BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 34 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DAN INSEMINASI BUATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi, mengamankan, dan/atau menjamin wilayah Kabupaten Banjarnegara dari ancaman yang dapat mengganggu kesehatan atau kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan serta dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan hewan, produksi dan produktivitasnya perlu diselenggarakan pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan; b. bahwa untuk menjamin pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan dilakukan oleh pihak yang berkompeten dan waktu yang tepat maka perlu adanya perhatian dan pedoman tentang pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk Peraturan Bupati tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5015) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5619); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara RI Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5234); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara RI Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5679); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan, dan Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara RI Tahun 1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3101); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara RI Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3253); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan (Lembaran Negara RI tahun 1992 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3509); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 214, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5356); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Peternak (Lembaran Negara RI Tahun 2013 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5391); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan (Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5543); 12. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 199); 13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/9/2007 tentang Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman Pelayanan Jasa Medik; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DAN INSEMINASI BUATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Banjarnegara. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Banjarnegara. 4. Dinas adalah perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang peternakan dan kesehatan hewan. 5. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran dan pengusahaannya. 6. Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan, dan peralatan kesehatan hewan, serta keamanan pakan. 7. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun yang di habitatnya. 8. Pelayanan kesehatan hewan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pelayanan jasa laboratorium veteriner, jasa pemeriksaan dan pengujian veteriner, jasa medik veteriner, dan/atau jasa di pusat kesehatan hewan/pos kesehatan hewan. 9. Pelayanan jasa medik veteriner adalah kegiatan pelayanan jasa yang berkaitan dengan kompetensi dokter hewan yang diberikan kepada masyarakat dalam rangka penyelenggaraan praktek kedokteran hewan. 10. Pelayanan Inseminasi buatan adalah kegiatan pelayanan jasa yang berkaitan dengan Inseminasi Buatan dan pemeriksaan kebuntingan. 11. Veteriner adalah segala urusan yang berkaitan dengan hewan dan penyakit hewan. 12. Medik veteriner adalah penyelenggaraan kegiatan praktek kedokteran hewan. 13. Otoritas veteriner adalah kelembagaan Pemerintah dan/atau kelembagaan yang dibentuk Pemerintah dalam pengambilan keputusan tertinggi yang bersifat teknis kesehatan hewan dengan melibatkan keprofesionalan dokter hewan dan dengan mengerahkan semua lini kemampuan profesi mulai dari mengindentifikasian masalah, menentukan kebijakan, mengoordinasikan pelaksana kebijakan, sampai dengan mengendalikan teknis operasional di lapangan. 14. Usaha dibidang kesehatan Hewan adalah kegiatan yang menghasilkan produk dan jasa yang menunjang upaya dalam mewujudkan kesehatan hewan. 15. Tenaga kesehatan hewan adalah orang yang menjalankan aktivitas di bidang kesehatan hewan berdasarkan kompetensi dan kewenangan medic veteriner yang hierarkis sesuai dengan pendidikan formal dan/atau pelatihan kesehatan hewan bersertifikat. 16. Tenaga medik veteriner adalah dokter hewan atau dokter hewan spesialis yang menjalankan aktivitasnya di bidang pelayanan jasa medik veteriner berdasarkan kompetensi dan kewenangannya. 17. Tenaga paramedik veteriner adalah tenaga kesehatan hewan lulusan sekolah kejuruan, pendidikan diploma atau memperoleh sertifikat untuk melaksanakan urusan kesehatan hewan yang menjadi kompetensinya dan dilakukan di bawah penyeliaan dokter hewan. 18. Penyeliaan dokter hewan adalah pengawasan secara berkelanjutan kepada kinerja tenaga paramedik veteriner dan/atau sarjana kedokteran hewan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan hewan, khususnya dalam membantu tindakan medik veteriner. 19. Dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran hewan, sertifikat kompetensi, dan kewenangan medik veteriner dalam melaksanakan pelayanan kesehatan hewan. 20. Dokter hewan berwenang adalah dokter hewan yang ditunjuk oleh Bupati sesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan kesehatan hewan. 21. Dokter hewan praktek adalah dokter hewan yang melakukan pelayanan jasa medik veteriner berupa praktek konsultasi kesehatan hewan atau transaksi terapetik dengan izin praktek kesehatan hewan dalam bentuk Surat Tanda Registrasi. 22. Transaksi terapetik adalah pelayanan jasa medik veteriner yang melibatkan unsur dokter hewan, klien (pengguna jasa) dan pasien (hewan) yang diikuti dengan imbalan atas kompetensi medik veteriner, fasilitas, dan/atau tempat praktek yang digunakan. 