Gambaran Perubahan Aktifitas Seksual Wanita Menopause di

advertisement
Lampiran 1
Panduan Wawancara Mendalam
Panduan wawancara untuk penelitian berjudul:
“Gambaran Perubahan Aktivitas Seksual Wanita Menopause
di Dusun Sumogawe, Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang”
Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
A. Data Umum
Kode Partisipan
:
Nama Partisipan
:
Umur
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:
Umur Suami
:
Pekerjaan Suami
:
Lama Pernikahan
:
Jumlah anak
:
Lama Menopause
:
B. Tahap Pembukaan Wawancara (5 sampai 10 menit)
1. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada partisipan atas
ketersediannya meluangkan waktu untuk wawancara ini.
2. Memperkenalkan diri dengan partisipan.
87
3. Menjelaskan topik dan tujuan wawancara dengan singkat
dan mudah dipahami kepada partisipan.
4. Menjelaskan
bahwa
nama
partisipan
tidak
akan
dipublikasikan.
5. Melakukan kontrak waktu dengan partisipan. Bila partisipan
hanya memiliki waktu yang terbatas, kontrak waktu kembali
dengan partisipan untuk melanjutkan wawancara.
6. Sampaikan kepada partisipan, bahwa partisipan bebas
menjawab pertanyaan, menyampaikan pendapat, bercerita
pengalamannya dan memberikan sarannya sesuai dengan
topik yang dibicarakan selama diwawancarai.
C. Tahap Pelaksanaan Wawancara (20 sampai 30 menit)
Merekam dan mencatat seluruh isi pembicaraan selama
wawancara dengan tape recorder.
Daftar pertanyaan untuk partisipan :
1. Apakah yang ibu pahami mengenai menopause atau
berhenti haid, sebelum ibu mengalaminya dulu?
2. Setelah ibu mengalaminya, apa yang ibu pahami
mengenai menopause atau berhenti haid?
3. Bagaimana ibu memandang/menilai diri sendiri setelah
berhenti haid?
4. Bagaimana kedekatan dan perhatian suami serta
keluarga kepada ibu setelah ibu berhenti haid?
5. Masih sempatkah ibu dan suami saling mengungkapkan
rasa saling mencintai setelah ibu berhenti haid? Seperti
apa?
6. Menurut ibu, bagaimana tujuan hubungan seksual yang
dilakukan setelah ibu berhenti haid?
88
7. Apakah ada perbedaan seringnya berhubungan seksual
ibu dan suami, dulu sebelum berhenti haid dan
sekarang?
8. Adakah perubahan yang ibu alami ketika ibu melakukan
hubungan seksual dengan suami, yang menurut ibu
mengkawatirkan, setelah berhenti haid?
9. Apakah ibu pernah berfikir untuk membicarakan dengan
suami tentang hubungan seksual yang ibu inginkan?
Bagaimana tanggapan suami?
10. Apakah ibu menganggap jika dulu ibu bisa memberikan
kepuasan seksual pada suami, tetapi sekarang tidak
bisa? Coba ceritakan!
11. Apakah ada usaha dari ibu untuk meningkatkan gairah
seksual ibu meskipun ibu telah berhenti haid?
12. Apakah harapan ibu terhadap hubungan ibu dengan
suami setelah berhenti haid atau menopause?
D. Tahap Penutup (5 sampai 10 menit)
1. Berupa
ucapan
terimakasih
kepada
patisipan
atas
ketersediaannya meluangkan waktu untuk wawancara, dan
permohonan maaf karena telah menanyakan hal-hal bersifat
pribadi.
2. Melengkapi dan memvalidasi data agar tujuan yang
diinginkan tercapai.
3. Memohon kesediaan untuk dilakukan wawancara lagi di lain
kesempatan, jika diperlukan.
89
Lampiran 2
TRANSKIP WAWANCARA
Keterangan :
P
: Peneliti
Px
: Partisipan
1. Wawancara dengan Partisipan Pertama (P1)
Pertemuan pertama pada tanggal 20 Juli 2013, pukul 14.00 WIB
sampai dengan 14.20 WIB, di rumah partisipan pertama (P1).
Saat peneliti (P) berkunjung, P1 sedang beraktivitas di dapur,
sedangkan suaminya sedang bercakap-cakap dengan tetangga
di luar rumah. P1 mengenakan celana pendek hitam, dan kaos
oblong berwarna putih. Pertemuan berlangsung santai, dan P1
tampak antusias. Pertemuan dilakukan di ruang tamu, peneliti
menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan
topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder,
kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk
kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan
partisipan, dan sebagainya. P1 menerima dan bersedia menjadi
partisipan dalam penelitian. Dalam pertemuan pertama, peneliti
juga menanyakan data demografi atau identitas umum P1.
Pertemuan yang kedua, pada 26 Juli 2013, pukul 15.00 WIB
sampai dengan 15.35 WIB, di rumah P1, dimulai dengan
membicarakan hal-hal umum di sekitar lingkungan, hal ini untuk
menciptakan suasana nyaman. Selanjutnya bercerita mengenai
90
pengalaman penggunaan KB, pengalaman menstruasi, serta
pengalaman mengenai kehidupan setelah menopause, termasuk
melakukan
proses
wawancara
sesuai
dengan
panduan
wawancara.
Dalam proses wawancara, P1 tampak santai dan menjawab
dengan lancar pada setiap pertanyaan, serta memberikan
senyuman pada setiap selesai menjawab pertanyaan. Proses
wawancara berlangsung antara peneliti dengan P1 saja, tetapi
beberapa kali tetangga datang untuk suatu kepentingan,
sehingga wawancara terhenti.
Pertemuan ketiga, pada 20 Agustus 2013, pukul 15.15 WIB
sampai dengan 15.25 WIB. Saat peneliti datang, P1 sedang
bersantai di teras rumahnya. Pertemuan dilakukan di teras
rumah P1. Proses wawancara berlangsung tidak lama, tidak ada
orang lain yang datang selama proses wawancara. Peneliti
melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan
pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan
yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada
proses pertemuan ini P1 menerima hasil penelitian atau data
sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban.
Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar
pertanyaan pada pedoman wawancara.
P
:
“Selamat sore bu, terima kasih karena ibu sudah
meluangkan waktunya bercakap-cakap sebentar dengan saya.
Saya Widi, mahasiswa S1 Keperawatan di UKSW. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas akhir saya.
Kemarin saya sudah ijin pada bu Bekel (kepala dusun), dan saya
sudah diijinkan untuk melakukan wawancara dengan beberapa
wanita yang menurut saya memenuhi persyaratan dalam
penelitian saya.”
91
P1 :
“Oiya mbak, monggo. Skripsi ya mbak? Boleh-boleh
mbak.”
P
: “Iya bu. Skripsi saya ini kan tentang perubahan seksual
wanita menopause, dan kebetulan ibu adalah salah satu
wanita yang memenuhi kriteria yang saya cari di dusun ini,
jadi saya mohon kesediaan ibu untuk saya wawancara, ya
bu? Identitas ibu, dan hasil wawancaranya nanti tidak akan
disebarluaskan, hanya untuk kepentingan skripsi saja. Saya
juga mohon maaf bila nanti saya menanyakan hal-hal yang
agak pribadi, namanya juga tentang perubahan seksual
pastinya tentang hal yang agak saru. Proses wawancaranya
tidak lama bu, hanya sekitar 20 sampai 30 menit. Ibu
bersedia?”
P1 :
“Iya mbak, silahkan, tanyakan saja hal-hal yang perlu
ditanyakan. Kalo saya bisa menjawab ya ta bantu
menjawab. Monggo mbak..” (P1 tampak antusias, dan
tersenyum)
P
:
“Ibu sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi? Tentang kesehatan alat kelamin,
seperti KB, menstruasi, kesehatan pasangan suami istri?”
P1 : “Belum mbak. Ya kalo tentang KB, saya dapetnya dari
bidan, waktu saya masih KB dulu. Yang lainnya belum
pernah.”
P
: “Menurut ibu, perlu ga mendapat penyuluhan tentang kaya
gitu?”
P1 : “Ya perlu mbak, soalnya kadang kita tu malu mau tanyatanya sendiri.” (P1 mengangguk-anggukkan kepalanya)
P
: “Kalau tentang menopause, ibu pernah mendengar kata
menopause? Apa itu menopause?”
P1 : (tampak bingung) “Belum pernah denger mbak.”
92
P
: “Menopause itu seperti yang dialami ibu saat ini. Masamasa berhenti haid, dan untuk seterusnya tidak akan
mengalami haid. Ini terjadi pada usia 40an seperti ibu, bu.”
(P1
tampak
mengangguk-anggukkan
kepala,
memahami
penjelasan P)
“Dulu sebelum ibu mengalami seperti ini, pernah ga
berpikir kalau nantinya akan mengalami menopause? Apa
yang ibu pikirkan tentang wanita yang sudah berhenti haid?”
P1 : “ya ga terpikir mbak. Tapi ya tau kalo sudah tua nanti pasti
akan mengalaminya, tapi ga tau kapan itu.” (tersenyum),
hmm… Orang yang berhenti haid itu orang yang sudah
lanjut usia mbak”
P
: “Nah, sekarang ibu sudah mengalaminya sendiri, menurut
ibu apa itu wanita yang sudah berhenti haid?”
P1 : “Ya… apa ya… (tampak melihat sekeliling untuk berpikir)
ya ternyata orang yang berhenti haid itu belum tentu klo
sudah lanjut usia, setua yang saya kira. Ya, nyatanya saya
umur 46an kemarin sudah mulai ga haid lagi..:
P
: “Dulu waktu ibu masih haid, haidnya teratur?”
P1 : “iya mbak teratur, sebulan sekali”
P
: “ada perbedaan ga bu dengan sekarang, ada perubahan
apa?”
P1 : “Iya mbak, sekarang tu ga kepenak, ga nyaman. Gampang
capek. Kalo dulu kan haidnya teratur jadi darah kotornya
keluar, gitu mungkin ya mbak. Sekarang ga haid tu ga enak
mbak. Dikit-dikit capek. Kalo boleh milih saya milih haid
terus mbak. Seger badannya.”
P
: “Lalu bagaimana ibu memandang diri ibu sekarang? Ibu
kan sudah menopause, apa penilaian ibu terhadap diri
sendiri?”
93
P1 :
“Gimana ya mbak, biasa saja sih mbak, ga berbeda
dengan dulu, kan emang uda waktunya. Ya.. sekarang
sudah ga perlu kesana-kemari ke bu bidan lagi buat KB”
(tersenyum kecil)
P
: “Seberapa dekat ibu dengan keluarga dan suami?”
P1 : “deket mbak, kalo anak saya yang pertama kan ada di luar
kota, jadi ga terlalu deket. Kalo yang kedua ii di rumah
masih kelas 3 SMA, ya sering bantu-bantu kerjaan rumah.
Kalo suami ya deket banget to mbak, la ya tidurnya aja
juga berdua.. hehehe.”(P1 tertawa simpul)
P
: “Sering berkeluh kesah ga bu?”
P1 : ”iya mbak, sama siapa lagi kalo berkeluh kesah to mbak,
ya sama suami.”
P
:
“Suami tahu ibu sudah tidak pernah haid lagi? Ada
pengaruh dengan kedekatan ibu dengan keluarga?”
P1 : “yo ngerti mbak, tapi ya sama saja kaya dulu, la ga ngaruh
apa-apa, kok,”
P
: “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu
dan suami? Mesra atau gimana gitu bu?”
P1 : “ya, masih mbak, ya kaya kelonan (berpelukan) waktu
tidur. makan bareng, duduk jejer (bersebelahan) waktu
nonton tivi, gojeg (bergurau) bareng. Gitu-gitu lah mbak”
(P1 tampak tersenyum malu)
P
