PENERAPAN KTSP SEBAGAI UPAYA

advertisement
PENERAPAN KTSP SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN
(Studi kasus di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok)
Dosen Pembimbing:
Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D
Oleh:
Rusdi
206011000080
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
SKRIPSI INI DI PERSEMBAHKAN
UNTUK AYAHANDA, IBUNDA PENULIS
NASWARDI DAN SURMIATI
“ Gelar dan pangkat apapun yang dimiliki oleh seseorang tidak akan
dipandang oleh masyarakat, kecuali peran sertanya dalam kemasyarakatan”
( Naswardi )
KATA PENGANTAR
   
Ungkapan rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT,
Tuhan pencipta alam semesta, dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
besserta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan study di kampus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan segala kemampuan penulis dan berkat
bantuan dari berbagai pihak almamdulillah tugas ini dapat terselesaikan, meskipun
penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan di dalamnya.
Salam ta’dzim dan ungkapan terima kasih yang setulusnya penulis
sampaikan kepada Ayahanda Naswardi dan Ibunda Surmiati, yang telah
memberikan kasih sayangnya selama ini. Baik melalui dukungan maupun materil, entah
apa jadinya penulis tanpa mereka, juga buat semua adik-adikku tercinta: Jafrianto, yuliati
Suci, dan Fadillatul Ginna yang telah memberi motivasi.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat.MA. Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Prof. Dr. Dede Rosyada. MA. Dekan Tarbiyah
3. Bahrissalim, M.Ag. Ketua Jurusan
4. Sapiudin, M.Ag sekretaris Jurusan
5. Nurlena Rifa’I, MA. Ph.D. Selaku pembimbing skripsi, yang telah
memberikan bimbingannya dengan sabar dan penuh pengertian, sehingga
penulisan skripsi ini selesai.
6. Semua Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidatullah.
7. Semua karyawan perpustakaan Tarbiyah dan perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk membaca dan meminjam buku.
8. Semua Satpan Tarbiyah yang telah memberikan motivasi dalam pembuatan
karya ilmiah ini.
9. Kepala MTS Hidayatul Umam HM. Hamzah yang telah memberikan
dukungan moril dan spiritual serta informasi tentang madrasah MTs
Hidayatul Umam.
10. Dewan-dewan guru MTs Hidayatul Umam, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
11. Kawan-kawan PPM; Dino, Alank, Bimbim, dkk, yang selalu eksis
memperjuangkan organisasi kampus, berjuang dan hidup bersama
dilingkungan kampus UIN.
12. Kawan-kawan PAI Non Reguler yang telah banyak membantu dalam
penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis cantumkan namanya satu
persatu dalam skripsi ini.
13. Uda-uda dan adiak-adiak urang minang sadonyo yang sudah memberi
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Serta semua kawan-kawan yang selalu memberi motivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan dan mudah-mudahan
semua amal kebaikan mereka mendapat baladab yang setimpal dari Allah SWT
amin…
Jakarta, 2011
Penulis
( Rusdi)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, Perumusan masalah .................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .............................................................. 8
1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ..................................... 8
2. Landasan Pengembangan KTSP.................................................................. 11
3. Tujuan KTSP ............................................................................................... 13
4. Prinsip dan Acuan Pengembangan KTSP ................................................... 14
5. Komponen KTSP ........................................................................................ 15
6. KTSP Murni dari Diknas ............................................................................. 16
B. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ............................................ 18
a. Perencanaan / Persiapan Pembelajaran ....................................................... 19
b. Kegiatan Pembelajaran ................................................................................ 23
c. Penilaian / Evaluasi ..................................................................................... 28
C. Mutu Pendidikan ................................................................................................ 29
1. Pengertian Mutu Pendidikan ....................................................................... 29
2. Komponen Mutu Pendidikan....................................................................... 30
3. Indikator Mutu Pendidikan .......................................................................... 32
4. Demensi Mutu Pendidikan .......................................................................... 33
5. Kerangka Berfikir ........................................................................................ 34
6. Study Terdahulu yang Relevan ................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 36
C. Populasi dan sampel .............................................................................................. 36
D. Metode Penelitian ................................................................................................. 37
E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data............................................................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Sekolah ....................................................................................... 41
B. Karakteristik Responden ....................................................................................... 49
C. Analisis Data Angket ............................................................................................ 49
D. Narasi Hasil Wawancara ....................................................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 65
B. Saran ..................................................................................................................... 66
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kisi-kisi Angket Penerapan KTSP sebagai Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan.
Tabel 2 : Guru.
Tabel 3 : Keadaan Murid.
Tabel 4 : Keadaan Guru.
Table 5 : Membuat RPP setiap mengajar.
Tabel 6 : Merumuskan tujuan pembelajaran yang mengandung aspek Kognitif,
Afektif, dan Psikomotorik.
Tabel 7 : Mempersiapkan alat peraga sebelum mengajar.
Tabel 8 : Memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Tabel 9 : Mengatur tata ruang mengajar.
Tabel 10 : Mendeskripsikan secara singkat materi yang akan diajarkan.
Tabel 11 : Menghubungkan materi pembelajaran dengan pengalaman siswa.
Tabel 12 : Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
Tabel 13 : Siswa memberikan pendapat dan solusi terhadap permasalahan dalam
pembelajaran.
Tabel 14 : Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Tabel 15 : Penggunaan metode yang bervariasi dalam menyampaikan materi
pembelajaran.
Tabel 16 : Penggunaan bahasa yang lugas dan jelas dalam menguraikan materi
pembelajaran.
Tabel 17 : Memberikan kesimpulan dari materi pelajaranyang telah diajarkan.
Tabel 18 : Pemberian latihan kepada siswa.
Tabel 19 : Memberikan test untuk mengukur kompetensi siswa dalam materi
pembelajaran.
Tabel 20 : Memberikan umpan balik (kesan) terhadap hasil test yang diperoleh
siswa.
Tabel 21 : Melakukan kegiatan tindak lanjut setelah mengetahui hasil test siswa.
Tabel 22 : Pemberian perhatian khusus bagi siswa yang lamban, dan berusaha
untuk membangkitkan motivasi dan kreativitas belajarnya.
Tabel 23 : Menggunakan alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Tabel 24 : Mengadakan remedial teaching bagi siswa.
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sangat disadari bahwa kemajuan suatu bangsa bergantung pada kualitas
sumber daya manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat
Indonesia yang berkualitas tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan. Kegiatan
memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain melalui
peningkatan mutu pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas). Pada pasal 1
disebutkan bahwa:” Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara”.1
Pada abad ke-21 ini, kualitas pendidikan Indonesia semakin memprihatinkan
dan tertinggal jika dibanding dengan negara tetangga dan negara-negara Asia
lainnya seperti, Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks
sumber daya manusia, yang salah satu indikatornya adalah pendidikan, posisi
Indonesia kian tertinggal. Dalam Human Development Report 2007/2008 yang
dipublikasikan secara serentak di dunia, Selasa (27/11) tepat pukul 19.00 WIB itu,
Indonesia berada dibawah Singapura yang berada di urutan 25, Brunei (30),
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. (Jakarta: Visimedia,2007),Cet.1.h.2.
Malaysia (78), Thailand (88), Filipina (90), dan Vietnam (105). Indonesia
menempati rangking ke-107 dalam indeks Pembangunan Manusia yang dibuat
Program Pembangunan PBB (UNDP). Peringkat itu satu tingkat lebih baik
dibandingkan tahun lalu, namun tetap tertinggal dari negara tetangga, termasuk
Vietnam.2
Isjoni mengungkapkan masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat
dilihat dari beberapa indikator. Pertama, nilai Ujian Nasional (UN) yang masih
jauh di bawah standar yang diharapkan.Kedua, aspek non akedemik, banyak kritik
terhadap masalah kedisiplinan, moral dan etika, kreativitas, dll. Ketiga, rendahnya
tingkat kompetensi dan profesionalitas guru. Keempat, kuantitas guru yang masih
kurang, dan penyebaran guru yang tidak merata. Kelima, kondisi lingkungan
sekolah untuk mengimplementasikan pendidikan yang bersifat non akademik yang
masih rendah.3
Permasalahan yang muncul mengisyaratkan perlu adanya suatu perubahan
yang terencana guna meningkatkan mutu pendidikan. Usaha yang dilakukan oleh
pemerintah dalam memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan terus-menerus
dilakukan, salah satunya adalah dengan penyempurnaan kurikulum.
Sejak masa pemerintahan Orde Baru, Departemen Pendidikan telah beberapa
kali menganti Kurikulum mulai dari Kurikulum 1975, kemudian diganti dengan
Kurikulum 1984, kemudian Kurikulum 1994 yang selanjutnya diganti lagi dengan
kurikulum 2004 atau yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
dan sejak tahun pelajaran 2006/2007 Depdiknas meluncurkan Kurikulum 2006 atau
akrab disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Nana Syaodih Sukmadinata mengatakan, bahwa “kunci utama
peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada perubahan”4. Kurikulum
2
Pembangunan Manusia Indonesia Masih Tertinggal, Selasa 22 November 2007, diakses
dari http://www.tempointeraktif.com pada tanggal 26 Oktober 2010.
3
Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007),cet.1,h.83.
4
Nana Syaodih Sukmadinata,dkk,Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah,(Bandung: PT. Refika Aditama,2006),cet 1, h.10.
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena
kurikulum merupakan bagian dari program pendidikan. Tujuan utama kurikulum
adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan bukan semata-mata hanya
menghasilkan suatu bahan pelajaran. Kurikulum tidak hanya memperhatikan
perkembangan dan pembangunan masa sekarang tetapi juga mengarahkan perhatian
ke masa depan sehingga kurikulum harus selalu diperbaharui sejalan dengan
perubahan itu.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah di tetapkan, kurikulum harus
disusun secara strategis dan di rumuskan menjadi program-program tertentu.
Kurikulum harus selalu relevan dengan perubahan masyarakat, sehigga penyusunan
kurikulum harus mempertimbangkan berbagai macam aspek seperti perkembangan
ilmu pengetahuan, perkembangan anak didik, perkembangan kebutuhan masyarakat
dan lapangan kerja.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum terbaru
di Indonesia yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). KTSP merupakan paradigma baru dalam pengembangan kurikulum di
Indonesia yang memberikan otonomi luas bagi satuan pendidikan dalam rangka
mengefektifkan proses belajar dan mengajar di sekolah.
Penerapan KTSP dalam sistem pendidikan Indonesia tidak sekedar pergantian
kurikulum, tetapi menyangkut perubahan secara mendasar dalam sistem
pendidikan. Penerapan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran,
karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan perubahan konsep,
metode, dan strategi guru dalam mengajar, tetapi menyangkut pola pikir, filosofis,
serta komitmen guru.
Penerapan KTSP memberikan peluang bagi setiap sekolah untuk menyusun
kurikulumnya sendiri. Untuk itu, setiap guru yang akan mengajar di kelas di tuntut
memiliki kemampuan menyusun kurikulum bagi peserta didiknya. Guru sebagai
komponen utama pendidikan memegang peranan yang sangat penting baik dari sisi
perencanaan, pelaksanaan maupun pengembangan kurukulum. Sebagai pelaksana
kurikulum, gurulah yang menciptakan kegiatan belajar mengajar, dengan segenap
kemanpuannya guru dapat menciptakan situasai belajar yang aktif, dan mampu
mendorong siswanya untuk berprilaku kreatif dan inovatif.
Sejatinya, KTSP merupakan kurikulum yang merefleksikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang merujuk kepada konsep pendidikan yang di
kemukakan oleh Bloom, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi peserta
didik
secara
optimal.
