berita daerah kabupaten banjarnegara tahun 2015 nomor 34

advertisement
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN 2015 NOMOR 34
PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA
NOMOR 34 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DAN
INSEMINASI BUATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANJARNEGARA,
Menimbang
: a. bahwa
dalam
rangka
melindungi,
mengamankan, dan/atau menjamin wilayah
Kabupaten Banjarnegara dari ancaman yang
dapat
mengganggu
kesehatan
atau
kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, dan
lingkungan
serta
dalam
rangka
meningkatkan derajat kesehatan hewan,
produksi
dan
produktivitasnya
perlu
diselenggarakan pelayanan kesehatan hewan
dan inseminasi buatan;
b. bahwa
untuk
menjamin
pelaksanaan
pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi
buatan
dilakukan
oleh
pihak
yang
berkompeten dan waktu yang tepat maka
perlu adanya perhatian dan pedoman tentang
pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi
buatan;
c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b,
perlu membentuk Peraturan Bupati tentang
Pedoman Pelayanan Kesehatan Hewan dan
Inseminasi Buatan;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950
tentang
Pembentukan
Daerah-daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5015)
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan Lembaran Negara RI Tahun
2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5619);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara RI Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara RI Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang
Pemerintahan
Daerah
Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara RI Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950
tentang
Penetapan
Mulai
Berlakunya
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950
tentang
Pembentukan
Daerah-daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Tengah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977
tentang
Penolakan,
Pencegahan,
Pemberantasan, dan Pengobatan Penyakit
Hewan (Lembaran Negara RI Tahun 1977
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 3101);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983
tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner
(Lembaran Negara RI Tahun 1983 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3253);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992
tentang Obat Hewan (Lembaran Negara RI
tahun 1992 Nomor 129, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 3509);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012
tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan (Lembaran Negara RI
Tahun
2012
Nomor
214,
Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5356);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013
tentang Pemberdayaan Peternak (Lembaran
Negara RI Tahun 2013 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5391);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014
tentang Pengendalian dan Penanggulangan
Penyakit Hewan (Lembaran Negara RI Tahun
2014 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5543);
12. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundangundangan (Lembaran Negara RI Tahun 2008
Nomor 199);
13. Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
64/Permentan/OT.140/9/2007
tentang
Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan;
14. Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
02/Permentan/OT.140/1/2010
tentang
Pedoman Pelayanan Jasa Medik;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DAN
INSEMINASI BUATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Banjarnegara.
2. Pemerintah
Daerah
adalah
Bupati
sebagai
unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Banjarnegara.
4. Dinas adalah perangkat daerah yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang peternakan dan kesehatan
hewan.
5. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan
sumber daya fisik, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan
mesin peternakan, budi daya ternak, panen, pasca panen,
pengolahan, pemasaran dan pengusahaannya.
6. Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan
dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan
kesehatan
hewan, pengendalian dan penanggulangan
penyakit hewan, penolakan penyakit, medik reproduksi,
medik konservasi, obat hewan, dan peralatan kesehatan
hewan, serta keamanan pakan.
7. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau
sebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air dan/atau
udara, baik yang dipelihara maupun yang di habitatnya.
8. Pelayanan kesehatan hewan adalah serangkaian kegiatan
yang meliputi pelayanan jasa laboratorium veteriner, jasa
pemeriksaan dan pengujian veteriner, jasa medik veteriner,
dan/atau jasa di pusat kesehatan hewan/pos kesehatan
hewan.
9. Pelayanan jasa medik veteriner adalah kegiatan pelayanan
jasa yang berkaitan dengan kompetensi dokter hewan yang
diberikan kepada masyarakat dalam rangka penyelenggaraan
praktek kedokteran hewan.
10. Pelayanan Inseminasi buatan adalah kegiatan pelayanan jasa
yang berkaitan dengan Inseminasi Buatan dan pemeriksaan
kebuntingan.
11. Veteriner adalah segala urusan yang berkaitan dengan hewan
dan penyakit hewan.
12. Medik veteriner adalah penyelenggaraan kegiatan praktek
kedokteran hewan.
13. Otoritas veteriner adalah kelembagaan Pemerintah dan/atau
kelembagaan yang dibentuk Pemerintah dalam pengambilan
keputusan tertinggi yang bersifat teknis kesehatan hewan
dengan
melibatkan
keprofesionalan dokter hewan dan
dengan mengerahkan semua lini kemampuan profesi mulai
dari mengindentifikasian masalah, menentukan kebijakan,
mengoordinasikan pelaksana kebijakan, sampai dengan
mengendalikan teknis operasional di lapangan.
14. Usaha dibidang kesehatan Hewan adalah kegiatan yang
menghasilkan produk dan jasa yang menunjang upaya dalam
mewujudkan kesehatan hewan.
15. Tenaga kesehatan hewan adalah orang yang menjalankan
aktivitas di bidang kesehatan hewan berdasarkan kompetensi
dan kewenangan medic veteriner yang hierarkis sesuai
dengan pendidikan formal dan/atau pelatihan kesehatan
hewan bersertifikat.
16. Tenaga medik veteriner adalah dokter hewan atau dokter
hewan spesialis yang menjalankan aktivitasnya di bidang
pelayanan jasa medik veteriner berdasarkan kompetensi dan
kewenangannya.
17. Tenaga paramedik veteriner adalah tenaga kesehatan hewan
lulusan sekolah kejuruan, pendidikan diploma atau
memperoleh sertifikat untuk melaksanakan urusan kesehatan
hewan yang menjadi kompetensinya dan dilakukan di bawah
penyeliaan dokter hewan.
18. Penyeliaan dokter hewan
adalah
pengawasan
secara
berkelanjutan kepada kinerja tenaga paramedik veteriner
dan/atau sarjana kedokteran hewan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan hewan, khususnya dalam membantu
tindakan medik veteriner.
19. Dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang
kedokteran hewan, sertifikat kompetensi, dan kewenangan
medik veteriner dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
hewan.
20. Dokter hewan berwenang adalah dokter hewan yang
ditunjuk oleh Bupati sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka
penyelenggaraan kesehatan hewan.
21. Dokter hewan praktek adalah dokter hewan yang melakukan
pelayanan jasa medik veteriner berupa praktek konsultasi
kesehatan hewan atau transaksi terapetik dengan izin
praktek kesehatan hewan dalam bentuk Surat Tanda
Registrasi.
22. Transaksi terapetik adalah pelayanan jasa medik veteriner
yang melibatkan unsur dokter hewan, klien (pengguna jasa)
dan pasien (hewan) yang diikuti dengan imbalan atas
kompetensi medik veteriner, fasilitas, dan/atau tempat
praktek yang digunakan.
23. Praktek konsultasi kesehatan hewan adalah pelayanan jasa
medik
veteriner oleh dokter hewan dengan kemampuan
kompetensi medik veteriner.
