UJI AKTIVITAS METABOL ANTIBAKTERI TERH Diajukan Sebagai

advertisement
UJI AKTIVITAS METABOLIT JAMUR GULA KELAPA SEBAGAI
ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Escherichia Coli
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Program Studi D III Farmasi
Oleh :
RISNAWATI
NIM. 13DF277043
PROGRAM STUDI D III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU
ILM KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
PERSETUJUAN
JUDUL
NAMA
: UJI AKTIVITAS METABOLIT JAMUR GULA KELAPA
SEBAGAI
ANTIBAKTERI
TERHADAP
BAKTERI
Escherichia Coli
: RISNAWATI
NIM
: 13DF277043
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing
Program Studi D III Farmasi
Untuk diujiankan
Mengetahui,
Pembimbing I
Siti Rahmah KR, S.Farm., Apt
NIK. 0432778013087
Ciamis, Mei 2016
Pembimbing II
Via Fitria, M.Si
NIK. 0432778714094
Ciamis, Mei 2016
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Farmasi
Panji Wahlanto, S.Farm., Apt
NIK. 0432778108048
PENGESAHAN
JUDUL
NAMA
: UJI AKTIVITAS METABOLIT JAMUR GULA KELAPA
SEBAGAI
ANTIBAKTERI
TERHADAP
BAKTERI
Escherichia Coli
: RISNAWATI
NIM
: 13DF277043
KTI ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Program Sudi D III Farmasi
Pada tanggal
Mengesahkan,
Penguji I
Rosika Dewi, S.Si., Apt
NIK.
Penguji II
Penguji III
Panji Wahlanto, S.Farm., Apt Siti Rahmah KR, S.Farm., Apt
NIK. 0432778108048
NIK. 0432778013087
Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis,
Ketua Program Studi
D III Farmasi,
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep.Ners. MM.Kes
NIK. 0432777295008
Panji Wahlanto, S.Farm., Apt
NIK. 0432778108048
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Risnawati
NIM
: 13DF277043
Menyatakan bahwa KTI yang berjudul “Uji Aktivitas Metabolit Jamur
Gula Kelapa Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Escherichia coli” ini,
sepenuhnya hasil karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan
yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah
ditentukan institusi STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila di kemudian
hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam Karya
Tulis Ilmiah ini.
Ciamis, 30 Mei 2016
Yang menyatakan,
Risnawati
NIM: 13DF277043
INTISARI
UJI AKTIVITAS METABOLIT JAMUR GULA KELAPA SEBAGAI
ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Escherichia Coli 1
Risnawati2 Siti Rahmah KR, S. Farm., Apt3 Via Fitria, M.Si4
Pencarian sumber senyawa bioaktif antibiotik terus menerus dilakukan
seiring
dengan semakin banyaknya penyakit-penyakit
baru
yang
bermunculan. Beberapa peneliti menyatakan mikroba jenis jamur
merupakan salah satu sumber utama penghasil antibiotik baru. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hasil isolasi metabolit jamur gula kelapa
dan mengetahui daya hambat hasil isolasi metabolit jamur gula kelapa
pada pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Sampel diperoleh dari, desa Indragiri kecamatan Panawangan
kabupaten Ciamis. Sampel diisolasi pada media PDAS sampai diperoleh
isolat murni. Kemudian isolat ditumbuhkan pada media PDB. Uji aktivitas
antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar menurut Kirby Bauer.
Analisis data dilakukan berdasarkan terbentuknya zona hambat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metabolit jamur gula
kelapa
dengan
konsentrasi
100%,
75%,
50%
dan
25%
dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan diameter zona
hambat berturut-turut sebesar 5,33 mm, 4,17 mm, 2,83 mm, dan 2,17
mm. Hal ini menunjukkan bahwa metabolit jamur gula kelapa memiliki
kategori penghambatan lemah terhadap bakteri Escherichia coli.
Kata kunci : Jamur Gula Kelapa, Antibakteri, Escherichia coli.
Keterangan : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4 nama
pembimbing II.
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, Karya Tulis Ilmiah ini saya
persembahkan untuk umy dan bapak, yang selalu memberikan doa,
semangat, serta nasehat-nasehat di setiap kesempatan dengan penuh
keikhlasan, kesabaran dan kasih sayang sehingga menjadi motivasi saya
untuk terus menggapai mimpi.
“HIDUP adalah suatu tantangan yang harus dihadapi,
perjuangan yang harus dimenangkan, kesusahan yang harus diatasi,
rahasia yang harus digali, tragedi yang harus dialami,
kegembiraan yang harus disebarkan, cinta yang harus dinikmati,
tugas yang harus dilaksanakan, romantika yang harus dirangkul,
resiko yang harus diambil, lagu yang harus dinyanyikan,
anugrah yang harus dipergunakan, impian yang harus diwujudkan,
perjalanan yang harus diselesaikan, janji yang harus dipenuhi,
kesempatan yang harus dipakai, persoalan yang harus dipecahkan,
kesulitan yang harus dikalahkan,
dan rahmat yang harus dipelihara dan dicintai”
(Merry Riana)
MOTTO
“Mengapa lelah? Mengapa menyerah? Sementara Allah SWT selalu
menyemangati dengan kalimat :
Bahwa jarak kemenangan hanya berkisar
antara kening dan sajadah”
“Mata air yang dangkal, tetap saja bermanfaat jika jernih dan tulus.
Tetap segar airnya.”
(Tere Liye)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya, karena atas berkat kudrat dan irodat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “UJI
AKTIVITAS
METABOLIT
JAMUR
GULA
KELAPA
SEBAGAI
ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Escherichia coli.”
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan pada baginda Nabi
Besar Nabi Muhammad SAW yang akan memberikan syafaat kepada
umatnya yang taat.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Ahli
Madya Farmasi pada rogram studi D3 Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu kepada yang terhormat :
1. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes, selaku ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis.
2. Panji Wahlanto, S. Farm., Apt selaku ketua Prodi DIII Farmasi
STIKes Muhammadiyah Ciamis sekaligus Penguji II yang telah
memberikan arahan selama pengujian Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Rosika Dewi, S.Si., Apt selaku Penguji I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Siti Rahmah KR, S. Farm., Apt selaku Pembimbing I sekaligus
penguji III yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Via Fitria, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh staf dosen dan karyawan STIKes Muhammadiyah Ciamis
yang telah memberikan bimbingan dan masukan sejak penulis
mengikuti perkuliahan di Program Studi DIII Farmasi STIKes
Muhammadiyah Ciamis demi tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Ayahanda Yoyo Sundaya dan
Ibunda Idah yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi
serta nasehat-nasehat di setiap kesempatan dengan penuh
keikhlasan, kesabaran dan kasih sayang sehingga penulis bisa
mengenyam pendidikan setinggi ini.
