PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP

advertisement
PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP PENDIDIKAN
ANAK-ANAK TERLANTAR
(Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet
Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
FITRIYAH
NIM: 107054103245
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP PENDIDIKAN
ANAK-ANAK TERLANTAR
(Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet
Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
FITRIYAH
NIM: 107054103245
Pembimbing
Ahmad Zaky, M.Si
NIP.1504 111 58
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anakanak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03
Tebet Jakarta Selatan) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada 25 Agustus
2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesejahteraan Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Kesejahteraan
Sosial.
Jakarta, 25 Agustus 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. H. Mahmud Jalal, MA
NIP. 19520422 198103 002
Ahmad Zaky, M.Si
NIP.1504 111 58
Penguji I
Penguji II
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 19700903 199603 1001
Nurkhayati Nurbus, M.Si
NIP. 19740908 199803 1002
Pembimbing
Ahmad Zaky, M.Si
NIP.1504 111 58
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Agustus 2011
FITRIYAH
107054103245
ABSTRAK
Fitriyah
Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar (Studi
Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan)
Pendidikan harus memiliki tujuan bagaimana masyarakat minat dan
keinginannya bisa terpedayakan secara merata. Karenanya pendidikan secara
praktik, harus dapat dilihat perannya dalam kehidupan masyarakat. Persoalan
pendidikan seperti itu bukan saja harus mampu merealisasikan tuntutan
masyarakat juga membuktikan out put yang dihasilkan di suatu lembaga
pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu
atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara
teratur dan sistematis ke arah kedewasaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pekerja sosial terhadap
pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) dan untuk mengetahui pelayanan
pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet
Jakarta Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif sehingga
mendapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan
secara jelas dari kondisi sebenarnya. Subyek penelitian terdiri dari pekerja
sosial/pengasuh dan Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta
Selatan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan
studi dokumentasi.
Dari hasil penelitian, maka diperoleh data bahwa: 1. Peran pekerja
sosial/pengasuh di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan yang lebih dominan
dimainkan yaitu sebagai pendidik dan perantara. Sebagai pendidik, pekerja
sosial/pengasuh berperan dalam membina, mengawasi, serta memberikan
perlindungan untuk WBS. Dan peran sebagai perantara dalam
menghubungkan/memfasilitasi WBS dengan dunia pendidikan. 2. Pelayanan
pendidikan yang diperoleh WBS adalah pendidikan formal berupa sekolah di luar
panti dan pendidikan non formal yaitu berupa kegiatan pengisi waktu luang
seperti kegiatan keterampilan komputer dan menjahit.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohiim…
Alhamdulillah... Tiada yang pantas penulis ucapkan selain puja dan syukur
bagi Allah SWT. Tuhan pencipta langit dan bumi beserta isinya. Karena telah
memberikan segala curahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak pula
penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang telah
membawa umatnya dari alam kebodohan menuju alam ilmu pengetahuan. Dengan
selesainya skripsi yang bejudul “Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan
Anak-anak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 03 Tebet Jakarta Selatan)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial Islam Program Strata Satu (S.Sos.I) pada Program Studi
Kesejahteraan Sosial, maka penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Besar harapan penulis kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penelitian
ini. Dan penulis juga sangat berharap penelitian ini berguna bagi semua pihak
yang menggeluti pelayanan pendidikan untuk anak-anak terlantar pada umumnya
dan kepada penulis pada khususnya. Setelah melalui proses yang amat panjang
dan godaan serta hambatan yang sangat banyak yang penulis alami dalam
melakukan penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan
kepada penulis dalam menyelsaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut
terutama kepada:
ii
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I,
Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan Bapak Drs.
Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III yang telah membimbing penulis
selama melaksanakan studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial dan juga seluruh staff akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu penulis dalam memperlancar penulisan
skripsi ini.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Sekretaris Program studi Kesejahteraan
Sosial dan selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan dan
mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan,
kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang sangat besar kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku dosen penguji I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi panitia ujian skripsi
sehingga saya dapat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I).
5. Ibu Nurkhayati Nurbus, M.A selaku dosen penguji II yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi panitia ujian skripsi sehingga saya
dapat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I).
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan dedikasi dan ilmunya
selama penulis kuliah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
iii
7. Kedua orangtuaku tercinta, H. Darwin Effendi dan Hj. Mulyati, yang telah
mendidik, mendoakan dan memberi kasih sayangnya yang tak terhingga
kepada penulis baik motivasi, moril, bahkan pengorbanannya.
8. Untuk kakakku, Sisca Daryati dan Sukroni S.T (Kakak Ipar), Achmad
Zakir S.IP dan Umroti S.Psi (Kakak Ipar). Serta
adikku Muhammad
Rizal, mereka yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada
penulis.
9. Ketiga keponakanku yang tersayang dan lucu-lucu, Salsabila Syakila,
Sulthan Syalbiansyah, dan Dhaffian Al-Fawwazi, dengan adanya canda
dan tawa dari mereka membuat hati penulis terhibur sehingga mengurangi
rasa penat penulis saat penyusunan skripsi ini.
10. Specially for my boy friend, teman hidup di masa depan, Firmansyah, yang
telah memberikan kasih sayangnya beserta iringan doa untuk penulis,
menemani dan memberikan semangat saat penulis rapuh dalam
penyelesaian skripsi ini.
11. Yang selalu menjadi sahabat baikku, Nurul Hafizhah, Siti Izzatul Yazidah
dan Fazra Raissa Wulandari, yang telah menjadi sahabat baikku selama
kurang lebih empat tahun di UIN dan semoga selalu selamanya bersahabat,
serta tak lupa iringan doa selalu untuk penulis dari mereka.
12. Teman-teman senasib dan seperjuangan khususnya untuk angkatan 2007
dalam mencapai cita-cita di Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Selatan.
13. Ibu Dra. Rahayu Paramita, selaku Kepala Panti PSAA PU 3 Tebet Jakarta
Selatan. Yang telah memberikan izin penulis untuk penelitian skripsi.
iv
14. Bpk Mujiono, AKS, selaku Seksi Bidang Bimbingan dan Penyaluran.
Yang sudah penulis anggap sebagai ayah pertama di PSAA yang telah
membimbing
dan
memberikan
penulis
masukan-masukan
untuk
mengerjakan tugas akhir kuliah (skripsi) dan motivasi untuk tetap
semangat dalam menjalankan penelitian.
15. Bpk H. Mahmud, S.Sos. Yang sudah penulis anggap sebagai ayah kedua
di PSAA setelah Pak Muji. Beliau telah membuat penulis merasa nyaman
di PSAA dengan canda tawa dari Beliau.
16. Adik-adikku (WBS) yang berada di PSAA, yang telah membantu
memberikan informasi untuk penelitian dalam mengerjakan skripsi dan tak
lupa semangat dari adik-adikku serta untaian doa untuk penulis.
17. Terakhir kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya
namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa
hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya. Dan juga
semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah mereka berikan kepada
penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT, semoga
Allah menuntun ke jalan yang lurus yakni jalan yang Engkau ridhoi dan jalan
yang Engkau murkai… Amiiin Yaa Robbal ‘Alamiin..
Wassalam...
Jakarta, Agustus 2011
FITRIYAH
107054103245
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ............................................................................................
BAB I
x
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
8
D. Metodologi Penelitian .............................................................
8
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Peran ...................................................................... 16
B. Pekerja Sosial
1. Pengertian Pekerja Sosial .................................................. 18
2. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial ....................................... 22
C. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan ....................................................... 28
2. Faktor-faktor Pendidikan .................................................. 31
vi
3. Tujuan Pendidikan ............................................................ 33
4. Jenis-jenis Pendidikan ....................................................... 34
5. Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional ........................... 35
D. Anak dan Anak Terlantar
1. Pengertian Anak ................................................................ 37
2. Hak-hak Anak ................................................................... 38
3. Usia Anak .......................................................................... 40
4. Pengertian Anak Terlantar ................................................ 43
5. Ciri-ciri Anak Terlantar ..................................................... 45
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PSAA PU 03 TEBET
A. Gambaran Umum Lembaga
PSAA PU 3 Tebet Jakarta
Selatan
1. Identitas dan Sejarah PSAA .............................................. 46
2. Pendanaan PSAA .............................................................. 51
3. Sumber Daya Manusia di PSAA ....................................... 52
4. Fasilitas di PSAA .............................................................. 52
B. Profil Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA ......................... 54
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan
Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jak-Sel ......................... 57
B. Pelayanan Yang Diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)
PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan ....................................... 60
vii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 68
B. Saran ......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 74
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Data SDM di PSAA PU 03 Tebet ..................................................... 52
Tabel 2.
Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet ......................................................... 52
Tabel 3.
Data WBS Beradasarkan Pertahunnya .............................................. 54
Tabel 4.
Data WBS Berdasarkan Status Keluarga .......................................... 54
Tabel 5.
Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................... 55
Tabel 6.
Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP............. 55
Tabel 7.
Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMA/SMK .. 57
ix
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1................................................................................................................ 50
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu
bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa sudah jeblok, maka kehancuran
bangsa tersebut tinggal menunggu waktu, sebab pendidikan menyangkut
pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu
bangsa. Karena itu, setiap bangsa yang ingin maju, maka pembangunan dunia
pendidikan selalu menjadi prioritas utama.1
Wajah pendidikan di negeri ini belum secerah negara tetangganya.
Harus diakui, sistem dan mutu pendidikan di Malaysia, Singapura, Thailand,
Myanmar, Laos, Sri Lanka, bahkan Vietnam, lebih maju dibanding Indonesia.
Di Indonesia, masih ada jutaan anak yang belum menikmati pendidikan dasar.
Belum lagi problem serius menyangkut minimnya fasilitas dan kesejahteraan
para pendidik, terjadinya tindak kekerasan dan pencabulan di lingkungan
sekolah, tawuran antar mahasiswa hingga pertengkaran tanpa ujung para elite
pengelola lembaga pendidikan.2
Pendidikan harus memiliki tujuan bagaimana masyarakat minat dan
keinginannya bisa terpedayakan secara merata. Karenanya pendidikan secara
1
Editorial Media Massa Indonesia, 2006: Membangun Pendidikan, Mengatasi
Kemiskinan,
http://opini.wordpress.com/2006/11/08/membangun-pendidikan-mengatasikemiskinan/ (Diakses pada: Senin, 28 Februari 2011)
2
Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: 2008), cet 1,
http://komunitasamam.wordpress.com/2009/04/11/blue-print-pendidikan-nasional/ (Diakses
pada: Rabu, 09 Maret 2011)
1
2
praktik, harus dapat dilihat perannya dalam kehidupan masyarakat. Persoalan
pendidikan seperti itu bukan saja harus mampu merealisasikan tuntutan
masyarakat juga membuktikan out put yang dihasilkan di suatu lembaga
pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk
membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta
didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan3
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini belumlah terlalu bagus,
bahkan sedikit lebih ekstrim kita dapat menyebut kualitas kita rendah dan
memprihatinkan. Keberadaan atau posisi kita jauh di bawah negara-negara
lain. Hal itu terlihat dari angka Human Development Indeks (HDI) yang
dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional, yang menunjukkan bahwa
posisi kualitas sumber daya manusia Indonesia sangatlah rendah. 4 Menurut
data dari Human Development Indeks (HDI), Indonesia berada pada peringkat
108 di dunia dari segi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada tahun
2010.5
Kemudian, pada saat yang sama tingkat kemiskinan di negeri ini
sungguh fantastis. Sangat besar dan mengkhawatirkan. Kita semua paham
bahwa kemiskinan kini merupakan simbol yang tentunya sangat memalukan6.
Hasil Sensus penduduk BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010 menyebutkan,
3
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), cet 1, hal. 7
4
http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hakpendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011
5
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/14/kualitas-sdm-indonesia-didunia/ (Diakses pada: Kamis, 03 November 2011)
6
http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hakpendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011)
3
penduduk miskin di Indonesia berjumlah 31,02 juta jiwa atau 13,13 persen.
Kesenjangan tingkat kemiskinan antar provinsi masih besar sekitar separoh
dari rata-rata nasional. Hal itu dikatakan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) HR Agung Laksono saat kunjungannya
di Kota Sibolga sekaligus memberikan Raskin secara simbolis kepada
masyarakat di Jalan Toto Harahap dan Jalan S. Parman depan Masjid Agung
Sibolga.7
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sangat prihatin atas fakta
bahwa anak terlantar dan anak jalanan dari tahun ke tahun semakin meningkat
tajam. Data terakhir terdapat 17 juta anak terlantar dan hampir terlantar. Dari
jumlah tersebut, 230 ribu di antaranya menjadi anak jalanan di berbagai kota
besar di Indonesia. Fakta lain menunjukkan bahwa hak-hak anak jalanan
secara umum tidak terpenuhi, baik hak pendidikan, kesehatan dan hak dasar
lainnya.
Anak jalanan, 95 persen berasal dari keluarga miskin, berpendidikan
rendah
dan
dari
lingkungan
yang
eksploitatif
terhadap
anak,
walaupun angka anak terlantar dan anak jalanan meningkat, tetapi belum ada
penanganan secara komprehensif atas fenomena tersebut. KPAI berpandangan
bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan
orangtua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang membuat mereka
terpuruk menjadi kelompok tersingkir dan termarjinalisasi. Penanganannya
tidak bisa bersifat parsial, segmentaris, apalagi represif. Dan yang terpenting
7
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=
6128: menko-kesra--2010-penduduk-miskin-3102-juta-jiwa&catid=52:sumut&Itemid=207
(Diakses pada: Rabu,6 April 2011)
4
tidak mengkriminalisasi anak karena sesungguhnya mereka adalah korban dari
tindakan orang dewasa.8
Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang perlindungan anak ini
bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak
mulia, dan sejahtera.
Media perlindungan anak adalah pemenuhan hak dasarnya, termasuk
di dalamnya hak pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi,
bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak.
Pendidikan adalah hak dasar anak yang dilindungi. UU No 23 Tahun 2002,
pasal 9 (1), tentang Perlindungan Anak dikatakan bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Namun kenyataannya masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak
bisa mengenyam pendidikan dan anggapan kurang pentingnya pendidikan
dibandingkan dengan hal lain yang lebih dianggap menghasilkan secara
8
http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila,-Jumlah-AnakTerlantar-17-Juta. (Diakses pada: Rabu, 6 April 2011)
5
ekonomis. Pendidikan dasar formal yang ada bagi banyak kalangan masih
dianggap mahal. Meskipun kebijakan nasional mengenai wajib belajar
sembilan tahun telah dicanangkan, namun pelaksanaannya tidak semudah itu9
Maka dari itu, pemerintah memberikan perhatian kepada keluarga yang
kurang mampu, guna meningkatkan taraf hidup kesejahetraan pendidikan
anak-anak mereka atau anak-anak yang terlantar yang memiliki kemauan
besar untuk tetap bisa melanjutkan sekolah, dalam bentuk program (UKS)
Usaha Kesejahteraan Sosial yang merupakan suatu program ataupun kegiatan
yang didesain secara konkrit untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat
ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat.10
Salah satu bentuk program atau kegiatan dari UKS ini yaitu adanya
suatu pelayanan sosial yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
(PSAA PU) 03 Tebet dapat melanjutkan sekolah tanpa harus memikirkan
beban biaya yang dikeluarkan untuk kelangsungan pendidikan formal mereka.
Pendidikan dan perlindungan anak merupakan tanggungjawab
orangtua, namun banyak orangtua menghadapi masalah-masalah sosial seperti
kemiskinan dan kebodohan, maka dengan tidak disadari, banyak orangtua
tidak sanggup memenuhi fungsi sosialnya dengan baik dalam mendidik,
melindungi dan mengembangkan anak-anak mereka.11
9
http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hakpendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011)
10
Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, FISIP UI,
(Jakarta: 2005), hal. 86
11
Bunga Rampai Islam Dan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: IAIN Indonesian Social
Equity Project, 2006), hal. 122
6
Sementara itu ayat suci Al-Qur’an dalam surat An-Nissa’ ayat 9
menegaskan bahwa orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka
dalam keadaan lemah, Allah berfirman sebagai berikut:
           
    
Artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”
Anak-anak terlantar yang berada di sebuah lembaga sosial yaitu salah
satunya Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet mereka berasal dari
keluarga kurang mampu, anak yang ditelantarkan oleh orangtua dan anak yang
dititpkan oleh orangtua mereka agar mereka dapat melanjutkan pendidikan
formal hingga lulus dan tamat dari sekolah mereka masing-masing. Tujuannya
agar anak-anak tersebut dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya dan
berguna bagi nusa, bangsa dan agama di tengah-tengah masyarakat.
Berkaitan dengan hal di atas peneliti menyajikan penelitian yang
berjudul:
“Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar
(Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta
Selatan)”.
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus
yang jelas, maka peneliti membatasi pada Peran Pekerja Sosial Terhadap
Pendidikan Anak-anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 03 Tebet Jakarta Selatan pada periode 2010-2011.
Peran pekerja sosial tersebut dilihat dari studi pendidikan anakanak terlantar di PSAA PU 03 Tebet yang meliputi pendidikan formal
yang merupakan pendidikan di sekolah dan pendidikan pengisi waktu
luang melalui keterampilan pengembangan potensi seperti menjahit,
komputer, menari dan qosidahan yang pada akhirnya mereka menjadi
warga masyarakat yang hidup layak dan bertanggungjawab terhadap
dirinya, keluarga, serta masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan
pada latar belakang di atas, maka pertanyaan mendasar dalam
Peran
Pekeja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar Di Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan yang ingin dijawab
melalui penelitian dan dituangkan dalam skripsi ini adalah:
a. Bagaimana peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga Binaan
Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?
b. Bagaimana pelayanan pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial
(WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga
Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?
b. Untuk mengetahui pelayanan pendidikan yang diperoleh Warga
Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pendidikan formal
dan non formal bagi anak-anak terlantar yang dilakukan oleh lembaga
pelayanan kesejahteraan sosial.
b. Manfaat Praktis
1) Memberikan masukan saran untuk para praktisi di lembaga
pelayanan kesejahteraan anak dan remaja, khususnya anak-anak
terlantar dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pendidikan
(intervensi).
