evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) di puskesmas

advertisement
EVALUASI PROGRAM JAMINAN
PERSALINAN (JAMPERSAL) DI
PUSKESMAS MANDALA
KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN LEBAK
TAHUN 2011-2013
Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
PUTRI PERMATASARI
NIM 6661110391
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Mei 2015
ABSTRAK
Putri Permatasari. NIM. 6661110391. Skripsi. Evaluasi Program Jaminan
Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak, Tahun 2011-2013. Pembimbing I: Dr. ayuning Budiati,
MPPM dan Pembimbing II: Maulana Yusuf., S.IP., M.Si
Kata Kunci: Evaluasi Kebijakan, Jaminan Persalinan, Lebak
Dalam rangka untuk menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, maka
dibuatlah program jaminan persalinan, yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang
petunjuk teknis pelaksanaan program jaminan persalinan. Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, merupakan salah satu penyelenggara
program jaminan persalinan, pada pelaksanaanya sarana dan prasarana di Puskesmas
Mandala belum memadai, responsivitas masyarakat kurang, jumlah kejadian
kematian bayi di wilayah Puskesmas Mandala meningkat. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui Evaluasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013. Penelitian ini
bertitik tolak dari teori kriteria evaluasi Dunn, yaitu efektivias, efisiensi, kecukupan,
perataan, responsifitas, dan ketepatan. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Maka dalam pemilihan informan,
peneliti menggunakan metode purposive. Adapun teknik yang peneliti gunakan
adalah, wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan
adalah analisa data dilapangan model Miles dan Huberman. Komponen dalam
analisis data diantaranya, reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
pengelompokkan data (data collecting), dan penyimpulan data (verification). Hasil
penelitian ini memperlihatkan tujuan program jaminan persalinan yang sudah dicapai
belum maksimal, dimana jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan belum mencapai jumlah yang
maksimal, program jaminan persalinan belum mampu menekan jumlah kematian ibu
dan jumlah kematian bayi di wilayah Puskesmas Mandala, Pelayanan KB di
Puskesmas Mandala belum mencapai jumlah yang maksimal.
ABSTRACT
Putri Permatasari. NIM. 6661110391. Research. Birth Assurance Program
Evaluation in Mandala Community Health Center, Cibadak Sub-District, Lebak
Regency, in 2011-2013. First Adviser: Dr. ayuning Budiati, MPPM and Second
Adviser: Maulana Yusuf., S.IP., M.Si
Keyword: Policy Evaluation, Birth Assurance, Lebak
In order to suppress the maternal mortality rate and infant mortality, the government
has make a program. Namely of program is birth assurance program. That is
regulated in the Republic of Indonesia Health Minister Number
2562/MENKES/PER/XII/2011, about implementation technical instruction of birth
assurance program. Mandala Community Health Center, Cibadak Sub-District,
Lebak Regency, which organizes of birth assurance. In practice, facilities and
infrastructure at Mandala Community Health Center is still inadequate, next
community responsiveness less, increassed infant mortality in the region of Mandala
Community Health Center. The purpose of this research is to know evaluate Birth
Assurance Program in Mandala Community Health Center, Cibadak Sub-District,
Lebak Regency, in 2011-2013. The research method, is criteria evaluation Dunn, that
is effectiveness, efficiency, equity, responsiveness, exactness. The research method
that is deployed of descriptive method with qualitative approach. Therefore in
informan selection is using a purposive method. The research using Miles and
Huberman analysis data method. Componens are data reduction, data display, data
collecting and feryvication. This research shows that personel birh helping by non
medical is higher than medical, birth assurance program can not solved the problems
are maternal mortality and infant mortality in the region of Mandala Community
Health Center, Family planning servive in Mandala Community Health Center has
not reached maximum.
Usaha tanpa do’a sama dengan SOMBONG
Do’a tanpa usaha sama dengan BOHONG
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Yeti Ningsih, Ibundaku tercinta
Beliau adalah malaikat dalam hidupku
dan Sarta Dinata, Ayahandaku
tersayang
Beliau adalah pahlawan yang nyata
dalam hidupku
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Jaminan Persalinan
(Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Tahun
2011-2013” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat, untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata 1 (satu) pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan dan
untuk menambah wawasan dimasa yang akan datang. Terimakasih paling terdalam penulis
ucapkan untuk ibunda yang selalu mendokan tiada henti, serta untuk ayahanda yang selalu
memberikan motivasi tiada henti agar penulis menjadi orang sukses.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah memberikan
pengajaran, bantuan serta dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada :
i
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto N, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwianna, S.Ikom., M.Ikom., Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Pebantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si., Sekretaris Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Dr. ayuning Budiati, MPPM, Dosen Pembimbing I skripsi yang selalu sabar dalam
memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
9. Maulana Yusuf., S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing II skripsi yang selalu bijaksana
dalam memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
10. Juliannes Cadith, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.
11. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
12. Kepala Puskesmas Mandala dan Bidan Puskesmas Mandala yang telah membantu
dalam memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti selama proses penelitian.
ii
13. Yeti Ningsih, Ibunda yang selalu mendoakan penulis tiada henti, agar menjadi orang
yang berhasil.
14. Sarta Dinata, Ayahanda penulis yang selalu memberikan semangat, dan nasehat
dengan bijaksana kepada penulis.
15. Try Busyaeri Fajrillah, yang selalu membantu dan memberikan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini.
16. Anis Yuliana, Vergie Putri Gayatri, Alvi Syahrianti, Lailatul Aliya, Magdalena, Rizki
Septi Nurafifah, Sutiawan, dan Mursi, sahabat yang selalu memberikan motivasi dan
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
17. Teman-teman seperjuangan Kelas B Administrasi Negara angkatan tahun 2011 yang
saling mendukung agar semuanya bisa sukses.
18. Teman-teman Angkatan Administrasi Negara tahun 2011 yang memberikan kesan
selama perkuliahan.
19. Irwan Hermawan, A.Md., sahabat yang selalu memberikan semangat dan motivasi
agar menjadi orang sukses.
20. M. Muchsin dan Rum Nasih, kakek dan nenek yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
21. Desty Megadianti S.P., Budi Rahmat, Agus Priyatna, keluarga besar yang selalu
memberikan doa dan semangat kepada penulis.
iii
Selain itu peneliti selaku penyusun menyadari akan adanya kekurangan-kelurangan
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Disamping itu juga peneliti berharap agar skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Serang, 18 Mei 2015
Putri Permatasari
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ….
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
viii
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................... 21
1.3 Pembatasan Masalah ....................................................................... 22
1.4 Rumusan Masalah ........................................................................... 22
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 22
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................... 23
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori ................................................................................... 25
2.1.1 Kebijakan Publik .................................................................. 25
2.1.2 Evaluasi Kebijakan Publik ................................................... 31
2.1.3 Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik ............................ 35
2.1.4 Model Evaluasi Kebijakan ................................................... 38
2.1.5 Pengertian Kesehatan ........................................................... 45
2.1.6 Jaminan Persalinan ............................................................... 46
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 60
v
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 64
2.2 Asumsi Dasar ...................................................................................... 68
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian .............................................................................. 69
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 69
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................... 70
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................ 71
3.4.1 Definisi Konsep .................................................................... 71
3.4.2 Definisi Operasional Penelitian ............................................ 73
3.5 Instrumen Penelitian ........................................................................... 75
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 76
3.7 Informan Penelitian ........................................................................... 78
3.8 Teknik Analisis dan Keabsahan Data ................................................ 79
3.8.1 Teknik Analisis Data ............................................................ 79
3.8.2 Uji Keabsahan Data .............................................................. 82
3.9 Jadwal Penelitian ............................................................................... 85
BAB IV DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................. 87
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Cibadak ............................... 87
4.1.2 Gambaran Umum Puskesmas Mandala ............................... 99
4.2 Deskripsi data .................................................................................... 109
4.2.1 Deskripsi DataPenelitian .................................................... 109
4.2.2 Data Informan .................................................................... 111
4.3 Penyajian Data .................................................................................. 114
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 163
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 178
vi
5.2 LokaSaransi dan Waktu Penelitian ....................................... 179
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Persentase Penolong Persalinan di Kecamatan Cibadak Tahun
2012 .............................................................................................. 11
Gambar 2.1 : Proses Kebijakan .......................................................................... 29
Gambar 2.2 : Sekuensi Implementasi Kebijakan ............................................... 30
Gambar 2.3 : Kerangka Berfikir ......................................................................... 67
Gambar 3.1 : Komponen dalam Analisis Data ................................................... 80
Gambar 4.1 : Mobil Ambulance Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak ....................................................................... 116
Gambar 4.2 : Alur Sosialisasi Program Jaminan Persalinan ............................ 123
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Wawancara
Lampiran 2
Matriks Wawancara
Lampiran 3
Dokumentasi Wawancara
Lampiran 4
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2562/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Petunjuk Teknik
Jaminan Persalinan
Lampiran 5
Daftar Istilah
Lampiran 6
Daftar Riwayat Hidup
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Angka kematian ibu atau disingkat menjadi AKI adalah jumlah kematian
ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan paska persalinan, per 100.000
Kelahiran Hidup (KH) pada masa tertentu. AKI juga merupakan salah satu
indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. AKI
yang tinggi menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat di suatu negara
belum baik, sebaliknya AKI yang rendah menunjukkan bahwa derajat kesehatan
masyarakat di suatu negara baik. Negara Indonesia merupakan negara bagian Asia
Tenggara yang memiliki angka kematian ibu (AKI) paling tinggi dibandingkan
dengan negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Angka kematian ibu di Indonesia
yang masih tinggi, menunjukkan kualitas hidup perempuan di Indonesia masih
rendah.
Pada tahun 2012 angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per
100.000 Kelahiran Hidup (KH), yang kemudian diikuti oleh negara Filipina yang
memiliki AKI sebesar 230 per 100.000 KH, kemudian Vietnam dengan AKI
sebesar 150 per 100.000 KH, berikutnya Thailand dengan AKI sebesar 110 per
100.000 KH, Malaysia dengan AKI sebesar 62 per 100.000 KH, Kemudian
Singapura dengan AKI sebesar 14 per 100.000 KH, dan Brunei Darussalam
1
2
dengan AKI sebesar 13 per 100.000 KH. Berdasarkan angka tersebut, dapat
diketahui bahwa Indonesia memiliki angka kematian ibu paling tinggi
dibandingkan dengan negara – negara lainnya di Asia Tenggara.
Keterbatasan masyarakat miskin dalam mendapatkan akses kesehatan,
tentu membawa dampak bagi keberhasilan dalam pembangunan kesehatan. Selain
permasalahan gizi buruk, yang harus mendapatkan perhatian khusus adalah,
permasalahan akses kesehatan reproduksi bagi perempuan miskin. Tidak adanya
pelayanan kesehatan reproduksi yang terbuka untuk mereka, sehingga sampai saat
ini perempuan dari keluarga miskin masih memilih menggunakan jasa dukun
bayi, untuk membantu proses persalinan. Akibat persalinan yang dilakukan selain
oleh bidan atau tenaga kesehatan terampil lainnya menyebabkan tingginya angka
kematian ibu dan bayi, karena dengan persalinan yang dibantu oleh dukun dapat
mengakibatkan terjadinya persalinan yang beresiko seperti pendarahan, dimana
pernah terjadi kasus pendarahan pada saat seorang ibu melakukan proses
persalinan di dukun bayi (Sumber: Hasil wawancara dengan Kader Posyandu di
Kampung Kaloncing, Desa Kaduagung Tengah pada Tanggal 25 Oktober 2014).
Sebelum dibuatnya program jaminan persalinan, Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan Angka Kematian Ibu (AKI) nasional
mulai Tahun 1994, 1997, 2003, 2007 (sebelum dilaksanakan program jaminan
persalinan), dan Tahun 2012 (pada saat sedang dilaksanakan program jaminan
persalinan). Data tersebut dapat dilihat melalui Tabel 1.1 berikut :
3
Tabel 1.1
Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional
Hasil Survei Derajat Kesehatan Indonesia (SDKI)
No
Tahun
Angka Kematian Ibu (AKI)
1.
1994
390/100.000 Kelahiran Hidup
2.
1997
334/100.000 Kelahiran Hidup
3.
2003
307/100.000 Kelahiran Hidup
4.
2007
228/100.000 Kelahiran Hidup
5.
2012
359/100.000 Kelahiran Hidup
Sumber : Profil Kesehatan Indonesia (2013)
Data pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa, angka kematian ibu di
Indonesia mulai dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan
setiap tahunnya, meskipun mulai tahun 2011, dimana sudah diberlakukan program
jaminan persalinan. AKI Nasional pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang
sangat tinggi, hingga mencapai 359 per 100.000 Kelahiran Hidup, dimana AKI
tersebut masih sangat jauh diatas target AKI untuk MDGs (Millenium
Development Goals)
tahun 2015 yang ditetapkan oleh WHO (World Health
Organization) dimana target angka kematian ibu ditetapkan sebesar 102/100.000
Kelahiran Hidup. Selanjutnya, data angka kematian bayi (AKB) di Indonesia
dapat dilihat melalui Tabel 1.2 berikut :
4
Tabel 1.2
Angka Kematian Bayi (AKB) Nasional
Hasil Survei Derajat Kesehatan Indonesia (SDKI)
No
Tahun
Angka Kematian Ibu (AKI)
1.
1994
57/1000 Kelahiran Hidup
2.
1997
46/1000 Kelahiran Hidup
3.
2003
35/1000 Kelahiran Hidup
4.
2007
34/1000 Kelahiran Hidup
Sumber : Profil Kesehatan Indonesia (2012)
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 diatas, dapat diketahui bahwa angka
kematian bayi di Indonesia masih tinggi, dan sangat jauh jika dibandingkan
dengan target angka kematian bayi tahun 2015, yang ditargetkan sebesar 23 per
1000 Kelahiran Hidup. Oleh karena tingginya angka kematian ibu di Indonesia,
dibandingkan dengan negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)
lainnya, serta tingginya angka kematian bayi di Indonesia, maka Menteri
Kesehatan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II, menetapkan
kebijakan jaminan persalinan atau disingkat Jampersal.
Program jaminan persalinan atau disingkat menjadi Jampersal, merupakan
perluasan kepesertaan dari jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), dan tidak
hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang diterima oleh penerima
jaminan persalinan terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan keluarga berencana pasca persalinan. Sedangkan pengertian umum
dari program jampersal adalah, program pemeriksaan kehamilan (antenatal),
5
persalinan dan pemeriksaan masa nifas (postnatal), bagi seluruh ibu hamil yang
belum mempunyai jaminan kesehatan, serta bayi yang dilahirkannya pada fasilitas
kesehatan, yang bekerjasama dengan program jaminan persalinan terintegrasi
dengan program jaminan kesehatan masyarakat.
Program
Jampersal
merupakan,
program
yang difokuskan
untuk
memberikan jaminan kebijakan, dan manajemen publik pembiayaan persalinan
bagi setiap wanita hamil. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
256/Menkes/PER/XII/ 2011 tentang petunjuk teknis (Juknis) pelaksanaan
program Jampersal, menyebutkan bahwa jaminan persalinan ditujukan untuk
meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan
pelayanan nifas ibu, oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Tujuan umum dari
program jaminan persalinan adalah, untuk meningkatkan akses terhadap
pelayanan kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir, dan KB (keluarga
berencana) pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dan berwenang, di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.
Mulai tanggal 01 Januari 2014, program jaminan persalinan masuk
kedalam bagian pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan, karena untuk seluruh masyarakat miskin yang mendapat Jamkesmas
otomatis masuk kedalam BPJS, dengan sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang
diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang
bersifat wajib (mandatory). Berdasarkan undang-undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
6
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan di Provinsi Banten menempati
posisi ke 5 (lima) di tingkat nasional, dimana posisi pertama diduduki oleh
Provinsi Jawa Barat, posisi kedua diduduki oleh Provinsi Jawa Tengah, posisi
ketiga diduduki oleh Provinsi Jawa Timur, dan posisi keempat diduduki oleh
Provinsi Sumatra Utara. Pada Tahun 2012 angka kematian ibu di Provinsi Banten,
berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) mencapai 308
per 100.000 Kelahiran Hidup, sedangkan rata-rata nasional berada pada angka 359
per 100.000 Kelahiran Hidup. Angka kematian bayi di Provinsi Banten
menempati posisi keenam di tingkat nasional, dimana AKB Provinsi Banten tahun
2012 mencapai 30,9 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih sangat jauh
dari target AKB tahun 2015, yang ditetapkan sebesar 23 Jiwa / 1.000 Kelahiran
Hidup.
Pada tahun 2013 jumlah kematian ibu di Provinsi Banten mencapai jumlah
yang sangat tinggi, yakni sebanyak 216 (dua ratus enam belas kematian,
sedangkan kematian bayi neonatal (hanya hidup dalam rentang waktu dua puluh
delapan hari) sebanyak 1220 (seribu dua ratus dua puluh) kematian. Jumlah
penduduk yang tinggi, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondisi
sosial, budaya dan ekonomi masyarakat di Provinsi Banten, merupakan penyebab
dari tingginya angka kematian ibu dan bayi di Provinsi. Berikut adalah data
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Banten
:
7
Tabel 1.3
Pencapaian Indikator AKI dan AKB Kabupaten / Kota
se- Provinsi Banten tahun 2009-2011
No
Kabupaten /
Kota
AKB
(1000 per
Kelahiran Hidup)
AKI
(100.000 per Kelahiran
Hidup)
2009
2010
2011
2009
2010
2011
1
Kota Tangerang
12,5
11,3
8,2
98,1
78,7
51,9
2
Kota Serang
25,1
23,1
18,5
163,4
149,8
125,1
3
Kab.Lebak
45,1
41,4
35,2
336,7
332,5
328,1
4
Kab.Tangerang
21,2
18,9
15,2
115,1
106,4
104,9
5
Kab.Pandeglang
44,5
40,8
32,6
328,0
302,1
302,1
6
Kota Cilegon
22.2
20,4
13,6
196,8
185,0
102,0
7
Kab.Serang
30,1
26,6
18,7
419,1
381,4
362,1
8
Kota Tangsel
9,8
8,0
5,0
82,9
64,9
50,6
PROVINSI
25,3
22,8
17,0
203,2
187,3
158,6
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2012
Pada tabel 1.3, dapat diketahui bahwa Provinsi Banten terdiri dari 4
(empat) kota dan 4 (empat) kabupaten, diantaranya Kota Tangerang, Kota
Cilegon, Kota Tangerang Selatan, Kota Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak. Berdasarkan data pada
tabel 1.3 diatas, dapat diketahui bahwa, Kabupaten Lebak merupakan
penyumbang angka kematian ibu paling tinggi di Provinsi Banten, dibandingkan
dengan kabupaten atau kota lainnya di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak berdiri
8
pada tanggal 2 Desember tahun 1828 dan terdiri dari 28 (dua puluh delapan)
kecamatan, yang dibagi lagi atas 340 (tiga ratus empat puluh) desa dan 5 (lima)
kelurahan. Kabupaten Lebak memiliki luas wilayah sekitar 3,044,72 km² dengan
jumlah penduduk sekitar 1.233.900 Jiwa, dan beribukotakan Rangkasbitung.
Untuk melihat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Kabupaten Lebak, setelah adanya program jaminan persalinan dapat dilihat
melalui Tabel 1.4 berikut :
Tabel 1.4
Pencapaian Indikator AKI dan AKB
Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013
No
1.
2.
Indikator
Satuan
2011
2012
2013
Target Hasil Target Target Hasil Target
Angka
Jiwa /
Kematian 100.000 184,2 196,9 167,1
172,1 150,6
Ibu (AKI)
KH
Angka
Jiwa /
Kematian
1.000
38,1
30,6
36,7
28,2
35,4
Bayi
KH
(AKB)
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, 2014
157,7
24,6
Berdasarkan data pada Tabel 1.4 diatas, dapat diketahui bahwa sejak
diberlakukan program jaminan persalinan,
terdapat beberapa pencapaian
diantaranya, Angka Kematian bayi (AKB) di Kabupaten Lebak menunjukkan
kecenderungan menurun dari tiap tahunnya, mulai dari tahun 2011, AKB pada
tahun tersebut sebesar 30,6 Jiwa / 1.000 Kelahiran Hidup (KH), dan turun menjadi
24,6 Jiwa / 1.000 KH pada tahun 2013. Angka tersebut sudah mulai mendekati
9
target AKB yang ditetapkan oleh Millenium Development Goals (MDGs), pada
tahun 2015 yakni sebesar 23 Jiwa / 1.000 Kelahiran Hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) pada Tabel 1.4 menunjukkan kecenderungan
menurun dari tiap tahunnya. Mulai dari tahun 2011, sejak diberlakukan Program
Jaminan Persalinan, AKI pada tahun tersebut yaitu sebesar 196,9 Jiwa / 100.000
KH dan turun menjadi 157,7 Jiwa per 100.000 KH pada tahun 2013. Namun
meskipun angka kematian ibu di Kabupaten Lebak mulai dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2013 cenderung menurun, tetapi angka kematian ibu masih belum
sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh pemerintah Kabupaten Lebak,
dimana setiap tahunnya angka kematian ibu selalu lebih besar dari target angka
kematian ibu yang telah ditetapkan, dan AKI tersebut masih sangat jauh dari
target AKI yang ditetapkan oleh Millenium Development Goals (MDGs) tahun
2015 yang ditetapkan oleh WHO (World Health Organization), dimana target
angka kematian ibu ditetapkan sebesar 102 per 100.000 Kelahiran Hidup.
Karena keterbatasan masyarakat miskin dalam mendapatkan akses
pelayanan reproduksi, maka mereka memilih untuk menggunakan jasa penolong
persalinan oleh non medis (dukun bayi), untuk menolong proses persalinannya.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010, menunjukkan
bahwa persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin, baru
mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan difasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Untuk persentase balita
menurut Kabupaten / Kota. Persentase penolong persalinan terakhir di Provinsi
Banten dapat dilihat melalui Tabel 1.5 berikut :
10
Tabel 1.5
Persentase Balita menurut Kabupaten / Kota dan Penolong Persalinan
Terakhir di Provinsi Banten Tahun 2011-2012
No
1
2
3
4
1
2
3
4
Kabupaten /
Kota
Kabupaten
Pandeglang
Lebak
Tangerang
Serang
Kota
Tangerang
Cilegon
Serang
Tangerang
Selatan
Provinsi Banten
No
Kabupaten /
Kota
Tahun 2011
Dokter
Bidan
Lainnya
Jumlah
2,39
1,32
17,54
6,69
39,36
29,76
63,43
44,41
58,25
68,91
19,02
48,90
100,00
100,00
100,00
100,00
26,97
25,78
20,42
32,66
71,74
57,90
56,99
65,17
1,30
16,32
22,58
2,17
100,00
100,00
100,00
100,00
16,25
55,52
28,23
100,00
Tahun 2012
Dokter
Bidan
Lainnya
Kabupaten
1
Pandeglang
5,11
42,59
52,30
2
Lebak
5,87
38,69
55,43
3
Tangerang
18,06
68,86
13,08
4
Serang
7,70
51,28
41.02
Kota
1
Tangerang
31,19
66,09
2,71
2
Cilegon
13,28
77,87
8,84
3
Serang
18,59
56,50
24.91
4
Tangerang
32,36
66,33
1.31
Selatan
Provinsi Banten
17,60
59,23
23.17
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2013
Jumlah
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Berdasarkan data pada tabel 1.5 diatas, menunjukkan bahwa persentase
penolong persalinan terakhir oleh tenaga selain bidan, dokter, paling tinggi
ditempati oleh Kabupaten Lebak. Dimana pada tahun 2011 persentasenya sangat
11
tinggi, yaitu mencapai 68,91% dan menurun pada tahun 2012 menjadi 55,43%.
Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan
difasilitas kesehatan adalah, keterbatasan dan ketidak- tersediaan biaya, sehingga
diperlukan kebijakan terobosan. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong
tenaga kesehatan difasilitas kesehatan. Melalui kebijakan yang disebut jaminan
persalinan. Jaminan persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan
finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang didalamnya
termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk keluarga berencana
pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir.
Dalam evaluasi program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, ditemukan beberapa permasalahan.
Pertama, hasil yang dicapai dari diberlukakannya program jaminan persalinan
belum maksimal. Data tersebut dapat dilihat melalui gambar 1.1 berikut :
Gambar 1.1
Persentase Penolong Kelahiran di Kecamatan Cibadak Tahun 2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2013
12
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada gambar 1.1, dapat dipahami
bahwa pada tahun 2012 terdapat 25% (dua puluh lima persen) persalinan yang
ditangani oleh tenaga medis, sementara terdapat 18% (delapan belas persen)
persalinan yang tolong oleh dukun terlatih, serta terdapat 56% (lima puluh enam
persen) persalinan yang dibantu oleh dukun tidak terlatih. Hal ini menunjukkan
bahwa, meskipun sudah diberlakukan program jaminan persalinan di Kecamatan
Cibadak, tetapi jika dilihat dari gambar 1.2, persentase persalinan yang ditolong
oleh dukun terlatih hampir menyamai persentase persalinan yang ditolong oleh
tenaga medis. Persentase persalinan yang ditolong oleh dukun tidak terlatih, dua
kali lipat lebih besar, dibandingkan dengan persentase pertolongan persalinan oleh
tenaga medis. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa, tingkat pemahaman
penduduk terhadap pentingnya keselamatan ibu dan anak yang dilahirkan, serta
pentingnya tenaga kesehatan medis masih kurang, mereka juga memiliki
anggapan bahwa dengan bersalin di dukun tidak membutuhkan biaya yang besar (
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten,2015).
Kedua, pada saat pelaksanaan program jaminan persalinan, terdapat
permasalahan lain, yaitu kurangnya fasilitas yang mendukung berjalannya
program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala. Hal tersebut berkaitan
dengan hasil yang dicapai dari program Jampersal, karena hal ini menjadi
hambatan dalam mencapai hasil program jaminan persalinan yang maksimal.
Puskesmas Mandala hanya memiliki 1 (satu) kendaraan operasional Puskesmas
saja, yang biasa disebut dengan mobil ambulance, padahal beberapa desa di
13
wilayah Puskesmas Mandala memiliki jarak yang cukup jauh untuk ditempuh,
ditambah dengan kondisi jalan yang kurang bagus, penerangan jalan yang belum
memadai, dan masih jarang dilalui oleh angkutan umum, sehingga apabila ada
pasien yang membutuhkan pertolongan disaat yang bersamaan, hal ini menjadi
kendala yang berarti bagi pihak Puskesmas (Sumber: Hasil wawancara dengan
Kepala Puskesmas Mandala, Pada Tanggal 27 Oktober 2014).
Selain permasalahan kendaraan operasional Puskesmas, permasalahan
lainnya yang berkaitan dengan kurangnya fasilitas yang memadai di Puskesmas
Mandala yakni, sejak diberlakukan program jaminan persalinan, Puskesmas
Mandala belum memberlakukan layanan 24 jam, dimana Puskesmas Mandala
belum menerima pasien rawat inap pada saat itu, karena keterbatasan sarana dan
prasarana (Sumber: Hasil wawancara dengan Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) Puskesmas Mandala, pada Tanggal 27 Oktober 2014). Kurangnya sarana
dan prasarana di Puskesmas Mandala pada saat itu, mempengaruhi hasil yang
dicapai dari program jaminan persalinan yang belum maksimal.
Permasalahan ketiga yaitu, adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh
peserta Jampersal setelah pasien (peserta jampersal) mendapatkan pelayanan
Jampersal. Berdasarkan pedoman pelaksanaan program jaminan persalinan yaitu
Petunjuk Teknis (Juknis) program jaminan persalinan, seharusnya pelayanan
Jampersal itu diberikan secara gratis atau tidak memungut biaya kepada
masyarakat. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan, masih terdapat
beberapa tenaga medis (tidak semua) yang mengenakan biaya kepada pasien
(peserta Jampersal), setelah mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan.
14
Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh peserta Jampersal, yang sudah
mendapatkan pelayanan jampersal, yakni sekitar Rp. 300.000 (tiga ratus ribu
rupiah) sampai dengan Rp.350.000 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) (Sumber:
Hasil wawancara dengan warga yang menggunakan program Jampersal pada
tanggal 25 Oktober 2014). Tentu saja hal tersebut menyimpang dari Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 256/Menkes/PER/XII/ 2011,
tentang petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan program Jampersal, yang seharusnya
pelayanan jampersal diberikan secara gratis kepada masyarakat. Karena program
Jampersal dibuat untuk memberikan bantuan finansial kepada masyarakat miskin,
agar mereka bisa melakukan persalinan dengan dibantu oleh tenaga medis.
Masalah keempat, jumlah kematian bayi yang mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Padahal program jaminan persalinan ini bertujuan untuk
menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Namun di wilayah
Puskesmas Mandala, sejak diberlakukan program jaminan persalinan, jumlah
kematian bayi justru menunjukkan peningkatan disetiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa, program jaminan persalinan belum dapat memecahkan
masalah tingginya AKI dan AKB terutama di Wilayah Puskesmas Mandala. Data
tersebut dapat dilihat melalui data jumlah kejadian kematian bayi di wilayah
Puskesmas Mandala, pada tabel 1.6 berikut :
15
Tabel 1.6
Jumlah Kejadian Kematian Bayi (0 Tahun) di Wilayah Puskesmas Mandala
Tahun 2011-2013
2010
2011
2012
2013
L
P
L
P
L
P
L
P
2
1
1
0
1
3
1
2
1
1
0
0
1
2
2
1
1
0
1
0
4
1
2
2
1
0
0
1
1
0
1
2
0
1
0
2
1
0
1
2
0
1
1
2
1
0
2
1
5
2
3
5
9
6
9
10
9
8
15
19
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2012,2013 dan Puskesmas Mandala, 2014
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DESA
Tambakbaya
Bojongleles
Kaduagung Timur
Kaduagung Barat
Kaduagung Tengah
Mekar Agung
Jumlah
Pada Tabel 1.6, dapat diketahui bahwa, selama diberlakukan program
jaminan persalinan, jumlah kejadian kematian bayi di wilayah Puskesmas
Mandala pada tahun 2011-2013, jumlahnya terus mengalami peningkatan.
Sebelum ada program jaminan persalinan (tahun 2010), jumlah kejadian kematian
bayi di Wilayah Puskesmas Mandala terjadi sebanyak 9 (sembilan) kematian,
sedangkan sejak diberlakukan program jaminan persalinan, tepatnya mulai tahun
2011, jumlah kejadian kematian bayi di Wilayah Puskesmas Mandala menurun
satu tingkat, yakni menjadi 8 (delapan) kematian, kemudian pada tahun
berikutnya (tahun 2012), jumlah kejadian kematian bayi di wilayah Puskesmas
Mandala terus mengalami peningkatan hingga dua kali lipat lebih, yakni sebanyak
15 (lima belas) kejadian kematian. Pada tahun berikutnya, yakni tahun 2013
jumlah kejadian kematian bayi di Wilayah Puskesmas Mandala mengalami
peningkatan lagi menjadi 19 (sembilan belas) kematian. Hal tersebut
16
menunjukkan bahwa, program jaminan persalinan belum dapat memecahkan
masalah tingginya AKI dan AKB, terutama di Wilayah Puskesmas Mandala.
Penyebab kematian bayi di Kecamatan Cibadak diantaranya, karena
pernikahan dini, MBA (Married by accident) dimana kehamilannya tidak
diinginkan dan kemudian ditutup-tutupi, sehingga bagaimana mau melakukan
pemeriksaan kehamilan, memberi vitamin dan lain-lain, Jika kehamilannya saja
tidak diinginkan atau tidak direncanakan (Sumber: Hasil wawancara dengan
Bidan di Puskesmas Mandala Bagian Kesehatan Ibu dan Anak pada Tanggal 27
Oktober 2014).
Masalah kelima, tidak ada perubahan yang signifikan pada jumlah
kejadian kematian ibu di Wilayah Puskesmas Mandala, sebelum dan sesudah
adanya program jaminan persalinan. Padahal jika melihat pada tujuan dibuatnya
program jaminan persalinan, program ini bertujuan untuk menekan AKI dan
AKB. Data jumlah kejadian kematian ibu sebelum dan sesudah adanya program
jaminan persalinan dapat dilihat melalui tabel 1.7 berikut :
Tabel 1.7
Jumlah Kejadian Kematian Ibu di Wilayah Puskesmas Mandala
Tahun 2011-2013
No
1
2
3
4
5
6
Desa
2008
2010
2011
2012
2013
Tambakbaya
1
0
1
0
0
Bojongleles
0
0
0
0
0
Kaduagung Timur
0
0
0
0
1
Kaduagung Barat
0
0
0
0
0
Kaduagung Tengah
0
0
0
0
0
Mekar Agung
0
0
0
0
0
Jumlah
1
0
1
0
1
Sumber : Puskesmas Mandala, 2014 dan BPS Provinsi Banten,2012,2013
17
Pada tabel 1.7 dapat diketahui bahwa, jumlah kejadian kematian ibu di
wilayah Puskesmas Mandala sebelum diadakan program jaminan persalinan,
jumlahnya sebanyak 1 (satu) kematian, yaitu terjadi pada tahun 2008 di Desa
Tambakbaya. Pada Pada tahun 2010, tidak terjadi kematian ibu di wilayah
Puskesmas Mandala. Sejak diberlakukan program jaminan persalinan, pada tahun
2011 jumlahnya meningkat satu tingkat, dimana pada tahun sebelumnya nihil,
tetapi di tahun 2011 terjadi kematian ibu sebanyak 1 (satu) kematian, tepatnya di
Desa Tambakbaya. Pada tahun berikutnya (tahun 2012) jumlah kematian ibu
mulai nihil kembali, dan di tahun berikutnya (tahun 2013) terjadi kematian ibu
sebanyak 1 (satu) kematian, yaitu di Desa Kaduagung Timur. Hal tersebut
menunjukkan, belum adanya perubahan yang signifikan dari diberlakukannya
program jaminan persalinan.
Kejadian kematian ibu di Desa Kaduagung Timur, diakibatkan karena
faktor tiga keterlambatan. Pertama, terlambat mengambil keputusan, kedua,
terlambat ketempat rujukan, dan ketiga, terlambat dalam memperoleh pelayanan
persalinan dari tenaga kesehatan. Faktor tersebut yang terjadi di wilayah
Puskesmas Mandala, tepatnya pada kejadian kematian ibu di Desa Kaduagung
Timur, awalnya korban mengalami hipertensi (darah tinggi), dimana dalam
kehamilan disebut dengan eklamsi. Awalnya korban mengalami kejang-kejang
dan mules dari pagi, namun karena kebanyakan masyarakat masih berfikir
tradisional (belum terbuka), mereka tidak ada yang bergegas untuk memanggil
bidan, karena mereka beranggapan bahwa korban sedang kesurupan, sehingga
18
korban tidak mendapatkan tindakan apapun. Ketika korban tidak mengalami
perubahan, barulah masyarakat di sana memanggil bidan, kemudian bidan
langsung membawa pasien tersebut ke Rumah Sakit terdekat, namun karena dari
awal terlambat ditangani oleh tenaga medis akhirnya korban tidak tertolong
(Sumber: Hasil wawancara dengan Bidan di Puskesmas Mandala Bagian
Kesehatan Ibu dan Anak pada Tanggal 27 Oktober 2014).
Permasalahan keenam, meski sudah diberlakukan program jaminan
persalinan, namun masih ada masyarakat yang tidak memberikan tanggapan yang
baik terhadap program tersebut. Masih ada masyarakat (Ibu hamil) yang tidak ikut
berpartisipasi terhadap program jaminan persalinan. Mereka masih memilih untuk
menggunakan jasa penolong persalinan di dukun. Hal tersebut dikarenakan
mereka merasa sebagai orang yang tidak mampu, sehingga tidak memiliki biaya
untuk melakukan persalinan di bidan atau tenaga medis lainnya. Mereka
mengungkapkan bahwa dengan melakukan persalinan di dukun tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar, karena bayarnya boleh berapa saja sesuai
kemampuan dan bisa dilakukan dengan cara dicicil (Sumber: Wawancara dengan
masyarakat yang bersalin di dukun, pada Tanggal 16 Oktober 2014). Adapun data
jumlah persalinan berdasarkan penolong persalinan se- Kecamatan, di Kabupaten
Lebak dapat dilihat melalui tabel 1.8 berikut :
19
Tabel 1.8
Jumlah Persalinan Berdasarkan Penolong Persalinan
se-Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun 2013
Tenaga
Kesehatan
(Gakin)
125
56
78
84
77
80
36
49
20
121
121
183
Dukun
Bermitra
dengan
Nakes
334
707
38
488
264
503
160
11
121
162
172
0
35
132
39
21
85
55
30
48
188
70
87
208
107
71
166
78
2.450
343
443
471
182
0
25
133
319
550
518
61
44
19
18
0
403
6.489
0
37
69
1
87
89
12
619
100
72
347
107
397
345
182
174
4.698
No
Kecamatan
Dokter
Bidan
Perawat
Dukun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Malingping
Wanasalam
Panggarangan
Cihara
Bayah
Cilograng
Cibeber
Cijaku
Cigemblong
Banjarsari
Cileles
Gunung
Kencana
Bojongmanik
Cirinten
Leuwidamar
Muncang
Sobang
Cipanas
Lebak Gedong
Sajira
Cimarga
Cikulur
Warunggunung
Cibadak
Rangkasbitung
Kalanganyar
Maja
Curugbitung
Jumlah
52
0
28
15
148
14
312
18
4
59
57
39
1.007
919
538
488
562
512
1.158
462
112
940
781
416
0
6
6
0
0
0
1
0
0
20
1
0
31
36
44
12
13
102
6
71
172
112
63
139
339
12
38
80
2.016
362
384
852
170
521
848
399
900
1.034
762
524
782
1.804
519
718
549
19.023
0
15
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
36
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
379
86
40
141
657
0
262
77
40
204
114
60
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2014
Berdasarkan data pada tabel 1.8, menunjukkan bahwa jumlah terbanyak
penolong persalinan oleh dukun diduduki oleh Kecamatan Cibadak, dimana
20
terdapat 208 (dua ratus delapan) jumlah persalinan yang ditolong oleh dukun yang
belum bermitra dengan tenaga jesehatan. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang
paling banyak, dibandingkan dengan jumlah persalinan yang ditolong oleh dukun
pada kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Lebak. Hal ini menunjukkan
bahwa, sebagian besar penduduk di Kecamatan Cibadak masih kurang mengerti
dan faham akan pentingnya tenaga kesehatan medis, dan penolong persalinan oleh
dukun dianggap tidak membutuhkan biaya yang besar ( Sumber : Kecamatan
Cibadak Dalam Angka Tahun 2014, 2015).
Data pada tabel 1.8 menunjukkan bahwa, tanggapan masyarakat terhadap
program jaminan persalinan belum baik. Karena jika melihat pada tujuan program
jaminan persalinan, program ini bertujuan untuk membantu masyarakat secara
finansial, khususnya masyarakat miskin, agar mereka bisa melakukan persalinan
dengan dibantu oleh tenaga kesehatan (medis), untuk meminimalisir terjadinya
persalinan beresiko, yang dapat memicu terjadinya kematian ibu. Analisis
kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada Tahun 2010,
membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalianan, dan
tempat atau fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula
dengan tempat atau fasilitas persalinan, jika persalinan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Selain data
pada tabel 1.8, data pada gambar 1.1 juga menunjukkan tanggapan masyarakat
terhadap program jaminan persalinan di Kecamatan Cibadak belum baik, karena
21
gambar 1.2 menunjukkan jumah pertolongan persalinan oleh dukun. lebih tinggi
dari jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga medis..
Oleh karena permasalahan-permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “EVALUASI PROGRAM JAMINAN
PERSALINAN
(JAMPERSAL)
DI
PUSKESMAS
MANDALA,
KECAMATAN CIBADAK, KABUPATEN LEBAK TAHUN 2011-2013”.
1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mencoba
mengidentifikasikan permasalahan jaminan persalinan. identifikasi masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil yang dicapai dari diberlakukannya program jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, belum
maksimal.
2. Kurangnya fasilitas yang mendukung berjalannya program jaminan
persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
3. Adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta jaminan persalinan,
setelah pasien (peserta Jampersal) mendapatkan pelayanan jaminan
persalinan di beberapa tenaga medis Puskesmas Mandala, Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Lebak.
4. Jumlah kejadian kematian bayi, sejak diberlakukan program jaminan
persalinan
di
wilayah
Puskesmas
Mandala,
Kabupaten Lebak, meningkat setiap tahunnya.
Kecamatan Cibadak,
22
5. Tidak terjadi perubahan yang signifikan, pada jumlah kejadian kematian
ibu, sebelum dan sesudah diadakan program jaminan
persalinan, di
wilayah Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
6. Tanggapan masyarakat terhadap program jaminan persalinan di wilayah
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak belum baik.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada uraian-uraian yang ada dalam latar belakang masalah,
dan identifikasi masalah, peneliti memiliki keterbatasan kemampuan dan berfikir
secara menyeluruh, oleh karena itu peneliti mencoba membatasi penelitiannya
pada Evaluasi Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013.
1.3 Rumusan Masalah :
Berdasarkan batasan permasalahan diatas, mengenai Evaluasi Program
Jaminan Persalinan, maka rumusan masalahnya yaitu, Bagaimana Evaluasi
Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian evaluasi program jaminan persalinan ini yaitu
mengetahui Evaluasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013.
23
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang penulis harapkan dari penelitian yang berjudul Evaluasi
Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013, ini adalah :
1.5.1
Manfaaat Teoritis
1. Mengetahui konsep-konsep kebijakan publik dan evaluasi dari
suatu kebijakan.
2. Untuk mengaplikasikan materi-materi pengajaran mengenai
kebijakan publik, khususnya mengenai evaluasi kebijakan
publik. Serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna
melakukan pengembangan teori-teori kebijakan.
3. Untuk mengembangkan teori evaluasi kebijakan publik.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang selama ini
peneliti dapatkan dan pelajari dalam perkuliahan dikelas.
b. Bagi Instansi
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi
masukan bagi instansi terkait, untuk program di masa yang akan
datang.
24
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi arahan
bagi masyarakat, agar masyarakat dapat mengakses program
pemerintah, di masa yang akan datang, sesuai dengan sasaran
program.
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Kebijakan Publik
Kata kebijakan atau policy menurut Poerdarminta (1984:138) dalam
Kamus Umum bahasa Indonesia diartikan dengan beberapa makna, diantaranya
adalah pimpinan dan cara bertindak mengenai pemerintahan, kepandaian,
kemahiran dan kebijaksanaan. Berdasarkan definisi yang terdapat dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai berikut :
“Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang mempunyai garis besar
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan
cara bertindak (pemerintah, organisasi, dan sebagainya): pernyataan citacita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen
dalam usaha mencapai sasaran”.
Adapun pengertian kebijakan publik menurut Friedrich dalam Agustino
(2008:7) adalah :
“Serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok,
atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatanhambatan
(kesulitan-kesulitan)
dan
kemungkinan-kemungkinan
(kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna
dalam mengatasinya untuk mencapai tujun yang dimaksud”.
Dari definisi kebijakan publik menurut para ahli, yang telah dipaparkan di
atas. Dapat dipahami bahwa terdapat kesamaan pengertian diantara keduanya.
Kesamaan tersebut diantaranya, kedua definisi di atas mengartikan kebijakan
sebagai tindakan yang dilakukan berdasarkan usul dari individu, kelompok atau
25
26
pemerintah, untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun perbedaannya, yaitu terletak
pada pengertian kebijakan publik menurut friedrich, yang mengemukakan bahwa
didalam kebijakan terdapat hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan.
Berbeda dengan definisi kebijakan publik yang telah dipaparkan oleh para
ahli di atas, pengertian kebijakan publik menurut Dye dalam Subarsono (2006:2)
adalah sebagai berikut :
“Apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
(public policy is whatever governments choose to do or not to do)”.
Dunn W dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Analisis Kebijakan
Publik”
(2003:132)
menjelaskan
bahwa
kebijakan
publik
adalah
pola
ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling
tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh
badan atau kantor pemerintah.
Adapun Wilson dalam Wahab (2012:13) yang mengemukakan kebijakan
publik sebagai berikut ;
“The actions, objectivies, and pronouncements of goverments on
particular matters, the steps they take (or fail to take) to implement them,
and the explanations they give for what happens (or does nothappen)”
(tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan pernyataan-pernyataan pemerintah
mengenai masalah-masalah tertentu, langkah-langkah yang telah atau
sedang diambil (atau gagal diambil) untuk diimplementasikan, dan
penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka mengenai apa yang
telah terjadi (atau tidak terjadi).
27
Berdasarkan pada definisi-definisi kebijkan publik menurut para ahli di
atas, dapat dipahami bahwa kebjakan publik adalah, suatu pilihan yang diambil
oleh pemerintah untuk melakukan tindakan dan atau keputusan, atau tidak
melakukan.
Definisi lain disebutkan oleh Lemix dalam Wahab (2012:15) yang telah
mendefinisikan kebijakan publik sebagai berikut :
“The product of activities aimed at the resolution of publik problems in the
environment by political actors whose relationship are structured. The
entire process by political over time” (produk aktivitas-aktivitas yang
terjadi dilingkungan tertentu yang dilakukan olek aktor-aktor politik yang
hubungannya terstruktur. Keseluruhan proses aktivitas itu berlangsung
sepanjang waktu).
Pakar inggris, Jenkins dalam Wahab (2012:15) mendefinisikan kebijkan
publik sebagai berikut :
“A set of interrelated decisions taken by a political actor of group of
actor concerning the selection of goal and the means of achieving
principle, be within the power of these actors to achieve” (serangkaian
keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik
atau sekelompok aktor, berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta
cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi).
Sementara itu, Anderson dalam Agustino (2008:7) memberikan pengertian
atas definisi kebijakan publik sebagai berikut :
“Serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang
diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang
berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang
diperhatikan”.
28
Berdasarkan pada definisi-definisi kebijakan publik menurut para ahli
yang telah dipaparkan di atas, dapat diahami bahwa ketiga
definisi tersebut
memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut yaitu definisi kebijakan publik yang
merupakan suatu aktivitas dan atau keputusan yang dibuat oleh para aktor politik
yang terjadi dalam lingkungan atau situasi tertentu.
Kebijakan publik sendiri menurut Nugroho (2012:93) merupakan bentuk
dinamika tiga dimensi kehidupan setiap negara bangsa, yaitu :
1. Dimensi politik, karena kebjakan publik merupakan bentuk paling
nyata system politik yang dipilih. Politik demokratis memberikan hasil
kebijakan publik yang berproses secara demokratis dan dibangun
untuk kepentingan kehidupan bersama, bukan orang-seorang atau satu
atau beberapa golongan saja.
2. Dimensi hukum, karena kebijakan publik merupakan fakta hokum dari
Negara, sehingga kebijakan publik mengikat seluruh rakyat dan juga
seluruh
penyelenggara
Negara,
terutama
penyelenggara
pemnerintahan. Fakta ini ditekankan karena hokum yang buruk adalah
hokum yang berlaku untuk rakyat (terutama rakyat kecil) dan bukan
untuk pembuat penegak hokum (atau “rakyat besar”).
3. Dimensi manajemen, karena kebijakan publik perlu untuk dirancang
atau direncanakan, dilaksanakan melalui berbagai organisasi dan
kelembagaan, dipimpin oleh pemerintah beserta organisasi eksekutif
yang dipimpinnya, yaitu birokrasi, bersama-sama dengan rakyat, dan
untuk mencapai hasil yang optimal, maka implementasi kebijakan
publik harus dikendalikan. Fungsi perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian adalah fungsi manajemen.
Adapun proses kebijakan dapat dilihat melalui gambar 2.1 berikut :
29
Proses Kebijakan
Proses Politik
Evaluasi
Kebijakan
Isu Kebijakan
Formulasi
Implementasi
Kinerja
(Agenda
Pemerintah)
Kebijakan
Kebijakan
Kebijakan
Input
Proses
Output
Gambar 2.1
Proses Kebijakan yang Ideal
Sumber : Nugroho, 2012:533
Berdasarkan gambar 2.1 dapat dipahami sebuah proses kebijakan, bahwa
kebijakan berawal dari sebuah isu kebijakan yang menjadi agenda pemerintah,
kemudian masuk kedalam tahap perumusan kebijakan, menurut Nugroho
(2012:539) mendefinisikan perumusan kebijakan publik sebagai inti dari
kebijakan publik, karena disini dirumuskan batas-batas kebijakan itu sendiri.
Proses selanjutnya yaitu pelaksanaan kebijakan atau Implementasi Kebijakan.
Menurut Nugroho (2012:674) implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah
cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang.
Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada,
yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui
30
formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Secara
umum dapat digambarkan sebagai berikut :
Kebijakan Publik
Kebijakan Publik
Penjelas
Program
Proyek
Kegiatan
Pemanfaat (beneficiaries)
Gambar 2.2
Sekuensi Implementasi Kebijakan
Sumber : Nugroho, 2012:675
Berdasarkan gambar 2.2 dapat diketahui turunan dari kebijakan publik,
dimuali dari program-program, kemudian diturunkan kembali menjadi proyekproyek, dan akhirnya diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Ketiganya
merupakan bagian dari sebuah implementasi kebijakan. Proses berikutnya pada
gambar 2.1. Setelah tahap implementasi kebijakan, tahap berikutnya adalah
31
evaluasi kebijakan atau dalam gambar 2.1 disebut dengan pemanfaat
(beneficiaries).
Adapun evaluasi kebijakan menurut Dye dalam Parson W (2008:351)
mengemukakan bahwa :
“Evaluasi Kebijakan adalah pemeriksaan yang objektif, sistematis dan
empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya
dari segi tujuan yang ingin dicapai”.
Laswell dan Kaplan dalam Nugroho (2012:119) mendefinisikan kebijakan
publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu,
nilai-nilai tertentu dan praktik-praktik tertentu (a projected program of goals,
values, and practices).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kebijakan publik adalah suatu tindakan pemerintah dalam rangka
mengambil keputusan baik itu melakukan atau tidak melakuakan untuk mencapai
tujuan negara.
2.1.2 Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi kebijakan menurut Weiss dalam Soekarno (2003:173) adalah
adalah suatu kata yang elastis yang dapat meluas meliputi penilaian kebenaran dan
keberhasilan mengenai banyak hal.
Adapun pengertian evaluasi kebijakan menurut Lester dan Stewart dalam
Agustino (2008:185) yaitu :
32
“evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu
kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan
dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan”.
Dunn dalam Agustino (2008:185) mengungkapkan, secara sederhana
evaluasi kebijakan berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai-nilai atau
manfaat-manfaat hasil kebijakan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, terdapat kesamaan definisi, yaitu
evaluasi kebijakan publik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui kegagalan/keberhasilan suatu kebijakan, serta untuk mengetahui
dampak yang dihasilkan dari kebijakan tersebut.
Sementara itu, pengertian lain mengenai evaluasi kebijakan didefinisikan
oleh Dye dalam Parson W (2008:351) bahwa :
“Evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan yang objektif, sistematis dan
empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya
dari segi tujuan yang ingin dicapai”.
Agustino dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Kebijakan Publik”
(2014:185) mendefinisikan evaluasi kebijakan sebagai berikut :
“Bagian akhir dari suatu proses kebijakan yang dipandang sebagai pola
aktivitas yang berurutan. Evaluasi kebijakan sebenarnya juga membahas
persoalan perencanaan, isi, implementasi, dan tentu saja efek atau pengaruh
dari kebijakan itu sendiri”.
Pengertian lain mengenai evaluasi kebijakan publik didefinisikan oleh
Anderson dalam Soekarno (2003:149) sebagai berikut :
33
“Evaluasi kebijakan adalah lebih dari sekedar proses teknis atau analitis
melainkan juga merupakan proses politis dan selanjutnya evaluasi kebijakan
itu menunjukkan bahwa meskipun evaluasi itu dimaksudkan dengan tujuan
yang tidak memihak dan objektif akan menjadi politis atau kegiatan politik
dengan terjadinya pengaruh terhadap alokasi sumber-sumber daya dalam
masyarakat”.
Dari ketiga definisi evaluasi kebijakan menurut ketiga ahli di atas, terdapat
kesamaan dalam definisi evaluasi kebijakan. Kesamaan tersebut yaitu, evaluasi
kebijakan merupakan suatu aktivitas pemeriksaan yang dilakukan, untuk
megetahui efek atau pengaruh yang diberikan, dari suatu kebijakan terhadap target
sasaran dari kebijakan tersebut.
Adapun Jones dalam Soekarno (2003:173) mengemukakan bahwa :
“Evaluasi adalah kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang
besar nilainya dan dapat pula membantu penyempurnaan pelaksanaan
kebijakan beserta perkembangannya”.
Berdasarkan definisi evaluasi kebijakan menurut Jones, dapat dipahami
bahwa evaluasi kebijakan merupakan suatu aktivitas dan merupakan proses yang
dapat menyempurnakan sebuah kebijakan serta perkembangan dari kebijakan itu
sendiri.
Pengertian lain menurut Nugroho dalam bukunya yang berjudul “Public
Policy” (2012:723) bahwa evaluasi merupakan penilaian pencapaian kinerja dari
implementasi. Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan “selesai dilaksanakan”
dengan dua pengertian “selesai”, yaitu (1) pengertian waktu (mencapai/melewati
“tenggat waktu”) dan (2) pengertian kerja (“pekerjaan tuntas”).
34
Ada tiga fungsi dari evaluasi kebijakan, pertama evaluasi kebijakan harus
memberi informasi yang valid dan dipercaya mengenai kinerja kebijakan. Kinerja
kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan melingkupi: (1) seberapa jauh
kebutuhan
niali,
dan
kesempatan
telah
dicapai
melalui
tindakan
kebijakan/program. Dalam hal ini evaluasi kebijakan mengungkapkan seberapa
jauh tujuan-tujuan tertentu telah dicapai. (2) apakah tindakan yang ditempuh oleh
implementing agencies sudah benar-benar efektif, responsive, akuntabel, dan adil.
Dalam bagaian ini evaluasi kebijakan harus juga memerhatikan persoalanpersoalan hak azasi manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan. (3) bagaimana
efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri.
Kedua, evaluasi kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi
dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
Pemilihan nilai dalam mencapai tujuan dan target, sejatinya, tidak didasari oleh
kepentingan-kepentingan nilai dari kelompok/golongan/partai tertentu.