Oleh
karenanya,
kurikulum
yang
disusun
dapat
menumbuhkan proses pembelajaran di sekolah yang berorientasi pada penguasaan
kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan secara integratif. Degan demikian,
kurikulum
ini
merupakan pengembangan dari pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap dan minat, untuk melakukan suatu keterampilan atau tugas
dalam bentuk keterampilan atau tugas dalam bentuk kemahiran dan rasa
tanggungjawab.
Lebih jauh lagi, kurikulum ini merupakan suatu desain kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan sejumlah kompetensi tertentu, sehingga setelah
menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, siswa diharapkan mampu menguasai
serangkaian kompetensi dan menerapkannya dalam kehidupan kelak. Dengan
diberlakukannya KTSP dalam dunia pendidikan, berimplikasi cukup luas dan
kompleks yang berkaitan dengan pembelajaran, pengalaman belajar, dan sistem
penilaian.
MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok mulai menyusun KTSP sebelum masuk
tahun ajaran 2007. Pada awal proses penyusunan KTSP dan perangkatnya MTs
Hidayatul Umam Cinere-Depok masih meraba-raba dan menemui banyak
hambatan, hal ini dikarenakan masih minimnya sosialisasi dan bimbingan teknis
yang didapat oleh guru. Dan pada juli 2007, MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
telah menyelesaikan penyusunan KTSP yang akan dijadikan pedoman operasional
pelaksanaan pendidikan di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok pada tahun ajaran
2007-2008.
Penerapan KTSP di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok pada tataran
pembelajaran di kelas masih menemui banyak kendala serta masih rendahnya
kualitas pembelajaran. Hal ini tentunya berdampak pada masih rendahnya hasil
belajar siswa, terlihat dari masih banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran dan muatan lokal yang telah ditetapkan
oleh guru.
Beberapa permasalahan yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar
siswa adalah: Pertama, guru kurang berinovasi untuk memfasilitasi dan
mengunakan sumber belajar nyata (kontekstual) untuk membantu siswa dalam
mengkonstruksi pelajaran. Kedua, guru kurang memperhatikan pengalaman belajar
(konsep awal) yang dimiliki siswa dalam pembelajaran dan kurang berupaya untuk
mengaitkan antara pengalaman awal yang dimiliki siswa dengan pengalaman baru
yang sedang dipelajari. Ketiga, pembelajaran lebih menekankan pada hasil,
sehingga menjadikan siswa kurang berminat dalam belajar. Keempat, kegiatan
pembelajaran cenderung masih bersifat pasif karena proses belajar belum disertai
proses internalisasi individualistik pada siswa, artinya pembelajaran masih berpusat
pada guru ( teacher-centred & oriented ) yang mengacu pada ketuntasan materi.
Kelima, masih minimnya sumber atau media belajar yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran.
Dengan kondisi tersebut, maka perlu adanya upaya yang serius dan
bersinergis untuk selalu meningkatkan kreativitas dan inovasi guru dalam proses
pembelajaran agar ketercapaian kompetensi siswa dalam KTSP dapat diwujudkan.
Bedasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendiddikan
(KTSP) sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di MTs Hidayatul
Umam Cinere-Depok”.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah, maka masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana ketersediaan sumber atau media pembelajaran di MTs
Hidayatul Umam Cinere-Depok?
b. Bagaimana suasana pembelajaran di MTs Hidayatul Umam CinereDepok?
c. Upaya apa saja yang dilakukan oleh guru MTs Hidayatul Umam CinereDepok dalam menyelesaikan berbagai kendala yang dihadapi dalam
kegiatan pembelajaran?
d. Bagaimana penerapan KTSP sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok?
2. Pembatasan Masalah
Mengingat kompleksitas masalah yang ada, penulis perlu membatasi
penelitian ini agar lebih terarah dan menghindari kesalahan interpretasi. Maka
masalah yang diteliti dibatasi pada: “Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok”.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana penerapan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan”.
C. Tujuan Penelitian
1. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah tercantum sebelumnya
maka
tujuan dari penelitian ini adalah :
a.
Untuk mengetahui penerapan KTSP sebagai upaya peningkatan mutu
pendidikan di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok.
b. Untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan madrasah Hidayatul
Umam Cinere-Depok dalam meningkatkan mutu pendidikan
2. Penelitian ini diharapkan berguna untuk:
a. Guru : Agar guru dapat meningkatkan motivasi dan kemampuannya dalam
menyusun KTSP.
b. Madrasah : Menjadi feed back bagi madrasah agar meningkatkan kualitas
guru dan peserta didik, khususnya tentang pengembangan kurikulum sehingga
dapat mendidik siswa dengan baik
c. Siswa : Agar menimbulkan motivasi belajar yang tinggi dan dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3. Penelitian ini diharapkan dapat :
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
b. Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
c. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
D. Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak
antara lain:
1.Bagi lembaga pendidikan, diharapkan melalui penelitian ini dapat memberi
kontribusi yang berarti untuk mengetahui bagaimana penerapan KTSP di
Madrasah.
2. Bagi para pembaca, diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai bahan acuan serta studi perbandingan mengenai penerapan KTSP di
Madrasah lain.
3. Bagi peniliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan
pengetahuan tentang bagaimana penerapan KTSP di Madrasah.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1.
Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Secara kebahasaan, kata kurikulum berasal dari bahasa latin currere, yang
berarti lapangan perlombaan lari. Kurikulum juga bisa berasal dari kata curriculum
yang berarti a running course, dan dalam bahasa Prancis dikenal dengan courier
berarti to run (berlari).5
Secara terminologi, kurikulum berarti suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan dirancang secara sistematik atas norma-norma yang berlaku dan
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.6
Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa keutaman mencari ilmu terdapat
dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:
               
               
5
Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta:UIN Jakarta Pres, 2006), h. 85.
6
Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta:UIN Jakarta Pres, 2006), h. 85.
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.
Kedudukan ilmu bagi mereka yang mencari ilmu diantaranya untuk
mendapatkan kebenaran yang Universal bagi kepentingan umat manusia dalam
meningkatkan martabat kemanusiaan dan mempelancar sistem kehidupan baik
individu maupun kelompok. Oleh karenanya agar kedudukan tersebut dapat
tercapai maka syariat meluruskan tujuan dalam menuntut ilmu, yakni:
1. Untuk memahami agama dan mengenal Allah.
2. Untuk melaksanakan kesempurnaan tugas menjadi hamba dan kholifah Allah.
Dalam hadits juga menjelaskan tentang pentingnya pendidikan diantaranya:
‫طلب ا لعلم فريضة على كل مسلم و مسلمة‬
“ yang artinya menuntut ilmu itu wajib bagi kaum muslimin dan muslimat”.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggarawan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”.7
Dalam Kamus Pendidikan, kurikulum dapat menyatakan kepada total struktur
ide dan kegiatan yang disusun oleh suatu lembaga pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan pelajaran bagi siswa untuk melaksanakan tujuan pendidikan.8 Sedangkan
dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia kurikulum diartikan sebagai seperangkat
pelajaran yang diberikan dalam suatu kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai
tujuan pendidkan tertentu.9
7
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional….cet. 1, h. 4.
8
Lenny Fanggidaej, Kamus Pendidikan,(Jakarta: Restu Agung,1995), h. 57.
9
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta:PT. Delta Pamungkas, 1997),cet. Ketiga,h. 240.
Berdasarkan pengertian tentang kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa
kurikulum tidak hanya sebatas pada sejumlah pelajaran yang harus disampaikan
kepada peserta didik saja, tetapi juga mencakup berbagai aktivitas yang dilakukan
oleh pendidik dalam rangka mempengaruhi anak didik didalam belajar untuk
mencapai suatu tujuan. Aktivitas tersebut dapat dilakukan di dalam maupun di luar
kelas, yang tentunya termasuk didalamnya kegiatan belajar-mengajar dan
bagaimana mengatur strategi dalam proses pembelajaran. Artinya dibutuhkan
adanya perencanaan atau pengorganisasian dari proses belajar mengajar, juga perlu
adanya kontrol dan evaluasi sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat
tercapai.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Peraturan Pemerintah tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) disebutkan bahwa “KTSP
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan”.10 KTSP merupakan salah satu bentuk realisasi kebijakan
desentralisasi di bidang pendidikan agar kurikulum benar-benar sesuai dengan
kebutuhan pengembangan potensi peserta didik.
Melalui KTSP, setiap sekolah diberi peluang untuk menyusun kurikulumnya
sendiri. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam
perencanaan, pelaksanaan maupun pengembangan kurikulum. Sebagai pelaksana
kurikulum, gurulah yang menciptakan kegiatan belajar mengajar, dengan segenap
kemampuannya guru dapat menciptakan situasi belajar yang aktif, menggairahkan
dan mampu mendorong siswanya untuk berprilaku kreatif dan inovatif.
KTSP menekankan pada kemampuan (kompetensi) yang harus dicapai, dan
dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan lulusan yang harus
dinyatakan dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal apa yang harus
dicapai lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan modal utama untuk
bersaing di tingkat regional maupun global, karena persaingan sumber daya
manusia.
10
Peraturan Pemerintahan No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta:
Sinar Grafika Offset 2006), cet.Ke-1, h. 170.
Karakteristik kurikulum ini adalah: (1) hasil belajar dinyatakan dengan
kemampuan atau kompetensi yang dapat didemontrasikan atau ditampilkan; (2)
semua peserta didik harus mencapai ketuntasan belajar, yaitu menguasai semua
kompetensi dasar; (3) kecepatan belajar peserta didik tidak sama; (4) penilaian
mengunakan acuan kreteria; (5) ada program remedial, pengayaan, dan percepatan;
(6) tenaga pengajar atau pendidik merancang pengalaman belajar peserta didik; (7)
tenaga pengajar sebagai fasilitator; dan (8) pembelajaran mencakup aspek afektif
yang terintegrasi dalam semua bidang studi.
2.Landasan Pengembangan KTSP
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting
dalam sistem pendidikan, karena dalam kurikulum tidak hanya dirumuskan tentang
tujuan pendidkan yang harus dicapai, tetapi juga memberikan pemahaman tentang
pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Mengingat pentingnya
peranan kurikulum didalam pendidikan, maka dalam penyusunan kurikulum tidak
bisa dilakukan tanpa mengunakan landasan yang kokoh dan kuat.
Pengembangan KTSP didasarkan pada dua landasan pokok, yakni landasan
emperik dan landasan formal.11 Yang menjadi landasan empirik di antaranya adalah
Pertama, adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari sudut
prosess maupun hasil belajar. Kedua, Indonesia adalah negara yang sangat luas
yang memiliki keragaman sosial budaya dengan potensi dan kebutuhan yang
berbeda. Akibatnya, lulusan pendidikan tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan
daerah di mana siswa tinggal.
Yang menjadi landasasn formal pengembangan KTSP adalah.12
a. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
c. Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
11
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008), h. 133.
12
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007),
h. 24.
d. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
e. Permendiknas No. 22, dan 23.
