perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Batasan Konsep
1. Peran
Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka dia (lembaga) menjalankan suatu peran keduanya
tidak bisa dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung yang lain dan
sebaliknya. Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan
posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat
merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi
masyarakat.
Pentingnya peran adalah bahwa hal itu mengatur perikelakuan
seseorang atau lembaga dan juga menyebabkan seseorang atau lembaga pada
batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain, sehingga
orang atau lembaga yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perikelakukan
sendiri dengan perikelakuan orang-orang kelompoknya. Peran tersebut diatur
oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Peran lebih banyak
menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, tepatnya
adalah bahwa seseorang (lembaga) menduduki suatu posisi atau tempat dalam
masyarakat serta menjalankan suatu peran. Soekanto (2005) menerangkan
bahwa terdapat tiga hal yang mencakup suatu peran, yaitu:
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini meliputi rangkaian
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
b. Peran adalah konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat dalam organisasi.
c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Pembahasan peran-peran tertentu yang melekat pada lembaga dalam
lembaga masyarakat menjadi penting karena peran-peran tertentu harus
dilaksanakan
apabila
struktur
masyarakat
hendak
dipertahankan
kelangsungannya. Peran tersebut seyogyanya diletakkan pada individu-individu
yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka harus
terlebih dahulu terlatih dan mempunyai pendorong untuk melaksanakannya.
Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tak mampu
melaksanakan perannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat, oleh karena
mungkin pelaksanannya memerlukan pengorbanan yang terlalu banyak dari
kepentingan
pribadinya.
Apabila semua
orang sanggup
dan
mampu
melaksanakannya perannya, belum tentu masyarakat dapat memberikan
peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat
terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.
Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah SCC yang merupakan
suatu Komunitas Honda CB yang melestarikan dan mempertahankan identitas
bertransportasi dengan sarana Motor tua atau klasik yaitu Honda CB di Kota
Surakarta. Maka dalam penelitian ini peran diartikan sebagai perilaku yang
diharapkan dari seseorang (lembaga) yang mempunyai status tertentu di dalam
suatu masyarakat untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan cara
mengadakan Interaksi dengan orang lain (baik dengan individu atau kelompok)
yang dalam Interaksi ini akan terjadi adanya tindakan sebagai suatu rangsangan
dan tanggapan sebagai suatu respon.
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Komunitas
Ada banyak definisi untuk dapat menjelaskan tentang arti Komunitas
dalam konteks sosiologis. Hillery (1955) menjelaskan bahwa Komunitas
dijelaskan dengan empat pendekatan yaitu terbentuk dari sekelompok orang,
saling berinteraksi secara sosial di antara anggota kelompok itu, berdasarkan
adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau di antara
anggota kelompok yang lain, dan adanya wilayah-wilayah individu yang
terbuka untuk anggota kelompok yang lain.
Puspito (1989) menerangkan bahwa Komunitas adalah suatu kelompok
teritorial yang membina hubungan para anggotanya dengan menggunakan
sarana-sarana yang sama untuk mencapai tujuan yang sama dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Kesatuan hidup yang teratur dan tetap
Komunitas bukanlah suatu kumpulan sementara atau kerumunan, maka
harus dikatakan bahwa Komunitas termasuk jenis kelompok sosial yang
memiliki warna tersendiri dalam hal kebersamaannya. Dari sudut
pandangan ini pengertian Komunitas tidak sama dengan pengertian
masyarakat karena lingkup masyarakat lebih luas daripada lingkup
Komunitas. Dengan kata lain Komunitas adalah bagian dari masyarakat
atau satu segmen dari masyarakat.
b. Bersifat teritorial
Unsur utama dan khas yang menandai suatu kelompok sosial sebagai
Komunitas adalah unsur tanah daerah yang sama tempat kelompok itu
berada. Dengan kata lain, anggota-anggota dari Komunitas benar-benar
terpaku dan terpadu pada tanah. Mungkin terjadi anggota Komunitas
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai darah, tradisi dan nasib yang sama, tetapi itu semua bukan
merupakan sudut pandangan yang khas dari Komunitas. Begitu pula
sosiologi menyatakan unsur teritorial sebagai unsur terpenting dari
Komunitas.
c. Tidak mengandung pengertian regionalisme
Kata regio berarti wilayah yang cukup luas, dapat meliputi satu propinsi
atau lebih. Gagasan regionalisme hendak menonjolkan nilai-nilai kebesaran
dan keunggulan suatu wilayah atau propinsi atas wilayah atau propinsi lain.
Dalam bahasa politik wilayah disebut daerah istimewa dan memiliki
tersendiri sedangkan Komunitas sosial tidak demikian.
Lebih lanjut Komunitas juga diartikan sebagai sebuah kelompok sosial
dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki
ketertarikan yang sama. Dalam Komunitas manusia, individu-individu di
dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi,
kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal
dari bahasa Latin communitas yang berarti kesamaan, kemudian dapat
diturunkan dari communis yang berarti sama, publik, dibagi oleh semua atau
banyak (id.wikipedia.org/wiki/Komunitas).
