PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS WISATA, DAN EXPERIENTAL PURCHASING TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Survei Pada Pengunjung Domestik Wisata Benteng Vredeburg) Eanggi Maisaroh Email: [email protected] Dwi Irawati, S.E., M.Si., Dr.Cand Email: [email protected] Dedi Runanto, S.E., M.Si Email: [email protected] Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Perkembangan kepariwisataan Indonesia selama beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang signifikan menjadi industri pariwisata dan juga industri bisnis yang semakain berkembang. Industri bisnis pariwisata yang semakin berkembang membuat persaingan antar destinasi pariwisata semakin tajam. Pengelolaan destinasi wisata saling berlomba untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawannya. Museum Benteng Vredeburg yang merupakan salah satu destinasi wisata sejarah yang berada di Yogyakarta diharapkan akan terus mengalami peningkatkan jumlah kunjungan wista, namun dari tahun 2006-2014 jumlah wisatawan yag berkunjung sangat fuktuatif. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing terhadap kepuasan konsumen pada Museum Benteng Vredeburg. Teknik pengambilan sempel penelitin ini adalah purposive sampling dengan jumlah sempel sebanyak 100 responden yang merupakan pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg, instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dinilai dengan skala likert yang sudah diuji coba dan telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Analisis dilakukan menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien dari citra destinasi sebesar 0,203 dengan nilai signifikan 0,040 (<0,05) artinya citra destinasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen, fasilitas wisata sebesar 0,233 dengan nilai signifikan 0,024 (<0,05) artinya fasilitas wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen, dan experiental purchasing sebesar 0,402 dengan nilai signifikan 0,002 (<0,05) artinya experiental purchasing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Berdasarkan hasil uji signifikan diperoleh nilai sebesar 29,445 dengan nilai signifikan 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan. Kata kunci: citra destinasi, fasilitas wisata, experiental purchasing, kepuasan konsumen 1 A. PENDAHULUAN Saat ini, industri pariwisata di Indonesia menunjukkan bisnis jasa yang semakin berkembang dan diperhitungkan. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor yang dianggap penting dan strategis, karena tahun 2009 sektor pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Penguatan penerimaan devisa cukup beralasan karena bidang pariwisata di Indonesia sudah berkembang sejak dulu. Indonesia memiliki banyak objek pariwisata. Pariwisata di Indonesia tidak hanya dari wisata alam, wisata budaya tetapi juga wisata sejarah. Kekhasan wisata sejarah cukup beralasan karena Indonesia merupakan negara bekas jajahan negara-negara Eropa dan Jepang yang secara tidak langsung banyak meninggalkan sejarah penting bagi bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Museum Benteng Vredeburg termasuk objek wisata sejarah yang banyak dikunjungi berada di kawasan Malioboro, Jl. Jenderal Ahmad Yani Nomor 6 Yogyakarta. Benteng Vredeburg awalnya dibangun sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan Residen Belanda kala itu. Kunjungan wisata dapat ditingkatkan dan dibangun dengan memberikan kepuasan kepada para wisatawan. Menurut Kotler dan Keller (2009:177), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Menurut Juwandi (2004:37), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pengunjung (wisatawan) di objek wisata, misalnya saja kualitas produk yang ditawarkan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pengunjung dan sesuai dengan apa yang diiklankan, biaya dan kemudahan (fasilitas) yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan pegunjung saat menikmati objek wisata, service quality yang diberikan oleh karyawan kepada pengunjung, dan emotional factor, pelanggan akan merasa puas (bangga) karena adanya emotional value yang diberikan oleh produk tersebut. Echtner and Ritchie (1993) dalam Lin Chung-Hsein, et.al. (2007:183) citra destinasi adalah sejumlah keyakinan, ide dan impresi seseorang terhadap atribut atau aktivitas disuatu destinasi yang membentuk keseluruhan gambaran destinasi tersebut. Sedangkan citra yang dipersepsikan setelah terjadinya kunjungan