Ketiga, evaluasi kebijakan berfungsi juga untuk memberi sumbangan pada
aplikasi netode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi perumusan
masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.
Berdasarkan definisi evaluasi kebijakan menurut Nugroho (2012:723),
yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat simpulkan, bahwa yang dimaksud
dengan evaluasi kebijakan publik adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mengetahui
hasil
atau
pecapaian
dari
sebuah
kebijakan
yang
diimplementasikan. Apakah kebijakan tersebut berhasil atau sebaliknya.
telah
35
2.1.3 Evaluasi Implementasi Kebijakan
Dunn dalam Nugroho (2012:731), mengembangkan tiga pendekatan
evaluasi implementasi kebijakan, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal, evaluasi
teoritis, dan evaluasi keputusan teoritis. Untuk lebih jelas, dapat dilihat melalui
tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1
Pendekatan-pendekatan dalam Evaluasi Kebijakan versi Dunn
Pendekatan
Evaluasi Semu
Evaluasi
Formal
Evaluasi
Keputusan
Teoritis
Tujuan
Asumsi
Menggunakan
metode Ukuran manfaat atau
deskriptif
untuk nilai terbukti dengan
menghasilkan informasi sendirinya atau tidak
yang valid tentang hasil kontroversial
kebijakan.
Menggunakan
metode Tujuan dan sasaran
deskripif
untuk dari
pengambil
menghasilkan informasi kebijakan
dan
yang terpercaya dan valid administrator
yang
mengenai hasil kebijakan secara
resmi
secara
formal diumumkan
diumumkan
sebagai merupakan
ukuran
tujuan
program yang
tepat
dari
kebijakan.
manfaat atau nilai.
Menggunakan
metode Tujuan dan sasaran
deskripitif
untuk dari berbagai pelaku
menghasilkan informasi yang
diumumkan
yang terpercaya dan valid secara formal ataupun
mengenai hasil kebijakan diam-diam merupakan
yang secara eksplisit ukuran yang tepat dari
diinginkan oleh berbagai manfaat atau nilai
pelaku kebijakan
Sumber : Nugroho, 2012:731
Bentuk-Bentuk Utama
Eksperimentasi
sosial,
Akuntasi system sosial,
Pemeriksaan
sosial,
Sintesis riset dan praktik
Evaluasi perkembangan,
Evaluasi
eksperimental,
Evaluasi
proses
retrospektif, Evaluasi hasil
retrospektif
Penilaian tentang dapat
tidaknya
dievaluasi.
Analisis
utilitas
multiatribut.
Berdasarkan pendekatan implementasi evaluasi Dunn pada tabel 2.1
diatas, dapat disimpulkan bahwa, terdapat tiga pendekatan evaluasi implementasi
36
kebijakan, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal, evaluasi teoritis, dan evaluasi
keputusan teoritis.
Adapun Lester dan Steward dalam Nugroho (2012:733) mengelompokkan
evaluasi implementasi kebijakan menjadi evaluasi proses, yaitu :
“Evaluasi yang berkenaan dengan proses implementasi; evaluasi impak,
yaitu berkenaan dengan hasil dan/ atau pengaruh dari implementasi
kebijakan; evaluasi kebijakan, yaitu apakah benar hasil yang dicapai
mencerminkan tujuan yang dikehendaki; dan evaluasi meta-evaluasi yang
berkenaan dengan evaluasi berbagai implementasi kebijakan yang ada
untuk menemukan kesamaan-kesamaan tertentu.
Berdasarkan definisi evaluasi implementasi kebijakan publik menurut
Lester dan Steward diatas, dapat dipahami bahwa evaluasi implementasi
kebijakan publik merupakaan evaluasi yang berkaitan dengan proses pelaksanaan
kebijakan. Evaluasi impak berkairam dengan hasil serta pengaruh dari
pelaksanaan kebijakan. Evaluasi kebijakan yaitu apakah hasil dari suatu kebijakan
sudah sesuai dengan tujuan kebijakan. Evaluasi meta-evaluasi yaitu evaluasi
berbagai pelaksanaan kebijakan untuk menemukan kesamaan.
Sedangkan menurut Effendi dalam nugroho (2012:741), tujuan dari
evaluasi implementasi kebijakan publik adalah untuk mengetahui variasi dalam
indikator-indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan
pokok, yaitu :
a. Bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik? Jawabannyaberkenaan
dengan kinerja implementasi publik (variasi dari outcome) terhadap
variabel independent tertentu.
b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu? Jawabannya
berkenaan dengan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi implementasi
37
kebijakan, dan lingkungan implementasi kebijakan yang mempengaruhi
variasi outcome implementasi kebijakan.
c. Bagaimana strategi meningkatkan kinerja implementasi kebijakan publik?
Pertanyaan ini berkenaan dengan “tugas” pengevaluasi untuk memilih
variabel-variabel yang bersifat natural atau variabel lain yang tidak bisa
diubah tidak dapat dimasukkan sebagai variabel evaluasi.
Namun demikian, ada beberapa hal yang dapat dipergunakan sebagai
panduan pokok, yaitu:
1. Terdapat perbedaan tipis antara evaluasi kebijakan dan analisis kebijakan.
Namun demikian, terdapat satu perbaedaan pokok, yaitu analisis kebijakan
biasanya diperuntukkan bagi lingkungan pengambil kebijakan untuk
tujuan formulasi atau penyempurnaan kebijakan, sementara evaluasi dapat
dilakukan oleh internal ataupun ekternal pengambil kebijakan.
2. Evaluasi kebijakan yang baik harus mempunyai beberapa syarat pokok,
yaitu:
a. Tujuannya menemukan hal-hal yang strategis untuk meningkatkan
kinerja kebijakan.
b. Yang bersangkutan harus mampu mengambil jarak dari pembuat
kebijakan, pelaksana kenbijakan, dan target kebijakan.
c. Prosedur evaluasi harus dapat dipertanggungjawabkan secara
metodologi.
3. Evaluator haruslah individu atau lembaga yang mempunyai karakter
profesional, dalam arti menguasai kecakapan keilmuan, metodologi, dan
dalam beretika.
4. Evaluasi dilaksanakan tidak dalam suasana permusuhan atau kebencian.
Berdasarkan definisi diatas, dapat diketahui bahwa tujuan dari evaluasi
implementasi kebijakan publik adalah, untuk mengetahui keberagaman dalam
indikator-indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab (1) Bagaimana
kinerja implementasi kebijakan publik? (2) Faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan variasi itu? (3) Bagaimana strategi meningkatkan kinerja
implementasi kebijakan publik?
38
Evaluasi impelementasi kebijakan dibagi tiga menurut timing evaluasi,
yaitu sebelum dilaksanakan, pada waktu dilaksanakan, dan setelah dilaksanakan.
Evaluasi pada waktu pelaksanaan biasanya disebut evaluasi proses. Evaluasi
setelah kebijakan juga disebut sebagai evaluasi konsekuensi (output) kebijakan
dan/ atau evaluasi impak/pengaruh (outcome) kebijakan, atau sebagai evaluasi
sumatif.
2.1.4 Model Evaluasi Kebijakan
Menurut Dunn dalam Nugroho (2012:728), istilah evaluasi dapat
disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan
penilaian (assesment). Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai
nilai atau manfaat hasil kebijakan. Evaluasi memberi informasi yang valid dan
dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai,
dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik; evaluasi memberi
sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari
pemilihan tujuan dan target; dan evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi
metode-metode analisisi kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah
rekomendasi. Jadi meskipun berkenaan dengan keseluruhan proses kebijakan,
evaluasi kebijakan lebih berkenaan pada kinerja dari kebijakan, khususnya pada
implementasi kebijakan publik. Evaluasi pada “perumusan” dilakukan pada sisi
post-tindakan, yaitu lebih pada “proses” perumusan daripada muatan kebijakan
yang biasanya “hanya” menilai apakah prosesnya sudah sesuai dengan prosedur
39
yang sudah disepakati, secara umum, William Dunn menggambarkan kriteriakriteria evaluasi kebijakan publik sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kriteria Evaluasi Kebijakan
Menurut William Dunn
Tipe Kriteria
Efektivitas
Efisiensi
Kecukupan
Perataan
Responsivitas
Ketepatan
Pertanyaan
Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai ?
Seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan ?
Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan
memecahkan masalah ?
Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata
kepada kelompok-kelompok yang berbeda ?
Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan. Prefensi
atau nilai ?
Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar
berguna atau bernilai ?
Sumber : Nugroho, 2012:729
Berdasarkan model evaluasi menurut Dunn yang telah dipaparkan di atas,
penulis dapat simpulkan bahwa evaluasi berkenaan dengan keseluruhan proses
kebijakan, dan evaluasi kebijakan lebih berkenaan pada kinerja dari sebuah
kebijakan, khususnya pada implementasi kebijakan publik, serta evaluasi
dilakukan untuk menilai pencapaian dari sebuah kebijakan yang telah dibuat dan
diimplementasikan.
Dalam penelitian yang berjudul Evaluasi Program Jaminan Persalinan
(Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak,
penulis menggunakan teori Dunn, yakni kriteria evaluasi menurut Dunn, dimana
40
indikatornya adalah, efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan
ketepatan. Alasan penulis menggunakan teori tersebut, karena dari beberapa
permasalahan yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, masalahmasalah tersebut sesuai dengan indikator-indikator kriteria evaluasi menurut
Dunn, terlebih penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dampak dari suatu
program yang merupakan turunan dari kebijakan.
Sementara itu, House dalam Nugroho (2012:733) membuat taksonomi
evaluasi yang cukup berbeda, yang membagi model evaluasi menjadi :
1. Model system, dengan indikator utama adalah efisiensi.
2. Model perilaku, dengan indikator utama adalah produktivitas dan
akuntabilitas.
3. Model formulasi keputusan, dengan indikator utama adalah keefektifan
dan keterjagaan kualitas.
4. Model tujuan-bebas (goal free), dengan indikator utama adalah pilihan
pengguna dan manfaat sosial.
5. Model kekritisan seni (art critis), dengan indikator utama adalah
standar yang semakin baik dan kesadaran yang semakin meningkat.
6. Model review profesional, dengan indikator utama adalah penerimaan
profesional.
7. Model kuasi-legal (quasi-legal), dengan indikator utama adalah
resolusi.
8. Model studi kasus, dengan indikator utama adalah pemahaman atas
diversitas.
Ada pula pemilihan evaluasi sesuai dengan teknik evaluasinya, yaitu :
1. Evaluasi komparatif, yaitu membandingkan implementasi kebijakan
(proses dan hasilnya) dengan implementasi kebijakan yang sama atau
berlainan, di satu tempat yang sama atau berlainan.
2. Evaluasi historikal, yaitu membuat evaluasi kebijakan berdasarkan
rentang sejarah munculnya kebijakan-kebijakan tersebut.
3. Evaluasi laboratorium atau eksperimental, yaitu evaluasi namun
menggunakan eksperimen yang diletakkan dalam sejenis laboratorium.
4. Evaluasi ad hock, yaitu evaluasi yang dilakukan secara mendadak
dalam waktu segera untuk mendapatkan gambar pada saat itu (snap
shot)
41
Berdasarkan model evaluasi House dapat disimpulkan bahwa model
evaluasi ini membagi evaluasi kedalam beberapa model, yaitu model system,
model perilaku, model formulasi keputusan, model tujuan bebas, model kekritisan
seni, model review profesional, model kuasi-legal dan model studi kasus. Modelmodel tersebut memiliki maksud dan definisi yang berbeda-beda seperti yang
telah dipaparkan diatas. House juga memaparkan beberapa evaluasi sesuai dengan
teknik evaluasinya. Diantaranya, evaluasi komparatif, evaluasi historikal, evaluasi
laboratorium, dan evaluasi ad hock. Dalam penelitian ini, penulis tidak
menggunakan model evaluasi House, karena menurut penulis permaslaahanpermasalahan yang sudah dipaparkan pada latar belakang masalah tidak sesuai
dengan model evaluasi ini.
Sedangkan Anderson dalam Nugroho (2012:734) membagi evaluasi
(implementasi) kebijakan publik menjadi tiga. Tipe pertama, evaluasi kebijakan
publik yang dipahami sebagai kegiatan fungsional yang selalu melekat pada setiap
kebijakan publik. Kedua, evaluasi yang memfokuskan pada bekerjanya sebuah
kebijakan. Ketiga, evaluasi sistematis untuk mengukur kebijakan atau mengukur
pencapaian dibanding target yang ditetapkan.
Pada model evaluasi Anderson dapat dipahami beberapa macam tipe
evaluasi, yaitu evaluasi kebjakan publik yang merupakan suatu kegiatan yang
merupakan bagian dari proses kebijakan publik. Kemudian evaluasi yang
memfokuskan pada bekerjanya kebijakan, yaitu melakukan kegiatan evaluasi pada
42
saat diimplementasikannnya suatu kebijakan. Selanjutnya, evaluasi sistematis
yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian dari suatu kebijakan.
Model evaluasi lain disebutkan oleh Suchman dalam Nugroho (2012:734)
yang mengemukakan enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi.
Analisis terhadap masalah.
Deskripsi dan standarisasi kegiatan.
Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi.
Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab lain.
6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
Berdasarkan model evaluasi Suchman, dapat dipahami bahwa dalam
mengevaluasi suatu kebijakan harus melalui beberapa tahapan atau proses. Proses
atau tahapan tersebut yaitu, pertama tujuan dari suatu kebijakan dan atau program
diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian dari masalah yang sudah teridentifikasi
dilakukan analisis, selanjutnya dilakukan deskripsi dan standarisasi kegiatan,
berikutnya dilakukan pengukuran terhadap tingkat perubahan yang terjadi, dan
menentukan apakah perubahan yang diamati, merupakan akibat dari kebijakan
dan atau program tersebut atau karena penyebab lain, terakhir dibutuhkan
beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
Sedangkan Wibawa, dkk dalam Nugroho (2012:734) evaluasi kebijakan
publik memiliki empat fungsi, yaitu :
1. Eksplanasi
Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat
dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antarberbagai
dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator dapat
43
mengidentifikasikan masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung
keberhasilan atau kegagalan kebijakan.
2. Kepatuhan
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh
para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan
standard dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
3. Audit
Melalui evluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai
ketangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau
penyimpangan.
4. Akunting
Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari
kebijakan tersebut.
Pada model evaluasi yang dipaparkan oleh Wibawa, dkk dapat dipahami
bahwa terdapat fungsi-fungsi dari evaluasi kebijakan. Diantaranya, eksplanasi
yaitu dalam hal ini dengan melakukan evaluasi maka dapat dilaksanakan
pengidentifikasian masalah, dan faktor-faktor yang mendukung kegagalan atau
keberhasilan suatu kebijakan dan atau program. Fungsi kepatuhan, dimana melalui
evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku, baik
birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standard dan prosedur yang
ditetapkan oleh kebijakan. Fungsi Audit yaitu dari evaluasi dapat diketahui,
apakah hasil atau manfaat dari suatu kebijakan atau program tepat sasaran atau
terjadi penyimpangan. Kemudian Fungsi Akunting, dimana dengan evaluasi dapat
diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari kebijakan tersebut.
Berbeda dengan Bingham dan Felbinger dalam Nugroho (2012:735)
membagi evaluasi kebijakan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Evaluasi proses, yang fokus pada bagaimana proses implementasi
suatu kebijakan.
2. Evaluasi impak, yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan.
44
3. Evaluasi kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan yang
direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.
4. Meta-evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil atau
temuan evaluasi dari berbagai kebijakan terkait.
Berdasarkan model evaluasi Bingham dan Felbinger, terdapat empat jenis
evaluasi kebijakan, diantaranya evaluasi proses yang menitikberatkan pada proses
pelaksanaan suatu kebijakan. Selanjutnya evaluasi dampak, yang menitikberatkan
pada output dari suatu kebijakan. Kemudian evaluasi kebijakan yang dilakukan
dengan cara menilai output dari suatu kebijakan, dan berikutnya meta-evaluasi
yang dilakukan dengan cara mengevaluasi temuan evaluasi dari kebijakan yang
dimaksud.
Model evaluasi lainnya dikemukakan oleh Howlet dan Ramesh dalam
Nugroho (2012:735) mengelompokkan evaluasi menjadi tiga, yaitu :
1. Evaluasi administratif, yang berkenaan dengan evaluasi sisi
administratif-anggaran, efisiensi, biaya-dari proses kebijakan di dalam
pemerintah yang berkenaan dengan:
a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang
dikembangkan oleh kebijakan.
b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari
program yang dikembangkan oleh kebijakan.
c. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness evaluation,
yang menilai apakah program dijalankan sebagaimana yang sudah
ditetapkan.
d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan
memberikan penilaian tentang keefektifan baiaya tersebut.
e. Process evaluation, yang menilai metode yang dipergunakan oleh
organisasi untuk melaksanakan program.
Pada model evaluasi Howlet dan Rames dapat dipahami bahwa terdapat
tiga jenis evaluasi. Pertama, Evaluasi administratif, yang berkenaan dengan
45
evaluasi sisi administratif-anggaran, efisiensi, biaya dari proses kebijakan di
dalam pemerintah. Kedua, evaluasi judisial, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan
isu keabsahan hukum tempat kebijakan dilaksanakan, termasuk kemungkinan
pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika, aturan administrasi negara,
hingga hak asasi manusia. Ketiga, evaluasi politik, yaitu menilai sejauh mana
penerimaan konstituen politik terhadap kebijakan publik yang dilaksanakan.
2.1.5 Pengertian Kesehatan
Kesehatan menurut WHO (World Health Organization) Tahun 1986
adalah sumberdaya kehidupan sehari-hari dan bukanlah tujuan hidup. Konsep
kesehatan disini ditekankan pada sumber daya sosial, pribadi, dan kemampuan
fisik.
Sedangkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia No.23 Tahun
1992 tentang kesehatan memberikan pendapat mengenai definisi kesehatan, yakni
kesehatan merupakaan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
sehingga memberikan kemungkinan orang untuk hidup secara produktif dan
ekonomis.
Dari beberapa definisi kesehatan, menurut para ahli yang telah dipaparkan
di atas, dapat dipahami, bahwa definisi kesehatan bukan hanya kesejahteraan
dalam arti fisik saja, melainkan kesejahteraan yang mencakup beberapa hal,
seperti aspek sosial dan aspek ekonomi, sehingga seseorang bisa hidup secara
produktif.
46
2.1.6 Jaminan Persalinan
Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) adalah perluasan kepesertaan dari
Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja Manfaat yang
diterima oleh penerima manfaat Jaminan Persalinan terbatas pada pelayanan
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan (Sumber :
www.depkes.go.id ). Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
(PerMenKes) No. 631/MenKes/Per/III/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan.
1. Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatnya
akses
terhadap
pelayanan
kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang
di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.
2) Tujuan Khusus
a.Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
b.Meningkatnya cakupan pelayanan:
1) Bayi baru lahir.
2) Keluarga Berencana pasca persalinan.
47
3) Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru
lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
4) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel.
2. Sasaran dan Target
Sesuai dengan tujuan Program Jaminan Persalinan yakni untuk
menurunkan AKI dan AKB, maka sasaran Program Jaminan
Persalinan dikaitkan dengan pencapaian tujuan tersebut.
Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah:
1. Ibu hamil
2. Ibu bersalin
3. Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan)
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang
berhak mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan
kehamilan dan persalinan baik normal maupun dengan komplikasi
atau resiko tinggi untuk mencegah AKI dan AKB dari suatu proses
persalinan.
3. Jenis Pelayanan jampersal
Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:
48
A. Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang
diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang
memberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca
salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan
persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat
pertama.Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama
meliputi:
1. Pelayanan antenatal care (ANC) sesuai standar pelayanan
KIA dengan frekuensi 4 kali;
2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru
lahir
3. Pertolongan persalinan normal;
4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit
pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED.
5. Pelayanan nifas atau preventive and care (PNC) bagi ibu dan
bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi
4 kali;
6. Pelayanan keluarga berencana (KB) paska persalinan serta
komplikasinya.
49
7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu
dan janin/bayinya.
B. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan
kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan
bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi
yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis. Pada
kondisi kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tida diperlukan
surat rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan
terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya.
Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti)
2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak
mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.
3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam
kaitan akibat persalinan.
4. Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti).
50
5. Penatalaksanaan KB paska salin dengan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) atau kontrasepsi mantap (Kontap) serta
penanganan komplikasi.
C. Pelayanan Persiapan Rujukan
Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu
keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana
secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga
perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan
karena:
a) Keterbatasan sumber daya manusia (SDM)
b) Keterbatasan peralatan dan obat-obatan
2. Dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan
paripurna yang lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan
rujukan
3. Pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan
Untuk memastikan bahwa pasien yang dirujuk dalam kondisi
aman sampai dengan penanganannya di tingkat lanjutan, maka
selama
pelayanan
persiapan
dan
proses
memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1) Stabilisasi keadaan umum:
a. Tekanan darah stabil/ terkendali,
merujuk
harus
51
b. Nadi teraba
c. Pernafasan teratur dan Jalan nafas longgar
d. Terpasang infuse
e. Tidak terdapat kejang/kejang sudah terkendali
2). Perdarahan terkendali:
a. Tidak terdapat perdarahan aktif, atau
b. Perdarahan terkendali
c. Terpasang infus dengan aliran lancar 20-30 tetes per menit
3). Tersedia kelengkapan ambulasi pasien:
a. Petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan antisipasi
kedaruratan.
b. Cairan infus yang cukup selama proses rujukan (1 kolf untuk
4-6 jam) atau sesuai kondisi pasien.
c. Obat dan Bahan Habis Pakai (BHP) emergensi yang cukup
untuk proses rujukan.
4. Manfaat Jampersal
Manfaat yang diterima oleh penerima Jaminan Persalinan
sebagaimana diuraikan dibawah ini, sedangkan pada peserta
Jamkesmas dijamin berbagai kelainan dan penyakit. Manfaat
pelayanan jaminan persalinan meliputi:
52
1) Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program
ini mengacu pada buku Pedoman KIA, dimana selama
hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling
KB dengan frekuensi:
a. 1 kali pada triwulan pertama
b. 1 kali pada triwulan kedua
c. 2 kali pada triwulan ketiga
Pemeriksaan
kehamilan
yang
jumlahnya
melebihi
frekuensi diatas pada tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh
program ini. Penyediaan obat-obatan, reagensia (zat kimia)
dan bahan habis pakai yang diperuntukkan bagi pelayanan
kehamilan, persalinan dan nifas, dan KB pasca salin serta
komplikasi yang mencakup seluruh sasaran ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir menjadi tanggung jawab
Pemda/Dinas
Kesehatan
Kab/
Kota.
Pada
Jaminan
Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi kehamilan
antara lain:
a. Penatalaksanaan abortus imminen, abortus inkompletus
dan missed abortion.
b. Penatalaksanaan mola hidatidosa.
c. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum.
d. Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu.
e. Hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi.
53
f. Perdarahan pada masa kehamilan.
g. Decompensatio cordis pada kehamilan.
h. Pertumbuhan janin terhambat (PJT): tinggi fundus tidak
sesuai usia kehamilan.
i. Penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang
mengancam nyawa.
2) Penatalaksanaan Persalinan:
a. Persalinan per vaginam
a)
Persalinan per vaginam normal.
b)
Persalinan per vaginam melalui induksi.
c)
Persalinan per vaginam dengan tindakan.
d)
Persalinan per vaginam dengan komplikasi.
e)
Persalinan
per vaginam
dengan kondisi bayi
kembar.
Persalinan per vagina dengan induksi, dengan
tindakan, dengan komplikasi serta pada bayi kembar
dilakukan di Puskesmas PONED dan/atau RS.
b. Persalinan per abdominam
a) Seksio sesarea elektif (terencana), atas indikasi
medis. Seksio sesarea elektif adalah cara melahirkan
janin melalui insisi pada dinding abdomen dan
dinding uterus yang telah direncanakan sebelumnya,
tindakan ini memiliki resiko terjadinya infeksi.
54
b) Seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi
medis. Seksio sesarea emergensi adalah, seksio
sesarea yang dilakukan ssetelah gagal dilakukan
partus percobaan (persalinan per vaginam pada
wanita-wanita dengan panggul yang relatif sempit).
c) Seksio sesarea dengan komplikasi (perdarahan,
robekan jalan lahir, perlukaan jaringan sekitar
rahim, dan sesarean histerektomi).
c. Penatalaksanaan Komplikasi Persalinan :
a) Perdarahan
b) Eklamsi (hipertensi dalam kehamilan)
c) Retensio plasenta (plasenta belum lepas setelah bayi
lahir)
d) Penyulit pada persalinan.
e) Infeksi
f) Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu
bersalin
d. Penatalaksanaan bayi baru lahir
a) Perawatan esensial neonates atau bayi baru lahir
b) Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi
(asfiksia, yaitu keadaan bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur, BBLR (Bayi
Berat Lahir Rendah) yaitu bayi dengan berat lahir
55
kurang dari 2500 gram, Infeksi, ikterus yaitu
ditandai dengan menguningnya kulit dan sklera
(bagian putih pada bola mata), Kejang, RDS
(Respiratory Distress Syndrome) yaitu gangguan
pernapasan pada bayi premature, atau disebut juga
sindrom sulit bernapas pada bayi).
e. Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan
a) Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu)
hari.
b) Persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat
inap minimal 2 (dua) hari.
c) Persalinan dengan penyulit post sectio-caesaria
dirawat inap minimal 3 (tiga) hari.
3) Pelayanan nifas (Post Natal Care)
a. Tatalaksana pelayanan
Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar yang dibiayai
oleh program ini ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir
yang meliputi pelayanan ibu nifas, pelayanan bayi baru
lahir, dan pelayanan KB pasca salin. Pelayanan nifas
diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi baru
lahir dan pelayanan KB pasca salin. Tatalaksana asuhan
PNC merupakan pelayanan Ibu dan Bayi baru lahir
sesuai dengan Buku Pedoman KIA. Pelayanan bayi
56
baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan
neonatal. Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir
dilaksanakan 4 kali, masing-masing 1 kali pada :
1) Kunjungan pertama untuk Kf1 (kunjungan nifas ke1 dan KN1 (kunjungan neonatal ke-1), (6 jam s/d
hari ke-2)
2) Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke7)
3) Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d
hari ke-28)
4) Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari
ke-42) Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan
hingga 42 hari pasca persalinan. Pada Jaminan
Persalinan
dijamin
penatalaksanaan
komplikasi
nifas antara lain :
a. Perdarahan
b. Sepsis (keadaan dimana tubuh bereaksi hebat
terhadap bakteri atau mikroorganisme lain)
c. Eklamsi (hipertensi pada kehamilan)
d. Asfiksia (keadaan bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur)
e. Ikterus (menguningnya kulit dan sklera (bagian
putih pada bola mata))
57
f. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
g. Kejang
h. Abses/Infeksi
diakibatkan
oleh
komplikasi
pemasangan alat kontrasepsi.
i. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu
dan
bayi
baru
lahir
sebagai
komplikasi
persalinan.
b. Keluarga Berencana (KB)
1) Jenis Pelayanan KB
Pelayanan Keluarga Berencana pasca salin antara lain;
a) Kontrasepsi mantap (Kontap);
b) IUD (Intra Uterine Device), Implant, dan
c) Suntik.
2) Tatalaksana Pelayanan KB dan ketersediaan Alokon
Sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk
dan keterkaitannya dengan Jaminan Persalinan, maka
pelayanan KB pada masa nifas perlu mendapatkan
perhatian. Tatalaksana pelayanan KB mengacu kepada
Pedoman Pelayanan KB dan KIA yang diarahkan pada
Metode
Kontrasepsi
Jangka
Panjang
(MKJP)
atau
Kontrasepsi Mantap (Kontap) sedangkan ketersediaan alat
dan obat kontrasepsi (alokon) KB ditempuh dengan
prosedur sebagai berikut;
58
a) Pelayanan KB di fasilitas kesehatan dasar:
(1) Alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh
BKKBN terdiri dari IUD, Implant, dan Suntik.
(2) Puskesmas membuat rencana kebutuhan alat dan
obat kontrasepsi yang diperlukan untuk pelayanan
KB di Puskesmas maupun dokter/bidan praktik
mandiri yang ikut program Jaminan Persalinan.
Selanjutnya daftar kebutuhan tersebut dikirimkan ke
SKPD yang mengelola program keluarga berencana
di Kabupaten/ Kota setempat.
(3) Dokter dan bidan praktik mandiri yang ikut program
Jaminan Persalinan membuat rencana kebutuhan
alokon untuk pelayanan keluarga berencana dan
kemudian diajukan permintaan ke Puskesmas yang
ada diwilayahnya.
(4) Puskesmas setelah mendapatkan alokon dari SKPD
Kabupaten/Kota
yang
mengelola
program
KB
selanjutnya mendistribusikan alokon ke dokter dan
bidan praktik mandiri yang ikut program Jaminan
Persalinan sesuai usulannya.
(5) Besaran
jasa
pelayanan
KB
diklaimkan
program Jaminan Persalinan.
b) Pelayanan KB di fasilitas kesehatan lanjutan:
pada
59
(1) Alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh
BKKBN
(Badan
Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana Nasional).
(2) Rumah Sakit yang melayani Jaminan Persalinan
membuat
kontrasepsi
rencana
yang
kebutuhan
diperlukan
alat
untuk
dan
obat
pelayanan
Keluarga Berencana (KB) di Rumah Sakit tersebut
dan selanjutnya daftar kebutuhan tersebut dikirimkan
ke SKPD
yang
mengelola
program
keluarga
berencana di Kabupaten/Kota setempat.
(3) Jasa pelayanan KB di pelayanan kesehatan lanjutan
menjadi bagian dari penerimaan menurut tarif INA
CBG’s yang merupakan suatu sistem klasifikasi
pasien yang memiliki empat karakteristik utama,
yaitu (1) pengumpulan secara teratur data pasien
keluar perawatan (terutama data tentang karakteristik
pasien, pelayanan, serta pemberi layanan) yang
digunakan untuk mengklasifikasikan pasien menjadi
(2) kelompok-kelompok pasien (Kode INA-CBG’s),
yang (3) secara klinis bermakna dan (4) secara
ekonomi homogen atau mengkonsumsi sumber daya
yang relatif sama besar.
60
2.2 Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
disajikan sebagai data pendukung. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam
mengelola atau memecahkan masalah yang timbul dalam evaluasi program
jaminan persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten
Lebak tahun 2011-2013 . Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu
dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan
permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini, walaupun fokus dan
masalahnya tidak sama persis, tetapi sangat membantu peneliti dalam menemukan
sumber-sumber pemecahan masalah penelitian ini. Berikut ini beberapa hasil
penelitian terdahulu yang peneiliti baca, dapat dilihat melalui tabel 2.3 berikut :
61
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
N
o
Item
1
Judul
2
Tahun
3
Tujuan
penelitian
4
Teori
Armey Yudha
Purwitasari
Implementasi
Kebijakan Program
Jaminan Persalinan
di Kabupaten Lebak
Provinsi
Banten
Tahun 2011
2011
Mengetahui
efektivitas
implementasi
program
jaminan
persalinan
di
Kabupaten
Lebak
tahun 2011.
Implementasi
kebijakan George C.
Edwards III (1980),
dengan variable yang
mempengaruhi yaitu
:
1. Komunikasi :
a. Transmisi
b. Konsisten
si
c. Kejelasan
2. Sumber daya :
a. Instrument
kebijakan
b. Alokasi
anggaran
c. SDM
Suhaerni
Pemanfaatan Program
Jaminan
Persalinan
Berdasarkan
Karakteristik Ibu di
Puskesmas
DTP
Bungbulang
Kecamatan
Bungbulang
Kabupaten
Garut
Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012
2012
Mengetahui
pemanfaatan program
jaminan
persalinan
berdasarkan
karakteristik ibu di
Puskesmas
DTP
Bangbulang
Kecamatan Bangbuang
Kabupaten
Garut
Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012.
Modifikasi
model
pemanfaatan pelayanan
kesehatan Andersen’s
(1975)dan
perilaku
penggunaan pelayanan
kesehatan Green and
Kreuter (2005), yaitu :
a. Faktor
Predisposisi:
1. Sosiodemog
rafi :
a. Suku,
status
pernika
han,
status
reprodu
Putri Permatasari
(peneliti)
Evaluasi Program
Jaminan Persalinan
di
Puskesmas
Mandala
Kecamatan Cibadak
Kabupaten
Lebak
Tahun 2011-2013
2011-2013
Mengetahui
evaluasi
pelaksanaan
program
jaminan
persalinan
di
Puskesmas
Mandala,
Kecamatan
Cibadak,
Kabupaten Lebak,
Tahun 2011-2013.
Evaluasi
implementasi
kebijakan William
Dunn, kriterianya
yaitu :
1. Efektivitas
2. Efisiensi
3. Kecukupan
4. Perataan
5. Responsivit
as
6. Ketepatan
62
d. Keterediaa
n fasilitas
kesehatan
3. Disposisi :
a. Sikap
pelaksana
4. Struktur
Birokrasi :
a. Kordinasi
berjenjang
b. SOP
kebijakan
5. Kondisi
geografis,
sosial,
ekonomi
ksi
b. Status
kesehata
n ibu
c. Riwayat
ANC
d. Riwayat
komplik
asi
e. Pendidi
kan
suami
dan ibu
2.
Rencana
penolong
persalinan
3. Pengambila
n keputusan
penolong
persalinan
4. Pengetahua
n
tentang
kehamilan
5. Keyakinan
dan sikap
terhadap
penolong
persalinan
6. Nilai yang
berlaku di
masyarakat
b. Faktor
pemungkin
/
enabling :
1. Dukungan
untuk
memilih
persalinan
oleh tenaga
kesehatan :
a. Keluarg
a, teman
b. Petugas
kesehata
n
c. Tokoh
63
5
Metode
6
Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
masyara
kat
d. Pengam
bil
keputus
an
2. Komunikasi
kesehatan
dengan
suami
3. Informasi
yang
diterima
4. Reward,
hukuman
Kualitatif
Kuantitatif
Deskriptif
Dengan
rancangan
potong lintang (cross
sectional)
Komunikasi
Pemanfaatan program
sudah
berjalan jaminan persalinan di
dengan baik.
Kecamatan bangbulang
Komitmen
masih
rendah
pelaksana
keikutsertaannya
program jaminan (38,1%)
persalinan
dari
jajaran pemegang
kebijakan
di
Kabupaten Lebak
sampai
dengan
pelaksana
di
lapangan cukup
tinggi.
Koordinasi secara
berjenjang cukup
dilakukan dengan
baik.
Kondisi geografis
dan sosial budaya
masyarakat
Lebak menjadi
penyebab
langsung
rendahnya
cakupan program
jaminan
Kualitatif
Desktiptif
-
64
7
Persamaaan
8
Perbedaan
9
Kritik
persalinan.
Meneliti
tataran Mengambil
lokus
pelaksanaan program dalam lingkup wilayah
jaminan persalinan kerja suatu Puskesmas
dengan lokus di
Kabupaten
yang
sama menggunakan
metode
kualitatif
desktiptif.
Teori yang
digunakan
implementasi
Lebih terfokus pada
karakteristik
yang
mempengaruhi
pemanfaatan program
jaminan persalinan.
Teori yang digunakan
pemanfaatan pelayanan
kesehatan
Belum ada
Belum ada
Sumber : Peneliti, 2015
Meneliti tataran
pelaksanaan dan
hasil program
jaminan persalinan
dengan lokus pada
suatu wilayah kerja
Puskesmas dengan
metode kualitatif
desktiptif.
Menjelaskan tataran
pelaksanaan dan
hasil program
jaminan persalinan
dengan teori
evaluasi William
Dunn
-
2.3 Kerangka Berfikir
Penelitian tentang Evaluasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak menggunakan model Kriteria
Evaluasi Dunn. Adapun dalam melakuan penelitiannya dengan mengacu pada
enam kriteria evaluasi Dunn dalam Nugroho (2012:729), yang berpengaruh pada
keberhasilan atau kegagalan suatu program atau kebijakan, diantaranya :
a. Efektifitas, yakni mengenai apakah hasil yang diinginkan dari suatu
program atau kebijakan telah dicapai atau sebaliknya.
b. Efsiensi, yakni mengenai seberapa banyak usaha diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
c. Kecukupan, yakni mengenai seberapa jauh pencapaian hasil yang
diinginkan memecahkan masalah.
d. Perataan, yakni apakah biaya manfaat didistribusikan degan merata kepada
kelompok-kelopmpok yang berbeda.
65
e. Responsivitas, yakni apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan,
preferensi, atau nilai kelompok-kelompok tertentu.
f. Ketepatan, yakni apakah hasil (tujuan) yang diinginkan dari suatu program
atau kebijakan benar-benar berguna atau bernilai.
Untuk menggambarkan evaluasi dari program jaminan persalinan peneliti
harus mencari data dan informasi yang mendukung bagi penelitian tentang
evaluasi program jampersal ini. Selain itu peneliti juga melakukan observasi dan
wawancara dengan informan maupun pihak-pihak terkait. Dalam penelitian
mengenai Evaluasi Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013, peneliti
mengkaitkan keenam tipe kriteria evaluasi menurut Dunn, dengan program
jaminan persalinan, dan permasalahan-permasalahannya, diantaranya :
1. Hasil yang dicapai dari diberlakukannya program jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, belum
maksimal.
2. Kurangnya fasilitas yang mendukung berjalannya program jaminan
persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
3. Adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta jamninan persalinan,
setelah pasien (peserta Jampersal) mendapatkan pelayanan jaminan
persalinan di beberapa tenaga medis Puskesmas Mandala, Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Lebak.
4. Jumlah kejadian kematian bayi, sejak diberlakukan program jaminan
persalinan
di
wilayah
Puskesmas
Mandala,
Kabupaten Lebak, meningkat setiap tahunnya.
Kecamatan Cibadak,
66
5. Tidak terjadi perubahan yang signifikan, pada jumlah kejadian kematian
ibu, sebelum dan sesudah diadakan program jaminan
persalinan, di
wilayah Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
6. Tanggapan masyarakat terhadap program jaminan persalinan di wilayah
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak belum baik.
Apabila permaslahan-permasalahan dalam penelitian evaluasi
program
jaminan persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten
Lebak Tahun 2011 – 2013, yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah,
setelah dikaitkan pada ke-enam tipe kriteria evaluasi menurut Dunn, tidak
mendukung satu sama lain, maka kemungkinan tidak berhasilnya suatu program
dapat terjadi, dan sebaliknya apabila keenam tipe kriteria saling berkaitan satu
sama lain, maka kemungkinan keberhasilan program bisa terjadi. Sedangkan
tujuan dari penelitian yang berjudul evaluasi
program jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011 – 2013
ini adalah untuk menilai program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011 – 2013. Berikut adalah skema
kerangka berfikir dalam penelitian evaluasi program jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013 :
67
Identifikasi Masalah :
1. Hasil yang dicapai dari diberlakukannya program jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, belum
maksimal.
2. Kurangnya fasilitas yang mendukung berjalannya program jaminan
persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten
Lebak.
3. Adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta jaminan persalinan,
setelah pasien (peserta Jampersal) mendapatkan pelayanan jaminan
persalinan di beberapa tenaga medis Puskesmas Mandala, Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Lebak.
4. Jumlah kejadian kematian bayi, sejak diberlakukan program jaminan
persalinan di wilayah Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak, meningkat setiap tahunnya.
5. Tidak terjadi perubahan yang signifikan, pada jumlah kejadian
kematian ibu, sebelum dan sesudah diadakan program jaminan
persalinan, di wilayah Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak.
6. Tanggapan masyarakat terhadap program jaminan persalinan di
wilayah Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak
belum baik.
Kriteria Evaluasi Kebijakan menurut William Dunn
Yaitu: Efektivitas, Efisiensi, Kecukupan, Perataan, Responsifitas dan Ketepatan
(Sumber : Nugroho, 2012:729)
Hasil:
Menilai program jaminan persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013.
Gambar 2.3
Skema Kerangka Berfikir
Sumber : Peneliti, 2015
68
2.3 Asumsi Dasar
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan diatas
peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian beserta data
yang mendukung, maka peneliti dapat berasumsi bahwa Evaluasi Program
Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak, Tahun 2011-2013 belum optimal.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif cocok digunakan
untuk meneliti dimana masalahnya belum jelas, dilakukan pada situasi sosial yang
tidak luas. Sehingga hasil penelitian lebih dalam dan bermakna. Metode ini juga
dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik
fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami. Miles
dan Huberman (2007:15-16) mengatakan data hasil penelitian disajikan dalam
bentuk kata-kata dan bukan dalam rangkaian angka.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan bagian yang membatasi dan
menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Ruang
lingkup penelitian digunakan sebagai batasan penelitian, agar terfokus pada fokus
penelitian. Dengan itu maka, ruang lingkup penelitian diharapkan dapat
memudahkan peneliti untuk lebih fokus pada penelitian yang akan dilakukan,
yaitu mengenai “Evaluasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak tahun 2011-2013”.
Pembatasan ruang lingkup penelitian didasarkan pada pemaparan yang
terdapat pada latar belakang masalah, dimana dijabarkan secara ringkas dalam
69
70
identifikasi masalah. Adapun, ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan secara mendalam, fenomena terkait bagaimana Puskesmas
Mandala dalam melaksanakan program jaminan persalinan tahun 2011-2013.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yaitu menjelaskan mengenai locus penelitian yang akan
dilaksanakan, termasuk dalam menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya.
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak dipilih sebagai locus
penelitian didasarkan pada permasalahan masih tingginya angka kematian ibu dan
bayi di Kabupaten Lebak dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota lainnya di
Provinsi Banten, dimana angka kematian ibu di Kabupaten Lebak menempati
urutan pertama se-Provinsi Banten. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
mengambil locus di Kabupaten Lebak. Kemudian untuk lebih spesifik lagi,
peneliti mempersempit locus penelitian yaitu hanya di wilayah Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, karena Puskesmas Mandala merupakan salah satu
Puskesmas yang masuk dalam kategori baik di Kabupaten Lebak, sehingga
peneliti tertarik ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan program jaminan
persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak.
Pemilihan locus penelitian dalam penelitian ini juga merujuk pada
permasalahan-permasalahan yang muncul sebagaimana yang telah dipaparkan
pada latar belakang masalah penelitian, yaitu terkait belum maksimalnya
sosialisasi yang dilakukan mengenai program jaminan persalinan di wilayah
Puskesmas Mandala, masih adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta
71
jaminan persalinan kepada beberapa tenaga medis, serta kurangnya fasilitas yang
mendukung erselenggaranya program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1
Definisi Konsep
Definisi konseptual digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai
konsep dari objek penelitian yang akan diteliti menurut pendapat peneliti,
berdasarkan konsep kerangka berpikir penelitian itu sendiri. Objek penelitian ini
adalah evaluasi program jaminan persalinan. Definisi konsep evaluasi program
jaminan persalinan adalah sejauhmana pelayanan kesehatan memberikan
pelayanan jaminan persalinan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan,
kemudian dapat dilihat bagaimana hasil atau pencapaiannya. Adapun definisi para
ahli terkait konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Evaluasi Kebijakan
Menurut Dunn dalam Nugroho (2012:728), istilah evaluasi dapat
disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan
penilaian (assesment). Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai
nilai atau manfaat hasil kebijakan. Evaluasi memberi informasi yang valid dan
dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai,
dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik; evaluasi memberi
sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari
pemilihan tujuan dan target; dan evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi
72
metode-metode analisisi kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah
rekomendasi. Dunn menggambarkan kriteria evaluasi sebagai berikut :
1. Efektifitas, berkenaan dengan apakah hasil yang diinginkan dari suatu
program atau kebijakan telah dicapai atau sebaliknya.
2. Efsiensi, berkenaan dengan seberapa banyak usaha diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
3. Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh pencapaian hasil yang
diinginkan memecahkan masalah.
4. Perataan, berkenaan dengan apakah biaya manfaat didistribusikan
degan merata kepada kelompok-kelopmpok yang berbeda.
5. Responsivitas, berkenaan dengan apakah hasil kebijakan memuaskan
kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok tertentu.
6. Ketepatan, berkenaan dengan apakah hasil (tujuan) yang diinginkan
dari suatu program atau kebijakan benar-benar berguna atau bernilai.
2. Jaminan Persalinan
Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) adalah perluasan kepesertaan dari
Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja Manfaat yang
diterima oleh penerima manfaat Jaminan Persalinan terbatas pada pelayanan
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.
Menurut peneliti dalam penelitian “Evaluasi Program Jaminan Persalinan
di Puskesmas Mandala Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013”
yang menjadi objek penelitian adalah evaluasi kebiajakan
73
3.4.2
Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian
dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel dalam penelitian ini
yaitu “Evaluasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Lebak”. Maka dalam penjelasan definisi oprasional ini akan
dikemukakan fenomena-fenomena penelitian yang berkaitan dengan konsep yang
digunakan, dalam hal ini peneliti menggunakan teori Evaluasi Kebijakan William
Dunn dalam Nugroho (2012:729), dimana kriteria evaluasinya adalah :
1. Efektifitas, berkenaan dengan apakah hasil yang diinginkan dari
suatu program atau kebijakan telah dicapai atau sebaliknya.
2. Efsiensi, berkenaan dengan seberapa banyak usaha diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
3. Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh pencapaian hasil yang
diinginkan memecahkan masalah.
4. Perataan, berkenaan dengan apakah biaya manfaat didistribusikan
degan merata kepada kelompok-kelopmpok yang berbeda.
5. Responsivitas, berkenaan dengan apakah hasil kebijakan memuaskan
kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok tertentu.
6. Ketepatan, berkenaan dengan apakah hasil (tujuan) yang diinginkan
dari suatu program atau kebijakan benar-benar berguna atau bernilai.
74
Peneliti menggunakan teori evaluasi dari William Dunn tersebut, karena
paling tepat untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah penelitian. Berikut
adalah pedoman wawancara berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu:
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara
NO
A.
TIPE
KRITERIA
Efektifitas
KISI-KISI PERTANYAAN
INFORMAN
Bagaimana hasil pencapaian dari
program jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Lebak dan
hambatan
yang ditemui dalam
pelaksanaan Program Jampersal di
Puskesmas Mandala
Kecamatan
Cibadak,Kabupaten Lebak ?
Kepala Puskesmas
Mandala, Pengelola
Kesehatan Ibu dan
Anak
(KIA)
Puskesmas
Mandala,
Bidan
Desa
(Bidan
Puskesmas
Mandala)
Kepala Puskesmas
Mandala, Pengelola
Kesehatan Ibu dan
Anak
(KIA)
Puskesmas
Mandala,
Bidan
Desa
(Bidan
Puskesmas
Mandala), Peserta
Jaminan Persalinan
dan Masyarakat.
Kepala Puskesmas
Mandala, Pengelola
Kesehatan Ibu dan
Anak
(KIA)
Puskesmas
Mandala,
Bidan
Desa
(Bidan
Puskesmas
Mandala), Peserta
Jampersal
Kepala Puskesmas
Mandala,
B.
Efisiensi
Bagaimana usaha yang dilakukan
untuk mencapai tujuan program
Jampersal?
Bagaimana prosedur menjadi peserta
jampersal?
serta bagaimana efisiensi program
Jampersal ditinjau dari segi biaya ?
C.
Kecukupan
Bagaimana
kontribusi
program
Jampersal terkait permasalahan angka
kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) di wilayah
Puskesmas Mandala ?
D
Perataan
Bagaimana pendistribusian program
Jampersal kepada masyarakat?
75
E.
Responsivitas
F.
Ketepatan
Pengelola
Kesehatan Ibu dan
Anak
(KIA)
Puskesmas
Mandala,
Bidan
Desa
(Bidan
Puskesmas
Mandala), Peserta
Jampersal
Bagaimana tanggapan masyarakat Kepala Puskesmas
terhadap program Jampersal ? Mandala, Pengelola
Bagaimana partisipasi masyarakat Kesehatan Ibu dan
terhadap program jampersal ?
Anak
(KIA)
Puskesmas
Mandala,
Bidan
Desa
(Bidan
Puskesmas
Mandala), Peserta
Jampersal,
masyarakat yang
bersalin di dukun,
dukun bayi
Pelaynana apa saja yang diberikan
dari program jaminan persalinan?,
serta Bagaimana dampak yang
ditimbulkan dari pelayanan program
jaminan persalinan di Puskesmas
Mandala?
Kepala Puskesmas
Mandala, Pengelola
Kesehatan Ibu dan
Anak
(KIA)
Puskesmas
Mandala,
Bidan
Desa
(Bidan
Puskesmas
Mandala), Peserta
Jampersal
Sumber : Peneliti,2015
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam
penelitian
tentang
Evaluasi
Program
Jaminan
Persalinan
(Jampersal) di Puskesmas Mandala Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak yang
menjadi instrumen utama penelitian adalah penelitian sendiri.
76
Nasution dalam Sugiyono (2009:223) menyatakan :
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada
menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama.
Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai
bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian,
hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu
semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.
Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu.
Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada
pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya
yang dapat mencapainya”.
Berdasarkan definisi diatas, dapat dipahami bahwa dalam penelitian
kualitatif yang menjadi instrument penelitiannya adalh peneliti itu sendiri, karena
tidak ada pilihan lain.
Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi terhadap
pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang
yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian baik sec ara
akademik maupun logistiknya, yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri,
melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,
penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan
bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2009:222).
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti merupakan
kombinasi dan beberapa teknik ,yaitu :
a. Wawancara
Wawancara adalah
percakapan antara dua orang atau lebih dan
berlangsung antara narasumber dengan pewawancara.
77
Esterberg dalam Sugiyono (2005:72) menyatakan :
“A meeting of two persons to exchange information and idea through
question and responses, resulting in communication and joint construction
of meaning about a particular topic” (wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu).
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif yaitu wawancara
mendalam dimana peneliti melakukan tanya jawab dengan informan tanpa
batas sehingga peneliti memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya.
Adapun jenis wawancara yang dilakukan yaitu wawancara tak berstruktur,
dimana pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, tetapi disesuaikan
dengan keadaan dan ciri yang unik dari informan sehingga pelaksanaan tanya
jawab mengalir seperti percakapan sehari-hari. Adapun pertanyaan tetapi
hanya berupa poin-poin pokok saja
yang akan dipertanyakan dan
dikembangkan.
b. Observasi
Observasi atau pengamantan menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono
(2010:203) yaitu observasi merupakan suatu proses yang kompleks. Suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan pisikologis dua
diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan
didalam observasi. Dalam penelitian mengenai Evaluasi Program Jaminan
Persalinan di Puskesmas mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak
peneliti melakukan observasi non partisipan yaitu aktifitas peneliti yang
78
dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan namun tidak ikut terlibat
dengan kegiatan subjek penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya sejarah kehidupan, cerita,
biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film dan lainlain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sumber: Sugiyono,
2005:82).
Dalam
penelitian
Evaluasi
Program
Jaminan
Persalinan
(Jampersal) di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Tahun 2011-2013.
peneliti melakukan pendokumentasian, seperti merekam dan menulis
percakapan pada saat wawancara, dan dokumentasi lainnya berupa foto.
3.7 Informan Penelitian
Dalam penelitian Evaluasi Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Tahun 2011-2013, peneliti menggunakan
teknik Purposive, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan (Sugiyono,2005:54). Pada
teknik ini peneliti sudah mengetahui siapa narasumber yang akan diwawancara
79
untuk mendapatkan informasi, sesuai dengan fokus penelitian. maka yang
dijadikan informan atau sumber data dalam penelitian “Evaluasi Program
Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013”, dapat dilihat melalui tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2
Informan Penelitian
Kode
I₁
I₂
I₃
I₄
I₅
I₆
I₇
Informan
Kepala Puskesmas Mandala
Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas
Mandala
Bidan Puskesmas Mandala
Peserta Jampersal
Kader Posyandu
Warga penggunan jasa penolong persalinan non medis
Dukun bayi
(Sumber : Peneliti 2014)
3.8 Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data
3.8.1
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian Evaluasi Implementasi Program Jaminan Persalinan
(Jampersal) di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak peneliti menggunakan
teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisa data dilapangan
model
Miles dan Huberman, dimana analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban dari narasumber yang diwawancarai, bila
jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka
80
peneliti akan mengajukan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data
yang kredibel.
Miles dan Huberman (1992:16) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terusmenerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Dalam prosesnya,
penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles
dan Huberman (2007:15-21), yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan
tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi data (data reduction), penyajian data
(data display), dan verifikasi (verification) jika digambarkan maka proses tersebut
akan Nampak seperti berikut ini :
Data
Collecting
Data
Display
Data
Reduction
Verification
Gambar 3.1
Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
Sumber : Miles dan Huberman, 2007:18
Berdasarkan komponen analisis data pada gambar 3.1, dapat dipahami
Pertama, kegiatan reduksi data, pada tahap ini terfokus pada pemilihan,
penyederhanaan dan transformasi data kasar dari catatan lapangan. Dalam proses
81
ini dipilih data yang relevan dengan fokus penelitian. Proses reduksi ini dilakukan
secara bertahap selama dan sesudah pengumpulan data sampai laporan hasil.
Reduksi data dilakukan dengan cara membuat ringkasan data, menelusuri tema
terbesar dan membuat kerangka penyajian data.
Kedua, penyajian data dalam kegiatan ini peneliti menyusun kembali data
berdasarkan klarifikasi dan masing-masing topik dipisahkan, kemudian topik yang
sama disimpan dalam satu tempat, masing-masing tempat diberi kode, hal ini
dikarenakan agar tidak terjadi ketimpangan data yang telah dijaring. Pada tahap
ini data disajikan dalam kesatuan tema yang terkhusus pada permasalahan yang
dituangkan dalam pertanyaan penelitian.
Ketiga, data yang dikelompokkan yang sesuai dengan topik-topik
kemudian diteliti kembali dengan cermat, mana data yang sudah lengkap dan
mana data yang belum lengkap dan masih memerlukan data tambahan, kegiatan
ini dilakukan selama penelitian berlangsung.
Keempat, setelah data dianggap cukup dan dianggap telah sampai pada
titik jenuh, maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah menyusun laporan
hingga pada akhir pembuatan kesimpulan.
Berdasarkan paparan di atas, penelitian mengenai evaluasi program
jaminan persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten
Lebak Tahun 2011-2013, menggunakan teknik analisis data Miles & Huberman.