24. Kompetensi medik veteriner adalah kecerdasan bertindak
dan kemampuan mengambil keputusan di bidang medik
veteriner
dengan
mengacu
pada perkembangan ilmu
kedokteran hewan terkini untuk kepentingan tertinggi klien,
pasien, masyarakat dan lingkungan serta keluhuran
sumpah/janji dan kode etik profesi.
25. Sertifikat kompetensi adalah keterangan tertulis yang
menjelaskan tingkat penguasaan kemampuan tenaga
kesehatan hewan dalam melaksanakan urusan kesehatan
hewan.
26. Tempat praktek adalah lokasi usaha pelayanan jasa medik
veteriner yang diizinkan oleh Bupati, seperti usaha dokter
hewan praktek mandiri, dokter hewan praktek bersama,
klinik hewan, rumah sakit hewan, atau pusat kesehatan
hewan.
27. Dokter hewan praktek mandiri adalah suatu usaha pelayanan
jasa medik veteriner yang dikelola oleh satu dokter hewan
yang mempertanggung-jawabkan semua tindakannya secara
individual.
28. Dokter hewan praktek bersama adalah suatu usaha
pelayanan jasa medik veteriner yang dijalankan oleh lebih dari
satu orang dokter hewan serta dipimpin oleh seorang dokter
hewan sebagai penanggungjawab.
29. Klinik hewan adalah tempat usaha pelayanan jasa medik
veteriner yang dijalankan oleh suatu manajemen dengan
dipimpin oleh seorang dokter hewan penanggungjawab dan
memiliki fasilitas untuk pengamatan hewan yang mendapat
gangguan kesehatan tertentu.
30. Rumah Sakit Hewan adalah tempat usaha pelayanan jasa
medik
veteriner yang dijalankan oleh suatu manajemen
dengan
dipimpin
oleh
seorang
dokter
hewan
penanggungjawab, memiliki fasilitas untuk pelayanan gawat
darurat,
laboratorium
diagnostik,
rawat
inap, unit
penanganan intensif, ruang isolasi, serta dapat menerima
jasa layanan medik veteriner yang bersifat rujukan.
31. Rumah Sakit Hewan Khusus adalah tempat usaha pelayanan
jasa medik
veteriner untuk memberikan pelayanan jasa
medik veteriner secara khusus dan didukung dengan tenaga
medik veteriner yang sesuai dengan bidang kekhususan.
32. Pusat Kesehatan Hewan yang selanjutnya disingkat
Puskeswan adalah pos kesehatan hewan yang memberikan
pelayanan di bidang kesehatan hewan sebagaimana dimaksud
dalam Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri
Dalam Negeri Nomor: 690/Kpts/TN.510/10/10/1993 dan
Nomor 88 tahun 1993 tentang Pos Kesehatan Hewan.
33. Organisasi profesi kedokteran hewan adalah Perhimpunan
Dokter Hewan Indonesia.
34. Inseminasi Buatan adalah teknik memasukkan mani/semen
ke dalam alat reproduksi ternak betina sehat untuk
membuahi sel telur dengan menggunakan alat inseminasi
dengan tujuan agar ternak bunting.
35. Inseminator adalah petugas yang telah dididik dan lulus
dalam latihan ketrampilan khusus untuk melakukan
Inseminasi Buatan dan memiliki Surat Ijin Melakukan
Inseminasi.
36. Supervisor adalah Pegawai Negeri Sipil pada Dinas yang
membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan yang
telah dididik khusus tentang pengelolaan Satuan Pelayanan
Inseminasi Buatan dengan pendidikan minimal S-1 dan telah
mengikuti pelatihan supervisor. Supervisor ditunjuk oleh
Kepala Dinas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan
Inseminasi Buatan di Daerah.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Maksud
Pasal 2
Maksud dibentuknya Peraturan Bupati ini adalah sebagai acuan
bagi dokter hewan, dokter hewan berwenang, otoritas veteriner,
organisasi profesi kedokteran hewan, inseminator, pelaku usaha,
Pemerintah Daerah dan pihak-pihak yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Tujuan dibentuknya Peraturan Bupati ini untuk:
a. memberikan arahan bagi terlaksananya sistem pelayanan
kesehatan hewan dan inseminasi buatan di Daerah;
b. memberikan jaminan kepastian, kenyamanan dan/atau
ketentraman bagi klien selaku penerima pelayanan kesehatan
hewan dan inseminasi buatan;
c. memberikan jaminan kepastian berusaha bagi dokter hewan
praktik, inseminator dan pelaku usaha di bidang pelayanan
kesehatan hewan dan inseminasi buatan;
d. memberikan arahan bagi otoritas veteriner/dokter hewan
berwenang
dalam melaksanakan pengawasan dan/atau
pembinaan kegiatan pelayanan kesehatan hewan;
e. memberikan arahan bagi supervisor dalam melaksanakan
pengawasan dan/atau pembinaan kegiatan Inseminasi
Buatan;
f.
g.
memberikan arahan kerjasama antara organisasi profesi
kedokteran hewan dan otoritas veteriner dalam pembinaan
praktek kedokteran hewan; dan
menetapkan standar pelayanan minimal kesehatan hewan
dan inseminasi buatan.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4
Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Bupati ini adalah
pelayanan jasa medik veteriner dan inseminasi buatan meliputi
ketentuan mengenai tindakan,
kategori, bentuk pelayanan,
perizinan, persyaratan pelayanan jasa medik veteriner dan
pelayanan inseminasi buatan, hak dan kewajiban, pembinaan
dan pengawasan serta pengaturan sanksi.
BAB III
TINDAKAN, KATEGORI, DAN BENTUK PELAYANAN
JASA MEDIK VETERINER
Bagian Kesatu
Tindakan Jasa Medik Veteriner
Pasal 5
Tindakan medik veteriner dalam pelaksanaan pelayanan jasa
medik veteriner, antara lain, meliputi:
a. melakukan prognosis dan diagnosis penyakit secara klinis,
patologis, laboratoris, dan/atau epidemiologis;
b. melakukan tindakan transaksi terapeutik berupa konsultasi
dan/atau
persetujuan tindakan medis (informed-consent)
kepada pemilik hewan yang dilanjutkan dengan beberapa
kemungkinan tindakan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
promotif dengan menghindari tindakan malpraktek;
c. melaksanakan tindakan medik reproduksi, medik konservasi,
medik forensik veteriner;
d. melaksanakan pemeriksaan dan pengujian mutu obat hewan;
e. melakukan
pemeriksaan
dan
pengujian
keamanan,
kesehatan, keutuhan, produk hewan;
f. melakukan konfirmasi kepada unit pelayanan kesehatan
hewan rujukan jika diperlukan;
g. menyampaikan data penyakit dan kegiatan pelayanan
kepada otoritas veteriner;
h. menindaklanjuti keputusan Pemerintah yang berkaitan
dengan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan
dan/atau kesehatan masyarakat veteriner; dan
i. melakukan
pendidikan
klien
dan/atau
pendidikan
masyarakat sehubungan dengan paradigma sehat dan
penerapan kaidah kesejahteraan hewan.
