jurusankesehatan masyarakat fakultas kesehatan

advertisement
1
FAKTOR DETERMINAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA
KOTA KENDARI TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Kesehatan Masyarakat
OLEH :
SYAMSURIANI
F1D310 150
JURUSANKESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
2
3
4
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan Rahmat dan HidayahNya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian
yang berjudul ”Faktor Determinan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014”. Sesuai dengan eksistensi
penulis, maka apa yang tertuang dalam tulisan ini perwujudan dan upaya optimal
yang penulis lakukan.
Harapan untuk menyajikan skripsi penelitian ini dengan sebaik-baiknya
tentulah tidak diperoleh dengan mudah melainkan atas bantuan dari berbagai
pihak, baik bantuan moril maupun materil sehingga segala sesuatunya dapatlah
penulis atasi, yang pada akhirnya terwujud skripsi penelitian ini sebagaimana
adanya.
Sebagaimana kata pepatah, Tak ada gading yang tak retak, seperti itulah
kiranya yang bisa penulis ungkapkan, jika dalam skirpsi penelitian ini terdapat
adanya kekurangan, baik dalam hal sistematika, pola penyampaian, bahasa,
maupun materi yang di luar kemampuan penulis. Hal itu tidak terlepas dari
keterbatasan penulis sebagai manusia biasa.Sehingga saran yang bersifat
konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi penelitian ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada kedua orang tuaku yang tercinta Ayahanda Umar said dan Ibunda
5
Haisah yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik dan memberikan kasih
sayang serta doa restunya kepada penulis, kepada ibu Hariati Lestari,
S.KM.,M.Kes selaku Pembimbing I dan Bapak Lymbran Tina,.S.KM.,M.Kes
selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam
mengarahkan penulis dalam penyusunan Skripsi ini. Serta Kakakku Sainal, Anca,
Hasmi, Milda dan adikku Aldo, Nana dan Syarifuddin dan tak lupa pula orang
yang membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian ini baik suka maupun
duka La ode Risman dan sahabatku yang takkan kulupakan irmayanti, adrian, elin,
dan ismi yang telah memberikan motivasi, materi, dan kasih sayang serta
mendoakan perjalanan studi penulis agar dapat selesai dan sukses.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.
2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari.
3. Para Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
Kendari.
4. KetuaJurusan
Kesehatan
Masyarakat
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas Halu Oleo Kendari.
5. Ibu Devi Savitri Effendy SKM.,M.Kes, Ibu Hartati Bahar SKM.,M.Kes dan
Ibu Sriyana Herman, SKM.,M.Kes selaku penguji yang telah memberikan
banyak pengetahuan serta memberikan motivasi kepada penulis.
6. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo yang telah mendidik dan
membantu penulis selama masa perkuliahan.
6
7. Kepala
Badan
Riset
Daerah
Provinsi
Sulawesi
Tenggarayangtelah
memberikan izin penelitian kepada penulis.
8. Bapak Kepala Puskesmas Poasia dr. H. Juriadi Paddo,M.Kes yang telah
menyetujui izin penelitian penulis.
9. Teman-teman peminatan Epidemiologi kelas sore angkatan 2010, Friska,
Wahyu Anis S.KM, Muspika S.KM, Fadilah Resky S.KM, Nuardhi Putra
Kusuma Jaya S.KM, Syahril Syamsuddin S.KM, Putu Widyana S.KM, Husni
S.KM dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu terima kasih atas
suka duka, bantuan, kerja sama, kenangan, dan cerita-cerita bersama.
10. Sahabat-sahabatku dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Terkhusus Erlin
Vindy Tyas S.KM, Ninik Ambarwati S.KM, Waode Agustina S.KM, Ningrum
Anggria Sari S.KM,Yuyun Alningsih Lewa S.KM, Midam dan Fitri. Sadaurisaudarikuseperjuangan: Sitti Febrianti S.KM, In Mayasari S.KM, Dewi,Tian,
Riva, dan teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu.
11. Seluruh senior angkatan 2009 sertaadikangkatan 2011, 2012 dan 2013 dan
2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian.
12. Teman-teman PBL DesaMata Bubu Jaya serta teman-teman KKN DesaKabita
Wangi-wangi: Anni, Akbar, Jefri, Fajar, Yuni, Darma dan Heni.
7
Akhirnya do’a dan harapanku semoga Allah, SWT. selalu melindungi
dan melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pengetahuan,
bangsa dan agama. Amin
Wassalammu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kendari, Januari 2015
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
ABSTRAK
ABSTRACT
i
ii
iii
iv
v
ix
xi
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
1
B. RumusanMasalah
4
C. TujuanPenelitian
5
D. ManfaatPenelitian
5
E. DefinisidanIstilah/Glosarium
6
F. RuangLingkup
7
G. OrganisasidanSistematika
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauantentang Kolostrum
8
B. Tinjauan tentang Dukungan Suami
20
C. Tinjauan tentang Sosial Budaya
22
D. Tinjauan tentang Dukungan Petugas kesahatan
24
E. Tinjauan Tentang ANC
26
F. Tinjauan tentang Paritas
29
G. Kerangkakonsep
32
H. Hipotesis
33
9
III. METODE PENELITIAN
34
A. RancanganPenelitian
34
B. LokasidanWaktuPenelitian
34
C. PopulasidanSampel
34
D. Instrumen Penelitian
35
E. VariabelPenelitian
36
F. DefinisiOperasional dan KriteriaObjektif
36
G. Jenisdan Cara Pengumpulan Data
38
H. Pengolahan Data, Analisis Data, danPenyajian Data
39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
41
A. GambaranUmumLokasiPenelitian
41
B. Hasil44
C. Pembahasan
58
V. PENUTUP
72
A.Simpulan
72
B. Saran
72
DAFTAR PUSTAKA
74
LAMPIRAN
10
FAKTOR DETERMINAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA
BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA
KOTA KENDARI TAHUN 2014
OLEH
SYAMSURIANI
F1D3 10 150
ABSTRAK
Kolostrum adalah cairan tahap pertama Air Susu Ibu (ASI) yang
dihasilkan selama masa kehamilan. Kolostrum seringkali disalah artikan dengan
susu basi. Pada hal kolostrum bukan susu basi tetapi susu yang kaya akan
kandungan gizi dan zat imun. Kolostrum biasanya berwarna kuning kental susu
atau cairan yang diproduksi oleh kelenjar susu dalam hal ini ibu yang
mengandung pada akhir masa kehamilan sampai kira-kira 3-4 hari setelah bayi
lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami, faktor
sosial budaya, dan dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian kolostum
pada bayi di wilayah kerja puskesmas poasia kota kendari tahun 2014. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan penelitian
yang digunakan adalah penelitian Croos Sectional Study, yaitu suatu rancangan
penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara sebab dengan akibat pada
saat yang bersamaan. Sampel dalam penelitian ini diambil secara keseluruhan
dengan menggunakan teknik total sampling, dengan demikian sampel dalam
penelitian ini berjumlah 49 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan interprestasi hasil uji,
dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai hubungan terhadap variabel
pemberian kolostrum pada bayi adalah variabel dukungan suami (p=0,010), faktor
sosial budaya (p=0.003) , Variabel dukungan petugas kesehatan (p=0.006).
Ketiga variabel ini ada hubungan terhadap pemberian kolostrum pada bayi
diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Perlunya adanya peningkatan
dukungan suami, faktor sosial budaya dan dukungan petugas kesehatan.Bagi ibu
yang melahirkan perlu memberikan kolostrum pada bayi agar bayi mendapatkan
ASI kolostrum semaksimal mungkin. Dan bagi petugas kesehatan perlu adanya
penyeluhan tentang pemberian kolostrum di wilayah kerja Puskesmas Poasia.
Kata Kunci:Dukungan suami, faktor sosial budaya dan dukungan petugas
kesehatan, kolostrum.
11
DETERMINANT FACTOR OF GIVINGCOLOSTRUM TO BABIES
IN WORKING AREA OF PUSKESMAS POASIA
IN KENDARI MUNICIPALITY IN 2014
BY
SYAMSURIANI
F1D310 150
ABSTRACT
Colostrum is the first phase liquid from breast milk produce during the
pregnancy. Colostrum is aften misinterpreted as stale milk. In fact, it is not
stale milk and instead it is rich of nutrients and immune substances.
Colostrum is usually yellow and condensed like milk or liquid produced by
the mammary glands in the pregnant mother in late period of pregnancy
which is about until 3-4 days after giving a birth. This research aims to find
out the correlation between the husband’s support, socio-cultural factor, and
the support of health officers towar the colostrum provision to babies in
working area of Puskesmas ( Public Health Center). Poasia of Kendari
Municipality in 2014. This is an analitycal research by using cross sectional
study as the design of the research. It is a design to study the correlation
dynamics between cause and effect at the same time. The samples of the
research were 49 people taken totally by using total sampling technique.
Quetionnaire was used as a research instrument and Chis Square test was
applied to analize the data and interpret the result of the test by using trust
level of 95 % (α=0,05). The result of the research showed that variable that
has correlation with variable of giving colostrum to babies was husband’s
support variable (ρ=0,10), social cultural factor (ρ=0,003), variable of health
officcers support (ρ=0,006). These there variable have correlation to
colostrum provision to babies in working area of Puskemsas Poasia in
Kendari Municipality. The support of husband, socio-cultural factor, and
support of health officers are suggested to be inproved. The mother who has
just given birth needs to give her baby colostrum optimally. The health
officers also need to give more counseling on the importance og giving
colostrum to babies in working area Puskesmas Poasia.
Key words: Husband’s support, social-cultural factor, the support of helath
officers, Colostrum.
12
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan peranan penting dalam siklus hidup manusia.Anak
adalah hati yang selalu didambakan oleh setiap pasangan. Memiliki anak
yang tumbuh sehat dan optimal merupakan tujuan orang tua. Masa bayi
antara usia 0-12 bulan merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua
untuk mencapai hal tersebut adalah melalui pola asuh makan yang baik.
Tumbuh kembang bayi dan asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan
dengan memberikan ASI sampai umur 6 bulan.
World Health Organization (WHO ) melansir ada 10 juta anak di
dunia ini yang meninggal sebelum usia 5 tahun yang disebabkan oleh
beberapa hal yang sebetulnya dapat dicegah. kekurangan gizi yang
semakin merajalela bahkan merupakan faktor penyebab kematian terhadap
lebih dari setengah jumlahnya tersebut. dengan demikian pemberian Air
susu ibu (ASI) pada satu jam pertama diharapkan akan mampu mengatasi
hal ini.
Departemen kesehatan mengungkapkan rata-rata pertahun terdapat
401 bayi baru lahir di indonesia meninggal duniasebelum umurnya genap
1 tahun. Air susu ibu (ASI)belum seperti yang kita harapkan pada
pertemuan di Innocenti, italia tahun 2005, telah disepakati bahwa 80
%para Ibu yang memberi ASI eksklusif selama 6 bulan,namun
13
kenyataannya berdasarkan data tahun 2012, baru 52 % para ibu yang
memberi ASI eksklusif pada bayinya dan 30 % baru mendapatkan
kolostrum dalam 1 jam setelah lahir (Depkes RI, 2012 ).
Secara nasional, tingginya Angka Kematian Bayi ( AKB ) dan
rendahnya status gizi sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda
bangsa Indonesia menunjukkan bahwa peran Air susu ibu ( ASI ) sangat
strategi, namun keadaan sosial budaya yang beranekaragaman menjadi
tantangan peningkatan penggunaan ASI yang perlu diantisipasi. Indonesia
merupakan negara dengan kematian bayi tertinggi yaitu sekitar 56/10.000
persalinan hidup atau sejumlah 280.000 orang terjadi setiap 18-20 menit
sekali ( Idrus, 2011).
Umumnya lebih dari separuh yaitu 31,9 % - 54,3% dari bayi baru
lahir masih dipuaskan (belum mulai diberi ASI ) sampai bayi berumur 12
jam, bahkan pada 50,9 % golongan ibu-ibu berpenghasilan tinggi, masih
memuaskan bayinya sampai 24 jam/ lebih dari hasil survey demografi
kesehatan indonesia ( SDKI, 2007 ) menunjukkan bahwa hampir semua
Bayi (96,5%) di indonesia pernah mendapatkan ASI dan sebanyak 8 %
bayi baru lahir mendapatkan kolostrum dalam 1 jam setelah lahir dan 53 %
bayi mendapat kolostrum pada hari pertama ( Chomaria, 2012 ).
Masih rendahnya cakupan pemberian kolostrumpada Bayi di daerah
perkotaan maupun dipedesaan dipengaruhi banyak hal diantaranya
rendahnya pengetahuan dan kurangnya informasi pada ibu dan keluarga
mengenai pentingnya pemberian kolostrumtatalaksana rumah sakit ataupun
14
tempat bersalin lain yang seringkali tidak memberlakukan bed-in ( ibu dan
bayi berada satu kasur ) ataupun rooming-in (ibu dan Bayi berada satu
kamar ataupunrawat gabung ), tidak jarang juga fasilitas kesehatan justru
langsung
memberikansusu
formula
kepada
Bayi
baru
lahir.
(
Mubarak,2011).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
untukjumlah Bayi yang diberi ASI eksklusif pada tahun 2011 berjumlah
16.985 bayi ( 33,45% ) dari 50.733 total keseluruhan Bayi dan pada tahun
2012 mengalami penurunan menjadi 11.660 bayi ( 17,7 % ) dari 64.806
total keseluruhan bayi (profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara, 2013 ).
Data Dinas kesehatan Kota Kendari tahun 2012 jumlah Ibu
menyusui yang memberi kolostrum pada bayinya adalah 26,1 %, pada
tahun 2013 jumlah ibu yang memberikan kolostrum hanya mendapatkan
23.4% ASI kolostrum data ini jauh lebih tinggi dari beberapa kabupaten
yang berada di sulawesi tenggara ( Dinas Kesehatan Kota Kendari 2014 ).
Berdasarkan Data yang diperoleh di Puskesmas Poasia Kota
Kendari jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas poasia tahun 2013
sebesar 1.280 jiwa, sedangkan jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja
puskesmas poasia mencapai 81 tenaga kesehatan.
