LITERAT No. 31 Tahun 2010 ISSN: 1411–2566 Prawacana Bismillahirrohmanirrohiim, Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh, Pada bulan Maret tahun ini, Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas (JIKK) Akademi Kebidanan Ar Rahmah hadir dengan sejumlah hasil kajian dan penelitian para dosen, baik dosen AKBID Ar Rahmah maupun dosen perguruan tinggi lainnya, yang dengan senang hati berbagi wawasan dan pengetahuan mereka demi meningkatkan kualitas keilmuan di bidang kebidanan di bumi pertiwi ini. Mengawali JIKK edisi ke-5 ini, Ajeng Widyastuti memaparkan tentang Pengetahuan Bidan Desa Tentang Partograf Di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Mei Tahun 2011. Tulisan Selanjutnya, Nunung Kanianingsih yang memaparkan mengenai Pengetahuan Akseptor KB Tentang Kontrasepsi Implan Di Puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat. Tak kalah menarik, Yuliustina memaparkan tentang Gambaran Pengetahuan Bidan Tentangatonia Uteri Di Rumah Sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang Provinsi Banten. Tulisan selanjutnya, Iis Wahyuni mengkaji tentang Hubungan Karakteristik Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Di Desa Biru Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Selanjutnya, Irma Rosliani Dewi memaparkan mengenai Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung. Tulisan selanjutnya, Diah Nurmayawati menguraikan tentang Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Ketuban Pecah Dini. Tulisan terakhir, Sundari mengkaji tentang Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Tak hentinya kami mengajak pembaca dari semua kalangan untuk senantiasa menggunakan JIKK sebagai media publikasi hasil kajian dan penelitian. Kami yakin, setiap kegiatan ilmiah yang telah dilakukan akan terasa lebih bermanfaat tatkala dipublikasikan dan menjadi konsumsi masyarakat ilmiah. Oleh karena itu, kami tunggu karya Anda untuk edisi JIKK selanjutnya. Akhir kata, sajian JIKK edisi kali ini diharapkan bermanfaat dan senantiasa membuka cakrawala informasi bagi Anda. Selamat membaca! Billahittaufiq walhidayah, Wassalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh. Penyunting. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 1 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 05 Tahun 2013 jikk Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Nomor 05 Tahun 2013, ISSN: 2356-5454 Diterbitkan oleh, Ar Rahmah Press Akademi Kebidanan Ar Rahmah – Bandung Penanggung Jawab Hj. Diah Nurmayawati Ketua Penyunting Yuliati Wakil Ketua Penyunting Andi Laksana B Anggota Esti Hitatami Sundari Desra Amelia Irma Rosliani Dewi Iis Wahyuni Widyastuti Nunung Kanianingsih Winarni Ajeng Windyastuti JM Weking Yuliustina Mitra Bestari (Penyunting Ahli) Elvi Era Liesmayani (AKBID Panca Bhakti) Widyah Setyowati (STIKES Ngudi Waluyo U) Titiek Soelistyowatie (Unika Atma Jaya) Ari Murdiati (Univ. Muhammadiyah Semarang) Lingga Kurniawati (POLTEKKES Semarang) Frida Cahyaningrum (STIKES Karya Husada) Crismis Novalina Ginting (Univ. Gadjah Mada) Santy Deasy Siregar (Univ. Sumatera Utara) Deby Novita Siregar (STIKes Helvetia) Jupri Kartono (AKBID Panca Bhakti) Aries Cholifah (Univ. Negeri Surakarta) Setting Layout & Sirkulasi M. Andriana Gaffar Yadi Firmansyah Hamdan Hidayat Hamdani Fitriasukma Ekaputra Hal | 2 Daftar Isi PENGETAHUAN BIDAN DESA TENTANG PARTOGRAF DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG MEI TAHUN 2011 oleh Ajeng Widyastuti ... 3 PENGETAHUAN AKSEPTOR KB TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS CIPEUNDEUY BANDUNG BARAT oleh Nunung Kanianingsih ... 11 GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANGATONIA UTERI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH PANDEGLANG PROVINSI BANTEN oleh Yuliustina ... 16 HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI DESA BIRU KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG oleh Iis Wahyuni ... 23 PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG oleh Irma Rosliani Dewi ... 29 PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG KETUBAN PECAH DINI oleh Diah Nurmayawati ... 34 PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU DR. M. GOENAWAN PARTOWIDIGDO CISARUA BOGOR oleh Sundari ... 42 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 ISSN: 2356-5454 PENGETAHUAN BIDAN DESA TENTANG PARTOGRAF DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG MEI TAHUN 2011 Oleh Ajeng Windyastuti ABSTRAK Mortalitas dan Morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. AKI dan AKB di Propinsi Jawa Barat masih tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional yaitu 321/100.000 kelahiran hidup dan AKB 43/1000 Kelahiran Hidup. Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah adanya peran dan fungsi bidan yang adekuat dalam menolong persalinan. Peran bidan sebagai pelaksana dalam proses persalinan merupakan salah satu faktor penting untuk menurunkan kematian ibu dan bayi, untuk itu diperlukan alat bantu / pedoman persalinan untuk menilai kemajuan persalinan dan mendeteksi adanya komplikasi dan penyimpangan pada persalinan yaitu partograf. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan bidan desa tentang partograf berdasarkan pengetahuan pendidikan, masa kerja dan pelatihan APN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode descriptif dengan jumlah sample sebanyak 72 orang bidan desa di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Tekhnik pengumpulan data dengan menggunakan lembar kusioner yang sudah terstandar dengan mengacu tinjauan teoritis, sedangkan tekhnik analisa data dengan menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 65% bidan desa berpengetahuan baik, Dari jumlah bidan berpengetahuan baik dalam penggunaan partograf 75% ditinjau dari jumlah masa kerja lebih dari 9 tahun. Didapatkan pula dari bidan 26% Bidan yang belum pelatihan APN dan 74% Bidan yang sudah mengikuti pelatihan APN. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar bidan desa pergetahuannya sudah baik. Saran bagi semua bidan agar lebih peduli dalam penggunaan partograf dan menjadikan partograf sebagai stándar baku dalam manajemen persalinan serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya Kata kunci : Deskriptif, Bidan desa. PENDAHULUAN Latar belakang Mortalitas dan Morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang.AKI dan AKB di Indonesia tertinggi di kawasan Asia. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2006, AKI di Indonesia masih berada pada angka 262/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya Angka Kematian Bayi Baru Lahir/neonatal dengan jumlah 35/1000 kelahiran hidup Hal ini menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan, dimana Depkes menargetkan pada tahun 2012 AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data Balai Pusat Statistik (BPS) AKI di Jawa Barat pada tahun 2008 adalah 321/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB 43/1000 kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Jabar). Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bandung selama ini belum didapat karena masih menggunakan AKI Jawa Barat. Salah satu faktor terpenting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut, adalah penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat difokuskan pada Tiga Pesan Kunci Making Pregnancy Safer, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Saifuddin, 2002). Penyebab langsung kematian ibu di Jawa Barat masih karena komplikasi seperti Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 3 ISSN: 2356-5454 perdarahan, eklamsi dan infeksi merupakan penyebab utama tingginya angka kematian ibu di negara berkembang. Penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir di sebabkan karena “3 terlambat dan 4 terlalu“. 3 terlambat yaitu terlambat mengenali bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapat pertolongan yang cepat, tepat di fasilitas pelayanan kesehatan. 4 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak. Selain itu AKI dan AKB juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2002). Berdasarkan penyebab tidak langsung kematian AKI dan AKB tersebut di atas, Peran bidan sebagai pelaksana dalam proses persalinan merupakan salah satu faktor penting untuk keselamatan ibu dan bayi, untuk itu diperlukan suatu cara sebagai pedoman bidan dalam menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Suatu alat atau cara tersebut adalah partograf, sehingga para bidan dapat mendeteksi jika ada penyimpangan atau masalah dalam persalinan (JNPK-KR, 2007). Mengingat pentingnya dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap profesionalismenya, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi pengetahuan bidan dalam penggunaan partograf, sehingga dapat mendiagnosa secara dini terhadap kasus-kasus persalinan patologis yang dapat menekan angka kematian maternal dan perinatal. Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin. Partograf juga dapat meningkatkan mutu serta keteraturan pemantauan janin dan ibu selama persalinan (JNPK-KR, 2007). Partograf harus digunakan selama proses persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, BPS, rumah sakit dll). Partograf juga harus digunakan oleh semua penolong persalinan (Spesialis Obstetri, Hal | 4 jikk Nomor 05 Tahun 2013 Bidan, Dokter umum, Residen, Mahasiswa Kedokteran maupun kebidanan). Pemanfaatan partograf di Indonesia digalakan antara tahun 1994 – 1995 oleh Departemen Kesehatan melalui Direktorat Bina Kesehatan Keluarga (JNPK-KR, 2007). Penggunaan partograf di institusi resmi pemerintah telah sebagian besar dilakukan, begitu pula di tempat praktek swasta, tapi hal itu tidak menutup kemungkinan penggunaan partograf belum sepenuhnya dilakukan (Krisnadi, 2005). Pada tahun 2007 dilaksanakan pelatihan ”Desa Siaga” bagi 150 bidan desa yang di tindaklanjuti dengan evaluasi keterampilan dalam menggunakan partograf. Dari 150 bidan yang evaluasi dan memiliki kualifikasi mahir/kompeten dalam penggunaan partograf hanya 35 orang (23,3%) (DinKes Kab. Bandung 2007). Dengan berbagai faktor yang ada pada bidan tersebut maka penggunaan partograf sebagai standar manajemen persalinan belum menyeluruh dilaksanakan sebagaimana diharapkan. Data pada bulan maret 2011 di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung jumlah seluruh bidan desa ada 263 orang yang tersebar di 31 kecamatan/UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) dan 61 puskesmas dengan masing-masing Puskesmas mempunyai 1 orang bidan koordinator. Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai ”pengetahuan bidan desa tentang partograf di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung” PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai pengetahuan bidan tentang partograf ditinjau dari pengetahuan, pendidikan, masa kerja dan pelatihan. Penelitian ini dilakukan pada 72 responden pada bulan mei 2011, dengan hasil sebagai berikut : Distribusi Pengetahuan Bidan Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 ISSN: 2356-5454 Tabel 1 Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang partograf di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Mei 2011 Pengetahuan partograf Baik Cukup bidan tentang Frekuensi Presentase 47 23 65 32 Kurang 2 3 Total 72 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel di atas dapat pengetahuannya cukup 23 orang (32%) dan diketahui bahwa dari jumlah bidan 72 orang, pengetahuannya kurang 2 orang (3%). bidan yang pengetahuannya baik tentang Distribusi Pengetahuan Bidan Berdasarkan partograf sebanyak 47 orang (65%) yang Pendidikan Tabel 2 Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang partograf berdasarkan pendidikan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Mei 2011 Pendidikan Pengetahuan Baik n Σ Cukup Kurang % n % n % N D1 Kebidanan 3 60 2 40 0 0 5 D3 Kebidanan 44 66 21 31 2 3 67 Total 47 23 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari pendidikan Bidan D1 sebanyak 5 orang, diketahui 3 orang (60%) pengetahuannya baik dan 2 orang (40%) pengetahuannya cukup. Sedangkan dari pendidikan Bidan D3 sebanyak 67 orang, 2 Total % 100 100 72 diketahui 44 orang (66%) pengetahuannya baik, 21 orang (31%) pengetahuannya cukup dan 2 orang (3%) pengetahuannya kurang. Distribusi Pengetahuan Bidan Berdasarkan Masa kerja Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 5 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 05 Tahun 2013 Tabel 3 Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang partograf berdasarkan masa kerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Mei 2011 Masa kerja Pengetahuan Σ Total Baik Cukup Kurang n % n % n < 3 tahun 20 65 10 32 1 6-9 tahun 15 60 9 36 1 4 > 9 tahun 12 75 4 25 0 0 Total 47 23 % 3 % 31 100 25 100 16 2 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa Bidan dengan masa kerja kurang dari 3 tahun 20 (65%) orang pengetahuannya baik, 10 orang (32%) pengetahuannya cukup dan 1 orang (3%) pengetahuannya kurang Bidan dengan masa kerja 6-9 tahun 15 orang (60%) N 100 72 pengetahuannya baik, 9 orang (36%) pengetahuannya cukup dan 1 orang (4%) pengetahuannya kurang. Bidan dengan masa kerja lebih dari 9 tahun 12 orang (75%) pengetahuannya baik dan 4 orang (25%) pengetahuannya cukup. Distribusi Pengetahuan Bidan Berdasarkan Pelatihan Tabel 4 Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang partograf berdasarkan pelatihan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Mei 2011 Pelatihan Pengetahuan Σ Total Baik Cukup Kurang n % n % n % N % Belum pelatihan 10 53 7 37 2 10 19 100 Sudah pelatihan 37 70 16 30 0 0 53 100 Total 47 23 Sumber : Data Primer Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa 19 orang Bidan yang belum pelatihan APN, diketahui 10 orang (53%) pengetahuannya baik, 7 orang (37%) pengetahuannya cukup dan 2 orang (10%) pengetahuannya kurang. Sedangkan Bidan yang sudah mengikuti pelatihan APN 53 orang, diketahui 37 orang (70%) Hal | 6 2 72 pengetahuannya baik dan 16 orang (30%) pengetahuannya cukup. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan bidan desa tentang partograf di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung didapatkan hasil sebagai berikut : 1 Pengetahuan Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dari responden 72 orang bidan desa yang bekerja di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, bidan yang pengetahuannya baik tentang partograf 47 orang (65%), bidan yang pengetahuannya cukup 23 orang (32%) dan bidan yang pengetahuannya kurang 2 orang (3%). Ini menandakan sebagian besar dari bidan desa sudah mengetahui pentingnya partograf dalam menolong persalinan namun walaupun hasilnya demikian masih terdapat kesenjangan di beberapa pertanyaan pada kusioner yang jawabannya tidak tepat di antaranya pada pertanyaan partograf digunakan pada persalinan apa, masih banyak yang menjawab hanya pada persalinan normal padahal seharusnya pada persalinan dengan penyulit juga harus menggunakan partograf, pada pertanyaan persalinan normal berada dimanakah garis rekaman pembukaan atau dilatasi serviks pada partograf, masih banyak yang menjawab kanan / kiri garis waspada padahal seharusnya pada garis waspada, pada pertanyaan waktu setiap kotak dalam partograf bernilai, masih banyak yang menjawab 30 menit padahal yang seharusnya 60 menit. Pengetahuan tentang partograf sangatlah penting, karena partograf dapat membantu dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik dalam persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit, sehingga apabila partograf ini tidak digunakan dapat memungkinkan terjadinya keterlambatan pengambilan keputusan dalam proses persalinan atau partus lama dan komplikasi pada saat proses persalinan tidak dapat dideteksi secara dini. Pengetahuan dan pendidikan merupakan indikator yang penting bagi seseorang bidan sebagai pengalaman berharga untuk menerapkan dan mengaplikasikan dalam pelayanan kebidanan (Henderson, 2006). 2 Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, dari 72 ISSN: 2356-5454 bidan yang diteliti, bidan berpendidikan D1 ada 5 orang (7%) dan bidan berpendidikan D3 ada 67 orang (93%). dapat diketahui bahwa dari bidan dengan pendidikan D1 terdapat 3 orang (60%) pengetahuannya baik dan 2 orang (40%) pengetahuannya cukup. Sedangkan bidan dengan pendidikan D3 terdapat 44 orang (66%) pengetahuannya baik, 21 orang (31%) pengetahuannya cukup dan 2 orang (3%) pengetahuannya kurang. Jika dilihat dari data di atas, diketahui bahwa bidan yang berpendidikan D1 mempunyai pengetahuan yang lebih besar dalam penggunaan partograf dibanding dengan bidan yang berpendidikan D3. Hal ini disebabkan ada faktor yang mempengaruhi terhadap pengetahuan bidan dalam penggunaan partograf, diantaranya adalah motivasi dan pelatihan, khususnya pelatihan yang mengajarkan tentang bagaimana cara menggunakan partograf, karena penggunaan partograf wajib diketahui oleh semua penolong persalinan yang obgyn, bidan, dokter umum/residen dan mahasiswa kedokteran (Krisnadi S, 2005) Pentingnya penggunaan partograf tidak dijadikan suatu acuan sebagai alat bantu penolong persalinan, hal ini dapat disebabkan kepedulian dan keterampilan bidan dalam penatalaksanaan partograf belum maksimal. Akibatnya, dapat memungkinkan terjadinya keterlambatan pengambilan keputusan dalam proses persalinan atau partus lama dan komplikasi pada saat proses persalinan tidak dapat dideteksi secara dini. Pendapat diatas tidak sesuai dengan pemahaman seorang bidan dalam menginterpretasikan tindakan dan kemampuan untuk menerapkan materi yang didapat terhadap situasi atau kondisi nyata. Selain itu salah satu penyebab bidan tidak menggunakan partograf dapat disebabkan karena kurangnya fasilitas yaitu tidak adanya penyediaan partograf dan pengawasan dari pihak rumah sakit serta tidak adanya hukuman dan penghargaan bagi bidan dalam pelaksanaan standar yang ditetapkan, sehingga bidan merasa tidak mempunyai motivasi untuk melakukan Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 7 ISSN: 2356-5454 tindakan yang sesuai dengan standar. Menurut Siegall (1998) bahwa orang akhirnya akan berhenti melakukan hal-hal yang tidak mempunyai hasil yang memberikan penghargaan ataupun hukuman. Hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan kemampuan, penampilan, atau perilakunya. Selanjutnya, perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap, atau keterampilannya. Namun demikian perubahan pengetahuan dan sikap ini belum merupakan jaminan terjadinya perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2002). 