BAB II G GEOLOG GI REGIO ONAL

advertisement
Bab II Geologi Reegional
BAB II GEOLOG
G
GI REGIO
ONAL
2.1 GEOM
MORFOLO
OGI REGIIONAL
Pada petaa morfologii lembar Mamuju
M
(Raatman dan Atmawinatta, 1993) daerah
d
penelitian terletak dii daerah peegunungan. Daerah peggunungan iini mendom
minasi
peta lembaar mamuju, hanya sebaagian kecil yang
y
berupaa perbukitann bergelomb
bang
Daerah Penelitian
Gaambar 2.1 Petaa Geomorfologi Lembar Maamuju (Ratmaan & Atmawinnata, 1993)
7
Geologi Daeerah Salutiwoo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulaawesi Barat
Bab II Geologi Regional
Daerah Pegunungan
Morfologi ini menempati hampir dua pertiga luas daerah yang dipetakan,
yaitu bagian tengah, utara, timurlaut, dan selatan. Daerah ini umumnya berlereng
terjal dan curam, puncak bukitnya berkisar dari 800 sampai 3.000 m. puncak
tertinggi adalah Bulu Potali dan (+3.074 m). Pola aliran berkembang tidak
mengikuti pola tertentu, tetapi menyesuaikan keadaan tanah dibawahnya. Di
banyak tempat terdapat air terjun, yang menunjukkan ciri kemudaan daerah. Ciri
lain berupa lembah yang sempit dan curam. Di sekitar Barupu dan Panggala,
terdapat suatu morfologi berpola saliran memencar. Lereng bukit umumnya terjal
dan membentuk ngarai. Di daerah pegunungan terdapat sedikit topografi karst dan
dataran aluvium sempit, yaitu disekitar Rantepao.
Daerah perbukitan bergelombang
Morfologi ini terdapat di bagian baratdaya Lembar, yaitu antara Teluk
Lebani dan Teluk Mamuju. Tinggi perbukitan berkisar antara 500 sampai 600 m
di atas muka laut. Daerah ini berpola saliran meranting.
Daerah Dataran Rendah
Dataran rendah menempati bagian barat lembar, yaitu sepanjang pantai
mulai dari Kaluku sampai Babana (daerah S. Budongbudong). Morfologi ini
terbentuk di daerah muara sunggai besar, yaitu S. Budongbudong, S. Lumu, S.
Karama, dan S. Kaluku. Umumnya berpola aliran meranting (dendritik) dan
beberapa sungai bermeander.
8
Geologi Daerah Salutiwo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
Bab II Geologi Regional
2.2 TEKTONIK REGIONAL
2.2.1 Kerangka Tektonik
Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam tatanan tektonik Pulau Sulawesi
adalah apakah Asia Tenggara bergerak terpisah atau tidak dari Lempeng Eurasia,
mengingat Sulawesi merupakan bagian dari Asia Tenggara dan terbentuk oleh
gabungan dari lempeng-lempeng kecil (McCaffrey, 1996; Rangin et al. 1999).
Asia Tenggara bergerak dengan kecepatan 1 cm / tahun (atau kurang) relatif
terhadap Lempeng Eurasia. Karena pergerakan ini kurang signifikan, Asia
Tenggara dianggap merupakan bagian dari Lempeng Eurasia.
Lempeng Indo-Australia bergerak dengan arah NNE, sementara Lempeng Pasifik
(termasuk Lempeng Carolina dan Philipina) mendekati Lempeng Eurasia dengan
arah pergerakan Timur-Barat (McCaffrey 1996). Batas dari Lempeng IndoAustralia dengan Lempeng Pasifik adalah Sesar Sorong yang memotong bagian
utara dari Blok Kontinen Australia dan membawanya ke Lempeng Eurasia di arah
barat. Sehingga terbentuklah gabungan dari fragmen-fragmen yang kemungkinan
merupakan lempeng-mikro yang terletak diantara Kalimantan dan New Guinea,
yaitu Pulau Sulawesi.