Data puskesmas poasia pada tahun 2011, di mana jumlah ibu
melahirkan yang memberi ASI kolostrum adalah 181 ibu bersalin yang
memberikan kolostrum, tahun 2012 menagalami peningkatan sekitar 233
15
ibu yang memberi kolostrum dan pada tahun 2013 mengalami penurunan
sektar 191 ibu yang memberikan kolostrum ( Data Puskesmas Poasia,
2014 ).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Poasia berupa wawancara kesalah satu staf yang bekerja
dibagianpoli KIAmasih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan pemberian
ASI kolostrumpada bayinya karna masih kurangnya pemahaman. Hal ini
disebabkan karena sampai saat ini masih sangat minim penyuluhan
maupun kegiatan promosi kesehatan
lainnya terkait pemberian
kolostrumsehingga dapat mempengaruhi adanya dukungan suami dan
sosial budaya ibu terhadap pelaksanaan IMD. Selain itu, tidak semua
petugas kesehatan yang membantu persalinan menerapkan proses IMD
pada ibu bersalin.Mengacu pada berbagai fakta yang telah diuraikan
tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang“Faktor
Determinan Pemberian KolostrumPada Bayi Di wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah
ada
hubunganantaradukungan
suami
terhadap
pemberian
kolostrum pada bayidi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia kota kendari
tahun 2014 ?
16
2. Apakah ada hubungan antara faktor sosial budaya terhadap pemberian
kolostrum pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia kota kendari
tahun 2014 ?
3. Apakah ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan terhadap
pemberian kolostrum pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia kota
kendari tahun 2014 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui FaktorDeterminan pemberian kolostrumpada Bayidi
wilayah Kerja Puskesmas Poasia di Kota Kendari tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk
mengetahui
hubungan
antara
dukungan
suami
terhadap
pemberiankolostrumpada Bayidi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari tahun 2014.
b. Untuk mengetahui hubunganantara faktor sosial budaya terhadap
pemberian kolostrumpada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari tahun 2014.
c. Untukmengetahuihubungan antara dukungan petugas kesehatan terhadap
pemberian kolostrumpada Bayidi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari tahun 2014.
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Penelitian inidiharapkan dapatmenjadi sumber informasi dan
menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
17
dibidang KIA,promosi kesehatan dan unit yang terkait.Mengenai
pemberian kolostrumpada Bayidi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari.
2. Manfaat Teoritis
Penelitianini
diharapkan
dapatmemperkayakhasanah
ilmu
pengetahuan danmerupakan bahan informasi yang dapat digunakan dalam
penelitian selanjutnya.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagaitambahan pengalaman,wawasan,serta pengetahuan bagi
peneliti dalammelakukanpenelitiantentang Faktor Determinan Pemberian
kolostrumpada Bayidi Wilayah Keja
Puskesmas Poasia Kota Kendari
Tahun 2014.
E. Definisi dan Istilah (Glosarium)
1. Definisi dan Istilah
a. Kolostrummerupakan cairan /ASI yang pertama kali keluar
b. Alert adalah kondisi bayi yang siaga pasca lahir.
c. Bonding adalah keadaan di mana bayi dibiarkan berada didada ibu.
d. Let down reflex adalah kelancaran refleks pengeluaran ASI.
e. Skin to skin contact adalah kontak kulit bayi dan kulit ibu pada saat
melakukan inisiasi menyusu dini.
f. The breast crawl adalahkemampuan bayi merangkak untuk mencari
sendiri payudara ibu.
18
g. Vernix adalah zat putih lemak yang melekat pada tangan dan tubuh bayi
pada saat setelah dilahirkan.
h. IMD imunisasi menyusui dini
i. Antenatal Care kunjungan pemeriksaan kehamilan
j. mekoniumkotoran Bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
a. Ruang lingkup lokasi penelitian hanya terbatas pada Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
b. Ruang lingkup variabel penelitian hanya terbatas padaFaktorDeterminan
pemberiankolostrum pada Bayi diWilayahKerja Puskesmas Poasia Kota
KendariTahun 2014.
G. Organisasi/Sistematika
Penelitianini berjudulFaktor DeterminanPemberian kolostrumpada
Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas PoasiaKota Kendari Tahun 2014,yang
dibimbing oleh pembimbing I Hariati Lestari SKM.,M.kes dan
pembimbing II Lymbran Tina SKM.,M.kes serta 3 tim penguji yakni
penguji 1 oleh ibu Devi Savitri Efendy, SKM.,M.Kes, penguji 2 oleh Ibu
Hartati Bahar.,SKM.,M.Kes,dan penguji 3 oleh Ibu Sriyana Herman,
SKM.,M.Kes.
19
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan TentangKolostrum
1. Definisi Tentang Kolostrum
Kolostrmu adalah cairan tahap pertama Asi yang dihasilkan selama
masa kehamilan. Kolostrum seringkali disalah artikan dengan susu basi.
Pada hal kolostrum bukan susu basi tetapi susu yang kaya akan
kandungan gizi dan zat imun. Kolostrum mempunyai kandungan yang
tinggi protein, vitamin yang larut dalam lemak serta mineral-mineral
( Kodrat, 2010).
Susu kolostrum (colostrum) atau disebut juga susu pertama adalah
susu atau cairan yang diproduksi oleh kelenjar susu dalam hal ini ibu
yang mengandung pada akhir masa kehamilan sampai kira-kira 3-4 hari
setelah bayi lahir. Susu kolostrum
berwrna bening kekuningan dan
diproduksi dalam jumlah sedikit kira-kira 36,23 ml atau 7,4 sendok teh
perhari. Walaupun sedikit kandungan nutrisinya yang ada dalam susu
kolostrum namun sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi pada
awal kelahiran karena Asi kolostrum tersebut mengandung protein,
karbohidrat, lemak dan vitamin.
Kolostrumadalah ASIyang keluar pada beberapa hari pertama
kelahiran biasanya berwarna kuning kental.ASI ini kaya akan protein dan
zat kekebalan tubuh Atau imunnoglobin IgA(untuk melindungi bayi dari
berbagai
penyakit
infeksi
terutama
Diare).Padaawal
20
menyususikolostrumyang keluarmungkinhanya sebanyak satu sendok
namun ibu tidak perlukhawatir denganjumlah yang sedikit itu pada hari
pertama bayi tidak memerlukanbanyak makanan karena masih ada
cadangan makanan yangdibawah sejak dalamkandungan.(Riksani,2011).
2. Fungsi Kolostrum
Kolostrumkaya
akan
sel
aktif
imunitas
(kekebalan
)tubuh
antibodi,danprotein proaktif lainnya.
a. Melindungibayi dari Diare karena kolostrum mengandung zatkekebalan
tubuh 10-17 kali lebih banyakdibanding susu matang (mature)
b. Kolostrummengandungfaktorpertumbuhan yangmembantu kematangan
saluranpencernaan bayi untuk berfungsi efektif sehingga kuman dan zat
alergi sulit masuk kebadan bayi.
c. Kolostrummengandungenzim-enzim pencernaan yang belum mampu
diproduksi tubuh bayi seperti protease(untukmenguraikan protein)Lipase
(untuk
menguraikanlemak),dan
amylase(untuk
menguraikan
karbohidrat).Sehingga membuatkolostrum mudah sekali dicerna oleh
sistem pencernaan bayi yang belum sempurna.
d. Kolostrummerangsangbayi agar terjadi gerakan usussehingga mekonium
(tinja bayiyang berwarna hitam ) cepat dikeluarkan dari usus.
e. Kolostrum bermanfaat untuk mengenyangkan Bayi pada hari-hari
pertama hidupnya.
f. Kolostrumkaya akan vitamin A dan E yang membantu melindungi mata
dan mengurangi infeksi disamping itu kolostrum juga mangandung
21
vitamin B6, B12, C, D, dan K dan mineral, utamanya zat besi dan
kalsium.
g. Kolostrumjuga mengandung beberapa zat dalam jumlah yang tinggi
seperti Natrium, kalium dan koleserol. Kombinasi zat ini ampuh untuk
perkembangan jantung otak serta sistem saraf pusat Bayi .
Berikanlah Kolostrum sebanyak dan sedini mungkin atau sesegera
mungkin
pada
hari-hari
pertama
Bayilahir,karena
sangat
besar
manfaatnya pada bayi. Tidak perlu kaget jika kolostrumyang keluar
pertama kali jumlahnya sangat sedikit. Hal tersebut wajar karena
disesuaikandengan kebutuhan Bayi saat baru lahir. Maka dari itu
Kolostrum memiliki fungsi yang sangat vital dalam 10 hari pertama
kehidupan Bayi.meskipun nanti anda tidak dapat menyusui Bayi dalam
jangka waktu yang lama, sebisa mungkin Kolostrum harus diberikan
kepada Bayi terlebih dahulu.
3. Manfaat Kolostrum
a. Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh terutamaimmunologbulin A
untuk melindungi Bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
b. hari-hari pertamakelahiran walaupun sedikit,Namun cukup untuk
memenuhikebutuhan gizibayi olehkarena itu, kolostrumharus diberikan
pada Bayi.
c. Kolostrum mengandung protein, vitaminA yang tinggi dan mengandung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi
bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
22
d. membantu mengeluarkan mokenium yaitu kotoran Bayi yang pertama
berwarna hitam kehijauan.
4.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang ibu tidak memberikan
ASI pertama atau kolostrum
Beberapa penelitianmenunjukkan banyak faktor yang menyebabkan
seorang ibu tidak menyusui Bayinya diantaranya :
a. Faktorkurangnyapetugaskesehatan
sehingga
masyarakat
kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI
terutama kolostrum
b. Faktor kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum
c. Faktor perubahan sosial budaya yang masih berlaku dibeberapa
daerahyang diharuskan kolostrum dibuang karena payudarayang besar
d. Faktorpayudara kecil sehingga tidak menghasilkan cukup ASI pertama
atau kolostrum. Besar kecilnya payudara tidak menentukan banyaknya
atau sedikit
5. Komposisi Kolostrum
a. kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI
matur.
b. lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI Matur
c. lebih banyak mengandung Antibodi dibandingkan dengan ASI Matur dan
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan
d. kolostrum lebih banyak mengandung mineral, terutama Natrium, kalium
dan klorida lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI Matur
23
e. Volume Berkisar 150-300 ml / 24 jam.
6.
Refleks yang Berperan dalam pembentukan kolostrum atau Asi
a. Refleks Proklaktin ( proses produksi ASI )
Hormon prolaktin dari plasenta memegang pernanan untuk membuat
kolostrumtetapi jumlahkolostrummasih terbatas karena masih dihambat
oleh kadar estrogen yang tinggi. Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf
praba yang terdapat pada puting susu terangsang. jumlah prolaktin yang
disekresi dan jumlah susu
yang
produksi berkaitandenganstimulus
isapan yaitu ferkuensi intensitas dan lamanya Bayi menghisap.
b. Refleks Let Down (proses pengaliran ASI)
Hormon oksitosinsetelah dilepaskedalam darah akan mengacu otototot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus dan sinus menuju
puting susu. tanda-tanda lain dari Let Down adalah tetesan pada payudara
yang sedang dihisap oleh Bayi.
7. Inisiasi MenyusuiDini (IMD)
a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
InisiasiMenyusuiDini atau IMD adalah bayi mulai menyusui sendiri,
selama satu jam segera setelah lahir. Dalam IMD, proses yang benar
adalah bayi diletakkan didada ibu dan bayi dibiarkan mencari puting susu
ibu untuk menyusui.Cara bayimelakukan IMD ini dinamakan the breast
crawlatau merangkakmencari payudara ibu. Pada jam pertama bayi
berhasil menemukan payudara ibunya.nilah awal hubungan menyusui
24
antara bayi dan ibunya, yang akhirnya berkelanjutan dalam kehidupan
ibu dan bayi (Roesli, 2008).
IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda
dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh
dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses
yang
memakan waktu hingga 1 jam ini, harus berlangsung skin to skincontact
antara bayi dan ibu (Wulandari D,2010).Pada pelaksanaan IMD, setelah
bayi lahir, ia akan dibersihkan dengan kain lap,lalu ditaruh diatas perut
ibu Selanjutnya, bayi dibiarkan mencari puting payudara ibu secara
mandiri. Ketika itu ibu dapat merangsangbayi dengan sentuhan
lembut.Jika perlu, ibu boleh mendekatkan bayi pada puting payudara,
tetapi jangan memaksakan bayi saat itu. Biasanya, bayi siap minum ASI
pada 30 – 40 menit setelah dilahirkan.
8. Manfaat Inisiasi MenyusuiDini
Menurut Roesli (2008), IMD mempunyai manfaat bagi bayi dan ibu.
a. Manfaat Untuk Bayi
1. Dada
ibu
akanmenghangatkan
selamabayimerangkakmencari
bayi
dengan
payudara.Suhu
suhu
yang
yang
tepat
tepat
dapat
menurunkan kematian bayi karena kedinginan (hipotermia).
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi
lebih stabil dan bayi akan lebih jarang menangis.
25
3. Saat merangkak mencari payudara, bayi menelan bakteri baik yangada
pada kulitibunya dengan menjilat-jilat kulit ibu.Bakteribaik yang
masukkedalamsaluran pencernaan bayi danmembantu
4. meningkatkanketahanan Bayi terhadap bakteri jahat dari lingkungan.
5. Ikatan kasih sayang (bonding)antara ibu dan bayi akan lebih baik.
6. Bayi yang melakukan InisiasiMenyusuDini akan lebih berhasil menyusui
eksklusif.
7. Bayi akan mendapatkan kolostrum, yaitu ASI yang pertama kali
keluarKolostrum sangat penting untuk kekebalan tubuh bayi dan penting
untuk pertumbuhan usus bayi.
b. Manfaat Untuk Ibu
Dengan melakukan IMD sentuhan tangan bayi diputing susu dan
sekitarnyaakanmembantumerangsangpengeluaranhormon
oksitosin.Hormon oksitosin sangatbermanfaat untuk ibu diantaranya:
1. Membanturahimberkontraksisehingga
mengeluarkanplasenta
danmengurangiperdarahan ibu yang mengurangi risiko kematian ibu.
2. Merangsang produksi hormon prolaktin yang membuat ibu menjadirileks
3. Dapatmenenangkanibudan meningkatkankasih sayang.Dapat merangsang
pengaliran ASI dari payudara.
kolostrum kaya akan vitamin AdanEyangmembantu melindungi mata
dan mengurangi infeksi,disamping itu kolostrum juga mengandung
vitamin B6,B12,C,D dan K dan mineral utamanya zat besi dan kalsium.
Dan kolostrumjugamengandung beberapa zat dalam jumlah yang tinggi
seperi Natrium,kalium dan kolestrolkombinasi zat ini ampuh untuk
26
perkembangan jantung,otak serta sistem saraf pusat Bayi.Berikanlah
kolostrum sebanyak dansedini mungkin atausesegera mungkin pada harihari pertama bayi lahir karena sangat besar manfaatnya pada bayi.
WHOdanUNICEF merekomendasikanbahwaInisiasi menyusuiDini
dalam satu jam pertama kelahiran, menyusuisecara eksklusif selama 6
bulan diteruskan dengan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun.
Konferensi tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhakuntuk
hidup danbertahan untuk melangsungkanhidup dan berkembang setelah
persalinanWanita mempunyaihak untuk mengetahui dan menerima
dukungan yang diperlukan untuk melakukan Inisiasi MenyusuDini yang
sesuai.