8. Adinda
tercinta
Nuraminah
dan
Via
Avianti
yang
selalu
memberikan doa, semangat, dan dukungan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Rekan-rekan sejawat Linda Gartika, Desi Aprianti, dan Riyanti
Khasanah yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Rekan-rekan
sejawat
mahasiswa
DIII
Farmasi
STIKes
Muhammadiyah Ciamis yang telah membantu dan memberikan
dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Teriring doa tulus, semoga segala bantuan dan amal baik yang telah
diberikan mendapat ridho dan imbalan yang berlipat ganda dari Allah
SWT. Aamiin.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat umumnya bagi
pembaca dan khusunya bagi penulis.
Ciamis, 30 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Hamalan
HALAMAN JUDUL ........................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................
iv
INTISARI ........................................................................................
v
LEMBAR PERSEMBAHAN ...........................................................
vi
MOTTO ..........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ......................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................
1
B. Batasan Masalah ..............................................................
3
C. Rumusan Masalah ............................................................
3
D. Tujuan Penelitian ..............................................................
3
E. Manfaat Penelitian ............................................................
3
F. Keaslian Penelitian ...........................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................
5
A. Gula Merah .......................................................................
5
B. Media ................................................................................
7
C. Kultur Mikroorganisme ......................................................
9
D. Fermentasi ........................................................................
10
E. Jamur ................................................................................
13
F. Bakteri ...............................................................................
14
G. Escherichia Coli ................................................................
15
H. Antimikroba .......................................................................
18
I.
19
Antibiotik Pembanding ceftriaxone ....................................
x
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................
21
A. Rancangan Penelitian .......................................................
21
B. Variabel Dan Definisi Operasional ....................................
22
C. Alat Dan Bahan .................................................................
22
D. Pengumpulan Data ...........................................................
23
E. Prosedur Penelitian ...........................................................
23
F. Data Hasil Penelitian .........................................................
26
G. Pengolahan dan Analisis Data ..........................................
26
H. Waktu Dan Tempat Penelitian ..........................................
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................
28
A. Sterilisasi Alat dan Bahan ....................................................
28
B. Pembuatan Media................................................................
28
C. Isolasi Jamur dari Gula Kelapa ............................................
29
D.
Fermentasi Jamur Dari Gula Kelapa Sebagai Penghasil
Metabolit Antibakteri .........................................................
30
E.
Uji Antibakteri Terhadap Escherichia coli ..........................
31
F.
Hasil dan Pembahasan .....................................................
32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................
38
A. Simpulan..............................................................................
38
B. Saran ...................................................................................
38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
39
LAMPIRAN ....................................................................................
43
xi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ......................................................... `
4
Tabel 2.1 Syarat mutu gula merah (SNI 01-3743-1995) .................
6
Tabel 3.1 Variabel Dan Definisi Operasional ..................................
22
Tabel 3.2 Hasil Diameter Zona Hambat .........................................
26
Tabel 3.3 Waktu Dan Tempat Penelitian ........................................
27
Tabel 4.1 Hasil Diameter Zona Hambat .........................................
32
Tabel 4.2 Kategori
Penghambatan
Antimikroba
Berdasarkan
Diameter Zona Hambat ..................................................
35
Tabel 4.3 Efektivitas antibakteri metabolit jamur gula kelapa
terhadap antibiotik ceftriaxone (Tangapo, 2005) ............
xii
36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ................................................
21
Gambar 4.1 Isolat Jamur Gula Kelapa ...........................................
29
Gambar 4.2 Hasil Fermentasi Jamur Gula Kelapa .........................
31
Gambar 4.3 Diameter Zona Hambat Metabolit Jamur Gula Kelapa
Terhadap Bakteri Escherichia Coli .............................
33
Gambar 4.4 Diameter Zona Hambat Kontrol Positif Terhadap
Bakteri Escherichia Coli ............................................
33
Gambar 4.5 Diameter Zona Hambat Kontrol Negatif Terhadap
Bakteri Escherichia Coli .............................................
34
Gambar 4.6 Grafik Diameter Zona Hambat Terhadap Bakteri
Escherichia Coli..........................................................
34
Gambar 4.7 Grafik Efektivitas Antibakteri Metabolit Jamur Gula
Kelapa Terhadap Antibiotik Ceftriaxone .....................
xiii
36
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ......................................
43
Lampiran 2 Diameter Zona Hambat Pada Uji Aktivitas Metabolit
Jamur Gula Kelapa Terhadap Bakteri Escherichia
Coli .............................................................................
44
Lampiran 3 Perhitungan Efektivitas Antibakteri Metabolit Jamur
Gula Kelapa Terhadap Antibiotik Ceftriaxone ............
45
Lampiran 4 Komposisi Yang Digunakan Dalam Penelitian ...........
46
Lampiran 5 Gambar Sampel Jamur Yang Tumbuh Dalam Gula
Kelapa ........................................................................
47
Lampiran 6 Proses Pembuatan Media ..........................................
48
Lampiran 7 Gambar Penanaman Jamur Kelapa Pada Media
PDAS .........................................................................
49
Lampiran 8 Konsentrasi Metabolit Jamur Gula Kelapa, Kontrol
Positif Dan Kontrol Negatif Siap Diuji Pada Bakteri
Escherichia Coli..........................................................
xiv
50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia
merupakan
Negara
tropis
yang
memiliki
lahan
perkebunan kelapa terluas di dunia yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Kelapa memiliki banyak sekali manfaat dan banyak produk
olahan yang dihasilkannya, diantaranya gula merah, dan produk
makanan lainnya.
Gula kelapa merupakan sumber karbohidrat utama karena gula
termasuk golongan disakarida yang tersusun atas glukosa dan
fruktosa dimana karbohidrat mempunyai fungsi sebagai bahan bakar
dan sumber energi. Agar kualitas gula kelapa dapat terjaga dengan
baik tanpa adanya bahan pengawet, maka faktor penyimpanan sangat
penting, yaitu harus disimpan pada suhu dan kelembaban yang
sesuai.
Penyimpanan
gula
kelapa
yang
kurang
tepat
dapat
menyebabkan terjadinya pertumbuhan jamur yang dapat merusak
kualitas gula kelapa.
Disisi lain dikenal lebih dari 100.000 jenis jamur, yang sebagian
besar tidak merugikan manusia, bahkan dapat dimanfaatkan, misalnya
sampiyon dan jamur-jamur yang tumbuh di atas makanan, seperti
tempe, oncom, dan keju Perancis (Tjay dan Rahardja, 2002).