1. Masa Kerja Berdasarkan hasil penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Dari 72 bidan yang diteliti, bidan dengan masa kerja kurang dari 3 tahun ada 31 orang, 20 orang (65%) pengetahuannya baik, 10 orang (32%) pengetahuannya cukup dan 1 orang (3%) pengetahuannya kurang. Bidan dengan masa kerja 6-9 tahun ada 25 orang, 15 orang (60%) pengetahuannya baik, 9 orang (36%) pengetahuannya cukup dan 1 orang (4%) pengetahuannya kurang. Bidan dengan masa kerja lebih dari 9 tahun ada 16 orang, sebagian besar (75%) dari jumlah bidan tersebut pengetahuannya baik tentang partograf. Bidan dengan masa kerja yang lama, sebagian besar sudah mengikuti pelatihanpelatihan yang salah satunya berhubungan dengan partograf, juga karena tuntutan pekerjaan bidan dalam tugas sehari-hari dalam menolong persalinan. Pekerjaan diperkirakan ada kaitannya dengan arah pencarian informasi. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman orang lain terhadap pengetahuan yang dapat mempengaruhi perilaku saat ini atau kemudian hari (Notoatmodjo, 2002). 4. Pelatihan Berdasarkan hasil penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, dari 72 bidan yang menjadi responden, diketahui 53 orang (74%) bidan yang telah pelatihan APN dan 19 orang (26%) bidan yang belum pelatihan APN. Hal | 8 jikk Nomor 05 Tahun 2013 Dari 53 orang bidan yang telah pelatihan APN, 37 orang (70%) bidan pengetahuannya baik dan 16 orang (30%) bidan pengetahuannya cukup. Sedangkan dari 19 orang bidan yang belum pelatihan APN, terdapat 10 orang (53%) bidan yang pengetahuannya baik, 7 orang (37%) bidan pengetahuannya cukup dan 2 orang (10%) bidan pengetahuannya kurang. Diketahui bahwa bidan yang telah pelatihan APN sebagian besar (70%) pengetahuannya baik, sementara bidan yang belum pelatihan APN ada 10% yang pengetahuannya kurang tentang partograf. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa dalam pelatihan APN dilatih juga tentang partograf sehingga bidan memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai partograf. Pelatihan APN adalah bentuk pelatihan keterampilan klinik yang dirancang untuk menghasilkan petugas kesehatan maupun semua pelaksana asuhan persalinan mampu melaksanakan pertolongan persalinan yang bersih dan aman sehingga ibu bersalin dan bayi baru lahir mendapat asuhan yang efektif dan berkualitas tinggi. (JNPK- KR, 2007) PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari analisa bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengetahuan bidan tentang partograf yang berpengetahuan baik sebanyak 47 orang (65%), walau masih terdapat kesenjangan pada beberapa jawaban kusioner namun sebagian besar dari bidan desa sudah mengetahui pentingnya partograf sebagai standar manajemen persalinan 2. Ditinjau dari tingkat pendidikan didapatkan bahwa bidan yang berpendidikan D1 maupun bidan yang berpendidikan D3 mempunyai pengetahuan yang sama baik mengenai partograf dilihat dari data bidan yang Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 berpendidikan D1 yang mempunyai pengetahuan baik 3 orang (60 %) tentang partograf dan bidan yang berpendidikan D3 yang berpengetahuan baik 44 orang (66%). 3. Bidan dengan masa kerja lebih dari 9 tahun ada 16 orang, sebagian besar 12 orang (75%) dari jumlah bidan tersebut pengetahuannya lebih baik dalam penggunaan partograf dibanding dengan bidan yang masa kerjanya kurang dari 9 tahun hal ini disebabkan karena bidan tersebut sudah mengikuti pelatihan APN dan karena pengalaman yang semakin bertambah, juga tuntutan pekerjaan bidan dalam melaksanakan tugas sehari-hari. 4. Bidan yang telah pelatihan APN 37 orang (70%) pengetahuannya baik, sementara bidan yang belum pelatihan APN masih ada 2 orang 10% yang pengetahuannya kurang dalam penggunaan partograf. Pengetahuan dan pendidikan merupakan indikator yang penting bagi seseorang bidan sebagai pengalaman berharga untuk menerapkan dan mengaplikasikan dalam pelayanan kebidanan (Henderson, 2006). Kecakapan dan keahlian bidan sebagai tenaga kesehatan profesional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap (PP IBI, 2001). Saran Institusi pendidikan Diharapkan agar mahasiwa lebih peduli dalam penggunaan partograf dan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa diberikan pelatihanpelatihan tentang asuhan persalinan normal yang mencakup didalamnya tentang pemahamam penggunaan partograf ataupun dalam pengisian partograf . Fasilitas Kesehatan ISSN: 2356-5454 Diharapkan kepada pemegang kebijakan yang terkait dibidangnya yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, agar selalu mensosialisasikan kepada semua bidan desa akan pentingnya penggunaan partograf dalam setiap memberikan pertolongan persalinan sebagai standar baku yang harus diterapkan dalam managemen persalinan dan selalu dilampirkan dalam status sebagai rekam medik. Peneliti Diharapkan dengan adanya penelitian ini penulis lebih memahami tentang pentingnya partograf sehingga penulis dapat mendiagnosa secara dini terhadap kasus-kasus persalinan patologis yang dapat menekan angka kematian maternal dan perinatal. Bidan Diharapkan bagi bidan agar lebih peduli dalam penatalaksanaan partograf dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya dalam penggunaan partograf dengan mengikuti pelatihan-pelatihan tentang asuhan persalinan normal yang mencakup penggunaan partograf. REFERENSI Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Henderson, Christine. (2006). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Hidayat, Alimul Aziz (2007). Metode Penelitian Kebidanan Dan teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta IBI.(2003). Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. IBI. (2003). Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI . JNPK- KR, ( 2007), Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, edisi revisi. Jakarta Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 9 jikk ISSN: 2356-5454 Krisnadi, S.R, Mose, Effendi.(2005). Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Hasan Sadikin. Bandung: FK Unpad RS Dr. Hasan Sadikin. Mochtar, Rustam.(1998). Sinopsis Obstetri dan Obstetri Sosial, jilid 2. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Edisi revisi: Rineka Cipta. Saifuddin, (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Hal | 10 Nomor 05 Tahun 2013 Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta Sarjono, Bambang. (2004). Kebijakan Depkes Terhadap Program Pendidikan Bidan di Indonesia. Bandung Simanjutak.(2005) Etika Profesi Kebidanan Sebuah Pengantar. Fitramaya. Yogyakarta Wiraatmadja, S.(2007). Cakul Obgyn Plus. http://www.geocities.com Siswono.(2006) Kematian ibu dan bayi masih tinggi.http://www.replublika.co.id Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 ISSN: 2356-5454 PENGETAHUAN AKSEPTOR KB TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS CIPEUNDEUY BANDUNG BARAT Oleh Nunung Kanianingsih ABSTRAK Kontrasepsi implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levanorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane) dan disusukan dibawah kulit. Akseptor KB di Puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat thn 2010 berjumlah 51724 orang dan pemakai kontrasepsi implant 312 orang. Tujuannya mendapatkan pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi implan di Puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat. Diharapkan akseptor KB mengetahui tentang pengertian, keuntungan, kerugian, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari kontrasepsi implant. Penelitian ini bersifat deskriptif mengunakan tehnik pengambilan sampel secara asidental sampling, pada bulan April 2011 didapat sampel 78 akseptor KB. Didapatkan pengetahuan akseptor KB tentang pengertian KB implant yang berkategori kurang sebanyak 3 orang(3.8%), berdasarkan pengetahuan akseptor KB tentang keuntungan KB implant berkategori kurang 2 orang (2.6%), berdasarkan pengetahuan aksetor KB tentang kerugian implant berkategori kurang 12 orang (15.4%), berdasarkan pengetahuan akseptor KB tentang indikasi KB implant berkategori kurang I orang (1.3%), berdasarkan pengetahuan akseptor KB tentang kontra indikasi KB implant berkategori kurang I4 orang (17.9%), berdasarkan pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB implant berkategori kurang 45 orang (57.7%). Pengetahuan ibu tentang akseptor KB tentang KB implant dipuskesmas Cipeundeuy April 2011 dengan sampel 78 orang, dengan pengetahuan terendah tentang efek samping kontrasepsi implant sebanyak 45 orang (57,7%). Pentingnya penyuluhan/konsling pada akseptor KB tentang kontrasepsi implant Kata Kunci : Kontrasepsi Implan PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15 % - 2,49 % per tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : kelahiran (fertilitas ), kematian ( mortalitas ), dan perpindahan penduduk ( migrasi ).( Noviawati, 2009 ). Kebijakan departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”. Dewasa ini, program keluarga berencana (KB) sebagai pilar pertama, telah dianggap berhasil (Saifuddin, 2006). Berdasarkan hasil SDKI jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai 236,4 juta jiwa 119,9 juta perempuan dan 116,5 juta laki-laki). Sedangkan untuk jumlah PUS sekitar 34 juta pasangan. Presentasi KB aktif 60% dan Jumlah peserta KB berdasarkan SDKI 2006-2007 meliputi peserta KB Suntik 27,8%, PIL KB 13,2%, IUD 6,2% susuk KB 4,3%, MOW 3,7% MOP 0,4% dan Kondom 0,9% dan metode amenore laktasi (MAL) 0,1%, dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara pantang berkala 1,6%, senggama terputus 1,5% dan cara lain 0,5%. Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB Nasional yang kuat di masa mendatang sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai. ( Noviawati, 2009 ). Program keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 11 jikk ISSN: 2356-5454 perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinanan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (UU. No.10 Tahun 1992) Tingkat kesejahteraan juga dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu bagian dari program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ketahun. Pemasangan norplant/implan (susuk KB) sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 2010:602). Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung Levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silatic – silicone (polydimethylsiloxane) dan disusukan di bawah kulit (Sarwono, 2008). Jumlah PUS di propinsi Jawa Barat 8.606.098 orang. Dari data BKKBN tahun 2009 terdapat 16.86 % peserta KB baru dan 74.43 peserta KB aktif apabila dilihat perkabupaten / kotanya ternyata cakupan peserta KB aktif tertinggi di sumedang ( 83.37% ) dan terendah di kabupaten bandung barat (68.07% ). Dari data BKKBN propinsi bandung barat jumlah PUS 383.165 dengan peserta KB baru 44.852 / 11.71% dan peserta KB aktif 68.07% / 260.816 dibagi menurut kontrasepsinya yaitu IUD 12.07%, implant 10.93%, suntik 49.52%, pil 23.89%. Dari data Puskesmas Cipeundeuy tahun 2010 didapat jumlah keseluruhan akseptor KB sebanyak 51.124 orang yaitu : KB IUD 476 orang, Implant 312 orang, Suntik 46.860 orang, Pil 2.996 orang, Kondom 480 orang. Berdasarkan hasil wawancara langsung pada beberapa Akseptor KB didapatkan bahwa ibu mengatakan takut untuk menggunakan KB implan dan yang sudah menggunakan KB implan ingin dilepas sebelum waktunya karena ibu merasakan nyeri pada lengan yang dipasang implan saat Hal | 12 Nomor 05 Tahun 2013 bekerja, Sebagian ibu ternyata tidak mengetahui tentang pengertian, keuntungan, kerugian, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari KB implan walaupun di Puskesmas Cipeundeuy telah memberikan informasi melalui gambar dinding. Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengetahuan Akseptor KB Tentang Kontrasepsi Implan Di Puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ibu akseptor KB tentang kontrasepsi implant di puskesmas cipeundey bandung barat tahun 2011. Pada bab ini akan diuraikan mengenai data-data dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasilhasil pengolahan dan statistik deskriptif yang didasari oleh perhitungan statistik, dan penjelasan secara statistik dan teori. Hasil penelitian ini diperoleh dari penggumpulan data melalui kuesioner yang disebarkan kepada 78 responden. Kemudian data-data tersebut diolah dengan menggunakan analisis deskriptif (presentasi), dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dari tiap variable penelitian. PEMBAHASAN Pengetahuan ibu tentang pengertian KB implan Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dideskripsikan bahwa lebih dari setengahnya (64,1%) responden dikategorikan cukup sebagian kecil (32,1%) dikategorikan baik dan sisanya sangat sedikit (3,8%) responden dikategorikan kurang, dengan demikian sebagian dari ibu berpengetahuan cukup mengenai pengertian KB implan. Dari hasil diatas masih ada responden yang kurang mengerti mengenai pengertian KB implan, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang diterima oleh ibu tentang pengertian KB implant, yang dipengaruhi beberapa factor yaitu pendidikan, social budaya, dan adat istiadat, salah satunya adalah factor Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 pendidikan dimana sebagian besar ibu hanya tamat SLTP bahkan ada yang hanya tamat SD, dan pekerjaan ibu hanya mengurus rumah tangga tanpa mencari tahu tentang KB implant. Padahal di Puskesmas Cipeundeuy ada informasi lewat gambar yang ditempel didinding, mereka sama sekali tidak peduli. Hal tersebut diatas juga dipengaruhi factor lain seperti : pekerjaan, ekonomi, dan penerimaan informasi. Pengetahuan ibu tentang keuntungan KB implan Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dideskripsikan bahwa lebih dari setengahnya (92,3%) responden dikategorikan baik sebagian kecil (5,1%) dikategorikan cukup dan sisanya (2,6%) responden dikategorikan kurang, dengan demikian sebagian besar ibu berpengetahuan baik mengenai pengertian KB implan. Dari hasil penelitian diatas masih ada ibu yang kurang mengerti mengenai keuntungan KB implant dikarenakan kurangnya informasi yang diterima oleh ibu, pentingnya ibu mengetahui tentang keuntungan salah satunya agar ibu paham dan mau memakai KB implant. Sebaikany para tenaga kesehatan dan kader untuk lebih meningkatkan penyuluhan tentang KB implant kepada masyarakat sehingga ibu tahu tentang KB implant. Pengetahuan ibu tentang kerugian KB implant Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa responden sebanyak 42 (53,8%) berkategori baik, responden sebanyak 24 (30,8%) berkategori cukup, dan responden sebanyak 12 (15,4%) berkategori kurang. Dari hasil penelitian pengetahuan ibu tentang kerugian KB implan di puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat setengahnya berkategori baik, dan masih ada yang berpengetahuan kurang disebabkan kemungkinan kurangnya informasi tentang kerugian kontrasepsi implant serta kurangnya minat ibu dalam mencari informasi. Pengetahuan ibu tentang indikasi KB implant ISSN: 2356-5454 Berdasarkan tabel 4 diatas menujukan bahwa sebanyak 63 (83,3%) responden berkategori baik, sebanyak 12 (15,4%) responden berkategori cukup, dan sebanyak 1 (1,3%) berkategori kurang. Dari hasil penelitian pengetahuan ibu tentang indikasi KB implant di puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat lebih dari setengahnya berkategori baik.. Hasil penelitian pengetahuan ibu akseptor KB tentang kontrasepsi implant di puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat dari indikasi KB implant hampir keseluruhan responden berpengetahuan baik dan hanya sedikit yang berpengatahuan cukup dan kurang, hal ini disebabkan kemungkinan tenaga kesehatan memberi informasi tentang indikasi kontrasepsi implant dengan maksimal. Pengetahuan ibu tentang kontra indikasi KB implant Berdasarkan tabel 5 diatas menujukan bahwa sebanyak 35 (44,9%) responden berkategori baik, sebanyak 29 (37,2%) responden berkategori cukup, dan sebanyak 14 (17,9%) berkategori kurang. Dari hasil penelitian pengetahuan ibu tentang kontra indikasi KB implant di puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat kurang dari setengahnya berkategori baik. Hasil penelitian pengetahuan ibu akseptor KB tentang kontrasepsi implant di puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat dari kontra indikasi KB implant kurang dari setengahnya responden berpengetahuan baik dan sisanya berpengatahuan cukup dan kurang, hal ini disebabkan kemungkinan ibu akseptor KB kurang memahami tentang siapa saja yang tidak boleh mengunakan KB implant. Pengetahuan ibu tentang efek samping KB implant Berdasarkan tabel 6 diatas menujukan bahwa sebanyak 21 (26,9%) responden berkategori baik, sebanyak 12 (15,4%) responden berkategori cukup, dan sebanyak 45 (57,7%) berkategori kurang. Dari hasil penelitian pengetahuan ibu tentang efek samping KB implant di puskesmas Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 13 jikk ISSN: 2356-5454 Cipeundeuy Bandung Barat lebih dari setengahnya berkategori kurang. Hasil penelitian pengetahuan ibu akseptor KB tentang kontrasepsi implant di puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat dari segi efek samping KB implant kurang dari setengahnya responden berpengetahuan baik dan sisanya berpengetahuan cukup dan kurang, hal ini disebabkan kemungkinan ibu akseptor KB kurang memahami tentang efek samping KB implant. Hasil keseluruhan Pengetahuan ibu tentang KB implant Berdasarkan tabel 7 diatas menujukan bahwa sebanyak 28 (35,9%) responden berkategori baik, sebanyak 45 (57,7%) responden berkategori cukup, dan sebanyak 5 (6,4%) berkategori kurang. Dari hasil keseluruhan penelitian pengetahuan ibu tentang KB implant di puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat lebih dari setengahnya berkategori cukup. Dari hasil keseluruhan penelitian ini dapat disimpulakan bahwa akseptor KB berpengetahuan cukup dan sebagian kecil berkategori kurang maka dari itu peneliti mengharapkan untuk para tenaga kesehatan khususnya bidan yang ada di wilayah Puskesmas Cipeundeuy untuk lebih meningkatkan penyuluhan tentang KB implant agar ibu akseptor KB mengerti dan mau menggunakan KB implant serta ikut mensukseskan Gerakan KB Nasional. PENUTUP Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian mengenai pengetahuan ibu akseptor KB tentang KB implant di puskesmas Cipeundeuy Badung Barat tahun 2011 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 6.1.1 Pengetahuan responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tentang pengertian KB implant secara umum termasuk dalam kategori cukup yaitu dengan jumlah 50 responden (64,1%). 