BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Perilaku 1.1.1 Pengertian Perilaku

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
1.1 Perilaku
1.1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir,
berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan
batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman
dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan
perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi.
Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah
knowledge, attitude, practice. (Sarwono,2004)
1.1.1.1.1
Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan ”hasil tahu” dari manusia dan ini terjadi setelah
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah kesan di
10
dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera, yang berbeda
sekali dengan kepercayaan (believes), takhyul (superstition) dan peneranganpenerangan
yang keliru.
Manusia
sebenamya
diciptakan
oleh
Tuhan
Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar, kesadaran manusia dapat
disimpulkan dan kemampuannya untuk berfikir, berkehendak dan merasa.
(Soekanto, S : 2002) Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan
masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman
orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru,
radio, televisi, poster, majalah dan surat kabar.
Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab
masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk
menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan
dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan
persoalan yang dihadapi. (Notoatmodjo, 2003) Menurut Notoatmodjo (2003) ,
pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2.
Memahami
{Comprehension)
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
11
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya.
Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus,
metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata keria, dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan
suatu teori.
6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian
berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003)
12
1.2 Perilaku Merokok
1.2.1 Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah perilaku yang merugikan bukan hanya pada diri si
perokok sendiri namun juga merugikan orang lain yang ada di sekitarnya.
Perilaku merokok menunjukkan adanya keberagaman inter-intra individu (Vinck,
1993; Smet, 1994; Gilbert, 1996; Loeksono dan Wismanto, 1999, dalam
Wismanto 2007).
Menurut Smet (dalam Wismanto, 2007) perilaku merokok adalah perilaku
yang kompleks, yang diawali dan berlanjut yang disebabkan oleh beberapa
variabel yang berbeda. Awal perilaku merokok pada umumnya diawali pada saat
usia yang masih muda dan disebabkan adanya model yang ada di lingkungannya,
atau karena adanya tekanan sosial misalnya dinyatakan bukan sebagai teman atau
anggota kelompok jika tidak merokok; atau dicap sebagai “banci”/tidak jantan
jika tidak merokok. Vinck (dalam Wismanto, 2007) ketagihan terhadap rokok
pada umumnya disebabkan oleh interpretasi terhadap efek yang segera dirasakan
ketika individu merokok.
Perry dkk. (dalam Wismanto 2007) yang menyatakan bahwa perilaku
merokok dimulai pada usia remaja, dan percobaan merokok terebut berkembang
13
menjadi pengguna secara tetap dalam kurun waktu beberapa tahun kemudian.
Meskipun pada awalnya remaja yang mencoba merokok kurang dapat menikmati
rokok pertamanya karena membuat si perokok merasa pahit di mulut, mual dan
pusing, namun karena dorongan sosial (dorongan teman-teman), perilaku
tersebut menjadi menetap. Perasaan mual dan pusing disebabkan karena tubuh
memerlukan penyesuaian terhadap zat-zat yang terkandung di dalam rokok yang
tidak dapat diterima oleh tubuh, namun lama kelamaan menjadi terbiasa dan
teradaptasi setelah mengalami beberapa kali percobaan merokok. Unsur-unsur
yang terdapat di dalam rokok seperti nikotin dan karbon monoksida dapat
membuat orang menjadi ketagihan dan ingin merokok lebih banyak lagi. Perilaku
merokok pada usia dewasa diyakini merupakan perilaku yang didasari efeknya,
namun tetap dilakukan oleh karena dirasakan kebutuhannya akan asupan nikotin
dari rokok dengan berbagai alasan.
Seseorang merokok karena faktor psikologis antara lain karena merasa
kesepian, tidak ada orang yang diajak berbicara, karena putus cinta atau masalah
lain, maupun karena hanya ingin mencoba semata iseng. Seseorang merokok
karena faktor biologis misalnya karena kedinginan, meskipun hal ini kecil
persentasenya.
