PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI METODE ITERASI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL SECARA ANALITIS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Oleh : Paskalia Siwi Setianingrum NIM.111414032 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 EISZ pn{ y {pE6uz; ,-t '{I'qd "as'qtsl 1ru'$'S tsuqinnl4J rpng : qelo SIIITYNV YUYJff S lYISNSUfl frI(I NYYI{VSUTd NYXIYS fl f TANfl IAI XOINO ISYU trII ff OO I fl IAI ISdIUTS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ,r'* i!! epu>p{Eo; eurra{11l €t€ircS seps.re Iufl u€+plprred nury uep uunm8es s{nrpd SI0Z 1eH 17\rc4eAfroa ep-EEuy 4aAEuV u1o€Suv SIOZ I tfnEue6 earw4 imdop rp unlusqgxed;p qelel T$FIFII I:ruIN um€uruenes I^{S eqe:ped qelo sgntlp uep uu4derredl6 SIIITYNVYWJflSTYTSNflUUJTA NYYn[VSUgd *rY)ilVSgTgANgW X{IJ,Nfi rSvUff .' . .-, rr uqorgnl PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI AI " ssnBc'c'J - 'Eurl.4.red. p>lEuusd pdepusru {erpeq er ue8rmqnq unrues rrralep rdrrrel ?,{uurq rue1e nu{I nrap rmo'uoase epedel Euegurndueru lrrp uqqepuenrrr ueua{req Euues 'a[4?rueFur rrpp ntr?r q€I€p? ) Eunuq nuF rrBp rutrll pBp ntr€r rl€lsp? 3)lr1elue]"I^tr "J '1e8u.ue{ Vo11lorzp p:ergdsul %lLteVW S'fl'I'N'TI'f 'qInS qD{srufs rssn$s undryseur sl1ra1er{esn sEsxns 'plrol\ sq; sleprrBl^l uosleN - e8ueqe ol esn uuc e r uodee,r ggremod Nour eql $ uor1ecnpg OIIOru NY'IIY,TYII PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI nq?w&rvuafruatanJTJas uE oytry DVns uryTp uyo Buofi srllilso,q sury n4y+y rsttt7touraur &uofr, rryonft so1t6 ul:u+J u'ap uohunErry 'aoy u.tyt"tagu.au Bunfr, VryaX Buag og4tnl nyngI uryo n4qntrng nryfrwffiauyualu ryqJ"s fruon qrolt7 u-purl& uEl srysrry snsaft uuAn!, Un4wtrur xdr.rTs ualwguasnfnV TFuV aurual uqo n4nfr,s an)tgnuaduohuag1 i NYHYfl }{trSUf, d NIYIAIYf YH PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI uru6uruenes IiqS ?qe:fspd H)0 Mru' 'sqnue6 SI0Z len IZ qs$s{Bdaof ltelury u{rr:1eImp,{q uueuruEaqes uulpnqeqp {ep$ qep 8ue{ Irgncq tq s{nl e,(cs Euer rsduxs 1ne1 Euerc " qe$nd uednn{ urelsp efna ueIEEq nep errq }amr'Iu {q?q eduqnaEunses ueEuep nerppfuem efeg YAUYI N\ilTSYDT NYYIYANf, f,d PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK Paskalia Siwi Setianingrum, 2015. Metode Iterasi Untuk Menyelesaikan Persamaan Diferensial Secara Analitis. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Berbagai persoalan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari melibatkan model matematika. Salah satu konsep dari ilmu matematika yang berperan penting dalam kehidupan adalah persamaan diferensial. Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat turunan dari satu atau beberapa fungsi yang tidak diketahui maupun konstanta yang tidak diketahui. Jika turunan fungsi tersebut melibatkan satu variabel bebas disebut persamaan diferensial biasa. Jika turunan fungsi tersebut melibatkan lebih dari satu variabel bebas disebut persamaan diferensial parsial. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan terkait persamaan diferensial biasa maupun parsial. Metode iterasi adalah metode yang dilakukan secara berulang-ulang untuk mencari nilai pendekatan dari solusi analitis. Salah satu metode yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa secara analitis adalah metode iterasi Picard atau dapat disebut juga metode Successive Approximations. Metode iterasi variasional dapat pula digunakan dengan cara analitis untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa maupun parsial. Metode iterasi Picard memiliki solusi yang menghasilkan nilai solusi eksak (sebenarnya) dan memerlukan perkiraan (tebakan) awal pada solusi tersebut. Solusi dari metode ini membentuk sebuah barisan fungsi. Metode iterasi variasional dikerjakan dengan cara merumuskan masalah nilai awal dan membentuk sebuah fungsi koreksi menggunakan pengali Lagrange sehingga dapat ditentukan solusinya. Konsep dasar dari metode iterasi variasional adalah pengali Lagrange umum, kondisi stasioner, dan variasi terbatas. Kata kunci : iterasi, iterasi Picard, iterasi variasional, dan solusi analitis. vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT Paskalia Siwi Setianingrum, 2015. Iteration Methods for Solving Differential Equations Analytically. Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Science Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. Several problems in daily life involve mathematics models. One of mathematical science concepts which takes an important role in daily life is differential equation. It is an equation which contains the derivatives of one or more unknown functions or constant. If the derivatives of the function involve one independent variable, it is called ordinary differential equation. If the derivatives of the function involve more than one independent variables it is called partial differential equation. There are many methods which can be used to solve problems related to ordinary differential equations or partial differential equations. The iteration method is a method done repeatedly in order to gain the approximation value of an exact solution. Thus, it is suitable to solve differential equations. One of the methods used to solve ordinary differential equation analytically is Picard’s method of iteration or method of Successive Approximations. The variational iteration method can also be used to solve ordinary differential equations and partial differential equations analytically. Picard’s method of iteration has a solution which yields an exact solution value and requires an initial approximation for that solution. The solution of this method forms a sequence of functions. The variational iteration is done by formulating the initial value problems and forms a correction function using the Lagrange multiplier, so the solution is obtained. The basic concept of this iteration of the variational method is the general Lagrange multiplier, stationary condition and restricted variations. Keywords : iteration, Picard’s iteration, variational iteration, and exact solution. viii xt un6urueqos 1,trls €{€{sed ue4upfuoru EueI 9I0Z IoW 17 p88uelupe4 qrwle,$o1 ry lenqrq 'edureueqss ueEuep pnq e.&s Eue.{ pl treep.(rued u€pgruog 'srpued reEeqes e,{es euruu ue>lum}uucuern delq ?rueles efes epedel plefor rmdneur edes uep mlr elrmueur e&re] snuepe>le uunpede>1 nsl" leruoiln ry rrnlrs€ry1qndueu u€p sspqJel uele4Eued {ntueq ure1ep efuqelo8ueu 'uedrurdueur >ln1tm trpl ue>lrreqrueru {nlun qel elpeur eJ?cas ualrsnqr4sryueur €rpetu {quoq ?pp rrrel€p uolryle8ueu Teq errrreq( ef€u€S ss$sreATufl ueul4sndrs4 epedel rralueqtuoru edes ueDlrurep ueEuaq '(epe epq) uu4nlradrp Eue,( plEuered ugeseq SIIITVNY YUYf, gS TYISNf,Uf,JIO IIYYI^TVSUfld IIY)IIVSflTgANgru XNINN ISYUSII f,OOIflIAI e1eues ssilsrelrun ; lnpnfreq Eued qerup edml n1ens "tuJeqq ueelqsndre4 epede4 uurlrreqruoru efes 'uunqepEued nurg uuEuuqureEued nueg T,E0?MII: um.6urue4as I {fS erter{sud :Btnreqq eleues ssilsrelrun efes { "A\srsBrlBI €1u,srseqsl^IroruoN : "III?N 'ru1 r[81@q Ip ue8ue1 epusueq EueA SIIAIf,(I\DIY NVCNIINgdtrX XOINII HYIIATTI YAUY)I ISYXIa{Nd NYOfNJgSUgd UYflIAItrT PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga skripsi dengan judul “Metode Iterasi untuk Menyelesaikan Persamaan Diferensial Secara Analitis” ini dapat penulis selesaikan. Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika. Selama penyusunan skripsi ini penulis telah melalui berbagai macam kesulitan yang dialami. Akan tetapi dari semua itu telah penulis lalui dengan adanya dukungan dari banyak pihak sehingga kesulitan yang penulis alami dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan sepenuh hati penulis ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada beberapa pihak yang telah membantu, diantaranya : 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menjaga dan menuntun setiap langkah penulis dalam penyusunan skrispi ini. 2. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Agustinus Sajimin, S.Pd. dan Ibu Sri Lugiwiyatun, S.Pd. yang senantiasa memberi dukungan lewat doa, memberi semangat, kasih sayang dan perhatian dari awal studi selama 4 tahun sampai selesai penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan kesabaran hati bersedia membimbing penulis dari awal penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas segala dukungan, kritik maupun saran selama ini. 4. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. dan Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah menguji skripsi serta memberi masukan yang baik untuk penulisan skripsi penulis. 5. Segenap dosen JPMIPA, khususnya dosen-dosen yang telah mengajar, mendidik, membagikan ilmu kepada penulis hingga penulis kaya akan ilmu pengetahuan terkait dengan matematika selama 4 tahun ini. x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. Segenap staf sekretariat JPMIPA yang telah membantu memberikan pelayanan selama 4 tahun ini. 7. Segenap staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma karena telah memberikan pelayanan yang baik selama penulis meminjam referensi untuk belajar selama 4 tahun dan selama penyusunan skripsi ini. 8. Perpustakaan Universitas Gajah Mada yang memiliki referensi lengkap dalam mendukung penyusunan skripsi penulis. 9. Pendamping setia penulis yaitu Erasmus Jala, A.Md. yang telah mendoakan penulis, menghadapi penulis dengan penuh kesabaran, mendukung, memotivasi, mendampingi penulis selama kuliah 4 tahun dan pada saat penyusunan skripsi sampai selesai. 10. Teman-teman satu kelompok KKN Reguler angkatan 49 kelompok 3 dengan nama tim Mestakung (Semesta Mendukung) yaitu Agatha, Krisna, Vivi, Gita, Desyka, Pascha, Tabita, Vincent, Revi dan Hudan karena telah memberi dukungan, motivasi dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena mereka, penulis memiliki teman-teman yang baik selama mengikuti KKN di dusun Candi 1, desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul. Penulis memiliki kesan yang mendalam karena kebersamaan yang erat dengan mereka selama masa KKN empat puluh hari. Oleh karena semangat kita bersama kelompok 3 menjadi kelompok terbaik dan memperoleh nilai akhir tertinggi berkat bimbingan Bapak Adinugroho, M.Psi. 11. Teman-teman satu kelompok PPL yaitu Yuli, Felbi, Rica, Ela, Malvin, Ambar, Suster Verona, dan Albert karena telah memberi dukungan dan motivasi serta menjadi teman yang baik selama penulis melakukan PPL di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Penulis memiliki kesan yang mendalam karena kebersamaan yang erat dengan mereka selama PPL kurang lebih 3 bulan. 12. Teman-teman seperjuanganku selama kuliah di Pendidikan Matematika, khususnya angkatan 2011, yaitu Veni, Nita, Arlyn, Rizky, Melan, Tari, Renata, Linda, Igor, Monika Mahastri, dll yang bersedia menjadi teman belajar bagi penulis selama kuliah. xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13. Sahabat-sahabat alumni SMA Stella Duce 1 Yogyakarta yaitu Melo, Rinta, Pingkan, Nia, Nane, Janis, Nita, Wita. Mereka selalu ada untuk setia memberi motivasi, dukungan, kasih sayang dan doa selama 4 tahun menempuh kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini. 14. Kelima teman dari mahasiswa Pascasarjana Jurusan Matematika FMIPA UGM yang bernama Mba Reni, Mba Tesa, Mba Opi, Mas Bily, dan Mas Wawan karena telah membantu mencari referensi tentang penulisan skripsi. 15. Kakak kandung Andreas Yudha Fery Nugroho, S.Psi. dan Mba Erlin yang memberi semangat kepada penulis. Penulis xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT ...................................................................................................... viii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii DAFTAR SIMBOL ......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xix BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4 C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4 D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 5 E. Batasan Masalah .................................................................................. 5 F. Metode Penulisan ................................................................................ 6 G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 7 BAB II : LANDASAN TEORI ...................................................................... 9 A. Persamaan Diferensial ........................................................................ 9 1. Persamaan Diferensial Biasa ........................................................ 14 2. Persamaan Diferensial Parsial . ..................................................... 22 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Solusi Khusus dan Solusi Umum .................................................. 23 4. Masalah Nilai Awal dan Masalah Nilai Batas .............................. 24 B. Limit Fungsi ........................................................................................ 26 C. Kekontinuan Fungsi ............................................................................ 27 D. Turunan Parsial ................................................................................... 28 E. Integral Parsial .................................................................................... 31 F. Metode Lagrange ............................................................................... 34 G. Metode Newton-Raphson ................................................................. 36 .................................................................................... 37 H. Metode Euler I. Little-Oh dan Big-Oh ........................................................................ 39 BAB III : METODE ITERASI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ................................................................. 40 A. Persamaan Diferensial Biasa ............................................................... 40 B. Deret Taylor ........................................................................................ 43 C. Metode Iterasi Picard (The Method of Successive Approximations) ... 47 D. Hubungan Deret Taylor dengan Metode Iterasi Picard ....................... 50 1. Solusi PDB Secara Analitis ........................................................... 51 2. Solusi Suatu Fungsi Menggunakan Konsep Deret Taylor ............ 52 3. Solusi PDB Dengan Metode Iterasi Picard .................................. 53 E. Contoh-contoh Penerapan Metode Iterasi Picard ................................ 55 F. Metode Iterasi Variasional untuk PDB .............................................. 64 1. Metode Iterasi Variasional PDB Bentuk Umum Orde Satu ........ 67 2. Metode Iterasi Variasional PDB Bentuk Khusus Orde Dua ........ 70 G. Contoh Pengali Lagrange Metode iterasi untuk PDB ......................... 72 1. Konsep Dasar Metode Newton ................................................... 73 2. Konsep Dasar Metode Iterasi Variasional untuk PDB .................. 74 BAB IV : METODE ITERASI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL ............................................................ 80 A. Persamaan Diferensial Parsial ............................................................. 80 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Syarat Awal dan Syarat Batas ....................................................... 80 2. Masalah Syarat Awal dan Syarat Batas ......................................... 82 B. Metode Iterasi Variasional .................................................................. 82 1. Pengali Lagrange Umum ............................................................... 86 2. Kondisi Stasioner ........................................................................ 88 3. Variasi Terbatas .......................................................................... 89 C. Contoh-contoh Penerapan Metode Iterasi Variasional ....................... 94 BAB V : PENUTUP .................................................................................... 105 A. Kesimpulan ......................................................................................... 105 B. Saran .................................................................................................. 108 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 109 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR SIMBOL A, B, C, ..., Z : titik-titik atau suatu fungsi a, b, c, ..., z : titik-titik atau suatu fungsi ๐ฟ : delta λ : lamda ๐ : tao ๐ : pi ๐ : rho ๐ : mu ๐ : epsilon ∞ : jumlah tak terhingga ๐ผ : alpha ๐ฝ : beta ∈ : elemen/anggota ≠ : tidak sama dengan < : lebih kecil dari ≤ : lebih kecil dari atau sama dengan ≥ : lebih besar dari atau sama dengan > : lebih besar dari ! : faktorial o : notasi little-Oh xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI O : notasi big-Oh ⇒ : implikasi โบ : biimplikasi (ekuivalen) โฎ : dan seterusnya ลฉ : u tilda ⊂ : subset (himpunan bagian) แปน : y tilda โ : delta ๐ : do ๐ : teta ๐ : sigma ๐ : phi ξ : xi ๐ : phi varian ∇ : nabla xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Pelukisan grafis dari metode Newton .......................................... 37 Gambar 2.2 Tafsiran grafis persamaan ๐ฆ๐+1 = ๐ฆ๐ + ๐. โ ................................ 38 Gambar 2.3 Pelukisan grafis dari metode Euler .............................................. 38 xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Langkah iterasi pada pengali Lagrange .......................................... 87 Tabel 4.2 Langkah iterasi pada variasi terbatas .............................................. 