PENGARUH PAPARAN IKLAN DAN SELF-EFFICACY TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA Teddy Kurniawan Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga PENDAHULUAN Worldometer.info menyatakan jumlah perokok di dunia sampai dengan Februari 2012 mencapai 14 miliar orang (http://www.worldometers.info/). Indonesia sendiri di tahun 2010 menempati peringkat ketiga jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India. Tercatat sekitar 82 juta penduduk merokok secara aktif. (http://www.detikhealth.com/read/2011/05/31/123820/1650812/763/kenapa-jumlahperokok-indonesia-masih-tertinggi-ketiga-di-dunia). Tingginya jumlah perokok menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dunia termasuk Indonesia akan bahaya merokok sangatlah rendah. Hal ini sangat disayangkan karena kampanye anti rokok sudah menyebarkan pengetahuan mengenai bahaya merokok bagi kesehatan. Merokok dapat mengakibatkan penyakit kanker dan gangguan janin pada ibu hamil (Foulds dkk.2003), diabetes, obesitas, impotensi (Berry dan Howe, 2005), gangguan pernapasan, kelainan pada jantung dan paru-paru (Hoffman, 2011), radang dinding lambung dan stroke (Brodish, 1998). Penduduk Indonesia khususnya remaja kurang mempedulikan bahaya merokok bagi kesehatannya. Berita Kompas (http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/21/perokok-remaja-terbanyak-di-dunia) menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan pertama dalam jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Tingginya jumlah perokok remaja Indonesia dilatar belakangi bahwa masa remaja adalah tahap peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa (Asfriyati dan Sanusi, 2006). Nasution (2007) menambahkan bahwa pada masa ini remaja akan berusaha mencari jati dirinya. Remaja cenderung mencoba perilaku yang belum pernah dilakukannya baik itu perilaku positif maupun negatif (Kumboyono, 2012). Salah satu contoh perilaku negatif yang sering dilakukan oleh remaja adalah merokok (Alamsyah, 2009). Hasil penelitian Rising dan Alexander (2011) menyimpulkan bahwa remaja adalah target pasar yang sangat potensial untuk industri rokok. Ada banyak faktor yang melatar belakangi perilaku merokok remaja. Antara lain paparan iklan rokok (Villani, 2001), rendahnya prestasi akademik (Dhavan dkk. 2010), rasa ingin tahu (Hruba dan Zaloudikova, 2010), self-efficacy (Sterling dkk., 2007), kemudahan mendapatkan rokok (Rochmayani, 2008), lingkungan sosial Smet, (1994, dalam Nasution, 2007) dan sponsor rokok (http://www.indofbh.org/tcscindo/assets/applets/Fact_Sheet_Industri_Rokok_di_Indo nesia.pdf). Dalam penelitian ini, peneliti tertarik meneliti pengaruh paparan iklan rokok, dan self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja. Peneliti tertarik untuk meneliti variabel paparan iklan karena masih terdapat kontradiksi dalam hasil-hasil penelitian terdahulu. Tercyak dkk, (2002), Sargent dkk, (2009), Fatimah (2010), Dewi dan Supriyati (2007), Budiarty dan Yunni (2008), serta Irfan (2010) menyatakan bahwa paparan iklan rokok berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja. Paparan iklan adalah sebuah keadaan di mana seseorang dapat mengetahui adanya suatu iklan yang disebarluaskan melalui berbagai media. Dalam hal ini, apabila seseorang semakin sering terpapar iklan rokok, maka semakin mungkin akan menjadi seorang perokok. Sedangkan penelitian Kinard dan Webster (2010) menyatakan bahwa paparan iklan rokok memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Kinard dan Webster (2010) menyatakan adanya perbedaan hasil penelitian mereka dengan hasil penelitian lain mengenai pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja mungkin disebabkan perbedaan tempat penyebaran kuesioner. Penelitian Kinard dan Webster (2010) dilakukan pada pengunjung kafe dan restoran yang berusia remaja, sedangkan penelitian lain dilakukan di sekolah dan di universitas. Variabel kedua yang diteliti dalam penelitian ini adalah self-efficacy. Selfefficacy merupakan faktor internal yang dimiliki setiap individu (Arsanti, 2009) dan menjadi dasar dalam pembentukkan perilaku seseorang (Cervone, 2000). Fishbein dan Cappella (2006), Ford dkk. (2009), Engels dkk. (2005), Berg dkk. (2008), dan Sterling dkk. (2007) menyatakan ada hubungan signifikan antara self-efficacy dan perilaku merokok remaja. Apabila seorang remaja memiliki self-efficacy yang tinggi, maka akan menolak untuk merokok, sedangkan remaja yang self-efficacy nya rendah akan lebih tertarik untuk merokok (Von Ah dkk. 2005). Mayoritas penelitianpenelitian terdahulu hanya melihat hubungan antara self-efficacy dengan perilaku merokok. Sedangkan Van’t Riet dkk., (2008) dan Bektas dkk. (2010) meneliti tentang pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja. Dari hasil penelitiannya, ditemukan bahwa self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Hasil tersebut ternyata kontradikasi dengan penelitian Kinard dan Webster (2010) yang menyatakan self-efficacy tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin menguji ulang apakah self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Kemudian dari telaah literatur peneliti terhadap 10 penelitian mengenai perilaku merokok di Indonesia yang dilakukan oleh Hidayat (2008), Efendi (2005), Yudhiarina (2009), Hasnida dan Kemala (2005), Ricky (2006), Susanto (2010), Widyastuti (2011), Rusdi (2009), Utari (2012), Raharjo dan Mursito (2008), ditemui pengaruh variabel self-efficacy terhadap perilaku merokok masih jarang diteliti. Dari 10 penelitian tersebut hanya satu penelitian yang meneliti variabel self-efficacy yaitu Efendi (2005). Efendi (2005) meneliti efektifitas penggunaan cognitive behavior therapy untuk meningkatkan perceived self efficacy berhenti merokok. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan cognitive behavior therapy efektif meningkatkan perceived self eficacy berhenti merokok. Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, peneliti tertarik meneliti tentang pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja di Indonesia, khususnya di Semarang. Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini masalah penelitian yang dirumuskan adalah pengaruh paparan iklan rokok dan self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja dengan lokasi sebagai variabel moderasi. Kinard dan Webster (2010) menduga perbedaan tempat penyebaran kuesioner menyebabkan hasil yang berbeda tentang pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok remaja. Oleh karena itu dalam penelitian ini, lokasi diteliti sebagai variabel yang memoderasi pengaruh paparan iklan rokok terhadap perilaku merokok. Selain itu, peneliti juga tertarik untuk meneliti ulang variabel self-efficacy karena penelitian Kinard dan Webster (2010) dilakukan di kafe dengan segmentasi rendah sehingga respondennya berasal dari kelas sosial dan tingkat pendidikan yang rendah. Maka dari itu peneliti sedikit melakukan modifikasi tempat penelitian yaitu memilih kafe dengan segmentasi menengah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peneliti menyebarkan kuesioner di kafe Prince House dan Universitas Dian Nuswantoro yang keduanya berlokasi di kota Semarang untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok remaja pada lokasi penyebaran kuesioner yang berbeda. Adapun alasan pemilihan Prince House adalah letaknya yang strategis yaitu di Jalan MT. Haryono 678, salah satu jalan utama di kota Semarang dan merupakan kafe dengan segmentasi menengah. Universitas Dian Nuswantoro dipilih karena universitas tersebut masih menjalani masa kuliah semester pendek pada bulan JuliAgustus 2012, sedangkan universitas lain tengah dalam masa libur. TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA Perilaku merokok Perilaku merokok adalah aktivitas membakar rokok, menghisapnya kemudian menghembuskannya keluar sehingga menimbulkan asap yang dapat terhisap orangorang di sekitarnya (Nasution, 2007). Perilaku merokok dapat diukur melalui intensitas merokok dan waktu merokok (Komalasari dan Helmi, 2000) Menurut Smet (1994, dalam Nasution, 2007) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah : 1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. 2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. 3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. Menurut Smet (1994, dalam Nasution, 2007), biasanya remaja merokok ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin, setelah dimarahi orang tua. Remaja juga akan merokok saat ada masalah, mengantuk, cemas, dan membutuhkan konsentrasi (Noor, 2004). Paparan iklan Iklan adalah bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler, 2002). Rossister dan Perry (1997 dalam Budiarty dan Yunni, 2008) menyatakan paparan iklan adalah penempatan posisi suatu iklan supaya dapat dilihat, dibaca, didengar oleh khalayak. Iklan rokok berhasil mempersuasi remaja sehingga remaja merasa merokok itu merupakan hal yang umum, wajar, dan sangat biasa dilakukan. Remaja yang sedang berada dalam masa pembentukkan jati diri tentunya akan tertarik dengan citra positif yang ditawarkan dalam iklan rokok. Paparan iklan rokok akan mendorong remaja untuk merokok sebagai wujud jati diri yang hendak dibentuk olehnya. Self-efficacy S e l f - e f f i c a c y a d a l a h keyakinan seseorang dalam menguasai situasi yang dihadapi dan menghasilkan hasil yang positif (Bandura, 2001). Self-efficacy merupakan faktor internal dari dalam diri seseorang dan besar pengaruhnya terhadap perilaku merokok remaja (Kinard dan Webster, 2010). Self-efficacy berkaitan dengan keyakinan pribadi seorang remaja dalam membuat keputusan memilih melakukan perilaku positif maupun negatif yang ada di sekitarnya (Bandura, 2001). Pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok remaja Menurut Ibrahim (2007), media iklan dapat mencakup surat kabar, majalah, papan reklame, spanduk, televisi, dan radio. Salah satu tujuan iklan yaitu untuk membangun citra jangka panjang produk tertentu (Risfandy, 2010). Menurut Hidorat (2010), pada umumnya iklan produk rokok cenderung menunjukkan citra positif. Contohnya seperti kejantanan, kreatifitas, pemberani, macho, dan cool (Ginting, 2012). Mayoritas iklan rokok selalu mengajak konsumen untuk membayangkan kesenangan atau kenikmatan (Tanudjaja, 2002). Hanewinkel dkk.(2010) menyatakan bahwa paparan iklan rokok berhubungan signifikan pada perilaku merokok remaja. Paparan iklan rokok mempengaruhi para remaja untuk merokok (Pucci dan Siegel, 1999). Paparan iklan rokok yang tinggi akan memperkuat keinginan untuk merokok (Wakefield, 2003). Suryati dan Tarigan (2012) menyimpulkan paparan iklan rokok berpengaruh sangat signifikan terhadap perilaku merokok remaja. Paparan iklan akan meningkatkan keinginan merokok remaja (Martini dan Sulistyowati, 2005). Semakin banyak paparan iklan rokok yang diperoleh remaja, semakin besar pula kemungkinannya menjadi seorang perokok (Biener dan Siegel, 2001). Remaja yang terpapar iklan rokok kemungkinannya dua kali lipat lebih besar untuk menjadi perokok (Wellman dkk., 2006). Berdasarkan penjelasan di atas dan penelitian-penelitian terdahulu, rumusan hipotesis (H1) : H1 : Paparan iklan berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja Penelitian Kinard dan Webster (2010) menyatakan paparan iklan tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja. Hal itu disebabkan karena responden penelitian tersebut merupakan remaja pengunjung kafe dan restoran. Sedangkan penelitian Tercyak dkk., (2002), Sargent dkk., (2009), Fatimah (2010), Dewi dan Supriyati (2007), Budiarty dan Yunni (2008), serta Irfan (2010) yang menyatakan paparan iklan berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja dilakukan di universitas dan sekolah. Berdasarkan penjelasan di atas dan penelitian-penelitian terdahulu, rumusan hipotesis (H2) : H2 : Lokasi memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja Pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja Self-efficacy telah menjadi faktor penting yang mendorong remaja menjadi perokok (Chen dkk.2002). Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja (Van’t Riet dkk., 2008; Bektas dkk, 2010). Sedangkan penelitian Kinard dan Webster (2010) menyatakan self-efficacy tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Dalam hipotesis penelitian tersebut dijelaskan bahwa bahwa selfefficacy merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya dibanding variabel paparan iklan dan lingkungan sosial. Akan tetapi setelah diuji pengaruh ternyata lingkungan sosial yang diukur melalui orang tua dan teman sebaya merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku merokok remaja dan self-efficacy dinyatakan tidak berpengaruh. Hal itu disebabkan karena responden penelitian tersebut menganggap bahwa merokok adalah suatu aktivitas yang positif dan merupakan salah satu cara untuk dapat diterima dalam kelompok teman sebaya. Seorang remaja yang self-efficacy nya rendah akan memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk merokok (Berg dkk, 2008; Engels dkk, 2005). Sebaliknya, remaja dengan self-efficacy yang tinggi mempunyai peluang lebih rendah untuk terlibat dalam perilaku merokok Ford dkk. (2009). Berdasarkan adanya ketidak konsistenan hasil tentang pengaruh self-efficacy terhadap perilaku merokok remaja, maka peneliti melakukan uji ulang dengan rumusan hipotesis (H3) : H3 : Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja Model Penelitian Berikut adalah model dalam penelitian ini, yang menyatakan paparan iklan (X1), lokasi(X2) dan self-efficacy (X3) berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja (Y) : Gambar 1. Model penelitian Lokasi (X2) Paparan iklan (X1) Perilaku Merokok Remaja (Y) Self-Efficacy (X3) METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kota Semarang. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia), rentang usia remaja adalah 18 sampai 24 tahun (http://books.google.co.id/books?id=gerPLGzjAzMC&pg=PA9&lpg=PA9&dq=remaj a+dengan+rentang+usia+18+24+tahun&source=bl&ots=KnYKHa5wWl&sig=8zrvuC pc0__CTkvfl66Ak5Fr1c8&hl=id#v=onepage&q=remaja%20dengan%20rentang%20 usia%2018-24%20tahun&f=false). Berdasarkan Malhotra (1999:332), penelitian ini termasuk dalam marketing research studies. Jumlah sampel minimum yang memenuhi syarat dalam tipe penelitian tersebut adalah antara 200-500. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 200 responden. Yaitu 100 responden remaja pengunjung kafe dan restoran, 100 responden remaja sisanya adalah mahasiswa universitas. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probabilty sampling dengan menggunakan judgmental sampling. Kriteria yang diteliti yaitu 1) responden merokok dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, 2) responden berusia 18-24 tahun, 3) pernah melihat iklan rokok di berbagai media dalam kurun waktu 30 hari terakhir. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Perolehan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para perokok remaja di kota Semarang usia 18-24 tahun yang pernah melihat, mendengar, dan membaca iklan rokok di berbagai media. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 8-16 Agustus 2012 dengan membagikan kuesioner di 2 lokasi yaitu di Prince House dan Universitas Dian Nuswantoro. Penyebaran kuesioner di Prince House berjalan relatif lancar, karena sebelumnya peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu untuk memastikan responden sesuai dengan kriteria. Peneliti sedikit mengalami kesulitan saat membagikan kuesioner di Universitas Dian Nuswantoro karena adanya perbedaan jam kuliah. Pada hari pertama peneliti berada di kampus pukul 9.00-12.00. Namun karena perbedaan jam kuliah, peneliti hanya sedikit saja mendapatkan responden. Maka dari itu, pada hari kedua hingga hari terakhir peneliti memperpanjang waktu kunjungan ke kampus Udinus dari pukul 7.00-12.00 untuk mendapatkan 100 orang responden. Pengukuran Konsep Peneliti menggunakan aras ukur ordinal untuk mengukur konsep paparan iklan dan self-efficacy.Penggunaan aras ukur ordinal bertujuan untuk menunjukkan adanya tingkatan pada setiap kategori jawaban yang dipilih responden. Teknik Analisis Penelitian menggunakan teknik analisis metode kuantitatif dan alat analisis regresi berganda dengan variabel moderasi lokasi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan iklan (X1) dan self-efficacy (X3) terhadap perilaku merokok remaja (Y) serta mengetahui pengaruh lokasi sebagai variabel moderasi. Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala likert dengan 5 skala poin yaitu dari skala 1 (sangat tidak setuju) sampai skala 5 (sangat setuju). Rumusan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini (1) adalah: Y = a + b1X1+ b3X3+ b2X2 + b4 X1 X2 Keterangan: Y = perilaku merokok remaja a = konstanta b = koefisien regresi X1 = variabel paparan iklan X2 = variabel lokasi (dummy variable; universitas=1, kafe=0) X3 = variabel self-efficacy Tabel 1. Operasionalisasi Konsep Konsep Definisi Indikator Pertanyaan Sumber 1. Frekuensi (Budiarty Empiris Paparan Penempatan iklan posisi suatu iklan iklan rokok melihat iklan dan supaya dapat di televisi rokok 2008) dilihat, dibaca, didengar 1. Melihat oleh khalayak. Rossister dan Perry (1997, dalam Budiarty dan Yunni, 2008) di Yunni, televisi 2. Melihat 2. Frekuensi iklan rokok melihat iklan di majalah rokok di majalah 3. Melihat 3. Frekuensi iklan rokok melihat iklan di rokok di surat surat kabar kabar 4. Melihat 4. Melihat iklan iklan rokok rokok di papan reklame papan di reklame 5. Frekuensi 5. Melihat iklan rokok melihat iklan di spanduk rokok di spanduk Self- Keyakinan 1. Berhasil Efficacy seseorang bahwa memecah- berhasil ia kan memecahkan menguasai situasi persoalan persoalan dan menghasilkan yang yang sulit hasil yang positif jika kalau saya (Bandura, 2001). berusaha berusaha. dapat 1. Saya sulit 2. Tidak 2. Saya selalu (Born 1995) tidak mempunyai mempunyai kesulitan kesulitan dkk., melaksana- untuk kan niat dan melaksanakan tujuan. niat dan tujuan saya. 3. Dapat 3. Saya dapat menghadapi menghadapi kesulitan kesulitan dengan dengan tenang, tenang, karena karena saya selalu dapat dapat mengandal- mengandalkan kan kemampuan kemampuan saya 4. Selalu tahu selalu 4. Dalam situasi harus yang bertingkah terduga, saya laku selalu dalam tidak tahu situasi tidak bagaimana terduga saya harus bertingkah laku. 5. Mempunyai 5. Saya pemecahan mempunyai untuk setiap pemecahan problem untuk setiap problem. 6. Jika 6. Jika seseorang seseorang menghambat menghambat tujuan saya, tujuan saya, saya akan saya mencari cara dan jalan akan mencari cara dan jalan untuk meneruskan- meneruskan- nya nya. 7. Siap 7. Apapun yang menangani terjadi, saya apapun yang akan siap terjadi menanganinya 1. Merokok 1. Saya merokok (Noor, 2004) Perilaku Aktivitas Merokok membakar rokok, saat saat Smet (1994, menghisapnya mengalami mengalami dalam kemudian masalah masalah Nasution, menghembuskannya keluar sehingga 2. Merokok saat saat mengantuk mengantuk 3. Merokok menimbulkan 2. Saya merokok 2007) 3. Saya merokok asap yang dapat saat sedang saat terhisap cemas cemas orang orangdi 4. Merokok sedang 4. Saya merokok sekitarnya saat saat (Nasution, 2007). membutuh- membutuhkan kan konsentrasi konsentrasi 5. Merokok 5. Saya merokok ketika cuaca ketika dingin dingin cuaca Untuk penjelasan indikator empirik frekuensi paparan iklan adalah sebagai berikut : 1. Televisi Apabila responden sedang menyaksikan acara di televisi yang disponsori oleh perusahaan rokok, kemudian dalam beberapa kesempatan ditampilkan iklan sponsor rokok tersebut, maka itu termasuk terpapar oleh iklan rokok. Bila responden melihat acara tersebut dari awal sampai akhir, tentunya iklan sponsor rokok itu tidak hanya muncul 1x saja, bila mucul sebanyak 5x, maka responden terhitung terpapar iklan rokok sebanyak 5x. Bila responden melihat acara tersebut dan misalnya baru terpapar 2x, memindah saluran televisi, dan kembali lagi menyaksikan acara yang disponsori oleh perusahaan rokok tersebut dan kembali melihat iklan sponsor rokoknya, maka hitungan frekuensi paparan iklan berlanjut menjadi 3x dan seterusnya. 