Ditambahkan lagi oleh Mu’tadin (2002), bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja diantaranya:
a) Pengaruh Orang Tua
Orang tua sangat berpengaruh sekali dalam pembinaan perilaku anak
anaknya. Remaja akan mudah terpengaruh untuk berperilaku merokok jika
14
melihat orang tua mereka merokok. Remaja yang berasal dari keluarga yang
kurang bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya
juga dapat memicu remaja untuk berperilaku merokok, dibanding anak-anak
muda yang berasal dari keluarga yang bahagia.
b) Pengaruh Teman
Semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan
teman-temannya adalah perokok dengan alasan agar remaja tersebut dapat
diterima dilingkungannya dan tidak dikatakan banci oleh sebagian anak muda
lainnya.
c) Faktor Kepribadian
Perilaku
merokok
pada
remaja
berkaitan
dengan
adanya
krisis
aspekpsikososial yang dialami pada masa perkembangannya, yaitu masa ketika
mereka sedang mencari jati dirinya.
d) Pengaruh Iklan
Remaja akan mudah terpengaruh untuk berperilaku merokok jika melihat
iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour.
Ditambahkan lagi oleh Nainggolan (2001) bahwa papan-papan iklan serta
rayuan suara nikmatnya rokok melalui siaran radio atau televisi, sangat
membujuk seseorang untuk merokok.
Berbagai pandangan masyarakat mengenai perilaku merokok, diantaranya:
15
1. Aspek Positif Rokok
Menurut Mu’tadin (2002), aspek positif dari perilaku merokok terutama
berkaitan dengan masalah relaksasi, yakin diri, serta membuat fikiran terasa
lebih cemerlang dan kenikmatan. Rokok dapat menenangkan pikiran, rokok
dapat menghadirkan teman, rokok dapat menjadi persahabatan, rokok dapat
mengendurkan otot-otot yang tegang, serta dapat menghadirkan kepuasan.
2. Aspek Negatif Rokok
Asap
rokok
mengandung
4000
zat,
termasuk
arsenik,
aseton,
butan,karbonmonoksida, dan sianida yang dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit diantaranya paru-paru, kanker dan lain sebagainya. Banyak alasan
pemicu remaja merokok, ada yang karena merasa gagah, ada juga yang karena
merasa bebas, dan semata-mata karena ingin saja.
Menurut Wetherall (2001) ada beberapa alasan seseorang melakukan
perilaku merokok diantaranya (a) Kebutuhan, (b) Keisengan, dan (c) stres. Dari
beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok antara lain: (a) faktor orang tua, (b) pengaruh
teman, (c) faktor kepribadian, dan (d) pengharuh iklan. Faktor-faktor tersebut
sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja yang sedang mencari jati dirinya,
atau bagi remaja yang berasal dari keluarga yang kurang mendapat perhatian dari
orang tua mereka. Seorang perokok akan merasakan efek kecanduan nikotin
yang terkandung di dalam rokok tersebut, dimana rokok dapat memuaskan hasrat
si perokok. Efek yang terkandung dalam rokok tersebut itulah yang akan
merasakan tidak nyaman tanpa adanya rokok. Kebiasaan merokok di kalangan
16
remaja dipicu oleh iklan-iklan yang menarik, glamour dari berbagai media
massa.
Perubahan Perilaku
1.2.3
Secara umum menurut Kurt Lewin(dalam Komasari & Helmi, 2000),
bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatankekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining
forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara
kedua
kekuatan
tersebut
didalam
diri
seseorang
.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang
itu, yakni
a)
Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan
perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi sehubungan dengan
perilaku yang bersangkutan.
b)
Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
c)
Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan
keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
1.2.4 Tipe Perokok
Menurut Tomkins (dalam Wismanto, 2007) ada 4 tipe perilaku merokok
berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah:
a.
Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan adiktif
17
Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green
(dalam Wismanto, 2007) menambahkan ada 3 sub tipe ini:
1) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah
minum kopi atau makan.
2) Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya
untuk menyenangkan pikiran.
3) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan
menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk
menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok
lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya
lama sebelum perokok menyalakan dengan api.
b.
Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif.
Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif,
misalnya bila perokok marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,
sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
c.
Perilaku merokok adiktif.
Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan
setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
18
2.2.5 Aspek-aspek Perilaku Merokok
Setiap individu dapat menggambarkan setiap perilaku menurut tiga dimensi
berikut (Twiford & Soekaji dalam Wismanto, 2007):
a. Frekuensi
Sering tidaknya perilaku muncul mungkin cara yang paling sederhana
untuk mencatat perilaku hanya dengan menghitung jumlah munculnya perilaku
tersebut. Frekuensi sangatlah bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perilaku
merokok seseorang muncul atau tidak. Dari frekuensi dapat diketahui perilaku
merokok seseorang yang sebenarnya sehingga pengumpulan data frekuensi
menjadi salah satu ukuran yang paling banyak digunakan untuk mengetahui
perilaku merokok seseorang.
b. Lamanya berlangsung
Waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan setiap tindakan
(seseorang menghisap rokok lama atu tidak). Jika suatu perilaku mempunyai
permulaan dan akhir tertentu, tetapi dalam jangka waktu yang berbeda untuk
masing-masing peristiwa, maka pengukuran lamanya berlangsung lebih
bermanfaat lagi. Aspek lamanya berlangsung ini sangatlah berpengaruh bagi
perilaku merokok seseorang, apakah seseorang dalam menghisap rokoknya lama
atau tidak.
c. Perilaku
Banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Aspek ini
digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa banyak seseorang
19
menghisap rokok. Dimensi perilaku
mungkin merupakan cara yang paling
sebjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang.
Aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang (dalam Sulistyo, 2009)
yaitu:
a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
Fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si perokok,
seperti perasaan yang positif maupun perasaan negatif.
b. Perilaku merokok
Smet (1994) mengklasifikasi perokok berdasarkan banyaknya rokok yang
dihisap yaitu:
1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari
c. Tempat merokok
Tipe perokok berdasarkan tempatnya yaitu:
1) Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik
a) Kelompok homogeny (sama-sama perokok), secara bergerombol
mereka
menikmati
kebiasaannya.
Umumnya
mereka
masih
menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di
smoking area.
b) Kelompok yang heterogen (merokok di tengah orang-orang lain yang
tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit dan lain-lain).
2) Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
20
a)
Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat
seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada
individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah
yang mencekam.
b) Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang
suka berfantasi.
b. Waktu merokok
Perilaku merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu,
misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah
dimarahi orang tua dan lain-lain.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek frekuensi, aspek
lamanya berlangsung dan aspek perilaku dapat digunakan dalam menyatakan
aspek-aspek perilaku merokok pada mahasiswi.
1.3
Komunikasi visual
1.3.1 Pengertian Komunikasi Visual
Menurut Kusrianto (dalam Smith et al. (ed), 2005) komunikasi visual
adalah komunikasi yang menggunakan bahasa visual, di mana bahasa visual
merupakan kekuatan paling utama yang dapat dilihat dan dapat digunakan untuk
menyampaikan suatu pesan yang memiliki arti, makna dan maksud tertentu.
Dapat dikatakan juga sebagai muatan nilai melalui penggunaan bahasa rupa
(visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain dengan tujuan
menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Bahasa rupa yang dipakai berbentuk
21
grafis, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf dan sebagainya yang
disusun berdasarkan khaidah bahasa visual yang khas.
Dalam label visual sendiri terdapat beberapa kajian yang dikembangkan
yaitu :
a.
Visual Intelligence/ Cogition/ Perception
b.
Visual Literation
c.
Graphic Design/ Aesthetics
d.
Visualization/ Creativity
e.
Visual Culture/ Visual Rhetoric/ Visual Semiotics
f.
Professional Performance : Photography/ Film/ Video/ Internet/ Mass
Media/Advertising/PR. (Smith et al. (ed), 2005)
Label visual peringatan bahaya rokok merupakan merupakan pesan yang
ditujukan kepada masyarakat dan atau konsumen rokok untuk menunjukan resiko
yang dapat dialami akibat mengkonsumsi rokok. Berkaitan mengenai
penyampaian pesan melalui media visual maka peneliti menggunakan kajian
Visual Rhetoric dari Sonja K. Foss (Smith et al. (ed), 2005).
Visual Rethoric adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan studi
imajiner visual dalam disiplin retorika. Sederhananya dalam Visual Rethoric
adalah menggunakan objek visual untuk berkomunikasi, baik objek dalam bentuk
dua dimensi atau tiga dimensi. Namun Menurut Sonja, tidak semua objek visual
sebagai sebuah Visual Rethoric. Ada beberapa syarat yang sebelum sebuah objek
visual dapat dikatakan sebagai Visual Rethoric, yaitu :
22
a. Symbolic Action, yaitu sebuah objek visual dipahami sebagai sebuah tanda
sebagai alat komunikasi.
b. Human Intervention, artinya objek visual dibuat oleh seseorang.
c. Presence of an audience, yaitu adanya audien, meskipun yang menjadi
audien adalah si pembuat objek visual itu sendiri.