wisata juga akan mempengaruhi kepuasan konsumen dan intensitas untuk melakukan kunjungan wisata kembali di masa mendatang, tergantung pada kemampuan daerah tujuan wisata dalam 2 menyediakan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan citra yang wisatawan miliki tentang daerah wisata. Destinasi yang baik dan bagus yaitu destinasi yang harus mampu memberi fasilitas wisata yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung untuk memberi kemudahan dan memenuhi kebutuhan mereka selama berkunjung. Kemampuan memberikan fasilitas wisata, membuat pengunjung nyaman saat berkunjung. Kotller (2009:45) menyatakan bahwa fasilitas adalah segala sesuatu yang sengaja disediakan oleh penyedia jasa untuk dipakai serta dinikmati oleh konsumen yang bertujuan memberkan tingkat kepuasan maksimal. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong dan cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attraction berkembang (James, 1997:40). Menciptakan kepuasan konsumen dapat dilakukan dengan menciptakan persepsi positif di benak konsumen mengenai produk. Satu diantara beberapa konsep pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sisi emosional konsumen adalah melalui experiental marketing. Penelitian ini fokus menguji experiental marketing pada tahap yang kedua yaitu experiental purchasing. Experiental purchasing adalah mengetahui yang dipilih, saat pembelian, pengepakan, penghitungan dari lingkungan yang dirasakan menurut Arnold dan Price dalam Grundey (2008:136). Berdasarkan uraian tersebut, kepuasan konsumen dan faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kepuasan konsumen dalam kunjungan wisata, menarik untuk diteliti. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Citra Destinasi, Fasilitas Wisata, dan Experiental Purchasing Terhadap Kepuasan Konsumen (Survei pada Pengunjung Domestik Wisata Benteng Vredeburg)”. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah citra destinasi berpengaruh terhadap kepuasan konsumen? 2. Apakah fasilitas wisata berpengaruh terhadap kepuasan konsumen? 3. Apakah experiental purchasing berpengaruh terhadap kepuasan konsumen? 4. Apakah citra destinasi, fasilitas wisata, experiental purchasing berpengaruh terhadap kepuasan konsumen? 3 C. KAJIAN TEORI 1. Pariwisata Pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan perorangan maupun sekelompok orang melakukan perjalanan ke tempat wisata. Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta “pari” yang berarti hal atau banyak melakukan dan kata “wisata” berarti perjalanan. Pariwisata adalah perjalanan atau banyak melakukan perjalanan. Kondhyat dalam James J. Spillane (1987:21) pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. 2. Pemasaran Menurut Kotler (2005: 10), pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Pendapat lain menurut Kotler dan Keller (2009: 5), pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. 3. Pemasaran Pariwisata Krippendorf (1971:34) dalam bukunya Marketing Et Tourisme pemasaran pariwisata sebagai suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta maupun pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional, atau internasional untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang wajar. Sedangkan Wahab (2000) dalam Khairani (2009:13), pengertian pemasaran pariwisata sebagai suatu proses manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk dalam kelompok industri pariwisata untuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya keinginan untuk melakukan perjalanan wisata dengan jalan melakukan komunikasi untuk mereka, mempengaruhi keinginan, kebutuhan, dan memotivasinya, terhadap apa yang disukai dan tidak disukainya, pada tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional dengan menyediakan objek dan atraksi wisata agar wisatawan memperoleh kepuasan optimal. 4 4. Jasa Menurut Kotller (2009:36), jasa adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan secara sendiri, yang pada hakekatnya bersifat tidak teraba (intangible),yang merupakan pemenuhan kebutuhan dan tidak terkait pada penjualan produk/jasa lain. Untuk menghasilkan jasa mungkin pula tidak diperlukan penggunaan benda nyata (tangible). Akan tetapi sekalipun penggunaan benda itu perlu, namun tidak terdapat adanya perpindahan hak milik atas benda tersebut (pemilik permanen). Menurut Haizer dan Render (2005:12), jasa adalah kegiatan ekonomi yang biasanya menghasilkan barang tidak nyata, seperti: pendidikan, hiburan, penginapan, pemerintahan, pelayanan keuangan, dan kesehatan. Sedangkan menurut Haksever, et.al dalam Wahyu (2009:11) jasa atau pelayanan didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang menghasilkan waktu, tempat, bentuk, dan kegunaan psikologis. 