Prawacana - Akbid Ar

advertisement
LITERAT No. 31 Tahun 2010
ISSN: 1411–2566
Prawacana
Bismillahirrohmanirrohiim,
Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh,
Pada bulan Maret tahun ini, Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas (JIKK) Akademi
Kebidanan Ar Rahmah hadir dengan sejumlah hasil kajian dan penelitian para dosen, baik
dosen AKBID Ar Rahmah maupun dosen perguruan tinggi lainnya, yang dengan senang
hati berbagi wawasan dan pengetahuan mereka demi meningkatkan kualitas keilmuan di
bidang kebidanan di bumi pertiwi ini.
Mengawali JIKK edisi ke-5 ini, Ajeng Widyastuti memaparkan tentang Pengetahuan
Bidan Desa Tentang Partograf Di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Mei Tahun 2011.
Tulisan Selanjutnya, Nunung Kanianingsih yang memaparkan mengenai Pengetahuan
Akseptor KB Tentang Kontrasepsi Implan Di Puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat. Tak
kalah menarik, Yuliustina memaparkan tentang Gambaran Pengetahuan Bidan
Tentangatonia Uteri Di Rumah Sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang Provinsi Banten.
Tulisan selanjutnya, Iis Wahyuni mengkaji tentang Hubungan Karakteristik Dengan
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Di Desa Biru Kecamatan Majalaya
Kabupaten Bandung. Selanjutnya, Irma Rosliani Dewi memaparkan mengenai Pengetahuan
Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel
Bandung. Tulisan selanjutnya, Diah Nurmayawati menguraikan tentang Pengetahuan Ibu
Hamil Trimester III Tentang Ketuban Pecah Dini. Tulisan terakhir, Sundari mengkaji
tentang Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Di Rumah Sakit Paru Dr. M.
Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor.
Tak hentinya kami mengajak pembaca dari semua kalangan untuk senantiasa
menggunakan JIKK sebagai media publikasi hasil kajian dan penelitian. Kami yakin, setiap
kegiatan ilmiah yang telah dilakukan akan terasa lebih bermanfaat tatkala dipublikasikan
dan menjadi konsumsi masyarakat ilmiah. Oleh karena itu, kami tunggu karya Anda untuk
edisi JIKK selanjutnya.
Akhir kata, sajian JIKK edisi kali ini diharapkan bermanfaat dan senantiasa
membuka cakrawala informasi bagi Anda. Selamat membaca!
Billahittaufiq walhidayah,
Wassalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh.
Penyunting.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 1
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 05 Tahun 2013
jikk
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas
Nomor 05 Tahun 2013, ISSN: 2356-5454
Diterbitkan oleh,
Ar Rahmah Press
Akademi Kebidanan
Ar Rahmah – Bandung
Penanggung Jawab
Hj. Diah Nurmayawati
Ketua Penyunting
Yuliati
Wakil Ketua Penyunting
Andi Laksana B
Anggota
Esti Hitatami
Sundari
Desra Amelia
Irma Rosliani Dewi
Iis Wahyuni
Widyastuti
Nunung Kanianingsih
Winarni
Ajeng Windyastuti
JM Weking
Yuliustina
Mitra Bestari (Penyunting Ahli)
Elvi Era Liesmayani (AKBID Panca Bhakti)
Widyah Setyowati (STIKES Ngudi Waluyo U)
Titiek Soelistyowatie (Unika Atma Jaya)
Ari Murdiati (Univ. Muhammadiyah Semarang)
Lingga Kurniawati (POLTEKKES Semarang)
Frida Cahyaningrum (STIKES Karya Husada)
Crismis Novalina Ginting (Univ. Gadjah Mada)
Santy Deasy Siregar (Univ. Sumatera Utara)
Deby Novita Siregar (STIKes Helvetia)
Jupri Kartono (AKBID Panca Bhakti)
Aries Cholifah (Univ. Negeri Surakarta)
Setting Layout & Sirkulasi
M. Andriana Gaffar
Yadi Firmansyah
Hamdan Hidayat
Hamdani
Fitriasukma Ekaputra
Hal | 2
Daftar Isi
PENGETAHUAN BIDAN DESA TENTANG
PARTOGRAF
DI
DINAS
KESEHATAN
KABUPATEN BANDUNG MEI TAHUN 2011
oleh
Ajeng Widyastuti ... 3
PENGETAHUAN AKSEPTOR KB TENTANG
KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS
CIPEUNDEUY BANDUNG BARAT
oleh
Nunung Kanianingsih ... 11
GAMBARAN
PENGETAHUAN
BIDAN
TENTANGATONIA UTERI DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH BERKAH PANDEGLANG
PROVINSI BANTEN
oleh
Yuliustina ... 16
HUBUNGAN
KARAKTERISTIK
DENGAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
ANTENATAL
CARE
DI
DESA
BIRU
KECAMATAN
MAJALAYA
KABUPATEN
BANDUNG
oleh
Iis Wahyuni ... 23
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI
RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
oleh
Irma Rosliani Dewi ... 29
PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III
TENTANG KETUBAN PECAH DINI
oleh
Diah Nurmayawati ... 34
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU
DR.
M.
GOENAWAN
PARTOWIDIGDO
CISARUA BOGOR
oleh
Sundari ... 42
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
PENGETAHUAN BIDAN DESA TENTANG PARTOGRAF DI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BANDUNG MEI TAHUN 2011
Oleh
Ajeng Windyastuti
ABSTRAK
Mortalitas dan Morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
berkembang. AKI dan AKB di Propinsi Jawa Barat masih tinggi bila dibandingkan dengan angka
nasional yaitu 321/100.000 kelahiran hidup dan AKB 43/1000 Kelahiran Hidup. Salah satu upaya
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah adanya peran dan fungsi bidan yang
adekuat dalam menolong persalinan. Peran bidan sebagai pelaksana dalam proses persalinan
merupakan salah satu faktor penting untuk menurunkan kematian ibu dan bayi, untuk itu
diperlukan alat bantu / pedoman persalinan untuk menilai kemajuan persalinan dan mendeteksi
adanya komplikasi dan penyimpangan pada persalinan yaitu partograf. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengetahuan bidan desa tentang partograf berdasarkan pengetahuan pendidikan, masa
kerja dan pelatihan APN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode descriptif
dengan jumlah sample sebanyak 72 orang bidan desa di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.
Tekhnik pengumpulan data dengan menggunakan lembar kusioner yang sudah terstandar dengan
mengacu tinjauan teoritis, sedangkan tekhnik analisa data dengan menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian didapatkan sebanyak 65% bidan desa berpengetahuan baik, Dari jumlah bidan
berpengetahuan baik dalam penggunaan partograf 75% ditinjau dari jumlah masa kerja lebih dari 9
tahun. Didapatkan pula dari bidan 26% Bidan yang belum pelatihan APN dan 74% Bidan yang sudah
mengikuti pelatihan APN. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar bidan desa pergetahuannya
sudah baik. Saran bagi semua bidan agar lebih peduli dalam penggunaan partograf dan menjadikan
partograf sebagai stándar baku dalam manajemen persalinan serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya
Kata kunci
: Deskriptif, Bidan desa.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Mortalitas dan Morbiditas pada
wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang.AKI dan AKB di
Indonesia tertinggi di kawasan Asia. Menurut
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2006, AKI di Indonesia masih berada
pada angka 262/100.000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB),
khususnya Angka Kematian Bayi Baru
Lahir/neonatal dengan jumlah 35/1000
kelahiran hidup Hal ini menjadi kegiatan
prioritas Departemen Kesehatan, dimana
Depkes menargetkan pada tahun 2012 AKI
menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan
AKB menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data Balai Pusat Statistik
(BPS) AKI di Jawa Barat pada tahun 2008
adalah
321/100.000
kelahiran
hidup,
sedangkan AKB 43/1000 kelahiran hidup
(Dinkes Propinsi Jabar). Angka Kematian Ibu
(AKI) di Kabupaten Bandung selama ini
belum didapat karena masih menggunakan
AKI Jawa Barat. Salah satu faktor terpenting
dalam upaya penurunan angka kematian
tersebut, adalah penyediaan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang
berkualitas
dekat
dengan
masyarakat
difokuskan pada Tiga Pesan Kunci Making
Pregnancy Safer, yaitu setiap persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap
komplikasi obstetri dan neonatal mendapat
pelayanan yang adekuat dan setiap wanita
usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
dan penanganan komplikasi keguguran
(Saifuddin, 2002).
Penyebab langsung kematian ibu di
Jawa Barat masih karena komplikasi seperti
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 3
ISSN: 2356-5454
perdarahan, eklamsi dan infeksi merupakan
penyebab utama tingginya angka kematian
ibu di negara berkembang. Penyebab
kematian ibu dan bayi baru lahir di sebabkan
karena “3 terlambat dan 4 terlalu“. 3 terlambat
yaitu terlambat mengenali bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan dan terlambat mendapat
pertolongan yang cepat, tepat di fasilitas
pelayanan kesehatan. 4 terlalu yaitu terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu
banyak. Selain itu AKI dan AKB juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku,
genetik dan pelayanan kesehatan (Saifuddin,
2002).
Berdasarkan penyebab tidak langsung
kematian AKI dan AKB tersebut di atas, Peran
bidan sebagai pelaksana dalam proses
persalinan merupakan salah satu faktor
penting untuk keselamatan ibu dan bayi,
untuk itu diperlukan suatu cara sebagai
pedoman bidan dalam menilai keadaan ibu,
janin dan seluruh proses persalinan. Suatu alat
atau cara tersebut adalah partograf, sehingga
para bidan dapat mendeteksi jika ada
penyimpangan atau masalah dalam persalinan
(JNPK-KR, 2007).
Mengingat
pentingnya
dalam
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap
profesionalismenya,
maka
perlu
dilakukan suatu penelitian mengenai faktor
apa saja yang mempengaruhi pengetahuan
bidan dalam penggunaan partograf, sehingga
dapat mendiagnosa secara dini terhadap
kasus-kasus persalinan patologis yang dapat
menekan angka kematian maternal dan
perinatal. Partograf adalah catatan grafik
kemajuan persalinan untuk memantau
keadaan ibu dan janin. Partograf juga dapat
meningkatkan
mutu
serta
keteraturan
pemantauan janin dan ibu selama persalinan
(JNPK-KR, 2007).
Partograf harus digunakan selama
proses persalinan dan kelahiran bayi di semua
tempat (rumah, puskesmas, BPS, rumah sakit
dll). Partograf juga harus digunakan oleh
semua penolong persalinan (Spesialis Obstetri,
Hal | 4
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
Bidan, Dokter umum, Residen, Mahasiswa
Kedokteran maupun kebidanan). Pemanfaatan
partograf di Indonesia digalakan antara tahun
1994 – 1995 oleh Departemen Kesehatan
melalui Direktorat Bina Kesehatan Keluarga
(JNPK-KR, 2007).
Penggunaan partograf di institusi
resmi pemerintah telah sebagian besar
dilakukan, begitu pula di tempat praktek
swasta, tapi hal itu tidak menutup
kemungkinan penggunaan partograf belum
sepenuhnya dilakukan (Krisnadi, 2005).
Pada
tahun
2007
dilaksanakan
pelatihan ”Desa Siaga” bagi 150 bidan desa
yang di tindaklanjuti dengan evaluasi
keterampilan dalam menggunakan partograf.
Dari 150 bidan yang evaluasi dan memiliki
kualifikasi
mahir/kompeten
dalam
penggunaan partograf hanya 35 orang (23,3%)
(DinKes Kab. Bandung 2007). Dengan
berbagai faktor yang ada pada bidan tersebut
maka penggunaan partograf sebagai standar
manajemen persalinan belum menyeluruh
dilaksanakan sebagaimana diharapkan.
Data pada bulan maret 2011 di
wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
jumlah seluruh bidan desa ada 263 orang yang
tersebar di 31 kecamatan/UPTD (Unit
Pelaksana Teknis Daerah) dan 61 puskesmas
dengan
masing-masing
Puskesmas
mempunyai 1 orang bidan koordinator.
Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik
melakukan penelitian mengenai ”pengetahuan
bidan desa tentang partograf di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung”
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan hasil
penelitian yang dilakukan oleh penulis
mengenai
pengetahuan
bidan
tentang
partograf
ditinjau
dari
pengetahuan,
pendidikan, masa kerja dan pelatihan.
Penelitian ini dilakukan pada 72 responden
pada bulan mei 2011, dengan hasil sebagai
berikut :
Distribusi Pengetahuan Bidan
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
Tabel 1 Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang partograf di
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Mei 2011
Pengetahuan
partograf
Baik
Cukup
bidan
tentang
Frekuensi
Presentase
47
23
65
32
Kurang
2
3
Total
72
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas dapat
pengetahuannya cukup 23 orang (32%) dan
diketahui bahwa dari jumlah bidan 72 orang,
pengetahuannya kurang 2 orang (3%).
bidan yang pengetahuannya baik tentang
Distribusi Pengetahuan Bidan Berdasarkan
partograf sebanyak 47 orang (65%) yang
Pendidikan
Tabel 2 Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang partograf berdasarkan pendidikan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung Mei 2011
Pendidikan
Pengetahuan
Baik
n
Σ
Cukup
Kurang
%
n
%
n
%
N
D1 Kebidanan
3
60
2
40
0
0
5
D3 Kebidanan
44
66
21
31
2
3
67
Total
47
23
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel diatas, dapat
diketahui bahwa dari pendidikan Bidan D1
sebanyak 5 orang, diketahui 3 orang (60%)
pengetahuannya baik dan 2 orang (40%)
pengetahuannya cukup. Sedangkan dari
pendidikan Bidan D3 sebanyak 67 orang,
2
Total
%
100
100
72
diketahui 44 orang (66%) pengetahuannya
baik, 21 orang (31%) pengetahuannya cukup
dan 2 orang (3%) pengetahuannya kurang.
Distribusi Pengetahuan Bidan Berdasarkan
Masa kerja
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 5
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 05 Tahun 2013
Tabel 3 Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang partograf berdasarkan masa kerja di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung Mei 2011
Masa kerja
Pengetahuan
Σ
Total
Baik
Cukup
Kurang
n
%
n
%
n
< 3 tahun
20
65
10
32
1
6-9 tahun
15
60
9
36
1
4
> 9 tahun
12
75
4
25
0
0
Total
47
23
%
3
%
31
100
25
100
16
2
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel diatas, diketahui
bahwa Bidan dengan masa kerja kurang dari
3 tahun 20 (65%) orang pengetahuannya baik,
10 orang (32%) pengetahuannya cukup dan 1
orang (3%) pengetahuannya kurang Bidan
dengan masa kerja 6-9 tahun 15 orang (60%)
N
100
72
pengetahuannya baik, 9 orang (36%)
pengetahuannya cukup dan 1 orang (4%)
pengetahuannya kurang. Bidan dengan masa
kerja lebih dari 9 tahun 12 orang (75%)
pengetahuannya baik dan 4 orang (25%)
pengetahuannya cukup.
Distribusi Pengetahuan Bidan Berdasarkan Pelatihan
Tabel 4 Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang partograf berdasarkan pelatihan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung Mei 2011
Pelatihan
Pengetahuan
Σ
Total
Baik
Cukup
Kurang
n
%
n
%
n
%
N
%
Belum pelatihan
10
53
7
37
2
10
19
100
Sudah pelatihan
37
70
16
30
0
0
53
100
Total
47
23
Sumber : Data Primer
Berdasarkan pada tabel diatas
diketahui bahwa 19 orang Bidan yang belum
pelatihan APN, diketahui 10 orang (53%)
pengetahuannya baik, 7 orang (37%)
pengetahuannya cukup dan 2 orang (10%)
pengetahuannya kurang. Sedangkan Bidan
yang sudah mengikuti pelatihan APN 53
orang,
diketahui
37
orang
(70%)
Hal | 6
2
72
pengetahuannya baik dan 16 orang (30%)
pengetahuannya cukup.
Berdasarkan hasil penelitian tentang
pengetahuan bidan desa tentang partograf di
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Bandung
didapatkan hasil sebagai berikut :
1 Pengetahuan
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian di
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dari
responden 72 orang bidan desa yang bekerja
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung, bidan yang pengetahuannya baik
tentang partograf 47 orang (65%), bidan yang
pengetahuannya cukup 23 orang (32%) dan
bidan yang pengetahuannya kurang 2 orang
(3%). Ini menandakan sebagian besar dari
bidan desa sudah mengetahui pentingnya
partograf dalam menolong persalinan namun
walaupun hasilnya demikian masih terdapat
kesenjangan di beberapa pertanyaan pada
kusioner yang jawabannya tidak tepat di
antaranya
pada
pertanyaan
partograf
digunakan pada persalinan apa, masih banyak
yang menjawab hanya pada persalinan
normal padahal seharusnya pada persalinan
dengan penyulit juga harus menggunakan
partograf, pada pertanyaan persalinan normal
berada dimanakah garis rekaman pembukaan
atau dilatasi serviks pada partograf, masih
banyak yang menjawab kanan / kiri garis
waspada padahal seharusnya pada garis
waspada, pada pertanyaan waktu setiap kotak
dalam partograf bernilai, masih banyak yang
menjawab 30 menit padahal yang seharusnya
60 menit.
Pengetahuan tentang
partograf
sangatlah penting, karena partograf dapat
membantu dalam memantau, mengevaluasi
dan membuat keputusan klinik baik dalam
persalinan normal maupun yang disertai
dengan penyulit, sehingga apabila partograf
ini tidak digunakan dapat memungkinkan
terjadinya
keterlambatan
pengambilan
keputusan dalam proses persalinan atau
partus lama dan komplikasi pada saat proses
persalinan tidak dapat dideteksi secara dini.
Pengetahuan
dan
pendidikan
merupakan indikator yang penting bagi
seseorang bidan sebagai pengalaman berharga
untuk menerapkan dan mengaplikasikan
dalam pelayanan kebidanan (Henderson,
2006).
2 Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian di
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, dari 72
ISSN: 2356-5454
bidan yang diteliti, bidan berpendidikan D1
ada 5 orang (7%) dan bidan berpendidikan D3
ada 67 orang (93%). dapat diketahui bahwa
dari bidan dengan pendidikan D1 terdapat 3
orang (60%) pengetahuannya baik dan 2 orang
(40%) pengetahuannya cukup. Sedangkan
bidan dengan pendidikan D3 terdapat 44
orang (66%) pengetahuannya baik, 21 orang
(31%) pengetahuannya cukup dan 2 orang
(3%) pengetahuannya kurang.
Jika dilihat dari data di atas,
diketahui bahwa bidan yang berpendidikan
D1 mempunyai pengetahuan yang lebih besar
dalam penggunaan partograf dibanding
dengan bidan yang berpendidikan D3. Hal ini
disebabkan ada faktor yang mempengaruhi
terhadap
pengetahuan
bidan
dalam
penggunaan partograf, diantaranya adalah
motivasi dan pelatihan, khususnya pelatihan
yang mengajarkan tentang bagaimana cara
menggunakan partograf, karena penggunaan
partograf wajib diketahui oleh semua
penolong persalinan yang obgyn, bidan,
dokter umum/residen dan mahasiswa
kedokteran (Krisnadi S, 2005)
Pentingnya penggunaan partograf
tidak dijadikan suatu acuan sebagai alat bantu
penolong persalinan, hal ini dapat disebabkan
kepedulian dan keterampilan bidan dalam
penatalaksanaan partograf belum maksimal.
Akibatnya, dapat memungkinkan terjadinya
keterlambatan pengambilan keputusan dalam
proses persalinan atau partus lama dan
komplikasi pada saat proses persalinan tidak
dapat dideteksi secara dini. Pendapat diatas
tidak sesuai dengan pemahaman seorang
bidan dalam menginterpretasikan tindakan
dan kemampuan untuk menerapkan materi
yang didapat terhadap situasi atau kondisi
nyata. Selain itu salah satu penyebab bidan
tidak
menggunakan
partograf
dapat
disebabkan karena kurangnya fasilitas yaitu
tidak adanya penyediaan partograf
dan
pengawasan dari pihak rumah sakit serta
tidak adanya hukuman dan penghargaan bagi
bidan dalam pelaksanaan standar yang
ditetapkan, sehingga bidan merasa tidak
mempunyai motivasi untuk melakukan
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 7
ISSN: 2356-5454
tindakan yang sesuai dengan standar.
