya baik di sekolah maupun kegiatan keterampilan di panti dengan memanfaatkan semua fasilitas yang telah disediakan oleh panti agar WBS menjadi manusia yang dapat tumbuh kembang dengan akhlak yang mulia dan menjadi warga masyarakat yang dapat berfungsi di kemudian hari. 74 DAFTAR PUSTAKA Adi, Rukminto, Isbandi. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Jakarta: FISIP UI, 2005. Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Departemen Agama R.I. Surabaya: Penerbit CV. Jaya Sakti, 1989. Bunga Rampai Islam Dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006. Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Brosur Terbaru PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan 2011. Ekosusilo, Modyo, dkk. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang, 1990. Majalah: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Resource Centre SFFCCB CPSW-IPSPI, Vol. 1, No. II, (Maret, 2007). Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children Modul Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004. Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). UIN Jakarta: CeQDA (Center for Quality Development and Assurance), 2007. Nihayah, Zahrotun, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi Barat dan Islam. UIN Jakarta Press: 2006. Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Persada, 1999. Raja Grafindo Soewadji, Jusuf. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003. Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Rafika Aditama, 2005. Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: 2009. 74 75 Tim Dosen FIP-IKIP Malang. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan. Malang: Usaha Nasional, 1988. UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak INTERNET Editorial Media Massa Indonesia, 2006: Membangun Pendidikan, Mengatasi Kemiskinan, artikel diakses pada Senin, 28 Februari 2011 dari http://opini.wordpress.com/2006/11/08/membangun-pendidikanmengatasi-kemiskinan/ Prof. Dr. Soedijarto, MA, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: 2008), cet 1, artikel diakses pada Rabu, 09 Maret 2011 dari http://komunitasamam.wordpress.com/2009/04/11/blue-print-pendidikannasional/ Artikel diakses pada Rabu, 09 Maret 2011 dari http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/wargabicara/1345-hak-pendidikan-anak-anak-bangsa.html. Artikel diakses pada Rabu, 6 April 2011 dari http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article& id= 6128: menko-kesra--2010-penduduk-miskin-3102-jutajiwa&catid=52:sumut&Itemid=207 Artikel diakses pada Rabu, 6 April 2011 dari http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila,-JumlahAnak-Terlantar-17-Juta. PPI STKS Bandung Tahun 2008, Definisi Pekerjaan Sosial, artikel diakses pada Minggu, 08 Mei 2011 dari http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/definisi-pekerjaansosial/, Tonton Witono, SDM Kesos dan Pengembangannya, artikel diakses pada Minggu, 08 Mei 2011 dari http://bbppkspadang.wordpress.com/quantum-vi-no-112009-6/, Artikel diakses pada Senin, 14 Maret 2011 dari http://chintami.students.uii.ac.id/2009/03/24/definisi-ilmu-pendidikan/ 76 Artikel diakses pada Rabu, 04 Mei 2011 dari http://dunkdaknyonk.blogspot.com/2011/03/pengertian-anak-menurutbeberapa-uu.html. Artikel diakses pada Rabu, 04 Mei 2011 dari http://ichwanmuis.com/?p=1356, Anak Jalanan. Mahesa Bhirawa. Kualitas SDM Indonesia di Dunia. Artikel diakses pada 03 Novemebr 2011 dari http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/14/kualitas-sdmindonesia-di-dunia/amis, WAWANCARA Wawancara Pribadi dengan Bapak Mujiono, Aks, selaku Seksi Bimbingan dan Penyaluran. Wawancara Pribadi dengan Bapak Fachrizal Hamid, SH, selaku Seksi Identifikasi dan Asesmen. Wawancara Pribadi dengan WBS “AW” kelas XII SMK. Wawancara Pribadi dengan WBS “KJ” kelas XII SMK. Wawancara Pribadi dengan WBS “HA” kelas XII SMK. Wawancara Pribadi dengan WBS “IN” kelas XI SMK. LAMPIRAN-LAMPIRAN Pedoman Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran 1. Nama Informan : Mujiono, AKS 2. Jenis Kelamin Informan : Laki-laki 3. Umur Informan : 46 Tahun 4. Tanggal Wawancara : 24 Mei 2011 5. Tempat Wawancara : Di dalam kantor PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara I. Apa sajakah peran dan fungsi pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar di PSAA PU 3 Tebet? 1. Menurut Pak Muji, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial jika dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial? Jawab: Untuk di panti memang pekerja sosial. Dan saya memang dari latarbelakang sarjana pekerja sosial yang ditunjang pendidikan pekerja sosial. 2. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak? Jawab: Fungsinya sebagai pengganti orangtua. Dan perannya sebagai pengasuhan, pengawasan dan pembinaan. Serta dalam peran-peran tersebut masih terdapat peran-peran yang lainnya seperti mediator, dll yang disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Apakah tugas Bapak selaku Sie. Bimbingan dan Penyaluran di PSAA PU 3 Tebet ini? Jawab: Tugas saya menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah maupun pendidikan di panti seperti adanya keterampilan menjahit dan komputer, serta penyaluran. Fungsinya sebagai pengawas untuk mengawasi kegiatan-kegiatan anakanak yang sudah disediakan oleh panti sesuai dengan instruktur-instruktur yang telah disiapkan. 4. Seberapa besar peran pengasuh/pekerja sosial dalam memotivasi anakanak terhadap pendidikan mereka, Pak? Jawab: Sangat besar peran pengasuh/pekerja sosial di panti. Dari mulai bangun tidur, persiapan sarapan, transportnya, segala pemenuhan kebutuhan pendidikan mereka terpenuhi semaksimal mungkin sehingga dapat memotivasi anak-anak belajar di sekolah dengan nyaman dan tenang karena kebutuhannya sudah terpenuhi. 5. Adakah anak yang sering membuat masalah di sekolahnya? Jawab: Ada anak yang membuat masalah di sekolahnya. Seperti bolos sekolah. Bagaimana Bapak mengatasinya? Jawab: Bekerjasama dengan pihak sekolah seperti guru BP/wali kelas. Lalu, adakah hukuman/sanksi dari Bapak/pengasuh/pekerja sosial? Jawab: Hukuman/sanksi pasti ada melalui peringatan-peringatan. Jika mengulanginya sampai tiga kali maka anak tersebut dikeluarkan. 