: “maaf ni bu, adakah perbedaan seringnya berhubungan
dengan suami sekarang dan dulu bu?”
94
P1 : “Sama saja kaya dulu mbak, ga beda, ya masih campur,
tapi ga tiap hari, ga pasti sih,”
P
: “menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause,
apa tujuan ibu dan suami berhubungan?”
P1 : “yo buat nyenengin suami to mbak, namanya juga istri,
hehehe” (P1 tersenyum lebar)
P
: “Ada perubahan yang dialami ibu ketika melakukan
hubungan dengan suami setelah menopause? Kemaluan
kering atau apa gitu bu?”
P1 : “ga gimana-gimana, mbak, rasanya juga ga berubah.
(sambil tersenyum), ya cuma saya sebenarnya mulai
enggan, la uda capek sama aktivitas, tapi ga ta bikin
masalah, tetep berhubungan.”
P
: “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang
hubungan seksual yang diinginkan dengan suami?”
P1 : “ga mbak, la suamiku juga ga gimana-gimana, ga pernah
ngeluh apa-apa kalo berhubungan.”
P
: “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan
kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?”
P1 : “ga ngerasa kurang gimana-gimana sih mbak, jadi ya
rasanya masih bisa ngasih kepuasan, masih bisa melayani
suami kaya masih muda, kok. Ya kan emang uda mulai
enggan, tapi ga jadi masalah, tetep ngasih kepuasan buat
suami, (tersenyum malu)”
P
: “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu
saat ini?”
95
P1 : “Ga ada mbak, yang penting bisa nyenengin suami. Kan
uda kewajiban wanita, ya walaupun capek tetap melayani
dan ga terpaksa. Kan buat kita juga.” (menepukkan tangan
ke paha dan tersenyum)
P
: “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah
ibu berhenti menstruasi ini?”
P1 : “Ya… Bisa saling nyenengin mbak, bisa melayani lahir
batin, sehat terus, bisa ngopeni/merawat/menjaga anak.”
P
: ”Baik bu, terima kasih atas waktunya, terima kasih atas
kesediaannya menjawab jujur. Mohon maaf sekali lagi
karena uda menanyakan yang saru-saru. Jika saya butuh
lagi, kalo ternyata ada yang kurang, saya kesini lagi dan
wawancara lagi ya bu? Selamat sore”
P1 :
“iya mbak, sama-sama. Saya juga seneng bisa bantu
njenengan. Silahkan, njenengan kesini kapan saja, saya
siap. Selamat sore mbak.”
96
2. Wawancara dengan Partisipan Dua (P2)
Pertemuan pertama dengan P2 dilakukan pada tanggal 20 Juli
2013, pukul 14.30 sampai dengan 15.15 WIB, di rumah P2. Saat
peneliti datang berkunjung, P2 baru saja pulang dari kebun, dan
sedang meletakkan rumput yang diperolehnya dari kebun.
Peneliti menunggu P2 menyelesaikan aktivitasnya di kandang
sambil bercakap-cakap mengenai hal umum tentang lingkungan
sekitar dan menanyakan data demografi, seperti umur suami,
lama pernikahan dan lainnya. peneliti tidak banyak melakukan
bina hubungan saling percaya karena peneliti dan P2 sudah
cukup mengenal P2 dan masih mempunyai hubungan keluarga.
Setelah P2 menyelesaikan aktivitasnya,
peneliti dan P2
melanjutkan percakapan di kursi panjang di depan rumah P2.
Peneliti
menyampaikan
permohonan
menjadi
partisipan,
menjelaskan topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal
yang berkaitan dengan proses wawancara, seperti penggunaan
tape recorder , kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara
hanya untuk kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu
dengan partisipan, dan lain-lain. Setelah mendengar penjelasan
dari peneliti, P2 memohon untuk dilakukan wawancara pada
pertemuan pertama, tetapi tidak dapat menandatangani surat
persetujuan menjadi partisipan karena tidak bisa tanda tangan.
Proses wawancara dilakukan di depan rumah P2, dan
berlangsung kurang lebih 30 menit. Proses wawancara dilakukan
tidak hanya fokus pada pedoman wawancara, tetapi juga
menanyakan hal-hal lain yang hampir berkaitan dengan topik
wawancara. P2 dapat menjawab pertanyaan dengan lancar, dan
menjelaskan
jawabannya
dengan
jelas.
Selama
proses
wawancara, tidak ada orang lain yang datang, tetapi sempat
terhenti satu kali karena P2 berbicara dengan suaminya, tidak
97
terhenti lama wawancara dapat dilanjutkan kembali dengan
lancar.
Pertemuan yang kedua dilakukan pada 26 Juli 2013, pukul 15.45
sampai dengan 16.05 WIB, di rumah P2. Saat peneliti datang,
P2 sedang membersihkan kandang dan memberi makan sapi,
P2 menghentikan aktivitasnya dan digantikan oleh anaknya. P2
mengajak peneliti untuk duduk di ruang tamu dan memulai
proses
wawancara.
Pertemuan
dimulai
dengan
proses
wawancara yang berlangsung tidak lama, tidak ada orang lain
yang datang selama proses wawancara. Peneliti melakukan
wawancara sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan
klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah
diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada proses pertemuan
ini P2 menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta
tidak menambah atau meralat jawaban.
Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar
pertanyaan pada pedoman wawancara.
P
: “Selamat sore, bude. Maaf, saya mengganggu rutinitas
bude sebentar, saya ingin memohon kesediaan bude untuk
saya wawancara tentang bude. Boleh ya, bude? Tapi
silahkan bude selesaikan dulu pekerjaannya, saya tunggu.”
P2 : “Sore, nduk. Iya, sebentar ya..” (P2 sedang meletakkan
rumput di kandang, peneliti dan P2 bercakap-cakap
sebentar, lalu peneliti menunggu P2 di depan rumah
selama beberapa menit)
“Maaf y nduk, lama ya..” (P2 datang menjabat tangan
kepada peneliti dan duduk bersebelahan dengan peneliti)
98
P
: “Enggak bude. Nggak apa-apa. Begini bude, saya mau
minta tolong bude, saat ini saya ada tugas dari sekolah
saya, wawancara atau tanya-jawab dengan wanita yang
sudah tidak KB tapi juga sudah tidak haid. Bude masih
haid?”
P2 : “nggak, uda lama ga haid. Uda berapa tahun yaa…. (P2
tampak
mengingat-ingat,
sambil
menghitung,
menggerakkan jari-jarinya) yaaa… waktu umur 48 tahun
uda ga haid,, sekarang itu… 57 tahun.”
P
: “ tapi bude sekarang masih KB?”
P2 : “enggak.. lepas KB itu ya sebelum umur 48, lupa saya
kapannya... Sebenarnya saya uda ga mau KB dari umur
39, tapi bu bidan menyarankan supaya tetap KB.” (P2
menjawab
sambil
merapikan
rambutnya,
mengikat
rambutnya)
P
: “O… tapi bude bersedia kan ya, saya tanya-tanya? Tidak
akan disuruh apa-apa selain diminta menjawab pertanyaan
dari saya. Jawabannya juga ga akan disebarin, jawaban
hanya untuk tugas, tetapi maaf, nanti pertanyaannya ada
yang agak saru.”
P2 : “iya nduk.. ga apa-apa, selama bude bisa jawab, ya ta
jawab. Pertanyaan apa? Kalau sekarang sekalian aja
gimana?” (P2 sambil tersenyum dan tertawa kecil)
P
: “tapi kan bude masih ngurusi sapi, terus juga mau nyiapin
buka puasa to? Apa ga apa-apa kalau sekarang sekalian,
ga ganggu waktu bude?”
99
P2 : “Ga apa-apa, rumputnya uda ditaruh, lagian masih jam
segini, ngurusin kandang masih agak nanti, apa lagi buat
buka, ya nanti itu..”
P
: “O begitu, baiklah.. sekarang aja, tapi bude tanda tangan
disini ya..” (peneliti menunjukkan lembar persetujuan)
P2 :
“ Walaaaaah…. Ga bisa to nduk, bude ga bisa tanda
tangan, kamu saja..” (P2 tersenyum kecil)
P
: “Saat ini bude sudah berhenti haid. Apa yang bude pahami
tentang
berhenti
haid
atau
yang
sering
disebut
menopause?”
P2 : “Apa to, ya nduk.. Saya tu dulu pernah ada yang ngasih
tau, kalo suatu saat wanita tu ada waktunya berhenti haid
dan ga haid lagi, itu tandanya sudah tua, gitu mungkin ya
nduk, ya sekarang uda ngerasain uda ga pernah haid.”
P
: “Bagaimana perbedaannya dulu waktu bude masih haid
dan sekarang setelah berhenti?”
P2 : “Ga ada bedanya nduk. Ya cuma dulu tu tiap bulan haid
sekarang enggak, la rasanya juga sama aja kok nduk, haid
atau ga haid tu.”
P
: “Bagaimana bude memandang diri bude, menilai diri ibu
setelah menopause ini bude?”
P2 : “Uda ga pernah haid, uda tua to nduk, uda ga perlu KB
lagi. Sebenernya uda ga mau KB tu uda dari umur tiga
puluh sembilan nduk, tapi dulu dianjurkan bu bidan untuk
tetap KB, katanya kalau uda habis 45 tahun ga KB gapapa
gitu katanya, terus pas 47 apa 48 tahun ya.. berhenti KB
100
nduk, sekarang jadi uda ga pikiran.” (P2 menjelaskan
sambil sesekali mengelus-elus wajahnya)
P
: “Bagaimana dengan keluarga, apakah tahu dengan kondisi
bude, kalau sudah berhenti haid? Ada perubahan dari
keluarga tidak, bude? Kedekatan atau perhatian..”
P2 : “Ngerti nduk, tapi ga jadi gimana-gimana, ga brubah nduk.”
P
: “Bude masih sering mengungkapkan rasa sayang antara
bude dan suami? Kayak mesra-mesra gitu.. atau seperti
apa bude?”
P2 : “Apa to ya nduk, kalo bilang sayang gitu uda ga pernah
nduk, uda ga pernah campur juga kok sejak anak-anak
makin besar.. Paling kaya buatin minum, nyiapin makan,
ngerokin waktu sakit. Apa lagi ya nduk, yang pasti saya
sering mengingatkan bapak jangan sampai kecapekan
kalo kerja, namanya uda tua, gampang capek, gampang
sakit.”
P
: “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami
sekarang dan dulu bude?”
P2 : “La ya itu nduk, saya tu uda ga pernah campur sama sekali
sejak anakku laki-laki habis sunat, kalo saya karena uda
ga ingin punya anak lagi jadi uda ga minat berhubungan,
kalo bapak bilang uda ga pantes, anaknya uda besarbesar,
tidur
berdua
aja
jarang-jarang
nduk.”
(P2
menjelaskan sambil sesekali mengelus-elus tangan kanan
atau tangan kirinya)
101
P
: “Tetapi bukan karena ada masalah kan bude? Berarti uda
ga pernah berhubungan sama sekali? Sesekali apa ga ada
keinginan buat berhubungan bude?”
P2 : “Ga to nduk, bisa aja kamu ini.. (P2 terlihat malu dan
tersenyum) ga karena ada masalah, ga ada apa-apa, kami
uda ga pernah berhubungan karena memang kami
menganggap uda ga pantes, uda semakin tua, malu sama
anak-anak sama cucu. Ga kepengen juga kok.” (P2
berhenti berbicara sejenak, dan menengok ke dalam
rumah, berbicara dengan suaminya sebentar, kemudian
melanjutkan pembicaraannya kembali)
“Ya kalo kata orang, suami-istri tu punya kewajiban
campur, katanya makin tua makin jadi ya nduk, hehe, tapi
buat saya ga. Bapak juga gitu, uda sama-sama tua, uda ga
mau, katanya uda malu-maluin. Yang penting sehat, bisa
