BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap novel Pasung Jiwa dengan menggunakan teori psikologi Sastra dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, dalam novel Pasung Jiwa terdapat tokoh-tokoh yang berperilaku secara tidak wajar. Tokoh-tokoh tersebut dapat dikatakan abnormal karena memiliki gangguan jiwa dan berperilaku abnormal. Tokoh-tokoh yang tergolong abnormal adalah tokoh Sasana, Banua, Gembul, tokoh-tokoh Tentara, dan Elis. Abnormalitas yang dialami oleh tokoh Sasana perilaku transgender sebagai bentuk gangguan identitas gender, persepsi yang salah tentang lingkungan sebagai bentuk gangguan skizofrenia, dan mengingat kembali kejadian traumatis yang pernah dialaminya sebagai bentuk gangguan stres pascatrauma. Perilaku abnormal yang dialami oleh Banua adalah bunuh diri. Lalu sama seperti Banua, perilaku abnormal yang dialami oleh tokoh Gembul juga bunuh diri. Selain itu, gembul juga cenderung menghindari hubungan sosial karena gangguan kepribadian skizoid yang dideritanya. Perilaku abnormal yang dilakukan oleh tokoh tentara adalah tindakan perkosaan sadistik terhadap tokoh Sasana. perilaku abnormal yang dialami oleh tokoh Elis adalah prostitusi yang meliputi prostitusi demi imbalan uang dan prostitusi akibat trauma hubungan pernikahan. Kedua, yaitu setiap bentuk abnormalitas yang dialami oleh tokoh-tokoh pasti didasari oleh faktor-faktor tertentu. Demikian halnya dengan novel Pasung 69 70 Jiwa, bentuk-bentuk abnormalitas yang terjadi pada tokoh-tokohnya didasari oleh penyebab-penyebab tertentu yang berbeda-berbeda. Penyebab-penyebab tersebut dapat berasal dari dalam diri individu dan dari luar individu. Dari dalam diri individu, penyebab abnormalitas berasal dari wilayah pikiran individu, yaitu berupa id, ego, dan superego. Individu yang sehat secara psikologis adalah individu yang didominasi oleh ego (Feist, 2012:335). Dalam hal ini ego mampu menyeimbangkan tuntutan-tuntutan id dengan superego. Tokohtokoh dalam novel Pasung Jiwa, yaitu Sasana, Banua, Gembul, tokoh-tokoh Tentara, dan Elis dapat dikatakan tidak sehat secara psikologis karena ego tidak dapat menyeimbangan antara tuntutan-tuntutan id dengan superego. Akhirnya id mendominasi dan superego mengalami kekalahan. Selain itu, abnormalitas tokoh dalam novel Pasung Jiwa juga disebabkan oleh faktor internal lain, yaitu keinginanya untuk bebas, seperti yang tercermin pada tokoh Sasana, Banua, Gembul, dan Elis. Dari luar Individu, penyebab abnormal berasal dari hubungan yang tidak serasi antara individu dengan lingkungan, baik dengan keluarga maupun masyarakat. Hubungan yang tidak serasi tersebut membuat tokoh-tokoh dalam novel Pasung Jiwa tertekan sehingga mengalami gangguan jiwa dan berperilaku abnormal. Sasana dalam novel Pasung Jiwa mengidap gangguan jiwa dan perilaku abnormal karena hubungan keluarganya yang patogenik, peristiwa traumatis yang dialaminya, yaitu berupa perkosaan sadistik yang pernah dialaminya, dan kehendaknya untuk bebas. Lalu tokoh Banua dan gembul yang memutuskan untuk melakukan tindak bunuh diri karena tertekan dan berupaya 71 untuk lepas dari kungkungan dan tekanan yang mereka alami. Selanjutnya tokohtokoh tentara yang melakukan perkosaan sadistik kepada tokoh Sasana. Perkosaan yang dilakukan oleh tokoh tentara merupakan wujud pengukuhan superioritas atas diri Sasana yang dinilai lemah. Lalu yang terakhir Elis yang memilih menjadi pelacur dan tidak mau lagi terikat pada hubungan pernikahan karena pernah mengalami kegagalan dalam membina rumah tangga sehingga Elis merasa trauma.