28 Metode penyaringan stau membrane filter (MF) memberikan basil lebih cepat dibandingkan metode MPN, namun demikian metode ini sebaiknya tidak digunakan menen~ untuk jumJah kolifonn dan E. coli disediakan media khsusus. Kolifonn menggunakan m-Endo Agar. sedangkan E. coli menggunakan m-Fecal Agar (Lay, 1994). Ku;ditas kolifonn limbah cair rumah sakit: inlet13,72.1081100ml; outlet 103.006.1061I00ml; persentase penurunan 92,49010. Untuk. parameter E. coli, inlet 6,286.10'Jl00ml; outlet 12,806.10'/lOOml; persentase penunman 97,96% ~ 1998). sementara menurut Hamid (200 I) dan Soedarto (2003). persentase penurunan sarna-sarna 100010. HasH penelitian terse but dapat dilibat pada Lampiran 10 dan 11. 2.5 Rumah SaJdt (I) Pengertian rumah sakit Berdasarkan PerMenKes RI. No.986IMenKesIXIIl992. tentang persyamtan kesehatan linglamgan, rumah sakit adalah sarana upaya kesebatan yang mempunyai tugas menyelenggarakan kegistan pelayanan kesebatan bagi masyarakat. Tugas menyelenggarakan kegistan pelayanan kesehatan ini dapat dilakukan melalui upaya penyembuban penderita dan upaya pemulihan keadaan gangguan kesehatan badan, jiwa dan ditunjpng upaya peningkatan dan upaya pencegahan gangguan kesebatan. Menurut Soejadi (1996). rumah sakit adalah: (I) Suatu kompleks stau rumah stau ruangan yang dipergunakan untuk menampung dan merawat orang sakit atau bersalin, (2) Kamar-kamar orang sakit yang berada dalam satu perumahan khusus seperti: rumah ~t khusus, rumah sakit bersalin, lembaga masyarakat dan kapallaut. (2) Fungsi ~ sakit Bedasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 9831MenKeslSKIXII1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit, fungsi rumah sakit adaIah: (l) Menyelenggarakan pelayanan medis. (2) Menyelenggaralcan pelayanan penunjang medis, (3) Menyelenggarakan Menyelenggaralcan pelayanan pe~ (6) pelayanan ruj~ Menyelenggarakan dan asuhan keperawatan, (4) (5) Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian dan (1) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. pengembangan, dan 29 (3) Klasifikasi fUDl8h sakit Berdasarkan kepemilikannya dibedakan atas rumah sakit pemerintah dan swasta. Pembagian rumah sakit pemerintah berdasarkan fasilitas kemampuan medis dibedakan atas empat golong~ yaitu: (1) Rumah Sakit kelas A: rumah sakit dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialis dan sub-spesialis yang luas, (2) Rumas Sakit kelas B: nunah sakit dengan fasilitas dan kernampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialis dan sub-spesialis yang terbatas, (3) Rwnah sakit kelas C: rumah sakit dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialis dasar selrurang-kurangnya 4 spesialis, (4) Rumah sakit kelas D: rumah sakit dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan dasar. Rumah sakit swasta dibagi atas tiga kelas, yakni: (1) Kelas u~ (2) Kelas madya, dan (3) Kelas pratama (4) Persyaratan kesehatan lingkungan dan sanitui rumah sakit Rumah sakit sebagai suatu samoa kesebatan yang menyelenggarak:an suatu upaya kesehatan rujukan merupakan tempat atau sarana pelayanan umum yang mempWlyai berbagai kegiatan. Semua aktivitas rumah sakit akan menghasilkan limbah yang memberikan dampak negatif pads linglrungan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meminimalisasikan dampak tersebut dengan melakukan pengolahan sanitasi rumah -sakit dengan maksud agar kondisi lingkungan di rumah sakit dapat memenuhi persyaratan kesehatan lingktmgan. Pada P(rrMenkes RI.No.9861MenKeslSKIXIIl996~ tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit Dab m pasal 6, upaya penyehatan lingkungan rumah sakit, meliputi: (I) Penyehatan bangunan dan mangan termasuk pencahayaan, penghawaan serta kebising~ (2) Penyehatan makanan dan min~ (3) Penyehatan air termasuk kualitasny~ (4) Penanganan sampah dan lirnbah, (5) Penyehatan tempat cucian umum termasuk. tempat pencucian linen, (6) Pengendalian serangga dan tikus, (7) Sterilisasi atau desinfeksi. (8) Perlindungan radiasi, dan (9) Penyuluhan kesehatan lingkungan. PersyaI'aUtn kesehatan