Uraian singkat mengenai isi pasal yang melandasi KTSP sebagai berikkut:
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Beberapa pasal yang terkait dengan KTSP adalah: Pasal 1 Ayat 19 tentang
pengertian kurikulum; Pasal 36 Ayat 2 dan 3 tentang prinsip pengembangan
kurikulum; dan Passal 37 Ayat 1 tentang muatan kurikulum pendidikan
dasar dan menengah.13
2. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Beberapa pasal yang terkait dengan KTSP adalah:Pasal 1 Ayat
5 tentang Standar Isi; Pasal 6 Ayat 6 tentang Kurikulum Pendidikan Umum,
Kejurusan, dan Khusus; Pasal 16 Ayat 1 tentang Pedoman Kurikulum; dan
Pasal 20 tentang Perencanaan Proses Pembelajaran.14
3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Mengatur tentang
standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang mencakup
lingkup materi minimal dadn tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi minimal lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.15
4. Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta
didik. Standar Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi lulusan
minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan
minimal kelompok mata pelajaran, dan lulusan minimal mata pelajaran.16
5. Permendiknas No 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No 22
dan 23. Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan
kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan,
13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional,(Jakarta: Visimedia,2007).
14
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta:
Sinar Grafika Offset,2006).
15
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006).
16
Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, (Jakarta: Sinar
Grafika Offset, 2006).
dengan memperhatikan panduan penyusunan KTSP pada satuan pendidikan
dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).17
3.Tujuan KTSP
Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasti mempunyai tujuan,
begitu pula dengan menerapkan KTSP. Menurut E. Mulyasa, secara umum tujuan
diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian wewenang (otonomi) kepada lembaga pendidikan
dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipasif dalam pengembangan kurikulum.18 Dengan KTSP diharapkan guru
dapat mengembangkan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat dan pengguna
lulusan.
Sedangkan secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk.19
1.Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumbersumber yang tersedia.
2.Meningkatkan
kepedulian
warga
sekolah
dan
masyarakat
dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3.meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
4. Prinsip dan Acuan Pengembangan KTSP
Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada
panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan
pertimbangan komite sekolah/madrasah.
17
Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23,
(Jakarta: Sinar Grafika Offset,2006).
18
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan….,h. 22.
19
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)…,h. 132-134.
Beberapa prinsip dalam pengembangan KTSP diantaranya.20
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat, dan
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Selain itu, KTSP disusun dengan memperhatikan acuan operasional sebagai
berikut.21
1. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkebangan dan kemampuan peserta didik
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
5. Tuntutan dunia kerja
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
7. Agama
8. Dinamika perkembangan global
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
11. Kesetaraan gender
12. Karakteristik satuan pendidikan
5. Komponen KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki 5 komponen yaitu:
1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
20
Mimin Haryati, Model dan Tingkat Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan,
(Jakarta:Gaung Persada Pres,2007),cet. Ke-1, h. 1-2.
21
Masnur Muslich,KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi
Aksara,2008), cet. Ke-3, h. 11-12.
Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan
umum pendidikan sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar kecerdasan ,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, sserta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan
pendidikan
kecerdassan,
menengah
pengetahuan,
kejuruan
kepribadian,
adalah
akhlak
meningkatkan
mulia,
sesrta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai kejuruannya.
2. Struktur dan muatan KTSP
Struktur kurikulum tingkat ssatuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah tertuang dalam standar isi yang dikembangkan dari
kelompok mata pelajaranssebagai berikut:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata
pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi
peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu, materi muatan lokal
dan kegiatan pengembangan diri termasuk kedalam isi kurikulum.
3. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan
kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat
dengan
memperhatikan
tercantum dalam standar isi.
kalender
pendidikan
sebagaimana
4. Pengembangan Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke
dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi
untuk
penilaian.
Berdasarkan
silabus
inilah
guru
dapat
mengembangkan menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar bagi siswanya.
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah penjabaran dari silabus sebagai rencana guru dalam
pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan. Dalam RPP guru harus
menyusun strategi dan langkah-langkah apa yang akan digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar.
6. KTSP murni dari DIKNAS
Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan
demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang
semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi
pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk
menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan
pendidikan nasional dan pasal 35 tentang Standar Nasional Pendidikan. Juga
adanya tuntunan globalisasi dalam bidang pendidikan yang memacu agar hasil
pendidikan nasional dapat bersaing dengan hasil pendidikan Negara-negara maju.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari
desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada
sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan.
Seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun
pelaksanaannya di sekolah.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai
pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian
program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional
pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurukulum disusun antara lain agar dapat memberi
kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. (b) belajar untuk memahami dan menghayati. (c) belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif. (d) belajar untuk hidup
bersama dan berguna untuk orang lain. Dan (e) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah
menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, kondisi daerah.
Dengan demikian, daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk
merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman
belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan belajar mengajar.
Jadi, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.
B. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Secara sederhana pelaksanaan diartikan sebagai penerapan atau implementasi.
Sebagaimana dikutip Mulyasa, Miller dan Seller mengatakan bahwa pelaksanaan
atau implementasi kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep, ide,
program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau aktivitasaktivitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan
untuk berubah.22 Sementara sebagaimana dikutip Syafrudin Nurdin, Fullan
mendefinisikan “pelaksanaan atau implementasi sebagai proses untuk menerapkan
ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat
menerima dan melakukan perubahan”.23
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan pelaksanaan kurikulum adalah
operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat tertulis (potensial) menjadi
aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran.
Menurut Mulyasa sebagaimana dikutip M. Joko Susilo mengungkapkan
bahwa pelaksanaan kurikulum adalah hasil terjemahan guru terhadap kurikulum
sebagai rencana tertulis, yang sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu.24
1. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu
kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.
2. Strategi Pelaksanaannya; yaitu strategi yang digunakan dalam pelasanaan
kurikulum, seperti
diskusi
profesi,
seminar, penataran, lokakarya,
penyediaan buku kurikulum dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong
penggunaan kurikulum di lapangan.
3. Karakteristik
pengguna
kurikulum;
yang
meliputi
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya
untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran.
Sementara menurut Mars seperti dikutip joko sosilo, mengemukakan ada tiga
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah;
22
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 94.
23
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 33.
24
M. Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan
Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 ), Cet. Ke-1, h. 175-176
dukungan rekan sejawat guru; dan dukungan internal yang datang dari dalam diri
guru sendiri.25 Dari ketiga faktor tersebut, faktor guru merupakan faktor penentu
disamping faktor-faktor lain. Dengan kata lain, keberhasilan pelaksanaan kurikulum
dissekolah sangat ditentukan oleh guru, karena bagaimanapun baiknya sarana dan
prasarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka
hasil dari pelaksanaan kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan.
Terdapat beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam penerapan KTSP,
diantaranya adalah:
1.
Perencanaan/ Persiapan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan secara
sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi), dengan sistematis
dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.26 Sedangkan Aminuddin
mengatakan pembelajaran adalah proses yang terjadi sehingga membuat seseorang
atau sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah di programkan.27
Persiapan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek
untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang dilakukan. Dengan
demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan
yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama berkaitan dengan
pembentukan kompetensi. Dalam mengembangkan persiapan mengajar, terlebih
dahulu harus menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam
persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah
awal yang harus dimiliki guru dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori,
keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan
situasi pembelajaran.
Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan dikuasai
peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana
25
M. Joko Susulo, kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan
Kesiapan Sekolah Menyosongnya..,cet. Ke-1, h. 176.
26
Zurinal dan Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar Pelaksana Pendidikan,
(Yogyakarta: UIN Press, 2006), h. 117.
27
Aminuddin Rasyad, teori belajar dan pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA Press, 2003), h.
14.
mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah
menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang
secara minimal harus ada dalam setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru
dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan
persiapan mengajar, diantaranya:
1. Kompetensi yang dirumuskan dalam persiapan mengajar harus jelas, makin
konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatankegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.
2. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan
mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
4. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta
jelas pencapaiannya.
5. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau
moving class.
E.
Mulyasa
menyebutkan
bahwa
guru
profesianal
harus
mampu
mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis dan sistematis, karena
disamping untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran, persiapan mengajar
merupakan bentuk dari “ profesional accoutability ”. Dengan mengutip pemikiran
Cynthia, E. Mulyasa mengemukakan bahwa persiapan mengajar akan membantu
guru dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi peserta didik
dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku bagi peserta didik. Untuk
itulah agar pembelajaran lebih bermakna seorang guru sebelum memulai suatu
meteri pembelajaran haruslah menyiapkan perangkat pembelajaran yang lengkap
dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.
Adapun perangkat pembelajaran utama yang harus disiapkan oleh guru
adalah:
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan bagi guru
dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan
lapangan untuk setiap Kompetensi Dasar. Rencana pembelajaran ini
merupakan realisai dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan
dalam silabus. Komponen rencana pembelajaran meliputi: identitas mata
pelajaran, kompetensi dasar indikator, materi pokok, langkah kegiatan, alat
dan media, dan penilaian.
2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari
kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional,
rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan
pembelajaaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan
beberapa tujuan.
3. Mempersiapkan Alat Peraga
Penggunaan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran akan mempertinggi
komunikasi pada saat proses belajar berlangsung.
4. Memilih Metode yang Sesuai
Metode merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau
memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Seorang guru yang baik
tentunya
tidak akanmelupakan kemampuan
teknis
keguruan
yang
merupakan kunci keberhasilan profesinya sebagai seorang guru, yaitu
kemampuan untuk mengelola proses pembelajaran dalam praktek yang
sesungguhnya. Seorang guru harus memiliki metode yang tepat dan ideal
dalam proses pembelajaran.
5. Penataan Tempat Belajar
Tempat belajar seperti ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat
disarankan dalam PAKEM ( Pendekatan Pembelajaran yang Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan
untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang
dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan
menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil
kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Adapun menurut Sobry Sutikno, perencanaan pembelajaran dapat dilakukan
dengan.28
a. Membuat silabus dan RPP.
b. Menentukan tujuan.
c. Memilih metode pembelajaran yang dipakai dan alat bantu pembelajaran
yang relevan.
d. Menentukan cara penilaian atau evaluasi yang akan dipakai untuk mengetahui
kemajuan belajar siswa.
e. Menentukan waktu pendidikan dimulai dan tempat pendidikan dilaksanakan.
f. Menentukan buku wajib dan pilihan.
g. Membuat ringkasan informasi yang dibagikan.
2. Kegiatan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat tiga kegiatan pokok yang secara
umum dibagi kedalam tiga tahap kegiatan yaitu: kegiatan pendahuluan
pembelajaran,
kegiatan
inti
pembelajaran
dan
kegiatan
akhir
pembelajaran/penutup. Ketiga kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran
28
Sobry Sutikno, Mengagas pembelajaran Efektif dan Bermakna, (Mataram: NTT Press,
2007), h. 61
Kegiatan
pendahuluan
pembelajaran
dilakukan
terutama
untuk
menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan
dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada
tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema
yang akan disajikan.
Beberapa kegiatan pendahuluan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran.
Diantaranya sebagai berikut:
1. Menciptakan kondisi awal pembelajaran
Untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang baik, perlu
adanya upaya yang harus dilakukan oleh guru, upaya di antaranya:
a. Menciptakan semangat dan kesiapan belajar, upaya ini dapat
diwujudkan melalui bimbingan dari guru pada siswa. Dapat juga
dilakukan dengan cara dan teknik yang digunakan oleh guru dalam
pembelajan.
b. Menciptakan suasana demokrasi dalam belajar, upaya ini dapat
diwujudkan melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam
mendorong siswa agar kreatif dalam belajar dan mengembangkan
keunggulan yang dimiliki siswa.