Bagian Kedua
Kategori Jasa Medik Veteriner
Pasal 6
Berdasarkan pengertian tindakan medik veteriner sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5, maka pelayanan jasa medik veteriner
yang dilakukan oleh dokter hewan praktek dapat dikatagorikan
sebagai berikut:
a. praktek transaksi terapeutik; dan
b. praktek konsultasi kesehatan hewan.
Bagian Ketiga
Bentuk Pelayanan Jasa Medik Veteriner
Pasal 7
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pelayanan jasa medik veteriner untuk katagori praktek
transaksi terapeutik antara lain :
a. dokter hewan praktik mandiri;
b. dokter hewan praktik bersama;
c. klinik hewan;
d. rumah Sakit Hewan;
e. rumah Sakit Hewan Khusus; dan
f. pusat/Pos Kesehatan Hewan.
Pelayanan jasa medik veteriner dapat dilakukan oleh Daerah
atau badan usaha, seperti perorangan, yayasan, koperasi,
perusahaan komanditer/CV, dan perseroan terbatas/PT
secara sendiri-sendiri atau kerjasama diantara keduanya.
Pelayanan jasa medik veteriner untuk satwa liar di suatu
taman margasatwa dalam bentuk klinik hewan, atau rumah
sakit hewan.
Usaha pelayanan jasa medik veteriner untuk ternak besar
dan kecil di suatu kawasan dalam bentuk klinik hewan atau
rumah sakit hewan.
Pelayanan medik veteriner dengan transaksi terapetik di
instalasi karantina dalam bentuk klinik hewan;
Pelayanan jasa medik veteriner oleh Pusat Pelayanan
Kesehatan Hewan (Puskeswan) mengikuti Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 64/ Permentan/OT.140/9/2007 tentang
Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan.
(7)
Pelayanan jasa medik veteriner kategori praktik transaksi
terapeutik, dapat diikuti dengan kegiatan ambulatoar
dan/atau kunjungan praktik konsultasi kesehatan hewan
disesuaikan dengan jenis hewan yang ditangani, antara
lain:
a. hewan kecil (anjing dan kucing);
b. hewan besar (ternak ruminansia, ternak monogastrik);
c. hewan laboratorium;
d. satwa liar dan hewan kebun binatang;
e. hewan akuatik; dan/atau
f. unggas dan satwa harapan;
(8) Usaha pelayanan jasa rumah sakit hewan khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, antara lain,
meliputi rumah sakit hewan pendidikan, rumah sakit medik
reproduksi, rumah sakit medik konservasi, dan rumah sakit
hewan spesialis.
(9) Usaha pelayanan jasa rumah sakit hewan pendidikan,
rumah sakit medik reproduksi dan rumah sakit medik
konservasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat
mengembangkan
klinik
hewan
satelit
dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku.
(10) Setiap usaha pelayanan jasa medik
veteriner kategori
praktek transaksi terapetik harus dilakukan oleh dokter
hewan praktek.
(11) Apabila karena keterbatasan tenaga dokter hewan, maka
didalam pelaksanaan praktek transaksi terapeutik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa praktek
tersebut, dokter hewan dapat dibantu oleh tenaga kesehatan
hewan dibawah penyeliaannya.
BAB IV
TINDAKAN, KATEGORI, DAN BENTUK
PELAYANAN INSEMINASI BUATAN
Bagian Kesatu
Tindakan Inseminasi Buatan
Pasal 8
Tindakan Pelayanan Inseminasi buatan antara lain, meliputi:
a. melakukan prosedur inseminasi buatan;
b. melaksanakan pemeriksaan kebuntingan; dan
c. melakukan pemeriksanan status reproduksi.
Bagian Kedua
Kategori Inseminasi Buatan
Pasal 9
Berdasarkan pengertian tindakan pelayanan inseminasi buatan
tersebut di atas, maka pelayanan yang dilakukan dapat
dikatagorikan sebagai berikut:
a. praktek
jasa
inseminasi
buatan,
pemeriksaan
kebuntingan, dan pemeriksaan status reproduksi; dan
b. praktek konsultasi
inseminasi
buatan, kebuntingan
ternak, dan pemeriksaan status reproduksi.
Bagian Ketiga
Bentuk Pelayanan Inseminasi Buatan
Pasal 10
(1) Pelayanan untuk katagori praktek jasa Inseminasi Buatan
berbentuk pada :
a. pelayanan inseminasi buatan mandiri;
b. pelayanan pemeriksaan kebuntingan mandiri; dan
c. pelayanan pemeriksaan status reproduksi.
(2) Pelayanan inseminasi buatan dapat dilakukan oleh
pemerintah, perorangan, koperasi secara sendiri-sendiri atau
kerjasama diantara keduanya.
(3) Pelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh Inseminator.
(4) Pelayanan kategori praktek transaksi jasa inseminasi buatan,
pemeriksaan kebuntingan, pemeriksaan status reproduksi
dikhususkan untuk jenis hewan ruminansia sesuai dengan
kompetensi dan izin.
BAB V
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Jenis Perizinan
Pasal 11
(1) Perizinan untuk dokter hewan praktek.
(2) Perizinan pelayanan jasa medik veteriner.
(3) Perizinan untuk tenaga kesehatan hewan bukan dokter
hewan sebagai paramedik veteriner.
(4) Perizinan untuk inseminator.
Bagian Kedua
Pemberian Izin
Pasal 12
(1) Izin pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan
diterbitkan oleh Bupati.
(2) Bupati dapat melimpahkan kewenangan untuk memberikan
izin pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan
kepada Kepala Dinas.
(3) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan Keputusan Bupati.
(4) Tata cara perizinan ditetapkan oleh Kepala Dinas dengan
mengacu pada Pedoman ini.
Bagian Ketiga
Persyaratan Perizinan Untuk Dokter Hewan Praktek
Pasal 13
(1) Izin untuk dokter hewa praktek diterbitkan oleh Bupati dalam
bentuk surat tanda registrasi.
(2) Bupati menerbitkan surat izin praktek berdasarkan
rekomendasi organisasi profesi kedokteran hewan.
(3) Rekomendasi dari organisasi profesi kedokteran hewan
diberikan dengan melampirkan salinan (copy) :
a. Kartu Tanda Penduduk (KTP);
b. ijazah dokter hewan;
c. sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh organisasi
profesi kedokteran hewan berupa surat ijin dokter hewan;
d. surat keterangan sehat; serta
e. surat pernyataan mematuhi etika, kode etik dan sumpah
dokter hewan.
(4) Surat izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang setelah dilakukan pemeriksaan oleh otoritas
veteriner
Bagian Keempat
Perizinan Untuk Usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner
Pasal 14
(1) Bentuk perizinan untuk pelayanan jasa medik veteriner yaitu
Surat Izin Tempat Usaha/Operasional.