2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut,
khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan permasalahan
penanganan terhadap anak-anak terlantar.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu
9
bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep,
serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala
ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna di
lapangan. Sedangkan peneliti memilih pendekatan kualitatif dalam
melakukan penelitian karena peneliti berharap dengan menggunakan
pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil yang menyajikan data yang
akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya 12
Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai
prosedur yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13 Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara
sistematis fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang
tertentu, baik berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi,
prosedur atau sistem secara faktual dan cermat.14
Pendekatan kualitatif ini dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang
ingin:
a. Menemukan, mengembangkan, dan mengkaji kebenaran suatu
pengetahuan di Panti Sosial Asuhan Anak.
b. Memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip tentang pendidikan formal
di luar panti dan pendidikan non formal di panti.
12
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), cet. Ke- 2, h. 39
13
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2004) ,cet. Ke-20. h.4
14
Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003),
cet. 1. h.19
10
c. Memahami suatu gejala lebih mendalam atau mendapatkan pandangan
baru akan gejala tersebut.
d. Melukiskan suatu keadaan atau mengadakan suatu deskripsi.15
2. Macam Data
a. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk
menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber
aslinya. Data ini merupakan data yang diperoleh dari informan dan
situasi-situasi sosial melalui metode dan cara yang telah di jelaskan di
atas.
b. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah
dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini merupakan data
yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan
dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya.
3. Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu
utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mulut dan kulit.
Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data
penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data
15
Ibid, h. 15
11
tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan
panca indra16.
Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah mendatangi
langsung ke lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan
intern panti yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya kegiatan
yang berkaitan dengan bagaimana peran pekerja sosial terhadap
pendidikan anak-anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk
mendapatkan data yang kongkret dari hasil pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan17. Dalam wawancara ini yang dilakukan peneliti untuk
mengumpulkan data yakni dengan cara
mengajukan
pertanyaan-
pertanyaan secara langsung kepada pihak panti dan juga kepada anakanak panti.
c. Studi Dokumentasi
Mencari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal
ataupun
yang
lainnya.
Tehnik
ini
dilakukan
dengan
cara
mengkategorisasi kemudian mempelajari bahan-bahan tetulis yang
berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau
informasi.
16
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group,
2005), h.134
17
Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999), cet ke-10, hal.3
12
4. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya
adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah
dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisis dan penelitian
menggunakan metode deskriptif yaitu teknik analisis data dimana peneliti
terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh mengenai data
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.
5. Tempat dan Waktu
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak yang
beralamat Jalan Tebet Raya No. 100. Jakarta Selatan.
b. Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada 31 Mei 2011 sampai dengan 31
Juli 2011.
6. Teknik Pemilihan Informan/Wawancara
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan
informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas tujuan atau
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti, dalam sampling ini
peneliti berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk dapat
memasukkan unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana
peneliti mencari informasi.18
18
Jusuf, Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003),
cet.1, hal. 100
13
Berdasarkan pada konteks tersebut, maka peneliti memilih subyeksubyek penelitian diantaranya:
No:
1
Informan
Ka.Sie
Jumlah
Pertanyaan yang Diajukan
1 Orang
Identifikasi dan
Peran pekerja sosial terhadap
Asesmen
pendidikan Warga Binaan
Sosial (WBS) di PSAA PU 03
Tebet Jakarta Selatan.
2
Ka.Sie
1 Orang
Bimbingan dan
Pelayanan pendidikan yang
Penyaluran
diperoleh Warga Binaan Sosial
(WBS) PSAA PU 03 Tebet
Jakarta Selatan.
3
WBS/Klien
4
Orang
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, peneliti kemukakan suatu
tinjauan pustaka sebagai langkah awal dari penyusunan skripsi yang peneliti
buat agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lainnya dari skripsi-skripsi
sebelumnya. Setelah mengadakan suatu kajian kepustakaan, maka peneliti
menemukan skripsi yang hampir sama dengan peneliti buat, tetapi dari
beberapa segi berbeda, lebih lanjut akan peneliti paparkan di bawah sebagai
berikut:
14
Nama
: Siti Nur Azizah
Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.
Tahun 2007.
Judul Skirpsi
: Peran Pekerja Sosial di Rumah Singgah Anak Jalanan
Yayasan Rumah Kita Cipinang.
Dalam skripsi ini Siti membahas mengenai Peranan Pekerja Sosial
Anak jalanan, walaupun sama-sama mengambil tema mengenai peran pekerja
sosial tetapi berbeda dengan skripsi yang peneliti kaji dalam hal ini.
Perbedaannya terletak pada subjek peneliti yaitu pendidikan formal dan non
formal untuk anak-anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak.
F. Sistematika Penulisan
Dalam
hal sistematika penulisan ini peneliti menggunakan
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
diterbitkan CeQDa (Center for Quality Development and Assurance)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman
penulisan skripsi ini.
Bab I
: Pendahuluan, memuat: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika penulisan.
Bab II
: Kajian Teori, memuat: Pengertian Peran, Pengertian Pekerja
Sosial, Peran dan Fungsi Pekerja Sosial, Pengertian Pendidikan,
15
Faktor-faktor
Pendidikan,
Tujuan
Pendidikan,
Jenis-jenis
Pendidikan, Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional, Pengertian
Anak, Hak-hak Anak, Usia Anak, Pengertian Anak Terlantar
dan Ciri-ciri Anak Terlantar.
Bab III
: Gambaran Umum Lembaga Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. Yang meliputi: Identitas
dan Sejarah Panti Sosial, Pendanaan, Sumber Daya Manusia,
Fasilitas dan Profil Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03
Tebet Jakarta Selatan.
Bab IV
: Temuan dan Analisa Data, memuat: Hasil wawancara tentang
peran pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar di
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.
Bab V
: Penutup, yang memuat: Kesimpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Peran
Apabila sesorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang
lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa
peranan. Peranan mungkin mencangkup tiga hal, yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat1.
Peranan pekerja sosial sangat beragam tergantung pada konteksnya.
Secara umum pekerja sosial dapat berperan sebagai mediator, fasilitator atau
pendamping, pembimbing, perencana, dan pemecah masalah. Kinerja pekerja
1
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT
Persada, 1999), h. 268-269, Ed. Baru 4, Cet. 27
16
Raja Grafindo
17
sosial dalam melaksanakan meningkatkan keberfungsian sosial dapat dilihat
dari beberapa strategi pekerjaan sosial sebagai berikut:
1. Meningkatkan
kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang
dialaminya.
2. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang
memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai sumber,
pelayanan dan kesempatan.
3. Meningkatkan
memberikan
kinerja
pelayanan
lembaga-lembaga
sosial
secara
sosial
efektif,
sehingga
mampu
berkualitas
dan
berperikemanusiaan.
4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang
mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan
ekonomi dan keadilan sosial.2
Fokus utama
pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian
sosial (social functioning) melalui intervensi yang bertujuan atau bermakna.
Keberfungsian sosial merupakan konsepsi penting bagi pekerjaan sosial. Ia
merupakan pembeda antara pekerjaan sosial dan profesi lainnya.
Keberfungsian sosial merupakan resultan dari interaksi individu
dengan berbagai sistem sosial di masyarakat, seperti sistem pendidikan, sistem
keagamaan, sistem keluarga, sistem politik, sistem pelayanan sosial, dst. Edi
Suharto dkk mendefinisikan keberfungsian sosial sebagai kemampuan orang
(individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga
2
Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:
PT. Rafika Aditama, 2005),, h. 27
18
dan jaringan sosial) dalam menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and
stresses)3.
B. Pekerja Sosial
1. Pengertian Pekerja Sosial Dari Beberapa Ahli/Sumber
No
Menurut Para
Ahli/Sumber
1
3
Definisi
Inggris
Indonesia
Allen Pincus and
Social Work is
Pekerjaan sosial
Anne Minahan
concerned with the
berurusan dengan
interactions
interaksi antara orang-
between people and
orang dan lingkungan
their social
sosial, sehingga
environment which
mereka mampu
affect the abilility
melaksanakan tugas-
of people to
tugas kehidupannya,
accomplish their
mengurangi
life task, alleviate
ketegangan, dan
distress and realize
mewujudkan aspirasi
their aspirations
dan nilai-nilai
and values.
mereka.
Ibid, h. 28
19
2
Siporin,Max
Social work is
Pekerjaan sosial
defined as a social
didefinisikan sebagai
institutional
metode institusi
method of helping
sosial untuk
people to prevent
membantu orang-
and resolve their
orang guna
social problems, to
mencegah dan
restore and enhance
menyelesaikan
their social
masalah sosial
functioning.
dengan cara
memperbaiki dan
meningkatkan
keberfungsian
sosialnya.
3
Friedlander,
Social Work is a
Pekerjaan sosial
Walter. A, and
professional
adalah pelayanan
Apte, Robert Z.
service, based on
profesional yang
scientific
didasarkan pada
knowledge and
pengetahuan dan
skill in human
keterampilan ilmiah
relation, which help
guna membantu
individuals, groups,
individu, kelompok-,
or communities
maupun masyarakat
20
4
Zastrow, Charles
obtain social or
agar tercapainya
personal
kepuasan pribadi dan
satisfaction and
sosial serta
interdependence.
kebebasan.
Social work is the
Pekerjaan sosial
profesional activity
adalah aktivitas
of helping
profesional untuk
individuals, groups,
membantu individu,
or communities to
kelompok atau
enhance or restore
komunitas guna
their capacity for
meningkatkan atau
social functioning
memperbaiki
and to create
kapasitasnya untuk
societal conditions
berfungsi sosial dan
favorable to their
menciptakan kondisi
goals.
masyarakat guna
mencapai tujuantujuannya.
5
Leonora Scrafica- Social work is the
Pekerjaan sosial
deGuzman
profesion which is
adalah profesi yang
primaly concerned
bidang utamanya
with organized
berkecimpung dalam
social service
kegiatan pelayanan
21
activity aimed to
sosial yang
facilitate and
terorganisasi, dimana
strengthen basic
tujuannya untuk
relationship in the
memfasilitasi dan
mutual adjusment
memperkuat relasi
between individual,
dalam penyesuaian
and their social
diri secara timbal
environment for the
balik dan saling
good of the
menguntungkan antar
individual and
individu dengan
society, by the use
lingkungan sosialnya,
of social work
melalui penggunaan
method.
metode-metode
pekerjaan sosial.4
Pengertian Pekerja Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial ialah:
Pekerja Sosial Profesional didefinisikan sebagai “seseorang yang
bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki
kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan
sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman
4
http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/definisi-pekerjaan-sosial/, PPI
STKS Bandung Tahun 2008, Definisi Pekerjaan Sosial, (Diakses Pada: Minggu, 08 Mei
2011)
22
praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan
penanganan masalah sosial”.5
Pekerja sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial
individu-individu, baik secara individual maupun kelompok, di mana
kegiatannya difokuskan kepada relasi mereka, khususnya interaksi antara
manusia dengan lingkungannya.
Dari pengertian pekerja sosial di atas untuk memudahkan
penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pekerja sosial adalah
suatu profesi untuk meningkatkan keberfungsian sosial pada individu,
kelompok dan komunitas dengan cara meng-assessment kebutuhan mereka
melalui intervensi mikro, messo ataupun makro yang dimiliki oleh para
pekerja sosial yang didasari oleh tiga komponen dasar yaitu kerangka
pengetahuan (knowledge), kerangka keahlian (skills), dan kerangka nilai
(value).
2. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial
Menurut Zastrow sekurang-kurangnya ada tujuh peran beserta
fungsi dari pekerja sosial yang dapat dikembangkan oleh community
worker, yaitu:6
a. Pemercepat Perubahan (Enabler)
Sebagai enabler seorang community worker membantu
masyarakat
agar
dapat
mengartikulasikan
kebutuhan
mereka,
mengidentifikasikan masalah mereka, dan mengembangkan kapasitas
5
http://bbppkspadang.wordpress.com/quantum-vi-no-11-2009-6/, Tonton Witono,
SDM Kesos dan Pengembangannya, (Diakses Pada: Minggu, 08 Mei 2011)
6
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Lembaga Penerbit FE UI: Depok, 2003), h. 91-94
23
mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara
lebih efektif. Peran enabler ini adalah peran klasik dari seorang
community worker.
Ada empat fungsi utama yang dilakukan community worker
sebagai pemercepat perubahan (enabler):
1) Membantu masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka
2) Membangkitkan
dan
mengembangkan
organisasi
dalam
masyarakat
3) Mengembangkan relasi interpersonal yang baik dan
4) Memfasilitasi perencanaan yang efektif
b. Perantara (Broker)
Peran seorang broker (perantara) dalam intervensi makro
terkait erat dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok
dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan
masyarakat (community service), tetapi tidak tahu di mana dan
bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang
menyediakan layanan masyarakat. Peran sebagai perantara, yang
merupakan peran mediasi, dalam konteks pengembangan masyarakat
juga diikuti dengan perlunya melibatkan klien dalam kegiatan
penghubungan ini.
c. Pendidik (Educator)
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker
diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan
24
baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi
sasaran perubahan. Di samping itu, ia harus mempunyai pengetahuan
yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. Dalam
kaitan dengan hal ini, seorang community worker tidak jarang harus
menghubungi rekan dari profesi lain yang menguasai materi tersebut.
Aspek lain yang terkait dengan peran ini adalah keharusan bagi
seorang community worker untuk selalu belajar. Karena begitu seorang
community worker merasa sudah tidak perlu belajar kembali mengenai
topik yang akan dibicarakan, maka ia mungkin akan terjebak untuk
menyampaikan pandangan
yang kurang up to date dan kurang
menjawab tantangan ataupun masalah yang muncul pada waktu itu.7
d. Tenaga Ahli (Expert)
Dalam kaitan dengan peranan sebagai tenaga ahli (Expert),
community worker diharapkan untuk dapat memberikan masukan,
saran dan dukungan informasi dalam berbagai area. Misalkan saja,
seorang tenaga ahli diharapkan dapat memberikan usulan mengenai
bagaimana struktur organisasi yang bisa dikembangkan dalam suatu
Organisasi Nirlaba yang menangani masalah lingkungan, kelompokkelompok mana saja yang harus terwakili, atau memberikan masukan
mengenai isu apa yang pantas dikembangkan dalam suatu komunitas
(termasuk organisasi).
7
Ibid, h. 91
25
Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia
berikan bukanlah mutlak harus dijalankan klien mereka (masyarakat
ataupun organisasi), tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan
masukan gagasan sebagai bahan pertimbangan masyarakat ataupun
organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Pada umumnya klien
dari tenaga ahli adalah organisasi pelayanan masyarakat (human
service organizations) baik itu organisasi pemerintahan (government
organizations) atau non pemerintah (non-government organizations).
Oleh karena itu, peran ini terkait dengan peran perencana sosial yang
pada
intinya
terkait
dengan
model
intervensi
pendekatan
pengembangan layanan masyarakat (community services approach).8
e. Perencana Sosial (Social Planner)
Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai
masalah sosial yang terdapat dalam komunitas, menganalisisnya, dan
menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah
tersebut. Setelah itu perencana sosial mengembangkan program,
mencoba mencari alternatif sumber pendanaan, dan mengembnagkan
konsensus dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat ataupun
kepentingan.
Menurut Zastrow, peran expert lebih memfokuskan pada
pemformulasian usulan dan saran (advice) yang terkait dengan isu dan
permasalahan yang ada. Sedangkan perencanaan sosial lebih
8
Ibid, h. 92
26
memfokuskan pada tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan
dan pelaksanaan program.9
f. Advokat (Advocate)
Peran sebagai advocate dalam community worker dicangkok
dari profesi hukum. Peran advocate pada satu sisi berpijak pada tradisi
pembaharuan sosial, dan pada sisi lainnya berpijak pada tradisi
pelayanan sosial. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah
(directive), di mana community worker menjalankan fungsi advokasi
atau
pembelaan
yang
mewakili
kelompok
masyarakat
yang
membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang
seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak
memperdulikan (bersifat negatif ataupun menolak tuntutan warga).
Dalam menjalankan fungsi advokasi, seorang community
worker tidak jarang harus melakukan persuasi terhadap kelompok
profesional ataupun kelompok elite tertentu, agar dapat mencapai
tujuan yang diharapkan (dalam kaitan dengan upaya pengembangan
suatu komunitas).10
g. Aktivis (Activist)
Sebagai
activist
seorang
community
worker
mencoba
melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar, dan
seringkali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun
kekuasaan (power) pada kelompok yang kurang mendapatkan
9
Ibid, h. 93
Ibid, h. 93-94
10
27
keuntungan
(disadvantage
group).
Seorang
activist
biasanya
memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hukum
yang berlaku (injustice), kesenjangan (inequity), dan perampasan hak.
Seorang activist biasanya mencoba menstimulasi (memberikan
dorongan) terhadap kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan
tersebut
(disadvantage
group)
untuk
mengorganisir
diri
dan
melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada (yang
menjadi penekan mereka).
Taktik yang bisa mereka lakukan adalah melalui konflik,
konfrontasi (misalnya melakukan demonstrasi) dan negosiasi. Serupa
dengan peran sebagai advokat, seorang activist juga menjalankan peran
partisipan. Hal ini dilakukan karena mereka melihat klien mereka
sebagai korban dari struktur yang berkuasa ataupun sistem yang
berjalan saat itu. Upaya aktifis lingkungan dari kelompok greenpeace
guna menghalangi kapal pengangkut plutonium, ataupun pembantaian
ikan paus merupakan salah satu bentuk konvensional yang biasa
dilakukan oleh para aktifis.11
Dari berbagai peran yang dijelaskan di atas
dikategorikan
berdasarkan model-model dalam pengembangan masyarakat. Tiga
peran pertama (pemercepat perubahan, perantara, dan pendidik) lebih
banyak terkait dengan model intervensi pengembangan masyarakat.
