BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Berpikir Definisi berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan. Diantara mereka masih terdapat pandangan yang berbedabeda. Walaupun tafsiran mereka itu berbeda-beda, namun umumnya para tokoh pemikir setuju bahwa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu, menerapkan berbagai kemungkinan idea atau ciptaan dan membuat pertimbangan yang wajar, membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dan seterusnya membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang dialami. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:767) berpikir adalah penggunaan dari akal budi dalam mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Menurut Presseisen (dalam Nur Izzati, 2009), “berpikir secara umum diasumsikan sebagai proses kognitif, aksi mental ketika pengetahuan diperoleh”. Sedangkan kutipan Beyer (Wardhani, 2011) menyatakan, "Berpikir, singkatnya adalah proses mental oleh individu yang masuk akal dari pengalaman". Liputo (Aisyah, 2008:17) berpendapat bahwa berpikir merupakan aktivitas 8 mental yang disadari dan diarahkan untuk maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam berpikir adalah memahami, mengambil keputusan, merencanakan, memecahkan masalah dan menilai tindakan. Ruggiero (dalam Siswono, 2009) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand). Pendapat ini menegaskan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir.Berdasarkan pengertianpengertian di atas berpikir dapat diartikan sebagai kegiatan akal budi atau kegiatan mental untuk mempertimbangkan, memahami, merencanakan, memutuskan, memecahkan masalah dan menilai tindakan. Jadi, dapat disimpulkan berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan berbagai kemungkinankemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar. 2.1.2 Macam - Macam Bentuk Berpikir 1. Berpikir konkret dan abstrak Menurut Anthony Gregorc (Prijosaksono dkk. ,2006) ada dua kemungkinan dominasi otak, yaitu persepsi konkret dan abstrak, dan kemampuan pengaturan secara sekuensial (nonlinear). Yang termasuk 9 dalam dua (linear) dan acak kategori ”sekuensial” cenderung memiliki dominasi otak kiri (logis, analitis, sekuensial, linear dan rasional), sedang orang-orang yang berpikir secara ”acak (random) biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan (acak, tidak teratur, intuitif dan holistik). Pemikir sekuensial konkret memperhatikan dan mengingat detail dengan lebih mudah, mengatur tugas dalam proses tahap demi tahap, dan berusaha mencapai kesempurnaan. Mereka selalu memecahkan masalah, dan mengambil keputusan berdasarkan fakta atau kenyataan dan mengolah informasi dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi para sekuensial konkret, realitas terdiri dari apa yang mereka ketahui melalui indra fisik mereka. Orang sekuensial konkret selalu mengatur tugas-tugas menjadi proses tahap demi tahap dan berusaha keras untuk mendapatkan kesempurnaan pada setiap tahap. Mereka menyukai prosedur baku dan pengarahan. Realitas bagi pemikir sekuensial abstrak adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Proses berpikir mereka logis, rasional dan intelektual. Bentuk aktivitas pemikir sekuensial abstrak adalah membaca, dan jika suatu proyek perlu diteliti, mereka akan melakukannya dengan mendalam. Mereka ingin mengetahui sebabsebab di balik akibat dan memahami teori serta konsep. 10 2. Berpikir Intuitif Dan Reflektif Banyak filosof dan ahli pendidikan memandang intuisi sebagai strategi mental atau metode yang memungkinkan seseorang menyatakan esensi/intisari suatu fenomena (Spinoza, 1967). Bahkan Poincare (Tall, 1992) berargumentasi bahwa tidak ada aktivitas yang benar-benar kreatif dalam sains dan matematika tanpa intuisi. Filosof dan ahli pendidikan yang berlainan kutub dengan penggunaan intuisi memandang bahwa penggunaan intuisi merupakan bentuk elementer dan pengetahuan primitif (Muniri, 2009). Pada dasarnya, seorang matematikawan sering menggunakan intuisi dalam menyelesaikan masalah (problem solving) sebelum merancang serangkaian langkah-langkah untuk membuktikannya. Atau bahkan ide-ide intuitif sering membuka dan memberikan jalan dalam menyelesaikan masalah matematika serta menyediakan petunjuk kearah pengembangan topik-topik matematika. Pada dasarnya pengetahuan intuitif dipandang sebagai pengetahuan yang diterima secara langsung tanpa melalui serangkaian bukti (Fischbein, 1994). Jadi pemahaman intuitif diartikan sebagai pemahaman secara spontan terhadap suatu konsep tanpa harus melalui bukti terlebih dahulu, seperti halnya kita dihadapkan pada masalah bilangan 2, 4, 6, dan seterusnya merupakan bilangan genap, kita dapat menerima dan meyakininya tanpa harus dibuktikan terlebih dahulu, dan apabila siswa diminta 11 