9. Faktor
–
faktor
yang
Berhubungan
dengan
Pelaksanaan
InisiasiMenyusui Dini (IMD)
a. Faktor Demografi
1. Usia Ibu
Usiamerupakanciri
kepribadian
dari
kedewasaan
yangerathubunganya
dengan
fisikdankematangan
pengambilan
keputusanusiajugadapatdidefinisikan dengan lamanya kehidupan ibu,
dihitung sejak tahun kelahiran sampai saat penelitian dilakukan Mulai usia
21
tahun
secara
hukumdikatakan
mulai
masa
dewasa
(Mubarak,2010).Batasanusiainiditetapkanberdasarkanpertimbangankemata
ngan mental dan emosional seseorang yang belum mencapai usia 21
tahun dan belum pernah kawin dikatakan belum dewasa.Usia yang baik
27
untuk hamil adalah usia 20 – 35 tahun, karena usiatersebut merupakan
masa yang aman untuk hamil.
Usia 20 tahun rahim dan bagian-bagian tubuh lainnya sudah
benar-benar siap untuk menerima kehamilan dan pada usia tersebut wanita
sudah dewasa dan siap untuk menjadi ibu dan usia 35 tahun merupakan
usia risiko untuk reproduksi (Mubarak, 2010).Dalam melakukan IMD,
usia ibu dilihat dari segi kerentanan dalam melahirkan dan melakukan
IMD.Ibu yang usianya masih <20 tahun,tidak semuanya organ
reproduksinya telah berkembang dengan sempurna. Ibu yang melahirkan
diusia >35 tahun, kerawanan usia mempengaruhi proses persalinan yang
akandilewati,yang padaakhirnyajugaakanberpengaruhdalam melakukan
IMD.Usia
juga
dapatmenggambarkan
pengalamansesorang
dalam
menjalani kehidupan (Ananda, 2009).
2. Status Pekerjaan
Pada ibu yang bekerja, biasanya tidak memiliki waktu luang
yang banyak.Kesibukanyang tersebut membuat ibu tidak memberikan
perhatian khusus pada kandungannya selama masa kehamilan. Selain itu,
ibu yang membantumencarinafkah (bekerja), mungkin sajamemiliki uang
yang cukup untuk memberikan nutrisi (makanan) yang terbaik bagi
bayinya (Ananda, 2009).
3. Tingkat Pendidikan
28
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap
dan prilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
memudahkanseseorang.Untukmenyerapinformasi-informasidalam
prilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya tingkat pendidikanwanita
sangatmempengaruhi kesehatannya. Pendidikan yang berbeda-beda akan
mempengaruhiseseorang
dalam
pengambilankeputusan.
Ibu
yang
berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan
dengan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah
dapat
diterima
dandilaksanakanTingkat
pendidikan
seseorang
mempengaruhi respon orang tersebut terhadap masukan yang datang dari
luar, salah satunya adalah sikap ibu dalam melakukan IMD. Ibu yang
pengetahuannya baik, akan
memiliki respon yang baik mengenai
masukan untuk melakukan IMD setelah melahirkan (Ananda, 2009).
4. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluargaakan mempengaruhi pemberian nutrisi yang
terbaik pada ibu selama masa kehamilan dan pemilihan pelayanan
kesehatan yang akan digunakan dalam proses persalinan. Kesempatan
mendapatkan pelayanan kesehatan selama masa kehamilan juga
dipengaruhi oleh pendapatan keluarga
5. Paritas
Pengalaman dari menyusui dapat dilihat dari jumlah paritas ibu
tersebut.Ibu yang baru 1-2 kali melahirkan, pengalaman menyusunya
29
masih sedikit sehingga seringkali menyebabkan puting lecet pada ibu.
Hal ini dapat berpengaruh pada pelaksanaan IMD (Ananda, 2009).
6. Usia Kehamilan
Kemampuan bayi yang lahir dengan usia kandungan kurang (belum
mencukupi untukdilahirkan),akanmempengaruhikemampuan menyusui
bayi tersebut. Pada bayi yang berusia gestasi < 34 minggu biasanya
belum mampu menyusui dengan segera. Bayi yang lahir dalam usia
kandungan 34-36 minggu yang sehat, ada yang mampu melakukan IMD
tetapi dada juga yang tidak mampu (Ananda, 2009).
a. Riwayat ANC (Ante Natal Care)
Kunjungan pemeriksaan kehamilan sangat berpengaruh bagi kesehatan
bayi. Melalui kunjungan ANC dapat dilihat perkembangan bayi selama
masa kandungan.Selain memeriksakan kondisi bayi dalam kandungan,
melalui kunjungan ANC, kondisi kesehatan ibu juga dapat dimonitor
dengan baik sehingga proses persalinan akan berjalan dengan baik
(normal) dan ibu dapat melakukan IMD (Ananda, 2009).
b. Kondisi Kesehatan Ibu Saat Melakukan IMD
Kondisi kesehatan ibu sangat mempengaruhi kelancaran proses
IMD. Puting lecet, puting datar, mastitis, payudara bernanah, nyeri
puting, dan beberapa penyakit lainnya dapat menghambat IMD yang
akan dilakukan (Wulandari, 2010).
30
c. Berat Lahir Bayi
Salah satu faktor yang menjadi kesulitan bayi untuk melakukan IMD
adalah berat bayi lahir rendah (Biddulph and Stace, 1989 dalam Ananda
2009). Daya hisap bayi yang lahir dengan berat yang tidak normal
(<2500 gram), kemampuan daya hisapnya rendah.
d. Jenis Kelamin Bayi
Jenis kelamin dapat melihatperbedaan kemampuan atau daya isap
puting antara bayi laki-laki atau perempuan dalam melakukan Inisiasi
Menyusu Dini,dimana kemampuan daya hisap bayi laki-laki lebih besar
dibandingkan dengan bayi perempuan (Ananda, 2009).
e. Kondisi Kesehatan Bayi Saat Melakukan IMD
Selainkondisi kesehatan ibu,kesehatanbayi juga mempengaruhi
proses IMD. Bayi yang premature, memiliki penyakit jantung, cacat fisik,
dan penyakit gangguan lainnya dapat mengahambat proses IMD.
f. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan,
kebenaran, prinsip dan keindahan terhadap suatu objek Pengetahuan
merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan
diingat. Informasidapat berasal dariberbagai bentuk termasuk pendidikan
formal maupun non formal,percakapan harian, membaca, mendengarradio,
menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (Aprillia,
2009).Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Pengetahuanmerupakankeyakinan
suatu
objek
yang
telah
31
dibuktikan kebenarannya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behavior) semakin tinggi pendidikan atau pengetahuan kesehatan
seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan serta (Notoatmodjo,
2003).
C. Tinjauan Tentang Dukungan Suami
Dukungan merupakan informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan
diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian
dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan dapat juga
diartikan sebagai informasi verbal dan non verbal, saran dan bantuan yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang–orangyang akrab
dengan
subjek
didalamlingkungan
sosialnya
atau
yang
berupa
kehadirandalam hal–hal yang dapat memberikan keuntungan emosional
dan
berpengaruh
pada
tingkahlaku
penerimanya
(Suryani,
2011).Seorangsuami mempunyai peran yang sangat besar dalam
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Salah satu
langkah peran suami dalam membantu ibu mencapai keberhasilan dalam
menyusui bayinya yaitu dengan memberikan dukungankepada istrinya
pada saat melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (Kementerian PP & PA
RI, 2010).
Saat menyusui bayinya, terjadi dua refleks dalam tubuh Ibu.
Refleks yang pertama adalah refleks prolaktin atau produksi ASI dan yang
kedua adalahrefleks oksitosimengalirnya ASI. Padarefleks oksitosin
32
inilah,suamidankeluargamemiliki peran penting dalam menciptakan
ketenangan, kenyamanan dan kasih sayang. Kebahagiaan, ketenangan dan
kenyamananyangdirasakan ibu akan meningkatkan produksi hormon
oksitosin sehingga mengalirnya ASI juga lancar. Sebaliknya kesedihan,
kelelahan fisik dan mental seorang ibu akan menghambat produksihormon
oksitosin sehingga keluarnya ASI menjadi tidak lancar. Pada saat itulah,
pentingnya
peran
seorang
suami
serta
keluarga
dalam
mempersiapkan,mendorong danmendukung ibu serta menciptakan suasana
yang kondusif bagi ibu hamil dan menyusui.
Hasil sebuah studi menyebutkan bahwa untuk dapat membantu
ibumempraktekkanInisiasi MenyusuDini segera setelah bayi dilahirkan,
suami harus memberikan suatu tindakan dukungan tertentu yang sangat
spesifik dalam periode waktu yang sangat singkat. Namun sayangnya,
sebagian besar suami tidak mengetahui peran mereka pada periode
tersebut. Keberadaan mereka didalam ruang bersalin sebagian besar
karena ingin memberikandukungan emosional kepada ibu atau karena
mereka ingin ada secara fisik sehingga dapat memberikan persetujuannya
sewaktu – waktu jika pada persalinan tersebut diperlukan tindakan lebih
jauh oleh penolong persalinan (Februh, 2008).
Proses pemberian susu pada bayi melibatkantiga hubungan Inisiasi.
Ibu
yang
memberikan
ASI,
sianak
yang
diberikan
dan
suamisebagaipenyeimbang hubungan.Namun pada kenyataannya, banyak
kaum suami yang merasa tidak terlibat dalam proses sosial ini dan
33
cenderung menyerahkan segala urusan pemberian ASI anak pada ibunya
saja serta merasa tidak perlu ikut campur dalam proses ini. Keterlibatan
seorang suami dalam proses ini akan memberikan motivasi ibu untuk
menyusui. Jika ibu sudah memiliki motivasi dan optimis bisa menyusui,
air susu pun akan berhamburan (Paramita, 2008).Dukungan suami
merupakan bagian yang sangat vital dalam keberhasilan atau kegagalan
menyusui karena dukungan suami akan meningkatkan rasa percaya diri
ibu. Masih banyak suami yang berpendapat salah, dimana menyusui
adalah urusan ibu dan bayinya.Mereka menganggap bahwa cukup
menjadipengamat yang pasif saja. Sebenarnya suami mempunyai peran
yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui oleh karena suami
akan turut menentukan kelancaran reflex pengeluaran ASI (let down
reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.Dari
semua dukungan bagi ibu menyusui,dukungan suami adalah dukungan
yang paling berarti bagi ibu (Roesli, 2008).
D. Tinjauan TentangFaktorSosial Budaya
a. Adanya Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari,kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap
kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaan yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
b. Tradisi/Budaya
34
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta
rasadan karsa.Menurut Sumardjan (2009) dalam
(Rahmadhanny,
2012).Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dengan kemudian kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan
aspek kehidupan manusia baik material maupun non material. Tradisi,
adat istiadat dan budaya setiap suku adalah berbeda. Kebudayaan suatu
masyarakat mempunyai kekuatan yang sangat berpengaruh dalam pilihan
bahan makanan bagi para anggotanya dan dapat dilihat dari perbandingan
kebudayaan antar suku di Indonesia. Kebiasaan pemberian makanan bagi
bayi baru lahir pun berbeda tiap suku (Suhardjo, 1989 dalamAnanda,
2009).Tradisi masyarakat yang selalu memberikan makanan prelaktal
pada bayi baru lahir dapat mempengaruhi
pelaksanaan Inisiasi
MenyusuDini. Mereka tidak akan memberikan ASI pada bayi baru lahir
akibat dari tradisi dan kebiasaannya tersebut.
c. Kepercayaan
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada
orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan
merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan
konteks sosialnya.Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan
lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih
dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993
dalam Marfino 2010).Kepercayaan ibu mengenai inisiasi menyusu dini
akan mempengaruhi keputusan ibu untuk melakukan inisiasi menyusu
35
dini setelah ia melahirkan. Kepercayaan ini dapatdibangun berdasarkan
pengetahuan ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini dan manfaatnya.Oleh
karena itu,pemberian pengetahuan sangat penting dilakukan oleh petugas
kesehatan agar nantinya sikap dan kepercayaan ibu dapat terbentuk untuk
melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang dapat berimplikasi pada
pelaksanaan Inisiasi menyusu Dini setelah ibu melahirkan (Roesli, 2008).
E. Tinjauan Tentang Petugas Kesehatan
Petugaskesehatanadalah setiaporangyang mengabdikan diri dalam
bidangkesehatansertamemiliki
pengetahuan dan atau keterampilan
melaluipendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukankewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU RI No.
36 tahun 2009 tentang kesehatan bab1, pasal 1 ayat 6).Petugaskesehatan
merupakanorang yangsangatdihormati dilingkungannya sehingga apa
yang mereka katakan dan lakukan dalam pekerjaandan dalam
lingkunganmasyarakatnyaakan
mempengaruhimasyarakat
lain
disekitarnya. Oleh karena itu, Inisiasi Menyusu Dini akan menjadi lebih
berhasil bila petugas kesehatan memberikan dukungan kepada ibu
bersalin untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (Kementerian PP &PA
RI, 2010).
Petugaskesehatanpenolongpersalinanmerupakan
keberhasilan
IMD
karena
dalam
waktu
kunci
utama
tersebut
peran
dandukunganpenolongpersalinanmasih sangat dominan.Apabilapenolong
persalinan memfasilitasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka
36
interaksi ibu dan bayi diharapkan segera terjadi. Dengan pelaksanaan
IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI nya
sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman
kepada bayinya dan bayi akan merasa nyaman menempel pada payudara
ibu dan tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir (Roesli, 2008).
Dukungan petugas kesehatan terkait pelaksanaan IMD dapat
berupa penyampaian informasi terkait. IMD dan manfaatnya kepada ibu
hamil, memberikan dukungan emosional dan fisik pada saat IMD serta
menciptakan suasana yang tenang, nyaman dan penuh kesabaran untuk
membiarkan bayi merangkak mencari payudara ibu atau the breast crawl
(Roesli, 2008).Dukungan yang diberikan petugas kesehatan dapat
membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan
menyusui bayinya.Dukungan yang diberikan petugas kesehatan dalam
pelaksanaan IMD berupa pemberianinformasi kepada ibu mengenai
Inisiasi Menyusu Dini agar ibu mengetahui manfaatnya serta ibu
memiliki kesiapan fisik maupun psikologis untuk melakukan IMD.
Selain itu,penerapan langkah dalam pelaksanaaan Inisiasi Menyusui Dini
secara tepat merupakan dukungan yang paling penting dalam
pelaksanaan IMD. Tentunya hal ini didasari dengan keterampilan yang
harus dimiliki oleh petugas kesehatan dalam pelaksanaan IMD
(Kementerian PP &PA RI, 2010).