Dari beberapa definisi di atas, Komunitas juga dapat diartikan sebagai
suatu kelompok yang anggotanya memiliki ciri-ciri serupa, yang biasanya
dihimpun oleh rasa memiliki atau bisa pula ikatan dan interaksi sosial tertentu
yang menjadikan kelompok itu sebagai suatu identitas sosial tersendiri. Dengan
kata lain, bahwa melalui pengalaman berkelompok atau bermasyarakat dapat
mengeluarkan pendapat dengan cara berinteraksi di dalam Komunitas. Dalam
suatu Komunitas, hubungan sosial antar anggota merupakan hal yang sangat
penting karena ini merupakan landasan dari Komunitas tersebut. Hubungan
sosial didefinisikan Weber sebagai tindakan yang dilakukan oleh beberapa
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang atau aktor yang berbeda-beda, sejauh tindakan itu mengandung makna
dan dihubungkan serta diarahkan pada tindakan orang lain.
Supaya keberadaan suatu Komunitas diakui, maka suatu Komunitas
harus dapat bertahan. Menurut Talcott Parsons agar tetap bertahan, suatu sistem
harus memiliki empat fungsi (AGIL) antara lain:
a. Adaptation (Adaptasi)
Sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan
itu dengan kebutuhan.
b. Goal attainment (Pencapaian tujuan)
Sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
c. Integration (Integrasi)
Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi
lainnya.
d. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola)
Sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik
motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan
menopang motivasi.
Komunitas termasuk ke dalam kajian Sosiologi karena dalam Komunitas
biasanya terdapat mekanisme-mekanisme tertentu, seperti difusi, konflik sosial,
gerakan sosial dan lain-lain yang mendukung atau menghambat sebuah
perubahan. Disamping itu, Komunitas juga memainkan sebuah peran dalam
masyarakat sehingga menarik untuk diteliti. Komunitas yang dimaksud adalah
kelompok orang yang tergabung dalam SCC yang menduduki wilayah Kota
Surakarta dan bertindak secara kolektif untuk menjadi Komunitas yang kreatif.
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tentunya tindakan sosial perlu dilakukan oleh SCC agar mereka mengenal,
memahami dan kemudian melakukannya. Tindakan sosial tersebut kemudian
diwujudkan dalam kegiatan seperti bakti sosial memberi kampanye tentang
mentaati tata tertib berlalu lintas, memberi pengarahan tentang pentingnya
memakai peralatan brkendara yang sesuai standar, berkeliling Kota Surakarta
mengajak masyarakat untuk mengenal Komunitas motor tua ini.
Tindakan yang dilakukan oleh SCC didasari oleh beberapa faktor, antara
lain: berkurangnya kesadaran masyarakat untuk mentaati peraturan berlalu
lintas, mulai langka bahkan hilangnya motor tua seperti Honda CB akibat
banyaknya model motor baru dipasaran dan perkembangan arus transportasi
darat khususnya kendaraan bermotor semakin tidak terkendali. Berawal dari
keprihatinan tersebut, kemudian memunculkan beberapa Komunitas motor tua
selain SCC di Kota Surakarta, antara lain: CBS (CB Bengawan Solo), STICC
(Solo Timur CB Club), dan S90C (Solo s90 Club), dll. SCC merupakan
Komunitas motor tua yang mempunyai gambaran tentang ciri khas mereka
sendiri dibandingkan Komunitas motor tua lainnya. Selain itu, SCC mempunyai
pandangan yang berbeda dalam memaknai motor tua yang semakin
memperdalam kecintaan mereka terhadap motor tua. Namun, pada umumnya
SCC sebagai salah satu Komunitas motor tua juga mempunyai tujuan yang
sama yaitu ingin melestarikan salah satu alat transportasi yang pernah menjadi
gaya hidup di Kota Surakarta dan kembali menggunakan transportasi ini
sebagaimana mestinya bukan hanya sebagai motor tua yang sudah tidak bisa
dipakai dan terkesan ketinggalan zaman.
Maka dalam penelitian ini Komunitas diartikan sebagai kelompok orang
tertentu yang menduduki wilayah geografis tertentu, memiliki kebudayaan yang
sama dan mampu bertindak secara kolektif untuk mencapai sesuatu. Pemaknaan
adalah suatu usaha menafsirkan dan memahami aksi atau tindakan sosial serta
antar hubungan sosial untuk sampai kepada suatu penjelasan kausal (Marsanto,
2003). Dalam konteks komunikasi makna atau pemaknaan akan selalu muncul
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam episode pembuatan pesan, penerimaan pesan dan proses yang
berlangsung di dalamnya. Komunikasi melalui isyarat-isyarat sederhana adalah
bentuk paling elementer dan yang paling pokok dalam komunikasi. Tetapi, pada
masyarakat isyarat komunikasi yang dipakai tidaklah terbatas pada bentuk
komunikasi ini. Hal ini disebabkan karena manusia mampu menjadi objek
untuk dirinya sendiri (dan juga sebagai objek yang bertindak) dan melihat
tindakan-tindakannya seperti orang lain dapat melihatnya. Dengan kata lain,
manusia dapat membayangkan dirinya secara sadar dalam perilakunya dari
sudut
pandangan
orang
lain.
Sebagai
akibatnya,
mereka
dapat
mengkonsentrasikan perilakunya dengan sengaja untuk membangkitkan tipe
respon tertentu dari orang lain (Narwoko dan Suyanto, 2004).