23. Praktek konsultasi kesehatan hewan adalah pelayanan jasa medik veteriner oleh dokter hewan dengan kemampuan kompetensi medik veteriner. 24. Kompetensi medik veteriner adalah kecerdasan bertindak dan kemampuan mengambil keputusan di bidang medik veteriner dengan mengacu pada perkembangan ilmu kedokteran hewan terkini untuk kepentingan tertinggi klien, pasien, masyarakat dan lingkungan serta keluhuran sumpah/janji dan kode etik profesi. 25. Sertifikat kompetensi adalah keterangan tertulis yang menjelaskan tingkat penguasaan kemampuan tenaga kesehatan hewan dalam melaksanakan urusan kesehatan hewan. 26. Tempat praktek adalah lokasi usaha pelayanan jasa medik veteriner yang diizinkan oleh Bupati, seperti usaha dokter hewan praktek mandiri, dokter hewan praktek bersama, klinik hewan, rumah sakit hewan, atau pusat kesehatan hewan. 27. Dokter hewan praktek mandiri adalah suatu usaha pelayanan jasa medik veteriner yang dikelola oleh satu dokter hewan yang mempertanggung-jawabkan semua tindakannya secara individual. 28. Dokter hewan praktek bersama adalah suatu usaha pelayanan jasa medik veteriner yang dijalankan oleh lebih dari satu orang dokter hewan serta dipimpin oleh seorang dokter hewan sebagai penanggungjawab. 29. Klinik hewan adalah tempat usaha pelayanan jasa medik veteriner yang dijalankan oleh suatu manajemen dengan dipimpin oleh seorang dokter hewan penanggungjawab dan memiliki fasilitas untuk pengamatan hewan yang mendapat gangguan kesehatan tertentu. 30. Rumah Sakit Hewan adalah tempat usaha pelayanan jasa medik veteriner yang dijalankan oleh suatu manajemen dengan dipimpin oleh seorang dokter hewan penanggungjawab, memiliki fasilitas untuk pelayanan gawat darurat, laboratorium diagnostik, rawat inap, unit penanganan intensif, ruang isolasi, serta dapat menerima jasa layanan medik veteriner yang bersifat rujukan. 31. Rumah Sakit Hewan Khusus adalah tempat usaha pelayanan jasa medik veteriner untuk memberikan pelayanan jasa medik veteriner secara khusus dan didukung dengan tenaga medik veteriner yang sesuai dengan bidang kekhususan. 32. Pusat Kesehatan Hewan yang selanjutnya disingkat Puskeswan adalah pos kesehatan hewan yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan hewan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 690/Kpts/TN.510/10/10/1993 dan Nomor 88 tahun 1993 tentang Pos Kesehatan Hewan. 33. Organisasi profesi kedokteran hewan adalah Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia. 34. Inseminasi Buatan adalah teknik memasukkan mani/semen ke dalam alat reproduksi ternak betina sehat untuk membuahi sel telur dengan menggunakan alat inseminasi dengan tujuan agar ternak bunting. 35. Inseminator adalah petugas yang telah dididik dan lulus dalam latihan ketrampilan khusus untuk melakukan Inseminasi Buatan dan memiliki Surat Ijin Melakukan Inseminasi. 36. Supervisor adalah Pegawai Negeri Sipil pada Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan yang telah dididik khusus tentang pengelolaan Satuan Pelayanan Inseminasi Buatan dengan pendidikan minimal S-1 dan telah mengikuti pelatihan supervisor. Supervisor ditunjuk oleh Kepala Dinas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan Inseminasi Buatan di Daerah. BAB II MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Maksud Pasal 2 Maksud dibentuknya Peraturan Bupati ini adalah sebagai acuan bagi dokter hewan, dokter hewan berwenang, otoritas veteriner, organisasi profesi kedokteran hewan, inseminator, pelaku usaha, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan. Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Tujuan dibentuknya Peraturan Bupati ini untuk: a. memberikan arahan bagi terlaksananya sistem pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan di Daerah; b. memberikan jaminan kepastian, kenyamanan dan/atau ketentraman bagi klien selaku penerima pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan; c. memberikan jaminan kepastian berusaha bagi dokter hewan praktik, inseminator dan pelaku usaha di bidang pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan; d. memberikan arahan bagi otoritas veteriner/dokter hewan berwenang dalam melaksanakan pengawasan dan/atau pembinaan kegiatan pelayanan kesehatan hewan; e. memberikan arahan bagi supervisor dalam melaksanakan pengawasan dan/atau pembinaan kegiatan Inseminasi Buatan; f. g. memberikan arahan kerjasama antara organisasi profesi kedokteran hewan dan otoritas veteriner dalam pembinaan praktek kedokteran hewan; dan menetapkan standar pelayanan minimal kesehatan hewan dan inseminasi buatan. Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 4 Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Bupati ini adalah pelayanan jasa medik veteriner dan inseminasi buatan meliputi ketentuan mengenai tindakan, kategori, bentuk pelayanan, perizinan, persyaratan pelayanan jasa medik veteriner dan pelayanan inseminasi buatan, hak dan kewajiban, pembinaan dan pengawasan serta pengaturan sanksi. BAB III TINDAKAN, KATEGORI, DAN BENTUK PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER Bagian Kesatu Tindakan Jasa Medik Veteriner Pasal 5 Tindakan medik veteriner dalam pelaksanaan pelayanan jasa medik veteriner, antara lain, meliputi: a. melakukan prognosis dan diagnosis penyakit secara klinis, patologis, laboratoris, dan/atau epidemiologis; b. melakukan tindakan transaksi terapeutik berupa konsultasi dan/atau persetujuan tindakan medis (informed-consent) kepada pemilik hewan yang dilanjutkan dengan beberapa kemungkinan tindakan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif dengan menghindari tindakan malpraktek; c. melaksanakan