Teknik analisis
data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat langkah
analisis data, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Hal ini digunakan sebagai alat untuk mempermudah peneliti dalam
82
menganalisis data yang didapat dari hasil penelitian lapangan dan mendapatkan
kesimpulan mengenai penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
3.8.2
Uji keabsahan Data
Dalam penelitaian Evaluasi Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di
Puskesmas
Mandala,
Kecamatan
Cibadak,
Kabupaten
Lebak
peneliti
menggunakan uji keabsahan data sebagai berikut :
1.
Triangulasi
Triangulasi
yaitu
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian (Moleong, 2004:330). Menurut Sugiyono (2005:105)
triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan
berbagai cara dan dengan berbagai waktu.
Triangulasi menurut Paton dalam Moleong (2005:330) berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara :
1. Membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
data
hasil
wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneliti
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
83
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seeorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biasa, kalangan
yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
mempunyai keterkaitan.
Dalam penelitian yang berjudul Evaluasi Program Jaminan Persalinan
(Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak,
Tahun 2011-2013, menggunakan dua teknik triangulasi pendekatan untuk menguji
keabsahan data dari hasil penelitian lapangan. Berikut adalah teknik triangulasi
pendekatan yang digunakan peneliti, yang di antaranya:
a. Triangulasi sumber, dapat dilakukan dengan mengecek data yang sudah
diperoleh dari berbagai sumber. Data dari berbagai sumber tersebut
kemudian dipilah dan dipilih dan disajikan dalam bentuk tabel matriks.
Data dari sumber yang berbeda dideskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sama, berbeda dan mana yang lebih spesifik.
b. Triangulasi teknik, dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari
berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan
dokumentasi. Data dari ketiga teknik tersebut dibandingkan, adakah
konsistensi. Jika berbeda, maka dapat dijadikan catatan dan dilakukan
pengecekkan selanjutnya mengapa data bisa berbeda (Fuad & Nugroho,
2014:19-20).
Berdasarkan pada pemaparan di atas, dalam menguji keabsahan data,
peneliti menggunakan dua teknik triangulasi, pertama menggunakan teknik
triangulasi sumber, peneliti memperoleh informasi dari sudut pandang pihak
pelaksana dan masyarakat. Sedangkan, teknik triangulasi teknik, peneliti
melakukan cek data dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan
84
studi dokumentasi. Hal ini dijadikan dasar oleh peneliti, untuk mengetahui
apakah data yang didapatkan terdapat perbedaan atau tidak. Apabila terdapat
perbedaan, maka selanjutnya peneliti melakukan pengecekkan ulang di
lapangan, mengapa data yang diterima berbeda, dan digunakan sebagai catatan
penelitian.
2. Membercheck
Membercheck atau mengecek ulang dalam Bungin (2008:205) yaitu
adanya masukan yang diberikan oleh informan. Setelah hasil wawancara dan
observasi dibuat kedalam transkrip, transkrip tersebut diperlihatkan kembali
kepada informan untuk mendapatkan konfirmasi bahwa transkrip itu sesuai
dengan pandangan mereka. Informan melakukan koreksi, mengubah atau
bahkan menambahkan informasi. Membercheck bertujuan untuk menghindari
salah taksir terhadap jawaban informan saat wawancara, menghindari salah
tafsir terhadap perilaku responden pada saat observasi, dan mengkonfirmasi
perspektif temik informan terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.
Selanjutnya hal yang tidak dapat diabaikan dalam uji keabsahan data
melalui refensi atau sumber. Sebagai hasil pembanding terhadap tulisan yang
telah disusun, selanjutnya keabsahan data dievaluasi melalui referensi berupa
tape recording, kamera foto dan perlengkapan lainnya yang dapat
memperlancar proses penelitian.
85
3.9 Jadwal Penelitian
Jadwal
penelitian
merupakan
paparan
waktu penelitian dalam
melakukan tahapan-tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian dalam penelitian mengenai
Evaluasi Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Tahun 2011-2013 dapat dilihat
melalui Tabel 3.3 berikut :
86
Tabel 3.3
Waktu Penelitian
No.
1.
Kegiatan
Waktu
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Agu
2014 2014 2014 2014 2015 2015 2015 2015 2015 2015
Pengajuan
Judul
2.
Observasi awal
3.
Bab I
Pendahuluan
4.
Bab II
Deskripsi Teori
5.
Bab III Metode
Penelitian
6.
Seminar
Proposal
Penelitian
7.
Pengumpulan
data
8.
Reduksi data
9.
Penyajian data
10.
Verifikasi data
11.
Mengecek data
dan
membercheck
9.
Bab IV
Pembahasan
10.
11.
Bab V Penutup
Sidang Hasil
Penelitian
Sumber: Peneliti, 2015
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Cibadak
Kecamatan Cibadak merupakan pemekaran dari wilayah Kecamatan
Rangkasbitung Kabupaten Lebak, dibentuk melalui Peraturan Pemerintah Nomor
44 tahun 1992 tanggal 14 Agustus 1992 .Kecamatan Cibadak memiliki luas
wilayah 3,331 km² dengan jumlah penduduk 60.688 jiwa, serta kepala keluarga
berjumlah 16.636. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani dan buruh
tani
Batas-batas wilayah kecamatan cibadak terdiri dari :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rangkasbitung
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Warunggunung dan
Cikulur
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rangkasbitung
Wilayah administrasi kecamatan cibadak terdiri dari 15 (lima belas) desa,
yaitu :
87
88
1. Kelurahan/Desa Kaduagung Barat
2. Kelurahan/Desa Kaduagung Timur
3. Kelurahan/Desa Kaduagung Tengah
4. Kelurahan/Desa Asem
5. Kelurahan/Desa Bojongcae
6. Kelurahan/Desa Bojongleles
7. Kelurahan/Desa Cibadak
8. Kelurahan/Desa Cisangu
9. Kelurahan/Desa Malabar
10. Kelurahan/Desa Panancangan
11. Kelurahan/Desa Pasar Keong
12. Kelurahan/Desa Tambakbaya
13. Kelurahan/Desa Cimentengjaya
14. Kelurahan/desa Asem Margaluyu
15. Kelurahan/Desa Mekar Agung
Adapun visi dan misi Kecamatan Cibadak yaitu, sebagai berikut :
89
1) Visi
Menjadi Perangkat Daerah yang Handal dan Aspiratif dalam Mewujudkan
Pelayanan Masyarakat yang Cekatan.
2) MISI
1. Membina, mendorong, memfasilitasi kemampuan masyarakat
menjadi lebih proaktif dalam menanggapi atau merespon kegiatan
pemerintahan,
pembangunan
dan
pemberdayaan
masyarakat
dalam
kemasyarakatan
menunjang
melalui
percepatan
pembangunan pedesaan.
2. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah sebagai fasilitator
pelaksanaan
bidang
pemerintahan,
pembangunan,
dan
kemasyarakatan.
Kecamatan
cibadak
merupakan
wilayah
potensial
untuk
pengembangan komoditas hortikultura seperti jeruk dan rambutan. Adapun
ketersediaan fasititas pelayanan peternakan yang terdapat di kecamatan
cibadak yaitu laboratorium kesehatan hewan ( lab. Keswan), puskeswan,
dan poultry shop.
Adapun jumlah penduduk dan luas desa di Kecamatan Cibadak,
dapat dilihat melalui tabel 4.1 berikut :
90
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya
Di Kecamatan Cibadak Tahun 2013
No
Desa
Jumlah Penduduk Luas (Km²)
Kepdaatan
(Jiwa)
(Jiwa/Km²)
1
Tambakbaya
5.716
3,76
1521
2
Bojongleles
5.570
2,62
2126
3
Kaduagung Timur
7.975
0,89
8961
4
Kaduagung Barat
3.857
2,98
1294
5
Malabar
2.921
3,41
857
6
Pasarkeong
5.456
2,30
2372
7
Cibadak
4.861
2,00
2431
8
Panancangan
2.804
1,48
1895
9
Asem
2.791
2,73
1022
10 Cisangu
2.997
2,05
1462
11 Bojongcae
3.465
1,88
1843
12 Kaduagung Tengah
3.683
1,07
3442
13 Mekar Agung
3.749
2,73
1373
14 Asem Margaluyu
34.19
2,51
1362
15 Cimenteng Jaya
1.424
2,01
708
Kecamatan Cibadak
60.688
34,42
1763
(Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2014)
Berdasarkan data pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
di Kecamatan Cibadak pada tahun 2013 jumlahnya sebanyak 60.688 (enam puluh
ribu enam ratus delapan puluh delapan) jiwa. Jumlah penduduk terbanyak berada
di Desa Kaduagung Timur, yakni jumlah penduduknya sebanyak 7.975 (tujuh ribu
Sembilan ratus tujuh puluh lima) jiwa. Sementara jumlah penduduk paling sedikit
berada di Desa Cimenteng Jaya, yakni jumlahnya 1.424 (seribu empat ratus dua
puluh empat) jiwa. Luas secara Kecamatan Cibadak secara keseluruhan yaitu
34,42 Km², dan kepadatannya 1763 Jiwa/Km². Adapun jumlah penduduk di
91
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat
melalui tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Jumlah Keluarga, Penduduk dan Sex Ratio
Di Kecamatan Cibadak Tahun 2013
No
Desa
Keluarga
Penduduk
Laki-Laki Perempuan
1
Tambakbaya
1.561
2.980
2.736
2
Bojongleles
1.458
2.828
2.742
3
Kaduagung Timur
2.120
4.030
3.945
4
Kaduagung Barat
1.304
1.964
1.893
5
Malabar
786
1.529
1.392
6
Pasarkeong
1.351
2.868
2.588
7
Cibadak
1.403
2.496
2.365
8
Panancangan
836
1.448
1.356
9
Asem
694
1.469
1.332
10 Cisangu
846
1.560
1.437
11 Bojongcae
931
1.774
1.691
12 Kaduagung Tengah
1.105
1.897
1.786
13 Mekar Agung
1.025
1.886
1.863
14 Asem Margaluyu
795
1.728
1.691
15 Cimenteng Jaya
421
732
692
Kecamatan Cibadak
16.636
31.189
29.499
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2014
Sex
Jumlah Ratio
5.716
109
5.570
103
7.975
102
3.857
104
2.921
110
5.456
111
4.861
106
2.804
107
2.791
111
2.997
109
3.465
105
3.683
106
3.749
101
3.419
102
1.424
106
60.688
106
Pada tabel 4.2, terlihat bahwa jumlah keluarga di Kecamatan Cibadak
sebanyak enam belas ribu ena ratus tiga puluh enam keluarga. Sedangkan jumlah
penduduk berjenis kelamin laki-laki di Kecamatan Cibadak adalah tiga puluh satu
ribu seratus delapan puluh sembilan jiwa, dan jumlah penduduk berjenis kelamin
perempuan di Kecamatan Cibadak adalah dua puluh Sembilan ribu empat ratus
Sembilan puluh Sembilan jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut dapat diketahui
bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Cibadak yang berjenis kelamin laki-laki
92
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin
perempuan. Berdasarkan data pada tabel 4.2, berikutnya adalah data jumlah
kepala keluarga menurut tahapan keluarga sejahtera, dapat dilihat melalui tabel
4.3 berikut :
Tabel 4.3
Jumlah Kepala Keluarga menurut Tahapan Keluarga Sejahtera
Di Kecamatan Cibadak Tahun 2013
No
Desa
PRA KS KS I KS II dan KS III+
1
Tambakbaya
234
330
997
2
Bojongleles
215
280
963
3
Kaduagung Timur
673
431
1.016
4
Kaduagung Barat
563
330
411
5
Malabar
260
263
263
6
Pasarkeong
382
329
640
7
Cibadak
243
430
730
8
Panancangan
190
228
418
9
Asem
173
227
294
10 Cisangu
162
348
336
11 Bojongcae
260
220
451
12 Kaduagung Tengah
140
139
826
13 Mekar Agung
230
260
535
14 Asem Margaluyu
301
350
144
15 Cimenteng Jaya
149
141
131
Kecamatan Cibadak
4.175
4.306
8.155
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2014
Berdasarkan data pada tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah
keluarga pra sejahtera (Pra KS) di Kecamatan Cibadak adalah empat ribu seratus
tujuh puluh lima keluarga. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan
pengajaran agama, kebuthan sandang, pangan, papan, dan kesehatan. Selanjutnya
jumlah keluarga tahapan sejahtera I (KS I) sebanyak empat ribu tiga ratus enam
93
keluarga. Tahapan keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, namun belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial sikologinya. Kemudian jumlah keluarga sejahtera II (KS II) dan
Keluarga sejahtera III+ (KS III+) di Kecamatan Cibadak sebanyak delapan ribu
seratus lima puluh lima keluarga. Tahapan keluarga sejhtera II adalah keluarga
yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, namun belum dapat memenuhi
kebutuhan
pengemabangannya,
seperti
kebutuhan
untuk
menabung dan
memperoleh informasi. Sedangkan untuk keluarga sejahtera III+ adalah keluarga
yang sudah mampu memenuhi seluruh kebutuhan nya.
Penduduk di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, apabila dilihat dari
segi mata pencahariannya, memiliki beberapa jenis mata pencaharian yang
dijadikan sumber untuk mencari penghasilan. Untuk mengetahui jumlah
penduduk di Kecamatan Cibadak menurut mata pencahariannya, dapat dilihat
melalui tabel 4.4 berikut :
94
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Di Kecamatan Cibadak Tahun 2013
No
1
2
3
Desa
PNS Sipil
dan
TNI/POLRI
82
380
167
Home Perdagangan Petani Buruh
Industry
Tani
Tambakbaya
21
106
459
Bojongleles
18
275
78
Kaduagung
22
766
37
Timur
4
Kaduagung
63
15
323
281
Barat
5
Malabar
29
10
123
378
6
Pasarkeong
65
32
92
401
7
Cibadak
18
5
177
469
8
Panancangan
17
15
78
393
9
Asem
10
21
142
438
10 Cisangu
11
13
63
575
11 Bojongcae
8
10
58
444
12 Kaduagung
486
0
488
17
Tengah
13 Mekar Agung
45
5
255
276
14 Asem
3
11
48
431
Margaluyu
15 Cimenteng
22
4
51
143
Jaya
Kecamatan
1.406
202
3.045
4.830
Cibadak
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2014
552
148
74
302
443
489
532
438
423
674
536
37
321
417
354
5.840
Berdasarkan data pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa penduduk di
Kecamatan Cibadak paling banyak bekerja sebagai buruh tani, jumlahnya
mencapai 5.840 (lima ribu delapan ratus empat puluh) orang. Jumlah tersebut
paling tinggi (paling banyak), dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya.
Jumlah paling banyak setelah buruh tani, yaitu mata pencaharian penduduk
sebagai petani, berikutnya perdagangan, kemudian PNS Sipil, TNI/POLRI, dan
terakhir Home Industry. Adapun untuk mengetahui jumlah bidan, dokter, dan
95
tenaga kesehatan tradisional di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, dapat
dilihat melalui tabel 4.5 Berikut :
Tabel 4.5
Jumlah Tenaga Kesehatan Medis dan Tradisional
di Wilayah Puskesmas Mandala Tahun 2013
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
2013
Dokter Bidan Pengobatan Paraji
Tradisional
Tambakbaya
0
3
7
19
Bojongleles
0
6
22
2
Kaduagung Timur
1
7
21
4
Kaduagung Barat
0
2
16
0
Kaduagung Tengah
0
0
14
2
Mekar Agung
0
0
18
3
Malabar
0
1
20
6
Pasarkeong
0
1
25
3
Cibadak
0
1
12
3
Panancangan
0
1
13
1
Asem
0
1
9
3
Cisangu
0
1
19
5
Bojongcae
0
1
26
4
Asem Margalayu
0
1
15
6
Cimenteng Jaya
0
0
12
1
Kecamatan Cibadak
1
26
249
62
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2014
Desa
Paraji
Terlatih
4
1
0
0
0
2
1
2
1
2
2
1
1
1
1
19
Berdasarkan data pada tabel 4.5 diatas, dapat diketahui bahwa di
Kecamatan Cibadak hanya terdapat satu orang dokter saja. Sedangkan untuk bidan
di Kecamatan Cibadak, jumlanya sekitar dua puluh enam bidan, kemudian untuk
pengobatan tradisional terdapat jumlah yang sangat banyak, yaitu mencapai dua
ratus empat puluh sembilan. Berikutnya, untuk jumlah paraji, atau penolong
persalinan yang sering juga disebut dukun bayi, jumlahnya lebih banyak melebihi
jumlah bidan, yaitu sekita enam puluh dua paraji, dan hanya terdapat Sembilan
96
belas paraji saja yang merupakan paraji terlatih dan atau sudah bermitra dengan
Puskesmas. Sedangkan, Kecamatan cibadak, jika dilihat dari segi potensi
ekonomi, dapat dilihat melalui tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Potensi Ekonomi Paling Menonjol dan sudah diberdayakan
Di Kecamatan Cibadak tahun 2012
No
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Tambakbaya
Bojongleles
Kaduagung Timur
Kaduagung Barat
Malabar
Pasarkeong
Cibadak
Panancangan
Asem
Cisangu
Bojongcae
Kaduagung Tengah
Mekar Agung
Asem Margalayu
Cimenteng Jaya
Potensi Ekonomi
1
2
Pertanian
Jasa
Jasa
Perdagangan
Jasa
Perdagangan
Jasa
Perdagangan
Pertanian
Jasa
Perkebunan
Jasa
Pertanian
Perdagangan
Pertanian
Jasa
Pertanian
Perkebunan
Pertanian
Jasa
Pertanian
Jasa
perdagangan
Jasa
Pertanian
Perdagangan
Perkebunan
Pertanian
Pertanian
Perdagangan
Kecamatan Cibadak, 2013
3
Perdagangan
Pertanian
Industry
Pertanian
Perdagangan
Pertanian
Jasa
Perdagangan
Jasa
Perdagangan
Perdagangan
Pertanian
Jasa
Jasa
Jasa
Berdasarkan data pada tabel 4.6 diatas, dapat diketahui bahwa potensi
ekonomi yang pertama di Kecamatan Cibadak adalah pertanian. Dapat dilihat
bahwa dari ke lima belas desa di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak,
Sembilan desa diantaranya memiliki potensi ekonomi utama berupa pertanian.
Kemudian, potensi ekonomi yang kedua yaitu, berupa jasa dan perdagangan.
Potensi ekonomi yang ketiga juga sama, yaitu berupa jasa dan perdagangan.
97
Kecamatan Cibadak, jika dilihat dari segi pertanian, yaitu berupa produksi
buah-buahan di Kecamatan Cibadak, dapat dilihat melalui tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7
Produksi Buah-buahan
Di Kecamatan Cibadak Tahun 2012
No
Desa
Mangga
Rambutan
Duku/
Jeruk
Durian
Jambu
Sawo
(Kw)
(Kw)
Langsat
(Kw)
(Kw)
Biji
(Kw)
(Kw)
1
2
3
Tambakbaya
Bojongleles
Kaduagung
Timur
4 Kaduagung
Barat
5 Malabar
6 Pasarkeong
7 Cibadak
8 Panancangan
9 Asem
10 Cisangu
11 Bojongcae
12 Kaduagung
Tengah
13 Mekar
Agung
14 Asem
Margalayu
15 Cimenteng
Jaya
Kecamatan
Cibadak
(Kw)
7,00
4,00
8,00
23,00
13,00
6,00
70,00
40,00
13,00
1,50
0,80
0,80
38,00
21,00
5,00
18,00
12,00
2,00
0,00
0,00
0,00
6,00
18,00
54,00
2,00
30,00
14,00
0,00
4,00
5,00
6,00
7,00
5,00
14,00
9,00
4,00
11,00
15,00
20,00
21,00
14,00
50,00
40,00
10,00
41,00
47,00
61,00
65,00
75,00
147,00
90,00
32,00
0,00
1,50
0,00
0,00
2,00
0,80
0,00
0,00
22,00
25,00
32,00
34,00
59,00
52,00
49,00
17,00
16,00
14,00
16,00
17,00
20,00
42,00
21,00
8,00
6,00
0,00
0,00
0,00
9,00
6,00
0,00
0,00
5,00
12,00
38,00
0,80
21,00
10,00
3,00
8,00
25,00
78,00
1,80
53,00
19,00
6,00
9,00
26,00
81,00
0,00
43,00
20,00
0,00
101,00
304,00
932,00
12,00
501,00
249,00
30,00
Sumber: Kecamatan Cibadak, 2013
Berdasarkan data pada tabel 4.7, dapat diketahui bahwa buah-buahan yang
dihasilkan di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak diantaranya adalah, manga,
rambutan, duku/langsat, durian, jambu biji dan sawo. Buah manga, buah
98
rambutan, buah duku/langsat dan buah jambu biji, paling banyak diproduksi di
Desa Cisangu. Adapun buah jeruk, paling banyak diproduksi di Desa Kaduagung
Barat dan Desa Asem meskipun jumlahnya tidak sebanyak jumlah buah yang
lainnya. Buah durian dan buah sawo paling banyak di produksi di Desa Asem
Buah yang paling banyak di produksi di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak
adalah buah dukuh atau langsat, dimana jumlahnya mencapai Sembilan ratus tiga
puluh dua kwintal. Berikutnya adalah buah durian yang jumlahnya mencaoai lima
ratus satu kwintal. Selanjutnya, buah rambutan yaitu jumlahnya sekitar tiga ratus
empat kwintal.
Kecamatan Cibadak, memiliki beberapa staf, berikut adalah nama dan
jabatan staf Kecamatan di Kecamatan Cibadak, dapat dilihat melalui tabel 4.8 :
Tabel 4.8
Nama dan Jabatan Staf Kecamatan
Di Kecamatan Cibadak Tahun 2013
NO
Nama
Jenis Kelamin (L/P)
Jabatan
1
Rahmat, S.STP
L
Camat
2
Alex ND, S.Sos
L
Kasi ekonomi dan
Pembangunan
3
Asep Kusnandar
L
Kasi Trantib
4
Agus Supriyatna
L
Kasi Pemerintahan dan
Pertahanan
5
Ahmad Saprudin
L
Kasi Sosial
6
H.Aep
S.Sos
L
Kasubag Umum
S
Ambari,
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2013
99
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa terdapat 5 (lima)
orang staf di Kantor Kecamatan Cibadak. Dimana masing-masing staf memiliki
jabatan yang berbeda, diantaranya Camat, Kasi (kepala seksi) ekonomi dan
Pembangunan, Kasi Trantib (ketentraman dan ketertiban), Kasi Sosial, dan
Kasubag (kepala subbagian) Umum. Dari kelima jabatan staf tersebut,
keseluruhan diduduki oleh laki-laki.
4.1.2 Gambaran Umum Puskesmas Mandala
a. Keadaan Geografi
Puskesmas
Mandala
terletak
di
Desa
Kaduagung Timur,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Batas-batas
wilayah kerja Puskesmas Mandala yaitu :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Puskesmas Cibadak.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rangkasbitung
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Warunggunung
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Puskesmas Pamandegan
Kecamatan Cikulur
b. Keadaan Demografi
Wilayah Puskesmas Mandala, memiliki wilayah kerja yang cukup
luas yaitu terdiri dari 6 (enam) desa, diantaranya :
100
1. Desa Bojongleles
2. Desa Kaduagung Timur
3. Desa Kaduagung Tengah
4. Desa Kaduagung Barat
5. Desa Mekar Agung
6. Desa Tambak Baya
Penggunaan lahan di wilayah Puskesmas Mandala, berupa
pemukiman seluas 862 Ha dan pertanian seluas 548,5 Ha. Kecamatan
Cibadak relatif datar, dengan variasi bukit-bukit terutama di wilayah barat
Kecamatan Cibadak. Rata-rata ketinggian 200-1000 meter diatas
permukaan laut.
Keadaan demografi wilayah kerja Puskesmas Mandala dapat
dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
No
1
2
3
4
5
6
Nama Desa
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
Bojongleles
2.556
2.386
Kadu Agung Barat
2.052
1.647
Mekar Agung
1.768
1.890
Kadu Agung Timur
1.827
4.508
Kadu Agung Tengah
2.914
136
Tambak Baya
2.634
2.400
Jumlah
13.752
12.956
Sumber: Puskesmas Mandala, 2013
Jumlah
4.942
3.699
3.658
6.335
3040
5.034
26.708
101
Berdasarkan data pada tabel 4.9, dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk secara keseluruhan di wilayah Puskesmas Mandala adalah 26.708
(dua puluh enam ribu tujuh ratus delapan) jiwa. 13.752 (tiga belas ribu tujuh
ratus lima puluh dua) jiwa jumlah penduduk laki-laki, dan 12.956 (dua belas
ribu Sembilan ratus lima puluh enam) jiwa jumlah penduduk perempuan.
c. Wilayah Kerja Pembangunan
Wilayah kerja pembangunan Puskesmas Mandala, terdiri dari 6
(enam) desa, yang memiliki fungsi potensi dan kondisi yang khas disetiap
desa, dimana Kecamatan Cibadak berfungsi sebagai daerah pembangunan
lahan kering, pertanian, pesawahan, perikanan darat yang menunjang fungsi
dari Kabupaten Lebak.
d. Sosial Ekonomi
Struktur mata pencaharian penduduk tahun 2010 di wilayah kerja
Puskesmas Mandala Kecamatan Cibadak adalah sebagai berikut:
1. Petani
: 692 orang
2. PNS/TNI/POLRI
: 684 orang
3. Industri
:
0 orang
4. Peternak
:
0 orang
5. Buruh
: 3.956 orang
6. Lain-lain
: 660 orang
Dari struktur mata pencaharian tersebut dapat dilihat bahwa sebagian
besar penduduk di wilayah Puskesmas Mandala adalah Buruh.
102
e. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu syarat di bidang apapun termasuk
kesehatan, harus ditunjang dengan tingkat pendidikan, dengan pendidikan
yang baik maka tingkat pengetahuan masyarakat, kemampuan dan kemauan
untuk berperilaku baik akan meningkat, memperhatikan tingkat pendidikan
penduduk umur 10 tahun ke atas pada tahun 2010 ini tampak bahwa masih
didominasi oleh kelompok lulusan SD dan belum tamat SD.
f. Keadaan Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan medis dan tradisional di Puskesmas Mandala
Kabupaten Lebak dapat dilihat melalui tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10
Jumlah Tenaga Kesehatan Medis dan Tradisional
di Puskesmas Mandala
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Tenaga Kesehatan
Jumlah
Medis
Kepala Puskesmas
1
Dokter Umum
2
Dokter gigi
2
S1 Kes. Masyarakat
1
Bidan Puskesmas
12
Perawat
8
Perawat gigi
1
Nutrisionis
1
Pekarya kesehatan / LCPK
4
Akademi Kes Lingkungan
1
Sukwan
2
Tradisional
Dukun Paraji Terlatih
5
Dukun Paraji Tidak Terlatih
25
Jumlah
75
Sumber: Puskesmas Mandala, 2013
103
Data pada tabel 4.10, menunjukkan bahwa terdapat 45 (empat puluh
lima) tenaga kesehatan medis dan 30 (tiga puluh) tenaga kesehatan
tradisional diantaranya lima paraji terlatih dan dua puluh lima paraji tidak
terlatih. Adapun jumlah kader Posyandu di wilayah Puskesmas Mandala
adalah sebanyak 180 (seratus delapan puluh) orang.
g. Keadaan Sarana Kesehatan
Keadaan sarana kesehatan di Puskesmas Mandala Kabupaten Lebak
sebagai berikut:
Puskesmas Induk
:
1 unit
Puskesmas Pembantu
:
2 unit
Posyandu
:
36 pos
Praktek bidan swasta
:
5 (berizin)
BP swasta
:
2 unit
Apotik swasta
:
2 unit
Kendaraan roda 4
:
1 unit
Kendaraan roda 2
:
1 unit
Desa Siaga
:
6 desa
Untuk mengetahui daftar bidan desa yang bertugas di wilayah Puskesmas
Mandala dapat dilihat melalui tabel 4.11 Berikut :
104
Tabel 4.11
Daftar Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Mandala
No
DESA
BIDAN
1
Bojong Leles
Haryati
2
Kaduagung Tengah
Santi
3
Kaduagung Timur
Suherlis
4
Kaduagung Barat
Anita
5
Tambak Baya
Yunik
6
Mekar Agung
Indah
Sumber : Puskesmas Mandala 2013
Data pada tabel 4.11, menunjukkan bahwa terdapat enam bidan desa
yang bertugas di Wilayah Puskesmas mandala. Dimana masing-masing desa
memiliki satu bidan desa. Berdasarkan pada data diatas, keenam bidan desa
tersebut, bertugas juga sebagai bidan di Puskesmas mandala, Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Lebak.
h. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi Puskesmas Mandala
Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 03 tanggal 20 Februari Tahun
2008 tentang Pembentukan Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja (SOTK) dengan kedudukan sebagai berikut:
105
1. Puskesmas adalah unsur pelaksana teknis di bidang
Kesehatan yang mempunyai wilayah kerja di suatu
Kecamatan dan atau sesuai kebutuhan
2. Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Dinas Kesehatan
3. Puskesmas pembantu dipimpin oleh seorang kordinator dan
bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan,
pembinaan dan pengembangan secara paripurna dan melaksanakan ushaausaha kesejahteraan social kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Puskesmas
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, KB, perbaikan,
gizi,
perawatan
kesehatan
masyarakat,
pemberantasan
penyakit,
imunisasi, pembinaan kesehatan lingkungan, PKM, UKS, kesehatan
olahraga, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan,
kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa, mata serta pencatatan dan
pelaporan.
2. Pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat, kordinasi semua
upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan rujukan
medic bantuan sarana dan pembinaan teknis kepada puskesmas
106
pembantu, unit pelayanan kesehatan swasta dan kader pembangunan
kesehatan.
3. Pengembangan upaya kesehatan dalam hal ini pengembangan kader
pembangunan kesehatan di wilayah kerja pengembangan kesehatan
swadaya masyarakat
4. Memberikan rujukan Kecamatan RSUD (rumah sakit umum daerah)
Adjidarmo Kabupaten Lebak dan atau Kecamatan rumah sakit lainnya.
i. Struktur
Organisasi
Dan
Tata
Kerja
Puskesmas
Mandala
Kabupaten Lebak
Berdasarkan Peraturan Bupati Lebak Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) dengan susunan organisasi
Puskesmas terdiri dari:
a. Kepala Puskesmas
b. Pelaksana administrasi
1. Pengelola keuangan
2. Pengelolaan bagian umum dan logistik
3. Pengelola SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Tingkat Puskesmas)
c. Petugas pelaksana pembinaan kesehatan masyarakat dan promosi
kesehatan
1. Pengelolaan kesehatan ibu/anak
2. Pengelola KB
107
3. Pengelola gizi
4. Pengelola kesehatan lanjut usia
5. Pengelola kesehatan anak, remaja dan usaha kesehatan
sekolah
6. Pengelolaan Promosi Kesehatan (Promkes)
d. Petugas pelaksana upaya kesehatan perorangan, farmasi dan
JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).
1. Pengobatan rawat jalan
2. UGD (unit gawat darurat)
3. Rujukan
4. PHN (Public Health Nurse), yang berkenaan dengan
Perawatan Kesehatan Masyarakat.
5. Kesehatan jiwa
6. Kesehatan mata
7. Kesehatan gigi dan mulut
8. Kesehatan olahraga
9. Kesehatan tenaga kerja
10. JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)
11. Obat/farmasi
e. Petugas pelaksana pencegahan pemberantasan penyakit dan
penyehatan lingkungan
1. P2M (Pemberantasan Penyakit Menular)
i. P2MP
108
1. P2 Ispa – Diare
2. P2 TB Paru
3. P2 Kusta
ii. P2BB (Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang)
2. Imunisasi
1. Surveillance (pengawasan)
2. Laboratorium
3. Kesehatan lingkungan
f. Puskesmas Pembantu
1. Puskesmas pembantu Kadu Agung Timur
2. Puskesmas pembantu Bojongleles
j. Visi dan Misi
1. Visi
Visi Puskesmas Mandala adalah :
“Menjadi Puskesmas Favorit Masyarakat, Untuk Mendukung
Lebak Sehat Tahun 2014”.
2. Misi
Misi Puskesmas Mandala
1. Mengembangkan upaya pelayanan kesehatan dan rujukan
secara optimal.
109
2. Membina dan memberdayakan peran kelompok-kelompok
potensial masyarakat
3. Menggalang dan meningkatkan kemitraan dengan stakeholder.
3.
Moto Puskesmas Mandala:
Puskesmas Bersahabat
Bersih, Ramah, Sabar, Handal, Bijak dan Trampil
4.2
Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan, penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil observasi penelitian di lapangan. Penelitian mengenai
evaluasi program jaminan persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak tahun 2011-2013, data yang peneliti
dapatkan lebih banyak berupa kata-kata, yang peneliti dapatkan melalui proses
wawancara. Dalam penelitian ini, kata – kata yang diamati, dan diwawancarai
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat dalam catatan tertulis,
atau melalui alat perekam yang peneliti gunakan selama proses wawancara
berlangsung.
Selain berupa kata-kata, peneliti juga menggunakan data-data dan
dokumentasi yang berada di lapangan. Dokumentasi tersebut bermacam-macam
bentuknya. Adapun dokumentasi yang peneliti ambil yaitu profil kecamatan
cibadak, profil Puskesmas Mandala, Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
110
Bayi di Provinsi Banten tahun 2009-2011, Jumlah Kejadian Kematian ibu dan
Kematian Bayi di Puskesmas Mandala, dan petunjuk teknis Pelaksanaan program
jaminan persalinan.
Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan
adalah berupa catatan lapangan peneliti dan foto, misalnya foto peneliti saat
melakukan wawancara dengan informan penelitian. Alasan peneliti menggunakan
dokumentasi foto adalah karena foto dapat menghasilkan data deskriptif yang
cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah dan menganalisis obyek
yang sedang diteliti melalui segi-segi subyektif.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, berdasarkan teknik analisis
data kualitatif, data-data tersebut dianalisis selama penelitian ini berlangsung.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi, dilakukan reduksi untuk dapat mencari tema dan pola, serta
diberi kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama
dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan
kategorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian, peneliti memberikan kode
yaitu :
1) . Q₁ - Q₁₀ menandakan daftar urutan pertanyaan
2) I₁ - I₆ menandakan daftar urut informan
3) S₁ - S₂₂ menandakan status informan
111
Setelah memberi kode- kode pada aspek tertentu, yang berkaitan dengan
masalah penelitian, sehingga tema dan polanya ditemukan, maka dilakukan
kategorisasi berdasarkan jawaban – jawaban yang ditemukan, dari penelitian di
lapangan. Dengan membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut. Mengingat
penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tidak menggeneralisasikan
jawaban penelitian.
4.2.2 Data Informan
Dalam penelitian evaluasi program jaminan persalinan (Jampersal) di
Puskesmas mandala, Kecamatan cibadak, Kabupaten Lebak, dalam pemilihan
informan penelitiannya, peneliti menggunakan teknik Snowball Sampling (sampel
yang mula-mula kecil kemudian membesar). Menurut Bungin (2011:107),
snowball
sampling
digunakan
untuk
mencari
dan
merekrut
“informan
tersembunyi”, yaitu kelompok yang tidak mudah diakses para peneliti melalui
strategi pengambilan informan lainnya. Informan dalam penelitian ini adalah
semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan evaluasi program jaminan
persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
Berikut adalah nama-nama informan dalam penelitian tentang “Evaluasi Program
Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013”, dapat dilihat melalui tabel 4.12 berikut :
112
Tabel 4.12
Daftar Informan
No
1.
2.
Kode Informan
I₁
I₂.₁
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
I₂.₂
I₂.₃
I₂.₄
I₂.₅
I₃.₁
I₃.₂
I₃.₃
I₃.₄
I₃.₅
I₃.₆
I₃.₇
I₃.₈
I₃.₉
I₃.₁₀
I₄.₁
I₄.₂
I₅
I₆.₁
I₆.₂
I₆.₃
I₆.₄
I₇.₁
I₇.₂
I₇.₃
I₇.₄
I₇.₅
I₇.₆
Nama Informan
H. Haerudin
Bidan Anita
Status Informan
Kepala Puskesmas Mandala
-Pengelola KIA
-Bidan Desa Kaduagung barat
Bidan Indah
Bidan Desa Mekar Agung
Bidan Yunik
Bidan Desa Tambak baya
Bidan Santi
Bidan Desa Kaduagung Tengah
Bidan Haryati
Bidan Desa Bojong Leles
Heni
Peserta Jampersal
Suhebah
Peserta Jampersal
Ana
Peserta Jampersal
Yati
Peserta Jampersal
Eka
Peserta Jampersal
Bayi
Peserta Jampersal
Usi
Peserta Jampersal
Uun
Peserta Jampersal
Rosita
Peserta Jampersal
Sumyati
Peserta Jampersal
Sadiyah
Pengguna Jasa Dukun Bayi
Halimah
Pengguna Jasa Dukun Bayi
Arwani
Dukun Bayi
Uum
Kader Posyandu Bojongleles
Haryati
Kader Posyandu Kaduagung Tengah
Yeni
Kader Posyandu Kaduagung Timur
Sri
Kader Posyandu Kaduagung Barat
Juju
Masyarakat
Eni
Masyarakat
Desi
Masyarakat
Ratna
Masyarakat
Tanti
Masyarakat
Teti
Masyarakat
Sumber: Peneliti,2015
Berdasarkan data pada tabel 4.12, dapat diketahui bahwa dalam penelitian
tentang “Evaluasi Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013”, terdapat 29
(dua puluh sembilan) informan. Dari keseluruhan informan memiliki peranan
113
yang berbeda-beda, diantaranya Kepala Puskesmas Mandala, Pengelola KIA
Puskesmas Mandala, Bidan Desa wilayah Puskesmas Mandala, Peserta Jampersal,
Kader Posyandu, Pengguna Jasa Dukun Bayi, dan Dukun Bayi. Adapun Data
persalian beberapa peserta Jampersal yang menjadi informan penelitian ini, dapat
dilihat melalui tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13
Data Persalian beberapa Peserta Jampersal yang menjadi Informan
Penelitian
No
Kode
Nama
Umur (tahun)
Waktu pada saat
Melahirkan
Anak Ke
1.
I₃.₁
Heni
27
26-01-2012
2
2.
I₃.₂
Suhebah
29
13-04-2012
4
3.
I₃.₃
Ana
23
01-05-2013
1
4.
I₃.₄
Yati
30
05-04-2013
2
5.
I₃.₅
Eka
20
07-05-2012
1
6.
I₃.₆
Bayi
35
15-09-2013
3
7.
I₃.₇
Usi
24
27-05-2012
1
8.
I₃.₈
Uun
35
03-05-2012
3
9.
I₃.₉
Rosita
18
22-07-2012
1
10.
I₃.₁₀
Sumyati
19
28-10-2011
1
Sumber : Puskesmas Mandala, 2015
Berdasarkan data pada tabel 4.13 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 10
(sepuluh) orang peserta jaminan persalinan, yang menjadi informan dalam
penelitian “Evaluasi Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas
114
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013”. Mulai dari
usia 18 (delapan belas) tahun hingga paling tua berusia 35 (tiga puluh lima) tahun.
4.3 Penyajian Data
Pembahasan pada penyajian data merupakan hasil analisis dan fakta yang
peneliti temukan di lapangan, serta disesuaikan dengan teori yang digunakan
dalam penelitian. Dalam penelitian mengenai “Evaluasi Program Jaminan
Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten
Lebak Tahun 2011-2013”, teori yang digunakan adalah teori evaluasi
implementasi menurut Dunn. Dunn dalam Nugroho (2012:729) menyebutkan 6
(enam) tipe kriteria evaluasi kebijakan, diantaranya : efektifitas, efisiensi,
responsifitas, kecukupan, perataan, dan ketepatan. Adapun pembahasan yang
dapat peneliti paparkan, yaitu sebagai berikut :
1). Kriteria Efektivitas
Efektivitas berkenaan dengan apakah suatu program mencapai hasil
(akibat) yang diharapkan (maksimal), atau tercapainya suatu tujuan dari
diadakannya suatu tindakan. Dalam penelitian “Evaluasi Program Jaminan
Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten
Lebak Tahun 2011-2013”, berupa pencapaian target pertolongan persalinan yang
dibantu oleh NAKES (tenaga kesehatan), peningkatan peserta KB (keluarga
berencana)
dan
hambatan-hambatan dalam
pelaksanaa
persalinan di Puskesmas Mandala. Berikut temuan di lapangan :
program
jaminan
115
Pencapaian target jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
dapat menjadi tolak ukur efektifitas dari program jaminan persalinan, di wilayah
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, terhadap hasil
(akibat) yang diharapkan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala. Sudah
sejauh mana tenaga kesehatan di Puskesmas Mandala sebagai pelaksana program
Jampersal meningkatkan jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
dalam upaya pelaksanaan program jampersal secara maksimal.
Pada temuan di lapangan, pelaksaan program Jampersal di Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, memiliki hasil atau pencapaian
yang belum maksimal, serta hambatan dalam pelaksanaaanya. Hal ini dapat
tercermin dari pernyataan I.₁, beliau mengatakan sebagai berikut:
“dengan adanya program jaminan persalinan tentunya diharapkan
dapat meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga medis,
serta meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, karena
semuanya ditanggung oleh pemerintah, namun jika melihat pada
hasil yang dicapai, dari program Jaminan Persalinan di Puskesmas
Mandala ini memang belum maksimal. Hal tersebut dikarenakan
adanya beberapa hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya
Puskesmas Mandala belum membuka layanan 24 (dua puluh
empat) jam, kemudian kurangnya fasilitas yang mendukung
berjalannya program Jampersal, belum menerima pasien rawat
inap, serta kurangnya sarana dan prasarana di Puskesmas Mandala,
contohnya Puskesmas Mandala hanya memiliki satu mobil
ambulance saja, sedangkan jarak antara desa yang satu dengan
desa yang lain itu saling berjauhan. Ditambah dengan kondisi jalan
yang buruk, serta penerangan jalan yang minim, dan beberapa desa
sangat jarang dilalui oleh kendaraan umum. Sehingga ini menjadi
kendala yang berarti bagi pihak Puskesmas, apabila ada pasien
yang membutuhkan pertolongan disaat yang bersamaan.”
116
Pernyataan diatas menegaskan pencapaian persentase pertolongan oleh
tenaga medis di Puskesmas Mandala belum maksimal. Adapun kendala yang
ditemui diantaranya adalah, (1) kurangnya sarana dan prasarana Puskesmas, (2)
Puskesmas belum membuka layanan 24 jam dan pasien rawat inap. Sehingga hal
tersebut berpengaruh terhadap hasil yang dicapai oleh Puskesmas Mandala, dalam
menyelenggarakan program jaminan persalinan. Berikut adalah gambar mobil
ambulance milik Puskesmas Mandala, dapat dilihat melalui gambar 4.1 berikut :
Gambar 4.1
Mobil Ambulance Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten
Lebak
Pada gambar 4.1 dapat terlihat bahwa Puskesmas Mandala hanya memiliki
satu mobil ambulance saja. Hal tersebut menjadi kendala yang berarti, bagi pihak
Puskesmas Mandala, dlaam menyelenggarakan program jaminan persalinan, yaitu
apabila ada pasien dari desa yang berbeda, membutuhkan pertolongan disaat yang
bersamaan.
117
Mengenai
hasilberikut
yang :sudah dicapai dari program Jampersal, diutarakan
juga oleh
I.₂.₃ sebagai
“Pencapaian dari program jaminan persalinan di wilayah
Puskesmas Mandala memang belum maksimal, terutama di desa
tempat saya bertugas menjadi bidan desa, yaitu Desa Tambak
Baya, meskipun sudah diadakan program jaminan persalinan,
namun kebanyakan masyarakat disini masih mengandalkan
pertolongan persalinan oleh dukun bayi. Apalagi sebelum diadakan
program jaminan persalinan, hampir semua ibu hamil di Desa
Tambak Baya melahirkan di dukun bayi, setelah ada program
Jampersal memang ada beberapa masyarakat yang mulai terbuka
fikirannya untuk bersalin di bidan, walaupun tidak banyak.
sehingga dapat dikatakan bahwa pencapaian dari program
jampersal ini belum maksimal. Adapun kendalanya adalah
responsifitas dari masyarakat itu sendiri, terhadap program jaminan
persalinan”
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh I₂.₄ :
“Program jaminan persalinan menurut saya programnya sudah
bagus karena dibiayai oleh pemerintah, dan juga diberikan cakupan
pelayanan pemeriksaan gratis bagi seluruh ibu hamil. Namun jika
berbicara mengenai hasil, menurut saya hasilnya belum maksimal.
Karena di Wilayah Puskesmas Mandala ini masih banyak
kampung-kampung yang masih lekat dengan jasa pertolongan
dukun bayi. Misalnya saja di Kampung Kaloncing di Desa
Kaduagung Tengah, Kampung Kebon Cau, yang berada di desa
tempat saya bertugas sebagai bidan desa. Kendalanya itu tadi, di
kampung-kampung masih banyak masyarakat yang memilih
menggunakan jasa dukun bayi, padahal kita dari pihak kesehatan
sudah berupaya mensosialisasikan program Jampersal ini”
Dari kedua pernyataan diatas, dapat diketahui bawa pada temuan di
lapangan, hasil yang telah dicapai dari program jaminan persalinan di Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak belum maksimal, dan terdapat
beberapa kendala pada saat pelaksanaanya, sehingga program jaminan persalinan
118
belum maksimal. Kendala tersebut salah satunya adalah, responsivitas masyarakat
terhadap program jaminan persalinan masih kurang.
Adapun
pernyataan
mengenai
dari program jaminan
persalinan,
diungkapkan
olehberbeda,
I₂.₅ sebagai
berikut pencapaian
:
“Menurut saya program jaminan persalinan sudah bagus, karena
untuk wilayah Desa Bojong Leles, dimana saya yang menjadi
bidan desanya, program jaminan persalinan disana sudah berhasil,
karena masyarakat yang melakukan persalinan di dukun jumlahnya
menjadi berkurang. Itu untuk di Desa Bojongleles saja, kalau
secara keseluruhan saya kurang tahu”
Berdasarkan pernyataan diatas, yang menyatakan bahwa program jaminan
persalinan sudah baik atau bisa dikatakan sudah maksimal, namun hanya di Desa
Bojong leles saja, karena apabia melihat data secara keseluruhan, menurut data
yang peneliti dapatkan, dan peneliti paparkan pada latar belakang masalah,
didapatkan data mengenai persentase pertolongan persalinan di Kecamatan
Cibadak, bahwa pertolongan persalinan oleh dukun, masih lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil yang telah dicapai dari program jaminan
persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak belum
maksimal. Karena pernyataan diatas dikaitkan dengan sumber data yang ada, dan
hal ini merupakan triangulasi teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian
mengenai evaluasi program jaminan perslalinan di Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
119
Pernyataan
yang
diutarakan
oleh I₂.₁ berikutnya,
sebagai berikut
: berbeda dengan pernyataan sebelumnya,
“Program jaminan persalinan ini diharapkan dapat meningkatkan
pertolongan persalina oleh tenaga kesehatan, untuk meminimalisir
terjadinya persalinan beresiko yang dapat mengakibatkan
terjadinya kematian ibu dan atau bayi yang akan dilahirkan. Untuk
di wilayah Puskesmas Mandala, program jaminan persalinan
memang belum mencapai hasil yang maksimal. Dimana masih
adanya desa-desa yang menggunakan pertolongan persalinan di
dukun-dukun. Sehingga yang menjadi hambatan dalam
pelaksanaan program jaminan persalinan di wilayah Puskesmas
Mandala adalah, masih banyak nya dukun bayi yang tidak bermitra
dengan pihak Puskesmas, sehingga mereka tetap beroprasi
walaupun pihak kami sudah melakuka sosialisasi dan
penghimbauan. Kendala lainnya dari segi sarana dan prasarana
juga masih kurang, sehingga Puskesmas belum membuka layanan
24 jam dan layanan rawat inap, sehingga pelaksanaan program
Jampersal di Puskesmas Mandala belum maksimal. Selain itu
kendalanya juga terletak pada segi anggaran Jampersal”
Haldiutarakan
yang hampir
mengenai
hasil : yang sudah dicapai dari program
jampersal,
olehsama
I.₂.₂ sebagai
berikut
“Hasil yang sudah dicapai dari program Jampersal belum
maksimal,meskipun dengan adanya program jaminan persalinan,
partisipasi kader posyandu meningkat sehingga apabila ada warga
yang mau melahirkan kader membantu membawanya ke bidan,
agar tidak bersalin di dukun-dukun. Meskipun demikian, tetap saja
masih banyak warga yang maunya bersalin di dukun. Sehingga itu
tadi, program jaminan persalinan dapat dikatakan belum maksimal.
Adapun kendalanya, berkaitan dengan masih banyak dukun-dukun
nakal, yang bekerja tanpa bermitra dengan Puskesmas, kendala
lainnya juga pada respon masyarakat terhadap program Jampersal,
dimana masih ada saja masyarakat yang maunya bersalin di dukundukun. Selain itu, kendala lainnya terletak pada anggaran, karena
untuk program Jampersal ini penggantian anggarannya banyak
minimnya, karena jika ada tindakan-tindakan lain jasa-jasanya itu
tidak ditambah, tetap saja sama”
120
Dari kedua pernyataan diatas, dapat dikatakan bahwa program jaminan
persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, kabupaten Lebak belum
maksimal, yaitu ditandai dengan respon masyarakat terhadap program jaminan
persalinan belum baik, dimana masih banyak warga yang memilih bersalin di
dukun dibandingkan di bidan. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada program jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak belum maksimal.
Serta terdapat kendala pada anggaran program jaminan persalinan.
Dari keseluruhan pernyataan dari informan yang telah dipaparkan diatas,
dapat ditarik kesimpulan, bahwa pencapaian persentase pertolongan persalinan
oleh tenaga medis di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak
belum maksimal. Adapun hambatan yang diungkapkan oleh para informan diatas,
diantaranya, kurangnya sarana dan prasarana Puskesmas, sehingga Puskesmas
Mandala belum membuka layanan 24 jam serta pasien rawan inap bagi peserta
jaminan persalinan dan pasien lainnya, kemudian kendala dari segi anggaran, serta
respon masyarakat terhadap program jaminan persalinan.
Berikutnya pencapaian target peserta KB, diungkapkan oleh I₂.₁ sebagai
berikut :
”untuk pelayanan KB melalui program jaminan persalinan
Alhamdulillah mengalami peningkatan setiap tahunnya, banyak
yang menjadi peserta KB dengan berbagai pilihan akseptor,
diantaranya, MOW yaitu metode kontrasepsi yng dilakukan dengan
cara mengikat atau memotong saluran telur pada wanita, sedangkan
MOP yaitu metode kontrasepsi yng dilakukan dengan cara
mengikat atau memotong saluran sperma pada laki-laki, kemudian
Pil yaitu alat kontrasepsi yang harus diminum setiap hari dan dapat
121
dipakai oleh semua ibu usia reproduksi baik yang sudah
mempunyai anak maupun belum, IUD atau KB spiral yaitu alat
kontrasepsi yang dimasukan kedalam rahim”
Ungkapan hampir sama mengenai pencapian pelayanan KB di wilayah
Puskesmas Mandala, diutarakan oleh I₂.₅ berikut ini :
“pencapaian pelayanan KB mengalami peningkatan setelah
jaminan persalinan, banyak yang menjadi peserta KB, namun ada
juga yang tidak mengikuti KB karena ingin segera punya anak,
ingin punya banyak anak, karena pemahamannya masih berfikiran
kalau banyak anak banyak rezeki, namanya dikampung-kampung
masih banyak yang seperti itu. Kebanyakan peserta KB memilih
KB suntik, karena lebih efektif, lebih praktis, dan hanya dilakukan
setiap satu sampai tiga bulan”
Pernyataan yang sama diungkapkan oleh I₂.₃ sebagai berikut :
“dengan adanya program jaminan persalinan tentunya cakupan
pelayanan KB menjadi meningkat, kepesertaan KB nya pun ikut
meningkat. Karena masyarakat bisa mendapatkan pelayanan KB
gratis yang merupakan bagian pelayanan dari program jaminan
persalinan. Jenis KB yang banyak dilakukan oleh masyarakat
adalah jenis KB suntik, karena lebih mudah dan resikonya lebih
minim”
Pada pernyataan ketiga informan di atas dapat diketahui bahwa pelayanan
KB mengalami peningkatan. Terdapat beberapa jenis akseptor KB diantaranya,
Kondom, Pil, suntik, MOW, MOP, dan IUD, adapun jenis akseptor KB yang
paling banyak diminati oleh peserta KB adalah jenis suntik.
122
2). Kriteris Efisiensi
Efisiensi menurut Dunn (2003:430), berkenaan dengan usaha apa saja
yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang
merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah hubungan antara efektifitas
dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi
biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan.
Kebijakan yang mencapai efektifitas tertinggi dengan biaya terkecil dinaakan
efisien.
Efisiensi dalam penelitian tentang “Evaluasi Program Jaminan Persalinan
di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak 2011-2013”,
berkenaan dengan usaha apa saja yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Mandala
sebagai penyelenggara program jaminan persalinan. Selain itu, dalam hal ini
peneliti juga menganalisis efisiensi program jaminan persalinan di Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, dari segi biaya.
Adapun untuk alur sosialisasi program jaminan persalinan, yang
seharusnya dilakukan oleh pihak Puskesmas hingga sampai ke masyarakatn, dapat
dilihat melalui gambar 4.2 berikut :
123
Dinas Kesehatan
Kabupaten
Masyarakat
UPT Dinas Kesehatan
Kecamatan Cibadak
Tokoh Masyarakat dan
Kader Posyandu
Puskesmas
Mandala
Bidan Desa
Gambar 4.2
Alur Sosialisasi Program Jaminan Persalinan
Sumber : Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Mandala, 2014
Pada gambar 4.2, terlihat alur sosialisasi program jaminan persalinan, yang
awalnya program jaminan persalinan bersumber dari kementrian kesehatan,
kemudian disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi Banten, kemudian dari Dinas
Kesehatan Provinsi, disampaikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, setelah
itu disampaikan lagi ke Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kecamatan
Cibadak, dan simpaikan ke Puskesmas.
Berdasakan
temuan
upaya : yang dilakukan oleh pihak
puskesmas
mandala pada
diutarakan
olehdiI.₁lapangan,
sebagai berikut
“Upaya yang kami lakukan, tentu saja dengan melakukan
pendekatan kepada tokoh masyarakat, dengan cara melakukan
penyuluhan yang dilakukan oleh bidan-bidan desa, kemudian
pendekatan kepada kader-kader Posyandu agar mengarahkan ibu
hamil untuk melakukan pemeriksaan dan persalinan di Puskesmas
Mandala atau di bidan desa masing-masing”.