sama-sama saling jaga, saling ngopeni (merawat).”
P
:
“Jadi, menurut bude, suami-istri yang sudah tua, yang
istrinya sudah tidak pernah haid itu masih harus campur ga
ya bude?”
P2 :
“yaa.. kalau kata orang , uda tua itu kan harus tetap
campur, namanya kewajiban. Tapi buat bude ya ga wajib,
selama bapak juga setuju, bapak juga punya pendapat
sama.” (P2 menjelaskan sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya)
P
:
“Begitu ya bude.. Lalu harapan bude dan suami ke
depannya bagaimana bude?”
P2 : “Ya itu tadi, yang penting bisa sehat sampai tua, saling
ngopeni (merawat), ngopeni anak-cucu, saling jaga, saling
102
ngerteni (pengertian), gitu aja nduk.. dongake (doakan) ya
nduk..” (P2 mengelus pundak peneliti dan tersenyum)
P
: “Amin bude.. Bude, pertanyaannya sudah habis, terima
kasih untuk waktunya, tetapi besok kalau masih ada yang
kurang, masih ada yang mau saya tanyakan lagi, saya
minta waktunya lagi ya bude? Maaf kalau pertanyaannya
ada yang menanyakan hal yang saru. Terima kasih sudah
bantu saya.”
P2 : “Iya nduk, iya… kesini aja kalau masih perlu, bude pasti
bantu, kalau ga gini, kamu juga ga pernah main sini, to…
hehehe..”
103
3. Wawancara dengan Partisipan Tiga (P3)
Wawancara dengan P3 dilakukan 3 kali, setiap pertemuan
dilakukan di rumah P3, dan membahas hal yang berbeda, tetapi
berkaitan dengan topik wawancara.
Pertemuan pertama pada tanggal 20 Juli 2013, pukul 15.30
sampai dengan 15.50 WIB, di rumah P3. Saat datang
berkunjung, P3 sedang mandi, peneliti menunggu beberapa
waktu, duduk di ruang tamu rumah P3. Setelah selesai mandi,
peneliti dan P3 bercakap-cakap, membicarakan mengenai halhal umum di sekitar lingkungan. Peneliti menyampaikan
permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan
wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses
wawancara, seperti penggunaan tape recorder , kerahasiaan
nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk kepentingan
penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lainlain. Pada pertemuan pertama peneliti juga menanyakan data
demografi atau identitas umum P3.
Pertemuan yang kedua, pada 26 Juli 2013, pukul 16.15 sampai
dengan 16.45 WIB, di rumah P3. Saat peneliti datang P3 sedang
menimang-nimang cucu pertamanya yang berusia belum genap
satu bulan. Pertemuan berlangsung dengan santai, dimulai
dengan bercakap-cakap, menciptakan suasana nyaman antara
peneliti
dan
P3,
dilanjutkan
dengan
bercerita
mengenai
pengalaman penggunaan KB, pengalaman menstruasi, serta
pengalaman mengenai kehidupan setelah menopause, termasuk
wawancara sesuai dengan panduan wawancara.
pertemuan,
beberapa
kali
anak
kedua
P3
Selama
datang
dan
mendengarkan proses wawancara, tetapi tidak mengganggu dan
menghambat proses wawancara.
104
Pertemuan ketiga, pada 20 Agustus 2013, pukul 15.35 sampai
dengan 16.00, dilakukan di rumah P3. Saat peneliti datang, P3
baru saja selesai memandikan cucunya. Pertemuan berlangsung
dengan santai dan tidak lama, tidak ada orang lain yang datang
selama proses wawancara. Peneliti melakukan wawancara
sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan klarifikasi untuk
memvalidasi jawaban partisipan yang sudah diberikan pada
pertemuan
sebelumnya.
Pada
proses
pertemuan
ini
P3
menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta tidak
menambah atau meralat jawaban.
Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar
pertanyaan pada pedoman wawancara.
P
:
“Selamat sore bu, terima kasih karena ibu sudah
meluangkan waktunya bercakap-cakap sebentar dengan saya.
Saya Widi, mahasiswa S1 Keperawatan di UKSW. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas akhir saya.
Kemarin saya sudah ijin pada bu Bekel (kepala dusun), dan saya
sudah diijinkan untuk melakukan wawancara dengan beberapa
wanita yang menurut saya memenuhi persyaratan dalam
penelitian saya.”
P3 : “Oiya mbak, monggo. Sudah skripsi ya mbak? Cepet ya
sudah skripsi...”
P
: “Iya bu. Skripsi saya ini kan tentang perubahan seksual
wanita menopause, dan kebetulan ibu adalah salah satu
wanita yang memenuhi kriteria yang saya cari di dusun ini,
jadi saya mohon kesediaan ibu untuk saya wawancara,
bagaimana, bu? Identitas ibu, dan hasil wawancaranya nanti
tidak akan disebarluaskan, hanya untuk kepentingan skripsi
saja. Saya juga mohon maaf bila nanti saya menanyakan
hal-hal yang agak pribadi, namanya juga tentang perubahan
105
seksual pastinya tentang hal yang agak saru. Proses
wawancaranya tidak lama bu, hanya sekitar 20 sampai 30
menit. Ibu bersedia?”
P3 : “bersedia, mbak. Saya akan coba jawab sebisa saya.” (P3
memberikan senyuman pada peneliti)
P
:
“Ibu sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi? Tentang kesehatan alat kelamin,
seperti KB, menstruasi, kesehatan pasangan suami istri?”
P3 : “Ehmmm…. Belum mbak, paling kalau dapat info itu dari
temen, sama-sama lagi ngomongin terus ya.. saling kasih
info.” (P3 sambil sesekali memandang ke luar rumah)
P
:
“Menurut ibu, penyuluhan kesehatan kelamin bagi pria
ataupun wanita perlu ga sih?”
P3 : “Ya perlu.” (P3 menjawab singkat)
P
: “Kalau tentang menopause, ibu pernah mendengar kata
menopause? Apa itu menopause?”
P3 : ”saya pernah denger mbak, tapi ya Cuma pernah denger,
kalau, apa itu menopause ga ngerti..” (P3 kembali tersenyum
kepada peneliti)
P
: “Menopause itu seperti yang dialami ibu saat ini. Masamasa berhenti haid, dan untuk seterusnya tidak akan
mengalami haid. Ini terjadi pada usia 40an seperti ibu, bu.”
(P3 tampak mengangguk-anggukkan kepala)
“ Dulu sebelum ibu mengalami seperti ini, pernahkah
berpikir kalau nantinya akan mengalami menopause? Apa
yang ibu pikirkan tentang wanita yang sudah berhenti haid?”
P3 :
“ya ga terpikirkan, dan malah ga kepikir kapan bakal
berhenti haid. Jadi kalo dulu kalo kepikiran tentang wanita
yang berhenti haid itu ya nenek-nenek.” (wajah P3 seperti
bingung, kesulitan untuk mencba menjelaskan jawabannya)
106
P
: “Nah, sekarang ibu sudah mengalaminya sendiri, menurut
ibu apa itu wanita yang sudah berhenti haid?”
P3 : “Wanita yang sudah berhenti haid itu wanita yang memang
sudah waktunya berhenti haid, 50an kaya saya.”
(tiba-tiba anak kedua P3 datang, menjabat tangan peneliti,
duduk di sebelah kiri P3, mendengarkan proses wawancara)
P
: “Dulu waktu ibu masih haid, haidnya teratur?”
P3 : “Dulu saya pake KB susuk (implant) mbak, haid ya ga
teratur, tapi haid.. la harusnya tahun 2009 itu uda dilepas,
tapi saya belum lepas, tahun 2010 kan belum saya lepas,
saya mulai ga pernah haid sampai sekarang, tahun 2010 itu
saya lepasnya.”
P
: “Bagaimana perbedaannya dulu waktu ibu masih haid dan
sekarang setelah benar-benar berhenti?”
P3 : “Kalo saya sih nyaman sekarang, dulu pas menstruasi
pegel-pegel terus, tiap bulan mules, sekarang uda ga
pernah haid ya malah uda ga pernah mules-mules, jadi
bebas.” (P3 tersenyum dan sesekali memegang tangan
anak keduanya)
P
: “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu
setelah menopause ini bu?”
P3 : “Buat saya sih ga apa-apa mbak, malah seneng. Soalnya
lebih nyaman, lebih bebas, ga gampang capek karena
merasakan efeknya haid. Jadi isa ngapa-ngapain” (P3
menjawab
sambil
meregangkan
tangannya,
mengekspresikan jawabannya)
P
: “Bagaimana dengan keluarga, apakah tahu dengan kondisi
ibu, kalau sudah berhenti menstruasi? Ada perubahan apa
107
dari mereka dengan perubahan ibu yang sekarang sudah
menopause?”
P3 : “tau mbak, mereka mau menerima, tapi juga ga gimanagimana, kaya biasanya aja kok, ya non.. (menunjuk dan
memegang lengan tangan kanan anaknya)”
P
: “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu
dan suami? Seperti masih mesra, atau gimana bu?”
P3 : “Masih mbak, masih sering gojeg-gojeg (bergurau) di
kamar berdua, bercanda di depan TV. Masih mesra terus
kok mbak.”
P
: “Maaf ni bu, adakah perbedaan seringnya berhubungan
dengan suami sekarang dan dulu bu?”
P3 : “Ya pasti mbak, uda makin tua, ya uda ga kaya dulu, uda
berkurang.” (P3 menjawab dengan tertawa kecil tanpa
suara)
P
: “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause,
apa tujuan ibu dan suami berhubungan?”
P3 : “Yang pasti ya kewajiban mbak, kalo ga campur ya
gimana, namanya pasangan suami-istri.”
P
: “Adakah perubahan yang mungkin menurut ibu itu jadi
kendala ketika melakukan hubungan dengan suami
setelah menopause?”
P3 : “Ga ada tu mbak, iya mbak, ga ada perubahan.” (sambil
melihat ke dinding, seperti sedang mengingat-ingat)
108
P
: “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang
hubungan seksual yang diinginkan dengan suami?”
P3 : “Ga pernah membicarakan mbak, jalani gini aja. Bapak
juga ga pernah ngeluh kok mbak, masih seperti biasa.” (P3
tersenyum malu kepada peneliti)
P
: “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan
kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?”
P3 : “Kadang-kadang sih mbak, tapi cuma kaya selintas aja,
kadang-kadang.”
P
: “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu
saat ini?”
P3 : “Ga pernah mbak.”
P
: “baik, sekarang.. apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan
suami setelah ibu berhenti menstruasi ini?”
P3 : “Ya semoga sehat terus mbak, masih bisa mesra terus
sampai tua.” (P3 kembali memberikan senyuman pada
jawaban yang diucapkan)
P
: “Baik, bu. Sementara ini dulu pertanyaan-pertanyaan dari
saya, terima kasih atas waktunya, tapi saya masih mohon
waktunya lagi, bila nanti saya masih membutuhkan ibu
kembali ya.. Maaf, kalau tadi saya nanya yang agak
pribadi. Terima kasih sekali lagi ya bu.”
P3 :
“iya mbak, sama-sama. Iya saya siap mbak, di rumah
terus, momong cucu. Hehe”
109
4. Wawancara dengan Partisipan Empat (P4)
Wawancara dengan P4 dilakukan 3 kali, setiap pertemuan
membahas hal yang berbeda, tetapi berkaitan dengan topik
wawancara. Hal ini dilakukan untuk menciptakan bina hubungan
saling percaya (BHSP) antara peneliti dengan P4.
Pertemuan pertama pada tanggal 20 Juli 2013, pukul 16.00
