Lampiran 1 Panduan Wawancara Mendalam Panduan wawancara untuk penelitian berjudul: “Gambaran Perubahan Aktivitas Seksual Wanita Menopause di Dusun Sumogawe, Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang” Tanggal Wawancara : Tempat Wawancara : A. Data Umum Kode Partisipan : Nama Partisipan : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Umur Suami : Pekerjaan Suami : Lama Pernikahan : Jumlah anak : Lama Menopause : B. Tahap Pembukaan Wawancara (5 sampai 10 menit) 1. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada partisipan atas ketersediannya meluangkan waktu untuk wawancara ini. 2. Memperkenalkan diri dengan partisipan. 87 3. Menjelaskan topik dan tujuan wawancara dengan singkat dan mudah dipahami kepada partisipan. 4. Menjelaskan bahwa nama partisipan tidak akan dipublikasikan. 5. Melakukan kontrak waktu dengan partisipan. Bila partisipan hanya memiliki waktu yang terbatas, kontrak waktu kembali dengan partisipan untuk melanjutkan wawancara. 6. Sampaikan kepada partisipan, bahwa partisipan bebas menjawab pertanyaan, menyampaikan pendapat, bercerita pengalamannya dan memberikan sarannya sesuai dengan topik yang dibicarakan selama diwawancarai. C. Tahap Pelaksanaan Wawancara (20 sampai 30 menit) Merekam dan mencatat seluruh isi pembicaraan selama wawancara dengan tape recorder. Daftar pertanyaan untuk partisipan : 1. Apakah yang ibu pahami mengenai menopause atau berhenti haid, sebelum ibu mengalaminya dulu? 2. Setelah ibu mengalaminya, apa yang ibu pahami mengenai menopause atau berhenti haid? 3. Bagaimana ibu memandang/menilai diri sendiri setelah berhenti haid? 4. Bagaimana kedekatan dan perhatian suami serta keluarga kepada ibu setelah ibu berhenti haid? 5. Masih sempatkah ibu dan suami saling mengungkapkan rasa saling mencintai setelah ibu berhenti haid? Seperti apa? 6. Menurut ibu, bagaimana tujuan hubungan seksual yang dilakukan setelah ibu berhenti haid? 88 7. Apakah ada perbedaan seringnya berhubungan seksual ibu dan suami, dulu sebelum berhenti haid dan sekarang? 8. Adakah perubahan yang ibu alami ketika ibu melakukan hubungan seksual dengan suami, yang menurut ibu mengkawatirkan, setelah berhenti haid? 9. Apakah ibu pernah berfikir untuk membicarakan dengan suami tentang hubungan seksual yang ibu inginkan? Bagaimana tanggapan suami? 10. Apakah ibu menganggap jika dulu ibu bisa memberikan kepuasan seksual pada suami, tetapi sekarang tidak bisa? Coba ceritakan! 11. Apakah ada usaha dari ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu meskipun ibu telah berhenti haid? 12. Apakah harapan ibu terhadap hubungan ibu dengan suami setelah berhenti haid atau menopause? D. Tahap Penutup (5 sampai 10 menit) 1. Berupa ucapan terimakasih kepada patisipan atas ketersediaannya meluangkan waktu untuk wawancara, dan permohonan maaf karena telah menanyakan hal-hal bersifat pribadi. 2. Melengkapi dan memvalidasi data agar tujuan yang diinginkan tercapai. 3. Memohon kesediaan untuk dilakukan wawancara lagi di lain kesempatan, jika diperlukan. 89 Lampiran 2 TRANSKIP WAWANCARA Keterangan : P : Peneliti Px : Partisipan 1. Wawancara dengan Partisipan Pertama (P1) Pertemuan pertama pada tanggal 20 Juli 2013, pukul 14.00 WIB sampai dengan 14.20 WIB, di rumah partisipan pertama (P1). Saat peneliti (P) berkunjung, P1 sedang beraktivitas di dapur, sedangkan suaminya sedang bercakap-cakap dengan tetangga di luar rumah. P1 mengenakan celana pendek hitam, dan kaos oblong berwarna putih. Pertemuan berlangsung santai, dan P1 tampak antusias. Pertemuan dilakukan di ruang tamu, peneliti menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder, kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan sebagainya. P1 menerima dan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian. Dalam pertemuan pertama, peneliti juga menanyakan data demografi atau identitas umum P1. Pertemuan yang kedua, pada 26 Juli 2013, pukul 15.00 WIB sampai dengan 15.35 WIB, di rumah P1, dimulai dengan membicarakan hal-hal umum di sekitar lingkungan, hal ini untuk menciptakan suasana nyaman. Selanjutnya bercerita mengenai 90 pengalaman penggunaan KB, pengalaman menstruasi, serta pengalaman mengenai kehidupan setelah menopause, termasuk melakukan proses wawancara sesuai dengan panduan wawancara. Dalam proses wawancara, P1 tampak santai dan menjawab dengan lancar pada setiap pertanyaan, serta memberikan senyuman pada setiap selesai menjawab pertanyaan. Proses wawancara berlangsung antara peneliti dengan P1 saja, tetapi beberapa kali tetangga datang untuk suatu kepentingan, sehingga wawancara terhenti. Pertemuan ketiga, pada 20 Agustus 2013, pukul 15.15 WIB sampai dengan 15.25 WIB. Saat peneliti datang, P1 sedang bersantai di teras rumahnya. Pertemuan dilakukan di teras rumah P1. Proses wawancara berlangsung tidak lama, tidak ada orang lain yang datang selama proses wawancara. Peneliti melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada proses pertemuan ini P1 menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban. Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan pada pedoman wawancara. P : “Selamat sore bu, terima kasih karena ibu sudah meluangkan waktunya bercakap-cakap sebentar dengan saya. Saya Widi, mahasiswa S1 Keperawatan di UKSW. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas akhir saya. Kemarin saya sudah ijin pada bu Bekel (kepala dusun), dan saya sudah diijinkan untuk melakukan wawancara dengan beberapa wanita yang menurut saya memenuhi persyaratan dalam penelitian saya.” 91 P1 : “Oiya mbak, monggo. Skripsi ya mbak? Boleh-boleh mbak.” P : “Iya bu. Skripsi saya ini kan tentang perubahan seksual wanita menopause, dan kebetulan ibu adalah salah satu wanita yang memenuhi kriteria yang saya cari di dusun ini, jadi saya mohon kesediaan ibu untuk saya wawancara, ya bu? Identitas ibu, dan hasil wawancaranya nanti tidak akan disebarluaskan, hanya untuk kepentingan skripsi saja. Saya juga mohon maaf bila nanti saya menanyakan hal-hal yang agak pribadi, namanya juga tentang perubahan seksual pastinya tentang hal yang agak saru. Proses wawancaranya tidak lama bu, hanya sekitar 20 sampai 30 menit. Ibu bersedia?” P1 : “Iya mbak, silahkan, tanyakan saja hal-hal yang perlu ditanyakan. Kalo saya bisa menjawab ya ta bantu menjawab. Monggo mbak..” (P1 tampak antusias, dan tersenyum) P : “Ibu sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi? Tentang kesehatan alat kelamin, seperti KB, menstruasi, kesehatan pasangan suami istri?” P1 : “Belum mbak. Ya kalo tentang KB, saya dapetnya dari bidan, waktu saya masih KB dulu. Yang lainnya belum pernah.” P : “Menurut ibu, perlu ga mendapat penyuluhan tentang kaya gitu?” P1 : “Ya perlu mbak, soalnya kadang kita tu malu mau tanyatanya sendiri.” (P1 mengangguk-anggukkan kepalanya) P : “Kalau tentang menopause, ibu pernah mendengar kata menopause? Apa itu menopause?” P1 : (tampak bingung) “Belum pernah denger mbak.” 92 P : “Menopause itu seperti yang dialami ibu saat ini. Masamasa berhenti haid, dan untuk seterusnya tidak akan mengalami haid. Ini terjadi pada usia 40an seperti ibu, bu.” (P1 tampak mengangguk-anggukkan kepala, memahami penjelasan P) “Dulu sebelum ibu mengalami seperti ini, pernah ga berpikir kalau nantinya akan mengalami menopause? Apa yang ibu pikirkan tentang wanita yang sudah berhenti haid?” P1 : “ya ga terpikir mbak. Tapi ya tau kalo sudah tua nanti pasti akan mengalaminya, tapi ga tau kapan itu.” (tersenyum), hmm… Orang yang berhenti haid itu orang yang sudah lanjut usia mbak” P : “Nah, sekarang ibu sudah mengalaminya sendiri, menurut ibu apa itu wanita yang sudah berhenti haid?” P1 : “Ya… apa ya… (tampak melihat sekeliling untuk berpikir) ya ternyata orang yang berhenti haid itu belum tentu klo sudah lanjut usia, setua yang saya kira. Ya, nyatanya saya umur 46an kemarin sudah mulai ga haid lagi..: P : “Dulu waktu ibu masih haid, haidnya teratur?” P1 : “iya mbak teratur, sebulan sekali” P : “ada perbedaan ga bu dengan sekarang, ada perubahan apa?” P1 : “Iya mbak, sekarang tu ga kepenak, ga nyaman. Gampang capek. Kalo dulu kan haidnya teratur jadi darah kotornya keluar, gitu mungkin ya mbak. Sekarang ga haid tu ga enak mbak. Dikit-dikit capek. Kalo boleh milih saya milih haid terus mbak. Seger badannya.” P : “Lalu bagaimana ibu memandang diri ibu sekarang? Ibu kan sudah menopause, apa penilaian ibu terhadap diri sendiri?” 93 P1 : “Gimana ya mbak, biasa saja sih mbak, ga berbeda dengan dulu, kan emang uda waktunya. Ya.. sekarang sudah ga perlu kesana-kemari ke bu bidan lagi buat KB” (tersenyum kecil) P : “Seberapa dekat ibu dengan keluarga dan suami?” P1 : “deket mbak, kalo anak saya yang pertama kan ada di luar kota, jadi ga terlalu deket. Kalo yang kedua ii di rumah masih kelas 3 SMA, ya sering bantu-bantu kerjaan rumah. Kalo suami ya deket banget to mbak, la ya tidurnya aja juga berdua.. hehehe.”