124
Hal yang sama juga diutarakan oleh I₂.₂ berikut :
“Awalnya diadakan sosialisai dari puskesmas ke balai desa, ke
camat nya, kiyayi dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya dan kader,
kemudian juga mengerahkan kader supaya membantu
mengantarkan pasien yang akan melahirkan ke bidan, karena ada
saja yang malu untuk melahirkan di bidan”
Kedua pernyataan diatas menegaskan bahwa, upaya yang telah dilakukan
oleh pihak Puskesmas Mandala sebagai pelaksana program Jaminan Persalinan
adalah dengan cara pendekatan kepada tokoh masyarakat dan dengan cara
sosialisasi mengenai program jaminan persalinan. Pernyataan yang hampir sama
juga diutarakan oleh I₂.₃ :
”Usaha yang dilakukan kita melakukan pendekatan kepada tokoh
masyarakat, RT, RW, kader posyandu, dengan memberikan
sosialisasi kepada tokoh masyarakat, di posyandu, di pengajian
juga, apalagi di tambak baya ini kan masih banyak yang pakai jasa
dukun bayi sehingga butuh kerja sama para tokoh masyarakat
untuk meyakinkan masyarakat agar melakukan proses persalinan di
bidan”
Pernyataan diatas, menegaskan bahwa usaha yang dilakukan oleh pihak
Puskesmas, untuk mencapai hasil yang diinginkan dari adanya program Jampersal
adalah,
dengan
melakukan
pendekatan
kepada
tokoh
masyarakat
dan
mengerahkan kader-kader posyandu untuk mengarahkan ibu hamil agar
melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan di bidan.
Pernyataan berikutnya mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak
Puskesmasoleh
Mandala
dalam
menyelenggarakan
program jaminan persalinan
diutarkan
I₂.₁ sebagai
berikut
:
125
“Upaya yang kami lakukan yaitu dengan cara mensosialisasikan
program jaminan persalinan. Dimana bidan desa melakukan
pertemuan Kader disetiap desa, setiap satu bulan sekali. Pada saat
pertemuan tersebut, bidan desa dan pengelola KIA menjelaskan
tentang program Jampersal kepada Kader Posyandu, kemudian kita
meminta agar Kader Posyandu menyampaikan hasil sosialisasi
kepada masyarakat dan tokoh masyarakat.”
Pernyataan yang sama juga diutarakan oleh I₂.₅ sebagai berikut :
“Kami melakukan sosialisasi setiap satu bulan sekali dengan Kader
Posyandu di desa masing-masing, biasanya pada kegiatan
Posyandu Dimana kami memperkenalkan program jaminan
persalinan kemudian memaparkannya kepada para kader, agar
kader menyampaikan kepada masyarakat. Biasanya saat kegiatan
Posyandu, kami juga memperkenalkan program Jampersal kepada
masyarakat”
Adapun pernyataan hampir sama, mengenai upaya yang dilakukan oleh
pihak Puskesmas dalam menyelenggarakan program jaminan persalinan
diutarakan oleh I₂.₄ berikut ini :
“Usaha yang dilakukan dengan cara sosialisasi, memperkenalkan
program jaminan persalinan kepada kader Posyandu, kemudian
kader menyampaikan lagi kemasyarakat. Biasanya sosialisasi
dilakukan pada saat kegiatan Posyandu”
Berdasakan pada kedua pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa upaya
yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Mandala adalah, dengan cara melakukan
sosialisasi mengenai program jaminan persalinan, setiap satu bulan sekali dengan
para kader Posyandu di masing-masing desa. Kemudian kader diminta untuk
menyampaikan hasil sosialisasi kepada masyarakat. Pernyataan yang mendukung
pernyataan diatas, diungkapkan oleh I₆.₁ berikut ini :
126
“Ya biasanya pada saat Posyandu, bidan memberi tahu kader
tentang program baru, misalnya program jaminan persalinan.
Sosialisasi yang dilakukan hanya sebatas di Posyandu saja, setap
satu bulan sekali. jadi yang mengetahui program jaminan
persalinan biasanya yang sering mengikuti kegiatan Posyandu saja,
Karena tidak dilakukan sosialisasi di forum lain”
Pada pernyataan diatas, terlihat bahwa usaha yang dilakukan oleh pihak
puskesmas adalah, dengan melakukan pendekatan ,dalam bentuk sosiaslisasi
kepada masyarakat, dan biasanya sosialisasi hanya berlangsung pada saat ada
kegiatan Posyandu saja, dalam waktu sebulan sekali.
oleh I₂.₁Adapun
sebagaiprosedur
berikut : untuk menjadi peserta jaminan persalinan, disampaikan
“Prosedurnya mudah, hanya melengkapi persyaratan, diantaranya
fotocopy KTP, kartu keluarga, dan buku pemeriksaan kehamilan.
Menurut saya prosedurnya lebih mudah daripada JKN (Jaminan
Kesehatan Nasional), kalau program jaminan persalinan dengan
persyatan yang mudh bisa langsung mendapatkan pelayanan dan
tidak harus memikirkan biaya berikutnya, berbeda dengan BPJS
atau JKN, dimana ada biaya setiap bulan yang harus dibayarkan,
prosedur untuk menjadi peserta BPJS juga lebih rumit daripada
Jampersal”
Pernyataan diatas menegaskan bahwa prosedur untuk menjadi peserta
jaminan persalinan tidak sulit, cukup melengkapi persyaratannya saja, diantaranya
fotocopy KTP, kartu keluarga, dan buku pemeriksaan kehamilan. Prosedur
tersebut lebih mudah, apabila dibandingkan dengan prosedur pelayanan BPJS.
Pernyataan hampir sama mengenai persyaratan peserta jaminan persalinan
diungkapkan oleh I₂.₄ sebagai berikut :
127
“Persyataran untuk menjadi peserta jaminan persalinan, terbilang
cukup mudah, dan sederhana, karena persyaratannya hanya
fotocopy KTP dan kartu keluarga, serta apabila ada buku
pemeriksaan kehamilan bisa dibawa. Apabila kita melihat
persyaratan di BPJS atau JKN, persyaratannya lebih rumit
dibandingkan program jaminan persalinan. Jadi menurut saya
apabila dilihat dari segi persyaratannya, memang program
Jampersal tidak menyulitkan”
Pada ungkapan diatas, terlihat bahwa pesrsyaratan peserta jaminan
persalinan cukup mudah dan sederhana, karena persyaratannya hanya sedikit dan
tidak berbeli-belit.
Pernyataan yang sama diutarakan oleh I₂.₃ sebagai berikut :
“Persyaratannya tidak banyak, dan sangat mudah untuk dipenuhi,
diantaranya fotocopy KTP dan kartu keluarga, kemudian
Jamkesmas jika ada, dan buku pemeriksaan kehamilan jika ada
juga, karena ada saja yang tidak memiliki buku pemeriksaan
kehamilan, karena tidak pernah periksa. Persyaratan tersebut sangat
mudah dipenuhi, apalagi sekarang ini sudah berganti menjadi JKN,
yang persyaratannya cukup rumit. Peserta Jampersal hanya
menyertakan persyaratan tersebut, dan langsung diberikan
pelayanan oleh tenaga medis. Maka dari itu, saya juga lebih suka
dengan program jaminan persalinan dibandngkan JKN”
Pada pernyataan informan diatas, dapat diketahui bahwa persyaratan bagi
peserta jaminan persalinan tidak banyak, serta lebih mudah dibandingkan dengan
persyartan bagi peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Pernyataan
berikutnya
mengenai
prosedur
persyaratan
untuk menjadi
peserta jaminan
persalinan,
diutarakan
oleh I₂.₂
berikut ini
:
“Untuk persyaratan jampersal hanya fotocopy KTP dan kartu
keluarga serta apabila yang menggunakan Jamkesmas bisa
128
disertakan juga, setelah persyaratannya dipenuhi, peserta Jampersal
bisa langsung mengakses program jampersal”
Pernyataan hampir sama disampaikan oleh I₂.₅ sebagai berikut :
“Hanya melengkapi persyaratannya saja, seperti fotocopy KTP,
kartu keluarga, dan buku nikah saja”
Pada pernyataan kedua informan diatas, yang merupakan bidan di
Puskesmas Mandala, menyebutkan persyaratan bagi masyarakat yang ingin
menjadi anggota program jaminan persalinan, persyaratan tersebut seperti
fotocopy KTP dan kartu keluarga, serta bisa juga menyertakan kartu Jamkesmas
dan buku nikah.
Berdasarkan pada pernyataan beberapa informan diatas, mengenai
persyaratan bagi peserta jaminan persalinan, dapat diketahui bahwa persyaratan
program jaminan persalinan sangat mudah dipenuhi, serta prosedurnya juga
sederhana atau tidak berbelit-belit, yaitu apabila persyaratan sudah lengkap, bisa
langsung mendapatkan pelayanan.
Adapun efisiensi dari segi biaya, pada temuan di lapangan, biaya yang
dikeluarkan oleh setiap peserta Jampersal bervariasi, dan berbeda, tergantung
bidan yang menanganinya. Ada bidan yang tidak menerima biaya apapun, artinya
pelayanan Jampersal murni gratis, tetapi ada juga bidan yang mematok biaya dari
peserta Jampersal, hal ini diutarakan oleh Pernyataan lain diungkapkan oleh I₁
sebagai berikut :
“Program Jampersal ini gratis, dan bagi bidan atau tenaga medis
yang menangani atau memberikan pelayanan Jampersal, akan
mendapat dana pengganti dari pusat, yang diberikan langsung
129
kepada masing-masing tenaga medis yang menangani para peserta
jaminan persalinan”
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh I₂.₁ berikut ini :
“Jampersal itu gratis, jadi tidak dipungut biaya apapun dalam
mendapatkan pelayanan jampersal. dana dari pusat diberikan
kepada masing-masing tenaga medis yang sudah melakukan
perjanjian dengan pusat. Biasanya dilakukan perjanjian terlebih
dahulu bahwa saya siap memberikan pelayanan Jampersal kepada
masyarakat, kemudian setelah dilaksanakan, akan ada pemeriksaan
dari pusat, setelah di sepakati maka dananya turun. Meskipun dana
Jampersal ini sering telat dibayar oleh pusat, seharunya dibayar
tiap tiga bulan, tetapi lebih dari tiga bulan, ya meskipun telat juga
tetap dibayar oleh pusat. Tapi kami sebagai orang bekerja di
pemerintah bingung kalau tidak ada dananya, bagainana mau
melayani masyarakat, karena kalau tidak melayani salah, kalau
melyani juga dananya belum dibayar”
Berdasarkan pada kedua paparan diatas, dapat diketahui bahwa program
jaminan persalinan itu gratis. Karena nanti, bagi masing-masing tenaga medis
yang sudah melakukan perjanjian dengan pusat untuk menangani para peserta
Jampersal, akan mendapat dana pengganti dari pusat setiap tiga bulan sekali,
meskipun pada temuan di lapangan, dana dari pusat sering telat dibayar.
Pernyataan lainnya, diungkapkan oleh I₂.₅ sebagai berikut :
“Program jampersalnya memang gratis. Tapi pada saat ada pasien
yang melahirkan, suka ada saja yang mengerti dan memberi uang,
untuk biaya pengganti pampers dan yang lainnya”
Berdasarkan pada pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa program
jaminan persalinan seharusnya diberikan secara gratis, namun dari pernyataan
130
salah satu bidan Puskesmas Mandala diatas, ada juga pasien yang memberi ua ng
lelah kepada bidan yang menolong persalinan.
Pernyataan hampir sama diutarakan oleh I₂.₂ berikut ini :
“Jampersal itu gratis. Tetapi kadang-kadang ada saja pasien yang
memeberi uang lelah istilahnya uang pamali. Kalau pasiennya
orang mampu, ngasihnya gede, kalau pasiennya tidak mampu ya
menyesuaikan saja, sama saja seperti bayar ke dukun. Karena
kewajiban saya sebagai bidan desa, jadi saya bekerja sama ikut
MOU (memorandum of understanding) dengan pemerintah,
sebagai bidan desa yang menerima pelayanan Jampersal, biaya
pengganti memang dapat dari pusat, namun jika ada kasus yang
diluar keinginan kita seperti misalnya pendarahan, robekan, butuh
infus, atau bayi yang baru lahir butuh oksigen, terjadi kegawatan
pada janin, itu kan kita harus ada tindakan. Untuk uang jasa dari
pusat tidak ditambah, mau dilaporannya ada tindakan atau tidak
ada tindakan tetap saja dikasihnya hanya sekedar uang pengganti
untuk biaya pertolongan persalinan yang normal saja”
Hal yang hampir sama sama dengan pernyataan diatas, diungkapkan oleh
I₂.₃ berikut ini :
“Program jaminan persalinannya memang gtratis, namun apabila
ada tindakan lain yang harus dilakukan karena terjadi pendarahan
misalnya, sehingga butuh tindakan infus, dan obat-obatan lain,
maka ada biaya tambahan yang harus dibayar oleh pasien, karena
sudah termasuk dalam kasus perslainan yang beresiko”
Berdasarkan pada kedua paparan diatas, dapat diketahui bahwa memang
jaminan persalinan tidak sepenuhnya gratis, misalnya apabila terjadi persalinan
yang beresiko dan dibutuhkan tindakan seperti pemberian infus dan obat-obatan
maka dibutuhkan biaya tambahan. Tetapi ada juga pasien yang bersalin secara
normal namun tetap mengeluarkan biaya persalinan, yang disebut oleh bidannya
sebagai uang lelah atau uang pamali.
131
Adapun pernyataan berbeda mengenai biaya bagi peserta jaminan
persalinan yang mengakses pelayanan Jampersal, diutarakan oleh salah satu bidan
Puskesmas, yaitu I₂.₄ sebagai berikut :
“Program jaminan persalinan gratis. Maka dari itu banyak orang
yang tergolong mampu, yang ikut menjadi peserta jaminan
persalinan”
Pernyataan diatas menegaskan bahwa program jaminan persalinan
diberikan secara gratis. Berdasarkan pada beberapa temuan lapangan diatas, dapat
diketahui bahwa antara tenaga medis yang satu, dengan tenaga medis yang lain
berbeda-beda dalam memeberikan pelayanan jaminan persalinan. Ada yang
memberikan pelayanan secara gratis, dan ada juga yang memberikan pelayanan
tidak gratis.
Adapun pernyataan dari peserta jaminan persalinan terkait biaya pelayanan
jaminan persalinan, diungkapkan oleh I₃.₁ sebagai berikut :
“Waktu saya melahirkan anak kedua, saya ikut program jaminan
persalinan. Setelah proses persalinannya selesai, saya menanyakan
kepada bidan yang menangani saya mengenai besaran biaya yang
harus dibayar, pada saat itu bu bidan mengatakan biayanya sebesar
300.000,00 (tiga ratus ribu) rupiah. Bu bidan nya mengatakan,
uang tersebut sudah termasuk biaya pembuatan akta kelahiran”
Bersasarkan pada pernyataan diatas, dapat diektahui bahwa peserta
jaminan persalinan mengeluarkan biaya persalinan sebesar tiga ratus ribu rupiah.
Biaya tersebut, menurut bidan yang menangani pasien jaminan persalinan,
disebutkan akan digunakan untuk biaya pembuatan akta kelahiran.
132
Hal yang sama juga diutarakan oleh I₃.₂ berikut ini :
“Saya ikut program jaminan persalinan, ketika saya melahirkan
anak pertama saya. Pada saat itu, saya dibantu bidan Puskesmas,
biaya yang saya keluarkan sebesar 300.000,00 (tiga ratus ribu
rupiah), bidannya mengatakan bahwa, biaya tersebut untuk
pengganti underpet nya yang terpakai, dan untuk mengganti biaya
pampers, juga pembuatan akta kelahiran”
Pernyataan diatas menegaskan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh peserta
jaminan persalinan, ketika mendapatkan pelayanan persalinan di bidan, dengan
menggunakan Jampersal adalah sebanyak 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah).
Dimana bidan Puskesmas yang menanganinya, mengatakan bahwa biaya tersebut
sebagai biaya pengganti perlengkapan yang digunakan oleh pasien.
Hal yang hampir sama juga diungkapkan oeh I₃.₃ berikut ini:
“Saya melahirkan anak pertama saya di bidan Puskesmas, dan pada
saat itu saya ikut program jaminan persalinan. Untuk biaya
persalinannya pada saat itu saya mengeluarkan biaya sebesar
300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah), awalnya memang saya bertanya
dahulu ke bu bidannya “berapa bu?”, kemudian bu bidan jawabnya
berapa saja, saya bingung kan, terus saya nanya lagi “biasanya
berapa bu?” nah, baru bu bidannya bilang tiga ratus ribu rupiah.
Untuk persyaratan anggota Jampersal wktu itu saya menyerahkan
fotocopy KTP sama kartu keluarga”
Pernyataan yang sama diutarakan oleh I₃.₅ sebagai berikut :
“Saya ikut program jaminan persalinan, pada saat mengandung
anak saya yang ke empat. Ketika saya mau melahirkan, saya
ditangani sama bu bidan Puskesmas. Pada saat itu biayanya sekitar
300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah). Tetangga juga sama, yang
lahiran di bu bidan bayarnya sekitar segitu”
133
Informan berikutnya menyatakan ungkapan yang sama dengan pernyataan
informan diatas, mengenai biaya pelayanan bagi peserta jampersal, yang
iungkapkan oleh I₃.₉ seperti berikut :
“Saya pernah ikut program jaminan persalinan di tahun 2013,
bulan agustus pada saat saya melahirkan anak pertama saya. Pada
saat itu saya mendapatkan pertolongan persalinan di bidan
Puskesmas, dan biayanya sekitar 300.000,00 (tiga ratus ribu
rupiah). Biaya tersebut sudah termasuk biaya pembuatan akta
kelahiran”
Berdasarkan pada ketiga pernyatan informan diatas, yang merupakan
peserta program jaminan persalinan, dpaat diketahui bahwa pada saat mereka
mengakses pelayanan program Jampersal, dan salah satunya adalah pelayanan
pertolongan persalinan, biaya yang dikeluarkan untuk membayar pelayanan
tersebut sekitar 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah). Biaya tersebut, oleh bidannya
disebutkan digunakan untuk membuat akta kelahiran.
Pernyataan
sedikit
berbeda,
mengenai
persalinan,
diungkapkan
oleh
I₃.₇ berikut
ini : nominal biaya bagi peserta jaminan
“Pada saat melahirkan anak pertama saya, wakt itu tempatnya di
bidan Puskesmas Mandala, dengan menggunakan program
Jampersal. setelah proses persalinan selesai, dan berjalan dengan
baik, kemudian saya membayar biaya persalinan sebesar
350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah), biaya tersebut sudah
termasuk biaya pembuatan akta kelahiran anak saya. Adapun
persyaratan untuk menjadi peserta Jampersal, yaitu Jamkesmas,
buku nikah, KTP sama Kartu Keluarga”.
Pernyataan informan diatas, sedikit berbeda dengan informan sebelumnya
yang sama-sama sebagai peserta program jaminan persalinan. Dimana beberapa
134
informan sebelumnya dikenakan biaya sebesar 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)
setelah mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan, adaoun untuk informan
I₃.₇ dieknakan biaya yang lebih banyak, yakni 350.000,00 (tiga ratus lima puluh
ribu rupiah). Sedangkan biaya tersebut digunakan untuk hal yang sama, yaitu
termasuk pembuatan akta kelahiran.
Adapun
peserta Jampersal
dikenakan biaya, karena terjadi faktor lain,
seperti yang
diungkapkan
oleh I₃.₆ yang
:
“Ketika saya melahirkan anak ketiga saya, pada saat itu saya ikut
Jampersal, di bidan Puskesmas Mandala, dan biayanya sekitar
350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) atau sekitar
400.000,00 (empat ratus ribu rupiah), saya lupa lagi. Biaya
tersebut, digunakan karena waktu itu saya pendarahan jadi harus di
infus dan diberi obat, sehingga dikenakan biaya tambahan”
Pernyataan informan diatas, yang menjadi peserta jaminan persalinan,
menegaskan bahwa pada saat beliau melahirkan dengan mengikuti program
jaminan persalinan, beliau mengeluarkan biaya kurang lebih tiga ratus lima puluh
ribu rupiah, diakrenakan pada saat melahirkan terjadi persalinan yang beresiko
yang membutuhkan tindakan dari tenaga medis. Sehingga biaya tersebut di claim
oleh bidan, sebagai biaya pengganti infus dan obat-obatan.
Berbeda dari pernyataan diatas, hal lain diutarakan oleh I₃.₄ berikut ini :
“waktu itu ketika saya akan melahirkan anak pertama, saya dibantu
oleh kader dimana pada saat itu saya diantarkan ke bidan
Puskesmas. Kemudian kader dan bidan memeberitahu saya supaya
ikut Jampersal saja, karena saya kan orang tidak mampu, tidak
punya biaya, sehingga dan akhirnya saya ikut Jampersal karena
persyaratannya juga mudah. Setelah melahirkan, saya tidak
dipungut biaya sama sekali jadi gratis, setelah melahirkan juga
135
bayinya di suntik. Persyaratannya keterangan surat tidak mampu,
Jamkesmas, fotocopy KTP dan KK”
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh I₃.₈ seperti berikut :
“Saat saya melahirkan anak ketiga, saya diantar ke bidan
Puskesmas oleh kader Posyandu, karena rumah saya memang
berdekatan dengan rumah kader dan tidak jauh juga dari
Puskesmas. Saya disarankan untuk ikut Jampersal, dan saya pun
ikut Jampersal, serta saya juga mengatakan kepada bidannya
bahwa saya ini orang tidak mampu. setelah saya melahirkan, saya
tidak dipungut biaya. Pada keesokan harinya, anak saya yang baru
saya lahirkan, meninggal dunia, karena katanya bayinya kelamaan
didalam perut, dan terlambat diperiksa.”
Adapun
pernyataan
yang
sama
persalinan
diutarakan
oleh I₃.₁₀
berikut
ini :mengenai biaya bagi peserta jaminan
“Pada saat saya engikuti program jaminan persalinan,
Alhamdulillah semua pelayanan yang saya dapatkan itu gratis.
Karena saya orang tidak mampu, pada saat itu saya menyertakan
Jamkesmas, surat keterangan tidak mampu, fotocopy KTP dan
kartu keluarga”
Berdasarkan pada ketiga pernyataan diatas dapat diketahui, bahwa ada
beberapa masyarakat yang mendapatkan pelayanan jaminan persalinan secara
gratis, yakni masyarakat yang benar-benar tidak mampu.
Pada
temuan
lapangan selain
mendapatkan
informasi
dari peserta
jampersal,
peneliti
jugadi
mendapatkan
informasi
dari I₆.₁ terkait
biaya jampersal
:
“Yang saya ketahu di bidan Desa Bojong Leles yang juga bertugas
di Puskesmas Mandala, bagi peserta Jampersal ada yang tidak
dipinta bayaran, dan ada juga yang dipinta bayaran, tetapi
kebanyakan yang dipinta bayaran, biasanya kalau saya mengantar
136
yang mau melahirkan di bidan menggunakan Jampersal, setelah
melahirkan biasnaya pasien nanya ke bidan “berapa bu” kemudian
bidannya bilang tiga ratus ribu rupiah saja, begitu. Besaran
biayanya juga beda-beda setiap orang ,ada yang dipinta tiga ratus
ribu rupiah, ada yang diatas tiga ratus ribu rupiah. Kayanya liat-liat
orangnya juga gitu. Saya juga sebagai kader, tidak pernah dikasih
uang apa-apa walaupun sering membantu bidan desanya. padahal
saya tahu dia memungut biaya ke peserta Jampersal. dan saya juga
tahu setiap bidan desa yang menerima peserta Jampersal, pasti
dapat dana pengganti dari pusat.”
Pernyataan hampir sama diutarakan I₆.₃ berikut ini :
“Kalau masalah biaya ya setahu saya bagi masyarakat yang mampu
ya bayarnya besar, bagi yang tidak mampu ya tidak apa-apa kalau
ngasihnya sedikit juga”
Berdasarkan pada pernyataan informan diatas, dapat diketahui bahwa
untuk peserta jaminan persalinan, ada yang dikenakan biaya dan ada juga yang
bebas dari biaya, namun kebanyakan dari peserta Jampersal ialah yang dikenakan
biaya oleh bidan yang menangani proses persalinan.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan
program jaminan persalinan belum efisien, karena tidak sepenuhnya gratis, artinya
masih ada peserta Jampersal yang dikenakan biaya. Dimana setelah peserta
Jampersal mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan, ada saja peserta
jampersal yang dikenakan biaya, dengan kisaran tiga ratus sampai empat ratus
ribu rupiah. Meskipun, dalam hal ini tidak semua bidan menerima uang dari
pasien, ada saja beberapa bidan yang tidak memungut biaya sama sekali. Tentu
saja hal tersebut sangat disayangkan, karena dalam ketentuan program jaminan
persalinan, seharusnya peserta Jampersal tidak dipungut biaya apapun kecuali ada
137
faktor-faktor lain, diluar tanggungjawab Jampersal itu sendiri. Karena dana yang
dikeluarkan oleh pihak Puskesmas dan atau tenaga medis yang memberikan
pelayanan Jampersal, dan sudah melakukan perjanjian dengan pemerintah berupa
MOU (Memorandum of Understanding)
atau nota kesepahaman, maka akan
mendapatkan dana pengganti dari pusat.
Pada temuan di lapangan yang diketahui bahwa pelayanan jampersal
masih ada yang dipungut biaya, menimbulkan ketakutan sendiri terhadap
masyarakat tidak mampu, sehingga mereka memilih untuk tidak melahirkan di
puskesmas (bidan) sehingga mereka memilih melakukan persalinan di dukun
beranak, seperti yang diutarakan oleh I₄.₁ sebagai berikut :
“Saya dibantu sama dukun bernak waktu melahirkan, karena saya
merasa orang tidak mampu, saya takut apabila melahirkan di bidan
nanti harus ada biaya, dan harus bayar bayar mahal. Walaupun ada
program Jaminan Persalinan (jampersal) juga, saya takutnya ada
embel-embelnya, karena yang saya tahu dari tetangga saya yang
melahirkan di bidan, walaupun pakai Jampersal tetap saja keluar
biaya diatas dua ratus ribu rupiah, kalo di dukun kan biayanya
cukup terjangkau dan bisa dicicil atau bisa ditunda”
Hal serupa disampaikan oleh I₄.₂ beriku ini :
“Kalau saya apabila melahirkan, saya lebih nyaman manggil dukun
paraji, karena udah kenal, tetangga, terus juga yang paling penting
bayarnya seikhlasnya. Kalau ke bidan pasti saja ada biaya yang
lebih besar. Saya uang dari mana, apabila harus bayar mahal. Jadi
lebih nyaman ke dukun, apabila sedang tidak punya uang, bayarnya
bisa nanti”
Pernyataan diatas menegaskan bahwa, masyarakat yang bersalin di
dukunmerupakan masyarakat yang tidak mampu, dan takut mengeluarkan
138
biaya yang besar jika pergi ke bidan. Sehingga memilih untuk bersalin di
dukun, karena alasan jumlah biaya yang dikeluarkan disesuaikan dengan
kemampuan, bahkan bisa dibayar dengan cara dicicil.
mengetahui informasi
besaran biaya
yang
di tetapkan
oleh
dukun
penelitiUntuk
pun mendapatkan
seperti
yang
diutarakan
oleh
I₅ : beranak,
“Biaya tidak ditentukan harus berapa-berapanya, seikhlasnya saja
berapapun diterima, kalau ada yang ngerti, biasanya setelah
melahirkan langsung ngasih seratus ribu rupiah, tapi ada juga yang
ngasih lima puluh ribu rupiah, yang ngasih dua puluh ribu rupiah juga
ya sama saya diterima saja. Bahkan ada juga yang bayarnya dicicil.”
Berdasarkan pada pernyatan salah satu dukun bayi di wilayah Puskesmas
Mandala diatas, dapat diketahui bahwa memang persalinan yang ditolong di
dukun tidak mematok biaya. Artinya mau memberi berapa saja, tetap diterima
oleh dukun bayi tersebut.
Pada keseluruhan pernyataan dari berbagai informan diatas, dapat
disimpukan bahwa program jaminan persalinan belum efisien, karena masih ada
masyarakat yang dikenakan biaya setelah mendapatkan pelayanan persalinan,
tergantung masing-masing tenaga medis yang menangani.
3). Kriteria Kecukupan
Kecukupan berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas
memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya
masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif
kebijakan dan hasil yang diharapkan.
139
Dalam penelitian tentang “Evaluasi Program Jaminan Persalinan di
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Tahun 2011-2013”, Kecukupan
berkenaan dengan, sejauhmana kebijakan tersebut dalam pencapaian target, dapat
menurunkan jumlah kematian ibu dan kematian bayi di wilayah Puskesmas
Mandala.
Adapun temuan dilapangan dipaparkan oleh I₂.₁ sebagai berikut :
“Menurut saya program Jampersal ini bagus, karena banyak
pelayanan yang diberikan kepada masyarakata sehingga tentunya
sedikit banyak bisa membantu masyarakat. Mengenai persoalan
jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi, jika dilihat dari
rekapan data mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2013,
memang untuk jumlah kematian bayi tidak menunjukkan adanya
penurunan, namun hal tersebut tentunya bukan kemauan kami.
Karena kami sudah berusaha, dan urusan kematian kan sudah ada
yang menentukan, jadi tidak bisa dicegah. Sedangkan untuk jumlah
kematian ibu, kembali lagi jika dilihat dari data, kejadian kematian
ibu tetap ada. Selama diadakan program jampersal, terjadi dua kali
kasus kematian maternal (kematian ibu melahirkan)”
Pernyataan yang sama juga diutarakan oleh I₁ berikut ini :
“Sejak diadakan program jaminan persalinan, yang mana tujuannya
adalah untuk menekan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi, untuk di wilayah Puskesmas Mandala sendiri, apabila
melihat pada data yang ada, memang dapat diketahui bahwa, untuk
jumlah kematian bayi masih cukup tinggi, sedangkan untuk jumlah
kematian ibu jumlahnya tidak begitu banyak”
Pernyataan berikutnya, diungkapkan oleh I₂.₃ berikut :
“Program jaminan persalinan memang belum maksimal dalam
mengatasi masalah AKI dan AKB. Mengapa demikian? karena
seperti yang kita ketahui melalui data yang ada, terutama data
jumlah kematian bayi di wilayah Puskesmas Mandala, itu
140
jumlahnya cukup tinggi, dan sejak diadakan program Jampersal
sampai selesai, jumlah kematian bayi di wilayah Puskesmas
Mandala terus meningkat dalam tiga tahun tersebut. Namun untuk
kematian ibu melahirkan, memang tetap ada, namun jumlahnya
tidak banyak.”
Berdasarkan pada ketiga paparan diatas, dapat diketahui bahwa, program
jaminan persalinan masih belum mampu memecahkan masalah tingginya angka
kematian ibu dan angka kematian bayi. Seperti pada temuan dilapangan yang
didukung oleh fakta yang memadai, jumlah kejadian kematian bayi di wilayah
Puskesmas Mandala sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 jumlahnya semakin
meningkat, bukan berkurang. Sedangkan untuk, jumlah kejadian kematian ibu di
wilayah Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, memang
tetap ada kejadian kematian ibu, namun jumlahnya tidak begitu banyak,
Pernyataan berikutnya, diungkapkan oleh I₂.₂ sebagai berikut :
“Untuk jumlah kematian bayi di wilayah Puskesmas Mandala,
Kecamatan cibadak, Kabupaten Lebak, memang jumlahnya cukup
tinggi. Tetapi untuk jumlah kematian ibu di wilayah Puskemas
Mandala, jarang terjadi, memang ada, namun jumlahnya juga tidak
banyak, ya memang alangkah lebih baiknya lagi jika kejadian
kematian ibu melahirkan dapat dihilangkan”
Pernyataan hampir sama juga diutarakan oleh I₂.₅ berikut :
“Di wilayah Puskesmas Mandala setiap tahunnya terjadi kasus
kematian bayi, dan memang pada tiap tahunnya jumlahnya
mengalami peningkatan. Sedangkan untuk jumlah kematian ibu,
saya rasa jumlahnya sedikit, dan memang walaupun sedikit
tentunya menjadi permasalahan yang serius dalam dunia kesehatan
ibu”
Pernyataan berikutnya disampaikan oleh I₂.₄ sebagai berikut :
141
“Jumlah kematian ibu di wilayah Puskesmas Mandala jumlahnya
tidak begitu banyak, selama diadakan program Jampersal kasus
kematian ibu terjadi sebanyak dua kali yaitu di tahun 2011 dan
tahun 2013. Namun ya kita berharap supaya kematian maternal ini
tidak terjadi lagi. Sedangkan untuk kematian bayi di wilayah
Puskesmas Mandala ini memang cukup tinggi, meskipun ada
Jampersal tapi jumlah kematian bayinya tetap tinggi ”
Berdasarkan pada ketiga paparan diatas, dapat diketahui bahwa jumlah
kematian bayi di Kecamatan Cibadak kabupaten Lebak masih cukup tinggi,
meskipun sudah diadakan program jaminan persalinan. Sedangkan untuk jumlah
kematian ibu sejak diadakan program Jampersal, terjadi sebanyak dua kali
kejadian kematian ibu, yaitu pada tahun 2011 dan tahun 2013. Sehingga dapat
disimpulkan berdasarkan dari temuan lapangan dan data yang mendukung, bahwa
program jaminan persalinan belum mampu mengatasi tingginya jumlah kematian
ibu dan bayi di wilayah Puskesmas Mandala.
Adapun penyebab kematian ibu dan kematian bayi di wilayah Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, dipaparkan oleh I₂.₁ berikut ini
:
“Untuk penyebab kematian bayi, jika dilihat dari laporan kesehatan
anak penyebabnya paling banyak adalah dikarenakan asfiksia,
yaitu kondisi bayi baru lahir tidak bisa bernafas secara teratur,
kemudian premature (usia kehamilan belum cukup namun sudah
lahir), dan kelainan bawaan. Faktor yang mempengaruhinya karena
pernikahan dini, tidak menunda kehamilan, atau married by
accident (MBA), dimana kehamilannya tidak direncanakan,
disembunyikan,
sehingga si ibu tidak mau memeriksakan
kandungannya, dan menyebabkan janinnya kurang gizi. Sedangkan
untuk kematian ibu di wilayah Puskesmas Mandala disebabkan
karena eklamsi atau darah tinggi.”
142
Pernyataan yang sama diutarakan oleh I₂.₃ sebagai berikut :
“di wilayah Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak ini
kebanyakan kematian bayi disebabkan oleh asfiksiaatau gangguan
pernafasan pada bayi yang baru dilahirkan, ada juga yang
premature, dan ada juga yang disebabkan karena kelainan bawaan.
Hal tersebut dapat terjadi, karena ibu hamil malas memeriksakan
kehamilannya, kemudian karena usia ibu hamil masih sangat muda,
karena banyak yang menikah muda kemudian tidak menunda
kehamilan. Sedangkan untuk kematian ibu, disebabkan oleh
hipertensi. ”
Berdasarkan paparan pengelola kesehatan ibu dan anak di Puskesmas
Mandala diatas, beserta bidan Puskesmas Mandala, dapat diketahui bahwa
penyebab kematian bayi di wilayah Puskesmas Mandala, paling banyak
disebabkan oleh kasus asfiksia, premature (usia kehamilan belum cukup namun
sudah lahir), dan kelainan bawaan. Sedangkan untuk penyebab kematian ibu
melahirkan di wilayah Puskesmas Mandala, dikarenakan darah tinggi, atau dalam
kehamilan disebut dengan eklamsi.
4). Kriteria Perataan
Kriteria perataan menurut Dunn (2003:430), erat hubungannya dengan
rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara
kelompok-kelompok
yang
berbeda
dalam
masyarakat.
Kebijakan
yang
berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil
didistribusikan.
Dalam penelitian tentang “Evaluasi Program Jaminan Persalinan di
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Tahun 2011-2013”, perataan berkenaan
dengan, bagaimana pendistribusian program jaminan persalinan kepada
143
masyarakat, dengan memperhatikan elemen-elemen masyarakat sebagai objek
peserta jaminan persalinan, serta dengan melihat apakah seluruh ibu hamil
mengikuti program jaminan persalinan dan apakah masyarakat secara merata,
mengetahui tentang program jaminan persalinan.
Pada oleh
temuan
didapatkan
informasi seperti yang seperti yang
diungkapkan
I₇.₁ dilapangan,
sebagai berikut
:
“Saya tidak tahu kalau pernah ada program jaminan persalinan,
karena tidak pernah mendengar sebelumnya, baik itu pada saat
dipengajian, sepengetahuan saya tidak pernah ada sosialisasi
mengenai program jaminan persalinan, padahal tiap minggu ada
pengajian rutin disini. Tidak pernah ada bidan yang menyampaikan
juga secara langsung ke bapak, karena bapak kan ketua RW
disini.”
Pernyataan diatas menegakan bahwa, masyarakat biasa tidak mengetahui
adanya program jaminan persalinan. Karena berdasarkan pengakuannya, bahwa
tidak pernah ada kegiatan sosialisasi mengenai program jaminan persalinan,
padahal dilingkungan tempat tinggalnya selalu diadakan kegiatan pengajian rutin.
Sehingga dapat terlihat, bahwa sosialisasi program jaminan persalinan belum
maksimal.
Pernyataan yang hampir sama juga diutarakan oleh I.₇.₃ sebagai berikut :
“Saya tidak tahu program jaminan persalinan, karena belum pernah
dengar baik dari tetangga juga belum pernah ada yang
memberitahu, padahal rumah saya dekat dengan rumah bidan, tapi
saya belum tahu tentang program Jampersal”
144
Berikutnya, hal yang sama diutarakan oleh I₇.₂ sebagai berikut :
“Saya belum mengetahui tentang program jaminan persalinan,
bahkan saya baru dengar sekarang dari neng saja. Tidak pernah
dengar ada sosialisasi tentang program jaminan persalinan.
Sosialisasi melaui RT-RT juga tidak ada. Kaka saya juga yang
tahun lalu melahirkan di bidan, setahu saya, dia tidak memakai
jaminan persalinan”
Berdasarkan pada beberapa pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa
sosialisasi program jaminan jaminan persalinan belum maksimal. Hal tersebut
ditandai dengan, masih adanya masyarakat yang tidak mengetahui program
Jampersal, karena mereka tidak pernah mendengar informasi mengenai program
Jampersal sebelumnya.
Pernyataan berikutnya dipaparkan oleh I₇.₄ sebagai berikut :
“Saya tidak tahu tentang program jaminan persalinan, karena
setahu saya belum ada sosialisasi tentang program jaminan
persalinan, biasanya jika memang pernah dilakukan sosialisasi,
ibu-ibu lainnya suka menyampaikan ke tetangga-tetangga, tapi
selama ini saya belum pernah mendapat informasi mengenai
program jaminan persalinan.”
mengenai
sejauhmana
pengetahuan
masyarakat
programPernyataan
jaminan persalinan
diungkapkan
oleh I₇.₅
sebagai berikut
:
terhadap
“Untuk program jaminan persalinan sendiri saya baru dengar
sekarang, karena di pengajian pun setahu saya belum pernah
dilakukan sosialisasi tentang program jaminan persalinan, tapi
kalau untuk di Posyandu saya tidak tahu karena saya tidak pernah
ikut kegiatan Posyandu, jadi saya kurang tahu”
Berdasarkan dari kedua paparan diatas, dapat diketahui bahwa, masih ada
masyarakat yang belum mengetahui tentang program jaminan persalinan, karena
145
mereka mengaku belum pernah mendapat informasi tentang program jaminan
persalinan dari tengga-tetangganya, biasanya apabila ada program baru, atau ada
suatau pengumuman, biasanya warga menyampaikan dari mulut ke mulut.
Pernyataan berikutnya diungkapkan oleh I₇.₆ sebagai berikut :
“Saya belum tahu tentang program jaminan persalinan, belum
pernah dengar juga dari tetangga yang lainnya, karena biasanya
jika ada suatu kegiatan, biasanya warga saling menyampaikan
informasi”
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat terlihat bahwa sosialisasi program
jaminan persalinan belum merata, karena terlihat pada pernyataan diatas bahwa
terdapat masyarakat yang tidak mengetahui mengenai program jaminan
persalinan.
Hal berbeda diungkapkan oleh I₃.₁ berikut ini :
“Pada waktu itu pernah dilakukan sosialisasi mengenai program
jaminan persalinan di Posyandu. Dan yang saya ketahui
sosialisasinya diadakan hanya pada waktu itu saja, ketika ada
kegiata Posyandu, karena saya pada saat hamil sering ke Posyandu.
Jadi pada kegiatan lainnya tidak pernah diadakan sosialisasi
program Jampersal”
Pernyataan yang sama diungkapkan oleh I₃.₅ sebagai berikut :
“Yang saya ketahui sosialisasi program jaminan persalinan pernah
dilakukan di Posyandu, saya waktu itu ikut kegiatan Posyandu
untuk periksa kehamilan, kemudian bu Bidan Puskesmas memberi
penyuluhan tetang jampersal. penyuluhannya hanya berlangsung di
Posyandu saja.”
146
Berdasarkan pada kedua pernyataan informan diatas, terlihat bahwa
sosialisasi program jaminan persalinan, yang disampaikan oleh bidan Puskesmas
Mandala hanya berlangsung di Posyandu saja.
Pernyataan
berikutnya
sosialisasi program jaminan
persalinan
diungkapkan
oleh I₆.₁mengenai
berikut ini perataan
:
“Sosialisasi program jaminan persalinan biasanya hanya dilakukan
di Posyandu saja. Saya sebagai kader bersama ibu bidan
menyampaikan informasi mengenai program jaminan persalinan
kepada ibu-ibu yang datang ke Posyandu, jadi hanya ibu-ibu yang
datang ke Posyandu saja yang mengetahui adanya program
jaminan perslainan.”
Hal yang sama diungkapkan oleh oleh I₆.₂ sebagai berikut :
“Sosialisasi program jaminan persalinan dilakukan di Posyandu,
jadi ibu-ibu hamil mengetahui bahwa ada program jaminan
persalinan, mengetahui pelayanan nya apa saja, serta
persyaratannya juga”
Kedua pernyataan informan diatas, menegaskan bahwa sosialisasi program
jaminan persalinan hanya dilakukan di Posyandu saja, sehingga hanya warga yang
datang ke Posyandu saja yang mengetahui program jaminan persalinan. Hal
tersebut membuktikan bahwa sosialisasi program jaminan persalinan belum
merata.
Pernyataan dari informan berikut yang merupakan kader Posyandu dari
desa yang berbeda, mengutarakan pelaksanaan sosialisasi program jaminan
persalinan. Pernyataan tersebut diuarakan oleh I₆.₃ berikut ini :
147
“Penyuluhan tentang program jaminan persalinan, diadakannya
pada saat Posyandu, karena pada saat itu bida Puskesmas
berkunjung, dan memeberikan informasi tentang program jaminan
persalinan”
Hal yang sama diungkapkan oleh I₆.₄ sebagai berikut :
“Program jaminan persalinan diinformasikan kepada warga, pada
saat kegiatan Posyandu, jadi bidan Puskesmas memberitahu
tentang program jaminan persalinan kepada kader dan warga yang
ada di Posyandu”
Pada kedua pernyataan informan diatas, terlihat bahwa terdapat kesamaan
informasi dengan informan sebelumnya yang merupakan kader Posyandu di desa
yang berbeda. Sehingga berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa sosialisasi program jaminan persalinan belum didistribusikan
secara merata kepada seluruh masyarakat, karena sosialisasi hanya dilakukan di
Posyandu saja, sehingga hanya warga yang pada saat itu ada di Posyandu saja,
yang mengetahui program jaminan persalinan.
5). Kriteria Responsivitas
Kriteria responsivitas menurut Dunn dalam Nugroho (2012:317),
berhubungan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan,
preferensi
atau
nilai
kelompok-kelompok
masyarakat
tertentu.
Kriteria
responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua kriteri
lainnya efektivitas, efisiensi, kecukupan, kesamaan masih gagal jika belum
menanggapi kebutuhan actual dari kelompok yang semestinya di untungkan dari
adanya suatu kebijakan.
148
Responsivitas dalam penelitian “Evaluasi Program Jaminan Persalinan di
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013”,
berkenaan dengan partisipasi masyarakat terhadap program jaminan persalinan.
Peran serta masyarakat dalam membantu serta mengetahui betul akan adanya
program jaminan persalinan merupkan upaya yang harus dibangun dari sebuah
kebijakan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Mandala.
Pertama, hal yang menandakan adanya interaksi antara masyarakat adalah
terjalinnya kerjasama dalam hal membantu terlaksananya program Jampersal,
diantaranya masyarakat turut membantu dalam mendukung pelaksanaan program
Jampersal, seperti pernyataan dari I₆.₁ berikut ini :
“Dalam pelaksanaan program jaminan persalinan, biasanya saya
membantu menyampaikan informasi tentang program jaminan
persalinan, ke tetnagga-tetangga yang sedang hamil. Biasanya pada
saat ada ibu-ibu yang mau melahirkan, saya antarkan ke rumah
bidan Puskesmas Mandala, kemudian saya menyarankan supaya
pakai Jampersal. Karena sebagai kader kan harus membantu
menyampaikan tentang program Jampersal. Kemudian saya juga
membuat pendataan siapa saja ibu yang sedang hamil di Desa
Bojongleles, terus siapa saja yang melahirkan, kemudian data
tersebut saya berikan kepada bidan Puskesmas yang bertugas
menjadi bidan desa disini.”
Pada pernyataan diatas terliht bahwa kader Posyandu turut serta
menyampaikan informasi mengenai program jaminan persalinan keoada ibu-ibu
yang sedang dalam kondisi hamil. Serta menyarankan agar ibu-ibu tersebut
mengikuti program jaminan persalinan serta terdapat interaksi anatara Kader
dengan bidan Puskesmas, terkait program jaminan persalinan. Hal tersebut
membuktikan bahwa tanggapan kader terhadap program jaminan persalinan sudah
149
baik. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari informan I₂.₁, selaku
pengelola kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Mandala, berikut pernyataannya :
“Antara saya dengan kader Posyandu tetntunya ada interksi,
diantaranya, kader posyandu datang ke Puskesmas atau saya yang
menemui kader pada saat kegiatan Posyandu, kemudian kader
menyerahkan laporan pendataan ibu hamil kepada saya, sehingga
saya mempunyai rekapan data ibu hamil di wilayah Puksesmas
Mandala, dari masing-masing kader”
Pernyataan diatas menegaskan bahwa adanya interaksi anatara pengelola
kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Mandala dengan kader posyandu.
Hal tersebut terlihat dari adanya peran kader yang membntu bidan
Puskesmas dalam pendataan ibu hamil.
Pernyataan berikutnya, diutarakan oleh I₃.₁ sebagai berikut :
“Waktu saya hamil, saya ikut program jaminan persalinan, saya
diberitahu oleh ibu saya, karena kan beliau kader di Desa
Bojongleles. Selain itu juga saya suka ikut Posyandu, sehingga
saya mengetahui adanya program Jampersal, karena pernah
mendengar sosialisasi tentang Jampersal di Posyandu. Saya juga
kalau ada teman saya yang sedang hamil pada saat masih ada
Jampersal, saya memberitahu mereka supaya ikut Jampersal, terus
saya juga memberitahu tahu persayaratannya apa saja”
Pernyataan hampir sama diungkapkan oleh I₃.₇ seperti berikut :
“Saya mengetahui program jaminan persalinan dari bu kader,
karena kebetulan rumahnya dekat. Kalau saya sendiri, saya juga
ikut memberi tahu ke tetangga saya tentang program jaminan
persalinan. Apabila ada tetangga yang sedang hamil, dan pada
waktu itu program jaminan persalinan masih ada, saya memberi
tahu ke tetangga supaya ikut program jaminan persalinan”
150
Berdasarkan pada kedua pernyataan diatas dapat diketahui bahwa
masyarakat yang mengetahui program jaminan persalinan, mereka turut
berpartisipasi, dengan cara menyampaikan informasi mengenai program jaminan
persalinan kepada para tetangganya.
Pernyataan
diatas
terbuktiinikebenaranya
pada temuan di lapangan,
seperti yang
diutarakan
olehdapat
I₃.₃ berikut
:
“Pada saat saya ikut program jaminan persalinan, awalnya saya
diberitahu oleh tetangga saya, yang sudah terlebih dahulu
mengikuti program jaminan persalinan. Kemudian setelah saya
mendapatkan informasi tentang program Jampersal, saya ikut
menjadi peserta jampersal”
Hal yang sama diungkapkan oleh I₃.₉ berikut ini :
“Saya mengetahui adanya program jaminan persalinan, dari
tetangga saja, yang ikut jampersal juga. Pada saat bertemu, terus
ngobrol-ngobrol, membahas soal kehamilan, kemudian tetangga
saya memberitahu saya tentang program Jampersal”
Pernyataan hampir sama juga diungkapkan oleh I₃.₄ sebagai berikut :
“Saya mengetahui adanya program jaminan persalinan dari sodara
saya, kebetulan waktu itu dia pas melahirkan pakai Jampersal. terus
dia nyaranin saya supaya pake Jampersal juga, supaya
persalinannya gratis, karena sama-sama orang tidak mampu”
Pada ketiga pernyataan diatas, dapat terlihat bawha pada temuan di
lapangan terjadi interaksi antara masyarakat, yang menyampaikan program
jaminan persalinan dari mulut kemulut. Pernyataan berikutnya yang menyatakan
151
mengenai
responsifitas
terhadap program jaminan persalinan,
diutarakan oleh
I₃.₈ sepertimasyarakat
berikut :
“Saya mengetahui adanya program jaminan persalinan dari bu
kader, karena rumah saya berdekatan dengan rumah bu Kader.
Kemudian bu kader memberitahu saya, bahwa ada program
Jampersal, dan menyarankan saya supaya mengikuti program
Jampersal. kader juga memberitahu bahwa di program Jampersal
ada pemeriksaan kehamilan gratis, Cuma waktu itu saya ngga suka
periksa, karena males neng. Tapi ya akibatnya itu tadi, bayi saya
satu hari kemudian meninggal dunia, mungkin salah satunya
karena saya tidak suka periksa”
Hal yang sama dingkapkan oleh I₃.₁₀ sebagai berikut :
“Saya mengetahui adanya program jaminan persalinan dari bu
kader, karena rumah saya ini kan lumayan dengan dengan rumah
bu kader.bu kadernya mungkin kasian sama saya, jadi membantu
saya mengantarkan ke bidan. Pada saat itu saya mendapatkan
pelayanan pertolongan persalinan saja, tidak mengikuti pelayanan
pemeriksaan kehamilan, karena takut dan juga malu pergi
kebidannya, takut ada biaya tambahan terus saya tidak mampu
bayar”
Pernyataan diatas, menegaskan bahwa informan tersebut mengetahui
program jaminan persalinan dari tetangganya yang merupakan kader Posyandu.
Beliau mendapatkan informasi mengenai cakupan pelayanan yang diberikan oleh
program Jampersal, namun beliau hanya mengakses pelayanan pertolongan
persalinan saja, dikarenakan takut untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Hal
tersebut menunjukkan antusias peserta jaminan persalinan masih kurang.
Pernyataan berbeda diutarakan oleh I₃.₅ sebagai berikut :
“Saya mengetahui program jaminan persalinan dari ibu bidannya
saja ketika di Posyandu, karena saya suka ikut kegiatan Posyandu.
152
Kemudian saya mendapat informasi tentang program jaminan
persalinan, jadi saya beberapa kali ikut Posyandu untuk periksa
kehamilan sebagai peserta Jampersal. saya juga memeberitahukan
kepada tetangga-tetangga yang lain tentang program Jampersal,
supaya warga yang lagi hamil bisa ikut Jampersal juga”
Pada pertanyaan tersebut terlihat antusias informan diatas sebagai peserta
jaminan persalinan, yang mengakases pelayanan jaminan persalinan. Serta ikut
berpartisipasi
dalam
menyampaikan
informasi
tentang program
jaminan
persalinan kepada para tetangganya.
Adapun informan kader Posyandu dari beberapa desa, yang menjadi
informan dalam penelitian ini mengungkapkan antusias mereka terhadap program
jaminan persalinan. Hal tersebut diungkapkan oleh I₆.₂ berikut ini :
“Apabila ada warga yang sedang hamil, dan kebetulan tetangga,
saya biasanya memberikan informasi mengenai program jaminan
persalinan, karena sudah termasuk tugas saya juga sebagai kader,
harus membantu bidan untuk memperkenalkan program jaminan
persalinan”
Hal yang sama diutarakan oleh I₆.₃ berikut ini :
“Tentu saja saya menyampaikan kembali kepada tetangga -tetangga
saya yang sedang hamil, mengenai informasi yang saya peroleh
dari bidan Puskesmas pada saat kegiatan Posyandu”
Pada kedua pernyataan informan diatas, terlihat bahwa kader Posyandu
ikut berpartisipasi dalam menyampaikan informasi mengenai program jaminan
persalinan kepada tetangga-tetangganya.
153
Berbeda
dengan
pernyataan
ungkapan
yangoleh
berbeda
tanggapan
masyarakat
terhadap
program sebelumnya,
jaminan persalinan,
diutarakan
I₄.₁
berikut ini :
“Saya mengetahui adanya program jaminan persalinan, itu dari
tetangga saya yang waktu itu melahirkan terus dia ikut Jampersal.
saya tidak menyampaikan lagi tentang program tersebut ke
tetangga yang lain. Karena saya bukan peserta Jampersal. waktu
emlahirkan anak kesatu sampai dengan anak ketiga, saya
lahirannya didukun bukan di bidan. Karena saya merasa orang
tidak mampu, takutnya kalau pergi kebidan, ada biaya yang tak
terduga. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari tetangga
saya yang ikut Jampersal, mereka tetap saja bayar diatas duaratus
ribu rupiah, kalau saya kan uang segitu dari mana. Lebih baik saya
maggil dukun saja. Karena bayarnya juga seikhlasnya saja dan bisa
dicicl”
Pernyataan diatas menegaskan bahwa beliau tidak ikut menyampaikan
informasi tentang program jaminan persalinan kepada tentangganya yang lain. Hal
tersebut dikarenakan, beliau bukanlah peserta jaminan persalinan. Karena
kepercayaan beliau terhadap tenaga medis masih belum sepenuhnya percaya,
karena dari informasi yang didapatkannnya dari tetangga yang ikut program
jaminan persalinan, bahwa tetap saja pada saat melahirkan di bidan ada biaya
yang harus dikeluarkan. Sehngga hal tersebut menjadi ketakutan tersendiri bagi
informan I₄.₁ diatas. Untuk mengetahui respon dukun bayi (dukun paraji) di
wilayah Puskesmas
Mandala I₅
terhadap
program jaminan persalinan, dapat
diketahui
melalui pernyataan
berikut adanya
:
“Ya walaupun ada program jaminan persalinan, waktu itu saya
tetap saja menerima panggilan kalau ada yang membutuhkan.