Kemudian peran sebagai tenaga ahli dan perencana sosial tampaknya
lebih terkait dengan model intervensi pengembangan pelayanan
11
Ibid, h. 94-95
28
komunitas. Sedangkan peran sebagai advokat dan aktifis terlihat terkait
dengan model intervensi aksi komunitas.
C. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Secara definitif arti pendidikan yang diartikan oleh para tokoh
pendidikan, sebagai berikut ini:
No
Menurut Para Ahli/Sumber
Definisi
1
Langeveld
Pendidikan adalah mempengaruhi
anak dalam usaha membimbingnya
supaya menjadi dewasa. Untuk
membimbing adalah usaha yang
disadari dan di laksanakan dengan
sengaja antara orang dewasa dan
anak-anak.
2
Hoogeveld
Pendidikan membantu anak supaya
cukup cakap menyelenggarakan
tugas hidupnya atas tanggung
jawabnya sendiri.
3
Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita
pembekalan yang ada pada masa
anak-anak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu
dewasa
29
4
Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak agar mereka
sebagai manusia dan masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi tingginya.
5
SA. Bratanata
Pendidikan adalah usaha yang
sengaja diadakan baik langsung
maupun dengan cara yang tidak
langsung untuk membantu anak
dalam perkembangannya mencapai
kedewasaan.12
Pengertian pendidikan menurut para ahli lain menyebutkan bahwa
pendidikan adalah sebagai berikut:
Menurut Richey dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan
dinyatakan:
The term “Education” refers to the broad function of preserving
and improving the life of the group through bringing new members into its
shared concerns. Education is thus a far broader process than that which
occurs in schools. It is an essential social activity by which communicaties
continue to exist. In complex communicaties this function is specialized
and institutionalized in formal education, but there is always the education
outside the school with wich the formal process in related”. 13
12
http://chintami.students.uii.ac.id/2009/03/24/definisi-ilmu-pendidikan/, (Diakses
Pada: Senin, 14 Maret 2011)
13
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Malang:
Usaha Nasional, 1988), cet 3, h. 4
30
Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama
membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penuaian
kewajiban dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat.
Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada
proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu
aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang
kompleks, modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi
dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan
dengan proses pendidikan in formal di luar sekolah.
Menurut Brubacher pengertian pendidikan dalam buku Pengantar
Dasar-Dasar Pendidikan dinyatakan sebagai berikut:
“Education is the process in wich these powers (abilities,
capacities) of men which are susceptible to habituation are perfected by
good habits, by means artiscally contrived, and employed by a men to help
another or himself achieve the end in view”.14
Pendidikan adalah suatu proses di mana potensi-potensi ini
(kemampuan, kapasitas), manusia yang mudah dipengaruhi oleh
kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan
yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan dikelola
oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai
tujuan yang ditetapkan. 15
14
15
Ibid, h. 6
Ibid, h. 7
31
Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Ketetapan
MPR RI No. IV/MPR/1973, dikatakan bahwa: “Pendidikan pada
hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.
Ketentuan umum, Bab 1 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2
tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang”.16
Dari pengertian pendidikan di atas untuk memudahkan penelitian
ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan
perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah
kedewasaan.
2. Faktor-faktor Pendidikan
Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Ilmu Pendidikan, menjelaskan ada beberapa faktor
yang dapat
mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan:
a. Faktor Tujuan
Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus
diperhatikan, disadari dan dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang
melaksanakan kegiatan pendidikan.
16
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press: Desember,
2005), cet 1, h. 7
32
b. Faktor Anak Didik
Menurut Lengeveld sebagaimana dikutip oleh Barnadip dalam
buku yang ditulis oleh Alisuf Sabri yang berjudul Pengantar Ilmu
Pendidikan, bahwa anak didik adalah anak atau orang yang belum
dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang
masih menjadi tanggungjawab seorang pendidik tertentu, anak didik
tersebut adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada
pendidik itu, karena ia secara alami tidak berdaya ia sangat
memerlukan bantuan pendidiknya untuk dapat menyelenggarakan dan
melanjutkan hidupnya baik secara jasmaniah maupun rohaniah.
c.
Faktor Pendidik
Menurut
Lengeveld,
“Pendidik”
adalah
orang
yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang
anak. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya
peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak.
d. Faktor Alat
Menurut wujudnya faktor alat dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1) Berupa
benda-benda
yang
diperlukan
dalam
pelaksanaan
pendidikan, seperti alat-alat yang ada di dalam rumah, alat
perlengkapan sekolah dan lain-lain yang dapat difungsikan sebagai
alat bantu dalam pelaksanaan pendidikan.
2) Bukan merupakan benda-benda tetapi berupa perbuatan pendidik
yang digunakan untuk pencapaian tujuan pendidikan.
33
e. Faktor Milieu/Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar/sekeliling anak.17
3. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah terbentuknya kehidupan sebagai insan
kamil, suatu kehidupan di mana ketiga inti hakikat manusia baik sebagai
makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila/religious.18
Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana yang tercantum
dalam Bab II pasal 3 UU SPN No. 20 tahun 2003 berbunyi: “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.19
4. Jenis-jenis Pendidikan
a. Pendidikan Formal
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan formal
didefinisikan sebagai berikut “Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.
Sedangkan, Soedomo (1989) mendefinisikan pendidikan formal
17
Ibid, hal,10
Ibid, hal, 43
19
Ibid, hal, 46
18
34
sebagai kegiatan belajar yang disengaja, baik oleh warga belajar
maupun pembelajarannya di dalam suatu latar yang distruktur sekolah.
Pendidikan
formal
mempunyai
cirri-ciri
sebagai
berikut:
(1)
merupakan sistem persekolahan, (2) berstruktur, (3) berjenjang, dan
(4) penyelenggaraannya disengaja.
b. Pendidikan Non Formal
Didefinisikan sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan
menurut Soedomo (1989), pendidikan non formal adalah kegiatan
belajar yang disengaja oleh warga belajar dan pembelajar di dalam
suatu latar yang diorganisasi (berstruktur) yang terjadi di luar sistem
persekolahan. Pendidikan non formal mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: (1) merupakan pendidikan luar persekolahan, (2) jarang
berjenjang, dan (3) tidak ketat ketentuan-ketentuannya.
c. Pendidikan InFormal
Pendidikan Informal menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah
jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri. Sementara menurut Soedomo (1989),
pendidikan informal adalah pendidikan di mana warga belajar tidak
sengaja belajar dan pembelajar tidak sengaja untuk membantu warga
belajar.
Adapun ciri-ciri pendidikan informal seperti yang diungkapkan
oleh Faisal (1981) antara lain: (1) sama sekali tidak terorganisasi, (2)
35
tidak berjenjang kronologis, (3) tidak ada ijazah, (4) tidak diadakan
dengan maksud menyelenggarakan pendidikan, dan (5) lebih
merupakan hasil pengalaman belajar individual-mandiri.20
Dari jenis-jenis pendidikan di atas, peneliti hanya menyediakan
dua jenis pendidikan di skripsi ini yaitu pendidikan formal dan pendidikan
nonformal. Yang dimaksud dengan pendidikan formal yaitu berupa
sekolah di luar panti dari tingkat SMP dan SMA. Kemudian pendidikan
non formal yaitu suatu kegiatan pengisi waktu luang berupa keterampilam
komputer dan keterampilan menjahit.
5. Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional
Di Negara Indonesia ada tiga pusat penyelenggaraan pendidikan
yang terkenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang meliputi: (1)
pendidikan di keluarga, (2) pendidikan di sekolah, dan (3) pendidikan di
masyarakat.
a.
Keluarga sebagai Lembaga Pendidikan
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama
dalam masyrakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan,
berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara
pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.
Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan
20
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta:
2009), h. 6-8, cet. ketiga
36
oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di
sekolah.
b.
Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang kedua setelah
lembaga pendidikan informal (keluarga). Tugas dan tanggungjawab
sekolah adalah mengusahakan kecerdasan pikiran dan pemberian
berbagai ilmu pengetahuan ssesuai dengan tingkat dan jenis sekolah
masing-masing. Tugas sekolah tidak hanya membuat manusia yang
mempunyai akal dan pikiran yang tinggi dengan memberikan berbagai
macam ilmu pengetahuan, melainkan juga bertugas mempengaruhi
anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, berkepribadian
yang utuh dan bertanggungjawab dan terampil dalam berbuat.
c.
Masyarakat sebagai Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah
salah satu unsur pelaksana azas pendidikan seumur hidup. Pendidikan
yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di
masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya.
Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan
keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan
dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.
Masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan
pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan
suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut
37
menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta), membantu
pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan
kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun
tidak langsung21
D. Anak dan Anak Terlantar
1. Pengertian Anak
Anak merupakan buah hati kedua orangtuanya yang dapat
menyenangkan hati dan memberikan kebahagiaan serta sebagai perhiasan
pada kehidupan rumah tangga karena sudahlah lengkap kebahagiaan
dengan hadirnya buah hati (anak) sebagaimana dijelaskan dalam AlQur’an Surat Al-Kahfi ayat 46:
         
    
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan”.22
Menurut UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan..
Menurut John Locke : “Anak merupakan pribadi yang masih bersih
dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan”.
21
Modyo Ekosusilo,dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang, 1990), h. 73-76
Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Departemen Agama R.I., (Surabaya: Penerbit CV.
Jaya Sakti, 1989), h. 569
22
38
Menurut Agustinus : “Anak tidaklah sama dengan orang dewasa,
anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan
ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian
terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contohcontoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa”.23
Dari pengertian anak di atas untuk memudahkan penelitian ini
maka peneliti sedikit menyimpulkan bahwa anak adalah makhluk yang
diamanatkan oleh Allah SWT kepada manusia/orangtua untuk dapat
dibimbing menjadi manusia seutuhnya sebab jiwa dan jasmani anak belum
penuh berdiri dengan kokoh, karena ia masih dalam perkembangan dan
pertumbuhan.
2. Hak-Hak Anak
Hak-hak anak merupakan suatu hal yang mau tidak mau harus
dipatuhi tanpa terkecuali. Hak-hak anak sebagaimana diatur dalam UU
No.23 tahun 2002 adalah sebagai berikut :
1) Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
2) Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.
3) Beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orangtua.
23
http://dunkdaknyonk.blogspot.com/2011/03/pengertian-anak-menurut-beberapauu.html, (Diakses Pada : Rabu, 04 Mei 2011)
39
4) Dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri dan berhak
mengetahui orangtuanya.
5) Hak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh
orang lain bila karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin
tumbuh kembang anak.
6) Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.
7) Hak memperoleh pendidikan, termasuk anak yang menyandang cacat
serta anak yang memiliki keunggulan khusus.
8) Hak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari,
memberikan informasi sesuai dengan nilai kesusilaan dan kapatutan.
9) Beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan teman
sebaya, bermain, berekreasi, berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan
tingkat kecerdasannya.
10) Perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi, ekonomi
maupun seksual, penelataran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan,
keadilan, dan perlakuan salah.
11) Hak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri.
12) Hak memperoleh perlindungan khusus: kerusuhan sosial, sengketa
bersenjata, kegiatan politik dan lain-lain.
13) Korban atau pelaku anak berhak mendapat bantuan hukum dan
bantuan lainnya24
24
Majalah: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Resource Centre
SFFCCB CPSW-IPSPI, Vol. 1, No. II, (Maret, 2007), hal. 13.
40
3. Usia Anak
a. Masa Remaja Awal (13-14 Tahun)
Pertumbuhan Fisik
Pubertas merupakan periode remaja awal yang ditandai dengan
perubahan dalam penampilan fisik dan fungsi fisologik. Kondisi ini
memungkinkan setiap remaja mempunyai bentuk dan fungsi tubuh
sesuai dengan jenis kelaminnya. Perubahan dalam bentuk fisik
biasanya meliputi proposal muka dan badan serta penampilan sesuai
dengan jenis kelaminnya.25
Perkembangan Kognitif
1) Kemampuan anak yang muncul untuk berpikir secara abstrak bisa
menjadikan penjelasan rumit dari alasan untuk penempatan lebih
masuk akal.
2) Anak mungkin memiliki kemampuan yang meningkat untuk
mengidentifikasi
perasaannya
sendiri
dan
untuk
mengomunikasikan keprihatinan dan kegelisahannya secara verbal.
Perkembangan Emosi
1) Pra remaja adalah periode “naik turun” secara emosional. Anak
bisa mengalami perubahan dan naik turun suasana hati setiap
harinya (setiap jamnya)
2) Perubahan hormon dan fisik, termasuk perubahan tubuh yang cepat
dan signifikan, menghasilkan kesadaran awal akan seksualitas.
25
Dra. Zahrotun Nihayah, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi Barat
dan Islam, (UIN Jakarta Press: 2006), cet 1, hal.108-109
41
Anak mengalami banyak perasaan baru, beberapa di antaranya
berkonflik dan kontradiksi.
3) Anak mulai menginginkan “kemandirian” tapi kemandirian
diungkapkan oleh nilai-nilai dan peran-peran orangtua dan
menerapkan nilai-nilai teman sebayanya.
4) Anak mengalami kecemasan ketika kekurangan struktur, dukungan
dan peraturan.26
Perkembangan Sosial
1) Remaja awal adalah periode semrawut secara emosional. Stres
tambahan memiliki potensi menciptakan “beban stress berlebih”
dan bisa mempercepat krisis.
2) Anak
bisa
menolak
Ketergantungan
hubungan
kepada
orang
dengan
dewasa
orang
dewasa.
mengancam
“kemandiriannya”. Dengan menolak orang dewasa, anak tersebut
mengurangi sumber penting dukungan penanganan untuknya.
3) Perpisahan dari orangtua, khususnya jika hasil dari konflik
keluarga dan perilaku melanggar peraturan dari si anak, bisa
mengakibatkan rasa bersalah dan kecemasan.
b. Masa Remaja Akhir (15-17 Tahun)
Pertumbuhan Fisik
Pada periode ini tidak tampak lagi ada perubahan bentuk tubuh
yang sangat pesat. Pertumbuhan fisik remaja akhir lebihh dilihat dari
proporsi/keseimbangan antara anggota tubuh yang satu dengan yang
26
Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children
42
lainnya. Bentuk tubuh yang proporsional merupakan dambaan bagi
remaja yang berada pada periode ini. Sebab, pada periode sebelumnya
yaitu remaja awal, proporsi bentuk tubuh masih belum seimbang.27
Perkembangan Kognitif
1) Anak memiliki kemampuan kognitif untuk memahami alasan yang
rumit untuk perpisahan, penempatan, dan perilaku orangtua.
2) Kemampuan untuk sadar diri dan berwawasan bisa membantu
dalam
menangani
situasi
dan
perasaan-perasaannya
yang
bertentangan mengenai hal itu.
3) Anak lebih bisa berpikir secara hipotesis. Dia dapat menggunakan
kemampuannya untuk merencanakan masa depan dan untuk
mempertimbangkan potensi hasil dari berbagai strategi.
Perkembangan Emosi
1) Anak mengembangkan kemandirian yang lebih besar. Dia lebih
bisa secara mandiri membuat atau menyumbang pada pengambilan
keputusan tentang hidupnya dan kegiatannya.
2) Perkembangan kepercayaan diri yang positif tergantung kepada
penerimaan oleh teman sebaya dari lawan jenis seperti juga
diterima oleh teman sebaya yang sama jenis kelaminnya.
Perkembangan Sosial
1) Hubungan lawan jenis penting seperti juga dengan sesama jenis.
2) Hubungan individu menjadi lebih penting.
27
Dra. Zahrotun Nihayah, M. Si, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi
Barat dan Islam, (UIN Jakarta Press: 2006), cet 1, hal. 116
43
3) Anak sangat tertarik pada orang dewasa sebagai panutan.
4) Anak mulai berfokus pada perencanaan masa depan dan
emansipasi.
5) Pada akhir masa remaja awal, mengenai “benar” dan “salah”, dan
mereka mungkin menjadi tidak begitu terpengaruhi oleh perilaku
teman sebaya. Sebuah kemunculan pemikiran etis yang mandiri
mungkin terjadi.
Implikasi untuk Perpisahan dan Penempatan
1) Anak akan mengalami dua perasaan yang bertentangan dengan
keluarganya.
2) Kebutuhan
anak
untuk
kemandirian
bisa
mempengaruhi
tanggapannya untuk penempatan dalam setting keluarga.
3) Anak mungkin tidak tinggal dalam sebuah penempatan jika tidak
memenuhi kebutuhan.
4) Anak mungkin secara konstruktif menggunakan konseling kasus
untuk menangani konflik perpisahan dan penempatan dengan cara
yang memenuhi kebutuhan anak tanpa mengancam kepercayaan
diri dan kemandiriannya.28
4. Pengertian Anak Terlantar
Anak terlantar adalah anak yang karena alasan tertentu
orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhinya
28
Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children
44
kebutuhan dengan wajar baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosialnya.29
Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
bahwa anak terlantar ialah dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak
dapat menjamin tumbuh-kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar
maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau
anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku..30
Menurut Walter A Friedlander: “Anak terlantar adalah anak yang
tidak mendapatkan asuhan secara minimal dari orangtuanya sebab kondisi
keluarganya baik ekonomi, sosial, kesehatan jasmani maupun psikisnya
tidak layak sehingga anak-anak tersebut membutuhkan adanya bantuan
pelayanan dari sumber-sumber yang ada di masyarakat sebagai pengganti
orangtuanya”.