2. Majalah dan surat kabar Apabila responden sedang membaca majalah atau surat kabar pada halaman pertama dan melihat ada iklan rokok pada halaman tersebut, maka dihitung terpapar sebanyak 1x. Bila responden melanjutkan membaca pada halaman lain, kemudian kembali lagi membaca pada halaman pertama dan kembali melihat iklan rokok yang sama, maka hitungan berlanjut menjadi 2x dan seterusnya. 3. Spanduk dan papan reklame Bila responden sedang dalam perjalanan pergi ke suatu tempat dan melihat iklan rokok pada media spanduk atau papan reklame, maka dihitung terpapar sebanyak 1x. Bila responden pulang dan menempuh rute yang sebaliknya, kemudian melihat iklan rokok di spanduk atau papan reklame yang sama, maka hitungan paparan iklan berlanjut menjadi 2x dan seterusnya. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum responden, yang mendukung serta melengkapi hasil analisis data berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan pengeluaran perbulan untuk membeli rokok. Tabel 2. Karakteristik Responden No Kategori Sub Kategori Kafe dan Universitas Restoran 1 2 Jenis Kelamin Pekerjaan F % F % Laki-laki 100 100 100 100 Perempuan 0 0 0 0 Mahasiswa 78 78 100 100 Karyawan 16 16 0 0 Wiraswasta 6 6 0 0 Lainnya 0 0 0 0 3 Pendidikan Universitas 22 22 0 0 SMA 78 78 100 100 SMP 0 0 0 0 SD 0 0 0 0 < Rp 100.000,00 17 17 31 31 Rp 100.000,00 - Rp 61 61 55 55 22 22 14 14 Terakhir 4 Pengeluaran/bulan untuk membeli rokok 200.000,00 > Rp 200.000,- Sumber: Data Primer yang sudah diolah (2012). Dari tabel karakteristik responden yang ditemui di kafe dan universitas semuanya berjenis kelamin laki-laki (100%). Berdasarkan situasi di lapangan saat membagikan kuesioner, semua calon responden perempuan usianya tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Jenis pekerjaan mayoritas responden (78%) yang ditemui di kafe adalah mahasiswa. Sedangkan untuk responden yang ditemui di universitas semuanya merupakan mahasiswa (100%). Pendidikan terakhir remaja kafe didominasi SMA (78%), sedangkan semua (100%) remaja universitas pendidikan terakhirnya adalah SMA. Pengeluaran/bulan mayoritas remaja kafe (61%) dan mayoritas remaja universitas (55%) untuk membeli rokok berada pada tingkat yang sama yaitu Rp 100.000,00 - Rp 200.000,00. Uji Validitas dan Realibilitas Penulis telah menyebarkan kuesioner kepada 200 responden. Selanjutnya, untuk menguji pernyataan dalam kuesioner dilakukan uji validitas dan uji realibilitas dengan tingkat signifikansi 5%. Hasilnya sebagai berikut : Tabel. 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Indikator Empirik Uji Validitas Uji Realibilitas (Correlated Item- (Cronbach Alpha) Total Correlation) Paparan Iklan Paparan Iklan 1 0,543 Paparan Iklan 2 0,542 0,752 Self-Efficacy Perilaku Merokok Paparan Iklan 3 0,453 Paparan Iklan 4 0,540 Paparan Iklan 5 0,505 Self-Efficacy 1 0,597 Self-Efficacy 2 0,610 Self-Efficacy 3 0,494 Self-Efficacy 4 0,583 Self-Efficacy 5 0,700 Self-Efficacy 6 0,340 Self-Efficacy 7 0,420 Perilaku Merokok 1 0,741 Perilaku Merokok 2 0,257 Perilaku Merokok 3 0,670 Perilaku Merokok 4 0,701 Perilaku Merokok 5 0,592 Perilaku Merokok 6 0,694 0,804 0,828 Sumber: Data Primer yang sudah diolah (2012). Indikator pernyataan dikatakan valid apabila nilai r hitung > dari r tabel yaitu 0,117. Hasil uji validitas pernyataan paparan iklan, self-efficacy, dan perilaku merokok dinyatakan valid karena nilainya lebih besar dari r tabel. Sedangkan untuk uji reliabilitas paparan iklan, self-efficacy, dan perilaku merokok juga dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach Alpha ( ) berada di atas 0,6 (Ghozali, 2005). Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal, bebas dari gejala Multikolonieritas, gejala Heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan uji statistik non-parametric test, KolmogorovSmirnov test. Hasilnya sebagai berikut : Tabel 4.Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 200 Normal Parameters Mean a,b 0E-7 Std. Deviation Most Extreme Differences 2.37558201 Absolute .044 Positive .044 Negative -.029 Kolmogorov-Smirnov Z .625 Asymp. Sig. (2-tailed) .830 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Hasil uji normalitas menunjukkan tingkat signifikansi 0,830. Karena 0,830 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Uji Multikolonieritas Agar tehindar dari gejala multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Hasilnya sebagai berikut : Tabel 5.Uji Multikolonieritas a Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics Coefficients B (Constant) 1 Std. Error Beta Tolerance VIF 5.629 1.256 4.482 .000 PI .060 .063 .046 .949 .344 .883 1.133 SE .667 .042 .756 15.733 .000 .883 1.133 a. Dependent Variable: PM Dari hasil uji multikolonieritas di atas, nilai tolerance berada di atas 0,10 dan nilai VIF tidak ada yang melebihi 10. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan uji glejser yaitu dengan mendapatkan variabel residual (Ut), mengaktifkan Unstandardized residual, dan mengabsolutkan nilai residual. Hasilnya sebagai berikut : Tabel 6. Uji Heteroskedastisitas a Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig. Coefficients B (Constant) 1 Std. Error 1.215 .753 PI .048 .038 SE -.011 .025 Beta 1.615 .108 .097 1.282 .201 -.033 -.439 .661 a. Dependent Variable: AbsUt Dari hasil uji heteroskedastisitas diketahui bahwa nilai signifikansi > 0,05 sehingga disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. Uji Hipotesis Uji ini diperlukan untk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sekaligus mengetahui pengaruh variabel moderasi. Hasilnya sebagai berikut : Tabel 7. Uji Hipotesis Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig. Coefficients B (Constant) 5.680 1.715 .063 .086 lokasi -.176 moderasi PI 1 Std. Error SE Beta 3.311 .001 .048 .732 .465 2.299 -.024 -.077 .939 -.003 .119 -.007 -.023 .982 .667 .043 .756 15.652 .000 a. Dependent Variable: PM Dengan toleransi tingkat kesalahan sebesar 5%, dari hasil di atas diketahui paparan iklan dengan signifikansi 0,465 > 0,05 ; lokasi dengan signifikansi 0,939 > 0,05 ; dan moderasi dengan signifikansi 0,982 > 0,05 maka ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja sedangkan self-efficacy dengan signifikansi 0,000 < 0,05 berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Persamaan model regresi berganda paparan iklan (X1), lokasi (X2), dan self-efficacy (X3) terhadap perilaku merokok (Y) menjadi : Y= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.176 X2 – 0.003 X1 X2 Persamaan model regresi dummy variable menjadi : Untuk remaja universitas (coding dummy = 1) : Y= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.176 X2 (1) – 0.003 X1 X2 = 5.856 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.003 X1 X2 Untuk remaja kafe (coding dummy = 0) : Y= 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.176 X2 (0) – 0.003 X1 X2 = 5.680 + 0.063 X1 + 0.667 X3 – 0.003 X1 X2 Interpretasi : Koefisien regresi lokasi -0,176 hanya berlaku pada remaja universitas. Jika seorang remaja di universitas terpapar iklan rokok maka tingkat perilaku merokoknya akan turun sebesar 0,176 dengan anggapan jumlah paparan iklan konstan. Tabel 8. Hasil Penelitian Hipotesis Pernyataan Hipotesis Signifikansi Keterangan H1 Paparan iklan berpengaruh terhadap 0,465 Tidak Signifikan 0,982 Tidak Signifikan 0,000 Signifikan perilaku merokok remaja H2 Lokasi memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja H3 Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja Dari hasil olah data diketahui bahwa paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Hal ini terlihat dari tabel 7 dan tabel 8 di mana paparan iklan memiliki nilai signifikansi 0,465 yang melebihi persyaratan batas signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. Artinya adalah frekuensi paparan iklan rokok yang diterima remaja melalui lima media tersebut tidak mempengaruhi keputusan remaja untuk merokok. Dalam 30 hari terakhir, dari total 200 responden mayoritas melihat iklan rokok di televisi, majalah, surat kabar (49,5%). Terdapat 46,5% responden menyatakan sering melihat iklan rokok di spanduk. Sedangkan hanya 42% responden menyatakan melihat iklan rokok pada media iklan papan reklame. Distribusi frekuensi responden seputar pernyataan paparan iklan dapat dilihat secara lengkap dalam Lampiran 6. Paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja diduga karena adanya peraturan pemerintah terkait iklan dan promosi rokok. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan bagian iklan dan promosi, pasal 17 (http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/pp/PP_No._19_Th_2003.pd f) menyatakan bahwa iklan rokok tidak boleh merangsang atau menyarankan orang untuk merokok. Oleh karena itu dalam iklan rokok selalu ditampilkan peringatan kesehatan tentang bahaya merokok. PP Nomor 19 tahun 2003 juga memuat bahwa iklan rokok tidak diperkenankan memperagakan orang sedang merokok serta menampilkan dalam bentuk gambar atau tulisan anak, remaja, dan wanita hamil. Berdasarkan peraturan tersebut, saat ini iklan rokok cenderung bertema pencitraan. Sebagai contoh iklan rokok Djarum yang menawarkan citra laki-laki pemberani dan suka berpetualang. Peneliti menduga, para remaja yang menjadi responden penelitian ini tidak tertarik untuk membentuk jati dirinya sesuai dengan citra yang ditawarkan dalam iklan rokok. Selain itu, adanya peraturan pemerintah dan peringatan kesehatan serta faktor-faktor lain seperti orang tua, teman sebaya, atribut produk, dan promosi penjualan membuat paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok responden dalam penelitian ini. Pada uji hipotesis kedua ditemukan bahwa lokasi tidak memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja. Ini bisa dilihat dari tabel 7 dan tabel 8 di mana nilai signifikansi pada saat pengujian moderasi 0,982 lebih besar dari 0,05. Tidak ada pengaruh interaksi antara paparan iklan dan lokasi sehingga tidak ada perbedaan pengaruh paparan iklan pada remaja universitas dan remaja pengunjung kafe. Hal ini terjadi karena pengunjung kafe Prince House yang menjadi responden dalam penelitian ini kebanyakan mahasiswa (78%). Peneliti menduga kesamaan tingkat pendidikan yang dimiliki responden penelitian yang ditemui di universitas dan kafe Prince House menyebabkan variabel lokasi tidak berpengaruh signifikan dalam memoderasi pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok. Ini sesuai dengan hasil penelitian Droomers dkk. (2004) yang menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi self-efficacy yang dimilikinya. Selfefficacy berkaitan dengan keyakinan pribadi seseorang dalam membuat keputusan memilih untuk terlibat atau menolak perilaku positif maupun negatif di sekitarnya (Bandura, 2001). Dengan self-efficacy yang tinggi itulah pengunjung kafe Prince House dan mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro juga memiliki keyakinan pribadi yang mampu menolak perilaku negatif sehingga tidak terpengaruh untuk merokok meskipun sering terpapar iklan rokok. Berdasarkan tabel 7 dan tabel 8 diperoleh hasil bahwa self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja dengan nilai signifikansi yaitu 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sebagai batas signifikansi statistik yang telah ditentukan. Dari tujuh pernyataan self-efficacy dalam kuesioner, mayoritas responden memberikan jawaban netral. Hasil tersebut berhubungan dengan penelitian Alamsyah (2009) yang menyatakan bahwa remaja biasanya belum mantap untuk memutuskan sesuatu. Itu disebabkan karena masa remaja merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa (Asfriyati dan Sanusi, 2006). Mayoritas responden yang menjawab netral seputar pernyataan self-efficacy ini membuktikan bahwa remaja belum mantap menyatakan sikapnya. Mereka belum bisa secara tegas mengatakan bahwa mereka sangat tidak setuju, tidak setuju maupun setuju dan sangat setuju saat menjawab pernyataan kuesioner sehingga akhirnya jawaban netral yang mayoritas dipilih. Dari hasil uji hipotesis pada tabel 7, diketahui koefisien self-efficacy positif, sehingga selfefficacy pengaruhnya positif terhadap perilaku merokok. Hasil tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Van’t Riet dkk., (2008) dan Bektas dkk. (2010) yang menyatakan bahwa self-efficacy berpengaruh negatif terhadap perilaku merokok. Dugaan peneliti bahwa responden penelitian ini memiliki jawaban yang tidak konsisten saat menjawab pernyataan self-efficacy dan saat memberi jawaban pada pernyataan perilaku merokok juga diperkuat hasil uji crosstab kedua variabel tersebut yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Peneliti telah mengelompokkan responden yang menjawab 1 dan 2 serta 4 dan 5 pada