Pemekaran yang terjadi pada Tersier Awal membawa bagian timur dari
Kalimantan ke wilayah Pulau Sulawesi sekarang. Setelah periode ekstensional ini,
beberapa lempeng mikro-kontinen dan samudera dari Pasifik dan Australia
terakresikan keatas Sulawesi bagian barat. Hasil dari pergerakan lempenglempeng kecil ini adalah busur magmatik di utara dan ofiolit di bagian selatan.
9
Geologi Daerah Salutiwo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
Bab II Geologi Regional
Gambar 2.2 Tatanan Tektonik Asia Tenggara (Guritno, 1996)
Sebagai hasil dari kegiatan tektonik selama zaman Tersier, Pulau Sulawesi bisa
dibagi menjadi lima unit tektono-stratigrafi, yang dibatasi oleh sesar-sesar utama
(Calvert & Hall 2003). Yaitu, Busur Magmatik Sulawesi Utara, Busur PlutonoVulkanik Sulawesi Barat, yang didominasi oleh batuan plutonik dan vulkanik.
Jalur Metamorf Sulawesi Tengah, didominasi oleh batuan metamorf derajat tinggi
yang dikenal juga sebagai Schist belt. Ofiolit Sulawesi Timur, terdiri atas batuan
ofiolit yang berasal dari kerak samudera. Dan Fragmen-fragmen mikrokontinen
yang tadinya merupakan bagian dari Australia.
10
Geologi Daerah Salutiwo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
Bab II Geologi Reegional
Gambar 2.3 Peta
P Tektono--stratigrafi darri Sulawesi (C
Calvert & Halll, 2003)
kanik Sulaawesi Bara
at dan Bu
usur Magm
matik Sula
awesi
Busur Pllutono-vulk
Utara
Daerah inni dicirikann oleh battuan Tersieer Pluto-vuulkanik berrasosiasi deengan
sedimen berumur Tersier
T
daan Kuarter (Sukamtoo, 1975). Sulawesi Utara
ngan batuaan dasar ““kerak-samu
udra”,
mempunyyai ciri-ciri busur vuulkanik den
sedangkann Sulawesi Barat justrru memperliihatkan kessamaan denngan unsur-unsur
“kerak-bennua”, yangg terdiri daari batuan sedimen
s
beerumur Kappur-Tersier yang
terlipat kuuat dan diterobos olehh batuan beeku granoddiorit dan ddiorit. (Sukamto,
1978).
Batuan pllutonik terddiri dari batuan
b
gran
nitik – diorritik dari M
Miosen Ak
khir –
Pleistosenn, batuan vulkanik
v
um
mumnya ad
dalah kalk-alkalin dann sedikit batuan
b
alkali denngan kisaraan umur daari Paleosen
n – Pleistosen, meskippun gunung api
masih aktiif di bagiann utara proviinsi. Sedimeen laut dan volkanoklaastik terendaapkan
11
Geologi Daeerah Salutiwoo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulaawesi Barat
Bab II Geologi Regional
secara berkala selama Paleosen – Holosen. Pada bagian selatan batuan Tersier
diendapkan di atas sikuen tebal dari “flysch” Kapur Akhir. Sedimen ini memiliki
ketebalan lebih dari 2000 m, dan terletak di atas kompleks mélange (Sukamto,
1981). Endapan “flysch” terendapkan secara menerus dari Kapur Akhir hingga
Eosen pada bagian utara dan kemungkinan hadir sikuen sedimen yang diendapkan
pada cekungan depan busur.
Jalur Metamorf Sulawesi Tengah dan Ofiolit Sulawesi Timur
Daerah ini disusun oleh ofiolit yang berasosiasi dengan sedimen pelagic
Mesozoikum dan mélange pada bagian timur, dan batuan metamorf pada bagian
barat. Ofiolit secara luas terdiri dari dunit, harzburgit, lerzolit, werhlit, serpentinit
dan sedikit gabro, diabas, basaltt, dan diorit (Soeria-Atmaja dkk., 1972). Sikuen
ini berkembang dengan baik di utara; bagian tengah dan selatan ofiolit secara
umum tidak lengkap atau kacau (Simandjuntak, 1981). Sedimen pelagic terdiri
dari karbonat, rijang radiolaria dan lempung merah yang terendapkan pada Jura
hingga Kapur Akhir. Batuan mélange tersingkap di bagian tengah tersusun oleh
blok ofiolit, sedimen pelagic dan metamorf, dalam matriks dari lempung merah
red scaly clay (Simandjuntak, 1980). Batuan metamorf di bagian barat tersusun
oleh bermacam jenis sekis, dengan beraneka jenis dalam amfibol-epidot,
glaukofan-lawsonit atau fasies greenschist (de Roever, 1974).