Menurut Howard Dubowitz: “Anak terlantar diberi pengertian
sebagai suatu bentuk pengabaian terhadap perawatan anak sehingga
menimbulkan resiko bagi anak. Orangtua sebagai pemberi perawatan
(caregiver parents) melalaikan tanggungjawabnya untuk memenuhi
kebutuhan anak. Pengabaian terhadap anak tersebut tidak semata-mata
disebabkan karena kemiskinan orangtua, tetapi faktor-faktor lain seperti
perceraian orangtua, atau karena kesibukan orangtua dalam mengejar
karir”.
29
30
UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
45
5. Ciri-ciri Anak Terlantar
Menurut Keputusan Menteri Sosial RI. No. 27 Tahun 1984
terdapat beberapa karakteristik atau ciri-ciri anak terlantar yaitu:
a. Tidak memiliki ayah, karena meninggal (yatim), atau ibu karena
meninggal tanpa dibekali secara ekonomis untuk belajar, atau
melanjutkan pelajaran pada pendidikan dasar.
b. Orangtua sakit-sakitan dan tidak memiliki tempat tinggal dan
pekerjaan yang tetap. Penghasilan tidak tetap dan sangat kecil serta
tidak mampu membiayai sekolah anaknya.
c. Orangtua yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap baik itu rumah
sendiri maupun rumah sewaan.
d. Tidak memiliki ibu dan bapak (yatim piatu), dan saudara, serta belum
ada orang lain yang menjamin kelangsungan pendidikan pada
tingkatan dasar dalam kehidupan anak31
31
2011)
http://ichwanmuis.com/?p=1356, Anak Jalanan, (Diakses Pada Rabu, 04 Mei
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
1. Identitas dan Sejarah PSAA
a. Pengertian PSAA
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI
Jakarta yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan
sosial kepada anak terlantar.
b. Sejarah PSAA
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
didirikan pada tahun 1999 yang saat itu bernama Panti Sosial Taman
Penitipan Anak (PSTPA) Bina Insan Nusantara sebagai salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Kanwil Departemen Sosial Provinsi DKI
Jakarta. Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara
menjadi UPT Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang kemudian
berubah nama menjadi Panti
Sosial Asuhan Anak Balita Tunas
Bangsa.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2000 tentang
Bentuk Susunan Organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur Provinsi daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 41 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi
46
47
DKI Jakarta, maka Dinas Sosial berubah menjadi Dinas Bina Mental
Spiritual dan Kesejahtertaan Sosial Provinsi DKI Jakarta.
Dengan terbitnya Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 163 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Dinas Bina Mental
dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, maka sejak tanggal 13
November 2002 nama PSAA Balita Tunas Bangsa berubah menjadi
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet. Selanjutnya terbit
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
61 tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti
Sosial Asuhan Anak Putra Utama.
c. Tugas dan Fungsi PSAA
1) Tugas Pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet:
Tugas pokok PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak
terlantar yang meliputi identifikasi dan asesmen, bimbingan dan
penyaluran serta bina lanjut.
2) Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet yaitu:
a. Pelaksaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motifikasi, dan seleksi.
b. Pelaksaan
penerimaan
meliputi
registrasi,
persyaratan
administrasi dan penempatan dalam panti.
c. Pelaksaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan sosial.
48
d. Pelaksanaan asesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan
pemahaman masalah dan potensi.
e. Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan,
bimbingan mental, sosial, kepribadian, pendidikan dan latihan
keterampilan.
f. Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga,
masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta
melaksanakan penyaluran dan bantuan kemandirian.
g. Pelaksaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,
asistensi, pemantapan dan teminasi.
d. Visi dan MISI
1) Visi
Panti Sosial Asuhan Anak Putra (PSAA) Utama 03 Tebet
mempunyai visi “Terentasnya anak terlantar, yatim/piatu/yatim
piatu dan berasal dari keluarga tidak mampu di Provinsi DKI
Jakarta dalam kehidupan yang layak dan normatif”.
2) Misi
Adapun misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra (PSAA)
Utama 03 Tebet yaitu:
a) Menyelengggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap
anak yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di
lingkungan masyrakat.
49
b) Membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat
tumbuh kembang secara wajar melalui pemenuhan baik
jasmani, rohani maupun sosial.
c) Mengentaskan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) yatim/piatu/yatim piatu terlantar ke dalam kehidupan
yang layak, normatif dan manusiawi.
Rujukan /
Penyerahan
dari Instansi/
masyarakat
Asal WBS
Keluarga
Masyarakat
Kepolisian
Dinas/Sudin
Bintal
Kesos
TRAMTIB
PSAA Klender
Duren Sawit
Calon
WBS
Anak Keluarga tidak
mampu :
1. Wanita
2. usia 13 s/d 18 thn
3. Memiliki Ijazah /
Raport terakhir
4. Sehat Jasmani dan
Rohani
5. Domisili di wilayah
DKI
Berminat
mengikuti
pendidikan
formal dan
tinggal
dalam panti
Anak Terlantar :
1. Wanita
2. usia 13 s/d 18 thn
3. Memiliki Ijazah /
Raport terakhir
4. Sehat Jasmani dan
Rohani
Proses
Peneri
maan
C. Asesmen
1. Konsultasi
2. Pengungka
pan dan pe
mahaman
masalah
3. Home Visit
1. Registrasi
2. Pengasrama
an
B. Penerimaan
1. Identifikasi
2. Seleksi
3. Motivasi
A. Identifikasi
Asuha
n Anak
9. Latihan
Ketrampilan
8. Pendidikan
7. Bimbingan
Kepribadian
6. Bimbingan
Mental dan
Sosial
5. Pembinaan
Kesehatan
4. Pembinaan
Fisik
3. Perlindungan
Sosial
2. Pemeliharaan
1. Perawatan
Resosialisasi :
- Bimbingan
kesiapan dan
peran serta
keluarga dan
masyarakat
- Bimbingan /
Pembinaan
kerja
POLA PEMBINAAN / PELAYANAN DI PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET
Penyalura
n Bina
Lanjut
dan
Termi nasi
Terminasi
Bina Lanjut
Penyaluran
1. Keluarga
2. Bekerja
Anak yang
mandiri,
normatif
dalam
kehidupan
di
masyarakat
50
51
e. Sasaran Pelayanan PSAA
Sasaran pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03
Tebet adalah anak terlantar usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun
yang karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat mencukupi
kebutuhannya secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial.
Sedangkan persyaratan untuk menjadi Warga Binaan Sosial
(WBS) di PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah:
1) Anak usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun (khusus perempuan).
2) Surat keterangan tidak mampu dari Rt/Rw, Lurah setempat.
3) Surat keterangan sehat dari dokter/Puskesmas.
4) Foto copy KTP orangtua/wali (domosili DKI Jakarta).
5) Pas foto 4x 6 = 2 lembar, 2x3= 2 lembar.
6) Pemilik ijazah/raport terakhir.
7) Bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA
Putra Utama 03 Tebet.
8) Rujukan dari panti terkait.
2. Pendanaan PSAA
Dana operasional Panti Sosial Anak Asuhan Putra Utama 03 Tebet,
berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya untuk pendanaan pendidikan,
kesehatan, dan permakanan, karena PSAA merupakan panti di bawah
naungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika ada kerusakan dalam
sarana dan prasarana, maka APBD dapat digunakan dan anggaran tersebut
52
tertuang dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). PSAA juga
menerima sumbangan dari masyarakat namun sifatnya tidak rutin.
3. Sumber Daya Manusia di PSAA
Jumlah seluruh pegawai PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah 22
orang, seperti terlihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Data SDM di PSAA PU 03 Tebet
Laki-laki
Perempuan
13 Orang
9 Orang
Jumlah
22 Orang
4. Fasilitas di PSAA
Adapun fasilitas di PSAA Putra Utama 03 Tebet ialah berupa :
Tabel 2. Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet
No:
Fasilitas
Lokal/Unit
Keterangan
1
Luas tanah
5.100 m2
-
2
Taman/
1.000 m2
-
halaman
3
Ruang kantor
1 lokal
ruang pimpinan, ruang staff,
ruang rapat.
4
Peralatan
Kantor
39 Unit
5 buah komputer, 2 buah mesin
tik, 1 buah fax, 12 buah meja, 12
buah kursi dan 7 buah lemari
berkas.
53
5
Ruang asrama
4 lokal
kamar kenanga, kemuning yang
terletak di bawah dan 2 kamar
lainnya terletak di atas yaitu
mawar dan teratai.
6
Ruang
2 lokal
keterampilan
Ruang keterampilan menjahit
dan ruang keterampilan
komputer.
7
Ruang makan
2 lokal
-
1 lokal
-
-
dan dapur
8
Aula
ruang
pertemuan
9
Mushalla
1 lokal
10
Olahraga
1 lokal
Bulu tangkis, tenis meja, basket
dan bola voli
11
Peralatan
2 Unit
komunikasi
12
Peralatan
1 buah telepon dan 1 buah mesin
fax.
6 Unit
pendukung
1 lemari P3K, peralatan mandi,
peralatan makan, peralatan
dapur, sarana tidur dan 1 buah
televisi.
13
Peralatan
operasional
3 Unit
2 buah mobil dan 1 buah motor
54
B. Profil Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
Tabel 3. Data WBS Beradasarkan Pertahunnya
No:
Tahun
Jumlah
1.
2002 – 2003
100 Anak
2.
2003 – 2004
100 Anak
3.
2004 – 2005
100 Anak
4.
2005 – 2006
100 Anak
5.
2006 – 2007
100 Anak
6.
2007 – 2008
100 Anak
7.
2008 – 2009
80 Anak
8.
2009 – 2010
80 Anak
9.
2010 – 2011
80 Anak
Daya tampung WBS PSAA PU 03 Tebet terdapat suatu perubahan dari
100 anak menjadi 80 anak. Hal tersebut karena disesuaikan dengan pendanaan
dari Pusat DKI Jakarta.
Di bawah ini adalah profil WBS PSAA PU 03 Tebet berdasarkan
status keluarga. Terdapat lima puluh satu orang yang berstatus orang tua tidak
mampu, sembilan orang yatim, empat orang piatu, enam orang yatim piatu,
lima orang keluarga retak dan lima orang adalah anak terlantar.
Tabel 4. Data WBS Berdasarkan Status Keluarga
No:
Status Keluarga
Keterangan
1.
Orangtua Tidak Mampu
51 Orang
2.
Yatim
9 Orang
3.
Piatu
4 Orang
4.
Yatim Piatu
6 Orang
5.
Keluarga Retak
5 Orang
6.
Anak Terlantar
5 Orang
Jumlah
80 Orang
55
Berdasarkan tingkat pendidikan, data WBS pada tingkat SMP
terdapat sembilan belas orang dan SMA/SMK terdapat enam puluh satu
orang. Dapat dilihat lebih rinci pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No:
Kelas
Tingkat
Ket
Pendidikan
1
2
3
1.
SMP
7
8
4
19
2.
SMA/SMK
14
26
21
61
Jumlah
80
Kemudian berikut ini adalah data WBS berdasarkan penyebaran
sekolah tingkat SMP. Terdapat empat SMP rujukan yang disediakan oleh
PSAA untuk para WBS, yaitu SMPN 03, SMPN 33, SMP DCB PALAD
dan SMPN 15. Jumlah WBS yang bersekolah di masing-masing SMP
adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Data WBS Berdasarkan Penyebaran
Sekolah Tingkat SMP
No:
Nama Sekolah
Kelas
VII
VIII
IX
1.
SMPN 03
3
3
1
2.
SMPN 33
-
-
1
3.
SMP DCB PALAD
4
-
1
4.
SMPN 15
-
2
1
Jumlah
7
8
4
Ket
19
56
Dari tingkat SMA/SMK, terdapat sekolah rujukan yang lebih
banyak yaitu terdapat sepuluh dari SMK dan satu dari SMA. Di bawah
ini adalah gambaran jumlah WBS yang bersekolah di tingkat SMA/SMK.
Tabel 7. Data WBS Berdasarkan Penyebaran
Sekolah Tingkat SMA/SMK
Kelas
No:
Nama Sekolah
Ket
X
XI
XII
1.
SMKN 8
-
-
1
2.
SMKN 47
-
-
1
3
SMKN 31
-
-
2
4
SMKN 40
-
-
3
5
SMKN 7
-
-
1
6
SMKN 50
-
-
1
7
SMKN 56
-
-
2
8
SMK Pancasila
8
14
3
9
SMK Jak-Tim 1
6
12
5
10
SMAN 55
-
-
1
11
SMK Tirta Sari
-
-
1
14
26
21
Jumlah
61
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS)
di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan
Berdasarkan uraian pada bab II mengenai Peran Pekerja Sosial
Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di PSAA PU 03 Tebet Jakarta
Selatan. Pekerja sosial yang dimaksud di sini yaitu pengasuh/petugas panti
yang bekerja di PSAA PU 03. Pengasuh ini mempunyai peran yang sangat
penting bagi anak-anak yang tinggal di PSAA PU 03 karena dengan adanya
pengasuh, anak-anak terlantar yang berada di PSAA PU 03 mendapatkan
pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, spiritual,
kepribadian, pendidikan dan pelatihan keterampilan, perawatan, pemeliharaan
serta perlindungan sosial.
Berkaitan dengan peran, Zastrow dan Isbandi Rukminto Adi melihat
sekurang-kurangnya ada tujuh buah peran yang dapat dilakukan oleh seorang
pekerja sosial, pemercepat perubahan (Enabler), perantara (Broker), pendidik
(Educator), tenaga ahli (Expert), perencana sosial (Social Planner), advokat
(Advocate), dan aktivis (Activist).
Namun, peran yang lebih dominan yang dimainkan oleh seorang
pekerja sosial yaitu pengasuh/pekerja sosial berperan sebagai pendidik dan
perantara.
57
58
1. Perantara (Broker)
Peran seorang broker (perantara) dalam intervensi makro terkait
erat dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok dalam
masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat
(community service), tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana
mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan
layanan masyarakat.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Mujiono yang menjabat
sebagai Kepala Bimbingan dan Penyaluran yaitu:
“Menjembatani anak-anak yang hampir putus sekolah dengan
pihak panti agar dapat melanjutkan sekolah hingga tamat…”
Yaitu pihak sekolah bekerjasama dengan pihak panti bersamasama untuk menangani anak-anak yang hampir putus sekolah sehingga
tetap dapat melanjutkan sekolahnya hingga tamat. Salah satu sekolah yang
dapat bekerjasama dengan panti adalah SMK Pancasila. Jika ada anak
yang hampir putus sekolah, pihak sekolah menginformasikan panti yang
ada di Jakarta sehingga keberadaan panti dapat dihubungi oleh orangtua
siswa sehingga mereka mendapatkan informasi yang jelas dan akhirnya
mendaftarkan anaknya ke panti. Pada akhirnya anak tersebut dapat tetap
bersekolah dengan baik setelah mendapatkan pelayanan dan perawatan
melalui PSAA PU 03 Tebet.50
50
Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU
03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011
59
2. Pendidik (Educator)
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker
diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan
baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi
sasaran perubahan. Di samping itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang
cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. Seperti yang
dijelaskan oleh Bapak Mujiono yaitu peran pekerja sosial/pengasuh
sebagai pengganti orangtua yaitu:
“Perannya sebagai pengganti orangtua, yang berfungsi sebagai
pengawas, pengasuhan, pendidik dan pembinaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan…”51
Pernyataan dari Bapak Mujiono dipertegas oleh WBS yang
berinisial AW yaitu:
“Sebagai pengganti orangtua kita di rumah yang mewakili untuk
mendidik dan mengajari kita sebagai anak yang sukses…”
Dan dipertegas oleh WBS lain yang berinisial HA, ia memberi
keterangan bahwa peran dan fungsi pekerja sosial/pengasuh di PSAA
yaitu:
“Fungsinya adalah untuk memberikan motivasi/semangat belajar
kepada anak-anak dan memberikan perhatian kepada mereka agar anakanaknya menjadi lebih berguna…”52.
Pekerja sosial/pengasuh sebagai pendidik di sini adalah pekerja
sosial bertugas untuk mengawasi semua kegiatan yang ada di panti yang
didampingi oleh pengasuh serta tenaga instruktur sesuai dengan bidang
keahlian masing-masing.
51
Mujiono, AKS, ibid.,
AW dan HA, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet
Jakarta Selatan, Jakarta 13 Juni 2011
52
60
Bapak Mujiono lakukan kepada anak-anak asuhnya di panti:
“Dari mulai bangun tidur, persiapan makan, transportnya, segala
pemenuhan kebutuhan pendidikan mereka terpenuhi semaksimal mungkin
sehingga dapat memotivasi anak-anak belajar di sekolah dengan nyaman
dan tenang karena kebutuhannya sudah terpenuhi…”53
B. Pealayanan Pendidikan Yang Diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)
PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan
PSAA PU 03 Tebet memberikan pelayanan sosial berupa pendidikan
untuk anak-anak asuhnya yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dan
kepada anak-anak yang tetap ingin melanjutkan sekolah hingga tamat. Sesuai
dengan misi PSAA PU 03 Tebet yang bertujuan untuk membentuk anak yang
mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar melalui
pemenuhan baik jasmani, rohani maupun sosial.
PSAA PU 03 Tebet terdapat dua bentuk pendidikan yang disediakan
oleh panti yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Seperti yang
dijelaskan oleh Bapak Mujiono selaku Seksi Bimbingan dan Penyaluran
tentang pernyataan pendidikan non formal yaitu kegiatan pengisi waktu luang
di PSAA:
“Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu
pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua, pendidikan non
formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan menjahit dan
keterampilan computer…”54
PSAA PU 03 Tebet menyediakan pendidikan formal dan pendidikan
non formal yang disebut sebagai kegiatan pengisi waktu luang. Pendidikan
53
Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU
03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011
54
Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU
03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011
61
formal di PSAA berupa sekolah di luar panti mulai dari tingkat SMP dan
SMA.