tindakan medik reproduksi, medik konservasi, medik forensik veteriner; d. melaksanakan pemeriksaan dan pengujian mutu obat hewan; e. melakukan pemeriksaan dan pengujian keamanan, kesehatan, keutuhan, produk hewan; f. melakukan konfirmasi kepada unit pelayanan kesehatan hewan rujukan jika diperlukan; g. menyampaikan data penyakit dan kegiatan pelayanan kepada otoritas veteriner; h. menindaklanjuti keputusan Pemerintah yang berkaitan dengan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan dan/atau kesehatan masyarakat veteriner; dan i. melakukan pendidikan klien dan/atau pendidikan masyarakat sehubungan dengan paradigma sehat dan penerapan kaidah kesejahteraan hewan. Bagian Kedua Kategori Jasa Medik Veteriner Pasal 6 Berdasarkan pengertian tindakan medik veteriner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, maka pelayanan jasa medik veteriner yang dilakukan oleh dokter hewan praktek dapat dikatagorikan sebagai berikut: a. praktek transaksi terapeutik; dan b. praktek konsultasi kesehatan hewan. Bagian Ketiga Bentuk Pelayanan Jasa Medik Veteriner Pasal 7 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pelayanan jasa medik veteriner untuk katagori praktek transaksi terapeutik antara lain : a. dokter hewan praktik mandiri; b. dokter hewan praktik bersama; c. klinik hewan; d. rumah Sakit Hewan; e. rumah Sakit Hewan Khusus; dan f. pusat/Pos Kesehatan Hewan. Pelayanan jasa medik veteriner dapat dilakukan oleh Daerah atau badan usaha, seperti perorangan, yayasan, koperasi, perusahaan komanditer/CV, dan perseroan terbatas/PT secara sendiri-sendiri atau kerjasama diantara keduanya. Pelayanan jasa medik veteriner untuk satwa liar di suatu taman margasatwa dalam bentuk klinik hewan, atau rumah sakit hewan. Usaha pelayanan jasa medik veteriner untuk ternak besar dan kecil di suatu kawasan dalam bentuk klinik hewan atau rumah sakit hewan. Pelayanan medik veteriner dengan transaksi terapetik di instalasi karantina dalam bentuk klinik hewan; Pelayanan jasa medik veteriner oleh Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan (Puskeswan) mengikuti Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/ Permentan/OT.140/9/2007 tentang Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan. (7) Pelayanan jasa medik veteriner kategori praktik transaksi terapeutik, dapat diikuti dengan kegiatan ambulatoar dan/atau kunjungan praktik konsultasi kesehatan hewan disesuaikan dengan jenis hewan yang ditangani, antara lain: a. hewan kecil (anjing dan kucing); b. hewan besar (ternak ruminansia, ternak monogastrik); c. hewan laboratorium; d. satwa liar dan hewan kebun binatang; e. hewan akuatik; dan/atau f. unggas dan satwa harapan; (8) Usaha pelayanan jasa rumah sakit hewan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, antara lain, meliputi rumah sakit hewan pendidikan, rumah sakit medik reproduksi, rumah sakit medik konservasi, dan rumah sakit hewan spesialis. (9) Usaha pelayanan jasa rumah sakit hewan pendidikan, rumah sakit medik reproduksi dan rumah sakit medik konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat mengembangkan klinik hewan satelit dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. (10) Setiap usaha pelayanan jasa medik veteriner kategori praktek transaksi terapetik harus dilakukan oleh dokter hewan praktek. (11) Apabila karena keterbatasan tenaga dokter hewan, maka didalam pelaksanaan praktek transaksi terapeutik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa praktek tersebut, dokter hewan dapat dibantu oleh tenaga kesehatan hewan dibawah penyeliaannya. BAB IV TINDAKAN, KATEGORI, DAN BENTUK PELAYANAN INSEMINASI BUATAN Bagian Kesatu Tindakan Inseminasi Buatan Pasal 8 Tindakan Pelayanan Inseminasi buatan antara lain, meliputi: a. melakukan prosedur inseminasi buatan; b. melaksanakan pemeriksaan kebuntingan; dan c. melakukan pemeriksanan status reproduksi. Bagian Kedua Kategori Inseminasi Buatan Pasal 9 Berdasarkan pengertian tindakan pelayanan inseminasi buatan tersebut di atas, maka pelayanan yang dilakukan dapat dikatagorikan sebagai berikut: a. praktek jasa inseminasi buatan, pemeriksaan kebuntingan, dan pemeriksaan status reproduksi; dan b. praktek konsultasi inseminasi buatan, kebuntingan ternak, dan pemeriksaan status reproduksi. Bagian Ketiga Bentuk Pelayanan Inseminasi Buatan Pasal 10 (1) Pelayanan untuk katagori praktek jasa Inseminasi Buatan berbentuk pada : a. pelayanan inseminasi buatan mandiri; b. pelayanan pemeriksaan kebuntingan mandiri; dan c. pelayanan pemeriksaan status reproduksi. (2) Pelayanan inseminasi buatan dapat dilakukan oleh pemerintah, perorangan, koperasi secara sendiri-sendiri atau kerjasama diantara keduanya. (3) Pelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh Inseminator. (4) Pelayanan kategori praktek transaksi jasa inseminasi buatan, pemeriksaan kebuntingan, pemeriksaan status reproduksi dikhususkan untuk jenis hewan ruminansia sesuai dengan kompetensi dan izin. BAB V PERIZINAN Bagian Kesatu Jenis Perizinan Pasal 11 (1) Perizinan untuk dokter hewan praktek. (2) Perizinan pelayanan jasa medik veteriner. (3) Perizinan untuk tenaga kesehatan hewan bukan dokter hewan sebagai paramedik veteriner. (4) Perizinan untuk inseminator. Bagian Kedua Pemberian Izin Pasal 12 (1) Izin pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan diterbitkan oleh Bupati. (2) Bupati dapat melimpahkan kewenangan untuk memberikan izin pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan kepada Kepala Dinas. (3) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Keputusan Bupati. (4) Tata cara perizinan ditetapkan oleh Kepala Dinas dengan mengacu pada Pedoman ini. Bagian Ketiga Persyaratan Perizinan Untuk Dokter Hewan Praktek Pasal 13 (1) Izin