Menurut Siegall (1998) bahwa orang akhirnya
akan berhenti melakukan hal-hal yang tidak
mempunyai
hasil
yang
memberikan
penghargaan ataupun hukuman.
Hasil pendidikan orang dewasa
adalah perubahan kemampuan, penampilan,
atau perilakunya. Selanjutnya, perubahan
perilaku didasari adanya perubahan atau
penambahan pengetahuan, sikap, atau
keterampilannya.
Namun
demikian
perubahan pengetahuan dan sikap ini belum
merupakan jaminan terjadinya perubahan
perilaku (Notoatmodjo, 2002).
1. Masa Kerja
Berdasarkan hasil penelitian di
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Dari 72
bidan yang diteliti, bidan dengan masa kerja
kurang dari 3 tahun ada 31 orang, 20 orang
(65%) pengetahuannya baik, 10 orang (32%)
pengetahuannya cukup dan 1 orang (3%)
pengetahuannya kurang. Bidan dengan masa
kerja 6-9 tahun ada 25 orang, 15 orang (60%)
pengetahuannya baik, 9 orang (36%)
pengetahuannya cukup dan 1 orang (4%)
pengetahuannya kurang. Bidan dengan masa
kerja lebih dari 9 tahun ada 16 orang, sebagian
besar (75%) dari jumlah bidan tersebut
pengetahuannya baik tentang partograf.
Bidan dengan masa kerja yang lama,
sebagian besar sudah mengikuti pelatihanpelatihan yang salah satunya berhubungan
dengan partograf, juga karena tuntutan
pekerjaan bidan dalam tugas sehari-hari
dalam menolong persalinan.
Pekerjaan diperkirakan ada kaitannya
dengan arah pencarian informasi. Hal ini
dihubungkan dengan pengaruh pengalaman
orang lain terhadap pengetahuan yang dapat
mempengaruhi perilaku saat ini atau
kemudian hari (Notoatmodjo, 2002).
4. Pelatihan
Berdasarkan hasil penelitian di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung, dari 72 bidan
yang menjadi responden, diketahui 53 orang
(74%) bidan yang telah pelatihan APN dan 19
orang (26%) bidan yang belum pelatihan APN.
Hal | 8
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
Dari 53 orang bidan yang telah
pelatihan APN, 37 orang (70%) bidan
pengetahuannya baik dan 16 orang (30%)
bidan pengetahuannya cukup. Sedangkan dari
19 orang bidan yang belum pelatihan APN,
terdapat 10 orang (53%) bidan yang
pengetahuannya baik, 7 orang (37%) bidan
pengetahuannya cukup dan 2 orang (10%)
bidan pengetahuannya kurang.
Diketahui bahwa bidan yang telah
pelatihan APN sebagian besar (70%)
pengetahuannya baik, sementara bidan yang
belum pelatihan APN ada 10% yang
pengetahuannya kurang tentang partograf.
Berdasarkan uraian di atas diketahui
bahwa dalam pelatihan APN dilatih juga
tentang partograf sehingga bidan memiliki
pengetahuan yang lebih baik mengenai
partograf.
Pelatihan
APN
adalah
bentuk
pelatihan keterampilan klinik yang dirancang
untuk menghasilkan petugas kesehatan
maupun semua pelaksana asuhan persalinan
mampu melaksanakan pertolongan persalinan
yang bersih dan aman sehingga ibu bersalin
dan bayi baru lahir mendapat asuhan yang
efektif dan berkualitas tinggi. (JNPK- KR,
2007)
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari analisa
bab sebelumnya, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan bidan tentang partograf
yang berpengetahuan baik sebanyak 47
orang (65%), walau masih terdapat
kesenjangan pada beberapa jawaban
kusioner namun sebagian besar dari bidan
desa sudah mengetahui pentingnya
partograf sebagai standar manajemen
persalinan
2. Ditinjau
dari
tingkat
pendidikan
didapatkan
bahwa
bidan
yang
berpendidikan D1 maupun bidan yang
berpendidikan
D3
mempunyai
pengetahuan yang sama baik mengenai
partograf dilihat dari data bidan yang
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
berpendidikan D1 yang mempunyai
pengetahuan baik 3 orang (60 %) tentang
partograf dan bidan yang berpendidikan
D3 yang berpengetahuan baik 44 orang
(66%).
3. Bidan dengan masa kerja lebih dari 9
tahun ada 16 orang, sebagian besar 12
orang (75%) dari jumlah bidan tersebut
pengetahuannya
lebih
baik
dalam
penggunaan partograf dibanding dengan
bidan yang masa kerjanya kurang dari 9
tahun hal ini disebabkan karena bidan
tersebut sudah mengikuti pelatihan APN
dan karena pengalaman yang semakin
bertambah, juga tuntutan pekerjaan bidan
dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
4. Bidan yang telah pelatihan APN 37 orang
(70%) pengetahuannya baik, sementara
bidan yang belum pelatihan APN masih
ada 2 orang 10% yang pengetahuannya
kurang dalam penggunaan partograf.
Pengetahuan
dan
pendidikan
merupakan indikator yang penting bagi
seseorang bidan sebagai pengalaman
berharga
untuk
menerapkan
dan
mengaplikasikan
dalam
pelayanan
kebidanan (Henderson, 2006). Kecakapan
dan keahlian bidan sebagai tenaga
kesehatan profesional bukan sekedar hasil
pembiasaan atau latihan rutin yang
terkondisi, tetapi perlu didasari oleh
wawasan keilmuan yang mantap (PP IBI,
2001).
Saran
Institusi pendidikan
Diharapkan agar mahasiwa lebih
peduli dalam penggunaan partograf
dan
untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
mahasiswa
diberikan
pelatihanpelatihan tentang asuhan persalinan
normal yang mencakup didalamnya
tentang pemahamam penggunaan
partograf ataupun dalam pengisian
partograf .
Fasilitas Kesehatan
ISSN: 2356-5454
Diharapkan
kepada
pemegang
kebijakan yang terkait dibidangnya
yang ada di Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung, agar selalu
mensosialisasikan
kepada
semua
bidan
desa
akan
pentingnya
penggunaan partograf dalam setiap
memberikan pertolongan persalinan
sebagai standar baku yang harus
diterapkan
dalam
managemen
persalinan dan selalu dilampirkan
dalam status sebagai rekam medik.
Peneliti
Diharapkan dengan adanya penelitian
ini penulis lebih memahami tentang
pentingnya
partograf
sehingga
penulis dapat mendiagnosa secara
dini terhadap kasus-kasus persalinan
patologis yang dapat menekan angka
kematian maternal dan perinatal.
Bidan
Diharapkan bagi bidan agar lebih
peduli
dalam
penatalaksanaan
partograf
dan
meningkatkan
pengetahuan serta keterampilannya
dalam penggunaan partograf dengan
mengikuti pelatihan-pelatihan tentang
asuhan persalinan normal yang
mencakup penggunaan partograf.
REFERENSI
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Edisi revisi
VI.
Jakarta: Rineka Cipta.
Henderson,
Christine.
(2006).
Konsep
Kebidanan. Jakarta : EGC
Hidayat, Alimul Aziz (2007). Metode Penelitian
Kebidanan Dan teknik Analisis Data.
Salemba Medika. Jakarta
IBI.(2003). Bidan Menyongsong Masa Depan.
Jakarta
:
Departemen
Kesehatan RI.
IBI. (2003). Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI .
JNPK- KR, ( 2007), Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Esensial Persalinan, edisi
revisi. Jakarta
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 9
jikk
ISSN: 2356-5454
Krisnadi, S.R, Mose, Effendi.(2005). Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi RS Dr. Hasan Sadikin.
Bandung: FK Unpad RS Dr. Hasan
Sadikin.
Mochtar, Rustam.(1998). Sinopsis Obstetri dan
Obstetri Sosial, jilid 2. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta Edisi revisi: Rineka
Cipta.
Saifuddin, (2002) Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Hal | 10
Nomor 05 Tahun 2013
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Sarjono, Bambang. (2004). Kebijakan Depkes
Terhadap Program Pendidikan Bidan di
Indonesia. Bandung
Simanjutak.(2005) Etika Profesi Kebidanan
Sebuah
Pengantar.
Fitramaya.
Yogyakarta
Wiraatmadja, S.(2007). Cakul Obgyn Plus.
http://www.geocities.com
Siswono.(2006) Kematian ibu dan bayi masih
tinggi.http://www.replublika.co.id
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
PENGETAHUAN AKSEPTOR KB TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN
DI PUSKESMAS CIPEUNDEUY BANDUNG BARAT
Oleh
Nunung Kanianingsih
ABSTRAK
Kontrasepsi implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levanorgestrel yang dibungkus
dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane) dan disusukan dibawah kulit. Akseptor KB di
Puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat thn 2010 berjumlah 51724 orang dan pemakai kontrasepsi
implant 312 orang. Tujuannya mendapatkan pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi implan di
Puskesmas Cipeundeuy Bandung Barat. Diharapkan akseptor KB mengetahui tentang pengertian,
keuntungan, kerugian, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari kontrasepsi implant.
Penelitian ini bersifat deskriptif mengunakan tehnik pengambilan sampel secara asidental sampling,
pada bulan April 2011 didapat sampel 78 akseptor KB. Didapatkan pengetahuan akseptor KB tentang
pengertian KB implant yang berkategori kurang sebanyak 3 orang(3.8%), berdasarkan pengetahuan
akseptor KB tentang keuntungan KB implant berkategori kurang 2 orang (2.6%), berdasarkan
pengetahuan aksetor KB tentang kerugian implant berkategori kurang 12 orang (15.4%), berdasarkan
pengetahuan akseptor KB tentang indikasi KB implant berkategori kurang I orang (1.3%),
berdasarkan pengetahuan akseptor KB tentang kontra indikasi KB implant berkategori kurang I4
orang (17.9%), berdasarkan pengetahuan akseptor KB tentang efek samping KB implant berkategori
kurang 45 orang (57.7%). Pengetahuan ibu tentang akseptor KB tentang KB implant dipuskesmas
Cipeundeuy April 2011 dengan sampel 78 orang, dengan pengetahuan terendah tentang efek
samping kontrasepsi implant sebanyak 45 orang (57,7%). Pentingnya penyuluhan/konsling pada
akseptor KB tentang kontrasepsi implant
Kata Kunci
: Kontrasepsi Implan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia
berkisar antara 2,15 % - 2,49 % per tahun.
Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :
kelahiran (fertilitas ), kematian ( mortalitas ),
dan perpindahan penduduk
( migrasi ).(
Noviawati, 2009 ). Kebijakan departemen
kesehatan
dalam
upaya
mempercepat
penurunan angka kematian ibu (AKI) pada
dasarnya mengacu kepada intervensi strategis
“Empat Pilar Safe Motherhood”. Dewasa ini,
program keluarga berencana (KB) sebagai
pilar pertama, telah dianggap berhasil
(Saifuddin, 2006).
Berdasarkan hasil
SDKI
jumlah
penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai
236,4 juta jiwa 119,9 juta perempuan dan 116,5
juta laki-laki). Sedangkan untuk jumlah PUS
sekitar 34 juta pasangan. Presentasi KB aktif
60% dan Jumlah peserta KB berdasarkan
SDKI 2006-2007 meliputi peserta KB Suntik
27,8%, PIL KB 13,2%, IUD 6,2% susuk KB
4,3%, MOW 3,7% MOP 0,4% dan Kondom
0,9% dan metode amenore laktasi (MAL) 0,1%,
dan sisanya merupakan peserta KB tradisional
yang masing-masing menggunakan cara
pantang berkala 1,6%, senggama terputus
1,5% dan cara lain 0,5%.
Secara umum tujuan 5 tahun kedepan
yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan
visi dan misi program KB adalah membangun
kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh
bagi pelaksanaan program KB Nasional yang
kuat di masa mendatang sehingga visi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat
tercapai. ( Noviawati, 2009 ). Program
keluarga berencana (KB) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 11
jikk
ISSN: 2356-5454
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinanan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera (UU. No.10 Tahun 1992)
Tingkat kesejahteraan juga dapat
ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan
keluarga berencana dapat dilakukan dan
diterima oleh masyarakat. Salah satu bagian
dari program KB nasional adalah KB implant.
Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus
berkembang dari tahun ketahun. Pemasangan
norplant/implan (susuk KB) sederhana dan
dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut
susuk KB memerlukan perhatian karena sulit
dicari metode yang mudah dan aman
(Manuaba, 2010:602).
Implant adalah suatu alat kontrasepsi
yang mengandung Levonorgestrel yang
dibungkus dalam kapsul silatic – silicone
(polydimethylsiloxane) dan disusukan di
bawah kulit (Sarwono, 2008).
Jumlah PUS di propinsi Jawa Barat
8.606.098 orang. Dari data BKKBN tahun 2009
terdapat 16.86 % peserta KB baru dan 74.43
peserta KB aktif apabila dilihat perkabupaten
/ kotanya ternyata cakupan peserta KB aktif
tertinggi di sumedang
( 83.37% ) dan
terendah di kabupaten bandung barat (68.07%
).
Dari data BKKBN propinsi bandung
barat jumlah PUS 383.165 dengan peserta KB
baru 44.852 / 11.71% dan peserta KB aktif
68.07%
/
260.816
dibagi
menurut
kontrasepsinya yaitu IUD 12.07%, implant
10.93%, suntik 49.52%, pil 23.89%.
Dari data Puskesmas Cipeundeuy
tahun 2010 didapat jumlah keseluruhan
akseptor KB sebanyak 51.124 orang yaitu : KB
IUD 476 orang, Implant 312 orang, Suntik
46.860 orang, Pil 2.996 orang, Kondom 480
orang.
Berdasarkan hasil wawancara langsung
pada beberapa Akseptor KB didapatkan
bahwa ibu mengatakan takut untuk
menggunakan KB implan dan yang sudah
menggunakan KB implan ingin dilepas
sebelum waktunya karena ibu merasakan
nyeri pada lengan yang dipasang implan saat
Hal | 12
Nomor 05 Tahun 2013
bekerja,
Sebagian ibu ternyata tidak
mengetahui tentang pengertian, keuntungan,
kerugian, indikasi, kontra indikasi, dan efek
samping dari KB implan walaupun di
Puskesmas Cipeundeuy telah memberikan
informasi melalui gambar dinding.
Dari latar belakang diatas penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul Pengetahuan Akseptor KB Tentang
Kontrasepsi
Implan
Di
Puskesmas
Cipeundeuy Bandung Barat.
PEMBAHASAN
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui ibu akseptor KB tentang
kontrasepsi implant di puskesmas cipeundey
bandung barat tahun 2011. Pada bab ini akan
diuraikan mengenai data-data dari hasil
penelitian dan pembahasan mengenai hasilhasil pengolahan dan statistik deskriptif yang
didasari oleh perhitungan statistik, dan
penjelasan secara statistik dan teori.
Hasil penelitian ini diperoleh dari
penggumpulan data melalui kuesioner yang
disebarkan kepada 78 responden. Kemudian
data-data
tersebut
diolah
dengan
menggunakan analisis deskriptif (presentasi),
dan disajikan dalam bentuk table distribusi
frekuensi dari tiap variable penelitian.
PEMBAHASAN
Pengetahuan ibu tentang pengertian KB
implan
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat
dideskripsikan bahwa lebih dari setengahnya
(64,1%) responden dikategorikan cukup
sebagian kecil (32,1%) dikategorikan baik dan
sisanya sangat sedikit (3,8%) responden
dikategorikan kurang, dengan demikian
sebagian dari ibu berpengetahuan cukup
mengenai pengertian KB implan. Dari hasil
diatas masih ada responden yang kurang
mengerti mengenai pengertian KB implan, hal
ini disebabkan karena kurangnya informasi
yang diterima oleh ibu tentang pengertian KB
implant, yang dipengaruhi beberapa factor
yaitu pendidikan, social budaya, dan adat
istiadat, salah satunya adalah factor
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
pendidikan dimana sebagian besar ibu hanya
tamat SLTP bahkan ada yang hanya tamat SD,
dan pekerjaan ibu hanya mengurus rumah
tangga tanpa mencari tahu tentang KB
implant. Padahal di Puskesmas Cipeundeuy
ada informasi lewat gambar yang ditempel
didinding, mereka sama sekali tidak peduli.
Hal tersebut diatas juga dipengaruhi factor
lain seperti : pekerjaan, ekonomi, dan
penerimaan informasi.
Pengetahuan ibu tentang keuntungan KB
implan
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
dideskripsikan bahwa lebih dari setengahnya
(92,3%)
responden
dikategorikan
baik
sebagian kecil (5,1%) dikategorikan cukup dan
sisanya (2,6%) responden dikategorikan
kurang, dengan demikian sebagian besar ibu
berpengetahuan baik mengenai pengertian
KB implan. Dari hasil penelitian diatas masih
ada ibu yang kurang mengerti mengenai
keuntungan
KB
implant
dikarenakan
kurangnya informasi yang diterima oleh ibu,
pentingnya
ibu
mengetahui
tentang
keuntungan salah satunya agar ibu paham
dan mau memakai KB implant. Sebaikany
para tenaga kesehatan dan kader untuk lebih
meningkatkan penyuluhan tentang KB
implant kepada masyarakat sehingga ibu tahu
tentang KB implant.
Pengetahuan ibu tentang kerugian KB implant
Berdasarkan
tabel
3
diatas
menunjukkan bahwa responden sebanyak 42
(53,8%) berkategori baik, responden sebanyak
24 (30,8%) berkategori cukup, dan responden
sebanyak 12 (15,4%) berkategori kurang. Dari
hasil penelitian pengetahuan ibu tentang
kerugian
KB
implan
di
puskesmas
Cipeundeuy Bandung Barat setengahnya
berkategori baik, dan masih ada yang
berpengetahuan
kurang
disebabkan
kemungkinan kurangnya informasi tentang
kerugian kontrasepsi implant serta kurangnya
minat ibu dalam mencari informasi.
Pengetahuan ibu tentang indikasi KB implant
ISSN: 2356-5454
Berdasarkan tabel 4 diatas menujukan
bahwa sebanyak 63 (83,3%) responden
berkategori baik, sebanyak 12 (15,4%)
responden berkategori cukup, dan sebanyak 1
(1,3%) berkategori kurang. Dari hasil
penelitian pengetahuan ibu tentang indikasi
KB implant di puskesmas
Cipeundeuy
Bandung Barat lebih dari setengahnya
berkategori
baik..
Hasil
penelitian
pengetahuan ibu akseptor KB tentang
kontrasepsi
implant
di
puskesmas
Cipeundeuy Bandung Barat dari indikasi KB
implant hampir keseluruhan responden
berpengetahuan baik dan hanya sedikit yang
berpengatahuan cukup dan kurang, hal ini
disebabkan kemungkinan tenaga kesehatan
memberi
informasi
tentang
indikasi
kontrasepsi implant dengan maksimal.
Pengetahuan ibu tentang kontra indikasi KB
implant
Berdasarkan tabel 5 diatas menujukan
bahwa sebanyak 35 (44,9%) responden
berkategori baik, sebanyak 29 (37,2%)
responden berkategori cukup, dan sebanyak
14 (17,9%) berkategori kurang. Dari hasil
penelitian pengetahuan ibu tentang kontra
indikasi
KB
implant
di
puskesmas
Cipeundeuy Bandung Barat kurang dari
setengahnya berkategori baik. Hasil penelitian
pengetahuan ibu akseptor KB tentang
kontrasepsi
implant
di
puskesmas
Cipeundeuy Bandung Barat dari kontra
indikasi KB implant kurang dari setengahnya
responden berpengetahuan baik dan sisanya
berpengatahuan cukup dan kurang, hal ini
disebabkan kemungkinan ibu akseptor KB
kurang memahami tentang siapa saja yang
tidak boleh mengunakan KB implant.