6. Siapakah yang bertanggungjawab dengan pengambilan rapor di sekolah? Jawab: Pihak panti dan juga saya khususnya yang bertanggungjawab dengan pengambilan rapor anak-anak di sekolah. Jika Bapak yang mewakili untuk pengambilan rapor, kenapa? Jawab: Karena saya sebagai sie pembimbing dan penyaluran yang juga menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah. Kenapa tidak orangtuanya saja jika anak tersebut masih ada orangtuanya untuk pengambilan rapor? Jawab: Tidak bisa orangtuanya yang mengambil rapor untuk anak-anak mereka karena pihak panti yang sudah bertanggungjawab dengan pendidikan mereka. 7. Jika anak-anak kelas 3 SMP sudah tamat sekolahnya, lalu apa yang Bapak lakukan terhadap anak tersebut? Apakah dilanjutkan sekolah dan tetap tinggal di PSAA? Jawab: Iya, tetap dilanjutkan sekolahnya dan dilanjutkan ke sekolah sesuai dengan NEM yang diperoleh dari hasil belajar mereka. Jika hasil NEM mereka tidak mencukupi masuk sekolah negeri maka akan dimasukkan ke sekolah swasta yang sudah bekerjasama dengan pihak seperti SMK Pancasila dan SMK Jakarta Timur 1. 8. Lalu, bagaimana dengan anak-anak kelas 3 SMA/SMK yang sudah tamat sekolahnya, apa yang Bapak lakukan? Apakah dicarikan pekerjaan untuk anak tersebut atau dikembalikan kepada orangtuanya? Jawab: Akan dipulangkan ke orangtuanya. Dan kemungkinan juga akan dicarikan pekerjaan dari pihak luar. II. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU 3 Tebet? 1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua pendidikan non formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan menjahit dan keterampilan komputer. 2. Lalu, bagaimana dengan sistem belajar anak-anak di PSAA PU 3 Tebet ini? Jawab: Sistem belajar anak-anak di panti diserahkan oleh mereka. Karena mereka sudah dewasa untuk dapat mengatur jadwal belajar mereka. 3. Apakah anak-anak di PSAA PU 3 Tebet dapat memanfaatkan kegiatan pengisi waktu luang mereka dan apakah program tersebut mengharuskan anak-anak ikut serta? (seperti mengikuti keterampilan menjahit dan komputer) Jawab: Untuk kegiatan pengisi waktu luang disesuaikan dengan bakat dan minat anak-anak dan disesuaikan juga dengan jam sekolah anak-anak. Yang diharuskan adalah mengikuti pengajian yaitu ceramah dan membaca AlQur’an. 4. Di PSAA PU 3 Tebet ada suatu organisasi yang diberi nama Organisasi Citra Intra Panti (OCIP). (Jika di sekolah OSIS). Kenapa dibentuk OCIP? Apakah tujuan dan fungsi dari OCIP itu sendiri? Jawab: Untuk mejembatani kegiatan WBS di panti. Seperti acara Maulid Nabi, yang mengadakan anak-anak bukan belajar berorganisasi. pengasuh agar anak-anak dapat 5. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang berprestasi di sekolahnya? Jawab: Tidak ada. Karena pendidikan mereka sudah ditanggung dari panti . 6. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anakanak sedang menghadapi ujian di sekolahnya? Jawab: Memotivasi anak-anak dengan memberikan support, belajar yang giat dan menjaga kesehatannya. 7. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai anakanak merosot turun? Jawab: Sama dengan jawaban yang tadi. Lebih giat belajarnya. Lalu memenuhi kebutuhan sekolahnya, modul-modul di copy untuk belajar, lalu panti juga berupaya mendatangkan guru les untuk anak-anak. 8. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak? Jawab: Menurut saya dengan cara belajar kelompok. Kakak mengajari adiknya. Ka. Sie. Bimbingan dan Penyaluran Mujiono, AKS 196506211989031006 Pedoman Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen 1. Nama Informan : 2. Jenis Kelamin Informan : 3. Umur Informan : 4. Tanggal Wawancara : 5. Waktu Wawancara : B. Wawancara I. Apa sajakah peran dan fungsi pekerja sosial terhadap pendidikan anakanak terlantar di PSAA PU 3 Tebet? 1. Jika ada keluarga yang kurang mampu dan ingin anak-anaknya tetap dapat melanjutkan sekolahnya. Lalu, bagaimana keluarga tersebut dapat memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet? 2. Menurut Bapak, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial jika dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial? 3. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak? 4. Apa saja tugas Pak Rizal selaku Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen? 5. Bagaimana cara petugas/pekerja sosial mengidentifikasi dan mengassessment calon WBS? 6. Seberapa besar peran pengasuh/pekerja sosial dalam memotivasi anakanak terhadap pendidikan mereka, Pak? 7. Mengapa petugas/pekerja sosial mendatangi rumah calon WBS (Home Visite)? 8. Jika anak-anak kelas 3 SMP sudah tamat sekolahnya, lalu apa yang Bapak lakukan terhadap anak tersebut? Apakah dilanjutkan sekolah dan tetap tinggal di PSAA? 9. Lalu, dengan anak-anak kelas 3 SMA/SMK yang sudah tamat sekolahnya, apa yang Bapak lakukan? Apakah dicarikan pekerjaan untuk anak tersebut atau dikembalikan kepada orangtuanya? II. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU 3 Tebet? 1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU 3 Tebet? 2. Lalu, bagaimana dengan sistem belajar anak-anak di PSAA PU 3 Tebet ini? 3. Apakah anak-anak di PSAA PU 3 Tebet dapat memanfaatkan kegiatan pengisi waktu luang mereka dan apakah program tersebut mengharuskan anak-anak ikut serta? (seperti mengikuti keterampilan menjahit dan komputer) 4. Di PSAA PU 3 Tebet ada suatu organisasi yang diberi Organisasi Citra Intra Panti (OCIP). (Jika di sekolah OSIS). Kenapa dibentuk OCIP? Apakah tujuan dan fungsi dari OCIP itu sendiri? 5. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang berprestasi di sekolahnya? 6. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anakanak sedang menghadapi ujian di sekolahnya? 7. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai anakanak merosot turun? 8. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak? 9. Kebutuhan apa saja yang diperlukan WBS untuk pendidikan mereka di sekolah mapun di panti ini, Pak? Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen H. Fachrizal Hamid, SH 195610051981031013 Pedoman Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS) 1. Nama Informan : AW 2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan 3. Umur Informan : 17 tahun 4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011 5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara I. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial di PSAA PU 3 Tebet 1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA? Jawab: Karena faktor ekonomi dan ingin melanjutkan sekolah. 2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA? Jawab: Kurang lebih 2 (dua) tahun. 3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Saya sendiri dengan musyawarah terlebih dulu dengan orangtua. 4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Dari sekolah yaitu SMK Pancasila. 5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Awalnya sedih tetapi lama-kelamaan senang. 6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Baik, karena telah memberikan keterampilan dan pendidikan kepada WBS PSAA PU 3 Tebet. 7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu? Jawab: Iya mereka dapat memberikan motivasi aku dalam hal belajarku. missal pengasuh suka menceritakan pengalaman kehidupan pribadinya dan contoh lainnya yaitu mereka menyuruh untuk belajar. 8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sebagai pengganti orangtua kita di rumah yang mewakili untuk mendidik dan mengajari kita sebagai anak yang sukses. 9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin? Jawab: Iya. Disesuaikan dengan jadwal keterampilan. 10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di dalam PSAA? Jawab: Ada. Kalau di sekolah, aku tidak suka pelajaran seni budaya karena gurunya gak enak ngajar jadi malas untuk belajar. Dan kalau di panti, pengaruh teman-teman dari panti kalau pada malas ikutan males. 11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan? Jawab: Memberikan keterampilan dengan sarana dan prasarana yang mendukung, memberikan bimbel untuk 3 (tiga) mata pelajaran utama Ujian Akhir Nasional (UAN) seperti matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dan sanksi yang tegas supaya kami bisa menjadi disiplin dan cerdas. Tegas di sini maksudnya jika melanggar peraturan sampai 3 kali harus dikeluarkan. Dan cerdas di sini maksudnya anak-anaknya jika disiplin pasti pinter dan ceradas. 12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan temanteman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti? (seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll). Jawab: Mendukung serta memberikan dana. 13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara tersebut? Jawab: 80% karena mereka hanya memberikan dana dan mereka taunya acara tersebut terlaksana. 14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Lari, jalan jongkok, potong uang tabungan, dll. 15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang mengahadapi ujian sekolah? Jawab: Dengan cara tidak boleh nonton tv selama ujian berlangsung. Dan juga memotivasi/mensupport untuk belajar agar ulangan bagus. 16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot turun? Jawab: Dengan cara dimarahin, dipanggil orangtua, disuruh belajar, dll. Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan Warga Binaan Sosial Pedoman Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS) 1. Nama Informan : KJ 2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan 3. Umur Informan : 16 tahun 4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011 5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara 1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA? Jawab: Karena saya ingin melanjutkan sekolah dan orangtua tidak ada biaya 2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA? Jawab: Kurang lebih 5 (lima) tahun 3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Orantua dan saya sendiri 4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Dari tetangga. 5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sangat senang. Karena di sini banyak teman, kalau di rumah tidak ada teman. Dan banyak pengalaman yang gak jelas. 6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sangat kurang. Missal, pengasuh hanya mengandalkan anak asuh untuk berfikir sadar diri. 7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu? Jawab: Iya. Pengasuh bercerita tentang pengalaman hidup pengasuh. Membandingkan dengan orang yang lebih sukses. 8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Jelas ada. 9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin? Jawab: Iya walaupun kurang maksimal. 10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di dalam PSAA? Jawab: Ada. Kalau di sekolah. Kurang bisa belajar Bahasa Inggris. Kalau di panti. Di sini kurang konsentrasi karena berisik saat belajar. 11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan? Jawab: Pengasuh harus lebih tegas dalam sanksi karena selama ini yang saya rasakan hanya tegas dalam artian masih ada rasa kasihan. Dan adanya bimbel yaitu 3 mata pelajaran untuk UAN. 12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan temanteman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti? (seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll). Jawab: Memberikan sumbangan/dana. 13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara tersebut? Jawab: Kurang lebih 50 %. Karena mereka hanya memberikan dana dan mereka taunya acara tersebut terlaksana. 14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Paling Cuma dinasehatin dengan suara yang keras. 15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang mengahadapi ujian sekolah? Jawab: Pengasuh selalu bilang “Jangan lupa belajar!”. 16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot turun? Jawab: Memberikan motivasi/masukan. Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan Warga Binaan Sosial Pedoman Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS) 1. Nama Informan : IN 2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan 3. Umur Informan : 15 tahun 4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011 5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara 1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA? Jawab: Karena saya kurang mampu dan masih ingin sekolah. 2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA? Jawab: 8 (delapan) bulan. 3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Saya sendiri. 4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Dari teman sekolah saya. 5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Setengah senang. Setengah sedih. 