untuk dokter hewa praktek diterbitkan oleh Bupati dalam bentuk surat tanda registrasi. (2) Bupati menerbitkan surat izin praktek berdasarkan rekomendasi organisasi profesi kedokteran hewan. (3) Rekomendasi dari organisasi profesi kedokteran hewan diberikan dengan melampirkan salinan (copy) : a. Kartu Tanda Penduduk (KTP); b. ijazah dokter hewan; c. sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh organisasi profesi kedokteran hewan berupa surat ijin dokter hewan; d. surat keterangan sehat; serta e. surat pernyataan mematuhi etika, kode etik dan sumpah dokter hewan. (4) Surat izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang setelah dilakukan pemeriksaan oleh otoritas veteriner Bagian Keempat Perizinan Untuk Usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner Pasal 14 (1) Bentuk perizinan untuk pelayanan jasa medik veteriner yaitu Surat Izin Tempat Usaha/Operasional. (2) Bupati menerbitkan surat izin kelayakan tempat usaha/operasional berdasarkan rekomendasi otoritas veteriner. (3) Otoritas veteriner menerbitkan surat rekomendasi setelah melakukan pemeriksaan kelengkapan administrasi dan pemeriksaan kelayakan tempat, bekerjasama dengan organisasi profesi kedokteran hewan. (4) Pemeriksaan kelengkapan administrasi, antara lain, meliputi pemeriksaan proposal, pemeriksaan permodalan, dan pemeriksaan daftar tenaga kesehatan hewan yang dilibatkan: a. pemeriksaan proposal usaha pelayanan jasa medik veteriner, antara lain, dilengkapi dengan fotokopi kartu tanda penduduk pemohon dan akte pendirian badan usaha bagi pemohon badan usaha (CV, PT, yayasan, koperasi dan institusi); b. usaha pelayanan jasa medik veteriner harus memiliki dokter hewan sebagai penanggungjawab dan tenaga kesehatan hewan bersertifikat kompetensi; dan c. pemeriksaan kelayakan tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disesuaikan dengan persyaratan untuk masing-masing bentuk usaha pelayanan jasa medik veteriner. (5) Kelayakan tempat usaha untuk tempat klinik hewan, rumah sakit hewan dan/atau rumah sakit hewan khusus, masingmasing harus memiliki surat izin mendirikan bangunan (IMB). (6) Usaha pelayanan jasa medik veteriner harus mendapat izin dari Perangkat Daerah yang membidangi perijinan. (7) Surat izin operasional berlaku untuk 4 (empat) tahun dan dapat diperpanjang setelah dilakukan pemeriksaan ulang oleh otoritas veteriner. Bagian Kelima Perizinan Untuk Tenaga Kesehatan Hewan Pasal 15 Tenaga kesehatan hewan seperti sarjana kedokteran hewan dan/atau paramedik veteriner yang terlibat dalam pelayanan jasa medik veteriner harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. untuk Sarjana Kedokteran Hewan harus memiliki ijazah Sarjana Kedokteran Hewan dengan menjelaskan tingkat kompetensi khusus yang dikuasainya; b. untuk paramedik veteriner harus memiliki ijazah sekolah kejuruan dan/atau diploma kesehatan hewan yang menjelaskan tingkat kompetensi yang dikuasainya; c. sertifikat kompetensi untuk tenaga kesehatan hewan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dikeluarkan oleh organisasi profesi kedokteran hewan; d. tenaga kesehatan hewan sebagaimana pada huruf a dan/atau huruf b melakukan perjanjian penyeliaan (supervisi) dengan dokter hewan yang telah terdaftar dan memiliki izin praktek di Daerah, terhadap bidang-bidang yang ditangani dalam pelayanan jasa medik veteriner; e. perjanjian penyeliaan dimaksud di atas wajib diketahui oleh Kepala Dinas dan otoritas veteriner; f. surat pernyataan mematuhi etika dan kode etik, sesuai dengan tingkat kompetensinya; dan g. surat izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang setelah dilakukan pemeriksaan oleh otoritas veteriner. Bagian Keenam Perizinan Untuk Tenaga Pelayanan Inseminasi Buatan Pasal 16 Tenaga teknis yang terkait dalam pelayanan inseminasi buatan harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. memiliki sertifikat sebagai inseminator dari instansi/lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah yang menjelaskan kompetensinya; b. memiliki izin dari Bupati berdasarkan rekomendasi dari Dinas; c. surat pernyataan mematuhi peraturan dan pembinaan dari Dinas dan mematuhi standar operasional prosedur pelayanan inseminasi buatan dan pemeriksaan kebuntingan; d. surat pernyataan kesanggupan melaporkan kegiatan pelayanannya secara rutin kepada Dinas; dan e. surat izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang setelah dilakukan pemeriksaan oleh Dinas. BAB VI PERSYARATAN PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER DAN INSEMINASI BUATAN Bagian Kesatu Persyaratan Dokter Hewan Praktek Pasal 17 (1) Dokter hewan praktek sekurang-kurangnya persyaratan sebagai berikut : a. Warga Negara Indonesia (WNI); b. berbadan sehat; c. memiliki ijazah dokter hewan; memenuhi d. memiliki sertifikat kompetensi dari organisasi profesi kedokteran hewan berupa Surat Izin Dokter Hewan; e. memiliki rekomendasi dari pengurus cabang organisasi profesi kedokteran hewan; dan f. memiliki surat tanda registrasi (izin praktek dokter hewan) dari Bupati. (2) Dokter hewan praktek yang bekerja dalam bidang konsultasi kesehatan hewan memiliki surat keterangan kompetensi khusus dari organisasi kedokteran hewan dan/atau dari instansi dimana yang bersangkutan bekerja sebagai konsultan. Bagian Kedua Persyaratan Umum Usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner Pasal 18 (1) Memiliki tempat praktek yang sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan : a. papan nama dengan mencantumkan bentuk usaha pelayanan jasa medik veteriner, alamat yang jelas, serta dengan ukuran yang memadai; b. tempat untuk menunggu klien dan pasien yang memadai; c. ruang kerja untuk meletakkan meja periksa, uji sederhana, peralatan medik veteriner, lemari