1 FAKTOR DETERMINAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH : SYAMSURIANI F1D310 150 JURUSANKESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2015 2 3 4 KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan Rahmat dan HidayahNya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul ”Faktor Determinan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014”. Sesuai dengan eksistensi penulis, maka apa yang tertuang dalam tulisan ini perwujudan dan upaya optimal yang penulis lakukan. Harapan untuk menyajikan skripsi penelitian ini dengan sebaik-baiknya tentulah tidak diperoleh dengan mudah melainkan atas bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil sehingga segala sesuatunya dapatlah penulis atasi, yang pada akhirnya terwujud skripsi penelitian ini sebagaimana adanya. Sebagaimana kata pepatah, Tak ada gading yang tak retak, seperti itulah kiranya yang bisa penulis ungkapkan, jika dalam skirpsi penelitian ini terdapat adanya kekurangan, baik dalam hal sistematika, pola penyampaian, bahasa, maupun materi yang di luar kemampuan penulis. Hal itu tidak terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa.Sehingga saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi penelitian ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tuaku yang tercinta Ayahanda Umar said dan Ibunda 5 Haisah yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik dan memberikan kasih sayang serta doa restunya kepada penulis, kepada ibu Hariati Lestari, S.KM.,M.Kes selaku Pembimbing I dan Bapak Lymbran Tina,.S.KM.,M.Kes selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam mengarahkan penulis dalam penyusunan Skripsi ini. Serta Kakakku Sainal, Anca, Hasmi, Milda dan adikku Aldo, Nana dan Syarifuddin dan tak lupa pula orang yang membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian ini baik suka maupun duka La ode Risman dan sahabatku yang takkan kulupakan irmayanti, adrian, elin, dan ismi yang telah memberikan motivasi, materi, dan kasih sayang serta mendoakan perjalanan studi penulis agar dapat selesai dan sukses. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. 3. Para Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. 4. KetuaJurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. 5. Ibu Devi Savitri Effendy SKM.,M.Kes, Ibu Hartati Bahar SKM.,M.Kes dan Ibu Sriyana Herman, SKM.,M.Kes selaku penguji yang telah memberikan banyak pengetahuan serta memberikan motivasi kepada penulis. 6. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo yang telah mendidik dan membantu penulis selama masa perkuliahan. 6 7. Kepala Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggarayangtelah memberikan izin penelitian kepada penulis. 8. Bapak Kepala Puskesmas Poasia dr. H. Juriadi Paddo,M.Kes yang telah menyetujui izin penelitian penulis. 9. Teman-teman peminatan Epidemiologi kelas sore angkatan 2010, Friska, Wahyu Anis S.KM, Muspika S.KM, Fadilah Resky S.KM, Nuardhi Putra Kusuma Jaya S.KM, Syahril Syamsuddin S.KM, Putu Widyana S.KM, Husni S.KM dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu terima kasih atas suka duka, bantuan, kerja sama, kenangan, dan cerita-cerita bersama. 10. Sahabat-sahabatku dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Terkhusus Erlin Vindy Tyas S.KM, Ninik Ambarwati S.KM, Waode Agustina S.KM, Ningrum Anggria Sari S.KM,Yuyun Alningsih Lewa S.KM, Midam dan Fitri. Sadaurisaudarikuseperjuangan: Sitti Febrianti S.KM, In Mayasari S.KM, Dewi,Tian, Riva, dan teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. 11. Seluruh senior angkatan 2009 sertaadikangkatan 2011, 2012 dan 2013 dan 2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian. 12. Teman-teman PBL DesaMata Bubu Jaya serta teman-teman KKN DesaKabita Wangi-wangi: Anni, Akbar, Jefri, Fajar, Yuni, Darma dan Heni. 7 Akhirnya do’a dan harapanku semoga Allah, SWT. selalu melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pengetahuan, bangsa dan agama. Amin Wassalammu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kendari, Januari 2015 Penulis 8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ABSTRAK ABSTRACT i ii iii iv v ix xi xiii xiv xv xvi xvii I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang 1 B. RumusanMasalah 4 C. TujuanPenelitian 5 D. ManfaatPenelitian 5 E. DefinisidanIstilah/Glosarium 6 F. RuangLingkup 7 G. OrganisasidanSistematika 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauantentang Kolostrum 8 B. Tinjauan tentang Dukungan Suami 20 C. Tinjauan tentang Sosial Budaya 22 D. Tinjauan tentang Dukungan Petugas kesahatan 24 E. Tinjauan Tentang ANC 26 F. Tinjauan tentang Paritas 29 G. Kerangkakonsep 32 H. Hipotesis 33 9 III. METODE PENELITIAN 34 A. RancanganPenelitian 34 B. LokasidanWaktuPenelitian 34 C. PopulasidanSampel 34 D. Instrumen Penelitian 35 E. VariabelPenelitian 36 F. DefinisiOperasional dan KriteriaObjektif 36 G. Jenisdan Cara Pengumpulan Data 38 H. Pengolahan Data, Analisis Data, danPenyajian Data 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 41 A. GambaranUmumLokasiPenelitian 41 B. Hasil44 C. Pembahasan 58 V. PENUTUP 72 A.Simpulan 72 B. Saran 72 DAFTAR PUSTAKA 74 LAMPIRAN 10 FAKTOR DETERMINAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI TAHUN 2014 OLEH SYAMSURIANI F1D3 10 150 ABSTRAK Kolostrum adalah cairan tahap pertama Air Susu Ibu (ASI) yang dihasilkan selama masa kehamilan. Kolostrum seringkali disalah artikan dengan susu basi. Pada hal kolostrum bukan susu basi tetapi susu yang kaya akan kandungan gizi dan zat imun. Kolostrum biasanya berwarna kuning kental susu atau cairan yang diproduksi oleh kelenjar susu dalam hal ini ibu yang mengandung pada akhir masa kehamilan sampai kira-kira 3-4 hari setelah bayi lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami, faktor sosial budaya, dan dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian kolostum pada bayi di wilayah kerja puskesmas poasia kota kendari tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian Croos Sectional Study, yaitu suatu rancangan penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara sebab dengan akibat pada saat yang bersamaan. Sampel dalam penelitian ini diambil secara keseluruhan dengan menggunakan teknik total sampling, dengan demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah 49 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan interprestasi hasil uji, dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai hubungan terhadap variabel pemberian kolostrum pada bayi adalah variabel dukungan suami (p=0,010), faktor sosial budaya (p=0.003) , Variabel dukungan petugas kesehatan (p=0.006). Ketiga variabel ini ada hubungan terhadap pemberian kolostrum pada bayi diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Perlunya adanya peningkatan dukungan suami, faktor sosial budaya dan dukungan petugas kesehatan.Bagi ibu yang melahirkan perlu memberikan kolostrum pada bayi agar bayi mendapatkan ASI kolostrum semaksimal mungkin. Dan bagi petugas kesehatan perlu adanya penyeluhan tentang pemberian kolostrum di wilayah kerja Puskesmas Poasia. Kata Kunci:Dukungan suami, faktor sosial budaya dan dukungan petugas kesehatan, kolostrum. 11 DETERMINANT FACTOR OF GIVINGCOLOSTRUM TO BABIES IN WORKING AREA OF PUSKESMAS POASIA IN KENDARI MUNICIPALITY IN 2014 BY SYAMSURIANI F1D310 150 ABSTRACT Colostrum is the first phase liquid from breast milk produce during the pregnancy. Colostrum is aften misinterpreted as stale milk. In fact, it is not stale milk and instead it is rich of nutrients and immune substances. Colostrum is usually yellow and condensed like milk or liquid produced by the mammary glands in the pregnant mother in late period of pregnancy which is about until 3-4 days after giving a birth. This research aims to find out the correlation between the husband’s support, socio-cultural factor, and the support of health officers towar the colostrum provision to babies in working area of Puskesmas ( Public Health Center). Poasia of Kendari Municipality in 2014. This is an analitycal research by using cross sectional study as the design of the research. It is a design to study the correlation dynamics between cause and effect at the same time. The samples of the research were 49 people taken totally by using total sampling technique. Quetionnaire was used as a research instrument and Chis Square test was applied to analize the data and interpret the result of the test by using trust level of 95 % (α=0,05). The result of the research showed that variable that has correlation with variable of giving colostrum to babies was husband’s support variable (ρ=0,10), social cultural factor (ρ=0,003), variable of health officcers support (ρ=0,006). These there variable have correlation to colostrum provision to babies in working area of Puskemsas Poasia in Kendari Municipality. The support of husband, socio-cultural factor, and support of health officers are suggested to be inproved. The mother who has just given birth needs to give her baby colostrum optimally. The health officers also need to give more counseling on the importance og giving colostrum to babies in working area Puskesmas Poasia. Key words: Husband’s support, social-cultural factor, the support of helath officers, Colostrum. 12 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan peranan penting dalam siklus hidup manusia.Anak adalah hati yang selalu didambakan oleh setiap pasangan. Memiliki anak yang tumbuh sehat dan optimal merupakan tujuan orang tua. Masa bayi antara usia 0-12 bulan merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mencapai hal tersebut adalah melalui pola asuh makan yang baik. Tumbuh kembang bayi dan asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan memberikan ASI sampai umur 6 bulan. World Health Organization (WHO ) melansir ada 10 juta anak di dunia ini yang meninggal sebelum usia 5 tahun yang disebabkan oleh beberapa hal yang sebetulnya dapat dicegah. kekurangan gizi yang semakin merajalela bahkan merupakan faktor penyebab kematian terhadap lebih dari setengah jumlahnya tersebut. dengan demikian pemberian Air susu ibu (ASI) pada satu jam pertama diharapkan akan mampu mengatasi hal ini. Departemen kesehatan mengungkapkan rata-rata pertahun terdapat 401 bayi baru lahir di indonesia meninggal duniasebelum umurnya genap 1 tahun. Air susu ibu (ASI)belum seperti yang kita harapkan pada pertemuan di Innocenti, italia tahun 2005, telah disepakati bahwa 80 %para Ibu yang memberi ASI eksklusif selama 6 bulan,namun 13 kenyataannya berdasarkan data tahun 2012, baru 52 % para ibu yang memberi ASI eksklusif pada bayinya dan 30 % baru mendapatkan kolostrum dalam 1 jam setelah lahir (Depkes RI, 2012 ). Secara nasional, tingginya Angka Kematian Bayi ( AKB ) dan rendahnya status gizi sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia menunjukkan bahwa peran Air susu ibu ( ASI ) sangat strategi, namun keadaan sosial budaya yang beranekaragaman menjadi tantangan peningkatan penggunaan ASI yang perlu diantisipasi. Indonesia merupakan negara dengan kematian bayi tertinggi yaitu sekitar 56/10.000 persalinan hidup atau sejumlah 280.000 orang terjadi setiap 18-20 menit sekali ( Idrus, 2011). Umumnya lebih dari separuh yaitu 31,9 % - 54,3% dari bayi baru lahir masih dipuaskan (belum mulai diberi ASI ) sampai bayi berumur 12 jam, bahkan pada 50,9 % golongan ibu-ibu berpenghasilan tinggi, masih memuaskan bayinya sampai 24 jam/ lebih dari hasil survey demografi kesehatan indonesia ( SDKI, 2007 ) menunjukkan bahwa hampir semua Bayi (96,5%) di indonesia pernah mendapatkan ASI dan sebanyak 8 % bayi baru lahir mendapatkan kolostrum dalam 1 jam setelah lahir dan 53 % bayi mendapat kolostrum pada hari pertama ( Chomaria, 2012 ). Masih rendahnya cakupan pemberian kolostrumpada Bayi di daerah perkotaan maupun dipedesaan dipengaruhi banyak hal diantaranya rendahnya pengetahuan dan kurangnya informasi pada ibu dan keluarga mengenai pentingnya pemberian kolostrumtatalaksana rumah sakit ataupun 14 tempat bersalin lain yang seringkali tidak memberlakukan bed-in ( ibu dan bayi berada satu kasur ) ataupun rooming-in (ibu dan Bayi berada satu kamar ataupunrawat gabung ), tidak jarang juga fasilitas kesehatan justru langsung memberikansusu formula kepada Bayi baru lahir. ( Mubarak,2011). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara untukjumlah Bayi yang diberi ASI eksklusif pada tahun 2011 berjumlah 16.985 bayi ( 33,45% ) dari 50.733 total keseluruhan Bayi dan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 11.660 bayi ( 17,7 % ) dari 64.806 total keseluruhan bayi (profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2013 ). Data Dinas kesehatan Kota Kendari tahun 2012 jumlah Ibu menyusui yang memberi kolostrum pada bayinya adalah 26,1 %, pada tahun 2013 jumlah ibu yang memberikan kolostrum hanya mendapatkan 23.4% ASI kolostrum data ini jauh lebih tinggi dari beberapa kabupaten yang berada di sulawesi tenggara ( Dinas Kesehatan Kota Kendari 2014 ). Berdasarkan Data yang diperoleh di Puskesmas Poasia Kota Kendari jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas poasia tahun 2013 sebesar 1.280 jiwa, sedangkan jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja puskesmas poasia mencapai 81 tenaga kesehatan. Data puskesmas poasia pada tahun 2011, di mana jumlah ibu melahirkan yang memberi ASI kolostrum adalah 181 ibu bersalin yang memberikan kolostrum, tahun 2012 menagalami peningkatan sekitar 233 15 ibu yang memberi kolostrum dan pada tahun 2013 mengalami penurunan sektar 191 ibu yang memberikan kolostrum ( Data Puskesmas Poasia, 2014 ). Berdasarkan survei awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Poasia berupa wawancara kesalah satu staf yang bekerja dibagianpoli KIAmasih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan pemberian ASI kolostrumpada bayinya karna masih kurangnya pemahaman. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini masih sangat minim penyuluhan maupun kegiatan promosi kesehatan lainnya terkait pemberian kolostrumsehingga dapat mempengaruhi adanya dukungan suami dan sosial budaya ibu terhadap pelaksanaan IMD. Selain itu, tidak semua petugas kesehatan yang membantu persalinan menerapkan proses IMD pada ibu bersalin.Mengacu pada berbagai fakta yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang“Faktor Determinan Pemberian KolostrumPada Bayi Di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada hubunganantaradukungan suami terhadap pemberian kolostrum pada bayidi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia kota kendari tahun 2014 ? 16 2. Apakah ada hubungan antara faktor sosial budaya terhadap pemberian kolostrum pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia kota kendari tahun 2014 ? 3. Apakah ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian kolostrum pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia kota kendari tahun 2014 ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui FaktorDeterminan pemberian kolostrumpada Bayidi wilayah Kerja Puskesmas Poasia di Kota Kendari tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap pemberiankolostrumpada Bayidi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014. b. Untuk mengetahui hubunganantara faktor sosial budaya terhadap pemberian kolostrumpada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014. c. Untukmengetahuihubungan antara dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian kolostrumpada Bayidi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Penelitian inidiharapkan dapatmenjadi sumber informasi dan menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya 17 dibidang KIA,promosi kesehatan dan unit yang terkait.Mengenai pemberian kolostrumpada Bayidi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. 2. Manfaat Teoritis Penelitianini diharapkan dapatmemperkayakhasanah ilmu pengetahuan danmerupakan bahan informasi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya. 3. Manfaat Bagi Peneliti Sebagaitambahan pengalaman,wawasan,serta pengetahuan bagi peneliti dalammelakukanpenelitiantentang Faktor Determinan Pemberian kolostrumpada Bayidi Wilayah Keja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014. E. Definisi dan Istilah (Glosarium) 1. Definisi dan Istilah a. Kolostrummerupakan cairan /ASI yang pertama kali keluar b. Alert adalah kondisi bayi yang siaga pasca lahir. c. Bonding adalah keadaan di mana bayi dibiarkan berada didada ibu. d. Let down reflex adalah kelancaran refleks pengeluaran ASI. e. Skin to skin contact adalah kontak kulit bayi dan kulit ibu pada saat melakukan inisiasi menyusu dini. f. The breast crawl adalahkemampuan bayi merangkak untuk mencari sendiri payudara ibu. 18 g. Vernix adalah zat putih lemak yang melekat pada tangan dan tubuh bayi pada saat setelah dilahirkan. h. IMD imunisasi menyusui dini i. Antenatal Care kunjungan pemeriksaan kehamilan j. mekoniumkotoran Bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. F. Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : a. Ruang lingkup lokasi penelitian hanya terbatas pada Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 b. Ruang lingkup variabel penelitian hanya terbatas padaFaktorDeterminan pemberiankolostrum pada Bayi diWilayahKerja Puskesmas Poasia Kota KendariTahun 2014. G. Organisasi/Sistematika Penelitianini berjudulFaktor DeterminanPemberian kolostrumpada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas PoasiaKota Kendari Tahun 2014,yang dibimbing oleh pembimbing I Hariati Lestari SKM.,M.kes dan pembimbing II Lymbran Tina SKM.,M.kes serta 3 tim penguji yakni penguji 1 oleh ibu Devi Savitri Efendy, SKM.,M.Kes, penguji 2 oleh Ibu Hartati Bahar.,SKM.,M.Kes,dan penguji 3 oleh Ibu Sriyana Herman, SKM.,M.Kes. 19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan TentangKolostrum 1. Definisi Tentang Kolostrum Kolostrmu adalah cairan tahap pertama Asi yang dihasilkan selama masa kehamilan. Kolostrum seringkali disalah artikan dengan susu basi. Pada hal kolostrum bukan susu basi tetapi susu yang kaya akan kandungan gizi dan zat imun. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein, vitamin yang larut dalam lemak serta mineral-mineral ( Kodrat, 2010). Susu kolostrum (colostrum) atau disebut juga susu pertama adalah susu atau cairan yang diproduksi oleh kelenjar susu dalam hal ini ibu yang mengandung pada akhir masa kehamilan sampai kira-kira 3-4 hari setelah bayi lahir. Susu kolostrum berwrna bening kekuningan dan diproduksi dalam jumlah sedikit kira-kira 36,23 ml atau 7,4 sendok teh perhari. Walaupun sedikit kandungan nutrisinya yang ada dalam susu kolostrum namun sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi pada awal kelahiran karena Asi kolostrum tersebut mengandung protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Kolostrumadalah ASIyang keluar pada beberapa hari pertama kelahiran biasanya berwarna kuning kental.ASI ini kaya akan protein dan zat kekebalan tubuh Atau imunnoglobin IgA(untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama Diare).Padaawal 20 menyususikolostrumyang keluarmungkinhanya sebanyak satu sendok namun ibu tidak perlukhawatir denganjumlah yang sedikit itu pada hari pertama bayi tidak memerlukanbanyak makanan karena masih ada cadangan makanan yangdibawah sejak dalamkandungan.(Riksani,2011). 2. Fungsi Kolostrum Kolostrumkaya akan sel aktif imunitas (kekebalan )tubuh antibodi,danprotein proaktif lainnya. a. Melindungibayi dari Diare karena kolostrum mengandung zatkekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyakdibanding susu matang (mature) b. Kolostrummengandungfaktorpertumbuhan yangmembantu kematangan saluranpencernaan bayi untuk berfungsi efektif sehingga kuman dan zat alergi sulit masuk kebadan bayi. c. Kolostrummengandungenzim-enzim pencernaan yang belum mampu diproduksi tubuh bayi seperti protease(untukmenguraikan protein)Lipase (untuk menguraikanlemak),dan amylase(untuk menguraikan karbohidrat).Sehingga membuatkolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang belum sempurna. d. Kolostrummerangsangbayi agar terjadi gerakan usussehingga mekonium (tinja bayiyang berwarna hitam ) cepat dikeluarkan dari usus. e. Kolostrum bermanfaat untuk mengenyangkan Bayi pada hari-hari pertama hidupnya. f. Kolostrumkaya akan vitamin A dan E yang membantu melindungi mata dan mengurangi infeksi disamping itu kolostrum juga mangandung 21 vitamin B6, B12, C, D, dan K dan mineral, utamanya zat besi dan kalsium. g. Kolostrumjuga mengandung beberapa zat dalam jumlah yang tinggi seperti Natrium, kalium dan koleserol. Kombinasi zat ini ampuh untuk perkembangan jantung otak serta sistem saraf pusat Bayi . Berikanlah Kolostrum sebanyak dan sedini mungkin atau sesegera mungkin pada hari-hari pertama Bayilahir,karena sangat besar manfaatnya pada bayi. Tidak perlu kaget jika kolostrumyang keluar pertama kali jumlahnya sangat sedikit. Hal tersebut wajar karena disesuaikandengan kebutuhan Bayi saat baru lahir. Maka dari itu Kolostrum memiliki fungsi yang sangat vital dalam 10 hari pertama kehidupan Bayi.meskipun nanti anda tidak dapat menyusui Bayi dalam jangka waktu yang lama, sebisa mungkin Kolostrum harus diberikan kepada Bayi terlebih dahulu. 3. Manfaat Kolostrum a. Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh terutamaimmunologbulin A untuk melindungi Bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. b. hari-hari pertamakelahiran walaupun sedikit,Namun cukup untuk memenuhikebutuhan gizibayi olehkarena itu, kolostrumharus diberikan pada Bayi. c. Kolostrum mengandung protein, vitaminA yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. 22 d. membantu mengeluarkan mokenium yaitu kotoran Bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. 4. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang ibu tidak memberikan ASI pertama atau kolostrum Beberapa penelitianmenunjukkan banyak faktor yang menyebabkan seorang ibu tidak menyusui Bayinya diantaranya : a. Faktorkurangnyapetugaskesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI terutama kolostrum b. Faktor kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum c. Faktor perubahan sosial budaya yang masih berlaku dibeberapa daerahyang diharuskan kolostrum dibuang karena payudarayang besar d. Faktorpayudara kecil sehingga tidak menghasilkan cukup ASI pertama atau kolostrum. Besar kecilnya payudara tidak menentukan banyaknya atau sedikit 5. Komposisi Kolostrum a. kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI matur. b. lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI Matur c. lebih banyak mengandung Antibodi dibandingkan dengan ASI Matur dan dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan d. kolostrum lebih banyak mengandung mineral, terutama Natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI Matur 23 e. Volume Berkisar 150-300 ml / 24 jam. 6. Refleks yang Berperan dalam pembentukan kolostrum atau Asi a. Refleks Proklaktin ( proses produksi ASI ) Hormon prolaktin dari plasenta memegang pernanan untuk membuat kolostrumtetapi jumlahkolostrummasih terbatas karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf praba yang terdapat pada puting susu terangsang. jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang produksi berkaitandenganstimulus isapan yaitu ferkuensi intensitas dan lamanya Bayi menghisap. b. Refleks Let Down (proses pengaliran ASI) Hormon oksitosinsetelah dilepaskedalam darah akan mengacu otototot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus dan sinus menuju puting susu. tanda-tanda lain dari Let Down adalah tetesan pada payudara yang sedang dihisap oleh Bayi. 7. Inisiasi MenyusuiDini (IMD) a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) InisiasiMenyusuiDini atau IMD adalah bayi mulai menyusui sendiri, selama satu jam segera setelah lahir. Dalam IMD, proses yang benar adalah bayi diletakkan didada ibu dan bayi dibiarkan mencari puting susu ibu untuk menyusui.Cara bayimelakukan IMD ini dinamakan the breast crawlatau merangkakmencari payudara ibu. Pada jam pertama bayi berhasil menemukan payudara ibunya.nilah awal hubungan menyusui 24 antara bayi dan ibunya, yang akhirnya berkelanjutan dalam kehidupan ibu dan bayi (Roesli, 2008). IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses yang memakan waktu hingga 1 jam ini, harus berlangsung skin to skincontact antara bayi dan ibu (Wulandari D,2010).Pada pelaksanaan IMD, setelah bayi lahir, ia akan dibersihkan dengan kain lap,lalu ditaruh diatas perut ibu Selanjutnya, bayi dibiarkan mencari puting payudara ibu secara mandiri. Ketika itu ibu dapat merangsangbayi dengan sentuhan lembut.Jika perlu, ibu boleh mendekatkan bayi pada puting payudara, tetapi jangan memaksakan bayi saat itu. Biasanya, bayi siap minum ASI pada 30 – 40 menit setelah dilahirkan. 8. Manfaat Inisiasi MenyusuiDini Menurut Roesli (2008), IMD mempunyai manfaat bagi bayi dan ibu. a. Manfaat Untuk Bayi 1. Dada ibu akanmenghangatkan selamabayimerangkakmencari bayi dengan payudara.Suhu suhu yang yang tepat tepat dapat menurunkan kematian bayi karena kedinginan (hipotermia). 2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil dan bayi akan lebih jarang menangis. 25 3. Saat merangkak mencari payudara, bayi menelan bakteri baik yangada pada kulitibunya dengan menjilat-jilat kulit ibu.Bakteribaik yang masukkedalamsaluran pencernaan bayi danmembantu 4. meningkatkanketahanan Bayi terhadap bakteri jahat dari lingkungan. 5. Ikatan kasih sayang (bonding)antara ibu dan bayi akan lebih baik. 6. Bayi yang melakukan InisiasiMenyusuDini akan lebih berhasil menyusui eksklusif. 7. Bayi akan mendapatkan kolostrum, yaitu ASI yang pertama kali keluarKolostrum sangat penting untuk kekebalan tubuh bayi dan penting untuk pertumbuhan usus bayi. b. Manfaat Untuk Ibu Dengan melakukan IMD sentuhan tangan bayi diputing susu dan sekitarnyaakanmembantumerangsangpengeluaranhormon oksitosin.Hormon oksitosin sangatbermanfaat untuk ibu diantaranya: 1. Membanturahimberkontraksisehingga mengeluarkanplasenta danmengurangiperdarahan ibu yang mengurangi risiko kematian ibu. 2. Merangsang produksi hormon prolaktin yang membuat ibu menjadirileks 3. Dapatmenenangkanibudan meningkatkankasih sayang.Dapat merangsang pengaliran ASI dari payudara. kolostrum kaya akan vitamin AdanEyangmembantu melindungi mata dan mengurangi infeksi,disamping itu kolostrum juga mengandung vitamin B6,B12,C,D dan K dan mineral utamanya zat besi dan kalsium. Dan kolostrumjugamengandung beberapa zat dalam jumlah yang tinggi seperi Natrium,kalium dan kolestrolkombinasi zat ini ampuh untuk 26 perkembangan jantung,otak serta sistem saraf pusat Bayi.Berikanlah kolostrum sebanyak dansedini mungkin atausesegera mungkin pada harihari pertama bayi lahir karena sangat besar manfaatnya pada bayi. WHOdanUNICEF merekomendasikanbahwaInisiasi menyusuiDini dalam satu jam pertama kelahiran, menyusuisecara eksklusif selama 6 bulan diteruskan dengan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Konferensi tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhakuntuk hidup danbertahan untuk melangsungkanhidup dan berkembang setelah persalinanWanita mempunyaihak untuk mengetahui dan menerima dukungan yang diperlukan untuk melakukan Inisiasi MenyusuDini yang sesuai. 9. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan InisiasiMenyusui Dini (IMD) a. Faktor Demografi 1. Usia Ibu Usiamerupakanciri kepribadian dari kedewasaan yangerathubunganya dengan fisikdankematangan pengambilan keputusanusiajugadapatdidefinisikan dengan lamanya kehidupan ibu, dihitung sejak tahun kelahiran sampai saat penelitian dilakukan Mulai usia 21 tahun secara hukumdikatakan mulai masa dewasa (Mubarak,2010).Batasanusiainiditetapkanberdasarkanpertimbangankemata ngan mental dan emosional seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin dikatakan belum dewasa.Usia yang baik 27 untuk hamil adalah usia 20 – 35 tahun, karena usiatersebut merupakan masa yang aman untuk hamil. Usia 20 tahun rahim dan bagian-bagian tubuh lainnya sudah benar-benar siap untuk menerima kehamilan dan pada usia tersebut wanita sudah dewasa dan siap untuk menjadi ibu dan usia 35 tahun merupakan usia risiko untuk reproduksi (Mubarak, 2010).Dalam melakukan IMD, usia ibu dilihat dari segi kerentanan dalam melahirkan dan melakukan IMD.Ibu yang usianya masih <20 tahun,tidak semuanya organ reproduksinya telah berkembang dengan sempurna. Ibu yang melahirkan diusia >35 tahun, kerawanan usia mempengaruhi proses persalinan yang akandilewati,yang padaakhirnyajugaakanberpengaruhdalam melakukan IMD.Usia juga dapatmenggambarkan pengalamansesorang dalam menjalani kehidupan (Ananda, 2009). 2. Status Pekerjaan Pada ibu yang bekerja, biasanya tidak memiliki waktu luang yang banyak.Kesibukanyang tersebut membuat ibu tidak memberikan perhatian khusus pada kandungannya selama masa kehamilan. Selain itu, ibu yang membantumencarinafkah (bekerja), mungkin sajamemiliki uang yang cukup untuk memberikan nutrisi (makanan) yang terbaik bagi bayinya (Ananda, 2009). 3. Tingkat Pendidikan 28 Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan prilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkanseseorang.Untukmenyerapinformasi-informasidalam prilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya tingkat pendidikanwanita sangatmempengaruhi kesehatannya. Pendidikan yang berbeda-beda akan mempengaruhiseseorang dalam pengambilankeputusan. Ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah dapat diterima dandilaksanakanTingkat pendidikan seseorang mempengaruhi respon orang tersebut terhadap masukan yang datang dari luar, salah satunya adalah sikap ibu dalam melakukan IMD. Ibu yang pengetahuannya baik, akan memiliki respon yang baik mengenai masukan untuk melakukan IMD setelah melahirkan (Ananda, 2009). 4. Pendapatan Keluarga Pendapatan keluargaakan mempengaruhi pemberian nutrisi yang terbaik pada ibu selama masa kehamilan dan pemilihan pelayanan kesehatan yang akan digunakan dalam proses persalinan. Kesempatan mendapatkan pelayanan kesehatan selama masa kehamilan juga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga 5. Paritas Pengalaman dari menyusui dapat dilihat dari jumlah paritas ibu tersebut.Ibu yang baru 1-2 kali melahirkan, pengalaman menyusunya 29 masih sedikit sehingga seringkali menyebabkan puting lecet pada ibu. Hal ini dapat berpengaruh pada pelaksanaan IMD (Ananda, 2009). 6. Usia Kehamilan Kemampuan bayi yang lahir dengan usia kandungan kurang (belum mencukupi untukdilahirkan),akanmempengaruhikemampuan menyusui bayi tersebut. Pada bayi yang berusia gestasi < 34 minggu biasanya belum mampu menyusui dengan segera. Bayi yang lahir dalam usia kandungan 34-36 minggu yang sehat, ada yang mampu melakukan IMD tetapi dada juga yang tidak mampu (Ananda, 2009). a. Riwayat ANC (Ante Natal Care) Kunjungan pemeriksaan kehamilan sangat berpengaruh bagi kesehatan bayi. Melalui kunjungan ANC dapat dilihat perkembangan bayi selama masa kandungan.Selain memeriksakan kondisi bayi dalam kandungan, melalui kunjungan ANC, kondisi kesehatan ibu juga dapat dimonitor dengan baik sehingga proses persalinan akan berjalan dengan baik (normal) dan ibu dapat melakukan IMD (Ananda, 2009). b. Kondisi Kesehatan Ibu Saat Melakukan IMD Kondisi kesehatan ibu sangat mempengaruhi kelancaran proses IMD. Puting lecet, puting datar, mastitis, payudara bernanah, nyeri puting, dan beberapa penyakit lainnya dapat menghambat IMD yang akan dilakukan (Wulandari, 2010). 30 c. Berat Lahir Bayi Salah satu faktor yang menjadi kesulitan bayi untuk melakukan IMD adalah berat bayi lahir rendah (Biddulph and Stace, 1989 dalam Ananda 2009). Daya hisap bayi yang lahir dengan berat yang tidak normal (<2500 gram), kemampuan daya hisapnya rendah. d. Jenis Kelamin Bayi Jenis kelamin dapat melihatperbedaan kemampuan atau daya isap puting antara bayi laki-laki atau perempuan dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini,dimana kemampuan daya hisap bayi laki-laki lebih besar dibandingkan dengan bayi perempuan (Ananda, 2009). e. Kondisi Kesehatan Bayi Saat Melakukan IMD Selainkondisi kesehatan ibu,kesehatanbayi juga mempengaruhi proses IMD. Bayi yang premature, memiliki penyakit jantung, cacat fisik, dan penyakit gangguan lainnya dapat mengahambat proses IMD. f. Pengetahuan Ibu Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip dan keindahan terhadap suatu objek Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan diingat. Informasidapat berasal dariberbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal,percakapan harian, membaca, mendengarradio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (Aprillia, 2009).Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuanmerupakankeyakinan suatu objek yang telah 31 dibuktikan kebenarannya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) semakin tinggi pendidikan atau pengetahuan kesehatan seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan serta (Notoatmodjo, 2003). C. Tinjauan Tentang Dukungan Suami Dukungan merupakan informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan dapat juga diartikan sebagai informasi verbal dan non verbal, saran dan bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang–orangyang akrab dengan subjek didalamlingkungan sosialnya atau yang berupa kehadirandalam hal–hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya (Suryani, 2011).Seorangsuami mempunyai peran yang sangat besar dalam membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Salah satu langkah peran suami dalam membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya yaitu dengan memberikan dukungankepada istrinya pada saat melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (Kementerian PP & PA RI, 2010). Saat menyusui bayinya, terjadi dua refleks dalam tubuh Ibu. Refleks yang pertama adalah refleks prolaktin atau produksi ASI dan yang kedua adalahrefleks oksitosimengalirnya ASI. Padarefleks oksitosin 32 inilah,suamidankeluargamemiliki peran penting dalam menciptakan ketenangan, kenyamanan dan kasih sayang. Kebahagiaan, ketenangan dan kenyamananyangdirasakan ibu akan meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga mengalirnya ASI juga lancar. Sebaliknya kesedihan, kelelahan fisik dan mental seorang ibu akan menghambat produksihormon oksitosin sehingga keluarnya ASI menjadi tidak lancar. Pada saat itulah, pentingnya peran seorang suami serta keluarga dalam mempersiapkan,mendorong danmendukung ibu serta menciptakan suasana yang kondusif bagi ibu hamil dan menyusui. Hasil sebuah studi menyebutkan bahwa untuk dapat membantu ibumempraktekkanInisiasi MenyusuDini segera setelah bayi dilahirkan, suami harus memberikan suatu tindakan dukungan tertentu yang sangat spesifik dalam periode waktu yang sangat singkat. Namun sayangnya, sebagian besar suami tidak mengetahui peran mereka pada periode tersebut. Keberadaan mereka didalam ruang bersalin sebagian besar karena ingin memberikandukungan emosional kepada ibu atau karena mereka ingin ada secara fisik sehingga dapat memberikan persetujuannya sewaktu – waktu jika pada persalinan tersebut diperlukan tindakan lebih jauh oleh penolong persalinan (Februh, 2008). Proses pemberian susu pada bayi melibatkantiga hubungan Inisiasi. Ibu yang memberikan ASI, sianak yang diberikan dan suamisebagaipenyeimbang hubungan.Namun pada kenyataannya, banyak kaum suami yang merasa tidak terlibat dalam proses sosial ini dan 33 cenderung menyerahkan segala urusan pemberian ASI anak pada ibunya saja serta merasa tidak perlu ikut campur dalam proses ini. Keterlibatan seorang suami dalam proses ini akan memberikan motivasi ibu untuk menyusui. Jika ibu sudah memiliki motivasi dan optimis bisa menyusui, air susu pun akan berhamburan (Paramita, 2008).Dukungan suami merupakan bagian yang sangat vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui karena dukungan suami akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Masih banyak suami yang berpendapat salah, dimana menyusui adalah urusan ibu dan bayinya.Mereka menganggap bahwa cukup menjadipengamat yang pasif saja. Sebenarnya suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui oleh karena suami akan turut menentukan kelancaran reflex pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.Dari semua dukungan bagi ibu menyusui,dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu (Roesli, 2008). D. Tinjauan TentangFaktorSosial Budaya a. Adanya Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari,kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. b. Tradisi/Budaya 34 Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta rasadan karsa.Menurut Sumardjan (2009) dalam (Rahmadhanny, 2012).Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dengan kemudian kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non material. Tradisi, adat istiadat dan budaya setiap suku adalah berbeda. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang sangat berpengaruh dalam pilihan bahan makanan bagi para anggotanya dan dapat dilihat dari perbandingan kebudayaan antar suku di Indonesia. Kebiasaan pemberian makanan bagi bayi baru lahir pun berbeda tiap suku (Suhardjo, 1989 dalamAnanda, 2009).Tradisi masyarakat yang selalu memberikan makanan prelaktal pada bayi baru lahir dapat mempengaruhi pelaksanaan Inisiasi MenyusuDini. Mereka tidak akan memberikan ASI pada bayi baru lahir akibat dari tradisi dan kebiasaannya tersebut. c. Kepercayaan Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya.Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993 dalam Marfino 2010).Kepercayaan ibu mengenai inisiasi menyusu dini akan mempengaruhi keputusan ibu untuk melakukan inisiasi menyusu 35 dini setelah ia melahirkan. Kepercayaan ini dapatdibangun berdasarkan pengetahuan ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini dan manfaatnya.Oleh karena itu,pemberian pengetahuan sangat penting dilakukan oleh petugas kesehatan agar nantinya sikap dan kepercayaan ibu dapat terbentuk untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang dapat berimplikasi pada pelaksanaan Inisiasi menyusu Dini setelah ibu melahirkan (Roesli, 2008). E. Tinjauan Tentang Petugas Kesehatan Petugaskesehatanadalah setiaporangyang mengabdikan diri dalam bidangkesehatansertamemiliki pengetahuan dan atau keterampilan melaluipendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukankewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan bab1, pasal 1 ayat 6).Petugaskesehatan merupakanorang yangsangatdihormati dilingkungannya sehingga apa yang mereka katakan dan lakukan dalam pekerjaandan dalam lingkunganmasyarakatnyaakan mempengaruhimasyarakat lain disekitarnya. Oleh karena itu, Inisiasi Menyusu Dini akan menjadi lebih berhasil bila petugas kesehatan memberikan dukungan kepada ibu bersalin untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (Kementerian PP &PA RI, 2010). Petugaskesehatanpenolongpersalinanmerupakan keberhasilan IMD karena dalam waktu kunci utama tersebut peran dandukunganpenolongpersalinanmasih sangat dominan.Apabilapenolong persalinan memfasilitasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka 36 interaksi ibu dan bayi diharapkan segera terjadi. Dengan pelaksanaan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayinya dan bayi akan merasa nyaman menempel pada payudara ibu dan tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir (Roesli, 2008). Dukungan petugas kesehatan terkait pelaksanaan IMD dapat berupa penyampaian informasi terkait. IMD dan manfaatnya kepada ibu hamil, memberikan dukungan emosional dan fisik pada saat IMD serta menciptakan suasana yang tenang, nyaman dan penuh kesabaran untuk membiarkan bayi merangkak mencari payudara ibu atau the breast crawl (Roesli, 2008).Dukungan yang diberikan petugas kesehatan dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya.Dukungan yang diberikan petugas kesehatan dalam pelaksanaan IMD berupa pemberianinformasi kepada ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini agar ibu mengetahui manfaatnya serta ibu memiliki kesiapan fisik maupun psikologis untuk melakukan IMD. Selain itu,penerapan langkah dalam pelaksanaaan Inisiasi Menyusui Dini secara tepat merupakan dukungan yang paling penting dalam pelaksanaan IMD. Tentunya hal ini didasari dengan keterampilan yang harus dimiliki oleh petugas kesehatan dalam pelaksanaan IMD (Kementerian PP &PA RI, 2010). 37 F. Tinjauan Tentang Antenatal Care 1. Pengertian ANC ANC(antenatal Care) adalah upaya prepentif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran meteral dan noenatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. 2. Tinjauan ANC (Antenatal Care ) a. Memantau kemajuan kehamilan,memastiakan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang Bayi. b. meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,mental,serta sosial dan Bayi c. menentukan sejak dini bila ada masalah atau gangguan dan komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan d. mempersiapakan kehamilan dan persalinan denagn selamat,baik ibu maupun Bayi dengan trauma seminimal mungkin. e. mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan normal (Asrinah,dkk,2010). 