BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir semua sektor yang berhubungan dengan keuangan selalu membutuhkan jasa perbankan baik pemerintah, perusahaan maupun orang pribadi. Kemajuan dunia perbankan suatu negara dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan negara yang bersangkutan, artinya keberadaan bank semakin dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat. Begitu pentingnya dunia perbankan, maka ada anggapan bahwa bank merupakan “urat nadi” dunia perekonomian. Bank berperan sebagai lembaga intermediasi atau sebagai perantara keuangan antara masyarakat yang membutuhkan dana (defisit unit) dengan masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus unit), dengan menghimpun dana pihak ketiga dari para nasabah lalu menyalurkannya kepada para debitur (pengusaha dan pihak yang membutuhkan dana segar). Masyarakat tidak hanya memandang sebuah bank sebagai sarana untuk menyimpan uang yang lebih aman, namun lebih dari itu, mereka mengharapkan hasil investasi (bunga) yang lebih tinggi dari produk simpanan bank yang ada, sehingga menciptakan suasana persaingan antar bank dalam penggalangan dana nasabah yang semakin ketat dan disisi lain pemerintah membatasi bank dalam memberikan suku bunga produk simpanan tidak melebihi batas tertinggi bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sesuai arahan dari Otoritas Jasa Keuangan 1 (OJK) per 1 Oktober 2014 bahwa pemberian suku bunga simpanan maksimum sebesar suku bunga penjaminan LPS yang saat ini sebesar 7,75%. Upaya ini ditujukan untuk mencegah dampak negatif terjadinya persaingan suku bunga dana perbankan serta demi menjaga likuiditas perbankan pada saat ini. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. adalah dua bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki aset terbesar di Indonesia. Dalam menjalankan kegiatannya, kedua bank BUMN tersebut mengacu pada hukum bank yang telah diatur dalam undangundang perbankan yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dalam hal ini bank sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat, berupaya memenuhi kebutuhan nasabahnya, baik berinvestasi untuk keamanan dananya, memperoleh penghasilan (bunga) dari hasil simpanannya di bank dan untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. Salah satu produk simpanan masyarakat yang ditawarkan kedua bank BUMN tersebut adalah simpanan deposito. Produk ini merupakan salah satu jenis produk dana pihak ketiga dimana dilihat dari sisi tingkat suku bunga yang dibayar kepada pemegang simpanan deposito (time deposit) relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan suku bunga jenis simpanan lainnya, seperti simpanan giro (demand deposit) dan tabungan (saving deposit). Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang perubahan UndangUndang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, disebutkan bahwa Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Badan atau perorangan yang memliki deposito disebut Deposan, sedangkan bukti kepemilikan rekening deposito disebut Bilyet Deposito. Investasi merupakan pengorbanan yang dilakukan saat ini untuk mengharapkan keuntungan di masa yang akan datang, Halim (2005:4). Deposito adalah instrumen investasi yang relatif paling aman, namun imbal hasil (return) yang sanggup diberikan juga terbilang paling rendah (low risk-low return) jika dibandingkan dengan menempatkan uang di pasar saham, valuta asing, properti atau instrumen investasi lain yang mengandung risiko tinggi. Semakin tinggi return yang akan diperoleh dalam investasi, maka risiko yang dihadapi juga akan semakin tinggi (high risk-high return), Sharpe et al. (2005). Pengetahuan analisis yang rumit tidak diperlukan dalam investasi deposito, seperti (misalnya) jika melakukan perdagangan valuta asing (forex) yang terkenal fluktuatif (harga dapat naik atau terjun bebas dalam waktu singkat, hitungan jam, menit, bahkan detik). Memang hasil yang diperoleh tidak seberapa, namun deposito sangat cocok bagi masyarakat yang sangat sensitif terhadap risiko (risk averse). Setidaknya, para pemilik deposito atau deposan tidak harus dipusingkan dengan ancaman fluktuasi pasar yang siap menggerus simpanan pokok. Selain itu, dengan terkuncinya simpanan uang, dapat membantu menahan nafsu belanja akibat