obat, peralatan untuk administrasi dan rekam medik, serta peralatan untuk menangani limbah pelayanan kesehatan hewan; d. sistem penerangan dan sirkulasi udara yang memadai sesuai kapasitas; e. sumber air bersih, sistem drainase, sistem penanganan limbah, sistem keamanan untuk menjamin kesehatan manusia, hewan dan lingkungan; dan f. sistem komunikasi. (2) Memiliki fasilitas pelayanan medik veteriner yang sekurangkurangnya harus terdiri dari : a. peralatan untuk mengendalikan hewan; b. peralatan untuk mendiagnosa secara klinis; c. peralatan penunjang diagnosa laboratorium (secara sederhana); d. peralatan pengobatan dan penyimpanan obat; e. peralatan untuk administrasi kantor dan rekam medis; f. paralatan untuk keselamatan petugas; dan g. peralatan untuk menangani limbah pelayanan kesehatan hewan. (3) Memiliki dokter hewan praktek yang sekurang-kurangnya harus : a. jelas kompetensi dan kedudukannya dalam manajemen usaha pelayanan jasa medik veteriner tersebut; b. memiliki kontrak penyeliaan dengan tenaga kesehatan hewan yang menjadi tanggung jawabnya terhadap tindakan medik veteriner yang boleh dilakukannya; c. mengetahui haknya dan melaksanakan kewajibannya dalam pelayanan jasa medik veteriner sebagai bagian integral dari sistem kesehatan hewan nasional; d. siap bekerjasama berdasarkan hubungan etika keprofesionalan dengan sesama kolega lainnya dalam mengembangkan ciri profesi belajar sepanjang hayat, mewujudkan pelayanan prima jasa medik veteriner serta berpartisipasi aktif dalam pembinaan praktek kedokteran hewan; dan e. memiliki rujukan operasional yang baku, rujukan pustaka, dan rujukan laboratorium dalam menentukan diognosa dan prognosa. (4) Memiliki dokter hewan praktek sebagai penanggung jawab usaha pelayanan jasa medik veteriner dan dokter hewan dengan membuat pernyatan sebagai berikut: a. menyatakan untuk taat pada kaidah-kaidah keprofesionalan kedokteran hewan, serta sumpah dan kode etik dokter hewan; dan b. menyatakan turut bela negara dalam bidang kesehatan hewan dengan berpartisipasi dalam pelaksanaan sistem kesehatan hewan nasional. (5) Menggunakan obat hewan dalam pelayanan medik veteriner yang terdaftar kecuali yang diberikan izin khusus dari instansi yang berwenang. (6) Ruangan-ruangan yang khususnya digunakan untuk menangani pasien harus mudah disucihamakan dan memenuhi kesehatan dan keselamatan kerja (K3). (7) Fasilitas dan perlakuan dalam menangani hewan harus memperhatikan kesejahteraan hewan. Bagian Ketiga Persyaratan Khusus Usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner Pasal 19 (1) Syarat Dokter Hewan Praktek Mandiri antara lain : a. sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan persyaratan usaha pelayanan jasa medik veteriner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18; dan b. dapat melakukan tindakan medis veteriner sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. (2) Syarat Dokter Hewan Praktek Bersama antara lain : a. sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan persyaratan usaha pelayanan jasa medik veteriner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18; b. memiliki surat izin praktek untuk dapat melakukan tindakan medis veteriner sesuai dengan kapasitas yang dimiliki; dan c. memiliki ”kode etik” internal dalam memberikan pelayanan jasa medik veteriner secara prima. (3) Syarat Klinik Hewan, antara lain : a. memenuhi persyaratan perizinan dokter hewan praktek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Persyaratan Pelayanan Jasa Medik veteriner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18; b. memiliki izin usaha klinik hewan dari Bupati; c. memiliki ”kode etik klinik hewan” internal dalam memberikan pelayanan jasa medik veteriner secara prima; d. masing-masing tenaga medik veteriner memiliki izin praktek dari Bupati; dan e. memiliki kandang untuk observasi dan/atau kandang rawat inap. (4) Syarat Rumah Sakit Hewan, antara lain : a. usaha rumah sakit hewan yang harus memenuhi persyaratan perizinan dokter hewan praktek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan persyaratan usaha pelayanan jasa medik veteriner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18; b. memiliki izin usaha rumah sakit hewan yang dikeluarkan oleh Bupati; c. memiliki ”kode etik rumah sakit hewan” internal dalam memberikan pelayanan jasa medik veteriner secara prima; d. masing-masing tenaga medik veteriner memiliki izin praktek dari Bupati; e. memiliki sistem untuk melayani kasus rujukan; f. memiliki fasilitas yang memadai antara lain : 1) tempat tunggu klien yang nyaman; 2) tempat penerimaan pasien dan pembayaran; 3) ruang pemeriksaan hewan; 4) tempat penanganan gawat darurat; 5) 6) 7) 8) 9) 10) laboratorium klinik; ruang observasi dan rawat inap; ruang operasi; ruang nekropsi; ruang rontgen; ruang dokter dan atau tenaga kesehatan hewan lainnya; 11) dapur, ruang cuci, dan fasilitas kebersihan lainnya; 12) peralatan medik veteriner untuk pemeriksaan, tindakan medik yang diperlukan dan lain-lain; 13) penerangan yang cukup serta sumber air bersih yang memadai; dan 14) ruang penyimpanan, penyiapan obat dan pakan hewan. (5) Syarat Rumah Sakit Hewan Khusus, antara lain : a. rumah sakit hewan khusus, antara lain, meliputi rumah sakit hewan pendidikan, rumah sakit medik reproduksi, rumah sakit medik konservasi, dan rumah sakit hewan spesialis; b. rumah sakit hewan pendidikan, rumah sakit medik reproduksi dan rumah sakit medik konservasi dapat mengembangkan klinik hewan satelit dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku; c. rumah sakit hewan khusus yang memberikan pelayanan jasa medik veteriner selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam persyaratan Rumah Sakit Hewan, harus memiliki tenaga