(P1 tertawa simpul) P : “Sering berkeluh kesah ga bu?” P1 : ”iya mbak, sama siapa lagi kalo berkeluh kesah to mbak, ya sama suami.” P : “Suami tahu ibu sudah tidak pernah haid lagi? Ada pengaruh dengan kedekatan ibu dengan keluarga?” P1 : “yo ngerti mbak, tapi ya sama saja kaya dulu, la ga ngaruh apa-apa, kok,” P : “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu dan suami? Mesra atau gimana gitu bu?” P1 : “ya, masih mbak, ya kaya kelonan (berpelukan) waktu tidur. makan bareng, duduk jejer (bersebelahan) waktu nonton tivi, gojeg (bergurau) bareng. Gitu-gitu lah mbak” (P1 tampak tersenyum malu) P : “maaf ni bu, adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami sekarang dan dulu bu?” 94 P1 : “Sama saja kaya dulu mbak, ga beda, ya masih campur, tapi ga tiap hari, ga pasti sih,” P : “menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause, apa tujuan ibu dan suami berhubungan?” P1 : “yo buat nyenengin suami to mbak, namanya juga istri, hehehe” (P1 tersenyum lebar) P : “Ada perubahan yang dialami ibu ketika melakukan hubungan dengan suami setelah menopause? Kemaluan kering atau apa gitu bu?” P1 : “ga gimana-gimana, mbak, rasanya juga ga berubah. (sambil tersenyum), ya cuma saya sebenarnya mulai enggan, la uda capek sama aktivitas, tapi ga ta bikin masalah, tetep berhubungan.” P : “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang hubungan seksual yang diinginkan dengan suami?” P1 : “ga mbak, la suamiku juga ga gimana-gimana, ga pernah ngeluh apa-apa kalo berhubungan.” P : “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?” P1 : “ga ngerasa kurang gimana-gimana sih mbak, jadi ya rasanya masih bisa ngasih kepuasan, masih bisa melayani suami kaya masih muda, kok. Ya kan emang uda mulai enggan, tapi ga jadi masalah, tetep ngasih kepuasan buat suami, (tersenyum malu)” P : “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu saat ini?” 95 P1 : “Ga ada mbak, yang penting bisa nyenengin suami. Kan uda kewajiban wanita, ya walaupun capek tetap melayani dan ga terpaksa. Kan buat kita juga.” (menepukkan tangan ke paha dan tersenyum) P : “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah ibu berhenti menstruasi ini?” P1 : “Ya… Bisa saling nyenengin mbak, bisa melayani lahir batin, sehat terus, bisa ngopeni/merawat/menjaga anak.” P : ”Baik bu, terima kasih atas waktunya, terima kasih atas kesediaannya menjawab jujur. Mohon maaf sekali lagi karena uda menanyakan yang saru-saru. Jika saya butuh lagi, kalo ternyata ada yang kurang, saya kesini lagi dan wawancara lagi ya bu? Selamat sore” P1 : “iya mbak, sama-sama. Saya juga seneng bisa bantu njenengan. Silahkan, njenengan kesini kapan saja, saya siap. Selamat sore mbak.” 96 2. Wawancara dengan Partisipan Dua (P2) Pertemuan pertama dengan P2 dilakukan pada tanggal 20 Juli 2013, pukul 14.30 sampai dengan 15.15 WIB, di rumah P2. Saat peneliti datang berkunjung, P2 baru saja pulang dari kebun, dan sedang meletakkan rumput yang diperolehnya dari kebun. Peneliti menunggu P2 menyelesaikan aktivitasnya di kandang sambil bercakap-cakap mengenai hal umum tentang lingkungan sekitar dan menanyakan data demografi, seperti umur suami, lama pernikahan dan lainnya. peneliti tidak banyak melakukan bina hubungan saling percaya karena peneliti dan P2 sudah cukup mengenal P2 dan masih mempunyai hubungan keluarga. Setelah P2 menyelesaikan aktivitasnya, peneliti dan P2 melanjutkan percakapan di kursi panjang di depan rumah P2. Peneliti menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder , kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lain-lain. Setelah mendengar penjelasan dari peneliti, P2 memohon untuk dilakukan wawancara pada pertemuan pertama, tetapi tidak dapat menandatangani surat persetujuan menjadi partisipan karena tidak bisa tanda tangan. Proses wawancara dilakukan di depan rumah P2, dan berlangsung kurang lebih 30 menit. Proses wawancara dilakukan tidak hanya fokus pada pedoman wawancara, tetapi juga menanyakan hal-hal lain yang hampir berkaitan dengan topik wawancara. P2 dapat menjawab pertanyaan dengan lancar, dan menjelaskan jawabannya dengan jelas. Selama proses wawancara, tidak ada orang lain yang datang, tetapi sempat terhenti satu kali karena P2 berbicara dengan suaminya, tidak 97 terhenti lama wawancara dapat dilanjutkan kembali dengan lancar. Pertemuan yang kedua dilakukan pada 26 Juli 2013, pukul 15.45 sampai dengan 16.05 WIB, di rumah P2. Saat peneliti datang, P2 sedang membersihkan kandang dan memberi makan sapi, P2 menghentikan aktivitasnya dan digantikan oleh anaknya. P2 mengajak peneliti untuk duduk di ruang tamu dan memulai proses wawancara. Pertemuan dimulai dengan proses wawancara yang berlangsung tidak lama, tidak ada orang lain yang datang selama proses wawancara. Peneliti melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada proses pertemuan ini P2 menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban. Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan pada pedoman wawancara. P : “Selamat sore, bude. Maaf, saya mengganggu rutinitas bude sebentar, saya ingin memohon kesediaan bude untuk saya wawancara tentang bude. Boleh ya, bude? Tapi silahkan bude selesaikan dulu pekerjaannya, saya tunggu.” P2 : “Sore, nduk. Iya, sebentar ya..” (P2 sedang meletakkan rumput di kandang, peneliti dan P2 bercakap-cakap sebentar, lalu peneliti menunggu P2 di depan rumah selama beberapa menit) “Maaf y nduk, lama ya..” (P2 datang menjabat tangan kepada peneliti dan duduk bersebelahan dengan peneliti) 98 P : “Enggak bude. Nggak apa-apa. Begini bude, saya mau minta tolong bude, saat ini saya ada tugas dari sekolah saya, wawancara atau tanya-jawab dengan wanita yang sudah tidak KB tapi juga sudah tidak haid. Bude masih haid?” P2 : “nggak, uda lama ga haid. Uda berapa tahun yaa…. (P2 tampak mengingat-ingat, sambil menghitung, menggerakkan jari-jarinya) yaaa… waktu umur 48 tahun uda ga haid,, sekarang itu… 57 tahun.” P : “ tapi bude sekarang masih KB?” P2 : “enggak.. lepas KB itu ya sebelum umur 48, lupa saya kapannya... Sebenarnya saya uda ga mau KB dari umur 39, tapi bu bidan menyarankan supaya tetap KB.” (P2 menjawab sambil merapikan rambutnya, mengikat rambutnya) P : “O… tapi bude bersedia kan ya, saya tanya-tanya? Tidak akan disuruh apa-apa selain diminta menjawab pertanyaan dari saya. Jawabannya juga ga akan disebarin, jawaban hanya untuk tugas, tetapi maaf, nanti pertanyaannya ada yang agak saru.” P2 : “iya nduk.. ga apa-apa, selama bude bisa jawab, ya ta jawab. Pertanyaan apa? Kalau sekarang sekalian aja gimana?” (P2 sambil tersenyum dan tertawa kecil) P : “tapi kan bude masih ngurusi sapi, terus juga mau nyiapin buka puasa to? Apa ga apa-apa kalau sekarang sekalian, ga ganggu waktu bude?” 99 P2 : “Ga apa-apa, rumputnya uda ditaruh, lagian masih jam segini, ngurusin kandang masih agak nanti, apa lagi buat buka, ya nanti itu..” P : “O begitu, baiklah.. sekarang aja, tapi bude tanda tangan disini ya..” (peneliti menunjukkan lembar persetujuan) P2 : “ Walaaaaah…. Ga bisa to nduk, bude ga bisa tanda tangan, kamu saja..” (P2 tersenyum kecil) P : “Saat ini bude sudah berhenti haid. Apa yang bude pahami tentang berhenti haid atau yang sering disebut menopause?” P2 : “Apa to, ya nduk.. Saya tu dulu pernah ada yang ngasih tau, kalo suatu saat wanita tu ada waktunya berhenti haid dan ga haid lagi, itu tandanya sudah tua, gitu mungkin ya nduk, ya sekarang uda ngerasain uda ga pernah haid.” P : “Bagaimana perbedaannya dulu waktu bude masih haid dan sekarang setelah berhenti?” P2 : “Ga ada bedanya nduk. Ya cuma dulu tu tiap bulan haid sekarang enggak, la rasanya juga sama aja kok nduk, haid atau ga haid tu.” P : “Bagaimana bude memandang diri bude, menilai diri ibu setelah menopause ini bude?” P2 : “Uda ga pernah haid, uda tua to nduk, uda ga perlu KB lagi. Sebenernya uda ga mau KB tu uda dari umur tiga puluh sembilan nduk, tapi dulu dianjurkan bu bidan untuk tetap KB, katanya kalau uda habis 45 tahun ga KB gapapa gitu katanya, terus pas 47 apa 48 tahun ya.. berhenti KB 100 nduk, sekarang jadi uda ga pikiran.” (P2 menjelaskan sambil sesekali mengelus-elus wajahnya) P : “Bagaimana dengan keluarga, apakah tahu dengan kondisi bude, kalau sudah berhenti haid? Ada perubahan dari keluarga tidak, bude? Kedekatan atau perhatian..” P2 : “Ngerti nduk, tapi ga jadi gimana-gimana, ga brubah nduk.” P : “Bude masih sering mengungkapkan rasa sayang antara bude dan suami? Kayak mesra-mesra gitu.. atau seperti apa bude?” P2 : “Apa to ya nduk, kalo bilang sayang gitu uda ga pernah