5. Strategi Pemasaran Jasa Untuk merealisasikan kepuasan dan loyalitas, peran strategic marketing sangat penting. Menurut Cravens (1997:10), strategic marketing is a market-driven process of development, taking into account a constantly changing business environment and the need to achieve high levels of customer satisfaction. Strategic marketing focuses on organizational performance rather than the traditional concern about increasing sales. Salah satu strategi pemasaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan jumlah pengunjung adalah strategi experiental marketing. Alma (2014:264), konsep experiential marketing dapat dilakukan melalui Strategy Experiential Moduls (SEMs), yaitu dengan memberikan pengalaman kepada konsumen atau pelanggan melalui lima tipe pengalaman seperti sense, feel, think, act dan relate. Pada dasarnya, satu tujuan dari penerapan experiential marketing adalah terbentuknya kepuasan konsumen atau pelanggan yang mana merupakan tujuan utama dari pemasaran. 6. Kepuasan Konsumen Kotler dan Keller (2009:177), menyatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Mowen dan Minor (2002:89), kepuasan atau ketidakpuasan juga didefinisikan sebagai seluruh sikap yang ditujukan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Kotler dan 5 Keller (2012) dalam Tjiptono (2014:369-370) mengungkapkan 4 metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu: sistem keluhan dan saran, ghost/mystery shopping, last customer analysis, survei kepuasan pelanggan. 7. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan konsep utama dari pemasaran modern yang lebih dikenal sebagai marketing mix. Menurut Kotler (2002:18) yaitu:”Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus - menerus mencapai pemasarannya di pasar sasaran”. Marrison (2010) dalam Dewi (2011:52), Marketing mix dalam pemasaran pariwisata meliputi 8P yang merupakan ekstensi dari 4P tradisional yang berlaku dalam produk secara umum. Kedelapan P atau elemen-elemen pokok marketing mix adalah product, price, place, promotion, packaging, programmig, people, patnership. Dalam industri pariwisata, produk dapat dipahami dalam dua tingkatan sebagai berikut (Middleton, 1989:30), produk wisata total secara keseluruhan (total tourist product) dan produk secara spesifik. 8. Destinasi Pariwisata Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit). Suatu tempat pasti memiliki batas-batas tertentu, baik secara aktual maupun hukum. Menurut Ricardson dan Fluker (2004:48), destinasi pariwisata didefinisikan sebagai berikut: “A significant plance visited ontrip, with some from of actual or perceived boundary. The basic geographic unit for the production of tourism statitistics”. Destinasi dapat dibagi menjadi destination area yang oleh WTO dalam Ricardson dan Fluker (2004:48) didefinisikan sebagai berikut: “Part of destination. A homogeneous tourism region or a group of local government regions”. 9. Citra Destinasi Menurut Middleton (1989) dalam teori total tourism product citra merupakan salah satu komponen yang ada dalam marketing mix pemasaran pariwisata. Andreassen, et.al., (1998:7), citra tempat tujuan wisata dipercaya dapat menciptakan efek helo pada kepuasan konsumen, dimana wisatawan menggunakan citra tempat tujuan wisata sebagai alat untuk evaluasi dan membandingkan objek wisata satu dengan yang lainnya. Chon’s (1990) dalam Pike (2008:201), mengungkapkan bahwa citra destinasi berperan 6 dan berpengaruh dalam perilaku pembelian dan kepuasan. Menurut Middleton (1989) dalam Ricardson dan Fluker (2004:50), bahwa citra merupakan salah satu komponen yang ada dalam aktivitas destinasi yang intangible. Tasci dan Konzak (2006:304), citra destinasi adalah persepsi individu terhadap karakteristik destinasi yang dapat dipengaruhi oleh informasi promosi, media masa serta banyak faktor lainnya. Echtner and Ritchie dalam Lin Chung-Hsein, et.al. (2007:183) citra destinasi adalah sejumlah keyakinan, ide dan impresi seseorang terhadap atribut atau aktivitas disuatu destinasi yang membentuk keseluruhan gambaran destinasi tersebut. Coshall (2000) dalam Martinez (2010:865) menyatakan bahwa citra destinasi merupakan kesan wisatawan secara umum terhadap suatu destinasi wisata. 