untuk melanjutkan bilangan tersebut, hampir bisa dipastikan siswa akan menjawab 8, 10, 12 dan seterusnya walaupun aturuan umum dari bilangan deret tersebut belum ditentukan. Tatag (2005) mengemukakan bahwa berpikir intutif dapat diartikan berpikir untuk mendapatkan sesuatu dengan menggunakan naluri atau perasaan (feeling) yang tiba-tiba (insight) tanpa berdasarkan kelaziman fakta-fakta. Jadi orang yang berpikir secara intuitif, munculnya idea atau konsep sering terjadi pada saat-saat tertentu misalnya sedang rileks atau sedang asyik menikmati kopi atau musik . Mario Bunge (Zeev dan Star, 2002) menyatakan bahwa intuisi merupakan penalaran (reason), yang memiliki karakteristik: catalytic inference, power of synthesis dan common sense. Catalytic inference adalah jalan pintas dari suatu proposisi ke proposisi lainnya, yaitu dengan suatu loncatan ke suatu konklusi secara cepat tanpa mempertimbangkan premis dan perantaranya. Power of synthesis merupakan kemampuan mengkombinasikan keheterogenan atau elemen-elemen yang terpencar dalam suatu keseluruhan keseragaman atau keharmonisan. Common sense adalah pertimbangan yang ditopang oleh pengetahuan umum (ordinary knowledge). Berpikir Reflektif kegiatan mental untuk mengkaji ulang apa yang akan atau sedang diputuskan, kegiatan ini memerlukan sedikit 12 waktu dibandingkan dengan berpikir intuitif. Pada level berpikir reflektif terjadi campur tangan antara aktivitas mental dengan kesadaran diri atau Intropeksi. (Richard Skemp, 1974). Misalnya seorang pengemudi mengendarai motor akan mengganti atau menurunkan gear sebelum mencapai tikungan tajam. Seorang penumpang yang masih belajar bertanya kepada kita mengapa kita memindahkan versnelling sebelum mencapai tikungan tajam. Biarpun kita telah berbuat begitu “tanpa berpikir”, kita tidak kesulitan untuk menjelaskan alasan tersebut. Inilah reflektif merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pemikiran matematis. Sehingga yang dimaksud dengan berpikir intuitif adalah berpikir secara spontanitas tanpa harus diberikan contoh, langsung dipahami oleh siswa. Contohnya apabila kita tanyakan tentang bilangan ganjil, mereka langsung menjawabnya, 1,3,5,.., dan seterusnya. Contoh lain apabila guru menanyakan bilangan asli maka siswa akan langsung menjawabnya yaitu 1,2,3,4,.. selain itu, apabila ditanyakan kepada siswa berapa jumlah bulan dalam setahun, maka siswa akan lansung menjawab 12 bulan dalam setahun. sedangkan berpikir reflektif adalah tingkat berpikir untuk mengkaji ulang atau apa yang akan kita lakukan. Contonya dalam pembelajaran matematika siswa akan bertanya mengapa kita menggunakan rumus (panjang x lebar) untuk mencari luas persegi panjang. Contoh lain Misalnya seorang pengemudi 13 mengendarai motor akan mengganti/menurunkan gear sebelum mencapai tikungan tajam. Sesorang penumpang yang masih belajar bertanya kepada kita mengapa kita memindahkan versnelling sebelum mencapai tikungan tajam. 2.1.3 Berpikir Divergen Istilah berpikir divergen dan berpikir konvergen pertama kali diajukan oleh Guilford, Berpikir konvergen berorientasi pada satu jawaban yang baik atau benar sebagaimana yang dituntut oleh soalsoal ujian pada umumnya. Sementara berpikir divergen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atau alternatif yang banyak. Banyak hasil penelitian (misalnya Sternberg & Lubart, dalam Sugiarta: 531-533 ) menemukan bahwa pengukuran kemampuan siswa berdasarkan tes standard konvensional tidak mampu mengukur kemampuan peserta didik secara utuh dan menyeluruh. Hasil-hasil tes tersebut, barangkali dapat mengungkap tentang kemampuan siswa dalam “menghasilkan sebuah jawaban yang benar”, tetapi tidak tentang kemampuan berpikir tingkat tinggi yang berkaitan dengan kreativitas siswa, terutama dengan kemampuan berpikir divergen, untuk memecahkan masalah yang diberikan secara kreatif melalui pengkajian multiperspektif. Lebih lanjut disimpulkan, bahwa sesungguhnya ada dua bentuk kompetensi berpikir, yaitu (a) berpikir divergen dan (b) berpikir konvergen. 14 Seseorang disebut memiliki preferensi berpikir konvergen jika memiliki kemampuan dalam mengumpulkan material, informasi, skill untuk digunakan dalam memecahkan masalah sedemikian rupa dapat dihasilkan jawaban yang benar. Kemampuan berpikir ini sangat cocok pada pelajaran ilmu alam, matematika, dan teknologi. Alasananya karena bidang ini membutuhkan konsistensi, dan reliabelitas. Kemampuan ini sangat cocok diukur dengan tipe tes standar, seperti tes-tes intelegensi, dan tes dalam ujian-ujian nasional. Sedangkan berpikir divergen lebih tertuju pada pengembangan kemampuan dalam menghasilkan elaborasi kreativitas dari ide-ide yang dihasilkan dari stimulus. Berpikir divergen diklaim cenderung merupakan preferensi bagi bidang seni dan kemanusian. Untuk