Karena mau bagaimana, masyarakat disini lebih banyak yang
maunya bersalin dibantu sama saya. Karena saya menjadi dukun
154
paraji sejak tahun 1980. Mulai tahun 2013, bidan desa di sini
kadang-kadang menegur saya, supaya kalau ada yang mau
melahirkan manggil bidan dulu, tapi masyarakat disini tidak mau
kalau sama saya mau dipanggilkan bidan. Mereka takut biayanya
besar, ya namanya warga disini mah kerjanya juga kebanyakan
tani, kan kalau melahirkan di dukun mah, biayanya berapa aja juga
diterima, seperti di saya ada yang memberi seratus ribu rupiah, ada
yang lima puluh ribu rupiah, bahkan yang hanya memberi dua
puluh ribu rupiah juga ada, dan saya terima saja. Namanya juga
membantu”
Berdasarkan pada pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa dukun paraji
masih bekerja meskipun ada program jaminan persalinan. Bidan Puskesmas juga
menghimbau kepada dukun bayi agar memanggil bidan dahulu apabila ada yang
mau melahirkan. Namun dukun bayi tidak memanggil bidan, dikarenakan
masyarakat yang menginginkan jasa bantuan beliau dan tidak mau dipanggilkan
bidan. Uang yang diterima oleh dukun bayi dari wrga yang menggunakan jasanya
juga bervariasi, mulai dari seratus ribu rupiah sampai dengan dua puluh ribu
rupiah. Pernyataan tersebut berhubungan dengan pernyataan I₄.₂ berikut ini :
“Waktu melahirkan saya manggil dukun, tidak berani memanggil
bidan, walaupun ada program-program apa juga di bidan. Karena
saya malu, takut, canggung juga kalau sama bidan. Kalau sama bu
arwani kan sudah kenal lama, beliau banyak yang manggil juga,
sudah berpengalaman dari dahulu. Iya walaupun ada program apaapa juga , saya tidak berani kalau manggil bidan, takut ada biaya
yang besar terus saya tidak bisa bayar. Kalau di bu arwani kan
bayarnya berapa saja juga diterima, waktu itu juga saya Cuma
ngasih lima puluh ribu saja. Saya ditolong pada saat melahirkan,
terus bayi saya yang baru lahir juga diurusin, dimandiin sama bu
arwani, sayanya juga diurut supaya tidak keluhan didalam”
Pada pernyataan diatas, terlihat bahwa masyarakat yang menggunakan jasa
dukun bayi, lebih nayaman bersalin di dukun daripada di bidan. Faktor nya adalah
155
dari segi ekonomi, mereka takut diharuskan memebayar biaya yang besar apabila
bersalin di bidan, karena apabila bersalin di dukun tidak harus memiliki biaya
yang besar. Adapun upaya yang dilakukan oleh Pihak Puskesmas terkait
dukunbayi yang beroperasi, diutarkan oleh I₁ berikut :
“Pihak kami sudah memberikan himbauan kepada dukun-dukun
yang masih bekerja di wilayah Puskesmas Mandala, dan meminta
mereka untuk ,mendukung program jaminan persalinan. Kami juga
mengajak warga supaya, apabila hamil dan akan melahirkan, bisa
pergi kebidan desa atau ke Puskesmas. Namun dengan cara seperti
itu, timbul pro dan kontra, dimana dukun bayi juga menyampaikan
dari mulut kemulut supaya masyarakat tetap menggunakan jasanya.
Kami hanya bisa menghimbau, menegur pun kami tidak punya
kewenangan. Seharusnya pihak dari pusatlah yang memberikan
peraturan terkait hal ini”
Pernyataan hampir sama, diutarakan oleh I₂.₁ seperti berikut :
“Kami sudah melakukan perjanjian dengan dukun-dukun paraji
yang ada di wilayah Puskesmas Mandala, yaitu kami semoat
membuat perjanjian, apabila dukun paraji masih bekerja saja
menolong yang mehirkan, maka akan dikenakan denda. Denda
tersebut juga sebenarnya bukan apa-apa, hanya supaya dukun –
dukun lebih mempertimbangkan lagi kalau mau menangani yang
meharikan. Daripada didenda kan lebih baik mereka manggil
bidan, kalau ada yang melahirkan, mereka tinggal mendampingi
saja, dan mengurusi bayi yang sudah dilahirkan untuk dimandikan,
kan enak kalau begitu”
Untuk mengatasi tantangan banyaknya dukun bayi yang tidak bermitra
dengan Puskesmas, dan masih menerima panggilan dari warga yang akan
melahirkan, diutarakan oleh I₂.₃ berikut :
“Kami sudah berupaya untuk mengatasi maslah tersebut, namun
memang masih belum bisa teratasi. Upaya yang pernah kami
156
lakukan diantaranya memberikan himbauan kepada masyarakat.
Apabila ada yang melahirkan di dukun dan terjadi persalinan yang
beresiko maka bidan tidak mau tahu, langsung saja bawa ke rumah
sakit. Karena seperti pada kejadian yang sudah-sudah, kalu ada
persalinan yang beresiko baru warga melibatkan bidan, coba kan
kalau dari awal ditangani oleh bidan. Sebenarnya hibauan
demikian, hanya untuk mengajak warga supaya mereka bersalin di
bidan”
Pada ketiga pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa pihak Puskesmas
sudah melakukan berbagai upaya untuk menangani banyaknya dukun bayi di
wilayah Puskesmas Mandala, yang masih beroperasi tanpa bermitra dengan
Puskesmas. Upaya yang sudah dilakukan adalah menhimbau masyarakat dan
dukun bayi, serta membuat perjanjian dengan dukun bayi.
Berdasarkan pada beberapa temuan lapangan diatas, dapat diketahui
bahwa ada masyarakat yang memberikan tanggapan baik terhadap program
jaminan persalinan, dimana masyarakat yang menjadi peserta jaminan persalinan,
ikut berperan dalam menyampaikan informasi dari mulut kemulut, mengenai
program Jampersal, kepada tetangga-tetangga nya yang lain. Selain itu juga ada
masyarakat yang kurang memberikan respon yang baik terhadap program jaminan
perslinan, hal tersebut ditandai dengan adanya masyarakat yang lebih memilih
menggunakan jasa dukun bayi dibandingkan pergi ke bidan dan ikut program
jaminan persalinan.
157
6). Kriteria Ketepatan
Kriteria ketepatan menurut Dunn (2003:430), adalah kriteria yang dipakai
untuk menseleksi sejumlah alternatif yang direkomendasikan tersebut merupakan
berkenaan dengan apakah suatu kebijakan dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat. Dalam penelitian mengenai “Evaluasi Program Jaminan Persalinan
di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Tahun 2011-2013”, berkenaan
dengan apakah pelayanan yang diberikan dari program jaminan persalinan
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Adapun pelayanan jaminan persalinan yang diberikan di Puskesmas
Mandala yaitu, pemeriksaan ibu hamil 4 (empat) kali, pelayanan persalinan, suntik
bayi baru lahir 3 (tiga) kali, pelayanan nifas 4 (empat) kali, dan suntik KB satu
kali. Serta persyaratan yang harus dipenuhi bagi calon peserta jaminan persalinan
adalah fotocopy KTP dan Kartu Keluarga, serta buku pemeriksaan kehamilan.
Pada temuan dilapangan seperti yang diutarakan oleh I₂.₁ sebagai berikut :
“Program jaminan persalinan tentunya sangat bermanfaat bagi para
peserta jaminan persalinan. Karena pelayanan yang diberikan dari
program ini cukup banyak, diantaranya pemeriksaan kehamilan
sebanyak empat kali, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
sebanyak empat kali, suntik KB satu kali, dan suntik bayi yang
lahir sebanyak tiga kali. Masing-masing dari pelayanan tersebut,
tentunya sangat memberikan manfaat baik bagi ibu hamil dan calon
bayi dan atau bayinya. Dilihat dari persyaratannya juga sangat
mudah untuk dipenuhi, yakni hanya menyertakan fotocopy KTP,
KK dan buku pemeriksaan kehamilan saja”
158
Berdasarkan pada pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa program
jaminan persalinan memberikan manfaat bagi para pesertanya. Karena program
jaminan persalinan memberikan pelayanan yang cukup banyak bagi para
pesertanya. Selain itu persyaratan program jaminan persalinan juga sederhana dan
mudah dipenuhi. Pernyataan berikutnya yang sama dengan pernyataan diatas,
dungkpkan oleh I₂.₅ berikut ini :
“Sangat bermanfaat, karena tidak mungkin dari pelayanan yang
diberikan tidak ada manfaatnya. Pasti dari setiap pelayanan yang
diberikan, sedikit banyak memberikan manfaat bagi masyarakat
(peserta Jampersal)”
Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh I₂.₂ berikut ini :
“Iya, program jaminan persalinan sangat bermanfaat bagi
masyarakat, karena bagi mereka yang menjadi peserta jaminan
persalinan, mereka bisa mendapatkan pelayanan pemeriksaan
kehamilan secara gratis, pelayanan nifas, suntik KB dan juga
suntik untuk bayi baru lahir”
Pernyataan diatas menegaskan bahwa, program jaminan persalinan sudah
pasti memberikan manfaat untuk para pesertanya, karena bagi setiap peserta
jaminan persalinan bisa mendapatkan pelayanan yang diberikan oleh program
jaminan persalinan secara gratis. Setiap pelayanan jaminan persalinan pastinya
sedikit banyak, bisa memberikan manfaat bagi para peserta Jampersal.
pernyataan
dampak dari program
jaminanAdapun
persalinan,
diutarakan yang
oleh I₁berbeda,
berikut inimengenai
:
159
“Pelayanan-pelayanan gratis yang diberikan dari program jaminan
persalinan, sudah pasti bermanfaat bagi masyarakat yang menjadi
peserta Jampersal. namun jika dilihat dari segi kebijakannya,
menurut saya program jaminan persalinan ini kurang tepat. Pada
program jaminan persalinan, tidak diberikan batasan jumlah
pertolongan persalinan, dimana seharusnya dibatasi, misalnya
hanya berlaku sampai pada persalinan anak kedua saja, sehingga
hal tersebut juga dapat mendukung program pemerintah, dibidang
kesehatan yang lain yaitu program keluarga berencana”
Pernyataan I₁ diatas, menegaskan bahwa program jaminan persalinan
sudah memeberikan manfaat bagi para pesertanya. Namun jika dilihat dari
kebijakannya masih belum tepat, karena tidak ada batasan dalam pemberian
pelayananya. Pernyataan hampir sama, mengenai kurang tepatnya kebijakan
tentang jaminan persalinan, juga diungkapkan oleh I₂.₄ berikut :
“Dengan adanya program jaminan persalinan, tentunya
memberikan manfaat kepada masyarakat, karena program jaminan
persalinan memberikan cakupan pelayanan yang menunjang
kesehatan ibu dan calon bayi. Namun, menurut saya, program ini
masih belum tepat, jika dilihat dari ketentuannya, yang mana
program Jampersal ini diperbolehkan bagi seluruh lapisan
masyarakat, menurut saya alangkah lebih baik dan lebih tepat
sasaran apabila program ini hanya diperuntukkan bagi masyarakat
miskin saja”
Pernyataan diatas menegaskan bahwa cakupan pelayanan yang diberikan
dari program jaminan persalinan tentunya memberikan manfaat bagi masyarakat
yang mengaksesnya. Namun program jaminan persalinan masih belum tepat jika
dilihat dari pendistribusiannya, yang seharusnya hanya diberikan kepada
masyarakat tidak mampu saja. Pernyataan mengenai dampak dari program
jaminan persalinan diutarakan oleh I₃.₆ sebagai berikut :
160
“Saya merasa terbantu, karena pada waktu saya melahirkan
mengalami pendarahan, kemudian langsung pergi ke Puskesmas
dan mendapat pertolongan, walaupun memang biayanya lumayan
besar kalau buat saya. Tapi yang penting saya bisa sehat lagi”
Pernyataan diatas merupakan ungkapan dari peserta jaminan persalinan
yang menjadi informan dalam penelitian ini. Dimana meskipun setelah
mendapatkan pelayanan sebagai peserta jaminan persalinan harus mengeluarkan
biaya yang tidak sedikit, namun beliau merasakan manfaat dari program jaminan
persalinan, yang membantunya pada saat melahirkan.
Adapun
diungkapkan
olehpernyataan
I₃.₁ berikut dari
ini : para peserta jaminan persalinan yang lainnya
“Tentu saja program Jampersal bermanfaat buat saya. Karena pada
saat ada program Jampersal, sejak terakhir menstruasi saya
langsung ke bidan dan lagsung dapat pelayanan pemeriksaan
kehamilan oleh bidan, dan diberi vitamin, kemudian proses
persalinannya juga dibantu oleh bidan, sehingga manfaatnya kan
bisa lebih terjamin keselamatan ibu dan calon bayinya. Persyaratan
untuk ikut program Jampersal juga menurut saya, tidak ada yang
sulit, artinya mudah dipenuhi dan persyaratannya juga tidak
banyak”
Berdasarkan pernyataan diatas, terlihat bahwa peserta jaminan persalinan
merasakan manfaat yang diberikan dari program jaminan persalinan. Selain itu
peserta jaminan persalinan juga merasakan tidak ada kesulitan dalam mengurus
persyaratan bagi parapeserta Jampersal. Pernyataan hampir sama juga
diungkapkan oleh I₃.₂ seperti berikut :
“Dari pelayanan yang saya terima dari program jaminan persalinan,
diantaranya pertolongan persalinan, suntik KB, sama pelayanan
161
nifas, tentu saja pelayanan tersebut sangat bermanfaat bagi saya
dan juga bayi saya”
Hal yang hampir sama juga diutarakan oleh I₃.₃ berikut ini :
“Pada saat saya mengikuti program jaminan persalinan, saya bisa
mengakses pertolongan persalinan di bidan Puskesmas, kemudian
juga tindakan suntik untuk bayi saya, semuanya itu bermanfaat
buat saya”
Berdasarkan pada kedua pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa,
program jaminan persalinan memberikan manfaat, bagi masyarakat yang
mengakses program tersebut. Karena dari beberapa pelayanan yang diterima oleh
informan diatas, seperti pertolongan persalinan di Bidan Puskesmas, Suntik untuk
bayi baru lahir, pelayanan nifas dan KB, pelayanan tersebut memberikan manfaat
secara langsung kepada mereka. Berikutnya tanggapan informan mengenai
dampak dari program jaminan persalinan siutarakan oleh I₃.₇ berikut :
“Bagi saya program jaminan persalinan cukup bermanfaat. Karena
dari apa yang saya rasakan sebagai peserta jaminan persalinan,
saya bisa memeriksakan kehamilan gratis, sehingga saya bisa
mengetahui kondisi janin yang ada didalam perut, saya juga
mengetahui perkiraan kapan melahirkan. Meskipun pada saat
melahirkan tetap dikenakan biaya”
Pernyataan diatas menegaskan bahwa, program jaminan persalinan cukup
memberikan manfaat kepada pesertanya. Misalnya, mendapatkan pelayanan
pemeriksaan kehamilan secara gratis, meskipun pada saat persalinan dikenakan
biaya. Pernyataan yang sama, diutarakan oleh I₃.₅ berikut ini :
162
“Dari pelayanan yang saya rasakan pada saat mengikuti program
jaminan
persalinan,
diantarnya,
pemeriksan
kemahilan,
pertolongan persalinan, suntik bayi baru lahir, nifas, dan suntik
KB, semuanya bermanfaat bagi kondisi kesehatan saya beserta
anak saya”
Hal yang sama diutarakan oleh I₃.₉ sebagai berikut :
“Bagi saya program jaminan persalinan memberikan dampak yang
baik untuk saya, karena dari pelayanan yang saya dapatkan, tidak
ada yang berdampak merugikan, namun sebaliknya”
Berdasarkan pernyataan diatas, terlihat bahwa program jaminan persalinan
memberikan dampak yang baik kepada masyarakat, artinya program ini
bermanfaat bagi para pesertanya. Meskipun pada saat mengakses pelayanan
jaminan persalinan, ada yang tetap dikenakan biaya. Pernyataan sedikit berbeda
diungkapkan oleh I₃.₁₀ sebagai berikut :
“Alhamdulillah dengan adanya program jaminan persalinan, saya
merasakan sekali manfaatnya. Saya bisa melahirkan anak saya di
bidan Puskesmas dengan gratis, tanpa ada biaya apapun. Sehingga
saya sebagai orang yang sangat tidak mampu, sangat merasa
terbantu dengan adanya program Jampersal. Kalau untuk
pelayanan lainnya saya tidak tahu, karena saya tidak pernah periksa
ketika hamil, sehingga yang saya rasakan hanya pada pelayanan
pertolongan persalinannya saja”
Hal yang sama diutarakan oleh I₃.₈ sebagai berikut :
“Manfaat yang saya rasakan, saya bisa melahirkan dengan dibantu
oleh bidan Puskesmas, secara gratis”
Pernyataan hampir sama diutarakan oleh I₃.₄ berikut ini :
“Program Jampersal sangat bermanfaat bagi saya, karena saya
orang tidak mampu, rumah juga seperti ini, tidak punya biaya sama
163
sekali untuk melahirkan di bidan. Tetapi pada saat saya melahirkan
anak pertama saya, saya merasa terbantu, karena pada saat itu saya
bisa melahirkan di Bidan Puskesmas dengan gratis”
Pada ketiga pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa program jaminan
persalinan memberikan manfaat bagi masyarakat tidak mampu, dimana mereka
bisa mengakses program tersebut secara gratis seperti mendapatkan pertolongan
persalinan dari tenaga medis Puskesmas.
Berdasarkan pada seluruh pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa
program jaminan persalinan memberikan dampak yang baik bagi para pesertanya.
Karena berdasarkan pada setiap pelayanan yang diberikan dari program jaminan
persalinan, dan diakses oleh para peserta jaminan persalinan, hal tersebut
memberikan manfaat, kepada para peserta jaminan persalinan, salah satunya
bermanfaat pada kondisi kesehatan pasien.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Langkah selanjutnya dalam proses analisis data adalah, melakukan
kegiatan interpretasi hasil penelitian. Interpretasi hasil penelitian merupakan
penafsiran terhadap hasil akhir, dalam melakukan pengujian data dengan teori,
dan konsep para ahli, sehingga bisa mengembangkan teori, atau bahkan
menemukan teori baru, serta mendeskripsikan hasil data dari hasil data dan fakta
di lapangan. Peneliti dalam hal ini menghubungkan temuan hasil penelitian
dilapangan dengan dasar operasional yang telah ditetapkan sejak awal, dalam hal
ini adalah teori evaluasi kebijakan yang di perkenalkan oleh William Dunn.
164
Ada enam kriteria yang dapat mengevaluasi suatu kebijakan, dapat
dikatakan berhasil atau tidaknya dalam proses implementasi atau pelaksanaannya,
yaitu kriteria efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan
ketepatan. Adapun temuan yang didapatkan dalam penelitian mengenai Evaluasi
Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak, adalah sebagai berikut :
Pertama, pada kriteria yang pertama yakni kriteria efektivitas yang
berkaitan dengan pencapaian target pertolongan persalinan yang dibantu oleh
NAKES (tenaga kesehatan) dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaa program
jaminan persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten
Lebak. Pada temuan di lapangan, terlihat bahwa pencapaian pertolongan
persalinan oleh tenaga medis belum maksimal. Hal tersebut dapat diukur dari data
persentase penolong persalinan, dimana persentase penolong persalinan oleh
dukun masih lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penolong persalinan
oleh tenaga medis. Berikut adalah tabel persentase penolong persalinan di
Kecamatan Cibada
Tabel 4.14
Persentase Penolong Persalinan di Kecamatan Cibadak tahun 2012-2013
Penolong Persalinan
2012
Tenaga Medis
37
Tenaga Non Medis
273
Dukun Terlatih
11
Dukun Tidak Terlatih
74
Pendamping
188
Sumber: Cibadak Dalam Angka 2014
2013
53
330
62
19
249
165
Berdasarkan data pada tabel 4.14 diatas, dapat diketahui persetase
penolong persalinan oleh tenaga non medis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
persentase penolong persalinan oleh tenaga medis. Dimana pada tahun 2012
pertolongan persalinan oleh tenaga medis mencapai 37% sedangkan persentase
penolong persalinan oleh tenaga non medis perentasenya jauh lebih tinggi, yaitu
mencapai 723%. Berikutnya pada tahun 2013 persentase penolong persalinan oleh
medis meningkat menjadi 53%, namun jumlah tersebut tetap saja lebih kecil
dibandingkan dengan persentase penolong persalinan oleh tenaga non medis, yang
mana jumlahnya meningkat dari tahun 2012 yaitu sebesar 330%. Hal ini
membuktikan bahwa meski dilakukan program jaminan persalinan, namu
persentase penolong persalinan oleh tenaga non medis masih tinggi dibandingkan
pertolongan persalinan oleh medis.
selain untuk meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, program jaminan persalinan memiliki tujuan lain, yaitu untuk
meningkatkan cakupan pelayanan KB (Keluarga Berencana), artinya program
jaminan persalinan dibuat untuk meningkatkan jumlah peserta KB, untuk melihat
bagaimana pencapaian jumlah peserta KB di wilayah Puskesmas Mandala mulai
tahun 2011 hingga tahun 2013 dapat dilihat melalui tabel 4.15 berikut ini :
166
Tabel 4.15
Jumlah PUS dan Akseptor KB menurut Alat Kontrasepsi
di Wilayah Puskesmas Mandala Tahun 2011-2013
N
O
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Desa
IUD
MO
W
MOP
Akseptor
IMP Suntik
Jumlah
Pil
2011
Tambakbaya
42
25
2
75
370
174
Bojongleles
61
46
6
76
375
146
Kaduagung
74
37
11
83
715
76
Timur
Kaduagung
43
11
8
349
74
77
Barat
Kaduagung
82
38
11
75
260
83
Tengah
Mekar
50
12
6
80
270
81
Agung
Jumlah
352
169
44
466
2.339
634
2012
Tambakbaya
47
25
2
67
426
179
Bojongleles
65
46
6
62
423
155
Kaduagung
88
37
11
70
782
83
Timur
Kaduagung
44
11
8
64
386
96
Barat
Kaduagung
86
38
11
62
292
93
Tengah
Mekar
55
12
6
62
306
90
Agung
Jumlah
385
169
44
387
2.615
696
2013
Tambakbaya
51
25
2
60
458
170
Bojongleles
71
46
6
65
438
151
Kaduagung
94
37
11
55
843
79
Timur
Kaduagung
48
11
8
50
442
85
Barat
Kaduagung
93
38
11
60
313
89
Tengah
Mekar
56
12
6
58
342
86
Agung
Jumlah
413
169
44
348
2.836
660
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2014
Kondom
29
42
40
717
752
1.036
29
1.380
42
591
20
519
202
4.995
41
54
52
787
811
1.123
37
646
56
638
30
561
270
4.566
47
57
57
813
834
1.176
43
687
56
660
30
590
290
4.760
167
Data pada tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa jumlah peserta usia subur
yang mengikuti KB, dengan jenis akseptor diantaranya IUD (Intra Uterine
Device), MOW (Medis Operatif Wanita), MOP (Medis Operatif Pria), IMP
(Institusi Masyarakat Pedesaan), Suntik, Pil dan Kondom. Akseptor KB jenis
IUD, MOW, dan MOP jumlah setiap tahunnya tetap saja tidak ada perubahan,
yakni tidak naik dan tidak turun, kemudian jenis akseptor KB IMP mengalami
perubahan
yang fluktuatif,
selanjutnya
akseptor
KB suntik
mengalami
peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2013, akseptor KB Pil mengalami
perubahan yang fluktuatif, dan kondom mengalami peningkatan.
Secara keseluruhan jumlah peserta KB tahunnya mengalami perubahan
yang fluktuatif atau naik turun. Pada tahun 2011 jumlah pesertanya mencapai
4.995 (empat ribu Sembilan ratus Sembilan puluh lima), kemudian pada tahun
2012 jumlahnya menurun hingga 4.566 (empat ribu lima ratus enam puluh enam),
dan pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 4.760 (empat ribu tujuh ratus enam
puluh). Adapun jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) yang bukan akseptor KB
dapat dilihat melalui tabel 4.15 dibawah ini :
168
Tabel 4.16
Jumlah Pasangan Usia Subur Bukan Akseptor KB
Di Wilayah Puskesmas Mandala Tahun 2011-2013
NO
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Desa
Jumlah
2011
Tambakbaya
390
Bojongleles
495
Kaduagung Timur
603
Kaduagung Barat
240
Kaduagung Tengah
338
Mekar Agung
246
Jumlah
2.312
2012
Tambakbaya
298
Bojongleles
391
Kaduagung Timur
336
Kaduagung Barat
320
Kaduagung Tengah
301
Mekar Agung
204
Jumlah
1.850
2013
Tambakbaya
288
Bojongleles
378
Kaduagung Timur
334
Kaduagung Barat
315
Kaduagung Tengah
292
Mekar Agung
279
Jumlah
1.886
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2014
Berdasarkan data pada tabel 4.16 diatas, dapat terlihat bahwa jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak mengikuti KB jumlahnya cukup banyak,
dan bersifat fluktuatif selama tahun 2011-2013. Pada tahun 2011 jumlah PUS
yang bukan akseptor KB jumlahnya sangat banyak yaitu mencapai 2.312 (dua ribu
tiga ratus dua belas), dan pada tahun 2012 jumlahnya menurun hingga 1.850
169
(seribu delapan ratus lima puluh). Pada tahun 2013 jumlahnya kembali naik
sedikit, menjadi 1.886 (seribu delapan ratus delapan puluh enam).
Pada program jaminan persalinan yang menjadi hambatannya adalah,
kurangnya sarana dan prasarana Puskesmas. Oleh karena keterbatasan tersebut,
Puskesmas Mandala belum membuka layanan 24 Jam dan atau layanan bagi
pasien rawat inap. Selain itu, Puskesmas Mandala hanya memiliki satu kendaraan
operasional Puskesmas saja, atau disebut dengan mobil ambulance, padahal jarak
anatara desa yang satu dengan desa yang lain, saling berjauhan. Kondisi
infrastruktur jalan di beberapa desa juga cukup buruk, kemudian penerangan jalan
yang minim, serta jarang dilalui oleh kendaraan umum. Sehingga apabila ada
pasien yang membutuhkn pertolongan disaat yang bersamaan, hal ini menjadi
kendala yang berarti bagi pihak Puskesmas dalam menyelenggarakan program
jaminan persalinan. Hambatan lainnya yaitu, terletak pada respon masyarakat,
terutama di beberapa desa yang masih banyak menggunakan jasa dukun-dukun.
Selin itu terdapat pula hambatan dari segi anggaran.
Kedua, pada kriteria efisiensi, yang berkaitan dengan usaha-usaha yang
dilakukan oleh pihak puskesmas mandala untuk mencapai tujuan dari program
jaminan persalinan. Pada temuan di lapangan usaha yang sudah dilakukan oleh
pihak puskesmas yakni, melakukan pendekatan dalam bentuk sosialisasi kepada
tokoh masyarakat, serta membangun kerjasama dengan para kader posyandu, agar
bisa mengarahkan ibu hamil, untuk melakukan pemeriksaan dan persalinan di
bidan. Sosialisasi yang di lakukan Puskesmas Mandala diadakan setiap satu bulan
170
sekali, dimana pada saat sosialisasi, bidan pengelola kesehatan ibu dan anak, serta
bidan desa, memberikan materi mengenai program jaminan persalinan.
Prosedur untuk menjadi peserta jaminan persalinan, hanya melengkapi
persyaratan, diantaranya fotocopy KTP dan kartu keluarga, buku nikah, serta buku
pemeriksaan kehamilan, Jika yang memiliki Jamkesmas bisa disertakan juga.
Setelah persyaratan dilengkapi, maka peserta jaminan persalinan langsung bisa
memperoleh dan mengakses pelayanan dari program jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak. Terkait persyaratan
dan prosedur pelayanannya terbilang sederhana dan cukup mudah, masyarakat
tidak mengalami kesulitan pada saat mendapatkan pelayanan jaminan persalinan,
Pada temuan di lapangan, mengenai kriteria efisiensi yang berkenaan
dengan biaya, dapat diketahui bahwa program jaminan persalinan belum efisien,
karena masih ada peserta jaminan persalinan yang harus membayar setelah
mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan di bidan. Seharusnya program
jaminan
persalinan
diberlakukan
secara
gratis,
bagi
masyarakat
yang
mengaksesnya. Karena berdasarkan pada temuan di lapangan, dapat diketahui
bahwa ada peserta jaminan persalinan, yang mengakses pelayanan persalinan,
kemudian mengeluarkan biaya sekitar tiga ratus ribu rupiah hingga tiga ratus lima
puluh ribu rupiah.
Beberapa tenaga medis Puskesmas menyebut biaya tersebut sebagai uang
lelah dan uang pamali. Namun, tidak semua tenaga medis menarik biaya kepada
peserta Jampersal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa program jaminan
171
persalinan tidak sepenuhnya gratis, ada yang dikenakan biaya dan ada juga yang
bebas dari biaya, tergantung tenaga medis yang menanganinya, karena setiap
orang berbeda-beda.
Para bidan Puskesmas Mandala juga mengeluhkan anggaran program
jaminan persalinan, dimana dana pengganti program Jampersal sering telat
dibayar melebihi batas waktu tiga bulan. Sehingga hal tersebut menjadi
permasalahan bagi bidan di Puskesmas Mandala, yang harus siap melayani pasien
meskiun anggarannya belum dibayar. Menurut analisa penulis hal tersebut bisa
menjadi pemicu adanya biaya yang harus dibayar oleh peserta Jampersal setelah
melahirkan di Puskesmas Mandala.
Ketiga, kriteria kecukupan, yaitu berkaitan dengan kemampuan program
jampersal dalam menekan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi di
wilayah Puskesmas mandala. Berdasakan temuan di lapangan, program jaminan
persalinan belum mampu menekan jumlah kematian bayi di wilayah Puskesmas
Mandala, karena pada tahun diadakannya program jaminan persalinan, yaitu tahun
2011 hingga tahun 2013, jumlah kejadian kematian bayi di wilayah Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Pernyataan tersebut didukung oleh data pada tabel 4.17 berikut :
172
Tabel 4.17
Jumlah Kejadian Kematian Bayi (0 Tahun) di Wilayah Puskesmas Mandala
Tahun 2011-2013
2010
2011
2012
2013
NO
DESA
L
P
L
P
L
P
L
P
1. Tambakbaya
2
1
1
0
1
3
1
2
2. Bojongleles
1
1
0
0
1
2
2
1
3. Kaduagung Timur
1
0
1
0
4
1
2
2
4. Kaduagung Barat
1
0
0
1
1
0
1
2
5. Kaduagung Tengah
0
1
0
2
1
0
1
2
6. Mekar Agung
0
1
1
2
1
0
2
1
Jumlah
5
2
3
5
9
6
9
10
9
8
15
19
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2012,2013 dan Puskesmas Mandala, 2014
Data pada tabel 4.17 di atas, membuktikan bahwa jumlah kematian bayi di
wilayah Puskesmas Mandala, mengalami peningkatan disetiap tahunnya,
meskipun sudah diadakan program jaminan persalinan, yang mana tujuannya
adalah untuk menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Penyebab kematian bayi di wilayah Puskesmas Mandala paling banyak
disebabkan oleh asfiksia, yaitu kondisi bayi baru lahir tidak bisa bernafas secara
teratur, kemudian premature (usia kehamilan belum cukup namun sudah lahir),
dan kelainan bawaan. Faktor yang mempengaruhinya karena pernikahan dini,
tidak menunda kehamilan, atau
married by accident
(MBA),
dimana
kehamilannya tidak direncanakan dan disembunyi-sembunyikankan, sehingga ibu
hamil tidak mau memeriksakan kandungannya, dan menyebabkan janinnya
kurang gizi dan beresiko pada saat dilahirkan.
Padahal sudah ada program
jaminan persalinan, yang mencakup pemeriksaan ibu hamil 4 (empat) kali,
pelayanan persalinan, suntik bayi baru lahir 3 (tiga) kali, pelayanan nifas 4
173
(empat) kali, dan suntik KB satu kali. Sehingga dari awal kehamilan, ibu hamil
yang menjadi peserta Jaminan Persalinan bisa langsung memeriksakan
kehamilannya secara gratis, untuk memantau kondisi janin dan ibunya.
Pada temuan di lapangan, program jaminan persalinan juga belum mampu
menekan jumlah kejadian kematian ibu di wilayah Puskesmas Mandala. Karena
sejak diberlakukan program jaminan persalinan, tidak ada perubahan yang
signifikan terhadap jumlah kejadian kematian ibu di wilayah Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui
tabel 4.18 berikut :
Tabel 4.18
Jumlah Kejadian Kematian Ibu di Wilayah Puskesmas Mandala
Tahun 2011-2013
No
1
2
3
4
5
6
Desa
2008
2010
2011
2012
2013
Tambakbaya
1
0
1
0
0
Bojongleles
0
0
0
0
0
Kaduagung Timur
0
0
0
0
1
Kaduagung Barat
0
0
0
0
0
Kaduagung Tengah
0
0
0
0
0
Mekar Agung
0
0
0
0
0
Jumlah
1
0
1
0
1
Sumber : Puskesmas Mandala, 2014 dan BPS Provinsi Banten,2012,2013
Berdasarkan data pada tabel 4.18 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah
kematian ibu di wilayah Puskesmas Mandala tidak mengalami perubahan yang
signifikan, setelah adanya program jaminan persalinan. Program jaminan
persalinan memang belum menghilangkan kejadian kematian ibu. Artinya
174
kematian ibu sebelum dan sesudah ada program jaminan persalinan tetap ada,
namun jumlahnya tetap (tidak ada peningkatan atau sebaliknya).
Penyebab kematian ibu di wilayah Puskesmas Mandala disebabkan karena
eklamsi atau darah tinggi. Darah tinggi pada ibu hamil dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya gangguan aliran darah menuju placenta bayi yang
dapat menyebabkan tekanan darah ibu menjadi naik dan menimbulkan gejaladarah tinggi, kemudian gizi buruk, karena kurangnya asupan gizi yang baik pada
ibu hamil dapat menurunkan kondisi kesehatan ibu hamil dan bisa memicu
gangguan pada pembuluh darah placenta yang bisa mengakibatkan tekanan darah
tinggi. Hipertensi pada ibu hamil juga bisa terjadi pada ibu hamil berusia dibawah
20 tahun dan diatas 40 tahun, dan bisa disebabkan juga oleh lemak yang berlebih
(obesitas).
Keempat, pada kriteria keempat ini yakni perataan yang berkaitan dengan
sudah menyeluruhkah sosialisasi yang dilakukan oleh pihak puskesmas mandala
mengenai program jaminan persalinan. Pada temuan di lapangan , masih ada saja
ibu hamil yang tidak mengikuti program jampersal, alasannya karena ingin
melahirkan di dukun karena biayanya lebih murah dan bisa dibayar dengan cara
dicicil.
Adapun sosialisasi yang sudah dilakukan oleh pihak Puskesmas Mandala
belum merata, karena sosialisasi hanya berlangsung di Posyandu saja, sehingga
hanya orang-orang yang mengikuti kegiatan di Posyandu saja yang mengetahui
program jaminan persalinan. Semestinya sosialisasi dilakukan pada forum lain,
175
misalnya pada kegiatan pengajian, dan pada forum khusus sosialisasi Jampersal
yang bekerjasama dengan RT dan RW setempat, sehingga warga yang lainnya
bisa mengetahui adanya program jaminan persalinan.
Kelima, pada kriteria kelima yaitu responsivitas berkaitan dengan interaksi
yang terbangun dari adanya program jampersal itu sendiri. Pada temuan di
lapangan dengan adanya program jampersal banyak warga yang memberikan
informasi dari mulut ke mulut kepada para tetangganya dan atau orang-orang
terdekatnya, mengenai program jampersal. Mereka menginformasikan kepada
tetangganya bahwa dengan mengikuti program jampersal bisa melakukan
pemeriksaan kehamilan gratis, pemberian vitamin, serta susu. Selanjutnya, kader
posyandu juga memberikan respon yang baik, yaitu para kader memberikan
informasi kepada para ibu hamil agar tidak bingung memilih bidan untuk
membantu proses persalinan.
Terdapat pula interaksi antara kader posyandu dengan bidan Puskesmas
Mandala, interaksi tersebut yaitu, kader Posyandu berkunjung ke Puskesmas
Mandala atau sebaliknya, bidan Puskesmas Mandala yang menemui kader
Posyandu untuk melihat data ibu hamil yang didata oleh kader Posyandu, beserta
data laporan lainnya yang dibuat oleh kader Posyandu untuk membantu bidan
Puskesmas Mandala.
Keenam, pada kriteria keenam yaitu ketepatan, kriteria ini berkenaan
dengan, apakah suatu kebijakan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Pada
temuan di lapangan program jaminan prsalinan memberikan dampak yang baik
176
bagi para pesertanya. Dimana program jaminan persalinan ini memberikan
cakupan pelayanan yang cukup banyak, diantaranya pemeriksaan ibu hamil 4
(empat) kali, pelayanan persalinan, suntik bayi baru lahir 3 (tiga) kali, pelayanan
nifas 4 (empat) kali, dan suntik KB satu kali.
Berdasarkan pada temuan lapangan, para peserta jaminan persalinan
mengungkapkan bahwa program jaminan persalinan bermanfaat bagi mereka,
berdasarkan dari apa yang mereka rasakan pada saat mengakses pelayanan
program jaminan persalinan. Dengan adanya program jaminan persalinan, warga
(ibu hamil) bisa mendapatkan pelayanan kehamilan secara gratis, sejak awal
kehamilan, sehingga ibu hamil bisa mengetahui kondisi janinnya. Hal tersebut
dapat meminimalisir terjadinya kematian bayi. Selain itu, ibu hamil juga
mendapatkan pelayanan nifas, sehingga kondisi ibu setelah melahirkan dapat
terawat dengan baik, untuk meminimalisir terjadinya kematian ibu. Karena pada
masa nifas merupakan kondisi kritis ibu dan bayinya.
Penelitian terdahulu yang penelilti baca, pertama yaitu berjudul
“Implementasi Kebijakan Program Jaminan Persalinan di Kabupaten Lebak
Provinsi Banten Tahun 2011” memiliki permasalahan yang sama dengan yang
peneliti temukan dalam penelitian ini, yaitu banyaknya masyarakat yang memilih
persalinan di dukun, karena alasan biaya. Memang tidak menutup kemungkinan
dalam penelitian ini bisa terjadi kesamaan permasalahan dengan penelitian
terdahulu, karena berada di locus yang sama, yaitu dalam lingkup Kabupaten yang
sama, yakni Kabupaten Lebak, namun peneliti lebih membatasi penelitian hanya
dalam lingkup Puskesmas saja.
177
Kedua, penelitian terdahulu yang berjudul “Pemanfaatan Program
Jaminan Persalinan Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas DTP
Bungbulang, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012”. Pada penelitian terdahulu tersebut, memiliki permasalahan yang
sama juga, dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti. Kesamaan tersebut yaitu,
angka kematian ibu dan angka bayi masih tinggi, rendahnya persalinan oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Dalam penelitian “Evaluasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013”, peneliti
memeiliki beberapa keterbatasan, diantaranya keterbatasan dalam menjangkau
informan, dimana peneliti mengambil informan dari masing-masing desa. Jarak
antara desa yang satu dengan desa yang lain saling berjauhan, dan memiliki
kondisi jalan yang buruk serta penerangan yang tidak memadai. Selain itu, peneliti
juga memiliki keterbatasan dalam memperoleh data penelitian, dimana beberapa
pihak terkait ada yang tidak memberikan data yang peneliti butuhkan dalam
penelitian ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian
mengenai
Evaluasi
Program
Jaminan
Persalinan
(JAMPERSAL) di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak
Tahun 2011-2013, berdasarkan teori evaluasi kebijakan menurut William Dunn,
dapat disimpulkan belum mencapai tujuan umum program jaminan persalinan
yang telah ditetapkan. Diantaranya :
1. Pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan belum mencapai jumlah
yang maksimal. Dimana persentase pertolongan persalinan oleh tenaga
non medis masih lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pertolongan
persalinan oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan.
2. Program jaminan persalinan belum mampu menekan jumlah kematian bayi
dan jumlah kematian ibu di wilayah Puskesmas Mandala.
3. Pelayanan KB di Puskesmas Mandala belum mencapai jumlah yang
maksimal. Dimana jumlah pada tahun 2011-2013 mengalami perubahan
yang bersifat fluktuatif (naik turun).
178
179
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Jaminan
Persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak,
Tahun 2011-2013”, maka peneliti dapat memberikan saran untuk perbaikan
kebijakan berikutnya agar lebih baik. Adapun saran-saran tersebut yaitu :
1. Perlunya dilakukan pendekatan kepada masyarakat mengenai pentingnya
keselamatan ibu dan anak yang dilahirkan, serta pentingnya memilih
penolong persalinan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan.
2. Perlunya peraturan atau sanksi yang jelas dan tegas, terhadap dukun bayi
yang masih bekerja menolong persalinan tanpa bermitra dengan pihak
Puskesmas.
3. Perlunya dilakukan sosialisasi secara merata kepada seluruh masyarakat,
agar masyarakat khususnya ibu hamil segera memeriksakan kehamilannya
sejak awal kehamilan hingga menjelang proses persalinan, dan mengikuti
KB setelah persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Agustino, L. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung: AIPI Pulsit KP2W Lemlit
Unpad.
Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif; komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana.
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Fuad, dan Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta :
GRAHA ILMU.
Moleong, J. Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Miles, Mathew dan Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif (Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru). Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Nugroho, R. 2012. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta:
Gramedia.
Parson, W. 2008. Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Poerwadarminta, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta.
Soekarno SD. 2003. Public Policy. Surabaya: Airlangga University Press.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dan R dan D. Bandung:
ALFABETA.
Suharto, E. 2007. Kebijakan Sosial sebagai Kebijkan Publik. Bandung: Alfabeta.
Wahab Solichin, Abdul. 2011. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara. Malang.
DOKUMEN LAIN :
Data Angka Kemtian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dari Dinas
Kesehatan Provinsi Banten.
Data Peserta Jampersal di Puskesmas Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten
Lebak.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562 / Menkes / Per XII/
2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012
SUMBER-SUMBER LAIN :
Admin, 2011, Jaminan Persalinan, Upaya Terobosan Kementrian Kesehatan dalam
Percepatan Pencapaian Target MGDs. http://www.kesehatanibu.
depkes.go.id/archives/99, (diakses pada Tanggal 22 Oktober 2014)
Bogi,
Mas,
2014,
Panduan
Lengkap
Untuk
Ibu
Hamil.
http://panduanlengkapuntukibuhamil.blogspot.com/2014/02/perdarahanpasca-persalinan.html?m=1, (diakses pada Tanggal 05 Februari 2015)
Luthfillah,
2014, Angka Kematian Ibu dan Bayi di Banten Tinggi.
http://mediabanten.com/content/angka-kematian-ibu-dan-bayi-di-bantentinggi, (diakses pada Tanggal 30 Maret 2015)
Ulum, Wasi’ul, 2014, Banten Rangking Kelima Angka Kematian Ibu dan Anak.
http://m.tempo.co/read/news/2014/12/11/058627 969/Banten-RangkingKelima-Angka-Kematian-Ibu-dan-Anak, (diakses pada Tanggal 26
Desember 2014)
http://www.gizikia.depkes.go.id/download/Juknis-Jampersal-2012.pdf, (diakses pada
Tanggal 22 Oktober 2014)
http://www.depkes.go.id,/download.php?promosi/kesehatan/buku-saku-Jampersal.pdf
(diakses pada Tanggal 22 Oktober 2014)
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-profilkesehatan.html, (diakses pada Tanggal 26 Januari 2015)
http://lebakkab.go.id/index.php?pilih=hal, (diakses pada Tanggal 20 Oktober 2014)
MATRIKS WAWANCARA
1. Efektivitas
Point Pertama (Q1)
Mengenai hasil program Jaminan Persalinan dan hambatannya
Pertanyaan
Informan
I₁
Bagaiamana hasil yang sudah dicapai dari dilaksanakannya
program jaminan persalinan di Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak ?
“dengan adanya program jaminan persalinan tentunya
diharapkan dapat meningkatkan pertolongan persalinan
oleh tenaga medis, serta meningkatkan cakupan
pemeriksaan kehamilan, karena semuanya ditanggung oleh
pemerintah, namun jika melihat pada hasil yang dicapai,
dari program Jaminan Persalinan di Puskesmas Mandala
ini memang belum maksimal. Hal tersebut dikarenakan
adanya beberapa hambatan dalam pelaksanaannya,
diantaranya Puskesmas Mandala belum membuka layanan
24 (dua puluh empat) jam, kemudian kurangnya fasilitas
yang mendukung berjalannya program Jampersal, belum
menerima pasien rawat inap, serta kurangnya sarana dan
prasarana di Puskesmas Mandala, contohnya Puskesmas
Mandala hanya memiliki satu mobil ambulance saja,
sedangkan jarak antara desa yang satu dengan desa yang
lain itu saling berjauhan. Ditambah dengan kondisi jalan
yang buruk, serta penerangan jalan yang minim, dan
beberapa desa sangat jarang dilalui oleh kendaraan umum.
Sehingga ini menjadi kendala yang berarti bagi pihak
Puskesmas, apabila ada pasien yang membutuhkan
pertolongan disaat yang bersamaan”.
(wawancara dengan kepala Puskesmas Mandala, Rabu, 22
April 2015. Bapak H.Khaerudin)
“program jaminan persalinan ini diharapkan dapat
meningkatkan pertolongan persalina oleh tenaga
kesehatan, untuk meminimalisir terjadinya persalinan
beresiko yang dapat mengakibatkan terjadinya kematian
I₂.₁
I.₂.₂
ibu dan atau bayi yang akan dilahirkan. Untuk di wilayah
Puskesmas Mandala, program jaminan persalinan memang
belum mencapai hasil yang maksimal. Dimana masih
adanya desa-desa yang menggunakan pertolongan
persalinan di dukun-dukun. Sehingga yang menjadi
hambatan dalam pelaksanaan program jaminan persalinan
di wilayah Puskesmas Mandala adalah, masih banyak nya
dukun bayi yang tidak bermitra dengan pihak Puskesmas,
sehingga mereka tetap beroprasi walaupun pihak kami
sudah melakuka sosialisasi dan penghimbauan. Kendala
lainnya dari segi sarana dan prasarana juga masih kurang,
sehingga Puskesmas belum membuka layanan 24 jam dan
layanan rawat inap, sehingga pelaksanaan program
Jampersal di Puskesmas Mandala belum maksimal. Selain
itu kendalanya juga terletak pada segi anggaran
Jampersal”.
(wawancara dengan Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Mandala merangkap Bidan Desa Kaduagung
Barat, Rabu 23 April 2015. Ibu Anita)
“hasil yang sudah dicapai dari program Jampersal belum
maksimal,meskipun dengan adanya program jaminan
persalinan, partisipasi kader posyandu meningkat sehingga
apabila ada warga yang mau melahirkan kader membantu
membawanya ke bidan, agar tidak bersalin di dukun-dukun.
Meskipun demikian, tetap saja masih banyak warga yang
maunya bersalin di dukun. Sehingga itu tadi, program
jaminan persalinan dapat dikatakan belum maksimal.
Adapun kendalanya, berkaitan dengan masih banyak
dukun-dukun nakal, yang bekerja tanpa bermitra dengan
Puskesmas, kendala lainnya juga pada respon masyarakat
terhadap program Jampersal, dimana masih ada saja
masyarakat yang maunya bersalin di dukun-dukun. Selain
itu, kendala lainnya terletak pada anggaran, karena untuk
program Jampersal ini penggantian anggarannya banyak
minimnya, karena jika ada tindakan-tindakan lain jasajasanya itu tidak ditambah, tetap saja sama”.
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan Desa Mekar Agung, Kamis, 24 April 2015. Ibu
Indah)
“pencapaian dari program jaminan persalinan di wilayah
Puskesmas Mandala memang belum maksimal, terutama di
I.₂.₃
I₂.₄
I₂.₅
desa tempat saya bertugas menjadi bidan desa, yaitu Desa
Tambak Baya, meskipun sudah diadakan program jaminan
persalinan, namun kebanyakan masyarakat disini masih
mengandalkan pertolongan persalinan oleh dukun bayi.
Apalagi sebelum diadakan program jaminan persalinan,
hampir semua ibu hamil di Desa Tambak Baya melahirkan
di dukun bayi, setelah ada program Jampersal memang ada
beberapa masyarakat yang mulai terbuka fikirannya untuk
bersalin di bidan, walaupun tidak banyak. sehingga dapat
dikatakan bahwa pencapaian dari program jampersal ini
belum maksimal. Adapun kendalanya adalah responsifitas
dari masyarakat itu sendiri, terhadap program jaminan
persalinan”.
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan desa Tambak Baya, Kamis 24 April 2015. Ibu Yunik)
“program jaminan persalinan menurut saya programnya
sudah bagus karena dibiayai oleh pemerintah, dan juga
diberikan cakupan pelayanan pemeriksaan gratis bagi
seluruh ibu hamil. Namun jika berbicara mengenai hasil,
menurut saya hasilnya belum maksimal. Karena di Wilayah
Puskesmas Mandala ini masih banyak kampung-kampung
yang masih lekat dengan jasa pertolongan dukun bayi.
Misalnya saja di Kampung Kaloncing di Desa Kaduagung
Tengah, Kampung Kebon Cau, yang berada di desa tempat
saya bertugas sebagai bidan desa. Kendalanya itu tadi, di
kampung-kampung masih banyak masyarakat yang memilih
menggunakan jasa dukun bayi, padahal kita dari pihak
kesehatan sudah berupaya mensosialisasikan program
Jampersal ini”.
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Kaduagung Tengah, Jumat 25 April 2015. Ibu
Santi)
“menurut saya program jaminan persalinan sudah bagus,
karena untuk wilayah Desa Bojong Leles, dimana saya
yang menjadi bidan desanya, program jaminan persalinan
disana sudah berhasil, karena masyarakat yang melakukan
persalinan di dukun jumlahnya menjadi berkurang. Itu
untuk di Desa Bojongleles saja, kalau secara keseluruhan
saya kurang tahu”.
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Bojongleles, Kamis 24 April 2015. Ibu Haryati)
MATRIKS WAWANCARA
2. Efisiensi
Point Kedua (Q2)
Usaha yang dilakukan pihak Puskesmas Mandala
Pertanyaan
Informan
I₁
I₂.₁
Bagaimana usaha yang dilakukan oleh pihak Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak dalam
menyelenggarakan program jaminan persalinan ?
“upaya yang kami lakukan, tentu saja dengan melakukan
pendekatan kepada tokoh masyarakat, dengan cara
melakukan penyuluhan yang dilakukan oleh bidan-bidan
desa, kemudian pendekatan kepada kader-kader Posyandu
agar mengarahkan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan
dan persalinan di Puskesmas Mandala atau di bidan desa
masing-masing”.
(wawancara dengan kepala Puskesmas Mandala, Rabu, 22
April 2015. Bapak H.Khaerudin)
“upaya yang kami lakukan yaitu dengan cara
mensosialisasikan program jaminan persalinan. Dimana
bidan desa melakukan pertemuan Kader disetiap desa,
setiap satu bulan sekali. Pada saat pertemuan tersebut,
bidan desa dan pengelola KIA menjelaskan tentang
program Jampersal kepada Kader Posyandu, kemudian kita
meminta agar Kader Posyandu menyampaikan hasil
sosialisasi kepada masyarakat dan tokoh masyarakat.”
(wawancara dengan Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Mandala merangkap Bidan Desa Kaduagung
Barat, Rabu 23 April 2015. Ibu Anita)
I.₂.₂
I.₂.₃
I₂.₄
I₂.₅
“awalnya diadakan sosialisai dari puskesmas ke balai desa,
ke camat nya, kiyayi dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya
dan kader, kemudian juga mengerahkan kader supaya
membantu mengantarkan pasien yang akan melahirkan ke
bidan, karena ada saja yang malu untuk melahirkan di
bidan”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan Desa Mekar Agung, Kamis, 24 April 2015. Ibu
Indah)
”usaha yang dilakukan kita melakukan pendekatan kepada
tokoh masyarakat, RT, RW, kader posyandu, dengan
memberikan sosialisasi kepada tokoh masyarakat, di
posyandu, di pengajian juga, apalagi di tambak baya ini
kan masih banyak yang pakai jasa dukun bayi sehingga
butuh kerja sama para tokoh masyarakat untuk meyakinkan
masyarakat agar melakukan proses persalinan di bidan”.
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan desa Tambak Baya, Kamis 24 April 2015. Ibu Yunik)
“usaha yang dilakukan dengan cara sosialisasi,
memperkenalkan program jaminan persalinan kepada
kader Posyandu, kemudian kader menyampaikan lagi
kemasyarakat. Biasanya sosialisasi dilakukan pada saat
kegiatan Posyandu”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Kaduagung Tengah, Jumat 25 April 2015. Ibu
Santi)
“kami melakukan sosialisasi setiap satu bulan sekali
dengan Kader Posyandu di desa masing-masing, biasanya
pada kegiatan Posyandu Dimana kami memperkenalkan
program jaminan persalinan kemudian memaparkannya
kepada para kader, agar kader menyampaikan kepada
masyarakat. Biasanya saat kegiatan Posyandu, kami juga
memperkenalkan program Jampersal kepada masyarakat”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Bojongleles, Kamis 24 April 2015. Ibu Haryati)
Point Ketiga (Q3)
Prosedur Pelayanan Jaminan Persalinan
Pertanyaan
Informan
I₂.₁
I.₂.₂
I.₂.₃
Bagaimana prosedur pelayanan program jaminan persalinan
di Puskesmas Mandala, Kecamatan cibadak, Kabupaten
Lebak ?