2. Melaksanakan apersepsi dan atau penilaian kemampuan awal siswa
Kegiatan ini lebih menekankan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan awal yang telah dimiliki siswa. Dalam hal ini, guru juga perlu
menhubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi
yang akan dipelajari siswa.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya dalam
kegiatan awal (pendahuluan), guru diharapkan mampu menciptakan
kondisi awal pembelajaran yang baik yaitu dengan menciptakan semangat
dan kesiapan belajar siswa, mengadakan pre test, menciptakan kondisi
pembelajaran yang demokratis, serta dapat melakukan apersepsi yaitu
dengan cara mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah
dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban
peserta didik yang dilanjutkan dengan materi pelajaran yang akan dibahas.
b. Kegiatan Inti dalam Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang mengikuti prinsip-prinsip
belajar mengajar. Belajar mengajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam
membangun makna dan pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan
dorongan kepada siswa untuk mengunakan otoritas atau haknya dalam
membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi
guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa,
motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Di antara
prinsip tersebut adalah:
1. Berpusat pada siswa
Siswa memiliki perbedaan satu sama lain. Siswa berbeda dalam minat,
kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Siswa tentunya
lebih mudah belajar dengan dengar-baca, siswa lain lebih mudah dengan
melihat (visual), atau dengan cara kinestetika (gerak). Oleh karena itu
kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pelajaaran, waktu belajar,
alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa.
KBM perlu menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Artinya KBM
memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar,
motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa. KBM perlu mendorong
siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
2. Belajar dengan mengalami
KBM perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan seharihari dan atau dunia kerja yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah dan
prinsip ilmu yang di pelajari. Karena itu, semua siswa diharapkan
memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman indrawi yang
memungkinkan mereka memperoleh imformasi dari melihat, mendengar,
meraba/menjamah, mencicipi, dan mencium.
Dalam hal ini, beberapa topik tidak mungkin disediakan pengalaman
nyata, guru dapat menggantikan dengan model atau situasi buatan dalam
wujud simulasi. Jika ini juga tidak mungkin, sebaiknya siswa memperoleh
pengalaman
melalui
alat
audio-visual
(dengar
pandang).
Pilihan
pengalaman belajar melalui mendengar adalah pilihan terakhir.
3. Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional
Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat
mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Dengan kata
lain, membangun pemahaman akan ledih mudah melalui interaksi dengan
lingkungan sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan
terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling
menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengar belajar kelompok.
Penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam,
memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh
tanggapan dari siswa lain atau guru.
4. Perpaduan kemandirian dan kerjasama
Siswa perlu berkompetensi, bekerjasama dan mengembangkan
solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan semangat berkompetensi ssehat untuk memperoleh
penghargaan, bekerjaama, dan solidaritas. KBM perlu menyediakan tugastugas yang memungkinkan siswa bekerja secara mandiri.
Kegiatan inti dalam pembelajaran memegang peranan penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh
karena itu, kegiataan inti dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang
kompleks dalam proses belajar mengajar yang mengutamakan pada proses
pembentukan pengalaman belajar siswa. Paling tidak ada tiga jenis
pengalaman belajar, yaitu.29
a. Pengalaman mental
Beberapa bentuk pengalaman mental dapat diperoleh antara lain
melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, mendengarkan berita
29
Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan….h. 65
radio, melakukan perenungan, menonton televisi atau film. Pada
pengalaman belajar melalui pengalaman mental, biasanya siswa hanya
memperoleh imformasi melalui indera pendengaran dan penglihatan.
Ditinjau dari tingkat perlembangan anak, pengalaman belajar melalui indera
pendengaran lebih sulit dari pada melalui indera penglihatan karena melalui
indera pendengaran diperlukan kemampuan abstraksi dan konsentrasi
penuh.
b. Pengalaman fisik
Pengalaman belajar jenis meliputi kegiatan pengamatan, percobaan,
penelitian, kunjungan, karya wisata/study tour, pembuatan buku harian, dan
beberapa bentuk kegiatan praktis lainnya. Lazimnya, siswa dapat
memanfaatkan seluruh inderanya ketika menggali imformasi melalui
pengalaman fisik.
c. pengalaman sosial
Beberapa bentuk pengalaman sosial yang dapat dilakukan antara lain;
melakukan bazarm, pameran, jual beli, pengumpulan dana untuk bencana alam,
melakukan wawancara dengan tokoh, bermain peran, berdiskusi, berkerja bakti,
atau ikut arisan. Pengalaman belajar ini akan lebih bermanfaat kalau masingmasing siswa diberi peluang untuk berinteraksi satu sama lain: bertanya,
menjawab, berkomentar, mempertanyakan jawaban, mendemonstrasikan, dan
sebagainya.
Mengingat
belajar
merupakan
proses
siswa
membangun
gagasan/pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berbuat, berfikir,
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru. Suasana
belajar yang disediakan guru hendaknya memberikan peluang kepada siswa
untuk melibatkan mental secara aktif melalui beragam kegiatan, seperti kegiatan
mengamati,
bertanya/mempertanyakan,
menjelaskan,
berkomentar,
mengumpulkan data, dan sejumlah kegiatan mental lainnya.
Kegiatan inti dalam pembelajaran harus direncanakan oleh guru
berdasarkan pada kurikulum yang berlaku dengan memprioritaskan pada
aktivitas siswa yang dibimbing secara efektif oleh guru. Langkah-langkah
kegiatan inti dalam pembelajaran meliputi.30
1. Memberitahukan tujuan/topik pelajaran yang akan dibahas
2. menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang harus ditempuh
siswa.
3. membahas/menyajikan materi pelajaran.
c. Kegiatan Akhir dan tindak Lanjut Pembelajaran
Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus direncanakan dan
dilaksanakan secara sistematis, efektif, efisien, dan fleksibel. Kegiatan akhir
dan tindak lanjut pembelajaran harus merupakan rangkaian kegiatan
pendahuluan dan kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang harus
dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran adalah.31
1). Melaksanakan penilaian akhir
2). Mengkaji hasil penilaian akhir
3).Melaksanakan kegiatan tindak lajut, alternatif kegiatan di antaranya:
memberikan tugas atau latihan-latihan, menjelaskan kembali bahan
pelajaran yang dianggap silit oleh siswa, menugaskan membaca materi
pelajaran tertentu, memberikan motivasi/bimbingan belajar
4). Memberikan umpan balik
5). Mengemukakan topik bahasan yang akan datang
6). Menutup pelajaran
3.
Penilaian (evaluasi)
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya suatu pembelajaran, maka
perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian (evaluasi). Penilaian adalah
proses sistematis pengumpulan imformasi (angka, deskripsi verbal), analisis dan
interpretasi imformasi untuk memberikan keputusan terhadap kadar hasil
kerja.32 Seriven menyatakan bahwa harus ada hubungan yang erat antara:
pertama, tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran, kedua, bahan pelajaran
30
Sofa, Prosedur umum pembelajaran. Diakses dari http://massofa.wordpress.com
Sofa, Prosedur umum pembelajaran. Diakses dari http://massofa.wordpress.com
32
Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan…, h. 78.
31
dengan evaluasi, dan ketiga, tujuan kurikulum dengan evaluasi. Jadi, evaluasi
itu harus merujuk kepada kurikulum dan bahan pelajaran.
Hubungan evaluasi terhadap kurikulum dan bahan pelajaran adalan
hubungan yang saling kontrol. Jika materi pelajaran sudah relevan dengan
tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum, maka evaluaisi yang
berhubungan dengan materi akan secara otomatis berhubungan dengan
kurikulum. Namun jika materi pelajaran tidak akan menyokong tujuan
kurikulum.
Penilaian hasil belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek domain
pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebab siswa yang
memiliki kemampuan kognitif baik saat diuji dengan paper-and-pencil test
belum tentu ia dapat menerapkan dengan baik pengetahuannya dalam mengatasi
permassalahan kehidupan.
Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam prosses pembelajaran. Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti
pengklasifikasian hasil belajar yaitu cognitive, affective, dan psychomotor.
Kognitif adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan
dan keterampilan intelektual. Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan
pengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi. Sedangkan psikomotorik adalah
ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau keterampilan motorik.
Namun ketiga di mana pembelajaran itu memang tidak dapat dipaksakan pada
semua mata pelajaran dalam porsi yang sama.
Sistem penilaian yang diharapkan diterapkan untuk mengukur hasil belajar
siswa menurut KTSP adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Dimana untuk
mengetahui seberapa jauh peserta didik telah memiliki kompetensi dasar maka
diperlukan suatu sistem penilaian yayng menyeluruh dengan menggunakan
indikator-indikator yang dikembangkan berbagai teknik penilaian dan ujian,
seperti: pertanyaan lisan, kuis, ulangan harian, tugas rumah, ulangan praktek,
dan pengamatan.
C.Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu atau kualitas dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia artinya “ baik
buruk mengenai suatu benda, kadar, taraf atau derajat ( kecakapan, kecerdasan,
kualitas )”.33 Menurut M. N. Nasution yang berjudul Manejemen Mutu
Terpadu(TQM),mengatakan
bahwa
kualitas
adalah
kepuasan
pelanggan
sepenuhnya (Full Customer Satisfaction).Suatu produk dapat dikatakan berkualitas
apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnnnya kepada konsumen,yaitu sesuai
sengan apa yang diharapkan oleh konsumen atau produk”.34
Sedangkan menurut, Garpin dan Davis (1994),juga mengatakan bahwa
kualitas adalah “suatu kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan produk,
/tenaga kerja, proses, tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan atau konsumen”.35
Secara umum mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari suatu barang/jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Mutu juga bisa dikatakan
sebuah kadar kebaikan atau keburukan yang ada di suatu benda/jasa, atau juga bisa
dikatakan derajat yang di suatu benda/jasa.
Dalam kontek pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini"mengacu pada
proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu
terlibat sebagai input, seperti:bahan ajar (kognitif, afektif atau psikomotorik),
metodologi (bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan
administrsi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya seperti penciptaan
suasana yang kondusif".36
Dengan demikian mutu pendidikan adalah tingkat atau taraf kemampuan
dalam mengelola secara operasional dan efesien terhadap komponen yang berkaitan
33
34
Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jombang : Lintas Media),h.686
M.N.Nasution, Manejemen Mutu Terpadu (TQM), (Jakarta : Gilia Indonesia,2005),edisi
ke-II,h.3
35
36
M.N.Nasution, Manejemen Mutu Terpadu (TQM),h.3
Umaedi, Manejemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.// www.ssep. Net/ dirictor.Html.
dengan pendidikan, sehingga menghasilkan nilai tambah menurut norma dan
standar yang berlaku.
2. Komponen Mutu Pendidikan
Dalam dunia pendidikan upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak dapat
dilakukan secara sepihak atau sendiri-sendiri. Meningkatkan mutu pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara pihak sekolah,masyarakat dan siswa itu
sendiri. Mutu Pendidikan akan meningkat apabila ditunjang dari kualitas
komponen-komponen pendidikan itu sendiri.
Komponen yang berkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku
Panduan Manajemen Sekolah, adalah 1) siswa: kesiapan dan motivasi belajar, 2)
guru: kemampuan professional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan
kerjasamanya(kemampuan
social),
3)
kurikulum:
relevansi
konten
dan
operasionalisasi proses pembelajarannya, 4) dan, sarana prasarana: kecukupan dan
keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5) masyarakat (orang tua,
penguna lulusan, perguruan tinggi): partisipasinya dalam pengembangan programprogram pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut diatas menjadi
focus perhatian kepala sekolah.37
Siswa merupakan abjek sekaligus subjek pendidikan, khususnya di sekolah,
kesiapan dan motivasi belajar siswa dalam menerima materi pelajaran akan menjadi
modal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berkaitan dengan kesiapan motivasi
tersebut peran guru disini menjadi sangat penting dalam memberikan dorongan
semangat kepada para siswa. Dalam hal ini, maka kemampuan atau kompetensi
guru dalam berkomunikasi dengan siswa akan menentukan.