pernyataan self-efficacy. Berikut ini adalah salah satu contoh hasil uji crosstab untuk responden yang menjawab 4 dan 5. Tabel 9. Uji Crosstab IE 4 Self-Efficacy dan IE 5 Perilaku Merokok SE_4_tinggi * PM_5 Crosstabulation Count PM_5 1.00 2.00 Total 3.00 SE_4_ 4.00 1 tinggi 5.00 1 2 4 2 11 19 Total 9 4.00 15 5.00 40 8 73 5 7 19 45 15 92 Sumber: Data Primer yang sudah diolah (2012). Peneliti mengambil contoh crosstab dari pernyataan keempat self-efficacy yaitu “dalam situasi yang tidak terduga, saya selalu tahu bagaimana saya harus bertingkah laku” dan pernyataan kelima perilaku merokok yaitu “Saya merokok ketika cuaca dingin”. Terdapat 46% responden yang memiliki self-efficacy tinggi untuk indikator empirik pernyataan “dalam situasi yang tidak terduga, saya selalu tahu bagaimana saya harus bertingkah laku”. Dari 92 responden tersebut 65% menunjukkan perilaku merokok yang tinggi. Hal ini tidak selaras dengan penelitian Van’t Riet dkk. (2008) dan Bektas dkk. (2010) yang menyatakan bahwa bila self-efficacy nya tinggi maka akan cenderung memiliki perilaku merokok yang rendah. Ketidak konsistenan jawaban responden tersebut diduga menyebabkan variabel self-efficacy dan perilaku merokok memiliki korelasi positif dalam penelitian ini. Ketidak konsistenan jawaban responden ini terjadi pada responden yang memiliki self-efficacy tinggi. Sedangkan untuk self-efficacy yang rendah menunjukkan kekonsistenan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. 2. Lokasi tidak memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja. 3. Self-efficacy berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini menyatakan bahwa paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja sehingga kontra dengan hasil penelitian Tercyak dkk. (2002), Sargent dkk. (2009), Wellman dkk. (2006), Biener dan Siegel (2001). Ini bisa terjadi karena dalam teori Ibrahim (2007), media iklan hanya meliputi surat kabar, majalah, papan reklame, spanduk, televisi, dan radio saja, belum termasuk media internet. Padahal saat ini internet telah berkembang menjadi media yang banyak diakses oleh remaja Indonesia. Pada hasil uji hipotesis 2 juga ditemukan bahwa lokasi tidak memoderasi pengaruh paparan iklan pada perilaku merokok remaja. Penelitian ini tidak dapat membuktikan dugaan Kinard dan Webster (2010) bahwa perbedaan tempat penyebaran kuesioner menyebabkan hasil yang berbeda tentang pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok remaja. Hal ini disebabkan karena responden di kafe Prince House dan Universitas Dian Nuswantoro memiliki tingkat pendidikan yang sama-sama tinggi (SMA). Hasil yang berbeda mungkin dapat terjadi apabila responden memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Sedangkan self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku merokok remaja mendukung hasil penelitian Van’t Riet dkk. (2008) dan Bektas dkk. (2010). Namun dalam penelitian ini menghasilkan korelasi positif antara self-efficacy dan perilaku merokok. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya. Implikasi Terapan Masukan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Selama ini perusahaan rokok sering menitikberatkan promosinya melalui iklan. Akan tetapi seperti hasil penelitian ini di mana paparan iklan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok, perusahaan rokok juga perlu mengimbangi promosi iklan tersebut dengan promosi lainnya seperti penjualan personal. 2. Perusahaan rokok bisa mencoba menayangkan iklan dengan tema yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat seperti penggunaan tema yang diambil dari kehidupan sehari-hari atau budaya-budaya yang ada dalam masyarakat. Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang dapat digunakan sebagai saran untuk penelitian-penelitian di masa yang akan datang. 1. Pada saat membagikan kuesioner, peneliti kurang detail dalam menerangkan hitungan frekuensi paparan iklan. Hal itu yang mungkin menyebabkan tidak berpengaruhnya variabel paparan iklan terhadap perilaku merokok. 2. Mayoritas literatur, yaitu Fishbein dan Capella (2006), Von Ah dkk. (2005), Ford dkk. (2009), Engels dkk. (2005), Berg dkk. (2008), dan Sterling dkk. (2007) hanya mengidentifikasi hubungan antara variabel self-efficacy dan perilaku merokok. Dengan adanya ketidak konsistenan hasil penelitian tentang pengaruh variabel self-efficacy terhadap perilaku merokok, maka pada penelitian mendatang dapat menguji pengaruh perilaku merokok terhadap selfefficacy. Karena bisa saja seseorang merokok untuk meningkatkan keyakinan dirinya. 3. Responden dalam penelitian ini masing-masing hanya diambil dari 1 kafe dan 1 universitas saja. Hasil yang berbeda mungkin ditemukan jika responden diambil lebih dari 1 kafe dan lebih dari 1 universitas. Sampel akan lebih presisi apabila jumlah sampel semakin mendekati jumlah populasi. Daftar Pustaka Alamsyah, Rika Mayasari. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan tahun 2007”. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6703/1/09E02236.pdf, tanggal 5 Februari 2012. Arsanti, Tutuk Ari. 2009. “Hubungan Antara Penetapan Tujuan, Self-Efficacy dan Kinerja”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 16, No. 2, Hal. 97 - 110. Asfriyati dan Sri Rahayu Sanusi. 2006. “Gambaran Karakteristik, Keluarga, dan Perilaku Seksual Santri di Pesantren Purba Baru”. Jurnal Komunikasi Penelitian, Vol. 18, No. 1. Bandura, Albert. 2001. Self-efficacy and Health. In N. J. Smelser & P. B. Baltes (Eds.), International encyclopedia of the social and behavioral sciences, Vol. 20, Hal. 13815-13820. Bektas, Murat, Candan Ozturk, dan Merry Armstrong. 2010. “An Approach to Children’s Smoking Behaviors Using Social Cognitive Learning Theory”. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 11, Hal. 1143-1149. Berg, Carla J., et al. 2008. “Correlates of Self-Efficacy Among Rural Smokers”. Journal of Health Psychology, Vol. 13, No. 3, Hal. 416–421. Berry, T. R., dan Howe, B.L. 2005. “The Effects of Exercise Advertising on SelfEfficacy and Decisional Balance”. American Journal of Health Behavior, Vol. 29, Hal. 117-126. Biener, Lois dan Michael B. Siegel. 2001. “The Role of Tobacco Advertising and Promotion in Smoking Initiation”. Smoking and Tobacco Control Monograph, No. 14, Hal. 201-212. Books.google.co.id. 2010. “Super Teens Jadi Remaja Luar Biasa Dengan 1 Kebiasaan Efektif”. Diunduh dari http://books.google.co.id/books?id=gerPLGzjAzMC&pg=PA9&lpg=PA9&dq =remaja+dengan+rentang+usia+18+24+tahun&source=bl&ots=KnYKHa5w Wl&sig=8zrvuCpc0__CTkvfl66Ak5Fr1c8&hl=id#v=onepage&q=remaja%20 dengan%20rentang%20usia%2018-24%20tahun&f=false, tanggal 22 Februari 2012. Born, Aristi, Ralf Schwarzer dan Matthias Jerusalem. 