Fragmen-Fragmen Mikrokontinen
Fragmen-fragmen benua, meliputi Banggai-Sula dan Buton, dipercaya berasal dari
bagian utara lempeng Benua Australia (Pigram dkk, 1985; Metcalfe,1988, 1990;
Audley-Charles dan Harris, 1990; Audley-Charles, 1991; Davidson, 1991;
Surono, 1997). Fragmen tersebut kemungkinan terpisah dari lempeng benua
Australia saat Jura dan bergeser ke arah baratlaut.
Fragmen benua ini dicirikan oleh komplek batuan dasar batuan metamorf Karbon
dan batuan plutonik Perm - Trias, yang terletak di bawah kontinen Mesozoik yang
berasal dari suksesi sedimen yang mengandung ammonites, belemnites, dan
12
Geologi Daerah Salutiwo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
Bab II Geologi Regional
pelecypods (Sukamto, 1974). Sikuen batuan klastik kasar yang kemungkinan
berumur Trias Akhir dan ditindih secara selaras oleh klastik halus dari Jura dan
batuan karbonatan Kapur. Detritus granit dari provinsi ini tersebar hingga ke Jalur
Ofiolit Sulawesi Timur.
2.2.2 Perkembangan Tektonik Sulawesi
Banyak model tektonik yang sudah diajukan untuk menjelaskan evolusi tektonik
dari Pulau Sulawesi. Ada dua peristiwa penting yang terjadi di Sulawesi bagian
barat pada masa kenozoikum. Yang pertama adalah rifting dan pemekaran lantai
samudera di Selat Makassar pada Paleogen yang menciptakan ruang untuk
pengendapan material klastik yang berasal dari Kalimantan. Yang kedua adalah
peristiwa kompresional yang dimulai sejak Miosen. Kompresi ini dipengaruhi
oleh tumbukan kontinen di arah barat, dan ofiolit serta fragmen-fragmen busur
kepulauan di arah timur. Fragmen-fragmen ini termasuk mikro-kontinen Buton,
Tukang Besi dan Banggai Sula (i.e. Parkinson, 1991; Guntoro, 1999). Kompresi
ini menghasilkan Jalur Lipatan Sulawesi Barat (West Sulawesi Fold Belt) yang
berkembang pada Pliosen Awal. Meskipun ukuran fragmen-fragmen ini relatif
kecil, efek dari kolisinya dipercaya menjadi penyebab terjadinya peristiwaperistiwa tektonik di seluruh bagian Sulawesi (Calvert, 2003).
13
Geologi Daerah Salutiwo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
Bab II Geologi Reegional
Gaambar 2.4 Perrkembangan teektonik Asia Tenggara
T
padaa Kenozoik. (H
Hall, 2001)
Terdapat dua modeel tektonikk yang saaling bertenntangan beerkaitan deengan
perkembanngan tektonnik Sulawessi, khususny
ya tentang pembukaan
p
Selat Makassar.
Menurut Parrkinson (1991), Seelat makasaar mulai teerbuka padda Miosen Awal
(Gambar 2.5).
2
Sedanngkan menuurut Guntorro (1999), setelah
s
mem
modifikasi model
m
sebelumnyya, pembuukaan Selatt Makassarr tejadi paada Eosen (Gambar 2.6).
Pemekarann Selat Makassar ini erat kaitaannya dengan perkembbangan tek
ktonik
Sulawesi Barat
B
terutaama perkem
mbangan Jalu
ur Lipatan Sulawesi
S
Baarat (JLSB).