“prosedurnya mudah, hanya melengkapi persyaratan,
diantaranya fotocopy KTP, kartu keluarga, dan buku
pemeriksaan kehamilan. Menurut saya prosedurnya lebih
mudah daripada JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), kalau
program jaminan persalinan dengan persyatan yang mudh
bisa langsung mendapatkan pelayanan dan tidak harus
memikirkan biaya berikutnya, berbeda dengan BPJS atau
JKN, dimana ada biaya setiap bulan yang harus
dibayarkan, prosedur untuk menjadi peserta BPJS juga
lebih rumit daripada Jampersal”
(wawancara dengan Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Mandala merangkap Bidan Desa Kaduagung
Barat, Rabu 23 April 2015. Ibu Anita)
“untuk persyaratan jampersal hanya fotocopy KTP dan
kartu keluarga serta apabila yang menggunakan
Jamkesmas bisa disertakan juga, setelah persyaratannya
dipenuhi, peserta Jampersal bisa langsung mengakses
program jampersal”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan Desa Mekar Agung, Kamis, 24 April 2015. Ibu
Indah)
“persyaratannya tidak banyak, dan sangat mudah untuk
dipenuhi, diantaranya fotocopy KTP dan kartu keluarga,
kemudian Jamkesmas jika ada, dan buku pemeriksaan
kehamilan
jika ada juga, karena ada saja yang tidak
memiliki buku pemeriksaan kehamilan, karena tidak pernah
periksa. Persyaratan tersebut sangat mudah dipenuhi,
apalagi sekarang ini sudah berganti menjadi JKN, yang
persyaratannya cukup rumit. Peserta Jampersal hanya
menyertakan persyaratan tersebut, dan langsung diberikan
pelayanan oleh tenaga medis. Maka dari itu, saya juga
I₂.₄
I₂.₅
lebih suka dengan program jaminan persalinan
dibandngkan JKN”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan desa Tambak Baya, Kamis 24 April 2015. Ibu Yunik)
“persyataran untuk menjadi peserta jaminan persalinan,
terbilang cukup mudah, dan sederhana, karena
persyaratannya hanya fotocopy KTP dan kartu keluarga,
serta apabila ada buku pemeriksaan kehamilan bisa
dibawa. Apabila kita melihat persyaratan di BPJS atau
JKN, persyaratannya lebih rumit dibandingkan program
jaminan persalinan. Jadi menurut saya apabila dilihat dari
segi persyaratannya, memang program Jampersal tidak
menyulitkan”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Kaduagung Tengah, Jumat 25 April 2015. Ibu
Santi)
“hanya melengkapi persyaratannya saja, seperti fotocopy
KTP, kartu keluarga, dan buku nikah saja”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Bojongleles, Kamis 24 April 2015. Ibu Haryati)
Point Keempat (Q4)
Biaya bagi peserta jaminan persalinan
Pertanyaan
Informan
I₁
I₂.₁
Bagaimana biaya untuk mengakses pelayanan dari program
jaminan persalinan di Puskesmas Mandala, Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Lebak ?
“program Jampersal ini gratis, dan bagi bidan atau tenaga
medis yang menangani atau memberikan pelayanan
Jampersal, akan mendapat dana pengganti dari pusat, yang
diberikan langsung kepada masing-masing tenaga medis
yang menangani para peserta jaminan persalinan”
(wawancara dengan kepala Puskesmas Mandala, Rabu, 22
April 2015. Bapak H.Khaerudin)
“program Jampersal itu gratis, jadi tidak dipungut biaya
apapun dalam mendapatkan pelayanan jampersal. dana
dari pusat diberikan kepada masing-masing tenaga medis
yang sudah melakukan perjanjian dengan pusat. Biasanya
dilakukan perjanjian terlebih dahulu bahwa saya siap
memberikan pelayanan Jampersal kepada masyarakat,
kemudian setelah dilaksanakan, akan ada pemeriksaan dari
pusat, setelah di sepakati maka dananya turun. Meskipun
dana Jampersal ini sering telat dibayar oleh pusat,
seharunya dibayar tiap tiga bulan, tetapi lebih dari tiga
bulan, ya meskipun telat juga tetap dibayar oleh pusat. Tapi
kami sebagai orang bekerja di pemerintah bingung kalau
tidak ada dananya, bagainana mau melayani masyarakat,
karena kalau tidak melayani salah, kalau melyani juga
dananya belum dibayar”
(wawancara dengan Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Mandala merangkap Bidan Desa Kaduagung
Barat, Rabu 23 April 2015. Ibu Anita)
I.₂.₂
I.₂.₃
I₂.₄
I₂.₅
“program Jampersal itu gratis. Tetapi kadang-kadang ada
saja pasien yang memeberi uang lelah istilahnya uang
pamali. Kalau pasiennya orang mampu, ngasihnya gede,
kalau pasiennya tidak mampu ya menyesuaikan saja, sama
saja seperti bayar ke dukun. Karena kewajiban saya
sebagai bidan desa, jadi saya bekerja sama ikut MOU
(memorandum of understanding) dengan pemerintah,
sebagai bidan desa yang menerima pelayanan Jampersal,
biaya pengganti memang dapat dari pusat, namun jika ada
kasus yang diluar keinginan kita seperti misalnya
pendarahan, robekan, butuh infus, atau bayi yang baru
lahir butuh oksigen, terjadi kegawatan pada janin, itu kan
kita harus ada tindakan. Untuk uang jasa dari pusat tidak
ditambah, mau dilaporannya ada tindakan atau tidak ada
tindakan tetap saja dikasihnya hanya sekedar uang
pengganti untuk biaya pertolongan persalinan yang normal
saja”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan Desa Mekar Agung, Kamis, 24 April 2015. Ibu
Indah)
“program jaminan persalinannya memang gtratis, namun
apabila ada tindakan lain yang harus dilakukan karena
terjadi pendarahan misalnya, sehingga butuh tindakan
infus, dan obat-obatan lain, maka ada biaya tambahan
yang harus dibayar oleh pasien, karena sudah termasuk
dalam kasus perslainan yang beresiko”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan desa Tambak Baya, Kamis 24 April 2015. Ibu Yunik)
“program jaminan persalinan gratis. Maka dari itu banyak
orang yang tergolong mampu, yang ikut menjadi peserta
jaminan persalinan”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Kaduagung Tengah, Jumat 25 April 2015. Ibu
Santi)
“program jampersalnya memang gratis. Tapi pada saat
ada pasien yang melahirkan, suka ada saja yang mengerti
dan memberi uang, untuk biaya pengganti pampers dan
yang lainnya”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Bojongleles, Kamis 24 April 2015. Ibu Haryati)
I₃.₁
“waktu saya melahirkan anak kedua, saya ikut program
jaminan persalinan. Setelah proses persalinannya selesai,
saya menanyakan kepada bidan yang menangani saya
mengenai besaran biaya yang harus dibayar, pada saat itu
bu bidan mengatakan biayanya sebesar 300.000,00 (tiga
ratus ribu) rupiah. Bu bidan nya mengatakan, uang
tersebut sudah termasuk biaya pembuatan akta kelahiran”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Heni)
I₃.₂
di
“saya ikut program jaminan persalinan, ketika saya
melahirkan anak pertama saya. Pada saat itu, saya dibantu
bidan Puskesmas, biaya yang saya keluarkan sebesar
300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah), bidannya mengatakan
bahwa, biaya tersebut untuk pengganti underpet nya yang
terpakai, dan untuk mengganti biaya pampers, juga
pembuatan akta kelahiran”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Suhebah)
I₃.₃
“saya melahirkan anak pertama saya di bidan Puskesmas,
dan pada saat itu saya ikut program jaminan persalinan.
Untuk biaya persalinannya pada saat itu saya
mengeluarkan biaya sebesar 300.000,00 (tiga ratus ribu
rupiah), awalnya memang saya bertanya dahulu ke bu
bidannya “berapa bu?”, kemudian bu bidan jawabnya
berapa saja, saya bingung kan, terus saya nanya lagi
“biasanya berapa bu?” nah, baru bu bidannya bilang tiga
ratus ribu rupiah. Untuk persyaratan anggota Jampersal
wktu itu saya menyerahkan fotocopy KTP sama kartu
keluarga”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Ana)
I₃.₄
di
“pada saat saya akan melahirkan anak pertama, saya
dibantu oleh kader dimana pada saat itu saya diantarkan ke
bidan Puskesmas. Kemudian kader dan bidan
memeberitahu saya supaya ikut Jampersal saja, karena
saya kan orang tidak mampu, tidak punya biaya, sehingga
dan akhirnya saya ikut Jampersal karena persyaratannya
juga mudah. Setelah melahirkan, saya tidak dipungut biaya
sama sekali jadi gratis, setelah melahirkan juga bayinya di
suntik. Persyaratannya keterangan surat tidak mampu,
Jamkesmas, fotocopy KTP dan KK”
I₃.₅
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Senin 28 April 2015. Ibu Yati)
“saya ikut program jaminan persalinan, pada saat
mengandung anak saya yang ke empat. Ketika saya mau
melahirkan, saya ditangani sama bu bidan Puskesmas.
Pada saat itu biayanya sekitar 300.000,00 (tiga ratus ribu
rupiah). Tetangga juga sama, yang lahiran di bu bidan
bayarnya sekitar segitu”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Eka)
I₃.₆
“saya melahirkan anak pertama saya di bidan Puskesmas
Mandala, dengan menggunakan program Jampersal.
setelah proses persalinan selesai, dan berjalan dengan
baik, kemudian saya membayar biaya persalinan sebesar
350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah), biaya
tersebut sudah termasuk biaya pembuatan akta kelahiran
anak saya. Adapun persyaratan untuk menjadi peserta
Jampersal, yaitu Jamkesmas, buku nikah, KTP sama Kartu
Keluarga”.
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan
Puskesmas Mandala, Minggu 27 April 2015. Ibu Bayi)
I₃.₇
di
“saya melahirkan anak pertama saya di bidan Puskesmas
Mandala, dengan menggunakan program Jampersal.
setelah proses persalinan selesai, dan berjalan dengan
baik, kemudian saya membayar biaya persalinan sebesar
350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah), biaya
tersebut sudah termasuk biaya pembuatan akta kelahiran
anak saya. Adapun persyaratan untuk menjadi peserta
Jampersal, yaitu Jamkesmas, buku nikah, KTP sama Kartu
Keluarga”.
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan
Puskesmas Mandala, Minggu 27 April 2015. Ibu Usi)
I₃.₈
di
di
“ketika saya melahirkan anak ketiga, saya diantar ke bidan
Puskesmas oleh kader Posyandu, karena rumah saya
memang berdekatan dengan rumah kader dan tidak jauh
juga dari Puskesmas. Saya disarankan untuk ikut
Jampersal, dan saya pun ikut Jampersal, serta saya juga
mengatakan kepada bidannya bahwa saya ini orang tidak
mampu. setelah saya melahirkan, saya tidak dipungut
biaya. Pada keesokan harinya, anak saya yang baru saya
lahirkan, meninggal dunia, karena katanya bayinya
kelamaan didalam perut, dan terlambat diperiksa.”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan
Puskesmas Mandala, Minggu 27 April 2015. Ibu Uun)
I₃.₉
“saya pernah ikut program jaminan persalinan di tahun
2013, bulan agustus pada saat saya melahirkan anak
pertama saya. Pada saat itu saya mendapatkan pertolongan
persalinan di bidan Puskesmas, dan biayanya sekitar
300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah). Biaya tersebut sudah
termasuk biaya pembuatan akta kelahiran”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Rosita)
I₃.₁₀
di
di
“pada saat saya engikuti program jaminan persalinan,
Alhamdulillah semua pelayanan yang saya dapatkan itu
gratis. Karena saya orang tidak mampu, pada saat itu saya
menyertakan Jamkesmas, surat keterangan tidak mampu,
fotocopy KTP dan kartu keluarga”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Senin 28 April 2015. Ibu Sumyati)
I₆.₁
“yang saya ketahu di bidan Desa Bojong Leles yang juga
bertugas di Puskesmas Mandala, bagi peserta Jampersal
ada yang tidak dipinta bayaran, dan ada juga yang dipinta
bayaran, tetapi kebanyakan yang dipinta bayaran, biasanya
kalau saya mengantar yang mau melahirkan di bidan
menggunakan Jampersal, setelah melahirkan biasnaya
pasien nanya ke bidan “berapa bu” kemudian bidannya
bilang tiga ratus ribu rupiah saja, begitu. Besaran biayanya
juga beda-beda setiap orang ,ada yang dipinta tiga ratus
ribu rupiah, ada yang diatas tiga ratus ribu rupiah.
Kayanya liat-liat orangnya juga gitu. Saya juga sebagai
kader, tidak pernah dikasih uang apa-apa walaupun sering
membantu bidan desanya. padahal saya tahu dia memungut
biaya ke peserta Jampersal. dan saya juga tahu setiap
bidan desa yang menerima peserta Jampersal, pasti dapat
dana pengganti dari pusat.”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Uum)
I₆.₃
di
“kalau masalah biaya ya setahu saya bagi masyarakat yang
mampu ya bayarnya besar, bagi yang tidak mampu ya tidak
apa-apa kalau ngasihnya sedikit juga”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan
Puskesmas Mandala, Minggu 27 April 2015. Ibu Yeni)
di
MATRIKS WAWANCARA
3. Kecukupan
Point Kelima (Q5)
Jumlah kematian ibu dan bayi
Pertanyaan
Informan
I₁
I₂.₁
Bagaimana kontribusi program jaminan persalinan terhadap
jumlah kematian ibu dan bayi di wilayah Puskesmas
Mandala, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak ?
“sejak diadakan program jaminan persalinan, yang mana
tujuannya adalah untuk menekan angka kematian ibu dan
angka kematian bayi, untuk di
wilayah Puskesmas
Mandala sendiri, apabila melihat pada data yang ada,
memang dapat diketahui bahwa, untuk jumlah kematian
bayi masih cukup tinggi, sedangkan untuk jumlah kematian
ibu jumlahnya tidak begitu banyak”
(wawancara dengan kepala Puskesmas Mandala, Rabu, 22
April 2015. Bapak H.Khaerudin)
“menurut saya program Jampersal ini bagus, karena
banyak pelayanan yang diberikan kepada masyarakata
sehingga tentunya sedikit banyak bisa membantu
masyarakat. Mengenai persoalan jumlah kematian ibu dan
jumlah kematian bayi, jika dilihat dari rekapan data mulai
tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, memang untuk
jumlah kematian bayi tidak menunjukkan adanya
penurunan, namun hal tersebut tentunya bukan kemauan
kami. Karena kami sudah berusaha, dan urusan kematian
kan sudah ada yang menentukan, jadi tidak bisa dicegah.
Sedangkan untuk jumlah kematian ibu, kembali lagi jika
dilihat dari data, kejadian kematian ibu tetap ada. Selama
diadakan program jampersal, terjadi dua kali kasus
kematian maternal (kematian ibu melahirkan)”
(wawancara dengan Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak
I.₂.₂
I.₂.₃
I₂.₄
I₂.₅
Puskesmas Mandala merangkap Bidan Desa Kaduagung
Barat, Rabu 23 April 2015. Ibu Anita)
“untuk jumlah kematian bayi di wilayah Puskesmas
Mandala, Kecamatan cibadak, Kabupaten Lebak, memang
jumlahnya cukup tinggi. Tetapi untuk jumlah kematian ibu
di wilayah Puskemas Mandala, jarang terjadi, memang
ada, namun jumlahnya juga tidak banyak, ya memang
alangkah lebih baiknya lagi jika kejadian kematian ibu
melahirkan dapat dihilangkan”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan Desa Mekar Agung, Kamis, 24 April 2015. Ibu
Indah)
“program jaminan persalinan memang belum maksimal
dalam mengatasi masalah AKI dan AKB. Mengapa
demikian? karena seperti yang kita ketahui melalui data
yang ada, terutama data jumlah kematian bayi di wilayah
Puskesmas Mandala, itu jumlahnya cukup tinggi, dan sejak
diadakan program Jampersal sampai selesai, jumlah
kematian bayi di wilayah Puskesmas Mandala terus
meningkat dalam tiga tahun tersebut. Namun untuk
kematian ibu melahirkan, memang tetap ada, namun
jumlahnya tidak banyak.”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan desa Tambak Baya, Kamis 24 April 2015. Ibu Yunik)
“jumlah kematian ibu di wilayah Puskesmas Mandala
jumlahnya tidak begitu banyak, selama diadakan program
Jampersal kasus kematian ibu terjadi sebanyak dua kali
yaitu di tahun 2011 dan tahun 2013. Namun ya kita
berharap supaya kematian maternal ini tidak terjadi lagi.
Sedangkan untuk kematian bayi di wilayah Puskesmas
Mandala ini memang cukup tinggi, meskipun ada
Jampersal tapi jumlah kematian bayinya tetap tinggi ”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Kaduagung Tengah, Jumat 25 April 2015. Ibu
Santi)
“di wilayah Puskesmas Mandala setiap tahunnya terjadi
kasus kematian bayi, dan memang pada tiap tahunnya
jumlahnya mengalami peningkatan. Sedangkan untuk
jumlah kematian ibu, saya rasa jumlahnya sedikit, dan
memang walaupun sedikit tentunya menjadi permasalahan
yang serius dalam dunia kesehatan ibu”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Bojongleles, Kamis 24 April 2015. Ibu Haryati)
MATRIKS WAWANCARA
4. Perataan
Point Keenam (Q6)
Perataan sosialisasi
Pertanyaan
Informan
I₇.₁
I₇.₂
Bagaimana pendistribusian sosialisais program jaminan
persalinan di wilayah Puskesmas Mandala, Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Lebak ?
“saya tidak tahu kalau pernah ada program jaminan
persalinan, karena tidak pernah mendengar sebelumnya,
baik itu pada saat dipengajian, sepengetahuan saya tidak
pernah ada sosialisasi mengenai program jaminan
persalinan, padahal tiap minggu ada pengajian rutin disini.
Tidak pernah ada bidan yang menyampaikan juga secara
langsung ke bapak, karena bapak kan ketua RW disini.”
(wawancara dengan istri ketua RW di Kp.Bojongleles,
Selasa 29 April 2015. Ibu Juju )
“saya tidak mengetahui tentang program jaminan
persalinan, bahkan saya baru dengar sekarang dari neng
saja. Tidak pernah dengar ada sosialisasi tentang program
jaminan persalinan. Kaka saya juga yang tahun lalu
melahirkan di bidan, setahu saya, dia tidak memakai
jaminan persalinan. Sosialisasi melalu RT-RT juga tidak
ada”
(wawancara dengan Istri RT 02 di Kp.kaloncing, Selasa 29
April 2015. Ibu Eni)
I.₇.₃
I₇.₄
I₇.₅
I₇.₆
I₃.₁
“saya tidak tahu program jaminan persalinan, karena
belum pernah dengar baik dari tetangga juga belum pernah
ada yang memberitahu, padahal rumah saya dekat dengan
rumah bidan, tapi saya belum tahu tentang program
Jampersal”
(wawancara dengan warga di Kp.Pasir Gendok, Selasa 29
April 2015. Ibu Desi)
“saya tidak tahu tentang program jaminan persalinan,
karena setahu saya belum ada sosialisasi tentang program
jaminan persalinan, biasanya jika memang pernah
dilakukan sosialisasi, ibu-ibu lainnya suka menyampaikan
ke tetangga-tetangga, tapi selama ini saya belum pernah
mendapat informasi mengenai program jaminan
persalinan.”
(wawancara dengan warga di Kp.Kaduagung, Selasa 29
April 2015. Ibu Ratna)
“untuk program jaminan persalinan sendiri saya baru
dengar sekarang, karena di pengajian pun setahu saya
belum pernah dilakukan sosialisasi tentang program
jaminan persalinan, tapi kalau untuk di Posyandu saya
tidak tahu karena saya tidak pernah ikut kegiatan
Posyandu, jadi saya kurang tahu”
(wawancara dengan warga di Kp.Rumbut, Selasa 29 April
2015. Ibu Tanti)
“saya belum tahu tentang program jaminan persalinan,
belum pernah dengar juga dari tetangga yang lainnya.
Untuk sosialisasi melalui suami saya juga selaku RT disini,
belum pernah. Biasanya jika ada suatu kegiatan, suka
minta disampaikan melalui RT”
(wawancara dengan istri Ketua RT 04 di Kp.Tambak,
Selasa 29 April 2015. Teti)
“pada waktu itu pernah dilakukan sosialisasi mengenai
program jaminan persalinan di Posyandu. Dan yang saya
ketahui sosialisasinya diadakan hanya pada waktu itu saja,
ketika ada kegiata Posyandu, karena saya pada saat hamil
sering ke Posyandu. Jadi pada kegiatan lainnya tidak
pernah diadakan sosialisasi program Jampersal”
I₃.₅
I₆.₁
I₆.₂
I₆.₃
I₆.₄
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Heni)
“pada waktu itu pernah dilakukan sosialisasi mengenai
program jaminan persalinan di Posyandu. Dan yang saya
ketahui sosialisasinya diadakan hanya pada waktu itu saja,
ketika ada kegiata Posyandu, karena saya pada saat hamil
sering ke Posyandu. Jadi pada kegiatan lainnya tidak
pernah diadakan sosialisasi program Jampersal”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Eka)
“sosialisasi program jaminan persalinan biasanya hanya
dilakukan di Posyandu saja. Saya sebagai kader bersama
ibu bidan menyampaikan informasi mengenai program
jaminan persalinan kepada ibu-ibu yang datang ke
Posyandu, jadi hanya ibu-ibu yang datang ke Posyandu
saja yang mengetahui adanya program jaminan
perslainan.”
(wawancara dengan Kader Posyandu Desa Bojongleles,
Sabtu 26 April 2015. Ibu Uum)
“sosialisasi program jaminan persalinan dilakukan di
Posyandu, jadi ibu-ibu hamil mengetahui bahwa ada
program jaminan persalinan, mengetahui pelayanan nya
apa saja, serta persyaratannya juga”
(wawancara dengan Kader Posyandu Desa Kader Posyandu
Kaduagung Tengah, Sabtu 26 April 2015. Ibu Haryati)
“penyuluhan tentang program jaminan persalinan,
diadakannya pada saat Posyandu, karena pada saat itu
bida Puskesmas berkunjung, dan memeberikan informasi
tentang program jaminan persalinan”
(wawancara dengan Kader Posyandu Desa Kader Posyandu
Kaduagung Timur, Minggu 27 April 2015. Ibu Yeni)
“program jaminan persalinan diinformasikan kepada
warga, pada saat kegiatan Posyandu, jadi bidan Puskesmas
memberitahu tentang program jaminan persalinan kepada
kader dan warga yang ada di Posyandu”
(wawancara dengan Kader Posyandu Desa Kader Posyandu
Kaduagung Barat, Senin 28 April 2015. Ibu Sri)
MATRIKS WAWANCARA
5. Responsivitas
Point Ketujuh (Q7)
Tanggapan masyarakat
Pertanyaan
Informan
I₆.₁
I₆.₂
I₆.₃
Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap program
jaminan persalinan di wilayah Puskesmas Mandala,
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak ?
“dalam pelaksanaan program jaminan persalinan,
biasanya saya membantu menyampaikan informasi tentang
program jaminan persalinan, ke tetnagga-tetangga yang
sedang hamil. Biasanya pada saat ada ibu-ibu yang mau
melahirkan, saya antarkan ke rumah bidan Puskesmas
Mandala, kemudian saya menyarankan supaya pakai
Jampersal. Karena sebagai kader kan harus membantu
menyampaikan tentang program Jampersal. Kemudian saya
juga membuat pendataan siapa saja ibu yang sedang hamil
di Desa Bojongleles, terus siapa saja yang melahirkan,
kemudian data tersebut saya berikan kepada bidan
Puskesmas yang bertugas menjadi bidan desa disini.”
(wawancara dengan Kader Posyandu Desa Bojongleles,
Sabtu 26 April 2015. Ibu Uum)
“apabila ada warga yang sedang hamil, dan kebetulan
tetangga, saya biasanya memberikan informasi mengenai
program jaminan persalinan, karena sudah termasuk tugas
saya juga sebagai kader, harus membantu bidan untuk
memperkenalkan program jaminan persalinan”
“tentu saja saya menyampaikan kembali kepada tetanggatetangga saya yang sedang hamil, mengenai informasi yang
saya peroleh dari bidan Puskesmas pada saat kegiatan
Posyandu”
I₂.₁
I.₇.₃
I₃.₁
I₃.₇
“antara saya dengan kader Posyandu tetntunya ada
interksi, diantaranya, kader posyandu datang ke Puskesmas
atau saya yang menemui kader pada saat kegiatan
Posyandu, kemudian kader menyerahkan laporan
pendataan ibu hamil kepada saya, sehingga saya
mempunyai rekapan data ibu hamil di wilayah Puksesmas
Mandala, dari masing-masing kader”
(wawancara dengan Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Mandala merangkap Bidan Desa Kaduagung
Barat, Rabu 23 April 2015. Ibu Anita)
“saya tidak tahu program jaminan persalinan, karena
belum pernah dengar baik dari tetangga juga belum pernah
ada yang memberitahu, padahal rumah saya dekat dengan
rumah bidan, tapi saya belum tahu tentang program
Jampersal”
(wawancara dengan warga di Kp.Pasir Gendok, Selasa 29
April 2015. Ibu Desi)
“waktu saya hamil, saya ikut program jaminan persalinan,
saya diberitahu oleh ibu saya, karena kan beliau kader di
Desa Bojongleles. Selain itu juga saya suka ikut Posyandu,
sehingga saya mengetahui adanya program Jampersal,
karena pernah mendengar sosialisasi tentang Jampersal di
Posyandu. Saya juga kalau ada teman saya yang sedang
hamil pada saat masih ada Jampersal, saya memberitahu
mereka supaya ikut Jampersal, terus saya juga
memberitahu tahu persayaratannya apa saja”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Heni)
“saya mengetahui program jaminan persalinan dari bu
kader, karena kebetulan rumahnya dekat. Kalau saya
sendiri, saya juga ikut memberi tahu ke tetangga saya
tentang program jaminan persalinan. Apabila ada tetangga
yang sedang hamil, dan pada waktu itu program jaminan
persalinan masih ada, saya memberi tahu ke tetangga
supaya ikut program jaminan persalinan”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Minggu 27 April 2015. Ibu Usi)
I₃.₃
I₃.₉
I₃.₄
I₃.₈
“pada saat saya ikut program jaminan persalinan, awalnya
saya diberitahu oleh tetangga saya, yang sudah terlebih
dahulu mengikuti program jaminan persalinan. Kemudian
setelah saya mendapatkan informasi tentang program
Jampersal, saya ikut menjadi peserta jampersal”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Ana)
“saya mengetahui adanya program jaminan persalinan,
dari tetangga saja, yang ikut jampersal juga. Pada saat
bertemu, terus ngobrol-ngobrol, membahas soal kehamilan,
kemudian tetangga saya memberitahu saya tentang
program Jampersal”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Rosita)
“saya mengetahui adanya program jaminan persalinan
dari bu kader, karena rumah saya berdekatan dengan
rumah bu Kader. Kemudian bu kader memberitahu saya,
bahwa ada program Jampersal, dan menyarankan saya
supaya mengikuti program Jampersal. kader juga
memberitahu bahwa di program Jampersal ada
pemeriksaan kehamilan gratis, Cuma waktu itu saya ngga
suka periksa, karena males neng. Tapi ya akibatnya itu tadi,
bayi saya satu hari kemudian meninggal dunia, mungkin
salah satunya karena saya tidak suka periksa”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Senin 28 April 2015. Ibu Yati)
“saya mengetahui adanya program jaminan persalinan
dari bu kader, karena rumah saya berdekatan dengan
rumah bu Kader. Kemudian bu kader memberitahu saya,
bahwa ada program Jampersal, dan menyarankan saya
supaya mengikuti program Jampersal. kader juga
memberitahu bahwa di program Jampersal ada
pemeriksaan kehamilan gratis, Cuma waktu itu saya ngga
suka periksa, karena males neng. Tapi ya akibatnya itu tadi,
bayi saya satu hari kemudian meninggal dunia, mungkin
salah satunya karena saya tidak suka periksa”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
I₃.₁₀
I₃.₅
I₄.₁
I₄.₂
Puskesmas Mandala, Minggu 27 April 2015. Ibu Uun)
“saya mengetahui adanya program jaminan persalinan
dari bu kader, karena rumah saya ini kan lumayan dengan
dengan rumah bu kader.bu kadernya mungkin kasian sama
saya, jadi membantu saya mengantarkan ke bidan. Pada
saat itu saya mendapatkan pelayanan pertolongan
persalinan saja, tidak mengikuti pelayanan pemeriksaan
kehamilan, karena takut dan juga malu pergi kebidannya,
takut ada biaya tambahan terus saya tidak mampu bayar”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Senin 28 April 2015. Ibu Sumyati)
“Saya mengetahui program jaminan persalinan dari ibu
bidannya saja ketika di Posyandu, karena saya suka ikut
kegiatan Posyandu. Kemudian saya mendapat informasi
tentang program jaminan persalinan, jadi saya beberapa
kali ikut Posyandu untuk periksa kehamilan sebagai peserta
Jampersal. saya juga memeberitahukan kepada tetanggatetangga yang lain tentang program Jampersal, supaya
warga yang lagi hamil bisa ikut Jampersal juga”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Eka)
“saya mengetahui adanya program jaminan persalinan, itu
dari tetangga saya yang waktu itu melahirkan terus dia ikut
Jampersal. saya tidak menyampaikan lagi tentang program
tersebut ke tetangga yang lain. Karena saya bukan peserta
Jampersal. waktu emlahirkan anak kesatu sampai dengan
anak ketiga, saya lahirannya didukun bukan di bidan.
Karena saya merasa orang tidak mampu, takutnya kalau
pergi kebidan, ada biaya yang tak terduga. Berdasarkan
informasi yang saya dapatkan dari tetangga saya yang ikut
Jampersal, mereka tetap saja bayar diatas duaratus ribu
rupiah, kalau saya kan uang segitu dari mana. Lebih baik
saya maggil dukun saja. Karena bayarnya juga seikhlasnya
saja dan bisa dicicl”
(wawancara dengan warga Kp.Kaloncing, 29 April 2015.
Ibu Sadiyah)
“ waktu melahirkan saya manggil dukun, tidak berani
I₅
memanggil bidan, walaupun ada program-program apa
juga di bidan. Karena saya malu, takut, canggung juga
kalau sama bidan. Kalau sama bu arwani kan sudah kenal
lama, beliau banyak yang manggil juga, sudah
berpengalaman dari dahulu. Iya walaupun ada program
apa-apa juga , saya tidak berani kalau manggil bidan, takut
ada biaya yang besar terus saya tidak bisa bayar. Kalau di
bu arwani kan bayarnya berapa saja juga diterima, waktu
itu juga saya Cuma ngasih lima puluh ribu saja. Saya
ditolong pada saat melahirkan, terus bayi saya yang baru
lahir juga diurusin, dimandiin sama bu arwani, sayanya
juga diurut supaya tidak keluhan didalam”
(wawancara dengan warga di Desa tambak Baya, Minggu
27 April 2015. Ibu Halimah)
“ya walaupun ada program jaminan persalinan, waktu itu
saya tetap saja menerima panggilan kalau ada yang
membutuhkan. Karena mau bagaimana, masyarakat disini
lebih banyak yang maunya bersalin dibantu sama saya.
Karena saya menjadi dukun paraji sejak tahun 1980. Mulai
tahun 2013, bidan desa di sini kadang-kadang menegur
saya, supaya kalau ada yang mau melahirkan manggil
bidan dulu, tapi masyarakat disini tidak mau kalau sama
saya mau dipanggilkan bidan. Mereka takut biayanya
besar, ya namanya warga disini mah kerjanya juga
kebanyakan tani, kan kalau melahirkan di dukun mah,
biayanya berapa aja juga diterima, seperti di saya ada
yang memberi seratus ribu rupiah, ada yang lima puluh
ribu rupiah, bahkan yang hanya memberi dua puluh ribu
rupiah juga ada, dan saya terima saja. Namanya juga
membantu”
(wawancara dengan Dukun Paraji di Desa tambak Baya,
Minggu 27 April 2015. Ibu Arwani)
MATRIKS WAWANCARA
6. Ketepatan
Point Kedelapan (8)
Dampak program jaminan persalinan
Pertanyaan
Bagaimana dampak yang dirasakan dari adanya program
jaminan persalinan ?
Informan
I₁
I₂.₁
“pelayanan-pelayanan gratis yang diberikan dari program
jaminan persalinan, sudah pasti bermanfaat bagi
masyarakat yang menjadi peserta Jampersal. namun jika
dilihat dari segi kebijakannya, menurut saya program
jaminan persalinan ini kurang tepat. Pada program
jaminan persalinan, tidak diberikan batasan jumlah
pertolongan persalinan, dimana seharusnya dibatasi,
misalnya hanya berlaku sampai pada persalinan anak
kedua saja, sehingga hal tersebut juga dapat mendukung
program pemerintah, dibidang kesehatan yang lain yaitu
program keluarga berencana” (wawancara dengan kepala
Puskesmas Mandala, Rabu, 22 April 2015. Bapak
H.Khaerudin)
“program jaminan persalinan ini diharapkan dapat
meningkatkan pertolongan persalina oleh tenaga
kesehatan, untuk meminimalisir terjadinya persalinan
beresiko yang dapat mengakibatkan terjadinya kematian
ibu dan atau bayi yang akan dilahirkan. Untuk di wilayah
Puskesmas Mandala, program jaminan persalinan memang
belum mencapai hasil yang maksimal. Dimana masih
“program jaminan persalinan tentunya sangat bermanfaat
bagi para peserta jaminan persalinan. Karena pelayanan
yang diberikan dari program ini cukup banyak, diantaranya
pemeriksaan kehamilan sebanyak empat kali, pertolongan
persalinan, pelayanan nifas sebanyak empat kali, suntik KB
satu kali, dan suntik bayi yang lahir sebanyak tiga kali.
Masing-masing dari pelayanan tersebut, tentunya sangat
memberikan manfaat baik bagi ibu hamil dan calon bayi
dan atau bayinya. Dilihat dari persyaratannya juga sangat
mudah untuk dipenuhi, yakni hanya menyertakan fotocopy
KTP, KK dan buku pemeriksaan kehamilan saja”
(wawancara dengan Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Mandala merangkap Bidan Desa Kaduagung
Barat, Rabu 23 April 2015. Ibu Anita)
I.₂.₂
I.₂.₃
“iya, program jaminan persalinan sangat bermanfaat bagi
masyarakat, karena bagi mereka yang menjadi peserta
jaminan persalinan, mereka bisa mendapatkan pelayanan
pemeriksaan kehamilan secara gratis, pelayanan nifas,
suntik KB dan juga suntik untuk bayi baru lahir”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan Desa Mekar Agung, Kamis, 24 April 2015. Ibu
Indah)
“pencapaian dari program jaminan persalinan di wilayah
Puskesmas Mandala memang belum maksimal, terutama di
desa tempat saya bertugas menjadi bidan desa, yaitu Desa
Tambak Baya, meskipun sudah diadakan program jaminan
persalinan, namun kebanyakan masyarakat disini masih
mengandalkan pertolongan persalinan oleh dukun bayi.
Apalagi sebelum diadakan program jaminan persalinan,
hampir semua ibu hamil di Desa Tambak Baya melahirkan
di dukun bayi, setelah ada program Jampersal memang ada
beberapa masyarakat yang mulai terbuka fikirannya untuk
bersalin di bidan, walaupun tidak banyak. sehingga dapat
dikatakan bahwa pencapaian dari program jampersal ini
belum maksimal. Adapun kendalanya adalah responsifitas
dari masyarakat itu sendiri, terhadap program jaminan
persalinan”.
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bidan desa Tambak Baya, Kamis 24 April 2015. Ibu Yunik)
I₂.₄
I₂.₅
I₃.₁
I₃.₂
“dengan adanya program jaminan persalinan, tentunya
memberikan manfaat kepada masyarakat, karena program
jaminan persalinan memberikan cakupan pelayanan yang
menunjang kesehatan ibu dan calon bayi. Namun, menurut
saya, program ini masih belum tepat, jika dilihat dari
ketentuannya, yang mana program Jampersal ini
diperbolehkan bagi seluruh lapisan masyarakat, menurut
saya alangkah lebih baik dan lebih tepat sasaran apabila
program ini hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin
saja”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Kaduagung Tengah, Jumat 25 April 2015. Ibu
Santi)
“sangat bermanfaat, karena tidak mungkin dari pelayanan
yang diberikan tidak ada manfaatnya. Pasti dari setiap
pelayanan yang diberikan, sedikit banyak memberikan
manfaat bagi masyarakat (peserta Jampersal)”
(wawancara dengan Bidan Puskesmas Mandala merangkap
Bida Desa Bojongleles, Kamis 24 April 2015. Ibu Haryati)
“tentu saja program Jampersal bermanfaat buat saya.
Karena pada saat ada program Jampersal, sejak terakhir
menstruasi saya langsung ke bidan dan lagsung dapat
pelayanan pemeriksaan kehamilan oleh bidan, dan diberi
vitamin, kemudian proses persalinannya juga dibantu oleh
bidan, sehingga manfaatnya kan bisa lebih terjamin
keselamatan ibu dan calon bayinya. Persyaratan untuk ikut
program Jampersal juga menurut saya, tidak ada yang
sulit, artinya mudah dipenuhi dan persyaratannya juga
tidak banyak”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Heni)
“dari pelayanan yang saya terima dari program jaminan
persalinan, diantaranya pertolongan persalinan, suntik KB,
sama pelayanan nifas, tentu saja pelayanan tersebut sangat
bermanfaat bagi saya dan juga bayi saya”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Suhebah)
I₃.₃
I₃.₄
I₃.₅
I₃.₆
I₃.₇
I₃.₈
“pada saat saya mengikuti program jaminan persalinan,
saya bisa mengakses pertolongan persalinan di bidan
Puskesmas, kemudian juga tindakan suntik untuk bayi saya,
semuanya itu bermanfaat buat saya”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Ana)
“program Jampersal sangat bermanfaat bagi saya, karena
saya orang tidak mampu, rumah juga seperti ini, tidak
punya biaya sama sekali untuk melahirkan di bidan. Tetapi
pada saat saya melahirkan anak pertama saya, saya
merasa terbantu, karena pada saat itu saya bisa melahirkan
di Bidan Puskesmas dengan gratis”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Senin 28 April 2015. Ibu Yati)
“dari pelayanan yang saya rasakan pada saat mengikuti
program jaminan persalinan, diantarnya, pemeriksan
kemahilan, pertolongan persalinan, suntik bayi baru lahir,
nifas, dan suntik KB, semuanya bermanfaat bagi kondisi
kesehatan saya beserta anak saya”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Eka)
“saya merasa terbantu, karena pada waktu saya
melahirkan mengalami pendarahan, kemudian langsung
pergi ke Puskesmas dan mendapat pertolongan, walaupun
memang biayanya lumayan besar kalau buat saya. Tapi
yang penting saya bisa sehat lagi”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Minggu 27 April 2015. Ibu Bayi)
“bagi saya program jaminan persalinan cukup bermanfaat.
Karena dari apa yang saya rasakan sebagai peserta
jaminan persalinan, saya bisa memeriksakan kehamilan
gratis, sehingga saya bisa mengetahui kondisi janin yang
ada didalam perut, saya juga mengetahui perkiraan kapan
melahirkan. Meskipun pada saat melahirkan tetap
dikenakan biaya”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Minggu 27 April 2015. Ibu Usi)
“manfaat yang saya rasakan, saya bisa melahirkan dengan
dibantu oleh bidan Puskesmas, secara gratis”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Minggu 27 April 2015. Ibu Uun)
I₃.₉
I₃.₁₀
I₆.₁
“ bagi saya program jaminan persalinan memberikan
dampak yang baik untuk saya, karena dari pelayanan yang
saya dapatkan, tidak ada yang berdampak merugikan,
namun sebaliknya”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Rosita)
“Alhamdulillah dengan adanya program jaminan
persalinan, saya merasakan sekali manfaatnya. Saya bisa
melahirkan anak saya di bidan Puskesmas dengan gratis,
tanpa ada biaya apapun. Sehingga saya sebagai orang
yang sangat tidak mampu, sangat merasa terbantu dengan
adanya program Jampersal. Kalau untuk pelayanan
lainnya saya tidak tahu, karena saya tidak pernah periksa
ketika hamil, sehingga yang saya rasakan hanya pada
pelayanan pertolongan persalinannya saja”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan di
Puskesmas Mandala, Senin 28 April 2015. Ibu Sumyati)
“yang saya ketahu di bidan Desa Bojong Leles yang juga
bertugas di Puskesmas Mandala, bagi peserta Jampersal
ada yang tidak dipinta bayaran, dan ada juga yang dipinta
bayaran, tetapi kebanyakan yang dipinta bayaran, biasanya
kalau saya mengantar yang mau melahirkan di bidan
menggunakan Jampersal, setelah melahirkan biasnaya
pasien nanya ke bidan “berapa bu” kemudian bidannya
bilang tiga ratus ribu rupiah saja, begitu. Besaran biayanya
juga beda-beda setiap orang ,ada yang dipinta tiga ratus
ribu rupiah, ada yang diatas tiga ratus ribu rupiah.
Kayanya liat-liat orangnya juga gitu. Saya juga sebagai
kader, tidak pernah dikasih uang apa-apa walaupun sering
membantu bidan desanya. padahal saya tahu dia memungut
biaya ke peserta Jampersal. dan saya juga tahu setiap
bidan desa yang menerima peserta Jampersal, pasti dapat
dana pengganti dari pusat.”
(wawancara dengan peserta jaminan persalinan
Puskesmas Mandala, Sabtu 26 April 2015. Ibu Uum)
I₆.₃
di
“kalau masalah biaya ya setahu saya bagi masyarakat yang
mampu ya bayarnya besar, bagi yang tidak mampu ya tidak
apa-apa kalau ngasihnya sedikit juga”
(wawancara
dengan
peserta
jaminan
persalinan
di
Puskesmas Mandala, Minggu 27 April 2015. Ibu Yeni)
LAMPIRAN
Gambar 1
Puskesmas Mandala
Gambar 2
Mobil PKM Mandala
Gambar 3
Dokumentasi bersama dr.Fathur, Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dinas
Kesehatan Provinsi Banten
Gambar 4
Wawancara peneliti dengan Bpk H.Haerudin selaku Kepala Puskesmas Mandala
Gambar 5
Wawancara peneliti dengan Bidan Anita, Pengelola Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
di Puskesmas Mandala, sekaligus sebagai Bidan Desa Kaduagung Barat
Gambar 6
Wawancara peneliti dengan Ibu sadiyah, pengguna jasa dukun bayi
Gambar 7
Wawancara peneliti dengan Ibu Heni, Peserta Jampersal dari Desa Bojongleles
Gambar 8
Wawancara peneliti dengan Ibu Arwani, selaku Dukun Bayi di Desa Tambak Baya
Gambar 9
Wawancara peneliti dengan para peserta Jampersal beserta ibu Kader Posyandu Desa
Kaduagung Barat
Gambar 10
Dokumentasi setelah wawancara Bersama Bidan Santi, bidan Puskesmas Mandala
dan Bidan Desa Kaduagung Tengah
Gambar 11
Dokumentasi setelah wawancara bersama ibu Juju, Istri Ketua RW
Kp.Bojongleles
Gambar 12
Dokumentasi setelah wawancara bersama Ibu Bayi, Peserta Jampersal di Puskesmas
Mandala, dari Desa Tambak Baya
Gambar 13
Wawancara bersama ibu Uun, peserta Jampersal dari Desa Kaduagung Timur
Gambar 14
Dokumentasi setelah wawancara bersama ibu Usi, peserta Jampersal dari desa
Kaduagung Timur
Gambar 15
Dokumentasi setelah wawancara bersama ibu Eni, Istri Ketua RT 02 Kp.Kaloncing
Gambar 16
Dokumentasi setelah wawancara bersama ibu Sri, Kader Posyandu Desa Kaduagung
Barat
-1PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2562/MENKES/PER/XII/2011
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSALINAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
:
:
a.
bahwa dalam rangka menurunkan angka kematian
ibu dan anak dan mempercepat pencapaian MDG’s
telah ditetapkan kebijakan bahwa setiap ibu yang
melahirkan, biaya persalinannya ditanggung oleh
Pemerintah melalui Program Jaminan Persalinan;
b.
bahwa agar program jaminan persalinan dapat
berjalan efektif dan efesien diperlukan petunjuk
teknis pelaksanaan;
c.
bahwa Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan yang
telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 631/Menkes/Per/III/2011 sudah tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan di daerah;
d.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan;
1.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang ...
4.
5.
6.
7.
8.
9.
-2Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4456);
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
3637);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
11. Peraturan Presiden ...
-311. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon
I Kementerian Negara;
12. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
13. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010
tentang
Izin
dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 501);
14. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
903/Menkes/Per/V/2011
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Program
Jaminan
Kesehatan
Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor );
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSALINAN.
TENTANG
Pasal 1
Pengaturan Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan bertujuan untuk
memberikan acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota
dan
Pihak
terkait
yang
menyelenggarakan Jaminan Persalinan dalam rangka:
a. meningkatnya
cakupan
pemeriksaan
kehamilan,
pertolongan
persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang
kompeten;
b. meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir, Keluarga Berencana
pasca persalinan dan Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas,
dan bayi baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten; dan
c. terselenggaranya
pengelolaan
transparan, dan akuntabel.
keuangan
yang
efisien,
efektif,
Pasal 2 ...
-4Pasal 2
Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 631/Menkes/Per/III/2011 tentang Petunjuk Teknis
Jaminan Persalinan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2011
MENTERI KESEHATAN,
ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR
-5LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 2562/MENKES/PER/XII/2011
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS JAMINAN
PERSALINAN
PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSALINAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) menyebutkan bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada Pasal 34 ayat (3)
ditegaskan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Pasal 5
ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
Selanjutnya pada ayat (2) ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai
hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Kemudian pada ayat (3) menyatakan bahwa setiap orang
berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Selanjutnya pada
pasal 6 ditegaskan
bahwa setiap orang berhak mendapatkan
lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk
termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, pemerintah bertanggung
jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan
merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
-6Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Bayi baru lahir (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG’s
2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari
228 pada tahun 2007 menjadi 102 dan angka kematian bayi menurun
dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23.
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung
kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah
pesalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),
komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma
obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT 2001).
Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan
(Tiga Terlambat), di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan
(terlambat mengambil keputusan), terlambat dalam memperoleh
pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di
fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi. Salah satu
upaya pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, sesuai dengan Standar
Pelayanan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dengan demikian
dalam penyelenggaran Jaminan Persalinan semua atribut program
seperti
Buku KIA, partograf dan kohort menjadi kewajiban untuk
dilaksanakan meskipun harus dibedakan dengan syarat kelengkapan
lain.
Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada
kelompok sasaran miskin (Quintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%.
Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah satu kendala penting untuk
mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga diperlukan
kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut
Jaminan Persalinan. Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk
menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan
jaminan persalinan, yang didalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan,
pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru
lahir.
-7Dengan demikian, kehadiran Jaminan Persalinan diharapkan dapat
mengurangi terjadinya Tiga Terlambat tersebut sehingga dapat
mendorong akselerasi tujuan pencapaian MDGs 4 dan 5. Disamping itu
penjarangan kehamilan dan pembatasan kehamilan menjadi bagian
yang penting yang tidak terpisahkan dari Jaminan Persalinan sehingga
pengaturan mengenai Keluarga Berencana di lakukan dengan lebih
mendetil.
Pada dasarnya Jaminan Persalinan adalah perluasan kepesertaan dari
Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja.
Manfaat yang diterima oleh penerima manfaat Jaminan Persalinan
terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir
dan KB pasca persalinan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas
kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
b. Meningkatnya cakupan pelayanan:
1) bayi baru lahir.
2) Keluarga Berencana pasca persalinan.
3) Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi
baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel.
C. Sasaran
Sesuai dengan tujuan Jaminan Persalinan yakni untuk menurunkan AKI
dan AKB, maka sasaran Jaminan Persalinan dikaitkan dengan
pencapaian tujuan tersebut.
Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah:
1. Ibu hamil
-82. Ibu bersalin
3. Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan)
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak
mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan
persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau resiko tinggi
untuk mencegah AKI dan AKB dari suatu proses persalinan.
Agar pemahaman menjadi lebih jelas, batas waktu sampai dengan 28
hari pada bayi dan sampai dengan 42 hari pada ibu nifas adalah batas
waktu pelayanan PNC dan tidak dimaksudkan sebagai batas waktu
pemberian pelayanan yang tidak terkait langsung dengan proses
persalinan dan atau pencegahan kematian ibu dan bayi karena suatu
proses persalinan.
D. Kebijakan Operasional
1.
Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap jenjang
pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) yang
merupakan bagian integral dari Jamkesmas dan dikelola mengikuti
tata kelola Jamkesmas.
2.
Jaminan Persalinan adalah perluasan kepesertaan dari Jamkesmas
dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang
diterima oleh penerima manfaat Jaminan Persalinan terbatas pada
pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB
pasca persalinan.
3.
Penerima manfaat Jaminan Persalinan mencakup seluruh sasaran
yang belum memiliki jaminan persalinan.
4.
Penerima manfaat Jaminan Persalinan didorong untuk mengikuti
program KB pasca persalinan (Dengan membuat surat pernyataan)
5.
Penerima manfaat Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan
pelayanan di seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama pemerintah
(puskesmas dan jaringannya) dan swasta serta fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan (Rumah Sakit) pemerintah dan
swasta
(berdasarkan rujukan) di rawat inap kelas III.
6.
-9Fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta seperti Bidan Praktik
Mandiri, Klinik Bersalin, Dokter praktik yang berkeinginan ikut
serta dalam program ini harus mempunyai perjanjian kerja sama
(PKS) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim
Pengelola Jamkesmas dan BOK atas nama Pemerintah Daerah
setempat yang mengeluarkan ijin praktiknya. Sedangkan untuk
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan baik pemerintah maupun swasta
harus mempunyai Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan
BOK Kabupaten/Kota yang diketahui oleh Tim Pengelola Jamkesmas
dan BOK Provinsi. Contoh format perjanjian kerjasama sebagaimana
Formulir 1 terlampir.
7.
Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
8.
Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan dengan
cara klaim.
9.
Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani sasaran
Jaminan Persalinan dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim
kepada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan setempat dan bukan pada
daerah asal sasaran Jaminan Persalinan tersebut.
10. Bidan Desa dalam wilayah kerja Puskesmas yang melayani Jaminan
Persalinan diluar jam kerja Puskesmas yang berlaku di wilayahnya,
dapat menjadi Bidan Praktik Mandiri sepanjang yang bersangkutan
memiliki Surat Ijin Praktik dan mempunyai Perjanjian Kerjasama
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK atas nama Pemerintah Daerah.
11. Pelayanan
Jaminan
Persalinan
diselenggarakan
dengan
Pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan dan
prinsip Portabilitas dengan demikian jaminan persalinan tidak
mengenal batas wilayah (lihat angka 8 dan 9).
12. Untuk menjamin kesinambungan dan pemerataan pelayanan,
Tim Pengelola Jamkesmas Pusat dapat melakukan realokasi
dana antar
kabupaten/kota,
dengan
mempertimbangkan
penyerapan dan kebutuhan daerah serta disesuaikan dengan
ketersediaan dana yang ada secara nasional.
E. Pengertian
- 10 -
1. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah jaminan
perlindungan untuk pelayanan kesehatan secara menyeluruh
(komprehensif) mencakup pelayanan promotif, preventif serta kuratif
dan rehabilitatif
yang
diberikan
secara
berjenjang
bagi
masyarakat/peserta yang iurannya di bayar oleh Pemerintah.
2. Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan
persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca
persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
3. Perjanjian Kerjasama (PKS) adalah dokumen perjanjian yang
ditandatangani bersama antara Dinas Kesehatan selaku Tim
Pengelola Kabupaten/Kota dengan penanggung jawab institusi
fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta yang mengatur hak dan
kewajiban para pihak dalam jaminan persalinan.
4. Fasilitas Kesehatan adalah institusi pelayanan kesehatan sebagai
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, TNI/POLRI, dan Swasta.
5. Puskesmas Pelayanan Obsterik Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) adalah Puskesmas yang mempunyai kemampuan dalam
memberikan pelayanan obstetri (kebidanan) dan bayi baru lahir
emergensi dasar.
6. Rumah
Sakit
Pelayanan
Obsterik
Neonatal
Emergensi
Komprehensif (PONEK) adalah Rumah Sakit yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetri (kebidanan) dan
bayi baru lahir emergensi komprehensif.
7. Bidan Praktik Mandiri adalah praktik bidan swasta perorangan.
- 11 BAB II
RUANG LINGKUP JAMINAN PERSALINAN
Jaminan Persalinan merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi
proses kehamilan, persalinan, paska persalinan, dan pelayanan KB paska
salin serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB
paska salin, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan untuk
melindungi semua masalah kesehatan individu.
Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang
berdasarkan rujukan.
Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:
A. Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan
oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan
pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta
pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan
rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas
dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat pertama.
Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas
PONED (untuk kasus-kasus tertentu), serta jaringannya termasuk
Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta (bidan, dokter,
klinik, rumah bersalin) yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS)
dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota
Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:
1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4
kali;
2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
3. Pertolongan persalinan normal;
4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit
pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED.
5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar
pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;
6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.
- 12 7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan
janin/bayinya.
Penatalaksanaan rujukan kasus ibu dan bayi baru lahir dengan
komplikasi dilakukan sesuai standar pelayanan KIA.
Pelayanan pemeriksaan kehamilan dengan komplikasi atau pelayanan
nifas dengan komplikasi yang dirujuk ke Puskesmas PONED maupun
Rumah Sakit sesuai dengan indikasi medis, maka klaim Jaminan
Persalinan dapat dilakukan sesuai dengan frekuensi pelayanan yang
diberikan sesuai standar tata laksana penyakit/komplikasi tersebut.
Besaran pembayaran biaya pelayanan sebagaimana dimaksud diatas
pada Puskesmas PONED mengikuti Pola Tarif Puskesmas PONED yang
berlaku, sedangkan pada RS sesuai dengan tarif INA-CBGs
B. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi
baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan
resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan
berdasarkan rujukan atas indikasi medis.