nduk, uda ga pernah campur juga kok sejak anak-anak makin besar.. Paling kaya buatin minum, nyiapin makan, ngerokin waktu sakit. Apa lagi ya nduk, yang pasti saya sering mengingatkan bapak jangan sampai kecapekan kalo kerja, namanya uda tua, gampang capek, gampang sakit.” P : “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami sekarang dan dulu bude?” P2 : “La ya itu nduk, saya tu uda ga pernah campur sama sekali sejak anakku laki-laki habis sunat, kalo saya karena uda ga ingin punya anak lagi jadi uda ga minat berhubungan, kalo bapak bilang uda ga pantes, anaknya uda besarbesar, tidur berdua aja jarang-jarang nduk.” (P2 menjelaskan sambil sesekali mengelus-elus tangan kanan atau tangan kirinya) 101 P : “Tetapi bukan karena ada masalah kan bude? Berarti uda ga pernah berhubungan sama sekali? Sesekali apa ga ada keinginan buat berhubungan bude?” P2 : “Ga to nduk, bisa aja kamu ini.. (P2 terlihat malu dan tersenyum) ga karena ada masalah, ga ada apa-apa, kami uda ga pernah berhubungan karena memang kami menganggap uda ga pantes, uda semakin tua, malu sama anak-anak sama cucu. Ga kepengen juga kok.” (P2 berhenti berbicara sejenak, dan menengok ke dalam rumah, berbicara dengan suaminya sebentar, kemudian melanjutkan pembicaraannya kembali) “Ya kalo kata orang, suami-istri tu punya kewajiban campur, katanya makin tua makin jadi ya nduk, hehe, tapi buat saya ga. Bapak juga gitu, uda sama-sama tua, uda ga mau, katanya uda malu-maluin. Yang penting sehat, bisa sama-sama saling jaga, saling ngopeni (merawat).” P : “Jadi, menurut bude, suami-istri yang sudah tua, yang istrinya sudah tidak pernah haid itu masih harus campur ga ya bude?” P2 : “yaa.. kalau kata orang , uda tua itu kan harus tetap campur, namanya kewajiban. Tapi buat bude ya ga wajib, selama bapak juga setuju, bapak juga punya pendapat sama.” (P2 menjelaskan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya) P : “Begitu ya bude.. Lalu harapan bude dan suami ke depannya bagaimana bude?” P2 : “Ya itu tadi, yang penting bisa sehat sampai tua, saling ngopeni (merawat), ngopeni anak-cucu, saling jaga, saling 102 ngerteni (pengertian), gitu aja nduk.. dongake (doakan) ya nduk..” (P2 mengelus pundak peneliti dan tersenyum) P : “Amin bude.. Bude, pertanyaannya sudah habis, terima kasih untuk waktunya, tetapi besok kalau masih ada yang kurang, masih ada yang mau saya tanyakan lagi, saya minta waktunya lagi ya bude? Maaf kalau pertanyaannya ada yang menanyakan hal yang saru. Terima kasih sudah bantu saya.” P2 : “Iya nduk, iya… kesini aja kalau masih perlu, bude pasti bantu, kalau ga gini, kamu juga ga pernah main sini, to… hehehe..” 103 3. Wawancara dengan Partisipan Tiga (P3) Wawancara dengan P3 dilakukan 3 kali, setiap pertemuan dilakukan di rumah P3, dan membahas hal yang berbeda, tetapi berkaitan dengan topik wawancara. Pertemuan pertama pada tanggal 20 Juli 2013, pukul 15.30 sampai dengan 15.50 WIB, di rumah P3. Saat datang berkunjung, P3 sedang mandi, peneliti menunggu beberapa waktu, duduk di ruang tamu rumah P3. Setelah selesai mandi, peneliti dan P3 bercakap-cakap, membicarakan mengenai halhal umum di sekitar lingkungan. Peneliti menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder , kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lainlain. Pada pertemuan pertama peneliti juga menanyakan data demografi atau identitas umum P3. Pertemuan yang kedua, pada 26 Juli 2013, pukul 16.15 sampai dengan 16.45 WIB, di rumah P3. Saat peneliti datang P3 sedang menimang-nimang cucu pertamanya yang berusia belum genap satu bulan. Pertemuan berlangsung dengan santai, dimulai dengan bercakap-cakap, menciptakan suasana nyaman antara peneliti dan P3, dilanjutkan dengan bercerita mengenai pengalaman penggunaan KB, pengalaman menstruasi, serta pengalaman mengenai kehidupan setelah menopause, termasuk wawancara sesuai dengan panduan wawancara. pertemuan, beberapa kali anak kedua P3 Selama datang dan mendengarkan proses wawancara, tetapi tidak mengganggu dan menghambat proses wawancara. 104 Pertemuan ketiga, pada 20 Agustus 2013, pukul 15.35 sampai dengan 16.00, dilakukan di rumah P3. Saat peneliti datang, P3 baru saja selesai memandikan cucunya. Pertemuan berlangsung dengan santai dan tidak lama, tidak ada orang lain yang datang selama proses wawancara. Peneliti melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada proses pertemuan ini P3 menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban. Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan pada pedoman wawancara. P : “Selamat sore bu, terima kasih karena ibu sudah meluangkan waktunya bercakap-cakap sebentar dengan saya. Saya Widi, mahasiswa S1 Keperawatan di UKSW. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas akhir saya. Kemarin saya sudah ijin pada bu Bekel (kepala dusun), dan saya sudah diijinkan untuk melakukan wawancara dengan beberapa wanita yang menurut saya memenuhi persyaratan dalam penelitian saya.” P3 : “Oiya mbak, monggo. Sudah skripsi ya mbak? Cepet ya sudah skripsi...” P : “Iya bu. Skripsi saya ini kan tentang perubahan seksual wanita menopause, dan kebetulan ibu adalah salah satu wanita yang memenuhi kriteria yang saya cari di dusun ini, jadi saya mohon kesediaan ibu untuk saya wawancara, bagaimana, bu? Identitas ibu, dan hasil wawancaranya nanti tidak akan disebarluaskan, hanya untuk kepentingan skripsi saja. Saya juga mohon maaf bila nanti saya menanyakan hal-hal yang agak pribadi, namanya juga tentang perubahan 105 seksual pastinya tentang hal yang agak saru. Proses wawancaranya tidak lama bu, hanya sekitar 20 sampai 30 menit. Ibu bersedia?” P3 : “bersedia, mbak. Saya akan coba jawab sebisa saya.” (P3 memberikan senyuman pada peneliti) P : “Ibu sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi? Tentang kesehatan alat kelamin, seperti KB, menstruasi, kesehatan pasangan suami istri?” P3 : “Ehmmm…. Belum mbak, paling kalau dapat info itu dari temen, sama-sama lagi ngomongin terus ya.. saling kasih info.” (P3 sambil sesekali memandang ke luar rumah) P : “Menurut ibu, penyuluhan kesehatan kelamin bagi pria ataupun wanita perlu ga sih?” P3 : “Ya perlu.” (P3 menjawab singkat) P : “Kalau tentang menopause, ibu pernah mendengar kata menopause? Apa itu menopause?” P3 : ”saya pernah denger mbak, tapi ya Cuma pernah denger, kalau, apa itu menopause ga ngerti..” (P3 kembali tersenyum kepada peneliti) P : “Menopause itu seperti yang dialami ibu saat ini. Masamasa berhenti haid, dan untuk seterusnya tidak akan mengalami haid. Ini terjadi pada usia 40an seperti ibu, bu.” (P3 tampak mengangguk-anggukkan kepala) “ Dulu sebelum ibu mengalami seperti ini, pernahkah berpikir kalau nantinya akan mengalami menopause? Apa yang ibu pikirkan tentang wanita yang sudah berhenti haid?” P3 : “ya ga terpikirkan, dan malah ga kepikir kapan bakal berhenti haid. Jadi kalo dulu kalo kepikiran tentang wanita yang berhenti haid itu ya nenek-nenek.” (wajah P3 seperti bingung, kesulitan untuk mencba menjelaskan jawabannya) 106 P : “Nah, sekarang ibu sudah mengalaminya sendiri, menurut ibu apa itu wanita yang sudah berhenti haid?” P3 : “Wanita yang sudah berhenti haid itu wanita yang memang sudah waktunya berhenti haid, 50an kaya saya.” (tiba-tiba anak kedua P3 datang, menjabat tangan peneliti, duduk di sebelah kiri P3, mendengarkan proses wawancara) P : “Dulu waktu ibu masih haid, haidnya teratur?” P3 : “Dulu saya pake KB susuk (implant) mbak, haid ya ga teratur, tapi haid.. la harusnya tahun 2009 itu uda dilepas, tapi saya belum lepas, tahun 2010 kan belum saya lepas, saya mulai ga pernah haid sampai sekarang, tahun 2010 itu saya lepasnya.” P : “Bagaimana perbedaannya dulu waktu ibu masih haid dan sekarang setelah benar-benar berhenti?” P3 : “Kalo saya sih nyaman sekarang, dulu pas menstruasi pegel-pegel terus, tiap bulan mules, sekarang uda ga pernah haid ya malah uda ga pernah mules-mules, jadi bebas.” (P3 tersenyum dan sesekali memegang tangan anak keduanya) P : “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu setelah menopause ini bu?” P3 : “Buat saya sih ga apa-apa mbak, malah seneng. Soalnya lebih nyaman, lebih bebas, ga gampang capek karena merasakan efeknya haid. Jadi isa ngapa-ngapain” (P3 menjawab sambil meregangkan tangannya, mengekspresikan jawabannya) P : “Bagaimana dengan keluarga, apakah tahu dengan kondisi ibu, kalau sudah berhenti menstruasi? Ada perubahan apa 107 dari mereka dengan perubahan ibu yang sekarang sudah menopause?” P3 : “tau mbak, mereka mau menerima, tapi juga ga gimanagimana, kaya biasanya aja kok, ya non.. (menunjuk dan memegang lengan tangan kanan anaknya)” P : “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu dan suami? Seperti masih mesra, atau