mengukur kemampuan ini cocok digunakan tes open-ended, tes-tes yang mengunakan objekobjek. Sudiarta (2005:20) Isaksen, Dorval & Treffinger (dalam Sudiarta: 531-533) mendefinisikan berpikir divergen sebagai kemampuan untuk mengkonstruksi atau menghasilkan berbagai respon yang mungkin, ide-ide, opsi-opsi atau alternatif-alternatif untuk suatu permasalahan atau tantangan. Berpikir divergen paling tidak menekankan (a) adanya proses interpretasi dan evaluasi terhadap berbagai ide-ide, (b) proses motivasi untuk memikirkan berbagai kemungkinan ide yang masuk akal, dan (c) pencarian terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tak biasanya (non rutin) dalam mengkonstruksi ide-ide unik. 15 Definisi berpikir divergen menurut Isaksen, Dorval & Treffinger ini nampaknya lebih relevan dengan tema pengembangan kemampuan berpikir divergen dan kritis dalam konteks pembelajaran matematika. Untuk itu, definisi operasional berpikir divergen sebagai suatu kompetensi matematis yaitu kemampuan untuk menkonstruksi segala kemungkinan jawaban, beserta prosedur dan alasannya terhadap masalah matematika yang akan dipecahkan. Sejak bertahun-tahun kompetensi seperti ini kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena sampai akhir dekade terakhir ini pembelajaran matematika masih didominasi oleh pandangan bahwa pemecahan masalah matematika hanya berhubungan dengan pencarian jawaban tunggal (unik) yang benar, sebab masalah matematika harus dirumuskan dengan informasi matematis yang lengkap, sehingga jawabannya pun harus pasti dan tunggal, dengan prosedur deduktif yang jelas. Namun sejak tahun 1970-an, Shimada mengembangkan pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengembangan masalah matematika terbuka, yang disusun sedemikian rupa sehingga masalah tersebut memiliki lebih dari satu jawaban yang benar, dan dengan lebih dari satu prosedur dan argumentasi pula. Inilah awal berkembangnya perspektif baru pembelajaran matematika, dimana kompetensi matematis tingkat 16 tinggi termasuk kemampun berpikir divergen dijadikan fokus pembelajaran matematika. Berpikir divergen adalah proses pikiran atau metode yang digunakan untuk menghasilkan ide. Ide kreatif dengan mengeksplorasi banyak kemungkinan solusi. Untuk Menemukan solusi terbaik, langkah pertama yang dilakukan adalah menemukan sejumlah alternatif yang baik. Berpikir Divergen biasanya dengan cara melakukan stimulasi (mengajukan pertanyaan) sehingga ide atau gagasan mengalir secara bebas dan spontan sehingga banyak ide yang dihasilkan. Proses berfikir divergen merupakan proses berpikir yang paling mudah muncul pada seseorang yang tidak terlalu memperhatikan baik buruknya suatu nilai sehingga dapat dengan mudah melompat dari satu ide ke yang lain. Atau dengan kata lain gambaran berpikir divergen adalah melingkar-lingkar seperti cakar ayam. Ketika melahirkan sebuah ide, dituntut untuk mampu melihat dunia di sekeliling kita secara menyeluruh. Dengan langkah inilah proses kreatif dalam berfikir semakin tajam sehingga ide yang dimunculkan pun semakin bervariatif. Kunci utama dalam metode berpikir divergen ini adalah menghilangkan penilaian. Karena jika penilaian masih menghantui kita, maka akan sulit untuk dapat menjalankan proses berpikir divergen secara efektif. Langkah selanjutnya setelah kita dapat melahirkan ideide, maka biarkanlah ide-ide itu mengalami inkubasi. Yakni biarkan 17 ide itu mengendap sementara waktu di benak kita. Berhentilah untuk melakukan proses berfikir, dan silahkan melakukan aktivitas lainnya yang lebih santai. Ketika kita melakukan aktivitas santai, maka akan muncul sekilas wawasan atau reaksi yang kemudian dapat kita lanjutkan pada proses berfikir berikutnya yakni berfikir secara konvergen, dengan pikiran yang lebih jernih. Setelah kita melakukan proses berfikir secara divergen dengan mengumpulkan semua ide yang kita keluarkan, maka selanjutnya adalah menyaring atau menyeleksi ide tersebut, kita sempitkan menjadi beberapa ide saja yang terbaik. Kita dituntut mampu untuk memilih ide mana yang paling menarik, palik praktis, paling sesuai, paling unik, atau lainnya yang sesuai dengan tujuan yang kita inginkan. Lalu langkah terakhir tetapkan secara bijak satu ide yang akan kita gunakan. Mempersempit fokus dari beberapa ide besar inilah yang dinamakan dengan proses berpikir konvergen. Model ini paling mudah untuk para pemikir yang senang pada segala sesuatu yang terdefenisi dengan jelas. Dari uraian diatas bahwa berpikir divergen adalah membiarkan otak kita bebas bergerak ke segala arah untuk mencari ide-ide yang nantinya kita tampung, Hal ini sesuai dengan fungsi otak kiri. Sedangkan berpikir secara konvergen adalah mempersempit ide dengan menyeleksi ide-ide mana yang terbaik, dan hal ini sesuai dengan fungsi otak