Dalam bidang farmasi, jamur memiliki peranan yang sangat
penting dalam menghasilkan obat-obat antibiotik, seperti Penicillium
notatum dan P. chrysogenum sebagai jamur penghasil penisilin.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT tidak menciptakan
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dengan sia-sia,
melainkan dengan manfaatnya masing-masing.
1
2
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Shaad ayat 27 yang
berbunyi :
Artinya : “Dan
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah
anggapan orang
orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang
orang kafir itu
Karena mereka akan masuk neraka.” (QS. Shaad: 27)
Banyaknya antibiotik yang dihasilkan dari metabolit jamur menjadi
informasi untuk pengembangan jamur dalam menghasilkan antibiotik
lainnya dan diharapkan memiliki aktivitas dalam mengobati berbagai
jenis infeksi di masyarakat.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri di diantaranya diare
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli, dan merupakan
penyakit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi terutama
pada bayi.
Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, ba
bahwa
hwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Artinya : “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat
sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin
Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
Dari hadist diatas dijelaskan ba
bahwa
hwa Allah selalu menurunkan
suatu persoalan sekaligus dengan jalan keluarnya. Begitu pula
dengan penyakit. Apabila seorang hamba sedang ditimpa suatu
penyakit, baik penyakit ringan maupun berat, maka hendaknya
berupaya mencari pengobatan dengan optimis dan mengharapkan
pertolongan Allah SWT. Karena telah dijelaskan dalam hadis diatas
bahwa Allah menurunkan penyakit sekaligus dengan obatnya. Dan
3
bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dengan izin Allah
SWT,dia akan sembuh.
Dalam penelitian ini akan dilakukan isolasi jamur gula merah dan
diuji aktivitasnya terhadap pertumbuhan bakeri Escherichia coli yang
ditumbuhkan dalam media NA.
B. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada Penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan isolasi dan uji aktivitas metabolit jamur gula kelapa
yang diperoleh dari desa Indragiri kecamatan Panawangan
kabupaten Ciamis.
2. Uji aktivitas dilakukan terhadap bakteri Escherichia coli.
3. Parameter yang diamati adalah diameter zona hambat pada
konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah metabolit jamur dapat diisolasi dari gula kelapa?
2. Apakah
metabolit
jamur
gula
kelapa
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia coli?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil isolasi metabolit jamur dari gula kelapa
2. Untuk mengetahui daya hambat hasil isolasi metabolit jamur gula
kelapa pada pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:
1. Memberikan informasi keada penelitian berikutnya tentang isolasi
dan uji aktivitas metabolit jamur gula kelapa terhadap bakteri
Escherichia Coli.
4
2. Memberikan informasi kepada masyarakat akan manfaat jamur
gula kelapa dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Escherichia Coli.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Data Keaslian Penelitian
Judul
Pengujian Dosis
Gula Merah
Pada Media
Tanam
Terhadap
Pertumbuhan
Dan Produksi
Jamur Tiram
Putih
(Pleurotus
Ostreatus Jacq.
Ex. Fr.)
Isolasi dan
Identifikasi
Jamur Endofit
Pada Umbu
Bawang Putih
(Allium Sativum)
Sebagai
Penghasil
Senyawa
Antibakteri
Terhadap
Bakteri
Streptococcus
Mutans Dan
Escherichia Coli
Nama
Imanuel
Dasilva
Surbakti
Tempat
Jurusan
Agroteknologi
Fakultas
Pertanian
Universitas
Katolik Santo
Thomas
Sumatera
Utara
Medan
Tahun
2014
Persamaan
Menggunakan
Gula Merah
Pada Media
Tanam
Perbedaan
Media
Digunakan
Untuk
Pertumbuhan
Metabolit
Jamur Gula
Merah
Nurul
Hidayahti
Jurusan
Biologi
Fakultas Sains
Dan Teknologi
Universitas
Islam Negeri
Malang (UIN)
Maulana Malik
Ibrahim
Malang
2010
Menghambat
Pertumbuhan
Bakteri
Escherichia
Coli
Menggunakan
Gula Merah
Sebagai
Media
Pertumbuhan
Jamur
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gula Kelapa
Gula kelapa diperoleh dari nira kelapa yang telah diuapkan dan
dicetak dalam berbagai bentuk. Sampai saat ini, pembuatan gula
kelapa dikerjakan oleh pengrajin tradisional dalam skala kecil dengan
menggunakan peralatan-peralatan sederhana (Hidayat, 1998; Aryanti,
2005).
1. Proses Pembuatan Gula Kelapa
Prinsip pembuatan gula kelapa adalah menguapkan air dalam
nira sampai kekentalan tertentu, kemudian nira kental dicetak
menggunakan cetakan (Suhardiyono, 1991). Bahan baku nira
kelapa umumnya diperoleh dari hasil panen pohon kelapa sendiri
atau pohon kelapa tetangga yang digarap dengan system bagi
hasil (Ningtyas, 2012). Nira kelapa diperoleh dari penyadapan
tandan bunga kelapa yang dilakukan pada pagi dan sore hari.
Biasanya para pengrajin gula merah mampu mampu memanjat 3540 batang kelapa/hari dengan nira yang dihasilkan yaitu 0,5-2
liter/batang. Setiap 20 liter nira mampu menghasilkan 5 kg gula
merah kelapa sehingga kapasitas produksi pengrajin gula merah
kelapa mencapai 5-20 kg/hari (Margisit, 2005).
Proses pembuatan gula merah kelapa dimulai dengan
menyaringan nira dengan kain penyaring untuk menghilangkan
kotoran. Selanjutnya nira yang telah bersih dimasukkan ke dalam
wajan dan dimasak sambil diaduk. Pemanasan nira menggunakan
tungku dan selama pemanasan akan timbul busa yang dapat
meluap. Agar busa nira tidak meluap sampai atas wajan, nira
harus diaduk dan ditambahkan minyak kelapa (1 sendok minyak
kelapa untuk 25 liter nira). Selama pemanasan, warna nira
berubah, dari putih kekuningan sampai menjadi coklat tua.
5
6
Pemanasan dihentikan bila nira yang diteteskan ke dalam air
berbentuk benang-benang halus. Nira diangkat dan diaduk agar
pembentukan
Kristal
sempurna
dan
kemudian
nira
kental
dimasukkan ke dalam cetakan (Setyamidjaja, 1991).