sampai dengan 16.15 WIB, di rumah P4. Saat peneliti datang,
P4 sedang bersantai di depan rumah dengan keluarga. Pada
pertemuan
pertama,
peneliti
menyampaikan
permohonan
menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan wawancara,
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara,
seperti
penggunaan
penggunaan
hasil
tape
recorder
wawancara
,
hanya
kerahasiaan
untuk
nama,
kepentingan
penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lainlain. P4 bersedia menjadi partisipan, setelah P4 bersedia
menandatangani Surat Persetujuan menjadi Partisipan, peneliti
menanyakan data demografi atau identitas umum P4.
Pertemuan yang kedua, pada 27 Juli 2013, pukul 15.00 sampai
dengan 15.30 WIB, di teras rumah P4. Saat peneliti datang, P4
sedang
bersantai
di
depan
televisi
bersama
suaminya.
Pertemuan dimulai dengan bercerita mengenai hal-hal umum di
sekitar lingkungan, pengalaman penggunaan KB, pengalaman
menstruasi, serta pengalaman mengenai kehidupan setelah
menopause, termasuk wawancara sesuai dengan panduan
wawancara. Proses wawancara berlangsung santai dan nyaman,
selama proses wawancara tidak ada orang lain yang datang. P4
dapat menjawab dengan lancar dan jelas setiap pertanyaan
yang diberikan.
110
Pertemuan ketiga, pada 20 Agustus 2013, pukul 16.15 sampai
dengan 16.35 WIB, di teras rumah P4. Saat peneliti datang, P4
sedang menyiram tanaman yang berada di halaman rumahnya.
Tidak ada orang lain dalam pertemuan ketiga. Peneliti
melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan
pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan
yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada
proses pertemuan ini P4 menerima hasil penelitian atau data
sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban.
Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar
pertanyaan pada pedoman wawancara.
P
: “Selamat sore bu, maaf mengganggu waktunya sebentar.
Saat ini, saya, Widi, mahasiswa S1 Keperawatan UKSW,
memohon kesediaan ibu untuk membantu saya dalam tugas
akhir saya penelitian mengenai perubahan seksual wanita
menopause di Dusun Sumogawe ini. Saya sudah memohon
ijin kepada bu Bekel untuk melakukan wawancara kepada
wanita yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan
penelitian saya. Ibbu bersedia?”
P4 : “ Iya, dik, saya bersedia, silahkan.”
P
: “Pernahkah ibu mendapat informasi mengenai kesehatan
seksual
bagi
pasangan
suami-istri
dari
pelayanan
kesehatan?”
P4 : “Belum, dik. Belum pernah.”
P
:
“Menurut ibu, apakah perlu pasangan suami-istri
mendapatkan informasi mengenai kesehatan seksual?”
P4 : “Buat saya… ga perlu dik, nantinya kan juga akan tahu
sendiri tentang bagaimana menjaga kesehatan intim itu.”
(P4 menjawab dengan tegas setiap pertanyaan yang
diberikan)
111
P
:
“Dulu ketika ibu masih haid teratur, pernahkah berpikir
bahwa akan mengalami hal seperti sekarang?”
P4 :
“Ya tentu tidak.” (P4 menjawab dengan tegas sambil
memberikan senyuman kepada peneliti)
P
: “Bagaimana menurut ibu saat itu, apa yang ibu pikirkan
tentang wanita yang sudah berhenti haid?”
P4 : “Ya.. wanita itu memang diciptakan mengalami haid dan
akan berhenti pada waktunya, nantinya akan berhenti entah
itu kapan, setiap orang berbeda..”
P
: “Saat ini ibu sudah berhenti menstruasi. Apa yang ibu
pahami tentang berhenti menstruasi atau yang sering
disebut menopause?”
P4 : ”Menopause itu berhentinya seorang wanita mengalami
menstruasi. Itu sudah wajar dialami wanita.”
P
:
“Bagaimana
perbedaannya
dulu
waktu
ibu
masih
menstruasi dan sekarang setelah berhenti?”
P4 : “Dulu badannya seger terus, dik, badan tu ringan, soalnya
tiap bulan haid, darah kotornya keluar. Sekarang mudah
capek, rasanya kaya ada yang kurang.”
P
: “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu
setelah menopause ini bu?”
P4 : “Kalo tua sih emang uda umurnya dik. Yaa… Sudah tidak
perlu kontrol KB tiap bulan lagi, dik. Ga perlu ngingat-ingat
tanggal KB.” (P4 menjawab dengan penuh senyum)
P
: “Bagaimana dengan keluarga, apakah tahu dengan kondisi
ibu,
kalau
sudah
berhenti
menstruasi?
Bagaimana
perhatian keluarga pada ibu, dan kedekatan keluarga
112
dengan
ibu
berkaitan
dengan
ibu
yang
sekarang
menopause?”
P4 : “Keluarga tahu, tetapi juga tidak menjadi masalah, keluarga
menerima, yaa.. berjalan kaya biasa saja.”
P
: “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu
dan suami? Seperti apa bu?”
P4 :
“Masih,
masih
saling
perhatian,
mengingatkan
makan,menyiapkan baju. Cerita-cerita berdua, dik.”
P
: “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami
sekarang dan dulu bu?”
P4 : “menurut saya sih, masih tetap, dik. Masih sama seperti
waktu belum berhenti menstruasi. Masih aktif.” (sambil
tersenyum).
P
: “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause,
apa tujuan ibu dan suami berhubungan?”
P4 : “Buat saya, ini sebagai ungkapan kasih sayang sepasang
suami-istri.”
P
: “Adakah perubahan yang mungkin menurut ibu jadi
kendala saat melakukan hubungan dengan suami setelah
menopause?”
P4 :”Tidak ada, dik, masih nyaman, masih seperti dulu.”
P
: “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang
hubungan seksual yang diinginkan dengan suami?”
P4 : “Tidak pernah, karena sampai saat ini masih biasa-biasa
saja. Masih nyaman”
113
P
: “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan
kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?”
P4 : “Tidak, dik. Karena suami juga tidak pernah mengeluh
kalau kurang puas.”
P
: “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu
saat ini?”
P4 : “Sampai saat ini belum pernah mencoba usaha apapun,
masih alami.” (P4 memberikan jawaban dengan sesekali
mengangguk-anggukkan kepala,
juga
dengan
penuh
senyum)
P
: “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah
ibu berhenti menstruasi ini?”
P4 : “Harapan saya tentunya semoga selalu sehat, hubungan
tetap harmonis meskipun sudah semakin tua.”
P
:
“Baik. Bu. Sementara ini dulu pertanyaan dari saya.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya bagi saya.
Maaf, jika beberapa pertanyaan saya kurang sopan dan
agak pribadi. Tetapi saya mohon kesediaan waktu ibu lagi,
jika masih ada kekurangan data atau pernyataan dari ibu.”
P4 : “iya, dik. Silahkan. Dengan senang hati, akan saya bantu.
Biar cepat selesai skripsinya.” (tersenyum kecil)
P
: “Amin, bu. Terima kasih.”
114
5. Wawancara dengan Partisipan Lima (P5)
Pertemuan pertama dengan P5, pada 20 Juli 2013, pukul 16.20
sampai dengan 17.00 WIB. Saat peneliti datang, P5 sedang
berada di kandang sapi, membantu suaminya memerah susu
sapi dan memberi makan sapi. Pertemuan pertama berlangsung
di
teras
rumah
P5.
Pada
pertemuan
pertama,
peneliti
menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan
topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder ,
kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk
kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan
partisipan, dan lain-lain. Setelah P5 mendengar penjelasan dari
peneliti, P5 bersedia menjadi partisipan dengan menandatangani
surat persetujuan menjadi partisipan. P5 juga memohon untuk
dilakukan wawancara pada pertemuan pertama sekaligus,
karena menurut P5 agar tidak membuang waktu peneliti.karena
keinginan P5, proses wawancara berlangsung pada pertemuan
pertama. Proses wawancara berlangsung santai dan lancar,
suami P5 ikut bergabung dan duduk pada kursi yang ada di teras
rumah, tetapi tidak berapa lama masuk lagi ke dalam rumah.
Pertemuan kedua, pada 27 Juli 2013, pukul 15.40 sampai
dengan 16.00 WIB, di teras rumah P5. Pertemuan kedua
berlangsung tidak lama. Saat peneliti datang, P5 sedang
menyalakan api pada tungku, untuk memasak air hangat untuk
mandi, bagi siapa saja anggota keluarganya yang ingin mandi.
Pertemuan berlangsung tidak lama, dan tidak ada orang lain
dalam proses wawancara. Peneliti melakukan wawancara seuai
dengan pedoman wawancara dengan memberikan pertanyaan
klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah
diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada proses validasi ,
115
P5 menerima hasil penelitian atau data yang didperoleh, serta
tidak menambahkan atau meralat jawaban.
Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar
pertanyaan pada pedoman wawancara.
P
: “Selamat sore, bu. Saya mau mohon waktunya sebentar,
bisa, bu?”
P5 : “Iya mbak, mari silahkan. Di dalam apa di sini saja mbak?”
(P5 keluar berjalan dari belakang rumah menuju halaman
depan rumah, dan menunjuk teras rumahnya)
P
: “Di sini saja, bu. Begini, bu, sekarang ini saya sedang
menyelesaikan tugas akhir saya tentang perubahan seksual
wanita menopause. Untuk itu, saya membutuhkan data dari
beberapa wanita yang sesuai dengan kriteria yang saya cari,
data itu saya dapat dengan melakukan wawancara atau
tanya-jawab dengan beberapa orang. Kemarin saya sudah
minta ijin dan sudah diberi ijin bu bekel untuk melakukan
wawancara di dusun ini.”
P5 : ”O.. iya, jadi ini, saya yang mau ditanya-tanya gitu mbak?”
(wajah P5 tampak bingung)
P
: “Nah, itu dia, bu. Ibu bersedia atau tidak jika saya tanyatanya. Ibu kan, salah satu wanita yang memenuhi kriteria
yang saya cari, sudah tidak berKB, dan sudah tidak haid.
Iya, kan, bu?”
P5 : “Begitu, ya, mbak.. ya… ga apa-apa. Saya itu uda ga haid
udah lama… waktu saya masih KB pun saya uda ga haid,
KB suntik itu loh mbak.. ya, kalau lepasnya uda sekitar
delapan tahunan, mbak. Ya.. tetap ga haid sampai
sekarang.”
116
(P5 sudah tidak bingung, dan memberikan data demografi atau
identitas umum yang diperlukan kepada peneliti. Setelah
mendapatkan penjelasan lengkap dari peneliti mengenai maksud
kedatangan peneliti, P5 memohon untuk dilakukan wawancara
pada pertemuan pertama)
“Tapi ini nanti tidak disuruh kemana-mana, kan ya mbak?
Ga mau saya mbak kalo disuruh diajak kesana-sana.. malu.”
P
: “Tidak, bu. Ibu hanya diminta untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dari saya dengan jujur sesuai kondisi ibu, lalu