Guru merupakan “komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas/bermutu. Oleh karena itu,upaya
perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak akan
memberikan sumbangan yang signifikan tanpa dukungan oleh guru yang
professional dan berkualitas”.38 Dengan demikian dalam meningkatkan mutu
37
Moh.Iwan Apriyadi, Manejemen Peningkatan Mutu
Pendidikan,http://[email protected].
38
E.Mulyasa,Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru,(Bandung : Remaja
Rosdakarya,2007),Cet.1,h.5
pendidikan maka hal yang harus didahulukan adalah kompetensi guru baik
pedagogic, kepribadian, professional, maupun kemampuan social.
Menurut E.Mulyasa”salah satu komponen penting komponen pendidikan
yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun
penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah”.39 Oleh karena itu dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan maka implementasi kurikulum harus yang
relevan sesuai dengan realita yang ada. Selain itu kurikulum harus operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah.
Salah satu komponen pendidikan yang mendukung terhadap proses belajar
mengajar di sekolah adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana pendukung
yang dimiliki oleh lembaga pendidikan haruslah mencukupi dan efektif dalam
mendukung terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Standar sarana dan
prasarana yang harus dimiliki adalah ruang belajar, tempat olahraga, tempat
beribadah, perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya. Dengan
demikian
maka upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat terwujud.
Meningkatkan mutu pendidikan juga harus oleh masyarakat(orang tua,
penguna lulusan, dan perguruan tinggi). Menurut Hasbullah”kemajuan dan
keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta
masyarakat yang ada.Tampa partisipasi dan dukungan masyarakat, jangan
diharapkan pendidikan dapat berkembang dan dapat tumbuh sebagaimana yang
diharapkan”.40 Dengan demikian maka dukungan dan partisipasi dari masyarakat
sangat dibutuhkan dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan.
3. Indikator Mutu Pendidikan
Indicator atau intrumen yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui
mutu pendidikan adalah mengacu pada :
1. Hasil akhir pendidik, hasil pendidikan dapat berupa nilai akhir dari
ujian akhir sekolah (UAS) atau Ujian Nasional (UN).
2. Prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.
39
E.Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,(Bandung:Remaja
Rosdakarya,2007),Cet.II,h.4
40
Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta :Raja Grafindo
Persada,2003),Cet.III,hal.99-100
3. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan dapat berupa hasil tes
akedemis dan dibidang lain.
4. Adanya perubahan sesuatu kearah yang lebih baik.
5. Instrument input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa).
6. Raw input dan lingkungan.41
Untuk mengetahui mutu dalam pendidikan terdapat beberapa instrument yang
dapat menjadi sebuah ukuran. Mutu pendidikan mengacu kepada hasil akhir
pendidikan berupa prestasi akademis, misalnya hasil Ujian Nasional(UN) yang
dilaksanakan secara serentak oleh pemerintah. Dapat pula dilihat dari prestasi oleh
sekolah dalam kurun waktu tertentu misalnya, setiap akhir semester, setiap akhir
tahun, atau 2 tahun, 5 tahun bahkan 10 tahun. Atau prestasi dibidang lain, misalnya
di bidang olahraga dan keterampilan. Prestasi juga dapat diukur dari adanya
perubahan kedewasaan siswa dalam bersikap.
Dalam pendidikan terdapat proses interaksi antara instrument input yang
terdiri dari kepala sekolah, guru, sarana dan prasarana, kurikulum, biaya pendidikan
dengan raw input (siswa). Selain intraksi diatas juga terdapat hubungan raw input
dan lingkungan. Oleh karena itu lingkungan yang baik yang berada di sekeliling
raw input dapat memberikan pengaruh terhadap mutu pendidikan.42
4. Dimensi Mutu Pendidikan
Dalam dunia pendidikan upaya peningkatan mutu pendidikan tidap dapat
dilaksanakan secara sepihak atau sendiri-sendiri. Peningkatan mutu pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat, dan siswa itu
sendiri. Maka untuk memperjelas pendidikan sekolah ada baiknya diketahui
demensi mutu pendidikan yaitu:
a. Mutu pengelola
Mutu pengelola pendidikan disekolah dapat dinilai dari kemampuan
kepala sekolah yang mungkin bagi siswa maupun guru-guru untuk belajar
dengan aktif. Setiap sumber pendidikan seperti buku, perpustakaan, alat
41
Umaedi,Manejemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah,http://www.ssep.Net/dirictor.Html
42
Umaedi,Manejemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,http://www.ssep.Net/dirictor.Html
praktek, alat peraga, lingkungan, dan sebagainya benar-benar disediakan dan
dikelola secara efisien agar membantu memberikan kemudahan bagi siswa
belajar.
b. Mutu siswa
Mutu siswa dinilai dari ciri yang dimiliki siswa secara perorangan yaitu
fisik dan kesehatan, ciri intelegensi, dan ciri aspirasinya. Upaya dalam
mempertinggi mutu siswa sebaiknya dilakukan melalui kebijakan pendidikan
seperti penyelenggaraan proses mengajar, bantuan gizi untuk anak balita,
kelompok bermain dan sebagainya.
c. Mutu guru
Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru yang
menyelenggaraan pendidikan disekolah. Guru sebagai penunjang utama mutu
pendidikan mempunyai tugas dan peran yang sangat penting dalam
menciptakan pendidikan yang sesuai dengan tujuan nasional Negara Indonesia.
d. Mutu belajar siswa
Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat hanya diputuskan karena
peningkatan mutu mengajar dari guru melainkan harus pula disertai dengan
peningkatan mutu belajar pada pihak siswa. Untuk itu guru harus mampu
membangkitkan siswa berpartisipasi aktif secara fisik, mental dan emosional.
e. Mutu hasil belajar
Hasil belajar belajar merupakan akibat langsung dari tinggi rendahnya
keinginan belajar sebagai bentuk terpenting dari hasil pendidikan.
Kemampuan belajar lulusan perlu dijadikan criteria mutu pendidikan yang
menjadi dasar untuk belajar secara berkelanjutan baik disekolah yang lebih
tinggi dalam kehidupannya.
5. Kerangka Berfikir
Nilai Ujian Nasional (UN) dibawah standar kemudian, kreativitas,
kompetensi dan profesionalisme guru yang jauh dari harapan, menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Hal ini terlihat dalam indeks
pembangunan manusia pada program pembangunan PBB (UNDP), Indonesia
menempati peringkat 107 yang jauh di bawah Negara-negara tetangga seperti;
Brunei, Filifina, Malaysia dan Vietnam.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia diperlukan suatu
terobosan dalam penyempurnaan kurikulum yang berlaku dalam system pendidikan
Indonesia. Kurikulum
haruslah sesuai
dengan
perkembangan
globalisasi.
Kurikulum haruslah kontekstual yang relevan dengan kondisi social, budaya,
ekonomi, dan IPTEK.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang
diterapkan di Indonesia yang sudah diterapkan semenjak tahun 2006 sampai
sekarang. Penerapan KTSP dalam system pendidikan Indonesia tidak sekedar
pergantian kurikulum, tetapi menyangkut perubahan secara mendasar dalam system
pendidikan. Penerapan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran
dan persekolahan, karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan
perubahan konsep, metode, dan strategi guru dalam mengajar, tetapi juga
menyangkut pola pikir, filosofis, komitmen guru, sekolah, dan stakeholder
pendidikan. Karena itu KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yang berlaku sebelumnya.
Dalam penerapannya KTSP diharapkan mampu meningkatkan mutu
pendidikan. Harapan tersebut bisa memberdayakan satuan pendidikan dalam
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Secara khusus kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan
kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber-sumber belajar yang tersedia.
6. Study Terdahulu yang Relevan
Menurut
penelitian
Ainul
Mardhiyah
pada
skripsi
yang
berjudul
Implementasi KTSP di MTsN Tanggerang 1 menyatakan berjalan dengan baik
(efektif). Sebab implementasi KTSP yang efektif akan memberikan kontribusi yang
positif bagi peningkatan kualitas sekolah berupa kinerja guru yang semakin baik,
kompetensi guru yang terus berkembang, dan juga dapat meningkatkan potensi
serta bakat peserta didik.
Menurut penelitian Fitri Rahmawati pada skripsi yang berjudul Efektivitas
Implementasi KTSP pada Pelajaran PAI Terhadap pembentukan siswa di SMP
Negeri 182 Jakarta menyatakan penerapan KTSP pada pelajaran PAI berlangsung
dengan baik dan mampu membentuk akhlak siswa.
Pada penelitian ini, KTSP diterapkan sebagai upaya untuk peningkatan mutu
pendidikan. Penerapan kurikulum tersebut haruslah relevan dan kontekstual.
Penerapan ini mampu mewujudkan dimensi mutu pendidikan yang meliputi mutu
penggelola, mutu siswa, mutu guru, dan mutu hasil belajar. KTSP sebagai salah
satu bagian komponen mutu pendidikan selain kompetensi guru, sarana prasarana
dan manajemen sekolah, haruslah mendapatkan perhatian dan menjadi prioritas.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat untuk melakukan penelitian ini yaitu di MTs Hidayatul Umam
Cinere-Depok yang terletak di Jl. Masjid 1 Cinere-Depok. Adapun waktu penelitian
dilakukan selama satu bulan yaitu tanggal 28 Oktober 2010 sampai 24 Januari
2011.
C. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah guru MTs Hidayatul
Umam yang berjumlah 20 orang diantaranya 13 guru di bidang agama dan 7 guru di
bidang umum
43
. Karena jumlah populasi dibawah 100 orang, maka seluruh
populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Sehingga penelitian ini disebut
penelitian populasi 44.
43
44
Profil Sekolah MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok Tahun 2010
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2002), h. 112.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif
analisis. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan mengunakan teknik Distribusi
Frekuensi Presentase. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian
yang ingin dicapai.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data
ditempuh dengan:
Penggunaan Kuesioner (Angket)
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dari para guru
mengenai penerapan KTSP sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di
MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok. Angket diberikan kepada responden
berupa daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya, dan
responden memberikan jawaban pada kolom yang telah disediakan dengan
memberi tanda ceklist ( √ ) pada jawaban yang sesuai.
Alat pengumpulan data berupa angket memiliki 20 item pertanyaan.
Sebelum mengunakan kuesioner penelitian, maka perlu dibuat suatu
panduan/acuan yang digunakan yaitu kisi-kisi penelitian. Kisi-kisi angket
penelitian tentang Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 1
Kisi-kisi Angket Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai
upaya Peningkatan Mutu Pendidkan
Variabel
Dimensi
Indikator
Jmh
No.Item
Item
Penerapan
Strategi
1. persiapan Mengajar:
Kurikulum
Penerapan
a. Membuat RPP
Tingkat
Kurikulum
b. Merumuskan tujuan
Satuan
Tingkat
Pendidikan
Satuan
sebagai upaya
Mutu
Peningkatan
Pendidikan
Mutu
pendidikan
1,2,3,4 5,
2
6,7
6
8,9,10,11,
pembelajaran
c. Mempersiapkan alat
sebagai upaya Pendidikan
Peninngkatan
5
peraga
d. Memilih metode yang
sesuai
e.