2. Mutu Gula Kelapa
Pengolahan gula kelapa dapat mempengaruhi mutu gula
kelapa. Penanganan tersebut meliputi perlakuan terhadap nira,
lama pemasakan dan penambahan bahan-bahan lain seperti
minyak atau pati. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur gula
merah adalah kadar air, kadar gula pereduksi dan adanya bahanbahan lain seperti minyak dan pati (Aryanti, 2005). Standar
Nasional Indonesia untuk gula merah telah ditetapkan yaitu SNI
01-3743-1995 dan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.1 Syarat Mutu Gula Merah (SNI 01-3743-1995)
Keadaan
Bentuk
Bau
Rasa
Warna
Bagian yang tidak larut air
Air
Abu
Gula reduksi
Sukrosa
Cemaran logam
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Timah (Sn)
Raksa (Hg)
Arsen (As)
Satuan
% bb
% bb
% bb
% bb
% bb
Persyaratan (%)
Normal
Normal
Normal dan khas
Kuning sampai kecoklatan
Maksimal 1,0
Maksimal 10,0
Maksimal 2,0
Maksimal 10,0
Minimal 77,0
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maksimal 2,0
Maksimal 10,0
Maksimal 40,0
0
Maksimal 0,03
Maksimal 40,0
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (1995)
7
3. Kandungan Gizi Gula Merah
Secara
kimiawi
gula
sama
dengan
karbohidrat,
tetapi
umumnya pengertian gula mengacu pada karbohidrat yang
memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut. Kata gula
pada umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa
(sukrosa). Rasa manis yang biasa dijumpai pada tanaman
terutama disebabkan oleh tiga jenis gula yaitu sakarosa, fruktosa,
dan glukosa (Aurand, L.W., dkk, 1987)
B. Media
Menurut Irianto (2014), media agar merupakan substrat yang
sangat baik untuk memisahkan campuran mikroorganisme sehingga
masing-masing
jenisnya
menjadi
terpisah-pisah.
Teknik
yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar
memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya,
juga memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni,
sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata bugil.
1. Fungsi Media
Menurut Harti (2014), fungsi media ada 2 macam yaitu :
a. Secara kualitatif, digunakan untuk isolasi dan identifikasi
mikroorganisme.
b. Secara
kuantitatif,
digunakan
untuk
perbanyakan
dan
perhitungan jumlah mikroorganisme.
2. Macam dan fungsi nutrient dalam media
Menurut Harti (2014), macamdan fungsi media yaitu :
a. Air, sebagai sumber oksigen dan pelarut nutrient.
b. Pepton, sebagai sumber N organik, untuk sintesa enzim dan
bahan seluler.
c. Ekstrak daging / meat exract, sebagai sumber C dan N.
d. Ekstrak khamir / yeast extract, untuk menstimulir pertumbuhan.
8
e. Mineral, sebagai sumber K, Na, Mg, Fe, S, P, Cl untuk
mikronutrien.
f. NaCl, untuk pengaturan tekanan osmosis dan pertumbuhan
halofil.
g. Karbohidrat, sebagai sumber C dan energy.
h. Agar-agar, gelatin, sebagai bahan pemadat pada media padat,
gel.
3. Penggolongan media berdasarkan konsistensinya
Menurut Harti (2014), penggolongan media berdasarkan
konsistensinya ada 3 macam yaitu :
a. Media padat (solid media), mengandung agar-agar 1,2-1,5%,
biasanya dalam bentuk plate agar (lempeng agar) atau slant
agar (agar miring).
b. Media semi padat (semi solid media), mengandung agar-agar
0,6-0,75%, contoh media SIM (Sulfida, Indol, Motilitas) untuk
pengamatan Motilitas.
c. Media cair (liquid media), tanpa mengandung bahan pemadat,
contoh media Nutrien cair, BHI (BrainHeart Infusion).
4. Pembuatan media
Tahapan pembuatan media kultur menurut Harti (2014) yaitu :
a. Penimbangan bahan
Bahan ditimbang sesuai komposisi dan kebutuhan.
b. Pencampuran dan pelarutan bahan
Bahan dicampur dan ditambah aquadest. Bila media padat
maka dipanaskan sampai agar-agar larut.
c. Distribusi dalam wadah
Media dibagikan ke dalam wadah, seperti tabung reaksi,
Erlenmeyer, cawan petri, lalu ditutup dan dibungkus.
9
d. Sterilisasi
Media disterilisasi dengan alat autoclave (suhu 121ºC selama
15 menit atau tindalisasi pada suhu 100ºC selama 30 menit dan
diulang 3 kali dengan interval waktu 24 jam).
C. Kultur Mikroorganisme
Keberadaan mikroorganisme dalam sampel atau spesimen adalah
sebagai biakan campuran. Oleh karena itu, untuk analisa kualitatif dan
kuantitatif
suatu
mikroorganisme
pada
media.
Dalam
kultur
mikroorganisme secara kualitatif melalui teknik isolasi, dapat diperoleh
biakan murni. Sedangkan dalam bidang mikroorganismeiologi, kultur
mikroorganisme
membutuhkan
teknik
aseptik.
Teknik
aseptik
merupakan suatu cara/teknik mengkulturkan mikroorganisme dengan
menggunakan alat, bahan atau metode secara mikrobiologis agar
terhindar dari kontaminasi (Harti, 2014).
1. Faktor yang mempengaruhi hasil kultur mikroorganisme
Menurut Harti (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
kultur mikroorganisme adalah:
a. Jenis media kultur.
b. Sifat mikroorganisme (morfologis dan fisiologis)
c. Metode dan teknik laboratorium.
2. Macam-macam metode kultur
Menurut Harti (2014), macam-macam metode kultur dapat
dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
a. Metode cawan gores
Prinsip
menggoreskan
sejumlah
suspensi
sampel
pada
permukaan media lempeng agar menggunakan jarum inokulasi
secara aseptik, lalu diinkubasi.
b. Metode cawan tuang
Prinsip mencampur sejumlah suspensi bahan atau seri
pengenceran pada media agar yang dicairkan, lalu dituang
10
pada cawan petri steril secara aseptik, biakan padat, lantas
diinkubasi.
c. Metode perataan
Prinsip meratakan sejumlah suspense sampel atau biakan
pada permukaan lempeng agar menggunakan kapas lidi steril
atau spatel drigalski. Metode ini digunakan untuk uji sensitivitas
mikroorganisme terhadap agensia kimia.
d. Metode titik
Prinsip menginokulasi biakan secara titik pada permukaan
media lempeng agar atau slant agar menggunnakan jarum ent.
Cara ini digunakan untuk inokulasi kapang.
e. Metode tusukan
Prinsip menginokulasi biakan secara tusukan pada agar tegak
menggunakan jarum ent, biasanya digunakan untuk uji motilitas
pada media semisolid.
f. Metode pencelupan
Prinsip mencelupkan sejumlah biakan pada media cair
menggunakan jarum inokulan.
3. Fungsi mengkulturkan mikroorganisme
Fungsi mengkulturkan mikroorganisme menurut Harti (2014)
adalah :
a. Untuk memperoleh isolat, inokulum dari sampel atau biakan
campuran..
b. Mengetahui sifat-sifat fisiologis mikroorganisme.
c. Perbanyakan
mikroorganisme
atau
rekulturisasi,
dan
perhitungan jumlah mikroorganisme.
d. Pengujian sensitivitas untuk diagnostik.