lingkungan dalam penanganan limbah emr (DepKes, 1997), adalah: (1) Rumah sakit harus memanfaatkan jasa pelayanan sistem 30 pengolahan limbah cair perkotaan (kolektif), apabila sistem pangolahan limbab cair tersebut dapat menjangkau lokasi rumah saleit. (2) Rurnah sakit harus memiliki unit pengolahan limbah cair sendiri bersama-sama secara kolektif dengan bangunan di sekitamya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belurn ada atau tidak. teIjangkau sistem pengolahan limbah cair perko~ (3) Kualitas limbah cair rumah sakit yang akan dibuang lee lingkungan hams memenuhi persayaratan baku mutu limbah cair sesuai peraturan perundangan. 2.6 Limb.b C • ..- Rumab Sakit (1) Pengertian limbah cair rumah sakit Limbah cair rumah sakit adalah air buangan yang berasaJ dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun serta radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Rumah sakit dapat merupakan sumber penyebaran dan penularan penyakit apabila limbah yang dihasilkan tidak dapat dikelola dengan baik (Moersidik, 1995). Limbah tersebut dapat berasal dari ruang dengan jenis pelayanan yang berbeda, seperti mang ~ pelayanan medik dan non-medik seperti dapur dan laundry, Bentuknya hisa berupa padat, cair maupun gas yang sebagian merupakan limbah klinis dan non-klinis yang mempunyai potensi besar untuk menularkan penyakit. Limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, farmasi atau yang sejenis, serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pads saat dilakukan perawatan atau pengo~ dibtegorikan sebagai limbah cair klinis. Limbah cair non-klinis adalah limbah yang d.ijlasilkan oleh kegiatan lain. selain yang mengbasilkan limbah klinis. misalnya dapur, tempat cud tangan, kamar mandi. Limbah cair dapat menjadi masalah pencemaran yang serius apabila tidak. ditangani secam tepat dan bait. Untuk mencegah pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah cair, hendaknya limbah cair diolah dengan baik. (2) Sumber limbah cair rumah saleit Sumber limbah cair rumah sakit bennacam-macam, tergantung dari jenis kegiatan pelayapan dan utilitas penunjang atau pelengkap suatu rumah sakit. Sumber 31 limbah cair nunah sakit berasal dari: (1) Ruangan perawatan: kamar mandi. tempat cuci tangan. kamar kecH (toilet), tempat cuci instrumen medik. buangan eksudat pasien, saluran air pada lantai (floor drain). ruangan dapur (pantrl). (2) Ruangan rawat jalan (poliklinik): kamar mandi. tempat cuci tangan, tempat cuci instrumen medik (alat-alat terbuat dari stainless stee!). (3) Ruangan gawat darurat: kamar mandi, tempat cuci tangan, tempat cuci iostrumen medik,jloor drain. (4) Ruangan operasi: kamar mandi, tempat cuci tangan, tempat cuci instrumen medik,jloor drain, buangan eksudat pasien (5) Instalasi laboratorium klinik atau patologi anatomi: kamar mandi, tempat cuci tangan atau tempat cuci ~ sisa reagensia, sisa sampel serwn darah. sisa spesimen cair, (6) Ruangan dapur: kamar mandi. tempat cuci sayur, buah, betas, alat-aIat dapur dan floor drain, (7) Ruangan laundry. tempat rendaman, linen kotor, buangan dari pembHasan mesin cuci, buangan pembilas air panas, (8) Unit radiologi: tempat cuci tangan, kamar mandi, tempat cuci film, (9) Ruangan hemodialisa: tempst cuci mogan. kamar mandi, tempat buangan cairan dialisis, tempat cuci instrumen medik. (10) Ruangan jenazah atau autopsi: kamar mandi. tempst cuci tangan, tempat pemhedahan mayat atau autopsi, tempat memandikan j~ tempat mencuci instrumen medik, (11) Fasilitas sosial (kafetaria, mesjid): kamar mandi, tempat cuci tangan, tempat cuci perabot makan, tempst wudhu, urinoir, (12) Pemukiman (rumah dinas, asrama): karnar mandi, tempat cuci tangan, tempat cuci perabot makan, (13) Unit perkantoran: kamar mandi. wastaftl (Budiharjo, 1997). (3) Debit limbah cair rumah sakit Debit limbah cair rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) Jumlah atau kapasitas tempat tidur, (2) Rata-rata hunian pasien, (3) Jumlah karyawan, (4) Peralatan penunjang yang dipergunakan (mesin cuci, mesin atau alat