3. Standar pelayanan ANC (Antenatal Care ) Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal sebagai berikut : a. Standar 1 (identifikasi ibu hamil ) Bidanmelakukan kunjungan rumah,berinteraksi dengan masyarakat secara berkalauntukmemberikan penyuluhan dan motivasi ibu,suami,dan 38 anggota keluarga mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. b. Standar 2 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal care Bidanmemberikan pelayanan antenatal pemeriksaan meliputi anamnesa serta pemantauan ibu dan janin secara seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal,bidan juga harus mengenal kehamilanresti/kelainanterutamaanemia,kuranggizihipertensi,PMS/infeks i HIV,memberikan pelayananimunisasi,nasihat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lain yang berikan oleh puskesmas. c. Standar 3 : palpasi abdomal Bidan melakukan pemeriksaan abdomal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan dan bila usia kehamilan bertambah,memeriksa posisis,bagian terendah janin dan masuknya kepala janin rongga panggul,mencari kelainan letak,melakukan rujukan tepat waktu. d. Standar 4 : pengelolaan anemia pada kehamilan Bidan melakukan tindakan pencegahan,penemuan,penangan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Standar 6 :persiapan persalinan Bidan memebrikan saran yang tepat kepada ibu hamil,sesuai serta keluarganyapadatrimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan yang bersih dan aman sertasuasana yang menyenangkan akan 39 direncanakan dengan baik disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk bila terjadi keadaan gawat darurat.(musdalifah,2009). f. pelayanan standar 10 T sesuai dengan kebijakanDepartemen Kesehatan standar minimal pelayanan pada ibu hamil yaitu : 1.Timbang berat badan 2. pengukuran tekanan darah 3. pengukuran TFU 4. Tes Laboratorium 5. Tatalaksana kasus 6. Tabungan persalinan 7. pemberian Imunisasi TT (Tetanus Tokxoid ) lengkap 8. pemberianTable besi(Fe ) minimal 90 table selama kehamilan dengan dosis satu table setiap harinya 9.Tes terhadap penyakit menular seksual g. Jadwal kunjungan Ibu hamil setiap ibu hamil menghadapi resiko komplikasi yang bias mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita ibu hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal Care : 1. satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu ) 2. satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28 minggu) 3. dua kali dalam trimester ketiga (antara 28-36 dan setelah mingguke36) 4. pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Antenatal Care (ANC ) 40 G.Tinjauan Tentang Paritas 1.Pengertian paritas Paritas adalah status seseorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah dilahirkannya.ibu yang barupertama kali hamil merupakanhalyangsangat barusehinggatermotivasidalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai bahwaiasudahberpengalamansehinggatidak anggapan termotivasi untukmemeriksakankehamilannya.(Sarwono,2005). Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua kehamilan yang berurtan dari seseorang wanita.jarak kehamilan yang pendek secera langsung akan memberikan efek terhadap kesehatan wanita maupun kesehatan janin yang dikandungnya.Seorang wanita setelah bersalin membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk kehamilan dan persalinan berikutnya,bila jarak kehamilan dapat cenderung menimbulkan kerusakan tertentu pada sistem reproduksi baik secara fisiologis maupun patologis sehingga member kemungkinan terjadinya Anemia yang dapat menyebabkan ke matian Ibu. 2 Klasifikasi Paritas a. Primipara 41 Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anakyang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney,2006) b. Multipara Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo,2009) c. Grandemultipara Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 kali anakataulebih danbiasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan 3 Faktor yang mempengaruhi paritas a. Pendidikan Pendidikan adalah berarti bimbingan yang diberikan olehseseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu.makin mudah dalam berfikir lebih rasional.Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berfikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang anak. b.Pekerjaan Pekerjaan adalah symbol status seseorang dimana masyarakat pekejaan jembatanuntuk memprolehuang dalamrangka memenuhi kebutuhan hidup dan untukmendapatkan tempat pelayanan keehatan yang diinginkan.banyak anggapan bahwa status pekerjaan sesorang yang 42 tinggi,maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. c.Keadaan ekonomi Kondisi ekonomi keluargayangtinggimendorongibuuntukmempunyai lebihkarena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup. 43 H. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Dukungan suami Faktor Sosial Budaya Dukungan petugas kesehatan Pemberian Kolostrumpada Bayi Inisiasi MenyusuDini Antenal Care Paritas Keterangan : =Dependent Variable(Variabel Terikat) = Independent Variable (Variabel Bebas) = variabel yang tidak di teliti 44 Gambar. Kerangka Konsep Penelitian I. Hipotesis Penelitian 1. H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan suami pemberian kolostrumpada Bayi diwilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2014. H1 : Ada hubungan antara dukungansuamipemberian kolostrum pada Bayidi wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2014. 2. H0 : Tidak ada hubungan antara faktorsosialbudaya pemberian kolostrumpada Bayi di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2014. H1 : Ada hubungan antara faktor sosial budaya pemberian kolostrumpada Bayidi wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2014. 3. H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan pemberian kolostrumpada Bayi di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2014. H1 : Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan pemberian kolostrumpada Bayidi wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2014. 45 III.METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik denganpendekatan cross sectional study. Rancangantersebut ditujukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami, dukungansosial budayadan petugas kesehatan terhadap pemberian kolostrumpada Bayi di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kendari Tahun 2014. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada tanggal 24 september sampai tanggal 31oktober di wilayah Kerja PuskesmasPoasiaKota Kendari Tahun 2014. C. Populasi Dan Sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu melahirkanselamaperiodeseptember- oktober 2014 di wilayah kerja Puskesmas Poasia yang terdaftar dalam register persalinan di Puskesmas poasia berjumlah49 orang. b. Sampel 46 Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakanTotal Sampling yaitu jumlah seluruh ibu yang melahirkan sebanyak 49 orang di wilayah kerja Puskesmas Poasia kota kendari tahun 2014 Sampel diambil berdasarkan kriteria berikut yaitu : 1. Ibu yang melahirkan Bayi secara Normal 2. Ibu yang memiliki Bayi 10 hari 3. Ibu yang melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan atau ditolong Oleh dukun 4. Responden beralamat di wilayah kerja PuskesmasPoasia pada saat Wawancara ataupun pindah Alamat 5. Responden yang siap untuk diwawancarai. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1.Kuesioner yang berisi semua item pertanyaan. 2. Alat tulis dan komputer, yaitu alat yang digunakan untuk mengolah data-data yang diperoleh serta yang digunakan penyusunanlaporan penelitian. 3. Dokumentasi, yaitu sejumlah data atau informasi dariPuskesmas Poasiaberupa data tentang ibu yang bersalin serta alamat – alamat responden. dalam 47 E. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabelterikat(Variabel dependent) adalah variabel yang dipengaruhi.Variabel terikat dalam penelitian adalah pemberian kolostrum pada Bayi 2. Variabel bebas(Variabel independent)adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dalam penelitian ini dukungan suami,sosial budaya dan dukungan petugas kesehatan. F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Pemberian Kolostrum kolostrum diberikan pada bayi dari 30 menti hingga 1 jamsetelah melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Poasia. Data ini diperoleh dari wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan keusioner. Sehingga Kriteria objektif : a. Diberikan : Bila hasil jawaban responden memberikan Kolostrum kepada bayinya. b. Tidak diberikan:Bila hasil Kolostrum kepada bayinya. (Roesli, 2000). 2. Dukungan Suami jawaban responden memberikan 48 Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan oleh suamiuntuk terlaksananya pemberiankolostrumpada wilayakerja Puskesmas poasia. Pengukuran Bayi di dukungan suami berdasarkan skala Guttman untuk pertanyaan positif dengan jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0 (Riduwan, 2008). Sehingga KriteriaObjektifnya: a. Mendukung : bila hasil jawaban responden memperoleh skor ≥66% dari total skor maksimal. b. Tidak mendukung : bila hasil jawaban responden memperolehskor <66% dari total skor maksimal. 3. FaktorSosial Budaya FaktorSosial budaya adalah prilaku masyarakat terkait dengan pengetahuan, kepercayaan, kebiasaan, adat istiadat yang telah menjadi aturan kehidupan dalam lingkungan sosial atau suatu wilayah.pemberian kolostrum pada bayi di wilayah kerja puskesmas Poasia. Pengukuran faktor sosial budaya berdasarkan skala Guttman untuk pertanyaan positif dengan jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban“Tidak”diberi skor 0 (Riduwan, 2008). Sehingga KriteriaObjektifnya: a. Ya : bila hasil jawaban responden memperoleh skor ≥ 66% dari total skor maksimal. 49 b. Tidak : bila hasil jawaban responden memperoleh skor <66% dari total skor maksimal. 4. Dukungan Petugas Kesehatan Dukungan petugas kesehatan adalah dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan untuk terlaksananya Pemberian kolostrum pada Bayidiwilayah kerja Puskesmas Poasia.Pengukuran dukungan petugaskesehatan berdasarkan skalaGuttman untuk pertanyaan positif dengan jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0 (Riduwan, 2008). Sehingga Kriteria Objektifnya : a. Mendukung : bila hasil jawaban responden memperoleh skor ≥ 66% dari total skor maksimal. b. Tidak mendukung : bila hasil jawaban responden memperoleh skor < 66% dari total skor maksimal. G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer berupa dukungan suami, sosial budaya,dukungan petugas kesehatan.Data–datatersebutdiperoleh dengan menanyakansecaralangsungkepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). 2. Data Sekunder 50 Data sekunder berupa data angka kematian bayi (AKB), dari Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kesehatan Kota Kendari dan Puskesmas Poasia serta data yang berasal dari buku register persalinan yang diperoleh dari Puskesmas poasia. H. Pengolahan Data, Analisis Data dan Penyajian Data 1. Pengolahan Data Data yang diperoleh dari wawancara langsung dilapangan dengan menggunakan kuesionerdan hasil pengukuran diolah dengan menggunakan komputer 2. Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian diedit, dikelompokkan, dikodingdan dientri dalam komputer untuk diolah dengan program statistik. Analisis data dalam penelitian ini adalah: a. Analisis Univariat secara deskriptif pada masing – masing variabel dengan analisis pada distribusi frekuensi. b. Analisis Bivariat Dilakukan untuk mengetahui Faktor Determinan pemberiankolostrumpada Bayidiwilayah kerja puskesmas poasia dengan menggunakan uji Chi Square dengan tabel kontingensi 2x2, pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002) : 1) H0 diterima jika χ2hitung ≤ χ2tabel atau ρ value ≥ (α) = 0,05. 51 2)H1 diterima jika χ2hitung > χ2tabel atau ρ value< (α) = 0,05. Jika H0 ditolak kemudian dilanjutkan uji keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien phi (Ø). Rumus: ∅= ( ∣ )( ∣ )( ) Besarnya nilai phi (Ø) berada diantara 0 sampai dengan 1 dengan ketentuan (Arikunto, 2002) : 0,76 - 1,00 : hubungan sangat kuat 0,51 - 0,75 : hubungan kuat 0,26 - 0,50 : hubungan sedang 0,01 - 0,25 : hubungan lemah 3.Penyajian Data Data yang telah diolah dan dianalisis, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan. 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Batas Wilayah Puskesmas Poasia merupakan Puskesmas yang melayani rawat jalan dan rawat inap yang berkedudukan di kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari sekitar 9 KM dari Ibukota Propinsi. Wilayah Kerja Puskesmas Poasia meliputi 4 Kelurahan yaitu : Kelurahan Anggoeya, Kelurahan Andonohu, Kelurahan Rahandouna, dan Kelurahan Matabubu. Jumlah posyandu sebanyak 14 posyandu yang terbesar dalam 4 kelurahan, dengan luas batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu. 2. Demografi Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia pada tahun 2011 adalah 17.949 jiwa yang terdiri dari 10.106 jiwa Laki-laki dan 7.843 jiwa Perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 5.638 KK. Jumlah penduduk 53 tersebut terdistribusi di empat kelurahan, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.Distribusi Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Penduduk. Kelurahan Jumlah penduduk (jiwa) Andunohu 6.273 Rahandouna 7.528 Anggoeya 3.149 Matabubu 999 Jumlah 17,949 Sumber : Data Sekunder, 2014 (%) 30,0 42,0 17,5 5,5 100 Jumlah KK 1.865 2.342 874 557 5.638 (%) 33,1 41,5 15,5 9,9 100 Tabel. 