10. Fasilitas Wisata Menurut Middleton (1989) dalam teori total tourism product fasilitas wisata merupakan salah satu komponen yang ada dalam marketing mix pemasaran pariwisata. Menurut Juwandi (2004:37), kemudahan (fasilitas) yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan pengunjung merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan. Jansen-Verbeke yang dikutip oleh Burton (1995:128) mengenai fasilitas wisata adalah fasilitas berupa bangunan yang timbul karena adanya daya tarik utama yang merupakan fasilitas primer. Fasilitas yang timbul karena adanya daya tarik antara lain fasilitas pengunjung. Fasilitas pengunjung adalah bangunan di luar fasilitas primer yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama masih berada di lokasi wisata. Fasilitas pengunjung terdiri dari fasilitas sekunder dan fasilitas konvensional. Fasilitas wisata menurut Yoeti (2003:56), adalah semua fasilitas yang fungsinya memenuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal untuk sementara waktu didaerah tujuan wisata yang dikunjungi, dimana mereka dapat santai menikmati dan berpartisipasi dalam kegiatan yang disediakan di daerah tujuan wisata tersebut. 11. Experiental Purchasing Menurut Arnold dan Price dalam Grundey (2008:136), pengalaman konsumsi dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu: pre consumption experience, purchase experience, core consumption experience, dan remember consumption dan nostalgia experience. Experiental purchusing, yaitu mengetahui dari yang dipilih, saat pembelian, pengepakan, penghitungan dengan pelayanan dari lingkungan yang dirasakan. Menurut Seock (2003) dalam Fransiska (2015:83), experiental purchasing ialah pengalaman pembelian yang 7 dialami konsumen selama pembelian produk. Pengalaman pembelian memberikan gambaran umum kepada konsumen mengenai suatu produk yang telah ia beli dan dapat menjadi bahan referensi ataupun rujukan bagiorang disekitarnya. D. KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS H4(+) Citra destinasi (X1) H1(+) Fasilitas Wisata (X2) Experiental Purchasing (X3) H2(+) Kepuasan Konsumen (Y) H3(+) Keterangan: : Menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. : Menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. H1+ : Citra destinasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. H2 + : Fasilitas wisata berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. H3 + : Experiental purchasing berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. H4+ : Citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. E. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dengan cara membagikan kuesioner terhadap pengunjung wisata Mueum 8 Benteng Vredeburg. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengunjung domestik mandiri Museum Benteng Vredeburg. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 100 responden. Sampel penelitian diambil secara non probability dengan metode purposive sampling kriterianya adalah orang yang pernah berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg ber usia minimal 17 tahun dan melakukan kunjungan atas inisiatif sendiri. 1. DEFINISI OPERASIONAL a. Citra Destinasi Menurut Tasci dan Konzak (2006:304) dalam Putri, dkk. (2013:4), citra destinasi adalah persepsi individu terhadap karakteristik destinasi yang dapat dipengaruhi oleh informasi promosi, media masa serta banyak faktor lainnya. Qu et,al (2010) dalam Novrisa (2013:22), citra destinasi terdiri dari beberapa dimensi yaitu, sebagai berikut: 1) Cognitive image: a) Museum Benteng Vredeburg tempatnya bersih dan menarik. b) Infrastruktur Museum Benteng Vredeburg berkualitas. c) Koleksi benda-benda Museum Benteng Vredeburg berperan langsung dalam sejarah. 2) Unique image: a) Lingkungan Museum Benteng Vredeburg asri. b) Museum Banteng Vredeburg dilengkapi dengan teknologi yang mempermudah pengunjung dalam mendapatkan informasi sejarah. c) Fasilitas yang ada di Museum Benteng Vredeburg dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan. 3) Affective image: a) Museum Benteng Vredeburg merupakan tempat wisata yang edukatif. b) Museum Benteng Vredeburg dapat menumbuhkan nasionalisme pengunjung. b. Fasilitas Wisata Menurut Jansen-Verbeke yang dikutip oleh Burton (1995:128) menjelaskan mengenai fasilitas wisata adalah fasilitas berupa bangunan yang timbul karena adanya daya tarik utama yang merupakan fasilitas primer. Fasilitas yang timbul karena adanya daya tarik antara lain fasilitas pengunjung, fasilitas pengunjung adalah bangunan diluar 9 fasilitas primer yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama masih berda dilokasi wisata. Fasilitas pengunjung terdiri dari: 1) Ada fasilitas sekunder: a) Tersedia transportasi umum dan penginapan. b) Terdapat banyak penjual di sekitar Museum Benteng Vredeburg. 