Pengetahuan ibu tentang efek samping KB
implant
Berdasarkan tabel 6 diatas menujukan
bahwa sebanyak 21 (26,9%) responden
berkategori baik, sebanyak 12 (15,4%)
responden berkategori cukup, dan sebanyak
45 (57,7%) berkategori kurang. Dari hasil
penelitian pengetahuan ibu tentang efek
samping
KB implant di puskesmas
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 13
jikk
ISSN: 2356-5454
Cipeundeuy Bandung Barat lebih dari
setengahnya berkategori kurang. Hasil
penelitian pengetahuan ibu akseptor KB
tentang kontrasepsi implant di puskesmas
Cipeundeuy Bandung Barat dari segi efek
samping KB implant kurang dari setengahnya
responden berpengetahuan baik dan sisanya
berpengetahuan cukup dan kurang, hal ini
disebabkan kemungkinan ibu akseptor KB
kurang memahami tentang efek samping KB
implant.
Hasil keseluruhan Pengetahuan ibu tentang
KB implant
Berdasarkan tabel 7 diatas menujukan
bahwa sebanyak 28 (35,9%) responden
berkategori baik, sebanyak 45 (57,7%)
responden berkategori cukup, dan sebanyak 5
(6,4%) berkategori kurang. Dari hasil
keseluruhan penelitian pengetahuan ibu
tentang
KB
implant
di
puskesmas
Cipeundeuy Bandung Barat lebih dari
setengahnya berkategori cukup. Dari hasil
keseluruhan penelitian ini dapat disimpulakan
bahwa akseptor KB berpengetahuan cukup
dan sebagian kecil berkategori kurang maka
dari itu peneliti mengharapkan untuk para
tenaga kesehatan khususnya bidan yang ada
di wilayah Puskesmas Cipeundeuy untuk
lebih meningkatkan penyuluhan tentang KB
implant agar ibu akseptor KB mengerti dan
mau menggunakan KB implant serta ikut
mensukseskan Gerakan KB Nasional.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian
mengenai pengetahuan ibu akseptor KB
tentang KB implant di puskesmas Cipeundeuy
Badung Barat tahun 2011 dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
6.1.1
Pengetahuan
responden
dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan tentang
pengertian KB implant secara umum termasuk
dalam kategori cukup yaitu dengan jumlah 50
responden (64,1%).
6.1.2
Pengetahuan
responden
dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan tentang
Hal | 14
Nomor 05 Tahun 2013
keuntungan KB implant secara umum
termasuk dalam kategori baik yaitu dengan
jumlah 72 responden (92,3%).
6.1.3
Pengetahuan
responden
dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan tentang
kerugian KB implant secara umum termasuk
dalam kategori baik yaitu dengan jumlah 42
responden (53,8%).
6.1.4
Pengetahuan
responden
dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan tentang
indikasi KB implant secara umum termasuk
dalam kategori baik yaitu dengan jumlah 65
responden (83,3%).
6.1.5
Pengetahuan
responden
dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan tentang
kontra indikasi KB implant secara umum
termasuk dalam kategori baik yaitu dengan
jumlah 35 responden (44,9%).
6.1.6
Pengetahuan
responden
dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan tentang
efek samping
KB implant secara umum
termasuk dalam kategori kurang yaitu dengan
jumlah 45 responden (57,7%).
6.1.7
Pengetahuan
responden
dalam
menjawab semua pertanyaan tentang KB
implan secara umum dalam kategori cukup
dengan jumlah 45 responden (57,7%)
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil
penelitian tentang pengetahuan ibu akseptor
KB
tentang KB implant di puskesmas
Cipeundeuy Bandung Barat. Adapun saran
yang diberikan peniliti diharapkan dapat
berguna bagi beberapa pihak yaitu :
Untuk peneliti
Diharapkan penelitian ini sebagai referensi
yang berguna bagi penelitian selanjutnya.
Peneliti menyarankan agar penelitian ini
dilanjutkan sehingga dapat dilihat adakah
kemajuan atau kemunduran dari hasil yang
telah didapatkan sebelumnya dan dapat lebih
baik dalam penulisan yang akan datang.
2 Untuk ibu akseptor KB
Ibu-ibu akseptor KB diharapkan mendapat
informasi yang lebih baik dari tenaga
kesehatan, media elektronik maupun cetak
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
tentang KB implant agar ibu lebih mengetahui
dan mau menggunakan KB implant.
3 Untuk akademik
Semoga penelitian ini jadi bahan referensi bagi
mahasiswa yang akan mengadakan penelitian.
Sehingga dapat meningkatkan kualitas
pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa
singgga dapat menghasilkan tenaga kesehatan
(bidan) yang mempunyai ketrampilan dan
kompetensi serta dapat bertanggung jawab
secara professional.
4 Untuk puskesmas Cipeundeuy Bandung
Barat
Semoga penelitian ini menjadi masukan untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi
sesuai dengan standar asuhan kebidanan
yangberlaku serta mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
REFERENSI
Abdul Bari Saifuddin, 2006. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi :
YBP – SP
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta
ISSN: 2356-5454
Glaisser, Anna. 2006. Keluarga Berencana Dan
Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Hartanto, Hanafi. 2007. Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan
Meilani, Niken, 2010. Pelayanan KB :
FITRAMAYA
Manuaba, Chandranita, Ayu, ida, 2010. Ilmu
Kebidanan, penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC
Mansjoer Arif. M, 1999. Kapita Selekta
Kedokteran : FKUI
Manuba, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita : ARCAN
Muchtar, Rustam. 2010
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Noviawati, Dyah, 2009. Panduan Lengkap
Pelayanan KB Terkini : NUMED
Sarwono,
Prawirohardjo,
2008.
Ilmu
Kandungan : YBP - SP
Sarwono, Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan
:
YBP
SP
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 15
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 05 Tahun 2013
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANGATONIA UTERI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
Oleh
Yuliustina
ABSTRAK
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di ASEAN sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap
tahun di Indonesia karena kehamilan atau persalinan. Seorang ibu dapat meninggal karena
pendarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari satu jam,Atonia uteri menjadi penyebab lebih
dari 90 % perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi.Data
prasurvey, angka kejadian atonia uteri di rumah sakit umum daerah berkah Pandeglang provinsi
Banten pada bulan Januari - Desember 2010 yaitu sebanyak 96 per 1500 kelahiran hidup sekitar 6.4 %.
Atonia uteri adalah miometrium tidak berkontraksi,uterus menjadi lembek dan pembuluh darah
pada daerah bekas perlengkapan plasenta terbuka lebar.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui gambaran pengetahuan bidan tentang atonia uteri di
rumah sakit umum Berkah Pandeglang provinsi Banten tahun 2011.
Pada penelitian ini digunakan metode deskritif,Pengambilan sempel menggunakansempel jenuh
anggota populasi adalah seluruh bidan yang bekerja di rumah sakit umum daerah berkah
Pandeglang provinsi Banten sebanyak 37 orang.Pada penelitian ini diperoleh rata-rata skor
pengetahuantentang pengertian atonia uteri baik 87%, pengetahuan tentang penyebab atonia uteri
kurang 50.27%,,pengetahuan tentang tanda atonia uteri baik 87.56%, pengetahuan tentang
pencegahan atonia uteri baik 89.1%, pengetahuan tentang akibat atonia uteri baik 81%,pengetahuan
tentang penatalaksanaan atonia uteri cukup 74.6%. Dari ke enam aspek pengetahuantentang atonia
uteri baik 78.3%.Saran untuk Bidan lebih meningkatkan pengetahuan tentang atonia uteri dengan
selalu membaca buku, mengikuti seminar dan pelatihan.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia tertinggi di ASEAN sedikitnya
18.000 ibu meninggal setiap tahun di
Indonesia karena kehamilan atau persalinan.
Hal itu berarti setiap setengah jam seorang
perempuan meninggal karena kehamilan atau
persalinan. Akibatnya setiap tahun 36.000
balita menjadi anak yatim. Tingginya angka
kematian ibu menempatkan Indonesia pada
urutan teratas di ASEAN dalam hal tersebut.
Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun
2001 menyebutkan angka kematian ibu di
Indonesia 396 per 100.000 kelahiran hidup.
Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan
hasil survei 1995 yaitu 373 per 100.000
kelahiran hidup.
Angka kematian ibu di Indonesia
bahkan lebih jelek dari negara Vietnam.
Angka kematian ibu di negara tetangga itu
tahun 2003 tercatat 95 per 100.000 kelahiran
Hal | 16
hidup. Negara anggota ASEAN lainnya
Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan
Singapura 9 per 100.000. Pada tahun 2007,
menurut survei Demografi angka kematian
ibu (AKI) di Indonesia adalah 208 / 100.000
kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008
adalah 226 / 100.000 kelahiran hidup, maka
dapat dijabarkan setiap tahundi Indonesia
terdapat 19.500 – 20.000 ibu yang meninggal
akibat kehamilan, persalinan, serta masa
nifas.Departemen kesehatan menargetkan
pada tahun 2010 angka kematian ibu
mengalami penurunan menjadi 125/100.000
kelahiran
hidup
(www.suara
pembaharuan.com)
Untuk Angka kematian ibu di
provinsi Jawa barat pada tahun 2007
menunjukan angka yang cukup tinggi yaitu
mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup, faktor
penyebab kematian terbesar antara lain
perdarahan dan infeksi (45%), Hipertensi
(30%), Eklampsia (9,5%), dan Anemia (5,5%),
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
Dan faktor lainnya (5%) (Dinas kesehatan
provinsi bandung,2008)
Angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) diBanten masih tinggi
bila dibandingkan angka kematian ibu(AKI)
dan angka kematian bayi (AKB) secara
nasional.Dalam catatan tahun 2008 AKI
Banten berjumlah 256 kematian per 100.000
kelahiran hidup dibandingkan dengan jumlah
secara nasional 228 kematian per 100.000
kelahiran hidup.Sedangkan AKB diBanten
berjumlah 34 kematian per 1000 kelahiran
hidup. Dibandingkan dengan AKB nasional di
mana kematian bayi berjumlah 36 per 1000
kelahiran hidup.Namun angka ini menurun
jika dibandingkan dengan tahun 2007.
Menurut DINKES Prov Banten,
termasuk No. 3 se Indonesia yang kasus AKI
terbesar, berdasarkan data yang ada pada
tahun 2007 kasus kematian ibu dan anak
sebanyak 641 / 100.000 kelaliran hidup. Di
Kabupaten Pandeglang kasus AKI sebanyak
135 kasus setelah Kabupaten Serang sebanyak
253 kasus, Kabupaten Lebak sebanyak 112
kasus, Kabupaten Tangerang sebanyak 68
kasus, Tangerang sebanyak 54 kasus dan
Cilegon 19 kasus (WWW. rilisindonesia.com).
Dari data diatas diketahui bahwa
salah satu penyebab kematian ibu yaitu
perdarahan.Perdarahan tersebut dapat terjadi
pada ibu ketika sebelum melahirkan dan
sesudah melahirkan, perdarahan juga dibagi
menjadi dua bagian yaitu perdarahan ante
partum
dan
pendarahan
post
partum.Perdarahan post partum terdiri dari
perdarahan post partum primer (perdarahan
kurang dari 24 jam setelah persalinan) dan
perdarahan
post
partum
sekunder
(perdarahan lebih dari 24 jam setelah
persalinan). Sedangkan frekwensi perdarahan
post partum itu sendiri yakni 4 – 15 % dari
seluruh persalinan, Atonia uteri 50 -60 %,
Retensio plasenta 16-17 %, Sisa plasenta 23 –
24 %, Laserasi jalan lahir 4 – 5 %, Kelainan
darah 0,5 -0,8 %. (www. Scribd.com/ doc/
perdarahan pasca persalinan).
Seorang ibu dapat meninggal karena
pendarahan pasca persalinan dalam waktu
ISSN: 2356-5454
kurang dari satu jam,Atonia uteri menjadi
penyebab lebih dari 90 % perdarahan pasca
persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah
kelahiran bayi (JNPK-KR,APN,2008). Atonia
uteri
merupakan
penyebab
tersering
pendarahan
post
partum,
sekurangkurangnya 2/3 dari semua perdarahan
postpartum di sebabkan oleh atonia uteri
(Depkes RI, 2007).
Atonia uteri adalah suatu kondisi
dimana uterus tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan rangsangan taktil
(masase) fundus uteri. Jika uterus tidak
berkontraksi dengan segera setelah kelahiran
plasenta, maka ibu dapat mengalami
perdarahan sekitar 350 – 500 cc/menit dari
bekas tempat melekatnya plasenta, sehingga
penanganan segera lebih lanjut jika hal ini
tidak
segera
ditangani
maka
bisa
mengakibatkan
syok
bahkan
bisa
mengakibatkan kematian pada ibu (JNPK-KR
APN,2008).
Berdasarkan
hasil
data
studi
pendahuluan, wawancara dari beberapa bidan
masih ada beberapa bidan belum mengetahui
secara detil tentang atonia uteri. Angka
kejadian atonia uteri di Rumah sakit umum
daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten
pada bulan Januari - Desember 2010 yaitu
sebanyak 96 per 1500 kelahiran hidup sekitar
6.4 % dari seluruh kelahiran.(RSUD berkah
Pandeglang,2011).
Pola penyebab kematian diatas
menunjukan bahwa peran bidan
dalam
memberikan pelayanan serta pertolongan
persalinan, sangat penting dalam upaya
penurunan kematian ibu, tenaga terlatih
khususnya bidan dapat membantu mengenali
kegawatan medis dan membantu keluarga
untuk
mencari
perawatan
darurat
(www.undp.or.id)
Dari latar belakang penulis tertarik
untuk membuat karya tulis ilmiah dengan
judul “ Gambaran pengetahuan bidan tentang
Atonia uteri di Rumah sakit umum daerah
Berkah Pandeglang provinsi Banten “
PEMBAHASAN
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 17
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 05 Tahun 2013
Gambaran pengetahuan bidan tentang
pengertian atonia uteri di Rumah sakit umum
daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten
Dari 5 pertanyaan yang diberikan
kepada responden 37 bidan tentang
pengertian atonia uteri,berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan seluruh responden
yaitu 37 bidan (100 %) memiliki pengetahuan
baik tentang pengertian atonia uteri.Sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata gambaran
pengetahuan bidan tentang pengertian atonia
uteri baik yaitu sebesar 87%.
Dimana suatu keadaan myometrium
tidak berkontraksi uterus menjadi lembek dan
pembuluh darah pada bekas perlengketan
plasenta terbuka lebar(Depkes RI, 2007), Teori
ini membuktikan bahwa responden dalam
penelirian ini sudah memahami dengan baik
tentang pengertian atonia uteri.
Maka dari hasil analisa, hal ini dapat
terjadi karena hampir semua pendidikan
bidan di Rumah sakit umum daerah berkah
Pandeglang provinsi Banten adalah DIII
kebidanan, lamanya bidan berkerja di Rumah
sakit,
seringnya
bidan
memberikan
pertolongan pada kasus atonia uteri, dan
mendapat informasi mengenai atonia uteri
dari teman – teman satu pekerjaan maupun
dari seringnya mengikuti seminar dan
pelatihan sehingga bidan mengetahui dengan
baik tentang pengertian atonia uteri..
mengetahui penyebab atonia uteri, Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya informasi
mengenai atonia uteri khususnya penyebab
atonia uteri, dimana Menurut Roestam (1998),
penyebab terjadinya atonia uteri adalah
Umur meliputi umur yang terlalu
muda atau tua, parietas sering dijumpai pada
multipara dan grademultipara, uterus terlalu
diregang dan besar,pada gemeli,hidramnion
atau janin besar, kelainan pada uterus seperti
mioma uteri, faktor sosio ekonomi yaitu mal
nutrisi.
Teori
ini
membuktikan
bahwa
sebagian besar responden dalam penelirian ini
mengetahui dengan cukup dan sebagian kecil
responden dalam penelitian ini mengetahui
dengan kurang tentang pengetahuan atonia
uteri. Seorang bidan harus mengetahui
penyebab atonia uteri karena dengan
mengetahui penyebab atonia uteri seorang
bidan bisa mendektesi sedini mungkin
terjadinya atonia uteri yang berdampak pada
penanganan atonia uteri dan bisa mencegah
kematian,
Maka dari hasil analisa tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan bidan tentang
atonia uteri khususnya tentang penyabab
atonia uteri, diharapkan selalu mengikuti
pelatihan dan seminar, sehingga bidan
mengetahui dengan baik tentang penyebab
atonia uteri.
Gambaran pengetahuan bidan tentang
penyebab atonia uteri di rumah sakit umum
daerah Berkah Pandeglang provinsi Banten
Dari 5 pertanyaanyang diberikan
kepada responden 37 bidan tentang penyebab
atonia uteri, berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan lebih dari setengah responden
yaitu 19 bidan (51.3%) memiliki pengetahuan
yang cukup , dan 18 bidan (48.7%) yang
memiliki pengetahuan yang kurang tentang
penyebab
atonia
uteri.Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa rata-ratan gambaran
pengetahuan bidan tentang pengertian atonia
uteri kurang yaitu sebesar 50.27%.
Keadaan ini menunjukan masih
banyaknya
responden
yang
belum
Gambaran pengetahuan bidan tentang tanda
atonia uteri di Rumah sakit umum daerah
Berkah Pandeglang provinsi Banten
Dari 5 pertanyaanyang diberikan
kepada responden 37 bidan tentang
pengertian atonia uteri, berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan seluruh responden
yaitu 37 bidan (100%) memiliki pengetahuan
baik tentang tanda
atonia uteri.Sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata gambaran
pengetahuan bidan tentang pengertian atonia
uteri baik yaitu sebesar 87.56%.
Dimana tanda pada atonia uteri
adalah uterus tidak berkontraksi dan lembek
serta perdarahan segera setelah anak
lahir(Sarwono,2009)
Hal | 18
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
Maka dari hasil analisa, hal ini dapat
terjadi karena hampir semua pendidikan
bidan di Rumah sakit umum daerah berkah
Pandeglang provinsi Banten adalah DIII
kebidanan, lamanya bidan berkerja di Rumah
sakit,
seringnya
bidan
memberikan
pertolongan pada kasus atonia uteri, dan
mendapat informasi mengenai atonia uteri
dari teman – teman satu pekerjaan maupun
dari seringnya mengikuti seminar dan
pelatihan sehingga bidan mengetahui dengan
baik tentang tanda atonia uteri.
Gambaran pengetahuan bidan tentang
pencegahan atonia uteri di Rumah sakit
umum daerah Berkah Pandeglang provinsi
Banten
Dari 5 pertanyaan yang diberikan
kepada responden 37 bidan tentang
pencegahan atonia uteri, berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan seluruh responden
yaitu 37 bidan (100%) memiliki pengetahuan
baik
tentang
pencegahan
atonia
uteri.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ratarata gambaran pengetahuan bidan tentang
pengertian atonia uteri baik yaitu sebesar
89.1%.
Dimana pencegahan atonia uteri
adalah pemberian oksitosin paling bermanfaat
pada kala III aktif harus dilakukan pemberian
oksitosin setelah bayi lahir, protokol aktif
yaitu pemberian oksitosin 10 unit IM atau 20
unit per liter IV drip 500(APN,2008)
Maka dari hasil analisa, hal ini dapat
terjadi karena hampir semua pendidikan
bidan di Rumah sakit umum daerah berkah
Pandeglang provinsi Banten adalah DIII
kebidanan, lamanya bidan berkerja di Rumah
sakit, sering didan memberikan pertolongan
pada kasus atonia uteri, dan mendapat
informasi mengenai atonia uteri dari teman –
teman satu pekerjaan maupun dari seringnya
mengikuti seminar dan pelatihan sehingga
bidan mengetahui dengan baik tentang
pencegahan atonia uteri.
ISSN: 2356-5454
Gambaran pengetahuan bidan tentang akibat
atonia uteri di Rumah sakit umum daerah
Berkah Pandeglang provinsi Banten
Dari 5 pertanyaan yang diberikan
kepada responden 37 bidan tentang akibat
atonia uteri,berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden yaitu
31 bidan (84%) memiliki pengetahuan yang
baik dan 6 bidan (16%) yang memiliki
pengetahuan yang cukup tentang akibat
atonia uteri.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa rata-rata gambaran pengetahuan bidan
tentang akibat atonia uteri baik yaitu sebesar
81%.