medik veteriner spesialis yang diperlukan sesuai dengan bidang keahliannya; d. pelayanan jasa medik veteriner pada rumah sakit hewan khusus harus dilakukan oleh dokter hewan spesialis dibantu oleh tenaga medik veteriner kompeten lainnya sesuai dengan bidang keahliannya; dan e. Dokter Hewan praktek yang memberikan pelayanan jasa medik veteriner pada rumah sakit hewan khusus, dalam melakukan tindakan medik veteriner harus didasarkan pada diagnosa dan prognosa sesuai kaedahkaedah ilmu kedokteran hewan. Bagian Keempat Persyaratan Minimal Untuk Fasilitas Pelayanan Jasa Medik Veteriner dan Inseminasi Buatan Pasal 20 Persyaratan minimal untuk fasilitas pelayanan jasa medik veteriner pada masing-masing jenis hewan dan inseminasi buatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Hak Pasal 21 (1) Dokter Hewan yang telah memperoleh izin praktek mempunyai hak untuk: a. melakukan pelayanan jasa medik veteriner; b. melakukan tindakan medik veteriner sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu kedokteran hewan; dan c. menetapkan biaya jasa atas kompetensi medik veteriner, fasilitas, dan/atau tempat praktek yang digunakannya. (2) Badan usaha yang memperoleh izin tempat usaha/operasional mempunyai hak untuk : a. mengoperasikan klinik hewan, rumah sakit hewan atau rumah sakit hewan khusus; b. menetapkan dokter hewan penanggungjawab; c. memperkerjakan tenaga kesehatan hewan; dan d. menetapkan biaya jasa atas kompetensi medik veteriner, fasilitas, dan/atau tempat praktek yang digunakannya. (3) Inseminator yang telah memperoleh izin pelayanan mempunyai hak untuk: a. melakukan pelayanan inseminasi buatan sesuai dengan wilayahnya; dan b. melakukan pelayanan inseminasi buatan sesuai dengan Standart Operational Procedure inseminasi buatan. Bagian Kedua Kewajiban Pasal 22 (1) Dokter Hewan yang melakukan pelayanan jasa medik veteriner secara mandiri dan/atau bersama mempunyai kewajiban untuk: a. melaporkan kasus penyakit hewan yang diduga termasuk penyakit hewan menular yang wajib dilaporkan (notifiable diseases) kepada pemerintah/pemerintah daerah; b. berpartisipasi dalam pelaksanaan vaksinasi dan pengobatan dalam program-program pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular yang ditetapkan oleh pemerintah/pemerintah daerah; c. berpartisipasi dalam pendidikan klien atau masyarakat umum terhadap penyakit hewan menular dan penyakit zoonosis; dan d. berpartisipasi dalam pembinaan kode etik praktek kedokteran hewan dengan cara menghadiri diskusi, lokakarya, seminar yang berkaitan dengan kesehatan hewan guna menambah wawasan dan kompetensinya. (2) Klinik Hewan, Rumah Sakit Hewan dan/atau Rumah Sakit Hewan Khusus mempunyai kewajiban untuk : a. melaporkan kasus penyakit hewan yang diduga termasuk penyakit hewan menular yang wajib dilaporkan (notifiable diaseases) kepada pemerintah/pemerintah daerah; b. berpartisipasi dalam pelaksanaan vaksinasi dan pengobatan dalam program-program pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular yang ditetapkan oleh pemerintah/pemerintah daerah; c. berpartisipasi dalam penyuluhan dan pendidikan klien atau masyarakat umum terhadap hewan menular dan penyakit zoonosis; d. berpartisipasi dalam pembinaan praktek kedokteran hewan dengan memfasilitasi Dokter Hewan dan tenaga medik veteriner lainnya untuk mengikuti diskusi, lokakarya, seminar, pelatihan maupun pendidikan spesialis yang berkaitan dengan kesehatan hewan guna menambah dan meningkatkan wawasan dan kompetensinya; dan e. menghormati dan mematuhi keputusan dan atau tindakan medik veteriner yang diambil oleh penanggungjawab medik veteriner dan/atau dokter hewan praktek. (3) Organisasi profesi kedokteran hewan mempunyai kewajiban untuk : a. menyelenggarakan ujian nasional kompetensi dokter hewan melalui kerjasama dengan fakultas kedokteran hewan di seluruh indonesia; b. menerbitkan sertifikat kompetensi untuk tenaga kesehatan hewan dan untuk dokter hewan (dalam bentuk surat ijin dokter hewan); c. memberikan rekomendasi perizinan dokter hewan praktek dan perizinan usaha pelayanan kesehatan hewan; d. melaksanakan pembinaan praktek dan kode etik kedokteran hewan dan pendidikan berkelanjutan; dan e. berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan sistem kesehatan hewan nasional. (4) Inseminator yang melakukan pelayanan inseminasi buatan mempunyai kewajiban untuk : a. melakukan identifikasi akseptor Inseminasi Buatan dan mengisi kartu peserta Inseminasi Buatan; b. membuat program/rencana birahi ternak akseptor berdasarkan siklus birahi di wilayah kerjanya; c. membuat pencatatan dan pelaporan pelaksanaan Inseminasi Buatan; dan d. berkoordinasi dengan petugas pemeriksaan kebuntingan dan asisten teknis reproduksi jika hasil Inseminasi Buatan tidak berhasil. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 23 (1) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan pelayanan jasa medik veteriner di Daerah. (2) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan kewenangannya mengakomodasi dan mendorong terlaksananya kewajibankewajiban yang harus dilakukan oleh dokter hewan berwenang, klinik hewan, rumah sakit hewan, rumah sakit hewan khusus serta organisasi profesi kedokteran hewan. (3) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan kewenangannya mengakomodasi hak-hak dokter hewan praktek dan pengusaha pelayanan jasa medik veteriner. (4) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan kewenangannya, bersama organisasi profesi kedokteran hewan melakukan pembinaan kepada praktek kedokteran hewan dan pemberdayaan potensi tenaga kesehatan hewan. (5) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan kewenangannya mengatur sistem rujukan, pelaporan dan informasi veteriner dalam rangka siskeswanas. (6) Pemerintah dan pemerintah daerah membina dan memfasilitasi pengembangan medik veteriner dan medik konservasi, pusat kesehatan hewan, serta rumah pemotongan hewan dan pelayanan inseminasi buatan. (7) Pembinaan terhadap pelaksanaan Pelayanan Inseminasi Buatan dilaksanakan oleh Dinas. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 24 (1) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan jangkauan kewenangannya melakukan koordinasi dalam rangka efektivitas pengawasan pelaksanaan pelayanan jasa medik veteriner. (2) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan jangkauan kewenangannya melakukan pengawasan kepada keberadaan dan kinerja tenaga kesehatan hewan warga negara asing di Daerah. (3) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan jangkauan kewenangannya memberikan apresiasi/reward dan melakukan promosi kepada dokter hewan praktek dan/atau usaha pelayanan jasa medik veteriner yang memenuhi persyaratan dan menjalankan kewajibannya dengan baik. (4) Otoritas veteriner Daerah sesuai dengan jangkauan kewenangan memberikan peringatan secara bertahap dan menjatuhkan sanksi secara bertahap kepada dokter hewan praktek dan/atau usaha pelayanan jasa medik veteriner yang belum memenuhi persyaratan dan menjalankan kewajibannya dengan baik. (5) Pengawasan terhadap pelaksanaan Pelayanan Inseminasi buatan dilaksanakan oleh supervisor Inseminasi Buatan sesuai dengan jangkauan kewenangannya melakukan koordinasi dalam rangka efektivitas pengawasan pelaksanaan pelayanan Inseminasi Buatan. BAB IX SANKSI Pasal 25 (1) Dokter hewan praktek, klinik hewan, rumah sakit hewan dan/atau rumah sakit hewan khusus serta pelaksana pelayanan inseminasi buatan yang tidak melaksanakan kewajiban dan memenuhi persyaratan dan/atau tidak melaporkan kasus penyakit hewan yang diduga termasuk dalam penyakit hewan yang harus dilaporkan (notifiable diseases) dan pelaporan pelaksanaan inseminasi buatan yang dilakukan akan dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administrative dapat berupa : a. teguran atau peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan praktek dokter hewan, klinik hewan, dan/atau rumah sakit hewan dan pelayanan Inseminasi Buatan yang bersangkutan; dan c. pencabutan izin operasional praktek dokter hewan, klinik hewan, dan atau rumah sakit hewan dan pelayanan Inseminasi Buatan yang bersangkutan. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 26 (1) Dokter hewan praktek dan/atau usaha pelayanan jasa medik veteriner dan inseminator yang telah mendapat izin operasional sebelum diterbitkannya Peraturan Bupati ini tetap dapat melaksanakan pelayanan jasa medik veteriner dan pelayanan Inseminasi Buatan. (2) Dokter hewan praktek dan/atau usaha pelayanan jasa medik veteriner dan inseminator yang masa berlakunya izin operasional telah berakhir atau yang baru wajib mengikuti Peraturan Bupati ini. (3) Dalam hal di Daerah tidak terdapat pengurus cabang organisasi profesi kedokteran hewan, maka dokter hewan praktek dan/atau usaha pelayanan jasa medik veteriner dapat mengajukan permohonan rekomendasi dari pengurus cabang organisasi profesi kedokteran hewan daerah terdekat. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara. Ditetapkan di Banjarnegara pada tanggal 16-7-2015 BUPATI BANJARNEGARA, Cap ttd, SUTEDJO SLAMET UTOMO Diundangkan di Banjarnegara pada tanggal 16-7-2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA, Cap ttd, FAHRUDIN SLAMET SUSIADI BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 34 Mengetahui sesuai aslinya, KEPALA BAGIAN HUKUM YUSUF AGUNG PRABOWO, S.H., M.Si Pembina NIP. 19721030 199703 1 003 LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DAN INSEMINASI BUATAN PERSYARATAN MINIMAL UNTUK FASILITAS PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER DAN INSEMINASI BUATAN 1. Praktek Dokter Hewan Mandiri dan Bersama No Jenis Fasilitas Peralatan Yang Harus Ada 1 2 3 1 Ruang Pelayanan R. Tunggu, R. Periksa, R. Tindakan* 2 Alat Medis Termometer, Stetoscope, Gunting Bengkok dan Lurus, Disposable Syringe, Disposable Needle, I Catheter, Infusion set, Benang Operasi,Nailclipper, Opthalmoscope, Otoscope,Pinset bayonet, Arteri Klem lurus 12 – 14 cm, Alat Operasi Minor, Microscope* 3 Alat Penunjang Meja konsultasi, Meja Periksa, Lemari Praktek Obat dan alat, Timbangan bayi, Cooler box/lemari es, Rekaman Medis, X-Ray iewer*, Tiang infus, Baskom stainless, Kidney Tray, Papan nama 4 Layanan Jasa Parasitologi* Laboratorium 5 Peralatan Mikroskop binocular* Laboratorium 1 6 2 Obat Wajib Ada 7 Jasa Pelayanan 2. Klinik Hewan No Jenis Fasilitas 1 2 1 Ruang Pelayanan 2 Ruang Penunjang 3 Alat Medis 4 Alat Operasi 3 Antibiotika, antihistamin, anthelminticum, atropin sulfas, corticosteroid, Sedati a, Anastethicum*, Cairan Infus*, Alkohol, Antiseptika, aksin, Obat Oral, Konsultasi dan Terapi, aksinasi, Operasi minor Peralatan Yang Harus Ada 3 Ruang Tunggu, Ruang Periksa, Ruang Tindakan, Ruang Preparasi, Ruang Operasi, Ruang Rawat Inap, Ruang Observasi. Ruang Cuci alat dan kain operasi, Ruang Rapat Dokter, Ruang Perpustakaan*, Ruang Obat Thermometer, Stetoscope, Gunting bengkok dan lurus, Disposable Syringe, Disposable Needle, Urin Catheter, I Catheter, Infusion set, Benang Operasi, Nailclipper, USG*, Nebulizer*, Opthalmoscope, Otoscope, Pinset bayonet, Arteri Klem lurus 12, Microscope Alat Operasi Minor, Alat Operasi Major, Mesin, Anasthesi Gas*, Elektro cardiografi (EKG)*, Alat XRay*, Tabung Oksigen lengkap* 1 5 6 7 8 9 10 11 2 3 Alat Penunjang Meja konsultasi, Meja Periksa, Lemari Praktek Obat, dan alat, Timbangan bayi,Timbangan digital*, Cooler box/lemari es, Meja Operasi, Rekaman Medis, Lampu operasi, X-Ray iewer, Tiang infus, Baskom stainless, Container stainless, Kidney