pengeluaran-pengeluaran yang cenderung tidak penting alias boros dan bagi pemerintah dana deposito yang mengendap di bank dapat mengurangi laju inflasi, karena jumlah uang yang beredar semakin sedikit. Selain aman dari risiko fluktuasi pasar, deposito di Indonesia khususnya di PT Bank Mandiri (Persero), Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. juga dilindungi oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dikarenakan kedua bank BUMN tersebut telah tercatat sebagai anggota dari LPS. Pemilik deposito atau deposan tidak perlu khawatir jika sewaktu-waktu kedua bank BUMN tersebut kolaps atau mengalami kebangkrutan. LPS menjamin dana setiap nasabah hingga Rp 2.000.000.000,- (Dua Milyar Rupiah) dengan suku bunga maksimal 7,75%. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Minat atau keinginan berinvestasi seseorang dilatarbelakangi oleh pengetahuan akan investasi mulai dari jenis investasi, return yang akan diperoleh, risiko yang dihadapi, sampai dengan hal-hal lain yang terkait dengan jenis investasi yang akan diambil. Pengetahuan investasi ini dapat diperoleh dari mana saja, antara lain dari pendidikan formal seperti di perguruan tinggi atau pendidikan non formal seperti pelatihan, Sharpe et al. (2005). Pengetahuan investasi sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya kerugian dan untuk memperoleh return yang maksimal dari investasi yang dilakukan, Kusmawati (2011). Seseorang yang memiliki minat berinvestasi maka kemungkinan besar dia akan melakukan perilaku (tindakan) yang dapat mencapai keinginan mereka untuk berinvestasi, seperti mengikuti pelatihan dan seminar tentang investasi, menerima dengan baik penawaran investasi, dan pada akhirnya melakukan investasi. Dalam penelitian ini, untuk melihat seberapa besar minat nasabah dalam berinvestasi deposito, maka peneliti menggunakan Theory of Planned Behavior (teori perilaku terencana) yang dikemukakan oleh Icek Ajzen pada tahun 1985. Teori ini merupakan pengembangan dari teori perilaku yang beralasan (Theory of Reasoned Action) yaitu sikap dan norma subyektif, dengan menambahkan satu variabel yaitu kontrol perilaku. Peneliti menggunakan Theory of Planned Behavior karena ingin melihat seberapa besar minat nasabah berinvestasi deposito. Dalam teori ini dibahas bahwa sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap sesuatu stimulus atau objek, seperti halnya pengetahuan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik, pasti akan sanggup untuk berinvestasi terutama di deposito. Norma subyektif cenderung lebih mengarah pada lingkungan sekitar yang mempengaruhi nilai-nilai seseorang. Setiap orang memiliki lingkungan yang berbeda, berbagai pengaruh atau pandangan akan membentuk norma subyektif dan pandangannya, contoh jika dilingkungan seseorang menganggap berinvestasi di saham adalah hal yang baik dan berinvestasi di deposito adalah hal yang kurang menguntungkan, maka orang tersebut cenderung membeli saham sebagai sarana investasi. Kontrol perilaku mempengaruhi minat seseorang dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang. Uang atau dana yang ada di tangan dapat dikatakan sebagai alat kontrol yang nantinya akan mempengaruhi minat seseorang untuk berinvestasi. Banyak studi empiris yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang untuk berinvestasi, seperti hasil penelitian Hariady (2013) bahwa kontrol keuangan dan preferensi risiko mempengaruhi minat investasi, sedangkan sikap dan norma tidak mempengaruhi minat wanita berinvestasi reksadana. Christanti dan Mahastanti (2011) yang menyimpulkan bahwa faktor yang banyak dipertimbangkan investor dalam berinvestasi adalah neutral information, accounting information, dan aspek demografi. Penelitian Kusmawati (2011) menjelaskan bahwa faktor usia dapat mempengaruhi hubungan antara faktor motivasi sosial dan minat investasi. Penelitian Alleyne dan Broome (2011) mengatakan bahwa sikap sangat berpengaruh terhadap minat seseorang untuk berinvestasi. Yuliati (2011) menyatakan bahwa risiko dan atribut produk islami berpengaruh positif terhadap minat berinvestasi sukuk. Serta penelitian Raditya et al. (2014) menunjukkan bahwa penghasilan, persepsi terhadap risiko, return, serta modal investasi minimal hanya merupakan beberapa variabel bebas yang mempengaruhi