gimana bu?” P3 : “Masih mbak, masih sering gojeg-gojeg (bergurau) di kamar berdua, bercanda di depan TV. Masih mesra terus kok mbak.” P : “Maaf ni bu, adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami sekarang dan dulu bu?” P3 : “Ya pasti mbak, uda makin tua, ya uda ga kaya dulu, uda berkurang.” (P3 menjawab dengan tertawa kecil tanpa suara) P : “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause, apa tujuan ibu dan suami berhubungan?” P3 : “Yang pasti ya kewajiban mbak, kalo ga campur ya gimana, namanya pasangan suami-istri.” P : “Adakah perubahan yang mungkin menurut ibu itu jadi kendala ketika melakukan hubungan dengan suami setelah menopause?” P3 : “Ga ada tu mbak, iya mbak, ga ada perubahan.” (sambil melihat ke dinding, seperti sedang mengingat-ingat) 108 P : “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang hubungan seksual yang diinginkan dengan suami?” P3 : “Ga pernah membicarakan mbak, jalani gini aja. Bapak juga ga pernah ngeluh kok mbak, masih seperti biasa.” (P3 tersenyum malu kepada peneliti) P : “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?” P3 : “Kadang-kadang sih mbak, tapi cuma kaya selintas aja, kadang-kadang.” P : “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu saat ini?” P3 : “Ga pernah mbak.” P : “baik, sekarang.. apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah ibu berhenti menstruasi ini?” P3 : “Ya semoga sehat terus mbak, masih bisa mesra terus sampai tua.” (P3 kembali memberikan senyuman pada jawaban yang diucapkan) P : “Baik, bu. Sementara ini dulu pertanyaan-pertanyaan dari saya, terima kasih atas waktunya, tapi saya masih mohon waktunya lagi, bila nanti saya masih membutuhkan ibu kembali ya.. Maaf, kalau tadi saya nanya yang agak pribadi. Terima kasih sekali lagi ya bu.” P3 : “iya mbak, sama-sama. Iya saya siap mbak, di rumah terus, momong cucu. Hehe” 109 4. Wawancara dengan Partisipan Empat (P4) Wawancara dengan P4 dilakukan 3 kali, setiap pertemuan membahas hal yang berbeda, tetapi berkaitan dengan topik wawancara. Hal ini dilakukan untuk menciptakan bina hubungan saling percaya (BHSP) antara peneliti dengan P4. Pertemuan pertama pada tanggal 20 Juli 2013, pukul 16.00 sampai dengan 16.15 WIB, di rumah P4. Saat peneliti datang, P4 sedang bersantai di depan rumah dengan keluarga. Pada pertemuan pertama, peneliti menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara, seperti penggunaan penggunaan hasil tape recorder wawancara , hanya kerahasiaan untuk nama, kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lainlain. P4 bersedia menjadi partisipan, setelah P4 bersedia menandatangani Surat Persetujuan menjadi Partisipan, peneliti menanyakan data demografi atau identitas umum P4. Pertemuan yang kedua, pada 27 Juli 2013, pukul 15.00 sampai dengan 15.30 WIB, di teras rumah P4. Saat peneliti datang, P4 sedang bersantai di depan televisi bersama suaminya. Pertemuan dimulai dengan bercerita mengenai hal-hal umum di sekitar lingkungan, pengalaman penggunaan KB, pengalaman menstruasi, serta pengalaman mengenai kehidupan setelah menopause, termasuk wawancara sesuai dengan panduan wawancara. Proses wawancara berlangsung santai dan nyaman, selama proses wawancara tidak ada orang lain yang datang. P4 dapat menjawab dengan lancar dan jelas setiap pertanyaan yang diberikan. 110 Pertemuan ketiga, pada 20 Agustus 2013, pukul 16.15 sampai dengan 16.35 WIB, di teras rumah P4. Saat peneliti datang, P4 sedang menyiram tanaman yang berada di halaman rumahnya. Tidak ada orang lain dalam pertemuan ketiga. Peneliti melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada proses pertemuan ini P4 menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban. Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan pada pedoman wawancara. P : “Selamat sore bu, maaf mengganggu waktunya sebentar. Saat ini, saya, Widi, mahasiswa S1 Keperawatan UKSW, memohon kesediaan ibu untuk membantu saya dalam tugas akhir saya penelitian mengenai perubahan seksual wanita menopause di Dusun Sumogawe ini. Saya sudah memohon ijin kepada bu Bekel untuk melakukan wawancara kepada wanita yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan penelitian saya. Ibbu bersedia?” P4 : “ Iya, dik, saya bersedia, silahkan.” P : “Pernahkah ibu mendapat informasi mengenai kesehatan seksual bagi pasangan suami-istri dari pelayanan kesehatan?” P4 : “Belum, dik. Belum pernah.” P : “Menurut ibu, apakah perlu pasangan suami-istri mendapatkan informasi mengenai kesehatan seksual?” P4 : “Buat saya… ga perlu dik, nantinya kan juga akan tahu sendiri tentang bagaimana menjaga kesehatan intim itu.” (P4 menjawab dengan tegas setiap pertanyaan yang diberikan) 111 P : “Dulu ketika ibu masih haid teratur, pernahkah berpikir bahwa akan mengalami hal seperti sekarang?” P4 : “Ya tentu tidak.” (P4 menjawab dengan tegas sambil memberikan senyuman kepada peneliti) P : “Bagaimana menurut ibu saat itu, apa yang ibu pikirkan tentang wanita yang sudah berhenti haid?” P4 : “Ya.. wanita itu memang diciptakan mengalami haid dan akan berhenti pada waktunya, nantinya akan berhenti entah itu kapan, setiap orang berbeda..” P : “Saat ini ibu sudah berhenti menstruasi. Apa yang ibu pahami tentang berhenti menstruasi atau yang sering disebut menopause?” P4 : ”Menopause itu berhentinya seorang wanita mengalami menstruasi. Itu sudah wajar dialami wanita.” P : “Bagaimana perbedaannya dulu waktu ibu masih menstruasi dan sekarang setelah berhenti?” P4 : “Dulu badannya seger terus, dik, badan tu ringan, soalnya tiap bulan haid, darah kotornya keluar. Sekarang mudah capek, rasanya kaya ada yang kurang.” P : “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu setelah menopause ini bu?” P4 : “Kalo tua sih emang uda umurnya dik. Yaa… Sudah tidak perlu kontrol KB tiap bulan lagi, dik. Ga perlu ngingat-ingat tanggal KB.” (P4 menjawab dengan penuh senyum) P : “Bagaimana dengan keluarga, apakah tahu dengan kondisi ibu, kalau sudah berhenti menstruasi? Bagaimana perhatian keluarga pada ibu, dan kedekatan keluarga 112 dengan ibu berkaitan dengan ibu yang sekarang menopause?” P4 : “Keluarga tahu, tetapi juga tidak menjadi masalah, keluarga menerima, yaa.. berjalan kaya biasa saja.” P : “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu dan suami? Seperti apa bu?” P4 : “Masih, masih saling perhatian, mengingatkan makan,menyiapkan baju. Cerita-cerita berdua, dik.” P : “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami sekarang dan dulu bu?” P4 : “menurut saya sih, masih tetap, dik. Masih sama seperti waktu belum berhenti menstruasi. Masih aktif.” (sambil tersenyum). P : “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause, apa tujuan ibu dan suami berhubungan?” P4 : “Buat saya, ini sebagai ungkapan kasih sayang sepasang suami-istri.” P : “Adakah perubahan yang mungkin menurut ibu jadi kendala saat melakukan hubungan dengan suami setelah menopause?” P4 :”Tidak ada, dik, masih nyaman, masih seperti dulu.” P : “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang hubungan seksual yang diinginkan dengan suami?” P4 : “Tidak pernah, karena sampai saat ini masih biasa-biasa saja. Masih nyaman” 113 P : “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?” P4 : “Tidak, dik. Karena suami juga tidak pernah mengeluh kalau kurang puas.” P : “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu saat ini?” P4 : “Sampai saat ini belum pernah mencoba usaha apapun, masih alami.” (P4 memberikan jawaban dengan sesekali mengangguk-anggukkan kepala, juga dengan penuh senyum) P : “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah ibu berhenti menstruasi ini?” P4 : “Harapan saya tentunya semoga selalu sehat, hubungan tetap harmonis meskipun sudah semakin tua.” P : “Baik. Bu. Sementara ini dulu pertanyaan dari saya. Terima kasih sudah meluangkan waktunya bagi saya. Maaf, jika beberapa pertanyaan saya kurang sopan dan agak pribadi. Tetapi saya mohon kesediaan waktu ibu lagi, jika masih ada kekurangan data atau pernyataan dari ibu.” P4 : “iya, dik. Silahkan. Dengan senang hati, akan saya bantu. Biar cepat selesai skripsinya.” (tersenyum kecil) P : “Amin, bu. Terima kasih.” 