laboratorium, radiologi dan lain-lain), (5) Penggunaan air bersih setiap harinya, (6) Fasilitas sosial yang ada (kantin, asrama karyawan, rumah dinas, mesjid. dan lain-lain (Budiharjo, 1997). Secara umum debit limbah cair sangat tergantung pada jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita, bisa berkisar 85-95% dari banyaknya air bersih yang 32 digunakan ak8Jl keluar sebagai air limbah (Djabu, (982). Perkiraan kebutuhan air bersih per hari didasarkan pads jumlah tempat tidur. yaitu 220-300 lIhari, bahkan untuk rumah sakit tertentu 500 I/hari (Depkes, 1991). (4) Dampak limbah cair terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan Adanya mikroba patogen maupun unsur kimia atau bahan beracun dalam limbah cair rumah sakit yang masuk ke dalam air tanah, badan air, dan air permukaan, kerpungkinan besar dapat menyebabkan penyakit terhadap manusia yang menggunakan air tersebut. Berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen dalam limbah cair disajikan dalam Tabe12.5. Limbah carr rumah sakit OOpat bersifat toksis terhadap lingkungan akuatik, badan air, air permukaan yang pada akhimya dapat menyebabkan kepunahan atau penurunan keanekaragaman jenis. Dampak limbah cair rumah sakit terhadap sifat fisik air permlJ,kaan dan badan air adanya zat pencemar yang berlebihan dapat mengganggu proses purifikasi diri karena kadar oksigen terlarut berlrurang. Dampak limbah cair rumah sakit terhadap air tanah disebabkan adanya mikroba patogen OOpat menginfiltrasi ke tanah. Adanya bahan beracun dan berbahaya (unsur lcimia) juga dapat berinfiltrasi ke tanah (Budiharjo, 1997). Tabel No 1 2 ~.5 Pcnyakit disebabkan oleh mikroba dalam lirnbah cair Mikroba Penyebab Penyakit A,caris ~ dan Enterobill3 spp Erllamoeba histth'y.iu" 3 ~Ptospira 4 Jv(ycobacterium tuberculosis SoImonella~"".J'fol;; Salmonella typhi SoImonella spp ShiJ{ella spp Vibrio Cholera 5 6 7 8 9 10 11 Yirus . Swnber: ijudiharjo, 1997 Schistosoma Jenis Penyakit Cacingan Disentri r - .........irosis (Penyakit Weil) Tuberculosis Demam ...... ~1. id Demam typhoid Keracunan makanan Disentri basil Cholera Poliomyelitis, Hepatitis Schistosomiasis 33 2.7 PeDgolah• .- Limbah Cair Ramah Sakit (1) Prinsip dasar pengolahan limbah cair Prinsip dasar pengelolaan limbah cair adalah menghilangkan atau mengurangi kontaminan yang terdapat di dalam limbah cair tersebu~ sehingga basil olahan limbah dapat dimanfaatkan kembali atau tidak mengganggu lingkungan apabila dibuang ke tanah atau ~ air penerima Tabel 2.6 Zat pencemar penting dalam limbah cair dan operasi proses satuan serta sistem. pengolahan yang dipergunakan untuk pembuangannya Pencemar Schab tajadinya persoa1an Unit proses. operasi dan sistem pen~Jaban Bahan padat dapat meoghambat proses ancrob dan hUDpur Pengendapen penyariDgan dan pengecilan u1cunm variasi tiltrasi. Peogemgambaq. penambah baban kimiawi dan pengendapan pengolahan laban Bahan organik Tersusun dari protein hidrat arang. lemak. Diulrur dengan BOD, COD. Bila dilepas tanpa dioJah menyebablcan bedrurangnya sumber ~ dan pembusukan berkembang Variasi lumpur aktiCfi1ter tetesan piringan biologjs berputar. VIIriasj kolam filtrasi pasir terputus Pengolaban lahan sistem fisib-kimia Bakteri Patogen Penyakitmenular berjangkit di dalarnair KIorinasi, ozonisasi, bipoklorinasi Pengolahan laban N dan P bersama karbon penting Nitrogen: Variasi Bahanpadat terapuDg Mara UDtUk pertumbuhan. Bila lanpmg dibuang , maka merangsang tumbubnya gu1ma dan mencemari air tanah nitrifikasi, denitrifikasi, pertumbuhan terapung. Pengurangan ammonia pcrtuIcaran ion titik Jc10rinasi Fospor: Penambaban pengendapan ganuD logam dan Bahan organik tahanuni Bahan ini mengbambat metode peogoJahan konvensional Co: surfaktan, fenol Adsorpsi karbon Pengolahan laban Logam berat Harus dibuang bila air akan Pengendapan kimiawi. pertukaran ion, Pengolaban laban digunakan kembali Garam anorganiJc:: Contoh: Ca, Na, S04, bila terlarut bercampur air bersih ...... UQUA.Ya Sumber. Lmsley, 1989; Mctcalfand Eddy, 1991. Pertukaran ion, Eleklrodialisis ozonisasi