6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Lumayan baik. 7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu? Jawab:. Tidak juga 8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sebagai orangtua. 9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin? Jawab: 10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di dalam PSAA? Jawab: Tidak ada. 11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan? Jawab: Lebih an menyediakan fasilitas yang lebih baik lagi untuk WBS. 12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan temanteman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti? (seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll). Jawab: Menyediakan hal-hal yang diperlukan untuk sebuah acara tersebut. 13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara tersebut? Jawab: Sebesar mungkin. Karena itu juga acara mereka. 14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Teguran, panggil orangtua, dan bisa dikeluarkan. 15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang mengahadapi ujian sekolah? Jawab: Menyediakan alat-alat untuk ujian tersebut. 16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot turun? Jawab: Menegur serta memberikan semangat dan motivasi lagi. Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan Warga Binaan Sosial Pedoman Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS) 1. Nama Informan : HA 2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan 3. Umur Informan : 17 tahun 4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011 5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara 1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA? Jawab: Pengen hidup mandiri dan belajar 2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA? Jawab: Kurang lebih 5 (lima) tahun. 3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sendiri. Awalnya sich kakak saya yang menawarkan untuk tinggal dip anti, yaudah saya dan saya tinggal dip anti. 4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Dari kakak saya. 5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Senang. Karena mempunyaibanyak teman dan menjadi lebih mandiri. 6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sangat baik. 7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu? Jawab: Iya. Karena sampai saat ini saya masih bisa belajar itu berkat pengasuh yang ada di sini. 8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Fungsinya adalah untuk memberikan motivasi/semangat belajar kepada anak-anak dan memberikan perhatian kepada mereka agar anak-anaknya menjadi lebih berguna. 9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin? Jawab: Paling aku memanfaatkan computer, tetapi sebentar karena aku lebih suka memasak. Jadi waktu luang aku lebih banyak untuk memasak. 10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di dalam PSAA? Jawab: Kalau dip anti Alhamdulillah sampai saat ini belum ada hambatan. Tetapi kalau di sekolah belajar bahsa Inggris aku kurang bisa karena cara belajarnya terlalu cepet dan waktunya kurang yaitu seminggu hanya 3 jam saja. 11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan? Jawab: 12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan temanteman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti? (seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll). Jawab: Mengadakan rapat antar kelas 2 SMK Memberikan uang acara tersebut tapi hanya sebagian saja. 13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara tersebut? Jawab: 60 %. 14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Dihukum yaitu jalan jongkok, kadang lari samapi 5 puteran. 15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang mengahadapi ujian sekolah? Jawab: Member dukungan/menyemangati anak-anak PSAA agar lebih giat belajar, jaga kesehatan agar ujiannya tidak terganggu. 16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot turun? Jawab: Yang pengasuh lakukan yaitu member bimbingan/saran kepada anak yang bersangkutan/yang nilai kurang agar lebih giat lagi belajar. Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan Warga Binaan Sosial Transkip Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran 1. Nama Informan : Mujiono, AKS 2. Jenis Kelamin Informan : Laki-laki 3. Umur Informan : 46 Tahun 4. Tanggal Wawancara : 24 Mei 2011 5. Tempat Wawancara : Di dalam kantor PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet? 1. Menurut Pak Muji, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial jika dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial? Jawab: Untuk di panti memang pekerja sosial. Dan saya memang dari latarbelakang sarjana pekerja sosial yang ditunjang pendidikan pekerja sosial. 2. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak? Jawab: Fungsinya sebagai pengganti orangtua. Dan perannya sebagai pengasuhan, pengawasan dan pembinaan. Serta dalam peran-peran tersebut masih terdapat peran-peran yang lainnya seperti mediator, dll yang disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Apakah tugas Bapak selaku Sie. Bimbingan dan Penyaluran di PSAA PU 3 Tebet ini? Jawab: saya menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah maupun pendidikan di panti seperti adanya keterampilan menjahit dan komputer, serta penyaluran. Fungsinya sebagai pengawas untuk mengawasi kegiatan-kegiatan anak-anak yang sudah disediakan oleh panti sesuai dengan instrukturinstruktur yang telah disiapkan. 4. Seberapa besar peran pengasuh/pekerja sosial dalam memotivasi anakanak terhadap pendidikan mereka, Pak? Jawab: Sangat besar peran pengasuh/pekerja sosial di panti. Dari mulai bangun tidur, persiapan sarapan, transportnya, segala pemenuhan kebutuhan pendidikan mereka terpenuhi semaksimal mungkin sehingga dapat memotivasi anak-anak belajar di sekolah dengan nyaman dan tenang karena kebutuhannya sudah terpenuhi. 5. Adakah anak yang sering membuat masalah di sekolahnya? Jawab: Ada anak yang membuat masalah di sekolahnya. Seperti bolos sekolah. Bagaimana Bapak mengatasinya? Jawab: Bekerjasama dengan pihak sekolah seperti guru BP/wali kelas. Lalu, adakah hukuman/sanksi dari Bapak/pengasuh/pekerja sosial? Jawab: Hukuman/sanksi pasti ada melalui peringatan-peringatan. Jika mengulanginya sampai tiga kali maka anak tersebut dikeluarkan. 