Manusia berkomunikasi menggunakan kata-kata, yakni simbol-simbol
suara yang mengandung arti bersama dan bersifat standar. Dalam hal ini, tidak
perlu selalu ada hubungan yang intrinsik antara bunyi tertentu dengan respons
yang disimbolkannya. Namun, perlu diingat makna dari simbol tertentu tidak
selalu bersifat universal, berlaku sama di setiap situasi dan daerah. Nilai atau
makna sebuah simbol tergantung kepada kesepakatan orang-orang atau
kelompok yang mempergunakan simbol itu. Menurut White (1968), makna
suatu simbol hanya dapat ditangkap melalui cara-cara nonsensoris, yakni
melalui proses penafsiran (interpretative process). Makna dari suatu simbol
tertentu dalam proses interaksi sosial tidak begitu saja bisa langsung diterima
dan dimengerti oleh semua orang, melainkan harus terlebih dulu ditafsirkan.
Maka dari itu, suatu simbol tergantung konteks situasi dan daerah di mana
simbol itu dipergunakan (Narwoko dan Suyanto, 2004).
Jadi, dapat dijelaskan bahwa simbol adalah gambar, bentuk, atau benda
yang mewakili suatu gagasan, benda, ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol
bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk
kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Sedangkan dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan pemaknaan adalah memberi makna motor
19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tua dari suatu simbol yang dipergunakan SCC yang menjalankan peran dalam
melestarikan Honda CB di Kota Surakarta. Maka Pemaknaan dalam penelitian
ini diartikan sebagai suatu usaha menafsirkan dan memahami aksi atau tindakan
sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada suatu penjelasan kausal.
Glen menerangkan bahwa aksi Komunitas melibatkan masyarakat untuk
menyampaikan tuntutan mereka pada para pembuat kebijakan dan menunjukkan
apa yang menjadi minat dan kepentingan mereka serta mereka mengharapkan
agar para pembuat kebijakan mau menanggapi tuntutan mereka (Adi, 2008).
Aksi Komunitas biasanya terkait dengan suatu isu khusus yang dirasa
merisaukan oleh suatu Komunitas, dimana isu tersebut mungkin merupakan isu
yang khusus bagi sekelompok orang yang berada di wilayah tertentu atau
mungkin merupakan isu yang dirasakan oleh masyarakat secara umum (Glen,
1993). Kesamaan pengalaman terhadap hal yang dianggap tidak menyenangkan
tersebut dapat menjadi tenaga penggerak untuk mengorganisasi kekuatan yang
akan memunculkan solidaritas kolektif. Solidaritas kolektif ini merupakan
tenaga penggerak yang utama untuk munculnya suatu gerakan Komunitas
(community movement). Tanpa adanya solidaritas kolektif sebagai energi utama
dari gerakan ini, aksi-aksi yang akan dilakukan menjadi lemah dan tidak
mempunyai cukup kekuatan untuk memengaruhi para pembuat kebijakan.
Ketika masyarakat (Komunitas) ingin menggoyang suatu sistem yang sudah
mapan, mereka sangat membutuhkan adanya solidaritas kolektif untuk
menjamin keberhasilan gerakan mereka (Adi, 2008).
Sesuai dengan penelitian ini yang bertujuan mengetahui peran SCC
melalui peran Komunitas dalam mempertahankan sebuah identitas Honda CB di
Kota Surakara, peran yang dimaksud adalah perilaku yang disengaja dalam
melakukan suatu tindakan sosial yang dilakukan oleh SCC dengan tujuan
mempertahankan Honda CB sebagai salah satu motor tua di Kota Surakarta.
Maka dalam penelitian ini aksi diartikan sebagai perilaku yang disengaja dalam
melakukan suatu tindakan sosial baik individu maupun kelompok yang
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Upaya pelestarian tentunya merupakan
sebuah bentuk penegasan eksistensi.
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, eksistensi memiliki arti
adanya; keberadaan (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005).
Jadi, eksistensi adalah sebuah filsafat yang memandang segala gejala yang
berpangkal pada keberadaan dan titik sentralnya adalah manusia dalam
menjalankan peran dan kedudukannya di dalam masyarakat melalui sikap,
tindakan dan perilakunya untuk mempertahankan apa yang menjadi salah satu
di antara pilihan yang jumlahnya tidak terbatas. Artinya, dari definisi di atas
dapat ditarik kesimpulan sesuai penelitian ini bahwa eksistensi merupakan
sekelompok orang yang berpangkal pada keberadaan dalam menjalankan peran
dan kedudukannya melalui tindakan sosial untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai, dan dalam penelitian ini yang dimaksud para anggota SCC terhadap
keberadaan tersebut adalah Honda CB.
Maka dalam penelitian ini eksistensi diartikan sebagai sebuah filsafat
yang memandang segala gejala berpangkal pada keberadaan dan titik sentralnya
adalah manusia dalam menjalankan peran dan kedudukannya di dalam
masyarakat melalui sikap, tindakan dan perilakunya untuk mempertahankan apa
yang menjadi salah satu di antara pilihan yang jumlahnya tidak terbatas.