6.1.2 Pengetahuan responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tentang Hal | 14 Nomor 05 Tahun 2013 keuntungan KB implant secara umum termasuk dalam kategori baik yaitu dengan jumlah 72 responden (92,3%). 6.1.3 Pengetahuan responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tentang kerugian KB implant secara umum termasuk dalam kategori baik yaitu dengan jumlah 42 responden (53,8%). 6.1.4 Pengetahuan responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tentang indikasi KB implant secara umum termasuk dalam kategori baik yaitu dengan jumlah 65 responden (83,3%). 6.1.5 Pengetahuan responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tentang kontra indikasi KB implant secara umum termasuk dalam kategori baik yaitu dengan jumlah 35 responden (44,9%). 6.1.6 Pengetahuan responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tentang efek samping KB implant secara umum termasuk dalam kategori kurang yaitu dengan jumlah 45 responden (57,7%). 6.1.7 Pengetahuan responden dalam menjawab semua pertanyaan tentang KB implan secara umum dalam kategori cukup dengan jumlah 45 responden (57,7%) Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian tentang pengetahuan ibu akseptor KB tentang KB implant di puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat. Adapun saran yang diberikan peniliti diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak yaitu : Untuk peneliti Diharapkan penelitian ini sebagai referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya. Peneliti menyarankan agar penelitian ini dilanjutkan sehingga dapat dilihat adakah kemajuan atau kemunduran dari hasil yang telah didapatkan sebelumnya dan dapat lebih baik dalam penulisan yang akan datang. 2 Untuk ibu akseptor KB Ibu-ibu akseptor KB diharapkan mendapat informasi yang lebih baik dari tenaga kesehatan, media elektronik maupun cetak Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 tentang KB implant agar ibu lebih mengetahui dan mau menggunakan KB implant. 3 Untuk akademik Semoga penelitian ini jadi bahan referensi bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa singgga dapat menghasilkan tenaga kesehatan (bidan) yang mempunyai ketrampilan dan kompetensi serta dapat bertanggung jawab secara professional. 4 Untuk puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat Semoga penelitian ini menjadi masukan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi sesuai dengan standar asuhan kebidanan yangberlaku serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. REFERENSI Abdul Bari Saifuddin, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi : YBP – SP Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta ISSN: 2356-5454 Glaisser, Anna. 2006. Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Hartanto, Hanafi. 2007. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan Meilani, Niken, 2010. Pelayanan KB : FITRAMAYA Manuaba, Chandranita, Ayu, ida, 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC Mansjoer Arif. M, 1999. Kapita Selekta Kedokteran : FKUI Manuba, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita : ARCAN Muchtar, Rustam. 2010 Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Noviawati, Dyah, 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini : NUMED Sarwono, Prawirohardjo, 2008. Ilmu Kandungan : YBP - SP Sarwono, Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan : YBP SP Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 15 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 05 Tahun 2013 GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANGATONIA UTERI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH PANDEGLANG PROVINSI BANTEN Oleh Yuliustina ABSTRAK Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di ASEAN sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun di Indonesia karena kehamilan atau persalinan. Seorang ibu dapat meninggal karena pendarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari satu jam,Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90 % perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi.Data prasurvey, angka kejadian atonia uteri di rumah sakit umum daerah berkah Pandeglang provinsi Banten pada bulan Januari - Desember 2010 yaitu sebanyak 96 per 1500 kelahiran hidup sekitar 6.4 %. Atonia uteri adalah miometrium tidak berkontraksi,uterus menjadi lembek dan pembuluh darah pada daerah bekas perlengkapan plasenta terbuka lebar. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui gambaran pengetahuan bidan tentang atonia uteri di rumah sakit umum Berkah Pandeglang provinsi Banten tahun 2011. Pada penelitian ini digunakan metode deskritif,Pengambilan sempel menggunakansempel jenuh anggota populasi adalah seluruh bidan yang bekerja di rumah sakit umum daerah berkah Pandeglang provinsi Banten sebanyak 37 orang.Pada penelitian ini diperoleh rata-rata skor pengetahuantentang pengertian atonia uteri baik 87%, pengetahuan tentang penyebab atonia uteri kurang 50.27%,,pengetahuan tentang tanda atonia uteri baik 87.56%, pengetahuan tentang pencegahan atonia uteri baik 89.1%, pengetahuan tentang akibat atonia uteri baik 81%,pengetahuan tentang penatalaksanaan atonia uteri cukup 74.6%. Dari ke enam aspek pengetahuantentang atonia uteri baik 78.3%.Saran untuk Bidan lebih meningkatkan pengetahuan tentang atonia uteri dengan selalu membaca buku, mengikuti seminar dan pelatihan. PENDAHULUAN Latar belakang Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di ASEAN sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun di Indonesia karena kehamilan atau persalinan. Hal itu berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal karena kehamilan atau persalinan. Akibatnya setiap tahun 36.000 balita menjadi anak yatim. Tingginya angka kematian ibu menempatkan Indonesia pada urutan teratas di ASEAN dalam hal tersebut. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001 menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia 396 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan hasil survei 1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia bahkan lebih jelek dari negara Vietnam. Angka kematian ibu di negara tetangga itu tahun 2003 tercatat 95 per 100.000 kelahiran Hal | 16 hidup. Negara anggota ASEAN lainnya Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan Singapura 9 per 100.000. Pada tahun 2007, menurut survei Demografi angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 208 / 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008 adalah 226 / 100.000 kelahiran hidup, maka dapat dijabarkan setiap tahundi Indonesia terdapat 19.500 – 20.000 ibu yang meninggal akibat kehamilan, persalinan, serta masa nifas.Departemen kesehatan menargetkan pada tahun 2010 angka kematian ibu mengalami penurunan menjadi 125/100.000 kelahiran hidup (www.suara pembaharuan.com) Untuk Angka kematian ibu di provinsi Jawa barat pada tahun 2007 menunjukan angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup, faktor penyebab kematian terbesar antara lain perdarahan dan infeksi (45%), Hipertensi (30%), Eklampsia (9,5%), dan Anemia (5,5%), Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 Dan faktor lainnya (5%) (Dinas kesehatan provinsi bandung,2008) Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) diBanten masih tinggi bila dibandingkan angka kematian ibu(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) secara nasional.Dalam catatan tahun 2008 AKI Banten berjumlah 256 kematian per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan jumlah secara nasional 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup.Sedangkan AKB diBanten berjumlah 34 kematian per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan AKB nasional di mana kematian bayi berjumlah 36 per 1000 kelahiran hidup.Namun angka ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2007. Menurut DINKES Prov Banten, termasuk No. 3 se Indonesia yang kasus AKI terbesar, berdasarkan data yang ada pada tahun 2007 kasus kematian ibu dan anak sebanyak 641 / 100.000 kelaliran hidup. Di Kabupaten Pandeglang kasus AKI sebanyak 135 kasus setelah Kabupaten Serang sebanyak 253 kasus, Kabupaten Lebak sebanyak 112 kasus, Kabupaten Tangerang sebanyak 68 kasus, Tangerang sebanyak 54 kasus dan Cilegon 19 kasus (WWW. rilisindonesia.com). Dari data diatas diketahui bahwa salah satu penyebab kematian ibu yaitu perdarahan.Perdarahan tersebut dapat terjadi pada ibu ketika sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan, perdarahan juga dibagi menjadi dua bagian yaitu perdarahan ante partum dan pendarahan post partum.Perdarahan post partum terdiri dari perdarahan post partum primer (perdarahan kurang dari 24 jam setelah persalinan) dan perdarahan post partum sekunder (perdarahan lebih dari 24 jam setelah persalinan). Sedangkan frekwensi perdarahan post partum itu sendiri yakni 4 – 15 % dari seluruh persalinan, Atonia uteri 50 -60 %, Retensio plasenta 16-17 %, Sisa plasenta 23 – 24 %, Laserasi jalan lahir 4 – 5 %, Kelainan darah 0,5 -0,8 %. (www. Scribd.com/ doc/ perdarahan pasca persalinan). Seorang ibu dapat meninggal karena pendarahan pasca persalinan dalam waktu ISSN: 2356-5454 kurang dari satu jam,Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90 % perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi (JNPK-KR,APN,2008). Atonia uteri merupakan penyebab tersering pendarahan post partum, sekurangkurangnya 2/3 dari semua perdarahan postpartum di sebabkan oleh atonia uteri (Depkes RI, 2007). Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350 – 500 cc/menit dari bekas tempat melekatnya plasenta, sehingga penanganan segera lebih lanjut jika hal ini tidak segera ditangani maka bisa mengakibatkan syok bahkan bisa mengakibatkan kematian pada ibu (JNPK-KR APN,2008). Berdasarkan hasil data studi pendahuluan, wawancara dari beberapa bidan masih ada beberapa bidan belum mengetahui secara detil tentang atonia uteri. Angka kejadian atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten pada bulan Januari - Desember 2010 yaitu sebanyak 96 per 1500 kelahiran hidup sekitar 6.4 % dari seluruh kelahiran.(RSUD berkah Pandeglang,2011). Pola penyebab kematian diatas menunjukan bahwa peran bidan dalam memberikan pelayanan serta pertolongan persalinan, sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu, tenaga terlatih khususnya bidan dapat membantu mengenali kegawatan medis dan membantu keluarga untuk mencari perawatan darurat (www.undp.or.id) Dari latar belakang penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “ Gambaran pengetahuan bidan tentang Atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten “ PEMBAHASAN Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 17 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 05 Tahun 2013 Gambaran pengetahuan bidan tentang pengertian atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten Dari 5 pertanyaan yang diberikan kepada responden 37 bidan tentang pengertian atonia uteri,berdasarkan hasil penelitian menunjukkan seluruh responden yaitu 37 bidan (100 %) memiliki pengetahuan baik tentang pengertian atonia uteri.Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata gambaran pengetahuan bidan tentang pengertian atonia uteri baik yaitu sebesar 87%. Dimana suatu keadaan myometrium tidak berkontraksi uterus menjadi lembek dan pembuluh darah pada bekas perlengketan plasenta terbuka lebar(Depkes RI, 2007), Teori ini membuktikan bahwa responden dalam penelirian ini sudah memahami dengan baik tentang pengertian atonia uteri. Maka dari hasil analisa, hal ini dapat terjadi karena hampir semua pendidikan bidan di Rumah sakit umum daerah berkah Pandeglang provinsi Banten adalah DIII kebidanan, lamanya bidan berkerja di Rumah sakit, seringnya bidan memberikan pertolongan pada kasus atonia uteri, dan mendapat informasi mengenai atonia uteri dari teman – teman satu pekerjaan maupun dari seringnya mengikuti seminar dan pelatihan sehingga bidan mengetahui dengan baik tentang pengertian atonia uteri.. mengetahui penyebab atonia uteri, Hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi mengenai atonia uteri khususnya penyebab atonia uteri, dimana Menurut Roestam (1998), penyebab terjadinya atonia uteri adalah Umur meliputi umur yang terlalu muda atau tua, parietas sering dijumpai pada multipara dan grademultipara, uterus terlalu diregang dan besar,pada gemeli,hidramnion atau janin besar, kelainan pada uterus seperti mioma uteri, faktor sosio ekonomi yaitu mal nutrisi. Teori ini membuktikan bahwa sebagian besar responden dalam penelirian ini mengetahui dengan cukup dan sebagian kecil responden dalam penelitian ini mengetahui dengan kurang tentang pengetahuan atonia uteri. Seorang bidan harus mengetahui penyebab atonia uteri karena dengan mengetahui penyebab atonia uteri seorang bidan bisa mendektesi sedini mungkin terjadinya atonia uteri yang berdampak pada penanganan atonia uteri dan bisa mencegah kematian, Maka dari hasil analisa tersebut untuk meningkatkan pengetahuan bidan tentang atonia uteri khususnya tentang penyabab atonia uteri, diharapkan selalu mengikuti pelatihan dan seminar, sehingga bidan mengetahui dengan baik tentang penyebab atonia uteri. Gambaran pengetahuan bidan tentang penyebab atonia uteri di rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten Dari 5 pertanyaanyang diberikan kepada responden 37 bidan tentang penyebab atonia uteri, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responden yaitu 19 bidan (51.3%) memiliki pengetahuan yang cukup , dan 18 bidan (48.7%) yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyebab atonia uteri.Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-ratan gambaran pengetahuan bidan tentang pengertian atonia uteri kurang yaitu sebesar 50.27%. Keadaan ini menunjukan masih banyaknya responden yang belum Gambaran pengetahuan bidan tentang tanda atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten Dari 5 pertanyaanyang diberikan kepada responden 37 bidan tentang pengertian atonia uteri, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan seluruh responden yaitu 37 bidan (100%) memiliki pengetahuan baik tentang tanda atonia uteri.Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata gambaran pengetahuan bidan tentang pengertian atonia uteri baik yaitu sebesar 87.56%. Dimana tanda pada atonia uteri adalah uterus tidak berkontraksi dan lembek serta perdarahan segera setelah anak lahir(Sarwono,2009) Hal | 18 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 Maka dari hasil analisa, hal ini dapat terjadi karena hampir semua pendidikan bidan di Rumah sakit umum daerah berkah Pandeglang provinsi Banten adalah DIII kebidanan, lamanya bidan berkerja di Rumah sakit, seringnya bidan memberikan pertolongan pada kasus atonia uteri, dan mendapat informasi mengenai atonia uteri dari teman – teman satu pekerjaan maupun dari seringnya mengikuti seminar dan pelatihan sehingga bidan mengetahui dengan baik tentang tanda atonia uteri. Gambaran pengetahuan bidan tentang pencegahan atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten Dari 5 pertanyaan yang diberikan kepada responden 37 bidan tentang pencegahan atonia uteri, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan seluruh responden yaitu 37 bidan (100%) memiliki pengetahuan baik tentang pencegahan atonia uteri.