kanan. Dengan kata lain berfikir divergen dengan 18 konvergen adalah bagaimana cara kita untuk menggunakan otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Maka yang dimaksud dengan berpikir divergen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atau alternatif yang banyak dan tidak terlalu memperhatikan baik buruknya suatu nilai sehingga dapat dengan mudah melompat dari satu ide ke ide yang lain. Contohnya dalam pembelajaran matematika disekolah, siswa diberikan masalah atau soal latihan untuk dikerjakan yang bertujuan agar siswa-siswa tersebut dapat berpikir kristis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Definisi Konseptual a. Keterampilan Berpikir Divergen Berpikir divergen adalah proses pikiran atau metode yang digunakan untuk menghasilkan ide. Ide kreatif dengan mengeksplorasi banyak kemungkinan solusi. Untuk Menemukan solusi terbaik, langkah pertama yang dilakukan adalah menemukan sejumlah alternatif yang baik. Berpikir Divergen biasanya dengan cara melakukan stimulasi (mengajukan pertanyaan) sehingga ide atau gagasan mengalir secara bebas dan spontan sehingga banyak ide yang dihasilkan. Proses berfikir divergen merupakan proses berpikir yang paling mudah muncul pada seseorang yang tidak 19 terlalu memperhatikan baik buruknya suatu nilai sehingga dapat dengan mudah melompat dari satu ide ke ide yang lain. Maka yang dimaksud dengan berpikir divergen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atau alternatif yang banyak dan tidak terlalu memperhatikan baik buruknya suatu nilai sehingga dapat dengan mudah melompat dari satu ide ke ide yang lain. Contohnya dalam pembelajaran matematika disekolah, siswa diberikan masalah atau soal latihan untuk dikerjakan yang bertujuan agar siswa-siswa tersebut dapat berpikir kristis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Contohnya pedagang yang memiliki pemikran divergen akan lebih berhasil dalam usahanya, karena selain dia mampu membuat model matematika yang berkaitan dengan masalah penjualannya, dia juga mampu memprediksi segala kemungkinan yang akan berdampak pada keuntungan penjualannya misalnya dalam hal penentuan harga jual, dengan melihat pesediaan yang dimilikinya, biaya operasional, harga saingan, dll, ia mampu memprediksi dengan ilmiah harga berapa dagangannya akan memiliki keuntungan yang paling besar. Ia juga selalu memiliki rencana cadangan apabila prediksi yang dilakukannya tidak sesuai dengan harapan. Disinilah letak peran pemikiran divergen ini. Seorang pedagang, pengusaha, 20 dan pelaku profesi lainnya yang sukses, pastilah memiliki pemikiran yang divergen. Definisi Operasional a. Keterampilan Berpikir Divergen Definisi operasional berpikir divergen sebagai suatu kompetensi matematis yaitu kemampuan untuk menkonstruksi segala kemungkinan jawaban, beserta prosedur dan alasannya terhadap masalah matematika yang akan dipecahkan. Biasanya kompetensi seperti ini kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena pembelajaran matematika masih didominasi oleh pandangan bahwa pemecahan masalah matematika hanya berhubungan dengan pencarian jawaban tunggal (unik) yang benar, sebab masalah matematika harus dirumuskan dengan informasi matematis yang lengkap, sehingga jawabannya pun harus pasti dan tunggal, dengan prosedur deduktif yang jelas. 2.1.4 Soal Open-Ended Pendekatan open ended berasal dari Jepang pada tahun 1970an. Antara tahun 1971 dan 1976, peneliti Jepang melaksanakan serangkaian mengevaluasi proyek penelitian keterampilan pengembangan “Berpikir Tingkat dalam metode Tinggi” dalam pendidikan matematika dengan menggunakan series open ended pada tema tertentu (Becker dan Shigeru, 1997) dalam Dhomuddin Januari 21 2013. Pendekatan ini dimulai dengan melibatkan siswa dalam masalah open ended yang mana didesain dengan berbagai jawaban benar “tidak lengkap” atau “open ended”. Soal-soal open-ended (open ended questions) merupakan sebuah instrumen yang dapat dikembangkan dan digunakan oleh para guru matematika untuk mengembangkan wahana berpikir dan kreatifitas siswa. Guru dapat mengembangkan soal dengan tipe multisolusi (multiple solutions) atau soal dengan tipe multistrategi (multiple solutions methods). Menurut Suherman (2003), problem yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut dengan problem tak lengkap atau disebut juga dengan Open Ended Problem. Open ended artinya bentuk penyelesaian yang terbuka dengan bermacam versi, artinya bisa dengan cara a, b, atau c tergantung tingkat kemampuan siswa. hal ini tentu membuat semua siswa dapat menikmati pelajaran tanpa harus memaksakan satu macam penyelesaian saja. Menurut Nohda (1997:20), mengatakan tujuan pembelajaran dengan pendekatan open ended adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan yang kreatif dari siswa dan kemampuan berfikir matematis mereka dalam memecahkan masalah. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus 22 dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Yang dimaksud dengan soal Open-ended adalah suatu bentuk penyelesaian dimana guru memilihkan pertanyaan untuk dijawab oleh siswa, dan jawaban yang benar bukan hanya satu macam penyelesaian saja. Paradigma pembelajaran matematika selama ini lebih mengenal jenis soal Close Ended Question atau soal dengan jawaban tunggal. Tidak hanya soal-soal yang diberikan oleh guru di dalam kelas, tetapi soal-soal dalam buku-buku pelajaranpun banyak menggunakan jenis soal close-ended. Dalam suatu masalah terbuka yang dihadapkan pada siswa bukan hanya berorientasi untuk mendapatkan jawaban atau hasil akhir tetapi lebih menekankan pada bagaimana siswa pada sampai suatu jawaban, siswa dapat mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda untuk menyelesaikan suatu masalah sehingga penyelesaiannya tidak perlu hanya satu, dalam hal ini diharapkan kreatifitas siswa dapat berkembang. Pendekatan open ended juga dapat membangkitkan nalar siswa sehingga siswa lebih kreatif serta dapat berpikir logis dan kritis. Pendekatan open ended, selain dapat mengembangkan pemikiran matematis siswa juga bermanfaat bagi guru. Penggunaan masalah terbuka pada pendekatan open ended sering kali memerlukan penjelasan siswa tentang pemikiran mereka sehingga guru dapat 23 memperoleh pengertian yang mendalam dari gaya–gaya belajar mereka, kekurangan dalam pemahaman mereka, bahasa yang mereka gunakan untuk menguraikan ide–ide matematis dan penafsiranpenafsiran mereka tentang suatu situasi matematis. Guru dapat belajar dari cara yang dipilih siswa sehingga bermanfaat bagi guru untuk mendapatkan suatu gambaran yang lebih baik tentang kemampuan matematika siswanya. Tujuan dari pembelajaran Open Ended problem menurut Nohda (Suherman dkk, 2003:124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Tujuan dari pembelajaran dengan pendekatan open ended adalah, diharapkan dapat mengembangkan ide-ide kreatif dan pola pikir matematis. Dengan diberikan masalah yang bersifat terbuka, terlatih untuk melakukan investigasi berbagai strategi dalam menyelesaikan masalah. Selain itu seseorang akan memahami bahwa proses penyelesaian suatu masalah sama pentingnya dengan hasil akhir yang diperoleh. Berdasarkan pengertian dan tujuan pembelajaran dengan pendekatan open-ended di atas, perlu digaris bawahi bahwa pendekatan open-ended memberi kesempatan kepada seseorang untuk berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dengan 24 demikian kemampuan berpikir matematis dapat berkembang secara maksimal dan kegiatan-kegiatan kreatif dapat terkomunikasikan melalui proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, hal tersebut tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan – kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi melalui proses pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan Open Ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir. Pembelajaran dengan pendekatan Open Ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang 25 benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Pendekatan Open Ended menjanjikan kepada suatu kesempatan kepada siswa untuk meginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi melalui proses pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan Open Ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Dalam pembelajaran dengan pendekatan Open Ended, siswa diharapkan bukan hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban. Menurut Suherman dkk (2003:124) mengemukakan bahwa dalam kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut: 1. Kegiatan siswa harus terbuka. Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka. 2. Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir. Kegiatan matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses 26 pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan seharihari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. 3. Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan. Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu. Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing. Guru bisa membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya rendah. Pendekatan uniteral semacam ini dapat dikatakan terbuka terhadap kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide matematika. Pada prinsipnya pendekatan open-ended sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Shimada (1997:1) pendekatan open ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu. Pendekatan open ended dapat memberi kesempatan kepada seseorang untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa 27 teknik. Namun, pada pendekatan open-ended masalah yang diberikan adalah masalah yang bersifat terbuka (open ended problem) atau masalah tidak lengkapn (incomplete problem). Sedangkan dasar keterbukaan masalah diklasifikasikan dalam tiga tipe menurut Shimada (1997:1), yakni: (a) Prosesnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak cara penyelesaian yang benar (b) Hasil akhirnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak jawaban yang benar (c) Cara pengembangan lanjutannya terbuka, maksudnya ketika seseorang telah menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru yaitu dengan cara merubah kondisi masalah sebelumnya (asli). Pada dasarnya pendekatan Open ended bertujuan untuk mengangkat kegiatan kreatif siswa dan berpikir matematika secara simultan. Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan adalah kebebasan siswa untuk berpikir dalam membuat progress pemecahan sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minatnya sehingga pada akhirnya akan membentuk intelegensi matematika siswa. Sehingga bisa diartikan pedekatan dengan menggunakan soal open-ended adalah bukan hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban. Contohya pada pembelajaran matematika disekolah 28 yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. 2.1.5 Soal Close ended Pertanyaan adalah sebuah ekspresi keingintahuan seseorang akan sebuah informasi yang dituangkan dalam sebuah kalimat tanya. Pertanyaan biasanya akan diakhiri dengan sebuah tanda tanya. Misalnya, bentuk pertanyaan Tertutup (close-ended question). Adapun pengertian pertanyaan tertutup adalah sebagai berikut :. Menurut ( Heimemann, 2008 ) pada soal tertutup prosedur yang digunakan untuk menyelesikannya sudah tertentu, dan soal ini hanya memiliki satu jawaban yang benar. Sedangkan menurut Anggraini (dalam Mia, 2012) mengatakan bahwa jenis soal close-ended question atau soal dengan jawaban tunggal sering diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran dan soal jenis ini juga banyak terdapat didalam buku-buku paket. Pada materi statistik pada tingkat sekolah menengah misalnya, siswa hanya diminta mencari rata-rata, median atau modus suatu data. Jadi, pertanyaan tertutup hanya memerlukan satu atau beberapa jawaban terbatas atau tertentu dan biasanya langsung tertuju pada suatu kesimpulan. 29 Kelebihan Petanyaan Terutup : 1. Memudahkan guru dalam penilaian, karena hanya satu jawaban yang benar. 2. Membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam memberikan jawaban. 3. Pertanyaan tertutup akan lebih menyenangkan dan menarik dalam menyelesaikannya. Kelemahan Pertanyaan Tertutup : 1. Siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran. 2. Ide-ide yang terpendam dari diri siswa tidak dapat disalurkan. 3. Siswa menjadi kurang kreatif. 2.1.6 Belajar Matematika 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dan diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Uzer dalam Darmin (2003:6) mengemukakan bahwa “belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya”. 30 Sedangkan Uno(2008: 22) mengemukakan bahwa, Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kemudian Sudjana (1997:25) memberikan pengertian bahwa Belajar adalah proses aktif, perubahan tingkah laku terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan yang melalui berbagai pengalaman seperti proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu ”. Sejalan dengan itu, ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik 1993 :10). Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka belajar adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang terarah. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang 31 terarah dapat berupa mempertimbangkan dan menghubungkan dengan pengalaman masa lampau yang diaplikasikan dalam bentuk latihan. 2. Pengertian Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά -mathēmatiká) adalah belajar besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola dan merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduktif yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian. Menurut Jhonson dan Myklebust (dalam Abdurrahman 2003: 255) Matematika adalah simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Uno (2001: 129) Matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat piker, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsure-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, geometri, dan analisis. Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan. "Matematika praktis telah menjadi kegiatan 32 manusia sejak adanya rekaman tertulis. Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam karya Euklides, Elemen. Matematika selalu berkembang, misalnya di Cina pada tahun 300 SM, di India pada tahun 100 M, dan di Arab pada tahun 800 M, hingga zaman Renaisans, ketika temuan baru matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru yang mengarah pada peningkatan yang cepat di dalam laju penemuan matematika yang berlanjut hingga kini. Kini matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, seperti ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika penerapan terapan, cabang pengetahuan matematika matematika ke yang melingkupi bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplindisiplin ilmu yang sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan. Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latarbelakang munculnya matematika murni ternyata seringkali ditemukan terkemudian. 33 James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa : “Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak, yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri”. Masih banyak lagi definisi tentang matematika. Dari definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks. Dalam pembelajaran, matematika harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92) yang menyatakan bahwa “Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya”. Dengan demikian, matematika merupakan suatu konsep ilmu yang selalu digunakan dalam kehidupan manusia sehari-hari baik itu perhitungan, definisi-definisi maupun tentang simbolsimbol. 34 Dari beberapa pengertian belajar dan pengertian matematika di atas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah perubahan tingkah laku seseorang untuk mengetahui suatu konsep ilmu yang berhubungan dengan perhitungan, simbol-simbol, maupun definisi-definisi yang memiliki manfaat dalam kehidupan manusia sehari-hari. 2.1.7 Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menujuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Apa motifnya si Badu itu membuat kekacauan, apa motifnya si Aman itu rajin membaca, apa motifnya pak Jalu memberikan insentif kepada pembentunya, dan begitu seterusnya. Kalau demikian, apa yang dimaksud dengan motif? Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahlan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi interen (kesiap-siagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motifasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak (Sardiman 2011: 73). 35 Menurut Sadirman (2011: 75) motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Menurut beberapa ahli psikologi (dalam Uno 2008: 8), motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin didapat. Menurut Mec.Donald (dalam Sadirman 2011: 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mec.Donald ini mengandung tiga elelmen penting. a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling”, efeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan- 36 persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsure lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan mengyangkut soal kebutuhan. Dengan ketiga elemen diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian berpindah akan melakukan sesuatu. Semua ini terdorong karena tujuan, kebutuhan atau keinginan. Setiap individu memiliki kondisi internal, dimana kondisi internal, tersebut turut berperan dalam aktifitas dirinya sehari-hati. Salah satu kondisi internal tersebut adalah “motivasi” Menurut Uno (2008: 1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, 37 perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba memengaruhi orang atau orang yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang ditetapkan lebih dahulu, (Uno 2008: 1). Menurut Bandura (dalam Uno 2011: 45) menyatakan bahwa ada dua sumber motivasi, yaitu hasil (outcome) yang dapat diprediksi dari perilaku yang dikerjakan dan tujuan yang ditetapkan sebagai standar pribadi untuk mengevaluasi kinerja. Berdasarkan definisi-definisi diatas maka motivasi adalah keseluruhan daya penggerak yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu. 2. Fungsi Motivasi Dalam Belajar Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh oleh sesuatu atau secara 38 umum dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan. Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan sesuatu tujuan. Pemain sepak bola rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan yang akan dilakukan. Dengan demikian, motivasi mempengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan itu ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman (2011: 85) yakni: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor penggerak yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, 39 dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi yang lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik pula. Dengan demikian, fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong kepada seseorang atau siswa untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. 