Tray, Papan nama Penunjang X-Ray Perizinan nuklir*, Meja X-ray*, Kaset ukuran S, M, L*, Alat Pelindung (Apron, sarung tangan, pelindung leher)*, IR Lamp dan Exhaust fan* Layanan Jasa Parasitologi, Haematologi*, Kimia Laboratorium darah*)**, Urinalisis*)** Peralatan Mikroskop binocular, Alat periksa Laboratorium darah*, Alat urinalisis* Kelengkapan Alat Autocla e/steem, Kain operasi S dan Bedah L, Baju Bedah S, M, L, Meja alat bedah, Meja bedah electric*, Meja Anastesi*, Tromol besar, Tromol kecil Obat Wajib Ada Antibiotika, Analgesik, Antihistamin, Anthelminticum, Adrenalin/Epinephrin, Atropin sulfas, Corticosteroid, Sedativa, Anastethicum, Cairan Infus, Alkohol, Antiseptika, aksin, Obat Oral Jasa Pelayanan Konsultasi dan Terapi, aksinasi, Operasi minor, Operasi major, Rawat inap, Pemeriksaan laboratorium*)**, USG*, X-Ray* 3. Rumah Sakit Hewan No Jenis Fasilitas 1 2 1 Ruang Pelayanan 2 Ruang Penunjang 3 Alat Medis 4 Alat Penunjang Praktek Peralatan Yang Harus Ada 3 Ruang Tunggu, Ruang Periksa, Ruang Tindakan, Ruang Preparasi, Ruang Operasi, Ruang Rawat Inap, Ruang Observasi, Ruang Isolasi, Ruang XRay berlapis Pb Ruang Cuci alat dan kain operasi, Ruang Rapat Dokter, Ruang Perpustakaan, Ruang Obat Thermometer, Stetoscope, Gunting bengkok dan lurus, Disposable Syringe, Disposable Needle, Urin Catheter, I Catheter, Infusion set, Benang Operasi, Nailclipper, Doppler, USG, Nebulizer*, Opthalmoscope, Otoscope, Pinset bayonet, Arteri Klem lurus 12 – 14 cm, Scaller/Kompresor, Microscope, Alat Operasi Minor, Alat Operasi Major, Mesin Anasthesi Gas, Elektro cardiografi (EKG), Alat X-Ray , Endoscopy*, Tabung Oksigen lengkap Meja konsultasi, Meja Periksa, Lemari Obat dan alat, Timbangan bayi, Timbangan digital, Cooler box/lemari es, Meja Operasi, Rekaman Medis, Lampu operasi, X-Ray iewer, Tiang infus, Baskom stainless , Container stainless, Kidney Tray, Papan nama 1 5 6 7 8 9 10 2 Penunjang X-Ray 3 Perizinan nuklir, Meja X-ray, Kaset ukuran S, M, L, Alat Pelindung (Apron,sarung tangan, pelindung leher), IR Lamp dan Exhaust fan Layanan Jasa Parasitologi, Haematologi, Kimia Laboratorium darah, Urinalisis, Citologi*)**, Pathologi*)** Peralatan Mikroskop binoculer, Alat periksa Laboratorium darah, Alat Alat urinalisis, Mesin kimia darah, Centrifuge, Lemari es untuk reagent Kelengkapan Alat Peralatan bedah orthopedi, Autocla Bedah e/steem, Kain operasi S dan L, Baju Bedah S,M,L, Monitor respirasi, Meja alat bedah, Meja bedah electric, Meja Anastesi, Tromol besar, Tromol kecil Obat Wajib Ada Antibiotika, Analgesik, Antihistamin, Anthelminticum, Adrenalin/Epinephrin, Atropin sulfas, Corticosteroid, Sedati a, Anastethicum, Cairan Infus, Alkohol, Antiseptika, aksin, Obat Oral Jasa Pelayanan Konsultasi dan Terapi, aksinasi, Operasi minor, Operasi major, Rawat inap, Pemeriksaan laboratorium, USG, X-Ray, Gawat darurat, Rawat inap penyakit menular, Endoscopi* 4. Rumah Sakit Hewan Khusus No Jenis Fasilitas 1 2 1 Ruang Pelayanan 2 Ruang Penunjang 3 Alat Medis Peralatan Yang Harus Ada 3 Ruang Tunggu, Ruang Periksa, Ruang Tindakan, Ruang Preparasi, Ruang Operasi, Ruang Rawat Inap, Ruang Observasi, Ruang Isolasi, Ruang X-Ray berlapis Pb Ruang Cuci alat dan kain operasi, Ruang Rapat Dokter, Ruang Perpustakaan, Ruang Obat. Thermometer, Stetoscope, Gunting bengkok dan lurus, Disposable Syringe, Disposable Needle, Urin Catheter, I Catheter, Infusion set, Benang Operasi, aginoscope*, Nailclipper, Doppler, USG, Nebulizer*, Opthalmoscope, Otoscope, Pinset bayonet, Arteri Klem lurus 12 – 14 cm, Scaller/Kompresor, Microscope 1 4 5 6 7 2 Alat Operasi 3 Alat Operasi Minor, Alat Operasi Major, Mesin Anasthesi Gas, Elektro cardiografi (EKG), Alat X-Ray, Endoscopy, Tabung Oksigen lengkap. Alat Penunjang Praktek : Meja konsultasi, Meja Periksa, Lemari Obat dan alat, Timbangan bayi, Timbangan digital, Cooler box/lemari es, Meja Operasi, Rekaman Medis, Lampu operasi, X-Ray iewer, Baskom stainless, Tiang infus, Container stainless, Kidney Tray, Papan nama. Penunjang X-Ray Perizinan nuklir, Meja X-ray, Kaset ukuran S, M, L, Alat Pelindung (Apron,sarung tangan, pelindung leher), IR Lamp dan Exhaust fan Layanan Jasa Parasitologi, Haematologi, Laboratorium Kimia darah, Alat Urinalisis, Citologi, Pathologi Peralatan Laboratorium Mikroskop binoculer, Alat periksa darah, Alat urinalisis, Mesin kimia darah,Centrifuge, Lemari es untuk reagent 1 8 2 Kelengkapan Alat Bedah 9 Obat Wajib Ada 10 Jasa Pelayanan 3 Peralatan bedah orthopedi, Autocla e/steem, Kain operasi S dan L, Baju Bedah S, M, L, Monitor respirasi, Meja alat bedah, Meja bedah electric, Meja Anastesi, Tromol besar, Tromol kecil Antibiotika, Analgesik, Antihistamin, Anthelminticum, Adrenalin/Epinephrin, Atropin sulfas, Corticosteroid, Sedati a, anastethicum, Cairan Infus, Alkohol, Antiseptika, aksin, Obat Oral. Konsultasi dan Terapi, aksinasi, Operasi minor, Operasi major, Rawat inap, Pemeriksaan laboratorium, USG, X-Ray, Gawat darurat, Rawat inap penyakit menular, Endoscopi. Keterangan: * = sebaiknya ada *)** = sebaiknya ada dan mempunyai laboratorium rujukan = Untuk RSH khusus/spesialis, peralatan medik dan obat dapat ditambah sesuai kekhususan/spesialisnya BUPATI BANJARNEGARA, Cap ttd, SUTEDJO SLAMET UTOMO LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DAN INSEMINASI BUATAN PERSYARATAN MINIMAL UNTUK FASILITAS PELAYANAN INSEMINASI BUATAN No Jenis Fasilitas 1 Peralatan 2 3 Peralatan yang harus ada insemination gun, plastic sheet, plastic glove Alat Penyimpanan alat penyimpanan sperma (kontainer N2 cair) dan container transport Alat dan Bahan alat dan bahan antiseptik untuk Antiseptik memastikan proses IB dilaksanakan secara legheartis/bersih BUPATI BANJARNEGARA, Cap ttd, SUTEDJO SLAMET UTOMO