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ratarata gambaran pengetahuan bidan tentang pengertian atonia uteri baik yaitu sebesar 89.1%. Dimana pencegahan atonia uteri adalah pemberian oksitosin paling bermanfaat pada kala III aktif harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir, protokol aktif yaitu pemberian oksitosin 10 unit IM atau 20 unit per liter IV drip 500(APN,2008) Maka dari hasil analisa, hal ini dapat terjadi karena hampir semua pendidikan bidan di Rumah sakit umum daerah berkah Pandeglang provinsi Banten adalah DIII kebidanan, lamanya bidan berkerja di Rumah sakit, sering didan memberikan pertolongan pada kasus atonia uteri, dan mendapat informasi mengenai atonia uteri dari teman – teman satu pekerjaan maupun dari seringnya mengikuti seminar dan pelatihan sehingga bidan mengetahui dengan baik tentang pencegahan atonia uteri. ISSN: 2356-5454 Gambaran pengetahuan bidan tentang akibat atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten Dari 5 pertanyaan yang diberikan kepada responden 37 bidan tentang akibat atonia uteri,berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yaitu 31 bidan (84%) memiliki pengetahuan yang baik dan 6 bidan (16%) yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang akibat atonia uteri.Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata gambaran pengetahuan bidan tentang akibat atonia uteri baik yaitu sebesar 81%. Dimana akibat yang bisa terjadi pada atonia uteri yaitu pendarahan yang akan menyebabkan kematian, pendarahan pasca persalinana adalah pendarahan yang melebihi 500ml (Sarwono, 2009), Teori ini membuktikan bahwa sebagian besar responden dalam penelirian ini sudah mengetahui dengan baik dan sebagian kecil responden dalam penelitian ini mengetahui dengan cukup tentang pengetahuan atonia uteri.Pengetahuan tentang atonia uteri harus diketahui bidan karena dengan bidan mengetahui akibat atonia uteri bidan bisa mencegah kematian. Dari hasil analisa tersebut maka untuk meningkatkan pengetahuan tentang akibat atonia uteri dengan mengikuti pelatihan dan seminar sehingga bidan mengetahui dengan baik tentang akibat atonia uteri sehingga bidan dapat mencegah kematian yang diakibatkan oleh atonia uteri.. Gambaran pengetahuan bidan tentang penatalaksanaan atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten Dari 5 pertanyaanyang diberikan kepada responden 37 bidan tentang penatalaksanaan atonia uteri,berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yaitu 28 bidan (75.7%) memiliki pengetahuan yang baik dan 9 bidan (24.3%) yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang penatalaksanaan atonia uteri. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 19 jikk ISSN: 2356-5454 Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata gambaran pengetahuan bidan tentang penatalaksanaan atonia uteri cukup yaitu sebesar 74.6%. Menurut JNPK-KR APN (2008), penatalaksanan atonia uteri dengan melakukan kompresi, di mana kompresi dibagian menjadi 3 bagian yaitu : Dilakukan dari dalam (kompresi bimanual internal), Dilakukan dari luar (Kompresi bimanual eksternal), Kompresi aorta abdominalis. Untuk penatalaksanaan atonia uteri 3 kompresi komponen ini dilakukan untuk bidan praktek swasta karna setelah bidan melakukan kompresi bimanual interna dan tidak berhasil, bidan menyiapkan rujukkan keluarga atau asisten bidan di ajarkan untuk melakukan kompresi bimanual eksternal, selama perjalanan ke tempat rujukan bidan bisa melakukan kompresi aorta abdominalis. Sedangkan untuk bidan yang bekerja di rumah sakit bila terjadi atonia uteri hanya dilakukan kompresi bimanual internal dan bila tidak berhasil Ligasi arteri uterina atau dilakukan histrektomi. Teori ini membuktikan bahwa sebagian besar responden dalam penelirian ini sudah mengetahui dengan baik dan sebagian kecil responden dalam penelitian ini mengetahui dengan cukup tentang pengetahuan atonia uteri. Dari hasil analisa tersebut maka untuk meningkatkan pengetahuan tentang penatalaksanaan atonia uteri di rumah sakit dengan mengikuti pelatihan dan seminar,sehingga bidan mengetahui dengan baik tentang penanganan dan dapat melakukan penatalaksanaan atonia uteri, dan dapat ditangani dengan segera. Gambaran pengetahuan bidan tentang atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten Dari hasil penelitian dan pembahasan dari ke enam indikator yang diteliti mengenai Hal | 20 Nomor 05 Tahun 2013 gambaran pengetahuan bidan tentang atonia uteri yang meliputi pengetahuan bidan mengenai pengertian, penyebab, tanda, pencegahan, akibat dan penatalaksanaan. Dari 30 pertanyaan tentang pengetahuan atonia uteri yang diberikan kepada responden 37 bidan,berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yaitu 27 bidan (73%) memiliki pengetahuan yang baik dan 10 bidan (27%) yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang atonia uteri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata gambaran pengetahuan bidan tentang pengertian atonia uteri baik yaitu sebesar 78.3%. Menurut Notoatmojo (2003), Pengetahun adalah hasil dari “Tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana pengindraan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indra pengeliatan,pendengaran,penciuman,rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dapat diukur dengan menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan tentang suatu objek yang ingin diukur dari subjek suatu penelitian. Kedalam pengetahuan yang ingin diketahui dapat disesuaikan dengan tingkat - tingkat tersebut. Pengetahuan tentang atonia uteri sangat penting, Karena atonia uteri merupakan penyebab tersering pendarahan post partum, sekurang-kurangnya 2/3 dari semuah pendarahan disebabkan atonia uteri (Depkes RI,2007) Teori ini membuktikan bahwa sebagian besar responden dalam penelirian ini sudah mengetahui dengan baik dan sebagian kecil responden dalam penelitian ini mengetahui dengan cukup tentang pengetahuan atonia uteri. Dari hasil analisa tersebut maka dalam hal ini bidan perlu terus meningkatkan pengetahuan atonia uteri melalui pelatihan dan seminar sehingga bidan mengetahui dengan baik tentang pengetahuan atonia uteri Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 dan dapat menjadi bidan yang kopeten dalam memberikan penanganan atonia uteri. PENUTUP Dari hasil penelitian dan pemahasan terhadap seluruh bidan yang bekerja di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten yang berjumlah 37 orang, berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai gambaran pengetahuan bidan tentang atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten dapat disimpulkan rata-rata skor sebesar 78.3%, berada dikategori baik sedangkan yang menjawab baik sebesar 27 bidan (73%) dan sedangkan yang menjawab cukup sebesar 10 bidan (27%). Gambaran pengetahuan bidan di Rumah sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang Provinsi Banten terdiri dari beberapa aspek, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Aspek pengetahuan bidan tentang pengertian atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten, rata-rata skor sebesar 87% berada pada kategori baik. .2. Aspek pengetahuan bidan tentang penyebab atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten, ratarata skor sebesar 50.27% berada pada kategori kurang. 3. Aspek pengetahuan bidan tentang tanda atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten, ratarata skor sebesar 87.56% berada pada kategori baik. .4. Aspek pengetahuan bidan tentang pencegahan atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten, rata-rata skor sebesar 89.1% berada pada kategori baik. ISSN: 2356-5454 .5. Aspek pengetahuan bidan tentang akibat atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten, ratarata skor sebesar 81% berada pada kategori baik. .6. Aspek pengetahuan bidan tentang penatalaksanaan atonia uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten. , rata-rata skor sebesar 74.6% berada pada kategori cukup. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disampaikan beberapa saran yaitu kepada : 1. Untuk bidan Untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang atonia uteri dengan selalu membaca buku, mengikuti seminar dan pelatihan 2.Untuk Rumah sakit umum daerah berkah Pandeglang Hendaknya Rumah sakit lebih banyak lagi mengadakan seminar dan pelatihan. 3.Untuk peneliti Hasil penelitian hendaknya dapat di jadikan sebagi gambaran bagi peneliti lain dan dapat dikembangkan lebih dalam penelitian lanjutan menginggat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti. REFERENSI ArikuntoSuharsimi.2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik Edisi revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Budiarto Eko, SKM. (2002). BIOSTATISTIKA untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta :ECG Depkes RI, (2007). Buku acuan pertolongan pertama gawatdarurat obsretri dan neonatal Dinas Kesehatan Provinsi Bandung 2008 JNPK- KR, (2008), Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, edisi revisi. Jakarta Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 21 jikk ISSN: 2356-5454 Mochtar Rustam, Prof. Dr. MPH (1998) Sinopsis Obstetri. Jakarta: ECG Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rumah Sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang Provinsi Banten 2011 Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG., MPH. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo Hal | 22 Nomor 05 Tahun 2013 Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG., MPH. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo http : www.Rilisindonesia.com http : www. Meneg pp. Go. Id (suara pembaharuan) http : www. Scribd. Com http: // Kuliah bidan wordpress. Com / 2008/II/ 02 http : www. undp. Com Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 ISSN: 2356-5454 HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI DESA BIRU KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG Oleh Iis Wahyuni ABSTRAK Kehamilan dan kelahiran merupakan proses yang alami, akan tetapi bukan berarti bebas dari risiko. Banyak wanita dan anak yang meninggal dan menderita kesakitan atau cacat seumur hidup karena komplikasi atau akibat langsung dari penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang buruk. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) masih berada pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 kematian per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2009, AKI masih berada pada angka 226 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini masih jauh dari target Nasional , dimana AKI tahun 2010 adalah sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup dan target AKB Tahun 2010 sebesar 21 per 1000 kelahiran hidup, (http://www.antara.co.id/arc/2007). Angka kematian ibu (AKI) di Jawa Barat pada tahun 2008 adalah 784 per 743.684 kelahiran hidup, Penyebab lain dari kematian Ibu yaitu perdarahan sebanyak 70%, eklampsia sebanyak 11,13%, infeksi sebanyak 6,78% dan lain-lain sebanyak 34%, (Propil Dinkes Jabar, 2008). Angka kematian ibu (AKI) di Desa Biru periode 2009 adalah 1/281 kelahiran hidup, akibat dari perdarahan. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dapat dikurangi dengan memberikan Antenatal Care yang berkualitas, dengan ANC yang berkualitas dapat mendeteksi secara dini adanya komplikasi atau kelainan yang timbul pada saat kehamilan, selain itu bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil maupun keluarganya, sehingga bila terdapat tanda-tanda bahaya, ibu hamil maupun keluarganya dapat mengetahui dimana harus mencari pertolongan sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam memberikan pertolongan pada ibu hamil. Salah satu upaya untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah dengan memberikan pelayanan Antenatal care yang berkualitas dan upaya Departemen Kesehatan adalah negara membuat rencana strategi nasional making pregnancy safer (MPS) di Indonesia 2001 - 2010 yang menyebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010, maka visi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup sehat, (Prawirohardjo, 2006). PENDAHULUAN Latar belakang Beberapa faktor yang mempengaruhi kematian di Indonesia adalah rendahnya kesadaran ibu-ibu hamil, letak geografi, ekonomi, umur dan pendidikan untuk memeriksakan kandungan pada tenaga kesehatan, mereka tidak mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, sehingga jika terjadi komplikasi kehamilan, dapat dicegah atau diobati dan segera ditangani. Kehamilan dibagi menjadi III trimester, selama kehamilan ibu hamil dianjurkan melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dua kali pada trimester III untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama, sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara tepat dan tepat. Pelayanan atau standar minimal yang diberikan “7T” yaitu Timbang berat badan , ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap, pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan, (Mufdlilah, 2009). Pengetahuan ibu hamil tentang ANC sangat penting karena akan dapat membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 23 jikk ISSN: 2356-5454 seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang ANC itu sendiri meliputi umur, dimana di harapkan semakin bertambahnya umur makin bertambah pula pengetahuan dalam hal pemeriksaan kehamilan. Semakin wanita sering hamil atau melahirkan makin tinggi tingkat pengetahuannya. Pendidikan, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang, diharapkan semakin luas juga pengalamannya, ( Notoatmodjo, 2007). Data yang diperoleh dari Desa Biru Kecamatan Majalaya jumlah ibu hamil pada bulan Januari-April 2011 berjumlah 34 0rang. Secara teori ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam hal ini khususnya perilaku ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan ANC. Menurut Nursalam dan Pariani.S karakteristik seperti umur, paritas, pendidikan, dan pengetahuan dapat mempengaruhi hal tersebut, tetapi di Desa Biru sampai saat ini belum ada data yang mengungkapkan apakah ada hubungan antara karakteristik dengan pengetahuan ibu hamil tentang ANC. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan Ibu hamil tentang Antenatal Care di Desa Biru Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung ” PEMBAHASAN 1 Analisis Univariat 1. Umur Responden Dalam hal ini usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang dimana belum tentu semakin meningkat usia sebagaimana halnya dengan ibu hamil di Desa Biru maka akan meningkat pula pengetahuan seseorang tentang ANC. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa hampir sebagian besar dari 34 responden ini berumur 21 - 35 tahun sebanyak 23 responden (67,6%). Hal | 24 Nomor 05 Tahun 2013 Usia 21-35 tahun termasuk usia produktif, dimana merupakan usia yang optimal dalam menerima informasi dari lingkungan melalui pancaindra dan masih kuatnya daya ingat seseorang yang dapat mempengaruhi pengetahuan. Sehingga akan mudah dalam menerima informasi tentang antenatal care yang diberikan dalam penyuluhan baik di bale desa, posyandu maupun kunjungan rumah. Selain itu sangat dimungkinkan bila pada usia tersebut mengalami masa kehamilan, melahirkan dan menyusui. Berdasarkan hasil penelitian disebutkan sebagian kecil distribusi umur ibu terdapat pada umur < 20 tahun dan > 35 tahun, bahwa umur < 20 tahun cenderung memiliki pengetahuan yang kurang sehingga dapat mendorong terjadinya ketidak seimbangan dalam mengambil keputusan karena hal ini sesuai dengan pendapat Sulaiman, menyatakan bahwa umur yang dianggap optimal untuk mengambil keputusan adalah umur diatas 20 tahun. 2. Pendidikan responden Tingkat pendidikan ibu memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pengetahuan yang akan di dapatnya. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 34 responden sebagian besar berpendidikan SMP sebanyak 18 responden (52,9%). Hal tersebut dikarenakan masih ada anggapan bahwa seorang perempuan tidak perlu mendapatkan pendidikan yang tinggi karena pada akhirnya hanya akan menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak – anak. Pendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang untuk membuka jalan pikiran dalam menerima ide – ide atau nilai baru. Tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu aspek sosial yang umumnya berpengaruh pada tingkat pendapatan keluarga sebagai faktor ekonomi, pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia dalam melakukan Antenatal care. Berdasarkan hasil penelitian disebutkan sebagian kecil distribusi pendidikan ibu adalah tidak tamat SD Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 sebanyak 5 responden (14,7%). Dimana tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan acuh tak acuh terhadap program kesehatan dan pemeliharaan kehamilannya sendiri sehingga mereka kurang mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Tingkat pendidikan ibu yang rendah, mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan bayi, (Depkes RI). 3. Pekerjaan responden Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 34 responden sebagian besar tidak bekerja sebanyak 20 responden (58,8%). Hal tersebut dimana dengan wanita tidak bekerja maka pengetahuannya akan kurang karena kurang mendapatkan informasi tentang kehamilan tetapi dengan wanita yang tidak bekerja diluar rumah akan mempunyai banyak waktu dalam memelihara kehamilannya dan mengatur pekerjaan rumah tangganya Berdasarkan hasil penelitian disebutkan sebagian kecil distribusi frekuensi pekerjaan ibu adalah bekerja swasta sebanyak 14 orang (41,2%). Dimana wanita yang bekerja maka akan mudah mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang kehamilan sehingga wanita yang bekerja pengetahuannya cenderung akan lebih luas. 4. Paritas Umur saat hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau sudah tua (di atas 35 tahun) adalah resiko tinggi bagi ibu. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 34 responden sebagian besar pada multi gravida 21 responden (61,8%). Hal ini sesuai dengan pendapat Wiknjosastro yang mengungkapkan bahwa jumlah anak lebih dari dua cenderung memiliki waktu yang lebih lama untuk mempelajari sesuatu sehingga memilki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan ISSN: 2356-5454 dengan paritas yang kurang dari dua. Berdasarkan penelitian disebutkan bahwa sebagian kecil Distribusi ibu terdapat pada primi gravida dan grande gravida. Berdasarkan hasil penelitian disebutkan sebagian kecil distribusi paritas ibu adalah primigaravida sebanyak 6 responden (17,6). Dimana pada primigravida pada umumnya belum mempunyai gambaran mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami selama kehamilannya, pada saat melahirkan dan merawat bayinya, (Depkes RI). 5. Pengetahuan mengenai pemeriksaan kehamilan Menurut Notoatmodjo pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknnya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 34 responden sebagian besar terdapat 19 responden (55,9%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori cukup. Dimana Pemeriksaan kehamilan disini bertujuan untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegekkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasikomplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan, (http/www.Depkes RI, Pelayanan ANC, 2005). 6. Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan Cara terpasti untuk memiliki seorang bayi yang sehat nantinya adalah dengan menjalani gaya hidup yang sehat dan memastikan kehamilan secara normal dengan perawatan yang baik. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar dari 34 responden terdapat 15 responden (44,1%) memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Perawatan yang baik untuk memperbaiki kesehatan wanita hamil secara umum seperti mendatangi perawatan prenatal Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 25 jikk ISSN: 2356-5454 sejak awal kehamilan, menjalani pola makan seimbang termasuk suplemen vitamin yang mengandung asam folat, olahraga yang teratur sesuai anjuran, menghindari alkohol, rokok dan obat-obatan terlarang. Riset selama bertahun-tahun telah menunjukan wanita hamil yang mendapatkan perawatan kehamilan yang layak cenderung memiliki bayi yang sehat dan komplikasi yang sedikit selama proses kelahiran dan penyembuhan, (Yudi Santoso, panduan lengkap kebidanan. 2008). 7. Pengetahuan mengenai Kebutuhan nutrisi Kehamilan adalah motivasi terbaik bagi ibu untuk mendapatkan perubahan nutrisi yang direkomendasikan dalam diet dan gaya hidup demi untuk bayi. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar dari 34 responden terdapat 13 responden (38,2%) memiliki pengetahuan dengan kategori kurang. Maka dari itu ibu hamil perlu mengetahui bahwa pada masa kehamilan membutuhkan makanan utama (yang mengandung karbohidrat), makanan untuk pertumbuhan (yang mengandung protein), makanan untuk pemulihan (yang mengandung Vitamin dan mineral) dan makanan yang melancarkan aktivitas (yang mengandung lemak, minyak dan gula), disertai banyak cairan (air putih dan jenis minuman lainnya), (Yudi santoso, panduan lengkap kebidanan. 2008). 8. Pengetahuan ibu hamil tantang Antenatal Care Pentingnya untuk mengetahui bahwa ibu mulai muncul tanda kemungkinan hamil sampai akhir usia kehamilannya sangat diperlukan informasi dan penambah pengetahuan tentang pengetahuan yang bermanfaat untuk ibu dan janin yang dikandungnya. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar dari 34 responden terdapat 13 responden (38,2%) memiliki pengetahuan dengan kategori kurang. Maka dari itu ibu hamil yang pengetahuannya kurang dapat diatasi dengan cara memberikan konseling dan pertemuan Hal | 26 Nomor 05 Tahun 2013 tatap muka yang diselenggarakan dengan sengaja, percakapan mengarah pada bantuan untuk ibu dengan tujuan agar ibu mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan janin, nutrisi, latihan fisik, strategi membantu diri sendiri, ketidaknyamanan yang biasa terjadi dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan ibu hamil harus segera mencari pertolongan medis. 2 Analisis Bivariat 1. Hubungan antara umur dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu tentang antenatal care. Dimana pernyataan Notoatmodjo S, yang menyatakan bahwa semakin bertambah umur seseorang semakin bertambah juga pengetahuan yang di miliki. 2. Hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang Antenatal Care Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan bisa saja berpengaruh terhadap pengetahuan ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan hasil uji statistik yang menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang antenatal care. Dimana Pendapat Kontjoroningrat dalam buku Nursalam, yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang menerima informasi. Ketidak sesuaian ini bisa di pengaruhi olah paritas yang lebih dari satu, umur yang sudah matang, tingkat pendidikan responden yang tidak merata serta kadar informasi tentang antenatal care yang di dapatkan responden. Hal ini bisa di lihat pada responden dengan tingkat pendidikan SMP yang memiliki cukup pengalaman, serta memiliki tingkat pengetahuan tentang antenatal care cukup sama dengan responden yang berpendidikan menengah dan tinggi. Ini bisa terjadi karena mereka banyak mendapatkan informasi Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Hubungan antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang antenatal care Berdasarkan hasil uji statistik yang menunjukan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang antenatal care. Hal tersebut dikarenakan ibu yang tidak bekerja mungkin pangetahuannya kurang karena kurang mendapatkan informasi tentang kehamilan sedang ibu yang bekerja mereka cenderung berpengetahuan lebih luas dan banyak mendapatkan informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan baik secara langsung maupun tidak langsung. 4. Hubungan antara paritas dengan tingkat pengetahuan ibu tentang antenatal care Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan pegetahuan ibu hamil tentang antenatal care. Dimana menurut penelitian Elvin miradi (2008), ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo, yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya oleh pengalaman yang diperoleh seseorang. Pengalaman bisa didapatkan secara langsung maupun pengalaman tidak langsung yang didapatkan dari pengalaman orang lain, sehingga semakin banyak seseorang mendapatkan pengalaman maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. PENUTUP Setelah penulis melakukan penelitian mengenai “Hubungan karakteristik dengan pengetahuan ibu tentang Antenatal Care di ISSN: 2356-5454 Desa Biru Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung “ dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan pengetahuan ibu hamil mayoritas mempunyai tingkat pengetahuan tentang Antenatal care berpengetahuan kurang sebanyak 13 responden (38,2%). 2. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care, hal tersebut terlihat dari hasil pengolahan data Umur ibu hamil mayoritas berumur 21–35 tahun sebanyak 23 responden (67,6) dengan berpengetahuan cukup dan dilihat dari dimenci x² hitung lebih besar dari x² tabel. 3. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care, hal tersebut terlihat dari hasil pengolahan data pendidikan ibu hamil SMP sebanyak 18 responden (52,9%) dengan berpengetahuan kurang dan dilihat dari dimenci x² hitung lebih besar dari x² tabel. 4. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care, hal tersebut terlihat dari hasil pengolahan data mayoritas ibu tidak bekerja 20 responden (58,8%) dengan berpengetahuan kurang dan dilihat dari dimenci x² hitung lebih besar dari x² tabel. 5. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care, hal tersebut terlihat dari hasil pengolahan data mayoritas ibu hamil dengan multigravida sebanyak 21 responden (61,8%) Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 27 jikk ISSN: 2356-5454 dengan berpengetahuan cukup dan dilihat dari dimenci x² hitung lebih besar dari x² tabel. Saran 1 Bagi Institusi Kepada pihak institusi diharapkan dengan adanya penelitian ini, mahasiswa lebih baik lagi mamahami tentang hubungan karakteristik dengan pengetahuan ibu hamil tentang ANC 2 Bagi Peneliti Terus menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu-ilmu pengetahuan tentang kehamilan terkini dan menerapkan kepada ibu hamil agar pengetahuan ibu hamil tantang pemeliharaan kehamilannya akan meningkat. 3 Bagi Tenaga Kesehatan Dikarenakan ada hubungan antara karakteristik ibu dengan pengetahuan maka peneliti ingin menyampaikan agar bidan desa diharapkan mengadakan penyuluhan dengan metoda penyampaian disesuaikan dengan kelompok umur dan paritas melalui posyandu, poskesdes maupun kunjungan rumah agar informasi tentang kesehatan khususnya mengenai antenatal care dapat diterima. 4 Bagi Ibu Hamil Diharapkan ibu hamil dapat mengikuti penyuluhan– penyuluhan supaya dapat mengetahui informasi- informasinya Hal | 28 tentang kesehatan antenatal care. Nomor 05 Tahun 2013 terutama mengenai REFERENSI Abdul Bari Saifuddin, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi : YBP – SP Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Glaisser, Anna. 2006. Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Hartanto, Hanafi. 2007. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan Meilani, Niken, 2010. Pelayanan KB : FITRAMAYA Manuaba, Chandranita, Ayu, ida, 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC Mansjoer Arif. M, 1999. Kapita Selekta Kedokteran : FKUI Manuba, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita : ARCAN Muchtar, Rustam. 2010 Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Noviawati, Dyah, 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini : NUMED Sarwono, Prawirohardjo, 2008. Ilmu Kandungan : YBP - SP Sarwono, Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan : YBP - SP Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 ISSN: 2356-5454 PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG oleh Irma Rosliani Dewi ABSTRAK Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. (http://www.ask.com/?q=perawatan%20tali%20pusat&o=10147&I=is) Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan memberikan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke-5 dan hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian. (Helen Farerr ; 187) Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi. (Depkes RI, 2005) Pada tahun 2000 WHO (Word Hearth Organisation) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000, yang disebabkan oleh infeksi tali pusat, Negara Afrika angka kematian bayi yang disebabkan infeksi tali pusat 126.000 (21%), Negara Asia Tenggara diperkirakan ada 220.000 kematian bayi, di Negara Afrika maupun di Asia Tenggara kematian disebabkaan karena perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yang kurang bersih. (http://www.ask.com/?q=perawatan%20tali%20pusat&o=10147&I=is) Berdasarkan data Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat bahwa jumlah kematian bayi pada tahun 2009 sebanyak 5.719 bayi dari 845.964 kelahiran hidup. Pada tahun 2008 kasus kematian bayi sebanyak 10 kasus. Penyebab langsung kematian bayi antara lain BBLR 158 kasus (48,47%), asfiksia 100 kasus (30,6%), Infeksi 68 kasus (20,8%). Kasus lain diantaranya RDS (Respiratory Death Syndrom) Atresiaani, Multiple Congenital, Meningitis, Haemophylia, Sepsis, Icterus, dan Encephalitis. (Profil Din.Kes. Jabar 2008) Berdasarkan data yang didapat dari rekam medik RS.Immanuel Bandung peneliti menemukan data bayi lahir tahun 2009 sebanyak 215 bayi, yang meninggal 28 bayi. Pada tahun 2010 bayi yang lahir 235 bayi dan yang meninggal 20 orang. Pada tahun 2011 bulan Januari sampai dengan Maret sebanyak 85 bayi dan yang meninggal sebanyak 5 bayi, 2 diantaranya meninggal oleh karena infeksi tali pusat yang rujuk ke rumah sakit Immanuel. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan (morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) pada bayi adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas yaitu dengan memberikan penjelasan tentang kesehatan kepada klien sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh klien diharapkan dapat mempengaruhi perilaku klien terhadap kesehatan. Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 29 jikk ISSN: 2356-5454 (http://mommygadget.com/2009/04/19/ merawattali-pusat/) Pentingnya melakukan perawatan tali pusat pada bayi tidak terlepas dari tingkat pengetahuan klien itu sendiri, pengetahuan atau kognitif domain yang sangat penting akan terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dengan pengetahuan maka akan terbentuk tindakan klien dalam memahami pentingnya perawatan sehinggan klien mau melaksanakan hal tersebut maka, jelaslah tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi klien dalam memahami pentingnya perawatan tali pusat pada bayi. Baik tidaknya pengetahuan tentang kesehatan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor yaitu : Umur, Pendidikan, dan Paritas karena semakin bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir maka akan makin tinggi keinginannya untuk mengetahui kesehatan dalam dirinya dan juga akan menambah suatu tingka laku atau kebiasaan yang sehat dalam diri masyarakat (Notoatmodjo, 2002). Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG”. PEMBAHASAN Pengertian Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pemotongan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi, kemudian tali pusat dirawat dan dijaga kebersihannya dalam keadaan bersih, steril dan terhindar dari infeksi tali pusat. (http://www.ask.com/?q= perawatan%20tali% 20pusat&o=10147&I=is Tali pusat berisi dua arteri umbilikal yang mengalirkan darah kotor (berisi zat metabolik) dari janin ke plasenta; dan sebuah vena umbilikal yang mengalirkan darah segar (kaya akan oksigen dan nutrient) dari plasenta ke janin. Hal | 30 Nomor 05 Tahun 2013 Berdasarkan dari analisis data didapatkan pengetahuan ibu nifas tentang Pengertian perawatan tali pusat di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung mempunyai pengetahuan baik, yaitu sebesar 43 (78,18%) responden, cukup sebesar 9 (16,36%) responden, dan yang kurang sebesar 3 (5,45%) responden. Hal tersebut dikarenakan para ibu nifas yang menjadi responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan baik. Diharapkan semua ibu nifas yang dirawat di rumah sakit Immanuel mendapatkan informasi yang lengkap sehingga pengetahuan ibu nifas yang sudah baik ini dapat lebih ditingkatkan. Manfaat perawatan tali pusat Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen kejanin, tetapi begitu bayi lahir saluran ini tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan dijepit, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi. (Sodikin, 2009 : 39) Berdasarkan dari hasil analisis data didapatkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang Manfaat perawatan tali pusat di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung berpengetahuan baik yaitu sebesar 40 (72,73%) responden, cukup sebesar 9 (16,36%) responden, kurang sebesar 6 (10,91%) responden. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat pengetahuan responden yang berbedabeda. Dengan masalah diatas diharapkan petugas pelayanan mampu memberikan informasi dan pengetahuan tentang manfaat perawatan tali pusat kepada ibu nifas yang dirawat di ruangan Debora. Tanda Bahaya Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat juga diperlukan untuk mencegah terjadinya media berkembangbiak mikro organisme pathogen Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 seperti staphylococcus aureus atau clostridia. (Helen Farrer, 2001 : 188) Tali pusat yang belum puntung harus selalu diperikasa dan dirawat untuk mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan. Apabila puntung tersebut tampak kering ikatan tali pusat bisa dilepaskan pada hari ketiga. Puntung tali pusat akan terlepas sendiri setelah mengalami proses nekrosis menjadi kering. Dampak posotif dilakukannya perawatan tali pusat, bayi akan sehat dengan kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi infeksi, serta tali pusat lepas dengan cepat yaitu antara hari ke 6 hingga hari ke 8 tanpa ada komplikasi. (Helen Farrer, 2001 : 187) Dampak negatif perawatan tali pusat apabila tidak dirawat dengan baik, kumankuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi yang mengakibatkan penyakit tetanus neonatorum. Penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian bayi yang terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah 220 kematian bayi, sebab masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan benar. (Dinkes RI, 2005) Berdasarkan dari hasil analisis data yang didapat bahwa pengetahuan ibu nifas tentang Tanda Bahaya perawatan tali pusat di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung berpengetahuan baik yaitu sebesar 31 (56,36%) responden, cukup 14 (25,45%) responden, kurang 10 (18,18%) responden. Hal tersebut dikarenakan para ibu nifas yang menjadi responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan baik. Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan dan pemeliharaan kesehatannya sendiri sehingga mereka kurang mengenal tanda bahaya yang mungkin terjadi. Tingkat pendidikan ibu yang rendah, mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah kehamilan, persalinan, nifas, dan perawatan bayi. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal. (Depkes RI, Sosial Budaya Dasar Untuk PBB, 1996) ISSN: 2356-5454 Sistem Rujukan Perawatan tali pusat Dalam rangka usaha peningkatan mutu pelayanan, sistem rujukan perlu dibina dan dikembangkan. Pengertian dalam rujukan terjadi antara lain penyerahan tanggung jawab timbal balik mengenai perawatan penderita dari satu unit kesehatan secara vertical dan horizontal dari unit kesehatan yang lebih mampu kepada yang kurang mampu dengan tujuan : 1. Memberikan pelayanan kesehatan pada penderita dengan tepat dan cepat. 2. Menggunakan fasilitas kesehatan yang seefesien mungkin. 3. Mengadakan pembagian tugas kesehatan pada unit kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unitunit tersebut. Masalah pelayanan kesehatan di Indonesia belum dapat merata sampai ke pelosok-pelosok. Fasilitas kesehatan baik gedung, alat dan ahlinya berpusat dikota besar. Adanya pengelolaan penderita yang kurang tepat sering menimbulkan kecacatan dan kematian. Mungkin karena terlambatnya mengirim penderita ke unit yang lebih mampu. Pelaksanaan sistem rujukan ini perlu ditentukan beberapa hal tentang regionalisasi. Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan rujukan didasarkan atas pembagian wilayah secara administratif, tetapi dimana perlu didasarkan atas lokasi atau mudahnya sistem rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar sistem rujukan mendapat arus pendidikan secara merata. Berdasarkan dari hasil analisis data yang didapat bahwa pengetahuan ibu nifas tentang Sistem Rujukan berpengetahuan baik yaitu sebesar 32 (58,18%) responden, cukup sebesar 10 (18,18%) responden, kurang 13 (23,64%) responden. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat pendidikan yang berbeda-beda serta kurangnya informasi yang diketahui oleh ibu nifas tentang sistem rujukan yang dapat dilakukan apabila diperlukan. Dengan Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 31 jikk ISSN: 2356-5454 masalah diatas diharapkan petugas pelayanan lebih mampu mengarahkan dan memberikan informasi yang lengkap tentang sistem rujukan kepada ibu nifas dan keluarga apabila diperlukan. Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Tali Pusat Secara Umum Dari keseluruhan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ibu nifas harus mampu merawat tali pusat secara baik dan benar sehingga infeksi tetanus neonaturum tidak akan terjadi pada bayi yang baru lahir. Dari 55 responden didapatkan 29 (52,73%) responden yang menjawab dengan benar. Dengan demikian sebagian besar ibu nifas yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung mempunyai pengetahuan Baik 29 (52,73%) responden. Karena secara keseluruhan ibu nifas yang menjadi responden mempunyai pendidikan yang tinggi. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Sebagian besar ibu nifas di Rumah Sakit Immanuel Bandung memiliki pengetahuan yang Baik tentang pengertian perawatan tali pusat sebanyak 43 orang (78,18%). 2. Sebagian besar ibu nifas di Rumah Sakit Immanuel Bandung memiliki pengetahuan yang Cukup tentang manfaat perawatan tali pusat yaitu sebanyak 40 orang (72,73%). 3. Sebagian besar ibu nifas di Rumah Sakit Immanuel Bandung memiliki pengetahuan yang Kurang tentang tanda bahaya yang bisa terjadi pada perawatan tali pusat yang tidak benar, yaitu sebanyak 31 orang (56,36,%). 4. Sebagian besar ibu nifas di Rumah Sakit Immanuel Bandung memiliki Hal | 32 5. Nomor 05 Tahun 2013 pengetahuan yang Kurang tentang sistem rujukan yang dapat dilakukan apabila diperlukan, yaitu sebanyak 32 orang (58,18,%). Dari keseluruhan data 55 responden yang penulis peroleh dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung dikategorikan Baik sebanyak 29 orang (52,73%). SARAN Berdasarkan kesimpulan sebagaimana tersebut diatas maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1 Bagi Ibu nifas a. Harus lebih aktif berkomunikasi dengan petugas kesehatan dalam hal perawatan pada tali pusat. b. Harus lebih teliti dalam hal merawat tali pusat pada bayi, agar terhindar dari bahaya. c. Mau memotivasi diri untuk belajar hal baru tentang perawatan tali pusat yang dapat dibaca atau dipelajari baik dari buku-buku maupun media massa. 2 Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pedoman bagi pendidikan dan para praktisi dalam memahami pentingnya perawatan tali pusat. 3 Bagi Peneliti lain Dianjurkan peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain, dengan harapan dapat dihasilkan suatu penelitian yang lebih mendekati keadaan sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan. 4 Bagi Instansi Kesehatan a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat terutama bagi petugas di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung untuk memperbaiki mutu pelayanan kepada ibu nifas. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 b. Diharapkan petugas di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung dapat memberikan penyuluhan tentang perawatan tali pusat dengan menggunakan metode demonstrasi kepada ibu nifas, karena dari hasil melakukan studi pendahuluan kepada ibu nifas didapatkan masih ada ibu nifas yang belum mendapatkan informasi yang tepat dan jelas tentang perawatan tali pusat yang sebenarnya sesuai dengan prosedur yang berlaku saat ini (Eviden Base). REFERENSI ArikuntoSuharsimi.2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik Edisi revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Budiarto Eko, SKM. (2002). BIOSTATISTIKA untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta :ECG Depkes RI, (2007). Buku acuan pertolongan pertama gawatdarurat obsretri dan neonatal Dinas Kesehatan Provinsi Bandung 2008 JNPK- KR, (2008), Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, edisi revisi. Jakarta ISSN: 2356-5454 Mochtar Rustam, Prof. Dr. MPH (1998) Sinopsis Obstetri. Jakarta: ECG Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rumah Sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang Provinsi Banten 2011 Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG., MPH. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG., MPH. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo http : www.Rilisindonesia.com http : www. Meneg pp. Go. Id (suara pembaharuan) http : www. Scribd. Com http: // Kuliah bidan wordpress. Com / 2008/II/ 02 http : www. undp. Com Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 33 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 05 Tahun 2013 PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG KETUBAN PECAH DINI Oleh Diah Nurmayawati ABSTRAK Negara diukur dengan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Diseluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya 10.000.000 jiwa pertahun. Sebesar 99% terjadi di negara sedang berkembang.(Manuaba,2002:8) Tingkat kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5 – 10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. (Wiknjosastro, 2005). Tolak ukur keberhasilan dan kemampuan pelayanan kesehatan suatu menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, yang menunjukan bahwa AKI di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2010 angka kematian ibu di Indonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran. Angka kematian bayi di Indonesia rata-rata 34 bayi per 1.000 kelahiran hidup. Menurut data dari dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat (2010) angka kematian ibu hamil, bersalin dan nifas di provinsi Jawa Barat pada tahun 2010, jumlah total sekitar 788/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2011 AKI di profinsi Jawa Barat sekitar 321/100.000 kelahiran hidup dan AKB 42/1000 kelahiran hidup. (Dinkes Jabar, 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of membran atau KPD merupakan penyebab yang paling sering terjadi pada saat mendekati persalinan. Kejadian Ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4% (Manuaba, 2002:229). Kemungkinan infeksi ini dapat berasal dari dalam rahim (intrauterine), biasanya infeksi sudah terjadi tetapi ibu belum merasakan adanya infeksi misalnya kejadian ketuban pecah sebelum waktunya. Hal ini dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam kaitannya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas yang akan Hal | 34 meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya (Manuaba, 2008). Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2002). Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun janin dengan ketat. Infeksi adalah masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh manusia, apabila terjadi infeksi dalam rahim ini akan membahayakan ibu dan janin yang akan menyebabkan penyulit pada persalinan bahkan kematian, dan kejadian infeksi yang paling tinggi terjadi pada masa antenatal, intranatal, postnatal. Salah satu penyebab terjadinya antara lain karena pertolongan persalinan yang tidak bersih dan aman, partus lama, ketuban pecah dini dan sebagainya. (Prawihardjo, 2002) Ketuban pecah dini selalu dilakukan tindakan untuk segera melahirkan bayi guna Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 mencegah infeksi yang bisa terjadi pada bayi maupun ibunya. Tetapi pendekatan ini sudah tidak perlu dilakukan lagi karena risiko terjadinya infeksi bisa dikurangi dengan mengurangi frekuensi pemeriksaan dalam. 1 kali pemeriksaan dengan bantuan speculum bisa membantu dokter dalam memastikan pecahnya selaput ketuban, memperkirakan pembukaan serviks (leher rahim) dan mengambil contoh cairan ketuban dari vagina. Jika hasil analisa cairan ketuban menunjukan bahwa paru – paru bayi sudah cukup matang, maka dilakukan induksi persalinan (tindakan untuk memulai proses persalinan) dan bayi dilahirkan. Jika paru-pau bayi belum matang, persalinan ditunda sampai paru-paru bayi matang. (Anonymous. www.medicastore.com) Rupturnya atau hilangnya integritas dari selaput janin mengakibatkan fungsi proteksi tersebut berkurang sampai hilang. Bahkan dapat menjadi tempat masuknya bakteri yang kemudian menimbulkan choriomnionitis (Peradangan membran) dan infeksi terhadap janin. Rupturnya selaput janin ini juga menyebabkan induksi persalinan sehingga terjadilah persalinan prematur disebabkan oleh ketuban pecah dini). Hal ini akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnya termasuk meningkatnya insidensi dari respiratory distress syndrome, sepsis neonatorum, tali pusat menumbung, solutio placenta, dan kematian. (Medina, T.M. and Hill, A.2006,Garite,T,J.2004) Ketuban pecah dini merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering dijumpai. Insiden ketuban pecah ini dilaporkan bervariasi dari 6% hingga 10%, dimana sekitar 20% kasus terjadi sebelum memasuki masa gestasi 37 minggu. Sekitar 8 hingga 10% pasien ketuban pecah sebelum waktunya dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini memiliki risiko tinggi ISSN: 2356-5454 infeksi intrauterine akibat interval antara ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini berhubungan dengan 30 hingga 40% persalinan preterm dimana sekitar 75% pasien akan mengalami persalinan satu minggu lebih dini dari jadwal (Ketuban pecah buat istri yanglagi hamil,http://www.indogamers.com) Kejadian Ketuban Pecah Dini berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan Ketuban Pecah Dini preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus Ketuban Pecah Dini terjadi pada kehamilan cukup bulan. Ketuban Pecah Dini merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%. (Ketuban pecah dini. http://www.klikdokter.com) Angka kejadian Ketuban pecah dini di Rumah Sakit Immanuel Bandung sekitar 25% - 40% perbulan, pada tahun 2011 sebanyak 78 orang dari jumlah semua ibu hamil yang berkunjung di ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung. Dan jumlah ibu hamil trimester III yang mengalami Ketuban pecah dini di ruang Debora Rumah Sakit Immanuel sebanyak 44 orang total jumlah hamil trimester III dari Januari sampai Maret 2012. Maka dari itu, peneliti berniat meneliti tentang pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ketuban pecah dini di ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 44 responden yang dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2012 di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung, melalui kuesioner yang diberikan maka di peroleh data – data yang disajikan dalam bentuk tabel serta pembahasannya Hasil Penelitian Deskriptif Kategori Jawaban Responden Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Ketuban Pecah Dini Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil trimester III Tentang Ketuban Pecah Dini No Kategori Pengetahuan Jumlah Presentasi Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 35 jikk ISSN: 2356-5454 1 2 3 Baik Cukup kurang Jumlah 30 11 3 44 Tabel diatas menunjukan bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 44 orang, yang memiliki pengetahuan baik 30 orang (68.18%), pengetahuan cukup sebanyak 11 orang Nomor 05 Tahun 2013 68.18% 25.00% 6.18% 100% (25.00%), dan pengetahuan kurang sebanyak 3 Orang (6.18%) Deskriptif Kategori Jawaban Responden Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang pengertian Ketuban Pecah Dini Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil trimester III Tentang Pengertian Ketuban Pecah Dini No Kategori Pengetahuan Jumlah Presentasi 1 Baik 22 50.00% 2 Cukup 18 40.90% 3 kurang 4 9.09% Jumlah 44 100% Tabel diatas menunjukan bahwa dari (40.50%), dan pengetahuan kurang sebanyak 4 keseluruhan responden yang berjumlah 44 Orang (9.09%) orang, yang memiliki pengetahuan baik Deskriptif Kategori Jawaban Responden tentang pengertian 20 orang (50.00%), Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang pengetahuan cukup sebanyak 18 orang Penyebab Ketuban Pecah Dini Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil trimester III Tentang Penyebab Ketuban Pecah Dini No Kategori Pengetahuan Jumlah Presentasi 1 Baik 20 45.45% 2 Cukup 19 43.18% 3 kurang 5 11.36% Jumlah 44 100% Tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan kurang sebanyak 5 Orang dari keseluruhan responden yang (11.36%) berjumlah 44 orang, yang memiliki Deskriptif Kategori Jawaban Responden pengetahuan baik tentang penyebab 20 Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang orang(45.45%), pengetahuan cukup Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini sebanyak 19 orang (43.18%), dan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini No Kategori Pengetahuan Jumlah Presentasi 1 Baik 30 68.18% 2 Cukup 10 22.72% 3 kurang 4 9.09 % Jumlah 44 100% Tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan baik tentang tanda dan dari keseluruhan responden yang gejala 30 orang(68.18%), pengetahuan berjumlah 44 orang, yang memiliki cukup sebanyak 10 orang (22.72%), dan Hal | 36 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 pengetahuan kurang sebanyak 4 Orang (9.09%) ISSN: 2356-5454 Deskriptif Kategori Jawaban Responden Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Akibat Ketuban Pecah Dini Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Akibat Ketuban Pecah Dini No Kategori Pengetahuan Jumlah Presentasi 1 Baik 14 31.81% 2 Cukup 21 47.72% 3 kurang 9 20.45% Jumlah 44 100% Tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan kurang sebanyak 9 Orang dari keseluruhan responden yang (20.45%) berjumlah 44 orang, yang memiliki Deskriptif Kategori Jawaban Responden pengetahuan baik tentang akibat 14 Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang orang (31.81%), pengetahuan cukup Pencegahan Ketuban Pecah Dini sebanyak 21 orang (47.72%), dan Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Pencegahan Ketuban Pecah Dini No Kategori Pengetahuan Jumlah Presentasi 1 Baik 12 27.27% 2 Cukup 29 65.90% 3 kurang 3 9.18% Jumlah 44 100% Tabel diatas menunjukan Ketuban pecah dini adalah pecahnya bahwa dari keseluruhan responden ketuban sebelum terdapat tanda mulai yang berjumlah 44 orang, yang persalinan dan ditunggu satu jam sebelum memiliki pengetahuan baik tentang terjadi inpartu. Ketuban pecah dini pencegahan 12 orang (27.27%), merupakan pecahnya selaput janin sebelum pengetahuan cukup sebanyak 29 proses persalinan dimulai. orang (65.90%), dan pengetahuan Ketuban Pecah Dini saat preterm kurang sebanyak 3 Orang (9.18%) (KPDP) adalah Ketuban Pecah Dini pada usia Berdasarkan hasil analisis data, <37 minggu Ketuban Pecah Dini memanjang berikut pengetahuan ibu hamil trimester III di merupakan KPD selama >24 jam yang Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel berhubungan dengan peningkatan risiko Bandung, mempunyai pengetahuan tentang infeksi intra-amnion. Ketuban dinyatakan ketuban pecah dini baik, cukup, kurang, hal pecah dini bila terjadi sebelum proses ini menggambarkan bahwa sebagian tingkat persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini pengetahuan ibu hamil trimester III di Ruang disebabkan oleh karena berkurangnya Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung kekuatan membrane atau meningkatnya memiliki tingkat pengetahuan yang baik tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor (93.18%) sedangkan ibu hamil trimester III tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran yang memiliki tingkat pengetahuan kurang disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal sangat sedikit 3 orang (6.18%) dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002) Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang early/ premature rupture of the membrane Pengertian Ketuban Pecah Dini Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 37 jikk ISSN: 2356-5454 (PROM) adalah pecahnya ketuban sebsalum partu : yaitu bila pembukaan pada primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Rustam Mochtar 1998) Ketuban Pecah Dini adalah bocornya cairan amnion sebelum mulainya persalinan. Terjadi pada kira- kira 7 sampai 12 % kehamilan. Paling sering ketuban pecah pada atau mendekati saat persalinan. Persalinan terjadi secara spontan dalam beberapa jam. Bila ketuban pecah dini dihubungkan dengan kehamilan preterm, ada resiko peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal akibat imaturitas janin bila kelahiran tidak terjadi dalam 24 jam, juga terjadi resiko peningkatan infeksi intrauterine. (Taber.B, M.D. 2002) Berdasarkan tabel 5.1.2 diatas menunjukan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pengertian Ketuban Pecah Dini sebanyak 22 orang (50%), pengetahuan cukup sebanyak 18 orang (40.90%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (9.09%), dengan demikian sebagian responden mempunyai pemahaman yang baik mengenai pengertian tentang ketuban pecah dini (50%), hal ini kemungkinan disebabkan oleh responden yang rata-rata berpendidikan SMA, serta informasi mengenai ketuban pecah dini dari media masa dan elektronik Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Penyebab Ketuban Pecah Dini Berkaitan dengan sebab terjadinya. Menurut pendapat (Arif, 2001) yaitu Serviks inkompeten tidak dapat berfungsi dengan baik. Servik yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi peristiwa ini diikuti oleh pecahnya ketuban dan selanjutnya ekspulsi janin imatur sehingga kemungkinan janin akan meninggal. Ketegangan rahim berlebihan kehamilan ganda dan hidramion dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang. Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak sehingga Hal | 38 Nomor 05 Tahun 2013 memungkinkan janin bergerak dengan leluasa, dan demikian janin dapat menempatkan diri dalam letak sungsang/letak lintang. Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah dini yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah. (Amnionitis/ Korioamnionitis). Berdasarkan tabel 5.1.3 diatas menunjukan bahwa memiliki pengetahuan baik tentang penyebab Ketuban Pecah Dini sebanyak 20 orang (45.45%), pengetahuan cukup sebanyak 19 orang (43.18%) dan berpengetahuan kurang sebanyak.5 orang (11.36%), dengan demikian sebagian responden mempunyai pemahaman yang baik mengenai penyebab tentang ketuban pecah dini (45.45%), hal ini kemungkinan disebabkan oleh responden yang rata-rata berpendidikan SMA, serta informasi mengenai ketuban pecah dini dari tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan,media masa dan elektronik harapannya dengan mengetahui tentang ketuban pecah dini ibu dapat mendeteksi secara dini kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi yaitu infeksi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini Keadaan yang mungkin terjadi tanda – tanda ketuban pecah dini: maternal demam dan takikardi, uterine tenderness, keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan amnion yang keruh berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urin, pada fetal takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik dan pada cairan amnion volume cairan ketuban berkurang, tes cairan amnion diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa,leukosit esterase (LEA) sitokin dan infeksi Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 ISSN: 2356-5454 Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukan bahwa memiliki pengetahuan baik tentang pengertian Ketuban Pecah Dini sebanyak 30 orang (86.18%), pengetahuan cukup sebanyak 10 orang (22.72%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (9.09%), dengan demikian sebagian responden mempunyai pemahaman yang baik mengenai pengertian tentang ketuban pecah dini (86.18%), hal ini kemungkinan disebabkan oleh responden yang rata-rata berpendidikan SMA, serta informasi mengenai ketuban pecah dini dari tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan,media masa dan elektronik harapannya dengan mengetahui tentang ketuban pecah dini ibu dapat mendeteksi secara dini kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi yaitu Denyut jantung janin cepat pendeknya serviks (kurang dari 2.5 cm yang diukur dari USG transvaginal). Berdasarkan tabel 5.1.5 diatas menunjukan bahwa memiliki pengetahuan baik tentang pengertian Ketuban Pecah Dini sebanyak 14 orang (31.81%), pengetahuan cukup sebanyak 21 orang (47.72%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang (20.45%), dengan demikian sebagian responden mempunyai pemahaman yang cukup mengenai akibat tentang ketuban pecah dini (45.45%), hal ini kemungkinan disebabkan oleh responden yang rata-rata berpendidikan SMA, serta informasi mengenai ketuban pecah dini dari tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan,media masa dan elektronik harapannya dengan mengetahui umur ibu,umur kehamilan dan paritas Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Akibat Ketuban Pecah Dini Faktor resiko yang meningkatkan kejadian Ketuban Pecah Dini terhadap janin walaupun ibu belum menunjukan gejalagejala terhadap infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal, terhadap ibu karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejalagejala infeksi lainnya, antara lain wanita yang pernah mengalami Ketuban Pecah Dini preterm pada kehamilan sebelumnya, wanita yang melahirkan bayi prematur dengan atau tanpa Ketuba Pecah Dini, wanita dengan perdarahan pada trimester pertama atau kedua kehamilan (perdarahan yang berkaitan dengan plasenta previa dan solusio plasenta), Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Pencegahan Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola Ketuban Pecah Dini akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. Penatalaksaan Ketuban Pecah Dini masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama ada beberapa masalah yang masih belum terjawab. Kasus Ketuban Pecah Dini yang cukup bulan, kalaupun segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus Ketuban Pecah Dini yang kurang bulan jika menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 39 jikk ISSN: 2356-5454 (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada Ketuban Pecah Dini dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya periode laten. Kebanyakan penulis sepakat mengambil 2 faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita Ketuban Pecah Dini yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Menahan agar sesuatu tidak dapat terjadi ketuban pecah dini dilalukan Pemeriksaan kehamilan yang teratur, kebiasaan hidup sehat, Personal Hyegiene, berhenti melakukan hubungan seksual, Mengonsumsi 100 mg vitamin C Berdasarkan tabel 5.1.6 diatas menunjukan bahwa memiliki pengetahuan baik tentang pengertian Ketuban Pecah Dini sebanyak 12 orang (27.27%), pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (65.90%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (9.18%), dengan demikian sebagian responden mempunyai pemahaman yang cukup mengenai pencegahan tentang ketuban pecah dini (65.90%), hal ini kemungkinan disebabkan oleh responden yang rata-rata berpendidikan SMA, serta informasi mengenai ketuban pecah dini dari tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan,media masa dan elektronik harapannya dengan mengetahui tentang ketuban pecah dini ibu dapat konseling dengan cara antenatal secara teratur Hal | 40 Nomor 05 Tahun 2013 PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian mengenai pengetahuan ibu hamil trimester III tentang Ketuban Pecah Dini. Secara umum terdapat responden yang baik 30 orang (68.18%), cukup 11 orang (25%) dan Yang kurang 3 orang (6.18%), dari data tersebut bahwa sebagian besar ibu hamil trimester III mengetahui pengetahuan yang baik, 30 orang (68.18%) mengenai ketuban pecah dini dan yang sebagian kecil memilki pengetahuan yang kurang 3 orang (6.18%). Dilema sering terjadi pada pengelolaan Ketuban Pecah Dini dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan memanjang, Sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada Ketuban Pecah Dini kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup, dan secara khususnya yaitu: a. Pengetahuan responden mengenai pengertian ketuban pecah dini, didapatkan hasil sebanyak 22 orang (50%) dan termasuk kedalam kategori baik b. Pengetahuan responden mengenai penyebab ketuban pecah dini, didapatkan hasil sebanyak 20 orang (45.45%) dan termasuk kedalam kategori baik c. Pengetahuan responden mengenai tanda dan gejala ketuban pecah dini, didapatkan hasil sebanyak 30 orang (68.18%) dan termasuk kedalam kategori baik d. Pengetahuan responden mengenai akibat ketuban pecah dini, didapatkan hasil sebanyak 21 orang (47.72%) dan termasuk kedalam kategori cukup e. Pengetahuan responden mengenai pencegahan ketuban pecah dini, didapatkan hasil sebanyak 29 orang (65.90%) dan termasuk kedalam kategori cukup Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 Saran 1. Untuk Lahan Penelitian Bagi Rumah Sakit Immanuel Bandung agar lebih meningkatkan program promosi kesehatan dengan cara memberikan konseling dan penyuluhan kepada para ibu hamil mengenai ketuban pecah dini 2. Untuk Institusi Pendidikan Untuk membantu sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk menambah pengetahuan tentang Ketuban Pecah Dini bagi mahasiswa-mahasiswa dan melibatkan mahasiswa untuk memberikan promosi kesehatan tentang ketuban pecah dini pada saat mahasiswa praktek di lapangan 3. Untuk Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa, penulis mengharapkan rekan – rekan agar melakukan penelitian lebih lanjut terutama yang berkaitan dengan ketuban pecah dini REFERENSI Anonymous. www.medicastore.com 30 Januari 2012 Anonymous. http://www.medscape.com/content/ 2012/00/44/82/448279/artpharm448 279.fig.gif 27 Januari 2012 Arikunto. 2009. Metodelogi Penelitian : Jakarta EGC Ben-Zion Taber, M.D. 2002. Kapita selekta kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC Cuningham FG, eveno KJ, Bloom SL, Haulth JC, Gilstrap L, Wenstrim KD Wiliams Obstetrics, Edisi ke-21, Penyunting, New York : McGraw-Hill. 2001 Garite, T,J. 2004. Premature Rupture of The Membranes. In : Maternal – Fetal Medicine Principles and Practice. 5 th Edition. Philadelphia : Saunders. 723736 Garite, T,J. 2000. Premature Rupture of The Membranes. In : Current therapy in ISSN: 2356-5454 obstetrics and Gynecology. 5 th Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company James DK. Stee. DJ. Wainer CP. Onik B. 2001. High Risk Pregnancy: Management Option, 2 nd Ed. London : WB. Saunders KPD buat istri yang lagi hamil http://www.indogamers.com/showthread.p hp?t=12429&viewfull=1 Ketuban Pecah Dini, http://www.klikdokter.com Manuaba, ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan Bidan, 2002 Jakarta : buku kedokteran EGC Medina, T. M and Hill, A.2006. Preterm Premature Rupture of Membranes : Diagnosis and Management. http://www.aafp.org/afp/20060215/ 659.html Notoatmodja, S 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan : Jakarta-Rineka Cipta Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, POGI, IDAI, IBI, dkk 2008 Parry, S. and Strauss, J.F. 1998. Review Articles. Mechanisms of Disease : Premature Rupture of the Fetal Membranes. http://content.nejm.org/cgi/content /full/338/10/663 Saifuddin, A.B.,et-all,. 2002. Buku Acuan Nasional : Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, JNPKKR-POGI. Svigos, J.M., Robinson, J.S., and Vigneswaran, R. 2001. Prelabor Rupture of The Membranes. In : High Risk Pregnancy Management Options. 2 nd Edition. London: W.B. Saunders. Wiknjpsastro H. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga cetakan kedelapan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 41 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 05 Tahun 2013 PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU DR. M. GOENAWAN PARTOWIDIGDO CISARUA BOGOR Oleh Sundari ABSTRAK Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat memiliki jumlah terbesar penderita penyakit TBC. Bila seorang ibu hamil menderita penyakit ini dapat mengalami partus prematur atau kematian janin. Pemilihan obat TB pada ibu hamil harus rasional dan memperhatikan potensial resiko yang dapat terjadi pada ibu dan janin yang dikandung. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan proses pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor berdasarkan data kunjungan pada bulan Maret 2012 yaitu sebanyak 147 orang. Teknik pengambilan sample dilakukan secara accidental sampling yaitu sebanyak 59 orang ibu hamil. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 77,68% ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tentang Tuberculosis Paru sedangkan berdasarkan pengertian Tuberculosis didapatkan sebesar 82,20% ibu hamil berpengetahuan baik, berdasarkan tanda dan gejala sebanyak 80,68% ibu hamil berpengetahuan baik, berdasarkan pengobatan sebanyak 76,28% ibu hamil berpengetahuan baik, berdasarkan cara penularan sebanyak 79,64% ibu hamil berpengetahuan baik dan berdasarkan cara penularan sebanyak 76,48% ibu hamil berpengetahuan baik. Kata Kunci : Tuberculosis Paru, Ibu Hamil PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Walaupun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam penanggulangan TB di Indonesia, tapi tantangan masalah TB kedepan masih besar. Menkes menyadari TB tidak bisa diberantas oleh pemerintah atau jajaran kesehatan saja, tetapi harus melibatkan dan bermitra dengan banyak sektor. (Diunduh dari : www.bppsdmk.depkes.go.id) Dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat memiliki jumlah terbesar penderita penyakit TBC. Untuk itu pemerintah propinsi Jawa Barat pada tahun 2010 menargetkan dapat menanggulangi Hal | 42 penyakit Paru dan menempatkan penyakit TBC tersebut sebagai program unggulan Dinas Kesehatan Jawa Barat. Data di Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2007 tercatat 30.000 orang penderita TBC yang sudah datang berobat ke Rumah Sakit dan Puskesmas. ( Diunduh dari : www.ppti.info) Untuk wilayah Jawa Barat, kota Bogor masuk dalam 10 besar jumlah penderita TBC. Tapi untuk tingkat kontribusi penderita, kota Bogor masih rendah karena cakupan luas daerah Bogor tidak begitu luas. Pada evaluasi program TB Paru 2010, kemajuan pengobatan sudah 81 %. Artinya sekitar 81 % penderita sudah tertangani pengobatannya secara menyeluruh. Diharapkan dengan pengobatan secara berkelanjutan dapat menekan angka jumlah penderita TBC di kota Bogor. ( Dikutip dari Harian Pelita dalam www.pelita.or.id) Kasus tuberkulosis sebagian besar menyerang wanita pada usia produktif. Kira- Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 ISSN: 2356-5454 kira 1-3% dari semua wanita hamil menderita tuberkulosis. Pada kehamilan terdapat perubahan-perubahan pada sistem hormonal, imunologis, peredaran darah, sistem pernafasan, seperti terdesaknya diafragma ke atas sehingga paru-paru terdorong ke atas oleh uterus yang gravid menyebabkan volume residu pernafasan berkurang. Pemakaian oksigen dalam kehamilan akan bertambah kira-kira 25% dibandingkan diluar kehamilan, apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi partus prematur atau kematian janin. Proses kehamilan, persalinan, masa nifas dan laktasi mempunyai pengaruh kurang menguntungkan terhadap jalannya penyakit. Hal ini disebabkan oleh karena perubahanperubahan dalam kehamilan yang kurang menguntungkan bagi proses penyakit dan daya tahan tubuh yang turun akibat kehamilan. (Patofisiologi, 2008) TB pada ibu hamil harus diobati, karena jika tidak diobati dapat menyebabkan kecacatan, aborsi dan kematian. Pemilihan obat TB pada ibu hamil harus rasional dan memperhatikan potensial resiko yang dapat terjadi pada ibu dan janin yang dikandung. Oleh karena itu, dalam memilih obat untuk ibu hamil, harus diperhatikan indeks keamanan obat tersebut pada ibu hamil. (Kapita Selekta Kedokteran, 2008) Data bulan Desember tahun 2011 di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien dengan kasus Tuberculosis Paru terdapat 107 orang perempuan dengan rata-rata 5-10 orang dengan kasus baru di wilayah kecamatan Cisarua. Yang diantaranya masih terdapat ibu hamil. (Laporan Rekam Medis RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor 2012). PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada Bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor yang telah melibatkan 59 ibu hamil sebagai responden. Data hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Secara Umum. Tabel 1 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru secara umum. Katagori Baik Cukup Kurang Jumlah Frekwensi 37 15 7 Persentase (%) 62,71 25,42 11,86 59 100 Grafik 1 Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru secara umum BAIK 7 CUKUP 15 KURANG 37 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 43 jikk ISSN: 2356-5454 Pada tabel 1 diketahui bahwa ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang Tuberculosis Paru yaitu sebanyak 37 orang (62,71%), ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang tuberculosis paru sebanyak 15 orang (25,42%) sedangkan ibu hamil yang Nomor 05 Tahun 2013 berpengetahuan kurang tentang tuberculosis paru hanya 7 orang (11,86%). Dari uraian tabel tersebut dapat diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik merupakan jumlah paling banyak. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian Tuberculosis Paru Tabel 2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Tuberculosis Paru Katagori Baik Cukup Kurang Frekwensi 32 15 12 Jumlah Persentase (%) 54,24 25,42 20,34 59 100 Grafik 2 Pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Tuberculosis Paru BAIK 12 CUKUP 15 Pada tabel.2 diperoleh hasil dari 59 ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang pengertian tuberculosis paru sebanyak 32 orang (54,24%). Ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang pengertian tuberculosis paru sebanyak 15 orang (25,42%) 32 KURANG dan ibu hamil yang berpengetahuan kurang tentang pengertian tuberculosis paru sebanyak 12 orang (20,34%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata ibu hamil telah memiliki pengetahuan baik tentang pengertian tuberculosis paru. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda dan Gejala Tuberculosis Paru Tabel 3 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang tanda dan gejala Tuberculosis Paru Katagori Baik Cukup Kurang Jumlah Hal | 44 Frekwensi 45 4 10 59 Persentase (%) 76,27 6,78 16,95 100 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 ISSN: 2356-5454 Grafik 3 Pengetahuan ibu hamil tentang tanda dan gejala Tuberculosis Paru Baik 10 Cukup 4 Kurang 45 Hasil analisa dari tabel 3 diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang tanda dan gejala tuberculosis paru sebanyak 45 orang (76,27%). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan cukup tentang tanda dan gejala tuberculosis paru sebanyak 4 orang (6,78%), dan ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang tentang tanda dan gejala tuberculosis paru sebanyak 10 orang (16,95%). Dengan demikian dari hasil analisa tabel diatas dapat diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang tanda dan gejala tuberculosis paru memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 45 orang (76,27%). Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengobatan Tuberculosis Paru Tabel 4 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengobatan Tuberculosis Paru Katagori Baik Cukup Kurang Jumlah Frekwensi 35 10 14 59 Persentase (%) 59,32 16,95 23,73 100 Grafik 4 Pengetahuan ibu hamil tentang pengobatan Tuberculosis Paru 14 10 Hasil analisa tabel 4 diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang pengobatan tuberculosis paru sebanyak 35 orang (59,32%). Ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang pengobatan tuberculosis paru sebanyak 10 orang (16,95%). Sedangkan ibu hamil yang berpengetahuan Baik 35 Cukup Kurang kurang tentang pengobatan tuberculosis paru sebanyak 14 orang (23,73%). Sehingga dapat diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang pengobatan tuberculosis paru adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 35 orang (59,32%). Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 45 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 05 Tahun 2013 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Cara Penularan Tuberculosis Paru Tabel 5 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara penularan Tuberculosis Paru Katagori Baik Cukup Kurang Jumlah Frekwensi 42 8 9 59 Persentase (%) 71,19 13,56 15,25 100 Grafik 5 Pengetahuan ibu hamil tentang cara penularan Tuberculosis Paru 9 Baik Cukup 8 Kurang 42 Hasil analisa tabel 5 diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang penularan tuberculosis paru sebanyak 42 orang (71,19%). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan cukup tentang penularan tuberculosis paru sebanyak 8 orang (13,56%). Sedangkan ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang tentang cara penularan tuberculosis paru sebanyak 9 orang (15,25%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang penularan tuberculosis paru memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 42 orang (71,19%). Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Cara Pencegahan Tuberculosis Paru Tabel 6 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan Tuberculosis Paru Katagori Baik Cukup Kurang Jumlah Frekwensi 30 17 12 59 Persentase (%) 50,85 28,81 20,34 100 Grafik 6 Pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan Tuberculosis Paru Hal | 46 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 ISSN: 2356-5454 12 Baik 30 17 Hasil analisa tabel 6 diketahui bahwa ibu hamil berpengetahuan baik tentang cara pencegahan tuberculosis paru sebanyak 30 orang (50,85%). Ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang cara pencegahan tuberculosis paru sebanyak 17 orang (28,81%). Ibu hamil yang berpengetahuan kurang tentang cara pencegahan tuberculosis paru sebanyak 12 orang (20,34%). Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang cara pencegahan tuberculosis paru memiliki jumlah terbanyak yaitu 30 orang (50,85%). Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Secara Umum Penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Paru Dr.M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor telah didapatkan hasil secara umum. Dari 59 responden sebanyak 77,68% telah menjawab dengan benar. Menurut peneliti, pengetahuan responden tentang tuberculosis paru secara umum sudah baik karena kebanyakan ibu telah mendapat informasi dari media masa, selain itu sebagian besar responden berusia antara 25-35, dan latar belakang pendidikan minimal SMP. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Berdasarkan Pengertian Hasil penelitian tentang tuberculosis paru berdasarkan pengertian didapatkan bahwa dari 59 responden, sebanyak 82,20% telah menjawab dengan benar. Mengukur pengetahuan responden tentang tuberculosis paru berdasarkan Cukup Kurang pengertian, maka responden perlu memahami pengertian tuberculosis paru secara umum. Secara definisi Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Depkes 2010). Walaupun masyarakat pada umumnya dan ibu hamil, khususnya, tidak dapat mengenal nama specifik kuman penyebab Tuberculosis namun mereka telah memahami bahwa penyebab penyakit tuberculosis adalah kuman yang menyerang organ paru-paru. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Berdasarkan Tanda dan Gejala Hasil penelitian tentang tuberculosis paru berdasarkan tanda dan gejala didapatkan bahwa dari 59 responden, sebanyak 80,68% telah menjawab dengan benar. Menilai pengetahuan ibu hamil tentang tuberculosis paru berdasarkan tanda dan gejala, responden perlu mengetahui bahwa tanda dan gejala penderita tuberculosis dapat menunjukan ciri-ciri sebagai berikut : Gejala utama pada penyakit ini adalah batuk terusmenerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang sering dijumpai yaitu dahak bercampur darah, sesak nafas, rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Depkes 2010). Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 47 jikk ISSN: 2356-5454 Banyak ibu hamil yang telah mengetahui tanda dan gejala tuberculosis paru melalui media massa, informasi tenaga kesehatan maupun dari pengalaman keluarga. Selain itu responden memiliki latar pendidikan minimal SLTP. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Berdasarkan Pengobatan Hasil penelitian pada ibu hamil tentang tuberculosis paru berdasarkan cara pengobatan, didapatkan bahwa dari 59 responden sebanyak 76,28% telah menjawab dengan benar. Menilai pengetahuan responden tentang tuberculosis paru berdasarkan pengobatan, maka responden perlu mengetahui jenis obat anti TBC dan lama pengobatan minimal. Obatobat Tuberculosis Paru ini terdiri dari Rifampicin, Ethambutol, Isoniazid, Pyrazinamide dan Streptomycin diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 68 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat. Menurut peneliti, hasil penelitian diperoleh ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan tentang pengobatan tuberculosis rata-rata dengan katagori baik. Hal ini dimungkinkan bahwa responden telah menerima informasi sebelumnya atau dengan latar belakang pendidikan yang cukup dimana responden memiliki latar belakang pendidikan minimal SLTP. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Berdasarkan Cara Penularan Hasil penelitian pada ibu hamil tentang tuberculosis paru berdasarkan cara penularan, didapatkan bahwa dari 59 responden sebanyak 79,64% telah menjawab dengan benar. Hal | 48 Nomor 05 Tahun 2013 Mengukur pengetahuan responden tentang cara penularan tuberculosis paru, maka responden perlu mengetahui tentang bagaimana kuman TBC dapat berpindah tempat. Pada waktu batuk atau bersin, menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu ruangan selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman Tubercusis tersebut masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian bagian tubuh lainya. Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Depkes 2010) Menurut peneliti, hasil penelitian tentang pengetahuan ibu mengenai cara penularan tuberculosis paru dikatakan baik karena ibu hamil telah mendapatkan informasi melalui media massa maupun penyuluhan dari petugas kesehatan dan dengan latar belakang pendidikan ibu hamil yang minimal SLTP. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Berdasarkan Cara Pencegahan Hasil penelitian pada ibu hamil tentang tuberculosis paru berdasarkan cara pencegahan, didapatkan bahwa dari 59 responden sebanyak 76,48% telah menjawab dengan benar. Menilai pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan tuberculosis yaitu terdiri dari melakukan imunisasi BCG sedini mungkin yaitu dimulai pada bayi yang berusia 1 bulan sesuai dengan imunisasi dasar yang dianjurkan oleh Dokter Anak Indonesia. Begitu pula masukan nutrisi yang baik dapat Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 mencegah seseorang terinfeksi penyakit ini. Selain itu faktor-faktor dibawah ini dapat mencegah seseorang tertular dan atau menularkan TBC : 1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin. 2. Meludah hendaknya pada tempat tertutup yang sudah diberi desinfektan. 3. Memiliki ventilasi yang baik, dimana udara dan sinar matahari dapat menjangkau ke dalam rumah. Karena kuman TBC cepat mati terpapar sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. 4. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur dibawah sinar matahari terutama pagi hari. 5. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein. (Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2009) Menurut peneliti, hasil penelitian tentang pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan tuberculosis paru pada umumnya baik. Hal ini didukung dengan latar belakang pendidikan responden minimal SLTP, usia antara 25-35 tahun, dan informasi melalui media massa, informasi dari petugas kesehatan maupun informasi dari orang lain yang memiliki pengalaman sebelumnya. PENUTUP Kesimpulan Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor secara umum yaitu baik, sebesar 77,68%. Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru berdasarkan pengertian didapatkan hasil rata-rata baik sebesar 82,20%. Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru berdasarkan tanda dan gejalanya didapatkan hasil rata-rata baik yaitu sebesar 80,68%. Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru berdasarkan pengobatan ISSN: 2356-5454 didapatkan hasil rata-rata baik, yaitu sebesar 76,28%. Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru berdasarkan cara penularan didapatkan hasil rata-rata baik yaitu sebesar 79,64%. Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru berdasarkan cara pencegahan didapatkan hasil rata-rata baik yaitu sebesar 76,48%. Menurut peneliti, hasil penelitian tentang pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan tuberculosis paru pada umumnya baik. Hal ini didukung dengan latar belakang pendidikan responden minimal SLTP, usia antara 25-35 tahun, dan informasi melalui media massa, informasi dari petugas kesehatan maupun informasi dari orang lain yang memiliki pengalaman sebelumnya. Saran 1. Tempat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan promosi kesehatan demi menurunkan angka kesakitan Tuberculosis di masyarakat. 2. Institusi pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi dalam rangka untuk terus mengembangkan penelitian selanjutnya. 3. Masyarakat atau Ibu hamil Melalui penelitian ini diharapkan ibu hamil dapat memberikan pengetahuan yang baik kepada masyarakat yang belum memiliki informasi tentang Tuberculosis paru serta diharapkan dapat bersama-sama mencegah tersebarnya penyakit Tuberculosis. REFERENSI ArikuntoSuharsimi.2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik Edisi revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Budiarto Eko, SKM. (2002). BIOSTATISTIKA untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta :ECG Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 49 jikk ISSN: 2356-5454 Depkes RI, (2007). Buku acuan pertolongan pertama gawatdarurat obsretri dan neonatal Dinas Kesehatan Provinsi Bandung 2008 JNPK- KR, (2008), Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, edisi revisi. Jakarta Mochtar Rustam, Prof. Dr. MPH (1998) Sinopsis Obstetri. Jakarta: ECG Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rumah Sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang Provinsi Banten 2011 Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG., MPH. 2004. Buku Panduan Praktis Hal | 50 Nomor 05 Tahun 2013 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG., MPH. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo http : www.Rilisindonesia.com http : www. Meneg pp. Go. Id (suara pembaharuan) http : www. Scribd. Com http: // Kuliah bidan wordpress. Com / 2008/II/ 02 http : www. undp. Com Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 05 Tahun 2013 Standar Prosedur Operasional Publikasi Karya Tulis dan Artikel Ilmiah Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas ISSN: 2356-5454 JIKK Akademi Kebidanan Ar Rahman Ketentuan Umum 1. Topik dan tema karya tulis atau artikel (selanjutnya disebut naskah) memiliki keterkaitan dengan dunia kesehatan, khususnya bidang kebidanan; 2. Karya tulis ataupun artikel merupakan hasil penelitian lapangan (work-field study), penelitian pustaka (literature study) atau asah gagasan (proposition); 3. Karya tulis ataupun artikel ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia maupun English yang baik dan benar serta mengikuti aturan tata bahasa yang baku; 4. Setiap naskah yang masuk akan ditinjau ulang oleh Mitra Bestari yang memiliki kepakaran di bidangnya, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar institusi AKBID Ar Rahmah; 5. Penyerahan naskah dikirim selambatlambatnya dua bulan sebelum penerbitan reguler (bulan Februari dan Oktober) kepada redaksi JIKK; 6. Kepastian pemuatan atau tidaknya sebuah naskah akan diberitahukan secara tertulis, baik melalui surat ataupun email; 7. Naskah yang tidak dimuat dapat dikembalikan dengan sepengetahuan penulis naskah. Ketentuan Khusus 1. Naskah ditulis dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office Word (baik itu XP, 2003 atau 2007); 2. Naskah ditulis menggunakan font Times New Roman atau Arial dengan ukuran font 12 (tanpa page number ataupun keterangan header/footer); 3. Panjang naskah maksimal 10 halaman dengan ukuran kertas A4 serta ukuran margin (kiri: 4, kanan: 3, atas: 3 dan bawah: 3). Sistematika Penulisan Judul (informatif, lugas, singkat dan jelas), Nama penulis (tanpa gelar), Abstrak/ Rangkuman eksekutif (ditulis dalam bentuk narasi dan terdiri atas 100-150 kata), Kata kunci (istilah teknis/ operasional yang digunakan dalam artikel), Pendahuluan (deskripsi sekilas mengenai topik yang dibahas, status topik saat ini, perubahan yang terjadi berkaitan dengan topik, dan kontribusi naskah dalam topik yang dibahas; akhir pendahuluan memuat tujuan, metode, manfaat pembahasan topik, dan harapan yang dapat diambil dari topik yang dibahas), Isi/ Pembahasan (uraian, pemaparan ataupun penjabaran yang berkaitan dengan hasil temuan penelitian atau asah gagasan untuk naskah non-penelitian; isi/ pembahasan dapat terdiri atas beberapa subbahasan, tergantung pada topik/masalah yang dibahas serta penjelasan yang mendalam dari topik/ tema yang dibahas), Simpulan dan Saran, Daftar pustaka atau Pustaka Rujukan, dan Riwayat penulis (ditulis secara singkat). Sistematika Penulisan Resensi Buku Buku yang diresensi harus aktual (up to date); buku berbahasa Indonesia terbitan satu tahun terakhir sedangkan buku berbahasa asing terbitan tiga tahun terakhir, Isi (content) buku yang diresensi berkontribusi signifikan bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, Susunan resensi terdiri atas deskripsi formal buku, ringkasan (summary), evaluasi/ kritik/ komentar, dan simpulan. Penyerahan Naskah (karya tulis ataupun artikel ilmiah) Penyerahan naskah dapat dilakukan melalui, Email; naskah tidak ditulis dalam kotak pesan (message box) melainkan disisipkan (attachment) dan dikirimkan ke [email protected] atau [email protected] , Surat/ pos; naskah dimasukkan ke dalam amplop ukuran A4 dan pojok kanan atas ditulis JIKK AKBID Ar Rahmah, kemudian dikirimkan ke alamat Jalan Pasteur No. 21 A, Bandung– Jawa Barat. Alamat Redaksi dan Tata Usaha JIKK Press – AKBID Ar Rahmah Jalan Pasteur no. 21, Bandung – Jawa Barat Telepon/ Faximile (022) 4214127 Email [email protected] Website www.arrahmah.ac.id Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 51