(2) Bupati
menerbitkan
surat
izin
kelayakan
tempat
usaha/operasional
berdasarkan
rekomendasi
otoritas
veteriner.
(3) Otoritas veteriner menerbitkan surat rekomendasi setelah
melakukan pemeriksaan kelengkapan administrasi dan
pemeriksaan
kelayakan
tempat,
bekerjasama
dengan
organisasi profesi kedokteran hewan.
(4) Pemeriksaan kelengkapan administrasi, antara lain, meliputi
pemeriksaan proposal, pemeriksaan permodalan, dan
pemeriksaan daftar tenaga kesehatan hewan yang dilibatkan:
a. pemeriksaan proposal usaha pelayanan jasa medik
veteriner, antara lain, dilengkapi dengan fotokopi kartu
tanda penduduk pemohon dan akte pendirian badan usaha
bagi pemohon badan usaha (CV, PT, yayasan, koperasi dan
institusi);
b. usaha pelayanan jasa medik veteriner harus memiliki
dokter
hewan sebagai penanggungjawab dan tenaga
kesehatan hewan bersertifikat kompetensi; dan
c. pemeriksaan kelayakan tempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) disesuaikan dengan persyaratan untuk
masing-masing bentuk usaha pelayanan jasa medik
veteriner.
(5) Kelayakan tempat usaha untuk tempat klinik hewan, rumah
sakit hewan dan/atau rumah sakit hewan khusus, masingmasing harus memiliki surat izin mendirikan bangunan (IMB).
(6) Usaha pelayanan jasa medik veteriner harus mendapat izin
dari Perangkat Daerah yang membidangi perijinan.
(7) Surat izin operasional berlaku untuk 4 (empat) tahun dan
dapat diperpanjang setelah dilakukan pemeriksaan ulang
oleh otoritas veteriner.
Bagian Kelima
Perizinan Untuk Tenaga Kesehatan Hewan
Pasal 15
Tenaga kesehatan hewan seperti sarjana kedokteran hewan
dan/atau paramedik veteriner yang terlibat dalam pelayanan jasa
medik veteriner harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. untuk Sarjana Kedokteran Hewan harus memiliki ijazah
Sarjana Kedokteran Hewan dengan menjelaskan tingkat
kompetensi khusus yang dikuasainya;
b. untuk paramedik veteriner harus memiliki ijazah sekolah
kejuruan dan/atau
diploma
kesehatan hewan
yang
menjelaskan tingkat kompetensi yang dikuasainya;
c. sertifikat kompetensi untuk tenaga kesehatan hewan
sebagaimana dimaksud
pada
huruf a
dan
huruf b
dikeluarkan oleh organisasi profesi kedokteran hewan;
d. tenaga kesehatan hewan sebagaimana pada huruf a dan/atau
huruf b melakukan perjanjian penyeliaan (supervisi) dengan
dokter hewan yang telah terdaftar dan memiliki izin praktek di
Daerah,
terhadap bidang-bidang yang ditangani dalam
pelayanan jasa medik veteriner;
e. perjanjian penyeliaan dimaksud di atas wajib diketahui oleh
Kepala Dinas dan otoritas veteriner;
f. surat pernyataan mematuhi etika dan kode etik, sesuai
dengan tingkat kompetensinya; dan
g. surat izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang setelah dilakukan pemeriksaan oleh otoritas
veteriner.
Bagian Keenam
Perizinan Untuk Tenaga Pelayanan Inseminasi Buatan
Pasal 16
Tenaga teknis yang terkait dalam pelayanan inseminasi buatan
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. memiliki sertifikat sebagai inseminator dari instansi/lembaga
yang
ditunjuk
oleh
pemerintah
yang
menjelaskan
kompetensinya;
b. memiliki izin dari Bupati berdasarkan rekomendasi dari Dinas;
c. surat pernyataan mematuhi peraturan dan pembinaan dari
Dinas dan mematuhi standar operasional prosedur pelayanan
inseminasi buatan dan pemeriksaan kebuntingan;
d. surat
pernyataan
kesanggupan
melaporkan
kegiatan
pelayanannya secara rutin kepada Dinas; dan
e. surat izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang setelah dilakukan pemeriksaan oleh Dinas.
BAB VI
PERSYARATAN PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER
DAN INSEMINASI BUATAN
Bagian Kesatu
Persyaratan Dokter Hewan Praktek
Pasal 17
(1) Dokter hewan praktek sekurang-kurangnya
persyaratan sebagai berikut :
a. Warga Negara Indonesia (WNI);
b. berbadan sehat;
c. memiliki ijazah dokter hewan;
memenuhi
d. memiliki sertifikat kompetensi dari organisasi profesi
kedokteran hewan berupa Surat Izin Dokter Hewan;
e. memiliki rekomendasi dari pengurus cabang organisasi
profesi kedokteran hewan; dan
f. memiliki surat tanda registrasi (izin praktek dokter
hewan) dari Bupati.
(2) Dokter hewan praktek yang bekerja dalam bidang konsultasi
kesehatan hewan memiliki surat keterangan kompetensi
khusus dari organisasi kedokteran hewan dan/atau dari
instansi dimana yang bersangkutan bekerja sebagai
konsultan.
Bagian Kedua
Persyaratan Umum Usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner
Pasal 18
(1) Memiliki tempat praktek yang sekurang-kurangnya harus
dilengkapi dengan :
a. papan nama dengan mencantumkan bentuk usaha
pelayanan jasa medik veteriner, alamat yang jelas, serta
dengan ukuran yang memadai;
b. tempat untuk menunggu klien dan pasien yang memadai;
c. ruang kerja untuk meletakkan meja periksa, uji sederhana,
peralatan medik veteriner, lemari obat, peralatan untuk
administrasi dan rekam medik, serta peralatan untuk
menangani limbah pelayanan kesehatan hewan;
d. sistem penerangan dan sirkulasi udara yang memadai
sesuai kapasitas;
e. sumber air bersih, sistem drainase, sistem penanganan
limbah, sistem keamanan untuk menjamin kesehatan
manusia, hewan dan lingkungan; dan
f. sistem komunikasi.
(2) Memiliki fasilitas pelayanan medik veteriner yang sekurangkurangnya harus terdiri dari :
a. peralatan untuk mengendalikan hewan;
b. peralatan untuk mendiagnosa secara klinis;
c. peralatan penunjang diagnosa laboratorium (secara
sederhana);
d. peralatan pengobatan dan penyimpanan obat;
e. peralatan untuk administrasi kantor dan rekam medis;
f. paralatan untuk keselamatan petugas; dan
g. peralatan untuk menangani limbah pelayanan kesehatan
hewan.