2) Ada fasilitas konvensional: a) Museum Benteng Vredeburg memiliki fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung. b) Adanya gedung informasi yang mempermudah pengunjung. c) Tersedianya ruangan yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk melakukan kegiatan. c. Experiental Purchasing Menurut Arnold dan Price dalam Grundey (2008:139), Experiental purchasing, yaitu mengetahui dari yang dipilih, saat pembelian, pengepakan, penghitungan dengan pelayanan dari lingkungan yang dirasakan. Schmitt (1999:63), berpendapat bahwa experience dapat diukur dengan menggunakan 5 faktor utama, yaitu: 1) Panca indra (sense): a) Benda-benda koleksi Museum Benteng Vredeburg tertata rapi dan terawat. b) Penunjung dapat mendengar informasi dengan jelas di area Museum Benteng Vredeburg. c) Museum Benteng Vredeburg tempatnya sangat terpelihara. 2) Perasaan (feel): a) Museum Benteng Vredeburg memiliki keamanan yang baik. b) Sambutan karyawan sopan dan ramah kepada pengunjung. c) Museum Benteng Vredeburg aman untuk bermain dan belajar. 3) Berpikir (Think): a) Produk yang ditawarkan lengkap. b) Adanya kesesuaian antara harga dan produk. 4) Perilaku (act): a) Datang ke Museum Benteng Vredeburg pengunjung lebih menghargai perjuangan para pahlawan. 10 b) Pengunjung ikut menjaga kebersihan dan tidak merusak benda koleksi museum. 5) Hubungan (relate): a) Kesan yang menyenangkan dan tidak terlupakan oleh pengunjung. b) Museum Benteng Vredeburg memiliki citra yang baik. d. KEPUASAN Kotler dan Keller (2009:177), menyatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas .Adapun indikator variabel kepuasan pelanggan menurut Assegaff (2009:176): 1) Pengunjung merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh para karyawan Benteng Vredeburg. 2) Kesesuaian kinerja Benteng Vredeburg dengan harapan pelanggan. 3) Produk yang ditawarkan pengunjung sesuai dengan kebutuhan. F. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Berdasarkan hasil uji validitas, r-hitung per item pernyataan bernilai positif dan lebih dari r-min (0,3) sehingga butir pertanyaan dalam kuesioner dapat dinyatakan valid dalam mengukur variable penelitian. Dan hasil uji reliabilitas, semua butir pertanyaan menghasilkan nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut adalah reliabel. G. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda untuk pengujian H1, H2, H3, dan H4. Dimana analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh variable bebas yaitu, citra destinasi, fasilitas wisata dan experiental marketing terhadap variable terikat yaitu kepuasan konsumen. Hasil uji regresi linier berganda dapat dilihat dalam table berikut. 11 Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Citra Destinasi (X1) Beta Standardized 0,203 Fasilitas Wisata (X2) 0,233 Experiental Purchasing (X3) 0,402 Sumber : Data Primer Diolah (2016) p-value 0,040 Keterangan Positif, Signifikan 0,024 0,002 Positif, Signifikan Positif, Signifikan persamaan garis regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y= 0,203X1 + 0,233X2 + 0,402X3 1. Citra Destinasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Citra destinasi adalah 0,203 dengan p-value = 0,040 (<0.05) yang berarti signifikan. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan citra destinasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung terdukung. Hal ini menunjukkan citra destinasi merupakan salah satu penentu kepuasan pengunjung, karena jika citra destinasi baik akan menciptakan kepuasan konsumen. Terbuktinya hipotesis pertama dalam penelitian ini disebabkan karena saat konsumen mempunyai penilaian yang baik terhadap elemen yang ada dalam citra destinasi Museum Benteng Vredeburg meliputi kualitas pengalaman yang didapat oleh para wisatawan, bahwa atraksi wisata, lingkungan suatu destinasi sesuai dengan harapan konsumen, maka konsumen terkesan dan puas dengan kunjungan wisatanya ke museum. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rahman (2015), menyimpulkan bahwa citra memberikan pengaruh terhadap kepuasan konsumen, dan Putri, dkk (2014), bahwa citra destinasi mempengaruhi kepuasan pengunjung. 