osmosis tersier balik 34 Secara spesi:fi~ pengolahan limbah bertujuan: (1) Mengurangi jumlah padatan tersuspensi. (2) Mengurangi jumlah bahan organik, (3) Membunuh bakteri patogen, (4) Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun, (5) Mengurangi unsur hara (N dan P) yang berlebihan, (6) Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat menimbQlkan dampak negatif terhadap lingkungan perairan ( Mara, 1993; Moersidik, 1995). Untuk mencapai tujuan tersebut, menurut Kusnoputranto (I997), pendekatan yang digUnakan adalah pendekatan multi disiplin, yaitu keahlian dalam analisis kualitas air injb,uml, keahlian mendisain tangki teknologi, dan lain-lain. Berdasarkan kontaminan Y8Jl.g ada pada limbah yang akan diolah, maka operasi atau proses yang digtmalrnn dapat dilihat dalam TabeI2.6. (2) Metodc pengolahan limbah cair Metode pengolahan limbah cair mencakup pengolahan fisik, kimia dan biologis serta pengoIahan lumpur hasil proses. Sistem pengolahan yang terjadi merupakan proses tunggal atau kombinasi operasi fisiko kimia dan biologis tergantung pa$ tingkat beban olah serta kemungkinan pengembangan sistem berdasarkan kendala yang ada. Pengolahan fisik atau unit operasi fisik limbah adalah metode pengolEthan yang digunakan untuk menaikkan kualitas fisik air dengan cam penapi~ penyaringan, pengendapan, pengapungan partikel tersuspensi (Tabel 2.7). Pengol$m limbah cair secara kimia adalah suatu proses pengurangan atau menghiJangkan kontaminan atau bahan lainnya dengan menggunakan bahan kimia, sehingga terbentuk senyawa, ikatan atau pelepasan ion, seperti koagulasi, presipitasi, oksidasi, redulc$i. adsorpsi dan transfer gas. 35 Tabel 2.7 Kegunaan unit operasi fisik dalam pengolahan limbah Unit ()perasi Fisik Penyaringan Kealln~~n Pembuangan bahan padat kasar yang terendap dengan cara pencegatan (penapis pennukaan) Pengecilan ukuran Penggilingan bahan padat kasar menjadikan bahan padat yang kira-kira seragam Penyamaan aliran Penyamaan aliran dan beban massa BOD serta baban padat terapung Pencampuran Pencampuran bahan kimia dan gas dengan limbah cair agar bahan padat tetap terapung Flokulasi Mendorong pengumpulan partikel kecil menjadi partikellebih besar untuk memudahkan pembuangan secara pengendapan gravitasi Pengendapan Pembuangan bahan padat terendapkan dan pengentalan lumpur Pengambangan Pembuangan pecahan halos terapung serta partitel yang bobot jenisnya mendekati hobot jenis air dan pengentalan lumpur biologis Filtrasi Pembuangan endapan halos bahan padat terapung yang tertinggal sesudah pengolahan kimia dan biologis Penyaringan mikro Seperti filtrasi, untuk membuang ganggang dari buanll,811 kolam stabilisasi Sumber: Lmsley. 1989; Metca)t and Eddy, 1991. 36 Tabel 2.8 Kegunaan unit proses kimia dalam pengendapan limbah cair Kegunaan Unit Proses Kimia Pengendapan kimiawi Pembuangan fosfor serta memudahkan pembuangan bahan padat terapung pada sarana pengendapan primer Perpindahan gas Penambahan atau pembuangan gas Adsorpsi Pembuangan bahan organik yang tak terambil dengan cara kimiawi atau biologis dan untuk. mengambil klor Disinfeksi Pemberantasan selektifterhadap organisme penyebab penyakit dengan klor atau ozon Deklorinasi Pembuangan sisa Idor setelah klorinasi Lain-lain Berbagai bahan kimia yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan khusus dalam pengolahan limbah cair Sumbcr: Linsley, 1989; Metcalfand Eddy, 1991. Proses pengolahan biologis adalah pengolahan yang digunakan untuk mengurangi senyawa organik yang terdegradasi baik terlanrt maupun koloid dengan bantuan bakteri atau mikroba pada keadaan tanpa oksigen atau dengan oksigen (Mara, 1993). Gambar 2.3 Bagan pengolahan limbah cair konvensional. 37 Secara garis besar kegiatan pengolahan limbah carr konvensional dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian (Mara, 1993). yaitu: 1) Pengolahan pendahuluan, kegiatan pengambilan benda terapung dan benda yang mengendap seperti pasir. 2) Pengolahan pertama, yang bertujuan menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan atau pengapungan. 