1 menunjukkan bahwa dari 4 kelurahan di Wilayah Kerja Puseksemas Poasia penduduk terbanyak di Kelurahan Rahandouna yaitu berjumlah 7.528 orang (42,0 %) dengan jumlah KK 2.342 (41,5 % ). Dengan demekian sangatlah beralasan Jika Puskesmas Poasia tersebut di tempatkan di Kelurahan Rahandouna. Selanjutnya Kelurahan Andunohu berjumlah 6.273 ( 30.0 % ) dengan jumlah KK sebanyak 1.865 ( 33,1 % ), Kelurahan Anggoeya berjumlah 3.149 ( 17,5 % ) dengan jumlah KK 874 ( 15,5 % ) an yang paling terendah penduduknya adalah Kelurahan Matabubu yakni hanya 999 jiwa ( 5,5 % ) dengan jumlah KK 557 (9,9 % ). 3. Tenaga Kesehatan 1. Sarana Pelayanan Kesehatan 54 Sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Poasia dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel. 2 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Poasia Jenis Saranan Pelayanan Jumlah Sarana Puskesmas Induk Puskesmas Pembantu Jumlah Sumber : Data Sekunder, 2014 1 2 3 Tabel.2 Menunjukkan bahwa sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Poasia memiliki 1 Puskesmas Induk dan 2 Puskesmas Pembantu. 2. Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan di Puskesmas Poasia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel.3 Tenaga Kesehatan Puskesmas Poasia kota kendari Jenis Tenaga Dokter Umum Dokter Gigi Bidan Perawat Perwat Gigi Petugas Sanitasi Petugas Gizi Asisten Apoteker Petugas Laboratarium Pengelola Gudang Obat Petugas Administrasi Pengemudi Jumlah Tenaga 4 2 18 31 2 5 7 2 2 1 3 1 55 Cleaning Service Total Sumber : Data Sekunder, 2014 3 81 Tabel 3 Menunjukkan bahwa dengan melihat sarana dan prasarana diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah dan jenis yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegaiatan Puskemas terpenuhi. B. Hasil Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puseksmas Poasia di ruang bersalin dengan total sampel sebesar 49 orang yang bersedia menjadi responden. Berdasarkan hasil dari pengolahan data yang dilakukan, maka disajikan hasil sebagai berikut: 1. Karakteristik Responden a. Umur Responden Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu mahkluk, baik yang hidup maupun yang mati yang diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Notoadmodjo, 2003). Distribusi responden menurut kelompok umur dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umurdi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 No. Kelompok Umur (Tahun) 1. 15 – 19 2. 20 – 24 3. 25 – 29 4. 30 – 34 5. 35 – 39 6. 40 – 44 Total Jumlah (n) 8 9 12 8 8 4 49 Persentase (%) 11,2 16,8 34,8 16,8 11,2 9,2 100 56 Sumber: Data Primer,diolah November Tabel 4 menunjukkan bahwa dari total 49 responden yang diteliti, responden paling banyak berada pada kelompok umur 26-30 tahun yaitu berjumlah 12 orang (34,8%). Responden paling sedikit berada pada kelompok umur 41-45 yakni 4 orang (9,2%). b. Tingkat Pendidikan Responden Pendidikanadalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmojo, 2003). Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang dimaksud yaitu pendidikan terakhir yang diraih oleh responden (Mubarak, 2010). Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5.Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikandi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4. Tingkat Pendidikan Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Perguruan Tinggi Total Sumber: Data Primer, diolah November Jumlah (n) 14 8 24 3 49 Persentase (%) 24,3 15,2 51,4 9,1 100 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari total 49 responden, sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah tamat SMA yaitu sebanyak 22 57 orang (51,4%), dan sebagian kecil responden yang memiliki tingkat pendidikan dan perguruan tinggi yaitu 3 orang (9,1%). c. Jenis Pekerjaan Responden Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih untuk memproleh informasi. (Depkes, RI 2001). Distribusi responden menurut jenis pekerjaan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaandi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 No. 1. 2. 4. Jenis Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS Wiraswasta Total Sumber: Data Primer, diolah November Jumlah (n) 32 2 15 49 Persentase (%) 69,3 3,1 27,6 100 Tabel 6 menunjukkan dari 49 responden, sebagian besar jenis pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga yakni 32 orang (69,3%), dan sebagian kecil jenis pekerjaan responden adalah sebagai PNS 2 orang (3,1%) dan wiraswasta 15 orang (27,6%). d. Pendapatan Keluarga Responden Pendapatan keluarga akan mempengaruhi pemberian nutrisi yang terbaik pada ibu selama masa kehamilan dan pemilihan pelayanan kesehatan yang akan digunakan dalam proses persalinan yang akan berdampak pada pemberian kolostrum oleh ibu (Subaris, 2004 dalam Yulianti, 2008). 58 Distribusi responden menurut pendapatan keluarga per bulan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 7. Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pendapatan Keluarga per Bulandi Wilayah Kerja Puskesmas PoasiaKota Kendari Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4. Pendapatan Keluarga/Bulan < Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000 Rp 1.600.000 - Rp 2.000.000 > Rp 3.000.000 Total Sumber: Data Primer, diolah November Jumlah (n) 9 22 15 3 49 Persentase (%) 11,7 62,7 20,8 4,8 100 Tabel.7 menunjukkan bahwa dari 49 responden, pendapatan keluarga perbulan bervariasi. Sebagian besar responden memiliki pendapatan keluarga per bulan berkisar Rp 1.000.000,00 hingga Rp 1.500.000,00 sebanyak 22 orang (62,7%), dan sebagian kecil responden memiliki pendapatan keluarga per bulan berkisar > Rp 3.000.000,00 sebanyak 3 orang (4,8%). e. Alamat Responden Distribusi responden menurut alamat dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini. Tabel8. Distribusi Responden Menurut Alamat di Wilayah Kerja PuskesmasPoasia Kota Kendari Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4. 6. Alamat Rahandouna Anduonohu Anggoeya Matabubu Abeli Jumlah (n) 12 16 9 8 3 Persentase (%) 26,2 49,2 13,2 8,2 2,1 59 7. Perumnas Total Sumber: Data Primer, diolah November 1 49 1,1 100 Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 49 responden, sebagian besar responden beralamat di Anduonohu yaitu berjumlah 16 orang (49,2%), dan sebagian kecil responden beralamat Perumnas yaitu berjumlah 1 orang (1,1%). 2. Analisis Univariat a. Pemberian Kolostrum Pemberian Kolostrum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberian kolostrum saja kepada bayi baru lahir selama 30 menit hingga 1 jam pertama. Distribusi responden menurut pemberian Kolostrum dalam penelitian ini disajikan pada tabel 9. Tabel9. Distribusi Responden Menurut Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 No. 1. 2. Pemberian Kolostrum Diberikan Tidak Diberikan Total Sumber: Data Primer, diolah November Jumlah (n) 34 15 49 Persentase (%) 69,2 30,8 100 Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 49 responden, sebagian besar responden melakukan pemberian Kolostrum pada bayinya yakni sebanyak 34 orang (69,2%). Hanya sebagian kecil responden yang Tidak melakukan pemberian Kolostrum pada bayinya yakni 15 orang (30,8%). Dari hasil wawancara yang dilakukan pada responden bahwa dari 15 responden yang tidak melakukan 60 pemberian kolostrum karena disebabkan kurangnya pengetahuan atau pemahaman dan kepercayaan/kebiasaan sehingga bayi tidak mendapatkan Asi kolostrum. b. Dukungan Suami Dukungan Suami adalah Dukungan merupakan informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan dapat juga diartikan sebagai informasi verbal dan non verbal, saran dan bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang – orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal – hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Akhmadi, 2009 dalam Suryani, 2011). Distribusi responden menurut Dukungan Suami dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini. Tabel9.Distribusi Responden Menurut Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2014 No. 1. 2. Dukungan Suami Mendukung Tidak Mendukung Total Sumber: Data Primer, diolah November Jumlah (n) 32 17 49 Persentase (%) 40,8 59,2 100 Tabel9 menunjukkan bahwa dari total 49 responden,dari dukungan suami sebagian besar responden Mendukung terhadap pemberian Kolostrum yakni sebanyak 32 orang (59,2%). Sedangkan responden yang Tidak mendukung terhadap pemberian Kolostrum yakni 17 orang (40,8%). Dari hasil wawancara yang 61 dilakukan pada responden bahwa dari 17 responden yang tidak mendapatkan dukungan oleh suaminya terhadap pemberian kolostrum karena disebabkan kurangnya pengetahuan atau pemahaman dan kepercayaan/kebiasaan dan Asi kolostrum juga sering dikatakan Asi yang basi sehingga bayi tidak mendapatkan Asi kolostrum. c. Faktor Sosial Budaya Faktor Sosial Budaya adalahprilaku masyarakat terkait dengan pengetahuan, kepercayaan, kebiasaan, adat istiadat yang telah menjadi aturan kehidupan dalam lingkungan sosial atau suatu wilayah. ( Hasan Ludin 2010). Distribusi responden menurut persepsi dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Faktor Sosial Budaya di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 Faktor Sosial Budaya 1. Ya 2. Tidak Total Sumber: Data Primer, diolah November No. Jumlah (n) Persentase (%) 30 19 49 61,22 38,78 100 Tabel 10 menunjukkan bahwa dari total 49 responden, mayoritas responden memiliki Faktor sosial budaya memilih” Ya” yakni sebanyak 30 orang (61,22%). Sedangkan responden yang mengatakan Tidak yakni 19 orang (38,78%). Dari hasil wawancara yang dilakukan pada responden bahwa dari 19 responden pada faktor sosial budaya yang tidak melakukan pemberian kolostrum karena disebabkan kurangnya pengetahuan atau pemahaman dan kepercayaan/kebiasaan dan Asi kolostrum juga sering dikatakan Asi yang basi sehingga bayi tidak mendapatkan Asi kolostrum. 62 d. Dukungan Petugas Kesehatan Dukungan Petugas Kesehatan merupakanPetugas kesehatan merupakan orang yang sangat dihormati di lingkungannya sehingga apa yang mereka katakan dan lakukan dalam pekerjaan dan dalam lingkungan masyarakatnya akan mempengaruhi masyarakat lain di sekitarnya. (Kementerian PP & PA RI, 2010). Distribusi responden menurut motivasi dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Dukungan Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 Dukungan Petugas Kesehatan 1. Mendukung 2. Tidak Mendukung Total Sumber: Data Primer, diolah November No. Jumlah (n) 29 20 49 Persentase (%) 59,18 40,82 100 Tabel 11 menunjukkan bahwa dari total 49 responden, mayoritas responden memiliki dukungan dari petugas kesehatan yakni sebanyak 29 orang (59,18%). Sedangkan responden yang tidak memiliki memiliki dukungan dari petugas kesehatan yakni 20 orang (40,82%). Dari hasil wawancara yang dilakukan pada responden bahwa dari 20 responden yang tidak mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan terhadap pemberian kolostrum karena disebabkan kurangnya adanya penyuluahan dan informasi terkait pemberian kolostrum tersebut. 3. Analisis Bivariat Analisis bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan variabel bebas (Dukungan Suami, Faktor Sosial Budaya dan Dukungan Petugas Kesehatan) dengan variabel terikat (Pemberian Kolostrum). Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square dengan tingkat signifikan (α=0,05). Faktor 63 Determinan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014. a. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 Hasil analisis statistik hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 Dukungan Suami Pemberian Kolostrum Tidak Diberikan Diberikan n % n % 26 83,9 5 16,1 Mendukung Tidak 8 44,4 10 55,6 Mendukung Total 34 69,4 15 30,6 Sumber: Data primer diolah November Total X2 ρValue Rá´“ 0,010 0,412 hitung n 31 % 100 18 100 49 100 6,581 Tabel 12 menunjukan bahwa dari 49 responden (100%) dengan Dukungan Suami terdapat 26 orang mendukung (83,9%) yang memberikan dukungan terhadap pemberian kolostrum dan 8 orang (44,4%) dukungan suami yang tidak mendukung terhadap pemberian Kolostrum sedangkan 5 orang (16,1%) yang mendukung Pemberian kolostrum dan 10 orang (55,6 %) yang tidak mendukung pemberian Kolostrum. Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2 hitung adalah 6,581 dan X2 tabel adalah 3,841. Nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima, hal ini semakna dengan nilai P atau 64 nilai signifikasi adalah 0,010dan α adalah 0,05. Nilai P lebih kecil dari α, makadapat disimpulkanbahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara variabel Dukungan Suami terhadap Pemberian Kolostrum. Responden pada variabel ini, ada sekitar 26 responden pada dukungan suami yang sangat mendukung terhadap proses pemberian kolostrum namun dari hasil wawancara yang dilakukan pada penelitian ini pada pemberian kolostrum masih banyak terdapat ibu-ibu yang tidak memberikan kolostrum pada bayinya . Jadi hal ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang menghambat bayi yang tidak diberikan kolostrum oleh ibunya itu karena disebabkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan dan disebabkan pula beberapa faktor terutama aktifitas yang rutin sehingga bayi tersebut tidak mendapatkan kolostrum dan dengan sempurna dan beberapa faktor juga yang bisa menghambat proses pemberian kolostrum yaitu disebabkan oleh faktor umur. Dalam hal ini perlu adanya dukungan yang diperlukan oleh ibu untuk terlaksananya pemberian kolostrum pada bayi, dukungan seperti kasih sayang yang diberikan oleh suami, tidak memberikan beban stres ibu yang menyusui. Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,412 Angka tersebut menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak antara 0,26–0,50. Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa Dukungan Suami mempunyai hubungan yang sedang dengan Pemberian Kolostrumdi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 65 b. Hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 Hasil analisis statistik hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Pemberian Kolstrum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13.Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia tahun 2014 Pemberian Kolostrum Faktor Sosial Budaya Total Diberikan X2 hitung ρValue Rá´“ 8,878 0,003 0,471 Tidak Diberikan n % n % Ya 26 86,7 4 13,3 Tidak 8 42,1 11 57,9 Total 34 69,4 15 30,6 Sumber: Data primer diolah November n 29 19 49 % 100 100 100 Tabel 13 menunjukan bahwa dari 49 responden (100%) dengan Variabel Faktor Sosial Budaya terdapat 26 orang (86.2%) yang memilih “Ya” memberikan Kolostrum pada Bayi dan 11 orang (57,9%) dengan Faktor Sosial Budaya yang tidak memberikan Kolostrum pada bayi sedangkan 4 orang (13,3%) yang memberikan kolostrum pada Bayi dan 8 orang (42,1 %) yang tidak memberikan Kolostrum. Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2 hitung adalah 8,878 dan X2 tabel adalah 3,841. Nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima, hal ini semakna dengan nilai P atau nilai signifikasi adalah 0,003 dan α adalah 0,05. karna Nilai P lebih kecil dari α, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara 66 variabel Faktor Sosial Budaya dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari . Responden pada variabel ini, ada 26 responden pada Faktor sosial budaya yang memberikan Asi kolostrum pada Bayinya. Namun banyak pula yang terdapat ibu-ibu yang tidak melakukan pemberian kolostrum tersebut. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada penelitian ini pada pemberian kolostrum terhadap faktor sosial budaya masih banyak terdapat ibu yang tidak memberikan kolostrum pada bayinya disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan, kurangnya informasi yang didapatkan, umur dan disebabkan pula mekanisme kepercayaan yang turun temurung dari nenek moyang mareka bahwa Asi kolostrum itu tidak baik dan mareka sering katakan kolostrum itu Asi yang basi. Jadi hal ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang menghambat bayi yang tidak diberikan kolostrum oleh ibunya itu adanya kepercayaan yang tinggi sehingga bayi tidak mendapatkan Asi kolostrum yang sempurna. Dalam hal ini perlu adanya dukungan terhadap faktor sosial budaya untuk menghilangkan kepercayaan atau kebiasaan mengatakan bahwa kolostrum itu Asi yang basi, sehingga ibu-ibu tidak meragukan lagi pemberian kolostrum pada bayi. Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,471. Angka tersebut menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak antara 0,26–0,50.. Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa Faktpr Sosial Budaya mempunyai hubungan yang lemah dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 . 67 c. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 Hasil analisis statistik hubungan Dukungan Petugas Kesehatandengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel14.Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014 Dukungan Petugas Kesehatan Pemberian Kolostrum Tidak Diberikan Diberikan n % n % 25 86,2 4 13,8 Mendukung Tidak 9 45,0 11 55,0 Mendukung Total 34 69,4 15 30,6 Sumber: Data primer diolah November Total X2 hitung n 29 % 100 20 100 49 100 7,622 ρValue Rá´“ 0,006 0,439 Tabel 14 menunjukan bahwa dari 49 responden (100%) dengan Dukungan Petugas Kesehatan terdapat 25 orang yang mendukung (86,2%) yang memberikan dukungan terhadap pemberian kolostrum, dan 11 orang (55,0 %) dukungan Petugas Kesehatan yang tidak mendukung terhadap pemberian Kolostrum sedangkan 4 orang (13,8%) yang mendukung Pemberian kolostrum dan 9 orang (45,0 %) yang tidak mendukung pemberian Kolostrum. Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2 hitung adalah 7,622 dan X2 tabel adalah3,841.Nilai X2 hitunglebih besar dari X2 tabel sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima, hal ini signifikasi adalah 0,006 semakna dengan nilai P atau nilai dan α adalah 0,05. Nilai P lebih kecil dari α, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara variabel 68 Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Responden pada variabel ini, ada 25 orang dukungan petugas kesehatan sangat mendukung terhadap proses pemberian kolostrum. Namun masih banyak yang didapatkan ibu yang tidak melakukan pemberian kolostrum tersebut pada bayinya. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada penelitian ini pada pemberian kolostrum terhadap dukungan petugas kesehatan masih banyak yang terdapat ibu yang tidak tidak melakukan pemberian kolostrum karena disebabkan oleh beberapa faktor sehingga bayi tidak mendapatkan Asi kolostrum tersebut Karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh petugas kesehatan dan kurangnya pula penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di lingkungan tempat tinggal mareka. disebabkan pula oleh faktor umur sehingga bayi tidak mendapatkan kolostrum. Jadi hal ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang menghambat bayi yang tidak diberikan kolostrum oleh ibunya yaitu kurangnya pengetahuan maupun kurangnya informasi yang didapatkankan oleh petugas kesehatan sehingga bayi tidak mendapatkan Asi kolostrum tersebut dengan semaksimal. Dalam hal ini perlu adanya dukungan petugas kesehatan yang diperlukan oleh ibu untuk terlaksananya pemberian kolostrum pada bayi, memberiakan informasi atau melaksanakan penyuluhan yang terkait pemberian kolostrum sehingga ibu-ibu paham apa yang dimaksud dengan kolostrum karena berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa masih banyak ibu yang tidak mengetahui Asi kolostrum tersebut. 69 Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,439. Angka tersebut menunjukkan hubungan yangsedang karena terletak antara 0,26-0,50. Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa bahwa Dukungan Petugas Kesehatan mempunyai hubungan yang sedang dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014. C. Pembahasan a. Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Dukungan merupakan informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan dapat juga diartikan sebagai informasi verbal dan non verbal, saran dan bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang – orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal – hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Akhmadi, 2009 dalam Suryani, 2011). Seorang suami mempunyai peran yang sangat besar dalam membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Salah satu langkah peran suami dalam membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya yaitu dengan memberikan dukungan kepada istrinya (Kementerian PP & PA RI, 2010).Suami (ayah) memiliki peran yang sangat besar dalam melakukan pemberian kolostrum. 70 Masih banyak suami yang berpendapat salah dimana menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mareka menganggap bahwa cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Seharusnya suaminya mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui oleh karena suami yang akan tutut menentukan kelancaran refleks pengeluaran Asi (let down refleks) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu. (Ayahbunda, 2002: Roeslina, 2000). Dukungan yang berikan suami terkait pemberian kolostrum di wilayah kerja puskesmas Poasia sebagian besar berupa dukungan kasih sayang yang dibutuhkan oleh ibu, suami hendaknya tidak memberikan stres pada ibu lagi menyusui (memberikan motivasi/dorongan terhadap proses pemberian kolostrum), meningkatkan rasa percaya diri ibu untuk. sehingga bayi mendapatkan Asi kolostrum dengan baik.Hal ini memberikan gambaran bahwa pemberian kolostrum sangat memerlukan dukungan dari suami di mana dukungan tersebut yang paling dibutuhkan oleh ibu menyusui. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Roesli (2008) bahwa kondisi emosi menentukan tingkat produksi ASI yang dihasilkan ibu. Kestabilan emosi tersebut bisa diraih bila sang suami turut mendukung. Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2hitung adalah 6,581 dan X tabel adalah3,841 Nilai X hitunglebihbesar dari X tabel sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima,hal ini semakna dengan nilai P atau nilai signifikasi adalah 0,010 dan α adalah 0,05. Nilai P lebih kecil dari α, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara variabel Dukungan Petugas Kesehatan terhadap Pemberian Kolsostrum. 71 Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara variabel dukungan suami terhadap pemberian kolostrum. Dikatakan berhubungan pada variabel ini karena Chi Squarelebih besar dari dibanding X2 tabel jadi hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima namun sebaliknya jika hipotesis nol diterima dan hipotesis 1 ditolak maka tidak ada hubungan antara variabel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemberian kolostrum di wilayah kerja puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014. Penelitian ini selaras dengan penelitian oleh Mila susanti di rumah sakit umum datu beru kabupaten Aceh yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami terhadap pemberian kolostrum, dengan nilai ρ Value0,003< α (0,05). dan penelitian Yendra (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami terhadappemberian kolostrum dengan nilai ρ Value0,004 < α (0,05). Berdasrkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,412 Angka tersebut menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak antara 0,26 – 0,50. Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa Dukungan Suami mempunyai hubungan yang sedang dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia dari Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Dukungan Suami dengan Pemberian Kolostrum pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh bidan yang bertugas di wilayah kerja puskesmas Poasia di ruang bersalin bahwa sampai saat ini belum ada program penyuluhan bidangKIA yang membahas secara khusus mengenai 72 pemberian kolostrum pada ibu hamil. Saat ini, program yang ada hanya kelas ibu hamil yang diadakan setiap posyandu yang sangat jarang membahas mengenai pemberian kolostrum sehingga sangat jarang pula ibu yang mengetahui mengenai kolostrum dan manfaatnya. Apalagi jika ibu tersebut jarang memeriksakan kehamilannya di posyandu ataupun di puskesmas pasti mereka tidak memiliki gambaran sedikitpun mengenai kolostrum.Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa paparan informasi (media massa) dapat mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Selain paparan informasi (media massa), Notoatmodjo (2007) juga menyatakan bahwa pendidikan, lingkungan sekitar dan pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seusia hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkan tentang kesehatan. Selain pengetahuan dukungan suami juga sangat berarti untuk mendukung proses pemberian kolostrum tersebut agar bayi yang diberikan Asi mendapatkan Asi yang semaksimal mungkin. 73 Hal yang menyebabkan dukungan suami tidak diperoleh ibu pada saat bersalin yaitu suami sedang bekerja terutama bagi yang bermata pencaharian sebagai nelayan yang kadang berminggu – minggu belum kembali ke rumah. Selain itu, beberapa petugas kesehatan tidak membolehkan suami untuk masuk ke ruang bersalin sehingga tidak dapat mendampingi ibu pada saat persalinan yang akan berlanjut pada pemberian Kolostrum. Seharusnya hal tersebut tidak dilakukan oleh petugas kesehatan, sebab tentunya mereka lebih mengetahui bahwa betapa pentingnya peran suami dalam memberikan dukungan kepada istrinya pada saat persalinan. Dukungan suami seharusnya tidak hanya dilakukan pada saat pemberian kolostrum, akan tetapi sangat perlu diperoleh ibu pada saat pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan yang saat ini dikenal dengan ayah ASI. Ayah menjaga bayi pada saat diberikan kolostrum berlangsung, dengan demikian ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti itu. Hal ini seyogyanya menjadi wacana bagi ayah untuk memberikan dukungan positif kepada ibu dan bagi keluarga dekat untuk memberikan dukungan pada ayah dalam memberikan dukungan positif pada ibu mengenai arti penting menyusui (Roesli, 2008). b. Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014. Faktor Sosial Budaya adalahprilaku masyarakat terkait dengan pengetahuan, kepercayaan, kebiasaan, adat istiadat yang telah menjadi aturan kehidupan dalam lingkungan sosial atau suatu wilayah. ( Hasan Ludin 2010). 74 Mneurut Depkes RI (2009) sala satu cara untuk merubah prilaku masyarakat adalah dengan melaksanakan promosi kesehatan. digunakan untuk merubah prilaku masyarakat menitikberatkan pada 3 sasaran utama yaitu, primer, sekunder dan tersier. Pada sasaran primer lebih menekankan pada perubahan prilaku individu. Pada sasaran sekunder lebih mengarah pada perubahan tokoh masyarakat dan sasaran tersier lebih mengarah kepada perubahan prilaku pengambilan keputusan. Notoadmodjo (2005) yang menyatakan keanekaragaman budaya dapat membuat terjadinya variasi prilaku manusia dalam segala hal termasuk prilaku sehat pemberian kolostrum. Indikator prilaku khususnya prilaku kesehatan mengacu kepada 3 dominan yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan prilaku sehat. Dari teori tersebut dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah faktor utama yang menentukan terbentuknya atau terjadinya perubahan prilaku yang sehat. Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2hitung adalah 8,878 dan X2 tabel adalah3,841. Nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima,hal ini semakna dengan nilai P atau nilai signifikasi adalah 0,003 dan α adalah 0,05. Nilai P lebih kecil dari α, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara variabel Faktor Sosial Budayadengan Pemberian Kolostrum pada pada Bayi dan ada hubungan yang bermakna antara Faktor Sosial Budaya dengan Pemberian Kolostrm di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. 75 Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara variabel faktor sosial budaya terhadap pemberian kolostrum. Dikatakan berhubungan pada variabel ini karena Chi Squarelebih besar dari dibanding X tabel jadi hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima namun sebaliknya jika hipotesis nol diterima dan hipotesis 1 ditolak maka tidak ada hubungan antara variabel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor sosial budaya dengan pemberian kolostrum di wilayah kerja puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014. Penelitian ini selaras dengan penelitian oleh Mila susanti di rumah sakit umum datu beru kabupaten Aceh yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara faktor sosial budaya terhadap pemberian kolostrum, dengan nilai ρ Value0,014< α (0,05). Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,471. Angka tersebut menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak antara 0,26 – 0,50. Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa Faktor Sosial Budaya mempunyai hubungan yang sedang terhadapPemberian Kolostrum pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia. Keyakinan atau kepercayaan merupakan suatu yang berhubungan dengan kekuatan yang tinggi. Aspek keyakinan atau kepercayaan dalam kehidupan manusia mengarahakan budaya hidup. Prilaku normal , kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber daya didalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup yang disebut kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap prilaku. Ibu-ibu yang menyakini dan percaya bahwa ASI yang terbentuk dalam tubuh ibu yang melahirkan seorang bayi dalam satu proses yang 76 secara logika ilmiah hanya dapat diyakini dan dipercaya bahwa memang sudah diatur oleh yang Maha Kuasa. Merupakan standar keyakinan yang penting dimiliki oleh setiap Ibu untuk dapat memberikan ASI secara baik dan benar kepada bayinya. Dari hasil wawancara yang dilkukan oleh responden bahwa dapat disimpulkan mareka tidak memberikan Asi kolostrum pada bayinya itu karena sudah turun temurun dari nenek moyang mareka katanya kolostrum itu Asi yang sudah basi sehingga mareka tidak memberikan kolostrum tersebut pada bayinya. Selain dari faktor kepercayaan, faktor pengetahuan juga yang kurang tentang Asi kolostrum tersebut. Menurut Taylor ( 1871) dalam Soekanto (1990) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup, Pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kebiasaan dan kemampuan-kemampuan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Prilaku seseorang dalam hal ini pemberian kolostrum sangat berkaitan dengan aspek sosial budaya kepercayaan, nilai dan norma dalam lingkungan sosialnya. Nilai yang dianut individu mempengaruhi pengolahan informasi yang membentuk representasi internal, nilai yang bersifat permanen karena tatanan pada individu selama masa pertumbuhannya. Latar belakang budaya masyarakat dan lembaga –lembaga sosial merupakan sebagian besar asal dari nilai-nilai tataran individu ( Azwar, 1999). Akumulasi dari aspek pengetahuan, niali atau norma serta keyakinan atau kepercayaan tentang ASI akan berkontribusi membentuk prilaku dalam bentuk tindakan atau praktek pemberian ASI kepada bayi. 77 c. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014. Petugas kesehatan merupakan orang yang sangat dihormati di lingkungannya sehingga apa yang mereka katakan dan lakukan dalam pekerjaan dan dalam lingkungan masyarakatnya akan mempengaruhi masyarakat lain di sekitarnya. Oleh karena itu, akan menjadi lebih berhasil bila petugas kesehatan memberikan dukungan kepada ibu bersalin untuk melakukan IMD (Kementerian PP & PA RI, 2010). Pemberian Asi secara dini tidak terlepas dari peran tenaga kesehatan khususnya bidan dan dokter namun masih banyak petugas kesehatan maupun pelayanan kesehatan yang belum mendukung pemberian Asi kolostrum dengan alasan keadaan ibu masih lemah, ibu butuh istrahat, masih banyak lender yang harus dibersihkan bahkan ada yang mengatakan pemberian kolostrum dengan membeiarkan bayi merangkak sendiri dan mencari puting susu ibu. Pada hal setelah proses persalinan sekitar 30 menit hingga 1 jam petugas kesehatan dalam hal ini bidan seharusnya mengarahkan pada ibu tatacara bagaimana menyusui secara dini pada bayi tersebut. Dukungan yang diberikan petugas kesehatan terkait Pemberian Kolostrum diwilayah kerja puskesmas Poasia yaitu berupa pemberian informasi mengenai PemberianKolostrum kepada ibu pada saat hamil, memberikan dukungan emosional yang dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk terlaksananya pemberian kolostrum,memberikan dukungan fisik seperti menyiapkan peralatan danmembersihkan bayi setelah lahir kemudian ditengkurapkan di dada ibu untuk 78 menyusu selama 30 menit hingga 1 jam pasca kelahiran serta menciptakan suasana yang tenang pada saat persalinan dan Pemberian ASI Kolostrum berlangsung. Akan tetapiterdapat ibu yang tidak mendapatkan dukungan penuh dari petugas kesehatan terhadap pemberian kolostrum tersebut, sebab dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang cukup, sikap yang positif serta adanya dukungan dari suami, sehingga pemberian kolostrum tetap berjalan. Dukungan petugas kesehatan yang diberikan pada keadaan tersebut hanya berupa pemberian informasi, dan dukungan fisik pada saat pasca persalinan dalam artian petugas kesehatan secara spontan menengkurapkan bayi ke dada ibu. Akan tetapi, ibu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai ASI dan suami yang memberikan dukungan emosional sehingga pemberian kolostrum dapat berjalan dengan lancar. Sehingga pada intinya, dapat berjalan secara maksimal jika semua faktor yang berperan dalam pemberian kolostrum tersedia dan memadai. Pendapat tersebut diperkuat oleh Kementerian PP & PA RI (2010) yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan petugas kesehatan dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya. Selain itu, penerapan langkah dalam pelaksanaaan inisiasi menyusu dini secara tepat merupakan dukungan yang paling penting dalam pemberian kolostrum. Tentunya hal ini didasari dengan keterampilan yang harus dimiliki oleh petugas kesehatan. Keterampilan dalam menerapkandengan benar memang sudah menjadi hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh petugas kesehatan yang menolong persalinan. Hal ini disebabkan petugas kesehatan mengambil peranan 79 penting dalam proses persalinan. Ibu maupun suami yang mendampingi akan mengikuti apa saja yang disarankan dan dilakukan oleh petugas kesehatan pada saat persalinan. Maka kemungkinan besar pemberian kolostrum akan gagal dilaksanakan pasca persalinan, selain dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, sikap ibu serta dukungan suami. Hal inilah yang terjadi di wilayah kerja puskesmas Poasia Sebagian dari petugas kesehatan penolong persalinan tidak memiliki keterampilan yang memadai sehingga tidak menerapkan pemberian kolostrum sesuai dengan tatalaksana yang semestinya. Halinimenunjukkan bahwa selain pengetahuan cukup terkait Pemberian kolostrum yang dimiliki oleh ibu, dukungan dari petugas kesehatan juga memberikan kontribusi yang penting dalam melakukan Pemberian Kolostrum Pada Bayi. Tentunya, pelaksanaan Pemberian Kolostrum akan semakin berpeluang untuk dilaksanakan pasca persalinan, jika semua faktor yang berhubungan dengan Pemberian Kolostrum tersebut terpenuhi, selain pengetahuan ibu dan dukungan petugas kesehatan yang membantu persalinan.Demikian pula halnya dengan sikap ibu terhadap Pemberian Kolostrum. Hal yang membuat sebagian besar responden tidak mendapatkan dukungan petugas kesehatan selain disebabkan oleh keterampilan petugas kesehatan yang kurang memadai juga disebabkan karena sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan kategori kurang. Pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan UMK Kendari yakni sebesar Rp 1.200.000,00 perbulan (Ant, 2012). Dengan tingkat pendapatan yang kurang sebagian dari responden tidak dapat memanfaatkan puskesmas sebagai sarana dalam persalinannya sehingga mereka 80 lebih cenderung memanggil bidan ke rumah mereka untuk membantu persalinan dan sebagian besar bidan yang membantu persalinan mereka di rumah tidak mengajarkan pada ibu pasca bersalinan terhadap pemberian kolostrum. Hal ini terjadi bagi mereka yang tidak memperoleh Jaminan Persalinan (Jampersal) yang telah ada, dimana ibu yang akan melahirkan dapat menggunakan sarana puskesmas secara cuma-cuma. Berbeda halnya bagi mereka yang memiliki tingkat pendapatan keluarga kurang namun memperoleh Jampersal. Mereka tetap dapat melahirkan di puskesmas dengan bantuan petugas kesehatan dengan keterampilan memadai sehingga dapatkan informasi dari bidan tentang cara-cara menyusui terutama pemberian kolostrm. Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2 hitung adalah 7,622 dan X2 tabel adalah 3,841. Nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima, hal ini semakna dengan nilai P atau nilai signifikasi adalah 0,006 dan α adalah 0,05. Nilai P lebih kecil dari α, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara variable Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian Kolostrum. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara variabel dukungan petugas kesehata terhadap pemberian kolostrum. Dikatakan berhubungan pada variabel ini karena Chi Squarelebih besar dari dibanding X tabel jadi hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima namun sebaliknya jika hipotesis nol diterima dan hipotesis 1 ditolak maka tidak ada hubungan antara variabel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukunganpetugas kesehatan dengan pemberian kolostrum di 81 wilayah kerja puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014. Penelitian ini selaras dengan penelitianoleh Suhartatik dkk (2012) dan Indramukti (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian kolostrum, masing – masing nilai ρ Value (0,010) < α (0,05).Dan Mila susanti di rumah sakit umum datu beru kabupaten Aceh yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian kolostrum, dengan nilai ρ Value0,007< α (0,05). Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,439 Angka tersebut menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak antara 0,26-0,50. Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa Dukungan Petugas Kesehatan mempunyai hubungan yang sedang dengan Pemberian Kolostrum dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Kegagalan Pemberian Kolostrum dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain Faktor sosial budaya, dukungan suami, pengetahuan, sikap, faktor pelayanan kesehatan dan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Pengetahuan ibu dapat mendukung atau mempengaruhi pemberian kolostrum pada bayinya. Karena pada ibu dengan pengetahuan yang kurang tanpa ada dorongan atau dukungan yang diberikan oleh suami akan menyebabkan keterbatasan informasi mengenai tujuan dan manfaat menyusui dan pemberian kolostrum bagi bayinya. Peran tenaga kesehatan juga sangat menentukan pemberian kolostrum penolong persalinan seperti bidan, perawat, dokter ataupun dukung bersalin menentukan 82 keberhasilan pemberian ASI. Marekalah yang akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini dan menyarankan untuk memberikan kolostrum dan menyusui selama 6 bulan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari ketiga variabel yang diteliti yang sangat berhubungan erat terhadap pemberian kolostrum yaitu pada dukungan suami, faktor sosial budaya dan kemudian petugas kesehatan karena dukungan suami yang sangat mendukung ada 32 orang ( 40,8%) yang mendukungan terlaksananya pemberian kolostrum ini dan pada faktor sosial budaya ada 30 orang (30%) dan pada petugas kesehatan ada 29 orang (60%) yang memberi dukungan terhadap pemberian kolostrum ini. V. PENUTUP 83 A. Simpulan Berdasarkan hasil Penelitian ini dan Pembahasan, dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian kolostrum pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014 (ρValue(0,010) < 0,05). 2. Ada hubungan antara faktor sosial budaya dengan pemberian kolostrum pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014 (ρValue(0,003) < 0,05). 3. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian kolostrum pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014 (ρValue(0,006) < 0,05). B. Saran Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian di atas, maka beberapa saran yang dapat diberikan antara lain : 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari dan Puskesmas Poasia untuk lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan mengenai pemberian Kolostrum pada Bayi sehingga dapat menghasilkan generasi penerus yang berkualitas. 2. Bagi masyarakat khususnya para calon ibu, maupun ibu yang telah memiliki bayi di wilayah kerja puskesmas Poasia, agar lebih giat mencari informasi yang baik dan benar terkait Pemberian Kolostrum dari berbagai media ataupun berkonsultasi pada tenaga kesehatan setempat. 