6. Siapakah yang bertanggungjawab dengan pengambilan rapor di sekolah? Jawab: Pihak panti dan juga saya khususnya yang bertanggungjawab dengan pengambilan rapor anak-anak di sekolah. Jika Bapak yang mewakili untuk pengambilan rapor, kenapa? Jawab: Karena saya sebagai sie pembimbing dan penyaluran yang juga menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah. Kenapa tidak orangtuanya saja jika anak tersebut masih ada orangtuanya untuk pengambilan rapor? Jawab: Tidak bisa orangtuanya yang mengambil rapor untuk anak-anak mereka karena pihak panti yang sudah bertanggungjawab dengan pendidikan mereka. 7. Jika anak-anak kelas 3 SMP sudah tamat sekolahnya, lalu apa yang Bapak lakukan terhadap anak tersebut? Apakah dilanjutkan sekolah dan tetap tinggal di PSAA? Jawab: Iya, tetap dilanjutkan sekolahnya dan dilanjutkan ke sekolah sesuai dengan NEM yang diperoleh dari hasil belajar mereka. Jika hasil NEM mereka tidak mencukupi masuk sekolah negeri maka akan dimasukkan ke sekolah swasta yang sudah bekerjasama dengan pihak seperti SMK Pancasila dan SMK Jakarta Timur 1. 8. Lalu, bagaimana dengan anak-anak kelas 3 SMA/SMK yang sudah tamat sekolahnya, apa yang Bapak lakukan? Apakah dicarikan pekerjaan untuk anak tersebut atau dikembalikan kepada orangtuanya? Jawab: Akan dipulangkan ke orangtuanya. Dan kemungkinan juga akan dicarikan pekerjaan dari pihak luar. II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)? 1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua pendidikan non formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan menjahit dan keterampilan komputer. 2. Lalu, bagaimana dengan sistem belajar anak-anak di PSAA PU 3 Tebet ini? Jawab: Sistem belajar anak-anak di panti diserahkan oleh mereka. Karena mereka sudah dewasa untuk dapat mengatur jadwal belajar mereka. 3. Apakah anak-anak di PSAA PU 3 Tebet dapat memanfaatkan kegiatan pengisi waktu luang mereka dan apakah program tersebut mengharuskan anak-anak ikut serta? (seperti mengikuti keterampilan menjahit dan komputer) Jawab: Untuk kegiatan pengisi waktu luang disesuaikan dengan bakat dan minat anak-anak dan disesuaikan juga dengan jam sekolah anak-anak. Yang diharuskan adalah mengikuti pengajian yaitu ceramah dan membaca Al-Qur’an. 4. Di PSAA PU 3 Tebet ada suatu organisasi yang diberi nama Organisasi Citra Intra Panti (OCIP). (Jika di sekolah OSIS). Kenapa dibentuk OCIP? Apakah tujuan dan fungsi dari OCIP itu sendiri? Jawab: Untuk mejembatani kegiatan WBS di panti. Seperti acara Maulid Nabi, yang mengadakan anak-anak bukan pengasuh agar anak-anak dapat belajar berorganisasi. 5. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang berprestasi di sekolahnya? Jawab: Tidak ada. Karena pendidikan mereka sudah ditanggung dari panti . 6. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anakanak sedang menghadapi ujian di sekolahnya? Jawab: Memotivasi anak-anak dengan memberikan support, belajar yang giat dan menjaga kesehatannya. 7. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai anak-anak merosot turun? Jawab: Sama dengan jawaban yang tadi. Lebih giat belajarnya. Lalu memenuhi kebutuhan sekolahnya, modul-modul di copy untuk belajar, lalu panti juga berupaya mendatangkan guru les untuk anak-anak. 8. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak? Jawab: Menurut saya dengan cara belajar kelompok. Kakak mengajari adiknya. Ka. Sie. Bimbingan dan Penyaluran Mujiono, AKS 196506211989031006 Transkip Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen 1. Nama Informan : H. Fachrizal Hamid, SH 2. Jenis Kelamin Informan : laki-laki 3. Umur Informan : 54 tahun 4. Tanggal Wawancara : 24 Mei 2011 5. Waktu Wawancara : Di dalam kantor PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet? 1. Jika ada keluarga yang kurang mampu dan ingin anak-anaknya tetap dapat melanjutkan sekolahnya. Lalu, bagaimana keluarga tersebut dapat memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Melalui brosur, tetangga, atau dari mulut ke mulut. Dan bisa secara langsung datang ke PSAA PU 3 Tebet. Diberi penjelsan tentang syarat-syarat panti. Dengan membawa surat keterangan tidak mampu dari RT, RW, dan kelurahan, serta harus memiliki ijazah sebelumnya. Dan yang paling penting harus mau mentaati peraturan-peraturan yang ada di panti. 2. Menurut Bapak, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial jika dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial? Jawab: Iya sama karena fungsi dari pengasuh itu adalah untuk membina anakanak asuh yang ada di sini. 3. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak? Jawab: Iya sama yaitu membina, mengawasi baik di sekolah maupun belajarnya di sini. Mengawasi perilaku dan tata tertib dip anti, agar dapat mengikuti aturan yang ada di panti. 4. Apa saja tugas Pak Rizal selaku Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen? Jawab: Yaitu melakukan penerimaan calon wbs, mengadakan seleksi dan administrasi, serta kebersihan dan kesehatan. 5. Bagaimana cara petugas/pekerja sosial mengidentifikasi dan mengassessment calon WBS? Jawab: Identifikasi itu seperti penerimaan calon wbs, menyeleksi syarat-syarat dengan calon wbs, tahap wawancara dengan keluarga. Asesmen misal kasus wbs, manggil wbs, mencari solusi bersama dengan melibatkan keluarga. Jika anak sudah ada di panti, konsultasi keluarga untuk memecahkan masalah yang dihadapi wbs untuk mencari solusi bersama. Sebelum anak masuk ke panti petugas/pekerja sosial mengadakan kunjungan ke rumah (home visit) untuk mengetahui kebenaran kondisi dari keluarga. Tujuannya untuk mencari data yang sebenarnya. 6. Mengapa petugas/pekerja sosial mendatangi rumah calon WBS (Home Visite)? Jawab: Untuk memengetahui kebenaran kondisi dari keluarga dengan tujuan untuk mencari data yang sebenarnya. II. Pealayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)? 1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua pendidikan non formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan menjahit dan keterampilan komputer. 2. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang berprestasi di sekolahnya? Jawab: Tidak ada pemberian beasiswa dari panti. Tetapi jika dari sekolah ada. 3. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anakanak sedang menghadapi ujian di sekolahnya? Jawab: Lebih intensif belajarnya, dipanggil guru les bahasa Inggris dan matematika. 4. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai anak-anak merosot turun? Jawab: Lebih giat lagi belajarnya dan pengasuh mengontrol lagi anak-anak yang belajar. 5. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak? Jawab: Cara efektifnya yaitu menentukan jam-jam belajar dan menyuruh wbs untuk belajar kelompok, mencari tempat dan waktu belajar untuk menciptakan suasana belajar yang tenang dan nyaman. 6. Kebutuhan apa saja yang diperlukan WBS untuk pendidikan mereka di sekolah mapun di panti ini, Pak? Jawab: Alat-alat tulis, pakaian sekolah, uang transport, uang photocopy modul, pembalut, alat-alat mandi, lotion anti nyamuk, dll. Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen H. Fachrizal Hamid, SH 195610051981031013 Transkip Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS) 1. Nama Informan : AW 2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan 3. Umur Informan : 17 tahun 4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011 5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di PSAA PU 3 Tebet? 1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA? Jawab: Karena faktor ekonomi dan ingin melanjutkan sekolah. 2. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Saya sendiri dengan musyawarah terlebih dulu dengan orangtua. 3. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Dari sekolah yaitu SMK Pancasila. 4. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Awalnya sedih tetapi lama-kelamaan senang. 5. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sebagai pengganti orangtua kita di rumah yang mewakili untuk mendidik dan mengajari kita sebagai anak yang sukses. 6. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Lari, jalan jongkok, potong uang tabungan, dll. II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)? 1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Baik, karena telah memberikan keterampilan dan pendidikan kepada WBS PSAA PU 3 Tebet. 2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu? Jawab: Iya mereka dapat memberikan motivasi aku dalam hal belajarku. missal pengasuh suka menceritakan pengalaman kehidupan pribadinya dan contoh lainnya yaitu mereka menyuruh untuk belajar. 3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin? Jawab: Iya. Disesuaikan dengan jadwal keterampilan. 4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di dalam PSAA? Jawab: Ada. Kalau di sekolah, aku tidak suka pelajaran seni budaya karena gurunya gak enak ngajar jadi malas untuk belajar. Dan kalau di panti, pengaruh teman-teman dari panti kalau pada malas ikutan males. 5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan? Jawab: Memberikan keterampilan dengan sarana dan prasarana yang mendukung, memberikan bimbel untuk 3 (tiga) mata pelajaran utama Ujian Akhir Nasional (UAN) seperti matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dan sanksi yang tegas supaya kami bisa menjadi disiplin dan cerdas. Tegas di sini maksudnya jika melanggar peraturan sampai 3 kali harus dikeluarkan. Dan cerdas di sini maksudnya anakanaknya jika disiplin pasti pinter dan ceradas. 6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang mengahadapi ujian sekolah? Jawab: Dengan cara tidak boleh nonton tv selama ujian berlangsung. Dan juga memotivasi/mensupport untuk belajar agar ulangan bagus. 7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot turun? Jawab: Dengan cara dimarahin, dipanggil orangtua, disuruh belajar, dll. Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan Warga Binaan Sosial Transkip Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS) 1. Nama Informan : KJ 2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan 3. Umur Informan : 16 tahun 4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011 5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet? 1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA? Jawab: Karena saya ingin melanjutkan sekolah dan orangtua tidak ada biaya. 2. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Orangtua dan saya sendiri. 3. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sangat senang. Karena di sini banyak teman, kalau di rumah tidak ada teman. Dan banyak pengalaman yang gak jelas. 4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Dari tetangga saya kak. 5. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Paling Cuma dinasehatin dengan suara yang keras. 6. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Jelas ada. Yaitu sebagai pengganti orangtua yang mendidik dan melindungi di sini. II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)? 1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sangat kurang. Misal, pengasuh hanya mengandalkan anak asuh untuk berfikir sadar diri. 2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu? Jawab: Iya. Pengasuh bercerita tentang pengalaman hidup pengasuh. Membandingkan dengan orang yang lebih sukses. 3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin? Jawab: Iya walaupun kurang maksimal. 4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di dalam PSAA? Jawab: Ada. Kalau di sekolah. Kurang bisa belajar Bahasa Inggris. Kalau di panti. Di sini kurang konsentrasi karena berisik saat belajar. 5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan? Jawab: Pengasuh harus lebih tegas dalam sanksi karena selama ini yang saya rasakan hanya tegas dalam artian masih ada rasa kasihan. Dan adanya bimbel yaitu 3 mata pelajaran untuk UAN. 6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang mengahadapi ujian sekolah? Jawab: Pengasuh selalu bilang “Jangan lupa belajar!”. 7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot turun? Jawab: Memberikan motivasi/masukan. Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan Warga Binaan Sosial Transkip Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS) 1. Nama Informan : IN 2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan 3. Umur Informan : 15 tahun 4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011 5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet? 1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA? Jawab: Karena saya kurang mampu dan masih ingin sekolah. 2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA? Jawab: 8 (delapan) bulan. 3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Saya sendiri. 