3) Pengolahan kedua, mencalrup proses kimia dan biologis untuk mengurangi baban- bahan organik melalui bantuan mikroorganisme yang berada di dalamnya. Mekanisme konversi tersebut dengan bantuan mikroorganisme yang dibedakan berdasarkan penggunaan oksigen dalam proses penguraian yang terjad4 yaitu secara aerob dan anaerob. Faktor yang dominan mempengaruhi proses biologis, antara lain: kadar oksigen terlarut, pH air limbah dan suhu. 4) Pembuangan lanjutan (ultimate disposal) Dari setiap tahap pengolahan air limbah hasilnya adalah lumpur yang memerlukan pengolahan secara khusus untuk dapat dimanfaatkan kembali, misalnya untuk pupuk (Metcalf and Eddy, 1991). (3) Kriteria penempan teknologi pengolahan limbah cair Pemilihan unit operasi dan proses pengolahan limbah didasarkan pada tingkat penyisihan pengolahan atau efisiensi (persen removal) dati sistem pengolahan yang direncanakan sesuai dengan perhitungan penyisihan total yang diinginkan (Moersidik, 1995). Secara teknis, kriteria yang digunakan adaIah: (1) Tingkat pengolahan limbah yang dinyatakan dalam persen, pengurangan BOD, COD, TSS, serta N dan P organik cukup tinggi, (2) Stabilitas unit proses terhadap bahan toksik, (3) Sistem sederhana dengan tabapan proses yang tidak terlalu banyak, mudah dioperasikan ~ mudah dikembangkan, (4) Umur teknis yang panjang, (5) Tidak menghasilkan produk sampingan yang membahayakan atan berdampak negatif. 38 2.8 Beberapa l'eknologi Pengolahan Limbah Cair Beberapa jenis teknologi pengolahan limbah cair dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Pengolahan secara fisika-kimia 2) Pengolahan secara fisika dan biologi yang terdiri dari: (a) Proses penambahan oksigen (aerasi) misalnya: kolam oksidasi, lumpur aktif, trickling filter, rotating biological cOn/actor, parit oksidasi. (b) Proses tanpa oksigen: anaerobic filter treatment. upjlow anerobic sludge blanket (UASB). 3) Pengolahan secara fisika-kimia-biologis, misalnya Fix Bed Cascade Bioreactor (FBCB). (1) Pengolahan limbah cair konvensional Tahapan pertama dari pengolahan air Jimbah konvensionaJ, yaitu pengendapan bahan padat <Ii dalam tangki sedimentasi pertama. Bahan terapung diambil dengan menggunakan ~gan yang terdiri atas batang-batang besi dengan lubang sebesar 2,5 em, kemudian dialirkan ke ruang pengendap atau penangkap pasir (grit chamber) dengan kecepatan diperlambat, sehingga terjadi pengendapan secara gravitasi. Bahan organik yang ringan akan tetap berada dalam tarutao (zat padst tersuspensi). Dengan memberikan ·periode tinggal antara 2-6 j~ maka teJjadi sedimentasi dan bahan orga¢k yang mengendap di dasar taogki disebut lumpur (sludge). Lumpur hams seringkali diambil, wnumnya dengan pemompaan. Untuk menam.bah kapasitas pengendapan d4n mempercepat proses flokulasi dapat ditambah bahan kimia, namun memerlukan biaya dan perJakuan kimiawi yang ketal. Bila tujuan utama pengoperasian adaJah Wltuk menghasilkan effuent ke sungai dengan sedikit partikeJ zat tercampur, maka peralatan yang digunakan yaitu "clarjier". Bila penekanannya menghasilkan PfUtikel padat yang jemih, maka digunakan "thickener". Bahan organik atau zat padat akan mengendap bersama mikroorganisme patogen baik m~lalui sedimentasi langsung atau karena proses adsorpsi zat padat pada saat pengendapan berlangsWlg. Beberapa studi mengemukakan bahwa dalam proses sedimentasi pertama hanya sedikit atau bahkan tidak teIjadi pengambilan virus. 39 Pengambilan bakteri mencapai 50-9()01o dalam 3-6 jam. sedangkan zat padat tersuspensi 60-65% dan BOD 30-35%. Penelitian Shuval (1996) mengungkapkan tentang besar dan bentuk dari telur dan kista yang dihubWlgkan dengan kecepatan mengendap dari mikroorganisme. Air limbah Tangki sedimentasi Tangki Pcngendap pasir pasir Aliran keluar LumDUl' Gambar 2.4 Bangunan pengolahan pertama (Kusnoputranto. 