(3) Memiliki dokter hewan praktek yang sekurang-kurangnya
harus :
a. jelas kompetensi dan kedudukannya dalam manajemen
usaha pelayanan jasa medik veteriner tersebut;
b. memiliki kontrak penyeliaan dengan tenaga kesehatan
hewan yang menjadi tanggung jawabnya terhadap tindakan
medik veteriner yang boleh dilakukannya;
c. mengetahui haknya dan melaksanakan kewajibannya
dalam pelayanan jasa medik veteriner sebagai bagian
integral dari sistem kesehatan hewan nasional;
d. siap
bekerjasama
berdasarkan
hubungan
etika
keprofesionalan dengan sesama kolega lainnya dalam
mengembangkan ciri profesi belajar sepanjang hayat,
mewujudkan pelayanan prima jasa medik veteriner serta
berpartisipasi
aktif
dalam
pembinaan
praktek
kedokteran hewan; dan
e. memiliki rujukan operasional yang baku, rujukan
pustaka, dan rujukan laboratorium dalam menentukan
diognosa dan prognosa.
(4) Memiliki dokter hewan praktek sebagai penanggung jawab
usaha pelayanan jasa medik veteriner dan dokter hewan
dengan membuat pernyatan sebagai berikut:
a. menyatakan
untuk
taat
pada
kaidah-kaidah
keprofesionalan kedokteran hewan, serta sumpah dan
kode etik dokter hewan; dan
b. menyatakan turut bela negara dalam bidang kesehatan
hewan dengan berpartisipasi dalam pelaksanaan sistem
kesehatan hewan nasional.
(5) Menggunakan obat hewan dalam pelayanan medik veteriner
yang terdaftar kecuali yang diberikan izin khusus dari
instansi yang berwenang.
(6) Ruangan-ruangan
yang
khususnya
digunakan
untuk
menangani pasien harus mudah disucihamakan dan
memenuhi kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
(7) Fasilitas dan perlakuan dalam menangani hewan harus
memperhatikan kesejahteraan hewan.
Bagian Ketiga
Persyaratan Khusus Usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner
Pasal 19
(1) Syarat Dokter Hewan Praktek Mandiri antara lain :
a. sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan persyaratan
usaha pelayanan jasa medik
veteriner sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18; dan
b. dapat melakukan tindakan medis veteriner sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki.
(2) Syarat Dokter Hewan Praktek Bersama antara lain :
a. sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan persyaratan
usaha pelayanan jasa medik veteriner sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18;
b. memiliki surat izin praktek untuk dapat melakukan
tindakan medis
veteriner sesuai dengan kapasitas yang
dimiliki; dan
c. memiliki ”kode etik” internal dalam memberikan pelayanan
jasa medik veteriner secara prima.
(3) Syarat Klinik Hewan, antara lain :
a. memenuhi persyaratan perizinan dokter hewan praktek
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Persyaratan
Pelayanan Jasa Medik veteriner sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18;
b. memiliki izin usaha klinik hewan dari Bupati;
c. memiliki ”kode etik klinik hewan” internal dalam
memberikan pelayanan jasa medik veteriner secara prima;
d. masing-masing tenaga medik veteriner memiliki izin
praktek dari Bupati; dan
e. memiliki kandang untuk observasi dan/atau kandang
rawat inap.
(4) Syarat Rumah Sakit Hewan, antara lain :
a. usaha rumah sakit hewan yang harus memenuhi
persyaratan perizinan dokter hewan praktek sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 dan persyaratan usaha
pelayanan jasa medik veteriner sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18;
b. memiliki
izin
usaha
rumah
sakit
hewan
yang
dikeluarkan oleh Bupati;
c. memiliki ”kode etik rumah sakit hewan” internal dalam
memberikan pelayanan jasa medik veteriner secara prima;
d. masing-masing tenaga medik
veteriner memiliki izin
praktek dari Bupati;
e. memiliki sistem untuk melayani kasus rujukan;
f. memiliki fasilitas yang memadai antara lain :
1) tempat tunggu klien yang nyaman;
2) tempat penerimaan pasien dan pembayaran;
3) ruang pemeriksaan hewan;
4) tempat penanganan gawat darurat;
5)
6)
7)
8)
9)
10)
laboratorium klinik;
ruang observasi dan rawat inap;
ruang operasi;
ruang nekropsi;
ruang rontgen;
ruang dokter dan atau tenaga kesehatan hewan
lainnya;
11) dapur, ruang cuci, dan fasilitas kebersihan lainnya;
12) peralatan medik
veteriner untuk pemeriksaan,
tindakan medik yang diperlukan dan lain-lain;
13) penerangan yang cukup serta sumber air bersih yang
memadai; dan
14) ruang penyimpanan, penyiapan obat dan pakan hewan.
(5) Syarat Rumah Sakit Hewan Khusus, antara lain :
a. rumah sakit hewan khusus, antara lain, meliputi rumah
sakit hewan pendidikan, rumah sakit medik reproduksi,
rumah sakit medik konservasi, dan rumah sakit hewan
spesialis;
b. rumah sakit hewan pendidikan, rumah sakit medik
reproduksi dan rumah sakit medik konservasi dapat
mengembangkan
klinik
hewan
satelit
dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku;
c. rumah sakit hewan khusus yang memberikan pelayanan
jasa medik
veteriner
selain
harus
memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam persyaratan
Rumah Sakit Hewan, harus memiliki tenaga
medik
veteriner spesialis yang diperlukan sesuai dengan
bidang keahliannya;
d. pelayanan jasa medik veteriner pada rumah sakit hewan
khusus harus dilakukan oleh dokter hewan spesialis
dibantu oleh tenaga medik
veteriner kompeten lainnya
sesuai dengan bidang keahliannya; dan
e. Dokter Hewan praktek yang memberikan pelayanan
jasa medik veteriner pada rumah sakit hewan khusus,
dalam melakukan tindakan medik
veteriner harus
didasarkan pada diagnosa dan prognosa sesuai kaedahkaedah ilmu kedokteran hewan.
Bagian Keempat
Persyaratan Minimal Untuk Fasilitas Pelayanan Jasa Medik
Veteriner dan Inseminasi Buatan
Pasal 20
Persyaratan minimal untuk fasilitas pelayanan jasa medik
veteriner pada masing-masing jenis hewan dan inseminasi
buatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 21
(1) Dokter Hewan yang telah memperoleh izin praktek
mempunyai hak untuk:
a. melakukan pelayanan jasa medik veteriner;
b. melakukan tindakan medik veteriner sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu kedokteran hewan; dan
c. menetapkan biaya jasa atas kompetensi medik veteriner,
fasilitas, dan/atau tempat praktek yang digunakannya.
(2) Badan
usaha
yang
memperoleh
izin
tempat
usaha/operasional mempunyai hak untuk :
a. mengoperasikan klinik hewan, rumah sakit hewan atau
rumah sakit hewan khusus;
b. menetapkan dokter hewan penanggungjawab;
c. memperkerjakan tenaga kesehatan hewan; dan
d. menetapkan biaya jasa atas kompetensi medik veteriner,
fasilitas, dan/atau tempat praktek yang digunakannya.