89 xix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari berasal dari ilmu pengetahuan. Para peneliti telah mempelajari banyak ilmu pengetahuan untuk membuktikan kebenaran yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Ilmu matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai ciri khas yaitu tertuang dalam bahasa simbolis dan berhubungan dengan kehidupan nyata. Untuk membuktikan kebenaran yang terjadi dalam kehidupan nyata dibutuhkan konsep-konsep maupun teori-teori khusus sehingga dapat mendukung pembuktian tersebut. Bidang ilmu dalam matematika antara lain aljabar, geometri, statistika, analisis, terapan, dan lainlain. Masalah-masalah dalam bidang astronomi, keuangan, kesehatan, ekonomi, bisnis, pertanian, peternakan dan industri dapat diselesaikan menggunakan konsep-konsep maupun teori-teori matematika. Salah satu konsep matematika yang berperan penting dalam perkembangan kehidupan yaitu persamaan diferensial. Persamaan diferensial dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari di berbagai bidang seperti dapat membantu mengukur laju pertumbuhan populasi di suatu wilayah, dapat membantu menghitung besar pergerakan dalam gerak harmonis sederhana dan pegas spiral, dapat membantu menyelesaikan persoalan-persoalan mengenai menentukan muatan pada kapasitor dan arus 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 sebagai fungsi-fungsi dari waktu pada rangkaian listrik, dapat membantu menentukan laju perubahan terhadap waktu pada peluruhan radioaktif, serta manfaat lainnya. Persamaan diferensial adalah persamaan yang mengandung satu atau lebih turunan suatu fungsi tidak diketahui. Persamaan diferensial ini banyak menggunakan formulasi matematika, biasanya formulasi tersebut berupa penentuan suatu fungsi yang memenuhi persamaan tertentu. Terdapat dua jenis persamaan diferensial berdasarkan banyaknya variabel bebas yaitu Persamaan Diferensial Biasa (PDB) dan Persamaan Diferensial Parsial (PDP). Suatu persamaan diferensial yang memuat turunan biasa dinamakan persamaan diferensial biasa. Suatu persamaan diferensial yang memuat turunan parsial dinamakan persamaan diferensial parsial. (Marwan dan Said Munzir, 2009) Banyak metode-metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa maupun persamaan diferensial parsial. Untuk persamaan diferensial biasa, metode yang biasa digunakan antara lain metode Euler, metode Heun, metode Deret Taylor, dan sebagainya. Untuk persamaan diferensial parsial, metode yang dapat digunakan antara lain metode karakteristik, metode separasi variabel dan metode beda hingga. Metode-metode yang dapat menyelesaikan persamaan diferensial terbagi menjadi tiga metode berdasarkan solusinya metode numeris, metode analitis dan metode kualitatif. Solusi dari metode numerik sebagian besar berbentuk angka sedangkan metode analitik menghasilkan solusi dalam bentuk fungsi yang kontinu selanjutnya fungsi tersebut dapat disubstitusikan untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 menghasilkan nilai dalam bentuk angka. Penulis memilih menyelesaikan persamaan diferensial biasa dan parsial secara analitik karena lama-kelamaan solusi pendekatan pada metode iterasi akan kontinu menuju solusi yang sebenarnya. Persamaan diferensial merupakan salah satu bidang ilmu matematika yang termasuk dalam kelompok terapan yang dapat diselesaikan secara analitik, tetapi juga dapat diselesaikan secara numerik. Tetapi untuk persamaan diferensial parsial, metode analitik sulit digunakan dalam permasalahan tersebut karena kadangkala solusi analitik kurang dapat memberikan solusi yang memadai tentang kuantitas yang dicari sehingga solusi yang lebih tepat dapat menggunakan metode numerik. Solusi dari metode analitik bersifat eksak sedangkan solusi dari metode numerik bersifat hampiran atau pendekatan. (Didit Budi Nugroho, 2011) Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode untuk menemukan solusi pendekatan persamaan diferensial biasa dan parsial yang pendekatannya secara kontinu. Metode yang penulis gunakan untuk membahas permasalahan mengenai persamaan diferensial biasa adalah metode iterasi Picard (The Method of Successive Approximations). Metode tersebut pertama kali dikenalkan oleh Emile Picard (1856-1941). Solusi yang dihasilkan dari metode iterasi Piard tidak berupa solusi umum tetapi solusi khusus dengan nilai awal yang telah diketahui sebelumnya. Metode yang penulis gunakan untuk membahas permasalahan mengenai persamaan diferensial parsial adalah metode iterasi variasional. Metode iterasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 variasional pertama kali dikembangkan oleh Ji-Huan He. Langkah-langkah yang untuk mendapatkan solusi dari metode iterasi variasional ini kurang lebih hampir sama dengan metode iterasi Picard. Perbedaan diantara metode iterasi Picard dan metode iterasi variasional yaitu terdapat pengali Lagrange pada fungsi koreksi metode iterasi variasional. Metode iterasi variasional lebih efektif dan efisien untuk menemukan solusi yang diinginkan karena memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah: 1. Bagaimana cara menyelesaikan PDB dengan metode iterasi Picard? 2. Bagaimana cara menyelesaikan PDP dengan metode iterasi variasional? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah: 1. Untuk mengetahui cara menyelesaikan PDB dengan metode iterasi Picard. 2. Untuk mengetahui cara menyelesaikan PDP dengan metode iterasi variasional. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini bagi penulis adalah : 1. Dapat mengetahui cara menyelesaikan PDB dengan metode iterasi Picard. 2. Dapat mengetahui cara menyelesaikan PDP dengan metode iterasi variasional. Manfaat dari penulisan ini bagi pembaca adalah : 1. Dapat menambah pengetahuan baru tentang penggunaan metode iterasi Picard untuk menyelesaikan PDB dan metode iterasi variasional untuk menyelesaikan masalah PDP. 2. Dapat memberi motivasi untuk terus belajar dan melanjutkan pembahasan penulisan ini untuk persamaan diferensial biasa dan parsial orde tinggi. E. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dari penulisan skripsi ini adalah 1. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada PDB adalah metode iterasi Picard (The Method of Successive Approximations) dengan masalah nilai awal. Pada bahasan ini, variabel-variabel dibatasi hanya pada koefisien-koefisien polinom linearnya dalam variabel t yang bertujuan agar pembahasan pada penulisan ini tidak terlalu luas dan memfokuskan pada variabel t saja sehingga dapat mempermudah bagi para pembaca untuk memahami penulisan ini. 2. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada PDP adalah metode iterasi variasional dengan syarat awal dan syarat batas. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 Dalam PDP, permasalahan yang diselesaikan hanya orde satu saja agar tidak terlalu luas dan lebih fokus pada orde satu saja. Dalam hal ini, variabelvariabel dibatasi hanya koefisien-koefisien polinom linearnya dalam t dan s yang bertujuan agar pembahasan pada penulisan ini tidak terlalu luas dan memfokuskan pada variabel t dan s saja sehingga dapat mempermudah bagi para pembaca untuk memahami penulisan ini. 3. Keunggulan dari metode iterasi adalah memiliki solusi pendekatan secara kontinu menuju solusi yang sebenarnya tanpa diskretisasi numeris sehingga metode iterasi dapat menyelesaikan berbagai permasalahan PDB dan PDP dengan lebih mudah dibanding metode-metode yang lain. Selain itu, persoalan yang dipecahkan dengan metode iterasi tersebut dapat lebih efektif dan efisien karena solusi konvergen menuju solusi eksak (sebenarnya). F. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan oleh penulis adalah metode studi pustaka yaitu mempelajari materi dari referensi-referensi yang berkaitan dengan metode iterasi dalam menyelesaikan PDB dan PDP, mengumpulkan informasi dan menyusun tulisan ini menjadi suatu bentuk penulisan yang runtut dan jelas sehingga mempermudah pembaca saat membaca. Setelah itu, penulis lebih banyak mengkaji dari jurnal-jurnal nasional maupun internasional serta buku-buku yang terkait. Penulisan ini merupakan ide baru yang belum pernah dibahas sebelumnya oleh teman-teman mahasiswa. Oleh karena itu, penulis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang metode iterasi untuk menyelesaikan persamaan diferensial secara analitis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan ini adalah: 1. Mempelajari teori tentang metode iterasi Picard dan metode iterasi variasional untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa dan parsial dari buku-buku maupun jurnal-jurnal yang terkait. 2. Menyelesaikan soal-soal latihan terkait dengan metode iterasi Picard dan metode iterasi variasional dengan langkah-langkah yang disusun secara runtut dan jelas. 3. Menyajikan definisi maupun informasi-informasi penting terkait tentang PDB dan PDP. 4. Memberikan penjelasan, bukti-bukti serta langkah-langkah dalam mendapatkan solusi pendekatan dari metode iterasi secara runtut dan jelas. 5. Menyusun seluruh materi yang telah dibahas secara runtut dan sistematis pada langkah sebelumnya agar mempermudah para pembaca dalam memahami isi penulisan ini. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut: Bab pertama yaitu Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah yang dibahas, rumusan masalah, tujuan dari penulisan ini, manfaat dari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 penulisan ini, batasan masalah, metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini dan sistematika penulisan. Bab kedua yaitu Landasan Teori yang memuat dasar teori yang terkait dengan isi penulisan yaitu pengertian dan pengelompokkan persamaan diferensial berdasarkan banyaknya variabel yaitu persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial, persamaan diferensial linear, persamaan diferensial linear homogen dan nonhomogen, pengertian tentang masalah nilai awal dan masalah nilai batas beserta solusi khusus maupun solusi umum, pengertian limit fungsi, teori-teori tentang kekontinuan fungsi, turunan parsial, integral parsial, metode Lagrange, metode Newton-Raphson, metode Euler, serta Little-Oh dan Big-Oh yang mendukung pemahaman bahasan selanjutnya. Bab ketiga yaitu Metode Iterasi untuk Menyelesaikan PDB yang memuat tentang pengertian PDB, penjelasan langkah-langkah dalam mendapatkan solusi pendekatan dari metode iterasi serta penerapan metode iterasi Picard. Bab keempat yaitu Metode Iterasi untuk Menyelesaikan PDP yang memuat tentang pengertian PDP, langkah-langkah dalam mendapatkan solusi pendekatan dari metode iterasi serta penerapan metode iterasi variasional. Bab kelima atau bab terakhir penulisan ini yaitu Penutup yang memuat kesimpulan dari seluruh pembahasan materi penulisan ini dan saran yang diberikan kepada penulis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penulisan skripsi ini. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas pengertian-pengertian dari persamaan diferensial, pengelompokan persamaan diferensial berdasarkan banyaknya variabel yaitu persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial, persamaan diferensial linear, persamaan diferensial linear homogen dan nonhomogen, pengertian masalah nilai awal dan masalah nilai batas beserta solusi khusus maupun solusi umum, pengertian limit fungsi, teori-teori kekontinuan fungsi, turunan parsial, integral parsial, metode Lagrange, metode NewtonRaphson, metode Euler, serta Little-Oh dan Big-Oh yang mendukung pembahasan mengenai metode iterasi untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial. A. Persamaan Diferensial Persamaan diferensial (differential equation) adalah persamaan yang melibatkan variabel-variabel tak bebas dan derivatif-derivatifnya terhadap variabel-variabel bebas. (Didit Budi Nugroho, 2011) Persamaan Diferensial (PD) dapat ditulis dalam dua bentuk: 1. Bentuk derivatif (bentuk turunan) ๐๐ฆ ๐๐ฅ adalah notasi turunan pertama. 9 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 Contoh: ๐๐ฆ ๐๐ฅ ๐ฅ +๐ฆ = ๐ฅ 2 +1. 2. Bentuk diferensial Contoh dari bentuk derivatif di atas, jika ditulis dalam bentuk diferensial adalah: (๐ฅ 2 + 1)๐๐ฆ = ๐ฅ + ๐ฆ ๐๐ฅ (๐ฅ 2 + 1)๐๐ฆ − ๐ฅ + ๐ฆ ๐๐ฅ = 0. Contoh-contoh persamaan diferensial: ๐2๐ฆ ๐๐ฅ 2 ๐4๐ฅ ๐๐ก 4 ๐๐ฆ + ๐ฅ๐ฆ(๐๐ฅ )2 = 0, (2.1) ๐2๐ฅ + 5 ๐๐ก 2 + 3๐ฅ = sin ๐ก, ๐๐ฃ ๐๐ ๐2๐ข ๐๐ฅ 2 (2.2) ๐๐ฃ + ๐๐ก = ๐ฃ, ๐2๐ข (2.3) ๐2๐ข + ๐๐ฆ 2 + ๐๐ง 2 = 0. (2.4) Derajat persamaan diferensial adalah derajat tertinggi dari derivatif fungsi dalam persamaan diferensial. Pada persamaan (2.1) memiliki derajat tertinggi yaitu dua dapat dilihat dari derivatif tertinggi dari ๐๐ฆ ๐๐ฅ sebagai turunan kedua. Persamaan (2.2) memiliki derajat tertinggi yaitu empat dapat dilihat dari derivatif tertinggi dari ๐๐ฅ ๐๐ก sebagai turunan keempat. Persamaan (2.3) memiliki derajat tertinggi yaitu satu dapat dilihat dari derivatif tertinggi dari ๐๐ฃ ๐๐ sebagai turunan pertama. Persamaan (2.4) memiliki derajat tertinggi yaitu dua dapat ๐2๐ข dilihat dari derivatif tertinggi dari ๐๐ฅ 2 sebagai turunan kedua. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 Persamaan diferensial berdasarkan banyaknya variabel bebas dibagi menjadi dua macam yakni Persamaan Diferensial Biasa (PDB) dan Persamaan Diferensial Parsial (PDP). Solusi persamaan diferensial adalah suatu fungsi yang memenuhi persamaan diferensial. Persamaan diferensial memiliki dua kemungkinan solusi yakni tidak mempunyai solusi dan mempunyai solusi tunggal ataupun mempunyai solusi lebih dari satu. Contoh 2.1 ๐๐ฆ ๐๐ฅ = 2๐ฅ ⇔ ๐๐ฆ = 2๐ฅ๐๐ฅ ๐๐ฆ = 2๐ฅ๐๐ฅ ๐ฆ + ๐1 = ๐ฅ 2 + ๐2 ๐ฆ = ๐ฅ 2 + ๐2 − ๐1 ๐ฆ = ๐ฅ 2 + ๐ถ. Jadi, ๐ฆ = ๐ฅ 2 + ๐ถ membentuk suatu keluarga solusi dari persamaan diferensial ๐๐ฆ ๐๐ฅ = 2๐ฅ. Contoh 2.2 ๐๐ฆ Apakah ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 − 25 = 0 adalah solusi dari PD ๐ฅ + ๐ฆ ๐๐ฅ = 0? Jawab: ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 − 25 = 0 ๐ฆ 2 = 25 − ๐ฅ 2 ๐ฆ = ± 25 − ๐ฅ 2 . PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 Kasus pertama ๐ฆ = 25 − ๐ฅ 2 ๐๐ฆ ๐๐ฅ = 1 2 25−๐ฅ 2 −2๐ฅ = − ๐ฅ 25−๐ฅ 2 ๐๐ฆ ๐ฅ + ๐ฆ ๐๐ฅ = ๐ฅ + 25 − ๐ฅ 2 − ๐ฅ 25−๐ฅ 2 = ๐ฅ − ๐ฅ = 0. Jadi, solusi PD terpenuhi. Kasus kedua ๐ฆ = − 25 − ๐ฅ 2 ๐๐ฆ ๐๐ฅ =− 1 2 25−๐ฅ 2 −2๐ฅ = ๐ฅ 25−๐ฅ 2 ๐๐ฆ ๐ฅ + ๐ฆ ๐๐ฅ = ๐ฅ + (− 25 − ๐ฅ 2 ) ๐ฅ 25−๐ฅ 2 = ๐ฅ − ๐ฅ = 0. Jadi, solusi PD terpenuhi. Kesimpulan yang diperoleh dari kedua kasus tersebut yakni ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 − 25 = 0 ๐๐ฆ adalah solusi implisit PD ๐ฅ + ๐ฆ ๐๐ฅ = 0. Contoh 2.3 ๐๐ฆ Apakah ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 + 25 = 0 adalah solusi dari PD ๐ฅ + ๐ฆ ๐๐ฅ = 0? Jawab: ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 + 25 = 0 ๐ฆ 2 = −๐ฅ 2 − 25 ๐ฆ = ± −๐ฅ 2 − 25. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 Kasus pertama ๐ฆ = −๐ฅ 2 − 25 ๐๐ฆ ๐๐ฅ = 1 2 −๐ฅ 2 −25 ๐ฅ −2๐ฅ = − −๐ฅ 2 −25 ๐๐ฆ ๐ฅ + ๐ฆ ๐๐ฅ = ๐ฅ + −๐ฅ 2 − 25 − ๐ฅ = ๐ฅ − ๐ฅ = 0. −๐ฅ 2 −25 Jadi, solusi PD terpenuhi. Kasus kedua ๐ฆ = − −๐ฅ 2 − 25 ๐๐ฆ ๐๐ฅ =− 1 2 −๐ฅ 2 −25 −2๐ฅ = ๐๐ฆ ๐ฅ + ๐ฆ ๐๐ฅ = ๐ฅ + − −๐ฅ 2 − 25 ( ๐ฅ −๐ฅ 2 −25 ๐ฅ −๐ฅ 2 −25 ) = ๐ฅ − ๐ฅ = 0. Jadi, solusi PD terpenuhi. Kesimpulan yang diperoleh dari kedua kasus tersebut yakni ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 + 25 = 0 adalah solusi formal PD, karena secara formal penurunan PD terpenuhi tetapi tidak ada bilangan real ๐ฅ dan ๐ฆ yang benar-benar memenuhi persamaan solusi. Solusi dari PD dapat berbentuk eksplisit maupun implisit, sebagai berikut: ๐๐ฆ 1) ๐ฆ = ๐ฅ 2 + ๐ถ adalah solusi eksplisit dari ๐๐ฅ = 2๐ฅ. ๐๐ฆ 2) ๐ฅ 2 + ๐ฆ 2 + 25 = 0 adalah solusi implisit dari ๐ฅ + ๐ฆ ๐๐ฅ = 0. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 1. Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa (Ordinary Differential Equation), disingkat PDB, adalah suatu persamaan diferensial yang melibatkan satu variabel bebas. Contoh-contoh persamaan diferensial (2.1), (2.2), (2.3), dan (2.4) terdiri dari bermacam-macam variabel dan melibatkan derivatifderivatifnya maka yang termasuk ke dalam Persamaan Diferensial Biasa (PDB) adalah persamaan (2.1) dan (2.2). Pada persamaan (2.1) varibel ๐ฅ adalah variabel tunggal yang bebas dan variabel ๐ฆ adalah variabel tak bebas (tergantung). Pada persamaan (2.2) terdapat variabel bebas yaitu variabel ๐ก, sedangkan variabel ๐ฅ adalah variabel tak bebas. (Shepley L Ross , 2004) Setelah dibahas mengenai persamaan diferensial biasa, maka terdapat klasifikasi persamaan diferensial linear. Referensi diambil dari buku karangan Shepley L Ross (2004) dan diktat Lina Aryati, dkk (2013). a. Persamaan Diferensial Linear Persamaan diferensial linear adalah persamaan diferensial yang semua sukunya linear terhadap fungsi maupun derivatifnya. Persamaan diferensial tidak memuat bentuk nonlinear dari fungsi maupun derivatifnya. Ciri-ciri persamaan diferensial linear yakni tidak ada perkalian y dengan derivatif-derivatifnya, tidak ada perkalian derivatif dengan derivatif, tidak ada suku yang merupakan bentuk nonlinear dari y atau derivatifnya. Bentuk nonlinear memuat perpangkatan fungsi tak bebas, perkalian fungsi tak bebas dan derivatifnya serta perpangkatan derivatifnya. Contoh persamaan diferensial linear sebagai berikut PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐2๐ฆ 15 ๐2๐ฆ ๐ฅ ๐๐ฅ 2 + ๐ฅ 2 ๐๐ฅ 2 + 5 = 0. Contoh persamaan diferensial nonlinear sebagai ๐3๐ฆ ๐๐ฆ berikut ๐๐ฅ 3 + ๐ฆ ๐๐ฅ + ๐ฆ = 1. Persamaan diferensial linear orde satu dengan variabel tak bebas y dan variabel bebas x, dapat ditulis dalam bentuk ๐๐ฆ ๐๐ฅ +๐ ๐ฅ ๐ฆ =๐ ๐ฅ . (2.5) Diberikan persamaan sebagai berikut ๐๐ฆ ๐ฅ ๐๐ฅ + (๐ฅ + 1)๐ฆ = ๐ฅ 3 , adalah persamaan diferensial linear orde satu, dapat ditulis menjadi ๐๐ฆ ๐๐ฅ 1 + (1 + ๐ฅ )๐ฆ = ๐ฅ 2 , 1 dimana bentuk (2.5) ๐ ๐ฅ = 1 + ๐ฅ dan ๐ ๐ฅ = ๐ฅ 2 . Persamaan (2.5) dapat ditulis dalam bentuk diferensial menjadi ๐ ๐ฅ ๐ฆ − ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ + ๐๐ฆ = 0. (2.6) Persamaan (2.6) berasal dari bentuk ๐ ๐ฅ, ๐ฆ ๐๐ฅ + ๐ ๐ฅ, ๐ฆ ๐๐ฆ = 0, dimana ๐ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ ๐ฅ ๐ฆ − ๐ ๐ฅ dan ๐ ๐ฅ, ๐ฆ = 1. Maka ๐๐ (๐ฅ,๐ฆ) ๐๐ฆ =๐ ๐ฅ ≠0= ๐๐ (๐ฅ,๐ฆ) ๐๐ฅ . Persamaan (2.6) bukan persamaan persamaan diferensial eksak kecuali kalau ๐ ๐ฅ = 0, dimana persamaan (2.5) adalah persamaan diferensial separabel sederhana. Persamaan (2.6) hanya memuat variabel x saja, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 maka dapat diasumsikan mempunyai faktor integral yang hanya bergantung pada x saja. Persamaan (2.6) dikalikan dengan ๐(๐ฅ) menjadi ๐ ๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐ฆ − ๐ ๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ + ๐(๐ฅ)๐๐ฆ = 0. (2.7) Berdasarkan definisi, ๐(๐ฅ) adalah faktor integral dari persamaan (2.7) jika dan hanya jika persamaan (2.7) adalah eksak sehingga diperoleh ๐ ๐๐ฆ ๐ ๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐ฆ−๐ ๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐ = ๐๐ฅ ๐ ๐ฅ . Kondisi tersebut diturunkan, sehingga menjadi ๐ ๐ ๐ฅ ๐ ๐ฅ = ๐๐ฅ ๐ ๐ฅ . (2.8) Pada persamaan (2.8), P adalah suatu fungsi yang diketahui variabel bebas x, tetapi ๐ adalah suatu fungsi yang tidak diketahui berasal dari x dan akan kita tentukan. Kemudian, kita tuliskan persamaan diferensial (2.8) menjadi bentuk seperti berikut ๐๐ ๐๐ ๐ฅ = ๐๐ฅ , (2.9) dimana variabel terikatnya adalah ๐ dan variabel bebasnya adalah x. P adalah suatu fungsi yang diketahui dari x. Persamaan (2.9) merupakan persamaan diferensial separabel, variabel dipisahkan menjadi berikut ๐๐ ๐ = ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ. (2.10) Kemudian persamaan (2.10) diintegralkan sehingga diperoleh solusi khusus ๐๐ ๐ = ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ atau ๐ = ๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ , ๐ > 0. (2.11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 Persamaan diferensial linear (2.5) memiliki faktor integral dari persamaan (2.11). Sekarang, kita mengalikan persamaan (2.5) dengan persamaan (2.11) ๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ +๐ ๐ ๐ฅ ๐ฆ = ๐(๐ฅ)๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ , (2.12) dengan menggunakan integral parsial maka diperoleh ๐ ๐๐ฅ ๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ ๐ฆ = ๐(๐ฅ)๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ . (2.13) Sekarang kita integralkan bentuk di atas menjadi ๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ ๐ฆ= ๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ + ๐. (2.14) Persamaan (2.14) adalah solusi dari persamaan diferensial linear (2.5) dimana c adalah suatu konstanta yang nilainya dapat berubah-ubah. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan dalam suatu teorema berikut Teorema 2.1 Diberikan persamaan diferensial linear berikut ๐๐ฆ ๐๐ฅ + ๐ ๐ฅ ๐ฆ = ๐(๐ฅ) mempunyai bentuk faktor integral ๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ . Solusi umum persamaan diferensialnya ๐ฆ๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ − ๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ = ๐. Contoh 2.4 Diberikan persamaan diferensial berikut ๐๐ฆ ๐๐ฅ + 2๐ฅ+1 ๐ฅ ๐ฆ = ๐ −2๐ฅ . Persamaan diferensial tersebut adalah linear dengan (2.15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐ ๐ฅ = 2๐ฅ+1 ๐ฅ 18 1 = 2 + ๐ฅ dan ๐ ๐ฅ = ๐ −2๐ฅ . Faktor pengintegralan dari persamaan diferensial linear (2.15) adalah ๐ ๐ฅ =๐ =๐ ๐ ๐ฅ ๐๐ฅ 1 2+ ๐๐ฅ ๐ฅ = ๐ (2๐ฅ+๐๐ ๐ฅ ) = ๐ 2๐ฅ . ๐ ๐๐ ๐ฅ ๐ ๐ฅ = ๐ฅ๐ 2๐ฅ . (2.16) Sekarang kita mengalikan persamaan diferensial linear (2.15) dengan bentuk (2.16) menjadi ๐๐ฆ ๐ฅ๐ 2๐ฅ ๐๐ฅ + 2๐ฅ+1 ๐ฅ ๐ฅ๐ 2๐ฅ ๐ฆ = ๐ −2๐ฅ ๐ฅ๐ 2๐ฅ ๐๐ฆ ๐ฅ๐ 2๐ฅ ๐๐ฅ + (2๐ฅ + 1)๐ 2๐ฅ ๐ฆ = ๐ฅ ๐[ ๐ฅ๐ 2๐ฅ ๐ฆ] = ๐ฅ ๐๐ฅ 1 ๐ฅ๐ 2๐ฅ ๐ฆ = 2 ๐ฅ 2 + ๐ 1 2 ๐ฅ ๐ 2 ๐ฆ = ๐ฅ๐ 2๐ฅ + ๐ฅ๐ 2๐ฅ 1 ๐ ๐ฆ = 2 ๐ฅ๐ −2๐ฅ + ๐ฅ ๐ −2๐ฅ dimana c adalah suatu konstanta yang nilainya dapat berubah-ubah. Setelah dibahas mengenai persamaan diferensial linear, maka terdapat klasifikasi persamaan diferensial linear homogen maupun nonhomogen. Referensi diktat karangan Lina Aryati, dkk (2013). linear PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 b. Persamaan Diferensial Linear Homogen Teorema 2.2 Jika ๐1 , ๐2 , … , ๐๐ merupakan m solusi dari persamaan diferensial linear homogen ๐0 ๐ฅ ๐๐ ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ + ๐1 ๐ฅ ๐ ๐ −1 ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ −1 ๐๐ฆ + โฏ + ๐๐−1 ๐ฅ ๐๐ฅ + ๐๐ ๐ฅ ๐ฆ = 0 (2.17) + ๐๐ ๐ฅ ๐ฆ = 0 (2.18) maka kombinasi linear ๐1 , ๐2 , … , ๐๐ yaitu ๐1 ๐1 + ๐2 ๐2 + … + ๐๐ ๐๐ juga solusi persamaan diferensial (2.17). Teorema 2.3 Persamaan diferensial linear homogen order n ๐0 ๐ฅ ๐๐ ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ + ๐1 ๐ฅ ๐ ๐ −1 ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ −1 + โฏ + ๐๐−1 ๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ selalu memiliki n solusi yang bebas linear. Selanjutnya jika ๐1 , ๐2 , … , ๐๐ adalah n solusi persamaan diferensial (2.18) yang bebas linear maka setiap solusi persamaan diferensial (2.18) dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear ๐1 ๐1 + ๐2 ๐2 + … + ๐๐ ๐๐ dengan pemilihan konstanta-konstanta ๐1 , ๐2 , … , ๐๐ yang sesuai. c. Persamaan Diferensial Linear Nonhomogen Sebelum dibicarakan metode untuk mencari solusi umum persamaan diferensial linear nonhomogen, berikut ini diberikan dahulu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 pengertian solusi umum untuk persamaan diferensial linear nonhomogen, yang didahului dengan membicarakan dua teorema yang akan membawa ke pengertian solusi umum. Diberikan persamaan diferensial linear nonhomogen ๐0 ๐ฅ ๐๐ ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ + ๐1 ๐ฅ ๐ ๐ −1 ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ −1 + โฏ + ๐๐−1 ๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ + ๐๐ ๐ฅ ๐ฆ = ๐น ๐ฅ (2.19) dengan persamaan homogen yang berkorespondensi ๐0 ๐ฅ ๐๐ ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ + ๐1 ๐ฅ ๐ ๐ −1 ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ −1 + โฏ + ๐๐−1 ๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ ( + ๐๐ ๐ฅ ๐ฆ = 0. (2.20) Teorema 2.4 Jika v sebarang solusi persamaan diferensial (2.19) dan u sebarang solusi persamaan diferensial (2.20) maka ๐ข + ๐ฃ juga merupakan solusi persamaan diferensial (2.19). Contoh 2.5 Mudah diselidiki bahwa ๐ฆ = ๐ฅ 3 merupakan solusi persamaan diferensial ๐2๐ฆ ๐๐ฅ 2 − ๐ฆ = 6๐ฅ − ๐ฅ 3 . (2.21) Selain itu, mudah pula dilihat bahwa y = ๐ ๐ฅ solusi persamaan homogen yang berkorespondensi dengan (2.21), ๐2๐ฆ ๐๐ฅ 2 − ๐ฆ = 0. Karena itu menurut teorema (2.2), y = ๐ ๐ฅ + ๐ฅ 3 juga merupakan solusi persamaan diferensial (2.21). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 Teorema 2.5 Diberikan ๐ฆ0 suatu solusi persamaan diferensial linear nonhomogen (2.19) yang tidak memuat sebarang konstanta. Jika ๐ฆ๐ = ๐1 ๐ฆ1 + ๐2 ๐ฆ2 + … + ๐๐ ๐ฆ๐ solusi umum persamaan diferensial linear homogen (2.20) maka setiap solusi persamaan diferensial (2.19) dapat dinyatakan sebagai ๐ฆ๐ + ๐ฆ๐ untuk suatu pemilihan konstanta ๐1 , ๐2 , … , ๐๐ yang sesuai. Teorema 2.5 membawa ke pengertian solusi umum persamaan diferensial linear nonhomogen, yang didefinisikan sebagai berikut Definisi 2.1 Diberikan persamaan diferensial linear nonhomogen ๐0 ๐ฅ ๐๐ ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ + ๐1 ๐ฅ ๐ ๐ −1 ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ −1 + โฏ + ๐๐−1 ๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ + ๐๐ ๐ฅ ๐ฆ = ๐น ๐ฅ (2.22) dan persamaan diferensial linear homogen yang berkorespondensi dengan (2.22) ๐0 ๐ฅ ๐๐ ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ + ๐1 ๐ฅ ๐ ๐ −1 ๐ฆ ๐๐ฅ ๐ −1 + โฏ + ๐๐−1 ๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ + ๐๐ ๐ฅ ๐ฆ = 0. (2.23) 1. Solusi umum persamaan diferensial (2.23) disebut fungsi komplemen persamaan diferensial (2.22), dan selanjutnya ditulis dengan ๐ฆ๐ . 2. Suatu solusi khusus persamaan diferensial (2.22) yang tidak memuat sebarang konstanta disebut integral khusus persamaan diferensial (2.22), dan selanjutnya akan ditulis dengan ๐ฆ๐ . 3. Solusi ๐ฆ๐ + ๐ฆ๐ dari persamaan (2.22) dengan ๐ฆ๐ integral khusus (2.22) dan ๐ฆ๐ fungsi komplemen (2.22) disebut solusi umum persamaan diferensial nonhomogen (2.22). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 Contoh 2.5 Telah diketahui bahwa y = ๐ฅ 3 merupakan suatu solusi persamaan diferensial ๐2๐ฆ ๐๐ฅ 2 − ๐ฆ = 6๐ฅ − ๐ฅ 3 (2.24) sehingga ๐ฆ๐ = ๐ฅ 3 adalah integral khusus persamaan (2.24). Solusi umum persamaan homogen yang berkorespondensi dengan (2.24) adalah ๐ฆ = ๐1 ๐ ๐ฅ + ๐2 ๐ −๐ฅ dengan ๐1 dan ๐2 sebarang konstanta. Karena itu solusi umum persamaan diferensial (2.24) adalah ๐ฆ = ๐1 ๐ ๐ฅ + ๐2 ๐ −๐ฅ + ๐ฅ 3 dengan ๐1 dan ๐2 sebarang konstanta. 2. Persamaan Diferensial Parsial Persamaan Diferensial Parsial (Partial Differential Equation), disingkat PDP, adalah suatu persamaan diferensial yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas. Persamaan diferensial dapat pula diartikan sebagai persamaan diferensial biasa kecuali keadaannya diperjelas bahwa yang dimaksud adalah persamaan diferensial parsial. Persamaan (2.3) dan (2.4) termasuk ke dalam contoh-contoh Persamaan Diferensial Parsial (PDP). Pada persamaan (2.3) variabel ๐ dan ๐ก adalah variabel bebas dan variabel ๐ฃ adalah variabel tak bebas (tergantung). Pada persamaan (2.4) terdapat variabel bebas yaitu variabel ๐ฅ, ๐ฆ, dan ๐ง, sedangkan variabel ๐ข adalah variabel tak bebas. (Shepley L Ross, 2004) Suatu persamaan diferensial dikatakan linear jika tidak ada perkalian antara variabel-variabel tak bebas dan derivatif-derivatifnya. Dengan kata PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 lain, semua koefisiennya adalah fungsi dari variabel-variabel bebas. Suatu persamaan diferensial yang tidak linear dalam beberapa variabel tak bebas dikatakan tidak linear dalam variabel tersebut. Suatu persamaan diferensial yang tidak linear dalam himpunan semua variabel tak bebas secara sederhana dikatakan tak linear. (Didit Budi Nugroho, 2011) 3. Solusi khusus dan solusi umum Solusi adalah sebuah fungsi yang memenuhi persamaan diferensial. Sebuah fungsi ๐ฆ = ๐(๐ฅ) yang terdefinisi atas domain dari fungsi ๐ฅ disebut solusi untuk persamaan diferensial jika untuk sembarang nilai dari variabel bebas ๐ฅ yang diijinkan, identitas persamaan dapat dipenuhi ketika nilai-nilai yang bersesuaian untuk ๐ฆ = ๐(๐ฅ) dan derivatif-derivatifnya disubstitusikan ke dalam persamaannya. Jika mengenakan syarat awal atau syarat batas maka akan diperoleh solusi khusus, artinya konstanta sembarang yang termuat dalam solusi umum akan mempunyai nilai tertentu. Dari sini, dapat dibedakan antara solusi umum dan solusi khusus. Solusi umum untuk persamaan diferensial biasa orde ke-n adalah sebuah solusi (yang dinyatakan secara eksplisit atau implisit) yang memuat semua solusi yang mungkin atas suatu domain dari fungsi ๐ฅ. Solusi umum ini memuat suatu suku konstanta sembarang n, sedangkan solusi khusus adalah solusi yang tidak memuat konstanta sembarang. Dari beberapa kasus terdapat solusi lain dari persamaan yang diberikan oleh solusi tersebut ternyata tidak dapat diperoleh dengan memberikan nilai tertentu pada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 sembarang konstanta dari solusi umum, solusi yang demikian dinamakan solusi singular dari persamaan tersebut. (Kartono, 2012) 4. Masalah Nilai Awal dan Masalah Nilai Batas Suatu persamaan diferensial dengan syarat tambahan pada fungsi yang tidak diketahui derivatif-derivatifnya, semua diberikan pada nilai yang sama untuk variabel bebas, merupakan suatu masalah nilai awal (initial-value problem). Syarat tambahan tersebut dinamakan syarat awal (initial conditions). Jika syarat tambahan diberikan pada lebih dari satu nilai variabel bebas, dinamakan masalah nilai batas (boundary-value problem) dan syaratnya dinamakan syarat batas. (Didit Budi Nugroho, 2011) Masalah Nilai Awal (MNA) adalah suatu persamaan diferensial yang dilengkapi dengan suatu data di titik awal dari domain. Contoh solusi masalah nilai awal sebagai berikut ๐๐ฆ ๐๐ฅ = 2๐ฅ, ๐ฆ 0 = 1. Solusi : ๐๐ฆ ๐๐ฅ = 2๐ฅ mempunyai keluarga solusi ๐ฆ = ๐ฅ2 + ๐ถ ๐ฆ 0 =1 1 = 02 + ๐ถ C = 1. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 Jadi, solusi MNA tersebut adalah ๐ฆ = ๐ฅ 2 + 1. Catatan: Untuk PD Untuk PD ๐๐ฆ ๐๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ = 2๐ฅ, maka ๐ฆ = ๐ฅ 2 + 1 disebut solusi khusus. = 2๐ฅ, maka ๐ฆ = ๐ฅ 2 + ๐ถ disebut solusi umum. Masalah Nilai Batas (MNB) adalah suatu persamaan diferensial yang dilengkapi dengan data pada titik-titik batas dari domain. Titik-titik batas tersebut terdapat lebih dari satu batas. Jika syarat tambahan diberikan pada lebih dari satu nilai variabel bebas, dinamakan masalah nilai batas (boundary-value problem) dan syaratnya dinamakan syarat batas (boundary conditions). Contoh solusi masalah nilai batas sebagai berikut 2 ๐ ๐ฆ +๐ฆ ๐๐ฅ2 = 0, ๐ฆ 0 = 1, ๐ฆ ๐ 2 = 5. Pada masalah di atas, asumsikan bahwa saat nilai ๐ฅ = 0 maka nilai ๐ฆ = 1 dan saat nilai ๐ฅ = ๐ 2 maka nilai ๐ฆ = 5. Dari asumsi tersebut maka terdapat ๐ kondisi hubungan untuk dua nilai x yang berbeda yakni 0 dan 2 . Kedua titik x tersebut yang dinamakan sebagai masalah nilai batas. Contoh berikut adalah masalah nilai batas 2 ๐ ๐ฆ +๐ฆ ๐๐ฅ2 = 0, ๐ฆ 0 = 1, ๐ฆ ๐ = 5. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 Masalah di atas tersebut memiliki solusi yang unik yaitu karena tidak mempunyai solusi sama sekali. Fakta sederhana tersebut dapat menyebabkan salah satu kesimpulan yang benar dari masalah nilai batas sehingga kita tidak boleh menganggap mudah. (Shepley L Ross , 2004) B. Limit Fungsi Pada bahasan setelah ini akan dipaparkan tentang kekontinuan fungsi, oleh karena itu konsep dasar dari kekontinuan fungsi yakni mempelajari limit fungsi terlebih dahulu agar dapat memahami kekontinuan fungsi. Pada bahasan mengenai limit fungsi ini referensi utama diambil dari buku karangan Edwin J Purcell dan Dale Vanberg (1987). Definisi 2.2 (Pengertian limit secara intuisi). Untuk mengatakan bahwa lim๐ฅ→๐ ๐ ๐ฅ = ๐ฟ berarti bahwa selisih antara ๐(๐ฅ) dan ๐ฟ dapat dibuat sekecil mungkin dengan mensyaratkan bahwa ๐ฅ cukup dekat tetapi tidak sama dengan ๐. Membuat definisi persis dengan mengikuti sebuah tradisi panjang dalam memakai huruf Yunani ๐ (epsilon) dan ๐ฟ (delta) untuk menggantikan bilanganbilangan kecil positif. Kita bayangkan jika ๐ dan ๐ฟ sebagai bilangan-bilangan kecil positif. Definisi 2.3 (Pengertian tentang limit). Mengatakan bahwa lim๐ฅ→๐ ๐ ๐ฅ = ๐ฟ berarti bahwa untuk tiap ๐ > 0 yang diberikan (betapapun kecilnya), terdapat ๐ฟ > 0 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 yang berpadanan sedemikian sehingga ๐ ๐ฅ − ๐ < ๐ asalkan bahwa 0 < ๐ฅ − ๐ < ๐ฟ; yakni 0 < ๐ฅ − ๐ < ๐ฟ ⇒ ๐ ๐ฅ − ๐ < ๐. C. Kekontinuan Fungsi Konsep dasar untuk mempelajari kekontinuan fungsi yaitu limit fungsi. Pada bahasan sebelumnya telah dibahas tentang arti dari limit fungsi yang akan digunakan pada bahasan kekontinuan fungsi berikut ini. Pada bahasan mengenai kekontinuan fungsi ini referensi utama diambil dari buku karangan Edwin J Purcell dan Dale Vanberg (1987). Dalam bahasa yang biasa, kata kontinu digunakan untuk memberikan suatu proses yang berkelanjutan tanpa perubahan yang mendadak. Gagasan tersebut berkenaan dengan fungsi. Y f x C lim๐ฅ→๐ ๐(๐ฅ) = ๐ ๐ . Definisi 2.4 Kekontinuan di satu titik adalah bahwa f kontinu di c jika beberapa selang terbuka di sekitar c terkandung dalam daerah asal f dan lim๐ฅ→๐ ๐(๐ฅ) = ๐ ๐ . Maksud dari definisi tersebut adalah mensyaratkan tiga hal sebagai berikut (1) lim๐ฅ→๐ ๐(๐ฅ) ada, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 (2) ๐(๐) ada (yakni, c berada dalam daerah asal ๐), dan (3) lim๐ฅ→๐ ๐(๐ฅ) = ๐ ๐ . Jika salah satu dari ketiga fungsi tersebut tidak terpenuhi, maka ๐ tak kontinu (diskontinu) di ๐. Y f lim๐ฅ→๐ ๐(๐ฅ) tidak ada. x C Y lim๐ฅ→๐ ๐(๐ฅ) ada, tetapi lim๐ฅ→๐ ๐(๐ฅ) ≠ ๐ ๐ . f C x Jadi, fungsi yang diwakili oleh kedua grafik di atas tak kontinu di ๐. Tetapi kontinu -titik lain dari daerah asalnya. D. Turunan Parsial Pada bahasan mengenai turunan parsial ini referensi utama diambil dari buku karangan Edwin J Purcell dan Dale Vanberg (1987). Andaikan bahwa f adalah suatu fungsi dua peubah x dan y. Jika y ditahan agar konstan, misalnya ๐ฆ = ๐ฆ0 , maka ๐(๐ฅ, ๐ฆ0 ) menjadi fungsi satu peubah x. Turunannya di ๐ฅ = ๐ฅ0 disebut turunan parsial f terhadap x di (๐ฅ0 , ๐ฆ0 ) dan dinyatakan sebagai ๐๐ฅ (๐ฅ0 , ๐ฆ0 ). Jadi, ๐๐ฅ ๐ฅ0 , ๐ฆ0 = limโ๐ฅ→0 ๐ ๐ฅ 0 +โ๐ฅ,๐ฆ 0 −๐(๐ฅ 0 ,๐ฆ 0 ) โ๐ฅ . (2.25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 Demikian pula, turunan parsial f terhadap y di (๐ฅ0 , ๐ฆ0 ) dinyatakan oleh ๐๐ฆ (๐ฅ0 , ๐ฆ0 ) dan dituliskan sebagai ๐๐ฆ ๐ฅ0 , ๐ฆ0 = limโ๐ฆ→0 ๐ ๐ฅ 0 ,๐ฆ 0 +โ๐ฆ −๐(๐ฅ 0 ,๐ฆ0 ) . โ๐ฆ (2.26) Daripada menghitung ๐๐ฅ (๐ฅ0 , ๐ฆ0 ) dan ๐๐ฆ (๐ฅ0 , ๐ฆ0 ) secara langsung dari definisi (2.25) dan (2.26), secara khas kita mencari ๐๐ฅ (๐ฅ, ๐ฆ) dan ๐๐ฆ (๐ฅ, ๐ฆ) dengan menggunakan aturan baku untuk turunan; kemudian kita menyulihkan (mensubtitusikan) ๐ฅ = ๐ฅ0 dan ๐ฆ = ๐ฆ0 . Contoh 2.6 Carilah ๐๐ฅ (1,2) dan ๐๐ฆ (1,2) jika ๐ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ 2 ๐ฆ + 3๐ฆ 3 . Solusi Untuk mencari ๐๐ฅ (๐ฅ, ๐ฆ) kita anggap y sebagai konstanta dan kita diferensialkan fungsi ini terhadap x didapat ๐๐ฅ ๐ฅ, ๐ฆ = 2๐ฅ๐ฆ + 0. Jadi, ๐๐ฅ 1,2 = 2.1.2 = 4. Demikian pula, ๐๐ฆ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ 2 + 9๐ฆ 2 sehingga ๐๐ฆ 1,2 = 12 + 9. 22 = 37. Jika z = ๐ ๐ฅ, ๐ฆ , kita gunakan cara penulisan lain. ๐๐ง ๐๐ฅ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐๐ฅ = ๐๐ (๐ฅ,๐ฆ) ๐๐ฅ , ๐๐ง ๐๐ฆ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐๐ฆ = ๐๐ (๐ฅ,๐ฆ) ๐๐ฆ , PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐๐ง 30 ๐๐ง ๐๐ฅ ๐ฅ0 , ๐ฆ0 = [๐๐ฅ ] ๐ฅ 0 ,๐ฆ0 , ๐๐ฆ ๐ฅ0 , ๐ฆ0 = [๐๐ฆ ](๐ฅ 0 ,๐ฆ0 ). Contoh 2.7 ๐๐ง ๐๐ง Jika z = ๐ฅ 2 sin(๐ฅ ๐ฆ 2 ), cari ๐๐ฅ dan ๐๐ฆ . Solusi ๐๐ง ๐๐ฅ ๐ = ๐ฅ 2 ๐๐ฅ sin ๐ฅ๐ฆ 2 = ๐ฅ 2 cos ๐ฅ๐ฆ 2 ๐ ๐๐ฅ + sin ๐ฅ๐ฆ 2 ๐ ๐๐ฅ (๐ฅ 2 ) ๐ฅ๐ฆ 2 + sin ๐ฅ๐ฆ 2 . 2๐ฅ = ๐ฅ 2 cos ๐ฅ๐ฆ 2 . ๐ฆ 2 + 2๐ฅ sin ๐ฅ๐ฆ 2 = ๐ฅ 2 ๐ฆ 2 cosโก (๐ฅ๐ฆ 2 ) + 2๐ฅ sin ๐ฅ๐ฆ 2 ๐๐ง ๐๐ฆ = ๐ฅ 2 cos ๐ฅ๐ฆ 2 . 2๐ฅ๐ฆ = 2๐ฅ 3 ๐ฆ cosโก (๐ฅ๐ฆ 2 ). 1. Turunan parsial tingkat tinggi Secara umum, karena turunan parsial suatu fungsi x dan y adalah fungsi lain dari dua peubah yang sama ini, turunan tersebut dapat diturunkan secara parsial terhadap x atau y untuk memperoleh empat buah turunan parsial kedua fungsi ๐: ๐ ๐๐ฅ๐ฅ = ๐๐ฅ ๐ ๐๐ฅ๐ฆ = (๐๐ฅ )๐ฆ ๐๐ฆ ๐๐ ๐๐ฅ ๐๐ ๐๐ฅ ๐2๐ = ๐๐ฅ 2 , ๐2๐ = ๐๐ฆ๐๐ฅ , Contoh 2.8 Cari keempat turunan parsial kedua dari ๐ ๐๐ฆ๐ฆ = ๐๐ฆ ๐๐ ๐๐ฆ ๐ ๐๐ฆ๐ฅ = (๐๐ฆ )๐ฅ ๐๐ฆ ๐2๐ = ๐๐ฆ 2 , ๐๐ ๐๐ฆ ๐2๐ = ๐๐ฅ๐๐ฆ . PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 ๐ฅ ๐ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ๐ ๐ฆ − sin(๐ฆ ) + ๐ฅ 3 ๐ฆ 2 . Solusi 1 ๐ฅ ๐๐ฅ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ ๐ฆ − ๐ฆ cos(๐ฆ ) + 3๐ฅ 2 ๐ฆ 2 ๐ฅ ๐ฅ ๐๐ฆ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ๐ ๐ฆ + ๐ฆ 2 cos(๐ฆ ) + 2๐ฅ 3 ๐ฆ 1 ๐๐ฅ๐ฅ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฆ 2 sin ๐ฅ ๐ฆ + 6๐ฅ๐ฆ 2 ๐ฅ2 ๐ฅ 2๐ฅ ๐ฅ 1 ๐ฅ ๐๐ฆ๐ฆ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ๐ ๐ฆ + ๐ฆ 4 sin(๐ฆ ) − ๐ฆ 3 cos(๐ฆ ) + 2๐ฅ 3 ๐ฅ ๐๐ฅ๐ฆ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ ๐ฆ − ๐ฆ 3 sin ๐ฅ ๐๐ฆ๐ฅ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ ๐ฆ − ๐ฆ 3 sin ๐ฅ ๐ฆ ๐ฅ ๐ฆ + ๐ฆ 2 cos 1 + ๐ฆ 2 cos ๐ฆ ๐ฅ ๐ฆ + 6๐ฅ 2 ๐ฆ + 6๐ฅ 2 ๐ฆ. Pada contoh di atas ๐๐ฅ๐ฆ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐๐ฆ๐ฅ ๐ฅ, ๐ฆ . E. Integral Parsial Pada materi sebelumnya telah dibahas mengenai turunan parsial, maka kita perlu mengetahui pula teknik-teknik dalam integral parsial ini referensi utama diambil dari buku karangan Nyoman Arcana dkk (1983). 