Penataan
tempat
belajar
2. Kegiatan Pembejaran
a.Kegiatan Pendahuluan
pembelajaran
▪ Deskripsi singkat
▪ Apersepsi
b.Kegiatan
Inti
dalam
Pembelajaran
▪ Berpusat pada siswa
▪Mengembangkan
Keterampilan
Kognitif, sosial, dan
Emosional
▪ Menjelaskan tujuan
pembelajaran
▪ Metode mengajar
▪ penyampaian materi
12,13
c.Kegiatan
Akhir
5
Pembelajaran
14,15,16,
17,18
▪ Memberikan latihan
▪ Melakukan kegiatan
tindak lanjut
d. Penilaian/Evaluasi
2
19,20
▪ Alat evaluasi
▪ Kegiatan remedial
Wawancara
Wawancara yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan yang dilakukan dua orang atau lebih, bertatap muka dan mendengarkan
secara langsung informasi- informasi atau keterangan- keterangan. Dengan
menggunakan panduan wawancara. Wawancara ini dilakukan kepada guru
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.45
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen seperti
yang dikutip Lexy J. Molenog adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensinergikan, mencari dan menemukan pola, menentukan apa
yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Dalam hal ini data yang dianalisis yaitu:
45
Drs. Cholid Narbuko dkk, “Metodologi Penelitian”, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003),
cet.v, h. 70-83.
1. Data Kuantitatif, dianalisis dengan mengadakan perhitungan rata-rata dengan
rumus sebagai berikut:
1) Pentabelan data, yaitu memasukkan data kedalam tabel yang berisikan
nomor urut, kolom alternatif dan jawaban, kolom frekuensi (P)
2) Mencari Frekuensi jawaban (f) dengan cara menjumlah setiap jawaban
3) Menghitung jumlah responden (N)
4) Mencari persentase dengan rumus sebagai berikut:
P =F/N x 100%
Ketengan :
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasinya
N : Number of Cases ( jumlah frekuensi ) atau banyaknya individu
P : Angka persentase
% : Bilangan Tetap (Konstanta)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Sekolah
MTs Hidayatul Umam Cinere mulai berdiri pada tahun 1978, yang berada
dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah Cinere, pada saat pertama
gedung sekolah tersebut dibangun pada saat itu kondisi lingkungan sekolahnya
sangat memprihatinkan, yaitu lahan sekolah yang masih tanah dan lingkungan
sekitar sekolah masih berupa empang, yang bila turun hujan maka kondisi sekolah
menjadi kotor.
Pada tahun 1990, sekolah MTs Hidayatul Umam mulai mengalami
perubahan sesuai dengan pembangunan yang terus berjalan, sekolah dan
lingkungan sekitarnya mengalami kemajuan menjadi lebih baik lagi dan memiliki
standar bangunan sekolah yang baik.
MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok memiliki Visi dan Misi serta Tujuan
yang jelas dan obyektif:
a) Visi :
Unggul dalam prestasi berdasarkan Iman dan Akhlaq Mulia.
b) Misi :
a. Menyelenggarakan pembelajaran secara efektif, sehingga potensi yang
dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal.
b. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif sehingga seluruh
warga madrasah mampu melangkah secara tepat dan proposional.
c) Tujuan :
a. Membentuk kepribadian siswa atas dasar keimanan dan ketaqwaan.
b. Meningkatkan kecerdasan siswa melalui proses pembelajaran yang efektif dan
kondusif.
c. Merpersiapkan siswa untuk menjadi generasi yang mandiri dan mampu
berkreasi sesuai bakat yang dimiliki.
d. Mengondisikan siswa agar mampu mengembangkan potensi dirinya guna
menyikapi tantangan masa depan.
e. Menghantarkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah yang
lebih tinggi.
Untuk memberdayakan SDM yang berkualitas dan mampu bersaing dalam
dunia global. MTs Hidayatul Umam memiliki konsep pendidikan dalam
menjabarkan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, sekolah MTs Hidayatul
Umam mengacu kepada konsep pendidikan Broad Based Education (BBE) yaitu
suatu konsep yang berorientasi kepada Life Skills, dimana setiap peserta didik akan
dibekali oleh keahlian untuk mencapai solusi dan mampu menghadapi kemampuan.
Diharapkan guru dapat mengembangkan kurikulum dalam kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta
tuntutan masyarakat dan penggunaan kelas.
I. Lingkungan Sekolah.
a. Identitas Sekolah
1). Nama Sekolah
: MTs Hidayatul Umam
2). Alamat Sekolah : JL. Persahabatan Gg. Masjid 1 No. 30
Kel. Cinere Kec. Cinere Kota Depok
3). Status Sekolah
: Swasta
4). Waktu Belajar
: a. Masuk : 07:00 WIB
b. Keluar : 12:40 WIB
c. Istirahat : 10:00-10:15 WIB
b. Keadaan Bangunan dan Ruangan
MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok mempunyai 3 unit gedung
permanen dengan lokasi yang strategis, dengan rincian sebagai berikut: tiga
belas ruang belajar, satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru, satu ruang tata
usaha, satu ruang BP/BK, satu ruang keterampilan, satu ruang koperasi, satu
ruang Osis, satu ruang ibadah, dua WC guru, enam ruang murid, satu ruang
perpustakaan, satu ruang computer, satu ruang laboratorium, dan satu ruang
UKS.
II. Personalia Sekolah
1. Kepala Sekolah
: HM. Hamzah
2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
: Didi Suhadi, S. Ag
3. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
: Ahmad Jayadi
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana
: Subbanul Khotib, S. Pdi
5. Guru : 30 orang
Jumlah guru di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok berjumlah 30
orang dengan rincian pendidikan terakhir sebagai berikut: Diploma dua
berjumlah dua orang, Diploma tiga berjumlah lima orang, dan strata satu
berjumlah dua puluh tiga orang.
Tabel 2
No
Nama Guru
Pendidikan Terakhir
1
Ahmad Zaki Mubarok, S. Ag
S1 ( Bahasa Inggris )
2
Hj. Aah Anfasiah
S1
3
Abdul Rahman
D2
4
Afrizon, S. Pd
S1
5
Armansyah, BA
D3
6
Drs. Dedi Jayadi
S1
7
Didi Suhadi, S. Ag
S1 ( Tarbiyah/ Pend. Agama )
8
H. Djawahir,SPd
S1
9
H. Ibrohim
D2
10
Iis Badriah, S. Ag
S1
11
Ismail, S. Pdi
S1
12
Drs. Karjaya
S1
13
M. Yunus, SE
S1
14
Nani
S1
15
Hj. Rini Setyorini, S. Pd
S1
16
Ridwanulloh,S. S
S1
17
Nurali, BA
D3
18
H. Ahmad Saidi, S. Ag
S1
19
Sanwani, Bsc
D3
20
Sarnubi, S. Pd
S1
21
Sholahudin, S. Pd
S1
22
Subbanul Khotib, S. Pd
S1
23
Syaiun, S. Pd
S1
24
Sarif Hidayat
S1
25
Drs. Taufiq Rahman
S1
26
Adhi, S. Pd
S1
27
Shinta, S. Pd
S1
28
Lia Hastuti, A. Md
D3
29
Firdaus, A. Md
D3
30
Dewi Sekar, S. Pd
S1
6. Keadaan Murid
Tabel 3
Kelas
Jumlah Kelas
7
Siswa
Laki-laki
Perempuan
4
92
82
8
4
84
114
9
4
75
86
Jumlah
12
251
282
7. Keadaan Pegawai
a. Pegawai Administrasi
: 4 orang ( 3 laki-laki, 1 perempuan )
b. Pegawai Sekolah
: 2 orang
5. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah dan Guru
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengevaluasi seluruh kegiatan
pendidikan disekolah dengan rincian sebagai berikut :
1. Mengatur Proses Pembelajaran
a. Program semesteran dan tahunan berdasarkan kalender pendidikan.
b. Jadwal
pembelajaran
persemesteran
dan
pertahunan,
termasuk
penetapan jenis mata pelajaran dan pembagian tugas.
c. Program satuan pelajaran ( teori dan praktek ) menurut alokasi waktu
yang telah ditentukan berdasarkan kalender pendidikan.
d. Pelaksanaan evaluasi belajar untuk kenaikan kelas dan UAN.
e. Penyusunan norma penilaian.
f. Penetapan kenaikan kelas.
g. Mengatur administrasi siswa, pegawai, perlengkapan, keuangan,
keperpustakaan serta kesiswaan.
h. Laporan kemajuan hasil belajar siswa.
i. Mengatur hubungan dengan masyarakat.
2. Jadwal Kerja Kepala Sekolah
a. Kegiatan harian.
1. Memeriksa daftar hadir guru.
2. Mengatur dan memeriksa kegiatan 5 K di sekolah ( keamanan,
kebersihan, ketertiban, keindahan dan kekeluargaan).
3. Memeriksa program satuan pelajaran guru dan persiapan lainnya
yang menunjang proses pembelajaran.
4. Menyelesaikan surat-surat, menerima tamu dan menyelenggarakan
pekerjaan kantor lainnya.
5. Mengatasi hambatan-hambatan terhadap berlangsungnya proses
pembelajaran.
6. Mengatasi kasus yang terjadi hari itu.
7. Memeriksa segala sesuatu menjelang sekolah usai (berakhir).
b. Kegiatan Mingguan
1. Upacara bendera pada hari senin pagi dan sabtu sore.
2. Memeriksa agenda dan menyelesaikan surat-surat.
3. Mengadakan rapat mingguan guna membahas jalannya pembelajaran
dan kasus yang belum terselesaikan untuk menjadi bahan rencana
kegiatan minggu berikutnya.
c. Kegiatan Bulanan
1. Melaksanakan penyelesaian kegiatan BP3, gaji guru dan karyawan.
2. Memberi petunjuk catatan kepada guru-guru tentang siswa yang
perlu diperlihatkan, kasus yang perlu diketahui dalam rangka
pembinaan siswa.
3. Pada
akhir
bulan
dilaksanakan
kegiatan
penutupan
buku,
pertanggung jawaban keuangan, evaluasi terhadap persediaan
penggunaan alat-alat dan bahan praktek.
d. Kegiatan Tahun Pelajaran
1. Menyelenggarakan pra UAN/UAN.
2. Menyelenggarakan persiapan kenaikan kelas.
3. Menyelenggarakan evaluasi belajar kenaikan kelas.
4. Menyelenggarakan pembuatan siswa baru.
5. Melaksanakan kegiatan penerimaan siswa baru.
Di samping tugas-tugas di atas hal-hal yang perlu diperhatikan dan
dilaksanakan oleh kepala sekolah, adalah:
a. Kepala sekolah harus mengetahui semua permasalahan sekolah.
b. Memperhatikan kehadiran semua guru dan karyawan.
c. Memperhatikan kehadiran siswa.
d. Memperhatikan kemajuan kelas.
e. Memperhatikan alat-alat/media pelajaran (perlengkapan praktek melalui
ketua labotorium.
f. Memanggil guru-guru yang bermasalah dan mencari jalan keluarnya.
g. Mengadakan supervisi/kunjungan kelas.
h. Menanyakan buku daftar kelas kepada semua wali kelas kemudian
memeriksanya.
i. Menanyakan/menegur guru yang tidak hadir tanpa keterangan.
j. Tanggapan terhadap situasi dan kondisi di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
k. Mengkoordinir semua perangkat yang ada di sekolah.
b. Guru
1. Wali Kelas
a. Menjaga dan membina agsr kelasnya tetap bersih dan rapi.
b. Mengenal pribadi dan lingkungan siswa seperti alamat, jumlah keluarga
dan lingkungan.
c. Mengusahakan dan memelihara investasi kelas.
d. Membuat jadwal khusus kegiatan kelas.
e. Mencatat hasil belajar siswa.
f. Menghitung persentase kehadiran siswanya tiap akhir bulan.
g. Memanggil siswa yang bermasalah kemudian dibimbing, mengarahkan
serta membuat catatan khusus bagi siswa yang bermasalah.