1995. “Indonesian Adaptation of the General Self-Efficacy Scale”. Diunduh dari http://userpage.fuberlin.de/~health/selfscal.htm, tanggal 16 Juni 2012. Brodish, Paul H. 1998. “The Irreversible Health Effects of Cigarette Smoking”. The American Council on Science and Health. Diunduh dari http://www.acsh.org/docLib/20040402_Irreversible_Effects1998.pdf, tanggal 29 Maret 2012. Budiarty, Etty dan Yunni. 2008. “Analisis Pengaruh paparan Iklan Rokok di Televisi Terhadap Keputusan Pembelian oleh para Remaja”. Jurnal Ekonomi September, Vol. 18, No. 2. Cervone, Daniel. 2000. “Behavior Modification Thinking about Self-Efficacy”. Behavior Modification, Vol. 24, No. 1, Hal. 30-56. Chen, Huey-Shys, Sharon D. Horner, dan Melanie S. Percy. 2002. “Validation of the Smoking Self-efficacy Survey for Taiwanese Children”. Journal of Nursing Scholarship, Vol. 34, No.1, Hal. 33-37. Detikhealth.com. 2011. “Kenapa Jumlah Perokok Indonesia Masih Tertinggi Ketiga di Dunia”. Diunduh dari http://www.detikhealth.com/read/2011/05/31/123820/1650812/763/kenapajumlah-perokok-indonesia-masih-tertinggi-ketiga-di-dunia, tanggal 2 Februari 2012. Dhavan, Poonam, Melissa H. Stigler, Cheryl L. Perry, Monika Arora, dan K. Srinath Reddy. 2010. “Is Tobacco Use Associated With Academic Failure Among Government School Students in Urban India?”. Journal of School Health November, Vol. 80, No. 11, Hal. 552-560. Droomers, Mariel, Carola T.M. Schrijvers, dan Johan P. Mackenbach. 2004. “Educational Differences in the Intention to Stop Smoking, Explanations Based on the Theory of Planned Behaviour”. European Journal of Public Health, Vol. 14, Hal. 194–198. Efendi, Mohammad. 2005. “Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengendalikan Kebiasaan Merokok di Kalangan Siswa melalui Peningkatan Perceived Self-Efficacy Berhenti Merokok”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 056, Tahun Ke-11, September. Edukasi.kompasiana.com. 2011. “Perokok Remaja Terbanyak di Dunia”. Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/21/perokok-remaja-terbanyak- di-dunia, tanggal 28 Februari 2012. Engels, Rutger C.M.E., et al. 2005. “Self-Efficacy and Emotional Adjustment as Precursors of Smoking in Early Adolescence”. Substance Use & Misuse, Vol. 40, Hal. 1883–1893. Fatimah, Nurul. 2010. “Hubungan Terpaan Iklan Produk Rokok di Televisi dan Tingkat Konformitas Kelompok Sebaya dengan Kecenderungan Perilaku Merokok”. Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/26053/1/SUMMARY_PENELITIAN_Nurul_Fatima h.pdf, tanggal 29 Maret 2012. Fishbein, Martin dan Joseph N. Cappella. 2006. “The Role of Theory in Developing Effective Health Communications”. Journal of Communication Vol. 56, Hal. 1–17. Ford, Kentya H., Pamela M. Diamond, Steven H. Kelder, Kymberle Landrum Sterling, dan Alfred L. McAlister. 2009. “Validation of Scales Measuring Attitudes, Self-Efficacy, and Intention Related to Smoking Among Middle School Students”. Psychology of Addictive Behaviors, Vol. 23, No. 2, Hal. 271–278. Foulds, J., et al. 2003. “Effect of Smokeless Tobacco (Snus) on Smoking and Public Health in Sweden”. Tobacco Control, Vol. 12, No. 349–359. Ghozali, H. Imam., 2005. “Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS”, Universitas Diponegoro, Semarang. Gilpin, Elizabeth A., Martha M. White, Karen Messer, dan John P. Pierce. 2007. “Receptivity to Tobacco Advertising and Promotions Among Young Adolescents as a Predictor of Established Smoking in Young Adulthood”. American Journal of Public Health, Vol. 97, No. 8, Hal. 1489-1495. . Ginting, Tarianna. 2012. “Pengaruh Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan Tahun 2011”. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.idbitstream123456789308604Chapter%20I.pdf, tanggal 20 April 2012. Hanewinkel, Reiner, Barbara Isensee, James D. Sargent, dan Matthis Morgenstern. 2010. “Cigarette Advertising and Adolescent Smoking”. American Journal of Preventive Medicine. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1446163/pdf/10705855.pdf, tanggal 13 April 2012. Hasnida dan Indri Kemala. 2005. “Hubungan Antara Stres dan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki. Psikologia Vol. 1, No. 2 Desember. Hidayat, H. Syarif Imam. 2008. “Penilaian Konsumen Terhadap Beberapa Atribut Dua Jenis Rokok Produk Sampoerna”. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol.8, No. 2 September. Hidorat, Chandra. 2010. “Interpretasi Tayangan Iklan Televisi A Mild Go Ahead Versi Bayangan”. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Diunduh dari http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1komunikasi/203612044/cover.pdf, tanggal 20 April 2012. Hoffman, Allison C. 2011. “The Health Effects of Menthol Cigarettes as Compared to Non-Menthol Cigarettes”. Hoffman Tobacco Induced Diseases. Diunduh dari http://www.tobaccoinduceddiseases.com/content/9/S1/S7, November 2011. tanggal 3 Hruba, Drahoslava dan Iva Zaloudikova. 2010. “Why to Smoke? Why Not to Smoke? Major Reasons for Children’s Decisions on Whether or not to Smoke”. Cent Eur J Public Health, Vol. 18, No. 4, Hal. 202–208. Ibrahim, M. Nasir 2007. “Analisis Pengaruh Media Iklan Terhadap Pengambilan Keputusan Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Masyarakat Kota Palembang”. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya, Vol. 5, No. 10 Desember. Indofbh.org. “Industri Rokok di Indonesia”. Diunduh dari http://www.indofbh.org/tcscindo/assets/applets/Fact_Sheet_Industri_Rokok_di _Indonesia.pdf, tanggal 1 Maret 2012. Irfan, Muhammad. 2010. “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SLTP Dharma Pancasila Medan Tentang Rokok dan Iklan Rokok Tahun 2010”. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789.pdf, tanggal 22 juni 2012. Kinard, Brian R. dan Cynthia Webster. 2010. “The Effects of Advertising, Social Influences, and Self-Efficacy on Adolescent Tobacco Use and Alcohol Consumption”. Journal of Consumer Affairs, Vol. 44, No.1, Hal. 24-43. Komalasari, Dian dan Avin Fadilla Helmi. 2000. “Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja”. Diunduh dari http://ueu6174.blog.esaunggul.ac.id/wpcontent/blogs.dir/805/files/2012/05/Statistika-2.pdf, tanggal 2 Desember 2012. Kotler, Philip. 2002. “Manajemen Pemasaran 1, Edisi Milenium”. Jakarta : PT. Prenhallindo. Kumboyono. 