1997). Penguranpn kista entamuba histolitika mencapai 50010 atau kurang antara 35-98% telm cooing mengendap. Gambaran yang serupa dibampkan terjadi pula pada tangki sedimentasi kedua. Tabe12.9 Efisiensi peogolahan berdasarkan Wlit operasi dan unit proses pengolahanlimbah Unit Pengolahan Pengolahan pertama Proses kimiawi Koagulasi-flokulasi Proses hiologi: - Tangki septik - Kolam stabilisasi - Lumpur aktif - Parit oksidasi - "Tricldingfdter" - "Rotating Bio Cont" Efisiensi i%) BOD COD TSS N-oroAniic 30-40 60-80 30-40 80-90 50-65 80-90 10-20 40-85 50-75 80-95 80-95 65-80 80-85 40-95 55-10 80-95 80-95 60-80 80-85 65-85 60-75 80-90 80-90 60-85 - 80-8S Sumber: Metcalf and Eddy. 1991; Keterangan: - = tidak ada data 15-50 IS-SO IS-SO IS-SO 40 (2) Kolam oksidasi Kolam oksidasi merupakan cara pengolahan dengan teknologi yang murah. namun memerlukan laban yang luas. Prinsipnya adalah pembersihan secam alamiah. Kolamnya barns ada dua (kolam oksidasi. dan kolam stabilisasi) atau tiga (kolam pematangan). tetapi tidak boleh banya satu kolam. Ukuran dalamnya kolam oksidasi 1-1,5 In, dasarnya tanah dan dibuat miring. Ukuran efektivitas kolam terbadap kemampuan mengurangi BOD 60-65%. dengan periode tinggalnya 2-3 hari. Virus dan protozoa susah dihilangkan, banya 30-500/0 demikian pula dengan telur cacing. Pengambilan lumpur secara berkala 2-3 kali setahun. Sebagai pedoman dapat digunakan 1-2 hektar luas kolam untuk 7.000 orang atau 0,7-2 m2 per orang. AirLimbah Rak .... Bataog ~ Ko1am Stabitisasi r---. Fasilitas Separator Padat ... Fasilitas Separator Padat .... AIiran Keluar Gambar 2.5 Bagan kolam oksidasi (Metcalfand Eddy, 1991). Kolam oksidasi untuk rumah sakit yang terletak di tengah kota, karena lahannya sempit. dibuat dalam bentuk buJat atau elips dan air limbahnya dialirkan berputar supaya Iebih lama kontak dengan oksigen (aerasi), kemudian aimya dialirkan ke tangki sedimentasi untuk mengendapkan benda-benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang tampak jernib dialirkan ke bale klorinasi la1u dibuang ke dalam sungai atau badan air lainnya. Lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada tempat pengeringan lumpur. (3) Lumpur aktif(acnvated sludge} Air limbah basil pengolahan pertama dialirkan ke tangki aeras~ kemudian dicampur dengan lumpur yang diberi udara bingga bakteri aerob Iebih aktif, sebingga cepat menghancurkan bahan organik dalam air limbah. Akibat pencampuran ito, maka zat padatan tersuspensi akan menggumpaI, sehingga campman ini diendapkan 41 dalam tangki S¢dimentasi akhir. sedangkan larutan bagian atas yang jemih diaIirkan keluar ke ~ air. Lumpur aldif di tangki sedimentasi akhir tidak semuanya dibuang. tetapi kurang dari setengahnya dimasukkan kembali ke tangki aerasi untuk pembeniban dati air limbah yang bam. Arus aliran air limbah diator' kecepatannya, sehingga periode tinggalnya dalam tangki sedimentasi pertama 2-2,5 jam, tangki aerasi 6-8 jam dan tangki sedimentasi akhir 1-2 jam. Saringan ~ AU Lumpur Pengendap (Pilihan) Iwnpur + Klorinasi N.OCI ~ • ·10:. H=H"==H =~ =: H~I. . -Allran-·--·· Limbah Keluar Gambar 2.6 Bagan lumpur aktif(Metcalfand Eddy, 1991}. Menmut Kusnoputranto (1997), kehidupan mikroorganisme patogen - berdasarkan data laboratorium dan pengalaman lapangan menunjukkan babwa sistem lumpur aktif Iebih efektif dalam pengambilan virus dibanding dengan trickling filter. Pengambilan virus mencapai 9()01o. Tingkat pengambilan bakteri patogen berkisar 6099% pada keadaan aerasi nonnal 6-12 jam, tetapi dapat mencapai 99,9010 hila aerasi sampai 24 jam. Pengolahan lengkap dengan lumpur aktif dapat mencapai pengambilan 80-100010 dari telur cacing. Peralatan instaIasi pengolahan limbah secara garis besar m~ metode lumpur aktif. Sebagai peralatan opemsional perlu diadakan pemeliharaan rutin terhadap peralatan IPAL secara berkala dalam jangka waktu bervariasLlangka waktu pemeliharaan dapat dilihat pada TabeI2.1O. Kelebihan metode lumpur aktif. yaitu efisiensi proses 85-90010, waktu tinggal 9-12 j~ teknologinya menengah, situasi proses aerobik. Kelemahannya, yaitu investasi aIat relatif mahal. operator Iebih intensif menangani pompa, konswnsi lahan relatif sedan& penggunaan listrik cukup banyak (Soit dan Shirley, 1991). 