114 5. Wawancara dengan Partisipan Lima (P5) Pertemuan pertama dengan P5, pada 20 Juli 2013, pukul 16.20 sampai dengan 17.00 WIB. Saat peneliti datang, P5 sedang berada di kandang sapi, membantu suaminya memerah susu sapi dan memberi makan sapi. Pertemuan pertama berlangsung di teras rumah P5. Pada pertemuan pertama, peneliti menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder , kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lain-lain. Setelah P5 mendengar penjelasan dari peneliti, P5 bersedia menjadi partisipan dengan menandatangani surat persetujuan menjadi partisipan. P5 juga memohon untuk dilakukan wawancara pada pertemuan pertama sekaligus, karena menurut P5 agar tidak membuang waktu peneliti.karena keinginan P5, proses wawancara berlangsung pada pertemuan pertama. Proses wawancara berlangsung santai dan lancar, suami P5 ikut bergabung dan duduk pada kursi yang ada di teras rumah, tetapi tidak berapa lama masuk lagi ke dalam rumah. Pertemuan kedua, pada 27 Juli 2013, pukul 15.40 sampai dengan 16.00 WIB, di teras rumah P5. Pertemuan kedua berlangsung tidak lama. Saat peneliti datang, P5 sedang menyalakan api pada tungku, untuk memasak air hangat untuk mandi, bagi siapa saja anggota keluarganya yang ingin mandi. Pertemuan berlangsung tidak lama, dan tidak ada orang lain dalam proses wawancara. Peneliti melakukan wawancara seuai dengan pedoman wawancara dengan memberikan pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada proses validasi , 115 P5 menerima hasil penelitian atau data yang didperoleh, serta tidak menambahkan atau meralat jawaban. Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan pada pedoman wawancara. P : “Selamat sore, bu. Saya mau mohon waktunya sebentar, bisa, bu?” P5 : “Iya mbak, mari silahkan. Di dalam apa di sini saja mbak?” (P5 keluar berjalan dari belakang rumah menuju halaman depan rumah, dan menunjuk teras rumahnya) P : “Di sini saja, bu. Begini, bu, sekarang ini saya sedang menyelesaikan tugas akhir saya tentang perubahan seksual wanita menopause. Untuk itu, saya membutuhkan data dari beberapa wanita yang sesuai dengan kriteria yang saya cari, data itu saya dapat dengan melakukan wawancara atau tanya-jawab dengan beberapa orang. Kemarin saya sudah minta ijin dan sudah diberi ijin bu bekel untuk melakukan wawancara di dusun ini.” P5 : ”O.. iya, jadi ini, saya yang mau ditanya-tanya gitu mbak?” (wajah P5 tampak bingung) P : “Nah, itu dia, bu. Ibu bersedia atau tidak jika saya tanyatanya. Ibu kan, salah satu wanita yang memenuhi kriteria yang saya cari, sudah tidak berKB, dan sudah tidak haid. Iya, kan, bu?” P5 : “Begitu, ya, mbak.. ya… ga apa-apa. Saya itu uda ga haid udah lama… waktu saya masih KB pun saya uda ga haid, KB suntik itu loh mbak.. ya, kalau lepasnya uda sekitar delapan tahunan, mbak. Ya.. tetap ga haid sampai sekarang.” 116 (P5 sudah tidak bingung, dan memberikan data demografi atau identitas umum yang diperlukan kepada peneliti. Setelah mendapatkan penjelasan lengkap dari peneliti mengenai maksud kedatangan peneliti, P5 memohon untuk dilakukan wawancara pada pertemuan pertama) “Tapi ini nanti tidak disuruh kemana-mana, kan ya mbak? Ga mau saya mbak kalo disuruh diajak kesana-sana.. malu.” P : “Tidak, bu. Ibu hanya diminta untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dari saya dengan jujur sesuai kondisi ibu, lalu ibu saya minta untuk tanda tangan di sini (menunjukkan lembar persetujuan), ga disuruh kemana-mana, bu.. Bahkan nama ibu saja dirahasiakan, tidak akan disebutkan.” P5 : “O… ya..ya.. ta kira suruh ikut kesana-sana.. sekarang saja mbak, mumpung saya lagi lego, lagi santai.” P : “Tidak apa-apa kalau sekarang, bu? Ibu sedang tidak mengurus kandang?” P5 : “Enggak mbak, sekarang aja, uda selesai ngurus kandangnya..” P : “Baik, bu. Saya mulai, ya? Ibu pernah mendapatkan penyuluhan atau semacamnya, tentang kesehatan seksual, kesehatan kelamin? Dari bidan, puskesmas, posyandu, atau yang lainnya..” P5 : “(berusaha mengingat-ingat) belum pernah mbak. Sini tu ga pernah ada gitu-gitu mbak selain buat balita, setau saya loh.” P : “Menurut ibu, perlu atau tidak penyuluhan tentang kesehatan seksual atau kesehatan kelamin, apa lagi untuk pasangan suami istri?” P5 : “Ya perlu mbak.. biar lebih tahu, gitu.” 117 P : “Menurut ibu, apa yang ada dalam pikiran ibu tentang menopause, tentang wanita yang sudah berhenti haid?” P5 : “Apa ya, mbak.. Wanita yang sudah usia lanjut, mbak.” P : “Sebelum ibu melepas KB, pernah terpikirkan tidak, kalau nantinya ibu akan tetap berhenti haid, meskipun sudah melepas KB?” P5 : “Iya, mbak. Ya ngerti. Kan juga uda tahu, kalau nanti ada waktunya untuk tidak KB lagi, tidak subur lagi, tidak haid lagi, karena sudah tua.” (P5 menjawab dengan terbata-bata, seolah kesulitan untuk menjawab) P : “Perbedaan apa yang ibu rasakan, dulu ibu pernah haid, lalu menggunakan KB, dan sampai berhenti KB ini ibu sudah tidak haid? P5 : “Ya… ada mbak. Lebih merasa segar waktu masih haid, mbak. merasa lebih sehat dulu, gitu.” P : “Baik, lalu, bagaimana ibu memandang diri ibu saat ini? Bagaimana ibu menganggap atau menilai diri ibu saat ini setelah berhenti haid atau menopause? Mungkin ibu merasa menjadi tua, tidak menarik lagi bagi suami, merasa tidak repot berKB lagi atau yang lain mungkin?” P5 : “Yaa…. Kalau tua itu pasti, la wong udah umurnya, sudah ga perlu ke bidan buat KB itu juga mbak, soalnya saya udah malas pergi-pergi mbak, paling, ya ke kebun.. .. (tersenyum, terhenti sesaat, tampak seperti berpikir) Ya…. bisa lebih menerima diri lah mbak, maksudnya bisa menyadari kalau memang sudah umur segini, sudah waktunya berhenti KB, berhenti haid, uda mulai gampang capek, lalu apa ya mbak,, ga menyalahkan keadaan gitu mbak..” (P5 menjelaskan jawaban sambil mengerak-gerakkan kedua tangannya) P : “Kalau ibu dengan suami dan keluarga, seberapa dekat, bu?” 118 P5 : “Ya dekat, lah mbak… anak-anak semua udah nikah, tapi yang satu ikut suaminya, yang dua tinggal disini sama anak dan suaminya. Rumah tu jadi rame, ya semua saling ngemong, mbak. Saling bantu, kalau ada apa-apa rembugan (dimusyawarahkan). Sama suami juga gitu, saling bantu sama kerjaan.” P : “Suami dan keluarga tahu kalau ibu sudah tidak KB dan tidak haid lagi?” P5 : “Kalau suami ya pasti tahu. Kalau anak-anak ga saya kasih tahu, mbak. Tapi mungkin ya tahu sendiri mbak. La, buat apa juga saya kasih tahu….hehehe.” (P5 tersenyum) P : “Ya, mungkin ada perbedaan dari keluarga dan suami kepada ibu karena ibu sudah menopause..” P5 : “Ga, lah, mbak.. . Ga ngaruh juga, kok.” P : “Maaf, ni bu, ibu dan suami masih mesra, ga? Kaya masih muda, bercanda berdua, mesra, gitu, bu?” P5 : “Hahahahaha… .. (P5 tersipu malu) Masih ga, ya, pak…(P5 memandang suaminya yang duduk di kursi dekat jendela, di teras rumah) Uda ga penah, mbak. Bercanda ya sama cucu. Malu to mbak, udah tua.. Mesranya udah dihabisin, dipuasin waktu muda..hehehehe.” P : “Maaf, ni bu, karena lebih pribadi lagi, kalau campur (berhubungan seksual) antara ibu dan suami, apakah masih sering?” P5 : (P5 kembali tertawa) “Ya ampuun, mbak.. Udah jarang sekali, mbak. Sebulan dua bulan sekali saja ga pasti. Udah ga mikir gituan, mbak. Udah ua, udah ga mampu. Hahaha.. “ P : “Kalau menurut ibu, apa sih tujuan suami-istri yang istrinya sudah tidak haid, tidak KB lagi, mereka massih campur, tujuannya apa menurut ibu?” 119 P5 : “Apa, ya, mbak.. Ya.. Buat nyenengin suami, kalau yang suaminya masih seger, masih mampu campur sering-sering. Juga melakukan kewajiban suami-istri, mbak. Tapi saya udah ga mikir, mbak. Udah ga mampu. Hehehe..” P : “Walaupun udah jarang, tapi kan masih melakukan, adakah perubahan waktu campur? Mungkin sakit, lebih kering, atau mungkin takut, atau apapun yang membuat ibu jadi kawatir, gitu, bu?” P5 : “Enggak ada, mbak.. Ga ada perbedaan, ga ada perubahan. Ya yang pasti sudah mulai males, udah enggan, udah tua, jadi udah ga mampu..” P : “Pernah tidak, bu, ngobrol sama bapak, kok sekarang udah jarang campur, bapak kira-kira jadi gimana, terus mungkin ada keinginan untuk merubah kebiasaan campur, gitu bu?” P5 : “Hihihi… Ga pernah ngobrolin kaya itu mbak. Bapak juga udah tua, udah menyadari kalau sudah ga mampu mungkin, udah ga pernah mengeluh juga, mbak. hehehe..” P : “Kalau ibu sendiri, pernahkah sesekali berpikir, karena sudah jarang campur, sudah tidak seperti dulu, jadi sudah merasa tidak bisa memberi kepuasan seperti dulu?” P5 : “Ah, enggak, mbak. sekarang sdah ga mikir kesitu, sih. Kalau mampu, ya campur, kalau enggak, ya enggak. Sudah males, mbak, sudah tua. Lebih memilih mikir cucu, mbak. Kan, jadi satu anak-cucu, lebih milih mikirin cucu.” P : “Ibu pernah mencoba membangkitkan gairah, membangkitan stamina? Mungkin minum jamu-jamuan, ikut senam, atau apa..” P5 : “Enggak, mbak. Ya gini aja. Kerjaan rumah saja repot, ga kepikiran gitu-gitu.” (P5 tersenyum kepada peneliti) P : “Lalu apa harapan ibu kepada suami dan keluarga?” 