D. Fermentasi
Fermentasi melibatkan kondisi bahan dasar pangan yang sesuai
untuk pertumbuhan dan metabolisme spesifik mikroorganisme yang
11
diinginkan.
Mikroorganisme
tersebut
tumbuh,
memanfaatkan
beberapa nutrisi, dan menghasilkan beberapa produk akhir (Sopandi
dan Wardah, 2013).
Fermentasi yang digunakan secara ekstensif oleh masyarakat
tidak hanya untuk mengawetkan pangan, tetapi juga digunakan untuk
memproduksi berbagai produk pangan yang diinginkan dari susu,
daging,
ikan, telur,
biji-bijian, buah dan sayuran.
Penemuan
Leeuwenhoek mengenai mikroorganisme, khususnya bakteri dan
khamir, telah member inspirasi terhadap berbagai penelitian tentang
peran mikroorganisme dalam kerusakan, fermentasi, dan penyakit
bawaan pangan (Sopandi dan Wardah, 2013).
Ray (2004) dalam Sopandi dan Wardah (2013) mengemukakan
bahwa secara umum metode fermentasi pangan bergantung pada
bahan dasar, jenis mikroorganisme, dan proses fermentasi.
1. Faktor yang Mempengaruhi Metode Fermentasi
a. Bahan dasar
Pangan nabati dan pangan hewani dapat digunakan sebagai
bahan dasar untuk memproduksi pangan fermentasi. Beberapa
pangan fermentasi dapat berasal dari kombinasi bahan dasar
pangan hewani dan nabati.
b. Mikroorganisme
Pertumbuhan
mikroorganisme
yang
diinginkan
dan
laju
fermentasi optimum bergantung pada parameter lingkungan,
seperti nutrisi, suhu inkubasi, potensial oksidasi-reduksi, dan
pH.
Suplementasi nutrisi lain seperti karbohidrat, garam, sitrat, dan
nutrisi lain ditambahkan pada media, bergantung pada bahan
dasar
pangan yang digunakan
mikroorganisme.
dan kebutuhan spesifik
12
c. Proses fermentasi
Menurut Ray (2004) Sopandi dan Wardah (2013), pangan
dapat difermentasi dalam 3 metode yang berbeda berdasarkan
sumber mikroorganisme yang diinginkan, yaitu fermentasi alami
(natural
fermentation),
fermentasi
condong
balik
(back
slopping), dan fermentasi terkontrol (controlled fermentation).
1) Fermentasi alami
Berbagai bahan dasar pangan yang digunakan dalam
fermentasi
alami
biasanya
tanpa
diberi
perlakuan
pemanasan, sehingga dapat mengandung mikroorganisme
yang diinginkan dan tidak diinginkan. Kondisi inkubasi
dirancang untuk memperoleh kecepatan pertumbuhan
tinggi, untuk jenis mikroorganisme yang diinginkan dan
menghambat pertumbuhan jenis mikroorganisme yang tidak
diinginkan.
Produk yang diproduksi dengan fermentasi alami dapat
mempunyai aroma yang diinginkan, hasil dari proses
metabolisme komponen bahan dasar pangan. Konsistensi
karakteristik produk yang dihasilkan pada fermentasi alami
dalam periode panjang sulit diperoleh, karena mikroflora
dalam bahan dasar pangan tidak selalu sama. Peluang
terjadinya produk gagal dalam fermentasi alami juga lebih
besar, karena pertumbuhan mikroflora yang tidak diinginkan
dan pathogen penyakit bawaan pangan.
2) Fermentasi condong balik
Metode fermentasi ini menggunakan beberapa produk hasil
fermentasi yang ditambahkan ke dalam bahan dasar
pangan
baru.
Kondisi
fermentasi
dirancang
untuk
memfasilitasi pertumbuhan mikroorganisme yang berada
dalam produk hasil fermentasi. Metode ini pada umumnya
digunakan untuk memproduksi beberapa pangan fermentasi
13
tradisional dalam skala kecil. Konsistensi karakteristik
produk pada fermentasi tradisional dalam skala kecil.
Konsistensi karakteristik produk pada fermentasi condong
balik sulit dipertahankan dalam jangka waktu lama karena
perubahan jenis mikroba. Peluang untuk menghasilkan
produk gagal dan penyakit bawaan pangan juga cukup
tinggi.
3) Fermentasi terkontrol
Fermentasi terkontrol menggunakan bahan dasar pangan
yang telah disterilisasi dan diinokulasi, dengan populasi
mikroorganisme yang tinggi (106sel/ml atau lebih) dari
biakan murni strain atau spesies tunggal atau campuran
mikroorganisme
biakan
pemula.
Kondisi
fermentasi
dirancang untuk memperoleh pertumbuhan optimum biakan
pemula. Kondisi fermentasi dirancang untuk memperoleh
pertumbuhan optimum biakan pemula. Fermentasi ini dapat
menghasilkan produk dengan volume yang besar, dengan
karakteristik yang konsisten dan dapat diprediksi untuk
setiap proses produksi. Secara umum, peluang terjadinya
produk gagal atau penyakit bawaan pangan rendah.
Pertumbuhan mikroflora sekunder yang diinginkan tidak
diperoleh, sehingga produk dengan flavor yang diinginkan
sulit untuk diperoleh.
E. Jamur
Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki
klorofil,
sehingga
tidak
mampu
melakukan
fotosintesis
untuk
memelihara sendiri kehidupannya. Oleh karena ini, jamur hanya bisa
hidup sebagai parasit pada organisme hidup lain atau sebagai saprofit
pada benda organis mati. Berlainan dengan bentuk jamur yang lazim
kita kenal, yakni yang menyerupai payung, sebagian besar jamur
14
hanya terdiri dari benang-benang halus sekali (hyphen), yang terdiri
dari rangkaian sel-sel. Sekelompok hyphen kemudian membentuk
suatu jaringan yang disebut mycelium. Untuk proses perbanyakannya,
jamur membentuk sel-sel yang disebut spora (Yun.= benih), yang
resisten terhada lingkungan yang kurang menguntungkan bagi
kehidupannya.