37
F. Tinjauan Tentang Antenatal Care
1. Pengertian ANC
ANC(antenatal Care) adalah upaya prepentif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran meteral dan noenatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
2. Tinjauan ANC (Antenatal Care )
a. Memantau kemajuan kehamilan,memastiakan kesehatan Ibu dan tumbuh
kembang Bayi.
b. meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,mental,serta sosial
dan Bayi
c. menentukan sejak dini bila ada masalah atau gangguan dan komplikasi
yang mungkin terjadi selama kehamilan
d. mempersiapakan
kehamilan dan persalinan denagn selamat,baik ibu
maupun Bayi dengan trauma seminimal mungkin.
e. mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif
berjalan normal (Asrinah,dkk,2010).
3. Standar pelayanan ANC (Antenatal Care )
Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal sebagai berikut :
a. Standar 1 (identifikasi ibu hamil )
Bidanmelakukan kunjungan rumah,berinteraksi dengan masyarakat
secara berkalauntukmemberikan penyuluhan dan motivasi ibu,suami,dan
38
anggota keluarga mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya
sejak dini dan secara teratur.
b. Standar 2 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal care
Bidanmemberikan pelayanan antenatal pemeriksaan meliputi
anamnesa serta pemantauan ibu dan janin secara seksama untuk menilai
apakah perkembangan berlangsung normal,bidan juga harus mengenal
kehamilanresti/kelainanterutamaanemia,kuranggizihipertensi,PMS/infeks
i
HIV,memberikan
pelayananimunisasi,nasihat
dan
penyuluhan
kesehatan serta tugas terkait lain yang berikan oleh puskesmas.
c. Standar 3 : palpasi abdomal
Bidan melakukan pemeriksaan abdomal secara seksama dan
melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan dan bila usia
kehamilan bertambah,memeriksa posisis,bagian terendah janin dan
masuknya
kepala
janin
rongga
panggul,mencari
kelainan
letak,melakukan rujukan tepat waktu.
d. Standar 4 : pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan,penemuan,penangan dan
atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
e. Standar 6 :persiapan persalinan
Bidan memebrikan saran yang tepat kepada ibu hamil,sesuai serta
keluarganyapadatrimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan
yang bersih dan aman sertasuasana yang menyenangkan akan
39
direncanakan dengan baik disamping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk bila terjadi keadaan gawat darurat.(musdalifah,2009).
f. pelayanan standar 10 T sesuai dengan kebijakanDepartemen Kesehatan
standar minimal pelayanan pada ibu hamil yaitu :
1.Timbang berat badan
2. pengukuran tekanan darah
3. pengukuran TFU
4. Tes Laboratorium
5. Tatalaksana kasus
6. Tabungan persalinan
7. pemberian Imunisasi TT (Tetanus Tokxoid ) lengkap
8. pemberianTable besi(Fe ) minimal 90 table selama kehamilan
dengan dosis satu table setiap harinya
9.Tes terhadap penyakit menular seksual
g. Jadwal kunjungan Ibu hamil
setiap ibu hamil menghadapi resiko komplikasi yang bias mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, wanita ibu hamil memerlukan sedikitnya 4 kali
kunjungan selama periode antenatal Care :
1. satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu )
2. satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28 minggu)
3. dua kali dalam trimester ketiga (antara 28-36 dan setelah mingguke36)
4. pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Antenatal Care (ANC )
40
G.Tinjauan Tentang Paritas
1.Pengertian paritas
Paritas adalah status seseorang wanita sehubungan dengan jumlah
anak yang pernah dilahirkannya.ibu yang barupertama kali hamil
merupakanhalyangsangat barusehinggatermotivasidalam memeriksakan
kehamilannya ketenaga kesehatan sebaliknya ibu yang sudah pernah
melahirkan
lebih
dari
satu
orang
mempunyai
bahwaiasudahberpengalamansehinggatidak
anggapan
termotivasi
untukmemeriksakankehamilannya.(Sarwono,2005).
Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua kehamilan
yang berurtan dari seseorang wanita.jarak kehamilan yang pendek secera
langsung akan memberikan efek terhadap kesehatan wanita maupun
kesehatan janin yang dikandungnya.Seorang wanita setelah bersalin
membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk memulihkan tubuhnya dan
mempersiapkan diri untuk kehamilan dan persalinan berikutnya,bila jarak
kehamilan dapat cenderung menimbulkan kerusakan tertentu pada sistem
reproduksi baik secara fisiologis maupun patologis sehingga member
kemungkinan terjadinya Anemia yang dapat menyebabkan ke matian Ibu.
2 Klasifikasi Paritas
a. Primipara
41
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anakyang cukup
besar untuk hidup di dunia luar (Varney,2006)
b. Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari
satu kali (Prawirohardjo,2009)
c. Grandemultipara
Grandemultipara
adalah
wanita
yang telah
melahirkan
5
kali
anakataulebih danbiasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan
persalinan
3 Faktor yang mempengaruhi paritas
a. Pendidikan
Pendidikan adalah berarti bimbingan yang diberikan olehseseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita
tertentu.makin mudah dalam berfikir lebih rasional.Ibu yang mempunyai
pendidikan tinggi akan lebih berfikir rasional bahwa jumlah anak yang
ideal adalah 2 orang anak.
b.Pekerjaan
Pekerjaan adalah symbol status seseorang dimana masyarakat
pekejaan
jembatanuntuk
memprolehuang
dalamrangka
memenuhi
kebutuhan hidup dan untukmendapatkan tempat pelayanan keehatan yang
diinginkan.banyak anggapan bahwa status pekerjaan sesorang yang
42
tinggi,maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
c.Keadaan ekonomi
Kondisi
ekonomi
keluargayangtinggimendorongibuuntukmempunyai
lebihkarena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.
43
H. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka
kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Dukungan suami
Faktor Sosial Budaya
Dukungan petugas
kesehatan
Pemberian
Kolostrumpada Bayi
Inisiasi MenyusuDini
Antenal Care
Paritas
Keterangan :
=Dependent Variable(Variabel Terikat)
= Independent Variable (Variabel Bebas)
= variabel yang tidak di teliti
44
Gambar. Kerangka Konsep Penelitian
I. Hipotesis Penelitian
1.
H0 :
Tidak ada hubungan antara dukungan suami pemberian
kolostrumpada Bayi diwilayah Kerja Puskesmas Poasia
Tahun 2014.
H1 :
Ada hubungan antara dukungansuamipemberian kolostrum
pada Bayidi wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2014.
2.
H0 :
Tidak ada hubungan antara faktorsosialbudaya pemberian
kolostrumpada Bayi di wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Tahun 2014.
H1 :
Ada hubungan antara faktor sosial budaya pemberian
kolostrumpada Bayidi wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Tahun 2014.
3.
H0 :
Tidak ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan
pemberian kolostrumpada Bayi di wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Tahun 2014.
H1 :
Ada
hubungan
antara
dukungan
petugas
kesehatan
pemberian kolostrumpada Bayidi wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Tahun 2014.
45
III.METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik denganpendekatan cross
sectional study. Rancangantersebut ditujukan untuk mengetahui
hubungan antara dukungan suami, dukungansosial budayadan petugas
kesehatan terhadap pemberian kolostrumpada Bayi di wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kendari Tahun 2014.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian inidilaksanakan pada tanggal 24 september sampai
tanggal
31oktober di wilayah Kerja PuskesmasPoasiaKota Kendari Tahun
2014.
C. Populasi Dan Sampel
a. Populasi
Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah
seluruh
ibu
melahirkanselamaperiodeseptember- oktober 2014 di wilayah kerja
Puskesmas Poasia yang terdaftar dalam register persalinan di
Puskesmas poasia berjumlah49 orang.
b. Sampel
46
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakanTotal Sampling
yaitu jumlah seluruh ibu
yang
melahirkan sebanyak 49 orang di wilayah kerja Puskesmas Poasia
kota kendari tahun 2014
Sampel diambil berdasarkan kriteria berikut yaitu :
1. Ibu yang melahirkan Bayi secara Normal
2. Ibu yang memiliki Bayi 10 hari
3. Ibu yang melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan atau ditolong
Oleh dukun
4. Responden beralamat di wilayah kerja PuskesmasPoasia pada saat
Wawancara ataupun pindah Alamat
5. Responden yang siap untuk diwawancarai.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1.Kuesioner yang berisi semua item pertanyaan.
2. Alat tulis dan komputer, yaitu alat yang digunakan untuk mengolah
data-data
yang
diperoleh
serta
yang
digunakan
penyusunanlaporan penelitian.
3. Dokumentasi, yaitu sejumlah data atau informasi dariPuskesmas
Poasiaberupa data tentang ibu yang bersalin serta alamat – alamat
responden.
dalam
47
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabelterikat(Variabel
dependent)
adalah
variabel
yang
dipengaruhi.Variabel terikat dalam penelitian adalah pemberian
kolostrum pada Bayi
2. Variabel bebas(Variabel independent)adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lain. Variabel dalam penelitian ini dukungan suami,sosial
budaya dan dukungan petugas kesehatan.
F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pemberian Kolostrum
kolostrum diberikan pada
bayi dari 30 menti hingga 1
jamsetelah melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Poasia. Data ini
diperoleh dari wawancara langsung kepada responden dengan
menggunakan keusioner.
Sehingga Kriteria objektif :
a. Diberikan : Bila hasil jawaban responden memberikan Kolostrum
kepada bayinya.
b. Tidak
diberikan:Bila
hasil
Kolostrum kepada bayinya.
(Roesli, 2000).
2. Dukungan Suami
jawaban
responden
memberikan
48
Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan oleh
suamiuntuk
terlaksananya
pemberiankolostrumpada
wilayakerja Puskesmas poasia. Pengukuran
Bayi
di
dukungan suami
berdasarkan skala Guttman untuk pertanyaan positif dengan jawaban
“Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0
(Riduwan, 2008).
Sehingga KriteriaObjektifnya:
a. Mendukung : bila hasil jawaban responden memperoleh skor ≥66%
dari total skor maksimal.
b. Tidak mendukung : bila hasil jawaban responden memperolehskor
<66% dari total skor maksimal.
3. FaktorSosial Budaya
FaktorSosial budaya adalah prilaku masyarakat terkait dengan
pengetahuan, kepercayaan, kebiasaan, adat istiadat yang telah menjadi
aturan
kehidupan
dalam
lingkungan
sosial
atau
suatu
wilayah.pemberian kolostrum pada bayi di wilayah kerja puskesmas
Poasia. Pengukuran faktor sosial budaya berdasarkan skala Guttman
untuk pertanyaan positif dengan jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk
jawaban“Tidak”diberi skor 0 (Riduwan, 2008).
Sehingga KriteriaObjektifnya:
a. Ya : bila hasil jawaban responden memperoleh skor ≥ 66% dari total
skor maksimal.
49
b. Tidak : bila hasil jawaban responden memperoleh skor <66% dari
total skor maksimal.
4. Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan adalah dukungan yang diberikan
oleh petugas kesehatan untuk terlaksananya Pemberian kolostrum
pada Bayidiwilayah kerja Puskesmas Poasia.Pengukuran dukungan
petugaskesehatan berdasarkan skalaGuttman untuk pertanyaan positif
dengan jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “Tidak” diberi
skor 0 (Riduwan, 2008).
Sehingga Kriteria Objektifnya :
a. Mendukung : bila hasil jawaban responden memperoleh skor ≥ 66%
dari total skor maksimal.
b.
Tidak mendukung : bila hasil jawaban responden memperoleh skor
< 66% dari total skor maksimal.
G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer berupa dukungan suami, sosial budaya,dukungan
petugas
kesehatan.Data–datatersebutdiperoleh
dengan
menanyakansecaralangsungkepada responden dengan menggunakan
daftar pertanyaan (kuesioner).
2. Data Sekunder
50
Data sekunder berupa data angka kematian bayi (AKB), dari Dinas
kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kesehatan Kota Kendari
dan Puskesmas Poasia serta data yang berasal dari buku register
persalinan yang diperoleh dari Puskesmas poasia.
H. Pengolahan Data, Analisis Data dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari wawancara langsung dilapangan dengan
menggunakan
kuesionerdan
hasil
pengukuran
diolah
dengan
menggunakan komputer
2. Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian diedit, dikelompokkan,
dikodingdan dientri dalam komputer untuk diolah dengan program
statistik. Analisis data dalam penelitian ini adalah:
a. Analisis Univariat
secara deskriptif pada masing – masing variabel dengan analisis pada
distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Dilakukan
untuk
mengetahui
Faktor
Determinan
pemberiankolostrumpada Bayidiwilayah kerja puskesmas poasia
dengan menggunakan uji Chi Square dengan tabel kontingensi 2x2,
pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
Dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002) :
1) H0 diterima jika χ2hitung ≤ χ2tabel atau ρ value ≥ (α) = 0,05.
51
2)H1 diterima jika χ2hitung > χ2tabel atau ρ value< (α) = 0,05.
Jika H0 ditolak kemudian dilanjutkan uji keeratan hubungan dengan
menggunakan koefisien phi (Ø).
Rumus:
∅=
(
∣
)(
∣
)(
)
Besarnya nilai phi (Ø) berada diantara 0 sampai dengan 1 dengan
ketentuan (Arikunto, 2002) :
0,76 - 1,00
: hubungan sangat kuat
0,51 - 0,75
: hubungan kuat
0,26 - 0,50
: hubungan sedang
0,01 - 0,25
: hubungan lemah
3.Penyajian Data
Data yang telah diolah dan dianalisis, disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan.
52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak dan Batas Wilayah
Puskesmas Poasia merupakan Puskesmas yang melayani rawat jalan
dan rawat inap yang berkedudukan di kelurahan Rahandouna Kecamatan
Poasia Kota Kendari sekitar 9 KM dari Ibukota Propinsi. Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia meliputi 4 Kelurahan yaitu : Kelurahan Anggoeya,
Kelurahan Andonohu, Kelurahan Rahandouna, dan Kelurahan Matabubu.
Jumlah posyandu sebanyak 14 posyandu yang terbesar dalam 4 kelurahan,
dengan luas batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu.
2.
Demografi
Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia pada tahun
2011 adalah 17.949 jiwa yang terdiri dari 10.106 jiwa Laki-laki dan 7.843
jiwa Perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 5.638 KK. Jumlah penduduk
53
tersebut terdistribusi di empat kelurahan, untuk lebih jelasnya dapat di lihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.Distribusi Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Penduduk.