1. Pengintegralan Parsial atau Pengintegralan Sebagian Metode pengintegralan ini diperoleh dari rumus hitung diferensial dari perkalian dua fungsi, yaitu bila ๐ฆ = ๐ข. ๐ฃ, ๐ข dan ๐ฃ keduanya fungsi dari x maka, ๐ ๐ข๐ฃ = ๐ข. ๐๐ฃ + ๐ฃ. ๐๐ข. Dengan mengintegralkan kedua ruas kita peroleh: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐ข๐ฃ = 32 ๐ข . ๐๐ฃ + ๐ฃ . ๐๐ข. Jadi, jika salah satu dari integral pada ruas kanan diketahui, maka integral yang lain dapat dicari. Kita dapat memilih mengerjakan salah satu dari kedua integral tersebut, yang mungkin atau mudah diintegralkan. Sebagai contoh, bila ๐ฃ . ๐๐ข dapat dengan segera diintegralkan, maka integral yang lain, yaitu u dv dapat dicari, ๐ข . ๐๐ฃ = ๐ข. ๐ฃ − ๐ฃ . ๐๐ข. Penggunaan metode ini akan menjadi lebih jelas setelah mengikuti contohcontoh berikut. Contoh 2.9 Integralkan ๐ฅ cos ๐ฅ ๐๐ฅ. Misal ๐ข = ๐ฅ dan ๐๐ฃ = cos ๐ฅ ๐๐ฅ. Maka ๐๐ข = ๐๐ฅ dan ๐ฃ = cos ๐ฅ ๐๐ฅ = sin ๐ฅ. Sehingga ๐ฅ cos ๐ฅ ๐๐ฅ = ๐ข ๐๐ฃ = ๐ข. ๐ฃ − ๐ฃ ๐๐ข = ๐ฅ sin ๐ฅ − sin ๐ฅ ๐๐ฅ. Jadi, daripada mengintegralkan mengintegralkan ๐ฅ cos ๐ฅ ๐๐ฅ tentu lebih mudah sin ๐ฅ ๐๐ฅ, yang segera kita tahu, yaitu – cos x. Sehingga ๐ฅ cos ๐ฅ ๐๐ฅ = ๐ฅ sin ๐ฅ + cos ๐ฅ + ๐. Jika u dan dv dipilih sebagai berikut: 1 Misal ๐ข = cos ๐ฅ dan ๐๐ฃ = ๐ฅ ๐๐ฅ, maka ๐๐ข = − sin ๐ฅ dan ๐ฃ = 2 ๐ฅ 2 . PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 Dengan mensubstitusikan kita peroleh: 1 ๐ฅ cos ๐ฅ ๐๐ฅ = 2 ๐ฅ 2 cos ๐ฅ + 1 2 ๐ฅ 2 (− sin ๐ฅ)๐๐ฅ. Jadi, integral yang timbul lebih sulit dari integral semula. Jadi, dalam pengambilan u dan dv harus demikian sehingga integral yang timbul kemudian menjadi lebih sederhana. Contoh 2.10 Integralkan ๐ฅ 2 sin ๐ฅ ๐๐ฅ. Seperti alasan yang diberikan pada contoh 1, kita pilih: ๐ข = ๐ฅ 2 dan ๐๐ฃ = sin ๐ฅ ๐๐ฅ, maka ๐๐ข = 2๐ฅ ๐๐ฅ dan ๐ฃ = − cos ๐ฅ. Sehingga: ๐ฅ 2 sin ๐ฅ ๐๐ฅ = ๐ข ๐๐ฃ = ๐ข. ๐ฃ − ๐ฃ . ๐๐ข = ๐ฅ 2 − cos ๐ฅ − − cos ๐ฅ . 2๐ฅ ๐๐ฅ = −๐ฅ 2 cos ๐ฅ + 2 ๐ฅ cos ๐ฅ ๐๐ฅ. Dalam contoh ini kita menemukan integral yang tidak dapat diintegralkan secara pengamatan tetapi telah dikerjakan pada contoh 2.10, yaitu: ๐ฅ cos ๐ฅ ๐๐ฅ = ๐ฅ sin ๐ฅ + cos ๐ฅ + ๐1 . Substitusikan ini ke dalam hasil pengintegralan di atas, kita peroleh: ๐ฅ 2 sin ๐ฅ ๐๐ฅ = −๐ฅ 2 cos ๐ฅ + 2{๐ฅ sin ๐ฅ + cos ๐ฅ + ๐1 } = −๐ฅ 2 cos ๐ฅ + 2๐ฅ sin ๐ฅ + 2 cos ๐ฅ + ๐ . PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 Perulangan seperti ini, yaitu kita kembali mempergunakan integral parsial akan sering kita temukan dalam soal-soal yang lain. Sebagai contoh, jika ๐ฅ 3 sin ๐ฅ ๐๐ฅ kita cari, proses pengintegralan akan berlangsung tiga kali. F. Metode Lagrange Setelah membahas tentang turunan parsial dan integral parsial, akan dibahas pula mengenai metode Lagrange karena syarat tersebut terpenuhi di dalam Metode Iterasi Variasional. Pada bahasan mengenai metode Lagrange ini, referensi utama di ambil dari buku karangan Edwin J Purcell dan Dale Vanberg (1987). Teorema 2.6 (Metode Lagrange). Untuk memaksimumkan atau meminimumkan ๐(๐) terhadap kendala ๐ ๐ = 0, selesaikan sistem persamaan ∇๐ ๐ = ๐∇๐(๐) dan ๐ ๐ = 0. untuk p dan λ. Tiap titik p yang demikian adalah suatu titik kritis untuk masalah nilai ekstrem terkendala dan λ yang berpadanan disebut pengali Lagrange. Contoh 2.11 Tentukan minimum ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 3๐ฅ + 2๐ฆ + ๐ง + 5, ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 9๐ฅ 2 + 4๐ฆ 2 − ๐ง = 0. terhadap kendala PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 Solusi Gradien f dan g adalah ∇๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 3๐ข + 2๐ฃ + ๐ค dan ∇๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 18๐ข + 8๐ฆ๐ฃ − ๐ค. Untuk menemukan titik-titik kritis, kita pecahkan persamaanpersamaan ∇๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = ๐∇๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง dan ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 0 untuk ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง, ๐ dengan λ pengali Lagrange. Ini setara, dalam soal ini, dengan memecahkan sistem empat persamaan simultan berikut dalam empat peubah x, y, z, dan λ. (2.27) 3 = 18๐ฅ๐ (2.28) 2 = 8๐ฆ๐ (2.29) 1 = −๐ 9๐ฅ 2 + 4๐ฆ 2 − ๐ง = 0. (2.30) Dari (2.29), ๐ = −1. Dengan mensubstitusikan hasil ini ke dalam (2.27) 1 1 dan (2.28), kita dapatkan ๐ฅ = − 6 dan ๐ฆ = − 4. Dengan memasukkan nilai-nilai 1 ini untuk x dan y dalam persamaan (2.30), kita peroleh ๐ง = 2. Jadi solusi sistem 1 1 1 empat persamaan simultan tersebut adalah (− 6 , − 4 , 2 , −1), dan satu-satunya 1 1 1 titik kritis adalah (− 6 , − 4 , 2). Maka minimum ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง terhadap kendala 1 1 1 1 ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 0 adalah ๐ − 6 , − 4 , 2 = 4 2. Bilamana ada lebih dari satu kendala yang diberlakukan pada peubahpeubah suatu fungsi yang harus dimaksimumkan atau diminimumkan, maka digunakan pengali-pengali Lagrange tambahan (satu untuk setiap kendala). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 Misalnya, jika kita mencari ekstrem suatu fungsi f tiga peubah, terhadap dua kendala ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 0 dan ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 0, kita pecahkan persamaanpersamaan. ∇๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = ๐∇๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง + ๐∇๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง , ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 0, ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 0 untuk x, y, z, λ, dan ๐, dengan λ dan ๐ adalah pengali-pengali Lagrange. Ini setara terhadap pencarian solusi sistem lima persamaan simultan dalam peubah-peubah x, y, z, λ, dan ๐. (2.31) ๐๐ฅ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = ๐๐๐ฅ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง + ๐๐๐ฅ (๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง), (2.32) ๐๐ฆ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = ๐๐๐ฆ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง + ๐๐๐ฆ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง , (2.33) ๐๐ง ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = ๐๐๐ง ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง + ๐๐๐ง ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง , (2.34) ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 0, (2.35) ๐ ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง = 0. Dari solusi sistem ini kita peroleh titik-titik kritis. G. Metode Newton-Raphson Pada bahasan mengenai penurunan rumus metode Newton-Raphson secara geometri, referensi utama di ambil dari buku karangan Agus Setiawan (2006) dan Eko Budi Purwanto (2008). Metode Newton-Raphson merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menentukan akar dan menyelesaikan persamaan diferensial. Dari tebakan nilai akar awal ๐ฅ๐ , (dengan nilai fungsi ๐(๐ฅ๐ )), maka dapat ditarik suatu garis singgung yang melewati titik ๐ฅ๐ ; ๐(๐ฅ๐ ) . Garis singgung ini akan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 memotong sumbu ๐ฅ dan ini merupakan penafsiran akar bagi iterasi berikutnya. Secara geometris hal ini ditampilkan dalam gambar di bawah ini. ๐(๐ฅ) ๐(๐ฅ๐ ) Kemiringan = ๐′(๐ฅ๐ ) } ๐ ๐ฅ๐ − 0 ๐ฅ ๐ฅ๐+1 ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ − ๐ฅ๐+1 Gambar 2.1. Pelukisan grafis dari metode Newton-Raphson. Gambar 2.1 merupakan gambaran dari pelukisan grafis dari metode NewtonRaphson. Diambil nilai awal ๐ฅ๐ , dan kemiringan (slope) adalah gradien dari fungsi atau: ๐ = ๐ ′ ๐ฅ๐ = ๐(๐ฅ ๐ )−๐ ๐ฅ ๐+1 ๐ฅ ๐ −๐ฅ ๐+1 , (2.36) jika diasumsikan bahwa ๐ฅ๐+1 sama dengan akar persamaan maka ๐(๐ฅ๐+1 ) = 0. Δ๐ฆ ๐ ๐ฅ −0 ๐ = ๐ ′ ๐ฅ๐ = Δ๐ฅ = ๐ฅ −๐ฅ๐ ๐ ๐+1 . (2.37) Persamaan (2.37) dapat disusun kembali menjadi: ๐ฅ๐+1 = ๐ฅ๐ − ๐ ๐ฅ๐ ๐′ ๐ฅ ๐ . (2.38) Persamaan (2.38) inilah yang disebut rumus Newton-Raphson. H. Metode Euler Pada bahasan mengenai metode Euler ini, referensi utama di ambil dari buku karangan Agus Setiawan (2006). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 ๐ฆ ๐ฆ๐+1 = ๐ฆ๐ + ๐. ๐ ๐ ๐๐๐๐ = ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ ๐ฅ๐+1 ๐ข๐๐ข๐๐๐, ๐ Gambar 2.2. Tafsiran grafis persamaan ๐ฆ๐+1 = ๐ฆ๐ + ๐. ๐. Bentuk umum persamaan diferensial biasa ๐๐ฆ ๐๐ฅ = ๐(๐ฅ, ๐ฆ). (2.39) Permasalahan penerjun payung yang diselesaikan secara numerik dalam bentuk ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ข = ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ + (๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ × ๐ข๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐), yang dalam notasi matematika dituliskan sebagai ๐ฆ๐+1 = ๐ฆ๐ + ๐. ๐ (2.40) Menurut persamaan (2.40), kemiringan ๐ digunakan untuk mengekstrapolasi (memperhitungkan) nilai baru ๐ฆ๐+1 dari nilai lama ๐ฆ๐ . ๐ฆ prediksi asli ๐ฅ๐ ๐ฅ๐+1 } error ๐ฅ Gambar 2.3 Pelukisan grafis dari metode Euler. Gambar 2.3 merupakan gambaran dari pelukisan grafis dari metode Euler. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 Turunan pertama memberikan estimasi (taksiran) langsung kemiringan pada ๐ฅ๐ lihat gambar 2.3. ๐ = ๐(๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ ). (2.41) Dengan ๐(๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ ) adalah evaluasi dari persamaan diferensial ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ . Substitusi persamaan (2.41) ke (2.39) menjadi ๐ฆ๐+1 = ๐ฆ๐ + ๐(๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ )๐. (2.42) Persamaan di atas merupakan persamaan umum metode Euler. I. Little-Oh dan Big-Oh Untuk membantu melengkapi bahasan tentang konsep dasar metode Newton dan deret Taylor maka diperlukan penjelasan singkat mengenai notasi Little-Oh dan Big-Oh. Referensi ini diambil dari buku karangan Eko Budi Purwanto (2008). Definisi fungsi ๐(๐ฅ) merupakan Little-Oh dari fungsi ๐(๐ฅ) dengan notasi ๐ ๐ฅ = ๐(๐(๐ฅ)) jika dan hanya jika terdapat dua buah konstanta bulat positif ๐(๐ฅ) C dan ๐ฅ0 sedemikian sehingga berlaku lim๐ฅ→0 ๐(๐ฅ) = 0. Notasi Big-Oh didefinisikan bahwa ๐(๐ฅ) merupakan Big-Oh dari ๐(๐ฅ) dan dinotasikan ๐ ๐ฅ = ๐(๐ ๐ฅ ) jika dan hanya jika terdapat dua buah konstanta bulat positif C dan ๐ฅ0 sedemikian sehingga berlaku ๐(๐ฅ) ≤ ๐ ๐(๐ฅ) ; ∀ ๐ฅ ≥ ๐ฅ0 . PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODE ITERASI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Pada bab ini akan dibahas mengenai pengantar singkat Persamaan Diferensial Biasa, masalah syarat awal dan syarat batas, deret Taylor, metode iterasi Picard (The Method of Successive Approximations), hubungan antara deret Taylor dengan metode iterasi Picard, contoh-contoh solusi metode iterasi Picard, penjelasan metode iterasi variasional dan contoh-contoh solusinya, contoh pengali Lagrange metode iterasi untuk PDB serta metode iterasi variasional untuk PDB secara umum berderajat satu. A. Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial (PD) adalah suatu persamaan yang menyatakan hubungan suatu fungsi dengan derivatif-derivatifnya. Jika fungsi yang dicari mempunyai satu variabel bebas, maka persamaannya disebut Persamaan Diferensial Biasa (PDB). (Shepley L Ross, 2004) 1. Masalah syarat awal dan syarat batas Pada bagian ini akan disajikan teori tentang masalah syarat awal dan syarat batas yang mendukung pembahasan dari metode iterasi Picard dengan referensi dari buku karangan Kartono (2012). Perhatikanlah persamaan diferensial linear orde dua, 40 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐2 ๐ฅ ๐ฆ ′′ + ๐1 ๐ฅ ๐ฆ ′ + ๐0 ๐ฅ ๐ฆ = ๐ ๐ฅ , 41 (3.1) dengan ๐2 ๐ฅ , ๐1 ๐ฅ , dan ๐0 ๐ฅ dinamakan koefisien-koefisien yang dapat sebagai fungsi dari x atau konstanta dan ๐(๐ฅ) merupakan fungsi-fungsi kontinu di dalam suatu interval ๐ ≤ ๐ฅ ≤ ๐ dengan ๐2 (๐ฅ) ≠ 0. Jika persamaan (3.1) mempunyai syarat awal ๐ฆ ๐ฅ0 = ๐ฆ0 dan ๐ฆ′ ๐ฅ0 = ๐ฆ1 , (3.2) maka persamaan (3.1) dan (3.2) dinamakan masalah syarat awal. Jadi masalah syarat awal sering disajikan dalam bentuk ๐2 ๐ฅ ๐ฆ ′′ + ๐1 ๐ฅ ๐ฆ ′ + ๐0 ๐ฅ ๐ฆ = ๐ ๐ฅ , ๐ฆ ๐ฅ0 = ๐ฆ0 dan ๐ฆ′ ๐ฅ0 = ๐ฆ1 . (3.3) Jika persamaan (3.1) dilengkapi dengan kondisi di ujung-ujung pada interval ๐ ≤ ๐ฅ ≤ ๐, misalkan ๐ฆ ๐ = ๐ด dan ๐ฆ ๐ = ๐ต maka dinamakan masalah syarat batas. Jadi masalah syarat batas disajikan dalam bentuk ๐2 ๐ฅ ๐ฆ ′′ + ๐1 ๐ฅ ๐ฆ ′ + ๐0 ๐ฅ ๐ฆ = ๐ ๐ฅ , (3.4) ๐ฆ ๐ = ๐ด dan ๐ฆ ๐ = ๐ต. Secara prinsip, ada perbedaan yang mencolok antara masalah syarat awal dan batas terkait dengan ada atau tidaknya solusi. Masalah syarat awal selalu mempunyai solusi dan solusi ini pasti tunggal seperti yang dijamin oleh teorema eksistensi dan ketunggalan solusi masalah syarat awal, sedangkan untuk masalah syarat batas mempunyai tiga kemungkinan solusi yaitu solusi tunggal, solusi banyak, bahkan tidak ada solusi. Hal ini dapat dijelaskan demikian. Misalkan bahwa ๐ฆ1 ๐ฅ dan ๐ฆ2 ๐ฅ merupakan dua buah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 solusi yang bebas linear dari persamaan (3.1), serta ๐ฆ๐ ๐ฅ merupakan solusi khususnya maka solusi umum persamaan (3.1) berbentuk ๐ฆ ๐ฅ = ๐1 ๐ฆ1 ๐ฅ + ๐2 ๐ฆ2 ๐ฅ + ๐ฆ๐ ๐ฅ , (3.5) dengan mengenakan syarat batasnya, maka ๐ฆ ๐ = ๐1 ๐ฆ1 ๐ + ๐2 ๐ฆ2 ๐ + ๐ฆ๐ ๐ ↔ ๐1 ๐ฆ1 ๐ + ๐2 ๐ฆ2 ๐ + ๐ฆ๐ ๐ = ๐ด, ๐ฆ ๐ = ๐1 ๐ฆ1 ๐ + ๐2 ๐ฆ2 ๐ + ๐ฆ๐ ๐ ↔ ๐1 ๐ฆ1 ๐ + ๐2 ๐ฆ2 ๐ + ๐ฆ๐ ๐ = ๐ต dari sini, ๐1 ๐ฆ1 ๐ + ๐2 ๐ฆ2 ๐ = ๐ด − ๐ฆ๐ ๐ , (3.6) ๐1 ๐ฆ1 ๐ + ๐2 ๐ฆ2 ๐ = ๐ต − ๐ฆ๐ ๐ . Persamaan (3.6) merupakan sistem persamaan linear nonhomogen dalam ๐1 dan ๐2 , oleh karena itu sesuai konsep solusi sistem persamaan linear dalam Aljabar Linear maka sistem (3.6) mempunyai tiga kemungkinan solusinya yaitu solusi tunggal, solusi banyak, atau bahkan tidak ada solusi. Masalah syarat batas sering dipakai untuk memodelkan fenomena perubahan akibat adanya perubahan terhadap variabel posisinya. Setelah mendapatkan model matematika yang berbentuk persamaan diferensial, baik berbentuk masalah syarat awal atau masalah syarat batas, langkah selanjutnya adalah bagaimana mendapatkan solusinya, serta apa sifat atau interpretasi solusi persamaan diferensial tersebut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 B. Deret Taylor Pada bagian ini akan dibahas teori yang mendukung pembahasan metode iterasi Picard yaitu teori tentang Deret Taylor. Referensi yang digunakan pada teori ini berasal dari buku karangan Edwin J. Purcell dan Dale Vanberg (1987) Jilid 1. Jika diketahui sebuah fungsi f (misalnya sin ๐ฅ atau ๐ฆ ๐ฅ = ln(๐๐๐ 2 ๐ฅ)). Apakah fungsi tersebut direpresentasikan sebagai suatu deret pangkat dari x atau, lebih umum, dari ๐ฅ − ๐? Jadi, adakah bilangan-bilangan ๐0 , ๐1 , ๐2 , ๐3 , … sehingga ๐ ๐ฅ = ๐0 + ๐1 ๐ฅ − ๐ + ๐2 (๐ฅ − ๐)2 + ๐3 (๐ฅ − ๐)3 + … pada sebuah selang sekitar ๐ฅ = ๐? Anggaplah sebuah deret pangkat sebagai sebuah suku banyak dengan suku-suku yang takterhingga banyaknya. Deret ini berperilaku sebagai sebuah suku banyak terhadap pengintegralan maupun pendiferensialan; pengerjaan ini dapat dilakukan suku demi suku. Teorema berikut ini mencakup beberapa sifat. Teorema ini mengatakan bahwa S dapat didiferensialkan dan diintegralkan, dan menunjukkan bagaimana caranya menghitung turunan dan integralnya. Juga mengatakan bahwa radius kekonvergenan deret yang telah didiferensialkan dan deret yang telah diintegralkan sama dengan radius kekonvergenan deret yang asli, walaupun tidak dijelaskan tentang perilaku deret-deret itu di ujung-ujung selang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 Teorema 3.1 Andaikan ๐(๐ฅ) adalah jumlah sebuah deret pangkat pada sebuah selang I; Jadi, ๐ ๐ฅ = ∞ ๐ ๐=0 ๐๐ ๐ฅ = ๐0 + ๐1 ๐ฅ + ๐2 ๐ฅ 2 + ๐3 ๐ฅ 3 + … maka, apabila x ada di dalam I, berlakulah, (i) ๐ ′ ๐ฅ = ∞ ๐ ๐=0 ๐ท๐ฅ (๐๐ ๐ฅ ) ∞ ๐ −1 ๐=0 ๐๐๐ ๐ฅ = = ๐1 + 2๐2 ๐ฅ + 3๐3 ๐ฅ 2 + … (ii) ๐ฅ 0 ๐ ๐ก ๐๐ก = ๐ฅ ∞ ๐=0 0 1 ๐๐ ๐ก ๐ ๐๐ก = ๐๐ ∞ ๐ +1 ๐=0 ๐ +1 ๐ฅ 1 1 = ๐0 ๐ฅ + 2 ๐1 ๐ฅ 2 + 3 ๐2 ๐ฅ 3 + 4 ๐3 ๐ฅ 4 + … Andaikan penggambaran yang demikian mungkin. Maka menurut teorema tentang pendeferensialan deret-deret (Teorema 3.1) di atas diperoleh berturut-turut, ๐ ′ ๐ฅ = ๐1 + 2๐2 ๐ฅ − ๐ + 3๐3 (๐ฅ − ๐)2 + 4๐4 (๐ฅ − ๐)3 +… ๐ ′′ ๐ฅ = 2! ๐2 + 3! ๐3 ๐ฅ − ๐ + 4.3๐4 (๐ฅ − ๐)2 + … ๐ ′′ ′ ๐ฅ = 3! ๐3 + 4! ๐4 ๐ฅ − ๐ + 5.4๐5 (๐ฅ − ๐)2 + … โฎ = โฎ apabila di substitusikan ๐ฅ = ๐ dan menghitung ๐๐ , kita peroleh ๐0 = ๐ ๐ ๐1 = ๐′ ๐ ๐2 = ๐′′ ๐ ๐3 = ๐′′′ ๐ 2! 3! PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 dan yang lebih umum, ๐๐ = ๐ (๐ ) ๐ ๐! . (Agar rumus untuk ๐๐ itu berlaku juga untuk ๐ = 0, kita artikan ๐ (0) ๐ sebagai ๐ ๐ dan 0! =1. ) Jadi koefisien-koefisien ๐๐ ditentukan oleh fungsi f. Hal ini membuktikan pula bahwa suatu fungsi f tidak dapat direpresentasikan oleh dua deret pangkat dalam ๐ฅ − ๐ yang berbeda. Hal ini dituangkan dalam teorema berikut. Teorema 3.2 (Teorema Ketunggalan). Andaikan f memenuhi uraian ๐ ๐ฅ = ๐0 + ๐1 ๐ฅ − ๐ + ๐2 (๐ฅ − ๐)2 + ๐3 (๐ฅ − ๐)3 + … untuk semua x dalam suatu selang sekitar a. Maka, ๐๐ = ๐ (๐ ) ๐ ๐! Jadi, suatu fungsi tidak dapat digambarkan oleh dua deret pangkat dari (๐ฅ − ๐). Bentuk koefisien ๐๐ sama seperti koefisien yang terdapat dalam Rumus Taylor. Oleh karena ini, deret pangkat dari (๐ฅ − ๐) yang menggambarkan sebuah fungsi dinamakan deret Taylor. Apabila ๐ = 0, deret yang bersangkutan disebut deret Maclaurin. Deret Maclaurin merupakan bentuk khusus dari deret Taylor. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 1. Kekonvergenan Deret Taylor Apabila diketahui sebuah fungsi f, dapatkah kita menggambarkannya sebagai sebuah deret pangkat dalam ๐ฅ − ๐, (yang tentunya adalah deret Taylor)? Jawabannya terdapat pada teorema berikut ini. Teorema 3.3 (Teorema Taylor). Andaikan f sebuah fungsi yang memiliki turunan dari semua tingkatan dalam suatu selang (๐ − ๐, ๐ + ๐). Syarat perlu dan cukup agar deret Taylor ๐ ๐ + ๐ ′ (๐)(๐ฅ − ๐) + ๐ ′′ (๐) 2! (๐ฅ − ๐)2 + ๐ ′′′ (๐) 3! (๐ฅ − ๐)3 + … menggambarkan fungsi f pada selang itu, ialah lim๐→∞ ๐ ๐ ๐ฅ = 0 dengan ๐ ๐ ๐ฅ suku sisa dalam Rumus Taylor, yaitu ๐ ๐ ๐ฅ = ๐ ๐ +1 ๐ ๐+1 ! (๐ฅ − ๐)๐+1 dengan c suatu bilangan dalam selang (๐ − ๐, ๐ + ๐). Bukti Rumus Taylor menurut teorema 3.4 yaitu Teorema 3.4 (Rumus Taylor). Andaikan f adalah suatu fungsi dengan turunan ke ๐+1 ๐ ๐ +1 ๐ฅ , ada untuk setiap x pada suatu selang buka I yang mengandung a. Maka untuk setiap x di I. ๐ ๐ฅ = ๐ ๐ + ๐′ ๐ ๐ฅ − ๐ + ๐ ๐ (๐ฅ) ๐ ′′ ๐ 2! (๐ฅ − ๐)2 + โฏ + ๐ ๐ ๐ ๐! (๐ฅ − ๐)๐ + PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 dari teorema tersebut maka terlihat jelas bahwa Teorema Taylor. Perhatikan bahwa apabila ๐ = 0, diperoleh deret Maclaurin ๐ 0 + ๐′ 0 ๐ฅ + ๐ ′′ 0 2! ๐ฅ2 + ๐ ′′ ′ 0 3! ๐ฅ3 + … C. Metode Iterasi Picard ( The Method of Successive Approximations) Setelah dipaparkan pengertian singkat persamaan diferensial biasa dan deret Taylor, maka pada bagian ini akan disajikan langkah-langkah iterasi dari metode iterasi Picard. Metode iterasi adalah metode tidak langsung yang diawali dengan menebak atau memberikan jawaban yang merupakan pendekatan dari jawaban yang sebenarnya. Proses selanjutnya dari metode iterasi tersebut adalah melakukan perbaikan jawaban melalui proses iterasi secara terus-menerus hingga mendapatkan tingkat akurasi yang diinginkan. (Erwin Kreyszig, 1999) Metode iterasi untuk menyelesaikan persoalan persamaan diferensial biasa atau dapat pula disebut metode iterasi Picard (The Method of Successive Approximations). Referensi untuk bagian ini diambil dari buku karangan Shepley L. Ross (2004). Keuntungan utama metode iterasi Picard dalam penulisan ini adalah pendekatannya secara kontinu, artinya dengan solusi ๐๐ dapat dicari pendekatan solusi eksak (sebenarnya) secara langsung tanpa diskretisasi numeris. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 Diberikan masalah nilai awal terdiri dari persamaan diferensial berikut: ๐๐ฆ = ๐(๐ฅ, ๐ฆ), (3.7) ๐ฆ ๐ฅ0 = ๐ฆ0 . (3.8) ๐๐ฅ dengan kondisi awal Langkah pertama dalam menyelesaikan metode Picard ini adalah memilih fungsi konstan ๐0 sebagai pendekatan (hampiran) ke nol. Setelah memilih fungsi konstan ๐0 , kita harus mengetahui solusi yang sebenarnya agar memenuhi kondisi awal saat ๐ฅ = ๐ฅ0 maka nilai ๐ฆ = ๐ฆ0 . Jadi, masuk akal apabila kita memilih fungsi konstan ๐0 jika diandaikan nilai ๐ฆ0 pada ๐ฅ = ๐ฅ0 . Meskipun syarat tersebut tidak perlu, tetapi syarat tersebut dapat membantu solusi yang lainnya. Secara khusus, syarat tersebut lebih tepat ketika kita memilih fungsi konstan ๐0 yang memiliki nilai ๐ฆ0 untuk semua x. Kemudian, kita menentukan pendekatan pertama untuk fungsi ๐1 ๐ฅ dengan cara berikut. Kita tentukan ๐1 (๐ฅ) agar memenuhi persamaan diferensial yang diperoleh dari persamaan (3.7) dengan mengganti nilai y pada ๐(๐ฅ, ๐ฆ) dengan ๐0 (๐ฅ) dan memenuhi persamaan (3.8). Jadi, ๐1 ditentukan sebagai berikut ๐ ๐1 ๐ฅ ๐๐ฅ = ๐ ๐ฅ, ๐0 ๐ฅ , (3.9) dan ๐1 ๐ฅ = ๐ฆ0 . Dipandang interval [๐ฅ0 , ๐ฅ1 ], maka kita integralkan persamaan (3.9) ๐ ๐๐ฅ ๐1 ๐ฅ = ๐ ๐ฅ, ๐0 ๐ฅ (3.10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐ฅ1 ๐ ๐ฅ 0 ๐๐ฅ ๐1 ๐ฅ ๐๐ฅ = ๐ฅ1 ๐ฅ0 ๐1 ๐ฅ1 − ๐1 ๐ฅ0 = Jadi, ๐1 ๐ฅ1 = ๐1 ๐ฅ0 + ๐ฅ1 ๐ฅ0 49 ๐ ๐ก, ๐0 ๐ก ๐๐ก ๐ฅ1 ๐ ๐ฅ0 ๐ก, ๐0 ๐ก ๐๐ก. ๐ ๐ก, ๐0 ๐ก ๐๐ก. Jika diambil ๐ฅ1 adalah sembarang x maka ๐1 ๐ฅ = ๐1 ๐ฅ0 + ๐ฅ ๐ ๐ฅ0 ๐ก, ๐0 ๐ก ๐๐ก dan iterasinya menjadi ๐1 ๐ฅ = ๐ฆ0 + ๐ฅ ๐ฅ0 ๐ ๐ก, ๐0 ๐ก ๐๐ก. Sekarang, kita menganggap bahwa ๐ ๐ฅ, ๐0 ๐ฅ kontinu, kemudian untuk fungsi ๐1 yang memenuhi persamaan (3.9) dan (3.10) jika dan hanya jika ๐1 ๐ฅ = ๐ฆ0 + ๐ฅ ๐ฅ0 ๐ ๐ก, ๐0 ๐ก ๐๐ก, (3.11) dari persamaan (3.11) dapat ditentukan nilai dari ๐1 . Sekarang, kita tentukan ๐2 dengan cara yang sama seperti cara yang telah dijabarkan di atas. Fungsi ๐2 dapat ditentukan sebagai berikut ๐ ๐๐ฅ ๐2 ๐ฅ = ๐ ๐ฅ, ๐1 ๐ฅ , (3.12) dan ๐2 ๐ฅ = ๐ฆ0 . Kita menganggap bahwa ๐ ๐ฅ, ๐1 ๐ฅ (3.13) berlaku terus-menerus, maka ๐2 memenuhi persamaan (3.12) dan (3.13) jika dan hanya jika ๐2 ๐ฅ = ๐ฆ0 + ๐ฅ ๐ฅ0 ๐ ๐ก, ๐1 ๐ก ๐๐ก, dari persamaan (3.14) dapat ditentukan ๐2 . (3.14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 Untuk ๐3 dan ๐4 dapat ditentukan pula dengan cara yang sama. Dan untuk ๐๐ ditentukan sebagai berikut ๐๐ ๐ฅ = ๐ฆ0 + ๐ฅ ๐ฅ0 ๐ ๐ก, ๐๐−1 ๐ก ๐๐ก, (3.15) dimana ๐๐−1 adalah pendekatan ke (๐ − 1). Kita dapat memperoleh suatu barisan dari fungsi ๐0 , ๐1 , ๐2 , … ,๐๐ . ๐1 ditentukan dari persamaan (3.11), ๐2 ditentukan dari persamaan (3.14),…, dan pada umumnya ๐๐ ditentukan dari persamaan (3.15) untuk n ≥1. Terdapat keterkaitan antara barisan fungsi dengan solusi yang sebenarnya dari masalah nilai awal. Masalah tersebut dapat dibuktikan dalam kondisi umum tertentu untuk ๐ฅ terbatas pada interval yang cukup kecil dengan titik awal ๐ฅ0 . Saat ๐ → ∞, maka barisan fungsi ๐๐ yang didefinisikan oleh ๐๐ ๐ฅ = ๐ฆ0 + ๐ฅ ๐ ๐ฅ0 ๐ก, ๐๐ −1 ๐ก ๐๐ก, untuk ๐ ≥ 1 mendekati batas fungsi ๐. Batas fungsi ๐ memenuhi kedua persamaan yaitu persamaan (3.7) dan syarat awal (3.8) artinya adalah batas fungsi ๐ yang didefinisikan oleh ๐ = lim๐→∞ ๐๐ sesuai (cocok) dengan solusi eksak (sesungguhnya) dari masalahan nilai awal. Selanjutnya, galat (error) pada hampiran (pendekatan) solusi eksak ๐ oleh hampiran ke-n yaitu ๐๐ akan berubah-ubah sangat kecil asalkan nilai n cukup besar dan nilai x cukup dekat dengan syarat awal ๐ฅ0 . D. Hubungan deret Taylor dengan metode iterasi Picard Setelah dipaparkan pengertian serta teorema deret Taylor dan metode iterasi Picard, maka sekarang kita akan menyajikan hubungan antara deret PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 Taylor dengan metode iterasi Picard. Terdapat beberapa contoh relasi untuk menghubungkan deret Taylor dan metode iterasi Picard. 1. Solusi Persamaan Diferensial Biasa secara analitis Diberikan persamaan diferensial biasa dengan nilai awal sebagai berikut: ๐๐ฆ ๐๐ฅ = ๐ฆ, (3.16) ๐ฆ 0 = 1. Solusi menggunakan akar-akar persamaan karakteristik pada PDB linear homogen dengan koefisien konstan. Bentuk umum ๐0 ๐ฆ (๐) + ๐1 ๐ฆ (๐−1) + โฏ + ๐๐−1 ๐ฆ ′ + ๐๐ ๐ฆ = 0, (3.17) dengan ๐0 , ๐1 , … , ๐๐ adalah konstan dan ๐0 ≠ 0. Persamaan karakteristik ๐0 ๐(๐) + ๐1 ๐(๐−1) + โฏ + ๐๐−1 ๐ + ๐๐ = 0, (3.18) dengan ๐ adalah variabel karakteristiknya. Solusi Dari persamaan (3.16) dapat ditentukan ๐ฆ′ = ๐ฆ ↔ ๐ฆ′ − ๐ฆ = 0 maka persamaan karakteristiknya berdasarkan persamaan (3.18) adalah ๐−1=0 ๐ = 1. Jadi, solusi umum dari PDB tersebut adalah ๐ฆ = ๐1 ๐ ๐ฅ dengan ๐1 sebarang konstan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 Dari persamaan (3.17) dapat diandaikan saat nilai ๐ฅ = 0 maka nilai ๐ฆ = 1. Oleh karena itu, ๐ฆ 0 = 1 ↔ ๐ฆ = ๐1 ๐ ๐ฅ 1 = ๐1 ๐ 0 1 = ๐1 . 1 ๐1 = 1. Jadi, solusi khusus dari PDB tersebut adalah ๐ฆ = ๐ ๐ฅ . 2. Solusi suatu fungsi menggunakan konsep deret Taylor Diberikan fungsi ๐ฆ = ๐ ๐ฅ , tentukan solusi deret Taylor di sekitar titik ๐ฅ = 0. Solusi Berdasarkan deret Taylor ๐ฆ = ๐๐ฅ ↔ ๐ ๐ฅ = ๐๐ฅ ๐′ ๐ฅ = ๐๐ฅ ๐ ′′ ๐ฅ = ๐ ๐ฅ ๐ ′′′ ๐ฅ = ๐ ๐ฅ ๐ (4) ๐ฅ = ๐ ๐ฅ โฎ = โฎ maka ๐ ๐ฅ = ๐ ๐ฅ di sekitar titik ๐ฅ = 0 adalah ๐ ๐ฅ = ๐0 + ๐0๐ฅ + 1 ๐0 ๐ฅ2 + 2! 1 ๐0 ๐ฅ3 + 3! 1 ๐0 4! ๐ฅ4 + โฏ ๐ ๐ฅ = 1 + ๐ฅ + 2 ๐ฅ 2 + 6 ๐ฅ 3 + 24 ๐ฅ 4 + โฏ PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 3. Solusi Persamaan Diferensial Biasa dengan metode iterasi Picard Diberikan persamaan diferensial biasa dengan metode iterasi Picard saat nilai awal sebagai berikut: ๐๐ฆ ๐๐ฅ = ๐ฆ, ๐ฆ 0 = 1. (3.19) Solusi Langkah pertama adalah memilih fungsi konstan ๐0 sebagai pendekatan ke nol. Saat nilai awal y = 1, maka fungsi konstan ๐0 memiliki nilai 1 untuk semua x = 0, sehingga ๐0 menjadi ๐0 ๐ฅ = 1 (3.20) untuk semua x. Dari persamaan (3.20) dapat dimisalkan untuk semua t = 0, yaitu ๐0 ๐ก = 1. (3.21) Langkah kedua adalah mensubstitusikan persamaan (3.19) ke persamaan (3.15) sehingga menjadi ๐๐ ๐ฅ = 1 + ๐ฅ [๐๐−1 0 ๐ก ] ๐๐ก, n≥ 1. (3.22) Langkah ketiga adalah menggunakan persamaan (3.22) untuk menghitung ๐ = 1, 2, 3 maka diperoleh ๐1 ๐ฅ berikut ini ๐1 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ [๐๐ −1 0 =1+ ๐ฅ (1) ๐๐ก 0 = 1 + [๐ก]0๐ฅ =1+๐ฅ ๐1 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ, ๐ก ] ๐๐ก PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 Jadi, ๐1 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ. Jika parameter x pada persamaan ๐1 ๐ฅ diubah menjadi t maka ๐1 ๐ก = 1 + ๐ก. Langkah keempat memiliki cara yang sama dengan langkah ketiga yakni menggunakan persamaan (3.22) untuk menghitung ๐2 (๐ฅ) maka diperoleh ๐2 ๐ฅ = 1 + =1+ ๐ฅ [๐1 0 ๐ฅ (1 0 ๐ก ] ๐๐ก + ๐ก)๐๐ก 1 = 1 + [๐ก+ 2 ๐ก 2 ]0๐ฅ 1 = 1 + ๐ฅ + 2 ๐ฅ2 1 ๐2 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ + 2 ๐ฅ 2 , 1 Jadi, ๐2 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ + 2 ๐ฅ 2 . Jika parameter x pada persamaan ๐2 ๐ฅ diubah menjadi t maka 1 ๐2 ๐ก = 1 + ๐ก + 2 ๐ก 2 . Langkah keempat memiliki cara yang sama dengan langkah ketiga yakni menggunakan persamaan (3.22) untuk menghitung ๐3 (๐ฅ) maka diperoleh ๐3 ๐ฅ = 1 + =1+ ๐ฅ [๐2 0 ๐ฅ (1 0 ๐ก ] ๐๐ก 1 + ๐ก + 2 ๐ก 2 ) ๐๐ก 1 1 1 1 1 1 = 1 + [๐ก + 2 ๐ก 2 + 6 ๐ก 3 ]0๐ฅ = 1 + ๐ฅ + 2 ๐ฅ2 + 6 ๐ฅ3 ๐3 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ + 2 ๐ฅ 2 + 6 ๐ฅ 3 , PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1 55 1 Jadi, ๐3 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ + 2 ๐ฅ 2 + 6 ๐ฅ 3 . Jika parameter x pada persamaan ๐3 ๐ฅ diubah menjadi t maka 1 1 ๐3 ๐ก = 1 + ๐ก + 2 ๐ก 2 + 6 ๐ก 3 . Secara umum, solusi MNA tersebut adalah 1 1 ๐ฆ = ๐๐ ๐ฅ = 1 + ๐ฅ + 2 ๐ฅ 2 + 6 ๐ฅ 3 + โฏ = ๐ ๐ฅ atau 1 1 ๐ฆ = ๐๐ ๐ฅ = 1 + ๐ฅ + 2! ๐ฅ 2 + 3! ๐ฅ 3 + โฏ + ๐ฅ๐ ๐! = ๐๐ฅ . (3.23) Berdasarkan persamaan (3.23), maka dapat disimpulkan bahwa barisan dari fungsi tersebut akan konvergen ke suatu fungsi yang menunjukkan solusi dari masalah nilai awal. Solusi masalah nilai awal dapat pula disebut solusi eksak (sesungguhnya). Jadi, barisan fungsi yang diperoleh dari solusi menggunakan metode iterasi Picard tersebut sesuai (cocok) dengan solusi eksak (sesungguhnya) maka barisan fungsi akan konvergen. E. Contoh-contoh solusi metode iterasi Picard Bagian ini memberikan contoh-contoh masalah nilai awal yang diselesaikan dengan metode iterasi Picard serta langkah-langkah dalam mendapatkan solusi metode iterasi Picard. Referensi utama yang dipakai pada bagian ini adalah dari buku karangan Shepley L. Ross (2004). Contoh 3.1 Gunakan metode iterasi Picard untuk menemukan solusi barisan fungsi ๐1 , ๐2 , ๐3 dari masalah nilai awal berikut PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐๐ฆ ๐๐ฅ = ๐ฅ2 + ๐ฆ2, 56 (3.24) ๐ฆ 0 = 1. (3.25) Solusi Langkah pertama adalah memilih fungsi konstan ๐0 sebagai pendekatan ke nol. Saat nilai awal y = 1, maka fungsi konstan ๐0 memiliki nilai 1 untuk semua x = 0, sehingga ๐0 menjadi ๐0 ๐ฅ = 1 (3.26) untuk semua x. Dari persamaan (3.26) dapat dimisalkan untuk semua t = 0, yaitu ๐0 ๐ก = 1. (3.27) Langkah kedua adalah mensubstitusikan persamaan (3.24) ke persamaan (3.15) sehingga menjadi ๐ฅ 2 {๐ก 0 ๐๐ ๐ฅ = 1 + Langkah ketiga adalah + [๐๐−1 ๐ก ]2 } ๐๐ก, n≥ 1. menggunakan persamaan menghitung ๐ = 1, 2, 3 maka diperoleh ๐1 ๐ฅ berikut ini ๐1 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ 2 {๐ก 0 + [๐0 ๐ก ]2 } ๐๐ก =1+ ๐ฅ 2 (๐ก 0 + 1) ๐๐ก 1 = 1 + [3 ๐ก 3 + ๐ก]0๐ฅ 1 = 1 + 3 ๐ฅ3 + ๐ฅ 1 ๐1 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ + 3 ๐ฅ 3 , 1 Jadi, ๐1 (๐ฅ) = 1 + ๐ฅ + 3 ๐ฅ 3 . (3.28) (3.28) untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 Jika parameter x pada persamaan ๐1 ๐ฅ diubah menjadi t maka 1 ๐1 (๐ก) = 1 + ๐ก + 3 ๐ก 3 . Langkah keempat memiliki cara yang sama dengan langkah ketiga yakni menggunakan persamaan (3.28) untuk menghitung ๐2 (๐ฅ) maka diperoleh ๐2 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ 2 {๐ก 0 + [๐1 ๐ก ]2 } ๐๐ก =1+ ๐ฅ 2 [๐ก 0 + (1 + ๐ก + 3 )2 ]๐๐ก = 1+ ๐ฅ (1 0 ๐ก3 2๐ก 3 + 2๐ก + ๐ก 2 + = 1 + [๐ก + ๐ก 2 + ๐2 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ + ๐ฅ 2 + Jadi, ๐2 (๐ฅ) = 1 + ๐ฅ + ๐ฅ 2 + ๐ก3 3 ๐ฅ3 3 ๐ฅ3 3 + + + ๐ก4 6 3 2๐ก 5 + ๐ฅ4 ๐ฅ4 + 6 2๐ก 4 ๐ก6 + 9 ) ๐๐ก 3 ๐ก7 + 63 ]0๐ฅ 15 2๐ฅ 5 + 6 + ๐ฅ7 + 63 , 15 2๐ฅ 5 15 ๐ฅ7 + 63 . Jika parameter x pada persamaan ๐2 ๐ฅ diubah menjadi t maka ๐2 (๐ก) = 1 + ๐ก + ๐ก 2 + ๐ก3 + 3 ๐ก4 6 + 2๐ก 5 15 ๐ก7 + 63 . Langkah kelima memiliki cara yang sama dengan langkah ketiga dan keempat yakni menggunakan persamaan (3.28) untuk menghitung ๐3 (๐ฅ) maka diperoleh ๐3 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ 2 {๐ก 0 + [๐2 ๐ก ]2 } ๐๐ก =1+ ๐ฅ 2 [๐ก 0 + (1 + ๐ก + ๐ก 2 + =1+ ๐ฅ [1 0 299๐ก 8 1260 + 2๐ก + 4๐ก 2 + 8๐ก 9 + 105 + 184๐ก 10 4725 ๐ก3 3 10๐ก 3 3 ๐ก 11 + 189 + ๐ก4 + + 6 8๐ก 4 3 4๐ก 12 945 + + 2๐ก 5 15 29๐ก 5 15 ๐ก 14 ๐ก7 + 63 )2 ]๐๐ก + 47๐ก 6 + 3969 ]๐๐ก 45 + 164๐ก 7 315 + PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI = 1 + [๐ก + ๐ก 2 + 4๐ก 10 525 525 3 184๐ก 11 + 11.340 4๐ฅ 10 525 8๐ก 5 + 6 ๐ก 12 29๐ก 6 + 15 + 90 4๐ก 13 + 184๐ฅ 11 51.975 4๐ฅ 3 3 + + 184๐ฅ 11 51.975 5๐ฅ 4 + 6 ๐ฅ 12 2268 Jadi, ๐3 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ + ๐ฅ 2 + 299๐ฅ 9 5๐ก 4 + 47๐ก 7 + 315 41๐ก 8 630 + 299๐ก 9 + 11.340 ๐ก 15 + 51.975 + 2268 + 12.285 + 59.535 ]0๐ฅ = 1 + ๐ฅ + ๐ฅ2 + 4๐ฅ 10 4๐ก 3 58 + + 15 5๐ฅ 4 6 90 + 59.535 + 4๐ฅ 13 29๐ฅ 6 ๐ฅ 15 + 12.285 4๐ฅ 3 ๐ฅ 12 8๐ฅ 5 4๐ฅ 13 + 3 + 8๐ฅ 5 15 47๐ฅ 7 315 + 41๐ฅ 8 630 299๐ฅ 9 + 11.340 + , + 29๐ฅ 6 90 + 47๐ฅ 7 315 + 41๐ฅ 8 630 + ๐ฅ 15 + 2268 + 12.285 + 59.535 . Jika parameter x pada persamaan ๐3 ๐ฅ diubah menjadi t maka ๐3 ๐ก = 1 + ๐ก + ๐ก 2 + 4๐ก 10 525 4๐ก 3 3 184๐ก 11 + 5๐ก 4 6 ๐ก 12 + 8๐ก 5 15 + 29๐ก 6 4๐ก 13 90 + 47๐ก 7 315 + 41๐ก 8 630 299๐ก 9 + 11.340 + ๐ก 15 + 51.975 + 2268 + 12.285 + 59.535 . Pada contoh ini, ๐1 adalah pendekatan pertama, ๐2 adalah pendekatan kedua, ๐3 adalah pendekatan ketiga, dan seterusnya sampai ๐๐ , sehingga berlaku ๐∞ = lim๐→∞ ๐๐ . Contoh 3.2 Gunakan metode iterasi Picard untuk menemukan solusi barisan fungsi ๐1 , ๐2 , ๐3 dari masalah nilai awal berikut ๐๐ฆ = ๐ฅ๐ฆ (3.29) ๐ฆ 0 =1 (3.30) ๐๐ฅ PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 Solusi Langkah pertama adalah memilih fungsi konstan ๐0 sebagai pendekatan ke nol. Saat nilai awal y = 1, maka fungsi konstan ๐0 memiliki nilai 1 untuk semua x = 0, sehingga ๐0 menjadi ๐0 ๐ฅ = 1 (3.31) untuk semua x. Dari persamaan (3.31) dapat dimisalkan untuk semua t = 0, yaitu ๐0 ๐ก = 1. (3.32) Langkah kedua adalah mensubstitusikan persamaan (3.29) ke persamaan (3.15) sehingga menjadi ๐๐ ๐ฅ = 1 + Langkah ketiga ๐ฅ {๐ก[๐๐ −1 0 adalah ๐ก ]} ๐๐ก, n ≥ 1. menggunakan persamaan (3.33) (3.33) menghitung ๐ = 1, 2, 3 maka diperoleh ๐1 ๐ฅ berikut ini ๐ฅ {๐ก[๐0 0 ๐1 ๐ฅ = 1 + ๐ก ]} ๐๐ก =1+ ๐ฅ (๐ก. 1) ๐๐ก 0 =1+ ๐ฅ 0 ๐ก ๐๐ก 1 = 1 + [2 ๐ก 2 ]0๐ฅ 1 = 1 + 2 ๐ฅ2 1 ๐1 ๐ฅ = 1 + 2 ๐ฅ 2 , 1 Jadi, ๐1 (๐ฅ) = 1 + 2 ๐ฅ 2 . Jika parameter x pada persamaan ๐1 ๐ฅ diubah menjadi t maka untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 1 ๐1 (๐ก) = 1 + 2 ๐ก 2 . Langkah keempat memiliki cara yang sama dengan langkah ketiga yakni menggunakan persamaan (3.33) untuk menghitung ๐2 (๐ฅ) maka diperoleh ๐ฅ {๐ก[๐1 0 ๐2 ๐ฅ = 1 + =1+ ๐ฅ [๐ก 0 =1+ ๐ฅ (๐ก 0 ๐ก ]} ๐๐ก 1 1 + 2 ๐ก 2 ] ๐๐ก 1 + 2 ๐ก 3 ) ๐๐ก 1 1 = 1 + [2 ๐ก 2 + 8 ๐ก 4 ]0๐ฅ 1 1 ๐2 ๐ฅ = 1 + 2 ๐ฅ 2 + 8 ๐ฅ 4 , 1 1 Jadi, ๐2 ๐ฅ = 1 + 2 ๐ฅ 2 + 8 ๐ฅ 4 . Jika parameter x pada persamaan ๐2 ๐ฅ diubah menjadi t maka 1 1 ๐2 (๐ก) = 1 + 2 ๐ก 2 + 8 ๐ก 4 . Langkah keempat memiliki cara yang sama dengan langkah ketiga yakni menggunakan persamaan (3.33) untuk menghitung ๐3 (๐ฅ) maka diperoleh ๐3 ๐ฅ = 1 + ๐ฅ {๐ก[๐2 0 =1+ ๐ฅ [๐ก 0 =1+ ๐ฅ (๐ก 0 1 ๐ก ]} ๐๐ก 1 1 1 + 2 ๐ก 2 + 8 ๐ก 4 ] ๐๐ก 1 1 + 2 ๐ก 3 + 8 ๐ก 5 ) ๐๐ก 1 1 = 1 + [2 ๐ก 2 + 8 ๐ก 4 + 48 ๐ก 6 ]0๐ฅ 1 1 1 ๐3 ๐ฅ = 1 + 2 ๐ฅ 2 + 8 ๐ฅ 4 + 48 ๐ฅ 6 , PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1 1 61 1 Jadi, ๐3 ๐ฅ = 1 + 2 ๐ฅ 2 + 8 ๐ฅ 4 + 48 ๐ฅ 6 . Jika parameter x pada persamaan ๐3 ๐ฅ diubah menjadi t maka 1 1 1 ๐3 ๐ก = 1 + 2 ๐ก 2 + 8 ๐ก 4 + 48 ๐ก 6 . Pada contoh ini, ๐1 adalah pendekatan pertama, ๐2 adalah pendekatan kedua, ๐3 adalah pendekatan ketiga, dan seterusnya sampai ๐๐ , sehingga berlaku ๐∞ = lim๐→∞ ๐๐ . Contoh 3.3 Gunakan metode iterasi Picard untuk menemukan solusi barisan fungsi ๐1 , ๐2 , ๐3 dari masalah nilai awal berikut ๐๐ฆ ๐๐ฅ = 1 + ๐ฅ๐ฆ 2 , ๐ฆ 0 = 0. (3.34) (3.35) Solusi Langkah pertama adalah memilih fungsi konstan ๐0 sebagai pendekatan ke nol. Saat nilai awal y = 1, maka fungsi konstan ๐0 memiliki nilai 1 untuk semua x = 0, sehingga ๐0 menjadi ๐0 ๐ฅ = 0 (3.36) untuk semua x. Dari persamaan (3.36) dapat dimisalkan untuk semua t = 0, yaitu ๐0 ๐ก = 0. (3.37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 Langkah kedua adalah mensubstitusikan persamaan (3.34) ke persamaan (3.15) sehingga menjadi ๐๐ ๐ฅ = 0 + Langkah ketiga ๐ฅ {1 0 adalah + ๐ก[๐๐−1 ๐ก ]2 } ๐๐ก, n ≥ 1. menggunakan persamaan (3.38) (3.38) untuk menghitung ๐ = 1, 2, 3 maka diperoleh ๐1 ๐ฅ berikut ini ๐1 ๐ฅ = 0 + ๐ฅ {1 0 + ๐ก[๐0 ๐ก ]2 } ๐๐ก =0+ ๐ฅ [1 0 + ๐ก. 0 ] ๐๐ก =0+ ๐ฅ 0 1 ๐๐ก = 0 + [๐ก]0๐ฅ =๐ฅ ๐1 ๐ฅ = ๐ฅ, Jadi, ๐1 (๐ฅ) = ๐ฅ. Jika parameter x pada persamaan ๐1 ๐ฅ diubah menjadi t maka ๐1 (๐ก) = ๐ก. Langkah keempat memiliki cara yang sama dengan langkah ketiga yakni menggunakan persamaan (3.38) untuk menghitung ๐2 (๐ฅ) maka diperoleh ๐2 ๐ฅ = 0 + ๐ฅ {1 0 + ๐ก[๐1 ๐ก ]2 } ๐๐ก =0+ ๐ฅ [1 0 + ๐ก(๐ก)2 ] ๐๐ก =0+ ๐ฅ (1 0 + ๐ก 3 ) ๐๐ก 1 = 0 + [๐ก + 4 ๐ก 4 ]0๐ฅ PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 1 = 0 + ๐ฅ + 4 ๐ฅ4 1 = ๐ฅ + 4 ๐ฅ4 1 ๐2 ๐ฅ = ๐ฅ + 4 ๐ฅ 4 , 1 Jadi, ๐2 ๐ฅ = ๐ฅ + 4 ๐ฅ 4 . Jika parameter x pada persamaan ๐2 ๐ฅ diubah menjadi t maka 1 ๐2 ๐ก = ๐ก + 4 ๐ก 4 . Langkah keempat memiliki cara yang sama dengan langkah ketiga yakni menggunakan persamaan (3.38) untuk menghitung ๐3 (๐ฅ) maka diperoleh ๐3 ๐ฅ = 0 + ๐ฅ {1 0 + ๐ก[๐2 ๐ก ]2 } ๐๐ก =0+ ๐ฅ [1 0 + ๐ก(๐ก + 4 ๐ก 4 )2 ] ๐๐ก =0+ ๐ฅ (1 0 + ๐ก 3 + 4 ๐ก 6 + 16 ๐ก 9 ) ๐๐ก 1 2 1 1 2 1 2 1 = 0 + [๐ก + 4 ๐ก 4 + 28 ๐ก 7 + 160 ๐ก10 ]0๐ฅ 1 = 0 + ๐ฅ + 4 ๐ฅ 4 + 28 ๐ฅ 7 + 160 ๐ฅ10 1 2 1 1 2 1 ๐3 ๐ฅ = ๐ฅ + 4 ๐ฅ 4 + 28 ๐ฅ 7 + 160 ๐ฅ10 , Jadi, ๐3 ๐ฅ = ๐ฅ + 4 ๐ฅ 4 + 28 ๐ฅ 7 + 160 ๐ฅ10 . Jika parameter x pada persamaan ๐3 ๐ฅ diubah menjadi t maka 1 2 1 ๐3 ๐ก = ๐ก + 4 ๐ก 4 + 28 ๐ก 7 + 160 ๐ก10 . PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 Pada contoh ini, ๐1 adalah pendekatan pertama, ๐2 adalah pendekatan kedua, ๐3 adalah pendekatan ketiga, dan seterusnya sampai ๐๐ , sehingga berlaku ๐∞ = lim๐→∞ ๐๐ . F. Metode Iterasi Variasional untuk Persamaan Diferensial Biasa Bagian ini memberikan penjelasan singkat mengenai metode Iterasi Variasional dan contoh-contoh masalah nilai awal yang diselesaikan dengan metode Iterasi Variasional serta langkah-langkah dalam mendapatkan solusinya. Referensi untuk bagian ini merupakan kaji ulang dari jurnal International Mathematics Forum yang berjudul Application of Variational Iteration Method to a General Riccati Equation oleh B. Batiha, M. S. M. Noorani dan I. Hashim (2007), Journal of Applied Mathematics yang berjudul Application of He’s Variational Iteration Method to Abelian Differential Equation oleh M Matinfar dan S Jafar-Nodeh (2011) serta buku karangan Wazwaz, A. M (2009) yang berjudul Partial Differential Equations and Solitary Waves Theory. Metode iterasi variasional termasuk ke dalam salah satu metode numeris yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan mengenai persamaan diferensial biasa maupun parsial dengan masalah nilai awal. Metode ini bersifat sederhana dan sangat kuat dalam membantu menyelesaikan berbagai masalah yang kompleks terkait tentang persamaan diferensial nonlinear. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Ji-Huan He. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 Metode iterasi variasional telah berhasil mengaplikasikan secara luas ke dalam bidang ilmiah seperti fisika dan bidang teknik, permasalahan mengenai persamaan linear maupun nonlinear, persamaan homogen maupun nonhomogen dengan baik. Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan dengan efektif dan dapat dipercaya secara analitis dan numerik. Solusi dari metode iterasi variasional berbentuk seperti barisan yang akan menghasilkan solusi eksak secara tepat. Jika tidak, maka metode ini akan konvergen walaupun hanya menggunakan beberapa iterasi saja. Metode ini dapat menyelesaikan masalah nonlinear dan nantinya akan membentuk sebuah fungsi koreksi menggunakan pengali Lagrange dengan metode iterasi. Untuk menggambarkan konsep dasar dari metode iterasi variasional, diawali dengan menentukan persamaan diferensial nonlinear sebagai berikut: ๐ฟ๐ข ๐ก + ๐[๐ข(๐ก)] = ๐ ๐ก , (3.39) dimana L adalah penghubung linear, N adalah penghubung nonlinear, dan ๐ ๐ก adalah bentuk suku nonhomogen. Jika L sebagai operator linear maka ๐ฟ ๐ข ๐ก adalah penghubung linear dari turunan parsial u terhadap variabel t, maka ๐[๐ข(๐ก)] adalah penghubung nonlinear dari turunan parsial u terhadap variabel t. Bentuk umum dari metode iterasi variasional membentuk sebuah fungsi koreksi dari persamaan (3.39) yaitu sebagai berikut: ๐ข๐ +1 ๐ก = ๐ข๐ ๐ก + ๐ก ๐ก0 ๐(๐ ){ ๐ฟ๐ข๐ ๐ + ๐ลฉ๐ ๐ − ๐(๐ )}๐๐ , ๐ ≥ 0 (3.40) dimana λ adalah sebuah pengali Lagrange umum yang dapat diidentifikasi secara optimal dengan teori variasional, ๐ข๐ ๐ก adalah solusi pendekatan ke n PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 terhadap t, dan ลฉ๐ ๐ adalah suatu variasi terbatas, yang berarti ๐ฟลฉ๐ = 0, dengan ๐ฟ adalah diferensial variasional. Sekarang, lebih jelas bahwa langkah-langkah utama dari metode iterasi variasional dari Ji-Huan He membutuhkan penentuan pertama pengali Lagrange ๐(๐ ) yang akan diidentifikasi secara optimal. Integral parsial biasanya digunakan untuk menentukan pengali Lagrange ๐(๐ ) dan menentukan kondisi stasioner. Dengan kata lain kita dapat menggunakan ๐ ๐ ๐ข′ ๐ ๐ ๐๐ = ๐ ๐ ๐ข๐ ๐ − ๐′ (๐ )๐ข๐ ๐ ๐๐ , ๐ ๐ ๐ข′′ ๐ ๐ ๐๐ = ๐ ๐ ๐ข′๐ ๐ − ๐′ ๐ ๐ข๐ ๐ + ๐" ๐ ๐ข๐ ๐ ๐๐ . (3.41) Kedua persamaan (3.41) dapat diperoleh dengan integral parsial. Berdasarkan buku karangan Wazwaz, A. M (2009) yang berjudul Partial Differential Equations and Solitary Waves Theory variabel ξ yang terdapat pada buku tersebut diganti oleh variabel s pada persamaan (3.41) maupun (3.40) tetapi tidak mengubah arti (makna). Jadi, kita dapat menentukan pengali Lagrange λ yang akan diidentifikasi secara optimal dengan integral parsial. Setelah menentukan pengali Lagrange tersebut, maka dilanjutkan dengan menentukan pendekatan ๐ข๐ +1 ๐ก , ๐ ≥ 0 dari solusi ๐ข(๐ก) akan mudah diperoleh dengan memodifikasi pengali Lagrange dan dengan menggunakan tebakan awal ๐ข0 dari persamaan (3.39) untuk mendapatkan solusi, sehingga menjadi ๐ข ๐ก = lim๐→∞ ๐ข๐ (๐ก) dimana ๐ข ๐ก adalah limit dari ๐ข๐ ๐ก . PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 1. Metode iterasi variasional untuk PDB bentuk umum orde satu Bagian ini akan dipaparkan tentang contoh pengali Lagrange metode iterasi variasional untuk PDB berderajat satu secara umum. Penulisan bahasan ini merupakan hasil kaji ulang dari Journal of Computational and Applied Mathematics yang berjudul Variational Iteration Method-Some Recent Results and New Intrepretations oleh Ji-Huan He (2007). Berikut ini akan dibahas contoh pengali Lagrange metode iterasi variasional untuk PDB berderajat satu secara umum dan solusi dari soal ini mengandung konsep dasar dari metode iterasi variasional yakni pengali Lagrange umum, kondisi stasioner dan variasi terbatas. Untuk masalah-masalah linear, solusi eksak dapat diperoleh hanya dengan satu langkah iterasi saja yaitu dengan membuktikan pengali Lagrange. Andaikan persamaan diferensial linear homogen orde satu yakni ๐ข′ + ๐ ๐ก ๐ข = ๐ ๐ก , ๐ข 0 = ๐. (3.42) Dari persamaan (3.42) dapat dibentuk suatu fungsi koreksi seperti pada persamaan (3.40) sehingga dapat dituliskan sebagai berikut ๐ข๐ +1 ๐ก = ๐ข๐ ๐ก + ๐ก ๐๐ข ๐ ๐ ๐(๐ก, ๐ ) [ ๐๐ 0 + ๐ ๐ ๐ข๐ ๐ − ๐ ๐ ]๐๐ . (3.43) Jika persamaan (3.43) diturunkan terhadap ๐ข๐ , maka persamaan tersebut menjadi ๐ฟ๐ข๐ +1 ๐ก = ๐ฟ๐ข๐ ๐ก + ๐ฟ ๐ก 0 ๐(๐ก, ๐ ) [ ๐๐ข ๐ ๐ ๐๐ + ๐ ๐ ๐ข๐ ๐ − ๐ ๐ ]๐๐ (3.44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 dimana ๐ข๐ (๐ ) sebagai variasi terbatas dan ๐ฟ๐ข๐ 0 = 0 seperti syarat pada variasi terbatas, maka persamaan (3.44) diperoleh ๐ฟ๐ข๐ +1 ๐ก = ๐ฟ๐ข๐ ๐ก + ๐ฟ ๐ก 0 ๐๐ข ๐ ๐ ๐(๐ก, ๐ ) [ ๐๐ + ๐ ๐ ๐ข๐ ๐ ]๐๐ . (3.45) Persamaan (3.45) dapat ditentukan kondisi dari fungsi stasioner sebagai berikut ๐ฟ๐ข๐ +1 ๐ก = ๐ฟ๐ข๐ ๐ก + ๐ฟ = ๐ฟ๐ข๐ ๐ก + ๐ฟ = ๐ฟ๐ข๐ ๐ก + ๐ก 0 ๐ก 0 ๐๐ข ๐ ๐ ๐(๐ก, ๐ ) [ ๐ก ๐๐ข ๐ ๐ ๐(๐ก, ๐ ) ๐๐ 0 ๐(๐ก, ๐ ) ๐๐ฟ ๐ข ๐ ๐ ๐๐ ๐๐ ๐ก ๐(๐ก, ๐ ) ๐ 0 ๐๐ + ๐ฟ ๐ก 0 ๐๐ + ๐ก ๐ฟ๐ข๐ 0 = ๐ฟ๐ข๐ ๐ก + ๐ ๐ก, ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ − + ๐ ๐ ๐ข๐ ๐ ]๐๐ ๐ ๐ข๐ ๐ ๐๐ ๐ ๐ ๐ฟ๐(๐ก, ๐ ) ๐ข๐ ๐ ๐๐ ๐ ๐๐ (๐ก,๐ ) ๐๐ ๐๐ + ๐ก 0 ๐ ๐ ๐ฟ๐(๐ก, ๐ )๐ข๐ ๐ ๐๐ = ๐ฟ๐ข๐ ๐ก + ๐ ๐ก, ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ |๐ =๐ก + ๐ก ๐๐ (๐ก,๐ ) [− ๐๐ 0 + ๐ ๐ ๐(๐ก, ๐ )]๐ฟ๐ข๐ ๐ ๐๐ = ๐ฟ๐ข๐ ๐ก + ๐ ๐ก, ๐ก ๐ฟ๐ข๐ ๐ก |๐ก=๐ + ๐ก ๐๐ (๐ก,๐ ) [− ๐๐ 0 + ๐ ๐ ๐(๐ก, ๐ )]๐ฟ๐ข๐ ๐ ๐๐ ๐ก ๐๐ ๐ก,๐ [− ๐๐ 0 = [1 + ๐ ๐ก, ๐ก ]๐ฟ๐ข๐ ๐ก + + ๐ ๐ ๐(๐ก, ๐ )]๐ฟ๐ข๐ ๐ ๐๐ . (3.46) Persamaan (3.46) kita peroleh persamaan Lagrange-Euler yakni − ๐๐ ๐ก,๐ ๐๐ + ๐ ๐ ๐ ๐ก, ๐ = 0, (3.47) dan syarat batasnya adalah 1 + ๐ ๐ก, ๐ก = 0. Penjabaran persamaan (3.47) menjadi − ๐๐ ๐ก,๐ ๐๐ + ๐ ๐ ๐ ๐ก, ๐ = 0 ↔ ๐๐ ๐ก,๐ ๐๐ Masing-masing ruas dibagi dengan ๐ ๐ก, ๐ = ๐ ๐ ๐ ๐ก, ๐ . (3.48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1 ↔ ๐(๐ก,๐ ) ๐๐ ๐ก,๐ ๐๐ 69 =๐ ๐ . Masing-masing ruas diintegralkan terhadap ๐ ๐ก 1 ๐๐ ๐ก,๐ ๐ ๐(๐ก,๐) ๐๐ = ๐ก ๐ ๐ ๐ ๐๐ lnโก|๐(๐ก, ๐)|๐ก๐ = ๐ก ๐ 0 ๐ ๐๐ − ๐ ๐ 0 ๐ ๐๐ ๐ ๐ ๐๐ − ๐ ๐ 0 ๐ ๐๐ ln ๐ ๐ก, ๐ก − ln ๐ ๐ก, ๐ = ๐ก 0 − ln ๐ ๐ก, ๐ = ๐ก ๐ 0 ๐ ๐๐ − ๐ ๐ 0 ๐ ๐๐ ln ๐ ๐ก, ๐ = ๐ ๐ 0 ๐ ๐๐ − ๐ก ๐ 0 ๐ ๐๐ ๐ ๐ก, ๐ = ๐ ๐ 0๐ ๐ก ๐ ๐๐ − 0 ๐ ๐ ๐๐ . (3.49) Sekarang, kita substitusikan persamaan (3.49) ke persamaan (3.43), sehingga menghasilkan rumus iterasi sebagai berikut ๐ข๐ +1 ๐ก = ๐ข๐ ๐ก + ๐ก 0 ๐ ๐ 0๐ ๐ก ๐ ๐๐ − 0 ๐ ๐ ๐๐ ๐๐ข ๐ ๐ ๐๐ Jika kita mulai dengan ๐ข0 = ๐๐ − ๐ก 0๐ ๐ ๐๐ + ๐ ๐ ๐ข๐ ๐ − ๐ ๐ ๐๐ .(3.50) , solusi persamaan diferensial homogen ๐ข′ + ๐ ๐ก ๐ข = 0 dengan kondisi awal ๐ข 0 = ๐, maka ๐ข1 ๐ก adalah sebagai berikut ๐ข1 ๐ก = ๐ข0 ๐ก + ๐ ๐ก ๐ก ๐๐ข ๐ ๐ 0 ๐ ๐ ๐๐ − 0 ๐ ๐ ๐๐ ๐ 0 ๐๐ + ๐ ๐ ๐ข๐ ๐ − ๐ ๐ ๐๐ = ๐๐ − ๐ก 0๐ ๐ ๐๐ + ๐ ๐ก ๐ก 0 ๐ ๐ ๐๐ − 0 ๐ ๐ ๐๐ ๐ 0 = ๐๐ − ๐ก 0๐ ๐ ๐๐ − ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ ๐ 0๐ ๐ ๐๐ − 0 ๐ ๐ ๐๐ = ๐๐ − ๐ก 0๐ ๐ ๐๐ − ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ ๐ 0๐ ๐ ๐๐ ๐ก 0๐ ๐ ๐๐ − ๐− ๐ข1 ๐ก = ๐๐ − ๐ก 0๐ ๐ ๐๐ −๐ ๐ ๐๐ ๐ก ๐ก 0 . ๐− ๐ก 0๐ ๐ ๐ ๐ ๐๐ ๐ ๐๐ ๐ 0๐ ๐๐ ๐ ๐๐ ๐๐ . PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 Pada contoh yang sederhana tersebut perhitungan dicukupkan sampai ๐ข1 ๐ก karena contoh tersebut hanya untuk memperlihatkan metode iterasi variasional secara umum. 2. Metode iterasi variasional untuk PDB bentuk khusus orde dua Contoh yang akan dibahas berikut dikaji ulang dari International Mathematics Forum oleh Batiha B, dkk (2007) dan Buletin Ilmiah Mathematics Statistics dan Terapannya (Bimaster) oleh Elvira Lusiana, dkk (2014). Diberikan persamaan diferensial biasa non linear berikut dengan masalah nilai awal ๐๐ฆ ๐๐ฅ = −๐ฆ 2 ๐ก + 1, ๐ฆ 0 = 0. (3.51) Berdasarkan persamaan (3.51), fungsi koreksi dapat ditulis sebagai berikut ๐ฆ๐+1 ๐ก = ๐ฆ๐ ๐ก + ๐ก ๐ 0 ๐ [ ๐๐ฆ ๐ ๐ ๐๐ + แปน๐ 2 ๐ − 1]๐๐ , ๐ ≥ 0 (3.52) dimana λ adalah pengali Lagrange dan dapat diidentifikasi secara optimal oleh teori variasional. Dengan mengambil variasi terhadap variabel independen ๐ฆ๐ , dapat dilihat bahwa ๐ฟแปน๐ = 0. Persamaan (3.52) diturunkan terhadap ๐ฆ๐ , maka ๐ฟ๐ฆ๐+1 ๐ก = ๐ฟ๐ฆ๐ ๐ก + ๐ฟ ๐ก ๐ 0 ๐ [ ๐๐ฆ ๐ ๐ ๐๐ = ๐ฟ๐ฆ๐ ๐ก + ๐ฟ ๐ก 0 ๐ ๐ ๐๐ฆ ๐ ๐ = ๐ฟ๐ฆ๐ ๐ก + ๐ฟ ๐ก 0 ๐ ๐ ๐๐ฆ ๐ ๐ ๐๐ ๐๐ + แปน๐ 2 ๐ − 1]๐๐ ๐ก 0 ๐ ๐ แปน๐ 2 ๐ ๐๐ − ๐ฟ ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ฟ แปน๐ 2 ๐ ๐๐ − ๐ฟ ๐๐ + ๐ฟ ๐๐ + ๐ก 0 ๐ ๐ ๐๐ ๐ก ๐ 0 ๐ ๐๐ PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI = ๐ฟ๐ฆ๐ ๐ก + ๐ฟ ๐ก 0 ๐ ๐ ๐๐ฆ ๐ ๐ ๐๐ ๐๐ + 0 − 0 ๐ก 0 = ๐ฟ๐ฆ๐ ๐ก + ๐ฟ[๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ − = ๐ฟ๐ฆ๐ ๐ก + ๐ฟ๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ − ๐ฟ = 1 + ๐ ๐ก ๐ฟ๐ฆ๐ ๐ก |๐ก=๐ − 71 ๐ก 0 ๐′ (๐ ) ๐ฆ๐ ๐ ๐๐ ] ๐ก ′ ๐ (๐ ) ๐ฆ๐ 0 ๐ ๐๐ ๐′ (๐ ) ๐ฟ๐ฆ๐ ๐ ๐๐ . (3.53) Persamaan (3.53) dapat menghasilkan kondisi stasioner sebagai berikut 1 + ๐ ๐ |๐ =๐ก = 0 ↔ ๐ ๐ = −1, ๐′ ๐ |๐ =๐ก = 0. (3.54a) (3.54b) Dari persamaan (3.54a) terlihat bahwa pengali Lagrange ๐ ๐ = −1 sehingga kita substitusi persamaan (3.54a) ke persamaan (3.52) menjadi ๐ฆ๐+1 ๐ก = ๐ฆ๐ ๐ก − ๐ก ๐๐ฆ ๐ ๐ [ ๐๐ 0 + ๐ฆ๐ 2 ๐ − 1]๐๐ . Bagian operator linear dari persamaan (3.55) adalah ๐๐ฆ ๐๐ฅ (3.55) = 1 dan diperoleh solusi linearnya adalah ๐ฆ ๐ก = ๐ก + ๐ถ. Kita substitusikan ๐ฆ 0 = 0 ke dalam ๐ฆ ๐ก = ๐ก + ๐ถ dan diperoleh ๐ถ = 0 sehingga perkiraan awal ๐ฆ0 sebagai berikut ๐ฆ0 ๐ก = ๐ก. Untuk menghitung ๐ = 1,2 maka menggunakan rumus iterasi variasional (3.55) sebagai berikut ๐ฆ1 ๐ก = ๐ฆ0 ๐ก − ๐ก ๐๐ฆ 0 ๐ [ ๐๐ 0 =๐ก− ๐ก [1 0 =๐ก− ๐ก [ ๐ 2 ]๐๐ 0 1 + ๐ฆ02 ๐ − 1]๐๐ + ๐ 2 − 1]๐๐ = ๐ก − [3 ๐ 3 ]๐ก0 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI =๐ก− 1 3 ๐ก 3 72 1 − 3 03 1 = ๐ก − 3 ๐ก3 1 ๐ฆ1 ๐ก = ๐ก − 3 ๐ก 3 , ๐ฆ2 ๐ก = ๐ฆ1 ๐ก − ๐ก ๐๐ฆ 1 ๐ [ ๐๐ 0 + ๐ฆ12 ๐ − 1]๐๐ 1 ๐ก [1 0 − ๐ 2 + ๐ 2 − 3 ๐ 4 + 9 ๐ 6 − 1]๐๐ 1 ๐ก [ 0 2 1 3 9 = ๐ก − 3 ๐ก3 − = ๐ก − 3 ๐ก3 − 2 1 − ๐ 4 + ๐ 6 ]๐๐ 1 2 1 1 2 1 = ๐ก − 3 ๐ก 3 − [− 15 ๐ 5 + 63 ๐ 7 ]๐ก0 2 1 = ๐ก − 3 ๐ก 3 − {− 15 ๐ก5 + 63 ๐ก7 − [− 15 05 + 63 07 ]} 1 2 1 1 2 1 = ๐ก − 3 ๐ก 3 + 15 ๐ก5 − 63 ๐ก7 ๐ฆ2 ๐ก = ๐ก − 3 ๐ก 3 + 15 ๐ก5 − 63 ๐ก7 . Pada contoh yang sederhana tersebut perhitungan dicukupkan sampai ๐ฆ2 ๐ก saja karena contoh tersebut hanya untuk memperlihatkan salah satu contoh penggunaan metode iterasi variasional untuk PDB. G. Contoh pengali Lagrange metode iterasi untuk PDB Bagian ini akan dipaparkan konsep dasar metode Newton dan konsep dasar pengali Lagrange yang terdapat pada rumus iterasi variasional untuk PDB. Penulisan pada bahasan ini merupakan kaji ulang dari dua jurnal Internasional yang berjudul General Use of The Lagrange Multiplier in Nonlinear Mathematical Physics oleh M. Inokuti, dkk (1978) dan A New Approach to Nonlinear Partial Differential Equations oleh Ji-Huan He (1997). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 1. Konsep Dasar Metode Newton Andaikan kita mencoba untuk menemukan akar ๐ฅ0 dari persamaan aljabar sebagai berikut ๐ ๐ฅ =0 (3.56) dimana ๐ ๐ฅ adalah suatu fungsi dari variabel x yang memiliki turunan di sekitar ๐ฅ0 . Kita tuliskan pernyataan perkiraan di bawah ini (๐ฅ0 )๐๐ ๐ก = ๐ฅ − ๐๐ ๐ฅ , (3.57) dimana λ yang akan kita tentukan nanti. Andaikan diketahui suatu pendekatan akar dari x yang berbeda dari ๐ฅ0 dengan jumlah yang kecil, kita misalkan ๐ฅ = ๐ฅ0 + ๐ฟ๐ฅ atau ๐ฅ − ๐ฅ0 = ๐ฟ๐ฅ. Kemudian ๐ ๐ฅ ≠ 0 dari definisi, dan bentuk kedua −๐๐ ๐ฅ pada persamaan (3.57) menggambarkan suatu koreksi untuk x maka (๐ฅ0 )๐๐ ๐ก tertutup untuk ๐ฅ0 . Sekarang kita ingin memilih λ agar suatu koreksi tersebut optimal. Untuk menemukan maksud dari tujuan, maka kita substitusikan ๐ฅ = ๐ฅ0 + ๐ฟ๐ฅ ke persamaan (3.57) sehingga diperoleh (๐ฅ0 )๐๐ ๐ก = ๐ฅ0 + ๐ฟ๐ฅ − ๐๐ ๐ฅ = ๐ฅ0 + ๐ฟ๐ฅ − ๐[๐ ๐ฅ0 + ๐ ′ ๐ฅ0 ๐ฟ๐ฅ + ๐(๐ฟ๐ฅ)2 ] = ๐ฅ0 + ๐ฟ๐ฅ − ๐[๐ ๐ฅ0 + ๐ ′ ๐ฅ0 ๐ฟ๐ฅ] + ๐๐(๐ฟ๐ฅ)2 = ๐ฅ0 + ๐ฟ๐ฅ − ๐[๐ ๐ฅ0 + ๐ ′ ๐ฅ0 ๐ฟ๐ฅ] + ๐(๐ฟ๐ฅ)2 = ๐ฅ0 + ๐ฟ๐ฅ − ๐๐ ๐ฅ0 − ๐๐ ′ ๐ฅ0 ๐ฟ๐ฅ + ๐(๐ฟ๐ฅ)2 = ๐ฅ0 − ๐๐ ๐ฅ0 + [1 − ๐๐ ′ ๐ฅ0 ]๐ฟ๐ฅ + ๐(๐ฟ๐ฅ)2 = ๐ฅ0 + [1 − ๐๐ ′ ๐ฅ0 ]๐ฟ๐ฅ + ๐(๐ฟ๐ฅ)2 Dari persamaan (3.58) kita memilih (3.58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 1 − ๐๐ ′ ๐ฅ0 ๐ฟ๐ฅ = 0 1 − ๐๐ ′ ๐ฅ0 = 0 atau ๐ฟ๐ฅ = 0 1 − ๐๐ ′ ๐ฅ0 = 0 (memenuhi) atau ๐ฟ๐ฅ = 0 (tidak memenuhi) 1 = ๐๐ ′ ๐ฅ0 ๐= 1 ๐ ′ ๐ฅ0 ๐ = ๐ ′ (๐ฅ0 )−1 (3.59) Kita memilih persamaan (3.59) agar optimal. Sungguh-sungguh optimal nilai λ untuk dihitung karena solusinya eksak dari akar ๐ฅ0 . Saat nilai λ sebagai suatu pengali Lagrange untuk ๐ ๐ฅ memiliki nilai kecil dari ๐ ๐ฟ๐ฅ maka kita hanya perlu suatu pendekatan λ. Sekarang kita dapat mengganti persamaan (3.59) ke persamaan (3.57) tanpa menyebabkan kesalahan pada ๐(๐ฟ๐ฅ)2 , sehingga diperoleh perkiraan variasional sebagai berikut (๐ฅ0 )๐๐ ๐ก = ๐ฅ − ๐ ′ (๐ฅ0 )−1 ๐ ๐ฅ ๐(๐ฅ) (๐ฅ0 )๐๐ ๐ก = ๐ฅ − ๐ ′ (๐ฅ −1 0) (3.60) Persamaan (3.60) adalah metode Newton. 2. Konsep Dasar Metode Iterasi Variasional untuk PDB Kita akan menggunakan contoh yang sederhana untuk mengilustrasikan ide pokok dari metode iterasi variasional yang didefinisikan sebagai berikut ๐๐ฆ ๐ฆ ′ + ๐ฆ 2 = 0, ๐ฆ ≥ 0 atau ๐๐ฅ + ๐ฆ 2 = 0, ๐ฆ ≥ 0 ๐ฆ 0 = 1 atau ๐ฆ0 ๐ก = 1. (3.61) (3.62) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Jika ๐ฆ 0 = 1 adalah suatu perkiraan awal atau fungsi percobaan, maka kita dapat tuliskan pernyataan koreksi di bawah ini ๐ฆ๐+1 ๐ก = ๐ฆ๐ ๐ก + ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ [ ๐ฆ๐′ ๐ + ๐ฆ๐2 ๐ ]๐๐ (3.63) dimana bentuk persamaan (3.63) disebut koreksional dan ๐๐ adalah suatu pengali Lagrange. Fungsi pada persamaan (3.63) adalah fungsi koreksi dan pengali Lagrange pada fungsi tersebut akan dipilih untuk menyelesaikan fungsi koreksi secara unggul untuk perkiraan awal (fungsi percobaan). Bentuk kedua dari persamaan (3.63) adalah bentuk integral. Dengan kata lain, kita menganggap persamaan (3.61) dan (3.62) mempunyai kondisi ๐ฆ๐ (๐) yang memenuhi setiap titik pada interval 0 ≤ ๐ฅ < 1. Jika kita sisipkan suatu fungsi percobaan ๐ฆ๐ ๐ = ๐ฆ0 ๐ + ๐ฟ๐ฆ(๐) dengan ๐ฆ 0 = 1 maka ๐ฟ๐ฆ 0 = 0, kita memiliki ๐ฆ๐ ๐ = ๐ฆ0 ๐ + ๐ฟ๐ฆ(๐) (3.64) ๐ฆ๐ ๐ก = ๐ฆ0 ๐ก + ๐ฟ๐ฆ(๐ก) (3.65) ๐ฆ๐′ ๐ = ๐ฆ0 ′ ๐ + [๐ฟ๐ฆ ๐ ]′ (3.66) [๐ฆ๐ ๐ ]2 = [๐ฆ0 ๐ + ๐ฟ๐ฆ ๐ ]2 = [๐ฆ0 ๐ ]2 + 2๐ฆ0 ๐ ๐ฟ๐ฆ ๐ + [๐ฟ๐ฆ ๐ ]2 , (3.67) Persamaan (3.65), (3.66), dan (3.67) disubstitusikan ke persamaan (3.63) menjadi ๐ฆ๐+1 ๐ก = ๐ฆ๐ ๐ก + ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ [ ๐ฆ๐′ ๐ + ๐ฆ๐2 ๐ ]๐๐ = ๐ฆ0 ๐ก + ๐ฟ๐ฆ ๐ก + ๐ก 0 ๐๐ ๐ { ๐ฆ0 ′ ๐ + [๐ฟ๐ฆ ๐ ]′ + [๐ฆ0 ๐ ]2 + 2. ๐ฆ0 ๐ ๐ฟ๐ฆ ๐ + ๐ฟ๐ฆ ๐ ]2 ๐๐ = ๐ฆ0 ๐ก + ๐ฟ๐ฆ ๐ก + ๐ก 0 ๐๐ ๐ { ๐ฆ0 ′ ๐ + [๐ฆ0 ๐ ]2 }๐๐ + ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ . PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI [๐ฟ๐ฆ ๐ ]′ ๐๐ + ๐ก 0 2๐๐ ๐ ๐ฆ0 ๐ ๐ฟ๐ฆ ๐ ๐๐ + ๐ก ๐ 0 ๐ = ๐ฆ0 ๐ก + ๐ฟ๐ฆ ๐ก + 0 + ๐ฟ๐ฆ(๐)]๐ฟ๐ฆ(๐)๐๐ + = ๐ฆ0 ๐ก + ๐ฟ๐ฆ ๐ก + ๐๐ − 2 ๐ก 0 ๐ก 0 ๐ก 0 ๐ก 0 ๐๐ ๐ [๐ฟ๐ฆ ๐ ]2 ๐๐ ๐ [๐ฟ๐ฆ ๐ ]′ ๐๐ + 2 ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ [๐ฆ๐ ๐ − ๐๐ ๐ [๐ฟ๐ฆ ๐ ]2 ๐๐ ๐๐ ๐ [๐ฟ๐ฆ ๐ ]′ ๐๐ + 2 ๐ก ๐ 0 ๐ ๐๐ ๐ [๐ฟ๐ฆ ๐ ]2 ๐๐ + = ๐ฆ0 ๐ก + ๐ฟ๐ฆ ๐ก + ๐๐ − ๐ก 0 ๐ก 0 76 ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ ๐ฟ๐ฆ(๐) ๐ [๐ฟ๐ฆ ๐ ]2 ๐๐ ๐๐ ๐ [๐ฟ๐ฆ ๐ ]′ ๐๐ + 2 ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ ๐ฟ๐ฆ(๐) ๐๐ ๐ [๐ฟ๐ฆ ๐ ]2 ๐๐ = ๐ฆ0 ๐ก + ๐ฟ๐ฆ ๐ก + ๐ก 0 ๐๐ ๐ [๐ฟ๐ฆ ๐ ]′ ๐๐ + 2 ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ ๐ฟ๐ฆ(๐)๐๐ −๐(๐ฟ๐ฆ)2 = ๐ฆ0 ๐ก + ๐ฟ๐ฆ ๐ก + {[๐๐ ๐ ๐ฟ๐ฆ ๐ ]๐ก0 − ๐ก 0 ๐ก ′ ๐๐ 0 ๐ ๐ฟ๐ฆ ๐ ๐๐} + 2. ๐๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ ๐ฟ๐ฆ(๐)๐๐ − ๐(๐ฟ๐ฆ)2 = ๐ฆ0 ๐ก + ๐ฟ๐ฆ ๐ก + {๐๐ ๐ก ๐ฟ๐ฆ ๐ก − ๐๐ 0 ๐ฟ๐ฆ 0 − [ 2 ๐ก 0 ๐ก ′ ๐๐ 0 ๐ ๐ฟ๐ฆ ๐ ๐๐]} ๐๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ ๐ฟ๐ฆ(๐)๐๐ − ๐(๐ฟ๐ฆ)2 = ๐ฆ0 ๐ก + ๐ฟ๐ฆ ๐ก + ๐๐ ๐ก ๐ฟ๐ฆ ๐ก − [ ๐ก ′ ๐๐ 0 ๐ ๐ฟ๐ฆ ๐ ๐๐ + ๐ก 0 2๐๐ ๐ . ๐ฆ๐ ๐ ๐ฟ๐ฆ(๐)๐๐ − ๐(๐ฟ๐ฆ)2 = ๐ฆ0 ๐ก + [1 + ๐๐ ๐ก ]๐ฟ๐ฆ ๐ก − −๐(๐ฟ๐ฆ)2 . ๐ก ′ [๐ ๐ 0 ๐ + 2๐๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ ] ๐ฟ๐ฆ ๐ ๐๐ (3.68) Kemudian, kita melihat ๐๐ (๐) optimal jika diperoleh kondisi stasioner dari persamaan (3.68) sebagai berikut −๐′ ๐ ๐ + 2๐๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ = 0 ↔ ๐′ ๐ ๐ = 2๐๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ , (3.69๐) 1 + ๐๐ ๐ |๐=๐ก = 0 ↔ ๐๐ ๐ก = −1. (3.69๐) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 atau kemungkinan lain dari persamaan (3.69a) dan (3.69b) sebagai berikut ๐′ ๐ ๐ = 2๐๐ ๐ ๐ฆ๐ ๐ masing-masing ruas dibagi dengan ๐๐ ๐ sehingga menjadi ๐′ ๐ ๐ = 2๐ฆ๐ ๐ . ๐๐ ๐ (3.70) Kita integralkan persamaan (3.70) terhadap ๐๐. ๐ ๐′ ๐ ๐ ๐ก ๐๐ ๐ ๐๐ = ๐ ๐ก 2๐ฆ๐ ๐ ๐๐ [ln ๐๐ ๐ ]๐๐ก = 2 ๐ ๐ฆ ๐ก ๐ ๐ ๐๐ ln ๐๐ ๐ − ln ๐๐ ๐ก = 2 ๐ ๐ฆ ๐ก ๐ ๐ ๐๐ ln ๐๐ ๐ − ln(−1) = 2 ๐ ๐ฆ ๐ก ๐ ๐ ๐๐ ln ๐๐ ๐ + ln(1) = 2 ๐ ๐ฆ ๐ก ๐ ๐ ๐๐ ln ๐๐ ๐ = 2 ๐ ๐ฆ ๐ก ๐ ๐ ๐๐ |๐๐ ๐ | = |๐ 2 ๐๐ ๐ = ๐ 2 ๐ ๐ก ๐ฆ๐ ๐ ๐ก ๐ฆ๐ ๐ ๐๐ | ๐ ๐๐ atau ๐๐ ๐ = −๐ 2 ๐ ๐ก ๐ฆ๐ ๐ ๐๐ . Pengali Lagrange yang dipilih adalah ๐๐ ๐ = −๐ 2 ๐ ๐ฆ ๐ก ๐ ๐ ๐๐ (3.71) karena memenuhi persamaan (3.69a) dan (3.69b). Substitusi persamaan (3.71) ke persamaan (3.63) sehingga diperoleh rumus iterasi variasional sebagai berikut ๐ฆ๐+1 ๐ก = ๐ฆ๐ ๐ก − ๐ก 2 ๐ ๐ฆ 0 ๐ ๐๐ ๐ ๐ก [ ๐ฆ๐′ 0 ๐ + ๐ฆ๐2 ๐ ]๐๐. (3.72) Sekarang, kita menghitung nilai ๐ = 1,2,3, … dengan menggunakan persamaan (3.72) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 untuk ๐ = 1, maka ๐ก 2 ๐ ๐ฆ 0 ๐ ๐๐ ๐ ๐ก [ ๐ฆ0′ 0 ๐ฆ1 ๐ก = ๐ฆ0 ๐ก − = 1− ๐ก 0 ๐ 2(๐−๐ก)๐๐ [ 0 + 1]๐๐ = 1− ๐ก 0 ๐ 2(๐−๐ก)๐๐ ๐๐ ๐ + ๐ฆ02 ๐ ]๐๐ 1 = 1 − [2 ๐ 2(๐−๐ก) ]๐ก0 1 1 = 1 − [2 ๐ 0 − 2 ๐ 2 1 1 2 2 = 1−[ − ๐ 1 1 1 1 −2๐ก 1 1 = 1−2+2๐ = 2+2๐ −2๐ก −๐ก ] ] −2๐ก 1 ๐ฆ1 ๐ก = 2 + 2 ๐ −2๐ก atau 2 (1 + ๐ −2๐ก ). Untuk ๐ = 2, maka ๐ฆ2 ๐ก = ๐ฆ1 ๐ก − ๐ก 0 ๐2 ๐ ๐ก ๐ฆ0 1 = 2 1 + ๐ −2๐ก − ๐ ๐๐ [ ๐ฆ1′ ๐ + ๐ฆ12 ๐ ]๐๐ ๐ก 2 ๐ ๐ฆ 0 ๐ ๐๐ ๐ ๐ก { 0 1 2 1 − ๐ −2๐ + [4 + 4 ๐ −2๐ + 4 ๐ −4๐ ]}๐๐ 1 + ๐ −2๐ก − ๐ก 2(๐−๐ก) 1 ๐ [ 0 4 − ๐ −2๐ + ๐ −4๐ ]๐๐ = 2 1 + ๐ −2๐ก − ๐ก 1 2(๐−๐ก) [ ๐ 0 4 − 2 ๐ −2๐ก + 4 ๐ −2(๐−๐ก) ]๐๐ = 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 1 1 1 1 1 = 2 1 + ๐ −2๐ก − [4 . 2 ๐ 2(๐−๐ก) − 2 ๐๐ −2๐ก + 4 (− 2)๐ −2(๐−๐ก) ]๐ก0 = 2 1 + ๐ −2๐ก − [8 ๐ 2 1 1 1 1 − 2 ๐๐ −2๐ก − 8 ๐ −2(๐−๐ก) ]๐ก0 ๐−๐ก 1 1 = 2 1 + ๐ −2๐ก − {[8 ๐ 0 − 2 ๐ก๐ −2๐ก − 8 ๐ −2 1 1 1 1 = 2 1 + ๐ −2๐ก − [8 − 2 ๐ก๐ −2๐ก − 8 ๐ −4๐ก ] 2๐ก 1 1 ] − [8 ๐ −2๐ก + 8 ๐ −2๐ก ]} PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1 1 1 1 1 79 1 = 2 1 + ๐ −2๐ก − 8 + 2 ๐ก๐ −2๐ก + 8 ๐ −4๐ก 1 ๐ฆ2 ๐ก = 2 1 + ๐ −2๐ก + 2 ๐ก๐ −2๐ก − 8 (1 − ๐ −4๐ก ). Pada contoh yang sederhana tersebut perhitungan dicukupkan sampai ๐ฆ2 ๐ก saja karena contoh tersebut hanya untuk memperlihatkan contoh penggunaan pengali Lagrange metode iterasi untuk PDB. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV METODE ITERASI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL Pada bab ini akan dibahas pengertian penjelasan secara lebih terurai dan lebih lengkap Persamaan Diferensial Parsial (PDP) dengan syarat awal dan syarat batas karena pada bab sebelumnya telah dibahas secara singkat pengertian ini. Selanjutnya, akan dibahas metode iterasi variasional beserta konsep dasar yaitu pengali Lagrange, variasi terbatas dan kondisi stasioner. Kemudian yang terakhir akan dibahas contoh-contoh solusi metode iterasi variasional. A. Persamaan Diferensial Parsial Persamaan Diferensial (PD) adalah persamaan yang memuat turunanturunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu atau lebih variabel bebas. Jika suatu persamaan diferensial memuat turunan parsial (memuat lebih dari satu variabel bebas), maka persamaan diferensial tersebut dinamakan Persamaan Diferensial Parsial (PDP). (Lina Aryati, 2011) 1. Syarat Awal dan Syarat Batas Syarat awal adalah suatu syarat atau kondisi yang harus dipenuhi pada awal waktu tertentu. Masalah syarat awal adalah masalah yang terdiri dari suatu PD yang dilengkapi syarat awal. Solusi masalah syarat awal adalah 80 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 suatu fungsi dari variabel bebas yang ada pada masalah syarat awal tersebut yang memenuhi PD dan syarat awal yang diberikan. Syarat batas adalah suatu syarat atau kondisi yang harus dipenuhi pada batas-batas domain yang terkait dengan ruang. Untuk PDP order n dengan variabel tak bebas u, syarat batas dapat meliputi nilai fungsi tak diketahui u dan turunan-turunannya sampai order ๐ − 1 pada batas-batas domain. Suatu syarat batas dikatakan linear jika pada batas domain, syarat batas tersebut dinyatakan dalam relasi linear antara u dan turunan-turunannya. Berikut akan dibahas tentang ketiga jenis syarat batas tersebut untuk PDP order dua dengan variabel tak bebas u. Diberikan PDP order dua yang terdefinisi pada ๐ท ⊂ ๐ ๐ . Dalam pembahasan ini himpunan semua titik batas domain dinyatakan dengan ๐๐ท. Ada tiga jenis syarat batas linear yaitu syarat batas Dirichlet, syarat batas Neumann, dan syarat batas Robin. a. Syarat batas Dirichlet Syarat batas Dirichlet adalah syarat batas yang memberikan nilai fungsi tak diketahui u pada ๐๐ท. Contoh : ๐ข 0, ๐ก = 0, ๐ข ๐ฟ, ๐ก = 0. b. Syarat batas Neumann Syarat batas Neumann adalah syarat batas yang memberikan nilai ๐๐ข turunan u pada arah normal terhadap ๐๐ท yang ditulis dengan (๐๐). ๐๐ข Contoh : ๐๐ฅ 0, ๐ก = 0, ๐๐ข ๐๐ฅ ๐, ๐ก = 0. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 c. Syarat batas campuran (Robin) Syarat batas campuran (Robin) adalah syarat batas yang memberikan ๐๐ข relasi linear antara u dengan ๐๐ pada ๐๐ท. ๐๐ข ๐๐ข Contoh : ๐๐ฅ 0, ๐ก = 0, ๐ข ๐, ๐ก + ๐๐ฅ ๐, ๐ก = ๐ข0 . Masalah syarat batas adalah masalah yang terdiri dari suatu persamaan diferensial yang dilengkapi dengan syarat batas. Solusi masalah nilai batas tersebut pada domain terbuka ๐ท adalah suatu fungsi dari variabel bebas yang ada pada masalah syarat batas tersebut yang memenuhi persamaan diferensial pada ๐ท, kontinu pada ๐ท ∪ ๐๐ท dan memenuhi syarat batas pada ๐๐ท. 2. Masalah Syarat Awal dan Syarat Batas Masalah syarat batas dan syarat awal adalah masalah yang terdiri dari suatu persamaan diferensial yang dilengkapi dengan syarat batas dan syarat awal. Solusi masalah syarat awal dan syarat batas pada domain terbuka ๐ท adalah suatu fungsi dari variabel bebas yang ada pada masalah syarat awal dan syarat batas tersebut yang memenuhi persamaan diferensial pada ๐ท, kontinu pada ๐ท ∪ ๐๐ท dan memenuhi syarat batas pada ๐๐ท dan syarat awal pada ๐ท. B. Metode Iterasi Variasional Setelah dipaparkan pengertian persamaan diferensial parsial maka pada bagian ini akan disajikan metode iterasi variasional. Penulisan untuk bagian ini PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 merupakan kaji ulang dari International Mathematics Forum yang berjudul Application of Variational Iteration Method to a General Riccati Equation oleh B. Batiha, M. S. M. Noorani dan I. Hashim (2007), Journal of Computational and Applied Mathematics yang berjudul Variational Iteration Method-Some Recent Results and New Intrepretations oleh Ji-Huan He (2007) serta buku karangan Wazwaz, A. M (2009) yang berjudul Partial Differential Equations and Solitary Waves Theory. Keuntungan utama metode iterasi variasional dalam penulisan ini adalah pendekatannya secara kontinu, artinya dengan solusi ๐๐ dapat dicari pendekatan solusi eksak (sebenarnya) secara langsung tanpa diskretisasi numeris. Metode iterasi variasional merupakan salah satu metode numeris yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan mengenai persamaan diferensial parsial dengan masalah nilai awal. Metode ini bersifat sederhana dan sangat kuat dalam membantu menyelesaikan berbagai masalah yang kompleks terkait tentang persamaan diferensial nonlinear. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Ji-Huan He. Metode iterasi variasional telah berhasil mengaplikasikan secara luas ke dalam bidang ilmiah seperti fisika dan bidang teknik, permasalahan mengenai persamaan linear maupun nonlinear, persamaan homogen maupun nonhomogen dengan baik. Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan dengan efektif dan dapat dipercaya secara analitis dan numerik. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84 Solusi dari metode iterasi variasional berbentuk seperti deret yang akan menghasilkan solusi eksak secara tepat. Jika tidak, maka metode ini akan konvergen walaupun hanya menggunakan beberapa iterasi saja. Metode ini dapat menyelesaikan masalah nonlinear dan nantinya akan membentuk sebuah fungsi koreksi menggunakan pengali Lagrange dengan metode iterasi. Untuk menggambarkan konsep dasar dari metode iterasi variasional, diawali dengan menentukan persamaan diferensial nonlinear sebagai berikut: ๐ฟ๐ข ๐ก + ๐[๐ข(๐ก)] = ๐(๐ก) (4.1) dimana L adalah penghubung linear, N adalah penghubung nonlinear, dan ๐(๐ก) adalah bentuk suku nonhomogen. Jika L sebagai operator linear maka ๐ฟ ๐ข ๐ก adalah penghubung linear dari turunan parsial u terhadap variabel t, maka ๐[๐ข(๐ก)] adalah penghubung nonlinear dari turunan parsial u terhadap variabel t. Bentuk umum dari metode iterasi variasional membentuk sebuah fungsi koreksi dari persamaan (4.1) yaitu sebagai berikut: ๐ข๐ +1 ๐ก = ๐ข๐ ๐ก + ๐ก ๐ก0 ๐(๐ ){ ๐ฟ๐ข๐ ๐ + ๐ลฉ๐ ๐ − ๐(๐ )}๐๐ , ๐ ≥ 0 (4.2) dimana λ adalah sebuah pengali Lagrange umum yang dapat diidentifikasi secara optimal dengan teori variasional, ๐ข๐ ๐ก adalah solusi pendekatan ke n terhadap t, dan ลฉ๐ ๐ adalah suatu variasi terbatas, yang berarti ๐ฟลฉ๐ = 0, dengan ๐ฟ adalah diferensial variasional. Sekarang, lebih jelas bahwa langkah-langkah utama dari metode iterasi variasional dari Ji-Huan He membutuhkan penentuan pertama pengali PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 Lagrange ๐(๐ ) yang akan diidentifikasi secara optimal. Integral parsial biasanya digunakan untuk menentukan pengali Lagrange ๐(๐ ) dan menentukan kondisi stasioner. Dengan kata lain kita dapat menggunakan ๐ ๐ ๐ข′ ๐ ๐ ๐๐ = ๐ ๐ ๐ข๐ ๐ − ๐′ (๐ )๐ข๐ ๐ ๐๐ , ๐ ๐ ๐ข′′ ๐ ๐ ๐๐ = ๐ ๐ ๐ข′๐ ๐ − ๐′ ๐ ๐ข๐ ๐ + ๐" ๐ ๐ข๐ ๐ ๐๐ . (4.3) Kedua persamaan (4.3) dapat diperoleh dengan integral parsial. Berdasarkan buku karangan Wazwaz, A. M (2009) yang berjudul Partial Differential Equations and Solitary Waves Theory variabel ξ yang terdapat pada buku tersebut diganti oleh variabel s pada persamaan (4.2) maupun (4.3) tetapi tidak mengubah arti (makna). Jadi, kita dapat menentukan pengali Lagrange λ yang akan diidentifikasi secara optimal dengan integral parsial. Setelah menentukan pengali Lagrange tersebut, maka dilanjutkan dengan menentukan pendekatan ๐ข๐ +1 ๐ก , ๐ ≥ 0 dari solusi ๐ข(๐ก) akan mudah diperoleh dengan memodifikasi pengali Lagrange dan dengan menggunakan tebakan awal ๐ข0 dari persamaan (4.1) untuk mendapatkan solusi, sehingga menjadi ๐ข ๐ก = lim๐→∞ ๐ข๐ (๐ก) dimana ๐ข ๐ก adalah limit dari ๐ข๐ ๐ก . Konsep dasar dari metode iterasi variasional terdiri dari tiga konsep, yaitu pengali Lagrange umum, kondisi stasioner, variasi terbatas dan fungsi koreksi yang dapat digunakan untuk membentuk rumus iterasi seperti pada persamaan (4.2). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 1. Pengali Lagrange Umum Pembahasan teori tentang pengali Lagrange telah dipaparkan sebelumnya pada Bab II. Pada bahasan ini, kita akan memahami konsep dari pengali Lagrange umum yang digunakan untuk membentuk suatu fungsi koreksi pada persamaan nonlinear berikut dan dilambangkan dengan notasi lamda (λ). Kita menganggap persamaan aljabar sebagai berikut: ๐ ๐ฅ = 0, ๐ฅ ∈ ๐ . (4.4) Jika ๐ฅ๐ merupakan suatu akar pendekatan dari persamaan di atas, maka persamaan (4.4) menjadi ๐(๐ฅ๐ ) ≠ 0. (4.5) Untuk meningkatkan tingkat ketelitian, kita dapat menentukan persamaan koreksi dari persamaan (4.5) menjadi ๐ฅ๐ +1 = ๐ฅ๐ + ๐๐ ๐ฅ๐ , (4.6) dimana ๐ adalah pengali Lagrange umum yang dapat diidentifikasi secara optimal dengan menggunakan ๐๐ฅ ๐ +1 ๐๐ฅ ๐ = 0. (4.7) Dalam hal ini, ๐๐ ๐ฅ๐ adalah suku koreksi. Sekarang, kita turunkan persamaan (4.6) terhadap ๐ฅ๐ , sehingga diperoleh ๐๐ฅ ๐ +1 ๐๐ฅ ๐ = 1 + ๐๐′ ๐ฅ๐ . (4.8) Substitusikan persamaan (4.7) ke dalam persamaan (4.8) menjadi 1 ๐ = − ๐ ′ (๐ฅ ). ๐ (4.9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 Substitusikan persamaan (4.9) ke dalam persamaan (4.6) menghasilkan ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ +1 = ๐ฅ๐ − ๐ ′ ๐ฅ๐ . (4.10) Persamaan (4.10) merupakan bentuk dari metode iterasi Newton-Raphson. Terdapat pendekatan secara alternatif untuk membentuk persamaan koreksi yaitu dengan menambahkan sembarang fungsi koreksi yang lain untuk ๐ฅ๐ yaitu ๐(๐ฅ๐ ) pada persamaan (4.6) menjadi ๐ฅ๐ +1 = ๐ฅ๐ + ๐๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐ , (4.11) dimana ๐(๐ฅ) adalah fungsi tambahan. Sekarang, kita turunkan persamaan (4.11) terhadap ๐ฅ๐ menjadi ๐๐ฅ ๐ +1 ๐๐ฅ ๐ = 1 + ๐ ๐ ๐ฅ๐ ๐ ′ ๐ฅ๐ + ๐′ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐ . (4.12) Substitusikan persamaan (4.7) ke persamaan (4.12) menjadi ๐=− 1 ๐ ๐ฅ ๐ ๐ ′ ๐ฅ ๐ +๐ ′ ๐ฅ ๐ ๐ ๐ฅ ๐ . (4.13) Setelah diidentifikasi pengalinya, maka substitusikan persamaan (4.13) ke persamaan (4.11) menjadi rumus umum iterasi sebagai berikut ๐ฅ๐ +1 = ๐ฅ๐ − ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ๐ ๐ ๐ฅ ๐ ๐ ′ ๐ฅ ๐ +๐ ′ ๐ฅ ๐ ๐ ๐ฅ ๐ . (4.14) Nilai dari fungsi tambahan ๐(๐ฅ) ≠ 0 atau nilai terkecil dari semua langkah iterasi, ๐(๐ฅ๐) > 1, jika kita memilih ๐(๐ฅ๐) = ๐ −๐ผ๐ฅ๐ , maka turunan dari ๐(๐ฅ๐) adalah ๐′(๐ฅ๐) = −๐๐ −๐ผ๐ฅ๐ . Selanjutnya, substitusikan nilai ๐(๐ฅ๐) ke persamaan (4.14) menjadi ๐ฅ๐ +1 = ๐ฅ๐ − ๐ ′ ๐ ๐ฅ๐ ๐ฅ ๐ −๐ผ๐ ๐ฅ ๐ . (4.15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 Persamaan (4.15) adalah rumus iterasi yang sangat efektif saat ๐ ′ (๐ฅ๐ ) bernilai kecil dan persamaan di atas merupakan metode iterasi bertipe Newton-Raphson. Misalkan, kita anggap persamaan sin ๐ฅ = 0. (4.16) Jika kita mulai dengan iterasi ke nol yaitu ๐ฅ0 = 1,6, maka iterasi Newton tidak benar untuk cos 1,6 karena nilai tersebut kecil. Tabel 4.1 menunjukkan langkah-langkah iterasi, solusi terdekat dari ๐ฅ0 = 1,6 adalah ๐ฅ = ๐. Tabel 4.1. Langkah-langkah iterasi pendekatan solusi. ๐ฅ(๐ผ = 1) Iterasi ke- ๐ฅ(๐ผ = 2) ๐ฅ(๐ผ = 0,97) 0 1,6 1,6 1,6 1 2,57 2,09 2,60 2 2,96 2,48 2,98 3 3,12 2,78 3,12 4 3,14 2,99 3,14 Jika persamaan (4.4) diganti oleh persamaan diferensial, maka suatu fungsi koreksi sama dengan persamaan (4.6) sehingga hasilnya dapat ditentukan. 2. Kondisi Stasioner Permasalahan optimisasi pada dasarnya terdapat dimana-mana. Permasalahan yang sederhana dari variasi kalkulus adalah menentukan suatu fungsi ๐ฆ = ๐(๐ฅ) untuk nilai fungsi yang diberikan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐ฝ= ๐ฅ2 ๐ฅ1 ๐น ๐ฆ, ๐ฆ ′ ; ๐ฅ ๐๐ฅ + ๐1 ๐ฅ ๐ฆ|๐ฅ=๐ฅ 1 − ๐2 ๐ฅ ๐ฆ|๐ฅ=๐ฅ 2 89 (4.19) adalah maksimum atau minimum. Kondisi yang sangat ekstrim (kondisi stasioner) dari persamaan fungsi (4.19) membutuhkan syarat ๐ฟ๐ฝ = 0. Untuk ๐ฟ๐ฆ yang berubah-ubah, dari syarat ๐ฟ๐ฝ = 0, kita mempunyai ๐๐น ๐๐ฆ ๐ − ๐๐ฅ ๐๐น ๐๐ฆ ′ = 0, (4.20) dengan syarat batas ๐๐น ๐๐ฆ ′ ๐๐น (๐ฅ1 ) − ๐1 ๐ฅ1 = 0 dan ๐๐ฆ ′ (๐ฅ2 ) − ๐2 ๐ฅ2 = 0. (4.21) Persamaan (4.20) disebut persamaan diferensial Lagrange-Euler atau persamaan Euler dan persamaan (4.21) disebut syarat batas yang biasa. 3. Variasi Terbatas Variasi terbatas digunakan untuk mendapatkan metode iterasi dari suatu persamaan nonlinear. Variasi terbatas ๐ฅ dilambangkan dengan ~ notasi ๐ฅ. Nilai untuk variasi terbatas merupakan konstanta. Variasi terbatas pada metode iterasi variasional berperan penting karena untuk mendapatkan solusi dari rumus iterasi memiliki syarat bahwa ๐ฟลฉ๐ = 0. Variasi terbatas pada rumus iterasi variasional dengan mudah diperoleh dari pengali Lagrange umum dan dapat diidentifikasikan secara optimal oleh teori variasional. Kita anggap persamaan aljabar yang sederhana sebagai berikut. ๐ฅ 2 − 3๐ฅ + 2 = 0. (4.22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 Kita tulis kembali persamaan di atas dengan variasi terbatas menjadi ~ ๐ฅ − 3๐ฅ + 2 = 0, ๐ฅ. (4.23) ~ dimana ๐ฅ adalah variabel terbatas. Menyelesaikan ๐ฅ dari persamaan (4.23) diperoleh ๐ฅ= 2 ~ 3−๐ฅ . (4.24) Jika nilai dari ๐ฅ diasumsikan sebagai perkiraan awal, maka persamaan (4.24) dapat ditulis dalam bentuk iterasi sebagai berikut 2 ๐ฅ๐ +1 = 3−๐ฅ , ๐ = 0,1,2,3, … ๐ (4.25) Metode ini sering digunakan karena sangat efisien untuk memprediksi perkiraan awal yang baik dengan melihat tabel berikut ini Tabel 4.2. Tabel prediksi perkiraan awal yang baik. Iterasi 2 Persamaan (4.25) : ๐ฅ๐+1 = 3−๐ฅ Rumus iterasi Newton ๐ 0 0,5 0,5 1 0,8 0,875 2 0,909 0,987 3 0,956 0,999 4 0,978 1,000 5 0,989 1,000 6 0,994 1,000 7 0,997 1,000 8 0,998 1,000 9 0,999 1,000 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 Pada metode iterasi variasional, perkiraan awal selalu dipilih dengan parameter yang tidak diketahui kemungkinannya, iterasi pertama pada tabel 4.2 mewakili solusi tertinggi tingkat ketelitian. Kita jelaskan keefektifitas dari parameter bebas pada tabel 4.2. Pengenalan parameter bebas pada perkiraan awal sebagai berikut: ๐ฅ0 = 0,5 + ๐, (4.26) dimana b adalah sebuah parameter yang akan disusun selanjutnya. Jika ๐ = 0, maka persamaan (4.25) menjadi 2 ๐ฅ1 = 3−๐ฅ . (4.27) 0 Substitusikan persamaan (4.26) ke persamaan (4.27), sehingga diperoleh 2 2 2 ๐ฅ1 = 3−๐ฅ = 3−(0,5+๐) = 2,5−๐ . 0 (4.28) Dari hasil substitusi persamaan di atas, kita menggunakan deret Taylor untuk mendapatkan persamaan baru sebagai berikut 2 2 ๐ฅ1 = 2,5−๐ = 2,5 โ 1 1 ๐ 2,5 1− 1 = 0,8 1 + 2,5 ๐ + ๐ ๐ 2 . (4.29) Berdasarkan persamaan di atas, maka diperoleh persamaan ๐ฅ1 menjadi, ๐ฅ1 = 0,8 + 0,32๐. (4.30) Kemudian, untuk mendapatkan nilai b, kita tetapkan sebagai berikut ๐ฅ0 = ๐ฅ1 . (4.31) Substitusikan persamaan (4.26) dan persamaan (4.30) ke persamaan (4.31) menjadi ๐ฅ0 = ๐ฅ1 , 0,5 + ๐ = 0,8 + 0,32๐. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92 Dari relasi di atas, kita dapat secara langsung mengetahui nilai ๐ = 0,4412. (4.32) Substitusikan persamaan (4.32) ke persamaan (4.30) sehingga menjadi ๐ฅ1 = 0,8 + 0,32๐ = 0,8 + 0,32(0,4412) = 0,8 + 0,141184 = 0,941184 ≈ 0,9412. Sekarang, kita menganggap bahwa variasi terbatas dapat dilihat pada sebuah fungsi variasional. Andaikan pembagian suhu pada konveksi berbanding lurus dengan suhu yang bergantung pada konduktivitas panas, maka penentuan persamaan menjadi sebagai berikut Penulisan di bawah ini merupakan hasil kaji ulang dari Journal of Computational and Applied Mathematics oleh Ji-Huan He yang berjudul Variational Iteration Method-Some Recent Results and New Intrepretations (2007). Diketahui ๐ ๐๐ ๐๐ฅ (1 + ๐ฝ๐) ๐๐ฅ − ๐ 2 ๐ = 0, (4.33) dengan syarat batas ๐ ′ = 0, ๐ 1 = 1 dan ๐ adalah suhu, serta nilai ๐ฝ dan ψ adalah konstan. Dengan menggunakan konsep dari variasi terbatas, maka suatu fungsi variasional dapat ditentukan sebagai berikut ๐ฝ ๐ = ~ 1 0 ~ ๐๐ (1 + ๐ฝ๐( )2 + ๐2 ๐ 2 ๐๐ฅ, (4.34) ๐๐ฅ ~ PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 dimana ๐ adalah sebuah variasi terbatas dengan nilai ๐ฟ๐ = 0. Kita tuliskan kembali persamaan (4.34) dalam bentuk iterasi sebagai berikut ๐ฝ ๐๐+1 = 1 0 (1 + ๐ฝ๐๐ ( ๐๐๐ +1 2 ) ๐๐ฅ + ๐2 ๐๐2+1 ๐๐ฅ. (4.35) Kita mulai dengan perkiraan awal yang memenuhi syarat batas ๐0′ 0 = 0, ๐0 1 = 1 yaitu ๐0 = 1 − ๐ + ๐๐ฅ 2 , (4.36) dimana a adalah sebuah parameter bebas. Kita menggunakan metode Ritz untuk menyelesaikan ๐1 , fungsi percobaan untuk ๐1 diasumsikan menjadi bentuk sebagai berikut ๐1 = 1 − ๐ + ๐๐ฅ 2 , (4.37) dimana b adalah sebuah parameter tidak diketahui yang akan ditentukan nilainya lebih lanjut. Substitusikan persamaan (4.36) ke persamaan (4.34) menghasilkan 1 0 ๐ฝ= 4 4 1 + ๐ฝ(1 − ๐ + ๐๐ฅ 2 ) ๐ 2 ๐ฅ 2 + ๐2 (1 − ๐ + ๐ 2 ๐ฅ 2 )2 ๐๐ฅ 4 2 1 = 3 1 + ๐ฝ 1 − ๐ ๐ 2 + 5 ๐๐ 2 + ๐2 (1 − ๐)2 + 3 ๐ 1 − ๐ ๐2 + 5 ๐ 2 ๐2 . (4.38) Sekarang, kita menurunkan persamaan (4.38) terhadap b, dengan menetapkan persaman berikut ini ๐๐ฝ ๐๐ = 0. (4.39) Sehingga hasil substitusi dari persamaan (4.38) dan (4.39) menjadi ๐๐ฝ ๐๐ 0. 