Tindakan pelestarian sendiri berasal dari kata sifat yang dimaksudkan untuk
menjaga kelestarian terhadap sesuatu yang memiliki makna. Kelestarian berasal
dari kata lestari, berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia yang artinya
kekal; langgeng; tetap seperti keadaan semula (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2005). Kelestarian adalah keadaan yang tetap seperti
semula atau keadaan yang tidak berubah-ubah dengan tujuan mempertahankan,
baik sifat maupun bentuknya. Kata lestari itu sendiri dapat diartikan bagian dari
lingkungan di sekitar masyarakat. Misalnya menjaga kelestarian lingkungan
hidup, menjaga kelestarian budaya tradisonal dan sebagainya, Namun, dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan kelestarian merupakan menghantarkan
21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu individu maupun kelompok untuk mempertahankan identitas motor tua ke
dalam gagasan atau konsep masa lalu dan masa depan di Kota Surakarta. Maka
dalam penelitian ini kelestarian diartikan sebagai keadaan yang tetap seperti
semula atau keadaan yang tidak berubah-ubah dengan tujuan mempertahankan,
baik sifat maupun bentuknya.
3. Identitas
Adakah sesuatu tanpa nama, sehingga hanya dapat disebut sebagai
sesuatu atau bukan sesuatu. Sesuatu dapat dinamakan sebagai sesuatu walaupun
tidak dengan sendirinya menamakan diri sebagai sesuatu itu, karena sesuatu di
luar dirinya akan menamakannya kategori sesuatu. Dalam hal ini sama halnya
dalam mendefinisikan konsep identitas. Dengan identitas maka apa yang
disebut sesuatu dikatakan sebagai sesuatu. Nama, jenis kelamin, bahasa, agama
dan lain sebagainya merupakan kategori identitas-identitas tertentu. Penelurusan
terhadap makna dan konsep identitas merupakan suatu usaha yang
berkelanjutan tanpa akhir. Identitas bukan merupakan suatu entitas yang final,
statis dan berturut-turut, melainkan sesuatu yang terus tumbuh. Kata identitas
sendiri adalah satu kata kunci yang bisa mengacu pada konotasi apa saja seperti;
sosial, politik, budaya dan sebagainya. Identitas bagi situasi-situasi tertentu bisa
bermakna kekhawatiran, ketakutan, dan keakuan. Ini terjadi ketika term
identitas ada dalam posisi defensif (Abdillah, 2002).
Berger juga menjelaskan bahwa identitas meliputi segala hal pada
seseorang yang dapat menyatakan secara sah dan dapat dipercaya tentang
dirinya sendiri, status, nama, kepribadian dan masa lalunya. Oleh karena itu,
apabila konteks sosialnya tidak dapat dipercaya maka seseorang tidak dapat
menyatakan apapun secara sah dan dapat dipercaya tentang dirinya sendiri.
Sejalan
dengan
pemikiran
diatas,
Giddens
(dalam
Barker,
1999)
memperkenalkan konsep identitas diri yaitu sesuatu yang tercipta dari
kemampuan untuk mempertahankan narasi perihal diri, dan dengan membangun
perasaan yang konsisten perihal kesinambungan biografis. Acuan dari Giddens
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut menjelaskan bahwa identitas bukanlah sesuatu yang dimiliki atau
sebuah entitas yang bisa ditunjuk, karena hal tersebut merupakan cara berpikir
tentang diri yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan ruang dan waktu, dari
lingkungan satu ke lingkungan yang lain.
Sedangkan di satu sisi, Bozilovic menjelaskan bahwa, identitas
merupakan proses identifikasi seorang individu terhadap nilai yang ada pada
sebuah kelompok tertentu (seperti keluarga, Komunitas ataupun kelompok
dalam satu wilayah yang sama). Identitas merupakan sebuah keadaan dan
proses afiliasi yang dilakukan inividu dengan berbagai cara dan juga gaya
hidup. Karakteristik dari sebuah identitas yang paling penting adalah bentuk
solidaritas yang dipahami sebagai wujud perasaan aman ketika berada pada
ruang komunal. Proses internalisasi identitas seseorang juga ditentukan dari
bagaimana individu membentuk identitas yang bangunnya, baik secara personal
maupun kelompok (Bozilovic, 2010).
Berdasarkan penjelasan dari beberapa tokoh tersebut dapat dikatakan
bahwa konsep identitas dapat dikatakan sebagai hubungan individu dengan
kelompok sosial secara komunal yang terbentuk karena pemahaman terhadap
perasaan aman dalam ruang komunal yang diwujudkan dalam berbagai cara dan
gaya hidup. Identitas bukan merupakan sesuatu yang dimiliki, melainkan proses
yang dibangun individu dengan sebuah kelompok komunal melalui pola
berpikir dan juga praktek sosial yang dilakukan oleh mereka.