14
Geologi Daeerah Salutiwoo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulaawesi Barat
Bab II Geologi Reegional
Gambar 2.5 Model Evvolusi Tekton
nik Sulawesi (P
Parkinson, 1991)
15
Geologi Daeerah Salutiwoo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulaawesi Barat
Bab II Geologi Reegional
Gambarr 2.6 Model Evolusi
E
Tekton
nik Sulawesi (Guntoro,
(
19999)
Secara sinngkat, perkkembangan tektonik Su
ulawesi Baagian Barat menurut urutan
u
kejadiannyya adalah seebagai berikkut :
Kapur Ak
khir
Selama Kapur
K
Akhirr sikuen tebbal sedimen
n bertipe fly
lysch dienddapkan di daerah
d
yang luas di sepanjaang daerah Sulawesi bagian baratt. Sedimen ini ditindih
h oleh
kompleks melange di
d bagian selatan
s
dan kompleks batuan dassar metamo
orf di
bagian teengah dan utara. Seddimen umu
umnya berrasosiasi deengan lavaa dan
piroklastikk yang menngindikasikaan bahwa batuan
b
ini berasal dari busur kepu
ulauan
vulkanik dan dienddapkan di daerah ceekungan depan
d
busuur (Sukamtto &
Simandjunntak, 1981).
Pada saat yang sama,, daerah sulaawesi bagiaan timur berrkembang sebagai ceku
ungan
laut dalam
m, tempat seedimen pelagic diendaapkan sejakk zaman Jurra di atas batuan
b
16
Geologi Daeerah Salutiwoo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulaawesi Barat
Bab II Geologi Regional
dasar ofiolit. Besar kemungkinan jika cekungan laut dalam Kapur ini dipisahkan
oleh sebuah palung dari daerah Sulawesi Bagian Barat. Palung tersebut
kemungkinan terbentuk akibat subduksi ke arah barat, tempat Melange
Wasuponda berakumulasi (Simandjuntak, 1980 dalam Sukamto & Simandjuntak,
1981). Subduksi ini menyebabkan terjadinya magmatisme di sepanjang daerah
Sulawesi Bagian Barat. Batuan metamorf yang ada di Sulawesi Bagian Barat
diyakini terjadi selama subduksi Kapur ini.
Daerah Banggai-Sula merupakan bagian dari paparan benua sejak Mesozoikum
Awal, dimana diendapkan klastik berumur Trias Akhir Akhir hingga Kapur.
Batuan dasar benua terdiri dari batuan metamorf zaman karbon dan plutonik
Permo-Trias (Sukamto & Simandjuntak, 1981).
Paleogen
Perkembangan sedimen bertipe flysch di Sulawesi bagian barat berhenti di bagian
selatan, sementara di bagian utara masih berlanjut hingga Eosen (Formasi
Tinombo, Sukamto, 1975a, 1975c dalam Sukamto & Simandjuntak, 1981).
Gunungapi aktif setempat selama Paleosen di bagian selatan dan selama Eosen di
bagian tengah dan utara. Pengendapan batuan karbonat (Formasi Tonasa) terjadi
di daerah yang luas di selatan selama Eosen hingga Miosen yang mengindikasikan
bahwa bagian daerah tersebut adalah paparan yang stabil.
Sejak Paleosen, sulawesi bagian timur mengalami shoaling dan diendapkan
batuan karbonat air-dangkal (Formasi Lerea, Simandjuntak, 1981). Pengendapan
batuan karbonat di daerah ini berlanjut hingga Miosen Awal (Formasi Takaluku).
Di bagian barat Banggai-Sula, sikuen tebal karbonat bersisipan klastik diendapkan
di daerah yang luas. Karbonat ini diendapkan sampai Miosen Tengah (Sukamto &
Simandjuntak, 1981).
Zona subduksi dengan kemiringan ke barat yang dimulai sejak zaman Kapur
menghasilkan vulkanik Tersier Awal di Daerah Sulawesi Bagian Barat, dan
17
Geologi Daerah Salutiwo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
Bab II Geologi Regional
proses shoaling laut di daerah Sulawesi Bagian Timur, begitu pula di Daerah
Banggai-Sula (Sukamto & Simandjuntak, 1981).