ibu saya minta untuk tanda tangan di sini (menunjukkan
lembar persetujuan), ga disuruh kemana-mana, bu.. Bahkan
nama ibu saja dirahasiakan, tidak akan disebutkan.”
P5 : “O… ya..ya.. ta kira suruh ikut kesana-sana.. sekarang
saja mbak, mumpung saya lagi lego, lagi santai.”
P
:
“Tidak apa-apa kalau sekarang, bu? Ibu sedang tidak
mengurus kandang?”
P5 :
“Enggak mbak, sekarang aja, uda selesai ngurus
kandangnya..”
P
:
“Baik, bu. Saya mulai, ya? Ibu pernah mendapatkan
penyuluhan atau semacamnya, tentang kesehatan seksual,
kesehatan kelamin? Dari bidan, puskesmas, posyandu, atau
yang lainnya..”
P5 : “(berusaha mengingat-ingat) belum pernah mbak. Sini tu
ga pernah ada gitu-gitu mbak selain buat balita, setau saya
loh.”
P
:
“Menurut ibu, perlu atau tidak penyuluhan tentang
kesehatan seksual atau kesehatan kelamin, apa lagi untuk
pasangan suami istri?”
P5 : “Ya perlu mbak.. biar lebih tahu, gitu.”
117
P
:
“Menurut ibu, apa yang ada dalam pikiran ibu tentang
menopause, tentang wanita yang sudah berhenti haid?”
P5 : “Apa ya, mbak.. Wanita yang sudah usia lanjut, mbak.”
P
: “Sebelum ibu melepas KB, pernah terpikirkan tidak, kalau
nantinya ibu akan tetap berhenti haid, meskipun sudah
melepas KB?”
P5 : “Iya, mbak. Ya ngerti. Kan juga uda tahu, kalau nanti ada
waktunya untuk tidak KB lagi, tidak subur lagi, tidak haid
lagi, karena sudah tua.” (P5 menjawab dengan terbata-bata,
seolah kesulitan untuk menjawab)
P
: “Perbedaan apa yang ibu rasakan, dulu ibu pernah haid,
lalu menggunakan KB, dan sampai berhenti KB ini ibu sudah
tidak haid?
P5 : “Ya… ada mbak. Lebih merasa segar waktu masih haid,
mbak. merasa lebih sehat dulu, gitu.”
P
: “Baik, lalu, bagaimana ibu memandang diri ibu saat ini?
Bagaimana ibu menganggap atau menilai diri ibu saat ini
setelah berhenti haid atau menopause? Mungkin ibu merasa
menjadi tua, tidak menarik lagi bagi suami, merasa tidak
repot berKB lagi atau yang lain mungkin?”
P5 : “Yaa…. Kalau tua itu pasti, la wong udah umurnya, sudah
ga perlu ke bidan buat KB itu juga mbak, soalnya saya udah
malas pergi-pergi mbak, paling, ya ke kebun.. .. (tersenyum,
terhenti sesaat, tampak seperti berpikir) Ya…. bisa lebih
menerima diri lah mbak, maksudnya bisa menyadari kalau
memang sudah umur segini, sudah waktunya berhenti KB,
berhenti haid, uda mulai gampang capek, lalu apa ya mbak,,
ga menyalahkan keadaan gitu mbak..” (P5 menjelaskan
jawaban sambil mengerak-gerakkan kedua tangannya)
P
: “Kalau ibu dengan suami dan keluarga, seberapa dekat,
bu?”
118
P5 : “Ya dekat, lah mbak… anak-anak semua udah nikah, tapi
yang satu ikut suaminya, yang dua tinggal disini sama anak
dan suaminya. Rumah tu jadi rame, ya semua saling
ngemong, mbak. Saling bantu, kalau ada apa-apa rembugan
(dimusyawarahkan). Sama suami juga gitu, saling bantu
sama kerjaan.”
P
: “Suami dan keluarga tahu kalau ibu sudah tidak KB dan
tidak haid lagi?”
P5 :
“Kalau suami ya pasti tahu. Kalau anak-anak ga saya
kasih tahu, mbak. Tapi mungkin ya tahu sendiri mbak. La,
buat apa juga saya kasih tahu….hehehe.” (P5 tersenyum)
P
:
“Ya, mungkin ada perbedaan dari keluarga dan suami
kepada ibu karena ibu sudah menopause..”
P5 : “Ga, lah, mbak.. . Ga ngaruh juga, kok.”
P
: “Maaf, ni bu, ibu dan suami masih mesra, ga? Kaya masih
muda, bercanda berdua, mesra, gitu, bu?”
P5 :
“Hahahahaha… .. (P5 tersipu malu) Masih ga, ya,
pak…(P5 memandang suaminya yang duduk di kursi dekat
jendela, di teras rumah) Uda ga penah, mbak. Bercanda ya
sama cucu. Malu to mbak, udah tua.. Mesranya udah
dihabisin, dipuasin waktu muda..hehehehe.”
P
:
“Maaf, ni bu, karena lebih pribadi lagi, kalau campur
(berhubungan seksual) antara ibu dan suami, apakah masih
sering?”
P5 : (P5 kembali tertawa) “Ya ampuun, mbak.. Udah jarang
sekali, mbak. Sebulan dua bulan sekali saja ga pasti. Udah
ga mikir gituan, mbak. Udah ua, udah ga mampu. Hahaha.. “
P
: “Kalau menurut ibu, apa sih tujuan suami-istri yang istrinya
sudah tidak haid, tidak KB lagi, mereka massih campur,
tujuannya apa menurut ibu?”
119
P5 : “Apa, ya, mbak.. Ya.. Buat nyenengin suami, kalau yang
suaminya masih seger, masih mampu campur sering-sering.
Juga melakukan kewajiban suami-istri, mbak. Tapi saya
udah ga mikir, mbak. Udah ga mampu. Hehehe..”
P
:
“Walaupun udah jarang, tapi kan masih melakukan,
adakah perubahan waktu campur? Mungkin sakit, lebih
kering, atau mungkin takut, atau apapun yang membuat ibu
jadi kawatir, gitu, bu?”
P5 :
“Enggak ada, mbak.. Ga ada perbedaan, ga ada
perubahan. Ya yang pasti sudah mulai males, udah enggan,
udah tua, jadi udah ga mampu..”
P
:
“Pernah tidak, bu, ngobrol sama bapak, kok sekarang
udah jarang campur, bapak kira-kira jadi gimana, terus
mungkin ada keinginan untuk merubah kebiasaan campur,
gitu bu?”
P5 : “Hihihi… Ga pernah ngobrolin kaya itu mbak. Bapak juga
udah tua, udah menyadari kalau sudah ga mampu mungkin,
udah ga pernah mengeluh juga, mbak. hehehe..”
P
:
“Kalau ibu sendiri, pernahkah sesekali berpikir, karena
sudah jarang campur, sudah tidak seperti dulu, jadi sudah
merasa tidak bisa memberi kepuasan seperti dulu?”
P5 : “Ah, enggak, mbak. sekarang sdah ga mikir kesitu, sih.
Kalau mampu, ya campur, kalau enggak, ya enggak. Sudah
males, mbak, sudah tua. Lebih memilih mikir cucu, mbak.
Kan, jadi satu anak-cucu, lebih milih mikirin cucu.”
P
:
“Ibu
pernah
mencoba
membangkitkan
gairah,
membangkitan stamina? Mungkin minum jamu-jamuan, ikut
senam, atau apa..”
P5 : “Enggak, mbak. Ya gini aja. Kerjaan rumah saja repot, ga
kepikiran gitu-gitu.” (P5 tersenyum kepada peneliti)
P
: “Lalu apa harapan ibu kepada suami dan keluarga?”
120
P5 : “Ya.. sehat terus, mbak. Rukun sama suami, sama anakcucu.”
P
: “Baik, bu. Sementara ini dulu. Terma kasih atas kesediaan
ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saya. Maaf,
karena agak saru. Tetapi, besok jika saya masih ada yang
kurang, masih ada yang perlu ditanyakan kepada ibu, saya
datang lagi, tanya-tanya lagi, ya bu.”
P5 :
“O.. udah, mbak. Iya, mbak, datang saja, tapi kalau
disuruh kesana-sana gak mau, loh. Malu..”
P
:
“Tidak, kok, bu. Cuma ditanya-tanya, di rumah, sama
seperti yang dilakukan baru saja. Monggo, silahkan dilanjut,
pekerjaannya. Terima kasih, saya pamit.”
P5 : “Iya, mbak, sama-sama.”
121
6. Wawancara dengan Partisipan Enam (P6)
Wawancara dengan P6 dilakukan 3 kali, setiap pertemuan
membahas hal yang berbeda, tetapi berkaitan dengan topik
wawancara. Hal ini dilakukan untuk menciptakan bina hubungan
saling percaya (BHSP) antara peneliti dengan P6.
Pertemuan pertama pada tanggal 22 Juli 2013, pukul 15.00
sampai dengan 15.20 WIB, di rumah P6. Saat peneliti datang,
P6 sedang selesai mencuci baju dan akan menjemur cuciannya
sehingga peneliti menunggu P6 menjemur cuciannya beberapa
waktu. Pada pertemuan pertama, peneliti menyampaikan
permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan
wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses
wawancara, seperti penggunaan tape recorder , kerahasiaan
nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk kepentingan
penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lainlain. P6 bersedia menjadi partisipan, setelah P6 bersedia
menandatangani Surat Persetujuan menjadi Partisipan, peneliti
menanyakan data demografi atau identitas umum P6.
Pertemuan yang kedua, pada 27 Juli 2013, pukul 16.10 sampai
dengan 16.35 WIB, di ruang tamu rumah P6. Saat peneliti
datang, P6 sedang selesai mandi. Pertemuan dimulai dengan
bercerita mengenai hal-hal umum di sekitar lingkungan, dan
melakukan
proses
wawancara
sesuai
dengan
panduan
wawancara. Proses wawancara berlangsung santai dan nyaman,
selama proses wawancara, suami dan anak P6 sesekali lewat
karena akan keluar atau masuk rumah, karena pintu ruang tamu
adalah pintu utama keluarga P6. P6 dapat menjawab dengan
lancar dan jelas setiap pertanyaan yang diberikan.
Pertemuan ketiga, pada 23 Agustus 2013, pukul 15.00 sampai
dengan 15.25 WIB, di teras rumah P6. Saat peneliti datang, P6
sedang mencuci piring-piring kotor di belakang rumahnya. Tidak
122
ada orang
lain selama
pertemuan berlangsung.
Peneliti
melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan
pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan
yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada
pertemuan ketiga, P6 menerima hasil penelitian atau data
sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban.
Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar
pertanyaan pada pedoman wawancara.
P
: “Selamat sore bu, maaf mengganggu waktunya sebentar.
Saat ini, saya, Widi, mahasiswa S1 Keperawatan UKSW,
memohon kesediaan ibu untuk membantu saya dalam tugas
akhir saya penelitian mengenai perubahan seksual wanita
menopause di Dusun Sumogawe ini. Saya sudah memohon
ijin kepada bu Bekel untuk melakukan wawancara kepada
wanita yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan
penelitian saya. Ibu bersedia?”
P6 :
“ Monggo, mbak. Silahkan, duduk di sini saja, yang
nyaman.” (mengajak peneliti duduk di dalam rumah)
P
: “Langsung saja , ya, bu. (P6 menganggukkan kepala) Ibu
pernah mendapat informasi mengenai kesehatan seksual
bagi pasangan suami-istri dari pelayanan kesehatan?”
P6 :
“Sudah, mbak. Waktu itu… di posyandu, saya nanya-
nanya ke bu bidan, pas saya mau berhenti KB, nanya-nanya
itu.”
(tangan kanan P6
menunjuk-nunjuk,
bermaksud
menunjuk arah posyandu)
P
:
“Menurut ibu, apakah perlu pasangan suami-istri
mendapatkan informasi mengenai kesehatan seksual?”
P6 : “Ya, perlu dong, mbak. Jadi ga hanya tau tentang apa
yang kita tanyakan saja.”
123
P
: “Dulu ketika ibu masih haid teratur, sebelum berhenti KB,
pernahkah berpikir bahwa akan mengalami hal seperti
sekarang?”
P6 : “Tidak, mbak. Ga pernah terpikir.”
P
: “Bagaimana menurut ibu saat itu, apa yang ibu pikirkan
tentang wanita yang sudah berhenti haid?”
P6 : “Apa ya, mbak.. Soalnya dulu juga ga pernah mikir bakal