B. Penelitian Terdahulu
Dilihat dari fungsi utamanya, berkendara dapat dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu yang berkendara dengan motor tua untuk sarana
transportasi (kebutuhan hidup) dan untuk hobi (kesenangan hiburan). Namun,
jika kita melihat lebih dalam lagi, terdapat pula keinginan untuk memenuhi
kebutuhan yang lain, misalnya eksistensi diri, rasa bangga berkendara dengan
motor tua, memenuhi rasa ingin mencoba sesuatu yang berbeda dari yang sudah
23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ada sekarang ini atau ingin masuk ke dalam Komunitas. Untuk mengurai
berbagai hal tersebut, maka terdapat beberapa penelitian terdahulu yang
dijadikan acuan dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam
merekam jejak penelitian sejenis agar dapat dicari perbedaannya sehingga
memungkinkan penelitian ini menjadi penelitian yang masih tergolong baru dan
belum ada yang melakukan. Adapun beberapa penelitian terdahulu tersebut
yakni:
Penelitian yang berada dalam E-Journal dengan judul Unity In The
Motorcycle Community: Kajian mengenai Sosial Role pada Komunitas motor
Flaming Knight di Los Angeles oleh Monica Anke, dan diambil dari E-journal
Lab. Sosio FISIP UNS Edisi tahun 2008 (www.emeraldinsight.com). Di dalam
jurnal penelitian tersebut menyatakan bahwa peran sosial di dalam klub motor
Flaming Knight dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Komunitas motor
Flaming Knights, Komunitas motor ini menggangap bahwa berkendara
menggunakan sepeda motor tidak hanya berkaitan dengan balapan atau ugal
ugalan dijalan raya tetapi lebih dari itu seperti semua anggota Flaming Knight
dapat berfungsi untuk masyarakat lain anatara lain dengan bakti sosial, menjadi
sukarelawan untuk membantu para siswa yang kurang mampu di daerah yang
mereka lewati sepanjang perjalanan. Hal ini di tunjukan oleh Komunitas
Flaming Knight sebagai eksistensi bahwa Komunitas motor dapat melakukan
hal hal yang berguna utuk masyarakat umum. Bolden, sebagai President
Flaming Knight mengatakan semua hal yang dilakukan oleh kelompok dan
anggotanya bertujuan untuk memenuhi visi dan misi mereka sebagai Komunitas
motor terbesar di dunia. Social role dalam kelompok tersebut dapat berjalan
berkat dukungan trust atau kepercayaan yang cukup kuat, mekanisme kontrol
sosial, tujuan sebagai bikers yang menyukai motor sebagai hobi dan mengisi
waktu luang mereka. Relevansi jurnal penelitan di atas terkait dengan penelitian
ini, yaitu peran Komunitas motor dalam hal ini SCC dalam melestarikan Honda
CB sebagai motor tua di Surakarta yang memungkinkan dapat pula memiliki
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keberfungsian secara sosial bagi masyarakat Kota Surakarta. Hasil penelitian di
atas berkaitan dengan cara saling mempertahankan sebuah kelompok sosial
untuk
memenuhi
kebutuhan
kelompok
dan
anggota
mereka
dengan
berlandaskan atas rasa percaya, dengan pekerjaan dan tujuan untuk
mempertahankan suatu kelompok sosial serta untuk memenuhi kebutuhan
anggotanya. Dalam penelitan tentang peran dan eksistensi anggota SCC hal ini
saling berkaitan yaitu tentang tujuan anggota suatu kelompok yang sama yaitu
mempertahankan obyek yang mereka perankan sebagai Komunitas yang
melestarikan motor tua yakni Honda CB.
Penelitian lain berjudul Kehidupan Berorganisasi sebagai Modal Sosial
Komunitas Jakarta, oleh Linda Darmajanti Ibrahim pada tahun 2002, yang
diambil dari Jurnal Masyarakat terbitan Lab. Sosio FISIP UI Edisi no 11 tahun
2002. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa kehidupan berorganisasi di tingkat
Komunitas ketetanggaan dapat dikembangkan dengan keberadaan aktor
individual-sosial agar mampu mengakses sumberdaya lokal. Bahkan organisasi
dapat menjadi wadah dan alat untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi
warga agar lebih mandiri berswasembada sebagai penduduk Jakarta. Kehidupan
berorganisasi antar dan di rumah tangga Komunitas menjadi suatu cerminan
proses saling mengisi modal sosial dan modal manusia. Sumbangan dari
penelitian tersebut adalah dari hasil penelitiannya yang menjadi referensi dan
gambaran mengenai modal sosial di sebuah Komunitas, penelitan di atas dapat
digunakan sebagai acuan karena di dalamnya terdapat perbedaan antara
penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan, salah satunya adalah kajian
antara modal sosial dan peran sosial, banyak kesamaan fokus penelitian yaitu
Komunitas, peran, dan eksistensi aktor yang di sini merupakan anggota
Komunitas.
Lebih
lanjut
terdapat
pula
Penelitian
berjudul
Pemberdayaan
Masyarakat melalui Pendidikan Berbasis Komunitas: Studi Deskriptif Pada
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bina Mandiri, Kelurahan Bukit Duri,
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jakarta Selatan (2009) oleh Ardiego Herviantoro. Penelitian ini menjelaskan
mengenai pemberdayan masyarakat melalui pendidikan berbasis Komunitas
yang dilakukan PKBM Bina Mandiri di dalam program pembelajarannya.
Penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini
menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan berbasis
Komunitas
telah
dilaksanakan
sesuai
dengan
tahapan
pemberdayaan
masyarakat, walaupun belum dilaksanakan secara optimal. Kondisi ini terjadi
karena kurangnya keterlibatan Komunitas sasaran yang belum menyadari
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi. Program pembelajaran ini telah
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan Komunitas sasaran dan telah dirasakan
kebermanfaatannya
dalam
meningkatkan
kapasitas
pengetahuan
dan
keterampilan dari Komunitas sasaran yang mengikuti program ini. Kaitan
penelitian ini adalah terletak bahwa pemberdayaan secara yang dilakukan samasama ditujukan untuk komnunitas yang berjenis kualitatif. Sedangkan dari segi
perbedaan dapat dilihat dari masyarakat sasaran dimana pada penelitian ini
lebih ditujukan kepada kaum perempuan.