Berdasarkan tingkat pendidikan, data WBS pada tingkat SMP terdapat
sembilan belas orang dan SMA/SMK terdapat enam puluh satu orang. Dapat
dilihat lebih rinci pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No:
Kelas
Tingkat
Pendidikan
1
2
3
Ket
1.
SMP
7
8
4
19
2.
SMA/SMK
14
26
21
61
Jumlah
80
Kemudian berikut ini adalah data WBS berdasarkan penyebaran
sekolah tingkat SMP. Terdapat empat SMP rujukan yang disediakan oleh
PSAA untuk para WBS, yaitu SMPN 03, SMPN 33, SMP DCB PALAD dan
SMPN 15. Jumlah WBS yang bersekolah di masing-masing SMP adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Data WBS Berdasarkan Penyebaran
Sekolah Tingkat SMP
No:
Nama Sekolah
Kelas
VII
VIII
IX
1.
SMPN 03
3
3
1
2.
SMPN 33
-
-
1
3.
SMP DCB PALAD
4
-
5
4.
SMPN 15
-
2
1
Jumlah
7
5
Ket
820
62
Dari tingkat SMA/SMK, terdapat sekolah rujukan yang lebih banyak
yaitu terdapat sepuluh dari SMK dan dua dari SMA. Di bawah ini adalah
gambaran jumlah WBS yang bersekolah di tingkat SMA/SMK.
Tabel 3. Data WBS Berdasarkan Penyebaran
Sekolah Tingkat SMA/SMK
No:
Kelas
Nama Sekolah
Ket
X
XI
XII
1.
SMKN 8
-
-
1
2.
SMKN 47
-
-
1
3
SMKN 31
-
-
2
4
SMKN 40
-
-
3
5
SMKN 7
-
-
1
6
SMKN 50
-
-
1
7
SMKN 56
-
-
2
8
SMK Pancasila
7
13
3
9
SMK Jak-Tim 1
6
12
5
10
SMAN 55
-
-
1
11
SMA N 79
1
-
-
12
SMK Tirta Sari
-
-
1
14
25
21
Jumlah
60
Pihak sekolah setiap hari mengecek absen anak-anak yang berasal dari
panti untuk mengetahui kehadiran mereka di sekolah. Jika WBS bermasalah di
sekolahnya seperti sering tidak masuk sekolah (bolos), maka pihak sekolah
menghubungi pihak panti lewat telepon. Hal ini termasuk kenakalan remaja
63
pada umumnya, sering bolos sekolah yang dikarenakan sedang malas belajar,
ikutan ajakan teman, gurunya tidak enak dan mata pelajaran yang susah.
Dari panti mengenakan pakaian seragam dengan rapi tetapi nyatanya
WBS tidak sampai ke sekolahnya. Tidak ada masalah-masalah yang teramat
serius yang mengharuskan petugas panti datang ke sekolah, biasanya pihak
sekolah melaporkan hal tersebut ke panti hanya lewat telepon saja.
Ada sanksi yang harus diterima oleh WBS jika melakukan kenakalan
(bolos sekolah) tersebut dari pihak sekolah dan dari panti. Biasanya sanksi
yang mereka terima dari sekolah hanya teguran/peringatan-peringatan saja
tetapi jika kenakalan tersebut terus-menerus dilakukan secara berulang-ulang
maka sanksinya adalah skor/tidak boleh datang ke sekolah minimal 3 hari dan
maksimal selama satu minggu. Lalu, sanksi dari panti yaitu peringatanperingatan/nasihat dan hukuman fisik, seperti jalan jongkok dan lari 3-5
puteran di halaman panti.
Dalam hal pengambilan rapor yang bertanggungjawab adalah pihak
panti bukan lagi orangtua WBS yang mengambil rapor dikarenakan orangtua
mereka sudah menitipkan pendidikan anak-anak mereka di PSAA PU 3 Tebet
tersebut. Dari mulai biaya sekolah, peralatan dan perlengkapan sekolah, uang
transportnya sampai pengambilan rapor sudah menjadi tanggungjawab PSAA
PU 3 Tebet dalam hal pendidikan anak-anak.
Jika WBS yang telah tamat dari tingkat SMP, mereka masih tetap
tinggal di panti agar tetap dapat melanjutkan sekolah ke tingkat SMA/SMK.
WBS yang telah tamat dari tingkat SMP dilanjutkan ke sekolah tingkat
SMA/SMK sesuai dengan hasil NEM mereka. Jika NEM yang mereka
64
hasilkan mencukupi dan tentunya bagus dapat memasuki ke sekolah
SMAN/SMKN
tetapi
jika
NEM
yang
mereka
hasilkan
kurang
mencukupi/kurang dari persyaratan yang telah ditentukan dari sekolah
tersebut, sudah tentu WBS akan dimasukkan ke sekolah yang sudah menjadi
kerjasama dengan PSAA PU 03 Tebet, yaitu SMK Pancasila dan SMK Jakarta
Timur 1.
Peran pengasuh sebagai pendidik sangat berpengaruh untuk motivasi
belajar para WBS di PSAA. Misalnya saja jika WBS sedang menghadapi
ulangan-ulangan
atau
ujian
akhir
sekolah,
pengasuh
memberikan
semangat/dukungan berupa peringatan-peringatan, dan memenuhi segala
kebutuhan WBS seperti melengkapi perlengkapan alat-alat tulis yang
diperlukan saat menghadapi ujian. Seperti yang ditekankan oleh Bapak
Mujiono:
“Memotivasi anak-anak dengan memberikan support, belajar yang
giat dan menjaga kesehatannya…”55
Dan hal ini ditambahkan oleh Bapak Rizal selaku Seksi Identifikasi
dan Asesmen:
“Lebih intensif belajarnya, dipanggil guru les bahasa Inggris dan
matematika..”.56
Pernyataan tersebut sama dengan pernyataan yang telah dijelaskan
oleh WBS yang berinisial AW kepada peneliti bahwa peran pengasuh dapat
memotivasi WBS dalam pendidikan
baik di PSAA maupun di sekolah.
Sebagaimana pernyataan AW di bawah ini:
55
Mujiono, AKS, Ibid.
H. Fachrizal Hamid, SH, Seksi Identifikasi dan Asesmen, Wawancara Pribadi,
PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011
56
65
“Iya, mereka dapat memberikan motivasi aku dalam hal belajarku.
Misal pengasuh suka menceritakan pengalaman kehidupan pribadinya dan
contoh lainnya yaitu mereka menyuruh untuk belajar…” 57
Dan pernyataan-pernyatan dari WBS lainnya menambahkan bahwa
pengasuh sebagai pendidik sangat berpengaruh dalam halnya belajar WBS di
PSAA. Seperti pernyataan dari WBS yang berinisial KJ, yaitu:
“Iya. Pengasuh bercerita tentang pengalaman hidup pengasuh.
Membandingkan dengan orang yang lebih sukses…”58
Kemudian pernyataan WBS lainnya yang berinisial HA, yaitu:
“Iya. Karena sampai saat ini saya masih bisa belajar itu berkat
pengasuh yang ada di sini…” 59
Dari pernyataan-pernyataan para WBS PSAA PU 03 Tebet di atas
menjelaskan bahwa adanya hubungan kerjasama yang baik antara pengasuh
dan WBS di PSAA dalam hal pendidikan.
Kemudian yang dimaksud dengan pendidikan non formal yang berada
di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan tersebut yaitu pendidikan kegiatan
keterampilan pengisi waktu luang dengan jadwal
yang telah disesuaikan
dengan jam sekolah WBS serta jadwal yang telah ditetapkan oleh PSAA PU
03 Tebet Jakarta Selatan.
WBS dapat mengikuti kegiatan pengisi waktu luang dengan mengikuti
keterampilan-keterampilan yang telah disediakan oleh PSAA PU 03 Tebet
yaitu kegiatan keterampilan komputer, menjahit, qosidah, dan menari. Tetapi
57
AW, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta
Selatan, Jakarta 13 Juni 2011
58
KJ, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta
Selatan, Jakarta 13 Juni 2011
59
HA, Warga Binaan Sosial, Waswancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta
Selatan, Jakarta 13 Juni 2011
66
kegiatan keterampilan yang peneliti ambil hanya keterampilan komputer dan
menjahit saja karena keterampilan tersebut dapat menyalurkan bakat dan
minat yang dimiliki oleh WBS agar dapat mengembangkan potensi diri
mereka. Jika WBS sudah keluar dari PSAA mereka dapat menyalurkan bakat
dan minatnya tersebut sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Kegiatan keterampilan
tersebut diikuti oleh sebagian WBS yang
tinggal di PSAA karena kegiatan keterampilan tersebut disesuaikan dengan
jadwal WBS bersekolah. Jadwal komputer yaitu pada Hari Rabu dan Jum’at
pada pukul 09.00-11.00 WIB. Dan jadwal untuk keterampilan menjahit yaitu
pada Hari Selasa dan Kamis pada pukul 09.00-11.00 WIB.
Jika ada WBS yang bersekolah pagi sudah pasti WBS tidak dapat
mengikuti kegiatan pengisi waktu luang tersebut. Berbeda dengan WBS yang
bersekolah siang, mereka dapat mengikuti kegiatan pengisi waktu luang
tersebut sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh panti.
Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Mujiono yaitu:
“Untuk kegiatan pengisi waktu luang disesuaikan dengan bakat dan
minat anak-anak dan disesuaikan juga dengan jam sekolah anak-anak. Yang
diharuskan adalah mengikuti pengajian yaitu ceramah dan membaca AlQur’an…”60
Keterampilan-keterampilan yang ada di PSAA tidak mengharuskan
WBS ikut serta pada kegitan keterampilan tersebut dikarenakan keterampilan
tersebut hanya suatu kegiatan pegisi waktu luang yang ada di panti. bagi WBS
yang bersekolah siang dan bagi WBS yang memiliki waktu luang sebelum
17
Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, WAwancara Pribadi, PSAA PU
03 Tebet Jakarta Selatan, 24 Mei 2011
67
WBS berangkat sekolah dapat mengikuti kegiatan keterampilan tersebut
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Dalam mengikuti keterampilan menjahit dan komputer tersebut,
terdapat hambatan dalam diri WBS yaitu rasa malas untuk mengikuti
keterampilan-ketarampilan tersebut yang dikarenakan oleh faktor kurangnya
fasilitas yang disediakan oleh pihak panti. Maksud kurangnya fasilitas di panti
seperti ada tujuh buah komputer tetapi yang masih berfungsi hanya empat
buah komputer saja. Komputer-komputer tersebut versi tahun 2003 yang
kurangnya aplikasi/menu-menu windows, tidak adanya situs internet, serta
printer.
Kemudian, jika ada tugas dari sekolah mereka menggunakan komputer
yang ada di ruangan pengasuh beserta printer hanya ada di ruangan pengasuh
saja. Bukan menggunakan komputer yang ada di ruang keterampilan karena
komputer yang ada di ruangan keterampilan tersebut hanya untuk pelatihanpelatihan saja.
Dengan kurangnya fasilitas keterampilan menjahit yaitu hampir sama
dengan kekurangan pada keterampilan komputer yaitu terdapat sepuluh buah
mesin jahit tetapi yang hanya bisa digunakan hanya lima buah mesin jahit
saja. Selain kurangnya fasilitas-fasilitas tersbut, rasa malas WBS untuk
mengikuti keterampilan menjahit tersebut juga dikarenakan oleh faktor
instrukturnya yang kurang dapat beriteraksi dengan baik oleh WBS di panti.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini menerangkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakan, dan semoga saran yang diberikan dapat dilaksanakan dalam
memperlancar dan mendorong majunya kegiatan pendidikan yang berada di
PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan baik pendidikan formal maupun non formal
dan semoga saran yang diberikan dapat meningkatkan peran serta fungi dari para
pengasuh/pekerja sosial.
A. Kesimpulan
1. Peran Pekerja Sosial Di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan
Pekerja sosial harus bisa memerankan berbagai peran yang
dibutuhkan demi kelancaran proses pemberian bantuan dan mereka juga
harus mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi dan kondisi yang
ada. Berkaitan dengan peran, Zastrow dan Isbandi Rukminto Adi melihat
sekurang-kurangnya ada tujuh buah peran yang dapat dilakukan oleh
seorang pekerja sosial, pemercepat perubahan (Enabler), perantara
(Broker), pendidik (Educator), tenaga ahli (Expert), perencana sosial
(Social Planner), advokat (Advocate), dan aktivis (Activist).
Semua peran di atas dapat dilakukan dan dilaksanakan oleh
pengasuh/pekerja sosial di panti tersebut. Namun, peran yang lebih
dominan
yang
dimainkan
oleh
68
seorang
pekerja
sosial
yaitu
69
pengasuh/pekerja sosial
berperan sebagai pendidik dan perantara.
Pertama, pengasuh/pekerja sosial berperan sebagai pendidik yaitu dalam
membina mental, moral, spiritual dan bersosialisasi, baik di dalam
lingkungan panti maupun di lingkungan luar panti, memberikan
perlindungan dan pengawasan WBS sehingga WBS merasa aman dan
nyaman.
Peran
yang
dilakukan
pengasuh/pekerja
sosial
tersebut
menunjukkan sikap penuh keikhlasan serta ketulusan hati dari para
pengasuh/pekerja
sosial
sehingga
timbulah
peran-peran
lain
pengasuh/pekerja sosial yaitu sebagai pengganti orangtua untuk para WBS
yang berfungsi untuk mengawasi, melindungi dan bertanggungjawab
dengan pemenuhan kebutuhan anak-anak asuhnya yang dimulai dari
kebutuhan pribadi WBS seperti peralatan mandi, pakaian dalam, pembalut,
dll
sampai
kependidikan
WBS
di
sekolah
maupun
pendidikan
keterampilan di panti.
Serta pengasuh/pekerja sosial tersebut dapat memerankan sebagai
seorang sahabat, ketika WBS menghadapi kesulitan/masalah-masalah
yang menggangu fikiran anak-anak asuhnya, maka pengasuh/pekerja
sosial dapat membantu WBS dengan mendengarkan keluhan-keluhan
mereka dan mencari solusi bersama dengan WBS. Yang kedua, peran
pengasuh/pekerja sosial yang lebih dominan yaitu sebagai
perantara
dalam menjembatani/menghubungkan WBS dengan dunia pendidikan
yang diperoleh WBS seperti pendidikan formal dan pendidikan non
70
formal. Memfasilitasi WBS dengan memberikan pelayanan pendidikan
dan pelatihan keterampilan dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Dengan pendidikan yang diperoleh, WBS dapat
mengembangkan potensi bakat dan minat dengan penekanan pengetahuan
dan keterampilan serta pengembangan sikap dan kepribadian yang mulia.
2. Pelayanan Pendidikan Yang Diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)
Di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan dapat disimpulakan bahwa:
PSAA PU 03 Tebet memberikan pelayanan sosial berupa pendidikan
untuk anak-anak asuhnya yang berasal dari keluarga yang kurang mampu
dan kepada anak-anak yang tetap ingin melanjutkan sekolah hingga tamat.
Sesuai dengan misi PSAA PU 03 Tebet yang bertujuan untuk membentuk
anak yang mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara
wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani maupun sosial.
Warga Binaan Sosial (WBS) memperoleh pelayanan pendidikan
yaitu berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal. Yang
dimaksud dengan pendidikan formal yaitu berupa sekolah di luar panti dari
tingkat SMP dan SMA. Kemudian pendidikan non formal yaitu suatu
kegiatan pengisi waktu luang berupa keterampilam komputer dan
keterampilan menjahit.
Dengan adanya pendidikan tersebut anak-anak yang berasal dari
keluarga yang kurang mampu atau bagi anak-anak yang telah ditelantarkan
71
oleh keluarga mereka, maka dapat tetap melanjutkan sekolahnya tanpa
harus memikirkan beban biaya sekolah dan biaya transportasi ke sekolah
karena pendidikan formal mereka sudah ditanggung oleh PSAA PU 03
Tebet.
Lalu, dengan adanya kegiatan keterampilan tersebut, anak-anak
dapat
memanfaatkan
kegiatan
mengasah/menumbuhkembangkan
keterampilan
bakat
dan
tersebut
minat
WBS
untuk
pada
keterampilan tersebut. Jika WBS telah tamat sekolahnya dan keluar dari
panti, panti akan berusaha untuk mencarikan pekerjaan kepada mantan
WBS panti, tentunya dengan potensi yang dimiliki oleh WBS selama
tinggal sambil belajar di panti.
B. Saran
Berdasarkan
temuan
lapangan
dan
hasil
analisa
mengenai
keberfungsian pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar di PSAA
PU 03 Tebet Jakarta Selatan, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki
untuk kemajuan pendidikan WBS di masa yang akan datang dan untuk
meningkatkan peran serta fungsi dari para pengasuh/pekerja sosial di PSAA
PU 03 Tebet Jakarta Selatan. Semoga saran yang diberikan bermanfaat bagi
kemajuan pendidikan dan peningkatan peran serta fungsi pekerja sosial di
PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan.
72
1. Kepada PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan
Saran untuk panti adalah lebih meningkatkan pelayanan kegiatan
keterampilan pengisi waktu luang (pendidikan non formal) WBS dengan
lebih meningkatkan pemenuhan kebutuhan fasilitas seperti menambahkan
fasilitas yaitu komputer dan mesin jahit. Karena komputer dan mesin jahit
yang ada sebagian sudah rusak dan kurang perawatan. Serta panti
disarankan mendatangkan guru-guru private/kursus bagi WBS yang sudah
kelas IX dan kelas XII dengan kursus mata pelajaran untuk UAN yaitu
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika agar WBS lebih siap
untuk menghadapi ujian akhirnya nanti.
2. Pengasuh/Pekerja Sosial
Saran untuk para pengasuh/pekerja sosial adalah para pengasuh
lebih
memperhatikan
kebutuhan
WBS
dan
lebih
meningkatkan
komunikasi dan interaksi antara pengasuh dengan WBS sehingga
terciptanya hubungan yang harmonis, tentram, dan nyaman serta
terbentuknya hubungan kekeluargaan di PSAA karena peran pengasuh
adalah sebagai pengganti orangtua mereka di panti dengan fungsi untuk
mengawasi dan melindungi anak-anak asuhnya.