120 P5 : “Ya.. sehat terus, mbak. Rukun sama suami, sama anakcucu.” P : “Baik, bu. Sementara ini dulu. Terma kasih atas kesediaan ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saya. Maaf, karena agak saru. Tetapi, besok jika saya masih ada yang kurang, masih ada yang perlu ditanyakan kepada ibu, saya datang lagi, tanya-tanya lagi, ya bu.” P5 : “O.. udah, mbak. Iya, mbak, datang saja, tapi kalau disuruh kesana-sana gak mau, loh. Malu..” P : “Tidak, kok, bu. Cuma ditanya-tanya, di rumah, sama seperti yang dilakukan baru saja. Monggo, silahkan dilanjut, pekerjaannya. Terima kasih, saya pamit.” P5 : “Iya, mbak, sama-sama.” 121 6. Wawancara dengan Partisipan Enam (P6) Wawancara dengan P6 dilakukan 3 kali, setiap pertemuan membahas hal yang berbeda, tetapi berkaitan dengan topik wawancara. Hal ini dilakukan untuk menciptakan bina hubungan saling percaya (BHSP) antara peneliti dengan P6. Pertemuan pertama pada tanggal 22 Juli 2013, pukul 15.00 sampai dengan 15.20 WIB, di rumah P6. Saat peneliti datang, P6 sedang selesai mencuci baju dan akan menjemur cuciannya sehingga peneliti menunggu P6 menjemur cuciannya beberapa waktu. Pada pertemuan pertama, peneliti menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder , kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lainlain. P6 bersedia menjadi partisipan, setelah P6 bersedia menandatangani Surat Persetujuan menjadi Partisipan, peneliti menanyakan data demografi atau identitas umum P6. Pertemuan yang kedua, pada 27 Juli 2013, pukul 16.10 sampai dengan 16.35 WIB, di ruang tamu rumah P6. Saat peneliti datang, P6 sedang selesai mandi. Pertemuan dimulai dengan bercerita mengenai hal-hal umum di sekitar lingkungan, dan melakukan proses wawancara sesuai dengan panduan wawancara. Proses wawancara berlangsung santai dan nyaman, selama proses wawancara, suami dan anak P6 sesekali lewat karena akan keluar atau masuk rumah, karena pintu ruang tamu adalah pintu utama keluarga P6. P6 dapat menjawab dengan lancar dan jelas setiap pertanyaan yang diberikan. Pertemuan ketiga, pada 23 Agustus 2013, pukul 15.00 sampai dengan 15.25 WIB, di teras rumah P6. Saat peneliti datang, P6 sedang mencuci piring-piring kotor di belakang rumahnya. Tidak 122 ada orang lain selama pertemuan berlangsung. Peneliti melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ketiga, P6 menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban. Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan pada pedoman wawancara. P : “Selamat sore bu, maaf mengganggu waktunya sebentar. Saat ini, saya, Widi, mahasiswa S1 Keperawatan UKSW, memohon kesediaan ibu untuk membantu saya dalam tugas akhir saya penelitian mengenai perubahan seksual wanita menopause di Dusun Sumogawe ini. Saya sudah memohon ijin kepada bu Bekel untuk melakukan wawancara kepada wanita yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan penelitian saya. Ibu bersedia?” P6 : “ Monggo, mbak. Silahkan, duduk di sini saja, yang nyaman.” (mengajak peneliti duduk di dalam rumah) P : “Langsung saja , ya, bu. (P6 menganggukkan kepala) Ibu pernah mendapat informasi mengenai kesehatan seksual bagi pasangan suami-istri dari pelayanan kesehatan?” P6 : “Sudah, mbak. Waktu itu… di posyandu, saya nanya- nanya ke bu bidan, pas saya mau berhenti KB, nanya-nanya itu.” (tangan kanan P6 menunjuk-nunjuk, bermaksud menunjuk arah posyandu) P : “Menurut ibu, apakah perlu pasangan suami-istri mendapatkan informasi mengenai kesehatan seksual?” P6 : “Ya, perlu dong, mbak. Jadi ga hanya tau tentang apa yang kita tanyakan saja.” 123 P : “Dulu ketika ibu masih haid teratur, sebelum berhenti KB, pernahkah berpikir bahwa akan mengalami hal seperti sekarang?” P6 : “Tidak, mbak. Ga pernah terpikir.” P : “Bagaimana menurut ibu saat itu, apa yang ibu pikirkan tentang wanita yang sudah berhenti haid?” P6 : “Apa ya, mbak.. Soalnya dulu juga ga pernah mikir bakal ngalami gini. Ga mudeng apa itu.” P : “Saat ini, setelah ibu berhenti haid, apa yang ibu pahami tentang berhenti haid atau yang sering disebut menopause?” P6 : “Ya, kalau yang saya tau, dari yang saya alami ya…. berhenti haid itu wanita yang sudah usia tua, yang sudah habis masa suburnya.” P : “Bagaimana perbedaannya dulu waktu ibu masih haid dan sekarang setelah berhenti?” P6 : “Ya kalo sekarang tu gampang capek mbak, mungkin karena uda makin tua, tapi ga hanya kalo kerjaan berat mbak, ga kerja berat aja kadang gampang capek. Ya, kaya sekarang gini, pegel-pegel.” (sambil memegang punggung dan pundaknya) P : “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu setelah menopause ini bu?” P6 : “Merasa lebih bebas mbak, ya kalau merasa lebih tua itu emang udah umurnya, ya tetep merasa mbak.. tapi jadi bebas, mau sholat ga ada halangan.. Terus hemat juga mbak, ga KB ke bu bidan, ga beli softek, hehehehe” (P4 menjawab dengan antusias dan penuh senyum) P : “Bagaimana dengan keluarga dan suami, apakah tahu dengan kondisi ibu, kalau sudah berhenti menstruasi? Ada pengaruhnya dengan kedekatan ibu dan suami? 124 P6 : “Suami tau , mbak. Tapi ga ngaruh, mbak. sehari-hari, ya tetep kayak biasanya aja. Kalo keluarga, ya ga ada yang tau mbak, ya taunya uda ga KB gitu aja.” (P6 menjelaskan jawabannya dengan sesekali menganggukkan kepala) P : “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu dan suami? Masih kayak waktu pacaran mungkin bu?” P6 : “Masih, mbak. Mesra-mesraan masih..ahaha, bercandabercanda masih.” (P6 menjawab dengan tertawa kecil, tersipu malu) P : “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami sekarang dan dulu bu?” P6 : “Ya udah ga mbak. Uda mulai berkurang. Udah ga kaya dulu lagi, tapi masih berhubungan mbak.” P : “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause, apa tujuan ibu dan suami berhubungan?” P6 : “Melakukan hubungan tu kewajiban mbak, tapi juga kebutuhan, kan kadang karena pengen..hehehehe..” (P6 menjawab sambil menutup mulutnya menahan tawa) P : “Adakah perubahan yang jadi kendala yang dialami ibu ketika melakukan hubungan dengan suami setelah menopause?” P6 :”Apa ya, mbak. Kan, kalo berhubungan jadi kaya gampang capek, gitu mbak. Ga tau kenapa mbak, karena uda mulai tua itu mungkin ya, mbak. Tapi ya masih baik-baik mbak, ga jadi masalah.” (P6 menjawab dengan perlahan-lahan, tidak sekeras seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya) P : “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang merubah kebiasaan hubungan seksual yang diinginkan?” P6 : “Enggak, ah, mbak. Enggak pernah, selama ini ya kalo pengen ya melakukan, ga terus dibicarakan gimana-gimana, 125 mbak ..hahaha,” (P6 selalu tersipu malu, dan menahan tawa jika ditanya bekaitan dengan hubungan seksual) P : “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?” P6 : “Ga, mbak. Masih bisa memuaskan, kok. Hihihihihi, Lagian bapak ga ngeluh, mbak, jadi mungkin ya bapak masih puas.” (P6 kembali tertawa) P : “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu saat ini?” P6 : “Ga, mbak. Ga ada, ga gimana-gimana.” (P6 sambil menggeleng-gelengkan kepala) P : “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah ibu berhenti menstruasi ini?” P6 : “Saya pengin bisa tetap menjaga kasih sayang, selalu perhatian.” P : “Baik. Bu. Sementara ini dulu pertanyaan dari saya. Terima kasih sudah meluangkan waktunya bagi saya. Maaf, jika beberapa pertanyaan saya kurang sopan dan agak saru. Tetapi saya mohon kesediaan waktu ibu lagi, jika masih ada kekurangan data atau pernyataan dari ibu.” P6 : “Sudah selesai, mbak? Iya, mbak. Kalo saya ga ada kerjaan, ya datang saja kesini.” (tersenyum kecil) P : “Terima kasih, bu.” 126 7. Wawancara dengan Partisipan Tujuh (P7) Wawancara dengan P7 dilakukan 3 kali, setiap pertemuan membahas hal yang berbeda, tetapi berkaitan dengan topik wawancara. Hal ini dilakukan untuk menciptakan bina hubungan saling percaya (BHSP) antara peneliti dengan P7. Pertemuan pertama pada tanggal 22 Juli 2013, pukul 15.30 sampai dengan 15.50 WIB, di rumah P7. Saat peneliti datang, P7 sedang membuat api menggunakan kayu bakar di tungku karena akan memasak air. Pada pertemuan pertama, peneliti menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder , kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lain-lain. P7 bersedia menjadi partisipan, setelah P7 bersedia menandatangani Surat Persetujuan menjadi Partisipan, peneliti menanyakan data demografi atau identitas umum P7. Pertemuan yang kedua, pada 30 Juli 2013, pukul 15.00 sampai dengan 15.30 WIB, di ruang tamu rumah P7. Saat peneliti datang, P7 sedang bersantai di depan televisi di rumahnya dan tampak mengantuk. Pertemuan dimulai dengan bercerita mengenai hal-hal umum di sekitar lingkungan, dan melakukan proses wawancara sesuai dengan panduan wawancara. Proses wawancara berlangsung santai dan nyaman, selama proses wawancara, tidak ada orang lain yang datang, suami P7 juga sedang bekerja. P7 dapat menjawab dengan lancar dan jelas setiap pertanyaan yang diberikan. Pertemuan ketiga, pada 23 Agustus 2013, pukul 15.45 sampai dengan 16.05 WIB, di ruang tamu rumah P7. Saat peneliti datang, P7 sedang membersihkan diri karena baru saja pulang 127 dari kebun. Selama pertemuan berlangsung tidak ada orang lain yang datang. Peneliti melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ketiga yang berlangsung tidak lama, P7 menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban. Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan pada pedoman wawancara. P : “Selamat sore bu, maaf mengganggu waktunya sebentar. Saat ini, saya, Widi, mahasiswa S1 Keperawatan UKSW, memohon kesediaan ibu untuk membantu saya dalam tugas akhir saya penelitian mengenai perubahan seksual wanita menopause di Dusun Sumogawe ini. Saya sudah memohon ijin kepada bu Bekel untuk melakukan wawancara kepada wanita yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan penelitian saya. Ibu bersedia?” P7 : “Oiya, mbak. Mari-mari. Silahkan duduk. (P7 menyambut dengan senang dan penuh antusias) P : “Langsung pertanyaan, ya, bu. (P6 menganggukkan kepala) Ibu pernah mendapat informasi mengenai kesehatan seksual bagi pasangan suami-istri dari pelayanan kesehatan?” P7 : “ehm… (mengingat-ingat), sudah pernah, mbak. Tentang KB gitu-gitu dulu.” P : “Menurut ibu, apakah perlu pasangan suami-istri mendapatkan informasi mengenai kesehatan seksual?” P7 : “Perlu lah, mbak. Biar bisa tahu.” P : “Dulu ketika ibu masih haid teratur, sebelum berhenti KB, pernahkah berpikir bahwa akan mengalami hal seperti sekarang?” 128 P7 : “Enggak, mbak.” P : “Bagaimana menurut ibu saat itu, apa yang ibu pikirkan tentang wanita yang sudah berhenti haid?” P7 : “Kalo yang saya tahu dulu, wanita yang berhenti haid itu wanita yang sudah tua, wanita lanjut, mbak.” (sambil sesekali melihat dinding, memikirkan jawaban) P : “Saat ini, setelah ibu berhenti haid, apa yang ibu pahami tentang berhenti haid atau yang sering disebut menopause?” P7 : “Sekarang saya pikir wanita yang udah ga haid itu wanita yang benar-benar habis waktu haidnya, uda memasuki usia tua” (P7 mengangguk-anggukkan kepala) P : “Bagaimana perbedaannya dulu waktu ibu masih haid dan sekarang setelah berhenti?” P7 : “Ga ada tuh, mbak. Ga ada bedanya, sama saja. Mungkin karena baru satu tahunan ini mbak, la masih sama saja sih. La dulu waktu KB juga ga haid, haidnya ga teratur gitu mbak, jadi sama saja.” (P7 menjawab sambil menggarukgaruk bagian bawah telinga kanan) P : “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu setelah menopause ini bu?” P7 : “Biasa saja, mbak. Mikirnya masih bisa ngapa-ngapa jadi ga pernah menilai diri sendiri buruk.” P : “Bagaimana dengan keluarga dan suami, apakah tahu dengan kondisi ibu, kalau sudah berhenti haid? P7 : “Kita tu deket mbak, tapi ga pernah cerita-cerita tentang kaya gitu. Saya juga ga kasih tau mbak, tapi mungkin ya tahu.” P : “Ada pengaruhnya dengan kedekatan ibu dan suami?” P7 : “Ga ada, mbak. Masih kayak biasanya.” 129 P : “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu dan suami? Masih kayak waktu pacaran mungkin bu?” P7 : “Masih, mbak. Bercanda-bercanda gitu.” (P7 menjawab dengan tersenyum) P : “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami sekarang dan dulu bu?” P7 : “ya, masih berhubungan, mbak. Tapi kadang-kadang, kalo lagi pengen, lagi ga capek, lagi ga ada pikiran. Tapi ya ga kaya dulu waktu muda.” (P7 menjawab dengan tersipu malu) P : “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause, apa tujuan ibu dan suami berhubungan?” P7 : “Ya kan itu kewajiban, mbak. namanya istri, ya harus bisa nyenengin suami. Salah satunya menuruti kewajiban. Hehehe” P : “Adakah perubahan yang dialami ibu ketika melakukan hubungan dengan suami setelah menopause?” P7 : ”Kalau lagi berhubungan, gitu mbak? Iya ek mbak, ak tu sekarang kayak ga nyaman kalau berhubungan, yaa..gimana ya..sumuk (panas).. ga kepenak gitu, mbak. Kadang tu juga sakit, kaya perih gitu, tapi kadang juga enggak.” (P7 menjawab dengan menggerak-gerakkan kedua tangan) P : “Suami tahu dengan perubahan yang ibu rasakan itu? Suami gimana, bu?” P7 : “Ga saya omongin sama suami, mbak. Ya saya rasakan sendiri, la saya juga ngerasainnya kadang-kadang, jadi ta anggep bukan masalah, mbak. Ga nyaman, tapi ya ga terus panik atau takut kenapa-kenapa kok, mbak. hehehe.” P : “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang merubah kebiasaan hubungan seksual yang diinginkan?” 130 P7 : “Kalo tentang gitu tuh ga pernah diomongin sih, mbak. ya berhubungan ya melakukan aja, suami juga ga ngeluh apaapa. Ya kalo saya pas sakit, ya saya bilang biar pelan-pelan, gitu.” (P7 menggerakkan kepala tersipu malu) P : “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?” P7 : “Kadang, mbak. Kalau pas sakit gitu, kan kayak ga mau nerusin, takutnya suami mikir gimana-gimana, kadang juga mikirnya tu karena kadang sakit jadi mikir apa ga menarik lagi, gitu. Yaa..suami ga ngeluh gimana-gimana, jadi ya, mikir gitu tu cuma kadang..” P : “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu saat ini?” P7 : “Ga ada sih, mbak. Ga ngapa-ngapain. Senam tu kalo lagi pas ada bareng-bareng, itu aja ikut Cuma sekali dua kali” (P7 mengakhiir jawaban dengan tersenyum lebar) P : “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah ibu berhenti menstruasi ini?” P7 : “Ya… semoga sama suami tu tetep harmonis, sampai tua.” P : “Baik. Bu. Sementara ini dulu pertanyaan dari saya. Terima kasih sudah meluangkan waktunya bagi saya. Maaf, jika beberapa pertanyaan saya kurang sopan dan agak saru. Tetapi saya mohon kesediaan waktu ibu lagi, jika masih ada kekurangan data atau pernyataan dari ibu.” P7 : “Iya mbak, ga apa-apa, kan emang yang ditanya juga tentang itu-itu. Datang saja jika masih perlu, mbak.” P : “Terima kasih, bu.” 131 8. Wawancara dengan Partisipan Delapan (P8) Pertemuan pertama pada tanggal 22 Juli 2013, pukul 16.35 sampai dengan 16.55 WIB, di rumah P8. Saat peneliti datang, P8 baru saja pulang dari bekerja. Pada pertemuan pertama, peneliti dan P8 duduk di teras rumah P8 dan tidak banyak bercakap-cakap mengenai hal umum, karena melihat kondisi P8 yang masih lelah karena baru saja pulang dari bekerja. Peneliti menyampaikan permohonan menjadi partisipan, menjelaskan topik dan tujuan wawancara, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara, seperti penggunaan tape recorder , kerahasiaan nama, penggunaan hasil wawancara hanya untuk kepentingan penelitian, melakukan kontrak waktu dengan partisipan, dan lain-lain. P8 bersedia menjadi partisipan, setelah P8 bersedia menandatangani Surat Persetujuan menjadi Partisipan, peneliti menanyakan data demografi atau identitas umum P8. Pertemuan yang kedua, pada 20 Agustus 2013, pukul 16.45 sampai dengan 17.20 WIB, di ruang tamu rumah P8. Saat peneliti datang, P8 sedang mandi sehingga peneliti menunggu beberapa menit. Pertemuan dimulai dengan bercerita mengenai hal-hal umum di sekitar lingkungan, dan melakukan proses wawancara sesuai dengan panduan wawancara. Proses wawancara berlangsung santai dan nyaman, selama proses wawancara, tidak ada orang lain yang datang sehingga wawancara berjalan lancar. P8 dapat menjawab dengan jelas setiap pertanyaan yang diberikan. Pertemuan ketiga, pada 23 Agustus 2013, pukul 16.50 sampai dengan 17.15 WIB, di teras rumah P8. Peneliti melakukan wawancara sesuai panduan wawancara dengan pertanyaan klarifikasi untuk memvalidasi jawaban partisipan yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ketiga, 132 P8 menerima hasil penelitian atau data sebelumnya serta tidak menambah atau meralat jawaban. Berikut adalah transkip wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan pada pedoman wawancara. P : “Selamat sore bu, maaf mengganggu waktunya sebentar. Saat ini, saya, Widi, mahasiswa S1 Keperawatan UKSW, memohon kesediaan ibu untuk membantu saya dalam tugas akhir saya, penelitian mengenai perubahan seksual wanita menopause di Dusun Sumogawe ini. Saya sudah memohon ijin kepada bu Bekel untuk melakukan wawancara kepada wanita yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan penelitian saya. Ibu bersedia?” P8 : “Oh, iya, mbak. Bersedia, kok. Berarti ditanya-tanyanya seputar menopause, ya? berarti tentang haid-haid gitu, ya, mbak?” P : “iya, bu. Jadi maaf, nanti juga pertanyaannya ada yang agak pribadi. Saya mulai, ya bu? Ibu pernah mendapat informasi mengenai kesehatan seksual bagi pasangan suami-istri dari pelayanan kesehatan?” P8 : “Pernah, mbak. Tapi biasanya tentang KB. Kalau tentang menopause pernah tapi baru nyinggung-nyinggung, belum banyak tahu mbak” (P8 menjawab dengan mengatur posisi duduknya) P : “Menurut ibu, apakah perlu pasangan suami-istri mendapatkan informasi mengenai kesehatan seksual?” P8 : “Iya, mbak. Justru harus ada, kan udah tua, udah jarang ke posyandu, jarang-jarang keemu bu bidan, y perlu penyuluhan buat tanya-tanya.” P : “Dulu ketika ibu masih haid teratur, sebelum berhenti KB, pernahkah berpikir bahwa akan mengalami hal seperti sekarang?” 