1.3.2
Iklan
1.3.2.1 Pengertian Iklan
Menurut Liliweri (2011), iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang bertujuan untuk mempersuasi para pendengar, pemirsa dan pembaca agar
mereka memutuskan untuk melakukan tindakan tertentu. Iklan ditujukan untuk
mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen, perasaan, pengetahuan, makna
kepercayan, sikap, dan citra yang berkaitan dengan produk dan merek.
Advertising atau periklanan adalah semua bentuk penyajian non personal,
promosi, dan ide tentang barang atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor. Pihak
pemberi dana tersebut berharap untuk menginformasikan atau membujuk para
anggota dari khalayak tertentu. Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi secara
massa (nonpersonal) yang membutuhkan biaya dan didanai oleh pihak pembuat
iklan yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring seseorang untuk
mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan.
1.3.2.2 Fungsi Iklan
Iklan sebagai tehnik penyampaian pesan dalam bidang bisnis yang sifatnya
non personal secara teoritik melaksanakan fungsi-fungsi seperti yang dimuat di
media massa lainnya (Liliweri, 2011).
23
a) Fungsi Pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi permintaan para pemakai
ataupun pembeli terhadap barang-barang ataupun jasa serta gagasan yang
diperlukannya.
b) Fungsi
Komunikasi
adalah
semua
bentuk
iklan
memang
mengkomunikasikan melalui media berbagai pesan dari komunikator kepada
komunikan yang terdiri atas sekelompok orang yang menjadi khalayaknya.
Sebagai fungsi komunikasi, iklan berisi cerita mengenai suatu produk
sehingga harus memenuhi syarat-syarat pemberitaan.
c)
Fungsi Pendidikan adalah semua bentuk iklan memang mengkomunikasikan
melalui media berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang
terdiri atas sekelompok orang yang menjadi khalayaknya. Sebagai fungsi
komunikasi, iklan berisi cerita mengenai suatu produk sehingga harus
memenuhi syarat-syarat pemberitaan.
d) Fungsi Ekonomi, Iklan mengakibatkan orang semakin tahu tentang produkproduk tertentu, bentuk pelayanan jasa, maupun kebutuhan serta memperluas
ide-ide yang mendatangkan keuntungan finansial.
e) Fungsi Sosial, Iklan juga mempunyai fungsi sosial membantu menggerakkan
suatu perubahan standar hidup yang ditentukan oleh kebutuhan manusia di
seluruh dunia. Misalnya melalui iklan dapat digerakkan bantuan keuangan,
bahan-bahan makanan. Melalui publikasi iklan mampu menggugah
pandangan orang tentang suatu peristiwa, kemudian meningkatkan sikap,
afeksi yang positif dan diikuti tindakan pelaksanaan nyata atau tindakan
sosial.
24
1.4
Temuan Penelitian yang Relevan
Penelitian Zulkarnaen (2015) ) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh komunikasi visual resiko merokok terhadap sikap pelajar SMK Negeri
2 Yogyakarta Jurusan Teknis Mesin. Penelitian ini termasuk penelitian
kuantitatif, dengan metode survey. Teknik pengambilan sampel dengan cara
sensus, menggunakan keseluruhan populasi. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis Regresi linear. Kemudian data diolah dengan
menggunakan perangkat lunak SPSS.20 untuk sistem operasi komputer
Windows. Hasil dari penelitian ini menunjukan, terdapat pengaruh yang
signifikan Komunikasi Visual Resiko Merokok terhadap Sikap Pelajar SMK
Negeri 2 Yogyakarta. Jurusan Teknik Mesin. Berdasarkan Uji Koefisian
Determinasi diketahui bahwa Komunikasi Visual Rsiko Merokok memiliki
pengaruh sebesar 33,2% pada sikap Pelajar SMK Negeri 2 Yogyakarta Jurusan
Teknik Mesin. Dari tiga aspek sikap yang diteliti, pada aspek Kognitif dapat
disimpulkan bahwa pada umumnya pelajar memahami segala resiko akibat
merokok. Pada aspek Afektif dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelajar
acuh tak acuh dan sebagian lain memiliki perasaan takut,tidak suka dan tidak
nyaman terhadap peringatan rokok. Pada Aspek Konatif dapat disimpulkan
bahwa pelajar rentan terpengaruh untuk mencoba rokok dan atau merokok
kembali.