(3) Inseminator
yang
telah
memperoleh
izin
pelayanan
mempunyai hak untuk:
a. melakukan pelayanan inseminasi buatan sesuai dengan
wilayahnya; dan
b. melakukan pelayanan inseminasi buatan sesuai dengan
Standart Operational Procedure inseminasi buatan.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 22
(1) Dokter Hewan yang melakukan pelayanan jasa medik veteriner
secara mandiri dan/atau bersama mempunyai kewajiban
untuk:
a. melaporkan kasus penyakit hewan yang diduga termasuk
penyakit hewan menular yang wajib dilaporkan (notifiable
diseases) kepada pemerintah/pemerintah daerah;
b. berpartisipasi dalam pelaksanaan vaksinasi
dan
pengobatan dalam program-program
pencegahan dan
pemberantasan penyakit hewan menular yang ditetapkan
oleh pemerintah/pemerintah daerah;
c. berpartisipasi dalam pendidikan klien atau masyarakat
umum terhadap penyakit hewan menular dan penyakit
zoonosis; dan
d. berpartisipasi dalam pembinaan kode etik praktek
kedokteran hewan dengan cara menghadiri diskusi,
lokakarya, seminar yang berkaitan dengan kesehatan
hewan guna menambah wawasan dan kompetensinya.
(2) Klinik Hewan, Rumah Sakit Hewan dan/atau Rumah
Sakit Hewan Khusus mempunyai kewajiban untuk :
a. melaporkan kasus penyakit hewan yang diduga termasuk
penyakit hewan menular yang wajib dilaporkan (notifiable
diaseases) kepada pemerintah/pemerintah daerah;
b. berpartisipasi dalam pelaksanaan vaksinasi
dan
pengobatan dalam program-program
pencegahan dan
pemberantasan penyakit hewan menular yang ditetapkan
oleh pemerintah/pemerintah daerah;
c. berpartisipasi dalam penyuluhan dan pendidikan klien
atau masyarakat umum terhadap hewan menular dan
penyakit zoonosis;
d. berpartisipasi dalam pembinaan praktek kedokteran hewan
dengan memfasilitasi Dokter Hewan dan tenaga medik
veteriner lainnya untuk mengikuti diskusi, lokakarya,
seminar, pelatihan maupun pendidikan spesialis yang
berkaitan dengan kesehatan hewan guna menambah dan
meningkatkan wawasan dan kompetensinya; dan
e. menghormati dan mematuhi keputusan dan atau tindakan
medik veteriner yang diambil oleh penanggungjawab
medik veteriner dan/atau dokter hewan praktek.
(3) Organisasi profesi kedokteran hewan mempunyai kewajiban
untuk :
a. menyelenggarakan ujian nasional kompetensi dokter
hewan melalui kerjasama dengan fakultas kedokteran
hewan di seluruh indonesia;
b. menerbitkan sertifikat kompetensi untuk tenaga kesehatan
hewan dan untuk dokter hewan (dalam bentuk surat ijin
dokter hewan);
c. memberikan rekomendasi perizinan
dokter
hewan
praktek dan perizinan usaha pelayanan kesehatan hewan;
d. melaksanakan pembinaan praktek dan kode etik
kedokteran hewan dan pendidikan berkelanjutan; dan
e. berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan sistem kesehatan
hewan nasional.
(4) Inseminator yang melakukan pelayanan inseminasi buatan
mempunyai kewajiban untuk :
a. melakukan identifikasi akseptor Inseminasi Buatan dan
mengisi kartu peserta Inseminasi Buatan;
b. membuat program/rencana birahi ternak akseptor
berdasarkan siklus birahi di wilayah kerjanya;
c. membuat
pencatatan
dan
pelaporan
pelaksanaan
Inseminasi Buatan; dan
d. berkoordinasi dengan petugas pemeriksaan kebuntingan
dan asisten teknis reproduksi jika hasil Inseminasi Buatan
tidak berhasil.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 23
(1) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan kewenangannya
melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan pelayanan jasa
medik veteriner di Daerah.
(2) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan kewenangannya
mengakomodasi dan mendorong terlaksananya kewajibankewajiban yang harus dilakukan oleh dokter hewan
berwenang, klinik hewan, rumah sakit hewan, rumah
sakit hewan khusus serta organisasi profesi kedokteran
hewan.
(3) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan kewenangannya
mengakomodasi
hak-hak
dokter
hewan praktek dan
pengusaha pelayanan jasa medik veteriner.
(4) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan kewenangannya,
bersama organisasi profesi kedokteran hewan melakukan
pembinaan kepada praktek kedokteran hewan dan
pemberdayaan potensi tenaga kesehatan hewan.
(5) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan kewenangannya
mengatur sistem rujukan, pelaporan dan informasi veteriner
dalam rangka siskeswanas.
(6) Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
membina
dan
memfasilitasi pengembangan medik veteriner dan medik
konservasi, pusat kesehatan hewan, serta rumah pemotongan
hewan dan pelayanan inseminasi buatan.
(7) Pembinaan terhadap pelaksanaan Pelayanan Inseminasi
Buatan dilaksanakan oleh Dinas.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 24
(1) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan jangkauan
kewenangannya melakukan koordinasi dalam rangka
efektivitas pengawasan pelaksanaan pelayanan jasa medik
veteriner.
(2) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan jangkauan
kewenangannya melakukan pengawasan kepada keberadaan
dan kinerja tenaga kesehatan hewan warga negara asing di
Daerah.
(3) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan jangkauan
kewenangannya
memberikan
apresiasi/reward
dan
melakukan promosi kepada dokter hewan praktek dan/atau
usaha pelayanan jasa medik veteriner yang memenuhi
persyaratan dan menjalankan kewajibannya dengan baik.
(4) Otoritas
veteriner
Daerah sesuai dengan
jangkauan
kewenangan memberikan peringatan secara bertahap dan
menjatuhkan sanksi secara bertahap kepada dokter hewan
praktek dan/atau usaha pelayanan jasa medik
veteriner
yang belum memenuhi persyaratan dan menjalankan
kewajibannya dengan baik.
(5) Pengawasan terhadap pelaksanaan Pelayanan Inseminasi
buatan dilaksanakan oleh supervisor Inseminasi Buatan
sesuai dengan jangkauan kewenangannya melakukan
koordinasi dalam rangka efektivitas pengawasan pelaksanaan
pelayanan Inseminasi Buatan.