4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Dari teman sekolah saya. 5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Ada senangnya ada sedihnya juga kak. Senang tinggal di sini karena banyak teman, tidur rame-rame. Sedihnya yah gak bisa bertemu sama keluarga terutama sama mama setiap hari. 6. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sebagai orangtua. 7. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Teguran, panggil orangtua, dan bisa dikeluarkan. II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)? 1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Cukup baik. Saya bersyukur bisa disekolahkan di sini. 2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu? Jawab: Tentu dengan semangat dari mereka saya dapat menjalankan aktivitas sekolah saya dengan baik dan berjalan dengan lancar. 3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin? Jawab: Tentu dong kak. Saya mengikuti keterampilan qosidahan. Tadinya saya gak bisa dan gak tau menau tentang memainkan alat musik qosidah tetapi setelah saya mengikuti keterampilan qosidah, saya jadi bisa kak. 4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di dalam PSAA? Jawab: Tidak ada. Karena panti sudah memberi saya kenyamanan untuk belajar di sekolah maupun di panti sehingga saya dapat belajar dengan tenang. 5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan? Jawab: Lebih menyediakan fasilitas yang lebih baik lagi untuk WBS. 6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang mengahadapi ujian sekolah? Jawab: Menyediakan alat-alat untuk ujian tersebut. 7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot turun? Jawab: Menegur serta memberikan semangat dan motivasi lagi. Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan Warga Binaan Sosial Transkip Wawancara Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di Tebet Jakarta Selatan A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS) 1. Nama Informan : HA 2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan 3. Umur Informan : 17 tahun 4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011 5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet B. Wawancara I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet? 1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA? Jawab: Pengen hidup belajar mandiri dan agar bisa melanjutkan sekolah karena saya masih ingin belajar. 2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA? Jawab: Kurang lebih 5 (lima) tahun. 3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sendiri. Awalnya sich kakak saya yang menawarkan untuk tinggal dip anti, yaudah saya dan saya tinggal di panti. 4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Dari kakak saya. 5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Senang. Karena mempunyai banyak teman dan menjadi lebih mandiri. 6. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Fungsinya adalah untuk memberikan motivasi/semangat belajar kepada anak-anak dan memberikan perhatian kepada mereka agar anak-anaknya menjadi lebih berguna. 7. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Dihukum yaitu jalan jongkok, kadang lari sampai 5 puteran. Paling dikit 2 atau 3 puteran sich. II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)? 1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet? Jawab: Sangat baik. Karena dapat memberikan pendidikan keterampilan yang hasilnya dapat bermanfaat suatu saat nanti jika saya sudah keluar dari sini. 2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu? Jawab: Iya. Karena sampai saat ini saya masih bisa belajar itu berkat pengasuh yang ada di sini. 3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin? Jawab: Paling aku memanfaatkan komputer, tetapi sebentar karena aku lebih suka memasak. Jadi waktu luang aku lebih banyak untuk memasak. 4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di dalam PSAA? Jawab: Kalau di panti Alhamdulillah sampai saat ini belum ada hambatan. Tetapi kalau di sekolah belajar bahsa Inggris aku kurang bisa karena cara belajarnya terlalu cepet dan waktunya kurang yaitu seminggu hanya 3 jam saja. 5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan? Jawab: Menyediakan segala fasilitas untuk belajar WBS agar lebih giat lagi belajarnya, agar lebih semangat lagi ditambahkan lagi mesin jahit dan komputer. 6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang mengahadapi ujian sekolah? Jawab: Memberi dukungan/menyemangati anak-anak PSAA agar lebih giat belajar, jaga kesehatan agar ujiannya tidak terganggu. 7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot turun? Jawab: Yang pengasuh lakukan yaitu member bimbingan/saran kepada anak yang bersangkutan/yang nilai kurang agar lebih giat lagi belajar. Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan Warga Binaan Sosial DAFTAR NAMA ANAK ASUH PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET TAHUN 2010/2011 NO. NAMA TANGGAL LAHIR ASAL SEKOLAH KLS. KET. 1 2 3 4 5 6 7 Jakarta, 06 Januari 1998 Jakarta, 15 Maret 1998 Bogor, 25 Januari 1998 Jakarta, 07 Januari 1996 Jakarta, 24 Mei 1997 Jakarta, 28 Februari 1998 Jakarta, 08 Juni 1998 Jakarta, 19 Nopember 1996 Jakarta, 16 September 1996 Jakarta, 29 Agustus 1996 Jakarta, 18 Februari 1995 Karawang, 10 Oktober 1996 Jakarta, 31 Desember 1995 Tasikmalaya, 14 Agustus 1997 Bogor, 31 Maret 1997 Jakarta, 21 September 1996 Jakarta, 04 Januari 1994 Magelang, 21 Juli 1994 Jakarta, 30 Juli 1996 Jakarta, 15 Januari 1993 Jakarta, 11 November 1994 Jakarta, 13 Februari 1995 Jakarta, 08 Mei 1995 Bogor, 29 April 1994 Jakarta, 13 Juli 1995 Jakarta, 03 Februari 1996 Jakarta, 23 Juli 1992 Jakarta, 09 April 1995 Jakarta, 24 April 1995 Padang, 16 Februari 1995 Jakarta, 25 April 1996 Jakarta, 24 Januari 1996 Jakarta, 18 April 1995 Jakarta, 23 Agustus 1993 Jakarta, 13 Maret 1994 Jakarta, 09 Desember 1993 Tangerang, 04 Desember 1993 Bandung, 14 Agustus 1994 Jakarta, 20 Mei 1992 Jakarta, 17 September 1993 Jakarta, 27 Juli 1994 Medan, 11 Maret 1994 Jakarta, 01 Juni 1993 Rangkas Bitung, 20 November 1993 Jakarta, 19 Maret 1994 Jak-Tim Jak-Sel Jak-Sel Jak-Sel Jak-Tim Jak-Sel Jak-Ut Jak-Sel Jak-Tim Jak-Ut Jak-Sel Jak-Bar Jak-Pus Jak-Sel Jak-Sel Jak-Tim Jak-Tim Jak-Tim Jak-Tim Jak-Tim Jak-Sel Jak-Sel Jak-Sel Jak-Tim Jak-Tim Jak-Ut