3. Kepada Instruktur Keterampilan Menjahit dan Komputer
Saran
untuk
instruktur
keterampilan
WBS
adalah
lebih
meningkatkan komunikasi dan interaksi dengan para pengasuh/pekerja
sosial panti sehingga terciptanya hubungan kekeluargaan yang saling
peduli satu sama lainnya dan dengan WBS sehingga terbentuknya
73
hubungan yang ramah dan lancarnya komunikasi agar tidak ada
kesalahpahaman dengan WBS.
4. Kepada WBS (Warga Binaan Sosial)
Saran untuk WBS adalah lebih meningkatkan belajarnya baik di
sekolah maupun kegiatan keterampilan di panti dengan memanfaatkan
semua fasilitas yang telah disediakan oleh panti agar WBS menjadi
manusia yang dapat tumbuh kembang dengan akhlak yang mulia dan
menjadi warga masyarakat yang dapat berfungsi di kemudian hari.
74
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rukminto, Isbandi. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Jakarta:
FISIP UI, 2005.
Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Departemen Agama R.I. Surabaya: Penerbit CV.
Jaya Sakti, 1989.
Bunga Rampai Islam Dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: IAIN Indonesian Social
Equity Project, 2006.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003.
Brosur Terbaru PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan 2011.
Ekosusilo, Modyo, dkk. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang, 1990.
Majalah: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Resource Centre
SFFCCB CPSW-IPSPI, Vol. 1, No. II, (Maret, 2007).
Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children
Modul Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2004.
Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi). UIN Jakarta: CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance), 2007.
Nihayah, Zahrotun, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi Barat dan
Islam. UIN Jakarta Press: 2006.
Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Persada, 1999.
Raja Grafindo
Soewadji, Jusuf. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT.
Rafika Aditama, 2005.
Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: 2009.
74
75
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan. Malang:
Usaha Nasional, 1988.
UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
INTERNET
Editorial Media Massa Indonesia, 2006: Membangun Pendidikan, Mengatasi
Kemiskinan, artikel diakses pada Senin, 28 Februari 2011 dari
http://opini.wordpress.com/2006/11/08/membangun-pendidikanmengatasi-kemiskinan/
Prof. Dr. Soedijarto, MA, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta:
2008), cet 1, artikel diakses pada Rabu, 09 Maret 2011 dari
http://komunitasamam.wordpress.com/2009/04/11/blue-print-pendidikannasional/
Artikel diakses pada Rabu, 09 Maret 2011 dari
http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/wargabicara/1345-hak-pendidikan-anak-anak-bangsa.html.
Artikel diakses pada Rabu, 6 April 2011 dari
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&
id= 6128: menko-kesra--2010-penduduk-miskin-3102-jutajiwa&catid=52:sumut&Itemid=207
Artikel diakses pada Rabu, 6 April 2011 dari
http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila,-JumlahAnak-Terlantar-17-Juta.
PPI STKS Bandung Tahun 2008, Definisi Pekerjaan Sosial, artikel diakses pada
Minggu, 08 Mei 2011 dari
http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/definisi-pekerjaansosial/,
Tonton Witono, SDM Kesos dan Pengembangannya, artikel diakses pada Minggu,
08 Mei 2011 dari http://bbppkspadang.wordpress.com/quantum-vi-no-112009-6/,
Artikel diakses pada Senin, 14 Maret 2011 dari
http://chintami.students.uii.ac.id/2009/03/24/definisi-ilmu-pendidikan/
76
Artikel diakses pada Rabu, 04 Mei 2011 dari
http://dunkdaknyonk.blogspot.com/2011/03/pengertian-anak-menurutbeberapa-uu.html.
Artikel diakses pada Rabu, 04 Mei 2011 dari http://ichwanmuis.com/?p=1356,
Anak Jalanan.
Mahesa Bhirawa. Kualitas SDM Indonesia di Dunia. Artikel diakses pada 03
Novemebr 2011 dari
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/14/kualitas-sdmindonesia-di-dunia/amis,
WAWANCARA
Wawancara Pribadi dengan Bapak Mujiono, Aks, selaku Seksi Bimbingan dan
Penyaluran.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fachrizal Hamid, SH, selaku Seksi Identifikasi
dan Asesmen.
Wawancara Pribadi dengan WBS “AW” kelas XII SMK.
Wawancara Pribadi dengan WBS “KJ” kelas XII SMK.
Wawancara Pribadi dengan WBS “HA” kelas XII SMK.
Wawancara Pribadi dengan WBS “IN” kelas XI SMK.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar
di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran
1. Nama Informan
: Mujiono, AKS
2. Jenis Kelamin Informan
: Laki-laki
3. Umur Informan
: 46 Tahun
4. Tanggal Wawancara
: 24 Mei 2011
5. Tempat Wawancara
: Di dalam kantor PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
I. Apa sajakah peran dan fungsi pekerja sosial terhadap pendidikan
anak-anak terlantar di PSAA PU 3 Tebet?
1. Menurut Pak Muji, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial jika
dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial?
Jawab:
Untuk di panti memang pekerja sosial. Dan saya memang dari
latarbelakang sarjana pekerja sosial yang ditunjang pendidikan pekerja
sosial.
2. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA PU
3 Tebet ini, Pak?
Jawab:
Fungsinya sebagai pengganti orangtua. Dan perannya sebagai pengasuhan,
pengawasan dan pembinaan. Serta dalam peran-peran tersebut masih
terdapat peran-peran yang lainnya seperti mediator, dll yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
3. Apakah tugas Bapak selaku Sie. Bimbingan dan Penyaluran di PSAA PU
3 Tebet ini?
Jawab:
Tugas saya menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah
maupun pendidikan di panti seperti adanya keterampilan menjahit dan
komputer, serta penyaluran.
Fungsinya sebagai pengawas untuk mengawasi kegiatan-kegiatan anakanak yang sudah disediakan oleh panti sesuai dengan instruktur-instruktur
yang telah disiapkan.
4. Seberapa besar peran pengasuh/pekerja sosial dalam memotivasi anakanak terhadap pendidikan mereka, Pak?
Jawab:
Sangat besar peran pengasuh/pekerja sosial di panti. Dari mulai bangun
tidur, persiapan sarapan, transportnya, segala pemenuhan kebutuhan
pendidikan mereka terpenuhi semaksimal mungkin sehingga dapat
memotivasi anak-anak belajar di sekolah dengan nyaman dan tenang
karena kebutuhannya sudah terpenuhi.
5. Adakah anak yang sering membuat masalah di sekolahnya?
Jawab:
Ada anak yang membuat masalah di sekolahnya. Seperti bolos sekolah.
Bagaimana Bapak mengatasinya?
Jawab:
Bekerjasama dengan pihak sekolah seperti guru BP/wali kelas.
Lalu, adakah hukuman/sanksi dari Bapak/pengasuh/pekerja sosial?
Jawab:
Hukuman/sanksi pasti ada melalui peringatan-peringatan.
Jika mengulanginya sampai tiga kali maka anak tersebut dikeluarkan.
6. Siapakah yang bertanggungjawab dengan pengambilan rapor di sekolah?
Jawab:
Pihak panti dan juga saya khususnya yang bertanggungjawab dengan
pengambilan rapor anak-anak di sekolah.
Jika Bapak yang mewakili untuk pengambilan rapor, kenapa?
Jawab:
Karena saya sebagai sie pembimbing dan penyaluran yang juga
menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah.
Kenapa tidak orangtuanya saja jika anak tersebut masih ada orangtuanya
untuk pengambilan rapor?
Jawab:
Tidak bisa orangtuanya yang mengambil rapor untuk anak-anak mereka
karena pihak panti yang sudah bertanggungjawab dengan pendidikan
mereka.
7. Jika anak-anak kelas 3 SMP sudah tamat sekolahnya, lalu apa yang Bapak
lakukan terhadap anak tersebut?
Apakah dilanjutkan sekolah dan tetap tinggal di PSAA?
Jawab:
Iya, tetap dilanjutkan sekolahnya dan dilanjutkan ke sekolah sesuai dengan
NEM yang diperoleh dari hasil belajar mereka. Jika hasil NEM mereka
tidak mencukupi masuk sekolah negeri maka akan dimasukkan ke sekolah
swasta yang sudah bekerjasama dengan pihak seperti SMK Pancasila dan
SMK Jakarta Timur 1.
8. Lalu, bagaimana dengan anak-anak kelas 3 SMA/SMK yang sudah tamat
sekolahnya, apa yang Bapak lakukan?
Apakah dicarikan pekerjaan untuk anak tersebut atau dikembalikan kepada
orangtuanya?
Jawab:
Akan dipulangkan ke orangtuanya. Dan kemungkinan juga akan dicarikan
pekerjaan dari pihak luar.
II. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA
PU
3 Tebet?
1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu
pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua pendidikan non
formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan menjahit
dan keterampilan komputer.
2. Lalu, bagaimana dengan sistem belajar anak-anak di PSAA PU 3 Tebet
ini?
Jawab:
Sistem belajar anak-anak di panti diserahkan oleh mereka. Karena
mereka sudah dewasa untuk dapat mengatur jadwal belajar mereka.
3. Apakah anak-anak di PSAA PU 3 Tebet dapat memanfaatkan kegiatan
pengisi waktu luang mereka dan apakah program tersebut mengharuskan
anak-anak ikut serta?
(seperti mengikuti keterampilan menjahit dan komputer)
Jawab:
Untuk kegiatan pengisi waktu luang disesuaikan dengan bakat dan minat
anak-anak dan disesuaikan juga dengan jam sekolah anak-anak. Yang
diharuskan adalah mengikuti pengajian yaitu ceramah dan membaca AlQur’an.
4. Di PSAA PU 3 Tebet ada suatu organisasi yang diberi nama Organisasi
Citra Intra Panti (OCIP). (Jika di sekolah OSIS). Kenapa dibentuk OCIP?
Apakah tujuan dan fungsi dari OCIP itu sendiri?
Jawab:
Untuk mejembatani kegiatan WBS di panti. Seperti acara Maulid Nabi,
yang mengadakan anak-anak bukan
belajar berorganisasi.
pengasuh agar anak-anak
dapat
5. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang
berprestasi di sekolahnya?
Jawab:
Tidak ada. Karena pendidikan mereka sudah ditanggung dari panti
.
6. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anakanak sedang menghadapi ujian di sekolahnya?
Jawab:
Memotivasi anak-anak dengan memberikan support, belajar yang giat
dan menjaga kesehatannya.
7. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai anakanak merosot turun?
Jawab:
Sama dengan jawaban yang tadi. Lebih giat belajarnya. Lalu memenuhi
kebutuhan sekolahnya, modul-modul di copy untuk belajar, lalu panti
juga berupaya mendatangkan guru les untuk anak-anak.
8. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik di
PSAA PU 3 Tebet ini, Pak?
Jawab:
Menurut saya dengan cara belajar kelompok. Kakak mengajari adiknya.
Ka. Sie. Bimbingan dan Penyaluran
Mujiono, AKS
196506211989031006
Pedoman Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar
di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen
1. Nama Informan
:
2. Jenis Kelamin Informan
:
3. Umur Informan
:
4. Tanggal Wawancara :
5. Waktu Wawancara
:
B. Wawancara
I. Apa sajakah peran dan fungsi pekerja sosial terhadap pendidikan anakanak terlantar di PSAA PU 3 Tebet?
1. Jika ada keluarga yang kurang mampu dan ingin anak-anaknya tetap
dapat melanjutkan sekolahnya. Lalu, bagaimana keluarga tersebut dapat
memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?
2. Menurut Bapak, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial jika
dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial?
3. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA PU
3 Tebet ini, Pak?
4. Apa saja tugas Pak Rizal selaku Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen?
5. Bagaimana cara petugas/pekerja sosial mengidentifikasi dan mengassessment calon WBS?
6. Seberapa besar peran pengasuh/pekerja sosial dalam memotivasi anakanak terhadap pendidikan mereka, Pak?
7. Mengapa petugas/pekerja sosial mendatangi rumah calon WBS (Home
Visite)?
8. Jika anak-anak kelas 3 SMP sudah tamat sekolahnya, lalu apa yang
Bapak lakukan terhadap anak tersebut?
Apakah dilanjutkan sekolah dan tetap tinggal di PSAA?
9. Lalu, dengan anak-anak kelas 3 SMA/SMK yang sudah tamat
sekolahnya, apa yang Bapak lakukan? Apakah dicarikan pekerjaan untuk
anak tersebut atau dikembalikan kepada orangtuanya?
II. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU
3 Tebet?
1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU 3
Tebet?
2. Lalu, bagaimana dengan sistem belajar anak-anak di PSAA PU 3 Tebet
ini?
3. Apakah anak-anak di PSAA PU 3 Tebet dapat memanfaatkan kegiatan
pengisi waktu luang mereka dan apakah program tersebut mengharuskan
anak-anak ikut serta?
(seperti mengikuti keterampilan menjahit dan komputer)
4. Di PSAA PU 3 Tebet ada suatu organisasi yang diberi Organisasi Citra
Intra Panti (OCIP). (Jika di sekolah OSIS). Kenapa dibentuk OCIP?
Apakah tujuan dan fungsi dari OCIP itu sendiri?
5. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang
berprestasi di sekolahnya?
6. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anakanak sedang menghadapi ujian di sekolahnya?
7. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai anakanak merosot turun?
8. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik di
PSAA PU 3 Tebet ini, Pak?
9. Kebutuhan apa saja yang diperlukan WBS untuk pendidikan mereka di
sekolah mapun di panti ini, Pak?
Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen
H. Fachrizal Hamid, SH
195610051981031013
Pedoman Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)
1. Nama Informan
: AW
2. Jenis Kelamin Informan
: Perempuan
3. Umur Informan
: 17 tahun
4. Tanggal Wawancara
: 13 Juni 2011
5. Tempat Wawancara
: Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
I. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial di PSAA PU 3 Tebet
1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?
Jawab:
Karena faktor ekonomi dan ingin melanjutkan sekolah.
2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?
Jawab:
Kurang lebih 2 (dua) tahun.
3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Saya sendiri dengan musyawarah terlebih dulu dengan orangtua.
4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Dari sekolah yaitu SMK Pancasila.
5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Awalnya sedih tetapi lama-kelamaan senang.
6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Baik, karena telah memberikan keterampilan dan pendidikan kepada
WBS PSAA PU 3 Tebet.
7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?
Jawab:
Iya mereka dapat memberikan motivasi aku dalam hal belajarku. missal
pengasuh suka menceritakan pengalaman kehidupan pribadinya dan
contoh lainnya yaitu mereka menyuruh untuk belajar.
8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Sebagai pengganti orangtua kita di rumah yang mewakili untuk mendidik
dan mengajari kita sebagai anak yang sukses.
9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian
(keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin?
Jawab:
Iya. Disesuaikan dengan jadwal keterampilan.
10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di
dalam PSAA?
Jawab:
Ada. Kalau di sekolah, aku tidak suka pelajaran seni budaya karena
gurunya gak enak ngajar jadi malas untuk belajar.
Dan kalau di panti, pengaruh teman-teman dari panti kalau pada malas
ikutan males.
11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang
baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?
Jawab:
Memberikan
keterampilan
dengan
sarana
dan
prasarana
yang
mendukung, memberikan bimbel untuk 3 (tiga) mata pelajaran utama
Ujian Akhir Nasional (UAN) seperti matematika, Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris, dan sanksi yang tegas supaya kami bisa menjadi disiplin
dan cerdas. Tegas di sini maksudnya jika melanggar peraturan sampai 3
kali harus dikeluarkan. Dan cerdas di sini maksudnya anak-anaknya jika
disiplin pasti pinter dan ceradas.
12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan temanteman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti?
(seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll).
Jawab:
Mendukung serta memberikan dana.
13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara
tersebut?
Jawab:
80% karena mereka hanya memberikan dana dan mereka taunya acara
tersebut terlaksana.
14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika
kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Lari, jalan jongkok, potong uang tabungan, dll.
15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang
mengahadapi ujian sekolah?
Jawab:
Dengan cara tidak boleh nonton tv selama ujian berlangsung.
Dan juga memotivasi/mensupport untuk belajar agar ulangan bagus.
16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot
turun?
Jawab:
Dengan cara dimarahin, dipanggil orangtua, disuruh belajar, dll.
Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet
Jakarta Selatan
Warga Binaan Sosial
Pedoman Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di
Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)
1. Nama Informan
: KJ
2. Jenis Kelamin Informan
: Perempuan
3. Umur Informan
: 16 tahun
4. Tanggal Wawancara
: 13 Juni 2011
5. Tempat Wawancara
: Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?
Jawab:
Karena saya ingin melanjutkan sekolah dan orangtua tidak ada biaya
2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?
Jawab:
Kurang lebih 5 (lima) tahun
3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Orantua dan saya sendiri
4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Dari tetangga.
5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Sangat senang. Karena di sini banyak teman, kalau di rumah tidak ada
teman. Dan banyak pengalaman yang gak jelas.
6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Sangat kurang. Missal, pengasuh hanya mengandalkan anak asuh untuk
berfikir sadar diri.
7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?
Jawab:
Iya. Pengasuh bercerita tentang pengalaman hidup pengasuh.
Membandingkan dengan orang yang lebih sukses.
8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Jelas ada.
9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian
(keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin?
Jawab:
Iya walaupun kurang maksimal.
10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di
dalam PSAA?
Jawab:
Ada. Kalau di sekolah. Kurang bisa belajar Bahasa Inggris.
Kalau di panti. Di sini kurang konsentrasi karena berisik saat belajar.
11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang
baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?