ngalami gini. Ga mudeng apa itu.”
P
: “Saat ini, setelah ibu berhenti haid, apa yang ibu pahami
tentang
berhenti
haid
atau
yang
sering
disebut
menopause?”
P6 : “Ya, kalau yang saya tau, dari yang saya alami ya….
berhenti haid itu wanita yang sudah usia tua, yang sudah
habis masa suburnya.”
P
: “Bagaimana perbedaannya dulu waktu ibu masih haid dan
sekarang setelah berhenti?”
P6 : “Ya kalo sekarang tu gampang capek mbak, mungkin
karena uda makin tua, tapi ga hanya kalo kerjaan berat
mbak, ga kerja berat aja kadang gampang capek. Ya, kaya
sekarang gini, pegel-pegel.” (sambil memegang punggung
dan pundaknya)
P
: “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu
setelah menopause ini bu?”
P6 : “Merasa lebih bebas mbak, ya kalau merasa lebih tua itu
emang udah umurnya, ya tetep merasa mbak.. tapi jadi
bebas, mau sholat ga ada halangan.. Terus hemat juga
mbak, ga KB ke bu bidan, ga beli softek, hehehehe” (P4
menjawab dengan antusias dan penuh senyum)
P
: “Bagaimana dengan keluarga dan suami, apakah tahu
dengan kondisi ibu, kalau sudah berhenti menstruasi? Ada
pengaruhnya dengan kedekatan ibu dan suami?
124
P6 : “Suami tau , mbak. Tapi ga ngaruh, mbak. sehari-hari, ya
tetep kayak biasanya aja. Kalo keluarga, ya ga ada yang tau
mbak, ya taunya uda ga KB gitu aja.” (P6 menjelaskan
jawabannya dengan sesekali menganggukkan kepala)
P
: “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu
dan suami? Masih kayak waktu pacaran mungkin bu?”
P6 : “Masih, mbak. Mesra-mesraan masih..ahaha, bercandabercanda masih.” (P6 menjawab dengan tertawa kecil,
tersipu malu)
P
: “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami
sekarang dan dulu bu?”
P6 : “Ya udah ga mbak. Uda mulai berkurang. Udah ga kaya
dulu lagi, tapi masih berhubungan mbak.”
P
: “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause,
apa tujuan ibu dan suami berhubungan?”
P6 : “Melakukan hubungan tu kewajiban mbak, tapi juga
kebutuhan, kan kadang karena pengen..hehehehe..” (P6
menjawab sambil menutup mulutnya menahan tawa)
P
: “Adakah perubahan yang jadi kendala yang dialami ibu
ketika
melakukan
hubungan
dengan
suami
setelah
menopause?”
P6 :”Apa ya, mbak. Kan, kalo berhubungan jadi kaya gampang
capek, gitu mbak. Ga tau kenapa mbak, karena uda mulai
tua itu mungkin ya, mbak. Tapi ya masih baik-baik mbak, ga
jadi masalah.” (P6 menjawab dengan perlahan-lahan, tidak
sekeras seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya)
P
: “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang
merubah kebiasaan hubungan seksual yang diinginkan?”
P6 : “Enggak, ah, mbak. Enggak pernah, selama ini ya kalo
pengen ya melakukan, ga terus dibicarakan gimana-gimana,
125
mbak ..hahaha,” (P6 selalu tersipu malu, dan menahan tawa
jika ditanya bekaitan dengan hubungan seksual)
P
: “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan
kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?”
P6 : “Ga, mbak. Masih bisa memuaskan, kok. Hihihihihi, Lagian
bapak ga ngeluh, mbak, jadi mungkin ya bapak masih puas.”
(P6 kembali tertawa)
P
: “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu
saat ini?”
P6 : “Ga, mbak. Ga ada, ga gimana-gimana.” (P6 sambil
menggeleng-gelengkan kepala)
P
: “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah
ibu berhenti menstruasi ini?”
P6 : “Saya pengin bisa tetap menjaga kasih sayang, selalu
perhatian.”
P
:
“Baik. Bu. Sementara ini dulu pertanyaan dari saya.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya bagi saya. Maaf,
jika beberapa pertanyaan saya kurang sopan dan agak saru.
Tetapi saya mohon kesediaan waktu ibu lagi, jika masih ada
kekurangan data atau pernyataan dari ibu.”
P6 :
“Sudah selesai, mbak? Iya, mbak. Kalo saya ga ada
kerjaan, ya datang saja kesini.” (tersenyum kecil)
P
: “Terima kasih, bu.”
126
7. Wawancara dengan Partisipan Tujuh (P7)
Wawancara dengan P7 dilakukan 3 kali, setiap pertemuan
membahas hal yang berbeda, tetapi berkaitan dengan topik
wawancara. Hal ini dilakukan untuk menciptakan bina hubungan
saling percaya (BHSP) antara peneliti dengan P7.
Pertemuan pertama pada tanggal 22 Juli 2013, pukul 15.30
sampai dengan 15.50 WIB, di rumah P7. Saat peneliti datang,
P7 sedang membuat api menggunakan kayu bakar di tungku
karena akan memasak air. Pada pertemuan pertama, peneliti
menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan
topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder ,
kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk
kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan
partisipan, dan lain-lain. P7 bersedia menjadi partisipan, setelah
P7
bersedia
menandatangani
Surat
Persetujuan
menjadi
Partisipan, peneliti menanyakan data demografi atau identitas
umum P7.
Pertemuan yang kedua, pada 30 Juli 2013, pukul 15.00 sampai
dengan 15.30 WIB, di ruang tamu rumah P7. Saat peneliti
datang, P7 sedang bersantai di depan televisi di rumahnya dan
tampak
mengantuk. Pertemuan
dimulai
dengan
bercerita
mengenai hal-hal umum di sekitar lingkungan, dan melakukan
proses wawancara sesuai dengan panduan wawancara. Proses
wawancara berlangsung santai dan nyaman, selama proses
wawancara, tidak ada orang lain yang datang, suami P7 juga
sedang bekerja. P7 dapat menjawab dengan lancar dan jelas
setiap pertanyaan yang diberikan.
Pertemuan ketiga, pada 23 Agustus 2013, pukul 15.45 sampai
dengan 16.05 WIB, di ruang tamu rumah P7. Saat peneliti
datang, P7 sedang membersihkan diri karena baru saja pulang
127
dari kebun. Selama pertemuan berlangsung tidak ada orang lain
yang datang. Peneliti melakukan wawancara sesuai panduan
wawancara dengan pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi
jawaban partisipan yang sudah diberikan pada pertemuan
sebelumnya. Pada pertemuan ketiga yang berlangsung tidak
lama, P7 menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta
tidak menambah atau meralat jawaban.
Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar
pertanyaan pada pedoman wawancara.
P
: “Selamat sore bu, maaf mengganggu waktunya sebentar.
Saat ini, saya, Widi, mahasiswa S1 Keperawatan UKSW,
memohon kesediaan ibu untuk membantu saya dalam tugas
akhir saya penelitian mengenai perubahan seksual wanita
menopause di Dusun Sumogawe ini. Saya sudah memohon
ijin kepada bu Bekel untuk melakukan wawancara kepada
wanita yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan
penelitian saya. Ibu bersedia?”
P7 : “Oiya, mbak. Mari-mari. Silahkan duduk. (P7 menyambut
dengan senang dan penuh antusias)
P
:
“Langsung pertanyaan, ya, bu. (P6 menganggukkan
kepala)
Ibu
pernah
mendapat
informasi
mengenai
kesehatan seksual bagi pasangan suami-istri dari pelayanan
kesehatan?”
P7 : “ehm… (mengingat-ingat), sudah pernah, mbak. Tentang
KB gitu-gitu dulu.”
P
:
“Menurut ibu, apakah perlu pasangan suami-istri
mendapatkan informasi mengenai kesehatan seksual?”
P7 : “Perlu lah, mbak. Biar bisa tahu.”
P
: “Dulu ketika ibu masih haid teratur, sebelum berhenti KB,
pernahkah berpikir bahwa akan mengalami hal seperti
sekarang?”
128
P7 : “Enggak, mbak.”
P
: “Bagaimana menurut ibu saat itu, apa yang ibu pikirkan
tentang wanita yang sudah berhenti haid?”
P7 : “Kalo yang saya tahu dulu, wanita yang berhenti haid itu
wanita yang sudah tua, wanita lanjut, mbak.” (sambil
sesekali melihat dinding, memikirkan jawaban)
P
: “Saat ini, setelah ibu berhenti haid, apa yang ibu pahami
tentang
berhenti
haid
atau
yang
sering
disebut
menopause?”
P7 : “Sekarang saya pikir wanita yang udah ga haid itu wanita
yang benar-benar habis waktu haidnya, uda memasuki usia
tua” (P7 mengangguk-anggukkan kepala)
P
: “Bagaimana perbedaannya dulu waktu ibu masih haid dan
sekarang setelah berhenti?”
P7 : “Ga ada tuh, mbak. Ga ada bedanya, sama saja. Mungkin
karena baru satu tahunan ini mbak, la masih sama saja sih.
La dulu waktu KB juga ga haid, haidnya ga teratur gitu
mbak, jadi sama saja.” (P7 menjawab sambil menggarukgaruk bagian bawah telinga kanan)
P
: “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu
setelah menopause ini bu?”
P7 : “Biasa saja, mbak. Mikirnya masih bisa ngapa-ngapa jadi
ga pernah menilai diri sendiri buruk.”
P
: “Bagaimana dengan keluarga dan suami, apakah tahu
dengan kondisi ibu, kalau sudah berhenti haid?
P7 : “Kita tu deket mbak, tapi ga pernah cerita-cerita tentang
kaya gitu. Saya juga ga kasih tau mbak, tapi mungkin ya
tahu.”
P
: “Ada pengaruhnya dengan kedekatan ibu dan suami?”
P7 : “Ga ada, mbak. Masih kayak biasanya.”
129
P
: “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu
dan suami? Masih kayak waktu pacaran mungkin bu?”
P7 : “Masih, mbak. Bercanda-bercanda gitu.” (P7 menjawab
dengan tersenyum)
P
: “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami
sekarang dan dulu bu?”
P7 : “ya, masih berhubungan, mbak. Tapi kadang-kadang, kalo
lagi pengen, lagi ga capek, lagi ga ada pikiran. Tapi ya ga
kaya dulu waktu muda.”
(P7 menjawab dengan tersipu
malu)
P
: “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause,
apa tujuan ibu dan suami berhubungan?”
P7 : “Ya kan itu kewajiban, mbak. namanya istri, ya harus bisa
nyenengin suami. Salah satunya menuruti kewajiban.
Hehehe”
P
: “Adakah perubahan yang dialami ibu ketika melakukan
hubungan dengan suami setelah menopause?”
P7 : ”Kalau lagi berhubungan, gitu mbak? Iya ek mbak, ak tu
sekarang
kayak
ga
nyaman
kalau
berhubungan,
yaa..gimana ya..sumuk (panas).. ga kepenak gitu, mbak.
Kadang tu juga sakit, kaya perih gitu, tapi kadang juga
enggak.” (P7 menjawab dengan menggerak-gerakkan kedua
tangan)
P
:
“Suami tahu dengan perubahan yang ibu rasakan itu?
Suami gimana, bu?”
P7 : “Ga saya omongin sama suami, mbak. Ya saya rasakan
sendiri, la saya juga ngerasainnya kadang-kadang, jadi ta
anggep bukan masalah, mbak. Ga nyaman, tapi ya ga terus
panik atau takut kenapa-kenapa kok, mbak. hehehe.”
P
: “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang
merubah kebiasaan hubungan seksual yang diinginkan?”
130
P7 : “Kalo tentang gitu tuh ga pernah diomongin sih, mbak. ya
berhubungan ya melakukan aja, suami juga ga ngeluh apaapa. Ya kalo saya pas sakit, ya saya bilang biar pelan-pelan,
gitu.” (P7 menggerakkan kepala tersipu malu)
P
: “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan
kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?”
P7 : “Kadang, mbak. Kalau pas sakit gitu, kan kayak ga mau
nerusin, takutnya suami mikir gimana-gimana, kadang juga
mikirnya tu karena kadang sakit jadi mikir apa ga menarik
lagi, gitu. Yaa..suami ga ngeluh gimana-gimana, jadi ya,
mikir gitu tu cuma kadang..”
P
: “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu
saat ini?”
P7 : “Ga ada sih, mbak. Ga ngapa-ngapain. Senam tu kalo lagi
pas ada bareng-bareng, itu aja ikut Cuma sekali dua kali”
(P7 mengakhiir jawaban dengan tersenyum lebar)
P
: “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah
ibu berhenti menstruasi ini?”
P7 : “Ya… semoga sama suami tu tetep harmonis, sampai tua.”
P
:
“Baik. Bu. Sementara ini dulu pertanyaan dari saya.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya bagi saya. Maaf,
jika beberapa pertanyaan saya kurang sopan dan agak saru.
Tetapi saya mohon kesediaan waktu ibu lagi, jika masih ada
kekurangan data atau pernyataan dari ibu.”
P7 :
“Iya mbak, ga apa-apa, kan emang yang ditanya juga
tentang itu-itu. Datang saja jika masih perlu, mbak.”
P
: “Terima kasih, bu.”
131
8. Wawancara dengan Partisipan Delapan (P8)
Pertemuan pertama pada tanggal 22 Juli 2013, pukul 16.35
sampai dengan 16.55 WIB, di rumah P8. Saat peneliti datang,
P8 baru saja pulang dari bekerja. Pada pertemuan pertama,
peneliti dan P8 duduk di teras rumah P8 dan tidak banyak
bercakap-cakap mengenai hal umum, karena melihat kondisi P8
yang masih lelah karena baru saja pulang dari bekerja. Peneliti
menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan
topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder ,
kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk
kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan
partisipan, dan lain-lain. P8 bersedia menjadi partisipan, setelah
P8
bersedia
menandatangani
Surat
Persetujuan
menjadi
Partisipan, peneliti menanyakan data demografi atau identitas
umum P8.
Pertemuan yang kedua, pada 20 Agustus 2013, pukul 16.45
sampai dengan 17.20 WIB, di ruang tamu rumah P8. Saat
peneliti datang, P8 sedang mandi sehingga peneliti menunggu
beberapa menit. Pertemuan dimulai dengan bercerita mengenai
hal-hal umum di sekitar lingkungan, dan melakukan proses
wawancara
sesuai
dengan
panduan
wawancara.
Proses
wawancara berlangsung santai dan nyaman, selama proses
wawancara, tidak ada orang lain yang datang sehingga
wawancara berjalan lancar. P8 dapat menjawab dengan jelas
setiap pertanyaan yang diberikan.
Pertemuan ketiga, pada 23 Agustus 2013, pukul 16.50 sampai
dengan 17.15 WIB, di teras rumah P8. Peneliti melakukan
wawancara sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan
klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah
diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ketiga,
132
P8 menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta tidak
menambah atau meralat jawaban.
Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar
pertanyaan pada pedoman wawancara.
P
: “Selamat sore bu, maaf mengganggu waktunya sebentar.
Saat ini, saya, Widi, mahasiswa S1 Keperawatan UKSW,
memohon kesediaan ibu untuk membantu saya dalam tugas
akhir saya, penelitian mengenai perubahan seksual wanita
menopause di Dusun Sumogawe ini. Saya sudah memohon
ijin kepada bu Bekel untuk melakukan wawancara kepada
wanita yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan
penelitian saya. Ibu bersedia?”
P8 : “Oh, iya, mbak. Bersedia, kok. Berarti ditanya-tanyanya
seputar menopause, ya? berarti tentang haid-haid gitu, ya,
mbak?”
P
: “iya, bu. Jadi maaf, nanti juga pertanyaannya ada yang
agak pribadi. Saya mulai, ya bu? Ibu pernah mendapat
informasi mengenai kesehatan seksual bagi pasangan
suami-istri dari pelayanan kesehatan?”
P8 : “Pernah, mbak. Tapi biasanya tentang KB. Kalau tentang
menopause pernah tapi baru nyinggung-nyinggung, belum
banyak tahu mbak” (P8 menjawab dengan mengatur posisi
duduknya)
P
:
“Menurut ibu, apakah perlu pasangan suami-istri
mendapatkan informasi mengenai kesehatan seksual?”
P8 : “Iya, mbak. Justru harus ada, kan udah tua, udah jarang
ke posyandu, jarang-jarang keemu bu bidan, y perlu
penyuluhan buat tanya-tanya.”
P
: “Dulu ketika ibu masih haid teratur, sebelum berhenti KB,
pernahkah berpikir bahwa akan mengalami hal seperti
sekarang?”
133
P8 : “Pernah, mbak. Dulu kan pernah dikasih tahu dikit-dikit
tentang menopause tu, jadi kepikir.”
P
: “Bagaimana menurut ibu saat itu, apa yang ibu pikirkan
tentang wanita yang sudah berhenti haid?”
P8 :
“Ya waktu itu dikasih tau, kalo menopause itu kondisi
wanita udah berhenti haid, karena hormonnya gimana gitu
mbak…aku juga lupa, yang pasti tu bisa mengalami usia
empat puluhan, empat puluh limaan gitu.”
P
: “Saat ini, setelah ibu berhenti haid, apa yang ibu pahami
tentang
berhenti
haid
atau
yang
sering
disebut
menopause?”
P8 : “Menopause itu dialami wanita karena habis masa
suburnya, dan harus berhenti KB, mbak.”
P
: “Bagaimana perbedaannya dulu waktu ibu masih haid dan
sekarang setelah berhenti?”
P8 : “Yaaa…Sekarang tu mudah capek, mbak. Kaya gampang
mau masuk angin gitu, mbak. ngapa-ngapa jadi males
karena gampang lesu. Dulu kan enggak.” (sesekali wajah P8
menggerutu, mengekspresikan jawabannya)
P
: “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu
setelah menopause ini bu?”
P6 : “Ya, ta ambil positifnya, mbak. Jadi kalau sholat ga ada
halangan, bisa setiap hari, mau puasa juga bisa tiap pengen
puasa bisa puasa. Merasa.. oh ternyata uda tua gitu kadang,
mbak. tapi langsung mikir positif aja.” (P8 menjawab dengan
pelan dan dengan nada yang agak panjang)
P
: “Ibu dekat dengan keluarga dan suami?”
P8 : “dekat, mbak. Anak-anak meskipun udah nikah semua,
tapi massih dekat dengan saya, masih kayak waktu belum
nikah. Suami apa lagi, apa-apa sama suami saya, mbak.”
134
P
: “Berarti suami dan keluarga mengetahui kalau ibu sudah
menopause?”
P8 : “Tahu, mbak. Saya ngomongin KB, terus keputusan
nglepas KB tu juga sama anak perempuan saya, kebetulan
kan udah ikah, jadi isa ngobol-ngobrol bareng. Suami juga
waktu itu ak ajak ngobol tentang keputusan nglepas KB.,
jadi pasti tahu.” (P8 menjawab dengan melemparkan
senyuman)
P
: “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu
dan suami? Masih kayak waktu pacaran mungkin bu?”
P8 : “Masih, mbak. Penting itu, biar kita tambah dekat. Masih
mesra, masih bercanda, kemana-mana ke setiap acara pun
berdua, kadang masih suka main-main jalan-jalan berdua.”
P
: “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami
sekarang dan dulu bu?”
P8 : “Berkurang, mbak. Ya, emang udah ga kayak dulu, kkita
lebih sering kemana-mana berdua mbak, lebih sering
berduanya dari pada hubungan badannya mbak. kalau tidur
yang mesra, pelukan, gitu sih juga tiap malam, tapi kalo
hubungan badan ya ga kaya dulu.” (P8 menjelaskan sambil
melihat peneliti menulis)
P
: “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause,
apa tujuan ibu dan suami berhubungan?”
P8 : “Suami-istri itu punya kewajiban, mbak. Ya itu..hehe. selain
itu, itu juga sebagai bentuk cinta kita pada suami.”
P
: “Adakah perubahan yang dialami ibu yan menurut ibu
mengkawatirkan, dan menjadi masalah ketika melakukan
hubungan dengan suami setelah menopause?”
P8 :”Ada perubahan, mbak. tapi, saya pikir memang itu yang
pasti akan dialami seseorang ketika makin tua. itu loh, kayak
kering gitu kalo buat hubungan, lama basahnya.”
135
P
: “Hal itu, diketahui suami? Ada tanggapan dari suami ga
bu?”
P8 : “ah, bapak ga pernah ngeluh apa-apa, mbak. Ga pernah
terus diomongin, gitu-gitu. Ya, saya juga ngeluh sama
bapak, kok akhir-akhir ini mulai agak kering, jadi agak sakit.
Tapi bapak bilang ga apa-apa, santai aja. Gitu..” (P8
menjawab sambil melambaikan tangan kanannya)
P
: “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang
merubah kebiasaan hubungan seksual yang diinginkan?”
P8 : “Enggak, mbak. Ga pernah pengen dirubah-rubah, jalani
aja. Hehe.”
P
: “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan
kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?”
P8 : “Kadang, mbak. Tapi bapak juga selalu kasih dukungan,
katanya ga usah dipikir, wong emang udah tua, gitu mbak.”
P
: “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu
saat ini?”
P8 : “Ga ada, mbak. Ga pengen, takut nanti malah salah obat,
hahahaha” (P8 menjawab dengan tersenyum, dan membuat
gurauan)
P
: “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah
ibu berhenti haid ini?”
P8 : “Yaa… pengen agar keluarga selalu dekat, ga pernah ada
masalah, harmonis, selalu bahagia, mbak.”
P
:
“Baik. Bu. Sementara ini dulu pertanyaan dari saya.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya bagi saya. Maaf,
jika beberapa pertanyaan saya kurang sopan dan agak saru.
Tetapi saya mohon kesediaan waktu ibu lagi, jika masih ada
kekurangan data atau pernyataan dari ibu.”
P8 :
“iya, mbak. sama-sama, senang juga bisa bantu.”
(tersenyum kecil)
136
Lampiran 3
RINGKASAN TRANSKIP WAWANCARA
Tujuan Khusus
Kata Kunci
Tidak tahu
Wanita yang sudah
berhenti haid pada usia
lanjut
Wanita yang tidak subur
lagi
Mengidentifikasi Wanita yang sudah
waktunya berhenti haid
faktor-faktor
Menyenangkan suami
yang
mempengaruhi Melakukan kewajiban
Memenuhi kebutuhan
aktivitas
seksual
Bentuk ungkapan sayang
Badan mudah lelah
Lesu, tidak fit
Kategori
Pengetahuan
sebelum
mengalami
menopause
Pengetahuan
setelah
mengalami
menopause
Persepsi
tentang tujuan
melakukan
hubungan
seksual
setelah
menopause
Perubahan
fisik yang
dirasakan
Sub Tema
Tema Utama
Partisipan
1 2 3 4 5 6 7 8
    