43 Aerator ( Air Limbah 1 Arinm Keluar Ael3tor Aliran Keluar Gambar 2.7 Bagan parit oksidasi (Kusnoputranto. t 997). (5) Rotating Biological Contactor (RBC) RBC adalah suatu reaktor yang berbentuk setengah silinder dan terdiri dati unit media yan~ terendam 35-40010 dati diameter dan berputar sesuai putanm drive. RBC mempunyai prinsip yang sarna dengan trickling filler, yaitu mikroorganisme melekat pada media (Metcalf and Eddy, 1991). Perbedaannya adalah: trickling filler media tempat tumbuh miIcroorganisme berada dalam keadaan diam dan air limbah mengalir dari lapisan atas media ke lapisan bawah. Pada RBC media selalu dalam keadaan bergerak (rotasi) terhadap air limbah. Rotasi ini mengakibatkan mikroorganime tumbuh secara alamiah pada media yang terdiri dari: pertama kontak. dengan zat organik yang ada di dalam limbah dan kedua kontak dengan oksigen bebas di udara.. Falctor yang berpengaruh dalam RBC adalah: (1) Rotasi media (kecepatannya 1-2 rpm ): berpengarub besar terbadap beberapa hal: (a) menyebabkan kontak kontinu antara biomassa dengan air lim~ (b) memberikan aerasi terhadap air limbah, (c) gaya gesek antara cairan dengan slime media menyebabkan ketebalan slime Iconslan. (2) Media: Jenis medianya polivinylpolyethylene plastik dengan ketebalan 44 Lumpur Lumpur Klorinasi Aliran Ruang Keluar Pencampuran Klorin 1----1~ Air Limbah Gambar 2.8 Bagan rotating biological contactor (Metcalf and Eddy. 1991). (1-2 c~ berbentuk cakram. Semakin luas bidang kontak media, maka semakin besar kemungkinan terjadi proses biologis. sehingga mikroorganisme tumbuh secara merata dan melakukan kontak intensif dengan air serta oksigen hebas. (3) Tingkat pengolahan atau staging: akan meID.berikan peningkatan yang berarti terhadap efisiensi pengolahan dalam suatu reaktor RBC. Dengan jumlah stage 4-6 buah didapat efisiensi yang tinggi, yaitu sampai 96%. (4) Pembebanan atau "loading": yaitu volume air limbah yang diolah 80-160 m 3/hari. Behan organik, yaitu besarnya BODs yang dapat diuraikan 9,8-17.5 m 3 /hari. (5) Suhu ideal 13-30oC. (6) pH atau derajat keasamannya 6-9. (7) Kadar oksigen terlarut bervariasi (Metcalf and Eddy, 1991). 2.9 Penepsi Masyarakat (1) Pengertian persepsi Persepsi adalah proses penerimaan sejumlah sensasi melalui bekeIjanya sistem syaraf, sehingga seseorang dapat rnengenal dan menyusun suatu pola. Proses ini terjadi sebagai basil proses penerimaan informasi melalui penari.kan kesimpulan atau pembentukan arti dari suatu kejadian saat ito, dikaitkan dengan kesan atau ingatan untuk kejadian yang sarna di masa lalu (Bell, 1988). Forgus dan Melamed (1986), menyatakan persepsi adalah suatu proses menganalisis dan memilih infonnasi terbadap obyek tertentu yang datangnya dari luar diri seseorang. Combs. et a., (1979) yang diacu dolam Asngari (1984). mendefinisikan 45 persepsi sebagai interpretasi oleh individu-individu tentang bagaimana benda-benda menurut pandap.gan mereka, khusus yang berkenaan dengan bagaimana individuindividu memandang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan dunia di mana mereka terlibat Pi dalamnya. Demikian juga Maiat (1991). menyatakan persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal'dari komponen kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar. cakrawala dan pengetahuannya Manusia men&JlllllUi suatu obyek psikologik dengan kacamatannya sendiri yang diwamai oleh nilai dari kepribadiaIUlya, obyek psikologik ini dapat berupa kejadi~ ide atau situasi tertentu. Salim dan Salim (1991). mendefinisikan persepsi sebagai pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang didapat atau diterima, atau dapat diartikan sebagai proses diketahuinya suatu hal pada seseorang melalui pancaindra yang dirniliki. Lockard (1984)~ mendefinisikan persepsi sebagai apa yang dipelajari dan diketahui yang secara keseluruhan melalui proses pancaindra. Persepsi merupakan proses yang akan diperoleh beberapa dan keseluruhan infonnasi tentang sesuatu hal. Persepsi terdiri dari veriabel-variabel yang berkombinasi satu dengan lainnya, yaitu: (1) Pengalaman