2. Guru Piket
a. Bertanggung jawab atas kegiatan belajar mengajar di sekolah.
b. Menjaga ketertiban dan keamanan.
c. Mengambil tindakan yang diperlukan untuk ketertiban dan keamanan.
d. Mengusahakan agar kelas-kelas yang gurunya berhalangan hadir agar
mendapatkan guru penggantinya.
e. Bertanggung jawab atas pelaksanaan upacara benderatiap hari senin dan
sabtu serta hari-hari besar nasional.
f. Melarang atau mengizinkan seorang siswa/sekelompok siswa untuk
meninggalkan sekolah pada jam pelajaran tertentu.
g. Mencatat kehadiran guru.
h. Melaporkan kepada kepala sekolah/wakil kepala sekolah hal-hal yang
dianggap penting.
i. Membagi/mengumpulkan kembali prestasi siswa dan buku kegiatan harian
kelas.
j. Mencatat kehadiran siswa sehari-hari.
3. Tugas Guru Mata Pelajaran.
a. Membuat rencana semester/tahunan mata pelajaran masing-masing.
b. Membuat PSP/SP sebelum mengajar.
c. Bertanggung jawab atas pencapaian target kurikulum mata pelajaran
masing-masing.
d. Mencatat dan melaporkan hasil belajar siswa.
e. Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar.
f. Menyampaikan kepada guru BK masalah-masalah siswa yang bersifat
khusus.
g. Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
h. Bersedia menggantikan guru yang berhalanganhadir.
i. Memeriksa kertas ulangan dan mengembalikan hasilnya kepada siswa.
j. Membuat catatan kegiatan harian.
k. Membuat rencana tugas rumah.
l. Membuat pengayaan dan remedial.
B. keadaan Guru
Jumlah guru di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok berjumlah 30 orang.
Dengan spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 4
Pendidikan Terakhir
Jumlah
Strata 1
23 guru
Diploma 3
5 guru
Diploma 2
2 guru
Jumlah
30 guru
C. Analisis Data Angket
Data yang telah dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan kepada guru
MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok, kemudian diolah dengan mengunakan rumus
distribusi frekuensi persentase. Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang
diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasan untuk mempermudah menganalisa
hasil penelitian.
Setiap item pertanyaan dibuatkan satu tabulasi yang disesuaikan dengan
teknik analisa data sehingga dengan demikian dapat ditarik kesimpulan masalah
yang diteliti. Untuk mengetahui hasil angket tentang Penerapan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok, lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
1. Strategi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
a. Persiapan Mengajar
Tabel 5
Membuat RPP setiap mengajar
Alternatif Jawaban
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Pernah
Tidak pernah
Jumlah
Frekuensi
10
6
3
1
20
Persentase (%)
50
30
15
5
100
Berdasarkan tabel di atas, 50% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan selalu membuat RPP setiap mengajar dan 30% menyatakan sering
membuat RPP setiap mengajar. Hal ini terbukti dari diperiksa dan ditanda
tanganinya RPP yang dibuat guru oleh kepala sekolah. Dengan diperiksanya RPP
tersebut, akan mendorong guru untuk lebih siap dalam melakukan kegiatan dengan
persiapan yang matang. Dalam RPP yang dibuat guru memuat komponen
pembelajaran yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator
hasil belajar, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran dan strategi kegiatan pembelajaran.
Tabel 6
Merumuskan tujuan pembelajaran yang mengandung aspek Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik
Alternatif Jawaban
frekuensi
Persentase (%)
Selalu
12
60
sering
6
30
Kadang-kadang
2
10
pernah
Tidak pernah
Jumlah
20
100
Berdasarkan tabel di atas, 60% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan mereka selalu dan 30% menyatakan sering merumuskan tujuan
pembelajaran yang mengandung aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Rumusan tujuan pembelajaran tersebut termuat dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru. Namun 10% guru MTs Hidayatul Umam
Cinere-Depok menyatakan hanya kadang-kadang saja merumuskan tujuan
pembelajaran yang mengandung aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan
demikian seluruh guru mampu merumuskan tujuan pembelajaran yang mengandung
tiga aspek tersebut, tentunya kompetensi yang akan dimiliki siswa akan maksimal.
Tabel 7
Mempersiapkan alat peraga sebelum mengajar
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
3
15
Sering
5
25
Kadang-kadang
10
50
Pernah
2
10
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
berdasarkan tabel di atas, 60% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan hanya terkadang saja mempersiapkan alat peraga sebelum mengajar
sementara 15% selalu dan 25% sering mempersiapkan alat peraga sebelum
mengajar. Hal ini disebabkan karena guru juga kurang berinovasi untuk
memfasilitasi dan mengunakan alat peraga dan sumber belajar nyata (kontekstual)
yang ada untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pelajaran. Selain itu, masih
kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia, terlebih sarana tersebut harus
digunakan oleh 15 rombongan kelas yang jumlah siswa tiap kelasnya hampir
mencapai 40 orang.
Tabel 8
Memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
3
15
Sering
6
30
Kadang-kadang
11
55
Pernah
-
-
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, 55% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan mereka terkadang memilih metode yang sesuai dengan materi yang
akan mereka ajarkan sementara 15% menyatakan selalu dan 30% sering memilih
metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini dikarenakan
sebagian besar guru belum menguasai berbagai metode pembelajaran dalam KTSP,
sehingga sebagian besar guru sering kali mengunakan metode belajar yang sama
meskipun untuk mata pelajaran yang berbeda.
Tabel 9
Mengatur tata ruang belajar
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
2
10
Sering
4
20
Kadang-kadang
9
45
Pernah
1
5
Tidak pernah
4
20
20
100
Jumlah
Sebagaimana telihat pada tabel di atas, 30% guru MTs Hidayatul Umam
Cinere-Depok menyatakan selalu dan sering mengatur tata ruang belajar dan 70%
guru menyatakan hanya terkadang dan tidak pernah mengatur tata ruang kelas
sebelum mengajar (seperti mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan metode dan
tujuan pembelajaran).
2. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran
Tabel 10
Mendeskripsikan secara singkat materi yang akan diajarkan
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
6
30
Sering
11
55
Kadang-kadang
2
10
Pernah
1
5
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Sebagaimana terlihat pada tabel di atas, 55% guru MTs Hidayatul Umam
Cinere-Depok menyatakan sering mendiskripsikan secara singkat materi yang akan
mereka ajarkan. Deskripsi singkat ini tujuannya untuk menciptakan awal
pembelajaran yang efektif agar siswa siap secara penuh dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Namun pendapat 15% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan mereka hanya terkadang saja mendeskripsikan secara singkat materi
yang akan diajarkan.
Tabel 11
Menghubungkan materi pembelajaran dengan pengalaman siswa
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
2
10
Sering
6
30
Kadang-kadang
8
40
Pernah
4
20
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Sebagaimana terlihat pada tabel di atas, 60% guru MTs Hidayatul Umam
Cinere-Depok menyatakan terkadang saja menghubungkan materi pembelajaran
yang akan diajarkan dengan pengalaman siswa. Artinya sebagian besar guru tidak
melakukan apersepsi dalam pembelajaran, hal ini tentunya akan menghambat
peserta didik dalam memahami materi yang akan diajarkan.
b.
Kegiatan Inti Pembelajaran
Tabel 12
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
5
25
Sering
2
10
Kadang-kadang
9
45
Pernah
4
20
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, 65% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan siswa jarang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, dan siswa
cenderung hanya menerima apa saja yang disampaikan oleh guru.
Tabel 13
Siswa memberikan pendapat dan solusi terhadap permasalahan dalam pembelajaran
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
4
20
Sering
4
20
Kadang-kadang
11
55
Pernah
1
5
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Dari tabel di atas, 55% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan siswa hanya terkadang saja memberikan pendapat dan solusi terhadap
permasalahan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa belum
terbiasa dan belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapat mereka,
disebabkan pula karena kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru.
Tabel 14
Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
8
40
Sering
10
50
Kadang-kadang
2
10
Pernah
-
-
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, 50% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan sering menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan
pembelajaran yang telah dibuat guru dalam RPP kemudian di jelaskan baik dengan
cara lisan maupun tulisan pada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran,
tujuannya agar mereka mengetahui apa manfaat yang mereka dapatkan dalam
mempelajari pelajaran tersebut.
Tabel 15
Penggunaan metode yang bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
4
20
Sering
6
30
Kadang-kadang
8
40
Pernah
2
10
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, 40% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan hanya terkadang saja mengunakan metode yang bervariasi dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Sebagian guru MTs Hidayatul Umam CinereDepok cenderung masih mengunakan metode ceramah dalam mengajar, dan
mereka mengalami kesulitan untuk mengubah metode mengajar mereka dan
kesulitan untuk mengunakan metode mengajar yang bervariasi.
Tabel 16
Penggunaan bahasa yang lugas dan jelas dalam menguraikan materi pembelajaran
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persetase (%)
Selalu
11
55
Sering
7
35
Kadang-kadang
1
5
Pernah
1
5
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, 55% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan selalu dan 35% guru sering menggunakan bahasa yang lugas dan jelas
dalam menguraikan materi pembelajaran. Dengan demikian hampir seluruh guru
mengunakan bahasa yang lugas dan jelas akan memudahkan peserta didik dalam
memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Tabel 17
Memberikan kesimpulan dari materi pelajaran yang telah diajarkan
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
8
40
Sering
9
45
Kadang-kadang
3
15
Pernah
-
-
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, 45% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan sering dan 40% guru selalu memberikan kesimpulan dari materi
pelajaran yang telah mereka ajarkan. Pemberian kesimpulan dilakukan agar peserta
didik dapat memahami inti dari materi yang telah disajikan serta siswa dapat
mengambil intisari dari materi yang disajikan guru.
c. Kegiatan Akhir dan Tindak lanjut Pembelajaran
Tabel 18
Pemberian latihan kepada siswa
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
6
30
Sering
11
55
Kadang-kadang
3
15
Pernah
-
-
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Dari tabel diatas, 55% guru MTs Hidayatul Umam manyatakan sering dan
30% guru selalu memberikan latihan pada siswa. Pemberian latihan tidak hanya
dilakukan secara individu tetapi juga dilakukan secara berkelompok. Tujuannya
agar guru dapat mengetahui kepahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Tabel 19
Memberikan test untuk mengukur kompetensi siswa dalam materi pembelajaran
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
13
65
Sering
6
30
Kadang-kadang
1
5
Pernah
-
-
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, 65% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan selalu memberikan test untuk mengukur kompetensi siswa dalam
materi pembelajaran. Pemberian test tersebut dilakukan dengan melakukan test
tertulis, test lisan, test unjuk kerja, observasi, portopolio maupun penugasan.
Tabel 20
Memberikan umpan balik (kesan) terhadap hasil test yang diperoleh siswa
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
11
55
Sering
7
35
Kadang-kadang
2
10
Pernah
-
-
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Dari tabel di atas, diketahui 55% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
selalu mamberikan umpan balik (kesan) terhadap hasil test yang diperoleh siswa.
Bila siswa memperoleh nilai yang baik dalam test tersebut, maka guru memuji
siswa tersebut, sedangkan bila siswa memperoleh nilai yang kurang maka guru
memberikan motivasi agar siswa lebih giat lagi belajar.