Bila
keadaan
membaik,
terutama
suhu
dan
kelembaban, spora dapat tumbuh lagi membentuk mycelium (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Jamur atau cendawan, mampu mengubah makhluk hidup dan
benda mati menjadi sesuatu yang menguntungkan atau merugikan
(Hastono, 2003). Jamur memiliki potensi bahaya bagi kesehatan
manusia atau hewan. Organisme ini dapat menghasilkan berbagai
jenis jamur. Jamur juga dapat menyebabkan alergi dan infeksi. Selain
itu menurut Tournas et al. (2001) jamur dapat menyebabkan berbagai
tingkat dekomposisi bahan makanan. Jamur dapat tumbuh di hasilhasil pertanian sebelum dipanen, hasil panen yang sedang disimpan
maupun bahan makanan yang telah diolah. Bahan makanan yang
mengalami dekomposisi oleh jamur dapat menjadi berbau busuk dan
bernoda dengan warna tertentu. Sementara menurut Tjay dan
Rahardja (2002), dikenal lebih dari 100.000 jenis jamur, yang
sebagian besar tidak merugikan manusia, malah dapat dimakan,
misalnya sampiyon dan jamur-jamur yang tumbuh di atas makanan,
seperti tempe, oncom, dan keju Perancis.
F. Bakteri
Bakteri adalah organisme uniseluler yang umumnya mempunyai
ukuran 0.5-1.0 sampai 2.0-10 mm dan mempunyai tiga bentuk
morfologi, yaitu bulat, batang, dan kurva. Bakteri dapat membentuk
gerombol dan rantai (dua atau lebih sel), atau tetrad. (Sopandi dan
Wardah, 2013)
15
Menurut
Tjitrosoepomo
(2003)
bakteri
pada
umumnya
berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri dan
membentuk koloni. Perkembangan bakteri sangat cepat, terjadi
setiap 20 menit. Faktor yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
adalah ketersediaan unsur hara atau sumber energi. Pertumbuhan
bakteri
keadaan
akan berhenti apabila unsur hara
yang
tidak
menguntungkan
telah
bakteri
habis.
Dalam
akan membentuk
spora. Dalam keadaan biasa (suhu normal) spora akan tumbuh
kembali menjadi sel biasa.
Sel bakteri mempunyai ukuran yang bermacam-macam. Bakteri
berukuran mikron (1 mikron = 0,001mm). Menurut Pelczar dan
Chan (1986) Bakteri mempunyai keragaman baik itu mengenai
nutrisi maupun fisiknya. Beberapa bakteri memerlukan nutrisi yang
sederhana,
sedangkan
yang
lain
mempunyai persyaratan yang
rumit. Beberapa spesies hidup pada suhu 0ºC, sedangkan yang lain
biasa tumbuh mencapai 75ºC. dalam perkembangannya bakteri
memerlukan cahaya, karbon, nitrogen, kobalt, sulfur, fosfor, beberapa
logam, natrium, kalsium, magnesium, besi, seng, tembaga, vitamin
dan air.
G. Escherichia Coli
E. coli merupakan bakteri gram negatif yang ditemukan di danau,
sungai dan laut berasal dari tinja manusia dan hewan berdarah panas
serta perairan yang terkontaminasi oleh limbah bersifat organik,
memiliki ukuran sel dengan panjang 2,0 – 6,0 µm dan lebar 1,1 – 1,5
µm, tidak ditemukan spora, bersifat fakultatif aerobik. Bakteri ini
memiliki
kapsula
atau
mikrokapsula
terbuat
dari
asam-asam
polisakarida, memproduksi macam-macam fimbria atau pili. Fimbria
merupakan rangkaian hidrofobik dan mempunyai pengaruh panas
atau organ spesifik yang bersifat adhesi, mempunyai tipe metabolisme
fermentasi dan respirasi tetapi pertumbuhannya paling sedikit banyak
16
dibawah keadaan anaerob. Pertumbuhan bakteri yang baik terhadap
suhu optimal 37ºC pada media yang mengandung 1% peptone
sebagai sumber karbon dan nitrogen (Feliatra, 2002).
E. coli mengandung enzim yang peka terhadap penisilin yakni
enzim transpeptidase dan enzim D-alanine carboxypeptidase. Sifat
resisten terhadap penisilin disebabkan target kerja yang melibatkan
kerusakan dinding sel bakteri yakni dengan menghambat sintesis
peptidoglikan. Membran dalam tersusun oleh peptidoglikan 1-10% dari
dinding sel dan lipoprotein sedangkan membrane luar tersusun atas
lipoprotein sedangkan membrane luar tersusun atas lipoprotein 30%
fosfolipid 20-25%, protein 40-45% yang berfungsi sebagai pertahanan
terhadap lingkungan luar terhadap aksi antibiotik sehingga penisilin
lebih sulit untuk mencapai target kerja. Resistensi yang terjadi
diakibatkan oleh perubahan permeabilitas selubung sel mikroba,
mekanisme kerjanya yaitu dengan menghambat sintesis protein pada
ribosom, caranya dengan menghambat pemasukan aminoasil t-RNA
pada fase pemanjangan (Azizah, 2002).
1. Klasifikasi Escherichia coli
Klasifikasi Escherichia coli menurut Bergey’s (2005) sebagai
berikut:
Kingdom
: bakteria
Divisi
: proteobacteria
Kelas
: gammaproteobacteria
Ordo
: enterobacteriales
Familli
: enterobacteriaceae
Genus
: escherichia
Spesies
: Escherichia coli
17
2. Macam-macam Escherichia Coli
Menurut Feliatra (2002), E. coli menyebabkan diare dapat
diklasifikasikan berdasarkan ciri khas menimbulkan penyakit
melalui mekanisme yang berbeda, antara lain:
a. E. Coli Enteropatogenik (EPEC)
Penyebab penting diare pada bayi, khususnya di Negara
berkembang. EPEC melekat pada sel mukosa. Akibat dari
infeksi EPEC adalah diare cair yang biasanya sembuh sendiri
tetapi ada juga kronik. Diare EPEC dapat diperpendek dengan
pemberian antibiotik. Diare ini terjadi pada manusia, kelinci,
anjing,
kucing
menyebabkan
dan
kuda.
diare
tetapi
Seperti
ETEC,
mekanisme
EPEC
juga
molekular
dari
kolonisasi dan etiologi adalah berbeda. EPEC sedikit fimbria,
ST dan LT toksin, tetapi EPEC menggunakan adhesin yang
dikenal sebagai intimin untuk mengikat inang sel usus. Sel
EPEC invasive (jika memasuki sel inang) dan menyebabkan
radang.
b. E. Coli Enterotoksigenik (ETEC)
Faktor kolonisasi ETEC menimbulkan pelekatan pada ETEC
pada sel epitel usus kecil. Lumen usus terengang oleh cairan
dan mengakibatkan hipemortilitas serta diare dan berlangsung
selama beberapa hari. Beberapa strain ETEC menghasilkan
eksotoksin yang tidak tahan panas. Ketika timbul diare,
pemberian antibiotik dapat secara efektif mempersingkat
lamanya penyakit. Diare tanpa disertai demam ini terjadi pada
manusia, babi, domba, kambing, kuda, anjing, dan sapi. ETEC
menggunakan fimbrial adhesi (penonjolan dari dinding sel
bakteri) untuk mengikat sel-sel enterosit di usus halus. ETEC
dapat memproduksi 2 proteinous enterotoksin yakni dua
protein yang lebih besar, LT enterotoksin sama pada struktur
dan fungsi toksin kolera hanya lebih kecil, ST enterotoksin
18
menyebabkan akumulasi cGMP pada sel target dan elektrolit
dan cairan sekresi berikutnya ke lumen usus. ETEC strain
tidak invasive dan tinggal pada lumen usus.