Dimana akibat yang bisa terjadi pada
atonia uteri yaitu pendarahan yang akan
menyebabkan kematian, pendarahan pasca
persalinana adalah pendarahan yang melebihi
500ml (Sarwono, 2009),
Teori
ini
membuktikan bahwa
sebagian besar responden dalam penelirian ini
sudah mengetahui dengan baik dan sebagian
kecil responden dalam penelitian ini
mengetahui
dengan
cukup
tentang
pengetahuan atonia uteri.Pengetahuan tentang
atonia uteri harus diketahui bidan karena
dengan bidan mengetahui akibat atonia uteri
bidan bisa mencegah kematian.
Dari hasil analisa tersebut maka
untuk meningkatkan pengetahuan tentang
akibat atonia uteri dengan mengikuti
pelatihan dan seminar sehingga bidan
mengetahui dengan baik tentang akibat atonia
uteri sehingga bidan dapat mencegah
kematian yang diakibatkan oleh atonia uteri..
Gambaran pengetahuan bidan tentang
penatalaksanaan atonia uteri di Rumah sakit
umum daerah Berkah Pandeglang provinsi
Banten
Dari 5 pertanyaanyang diberikan
kepada responden 37 bidan tentang
penatalaksanaan atonia uteri,berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
responden yaitu 28 bidan (75.7%) memiliki
pengetahuan yang baik dan 9 bidan (24.3%)
yang memiliki pengetahuan yang cukup
tentang
penatalaksanaan
atonia
uteri.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 19
jikk
ISSN: 2356-5454
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata
gambaran
pengetahuan
bidan
tentang
penatalaksanaan atonia uteri cukup yaitu
sebesar 74.6%.
Menurut
JNPK-KR APN (2008),
penatalaksanan
atonia
uteri
dengan
melakukan kompresi, di mana kompresi
dibagian menjadi 3 bagian yaitu :
 Dilakukan dari dalam (kompresi
bimanual internal), Dilakukan dari
luar (Kompresi bimanual eksternal),
Kompresi aorta abdominalis.
 Untuk penatalaksanaan atonia uteri 3
kompresi komponen ini dilakukan
untuk bidan praktek swasta karna
setelah bidan melakukan kompresi
bimanual interna dan tidak berhasil,
bidan menyiapkan rujukkan keluarga
atau asisten bidan di ajarkan untuk
melakukan
kompresi
bimanual
eksternal, selama perjalanan ke tempat
rujukan bidan bisa melakukan
kompresi aorta abdominalis.
 Sedangkan untuk bidan yang bekerja
di rumah sakit bila terjadi atonia uteri
hanya dilakukan kompresi bimanual
internal dan bila tidak berhasil Ligasi
arteri
uterina
atau
dilakukan
histrektomi.
Teori
ini
membuktikan
bahwa
sebagian besar responden dalam penelirian ini
sudah mengetahui dengan baik dan sebagian
kecil responden dalam penelitian ini
mengetahui
dengan
cukup
tentang
pengetahuan atonia uteri. Dari hasil analisa
tersebut
maka
untuk
meningkatkan
pengetahuan tentang penatalaksanaan atonia
uteri di rumah sakit dengan mengikuti
pelatihan
dan
seminar,sehingga
bidan
mengetahui dengan baik tentang penanganan
dan dapat melakukan penatalaksanaan atonia
uteri, dan dapat ditangani dengan segera.
Gambaran pengetahuan bidan tentang atonia
uteri di Rumah sakit umum daerah Berkah
Pandeglang provinsi Banten
Dari hasil penelitian dan pembahasan
dari ke enam indikator yang diteliti mengenai
Hal | 20
Nomor 05 Tahun 2013
gambaran pengetahuan bidan tentang atonia
uteri yang meliputi pengetahuan bidan
mengenai pengertian, penyebab, tanda,
pencegahan, akibat dan penatalaksanaan. Dari
30 pertanyaan tentang pengetahuan atonia
uteri yang diberikan kepada responden 37
bidan,berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan sebagian besar responden yaitu
27 bidan (73%) memiliki pengetahuan yang
baik dan 10 bidan (27%) yang memiliki
pengetahuan yang cukup tentang atonia uteri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata
gambaran
pengetahuan
bidan
tentang
pengertian atonia uteri baik yaitu sebesar
78.3%.
Menurut
Notoatmojo
(2003),
Pengetahun adalah hasil dari “Tahu”, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu yang mana
pengindraan ini terjadi melalui panca indera
manusia
yakni
indra
pengeliatan,pendengaran,penciuman,rasa dan
raba yang sebagian besar pengetahuan
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan dapat diukur
dengan menggunakan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang suatu objek yang
ingin diukur dari subjek suatu penelitian.
Kedalam pengetahuan yang ingin diketahui
dapat disesuaikan dengan tingkat - tingkat
tersebut.
Pengetahuan tentang atonia uteri
sangat
penting,
Karena
atonia
uteri
merupakan penyebab tersering pendarahan
post partum, sekurang-kurangnya 2/3 dari
semuah pendarahan disebabkan atonia uteri
(Depkes RI,2007)
Teori
ini
membuktikan bahwa
sebagian besar responden dalam penelirian ini
sudah mengetahui dengan baik dan sebagian
kecil responden dalam penelitian ini
mengetahui
dengan
cukup
tentang
pengetahuan atonia uteri.
Dari hasil analisa tersebut maka
dalam hal ini bidan perlu terus meningkatkan
pengetahuan atonia uteri melalui pelatihan
dan seminar sehingga bidan mengetahui
dengan baik tentang pengetahuan atonia uteri
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
dan dapat menjadi bidan yang kopeten dalam
memberikan penanganan atonia uteri.
PENUTUP
Dari
hasil
penelitian
dan
pemahasan terhadap seluruh bidan yang
bekerja di Rumah sakit umum daerah
Berkah Pandeglang provinsi Banten yang
berjumlah 37 orang, berdasarkan analisis
dan pembahasan mengenai gambaran
pengetahuan bidan tentang atonia uteri di
Rumah sakit umum daerah Berkah
Pandeglang provinsi Banten dapat
disimpulkan rata-rata skor sebesar 78.3%,
berada dikategori baik sedangkan yang
menjawab baik sebesar 27 bidan (73%) dan
sedangkan yang menjawab cukup sebesar
10 bidan (27%).
Gambaran pengetahuan bidan di
Rumah sakit Umum Daerah Berkah
Pandeglang Provinsi Banten terdiri dari
beberapa aspek, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Aspek pengetahuan bidan tentang
pengertian atonia uteri di Rumah
sakit umum daerah Berkah
Pandeglang provinsi Banten,
rata-rata skor sebesar 87% berada
pada kategori baik.
.2. Aspek pengetahuan bidan tentang
penyebab atonia uteri di Rumah
sakit umum daerah Berkah
Pandeglang provinsi Banten, ratarata skor sebesar 50.27% berada
pada kategori kurang.
3. Aspek pengetahuan bidan tentang
tanda atonia uteri di Rumah sakit
umum
daerah
Berkah
Pandeglang provinsi Banten, ratarata skor sebesar 87.56% berada
pada kategori baik.
.4. Aspek pengetahuan bidan tentang
pencegahan atonia uteri di
Rumah sakit umum daerah
Berkah
Pandeglang
provinsi
Banten, rata-rata skor sebesar
89.1% berada pada kategori baik.
ISSN: 2356-5454
.5.
Aspek pengetahuan bidan tentang
akibat atonia uteri di Rumah
sakit umum daerah Berkah
Pandeglang provinsi Banten, ratarata skor sebesar 81% berada
pada kategori baik.
.6. Aspek pengetahuan bidan tentang
penatalaksanaan atonia uteri di
Rumah sakit umum daerah
Berkah
Pandeglang
provinsi
Banten. , rata-rata skor sebesar
74.6% berada pada kategori
cukup.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan maka dapat disampaikan
beberapa saran yaitu kepada :
1. Untuk bidan
Untuk
lebih
meningkatkan
pengetahuan tentang atonia uteri
dengan selalu membaca buku,
mengikuti seminar dan pelatihan
2.Untuk Rumah sakit umum daerah
berkah Pandeglang
Hendaknya Rumah sakit lebih
banyak lagi mengadakan seminar
dan pelatihan.
3.Untuk peneliti
Hasil penelitian hendaknya dapat
di jadikan sebagi gambaran bagi
peneliti
lain
dan
dapat
dikembangkan
lebih
dalam
penelitian lanjutan menginggat
adanya keterbatasan yang dimiliki
oleh peneliti.
REFERENSI
ArikuntoSuharsimi.2006. Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik Edisi revisi VI. Jakarta:
Rineka Cipta.
Budiarto Eko, SKM. (2002). BIOSTATISTIKA
untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Jakarta :ECG
Depkes RI, (2007). Buku acuan pertolongan
pertama gawatdarurat obsretri dan neonatal
Dinas Kesehatan Provinsi Bandung 2008
JNPK- KR, (2008), Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Esensial Persalinan, edisi revisi. Jakarta
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 21
jikk
ISSN: 2356-5454
Mochtar Rustam, Prof. Dr.
MPH (1998)
Sinopsis Obstetri. Jakarta: ECG
Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rumah Sakit Umum Daerah Berkah
Pandeglang Provinsi Banten 2011
Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG.,
MPH. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
Hal | 22
Nomor 05 Tahun 2013
Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG.,
MPH. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
http : www.Rilisindonesia.com
http : www. Meneg pp. Go. Id (suara
pembaharuan)
http : www. Scribd. Com
http: // Kuliah bidan wordpress. Com /
2008/II/ 02
http
:
www.
undp.
Com
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
ANTENATAL CARE DI DESA BIRU KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG
Oleh
Iis Wahyuni
ABSTRAK
Kehamilan dan kelahiran merupakan proses yang alami, akan tetapi bukan berarti bebas dari risiko.
Banyak wanita dan anak yang meninggal dan menderita kesakitan atau cacat seumur hidup karena
komplikasi atau akibat langsung dari penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang buruk.
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian
Ibu (AKI) masih berada pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi
(AKB) sebesar 34 kematian per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2009, AKI masih
berada pada angka 226 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sebesar 25 per 1000 kelahiran
hidup. Hal ini masih jauh dari target Nasional , dimana AKI tahun 2010 adalah sebesar 125 per
100.000 kelahiran hidup dan target AKB Tahun 2010 sebesar 21 per 1000 kelahiran hidup,
(http://www.antara.co.id/arc/2007). Angka kematian ibu (AKI) di Jawa Barat pada tahun 2008
adalah 784 per 743.684 kelahiran hidup, Penyebab lain dari kematian Ibu yaitu perdarahan sebanyak
70%, eklampsia sebanyak 11,13%, infeksi sebanyak 6,78% dan lain-lain sebanyak 34%, (Propil Dinkes
Jabar, 2008). Angka kematian ibu (AKI) di Desa Biru periode 2009 adalah 1/281 kelahiran hidup,
akibat dari perdarahan. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dapat dikurangi
dengan memberikan Antenatal Care yang berkualitas, dengan ANC yang berkualitas dapat
mendeteksi secara dini adanya komplikasi atau kelainan yang timbul pada saat kehamilan, selain itu
bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil maupun keluarganya, sehingga bila
terdapat tanda-tanda bahaya, ibu hamil maupun keluarganya dapat mengetahui dimana harus
mencari pertolongan sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam memberikan pertolongan pada ibu
hamil. Salah satu upaya untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah dengan memberikan
pelayanan Antenatal care yang berkualitas dan upaya Departemen Kesehatan adalah negara
membuat rencana strategi nasional making pregnancy safer (MPS) di Indonesia 2001 - 2010 yang
menyebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010,
maka visi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang
dilahirkan hidup sehat, (Prawirohardjo, 2006).
PENDAHULUAN
Latar belakang
Beberapa faktor yang mempengaruhi
kematian di Indonesia adalah rendahnya
kesadaran ibu-ibu hamil, letak geografi,
ekonomi, umur dan pendidikan untuk
memeriksakan kandungan pada tenaga
kesehatan, mereka tidak mengetahui tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan, sehingga
jika terjadi komplikasi kehamilan, dapat
dicegah atau diobati dan segera ditangani.
Kehamilan dibagi menjadi III trimester,
selama kehamilan ibu hamil dianjurkan
melakukan kunjungan antenatal minimal 4
kali yaitu satu kali pada trimester I, satu kali
pada trimester II, dua kali pada trimester III
untuk memantau keadaan ibu dan janin
dengan seksama, sehingga dapat mendeteksi
secara dini dan dapat memberikan intervensi
secara tepat dan tepat. Pelayanan atau standar
minimal yang diberikan “7T” yaitu Timbang
berat badan , ukur tekanan darah, ukur tinggi
fundus uteri, pemberian imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) lengkap, pemberian tablet besi
minimal 90 tablet selama kehamilan, tes
terhadap penyakit menular seksual, temu
wicara dalam rangka persiapan rujukan,
(Mufdlilah, 2009).
Pengetahuan ibu hamil tentang ANC
sangat penting karena akan dapat membantu
mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 23
jikk
ISSN: 2356-5454
seseorang melakukan pengindraan terhadap
suatu obyek tertentu. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu tentang ANC itu
sendiri meliputi umur, dimana di harapkan
semakin
bertambahnya
umur
makin
bertambah pula pengetahuan dalam hal
pemeriksaan kehamilan. Semakin wanita
sering hamil atau melahirkan makin tinggi
tingkat pengetahuannya. Pendidikan, dimana
semakin
tinggi
pendidikan
seseorang,
diharapkan
semakin
luas
juga
pengalamannya, ( Notoatmodjo, 2007).
Data yang diperoleh dari Desa Biru
Kecamatan Majalaya jumlah ibu hamil pada
bulan Januari-April 2011 berjumlah 34 0rang.
Secara teori ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam hal
ini khususnya perilaku ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan ANC. Menurut
Nursalam dan Pariani.S karakteristik seperti
umur, paritas, pendidikan, dan pengetahuan
dapat mempengaruhi hal tersebut, tetapi di
Desa Biru sampai saat ini belum ada data yang
mengungkapkan apakah ada hubungan antara
karakteristik dengan pengetahuan ibu hamil
tentang ANC.
Berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Hubungan
Karakteristik
dengan
Pengetahuan Ibu hamil tentang Antenatal
Care di Desa Biru Kecamatan Majalaya
Kabupaten Bandung ”
PEMBAHASAN
1 Analisis Univariat
1. Umur Responden
Dalam hal ini usia juga mempengaruhi
pengetahuan seseorang dimana belum tentu
semakin meningkat usia sebagaimana halnya
dengan ibu hamil di Desa Biru maka akan
meningkat pula pengetahuan seseorang
tentang
ANC.
Dari
hasil
penelitian
menunjukan bahwa hampir sebagian besar
dari 34 responden ini berumur 21 - 35 tahun
sebanyak 23 responden (67,6%).
Hal | 24
Nomor 05 Tahun 2013
Usia 21-35 tahun termasuk usia
produktif, dimana merupakan usia yang
optimal dalam menerima informasi dari
lingkungan melalui pancaindra dan masih
kuatnya daya ingat seseorang yang dapat
mempengaruhi pengetahuan. Sehingga akan
mudah dalam menerima informasi tentang
antenatal care yang diberikan dalam
penyuluhan baik di bale desa, posyandu
maupun kunjungan rumah. Selain itu sangat
dimungkinkan
bila pada usia tersebut
mengalami masa kehamilan, melahirkan dan
menyusui.
Berdasarkan
hasil
penelitian
disebutkan sebagian kecil distribusi umur ibu
terdapat pada umur < 20 tahun dan > 35
tahun, bahwa umur < 20 tahun cenderung
memiliki pengetahuan yang kurang sehingga
dapat
mendorong
terjadinya
ketidak
seimbangan dalam mengambil keputusan
karena hal ini sesuai dengan pendapat
Sulaiman, menyatakan bahwa umur yang
dianggap
optimal
untuk
mengambil
keputusan adalah umur diatas 20 tahun.
2. Pendidikan responden
Tingkat pendidikan ibu memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap
pengetahuan yang akan di dapatnya. Dari
hasil penelitian menunjukan bahwa dari 34
responden sebagian besar berpendidikan SMP
sebanyak 18 responden (52,9%).
Hal tersebut dikarenakan masih ada
anggapan bahwa seorang perempuan tidak
perlu mendapatkan pendidikan yang tinggi
karena pada akhirnya hanya akan menjadi ibu
rumah tangga dan mengurus anak – anak.
Pendidikan akan memberikan kesempatan
kepada orang untuk membuka jalan pikiran
dalam menerima ide – ide atau nilai baru.
Tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu
aspek sosial yang umumnya berpengaruh
pada tingkat pendapatan keluarga sebagai
faktor ekonomi,
pendidikan juga dapat
mempengaruhi sikap dan tingkah laku
manusia dalam melakukan Antenatal care.
Berdasarkan
hasil
penelitian
disebutkan
sebagian
kecil
distribusi
pendidikan ibu adalah tidak tamat SD
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
sebanyak 5 responden (14,7%).
Dimana
tingkat
pendidikan
yang
rendah
menyebabkan acuh tak acuh terhadap
program
kesehatan
dan
pemeliharaan
kehamilannya sendiri sehingga mereka
kurang mengenal bahaya yang mungkin
terjadi. Tingkat pendidikan ibu yang rendah,
mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu
dalam menghadapi masalah kehamilan,
persalinan, nifas dan perawatan bayi, (Depkes
RI).
3. Pekerjaan responden
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan
atau aktivitas seseorang untuk memperoleh
penghasilan guna memenuhi kebutuhan
hidup sehari – hari. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa dari 34 responden
sebagian besar tidak bekerja sebanyak 20
responden (58,8%).
Hal tersebut dimana dengan wanita
tidak bekerja maka pengetahuannya akan
kurang karena kurang mendapatkan informasi
tentang kehamilan tetapi dengan wanita yang
tidak bekerja diluar rumah akan mempunyai
banyak
waktu
dalam
memelihara
kehamilannya dan mengatur pekerjaan rumah
tangganya
Berdasarkan hasil penelitian disebutkan
sebagian kecil distribusi frekuensi pekerjaan
ibu adalah bekerja swasta sebanyak 14 orang
(41,2%). Dimana wanita yang bekerja maka
akan mudah mendapatkan informasi dan
pengetahuan tentang kehamilan sehingga
wanita
yang
bekerja
pengetahuannya
cenderung akan lebih luas.
4. Paritas
Umur saat hamil terlalu muda (kurang
dari 20 tahun) atau sudah tua (di atas 35
tahun) adalah resiko tinggi bagi ibu. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa dari 34
responden sebagian besar pada multi gravida
21 responden (61,8%).
Hal ini sesuai dengan pendapat
Wiknjosastro yang mengungkapkan bahwa
jumlah anak lebih dari dua cenderung
memiliki waktu yang lebih lama untuk
mempelajari sesuatu sehingga memilki
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan
ISSN: 2356-5454
dengan paritas yang kurang dari dua.
Berdasarkan penelitian disebutkan bahwa
sebagian kecil Distribusi ibu terdapat pada
primi gravida dan grande gravida.
Berdasarkan
hasil
penelitian
disebutkan sebagian kecil distribusi paritas
ibu
adalah primigaravida sebanyak 6
responden (17,6). Dimana pada primigravida
pada umumnya belum mempunyai gambaran
mengenai kejadian-kejadian yang akan
dialami selama kehamilannya, pada saat
melahirkan dan merawat bayinya, (Depkes
RI).
5. Pengetahuan mengenai pemeriksaan
kehamilan
Menurut Notoatmodjo pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknnya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku
yang
tidak
didasari
oleh
pengetahuan.
Dari
hasil
penelitian
menunjukan bahwa dari 34 responden
sebagian besar terdapat 19 responden (55,9%)
memiliki
tingkat
pengetahuan
dengan
kategori cukup.