Pada kondisi kegawatdaruratan
diperlukan surat rujukan.
kebidanan
dan
neonatal
tidak
Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas
indikasi ibu dan janin/bayinya.
Pelayanan tingkat lanjutan untuk rawat jalan diberikan di
poliklinik spesialis Rumah Sakit, sedangkan rawat inap diberikan
di fasilitas perawatan kelas III di Rumah Sakit Pemerintah dan
Swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim
Pengelola Kabupaten/Kota
Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi:
1.
Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti)
2.
Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak
mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.
3.
Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam
kaitan akibat persalinan.
4.
5.
- 13 Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti).
Penatalaksanaan KB paska salin dengan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) atau kontrasepsi mantap (Kontap) serta
penanganan komplikasi.
C. Pelayanan Persiapan Rujukan
Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan
dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna
di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan
ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan
karena:
 keterbatasan SDM
 keterbatasan peralatan dan obat-obatan
2. Dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan
paripurna yang lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan rujukan
3. Pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan
Untuk memastikan bahwa pasien yang dirujuk dalam kondisi aman
sampai dengan penanganannya di tingkat lanjutan, maka selama
pelayanan persiapan dan proses merujuk harus memperhatikan
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Stabilisasi keadaan umum:
a. Tekanan darah stabil/ terkendali,
b. Nadi teraba
c. Pernafasan teratur dan Jalan nafas longgar
d. Terpasang infus
e. Tidak terdapat kejang/kejang sudah terkendali
2. Perdarahan terkendali:
a. Tidak terdapat perdarahan aktif, atau
b. Perdarahan terkendali
c. Terpasang infus dengan aliran lancar 20-30 tetes per menit
3. Tersedia kelengkapan ambulasi pasien:
a. Petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan antisipasi
kedaruratan
b. Cairan infus yang cukup selama proses rujukan (1 kolf untuk 46 jam) atau sesuai kondisi pasien
c. Obat dan Bahan Habis Pakai (BHP) emergensi yang cukup untuk
proses rujukan.
- 14 BAB III
PAKET MANFAAT DAN TATA LAKSANA
PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN
Manfaat yang diterima oleh penerima Jaminan Persalinan sebagaimana
diuraikan dibawah ini, sedangkan pada peserta Jamkesmas dijamin
berbagai kelainan dan penyakit.
Manfaat pelayanan jaminan persalinan meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu
pada buku Pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa
sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi:
a. 1 kali pada triwulan pertama
b. 1 kali pada triwulan kedua
c. 2 kali pada triwulan ketiga
Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi diatas pada
tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini.
Penyediaan obat-obatan, reagensia dan bahan habis pakai yang
diperuntukkan bagi pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas, dan KB
pasca salin serta komplikasi yang mencakup seluruh sasaran ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir menjadi tanggung jawab
Pemda/Dinas Kesehatan Kab/ Kota.
Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi
kehamilan antara lain:
a. Penatalaksanaan abortus imminen, abortus inkompletus dan missed
abortion
b. Penatalaksanaan mola hidatidosa
c. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
d. Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu
e. Hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi
f.
Perdarahan pada masa kehamilan
g. Decompensatio cordis pada kehamilan
h. Pertumbuhan janin terhambat (PJT): tinggi fundus tidak sesuai usia
kehamilan
i.
Penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang mengancam
nyawa.
2. Penatalaksanaan Persalinan:
- 15 -
a. Persalinan per vaginam
1) Persalinan per vaginam
2) Persalinan per vaginam
3) Persalinan per vaginam
4) Persalinan per vaginam
5) Persalinan per vaginam
normal
melalui induksi
dengan tindakan
dengan komplikasi
dengan kondisi bayi kembar.
Persalinan per vaginam dengan induksi, dengan tindakan, dengan
komplikasi serta pada bayi kembar dilakukan di Puskesmas PONED
dan/atau RS.
b. Persalinan per abdominam
1) Seksio sesarea elektif (terencana), atas indikasi medis
2) Seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi medis
3) Seksio sesarea dengan komplikasi (perdarahan, robekan jalan
lahir, perlukaan jaringan sekitar rahim, dan sesarean
histerektomi).
c. Penatalaksanaan Komplikasi Persalinan :
1) Perdarahan
2) Eklamsi
3) Retensio plasenta
4) Penyulit pada persalinan.
5) Infeksi
6) Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin
d. Penatalaksanaan bayi baru lahir
1) Perawatan esensial neonates atau bayi baru lahir
2) Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi (asfiksia,
BBLR, Infeksi, ikterus, Kejang, RDS)
e. Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan
1) Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari
2) Persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2
(dua) hari
3) Persalinan dengan penyulit post sectio-caesaria dirawat inap
minimal 3 (tiga) hari
Pencatatan pelayanan pada ibu dan bayi baru lahir tercatat
pada:
 Registrasi ibu hamil
 Pencatatan di Buku KIA, Kartu Ibu, dan Kohort ibu
- 16 3. Pelayanan nifas (Post Natal Care)
a. Tatalaksana pelayanan
Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini
ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan ibu
nifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca salin.
Pelayanan nifas diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi baru
lahir dan pelayanan KB pasca salin. Tatalaksana asuhan PNC
merupakan pelayanan Ibu dan Bayi baru lahir sesuai dengan Buku
Pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir
dan kunjungan neonatal.
Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masingmasing 1 kali pada :
1) Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2)
2) Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7)
3) Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28)
4) Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari ke-42)
Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari pasca
persalinan.
Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi nifas
antara lain :
1) Perdarahan
2) Sepsis
3) Eklamsi
4) Asfiksia
5) Ikterus
6) BBLR
7) Kejang
8) Abses/Infeksi diakibatkan oleh komplikasi pemasangan alat
kontrasepsi.
9) Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu dan bayi baru lahir
sebagai komplikasi persalinan
Pelayanan nifas dijamin sebanyak 4 kali, terkecuali
pelayanan Nifas dengan komplikasi yang dirujuk ke Rumah
sakit, maka pelayanan nifas dilakukan sesuai pedoman
pelayanan Nifas dengan komplikasi tersebut.
- 17 b. Keluarga Berencana (KB)
1) Jenis Pelayanan KB
Pelayanan Keluarga Berencana pasca salin antara lain;
a) Kontrasepsi mantap (Kontap);
b) IUD, Implant, dan
c) Suntik.
2) Tatalaksana Pelayanan KB dan ketersediaan Alokon
Sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk dan
keterkaitannya dengan Jaminan Persalinan, maka pelayanan KB
pada masa nifas perlu mendapatkan perhatian. Tatalaksana
pelayanan KB mengacu kepada Pedoman Pelayanan KB dan KIA
yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) sedangkan ketersediaan alat
dan obat kontrasepsi (alokon) KB ditempuh dengan prosedur
sebagai berikut;
a)
Pelayanan KB di fasilitas kesehatan dasar:
(1) Alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh BKKBN
terdiri dari IUD, Implant, dan Suntik.
(2) Puskesmas membuat rencana kebutuhan alat dan obat
kontrasepsi yang diperlukan untuk pelayanan KB di
Puskesmas maupun dokter/bidan praktik mandiri yang
ikut program Jaminan Persalinan. Selanjutnya daftar
kebutuhan tersebut dikirimkan ke SKPD yang mengelola
program keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat.
(3) Dokter dan bidan praktik mandiri yang ikut program
Jaminan Persalinan membuat rencana kebutuhan alokon
untuk pelayanan keluarga berencana dan kemudian
diajukan
permintaan
ke
Puskesmas
yang
ada
diwilayahnya.
(4) Puskesmas setelah mendapatkan alokon dari SKPD
Kabupaten/Kota yang mengelola program KB selanjutnya
mendistribusikan alokon ke dokter dan bidan praktik
mandiri yang ikut program Jaminan Persalinan sesuai
usulannya.
(5) Besaran jasa pelayanan KB diklaimkan pada program
Jaminan Persalinan.
b)
Pelayanan KB di fasilitas kesehatan lanjutan:
(1) Alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh BKKBN.
- 18 (2) Rumah Sakit yang melayani Jaminan Persalinan membuat
rencana kebutuhan alat dan obat kontrasepsi yang
diperlukan untuk pelayanan Keluarga Berencana (KB) di
Rumah Sakit tersebut dan selanjutnya daftar kebutuhan
tersebut dikirimkan ke SKPD yang mengelola program
keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat.
(3) Jasa pelayanan KB di pelayanan kesehatan lanjutan
menjadi bagian dari penerimaan menurut tarif INA CBG’s
Agar pelayanan KB dalam Jaminan Persalinan dapat berjalan dengan
baik, perlu dilakukan koordinasi yang sebaik-baiknya antara petugas
lapangan KB (PLKB), fasilitas kesehatan (Puskesmas/Rumah Sakit),
Dinas Kesehatan selaku Tim Pengelola serta SKPD Kabupaten/Kota
yang menangani program keluarga berencana serta BKKBN Provinsi.
Pemberi Pelayanan Jaminan Persalinan yang melakukan
pelayanan KB pasca salin wajib membuat pencatatan dan
pelaporan alat dan obat kontrasepsi yang diterima dan
digunakan sesuai format pencatatan dan pelaporan dan
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota, dan SKPD yang
mengelola program keluarga berencana di Kabupaten/Kota
setempat
- 19 BAB IV
PENDANAAN JAMINAN PERSALINAN
Pendanaan Jaminan Persalinan merupakan bagian integral dari pendanaan
Jamkesmas, sehingga pengelolaannya pada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan
Kab/Kota tidak dilakukan secara terpisah baik untuk pelayanan tingkat
pertama/ pelayanan dasar maupun untuk pelayanan tingkat lanjutan/
rujukan.
Pengelolaan dana Jamkesmas di pelayanan tingkat pertama/ pelayanan
dasar dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku Tim Pengelola Jamkesmas
Tingkat Kabupaten/Kota sedangkan pelayanan tingkat lanjutan/ rujukan
dilakukan oleh RS.
A. Ketentuan Umum Pendanaan
1.
Pendanaan Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar dan
pelayanan rujukan merupakan belanja bantuan sosial (bansos)
bersumber APBN yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian
program, percepatan pencapaian MDG’s 2015 serta peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan termasuk persalinan oleh tenaga
kesehatan difasilitas kesehatan.
2.
Dana belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada angka 1
(satu) adalah dana yang diperuntukkan untuk pelayanan
kesehatan dan rujukan pelayanan dasar peserta Jamkesmas,
pelayanan persalinan serta rujukan risti persalinan peserta
Jamkesmas dan masyarakat sasaran yang belum memiliki jaminan
persalinan sebagai penerima manfaat jaminan.
3.
Dana Jampersal di pelayanan kesehatan dasar disalurkan ke
rekening Dinas kesehatan kabupaten/kota, terintegrasi (menjadi
satu kesatuan) dengan dana Jamkesmas.
4.
Setelah dana tersebut disalurkan Kementerian Kesehatan ke
rekening Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab program
(melalui SP2D) dan rekening Rumah Sakit, maka status dana
tersebut berubah menjadi dana peserta Jamkesmas dan masyarakat
penerima manfaat Jaminan Persalinan.
- 20 5. Dana Jamkesmas dan Jampersal yang disalurkan sebagaimana
pada poin 1 s/d 4 di atas, bukan bagian dari dana transfer daerah
ke Pemerintah Kabupaten/Kota sehingga penggunaan dana tersebut
tidak melalui Kas Daerah (Perdirjen Perbendaharaan Nomor: PER21/PB/2011). Setelah hasil verifikasi klaim dibayarkan sebagai
penggantian pelayanan kesehatan, maka status dana menjadi
pendapatan fasilitas kesehatan untuk daerah yang belum
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD),
sedangkan bagi fasilitas kesehatan daerah yang sudah
menerapkan PPK-BLUD, pendapatan tersebut merupakan
pendapatan lain-lain PAD yang sah, selanjutnya pemanfaatannya
mengikuti ketentuan Peraturan perundang undangan.
6.
Pembayaran pelayanan persalinan dan KB bagi peserta Jamkesmas
maupun penerima manfaat Jaminan Persalinan di pelayanan dasar
dan di pelayanan rujukan oleh fasilitas kesehatan dilakukan dengan
mekanisme “Klaim”.
7. Jasa pelayanan KB di pelayanan dasar di klaimkan pada Tim
Pengelola Jamkesmas & BOK di Dinas Kesehatan sesuai besaran
yang ditetapkan, sedangkan jasa pelayanan KB di pelayanan
lanjutan mengikuti pola pembayaran INA-CBG’s.
8. Transport rujukan risti, komplikasi kebidanan dan komplikasi
neonatal pasca persalinan bagi penerima manfaat Jaminan
Persalinan di pelayanan kesehatan dasar dibiayai dengan dana
dalam program ini, mengacu pada Standar Biaya Umum (SBU)
APBN, Standar biaya transportasi yang berlaku di daerah.
9.
Sisa dana pada rekening Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota
yang tidak digunakan dan/atau tidak tersalurkan sampai dengan
akhir tahun anggaran harus disetorkan ke Kas Negara dan
menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP).
10. Apabila terjadi kekurangan dana pelayanan persalinan atau
pelayanan persalinan yang sudah diberikan akan tetapi belum
diklaimkan/belum terbayarkan pada akhir tahun anggaran,
maka kekurangan atas pelayanan yang belum diklaimkan/
terbayarkan tersebut akan diperhitungkan dan dibayarkan pada
tahun berikutnya sepanjang ditunjang dengan bukti-bukti yang
sah.
- 21 11. Pemanfaatan dana jaminan persalinan pada pelayanan lanjutan
mengikuti mekanisme pengelolaan pendapatan fungsional fasilitas
kesehatan dan berlaku sesuai status rumah sakit tersebut
(BLU/BLU(D) atau PNBP)
B. Sumber dan Alokasi Dana
1.
Sumber dana
Dana Jaminan Persalinan bersumber dari APBN Kementerian
Kesehatan yang dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan.
2.
Alokasi Dana
a. Alokasi Dana Pada Pelayanan kesehatan Tingkat Pertama/Dasar.
Alokasi dana Jamkesmas pelayanan kesehatan dasar di
Kabupaten/Kota diperoleh atas perhitungan jumlah masyarakat
miskin dan tidak mampu sebagai sasaran Jamkesmas.
Sedangkan alokasi dana Jaminan Persalinan di Kabupaten/Kota
diperhitungkan berdasarkan estimasi proyeksi jumlah bumil
peserta Jamkesmas dan sasaran bumil penerima manfaat
Jaminan Persalinan yang belum memiliki jaminan persalinan di
daerah tersebut dikalikan total besaran biaya paket pelayanan
persalinan tingkat pertama.
b. Alokasi
Dana
Pada
Lanjutan/Rujukan.
Pelayanan
Kesehatan
Tingkat
Alokasi
dana
Jaminan
Persalinan
di
PPK
Tingkat
Lanjutan/Rujukan
diperhitungkan
berdasarkan
perkiraan
jumlah bumil peserta Jamkesmas dan sasaran bumil penerima
manfaat Jaminan Persalinan yang belum
memiliki jaminan
persalinan dengan resiko tinggi/dengan komplikasi yang perlu
mendapatkan penanganan di PPK Lanjutan/Rujukan di daerah
tersebut dikalikan rata-rata besaran biaya paket pelayanan
persalinan resiko tinggi/dengan komplikasi menurut INA CBGs
C. Penyaluran Dana
Dana Jamkesmas dan Jaminan Persalinan yang menjadi satu kesatuan
secara utuh untuk pelayanan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta
pelayanan lanjutan di Rumah Sakit/Balkesmas, disalurkan langsung
dari bank operasional Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Jakarta V ke:
- 22 - Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai
penanggung jawab program a/n Institusi dan dikelola Tim Pengelola
Jamkesmas Kabupaten/Kota untuk pelayanan kesehatan dasar dan
persalinan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;
- Rekening Rumah Sakit/Balai Kesehatan untuk pelayanan
persalinan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yang menjadi
satu kesatuan dengan dana pelayanan rujukan yang sudah berjalan
selama ini.
1.
Penyaluran Dana Ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota baru yang akan ikut
menyelenggarakan Jamkesmas dan Jaminan Persalinan, maka
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku penanggung
jawab program, membuka rekening khusus Jamkesmas dalam
bentuk giro bank, atas nama Dinas Kesehatan (institusi) untuk
menerima dana Jamkesmas pelayanan dasar dan dana Jaminan
Persalinan, dan selanjutnya nomor rekening tersebut dikirim ke
alamat:
Pusat Pembiayaan dan Jaminan
Kementerian Kesehatan,
Gedung Prof. Dr. Sujudi, Lt.14
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9,
Jakarta Selatan 12950
Telp (021) 5221229, 5277543
Fax; (021) 52922020, 5279409
E-mail: [email protected]
Kesehatan,
b. Pengiriman Nomor rekening melalui surat resmi di tanda tangan
Kepala Dinas Kesehatan dan menyertakan nomor telepon yang
langsung dapat dihubungi.
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang pada tahun sebelumnya
telah menyelenggarakan dan mempunyai rekening penerimanaan
dana Jamkesmas, maka rekening tersebut dapat tetap
digunakan
untuk
penyelenggaraan
Jamkesmas
tahun
berikutnya.
d. Menteri Kesehatan membuat Surat Keputusan tentang penerima
dana penyelenggaraan Jamkesmas dan Jaminan Persalinan di
Pelayanan Dasar untuk tiap Kabupaten/Kota yang merupakan
satu kesatuan dan tidak terpisahkan.
- 23 Penyaluran dana dilakukan secara bertahap dan disesuaikan
dengan kebutuhan serta penyerapan kabupaten/kota.
e. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat edaran
ke Puskesmas untuk:
1) Membuat Plan of Action (POA) tahunan dan bulanan untuk
pelayanan Jamkesmas dan Jaminan Persalinan sebagai
dasar perkiraan kebutuhan dana Puskesmas untuk
pelayanan Jamkesmas dan Jaminan Persalinan.
2) Plan of Action (POA) sebagaimana dimaksud merupakan
bagian dari POA Puskesmas secara keseluruhan dan
dihasilkan dari dalam lokakarya mini Puskesmas.
f.
2.
Bagi Dinas Kesehatan Kab/Kota yang sudah menyelenggarakan
Jaminan Persalinan pada tahun sebelumnya dan sudah
mempunyai
rekening
Jamkesmas/Jaminan
Persalinan
pelayanan tingkat pertama/dasar, maka rekening tersebut dapat
dilanjutkan penggunaannya untuk menerima dana luncuran
pada tahun anggaran berjalan.
Penyaluran Dana Ke Rumah Sakit
a. Dana Jamkesmas dan Jaminan Persalinan untuk Pelayanan
Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan disalurkan
langsung dari Kementerian Kesehatan melalui KPPN ke rekening
Fasilitas Kesehatan Pemberi Pelayanan Kesehatan secara
bertahap sesuai kebutuhan.
b. Penyaluran Dana Pelayanan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
yang mencantumkan nama PPK Lanjutan dan besaran dana
luncuran yang diterima.
c. Perkiraan besaran penyaluran dana pelayanan kesehatan
dilakukan berdasarkan kebutuhan RS yang diperhitungan dari
laporan pertanggungjawaban dana PPK Lanjutan
Bagan penyaluran Dana Jamkesmas dan Jaminan Persalinan di
Fasilitas Kesehatan seperti pada bagan berikut:
- 24 Bagan-1
Penyaluran dan Pertanggungjawaban Dana Jamkesmas
Umpan Balik (Feedback)
Umpan Balik (Feedback)
KEMENTERIAN KES
Dana Dekon
SPM
Pertanggungjawaba
n dg INA-CBG’s
KPPN V JKT
(REK KAS NEGARA)
DINKES PROP
SP2D
Transfer (Dana
Jamkesmas + Jampersal
Lanjutan)
Lap Realisasi Dana
Transfer (Dana
Jamkesmas + Jampersal
Dasar)
DINKES KAB/KOTA
RS/BALKESMAS
POA + Klaim
Dg Perda Tarif
Coders dan ADM
Pusk
Pusk
Verifktr Indpnden
Pusk
Klaim
Klinik
Pusk
Dokter
Rmh
Bidan
JAMPERSAL
KETERANGAN:
:
:
:
:
:
Penyaluran/Transfer Dana Pelayanan
Pengajuan dan Pembayaran Klaim
Pengiriman Laporan Pertanggungjawaban
Penyaluran Dana OM Dekonsentrasi
Umpan balik (feedback) Laporan
D. Besaran Tarif Pelayanan
Besaran tarif pelayanan jaminan persalinan di fasilitas kesehatan dasar
ditetapkan sebagaimana tabel berikut:
Tabel-1
Besaran Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan Pada Pelayanan Dasar
No
1.
Jenis Pelayanan
Pemeriksaan kehamilan
(ANC)
Frek
4 kali
Tarif (Rp)
20.000
Jumlah (Rp)
80.000
Ket
Mengikuti Buku
Pedoman KIA. Pada
kasus-kasus
kehamilan dengan
komplikasi/resiko
tinggi frekuensi ANC
dapat > 4 kali dengan
penanganan di RS
berdasarkan rujukan
- 25 No
Jenis Pelayanan
Frek
Tarif (Rp)
Jumlah (Rp)
Ket
2.
Persalinan normal
1 kali
500.000
500.000
3.
Pelayanan ibu nifas dan
bayi baru lahir.
4 kali
20.000
80.000
4.
Pelayanan pra rujukan
pada komplikasi kebidan
an dan neonatal.
1 kali
100.000
100.000
Mengikuti Buku
Pedoman KIA
5.
a. Pelayanan penanganan
perdarahan
pasca
keguguran, persalinan
per vaginam dengan
tindakan
emergensi
dasar.
Pelayanan rawat inap
untuk komplikasi
selama kehamilan,
persalinan dan nifas
serta bayi baru lahir
1 kali
650.000
650.000
Hanya dilakukan pada
Puskesmas
PONED
yang
mempunyai
tenaga
yang
berkompeten
serta
fasilitas
yang
menunjang
b. Pelayanan rawat inap
untuk bayi baru lahir
sakit
1 Kali
Sesuai
tarif
rawat
inap
Puskesmas
Perawatan
yang berlaku
Sesuai tarif
rawat inap
Puskesmas
Perawatan yang
berlaku
c. Pelayanan
Pasca
(misal
Plasenta)
1 Kali
150.000
150.000
Tindakan
Persalinan
Manual
Besaran
biaya
ini
hanya
untuk
pembayaran;
a. Jasa Medis
b. Akomodasi pasien
maksimum 24 Jam
pasca persalinan
Sedangkan
untuk
obat-obatan
permintaan diajukan
ke Dinas Kesehatan
Mengikuti Buku
Pedoman KIA. Pada
kasus-kasus
kehamilan dengan
komplikasi/resiko
tinggi frekuensi ANC
dapat > 4 kali dengan
penanganan di RS
berdasarkan rujukan.
Biaya pelayanan rawat
inap sesuai dengan
ketentuan tarif rawat
inap
Puskesmas
PONED yang berlaku
Hanya dilakukan pada
Puskesmas Perawatan
Hanya dilakukan oleh
tenaga terlatih untuk
itu (mempunyai surat
penugasan
kompetensi oleh
Kadinkes setempat)
dan di fasilitas yang
mampu.
- 26 No
Jenis Pelayanan
6.
KB Pasca persalinan:
a. Jasa pemasangan alat
kontrasepsi (KB):
1) IUD dan Implant
2) Suntik
7.
Frek
Tarif (Rp)
Jumlah (Rp)
1 Kali
b. Penanganan
Komplikasi KB pasca
persalinan
1 Kali
Transport Rujukan
Setiap
Kali
(PP)
60.000
10.000
60.000
10.000
100.000
100.000
Besaran biaya
transport
sesuai dengan
Standar Biaya
Umum (SBU)
APBN, Standar
biaya
transportasi
yang berlaku
di daerah
Ket
a. Termasuk jasa dan
penyediaan
obatobat komplikasi
b. Pelayanan
KB
Kontap
dilaksa
nakan
di
RS
melalui
penggera
kan dan besaran
tarif mengikuti INACBG’s
Biaya
transport
rujukan adalah biaya
yang
dikeluarkan
untuk
merujuk
pasien,
sedangkan
biaya petugas dan
pendampingan
dibebankan
kepada
pemerintah daerah
Keterangan:
1. Biaya-biaya Jaminan persalinan pada fasilitas kesehatan dasar
a) Klaim persalinan ini tidak harus dalam paket (menyeluruh) tetapi dapat dilakukan klaim
terpisah, misalnya ANC saja, persalinan saja atau PNC saja.
b) Pelayanan nomor 4 dibayarkan apabila dilakukan tindakan stabilisasi pasien pra rujukan.
c) Pelayanan nomor 5a dan 5b dilakukan pada fasilitas kesehatan tingkat I PONED yang
mempunyai kemampuan dan sesuai kompetensinya.
d) Untuk kasus-kasus yang pada waktu ANC telah diduga/diperkirakan adanya risiko
persalinan, pasien sudah dipersiapkan jauh hari untuk dilakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih baik dan mampu seperti Rumah Sakit.
e) Di daerah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan Puskesmas PONED dengan geografis yang
tidak memungkinkan, bidan dapat diberikan kewenangan oleh Kepala Dinas Kesehatan dengan
penugasan sebagaimana telah diatur dalam Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan; sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Besaran biaya untuk pelayanan Jaminan persalinan, komplikasi kehamilan, komplikasi nifas dan
komplikasi bayi baru lahir, maupun pelayanan rujukan terencana tingkat lanjutan menggunakan
tarif paket Indonesia Case Base Group (INA-CBGs).
E. Pengelolaan Dana
Agar penyelenggaraan Jamkesmas termasuk Jaminan Persalinan
terlaksana secara baik, lancar, transparan dan akuntabel, pengelolaan
dana tetap memperhatikan dan merujuk pada ketentuan pengelolaan
keuangan yang berlaku.
- 27 1.
Pengelolaan Dana
Pelayanan Dasar.
Jamkesmas
dan
Jaminan
Persalinan
di
Pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dibentuk Tim Pengelola
Jamkesmas tingkat Kabupaten/Kota. Tim ini berfungsi dan
bertanggung dalam pelaksanaan penyelenggaraan Jamkesmas di
wilayahnya. Salah satu tugas dari Tim Pengelola Jamkesmas adalah
melaksanakan pengelolaan keuangan Jamkesmas yang meliputi
penerimaan dana dari Pusat, verifikasi atas klaim, pembayaran, dan
pertanggungjawaban klaim dari fasilitas kesehatan Puskesmas dan
lainnya.
Langkah-langkah pengelolaan dilaksanakan sebagai berikut;
a. Kepala Dinas Kesehatan menunjuk seorang staf di Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
sebagai
pengelola
keuangan
Jamkesmas pelayanan dasar dan Jaminan Persalinan.
b. Pengelola keuangan di Kabupaten/Kota harus memiliki buku
catatan (buku kas umum) dan dilengkapi dengan buku kas
pembantu untuk mencatat setiap uang masuk dan keluar dari
kas yang terpisah dengan sumber pembiayaan yang lain, dan
pembukuan terbuka bagi pengawas intern maupun ekstern
setelah
memperoleh
ijin
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota.
c. Tim
Pengelola
Jamkesmas
Kabupaten/Kota
melakukan
pembayaran atas klaim dengan langkah sebagai berikut:
1) Puskesmas melakukan pengajuan klaim atas:
Pelayanan Persalinan (baik untuk peserta Jamkesmas dan
maupun penerima manfaat Jaminan Persalinan non peserta
Jamkesmas) mengacu pada tarif pelayanan janpersal yang
ditetapkan Menkes (biaya tarif pelayanan Jaminan Persalinan
sebagaimana tercantum dalam Tabel.1).
2) Klaim pelayanan Jaminan Persalinan yang diajukan
fasilitas/tenaga kesehatan swasta (Bidan praktik mandiri,
Klinik Bersalin, dsb) yang telah memberikan pelayanan
persalinan, sesuai tarif sebagaimana dimaksud (lihat tarif
pelayanan persalinan)
- 28 3) Pembayaran atas klaim-klaim sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi yang
dilakukan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.
4) Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota melakukan
verifikasi atas klaim mencakup:
a) Kesesuaian realisasi pelayanan dan besaran tarif disertai
bukti pendukungnya.
b) Pengecekan klaim dari fasilitas/tenaga kesehatan swasta
yang memberikan pelayanan Jaminan Persalinan beserta
bukti pendukungnya.
c) Melakukan kunjungan ke lapangan untuk pengecekan
kesesuaian dengan kondisi sebenarnya bila diperlukan.
d) Memberikan
rekomendasi
dan
laporan
pertanggungjawaban atas klaim-klaim tersebut kepada
Kepala Dinas Kesehatan setiap bulan yang akan dijadikan
laporan pertanggungjawaban keuangan ke Pusat.
d. Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan negara, Jasa
Giro/Bunga Bank harus disetorkan oleh Tim Pengelola
Jamkesmas Kabupaten/Kota ke Kas Negara.
e. Seluruh berkas rincian bukti-bukti yakni;
1) Dokumen pengeluaran dana dan dokumen atas klaim
Jamkesmas dan Persalinan di Pelayanan Dasar oleh
Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan swasta serta,
2) Bukti-bukti pendukung klaim sebagaimana dipersyaratkan,
disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai
dokumen yang dipersiapkan apabila dilakukan audit oleh
Aparat Pengawas Fungsional (APF).
f. Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota membuat dan
mengirimkan
pertanggungjawaban
berupa
Laporan
Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana dan Pemanfaatan
Pelayanan Jamkesmas dan Jaminan Persalinan di Pelayanan
Dasar yang telah dibayarkan ke Puskesmas dan Fasilitas
Kesehatan swasta ke Tim Pengelola Pusat c.q. Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan dan TP Jamkesmas
Provinsi c.q. Dinas Kesehatan Provinsi.
- 29 g. Untuk
mempercepat
penyampaian
informasi
mengenai
pemanfaatan pelayanan Jamkesmas dan Jaminan Persalinan
serta penyerapan dana, Tim Pengelola Kabupaten/Kota
mengirimkan rekapitulasi pemanfaatan program melalui format
yang ditentukan berbasis web kepada Tim Pengelola Jamkesmas
Pusat.
2.
Pengelolaan Dana Pada Fasilitas Kesehatan Lanjutan
Pengelolaan dana pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
dilakukan mulai dari persiapan pencairan dana, pencairan dana,
penerimaan dana, dan pertanggungjawaban dana. Adapun
pengelolaan dana pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan adalah
sebagai berikut;
a. Dana
pelayanan
Jamkesmas
dan
Jaminan
Persalinan
dipelayanan kesehatan lanjutan disalurkan ke rekening Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam satu kesatuan (terintegrasi).
b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (Rumah Sakit/Balai
Kesehatan) membuat laporan pertanggungjawaban/klaim dengan
menggunakan INA-CBGs.
c. Selanjutnya Laporan pertanggungan jawaban/klaim tersebut
sebagaimana dimaksud angka 3 (tiga) dilaksanakan sebagaimana
pertanggungjawaban yang selama ini telah berjalan di Rumah Sakit
(sesuai pengaturan sebelumnya).
d. Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan negara, Jasa
Giro/Bunga Bank harus disetorkan oleh Rumah Sakit ke Kas
Negara.
e. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan mengirimkan secara resmi
laporan pertanggungjawaban/klaim dana Jamkesmas dan
Jaminan Persalinan terintegrasi kepada Tim Pengelola
Jamkesmas Pusat dan tembusan kepada Tim Pengelola
Jamkesmas Kabupaten/kota dan Provinsi sebagai bahan
monitoring, evaluasi dan pelaporan.
f. Seluruh berkas dokumen pertanggungjawaban dana disimpan
oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan untuk bahan dokumen
kesiapan audit kemudian oleh Aparat Pengawas Fungsional (APF).
- 30 F. Kelengkapan Pertanggung Jawaban Klaim
1.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jaminan Persalinan dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama ke Tim Pengelola Kabupaten/
Kota dilengkapi:
a. Fotokopi kartu identitas diri sasaran yang masih berlaku
(KTP atau identitas lainnya), dan bagi peserta jamkesmas
dilengkapi dengan fotokopi kartu Jamkesmas.
b. Fotokopi lembar pelayanan pada Buku KIA sesuai pelayanan
yang diberikan untuk Pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas,
termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.
Apabila peserta Jamkesmas atau penerima manfaat Jaminan
Persalinan non Jamkesmas tidak memiliki buku KIA pada
daerah tertentu, dapat digunakan kartu ibu atau keterangan
pelayanan lainnya pengganti buku KIA yang ditandatangani
ibu hamil/bersalin dan petugas yang menangani. Untuk
pemenuhan buku KIA di daerah, Tim Pengelola Kabupaten/Kota
melakukan koordinasi kepada penanggung jawab program KIA
daerah maupun pusat (Ditjen Gizi dan KIA).
c. Partograf yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong
persalinan untuk Pertolongan persalinan. Pada kondisi tidak ada
partograf dapat digunakan keterangan lain yang menjelaskan
tentang pelayanan persalinan yang diberikan.
d. Fotokopi/tembusan surat rujukan, termasuk keterangan
tindakan pra rujukan yang telah dilakukan di tandatangani oleh
sasaran/keluarga.
Untuk kepentingan verifikasi, bila diperlukan dapat
dilakukan uji petik verifikasi dengan melihat kohort ibu
dan bayi
Penyediaan kelengkapan form administrasi (kartu ibu,
kartu bayi, buku KIA, partograf, kohort ibu, kohort bayi,
formulir MTBM, format pencatatan KB, form pelaporan)
menjadi tanggung jawab Pemda/Dinas Kesehatan
Kab/Kota.
- 31 2.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
Pertanggungjawaban klaim pelayanan
fasilitas kesehatan lanjutan dilengkapi;
Jaminan
Persalinan
di
a. Fotokopi kartu identitas diri sasaran yang masih berlaku
(KTP atau identitas lainnya), dan bagi peserta jamkesmas
dilengkapi dengan fotokopi kartu Jamkesmas
b. Fotokopi/tembusan surat rujukan dari Puskesmas, Fasilitas
Kesehatan Swasta/Bidan Praktik Mandiri di tandatangani oleh
sasaran atau keluarga sasaran.
c. Bukti pelayanan untuk Rawat Jalan dan Resume Medis untuk
rawat inap
Tabel-2a
Bukti Penunjang Klaim di Pelayanan Tingkat Dasar
BUKTI PENUNJANG
No
Jenis Pelayanan
Kartu
Jamkesmas
/ Identitas
Buku KIA/
Kartu Ibu
+
+
1.
Pemeriksaan
Kehamilan
2.
Pertolongan
Persalinan Normal
+
3.
Pemeriksaan Nifas
(Pasca Persalinan)
+
4.
Pelayanan
Prarujukan
+
5.
Transport
Rujukan
6.
Pelayanan KB
Pascapersalinan
7.
Pelayanan bayi
baru lahir sakit
Partograf
Surat
Rujukan
+
+
+
+
Surat
Rujukan
di stempel
RS
Tujuan
+
+
+
Kartu KB
- 32 Tabel-2b
Bukti Penunjang Klaim di Pelayanan Tingkat Lanjutan
No
Jenis Pelayanan
1.
Pemeriksaan
Kehamilan
2.
Pertolongan
Persalinan
3.
4
5.
Kartu Jamkesmas
Identitas lainnya
BUKTI PENUNJANG
Bukti
Resume
Pelayanan
Medis
+
+
+
+
Pemeriksaan Nifas
(Pasca
Persalinan
dengan Risti)
+
+
Pelayanan
Bayi
baru lahir/neontus
+
+
Gangguan
Kehamilan
penanganan
Komplikasi
+
+
dan
Surat Rujukan
+
+
+ (Kecuali pada
keadaan emergensi)
+
+
+
+
Catatan:
Karena tata kelola dan pembiayaan pelayanan persalinan berlaku sama untuk peserta Jamkesmas
dan penerima manfaat Jaminan Persalinan, maka syarat-syarat administratif dan pembiayaan diatas
berlaku untuk peserta Jamkesmas dan penerima manfaat Jaminan Persalinan. (kecuali ruang
lingkup manfaat peserta Jamkesmas lebih komprehensif)
G. Pemanfaatan Dana Di Fasilitas Kesehatan
Yang dimaksud dengan pemanfaatan dana adalah penggunaan dana
setelah menjadi pendapatan fasilitas kesehatan baik fasilitas kesehatan
pemerintah maupun swasta. Pemanfaatan dana yang diterima oleh
Dokter Praktik/Bidan Praktik Mandiri, sepenuhnya menjadi hak Dokter
Praktik/Bidan Praktik Mandiri.
Pemanfaatan dana di fasilitas kesehatan pemerintah baik fasilitas
kesehatan tingkat pertama/dasar maupun fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan/rujukan, mengikuti ketentuan perundangan yang berlaku/tata
kelola keuangan daerah dan pengaturannya bergantung pada status
fasilitas kesehatan tersebut; apakah BLU/BLUD atau non BLU/BLUD.
- 33 Untuk fasilitas kesehatan pemerintah/pemerintah daerah yang sudah
menerapkan PPK BLU(D), maka pemanfaatannya sesuai dengan
pengelolaan keuangan fasilitas kesehatan BLU(D), dimana penerimaan
fungsional fasilitas kesehatan tersebut dapat dikelola langsung dan tidak
disetorkan ke kas Negara/daerah secara fisik. Namun demikian, untuk
BLUD tetap dilaporkan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah yang sah dan pengaturan pemanfaatannya sesuai RBA/DPA
BLUD.
Untuk fasilitas kesehatan pemerintah daerah yang belum menerapkan
PPK-BLUD, maka penerimaan dari fasilitas kesehatan merupakan
pendapatan daerah dan wajib disetorkan ke kas daerah. Untuk itu, baik
pendapatan maupun penggunaannya wajib masuk dalam Peraturan
Daerah tentang APBD atau Perubahan APBD tahun anggaran
berkenaan. Agar bisa diperoleh pengembalian atas dana retribusi
tersebut dengan cepat dari kas daerah sehingga dapat digunakan untuk
memberi pelayanan kepada masyarakat berikutnya yang memerlukan,
yang di dalamnya termasuk jasa pelayanan yang dimaksudkan sebagai
insentif untuk mengakselerasi pencapaian MDGs, maka waktu
penyetoran penerimaan ke kas daerah agar disertai dengan Surat
Perintah Membayar (SPM) secara bersamaan. Untuk itu, kepala daerah
agar membuat regulasi berkaitan dengan pengaturan hal tersebut.
1. Pemanfaatan Dana Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
a. Puskesmas Dengan Status Non BLUD
1) Dana jamkesmas dan dana persalinan terintegrasi menjadi
satu yang
masuk dalam APBN merupakan dana belanja
bantuan sosial yang diperuntukkan untuk pelayanan
kesehatan peserta Jamkesmas dan pelayanan persalinan
bagi sasaran yang membutuhkan.
2) Setelah dana tersebut disalurkan pemerintah melalui SP2D
ke rekening Kepala Dinas Kesehatan sebagai penanggung
jawab program, maka status dana tersebut berubah menjadi
dana masyarakat (sasaran).
3) Setelah Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas kesehatan
lainnya (swasta yang bekerjasama), melakukan pelayanan
kesehatan dan mendapatkan pembayaran klaim dari Tim
Pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota, maka status dana
tersebut
berubah
menjadi
pendapatan/penerimaan
fasilitas kesehatan.
- 34 4) Dana yang telah menjadi pendapatan/penerimaan
fasilitas kesehatan (Puskesmas) sebagaimana dimaksud
angka 3 (tiga), selanjutnya untuk penggunaan dan
pemanfaatannya
mengikuti
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
5) Besaran jasa pelayanan persalinan sebagaimana dimaksud
angka 4 (empat) minimal sebesar 75 % dibayarkan kepada
pemberi pelayanan dengan memperhatikan maksud
pemberian insentif agar terjadi akselerasi tujuan program
dan tujuan MDGs, terutama pencapaian penurunan angka
kematian ibu bersalin.
6) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada angka 5 (lima)
diatur melalui peraturan Bupati/Walikota atas usulan Kepala
Dinas Kesehatan yang didasari atas surat keputusan Menteri
Kesehatan tentang Petunjuk teknis pelaksanaan ini.
b. Puskesmas Dengan Status BLUD
1) Dana jamkesmas dan dana persalinan terintegrasi menjadi
satu yang
masuk dalam APBN merupakan dana belanja
bantuan sosial yang diperuntukkan untuk pelayanan
kesehatan peserta Jamkesmas dan pelayanan persalinan
bagi seluruh sasaran yang membutuhkan.
2) Setelah dana tersebut disalurkan pemerintah melalui SP2D
ke rekening Kepala Dinas Kesehatan sebagai penanggung
jawab program, maka status dana tersebut berubah menjadi
dana masyarakat (sasaran).
3) Setelah Puskesmas dan jaringannya, melakukan pelayanan
kesehatan dan mendapatkan pembayaran klaim dari Tim
Pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota, maka status dana
tersebut berubah menjadi pendapatan/penerimaan jasa
layanan.
4) Dana yang telah menjadi pendapatan/penerimaan
fasilitas kesehatan (Puskesmas BLUD) sebagaimana
dimaksud angka tiga 3 (tiga), maka pendapatan jasa layanan
tersebut dapat langsung digunakan dan dimanfaatkan oleh
Puskesmas sesuai RBA/DPA-BLUD yang telah ditetapkan
termasuk di dalamnya adalah jasa pelayanan.
- 35 5) Besaran jasa pelayanan persalinan sebagaimana dimaksud
angka 4 (empat) minimal sebesar 75 % dibayarkan kepada
pemberi pelayanan dengan memperhatikan maksud
pemberian insentif agar terjadi akselerasi tujuan program
dan tujuan MDGs, terutama pencapaian penurunan angka
kematian ibu bersalin.
6) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada angka 5 (lima)
diatur melalui peraturan Bupati/Walikota atas usulan Kepala
Dinas Kesehatan yang didasarkan surat keputusan Menteri
Kesehatan tentang Petunjuk teknis pelaksanaan ini.
c. Bidan Praktik Mandiri, Fasilitas Kesehatan Swasta
1) Dana
jaminan
persalinan
(Jampersal)
dalam
APBN
merupakan dana belanja bantuan sosial yang diperuntukkan
untuk pelayanan persalinan bagi seluruh sasaran yang
membutuhkan.
2) Dana tersebut setelah disalurkan pemerintah melalui SP2D
ke rekening Kepala Dinas Kesehatan sebagai penanggung
jawab program, maka status dana tersebut berubah menjadi
dana masyarakat (sasaran).
3) Setelah Bidan Praktik Mandiri, Dokter Praktik, Klinik
Bersalin dan fasilitas kesehatan lainnya (yang sudah
bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan), melakukan
pelayanan kesehatan dan mendapatkan pembayaran klaim
dari Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota, maka
status
dana
tersebut
berubah
menjadi
pendapatan/penerimaan tenaga atau fasilitas kesehatan
swasta tersebut.
4)
Dana yang telah menjadi pendapatan tenaga atau fasilitas
kesehatan swasta tersebut (yang sudah bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan) sepenuhnya menjadi pendapatan
fasilitas tersebut dan dapat digunakan langsung.
2. Pemanfaatan Dana Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
a. Rumah Sakit Daerah Yang Belum Menerapkan PPK BLUD
1) Dana jamkesmas dan dana persalinan terintegrasi menjadi
satu yang dalam APBN merupakan dana belanja bantuan
sosial dan diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan
peserta Jamkesmas dan pelayanan persalinan bagi seluruh
sasaran yang membutuhkan.
- 36 2) Setelah dana tersebut disalurkan pemerintah melalui SP2D
ke rekening Rumah Sakit sebagai penanggung jawab dan
pelaksanan pelayanan jamkesmas, maka status dana
tersebut berubah menjadi dana masyarakat (sasaran).
3) Dana yang telah menjadi pendapatan/penerimaan
fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) sebagaimana dimaksud
angka 3 (tiga), selanjutnya pengelolaan serta penggunaan dan
pemanfaatannya dilakukan dengan mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4) Dana yang telah menjadi pendapatan/penerimaan
fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) sebagaimana dimaksud
angka tiga (3) di atas maka selanjutnya pengelolaan serta
penggunaan dan
pemanfaatannya
dilakukan
dengan
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
5) Besaran Jasa pelayanan kesehatan (total) sebagaimana
dimaksud angka 4 (empat) ditetapkan oleh Kepala Daerah
atas usulan Direktur Rumah Sakit dengan setinggitingginya 44% atas biaya pelayanan kesehatan yang telah
dilakukan. Pengaturan mengenai jasa pelayanan/jasa medik
tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang mengatur
mengenai hal itu.
b. Rumah Sakit Daerah Yang Sudah Menerapkan PPK BLUD
1) Dana Jamkesmas dan dana persalinan terintegrasi menjadi
satu yang dalam APBN merupakan dana belanja bantuan
sosial yang diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan
peserta Jamkesmas dan pelayanan persalinan bagi seluruh
sasaran yang membutuhkan.
2) Setelah dana tersebut disalurkan pemerintah melalui SP2D
ke rekening Rumah Sakit sebagai penanggung jawab dan
pelaksanan pelayanan Jamkesmas, maka status dana
tersebut berubah menjadi dana masyarakat (sasaran).
3) Setelah Rumah Sakit (yang telah bekerjasama), melakukan
pelayanan kesehatan, mempertanggungjawabkan klaim serta
mendapatkan pembayaran klaim, maka status dana tersebut
berubah menjadi pendapatan/penerimaan jasa layanan.
- 37 4) Dana yang telah menjadi pendapatan/penerimaan jasa
layanan (Rumah Sakit/Balkesmas BLUD) sebagaimana
dimaksud angka 3 (tiga), maka pendapatan jasa layanan
tersebut dapat langsung digunakan dan dimanfaatkan sesuai
RBA/DPA-BLUD, termasuk di dalamnya adalah jasa
pelayanan.
5) Besaran jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
angka 4 (empat) dibayarkan kepada pemberi pelayanan
dengan memperhatikan maksud pemberian insentif agar
terjadi akselerasi tujuan program dan tujuan MDGs,
terutama pencapaian penurunan angka kematian ibu
bersalin.
6) Biaya Jasa pelayanan kesehatan (total) sebagaimana
dimaksud angka 5 (lima) ditetapkan oleh Kepala daerah atas
usulan Direktur Rumah Sakit dengan setinggi-tingginya
44% atas biaya pelayanan kesehatan yang telah dilakukan.
Pengaturan mengenai jasa pelayanan/jasa medik tersebut
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai
hal tersebut.
c. Rumah Sakit Swasta
1) Dana Jamkesmas dan dana persalinan terintegrasi menjadi
satu yang dari APBN merupakan dana belanja bantuan
sosial yang diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan
peserta Jamkesmas dan pelayanan persalinan bagi seluruh
sasaran yang membutuhkan.
2) Setelah dana tersebut disalurkan pemerintah melalui SP2D
ke rekening Rumah Sakit sebagai penanggung jawab dan
pelaksanan pelayanan Jamkesmas, maka status dana
tersebut berubah menjadi dana masyarakat (sasaran).
3) Setelah Rumah Sakit (yang telah bekerjasama), melakukan
pelayanan kesehatan, mempertanggungjawabkan klaim serta
mendapatkan pembayaran klaim, maka status dana tersebut
berubah menjadi pendapatan/penerimaan jasa layanan.
- 38 4) Dana yang telah menjadi pendapatan/penerimaan
fasilitas kesehatan (Rumah Sakit yang telah bekerja sama)
sebagaimana dimaksud angka 3 (tiga) sepenuhnya menjadi
pendapatan fasilitas tersebut dan dapat digunakan langsung
sesuai ketentuan yang mengatur pemanfaatan penerimaan
fasilitas kesehatan tersebut, termasuk di dalamnya adalah
jasa pelayanan
5) Besaran jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
angka 4 (empat) dibayarkan setinggi-tingginya 44% atas
biaya pelayanan kesehatan yang telah dilakukan dengan
memperhatikan maksud pemberian insentif agar terjadi
akselerasi tujuan program dan tujuan MDGs, terutama
pencapaian penurunan angka kematian ibu bersalin.
H. Pengelolaan Dana Yang Telah Menjadi Pendapatan/Penerimaan Jasa
Layanan
Pengelolaan dana dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
bergantung pada status fasilitas pelayanan kesehatan sudah
menerapkan PPK-BLUD atau belum menerapkan PPK-BLUD. Kalau
Fasilitas kesehatan tersebut sudah menerapkan PPK-BLUD maka dana
tersebut tidak disetor ke kas daerah tetapi tetap dilaporkan kepada
PPKD sebagai Lain-lain PAD yang sah dan dapat digunakan langsung
sesuai RBA/DPA-BLUD yang telah ditetapkan. Sedangkan yang belum
menerapkan PPK-BLUD, dana tersebut sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penggunaannya mengikuti pengaturan dalam pengelolaan keuangan
daerah.
Berdasarkan hal tersebut, pengelolaan dana Jaminan Persalinan dapat
dibedakan menjadi: 1) fasilitas pelayanan kesehatan belum menerapkan
PPK-BLUD dan 2) fasilitas pelayanan kesehatan sudah menerapkan
PPK-BLUD.
Untuk menfasilitasi pengelolaan dan pemanfaatan dana program ini,
maka Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dapat berkoordinasi dengan
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk memasukkan hal ini
dalam petunjuk APBD setiap tahun.
- 39 1. Fasilitas Kesehatan Belum Menerapkan PPK-BLUD
Fasilitas pelayanan kesehatan yang belum menerapkan PPK-BLUD
baik Puskesmas di pelayanan tingkat pertama dan Rumah Sakit di
pelayanan lanjutan, maka untuk penggunaan dan pemanfaatan
dana apabila pendapatan tersebut telah disetor ke kas daerah
dapat ditempuh langkah/prosedur sebagai berikut:
a. Pendapatan dari pembayaran klaim pelayanan kesehatan yang
telah ditarik terlebih dahulu disetor ke kas daerah.
b. Dana yang telah disetorkan ke kas daerah tersebut dapat
dimanfaatkan oleh puskesmas sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, yakni sesuai Mata Anggaran Kegiatan
(MAK) yang telah dianggarkan dalam APBD.
c. Pemanfaatan dana tersebut sebagaimana di maksud pada point
b termasuk untuk jasa pelayanan, pembelian barang habis pakai
dan kebutuhan operasional lainnya tercantum dalam Peraturan
Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD serta RKA dan DPA Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk Puskesmas dan jaringannya serta RKA
dan DPA Rumah Sakit untuk pelayanan lanjutan.
d. Bagi daerah yang belum mencantumkan dalam Peraturan
Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD serta RKA dan DPA Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk Puskesmas dan jaringannya serta RKA
dan DPA Rumah Sakit untuk pelayanan lanjutan, pelayanan
Jaminan Persalinan dapat dilakukan setelah menyusun program
dan kegiatan yang mendapat persetujuan kepala daerah dalam
bentuk Peraturan Kepala daerah. Peraturan Kepala Daerah
tersebut antara lain memuat:
1) Belanja untuk Jasa Pelayanan dan kegiatan operasional
lainnya.
2) Jasa Pelayanan sebagaimana dimaksud dibayarkan minimal
sebesar 75 % untuk tenaga penolong persalinan di
Puskesmas dan jaringannya, sedangkan untuk rumah Sakit
dibayarkan setinggi-tingginya 44 %.
- 40 2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sudah menerapkan PPK-BLUD
Fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah menerapkan PPK-BLUD
baik Puskesmas di pelayanan tingkat pertama dan Rumah Sakit di
pelayanan lanjutan, maka untuk penggunaan dan pemanfaatan
dana dapat ditempuh langkah/prosedur sebagai berikut;
a. Pendapatan dari pembayaran klaim pelayanan kesehatan yang
telah diberikan merupakan pendapatan jasa layanan fasilitas
pelayanan kesehatan dan secara administrasi dilaporkan ke kas
daerah sebagai Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dan
secara fisik dana tetap ada di fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah menerapkan
PPK-BLUD, dana yang diterima sebagai penerimaan jasa
layanan, maka sesuai ketentuan dana tersebut dapat digunakan
secara langsung. Pengunaan langsung dana tersebut untuk
kegiatan seperti pembayaran jasa pelayanan, pembelian bahan
habis pakai dan belanja kegiatan lainnya tetap direncanakan
dan diusulkan serta dituangkan dalam dokumen Rencana
Bisnis Anggaran
dan
Daftar
Pelaksanaan
Anggaran
((RBA)/DPA) BLUD fasilitas pelayanan tersebut.
c. Sesuai dengan yang telah tertuang dalam RBA/DPA BLU(D)
tersebut barulah dana tersebut dapat digunakan.
d. Besaran jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
point (b) dibayarkan setinggi-tingginya 44% atas biaya
pelayanan
kesehatan
yang
telah
dilakukan
dengan
memperhatikan maksud pemberian insentif agar terjadi
akselerasi tujuan program dan tujuan MDGs, terutama
pencapaian penurunan angka kematian ibu bersalin.
- 41 BAB V
PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian kegiatan Jaminan Persalinan dimaksudkan agar
pelaksanaan manajemen kegiatan Jaminan Persalinan dapat berjalan
secara efektif dan efisien. Pengelolaan kegiatan Jaminan Persalinan
dilaksanakan secara bersama-sama antara pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam pengelolaan Jaminan
Persalinan dibentuk Tim Pengelola di tingkat pusat, tingkat provinsi, dan
tingkat kabupaten/kota. Pengelolaan kegiatan Jaminan Persalinan
terintegrasi
dengan
kegiatan
Jaminan
Kesehatan
Masyarakat
(Jamkesmas) dan BOK.
Pengorganisasian manajemen Jamkesmas dan BOK terdiri dari:
A. Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK (bersifat lintas sektor), sampai
tingkat kabupaten/kota.
B. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK (bersifat lintas program), sampai
tingkat kabupaten/kota.
A. TIM KOORDINASI
1. Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat
Menteri Kesehatan membentuk Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK
Tingkat Pusat, yang terdiri dari Pelindung, Ketua, Sekretaris dan
Anggota. Tim Koordinasi bersifat lintas sektor terkait, diketuai oleh
Sekretaris Utama Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat dengan anggota
terdiri dari Pejabat Eselon I Kementerian
terkait dan unsur lainnya.
a. Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat, bertugas:
1) Menentukan strategi dan kebijakan nasional pelaksanaan
Jamkesmas dan BOK.
2) Melakukan pengendalian dan penilaian pelaksanaan kegiatan
Jamkesmas dan BOK secara nasional.
3) Menjadi fasilitator lintas sektor tingkat pusat dan daerah.