H. Antimikroba
1. Penggolongan Antimikroba Berdasarkan Mekanisme Kerja
Menurut
Tjay
dan
Rahardja
(2002),
kemoterapeutika
antimikroba dapat digolongkan atas dasar mekanisme kerjanya
dalam zat bakterisid dan zat bakteriostatis. Penggolongan tersebut
adalah;
a. Zat-zat bakterisid (L. caedere = mematikan), yang pada dosis
biasa berkhasiat mematikan kuman. Obat-obat ini dapat dibagi
pula dalam dua kelompok yakni, zat-zat yang bekerja terhadap
fase tumbuh dan zat-zat yang bekerja terhadap fase istirahat.
b. Zat-zat bakteriostatis (L. statis = menghentikan), yang pada
dosis biasa terutama berkhasiat menghentikan pertumbuhan
dan perbanyakan kuman.
Penggolongan ini tidak mutlak, karena faktor konsentrasi
(dosis) dan waktu turut menentukan kegiatan obat. Kebanyakan
bakteriostatika menjadi bakterisida pada dosis sangat tinggi, yang
biasanya terlalu toksik untuk dibetikan keada manusia. Lagi ula,
kepekaan kuman bagi obat memegang peranan; pada dosis
tertentu, obat dapat berdaya bakterisid untuk suatu kuman dan
hanya bakteriostatis bagi kuman lain (Tjay dan Rahardja, 2002).
2. Penggolongan Antimikroba Berdasarkan Luas Aktivitas
Selain penggolongan atas dasar mekanisme kerjanya, menurut
Tjay dan Rahardja (2002), penggolongan lain yang juga sering
digunakan adalah berdasarkan luas aktivitasnya, artinya aktif
terhadap banyak atau sedikit jenis kuman. Dapat dibedakan
antibiotika dengan aktifitas sempit dan luas.
19
a. Antibiotika narrow-spectrum (aktivitas sempit) obat-obat ini
terutama aktif terhadap beberapa jenis kuman saja, misalnya
penisilin-G dan penisilin-V, eritromisin, klindamisin, kanamisin,
dan asam fusidat hanya bekerja terhadap kuman gram-positif.
Sedangkan streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, dan asam
nalidiksat khusus aktif terhadap kuman gram negatif.
b. Antibiotika broad-spectrum (aktivitas lebar) bekerja terhadap
lebih banyak
negatif.
baik jenis kuman Gram-positif maupun gram-
Antara
lain
silfonamida,
ampisilin,
sefalosporin,
kloramfenikol, tertrasiklin, dan rifampisin.
I. Antibiotik Pembanding Ceftriaxone
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri,
yang
memiliki
khasiat
mematikan
atau
menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil (Tjay dan Rahardja, 2002).
Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan oleh mikrobamikroba tertentu, dan dalam jumlah yang sangat kecil dapat
membunuh mikroba penyebab penyakit (mikroba patogen). Namun
sekarang banyak dijumpai mikroba patogen yang sudah mengalami
resistensi/kekebalan terhadap antibiotik yang telah ada dan biasa
digunakan untuk mengobati penyakit. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya penggunaan antibiotik yang berlebihan atau
penggunaan antibiotik dengan dosis yang kurang tepat di masyarakat.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan antibiotik baru yang dapat
membunuh mikroba-mikroba patogen secara efektif (Prihatiningtias,
2008).
Antibiotik tidak hanya dapat membunuh bakteri penyebab penyakit
melainkan juga dapat membunuh seluruh bakteri dalam tubuh kita,
termasuk yang menguntungkan. Keadaan ini menimbulkan masalah
berupa kolonisasi bakteri merugikan pada daerah yang asalnya dihuni
20
oleh bakteri yang menguntungkan, akibatnya setelah pengobatan
antibiotik pasien mengalami infeksi seperti Candida dan sebagainya.
Hal ini ditandai oleh munculnya gejala berupa bercak-bercak putih
pada mulut dan tenggorok (Atmaja, 2002).
Resistensi terhadap beberapa antibiotik telah banyak dilaporkan.
Penelitian tentang pola kepekaan kuman terhadap antibiotik di ruang
rawat intensif RS Fatmawati Jakarta dalam kurun waktu dua tahun
(2001-2002) melaporkan bahwa tingkat resistensi bakteri E. coli
terhadap antibiotik yaitu golongan penicillin (ampisilin: 100%, penicillin
G: 94,5%, amoksisilin: 86,2%), golongan sefalosforin (sefaleksin:
57%), golongan aminoglikosida (kanamisin; 62,5%) (Refdanita et al.,
2004).
Sebuah penelitian Antimicrobial Resistance in Indonesia, 43%
bakteri E. coli telah resisten terhadap beberapa antibiotik, diantaranya
yaitu ampisilin, kotrimoksazol dan kloramfenikol. Pada penelitian
tersebut juga melaporkan tingkat sensitivitas bakteri E. coli terhadap
antibiotik yaitu golongan sefalosporin (seftriakson: 100%), golongan
aminoglikosida (amikasin: 92,6%), golongan penicillin (amoksisilinasam klavulanat: 87,5 %), golongan lain (fosfomisin: 83,7%)
(Refdanita et al., 2004).
Ceftriaxone mempunyai mekanisme kerja menghambat sintesis
mukopeptida di dinding sel bakteri. Obat ini diabsorbsi dengan baik
setelah pemberian secara intramuscular dan didistribusi secara luas di
dalam tubuh termasuk kelenjar empedu, paru, tulang, Cerebrospinal
Fluid (CSF), plasenta, melalui amnion dan ASI. Ikatan protein 85-95%.
Waktu paruh eliminasi pada hepar dan fungsi ginjal yang normal
adalah 5-9 jam. Obat ini mempunyai kadar puncak serum sekitar 1-2
jam setelah pemberian secara intramuscular dan dieksresi di urin 3365% (Anonim, 2006).
39
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an surat Shaad ayat 27.
Adriani. (2015) Aktivitas Antibacterial Fungi Endofit Caulerpa Racemosa
Terhadap Bakteri Escherichia Coli dan Staphylococcus Aureus. UIN
Alauddin Makassar.