Tabel 21
Melakukan kegiatan tindak lanjut setelah mengetahui hasil test siswa
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
7
35
Sering
10
50
Kadang-kadang
2
10
Pernah
1
5
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 50% guru MTs Hidayatul Umam
Cinere-Depok menyatakan sering melakukan kegiatan tindak lanjut setelah
mengetahui hasil test siswa. Kegiatan tindak lanjut yang dilakukan adalah dengan
memberikan tugas atau latihan-latihan, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang
dianggap sulit oleh siswa, atau menugaskan membaca materi pelajaran.
Tabel 22
Pemberian perhatian khusus bagi siswa yang lamban, dan berusaha untuk
membangkitkan motivasi dan kreativitas belajarnya
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
4
20
Sering
8
40
Kadang-kadang
5
25
Pernah
2
10
Tidak pernah
1
5
20
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 40% guru MTs Hidayatul
Umam Cinere-Depok sering memberikan perhatian khusus kepada siswa yang
lamban, dan berusaha untuk membangkitkan motivasi dan kreativitas belajarnya.
Perhatian ini biasanya diberikan dengan cara menjelaskan kembali pelajaran yang
belum dimengerti oleh siswa yang lamban atau dalam bentuk bimbingan belajar.
d. Penilaian / Evaluasi
Tabel 23
Mengunakan alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
6
30
Sering
5
25
Kadang-kadang
8
40
Pernah
1
5
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Dari tabel diatas, diketahui 40% guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
menyatakan hanya terkadang saja mengunakan alat evaluasi yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan kompetensi yang aan dicapai. Guru lebih cenderung
menekankan pada hasil kerja siswa, sehingga menjadikan siswa kurang brminat
dalam belajar.
Tabel 24
Mengadakan remedial teaching bagi siswa
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu
13
65
Sering
5
25
Kadang-kadang
2
10
Pernah
-
-
Tidak pernah
-
-
20
100
Jumlah
Sebagaimana terlihat pada di atas, 65% guru MTs Hidayatul Umam CinereDepok menyatakan selalu mangadakan remedial teaching bagi siswa dan 35%
sering dan kadang-kadang mengadakan remedial teaching bagi siswa yang belum
mampu mencapai target minimal atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada
setiap mata pelajaran dan muatan lokal. Kegiatan remedial ini dapat dilakukan
didalam maupun diluar jam pelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk mengikuti
remedial sebanyak 2 kali.
D. Penemuan Hasil Wawancara
MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok mulai menyusun KTSP sebelum
masuk tahun ajaran 2007. Pada awal proses penyusunan KTSP dan perangkatnya,
MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok masih meraba-raba dan menemui banyak
hambatan, hal ini dikarenakan masih minimnya sosialisasi dan bimbingan teknis
yang didapat oleh guru. Dan pada juli 2007, MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
telah menyelesaikan penyusunan KTSP yang akan dijadikan pedoman operasional
pelaksanaan pendidikan di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok pada tahun ajaran
2007-2008.
Penerapan KTSP di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok pada tataran
pembelajaran dikelas masih menemui banyak kendala serta masih rendahnya
kualitas pembelajaran. Hal ini tentunya berdampak pada masih rendahnya hasil
belajar siswa, hal ini terlihat dari masih banyaknya siswa yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran dan muatan lokal yang telah
ditetapkan oleh guru.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang
baru dan harus disosialisasikan. Disekolah ( MTs) ini cara mensosialisasikannya
dengan melaksanakan penelitian kepada masing-masing guru bidang studi dan
dengan pembinaan dari dari pengawas. Para guru sangat antusias dan menerima
kurikulum tersebut dengan positif.
Banyak komponen atau fungsi-fungsi yang ikut terlibat dalam proses
penyusunan KTSP, diantaranya: kepada sekolah, pembantu kepala sekolah bidang
kurikulum, guru bidang studi dan pengawas pendidikan dari Kandepag ( Kantor
Departemen Agama).
Setiap sekolah mempunyai ciri-ciri khusus dalam program kurikulum yang
disusun, begitu juga dengan MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok. Ciri khusus yang
dimilki sekolah ini terdapat dalam dua hal, yaitu: keagamaan atau keislaman dan
praktek Ubudiyah (ibadah). Untuk mencapai ciri khas tersebut sekolah ini
menggunakan dua langkah, yaitu: mempersiapkan materi-materi pelajaran dan
mengelompokan materi pelajaran agama dan umum.
Sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat mendukung dalam
penerapan KTSP, walaupun sarana dan prasarana disekolah ini masih jauh dari
kesempurnaan, tetapi sekolah ini mampu memanfaatkan sarana yang ada dan
memaksimalkan bantuan dari pemerintah untuk mendukung penerapan KTSP.
Selain itu sikap antusias kepala sekolah juga merupakan faktor yang sangat
mendukung dalam pelaksanaan proses pembelajaran disekolah ini.
Tidak dapat dipungkiri atau dihindari dalam proses pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, sekolah ini juga mendapatkan hambatan-hambatan
yang cukup signifikan, yaitu: terbatasnya sarana dan prasarana sehingga menyita
waktu dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Tetapi sekolah ini tidak terus
berlarut-larut dengan hambatan yang ada, mereka mencoba untuk keluar dari
hambatan tersebut dengan cara mengaktifkan kegiatan belajar mengajar (KBM)
dengan waktu yang tersedia, memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada dan
terus berusaha menambah sarana dan prasarana tersebut, mengingkatkan
kemampuan tenaga pengajar dan tenaga layanan sekolah, dan terus berusaha
meningkatkan pengembangan diri dalam pembelajaran.
Kesimpulan
MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok pada tataran pembelajaran dikelas
masih menemui banyak kendala serta masih rendahnya kualitas pembelajaran. Hal
ini tentunya berdampak pada masih rendahnya hasil belajar siswa. Terlebih juga
sarana dan prasarana di MTs Hidayatul Umam ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan sarana dan prasarana masih dalam perbaikan atau renovasi sekolah.
Tetapi sekolah ini mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, sehingga
proses pembelajaran terlaksana dengan baik.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian mengenai Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di MTs
Hidayatul Umam Cinere-Depok, maka dapat di tarik Kesimpulan di antaranya:
1.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok
masih menemui banyak kendala serta masih rendahnya kualitas
pembelajaran, hal ini tentunya berdampak pada masih rendahnya hasil
belajar siswa, terlihat dari masih banyaknya siswa yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran dan muatan lokal yang
telah ditetapkan oleh guru.
2.
Sebagian besar guru MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok belum memiliki
kecakapan dalam pengelolaan kelas dan penguasaan materi yang memadai.
Guru juga jarang menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang
variatif dan efektif serta kurangnya melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Guru cenderung masih mengunakan paradigma lama dalam mengajar
seperti masih seringnya digunakan metode ceramah dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
3.
Penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif belum dapat diwujudkan
secara optimal di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok, hal ini disebabkan
karena fasilitas pembelajaran jumlahnya masih belum mencukupi jika
dibandingkan dengan banyaknya jumlah siswa dan jumlah rombongan
belajar.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Profesionalisme dan kompetensi guru harus ditingkatkan. Guru diharapkan
lebih aktif dalam mengembangkan potensi dan kemampuan mereka dalam
mengajar dengan mengikuti berbagai pelatihan, workshop, seminar, dan
kegiatan lainnya yang terkait dengan KTSP.
2. Dalam proses belajar mengajar, guru harus lebih kreatif dalam
mengembangkan strategi belajar misalnya dengan belajar tuntas dimana
siswa diberikan waktu yang cukup untuk menguasai suatu kompetensi yang
dipelajari; learning by doing yaitu belajar dengan memberikan pengalaman
yang bermakna bagi siswa dan belajar dengan mengunakan paket
pembelajaran atau modul, sehingga guru mampu mengajak siswa
bereksplorasi dengan proaktif.
3. Penerapan KTSP sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di MTs
Hidayatul Umam ini dapat dikatakan baik (efektif). Namun sebaiknya pihak
MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok lebih meningkatkan lagi penerapan
KTSP tersebut; sebab penerapan KTSP sebagai upaya peningkatan mutu
pendidikan yang efektif akan memberikan kontribusi yang positif bagi
peningkatan kualitas sekolah berupa kinerja guru yang semakin baik,
kompetensi guru yang terus berkembang, dan juga dapat meningkatkan
potensi serta bakat peserta didik.
4. Untuk meningkatkan keterlibatan wali murid dalam menindaklanjuti hasil
belajar siswa; kepala MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok dapat
mengeluarkan kebijakan atau membangun sarana komunikasi lainnya yang
lebih intens guna menindaklanjuti hasil belajar siswa.
5. Pihak sekolah perlu menyediakan fasilitas pembelajaran yang memadai. Hal
ini diperlukan agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik,
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.
6. Untuk meningkatkan kualitas peran dan kompetensi guru dalam penerapan
KTSP sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan, pihak sekolah dapat
mengadakan kegiatan-kegiatan peningkatan profesional guru yang lebih
berfariatif lainnya, misalnya; “ short course guru kreatif “, “
public
speaking for teaching “ dan mengikutsertakan guru dalam pelatihan,
seminar, workshop, dan bentuk-bentuk sosialisasi KTSP lainnya yang
diadakan oleh Depdiknas maupun oleh lembaga pendidikan lainnya yang
labih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin Rasyad , teori belajar dan pembelajaran, Jakarta: UHAMKA Press,
2003
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Visimedia,2007
Pembangunan Manusia Indonesia Masih Tertinggal, Selasa 22 November 2007,
diakses dari http://www.tempointeraktif.com pada tanggal 13 Juni 2008.
Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007
Nana Syaodih Sukmadinata,dkk,Pengendalian
Menengah,Bandung: PT. Refika Aditama,2006
Mutu
Pendidikan
Sekolah
Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar
pelaksanaan Pendidikan, Jakarta:UIN Jakarta Pres, 2006
Lenny Panggidaej, Kamus Pendidikan,Jakarta: Restu Agung,1995
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta:PT. Delta Pamungkas, 1997
Peraturan Pemerintahan No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Jakarta: Sinar Grafika Offset 2006
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Kencana Pranada Media Group,
2008
E. Mulyasa, Kurikulum
Rosdakarya,2007
Tingkat
Satuan
Pendidkan,
Bandung:
Remaja
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Jakarta: Sinar Grafika Offset,2006
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006
Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta:
Sinar Grafika Offset, 2006
Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan
23, Jakarta: Sinar Grafika Offset,2006
Mimin Haryati, Model dan Tingkat Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan,
Jakarta:Gaung Persada Pres,2007
Masnur Muslich,KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta: Bumi
Aksara,2008
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta:
Ciputat Press, 2002
M. Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan
dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
Zurinal dan Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar Pelaksana Pendidikan,
Yogyakarta: UIN Press, 2006
Sobry Sutikno, Mengagas pembelajaran Efektif dan Bermakna, Mataram: NTT
Press, 2007
Sofa, Prosedur umum pembelajaran. Diakses dari http://massofa.wordpress.com
Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Jombang : Lintas Media
M.N.Nasution, Manejemen Mutu Terpadu (TQM), Jakarta : Gilia Indonesia,2005
Umaedi, Manejemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.// www.ssep. Net/
dirictor.Html.
Moh.Iwan Apriyadi, Manejemen Peningkatatan mutu pendidikan , http:www.
[email protected]
E.Mulyasa,Standar
Rosdakarya,2007
kompetensi
E.Mulyasa,Kurikulum
Rosdakarya,2007
Tingkat
dan
Sertifikasi
Satuan
Guru,Bandung
:
Remaja
Pendidikan,Bandung:Remaja
Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,Jakarta :Raja Grafindo Persada,2003
Profil Sekolah MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok Tahun 2010
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta: Asdi Mahasatya, 2002
Download