133 P8 : “Pernah, mbak. Dulu kan pernah dikasih tahu dikit-dikit tentang menopause tu, jadi kepikir.” P : “Bagaimana menurut ibu saat itu, apa yang ibu pikirkan tentang wanita yang sudah berhenti haid?” P8 : “Ya waktu itu dikasih tau, kalo menopause itu kondisi wanita udah berhenti haid, karena hormonnya gimana gitu mbak…aku juga lupa, yang pasti tu bisa mengalami usia empat puluhan, empat puluh limaan gitu.” P : “Saat ini, setelah ibu berhenti haid, apa yang ibu pahami tentang berhenti haid atau yang sering disebut menopause?” P8 : “Menopause itu dialami wanita karena habis masa suburnya, dan harus berhenti KB, mbak.” P : “Bagaimana perbedaannya dulu waktu ibu masih haid dan sekarang setelah berhenti?” P8 : “Yaaa…Sekarang tu mudah capek, mbak. Kaya gampang mau masuk angin gitu, mbak. ngapa-ngapa jadi males karena gampang lesu. Dulu kan enggak.” (sesekali wajah P8 menggerutu, mengekspresikan jawabannya) P : “Bagaimana ibu memandang diri ibu, menilai diri ibu setelah menopause ini bu?” P6 : “Ya, ta ambil positifnya, mbak. Jadi kalau sholat ga ada halangan, bisa setiap hari, mau puasa juga bisa tiap pengen puasa bisa puasa. Merasa.. oh ternyata uda tua gitu kadang, mbak. tapi langsung mikir positif aja.” (P8 menjawab dengan pelan dan dengan nada yang agak panjang) P : “Ibu dekat dengan keluarga dan suami?” P8 : “dekat, mbak. Anak-anak meskipun udah nikah semua, tapi massih dekat dengan saya, masih kayak waktu belum nikah. Suami apa lagi, apa-apa sama suami saya, mbak.” 134 P : “Berarti suami dan keluarga mengetahui kalau ibu sudah menopause?” P8 : “Tahu, mbak. Saya ngomongin KB, terus keputusan nglepas KB tu juga sama anak perempuan saya, kebetulan kan udah ikah, jadi isa ngobol-ngobrol bareng. Suami juga waktu itu ak ajak ngobol tentang keputusan nglepas KB., jadi pasti tahu.” (P8 menjawab dengan melemparkan senyuman) P : “Ibu masih sering mengungkapkan rasa sayang antara ibu dan suami? Masih kayak waktu pacaran mungkin bu?” P8 : “Masih, mbak. Penting itu, biar kita tambah dekat. Masih mesra, masih bercanda, kemana-mana ke setiap acara pun berdua, kadang masih suka main-main jalan-jalan berdua.” P : “Adakah perbedaan seringnya berhubungan dengan suami sekarang dan dulu bu?” P8 : “Berkurang, mbak. Ya, emang udah ga kayak dulu, kkita lebih sering kemana-mana berdua mbak, lebih sering berduanya dari pada hubungan badannya mbak. kalau tidur yang mesra, pelukan, gitu sih juga tiap malam, tapi kalo hubungan badan ya ga kaya dulu.” (P8 menjelaskan sambil melihat peneliti menulis) P : “Menurut ibu, karena ibu sekarang ibu sudah menopause, apa tujuan ibu dan suami berhubungan?” P8 : “Suami-istri itu punya kewajiban, mbak. Ya itu..hehe. selain itu, itu juga sebagai bentuk cinta kita pada suami.” P : “Adakah perubahan yang dialami ibu yan menurut ibu mengkawatirkan, dan menjadi masalah ketika melakukan hubungan dengan suami setelah menopause?” P8 :”Ada perubahan, mbak. tapi, saya pikir memang itu yang pasti akan dialami seseorang ketika makin tua. itu loh, kayak kering gitu kalo buat hubungan, lama basahnya.” 135 P : “Hal itu, diketahui suami? Ada tanggapan dari suami ga bu?” P8 : “ah, bapak ga pernah ngeluh apa-apa, mbak. Ga pernah terus diomongin, gitu-gitu. Ya, saya juga ngeluh sama bapak, kok akhir-akhir ini mulai agak kering, jadi agak sakit. Tapi bapak bilang ga apa-apa, santai aja. Gitu..” (P8 menjawab sambil melambaikan tangan kanannya) P : “Pernahkah ibu membicarakan dengan suami tentang merubah kebiasaan hubungan seksual yang diinginkan?” P8 : “Enggak, mbak. Ga pernah pengen dirubah-rubah, jalani aja. Hehe.” P : “Apakah ibu menganggap ibu tidak bisa memberikan kepuasan seksual pada suami seperti dulu lagi?” P8 : “Kadang, mbak. Tapi bapak juga selalu kasih dukungan, katanya ga usah dipikir, wong emang udah tua, gitu mbak.” P : “Adakah usaha ibu untuk meningkatkan gairah seksual ibu saat ini?” P8 : “Ga ada, mbak. Ga pengen, takut nanti malah salah obat, hahahaha” (P8 menjawab dengan tersenyum, dan membuat gurauan) P : “Apa harapan ibu, bagi hubungan ibu dan suami setelah ibu berhenti haid ini?” P8 : “Yaa… pengen agar keluarga selalu dekat, ga pernah ada masalah, harmonis, selalu bahagia, mbak.” P : “Baik. Bu. Sementara ini dulu pertanyaan dari saya. Terima kasih sudah meluangkan waktunya bagi saya. Maaf, jika beberapa pertanyaan saya kurang sopan dan agak saru. Tetapi saya mohon kesediaan waktu ibu lagi, jika masih ada kekurangan data atau pernyataan dari ibu.” P8 : “iya, mbak. sama-sama, senang juga bisa bantu.” (tersenyum kecil) 136 Lampiran 3 RINGKASAN TRANSKIP WAWANCARA Tujuan Khusus Kata Kunci Tidak tahu Wanita yang sudah berhenti haid pada usia lanjut Wanita yang tidak subur lagi Mengidentifikasi Wanita yang sudah waktunya berhenti haid faktor-faktor Menyenangkan suami yang mempengaruhi Melakukan kewajiban Memenuhi kebutuhan aktivitas seksual Bentuk ungkapan sayang Badan mudah lelah Lesu, tidak fit Kategori Pengetahuan sebelum mengalami menopause Pengetahuan setelah mengalami menopause Persepsi tentang tujuan melakukan hubungan seksual setelah menopause Perubahan fisik yang dirasakan Sub Tema Tema Utama Partisipan 1 2 3 4 5 6 7 8 Pengetahuan tentang menopause Gambaran diri wanita menopause Tujuan hubungan seksual setelah menopause Perubahan fisik wanita menopause 137 Tidak perlu kontrol KB Bebas beraktivitas dan beribadah Menerima diri secara positif Perasaan menjadi tua Tidak mempengaruhi kedekatan keluarga Bercanda, bermesraan Mengingatkan makan dan mengingatkan untuk Mengidentifikasi istirahat hambatan Mulai berkurang dalam Jarang melakukan melakukan aktivitas Tidak pernah melakukan seksual Tidak berubah Mudah lelah tanpa sebab saat berhubunganseksual Kemaluan kering dan lama basahnya Perubahan sikap Perubahan psikologi wanita menopause Perubahan yang dialami setelah menopause Perubahan keluarga setelah menopause Ungkapan cinta melalui tindakan Ungkapan cinta melalui perhatian Penurunan frekuensi hubungan seksual Perubahan fisik ketika berhubungan seksual Hubungan dengan keluarga Perubahan ketika berhubungan seksual Bentuk ungkapan cinta kepada pasangan Frekuensi hubungan seksual Perubahan aktivitas seksual setelah menopause 138 Terkadang sakit Mulai enggan melakukan Tidak mengeluh apapun Memberikan dukungan Perubahan psikologi ketika berhubungan seksual Tanggapan pasangan terhadap perubahan hubungan seksual Respon pasangan 139 Lampiran 4 Permohonan menjadi Partisipan Kepada : Yth. Ibu / Wanita Menopause di Sumogawe Dengan hormat, Saya Kristina Dwi Lestari Widi Nugraheni adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (S1), Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Perubahan Aktivitas Seksual Wanita Menopause di Dusun Sumogawe Desa Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan aktivitas seksual wanita menopause. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berupa wawancara mendalam dengan durasi 30 sampai 60 menit. Untuk mencegah adanya data hilang, peneliti menggunakan alat bantu untuk merekam hasil wawancara. Peneliti menjamin bahwa penelitian tidak akan menimbulkan dampak buruk bagi ibu, suami, keluarga maupun masyarakat. Dengan sepenuh hati, peneliti menghargai hak partisipan, menjamin kerahasiaan identitas partisipan dan data yang diperoleh, dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian. Melalui penjelasan singkat ini, peneliti memohon kesediaan dan kerelaan ibu sebagai partisipan, membantu memberikan informasi dengan sejujur-jujurnya, serta kesediaan ibu untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi partisipan penelitian. 140 Atas bantuan dan kerjasama yang baik, peneliti mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Salatiga, Juli 2013 Hormat saya, Kristina Dwi Lestari Widi N. 141 Lampiran 5 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Kode : ……………………………........... Nama : …………………………………… Umur : ……….. tahun Alamat : ………………………………………………………………….. Setelah saya membaca dan memahami tentang maksud dan tujuan penelitian dengan judul “Gambaran Aktivitas Seksual Wanita Menopause di Dusun Sumogawe, Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang” yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana: Nama : Kristina Dwi Lestari Widi Nugraheni NIM : 462009045 Saya bersedia menjadi partisipan dengan sukarela, dan membantu memberikan informasi dengan jujur dalam penelitian ini. Sumogawe, Juli 2013 Partisipan, …………………………… 142 Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas 143 Lampiran 7 Surat Rekomendasi Penelitian 144