BAB IX
SANKSI
Pasal 25
(1) Dokter hewan praktek, klinik hewan, rumah sakit hewan
dan/atau rumah sakit hewan khusus serta pelaksana
pelayanan inseminasi buatan yang tidak melaksanakan
kewajiban dan memenuhi persyaratan
dan/atau
tidak
melaporkan kasus penyakit hewan yang diduga termasuk
dalam penyakit hewan yang harus dilaporkan (notifiable
diseases) dan pelaporan pelaksanaan inseminasi buatan yang
dilakukan akan dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administrative dapat berupa :
a. teguran atau peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan praktek dokter hewan,
klinik hewan, dan/atau rumah sakit hewan dan pelayanan
Inseminasi Buatan yang bersangkutan; dan
c. pencabutan izin operasional praktek dokter hewan, klinik
hewan, dan atau rumah sakit hewan dan pelayanan
Inseminasi Buatan yang bersangkutan.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
(1) Dokter hewan praktek dan/atau usaha pelayanan jasa medik
veteriner dan inseminator yang telah mendapat izin
operasional sebelum diterbitkannya Peraturan Bupati ini tetap
dapat melaksanakan pelayanan jasa medik veteriner dan
pelayanan Inseminasi Buatan.
(2) Dokter hewan praktek dan/atau usaha pelayanan jasa medik
veteriner dan inseminator yang masa berlakunya izin
operasional telah berakhir atau yang baru wajib mengikuti
Peraturan Bupati ini.
(3) Dalam hal di Daerah tidak terdapat pengurus cabang
organisasi profesi kedokteran hewan, maka dokter hewan
praktek dan/atau usaha pelayanan jasa medik
veteriner
dapat mengajukan permohonan rekomendasi dari pengurus
cabang organisasi profesi kedokteran hewan daerah terdekat.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya
memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara.
Ditetapkan di Banjarnegara
pada tanggal 16-7-2015
BUPATI BANJARNEGARA,
Cap ttd,
SUTEDJO SLAMET UTOMO
Diundangkan di Banjarnegara
pada tanggal 16-7-2015
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BANJARNEGARA,
Cap ttd,
FAHRUDIN SLAMET SUSIADI
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN 2015 NOMOR 34
Mengetahui sesuai aslinya,
KEPALA BAGIAN HUKUM
YUSUF AGUNG PRABOWO, S.H., M.Si
Pembina
NIP. 19721030 199703 1 003
LAMPIRAN I
PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA
NOMOR 34 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN
HEWAN DAN INSEMINASI BUATAN
PERSYARATAN MINIMAL UNTUK FASILITAS PELAYANAN JASA
MEDIK VETERINER DAN INSEMINASI BUATAN
1. Praktek Dokter Hewan Mandiri dan Bersama
No Jenis Fasilitas
Peralatan Yang Harus Ada
1
2
3
1
Ruang Pelayanan
R. Tunggu, R. Periksa, R. Tindakan*
2
Alat Medis
Termometer,
Stetoscope,
Gunting
Bengkok dan Lurus, Disposable
Syringe, Disposable
Needle,
I
Catheter, Infusion
set,
Benang
Operasi,Nailclipper, Opthalmoscope,
Otoscope,Pinset bayonet, Arteri Klem
lurus 12 – 14 cm, Alat Operasi Minor,
Microscope*
3
Alat
Penunjang Meja konsultasi, Meja Periksa, Lemari
Praktek
Obat dan alat, Timbangan bayi,
Cooler box/lemari es, Rekaman
Medis, X-Ray
iewer*, Tiang infus,
Baskom stainless, Kidney Tray, Papan
nama
4
Layanan
Jasa Parasitologi*
Laboratorium
5
Peralatan
Mikroskop binocular*
Laboratorium
1
6
2
Obat Wajib Ada
7
Jasa Pelayanan
2. Klinik Hewan
No
Jenis Fasilitas
1
2
1 Ruang Pelayanan
2
Ruang Penunjang
3
Alat Medis
4
Alat Operasi
3
Antibiotika,
antihistamin,
anthelminticum, atropin
sulfas,
corticosteroid,
Sedati
a,
Anastethicum*,
Cairan
Infus*,
Alkohol, Antiseptika,
aksin, Obat
Oral,
Konsultasi dan Terapi,
aksinasi,
Operasi minor
Peralatan Yang Harus Ada
3
Ruang Tunggu, Ruang Periksa, Ruang
Tindakan, Ruang Preparasi, Ruang
Operasi, Ruang Rawat Inap, Ruang
Observasi.
Ruang Cuci alat dan kain operasi,
Ruang Rapat
Dokter,
Ruang
Perpustakaan*, Ruang Obat
Thermometer, Stetoscope, Gunting
bengkok
dan
lurus,
Disposable
Syringe, Disposable
Needle,
Urin
Catheter, I Catheter, Infusion set,
Benang Operasi, Nailclipper, USG*,
Nebulizer*,
Opthalmoscope,
Otoscope,
Pinset bayonet,
Arteri
Klem lurus 12, Microscope
Alat Operasi Minor, Alat Operasi
Major,
Mesin,
Anasthesi
Gas*,
Elektro cardiografi (EKG)*, Alat XRay*, Tabung Oksigen lengkap*
1
5
6
7
8
9
10
11
2
3
Alat
Penunjang Meja konsultasi, Meja Periksa, Lemari
Praktek
Obat,
dan
alat,
Timbangan
bayi,Timbangan
digital*,
Cooler
box/lemari es, Meja
Operasi,
Rekaman
Medis,
Lampu operasi,
X-Ray iewer, Tiang infus, Baskom
stainless,
Container
stainless,
Kidney Tray, Papan nama
Penunjang X-Ray
Perizinan
nuklir*,
Meja
X-ray*,
Kaset ukuran S, M, L*, Alat Pelindung
(Apron, sarung tangan, pelindung
leher)*, IR Lamp dan Exhaust fan*
Layanan
Jasa Parasitologi,
Haematologi*,
Kimia
Laboratorium
darah*)**, Urinalisis*)**
Peralatan
Mikroskop binocular, Alat periksa
Laboratorium
darah*, Alat urinalisis*
Kelengkapan
Alat Autocla e/steem, Kain operasi S dan
Bedah
L, Baju Bedah S, M, L, Meja alat
bedah, Meja bedah electric*, Meja
Anastesi*, Tromol besar, Tromol kecil
Obat Wajib Ada
Antibiotika, Analgesik, Antihistamin,
Anthelminticum,
Adrenalin/Epinephrin,
Atropin
sulfas,
Corticosteroid,
Sedativa,
Anastethicum,
Cairan
Infus,
Alkohol, Antiseptika, aksin, Obat Oral
Jasa Pelayanan
Konsultasi dan Terapi,