Kelurahan
Jumlah
penduduk (jiwa)
Andunohu
6.273
Rahandouna
7.528
Anggoeya
3.149
Matabubu
999
Jumlah
17,949
Sumber : Data Sekunder, 2014
(%)
30,0
42,0
17,5
5,5
100
Jumlah
KK
1.865
2.342
874
557
5.638
(%)
33,1
41,5
15,5
9,9
100
Tabel. 1 menunjukkan bahwa dari 4 kelurahan di Wilayah Kerja
Puseksemas Poasia penduduk terbanyak di Kelurahan Rahandouna yaitu
berjumlah 7.528 orang (42,0 %) dengan jumlah KK 2.342 (41,5 % ). Dengan
demekian sangatlah beralasan Jika Puskesmas Poasia tersebut di tempatkan di
Kelurahan Rahandouna. Selanjutnya Kelurahan Andunohu berjumlah 6.273 (
30.0 % ) dengan jumlah KK sebanyak 1.865 ( 33,1 % ), Kelurahan Anggoeya
berjumlah 3.149 ( 17,5 % ) dengan jumlah KK 874 ( 15,5 % ) an yang paling
terendah penduduknya adalah Kelurahan Matabubu yakni hanya 999 jiwa ( 5,5
% ) dengan jumlah KK 557 (9,9 % ).
3. Tenaga Kesehatan
1. Sarana Pelayanan Kesehatan
54
Sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Poasia dapat di lihat pada
tabel berikut :
Tabel. 2 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Poasia
Jenis Saranan Pelayanan
Jumlah Sarana
Puskesmas Induk
Puskesmas Pembantu
Jumlah
Sumber : Data Sekunder, 2014
1
2
3
Tabel.2 Menunjukkan bahwa sarana pelayanan kesehatan di
Puskesmas Poasia memiliki 1 Puskesmas Induk dan 2 Puskesmas Pembantu.
2. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan di Puskesmas Poasia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel.3 Tenaga Kesehatan Puskesmas Poasia kota kendari
Jenis Tenaga
Dokter Umum
Dokter Gigi
Bidan
Perawat
Perwat Gigi
Petugas Sanitasi
Petugas Gizi
Asisten Apoteker
Petugas Laboratarium
Pengelola Gudang Obat
Petugas Administrasi
Pengemudi
Jumlah Tenaga
4
2
18
31
2
5
7
2
2
1
3
1
55
Cleaning Service
Total
Sumber : Data Sekunder, 2014
3
81
Tabel 3 Menunjukkan bahwa dengan melihat sarana dan prasarana
diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah dan jenis yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegaiatan Puskemas terpenuhi.
B. Hasil
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puseksmas Poasia di
ruang bersalin dengan total sampel sebesar 49 orang yang bersedia menjadi
responden. Berdasarkan hasil dari pengolahan data yang dilakukan, maka disajikan
hasil sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
mahkluk, baik yang hidup maupun yang mati yang diukur sejak dia lahir hingga
waktu umur itu dihitung (Notoadmodjo, 2003).
Distribusi responden menurut kelompok umur dalam penelitian ini
disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umurdi Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
No. Kelompok Umur (Tahun)
1.
15 – 19
2.
20 – 24
3.
25 – 29
4.
30 – 34
5.
35 – 39
6.
40 – 44
Total
Jumlah (n)
8
9
12
8
8
4
49
Persentase (%)
11,2
16,8
34,8
16,8
11,2
9,2
100
56
Sumber: Data Primer,diolah November
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari total 49 responden yang diteliti,
responden paling banyak berada pada kelompok umur 26-30 tahun yaitu
berjumlah 12 orang (34,8%). Responden paling sedikit berada pada kelompok
umur 41-45 yakni 4 orang (9,2%).
b. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikanadalah
segala
upaya
yang
direncanakan
untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmojo,
2003). Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan
perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang dimaksud yaitu pendidikan terakhir
yang diraih oleh responden (Mubarak, 2010).
Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikandi Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
No.
1.
2.
3.
4.
Tingkat Pendidikan
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Perguruan Tinggi
Total
Sumber: Data Primer, diolah November
Jumlah (n)
14
8
24
3
49
Persentase (%)
24,3
15,2
51,4
9,1
100
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari total 49 responden,
sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah tamat SMA yaitu sebanyak 22
57
orang (51,4%), dan sebagian kecil responden yang memiliki tingkat pendidikan dan
perguruan tinggi yaitu 3 orang (9,1%).
c. Jenis Pekerjaan Responden
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah
atau pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
akan memiliki waktu yang lebih untuk memproleh informasi. (Depkes, RI 2001).
Distribusi responden menurut jenis pekerjaan dalam penelitian ini
disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaandi Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
No.
1.
2.
4.
Jenis Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
PNS
Wiraswasta
Total
Sumber: Data Primer, diolah November
Jumlah (n)
32
2
15
49
Persentase (%)
69,3
3,1
27,6
100
Tabel 6 menunjukkan dari 49 responden, sebagian besar jenis
pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga yakni 32
orang (69,3%), dan
sebagian kecil jenis pekerjaan responden adalah sebagai PNS 2 orang (3,1%) dan
wiraswasta 15 orang (27,6%).
d. Pendapatan Keluarga Responden
Pendapatan keluarga akan mempengaruhi pemberian nutrisi yang
terbaik pada ibu selama masa kehamilan dan pemilihan pelayanan kesehatan yang
akan digunakan dalam proses persalinan yang akan berdampak pada pemberian
kolostrum oleh ibu (Subaris, 2004 dalam Yulianti, 2008).
58
Distribusi responden menurut pendapatan keluarga per bulan dalam penelitian ini
disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pendapatan Keluarga per Bulandi
Wilayah Kerja Puskesmas PoasiaKota Kendari Tahun 2014
No.
1.
2.
3.
4.
Pendapatan Keluarga/Bulan
< Rp 1.000.000
Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000
Rp 1.600.000 - Rp 2.000.000
> Rp 3.000.000
Total
Sumber: Data Primer, diolah November
Jumlah (n)
9
22
15
3
49
Persentase (%)
11,7
62,7
20,8
4,8
100
Tabel.7 menunjukkan bahwa dari 49 responden, pendapatan keluarga
perbulan bervariasi. Sebagian besar responden memiliki pendapatan keluarga per
bulan berkisar Rp 1.000.000,00 hingga Rp 1.500.000,00 sebanyak 22 orang
(62,7%), dan sebagian kecil responden memiliki pendapatan keluarga per bulan
berkisar > Rp 3.000.000,00 sebanyak 3 orang (4,8%).
e. Alamat Responden
Distribusi responden menurut alamat dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.
Tabel8.
Distribusi
Responden
Menurut
Alamat
di
Wilayah
Kerja
PuskesmasPoasia Kota Kendari Tahun 2014
No.
1.
2.
3.
4.
6.
Alamat
Rahandouna
Anduonohu
Anggoeya
Matabubu
Abeli
Jumlah (n)
12
16
9
8
3
Persentase (%)
26,2
49,2
13,2
8,2
2,1
59
7.
Perumnas
Total
Sumber: Data Primer, diolah November
1
49
1,1
100
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 49 responden, sebagian besar
responden beralamat di Anduonohu yaitu berjumlah 16 orang (49,2%), dan
sebagian kecil responden beralamat Perumnas yaitu berjumlah 1 orang (1,1%).
2. Analisis Univariat
a. Pemberian Kolostrum
Pemberian Kolostrum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pemberian kolostrum saja kepada bayi baru lahir selama 30 menit hingga 1 jam
pertama. Distribusi responden menurut pemberian Kolostrum dalam penelitian ini
disajikan pada tabel 9.
Tabel9.
Distribusi Responden Menurut Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
No.
1.
2.
Pemberian Kolostrum
Diberikan
Tidak Diberikan
Total
Sumber: Data Primer, diolah November
Jumlah (n)
34
15
49
Persentase (%)
69,2
30,8
100
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 49 responden, sebagian besar
responden melakukan pemberian Kolostrum pada bayinya yakni sebanyak
34
orang (69,2%). Hanya sebagian kecil responden yang Tidak melakukan pemberian
Kolostrum pada bayinya yakni 15 orang (30,8%). Dari hasil wawancara yang
dilakukan pada responden bahwa dari 15 responden yang tidak melakukan
60
pemberian kolostrum karena disebabkan kurangnya pengetahuan atau pemahaman
dan kepercayaan/kebiasaan sehingga bayi tidak mendapatkan Asi kolostrum.
b. Dukungan Suami
Dukungan Suami adalah Dukungan merupakan informasi dari orang
lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta
merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan
dapat juga diartikan sebagai informasi verbal dan non verbal, saran dan bantuan
yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang – orang yang akrab dengan
subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal – hal
yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya (Akhmadi, 2009 dalam Suryani, 2011).
Distribusi responden menurut Dukungan Suami dapat dilihat pada tabel 9 berikut
ini.
Tabel9.Distribusi Responden Menurut Dukungan Suami di Wilayah Kerja
Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2014
No.
1.
2.
Dukungan Suami
Mendukung
Tidak Mendukung
Total
Sumber: Data Primer, diolah November
Jumlah (n)
32
17
49
Persentase (%)
40,8
59,2
100
Tabel9 menunjukkan bahwa dari total 49 responden,dari dukungan
suami sebagian besar responden Mendukung terhadap pemberian Kolostrum yakni
sebanyak 32 orang (59,2%). Sedangkan responden yang Tidak mendukung
terhadap pemberian Kolostrum yakni 17 orang (40,8%). Dari hasil wawancara yang
61
dilakukan pada responden bahwa dari 17 responden yang tidak mendapatkan
dukungan oleh suaminya terhadap pemberian kolostrum karena disebabkan
kurangnya pengetahuan atau pemahaman dan kepercayaan/kebiasaan dan Asi
kolostrum juga sering dikatakan Asi yang basi sehingga bayi tidak mendapatkan
Asi kolostrum.
c. Faktor Sosial Budaya
Faktor Sosial Budaya adalahprilaku masyarakat terkait dengan
pengetahuan, kepercayaan, kebiasaan, adat istiadat
yang telah menjadi aturan
kehidupan dalam lingkungan sosial atau suatu wilayah. ( Hasan Ludin 2010).
Distribusi responden menurut persepsi dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Faktor Sosial Budaya di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
Faktor Sosial
Budaya
1.
Ya
2.
Tidak
Total
Sumber: Data Primer, diolah November
No.
Jumlah (n)
Persentase (%)
30
19
49
61,22
38,78
100
Tabel 10 menunjukkan bahwa dari total 49 responden, mayoritas
responden memiliki Faktor sosial budaya memilih” Ya” yakni sebanyak 30 orang
(61,22%). Sedangkan responden yang mengatakan Tidak yakni 19 orang (38,78%).
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada responden bahwa dari 19 responden
pada faktor sosial budaya yang tidak melakukan pemberian kolostrum karena
disebabkan kurangnya pengetahuan atau pemahaman dan kepercayaan/kebiasaan
dan Asi kolostrum juga sering dikatakan Asi yang basi sehingga bayi tidak
mendapatkan Asi kolostrum.
62
d. Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan Petugas Kesehatan merupakanPetugas kesehatan merupakan
orang yang sangat dihormati di lingkungannya sehingga apa yang mereka katakan
dan lakukan dalam pekerjaan dan dalam lingkungan masyarakatnya akan
mempengaruhi masyarakat lain di sekitarnya. (Kementerian PP & PA RI, 2010).
Distribusi responden menurut motivasi dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Dukungan Petugas Kesehatan di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
Dukungan Petugas
Kesehatan
1.
Mendukung
2.
Tidak Mendukung
Total
Sumber: Data Primer, diolah November
No.
Jumlah (n)
29
20
49
Persentase (%)
59,18
40,82
100
Tabel 11 menunjukkan bahwa dari total 49 responden, mayoritas
responden memiliki dukungan dari petugas kesehatan yakni sebanyak 29 orang
(59,18%). Sedangkan responden yang tidak memiliki memiliki dukungan dari
petugas kesehatan yakni 20 orang (40,82%). Dari hasil wawancara yang dilakukan
pada responden bahwa dari 20 responden yang tidak mendapatkan dukungan dari
petugas kesehatan terhadap pemberian kolostrum karena disebabkan kurangnya
adanya penyuluahan dan informasi terkait pemberian kolostrum tersebut.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan variabel bebas
(Dukungan Suami, Faktor Sosial Budaya dan Dukungan Petugas Kesehatan)
dengan variabel terikat (Pemberian Kolostrum). Analisis bivariat dalam penelitian
ini menggunakan uji Chi Square dengan tingkat signifikan (α=0,05). Faktor
63
Determinan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Kota Kendari Tahun 2014.
a. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja
Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
Hasil
analisis statistik hubungan Dukungan
Suami
dengan
Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di
wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
Dukungan
Suami
Pemberian Kolostrum
Tidak
Diberikan
Diberikan
n
%
n
%
26 83,9
5
16,1
Mendukung
Tidak
8
44,4 10 55,6
Mendukung
Total
34 69,4 15 30,6
Sumber: Data primer diolah November
Total
X2
ρValue
Rá´“
0,010
0,412
hitung
n
31
%
100
18
100
49
100
6,581
Tabel 12 menunjukan bahwa dari 49 responden (100%) dengan
Dukungan Suami terdapat 26 orang mendukung (83,9%) yang memberikan
dukungan terhadap pemberian kolostrum dan 8 orang (44,4%) dukungan suami
yang tidak mendukung terhadap pemberian Kolostrum sedangkan 5 orang (16,1%)
yang mendukung Pemberian kolostrum dan 10 orang (55,6 %) yang
tidak
mendukung pemberian Kolostrum.
Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2 hitung adalah 6,581
dan X2 tabel adalah 3,841. Nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel sehingga
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima, hal ini semakna dengan nilai P atau
64
nilai signifikasi adalah 0,010dan α adalah 0,05. Nilai P lebih kecil dari α,
makadapat disimpulkanbahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu
ada hubungan antara variabel Dukungan Suami terhadap Pemberian Kolostrum.
Responden pada variabel ini, ada sekitar
26 responden pada
dukungan suami yang sangat mendukung terhadap proses pemberian kolostrum
namun dari hasil wawancara yang dilakukan pada penelitian ini pada pemberian
kolostrum masih banyak terdapat ibu-ibu yang tidak memberikan kolostrum pada
bayinya . Jadi hal ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang menghambat bayi yang
tidak diberikan kolostrum oleh ibunya itu karena disebabkan kurangnya
pemahaman dan pengetahuan dan disebabkan pula beberapa
faktor terutama
aktifitas yang rutin sehingga bayi tersebut tidak mendapatkan kolostrum dan
dengan sempurna dan beberapa faktor juga yang bisa menghambat proses
pemberian kolostrum yaitu disebabkan oleh faktor umur. Dalam hal ini perlu
adanya dukungan yang diperlukan oleh ibu untuk terlaksananya pemberian
kolostrum pada bayi, dukungan seperti kasih sayang yang diberikan oleh suami,
tidak memberikan beban stres ibu yang menyusui.
Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,412 Angka
tersebut menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak antara 0,26–0,50.
Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa Dukungan Suami mempunyai
hubungan yang sedang dengan Pemberian Kolostrumdi Wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari Tahun 2014
65
b. Hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah
Kerja Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
Hasil analisis statistik hubungan Faktor Sosial Budaya dengan
Pemberian Kolstrum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13.Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Pemberian Kolostrum Pada
Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia tahun 2014
Pemberian Kolostrum
Faktor
Sosial
Budaya
Total
Diberikan
X2 hitung
ρValue
Rá´“
8,878
0,003
0,471
Tidak
Diberikan
n
%
n
%
Ya
26
86,7
4
13,3
Tidak
8
42,1 11 57,9
Total
34
69,4 15 30,6
Sumber: Data primer diolah November
n
29
19
49
%
100
100
100
Tabel 13 menunjukan bahwa dari 49 responden (100%) dengan
Variabel Faktor Sosial Budaya terdapat 26 orang (86.2%) yang memilih “Ya”
memberikan Kolostrum pada Bayi dan 11 orang (57,9%) dengan Faktor Sosial
Budaya yang tidak memberikan Kolostrum pada bayi sedangkan 4 orang (13,3%)
yang
memberikan kolostrum pada Bayi dan 8 orang (42,1 %) yang
tidak
memberikan Kolostrum.
Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2 hitung adalah 8,878
dan X2 tabel adalah 3,841. Nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel sehingga
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima, hal ini semakna dengan nilai P atau
nilai signifikasi adalah 0,003 dan α adalah 0,05. karna Nilai P lebih kecil dari α,
maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara
66
variabel Faktor Sosial Budaya dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah
kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari .
Responden pada variabel ini, ada 26 responden pada Faktor sosial
budaya yang memberikan Asi kolostrum pada Bayinya. Namun banyak pula yang
terdapat ibu-ibu yang tidak melakukan pemberian kolostrum tersebut. Dari hasil
wawancara yang dilakukan pada penelitian ini pada pemberian kolostrum terhadap
faktor sosial budaya masih banyak terdapat ibu yang tidak memberikan kolostrum
pada bayinya disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan, kurangnya informasi
yang didapatkan, umur dan disebabkan pula mekanisme kepercayaan yang turun
temurung dari nenek moyang mareka bahwa Asi kolostrum itu tidak baik dan
mareka sering katakan kolostrum itu Asi yang basi. Jadi hal ini dapat disimpulkan
bahwa faktor yang menghambat bayi yang tidak diberikan kolostrum oleh ibunya
itu adanya kepercayaan yang tinggi sehingga bayi tidak mendapatkan Asi
kolostrum yang sempurna. Dalam hal ini perlu adanya dukungan terhadap faktor
sosial budaya untuk menghilangkan kepercayaan atau kebiasaan mengatakan bahwa
kolostrum itu Asi yang basi, sehingga ibu-ibu tidak meragukan lagi pemberian
kolostrum pada bayi.
Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,471. Angka
tersebut menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak antara 0,26–0,50..
Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa Faktpr Sosial Budaya mempunyai
hubungan yang lemah dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari Tahun 2014 .
67
c. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian Kolostrum di
Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014
Hasil analisis statistik hubungan Dukungan Petugas Kesehatandengan
Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel14.Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian Kolostrum
Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun
2014
Dukungan
Petugas
Kesehatan
Pemberian Kolostrum
Tidak
Diberikan
Diberikan
n
%
n
%
25 86,2
4
13,8
Mendukung
Tidak
9
45,0 11 55,0
Mendukung
Total
34 69,4 15 30,6
Sumber: Data primer diolah November
Total
X2
hitung
n
29
%
100
20
100
49
100
7,622
ρValue
Rá´“
0,006
0,439
Tabel 14 menunjukan bahwa dari 49 responden (100%) dengan
Dukungan Petugas Kesehatan terdapat 25 orang yang mendukung (86,2%) yang
memberikan dukungan terhadap pemberian kolostrum, dan 11 orang (55,0 %)
dukungan Petugas Kesehatan yang tidak mendukung terhadap pemberian
Kolostrum sedangkan 4 orang (13,8%) yang mendukung Pemberian kolostrum dan
9 orang (45,0 %) yang tidak mendukung pemberian Kolostrum.
Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2 hitung adalah 7,622 dan
X2 tabel adalah3,841.Nilai X2 hitunglebih besar dari X2 tabel sehingga hipotesis nol
ditolak dan hipotesis 1 diterima, hal ini
signifikasi adalah 0,006
semakna dengan nilai P atau nilai
dan α adalah 0,05. Nilai P lebih kecil dari α, maka
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara variabel
68
Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
Responden pada variabel ini, ada 25 orang dukungan petugas
kesehatan sangat mendukung terhadap proses pemberian kolostrum. Namun masih
banyak yang didapatkan ibu yang tidak melakukan pemberian kolostrum tersebut
pada bayinya. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada penelitian ini pada
pemberian kolostrum terhadap dukungan petugas kesehatan masih banyak yang
terdapat ibu yang tidak tidak melakukan pemberian kolostrum karena disebabkan
oleh beberapa faktor sehingga bayi tidak mendapatkan Asi kolostrum tersebut
Karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh petugas kesehatan dan
kurangnya pula penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di lingkungan
tempat tinggal mareka. disebabkan pula oleh faktor umur sehingga bayi tidak
mendapatkan kolostrum. Jadi hal ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang
menghambat bayi yang tidak diberikan kolostrum oleh ibunya yaitu kurangnya
pengetahuan maupun kurangnya informasi yang didapatkankan oleh petugas
kesehatan sehingga bayi tidak mendapatkan Asi kolostrum tersebut dengan
semaksimal. Dalam hal ini perlu adanya dukungan petugas kesehatan yang
diperlukan oleh ibu untuk terlaksananya pemberian kolostrum pada bayi,
memberiakan informasi atau melaksanakan penyuluhan yang terkait pemberian
kolostrum sehingga ibu-ibu paham apa yang dimaksud dengan kolostrum karena
berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa masih banyak ibu yang tidak
mengetahui Asi kolostrum tersebut.
69
Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,439. Angka
tersebut menunjukkan hubungan yangsedang karena terletak antara 0,26-0,50.
Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa bahwa
Dukungan Petugas
Kesehatan mempunyai hubungan yang sedang dengan Pemberian Kolostrum di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014.
C. Pembahasan
a. Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemberian Kolostrum di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari.
Dukungan merupakan informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan
diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari
jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan dapat juga diartikan
sebagai informasi verbal dan non verbal, saran dan bantuan yang nyata atau tingkah
laku yang diberikan oleh orang – orang yang akrab dengan subjek di dalam
lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal – hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya (Akhmadi, 2009 dalam Suryani, 2011).
Seorang suami mempunyai peran yang sangat besar dalam membantu
ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Salah satu langkah peran
suami dalam membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya yaitu
dengan memberikan dukungan kepada istrinya (Kementerian PP & PA RI,
2010).Suami (ayah) memiliki peran yang sangat besar dalam melakukan pemberian
kolostrum.
70
Masih banyak suami yang berpendapat salah dimana menyusui adalah
urusan ibu dan bayinya. Mareka menganggap bahwa cukup menjadi pengamat yang
pasif saja. Seharusnya suaminya mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
keberhasilan menyusui oleh karena suami yang akan tutut menentukan kelancaran
refleks pengeluaran Asi (let down refleks) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan
emosi atau perasaan ibu. Dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan suami
adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu. (Ayahbunda, 2002: Roeslina, 2000).
Dukungan yang berikan suami terkait pemberian kolostrum di wilayah
kerja puskesmas Poasia sebagian besar berupa dukungan kasih sayang yang
dibutuhkan oleh ibu, suami hendaknya tidak memberikan stres pada ibu lagi
menyusui (memberikan motivasi/dorongan terhadap proses pemberian kolostrum),
meningkatkan rasa percaya diri ibu untuk. sehingga bayi mendapatkan Asi
kolostrum dengan baik.Hal ini memberikan gambaran bahwa pemberian kolostrum
sangat memerlukan dukungan dari suami di mana dukungan tersebut yang paling
dibutuhkan oleh ibu menyusui. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Roesli (2008)
bahwa kondisi emosi menentukan tingkat produksi ASI yang dihasilkan ibu.
Kestabilan emosi tersebut bisa diraih bila sang suami turut mendukung.
Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2hitung adalah 6,581
dan X tabel adalah3,841 Nilai X hitunglebihbesar dari X tabel sehingga hipotesis
nol ditolak dan hipotesis 1 diterima,hal ini semakna dengan nilai P atau nilai
signifikasi adalah 0,010
dan α adalah 0,05. Nilai P lebih kecil dari α, maka
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara variabel
Dukungan Petugas Kesehatan terhadap Pemberian Kolsostrum.
71
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara variabel
dukungan suami terhadap pemberian kolostrum. Dikatakan berhubungan pada
variabel ini karena Chi Squarelebih besar dari dibanding X2 tabel jadi hipotesis nol
ditolak dan hipotesis 1 diterima namun sebaliknya jika hipotesis nol diterima dan
hipotesis 1 ditolak maka tidak ada hubungan antara variabel tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan suami dengan pemberian kolostrum di wilayah kerja
puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014. Penelitian ini selaras dengan
penelitian oleh Mila susanti di rumah sakit umum datu beru kabupaten Aceh yang
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami terhadap
pemberian kolostrum, dengan nilai ρ
Value0,003<
α (0,05). dan penelitian Yendra
(2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan
suami terhadappemberian kolostrum dengan nilai ρ Value0,004 < α (0,05).
Berdasrkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,412 Angka tersebut
menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak antara 0,26 – 0,50. Dengan
demikian dapat diinterprestasikan bahwa Dukungan Suami mempunyai hubungan
yang sedang dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Poasia dari Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara Dukungan Suami dengan Pemberian Kolostrum pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh bidan yang bertugas di
wilayah kerja puskesmas Poasia di ruang bersalin bahwa sampai saat ini belum ada
program penyuluhan bidangKIA yang membahas secara khusus mengenai
72
pemberian kolostrum pada ibu hamil. Saat ini, program yang ada hanya kelas ibu
hamil yang diadakan setiap posyandu yang sangat jarang membahas mengenai
pemberian kolostrum sehingga sangat jarang pula ibu yang mengetahui mengenai
kolostrum dan manfaatnya. Apalagi jika ibu tersebut jarang memeriksakan
kehamilannya di posyandu ataupun di puskesmas pasti mereka tidak memiliki
gambaran sedikitpun mengenai kolostrum.Hal tersebut sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa paparan informasi
(media massa) dapat mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang. Informasi
yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan.
Selain paparan informasi (media massa), Notoatmodjo (2007) juga
menyatakan bahwa pendidikan, lingkungan sekitar dan pengalaman juga
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seusia hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkan tentang
kesehatan. Selain pengetahuan dukungan suami juga sangat berarti untuk
mendukung proses pemberian kolostrum tersebut agar bayi yang diberikan Asi
mendapatkan Asi yang semaksimal mungkin.
73
Hal yang menyebabkan dukungan suami tidak diperoleh ibu pada saat
bersalin yaitu suami sedang bekerja terutama bagi yang bermata pencaharian
sebagai nelayan yang kadang berminggu – minggu belum kembali ke rumah. Selain
itu, beberapa petugas kesehatan tidak membolehkan suami untuk masuk ke ruang
bersalin sehingga tidak dapat mendampingi ibu pada saat persalinan yang akan
berlanjut pada pemberian Kolostrum. Seharusnya hal tersebut tidak dilakukan oleh
petugas kesehatan, sebab tentunya mereka lebih mengetahui bahwa betapa
pentingnya peran suami dalam memberikan dukungan kepada istrinya pada saat
persalinan.
Dukungan suami seharusnya tidak hanya dilakukan pada saat
pemberian kolostrum, akan tetapi sangat perlu diperoleh ibu pada saat pemberian
ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan yang saat ini dikenal dengan ayah ASI.
Ayah menjaga bayi pada saat diberikan kolostrum berlangsung, dengan demikian
ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama
kali dalam kondisi seperti itu. Hal ini seyogyanya menjadi wacana bagi ayah untuk
memberikan dukungan positif kepada ibu dan bagi keluarga dekat untuk
memberikan dukungan pada ayah dalam memberikan dukungan positif pada ibu
mengenai arti penting menyusui (Roesli, 2008).
b. Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014.
Faktor Sosial Budaya adalahprilaku masyarakat terkait dengan
pengetahuan, kepercayaan, kebiasaan, adat istiadat yang telah menjadi aturan
kehidupan dalam lingkungan sosial atau suatu wilayah. ( Hasan Ludin 2010).
74
Mneurut Depkes RI (2009) sala satu cara untuk merubah prilaku
masyarakat adalah dengan melaksanakan promosi kesehatan.
digunakan untuk
merubah prilaku masyarakat menitikberatkan pada 3 sasaran utama yaitu, primer,
sekunder dan tersier. Pada sasaran primer lebih menekankan pada perubahan
prilaku individu. Pada sasaran sekunder lebih mengarah pada perubahan tokoh
masyarakat dan sasaran tersier lebih mengarah kepada perubahan prilaku
pengambilan keputusan.
Notoadmodjo (2005) yang menyatakan keanekaragaman budaya dapat
membuat terjadinya variasi prilaku manusia dalam segala hal termasuk prilaku
sehat pemberian kolostrum. Indikator prilaku khususnya prilaku kesehatan
mengacu kepada 3 dominan yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan prilaku sehat.
Dari teori tersebut dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan
sikap adalah faktor utama yang menentukan terbentuknya atau terjadinya
perubahan prilaku yang sehat.
Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2hitung adalah 8,878
dan X2 tabel adalah3,841. Nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel sehingga
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima,hal ini semakna dengan nilai P atau
nilai signifikasi adalah 0,003 dan α adalah 0,05. Nilai P lebih kecil dari α, maka
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara variabel
Faktor Sosial Budayadengan Pemberian Kolostrum pada pada Bayi dan ada
hubungan yang bermakna antara Faktor Sosial Budaya dengan Pemberian Kolostrm
di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
75
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara variabel faktor
sosial budaya terhadap pemberian kolostrum. Dikatakan berhubungan pada variabel
ini karena Chi Squarelebih besar dari dibanding X tabel jadi hipotesis nol ditolak
dan hipotesis 1 diterima
namun sebaliknya jika hipotesis nol diterima
dan
hipotesis 1 ditolak maka tidak ada hubungan antara variabel tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara faktor sosial budaya dengan pemberian kolostrum di wilayah
kerja puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014. Penelitian ini selaras dengan
penelitian oleh Mila susanti di rumah sakit umum datu beru kabupaten Aceh yang
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara faktor sosial budaya terhadap
pemberian kolostrum, dengan nilai ρ Value0,014< α (0,05).
Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,471. Angka
tersebut menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak antara 0,26 – 0,50.
Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa Faktor Sosial Budaya mempunyai
hubungan yang sedang terhadapPemberian Kolostrum pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia.
Keyakinan atau kepercayaan merupakan suatu yang berhubungan
dengan kekuatan yang tinggi. Aspek keyakinan atau kepercayaan dalam kehidupan
manusia mengarahakan budaya hidup. Prilaku normal , kebiasaan, nilai-nilai dan
penggunaan sumber daya didalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup
yang disebut kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang
dalam terhadap prilaku. Ibu-ibu yang menyakini dan percaya bahwa ASI yang
terbentuk dalam tubuh ibu yang melahirkan seorang bayi dalam satu proses yang
76
secara logika ilmiah hanya dapat diyakini dan dipercaya bahwa memang sudah
diatur oleh yang Maha Kuasa. Merupakan standar keyakinan yang penting dimiliki
oleh setiap Ibu untuk dapat memberikan ASI secara baik dan benar kepada bayinya.
Dari hasil wawancara yang dilkukan oleh responden bahwa dapat
disimpulkan mareka tidak memberikan Asi kolostrum pada bayinya itu karena
sudah turun temurun dari nenek moyang mareka katanya kolostrum itu Asi yang
sudah basi sehingga mareka tidak memberikan kolostrum tersebut pada bayinya.
Selain dari faktor kepercayaan, faktor pengetahuan juga yang kurang tentang Asi
kolostrum tersebut.
Menurut Taylor ( 1871) dalam Soekanto (1990) kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup, Pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat dan kebiasaan dan kemampuan-kemampuan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Prilaku seseorang dalam hal ini pemberian
kolostrum sangat berkaitan dengan aspek sosial budaya kepercayaan, nilai dan
norma dalam lingkungan sosialnya. Nilai yang dianut individu mempengaruhi
pengolahan informasi yang membentuk representasi internal, nilai yang bersifat
permanen karena tatanan pada individu selama masa pertumbuhannya. Latar
belakang budaya masyarakat dan lembaga –lembaga sosial merupakan sebagian
besar asal dari nilai-nilai tataran individu ( Azwar, 1999). Akumulasi dari aspek
pengetahuan, niali atau norma serta keyakinan atau kepercayaan tentang ASI akan
berkontribusi membentuk prilaku dalam bentuk tindakan atau praktek pemberian
ASI kepada bayi.
77
c.
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pemberian Kolostrum Pada
Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014.
Petugas kesehatan merupakan orang yang sangat dihormati di
lingkungannya sehingga apa yang mereka katakan dan lakukan dalam pekerjaan
dan dalam lingkungan masyarakatnya akan mempengaruhi masyarakat lain di
sekitarnya. Oleh karena itu, akan menjadi lebih berhasil bila petugas kesehatan
memberikan dukungan kepada ibu bersalin untuk melakukan IMD (Kementerian
PP & PA RI, 2010).
Pemberian Asi secara dini tidak terlepas dari peran tenaga kesehatan
khususnya bidan dan dokter namun masih banyak petugas kesehatan maupun
pelayanan kesehatan yang belum mendukung pemberian Asi kolostrum dengan
alasan keadaan ibu masih lemah, ibu butuh istrahat, masih banyak lender yang
harus dibersihkan bahkan ada yang mengatakan pemberian kolostrum dengan
membeiarkan bayi merangkak sendiri dan mencari puting susu ibu. Pada hal setelah
proses persalinan sekitar 30 menit hingga 1 jam petugas kesehatan dalam hal ini
bidan seharusnya mengarahkan pada ibu tatacara bagaimana menyusui secara dini
pada bayi tersebut.
Dukungan yang diberikan petugas kesehatan terkait Pemberian
Kolostrum diwilayah kerja puskesmas Poasia yaitu berupa pemberian informasi
mengenai PemberianKolostrum kepada ibu pada saat hamil, memberikan dukungan
emosional yang dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk terlaksananya
pemberian kolostrum,memberikan dukungan fisik seperti menyiapkan peralatan
danmembersihkan bayi setelah lahir kemudian ditengkurapkan di dada ibu untuk
78
menyusu selama 30 menit hingga 1 jam pasca kelahiran serta menciptakan suasana
yang tenang pada saat persalinan dan Pemberian ASI Kolostrum berlangsung.
Akan tetapiterdapat ibu yang tidak mendapatkan dukungan penuh dari
petugas kesehatan terhadap pemberian kolostrum tersebut, sebab dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu yang cukup, sikap yang positif serta adanya dukungan dari suami,
sehingga pemberian kolostrum tetap berjalan. Dukungan petugas kesehatan yang
diberikan pada keadaan tersebut hanya berupa pemberian informasi, dan dukungan
fisik pada saat pasca persalinan dalam artian petugas kesehatan secara spontan
menengkurapkan bayi ke dada ibu. Akan tetapi, ibu memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai ASI dan suami yang memberikan dukungan emosional sehingga
pemberian kolostrum dapat berjalan dengan lancar. Sehingga pada intinya, dapat
berjalan secara maksimal jika semua faktor yang berperan dalam pemberian
kolostrum tersedia dan memadai.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Kementerian PP & PA RI (2010)
yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan petugas kesehatan dapat
membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui
bayinya. Selain itu, penerapan langkah dalam pelaksanaaan inisiasi menyusu dini
secara tepat merupakan dukungan yang paling penting dalam pemberian
kolostrum. Tentunya hal ini didasari dengan keterampilan yang harus dimiliki oleh
petugas kesehatan.
Keterampilan dalam menerapkandengan benar memang sudah
menjadi hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh petugas kesehatan yang
menolong persalinan. Hal ini disebabkan petugas kesehatan mengambil peranan
79
penting dalam proses persalinan. Ibu maupun suami yang mendampingi akan
mengikuti apa saja yang disarankan dan dilakukan oleh petugas kesehatan pada
saat persalinan. Maka kemungkinan besar pemberian kolostrum akan gagal
dilaksanakan pasca persalinan, selain dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, sikap ibu
serta dukungan suami. Hal inilah yang terjadi di wilayah kerja puskesmas Poasia
Sebagian dari petugas kesehatan penolong persalinan tidak memiliki keterampilan
yang memadai sehingga tidak menerapkan pemberian kolostrum sesuai dengan
tatalaksana yang semestinya.
Halinimenunjukkan
bahwa
selain
pengetahuan
cukup
terkait
Pemberian kolostrum yang dimiliki oleh ibu, dukungan dari petugas kesehatan juga
memberikan kontribusi yang penting dalam melakukan Pemberian Kolostrum Pada
Bayi. Tentunya, pelaksanaan Pemberian Kolostrum akan semakin berpeluang untuk
dilaksanakan pasca persalinan, jika semua faktor yang berhubungan dengan
Pemberian Kolostrum tersebut terpenuhi, selain pengetahuan ibu dan dukungan
petugas kesehatan yang membantu persalinan.Demikian pula halnya dengan sikap
ibu terhadap Pemberian Kolostrum.
Hal yang membuat sebagian besar responden tidak mendapatkan
dukungan petugas kesehatan selain disebabkan oleh keterampilan petugas
kesehatan yang kurang memadai juga disebabkan karena sebagian besar responden
memiliki tingkat pendapatan kategori kurang. Pendapatan keluarga dikategorikan
berdasarkan UMK Kendari yakni sebesar Rp 1.200.000,00 perbulan (Ant, 2012).
Dengan tingkat pendapatan yang kurang sebagian dari responden tidak dapat
memanfaatkan puskesmas sebagai sarana dalam persalinannya sehingga mereka
80
lebih cenderung memanggil bidan ke rumah mereka untuk membantu persalinan
dan sebagian besar bidan yang membantu persalinan mereka di rumah tidak
mengajarkan pada ibu pasca bersalinan terhadap pemberian kolostrum. Hal ini
terjadi bagi mereka yang tidak memperoleh Jaminan Persalinan (Jampersal) yang
telah ada, dimana ibu yang akan melahirkan dapat menggunakan sarana puskesmas
secara cuma-cuma. Berbeda halnya bagi mereka yang memiliki tingkat pendapatan
keluarga kurang namun memperoleh Jampersal. Mereka tetap dapat melahirkan di
puskesmas dengan bantuan petugas kesehatan dengan keterampilan memadai
sehingga dapatkan informasi
dari bidan tentang cara-cara menyusui terutama
pemberian kolostrm.
Hasil analisis statistik Chi Square diperoleh X2 hitung adalah 7,622
dan X2 tabel adalah 3,841. Nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel sehingga
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima, hal ini semakna dengan nilai P atau
nilai signifikasi adalah 0,006 dan α adalah 0,05. Nilai P lebih kecil dari α, maka
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima yaitu ada hubungan antara variable
Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian Kolostrum.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara variabel
dukungan petugas kesehata terhadap pemberian kolostrum. Dikatakan berhubungan
pada variabel ini karena Chi Squarelebih besar dari dibanding
X tabel jadi
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima namun sebaliknya jika hipotesis nol
diterima dan hipotesis 1 ditolak maka tidak ada hubungan antara variabel tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara dukunganpetugas kesehatan dengan pemberian kolostrum di
81
wilayah kerja puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014. Penelitian ini selaras
dengan penelitianoleh Suhartatik dkk (2012) dan Indramukti (2012) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas
kesehatan dengan pemberian kolostrum, masing – masing nilai ρ
Value
(0,010) < α
(0,05).Dan Mila susanti di rumah sakit umum datu beru kabupaten Aceh yang
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan
terhadap pemberian kolostrum, dengan nilai ρ Value0,007< α (0,05).
Berdasarkan analisis uji hubungan diperoleh nilai RØ = 0,439 Angka
tersebut menunjukkan hubungan yang sedang karena terletak antara 0,26-0,50.
Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa Dukungan Petugas Kesehatan
mempunyai hubungan yang sedang dengan Pemberian Kolostrum dan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Dukungan
Petugas Kesehatan Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari.
Kegagalan Pemberian Kolostrum dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain Faktor sosial budaya, dukungan suami, pengetahuan, sikap, faktor
pelayanan kesehatan dan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Pengetahuan
ibu dapat mendukung atau mempengaruhi pemberian kolostrum pada bayinya.
Karena pada ibu dengan pengetahuan yang kurang tanpa ada dorongan atau
dukungan yang diberikan oleh suami akan menyebabkan keterbatasan informasi
mengenai tujuan dan manfaat menyusui dan pemberian kolostrum bagi bayinya.
Peran tenaga kesehatan juga sangat menentukan pemberian kolostrum penolong
persalinan seperti bidan, perawat, dokter ataupun dukung bersalin menentukan
82
keberhasilan pemberian ASI. Marekalah yang akan membantu ibu bersalin
melakukan penyusuan dini dan menyarankan untuk memberikan kolostrum dan
menyusui selama 6 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari ketiga variabel yang
diteliti yang sangat berhubungan erat terhadap pemberian kolostrum yaitu pada
dukungan suami, faktor sosial budaya dan kemudian petugas kesehatan karena
dukungan suami yang sangat mendukung ada 32 orang ( 40,8%) yang
mendukungan terlaksananya pemberian kolostrum ini dan pada faktor sosial budaya
ada 30 orang (30%) dan pada petugas kesehatan ada 29 orang (60%) yang memberi
dukungan terhadap pemberian kolostrum ini.
V. PENUTUP
83
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian ini dan Pembahasan, dapat disimpulkan
yaitu sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian kolostrum pada
Bayi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014
(ρValue(0,010) < 0,05).
2. Ada hubungan antara faktor sosial budaya dengan pemberian kolostrum
pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2014
(ρValue(0,003) < 0,05).
3. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian
kolostrum pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun
2014 (ρValue(0,006) < 0,05).
B. Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian di atas, maka beberapa saran
yang dapat diberikan antara lain :
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari dan Puskesmas Poasia untuk lebih
meningkatkan upaya promosi kesehatan mengenai pemberian Kolostrum
pada Bayi sehingga dapat menghasilkan generasi penerus yang berkualitas.
2. Bagi masyarakat khususnya para calon ibu, maupun ibu yang telah memiliki
bayi di wilayah kerja puskesmas Poasia, agar lebih giat mencari informasi
yang baik dan benar terkait Pemberian Kolostrum dari berbagai media
ataupun berkonsultasi pada tenaga kesehatan setempat.
84
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai
informasi tambahan tentang Pemberian Kolostrum. Serta diharapkan untuk
dapat mengembangkan penelitian tentang faktor – faktor lainnya yang
berhubungan dengan Pemberian Kolostrum, misalnya tradisi, kepercayaan,
faktor demografi, ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan
sumber daya kesehatan dan dukungan kader posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
85
Aprillia, Y. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI
Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten Klaten, Tesis. Universitas
Diponegoro. Semarang. (http://eprints.undip.ac.id/20795/), diakses 08
agustus 2013.
Ananda, 2009, Gambaran Epidemiologi Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di
Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Januari – Maret 2009, Skripsi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok,
(http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125882),
diakses 05 agustus 2014
Chomaria. 2011. Panduan Terhadap Pasca Melahirkan. penerbit ziyad Visi
media, jakarta.
Depkes, RI. 2012. Peningkatan Pemberian Air Susus Ibu (PP ASI ). Depkes RI, jakarta.
________. 1997. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
237/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu.
(http://aimi-asi.org/wp-content/uploads/2013/01/11kepmenkes237tahun1997.pdf), diakses pada 30 juli 2014.
________, 2013. Laporan Pendahuluan Survei Demografi Kesehatan Indonesia
Tahun 2012. (http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/), diakses 07 agustus
2014.
_______.2004. Pemeriksaan Antenatal pada Ibu Hamil. Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat : Jakarta.
Dinkes Kota Kendari. 2012. Profil Dinas Kesehatan Kota Kendari Tahun 2011.
Kendari.
________. 2013. Laporan UKM dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Kendari Tahun
2012. Kendari.
Dinkes Provinsi Sultra. 2012. Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun
2011. Kendari.
________. 2013. Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2012.
Kendari.
86
________. 2013. Laporan KIA Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2012.
Kendari.
Depkes RI. Pemeriksaan Antenatal Care pada ibu hamil.Dirjen Bin
kesmas.jakarta.2004
Februhartanty, J., 2008, Strategic Roles of Fathers in Optimizing Breastfeeding
Practices;A
Study
in
an
Urban
Jakarta,(http://www.gizi.net/makalah/download/Summary-EngIndo-Yudhi.pdf), diakses 05 agustus 2014.