Selanjutnya terdapat penelitian berjudul Modal Sosial dan Refleksivitas
dalam Masyarakat Risiko: Suatu Kajian terhadap Anggota Klub Motor
Wonogiri King Club (WKC), oleh Maya Atri Komalasari (2012). Penelitian ini
bertujuan menggambarkan modal sosial dan refleksivitas anggota Klub Motor
WKC, motivasi menjadi anggota dan keterkaitan antara modal sosial dan
reflektivitas tersebut. Beberapa teori digunakan dalam penelitian ini, teori
modal sosial dari Robert Putnam, teori masyarakat risiko dari Ulrich Beck dan
teori motivasi ERG dari Clayton Adelfer serta teori tindakan sosial Tallcott
Parsons. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan pada
Komunitas SCC adalah bahwa kedua penelitian ini menggunakan teori tindakan
sosial yang sama sehingga dapat saling melengkapi satu sama lain dalam hal
implikasi teoritisnya.
26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian berjudul Pemanfaatan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Komunitas di Kelompok Perempuan Rukun Makmur
Boyolali (2015) oleh Santoso. Penelitian ini bertujuan menggambarkan praktik
pemanfaatan kearifan lokal dalam pemberdayaan masyarakat berbasis
Komunitas di Kelompok Perempuan Rukun Makmur Boyolali beserta faktor
pendukung dan faktor penghambatnya melalui teori struktural fungsional yang
dikemukakan oleh Talcott Parsons dengan skema AGIL (Adaptation, Goal
Attainment, Integration, Latency). Relevansi penelitian ini dipilih sebagai bahan
acuan adalah karena dari penelitian ini didapati bahwa dengan teori fungsional
struktural dapat dipergunakan dalam menggambarkan tindakan dari aktor dalam
upayanya, dan penelitian di Komunitas SCC ini juga menggunakan teori yang
sama sehingga dapat dianalisa implikasinya apakah teori struktural fungsional
relevan dalam menjawab fokus penelitian terkait atau tidak.
Berdasar hasil temuan di atas, penelitian mengenai tindakan sosial
dalam kerangka Talcott Parsons ditandai dengan analisa terkait tindakan
individu berupa Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat menjadi
suatu kesatuan atas dasar kesepakatan dari para individu yang berada di
dalamnya terhadap nilai-nilai tertentu yang mampu menanggulangi perbedaanperbedaan, hal ini menjadikan masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu
sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Asumsi
semacam inilah yang kemudian dipergunakan dalam menggambarkan upaya
pelestarian yang dilakukan oleh Komunitas SCC melalui berbagai aksi
Komunitasnya. Lebih lanjut, penelitian terkait Komunitas SCC di Surakarta ini
berdasar literasi yang ada belum pernah dilakukan, sehingga penelitian dengan
tema dan objek lokasi ini tergolong baru pertama kali dilakukan.
27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan paradigma kelompok sosial. Emile
Durkheim tokoh sosiologi yang berasal dari Perancis sebagai peletak dasar
sosiologi modern membagi kelompok sosial atas dua jenis berdasarkan ikatan
sosial yang disebut dengan solidaritas sosial. Solidaritas sosial itu berasal dari
individu yang berarti individu tersebut saling bekerja sama. Masyarakat
mempunyai
solidaritas
sosial
yaitu
biasa
disebut
dengan
ikatan
kesamaan. Adapun dua solidaritas sosial yang dimaksud adalah solidaritas
mekanik dan solidaritas organik.
a.
Solidaritas Mekanik
Solidaritas mekanik adalah ciri yang menandai bagi masyarakat
sederhana yang hidup terpisah dalam kelompok-kelompok kecil. Pada
masyarakat ini belum ada pembagian kerja atau spesialisasi dalam hal pekerjaan
karena pada dasarnya setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama atau
gotong royong. Masyarakat ini juga terikat oleh kesamaan dan kesadaran
bersama yang kuat. Hubungan sosial yang terjadi di antara anggota masyarakat
cenderung akrab dan didasarkan pada sistem nilai yang sama. Contoh
masyarakat dengan solidaritas ini adalah masyarakat pedesaan yang masih
tradisional. Pada umumnya masyarakat tersebut mempunyai pekerjaan yang
sama, yaitu sebagai petani. Ciri-ciri solidaritas mekanik adalah solidaritas yang
merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan
adat bersama. Disebut dengan mekanik itu karena orang yang hidup dalam unit
keluarga suku atau Kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi semua
kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok-kelompok lain. Ciri-ciri
masyarakat dalam solidaritas mekanik adalah adanya keteraturan, keteraturan
dalam ikatan mekanik merupakan ikatan kesamaan yang segmentis yaitu artinya
28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terbatas. Ikatan mekanik juga muncul kesadaran baru yaitu biasa disebut dengan
konsisten yang artinya memaksa diri sendiri. Hukum represif, dalam artian tidak
bisa dipaksa oleh diri yaitu sama dengan kelompok kita. Order adalah
keteraturan yang berarti suatu ketaatan yang membutuhkan kesadaran moral
dari setiap individu-individu. Dalam ikatan mekanik, order dan kesadaran moral
ini sangat penting dan mendukung sekali.Dipaksa (penal law).
b. Solidaritas Organik
Solidaritas organik adalah bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat
kompleks atau beragam yang telah mengenal pembagian kerja secara rinci.