4) Memberikan
arahan
untuk
efisiensi
dan
efektivitas
pelaksanaan Jamkesmas dan BOK.
b. Struktur Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat,
terdiri dari:
1) Pelindung : Menteri Kesehatan
- 42 2) Ketua
: Sekretaris Utama Kemenko Kesra
3) Sekretaris : Sekretaris Jenderal Kemenkes
4) Anggota
:
a) Irjen Kemenkes
b) Dirjen Keuangan Daerah Kemendagri
c) Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu
d) Dirjen Anggaran Kemenkeu
e) Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Bappenas
f) Dijren Bina Upaya Pelayanan Kesehatan
g) Dirjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes
h) Dirjen P2PL Kemenkes
i) Kepala Badan Litbangkes Kemenkes
j) Staf Ahli Menteri Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan
Masyarakat Kemenkes
k) Staf Ahli Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
dan Desentralisasi Kemenkes
5) Sekretariat :
a) Sekretariat
Tim
Koordinasi
Jamkesmas/Jaminan
Persalinan:
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kemenkes
b) Sekretariat Tim Koordinasi BOK:
Setditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes
2. Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat Provinsi
Gubernur membentuk Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat
Provinsi, yang terdiri dari Pelindung, Ketua, Sekretaris dan Anggota.
Tim Koordinasi bersifat lintas sektor terkait dalam pelaksanaan
Jamkesmas dan BOK, diketuai oleh Sekretaris Daerah Provinsi
dengan anggota terdiri dari pejabat terkait.
a. Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat Provinsi, bertugas:
1) Menjabarkan strategi dan kebijakan pelaksanaan Jamkesmas
dan BOK tingkat provinsi.
2) Mengarahkan pelaksanaan kebijakan Jamkesmas dan BOK
sesuai kebijakan nasional.
3) Melakukan pengendalian dan penilaian pelaksanaan kegiatan
Jamkesmas dan BOK di tingkat provinsi.
b. Struktur Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat Provinsi,
terdiri dari:
1) Pelindung : Gubernur
2) Ketua
: Sekretaris Daerah Provinsi
- 43 3) Sekretaris : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
4) Anggota
:
a) Kepala Bappeda Provinsi
b) Ketua Komisi DPRD Provinsi yang membidangi kesehatan
c) Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi
d) Lintas sektor dan lintas program terkait sesuai
kebutuhan
2. Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat Kabupaten/Kota
Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK
Tingkat Kabupaten/Kota, yang terdiri dari Pelindung, Ketua,
Sekretaris dan Anggota. Tim Koordinasi bersifat lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan Jamkesmas dan BOK, diketuai oleh Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota dengan anggota terdiri dari pejabat terkait.
a. Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat Kabupaten/Kota,
bertugas:
1) Menjabarkan strategi dan kebijakan pelaksanaan Jamkesmas
dan BOK tingkat kabupaten/kota.
2) Mengarahkan pelaksanaan kebijakan Jamkesmas dan BOK
sesuai kebijakan nasional.
3) Melakukan pengendalian dan penilaian pelaksanaan kegiatan
Jamkesmas dan BOK di tingkat kabupaten/ kota.
4) Menjadi fasilitator lintas sektor tingkat kabupaten/kota dan
Puskesmas.
b. Struktur Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat
Kabupaten/Kota, terdiri dari:
1) Pelindung : Bupati/Walikota
2) Ketua
: Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
3) Sekretaris : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4) Anggota
:
a) Kepala Bappeda Kabupaten/Kota
b) Ketua Komisi DPRD Kabupaten/Kota yang membidangi
kesehatan
c) Kepala Dinas/Badan/Bagian yang mengelola keuangan
daerah
d) Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
e) Lintas sektor dan lintas program terkait sesuai kebutuhan
- 44 B. TIM PENGELOLA JAMKESMAS DAN BOK
Dalam pengelolaan kegiatan Jamkesmas dan BOK dibentuk Tim
Pengelola Tingkat Pusat, Tim Pengelola Tingkat Provinsi, dan Tim
Pengelola Tingkat Kabupaten/Kota serta Puskesmas.
Tim Pengelola bersifat lintas program di Kementerian Kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta
Puskesmas.
1. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat
Menteri
Kesehatan
membentuk
Tim
Pengelola
dengan
mengintegrasikan
kegiatan
Jaminan
Kesehatan
Masyarakat
(Jamkesmas), kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal) dan BOK
dalam satu pengelolaan. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat
Pusat terdiri dari Pelindung, Pengarah, Pelaksana Jamkesmas dan
Pelaksana BOK yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan.
Adapun susunan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat
sebagai berikut:
a. Susunan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat,
terdiri dari:
1) Pelindung
2) Pengarah
a) Ketua
b) Anggota
: Menteri Kesehatan
: Sekretaris
Jenderal
Kementerian
Kesehatan
: Para pejabat eselon I terkait di
lingkungan Kementerian Kesehatan
3) Pelaksana Jamkesmas
a) Penanggung Jawab
b) Ketua
c) Sekretaris
d) Anggota
:
:
:
:
4) Pelaksana BOK
:
a) Penanggung Jawab :
b) Ketua
:
c) Sekretaris
:
d) Anggota
:
- 45 b. Tugas Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat:
1)
Pengarah bertugas:
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional dan
teknis, pelaksanaan Jamkesmas dan BOK agar sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Peraturan Presiden
Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
b) Melakukan pengawasan dan pembinaan atas kebijakan
yang telah ditetapkan.
c) Melakukan
sinkronisasi
pengembangan kebijakan.
dan
koordinasi
terkait
d) Memberikan masukan dan laporan kepada Menteri
Kesehatan terkait pelaksanaan Jamkesmas dan BOK.
2)
Pelaksana Jamkesmas bertugas:
a) Merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pengarah.
b) Menyusun
pedoman
teknis
pelaksanaan,
penataan
sasaran, penataan fasilitas pelayanan kesehatan (pemberi
pelayanan kesehatan) dalam rangka penyelenggaraan
Jamkesmas.
c) Menyiapkan
dan
menyusun
pedoman
pelaksanaan
Jamkesmas sesuai dengan arah kebijakan pengarah dan
rumusannya
d) Menyusun dan mengusulkan norma, standar, prosedur dan
kriteria dalam penyelenggaraan Jamkesmas.
e) Melaksanakan pertemuan berkala dengan pihak terkait
dalam rangka koordinasi, sinkronisasi dan evaluasi
penyelenggaraan Jamkesmas.
f) Menyiapkan dan menyusun bahan-bahan bimbingan
teknis,
monitoring,
dan
evaluasi
penyelenggaraan
Jamkesmas
g) Melaksanakan
advokasi,
pembinaan
teknis
dan
Jamkesmas.
sosialisasi,
sinkronisasi,
evaluasi
penyelenggaraan
- 46 h) Menyusun
perencanaan,
evaluasi,
monitoring
dan
pengawasan seluruh kegiatan sesuai dengan kebijakan
teknis dan operasional yang telah ditetapkan.
i) Melakukan telaah hasil verifikasi, otorisasi dan realisasi
pembayaran klaim dan mengusulkan kebutuhan anggaran
pelayanan kesehatan.
j) Melaksanakan pelatihan-pelatihan terkait penyiapan SDM
dalam pelaksanaan Jamkesmas di pusat, provinsi dan
kabupaten/kota
k) Membantu kelancaran administrasi pelaksanaan tugas Tim
Pengelola
l) Melakukan analisis aspek kendali biaya dan kendali mutu
m) Membuat laporan hasil penyelenggaraan
secara berkala kepada pengarah.
Jamkesmas.
3) Pelaksana BOK:
Tugas Tim Pelaksana BOK Tingkat Pusat dijelaskan lebih lanjut
dalam Petunjuk Teknis BOK.
2. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Provinsi
Pelaksanaan kegiatan Jamkesmas (termasuk Jaminan Persalinan)
terintegrasi dalam pengelolaan dengan kegiatan-kegiatan BOK,
karena itu semua bidang yang mempunyai keterkaitan program di
Dinas Kesehatan Provinsi harus masuk dalam struktur organisasi
pengelola ini.
Dalam implementasi di lapangan untuk lebih
lancarnya pelaksanaan penyelenggaraan ketiga
secara umum di provinsi dan kabupaten/kota
dibentuk terdiri dari 2 (dua) sekretariat,
Jamkesmas dan Sekretariat BOK.
efektif, efisien dan
kegiatan tersebut,
tim pengelola yang
yaitu sekretariat
- 47 Bagan 2.
Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Daerah
KEPALA DINAS KES
P. JAWAB
SEKRETARIAT
JAMKESMAS
SEKRETARIAT
BOK
Pendanaan kegiatan manajemen Jamkemas dan BOK di provinsi
dibiayai melalui :
a. Dana Dekonsentrasi Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya, Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan pada kegiatan Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan
dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan untuk penanggung jawab
dan Sekretariat Jamkesmas Propinsi; dan
b. Dana Dekonsentrasi Dukungan Manajemen, Sekretariat Ditjen
Bina Gizi dan KIA untuk membiayai Sekretariat BOK Propinsi.
Susunan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Provinsi,
terdiri dari:
1) Penanggungjawab
2) Sekretariat Jamkesmas
a) Ketua
: Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi
: Kabid/Pejabat Eselon III yang
membidangi Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan
b) Wakil Ketua I Bid
Advokasi dan Sosialisasi
: (ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan
Provinsi
yang
bersangkutan)
c) Wakil Ketua II Bid
Monev dan Pelaporan
: (ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan
Provinsi
yang
bersangkutan)
: 2 Orang
d) Anggota
- 48 3) Sekretariat BOK
: Sekretariat BOK dapat di lihat
pada Juknis BOK
Total personil TP Jamkesmas Provinsi berjumlah sebanyak 6 (enam)
Orang. Masing-masing wakil ketua dibantu oleh 1 (satu) orang
anggota yang ada.
Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Provinsi bertugas:
a. Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK Pusat.
b. Bertanggungjawab
dalam
pengelolaan
manajemen
penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK secara keseluruhan di
wilayah kerjanya.
c. Mengoordinasikan manajemen kepesertaan, pelayanan
administrasi keuangan dalam penyelenggaraan Jamkesmas.
dan
d. Melakukan pembinaan (koordinasi dan evaluasi) terhadap
pelaksanaan kegiatan Jamkesmas dan BOK di kabupaten/kota.
e. Melatih tim pengelola Jamkesmas dan BOK tingkat kabupaten/
kota.
f.
Menyampaikan laporan dari hasil penyelenggaraan kegiatan
Jamkesmas dan BOK Kabupaten/ Kota ke Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat.
g. Mengupayakan peningkatan dana untuk operasional Puskesmas
dan manajemen Jamkesmas dan BOK dari sumber APBD.
h. Mengoordinasikan manajemen administrasi keuangan Jamkesmas
dan BOK.
i.
Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
unit-unit kerja yang terkait dalam penyelenggaraan Jamkesmas
dan BOK di wilayah kerjanya.
j.
Memfasilitasi pertemuan secara berkala dengan Tim Koordinasi
sesuai kebutuhan dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi,
evaluasi, dan penyelesaian masalah lintas sektor yang terkait
dengan penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK di provinsi.
k. Membuat laporan secara berkala atas pelaksanaan Jamkesmas
dan BOK di wilayah kerjanya kepada Tim Pengelola Jamkesmas
dan BOK Pusat.
l.
- 49 Menangani penyelesaian keluhan dari para pihak.
m. Meneruskan hasil rekruitmen
Kabupaten/Kota ke Pusat.
PPK
dari
Dinas
Kesehatan
n. Memonitor pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) yang menyelenggarakan Jamkesmas di wilayah kerjanya.
o. Melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap inventaris
barang yang telah diserahkan Kementerian Kesehatan untuk
menunjang pelaksanaan Jamkesmas dan BOK di daerahnya.
p. Menyusun dan
menyampaikan laporan atas semua hasil
pelaksanaan tugas penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK kepada
Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Pusat.
3. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Kabupaten/Kota
Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Kabupaten/Kota dalam
menjalankan tugas dan fungsinya terintegrasi menjadi satu kesatuan
yang tidak terpisahkan. Tim pengelola Jamkesmas sekaligus menjadi
Tim Pengelola BOK. Jaminan Persalinan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam penyelenggaraan Jamkesmas.
Pelaksanaan kegiatan Jamkesmas (termasuk Jaminan Persalinan)
terintegrasi dalam pengelolaan dengan kegiatan-kegiatan BOK,
karena itu semua bidang yang ada pada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus masuk dalam struktur organisasi pengelola
ini.
Untuk berjalannya tugas dan fungsi Tim Pengelola Jamkesmas dan
BOK lebih efektif, efisien, serasi serta harmonis dalam kelancaran
pelaksanaan penyelenggaraan ketiga kegiatan tersebut, tim pengelola
yang dibentuk teridiri dari 2 (dua) sekretariat, yaitu sekretariat
Jamkesmas dan Sekretariat BOK.
Pendanaan untuk kegiatan manajemen Tim Pengelola Jamkesmas
dan BOK Kabupaten/Kota didukung dengan pembiayaan yang
berasal dari :
a. Dana Dekonsentrasi Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya, Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan pada kegiatan Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan
dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan untuk Penanggungjawab
dan Sekretariat Jamkesmas Kabupaten/Kota; dan
- 50 b. Dana Tugas Pembantuan Setditjen Bina Gizi dan KIA membiayai
Sekretariat BOK Tingkat Kabupaten/Kota.
Susunan
Tim
Pengelola
Kabupaten/Kota, terdiri dari:
1) Penanggung jawab
Jamkesmas
dan
BOK
Tingkat
: Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
2) Sekretariat Jamkesmas
a) Ketua
: Kabid/Pejabat Eselon III yang
membidangi Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan
b) Wakil Ketua I Bid
Advokasi, Sosialisasi,
Monev dan Pelaporan
: (ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan
Kabupaten/kota
yangbersangkutan)
a) Wakil Ketua II Bid
Verifikasi Klaim
Jamkesmas-Jaminan
persalinan
: (ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan
Kabupaten/kota
yangbersangkutan)
b) Anggota
:
3) Sekretariat BOK
2 Orang
: Sekretariat BOK dapat di lihat
pada Juknis BOK
Total personil TP Jamkesmas Kabupaten/Kota berjumlah sebanyak 6
(enam) Orang. Masing-masing wakil ketua bidang dibantu oleh 1
(satu) orang anggota yang ada.
Tim Pengelola
bertugas:
Jamkesmas
dan
BOK
Tingkat
Kabupaten/Kota,
a. Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat.
b. Mempertanggungjawabkan
manajemen
penyelenggara
an
Jamkesmas dan BOK secara keseluruhan di wilayah kerjanya.
c. Melakukan pembinaan (koordinasi dan evaluasi) terhadap
pelaksanaan kegiatan Jamkesmas dan BOK di kabupaten/kota.
d.
Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
unit-unit kerja yang terkait dalam penyelenggaraan Jamkesmas
dan BOK di wilayah kerjanya (termasuk pada fasilitas pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas
pelayanan lanjutan).
- 51 e. Memfasilitasi pertemuan secara berkala dengan tim koordinasi
sesuai kebutuhan dalam rangka evaluasi, monitoring, pembinaan
dan penyelesaian masalah lintas sektor yang terkait dengan
penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK di kabupaten/kota.
f.
Mengoordinasikan manajemen pelayanan dan administrasi
keuangan dalam penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK di
kabupaten/kota.
g. Melakukan sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan Jamkesmas
dan BOK.
h. Melakukan monitoring, evaluasi, pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK.
i.
Melakukan telaah atas kegiatan (POA) Jamkesmas dan BOK yang
diusulkan Puskesmas.
j.
Menyalurkan dana kepada Puskemas yang
usulan-usulan kegiatan-kegiatan Jamkesmas
disetujui dan ditandatangani Kepala Dinas
pejabat yang diberikan kewenangan oleh Kepala
Kabupaten/Kota.
k.
Melakukan verifikasi atas semua kegiatan Jamkesmas dan BOK
yang dilaksanakan Puskesmas berdasarkan usulan kegiatan
sebelumnya.
l.
Melakukan verifikasi dan membayar atas klaim yang diajukan
oleh fasilitas kesehatan yang melaksanakan Jaminan Persalinan
(Jaminan Persalinan).
didasarkan atas
dan BOK yang
Kesehatan atau
Dinas Kesehatan
m. Menangani penyelesaian keluhan terkait dalam penyelenggaraan
Jamkesmas dan BOK.
n. Melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan fasilitas
pelayanan kesehatan swasta yang berkeinginan menjadi jaringan
Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Jaminan Persalinan di
wilayah kerjanya.
o. Selaku pembina verifikator independen melakukan pembinaaan
dan pengawasan pelaksanaan kegiatan verifikator independen di
daerahnya, termasuk di dalamnya adalah melakukan evaluasi
kinerja terhadap kegiatan verifikator independen.
p. Mengupayakan peningkatan dana untuk operasional dan
manajemen Puskesmas melalui BOK dan peningkatan dana
kepesertaan Jaminan Kesehatan dari sumber APBD.
- 52 q. Melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap inventaris
barang yang telah diserahkan Kementerian Kesehatan untuk
menunjang pelaksanaan Jamkesmas dan BOK didaerahnya.
r. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dan hasil
kinerja kepada Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat.
s. Menyusun dan menyampaikan laporan atas semua pelaksanaan
tugas penyelenggaraan Jamkesmas dan BOK kepada Tim
Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Pusat melalui Dinas
Kesehatan Provinsi setempat.
- 53 BAB VI
INDIKATOR KEBERHASILAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI
A. Indikator Keberhasilan
Jaminan Persalinan diharapkan memberikan kontribusi dalam upaya
untuk meningkatkan cakupan pencapaian program KIA. Untuk
mengukur/melihat keberhasilan Jaminan Persalinan sebagai dasar
dalam menilai keberhasilan dan pencapaian pelaksanaan Jaminan
Persalinan digunakan beberapa kelompok indikator-indikator sebagai
berikut:
1. Indikator Kinerja Program (sesuai dengan Program KIA)
a. Cakupan K1
b. Cakupan K4
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan
d. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan
e. Cakupan pelayanan nifas lengkap (KF lengkap)
f.
Cakupan peserta KB pasca persalinan
g. Cakupan kunjungan neonatal 1 (KN1)
h. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap)
i.
Cakupan penanganan komplikasi neonatal
2. Indikator Kinerja Pendanaan dan Tata Kelola Keuangan
a. Tersedianya dana jaminan persalinan pada seluruh daerah sesuai
kebutuhan.
b. Termanfaatkannya dana Jaminan
sasaran yang membutuhkan.
Persalinan
bagi
seluruh
c. Terselenggaranya proses klaim dan pertanggungjawaban dana
Jaminan Persalinan untuk pelayanan dasar dan pelayanan
rujukan secara akuntabel.
B. Pemantauan Dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Jaminan Persalinan terintegrasi
dengan program Jamkesmas sebagaimana diatur dalam Pedoman
Pelaksanaan Jamkesmas.
- 54 1. Tujuan
Pemantauan perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran
mengenai kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan di lapangan,
sedangkan evaluasi bertujuan menilai pencapaian indikator
keberhasilan.
2. Ruang Lingkup
a. Data sasaran, pencatatan, pelaporan dan penanganan keluhan
b. Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan meliputi jumlah
kunjungan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun jumlah
rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan;
c. Kualitas pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan
d. Pelaksanaan penyaluran dana dan verifikasi pertanggung jawaban
dana
e. Pelaksanaan verifikasi penggunaan dana Jaminan Persalinan
f. Pengelolaan Jaminan Persalinan di Provinsi/Kabupaten/Kota
3. Mekanisme
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala baik bulanan,
triwulan, semester maupun tahunan oleh Pusat dan Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Pertemuan
koordinasi
Kabupaten/Kota)
(tingkat
Pusat;
Provinsi
dan
b. Pengolahan dan analisis data
c. Supervisi
C. Penanganan Keluhan
Penyampaian keluhan berguna sebagai masukan untuk perbaikan dan
peningkatan
pelayanan, keluhan tersebut dapat disampaikan oleh
sasaran, pemerhati, dan petugas fasilitas kesehatan kepada Tim
Pengelola Jamkesmas dan BOK di Dinas Kesehatan Provinsi/
Kabupaten/Kota.
Dalam penanganan keluhan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK harus
memperhatikan prinsip:
1. Keluhan harus direspon secara cepat dan tepat;
2. Penanganan keluhan dilakukan pada tingkat terdekat dengan
masalah dan penyelesaiannya dapat dilakukan secara berjenjang.
- 55 3. Penanganan keluhan dapat memanfaatkan unit yang telah tersedia di
fasilitas kesehatan maupun Dinas Kesehatan setempat.
D. Pembinaan Dan Pengawasan
1. Pembinaan bertujuan agar pelaksanaan Jaminan Persalinan lebih
berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan dilakukan secara
berjenjang sesuai dengan tugas dan fungsinya, diantaranya:
a. Pembinaan dalam penyusunan POA program. POA tetap
diperlukan sebagai acuan untuk dalam perencanaan kegiatan.
b. Pembinaaan dalam pelaksanaan pelayanan program di lapangan
c. Pembinaan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban dana
Jaminan Persalinan.
d. Pembinaan dalam penyelenggaraan proses klaim.
e. Pembinaan dalam proses sistem informasi manajemen baik yang
berbasis website maupun manual.
2. Pengawasan dilakukan secara:
a. Pengawasan melekat
b. Pengawasan fungsional
E. Pencatatan, Pelaporan, Dan Umpan Balik
Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi diperlukan pencatatan dan
pelaporan pelaksanaan Jaminan Persalinan secara rutin setiap bulan.
1. Pencatatan
Hasil kegiatan pelayanan Jaminan Persalinan dilakukan oleh fasilitas
kesehatan pada register pencatatan yang sudah ada.
2. Pelaporan
a. Fasilitas kesehatan wajib melaporkan rekapitulasi pelaksanaan
program kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim
Pengelola pada tanggal 5 (lima) setiap bulannya.
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola
Kabupaten/Kota wajib melakukan rekapitulasi laporan dari
seluruh laporan hasil pelaksanaan Jaminan Persalinan program
di wilayah Kabupaten/Kota setempat dan melaporkannya kepada
Dinas Kesehatan Provinsi setiap tanggal 10 (sepuluh) setiap
bulannya.
- 56 c. Dinas Kesehatan Provinsi selaku Tim Pengelola Provinsi wajib
melakukan rekapitulasi laporan hasil kegiatan dari setiap Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan melaporkannya kepada Pusat
setiap tanggal 15 (lima belas) setiap bulannya.
d. Kementerian Kesehatan/Tim Pengelola Pusat wajib melakukan
rekapitulasi laporan dari setiap provinsi untuk menjadi laporan
nasional setiap bulan/trimester/semester/tahun.
3. Umpan Balik
Laporan umpan balik mengenai hasil laporan pelaksanaan Jaminan
Persalinan dilaksanakan secara berjenjang, yaitu :
a. Kementerian Kesehatan/Tim Pengelola Pusat akan melakukan
analisis dan memberikan umpan balik kepada Dinas Kesehatan
Provinsi/Tim Pengelola Provinsi;
b. Dinas Kesehatan Provinsi/Tim Pengelola Provinsi akan melakukan
analisis dan memberikan umpan balik ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota/Tim Pengelola Dinas Kabupaten/Kota .
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Tim Pengelola Kabupaten/Kota
akan melakukan analisis dan memberikan umpan balik kepada
fasilitas pemberi pelayanan.
Laporan kinerja hasil pelaksanaan kegiatan Jaminan Persalinan
tersebut dikirimkan ke Sekretariat Tim Pengelola Jamkesmas
Pusat dengan alamat:
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Selaku Tim Pengelola Jamkesmas Pusat
Kementerian Kesehatan
Gedung Prof. Sujudi Lantai 14
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav No. 4-9
Jakarta Selatan
BAB VII12950
Telp. (021) 5221229; Fax. (021) 5292020
atau melalui
PENUTUP
PO BOX JAMKESMAS
7755 JKTM 12700
- 57 BAB VII
PENUTUP
Kebijakan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan maksud untuk
mempermudah akses ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan ANC dan
pertolongan persalinan yang hygienis oleh tenaga kesehatan yang terlatih
baik persalinan normal maupun dengan penyulit. Hal ini dilakukan untuk
mengatasi hambatan biaya persalinan yang sering rmenjadi masalah pada
kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Jaminan persalinan sesungguhnya merupakan perluasan kepesertaan dan
manfaat Jamkesmas kepada ibu hamil, bersalin dan ibu dalam masa nifas
yang belum mempunyai jaminan persalinan.
Buku Petunjuk teknis ini disusun agar menjadi acuan dalam
penyelenggaraan jaminan persalinan sehingga dapat tercapai tujuan
program serta penyelenggaraan pembiayaan yang akuntabel.
MENTERI KESEHATAN,
ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH
- 58 Formulir 1
PERJANJIAN KERJA SAMA
ANTARA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA.............................
DENGAN
-----------------------------------------------------------------------TENTANG
PEMBERIAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN
TAHUN --------------------NOMOR .......................
Pada hari ini ............. tanggal................ bulan ........................... tahun...................., yang
bertanda tangan dibawah ini :
1. ---------------------------------------------, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
berkedudukan dan berkantor di Jalan --------------------------------------------------------,
dalam hal ini bertindak selaku Ketua Tim Pengelola Program Jamkesmas Jaminan
Persalinan di pelayanan dasar dalam jabatannya tersebut yang untuk selanjutnya
disebut sebagai ” PIHAK PERTAMA”;
2. --------------------------------------------------------------, yang berkedudukan dan berkantor
di Jalan -----------------------------------------------------dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut berdasarkan .......................... dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut berdasarkan ............... yang untuk selanjutnya disebut sebagai
“ PIHAK KEDUA”.
Bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama di sebut “ PARA
PIHAK” dan secara sendiri-sendiri disebut “ PIHAK”.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA mengadakan perjanjian kerja sama (selanjutnya
disebut “Perjanjian”) dengan ketentuan–ketentuan sebagaimana diatur lebih lanjut dalam
Perjanjian ini.
PASAL 1
PENUNJUKAN
PIHAK PERTAMA menunjuk PIHAK KEDUA untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
seluruh ibu hamil, ibu nifas dan bayi lahir yang belum mempunyai jaminan
kesehatan/jaminan persalinandi fasilitas kesehatan yang dibawah tanggung jawab yang
bersangkutan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor ------------------------------------ tahun ------tentang Petunjuk Teknis Program Jaminan Persalinan dan PIHAK KEDUA
menerima penunjukakn tersebut
PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud dari Perjanjian ini adalah sebagai dasar pelaksanaan bersama PARA PIHAK
dalam memberikan pelayanan jaminan persalinan.
- 59 2. Tujuan Perjanjian ini adalah untuk memberikan pelayanan program jaminan
persalinan yang sebaik-baiknya yang memenuhi syarat pelayanan sebagaimana
petunjuk teknis program jaminan persalinan
PASAL 3
RUANG LINGKUP PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC); dengan tatalaksana pelayanan mengacu pada buku
Pedoman KIA,
2. Persalinan per vaginam normal, melalui induksi, dengan tindakan atau dengan
komplikasi
3. Atau, persalinan per abdominam termasuk Seksio sesarea elektif (berencana), atas
indikasi medis dan Seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi medis (Pada
Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan)
4. Pelayanan selama masa nifas dan pelayanan neonatus
PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
1. PIHAK PERTAMA berhak :
a. Melakukan verifikasi atas pemberian pelayanan kesehatan dan kesesuaian
besarnya klaim biaya yang akan di bayarkan oleh Kementerian Kesehatan kepada
PIHAK KEDUA.
b. Memperoleh laporan pelayanan dan pengajuan berkas klaim dari PIHAK KEDUA
c. Menerima keluhan dari pengguna program dan meneruskan keluhan tersebut
kepada PIHAK KEDUA sepanjang hal tersebut menyangkut pelayanan.
d. Memperoleh laporan pelayanan Jaminan Persalinan dari PIHAK PERTAMA
e. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan program oleh
PIHAK KEDUA
2. PIHAK PERTAMA berkewajiban:
a. Melakukan pembayaran atas pelayanan yang diberikan oleh PIHAK KEDUA
b. Melakukan monitoring dan evaluasi keuangan/pembiayaan pelayanan kesehatan
yang diterima oleh PIHAK KEDUA
c. Menerima usulan dan keluhan yang diajukan oleh PIHAK KEDUA
d. Melakukan sosialisasi kebijakan dan Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan
- 60 PASAL 5
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA berhak :
a. Memperoleh pembayaran dari PIHAK PERTAMA atas nama Kementerian kesehatan
atas biaya pelayanan yang telah dilaksanakan.
b. Mengajukan klaim tagihan/pertanggung-jawaban atas biaya pelayanan kesehatan
yang telah diberikan
c. Melakukan klarifikasi jika terdapat perbedaan antara klaim tagihan biaya dan
realisasi pembayaran klaim.
d. Memperoleh umpan balik atas hasil monitoring dan evaluasi tentang kepesertaan,
pelayanan kesehatan, dan keuangan dari PIHAK KEDUA.
e. Mengajukan usul/keluhan sehubungan penyelenggaraan
persalinan dalam upaya peningkatan pelayanan.
program
jaminan
2. PIHAK KEDUA berkewajiban :
a. Memberikan pelayanan program persalinan kepada
kepada petunjuk teknis program jaminan persalinan
penguna
program mengacu
b. Menyediakan fasilitas pelayanan rawat jalan tserta fasilitas pertolongan persalinan
sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku.
c. Tidak menarik biaya tambahan kepada pengguna program jaminan persalinan di
luar tarif yang ditentukan dengan alasan apapun
d. Mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkompeten untuk
memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar ketenagaan yang berlaku.
e. Menyerahkan klaim tagihan biaya pelayanan kesehatan kepada PIHAK PERTAMA
untuk diverifikasi.
f. Menyampaikan laporan pelayanan program jaminan persalinan
PERTAMA
kepada PIHAK
PASAL 6
TARIP PELAYANAN
Besaran tarif pelayanan program jaminan persalinan yang diberikan oleh PIHAK KEDUA
adalah:
No
Jenis Pelayanan
Frek
Tarif
Jumlah
Ket
(Rp)
(Rp)
1.
Pemeriksaan kehamilan
4 kali
20.000
80.000
2.
Persalinan normal
1 kali
500.000
500.000
Standar 4x
- 61 No
Jenis Pelayanan
Frek
Tarif
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Ket
3.
Pelayanan nifas termasuk
pelayanan bayi baru lahir
dan KB pasca persalinan
4 kali
20.000
80.000
4.
Pelayanan tindakan pra
rujukan untuk ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru
lahir dengan komplikasi.
1 kali
100.000
100.000
Pada saat menolong
persalinan ternyata
ada komplikasi,
wajib segera dirujuk
5.
Pelayanan pasca keguguran,
persalinan per vaginam
termasuk pelayanan nifas
dan pelayanan bayi baru
lahir dengan tindakan
emergensi dasar.
1 kali
650.000
650.000
Dilakukan di
Puskesmas PONED
Standar 4x
PASAL 7
TATA CARA PENGAJUAN TAGIHAN
1. Proses klaim bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama:
PIHAK PERTAMA mengajukan klaim setelah memberikan pelayanan kepada Dinas
Kesehatan/Tim Pengelola Kabupaten/Kota dengan melengkapi bukti pelayanan yang
sah dan harus di tanda tangani oleh peserta (ibu hamil, bersalin, nifas. Tim verifikasi
PIHAK PERTAMA melakukan verifikasi dan memberikan persetujuan membayar
kepada masing-masing fasilitas kesehatan.
2. Proses klaim Jaminan persalinan bagi fasilitas kesehatan tingkat lanjutan:
PIHAK KEDUA (Fasilitas kesehatan tingkat rujukan) melakukan pengajuan klaim
program jaminan persalinan KEPADA PIHAK PERTAMA melalui mekanisme klaim
Jamkesmas, yaitu dengan INA CBGs
PASAL 8
PEMBAYARAN KLAIM/PERTANGGUNG JAWABAN
1.
Klaim tagihan yang sudah diverifikasi oleh PIHAK PERTAMA dibayar kepada PIHAK
KEDUA.
2.
Pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan oleh PIHAK PERTAMA
dapat secara tunai.
Bagi Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau
untuk Fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan melalui Bank yang ditetapkan oleh PIHAK KEDUA.
PASAL 9
JANGKA WAKTU BERLAKU
1.
Kesepakatan Kerja Sama ini berlaku untuk jangka waktu selama 1 (satu) tahun
terhitung sejak tanggal .................. sampai dengan ........................
- 62 2.
Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu Perjanjian
Kerjasama ini, PARA PIHAK sepakat saling memberitahukan maksudnya apabila
hendak memperpanjang Kesepakatan Bersama ini.
3.
Apabila selambat-lambatnya sampai dengan 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya
jangka waktu Perjanjian ini tidak ada surat pemberitahuan dari PIHAK PERTAMA
untuk memperpanjang waktu Perjanjian, maka Perjanjian ini berakhir dengan
sendirinya.
PASAL 10
SANKSI
Dalam hal PIHAK KEDUA secara nyata terbukti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Tidak melayani pengguna program jaminan persalinan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Tidak memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan sesuai yang berlaku.
c.
Memungut biaya tambahan biaya pelayanan kesehatan kepada pengguna program
jaminan persalinan
d. Tidak melakukan prosedur pelayanan sesuai petunjuk teknis jaminan persalinan
Maka PIHAK PERTAMA berhak untuk menangguhkan pembayaran atas tagihan biaya
pelayanan kesehatan yang diajukan oleh PIHAK KEDUA.
Dalam hal PIHAK KEDUA membatalkan secara sepihak Perjanjian ini, PIHAK PERTAMA
mengenakan denda sebesar nilai tagihan biaya pelayanan kesehatan
3 (tiga)
bulan
terakhir yang sudah dibayarkan PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
PASAL 11
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1.
Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (selanjutnya disebut “Force Majeure”)
adalah suatu keadaan yang terjadinya di luar kemampuan, kesalahan atau kekuasaan
PARA PIHAK dan yang menyebabkan PIHAK yang mengalaminya tidak dapat
melaksanakan atau terpaksa menunda pelaksanaan kewajibannya dalam Kesepakatan
ini. Force Majeure tersebut meliputi bencana alam, banjir, wabah, perang (yang
dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan), pemberontakan, huru-hara, pemogokkan
umum, kebakaran dan kebijaksanaan Pemerintah yang berpengaruh secara langsung
terhadap pelaksanaan Kesepakatan ini.
2.
Dalam hal terjadinya peristiwa Force Majeure, maka PIHAK yang terhalang untuk
melaksanakan kewajibannya tidak dapat dituntut oleh PIHAK lainnya.
PIHAK
yang terkena Force Majeure wajib memberitahukan adanya peristiwa Force
Majeure tersebut kepada PIHAK yang lain secara tertulis paling lambat 7 (tujuh)
hari kalender sejak saat terjadinya peristiwa Force Majeure, yang dikuatkan oleh
surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang menerangkan adanya
peristiwa Force Majeure tersebut.
PIHAK yang terkena Force Majeure wajib
mengupayakan dengan sebaik-baiknya untuk tetap melaksanakan kewajibannya
sebagaimana diatur dalam Kesepakatan ini segera setelah peristiwa Force Majeure
berakhir.
- 63 3.
Apabila peristiwa Force Majeure tersebut berlangsung terus hingga melebihi atau
diduga oleh PIHAK yang mengalami Force Majeure akan melebihi jangka waktu 30
(tiga puluh) hari kalender, maka PARA
PIHAK sepakat untuk meninjau kembali
Jangka Waktu Kesepakatan ini.
4.
Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu PIHAK sebagai akibat
terjadinya peristiwa Force Majeure bukan merupakan tanggung jawab PIHAK yang
lain.
PASAL 12
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1.
Setiap perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang timbul sehubungan
dengan Perjanjian ini akan diselesaikan terlebih dahulu secara musyawarah dan
mufakat oleh PARA PIHAK.
2.
Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. Pasal
ini tidak berhasil mencapai mufakat, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyerahkan
penyelesaian perselisihan tersebut melalui Pengadilan.
3.
Mengenai Kesepakatan ini dan segala akibatnya, PARA PIHAK memilih kediaman
hukum atau domisili yang tetap dan umum di Kantor Panitera Pengadilan Negeri
............... (setempat).
PASAL 13
ADDENDUM
Apabila dalam pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini PARA PIHAK merasa perlu
melakukan perubahan, maka perubahan tersebut hanya dapat dilakukan atas
kesepakatan PARA PIHAK yang dituangkan dalam Addendum Perjanjian ini yang
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian ini.
PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA
............................
................................
CATATAN :
KONSEP INI DAPAT DIMODIFIKASI SESUAI DENGAN KEBUTUHAN DAN KEADAAN
SETEMPAT SEPANJANG TIDAK BERTENTANGAN DENGAN PEDOMAN YANG DITETAPKAN
MENTERI KESEHATAN.
- 64 Formulir 2
PROYEKSI ESTIMASI SASARAN IBU HAMIL DI INDONESIA
PER PROVINSI
No.
Provinsi
Penduduk
CBR 2010
Sasaran
Bumil
4.486.570
19,8
97.717
1.
Aceh
2.
Sumatera Utara
12.985.075
19,6
279.958
3
Sumatera Barat
4.845.998
20,3
108.211
4.
Riau
5.543.031
21,7
132.312
5.
Jambi
3.088.618
19,2
65.232
6.
Sumatera Selatan
7.446.401
19
155.630
7.
Bengkulu
1.713.393
18,8
35.433
8.
Lampung
7.596.115
18,2
152.074
9.
Bangka Belitung
1.223.048
18,2
24.485
10.
Kepulauan Riau
1.685.698
0
-
11.
DKI Jakarta
9.588.198
19,2
202.503
12.
Jawa Barat
43.021.826
18
851.832
13.
Jawa Tengah
32.380.687
16,8
598.395
14.
DI Yogyakarta
3.452.390
11,9
45.192
15.
Jawa Timur
37.476.011
13,3
548.274
16.
Banten
10.644.030
20,5
240.023
17.
Bali
3.891.428
14,4
61.640
18.
Nusa Tenggara Barat
4.496.855
20,1
99.425
19.
Nusa Tenggara Timur
4.679.316
19,8
101.916
20.
Kalimantan Barat
4.393.239
19,7
95.201
21.
Kalimantan Tengah
2.202.599
16,8
40.704
22.
Kalimantan Selatan
3.626.119
18,3
72.994
23.
Kalimantan Timur
3.550.586
18,3
71.473
24.
Sulawesi Utara
2.265.937
14,8
36.889
25.
Sulawesi Tengah
2.633.420
18,7
54.169
26.
Sulawesi Selatan
8.032.551
18,2
160.812
27.
Sulawesi Tenggara
2.230.569
17,5
42.938
28.
Gorontalo
1.038.585
18,2
20.792
29.
Sulawesi Barat
1.158.336
0
-
30.
Maluku
1.531.402
21,5
36.218
31.
Maluku Utara
1.035.478
22,2
25.286
32.
Papua Barat
33.
Papua
760.855
0
-
2.851.999
20,1
63.058
INDONESIA
237.556.363
4.520.789
Sumber:
Jumlah Penduduk : www.bps.go.id; CBR : www.datastatistik-indonesia.com; CBR
Prov. Kepri, Sulbar, Papua Barat
- 65 Formulir 3
LAPORAN KEPESERTAAN, PELAYANAN KESEHATAN DAN PEMANFAATAN DANA
PESERTA JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS
Propinsi
Kab/Kota
Kecamatan
:
:
:
.………………….
.………………….
.………………….
Puskesmas
: ……… …… ……
Kode PKM
: ……… …… ……
Bulan
:
.………………….
Tahun : ………………….
NO
KEGIATAN
SATUAN
1
2
3
I.
II.
Kepesertaan Jaminan Persalinan
a.Jumlah Ibu hamil (target Proyeksi satu tahun)
b.Jumlah Ibu bersalin (target Proyeksi satu tahun)
c.Jumlah Ibu nifas (target Proyeksi satu tahun)
Pelayanan Kesehatan Ibu
a. Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Trimester I (K1)
b. Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Trimester II (K2)
c. Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Trimester III (K3)
d. Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Trimester III (K4)
e. Jumlah Bumil yang Dirujuk
f. Jumlah Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
g. Jumlah Bulin yang Dirujuk
h. Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Ibu Nifas (KF1)
i. Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Ibu Nifas (KF2)
i. Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Ibu Nifas (KF3)
j. Jumlah Bufas yang Dirujuk
k. jumlah persalinan pervaginam dengan penyulit
l. prosedur tindakan kuretase pada keguguran
4
Orang
Kunjungan
Kunjungan
Kunjungan
Kunjungan
Orang
Orang
Orang
Kunjungan
Kunjungan
Kunjungan
Orang
Tanggal ..............................
Kepala Puskesmas
( …………………….………. )
NIP : ………………….
- 66 Formulir 4
REKAPITULASI LAPORAN KESERTAAN DAN PEMANFAATAN PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN
PROVINSI
DINAS
KESEHATAN
: ……………………
TAHUN ………………….
: ……………………
Kepesertaan
No
KAB/KOTA
1
2
Bumil
Bulin
Bufas
3
4
5
Pelayanan Kesehatan Ibu
Jumlah Kunjungan
Pemeriksaan
Jumlah Kunjungan
K1
6
K2
7
K3
8
K4
9
Pn
10
KF1
11
KF2
12
Bumil
13
Bulin
14
Bufas
15
Jumlah Rujukan
Bumil
16
Bulin
17
JUMLAH TOTAL
…………………..,.20…
Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi
(..................................)
Bufas
18
- 67 -
Formulir 5
KARTU IBU (HALAMAN DEPAN)
P u la n g
( H /M )
T i b a ( H /M )
L a in n y a
RS
R S IA /R S B
RB
PKM
L a in n y a
HDK
In f e k s i
PPP
F o to
T h o r a x ( + /-)
A n ti T B * * *
A n ti
M a la ria * * *
C D 4 ( k o p i/m l
V i t. A *
F e ( ta b le t)
C a ta t d i
B u k u K IA *
S u h u (0C )
T D (m m H g
- 68 KARTU IBU (HALAMAN BELAKANG)
J u m l a 5h)
O b at***
T B C (+ /-)
P e rik s a
K ela m b u
b e rin s e k tis id
O b at***
M a la ria (+ / -)
P e rik s a
ARV
P ro f ila k s is * * *
S e ro lo g i (+ /-)
P e rik s a
V CT*
H B s A g (+ /-)
S if ilis (+ / -)
T h a la s e m ia (+ /-)
G u la D a ra h 7 )
P ro t e in U rin (+ /-)
A n e m ia (+ /-)
H a s il (g / d l)
PM T*
F e (t a b le t)
C atat di B uk u
K IA *
In je k s i T T *
S t a t u s I m u n i s a i s i T T6 )
P re s e n t a s i4 )
T B J (g ra m )
T F U (c m )
K e p a l a 3 )t h d
PAP
D J J ( x /m e n it)
R e fle k s
P a t e l l a ( + /- )
S ta t u s G iz i2)
L I L A (c m )
B B (k g )
T D (m m H g )
U s ia K lin is
T ri m e s te r k e
Jam ke sm as*
C a ra M a s u k 1)
P ula n g
(H /M )
T ib a (H /M )
L a in -la in
RS
R S IA /R S B
RB
P uskesm as
L a in -la in
KPD
In fe k s i
P e rd a ra h a n
A b o rtu s
HDK
D S O GD
ok ter
P e ra w at
B id a n
K ader
D ukun
M a s y a ra k a t
K e lu a rg a
P a s ie n
- 69 -
Formulir 6
KOHORT ANTE NATAL
K e a d a a n P u la n g ( H / M )
K e a d a a n T ib a (H /M )
L a i n -la in
RS
R S IA / R S B
RB
P usk esm as
L a i n -la in
KP D
In fe k s i
P e rd a ra h a n
A b o rtu s
HDK
N on N ak es
N ak es
O b at T B **
T B (+ /-)
O b a t A n ti
M a l a ria * *
M a l a ria (+ /-)
K e la m b u
B e r in s e k t is i d a *
A R V P r o f if a l k s is * *
S e r o lo g i (+ /-)
VCT*
H B s A g (+ /-)
S i f il i s ( + / - )
T h a la s e m ia ( + / - )
G u la D a r a h ( + / - )
P r o t e in U r in ( + / - )
H b (g /d l)
PM T
F e (ta b le t)
C a ta t d i b u k u
K IA *
In je k s i T T *
S t a t u s I m u n i s a is i T T 2 )
P re s e n ta s i1)
T B J (g ra m )
J u m l a h J a n in ( T / G )
D J J (x / m e n it)
K e p a l a th d P A P
( M /B M )
L IL A (c m )
T F U (c m )
S t a t u s G iz i ( M / N )
T D (m m H g )
B B (k g )
T in g g i B a d a n
(cm )
T rim e s t e r k e
U s i a K e h a m ila n
J am k es m as *
- 70 -
Formulir 7
KOHORT PERSALINAN IBU
P u la n g (H /M
T ib a (H /M )
L a i n -la i n
RS
R S IA / R S B
R . B e rs a lin
P us k es m as
L a i n -la i n
In fe k s i
P P P
H DK
D is t o s i a
O b a t A n ti T B
O b a t A n ti
A R V P r o f.
B a y i (H /M )
Ib u (H /M )
> 1 ja m
< 1 ja m
C a ta t d i B u k u
K IA * *
M enggunakan
P a rto g ra f* *
3)
M as as e
F u n d u s U te r i
P erega nga n
T a li P u s a t
I n je k s i
O k s it o s in
P e n o lo n g
T e m pat 2)
C ara
B era t B a y i
P r e s e n tas i1)
U s ia H P H T
U s ia
K e h a m il a n
Jam
T anggal
Jam
Jam
T anggal
Jam
T anggal
T anggal
Keterangan :
Pada kolom 8 dan 9, apabila ib u yang melahir kan le bih dari s atu bayi, s etia p baris digunakan untuk c atatan s eorang bayi
- 71 Formulir 8
FORM PARTOGRAF
- 72 Formulir 9
REGISTER INDIVIDU PEMERIKSAAN IBU NIFAS
REGISTER INDIVIDU
PEMERIKSAAN IBU NIFAS
Lem bar KIA 7
PUSKESMAS
:
PROPINSI
:
DESA
ALAMAT
:
KABUPATEN
:
BIDAN
:
:
TELP/FAX
:
KECAMATAN :
TAHUN
:
Tanda
Vital
Registrasi
3. Implant
7.
M OP
4. IUD
8.
Cara Lain
9
* : Tulis √ jika ya/dilakukan
Tulis X bila tidak
** : Tulis √ pada salah satu kolom
10
11
12
13
*** :
Tulis nama obat
yang diberikan
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Obat TB :
R
: Rif ampisin
H
: INH
ARV Pr ofilaks is :
ZDV : Zidovudin
NVP : Nevirapin
Obat Anti Malaria:
ART
: Artesunat
AMO
: Amodiakuin
Z
E
3TC
KIN
: Pyrazinamid
: Ethambutol
: Lamivudin
P u la n g (H / M )
T i b a (H / M )
M OW
8
L a in -l a in
RS
RSIA / R S B
R . B e r s a lin
Ko ndo m
6.
7
1)
P usk es m as
5.
2. Suntik
6
KF
HDK
2 ) : M e t o de KB
1. Pil
5
Hr
ke
Keada
an
Dirujuk Ke**
L a in -l a in
KF-3 : 35 hari - 42 hari
4
Tanggal
Persalinan
Komplikasi**
I nf e k s i
KF-2 : 08 hari - 14 hari
3
Alamat Dusun / Desa
2)
1) KF :
KF-1: 6 jam - 3 hari
Nama Ibu
Pelayanan KB
PPP W
aktu
P e la k s a n a a n
P e re n c a n a a n
2
Nomor Ibu
Integrasi Program
F o t o T h o ra x *
O b at A nt i
TB ***
O b at A nt i
M a l a ria * * *
P e m e rik s a a n
C D 4 (k o p i/ m l)
V it . A I b u *
(2 t a b l e t )
F e (t a b le t )
C at at di B u k u
KIA *
S u h u 0C
1
Tanggal
Periksa
T D (m m H g )
No.
Pelayanan
29
30
: Kina
Hal:
Ket
31
- 73 Formulir 10
CONTOH
LEMBAR KLAIM/PERTANGGUNGJAWABAN DANA PROGRAM JAMINAN PERSALINAN
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Nama Puskesmas/Fasilitas kesehatan
No PKS
Bulan dan Tahun Klaim
:
:
: ...............................,....................tahun.......................
Kepada Yth:
Ketua Tim Pengelola Jamkesmas/Jaminan Persalinan
Kabupaten/Kota......................
Dengan hormat,
Bersama ini kami ajukan klaim/pertanggungjawaban dana program persalinan atas pelayanan yang telah kami berikan dengan perincian sebagai berikut:
(Dalam rupiah)
Jenis Pelayanan
No
ANC
Nama
Pasien
K1
K2
K3
K4
Persalinan
Tarif
ANC
Total
Tarif
ANC
Normal
Tarif
Persalinan
Normal
Total Tarif
Persalinan
Normal
Tindakan
Pra
Rujukan
Tarif
Tindakan
Pra
Rujukan
Total
Tarif
Tindakan
Pra
Rujukan
PNC
Persalinan
Dengan
Tindakan
Emergensi
Dasar
Tarif
Persalinan
Dengan
Tindakan
Emergensi
Dasar
Total Tarif
Persalinan
Dengan
Tindakan
Emergensi
Dasar
KF
1
KF
2
KF
3
KF
4
Tarif
PNC
1
20.000
500.000
100.000
650.000
20.000
2
20.000
500.000
100.000
650.000
20.000
3
20.000
500.000
100.000
650.000
20.000
TOTAL
Terlampir bersama ini kami sampaikan pula bukti-bukti penunjang yang sah untuk menjadi pertimbangan ( copy identitas/kartu ibu/ register kohort /partograf)
Demikian kami sampaikan, untuk realisasinya diucapkan terimakasih
Tim Verifikasi Jaminan Persalinan Kabupaten/Kota
Disetujui oleh,
......................................................................
Ketua tim Pengelola Jaminan Persalinan dan Jamkesmas
Kami Yang Mengajukan Klaim
Kepala................................................................................
To
tal
Total
Tarif
PNC
- 74 Formulir 11
FORMAT BUKU KAS TUNAI
JAMINAN PERSALINAN Dan JAMKESMAS DI PUSKESMAS
Puskesmas
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
Tanggal
: ……………………….
: ……………………….
: ……………………….
: ……………………….
Uraian Transaksi
Keuangan
No. Bukti/Kuitansi
Penerimaan
Pengeluaran
Saldo
....................., ......................................
Mengetahui,
Kepala Puskesmas ............................
............................................................
Pengelola Keuangan Jaminan Persalinan dan Jamkesmas,
Puskesmas
............................................................
- 75 Formulir 12
FORMAT
LAPORAN PENERIMAAN DAN REALISASI DANA JAMINAN PERSALINAN DAN JAMKESMAS DI PUSKESMAS
Provinsi
Kabupaten/Kot
Kecamatan
Jumlah dana BOK *)
URAIAN
:
:
:
:
KEADAAN KEUANGAN
s.d Bulan Lalu
Bulan Ini
s.d Bulan Ini
Keterangan
Penerimaan
Realisasi
Saldo Tunai
Mengetahui,
Kepala Puskesmas ............................
............................................................
Pengelola Keuangan Jaminan Persalinan dan Jamkesmas,
Puskesmas
............................................................
- 76 -
DAFTAR ISTILAH
AKI
: Angka Kematian Ibu
AKB
: Angka Kematian Bayi
ANC
: Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan)
Antenatal
: Program pemeriksaan kehamilan dan persalinan
ASEAN
: Association of Southeast Asian Nations
Asfiksia
: Keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
Spontan dan teratur
BBLR
: Bayi Berat Lahir Rendah yaitu bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram.
BPJS
: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Eklamsi
: darah tinggi dalam kehamilan
Ikterus
: Menguningnya kulit dan sklera (bagian putih pada
bola mata)
KB
: Keluarga Berencana
KF
: Kunjungan Nifas
KIA
: Kesehatan Ibu dan Anak
KN
: Kunjungan Neonatal
MBA
: Married by accident
MDGs
: Millenium Development Goals
P2M
: Pemberantasan Penyakit Menular
P2BB
:Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
PHN
:Public
Health
Nurse,
yang
berkenaan
dengan
Perawatan Kesehatan Masyarakat.
PNC
: Preventive and Care (Pelayanan Nifas)
Postnatal
: Pemeriksaan masa nifas
SDKI
: Survey Demografi Kesehatan Indonesia
SJSN
: Sistem Jaminan Sosial Nasional
RDS
:Respiratory Distress Syndrome. yaitu gangguan
pernapasan pada bayi premature, atau disebut juga
sindrom sulit bernapas pada bayi
Retensio plasenta
: Plasenta belum lepas setelah bayi lahir
Riskesdas
: Riset Kesehatan Dasar
Seksio sesarea emergensi
: Seksio sesarea yang dilakukan ssetelah gagal dilakukan
partus percobaan (persalinan per vaginam pada wanitawanita dengan panggul yang relatif sempit).
Seksio sesarea komplikasi
: Perdarahan, robekan jalan lahir, perlukaan jaringan
sekitar rahim, dan sesarean histerektomi
Sepsis
: Keadaan dimana tubuh bereaksi hebat terhadap bakteri
atau mikroorganisme lain
WHO
: World Health Organization
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi
Nama
: Putri Permatasari
NIM
: 6661110391
Tempat Tanggal Lahir
: Lebak, 28 Juni 1993
Agama
: Islam
Alamat
: BTN Pepabri Blok F No.08 RT 01 RW 06
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak – Provinsi
Banten
Hobi
: Jalan-jalan, Fotography
Moto Hidup
: Bersyukur adalah cara kita mendapatkan
Kebahagiaan
2. Riwayat Pendidikan
TK
: Islam Al-Husna (1998-1999)
SD
: Kaduagung Timur 02 (1999-2005)
SMP
: SMPN 1 Rangkasbitung (2005-2008)
SMA
: SMAN 1 Rangkasbitung (2008-2011)
Perguruan Tinggi
: Adm.Negara – Untirta (2011-2015)
3. Riwayat Organisasi
Pengurus Olahraga Prestasi Cabang Bola Volley
Anggota UKM Pandawa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Anggota Paguyuban Saija dan Adinda (Duta Pariwisata dan Pembangunan)
Kabupaten Lebak
Download