Dimana Pemeriksaan kehamilan disini
bertujuan untuk memfasilitasi hasil yang sehat
dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan
jalan menegekkan hubungan kepercayaan
dengan
ibu,
mendeteksi
komplikasikomplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan,
(http/www.Depkes
RI,
Pelayanan ANC, 2005).
6. Pengetahuan mengenai perawatan
kehamilan
Cara terpasti untuk memiliki seorang
bayi yang sehat nantinya adalah dengan
menjalani gaya hidup yang sehat dan
memastikan kehamilan secara normal dengan
perawatan yang baik. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa sebagian besar dari 34
responden terdapat 15 responden (44,1%)
memiliki pengetahuan dengan kategori baik.
Perawatan
yang
baik
untuk
memperbaiki kesehatan wanita hamil secara
umum seperti mendatangi perawatan prenatal
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 25
jikk
ISSN: 2356-5454
sejak awal kehamilan, menjalani pola makan
seimbang termasuk suplemen vitamin yang
mengandung asam folat, olahraga yang
teratur sesuai anjuran, menghindari alkohol,
rokok dan obat-obatan terlarang. Riset selama
bertahun-tahun telah menunjukan wanita
hamil
yang
mendapatkan
perawatan
kehamilan yang layak cenderung memiliki
bayi yang sehat dan komplikasi yang sedikit
selama proses kelahiran dan penyembuhan,
(Yudi Santoso, panduan lengkap kebidanan.
2008).
7. Pengetahuan mengenai Kebutuhan
nutrisi
Kehamilan adalah motivasi terbaik bagi
ibu untuk mendapatkan perubahan nutrisi
yang direkomendasikan dalam diet dan gaya
hidup demi untuk bayi. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa sebagian besar dari 34
responden terdapat 13 responden (38,2%)
memiliki pengetahuan dengan kategori
kurang. Maka dari itu ibu hamil perlu
mengetahui bahwa pada masa kehamilan
membutuhkan
makanan
utama
(yang
mengandung karbohidrat), makanan untuk
pertumbuhan (yang mengandung protein),
makanan
untuk
pemulihan
(yang
mengandung Vitamin dan mineral) dan
makanan yang melancarkan aktivitas (yang
mengandung lemak, minyak dan gula),
disertai banyak cairan (air putih dan jenis
minuman lainnya), (Yudi santoso, panduan
lengkap kebidanan. 2008).
8. Pengetahuan ibu hamil tantang
Antenatal Care
Pentingnya untuk mengetahui bahwa
ibu mulai muncul tanda kemungkinan hamil
sampai akhir usia kehamilannya sangat
diperlukan
informasi
dan
penambah
pengetahuan tentang pengetahuan yang
bermanfaat untuk ibu dan janin yang
dikandungnya.
Dari
hasil
penelitian
menunjukan bahwa sebagian besar dari 34
responden terdapat 13 responden (38,2%)
memiliki pengetahuan dengan kategori
kurang. Maka dari itu ibu hamil yang
pengetahuannya kurang dapat diatasi dengan
cara memberikan konseling dan pertemuan
Hal | 26
Nomor 05 Tahun 2013
tatap muka yang diselenggarakan dengan
sengaja, percakapan mengarah pada bantuan
untuk ibu dengan tujuan agar ibu mengetahui
tentang pertumbuhan dan perkembangan
janin, nutrisi, latihan fisik, strategi membantu
diri sendiri, ketidaknyamanan yang biasa
terjadi dan tanda bahaya yang mungkin
terjadi dan ibu hamil harus segera mencari
pertolongan medis.
2 Analisis Bivariat
1. Hubungan antara umur dengan tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang
Antenatal care
Berdasarkan
hasil
uji
statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
umur dengan pengetahuan ibu tentang
antenatal
care.
Dimana
pernyataan
Notoatmodjo S, yang menyatakan bahwa
semakin bertambah umur seseorang semakin
bertambah juga pengetahuan yang di miliki.
2. Hubungan antara pendidikan dengan
tingkat pengetahuan ibu tentang
Antenatal Care
Pendidikan sangatlah penting dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan bisa saja
berpengaruh terhadap pengetahuan ibu hamil
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
Berdasarkan
hasil
uji
statistik
yang
menunjukan bahwa ada hubungan antara
pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu
tentang antenatal care. Dimana Pendapat
Kontjoroningrat dalam buku Nursalam, yang
menyatakan
bahwa
semakin
tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin mudah
seseorang menerima informasi. Ketidak
sesuaian ini bisa di pengaruhi olah paritas
yang lebih dari satu, umur yang sudah
matang, tingkat pendidikan responden yang
tidak merata serta kadar informasi tentang
antenatal care yang di dapatkan responden.
Hal ini bisa di lihat pada responden dengan
tingkat pendidikan SMP yang memiliki cukup
pengalaman,
serta
memiliki
tingkat
pengetahuan tentang antenatal care cukup
sama dengan responden yang berpendidikan
menengah dan tinggi. Ini bisa terjadi karena
mereka banyak mendapatkan informasi
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Hubungan antara pekerjaan dengan
tingkat pengetahuan ibu tentang
antenatal care
Berdasarkan hasil uji statistik yang
menunjukan bahwa ada hubungan antara
pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu
tentang
antenatal
care.
Hal
tersebut
dikarenakan ibu yang tidak bekerja mungkin
pangetahuannya kurang
karena kurang
mendapatkan informasi tentang kehamilan
sedang ibu yang bekerja mereka cenderung
berpengetahuan lebih luas dan banyak
mendapatkan informasi tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
4. Hubungan antara paritas dengan tingkat
pengetahuan ibu tentang antenatal care
Berdasarkan
hasil
uji
statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
paritas dengan pegetahuan ibu hamil tentang
antenatal care. Dimana menurut penelitian
Elvin miradi (2008), ibu yang baru pertama
kali hamil merupakan hal yang sangat baru
sehingga termotivasi dalam memeriksakan
kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya
ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari
satu orang mempunyai anggapan bahwa ia
sudah
berpengalaman
sehingga
tidak
termotivasi
untuk
memeriksakan
kehamilannya
Hal
tersebut
sesuai
dengan
pernyataan Notoatmodjo, yang menyatakan
bahwa
pengetahuan
dipengaruhi
oleh
beberapa faktor diantaranya oleh pengalaman
yang diperoleh seseorang. Pengalaman bisa
didapatkan
secara
langsung
maupun
pengalaman tidak langsung yang didapatkan
dari pengalaman orang lain, sehingga semakin
banyak seseorang mendapatkan pengalaman
maka semakin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki.
PENUTUP
Setelah penulis melakukan penelitian
mengenai “Hubungan karakteristik dengan
pengetahuan ibu tentang Antenatal Care di
ISSN: 2356-5454
Desa Biru Kecamatan Majalaya Kabupaten
Bandung “ dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan pengetahuan ibu hamil
mayoritas
mempunyai
tingkat
pengetahuan tentang Antenatal care
berpengetahuan kurang sebanyak 13
responden (38,2%).
2. Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan
antara umur dengan pengetahuan
ibu hamil tentang Antenatal care,
hal tersebut terlihat dari hasil
pengolahan data Umur ibu hamil
mayoritas berumur 21–35 tahun
sebanyak 23 responden (67,6)
dengan berpengetahuan cukup dan
dilihat dari dimenci x² hitung lebih
besar dari x² tabel.
3. Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan
antara
pendidikan
dengan
pengetahuan ibu hamil tentang
Antenatal care, hal tersebut terlihat
dari
hasil
pengolahan
data
pendidikan ibu hamil SMP sebanyak
18 responden (52,9%) dengan
berpengetahuan kurang dan dilihat
dari dimenci x² hitung lebih besar
dari x² tabel.
4. Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan
antara
pekerjaan
dengan
pengetahuan ibu hamil tentang
Antenatal care, hal tersebut terlihat
dari hasil pengolahan data mayoritas
ibu tidak bekerja 20 responden
(58,8%) dengan berpengetahuan
kurang dan dilihat dari dimenci x²
hitung lebih besar dari x² tabel.
5. Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan
antara paritas dengan pengetahuan
ibu hamil tentang Antenatal care,
hal tersebut terlihat dari hasil
pengolahan data mayoritas ibu
hamil
dengan
multigravida
sebanyak 21 responden (61,8%)
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 27
jikk
ISSN: 2356-5454
dengan berpengetahuan cukup dan
dilihat dari dimenci x² hitung lebih
besar dari x² tabel.
Saran
1 Bagi Institusi
Kepada pihak institusi diharapkan
dengan adanya penelitian ini, mahasiswa
lebih baik lagi mamahami tentang hubungan
karakteristik dengan pengetahuan ibu hamil
tentang ANC
2 Bagi Peneliti
Terus menambah wawasan dan
pengetahuan tentang ilmu-ilmu pengetahuan
tentang kehamilan terkini dan menerapkan
kepada ibu hamil agar pengetahuan ibu hamil
tantang pemeliharaan kehamilannya akan
meningkat.
3 Bagi Tenaga Kesehatan
Dikarenakan ada hubungan antara
karakteristik ibu dengan pengetahuan maka
peneliti ingin menyampaikan agar bidan desa
diharapkan mengadakan penyuluhan dengan
metoda penyampaian disesuaikan dengan
kelompok umur dan paritas melalui
posyandu, poskesdes maupun kunjungan
rumah agar informasi tentang kesehatan
khususnya mengenai antenatal care dapat
diterima.
4 Bagi Ibu Hamil
Diharapkan
ibu
hamil
dapat
mengikuti penyuluhan– penyuluhan supaya
dapat mengetahui informasi- informasinya
Hal | 28
tentang
kesehatan
antenatal care.
Nomor 05 Tahun 2013
terutama
mengenai
REFERENSI
Abdul Bari Saifuddin, 2006. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi :
YBP – SP
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta
Glaisser, Anna. 2006. Keluarga Berencana Dan
Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Hartanto, Hanafi. 2007. Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan
Meilani, Niken, 2010. Pelayanan KB :
FITRAMAYA
Manuaba, Chandranita, Ayu, ida, 2010. Ilmu
Kebidanan, penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC
Mansjoer Arif. M, 1999. Kapita Selekta
Kedokteran : FKUI
Manuba, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita : ARCAN
Muchtar, Rustam. 2010
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Noviawati, Dyah, 2009. Panduan Lengkap
Pelayanan KB Terkini : NUMED
Sarwono,
Prawirohardjo,
2008.
Ilmu
Kandungan : YBP - SP
Sarwono, Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan
: YBP - SP
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT
PADA BAYI DI RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG
oleh
Irma Rosliani Dewi
ABSTRAK
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan
pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan
terhindar dari infeksi tali pusat. (http://www.ask.com/?q=perawatan%20tali%20pusat&o=10147&I=is)
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan memberikan dampak positif yaitu tali pusat akan
pupus pada hari ke-5 dan hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan
tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonatorum dan dapat
mengakibatkan kematian. (Helen Farerr ; 187) Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah
terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, penyakit ini disebabkan karena masuknya spora
kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk
atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi. (Depkes RI,
2005) Pada tahun 2000 WHO (Word Hearth Organisation) menemukan angka kematian bayi sebesar
560.000, yang disebabkan oleh infeksi tali pusat, Negara Afrika angka kematian bayi yang disebabkan
infeksi tali pusat 126.000 (21%), Negara Asia Tenggara diperkirakan ada 220.000 kematian bayi, di
Negara Afrika maupun di Asia Tenggara kematian disebabkaan karena perawatan tali pusat pada
bayi baru lahir yang kurang bersih. (http://www.ask.com/?q=perawatan%20tali%20pusat&o=10147&I=is)
Berdasarkan data Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat bahwa jumlah kematian bayi pada tahun 2009
sebanyak 5.719 bayi dari 845.964 kelahiran hidup. Pada tahun 2008 kasus kematian bayi sebanyak 10
kasus. Penyebab langsung kematian bayi antara lain BBLR 158 kasus (48,47%), asfiksia 100 kasus
(30,6%), Infeksi 68 kasus (20,8%). Kasus lain diantaranya RDS (Respiratory Death Syndrom) Atresiaani,
Multiple Congenital, Meningitis, Haemophylia, Sepsis, Icterus, dan Encephalitis. (Profil Din.Kes. Jabar 2008)
Berdasarkan data yang didapat dari rekam medik RS.Immanuel Bandung peneliti menemukan data
bayi lahir tahun 2009 sebanyak 215 bayi, yang meninggal 28 bayi. Pada tahun 2010 bayi yang lahir 235
bayi dan yang meninggal 20 orang. Pada tahun 2011 bulan Januari sampai dengan Maret sebanyak 85
bayi dan yang meninggal sebanyak 5 bayi, 2 diantaranya meninggal oleh karena infeksi tali pusat
yang rujuk ke rumah sakit Immanuel.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
pembangunan
kesehatan
menuju Indonesia sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal di seluruh wilayah
Indonesia.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan
untuk
menurunkan
angka
kesakitan (morbilitas) dan angka kematian
(mortalitas) pada bayi adalah dengan
memberikan pelayanan kesehatan yang efektif
pada masyarakat tentang perawatan tali pusat
bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut
diperlukan sumber daya manusia yang
mempunyai kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas yaitu dengan
memberikan penjelasan tentang kesehatan
kepada klien sehingga pengetahuan yang
dimiliki oleh klien diharapkan dapat
mempengaruhi perilaku klien terhadap
kesehatan.
Tali pusat atau funiculus umbilicalis
adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam
kandungan.
Dikatakan
saluran
kehidupan karena saluran inilah yang selama
9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan
oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir,
saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga
harus dipotong dan diikat atau dijepit.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 29
jikk
ISSN: 2356-5454
(http://mommygadget.com/2009/04/19/ merawattali-pusat/)
Pentingnya melakukan perawatan tali
pusat pada bayi tidak terlepas dari tingkat
pengetahuan klien itu sendiri, pengetahuan
atau kognitif domain yang sangat penting
akan terbentuknya tindakan seseorang.
Perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari
oleh
pengetahuan.
Dengan
pengetahuan maka akan terbentuk tindakan
klien dalam memahami pentingnya perawatan
sehinggan klien mau melaksanakan hal
tersebut maka, jelaslah tingkat pengetahuan
dapat mempengaruhi klien dalam memahami
pentingnya perawatan tali pusat pada bayi.
Baik tidaknya pengetahuan tentang
kesehatan dipengaruhi juga oleh beberapa
faktor yaitu : Umur, Pendidikan, dan Paritas
karena semakin bertambahnya pengetahuan
masyarakat tentang perawatan tali pusat pada
bayi baru lahir maka akan makin tinggi
keinginannya untuk mengetahui kesehatan
dalam dirinya dan juga akan menambah suatu
tingka laku atau kebiasaan yang sehat dalam
diri masyarakat (Notoatmodjo, 2002).
Dari latar belakang diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
“PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI
RUANG
DEBORA
RUMAH
SAKIT
IMMANUEL BANDUNG”.
PEMBAHASAN
Pengertian Perawatan Tali Pusat
Perawatan
tali
pusat
adalah
pengobatan dan pemotongan tali pusat yang
menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara
ibu dan bayi, kemudian tali pusat dirawat dan
dijaga kebersihannya dalam keadaan bersih,
steril dan terhindar dari infeksi tali pusat.
(http://www.ask.com/?q=
perawatan%20tali%
20pusat&o=10147&I=is
Tali pusat berisi dua arteri umbilikal
yang mengalirkan darah kotor (berisi zat
metabolik) dari janin ke plasenta; dan sebuah
vena umbilikal yang mengalirkan darah segar
(kaya akan oksigen dan nutrient) dari plasenta
ke janin.
Hal | 30
Nomor 05 Tahun 2013
Berdasarkan
dari
analisis
data
didapatkan pengetahuan ibu nifas tentang
Pengertian perawatan tali pusat di Ruang
Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung
mempunyai pengetahuan baik, yaitu sebesar
43 (78,18%) responden, cukup sebesar 9
(16,36%) responden, dan yang kurang sebesar
3 (5,45%) responden. Hal tersebut dikarenakan
para ibu nifas yang menjadi responden
sebagian besar memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi dan baik. Diharapkan semua ibu
nifas yang dirawat di rumah sakit Immanuel
mendapatkan
informasi
yang
lengkap
sehingga pengetahuan ibu nifas yang sudah
baik ini dapat lebih ditingkatkan.
Manfaat perawatan tali pusat
Tali pusat atau funiculus umbilicalis
adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan, karena saluran inilah yang
selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan
oksigen kejanin, tetapi begitu bayi lahir
saluran ini tidak diperlukan lagi sehingga
harus dipotong dan dijepit, kemudian tali
pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih,
kering, puput dan terhindar dari infeksi.
(Sodikin, 2009 : 39)
Berdasarkan dari hasil analisis data
didapatkan bahwa pengetahuan ibu nifas
tentang Manfaat perawatan tali pusat di
Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel
Bandung berpengetahuan baik yaitu sebesar
40 (72,73%) responden, cukup sebesar 9
(16,36%) responden, kurang sebesar 6 (10,91%)
responden. Hal ini disebabkan oleh karena
tingkat pengetahuan responden yang berbedabeda.
Dengan masalah diatas diharapkan
petugas pelayanan mampu memberikan
informasi dan pengetahuan tentang manfaat
perawatan tali pusat kepada ibu nifas yang
dirawat di ruangan Debora.
Tanda Bahaya Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat juga diperlukan
untuk
mencegah
terjadinya
media
berkembangbiak mikro organisme pathogen
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
seperti staphylococcus aureus atau clostridia.
(Helen Farrer, 2001 : 188)
Tali pusat yang belum puntung harus
selalu diperikasa dan dirawat untuk
mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan.
Apabila puntung tersebut tampak kering
ikatan tali pusat bisa dilepaskan pada hari
ketiga. Puntung tali pusat akan terlepas
sendiri setelah mengalami proses nekrosis
menjadi kering. Dampak posotif dilakukannya
perawatan tali pusat, bayi akan sehat dengan
kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi
infeksi, serta tali pusat lepas dengan cepat
yaitu antara hari ke 6 hingga hari ke 8 tanpa
ada komplikasi. (Helen Farrer, 2001 : 187)
Dampak negatif perawatan tali pusat
apabila tidak dirawat dengan baik, kumankuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi
yang
mengakibatkan
penyakit
tetanus
neonatorum. Penyakit ini adalah salah satu
penyebab kematian bayi yang terbesar di Asia
Tenggara dengan jumlah 220 kematian bayi,
sebab masih banyak masyarakat yang belum
mengerti tentang cara perawatan tali pusat
yang baik dan benar. (Dinkes RI, 2005)
Berdasarkan dari hasil analisis data
yang didapat bahwa pengetahuan ibu nifas
tentang Tanda Bahaya perawatan tali pusat di
Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel
Bandung berpengetahuan baik yaitu sebesar
31 (56,36%) responden, cukup 14 (25,45%)
responden, kurang 10 (18,18%) responden. Hal
tersebut dikarenakan para ibu nifas yang
menjadi responden sebagian besar memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi dan baik.
Pendidikan
yang
rendah
menyebabkan seseorang acuh tak acuh
terhadap
program
kesehatan
dan
pemeliharaan kesehatannya sendiri sehingga
mereka kurang mengenal tanda bahaya yang
mungkin terjadi. Tingkat pendidikan ibu yang
rendah,
mengakibatkan
kurangnya
pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah
kehamilan, persalinan, nifas, dan perawatan
bayi. Pengetahuan ini diperoleh baik secara
formal maupun informal. (Depkes RI, Sosial
Budaya Dasar Untuk PBB, 1996)
ISSN: 2356-5454
Sistem Rujukan Perawatan tali pusat
Dalam rangka usaha peningkatan
mutu pelayanan, sistem rujukan perlu dibina
dan dikembangkan. Pengertian dalam rujukan
terjadi antara lain penyerahan tanggung jawab
timbal balik mengenai perawatan penderita
dari satu unit kesehatan secara vertical dan
horizontal dari unit kesehatan yang lebih
mampu kepada yang kurang mampu dengan
tujuan :
1.