Dengan demikian muncul keahlian tertentu yang dimiliki oleh setiap anggota
masyarakat yang mengakibatkan setiap golongan dalam masyarakat saling
tergantung satu sama lain dan tidak dapat hidup secara sendiri tanpa melakukan
hubungan atau kerja sama dengan golongan lain dalam masyarakat. Namun
demikian kesadaran bersama di antara mereka lemah. Misalnya kehidupan pada
masyarakat Kota. Ada banyak jenis pekerjaan pada masyarakat Kota, seperti
karyawan swasta, pengusaha, buruh, guru, pegawai negeri, dan lain-lain, di
mana mereka saling membutuhkan atau berhubungan yang didasarkan pada
pemenuhan kebutuhan masing-masing, bukan atas ikatan moral (kebersamaan).
Keadaan demikian dapat disamakan dengan bagian-bagian suatu organisme
yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena apabila
salah satu bagian rusak maka organisme tersebut akan macet.
Ciri-ciri
solidaritas
organik adalah
menguraikan
tatanan
sosial
berdasarkan perbedaan individual diantara rakyat, yang merupakan ciri dari
masyarakat modern, khususnya yaitu daerah perKotaan. Bersandar pada
pembagian kerja yang rumit dan didalamnya orang terspesialisasi dalam
pekerjaan yang berbeda-beda. Dalam pembagian kerja yang rumit ini, Emile
Durkheim melihat adanya kebebasan yang lebih besar untuk semua masyarakat.
Solidaritas mekanik dan solidaritas organik mempunyai berbagai macam
perbedaandiantaranya yaitu:
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Solidaritas mekanik, relatif berdiri sendiri (tidak bergantung kepada orang
lain) dalam keefisienan kerja, terjadi di masyarakat sederhana, primitif, dan
tradisional, merupakan ciri dari masyarakat tradisional, kerja tidak terorganisir,
beban lebih berat, individualis rendah, dan represif yaitu tidak bisa dipaksa diri.
Sedangkan solidaritas organik adalah saling berkaitan dan mempengaruhi dalam
keefesienan kerja, dilangsungkan oleh masyarakat yang kompleks, ciri dari
masyarakat modern atau perKotaan, kerja terorganisir dengan baik, beban
ringan, individualis tinggi, dan adanya pembagian kerja. Penelitian ini
merupakan penelitian dengan paradigma fakta sosial, dimana fakta sosial
menurut Emile Durkheim adalah cara bertindak baku maupun tidak, yang dapat
berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal, atau bisa juga
dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai
suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari
manifestasi-manifestasi individual (Ritzer, 2011). Salah satu pendekatan dalam
paradigma fakta sosial adalah tindakan sosial yang dikembangkan oleh Talcott
Parsons.
Tindakan sosial dalam kerangka Parsons berupa asumsi dasar mengenai
Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat menjadi suatu kesatuan atas
dasar kesepakatan dari para anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu yang
mampu
mengatasi
perbedaan-perbedaan
sehingga
masyarakat
tersebut
dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu
keseimbangan. Dengan demikian masyarakat adalah merupakan kumpulan
sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling memiliki
ketergantungan.
Teori
struktural
fungsional
mengansumsikan
bahwa
masyarakat merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau
subsistem yang saling berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam
segala kegiatan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem.
Fokus utama dari berbagai pemikir teori fungsionalisme adalah untuk
mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup
30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sistem sosial. Fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari
beberapa bagian yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Satu bagian
tidak bisa dipahami terpisah dari keseluruhan. Dengan demikian, dalam
perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional
yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian
mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar
sebuah sistem bisa bertahan. Imperatif-imperatif tersebut adalah Adaptasi,
Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Pemeliharaan Pola atau yang biasa disingkat
AGIL (Adaptation, Goal attainment, Integration, Latent pattern-maintenance).
a. Adaptation (adaptasi) : fungsi yang dimiliki oleh sebuah sistem untuk
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dari
sistem tersebut.
b. Goal Attainment (pencapaian tujuan) : fungsi yang dimiliki sebuah sistem
untuk dapat mendefinisikan dan mencapai tujuannya.
c. Integration (integrasi) : fungsi yang dimiliki oleh sistem dalam rangka
mengkoordinasikan hubungan bagian-bagian dalam komponen sistem
tersebut dan aktor-aktor didalamnya. Fungsi ini juga berperan dalam
mengelola hubungan ketiga fungsi lainnya dalam skema AGIL sehingga
seluruhnya fungsional.
d. Latent pattern-maintenance (pemeliharaan pola) : fungsi yang dimiliki suatu
sistem untuk memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, pada tingkat
individu maupun pola-pola kultural.
D. Kerangka Berpikir
Setiap kehidupan manusia baik individu maupun dalam suatu
Komunitas
masyarakat,
kebutuhan akan
transportasi
selalu
mewarnai
kehidupan. Transportasi itu sendiri digunakan untuk memudahkan manusia
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Manusia mengenal alat transportasi
31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
modern bermula dengan diketemukannya roda, hal ini merupakan awal
terbentuknya sepeda lalu sepeda bermotor yang pada akhirnya menjadi
transportasi andalan. Namun, seiring perkembangan teknologi yang cukup pesat
muncul alat transportasi seperti sepeda motor, mobil, bus, kereta api dan
pesawat terbang. Kehidupan makin terpacu yang mempengaruhi kebutuhan itu
menciptakan gaya hidup melalui alat transportasi untuk lebih bersifat efisien
dan efektif hal ini membuat motor atau mobil tua atau klasik mulai
terpinggirkan.