Aryati, A. (2005) Pengaruh Cara Pelapisan dan Lama SimpanTerhadap
Kadar Air, Tekstur dan Penampakan Gula Kelapa. Skripsi. Univesitas
Lampung.
Atmaja, S. (2002) Manfaat Bawang Putih untuk Kesehatan. Edisi 10.
Jakarta: Bumi Aksara, hlm 26-31.
Aurand, L.W., Woods, A.E., dan Wells, M.R. 1987. Food Composition and
Analysis. An Avi Book. New York: Van Nostrand Reinhold Company.
Aurora DS dan Bhardawaj. 1997. Antibacterial Activity of Some Medicinal
Plants. Geo. Bios 24: 127-131.
Azizah, N. dan M. Kenti Astuti. 2002. Resisten Isolat Lokal (Escherichia
coli) Pembawa Gena VT1 dan VT2 Asal Babi dan Domba/Kambing
terhadap 6 Antibiotik. J. Sam Vet. Vol. XXI No.2.
Bergey’s. 2005. Manual of Systematic Bacteriology. Departement of
Microbiology and Molecular Genetics: Michigan State University. 2nd
ed. Vol 1. Part A
Bian, F., Kandou, F.E.F., & Rumondor, M.J. 2015. Daya Hmbat Ekstrak
Etanol Schismatoglottis sp. Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. Jurnal Ilmiah Sains, 15 (2), pp. 149-153.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2006. Informasi Obat Seftriakson.
http://www.dinkes.jabarprov.go.id/index.php?mod=pubInformasiObat&i
dMenuKiri=45&idSelected=I&idObat=162&page=7 [20 Mei 2010]
Feliatra. 2002. Sebaran Bakteri (Escherichia coli) Di Perairan Muara
Sungai Bantan Tengah Bengkalis Riau. Laboratorium Mikrobiologi
Laut, Faperika. Universitas Riau.
Hadist Riwayat Muslim.
Hastono, S. 2003. Cendawan dan permasalahannya terhadap kesehatan
hewan. Jurnal Veteriner 4 (2): 1-4.
40
Hendrayanti, T.I. (2012) Perubahan Morfologi Escherichia Coli Akibat
Paparan Ekstrak Etanol Biki Kakao (Theobroma Cacao) Secara In
Vitro. Skripsi. Universitas Jember
Hidayahti, N. (2010) Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit Pada Umbi
Bawang Putih (Alium Sativum) Sebagai Penghasil Senyawa
Antibakteri Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Dan Escherichia
coli. Skripsi. Universitas Islam Negeri Malang.
Hidayat, B. 1998. Upaya Meningkatkan Citra Produk Tradisional Gula
Kelapa Melalui Perbaikan Kualitas Dan Cara Pengemasan. J. Eksis.
Polteknila. Bandar Lampung. Hal 5-7. Dalam Aryanti, A. 2005.
Pengaruh Cara Pelapisan dan Lama Simpan Terhadap Kadar Air,
Tekstur dan Penamakan Gula Kelapa. Skripsi. Universitas Lampung.
Irianto, K (2013) Mikrobiologi Medis. Bandung : Alfabeta, hlm. 24-382.
Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. 2001. Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta: Salemba Medika.
Lengeler, J.W., Drews, G., dan Schleegel, H.G., 1999. Biology of the
Prokaryotes. Blackwell Sciences, New York.
Mansyur M.,2013, Isolasi Fungi Endofit Penghasil Senyawa Antimikroba
Dari Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth). Skripsi.
Universitas Hasanuddin Makassar.
Marsigit, W. 2005. Penggunaan bahan tambahan pada nira dan mutu
gula aren yang dihasilkan di beberapa sentra produksi di Bengkulu.
Jurnal Penelitian UNI. XI (1) : 42-48
McNeil, B. and Harvey, L.M., Practical Fermentation Technology. John
Wiley & Son Ltd. England. 2008. Hal 42, 70-90, 100-101.
Ningtyas. 2012. Analisis komfaratif usaha pembuatan gula merah dan
gula semut di kabupaten Kulon Progo. Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pan X et al. 2009. The Acid Bile Tolerance and Antimicrobial Property of
Lactobacillus acidophilus NIT. J. food Control 20: 598-602
Pelczar, MJ dan E. C. S. Chan. 1998. Mikrobiologi. Penerjemah Hadi
Oetomo, R. S, dan Tjitrosomo, S. L. Jakarta: UI Jakarta.
41
Prihatiningtias, W. 2008. Mikroba Endofit, Sumber Penghasil Antibiotik
yang
Potensial.
Fakultas
Farmasi
UGM.
http://dianing.
Blogspot.com/2008_05_01_archive.html. Akses 12 Desember 2009.
Priyanto, L. & Batubara, 2010, Farmakologi Dasar. Jakarta : Leskonfi,
hlm. 94.
Ray, CG., Ryan, Kenneth J., 2004. Sherris Medical Microbiology an
Introduction to Infectious Disease. 4th ed. USA: Mc Graw Hill.
Refdanita, Maksum, R., Nurgani, A., dan Endang, P. 2004. Pola
Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotik Di Ruang Rawat Intensif
Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002. Makara
Kesehatan. Vol. 8(2):41-48.
Rosen, E.J., and Quinn. F.B., (2000). Microbiology, Infections and
Antibiotic
Theraphy.
Available
from:
http://utmb.edu/otoreff/grnds/infect-003.pdf. [diakses tanggal 11
januari 2013].
Setyamidjaja, D. 1991. Bertanam Kelapa. Penerbit Kasinus. Edisi Baru.
Yogyakarta.
SNI.013743.1995.
Dikonsumsi.
Uji
Standar
Gula
Merah
Yang
Sehat
Untuk
Sopandi, T. & Wardah., 2013, Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Penerbit
ANDI, hlm. 21-231.
Suhardiyono, L. 1991. Tanaman Kelapa: Budidaya dan Pemanfaatannya.
Kanisius. Yogyakarta.
Tangapo. A. M. 2005 Efektivitas Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Daun
Sendok (Plantago major) terhadap Staphylococcus aureus dan
Psedomonas aeruginosa. Skripsi. Universitas Sam Ratulagi. Manado.
Tjitrosoepomo. 2003. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM.
Tjay, T.H. & Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting. Jakarta : Elex Media
Komputindo, hlm. 54-211.
Tournas, V., M.E. Stack, P.B. Mislivec, and H.A. Koch., 2001, Yeast
Molds, and Mycotoxins. Washington, D.C. : U.S. Food & Drug
Administration, Center for Safety %Applied Nutrition.
42
Waluyo L., 2005, mikrobiologi Lingkungan. Universitas Muhammadiyah
Malang Press. Malang.
Download