Memberikan pelayanan kesehatan
pada penderita dengan tepat dan
cepat.
2.
Menggunakan fasilitas kesehatan
yang seefesien mungkin.
3.
Mengadakan
pembagian
tugas
kesehatan pada unit kesehatan sesuai
dengan lokasi dan kemampuan unitunit tersebut.
Masalah pelayanan kesehatan di
Indonesia belum dapat merata sampai ke
pelosok-pelosok. Fasilitas kesehatan baik
gedung, alat dan ahlinya berpusat dikota
besar. Adanya pengelolaan penderita yang
kurang tepat sering menimbulkan kecacatan
dan kematian. Mungkin karena terlambatnya
mengirim penderita ke unit yang lebih
mampu.
Pelaksanaan sistem rujukan ini perlu
ditentukan beberapa hal tentang regionalisasi.
Regionalisasi adalah pembagian wilayah
pelaksanaan
rujukan
didasarkan
atas
pembagian wilayah secara administratif, tetapi
dimana perlu didasarkan atas lokasi atau
mudahnya sistem rujukan itu dicapai. Hal ini
untuk menjaga agar sistem rujukan mendapat
arus pendidikan secara merata.
Berdasarkan dari hasil analisis data
yang didapat bahwa pengetahuan ibu nifas
tentang Sistem Rujukan berpengetahuan baik
yaitu sebesar 32 (58,18%) responden, cukup
sebesar 10 (18,18%) responden, kurang 13
(23,64%) responden. Hal ini disebabkan oleh
karena tingkat pendidikan yang berbeda-beda
serta kurangnya informasi yang diketahui
oleh ibu nifas tentang sistem rujukan yang
dapat dilakukan apabila diperlukan. Dengan
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 31
jikk
ISSN: 2356-5454
masalah diatas diharapkan petugas pelayanan
lebih mampu mengarahkan dan memberikan
informasi yang lengkap tentang sistem
rujukan kepada ibu nifas dan keluarga apabila
diperlukan.
Pengetahuan Responden Tentang Perawatan
Tali Pusat Secara Umum
Dari keseluruhan data yang diperoleh
dapat disimpulkan bahwa ibu nifas harus
mampu merawat tali pusat secara baik dan
benar sehingga infeksi tetanus neonaturum
tidak akan terjadi pada bayi yang baru lahir.
Dari 55 responden didapatkan 29 (52,73%)
responden yang menjawab dengan benar.
Dengan demikian sebagian besar ibu nifas
yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit
Immanuel Bandung mempunyai pengetahuan
Baik 29 (52,73%) responden. Karena secara
keseluruhan ibu nifas yang menjadi
responden mempunyai pendidikan yang
tinggi.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali
pusat pada bayi di Ruang Debora Rumah
Sakit
Immanuel
Bandung
diperoleh
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Sebagian besar ibu nifas di Rumah
Sakit Immanuel Bandung memiliki
pengetahuan yang Baik tentang
pengertian perawatan tali pusat
sebanyak 43 orang (78,18%).
2. Sebagian besar ibu nifas di Rumah
Sakit Immanuel Bandung memiliki
pengetahuan yang Cukup tentang
manfaat perawatan tali pusat yaitu
sebanyak 40 orang (72,73%).
3. Sebagian besar ibu nifas di Rumah
Sakit Immanuel Bandung memiliki
pengetahuan yang Kurang tentang
tanda bahaya yang bisa terjadi pada
perawatan tali pusat yang tidak benar,
yaitu sebanyak 31 orang (56,36,%).
4. Sebagian besar ibu nifas di Rumah
Sakit Immanuel Bandung memiliki
Hal | 32
5.
Nomor 05 Tahun 2013
pengetahuan yang Kurang tentang
sistem rujukan yang dapat dilakukan
apabila diperlukan, yaitu sebanyak 32
orang (58,18,%).
Dari keseluruhan data 55 responden
yang
penulis
peroleh
dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan ibu
nifas tentang perawatan tali pusat
pada bayi di Ruang Debora Rumah
Sakit
Immanuel
Bandung
dikategorikan Baik sebanyak 29 orang
(52,73%).
SARAN
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana
tersebut diatas maka penulis menyarankan
beberapa hal sebagai berikut :
1 Bagi Ibu nifas
a. Harus lebih aktif berkomunikasi
dengan petugas kesehatan dalam hal
perawatan pada tali pusat.
b. Harus lebih teliti dalam hal merawat
tali pusat pada bayi, agar terhindar
dari bahaya.
c. Mau memotivasi diri untuk belajar hal
baru tentang perawatan tali pusat
yang dapat dibaca atau dipelajari baik
dari buku-buku maupun media
massa.
2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan
penelitian
ini
dapat
dijadikan masukan dan pedoman bagi
pendidikan dan para praktisi dalam
memahami pentingnya perawatan tali
pusat.
3 Bagi Peneliti lain
Dianjurkan peneliti selanjutnya untuk
meneliti faktor lain, dengan harapan
dapat dihasilkan suatu penelitian yang
lebih mendekati keadaan sebenarnya
dan dapat dipertanggungjawabkan.
4 Bagi Instansi Kesehatan
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi informasi yang bermanfaat
terutama bagi petugas di Ruang
Debora Rumah Sakit Immanuel
Bandung untuk memperbaiki mutu
pelayanan kepada ibu nifas.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
b.
Diharapkan petugas di Ruang Debora
Rumah Sakit Immanuel Bandung dapat
memberikan penyuluhan tentang perawatan
tali pusat dengan menggunakan metode
demonstrasi kepada ibu nifas, karena dari
hasil melakukan studi pendahuluan kepada
ibu nifas didapatkan masih ada ibu nifas yang
belum mendapatkan informasi yang tepat dan
jelas tentang perawatan tali pusat yang
sebenarnya sesuai dengan prosedur yang
berlaku saat ini (Eviden Base).
REFERENSI
ArikuntoSuharsimi.2006. Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik Edisi revisi VI.
Jakarta: Rineka Cipta.
Budiarto Eko, SKM. (2002). BIOSTATISTIKA
untuk
kedokteran
dan
kesehatan
masyarakat. Jakarta :ECG
Depkes RI, (2007). Buku acuan pertolongan
pertama gawatdarurat obsretri dan
neonatal
Dinas Kesehatan Provinsi Bandung 2008
JNPK- KR, (2008), Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Esensial Persalinan, edisi revisi.
Jakarta
ISSN: 2356-5454
Mochtar Rustam, Prof. Dr.
MPH (1998)
Sinopsis Obstetri. Jakarta: ECG
Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rumah Sakit Umum Daerah Berkah
Pandeglang Provinsi Banten 2011
Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG.,
MPH. 2004. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan bina
pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG.,
MPH. 2009. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan bina
pustaka Sarwono Prawirohardjo
http : www.Rilisindonesia.com
http : www. Meneg pp. Go. Id (suara
pembaharuan)
http : www. Scribd. Com
http: // Kuliah bidan wordpress. Com /
2008/II/ 02
http : www. undp. Com
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 33
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 05 Tahun 2013
PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG KETUBAN PECAH DINI
Oleh
Diah Nurmayawati
ABSTRAK
Negara diukur dengan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Diseluruh dunia terdapat
kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya 10.000.000 jiwa pertahun.
Sebesar 99% terjadi di negara sedang berkembang.(Manuaba,2002:8) Tingkat kematian maternal di
negara-negara maju berkisar antara 5 – 10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara
berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. (Wiknjosastro, 2005). Tolak ukur
keberhasilan dan kemampuan pelayanan kesehatan suatu menurut hasil Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, yang menunjukan bahwa AKI di Indonesia sebesar 307
per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup,
sedangkan tahun 2010 angka kematian ibu di Indonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran. Angka
kematian bayi di Indonesia rata-rata 34 bayi per 1.000 kelahiran hidup. Menurut data dari dinas
kesehatan Provinsi Jawa Barat (2010) angka kematian ibu hamil, bersalin dan nifas di provinsi Jawa
Barat pada tahun 2010, jumlah total sekitar 788/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2011
AKI di profinsi Jawa Barat sekitar 321/100.000 kelahiran hidup dan AKB 42/1000 kelahiran hidup.
(Dinkes Jabar, 2011)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketuban
pecah
dini
atau
spontaneous/early/premature rupture of
membran atau KPD merupakan penyebab
yang paling sering terjadi pada saat
mendekati persalinan. Kejadian Ketuban
pecah dini mendekati 10% dari semua
persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari
34 minggu kejadiannya sekitar 4% (Manuaba,
2002:229). Kemungkinan infeksi ini dapat
berasal dari dalam rahim (intrauterine),
biasanya infeksi sudah terjadi tetapi ibu belum
merasakan adanya infeksi misalnya kejadian
ketuban pecah sebelum waktunya. Hal ini
dapat
menyebabkan
morbiditas
dan
mortalitas
Ketuban pecah dini adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Sebagian
besar ketuban pecah dini yang terjadi pada
umur kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan
pada umur kehamilan kurang 36 minggu
tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversial obstetric
dalam kaitannya dengan penyebabnya.
Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
menyebabkan kemungkinan infeksi dalam
rahim, persalinan prematuritas yang akan
Hal | 34
meningkatkan kesakitan dan kematian ibu
maupun janinnya (Manuaba, 2008).
Ketuban pecah dini merupakan
masalah penting dalam bidang kesehatan
yang berkaitan dengan penyulit kelahiran
prematur
dan
terjadinya
infeksi
korioamnionitis
sampai
sepsis,
serta
menyebabkan meningkatnya morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2002).
Ketuban pecah dini kemungkinan besar
menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya
kompresi
tali
pusat,
maka
dalam
penatalaksanaan perawatannya dianjurkan
untuk pemantauan ibu maupun janin dengan
ketat.
Infeksi
adalah
masuknya
mikroorganisme patogen ke dalam tubuh
manusia, apabila terjadi infeksi dalam rahim
ini akan membahayakan ibu dan janin yang
akan menyebabkan penyulit pada persalinan
bahkan kematian, dan kejadian infeksi yang
paling tinggi terjadi pada masa antenatal,
intranatal, postnatal. Salah satu penyebab
terjadinya antara lain karena pertolongan
persalinan yang tidak bersih dan aman, partus
lama, ketuban pecah dini dan sebagainya.
(Prawihardjo, 2002)
Ketuban pecah dini selalu dilakukan
tindakan untuk segera melahirkan bayi guna
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
mencegah infeksi yang bisa terjadi pada bayi
maupun ibunya. Tetapi pendekatan ini sudah
tidak perlu dilakukan lagi karena risiko
terjadinya infeksi bisa dikurangi dengan
mengurangi frekuensi pemeriksaan dalam. 1
kali pemeriksaan dengan bantuan speculum
bisa membantu dokter dalam memastikan
pecahnya selaput ketuban, memperkirakan
pembukaan serviks (leher rahim) dan
mengambil contoh cairan ketuban dari vagina.
Jika hasil analisa cairan ketuban menunjukan
bahwa paru – paru bayi sudah cukup matang,
maka dilakukan induksi persalinan (tindakan
untuk memulai proses persalinan) dan bayi
dilahirkan. Jika paru-pau bayi belum matang,
persalinan ditunda sampai paru-paru bayi
matang.
(Anonymous.
www.medicastore.com)
Rupturnya atau hilangnya integritas
dari selaput janin mengakibatkan fungsi
proteksi tersebut berkurang sampai hilang.
Bahkan dapat menjadi tempat masuknya
bakteri
yang
kemudian
menimbulkan
choriomnionitis (Peradangan membran) dan
infeksi terhadap janin. Rupturnya selaput
janin ini juga menyebabkan induksi
persalinan sehingga terjadilah persalinan
prematur disebabkan oleh ketuban pecah
dini). Hal ini akan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas pada ibu dan janinnya
termasuk meningkatnya insidensi dari
respiratory
distress
syndrome,
sepsis
neonatorum, tali pusat menumbung, solutio
placenta, dan kematian. (Medina, T.M. and
Hill, A.2006,Garite,T,J.2004)
Ketuban pecah dini merupakan salah
satu komplikasi kehamilan yang paling sering
dijumpai. Insiden ketuban pecah ini
dilaporkan bervariasi dari 6% hingga 10%,
dimana sekitar 20% kasus terjadi sebelum
memasuki masa gestasi 37 minggu. Sekitar 8
hingga 10% pasien ketuban pecah sebelum
waktunya dan persalinan yang memanjang.
Ketuban pecah dini memiliki risiko tinggi
ISSN: 2356-5454
infeksi intrauterine akibat interval antara
ketuban pecah dan persalinan yang
memanjang.
Ketuban
pecah
dini
berhubungan dengan 30 hingga 40%
persalinan preterm dimana sekitar 75% pasien
akan mengalami persalinan satu minggu lebih
dini dari jadwal (Ketuban pecah buat istri
yanglagi hamil,http://www.indogamers.com)
Kejadian Ketuban Pecah Dini berkisar
5-10% dari semua kelahiran, dan Ketuban
Pecah Dini preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan. 70% kasus Ketuban Pecah Dini
terjadi pada kehamilan cukup bulan. Ketuban
Pecah Dini merupakan penyebab kelahiran
prematur sebanyak 30%. (Ketuban pecah dini.
http://www.klikdokter.com)
Angka kejadian Ketuban pecah dini
di Rumah Sakit Immanuel Bandung sekitar
25% - 40% perbulan, pada tahun 2011
sebanyak 78 orang dari jumlah semua ibu
hamil yang berkunjung di ruang Debora
Rumah Sakit Immanuel Bandung. Dan jumlah
ibu hamil trimester III
yang mengalami
Ketuban pecah dini di ruang Debora Rumah
Sakit Immanuel sebanyak 44 orang total
jumlah hamil trimester III dari Januari sampai
Maret 2012. Maka dari itu, peneliti berniat
meneliti tentang pengetahuan ibu hamil
trimester III tentang ketuban pecah dini di
ruang Debora Rumah Sakit Immanuel
Bandung
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 44 responden yang
dilaksanakan pada bulan Januari – Maret
2012 di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel
Bandung, melalui kuesioner yang diberikan
maka di peroleh data – data yang disajikan
dalam bentuk tabel serta pembahasannya
Hasil Penelitian
Deskriptif
Kategori Jawaban Responden
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang
Ketuban Pecah Dini
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil trimester III
Tentang Ketuban Pecah Dini
No
Kategori Pengetahuan
Jumlah
Presentasi
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 35
jikk
ISSN: 2356-5454
1
2
3
Baik
Cukup
kurang
Jumlah
30
11
3
44
Tabel diatas menunjukan bahwa
dari keseluruhan responden yang
berjumlah 44 orang, yang memiliki
pengetahuan baik 30 orang (68.18%),
pengetahuan cukup sebanyak 11 orang
Nomor 05 Tahun 2013
68.18%
25.00%
6.18%
100%
(25.00%), dan pengetahuan kurang
sebanyak 3 Orang (6.18%)
Deskriptif
Kategori Jawaban Responden
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang
pengertian Ketuban Pecah Dini
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil trimester III
Tentang Pengertian Ketuban Pecah Dini
No
Kategori Pengetahuan
Jumlah
Presentasi
1
Baik
22
50.00%
2
Cukup
18
40.90%
3
kurang
4
9.09%
Jumlah
44
100%
Tabel diatas menunjukan bahwa dari
(40.50%), dan pengetahuan kurang sebanyak 4
keseluruhan responden yang berjumlah 44
Orang (9.09%)
orang, yang memiliki pengetahuan baik
Deskriptif
Kategori Jawaban Responden
tentang pengertian 20 orang (50.00%),
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang
pengetahuan cukup sebanyak 18 orang
Penyebab Ketuban Pecah Dini
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil trimester III
Tentang Penyebab Ketuban Pecah Dini
No
Kategori Pengetahuan
Jumlah
Presentasi
1
Baik
20
45.45%
2
Cukup
19
43.18%
3
kurang
5
11.36%
Jumlah
44
100%
Tabel diatas menunjukan bahwa
pengetahuan kurang sebanyak 5 Orang
dari keseluruhan responden yang
(11.36%)
berjumlah 44 orang, yang memiliki
Deskriptif
Kategori Jawaban Responden
pengetahuan baik tentang penyebab 20
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang
orang(45.45%),
pengetahuan cukup
Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini
sebanyak
19 orang (43.18%), dan
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III
Tentang Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini
No
Kategori Pengetahuan
Jumlah
Presentasi
1
Baik
30
68.18%
2
Cukup
10
22.72%
3
kurang
4
9.09 %
Jumlah
44
100%
Tabel diatas menunjukan bahwa
pengetahuan baik tentang tanda dan
dari keseluruhan responden yang
gejala 30 orang(68.18%), pengetahuan
berjumlah 44 orang, yang memiliki
cukup sebanyak 10 orang (22.72%), dan
Hal | 36
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
pengetahuan kurang sebanyak 4 Orang
(9.09%)
ISSN: 2356-5454
Deskriptif
Kategori Jawaban Responden
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Akibat
Ketuban Pecah Dini
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III
Tentang Akibat Ketuban Pecah Dini
No
Kategori Pengetahuan
Jumlah
Presentasi
1
Baik
14
31.81%
2
Cukup
21
47.72%
3
kurang
9
20.45%
Jumlah
44
100%
Tabel diatas menunjukan bahwa
pengetahuan kurang sebanyak 9 Orang
dari keseluruhan responden yang
(20.45%)
berjumlah 44 orang, yang memiliki
Deskriptif
Kategori Jawaban Responden
pengetahuan baik tentang akibat 14
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang
orang (31.81%), pengetahuan cukup
Pencegahan Ketuban Pecah Dini
sebanyak 21 orang (47.72%), dan
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III
Tentang Pencegahan
Ketuban Pecah Dini
No
Kategori Pengetahuan
Jumlah
Presentasi
1
Baik
12
27.27%
2
Cukup
29
65.90%
3
kurang
3
9.18%
Jumlah
44
100%
Tabel
diatas
menunjukan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya
bahwa dari keseluruhan responden
ketuban sebelum terdapat tanda mulai
yang berjumlah 44 orang, yang
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum
memiliki pengetahuan baik tentang
terjadi
inpartu.
Ketuban
pecah
dini
pencegahan 12 orang (27.27%),
merupakan pecahnya selaput janin sebelum
pengetahuan cukup sebanyak 29
proses persalinan dimulai.
orang (65.90%), dan pengetahuan
Ketuban Pecah Dini saat preterm
kurang sebanyak 3 Orang (9.18%)
(KPDP) adalah Ketuban Pecah Dini pada usia
Berdasarkan hasil analisis data,
<37 minggu Ketuban Pecah Dini memanjang
berikut pengetahuan ibu hamil trimester III di
merupakan KPD selama >24 jam yang
Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel
berhubungan dengan peningkatan risiko
Bandung, mempunyai pengetahuan tentang
infeksi intra-amnion. Ketuban dinyatakan
ketuban pecah dini baik, cukup, kurang, hal
pecah dini bila terjadi sebelum proses
ini menggambarkan bahwa sebagian tingkat
persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini
pengetahuan ibu hamil trimester III di Ruang
disebabkan oleh karena berkurangnya
Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung
kekuatan membrane atau meningkatnya
memiliki tingkat pengetahuan yang baik
tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor
(93.18%) sedangkan ibu hamil trimester III
tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran
yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal
sangat sedikit 3 orang (6.18%)
dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo,
2002)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang
early/ premature rupture of the membrane
Pengertian Ketuban Pecah Dini
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 37
jikk
ISSN: 2356-5454
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebsalum
partu : yaitu bila pembukaan pada
primigravida dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm. (Rustam Mochtar 1998)
Ketuban Pecah Dini adalah bocornya
cairan amnion sebelum mulainya persalinan.
Terjadi pada kira- kira 7 sampai 12 %
kehamilan. Paling sering ketuban pecah pada
atau mendekati saat persalinan. Persalinan
terjadi secara spontan dalam beberapa jam.