Di daerah Selat Makassar terjadi peregangan kerak. Daerah Selat Makassar bagian
utara adalah bagian awal dari failed rift atau aulacogen, yang terbentuk sebagai
bagian selatan dari pusat pemekaran Laut Sulawesi (Gambar 2.7) (Schwan 1985
dalam Fraser dkk., 2003). Kombinasi guyot, kelurusan gravitasi, fasies seismik,
bersama dengan distribusi aliran panas yang dihasilkan oleh Kacewicz dkk. (2002
dalam Fraser dkk., 2003), mendukung usulan pola transform/ekstensional untuk
peregangan kerak Eosen Tengah di laut dalam Cekungan Makassar Utara
(Gambar 2.8). Titik paling utara Selat Makassar yang mengalami transform adalah
Cekungan Muara dan Berau. Sumbu pemekaran lantai samudera kemudian
menyebar ke arah selatan. Mendekati Paternosfer Platform sumbunya
menyimpang ke arah timur dan kembali ke arah baratdaya menuju Selat Makassar
selatan.
Perluasan
yang
menerus
dan
diikuti
pembebanan
pada
Eosen
Akhir
(menghasilkan peningkatan akomodasi ruang yang signifikan), kelimpahan
material benua berbutir halus diendapkan di daerah yang luas pada Cekungan
Makassar Utara, berlanjut hingga Oligosen dan Miosen Awal. Suksesi
batulempung tebal yang dihasilkan membentuk media yang mobile untuk thinskinned basal detachment di bawah bagian selatan dari Jalur Lipatan Sulawesi
Barat, yang mulai ada selama Pliosen Awal (Fraser dkk., 2003).
Neogen
Distribusi produk vulkanik yang luas menunjukkan terjadinya vulkanisme yang
kuat selama Miosen Tengah di Daerah Sulawesi Bagian Barat. Batuan vulkanik
yang awalnya diendapkan lingkungan dasar laut dan kemudian setempat menjadi
terestrial pada Pliosen. Vulkanisme berhenti pada Kuarter Awal di selatan tetapi
menerus sampai sekarang di bagian utara.
18
Geologi Daerah Salutiwo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
Bab II Geologi Regional
Magmatisme yang kuat di Daerah Sulawesi Bagian Barat selama Miosen Tengah
berkaitan dengan dengan proses tekanan batuan dalam Daerah Sulawesi Bagian
Timur akibat gerakan benua-mikro Banggai-Sula ke arah barat. Peristiwa tektonik
ini mengangkat dan menganjak hampir keseluruhan material di dalam Daerah
Sulawesi Timur, batuan ofiolit teranjak dan terimbrikasi dengan batuan yang
berasosiasi termasuk melange. Pada bagian lain, ofioit di bagian timur menyusup
ke arah timur ke dalam sedimen Mesozoikum dan Paleogen dari Daerah BanggaiSula.
Selama pengangkatan seluruh daerah Sulawesi yang terjadi sejak Miosen Tengah,
sesar turun (block-faulting) terbentuk di berbagai tempat membentuk cekungancekungan berbentuk graben. Saat Pliosen, seluruh area didominasi oleh block
faulting dan sesar utama seperti Sesar Palu-Koro (Tjia, 1973) tetap aktif.
Pergerakan epirogenic setelahnya membentuk morfologi Pulau Sulawesi yang
sekarang. Peristiwa tektonik ini menghasilkan cekungan laut dangkal dan sempit
di beberapa tempat dan beberapa cekungan darat terisolasi. Batuan klastik kasar
terendapkan di cekungan-cekungan ini dan membentuk Molasse Sulawesi.
Peristiwa tektonik Miosen Tengah juga membengkokkan Daerah Sulawesi bagian
Barat seperti bentuk lengkungan yang sekarang dan menyingkapkan batuan
metamorf di bagian leher pulau.