3. Macam-Macam Motivasi Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, Sadirman (2011: 86) mengemukakan bahwa motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi yaitu: 1. Motivasi dilihat dari dasar pembetuknya a. Motif-motif bawaan Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. b. Motif-motif yang dipelajari Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam 40 lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. 2. Jenis motivasi menurut pembagiannya a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, berbuat, dan kebutuhan untuk beristirahat. b. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar. c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif. 3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah Yang termasuk dalam motivasi jasmaniah seperti refleks, insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. 4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a. Motivasi intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motifmotif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu 41 dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat diperlukan sebagai penentu adanya dorongan individu untuk mencapai tujuan belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau pengutan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Uno (2008: 23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.tetapi harus diingat, kedua factor tersebut disebabkan oleh rangsangan 42 tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat. Berdasarkan definisi-definisi dan berbagai pandangan mengenai motivasi belajar maka dapat diartikan motivasi belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang sehingga terdapat keinginan atau dorongan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kajian materi matematika yang kena waktu penelitian. Adapun materinya adalah Program Linier. 1. Pengertian Program Linear Menurut (Maniar, 2012) Program Linear adalah suatu cara untuk penyelesaian masalah dengan menggunakan persamaan atau pertidaksamaan linear yang mempunyai banyak penyelesaian, dengan memperhatikan syarat-syarat agar diperoleh hasil yang maksimum/minimum (penyelesaian optimum). 2. Model Matematika Menurut (Maniar, 2012) Model matematika adalah sistim persamaan atau pertidaksamaan yang mengungkapkan semua syarat yang harus dipenuhi oleh x dan y. Model matematika ini merupakan cara sederhana untuk memandang suatu masalah dengan menggunakan persamaan atau pertidaksamaan matematika. Program linear adalah suatu metode atau program yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah optimasi. Dalam program linear, kendala dapat diterjemahkan dalam bentuk system 43 pertidaksamaan linear. Sebelum menyelesaikan program linear terlebih dahulu harus menerjemahkan tersebut dalam bahasa matematika yang disebut model matematika. Model matematika adalah suatu rumusan matematika, baik berupa persamaan, pertidaksamaan atau fungsi yang diperoleh dari hasil penafsiran atau terjemahan masalah dari program linear ke dalam bahasa matematika. 3. Nilai Optimum Menurut (Maniar, 2012) Nilai optimum diperoleh berdasarkan nilai fungsi tujuan yang dikehendaki, yaitu berupa nilai maksimum atau nilai minimum. Cara mencarinya bisa dengan a. Mensubstitusi koordinat titik-titik sudut dalam daerah penyelesaian terhadap fungsi tujuan. b. Menggunakan garis selidik. 2.1.8 Kerangka berpikir Pembelajaran Matematika di sekolah membawa cita-cita luhur yakni meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan menerapkan Matematika dalam konteks yang tertentu. Untuk mata pelajaran matematika harus di akui bahwa menempatkan siswa sebagai subjek belajar dalam pembelajaran hanya akan membuat siswa bosan dan pada akhirnya meraka tidak akan termotivasi dalam belajar, yang berakibat pada hasil belajar matematika siswa itu sendiri. Siswa seharusnya diberi kesempatan 44 yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif sehingga merangsang pola pikir siswa dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Para guru perlu melakukan refleksi tentang cara mengajar mereka dalam mempersiapkan para siswa untuk dapat mempertahankan eksistensinya. Mereka tidak boleh berdiam diri saja. Karena, para pemuda ini kelak akan menjadi orang dewasa, akan menghadapi dunia yang penuh dengan tantangan dan permasalahan. Jika pembelajaran matematika dilaksanakan berdasarkan pengembangan keterampilan berpikir divergen pada soal open-ended, maka dapat diduga akan mempengaruhi motivasi belajar matematka siswa. 2.1.9 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian serta kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas yang diberikan pembelajaran melalui soal open ended dengan kelas yang diberikan soal close ended terhadap motivasi belajar matematika siswa”. 45