Semakin menguat dan ketergantungan masyarakat terhadap sepeda
motor, mobil serta alat transportasi lain yang lebih modern sangat tinggi,
menyebabkan
memudarnya
budaya
memiliki
dan
menggunakan
alat
transportasi yang sudah ada yaitu seperti motor tua yang sudah ada untuk
kembali digunakan di masyarakat sebagai alat transportasi sehari hari.
Perubahan pada masyarakat yang terbiasa hidup mengikuti arus modern yang
selalu praktis dan bersifat konsumtif dengan produk baru dipasaran serta
terkesan memakan banyak waktu karena notabenya motor tua lebih
memerlukan perawatan yang lebih dibandingkan motor model baru saat ini. Hal
ini yang menyebabkan masyarakat saat ini yang cenderung lebih memilih
mengendarai sepeda motor, mobil jenis baru dari pada menggunakan motor,
mobil serta alat transportasi tua yang sudah ada sebelumnya dan notabenya
sebagian orang atau kelompok menggangapnya masih layak digunakan.
Dewasa ini, berkendara dengan motor tua atau klasik yang merupakan
simbol dari kesederhanaan dan terkesan unik dianggap tidak efisien dalam
menunjang kebutuhan masyarakat akan transportasi. Namun, ada suatu
Komunitas yang menggunakan motor tua yaitu Honda CB tidak hanya
dimanfaatkan untuk berkendara yang identik dengan masyarakat modern.
Komunitas ini menampilkan proses dialog yang disatukan dalam sebuah
kebudayaan yang dapat mencerminkan sikap untuk berinteraksi mengikuti arus
modernisasi. Hal ini cukup menarik, mengingat banyaknya motor atau mobil
32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jenis baru yang semakin banyak di jalan raya dan semakin tidak terpakainya
motor atau mobil dan jenis transportasi tua yang sudah tidak terapakai hanya
karena alasan tidak efisien lambat dan terkesan ketinggalan jaman. Kegiatan
dalam menggunakan motor klasik untuk transportasi sehari hari dapat
memberikan suatu gambaran akan keberadaan motor tua salah satunya Honda
CB agar tetap eksis yang secara umum terlihat dari peran Komunitas tersebut
dalam mempertahankan identitas Honda CB di Kota Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali suatu Komunitas motor tua yang
memaknai dan mempunyai peran dalam mencapai tujuannya, yaitu melestarikan
Honda CB sebagai salah satu motor tua atau klasik. Di mana pada saat
sekarang, bergabung dengan Komunitas motor tua bukan sekedar tempat
berkumpulnya para pecinta motor tua saja, namun lebih dari itu mempunyai
tujuan untuk melawan arus modernisasi dalam mempertahankan eksistensi
motor tua khususnya Honda CB sebagai alat transportasi yang pernah ada di
Kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Sosiologis, dan
yang menjadi obyek dari Sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut
pandang hubungan antar manusia dan proses timbal balik yang timbul dari
hubungan manusia dalam masyarakat. Oleh sebab itu, pendekatan yang dirasa
paling mendekati untuk penelitian ini adalah Paradigma Definisi Sosial dan
teori yang paling mendekati adalah Teori Aksi dan kelompok sosial, sebab
penelitian ini ingin menggali informasi dari suatu Komunitas motor tua di Kota
Surakarta yang mempunyai peran dalam mencapai tujuannya. Dalam penelitian
ini terdapat gambaran 4 skema, yaitu pemaknaan, aksi, eksistensi, dan
kelestarian yang menjadi fokus untuk mengetahui keberadaan Honda CB di
Kota Surakarta dengan adanya peran Komunitas motor tua atau klasik dalam
hal ini SCC sehingga menimbulkan respons dari masyarakat terhadap
keberadaan Komunitas ini, agar dapat diketahui gambarannya secara mendalam.
Teori parsons digunakan dalam penelitian ini untuk mendukung kerangka
33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berfikir agar tujuan dari penelitian ini yaitu mempertahankan sebuah identitas
melalui aksi komunitas dapat tercapai.
Komunitas Honda
CB SCC
Pemaknaan
Aksi
Peran Komunitas
SCC
ADAPTASI
*Memodifikasi
* Belajar CB
* Menyiapkan
Dana
* simbol
komunikasi
* identifikasi CB
TUJUAN
INTEGRASI
* Melestarikan CB
* eksistensi
Komunitas
* pelestarian warisan
* pertimbangan
Harga
* Ruang Bisnis
* pemenuhan Hobi
* Menambah Relasi
* Touring
* Arisan
Komunitas
* Diklat Anggota
* Bakti Sosial
* Kontribusi Event
PEMELIHARAAN
POLA
* SCC sebagai
Penyelenggara Event
* Interaksi Anggota
* SCC sebagai EO
* Pengembangan Skill
* SCC sebagai
pergerakan
komunitas
IDENTITAS KOMUNITAS SCC
Gambar 01. Skema Kerangka Berfikir Penelitian
34
commit to user
Download