84 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai informasi tambahan tentang Pemberian Kolostrum. Serta diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian tentang faktor – faktor lainnya yang berhubungan dengan Pemberian Kolostrum, misalnya tradisi, kepercayaan, faktor demografi, ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan dan dukungan kader posyandu. DAFTAR PUSTAKA 85 Aprillia, Y. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten Klaten, Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. (http://eprints.undip.ac.id/20795/), diakses 08 agustus 2013. Ananda, 2009, Gambaran Epidemiologi Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Januari – Maret 2009, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, (http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125882), diakses 05 agustus 2014 Chomaria. 2011. Panduan Terhadap Pasca Melahirkan. penerbit ziyad Visi media, jakarta. Depkes, RI. 2012. Peningkatan Pemberian Air Susus Ibu (PP ASI ). Depkes RI, jakarta. ________. 1997. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu. (http://aimi-asi.org/wp-content/uploads/2013/01/11kepmenkes237tahun1997.pdf), diakses pada 30 juli 2014. ________, 2013. Laporan Pendahuluan Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012. (http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/), diakses 07 agustus 2014. _______.2004. Pemeriksaan Antenatal pada Ibu Hamil. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat : Jakarta. Dinkes Kota Kendari. 2012. Profil Dinas Kesehatan Kota Kendari Tahun 2011. Kendari. ________. 2013. Laporan UKM dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Kendari Tahun 2012. Kendari. Dinkes Provinsi Sultra. 2012. Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2011. Kendari. ________. 2013. Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2012. Kendari. 86 ________. 2013. Laporan KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2012. Kendari. Depkes RI. Pemeriksaan Antenatal Care pada ibu hamil.Dirjen Bin kesmas.jakarta.2004 Februhartanty, J., 2008, Strategic Roles of Fathers in Optimizing Breastfeeding Practices;A Study in an Urban Jakarta,(http://www.gizi.net/makalah/download/Summary-EngIndo-Yudhi.pdf), diakses 05 agustus 2014. Idrus. 2011. Menyusui. PT. Grafika Multi Warna, Jakarta Kristiayanasari. 2009. ASI menysui dan sadari. Yogyakarta, Nuha Medika Kemenkes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia, (http://aimi-asi.org/wpcontent/uploads/2013/01/10-kepmenkes-450.pdf), diakses 15 agustus 2014. Ludin, H.S. 2009. Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6742), diakses pada 25 juli 2014 Mubarak. 2011. Promosi Kesehatan untuk kebidanan. Salemba Medika, Jakarta Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2003, Promosi kesehatan dan Ilmu Prilaku, Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2007, Promosi kesehatan dan Ilmu Prilaku, Rineka Cipta, Jakarta. ________, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Paramita,R.,2008,Peran Suami dalam Menyusui, (http://asipasti.blogspot.co.id/balipostcetak/2008/01/13.html), diakses 28 juli 2013. Puskesmas poasia, 2014. Laporan KIA Puskesmas poasiaTahun 2013. Kendari. _______, 2013a. Laporan KIA Puskesmas poasia Tahun 2013. Kendari. _______, 2013b. Profil Puskesmas poasia Tahun 2013. Kendari. 87 _______, 2013c. Daftar Register Persalinan Poned Puskesmas poasia agustus – september 2014. Kendari. _______, 2013d. Daftar Register Persalinan di WKP poasia agustus-september 2013. Kendari. Riduwan, 2008. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Alfabeta : Bandung. Roesli, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Pustaka Bunda : Jakarta. Roeslina utami. 2007 manfaat ASI Dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Bayi dan Anak Balita Badan Penelitian dan pengembangan Depkes RI. Jakarta.2004 Retna dan Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta, Mitra Cendikia Suryani, dkk., 2011, Hubungan Dukungan Suami dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada Ibu Post Partum di BPS Kota Semarang, Jurnal Vol. 1 No. 1/Januari 2011 Akbid Abdi Husada Hal 1-15, Semarang, (http://jurnal.abdihusada.com/index.php/jdk/article/view/3/3), diakses 5 Oktober 2014. WHO, 2001. The World Health Organization's Infant Feeding Recommendation. (http://www.who.int/nutrition/topics/infantfeeding_recommendation/en/), diakses pada 29 juli 2014. Lampiran 1. Informed Concent 88 (PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN) Dengan Hormat, Perkenalkan nama saya Syamsuriani mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Saya bermaksud melakukan penelitian mengenai “ Faktor Determinan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Saya berharap anda bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini di mana akan dilakukan pengisian kuesioner yang terkait dengan penelitian. Semua informasi yang anda berikan terjamin kerahasiaannya. Setelah anda membaca maksud dan kegiatan penelitian diatas, maka saya mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini sebagai pernyataan bahwa anda setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini. Nama/Inisial : Umur : Terima kasih atas kesediaan untuk ikut serta dalam penelitian ini. Kendari, Oktober 2014 Responden (………….......…….) Lampiran. 2 89 KUISIONER PENELITIAN FAKTOR DETERMINAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA TAHUN 2014 No. Kuesioner : I. Karakteristik Responden 1. Nama Responden 2. Umur : a. Tidak Sekolah b. Tidak Tamat SD c. Tamat SD : 3. Pendidikan Terakhir d. Tamat SMP e. Tamat SMA f. Perguruan Tinggi : 4. Pekerjaan a. : b. c. Ibu Rumah d. Petani Tangga e. Nelayan Wiraswasta f. Lain-lain (sebutkan) PNS 5. Pendapatan Keluarga/bulan : 6. Jumlah anak yang sudah dilahirkan : 7. Suku : 8. Alamat : II. PEMBERIAN KOLOSTRUM Beri tanda (√) pada kolom Ya jika pertanyaan dilakukan dan pada kolom Tidak jika pertanyaan tidak dilakukan. No. Pertanyaan 1. Apakah ibu memberikan ASI kolostrum pada saat Ya Tidak 90 Bayi lahir ? III. Dukungan Suami Beri tanda (√) pada kolom Ya jika pertanyaan dilakukan dan pada kolom Tidak jika pertanyaantidak dilakukan. No. Pertanyaan 1. Apakah suami ibu mengetahui ASI kolostrum ? 2. Apakah suami ibu memberikan dukungan atau meyarankan Bahwa Asi kolostrum harus diberikan pada bayi pada saat lahir? 3 Apakah suami ibu mengetahui manfaat ASI kolostrum sehingga memberikan dukungan terhadap pemberian kolostrum pada bayi pada saat lahir? Ya Tidak IV. Faktor Sosial Budaya Beri tanda (√) pada kolom Ya jika pertanyaan dilakukan dan pada kolom Tidak jika pertanyaan tidak dilakukan. No. Pertanyaan 1. Apakah kebiasaan ibu mempercayai tentang pemberian kolostrum yang diberikan pada Bayi ? 2. Apakah kebiasaan ibu mempercayai bahwa ASI kolostrum itu diberikan pada bayi dari 1-7 hari ? 3 Apakah kebiasaan ibu mempercayai bahwa ASI kolostrum itu sangat bermanfaat bagi Bayi ? V. Dukungan Petugas Kesehatan Ya Tidak 91 Beri tanda (√) pada kolom Ya jika pertanyaan dilakukan dan pada kolom Tidak jika pertanyaan tidak dilakukan. No. Pertanyaan 1. Apakah petugas kesehatanmemberikan informasi atau menyarankan ASI kolstrum diberikan pada bayi di hari pertama ibu melahirkan ? 2. Apakah petugas kesehatan memberikan dukungan pada saat bayi lahir maka perlu diberikan ASI kolostrum selama 7 hari ? 3. Apakah petugas kesehatan memberikan informasi atau mengadakan penyuluhan baik di puskesmas maupun di lingkungan tempat tinggal ibu sebelum bayi ibu lahir mengenai ASI kolostrum? Lampiran. 3 Ya Tidak 92 Uji Analisis Statistik Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent N Total Percent N Percent Dukungan Suami * Pemberian Kolostrum 49 100,0% 0 ,0% 49 100,0% Faktor Sosial Budaya * Pemberian Kolostrum 49 100,0% 0 ,0% 49 100,0% Dukungan Petugas Kesehatan * Pemberian Kolostrum 49 100,0% 0 ,0% 49 100,0% 1. Variabel Dukungan Suami * Pemberian Kolostrum Crosstab Pemberian Kolostrum Tidak Diberikan Diberikan Dukungan Suami Mendukung Count 26 5 31 9,5 31,0 % within Dukungan Suami 83,9% 16,1% 100,0% % within Pemberian Kolostrum 76,5% 33,3% 63,3% % of Total 53,1% 10,2% 63,3% Count 8 10 18 12,5 5,5 18,0 % within Dukungan Suami 44,4% 55,6% 100,0% % within Pemberian Kolostrum 23,5% 66,7% 36,7% % of Total 16,3% 20,4% 36,7% 34 15 49 Expected Count Total Diberikan 21,5 Expected Count Tidak Mendukung Total Count Expected Count 34,0 15,0 49,0 % within Dukungan Suami 69,4% 30,6% 100,0% % within Pemberian Kolostrum 100,0% 100,0% 100,0% 69,4% 30,6% 100,0% % of Total 93 Chi-Square Tests 1 Asymp. Sig. (2-sided) ,004 6,581 1 ,010 8,242 1 ,004 Value 8,334(b) Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio df Exact Sig. (2-sided) Fisher's Exact Test Exact Sig. (1-sided) ,009 Linear-by-Linear Association 8,164 N of Valid Cases 49 1 ,005 ,004 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,51. Symmetric Measures Nominal by Nominal Phi Value ,412 Asymp. Std. Error(a) Approx. T(b) Approx. Sig. ,004 Cramer's V ,412 ,004 Contingency Coefficient ,381 ,004 Interval by Interval Pearson's R ,412 ,136 3,103 ,003(c) Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,412 ,136 3,103 ,003(c) N of Valid Cases 49 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. 2. Variabel Faktor Sosial Budaya * Pemberian Kolostrum 94 Crosstab Pemberian Kolostrum Tidak Diberikan Diberikan Faktor Sosial Budaya Ya Tidak Total Count Total Diberikan 26 4 30 Expected Count 20,8 9,2 30,0 % within Faktor Sosial Budaya 86,7% 13,3% 100,0% % within Pemberian Kolostrum 76,5% 26,7% 61,2% % of Total 53,1% 8,2% 61,2% Count 8 11 19 Expected Count 13,2 5,8 19,0 % within Faktor Sosial Budaya 42,1% 57,9% 100,0% % within Pemberian Kolostrum 23,5% 73,3% 38,8% % of Total 16,3% 22,4% 38,8% 34 15 49 Expected Count 34,0 15,0 49,0 % within Faktor Sosial Budaya 69,4% 30,6% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 69,4% 30,6% 100,0% Count % within Pemberian Kolostrum % of Total Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio 1 Asymp. Sig. (2-sided) ,001 8,878 1 ,003 10,940 1 ,001 Value 10,875(b) df Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) ,002 10,653 1 ,001 N of Valid Cases 49 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,82. Symmetric Measures ,001 95 Asymp. Std. Error(a) Value Nominal by Nominal Approx. T(b) Approx. Sig. Phi ,471 ,001 Cramer's V ,471 ,001 Contingency Coefficient ,426 ,001 Interval by Interval Pearson's R ,471 ,130 3,661 ,001(c) Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,471 ,130 3,661 ,001(c) N of Valid Cases 49 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. 3. Variabel Dukungan Petugas Kesehatan * Pemberian Kolostrum Crosstab Pemberian Kolostrum Tidak Diberikan Diberikan Dukungan Petugas Kesehatan Mendukung Count Expected Count Tidak Mendukung Diberikan 25 4 29 20,1 8,9 29,0 % within Dukungan Petugas Kesehatan 86,2% 13,8% 100,0% % within Pemberian Kolostrum 73,5% 26,7% 59,2% % of Total 51,0% 8,2% 59,2% 9 11 20 Count Expected Count Total Total 13,9 6,1 20,0 % within Dukungan Petugas Kesehatan 45,0% 55,0% 100,0% % within Pemberian Kolostrum 26,5% 73,3% 40,8% % of Total 18,4% 22,4% 40,8% 34 15 49 Count Expected Count 34,0 15,0 49,0 % within Dukungan Petugas Kesehatan 69,4% 30,6% 100,0% % within Pemberian Kolostrum 100,0% 100,0% 100,0% 69,4% 30,6% 100,0% % of Total Chi-Square Tests 96 Value Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2-sided) df 9,462(b) 1 ,002 7,622 1 ,006 9,570 1 ,002 Exact Sig. (2-sided) Fisher's Exact Test Exact Sig. (1-sided) ,004 Linear-by-Linear Association 9,269 N of Valid Cases 49 1 ,003 ,002 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,12. Symmetric Measures Asymp. Std. Error(a) Value Nominal by Nominal Approx. T(b) Approx. Sig. Phi ,439 ,002 Cramer's V ,439 ,002 Contingency Coefficient ,402 ,002 Interval by Interval Pearson's R ,439 ,131 3,354 ,002(c) Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,439 ,131 3,354 ,002(c) N of Valid Cases 49 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. Lampiran. 4 97 Frequencies Statistics Umur N Valid 49 Pendidikan 49 Pekerjaan 49 Pendepatan 49 0 0 0 0 Missing Frequency Table Umur Valid 16 Frequency 1 Percent 2,0 Valid Percent 2,0 Cumulative Percent 2,0 18 4 8,2 8,2 10,2 19 2 4,1 4,1 14,3 20 1 2,0 2,0 16,3 21 1 2,0 2,0 18,4 23 3 6,1 6,1 24,5 24 3 6,1 6,1 30,6 25 3 6,1 6,1 36,7 26 3 6,1 6,1 42,9 27 2 4,1 4,1 46,9 28 1 2,0 2,0 49,0 29 5 10,2 10,2 59,2 30 2 4,1 4,1 63,3 31 1 2,0 2,0 65,3 32 3 6,1 6,1 71,4 34 1 2,0 2,0 73,5 36 2 4,1 4,1 77,6 38 1 2,0 2,0 79,6 40 1 2,0 2,0 81,6 41 1 2,0 2,0 83,7 43 1 2,0 2,0 85,7 45 1 2,0 2,0 87,8 34 1 2,0 2,0 89,8 35 2 4,1 4,1 93,9 39 1 2,0 2,0 95,9 40 1 2,0 2,0 98,0 100,0 45 Total 1 2,0 2,0 49 100,0 100,0 98 Pendidikan Valid Frequency 14 Percent 28,6 Valid Percent 28,6 Cumulative Percent 28,6 SMP 8 16,3 16,3 44,9 SMA 24 49,0 49,0 93,9 100,0 SD PT Total 3 6,1 6,1 49 100,0 100,0 Pekerjaan Valid Ibu rumah tangga Frequency 32 Percent 65,3 Valid Percent 65,3 Cumulative Percent 65,3 15 30,6 30,6 95,9 100,0 Wiraswasta PNS 2 4,1 4,1 Total 49 100,0 100,0 Pendepatan Valid 500000 Frequency 3 Percent 6,1 Valid Percent 6,1 Cumulative Percent 6,1 600000 3 6,1 6,1 12,2 700000 4 8,2 8,2 20,4 1000000 13 26,5 26,5 46,9 1100000 1 2,0 2,0 49,0 1200000 2 4,1 4,1 53,1 1700000 1 2,0 2,0 55,1 1500000 10 20,4 20,4 75,5 2000000 9 18,4 18,4 93,9 3000000 3 6,1 6,1 100,0 49 100,0 100,0 Total Lampiran 5 99 DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Puskesmas Poasia Kota Kendari 100 Gambar 2. Ruang BersalinPoasia Kota Kendari Gambar 3. Pengambilan data sekunderRuang Bersalin puskesmas poasia kota kendari 101 Gambar 4. Wawancara dengan Panduan Kuesioner pada responden Gambar 5. Wawancara dengan Panduan Kuesioner pada Responden 102 Gambar 6. Wawancara dengan Panduan Kuesioner pada Responden 1 1