Jalur Lipatan Sulawesi Barat (JLSB, Gambar 2.9) terletak tepat di sebelah barat
Sesar Palu-Koro, sebuah transform kerak besar dan sinistral, yang pada awalnya
terbentuk saat Eosen oleh pemekaran Laut Sulawesi. Kompresi yang menerus
menghasilkan struktur-struktur berarah barat dari JLSB,
sementara material
mikro-kontinen yang awalnya berasal dari Lempeng Australia (“material
Australoid”) bergerak ke arah barat selama Miosen bertumbukan dengan JLSB.
Pada Pliosen awal, bagian timur dari batas pre-rift dari Cekungan Makassar Utara
membentuk komponen dasar laut dari JLSB. Mikro-kontinen Australia ini yang
pertama adalah Buton, kemudian diikuti oleh Tukang Besi. Arah vector tumbukan
ini pada awalnya adalah utara-barat laut (dengan perhitungan sekarang),
19
Geologi Daerah Salutiwo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
Bab II Geologi Reegional
tumbukann selanjutnyya lebih berarah
b
baratlaut. Varriasi ini cuukup signiffikan,
mengingatt arah stresss yang datang (dari tiimur dan seelatan) mem
mpengaruhii arah
displacem
ment kompreesi yang suddah ada di JL
LSB.
Gambarr 2.7 Elemen tektonik Selat Makassar (Frraser dkk., 20003)
20
Geologi Daeerah Salutiwoo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulaawesi Barat
Bab II Geologi Reegional
Gam
mbar 2.8 Pola spreading
s
42-38 Ma (Fraserr dkk., 2003)
Gambaar 2.9 Jalur Liipatan Sulaweesi Barat (Frasser dkk., 2003)
21
Geologi Daeerah Salutiwoo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulaawesi Barat
Bab II Geologi Reegional
2.3 STRA
ATIGRAFI REGIONA
AL
Berdasarkkan Wahyonno (2000 dalam
d
Andii, 2004), littologi daeraah Bonehau
u dan
sekitarnyaa didominassi oleh batuuan beku daan metamorff, termasukk batuan sed
dimen
yang sedikkit termetam
morfkan (Gaambar 2.14)).
Daerah Pen
nelitian
Gambarr 2.10. Peta Geoologi Regional Daerah
D
Penelitiian (Wahyono, 2000 dalam Maangga dkk, 200
04)
Batuan teertua di daaerah Bonehhau adalah Formasi Latimojong
L
g, yang berrumur
Kapur. Foormasi ini teerdiri dari batusabak,
b
kuarsit,
k
filit, batupasir m
malih, batu
ulanau
malih dann pualam, seetempat battulempung malih (Ratm
man & Atm
mawinata, 1993).
1
Formasi Latimojong
L
ini terbentuuk di lingku
ungan laut dalam
d
dan ddiendapkan tidak
selaras di atas batuann dasar kom
mpleks metamorf. Kom
mpleks Mettamorf ini terdiri
t
dari sekis mika, gneisss mika, filiit, dan batussabak.
22
Geologi Daeerah Salutiwoo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulaawesi Barat
Bab II Geologi Regional
Menurut Djuri & Sudjatmiko (1975, dalam Sukamto & Simandjuntak, 1981), di
Sulawesi bagian barat Formasi Latimojong merupakan sekuen flysch yang
berumur Kapur sampai Eosen . Pada Sulawesi barat bagian tengah, formasi
diendapkan selama Kapur Akhir, berupa perselingan arenit berketebalan beberapa
sentimeter hingga puluhan sentimeter dengan batuserpih. Ciri-ciri turbidit terlihat
pada batuan ini. Lava andesit dan konglomerat hadir sebagai sisipan atau lensa.
Beberapa batuan pada formasi ini telah terubah menjadi batusabak, filit, dan
kuarsit. Formasi ini memiliki ketebalan lebih dari 1000 m dan diintrusi oleh dyke
dan stock batuan basaltik hingga granitik (Sukamto & Simandjuntak, 1981). Fosil
dari zaman Kapur terdapat dalam bongkah yang diperkirakan berasal dari formasi
ini (Brouwer, 1934 dalam Sukamto & Simandjuntak, 1981).