Bila ketuban pecah dini dihubungkan dengan
kehamilan preterm, ada resiko peningkatan
morbiditas dan mortalitas perinatal akibat
imaturitas janin bila kelahiran tidak terjadi
dalam 24 jam, juga terjadi resiko peningkatan
infeksi intrauterine. (Taber.B, M.D. 2002)
Berdasarkan
tabel
5.1.2
diatas
menunjukan bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik tentang pengertian Ketuban
Pecah Dini sebanyak 22 orang (50%),
pengetahuan cukup sebanyak 18 orang
(40.90%)
dan
berpengetahuan
kurang
sebanyak 4 orang (9.09%), dengan demikian
sebagian responden mempunyai pemahaman
yang baik mengenai pengertian tentang
ketuban pecah dini (50%), hal ini
kemungkinan disebabkan oleh responden
yang rata-rata berpendidikan SMA, serta
informasi mengenai ketuban pecah dini dari
media masa dan elektronik
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang
Penyebab Ketuban Pecah Dini
Berkaitan dengan sebab terjadinya.
Menurut pendapat (Arif, 2001) yaitu Serviks
inkompeten tidak dapat berfungsi dengan
baik. Servik yang inkompeten dapat menipis
dan berdilatasi peristiwa ini diikuti oleh
pecahnya ketuban dan selanjutnya ekspulsi
janin imatur sehingga kemungkinan janin
akan
meninggal.
Ketegangan
rahim
berlebihan kehamilan ganda dan hidramion
dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, kelainan letak janin dan rahim :
letak sungsang, letak lintang. Letak janin
dalam uterus bergantung pada proses
adaptasi janin terhadap ruangan dalam
uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah
air ketuban relative lebih banyak sehingga
Hal | 38
Nomor 05 Tahun 2013
memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa,
dan
demikian
janin
dapat
menempatkan
diri
dalam
letak
sungsang/letak lintang. Pada kehamilan
trimester akhir janin tumbuh dengan cepat
dan jumlah air ketuban relative berkurang.
meningkat, sehingga membuat selaput
ketuban pecah dini yang menyebabkan
terjadinya biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk preteolitik sel sehingga
memudahkan ketuban pecah. (Amnionitis/
Korioamnionitis).
Berdasarkan
tabel
5.1.3
diatas
menunjukan bahwa memiliki pengetahuan
baik tentang penyebab Ketuban Pecah Dini
sebanyak 20 orang (45.45%), pengetahuan
cukup sebanyak 19 orang (43.18%) dan
berpengetahuan kurang sebanyak.5 orang
(11.36%),
dengan
demikian
sebagian
responden mempunyai pemahaman yang baik
mengenai penyebab tentang ketuban pecah
dini (45.45%),
hal ini kemungkinan
disebabkan oleh responden yang rata-rata
berpendidikan
SMA,
serta
informasi
mengenai ketuban pecah dini dari tenaga
kesehatan dalam promosi kesehatan,media
masa dan elektronik harapannya dengan
mengetahui tentang ketuban pecah dini ibu
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
komplikasi yang mungkin terjadi yaitu infeksi
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang
Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini
Keadaan yang mungkin terjadi tanda
– tanda ketuban pecah dini: maternal demam
dan takikardi, uterine tenderness, keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina,
cairan amnion yang keruh berbau, leukositosis
(peningkatan sel darah putih) meninggi,
leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur
darah/urin,
pada
fetal
takikardi,
kardiotokografi, profilbiofisik dan pada cairan
amnion volume cairan ketuban berkurang, tes
cairan
amnion
diantaranya
dengan
kultur/gram
stain,
fetal
fibronectin,
glukosa,leukosit esterase (LEA) sitokin dan
infeksi
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
Berdasarkan
tabel
4
diatas
menunjukan bahwa memiliki pengetahuan
baik tentang pengertian Ketuban Pecah Dini
sebanyak 30 orang (86.18%), pengetahuan
cukup sebanyak 10 orang (22.72%) dan
berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang
(9.09%), dengan demikian sebagian responden
mempunyai pemahaman yang baik mengenai
pengertian tentang ketuban pecah dini
(86.18%), hal ini kemungkinan disebabkan
oleh responden yang rata-rata berpendidikan
SMA, serta informasi mengenai ketuban pecah
dini dari tenaga kesehatan dalam promosi
kesehatan,media
masa
dan
elektronik
harapannya dengan mengetahui tentang
ketuban pecah dini ibu dapat mendeteksi
secara dini kemungkinan komplikasi yang
mungkin terjadi yaitu Denyut jantung janin
cepat
pendeknya serviks (kurang dari 2.5 cm yang
diukur dari USG transvaginal).
Berdasarkan
tabel
5.1.5
diatas
menunjukan bahwa memiliki pengetahuan
baik tentang pengertian Ketuban Pecah Dini
sebanyak 14 orang (31.81%), pengetahuan
cukup sebanyak 21 orang (47.72%) dan
berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang
(20.45%),
dengan
demikian
sebagian
responden mempunyai pemahaman yang
cukup mengenai akibat tentang ketuban
pecah dini (45.45%), hal ini kemungkinan
disebabkan oleh responden yang rata-rata
berpendidikan
SMA,
serta
informasi
mengenai ketuban pecah dini dari tenaga
kesehatan dalam promosi kesehatan,media
masa dan elektronik harapannya dengan
mengetahui umur ibu,umur kehamilan dan
paritas
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang
Akibat Ketuban Pecah Dini
Faktor resiko yang meningkatkan
kejadian Ketuban Pecah Dini terhadap janin
walaupun ibu belum menunjukan gejalagejala terhadap infeksi tetapi janin mungkin
sudah terkena infeksi, karena infeksi
intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,
vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan,
jadi akan meninggikan mortalitas dan
morbiditas perinatal, terhadap ibu karena
jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi
intrapartal, apalagi bila terlalu sering
diperiksa dalam. Selain itu juga dapat
dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas,
peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu
akan merasa lelah karena terbaring di tempat
tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu
badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejalagejala infeksi lainnya, antara lain wanita yang
pernah mengalami Ketuban Pecah Dini
preterm pada kehamilan sebelumnya, wanita
yang melahirkan bayi prematur dengan atau
tanpa Ketuba Pecah Dini, wanita dengan
perdarahan pada trimester pertama atau
kedua kehamilan (perdarahan yang berkaitan
dengan plasenta previa dan solusio plasenta),
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang
Pencegahan Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini termasuk
dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan
dalam mengelola Ketuban Pecah Dini akan
membawa akibat meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun
bayinya.
Penatalaksaan Ketuban Pecah Dini masih
dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan,
selama ada beberapa masalah yang masih
belum terjawab. Kasus Ketuban Pecah Dini
yang cukup bulan, kalaupun segera
mengakhiri kehamilan akan menaikkan
insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu
persalinan spontan akan menaikkan insidensi
chorioamnionitis. Kasus Ketuban Pecah Dini
yang kurang bulan jika menempuh cara-cara
aktif harus dipastikan bahwa tidak akan
terjadi RDS, dan kalau menempuh cara
konservatif dengan maksud untuk memberi
waktu pematangan paru, harus bisa
memantau keadaan janin dan infeksi yang
akan
memperjelek
prognosis
janin.
Penatalaksanaan
Ketuban
Pecah
Dini
tergantung pada umur kehamilan. Kalau
umur kehamilan tidak diketahui secara pasti
segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 39
jikk
ISSN: 2356-5454
(USG) untuk mengetahui umur kehamilan
dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada
Ketuban Pecah Dini dengan janin kurang
bulan adalah RDS dibandingkan dengan
sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan
kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk
menentukan waktu yang optimal untuk
persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu
atau lebih biasanya paru-paru sudah matang,
chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis
pada janin merupakan sebab utama
meningginya morbiditas dan mortalitas janin.
Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin
langsung
berhubungan
dengan
lama
pecahnya selaput ketuban atau lamanya
periode laten.
Kebanyakan penulis sepakat
mengambil
2
faktor
yang
harus
dipertimbangkan dalam mengambil sikap
atau tindakan terhadap penderita Ketuban
Pecah Dini yaitu umur kehamilan dan ada
tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu.
Menahan agar sesuatu tidak dapat terjadi
ketuban pecah dini dilalukan Pemeriksaan
kehamilan yang teratur, kebiasaan hidup
sehat, Personal Hyegiene, berhenti melakukan
hubungan seksual, Mengonsumsi 100 mg
vitamin C
Berdasarkan
tabel
5.1.6
diatas
menunjukan bahwa memiliki pengetahuan
baik tentang pengertian Ketuban Pecah Dini
sebanyak 12 orang (27.27%), pengetahuan
cukup sebanyak 29 orang (65.90%) dan
berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang
(9.18%), dengan demikian sebagian responden
mempunyai
pemahaman
yang
cukup
mengenai pencegahan tentang ketuban pecah
dini
(65.90%),
hal
ini
kemungkinan
disebabkan oleh responden yang rata-rata
berpendidikan
SMA,
serta
informasi
mengenai ketuban pecah dini dari tenaga
kesehatan dalam promosi kesehatan,media
masa dan elektronik harapannya dengan
mengetahui tentang ketuban pecah dini ibu
dapat konseling dengan cara antenatal secara
teratur
Hal | 40
Nomor 05 Tahun 2013
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian mengenai
pengetahuan ibu hamil trimester III tentang
Ketuban Pecah Dini. Secara umum terdapat
responden yang baik 30 orang (68.18%), cukup
11 orang (25%) dan Yang kurang 3 orang
(6.18%), dari data tersebut bahwa sebagian
besar ibu hamil trimester III mengetahui
pengetahuan yang baik, 30 orang (68.18%)
mengenai ketuban pecah dini dan yang
sebagian kecil memilki pengetahuan yang
kurang 3 orang (6.18%). Dilema sering terjadi
pada pengelolaan Ketuban Pecah Dini
dimana harus segera bersikap aktif terutama
pada kehamilan yang cukup bulan atau harus
menunggu
sampai
terjadinya
proses
persalinan sehingga masa tunggu akan
memanjang, Sikap konservatif ini sebaiknya
dilakukan pada Ketuban Pecah Dini
kehamilan kurang bulan dengan harapan
tercapainya pematangan paru dan berat
badan janin yang cukup, dan secara
khususnya yaitu:
a. Pengetahuan
responden
mengenai
pengertian
ketuban
pecah
dini,
didapatkan hasil sebanyak
22 orang
(50%) dan termasuk kedalam kategori
baik
b. Pengetahuan
responden
mengenai
penyebab ketuban pecah dini, didapatkan
hasil sebanyak 20 orang (45.45%) dan
termasuk kedalam kategori baik
c. Pengetahuan responden mengenai tanda
dan gejala
ketuban pecah dini,
didapatkan hasil sebanyak 30 orang
(68.18%) dan termasuk kedalam kategori
baik
d. Pengetahuan responden mengenai akibat
ketuban pecah dini, didapatkan hasil
sebanyak 21 orang (47.72%) dan termasuk
kedalam kategori cukup
e. Pengetahuan
responden
mengenai
pencegahan
ketuban pecah dini,
didapatkan hasil sebanyak 29 orang
(65.90%) dan termasuk kedalam kategori
cukup
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
Saran
1. Untuk Lahan Penelitian
Bagi Rumah Sakit Immanuel Bandung agar
lebih
meningkatkan
program
promosi
kesehatan dengan cara memberikan konseling
dan penyuluhan kepada para ibu hamil
mengenai ketuban pecah dini
2. Untuk Institusi Pendidikan
Untuk membantu sebagai bahan masukan
bagi institusi pendidikan untuk menambah
pengetahuan tentang Ketuban Pecah Dini bagi
mahasiswa-mahasiswa
dan
melibatkan
mahasiswa untuk memberikan promosi
kesehatan tentang ketuban pecah dini pada
saat mahasiswa praktek di lapangan
3. Untuk Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan informasi bagi mahasiswa, penulis
mengharapkan rekan – rekan agar melakukan
penelitian lebih lanjut terutama yang
berkaitan dengan ketuban pecah dini
REFERENSI
Anonymous.
www.medicastore.com
30
Januari 2012
Anonymous.
http://www.medscape.com/content/
2012/00/44/82/448279/artpharm448
279.fig.gif 27 Januari 2012
Arikunto. 2009. Metodelogi Penelitian : Jakarta
EGC
Ben-Zion Taber, M.D. 2002. Kapita selekta
kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : EGC
Cuningham FG, eveno KJ, Bloom SL, Haulth
JC, Gilstrap L, Wenstrim KD Wiliams
Obstetrics, Edisi ke-21, Penyunting,
New York : McGraw-Hill. 2001
Garite, T,J. 2004. Premature Rupture of The
Membranes. In : Maternal – Fetal
Medicine Principles and Practice. 5 th
Edition. Philadelphia : Saunders. 723736
Garite, T,J. 2000. Premature Rupture of The
Membranes. In : Current therapy in
ISSN: 2356-5454
obstetrics and Gynecology. 5 th
Edition. Philadelphia : W.B. Saunders
Company
James DK. Stee. DJ. Wainer CP. Onik B. 2001.
High Risk Pregnancy: Management
Option, 2 nd Ed. London : WB.
Saunders
KPD buat istri yang lagi hamil
http://www.indogamers.com/showthread.p
hp?t=12429&viewfull=1
Ketuban
Pecah
Dini,
http://www.klikdokter.com
Manuaba,
ilmu
kebidanan
penyakit
kandungan dan keluarga berencana
untuk pendidikan Bidan, 2002 Jakarta
: buku kedokteran EGC
Medina, T. M and Hill, A.2006. Preterm
Premature Rupture of Membranes :
Diagnosis
and
Management.
http://www.aafp.org/afp/20060215/
659.html
Notoatmodja, S 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan : Jakarta-Rineka Cipta
Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal,
POGI, IDAI, IBI, dkk 2008
Parry, S. and Strauss, J.F. 1998. Review
Articles. Mechanisms of Disease :
Premature Rupture of the Fetal
Membranes.
http://content.nejm.org/cgi/content
/full/338/10/663
Saifuddin, A.B.,et-all,. 2002. Buku Acuan
Nasional : Pelayanan Kesehatan
Maternal & Neonatal. Edisi 3. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, JNPKKR-POGI.
Svigos, J.M., Robinson, J.S., and Vigneswaran,
R. 2001. Prelabor Rupture of The
Membranes. In : High Risk Pregnancy
Management Options. 2 nd Edition.
London: W.B. Saunders.
Wiknjpsastro H. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi
Ketiga cetakan kedelapan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 41
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 05 Tahun 2013
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TUBERCULOSIS PARU
DI RUMAH SAKIT PARU DR. M. GOENAWAN PARTOWIDIGDO CISARUA BOGOR
Oleh
Sundari
ABSTRAK
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar
91.000 orang. Dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat memiliki jumlah
terbesar penderita penyakit TBC. Bila seorang ibu hamil menderita penyakit ini dapat mengalami
partus prematur atau kematian janin. Pemilihan obat TB pada ibu hamil harus rasional dan
memperhatikan potensial resiko yang dapat terjadi pada ibu dan janin yang dikandung. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru di Rumah
Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan proses pengumpulan data dengan
menyebarkan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan
ke Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor berdasarkan data kunjungan
pada bulan Maret 2012 yaitu sebanyak 147 orang. Teknik pengambilan sample dilakukan secara
accidental sampling yaitu sebanyak 59 orang ibu hamil. Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebanyak 77,68% ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tentang Tuberculosis Paru sedangkan
berdasarkan pengertian Tuberculosis didapatkan sebesar 82,20% ibu hamil berpengetahuan baik,
berdasarkan tanda dan gejala sebanyak 80,68% ibu hamil berpengetahuan baik, berdasarkan
pengobatan sebanyak 76,28% ibu hamil berpengetahuan baik, berdasarkan cara penularan sebanyak
79,64% ibu hamil berpengetahuan baik dan berdasarkan cara penularan sebanyak 76,48% ibu hamil
berpengetahuan baik.
Kata Kunci
: Tuberculosis Paru, Ibu Hamil
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun
terdapat 528.000 kasus TB baru dengan
kematian sekitar 91.000 orang. Angka
prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009
adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB
terjadi pada lebih dari 70% usia produktif.
Walaupun telah banyak kemajuan yang
dicapai dalam penanggulangan TB di
Indonesia, tapi tantangan masalah TB
kedepan masih besar. Menkes menyadari TB
tidak bisa diberantas oleh pemerintah atau
jajaran kesehatan saja, tetapi harus melibatkan
dan bermitra dengan banyak sektor. (Diunduh
dari : www.bppsdmk.depkes.go.id)
Dibandingkan dengan propinsi lainnya di
Indonesia, Jawa Barat memiliki jumlah
terbesar penderita penyakit TBC. Untuk itu
pemerintah propinsi Jawa Barat pada tahun
2010 menargetkan dapat menanggulangi
Hal | 42
penyakit Paru dan menempatkan penyakit
TBC tersebut sebagai program unggulan
Dinas Kesehatan Jawa Barat. Data di Dinas
Kesehatan Jawa Barat tahun 2007 tercatat
30.000 orang penderita TBC yang sudah
datang berobat ke Rumah Sakit dan
Puskesmas. ( Diunduh dari : www.ppti.info)
Untuk wilayah Jawa Barat, kota Bogor
masuk dalam 10 besar jumlah penderita TBC.
Tapi untuk tingkat kontribusi penderita, kota
Bogor masih rendah karena cakupan luas
daerah Bogor tidak begitu luas. Pada evaluasi
program TB Paru 2010, kemajuan pengobatan
sudah 81 %. Artinya sekitar 81 % penderita
sudah tertangani pengobatannya secara
menyeluruh. Diharapkan dengan pengobatan
secara berkelanjutan dapat menekan angka
jumlah penderita TBC di kota Bogor. ( Dikutip
dari Harian Pelita dalam www.pelita.or.id)
Kasus tuberkulosis sebagian besar
menyerang wanita pada usia produktif. Kira-
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
kira 1-3% dari semua wanita hamil menderita
tuberkulosis. Pada kehamilan terdapat
perubahan-perubahan pada sistem hormonal,
imunologis,
peredaran
darah,
sistem
pernafasan, seperti terdesaknya diafragma ke
atas sehingga paru-paru terdorong ke atas
oleh uterus yang gravid menyebabkan volume
residu pernafasan berkurang. Pemakaian
oksigen dalam kehamilan akan bertambah
kira-kira 25% dibandingkan diluar kehamilan,
apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas
dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil
konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi
partus prematur atau kematian janin. Proses
kehamilan, persalinan, masa nifas dan laktasi
mempunyai
pengaruh
kurang
menguntungkan terhadap jalannya penyakit.
Hal ini disebabkan oleh karena perubahanperubahan dalam kehamilan yang kurang
menguntungkan bagi proses penyakit dan
daya tahan tubuh yang turun akibat
kehamilan. (Patofisiologi, 2008)
TB pada ibu hamil harus diobati, karena
jika tidak diobati dapat menyebabkan
kecacatan, aborsi dan kematian. Pemilihan
obat TB pada ibu hamil harus rasional dan
memperhatikan potensial resiko yang dapat
terjadi pada ibu dan janin yang dikandung.
Oleh karena itu, dalam memilih obat untuk
ibu hamil, harus diperhatikan indeks
keamanan obat tersebut pada ibu hamil.
(Kapita Selekta Kedokteran, 2008)
Data bulan Desember tahun 2011 di
Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan
Partowidigdo Cisarua Bogor diketahui bahwa
jumlah kunjungan pasien dengan kasus
Tuberculosis Paru terdapat 107 orang
perempuan dengan rata-rata 5-10 orang
dengan kasus baru di wilayah kecamatan
Cisarua. Yang diantaranya masih terdapat ibu
hamil. (Laporan Rekam Medis RS Paru Dr. M.
Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor 2012).
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada Bab ini akan disajikan data hasil
penelitian yang telah dilakukan di Rumah
Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Cisarua Bogor yang telah melibatkan 59 ibu
hamil sebagai responden. Data hasil penelitian
mengenai pengetahuan ibu hamil tentang
Tuberculosis Paru akan disajikan dalam
bentuk tabel, grafik dan narasi.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Secara Umum.