minat investasi (hanya 20,1%). Penelitian yang diteliti umumnya adalah minat seseorang yang berinvestasi di instrumen pasar modal, seperti saham, obligasi, sukuk, dan reksadana. Investasi di instrumen pasar modal bersifat jangka panjang, memiliki risiko investasi yang tinggi dengan return yang tinggi pula. Berdasarkan keterbatasan penelitian terdahulu yang hanya meneliti minat berinvestasi di pasar modal, maka kali ini penulis ingin melakukan penelitian tentang minat seseorang berinvestasi di instrumen pasar uang yang bersifat jangka pendek (maksimal 1 tahun), berisiko investasi yang rendah dengan return yang lebih rendah bila dibandingkan dengan return investasi pasar modal, namun jumlah investasi di instrumen pasar uang tersebut semakin banyak setiap tahunnya, khususnya di PT Bank Mandiri (Persero), Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Instrumen pasar uang yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah deposito. Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui secara jelas dan pasti tentang sejauh mana faktor-faktor seperti sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku dapat mempengaruhi minat nasabah untuk berinvestasi deposito. Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah : “ANALISIS PERILAKU NASABAH TERHADAP MINAT BERINVESTASI DEPOSITO”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah variabel sikap berpengaruh terhadap minat nasabah untuk berinvestasi deposito ? 2. Apakah variabel norma subyektif berpengaruh terhadap minat nasabah untuk berinvestasi deposito ? 3. Apakah variabel kontrol perilaku berpengaruh terhadap minat nasabah untuk berinvestasi deposito ? 4. 1.3 Apakah variabel minat investasi berpengaruh terhadap investasi deposito ? Tujuan Penelitian Sedangkan tujuan penelitian terkait dengan rumusan masalah penelitian di atas adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui variabel sikap berpengaruh terhadap minat nasabah untuk berinvestasi deposito. 2. Untuk mengetahui variabel norma subyektif berpengaruh terhadap minat nasabah untuk berinvestasi deposito. 3. Untuk mengetahui variabel kontrol perilaku berpengaruh terhadap minat nasabah untuk berinvestasi deposito. 4. Untuk mengetahui variabel minat investasi berpengaruh terhadap investasi deposito. 1.4 Manfaat Penelitian Secara garis besar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.4.1 Secara Praktis Bagi manajemen PT Bank Mandiri (Persero), Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dalam menyusun strategi atau rencana untuk menawarkan jenis produk simpanan, khususnya deposito kepada nasabah atau masyarakat luas dengan berbagai inovasi fitur dan benefit deposito yang semakin menarik dan kompetitif, sehingga mampu untuk memenangkan persaingan yang sangat ketat dengan bank lain dalam hal mengumpulkan dana dari nasabah melalui produk simpanan deposito dengan cara memperhatikan perilaku-perilaku nasabah atau masyarakat tersebut. 1.4.2 Secara Teoritis. Penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya sebagai salah satu referensi dalam mengetahui sejauh mana sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku mempengaruhi minat nasabah atau masyarakat untuk berinvestasi deposito. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar arah pembahasan dari skripsi ini tidak mengalami kesimpangsiuran, serta untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak mengarah, maka penulis memberi batasan pembahasan pada skripsi ini. Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan tentang sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku terhadap minat nasabah untuk berinvestasi deposito di dua bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tempat penelitian adalah salah satu kantor cabang PT Bank Mandiri (Persero), Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. yang ada di kota Surabaya, yaitu Bank Mandiri cabang Tanjung Perak (Jl. Perak Timur No. 398 Surabaya) dan Bank Rakyat Indonesia unit Mastrip (Jl. Raya Mastrip No. 50 Surabaya). Objek penelitian hanya pada nasabah yang telah memiliki produk simpanan deposito. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data dari jawaban responden yang telah terpilih sebagai sampel penelitian terhadap pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diteliti.