Di atas Formasi Latimojong diendapkan Formasi Toraja (Tet) secara tidak selaras.
Menurut Ratman & Atmawinata (1993), formasi ini berumur Eosen Tengah
sampai Akhir. Komposisinya berupa perselingan batupasir kuarsa, serpih, dan
batulanau, bersisipan konglomerat kuarsa, batulempung karbonan, batugamping,
napal, batupasir hijau, batupasir hijau, batupasir gampingan dan batubara,
setempat dengan lapisan tipis resin dalam batulempung. Formasi Toraja
mempunyai Anggota Rantepao (Tetr) yang terdiri dari batugamping numulit yang
berumur Eosen Tengah – Akhir. Menurut Djuri & Sudjatmiko (1975 dalam
Sukamto & Simandjuntak, 1981) Formasi Toraja merupakan endapan laut
dangkal, terdiri dari perselingan batulempung merah dan quartzose arenite dengan
sisipan batugamping numulitik dan konglomerat. Pengendapannya menerus
hingga Oligosen. Coffield dkk (1993) berpendapat bahwa Formasi Toraja
merupakan endapan fluvial dan lacustrine dangkal.
Calvert dan Hall (2003) menaikkan status formasi Toraja menjadi grup Toraja,
yang berumur Eosen Tengah hingga Oligosen Akhir. Grup ini terdiri dari formasi
Budung-budung dan Kalumpang. Formasi Kalumpang merupakan batuan sedimen
laut marginal / terrestrial yang terdiri dari sekuen shale, lapisan batubara dan
batupasir quartzose, diendapkan selama Eosen Tengah - Akhir. Formasi
23
Geologi Daerah Salutiwo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
Bab II Geologi Regional
Budungbudung diendapkan di lingkungan laut, berumur Eosen tengah hingga
Oligosen Akhir. Komposisinya berupa perselingan batulempung, batupasir
quartzose, batugamping dan sedikit konglomerat. Di Sungai Karama Formasi
Budung-budung memiliki posisi yang sejajar secara lateral sekaligus berada di
atas Formasi Kalumpang.
Formasi Toraja tertindih tak selaras oleh Formasi Sekala (Tmps) pada Miosen
Tengah - Pliosen, yang dibentuk oleh batupasir hijau, grewake, napal,
batulempung dan tuf, sisipan lava bersusunan andesit-basalt. Formasi Sekala
berhubungan menjemari dengan Batuan Gunungapi Talaya (Batuan Vulkanik
Talaya, Tmtv) yang terdiri dari breksi gunungapi, tuf dan lava bersusunan andesitbasal, dengan sisipan batupasir dan napal, setempat batubara. Batuan gunungapi
Talaya mempunyai Anggota Tuf Beropa (Tmb) yang terdiri dari perselingan tuf
dan batupasir tufaan, dengan sisipan breksi vulkanik dan batupasir wacke (Ratman
& Atmawinata, 1993).
Batuan Gunungapi Talaya menjemari dengan Batuan Gunungapi Adang (Tma)
yang terutama bersusunan leusit-basalt, dan berhubungan menjemari dengan
Formasi Mamuju (Tmm) yang berumur Miosen Akhir. Formasi Mamuju terdiri
atas napal, batupasir gampingan, napal tufaan, dan batugamping pasiran
bersisipan tuf. Formasi ini mempunyai Anggota Tapalang (Tmmt) yang terdiri
dari batu gamping koral, batugamping bioklastik, dan napal yang banyak
mengandung moluska. Formasi Lariang terdiri dari batupasir gampingan dan
mikaan, batulempung, bersisipan kalkarenit, konglomerat dan tuf, umurnya
Miosen Akhir – Pliosen Awal.
Endapan termuda adalah Aluvium (Qal) yang terdiri dari endapan-endapan
sungai, pantai, dan antar gunung.
24
Geologi Daerah Salutiwo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
Bab II Geologi Reegional
Gaambar 2.11. Sttratigrafi Regiional Daerah Penelitian.
P
25
Geologi Daeerah Salutiwoo, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulaawesi Barat
Download