aksinasi,
Operasi minor, Operasi major, Rawat
inap, Pemeriksaan laboratorium*)**,
USG*, X-Ray*
3. Rumah Sakit Hewan
No
Jenis Fasilitas
1
2
1 Ruang Pelayanan
2
Ruang Penunjang
3
Alat Medis
4
Alat Penunjang
Praktek
Peralatan Yang Harus Ada
3
Ruang Tunggu, Ruang Periksa, Ruang
Tindakan, Ruang Preparasi, Ruang
Operasi, Ruang Rawat Inap, Ruang
Observasi, Ruang Isolasi, Ruang XRay berlapis Pb
Ruang Cuci alat dan kain operasi,
Ruang Rapat
Dokter,
Ruang
Perpustakaan, Ruang Obat
Thermometer, Stetoscope, Gunting
bengkok
dan
lurus,
Disposable
Syringe, Disposable
Needle,
Urin
Catheter,
I Catheter, Infusion set,
Benang Operasi, Nailclipper, Doppler,
USG,
Nebulizer*, Opthalmoscope,
Otoscope, Pinset bayonet, Arteri Klem
lurus 12 – 14 cm, Scaller/Kompresor,
Microscope, Alat Operasi Minor, Alat
Operasi Major, Mesin Anasthesi Gas,
Elektro cardiografi (EKG), Alat X-Ray
,
Endoscopy*,
Tabung Oksigen
lengkap
Meja konsultasi, Meja Periksa, Lemari
Obat dan alat, Timbangan bayi,
Timbangan digital, Cooler box/lemari
es, Meja Operasi, Rekaman Medis,
Lampu operasi, X-Ray iewer, Tiang
infus, Baskom stainless , Container
stainless, Kidney Tray, Papan nama
1
5
6
7
8
9
10
2
Penunjang X-Ray
3
Perizinan nuklir, Meja X-ray, Kaset
ukuran S, M, L, Alat Pelindung
(Apron,sarung
tangan,
pelindung
leher), IR Lamp dan Exhaust fan
Layanan
Jasa Parasitologi,
Haematologi,
Kimia
Laboratorium
darah,
Urinalisis,
Citologi*)**,
Pathologi*)**
Peralatan
Mikroskop binoculer, Alat periksa
Laboratorium
darah, Alat Alat urinalisis, Mesin
kimia darah, Centrifuge, Lemari es
untuk reagent
Kelengkapan
Alat Peralatan bedah orthopedi, Autocla
Bedah
e/steem, Kain operasi S dan L, Baju
Bedah S,M,L, Monitor respirasi, Meja
alat bedah, Meja bedah electric,
Meja Anastesi, Tromol besar, Tromol
kecil
Obat Wajib Ada
Antibiotika, Analgesik, Antihistamin,
Anthelminticum,
Adrenalin/Epinephrin,
Atropin
sulfas,
Corticosteroid,
Sedati a,
Anastethicum,
Cairan
Infus,
Alkohol, Antiseptika, aksin, Obat Oral
Jasa Pelayanan
Konsultasi dan Terapi,
aksinasi,
Operasi minor, Operasi major, Rawat
inap,
Pemeriksaan
laboratorium,
USG, X-Ray, Gawat darurat, Rawat
inap penyakit menular, Endoscopi*
4. Rumah Sakit Hewan Khusus
No
Jenis Fasilitas
1
2
1 Ruang Pelayanan
2
Ruang Penunjang
3
Alat Medis
Peralatan Yang Harus Ada
3
Ruang Tunggu, Ruang Periksa,
Ruang Tindakan,
Ruang
Preparasi,
Ruang Operasi,
Ruang Rawat Inap, Ruang
Observasi,
Ruang
Isolasi,
Ruang X-Ray berlapis Pb
Ruang Cuci alat dan kain
operasi, Ruang Rapat Dokter,
Ruang Perpustakaan, Ruang
Obat.
Thermometer,
Stetoscope,
Gunting bengkok dan lurus,
Disposable Syringe, Disposable
Needle,
Urin
Catheter,
I
Catheter, Infusion set, Benang
Operasi,
aginoscope*,
Nailclipper,
Doppler,
USG,
Nebulizer*,
Opthalmoscope,
Otoscope,
Pinset
bayonet,
Arteri Klem lurus 12 – 14 cm,
Scaller/Kompresor, Microscope
1
4
5
6
7
2
Alat Operasi
3
Alat
Operasi
Minor,
Alat
Operasi Major, Mesin Anasthesi
Gas, Elektro cardiografi (EKG),
Alat X-Ray, Endoscopy, Tabung
Oksigen lengkap.
Alat Penunjang Praktek : Meja
konsultasi,
Meja
Periksa,
Lemari Obat
dan
alat,
Timbangan
bayi, Timbangan
digital, Cooler box/lemari es,
Meja
Operasi,
Rekaman
Medis, Lampu operasi, X-Ray
iewer, Baskom stainless, Tiang
infus,
Container
stainless,
Kidney Tray, Papan nama.
Penunjang X-Ray
Perizinan nuklir, Meja X-ray,
Kaset ukuran S, M, L, Alat
Pelindung
(Apron,sarung
tangan, pelindung leher), IR
Lamp dan Exhaust fan
Layanan
Jasa Parasitologi,
Haematologi,
Laboratorium
Kimia darah, Alat Urinalisis,
Citologi, Pathologi
Peralatan Laboratorium
Mikroskop
binoculer,
Alat
periksa darah, Alat urinalisis,
Mesin kimia darah,Centrifuge,
Lemari es untuk reagent
1
8
2
Kelengkapan Alat Bedah
9
Obat Wajib Ada
10
Jasa Pelayanan
3
Peralatan
bedah
orthopedi,
Autocla e/steem, Kain operasi S
dan L, Baju Bedah S, M, L,
Monitor respirasi, Meja alat
bedah, Meja bedah electric,
Meja Anastesi, Tromol besar,
Tromol kecil
Antibiotika,
Analgesik,
Antihistamin, Anthelminticum,
Adrenalin/Epinephrin, Atropin
sulfas, Corticosteroid, Sedati a,
anastethicum, Cairan Infus,
Alkohol, Antiseptika,
aksin,
Obat Oral.
Konsultasi
dan
Terapi,
aksinasi,
Operasi
minor,
Operasi major, Rawat inap,
Pemeriksaan
laboratorium,
USG, X-Ray, Gawat darurat,
Rawat inap penyakit menular,
Endoscopi.
Keterangan:
* = sebaiknya ada
*)** = sebaiknya ada dan mempunyai laboratorium rujukan
= Untuk RSH khusus/spesialis, peralatan medik dan obat dapat
ditambah sesuai kekhususan/spesialisnya
BUPATI BANJARNEGARA,
Cap ttd,
SUTEDJO SLAMET UTOMO
LAMPIRAN II
PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA
NOMOR 34 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN
HEWAN DAN INSEMINASI BUATAN
PERSYARATAN MINIMAL
UNTUK FASILITAS PELAYANAN INSEMINASI BUATAN
No
Jenis Fasilitas
1 Peralatan
2
3
Peralatan yang harus ada
insemination gun, plastic sheet,
plastic glove
Alat Penyimpanan
alat
penyimpanan
sperma
(kontainer N2 cair) dan container
transport
Alat
dan
Bahan alat dan bahan antiseptik untuk
Antiseptik
memastikan
proses
IB
dilaksanakan
secara
legheartis/bersih
BUPATI BANJARNEGARA,
Cap ttd,
SUTEDJO SLAMET UTOMO
Download