Penelitian Permatasari (2015) bertujuan untuk mengetahui persepsi
mahasiswa perokok mengenai gambar bahaya merokok pada kemasan rokok.
Subyek penelitian adalah mahasiswa perokok prodi PGSD FKIP Universitas
25
Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi
mahasiswa perokok prodi PGSD FKIP Universita Muhammadiyah Surakarta
mengenai gambar bahaya merokok pada kemasan rokok tergolong kebijakan
pemerintah yang cukup baik, namun dengan adanya gambar bahaya merokok
pada kemasan rokok tersebut tidak dapat mengurangi perilaku merokok bahkan
berhenti
merokok
bagi
mahasiswa
prodi
PGSD
FKIP
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Mahasiswa prodi PGSD memiliki cara-cara tersendiri
untuk menghindari sikap jijik dan takut terhadap gambar tersebut. Mahasiswa
prodi PGSD tidak menghiraukan adanya gambar bahaya merokok yang tertera
pada kemasan rokok meskipun sudah dicantumkan gambar bahaya merokok
yang menyeramkan bahkan mahasiswa prodi PGSD sendiri juga telah
mengetahui bahaya-bahaya yang timbul akibat merokok serta Mahasiswa prodi
PGSD juga sudah sedikit merasakan akibat yang ditimbulkan dari rokok bagi
kesehatannya masing-masing. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
peraturan pemerintah mengenai aturan pencantuman gambar bahaya merokok
pada kemasan rokok tersebut merupakan usaha yang bagus namun masih kurang
efektif untuk membuat para mahasiswa perokok prodi PGSD dapat mengurangi
perilaku merokok bahkan berhenti merokok.
Penelitian Kurniadi (2014) bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan
antara sikap terhadap label gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan
rokok dengan intensi berhenti merokok. Dugaan awal yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ada hubungan antara sikap terhadap label visual peringatan
bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok. Semakin
26
positif sikap terhadap label visual peringatan bahaya merokok pada kemasan
rokok maka akan semakin tinggi intensi berhenti merokok, sebaliknya semakin
negatif sikap terhadap label visual bahaya merokok pada kemasan rokok maka
semakin rendah intensitas berhenti merokoknya. Subjek dalam penelitian ini
adalah laki-laki perokok yang berusia berkisar antara 17 sampai dengan 60 tahun.
Adapun skala yang digunakan adalah skala intensi berhenti merokok dan skala
sikap terhadap label visual peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok yang
dibuat sendiri oleh peneliti, untuk skala intensi berhenti merokok mengacu pada
teori Ajzen (1988) dan untuk skala sikap mengacu pada teori skema triadik,
Azwar (1995). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan fasilitas program SPSS versi 11,0 untuk menguji apakah terdapat
hubungan antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan
rokok dengan intensi berhenti merokok. Korelasi product moment dari Pearson
menunjukan korelasi sebesar r = 0,757 dengan p < 0,01 yang artinya ada
hubungan positif antara sikap terhadap label visual peringatan bahaya merokok
pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok.
Persamaan dan perbedaan hasil penelitian sebelumnya dengan penelitian
yang peneliti lakukan adalah :
a.
Persamaan
Persamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang peneliti
lakukan
adalah
mengangkat
tema
yang sama
pencantuman gambar peringatan pada bungkus rokok.
27
tentang pengaruh
b.
Perbedaan
Perbedaan antara penilitian sebelumnya dengan penelitian yang peneliti
lakukan terletak pada subjek penelitian, objek penelitian, jumlah objek
yang diteliti.
1.5 Hipotesis
H1: Terdapat pengaruh komunikasi visual resiko merokok pada bungkus rokok
terhadap perilaku merokok mahasiswa angkatan 2013 dan 2014 Program
Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
H0: Tidak terdapat pengaruh komunikasi visual resiko merokok pada bungkus
rokok terhadap perilaku
merokok mahasiswa angkatan 2013 dan 2014
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga.
28
Download