Tabel 1
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru secara umum.
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekwensi
37
15
7
Persentase (%)
62,71
25,42
11,86
59
100
Grafik 1 Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru secara umum
BAIK
7
CUKUP
15
KURANG
37
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 43
jikk
ISSN: 2356-5454
Pada tabel 1 diketahui bahwa ibu hamil
yang
berpengetahuan
baik
tentang
Tuberculosis Paru yaitu sebanyak 37 orang
(62,71%), ibu hamil yang berpengetahuan
cukup tentang tuberculosis paru sebanyak 15
orang (25,42%) sedangkan ibu hamil yang
Nomor 05 Tahun 2013
berpengetahuan kurang tentang tuberculosis
paru hanya 7 orang (11,86%). Dari uraian tabel
tersebut dapat diketahui bahwa ibu hamil
yang memiliki pengetahuan baik merupakan
jumlah paling banyak.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian Tuberculosis Paru
Tabel 2
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Tuberculosis Paru
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Frekwensi
32
15
12
Jumlah
Persentase (%)
54,24
25,42
20,34
59
100
Grafik 2 Pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Tuberculosis Paru
BAIK
12
CUKUP
15
Pada tabel.2 diperoleh hasil dari 59 ibu
hamil yang berpengetahuan baik tentang
pengertian tuberculosis paru sebanyak 32
orang
(54,24%).
Ibu
hamil
yang
berpengetahuan cukup tentang pengertian
tuberculosis paru sebanyak 15 orang (25,42%)
32
KURANG
dan ibu hamil yang berpengetahuan kurang
tentang
pengertian
tuberculosis
paru
sebanyak 12 orang (20,34%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata ibu hamil telah
memiliki
pengetahuan
baik
tentang
pengertian tuberculosis paru.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda dan Gejala Tuberculosis Paru
Tabel 3
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang tanda dan gejala Tuberculosis Paru
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Hal | 44
Frekwensi
45
4
10
59
Persentase (%)
76,27
6,78
16,95
100
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
Grafik 3 Pengetahuan ibu hamil tentang tanda dan gejala Tuberculosis Paru
Baik
10
Cukup
4
Kurang
45
Hasil analisa dari tabel 3 diperoleh hasil
bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan
baik tentang tanda dan gejala tuberculosis
paru sebanyak 45 orang (76,27%). Ibu hamil
yang memiliki pengetahuan cukup tentang
tanda dan gejala tuberculosis paru sebanyak 4
orang (6,78%), dan ibu hamil yang memiliki
pengetahuan kurang tentang tanda dan gejala
tuberculosis paru sebanyak 10 orang (16,95%).
Dengan demikian dari hasil analisa tabel
diatas dapat diketahui bahwa ibu hamil yang
memiliki pengetahuan baik tentang tanda dan
gejala tuberculosis paru memiliki jumlah
terbanyak yaitu sebanyak 45 orang (76,27%).
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengobatan Tuberculosis Paru
Tabel 4 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengobatan Tuberculosis Paru
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekwensi
35
10
14
59
Persentase (%)
59,32
16,95
23,73
100
Grafik 4 Pengetahuan ibu hamil tentang pengobatan Tuberculosis Paru
14
10
Hasil analisa tabel 4 diperoleh hasil bahwa
ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang
pengobatan tuberculosis paru sebanyak 35
orang
(59,32%).
Ibu
hamil
yang
berpengetahuan cukup tentang pengobatan
tuberculosis paru sebanyak 10 orang (16,95%).
Sedangkan ibu hamil yang berpengetahuan
Baik
35
Cukup
Kurang
kurang tentang pengobatan tuberculosis paru
sebanyak 14 orang (23,73%). Sehingga dapat
diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki
pengetahuan baik tentang pengobatan
tuberculosis paru adalah yang terbanyak yaitu
sebanyak 35 orang (59,32%).
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 45
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 05 Tahun 2013
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Cara Penularan Tuberculosis Paru
Tabel 5
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara penularan Tuberculosis Paru
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekwensi
42
8
9
59
Persentase (%)
71,19
13,56
15,25
100
Grafik 5 Pengetahuan ibu hamil tentang cara penularan Tuberculosis Paru
9
Baik
Cukup
8
Kurang
42
Hasil analisa tabel 5 diketahui bahwa ibu
hamil yang memiliki pengetahuan baik
tentang penularan tuberculosis paru sebanyak
42 orang (71,19%). Ibu hamil yang memiliki
pengetahuan cukup tentang penularan
tuberculosis paru sebanyak 8 orang (13,56%).
Sedangkan ibu hamil yang memiliki
pengetahuan kurang tentang cara penularan
tuberculosis paru sebanyak 9 orang (15,25%).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil
yang berpengetahuan baik tentang penularan
tuberculosis paru memiliki jumlah terbanyak
yaitu sebanyak 42 orang (71,19%).
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Cara Pencegahan Tuberculosis Paru
Tabel 6
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan Tuberculosis
Paru
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekwensi
30
17
12
59
Persentase (%)
50,85
28,81
20,34
100
Grafik 6 Pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan Tuberculosis Paru
Hal | 46
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
ISSN: 2356-5454
12
Baik
30
17
Hasil analisa tabel 6 diketahui bahwa ibu
hamil berpengetahuan baik tentang cara
pencegahan tuberculosis paru sebanyak 30
orang
(50,85%).
Ibu
hamil
yang
berpengetahuan
cukup
tentang
cara
pencegahan tuberculosis paru sebanyak 17
orang
(28,81%).
Ibu
hamil
yang
berpengetahuan
kurang
tentang
cara
pencegahan tuberculosis paru sebanyak 12
orang (20,34%). Dari uraian diatas dapat
diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki
pengetahuan baik tentang cara pencegahan
tuberculosis paru memiliki jumlah terbanyak
yaitu 30 orang (50,85%).
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Secara Umum
Penelitian yang telah dilakukan di Rumah
Sakit Paru Dr.M. Goenawan Partowidigdo
Cisarua Bogor telah didapatkan hasil secara
umum. Dari 59 responden sebanyak 77,68%
telah menjawab dengan benar.
Menurut peneliti, pengetahuan responden
tentang tuberculosis paru secara umum sudah
baik karena kebanyakan ibu telah mendapat
informasi dari media masa, selain itu sebagian
besar responden berusia antara 25-35, dan
latar belakang pendidikan minimal SMP.
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Berdasarkan Pengertian
Hasil penelitian tentang tuberculosis paru
berdasarkan pengertian didapatkan bahwa
dari 59 responden, sebanyak 82,20% telah
menjawab dengan benar.
Mengukur
pengetahuan
responden
tentang tuberculosis paru berdasarkan
Cukup
Kurang
pengertian, maka responden perlu memahami
pengertian tuberculosis paru secara umum.
Secara definisi Tuberculosis adalah penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis)
sebagian besar kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya. (Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberculosis, Depkes 2010).
Walaupun masyarakat pada umumnya
dan ibu hamil, khususnya, tidak dapat
mengenal nama specifik kuman penyebab
Tuberculosis namun mereka telah memahami
bahwa penyebab penyakit tuberculosis adalah
kuman yang menyerang organ paru-paru.
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Berdasarkan Tanda dan Gejala
Hasil penelitian tentang tuberculosis paru
berdasarkan tanda dan gejala didapatkan
bahwa dari 59 responden, sebanyak 80,68%
telah menjawab dengan benar.
Menilai pengetahuan ibu hamil tentang
tuberculosis paru berdasarkan tanda dan
gejala, responden perlu mengetahui bahwa
tanda dan gejala penderita tuberculosis dapat
menunjukan ciri-ciri sebagai berikut : Gejala
utama pada penyakit ini adalah batuk terusmenerus dan berdahak selama 3 minggu atau
lebih. Gejala tambahan yang sering dijumpai
yaitu dahak bercampur darah, sesak nafas,
rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan, demam
meriang lebih dari sebulan. (Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberculosis,
Depkes 2010).
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 47
jikk
ISSN: 2356-5454
Banyak ibu hamil yang telah mengetahui
tanda dan gejala tuberculosis paru melalui
media massa, informasi tenaga kesehatan
maupun dari pengalaman keluarga. Selain itu
responden memiliki latar pendidikan minimal
SLTP.
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Berdasarkan Pengobatan
Hasil penelitian pada ibu hamil tentang
tuberculosis
paru
berdasarkan
cara
pengobatan, didapatkan bahwa dari 59
responden sebanyak 76,28% telah menjawab
dengan benar.
Menilai pengetahuan responden tentang
tuberculosis paru berdasarkan pengobatan,
maka responden perlu mengetahui jenis obat
anti TBC dan lama pengobatan minimal. Obatobat Tuberculosis Paru ini terdiri dari
Rifampicin,
Ethambutol,
Isoniazid,
Pyrazinamide dan Streptomycin diberikan
dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 68 bulan, supaya semua kuman (termasuk
kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap
intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat
perut kosong. Apabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan
jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan
berkembang menjadi kuman kebal obat.
Menurut
peneliti,
hasil
penelitian
diperoleh ibu hamil yang memiliki tingkat
pengetahuan tentang pengobatan tuberculosis
rata-rata dengan katagori baik. Hal ini
dimungkinkan bahwa responden telah
menerima informasi sebelumnya atau dengan
latar belakang pendidikan yang cukup
dimana responden memiliki latar belakang
pendidikan minimal SLTP.
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Berdasarkan Cara Penularan
Hasil penelitian pada ibu hamil tentang
tuberculosis paru berdasarkan cara penularan,
didapatkan bahwa dari 59 responden
sebanyak 79,64% telah menjawab dengan
benar.
Hal | 48
Nomor 05 Tahun 2013
Mengukur
pengetahuan
responden
tentang cara penularan tuberculosis paru,
maka responden perlu mengetahui tentang
bagaimana kuman TBC dapat berpindah
tempat. Pada waktu batuk atau bersin,
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara
pada suhu ruangan selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet terhirup
kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman
Tubercusis tersebut masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman TBC
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran nafas,
atau penyebaran langsung ke bagian bagian
tubuh lainya. Daya penularan dari seseorang
penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terihat
kuman), maka penderita tersebut dianggap
tidak
menular.
(Pedoman
Nasional
Penanggulangan Tuberculosis, Depkes 2010)
Menurut peneliti, hasil penelitian tentang
pengetahuan ibu mengenai cara penularan
tuberculosis paru dikatakan baik karena ibu
hamil telah mendapatkan informasi melalui
media massa maupun penyuluhan dari
petugas kesehatan dan dengan latar belakang
pendidikan ibu hamil yang minimal SLTP.
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Berdasarkan Cara Pencegahan
Hasil penelitian pada ibu hamil tentang
tuberculosis
paru
berdasarkan
cara
pencegahan, didapatkan bahwa dari 59
responden sebanyak 76,48% telah menjawab
dengan benar.
Menilai pengetahuan ibu hamil tentang
cara pencegahan tuberculosis yaitu terdiri dari
melakukan imunisasi BCG sedini mungkin
yaitu dimulai pada bayi yang berusia 1 bulan
sesuai dengan imunisasi dasar yang
dianjurkan oleh Dokter Anak Indonesia.
Begitu pula masukan nutrisi yang baik dapat
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
mencegah seseorang terinfeksi penyakit ini.
Selain itu faktor-faktor dibawah ini dapat
mencegah seseorang tertular dan atau
menularkan TBC :
1. Menutup mulut pada waktu batuk dan
bersin.
2. Meludah hendaknya pada tempat tertutup
yang sudah diberi desinfektan.
3. Memiliki ventilasi yang baik, dimana
udara
dan
sinar
matahari
dapat
menjangkau ke dalam rumah. Karena
kuman TBC cepat mati terpapar sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam di tempat gelap dan
lembab.
4. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur
dibawah sinar matahari terutama pagi hari.
5. Makanan harus tinggi karbohidrat dan
tinggi protein. (Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2009)
Menurut peneliti, hasil penelitian tentang
pengetahuan ibu hamil tentang cara
pencegahan tuberculosis paru pada umumnya
baik. Hal ini didukung dengan latar belakang
pendidikan responden minimal SLTP, usia
antara 25-35 tahun, dan informasi melalui
media massa, informasi dari petugas
kesehatan maupun informasi dari orang lain
yang memiliki pengalaman sebelumnya.
PENUTUP
Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan penelitian yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya maka
hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu
hamil tentang Tuberculosis Paru di Rumah
Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Cisarua Bogor secara umum yaitu baik,
sebesar 77,68%.
Pengetahuan
ibu
hamil
tentang
Tuberculosis Paru berdasarkan pengertian
didapatkan hasil rata-rata baik sebesar 82,20%.
Pengetahuan
ibu
hamil
tentang
Tuberculosis Paru berdasarkan tanda dan
gejalanya didapatkan hasil rata-rata baik yaitu
sebesar 80,68%.
Pengetahuan
ibu
hamil
tentang
Tuberculosis Paru berdasarkan pengobatan
ISSN: 2356-5454
didapatkan hasil rata-rata baik, yaitu sebesar
76,28%.
Pengetahuan
ibu
hamil
tentang
Tuberculosis Paru berdasarkan cara penularan
didapatkan hasil rata-rata baik yaitu sebesar
79,64%.
Pengetahuan
ibu
hamil
tentang
Tuberculosis
Paru
berdasarkan
cara
pencegahan didapatkan hasil rata-rata baik
yaitu sebesar 76,48%.
Menurut peneliti, hasil penelitian tentang
pengetahuan ibu hamil tentang cara
pencegahan tuberculosis paru pada umumnya
baik. Hal ini didukung dengan latar belakang
pendidikan responden minimal SLTP, usia
antara 25-35 tahun, dan informasi melalui
media massa, informasi dari petugas
kesehatan maupun informasi dari orang lain
yang memiliki pengalaman sebelumnya.
Saran
1. Tempat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sumber informasi dan dapat
dijadikan bahan untuk meningkatkan promosi
kesehatan demi menurunkan angka kesakitan
Tuberculosis di masyarakat.
2. Institusi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan referensi
dalam rangka untuk terus mengembangkan
penelitian selanjutnya.
3. Masyarakat atau Ibu hamil
Melalui penelitian ini diharapkan ibu
hamil dapat memberikan pengetahuan yang
baik kepada masyarakat yang belum memiliki
informasi tentang Tuberculosis paru serta
diharapkan dapat bersama-sama mencegah
tersebarnya penyakit Tuberculosis.
REFERENSI
ArikuntoSuharsimi.2006. Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik Edisi revisi VI.
Jakarta: Rineka Cipta.
Budiarto Eko, SKM. (2002). BIOSTATISTIKA
untuk
kedokteran
dan
kesehatan
masyarakat. Jakarta :ECG
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 49
jikk
ISSN: 2356-5454
Depkes RI, (2007). Buku acuan pertolongan
pertama gawatdarurat obsretri dan
neonatal
Dinas Kesehatan Provinsi Bandung 2008
JNPK- KR, (2008), Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Esensial Persalinan, edisi revisi.
Jakarta
Mochtar Rustam, Prof. Dr.
MPH (1998)
Sinopsis Obstetri. Jakarta: ECG
Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rumah Sakit Umum Daerah Berkah
Pandeglang Provinsi Banten 2011
Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG.,
MPH. 2004. Buku Panduan Praktis
Hal | 50
Nomor 05 Tahun 2013
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan bina
pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saiffuddin Abdul Bari., Prof., Dr., SpOG.,
MPH. 2009. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan bina
pustaka Sarwono Prawirohardjo
http : www.Rilisindonesia.com
http : www. Meneg pp. Go. Id (suara
pembaharuan)
http : www. Scribd. Com
http: // Kuliah bidan wordpress. Com /
2008/II/ 02
http : www. undp. Com
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 05 Tahun 2013
Standar Prosedur Operasional
Publikasi Karya Tulis dan Artikel Ilmiah
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas
ISSN: 2356-5454


JIKK
Akademi Kebidanan Ar Rahman
Ketentuan Umum
1. Topik dan tema karya tulis atau artikel
(selanjutnya disebut naskah) memiliki
keterkaitan dengan dunia kesehatan,
khususnya bidang kebidanan;
2. Karya tulis ataupun artikel merupakan hasil
penelitian lapangan (work-field study),
penelitian pustaka (literature study) atau
asah gagasan (proposition);
3. Karya tulis ataupun artikel ditulis dengan
menggunakan Bahasa Indonesia maupun
English yang baik dan benar serta mengikuti
aturan tata bahasa yang baku;
4. Setiap naskah yang masuk akan ditinjau
ulang oleh Mitra Bestari yang memiliki
kepakaran di bidangnya, baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar institusi AKBID
Ar Rahmah;
5. Penyerahan naskah dikirim selambatlambatnya dua bulan sebelum penerbitan
reguler (bulan Februari dan Oktober) kepada
redaksi JIKK;
6. Kepastian pemuatan atau tidaknya sebuah
naskah akan diberitahukan secara tertulis,
baik melalui surat ataupun email;
7. Naskah
yang
tidak
dimuat
dapat
dikembalikan dengan sepengetahuan penulis
naskah.
Ketentuan Khusus
1. Naskah ditulis dengan menggunakan aplikasi
Microsoft Office Word (baik itu XP, 2003 atau
2007);
2. Naskah ditulis menggunakan font Times New
Roman atau Arial dengan ukuran font 12
(tanpa page number ataupun keterangan
header/footer);
3. Panjang naskah maksimal 10 halaman
dengan ukuran kertas A4 serta ukuran
margin (kiri: 4, kanan: 3, atas: 3 dan bawah:
3).
Sistematika Penulisan
 Judul (informatif, lugas, singkat dan jelas),
 Nama penulis (tanpa gelar),
 Abstrak/ Rangkuman eksekutif (ditulis dalam
bentuk narasi dan terdiri atas 100-150 kata),




Kata kunci (istilah teknis/ operasional yang
digunakan dalam artikel),
Pendahuluan (deskripsi sekilas mengenai
topik yang dibahas, status topik saat ini,
perubahan yang terjadi berkaitan dengan
topik, dan kontribusi naskah dalam topik yang
dibahas; akhir pendahuluan memuat tujuan,
metode, manfaat pembahasan topik, dan
harapan yang dapat diambil dari topik yang
dibahas),
Isi/ Pembahasan (uraian, pemaparan
ataupun penjabaran yang berkaitan dengan
hasil temuan penelitian atau asah gagasan
untuk
naskah
non-penelitian;
isi/
pembahasan dapat terdiri atas beberapa subbahasan, tergantung pada topik/masalah
yang dibahas serta penjelasan yang
mendalam dari topik/ tema yang dibahas),
Simpulan dan Saran,
Daftar pustaka atau Pustaka Rujukan, dan
Riwayat penulis (ditulis secara singkat).
Sistematika Penulisan Resensi Buku
 Buku yang diresensi harus aktual (up to date);
buku berbahasa Indonesia terbitan satu
tahun terakhir sedangkan buku berbahasa
asing terbitan tiga tahun terakhir,
 Isi
(content)
buku
yang
diresensi
berkontribusi signifikan bagi perkembangan
dan peningkatan kualitas pendidikan,
 Susunan resensi terdiri atas deskripsi formal
buku, ringkasan (summary), evaluasi/ kritik/
komentar, dan simpulan.
Penyerahan Naskah (karya tulis ataupun artikel
ilmiah)
Penyerahan naskah dapat dilakukan melalui,
 Email; naskah tidak ditulis dalam kotak pesan
(message
box)
melainkan
disisipkan
(attachment)
dan
dikirimkan
ke
[email protected]
atau
[email protected] ,
 Surat/ pos; naskah dimasukkan ke dalam
amplop ukuran A4 dan pojok kanan atas
ditulis JIKK AKBID Ar Rahmah, kemudian
dikirimkan ke alamat Jalan Pasteur No. 21 A,
Bandung– Jawa Barat.
Alamat Redaksi dan Tata Usaha
JIKK Press – AKBID Ar Rahmah
Jalan Pasteur no. 21, Bandung – Jawa Barat
Telepon/ Faximile (022) 4214127
Email [email protected]
Website www.arrahmah.ac.id
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 51
Download