Idrus. 2011. Menyusui. PT. Grafika Multi Warna, Jakarta
Kristiayanasari. 2009. ASI menysui dan sadari. Yogyakarta, Nuha Medika
Kemenkes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
Eksklusif pada Bayi di Indonesia, (http://aimi-asi.org/wpcontent/uploads/2013/01/10-kepmenkes-450.pdf), diakses 15 agustus
2014.
Ludin, H.S. 2009. Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Tesis. Sekolah Pascasarjana
Universitas
Sumatera
Utara,
Medan.
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6742), diakses pada 25
juli 2014
Mubarak. 2011. Promosi Kesehatan untuk kebidanan. Salemba Medika, Jakarta
Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
________, 2003, Promosi kesehatan dan Ilmu Prilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
________, 2007, Promosi kesehatan dan Ilmu Prilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
________, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Paramita,R.,2008,Peran
Suami
dalam Menyusui,
(http://asipasti.blogspot.co.id/balipostcetak/2008/01/13.html), diakses
28 juli 2013.
Puskesmas poasia, 2014. Laporan KIA Puskesmas poasiaTahun 2013. Kendari.
_______, 2013a. Laporan KIA Puskesmas poasia Tahun 2013. Kendari.
_______, 2013b. Profil Puskesmas poasia Tahun 2013. Kendari.
87
_______, 2013c. Daftar Register Persalinan Poned Puskesmas poasia agustus –
september 2014. Kendari.
_______, 2013d. Daftar Register Persalinan di WKP poasia agustus-september
2013. Kendari.
Riduwan, 2008. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Alfabeta :
Bandung.
Roesli, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Pustaka Bunda : Jakarta.
Roeslina utami. 2007 manfaat ASI Dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Bayi
dan Anak Balita Badan Penelitian dan pengembangan Depkes RI.
Jakarta.2004
Retna dan Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta, Mitra Cendikia
Suryani, dkk., 2011, Hubungan Dukungan Suami dengan Pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini pada Ibu Post Partum di BPS Kota Semarang, Jurnal
Vol. 1 No. 1/Januari 2011 Akbid Abdi Husada Hal 1-15, Semarang,
(http://jurnal.abdihusada.com/index.php/jdk/article/view/3/3), diakses 5
Oktober 2014.
WHO, 2001. The World Health Organization's Infant Feeding Recommendation.
(http://www.who.int/nutrition/topics/infantfeeding_recommendation/en/),
diakses pada 29 juli 2014.
Lampiran 1. Informed Concent
88
(PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)
Dengan Hormat,
Perkenalkan nama saya Syamsuriani mahasiswi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo. Saya bermaksud melakukan penelitian
mengenai “ Faktor Determinan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di wilayah kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2014”. Penelitian ini dilakukan sebagai
tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo. Saya berharap anda bersedia untuk menjadi responden
dalam penelitian ini di mana akan dilakukan pengisian kuesioner yang terkait
dengan penelitian. Semua informasi yang anda berikan terjamin kerahasiaannya.
Setelah anda membaca maksud dan kegiatan penelitian diatas, maka saya mohon
untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini sebagai pernyataan bahwa anda
setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Nama/Inisial :
Umur
:
Terima kasih atas kesediaan untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Kendari, Oktober 2014
Responden
(………….......…….)
Lampiran. 2
89
KUISIONER PENELITIAN
FAKTOR DETERMINAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA
BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA TAHUN 2014
No. Kuesioner :
I.
Karakteristik Responden
1. Nama Responden
2. Umur
:
a. Tidak Sekolah
b. Tidak Tamat SD
c. Tamat SD
:
3. Pendidikan Terakhir
d. Tamat SMP
e. Tamat SMA
f. Perguruan Tinggi
:
4. Pekerjaan
a.
:
b.
c.
Ibu
Rumah d. Petani
Tangga
e. Nelayan
Wiraswasta
f. Lain-lain (sebutkan)
PNS
5. Pendapatan Keluarga/bulan :
6. Jumlah anak yang sudah dilahirkan :
7. Suku
:
8. Alamat
:
II. PEMBERIAN KOLOSTRUM
Beri tanda (√) pada kolom Ya jika pertanyaan dilakukan dan pada kolom
Tidak jika pertanyaan tidak dilakukan.
No.
Pertanyaan
1. Apakah ibu memberikan ASI kolostrum pada saat
Ya
Tidak
90
Bayi lahir ?
III. Dukungan Suami
Beri tanda (√) pada kolom Ya jika pertanyaan dilakukan dan pada kolom
Tidak jika pertanyaantidak dilakukan.
No.
Pertanyaan
1. Apakah suami ibu mengetahui ASI kolostrum ?
2. Apakah suami ibu memberikan dukungan atau
meyarankan Bahwa Asi kolostrum harus diberikan
pada bayi pada saat lahir?
3 Apakah suami ibu mengetahui manfaat ASI
kolostrum sehingga memberikan dukungan
terhadap pemberian kolostrum pada bayi pada saat
lahir?
Ya
Tidak
IV. Faktor Sosial Budaya
Beri tanda (√) pada kolom Ya jika pertanyaan dilakukan dan pada kolom
Tidak jika pertanyaan tidak dilakukan.
No.
Pertanyaan
1. Apakah kebiasaan ibu mempercayai tentang
pemberian kolostrum yang diberikan pada Bayi ?
2. Apakah kebiasaan ibu mempercayai bahwa ASI
kolostrum itu diberikan pada bayi dari 1-7 hari ?
3 Apakah kebiasaan ibu mempercayai bahwa ASI
kolostrum itu sangat bermanfaat bagi Bayi ?
V. Dukungan Petugas Kesehatan
Ya
Tidak
91
Beri tanda (√) pada kolom Ya jika pertanyaan dilakukan dan pada kolom
Tidak jika pertanyaan tidak dilakukan.
No.
Pertanyaan
1. Apakah petugas kesehatanmemberikan informasi
atau menyarankan ASI kolstrum diberikan pada
bayi di hari pertama ibu melahirkan ?
2. Apakah petugas kesehatan memberikan dukungan
pada saat bayi lahir maka perlu diberikan ASI
kolostrum selama 7 hari ?
3. Apakah petugas kesehatan memberikan informasi
atau mengadakan penyuluhan baik di puskesmas
maupun di lingkungan tempat tinggal ibu sebelum
bayi ibu lahir mengenai ASI kolostrum?
Lampiran. 3
Ya
Tidak
92
Uji Analisis Statistik
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Dukungan Suami *
Pemberian Kolostrum
49
100,0%
0
,0%
49
100,0%
Faktor Sosial Budaya *
Pemberian Kolostrum
49
100,0%
0
,0%
49
100,0%
Dukungan Petugas
Kesehatan * Pemberian
Kolostrum
49
100,0%
0
,0%
49
100,0%
1. Variabel Dukungan Suami * Pemberian Kolostrum
Crosstab
Pemberian Kolostrum
Tidak
Diberikan
Diberikan
Dukungan
Suami
Mendukung
Count
26
5
31
9,5
31,0
% within Dukungan
Suami
83,9%
16,1%
100,0%
% within Pemberian
Kolostrum
76,5%
33,3%
63,3%
% of Total
53,1%
10,2%
63,3%
Count
8
10
18
12,5
5,5
18,0
% within Dukungan
Suami
44,4%
55,6%
100,0%
% within Pemberian
Kolostrum
23,5%
66,7%
36,7%
% of Total
16,3%
20,4%
36,7%
34
15
49
Expected Count
Total
Diberikan
21,5
Expected Count
Tidak Mendukung
Total
Count
Expected Count
34,0
15,0
49,0
% within Dukungan
Suami
69,4%
30,6%
100,0%
% within Pemberian
Kolostrum
100,0%
100,0%
100,0%
69,4%
30,6%
100,0%
% of Total
93
Chi-Square Tests
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
,004
6,581
1
,010
8,242
1
,004
Value
8,334(b)
Pearson Chi-Square
Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio
df
Exact Sig.
(2-sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig.
(1-sided)
,009
Linear-by-Linear
Association
8,164
N of Valid Cases
49
1
,005
,004
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,51.
Symmetric Measures
Nominal by
Nominal
Phi
Value
,412
Asymp.
Std.
Error(a)
Approx.
T(b)
Approx. Sig.
,004
Cramer's V
,412
,004
Contingency Coefficient
,381
,004
Interval by Interval
Pearson's R
,412
,136
3,103
,003(c)
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
,412
,136
3,103
,003(c)
N of Valid Cases
49
a Not assuming the null hypothesis.
b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c Based on normal approximation.
2. Variabel Faktor Sosial Budaya * Pemberian Kolostrum
94
Crosstab
Pemberian Kolostrum
Tidak
Diberikan
Diberikan
Faktor Sosial
Budaya
Ya
Tidak
Total
Count
Total
Diberikan
26
4
30
Expected Count
20,8
9,2
30,0
% within Faktor
Sosial Budaya
86,7%
13,3%
100,0%
% within Pemberian
Kolostrum
76,5%
26,7%
61,2%
% of Total
53,1%
8,2%
61,2%
Count
8
11
19
Expected Count
13,2
5,8
19,0
% within Faktor
Sosial Budaya
42,1%
57,9%
100,0%
% within Pemberian
Kolostrum
23,5%
73,3%
38,8%
% of Total
16,3%
22,4%
38,8%
34
15
49
Expected Count
34,0
15,0
49,0
% within Faktor
Sosial Budaya
69,4%
30,6%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
69,4%
30,6%
100,0%
Count
% within Pemberian
Kolostrum
% of Total
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
,001
8,878
1
,003
10,940
1
,001
Value
10,875(b)
df
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
,002
10,653
1
,001
N of Valid Cases
49
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,82.
Symmetric Measures
,001
95
Asymp.
Std.
Error(a)
Value
Nominal by
Nominal
Approx.
T(b)
Approx. Sig.
Phi
,471
,001
Cramer's V
,471
,001
Contingency Coefficient
,426
,001
Interval by Interval
Pearson's R
,471
,130
3,661
,001(c)
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
,471
,130
3,661
,001(c)
N of Valid Cases
49
a Not assuming the null hypothesis.
b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c Based on normal approximation.
3. Variabel Dukungan Petugas Kesehatan * Pemberian Kolostrum
Crosstab
Pemberian Kolostrum
Tidak
Diberikan
Diberikan
Dukungan Petugas
Kesehatan
Mendukung
Count
Expected Count
Tidak Mendukung
Diberikan
25
4
29
20,1
8,9
29,0
% within Dukungan
Petugas Kesehatan
86,2%
13,8%
100,0%
% within Pemberian
Kolostrum
73,5%
26,7%
59,2%
% of Total
51,0%
8,2%
59,2%
9
11
20
Count
Expected Count
Total
Total
13,9
6,1
20,0
% within Dukungan
Petugas Kesehatan
45,0%
55,0%
100,0%
% within Pemberian
Kolostrum
26,5%
73,3%
40,8%
% of Total
18,4%
22,4%
40,8%
34
15
49
Count
Expected Count
34,0
15,0
49,0
% within Dukungan
Petugas Kesehatan
69,4%
30,6%
100,0%
% within Pemberian
Kolostrum
100,0%
100,0%
100,0%
69,4%
30,6%
100,0%
% of Total
Chi-Square Tests
96
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
9,462(b)
1
,002
7,622
1
,006
9,570
1
,002
Exact Sig.
(2-sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig.
(1-sided)
,004
Linear-by-Linear
Association
9,269
N of Valid Cases
49
1
,003
,002
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,12.
Symmetric Measures
Asymp.
Std.
Error(a)
Value
Nominal by
Nominal
Approx.
T(b)
Approx. Sig.
Phi
,439
,002
Cramer's V
,439
,002
Contingency Coefficient
,402
,002
Interval by Interval
Pearson's R
,439
,131
3,354
,002(c)
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
,439
,131
3,354
,002(c)
N of Valid Cases
49
a Not assuming the null hypothesis.
b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c Based on normal approximation.
Lampiran. 4
97
Frequencies
Statistics
Umur
N
Valid
49
Pendidikan
49
Pekerjaan
49
Pendepatan
49
0
0
0
0
Missing
Frequency Table
Umur
Valid
16
Frequency
1
Percent
2,0
Valid Percent
2,0
Cumulative
Percent
2,0
18
4
8,2
8,2
10,2
19
2
4,1
4,1
14,3
20
1
2,0
2,0
16,3
21
1
2,0
2,0
18,4
23
3
6,1
6,1
24,5
24
3
6,1
6,1
30,6
25
3
6,1
6,1
36,7
26
3
6,1
6,1
42,9
27
2
4,1
4,1
46,9
28
1
2,0
2,0
49,0
29
5
10,2
10,2
59,2
30
2
4,1
4,1
63,3
31
1
2,0
2,0
65,3
32
3
6,1
6,1
71,4
34
1
2,0
2,0
73,5
36
2
4,1
4,1
77,6
38
1
2,0
2,0
79,6
40
1
2,0
2,0
81,6
41
1
2,0
2,0
83,7
43
1
2,0
2,0
85,7
45
1
2,0
2,0
87,8
34
1
2,0
2,0
89,8
35
2
4,1
4,1
93,9
39
1
2,0
2,0
95,9
40
1
2,0
2,0
98,0
100,0
45
Total
1
2,0
2,0
49
100,0
100,0
98
Pendidikan
Valid
Frequency
14
Percent
28,6
Valid Percent
28,6
Cumulative
Percent
28,6
SMP
8
16,3
16,3
44,9
SMA
24
49,0
49,0
93,9
100,0
SD
PT
Total
3
6,1
6,1
49
100,0
100,0
Pekerjaan
Valid
Ibu rumah tangga
Frequency
32
Percent
65,3
Valid Percent
65,3
Cumulative
Percent
65,3
15
30,6
30,6
95,9
100,0
Wiraswasta
PNS
2
4,1
4,1
Total
49
100,0
100,0
Pendepatan
Valid
500000
Frequency
3
Percent
6,1
Valid Percent
6,1
Cumulative
Percent
6,1
600000
3
6,1
6,1
12,2
700000
4
8,2
8,2
20,4
1000000
13
26,5
26,5
46,9
1100000
1
2,0
2,0
49,0
1200000
2
4,1
4,1
53,1
1700000
1
2,0
2,0
55,1
1500000
10
20,4
20,4
75,5
2000000
9
18,4
18,4
93,9
3000000
3
6,1
6,1
100,0
49
100,0
100,0
Total
Lampiran 5
99
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Puskesmas Poasia Kota Kendari
100
Gambar 2. Ruang BersalinPoasia Kota Kendari
Gambar 3. Pengambilan data sekunderRuang Bersalin
puskesmas poasia kota kendari
101
Gambar 4. Wawancara dengan Panduan Kuesioner pada responden
Gambar 5. Wawancara dengan Panduan Kuesioner pada
Responden
102
Gambar 6. Wawancara dengan Panduan Kuesioner pada
Responden
1
1
Download