2. Fasilitas Wisata berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Fasilitas wisata atau b2 = 0,233 dengan p-value 0,024 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian, fasilitas wisata (X2) memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung (Y). Hal ini menunjukkan bahwa, fasilitas wisata merupakan salah satu pembentuk terciptanya kepuasan pelanggan, karena dengan terpenuhinya fasilitas 12 wisata yang baik bagi pengunjung akan menciptakan kepuasan tersendiri bagi pengunjung. Hipotesis kedua pada penelitian ini terbukti sebab pengunjung menilai kemudahan yang dirasakan wisatawan atas elemen yang ada dalam fasilitas wisata Museum Benteng Vredeburg, yaitu: sarana yang menunjang dan menambah kenyamanan wisatawan dalam berekreasi (kemudahan menemukan pusat informasi, hotel, rumah makan, toko souvenir, transportasi, dan sebagainya), sangat membantu pengunjung dalam menikmati kunjungan wisatanya. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rahman (2015), bahwa fasilitas secara parsial memberikan pengaruh terhadap kepuasan konsumen. Putri, dkk. (2013), menyatakan fasilitas wisata secara parsial mempengaruhi kepuasan pengunjung. Teguh, dkk. (2015), menyimpulkan bahwa fasilitas wisata berpengaruh nyata terhadap kepuasan konsumen. 3. Experiental Purchasing berpengaruh positif terhadap kepuasa pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Berdasarkan Tabel 8, nilai b3 = 0,402 dengan p-value 0,002 (<0,05) yang berarti signifikan. Denga demikian, experiental purchasing (X3) memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengunjung (Y). Dengan demikian hipotesis ketiga ini terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa, experiental purchasing merupakan salah satu pembentuk kepuasan pelanggan. Hal ini dibuktikan dengan tingginya penilaian pengunjung berkaitan dengan kebersihan seluruh kawasan museum dan temperatur ruangan koleksi benda-benda museum, pemberitahuan informasi terdengar dengan jelas, perasaan pengunjung, kesesuaian produk yang ditawarkan dengan harapan konsumen, dan komunikasi antara pengunjung dengan pihak museum yang berlangsung dengan baik. Temuan ini sejalan dengan penelitian Eka dan Eka (2015), bahwa experiental marketing secara parsial memberikan pengaruh nyata terhadap kepuasan konsumen, dan Putri,dkk. (2013), menyatakan experiental marketing secara parsial mempengaruhi kepuasan pengunjung. 4. Citra Destinasi, Fasilitas Wisata, Expeiental Purchasing berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. 13 Nilai F =29,44 bernilai positif dengan p-value = 0,000 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian hipotesis keempat yang berbunyi citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing secara simultan (bersama-sama) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pegunjung. Semakin bagus citra destinasi dalam persepsi pengunjung, fasilitas yang dapat memberikan kemudahan kepada pengunjung, dan experiental purchasing dirasakan cukup baik, maka pengunjng semakin merasa puas. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rahman (2015) yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan dari citra dan fasilitas secara simultan terhadap kepuasan konsumen. Begitu juga penelitian Putri, dkk. (2013), menunjukkan bahwa citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental marketing secara simultan mempengaruhi kepuasan pengunjung. H. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing terhadap kepuasan konsumen pada pengunjung domestik Museum Benteng Vredeburg, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Citra destinasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung objek wisata Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. 2. Fasilitas wisata berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung objek wisata Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. 3. Experiental purchasing berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung objek wisata Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. 4. Citra destinasi, fasilitas wisata, dan experiental purchasing secara simultan (bersama-sama) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung objek wisata Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta I. DAFTAR PUSTAKA Alma, B. 2014. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. Andreassen, T.W., and Lindestad, B. 1998. Customer Loyalty and Complex Services: the Impact of Corporate Image On Quality, Customer Satisfaction and Loyalty for 14 Customer With Varying Degrees of Service Expertise. International Journal of Services Industry Management, 9(1): 7-23. Assegaff, M. 2009. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan: Studi Pada Perusahaan Penerbangan di Kota Semarang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 10 (2): 147-176. Buchari, A. 2014. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. Burton, R. 1995. Travel Geography. London: Pitman Publish. Echtner, C.M, Brent R.J.R 2003. The Meaning and Measurement of Destination Image. The Jurnal of Tourism Studies, 14(1): 37-48. Eka,M.R, dan Eka. Y. 2015. Pengaruh Experiental Marketing Terhadap Kepuasan Pelanggan: Studi Pada Wiki Koffie Bandung. Ekonomi Bisnis. Universitas Telkom. Fransiska, D. A. 2016. Pengaruh Purchase Experience, Consumer Innovativeness, Vaniti Seeking, Variety Seeking, Sikap Teradap Video Tutorial Make-Up , Dan Brand Image Pada Minat Beli. Manajemen. Universitas Sanata Dharma. Grundey, D. 2008. Experiental Marketing vs Experiental Tradisional: Creating Rantional and Emotinal Liaisons With Consumers. Vilnius University. The Romanian Economic Jounarl. Year XI no. 29. Haizer, j., and Render, B. 2005. Operations Management. Jakarta: Salemba Empat J. Krippendorf.1971. Marketing Et Tourisme. Bern: Herbert Lang and Cie AG James, J. S. 1987. Pariwisata Indonesia Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius. _________. 1997. Pariwisata Indonesia dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius Juwandi,H.I. 2004. Kualitas Pelayanan Jasa. Jakarta: Erlangga. Khairani. 2009. Analisis Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pembentukan Citra Daerah Tujuan Wisata: Studi Kasus Wisatawan yang Berwisata Ke Yogyakarta Periode 2007-2009. Skripsi. Universitas Indonesia. Kartajaya, H. 2006. Marketing in Venus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi 10. Jakarta: Penerbit PT. Prenhallindo. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Terjemahan oleh Benyamin Molan. Edisi 11. Jakarta: Erlangga. __________ . 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Edisi 12. Jakarta: PT. Indeks. Lin C.H., Duarte, B.M., Deborah, L.K, Jing, S.H. 2007. Examining the Role of Cognitive and Affective Image Predicting Choice Across Natural, Developed, and Theme-Park Destinations. Jurnal of Travel Research, 46: 183-194 Martinez, S.C., Garau, V.J.B., Martinez, R.M.P. 2010. Factor Influencing Repeat Visits to a Destination: The Influence of Group Composition. Jurnal http://www.researchgate.net/publication/247231152-Factors-Influencing-Visitsto-a-Destination-The-Influence-of-Group-Composition Middleton, V. 1989. Tourist Product, in Tourism Marketing and Management. Eds. Stephen F. Witt and Luizn Moutinho, Hertfordshire: Prentice Hall International. Mowen, J. C. dan Minor, M. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Jakarta: Erlangga 15 Novrisa, D.S. 2013. Pengaruh Citra Destinasi Pariwisata Kabupaten Belitung Terhadap Perilaku Pasca berkunjung Wisatawan Nusantara. Skripsi. Universitas Pendidikan indonesia. Pike, S. 2008. Destination Marketing. Butterworth-Heineman. Putri, R.A, Naili, F., dan Reni. S.D. 2013. Pengaruh Citra Destinasi Fasilitas Wisata dan Experiental Marketing Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan: Studi Pada Pengunjung Domestik Taman Wisata Candi Borobudur. Ilmu Administrasi Bisnis. Universitas Diponegiro. Rahman, M.R. 2015. Pengaruh Layanan, Citra, dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Konsumen Hotel LOR-IN di Solo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Richardos, J.I dan Martin, F. 2004. Understanding and Managing Tourism. Australia: Pearson Education Australia, NSW Australia. Schmitt, B. 1999. Experiental Marketing: How to Get Your Customers to Senes, Feel, Think, Act, Relate to Your Company and Branda. New York: Free Pass Soekadijo, R.G. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Publishing. Teguh, R.S, Djamhur, H., dan Devi. F. A. 2015. Pengaruh Fasilitas Wisata dan Harga Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Pada Museum Satwa). Jurnal Administrasi Bisnis, 25(1): 1 Tjiptono, F. 2006. Manajemen Jasa.Yogyakarta: Andi. Wahyu, A. 2009. Manajemen Operasi Jasa.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yeoti, O. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa. 16