Jak-Sel Jak-Tim Jak-Bar Jak-Ut Jak-Tim Jak - Sel Jak-Tim Jak-Sel Jak-Sel Kep. Seribu Kep. Seribu Jak-Sel Jak-Ut Jak-Sel Jak-Ut Jak-Tim Jak-Bar Jak-Bar Jak-Tim SMP DCB Palad SMP DCB Palad SMP DCB Palad SMP DCB Palad SMP N 3 SMP N 3 SMP N 3 SMP N 15 SMP N 15 SMP N 3 SMP N 3 SMP N 3 SMP DCB Palad SMP DCB Palad SMP DCB Palad SMP DCB Palad SMP N 3 SMP N 15 SMP N 33 SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila VII-B VII-C VII-A VII-A VII-7 VII-9 VII-5 VIII-5 VIII-7 VIII-6 VIII-7 VIII-7 VIII-C VIII-A VIII-C IX-C IX-7 IX-5 IX-F X-AP-2 X-AK-1 X-AK-1 X-AP-3 X-AK-1 X-AP X-AP X-AK X-AP X-AK X-AP X-AK X-AK XI-AK XI-AK XI-AK XI-AP-1 XI-AP-1 XI-AK XI-AP-1 XI-AP-1 XI-AP-1 XI-AP-2 XI-AP-2 XI-AK XI-AK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Fina Amelia Anggi Andriani Raudi Tuzahra Januarti Linda Rusliana Malik Verawati Intan Sari Shella Rusmania Larasati Septiani Samsiah Anisa Lestari Andika Siti Khuzaimah Sofi Ai Nurjanah Helmi Tamia Risawati Megawati Siti Zularifah Lara Andika Prihatin Siti Patimah Taskiah Amaliah Febbyanti Zelfia Tarwiah Siti Fauziah Nur Yuliana Fauziah Fithia Umadibah Heni Larasanti Zahrina Vini Aprilia Chairunisa Ullandari Indri Adha Aprilia Siara Suci Amelia Virda Fayrus Ayu Wulandari Esy Fitriani Fira Pratika Desi Nursela Maulani Hasanah M. Sri Rohmawati Nur Hanifah Khojanah Ivo Islami Fitri Nurul Hasriah Haeti Uci Rahmani 1 2 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 Maya Yetty Helena Sir Siti Kholilah Evi Trendiyanti Tia Nugraha Tanti Setiawati Indrianti Ade Iriani Cynthia L.I.K. Istikharoh Fenny Effendy Erlinawati Diah Safitri Novi Purwanti Nurul Qomariah Ratna Febrianti Khalifah Nuraini Yenni Rismawati Elly Charisma Wijaya Chintia Andita Sobari Siti Nurwulan Siti Masitoh Selly Fitria Mimi Betaviani Nadia Rahmanita Adha Ratih Kurnia Desri Elpa Sarra Elva Arika Resti Perdani Reni Puspitasari Nina Komala Sari Rosmala Pondariska Eki Sri Wahyuni Nurul Lailiah 3 4 Jakarta, 16 Juli 1994 Jakarta, 22 Februari 1995 Pekalongan, 26 September 1993 Sukoharjo, 08 Desember 1993 Jakarta, 05 Juni 1993 Kebumen, 12 Agustus 1993 Depok, 07 Mei 1994 Jaya Pura, 28 Juli 1995 Tanggerang, 26 September 1995 Magelang, 25 Oktober 1992 Jakarta, 22 Januari 1994 Jakarta, 05 Mei 1993 Jakarta, 17 April 1992 Cilacap, 19 November 1993 Jakarta, 12 Juli 1993 Jakarta, 16 Februari 1994 Jakarta, 27 Februari 1994 Lampung, 30 Juni 1991 Pasuruan, 30 Maret 1993 Jakarta, 17 Oktober 1993 Jakarta, 07 Agustus1993 Jakarta, 16 Juni 1993 Bandung, 08 April 1992 Jakarta, 30 September 1992 Jakarta, 01 Juni 1993 Jakarta, 21 Juni 1993 Medan, 10 Desember 1992 Bitung, 09 Oktober 1995 Jakarta, 08 Agustus 1994 Jakarta, 21 Februari 1995 Jakarta, 24 Februari 1991 Jakarta, 31 Desember 1991 Jakarta, 09 Juni 1992 Padang, 23 Juni 1992 Jakarta, 18 Februari 1991 Kep. Seribu Jak-Tim Jak-Tim Jak-Tim Jak-Pus Jak-Tim Jak-Sel Jak-Bar Jak-Bar Jak-Tim Jak-Bar Jak-Sel Jak-Sel Jak-Bar Jak-Tim Jak-Ut Kep. Seribu Jak-Tim Jak-Ut Jak-Sel Jak-Sel Jak-Sel Jak-Sel Jak-Tim Jak-Pus Jak-Sel Jak-Tim Jak-Tim Jak-Sel Jak-Tim Jak-Tim Jak-Tim Jak-Tim Jak-Tim Jak-Ut 5 6 SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Pancasila SMK Pancasila SMK Pancasila SMK N 8 SMK N 7 SMK N 50 SMA N 55 SMK N 56 SMK N 56 SMK N 40 SMK N 40 SMK N 40 SMK N 31 SMK N 31 SMK N 47 SMK Tirta Sari SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Pancasila SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I SMK Jak-Tim I XI-AK XI-AP-2 XI-AP-1 XI-PJ-2 XI-AK-1 XI-AK-1 XI-AK-1 XI-AP-2 XI-AK-2 XI-PJ-3 XII-AK XII-AK XII-AK XII-AK-2 XII-CP-3 XII-AP-2 XII-IPS-D XII-TGB XII-TGB XII-AK-2 XII-MM XII-AK-1 XII-AK-2 XII-AK-2 XII-AK-3 XII-AP-2 XI-AK-1 X-AK-2 XI-AP-2 XI-AK XII-AP-2 XII-AP-2 XII-AP-2 XII-AK XII-AP-1 Jakarta, 2 Agustus 2010 KEPALA PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET, Dra. Hj. RAHAYU PARAMITA NIP 195707211986032002 7 POLA PEMBINAAN / PELAYANAN DI PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET PSAA Klender Duren Sawit Anak Terlantar : 1. Wanita 2. usia 13 s/d 18 thn 3. Memiliki Ijazah / Raport terakhir 4. Sehat Jasmani dan Rohani TRAMTIB A. Identifikasi 1. Identifikasi 2. Seleksi 3. Motivasi Penyaluran 1. Perawatan 1. Keluarga 2. Bekerja 2. Pemeliharaan 3. Perlindungan Sosial 4. Pembinaan Fisik Dinas/Sudin Bintal Kesos Asal WBS Rujukan / Penyerahan dari Instansi/ masyarakat Calon WBS Berminat mengikuti pendidikan formal dan tinggal dalam panti B. Penerimaan Proses Penerim aan 1. Registrasi 2. Pengasrama an Kepolisian Asuhan Anak 5. Pembinaan Kesehatan 6. Bimbingan Mental dan Sosial 7. Bimbingan Kepribadian Resosialisasi : - Bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga dan masyarakat Penyaluran Bina Lanjut dan Termi nasi Bina Lanjut - Bimbingan / Pembinaan kerja 8. Pendidikan Masyarakat Keluarga Anak Keluarga tidak mampu : 1. Wanita 2. usia 13 s/d 18 thn 3. Memiliki Ijazah / Raport terakhir 4. Sehat Jasmani dan Rohani 5. Domisili di wilayah DKI C. Asesmen 1. Konsultasi 2. Pengungka pan dan pe mahaman masalah 3. Home Visit 9. Latihan Ketrampilan Terminasi Anak yang mandiri, normatif dalam kehidupan di masyarakat KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002 tanggal 13 November 2002 BAB IV Pasal 12, 13 Kedudukan Tugas dan Fungsi Kedudukan Merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Bintal dan Kesos dalam Pengasuhan dan Pembinaan anak terlantar Tugas Menyelenggarakan kegiatan pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar yang meliputi Identifikasi dan Asesmen, Bimbingan dan Penyaluran serta Bina Lanjut Fungsi 1. Pelayanan Pendekatan awal meliputi Penjangkauan, Observasi, Identifikasi, Motivasi dan Seleksi. 2. Pelaksanaan Penerimaan meliputi registrasi, persyaratan Administrasi dan Penempatan dalam Panti. 3. Pelaksanaan Perawatan, Pemeliharaan Fisik dan Kesehatan. 4. Pelaksanaan Asesmen meliputi penelaahan, Pengungkapan dan Pemahaman Masalah dan Potensi. 5. Pelaksanaan Pembinaan Fisik, Bimbingan Mental dan Pelatihan Ketrampilan Kerja Usaha Mandiri. 6. Pelaksanaan Resosialisasi meliputi Praktek Belajar Kerja, Reintegrasi dengan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. 7. Pelaksanaan Rujukan ke Lembaga Pelayanan lain dan Penyaluran. 8. Pelaksanaan Pembinaan Lanjut meliputi Monitoring, Asistensi, Pemantapan dan Terminasi.