Pengetahuan
tentang
menopause
 
Gambaran
diri wanita
menopause




   

 
Tujuan
hubungan
seksual
setelah
menopause
Perubahan
fisik wanita
menopause
 



 
  



137
Tidak perlu kontrol KB
Bebas beraktivitas dan
beribadah
Menerima diri secara
positif
Perasaan menjadi tua
Tidak mempengaruhi
kedekatan keluarga
Bercanda, bermesraan
Mengingatkan makan dan
mengingatkan untuk
Mengidentifikasi istirahat
hambatan
Mulai berkurang
dalam
Jarang melakukan
melakukan
aktivitas
Tidak pernah melakukan
seksual
Tidak berubah
Mudah lelah tanpa sebab
saat berhubunganseksual
Kemaluan kering dan
lama basahnya
Perubahan
sikap
Perubahan
psikologi
wanita
menopause
Perubahan
yang dialami
setelah
menopause
 
 

  
  


Perubahan
keluarga
setelah
menopause
Ungkapan
cinta melalui
tindakan
Ungkapan
cinta melalui
perhatian
Penurunan
frekuensi
hubungan
seksual
Perubahan
fisik ketika
berhubungan
seksual
Hubungan
dengan
keluarga
Perubahan
ketika
berhubungan
seksual
 
       

Bentuk
ungkapan
cinta kepada
pasangan
Frekuensi
hubungan
seksual



Perubahan
aktivitas
seksual
setelah
menopause
  


  



 


138

Terkadang sakit
Mulai enggan melakukan
Tidak mengeluh apapun
Memberikan dukungan
Perubahan
psikologi
ketika
berhubungan
seksual
Tanggapan
pasangan
terhadap
perubahan
hubungan
seksual


Respon
pasangan

     

139
Lampiran 4
Permohonan menjadi Partisipan
Kepada :
Yth. Ibu / Wanita Menopause
di Sumogawe
Dengan hormat,
Saya Kristina Dwi Lestari Widi Nugraheni adalah mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan (S1), Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Perubahan Aktivitas
Seksual Wanita Menopause di Dusun Sumogawe Desa Sumogawe
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai perubahan aktivitas seksual wanita menopause. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berupa
wawancara mendalam dengan durasi 30 sampai 60 menit. Untuk
mencegah adanya data hilang, peneliti menggunakan alat bantu
untuk merekam hasil wawancara.
Peneliti menjamin bahwa penelitian tidak akan menimbulkan
dampak buruk bagi ibu, suami, keluarga maupun masyarakat.
Dengan
sepenuh
hati,
peneliti
menghargai
hak
partisipan,
menjamin kerahasiaan identitas partisipan dan data yang diperoleh,
dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian.
Melalui penjelasan singkat ini, peneliti memohon kesediaan dan
kerelaan ibu sebagai partisipan, membantu memberikan informasi
dengan sejujur-jujurnya, serta kesediaan ibu untuk menandatangani
lembar persetujuan menjadi partisipan penelitian.
140
Atas bantuan dan kerjasama yang baik, peneliti mengucapkan
terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang
berkenan.
Salatiga, Juli 2013
Hormat saya,
Kristina Dwi Lestari Widi N.
141
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Kode : ……………………………...........
Nama : ……………………………………
Umur : ……….. tahun
Alamat : …………………………………………………………………..
Setelah saya membaca dan memahami tentang maksud dan tujuan
penelitian dengan judul “Gambaran Aktivitas Seksual Wanita
Menopause di Dusun Sumogawe, Desa Sumogawe, Kecamatan
Getasan,
Kabupaten
Semarang”
yang
dilaksanakan
oleh
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana:
Nama : Kristina Dwi Lestari Widi Nugraheni
NIM
: 462009045
Saya bersedia menjadi partisipan dengan sukarela, dan membantu
memberikan informasi dengan jujur dalam penelitian ini.
Sumogawe,
Juli 2013
Partisipan,
……………………………
142
Lampiran 6
Surat Ijin Penelitian dari Fakultas
143
Lampiran 7
Surat Rekomendasi Penelitian
144
Download