2012. “Hubungan Perilaku Merokok dan Motivasi Belajar Anak Usia Remaja di SMK Bina Bangsa Malang”. Majalah Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Diunduh dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/627/647_um m_scientific_journal.pdf, tanggal 13 Juni 2012. Martini, Santi dan Muji Sulistyowati. 2005. “The Determinants of Smoking Behavior Among Teenagers in East Java Province, Indonesia”. Economics of Tobacco Control Paper No. 32. Diunduh dari http://siteresources.worldbank.org/HEALTHNUTRITIONANDPOPULATIO N/Resources/281627-1095698140167/IndonesiaYouthSmokingFinal.pdf, tanggal 18 April 2012. Maholtra, K. Naresh., 1999, ”Marketing Research: An Applied Orientation”, 3.ed. River Prentice Hall. Nasution, Indri Kemala. 2007. “Perilaku Merokok pada Remaja”. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/download/fk/132316815.pdf, tanggal 23 Februari 2012. Noor, Farid. 2004. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Merokok pada Remaja Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kudus”. Tesis Program Studi Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/14521/1/2004MPK3808.pdf, tanggal 18 April 2012. Pucci, Linda G. dan Michael Siegel. 1999. “Exposure to Brand-Specific Cigarette Advertising in Magazines and Its Impact on Youth Smoking”. Preventive Medicine Vol. 29, Hal. 313–320. Raharjo, Fajar dan Bambang Mursito. 2008. “ Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Membeli Rokok Sejati di 5 Kecamatan Kabupaten Sukoharjo”. Manajemen Bisnis Syariah, No. 2/ Th. II. Ricky. 2006. “Pengaruh Personal Selling Terhadap Keputusan Pembelian Produk Rokok Merek Sampoerna A-Mild di Beberapa Hotel di Kota Medan”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11148/1/000502095.pdf, tanggal 8 Agustus 2012. Risfandy, Rachmat. 2010. “Pemaknaan Iklan Rokok Djarum 76 Versi Terdampar (Studi Semiologi Tentang Pemaknaan Iklan Rokok Djarum 76 Versi “Terdampar” di Televisi)”. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Surabaya. Diunduh dari http://eprints.upnjatim.ac.id/821/1/file1.pdf, tanggal 20 April 2012. Rising, Joshua dan Lori Alexander. 2011. “Marketing of Menthol Cigarettes and Consumer Perceptions”. Tobacco Induced Diseases. Diunduh http://www.tobaccoinduceddiseases.com/content/9/S1/S2, dari tanggal 3 November 2012. Rochmayani, Dewi Sari. 2008. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja (Studi di Kelurahan Ngaliyan, Kota Semarang Tahun 2007)”. KEMAS, Vol. 3, No. 2. Rusdi. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Universitas Gunadarma dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Rokok Sampoerna Mild (Studi Kasus Pada Mahasiswa Gunadarma)”.Diunduh Universitas dari http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artikel_1 1205104.pdf, tanggal 7 Agustus 2012. Sargent, J.D, J Gibson, dan T F Heatherton. 2009. “Comparing the Effects of Entertainment Media and Tobacco Marketing on Youth Smoking”. Tob Control Tob Control, February, Vol. 18, No. 1, Hal. 47–53. Sterling, Kymberle Landrum, et al. 2007. “Smoking-Related Self-Efficacy, Beliefs, and Intention: Assessing Factorial Validity and Structural Relationships in 9th–12th Grade Current Smokers”. Addictive Behaviors, Vol. 32, Hal. 1863– 1876. Suryati, Tati dan Ingan Tarigan. 2012. “Violations of Cigarettes Advertising and Initiation of Smoking Among Youths in Indonesia”. Diunduh dari http://inilahkesmas.files.wordpress.com/2012/04/indonesia-the-heaven-forcigarette-companies-the.pdf, tanggal 18 April 2012. Susanto, Bagus. 2010. “Pengaruh Merek Rokok A Mild Terhadap Perilaku Merokok pada Remaja di Surabaya”. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Diunduh dari http://ebook.library.perbanas.ac.id/5095_Skripsi.pdf, tanggal 8 Agustus 2012. T, Dewi F.S. dan Supriyati. 2007. “Why Youth in Developing Country Start Smoking? A Study in Yogyakarta Municipality, Indonesia”. Center of Health Behavior and Promotion (CHBP) Faculty of Medicine, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia. Diunduh dari http://web.idrc.ca/uploads/user-S/12113804661publication-DewiSupriyati.pdf, tanggal 18 April 2012. Tanudjaja, Bing Bedjo. 2002. “Kreatifitas Pembuatan Iklan Produk Rokok di Indonesia”. NIRMANA, Vol. 4, No. 1, Januari : 85 – 98. Tercyak, Kenneth P, Paula Goldman, Ashlyn Smith, dan Janet Audrain. 2002. “Interacting Effects of Depression and Tobacco Advertising Receptivity on Adolescent Smoking”. Journal of Pediatric Psychology, Vol. 27, No. 2, Hal.145-154. Utari, Wijaya Mukti Sri. 2012. “Pengaruh Periklanan, Personal Selling dan Promosi Penjualan Terhadap Keputusan Pembelian pada Produk Rokok Surya 12”. Skripsi Fakutas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diunduh dari http://etd.eprints.ums.ac.id/17793/1/HALAMAN_DEPAN.pdf, tanggal 8 Agustus 2012. Van ’t Riet, Jonathan, Robert A. C. Ruiter, Marieke Q. Werrij, dan Hein De Vries. 2008. “The Influence of Self-Efficacy on The Effects of Framed Health Messages”. European Journal of Social Psychology Eur. J. Soc. Psychol., Vol. 38, Hal. 800–809. Villani, Susan. 2001. “Impact of Media on Children and Adolescents: A 10-Year Review of the Research”. J. AM. ACAD. CHILD ADOLESC. PSYCHIATRY, Vol. 40, No. 4. Von Ah, Diane, et al. 2005. “Factors Related to Cigarette Smoking Initiation and Use among College Students”. Tobacco Induced Diseases Vol. 3, No.1, Hal.27-40. Wakefield, Melanie, Brian Flay, Mark Nichter, dan Gary Giovino. 2003. “Role of Media in Influencing Trajectories of Youth Smoking”. Diunduh dari http://people.oregonstate.edu/~flayb/MY%20PUBLICATIONS/Mass%20med ia/Wakefield%20et%20al%2005%20Media%20youth%20review%20Addictio n%202003.pdf, tanggal 1 November 2011. Wellman, Robert J., David B. Sugarman, Joseph R. DiFranza, dan Jonathan P. Winickoff. 2006. “The Extent to Which Tobacco Marketing and Tobacco Use in Films Contribute to Children’s Use of Tobacco”. Diunduh dari http://archpedi.ama-assn.org/cgi/reprint/160/12/1285.pdf, tanggal 18 April 2012. Widyastuti, Dinny. 2011. “Analisis Pengaruh Efek Komunitas, Kekhasan Produk, Citra Merek Kepada Sikap Merek dan Implikasinya Terhadap Minat Membeli Ulang”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/29305/1/Skripsi007.pdf, tanggal 7 Agustus 2012. Worldmeters.info. 2012. “Cigarettes Smoked”. Diunduh dari http://www.worldometers.info/, tanggal 2 Februari 2012. Yudhiarina, Bobby. 2009. “Pengaruh Strategi Diferensiasi Produk, Merk, dan Promosi Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada Perusahaan Rokok PT. HM. Sampoerna”. Jurnal Ichsan Gorontalo Vol. 4 No. 2 Edisi MeiJuli 2009. Diunduh dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/420922902306_1907-5324.pdf, tanggal 7 Agustus 2012.