8 8 2 2 = 3 1 + ๐ฝ 1 − ๐ ๐ + 5 ๐๐ − 2๐2 1 − ๐ + 3 1 − 2๐ ๐2 + 5 ๐๐2 = (4.40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94 Agar kita mendapatkan nilai a dari persamaan (4.40), maka ditetapkan ๐0 = ๐1 . Kita substitusikan ๐ = ๐ pada persamaan (4.40), sehingga menjadi 16 − 15 ๐ฝ ๐2 + 8 3 8 16 4 + 3 ๐ฝ + 15 ๐ 2 ๐ − 3 ๐ 2 = 0. (4.41) Persamaan (4.41) dinamakan persamaan kuadratik karena derajat tertinggi berbentuk kuadrat. Dengan menggunakan rumus abc maka persamaan di atas diperoleh nilai a sebagai berikut ๐=− −5−5๐ฝ−2๐ 2 + 25๐ฝ 2 +50๐ฝ+25+20๐ 2 +4๐ 4 4๐ฝ . (4.42) Substitusikan secara sederhana dari persamaan (4.42) ke persamaan (4.40) untuk menentukan nilai b sebagai berikut ๐= 5๐ 2 5+5๐ฝ +2๐ 2 + 25๐ฝ 2 +50๐ฝ+25+20๐ 2 +4๐ 4 . (4.43) Kita sederhanakan persamaan (4.38) untuk memperoleh nilai J sebagai berikut ๐ฝ= 100๐ 4 + 2 (5+5๐ฝ+2๐ 2 + 25๐ฝ 2 +50๐ฝ+25+20๐ 2 +4๐ 4 ) − 100๐ 4 ๐ฝ (5+5๐ฝ+2๐ 2 + 25๐ฝ 2 +50๐ฝ+25+20๐ 2 +4๐ 4 )2 10๐ 4 ๐ฝ −5−5๐ฝ−2๐ 2 + 25๐ฝ 2 +50๐ฝ+25+20๐ 2 +4๐ 4 3๐ฝ (5+5๐ฝ+2๐ 2 + 25๐ฝ 2 +50๐ฝ+25+20๐ 2 +4๐ 4 )2 20๐ 4 3 5+5๐ฝ+2๐ 2 + 25๐ฝ 2 +50๐ฝ+25+20๐ 2 +4๐ 4 + + ๐2 − 10๐ 6 3(5+5๐ฝ+2๐ 2 + 25๐ฝ 2 +50๐ฝ+25+20๐ 2 +4๐ 4 )2 . C. Contoh-contoh Solusi Metode Iterasi Variasional Pada bagian B telah dibahas mengenai persamaan metode iterasi variasional. Metode iterasi variasional akan digunakan sekarang untuk membahas contoh-contoh solusi dari metode tersebut. Referensi utama untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 contoh-contoh solusi metode iterasi variasional berasal dari buku karangan Wazwaz, A. M (2009) yang berjudul Partial Differential Equations and Solitary Waves Theory dengan mengganti variabel ξ menjadi s pada persamaan (4.2) dan persamaan berikutnya. Cara untuk mendapatkan solusi dari persamaan diferensial parsial menggunakan metode iterasi variasional dilakukan dengan merumuskan masalah nilai awal terlebih dahulu dan membentuk fungsi koreksi menggunakan pengali Lagrange. Pengambilan variasi terhadap variabel independen ๐ข๐ memperoleh kondisi stasioner dan nilai pengali Lagrange sehingga diperoleh rumus iterasi. Contoh 4.1 Gunakan metode iterasi variasional untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial nonhomogen berikut ini ๐ข๐ฅ + ๐ข๐ฆ = ๐ฅ + ๐ฆ, ๐ข 0, ๐ฆ = 0, ๐ข ๐ฅ, 0 = 0. (4.44) Solusi Dari persamaan (4.44) dapat dibentuk suatu fungsi koreksi seperti pada persamaan (4.2) sehingga dapat dituliskan sebagai berikut ๐ข๐+1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ + ๐ฅ 0 ๐(๐ ) ๐๐ข ๐ (๐ ,๐ฆ) ๐๐ + ๐ลฉ๐ ๐ ,๐ฆ ๐๐ฆ − ๐ − ๐ฆ ๐๐ . (4.45) Jika persamaan (4.45) diturunkan terhadap ๐ข๐ , maka persamaan tersebut menjadi ๐ฟ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ + ๐ฟ −๐ฟ ๐ฅ 0 ๐ฅ 0 ๐(๐ ) ๐(๐ ) ๐ ๐๐ − ๐ฟ ๐ฅ 0 ๐๐ข ๐ (๐ ,๐ฆ) ๐๐ ๐๐ + ๐ฟ ๐(๐ ) ๐ฆ๐๐ , ๐ฅ 0 ๐ ๐ ๐ลฉ๐ ๐ ,๐ฆ ๐๐ฆ ๐๐ (4.46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 dimana ลฉ๐ ๐ฅ, ๐ฆ sebagai variasi terbatas dan ๐ฟลฉ๐ ๐ฅ, ๐ฆ = 0 seperti syarat pada variasi terbatas, maka persamaan (4.46) menjadi sebagai berikut ๐ฟ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ + ๐ฟ ๐ฟ ๐ฅ 0 ๐ฅ 0 ๐(๐ ) ๐๐ข ๐ (๐ ,๐ฆ) ๐๐ ๐ฅ 0 ๐๐ − ๐ฟ ๐ ๐ ๐ ๐๐ − ๐ ๐ ๐ฆ๐๐ . (4.47) Kemudian, kita menggunakan integral parsial seperti pada persamaan (4.3) dan pada cara yang terdapat pada penjelasan bab II. Persamaan (4.47) menjadi ๐ฅ 0 ๐′ ๐ข๐ ๐ , ๐ฆ ๐๐ − ๐ฟ = 1 + ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ , ๐ฆ |๐ =๐ฅ − ๐ฟ ๐ฅ 0 ๐′ ๐ข๐ ๐ , ๐ฆ ๐๐ − 0 0 = 1 + ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ , ๐ฆ |๐ =๐ฅ − ๐ฟ ๐ฅ 0 ๐′ ๐ข๐ ๐ , ๐ฆ ๐๐ . ๐ฟ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ฆ = 1 + ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ , ๐ฆ |๐ =๐ฅ − ๐ฟ −๐ฟ ๐ฅ 0 ๐ฅ 0 ๐ ๐ ๐ ๐๐ ๐(๐ ) ๐ฆ๐๐ (4.48) Dari persamaan (4.48) diperoleh kondisi stasioner sebagai berikut ๐ข๐ ๐ , ๐ฆ : ๐′ ๐ = 0, 1 + ๐ ๐ = 0. (4.49a) (4.49b) Persamaan (4.49b) dijabarkan agar menjadi persamaan (4.49a) sebagai berikut 1+๐ ๐ =0 ๐ ๐ = −1 ๐ (4.50) ๐ ๐ ๐ = ๐๐ (−1) ๐๐ ๐′ ๐ = 0. Persamaan (4.50) tersebut adalah nilai pengali Lagrange. Sekarang, kita substitusikan nilai pengali Lagrange ๐ = −1 ke fungsi persamaan (4.45) menjadi ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ − ๐ฅ 0 ๐๐ข ๐ ๐ ,๐ฆ ๐๐ + ๐๐ข ๐ ๐ ,๐ฆ ๐๐ฆ − ๐ − ๐ฆ ๐๐ . Persamaan (4.51) dapat dituliskan menjadi rumus iterasi sebagai berikut (4.51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ − ๐ฅ 0 ๐๐ข ๐ ๐ ,๐ฆ ๐๐ + ๐๐ข ๐ ๐ ,๐ฆ ๐๐ฆ 97 − ๐ − ๐ฆ ๐๐ , ๐ ≥ 0. (4.52) Telah ditetapkan sebelumnya bahwa kita dapat memilih ๐ข0 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข 0, ๐ฆ = 0 dari kondisi yang diberikan. Substitusikan ๐ข0 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข 0, ๐ฆ = 0 ke persamaan (4.52) dan kita dapatkan pendekatan sebagai berikut ๐ข0 ๐ฅ, ๐ฆ = 0, ๐ข1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข0 ๐ฅ, ๐ฆ − ๐ฅ 0 ๐๐ข 0 (๐ ,๐ฆ ) ๐๐ + ๐๐ข 0 ๐ ,๐ฆ ๐๐ฆ =0− ๐ฅ 0 0 + 0 − ๐ − ๐ฆ ๐๐ = 0− ๐ฅ 0 −๐ − ๐ฆ ๐๐ − ๐ − ๐ฆ ๐๐ 1 = 0 − [− 2 ๐ 2 − ๐ ๐ฆ]0๐ฅ 1 = 0 − [− ๐ฅ 2 − ๐ฅ๐ฆ] 2 1 = 2 ๐ฅ 2 + ๐ฅ๐ฆ 1 ๐ข1 ๐ฅ, ๐ฆ = 2 ๐ฅ 2 + ๐ฅ๐ฆ, ๐ข2 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข1 ๐ฅ, ๐ฆ − ๐ฅ 0 ๐๐ข 1 (๐ ,๐ฆ ) ๐๐ + ๐๐ข 1 ๐ ,๐ฆ ๐๐ฆ − ๐ − ๐ฆ ๐๐ 1 ๐ฅ 0 ๐ + ๐ฆ + ๐ − ๐ − ๐ฆ ๐๐ 1 2 ๐ฅ 0 ๐ ๐๐ 1 1 1 1 = 2 ๐ฅ 2 + ๐ฅ๐ฆ − = ๐ฅ 2 + ๐ฅ๐ฆ − = 2 ๐ฅ 2 + ๐ฅ๐ฆ − [2 ๐ 2 ]0๐ฅ = 2 ๐ฅ 2 + ๐ฅ๐ฆ − [2 ๐ฅ 2 ] 1 1 = 2 ๐ฅ 2 + ๐ฅ๐ฆ − 2 ๐ฅ 2 = ๐ฅ๐ฆ ๐ข2 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ๐ฆ, ๐ข3 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข2 ๐ฅ, ๐ฆ − ๐ฅ 0 ๐๐ข 2 (๐ ,๐ฆ) ๐๐ + ๐๐ข 2 ๐ ,๐ฆ ๐๐ฆ − ๐ − ๐ฆ ๐๐ PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI = ๐ฅ๐ฆ − ๐ฅ 0 ๐ฆ + ๐ − ๐ − ๐ฆ ๐๐ = ๐ฅ๐ฆ − ๐ฅ 0 0 ๐๐ 98 = ๐ฅ๐ฆ − 0 = ๐ฅ๐ฆ ๐ข3 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ๐ฆ, . . . = .. . ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ๐ฆ. Jadi, metode iterasi variasional dari persamaan (4.44) berlaku ๐ข ๐ฅ, ๐ฆ = lim๐→∞ ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ . Solusi eksak dari persamaan (4.44) adalah ๐ข ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ๐ฆ. Contoh 4.2 Gunakan metode iterasi variasional untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial nonhomogen berikut ini ๐ข๐ฆ + ๐ฅ๐ข๐ฅ = 3๐ข, ๐ข ๐ฅ, 0 = ๐ฅ 2 ,๐ข 0, ๐ฆ = 0. (4.53) Solusi Dari persamaan (4.53) dapat dibentuk suatu fungsi koreksi seperti pada persamaan (4.2) sehingga dapat dituliskan sebagai berikut ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ + ๐ฆ 0 ๐(๐ ) ๐๐ข ๐ (๐ฅ,๐ ) ๐๐ +๐ฅ ๐ลฉ๐ ๐ฅ,๐ ๐๐ฅ − 3ลฉ๐ ๐ฅ, ๐ ๐๐ . (4.54) Jika persamaan (4.54) diturunkan terhadap ๐ข๐ , maka persamaan tersebut menjadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐ฟ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ + ๐ฟ ๐ฟ ๐ฆ 0 ๐ฆ 0 ๐๐ข ๐ (๐ฅ,๐ ) ๐(๐ ) ๐๐ ๐๐ + ๐ฟ ๐ฆ 0 ๐ ๐ ๐ฅ ๐ลฉ๐ ๐ฅ,๐ ๐๐ฅ 99 ๐๐ − ๐ ๐ 3ลฉ๐ ๐ฅ, ๐ ๐๐ , (4.55) dimana ลฉ๐ ๐ฅ, ๐ฆ sebagai variasi terbatas dan ๐ฟลฉ๐ ๐ฅ, ๐ฆ = 0 seperti syarat pada variasi terbatas, maka persamaan (4.55) menjadi sebagai berikut ๐ฟ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ + ๐ฟ ๐ฆ 0 ๐๐ข ๐ (๐ฅ,๐ ) ๐(๐ ) ๐๐ ๐๐ . (4.56) Kemudian, kita menggunakan integral parsial seperti pada persamaan (4.3) dan pada cara yang terdapat pada penjelasan bab II. Persamaan (4.56) menjadi ๐ฟ๐ข๐+1 ๐ฅ, ๐ฆ = 1 + ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ |๐ =๐ฆ − ๐ฟ ๐ฅ 0 ๐′ ๐ข๐ (๐ฅ, ๐ )๐๐ = 1 + ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ |๐ =๐ฆ − ๐ฟ ๐ฅ 0 ๐′ ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ ๐๐ − 0 0 = 1 + ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ |๐ =๐ฆ − ๐ฟ ๐ฅ 0 ๐′ ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ ๐๐ . (4.57) Dari persamaan (4.57) diperoleh kondisi stasioner sebagai berikut ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ : ๐′ ๐ฟ = 0, 1 + ๐ ๐ฟ = 0. (4.58a) (4.58b) Persamaan (4.58b) dijabarkan agar menjadi persamaan (4.58a) sebagai berikut 1+๐ ๐ =0 ๐ ๐ = −1 ๐ (4.59) ๐ ๐๐ ๐ ๐ = ๐๐ (−1) ๐′ ๐ = 0. Persamaan (4.59) tersebut adalah nilai pengali Lagrange. Sekarang, kita substitusikan nilai pengali Lagrange ๐ = −1 ke fungsi persamaan − 3๐ข๐ ๐ , ๐ฆ ๐๐ . (4.60) (4.54) menjadi ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ − ๐ฆ 0 ๐๐ข ๐ ๐ ,๐ฆ ๐๐ +๐ฅ ๐๐ข ๐ ๐ ,๐ฆ ๐๐ฅ PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100 Persamaan (4.60) dapat dituliskan menjadi rumus iterasi sebagai berikut ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ − ๐ฆ 0 ๐๐ข ๐ ๐ ,๐ฆ ๐๐ข ๐ ๐ ,๐ฆ +๐ฅ ๐๐ ๐๐ฅ − 3๐ข๐ ๐ , ๐ฆ ๐๐ , ๐ ≥ 0.(4.61) Kita dapat memilih ๐ข0 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข ๐ฅ, 0 = ๐ฅ 2 dari kondisi yang diberikan. Substitusikan ๐ข0 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข ๐ฅ, 0 = ๐ฅ 2 ke persamaan (4.61) dan kita dapatkan pendekatan sebagai berikut ๐ข0 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ 2 , ๐ฆ 0 ๐ข1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข0 ๐ฅ, ๐ฆ − ๐๐ข 0 (๐ฅ,๐ ) ๐๐ = ๐ฅ2 − ๐ฆ (0 0 = ๐ฅ2 − ๐ฆ (2๐ฅ 2 0 = ๐ฅ2 − ๐ฆ (−๐ฅ 2 )๐๐ 0 +๐ฅ ๐๐ข 0 ๐ฅ,๐ ๐๐ฅ − 3๐ข0 ๐ฅ, ๐ ๐๐ , − 3๐ข1 ๐ฅ, ๐ ๐๐ , + ๐ฅ. 2๐ฅ − 3๐ฅ 2 )๐๐ − 3๐ฅ 2 )๐๐ ๐ฆ = ๐ฅ 2 − [−๐ฅ 2 ๐ ]0 = ๐ฅ 2 − [−๐ฅ 2 ๐ฆ] = ๐ฅ2 + ๐ฅ2 ๐ฆ ๐ข1 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ 2 + ๐ฅ 2 ๐ฆ, ๐ข2 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข1 ๐ฅ, ๐ฆ − ๐ฆ 0 ๐๐ข 1 (๐ฅ,๐ ) +๐ฅ ๐๐ ๐๐ข 1 ๐ฅ,๐ ๐๐ฅ = ๐ฅ2 + ๐ฅ2 ๐ฆ − ๐ฆ 2 [๐ฅ 0 + ๐ฅ 2๐ฅ + 2๐ฅ๐ − 3(๐ฅ 2 + ๐ฅ 2 ๐ )] ๐๐ = ๐ฅ2 + ๐ฅ2 ๐ฆ − ๐ฆ 2 [๐ฅ 0 + 2๐ฅ 2 + 2๐ฅ 2 ๐ − 3๐ฅ 2 − 3๐ฅ 2 ๐ ] ๐๐ = ๐ฅ2 + ๐ฅ2 ๐ฆ − ๐ฆ [−๐ฅ 2 ๐ ] ๐๐ 0 1 ๐ฆ = ๐ฅ 2 + ๐ฅ 2 ๐ฆ − [− 2 ๐ฅ 2 ๐ 2 ]0 1 = ๐ฅ 2 + ๐ฅ 2 ๐ฆ − [− 2 ๐ฅ 2 ๐ฆ 2 ] 1 = ๐ฅ2 + ๐ฅ2 ๐ฆ + 2 ๐ฅ2 ๐ฆ2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101 1 ๐ข2 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ 2 + ๐ฅ 2 ๐ฆ + 2! ๐ฅ 2 ๐ฆ 2 , ๐ข3 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ข2 ๐ฅ, ๐ฆ − ๐ฆ 0 ๐๐ข 2 (๐ฅ,๐ ) ๐๐ +๐ฅ ๐๐ข 2 ๐ฅ,๐ ๐๐ฅ ๐ฆ 2 [๐ฅ 0 1 = ๐ฅ2 + ๐ฅ2 ๐ฆ + 2 ๐ฅ2 ๐ฆ2 − − 3๐ข2 ๐ฅ, ๐ ๐๐ , + ๐ฅ 2 ๐ + ๐ฅ 2๐ฅ + 2๐ฅ๐ + ๐ฅ๐ 2 − 1 3(๐ฅ 2 + ๐ฅ 2 ๐ + 2 ๐ฅ 2 ๐ 2 )] ๐๐ 1 ๐ฆ 0 ๐ฅ 2 ๐ 2 − 2 ๐ฅ 2 ๐ 2 ๐๐ 1 ๐ฆ 0 − 2 ๐ฅ 2 ๐ 2 ๐๐ = ๐ฅ2 + ๐ฅ2 ๐ฆ + 2 ๐ฅ2 ๐ฆ2 − = ๐ฅ2 + ๐ฅ2 ๐ฆ + 2 ๐ฅ2 ๐ฆ2 − 1 3 1 1 ๐ฆ = ๐ฅ 2 + ๐ฅ 2 ๐ฆ + 2 ๐ฅ 2 ๐ฆ 2 − [− 6 ๐ฅ 2 ๐ 3 ]0 1 1 = ๐ฅ2 + ๐ฅ2 ๐ฆ + 2 ๐ฅ2 ๐ฆ2 + 6 ๐ฅ2 ๐ฆ3 1 1 ๐ข3 ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ 2 + ๐ฅ 2 ๐ฆ + 2! ๐ฅ 2 ๐ฆ 2 + 3! ๐ฅ 2 ๐ฆ 3 . . . . = . . 1 1 ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ 2 1 + ๐ฆ + 2! ๐ฆ 2 + 3! ๐ฆ 3 + โฏ . Jadi, metode iterasi variasional dari persamaan (4.53) berlaku ๐ข ๐ฅ, ๐ฆ = lim๐→∞ ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ฆ . Solusi eksak dari persamaan (4.53) adalah ๐ข ๐ฅ, ๐ฆ = ๐ฅ 2 ๐ ๐ฆ . Contoh 4.3 Gunakan metode iterasi variasional untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial homogen berikut ini ๐ข๐ก + ๐๐ข๐ฅ = 0, ๐ข ๐ฅ, 0 = ๐ฅ, dimana c bernilai konstan. (4.62) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102 Solusi Dari persamaan (4.62) dapat dibentuk suatu fungsi koreksi seperti pada persamaan (4.2) sehingga dapat dituliskan sebagai berikut ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ก = ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ก + ๐ก 0 ๐(๐ ) ๐๐ข ๐ (๐ฅ,๐ ) ๐๐ +๐ ๐ลฉ๐ (๐ฅ,๐ ) ๐๐ฅ ๐๐ . (4.63) Jika persamaan (4.63) diturunkan terhadap ๐ข๐ , maka persamaan tersebut menjadi ๐ฟ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ก = ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ก + ๐ฟ ๐ก 0 ๐(๐ ) ๐๐ข ๐ (๐ฅ,๐ ) ๐๐ ๐๐ + ๐ฟ ๐ก ๐ 0 ๐ ๐ ๐ลฉ๐ (๐ฅ,๐ ) ๐๐ฅ ๐๐ , (4.64) dimana ลฉ๐ ๐ฅ, ๐ฆ sebagai variasi terbatas dan ๐ฟลฉ๐ ๐ฅ, ๐ฆ = 0 seperti syarat pada variasi terbatas, maka persamaan (4.64) menjadi sebagai berikut ๐ฟ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ก = ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ก + ๐ฟ ๐ก 0 ๐(๐ ) ๐๐ข ๐ (๐ฅ,๐ ) ๐๐ ๐๐ . (4.65) Kemudian, kita menggunakan integral parsial seperti pada persamaan (4.3) dan pada cara yang terdapat pada penjelasan bab II. Persamaan (4.65) menjadi ๐ฟ๐ข๐+1 ๐ฅ, ๐ก = 1 + ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ |๐ =๐ฆ − ๐ฟ = 1 + ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ |๐ =๐ฆ − ๐ฟ 0 = 1 + ๐ ๐ฟ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ |๐ =๐ฆ − ๐ฟ ๐ก 0 ๐′ ๐ข๐ (๐ฅ, ๐ )๐๐ ๐ก ′ ๐ 0 ๐ก 0 ๐ข๐ ๐′ ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ ๐๐ − 0 ๐ฅ, ๐ ๐๐ . (4.66) Dari persamaan (4.66) diperoleh kondisi stasioner sebagai berikut ๐ข๐ ๐ , ๐ฆ : ๐′ ๐ = 0, 1 + ๐ ๐ = 0. (4.67a) (4.67b) Persamaan (4.67b) dijabarkan agar menjadi persamaan (4.67a) sebagai berikut 1+๐ ๐ =0 ๐ ๐ = −1 ๐ ๐๐ ๐(๐ ) = ๐ ๐๐ ๐′ ๐ = 0. (−1) (4.68) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103 Persamaan (4.68) tersebut adalah nilai pengali Lagrange. Sekarang, kita substitusikan nilai pengali ๐ = −1 Lagrange ke fungsi persamaan (4.68) menjadi ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ก = ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ก − ๐ก ๐๐ข ๐ ๐ฅ,๐ 0 ๐๐ +๐ ๐๐ข ๐ ๐ฅ,๐ ๐๐ฅ ๐๐ . (4.69) Persamaan (4.69) dapat dituliskan menjadi rumus iterasi sebagai berikut ๐ข๐ +1 ๐ฅ, ๐ก = ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ก − Kita memilih ๐ก ๐๐ข ๐ (๐ฅ,๐ ) 0 ๐๐ +๐ ๐ข0 ๐ฅ, ๐ก = ๐ข ๐ฅ, 0 = ๐ฅ dari ๐๐ข ๐ (๐ฅ,๐ ) ๐๐ฅ ๐๐ , ๐ ≥ 0. kondisi yang (4.70) diberikan. Substitusikan ๐ข0 ๐ฅ, ๐ก = ๐ข ๐ฅ, 0 = ๐ฅ ke persamaan (4.70) dan kita dapatkan pendekatan sebagai berikut ๐ข0 ๐ฅ, ๐ก = ๐ฅ, ๐ข1 ๐ฅ, ๐ก = ๐ข0 ๐ฅ, ๐ก − ๐ก ๐๐ข 0 (๐ฅ,๐ ) 0 ๐๐ =๐ฅ− ๐ก (0 0 =๐ฅ− ๐ก (๐)๐๐ 0 +๐ ๐๐ข 0 (๐ฅ,๐ ) +๐ ๐๐ข 1 (๐ฅ,๐ ) ๐๐ฅ ๐๐ , + ๐. 1)๐๐ = ๐ฅ − [๐๐ ]๐ก0 = ๐ฅ − [๐๐ก] = ๐ฅ − ๐๐ก ๐ข1 ๐ฅ, ๐ก = ๐ฅ − ๐๐ก, ๐ข2 ๐ฅ, ๐ก = ๐ข1 ๐ฅ, ๐ก − ๐ก ๐๐ข 1 (๐ฅ,๐ ) 0 ๐๐ = ๐ฅ − ๐๐ก − ๐ก (−๐ 0 = ๐ฅ − ๐๐ก − ๐ก (0)๐๐ 0 ๐ข2 ๐ฅ, ๐ก = ๐ฅ − ๐๐ก, + ๐. 1)๐๐ ๐๐ฅ ๐๐ , PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ๐ข3 ๐ฅ, ๐ก = ๐ข2 ๐ฅ, ๐ก − ๐ก ๐๐ข 2 (๐ฅ,๐ ) 0 ๐๐ = ๐ฅ − ๐๐ก − ๐ก (−๐ 0 = ๐ฅ − ๐๐ก − ๐ก (0)๐๐ 0 +๐ ๐๐ข 2 (๐ฅ,๐ ) ๐๐ฅ ๐๐ , + ๐. 1)๐๐ ๐ข3 ๐ฅ, ๐ก = ๐ฅ − ๐๐ก, . . . . . = . ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ก = ๐ฅ − ๐๐ก. Jadi, metode iterasi variasional dari persamaan (4.62) berlaku ๐ข ๐ฅ, ๐ก = lim๐→∞ ๐ข๐ ๐ฅ, ๐ก . Solusi eksak dari persamaan (4.62) adalah ๐ข ๐ฅ, ๐ก = ๐ฅ − ๐๐ก. 104 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada bagian ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dari permasalahan dan pembahasan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil adalah sebagai berikut. 1. Metode iterasi Picard merupakan suatu metode iterasi yang menghasilkan suatu solusi secara analitik maupun numerik pada suatu masalah nilai awal. Penyelesaian dari metode iterasi Picard dengan cara menentukan hampiran (pendekatan) dari solusi umum berdasarkan langkah-langkah iterasi. Langkah-langkah untuk merumuskan metode iterasi Picard hampir sama dengan metode Euler hanya saja pada metode Euler memiliki kemiringan (slope). Langkah-langkah untuk mencari solusi pendekatan dari persamaan diferensial biasa dengan menggunakan metode iterasi Picard adalah sebagai berikut (a). Memilih fungsi konstan ๐0 sebagai pendekatan ke nol berdasarkan nilai awal pada persamaan yang diketahui. (b). Mensubstitusikan persamaan yang diketahui pada soal ke rumus iterasi Picard. (c). Menggunakan rumus iterasi Picard untuk mendapatkan nilai solusi pendekatan yang diinginkan, misalnya ingin mencari nilai pendekatan 105 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106 ๐1 , ๐2 , ๐3 , … dan seterusnya hingga membentuk suatu sistem barisan yang konvergen menuju ke solusi eksak (sebenarnya). 2. Metode iterasi variasional sangat efektif dan tepat sehingga dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan mengenai persamaan diferensial biasa nonlinear serta persamaan diferensial parsial nonhomogen maupun homogen. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan metode iterasi variasional yaitu metode ini dapat memberikan perkiraan analisis yang baik untuk persamaan terurai panjang dan rumit dari persamaan nonlinear sehingga dapat mengakibatkan perhitungan numerik besar. Dengan menggunakan metode ini kita dapat menemukan solusi yang tepat dalam berbagai macam masalah karena teknik ini sangat kuat dan efisien. Langkah-langkah untuk merumuskan fungsi koreksi pada metode iterasi variasional tidak jauh beda dengan metode iterasi Picard. Hal yang membedakan antara metode iterasi Picard dengan metode iterasi variasional terletak pada fungsi koreksi rumus iterasi variasional terdapat pengali Lagrange. Pengali Lagrange tersebut akan dicari menggunakan langkah-langkah seperti metode Newton. Setelah mendapat nilai dari pengali Lagrange, maka nilai itu disubtitusikan pada fungsi koreksi sehingga solusi dari metode iterasi variasional dapat dicari. Langkahlangkah dalam mencari solusi pendekatan dari persamaan diferensial biasa maupun parsial dengan menggunakan metode iterasi variasional adalah sebagai berikut PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107 (a). Membentuk suatu fungsi koreksi berdasarkan persamaan umum iterasi variasional dari persamaan yang diketahui. (b). Menurunkan fungsi koreksi tersebut terhadap ๐ข๐ dengan melibatkan ลฉ๐ ๐ฅ, ๐ฆ sebagai suatu variasi terbatas, yang berarti ๐ฟลฉ๐ ๐ฅ, ๐ฆ = 0, seperti syarat pada variasi terbatas. (c). Dengan menggunakan teknik pada integral parsial untuk mendapatkan nilai kondisi stasioner. Kondisi stasioner tersebut memiliki syarat yaitu turunan dari persamaan yang diketahui sama dengan nol. (d). Dari kondisi stasioner, dapat diperoleh suatu nilai pengali Lagrange yang optimal. Nilai pengali Lagrange tersebut disubstitukan ke dalam suatu fungsi koreksi. Setelah itu, mendapat suatu fungsi koreksi dari persamaan iterasi variasional yang memiliki solusi pendekatan. Rumus iterasi tersebut memiliki syarat ๐ ≥ 0. (e). Memilih syarat awal dari persamaan yang diketahui pada soal. Mensubstitusikan syarat awal ke suatu fungsi koreksi dari persamaan iterasi variasional. Dari fungsi koreksi tersebut mendapatkan solusi pendekatan yang diinginkan misalnya ingin mencari solusi pendekatan ๐ข1 , ๐ข2 , ๐ข3 . Solusi pendekatan dari rumus iterasi variasional lamakelamaan menuju ke solusi eksak (sebenarnya). Oleh karena itu, solusinya akan membentuk sistem barisan fungsi yang konvergen. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108 B. Saran Berdasarkan pembahasan pada skripsi ini, maka penulis memiliki saran agar penelitian ini terus dikembangkan oleh penulis-penulis lain maupun para pembaca. Hal yang perlu dikembangkan untuk penulisan skripsi selanjutnya adalah menggunakan metode iterasi Picard dan metode iterasi variasional pada persamaan diferensial biasa orde tinggi maupun pada persamaan diferensial parsial orde tinggi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109 DAFTAR PUSTAKA Arcana, N. dkk. (1983). Teknik-teknik Pengintegralan. Solo: Tiga Serangkai. Aryati, L. (2011). Diktat Pengantar Persamaan Diferensial Parsial. Yogyakarta: FMIPA UGM. Aryati, L. dkk. (2013). Diktat Persamaan Diferensial Elementer. Yogyakarta: FMIPA UGM. Batiha, B., Noorani M.S.M., & Hashim, I, “Application of Variational Iteration Method to a General Riccati Equation, ”International Mathematics Forum, 2(56): pp 2759-2770, 2007. He, J.H., ”A New Approach to Nonlinear Partial Differential Equations, ”Communications in Nonlinear Science & Numerical Simulation, vol 2, no 4, pp 230-235, 1997. He, J.H., ”Variational Iteration Method-Some Recent Results and New Intrepretations, “Journal of Computational and Applied Mathematics, 207, pp 3-17, 2007. Inokuti, M., Sekine, H. & Mura, T., ”General Use of the Lagrange Multiplier in Nonlinear Mathematical Physics, in S Nemat-Nasser (Ed), ”Variational Method in the Mechanics of Solid, Pergamon Press, New York, pp 156162, 1978. Kartono. (2012). Persamaan Diferensial Biasa. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kreyszig, E. (1999). Advanced Engineering Mathematics. John Wiley & Sons, New York. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110 Lusiana, E., dkk, ”Penyelesaian Persamaan Diferensial Biasa Taklinear Orde Satu Menggunakan Metode Iterasi Variasional, ”Buletin Ilmiah Matematika Statistika dan Terapannya (Bimaster), vol 03, no.1, hal 69-76, 2014. Marwan & Munzir, S. (2009). Persamaan Diferensial. Yogyakarta: Graha Ilmu. Matinfar, M. & Nodeh, S.J., ”Application of He’s Variational Iteration Method to a Abelian Differential Equation, ”Journal of Application Mathematics, 7(4): pp 71-75, 2011. Munir, R. (2008). Metode Numerik. Bandung: Informatika Bandung. Nugroho, D.B (2011). Persamaan Diferensial Biasa dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purcell, E.J. & Varberg, D. (1987). Kalkulus dan Geometri Analisis Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Purcell, E.J. & Varberg, D. (1987). Kalkulus dan Geometri Analisis Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Purwanto, E.B. (2008). Perancangan dan Analisis Algoritma. Yogyakarta: Graha Ilmu. Prawirosusanto, S. (1997). Pengantar Metode Numerik. Yogyakarta: Aditya Media. Ross, S.L. (2004). Differential Equations. New York: John Wiley & Sons. Setiawan, A. (2006). Pengantar Metode Numerik. Yogyakarta: Andi Offset. Wazwaz, A.M. (2009). Partial Differential Equations and Solitary Waves Theory. New York: Springer.