masa lalo. apa yang pemah dialarni, (2) Indoktrinasi budaya, bagaimana menterjemahkan apa yang dialami, (3) Sikap pemahaman, apa yang diharapkan dan apa maksud dari sesuatu hal terse but. (2) Persepsi terhadap lingkungan Persepsi terbadap lingkungan adalah bagaimana individu memandang dan memahami lingJrungannya (Sarwono, 1999). Proses ini melibatkan studi tentang bagaimana seseorang pengamat berhubungan dengan lingkungannya, bagaimana informasi dikumpulkan dan diinterpretasikan. Termasuk juga cara-cara individu memperlakuk.aQ infonnasi yang masuk, berupa rangsangan-rangsangan yang secara tak henti-hentinya mengenai alat-alat indranya Bell (1988). menggambarkan proses terjadinya tingkah laku dalam hubungannya dengan lingkungan (Gambar 2.9). 46 Gambar 2.9 Proses terjadinya tingkah laku dalam hub.mgannya dengan lingkungan. Dari Gambar 2.9 jelas terlihat bahwa intinya adalah persepsi, yaitu bagaimana individu memandang lingkungannya. Lingkungan yang dipersepsikan sebagai di luar batas-batas toleransi individu yang bersangkutan akan menimbulkan tekanan (stress) dan individu yang bersanglrutan akan berusaha melakukan penyesuaian diri (coping behaviour). Penyesuaian diri ini bisa gagaI dan bisa berhasil yang kedua-duanya bisa berpengaruh pada individu terhadap lingkungan tersebut Kegagalan abo menimbulkan stress, sedangkan keberbasilan akan menimbulkan persepsi yang nyaman karena berada dalam hatas-hatas toleransi individu yang bersangkutan dan kondisi ini cendenmg dipertahankan dalam keadaan seimbang (homeostatis). Dengan demiJdan masalahnya ada.lah sikap adaptasi atau adjusmenl. Masalah pengubahan linglrungan untuk disesuaikan dengan kondisi individu (adjusmenJ) atau pengubahan tingkah laku dan kondisi individu tmtuk: disesuaikan dengan lingkungan (adaptation). Persepsi lingkungan mencakup karakteristik-karateristik spesiftk, yaitu: (l) Pola persepsi memberikan banyak: infonnasi secara langsung, tanpa proses kelja oleh pusat syaraf, (2) Persepsi Iebih banyak holistik, sehingga informasi lingkungan yang diterima bukan merupakan bagian yang terpisah-pisah, melainkan satu kesatuan yang penting. (3) Organisasi dengan aktif mengeksplorasi lingkungannya, menjumpai berbagai obyek dengan berbagai cara (Sarwono, 1999). 47 Bagaimana seseorang mempersepsikan lingkungan hidupnya tergantung pada bennacam-macam faktor. Tingkat ketergantungan seseorang kepada lingkungannya sebagian tergantung pada bagaimana dia bersikap terhadap sifat-sifat lingkungannya. Misalnya cam seorang petani mempersepsikan lingkungannya akan lain daripada cam seorang penduduk kota. Demikian pula misalnya seseorang yang bekerja untuk suatu industri konstruksi, peluangnya untuk bekerja acapkali tergantung pada kondisikondisi iklim, lebih peka terhadap sifat-sifat lingkungannya. Jadi persepsi setiap orang di sini mengenai lingkungan yang disukai maupun yang tidak disukai akan banyak ditentukan oleh dampak langsung dari lingkungannya terhadap kegiatan dan sarana-sarananya untuk hidup. Menurut Sarwono (1999), berdasarkan teorl persepsi, maka perbedaan persepsi disebabkan: (1) Perhatian. biasanya seseorang tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitamya sekaligus, tetapi menfokuskan perhatian pada satu atau dua obyek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lain menyebabkan perbed.aan persepsi antara merck&, (2) Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul, misalnya pada seseorang pelari siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar pistol pada waktu seseorang harus berlari, (3) Kebutuhan, kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada did seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut, (4) Sistem nilai, seperti adat istiadat, kepercayaan yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi, (5) eiri keprlbadian, misalnya watak, karakter, kebiasaan akan mempengaruhi pula persepsi. Persepsi-persepsi seseorang dipengaruhi oleh sistem nilai dan pengalamannya, dan membangun sekelilingnya. kemampuannya untuk menterjemahkan apa yang terjadi di