Jawab:
Pengasuh harus lebih tegas dalam sanksi karena selama ini yang saya
rasakan hanya tegas dalam artian masih ada rasa kasihan. Dan adanya
bimbel yaitu 3 mata pelajaran untuk UAN.
12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan temanteman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti?
(seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll).
Jawab:
Memberikan sumbangan/dana.
13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara
tersebut?
Jawab:
Kurang lebih 50 %. Karena mereka hanya memberikan dana dan mereka
taunya acara tersebut terlaksana.
14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika
kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Paling Cuma dinasehatin dengan suara yang keras.
15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang
mengahadapi ujian sekolah?
Jawab:
Pengasuh selalu bilang “Jangan lupa belajar!”.
16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot
turun?
Jawab:
Memberikan motivasi/masukan.
Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet
Jakarta Selatan
Warga Binaan Sosial
Pedoman Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di
Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)
1. Nama Informan
: IN
2. Jenis Kelamin Informan
: Perempuan
3. Umur Informan
: 15 tahun
4. Tanggal Wawancara
: 13 Juni 2011
5. Tempat Wawancara
: Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?
Jawab:
Karena saya kurang mampu dan masih ingin sekolah.
2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?
Jawab:
8 (delapan) bulan.
3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Saya sendiri.
4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Dari teman sekolah saya.
5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Setengah senang.
Setengah sedih.
6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Lumayan baik.
7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?
Jawab:.
Tidak juga
8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Sebagai orangtua.
9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian
(keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin?
Jawab:
10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di
dalam PSAA?
Jawab:
Tidak ada.
11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang
baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?
Jawab:
Lebih an menyediakan fasilitas yang lebih baik lagi untuk WBS.
12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan temanteman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti?
(seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll).
Jawab:
Menyediakan hal-hal yang diperlukan untuk sebuah acara tersebut.
13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara
tersebut?
Jawab:
Sebesar mungkin. Karena itu juga acara mereka.
14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika
kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Teguran, panggil orangtua, dan bisa dikeluarkan.
15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang
mengahadapi ujian sekolah?
Jawab:
Menyediakan alat-alat untuk ujian tersebut.
16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot
turun?
Jawab:
Menegur serta memberikan semangat dan motivasi lagi.
Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet
Jakarta Selatan
Warga Binaan Sosial
Pedoman Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di
Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)
1. Nama Informan
: HA
2. Jenis Kelamin Informan
: Perempuan
3. Umur Informan
: 17 tahun
4. Tanggal Wawancara
: 13 Juni 2011
5. Tempat Wawancara
: Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?
Jawab:
Pengen hidup mandiri dan belajar
2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?
Jawab:
Kurang lebih 5 (lima) tahun.
3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Sendiri. Awalnya sich kakak saya yang menawarkan untuk tinggal dip
anti, yaudah saya dan saya tinggal dip anti.
4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Dari kakak saya.
5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Senang. Karena mempunyaibanyak teman dan menjadi lebih mandiri.
6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Sangat baik.
7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?
Jawab:
Iya. Karena sampai saat ini saya masih bisa belajar itu berkat pengasuh
yang ada di sini.
8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Fungsinya adalah untuk memberikan motivasi/semangat belajar kepada
anak-anak dan memberikan perhatian kepada mereka agar anak-anaknya
menjadi lebih berguna.
9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian
(keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin?
Jawab:
Paling aku memanfaatkan computer, tetapi sebentar karena aku lebih
suka memasak. Jadi waktu luang aku lebih banyak untuk memasak.
10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di
dalam PSAA?
Jawab:
Kalau dip anti Alhamdulillah sampai saat ini belum ada hambatan. Tetapi
kalau di sekolah belajar bahsa Inggris aku kurang bisa karena cara
belajarnya terlalu cepet dan waktunya kurang yaitu seminggu hanya 3
jam saja.
11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang
baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?
Jawab:
12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan temanteman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti?
(seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll).
Jawab:
Mengadakan rapat antar kelas 2 SMK
Memberikan uang acara tersebut tapi hanya sebagian saja.
13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara
tersebut?
Jawab:
60 %.
14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika
kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Dihukum yaitu jalan jongkok, kadang lari samapi 5 puteran.
15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang
mengahadapi ujian sekolah?
Jawab:
Member dukungan/menyemangati anak-anak PSAA agar lebih giat
belajar, jaga kesehatan agar ujiannya tidak terganggu.
16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot
turun?
Jawab:
Yang pengasuh lakukan yaitu member bimbingan/saran kepada anak
yang bersangkutan/yang nilai kurang agar lebih giat lagi belajar.
Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet
Jakarta Selatan
Warga Binaan Sosial
Transkip Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran
1. Nama Informan
: Mujiono, AKS
2. Jenis Kelamin Informan
: Laki-laki
3. Umur Informan
: 46 Tahun
4. Tanggal Wawancara
: 24 Mei 2011
5. Tempat Wawancara
: Di dalam kantor PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga
Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet?
1. Menurut Pak Muji, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial
jika dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial?
Jawab:
Untuk di panti memang pekerja sosial. Dan saya memang dari
latarbelakang sarjana pekerja sosial yang ditunjang pendidikan pekerja
sosial.
2. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA
PU 3 Tebet ini, Pak?
Jawab:
Fungsinya sebagai pengganti orangtua. Dan perannya sebagai
pengasuhan, pengawasan dan pembinaan. Serta dalam peran-peran
tersebut masih terdapat peran-peran yang lainnya seperti mediator, dll
yang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Apakah tugas Bapak selaku Sie. Bimbingan dan Penyaluran di PSAA
PU 3 Tebet ini?
Jawab:
saya menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah maupun
pendidikan di panti seperti adanya keterampilan menjahit dan
komputer, serta penyaluran.
Fungsinya sebagai pengawas untuk mengawasi kegiatan-kegiatan
anak-anak yang sudah disediakan oleh panti sesuai dengan instrukturinstruktur yang telah disiapkan.
4. Seberapa besar peran pengasuh/pekerja sosial dalam memotivasi anakanak terhadap pendidikan mereka, Pak?
Jawab:
Sangat besar peran pengasuh/pekerja sosial di panti. Dari mulai
bangun tidur, persiapan sarapan, transportnya, segala pemenuhan
kebutuhan pendidikan mereka terpenuhi semaksimal mungkin
sehingga dapat memotivasi anak-anak belajar di sekolah dengan
nyaman dan tenang karena kebutuhannya sudah terpenuhi.
5. Adakah anak yang sering membuat masalah di sekolahnya?
Jawab:
Ada anak yang membuat masalah di sekolahnya. Seperti bolos
sekolah.
Bagaimana Bapak mengatasinya?
Jawab:
Bekerjasama dengan pihak sekolah seperti guru BP/wali kelas.
Lalu, adakah hukuman/sanksi dari Bapak/pengasuh/pekerja sosial?
Jawab:
Hukuman/sanksi pasti ada melalui peringatan-peringatan.
Jika mengulanginya sampai tiga kali maka anak tersebut dikeluarkan.
6. Siapakah yang bertanggungjawab dengan pengambilan rapor di
sekolah?
Jawab:
Pihak panti dan juga saya khususnya yang bertanggungjawab dengan
pengambilan rapor anak-anak di sekolah.
Jika Bapak yang mewakili untuk pengambilan rapor, kenapa?
Jawab:
Karena saya sebagai sie pembimbing dan penyaluran yang juga
menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah.
Kenapa tidak orangtuanya saja jika anak tersebut masih ada
orangtuanya untuk pengambilan rapor?
Jawab:
Tidak bisa orangtuanya yang mengambil rapor untuk anak-anak
mereka karena pihak panti yang sudah bertanggungjawab dengan
pendidikan mereka.
7. Jika anak-anak kelas 3 SMP sudah tamat sekolahnya, lalu apa yang
Bapak lakukan terhadap anak tersebut?
Apakah dilanjutkan sekolah dan tetap tinggal di PSAA?
Jawab:
Iya, tetap dilanjutkan sekolahnya dan dilanjutkan ke sekolah sesuai
dengan NEM yang diperoleh dari hasil belajar mereka. Jika hasil NEM
mereka tidak mencukupi masuk sekolah negeri maka akan dimasukkan
ke sekolah swasta yang sudah bekerjasama dengan pihak seperti SMK
Pancasila dan SMK Jakarta Timur 1.
8. Lalu, bagaimana dengan anak-anak kelas 3 SMA/SMK yang sudah
tamat sekolahnya, apa yang Bapak lakukan?
Apakah dicarikan pekerjaan untuk anak tersebut atau dikembalikan
kepada orangtuanya?
Jawab:
Akan dipulangkan ke orangtuanya. Dan kemungkinan juga akan
dicarikan pekerjaan dari pihak luar.
II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga
Binaan Sosial (WBS)?
1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA
PU 3 Tebet?
Jawab:
Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu
pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua pendidikan
non formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan
menjahit dan keterampilan komputer.
2. Lalu, bagaimana dengan sistem belajar anak-anak di PSAA PU 3
Tebet ini?
Jawab:
Sistem belajar anak-anak di panti diserahkan oleh mereka. Karena
mereka sudah dewasa untuk dapat mengatur jadwal belajar mereka.
3. Apakah anak-anak di PSAA PU 3 Tebet dapat memanfaatkan kegiatan
pengisi
waktu
luang
mereka
dan
apakah
program
tersebut
mengharuskan anak-anak ikut serta?
(seperti mengikuti keterampilan menjahit dan komputer)
Jawab:
Untuk kegiatan pengisi waktu luang disesuaikan dengan bakat dan
minat anak-anak dan disesuaikan juga dengan jam sekolah anak-anak.
Yang diharuskan adalah mengikuti pengajian yaitu ceramah dan
membaca Al-Qur’an.
4. Di PSAA PU 3 Tebet ada suatu organisasi yang diberi nama
Organisasi Citra Intra Panti (OCIP). (Jika di sekolah OSIS). Kenapa
dibentuk OCIP? Apakah tujuan dan fungsi dari OCIP itu sendiri?
Jawab:
Untuk mejembatani kegiatan WBS di panti. Seperti acara Maulid
Nabi, yang mengadakan anak-anak bukan pengasuh agar anak-anak
dapat belajar berorganisasi.
5. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang
berprestasi di sekolahnya?
Jawab:
Tidak ada. Karena pendidikan mereka sudah ditanggung dari panti
.
6. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anakanak sedang menghadapi ujian di sekolahnya?
Jawab:
Memotivasi anak-anak dengan memberikan support, belajar yang giat
dan menjaga kesehatannya.
7. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai
anak-anak merosot turun?
Jawab:
Sama dengan jawaban yang tadi. Lebih giat belajarnya. Lalu
memenuhi kebutuhan sekolahnya, modul-modul di copy untuk belajar,
lalu panti juga berupaya mendatangkan guru les untuk anak-anak.
8. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik
di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak?
Jawab:
Menurut saya dengan cara belajar kelompok. Kakak mengajari
adiknya.
Ka. Sie. Bimbingan dan Penyaluran
Mujiono, AKS
196506211989031006
Transkip Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen
1. Nama Informan
: H. Fachrizal Hamid, SH
2. Jenis Kelamin Informan
: laki-laki
3. Umur Informan
: 54 tahun
4. Tanggal Wawancara
: 24 Mei 2011
5. Waktu Wawancara
: Di dalam kantor PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga
Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet?
1. Jika ada keluarga yang kurang mampu dan ingin anak-anaknya tetap
dapat melanjutkan sekolahnya. Lalu, bagaimana keluarga tersebut
dapat memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Melalui brosur, tetangga, atau dari mulut ke mulut. Dan bisa secara
langsung datang ke PSAA PU 3 Tebet. Diberi penjelsan tentang
syarat-syarat panti. Dengan membawa surat keterangan tidak mampu
dari RT, RW, dan kelurahan, serta harus memiliki ijazah sebelumnya.
Dan yang paling penting harus mau mentaati peraturan-peraturan yang
ada di panti.
2. Menurut Bapak, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial jika
dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial?
Jawab:
Iya sama karena fungsi dari pengasuh itu adalah untuk membina anakanak asuh yang ada di sini.
3. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA
PU 3 Tebet ini, Pak?
Jawab:
Iya sama yaitu membina, mengawasi baik di sekolah maupun
belajarnya di sini. Mengawasi perilaku dan tata tertib dip anti, agar
dapat mengikuti aturan yang ada di panti.
4. Apa saja tugas Pak Rizal selaku Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen?
Jawab:
Yaitu melakukan penerimaan calon wbs, mengadakan seleksi dan
administrasi, serta kebersihan dan kesehatan.
5. Bagaimana cara petugas/pekerja sosial mengidentifikasi dan mengassessment calon WBS?
Jawab:
Identifikasi itu seperti penerimaan calon wbs, menyeleksi syarat-syarat
dengan calon wbs, tahap wawancara dengan keluarga.
Asesmen misal kasus wbs, manggil wbs, mencari solusi bersama
dengan melibatkan keluarga.
Jika anak sudah ada di panti, konsultasi keluarga untuk memecahkan
masalah yang dihadapi wbs untuk mencari solusi bersama. Sebelum
anak masuk ke panti petugas/pekerja sosial mengadakan kunjungan ke
rumah (home visit) untuk mengetahui kebenaran kondisi dari keluarga.
Tujuannya untuk mencari data yang sebenarnya.
6. Mengapa petugas/pekerja sosial mendatangi rumah calon WBS (Home
Visite)?
Jawab:
Untuk memengetahui kebenaran kondisi dari keluarga dengan tujuan
untuk mencari data yang sebenarnya.
II. Pealayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)?
1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA
PU 3 Tebet?
Jawab:
Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu
pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua pendidikan
non formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan
menjahit dan keterampilan komputer.
2. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang
berprestasi di sekolahnya?
Jawab:
Tidak ada pemberian beasiswa dari panti. Tetapi jika dari sekolah ada.
3. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anakanak sedang menghadapi ujian di sekolahnya?
Jawab:
Lebih intensif belajarnya, dipanggil guru les bahasa Inggris dan
matematika.
4. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai
anak-anak merosot turun?
Jawab:
Lebih giat lagi belajarnya dan pengasuh mengontrol lagi anak-anak
yang belajar.
5. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik
di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak?
Jawab:
Cara efektifnya yaitu menentukan jam-jam belajar dan menyuruh wbs
untuk belajar kelompok, mencari tempat dan waktu belajar untuk
menciptakan suasana belajar yang tenang dan nyaman.
6. Kebutuhan apa saja yang diperlukan WBS untuk pendidikan mereka di
sekolah mapun di panti ini, Pak?
Jawab:
Alat-alat tulis, pakaian sekolah, uang transport, uang photocopy
modul, pembalut, alat-alat mandi, lotion anti nyamuk, dll.
Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen
H. Fachrizal Hamid, SH
195610051981031013
Transkip Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)
1. Nama Informan
: AW
2. Jenis Kelamin Informan
: Perempuan
3. Umur Informan
: 17 tahun
4. Tanggal Wawancara
: 13 Juni 2011
5. Tempat Wawancara
: Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak
Terlantar di PSAA PU 3 Tebet?
1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?
Jawab:
Karena faktor ekonomi dan ingin melanjutkan sekolah.
2. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Saya sendiri dengan musyawarah terlebih dulu dengan orangtua.
3. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Dari sekolah yaitu SMK Pancasila.
4. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Awalnya sedih tetapi lama-kelamaan senang.
5. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Sebagai pengganti orangtua kita di rumah yang mewakili untuk
mendidik dan mengajari kita sebagai anak yang sukses.
6. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika
kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Lari, jalan jongkok, potong uang tabungan, dll.
II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan
Sosial (WBS)?
1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Baik, karena telah memberikan keterampilan dan pendidikan kepada
WBS PSAA PU 3 Tebet.
2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?
Jawab:
Iya mereka dapat memberikan motivasi aku dalam hal belajarku.
missal pengasuh suka menceritakan pengalaman kehidupan pribadinya
dan contoh lainnya yaitu mereka menyuruh untuk belajar.
3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang
kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik
mungkin?
Jawab:
Iya. Disesuaikan dengan jadwal keterampilan.
4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di
dalam PSAA?
Jawab:
Ada. Kalau di sekolah, aku tidak suka pelajaran seni budaya karena
gurunya gak enak ngajar jadi malas untuk belajar.
Dan kalau di panti, pengaruh teman-teman dari panti kalau pada malas
ikutan males.
5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang
baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?
Jawab:
Memberikan keterampilan dengan sarana dan prasarana yang
mendukung, memberikan bimbel untuk 3 (tiga) mata pelajaran utama
Ujian Akhir Nasional (UAN) seperti matematika, Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris, dan sanksi yang tegas supaya kami bisa menjadi
disiplin dan cerdas. Tegas di sini maksudnya jika melanggar peraturan
sampai 3 kali harus dikeluarkan. Dan cerdas di sini maksudnya anakanaknya jika disiplin pasti pinter dan ceradas.
6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang
mengahadapi ujian sekolah?
Jawab:
Dengan cara tidak boleh nonton tv selama ujian berlangsung.
Dan juga memotivasi/mensupport untuk belajar agar ulangan bagus.
7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu
merosot turun?
Jawab:
Dengan cara dimarahin, dipanggil orangtua, disuruh belajar, dll.
Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan
Warga Binaan Sosial
Transkip Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di
Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)
1. Nama Informan
: KJ
2. Jenis Kelamin Informan
: Perempuan
3. Umur Informan
: 16 tahun
4. Tanggal Wawancara
: 13 Juni 2011
5. Tempat Wawancara
: Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga
Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet?
1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?
Jawab:
Karena saya ingin melanjutkan sekolah dan orangtua tidak ada biaya.
2.
Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Orangtua dan saya sendiri.
3. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Sangat senang. Karena di sini banyak teman, kalau di rumah tidak ada
teman. Dan banyak pengalaman yang gak jelas.
4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Dari tetangga saya kak.
5. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika
kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Paling Cuma dinasehatin dengan suara yang keras.
6. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Jelas ada. Yaitu sebagai pengganti orangtua yang mendidik dan
melindungi di sini.
II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan
Sosial (WBS)?
1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Sangat kurang. Misal, pengasuh hanya mengandalkan anak asuh untuk
berfikir sadar diri.
2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?
Jawab:
Iya. Pengasuh bercerita tentang pengalaman hidup pengasuh.
Membandingkan dengan orang yang lebih sukses.
3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang
kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik
mungkin?
Jawab:
Iya walaupun kurang maksimal.
4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di
dalam PSAA?
Jawab:
Ada. Kalau di sekolah. Kurang bisa belajar Bahasa Inggris.
Kalau di panti. Di sini kurang konsentrasi karena berisik saat belajar.
5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang
baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?
Jawab:
Pengasuh harus lebih tegas dalam sanksi karena selama ini yang saya
rasakan hanya tegas dalam artian masih ada rasa kasihan. Dan adanya
bimbel yaitu 3 mata pelajaran untuk UAN.
6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang
mengahadapi ujian sekolah?
Jawab:
Pengasuh selalu bilang “Jangan lupa belajar!”.
7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu
merosot turun?
Jawab:
Memberikan motivasi/masukan.
Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan
Warga Binaan Sosial
Transkip Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di
Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)
1. Nama Informan
: IN
2. Jenis Kelamin Informan
: Perempuan
3. Umur Informan
: 15 tahun
4. Tanggal Wawancara
: 13 Juni 2011
5. Tempat Wawancara
: Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga
Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet?
1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?
Jawab:
Karena saya kurang mampu dan masih ingin sekolah.
2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?
Jawab:
8 (delapan) bulan.
3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Saya sendiri.
4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Dari teman sekolah saya.
5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Ada senangnya ada sedihnya juga kak. Senang tinggal di sini karena
banyak teman, tidur rame-rame. Sedihnya yah gak bisa bertemu sama
keluarga terutama sama mama setiap hari.
6. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Sebagai orangtua.
7. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika
kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Teguran, panggil orangtua, dan bisa dikeluarkan.
II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan
Sosial (WBS)?
1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Cukup baik. Saya bersyukur bisa disekolahkan di sini.
2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?
Jawab:
Tentu dengan semangat dari mereka saya dapat menjalankan aktivitas
sekolah saya dengan baik dan berjalan dengan lancar.
3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang
kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik
mungkin?
Jawab:
Tentu dong kak. Saya mengikuti keterampilan qosidahan. Tadinya
saya gak bisa dan gak tau menau tentang memainkan alat musik
qosidah tetapi setelah saya mengikuti keterampilan qosidah, saya jadi
bisa kak.
4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di
dalam PSAA?
Jawab:
Tidak ada. Karena panti sudah memberi saya kenyamanan untuk
belajar di sekolah maupun di panti sehingga saya dapat belajar dengan
tenang.
5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang
baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?
Jawab:
Lebih menyediakan fasilitas yang lebih baik lagi untuk WBS.
6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang
mengahadapi ujian sekolah?
Jawab:
Menyediakan alat-alat untuk ujian tersebut.
7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu
merosot turun?
Jawab:
Menegur serta memberikan semangat dan motivasi lagi.
Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan
Warga Binaan Sosial
Transkip Wawancara
Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di
Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)
1. Nama Informan
: HA
2. Jenis Kelamin Informan
: Perempuan
3. Umur Informan
: 17 tahun
4. Tanggal Wawancara
: 13 Juni 2011
5. Tempat Wawancara
: Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet
B. Wawancara
I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga
Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet?
1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?
Jawab:
Pengen hidup belajar mandiri dan agar bisa melanjutkan sekolah
karena saya masih ingin belajar.
2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?
Jawab:
Kurang lebih 5 (lima) tahun.
3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Sendiri. Awalnya sich kakak saya yang menawarkan untuk tinggal
dip anti, yaudah saya dan saya tinggal di panti.
4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3
Tebet?
Jawab:
Dari kakak saya.
5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Senang. Karena mempunyai banyak teman dan menjadi lebih
mandiri.
6. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Fungsinya adalah untuk memberikan motivasi/semangat belajar
kepada anak-anak dan memberikan perhatian kepada mereka agar
anak-anaknya menjadi lebih berguna.
7. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika
kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Dihukum yaitu jalan jongkok, kadang lari sampai 5 puteran. Paling
dikit 2 atau 3 puteran sich.
II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan
Sosial (WBS)?
1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?
Jawab:
Sangat baik. Karena dapat memberikan pendidikan keterampilan yang
hasilnya dapat bermanfaat suatu saat nanti jika saya sudah keluar dari
sini.
2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?
Jawab:
Iya. Karena sampai saat ini saya masih bisa belajar itu berkat pengasuh
yang ada di sini.
3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang
kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik
mungkin?
Jawab:
Paling aku memanfaatkan komputer, tetapi sebentar karena aku lebih
suka memasak. Jadi waktu luang aku lebih banyak untuk memasak.
4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di
dalam PSAA?
Jawab:
Kalau di panti Alhamdulillah sampai saat ini belum ada hambatan.
Tetapi kalau di sekolah belajar bahsa Inggris aku kurang bisa karena
cara belajarnya terlalu cepet dan waktunya kurang yaitu seminggu
hanya 3 jam saja.
5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang
baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?
Jawab:
Menyediakan segala fasilitas untuk belajar WBS agar lebih giat lagi
belajarnya, agar lebih semangat lagi ditambahkan lagi mesin jahit dan
komputer.
6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang
mengahadapi ujian sekolah?
Jawab:
Memberi dukungan/menyemangati anak-anak PSAA agar lebih giat
belajar, jaga kesehatan agar ujiannya tidak terganggu.
7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu
merosot turun?
Jawab:
Yang pengasuh lakukan yaitu member bimbingan/saran kepada anak
yang bersangkutan/yang nilai kurang agar lebih giat lagi belajar.
Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan
Warga Binaan Sosial
DAFTAR NAMA ANAK ASUH PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET
TAHUN 2010/2011
NO.
NAMA
TANGGAL LAHIR
ASAL
SEKOLAH
KLS.
KET.
1
2
3
4
5
6
7
Jakarta, 06 Januari 1998
Jakarta, 15 Maret 1998
Bogor, 25 Januari 1998
Jakarta, 07 Januari 1996
Jakarta, 24 Mei 1997
Jakarta, 28 Februari 1998
Jakarta, 08 Juni 1998
Jakarta, 19 Nopember 1996
Jakarta, 16 September 1996
Jakarta, 29 Agustus 1996
Jakarta, 18 Februari 1995
Karawang, 10 Oktober 1996
Jakarta, 31 Desember 1995
Tasikmalaya, 14 Agustus 1997
Bogor, 31 Maret 1997
Jakarta, 21 September 1996
Jakarta, 04 Januari 1994
Magelang, 21 Juli 1994
Jakarta, 30 Juli 1996
Jakarta, 15 Januari 1993
Jakarta, 11 November 1994
Jakarta, 13 Februari 1995
Jakarta, 08 Mei 1995
Bogor, 29 April 1994
Jakarta, 13 Juli 1995
Jakarta, 03 Februari 1996
Jakarta, 23 Juli 1992
Jakarta, 09 April 1995
Jakarta, 24 April 1995
Padang, 16 Februari 1995
Jakarta, 25 April 1996
Jakarta, 24 Januari 1996
Jakarta, 18 April 1995
Jakarta, 23 Agustus 1993
Jakarta, 13 Maret 1994
Jakarta, 09 Desember 1993
Tangerang, 04 Desember 1993
Bandung, 14 Agustus 1994
Jakarta, 20 Mei 1992
Jakarta, 17 September 1993
Jakarta, 27 Juli 1994
Medan, 11 Maret 1994
Jakarta, 01 Juni 1993
Rangkas Bitung, 20 November 1993
Jakarta, 19 Maret 1994
Jak-Tim
Jak-Sel
Jak-Sel
Jak-Sel
Jak-Tim
Jak-Sel
Jak-Ut
Jak-Sel
Jak-Tim
Jak-Ut
Jak-Sel
Jak-Bar
Jak-Pus
Jak-Sel
Jak-Sel
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Sel
Jak-Sel
Jak-Sel
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Ut
Jak-Sel
Jak-Tim
Jak-Bar
Jak-Ut
Jak-Tim
Jak - Sel
Jak-Tim
Jak-Sel
Jak-Sel
Kep. Seribu
Kep. Seribu
Jak-Sel
Jak-Ut
Jak-Sel
Jak-Ut
Jak-Tim
Jak-Bar
Jak-Bar
Jak-Tim
SMP DCB Palad
SMP DCB Palad
SMP DCB Palad
SMP DCB Palad
SMP N 3
SMP N 3
SMP N 3
SMP N 15
SMP N 15
SMP N 3
SMP N 3
SMP N 3
SMP DCB Palad
SMP DCB Palad
SMP DCB Palad
SMP DCB Palad
SMP N 3
SMP N 15
SMP N 33
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
VII-B
VII-C
VII-A
VII-A
VII-7
VII-9
VII-5
VIII-5
VIII-7
VIII-6
VIII-7
VIII-7
VIII-C
VIII-A
VIII-C
IX-C
IX-7
IX-5
IX-F
X-AP-2
X-AK-1
X-AK-1
X-AP-3
X-AK-1
X-AP
X-AP
X-AK
X-AP
X-AK
X-AP
X-AK
X-AK
XI-AK
XI-AK
XI-AK
XI-AP-1
XI-AP-1
XI-AK
XI-AP-1
XI-AP-1
XI-AP-1
XI-AP-2
XI-AP-2
XI-AK
XI-AK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
Fina Amelia
Anggi Andriani
Raudi Tuzahra
Januarti
Linda Rusliana Malik
Verawati
Intan Sari
Shella Rusmania Larasati
Septiani
Samsiah
Anisa Lestari Andika
Siti Khuzaimah
Sofi
Ai Nurjanah
Helmi Tamia
Risawati
Megawati
Siti Zularifah
Lara Andika Prihatin
Siti Patimah
Taskiah Amaliah
Febbyanti Zelfia
Tarwiah
Siti Fauziah
Nur Yuliana Fauziah
Fithia Umadibah
Heni Larasanti
Zahrina
Vini Aprilia Chairunisa
Ullandari
Indri Adha Aprilia Siara
Suci Amelia
Virda Fayrus
Ayu Wulandari
Esy Fitriani
Fira Pratika
Desi Nursela
Maulani Hasanah M.
Sri Rohmawati
Nur Hanifah
Khojanah
Ivo Islami Fitri
Nurul Hasriah
Haeti
Uci Rahmani
1
2
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
Maya
Yetty Helena Sir
Siti Kholilah
Evi Trendiyanti
Tia Nugraha
Tanti Setiawati
Indrianti
Ade Iriani
Cynthia L.I.K.
Istikharoh
Fenny Effendy
Erlinawati
Diah Safitri
Novi Purwanti
Nurul Qomariah
Ratna Febrianti
Khalifah Nuraini
Yenni Rismawati
Elly Charisma Wijaya
Chintia Andita Sobari
Siti Nurwulan
Siti Masitoh
Selly Fitria
Mimi Betaviani
Nadia Rahmanita Adha
Ratih Kurnia
Desri Elpa
Sarra Elva
Arika Resti Perdani
Reni Puspitasari
Nina Komala Sari
Rosmala
Pondariska
Eki Sri Wahyuni
Nurul Lailiah
3
4
Jakarta, 16 Juli 1994
Jakarta, 22 Februari 1995
Pekalongan, 26 September 1993
Sukoharjo, 08 Desember 1993
Jakarta, 05 Juni 1993
Kebumen, 12 Agustus 1993
Depok, 07 Mei 1994
Jaya Pura, 28 Juli 1995
Tanggerang, 26 September 1995
Magelang, 25 Oktober 1992
Jakarta, 22 Januari 1994
Jakarta, 05 Mei 1993
Jakarta, 17 April 1992
Cilacap, 19 November 1993
Jakarta, 12 Juli 1993
Jakarta, 16 Februari 1994
Jakarta, 27 Februari 1994
Lampung, 30 Juni 1991
Pasuruan, 30 Maret 1993
Jakarta, 17 Oktober 1993
Jakarta, 07 Agustus1993
Jakarta, 16 Juni 1993
Bandung, 08 April 1992
Jakarta, 30 September 1992
Jakarta, 01 Juni 1993
Jakarta, 21 Juni 1993
Medan, 10 Desember 1992
Bitung, 09 Oktober 1995
Jakarta, 08 Agustus 1994
Jakarta, 21 Februari 1995
Jakarta, 24 Februari 1991
Jakarta, 31 Desember 1991
Jakarta, 09 Juni 1992
Padang, 23 Juni 1992
Jakarta, 18 Februari 1991
Kep. Seribu
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Pus
Jak-Tim
Jak-Sel
Jak-Bar
Jak-Bar
Jak-Tim
Jak-Bar
Jak-Sel
Jak-Sel
Jak-Bar
Jak-Tim
Jak-Ut
Kep. Seribu
Jak-Tim
Jak-Ut
Jak-Sel
Jak-Sel
Jak-Sel
Jak-Sel
Jak-Tim
Jak-Pus
Jak-Sel
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Sel
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Tim
Jak-Ut
5
6
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK Pancasila
SMK N 8
SMK N 7
SMK N 50
SMA N 55
SMK N 56
SMK N 56
SMK N 40
SMK N 40
SMK N 40
SMK N 31
SMK N 31
SMK N 47
SMK Tirta Sari
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Pancasila
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
SMK Jak-Tim I
XI-AK
XI-AP-2
XI-AP-1
XI-PJ-2
XI-AK-1
XI-AK-1
XI-AK-1
XI-AP-2
XI-AK-2
XI-PJ-3
XII-AK
XII-AK
XII-AK
XII-AK-2
XII-CP-3
XII-AP-2
XII-IPS-D
XII-TGB
XII-TGB
XII-AK-2
XII-MM
XII-AK-1
XII-AK-2
XII-AK-2
XII-AK-3
XII-AP-2
XI-AK-1
X-AK-2
XI-AP-2
XI-AK
XII-AP-2
XII-AP-2
XII-AP-2
XII-AK
XII-AP-1
Jakarta, 2 Agustus 2010
KEPALA PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET,
Dra. Hj. RAHAYU PARAMITA
NIP 195707211986032002
7
POLA PEMBINAAN / PELAYANAN DI PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET
PSAA Klender
Duren Sawit
Anak Terlantar :
1. Wanita
2. usia 13 s/d 18 thn
3. Memiliki Ijazah /
Raport terakhir
4. Sehat Jasmani dan
Rohani
TRAMTIB
A. Identifikasi
1. Identifikasi
2. Seleksi
3. Motivasi
Penyaluran
1. Perawatan
1. Keluarga
2. Bekerja
2. Pemeliharaan
3. Perlindungan
Sosial
4. Pembinaan
Fisik
Dinas/Sudin
Bintal Kesos
Asal WBS
Rujukan /
Penyerahan
dari Instansi/
masyarakat
Calon
WBS
Berminat
mengikuti
pendidikan
formal dan
tinggal
dalam
panti
B. Penerimaan
Proses
Penerim
aan
1. Registrasi
2. Pengasrama
an
Kepolisian
Asuhan
Anak
5. Pembinaan
Kesehatan
6. Bimbingan
Mental dan
Sosial
7. Bimbingan
Kepribadian
Resosialisasi :
- Bimbingan
kesiapan dan
peran serta
keluarga dan
masyarakat
Penyaluran
Bina Lanjut
dan Termi
nasi
Bina
Lanjut
- Bimbingan /
Pembinaan
kerja
8. Pendidikan
Masyarakat
Keluarga
Anak Keluarga tidak
mampu :
1. Wanita
2. usia 13 s/d 18 thn
3. Memiliki Ijazah /
Raport terakhir
4. Sehat Jasmani dan
Rohani
5. Domisili di wilayah
DKI
C. Asesmen
1. Konsultasi
2. Pengungka
pan dan pe
mahaman
masalah
3. Home Visit
9. Latihan
Ketrampilan
Terminasi
Anak yang
mandiri,
normatif
dalam
kehidupan di
masyarakat
KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET
SK
Gubernur Propinsi
DKI Jakarta No.
163 Tahun 2002
tanggal 13
November 2002
BAB IV
Pasal 12, 13
Kedudukan
Tugas dan
Fungsi
Kedudukan
Merupakan Unit Pelaksana
Teknis Dinas Bintal dan Kesos
dalam
Pengasuhan
dan
Pembinaan anak terlantar
Tugas
Menyelenggarakan
kegiatan
pelayanan Kesejahteraan Sosial
Anak Terlantar yang meliputi
Identifikasi
dan
Asesmen,
Bimbingan dan Penyaluran serta
Bina Lanjut
Fungsi
1. Pelayanan Pendekatan awal meliputi Penjangkauan,
Observasi, Identifikasi, Motivasi dan Seleksi.
2. Pelaksanaan Penerimaan meliputi registrasi, persyaratan
Administrasi dan Penempatan dalam Panti.
3. Pelaksanaan Perawatan, Pemeliharaan Fisik dan Kesehatan.
4. Pelaksanaan Asesmen meliputi penelaahan, Pengungkapan
dan Pemahaman Masalah dan Potensi.
5. Pelaksanaan Pembinaan Fisik, Bimbingan Mental dan
Pelatihan Ketrampilan Kerja Usaha Mandiri.
6. Pelaksanaan Resosialisasi meliputi Praktek Belajar Kerja,
Reintegrasi dengan kehidupan dalam keluarga dan
masyarakat.
7. Pelaksanaan Rujukan ke Lembaga Pelayanan lain dan
Penyaluran.
8. Pelaksanaan Pembinaan Lanjut meliputi Monitoring,
Asistensi, Pemantapan dan Terminasi.
Download